Laporan Akhir Pertanian Berlanjut
-
Upload
independent -
Category
Documents
-
view
1 -
download
0
Transcript of Laporan Akhir Pertanian Berlanjut
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia merupakan negara dengan komoditas
pertanian yang sangat besar. Pertanian merupakan salah
satu sumber penghasilan negara Indonesia yang utama.
Sektor pertanian memiliki peran yang strategis dalam
perekonomian nasional. Peran strategis tersebut
diwujudkan melalui kontribusinya yang nyata dalam
pembentukan modal, penyediaan bahan pangan, bahan baku
industri, pakan dan bioenergi, penyerap tenaga kerja,
sumber devisa negara, sumber pendapatan, serta
pelestarian lingkungan melalui praktek usahatani yang
ramah lingkungan dan berkelanjutan.
Pertanian berkelanjutan merupakan upaya
pemanfaatan sumber daya yang dapat diperbaharui maupun
sumberdaya yang tidak dapat diperbaharui untuk proses
produksi pertanian, dengan menekan dampak negatif
terhadap lingkungan. Sistem pertanian berkelanjutan
ditujukan untuk mengurangi kerusakan lingkungan,
mempertahankan produktivitas pertanian, meningkatkan
pendapatan petani dan meningkatkan stabilitas dan
kualitas kehidupan masyarakat khususnya masyarakat
pedesaan. Tiga indikator besar antara lain:
Laporan Fieldtrip Pertanian Berlanjut 1
lingkungannya lestari (penggunaan sumberdaya, kualitas
dan kuantitas produksi, serta kualitas
lingkungannya), ekonominya meningkat (sejahtera) dan
secara sosial diterima oleh masyarakat.
Pertanian berlanjut meliputi empat aspek penting
yang saling berhubungan, aspek budidaya, aspek hama
dan penyakit tanaman, aspek sumberdaya lahan, dan
aspek sosial ekonomi. Keempat aspek tersebut sangat
berpengaruh dalam keberlanjutan suatu pertanian. Dalam
pelaksanaan suatu pertanian yang berkelanjutan perlu
adanya keseimbangan keempat aspek tersebut agar dapat
diperoleh hasil produksi atau produktifitas yang
optimal dan kelestarian lingkungan tetap terjaga
keberlanjutannya.
1.2 Maksud dan Tujuan
Untuk memperoleh pemahaman karakteristik lansekap
Untuk memperoleh pengukuran kualitas air
Untuk memperoleh pengukuran biodeversitas meliputi
aspek agronimi dan aspek hama dan penyakit
Untuk mengetahui pendugaan cadangan carbon
Untuk mengetahui keberlanjutan lahan dari aspek
sosial ekonomi
1.3 Manfaat
Laporan Fieldtrip Pertanian Berlanjut 2
Dapat mengidentifikasi keberlanjutan suatu sistem
pertanian dengan pemahaman karakteristik lansekap,
kualitas air, biodeversitas, cadangan karbon serta sosial
ekonomi wilayah Desa Tulungrejo Kecamatan Ngantang,
Malang. Sehingga dapat diketahui tindakan apa saja yang
perlu dilakukan untuk membuat pertanian di daerah
tersebut berlanjut dan dapat mengetahui peran petani
dalam kaitannya mendukung pertanian berlanjut.
Laporan Fieldtrip Pertanian Berlanjut 3
BAB II
METODOLOGI
2.1 Tempat Dan Waktu Pelaksanaan
Pelaksanaa fieldtrip mata kuliah Pertanian Berlanjut
diadakan pada:
Tempat : Dusun Tulungrejo, Kecamatan
Ngantang
Waktu Pelaksanaan : Minggu, 23 November 2014
Dengan pembagian materi (AD4):
Plot 1 : Aspek Sosial Ekonomi
Plot 2 : Aspek Tanah
Plot 3 : Aspek Budidaya Pertanian
Plot 4 : Aspek Hama dan Penyakit Tanaman
2.2 Metode Pelaksanaan
2.2.1 Pemahaman Karakteristik Lansekap
Lanskap adalah sebidang lahan yang bisa kita
lihat secara komprehensif disekitar kita tanpa
melihat secara dekat atau secara tertutup pada
komponen tunggal dan yang terlihat familiar
dengan kita. Penegrtian lain lansekap adalah
konfigurasi khusus dari topografi, tutupan lahan,
tata guna lahan, dan pola pemukiman yang
membatasi beberapa aktivitas dan proses alam
Laporan Fieldtrip Pertanian Berlanjut 4
serta budaya. Terdapat empat kunci dasar untuk
mempelajari karakteristik lansekap yaitu:
1. Komposisi lanskap, misalnya tipe habitat/
land use
2. Struktur lansekap, misalnya susunan berbagai
macam land use pada suatu lansekap.
3. Manajemen lansekap
4. Konteks regional
Pemahaman karakteristik lanskap berguna untuk
penentuan tipe lansekap yang terbentuk. Setiap
tipe memiliki perlakuan atau tindakan yang
berbeda-beda dalam hal konservasi, perbaikan,
rekonstruksi dan pengelolaan.
a) Alat , Bahan dan Fungsi
Kompas :Berfungsi untuk mengetahui arah
lereng
Kamera :Berfungsi untuk
mendokumentasikan
kegiatan fildwork
Klinometer:Berfungsi untuk mengetahui
lereng dan
ketinggian
Alat tulis:Berfungsi untuk mencatat hasil
pengamatan
b) Cara Kerja
Laporan Fieldtrip Pertanian Berlanjut 5
2.2.2 Pengukuran Kualitas Air
Pada pengamatan yang kedua adalah mengenai
kualitas air, penukuran kualitas air ini
dilakukan dialiran sungai yang kecil di daerah
Tulungrejo, Ngantang. Pengamtan ini dilakukan
sebagai salah satu indikator peratnian berlanjut.
Karena, air merupakan salah satu sumber kehidupan
bagi makhluk hidup di bumi. Penurunan kualitas
air akan mempengaruhi kehidupan yang ada
Laporan Fieldtrip Pertanian Berlanjut 6
Menentukan Lokasi yang representative sehingga kita dapat melihat lanskap secara
keseluruhan;
Melakukan pengamatan secara menyeluruh terhadap berbagai bentuk penggunaan lahan yang ada. Mengisikan hasil pengamatan pada
kolom penggunaan lahan dan mendokumentasikan dengan foto kamera;
Mengidentifikasikan jenis vegetasi yang ada, mengisikan hasil identifikasi ke
dalam kolom tutupan lahan;
Melakukan pengamatan secara menyeluruh terhadap berbagai tingkat kemiringan lereng yang ada serta tingkat tutupan
kanopi dan seresahnya;
Mengisikan hasil pengamatan pada form yang telah disediakan
disekitarnya. penurunan kualitas air ini dapat
diakibatkan oleh alih guna lahan hutan menjadi
pemukiman. Penyebab utama terjadinya penurunan
kualitas air di hulu adalah melalui sedimentasi,
penumpukan hara, dan pencemaran bahan kimia.
Kondisi ini dapat mempengaruhi kesehatan manusia
dan keberadaan makhluk hidup yang ada di
perairan. Terdapat tiga jenis pendugaan kualitas
air sungai yaitu:
Fisik : Kekeruhan dan Suhu
Kimia : pH dan Oksigen Terlarut
Biologi: Makroinvertebrata
a) Alat, Bahan dan Fungsi
Botol Air Mineral bekas ukuran 1,5 L (4
buah) :Berfungsi sebagai tempat air
Spidol Permanen : Berfungsi untuk
memberikan label pada botol
Kertas Label : Berfungsi untuk melabeli
botol
Kantong plastik besar (ukutran 5 kg) :
Sebagai wadah botol yang sudah berisi air
Laporan Fieldtrip Pertanian Berlanjut 7
b) Cara Kerja
1. Pendugaan Kualitas Air secara Fisik dan Kimia
a. Pendugaan Kualitas Air secara fisik
Alat dan Bahan yang digunakan untuk
mengukur kekeruhan adalah:
Tabung Transparan dengan tinggi 45 cm,
tabung dapat dibuat dari tiga buah botol
air kemasan 600 ml yang disatukan;
Secchi disc, dibuat dari plastic mika
tebal berbentuk lingkaran dengan
diameter 5 cm, dengan pemberat dari
logam besi dan tali serta meteran.
Laporan Fieldtrip Pertanian Berlanjut 8
Pada saat pengambilan contoh air, sungai harus dalam kondisi yang alami (tidak ada yang masuk dalam sungai). Hal ini untuk menghindari kekeruhan
air aibat gangguan tersebut;
Mengambil contoh air dengan menggunakan botol ukuran 1,5 L (sampai
penuh) dan ditutup rapat-rapat;
Memberi label yang berisi waktu (jam, tanggal, bulan, tahun), tempat
pengambilan contoh, dan nam pengambil contoh;
Menyimpan baik-baik contoh air dan segera dibawa ke laboratorium untuk
dianalisa
Cara Membaca ‘Secchi disc’
Pengamatan Suhu
Alat yang digunakan dalam pengukuran
suhu air adalah thermometer standar (tidak
perlu menggunakan termometer khusus
pengukur air). Langkah kerja dalam
pengukuran suhu adalah
Laporan Fieldtrip Pertanian Berlanjut 9
Menuangkan contoh air kedalam tabung atau botol air mineral
samapai ketinggian 40 cm;
Mengaduk air secara merata;
Memasukkan 'Secchi disc' ke dalam tabung yang berisi air secara perlahan-lahan; dan mengamati
secara tegak lurus sampai warna hitam-putih pada 'Secchi disc' tidak
dapat dibedakan;Membaca berapa centimeter kedalaman
'Secchi disc' tersebut
Mencatat suhu udara sebelum dimasukkan ke dalam air;
Memasukkan termometer ke dalam air selama 1-2 menit
Membaca suhu saat termometer masih di dalam air, atau secepatnya setelah
dikeluarkan didalam ar;
Mencatat pada form pengamatan
b. Pendugaan Kualitas Air secara kimia
Pengamatan oksigen terlarut atau Disolve
Oxygen (DO), pH dan angka kekeruhan.
Pengukuran dissolve oxygen (DO), pH dan
tingkat kekeruhan dilakukan di laboratorium
dengan menggunakan alat ‘Multi Water Quality
Checker’.
Cara Kerja
2.2.3 Pengukuran Biodiversitas
2.2.3.1 Aspek Agronomi
a. Alat, Bahan dan Fungsi
Tali Rafia 1m x 1m :Berfungsi untuk membuat
petak kuadran sampel pengambilan gulma
Pisau : Berfungsi untuk memotong gulma
Laporan Fieldtrip Pertanian Berlanjut 10
Memasukkan alat Multi Water Quality Checker’ ke dalam contoh air yang sudah
diambil;
Melihat data hasil analisis di data logger
Membaca tingkatan DO, pH dan angka kekeruhan yang tercatat
(membandingkan hasil pengukuran dari lapangan dengan hasil pembacaan dari
alat tersebut)Mengisikan data pengukuran pada form yang telah disediakan dan dikelaskan
berdasarkan tabel kualitas air (PP No. 82 Tahun 2001)
Kamera: Berfungsi untuk mendokumentasikan
kegiatan pengamatan
Kertas Gambar A3 :Berfungsi untuk
menempatkan gulma saat pendokumentasian
Kantong Plastik : Berfungsi untuk
menempatkan sampel gulma
Alkohol 75%: Berfungsi untuk mengawetkan
gulma
Gulma : Berfungsi untuk bahan
pengamatan
b. Cara Kerja
Biodiversitas Tanaman Pangan dan Tahunan
Laporan Fieldtrip Pertanian Berlanjut 11
Membuat jalur transek pada hampaaran yang akan dianalisis
Menetukan titik pada jalur (transek) yang mewakili masing-masing tutupan lahan dalam
hamparan lanskap;Mencatat karakteristik tanaman budidaya
disetiap tutupan lahan yang telah didtentukan;
Hasil pengamatan disajikan dalam bentuk tabel;
Menetukan titik pengamatan yang dapat melihat seluruh hamparan lanskap;
Menggambar Sketsa tutupan lahan Lanskap
Pengelolaan Gulma
2.2.3.2 Aspek Hama Penyakit
a. Alat, Bahan dan Fungsi
Sweep net : Berfungsi untuk menangkap hama
Laporan Fieldtrip Pertanian Berlanjut 12
Setiap titik pengamatan (biodiversitas tanaman) melakukan identifikasi dan analisa
gulma;Menentukan 2 (dua) titik pengambilan sampel
pada masing-masing tutupan lahan dalam hamparan lanskap secara acak (dengan melempar
petak kuadrat 1m x 1m);Memfoto petak kuadrat dengan kamera sehingga seluruh gulma didalam petak kuadrat dapat
terlihat jelas;
Mengidentifikasi gulma yang ada didalam petak kuadrat;
Menghitung jumlah populasi gulma dan d1 (diameter tajuk terlebar) dan d2 (diameter
tajuk tegak lurus d1);Memotong gulma dengan menggunakan pisau
apabila ada gulma yang tidak dikenal sebagai samapel ( selanjutnya digunakan untuk identifikasi), menyenprot gulma dengan
alkohol 75%;Semua kantong plastik yang berisi sampel gulma didentifikasi dengan membandingkan
dengan foto dari buku atau internet, dan bila belum diketahui bisa dipertanykan kepada
asisten atau dosen);
Hasil dari pengamatan disajikan kedalam tabel pengamatan.
Kantong Plastik : Berfungsi untuk
menempatkan hama
Kertas Tissue : Sebagai alat untuk
membius hama
Chloroform/Etil Asetat : Sebagai bahan
untuk membius
Hama : Sebagai bahan pengamatan
b. Cara Kerja
2.2.4 Pendugaan Cadangan Karbon
Laporan Fieldtrip Pertanian Berlanjut 13
Membuat jalur transek pada hamparan yang akan dianalisis;
Menetukan titik-titik pengambilan sampel pada jalur (transek) yang mewakili masing-masing agroekosistem atau
groforestri;Menangkap serangga menggunakan sweep net
dengan metode yang benar, pada agroekosistem atau agroforestri;Mengumpulkan semua serangga yang
tertangkap sweep net dan memasukkan ke dalam kantong plastik yang telah diberi
secarik kertas tissu;
Serangga yang telah terkumpul dibunuh dnegan menggunkan etil asetat;
Semua kantong plastik yang berisis serangga (sudah mati) dibawa ke
Laboratorium Hama. Apabila belum segera diamati hendaknya semua serangga tersebut
disimpan di lemari pendingin;
a. Alat dan Bahan
Kamera : Dokumentasi berbagai lanskap
Bolpoin : Mencatat Jumlah Spesies tanamn dan
sistem Tanam
Form Pengamatan : Mencatat hasil pengamatan
Kendali Cadangan Karbon :Berisi informasi
megenai pendugaan cadangan karbon dari masing-
masing sistem tanam.
b. Cara kerja
2.2.5 Identifikasi Keberlanjutan Lahan dari Aspek
Sosial Ekonomis
a. Alat dan BahanForm wawancara: Panduan dalam menyusun
pertanyaanBolpoin : Mencatat hasil wawancaraKamera : Mendokumentasi
b. Cara Kerja
Laporan Fieldtrip Pertanian Berlanjut 14
Mengidentifikasi pola pertanian di lanskap
Mencatat jenis vegetasi dan jumlah vegetasi
Mencocokkan data dengan tabel kendali cadangan karbon
1.
Laporan Fieldtrip Pertanian Berlanjut 15
Penjelasan dan diskusi di kelas
Kunjungan dan observasi lapangan
Wawancara petani
Pembuatan laporan
Presentasi dan diskusi
Form wawancara (terlampir)
BAB 3
HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 HASIL
3.1.1 kondisi umum wilayah
Fieldtrip Pertanian Berlanjut ini dilaksanakan di
Desa Tulungrejo, Kecamatan Ngantang, Kota Malang. Ada
beberapa penggunaan lahan di Desa tulungrejo yaitu
pemukiman, tegalan tanaman semusim, agroforestri dan
campuran perkebunan pinus dengan rumput gajah. Susunan
atau konfigurasi penggunaan lahan di lokasi ini adalah
campuran perkebunan pinus dan rumput gajah di lereng
bagian atas lanskap, kebun campuran atau agroforestri di
lereng bagian tegah, tanaman semusim di lereng bagian
tengah dan bawah, serta campuran antara tanaman semusim
dan pemukiman di lereng bagian bawah. Desa Tulungrejo
merupakan salah satu desa di Kecamatan Ngantang yang
masuk dalam kawasan Sub Daerah Aliran Sungai Kalikonto.
Daerah Aliran Sungai (DAS) Kali Konto merupakan
salah satu bagian dari hulu sungai Brantas. Kali Konto
secara administratif membentang mulai dari kecamatan
Ngantang hingga kecamatan Pujon dan meliputi 20 desa
dengan luas 23.804 ha. Bagian bawah DAS Kali Konto hulu
terletak di sebelah barat yang termasuk wilayah Kecamatan
Ngantang, pada ketinggian antara 600 – 1.400 m diatas
Laporan Fieldtrip Pertanian Berlanjut 16
permukaan laut, meliputi luasan sekitar 10.800 (9044) ha.
Dalam hal ini termasuk juga Desa Tulungrejo. Desa
Tulungrejo memiliki sistem budidaya pertanian yang
kompleks dan beragam. Kawasan Desa Tulungrejo lebih
didominasi oleh agroforestri di daerah yang agak tinggi
dan sawah irigasi maupun tadah hujan di wilayah yang
lebih rendah. Diantaranya berkembang kebun-kebun campuran
berbasis pohon (kopi) milik masyarakat dan kebun kayu-
kayuan (hutan produksi) milik Perum Perhutani (Hairiah
et, al., 2010)
Penggunaan lahan pada Desa Tulungrejo berdasarkan
tingkatan bagian lereng tersaji pada tabel dibawah ini:
Laporan Fieldtrip Pertanian Berlanjut 17
Stop 1: Hutan
Pengguna
an lahan
Tutupa
n
Lahan
Manfaa
t
Posis
i
Leren
g
Tingkat
Tutupan
Jumla
h
Spesi
es
Kerapat
an
C-
StockKano
pi
Seres
ah
Hutan
Produksi
Pinus K A S S 300 S 150Rumput
Gajah
D A S T 500 T 200
Pisang B A R R 50 R 100Waru K A R R 40 R 100Bambu K A R R 100 R 100Pakis D A R R 40 R 100Lamtor
o
B A R R 30 R 100
Stop 2: Agroforestri
No Pengguna
an Lahan
Tutup
an
Lahan
Manfa
at
Posi
si
Lere
ng
Tingkat
Tutupan
Juml
ah
spes
ies
Kerapa
tan
C-
stock
(ton/
ha)
Kano
pi
Seres
ah
1
Agrofore
stry
Kelap
a
Bu T S R 150 S 50
2 Kopi Bi T S T 350 T 803 Tebu K T R R 80 R 204 Rumpu
t
D T S T 289 T 80
Laporan Fieldtrip Pertanian Berlanjut 18
gajah
Stop 3: Tanaman Semusim
N
o
Pengguna
an Lahan
Tutup
an
Lahan
manfa
at
Posis
i
Leren
g
Tingkat
Ketutuan
Jumla
h
Spesi
es
Kerapat
an
C-stok
Kanopi Seres
ah
1 Semusim Kubis D T S R 150 T 12 Jagun
g
Bi T R R 100 T 1
3 Rumpu
t
gajah
D T R R 22 R 1
4 Kelap
a
Bu T R R 25 R 1
5 Pisan
g
Bu T R R 20 R 1
6 Singk
ong
D, Bu T R R 8 R 1
7 Cabai B T R S 20 R 1
Stop 4: Tanaman Semusim dan Pemukiman
No Pengguna
an Lahan
Tutup
an
Lahan
Manfa
at
Posi
si
Lere
Tingkat
Tutupan
Jumla
h
spesi
Kerapa
tan
C-
stock
(ton/Kano Seres
Laporan Fieldtrip Pertanian Berlanjut 19
ng pi ah es ha)1
Tanaman
semusim
dan
pemukima
n
Rumpu
t
gajah
D B R R Banya
k
S 1
2 Kelap
a
Bu B R R Banya
k
S 1
3 Pisan
g
Bu B R R Banya
k
S 1
4 Cabai Bi B R R Banya
k
S 1
5 Bambu K B R R Banya
k
S 1
6 Sawi D B R R Banya
k
S 1
Keterangan:
Manfaat : Bu (buah), D (daun), A (akar), Bi (biji),K
(Kayu)
Posisi Lereng : A (atas), T (tengah), B (bawah)
Tingkat tutupan Canopy dan seresah: T (tinggi), S
(Sedang), R (rendah)
Kerapatan : T (tinggi), R (rendah), S (sedang)
Berdasarkan data hasil pengamatan terhadap kondisi
umum wilayah, karakteristik lansekap pada bentang lahan
Laporan Fieldtrip Pertanian Berlanjut 20
yang diamati (titk/stop 3) adalah Relictual, yaitu
memiliki ekosistem alami kurang dari 10% dari bentang
lanskap. Hal ini terlihat dari penggunaan lahan di titik
tersebut yang didominasi lahan pertanian dengan komodias
kubis, jagung, cabai, rumput gajah dipematang sawah,
pohon pisang, kelapa dan ketela pohon di beberapa bagian
landskap.
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan di titik 3 dan di 3
titik lainnya dapat disimpulkan bahwa bentang lahan atau
lanskap di Desa Tulungrejo adalah relictual. Ini terlihat
dari tingginya tingkat dominasi lahan pertanian di daerah
tersebut, baik semusim maupun agroforestri. Sedangkan
untuk kawasan hutan, sudah merupakan hutan produksi,
dimana hanya sebagian kecil saja yang tetinggal dari
vegetasi alami. Terkait dengan pertanian berlanjut,
karakteristik Relictual tersebut, menandakan bahwa
intensifnya alih fungsi lahan dari ekosistem alami
menjadi lahan pertanian. Selain itu dari hasil pengamatan
dapat diketahui bahwa tingkat heterogenitas penggunaan
lahan di Desa Tulungrejo adalah besar. Besarnya tigkat
heterogenitas penggunaan lahan berpengaruh pada beberapa
aspek seperti penyinaran, siklus air dan hara, dan
sebaran hama dan penyakit.
Laporan Fieldtrip Pertanian Berlanjut 21
Gambar 1: Lanskap Pada Plot 3
3.1.2 indikator pertanian berlanjut dari aspek
biofosok
3.1.2.1 kualitas air
Pendugaan kualitas air dilakukan secara langsung
yang meliputi tingkat kekeruhan (turbidity),
suhu, pH, dan DO. Pendugaan ini berfungsi untuk
mengetahui tingkat kelayakan kegunaan air atau
kualiatas air yang tercermin dari pengelolaan
lahan pada skala lanskap dengan batasan DAS.
Hasil pengamatan yang dilakukan pada masing-
masing plot disajikan dalam tabel berikut:
Laporan Fieldtrip Pertanian Berlanjut 22
Kualitas air merupakan tingkat kesesuaian air untuk
dipergunakan bagi pemenuhan kehidupan manusia, seperti
untuk air minum, irigasi, minuman ternak dan sebagainya
(Arsyad, 1989). Kualitas air ini juga mempengaruhi
pertanian yang ada di Desa Tulungrejo Kecamatan Ngantang.
Indikator kualitas air secara tidak langsung mencerminkan
bagaimana pengelolaan lahan pada skala lanskap dengan
batasan DAS. Kualitas air ini ditentukan dengan melihat
sifat fisik maupun kimia yang ada di daerah pengamatan
dengan parameter pengamatan meliputi (kekeruhan, suhu, pH
dan DO). Berdasarkan hasil pengukuran kualitas air yang
dilakukan pada masing-masing plot pengamatan diperoleh
data seperti pada tabel di atas.
Terdapat tiga jenis pendugaan kualitas air sungai
yaitu fisik (suhu dan kekeruhan), kimia (pH dan DO) dan
biologi (dengan melihat banyaknya hewan di sungai),
tetapi pendugaan secara biologi pada praktikum ini tidak
Laporan Fieldtrip Pertanian Berlanjut 23
dilakukan. Pendugaan kualitas air sungai ini hanya
dilakukan aspek fisik yaitu dengan mengukur tingkat
kekeruhan dan suhu air, dan aspek kimia, yaitu dengan
mengukur tingkat pH dan oksigen terlarut atau Dissolve
Oxygen (DO). Mengukur kekeruhan berarti menghitung
banyaknya bahan-bahan terlarut dalam air misalnya lumpur,
alga, detritus, dan kotoran lokal lainnya. Apabila
kondisi air semakin keruh, maka cahaya matahari yang
masuk ke air semakin berkurang sehingga mengurangi proses
fotosisntesis tumbuhan air. Selain itu, tingkat kekeruhan
air mencerminkan jumlah sedimen yang terkandung dalam air
sungai, yang berarti semakin besar jumlah sedimen
menunjukkan bahwa di lereng bagian atas telah terjadi
erosi tanah dan/atau longsor pada tebing sungai. Jadi,
besarnya erosi terkait dengan penggunaan lahan dan
praktek konservasi tanah dan air. Tingginya erosi
menunjukkan bahwa pengelolaan lahan tidak memenuhi kaedah
konservasi tanah dan air. Metode cepat untuk mengukur
kekeruhan di lapangan dapat dilakukan dengan menggunakan
‘Secchi disk’ atau piringan yang berwarna hitam-putih.
‘Secchi disk’ ini digunakan sebagai tanda batas pandangan
mata untuk mengamati ke dalam air, semakin keruh air,
batas penglihatan mata semakin dangkal.
Pengukuran suhu merupakan faktor penting dalam
keberlangsungan proses biologi dan kimia yang terjadi
Laporan Fieldtrip Pertanian Berlanjut 24
dalam di dalam air. Tinggi rendahnya suhu berpengaruh
pada kandungan oksigen di dalam air, proses fotosintesis
tumbuhan air, laju metabolisme organisme air dan kepekaan
organisme terhadap polusi, parasit dan penyakit. Selain
suhu dan kekeruhan, indicator yang digunakan untuk
menilai kulaitas air adalah pH dan oksigen terlarut.
Kondisi optimum pH air bagi makhluk hidup adalah pada
kisaran 6,5 – 8,2. Kondisi pH yang terlalu masam atau
terlalu basa akan mematikan makhluk hidup yang ada di
air. Oksigen terlarut/Dissolve Oxygen (DO) merupakan oksigen
yang ada di dalam air yang berasal dari oksigen di udara
dan hasil fotosintesis tumbuhan air. Oksigen terlarut
sangat dibutuhkan tumbuhan dan hewan air, kekurangan
oksigen terlarut akan mematikan tumbuhan dan hewan air.
kekeruhan air dapat dihitung atau diketahui dari
hasil pengukuran dan perhitungan dan konsenterasi tingkat
kekeruhan air. Metode paling cepat untuk mengukur tingkat
kekeruhan air di lapangan adalah dengan menggunakan
'Secchi disc' atau piringan berwarna hitam-putih (Rahayu
et.al.,2009). Pada ulangan 1, 2, dan 3pada kedalaman 40
cm tampak warna hitam putihnya. Pengukuran konsentrasi
sedimen hasil pngukuran “Secchi disc” dapat diduga dengan
mempergunakan persamaan berikut:
Laporan Fieldtrip Pertanian Berlanjut 25
Konsentrasi Sedimen (mg/l) : 9,76611e -0,136D
Perhitungan kekeruhan air:
Konsentrasi Sedimen (mg/l) : 9,76611e -0,136.40
: 5.849 mg/l
Gambar 2: Pengukuran Ph dan Kekeruhan Air
Menggunaakan Secchi Disc
Berdasarkan hasil pengamatan pada Plot 3 dengan 3
kali ulangan diketahui tingkat kekeruhan airnya yaitu
40cm, 40cm, dan 40cm. Berdasarkan hasil pengamatan
kekeruhan air, kualitas air pada daerah tersebut bisa
dikategorikan cukup baik. Suhu air pada plot 3 rata-rata
yaitu 28.12 dengan pH rata-rata 6.79 dan oksigen terlarut
rata-rata 2.32. Plot 1 suhu air 28.09, pH 6.94, dan nilai
Laporan Fieldtrip Pertanian Berlanjut 26
DO 2.66. Plot 2 suhu air 28.11, pH 6.90, dan nilai DO
2.25. Dan, plot 4 suhu air 27.54, pH 6.58, dan nilai DO
1.95. Berdasarkan nilai DO dan pH pada plot 3, kualitas
air di Desa Tulungrejo dapat dimasukkan atau
dikategorikan dalam kelas III (PP no 82 tahun 2001 pasal
8). Kelas III menurut PP no 82 tahun 20001 pasal 8 yaitu,
air yang peruntukannya dapat digunakan untuk
pembudidayaan ikan air tawar, peternakan, air untuk
mengairi pertanaman, dan atau peruntukan lain yang
mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan
tersebut. Dari data tersebut dapat dikatakan bahwa
kualitas air kurang baik. Hal ini dikarenakan pada pH
yang netral atau optimal nilai oksigen terlarut di dalam
air rendah. Semakin tinggi tingkat kelas suatu kondisi
kualitas air menunjukkan bahwa pengelolaan lahan pada
skala lansekap tidak termasuk dalam kategori pertanian
berlanjut karena menunjukkan bahwa air sudah tercemar
(Saputra, et. al, 2014). Kualitas air di Desa Tulungrejo
ini rendah dapat diakibatkan adanya aktifitas pertanian
seperti pemupukan dan penggunaan pestisida. Menurut
Agustiningsih (2012), kegiatan pertanian terutama akibat
menggunakan pupuk dan pestisida akan mempengaruhi
kualitas air sungai melalui buangan dari lahan pertanian
yang masuk ke badan air
Laporan Fieldtrip Pertanian Berlanjut 27
Data hasil pengamatan yang dilakukan pada plot
lainpun tidak jauh berbeda dengan hasil pengamatan pada
plot 3. Sehingga berdasarkan indikator kualitas air ini
dapat disimpulkan bahwa pertanian di Desa Tulungrejo
tidak merupaka pertanian berlanjut. Meskipun begitu
indikator pertanian berlanjut tidak haya dilihat dari
indikator kualitas air , tetapi bisa dilihat dari
indikator yang lain seperti aspek sosial ekonomi, hama
penyakit tanaman, dan biodiversitas tanaman.
3.1.2.2 Biodiversitas Tanaman
a. Biodiversitas Tanaman Pangan dan Tahunan
Berdasarkan hasil pengamatan yang telah kami lakukan
oleh setiap kelompok diberbagai plot ditemukan
keanekaragaman spesies tanamn yang berbeda pada
masing-masing bentuk tutupan lahan dalam sekala
lanskap. Berikut ini merupakan tabel pengamatan
biodiversitas tanaman pangan dan tahunan disetiap plot
tutupan lahan:
Laporan Fieldtrip Pertanian Berlanjut 28
Tabel 1. Biodiversitas Tanaman Pangan dan Tahunan
a. Analisa Vegetasi
Plot 1 Tutupan Lahan Hutan
Tabel 2. Perhitungan Analisis Vegetasi
Spesies KM KN FM FN LBA DM DN IV SDRRumput
Gaja
7,
5
24,19
% 1 40%
3846,
5
3846,
5
76,26
%
100,
97
33,
65
Krokot
10
,5
33,87
%
0,
5 20% 706,5 706,5 14%
48,0
7
16,
02Gulma
X1
13
,5
43,50
% 1 40%
409,6
25
409,6
25 8,12%
53,5
2
17,
84
Laporan Fieldtrip Pertanian Berlanjut 29
Tabel 3 Identifikasi dan Analisis Gulma
Titik
Pengambilan
Sampel
Kelebatan Gulma
Lebat
(>50%)
AgakLebat (25-
50%)
Jarang
(<25%)Titik 1Titik 2
H’=- (∑¿N In
¿N)
= - (∑100,97202,56 In
100,97202,56) + (
48,07202,56 In
48,07202,56) + (
53,52202,56 In
53,52202,56)
=1,36 (1,0 < H’ < 3,322)
(1,0 < H’ < 3,322)
Keragaman sedang
Produktifitas cukup
Kondisi ekonomi cukup seimbang
Tekanan ekologi sedang
Plot 2 Tutupan Lahan Agroforestri
Tabel 5. Perhitungan Analisis Vegetasi
Spesi
es KM KN FM FN LBA DM DN IV SDR
X3
1,
5
37,
5
0,
5 50%
107466,
5
107466,
5
31,6
%
119,
1 39,7X4 2, 62, 0, 50% 232309, 232309, 68,3 180, 60,2
Laporan Fieldtrip Pertanian Berlanjut 31
5 5 5 76 76 % 8
X5 1 10%
0,
5 50%
241799,
62
241799,
62
99,9
%
159,
9 53,3Rumpu
t
Manil
a 4 80%
0,
5 50% 126,38 126,38
0,05
%
130,
05 43,3
Laporan Fieldtrip Pertanian Berlanjut 32
Tabel 7 Identifikasi dan Analisi Gulma
Titik
Pengambilan
Sampel
KelebatanGulma
Lebat
(>50%)
AgakLebat (25-
50%)
Jarang
(<25%)Titik 1 √Titik 2 √
H’=- (∑¿N In
¿N)
= - (∑119,1589,85 In
119,1589,85) + (
180,8589,85 In
180,8589,85) + (
159,9589,85 In
159,9589,85) + (
130,05589,85 In
130,05589,85)
=1,36 (1,0 < H’ < 3,322)
(1,0 < H’ < 3,322)
Keragaman sedang
Produktifitas cukup
Kondisi ekonomi cukup seimbang
Tekanan ekologi sedang
Plot 3 Tutupan Lahan Tanaman Semusim
Tabel 8. Perhitungan Analisis Vegetasi Titik 1
Spesies KM KN FM FN LBA DM DN IV SDR
Krokot
24,
5
47,1
1% 1 28% 30,66 30,66
8,55
% 55,69
18,5
6
Bayam 2
3,85
% 1 28% 63,58 63,58
17,7
1% 21,85 7,28
Laporan Fieldtrip Pertanian Berlanjut 33
Rumputt
eki
22,
5
43,2
7% 1 28% 200,96 200,96
56,0
1% 99,56 3,19Babando
tan 3
5,77
%
0,
5 14% 63,58 63,58
17,7
2% 23,63 7,88
H’ Krokot = - (∑¿N In
¿N)
= - (∑55,60200,73 In
55,69200,73)
=0,36(H’<1)
Keragaman rendah
Miskin sebagai indikasi adanya tekanan ekologis yang
rendah
Ekosistem tidak stabil
H’ Bayam =- (∑¿N In
¿N)
= - (∑21,85200,73 In
21,85200,73)
=0,24(H’<10)
Keragaman rendah
Miskin sebagai indikasi adanya tekanan ekologis yang
rendah
Ekosistem tidak stabil
H’ Rumput teki =- (∑¿N In
¿N)
= - (∑99,56200,73 In
99,56200,73)
=0,35(H’<10)
Laporan Fieldtrip Pertanian Berlanjut 34
Keragaman rendah
Miskin sebagai indikasi adanya tekanan ekologis yang
rendah
Ekosistem tidak stabil
H’ Bandotan =- (∑¿N In
¿N)
= - (∑23,63200,73 In
23,63200,73)
= 0,25(H’<10)
Keragaman rendah
Miskin sebagai indikasi adanya tekanan ekologis yang
rendah
Ekosistem tidak stabil
Tabel 9. Perhitungan Analisis Vegetasi Titik 2
Spesi
es
KM KN FM FN LBA DM DN IV SDR
Kroko
t
15,
5
67,
39%
1 25% 30,66 30,66 2,28% 69,9
2
23,3
1Bayam 1 4,35% 1 25% 63,58 63,58 4,73% 9,33 3,11Rumpu
teki
5 21,74
%
1 25% 200,9
6
200,9
6
14,96
%
36,9
5
12,3
2
Rumpu
t
resap
1 4,35% 0,
5
12% 1017,
36
1017,
37
75,74
%
80,2
15
26,7
4
Laporan Fieldtrip Pertanian Berlanjut 35
Padi 0,5 4,35% 0,
5
12% 30,66 30,66 2,28% 6,75
5
2,26
Tabel 10 IdentifikasidanAnalisisGulma
Titik
Pengambilan
Sampel
KelebatanGulma
Lebat
(>50%)
AgakLebat (25-
50%)
Jarang
(<25%)Titik 1 √Titik 2 √
H’ Krokot = - (∑¿N In
¿N)
=- (∑69,92203,17 In
69,92203,17)
=0,36(H’<1,0)
Keragaman rendah
Miskin sebagai indikasi adanya tekanan ekologis yang
rendah
Ekosistem tidak stabil
H’ bayam = - (∑¿N In
¿N)
=- (∑9,33203,17 In
9,33203,17)
=0,15(H’<1,0)
Keragaman rendah
Miskin sebagai indikasi adanya tekanan ekologis yang
rendah
Ekosistem tidak stabil
Laporan Fieldtrip Pertanian Berlanjut 36
H’ rumput teki = - (∑¿N In
¿N)
=- (∑36,95203,17 In
36,95203,17)
=0,31(H’<1,0)
Keragaman rendah
Miskin sebagai indikasi adanya tekanan ekologis yang
rendah
Ekosistem tidak stabil
H’ rumput resap = - (∑¿N In
¿N)
=- (∑80,215203,17 In
80,215203,17)
=0,37(H’<1,0)
Keragaman rendah
Miskin sebagai indikasi adanya tekanan ekologis yang
rendah
Ekosistem tidak stabil
H’ padi = - (∑¿N In
¿N)
=- (∑6,755203,17 In
6,755203,17)
=0,105(H’<1,0)
Keragaman rendah
Miskin sebagai indikasi adanya tekanan ekologis yang
rendah
Ekosistem tidak stabil
Laporan Fieldtrip Pertanian Berlanjut 37
Plot 4 Tutupan Lahan Tanaman Semusim dan Pemukiman
Tabel 11. Perhitungan Analisis Vegetasi Titik 1
Spesies KM KN FM FN LBA DM DN IV SDR
Teki
29
,5
41,54
% 1
33,33
% 314 314 0,32%
75,
19
25,0
6
Krokot 28
39,44
% 1
33,33
%
23766,
67
23766,
67
24,35
%
97,
12
32,3
7Rumput
gajah
paitan
13
,5
19,01
% 1
33,33
%
73504,
26
73504,
26
75,32
%
75,
32
42,5
5
Laporan Fieldtrip Pertanian Berlanjut 38
Tabel 12. Perhitungan Analisis Vegetasi Titik 2
Spesie
s
KM KN FM FN LBA DM DN IV SDR
Krokot 15,
5
67,
3%
1 25% 30,66 30,66 2,28% 69,92 23,3
1Bayam 1 4,35% 1 25% 63,58 63,58 4,73% 9,33 3,11Rumput
teki
5 21,74
%
1 25% 200,96 200,96 14,96
%
36,95 12,3
2
Rumput
resap
1 4,35% 0,
5
12% 1017,3
6
1017,3
7
75,74
%
80,21
5
26,7
4Padi 0,5 4,35% 0,
5
12% 30,66 30,66 2,28% 6,755 2,26
a. Identifikasi Gulma Tiap Plot
Plot 1 Tutupan Lahan Hutan
Tabel 13. Identifikasi dan Analisis Gulma Titik 1
Nama
lokal
Nama
Ilmiah
Lokasi
Sampel
Jumlah Fungsi Gambar
Rumput
Gajah
Pennisetum
purpureum
Plot
1.1
(Hutan
)
15 Gulma
Laporan Fieldtrip Pertanian Berlanjut 39
Krokot Portulaca
oleracea
Plot
1.1
(Hutan
)
21 Gulma
Gulma x
(daun
bergeri
gi)
Gulma x
(daun
bergerig
i)
Plot
1.1
(Hutan
)
27 Gulma
Tabel 14. Identifikasi dan Analisa Gulma Titik 2
Nama
lokal
Nama
Ilmiah
Lokasi
Sampel
Jumlah Fungsi Gambar
Rumput
Gajah
Pennisetu
m
purpureu
m
Plot
1.2
(Hutan
)
28 Gulma
Gulma
berdaun
sempit
Gulma
(daun
bergeri
gi)
Plot
1.2
(Hutan
)
12 Gulma
Plot 2 Tutupan Lahan Agroforestri
Tabel 15. Identifikasi dan Analisis Gulma Titik 1
Nama
lokal
Nama
Ilmiah
Lokasi
Sampel
Jumlah Fungsi Gambar
Laporan Fieldtrip Pertanian Berlanjut 40
Gulma
berdaun
lebar
Gulma
berdaun
lebar
Plot
2.1
3 Gulma
Gulma
berdaun
lebar
Gulma
berdaun
lebar
Plot
2.1
5 Gulma
Tabel 16. Identifikasi dan Analisa Gulma Titik 2
Nama
lokal
Nama
Ilmiah
Lokasi
Sampel
Jumlah Fungsi Gambar
Gulma
berdaun
lebar
Gulma
berdaun
lebar
Plot
2.2
2 Gulma
Rumput
Manila
Zoysia
matrella
Plot
2.2
8 Gulma
Laporan Fieldtrip Pertanian Berlanjut 41
3 Tutupan Lahan Tanaman Semusim
Tabel 17. Identifikasi dan Analisis Gulma Titik 1
Nama
lokal
Nama
Ilmiah
Lokasi
Sampel
Jumlah Fungsi Gambar
Krokot Portulaca
oleracea L.
Plot
3.1
49 Gulma
Bayam Amaranthu
s spinosus
Plot
3.1
4 Gulma
Rumputt
eki
Bandota
n
Cyperus
roduntus
Ageratum
conyzoides
Plot
3.1
Plot
3.1
45
6
Gulma
Gulma
Laporan Fieldtrip Pertanian Berlanjut 43
Tabel 18. Identifikasi dan Analisa Gulma Titik 2
Nama
lokal
Nama
Ilmiah
Loka
si
Samp
el
Juml
ah
Fungs
i
Gambar
Kroko
t
Portulaca
oleracea L.
Plot
3.2
31 Gulma
Bayam
Rumpu
teki
Amaranth
us
spinosus
Cyperus
roduntus
Plot
3.2
2
10
Gulma
Gulma
Laporan Fieldtrip Pertanian Berlanjut 44
Suket
resap
Padi
Ischaemu
m
timorens
e
Oryza
sativa
2
1
Gulma
Plot 4 Tutupan Lahan Tanaman Semusim dan Pemukiman
Tabel 16. Identifikasi dan Analisis Gulma Titik 1
Nama
lokal
Nama Ilmiah Loka
si
Samp
el
Juml
ah
Fung
si
Gambar
Rumputt
eki
Cyperusrotundu
s
Plot
4.1
34 Gulm
a
Krokot Portulaca Plot 22 Gulm
Laporan Fieldtrip Pertanian Berlanjut 45
Tabel 17. Identifikasi dan Analisa Gulma Titik 2
Nama
lokal
Nama
Ilmiah
Lokas
i
Sampe
l
Jum
lah
Fungs
i
Gambar
Rumputt
eki
Cyperusrotun
dus
Plot
4.1
25 Gulma
Krokot Portulaca Plot
4.1
36 Gulma
Rumputg
ajah
Occonopusco
mpresus
Plot
4.1
12 Gulma
PEMBAHASAN
Indikator biodiversitas menggambarkan keaneka ragaman
hayati meliputi keberadaan flora dan fauna.
Keberadaan fauna terkait erat sebagai inang atau
Laporan Fieldtrip Pertanian Berlanjut 47
tempat hidup bagi fauna yang ada, hal ini penting
mengingat fungsinya dalam polinasi, siklus air dan
hara, penyerapan (sequestrasi) karbon, pengendalian
hama dan penyakit (musuh alami), menjaga keutuhan
rantai makanan, dan penyebaran biji.
Keragaman Tanaman Pangan/Tahunan Informasi penggunaan
lahan pertanian (landuse) dan tanaman-tanaman yang
ada diatasnya sangat penting bagi pengelolaan lahan
skala lansekap. Penggunaan lahan dengan hamparan
tanaman semusim, tanaman tahunan maupun kombinasi
diantara keduanya mempunyai karakteristik berbeda-beda
baik secara ekologi, sosial maupun ekonomi. Pengelolaan
budidaya tanaman skala lansekap terdiri dari
perencanaantanaman beserta system budidayanya,
keterkaitan antar penggunaan lahan serta rencana
upaya konservasi lahan skala plot maupun skala
lansekap. Salah satu upaya konservasi dalam budidaya
pertanian diantaranya menerapkan pemilihan tanaman
budiaya berdasarkan kemiringan lahan. Adanya
keanekaragaman spesies gulma dipengaruhi oleh jenis
tanaman budidaya pada setiap tutupan lahan.
Jenis gulma yang berda terlihat pada plot yang kami
amati yaitu plot 2 dengan tutupan lahan agroforestri
dengan penggunaan lahan tanaman kopi dimana spesies gulma
tersebut berbeda dengan gulma-gulma yang ada pada plot
Laporan Fieldtrip Pertanian Berlanjut 48
lain, hal ini pun dipengaruhi oleh tanaman budidaya yang
ada disekitar gulma tersebut. Semakin beranekaragam
tutupan lahan maka semakin beranekaragam pula jenis gulma
yang ada.
Identifikasi Gulma di Lapang Dalam mengidentifikasi
macam spesies gulma di lapang, dapat dilakukan cara-
cara sebagai berikut :
1.Membandingkan tumbuhan gulma dengan gambar, foto
atau ilustrasi gulma yang tersedia
2.Membandingkan dengan determinasi dari spesies
gulma yang kita duga
3.Mencari sendiri melalui kunci identifikasi
4.Konsultasikan pada ahli di bidang yang bersangkutan
Data kualitatif vegetasi gulma menunjukkan
bagaimana suatu spesies gulma tersebar dan
berkelompok, stratifikasinya,periodisitas (seringnya
ditemukan) dan pola komposisi macam spesiesnya.
Untuk memperoleh data kualitatif tersebut perlu
ditentukan macam peubah pengamatannya, penetapan luas
dan jumlah petak contoh, serta penyebaran hasil-
hasil pengamatannya.
3.1.2.3 Biodiversitas Hama Dan Penyakit
Tabel 3.Komposisi peran arthropoda dalam hamparan
plot 1 ( hutan)
Laporan Fieldtrip Pertanian Berlanjut 49
Lokasi
Pengambila
n Sampel
Jumlah Individu Presentase (%)
H MA SLTota
lH MA SL
Titik 1 2 4 2 8 25 % 50 % 20 %Titik 2 17 6 0 23 74 % 26 % 0 %Titik 3 11 3 1 15 73 % 20 % 7 %Titik 4 6 13 1 20 30 % 65 % 5 %Titik 5 3 2 5 10 30 % 20 % 50 %Total 39 28 9 76 51,3% 36,8% 11,9%
Diketahui dari hasil fieldtrip dapat ditemukan
presentase hama (51,3%), musuh alami (36,8%) dan serangga
lain (11,9%). Banyaknya keragaman dapat mempengaruhi
kondisi biodeversitas di plot tersebut (hutan produksi).
Hutan produksi sendiri memiliki biodeversitas yang tinggi
Laporan Fieldtrip Pertanian Berlanjut 50
sehingga keseimbangan ekosistem yang dapat memicu
ekosistem yang berkelanjutan. Hutan produksi merupakan
hutan yang telah adanya campur tangan manusia, sehinngga
kondisi yang semulanya seimbang dengan kehidupan liar
(hutan) perlahan akan ada perubahan yang disebabkan oleh
adanya campur tangan manusia, yang berusaha memenuhi
kebutuhannya.
Tabel 6. Komposisi peran arthropoda dalam hamparan
plot 2 (Agroforestri)
Titik
pengambi
lan
sampel
Jumlah individu Prosentase
H MA SL Total H MA SL
Titik 1 1 2 1 4 25 % 50% 25%Titik 2 2 2 0 4 50 % 50% 0%Titik 3 0 2 0 2 0 % 100% 0%Titik 4 6 2 1 9 67% 22% 11%Titik 5 3 1 2 6 50% 17% 33%Total 12 9 4 25 48% 36% 16%
Laporan Fieldtrip Pertanian Berlanjut 51
Seperti pada plot 1, salah atu indicator dalam
keberlanjutan suatu agroekosistem, dipengaruhi oleh
banyaknya biodeversitas pada plot tersebut. Pada
plot 2 (agroforestri) ditemukan komoditas kopi
sebagai tanaman tahunan, ditemukan banyak keragaman
baik yang berperan sebagai hama (48%), musuh alami
(36%), dan serangga lain (16%). Sistem agroforestri
yang memedukan tanaman tahunan dan musiman,
merupakan salah satu upanya untuk meningkatkan
biodeversitas sehingga ekosistem tersebut dapat
berkelanjutan. Pada plot 2 ini, tanaman kopi
mendominasi, sehingga persentase hama lebih banyak
daripada musuh alami maupun serangga lain.
Dikarenakan kurang adanya tanaman pagar yang
berfungsi sebagai tempat hidu musuh alami maupun
serannga lain.
Tabel 9. Komposisi peran arthropoda dalam hamparan
plot 3 (tanaman semusim)
Titik
pengambi
lan
Jumlah individu ProsentaseH MA SL total H MA SL
Laporan Fieldtrip Pertanian Berlanjut 52
sampelTitik 1 3 1 2 6 50 % 17 % 33 %Titik 2 1 2 15 18 6 % 11 % 83 %Titik 3 2 1 14 17 12 % 6 % 82 %Titik 4 0 1 2 3 0 % 33 % 67 %Titik 5 0 1 3 4 0 % 25 % 75 %Total 6 6 36 48 17 % 17 % 66%
Pada plot 3 (tanaman musiman) dapat ditemukan dominasi
suatu komponen [serangga lain (66%), hama (17%), dan
musuh alami (17%)] mengakibatkan tidak seimbangnya suatu
ekosistem yang memacu suatu ekosistem yang tidak
berkelanjutan. Serangga lain dapat mempunyai peran
sebagai hama atau musuh alami maupun pollinator. Dominasi
suatu komponen dapat memberikan dampak yang buruk bagi
Laporan Fieldtrip Pertanian Berlanjut 53
ekosistem di plot tersebut, apalagi plot tanaman musiman
diolah secara intensif sehingga degradasi ekosistem
tesebut akan berjalan cepat dan merupakan salah satu
idikator ekosistem yang tidak berkelanjutan.
Tabel 12. Komposisi peran arthropoda dalam hamparan
plot 4 (tanaman semusim+pemukiman)
Titik
Pengambil
an Sampel
Jumlah Individu Prosentase
H MA SL Total H MA SL
Titik 1 2 0 7 9 22 % 0 % 78 %Titik 2 1 0 4 5 20 % 0 % 80 %Titik 3 1 0 6 7 14 % 0 % 86 %Titik 4
3 0 33 36 8,3 % 0 %91,7
%Total
7 0 50 5712,3
%0 %
87,7
%
Laporan Fieldtrip Pertanian Berlanjut 54
Plot terakhir atau 4 (pemukiman dan tanaman semusim),
dapat ditemukan persentase hama (12,3%), musuh alami (0%)
dan serangga lain (87,7%). Pengendalian yang intesif
(dekt pemukiman) dari petani menimbulkan dampak ketidak
berlanjutan ekosistem tesebut. Dari hasil yang didapat,
hama berkebng dengan bebas tanpa ada yang mengendalikan
(musuh alami) Ada pula dominasi salah satu komponen
menyebabkan ketidak seimbangan suatu agroekosismen,
kesimbangan ketiga komponen sangat memberikan dampak
terhadap ekosistem tersebut.
3.1.2.3.1 Analisis Lanscape
Agroekosistem yang baik salah satu indikatornya
memiliki biodiversitas yang tinggi. Dengan memiliki
biodiversitas yang tinggi semakin komplek suatu
agroekosistem maka semakin panjang pula rantai makanan
pada lahan tersebut, jadi antara hama dan musuh alaminya
seimbang, tidak ada dominansi spesies di lahan
agroekosistem tersebut.
Rekomendasi dari kelompok yang kami tawarkan untuk
meningkatkan keseimbangan agroekosistem di plot 1 hutan
produksi tanaman pinus dan rumput gajah yaitu berupa
Laporan Fieldtrip Pertanian Berlanjut 55
penanaman tanaman pagar atau tanaman perdu (leguminosa) di
pinggir jalan akses menuju hutan produksi. Fungsi tanaman
pagar ini dapatsebagai tempat berlindung musuh alami
maupun serangga lain sehingga biodeversitas pada lahan
tersebut menjadi tinggi. Selain itu, tanaman pagar atau
perdu (leguminosa) mampu mengikat nitrogen, sehingga dapat
dijadikan pupuk hijau yang mengandung banyak unsur
nitrogen.
Rekomendasi yang dianjurkan pada plot 2 adalah,
penanaman tanaman pagar sebagai tempat hidup musuh alami
yang notabenya sebagai agen hayati untuk mengendalikan
populasi hama serta sebagai tempat bernaung serangga lain
yang dapat memberikan dampak positif pada plot tersebut
(rantai makanan semakin anjang dan kompleks). Sedangkan
Rekomendasi yang dianjurkan untuk plot 3 adalah, adanya
rotasi tanaman setiap musism tanam yang tidak memiliki
family yang sama sehingga dapat mengurangi dominasi suatu
komponen tersebut. Penambahan tanaman pagar seperti pada
plot 1 dan 2 yang berfungsi sebagai tempat hidup musuh
alami maupun serangga lain. Selanjutnya ada plot 4
rekomendasinya adalah, penanaman tanaman pagar yang dpat
mendatangkan musuh alami (tanaman yang berbunga, tidak
memiliki akar yg dalam, dan tidak memiki daun lebar)
ditujukan untuk sebagai tempat hidup musuh alami dan
Laporan Fieldtrip Pertanian Berlanjut 56
tidak merusak tanaman budidaya (akar dalam, dan tutupan
kanopi)
Secara keseluruhan diharapkan pada masing-masing
plot mampu menjaga tingkat biodiversitasnya sehingga daya
dukung lahannya pun dapat meningkat. Salah satu cara agar
rantai makanan tiap-tiap organisme dalam masing plot
seimbang maka perlu ditambahkan tanaman pagar yang
berbunga, tidak berakar dalam, tidak berdaun leba.
3.1.2.4 Cadangan Karbon
Laporan Fieldtrip Pertanian Berlanjut 57
Tabel Nilai C-Stock pada berbagai teknis penggunaan lahan
dan kerapatan pohon
No. Penggunaan
Lahan
Kerapatan
Pohon
Above Ground C-
Stock1 Hutan T 250
S 150R 100
2 Agroforestry T 80S 50R 20
3 Tanaman
Semusim
- 1
Indikator karbon terkait dengan isu pemanasan global
yang berkembang saat ini adalah berhubungan dengan
keberadaan pohon dan ekosistem yang terbentuk. Emisi
karbon dapat dikurangi dengan menjaga keberadaan hutan
karena berfungsi sebagai penyerap karbon di udara dan
menyimpannya dalam waktu yang lama. Peran lanskap dalam
menyimpan karbon bergantung pada besarnya luasan tutupan
lahan hutan alami dan lahan pertanian berbasis pepohonan
baik tipe campuran (agroforestri) atau monokultur
(perkebunan).
Pada setiap titik pengamatan yang ada di Desa
Tulungrejo mempunyai penggunaan lahan yang berbeda satu
Laporan Fieldtrip Pertanian Berlanjut 59
dengan yang lain. Pada titik pertama yaitu hutan masih
memiliki kerapatan vegetasi yang tinggi meskipun telah
berubah menjadi hutan produksi. Selain kerapatan
vegetasinya yang tinggi, biodiversitas yang ada di
dalamnya juga beragam, mulai dari tanaman tahunan sampai
tanaman musiman. Nilai c-stok yang ada pada plot 1 ini
bisa diberikan nilai 200 karena kerapatan vegetasi yang
masih terjaga. Sedangkan pada plot atau titik yang lain
seperti pada titik 2, tingkat kerapatnnya tanaman masih
cukup tinggi karena merupakan lahan agroforestri. Pada
lahan ini telah terjadi campur tangan manusia, sehingga
nilai c-stok yaitu 100. Pada titik 3 dan 4 kerapatan
tanaman semakin rendah dengan penggunaan lahan berupa
lahan tanaman semusim dan campuran antara tanaman semusim
dengan pemukiman. Dalam titik ini campur tangan manusia
sangat banyak dalam ekosistem. Nilai c-stok di titik 3
dan 4 sangan sedikit yaitu 1 karena rendahnya kerapatan
tanaman. Setiap plot mempunyai nilai c-stokyang berbeda
dikarenakan penggunaan lahannya berbeda dan komposisi
tanaman yang berbeda. Menurut Hanafi dan Biroum (2012),
beralihnya sistem penggunaan lahan dari hutan alam
menjadi lahan pertanian, perkebunan atau hutan produksi
atau hutan tanaman industri mengakibatkan terjadinya
perubahan jenis dan komposisi spesies di lahan tersebut.
Perubahan yang terjadi akibat kegiatan eksploitasi hutan
Laporan Fieldtrip Pertanian Berlanjut 60
berpengaruh terhadap hasil serapan dan penyimpanan karbon
di daratan.
Jadi secara umum cadangan C stock di Desa Tulungrejo
termasuk dalam kategori sedang. Hal ini dikarenakan
sebagian besar lahan sudah terjadi alih fungsi lahan
yang kemudian didominasi oleh budidaya tanaman semusim
atau campuran. Walaupun terdapat hutan yang memiliki
cadangan C-stock yang tinggi, namun luasannya tidak
sebanding dengan luasan lahan yang terbuka yang menjadi
lahan budidaya oleh warga sekitar. Untuk mempertahankan
atau meningkatkan kandungan c-stock pada lahan tersebut,
perlu adanya perubahan system budidaya dengan dari
budidaya tanaman monokultur (semusim atau campuran)
menjadi system budidaya agroforestri. Sistem budidaya
agroforestri merupakan perpaduan antara tanaman semusim
dan tahunan, yang dimana tanaman tahunan dapat menyerap
carbon sehingga cadangan c-stock menjadi lebih meningkat.
Peran lanskap dalam kaitannya dengan pertanian berlanjut
adalah dengan mengembalikan hara kedalam tanah melalui
seresah taman budidaya.
3.1.3 Indikator Pertanian Berlanjut dari Sosial Ekonomi
3.1.3.1 Economically viable (Keberlanjutan Secara Ekonomi)
Profil Petani dan Usahatani
Laporan Fieldtrip Pertanian Berlanjut 61
Pada plot 1, petaninya yaitu Bapak Muslimin yang
berumur 36 tahun. Beliau adalah petani kopi yang sukses
karena membudidayakan kopi secara semi organik.
Pekerjaan sampingan beliau adalah sebagai peternak
dengan ternak kambing. Sistem penggunaan yang diamati
pada daerah plot 1 ini adalah daerah hutan dengan
berbagai macam tanaman tahunan yang dibudidayakan.
Tanaman tersebut antara lain, kopi sebagai tanaman
utama, kemudian pinus, pisang, durian dan merica yang
masih sedikit dibudidayakan.
Pada plot 2, petaninya bernama Bapak Nurhadi, di plot
tersebut merupakan plot agroforestri. Bapak nurhadi
memiliki lahan budidaya seluas 0.75 ha, lahan tersebut
merupakan lahannya sendiri. Jenis komoditas yang ditanam
di lahan beliau adalah kopi, durian dan cengkeh. Bapak
Nurhadi menerapkan sistem budidaya tanaman agroforestri
sederhana dimana ada 3 tanaman tahunan yang ditanam di
lahan beliau.
Pada plot 3, Bapak Suin adalah nama petani yang
berada pada plot 3 yang berusia 50 tahun. Dalam lahan
yang disewa seluas 0.5 ha ini beliau menanam kubis
secara semi organik. Selain berprofesi sebagai petani
Bapak Suin ini memiliki pekerjaan sebagai peternak sapi
sebanyak 3 ekor sapi yang dimilikinya.
Laporan Fieldtrip Pertanian Berlanjut 62
Pada Plot 4, petani di desa Tulungrejo memiliki lahan
tegal seluas 150 m2 untuk tanaman sawi dan kubis
sedangkan 450 m2 untuk tanaman kentang. Bibit serta
pupuk yang digunakan selama budidaya yaitu dengan
membeli sedangkan untuk tenaga kerjanya menggunakan
buruh. Jadi dalam pemenuhan bibit serta pupuk petani
tidak mampu menyediakan sendiri. Untuk mencukupi
kebutuhan usahataninya, petani memakai modal 50% nya
dari koperasi.Hasil pertanian dari Bapak Supardi ini
dijual melalui tengkulak dengan harga yang wajar. Dari
hasil usaha tani nya ini sudah cukup mampu untuk
memenuhi kebutuhan keluarganya. Namun, perlu adanya
suatu analisis usaha tani agar dapat mengetahui tingkat
kelayakan dari usaha tani tersebut.
Pada plot 1 dan 2 masih menggunakan teknik budidaya
yang masih memperhatikan tingkat biodiversitas seperti
wilayah hutan dan agroforestry tanaman kopi. Sedangkan
pada plot 3 dan 4 lebih kepada usaha tani yang sangat
intensif.
Laporan Fieldtrip Pertanian Berlanjut 63
Analisis Biaya
Plot 1
Dari hasil wawancara sistem usahatani yang
digunakan oleh petani kopi pada hutan tersebut,
didapatkan analisis biaya usahatani per musim panen
kopi (selama satu tahun/12 bulan) adalah sebagai
berikut :
a) Tabel Biaya Usaha Tani
Tabel 1. Penerimaan Petani (TR)
Jenis
tanaman
Luas
Tanam
Jumlah
Produksi
(kg)
Harga /
unit
(Rp)
Nilai
produksi
(Rp)Kopi 0,5 ha 4.000 5.000 20.000.00
0Total 20.000.00
0
Tabel 2. Biaya Produksi (TC)
Jenis
Penggunaan
Unit Harga/unit
(Rp)
Jumlah
Biaya (Rp)Pupuk P
(SP36)
4 sak / 50
kg
116.000 /
sak
464.000
Setor ke
perhutani
0,5 ha 250.000 /
0,5 ha
250.000
Tenaga Kerja
Laporan Fieldtrip Pertanian Berlanjut 64
- Pengola
han lahan
dan Tanam
- Perawat
an
- Panen
2 orang
4 orang
2 orang
50.000 /
orang
50.000 /
orang
50.000 /
orang
100.000
200.000
100.000
Total 1.114.000
b) Analisis Kelayakan Usaha Tani
Keuntungan = TR – TC
= Rp 20.000.000,00 – Rp 1.114.000,00
= Rp 18.860.000,00
R/C ratio = TR / TC
= Rp 20.000.000 / Rp 1.114.000,00
= 17,95
Laporan Fieldtrip Pertanian Berlanjut 65
Plot 2
1. Tanaman kopi
a. Biaya tetap
No UraianJumlah
(Unit)
Harga
PerhitunganBiaya
1 Sewa
lahan7500 m2
Rp.
6.000.000,00
Rp.
6.000.000,002 Sewa
Alat- - -
3
Penyusut
an alat
-Cangkul
-Sabit
2
2
((Rp.
125.000,00 –
Rp.
10.000,00)/3
thun) x 2 unit
((Rp.50.000,00
–
Rp.5000,00)/3
tahun) x 2
unit
Rp. 76.666,00/
masa tanam
Rp.
30.000,00/masa
tanam
Total Biaya Tetap
Rp. 6.106.666,00
Laporan Fieldtrip Pertanian Berlanjut 66
b. Biaya variabel
No UraianJumlah
(unit)Harga Biaya
1. Benih/
bibit :
kopi
1200
bibit
1200 x Rp.
2000,00
Rp.
2.400.000,00
2.
3.
Pupuk :
- kandang
- kompos
Tenaga
kerja :
-
Persiapan
lahan
(2 laki-
laki)
-Tanam
(2 laki-
laki)
-Pemupukan
(1 laki-
laki)
-Panen
( 2 laki-
100 kg
50 kg
2 hari
2hari
1 hari
2 hari
2 hari
100 x Rp
3000
50 x
Rp.1900,00
Rp.
35.000,00 x
2 x 2 hari
Rp. 35.000
x 2 x 2
hari
Rp. 35.000
x1 hari
Rp. 35.000
x 2 x 2
hari
Rp.
300.000,00
Rp.
95.000,00
Rp.
140.000,00
Rp.
140.000,00
Rp.
35.000,00
Rp.
140.000,00
Laporan Fieldtrip Pertanian Berlanjut 68
laki)
(1
perembuan)
Rp. 30.000
x 1 x 2
hari
Rp.
60.000,00
Total Biaya Variabel Rp. 3.310.000,00
c. Total biaya
No. Biaya T
otal biaya1. Total biaya tetap (total
fixed cost)
Rp
6.106.666,002. Total biaya variabel (total
variable cost)
Rp
3.310.000,00Total Biaya (Total Cost) Rp
9.416.666,00
d. Penerimaan usahatani
No Uraian Nilai Jumlah1. Produksi (unit) 7 kwintal =
700 kg
700 kg
2 Harga (per
satuan unit)
Rp 22.500/kg 22.500/kg
Penerimaan Usahatani (Total Revenue) Rp.
15.750.000,00
Laporan Fieldtrip Pertanian Berlanjut 69
e. Keuntungan Usahatani
No Uraian Jumlah1 Total biaya (total cost) Rp. 9.416.666,002 Penerimaan (total
revenue)Rp. 15.750.000,00
Keuntungan Rp. 6.333.334,00
. Tanaman Durian
a. Biaya tetap
No UraianJumlah
(Unit)
Harga
PerhitunganBiaya
1 Sewa
lahan
7500 m2 Rp.
6.000.000,00
Rp.
6.000.000,002 Sewa
Alat
- - -
3 Penyusut
an alat
-Cangkul
-Sabit
2
2
((Rp.
125.000,00 –
Rp.
10.000,00)/3
tahun) x 2 unit
((Rp.50.000,00
– Rp.5000,00)/3
tahun) x 2 unit
Rp.
76.666,00/
masa tanam
Rp.30.000,00
/masa tanam
Laporan Fieldtrip Pertanian Berlanjut 70
Total Biaya Tetap
Rp. 6.106.666,00
b. Biaya variabel
No UraianJumlah
(unit)Harga Biaya
1. Benih/
bibit :
Durian
50
bibit
50 x Rp.
4000,00
Rp.
200.000,002.
3.
Pupuk :
- kandang
- kompos
Tenaga
kerja :
-
Persiapan
lahan
(2 laki-
laki)
-Tanam
(2 laki-
laki)
-Pemupukan
50 kg
50 kg
2 hari
1 hari
1 hari
1 hari
1 hari
Rp 50 x 3000
50 x
Rp.1900,00
Rp. 35.000,00
x 2 x 2 hari
Rp. 35.000 x
2 x hari
Rp. 35.000 x
1
Rp.
150.000,00
Rp.
95.000,00
Rp.
140.000,00
Rp.
70.000,00
Rp.
Laporan Fieldtrip Pertanian Berlanjut 71
(1 laki-
laki)
-Panen
( 1 laki-
laki)
(1
perembuan)
Rp. 35.000 x
1
Rp. 30.000 x
1
35.000,00
Rp.
35.000,00
Rp.
30.000,00Total Biaya Variabel
Rp. 775.000,00
c. Total biaya
No
.
Biaya Total biaya
1. Total biaya tetap (total
fixed cost)
Rp 6.106.666,00
2. Total biaya variabel
(total variable cost)
Rp 775.000,00
Total Biaya (Total Cost) Rp 6.881.666,00
Laporan Fieldtrip Pertanian Berlanjut 72
d. Penerimaan usahatani
No Uraian Nilai Jumlah1. Produksi (unit) 500 buah
durian
500 buah
2 Harga (per
satuan unit)
Rp
25.000,00/buah
Rp. 25.000,00
Penerimaan Usahatani (Total Revenue) Rp.
12.500.000,00
e. Keuntungan Usahatani
No Uraian Jumlah1 Total biaya (total cost) Rp
6.881.666,002 Penerimaan (total revenue) Rp. 12.500.000,00
Keuntungan Rp.
5.618.334,00
3. Tanaman Cengkeh
a. Biaya tetap
No UraianJumlah
(Unit)
Harga
PerhitunganBiaya
1 Sewa
lahan
7500 m2 Rp.
6.000.000,00
Rp.
6.000.000,002 Sewa - - -
Laporan Fieldtrip Pertanian Berlanjut 73
Alat3 Penyusut
an alat
-Cangkul
-Sabit
2
2
((Rp.
125.000,00 –
Rp.
10.000,00)/3
tahun) x 2
((Rp.50.000,00
– Rp.5000,00)/3
tahun) x 2
Rp.
76.666,00/
masa tanam
Rp.
30.000,00/ma
sa tanam
Total Biaya Tetap
Rp. 6.106.666,00
b. Biaya variabel
No UraianJumlah
(unit)Harga Biaya
1. Benih/
bibit :
cengkeh
300
bibit
300x
Rp.3000,00
Rp.
900.000,002.
3.
Pupuk :
- kandang
- kompos
Tenaga kerja
75 kg
50 kg
75 x Rp.
3000
50 x
Rp.1900,00
Rp.
225.000,00
Rp.
95.000,00
Laporan Fieldtrip Pertanian Berlanjut 74
:
- Persiapan
lahan
(2 laki-
laki)
-Tanam
(2 laki-
laki)
-Pemupukan
(1 laki-
laki)
-Panen
( 2 laki-
laki)
(1
perembuan)
2 hari
2hari
1 hari
2 hari
2 hari
Rp.
35.000,00 x
2 x 2 hari
Rp. 35.000 x
2 x 2 hari
Rp. 35.000 x
1
Rp. 35.000 x
2 x 2 hari
Rp. 30.000 x
2 hari
Rp.
140.000,00
Rp.
140.000,00
Rp.
35.000,00
Rp.
140.000,00
Rp.
60.000,00Total Biaya Variabel
Rp. 1.960.000,00
c. Total biaya
No. Biaya Total biaya1. Total biaya tetap (total
fixed cost)
Rp 6.106.666,00
2. Total biaya variabel (total
variable cost)
Rp.
1.960.000,00
Laporan Fieldtrip Pertanian Berlanjut 75
Total Biaya (Total Cost) Rp 8.066.666,00
d. Penerimaan usahatani
No Uraian Nilai Jumlah1. Produksi (unit) 3 kwintal =
300 kg
300
2 Harga (per
satuan unit)
Rp
125.000,00/kg
Rp.
125.000,00Penerimaan Usahatani (Total Revenue) Rp.
37.500.000,0
0
e. Keuntungan Usahatani
No Uraian Jumlah1 Total biaya (total
cost)
Rp 8.066.666,00
2 Penerimaan (total
revenue)
Rp. 37.500.000,00
Keuntungan Rp. 29.433.334,00
- R/C Ratio
R/C ratio kopi = Pq. Q / (TFC + TVC)
= Rp. 22.500,00 x 700/ (Rp
9.416.666,00)
= 1,67
R/C ratio durian = Pq. Q / (TFC + TVC)
Laporan Fieldtrip Pertanian Berlanjut 76
= Rp. 25.000,00 x 500 / (Rp
6.881.666,00)
= 1,81
R/C ratio cengkeh = Pq. Q / (TFC + TVC)
= Rp. 125.000,00 x 300 / (Rp
8.066.666,00)
= 4,64
Plot 3
a. Tabel Biaya Usaha Tani
Tabel 1. Penerimaan Petani (TR)
Jenis
Tanaman
Luas
Tanam
(ha)
Jumlah
Produksi
(kg)
Harga/Unit Nilai
Produksi
(Rp)Kubis 0.5 20.000 4000 80.000.000
Tabel 2. Biaya Produksi (TC)
Jenis Tanaman Unit Harga/unit Jumlah Biaya
Sewa lahan
(jika
menyewa) Rp
0.5 1.250.000 (3
bulan)
1.250.000 (3
bulan)
Pupuk :
Urea (Pupuk
N)
SP36 (Pupuk
P)
KCl (Pupuk K)
100 kg
125 kg
100 kg
-
135.000/50kg
116.000/50 kg
90.000/50kg
-
270.000
232.000
180.000
-
Laporan Fieldtrip Pertanian Berlanjut 77
Pestisida
Organik/Nabat
iTenaga Kerja
- Pengolah
an lahan dan
Tanam
- Perawata
n
- Panen
5 orang
6 orang
6 orang
50.000/orang
50.000/orang
50.000/orang
250.000
300.000
300.000
Benih 100 gr 150.000 15.000.000Jumlah biaya 17.782.000
Keuntungan = TR – TC
= Rp 80.000.000 – Rp 17.782.000
= Rp 62.218.000
R/C ratio = TR/TC
= Rp 80.000.000 / Rp 17.782.000
= 4.49
Plot 4
a. Biaya Tetap/TFC (Total Fixed Cost)
No Uraian Jumlah
(Unit)
Harga (Rp)
(Perhitungan
)
Biaya (Rp)
1 Sewa lahan 0 0 0
Laporan Fieldtrip Pertanian Berlanjut 78
2 Sewa alat 0 0 03 Penyusutan
Alat:Selang 1 325.000 145.000Cangkul 5 30000 50.000Diesel 1 1560000 355.000Total Biaya Tetap (Total Fixed Cost) 550.000
Keterangan :
Biaya tetap tersebut diperoleh dari nilai biaya
penyusutan dari alsintan, cara perhitungannya yaitu :
Biaya penyusutan =hargabeli−hargaakhir
lamapemakaian−jumlahalat
Biaya penyusutan cangkul = 30000−50001 x 5 =
200001
x5 = 100.000/ tahun
Biaya per musim tanam = 100.00012×6 = 50.000
Biaya penyusutan diesel = 1560000−1500001 x 1=
7100001 x 1 = 710.000
Biaya per musim tanam = 710.00012×6 = 355.000
Laporan Fieldtrip Pertanian Berlanjut 79
Biaya penyusutan selang = 325.000−35.0001 x 1=
290.0001 x 1= 290.000
Biaya per musim tanam = 290.00012×6 = 145.000
b. Biaya Variabel /TVC (Total Variable Cost)
Kentang
No Uraian Jumlah
(unit)
Harga (Rp) Biaya (Rp)
1 Benih/bibitKentang 5 kg 5000 25.000
2 PupukPupuk urea 100 kg 1800 180.000Ponska 100 kg 2400 240.000ZA 100 kg 1500 150.000
3 Obat-obatanPrematon ¼ liter 480.000 120.000
4 Tenaga kerja
Kegiatan:Penanaman 5 50.000 250.000Pemupukan 4 50.000 200.000
Penyemprotan 4 50.000 200.000Panen 6 50.000 300.000
5 Air 0 0 0
Laporan Fieldtrip Pertanian Berlanjut 80
6 Listrik 0 0 0Total Biaya Variabel (Total Variable
Cost)
1.665.000
Kubis
No Uraian Jumlah
(unit)
Harga (Rp) Biaya (Rp)
1 Benih/bibitKubis 425 40 17.000
2 PupukPupuk urea 50 kg 1800 90.000Ponska 50 kg 2400 120.000ZA 50 kg 1500 75.000
3 Obat-obatanPrematon ¼ liter 480.000 120.000
4 Tenaga kerja
Kegiatan:Penanaman 4 20.000 80.000Pemupukan 3 20.000 60.000
Penyemprotan 3 20.000 60.000Panen 10 20.000 200.000
5 Air 0 0 06 Listrik 0 0 0
Total Biaya Variabel (Total Variable
Cost)
822.000
Laporan Fieldtrip Pertanian Berlanjut 81
Tanaman Sawi
No Uraian Jumlah
(unit)
Harga (Rp) Biaya (Rp)
1 Benih/bibitSawi 30 gram 2000 60.000
2 PupukPupuk urea 80 kg 1800 90.000Ponska 80 kg 2400 120.000ZA 80 kg 1500 75.000
3 Obat-obatanPrematon ¼ liter 480.000 120.000
4 Tenaga kerja
Kegiatan:Penanaman 8 20.000 160.000Pemupukan 6 20.000 120.000
Penyemprotan 6 20.000 120.000Panen 10 20.000 200.000
5 Air 0 0 06 Listrik 0 0 0
Total Biaya Variabel (Total Variable
Cost)
1.065.000
c. Total Biaya /TC (Total Cost)
Kentang
No Biaya Total Biaya (Rp)1 Total Biaya Tetap (Total Fixed 550.000
Laporan Fieldtrip Pertanian Berlanjut 82
Cost)2 Total Biaya Variabel (Total
Variable Cost)
1.665.000
Total Biaya (Total Cost) 2.215.000
Laporan Fieldtrip Pertanian Berlanjut 83
Kubis
No Biaya Total Biaya (Rp)1 Total Biaya Tetap (Total Fixed
Cost)
550.000
2 Total Biaya Variabel (Total
Variable Cost)
822.000
Total Biaya (Total Cost) 1.372.000 Sawi
No Biaya Total Biaya (Rp)1 Total Biaya Tetap (Total Fixed
Cost)
550.000
2 Total Biaya Variabel (Total
Variable Cost)
1.065.000
Total Biaya (Total Cost) 1.615.000
d. Penerimaan Usahatani
Kentang
No Uraian Nilai Jumlah (Rp)1 Produksi (unit) 2.660 kg2 Harga (per satuan
unit)
1 kg 6.000
Penerimaan Usahatani (Total
Revenue)
15.960.000
Kubis
No Uraian Nilai Jumlah (Rp)
Laporan Fieldtrip Pertanian Berlanjut 84
1 Produksi (unit) 3.000kg2 Harga (per satuan
unit)
1 kg 3.000
Penerimaan Usahatani (Total
Revenue)
9.000.000
Sawi
No Uraian Nilai Jumlah (Rp)1 Produksi (unit) 9.0002 Harga (per satuan
unit)
1 kg 1.500
Penerimaan Usahatani (Total
Revenue)
13.500.000
e. Keuntungan Usahatani
Kentang
No Uraian Jumlah (Rp)1 Total Biaya (Total Cost) 2.215.0002 Penerimaan (Total Revenue) 15.960.000
Keuntungan 13.745.000
Kubis
No Uraian Jumlah (Rp)1 Total Biaya (Total Cost) 1.372.0002 Penerimaan (Total Revenue) 9.000.000
Keuntungan 7.628.000
Laporan Fieldtrip Pertanian Berlanjut 85
Sawi
No Uraian Jumlah (Rp)1 Total Biaya (Total Cost) 1.615.0002 Penerimaan (Total Revenue) 13.500.000
Keuntungan 11.885.000
f. Pendapatan Kotor Usaha Tani (Gross Farm Family Income)
Kentang
GFFI = Y.Py - ∑n−1
nri.Xi = 2.660 x 6.000 –
(TVC)
= 15.960.000-1.665.000= 14.295.000
Kubis
GFFI = Y.Py - ∑n−1
nri.Xi = 3.000 x 3.000 –
(TVC)
= 9.000.000-822.000= 8.178.000
Sawi
GFFI = Y.Py - ∑n−1
nri.Xi = 9.000 x 1.500 –
(TVC)
= 13.500.000-1.065.000= 12.435.000
g. R/C Ratio
Kentang
Laporan Fieldtrip Pertanian Berlanjut 86
R/C Ratio = TRTC = 15.960.0002.215.000 = 7,2
Kubis
R/C Ratio = TRTC = 9.000.0001.372.000 = 6,5
Sawi
R/C Ratio = TRTC = 13.500.001.615.000 = 8,4
Dari hasil perhitungan di atas menunjukkan bahwa
total pendapatan kotor usaha tani cukup besar pada
masing-masing komoditas. Kemudian dari analisa kelayakan
usaha tani diperoleh pada komoditas kentang, kubis dan
sawi menunjukkan bahwa usaha tani tersebut layak untuk
dilanjutkan dikarenakan R/C Ratio lebih dari
1.Selanjutnya ,usaha tani yang dilakukan Bapak Supardi
ini telah berkelanjutan dikarenakan biaya eksternalitas
lebih rendah dibandingkan penerimaan yang didapatkan.
Berdasarkan data dari beberapa plot menunjukkan
bahwa usaha tani yang dilakukan pada masing-masing plot
layak untuk dilanjutkan dikarenakan nilai R/C Ratio nya
tinggi. Nilai R/C Ratio yang lebih dari 1 menunjukkan
bahwa usaha tani layak untuk dikembangkan.
3.1.3.2 Ecologically sound (Ramah Lingkungan)
Plot 1
Laporan Fieldtrip Pertanian Berlanjut 87
Sudah dijelaskan bahwa pada lahan hutan pengamatan
ditemukan banyak tanaman seperti pinus, kopi, pisang,
durian dan merica. Aspek ekologi yang akan dibahas
menyangkut beberapa hal antara lain tentang
biodiversitas, kemampuan lahan, dominasi organisme dan
sistem rantai makanan dimana keempat faktor tersebut
saling mempengaruhi satu sama lain di dalam sistem
lingkungan. Selain itu bahan input yang digunakan oleh
petani juga mempengaruhi keberlangsungan ekologi di
daerah tersebut.
Plot 2
Bapak Nurhadi sudah sedikit paham mengenai upaya
menjaga ligkungan sekitar. Beliau menggunakan pupuk
organik untuk memenuhi kebutuhan unsur hara lahannya
yaitu pupuk kandang dan kompos. Pupuk kandang didapatkan
dari tetangganya yang memiliki ternak, beliau juga
menjelaskan jika untuk mengatasi hama tidak menggunakan
pestisida sehingga lahannya bebas residu pestisida yang
membahayakan lingkungan.
Plot 3
Petani telah menggunakan pupuk organik dan
pengendalian secara nabati dalam sistem budidayanya,
tetapi beliau tetap menggunakan pasokan pupuk kimia
ataupun anorganik dalam lahannya.Petani telah menyadari
bahwa jika penggunaan pupuk anorganik memang tidak ramah
Laporan Fieldtrip Pertanian Berlanjut 88
lingkungan. Namun petani melanjutkan penggunaan pupuk
anorganik karena takut terjadinya gagal panen.
Plot 4
Dari hasil wawancara dengan petani menunjukkan bahwa
usaha tani yang dilakukan Bapak Supardi ini masih tidak
ramah lingkungan. Hal ini dikarenakan selama budidaya
tanaman sayuran masih menggunakan pupuk kimia serta
pestisida. Residu dari bahan-bahan kimia yang digunakan
akan berakibat pencemaran sumber air. Selain itu,
penggunaan pupuk kimia secara terus-menerus juga tidak
baik dikarenakan dapat menurunkan tingkat kesehatan
tanah. Namun, Bapak Supardi ini telah mengurangi
penggunaan pestisida akibat kesadaran akan bahaya
penggunaan pestisida secara berlebihan.
Berdasarkan hasil data dari masing-masing plot
menunjukkan bahwa usaha tani yang dijalankan masih kurang
memperhatikan lingkungan sekitar. Hal ini ditunjukkan
dari penggunaan pupuk kimia maupun pestisida yang
berlebihan. Selain itu, pada plot 4 terdapat usaha tani
tanaman kopi pada lahan hutan dimana seharusnya lahan ini
dimanfaatkan untuk menjaga siklus hidrologi serta
cadangan karbon di wilayah ini.
Laporan Fieldtrip Pertanian Berlanjut 89
3.1.3.3 Socially just (Berkeadilan- Menganut Azas Keadilan)
Plot 1
Berdasarkan hasil wawancara, status kepemilikan lahan
adalah milik perhutani, sedangkan narasumber berperan
sebagai penggarap lahan. Hal ini menunjukkan bahwa
penerapan program perhutani yakni HTR (Hutan Tanaman
Rakyat) masih berlangsung. Program ini dimaksudkan agar
masyarakat sekitar hutan tidak melakukan penebangan hutan
secara liar ataupun merusak hutan dengan alasan motif
ekonomi.Berdasarkan aspek pemasaran, hasil panen tanaman
kopi dipasarkan di pasar-pasar tradisonal di daerah
tersebut. Kopi yang dipasarkan ada dua bentuk yakni yang
dalam masih bentuk kopi basah dan kopi kering dengan
harga yang tidak tentu di pasaran.
Plot 2
Di Desa Tulungrejo tidak adanya penjualan atau tukar
menukar benih dengan sesama masyarakat didaerah setempat.
Petani membeli benih/bibit di toko-toko terdekat dan
sebagian dari petani membuat benih/bibit sendiri. Seperti
halnya yang dilakukan oleh Bapak Nurhadi.Kebanyakan dari
petani desa menjual produk pertaniannya pada tengkulak
secara langsung, sehingga petani memasrahkan sepenuhnya
harga kepada tengkulak, hal tersebut akan menambah
kerugian karena tengkulak membeli dengan harga yang lebih
rendah bila dibandingkan harga yang seharusnya.
Laporan Fieldtrip Pertanian Berlanjut 90
Plot 3
Di Desa Tulungrejo terdapat kelompok tani yaitu
Kelompok Tani Makmur. Ketua dari Kelompok Tani tersebut
bernama Bapak Kusnan. Untuk input-inputnya pertaniannya
di Desa Tulungrejo ini sebagian masyarakatnya membuat
sendiri (misalnya pupuk organik, pestisida nabati).Namun
untuk benihnya ini petani tetap membeli di toko pertanian
dan untuk tambahan berupa pupuk anorganik petani juga
membeli di toko pertanian.Untuk sistem pemasarannya
beliau dipasarkan pada pasar modern seperti supermarket
dengan harga Rp 4.000 per kg. Dengan adanya kelompok tani
tersebut maka petani juga memperoleh keuntungan dengan
mudahnya memperoleh informasi pasar dan pengembangan dari
sisi peningkatan kualitas lahan dan tingkat pemasaran.
Plot 4
Di desa Tulungrejo ini terdapat kelembagaan pertanian
yaitu koperasi dan kelompok tani. Kelompok tani ini
bernama Tani Makmur yang diketuai oleh Bapak Suprayitno.
Koperasi disini berfungsi dalam peminjaman modal untuk
usaha tani sedangkan kelompok tani berfungsi sebagai
wadah penukaran ilmu usaha tani. Akses informasi pasar
dan usaha tani lain yang terkait dengan sumber daya
khususnya lahan termasuk baik sehingga pemasaran hasil
produksi Bapak Supardi mudah.
Laporan Fieldtrip Pertanian Berlanjut 91
Berdasarkan hasil data pada masing-masing plot
menunjukkan bahwa plot 1 usaha tani nya bekerjasama
dengan perhutani sedangkan plot 2,3 dan 4 bekerjasama
dengan kelompok tani dan koperasi untuk membantu dalam
kegiatan usaha tani nya.
3.1.3.4 Culturally acceptable (Berakar pada Budaya Setempat)
Plot 1
Berdasarkan wawancara yang telah dilakukan, dari segi
budaya yang berlaku di daerah tersebut, tidak ditemukan
tempat yang sakral atau yang dilindungi. Namun ada
berbagai adat dan kebiasaan yang dilakukan oleh pelaku
usahatani sekitar hutan. Pertama adalah rutin
dilakukannya bersih desa. Kegiatan bersih desa ini
bertujuan untuk membersihkan daerah tersebut atau diri
sendiri dari hal-hal yang negatif dan secara tidak
langsung berperan sebagai bentuk rasa syukur kepada tuhan
atas rizki yang telah diperoleh. Kemudian dari segi
kebiasaan yang dilakukan berhubungan dengan waktu
pemupukan yang dilakukan. Pada umumnya, pemupukan untuk
tanaman kopi dilakukan oleh masyarakat. Pemupukan pertama
dilakukan pada awal musim hujan da pemupukan kedua
dilakukan pada saat akhir musim hujan. Lalu dari segi
penananaman, kebiasaan dari penduduk adalah menanam pada
saat awal musim hujan karena menurut pendapat mereka,
Laporan Fieldtrip Pertanian Berlanjut 92
tanaman kopi akan memberikan hasil yang baik apabila
ditanam pada awal musim hujan.
Plot 2
Di desa Tulung rejo masih percaya dengan adat istiadat
desa, mereka menganut suatu sistem budaya yang ada.
Budaya disana adalah saling membantu antar anggota
keluarga, biasanya seluruh anggota keluarga membantu pada
saat panen berlangsung atau pada saat awal penanaman dan
juga masih adanya budaya gotong royong antar petani dan
masyarakat setempat. Nuansa budaya jawa masyarakat Desa
Tulungrejo masih ada. Masyarakat mempercayai suatu tempat
yang biasanya disebut punden. Punden adalah tempat kramat
seperti kuburan, kuburan tersebut merupakan kuburan
leluhur.
Plot 3
Berdasarkan hasil interviev yang telah dilakukan
dengan Bapak Suin, dapat diketahui jika darin segi budaya
setempat tersebut terdapat tempat sakral yang bertempat
pada dua tempat. Untuk tempat sakral pertama yaitu punden
pada daerah pemukiman warga dan untuk tempat sakral kedua
yaitu punden di hutan dekat dengan sumber air yang ada
disana. Pada desa tersebut juga terdapat kearifan lokal
yang berupa kepercayaan atau adat istiadat berupa upacara
yang dilakukan sebelum panen. Upacara ini berupa acara
syukuran dengan pemiliknya membuat nasi tumpeng dan
Laporan Fieldtrip Pertanian Berlanjut 93
dimakan bersama-sama dengan tenaga kerja yang akan
melakukan proses panen.
Plot 4
Sistem pertanian atau usaha tani yang ada di sana
sudah sesuai sistem budaya yang berlaku. Adanya budaya
selamatan ketika awal tanam dan waktu pengisian bulir
padi merupakan bentuk syukur masyarakat setempat.
Selamatan dilakukan pada setiap kelompok tani. Budaya
lain yang ada disana “Pranoto mongso” yaitu melihat arah
bintang di langit ketika akan melakukan bajak lahan.
Kegiatan ini dilakukan bersama dengan tokoh masyarakat
yang ada. Tetapi selama proses budidaya tidak adanya
gotong royong antara petani. Disana juga terdapat tempat
yang dilindungi yaitu “Punden” dikarenakan terdapat makam
orang yang pertama kali membangun desa tersebut. Hal ini
menandakan bahwa petani menghargai budaya yang ada,
dengan tidak merusak tempat-tempat yang dilindungi.
Menurut (Euis sunarti, 2004) sistem pertanian yang
menganut atau sesuai dengan budaya setempat akan
menghasilkan petani yang memiliki sifat kepedulian
terhadap sesama petani dan menghargai setiap hasil yang
diperoleh dari proses budidaya yang berlangsung.
Hubungan kerja sama petani disana sudah terjalin
dengan adanya penerapan budaya setempat yaitu selamatan
ketika awal tanam dan “Pranoto mongso”. Dan dengan adanya
Laporan Fieldtrip Pertanian Berlanjut 94
kelompok tani, petani mampu membangun kepercayaan antar
petani yang ada. Petani juga dapat berdiskusi dan
berinteraksi tentang penerapan teknologi baru pada petani
dalam mengolah lahannya. Kelompok tani disana berperan
sangat penting, tetapi untuk institusi seperti pemerintah
kaitannya dengan peran pemerintah dalam menggabungkan
nilai-nilai dasar kemanusiaan itu tidak ada. Terbukti
tidak adanya peraturan tentang pemanfaatan lahan pada
daerah tersebut. Tetapi karena petani disana menghargai
budaya setempat maka petani tidak mengadakan alih fungsi
lahan pertanian dikarenakan merupakan sumber dari mata
pencaharian yang utama.
Masyarakat setempat memang mampu menyesuaikan diri
dengan kondisi usaha tani yang terus berlangsung, dapat
dilihat dari sistem budidaya mulai dari pola tanam, pupuk
yang digunakan, pengendalian terhadap hama dan pengolahan
lahan sebelum tanam. Dalam merotasi pola tanam mereka
melihat kondisi lingkungan yang mendukung sehingga mampu
mencegah degradasi lahan pertanian dan dapat mencegah
menurunnya produktivitas yang dihasilkan. Dan dapat
dilihat juga dari banyaknya petani yang mempunyai ternak
dan pekerjaan sampingan untuk mengantisipasi kondisi
usaha tani yang tidak menentu.
Berdasarkan beberapa data pada masing-masing plot
menunjukkan bahwa budaya setempat masih mempengaruhi
Laporan Fieldtrip Pertanian Berlanjut 95
kegiatan usaha tani. Selain itu, terdapat beberapa tempat
yang disakralkan serta terdapat tokoh masyarakat yang
tentunya berpengaruh penting terhadap pentrasferan ilmu
tentang usaha tani.
3.2 Pembahasan Umum
3.2.1 Keberlanjutan Sistem Pertanian di Lokasi Pengamatan
Indikator
Keberhasilan
Plot 1 Plot 2 Plot 3 Plot 4
Produksi vvv vvv vvv vvvvAir v v v vKarbon vvv vv v vvHama v vv v vGulma v v v vNote : v = kurang; vv = sedang; vvv = baik; vvvv =
sangat baik
Plot 1 = Perkebunan pinus
Plot 2 = Agroforestri
Plot 3 = Tanaman semusim
Plot 4 = Tanaman semusim dan pemukiman
Laporan Fieldtrip Pertanian Berlanjut 96
Dari hasil perbandingan data diatas aspek produksi, air,
karbon, hama, dan gulma dari berbagai macam penggunaan
lahan mulai dari perkebunan pinus, agroforestri, tanaman
semusim, dan pemukiman dapat disimpulkan sebagai berikut.
Dari aspek ekonomi yaitu produksi , sistem pertanian yang
berkelanjutan yaitu pada semua penggunaan lahan, tetapi
yang paling baik yaitu penggunaan lahan tanaman semusim
dan pemukiman pada plot 4. Penentuan baik tidaknya
produksi dilihat dari R/C ratio pada usaha tani yang
dilakukan. Dari aspek lingkungan yaitu air, untuk keempat
penggunaan lahan kualitas air yang ada dilahan
keberlanjutannya kurang. Kualitas air ini dapat
dipengaruhi oleh kegiatan budidaya yang dilakukan terlalu
intensif. Dengan penggunaan pestisida yang berlebihan,
pemupukan dan pengolahan yang terlalu intensif. Penentuan
baik tidaknya kualitas air yang ada dilahan dilihat dari
DO (Dissolve Oxygen) dan pH pada air. Dari aspek
lingkungan yaitu cadangan karbon yang paling tinggi yaitu
penggunaan lahan perkebunan pinus. Cadangan karbon yang
ada dapat dilihat dari banyaknya tanaman pohon dan umur
tanaman pohon yang ada. Perkebunan pinus menghasilkan
cadangan karbon yang paling tinggi, karena banyaknya
pohon pinus yang ada dan umur pohon pinus yang sudah tua.
Dari aspek lingkungan yang lain yaitu gulam yang ada
disana untuk keempat penggunaan lahan tergolong rendah.
Laporan Fieldtrip Pertanian Berlanjut 97
Penentuan keanekaragaman tanaman dari perhitungan SDR
Dari aspek HPT, penggunaan lahan yang keanekaragamannya
seimbang yaitu penggunaan lahan agroforestri. Kondisi
sistem dalam agroekosistem dilihat dari dinamika
komposisi peran dan jumlah individu spesies yang ada,
dari waktu ke waktu ataupun dalam lanskap yang sama. Dari
kelima indikator yang telah diamati dapat disimpulkan
dalam skala lanskap sistem pertanian yang ada di daerah
Tulungrejo tidak berkelanjutan. Indikator keberhasilan
pelaksanaan sistem pertanian berlanjut pada skala lanskap
apabila ketiga aspek utama terpenuhi yaitu aspek ekonomi,
aspek sosial dan aspeklingkungan (biofisik). Karena dari
aspek sosial dan ekonomi, produksi memenuhi dan mencukupi
kebutuhan petani yang ada pada daerah Tulungrejo, tetapi
untuk aspek lingkungan biofisik dari indikator kualitas
air, cadangan karbon yang ada, gulma (keanekaragaman),
dan hama yang ada tidak berkelanjuatan.
Ketidakberlanjutan sistem pertanian yang ada di
Tulungrejo disebabkan karena usaha petani untuk
mendapatkan hasil produksi yang maksimal tanpa
memperhatikan kerusakan yang ada. Sedangkan menurut
(FAO,1996) pertanian berlanjut adalah pengelolaan dan
konservasi sumber daya alam, dan orientasi perubahan
teknologi dan kelembagaan yang dilakukan sedemikian rupa
sehingga dapat menjamin pemenuhan dan pemuasan kebutuhan
Laporan Fieldtrip Pertanian Berlanjut 98
manusia secara berkelanjutan bagi generasi sekarang dan
mendatang. Dengan demikian pembangunan di sektor
pertanian, peternakan, kehutanan, dan perikanan harus
mampu mengkonservasikan tanah, ait, tanaman dan sumber
genetik binatang, tidak merusak lingkungan, secara teknis
tepat guna, secara ekonomi layak dan secara sosial dapat
diterima dan sesuai dengan budaya masyarakat ditempat.
Laporan Fieldtrip Pertanian Berlanjut 99
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Dari hasil analisa data dari berbagai aspek menunjukkan
bahwa kondisi lanskap di daerah Tulungrejo ini sistem
pertaniannya belum berkelanjutan. Hal ini dakarenakan
petani pada wilayah ini masih memiliki pemikiran untuk
meningkatkan produktivitas tanpa memperdulikan lingkungan
sekitar. Sumber air pada desa Tulungrejo ini menunjukkan
kualitas yang kurang baik sebagai akibat adanya
intensifikasi bahan-bahan kimia yang diaplikasikan oleh
petani. Dari segi ekonomi usaha tani yang dijalankan oleh
petani memiliki nilai keuntungan yang besar sehingga
mampu memenuhi kebutuhan hidupnya. Dapat dilihat juga
pada plot lahan hutan dimana seharusnya lahan ini
dimanfaatkkan sebagai wilayah penyangga serta pelestarian
plasma nutfah tetapi digunakan lahan produksi untuk
tanaman kopi. hal ini tentunya akan sangat berpengaruh
terhadap kondisi ekologi pada bagian hilir. Maka dari
itu, perlu adanya suatu tindakan manajemen agrosistem
yang baik kebijakan Pemerintah dalam melindungi kawasan
hutan.
4.2 Saran
Laporan Fieldtrip Pertanian Berlanjut 100
Bagi petani, perlu adanya penyuluhan atau bahkan sekolah
lapang untuk memperkenal sistem pertanian berkelanjutan
sehingga usaha tani yang mereka jalankan tidak hanya baik
dari segi ekonomi tetapi juga dari segi ekologinya.
Laporan Fieldtrip Pertanian Berlanjut 101
DAFTAR PUSTAKA
Agustiningsih, Dyah. 2012. Analisis Kualitas Air dan
Beban Pencemaran Berdasarkan Penggunaan Lahan di
Sungai Blukar Kabupaten Kendal. Prosiding Seminar
Nasional Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan.
Semarang.
Hairiah, Kurniatun et, al. 2010. Studi Biodiversitas:
Apakah agroforestri mampu mengkonservasi
keanekaragaman hayati di DAS KONTO RABA (Rapid Agro-
Biodiversity Appraisal. World Agroforestry Centre,
ICRAF Southeast Asia Regional Office, PO Box 161,
Bogor 16001, Indonesia
Hanafi, Nanang dan Biroum Bernardianto. 2012. Pendugaan
Cadangan Karbon Pada Sistem Penggunaan Lahan Di
Areal Pt. Sikatan Wana Raya. Media SainS, Volume 4
Nomor 2, Oktober 2012. ISSN 2085-3548
Rahayu, S, dkk, 2009.Monitoring Air Di Daerah Aliran Sungai.World
Agroforestry Centre Southeast Asia ICRAF. Bogor.
Saputra, et. al,. 2014. Panduan Fieldtrip Pertanian
Berlanjut. Fakultas Pertanian Universitas Braawijaya
Malang
Laporan Fieldtrip Pertanian Berlanjut 102
LAMPIRAN
Data HPT Kelompok 4
Titik pengambilansampel
Jumlah individu prosentasehama MA SL tota
lhama MA SL
Titik 1 1 2 1 4 25 50 25Titik 2 2 2 0 4 50 50 0Titik 3 0 2 0 2 0 100 0Titik 4 6 2 1 9 67 22 11Titik 5 3 1 2 6 50 17 33Total 12 9 4 25 48 36 16
Lokasipengambilan
sampel
Namalokal
Nama ilmiah jumlah Fungsi(H,MA,SL)
Titik 1 Kupu-kupu
Appias libythea 1 SL
belalang Valanga nigricornis 1 Hsemut Formica sp. 1 MALalat Musca domestica 1 MA
Titik 2 belalang Valanga nigricornis 2 HLaba-laba
Araneus sp. 1 MA
Kepikleher
Sycanus spp 1 MA
Titik 3 Laba-laba
Araneus sp. 2 MA
Titik 4 Laba-laba
Araneus sp. 1 MA
Nyamuk Aedes albopictus 1 SLBelalang Valanga nigricornis 6 HLalat Musca domestica 1 MA
Titik 5 Belalang Valanga nigricornis 3 H
Laporan Fieldtrip Pertanian Berlanjut 103
Nyamuk Aedes albopictus 2 SLSemut Dolichoderus
bituberculatus1 MA
Lokasipengambi
lansampel
Namalokal
Dokumentasi Gambarliteratur
jumlah Fungsi(H,MA,SL)
Titik 1 Ngengat(Attacus
atlas)
1 SL
Belalang(Valanganigricornis
)
1 H
Semut(Formica
sp.)
1 MA
Lalat(Musca
domestica)
1 MA
Titik 2 Belalang(Valanganigricornis
)
2 H
Laporan Fieldtrip Pertanian Berlanjut 104
Laba-laba
(Araneussp.)
1 MA
Kepikleher(Sycanus
spp)
1 MA
Titik 3 Laba-laba
(Araneussp.)
2 MA
Titik 4 Laba-laba
(Araneussp.)
1 MA
Nyamuk(Aedes
albopictus)
1 SL
Belalang(Valanganigricornis
)
6 H
Lalat(Musca
domestica)
1 MA
Laporan Fieldtrip Pertanian Berlanjut 105