TUGAS TUTORIAL PERTANIAN BERLANJUT(SIG)
Transcript of TUGAS TUTORIAL PERTANIAN BERLANJUT(SIG)
TUGAS TUTORIAL PERTANIAN BERLANJUT“APLIKASI GIS untuk MENDUKUNG KEGIATAN PERTANIAN
BERLANJUT di SKALA BENTANG LAHAN”
Disusun oleh :
Yuda Pangestu P
115040207111032
Kelas O
PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2013
A. Pemantauan Produksi Dibidang Pertanian
Murai mengartikan SIG serupakan suatu sistem informasi
yang di gunakan untuk memasukkan, menyimpan, memanggil
kembali, mengola, menganalisis dan menghasilkan data
bereferensi geografis atau data geospasial, untuk
mengambil keputusan dalam perencanaan dan pengolaan
lahan, sumber daya alam, lingkungan transportasi,
fasilitas kota, pelayanan umum lainnya dan juga dapat
memantau produksi di bidang pertanian dalam hal ini yang
akan di lakukan di 2 Kabupaten yaitu Indramayu dan
Subang. Pemilihan lokasi didasarkan kemudahan jangkauan
serta potensi padi pada kedua Kabupaten tersebut
Dengan berkembangnya teknologi remote sensing dan GIS
yang sangat pesat didukung oleh perkembangan teknologi
dan kapasitas memori komputer, sangat memungkinkan
mengembangkan estimasi dan peramalan produksi pertanian
dengan pendekatan Spasial Statistik. Rancangan ‘Kerangka
Sampel Areal’ untuk tanaman padi merupakan salah satu
contoh spasial statistik pertama yang dikenalkan di
Indonesia tahun 1999, melalui proyek SARI dengan sebutan
‘Regional Inventory
Tahapan dalam peramalan produksi pertanian
1. Stratifikasi
Bertujuan untuk membagi populasi (Ù) berukuran N kedalam
H subpopulasi yang tidak overlap (Ùh-strata) berukuran Nh
dengan harapan tercapainya efisiensi baik yang
berhubungan dengan keakuratan hasil maupun biaya4).
Stratifikasi akan efisien bila karakteristik dari elemen-
elemen dalam suatu strata mempunyai sifat berdekatan dan
sangat berbeda antar strata. Secara klasik, strata
ditentukan agar setiap segmen dari populasi jatuh dalam
satu strata dan tidak ada satu elemen yang dimiliki oleh
dua strata atau lebih. Sehingga tidak ada segmen yang
melangkahi batas antar strata. GIS merupakan alat untuk
mengembangkan pengelolaan berbagai layer informasi yang
berbeda. Saat menganalisis antar layer, perlu
diperhatikan untuk menghindari jumlah terlalu besar bagi
poligon-poligon kecil berisi informasi yang salah. Visual
interpretation photo satelit beresolusi tinggi dengan
dibantu peta topografi atau peta penggunaan lahan adalah
sistem yang paling banyak digunakan untuk stratifikasi.
Pendekatan ini sudah digunakan oleh beberapa negara dalam
kaitannya dengan MARS (Monitoring Agriculture by Remote
Sensing) Project5). Informasi yang diperoleh dari hasil
klasifikasi citra beresolusi tinggi atau dari citra
beresolusi rendah (AVHRR, Resurs, dll) dapat digunakan
untuk stratifikasi, namun belum digunakan dalam MERA 92.
Dalam tahap awal fase pengembangan metodologi Proyek
SARI, stratifikasi dilakukan dengan peta digital Land
System (skala 1:250000). Kelas-kelas kesesuaian lahan dan
pola penggunaan lahan dapat diinterpretasikan dari peta
tersebut. Setiap poligon dalam peta digolongkan kedalam
tiga penggunaan utama, yaitu (1) budidaya lahan kering,
(2) budidaya lahan basah, dan (3) budidaya lahan dataran
tinggi.
Tahap berikutnya adalah melakukan zonasi daerah studi
dengan tujuan utama untuk mengklasifikasi daerah padi dan
nonpaid sehingga dapat mengurangi areal yang akan diambil
sampelnya. Tahap akhir adalah re-stratifikasi daerah
studi dari klas kesesuaian lahan. Dasar dari stratifikasi
ini adalah presentasi areal sawah, kondisi geomorfologi,
dan homogenitas fase pertumbuhan padi dari setiap poligon
yang ada. Pengecekan lapangan juga dilakukan dalam proses
stratifikasi dengan tujuan untuk memverifikasi hasil.
Pada akhir fase pengembangan metodologi, alat utama
stratifikasi adalah Peta Digital Baku Persawahan skala
1:100.000 yang telah dihasilkan oleh Proyek SARI. Dalam
peta tersebut terdapat berbagai poligon penggunaan lahan,
dimana masing-masing poligon yang mempunyai penggunaan
lahan sama memiliki kode dan warna sama. Poligon-poligon
tersebut kemudian akan dikelompokkan menjadi beberapa
kelompok besar, untuk mendapatkan strata.
Dalam peta baku persawahan juga terdapat batas
administrasi, sehingga untuk mendapatkan strata yang
meliputi seluruh Kabupaten, masing-masing peta kelompok
penggunaan lahan (strata) dioverlaikan dengan peta batas
administrasi Kabupaten. Gambar 1. dan Gambar 2. merupakan
hasil stratifikasi untuk Kabupaten Indramayu dan
Kabupaten Subang, dimana (1) S-1 (strata- 1) adalah
kemungkinan sawah, (2) S-2 (strata-2) adalah sawah tadah
hujan, dan (3) (S-0) adalah non-sawah tidak dialokasikan
sampel segmen (dieleminasi).
Proses stratifikasi tersebut dilakukan dengan menggunakan
software GIS Arc-Info dan Arc-View, dengan sumber utama
sebagai alat stratifikasi adalah Peta Baku Persawahan dan
Peta Ekosistem Pertanian skala 1:100.000 dalam format
digital
B. penilaian resiko usaha pertanian
Resiko usaha pertanian yang paling penting adalah
terjadinya kekeringan, karena untuk memenuhi kebutuhan
air pada tanaman. Dengan GIS kita dapat memprediksi
kekeringan pada suatu daerah. Rancangan program disusun
dari dua sub program yakni program GIS dan sub program
kebutuhan air tanaman. Kebutuhan air tanaman ditentukan
pada jenis tanaman yang ada dan rencana tata tanam akan
datang, sedangkan data ketersediaan air diperoleh dari
potenssi air hujan.
Identifikasi dan verifikasi data citra dilakukan dengan
membandingkan kondisi yang ada di lapangan, yaitu warna
citra dan kenampakan visual di lapangan. Data tambahan
yang diperlukan yakni dengan mengukur langsung di
lapangan seperti batas petak sawah, posisi bangunan
irigasi dan jaringan (saluran irigasi). Pengukuran di
lapangan menggunakan GPS. Sehingga output yang dihasilkan
menghasilkan informasi berupa kekurangan atau kelebihan
air pada suatu tempat.
C. pengendalian hama dan penyakit
Metode peramalan dengan model yang menggunakan satu
variabel itu juga dinilai memiliki akurasi rendah.
Menurut Hartanto, selama ini data serangan OPT diperoleh
secara manual dari pemantauan petugas pengendali OPT di
lapangan. Padahal, selama ini jumlah petugas yang
tersedia tidak sebanding dengan luasnya lahan pertanian
yang dipantau. Dampaknya, kebanyakan data akhirnya
didasarkan padaperkiraan-perkiraan Contoh lain di bidang
pertanian adalah digunakannya SIG untuk pengelolaan kebun
kelapa sawit yang di dalamnya termasuk pengendalian hama
dan penyakit tumbuhan.
Kelemahan lain dari sistem informasi itu ialah pada
data sebaran OPT belum dilengkapi petunjuk cara
pengendalian yang harus dilakukan para petani. Misalnya,
apabila terjadi serangan OPT, apa yang harus dilakukan
petani untuk dapat mengatasi persoalan itu. Metode
peramalan dengan model yang menggunakan satu variabel itu
juga dinilai memiliki akurasi rendah.
Sumber gambar: BBPOPT.info
Menurut Hartanto, selama ini data serangan OPT
diperoleh secara manual dari pemantauan petugas
pengendali OPT di lapangan. Padahal, selama ini jumlah
petugas yang tersedia tidak sebanding dengan luasnya
lahan pertanian yang dipantau. Dampaknya, kebanyakan data
akhirnya didasarkan pada perkiraan-perkiraan. Contoh lain
di bidang pertanian adalah digunakannya SIG untuk
pengelolaan kebun kelapa sawit yang di dalamnya termasuk
pengendalian hama dan penyakit tumbuhan.
Pemantauan Budidaya Pertanian
Budidaya pertanian dalam skala landscape memiliki bentang
lahan yang cukup luas.
Perlu adanya pemantauan
untuk dapat mengetahui
keadaan atau
kondisinya. Pemantauan
budidaya pertanian dengan skala yang cukup luas
membutuhkan pengawasan yang ekstra untuk mendapatkan
hasil pemantauan yang akurat. Dengan bantuan dari
aplikasi ini pemantauan budidaya pertanian dapat
dilakukan melalui hasil foto udara.
Biaya yang dibutuhkan memang tidak sedikit untuk
mendapatkan informasi tersebut, namun hasilnya pun dapat
memberikan informasi yang sangat penting dalam proses
pemantauan budidaya pertanian. Dalam rencana menuju
pertanian berlanjut, informasi-informasi tersebut dapat
bermanfaat dalam proses pengambian keputusan yang
sesuai/cocok untuk proses budidaya yang akan dilakukan.
D. Presisi Pertanian
Penelitian telah dilaksanakan pada bulan April 2002 –
Juli 2003 di perkebunan tebu PT Gula Putih Mataram,
Wilayah Mataram Udik, Kecamatan Seputih Mataram,
Kabupaten Lampung Tengah, Propinsi Lampung. Pada
penelitian ini tidak dilakukan pembuatan yield sensor dan
variable rate applicator.Data hasil (yield) diperoleh dari
pemanenan tebu secara manual. Aplikasi pupuk dilakukan
secara manual.
Penelitian pada perkebunan PT Gula Putih Mataram di
Propinsi Lampung berpeluang dalam pertanian berlanjut.Hal
ini karena melalui aplikasi SIG dapat mengetahui
kekurangan pupuk dan kelebihan pupuk pada lahan
perkebunan. Dengan begitu lahan perkebunan tidak akan
akan mengalami kehilangan unsur hara di dalam
tanah(Wahyunto, 2003). Pertanian berlanjut berarti
berkelanjutan secara ekologis dalam upaya mengembangkan
agroekosistem agar memiliki kemampuan untuk bertahan
dalam kurun waktu yang lama melalui pengelolaan terpadu
untuk memelihara dan mendorong peningkatan fungsi sumber
daya alam yang ada.Sehingga perkebunan tebu di PT Gula
Putih Mataram dapat dikatakan berkelanjutan dilihat
setiap tahun mampu bertahan dan meghasilkan produksi yang
cukup besar.
E. Pengelolaan Sumberdaya Air
Faktor yang mempengaruhi erosi pada suatu lahan dalam
kasus pemodelan bahaya erosi di sini dibatasi oleh dua
tiga faktor saja terlebih dahulu (sekedar contoh) yaitu :
Tingkat Kelerengan, Jenis Tanah, dan Keadaan vegetasi
penutup di atas tanah. Model ini akan melibatkan
beberapa proses seperti : (1) mengkonversikan data
spasial vektor jenis tanah dan Vegetasi ke dalam format
grid, kemudian (2) mengkalsifikasikan nilai-nilai bobot
resiko erosi ke dalam setiap jenis tanah dan vegetasi
serta kelerengan tanah ke dalam suatu skala “potensi
bahaya erosi” (Nilai 1 – 5). Selain itu pengguna akan
memberikan prosentase pengaruh terhadap potensi bahaya
erosi dari setiap faktor jenis tanah (25%), vegetasi
(25%), dan kelerengan (50%). Akhirnya pengguna akan
mengeksekusi model ini untuk mendapatkan keseluruhan peta
digital potensi bahaya erosi.
Aplikasi SIG untuk pengelolaan sumberdaya air masih belum
banyak digunakan, oleh karena itu masih sangat besar
kesempatan untuk mengembangkan aplikasi SIG untuk bidang
pengelolaan sumberdaya air dengan menghasilkan informasi-
informasi secara spasial yang dapat digunakan untuk
pengambilan keputusan oleh instansi yang berkepentingan
(Sofyan. 2003)
F. Kajian Biodiversitas Bentang Lahan untuk Kegiatan
Pertanian Berlanjut
Kalimantan sebagai satu kesatuan ekosistem memiliki
keterkaitan antar satu wilayah dengan wilayah lainnya
(antara hulu dan hilir) sehingga pengelolan perlu
dilakukan secara seimbang dengan memperhatikan aspek
Daerah Aliran Sungai sebagai dasar untuk pembangunan
secara berkelanjutan (Sustainable Development). Pulau
Kalimantan sebagai paru-paru dunia dimana didalamnya
adalah kawasan konservasi keanekaragaman hayati dan
kawasan berfungsi lindung yang bervegetasi hutan tropis
basah.
Untuk melihat kondisi tutupan hutan ini perlu dilakukan
analisis awal untuk melihat sebaran dan kondisi tutupan
hutan dengan menggunakan citra satelit sebagai dasar
perhitungan (baseline) yang kemudian dapat di jadikan alat
untuk pemantauan perubahanya ke depan, apakah tujuan
pelestarian 45% hutan tropis tersebut tercapai atau
tidak.
II. Peluang masing-masing contoh diterapkan di salah satu
sistem pertanian di Indonesia menuju penerapan
pertanian berlanjut
a. Pemantauan Produksi di Bidang Pertanian
Dalam rencana menuju ke pertanian berlanjut,perlu
memperhatikan input dan outputnya. Supaya tidak terjadi
adanya kerugian yang diakibatkan besarnya biaya input
yang melebihi hasil output nantinya. Integrasi data
satelit dan model produktivitas tanaman merupakan
metode analisis kuantitatif yang penting untuk menduga
hasil panen pada skala lokal dan regional.Data
penginderaan jauh praktis digunakan untuk permodelan
tanaman dengan kondisi kanopi yang selalu dinamis
berubah dalam waktu dan ruang.Dengan bantuan
penginderaan jauh maka dapat memberikan gambaran
tentang hasil output yang dapat dicapai melalui proses
produksi tersebut. Sehingga pengambilan keputusan pada
awal proses produksi dapat dilakukan dengan tepat, jadi
hasil produksi yang akan dihasikan nantinya akan
memberikan nilai ekonomis bagi petani.
b. Penilaian Resiko Usaha Pertanian
Dalam proses budidaya tanaman pasti akan menemui
resiko-resiko yang akan menghambat laju kerja dalam
proses budidaya tersebut. Resiko-resiko tersebut dapat
berupa akibat serangan dari hama atau pengganggu
tanaman budidaya lainnya, dapat juga berupa kesalahan-
kesalahan yang diakibatkan oleh pengambilan langkah
atau keputusan yang kurang sesuai. Dalam contoh diatas
penggunaan GIS dalam membantu menentukan desain dan
model alat-alat penunjang kegiatan pertanian.
Apabila resiko-resiko yang akan ditemui dalam proses
budidaya pertanian tersebut (seperti model dan desain
alat-alat penunjang dalam usaha pertanian) dapat di
selesaikan, sehingga dapat ditemukan solusi yang dapat
membantu dalam penyelesaian masalah tersebut maka hasil
dari proses outputnya pun akan memiliki hasil yang
maksimal. Selain itu desain serta model yang cocok
dengan kondisi tanah ataupun lingkungan pada daerah
pertanian dapat memberikan dampak terhadap lingkungan
yang positif, sehingga dapat menuju ke pertanian yang
berkelanjutan.
c. Pengendalian Hama dan Penyakit
Pengendalian hama dan penyakit yang dilakukan pada
suatu sistem ini mengacu pada penggunaan citra
pengindraan jauh. Citra penginderaan jauh juga
memberikan gambaran spasial yang dibutuhkan
tanah.Kemajuan terbaru dalam komunikasi dan teknologi
memungkinkan penanam untuk mengamati bidang gambar dan
membuat keputusan yang tepat waktu tentang pengelolaan
tanaman.Penginderaan jauh dapat membantu dalam
mengidentifikasi tanaman teh yang dipengaruhi oleh
kondisi tanah yang terlalu kering atau basah,
dipengaruhi oleh serangga, serangan rumput atau jamur
atau kerusakan akibat kondisi iklim dan cuaca. Gambar
dari citra penginderaan dapat diperoleh sepanjang musim
tanam untuk tidak hanya mendeteksi masalah, tetapi juga
untuk memantau keberhasilan pengendalian hama dan
penyakit tersebut.
Pemecahan masalah akan hama penyakit dengan
meminimalisir penggunaan bahan-bahan kimia dapat
memberikan dampak yang positif terhadap lingkungannya,
sehingga sistem pertanian berlanjut dapat terlaksana.
d. Pemantauan Budidaya Pertanian
Budidaya pertanian dalam skala landscape memiliki
bentang lahan yang cukup luas. Perlu adanya pemantauan
untuk dapat mengetahui keadaan atau kondisinya.
Pemantauan budidaya pertanian dengan skala yang cukup
luas membutuhkan pengawasan yang ekstra untuk
mendapatkan hasil pemantauan yang akurat. Dengan
bantuan dari aplikasi ini pemantauan budidaya pertanian
dapat dilakukan melalui hasil foto udara. Biaya yang
dibutuhkan memang tidak sedikit untuk mendapatkan
informasi tersebut, namun hasilnya pun dapat memberikan
informasi yang sangat penting dalam proses pemantauan
budidaya pertanian. Dalam rencana menuju pertanian
berlanjut, informasi-informasi tersebut dapat
bermanfaat dalam proses pengambian keputusan yang
sesuai/cocok untuk proses budidaya yang akan dilakukan.
e. Presisi Pertanian
Melalui aplikasi SIG dapat mengetahui kekurangan pupuk
dan kelebihan pupuk pada lahan perkebunan tebu PT GPM
di Lampung . Dengan begitu lahan perkebunan tidak akan
akan mengalami kehilangan unsur hara di dalam tanah.
Pertanian berlanjut berarti berkelanjutan secara
ekologis dalam upaya mengembangkan agroekosistem agar
memiliki kemampuan untuk bertahan dalam kurun waktu
yang lama melalui pengelolaan terpadu untuk memelihara
dan mendorong peningkatan fungsi sumber daya alam yang
ada.Apabila dilihat dari hasil dan proses yang sudah
dihasilkan, dapat disimpulkan bahwa sistem tersebut
dapat dikatakan berkelanjutan untuk dapat diterapkan
pada pertanian di Indonesia. Hal tersebut dapat
terlihat dari hasil produksinya yang cukup besar dan
selalu mengalami peningkatan setiap tahunnya.
f. Pengelolaan Sumberdaya Air
Permasalahan tanah dalam proses budidaya pertanian
sangatlah banyak. Mulai dari permasalahan unsur hara
sampai permasalahan erosi pada tanah. Tingkat erosi
dapat mengakibatkan turunnya kualitas air pada daerah
aliran sungai. Itu karena adanya sedimentasi yang
berkumpul pada daerah aliran sungai.Melalui bantuan
aplikasi GIS dapat memberikan gambaran mengenai
pencegahan dan penganggulangan erosi yang ada pada
suatu daerah tersebut.Salah satu aspek yang harus
diperhatikan dalam rencana menuju ke pertanian
berlanjut adalah aspek ekologi. Kondisi lingkungan yang
tidak hanya sehat tetapi juga harus bisa menyediakan
unsur-unsur yang diperlukan tanaman seperti air.
Pengelolaan sumberdaya air yang tepat guna dapat
membantu dalam rencana menuju ke dalam proses pertanian
yang berkelanjutan.
g. Kajian Biodiversitas Bentang Lahan untuk Kegiatan Pertanian Berlanjut
Salah satu indikator pertanian berlanjut yakni
tingginya nilai biodiversitas pada suatu daerah
tersebut. Kondisi tersebut umumnya sering ditemui pada
daerah-daerah yang masih benar-benar alami atau masih
minim dari campur tangan manusia. Menurut contoh kajian
di atas dapat diketahui bahwa daerah-daerah di
Kalimantan memiliki tutupan lahan yang masih banyak
belum diketahui. Dengan bantuan citra satelit data-data
tutupan lahan yang awalnya belum diketahui dapat di
lihat melalui penampakan dari citra satelit tersebut.
Data-data yang diperoleh dari citra satelit tersebut
dapat memberikan gambaran tentang tutupan lahan apa
saja yang terdapat di daerah tersebut. Sehingga melalui
data tersebut penggunaan lahan pada daerah tersebut
dapat termanfaatkan dengan maksimal untuk menuju ke
pertanian yang berkelanjutan.
DAFTAR PUSTAKA
Institut Pertanian Bogor. Pemetaan dan Pengindraan Jarak Jauhdengan GIS. Bogor
Adimihardja A., Wahyunto dan Rizatus Shofiyati. 2004. GagasanPengendalian Konversi Lahan Sawah Dalam RangkaPeningkatan Ketahanan Pangan Nasional. Prosiding Seminar:Multi Fungsi Pertanian dan Konservasi Sumberdaya Lahan,di Bogor, 18 Desember 2003 dan 7 Januari 2004. halaman47-64. Puslitbang Tanah dan Agroklimat. Bogor.
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan dan Hortikultura (DitjenTPH). 1998. The Role of Agriculture Information System onRice Production and Productivity. Lokakarya SistemPemantauan dan Prediksi Produksi Padi di Indonesia,BPPTeknologi. Jakarta 22 Juli 1998.
Suryanto. 2000. Identifikasi dan Inventarisasi Lahan Pertaniandan Estimasi Produksi Padi Melalui Analisis Digital Citra
Satelit. Laporan Akhir: Bagian Proyek PenelitianSumberdaya Lahan dan Agroklimat. Puslit. Tanah danAgroklimat. Bogor (tidak diplublikasi).
Wahyunto. 2003. Teknologi Penginderaan Jauh Untuk MonitoringSumberdaya Lahan di Daerah Lampung. Laporan Akhir, BagianProyekPenelitian Sumberdaya Tanah. Balai PenelitianTanah. Bogor (tidak dipublikasikan).
Yunihadi Indra (Departemen Riset, PT Sarana Inti Pratama).2008. GIS, Pemetaan dan Pemanfaatannya Pada Perkebunan,Makalah Sosialisasi GIS untuk para Manajer PTPN XI(Persero), Surabaya.