Laporan SIG acara 3
-
Upload
independent -
Category
Documents
-
view
0 -
download
0
Transcript of Laporan SIG acara 3
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada kegiatan survey dan pemetaan sumber daya lahan,
SIG lebih sering dimanfaatkan untuk pembuatan peta satuan
lahan homogen (SLH) yang disusun berdasarkan operasi
tumpang tindih dua atau lebih peta tentative yang
memiliki kesamaan dalam hal skala dan kordinat. Ada tiga
jenis overlay yang biasa dilakukan dalam pekerjaan SIG,
yaitu : 1) Fungsi logika dan fungsi Boolean, seperti
intersection, union, pilihan, dan pernyataan bersyarat;
2) Fungsi aritmatika, sepeerti penambahan, pengurangan,
pengalian, pembagian, dan prosentase; dan 3) Fungsi
relasional, seperti lebih besar, lebih kecil, dan sama
besar.
Satuan-satuan lahan yang terbentuk pada peta SLH
didasarkan pada jenis overlay yang digunakan dalam
penggabungan karakteristik unit lahan dari peta tentative
yang dioverlay, seperti kelas lereng, jenis tanah, bentuk
lahan, dan penggunaan lahan. Setiap unit lahan baru yang
terbentuk diberi simbol angka atau huruf dan dicantumkan
dalam suatu legenda pada peta sesuai kaidah kartografi.
B. Tujuan Praktikum
1. Melakukan penampalan dua tema atau lebih sehingga
menjadi tema baru yang berisi informasi gabungan
2. Melakukan pemberian skor pada setiap SLH
C. Manfaat
1. Mendapatkan informasi peta dari hasil penampalan dua
tema atau lebih.
84
2. Menggabungkan dan menyimpulkan informasi yang terdapat
pada data yang diamati.
3. Merepresentasikan informasi berdasarkan penampalan
tema yang dilakukan.
II. TINJAUAN PUSTAKA
Sistem Informasi Geografi (SIG) dapat diartikan
sebagai suatu sistem yang dibangun untuk mengumpulkan,
85
mengolah, dan menginformasikan data data yang berkaitan
dengan geografis (geo = bumi, grafis =
gambaran/penulisan). Sistem Informasi yang berkaitan
dengan catatan permukaan bumi (geografi) secara
konvensional (manual, sederhana) telah dilakukan oleh
berbagai instansi sejak lama dalam bentuk peta, tabel,
dan laporan yang disimpan dalam almari dan filing
cabinet. Sekarang ini, SIG lebih berorientasi kepada
penggunaan computer dan teknologi penginderaan jauh
(Danoedoro, 1996).
Terdapat banyak sekali definisi tentang Sistem
Informasi Geografi seiring dengan perkembangan SIG itu
sendiri. Salah satu definisi yang paling sederhana
menyebutkan bahwa Sistem Informasi Geografi adalah hasil
kerja perangkat komputer, perangkat lunak, data geografi
dan proses disain dengan tujuan untuk mempermudah
pekerjaan-pekerjaan menyimpan, menganalisis, merubah dan
menampilkan seluruh bentuk informasi tentang geografi
86
(Elly, 2009). Pengertian ini kurang lebih sama dengan
definisi yang diberikan oleh Aronoff (1989) dalam
Prahasta (2004), dimana Sistem Informasi Geografi yaitu
sistem berbasiskan komputer yang di disain untuk
menyimpan, menganalisis, memanipulasi dan menampilkan
informasi geografis.
SIG sebagai suatu sistem untuk mendayagunakan dan
menghasilgunakan; penyimpanan, pengolahan dan analisis
data spasial (keruangan) serta data non spasial
(tabular), dalam memperoleh berbagai informasi yang
berkaitan dengan aspek keruangan, baik yang berorientasi
ilmiah, komersial, pengolahan maupun kebijakan (Karim et
al., 2006). Sementara itu, menurut Prahasta (2002) SIG
adalah suatu teknik penampalan/penumpang-tindihan (overlay)
beberapa data dan informasi spasial dengan menggunakan
formulasi matematis untuk menghasilkan suatu tema
geografis yang baru.
87
Fungsi dari sistem informasi adalah untuk menaikkan
kemampuan dalam membuat kesimpulan. Sistem informasi
merupakan rantai dari kegiatan perencanaan yang meliputi
observasi dan pengumpulan data, penyimpanan data dan
analisis data untuk digunakan sebagai informasi untuk
penarikan kesimpulan. Kegiatan ini membawa seseorang ke
konsep yang penting, bahwa peta merupakan salah satu
sistem informasi. Peta merupakan kumpulan dari
penyimpanan dan analisis data serta informasi yang
didapatkan dari data tersebut digunakan untuk menarik
kesimpulan. Agar dapat menggunakan peta, maka peta harus
mampu menampilkan informasi dengan jelas dan pasti
(Ramakhrisnan et al., 2000).
Obyek utama dalam SIG berupa data/ informasi
permukaan bumi atau dekat permukaan bumi. Data/ informasi
tersebut dapat diperoleh melalui pengamatan langsung di
lapang, dan atau pengamatan tidak langsung (interpretasi)
dari foto udara, citra radar, citra satelit, peta, serta
88
keterangan dari berbagai sumber yang berkaitan dengan
obyek yang dikaji. Tujuan utama dari operasi SIG adalah
(1) untuk menemukenali berbagai persoalan nyata permukaan
bumi yang penting bagi kehidupan manusia; dan (2) untuk
menentukan strategi dan langkah operasional penanganan
berbagai persoalan permukaan bumi dan atau dekat
permukaan bumi yang diketemukan.Sebelum tahun 1940-an
analisis geografis dilakukan dengan melakukan tumpung
tindih (overlay) beberapa jenis peta pada area tertentu.
Namun sejak tahun 1950-an dikembangkan sistem digital
untuk melakukan analisis dalam memecahkan permasalahan
keruangan (Kadir, 2003).
A. Sumber Data SIG
Paryono (1994) mencatat 3 (tiga) jenis sumber data
yang dapat dipakai sebagai masukan bagi SIG, yaitu :
1. Data spasial berbentuk vector
89
Data ini bersumber dari peta topografi dan peta
tematik lainnya
2. Data spasial berbentuk raster
Data ini bersumber dari hasil rekaman satelit atau
pemotretan udara
3. Data alphanumeric
Data ini bersumber dari catatan statistik atau
sumber lainnya, yang sifatnya sebagai deskripsi
langsung atau sebagai tambahan data spasial.
Menurut Permanasari (2007), SIG memerlukan data
masukan agar berfungsi dan memberikan informasi hasil
analisisnya. Data masukan tersebut dapat diperoleh dari
tiga sumber, yaitu lapangan, peta, dan citra penginderaan
jauh.
1. Data lapangan
Data ini diperoleh langsung dari pengukuran
lapangan secara langsung, seperti misalnya pH tanah,
90
salinitas air, curah hujan, jenis tanah, dan
sebagainya;
2. Data peta
Informasi yang lebih terekam pada peta kertas atau
film, dikonversikan ke dalam bentuk digital. Misalnya,
peta geologi, peta tanah dan sebagainya. Apabila data
sudah terekam dalam bentuk peta, tidak lagi diperlukan
data lapangan, kecuali untuk mengecek kebenarannya.
3. Data citra pengideraan jauh
Citra penginderaan jauh yang berupa foto udara atau
radar dapat diinterpretasi terlebih dahulu sebelum
dikonversi ke dalam bentuk digital. Sementara itu,
citra yang diperoleh dari satelit yang sudah dalam
bentuk digital dapat langsung digunakan setelah
diadakan koreksi seperlunya.
Lebih lanjut dikatakan bahwa ketiga sumber tersebut
saling mendukung satu terhadap yang lain. Data lapangan
dapat digunakan untuk membuat peta fisis, sedangkan data
91
penginderaan jauh juga memerlukan data lapangan untuk
lebih memastikan kebenaran data tersebut. Jadi ketiga
sumber data saling berkaitan, melengkapi dan mendukung,
sehingga tidak boleh ada yang diabaikan.
Untuk cara manual, diperlukan ketelitian operator
yang mengkonversi data, sehingga data yang diperoleh
masih sesuai (mendekati) seperti aslinya. Untuk
penggunaan scanner, perlu diperhatikan resolusi scanner
yang digunakan, agar data yang tersimpan tidak banyak
mengalami kehilangan detilnya atau mengalami degradasi
(Paryono, 1994).
SIG menurut Aronoff (1989) dalam Prahasta (2004)
merupakan sistem informasi yang didasarkan pada kerja
komputer yang memasukkan, mengelola, memanipulasi dan
menganalisa data serta memberi uraian. Beberapa kegiatan
yang berkaitan diantaranya :
1. Input Data
92
Kegiatan ini meliputi mengumpulkan, mempersiapkan
data spasial dan atribut dari berbagai sumber, dan
bertanggung jawab dalam mengkonversi format data-data
aslinya ke dalam format yang dapat digunakan oleh SIG.
2. Output Data
Kegiatan ini berupa menampilkan atau menghasilkan
keluaran seluruh atau sebagian basisdata baik dalam
bentuk softcopy maupun hardcopy seperti: tabel,
grafik, peta dan lain-lain.
3. Managemen Data
Manajemen data bertujuan untuk mengorganisasikan
baik data spasial maupun atribut ke dalam sebuah basis
data sedemikian rupa sehingga mudah dipanggil,
diupdate, dan diedit.
4. Manipulasi dan Analisis Data
Kegiatan ini menentukan informasi-informasi yang
dapat dihasilkan oleh SIG. Selain itu, subsistem ini
93
juga melakukan manipulasi dan pemodelan data untuk
menghasilkan informasi yang diharapkan.
B. Komponen SIG
Kemudian terdapat beberapa komponen SIG menurut
Yuliadji et al. (1994) diantaranya :
1. Perangkat Keras
Berupa komputer (PC), mouse, digitizer, printer, plotter,
dan scanner.
2. Perangkat Lunak
Berupa sistem perangkat lunak yang tersusun secara
modular dimana basisdata memegang peranan kunci.
3. Data dan Informasi Geografi
SIG dapat mengumpulkan dan menyimpan data dan
informasi yang diperlukan baik secara tidak langsung
maupun secara langsung dengan cara mendijitasi data
spasialnya dari peta.
4. Manajemen
94
Suatu proyek SIG akan berhasil jika dimanage dengan
baik dan dikerjakan oleh orang-orang memiliki keahlian
yang tepat pada semua tingkatan.
C. Unsur-Unsur Penting dalam SIG
SIG dirancang untuk memanfaatkan informasi
berdasarkan keruangan (spasial) pada lokasi-lokasi
tertentu. Sedikitnya ada lima buah unsur penting yang
terdapat dalam Sistem Informasi Geografi. Untuk berbagai
aplikasi dalam SIG, unsur-unsur tersebut amatlah penting
sebagai suatu proses yang dijalankan secara sistematis
dan berurutan. Unsur-unsur pokok tersebut adalah sebagai
berikut:
1. Pengambilan atau Perolehan Data (Data Acquisition)
Perolehan data adalah rangkaian beberapa pekerjaan
identifikasi dan pengumpulan data yang diperlukan
dalam pekerjaan SIG. Pengumpulan data dapat ditempuh
dengan beberapa prosedur, antara lain penyiapan peta
95
skala besar dari vegetasi alami dari observasi
lapangan atau foto udara, data tersedia, hasil survey
atau laporan-laporan lain. Tahapan ini sebaiknya
mempertimbangkan dana yang tersedia. Satu hal yang
paling penting di sini adalah keakuratan data yang
tersedia akan sangat mempengaruhi hasil yang kita
dapatkan.
2. Persiapan Proses (Preprocessing)
Tahapan ini termasuk memanipulasi data untuk
dimasukkan ke dalam SIG, yang dapat dilakukan dengan
berbagai cara. Dua tugas penting yang harus
diperhatikan dalam persiapan proses ini adalah;
pertama, perubahan bentuk data secara sistematis.
Masukan data dapat dilakukan dari peta, foto dan
laporan tertulis lainnya dan menyimpannya dalam
komputer. Tugas kedua dalam persiapan proses adalah
menentukan sistem yang baku untuk melakukan
penyimpanan dan spesifikasi lokasi obyek dalam data.
96
Hal penting dalam menjalankan proses ini adalah
menentukan kriteria kontrol untuk melihat pada tahapan
persiapan proses, sehingga dapat digunakan dengan
maksimum.
3. Pengolahan Data (Data Management)
Pengolahan data berfungsi untuk menentukan dan
mempermudah ke dalam bentuk yang diperlukan.
Pengolahan data memungkinkan untuk memasukkan data,
memperbaharui, pembuatan deliniasi serta
mendapatkannya kembali. Pengolahan data biasanya
dirancang berdasarkan pertimbangan keamanan. Misalnya,
untuk setiap penambahan data yang dilakukan haruslah
seijin si pembuat pertama dari aplikasi spesifik.
Untuk memulai aplikasi SIG biasanya ada tiga tahap
dasar, yaitu:
a. Membangun Database
Tahap ini merupakan yang sangat penting dan
sering merupakan bagian yang membutuhkan banyak
97
waktu. Kelengkapan dan keakuratan database
menentukan kualitas analisis dan produk akhir.
Tahapan yang dilaksanakan dalam pengembangan
database adalah 1) menentukan batas studi, sistem
koordinat, layer data yang diperlukan, atribut yang
diperlukan dan bagaimana atribut dikodekan dan
diorganisasi; 2) mengotomasi data yang meliputi
memasukkan data spasial ke dalam database,
menjadikan data spasial dapat digunakan dan
memasukkan data atribut ke dalam database; 3)
mengelola database dengan menempatkan data spasial
ke dalam koordinat bumi yang sebenarnya,
menggabungkan coverage yang bersebelahan dan
memelihara database.
b. Menganalisis Data
Tahap ini merupakan tahap dimana keistimewaan
yang sebenarnya dari Sistem Informasi Geografi
ditunjukkan. Pekerjaan analitik yang sangat
98
membutuhkan waktu atau hampir tidak mungkin
dikerjakan secara manual, dapat dilaksankan secara
sangat efisien dengan menggunakan SIG.
c. Menyajikan Hasil Analisis
SIG menawarkan banyak pilihan untuk membuat peta
dan laporan. Produk akhir sebaiknya berkaitan
langsung dengan tujuan proyek dan sasaran pemakai
yang diinginkan, keduanya telah ditentukan sebelum
memulai analisis. Keahlian dalam meringkas dan
menyajikan hasil analisis yang mudah dimengerti
merupakan kunci pada tahap ini, dan akan membantu
menentukan pengaruh dari analisis pada pembuatan
keputusan. Untuk memperjelas pengertian, berikut
disajikan deskripsi tahapan-tahapan aplikasi SIG.
99
III. METODE PRAKTIKUM
A. Tempat dan Waktu Praktikum
Praktikum Sistem Informasi Geografi dilaksanakan di
Laboratorium Sistem Informasi Geografi Fakultas
Pertanian, Universitas Jenderal Soedirman, Purwokerto
yang bertepatan pada tanggal 14 April 2014.
B. Bahan dan Alat
Bahan–bahan yang digunakan adalah tema hasil digitasi
on screen, lembar pengamatan, dan software SIG berupa ER
Mapper dan Arc View. Sedangkan alat-alat yang digunakan
adalah perangkat keras komputer berupa monitor, keyboard,
CPU, printer, dan mouse.
C. Cara kerja
100
Pembuatan SLH
1. Jalankan program ArcView dengan mengklik ikon yang
ada didesktop.
2. Panggil Project yang berisi tema digitasi pada acara
Penyuntingan dan Pemberian Skor pada Polygon.
3. Atur properti tampilan untuk unit jarak dan jarak
peta secara berurutan menjadi meter dan kilometer.
4. Pastikan ekstensi GeoProcessingdapat digunakan.
5. Penampalan dilakukan dengan GeoProcessing Wizard pada
menu tampilan di menubar.
6. Tentukan tipe tampalan yang hendak digunakan.
7. Tentukan tema input dan tema yang menjadi
penampalnya.
8. Simpan tema hasil penampalan kedalam folder yang
sesuai.
9. Buka tabel untuk tema yang telah ditampal.
10. Masukkan kolom data baru dengan tipe String sebagai
isinya.
101
11. Beri kode pada setiap polygon sesuai dengan polygon
pembentuknya.
Pemberian skor pada polygon
1. Proses Labelling dimulai dengan cara klik button open
theme table maka akan muncul atribut dari citra
tersebut
2. Klik menu table > start editing
3. Klik edit > add field maka akan muncul
4. Kotak field definition, keterangan ;
Pada Name kita isi “keterangan”
Pada Type kita isi “string” karena atribut yang akan
kita masukan adalah angka.
Pada Width kita isi “16” yang merupakan lebar kolom
yang kita buat.
5. Klik “OK” maka akan muncul kolom yang kita inginkan
6. Kemudian dilakukan penanaman sesuai dengan jenis data
atribut yang ada pada citra.
102
7. Setelah selesai penanaman atribut, dilakukan
penyimpanan yaitu klik theme, klik stop editing, maka
hasil atribut akan tersimpan secara otomatis. Tandanya
yaitu kolom atribut akan tercetak miring.
103
B. Pembahasan
Sistem Informasi Geografis dibagi menjadi dua
kelompok yaitu sistem manual (analog), dan sistem
otomatis (yang berbasis digital komputer). Perbedaan yang
paling mendasar terletak pada cara pengelolaannya. Sistem
Informasi manual biasanya menggabungkan beberapa data
seperti peta, lembar transparansi untuk tumpang susun
(overlay), foto udara, laporan statistik dan laporan survey
lapangan. Kesemua data tersebut dikompilasi dan
dianalisis secara manual dengan alat tanpa komputer.
Sedangkan Sistem Informasi Geografis otomatis telah
menggunakan komputer sebagai sistem pengolah data melalui
proses digitasi. Sumber data digital dapat berupa citra
satelit atau foto udara digital serta foto udara yang
terdigitasi. Data lain dapat berupa peta dasar
terdigitasi (Purwanto, 2004).
Geoprocessing adalah suatu cara yang ditempuh dalam
membuat data spasial yang baru berdasarkan existing theme
di dalam obyek view. Geoprocessing juga merupakan
kumpulan fungsi-fungsi yang terhubung dengan sistem
arcview dan melakukan operasi dengan didasarkan dari
lokasi geografis layer-layer input. Terdapat 6 fungsi
dalam geoprocessing yakni Dissolve, Merge, Clip,
Intersect, Union, dan Assign Data. Fungsi-fungsi
geoprocessing ini sering juga digunakan sebagai pelengkap
dari fungsi Buffer (Lillesand et al., 1990)
Geoprocessing adalah kumpulan fungsi fungsi yang
terhubung dengan sistem arcview dan melakukan operasi
dengan didasarkan dari lokasi geografis layer-layer
input, geoprocessing ada 6 fungsi yakni Dissolve, Merge,
Clip, Intersect, Union, dan Assign Data. Fungsi-fungsi
geoprocessing ini sering juga digunakan sebagai pelengkap
dari fungsi Buffer, oleh sebab itu dalam contoh yang akan
ditampilkan nantinya akan banyak berkaitan dengan
geoprocessing. Pengaktifan ekstension geoprocessing akan
mengaktifkan geoprocessing wizard pada menu view.
109
Pengaktifan geoprocesing wizard sekaligus akan
menampilkan dialog box geoprocessing yang terdiri dari 6
fungsi seperti Disolve, Merge, clip, intersect, union,
dan assign (Paine, 1982).
Analisis adalah proses pengambilan keputusan dan
atau simpulan (makna) dari suatu informasi geografi.
Sedangkan, manipulasi adalah proses perolehan informasi
baru dari suatu data riil medan melalui
penyutingan, pemutakhiran, interpolasi, tumpang
tepat, dan pemodelan. Perembangan SIG saat ini
mampu menghasilkan berbagai fungsi analisis yang
canggih dengan memanfaatkan data spasial dan data
atribut untuk berbagai analisis keruangan, misalnya untuk
prediksi erosi, prediksi banjir dan longsor, prediksi
sebaran hama dan penyakit tanaman, memprediksi potensi
sumberdaya wilayah, perhitungan kelas kemampuan
lahan dan daya dukung lahan, serta untuk mengungkap
berbagai fenomena alam yang sulit diprediksi tanpa
110
bantuan SIG. Salah satu keunggulan SIG adalah terletak
pada kemampuannya untuk menampilkan obyek atau fenomena
obyek yang tidak terprediksi sebelumnya. Fungsi dasar
untuk analisis data SIG dilakukan melalui fungsi-fungsi
matematik, seperti : penjumlahan, pengurangan,
perbandingan, perkalian, interpolasi, konversi dan
ekstrasi (Sisno, 2002).
Namun sebelumnya dilakukan pengaktifan ekstension
geoprocessing untuk memunculkan geoprocessing wizard pada
menu view. Pengaktifan geoprocesing wizard sekaligus akan
menampilkan dialog box geoprocessing yang terdiri dari 6
fungsi seperti Disolve, Merge, clip, intersect, union,
dan assign.
Pada saat praktikum hanya dilakukan intersect
(pemotongan) dua tema/poligon. Adapun langkah-langkah
dalam pemotongan dua tema antara lain :
111
1. Buatlah sebuah obyek view dan kemudian tampilkan theme
(shapefile) berupa jenis tanah, lereng, dan curah
hujan.
2. Aktifkan kedua theme yang akan dipotong secara
simultan (gunakan kursor/mouse klik dan tombol SHIFT).
Aktifkan (pilihlah dengan menggunakan tool “select
feature” atau meng-klik records yang bersangkutan di
dalam table atributnya, atau dengan dengan melakukan
setting nilai-nilai bitmap records yang bersangkutan
hingga bernilai true dengan menggunakan script evenue)
unsur-unsur spasial yang bersangkutan yang termasuk
pada kriteria-kriteria yang telah ditentukan. Setelah
terpilih record atau unsur-unsur spasial yang
bersangkutan akan aktif dan nampak tersorot dengan
warna default (biasanya kuning muda).
3. Setelah semua unsur spasial memenuhi kriteria telah
terpilih, aktifkan (klik) view ini dan gunakan menu
112
view sub menu GeoProcessing Wizard untuk memunculkan seri
kotak dialog “ geoprocessing”
4. Pada kotak dialog “geoprocessing” yang pertama ini
pilihlah radio button Intersect Two Themes. Kemudian klik
tombol “next” untuk beralih pada kotak dialog
selanjutnya.
5. Jika muncul kotak dialog “geoprocessing” yang kedua,
kliklah tombol hasil operasi intersecting ini.
Kemudian klik tombol Finish untuk keluar kotak dialog
yang bersangkutan.
6. Setelah menekan tombol Finish dan menunggu sesaat,
maka shapefile hasil operasi intersecting ini segera
akan di dapat.
7. Jika tabel atribut theme hasil operasi intersecting di
atas ditampilkan, maka akan diperoleh tampilan sebagai
berikut :
a. Jika tabel atribut theme ini diperhatikan maka akan
nampak bahwa sebagian field berasal dari tabel
113
atribut jenis tanah, sementara yang lain berasal
dari atribut curah hujan.
b. Tetapi karena unsur-unsur atau records yang terdapat
di dalam table atribut hasil intersect ini belum
memiliki skor sendiri (total) atau penilaian
lainnya, maka harus ditambahkan sendiri oleh
pengguna. Untuk menambahkan nilai ini, sebagai
contoh pengguna dapat menambahkan fields baru ke
dalam table atribut hasil intersecting (misalkan
total skor dan fungsi kawasan).
Berdasarkan proses geoprocessing yang telah
dilakukan, terdapat theme baru hasil akhir geoprosessing
yang merupakan data spasial irisan tiga theme (jenis
tanah, lereng, dan curah hujan) yang menjadi masukannya
terhadap theme overlay sebagai batas intersect-nya. Hasil
yang didapat kemudian diolah dalam bentuk fungsi kawasan
sehingga didapat kawasan lindung, penyangga, Budidaya
114
V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Pada kegiatan survey dan pemetaan sumber daya lahan,
SIG dimanfaatkan untuk pembuatan peta satuan lahan
homogen (SLH) yang disusun berdasarkan operasi tumpang
tindih (overlay) dua atau lebih peta. Kegiatan overlay yang
dilakukan pada saat praktikum menghasilkan peta fungsi
kawasan hasil yang diberi perlakuan intersect antara
sebuah tema/polygon dengan tema lainnya.
B. Saran
Alangkah baiknya praktikum dilaksanakan lebih teratur
dan dilaksanakan pada waktu yang tepat. Sehingga
praktikan dapat datang dan menyelesaikan praktikum dengan
baik.
116
DAFTAR PUSTAKA
Danoedoro, P. 1996. Pengolahan Citra Digital Teori dan Aplikasinyadalam Bidang Penginderaan Jauh. Fakultas Geografi,Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
Elly, M. Jafar. 2009. Sistem Informasi Geografis. Graha Ilmu.Yogyakarta.
Kadir, Abdul. 2003. Konsep dan Tuntunan Praktis Basisdata.Penerbit Andi. Yogyakarta.
Karim, Syaeful dan Djauharry Noor. 2006. Analisis DanPerancangan Sistem Informasi Geografis Sebagai Alat Bantu PembuatKeputusan Alokasi Industri Di Wilayah Kota Depok. UniversitasBina Nusantara. Yogyakarta.
117
Lillesand, Thomas M, dan Kiefer, Ralph W. 1990.Penginderaan Jauh dan Interpretasi Citra. Gadjah MadaUniversity Press, Yogyakarta.
Paryono, Petrus. 1994. Sistem Informasi Geografis. PenerbitAndi. Yogyakarta.
Permanasari, Intan. 2007. Aplikasi SIG Untuk Penyusunan BasisdataJaringan Jalan Di Kota Magelang. Universitas NegeriSemarang, Semarang.
Prahasta, Eddy. 2002. Sistem Informasi Geografis. Informatika.Bandung.
____________. 2004. Konsep-Konsep Dasar Sistem IndormasiGeografis. Informatika. Bandung.
Purwanto, Taufik. 2004. Analisis Data Spasial. FakultasGeografi, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
Ramakhrisnan, Johannes, Raghu and Gehrke. 2000. Database
Management Systems. McGraw-Hill. Singapore. Yousman, Yeyep. 2004. Sistem Informasi Geografis dengan ArcView3.3
Professional. Andi Offset. Yogyakarta.
Yuliadji RW, Suryono GF, Ruben A. 1994. Aplikasi SIG untukPemetaan Informasi Pembangunan. Gramedia. Jakarta.
118