laporan akhir - PUBLIKASI ILMIAH DOSEN
-
Upload
khangminh22 -
Category
Documents
-
view
0 -
download
0
Transcript of laporan akhir - PUBLIKASI ILMIAH DOSEN
1
LAPORAN AKHIR
PENELITIAN FUNDAMENTAL
PENGEMBANGAN MODEL PENDIDIKAN KARAKTER
MELALUI KURIKULUM TERINTEGRASI PADA
SDS MUHAMMADIYAH 29 MEDAN
TIM PENELITI
Dr. AMINI, S.Ag., M.Pd NIDN: 0115067101 (KETUA PENELITI)
Dra. SYAMSUYURNITA, M. Pd NIDN: 0004066701 (ANGGOTA PENELITI)
MASYITAH NOVIYANTI, S.Pd.,M.Hum NIDN: 0127118002 (ANGGOTA PENELITI)
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA
NOVEMBER 2015
798/ Teknologi Pendidikan
3
RINGKASAN
AMINI: Pengembangan Model Pendidikan Karakter Melalui Kurikulum Terintegrasi Pada
SDS Muhammadiyah 29 Medan. Pendidikan karakter adalah hal yang sangat penting
ditanamkan kepada anak usia dini, yaitu pada tingkat pendidikan dasar. Karena usia dini
merupakan masa emas perkembangannya (golden age) untuk menentukan kualitas anak di
masa dewasanya. Menurut Freud kegagalan penanaman kepribadian/pendidikan karakter
yang baik di usia dini ini akan membentuk pribadi yang bermasalah di masa dewasanya
kelak. Kesuksesan orang tua dan guru membimbing anaknya dalam pendidikan dan
mengatasi konflik kepribadian di usia dini sangat menentukan kesuksesan anak dalam
menghadapi kehidupan sosial di masa dewasanya kelak.
Kita menyadari bahwa pendidikan karakter di tingkat SD memiliki peranan yang
sangat penting sebagai pondasi utama dalam memebentuk karakternya di masa mendatang.
Bersinergi dengan itu pemerintah kita sedang gencar-gencarnya melakukan pendidikan
karakter pada seluruh tingkatan pendidikan, terutama pada tingkat dasar. Seiring dengan itu
sebagai upaya membantu pemerintah untuk melakukan penenaman nilai karakter, maka
peneliti telah melakukan penelitian pengembangan model pendidikan karakter di SDS
Muhammadiyah 29 Medan pada kurikulum terintegrasi.
Hal ini dilakukan karena selama ini pola penanaman pendidikan karakter terjadinya
dikotomis yaitu bahwa pendidikan karakter hanya ditanamkan melalui mata pelajaran
Pendidikan Agama Islam (PAI) dan Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn)
secara terpisah, namun dengan dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat melihat
sekaligus mengidentifikasi dan mengembangkan model pendidikan karakter yang ditanamkan
melalui kurikulum terintegrasi pada seluruh mata pelajaran yang akan diajarkan pada tingkat
SDS Muhammadiyah 29 Medan.
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat sekaligus mengidentifikasi
model pendidikan karakter melalui kurikulum yang terintegrasi. Sedangkan tujuan khususnya
adalah untuk melihat dan mengetahui model pendidikan karakter yang ditanamkan di SDS
Muhammadiyah 29 Medan serta bagaimana mengembangkannya sehingga dapat diterapkan
pada tingkat SD se Kota Medan melalui kurikulum terintegrasi.
Metode penelitian yang akan digunakan adalah penelitian deskriptif dengan teknik
pengolahan data yang bersifat kualitatif. Sedangkan tahapan kerja penelitian yang sudah
dilakukan dimulai dari perencanaan, observasi dan wawancara lapangan, pengumpulan data,
pengolahan data yang masuk dan dianalisis berdasarkan kategorisasi yang ada untuk
membuat suatu kesimpulan dan akhirnya mengidentifikasi model pendidikan karakter yang
ditanamkan melalui kurikulum terintegrasi pada SDS Muhammadiyah 29 Medan.
Kata Kunci: Model pendidikan karakter, kurikulum terintegrasi.
4
ABSTRACT
Amini: Character building Model Development through Integrated Curriculum in SDS
Muhammadiyah 29 Medan. Character building is a very important thing implanted to early
childhood, ie at the basic educational level. Because early childhood is the golden period of
development (golden age) to determine the quality of a child in adult life. According to
Freud, According to Freud, the failureness of good character building or personality in early
childhood will create problematic personality in their adult life later. The success of parents
and teachers guide their children in education and overcome personality conflicts at an early
age will determine the success of the child in the face of social life in later adult life.
We realize that character building at the primary level have a very important role as the main
foundation creates character in the future. The synergy with our government is being
intensively doing character education at all levels of education, especially at the primary
level. Along with it in an effort to help the government to do value character, then the
researchers have conducted research on the development of character building models in SDS
Muhammadiyah 29 Medan on integrated curriculum.
This was done because during the planting pattern character building is the dichotomy that
character education is only implanted through the eyes of Islamic Religious Education (PAI)
and the Pancasila and Citizenship Education (PPKn) separately, but with the presence of this
study is expected to be able to see as well as identifying and develop character building
models are implanted through an integrated curriculum in all subjects will be taught at the
level of SDS Muhammadiyah 29 Medan.
The purpose of this study was to look at the same time identifying the model of character
building through a curriculum that is integrated. While the specific goal is to see and know
the character education model implanted in SDS Muhammadiyah 29 Medan and how to
develop it so that it can be applied at the elementary level as the city of Medan through an
integrated curriculum.
The research method is descriptive research with data processing techniques is qualitative.
While the stages of research work that has been carried out starting from the planning,
observation and field interviews, data collection, processing incoming data and analyzed
based categorization is there to make a conclusion and finally identify the model of character
education are implanted through integrated curriculum on SDS Muhammadiyah 29 Medan.
Key Words: Models character education, integrated curriculum.
5
PRAKATA
Lembaga pendidikan tinggi baik milik pemerintah maupun swasta berupaya untuk
meningkatkan mutu pendidikannya, salah satunya Perguruan Tinggi Universitas
Muhammadiyah Sumatera Utara (UMSU). UMSU berupaya mendorong para dosennya untuk
melakukan penelitian dalam rangka meningkatkan kualitasnya sebagai aplikasi dari tri
dharma perguruan tinggi. Karenanya salah satu bentuk penelitian yang dapat dilakukan
adalah tentang pendidikan karakter yang dilaksanakan pada SDS Muhammadiyah 29 Medan.
Terima kasih. Disampaikan kepada direktorat jenderal Pendidikan Tinggi,
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan melalui DIPA Kopertis Wilayah I Medan yang
telah memberikan kesempatan dan bantuan kepada peneliti untuk melakukan penelitian yang
berjudul Pengembangan Model Pendidikan Karakter Melalui Kurikulum Terintegrasi Pada
SDS Muhammadiyah 29 Medan. Terima kasih juga kepada pihak rektorat UMSU melalui
P3M UMSU dan pihak-pihak yang terkait lainnya. Semoga penelitian ini dapat bermanfaat
dalam mengembangkan pendidikan karakter pada sekolah Muhammadiyah tingkat dasar (SD)
di Kota Medan.
Medan, 06 November 2015
Ketua Tim Peneliti,
Dr. Amini, S.Ag., M. Pd
NIDN. 0115067101
6
DAFTAR ISI
Halaman
RINGKASAN i
PRAKATA iii
DAFTAR ISI iv
DAFTAR GAMBAR vi
DAFTAR LAMPIRAN vii
DAFTAR TABEL viii
BAB 1 PENDAHULUAN 1
1.1. Pendahuluan 1
1.2. Rumusan Masalah 3
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 5
2.1. Makna dan Urgensi Pendidikan 5
2.2. Kerangka Pendidikan Karakter 9
2.3. Metode Pendidikan Karakter Bagi Anak Usia Sekolah Dasar 14
2.4. Pengembangan Model Pendidikan
Karakter Berbasis Multikultural 17
2.5. Implementasi Pendidikan Karakter
Melalui Kurikulum Terintegrasi 18
BAB 3 TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN 22
3.1. Tujuan Penelitian 22
3.2. Manfaat Penelitian 22
BAB 4 METODE PENELITIAN 24
4.1. Jenis Penelitian 24
4.2. Informan Penelitian 24
4.3. Metode Pengumpulan Data 24
4.4. Metode Analisis Data 26
4.5. Desain dan Prosedur Penelitian 26
4.6. Teknik Analisis Data 28
4.8. Luaran Penelitian 32
4.9. Lokasi Penelitian 32
BAB 5 HASIL YANG DICAPAI 33
5.1. Latar Belakang Pelaksanaan Pendidikan Karakter
di SDS Muhammadiyah 29 Medan 33
5.2. Urgensi Pelaksanaan Pendidikan Karakter
di SDS Muhammadiyah 29 Medan 38
5.3. Tujuan Pelaksanaan Pendidikan Karakter
di SDS Muhammadiyah 29 Medan 40
5.4. Hakekat Pelaksanaan Pendidikan Karakter
di SDS Muhammadiyah 29 Medan 41
5.5. Strategi Pelaksanaan Pendidikan Karakter 65
5.6. Keberhasilan pendidikan karakter
di SDS Muhammadiyah 29 Medan 76
7
5.7. Kendala dalam Pelaksanaan Pendidikan Karakter
di SDS Muhammadiyah 29 Medan 80
BAB 6 KESMPULAN DAN SARAN 82
6.1. Kesimpulan 82
6.2. Saran 83
DAFTAR PUSTAKA 85
LAMPIRAN 86
8
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Gambar Ibu Lasmidah, S.Pd.I selaku Ka SDS Muhammadiyahan 33
Gambar 2. Gambar Ibu Tuti Khairani, S.Pd.I selaku guru kelas 67
Gambar 3. Gambar Ibu Tuti Khairani, S.Pd.I sedang bersalaman 68
Gambar 4. Gambar Ibu Wagisah,, S.Pd.I selaku guru Agama Islam 70
Gambar 5. Gambar siswa yang sedang shalat 70
Gambar 6. Gambar sedang senam 73
9
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Dokumen RPP dan SI dan SK Al-Islam dan Kemuhammadiyahan
Lampiran 2. Catatan Lapangan
Lampiran 3. Loogbook
Lampiran 4. Laporan Keuangan
10
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Nilai dan Deskripsi Pendidikan Karakter 11
Tabel 2 Kerangka Kurikulum Berbasisis Pendidikan Karakter 22
Tabel 3 Data Guru 77
11
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Kritikan terhadap dunia pendidikan yang mengemuka akhir-akhir ini di tengah
masyarakat adalah bahwa pendidikan kita pada umumnya di Indonesia belum berhasil
membangun manusia yang berkarakter. Bahkan tidak sedikit yang menyebut bahwa
pendidikan kita gagal karena banyak para lulusan sekolah kita mulai dari Sekolah Dasar
sampai Perguruan Tinggi, dari para sarjana sampai bergelar profesor serta yang memiliki otak
yang cerdas tetapi bermental lemah dan berperilaku amoral. Hal ini bisa terjadi karena
penanaman karakter yang belum membekas dan tidak berkesan ketika dulunya berada pada
tingkat dasar (Sekolah Dasar).
Dengan demikian membicarakan karakter merupakan hal yang terpenting dan sangat
mendasar. Karena dengan karakter tersebut kita dapat membedakan manusia dengan makhluk
lainnya. Orang-orang yang berkarakter baik secara individual maupun sosial ialah orang-
orang yang sesungguhnya memiliki akhlak, moral, dan budi pekerti yang baik. Hal ini bisa
dilakukan melalui pendidikan karakter yang ditanamkan kepada siswa sejak dini. Mengingat
hal ini sangat penting, maka pendidikan karakter harus ditanamkan melalui proses
pembelajaran yang terintegrasi.
Oleh karena itu, pendidikan karakter harus ditanamkan sejak mulai dari tingkat dasar
atau SD. Hal ini dapat dijadikan sebagai pondasi utama bagi anak untuk melanjutkan
pendidikan selanjutnya ke depan. Selain itu juga bahwa siswa SD lebih mudah dibentuk
kepribadiannya sehingga akan berdampak kepada karakternya. Kalau sudah terbentuk
kepribadiaanya di masa SD maka akan lebih berkarakter lagi pada usia selanjutnya (dewasa).
Sehingga ke depan dengan penerapan pendidikan karakter yang ditanamkan melalui
12
kurikulum terintegrasi, anak akan berubah menjadi lebih disiplin, anti kekerasan, tidak
melawan guru, rajin belajar, senang membantu orang lain, hormat pada orang tua dan guru,
tidak melakukan amoral, dan lain-lain. Hal ini sejalan dengan budaya yang ditanamkan
melalui pendidikan karakter antara lain: ketakwaan, kearifan, keadilan, kesetaraan, harga diri,
percaya diri, harmoni, kemandirian, kepedulian, kerukunan, ketabahan, kreativitas,
kompetitif, kerja keras, keuletan, kehormatan, kedisiplinan, dan keteladanan.
Penguatan pendidikan karakter sangat relevan dalam membentuk kepribadian dan
karakter anak, hal ini dijadikan sebagai alat dalam mengatasi berbagai perilaku yang tidak
baik sehingga berubah menjadi perilaku yang lebih baik. Kritik lain yang tidak kalah
mengkhawatirkan adalah mulai lunturnya semangat kebangsaan. Semangat ke-Bhineka
Tunggal Ika-an bangsa Indonesia akhir-akhir ini berada di titik nadir. Bangsa Indonesia
sebagai bangsa yang multikultur adalah sebuah fakta. Puluhan suku bangsa, etnis, ras, dan
beragamnya agama masyarakat Indonesia dengan berbagai latar belakangnya membawa
konsekuensi tersendiri dalam berbangsa dan bermasyarakat.
Multikulturalisme dan karakter bangsa tampaknya berkait erat. Merosotnya karakter
bangsa berdampak pada menipisnya semangat kebersamaan bangsa Indonesia sebagai bangsa
yang multikultural. Terkikisnya semangat saling menghargai antar suku bangsa, etnis, ras,
dan antar pemeluk agama saat ini adalah salah satu indikator bahwa pembentukan manusia
Indonesia yang multikultur berkarakter belum berhasil. Karena masih ditemukannya siswa
SD yang belum bisa menerima keberagaman multikultural yang ada pada diri mereka, seperti
masih seringnya ditemukan ada siswa SD yang suka mengejek etnis dan suku lain, dan
bahkan melecehkan agama lain yang ternyata tidak seagama dengan dirinya. Merasa etnis,
suku, agamanya yang paling baik dan menganggap yang lain lebih jelek.
Dengan demikian setelah dilakukan pendidikan karakter bagi siswa SD, maka mereka
akan timbul rasa saling menghargai, dan terhindar dari perilaku-perilaku yang tidak terpuji.
13
Oleh karena itu, dengan latar belakang masalah tersebut peneliti tertarik untuk mengadakan
sebuah penelitian model pendidikan karakter yang terintegrasi pada tingkat SD. Sehingga
setelah adanya penelitian tersebut maka akan terlihat dan teridentifikasilah model pendidikan
karakter yang diterapkan selama ini pada tingkat pendidikan dasar dan lebih spesifik pada
SDS Muhammadiyah 29 Medan nantinya.
Dengan demikian akhirnya penelitian ini mengambil sebuah judul Pengembangan
Model Pendidikan Karakter Melalui Kurikulum Terintegrasi Pada SDS Muhammadiyah 29
Medan.
2.1. Rumusan Masalah
Adapun rumusan permasalahan pada penelitian ini yaitu:
1 Apa yang dimaksud dengan identifikasi model pendidikan karakter di SDS
Muhammadiyah 29 Medan.
2 Bagaimanakah model-model pendidikan karakter yang selama ini diterapkan di SDS
Muhammadiyah 29 Medan.
3 Bagaimana kelebihan dan kekurangan model pendidikan karakter yang selama ini
diterapkan di SDS Muhammadiyah 29 Medan melalui kurikulum terintegrasi.
14
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Makna dan Urgensi Pendidikan Karakter
Membicarakan karakter merupakan hal sangat penting dan mendasar. Karakter adalah
mustika hidup yang membedakan manusia dengan binatang. Manusia tanpa karakter adalah
manusia yang sudah “membinatang”. Orang-orang yang berkarakter kuat dan baik secara
individual maupun sosial ialah mereka yang memiliki akhlak, moral, dan budi pekerti yang
baik. Mengingat begitu urgennya karakter, maka institusi pendidikan memiliki tanggung
jawab untuk menanamkannya melalui proses pembelajaran. Penguatan pendidikan karakter
dalam konteks sekarang sangat relevan dengan untuk mengatasi krisis moral yang sedang
terjadi di Negara kita.
Griek dalam Zubaedi (2011:9) mengemukakan bahwa karakter dapat didifenisikan
sebagai paduan daripada segala tabiat manusia yang bersifat tetap, sehingga menjadi tanda
15
yang khusus untuk membedakan orang yang satu dengan yang lain. Kemudian Leonardo A.
Sjiamsuri dalam Zubaedi (2011: 9) mengemukakan bahwa karakter merupakan siapa anda
sesungguhnya. Batasan ini menunjukkan bahwa karakter sebagai identitas yang dimiliki
seseorang yang bersifat menetap sehingga sesorang atau sesuatu itu berbeda dari yang lain.
Menurut Ekowarni dalam Zubaedi, 2011:9 menyatakan bahwa pada tataran mikro
karakter diartikan; a) kualitas dan kuantitas reaksi terhadap diri sendiri, orang lain, maupun
situasi tertentu, b) watak, akhlak, ciri psikologis. Sebagai aspek kepribadian, karakter
merupakan cerminan dari kepribadian secara utuh dari seseorang: mentalitas, sikap, dan
perilaku. Sedangkan menurut Alwisol, 2006:8, karakter diartikan sebagai gambaran tingkah
laku yang menonjolkan nilai benar-salah, baik-buruk, baik secara eksplisit maupun implisit.
Kata karakter berasal dari kata Yunani, yang berarti “to mark” (menandai) dan
memfokuskan, bagaimana mengaplikasikan nilai kebaikan dalam bentuk tindakan atau
tingkah laku (Mushfiroh, 2008:209). Oleh sebab itu, seseorang yang berperilaku tidak jujur,
kejam, atau rakus dikatakan sebagai orang yang berkarakter jelek, sementara orang yang
berperilaku jujur, suka menolong dikatakan sebagai orang yang berkarakter baik dan mulia.
Jadi istilah karakter erat kaitannya dengan personality (kepribadian) seeorang. Seseorang bisa
disebut orang yang berkarakter (a person character) apabila perilakunya sesuai dengan
kaidah moral (Zubaedi, 2011:12).
Dalam terminologi Islam, pengertian karakter memiliki kedekatan pengertian dengan
pengertian akhlak. Kata akhlak berasal dari kata khalaqa (Bahasa Arab) yang berarti
perangai, tabiat dan adat istiadat. Menurut pendekatan etimologi, pendekatan akhlak berasal
dari Arab yang jamak dari bentuk mufradnya khuluqun yang menurut lughah diartikan budi
pekerti, perangai, tingkah laku atau tabiat (Ma’ruf, tt:1994). Secara terminologi (istilah),
karakter diartikan sebagai sifat manusia pada umumnya yang bergantung pada faktor
kehidupannya sendiri. Karakter adalah sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang menjadi
16
ciri khas seseorang atau sekelompok orang. Karakter dapat juga diartikan sama dengan
akhlak dan budi pekerti sehingga karakter bangsa sama dengan akhlak bangsa atau budi
pekerti bangsa.
Karakter adalah cara berpikir dan berperilaku yang menjadi ciri khas tiap individu
untuk hidup dan bekerjasama, baik dalam lingkup keluarga, masyarakat, bangsa dan negara.
Individu yang berkarakter baik adalah individu yang bisa membuat keputusan dan siap
mempertanggungjawabkan setiap akibat dari keputusan yang ia buat (Suyanto, 2000:15).
Menurut Musfiroh, karakter mengacu kepada serangkaian sikap (attitudes), perilaku
(behaviors), motivasi (motivations), dan keterampilan (skills) (Kemdiknas, 2010:12).
Dengan demikian pendidikan karakter adalah pendidikan budi pekerti plus, yaitu yang
melibatkan aspek pengetahuan (cognitive), perasaan (feeling), dan tindakan (action). Menurut
Thomas Lickona, tanpa ketiga aspek ini, maka pendidikan karakter tidak akan efektif
(Suyanto, 2012). Terdapat sejumlah nilai budaya yang dapat dijadikan karakter, yaitu
ketakwaan, kearifan, keadilan, kesetaraan, harga diri, percaya diri, harmoni, kemandirian,
kepedulian, kerukunan, ketabahan, kreativitas, kompetitif, kerja keras, keuletan, kehormatan,
kedisiplinan, dan keteladanan.
Pendidikan karakter juga dapat diartikan sebagai suatu sistem penanaman nilai-nilai
karakter kepada warga sekolah yang meliputi komponen pengetahuan, kesadaran atau
kemauan, dan tindakan untuk melaksanakan nilai-nilai tersebut, baik terhadap Tuhan Yang
Maha Esa (YME), diri sendiri, sesama, lingkungan, maupun kebangsaan sehingga menjadi
manusia insan kamil (manusia yang sempurna). Dalam pendidikan karakter di sekolah, semua
komponen (stakeholders) harus dilibatkan, termasuk komponen-komponen pendidikan itu
sendiri, yaitu isi kurikulum, proses pembelajaran dan penilaian, kualitas hubungan,
penanganan atau pengelolaan mata pelajaran, pengelolaan sekolah, pelaksanaan aktivitas atau
17
kegiatan ko-kurikuler, pemberdayaan sarana prasarana, pembiayaan, dan etos kerja seluruh
warga dan lingkungan sekolah.
Dengan pendidikan karakter yang diterapkan secara sistematis dan berkelanjutan,
seorang anak akan menjadi cerdas secara emosi. Kecerdasan emosi ini adalah bekal penting
dalam mempersiapkan anak menyongsong masa depan, karena seseorang akan lebih mudah
dan berhasil menghadapi segala macam tantangan kehidupan, termasuk tantangan untuk
berhasil secara akademis.
Dasar pendidikan karakter ini, sebaiknya diterapkan sejak usia kanak-kanak atau yang
biasa disebut para ahli psikologi sebagai usia emas (golden age), karena usia ini terbukti
sangat menentukan kemampuan anak dalam mengembangkan potensinya. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa sekitar 50 % variabilitas kecerdasan orang dewasa sudah terjadi ketika
anak berusia 4 tahun. Peningkatan 30 % berikutnya terjadi pada usia 8 tahun, dan 20 %
sisanya pada pertengahan atau akhir dasawarsa kedua. Dari sini, sudah sepatutnya pendidikan
karakter dimulai dari dalam keluarga, yang merupakan lingkungan pertama bagi
pertumbuhan karakter anak.
Namun bagi sebagian keluarga, barangkali proses pendidikan karakter yang sistematis
di atas sangat sulit, terutama bagi sebagian orang tua yang terjebak pada rutinitas yang padat.
Karena itu, seyogyanya pendidikan karakter juga perlu diberikan saat anak-anak masuk
dalam lingkungan sekolah, terutama sejak play group dan taman kanak-kanak. Di sinilah
peran guru, yang dalam filosofi Jawa disebut digugu dan ditiru. Karena guru adalah ujung
tombak di kelas, yang berhadapan langsung dengan peserta didik.
Pendidikan karakter bertujuan membentuk dan membangun pola pikir, sikap, dan
perilaku peserta didik agar menjadi pribadi yang positif, berakhlak mulia, berjiwa luhur, dan
bertanggung jawab. Dalam konteks pendidikan, pendidikan karakter adalah usaha sadar yang
dilakukan untuk membentuk peserta didik menjadi pribadi yang positif dan berakhlak mulia
18
sesuai standar kompetensi lulusan (SKL) sehingga dapat diimplementasikan dalam kehidupan
sehari-hari. Pendidikan karakter memiliki tiga fungsi utama: pertama fungsi pembentukan
dan pengembangan potensi, kedua fungsi perbaikan dan penguatan, ketiga fungsi penyaring
dari hal-hal yang negatif.
2.2. Kerangka Pendidikan Karakter
Pendidikan karakter pada dasarnya mencakup pengembangan substansi, proses, dan
suasana atau lingkungan yang menggugah, mendorong, dan memudahkan sesorang untuk
mengembangkan kebiasaan yang baik dalam kehidupan sehari-hari. Kebiasaan ini akan
timbul dan berkembang dengan didasari oleh kesadaran, keyakinan, kepekaan, dan sikap
orang yang bersangkutan.
Berdasarkan grand design yang dikembangan kemendiknas (2010), secara psikologis
dan sosial kultural pembentukan karakter dalam diri individu merupakan fungsi dari seluruh
potensi individu manusia (kognitif, apektif, dan psikomotorik) dalam konteks interaksi sosial
kultural (dalam keluarga, sekolah, dan masyarakat) dan berlangsung sepanjang hayat
(semasa hidup). Konfigurasi karakter dalam konteks totalitas proses psikologis dan sosial
kultural tersebut dapat dikelompokkan dalam olah hati, olah pikir, olah raga dan kinestetik,
dan olah rasa dan karsa. Hal ini digambarkan pada bagan di bawah ini;
19
Berdasarkan bagan di atas, bahwa pendidikan karakter merupakan upaya-upaya yang
dirancang dan dilaksanakan secara sistematis untuk membantu siswa dalam memahami nilai-
nilai perilaku manusia yang berhubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama
manusia, lingkungan, dan kebangsaan yang terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan,
perkataan, dan perbuatan berdasarkan norma-norma agama, hukum, tata krama, sopan
santun, budaya, dan adat istiadat.
Oleh karena itu menurut Zubaedi, 2011:74, beliau mengidentifikasi nilai-nilai tersebut
untuk pendidikan karakter. Berikut ini nilai-nilai dan deskripsi pendidikan karakter, yaitu
sebagai berikut:
Tabel I
Nilai dan Deskripsi Pendidikan Karakter
No. Nilai Deskripsi
20
1. Religious Sikap dan perilaku yang patuh dalam melaksanakan ajaran
agama yang dianutnya, toleran terhadap pelaksanaan ibadah
agama lain, dan hidup rukun dengan pemeluk agama lain.
2. Jujur Perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya
sebagai orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan,
tindakan dan pekerjaan.
3. Toleransi Sikap dan tindakan yang menghatgai perbedaan agama,
suku, etnis, pendapat, sikap, dan tindakan orang lain yang
berbeda dari dirinya.
4. Disiplin Tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada
berbagai ketentuan dan peraturan.
5. Kerja keras Perilaku yang menunjukkan upaya sungguh-sungguh dalam
mengatasi berbagai hambatan belajar dan tugas, serta
menyelesaikan tugas dengan sebaik-baiknya.
6. Kreatif Berfikir dan melakukan sesuatu untuk menghasilkan cara
atau hasil baru dari sesuatu yang telah dimiliki.
7. Mandiri Sikap dan perilaku yang tidak mudah tergantung pada orang
lain dalam menyelesaikan tugas-tugas.
8. Demikratis Cara berpikir, bersikap, dan bertindak yang menilai sama
hak dan kewajiban dirinya dengan orang lain.
9. Rasa ingin
tahu
Sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk mengetahui
lebih mendalam dan meluas dari sesuatu yang dipelajarinya,
dilihat dan didengar.
10. Semangat
kebangsaan
Cara berpikir, bertindak dan berwawasan yang
menempatkan kepentingan bangsa dan Negara di atas
kepentingan diri dan kelompoknya.
11. Cinta tanah air Cara berpikir, bersikap dan berbuat yang menunjukkan
kesetiaan, kepedulian, dan penghargaan yang tinggi
terhadap bahasa, lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi
dan politik bangsa.
12. Menghargai
prestasi
Sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk
menghasilkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat, dan
mengakui serta menghormati keberhasilan orang lain.
21
13. Bersahabat/
komunikatif
Tindakan yang memperlihatkan rasa senang berbicara,
bergaul, dan bekerja sama dengan orang lain.
14. Cintai damai Sikap, perkataan dan tindakan yang menyebabkan orang
lain merasa senang dan aman atas kehadiran dirinya.
15. Gemar
membaca
Kebiasaan menyediakan waktu untuk membaca berbagai
bacaan yang memberikan kebajikan bagi dirinya.
16. Peduli
lingkungan
Sikap dan tindakan yang selalu berupaya mencegah
kerusakan pada lingkungan alam sekitarnya dan berupaya
memperbaikinya.
17. Peduli soaial Sikap dan tindakanyang selalu ingin member bantuan pada
orang lain dan masyarakat yang membutuhkan.
18. Tanggung
jawab
Sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas
dan kewajibannya, yang seharusnya dilakukan terhadap diri
sendiri, masyarakat, lingkungan, Negara, dan Tuhan Yang
Maha Esa.
Oleh karena itu mengajarkan pendidikan karakter memerlukan pendekatan khusus
karena menyangkut aspek apektif. Menurut Presiden SBY bahwa penanaman pendidikan
karakter haruslah dengan contoh dan teladan konkrit. Di sekolah misalnya, teladan harus
dimulai dari seorang guru. Guru harus menampilkan teladan yang baik di depan siswanya,
sehingga bisa menjadi contoh bagi siswanya. Karenanya upaya pengimplementasian
pendidikan karakter perlu dilakukan dengan penedekatan holistik yaitu mengintegrasikan
perkembangan karakter ke dalam setiap aspek kehidupan sekolah.
Sementara itu, peran lembaga pendidikan atau sekolah dalam pengimplementasian
pendidikan karakter dapat melalui empat langkah;
1) Mengumpulkan guru, orang tua, dan siswa bersama-sama mengidentifikasi dan
mendefenisikan unsur-unsur karakter yang mereka inginkan.
2) Memberikan pelatihan bagi guru tentang pengintegrasian pendidikan karakter ke dalam
kehidupan dan budaya sekolah.
22
3) Menjalin kerja sama dengan orang tua dan masyarakat agar siswa dapat mendengarkan
bahwa perilaku karakter itu penting untuk keberhasilan di sekolah dan kehidupannya.
4) Memberikan kesempatan kepada kepala sekolah, guru, orang tua, dan masyarakat untuk
menjadi model perilaku sosial dan moral.
Pendidikan karakter haruslah dilakukan secara berkelanjutan (continually) sehingga
nilai-nilai moral yang telah tertanam dalam pribadi anak tidak hanya sampai pada tingkatan
pendidikan tertentu atau hanya muncul di lingkungan keluarga atau masyarakat saja, namun
benar-benar tertanam dalam jiwa anak. Pengembangan karakter merupakan proses yang
terjadi secara terus menerus. Karakter bukanlah hasil atau produk melainkan usaha hidup.
Usaha ini akan semakin efektif, ketika manusia melakukan apa yang menjadi kemampuan
yang dimiliki oleh individu. Proses pendidikan karakter tidak mudah untuk dibangun pada
setiap individu maupun kelompok karena dalam prosesnya banyak faktor yang menentukan
keberhasilan dalam membentuk karakter manusia. Kekuatan dalam proses pembentukan
karakter sangat ditentukan oleh realitas sosial yang bersifat subyektif yang dimiliki oleh
individu dan realitas obyektif di luar individu yang mempunyai pengaruh sangat kuat dalam
membentuk pribadi yang berkarakter.
2.3. Metode Pendidikan Karakter Bagi Anak Usia Sekolah Dasar
a. Metode Dasar Pendidikan Karakter/Budi Pekerti
Pendidikan karakter selalu diidentikkan dengan budi pekerti. Karenanya menanamkan
pendidikan karakter/budi pekerti memerlukan metode. Sehingga metode dasar pendidikan
karakter/budi pekerti sangatlah dibutuhkan untuk mendukung tercapainya karakter yang
maksimal pada anak, terutama anak usia Sekolah Dasar. Mengutip pendapat Tabrani Rusyan
dan kawan-kawan, terdapat beberapa masalah yang erat kaitannya dengan metode belajar
mengajar, salah satu di antaranya yaitu mengenai konsep dasar metode belajar mengajar,
yang meliputi: menetapkan spesifikasi dan kualifikasi perubahan tingkah laku, menentukan
23
pilihan berkenaan dengan pendekatan terhadap masalah belajar mengajar, menerapkan
norma, dan kriteria keberhasilan kegiatan belajar mengajar.
Oleh karena itu metode dalam pembelajaran sangat berpengaruh terhadap pembentukan
karakter anak dalam dunia pendidikan, sehingga hal ini berkaitan tentang penempatan
sterategi yang tepat bagi anak sesuai usia dan perkembangannya. Adapun secara keseluruhan
dari beragam pendapat dapat disimpulkan tentang strategi dasar yang bisa digunakan dalam
pendidikan karakter anak usia sekolah dasar, yaitu: 1) Pendidikan budi pekerti atau karakter
sebagai substansi pendidikan harus dilaksanakan di lingkungan persekolahan, yang mempu
terintregasi dalam sejumlah mata pelajaran yang relevan dengan iklim sosial budaya sekolah.
2) Pengorganisasian pendidikan budi pekerti dalam kurikulum persekolahan terutama sekolah
dasar (SD) dapat dilakukan melalui strategi pembelajaran terintegratif, yaitu: pendidikan budi
pekerti atau pendidikan karakter di sekolah diintregasikan ke dalam seluruh mata pelajaran,
misalnya pendidikan agama, pendidikan kewarganegaraan, pendidikan bahasa indonesia
atau daerah dan dan pendidikan yang lain. 3) Keterlibatan seluruh komponen
penyelenggaraan pendidikan, khususnya guru. kepala sekolah, administrator pendidikan,
pengembangan kurikulum, dan penulis buku teks serta peningkatan wawasan pendidikan budi
pekerti bagi para pendidik dan para administrator pendidikan secara keseluruhan.
Ditambahakan pula oleh Nurul Zuriah bahwa pemilihan mata pelajaran yang
diintegrasikan dengan muatan-muatan nilai moral sebagai wahana untuk pendidikan budi
pekerti, dinilai sangat tepat karena secara konstitusional Negara Republik Indonesia
menempatkan sila-sila Pancasila sebagai fondasi sekaligus muara keseluruhan upaya
pendidikan untuk mencerdaskan bangsa. Yaitu cerdas secara intelektual dan cerdas secara
moral.
b. Metode Pelaksanaan Pendidikan Karakter/Budi Pekerti
Untuk menjadikan anak didik memiliki budi pekerti luhur diperlukan pembinaan terus-
24
menerus dan berkesinambungan di sekolah. Untuk mewujudkan budi pekerti luhur pada anak
didik tidaklah mudah karena menyangkut kebiasaan hidup. Pembinaan akan berhasil jika ada
usaha keras dengan penuh kesabaran dari para guru, selain itu harus didukung oleh peran
serta orang tua murid dan masyarakat.
Pembianaan atau penanaman budi pekerti luhur terhadap para siswa Sekolah Dasar
(SD) diperlukan upaya keras dari semua guru secara bersama-sama, secara konsisten dan
berkesinambungan dengan pendekatan dan metode pelaksanaan yang tepat, yaitu sebagai
berikut:
1) Dengan menciptakan situasi yang kondusif atau yang mendukung terwujudnya
budi pekerti luhur pada diri siswa. Situasi kondusif antara lain dapat tercermin
dengan adanya suasana damai, sejuk, penuh kekeluargaan, dan kebersamaan.
Situasi yang kondusif ini, akan tercipta jika suatu sekolah tertib, aman, dan teratur.
Para siswa disiplin dalam melaksanakan tata tertib sekolah, dan para guru
melaksanakan tugas dengan rasa tanggungjawab. Sementara itu, kepala sekolah
selalu memberi petunjuk dan pembinaan kepada para guru maupun para siswa
untuk dapat melaksanakan tugasnya masing-masing.
2) Mengintegrasikan meteri budi pekerti ke dalam mata pelajaran lainnya. Pada
dasarnya semua mata pelajaran mengandung unsur yang berkaitan dengan budi
perkerti. Kejelian guru mata pelajaran sangat diharapkan dalam mengintegrasikan
budi pekerti ke dalam mata pelajaran yang diajarkannya. Oleh kerena itu, perlu
diadakan pelatihan dan sosialisasi serta penataan guru agar guru benar-benar
memahami cara mengintegrasikannya.
3) Peningkatan kerjasama dengan orang tua murid dan masyarakat. Pada dasarnya
tanggung jawab pendidikan merupakan tanggung jawab dari tri pusat pendidikan,
yaitu: orang tua, sekolah atau pemerintah, dan masyarakat. Peran orang tua dalam
25
mensukseskan pendidikan budi pekerti sangatlah besar, dikarenakan orangtualah
yang mengajarakan kepada anak tentang budi pekerti melalui keteladanan yang
dilakukan orang tua sehari-hari dan penerapan aturan yang berlaku di lingkungan
keluarga. Sedangkan peran masyarakat dalam pendidikan budi pekerti bagi anak
tidak kalah penting.
Kepedulian masyarakat terhadap pendidikan budi pekerti bagi anak-anak dilingkungan
mereka tentunya sangat dibutuhkan. Oleh karenanya, guna mendukung terwujudnya
penanaman budi pekerti di sekolah yang maksimal diperlukan adanya sinergitas dan
kerjasama yang erat antara orang tua, sekolah, masyarakat, dan pemerintah.
2.4. Pengembangan Model Pendidikan Karakter Berbasis Multikultural
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, model adalah pola (contoh, acuan, ragam,
dan sebagainya) dari sesuatu yang akan dibuat atau dihasilkan. Model pendidikan karakter
berbasis multikultural berarti pola atau acuan yang menjelaskan implementasi pendidikan
karakter yang berbasis multikultural di sekolah.
Wuryanano (2011:22) menyatakan bahwa karakter dapat dibentuk melalui tahapan
pembentukan pola pikir, sikap, tindakan, dan pembiasaan. Karakter merupakan nilai-nilai
yang melandasi perilaku manusia berdasarkan norma agama, kebudayaan, hukum atau
konstitusi, adat istiadat, dan estetika. Jika dikaitkan dengan pendidikan, pendidikan karakter
adalah upaya yang terencana untuk menjadikan peserta didik mengenal, peduli dan
menginternalisasikan nilai-nilai sehingga peserta didik berperilaku sebagai insan kamil.
Kedelapan belas karakter tersebut adalah sebagai berikut: religius, jujur, toleransi,
disiplin, kerja keras, kreatif, mandiri, demokratis, rasa ingin tahu, semangat kebangsaan, cinta
tanah air, menghargai prestasi, bersahabat, cinta damai, gemar membaca, peduli lingkungan,
peduli sosial, dan tanggung jawab. Berdasarkan grand design yang dikembangkan
Kemendiknas (2010), secara psikologis dan sosial kultural pembentukan karakter dalam diri
26
individu merupakan fungsi dari seluruh potensi individu manusia (kognitif, afektif, konatif,
dan psikomotorik) dalam konteks interaksi sosial kultural (dalam keluarga, sekolah, dan
masyarakat) dan berlangsung sepanjang hayat. Konfigurasi karakter dalam konteks totalitas
proses psikologis dan sosial-kultural tersebut dapat dikelompokkan dalam: olah hati (spiritual
and emotional development) , olah pikir (intellectual development), olah raga dan kinestetik
(physical and kinestetic development), dan olah rasa dan karsa (affective and creativity
development) (Kemdiknas, 2010:6).
Nilai-nilai pembentuk karakter yang harus dikembangkan di setiap lembaga pendidikan
tersebut pada dasarnya merupakan pembentuk karakter insan kamil secara universal. Di
tengah keragaman bangsa-bangsa di dunia, manusia Indonesia haruslah memiliki karakter ke-
Indonesiaan. Inilah sebagai penanda bangsa Indonesia yang memiliki identitas diri yang
berbeda dengan bangsa lain.
2.5. Implementasi Pendidikan Karakter Melalui Kurikulum Terintegrasi.
Secara teoritis, ada dua pendekatan yang ditawarkan dalam menarapkan pendidikan
karakter kepada siswa di sekolah, yaitu pertama bahwa pendidikan karakter dijadikan sebagai
mata pelajaran, dan yang kedua pendidikan karakter dijadikan sebagai misi setiap mata
pelajaran (pengintegrasian pendidikan karakter pada setiap mata pelajaran). Pendidikan
karakter bukanlah membebani guru dan siswa, karena menurut pendekatan yang kedua bahwa
kita tidak menambah kurikulum akan tetapi pengintegrasian misi pendidikan karakter pada
setiap mata pelajaran melalaui kesehariannya dalam kegiatan pembelajaran baik di dalam
kelas maupun di luar kelas.
Pada prinsipnya pendidikan karakter bukanlah hanya menjadi tanggung jawab guru
agama, PPKn, maupun konselor semata, melainkan tanggung jawab semua guru dan bahkan
semua warga sekolah. Karena pendidikan karakter bukan hanya mengajarkan tentang ayat,
dalil, ataupun teori-teori kebaikan melainkan meramu kurikulum yang dapat menyentuh
27
seluruh aspek nilai dan kebutuhan siswa. Sehingga salah satunya dengan menerapkan
kurikulum holistik (menyeluruh) dan terintegrasi. Bidang-bidang yang diajarkan di sekolah
dijabarkan dalam konsep pendidikan kecakapan hidup, sosial, pengembangan pola pikir, dan
pengembangan karakter siswa.
Secara makro, pendidikan karakter dapat diintegrasikan ke dalam kurikulum, baik
malalui intrakurikuler maupun kokurikuler. Perencanaan dan pelaksanaan pendidikan
karakter dilakukan oleh kepala sekolah, guru, dan tenaga kependidikan (konselor) secara
bersama-sama sebagai komunitas pendidik yang diterapkan ke dalam kurikulum melalui;
a) Program pengembangan diri. Perencanaan dan pelaksanaan pendidikan karakter
dalam program pengembangan diri dilakukan melalului pengintegrasian ke dalam
kegiatan sehari-hari sekolah yaitu; kegiatan rutin sekolah, kegiatan spontan, dan
pengkondisian. Contohnya berbaris masuk ruang kelas, membersihkan kelas,
kebersihan pribadi, beribadah, berdoa sebelum dan sesudah belajar, upacara
bendera, berinfak, menolong orang lain dan lain-lain.
b) Pengintegrasian ke dalam semua mata pelajaran. Pendidikan karakter melekat pada
setiap mata pelajaran yang diajarkan kepada siswa. Sehingga hal ini menjadi
tanggung jawab seluruh guru mata pelajaran. Adapun pengintegrasian nilai-nilai
karakter ke dalam setiap mata pelajaran, antara lain; mengungkapkan nilai-nilai
yang terkandung pada setiap mata pelajaran, mengungkapkan cerita untuk
memunculkan nilai, mengubah hal yang negatif menjadi positif, menceritakan
kisah hidup orang besar, studi lapangan, bakti sosial, dan lain-lain.
c) Pengintegrasian ke dalam kegiatan kokurikuler dan ekstrakurikuler. Kegiatan ko
kurikuler maupun ekstrakurikuler akan semakin bermakna (meaningfull learning)
jika dikemas dengan muatan nilai-nilai karakter. Karena masih banyak siswa yang
menganggap bahwa kegiatan ekstra kurikuler akan membuang waktu, tidak
28
bermanfaat, mengganggu konsentrasi belajar, sia-sia dan lain-lain. Padahal
sebenarnya hal ini sebagai sarana pembentukan karakter, seperti pembinaan
mental, ketekunan, penyelesaian masalah, pengambilan keputusan, dan sikap
mandiri siswa.
d) Pembiasaan. Penciptaan (milieu) lingkungan sangat penting agar berpengaruh
positif dalam pendidikan karakter siswa, seperti melalui penugasan, pembiasaan,
pelatihan, pengajaran, pengarahan, dan keteladanan. Pendidikan karakter pada
tingkatan institusi mengarah pada pembentukan budaya sekolah dan kebiasaan
keseharian yang merupakan ciri khas sekolah tersebut.
Oleh kerena itu, banyak hal yang dapat dilakukan untuk merealisasikan keberhasilan
pendidikan karakter di sekolah. Konsep karakter tidak cukup dijadikan sebagai suatu poin
dalam silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran di sekolah, namun harus lebih dari itu.
Sekolah harus menjadikan pendidikan karakter sebagai sebuah tatanan nilai yang berkembang
dengan baik, baik di sekolah yang diwujudkan dalam contoh dan seruan nyata yang
dipertontonkan oleh tenaga pendidik dan kependidikan di sekolah dalam keseharian kegiatan
di sekolah.
Dengan demikian bahwa pendeteksian karakter yang terbentuk dalam diri siswa dapat
melalui pembelajaran yang telah diikutinya di sekolah. Berikut contoh format penilaian
karakter menurut E. Mulyasa dalam pengembangan dan implementasi Kurikulum 2013 yaitu:
Tabel 2
Kerangka Kurikulum Berbasisis Pendidikan Karakter
Kompeten
si Inti
Kompten
si Dasar
Jenis
Karakter
Jenis
Penilai
an
Aspek yang
dinilai
Contoh
Soal
Ketera
ngan
29
Format tersebut bisa dikembangkan sesuai dengan karakter yang akan dinilai, dan jenis
penilaian yang digunakan. Dan hal yang harus diperhatikan adalah penilaian yang dilakukan
harus mampu mengukur karakter yang harus diukur. Lebih dari itu, hasil penialaian harus
dapat digunakan untuk memprediksi karakter siswa, terutama dalam penyelesaian
pendidikan, dan kehidupannya di masyarakat kelak.
Oleh karena itu, menirut Zubaedi dalam Desain Pendidikan Karakter, 2011:271 bahwa
secara makro, pendidikan karakter dapat diintegrasikan dalam kegiatan intrakurikuler dan
kokurikuler. Perencanaan dan pelaksanaan pendidikan karakter dilakukan oleh kepala
sekolah, guru, dan tenaga kependidikan (konselor) secara bersama-sama sebagai suatu
komunitas pendidik diterapkan ke dalam kurikulum melalui: 1) program pengembangan diri,
2) pengintegrasian ke dalam semua mata pelajaran, 3) pengintegrasian ke dalam kegiatan ko
kurikuler dan ekstrakurikuler, 4) pembiasaan.
30
BAB 3
TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN
3.1. Tujuan Penelitian
Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk melihat dan mengidentifikasi model
pendidikan karakter melalui kurikulum yang terintegrasi. Sedangkan tujuan khususnya adalah
sebagai b`erikut:
1) Mengetahui identifikasi model pendidikan karakter di SDS Muhammadiyah 29
Medan.
2) Mengetahui model-model pendidikan karakter yang selama ini diterapkan di SDS
Muhammadiyah 29 Medan.
3) Mengetahui kelebihan dan kekurangan model pendidikan karakter yang selama ini
diterapkan di SDS Muhammadiyah 29 Medan melalui kurikulum terintegrasi.
3.2. Manfaat Penelitian
Penelitian ini secara teoritis dan praktis akan bermanfaat bagi SDS Muhammadiyah 29
Medan yang akan menjadi obyek penelitian dalam rangka melihat dan mengidentifikasi
model pendidikan karakter dalam menciptakan lulusan yang berkualitas. Pendidikan karakter
ini berkaitan dengan kurikulum terintegrasi, sehingga diharapkan pendidikan karakter ini
dapat diterapkan di sekolah lainnya. Objek ini dipilih karena dengan alasan adanya gap
(ketidaksesuaian) antara harapan/ ekspektasi antara kurikulum terintegrasi dengan pendidikan
karakter. Sehingga selama ini kurikulum terintegrasi SD belum berhasil menjadi pondasi
utama dalam menciptakan insan yang berkarakter sesuai dengan harapan. Dan selama ini
pendidikan karakter hanya dipahami sebatas konsep, dan kering dengan nilai-nilai karakter
dan pada akhirnya karakter bangsa justru merosot secara drastis.
31
Dengan demikian secara spesifik, gap antara harapan/ ekspektasi antara pendidikan
dan karakter adalah sebagai berikut: (1). Siswa yang bersekolah pada lembaga-lembaga
pendidikan formal belum berhasil menciptakan siswa yang berkarakter sesuai dengan harapan
bangsa.
Dengan demikian secara spesifik manfaat dan dampak yang timbul dari penelitian
model pendidikan karakter ini adalah sebagai berikut:
1) Dapat mengetahui identifikasi model pendidikan karakter di SDS Muhammadiyah
29 Medan.
2) Dapat mengetahui model-model pendidikan karakter yang selama ini diterapkan di
SDS Muhammadiyah 29 Medan.
3) Dapat mengetahui kelebihan dan kekurangan model pendidikan karakter yang
selama ini diterapkan di SDS Muhammadiyah 29 Medan melalui kurikulum
terintegrasi.
BAB 4
METODE PENELITIAN
32
4.1. Jenis Penelitian
Metode penelitian ini merupakan metode penelitian lapangan (field research).
Dikarenakan penelitian ini merupakan penelitian lapangan, maka pengumpulan datanya
merupakan telaah atau kajian terhadap hasil observasi, wawancara, dan dokumen yang
berupa data sekunder yang kemudian dianalisis dengan teori yang ada. Dengan kata lain jenis
penelitian ini yaitu penelitian kulitatif.
Penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena
tentang apa yang dialami oleh subyek penelitian, misalnya perilaku, persepsi, motivasi,
indakan, dan Iain-lain secara holistik dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan
bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode
alamiah. Dalam mengadakan suatu penelitian, peneliti tidak melakukan manipulasi atau
menetapkan peristiwa-peristiwa yang akan terjadi, melainkan apa yang tampak dan sudah
terjadi. Sehingga peneliti mempunyai cara pandang berpikir yang menekankan fokus kepada
pengalaman-pengalaman subyektif dan interpretasi-interpretasinya terhadap dunia subyek
penelitian.
4.2. Informan Penelitian
Informan atau subjek penelitian adalah sumber utama dalam penelitian yang memiliki
data mengenai variebel-variabel yang diteliti. Yang menjadi subjek dalam penelitian ini
adalah kepala sekolah, para guru, dan siswa SDS Muhammadiyah 29 Medan.
4.3. Metode Pengumpulan Data
Suatu kegiatan penelitian di mana baik atau buruknya, akurat atau tidaknya data yang
diperoleh sangat tergantung pada metode pengumpulan data yang digunakan. Pengumpulan
data dalam penelitian bermaksud untuk mendapatkan data-data yang akurat, relevan, dan
dapat dipertanggungjawabkan. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan beberapa metode
untuk mengumpulkan data. Hal ini bertujuan agar saling mendukung dan melengkapi antara
33
metode yang satu dengan metode yang lainnya. Metode-metode yang digunakan dalam
penelitian ini adalah:
1) Metode Observasi. Yaitu teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara,
peneliti mengadakan pengamatan secara langsung (tanpa alat) terhadap gejala-
gejala subjek yang diselidiki. Dalam tahap ini, penulis tidak ambil bagian dalam
kegiatan belajar mengajar. Penulis hanya berperan mengamati dalam pelaksanaan
kegiatan belajar mengajar. Metode ini digunakan untuk mengetahui proses
pembelajaran kaitannya dengan pendidikan karakter di SDS Muhammadiyah 29
Medan. Pengamatan dilakukan di dalam kelas maupun di luar kelas, meliputi
proses pembelajaran sebagai tujuan utama, letak geografis dan keadaan
lingkungan, dan sarana prasarana yang digunakan dalam pembelajaran di SDS
Muhammadiyah 29 Medan.
2) Metode Interview (Wawancara). Metode ini dilakukan untuk memperoleh
informasi mengenai pendidikan karakter di SDS Muhammadiyah 29 Medan.
Dalam hal ini peneliti akan mewawancarai pihak-pihak terkait yang dapat member
informasi, yakni kepala sekolah dan guru.
3) Metode Dokumentasi. Metode dokumentasi ini dipergunakan untuk memperoleh
data tertulis seperti sejarah singkat berdiri, sasaran, visi dan misi, letak geografis
sekolah, serta hal-hal lain yang dapat dipergunakan sebagai kelengkapan data
dalam penelitian ini.
4.4. Metode Analisis Data
Analisis data kualitatif adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data,
mengorganisasikan data, memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola, mencari dan
menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang dapat diceritakan pada orang
lain.
34
Sedangkan untuk menganalisis data kualitatif ini penulis menggunakan teknik
deskriptif analitik, yaitu teknik mengumpulkan dan menyusunnya kemudian menganalisis
dan menafsirkan data yang sudah terkumpul. Teknik ini dilakukan untuk memudahkan
peneliti dalam proses penganalisisan data dengan menggunakan landasan teori yang telah
ditetapkan sebelumnya sebagai alat analisis data.
4.5. Desain dan Prosedur Penelitian
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif dengan
analisis kualitatif, tujuannya untuk menggambarkan atau memaparkan kondisi lapangan, data
yang sebenarnya dengan tetap memperhatikan keaslian data sebagai bentuk fakta sosial.
Penelitian ini juga bertujuan untuk melukiskan secara sistematis fakta atau karakteristik
populasi tertentu atau bidang tertentu secara faktual dan cermat .
Penggunaan pendekatan kualitatif ini dengan beberapa pertimbangan antara lain: 1)
teknis analisis kualitatif lebih mudah bila berhadapan dengan kenyataan ganda, 2) teknik ini
menyajikan secara langsung hakekat hubungan antara peneliti dengan responden, sehingga
dinilai lebih peka dan lebih dapat menyesuaikan diri dengan banyak penajaman pengaruh
bersama terhadap pola-pola nilai yang dihadapi (Moleong, 2000: 5).
Sehingga diupayakan dengan penelitian ini akan dilakukan beberapa perbaikan, yang
dimulai dengan mengidentifikasi kelemahan model yag lalu, lalu diefektifkan sehingga
didapatkanlah model pendidikan karakter yang terintegrasi dalam seluruh mata pelajaran
yang ada.
Dengan demikian yang terlihat bahwa selama ini bahwa kurikulum yang terintegratif
itu kurang diterapkan secara tepat dan model pendidikan karakternyapun kurang pas. Selain
itu tantangannya adalah siswa kurang siap karena mereka sudah terbiasa dengan model lama
(kurang tersentuh nilai-nilai karakter) dan disertai kurangnya fasilitas lingkungan sekolah
serta kurangnya evaluasi terhadap model pendidikan karakter selama ini. Seharusnya model
35
ini dievaluasi dalam pelaksanaannya mengingat adanya ketidakakuratan antara penerapan
kurikulum terintegrasi dengan model pendidikan karakter.
Oleh karena itu, di dalam penelitian ini pada tahun pertama diharapkan terdeteksi
kelemahan dalam menggunakan model yang lama. Selanjutnya dirumuskan model-model
pendidikan karakter yang baru berlandaskan temuan yang telah didapatkan. Kemudian di
tahun kedua diharapkan model baru yang terbentuk sehingga dapat dijalankan sebagai
pedoman dalam penerapan pendidikan karakter dengan memperhatikan semua kemungkinan.
Penerapan ini merupakan pilot project di SD Muhammadiyah 29 Medan dan akan dievaluasi
di akhir penelitian. Di tahun kedua penelitian ini dengan hasil yang telah diperoleh akan
dibuat modul dan disosialisakan kepada seluruh guru SD Muhammadiyah 29 Medan untuk
diterapkan secara merata.
Dengan demikian secara sederhana peneliti membuat bagan alur penelitian yang
dilakukan selama 1 tahun di SD S Muhammadiyah 29 Medan. Berikut dapat dilihat gambar
bagan di bawah ini:
Menyusun Rancangan Penelitian
Menyiapkan Peralatan Penelitian
Mengurus Surat Izin Penelitian
Observasi dan Wawancara Pada SDS
Muhammadiyah 29 Medan
Sebagai Objek Penelitian
Pengolahan Data
Pengumpulan Data
Pengidentifikasian Pelaksanaan pendidikan
Karakter melalui Kurikulum terintegrasi di
SDS Muhammadiyah 29 Medan
36
4.6. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini, dengan mengunakan
pendekatan analisis kualitatif, yakni terhadap data-data yang telah dikumpulkan akan
direduksi untuk dilakukan analisis mendalam. Setelah langkah tersebut dilaksanakan
pemilahan data dengan selektif mungkin, selanjutnya akan memudahkan analisis data
sesungguhnya yang diarahkan dalam menjawab tujuan penelitian atau masalah yang diteliti.
Analisis data adalah mengatur urutan data, mengorganisasikan ke dalam suatu pola,
kategori atau satuan uraian dasar. Patton dalam Moleong (1993:103). Menyatakan proses
analisis data dimulai dengan menelaah seluruh data yang tersedia, baik data primer maupun
data sekunder. Proses analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini mengacu kepada
proses analisis data yang disampaikan oleh Miles Huberman (1962:16) yaitu: Setelah data
dibaca, dipelajari, dan ditelaah, maka selanjutnya data direduksi, disajikan, dan ditarik
kesimpulan serta verikasinya.
a) Redukasi data. Data yang diperoleh melalui wawancara dan observasi direduksi,
yaitu dengan menajamkan, menggolongkan, mengarahkan, membuang yang tidak
perlu isi dati data, kemudian dilakukan pengkodean dengan menggunakan analisis
konten, fdan diorganisasi sedemikian rupa dengan menggunakan analisis domain
berdasarkan kategori-kategori yang ditentukan. Kemudian dilakukan analisis
Penulisan Laporan Kemajuan Penelitian
Pelaporan Hasil Penelitian
Seminar Hasil Penelitian
37
komparatif dengan melakukan crosschek dengan sumber datalainnya. Dengan
demikian, validitas data yang ada dapat dipertangungjawabkan.
b) Penyajian data. Berupa sekumpulan informasi tersusun yang memberi
kemungkinan adanya penarikan simpulan dan pengambilan tindakan.
c) Penarikan simpulan dan verifikasi. Sejak awal pengumpulan data, peneliti mulai
mencari arti benda-benda, mencatat keteraturan, pola-pola, penjelasan-penjelasan,
konfigurasi-konfigurasi yang mungkin, alur sebab akibat, dan proposisi. Setelah di
dapat simpulan-simpulan sementara, kemudian menjadi lebih rinci dan menjadi
kuat dengan adanya bukti-bukti dari data. Simpulan di verifikasi selama penelitian
berlangsung. Makna-makna yang muncul dari data diuji kebenarannya,
kekokohannya, dan kecocokannya, yakni sebagai validasi dari data itu sendiri.
4.7. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data.
Pemeriksaan keabsahan data digunakan untuk mengetahui dan mengukur tingkat
kepercayaan atau kredibilitas dari data yang diperoleh. Dalam penelitian ini pemeriksaan
keabsahan data menggunakan kriteria derajat kepercayaan (credibility). Moleong (2007:324)
menjelaskan bahwa: Penerapan kriterium derajat kepercayaan (kredibilitas) pada dasarnya
menggantgikan konsep validitas internal dan nonkualitatif. Kriterium ini berfungsi pertama,
melaksanakan inkuiri sedemikian rupa sehingga tingkat kepercayaan penemuannya dapat
dicapai; kedua, mempertunjukan derajat kepercayaan hasil-hasil penemuan dengan jalan
pembuktian oleh peneliti pada kenyataan ganda yang sedang diteliti.
Pencapaian keabsahan data kriteria derajat kepercayaan atau kredibilitas dapat
digunakan beberapa teknik pemeriksaan keabsahan yaitu: (1) perpanjangan keikutsertaan, (2)
ketekunan pengamatan, (3) triangulasi, (4) pengecekan teman sejawat, (5) kecukupan
referensial, (6) kajian kasus negatif, dan (7) pengecekan anggota. Moleong (2007:327).
Uuntuk mengefektifkan dan mengefisienkan pelaksanaan pemeriksaan keabsahan data, maka
38
peneliti hanya menggunakan tiga dari tujuh cara ada yaitu: (1) ketekunan pengamatan, (2)
triangulasi, (3) pemeriksaan teman sejawat melalui diskusi.
1. Ketekunan pengamatan. Teknik pemeriksaan keabsahan data melalui ketekunan
pengamat dalam penelitian ini dilakukan pada saat peneliti melakukan observasi
lapangan, menganalisis data, dan menafsirkan data-data yang diperoleh dari
lapangan. Peneliti selalu berusaha untuk melakukan pengamatan setiliti dan
setekun mungkin pada kegiatan-kegiatan yang telah disebutkan sebelumnya.
Berbagai informasi atau data yang ada, baik yang dianggap penting ataupun kurang
penting selalu dianalisis secermat mungkin.
2. Triangulasi. Moleong (2007:330) mengatakan bahwa triangulasi adalah teknik
pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatuyang lain di luar data itu
untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data ini”.
Triangulasi yang akan dilakukan dalam penelitian ini adalah triangulasi dengan
sumber. Triangulasi dengan sumber berarti membandingkan dan mengecek balik
derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang
berbeda dalam penelitian kualitatif. (Patton dalam Moleong, 2010:330).
Moleong (2007:331) menjelaskan bahwa Triangulasi bahwa: Triangulasi dengan
sumber dapat dicapai dengan jalan: (1) membandingkan data hasil pengamatan
dengan data hasil wawancara ; (2) membandingkan apa yang dikatakan orang di
depan umum dengan apa yang dikatakan secara pribadi; (3) membandingkan apa
yang dikatakan orang-orang tentang situasi penelitian dengan apa yang dikatakan
orang disepanjang waktu; (4) membandingkan keadaan dan perspektif seseorang
dengan berbagai pendapat dan pandangan orang-orang seperti rakyat biasa, orang
yang berpendidikan menengah atau tinggi, orang berada, orang pemerintah; (5)
membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang berkaitan. Pada
39
penelitian ini triangulasi sumber hnaya membandingkan hasil wawancara dengan
pengamatan, membandingkan hasil wawancara dengan dokumen yang ada.
3. Pemeriksaan teman sejawat melalui diskusi. Teknik ini dapat dilakukan dengan
cara mengekspos hasil sementara atau hasil akhir yang diperoleh dalam bentuk
diskusi dengan pihak yang dianggap mampu memberikan masukan terhadap
penelitian ini yaitu:
a) Diskusi dengan dosen yang ada di FKIP UMSU yang ada di Medan atau guru
yang ada di SDS Muhammadiyah 29 Medan atau MGMP guru mata pelajaran
yang memiliki kompetensi mengenai penelitian yang dilakukan.
b) Diskusi dengan rekan sesama dosen-dosen mata kuliah penelitian sebagai
salah satu bentuk pengujian keabsahan data yang diperoleh oleh peneliti.
4.9. Luaran Penelitian
```Penelitian ini dapat melihat kelemahan dan kelebihan model pendidikan karakter
melalui kurikulum terintegrasi yang digunakan pada SDS Muhammadiyah 29 Medan.
4.10. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian adalah Sekolah SDS Muhammadiyah 29 Medan yang beralamat di Jl.
Jati No. 178 Desa Sei. Mencirim Kecamatan Sunggal Kabupaten Deli Serdang Propinsi
Sumatera Utara. Memang beralamat di Kabupaten Deli Serdang, akan tetapi status
kesekolahan ini berada di bawah kepengurusan Dikdasmen Muhammadiyah Medan.
40
BAB 5
HASIL YANG DICAPAI
5.1. Latar Belakang Pelaksanaan Pendidikan Karakter di SDS Muhammadiyah 29
Medan
Implementasi pendidikan karakter di SDS Muhammadiyah 29 Medan Medan, tidak bisa
dilepaskan dari yang melatar belakangi diterapkannya pendidikan karakter. Sebagaimana
yang disampaikan oleh beberapa informan yang peneliti temui di lokasi penelitian, antara lain
yaitu Ibu Lasmidah, S.Pd.I selaku Kepala SDS Muhammadiyah 29 Medan Medan. Beliau
mengatakan bahawa pelaksanaan pendidikan karakter di SDS Muhammadiyah 29 Medan
Medan dilatar belakangi oleh beberapa faktor antara lain: visi, misi dan tujuan SDS
Muhammadiyah 29 Medan Medan itu sendiri (Wawancara dengan Ibu Lasmidah, S.Pd.I
selaku Kepala SDS Muhammadiyah 29 Medan Medan).
Berikut ini dapat dilihat gambar Kepala Sekolah SDS Muhammadiyah 29 Medan
Medan ketika diwawancarai oleh peneliti.
Gambar 1: Ibu Lasmidah, S.Pd.I selaku
41
Kepala Sekolah SDS Muhammadiyah 29 Medan Medan
Berdasarkan wawancara dengan buk Lasmidah, untuk melihat visi, misi, dan tujuan
SDS Muhammadiyah 29 Medan Medan beliau menganjurkan untuk melakukan studi
dokumentasi dari tata usaha SDS Muhammadiyah 29 Medan Medan. Selanjutnya peneliti
terus melakukan observasi, wawancara dan studi dokumentasi terhadap objek penelitian
yaitu pada SDS Muhammadiyah 29 Medan Medan atas anjuran Kepala Sekolah. Berdasarkan
hasil wawancara dengan Ibu Lasmidah ada beberapa hal yang mempengaruhi pentingnya
penanaman pendidikan karakter di SDS Muhammadiyah 29 Medan Medan, antara lain a)
Menyahuti visi, misi, dan tujuan sekolah SDS Muhammadiyah 29 Medan Medan, b)
Pentingnya pembentukan karakter pada usia dini, karena pada masa ini dianggap masa paling
mudah untuk menanamkan nilai-nilai kebaikan pada anak, c) Melihat wajah pemimpin
Indonesia yang begitu amoral seperti korupsi, penyalahgunaan kekuasaan, dan lain-lain, d)
Moral generasi muda yang semakin bobrok seperti kecanduan narkoba, perampokan, geng
motor, dan lain-lain (Wawancara dengan Ibu Lasmidah, S.Pd.I selaku Kepala SDS
Muhammadiyah 29 Medan Medan tanggal 19 mei 2015).
Dengan demikian berdasarkan studi dokumentasi dari SDS Muhammadiyah 29 Medan
Medan ditemukan visi, misi dan tujuan sekolah tersebut adalah sebagai berikut:
a. Menyahuti visi, misi dan tujuan lembaga pendidikan SDS Muhammadiyah 29
Medan Medan.
Implementasi pendidikan karaker yang diterapkan SDS Muhammadiyah 29 Medan
Medan menyahuti visi sekolah sekolah tersebut, karena visi ini menjadi pondasi didirikannya
lembaga pendidikan SDS Muhammadiyah 29 Medan Medan tersebut. Dan itu jugalah yang
menjadi dasar penanaman karakter di sekolah tersebut. Karenanya adapun visi SDS
Muhammadiyah 29 Medan Medan adalah Menjadi Lembaga Pendidikan Yang Unggul, di
42
Bidang Ilmu Pengetahuan dan Keterampilan, Bertaqwa dan Berwawasan Islami Serta
Berkarakter.
Selain visi, misi juga memiliki peranan penting dalam pembentukan karakter di
sekolah. Karena visi saja tidak cukup perlu dijabarkan menjadi misi. Misi merupakan
langkah-langkah untuk mencapai misi. Sehingga berdasarkan studi dokumentasi dapat
diketahui bahwa misi SDS Muhammadiyah 29 Medan Medan adalah sebagai berikut:
1 Melaksanakan pembelajaran dan bimbingan secara efektif sesuai dengan
Kurikulum Nasional dan Muhammadiyah.
2 Menerapkan Pembelajaran yang Optimal dengan metode PAIKEM.
3 Menenamkan Keyakinan Akidah Melalui Pengalaman Ajaran Agama.
4 Menubuhkembangkan kreatifitas dan prestasi ilmiah, seni dan olahraga serta
kemampuan berorganisasi dan bermasyarakat yang dijiwai dengan semangat ke
tauhidan.
5 Meyelenggarakan kegiatan dakwah Islam, amar ma’ruf nahi munkar sebagai
bagian integral dari tujuan perguruan Muhammadiyah.
6 Meningkatkan semangat belajar dalam rangka mencerdaskan intelektual,
emosional dan spiritual.
7 Membangun Kultur Sekolah yang Terpercaya di Masyarakat.
8 Menciptakan Lingkungan yang Kondusif Mendukung Pembelajaran
Selain visi dan misi sebagai dasar pembentukan karakter, tujuan juga sangat
menentukan penanaman karakter di sekolah tersebut. Karena tujuan ini merupakan akhir dari
dari sebuah visi dan misi yang diemban sekolah tersebut. Sehingga dengan demikian dapat
diketahui bahwa tujuan secara umum dari SDS Muhammadiyah 29 Medan Medan adalah
terwujudnya manusia muslim yang bertaqwa, berakhlak mulia, cakap, percaya pada diri
sendiri, cinta tanah air, dan berguna bagi masyarakat dan negara.
43
Dan lebih spesifik tujuan Pendidikan Dasar adalah meletakkan dasar kecerdasan,
pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan hidup mandiri dan mengikuti
pendidikan lebih lanjut. Merujuk pada tujuan pendidikan dasar tersebut maka tujuan secara
khusus Sekolah Dasar Swasta Muhammadiyah 29 Medan adalah :
a. Dapat mengamalkan ajaran agama hasil proses pembelajaran dan kegiatan
pembiasaan.
b. Meraih prestasi akademik dan non akademik.
c. Menguasai dasar-dasar ilmu pengetahuan dan teknologi sebagai bekal untuk
melanjutkan ke sekolah yang lebih tinggi
d. Menjadi sekolah dan penggerak dilingkungan masyarakat sekitar
e. Menjadi sekolah yang dapat dipercaya untuk menempuh masa depan anak.
Pentingnya pembentukan karakter pada usia dini, karena pada masa ini dianggap masa
paling mudah untuk menanamkan nilai-nilai kebaikan pada anak. Karena usia ini terbukti
sangat menentukan kemampuan anak dalam mengembangkan potensinya. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa sekitar 50% variabilitas kecerdasan orang dewasa sudah terjadi ketika
anak berusia 4 tahun. Peningkatan 30% berikutnya terjadi pada usia 8 tahun, dan 20% sisanya
pada pertengahan atau akhir dasawarsa kedua. Dari sini, sudah sepatutnya pendidikan
karakter dimulai dari dalam keluarga, yang merupakan lingkungan pertama bagi
pertumbuhan karakter anak. Dan selanjutnya dilakukan pada siswa tingkat SD/MI.
Melihat wajah pemimpin Indonesia, yang akhir-akhir ini, kerap menyalahgunakan
amanah yang diberikan rakyat. Hal itu ditandai dengan maraknya korupsi yang menyebabkan
rakyat menderita akibat segelintir orang yang tidak amanah, nilai kejujuran sudah sangat
langka. Nilai-nilai ini akan ditanamkan sejak mulai usia kanak-kanak, terutama mulai dari
tingkat dasar yaitu SD/MI. Karena keberhasilan mereka di usia dewasa dalam membentuk
pribadinya menjadi lebih berkarakter dapat ditentukan oleh pendidikannya sejak usia dini
44
(anak-anak).
Moral generasi muda. Kondisi moral/akhlak/karakter generasi muda saat ini sudah
sangat memperihatinkan, sehingga perbuatan yang amoral kerap mereka lakukan, tindakan
anak muda sudah jauh dari nilai-nilai Ilahiyah dan norma-norna sosial. Hal itu ditandai
dengan maraknya seks bebas (free sex) di kalangan pemuda, peredaran narkoba dan lain
sebagainya. Sehingga Lasmidah, S.Pd.I mengatakan bahwa dengan kondisi seperti itu, maka
tidak cukup membekali siswa hanya dengan ilmu pengetahauan, sehingga harus ada upaya.
Untuk itu, selain memberikan ilmu pengetahuan, guru juga harus bempaya untuk membekali
paserta didik agar memiliki akhlak mulia (karakter) untuk mencapai tujuan
diselenggarakannya pendidikan (Wawancara dengan Ibu Lasmidah, S.Pd.I selaku Kepala
SDS Muhammadiyah 29 Medan Medan tanggal 21 Mei 2015).
.Dengan demikian diimplementasikannya pendidikan karakter di SDS Muhammadiyah
29 Medan Medan adalah merupakan sebuah upaya untuk mencetak generasi yang memiliki
karakter yang kuat dan berpengetahuan optimal yang dimulai dengan visi, misi dan tujuan
SDS Muhammadiyah Medan itu sendiri.
5.8. Urgensi Pelaksanaan Pendidikan Karakter di SDS Muhammadiyah 29 Medan
Medan
Sebagaimana yang telah dijelaskan pada kajian pustaka sebelumnya, bahwa
pembentukan karakter pada usia dini sangat penting, karena pada usia dini dianggap anak
belum begitu terpengaruh oleh lingkungan yang membetuk karakternya, hal senada juga
disampaikan oleh Lasmidah, bahwa pembentukan karakter pada anak usia dini tidak terlalu
sulit sebagaimana halnya pembentukan karakter pada orang dewasa, disamping itu ketika
karakter anak sudah terbentuk, maka sulit untuk dipengaruhi oleh pengaruh-pengaruh dari
luar.
Di sisi lain, Lasmidah, S.Pd.I menyebutkan pentingnya penanaman karakter pada anak,
45
agar anak mampu menghargai orang lain ditengah-tengah masyarakat ketika berinteraksi
dengan lingkungannya karena kehidupan ini tidak bisa lepas dari hubungan dengan orang
lain, karena manusia juga mempakan mahluk sosial yang saling membutuhkan satu sama lain.
Karakter yang berkualitas perlu dibentuk mulai dari kanak-kanak. Usia ini merupakan
masa kritis bagi pembentukan karakter seseorang. Ibarat sebuah lahan yang harus
dipersiapkan dengan baik ketika masa tanam tiba, pendidikan karakter sejak usia dini adalah
menyiapkan lahan yang subur dan gembur seseorang khususnya anak-anak. Ada pepatah
mengatakan, “Jika engkau ingin melihat masa depan suatu bangsa, maka lihatlah kondisi
generasi penerusnya hari ini". Oleh karena itu pembentukan karakter terbaik pada anak
menjadi hal yang sangat penting karena anak mempakan generasi penems yang akan
melanjutkan eksistensi bangsa.
Lasmidah mengemukakan bahwa pembangunan karakter adalah usaha paling penting
yang pernah diberikan kepada manusia. Pembangunan karakter memiliki tujuan luar biasa
dari sistem pendidikan yang benar. Pendidikan mmah tangga maupun pendidikan dalam
sekolah, orang tua dan guru tetap sadar bahwa pembangunan tabiat yang agung adalah tugas
mereka.
Sehingga pendidikan karakter dimaknai sebagai suatu sistem penanaman nilai-nilai
karakter kepada warga sekolah yang meliputi komponen pengetahuan, kesadaran atau
kemauan, dan tindakan untuk melaksanakan nilai-nilai tersebut, baik terhadap Tuhan Yang
Maha Esa (YME), diri sendiri, sesama, lingkungan, maupun kebangsaan sehingga menjadi
manusia insan kamil (manusia yang sempurna). Dalam pendidikan karakter di sekolah, semua
komponen (stakeholders) harus dilibatkan, termasuk komponen-komponen pendidikan itu
sendiri, yaitu isi kurikulum, proses pembelajaran dan penilaian, kualitas hubungan,
penanganan atau pengelolaan mata pelajaran, pengelolaan sekolah, pelaksanaan aktivitas atau
46
kegiatan ko-kurikuler, pemberdayaan sarana prasarana, pembiayaan, dan etos kerja seluruh
warga dan lingkungan sekolah.
5.9. Tujuan Pelaksanaan Pendidikan Karakter di SDS Muhammadiyah 29 Medan
Medan
Setelah melakukan wawancara dengan beberapa informan yang peneliti anggap cukup
representatif dalam memberikan informasi terkait tujuan pelaksanaan pendidikan karakter di
SDS Muhammadiyah 29 Medan Medan. Di antara informan tersebut adalah. Lasmidah,
S.Pd.I (kepala sekolah), Wagisah (guru agama Islam), Tuti Khairani (wali kelas I). Maka
penulis berkesimpulan bahwa tujuan pelaksanaan pendidikan karakter di SDS
Muhammadiyah 29 Medan Medan sudah tercapai dengan baik. Kalau dalam pelaksanaan
pendidikan karakter di SDS Muhammadiyah 29 Medan Medan titik penekanannya pada nilai-
nilai Islami.
Adapun tujuan pelaksanaan pendidikan karakter di SDS Muhammadiyah 29 Medan
Medan adalah.
1. Untuk mengembangkan fitrah (potensi) agar menjadi hamba yang taat kepada
Allah.
2. Untuk membekali siswa dengan akhla dan budi pekerti mulia dan berpengetahuan
optimal.
3. Diharapkan dengan pelaksanaan pendidikan karakter, kelak siswa akan mampu
memberikan pencerahan dan kontribusi yang besar ditengah-tengah masyarakat
4. Agar siswa memiliki habit yang baik
5. Membentengi siswa dari pengaruh luar yang akan menjauhkan anak dari nilai-nilai
islam
5.10. Hakekat Pelaksanaan Pendidikan Karakter di SDS Muhammadiyah 29 Medan
Medan
47
Sebagaimana telah dijelaskan dalam kajian pustaka, bahwa karakter adalah merupakan
potensi yang ada dalam diri manusia yang memungkinkan untuk dibentuk atau
dikembangkan. Dalam Al-Qur'an Allah SWT telah menjelaskan secara detail tentang potensi
yang dimiliki oleh manusia, potensi tersebut merupakan kecenderungan-kecendrungan yang
berubah menjadi sebuah sifat dan sikap yang dimiliki tiap-tiap individu. Secara garis besar
kecendrungan tersebut adalah kecendrungan manusia pada keburukan (karakter negatif) dan
kecendrungan pada kebaikan (karakter positif).
Karakter adalah bagai pisau yang bermata dua. Mata yang pertama bisa dipergunakan
untuk hal-hal yang baik. Misalnya mengiris sayur, memotong daging dan lain sebagainya.
Sedangkan mata pisau yang kedua bisa saja melukai pemiliknya. Setiap karakter memiliki
dua sisi yang salang bertolak belakang. Anak yang memiliki keyakinan yang tinggi akan
memiliki dua kemungkinan yang berbeda dan berlawanan. Kemungkinan yang pertama
adalah tumbuhnya sifat berani sebagai buah dari keyakinan yang dimilikinya. Sedangkan
kemungkinan kedua adalah munculnya sifat sembrono dan kurang perhitungan karena terlalu
yakin dengan kemampuannya. Demikian juaga dengan rasa takut. Rasa takut ini akan
memunculkan sikap hati-hati dan disatu sisi memungkinkan munculnya sikap pengecut.
Oleh karena itu, pelaksanaan pendidikan karakter yang diintegrasikan dalam proses
pembelajaran tentu saja bertujuan untuk karakter positif. Dengan pendidikan karakter, setiap
dua sisi yang melekat pada setiap karakter hanya akan tergali sisi positifnya saja. Sementara
itu, sisi negatifnya akan tumpul dan tidak akan berkembang. Mengingat begitu pentingnya
karakter dalam membangun sumber daya manusia (SDM) yang kuat, maka perlu pula
penyelenggaraan pendidikan karakter yang dilakukan dengan tepat. Dapat dikatakan bahwa
pembentukan karakter merupakan suatu yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan termasuk
di lembaga pendidikan, terutama pada SDS Muhammadiyah 29 Medan Medan. Idealnya
pendidikan karakter diintegrasikan ke seluruh mata pelajaran dan aspek kehidupan di sekolah.
48
Lembaga pendidikan khususnya sekolah dipandang sebagai tempat yang strategis untuk
membentuk karakter siswa, apalagi pada tingkat pendidikan dasar yaitu SD. Hal ini
dimaksudkan agar peserta didik dalam segala ucapan, sikap, dan perilakunya mencerminkan
karakter yang baik dan kuat. Pendidikan karakter adalah suatu sistem penanaman nilai-nilai
karakter kepada warga sekolah yang meliputi komponen pengetahuan, kesadaran atau
kemauan, dan tindakan untuk melaksanakan nilai-nilai tersebut, baik terhadap Tuhan Yang
Maha Esa, diri sendiri, sesama, lingkungan, maupun kebangsaan sehingga menjadi manusia
insan kamil (manusia yang sempurna).
Dalam pendidikan karakter di sekolah, semua komponen (stakeholders) harus
dilibatkan, termasuk komponen-komponen pendidikan itu sendiri, yaitu isi kurikulum, proses
pembelajaran dan penilaian, kualitas hubungan, penanganan atau pengelolaan mata pelajaran,
pengelolaan sekolah, pelaksanaan aktivitas, pemberdayaan sarana prasarana, pembiayaan,
dan etos kerja seluruh warga dan lingkungan sekolah.
Adapun proses pelaksanaan pendidikan karakter di SDS Muhammadiyah 29 Medan
Medan sebagaimana yang dikatakan oleh Lasmidah, S.Pd.I selaku kepala sekolah SDS
Muhammadiyah 29 Medan Medan, beliau mengatakan bahwa sebenamya pendidikan
karakter sudah dimulai dalam lingkungan keluarga. Karena lingkungan itulah anak pertama
kali mendapatkan pendidikan. Lebih lanjut beliau mengatakan bahwa pelaksanaan pendidikan
karakter di SDS Muhammadiyah 29 Medan Medan pada dasarnya telah dimuali ketika anak
sudah terdaftar sebagai siswa SDS Muhammadiyah 29 Medan Medan. Pelaksanaan
pendidikan karakter di SDS Muhammadiyah 29 Medan Medan pada dasarnya telah dimulai
semenjak adanya kegiatan proses belajar mengajar akan tetapi baru diformalisasikan menjadi
pendidikan karakter pada tahun 2009. Proses pelaksanaan pendidikan karakter di SDS
Muhammadiyah 29 Medan Medan secara garis besar dilakukan dengan 5 cara yaitu: melalui
mata pelajaran, kegiatan ekstrakurikuler dan pengembangan diri, pembiasaan, keteladanan,
49
dan pendekatan kedisiplinan (Wawancara dengan Ibu Lasmidah, S.Pd.I tanggal 23 Mei
2015).
i. Melalui Mata Pelajaran
Pendidikan karakter dapat diintegrasikan dalam pembelajaran pada setiap mata
pelajaran. Materi pembelajaran yang berkaitan dengan norma atau nilai-nilai pada setiap mata
pelajaran perlu dikembangkan, dieksplisitkan, dikaitkan dengan konteks kehidupan sehari-
hari. Dengan demikian pembelajaran nilai-nilai karakter tidak hanya pada tataran kognitif,
tetapi menyentuh pada intemalisasi dan pengamalan nyata dalam kehidupan peserta didik
sehari-hari di masyarakat.
Penjelasan sebelumnya disebutkan bahwa lembaga pendidikan SDS Muhammadiyah 29
Medan Medan, dalam proses belajar mengajar mengunakan Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP) yang merupakan kurikulum sekolah programatik, artinya segala
sesuatunya serba terencana.
Oleh karena itu, dalam pengembangan silabus dan RPP (rencana pelaksanaan
pembelajaran) disesuaikan dengan petunjuk pengembangan yang terdapat KTSP (kurikulum
tingkat satuan pendidikan), dan cakupannya tidak lepas dari misi pendidikan karakter. Untuk
itu, guru dituntut agar mehami SK-KD secara lebih cermat cermat dan dengan menggunakan
perspektif pendidikan karakter.
Setelah dilakukan penelitian terhadap objek penelitian lewat studi dokumentasi
kurikulum SDS Muhammadiyah 29 Medan dalam melaksanakan pendidikan karakter melalui
kurikulum terintegrasi pada seluruh mata pelajaran di kelas yang ditemukan melalui
rancangan silabus dan RPP yang sudah disiapkan oleh para guru. Hal ini sejalan dengan yang
dikemukakan Zubaedi dalam Desain Pendidikan Karakter, 2011:271 bahwa secara makro,
pendidikan karakter dapat diintegrasikan dalam kegiatan intrakurikuler dan kokurikuler.
Perencanaan dan pelaksanaan pendidikan karakter dilakukan oleh kepala sekolah, guru, dan
50
tenaga kependidikan (konselor) secara bersama-sama sebagai suatu komunitas pendidik
diterapkan ke dalam kurikulum melalui: 1) program pengembangan diri, 2) pengintegrasian
ke dalam semua mata pelajaran, 3) pengintegrasian ke dalam kegiatan ko kurikuler dan
ekstrakurikuler, 4) pembiasaan.
Oleh karena itu, menurut Zubaedi salah satu penanaman pendidikan karakter melaui
pengintegrasian ke dalam semua mata pelajaran. Hal inilah yang ditemukan peneliti di SDS
Muhammadiyah 29 Medan Medan bahwa pelaksanaan pendidikan karakter melalui 3 muatan
pembelajaran yaitu sebagai berikut:
a. Melalui Mata Pelajaran Muatan Umum
Praktik pendidikan karakter di sekolah bukan hanya menjadi tanggung jawab guru mata
pelajaran Agama atau PKN. Selama ini ada kesan mata pelajaran yang lain hanya
mengajarkan pengetahuan sesuai dengan bidangnya ilmu, teknologi dan seni. Padahal
seharusnya proses pendidikan karakter diintegrasikan di dalam seluruh mata pelajaran.
Pendidikan karakter pada dasarnya melekat pada setiap mata pelajaran karena setiap mata
pelajaran pada dasarnya memiliki nilai-nilai karakter yang harus dilalui atau dicapai siswa.
Hanya saja, sebagaian guru tidak menyadari bahwa ada nilai-nilai yang dapat membentuk
karakter siswa (Zubaedi, 2011:273).
Ada banyak cara mengintegrasikan nilai-nilai karakter ke dalam mata pelajaran,
antara lain: mengungkapkan nilai-nilai yang dikandung dalam setiap mata pelajaran,
pengintegrasian nilai-nilai karakter secara langsung ke dalam setiap mata pelajaran,
menggunakan perumpamaan dan membuat perbandingan dengan kejadian-kejadian serupa
dalam hidup para siswa, mengubah hal-hal negatif menjadi nilai positif, mengungkapkan
nilai-nilai melalui diskusi dan brainstorming (curah pendapat), menggunakan cerita untuk
memunculkan nilai-nilai, menceritakan hidup orang-orang besar, dan lain-lain. (Zubaedi,
2011:274). Karenanya salah satu yang dilakukan dengan pengintegrasian nilai-nilai karakter
51
secara langsung ke dalam setiap mata pelajaran dengan melihat tujuan mata pelajaran itu
sendiri, yaitu sebagai berikut:
a) Pendidikan Agama Islam
Adapun tujuan pembelajaran mata pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) adalah:
Menumbuh kembangkan akidah melalui pemberian, pemupukan, dan
pengembangan, pengetahuan, penghayatan, pengalaman, pembiasaan, serta
pengalaman peserta didik tentang agama Islam sehingga menjadi manusia muslim
yang terus berkembang keimanan dan ketaqwaannya kepada Allah SWT.
Mewujudkan manusia Indonesia yang taat beragama dan berakhlak mulia yaitu
manusia yang berpengalaman, rajin beribadah, cerdas, produktif, jujur,adil, etis,
berdisiplin, bertoleransi, (tasamuh), menjaga keharmonisan secara personal dan
sosial serta mengembangkan budaya agama dalam komunitas sekolah.
Berdasarkan kurikulum KTSP SDS Muhammadiyah 29 Medan Medan ini
ditemukan rumpun mata pelajaran Agama Islam yang meliputi Al-Qur’an, Fiqih,
Aqidah Akhlak. Mata pelajaran pendidikan Agama Islam ini mengajarkan tentang
ketentuan-ketentuan dalam ajaran Islam. Dan ketentuan-ketentuan ini diaplikasikan
dalam kehidupan sehari-hari yang disebut dengan pengamalan ibadah. Dan
berdasarkan penelusuran peneliti terhadap objek penelitian ditemukan para guru
melaksanakan kegiatan praktek ibadah seperti praktek wudhu, tayammum dan
shalat. Kegiatan ini merupakan aplikasi dari karakter religious dan kebiasaan.
Harapan mereka agar para siswa terbiasa melakukan kegiatan-kegiatan yang
bernuansa religious tersebut baik di sekolah maupun di luar sekolah. bahkan
mereka membuat pengawasan ibadah siswa nelalui buku penghubung. Buku
penghubung ini terlebih dahulu disosialisasikan kepada orang tua siswa dan siswa
tersebut.
52
Sehingga dengan demikian tujuan akhir dari mata pelajaran PAI ini adalah
terbentuknya siswa yang memiliki akhlak yang mulia (budi pekerti yang luhur).
Tujuan ini sebenarnya sesuai dengan misi Nabi Muhammad SAW. Dan sesuai nilai
dan deskripsi pendidikan karakter yang salah satunya nilai religius. Nilai religius
ini memiliki sikap dan perilaku yang patuh dalam melaksanakan ajaran agama
yang dianutnya, toleran terhadap pelaksanaan ibadah agama lain, dan hidup rukun
dengan pemeluk agama lain (Zubaedi, 2011:276).
Selain dari pada itu adapun kelebihan kurikulum mata pelajaran PAI yang
dimiliki oleh SDS Muhammadiyah 29 Medan adalah bahwa pada mata pelajaran
Agama Islam lebih diperinci menjadi beberapa mata pelajaran Al-Qur’an, Fiqih,
Aqidah Akhlak, dan SKI secara spesifik. Sehingga siswa SDS Muhammadiyah 29
Medan Medan lebih mendalam tentang penguasaan materi pelajaran tersebut. Dan
selain itu juga dididik oleh guru-guru yang berpengalaman dan profesional di
bidangnya. Artinya mereka mengajarkan mata pelajaran sesuai dengan bidang
keilmuannya.
Sedangkan kekurangannya adalah dengan alokasi yang hanya 2 jam
pembelajaran terkadang tidak cukup (kurang maksimal) melakukan pembelajaran
secara sempurna, apalagi yang berkaitan kegiatan praktek seperti pada
pembelajaran Al-Qur’an harus membaca Al-Qur’an secara perorangan dan bidang
studi Fiqih harus melakukan kegiatan praktek wudhu’, tayammmum, shalat, dan
lain sebagainya.
b) Pendidikan Kewarganegaraan
53
Adapun tujuan pembelajaran mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan adalah
sebagai berikut:
Berfikir secara kritis, rasional, dan kreatif dalam menanggapi isu kewarganegaraan.
Berpartisipasi secara aktif dan bertanggung jawab, dan bertindak secara cerdas
dalam kegiatan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara, serta anti-korupsi.
Berkembang secara positif dam demokratis untuk membentuk diri berdasarkan
karakter-karakter masyarakat Indonesia agar dapat hidup bersama dengan bangsa-
bangsa lainnya.
Berinteraksi dengan bangsa-bangsa lain dalam peraturan dunia secara langsung
atau tidak langsung dengan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi.
Menurut Malik Fajar dalam Zubaedi, 2011: 277 bahwa mata pelajaran
Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) memiliki peranan penting sebagai wahana
untuk mengembangkan kemampuan, watak dan karakter warga Negara yang
demokratis dan bertanggung jawab. Karenanya sesuai dengan nilai dan deskripsi
pendidikan karakter diantaranya adalah demokratis dan bertanggung jawab.
Oleh karena itu pendidikan nilai atau moral juga ditujukan untuk
mengajarkan nilai-nilai yang menjadi dasar Negara, yang menjadi dasar hukum dan
politik (Damiyati Zuchdi, 2013:11). Dalam alam demokrasi, generasi muda perlu
banyak belajar untuk menjadi warga Negara yang baik. mereka harus mengetahui
sejarah Negara mereka, hukum dan peraturan masyarakat, kebhinnekaan warga
Negara, dan nilai-nilai fundamental seperti pemerintahan yang konstitusional dan
kedaulatan rakyat (termasuk pemisahan kekusaan legislative, eksekutif, dan
yudikatif serta pengecekan dan penyeimbangan ketiga kekuasaan tersebut)
(Damiyati Zuchdi, 2013:12).
c) Bahasa Indonesia
54
Adapun tujuan pembelajaran mata pelajaran Bahasa Indonesia adalah sebagai berikut:
Berkomunikasi secara efektif dan efisien sesuai dengan etika yang berlaku, baik
secara lisan maupun tulisan.
Mengharagai dan bangga menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan
dan bahasa Negara.
Memahami bahasa Indonesia dan menggunakannya dengan tepat dan kreatif untuk
berbagai tujuan.
Menggunakan bahasa Indonesia untuk meningkatkan kemampuan intelektual, serta
kematangan emosional dan sosial.
Meningaktkan dan memanfaatkan karya sastra untuk memperluas wawasan,
memperhalus budi pekerti, serta meningkatkan pengetahuan dan kemampuan
berbahasa.
Menghargai dan membanggakan sastra Indonesia sebagai khazanah budaya dan
intelektual manusia Indonesia.
d) Matematika
Adapun tujuan pembelajaran mata pelajaran Matematika adalah sebagai berikut:
Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep dan
mengaplikasikan konsep atau algoritma, secara luwes, akurat, efesien, dan tepat
dalam pemecahan masalah.
Menggunakan penalaran pada pola sifat, melakukan manipulasi matematika dalam
membuat generalisaasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan
matematika.
Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang
model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh.
55
Mengomunikasikan gagasan dengan symbol, table, diagram, atau media lain untuk
memperjelas keadaan atau masalah.
Meliliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki
rasa ingin tahun, perhatian, dan minat dalam, mempelajari matematika, serta sikap
ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah.
Mata pelajaran matematika juga mengemban misi untuk pendidikan
karakter. Dalam matematika terdapat nilai konsistensi dalam berfikir logis,
pemahaman aksioma kemudian mencari penyelesaian melalui pengenalan terhadap
kemungkinan yang ada (semua probabilitas) lalu mengeliminasi sejumlah
kemungkinan tertentu dan akhirnya menemukan suatu kemungkinan yang pasti
akan membawa kepada jawaban yang benar. Oleh karena itu, melalui mata
pelajaran matematika ini dapat ditanamkan nilai-nilai karakter yaitu sikap
kejujuran. Siswa diajarkan untuk tidak salah melakukan operasi hitungnya, jangan
sampai terjadi manipulasi data yang saat ini sangat marak dan telah menjadi tren di
Negara kita dengan mark up dan korupsinya.
e) IPA
Adapun tujuan pembelajaran mata pelajaran IPA adalah sebagai berikut:
Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan
keberadaan keindahan dan keteraturan alam ciptaan-Nya.
Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang
bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan.sehari-hari
Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif dan kesadaran tentang adanya
hubungan yang saling mempengaruhi atara IPA, lingkungan, teknologi dan
masyarakat.
56
Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar,
memecahkan masalah masalah dan membuat keputusan.
Meningkatkan kesadaran untuk berperan serta dalam memlihara, menjaga dan
melestarikan lingkungan alam.
Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala keteraturannya
sebagai salah satu ciptaan Tuhan.
Memperoleh bekal pengetahuan, konsep dan keterampilan IPA sebagai dasar untuk
melanjutkan pendidikan ke SMP/MTs.
Mata pelajaran IPA mengandung nilai-nilai karakter. Nilai karakter yang
dapat dikembangkan dalam hal ini menyangkut nilai kejujuran, rasa ingin tahu,
serta keterbukaan. Karenanya lebih lanjut tujuan pembelajaran sains ini adalah 1)
mengembangkan pemahaman peserta didik tentang alam, 2) mengembangkan
keterampilan yang diperlukan untuk memperoleh dan mengolah pengetahuan baru,
3) mengembangkan sikap-sikap positif (Zubaedi, 2011:292).
f) IPS
Adapun tujuan pembelajaran mata pelajaran IPS adalah sebagai berikut:
Mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan
lingkungannya.
Memiliki kemampuan dasar untuk berfikir logis dan kritis, rasa ingin tahu, inkuiri,
memcahkan masalah, dan keterampilan dalam kehidupan sosial.
Memiliki komitmen dan kesadaran tehadap nilai-nilai sosial dan kemanusiaan.
Memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerjasama dan berkompetisi dalam
masyarakat yang majemuk, ditingkat lokal, nasional, dan global.
Mata pelajaran IPS mengandung nilai-nilai karakter. Nilai karakter yang
dapat dikembangkan dalam hal ini menyangkut berpikir kritis dengan penuh
57
kearifan untuk menyikapi dan ikut memecahkan masalah sosial serta membengun
komitmen terhadap nilai-nilai kemanusiaan dan menghargai nilai-nilai luhur dan
budaya Indonesia (Zubaedi, 2011:290).
g) Seni Budaya dan Keterampilan.
Adapun tujuan pembelajaran mata pelajaran Seni Budaya dan Keterampilan adalah
sebagai berikut:
Memahami konsep dan pentingnya seni budaya dan keterampilan.
Menampilkan sikap apresiasi tehadap seni budaya dan keterampilan.
Menampilkan kreativitas melalui seni budaya dan keterampilan.
b) Melalui Mata Pelajaran Muatan Khusus
Muatan Khusus SDS Muhammadiyah 29 Medan Medan adalah mata pelajaran
Kemuhammadiyahan. Adapun tujuan mata pelajaran Kemuhammadiyahan adalah sebagai
berikut:
Mengenalkan dan memahamkan Sejarah perkembangan Islam di Indonesia sejak
awal kedatangan Islam, persebarannya di tanah air, serta peranan umat Islam dalam
masa penjajahan, dan kebangkitan umat Islam di Indonesia.
Mengenalkan dan memahamkan Persyarikatan Muhammadiyah: pengertian,
maksud dan tujuan Muhammadiyah, latar belakang berdirinya, pendiri, lambang
Muhammadiyah dan maknanya.
Mengenalkan dan memahamkan tentang organisasi: pengertian dan manfaatnya,
kepengurusan dan keanggotaan, permusyawaratan dalam Muhammadiyah, serta
amal usaha Muhammadiyah.
c) Melalui Mata Pelajaran Muatan Lokal
Muatan lokal SD Swasta Muhammadiyah 29 Medan meliputi:
58
1. Bahasa Inggris
Mengenalkan Bahasa Inggris sebagai bahasa komunikasi internasional
Membekali siswa untuk menghadapi tuntutan dalam rangka menyongsong era
globalisasi.
2. Bahasa Arab Melayu/ Bahasa Arab
Mengenalkan Bahasa Arab sebagai bahasa Al-Qur’an
Mengenalkan Bahasa Arab sebagai bahasa komunikasi.
Mengenalkan Aksara Arab Melayu pada peserta didik.
3. Komputer
Mengenalkan teknologi informatika pada peserta didik
ii. Kegiatan Ekstrakurekuler dan Pengembangan Diri
Pelaksanaan pendidikan karakter di SDS Muhammadiyah 29 Medan Medan, di
samping melalui mata pelajaran yang, juga dilaksanakan melalui kegiatan ekstrakurikuler dan
pengembangan diri. Seperti belajar menjadi pengusaha (wirausaha). Untuk itu sekolah
mengadakan kegiatan, kegiatan tersebut layaknya seperti pasar sekolah, akan tetapi dalam
acara tersebut tidak semua siswa yang diperbolehkan menjadi penjual, dalam kegiatan itu
sekolah telah menentukan kelas yang akan menjadi penjual.
Dalam kegiatan itu, semua siswa dari kelas yang telah ditunjuk mempersiapkan barang
yang dijual di sekolah, mereka membawa barang dagangan dari rumah masing-masing, dalam
kegiatan itu anak tampak senang.
Kegiatan tersebut, sebagaimana yang disampaikan oleh Tuti Khairani, bahwa kegiatan
tersebut memiliki beberapa tujuan seperti melatih mental anak, kesabaranya, kejujurannya,
dan sikapnya dalam memperlakukan orang lain (Wawancara denga Ibu Tuti Khairani, S.Pd.I
tanggal 25 Mei 2015).
iii. Keteladanan
59
Keteladanan adalah mempakan sifat dan sikap mulia yang dimiliki oleh individu yang
layak dicontoh dijadikan figur, keteladanan memiliki kontribusi yang sangat besar dalam
mendidik karakter siswa. Keteladanan guru dalam berbagai aktivitasnya akan menjadi cermin
siswanya. Oleh karena itu, sosok guru yang suka dan terbiasa membaca, disiplin, ramah akan
menjadi teladan yang baik bagi siswanya, demikian juga sebaliknya. Wagisah, S.Pd.I
mengatakan, bahwa sebelum memerintahkan sesuatu hal kepada murid, maka guru harus
melaksanakan terlebih dulu, dengan demikian, siswa akan mudah termotevasi untuk
melakukan sebagaimana yang dilakukan oleh guru (Wawancara dengan Ibu Wagisah, S.Pd.I
tanggal 25 Mei 2015).
Lebih lanjut beliau menyebutkan salah satu riwayat inti dari pernyataan itu, bahwa
menjadi suri tauladan sebelum mengajak orang lain. Faktor keteladanan ini pula yang
menjadi pendukung keberhasilan guru dalam mengajar. Yaitu guru bukan hanya menguasai
dengan baik berbagai macam materi pengajaran dan cara penyampaiannya, tetapi juga
dibarengi dengan budi pekerti mulia dan keteladanan yang tinggi. Dari penjelasan tersebut
menunjukkan bahwa keteladan lebih mengedepankan aspek perilaku dalam bentuk tindakan
yang nyata dari pada sekedar berbicara tanpa aksi. Apalagi didukung oleh suasana yang
memungkinkan anak melakukan ke arah hal itu.
Pada suatu hari ketika peneliti melakukan observasi, tatkala tiba waktu shalat, seluruh
kegiatan dihentikan oleh guru, dan semua guru bergegas berangkat menuju mesjid, tak satu
gurupun yang santai dan tidak menghiraukan seruan untuk sholat. Dan pada saat yang
bersamaan siswapun bergegas menuju masjid untuk menunaikan shalat berjamaah tanpa
harus diperintah. Disini salah satu keteladan guru-guru SDS Muhammadiyah 29 Medan
Medan, yang secara tidak langsung akan mempengaruhi perkembangan karakter siswa
iv. Pembiasaan
Ada sebuah ungkapan "Orang bisa karena biasa" atau dalam ungkapan lain: Pertama-
60
tama kita membentuk kebiasaan, kemudian kebiasaan itu akan membentuk kita.
Terbentuknya karakter siswa memerlukan proses yang lama dan perlu dilakukan secara
kontinu (terus-menerus). Oleh karena itu, seorang guru harus memiliki komitmen dan
kesabaran untuk menerapkan pembiasaan itu. Pelaksanaan pendidikan karakter tidak cukup
dengan hanya diajarkan melalui mata pelajaran di kelas tetapi sekolah juga harus melalui
pembiasaan baik di rumah maupun di sekolah.
Strategi ini pula yang telah dijalan di SDS Muhammadiyah 29 Medan Medan. Dengan
demikian, peserta didik mendapat pendidikan karakter, sejak anak sudah terdaftar sebagai
siswa SDS Muhammadiyah 29 Medan Medan. Kegiatan pembiasaan yang diberlakukan guru
terhadap siswa SDS Muhammadiyah 29 Medan Medan misalnya, ketika mereka datang ke
sekolah, mereka dibiasakan salam dan senyum pada guru piket dan petugas satpam. Di sisi
lain terdapat pula kegiatan yang dilakukan oleh guru. Yaitu penyambutan terhadap
kedatangan siswa ketika tiba di sekolah, peserta didik dibiasakan dengan salam dan salaman
kepada guru yang telah dijadwalkan untuk menyambut kedangan murid di pagi hari sebelum
masuk belajar.
v. Pendekatan Kedisiplinan
Kedisiplinan adalah suatu kondisi yang tercipta dan terbentuk melalui proses dari
serangkaian perilaku yang menunjukkan nilai-nilai ketaatan, kepatuhan, kesetiaan,
keteraturan dan ketertiban. Kedisiplinan dalam proses pendidikan sangat diperlukan karena
bukan hanya untuk menjaga kondisi suasana belajar mengajar berjalan dengan lancar, tetapi
juga untuk membentuk karakter bagi setiap siswa. Selain itu, banyak strategi lain yang
dugunakan oleh guru untuk membentuk karakter peserta didik. Upaya untuk membentuk
pribadi yang utuh harus mencakup aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik secara
terintegratif, hal ini merupakan tanggung jawab bersama antara pihak sekolah dan keluarga.
Program-program pendidikan, utamanya menyangkut penanaman sikap dan
61
perilaku yang baik dan islami pada anak didik perlu dipantau secara terpadu oleh pihak
sekolah dan orang tua, sehingga kesinambungan kontrol terhadap anak akan dapat dilakukan
secara optimal.
Oleh karena itu, melakukan kerja sama dengan orang tua merupakan faktor pendukung
keberhasilan pelaksanaan pendidikan karakter. Wagisah mengatakan hubungan antara
sekolah, siswa, dan keluarga dengan istilah pendekatan "Segi Tiga Bermuda". Yaitu strategi
yang menghubungkan anatara sekolah, siswa, dan keluarga, strategi ini telah diformalkan
dalam proses pembentukan karakter Membangun kerjasama dengan orang tua. Pendidikan
karakter tidak juga hanya terbatas di sekolah namun yang terpenting juga di dalam sebuah
keluarga. Pihak sekolah dapat membantu mengarahkan pendidikan karakter pada anak
melalui orang tua seperti memberikan pekerjaan rumah yang dapat dikerjakan bersama orang
tua dan mengikutsertakan orang tua dalam menilai perkembangan moral anaknya.
Agar kerjasama sekolah dengan orang tua berjalan efektif, maka dibutuhkan sarana
sebagai salah satu perangkat pendidikan karakter. Perangkat tersebut berupa buku
penghubung dengan tujuan: a) Memberikan informasi timbal balik antara pihak orang tua
dengan sekolah/guru mengenai sikap dan perilaku yang perlu ditanamkan pada anak, b)
Terjalinnya kerjasama efektif antara orang tua dan sekolah dalam membentuk sikap dan
perilaku yang baik dan islami pada anak, c) Buku penghubung tersebut dimaksudkan untuk
memudahkan kontrol dan komunikasi antara guru dan orang tua sama-sama aktif
berhubungan melalui buku penghubung, dengan cara:
Setiap menjelang pulang dari sekolah, guru memberikan informasi kepada orang
tua tentang kegiatan siswa selama di sekolah dan tugas yang harus dikerjakan
siswa di rumah melalui buku penghubung
Untuk mengetahui kegiatan siswa selama di sekolah dengan memeriksa buku
penghubung. Tanda tangan orang sebagai petunjuk bahwa orang tua telah
62
memeriksa buku penghubung tersebut
Setiap pagi ketika masuk kelas, semua siswa langsung mengurupulkan buku
penghubungnya di atas meja guru. Dan guru dapat memeriksa kembali
tanggapan atau informasi dari orang tua
Setiap hari orang tua mengimformasikan ke sekolah tentang aktifitas anak
selama dirumah dengan mengisi table aktifitas dirumah, yaitu ya atau tidak
Pada saat wawancara dengan Ibu Lasmidah, peneliti bertanya, apakah Ibu ada
melakukan hal yang lain dalam rangka pendisiplinan siswa-siwi SDS Muhammadiyah 29
Medan Medan ini?. Ibu L menjawab: ”ada, yaitu melakukan pengawasan dalam bentuk buku
penghubung”. Berdasarkan wawancara peneliti dengan Ibuk L selaku kepala Sekolah SDS
Muhammadiyah 29 Medan adanya pemberlakuan buku penghubung siswa. Sebagaimana
yang telah peneliti singgung di awal pada bagian ini, bahwa pendidikan karakter dapat
dilakukan tidak hanya di dalam kelas tetapi juga dapat dilakukan di luar kelas. Untuk
mewujudkan pendidikan karakter di luar kelas SD Swasta Muhammadiyah 29 telah memilih
program penggunaan buku penghubung. Maksud buku penghubung di sini adalah suatu
media atau alat yang dipilih SDS Muhammadiyah 29 Medan Medan untuk memantau
kegiatan-kegiatan peserta didik di luar proses pembelajaran di sekolah dengan bekerja sama
dengan orang tua peserta didik terkait dengan pelaksanaan pendidikan karakter jujur. Dengan
kata lain, bahwa tujuan penggunaan buku penghubung ini adalah sebagai pemantau dan
memperkuat kecakapan-kecakapan peserta didik setelah memperoleh materi pembelajaran di
dalam kelas, baik yang terkait dengan nilai ilahiyah maupun nilai insaniyah.
Adapun langkah yang ditempuh SDS Muhammadiyah 29 Medan adalah membagikan
buku penghubung kepada semua peserta didik yang isinya berkenaan dengan: (1) absen shalat
5 (lima) waktu; (2) tilawah atau mengaji; (3) menjaga lisan atau bertutur kata selama di
rumah; dan (4) kebiasan belajar atau membaca buku selama di rumah. Sedangkan teknis yang
63
dilakukan SDS Muhammadiyah 29 Medan adalah bekerja sama dengan orang tua peserta
didik untuk ikut terlibat secara langsung dalam membina dan mendidik anaknya selama
berada di rumah, yaitu dengan bukti memberikan tanda tangan di buku penghubung dan
secara berkala setiap 1 (satu) minggu menyerahkan buku penghubung tersebut kepada
sekolah dan selanjutnya dievaluasi oleh pihak sekolah.
Selain itu, teknis yang dilakukan adalah peserta didik memberikan tanda contreng (V)
atau tanda silang (X) di dalam kotak yang telah tersedia. Peserta didik memberikan tanda
contreng apabila peserta didik melakukan kegiatan yang telah ditentukan di dalam buku
penghubung tersebut, begitu sebaliknya peserta didik memberikan tanda silang (X) buku
penghubung itu apabila peserta didik tidak melakukan kegiatan yang telah ditentukan dalam
buku penghubung.
Berangkat dari hal tersebut, maka SDS Muhammadiyah 29 Medan telah melakukan
pendidikan karakter jujur di luar sekolah. Artinya, SDS Muhammadiyah 29 Medan telah
melaksanakan pendidikan karakter jujur di luar kelas melalui penggunaan buku penghubung
secara efektif. Dengan melihat catatan atau laporan yang ada di dalam buku penghubung
pihak sekolah menjadi paham dan mampu mengetahui peserta didik yang sudah tidak jujur
maupun yang jujur walaupun tanpa dipantau pendidik atau pihak sekolah.
Untuk lebih mengefektifkan penggunaan buku penghubung ini bagi peserta didik yang
telah melakukan pelanggaran, maka diberi sanksi berdasarkan kesepakatan yang telah
ditentukan oleh pihak sekolah dengan orang tua peserta didik di saat pertemuan pihak sekolah
SDS Muhammadiyah 29 Medan Medan dengan orang tua peserta didik pada awal tahun
pelajaran dimulai (Wawancara dengan Ibuk Lasmidah pada tanggal 18 Juni 2015).
Adapun hasil pelaksanaan pendidikan karakter jujur di luar kelas melalui penggunaan
buku penghubung ini peserta didik mempunyai pembiasan melakukan: shalat 5 waktu,
tilawah atau mengaji, menjaga lisan, dan belajar atau membaca buku di rumah (Wawancara
64
dengan Ibuk Lasmidah pada tanggal 18 Juni 2015).
Berangkat dari hal ini, maka strategi atau terobosan yang dilakukan SDS
Muhammadiyah 29 Medan Medan dalam melibatkan pendidik, tenaga pendidik, dan orang
tua peserta didik untuk membantu pencapaian dan atau menciptakan pelaksanaan pendidikan
karakter jujur sudah dilakukan. Artinya, bahwa terobosan yang dilakukan SD Swasta
Muhammadiyah 29 Medan dengan melibatkan orang tua peserta didik untuk ikut
bertanggung jawab membentuk pendidikan karakter peserta didik yang telah dilakukan.
Terobosan atau langkah yang dilakukan oleh SDS Muhammadiyah 29 Medan Medan
ini sesuai dengan yang dikatakan Buk Tuti, bahwa selama ini pendidikan informal terutama
dalam lingkungan keluarga (orang tua peserta didik) belum memberikan kontribusi berarti
dalam mendukung pencapaian kompetensi dan pembentukan karakter peserta didik.
Selain langkah yang dilakukan SDS Muhammadiyah 29 Medan Medan ini juga
selaras dengan strategi yang ditentukan Buk Tuti bahwa pelaksanaan pendidikan karakter
jujur dapat ditempuh melalui beberapa strategi, yaitu: (1) dengan mengintegrasikan konten
pendidikan karakter yang telah dirumuskan ke dalam seluruh mata pelajaran; (2) dengan
mengintegrasikan pendidikan karakter ke dalam kegiatan sehari-hari di sekolah; (3) dengan
mengintegrasikan pendidikan karakter ke dalam kegiatan yang direncanakan; dan (4) dengan
membangun komunikasi dan kerjasama antara sekolah dengan orang tua peserta didik (2008:
26).
Berdasarkan pada pandangan tersebut terobosan yang dilakukan SDS Muhammadiyah
29 Medan Medan melalui penggunaan buku penghubung mampu membawa atau membuat
peserta didik ke pengenalan nilai secara kognitif, penghayatan nilai secara afektif, dan
akhirnya ke pengalaman nilai secara nyata, sehingga dapat mendorong tumbuh nilai-nilai
kejujuran, keadilan, kasih sayang, toleransi, keindahan, dan tanggung jawab dalam
pemahaman nilai sesuai tigkat perkembangan dan kemampuan peserta didik.
65
Selain selaras dengan pendapat Ibu Wagisahagisah selaku guru Agama Islam dan
Kemuhammadiyahan, terobosan atau langkah yang dilakukan SDS Muhammadiyah 29
Medan juga selaras dengan apa yang digariskan Nanang Gojali (2004: 42), bahwa
pelaksanaan pendidikan karakter di luar kelas tidak hanya sekedar memindahkan pelajaran ke
luar kelas, tetapi dilakukan dengan mengajak peserta didik melakukan beberapa aktivitas
yang mengarah pada terwujudnya perubahan perilaku peserta didik terhadap lingkungan
melalui tahap-tahap penyadaran, pengertian, perhatian, tanggung jawab dan aksi atau tingkah
laku.
Artinya terobosan atau langkah yang dilakukan SDS Muhammadiyah 29 Medan yang
diakui oleh Ibu Wagisah (Wawancara: 18 Juni 2015) bahwa peserta didik mengalami
perubahan-perubahan sikap seperti: 1) Penanaman nilai-nilai dan kesadaran beribadah peserta
didik kepada Allah SWT sebagai pedoman mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat;
2) Penanaman kebiasaan di kalangan peserta didik dengan ikhlas dan perilaku yang sesuai
dengan peraturan yang berlaku di sekolah, lingkungan dan masyarakat, baik kepada dirinya
sendiri, dan kepada orang lain; 3) Pembentukan kedisiplinan dan rasa tanggung jawab sosial
di sekolah, lingkungan, dan masyarakat; 4) Pengembangan keimanan dan ketakwaan kepada
Allah Swt Serta akhlak mulia peserta didik seoptimal mungkin, melanjutkan yang telah
ditanamkan lebih dahulu dalam lingkungan keluarga dan implementasikan dalam pergaulan
sehari-hari; 5) Pembangunan mental peserta didik terhadap lingkungan fisik dan sosial
melalui ibadah dan muamalah; dan 6) Perbaikan kesalahan-kesalahan, kelemahan-kelemahan
peserta didik dalam keyakinan dan pelaksanaan ibadah dalam kehidupan sehari-hari.
Keenam perubahan perilaku itu, dapat diartikan bahwa peserta didik telah mempunyai
kesadaran dan kemampuan yang tinggi dalam beberapa hal, yaitu: (1) kesadaran spiritual,
yaitu melaksanakan atau menjalankan agamanya dengan baik; (2) mampu berfikir rasional
(thinking skill) baik yang berkaitan dengan kelebihan dan kekurangan dirinya; (3) mampu
66
berkomunikasi lisan (communication skill) dengan baik; (4) mampu berkomunikasi tulis
(communication skill) dengan baik; dan (5) mampunyai kecakapan untuk bekerja sama
(social skill) dengan orang lain, sehingga akan bermanfaat dalam kehidupan sehari-hari.
Hal ini sesuai dengan apa yang dikatakan Driyarkara yang dikutip Moh. Yamin
(2009:247-248), bahwa manusia adalah makhluk yang dinamis ketika menggunakan kekuatan
yang bergerak, menggerakkan, dan mendorong. Manusia merupakan subyek dan
dinamikanya merupakan dinamika dari subyek. Artinya, dia menghadapi memandangnya,
melihatnya sebagai sesuatu yang obyektif. Ketika dihubungkan dengan cara berpikir manusia
yang juga dinamis maka hal tersebut merupakan hal terpenting dari setiap orang (siswa).
Oleh karena itu, dinamika berpikir manusia harus diberikan tempat yang merdeka,
yaitu menggunakan kebebasan berpikirnya sebagai media untuk menciptakan dan melahirkan
banyak perubahan sehingga bisa berbuat yang terbaik bagi lingkungan sekitar. Baik hal ini
diberikan dalam ruang kelas maupun di luar kelas. Jika kebebasan berpikir diberikan di ruang
kelas maka akan menjadikan ruangan kelas sebagai medan pergulatan pendapat dan penataan
diri di antara sesama peserta didik, pendidik, dan masyarakat.
Pada tataran kehidupan sehari-hari, peserta didik menjadi mampu memecahkan
persoalan dengan sikap (tenang, tidak gugup). Selain itu, peserta didik juga mampu
menganalisis persoalan-persoalan yang terjadi di masyarakat, mampu mengambil keputusan
dengan baik, mampu melakukan interaksi (bergaul), mengenal peserta didik, pendidik dan
orang lain dengan baik untuk memenuhi kebutuhan sosialnya, mampu melakukan kerja sama,
dan mempunyai sikap toleransi dengan sesama lebih tinggi di setiap kehidupan sehari-hari.
Nilai-nilai dalam kehidupan, baik terhadap Allah Swt, diri sendiri, sesama, lingkungan,
sehingga menjadi manusia yang berbudi pekerti. Atas dasar hal tersebut terobosan yang
dilakukan SDS Muhammadiyah 29 Medan Medan sesuai dengan tujuan pendidikan karakter
yaitu untuk meningkatkan pencapaian pembentukan akhlak mulia peserta didik secara utuh.
67
Di samping itu, pelaksanaan pendidikan karakter di SDS Muhammadiyah 29 Medan
juga diterapkan melalui sebuah pemantauan terhadap kegiatan siswa selama 24 jam. Baik
ketika di sekolah maupun ketika anak bersama orang tua, kegiatan tersebut dilaksanakan
selama 10 menit setiap hari menjelang masuk kelas. Adapun pemantauan tersebut dilakukan
untuk mengetahui akhlak dan ibadah siswa dengan cara pengecekan buku penghubung.
5.11. Strategi Pelaksanaan Pendidikan Karakter
Membentuk dan merubah karakter seseorang tidaklah mudah sebagaimana yang
diperkirakan. Oleh karena itu, dalam membentuk karakter dibutuhkan sebuah proses yang
lama, pelaksanaan pendidikan karakter dalam proses di SDS Muhammadiyah 29 Medan ini
dilakukan dengan berbagai macam pendekatan, cara ataupun metode.
1. Pembinaan Siswa di SDS Muhammadiyah 29 Medan Medan
Pembinaan kepribadian siswa dilakukan dengan kegiatan harian yang dilaksanakan
setiap hari menjelang masuk kelas, kegiatan tersebut dikenal dengan istilah "Budaya
Sekolah”. Budaya sekolah tersebut antara lain:
a. Penyambutan di pagi hari dengan budaya salaman. Penyambutan pagi ini adalah
merupakan bentuk kegiatan yang dilaksanakan setiap hari, dalam kegiatan itu
kedantangan anak ke sekolah disambut atau diterima dengan penuh kehangatan oleh
oleh beberapa guru yang sudah dijadwalkan sekolah secara bergantian untuk
menyambut kedangan anak di sekolah. Dengan demikian anak akan merasa dihargai
dan disayangi, anak akan merasa bahwa kedangannya di sekolah sudah ditunggu
sehingga anak merasa senang diperlakukan bagai tamu kehormatan.
Pada suatu hari ketika peneliti melakukan pengamatan mengenai penyambutan pagi.
Sebelum siswa datang ke sekolah terdapat beberapa orang guru yang berpakaian rapi dan
guru perempuan mengenakan jilbab, mereka berdiri dekat pintu masuk sekolah SDS
Muhammadiyah 29 Medan, ketika anak datang lalu anak disambut dengan senyum seraya
68
bersalaman.
Seiring dengan itu, peneliti bertanya kepada Ibu Tuti sebagai guru, apakah siswa-siswi
SDS Muhammadiyah 29 Medan ada menerapkan budaya salaman di sekolah ini setiap
harinya?. Bagaimana caranya buk?. Ibu Tuti menjawab: Ya, ada setiap hari, ketika datang ke
sekolah dan mau pulang dari sekolah. Mereka mengucapkan mencium tangan gurunya baik
piket, maupun guru kelasnya. Selain itu juga mereka setiap berjumpa dengan guru dan
temannya selalu mengucapkan salam. Dan mereka ini sudah terbiasa, dan ini dilakukan oleh
seluruh siswa” (Wawancara dengan Ibu Tuti Khairani selaku Guru SDS Muhammadiyah 29
Medan pada tanggal 27 Mei 2015).
Berdasarkan hasil observasi lapangan peneliti terhadap siswa-siswi SDS
Muhammadiyah 29 Medan sebagai objek penelitian ditemukan mereka melakukan salaman
ketika bertemu dengan gurunya dan temannya, serta para tamu yang datang. Mereka
mengucapkan: “Assalamu alaikum bapak, ibu”, mereka sambil mencium tangan gurunya,
baik ketika mau masuk kelas, tiap bertemu dengan gurunya, dan ketika ingin pulang dari
sekolah. Hal ini sebagai bukti penghormatan mereka terhadap gurunya sebagai pembentukan
karakter yang baik.
Hal ini sesuai dengan menurut penuturan Ibu kepala sekolah bahwa ini dilakukan agar
mereka lebih terbiasa mengucapkan salam ketika setiap bertemu dengan guru, orang tua,
teman-temannya yang muslim. Karenanya ini merupakan upaya pembentukan kebiasaan
menjadi karakter bagi seluruh siswa tersebut, baik di saat dia bersekolah di SDS
Muhammadiyah 29 Medan maupun setelah keluar nanti dari sekolah ini.
Berikut ini gambar ketika peneliti melakukan wawancara dengan Ibu Tuti Khairani,
S.Pd.I selaku guru kelas.
69
Gambar 4. Gambar Ibu Tuti Khairani, S.Pd.I selaku guru kelas
Berikut ini gambar siswa yang sedang bersalaman dengan gurunya ketika hendak
masuk ke dalam kelas setiap hari.
Gambar 5. Gambar siswa yang sedang bersalaman kepada Ibu guru
b. Berbakti kepada orang tua. Anjuran untuk berbakti kepada orang tua selalu
disampaikan di dalam kelas, di samping itu, dalam bentuk tindakan yang nyata, ketika
anak datang di sekolah sebelum masuk kelas anak dibiasakan dengan bersalaman
dengan orang tua setelah diaantar oleh orang tuanya.
c. Membangun kesadaran sholat. Sholat adalah merupakan rukun Islam kedua yang
wajib bagi seorang muslim untuk melaksanakannya, kemudian pengaruh sholat di
dalam kehidupan seorang muslim. Oleh karena itu, SDS Muhammadiyah 29 Medan
70
berupaya untuk membangun kesadaran sholat terhadap siswa-siswinya. Untuk itu,
ketika waktu sholat tiba, maka seluruh aktivitas sekolah dihentikan dan kemudian
dilanjudkan setelah melaksanakan sholat secara berjamaah. SDS Muhammadiyah 29
Medan membiasakan kepada siswanya melaksanakan shalat zuhur dan dhuha
berjamaah secara bergiliran.
Sholat zuhur berjamaah. Peneliti bertanya kepada Ibu Wagisah sebagai guru
Agama Islam, apakah siswa-siswi SDS Muhammadiyah 29 Medan ada
menerapkan shalat zuhur setiap harinya di sekolah?. Ibu Wagisah menjawab:
“Ya, ada setiap hari, kecuali hari Jumat. Tapi itu khusus bagi mareka yang kelas
4,5,6 karena mereka masuk belajarnya pada siang hari yaitu jam 13.00”
(Wawancara dengan Ibu Wagisah selaku Guru Agama Islam dan
Kemuhammadiyahan SDS Muhammadiyah 29 Medan Medan pada tanggal 21
Mei 2015)
Berdasarkan hasil wawancara dan pada saat hari yang berlainan observasi
langsung ke lapangan maka peneliti menemukan siswa-siswi SDS
Muhammadiyah 29 Medan sebagai objek penelitian melakukan shalat zuhur
berjamaah bagi kelas 4,5 dan 6. Karena menurut Ibu Wagisah hal ini dilakukan
khusus bagi siswa yang masuk pada siang hari. Mereka sudah membiasakan hal
ini sudah sejak lama, yang bertujuan agar mereka terbiasa untuk melakukan
ibadah shalat setiap harinya 5 kali sehari semalam.
Berikut ini gambar dokumentasi ketika peneliti berwawacara dengan ibu
Wagisah, S.Pd.I selaku guru Agama Islam dan Kemuhammadiyahan
71
Gambar 4. Gambar Ibu Wagisah, S.Pd.I selaku guru Agama Islam dan
Kemuhammadiyahan
Berikut ini dapat dilihat siswa yang sedang melakukan shalat zuhur
berjamaah secara tertib dan rapi.
Gambar 2. Gambar siswa sedang melakukan shalat zuhur berjamaah
Shalat dhuha berjamaah
Peneliti bertanya kepada Ibu Wagisah sebagai guru Agama Islam, apakah siswa-
siswi SDS Muhammadiyah 29 Medan ada menerapkan shalat dhuha setiap
harinya di sekolah?. Ibu Wagisah menjawab: Ya, ada setiap hari. Tapi itu khusus
bagi mareka yang kelas 1,2,3 karena mereka masuk belajarnya pada pagi hari
yaitu jam 07.30. Shalat dhuha dilakukan secara berjamaah, walaupun tidaka ada
anjuran dalam Agama Islam secara berjamaah. Hal ini dilakukan untuk
membiasakan dalam membentuk akarakter anak untuk selalu shalat berjamaah.
72
Oleh kerena itu berdasarkan hasil wawancara dan pada saat hari yang berlainan
observasi langsung ke lapangan maka peneliti menemukan siswa-siswi SDS
Muhammadiyah 29 Medan sebagai objek penelitian melakukan shalat zuhur
dhuha berjamaah bagi kelas 1,2,3. Karena menurut Ibu W hal ini dilakukan
khusus bagi siswa yang masuk pada pagi hari. Mereka sudah membiasakan hal ini
sudah sejak lama, yang bertujuan agar mereka terbiasa untuk melakukan ibadah
shalat secara berjamaah baik di rumah maupun di tempat yang lain.
Berikut ini dapat dilihat siswa yang sedang melakukan shalat dhuha berjamaah
secara tertib dan rapi.
d. Santun kepada sesama. Santun kepada sesama adalah sikap yang lemah lembut penuh
kasih kepada orang lain. Agar siswa memiliki sikap yang santun, maka siswa
dibiasakan dengan budaya salam, senyum, dan sapa baik pada sesama teman, guru
dan orang tua
e. Jum'at bersih. Jum'at bersih ini dilakukan satu minggu sekali, hal itu dilakukan untuk
membangun jiwa kepekaan jiwa siswa terhadap kebersihan lingkungan dan
kekompakan siswa dalam bekerja.
f. Kewiraan. Kegiatan kewiraan ini dilakukan melalui 2 hal yaitu Pramuka/Hizbul
Wathon (HW) dan Upacara Bendera. Menurut hasil wawancara peneliti dengan Ibu
73
Wagisah, S.Pd.I sebagai guru kemuhammadiyahan, bahwa beliau menyebutkan
mereka setiap hari Jumat dan Sabtu memakai baju Hizbul Wathan dan setaip hari
senin dan hari-hari tertentu melakukan kegiatan upacara bendera. Hal ini mereka
alakuakan agar mereka terbiasa dalam melakukan pembelaan terhadap NKRI sebagai
Negara yang kita cintai.
g. Olah Raga. Berdasarkan hasil observasi lapangan peneliti terhadapa SDS
Muhammadiyah 29 Medan sebagai objek penelitian ditemukan mereka melakukan
kegiatan olah raga bagi seluruh siswa baik laki-laki maupun perempuan untuk
melakukan senam setiap hari Jumat. Hal ini dilakukan untuk membentuk kebiasaan
agar hidup sehat. Mereka sudah membiasakan hal ini sudah sejak lama, yang
bertujuan agar mereka terbiasa untuk hidup teratur dan sehat dimana saja mereka
tinggal.
Berikut ini gambar siswa yang sedang melakukan senam kesegaran jasmani.
Gambar 7. Gambar siswa yang sedang melakukan kegiatan senam secara rutin.
2. Penanaman Karakter Pada Siswa SDS Muhammadiyah 29 Medan Medan
Penanaman Karakter Pada Siswa SDS Muhammadiyah 29 Medan Medan antara lain:
a) Kejujuran. Kejujuran adalah sebuah kenyataan yang benar yang tercermin dalam
74
perkataan, perbuatan atau tindakan, dan keadaan batin. Kata jujur identik dengan
"benar" yang lawan katanya adalah bohong. Dalam konteks pembangunan karakter di
sekolah, kejujuran menjadi amat penting untuk ditanamkan pada peserta didik,
karakter ini bisa dilihat dikelas saat ujian, perbuatan mencontek merupakan perbuatan
anak yang tidak jujur. Selain itu, anak juga dianjurkan untuk melakukan satu kebaikan
atau lebih selama 24 jam baik ketika di sekolah maupun di rumah dan dicantumkan
dalam buku penghubung.
b) Amanah. Amanah adalah sebuah kepercayaan yang harus diemban dalam mewujutkan
sesuatu yang dilakukan dengan penuh komitmen, kompeten, kerja keras, dan
konsisten. Untuk metih agar anak memiliki sifat amanah, setiap mau pulang sekolah
anak diserahi buku penghubung untuk disampaikan kepada orang tua
c) Disiplin. Disiplin adalah sebuah sikap kepatuhan terhadap peratuan-peraturan atau tata
tertib, yang ditetapkan untuk melatih individu agar berkelakuan baik.
Peneliti bertanya kepada Ibu Lasmidah selaku Kepala Sekolah SDS Muhammadiyah
29 Medan, apa yang ibu lakukan dalam membiasakan kedisiplinan bagi siswa-siswi
SDS Muhammadiyah 29?. Ibu Lasmidah menjawab: “Kami sebagai pihak sekolah
melakukan kerja sama dengan guru-guru membuat peraturan dan tata tertib sekolah
lalu mensosialisakannya kepada seluruh warga sekolah dan orang tua. dan selain itu
membuat buku penghubung siswa. Isinya tentang kegiatan belajar di rumah, kegiatan
ibadah shalat 5 waktu dan mengaji Al-Qur’an. Hal ini kami lakukan sebagai bentuk
pengawasan kedisiplinan siswa di dalam maupun di luar sekolah” (Wawancara
dengan Ibu Lasmidah selaku Kepala SDS Muhammadiyah 29 Medan pada tanggal 03
Juni 2015).
Oleh kerana itu berdasarkan hasil wawancara dengan Ibu Kepala Sekolah SDS
Muhammadiyah 29, mereka sebagai pimpinan sekolah menerapkan sistem kedisipilan
75
bagi seluruh warga sekolah dan terkhusus bagi seluruh siswa. Beliau mengatakan
bahwa mereka sudah membuat peraturan dan tata tertib sekolah dan menerapkan
kegiatan buku penghubung siswa. Hal inilah yang harus dipatuhi oleh seluruh siswa
tersebut (berikut dilampirkan peraturan dan tertib sekolah tersebut dan buku
penghubung siswa).
Menurut ibu Kepala Sekolah tersebut hal ini dilakukan tidak agar mereka lebih
terbiasa untuk disiplin, dan mereka akan menindak siswa secara tegas terhadap
siapapun yang yang melanggar peraturan dan tertib sekolah tersebut. Mereka
menyebutkan, bahwa beliau tidak pernah membeda-bedakan hukuman kepada seluruh
siswanya di SDS Muhammadiyah 29 Medan.
Berikut ini dapat dilihat gambar Kepala Sekolah SDS Muhammadiyah 29 Medan
ketika berwawancara dengan peneliti:
Gambar 6. Gambar Ibu Lasmidah, S.Pd.I selaku Kepala Sekolah SDS
Muhammadiyah 29 Medan Medan.
d. Ramah. Berarti baik hati, elok, dan menarik budi bahasanya, suka bergaul dan
menyenangkan dalam pergaulan.
e. Sabar. Sabar adalah menerima sesuatu yang sulit tanpa menuntut masalah itu harus
selesai dalam batas waktu tertentu, sifat sabar inilah yang mendorongnya menguasai
diri, tidak marah, tidak mengganggu orang lain, lembut, tidak gegabah, dan tidak
76
tergesa-gesa. Untuk menanamkan nilai-nilai kesabaran terhadap siswa SDS
Muhammadiyah 29 Medan Medan, membiasakan murid-muridnya dengan bersikap
sabar ketika ngantri jajan di kantin sekolah misalnya.
Dalam kesempatan lain ketika usai melaksanakan sholat berjama'ah di masjid, tidak
seorang siswapun diperkenankan meninggalkan masjid sebelum berjabat tangan
dengan para guru. Setelah shalat sholat berjama'ah selesai, maka semua siswa
dianjurkan untuk melaksanakan sholat sunnah, kemudian setelah itu guru laki-laki
berbaris disamping selatan masjid, sedangkan guru perempuan berbaris di sebelah
utara masjid, kemudian dengan jumlah siswa yang begitu banyak mereka rela berdiri
sampai tiba giliran mereka untuk berjabat tangan dengan guru, hal itu dilakukan setiap
hari setelah melaksanakan sholat berjama'ah.
Selain itu, pelaksanaan pendidikan karakter juga bertujuan menanamkan karakter
seperti peduli, ramah, menghargai orang lain, hormat, santun dirumuskan untuk
membekali siswa dakam berintraksi dengan lingkungannya dimana ia hidup dimasa
yang akan dating.
5.12. Keberhasilan pendidikan karakter di SDS Muhammadiyah 29 Medan Medan
Keberhasilan pendidikan karakter yang dilakukan pada siswa/siswi SDS
Muhammadiyah 29 Medan tidak terlepas dari kondisi dan kualitas guru/pendidikanya.
Karena guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar,
membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik. Oleh karena
itu, tugas utama guru bukan hanya mengajar tetapi juga mendidik karakter siswa.
a. Tingkat pendidikan guru SDS Muhammadiyah 29 Medan Medan. Sehingga jika dilihat
keprofesionalan guru di SDS Muhammmadiyah 29 Medan sudah cukup mumpuni jika
dilihat dari jenjang pendidikan dan pengalaman yang mereka miliki dalam
menanamkan pendidikan karakter kepada anak didiknya. Hal ini dapat dilihat pada data
77
guru di bawah ini:
Tabel 3
Data Guru
N
O
NAMA
GURU T. Tanggal / Lahir
Jenis
Kela
min
Ija
zah
Terak
hir
Jabatan
Tanggal
Bertu
gas L P
1 Lasmidah,
S.Pd.I
Sei
Mencirim
13/11/1972 P S-1 Ka. Sek 02/07/1999
2 Akhiri, S.Pd.I Sei
Mencirim
17/09/1962 L S-1 G. Kelas 15/04/1986
3 Wagisah,
S.Pd.I
Belawan 08/06/1970 P S-1 G.
Agama
14/07/1996
4 Supratno,
S.Pd.
Sunggal
Krio
06/10/1968 L S-1 G. Kelas 13/07/1997
5 Tuti
Khairani,
S.Pd.I
Sei
Mencirim
21/03/1973 P S-1 G. Kelas 19/07/1999
6 Drs. Sriadi Sukaraya 06/07/1967 L S-1 G.
Agama
01/07/2000
7 Siti Aisah Br.
Tambunan,
S.Pd
Sunggal
Krio
23/04/1969 P S-1 G. Kelas 13/07/2000
8 Muhammad
Asri, S.Pd.I
Sei
Mencirim
02/11/1977 L S-1 G. Kelas 17/07/2002
9 Wiwik
Sundari,
S.Pd.
Sunggal
Krio
12/12/1977 P S-1 G. Kelas 06/07/2003
10 Sugesti,
S.Pd.I
Binjai 25 /05/1978 P S-1 G. Kelas 15/08/2006
11 Asrianti, S.Pd Sunggal
Kerio
28/04/1981 P S-1 G. Kelas 06/11/2007
12 Sri Wahyuni,
S.Pd
Sei
Mencirim
24/01/1982 P S-1 G. Kelas 15/07/2005
13 Debi
Anggiani
Pohan, S.Pd
Sunggal 15/01/1988 P S-1 G. Kelas 21/08/2008
14 Mas Ayu
Wagetan, SH
Sunggal 29/11/1974 P S-1 G. Kelas 12/07/2009
15 Pramadani
Isram, S.Pd
Sunggal 10/03/1989 L S-1 G.
Penjas
07/07/2011
16 Rika Hayati
Siagian,
A.Md
Binjai 17/03/1968 P D-III G. SBK 02/07/2012
17 Siti Asri
Cicilia, S.Pd
Sei
Mencirim
22/01/1990 P S-1 G. B.
Inggris
02/07/2012
18 Sri Rahayu, Sunggal 20/06/1978 P S_1 G. Kelas 15/07/2013
78
S.Pd.I
19 Muhammad
Syahrul,
S.Pd.I
Sei
Mencirim
01/10/1977 L S-1 Benda
hara
01/11/2008
20 Fitriani Saran
Namo
Belin
03/05/1989 P SMK TU/TA 10/02/2009
21 Rika Sundari Sei
Mencirim
14/11/1990 P SMA G. Les
Kompu
ter
27/11/2012
22 Paimin Aceh
Tengah
01/07/1942 L SMP Penjaga
Sekolah
01/01/2009
Sumber data: Tata Usaha SDS Muhammadiyah 29 Medan Medan tahun 2015.
Dari gambar bagan tersebut dapat dipahami bahwa SDS Muhammadiyah 29 Medan
memiliki guru dan pegawai sebanyak 22 orang, yang terdiri dari 7 orang laki-laki dan 15
orang perempuan. Guru-gurunya sudah termasuk guru yang profesional karena sudah
memiliki kualifikasi standar minimal pendidikan yaitu semuanya memiliki pendidikan
Sarjana S-1 yaitu baik yang terdiri dari Sarjana Pendidikan Umum dan Sarjana Pendidikan
Islam. Kesemuanya para guru tersebut berstatus sebagai guru tetap yayasan (GTY). Dari segi
pendidikannya, 18 orang berpendidikan S1, 1 orang berpendidikan DIII, 2 orang
berpendidikan SMA/SMK, 1 orang berpendidikan SMP. Sehingga dengan demikian bahwa
kualitas gurunya merupakan modal utama dalam menanamkan pendidikan karakter kepada
anak didiknya di SDS Muhammadiyah 29 Medan Medan.
Selain keprofesionalan mereka, para guru di SDS Muhammadiyah 29 Medan Medan
dalam menyikapi peserta didik sudah bersikap dengan prilaku yang mencerminkan figur bagi
siswanya. Dalam hal ini, dapat dilihat ketika peneliti melihat suasana di SDS Muhammadiyah
29 Medan Medan yaitu terlihat sebagai berikut:
b. Berpenampilan menarik, terutama tampak pada wajah yang berseri-seri, selalu
tersenyum dalam setiap pertemuan dengan murid.
c. Mampu berkomunikasi dengan baik. Ucapannya, enak didengar, jelas, menyejukkan,
siswa termotivasi, memberikan inspirasi, walaupun dalam konstek tertentu guru bisa
79
berkata tegas.
d. Semua aktivitasnya dilakukan dengan sepenuh hati (terlihat wajah keikhlasan seorang
guru). Selalu memberikan pelayanan maksimal. Guru selalu peduli dan proaktif dalam
memberikan pelayanan kepada peserta didik. Oleh karena itu, untuk menunjang
keberhasilan pelaksanaan pendidikan karakter di SDS Muhammadiyah 29 Medan
Medan pihak Kepala SDS Muhammadiyah 29 Medan selalu menekankan kepada guru
dan karyawan agar semuanya bersinergi dalam membentuk karakter anak agar
memiliki karakter yang baik. Seperti keteladanan, disiplin, rapi, sabar, dan penuh
kasih sayang. Di samping itu, sekolah juga melakukan pembinaan terhadap guru
dalam bentuk kegiatan antara lain.
Rapat. Rapat adalah merupakan kegitan rutin yang dilaksanakan oleh para guru,
dalam kegiatan tersebut kepala sekolah menyampaikan hal-hal penting dan hal-
hal yang berkembang setiap seminggu sekali yang dihadiri oleh seluruh guru.
Pada kegiatan rapat ini juga biasanya para wali kelas menyampaikan
permasalahan yang ada di kelasnya, serta para guru juga boleh menyampaikan
hal-hal penting. Hal mereka lakukan secara demokratis.
Kajian keagamaan. Kajian ini dilaksanakan sekali dalam seminggu yaitu pada
hari Sabtu. Kegiatan ini wajib diikuti oleh semua guru SDS Muhammadiyah 29
Medan Medan, kegiatan tersebut dilaksanankan dengan cara mengundang salah
satu tokoh agama Muhammadiyah sebagai pembicara dengan tema telah
ditentukan oleh Dikdasmen Muhammadiyah.
Pelatihan. Untuk meningkatkan professional guru dalam mengajar, maka sekolah
SDS Muhammadiyah 29 Medan Medan mengadakan kegiatan pelatihan terhadap
guru, dalam kegiatan tersebut guru dibekali dengan beragam cara dan metode dan
pendekatan pembelajaran terutama yang terkait dengan pembentukan karakter
80
siswa.
5.13. Kendala dalam Pelaksanaan Pendidikan Karakter di SDS Muhammadiyah 29
Medan Medan
Dalam pelaksanaan pendidikan karakter di SDS Muhammadiyah 29 Medan Medan,
tidaklah mudah seperti membalik telapak tangan, mengingat banyaknya siswa yang dihadapi.
Adapun faktor yang menjadi kendala pelaksaan pendidikan karakter di SDS
Muhammadiyah 29 Medan Medan antara lain:
Pembentukan karakter anak membutuhkan waktu dan proses yang lama, sehingga
tidak menutup kemungkinan timbulnya perasaan jenuh pada diri pendidik. Oleh
karena itu guru dituntut agar memiliki komitmen yang tinggiDalam pelaksanaan
pendidikan karakter, guru dihadapkan pada jumlah siswa yang begitu banyak dan
memiliki karakter yang berbeda-beda, sehingga dalam pelaksanaannya guru akan
mengalami kesulitan.
Tidak semua orang tua bisa diajak kerja sama. Oleh karena itu guru harus
menciptakan hubungan yang baik dengan orang tua siswa.
81
BAB 6
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian melalui observasi, wawancara dan studi dokumentasi
terhadap objek penelitian sementara tentang pengembangan model pendidikan karakter
melalui kurikulum terintegrasi pada SDS Muhammadiyah 29 Medan Kota Medan dapat
disimpulkan:
1. Bahwa identifikasi model pendidikan karakter yang ditanamkan pada SDS
Muhammadiyah 29 Medan melalui kurikulum terintegrasi yang dilakukan pada seluruh
mata pelajaran dan di luar mata pelajaran.
2. Model pendidikan karakter yang dilakukan pada SDS Muhammadiyah 29 Medan
Medan melalui 5 muatan, antara lain melalui mata pelajaran, kegiatan ekstrakurikuler
dan pengembangan diri, pembiasaan, keteladanan, dan pendekatan kedisiplinan.
3. Model pendidikan karakter yang dilakukan di luar mata pelajaran melalui 4 hal yaitu:
pembiasaan keagamaaan, kedisplinan, kewiraan, dan olah raga. Keagaamaan meliputi
(pelaksanaan shalat zuhur berjamaaah, dhuha berjamaah, tadarus Al-Qur’an dan
hapalan ayat Al-Qur’an, dan budaya salaman). Kedisiplinan meliputi (adanya peraturan
dan tata tertib sekolah serta buku penghubung setiap hari). Kewiraaan meliputi
(Upacara bendera dan Hizbul wathan). Olah raga meliputi (senam kesehatan jasmani).
4. Kelebihan kurikulum terintegrasi yang dimiliki dan diterapkan oleh SDS
Muhammadiyah memiliki beberapa kelebihan, antara lain: a) Kurikulum yang
diterapkan oleh SDS Muhammadiyah bagi seluruh mata pelajaran ini sudah dirancang
sebaik mungkin berdasarkan kurikulum pendidikan nasional dan kurikulum Al-Islam
Kemuhammadiyahan secara utuh. Artinya kurikulum mata pelajaran umum dan local
82
dilakukan dan diajarkan secara utuh. b) Pelaksanaan kurikulum terintegrasi SDS
Muhammmadiyah 29 Kota Medan ini didukung oleh guru-guru yang berpengalaman
dan profesional di bidangnya. c) Mereka dalam melakukan pendidikan karakter
didukung oleh pihak Majelis Dikdasmen Muhammadiyah dan seluruh warga sekolah.
Sehingga penanaman pendidikan karakter lebih mudah diaplikasikan di sekolah
tersebut. d) SDS Muhammadiyah 29 Medan memiliki sarana dan prasarana yang
memadai dalam melakukan pendidikan karakter.
6.2. SARAN
1. Agar penelitian dapat disosialisasikan kepada seluruh SD di Kota Medan agar dapat
menerapkan pendidikan karakter kepada siswanya.
2. Agar penelitian dapat dilakukan tindak lanjut, yaitu membuat sebuah model
penddidikan karakter yang dapat ditanamkan kepada seluruh anak SD se Kota Medan.
3. Semoga penelitian dapat bermanfaat terkhusus bagi SDS Muhammmadiyah 29 Medan
dan Muhammadiyah pada umumnya.
83
DAFTAR PUSTAKA
Alwisol, Psikologi Kepribadian, Malang, UMM, 2006
Fitri, Zaenul Agus, Reinventing Human Character, Pendidikan Karakter Berbasis Nilai &
Etika di Sekolah. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2012..
Kementerian Pendidikan Nasional, Panduan Pendidikan Karakter. Jakarta: Kemdiknas.
2010.
Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia http://pusatbahasa.kemdiknas.go.id/kbbi/
Iskandar, Metodologi Penelitian Pendidikan dan Sosial, Jakarta: GP.Press, 2008.
Mahmud, Metode Penelitian Pendidikan, Bandung: CV.Pustaka Setia, 2011.
Ma’ruf, Luis, Al-Munjid, Beirut: al-Maktabah Al-katulikiyah, tt.
Mulyasa, E, Pengembangan dan implementasi Kurikulum 2013, Bandung; Rosdakarya, 2013.
Sagala, Syaiful, Manajemen Berbasis Sekolah dan Masyarakat, Strategi Memenangkan
Persaingan Mutu. Jakarta: PT Rakasta Samasta, 2006.
Sariban, “Pendidikan Multikultural Pembentuk Karakter Ke-Indonesiaan”. Makalah.
www.gurupintar.ut.ac.id
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan, Bandung: Alfabeta, 2009.
Suyanto, Refleksi dan Reformasi Pendidikan di Indonesia Memasuki Millennium Ketiga,
Yogyakarta, Adi Cita karya Nusa, 2000.
Saebani,Beni Ahmad, Metode Penelitian, Bandung: CV. Pustaka Setia, 2008.
Sukmadinata. Nana Syaodih, Metode Penelitian Pendidikan, Bandung: PT.Remaja
Rosdakarya, 2009.
Saifuddin Azwar, Metode Penelitian, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1999
Sri Esti Dwiwandono, Psikologi Pendidikan, Jakarta: PT Gramedia, 2006
Suparlan, Guru Sebagai Profesi, Yogyakarta: Hikayat, 2006
Syaifudin Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, Jakarta: PT Rineka
Ipta, 2002
Thomas Lickona, The Content of Our Charcter; Ten Essential Virtues, 2003.
Zubaedi, Desain Pendidikan Karakter; Konsepsi dan Aplikasinya Dalam Lembaga
Pendidikan, Jakarta; Kencana, 2011.
Zuchdi, Damiyati, dkk, Model Pendidikan Karakter (Terintegrasi Dalam Pembelajaran dan
Pengembangan Kultur Sekolah), Yogyakarta, 2013.
Azumardi Azra, Esai-Esai Intelektual Muslim dan Pendidikan Islam. Jakarta: logos, 1998
Doni Koesuma A, " Pendidikan Karakter Strategi Mendidik Anak di Zaman Global". Jakarta:
84
Grasindo,2007
Eko darmoko, Tesaurus Bahasa Indonesia, Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2009
Fauzil Adhim, Positive Parenting: Cara-Cara melejitkan Karakter Positive pada Anak Anda,
Bandung: Mizan, 2006
Lexy J Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2007
Mansur, Pendidikan Anak Usia Dini dalam Islam, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2005.
Mardalis, Metode Penelitian "Suatu Pendekatan Proposal", Jakarta: Bumi Aksara, 2008
Nana Syaodih Sukamdinata, Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktek, Bandung: PT
Remaja Rosadakarya, 2009
Nurul Zuriah, Pendidikan Moral dan Budi Pekerti. Bandung: PT Rosada Karya, 2002
Oemar Hamalik, Perencanaan Pengajaran Berdasrkan Pendekatan Sistem. Jakarta: Bumi
Akasara, 2005
Redaksi Sinar Grafika, UU RI No. 14 Tahun 2005, Jakarta, 2006
Wina Sanjaya, strategi pembelajaran berorientasi pada standar proses pendidika, Jakarta:
Kencana, 2007
Zakiah Daradjat, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksara, 2008
85
Lampiran 1
Catatan Lapangan I
Metode Pengumpulan Data: Wawancara
Tanggal : 19 Mei 2015
Waktu : Pukul 09.00 - 12.00
Sumber data : Lasmidah, S.Pd.I (Kepala SDS Muhammadiyah 29 Medan)
Lokasi : SDS Muhammadiyah 29 Medan
Pada tanggal pukul 09.00, peneliti datang ke SDS Muhammadiyah 29 Medan untuk
melakukan observasi. Penulis memperkenalkan diri kepada Kepala Sekolah SDS
Muhammadiyah 29 Medan yang ketika itu sedang melakukan rutinitasnya di kantor SDS
Muhammadiyah 29 Medan. Selanjutnya penulis menyampaikan maksud bahwa penulis akan
melakukan penelitian lapangan di sekolah ini. Sebelumnya peneliti telah memberi tahu akan
kedatangan ke sekolah ini kepada ibu Lasmidah, S.Pd.I selaku kepala SDS Muhammadiyah
29 Medan. Beliau menyambut baik kedatangan peneliti dan mempersilakan untuk melakukan
wawancara.
Dari wawancara perdana ini, dapat diketahui bahwa SDS Muhammadiyah 29 Medan
merupakan SDS yang ada di bawah naungan Dikdasmen Muhammadiyah. Maka dari itu
materi-materi yang ada di SDS Muhammadiyah 29 Medan mengarahkan anak supaya
mempunyai jiwa yang agamis dan berkarakter Islami, disamping pengetahuan-pengetahuan
umum yang tidak kalah pentingnya. Hal ini sesuai dengan visi lembaga yaitu Menjadi
Lembaga Pendidikan Yang Unggul, di Bidang Ilmu Pengetahuan dan Keterampilan,
Bertaqwa dan Berwawasan Islami Serta Berkarakter.
Dari wawancara ini diketahui bahwa sekolah ini merupakan sekolah yang sudah lama
berdiri dengan mengusung visi dan misi yang mulia untuk membentuk karakter siswa yang
kuat. Jumlah kelas sudah sampai dengan kelas VI karena sekolah ini sudah berdiri 40 tahun
86
yang lalu, tetapi selalu mengalami peningkatan jumlah siswa setiap tahunnya. Dengan hal-
hal tersebut menunjukkan bahwa SDS Muhammadiyah 29 Medan mendapat kepercayaan dan
diterima dengan sangat baik oleh masyarakat sekitar.
Interpretasi:
SDS Muhammadiyah 29 Medan adalah sekolah yang terbuka terhadap pihak luar dan
sangat menghormati tamu. Kepala SDS Muhammadiyah 29 Medan sangat ramah dan
bersedia memberikan data yang dibutuhkan. Dalam memberikan pendidikan kepada siswa
pembiasaan-pembiasaan yang mengarah kepada karakter siswa sangat diperhatikan, hal itu
tergambar dari susunan rencana-rencana kegiatan pembelajaran selama satu tahun ke depan.
SDS Muhammadiyah 29 Medan cukup mendapat kepercayaan dari masyarakat sekitar yang
dibuktikan dengan selalu meningkatnya jumlah siswa-siswi yang mendaftar setiap tahunnya.
87
Catatan Lapangan II
Metode Pengumpulan Data: Wawancara
Tanggal : 20 Mei 2015
Waktu : Pukul 09.00 - 12.00
Sumber data : Lasmidah, S.Pd.I (Kepala SDS Muhammadiyah 29 Medan)
Lokasi : SDS Muhammadiyah 29 Medan
Sebelum melakukan wawancara dengan Kepala sekolah, penulis terlebih dahulu
sudah berkoordinasi dengan Pimpinan Cabang Muhammadiyah Sunggal sebagai pengantar
rekomendasi peneltian di SDS Muhammadiyah 29 Medan dan juga surat izin penelitian dari
Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara (UMSU). Wawancara kali ini membahas
tentang implementasi Pendidikan Karakter yang dilakukan SDS Muhammadiyah 29 Medan.
Secara garis besar, pedidikan karakter yang dilakukan di SDS Muhammadiyah 29 Medan
sudah berjalan dengan baik, dan sepenuhnya sudah maksimal. Hal ini dikarenakan sarana dan
prasarana yang mendukung dan dilengkapi dengan para guru yang profesional.
Menurut kepala SDS Muhammadiyah 29 Medan, sekolah berusaha menyediakan
pembelajaran yang mampu membentuk karakter siswa karena hal itulah yang nantinya akan
dibawa anak sampai dewasa. Selain pembelajaran reguler di kelas, sekolah juga mengadakan
kegiatan-kegiatan di luar kelas yang terprogram untuk mendukung pembentukan karakter
bagi siswa-siwi di SDS Muhammadiyah 29 Medan seperti kedisipilinan, keteladanan,
pembiasaan salaman kepada guru di pagi hari, pesantren kilat, dan lain-lain. Di luar kegiatan-
kegiatan tersebut siswa-siswi juga dibiasakan dengan sesuatu yang mencerminkan karakter
anak yang sholeh sholehah setiap harinya, melepas dan merapikan alas kaki ketika masuk
kelas, sholat dhuha, salaman dan doa ketika pulang adalah contoh-contoh kebiasaan baik
dalam menanamkan pendidikan karakter.
Interpretasi:
88
Implementasi Pendidikan Karakter di SDS Muhammadiyah 29 Medan secara umum
sudah berjalan dengan baik, dan maksimal meskipun terdapat sedikit hambatan dengan
adanya renovasi gedung sekolah sehingga ada yang masuk pagi dan masuk siang. Tetapi hal
itu sama sekali bukan halangan untuk para guru tetap memberikan pembelajaran yang terbaik
kepada para peserta didik. Kegiatan-kegiatan yang sangat mencerminkan pembentukan
karakter bagi siswa di SDS Muhammadiyah 29 Medan sangatlah dominan dalam kurikulum
yang disusun oleh para pengelola SDS Muhammadiyah 29 Medan.
89
Catatan Lapangan III
Metode Pengumpulan Data: Wawancara
Tanggal : 22 Mei 2015
Waktu : Pukul 09.00 - 12.00
Sumber data : Lasmidah, S.Pd.I (Kepala SDS Muhammadiyah 29 Medan)
Lokasi : SDS Muhammadiyah 29 Medan
SDS Muhammadiyah 29 Medanterletak di Desa Sei. Mencirim Kecamatan Sunggal
Kabupaten Deli Serdang. Adapun batas-batas SDS Muhammadiyah 29 Medan adalah sebagai
berikut:
1. Sebelah timur berbatasan dengan rumah warga
2. Sebelah utara berbatasan dengan jalan
3. Sebelah selatan berbatasan dengan rumah warga
4. Sebelah barat berbatasan dengan rumah warga
Interpretasi:
Dilihat dari letak dan sarana pendidikan yang ada di sekitar SDS Muhammadiyah 29
Medan, lingkungan sangat menguntungkan bagi suasana pendidikan, karena di daerah sekitar
SDS Muhammadiyah 29 Medan terdapat berbagai lembaga pendidikan baik yang umum
maupun yang berbasis agama. Selain itu kondisi yang relatif tenang untuk melakukan proses
pembelajaran membuat pendidik maupun peserta didik nyaman, sehingga sangat kondusif
untuk pembentukan karakter awal akhlak peserta didik.
90
Catatan Lapangan IV
Metode Pengumpulan Data: Observasi
Tanggal : 25 Mei 2015
Waktu : Pukul 07.00 - 12.00
Sumber data : Siswa-siswi SDS Muhammadiyah 29 Medan
Lokasi : SDS Muhammadiyah 29 Medan
Sesampainya peneliti di SDS Muhammadiyah 29 Medan pada pukul 07.00, para
siswa sudah mulai berdatangan ke sekolah diantar oleh orang tua masing-masing siswa. Ada
juga yang diantar oleh kakak atau saudaranya. Guru piket sudah hadir sebelum jam 07.00
karena menyambut kedatangan siswa-siswi di depan halaman sekolah dekat jalan dan
menyalami setiap siswa-siswi yang datang. Setiap siswa-siswi yang datang menyalami dan
mencium tangan gurunya. Hal ini merupakan sikap yang baik dan sangat memengaruhi
perkembangan jiwa anak didik. Mereka tampak bahagia, saling berlarian dan bermain. Ada
juga yang berkejar-kejaran.
Di dalam kelas, peneliti juga mendapati ada siswa kelas 1 dikelas yang tanpa disuruh
sudah bisa memiliki kesadaran untuk menghapus papan tulis yang kotor. Sebagian siswa ada
yang saling tanya untuk membaca papan pengumuman dengan mengeja satu persatu huruf
yang tertulis di papan yang sesungguhnya pengumuman untuk para guru. Hal ini
menunjukkan bahwa sifat ingin tahu siswa siswi SDS Muhammadiyah 29 Medan sangatlah
besar, tinggal bagaimana lingkungan mengarahkannya.
Interpretasi:
Guru sangat dekat dengan siswa dengan menyambut kedatangan mereka setiap kali
mereka datang ke sekolah. Hal ini sangat baik untuk perkembangan jiwa siswa. Selain itu
kesadaran dan rasa ingin tahu siswa-siswi SDS Muhammadiyah 29 Medan sudah mulai
terbentuk sebagai bekal karakter mereka kedepannya.
91
Catatan Lapangan V
Metode Pengumpulan Data: Observasi
Tanggal : 08 Juni 2015
Waktu : Pukul 07.00 - 12.00
Sumber data : Siswa-siswi SDS Muhammadiyah 29 Medan
Lokasi : SDS Muhammadiyah 29 Medan
Pukul 07.30 WIB bel berbunyi tanda waktu masuk kelas. Semua siswa-siswi SDS
Muhammadiyah 29 Medan berbaris di halaman sekolah dan dikelompokkan sesuai kelas
masing-masing. Para guru menertibkan barisan siswa-siswi, kemudian guru menunjuk salah
satu siswa untuk menyiapkan barisan, jalan ditempat sambil menyanyikan mars SDS
Muhammadiyah 29 Medan bersama-sama. Setelah semua barisan rapi kemudian para siswa-
siswi memasuki kelas dengan baris satu-satu sambil menyalami guru. Tiba-tiba ada salah satu
siswa yang nylonong lewat tanpa menyalami guru, akhimya bu gurupun memanggilnya dan
menasehati "hayo semua harus salaman biar dosanya hilang.." akhirnya siswa tersebut
mengulangi baris kemudian menyalami guru sebelum masuk kelas. Ketika masuk kelas
semua siswa-siswi melepas sepatu mereka dan merapikan berjejer-jejer di depan kelas.
Interpretasi:
Pembiasaan untuk hidup rapi adalah salah satu metode pembelajaran yang ingin di
wujudkan oleh para guru di SDS Muhammadiyah 29 Medan. Selain itu selalu hidup rukun
dan saling memaafkan adalah hal penting yang sudah seharusnya di tanamkan pada karakter
siswa.
92
Catatan Lapangan VI
Metode Pengumpulan Data: Observasi
Tanggal : 15 Juni 2015
Waktu : Pukul 07.00 - 12.00
Sumber data : Siswa-siswi SDS Muhammadiyah 29 Medan
Lokasi : SDS Muhammadiyah 29 Medan
Pukul 07.45 siswa masuk kelas. Guru menata bangku dan meja supaya lebih kelihatan
rapi. Selanjutnya guru mengucapkan salam kepada siswa. Siswa dibimbing untuk duduk
tenang terlebih dahulu kemudian berdoa bersama-sama (doa arab sekaligus artinya). Ketika
ada siswa yang ribut, maka guru mengingatkan agar jangan ribut di kelas. Tidak berselang
lama, ada siswa yang terlambat masuk kelas, guru meminta siswa tersebut untuk memimta
maaf kepada teman-teman didepan kelas karena sudah terlambat, setelah siswa tersebut
meminta maaf didepan kelas kemudian guru bertanya kepada siswa-siswi yang duduk
dikelas"dimaafkan nggak teman-teman?". Dan siswa dikelaspun menjawab bersama-sama
"dimaafkan bu.." Hari ini adalah pelajaran Akidah Akhlak yang diikuti oleh siswa-siswi
dengan ceria. Didalam proses pembelajaran ini penulis mendapati beberapa kejadian yang
menceerminkan implementasi pendidikan karakter yang ada di kelas. Ketika guru
menjelaskan pelajaran tiba-tiba ada anak yang berkelahi yang kemudian langsung di lerai
oleh bu guru, ibu kemudian mengajak anak yang mulai usil duluan untuk meminta maaf,
walau kelihatan agak terpaksa akhirnya si anak mau bersalaman dan meminta maaf kepada
teman yang dia usili setelah mendengar penjelasan dari bu guru bahwa kalau anak sholeh itu
harus saling memaafkan. Selang beberapa waktu ada siswa yang meminjam penghapus teman
dibangku sebelahnya tanpa izin, temannya yang tahu penghapusnya tidak ada dan ternyata
dipakai oleh teman dibangku sebelahnyapun mengadukan kepada buguru kalo temannya
mengambil penghapusnya tanpa izin, bu guru pun menghampiri anak tersebut dan mengelus
93
kepala dan pipi sambil menasehati "mas Zaki kalo mau pakai barang punya temennya harus
bilang dulu ya, biar nanti jadi anak sholeh." Selain kejadian-kejadian diatas siswa-siswi SDS
Muhammadiyah 29 Medan juga dibiasakan dengan menabung uang setiap harinya dengan
cara guru menyediakan celengan-celengen sesuai jumlah siswa dikelas kemudian celengan-
celengan tersebut ditulisi nama-nama setiap siswa. Sehingga siswa-siswi SDS
Muhammadiyah 29 Medan semangat untuk menabung walau dengan uang recehan.
Interpretasi:
Secara umum pembelajaran berjalan dengan baik. Siswa juga aktif dan semangat.
Pembelajaran integratif yang dilakukan oleh guru SDS Muhammadiyah 29 Medan juga
membantu pembentukan karakter siswa kedepan
94
Catatan Lapangan VII
Metode Pengumpulan Data: Observasi
Tanggal : 16 Juni 2015
Waktu : Pukul 07.00 - 12.00
Sumber data : Siswa-siswi SDS Muhammadiyah 29 Medan
Lokasi : SDS Muhammadiyah 29 Medan
Pukul 09.00 WIB adalah pergantian jam pelajaran, jam ke-2 di kelas l (satu) pada hari
ini adalah pelajaran Tahfidz. Guru masuk kelas dan mengucapkan salam kepada siswa-siswi
kemudian guru merefresh pelajaran terdahulu yaitu hafalan surat pada pertemuan
sebelumnya. Dalam pelajaran tahfidz ini bu guru widia menggunakan metode yang menarik
yaitu tebak-tebakan sambil bernyanyi. Lirik nyanyian adalah tanya jawab tentang nama surat
sekaligus artinya dan jumlah ayat di surat tersebut. Metode ini sangat efektif karena siswa
lebih mudah menghafal materi yang dibungkus dalam keceriaan seperti itu. Untuk
memperlancar hafalan dan supaya hafalan tidak hilang guru menggilir siswa untuk hafalan
dengan bersama-sama satu kelas kemudian hafalan antar bangku dan yang terakhir yaitu
hafalan dengan sendiri-sendiri. Para siswa-siswi mengikuti pembelajaran dengan cukup
antusias, dengan keaktifan mereka bertanya hal-hal kecil seperti 'kenapa huruf arab kok beda
sama huruf Indonesia'.
Kepolosan anak-anak seperti itu menambah semangat guru dalam membimbing
mereka dalam pembelajaran. selain materi-materi tersebut bu Wagisah juga memberikan
reward tehadap siswa yang beperilaku baik atau buruk dikelas dengan 'cap senyum' dan 'cap
cemberut', yaitu dengan cara bu Wagisah menggambar wajah senyum dan cemberut di papan
tulis dan urutan nomer dibawahnya, ketika ada siswa yang nakal di kelas maka bu guru
mengancam akan menulis namanya didaftar 'cap cemberut' dan sebaliknya, jika ada siswa-
siswi yang berperilaku baik dikelas maka bu guru menulis namanya di daftar 'cap senyum'.
95
Setelah pelajaran selesai guru menyebutkan didepan kelas siapa saja nama-nama yang
mendapatkan 'cap senyum' hari itu yang diapresiasi oleh teman-teman dikelas dengan tepuk
tangan. Begitu juga dengan nama-nama yang mendapat 'cap cemberut' pada hari itu yang
kemudian secara reflek disoraki oleh teman-teman sekelas.
Interpretasi:
Pembelajaran dalam pelajaran Agama Islam ini Bu Guru Wagisah menggunakan metode
pembelajaran yang bagus sekali dengan memoles pelajaran yang sebenamya susah yaitu
hafalan menjadi relatif mudah untuk dicerna, yaitu dengan tebak-tebakan sambil bernyanyi.
Selain itu memberlakukan reward dikelas walaupun hanya berbentuk 'cap senyum dan
cemberut' akan sangat membantu keaktifan siswa dalam antusiasnya mengikuti pelajaran di
kelas.
96
Catatan Lapangan VIII
Metode Pengumpulan Data: Observasi
Tanggal : 17 Juni 2015
Waktu : Pukul 07.00 - 12.00
Sumber data : Siswa-siswi SDS Muhammadiyah 29 Medan
Lokasi : SDS Muhammadiyah 29 Medan
Pada awal menyambut datangnya bulan Ramadhan, seluruh peserta didik SDS
Muhammadiyah 29 Medan diajak ke masjid untuk melakukan i'tikaf bersama. Dalam
kegiatan ini peserta didik diajak langsung 'terjun ke lapangan' untuk berlatih melakukan
kegiatan peribadatan sehari-hari. Setelah semua berkumpul di sekolah, skitar pukul 07.30
WIB siswa-siswi dan guru-guru SDS Muhammadiyah 29 Medan berangakat bersama menuju
Masjid. Sesampainya dilokasi peserta didik disuruh untuk berwudhu dan dibimbing
melakukan sholat tahiyatul masjid oleh guru, dilanjutkan memanjatkan doa-doa bersama dan
sholat dhuha. Setelah kegiatan peribadatan sudah selesai kemudian siswa-siswi dibagi
kelompok menjadi 6 bagian yang kemudian dilakukan penjelasan mengenai i'tikaf dan
manfaatnya oleh setiap guru dengan penjelasan yang menarik. Selain itu guru-guru juga
sudah mempersiapkan buku-buku bacaan untuk mengisi kegiatan kunjungan tersebut. Dan
kegiatan tersebut diakhiri dengan beramain bersama-sama.
Interpretasi:
Kegiatan ini melatih siswa secara langsung dengan prakter dan lokasi yang sebenamya
sehingga siswa dapat merasakan apa yang harus mereka kerjakan dalam prakter peribadatan
sehari-hari.
97
Catatan Lapangan IX
Metode Pengumpulan Data: Observasi
Tanggal : 19 Juni 2015
Waktu : Pukul 07.00 - 12.00
Sumber data : Siswa-siswi SDS Muhammadiyah 29 Medan
Lokasi : SDS Muhammadiyah 29 Medan
Hari ini masih dalam rangkaian kegiatan pesantren kilat. Untuk hari ini semua siswa-
siswi diajak untuk melakukan kegiatan-kegiatan ramadhan sehari penuh dengan bermain dan
juga menginap di sekolah untuk bisa merasakan kegiatan malam bulan ramadhan dan sahur
bersama-sama. Setelah mamasuki kelas, semua-siswa dikumpulkan di ruang kelas dengan
duduk bersila. Sambil menunggu persiapan guru menyiapkan bahan kegiatan untuk hari ini
guru yang lain mengajak siswa-siswi untuk membaca surat-surat pendek secara hafalan
bersama-sama.
Ketika proses kegiatan tersebut berlangsung, salah satu guru ada yang melihat siswa
yang baru datang diantar dengan kereta atau mobil oleh orangtuanya. Temyata anak tersebut
tidak mau turun dari motor dan menangis karena merasa malu karena sudah telat. Melihat hal
tersebut sang guru menjemput anak tersebut ke motor orang tua yang mengantarkan anaknya
sambil tersenyum, dan membujuk si anak supaya mau ikut ke kelas dengan rayuan yang
mendidik. Dan akhirnya si anakpun mau turun dan masuk kelas mengikuti kegiatan pesantren
kilat bersama teman-teman yang lain.
Interpretasi:
pendidikan yang penulis tangkap pada moment ini adalah bahwa ketika keadaan tidak ada
kegiatan karena berbagai alasan, seperti ketika saat ini yaitu ketika para guru masih
mempersiapkan bahan-bahan dan tempat untuk merealisasikan pembelajaran maka guru yang
lain mengisi kegiatan yang sangat bermanfaat bagi pendidikan anak yaitu dengan
98
mengumpulkan anak dan diajak untuk merefresh hafalan surat-surat pendek mereka bersama-
sama. Selain itu yaitu bagaimana guru menyikapi anak yang merasa malu masuk kelas karena
sudah telat, yaitu dengan menjemput si anak dan merayu dengan cara yang sangat mendidik.
Hal-hal ini membuat setiap moment dalam sekolah bisa dijadikan media untuk melakukan
proses pembentukan karakter positif siswa.
99
Catatan Lapangan X
Metode Pengumpulan Data: Observasi
Tanggal : 19 Juni 2015
Waktu : Pukul 07.00 - 12.00
Sumber data : Siswa-siswi SDS Muhammadiyah 29 Medan
Lokasi : SDS Muhammadiyah 29 Medan
Kegiatan pesantren kilat kali ini yaitu membuat kartu lebaran dan dolanan bocah.
Seperti biasa setelah semua siswa hadir, kegiatan dimulai kali ini siswa-siswi diajak sholat
berjaamah terlebih dahulu setelah semua sudah memunyai whudu. Sehabis sholat siswa-siswi
dikumpulkan dalam kelas dan mulai membuat kartu lebaran dengan bimbingan para guru.
Kartu lebaran dibuat dari crayon sebagai warna dasar dan setelah semua dirasa cukup siswa-
siswi diarahkan untuk menggambar diatas warna tersebut sesuai dengan keinginan mereka
menggunakan media paku.
Setelah waktu menjelang sore sambil menunggu waktu berbuka tiba supaya peserta
didik tetap semangat mengikuti kegiatan pesantren kilat, guru mengajak siswa-siswi untuk
bermain bersama yaitu bermain permainan-permainan anak jaman dahulu yang sudah mulai
jarang diamainkan oleh anak-anak sekarang seperti nekeran/ bermain kelereng dengan
berbagai macam model permainannya, kepyekan, dan Iain-lain.
Interpretasi:
Kegiatan-kegiatan tersebut sangat bermanfaan bagi perkembangan psikologis anak dalam
proses pembentukan karakter mereka kedepan. Membangun kreatifitas sejak dini, melatih
sportivitas, kerjasama antar teman, tolong menolong dan dibiasakan dalam situasi kompetitif
yang positif sejak dini
100
Catatan Lapangan XI
Metode Pengumpulan Data: Observasi
Tanggal : 20 Juni 2015
Waktu : Pukul 13.00 - 17.00
Sumber data : Guru dan Siswa SDS Muhammadiyah 29 Medan
Lokasi : SDS Muhammadiyah 29 Medan
Pada observasi yang penulis lakukan kali ini bertepatan pada bulan Ramadhan 1436H,
pada kesempatan ini anak-anak menjalani kegiatan pesantren kilat yang diadakan di sekolah.
Dalam pesantren kilat ini SDS Muhammadiyah 29 Medan memprogramkan kegiatan-
kegiatan pendidikan dengan kemasan yang menarik untuk menciptakan keceriaan yang
positif bagi anak.
Hari ini anak-anak diajak menonton film bersama, yaitu film kartun dengan muatan
moral yang sangat kental supaya bisa menjadi contoh bagi aplikasi kehidupan anak sehari-
hari. Setelah nonton bareng selesai dan bertepatan waktu sholat ashar sudah tiba maka anak-
anak langsung diajak untuk sholat ashar berjamaah ke mesjid dengan bimbingan setiap guru
yang ada di sekolah.
Interpretasi:
Dalam kegiatan pesantren kilat ini siswa-siswi di programkan dalam pembelajaran yang
sangat bermanfaat yang dikemas dengan sangat menarik sehingga antusias mereka bertambah
walaupun memakan waktu yang lebih lama dari biasanya.
101
Lampiran 2. Dukungan Sarana dan Prasarana Penelitian
Sarana utama yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah tersedianya data-data dan
bahan-bahan pembelajaran di SDS Muhammadiyah 29 Medan.
Ketersediaan bahan tersebut dan akses ke pengelola SD Muhammadiyah 29 Medan
hal mudah yang akan dihadapi oleh tim peneliti. Untuk itu tim sebaiknya mendapatkan
dukungan dan izin dari Rektor dan Pimpinan Cabang Muhammadiyah Medan.
Cara mengatasinya untuk sementara ini adalah menggunakan kedekatan peneliti
dengan para guru dan kepala sekolah SD Muhammadiyah 29 Medan.
Lampiran 3. Susunan Organisasi Tim Peneliti/ Pelaksana dan Pembagian
Tabel Susunan Organisasi Tim Peneliti
No Nama/ NIDN Instansi
Asal
Bidang
Ilmu
Alokasi Waktu
(Jam/Minggu) Uraian Tugas
1.
Dr. Amini, S.Ag.,
M.Pd/ UMSU
Pendidik
an 8 Jam/Minggu
Pengumpulan
Data, Analisa,
Pembuatan
Modul,
Sosialisasi,
Laporan Akhir,
Presentase
4.
Dra.
Syamsuyurnita,
M. Pd/ UMSU
Pendidik
an 4 Jam/ Minggu
Pengumpulan
Data dan Laporan
Akhir, Presentase
5.
Masyitah
Noviyanti,
S.Pd.,M. Hum/ UMSU
Pendidik
an
5 Jam/
Minggu
Pengumpulan
Data, Analisa,
Pembuatan
Modul,
Sosialisasi,
Laporan Akhir.
Lampiran 4:
Biodata Ketua Tim Peneliti :
A. Identitas Diri
1 Nama Lengkap (dengan gelar) Dr. Amini, S.Ag., M.Pd
2 Jenis Kelamin Perempuan
3 Jabatan Fungsional Lektor /III/C
4 NIP/NIK/Identitas Lainnya -
5 NIDN 0115067101
6 Tempat dan Tanggal Lahir Sei. Mencirim/ 15 Juni 1971
7 E-mail [email protected]
8 Nomor Telepon/HP 081370056073
9 Alamat Rumah Jl. Jati No. 125 A Sei. Mencirim Sunggal
102
Deli Serdang
10 Alamat Kantor Jl. Mukhtar Bashri No.3
11 Nomor Telepon/Fax
061-6622400, 6624567 Ext. 106,108 / 061-
6625476, 6631003
11 Mata Kuliah yang Diampu
Profesi Kependidikan
Belajar dan Pembelajaran
Metode Penelitian Pendidikan
Perkembangan Peserta Didik
B. Riwayat Pendidikan
S-1 S-2 S-3
Nama Perguruan
Tinggi IAIN Sumatera Utara
Universitas
Negeri Padang
Universitas
Negeri
Jakarta
Bidang Ilmu
Pendidikan Agama
Islam
Ekonomi
Pembangunan
Tahun Masuk-Lulus 1990-1995 1998-2001 2002-211
Judul
Skripsi/Tesis/Disertasi
Akulturasi budaya Jawa
Terhadap Pendidikan
Agama Isla di Sei.
Mencirim
Pengaruh Gaya
Kepemimpinan
Terhadap
Kebijakan
otonomi Kepala
Sekolah di SMA
1
Muhammadiyah
Medan
Nama
Pembimbing/Promotor
Drs. Abu Bakar M.
Luddin
Drd. H.M. Farid
Nasution
Prof. Dr.
Ajinar Sayuti
Dr. Syahron,
M.Pd Prof. Dr. Tjipto
Prof. dr. Haris
C. Pengalaman Penelitian Dalam 5 Tahun Terakhir
No Tahun Judul Penelitian Pendanaan
Sumber
Jml (Juta
Rp)
1 2011
Rancangan Model Sistem Administrasi
Berbasis Mutu Layanan Pendidikan di
Medan Dikti
Rp.
50.000.000
Semua data yang saya isikan dan tercantum dalam biodata ini adalah benar dan dapat
dipertanggung jawabkan secara hukum. Apabila dikemudian hari ternyata dijumpai
ketidaksesuaian dengan kenyataan, saya sanggup menerima sanksi .
Demikian biodata ini saya buat dengan sebenarnya untuk memenuhi salah satu dari
persyaratan dalam pengajuan penelitian hibah bersaing.
103
Medan, 06 November 2015
Ketua Tim Peneliti,
Dr. Amini, S.Ag., M. Pd
NIDN: 0115067101
Biodata Anggota Tim Peneliti 1 :
A. Identitas Diri
1 Nama Lengkap (dengan gelar) Dra. Syamsuyurnita, M.Pd
2 Jenis Kelamin Perempuan
3 Jabatan Fungsional Lektor Kepala/IV/A
4 NIP/NIK/Identitas Lainnya 19670604 199303 2002
5 NIDN 0004066701
6 Tempat dan Tanggal Lahir Midai/ 04 Juni 1967
7 E-mail [email protected]
104
8 Nomor Telepon/HP 081361575719
9 Alamat Rumah Komplek Veteran Purnawirawan Blok B/45 Medan Estate
10 Alamat Kantor Jl. Mukhtar Basri No.3
11 Nomor Telepon/Fax
061-6622400, 6624567 Ext. 106,108 / 061-
6625476, 6631003
11 Mata Kuliah yang Diampu
Bahasa Indonesia
Teori Belajar Bahasa
Evaluasi Pengajaran Bahasa
Micro Teaching
B. Riwayat Pendidikan
S-1 S-2 S-3
Nama Perguruan
Tinggi Universitas Riau
Universitas Negeri
Medan -
Bidang Ilmu
Bahasa dan Sastra
Indonesia
Ekonomi
Pembangunan
Tahun Masuk-Lulus 1988-1993 2005-2007 -
C. Pengalaman Penelitian Dalam 5 Tahun Terakhir
No Tahun Judul Penelitian Pendanaan
Sumber Jml (Juta Rp)
1 2011
Rancangan Model Sistem Administrasi
Berbasis Mutu Layanan Pendidikan di
Medan Dikti
Rp.
50.000.000,
-
Semua data yang saya isikan dan tercantum dalam biodata ini adalah benar dan dapat
dipertanggung jawabkan secara hukum. Apabila dikemudian hari ternyata dijumpai
ketidaksesuaian dengan kenyataan, saya sanggup menerima sanksi .
Demikian biodata ini saya buat dengan sebenarnya untuk memenuhi salah satu dari
persyaratan dalam pengajuan penelitian hibah bersaing.
Medan, 06 November 2015
Anggota Tim Peneliti,
Dra. Syamsuyurnita, M.Pd
NIP.196706041993032002
105
Biodata Anggota Tim Peneliti 2 :
A. Identitas Diri
1 Nama Lengkap (dengan gelar) Masyitah Noviyanti, S.Pd.,M. Hum
2 Jenis Kelamin Perempuan
3 Jabatan Fungsional Asisten Ahli/III/A
4 NIP/NIK/Identitas Lainnya -
5 NIDN 0127118002
6 Tempat dan Tanggal Lahir Medan, 27 November 1980
7 E-mail [email protected]
8 Nomor Telepon/HP 081396977070
9 Alamat Rumah Jl. Rajawali No. 81 Sei. Sikambing B Medan
10 Alamat Kantor Jl. Mukhtar Bashri No.3
11 Nomor Telepon/Fax
061-6622400, 6624567 Ext. 106,108 / 061-
6625476, 6631003
11 Mata Kuliah yang Diampu
Belajar dan Pembelajaran B. inggris
Media Pembelajaran B. Inggris
Micro Teaching
B. Riwayat Pendidikan
S-1 S-2 S-3
Nama Perguruan
Tinggi UMSU USU -
Bidang Ilmu
Pendidikan Bahasa
Inggris Linguistics
Tahun Masuk-Lulus 1999-2003 2006-2008 -
Judul
Skripsi/Tesis/Disertasi
Arabic and English
Relative Pronouns
Pronimiman
Persona Bahasa
Indonesia dan
Bahasa Arab
Suatu Kajian
Morfosintaksis -
Nama
Pembimbing/Promotor
Prof. Amrin Saragih,
MA., PhD
Dr. Syahron Lubis, MA
Prof. Dr. Khairil
Ansari, M. Pd
Drs. Aminullah,
MA
C. Pengalaman Penelitian Dalam 5 Tahun Terakhir
No Tahun Judul Penelitian Pendanaan
Sumber Jumlah
106
(Juta Rp)
1 2011
Pengaruh Teknik Prapenulisan
(Prawriting) terhadap Kemampuan
Menulis Jurusan Bahasa Inggris UMSU
Rp.
3.500.000, -
Semua data yang saya isikan dan tercantum dalam biodata ini adalah benar dan dapat
dipertanggung jawabkan secara hukum. Apabila dikemudian hari ternyata dijumpai
ketidaksesuaian dengan kenyataan, saya sanggup menerima sanksi .
Demikian biodata ini saya buat dengan sebenarnya untuk memenuhi salah satu dari
persyaratan dalam pengajuan penelitian hibah bersaing.
Medan, 06 November 2015
Anggota Tim Peneliti,
Masyitah Noviyanti, S.Pd.,M. Hum
NIDN. 0127118002
107
Lampiran 5:
FORMAT BIO DATA GURU DAN PEGAWAI
1. Nama Lengkap (gelar) :
2. Tempat/Tanggal Lahir :
3. Alamat :
4. Nomor HP :
5. Jabatan :
6. Guru mata pelajaran :
7. Pendidikan S1 :
8. Pendidikan S2 (jika ada) :
9. Pendidikan S3 (jika ada) :
10. Jurusan :
11. Alumni Perguruan Tinggi:
12. Lama bekerja sebagai guru:
13. Apakah pernah mengajar sebelumnya di sekolah lain?
108
Lampiran 6
Pedoman Wawancara
1. Apa nama sekolah tersebut?
2. Dimana alamat lengkap sekolah tersebut?
3. Siapakah nama kepala sekolah tersebut?
4. Tahun berapakah berdiri sekolah tersebut?
5. Gedung yang digunakan apakah milik pribadi, yayasan, atau wakaf?
6. Berapa luas bangunan dan ukuran tanahnya?
7. Apa saja sarana dan prasarana yang ada di sekolah tersebut?
8. Bagaimana struktur yayasan sekolah tersebut?
9. Bagaimana struktur seskolah tersebut?
10. Apa visi dan misinya?
11. Berapa jumlah gurunya?
12. Berapa jumlah pegawainya?
13. Siapa-siapa saja nama guru di sekolah tersebut?
14. Siapa-siapa saja nama pegawai di sekolah tersebut?
15. Berapa orang yang tamatan S1, S2, dan S3?
16. Apakah sudah ada yang disertifikasi?. Jika ada berapa orang?
17. Berapa banyak jumlah rombel dalam sekolah tersebut?
18. Berapa banyak jumlah siswa dalam sekolah tersebut?
19. Berapa jumlah siswa laki-laki dan perempuan?
20. Bagaimana guru dalam menanamkan pendidikan karakter kepada siswa tersebut?
21. Apakah yang dilakukan guru setaip hari kepada siswa di sekolah tersebut?
22. Apa yang dilakukan guru setiap paginya?
23. Apa yang dilakukakan guru setiap sore ketika siswa mau pulang sekolah?
24. Bagaimana kurikulum yang diterapkan oleh sekolah tersebut?