laporan akhir - PUBLIKASI ILMIAH DOSEN

111
1 LAPORAN AKHIR PENELITIAN FUNDAMENTAL PENGEMBANGAN MODEL PENDIDIKAN KARAKTER MELALUI KURIKULUM TERINTEGRASI PADA SDS MUHAMMADIYAH 29 MEDAN TIM PENELITI Dr. AMINI, S.Ag., M.Pd NIDN: 0115067101 (KETUA PENELITI) Dra. SYAMSUYURNITA, M. Pd NIDN: 0004066701 (ANGGOTA PENELITI) MASYITAH NOVIYANTI, S.Pd.,M.Hum NIDN: 0127118002 (ANGGOTA PENELITI) UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA NOVEMBER 2015 798/ Teknologi Pendidikan

Transcript of laporan akhir - PUBLIKASI ILMIAH DOSEN

1

LAPORAN AKHIR

PENELITIAN FUNDAMENTAL

PENGEMBANGAN MODEL PENDIDIKAN KARAKTER

MELALUI KURIKULUM TERINTEGRASI PADA

SDS MUHAMMADIYAH 29 MEDAN

TIM PENELITI

Dr. AMINI, S.Ag., M.Pd NIDN: 0115067101 (KETUA PENELITI)

Dra. SYAMSUYURNITA, M. Pd NIDN: 0004066701 (ANGGOTA PENELITI)

MASYITAH NOVIYANTI, S.Pd.,M.Hum NIDN: 0127118002 (ANGGOTA PENELITI)

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA

NOVEMBER 2015

798/ Teknologi Pendidikan

2

3

RINGKASAN

AMINI: Pengembangan Model Pendidikan Karakter Melalui Kurikulum Terintegrasi Pada

SDS Muhammadiyah 29 Medan. Pendidikan karakter adalah hal yang sangat penting

ditanamkan kepada anak usia dini, yaitu pada tingkat pendidikan dasar. Karena usia dini

merupakan masa emas perkembangannya (golden age) untuk menentukan kualitas anak di

masa dewasanya. Menurut Freud kegagalan penanaman kepribadian/pendidikan karakter

yang baik di usia dini ini akan membentuk pribadi yang bermasalah di masa dewasanya

kelak. Kesuksesan orang tua dan guru membimbing anaknya dalam pendidikan dan

mengatasi konflik kepribadian di usia dini sangat menentukan kesuksesan anak dalam

menghadapi kehidupan sosial di masa dewasanya kelak.

Kita menyadari bahwa pendidikan karakter di tingkat SD memiliki peranan yang

sangat penting sebagai pondasi utama dalam memebentuk karakternya di masa mendatang.

Bersinergi dengan itu pemerintah kita sedang gencar-gencarnya melakukan pendidikan

karakter pada seluruh tingkatan pendidikan, terutama pada tingkat dasar. Seiring dengan itu

sebagai upaya membantu pemerintah untuk melakukan penenaman nilai karakter, maka

peneliti telah melakukan penelitian pengembangan model pendidikan karakter di SDS

Muhammadiyah 29 Medan pada kurikulum terintegrasi.

Hal ini dilakukan karena selama ini pola penanaman pendidikan karakter terjadinya

dikotomis yaitu bahwa pendidikan karakter hanya ditanamkan melalui mata pelajaran

Pendidikan Agama Islam (PAI) dan Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn)

secara terpisah, namun dengan dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat melihat

sekaligus mengidentifikasi dan mengembangkan model pendidikan karakter yang ditanamkan

melalui kurikulum terintegrasi pada seluruh mata pelajaran yang akan diajarkan pada tingkat

SDS Muhammadiyah 29 Medan.

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat sekaligus mengidentifikasi

model pendidikan karakter melalui kurikulum yang terintegrasi. Sedangkan tujuan khususnya

adalah untuk melihat dan mengetahui model pendidikan karakter yang ditanamkan di SDS

Muhammadiyah 29 Medan serta bagaimana mengembangkannya sehingga dapat diterapkan

pada tingkat SD se Kota Medan melalui kurikulum terintegrasi.

Metode penelitian yang akan digunakan adalah penelitian deskriptif dengan teknik

pengolahan data yang bersifat kualitatif. Sedangkan tahapan kerja penelitian yang sudah

dilakukan dimulai dari perencanaan, observasi dan wawancara lapangan, pengumpulan data,

pengolahan data yang masuk dan dianalisis berdasarkan kategorisasi yang ada untuk

membuat suatu kesimpulan dan akhirnya mengidentifikasi model pendidikan karakter yang

ditanamkan melalui kurikulum terintegrasi pada SDS Muhammadiyah 29 Medan.

Kata Kunci: Model pendidikan karakter, kurikulum terintegrasi.

4

ABSTRACT

Amini: Character building Model Development through Integrated Curriculum in SDS

Muhammadiyah 29 Medan. Character building is a very important thing implanted to early

childhood, ie at the basic educational level. Because early childhood is the golden period of

development (golden age) to determine the quality of a child in adult life. According to

Freud, According to Freud, the failureness of good character building or personality in early

childhood will create problematic personality in their adult life later. The success of parents

and teachers guide their children in education and overcome personality conflicts at an early

age will determine the success of the child in the face of social life in later adult life.

We realize that character building at the primary level have a very important role as the main

foundation creates character in the future. The synergy with our government is being

intensively doing character education at all levels of education, especially at the primary

level. Along with it in an effort to help the government to do value character, then the

researchers have conducted research on the development of character building models in SDS

Muhammadiyah 29 Medan on integrated curriculum.

This was done because during the planting pattern character building is the dichotomy that

character education is only implanted through the eyes of Islamic Religious Education (PAI)

and the Pancasila and Citizenship Education (PPKn) separately, but with the presence of this

study is expected to be able to see as well as identifying and develop character building

models are implanted through an integrated curriculum in all subjects will be taught at the

level of SDS Muhammadiyah 29 Medan.

The purpose of this study was to look at the same time identifying the model of character

building through a curriculum that is integrated. While the specific goal is to see and know

the character education model implanted in SDS Muhammadiyah 29 Medan and how to

develop it so that it can be applied at the elementary level as the city of Medan through an

integrated curriculum.

The research method is descriptive research with data processing techniques is qualitative.

While the stages of research work that has been carried out starting from the planning,

observation and field interviews, data collection, processing incoming data and analyzed

based categorization is there to make a conclusion and finally identify the model of character

education are implanted through integrated curriculum on SDS Muhammadiyah 29 Medan.

Key Words: Models character education, integrated curriculum.

5

PRAKATA

Lembaga pendidikan tinggi baik milik pemerintah maupun swasta berupaya untuk

meningkatkan mutu pendidikannya, salah satunya Perguruan Tinggi Universitas

Muhammadiyah Sumatera Utara (UMSU). UMSU berupaya mendorong para dosennya untuk

melakukan penelitian dalam rangka meningkatkan kualitasnya sebagai aplikasi dari tri

dharma perguruan tinggi. Karenanya salah satu bentuk penelitian yang dapat dilakukan

adalah tentang pendidikan karakter yang dilaksanakan pada SDS Muhammadiyah 29 Medan.

Terima kasih. Disampaikan kepada direktorat jenderal Pendidikan Tinggi,

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan melalui DIPA Kopertis Wilayah I Medan yang

telah memberikan kesempatan dan bantuan kepada peneliti untuk melakukan penelitian yang

berjudul Pengembangan Model Pendidikan Karakter Melalui Kurikulum Terintegrasi Pada

SDS Muhammadiyah 29 Medan. Terima kasih juga kepada pihak rektorat UMSU melalui

P3M UMSU dan pihak-pihak yang terkait lainnya. Semoga penelitian ini dapat bermanfaat

dalam mengembangkan pendidikan karakter pada sekolah Muhammadiyah tingkat dasar (SD)

di Kota Medan.

Medan, 06 November 2015

Ketua Tim Peneliti,

Dr. Amini, S.Ag., M. Pd

NIDN. 0115067101

6

DAFTAR ISI

Halaman

RINGKASAN i

PRAKATA iii

DAFTAR ISI iv

DAFTAR GAMBAR vi

DAFTAR LAMPIRAN vii

DAFTAR TABEL viii

BAB 1 PENDAHULUAN 1

1.1. Pendahuluan 1

1.2. Rumusan Masalah 3

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 5

2.1. Makna dan Urgensi Pendidikan 5

2.2. Kerangka Pendidikan Karakter 9

2.3. Metode Pendidikan Karakter Bagi Anak Usia Sekolah Dasar 14

2.4. Pengembangan Model Pendidikan

Karakter Berbasis Multikultural 17

2.5. Implementasi Pendidikan Karakter

Melalui Kurikulum Terintegrasi 18

BAB 3 TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN 22

3.1. Tujuan Penelitian 22

3.2. Manfaat Penelitian 22

BAB 4 METODE PENELITIAN 24

4.1. Jenis Penelitian 24

4.2. Informan Penelitian 24

4.3. Metode Pengumpulan Data 24

4.4. Metode Analisis Data 26

4.5. Desain dan Prosedur Penelitian 26

4.6. Teknik Analisis Data 28

4.8. Luaran Penelitian 32

4.9. Lokasi Penelitian 32

BAB 5 HASIL YANG DICAPAI 33

5.1. Latar Belakang Pelaksanaan Pendidikan Karakter

di SDS Muhammadiyah 29 Medan 33

5.2. Urgensi Pelaksanaan Pendidikan Karakter

di SDS Muhammadiyah 29 Medan 38

5.3. Tujuan Pelaksanaan Pendidikan Karakter

di SDS Muhammadiyah 29 Medan 40

5.4. Hakekat Pelaksanaan Pendidikan Karakter

di SDS Muhammadiyah 29 Medan 41

5.5. Strategi Pelaksanaan Pendidikan Karakter 65

5.6. Keberhasilan pendidikan karakter

di SDS Muhammadiyah 29 Medan 76

7

5.7. Kendala dalam Pelaksanaan Pendidikan Karakter

di SDS Muhammadiyah 29 Medan 80

BAB 6 KESMPULAN DAN SARAN 82

6.1. Kesimpulan 82

6.2. Saran 83

DAFTAR PUSTAKA 85

LAMPIRAN 86

8

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Gambar Ibu Lasmidah, S.Pd.I selaku Ka SDS Muhammadiyahan 33

Gambar 2. Gambar Ibu Tuti Khairani, S.Pd.I selaku guru kelas 67

Gambar 3. Gambar Ibu Tuti Khairani, S.Pd.I sedang bersalaman 68

Gambar 4. Gambar Ibu Wagisah,, S.Pd.I selaku guru Agama Islam 70

Gambar 5. Gambar siswa yang sedang shalat 70

Gambar 6. Gambar sedang senam 73

9

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Dokumen RPP dan SI dan SK Al-Islam dan Kemuhammadiyahan

Lampiran 2. Catatan Lapangan

Lampiran 3. Loogbook

Lampiran 4. Laporan Keuangan

10

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Nilai dan Deskripsi Pendidikan Karakter 11

Tabel 2 Kerangka Kurikulum Berbasisis Pendidikan Karakter 22

Tabel 3 Data Guru 77

11

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Kritikan terhadap dunia pendidikan yang mengemuka akhir-akhir ini di tengah

masyarakat adalah bahwa pendidikan kita pada umumnya di Indonesia belum berhasil

membangun manusia yang berkarakter. Bahkan tidak sedikit yang menyebut bahwa

pendidikan kita gagal karena banyak para lulusan sekolah kita mulai dari Sekolah Dasar

sampai Perguruan Tinggi, dari para sarjana sampai bergelar profesor serta yang memiliki otak

yang cerdas tetapi bermental lemah dan berperilaku amoral. Hal ini bisa terjadi karena

penanaman karakter yang belum membekas dan tidak berkesan ketika dulunya berada pada

tingkat dasar (Sekolah Dasar).

Dengan demikian membicarakan karakter merupakan hal yang terpenting dan sangat

mendasar. Karena dengan karakter tersebut kita dapat membedakan manusia dengan makhluk

lainnya. Orang-orang yang berkarakter baik secara individual maupun sosial ialah orang-

orang yang sesungguhnya memiliki akhlak, moral, dan budi pekerti yang baik. Hal ini bisa

dilakukan melalui pendidikan karakter yang ditanamkan kepada siswa sejak dini. Mengingat

hal ini sangat penting, maka pendidikan karakter harus ditanamkan melalui proses

pembelajaran yang terintegrasi.

Oleh karena itu, pendidikan karakter harus ditanamkan sejak mulai dari tingkat dasar

atau SD. Hal ini dapat dijadikan sebagai pondasi utama bagi anak untuk melanjutkan

pendidikan selanjutnya ke depan. Selain itu juga bahwa siswa SD lebih mudah dibentuk

kepribadiannya sehingga akan berdampak kepada karakternya. Kalau sudah terbentuk

kepribadiaanya di masa SD maka akan lebih berkarakter lagi pada usia selanjutnya (dewasa).

Sehingga ke depan dengan penerapan pendidikan karakter yang ditanamkan melalui

12

kurikulum terintegrasi, anak akan berubah menjadi lebih disiplin, anti kekerasan, tidak

melawan guru, rajin belajar, senang membantu orang lain, hormat pada orang tua dan guru,

tidak melakukan amoral, dan lain-lain. Hal ini sejalan dengan budaya yang ditanamkan

melalui pendidikan karakter antara lain: ketakwaan, kearifan, keadilan, kesetaraan, harga diri,

percaya diri, harmoni, kemandirian, kepedulian, kerukunan, ketabahan, kreativitas,

kompetitif, kerja keras, keuletan, kehormatan, kedisiplinan, dan keteladanan.

Penguatan pendidikan karakter sangat relevan dalam membentuk kepribadian dan

karakter anak, hal ini dijadikan sebagai alat dalam mengatasi berbagai perilaku yang tidak

baik sehingga berubah menjadi perilaku yang lebih baik. Kritik lain yang tidak kalah

mengkhawatirkan adalah mulai lunturnya semangat kebangsaan. Semangat ke-Bhineka

Tunggal Ika-an bangsa Indonesia akhir-akhir ini berada di titik nadir. Bangsa Indonesia

sebagai bangsa yang multikultur adalah sebuah fakta. Puluhan suku bangsa, etnis, ras, dan

beragamnya agama masyarakat Indonesia dengan berbagai latar belakangnya membawa

konsekuensi tersendiri dalam berbangsa dan bermasyarakat.

Multikulturalisme dan karakter bangsa tampaknya berkait erat. Merosotnya karakter

bangsa berdampak pada menipisnya semangat kebersamaan bangsa Indonesia sebagai bangsa

yang multikultural. Terkikisnya semangat saling menghargai antar suku bangsa, etnis, ras,

dan antar pemeluk agama saat ini adalah salah satu indikator bahwa pembentukan manusia

Indonesia yang multikultur berkarakter belum berhasil. Karena masih ditemukannya siswa

SD yang belum bisa menerima keberagaman multikultural yang ada pada diri mereka, seperti

masih seringnya ditemukan ada siswa SD yang suka mengejek etnis dan suku lain, dan

bahkan melecehkan agama lain yang ternyata tidak seagama dengan dirinya. Merasa etnis,

suku, agamanya yang paling baik dan menganggap yang lain lebih jelek.

Dengan demikian setelah dilakukan pendidikan karakter bagi siswa SD, maka mereka

akan timbul rasa saling menghargai, dan terhindar dari perilaku-perilaku yang tidak terpuji.

13

Oleh karena itu, dengan latar belakang masalah tersebut peneliti tertarik untuk mengadakan

sebuah penelitian model pendidikan karakter yang terintegrasi pada tingkat SD. Sehingga

setelah adanya penelitian tersebut maka akan terlihat dan teridentifikasilah model pendidikan

karakter yang diterapkan selama ini pada tingkat pendidikan dasar dan lebih spesifik pada

SDS Muhammadiyah 29 Medan nantinya.

Dengan demikian akhirnya penelitian ini mengambil sebuah judul Pengembangan

Model Pendidikan Karakter Melalui Kurikulum Terintegrasi Pada SDS Muhammadiyah 29

Medan.

2.1. Rumusan Masalah

Adapun rumusan permasalahan pada penelitian ini yaitu:

1 Apa yang dimaksud dengan identifikasi model pendidikan karakter di SDS

Muhammadiyah 29 Medan.

2 Bagaimanakah model-model pendidikan karakter yang selama ini diterapkan di SDS

Muhammadiyah 29 Medan.

3 Bagaimana kelebihan dan kekurangan model pendidikan karakter yang selama ini

diterapkan di SDS Muhammadiyah 29 Medan melalui kurikulum terintegrasi.

14

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Makna dan Urgensi Pendidikan Karakter

Membicarakan karakter merupakan hal sangat penting dan mendasar. Karakter adalah

mustika hidup yang membedakan manusia dengan binatang. Manusia tanpa karakter adalah

manusia yang sudah “membinatang”. Orang-orang yang berkarakter kuat dan baik secara

individual maupun sosial ialah mereka yang memiliki akhlak, moral, dan budi pekerti yang

baik. Mengingat begitu urgennya karakter, maka institusi pendidikan memiliki tanggung

jawab untuk menanamkannya melalui proses pembelajaran. Penguatan pendidikan karakter

dalam konteks sekarang sangat relevan dengan untuk mengatasi krisis moral yang sedang

terjadi di Negara kita.

Griek dalam Zubaedi (2011:9) mengemukakan bahwa karakter dapat didifenisikan

sebagai paduan daripada segala tabiat manusia yang bersifat tetap, sehingga menjadi tanda

15

yang khusus untuk membedakan orang yang satu dengan yang lain. Kemudian Leonardo A.

Sjiamsuri dalam Zubaedi (2011: 9) mengemukakan bahwa karakter merupakan siapa anda

sesungguhnya. Batasan ini menunjukkan bahwa karakter sebagai identitas yang dimiliki

seseorang yang bersifat menetap sehingga sesorang atau sesuatu itu berbeda dari yang lain.

Menurut Ekowarni dalam Zubaedi, 2011:9 menyatakan bahwa pada tataran mikro

karakter diartikan; a) kualitas dan kuantitas reaksi terhadap diri sendiri, orang lain, maupun

situasi tertentu, b) watak, akhlak, ciri psikologis. Sebagai aspek kepribadian, karakter

merupakan cerminan dari kepribadian secara utuh dari seseorang: mentalitas, sikap, dan

perilaku. Sedangkan menurut Alwisol, 2006:8, karakter diartikan sebagai gambaran tingkah

laku yang menonjolkan nilai benar-salah, baik-buruk, baik secara eksplisit maupun implisit.

Kata karakter berasal dari kata Yunani, yang berarti “to mark” (menandai) dan

memfokuskan, bagaimana mengaplikasikan nilai kebaikan dalam bentuk tindakan atau

tingkah laku (Mushfiroh, 2008:209). Oleh sebab itu, seseorang yang berperilaku tidak jujur,

kejam, atau rakus dikatakan sebagai orang yang berkarakter jelek, sementara orang yang

berperilaku jujur, suka menolong dikatakan sebagai orang yang berkarakter baik dan mulia.

Jadi istilah karakter erat kaitannya dengan personality (kepribadian) seeorang. Seseorang bisa

disebut orang yang berkarakter (a person character) apabila perilakunya sesuai dengan

kaidah moral (Zubaedi, 2011:12).

Dalam terminologi Islam, pengertian karakter memiliki kedekatan pengertian dengan

pengertian akhlak. Kata akhlak berasal dari kata khalaqa (Bahasa Arab) yang berarti

perangai, tabiat dan adat istiadat. Menurut pendekatan etimologi, pendekatan akhlak berasal

dari Arab yang jamak dari bentuk mufradnya khuluqun yang menurut lughah diartikan budi

pekerti, perangai, tingkah laku atau tabiat (Ma’ruf, tt:1994). Secara terminologi (istilah),

karakter diartikan sebagai sifat manusia pada umumnya yang bergantung pada faktor

kehidupannya sendiri. Karakter adalah sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang menjadi

16

ciri khas seseorang atau sekelompok orang. Karakter dapat juga diartikan sama dengan

akhlak dan budi pekerti sehingga karakter bangsa sama dengan akhlak bangsa atau budi

pekerti bangsa.

Karakter adalah cara berpikir dan berperilaku yang menjadi ciri khas tiap individu

untuk hidup dan bekerjasama, baik dalam lingkup keluarga, masyarakat, bangsa dan negara.

Individu yang berkarakter baik adalah individu yang bisa membuat keputusan dan siap

mempertanggungjawabkan setiap akibat dari keputusan yang ia buat (Suyanto, 2000:15).

Menurut Musfiroh, karakter mengacu kepada serangkaian sikap (attitudes), perilaku

(behaviors), motivasi (motivations), dan keterampilan (skills) (Kemdiknas, 2010:12).

Dengan demikian pendidikan karakter adalah pendidikan budi pekerti plus, yaitu yang

melibatkan aspek pengetahuan (cognitive), perasaan (feeling), dan tindakan (action). Menurut

Thomas Lickona, tanpa ketiga aspek ini, maka pendidikan karakter tidak akan efektif

(Suyanto, 2012). Terdapat sejumlah nilai budaya yang dapat dijadikan karakter, yaitu

ketakwaan, kearifan, keadilan, kesetaraan, harga diri, percaya diri, harmoni, kemandirian,

kepedulian, kerukunan, ketabahan, kreativitas, kompetitif, kerja keras, keuletan, kehormatan,

kedisiplinan, dan keteladanan.

Pendidikan karakter juga dapat diartikan sebagai suatu sistem penanaman nilai-nilai

karakter kepada warga sekolah yang meliputi komponen pengetahuan, kesadaran atau

kemauan, dan tindakan untuk melaksanakan nilai-nilai tersebut, baik terhadap Tuhan Yang

Maha Esa (YME), diri sendiri, sesama, lingkungan, maupun kebangsaan sehingga menjadi

manusia insan kamil (manusia yang sempurna). Dalam pendidikan karakter di sekolah, semua

komponen (stakeholders) harus dilibatkan, termasuk komponen-komponen pendidikan itu

sendiri, yaitu isi kurikulum, proses pembelajaran dan penilaian, kualitas hubungan,

penanganan atau pengelolaan mata pelajaran, pengelolaan sekolah, pelaksanaan aktivitas atau

17

kegiatan ko-kurikuler, pemberdayaan sarana prasarana, pembiayaan, dan etos kerja seluruh

warga dan lingkungan sekolah.

Dengan pendidikan karakter yang diterapkan secara sistematis dan berkelanjutan,

seorang anak akan menjadi cerdas secara emosi. Kecerdasan emosi ini adalah bekal penting

dalam mempersiapkan anak menyongsong masa depan, karena seseorang akan lebih mudah

dan berhasil menghadapi segala macam tantangan kehidupan, termasuk tantangan untuk

berhasil secara akademis.

Dasar pendidikan karakter ini, sebaiknya diterapkan sejak usia kanak-kanak atau yang

biasa disebut para ahli psikologi sebagai usia emas (golden age), karena usia ini terbukti

sangat menentukan kemampuan anak dalam mengembangkan potensinya. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa sekitar 50 % variabilitas kecerdasan orang dewasa sudah terjadi ketika

anak berusia 4 tahun. Peningkatan 30 % berikutnya terjadi pada usia 8 tahun, dan 20 %

sisanya pada pertengahan atau akhir dasawarsa kedua. Dari sini, sudah sepatutnya pendidikan

karakter dimulai dari dalam keluarga, yang merupakan lingkungan pertama bagi

pertumbuhan karakter anak.

Namun bagi sebagian keluarga, barangkali proses pendidikan karakter yang sistematis

di atas sangat sulit, terutama bagi sebagian orang tua yang terjebak pada rutinitas yang padat.

Karena itu, seyogyanya pendidikan karakter juga perlu diberikan saat anak-anak masuk

dalam lingkungan sekolah, terutama sejak play group dan taman kanak-kanak. Di sinilah

peran guru, yang dalam filosofi Jawa disebut digugu dan ditiru. Karena guru adalah ujung

tombak di kelas, yang berhadapan langsung dengan peserta didik.

Pendidikan karakter bertujuan membentuk dan membangun pola pikir, sikap, dan

perilaku peserta didik agar menjadi pribadi yang positif, berakhlak mulia, berjiwa luhur, dan

bertanggung jawab. Dalam konteks pendidikan, pendidikan karakter adalah usaha sadar yang

dilakukan untuk membentuk peserta didik menjadi pribadi yang positif dan berakhlak mulia

18

sesuai standar kompetensi lulusan (SKL) sehingga dapat diimplementasikan dalam kehidupan

sehari-hari. Pendidikan karakter memiliki tiga fungsi utama: pertama fungsi pembentukan

dan pengembangan potensi, kedua fungsi perbaikan dan penguatan, ketiga fungsi penyaring

dari hal-hal yang negatif.

2.2. Kerangka Pendidikan Karakter

Pendidikan karakter pada dasarnya mencakup pengembangan substansi, proses, dan

suasana atau lingkungan yang menggugah, mendorong, dan memudahkan sesorang untuk

mengembangkan kebiasaan yang baik dalam kehidupan sehari-hari. Kebiasaan ini akan

timbul dan berkembang dengan didasari oleh kesadaran, keyakinan, kepekaan, dan sikap

orang yang bersangkutan.

Berdasarkan grand design yang dikembangan kemendiknas (2010), secara psikologis

dan sosial kultural pembentukan karakter dalam diri individu merupakan fungsi dari seluruh

potensi individu manusia (kognitif, apektif, dan psikomotorik) dalam konteks interaksi sosial

kultural (dalam keluarga, sekolah, dan masyarakat) dan berlangsung sepanjang hayat

(semasa hidup). Konfigurasi karakter dalam konteks totalitas proses psikologis dan sosial

kultural tersebut dapat dikelompokkan dalam olah hati, olah pikir, olah raga dan kinestetik,

dan olah rasa dan karsa. Hal ini digambarkan pada bagan di bawah ini;

19

Berdasarkan bagan di atas, bahwa pendidikan karakter merupakan upaya-upaya yang

dirancang dan dilaksanakan secara sistematis untuk membantu siswa dalam memahami nilai-

nilai perilaku manusia yang berhubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama

manusia, lingkungan, dan kebangsaan yang terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan,

perkataan, dan perbuatan berdasarkan norma-norma agama, hukum, tata krama, sopan

santun, budaya, dan adat istiadat.

Oleh karena itu menurut Zubaedi, 2011:74, beliau mengidentifikasi nilai-nilai tersebut

untuk pendidikan karakter. Berikut ini nilai-nilai dan deskripsi pendidikan karakter, yaitu

sebagai berikut:

Tabel I

Nilai dan Deskripsi Pendidikan Karakter

No. Nilai Deskripsi

20

1. Religious Sikap dan perilaku yang patuh dalam melaksanakan ajaran

agama yang dianutnya, toleran terhadap pelaksanaan ibadah

agama lain, dan hidup rukun dengan pemeluk agama lain.

2. Jujur Perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya

sebagai orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan,

tindakan dan pekerjaan.

3. Toleransi Sikap dan tindakan yang menghatgai perbedaan agama,

suku, etnis, pendapat, sikap, dan tindakan orang lain yang

berbeda dari dirinya.

4. Disiplin Tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada

berbagai ketentuan dan peraturan.

5. Kerja keras Perilaku yang menunjukkan upaya sungguh-sungguh dalam

mengatasi berbagai hambatan belajar dan tugas, serta

menyelesaikan tugas dengan sebaik-baiknya.

6. Kreatif Berfikir dan melakukan sesuatu untuk menghasilkan cara

atau hasil baru dari sesuatu yang telah dimiliki.

7. Mandiri Sikap dan perilaku yang tidak mudah tergantung pada orang

lain dalam menyelesaikan tugas-tugas.

8. Demikratis Cara berpikir, bersikap, dan bertindak yang menilai sama

hak dan kewajiban dirinya dengan orang lain.

9. Rasa ingin

tahu

Sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk mengetahui

lebih mendalam dan meluas dari sesuatu yang dipelajarinya,

dilihat dan didengar.

10. Semangat

kebangsaan

Cara berpikir, bertindak dan berwawasan yang

menempatkan kepentingan bangsa dan Negara di atas

kepentingan diri dan kelompoknya.

11. Cinta tanah air Cara berpikir, bersikap dan berbuat yang menunjukkan

kesetiaan, kepedulian, dan penghargaan yang tinggi

terhadap bahasa, lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi

dan politik bangsa.

12. Menghargai

prestasi

Sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk

menghasilkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat, dan

mengakui serta menghormati keberhasilan orang lain.

21

13. Bersahabat/

komunikatif

Tindakan yang memperlihatkan rasa senang berbicara,

bergaul, dan bekerja sama dengan orang lain.

14. Cintai damai Sikap, perkataan dan tindakan yang menyebabkan orang

lain merasa senang dan aman atas kehadiran dirinya.

15. Gemar

membaca

Kebiasaan menyediakan waktu untuk membaca berbagai

bacaan yang memberikan kebajikan bagi dirinya.

16. Peduli

lingkungan

Sikap dan tindakan yang selalu berupaya mencegah

kerusakan pada lingkungan alam sekitarnya dan berupaya

memperbaikinya.

17. Peduli soaial Sikap dan tindakanyang selalu ingin member bantuan pada

orang lain dan masyarakat yang membutuhkan.

18. Tanggung

jawab

Sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas

dan kewajibannya, yang seharusnya dilakukan terhadap diri

sendiri, masyarakat, lingkungan, Negara, dan Tuhan Yang

Maha Esa.

Oleh karena itu mengajarkan pendidikan karakter memerlukan pendekatan khusus

karena menyangkut aspek apektif. Menurut Presiden SBY bahwa penanaman pendidikan

karakter haruslah dengan contoh dan teladan konkrit. Di sekolah misalnya, teladan harus

dimulai dari seorang guru. Guru harus menampilkan teladan yang baik di depan siswanya,

sehingga bisa menjadi contoh bagi siswanya. Karenanya upaya pengimplementasian

pendidikan karakter perlu dilakukan dengan penedekatan holistik yaitu mengintegrasikan

perkembangan karakter ke dalam setiap aspek kehidupan sekolah.

Sementara itu, peran lembaga pendidikan atau sekolah dalam pengimplementasian

pendidikan karakter dapat melalui empat langkah;

1) Mengumpulkan guru, orang tua, dan siswa bersama-sama mengidentifikasi dan

mendefenisikan unsur-unsur karakter yang mereka inginkan.

2) Memberikan pelatihan bagi guru tentang pengintegrasian pendidikan karakter ke dalam

kehidupan dan budaya sekolah.

22

3) Menjalin kerja sama dengan orang tua dan masyarakat agar siswa dapat mendengarkan

bahwa perilaku karakter itu penting untuk keberhasilan di sekolah dan kehidupannya.

4) Memberikan kesempatan kepada kepala sekolah, guru, orang tua, dan masyarakat untuk

menjadi model perilaku sosial dan moral.

Pendidikan karakter haruslah dilakukan secara berkelanjutan (continually) sehingga

nilai-nilai moral yang telah tertanam dalam pribadi anak tidak hanya sampai pada tingkatan

pendidikan tertentu atau hanya muncul di lingkungan keluarga atau masyarakat saja, namun

benar-benar tertanam dalam jiwa anak. Pengembangan karakter merupakan proses yang

terjadi secara terus menerus. Karakter bukanlah hasil atau produk melainkan usaha hidup.

Usaha ini akan semakin efektif, ketika manusia melakukan apa yang menjadi kemampuan

yang dimiliki oleh individu. Proses pendidikan karakter tidak mudah untuk dibangun pada

setiap individu maupun kelompok karena dalam prosesnya banyak faktor yang menentukan

keberhasilan dalam membentuk karakter manusia. Kekuatan dalam proses pembentukan

karakter sangat ditentukan oleh realitas sosial yang bersifat subyektif yang dimiliki oleh

individu dan realitas obyektif di luar individu yang mempunyai pengaruh sangat kuat dalam

membentuk pribadi yang berkarakter.

2.3. Metode Pendidikan Karakter Bagi Anak Usia Sekolah Dasar

a. Metode Dasar Pendidikan Karakter/Budi Pekerti

Pendidikan karakter selalu diidentikkan dengan budi pekerti. Karenanya menanamkan

pendidikan karakter/budi pekerti memerlukan metode. Sehingga metode dasar pendidikan

karakter/budi pekerti sangatlah dibutuhkan untuk mendukung tercapainya karakter yang

maksimal pada anak, terutama anak usia Sekolah Dasar. Mengutip pendapat Tabrani Rusyan

dan kawan-kawan, terdapat beberapa masalah yang erat kaitannya dengan metode belajar

mengajar, salah satu di antaranya yaitu mengenai konsep dasar metode belajar mengajar,

yang meliputi: menetapkan spesifikasi dan kualifikasi perubahan tingkah laku, menentukan

23

pilihan berkenaan dengan pendekatan terhadap masalah belajar mengajar, menerapkan

norma, dan kriteria keberhasilan kegiatan belajar mengajar.

Oleh karena itu metode dalam pembelajaran sangat berpengaruh terhadap pembentukan

karakter anak dalam dunia pendidikan, sehingga hal ini berkaitan tentang penempatan

sterategi yang tepat bagi anak sesuai usia dan perkembangannya. Adapun secara keseluruhan

dari beragam pendapat dapat disimpulkan tentang strategi dasar yang bisa digunakan dalam

pendidikan karakter anak usia sekolah dasar, yaitu: 1) Pendidikan budi pekerti atau karakter

sebagai substansi pendidikan harus dilaksanakan di lingkungan persekolahan, yang mempu

terintregasi dalam sejumlah mata pelajaran yang relevan dengan iklim sosial budaya sekolah.

2) Pengorganisasian pendidikan budi pekerti dalam kurikulum persekolahan terutama sekolah

dasar (SD) dapat dilakukan melalui strategi pembelajaran terintegratif, yaitu: pendidikan budi

pekerti atau pendidikan karakter di sekolah diintregasikan ke dalam seluruh mata pelajaran,

misalnya pendidikan agama, pendidikan kewarganegaraan, pendidikan bahasa indonesia

atau daerah dan dan pendidikan yang lain. 3) Keterlibatan seluruh komponen

penyelenggaraan pendidikan, khususnya guru. kepala sekolah, administrator pendidikan,

pengembangan kurikulum, dan penulis buku teks serta peningkatan wawasan pendidikan budi

pekerti bagi para pendidik dan para administrator pendidikan secara keseluruhan.

Ditambahakan pula oleh Nurul Zuriah bahwa pemilihan mata pelajaran yang

diintegrasikan dengan muatan-muatan nilai moral sebagai wahana untuk pendidikan budi

pekerti, dinilai sangat tepat karena secara konstitusional Negara Republik Indonesia

menempatkan sila-sila Pancasila sebagai fondasi sekaligus muara keseluruhan upaya

pendidikan untuk mencerdaskan bangsa. Yaitu cerdas secara intelektual dan cerdas secara

moral.

b. Metode Pelaksanaan Pendidikan Karakter/Budi Pekerti

Untuk menjadikan anak didik memiliki budi pekerti luhur diperlukan pembinaan terus-

24

menerus dan berkesinambungan di sekolah. Untuk mewujudkan budi pekerti luhur pada anak

didik tidaklah mudah karena menyangkut kebiasaan hidup. Pembinaan akan berhasil jika ada

usaha keras dengan penuh kesabaran dari para guru, selain itu harus didukung oleh peran

serta orang tua murid dan masyarakat.

Pembianaan atau penanaman budi pekerti luhur terhadap para siswa Sekolah Dasar

(SD) diperlukan upaya keras dari semua guru secara bersama-sama, secara konsisten dan

berkesinambungan dengan pendekatan dan metode pelaksanaan yang tepat, yaitu sebagai

berikut:

1) Dengan menciptakan situasi yang kondusif atau yang mendukung terwujudnya

budi pekerti luhur pada diri siswa. Situasi kondusif antara lain dapat tercermin

dengan adanya suasana damai, sejuk, penuh kekeluargaan, dan kebersamaan.

Situasi yang kondusif ini, akan tercipta jika suatu sekolah tertib, aman, dan teratur.

Para siswa disiplin dalam melaksanakan tata tertib sekolah, dan para guru

melaksanakan tugas dengan rasa tanggungjawab. Sementara itu, kepala sekolah

selalu memberi petunjuk dan pembinaan kepada para guru maupun para siswa

untuk dapat melaksanakan tugasnya masing-masing.

2) Mengintegrasikan meteri budi pekerti ke dalam mata pelajaran lainnya. Pada

dasarnya semua mata pelajaran mengandung unsur yang berkaitan dengan budi

perkerti. Kejelian guru mata pelajaran sangat diharapkan dalam mengintegrasikan

budi pekerti ke dalam mata pelajaran yang diajarkannya. Oleh kerena itu, perlu

diadakan pelatihan dan sosialisasi serta penataan guru agar guru benar-benar

memahami cara mengintegrasikannya.

3) Peningkatan kerjasama dengan orang tua murid dan masyarakat. Pada dasarnya

tanggung jawab pendidikan merupakan tanggung jawab dari tri pusat pendidikan,

yaitu: orang tua, sekolah atau pemerintah, dan masyarakat. Peran orang tua dalam

25

mensukseskan pendidikan budi pekerti sangatlah besar, dikarenakan orangtualah

yang mengajarakan kepada anak tentang budi pekerti melalui keteladanan yang

dilakukan orang tua sehari-hari dan penerapan aturan yang berlaku di lingkungan

keluarga. Sedangkan peran masyarakat dalam pendidikan budi pekerti bagi anak

tidak kalah penting.

Kepedulian masyarakat terhadap pendidikan budi pekerti bagi anak-anak dilingkungan

mereka tentunya sangat dibutuhkan. Oleh karenanya, guna mendukung terwujudnya

penanaman budi pekerti di sekolah yang maksimal diperlukan adanya sinergitas dan

kerjasama yang erat antara orang tua, sekolah, masyarakat, dan pemerintah.

2.4. Pengembangan Model Pendidikan Karakter Berbasis Multikultural

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, model adalah pola (contoh, acuan, ragam,

dan sebagainya) dari sesuatu yang akan dibuat atau dihasilkan. Model pendidikan karakter

berbasis multikultural berarti pola atau acuan yang menjelaskan implementasi pendidikan

karakter yang berbasis multikultural di sekolah.

Wuryanano (2011:22) menyatakan bahwa karakter dapat dibentuk melalui tahapan

pembentukan pola pikir, sikap, tindakan, dan pembiasaan. Karakter merupakan nilai-nilai

yang melandasi perilaku manusia berdasarkan norma agama, kebudayaan, hukum atau

konstitusi, adat istiadat, dan estetika. Jika dikaitkan dengan pendidikan, pendidikan karakter

adalah upaya yang terencana untuk menjadikan peserta didik mengenal, peduli dan

menginternalisasikan nilai-nilai sehingga peserta didik berperilaku sebagai insan kamil.

Kedelapan belas karakter tersebut adalah sebagai berikut: religius, jujur, toleransi,

disiplin, kerja keras, kreatif, mandiri, demokratis, rasa ingin tahu, semangat kebangsaan, cinta

tanah air, menghargai prestasi, bersahabat, cinta damai, gemar membaca, peduli lingkungan,

peduli sosial, dan tanggung jawab. Berdasarkan grand design yang dikembangkan

Kemendiknas (2010), secara psikologis dan sosial kultural pembentukan karakter dalam diri

26

individu merupakan fungsi dari seluruh potensi individu manusia (kognitif, afektif, konatif,

dan psikomotorik) dalam konteks interaksi sosial kultural (dalam keluarga, sekolah, dan

masyarakat) dan berlangsung sepanjang hayat. Konfigurasi karakter dalam konteks totalitas

proses psikologis dan sosial-kultural tersebut dapat dikelompokkan dalam: olah hati (spiritual

and emotional development) , olah pikir (intellectual development), olah raga dan kinestetik

(physical and kinestetic development), dan olah rasa dan karsa (affective and creativity

development) (Kemdiknas, 2010:6).

Nilai-nilai pembentuk karakter yang harus dikembangkan di setiap lembaga pendidikan

tersebut pada dasarnya merupakan pembentuk karakter insan kamil secara universal. Di

tengah keragaman bangsa-bangsa di dunia, manusia Indonesia haruslah memiliki karakter ke-

Indonesiaan. Inilah sebagai penanda bangsa Indonesia yang memiliki identitas diri yang

berbeda dengan bangsa lain.

2.5. Implementasi Pendidikan Karakter Melalui Kurikulum Terintegrasi.

Secara teoritis, ada dua pendekatan yang ditawarkan dalam menarapkan pendidikan

karakter kepada siswa di sekolah, yaitu pertama bahwa pendidikan karakter dijadikan sebagai

mata pelajaran, dan yang kedua pendidikan karakter dijadikan sebagai misi setiap mata

pelajaran (pengintegrasian pendidikan karakter pada setiap mata pelajaran). Pendidikan

karakter bukanlah membebani guru dan siswa, karena menurut pendekatan yang kedua bahwa

kita tidak menambah kurikulum akan tetapi pengintegrasian misi pendidikan karakter pada

setiap mata pelajaran melalaui kesehariannya dalam kegiatan pembelajaran baik di dalam

kelas maupun di luar kelas.

Pada prinsipnya pendidikan karakter bukanlah hanya menjadi tanggung jawab guru

agama, PPKn, maupun konselor semata, melainkan tanggung jawab semua guru dan bahkan

semua warga sekolah. Karena pendidikan karakter bukan hanya mengajarkan tentang ayat,

dalil, ataupun teori-teori kebaikan melainkan meramu kurikulum yang dapat menyentuh

27

seluruh aspek nilai dan kebutuhan siswa. Sehingga salah satunya dengan menerapkan

kurikulum holistik (menyeluruh) dan terintegrasi. Bidang-bidang yang diajarkan di sekolah

dijabarkan dalam konsep pendidikan kecakapan hidup, sosial, pengembangan pola pikir, dan

pengembangan karakter siswa.

Secara makro, pendidikan karakter dapat diintegrasikan ke dalam kurikulum, baik

malalui intrakurikuler maupun kokurikuler. Perencanaan dan pelaksanaan pendidikan

karakter dilakukan oleh kepala sekolah, guru, dan tenaga kependidikan (konselor) secara

bersama-sama sebagai komunitas pendidik yang diterapkan ke dalam kurikulum melalui;

a) Program pengembangan diri. Perencanaan dan pelaksanaan pendidikan karakter

dalam program pengembangan diri dilakukan melalului pengintegrasian ke dalam

kegiatan sehari-hari sekolah yaitu; kegiatan rutin sekolah, kegiatan spontan, dan

pengkondisian. Contohnya berbaris masuk ruang kelas, membersihkan kelas,

kebersihan pribadi, beribadah, berdoa sebelum dan sesudah belajar, upacara

bendera, berinfak, menolong orang lain dan lain-lain.

b) Pengintegrasian ke dalam semua mata pelajaran. Pendidikan karakter melekat pada

setiap mata pelajaran yang diajarkan kepada siswa. Sehingga hal ini menjadi

tanggung jawab seluruh guru mata pelajaran. Adapun pengintegrasian nilai-nilai

karakter ke dalam setiap mata pelajaran, antara lain; mengungkapkan nilai-nilai

yang terkandung pada setiap mata pelajaran, mengungkapkan cerita untuk

memunculkan nilai, mengubah hal yang negatif menjadi positif, menceritakan

kisah hidup orang besar, studi lapangan, bakti sosial, dan lain-lain.

c) Pengintegrasian ke dalam kegiatan kokurikuler dan ekstrakurikuler. Kegiatan ko

kurikuler maupun ekstrakurikuler akan semakin bermakna (meaningfull learning)

jika dikemas dengan muatan nilai-nilai karakter. Karena masih banyak siswa yang

menganggap bahwa kegiatan ekstra kurikuler akan membuang waktu, tidak

28

bermanfaat, mengganggu konsentrasi belajar, sia-sia dan lain-lain. Padahal

sebenarnya hal ini sebagai sarana pembentukan karakter, seperti pembinaan

mental, ketekunan, penyelesaian masalah, pengambilan keputusan, dan sikap

mandiri siswa.

d) Pembiasaan. Penciptaan (milieu) lingkungan sangat penting agar berpengaruh

positif dalam pendidikan karakter siswa, seperti melalui penugasan, pembiasaan,

pelatihan, pengajaran, pengarahan, dan keteladanan. Pendidikan karakter pada

tingkatan institusi mengarah pada pembentukan budaya sekolah dan kebiasaan

keseharian yang merupakan ciri khas sekolah tersebut.

Oleh kerena itu, banyak hal yang dapat dilakukan untuk merealisasikan keberhasilan

pendidikan karakter di sekolah. Konsep karakter tidak cukup dijadikan sebagai suatu poin

dalam silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran di sekolah, namun harus lebih dari itu.

Sekolah harus menjadikan pendidikan karakter sebagai sebuah tatanan nilai yang berkembang

dengan baik, baik di sekolah yang diwujudkan dalam contoh dan seruan nyata yang

dipertontonkan oleh tenaga pendidik dan kependidikan di sekolah dalam keseharian kegiatan

di sekolah.

Dengan demikian bahwa pendeteksian karakter yang terbentuk dalam diri siswa dapat

melalui pembelajaran yang telah diikutinya di sekolah. Berikut contoh format penilaian

karakter menurut E. Mulyasa dalam pengembangan dan implementasi Kurikulum 2013 yaitu:

Tabel 2

Kerangka Kurikulum Berbasisis Pendidikan Karakter

Kompeten

si Inti

Kompten

si Dasar

Jenis

Karakter

Jenis

Penilai

an

Aspek yang

dinilai

Contoh

Soal

Ketera

ngan

29

Format tersebut bisa dikembangkan sesuai dengan karakter yang akan dinilai, dan jenis

penilaian yang digunakan. Dan hal yang harus diperhatikan adalah penilaian yang dilakukan

harus mampu mengukur karakter yang harus diukur. Lebih dari itu, hasil penialaian harus

dapat digunakan untuk memprediksi karakter siswa, terutama dalam penyelesaian

pendidikan, dan kehidupannya di masyarakat kelak.

Oleh karena itu, menirut Zubaedi dalam Desain Pendidikan Karakter, 2011:271 bahwa

secara makro, pendidikan karakter dapat diintegrasikan dalam kegiatan intrakurikuler dan

kokurikuler. Perencanaan dan pelaksanaan pendidikan karakter dilakukan oleh kepala

sekolah, guru, dan tenaga kependidikan (konselor) secara bersama-sama sebagai suatu

komunitas pendidik diterapkan ke dalam kurikulum melalui: 1) program pengembangan diri,

2) pengintegrasian ke dalam semua mata pelajaran, 3) pengintegrasian ke dalam kegiatan ko

kurikuler dan ekstrakurikuler, 4) pembiasaan.

30

BAB 3

TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN

3.1. Tujuan Penelitian

Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk melihat dan mengidentifikasi model

pendidikan karakter melalui kurikulum yang terintegrasi. Sedangkan tujuan khususnya adalah

sebagai b`erikut:

1) Mengetahui identifikasi model pendidikan karakter di SDS Muhammadiyah 29

Medan.

2) Mengetahui model-model pendidikan karakter yang selama ini diterapkan di SDS

Muhammadiyah 29 Medan.

3) Mengetahui kelebihan dan kekurangan model pendidikan karakter yang selama ini

diterapkan di SDS Muhammadiyah 29 Medan melalui kurikulum terintegrasi.

3.2. Manfaat Penelitian

Penelitian ini secara teoritis dan praktis akan bermanfaat bagi SDS Muhammadiyah 29

Medan yang akan menjadi obyek penelitian dalam rangka melihat dan mengidentifikasi

model pendidikan karakter dalam menciptakan lulusan yang berkualitas. Pendidikan karakter

ini berkaitan dengan kurikulum terintegrasi, sehingga diharapkan pendidikan karakter ini

dapat diterapkan di sekolah lainnya. Objek ini dipilih karena dengan alasan adanya gap

(ketidaksesuaian) antara harapan/ ekspektasi antara kurikulum terintegrasi dengan pendidikan

karakter. Sehingga selama ini kurikulum terintegrasi SD belum berhasil menjadi pondasi

utama dalam menciptakan insan yang berkarakter sesuai dengan harapan. Dan selama ini

pendidikan karakter hanya dipahami sebatas konsep, dan kering dengan nilai-nilai karakter

dan pada akhirnya karakter bangsa justru merosot secara drastis.

31

Dengan demikian secara spesifik, gap antara harapan/ ekspektasi antara pendidikan

dan karakter adalah sebagai berikut: (1). Siswa yang bersekolah pada lembaga-lembaga

pendidikan formal belum berhasil menciptakan siswa yang berkarakter sesuai dengan harapan

bangsa.

Dengan demikian secara spesifik manfaat dan dampak yang timbul dari penelitian

model pendidikan karakter ini adalah sebagai berikut:

1) Dapat mengetahui identifikasi model pendidikan karakter di SDS Muhammadiyah

29 Medan.

2) Dapat mengetahui model-model pendidikan karakter yang selama ini diterapkan di

SDS Muhammadiyah 29 Medan.

3) Dapat mengetahui kelebihan dan kekurangan model pendidikan karakter yang

selama ini diterapkan di SDS Muhammadiyah 29 Medan melalui kurikulum

terintegrasi.

BAB 4

METODE PENELITIAN

32

4.1. Jenis Penelitian

Metode penelitian ini merupakan metode penelitian lapangan (field research).

Dikarenakan penelitian ini merupakan penelitian lapangan, maka pengumpulan datanya

merupakan telaah atau kajian terhadap hasil observasi, wawancara, dan dokumen yang

berupa data sekunder yang kemudian dianalisis dengan teori yang ada. Dengan kata lain jenis

penelitian ini yaitu penelitian kulitatif.

Penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena

tentang apa yang dialami oleh subyek penelitian, misalnya perilaku, persepsi, motivasi,

indakan, dan Iain-lain secara holistik dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan

bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode

alamiah. Dalam mengadakan suatu penelitian, peneliti tidak melakukan manipulasi atau

menetapkan peristiwa-peristiwa yang akan terjadi, melainkan apa yang tampak dan sudah

terjadi. Sehingga peneliti mempunyai cara pandang berpikir yang menekankan fokus kepada

pengalaman-pengalaman subyektif dan interpretasi-interpretasinya terhadap dunia subyek

penelitian.

4.2. Informan Penelitian

Informan atau subjek penelitian adalah sumber utama dalam penelitian yang memiliki

data mengenai variebel-variabel yang diteliti. Yang menjadi subjek dalam penelitian ini

adalah kepala sekolah, para guru, dan siswa SDS Muhammadiyah 29 Medan.

4.3. Metode Pengumpulan Data

Suatu kegiatan penelitian di mana baik atau buruknya, akurat atau tidaknya data yang

diperoleh sangat tergantung pada metode pengumpulan data yang digunakan. Pengumpulan

data dalam penelitian bermaksud untuk mendapatkan data-data yang akurat, relevan, dan

dapat dipertanggungjawabkan. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan beberapa metode

untuk mengumpulkan data. Hal ini bertujuan agar saling mendukung dan melengkapi antara

33

metode yang satu dengan metode yang lainnya. Metode-metode yang digunakan dalam

penelitian ini adalah:

1) Metode Observasi. Yaitu teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara,

peneliti mengadakan pengamatan secara langsung (tanpa alat) terhadap gejala-

gejala subjek yang diselidiki. Dalam tahap ini, penulis tidak ambil bagian dalam

kegiatan belajar mengajar. Penulis hanya berperan mengamati dalam pelaksanaan

kegiatan belajar mengajar. Metode ini digunakan untuk mengetahui proses

pembelajaran kaitannya dengan pendidikan karakter di SDS Muhammadiyah 29

Medan. Pengamatan dilakukan di dalam kelas maupun di luar kelas, meliputi

proses pembelajaran sebagai tujuan utama, letak geografis dan keadaan

lingkungan, dan sarana prasarana yang digunakan dalam pembelajaran di SDS

Muhammadiyah 29 Medan.

2) Metode Interview (Wawancara). Metode ini dilakukan untuk memperoleh

informasi mengenai pendidikan karakter di SDS Muhammadiyah 29 Medan.

Dalam hal ini peneliti akan mewawancarai pihak-pihak terkait yang dapat member

informasi, yakni kepala sekolah dan guru.

3) Metode Dokumentasi. Metode dokumentasi ini dipergunakan untuk memperoleh

data tertulis seperti sejarah singkat berdiri, sasaran, visi dan misi, letak geografis

sekolah, serta hal-hal lain yang dapat dipergunakan sebagai kelengkapan data

dalam penelitian ini.

4.4. Metode Analisis Data

Analisis data kualitatif adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data,

mengorganisasikan data, memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola, mencari dan

menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang dapat diceritakan pada orang

lain.

34

Sedangkan untuk menganalisis data kualitatif ini penulis menggunakan teknik

deskriptif analitik, yaitu teknik mengumpulkan dan menyusunnya kemudian menganalisis

dan menafsirkan data yang sudah terkumpul. Teknik ini dilakukan untuk memudahkan

peneliti dalam proses penganalisisan data dengan menggunakan landasan teori yang telah

ditetapkan sebelumnya sebagai alat analisis data.

4.5. Desain dan Prosedur Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif dengan

analisis kualitatif, tujuannya untuk menggambarkan atau memaparkan kondisi lapangan, data

yang sebenarnya dengan tetap memperhatikan keaslian data sebagai bentuk fakta sosial.

Penelitian ini juga bertujuan untuk melukiskan secara sistematis fakta atau karakteristik

populasi tertentu atau bidang tertentu secara faktual dan cermat .

Penggunaan pendekatan kualitatif ini dengan beberapa pertimbangan antara lain: 1)

teknis analisis kualitatif lebih mudah bila berhadapan dengan kenyataan ganda, 2) teknik ini

menyajikan secara langsung hakekat hubungan antara peneliti dengan responden, sehingga

dinilai lebih peka dan lebih dapat menyesuaikan diri dengan banyak penajaman pengaruh

bersama terhadap pola-pola nilai yang dihadapi (Moleong, 2000: 5).

Sehingga diupayakan dengan penelitian ini akan dilakukan beberapa perbaikan, yang

dimulai dengan mengidentifikasi kelemahan model yag lalu, lalu diefektifkan sehingga

didapatkanlah model pendidikan karakter yang terintegrasi dalam seluruh mata pelajaran

yang ada.

Dengan demikian yang terlihat bahwa selama ini bahwa kurikulum yang terintegratif

itu kurang diterapkan secara tepat dan model pendidikan karakternyapun kurang pas. Selain

itu tantangannya adalah siswa kurang siap karena mereka sudah terbiasa dengan model lama

(kurang tersentuh nilai-nilai karakter) dan disertai kurangnya fasilitas lingkungan sekolah

serta kurangnya evaluasi terhadap model pendidikan karakter selama ini. Seharusnya model

35

ini dievaluasi dalam pelaksanaannya mengingat adanya ketidakakuratan antara penerapan

kurikulum terintegrasi dengan model pendidikan karakter.

Oleh karena itu, di dalam penelitian ini pada tahun pertama diharapkan terdeteksi

kelemahan dalam menggunakan model yang lama. Selanjutnya dirumuskan model-model

pendidikan karakter yang baru berlandaskan temuan yang telah didapatkan. Kemudian di

tahun kedua diharapkan model baru yang terbentuk sehingga dapat dijalankan sebagai

pedoman dalam penerapan pendidikan karakter dengan memperhatikan semua kemungkinan.

Penerapan ini merupakan pilot project di SD Muhammadiyah 29 Medan dan akan dievaluasi

di akhir penelitian. Di tahun kedua penelitian ini dengan hasil yang telah diperoleh akan

dibuat modul dan disosialisakan kepada seluruh guru SD Muhammadiyah 29 Medan untuk

diterapkan secara merata.

Dengan demikian secara sederhana peneliti membuat bagan alur penelitian yang

dilakukan selama 1 tahun di SD S Muhammadiyah 29 Medan. Berikut dapat dilihat gambar

bagan di bawah ini:

Menyusun Rancangan Penelitian

Menyiapkan Peralatan Penelitian

Mengurus Surat Izin Penelitian

Observasi dan Wawancara Pada SDS

Muhammadiyah 29 Medan

Sebagai Objek Penelitian

Pengolahan Data

Pengumpulan Data

Pengidentifikasian Pelaksanaan pendidikan

Karakter melalui Kurikulum terintegrasi di

SDS Muhammadiyah 29 Medan

36

4.6. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini, dengan mengunakan

pendekatan analisis kualitatif, yakni terhadap data-data yang telah dikumpulkan akan

direduksi untuk dilakukan analisis mendalam. Setelah langkah tersebut dilaksanakan

pemilahan data dengan selektif mungkin, selanjutnya akan memudahkan analisis data

sesungguhnya yang diarahkan dalam menjawab tujuan penelitian atau masalah yang diteliti.

Analisis data adalah mengatur urutan data, mengorganisasikan ke dalam suatu pola,

kategori atau satuan uraian dasar. Patton dalam Moleong (1993:103). Menyatakan proses

analisis data dimulai dengan menelaah seluruh data yang tersedia, baik data primer maupun

data sekunder. Proses analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini mengacu kepada

proses analisis data yang disampaikan oleh Miles Huberman (1962:16) yaitu: Setelah data

dibaca, dipelajari, dan ditelaah, maka selanjutnya data direduksi, disajikan, dan ditarik

kesimpulan serta verikasinya.

a) Redukasi data. Data yang diperoleh melalui wawancara dan observasi direduksi,

yaitu dengan menajamkan, menggolongkan, mengarahkan, membuang yang tidak

perlu isi dati data, kemudian dilakukan pengkodean dengan menggunakan analisis

konten, fdan diorganisasi sedemikian rupa dengan menggunakan analisis domain

berdasarkan kategori-kategori yang ditentukan. Kemudian dilakukan analisis

Penulisan Laporan Kemajuan Penelitian

Pelaporan Hasil Penelitian

Seminar Hasil Penelitian

37

komparatif dengan melakukan crosschek dengan sumber datalainnya. Dengan

demikian, validitas data yang ada dapat dipertangungjawabkan.

b) Penyajian data. Berupa sekumpulan informasi tersusun yang memberi

kemungkinan adanya penarikan simpulan dan pengambilan tindakan.

c) Penarikan simpulan dan verifikasi. Sejak awal pengumpulan data, peneliti mulai

mencari arti benda-benda, mencatat keteraturan, pola-pola, penjelasan-penjelasan,

konfigurasi-konfigurasi yang mungkin, alur sebab akibat, dan proposisi. Setelah di

dapat simpulan-simpulan sementara, kemudian menjadi lebih rinci dan menjadi

kuat dengan adanya bukti-bukti dari data. Simpulan di verifikasi selama penelitian

berlangsung. Makna-makna yang muncul dari data diuji kebenarannya,

kekokohannya, dan kecocokannya, yakni sebagai validasi dari data itu sendiri.

4.7. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data.

Pemeriksaan keabsahan data digunakan untuk mengetahui dan mengukur tingkat

kepercayaan atau kredibilitas dari data yang diperoleh. Dalam penelitian ini pemeriksaan

keabsahan data menggunakan kriteria derajat kepercayaan (credibility). Moleong (2007:324)

menjelaskan bahwa: Penerapan kriterium derajat kepercayaan (kredibilitas) pada dasarnya

menggantgikan konsep validitas internal dan nonkualitatif. Kriterium ini berfungsi pertama,

melaksanakan inkuiri sedemikian rupa sehingga tingkat kepercayaan penemuannya dapat

dicapai; kedua, mempertunjukan derajat kepercayaan hasil-hasil penemuan dengan jalan

pembuktian oleh peneliti pada kenyataan ganda yang sedang diteliti.

Pencapaian keabsahan data kriteria derajat kepercayaan atau kredibilitas dapat

digunakan beberapa teknik pemeriksaan keabsahan yaitu: (1) perpanjangan keikutsertaan, (2)

ketekunan pengamatan, (3) triangulasi, (4) pengecekan teman sejawat, (5) kecukupan

referensial, (6) kajian kasus negatif, dan (7) pengecekan anggota. Moleong (2007:327).

Uuntuk mengefektifkan dan mengefisienkan pelaksanaan pemeriksaan keabsahan data, maka

38

peneliti hanya menggunakan tiga dari tujuh cara ada yaitu: (1) ketekunan pengamatan, (2)

triangulasi, (3) pemeriksaan teman sejawat melalui diskusi.

1. Ketekunan pengamatan. Teknik pemeriksaan keabsahan data melalui ketekunan

pengamat dalam penelitian ini dilakukan pada saat peneliti melakukan observasi

lapangan, menganalisis data, dan menafsirkan data-data yang diperoleh dari

lapangan. Peneliti selalu berusaha untuk melakukan pengamatan setiliti dan

setekun mungkin pada kegiatan-kegiatan yang telah disebutkan sebelumnya.

Berbagai informasi atau data yang ada, baik yang dianggap penting ataupun kurang

penting selalu dianalisis secermat mungkin.

2. Triangulasi. Moleong (2007:330) mengatakan bahwa triangulasi adalah teknik

pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatuyang lain di luar data itu

untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data ini”.

Triangulasi yang akan dilakukan dalam penelitian ini adalah triangulasi dengan

sumber. Triangulasi dengan sumber berarti membandingkan dan mengecek balik

derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang

berbeda dalam penelitian kualitatif. (Patton dalam Moleong, 2010:330).

Moleong (2007:331) menjelaskan bahwa Triangulasi bahwa: Triangulasi dengan

sumber dapat dicapai dengan jalan: (1) membandingkan data hasil pengamatan

dengan data hasil wawancara ; (2) membandingkan apa yang dikatakan orang di

depan umum dengan apa yang dikatakan secara pribadi; (3) membandingkan apa

yang dikatakan orang-orang tentang situasi penelitian dengan apa yang dikatakan

orang disepanjang waktu; (4) membandingkan keadaan dan perspektif seseorang

dengan berbagai pendapat dan pandangan orang-orang seperti rakyat biasa, orang

yang berpendidikan menengah atau tinggi, orang berada, orang pemerintah; (5)

membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang berkaitan. Pada

39

penelitian ini triangulasi sumber hnaya membandingkan hasil wawancara dengan

pengamatan, membandingkan hasil wawancara dengan dokumen yang ada.

3. Pemeriksaan teman sejawat melalui diskusi. Teknik ini dapat dilakukan dengan

cara mengekspos hasil sementara atau hasil akhir yang diperoleh dalam bentuk

diskusi dengan pihak yang dianggap mampu memberikan masukan terhadap

penelitian ini yaitu:

a) Diskusi dengan dosen yang ada di FKIP UMSU yang ada di Medan atau guru

yang ada di SDS Muhammadiyah 29 Medan atau MGMP guru mata pelajaran

yang memiliki kompetensi mengenai penelitian yang dilakukan.

b) Diskusi dengan rekan sesama dosen-dosen mata kuliah penelitian sebagai

salah satu bentuk pengujian keabsahan data yang diperoleh oleh peneliti.

4.9. Luaran Penelitian

```Penelitian ini dapat melihat kelemahan dan kelebihan model pendidikan karakter

melalui kurikulum terintegrasi yang digunakan pada SDS Muhammadiyah 29 Medan.

4.10. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian adalah Sekolah SDS Muhammadiyah 29 Medan yang beralamat di Jl.

Jati No. 178 Desa Sei. Mencirim Kecamatan Sunggal Kabupaten Deli Serdang Propinsi

Sumatera Utara. Memang beralamat di Kabupaten Deli Serdang, akan tetapi status

kesekolahan ini berada di bawah kepengurusan Dikdasmen Muhammadiyah Medan.

40

BAB 5

HASIL YANG DICAPAI

5.1. Latar Belakang Pelaksanaan Pendidikan Karakter di SDS Muhammadiyah 29

Medan

Implementasi pendidikan karakter di SDS Muhammadiyah 29 Medan Medan, tidak bisa

dilepaskan dari yang melatar belakangi diterapkannya pendidikan karakter. Sebagaimana

yang disampaikan oleh beberapa informan yang peneliti temui di lokasi penelitian, antara lain

yaitu Ibu Lasmidah, S.Pd.I selaku Kepala SDS Muhammadiyah 29 Medan Medan. Beliau

mengatakan bahawa pelaksanaan pendidikan karakter di SDS Muhammadiyah 29 Medan

Medan dilatar belakangi oleh beberapa faktor antara lain: visi, misi dan tujuan SDS

Muhammadiyah 29 Medan Medan itu sendiri (Wawancara dengan Ibu Lasmidah, S.Pd.I

selaku Kepala SDS Muhammadiyah 29 Medan Medan).

Berikut ini dapat dilihat gambar Kepala Sekolah SDS Muhammadiyah 29 Medan

Medan ketika diwawancarai oleh peneliti.

Gambar 1: Ibu Lasmidah, S.Pd.I selaku

41

Kepala Sekolah SDS Muhammadiyah 29 Medan Medan

Berdasarkan wawancara dengan buk Lasmidah, untuk melihat visi, misi, dan tujuan

SDS Muhammadiyah 29 Medan Medan beliau menganjurkan untuk melakukan studi

dokumentasi dari tata usaha SDS Muhammadiyah 29 Medan Medan. Selanjutnya peneliti

terus melakukan observasi, wawancara dan studi dokumentasi terhadap objek penelitian

yaitu pada SDS Muhammadiyah 29 Medan Medan atas anjuran Kepala Sekolah. Berdasarkan

hasil wawancara dengan Ibu Lasmidah ada beberapa hal yang mempengaruhi pentingnya

penanaman pendidikan karakter di SDS Muhammadiyah 29 Medan Medan, antara lain a)

Menyahuti visi, misi, dan tujuan sekolah SDS Muhammadiyah 29 Medan Medan, b)

Pentingnya pembentukan karakter pada usia dini, karena pada masa ini dianggap masa paling

mudah untuk menanamkan nilai-nilai kebaikan pada anak, c) Melihat wajah pemimpin

Indonesia yang begitu amoral seperti korupsi, penyalahgunaan kekuasaan, dan lain-lain, d)

Moral generasi muda yang semakin bobrok seperti kecanduan narkoba, perampokan, geng

motor, dan lain-lain (Wawancara dengan Ibu Lasmidah, S.Pd.I selaku Kepala SDS

Muhammadiyah 29 Medan Medan tanggal 19 mei 2015).

Dengan demikian berdasarkan studi dokumentasi dari SDS Muhammadiyah 29 Medan

Medan ditemukan visi, misi dan tujuan sekolah tersebut adalah sebagai berikut:

a. Menyahuti visi, misi dan tujuan lembaga pendidikan SDS Muhammadiyah 29

Medan Medan.

Implementasi pendidikan karaker yang diterapkan SDS Muhammadiyah 29 Medan

Medan menyahuti visi sekolah sekolah tersebut, karena visi ini menjadi pondasi didirikannya

lembaga pendidikan SDS Muhammadiyah 29 Medan Medan tersebut. Dan itu jugalah yang

menjadi dasar penanaman karakter di sekolah tersebut. Karenanya adapun visi SDS

Muhammadiyah 29 Medan Medan adalah Menjadi Lembaga Pendidikan Yang Unggul, di

42

Bidang Ilmu Pengetahuan dan Keterampilan, Bertaqwa dan Berwawasan Islami Serta

Berkarakter.

Selain visi, misi juga memiliki peranan penting dalam pembentukan karakter di

sekolah. Karena visi saja tidak cukup perlu dijabarkan menjadi misi. Misi merupakan

langkah-langkah untuk mencapai misi. Sehingga berdasarkan studi dokumentasi dapat

diketahui bahwa misi SDS Muhammadiyah 29 Medan Medan adalah sebagai berikut:

1 Melaksanakan pembelajaran dan bimbingan secara efektif sesuai dengan

Kurikulum Nasional dan Muhammadiyah.

2 Menerapkan Pembelajaran yang Optimal dengan metode PAIKEM.

3 Menenamkan Keyakinan Akidah Melalui Pengalaman Ajaran Agama.

4 Menubuhkembangkan kreatifitas dan prestasi ilmiah, seni dan olahraga serta

kemampuan berorganisasi dan bermasyarakat yang dijiwai dengan semangat ke

tauhidan.

5 Meyelenggarakan kegiatan dakwah Islam, amar ma’ruf nahi munkar sebagai

bagian integral dari tujuan perguruan Muhammadiyah.

6 Meningkatkan semangat belajar dalam rangka mencerdaskan intelektual,

emosional dan spiritual.

7 Membangun Kultur Sekolah yang Terpercaya di Masyarakat.

8 Menciptakan Lingkungan yang Kondusif Mendukung Pembelajaran

Selain visi dan misi sebagai dasar pembentukan karakter, tujuan juga sangat

menentukan penanaman karakter di sekolah tersebut. Karena tujuan ini merupakan akhir dari

dari sebuah visi dan misi yang diemban sekolah tersebut. Sehingga dengan demikian dapat

diketahui bahwa tujuan secara umum dari SDS Muhammadiyah 29 Medan Medan adalah

terwujudnya manusia muslim yang bertaqwa, berakhlak mulia, cakap, percaya pada diri

sendiri, cinta tanah air, dan berguna bagi masyarakat dan negara.

43

Dan lebih spesifik tujuan Pendidikan Dasar adalah meletakkan dasar kecerdasan,

pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan hidup mandiri dan mengikuti

pendidikan lebih lanjut. Merujuk pada tujuan pendidikan dasar tersebut maka tujuan secara

khusus Sekolah Dasar Swasta Muhammadiyah 29 Medan adalah :

a. Dapat mengamalkan ajaran agama hasil proses pembelajaran dan kegiatan

pembiasaan.

b. Meraih prestasi akademik dan non akademik.

c. Menguasai dasar-dasar ilmu pengetahuan dan teknologi sebagai bekal untuk

melanjutkan ke sekolah yang lebih tinggi

d. Menjadi sekolah dan penggerak dilingkungan masyarakat sekitar

e. Menjadi sekolah yang dapat dipercaya untuk menempuh masa depan anak.

Pentingnya pembentukan karakter pada usia dini, karena pada masa ini dianggap masa

paling mudah untuk menanamkan nilai-nilai kebaikan pada anak. Karena usia ini terbukti

sangat menentukan kemampuan anak dalam mengembangkan potensinya. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa sekitar 50% variabilitas kecerdasan orang dewasa sudah terjadi ketika

anak berusia 4 tahun. Peningkatan 30% berikutnya terjadi pada usia 8 tahun, dan 20% sisanya

pada pertengahan atau akhir dasawarsa kedua. Dari sini, sudah sepatutnya pendidikan

karakter dimulai dari dalam keluarga, yang merupakan lingkungan pertama bagi

pertumbuhan karakter anak. Dan selanjutnya dilakukan pada siswa tingkat SD/MI.

Melihat wajah pemimpin Indonesia, yang akhir-akhir ini, kerap menyalahgunakan

amanah yang diberikan rakyat. Hal itu ditandai dengan maraknya korupsi yang menyebabkan

rakyat menderita akibat segelintir orang yang tidak amanah, nilai kejujuran sudah sangat

langka. Nilai-nilai ini akan ditanamkan sejak mulai usia kanak-kanak, terutama mulai dari

tingkat dasar yaitu SD/MI. Karena keberhasilan mereka di usia dewasa dalam membentuk

pribadinya menjadi lebih berkarakter dapat ditentukan oleh pendidikannya sejak usia dini

44

(anak-anak).

Moral generasi muda. Kondisi moral/akhlak/karakter generasi muda saat ini sudah

sangat memperihatinkan, sehingga perbuatan yang amoral kerap mereka lakukan, tindakan

anak muda sudah jauh dari nilai-nilai Ilahiyah dan norma-norna sosial. Hal itu ditandai

dengan maraknya seks bebas (free sex) di kalangan pemuda, peredaran narkoba dan lain

sebagainya. Sehingga Lasmidah, S.Pd.I mengatakan bahwa dengan kondisi seperti itu, maka

tidak cukup membekali siswa hanya dengan ilmu pengetahauan, sehingga harus ada upaya.

Untuk itu, selain memberikan ilmu pengetahuan, guru juga harus bempaya untuk membekali

paserta didik agar memiliki akhlak mulia (karakter) untuk mencapai tujuan

diselenggarakannya pendidikan (Wawancara dengan Ibu Lasmidah, S.Pd.I selaku Kepala

SDS Muhammadiyah 29 Medan Medan tanggal 21 Mei 2015).

.Dengan demikian diimplementasikannya pendidikan karakter di SDS Muhammadiyah

29 Medan Medan adalah merupakan sebuah upaya untuk mencetak generasi yang memiliki

karakter yang kuat dan berpengetahuan optimal yang dimulai dengan visi, misi dan tujuan

SDS Muhammadiyah Medan itu sendiri.

5.8. Urgensi Pelaksanaan Pendidikan Karakter di SDS Muhammadiyah 29 Medan

Medan

Sebagaimana yang telah dijelaskan pada kajian pustaka sebelumnya, bahwa

pembentukan karakter pada usia dini sangat penting, karena pada usia dini dianggap anak

belum begitu terpengaruh oleh lingkungan yang membetuk karakternya, hal senada juga

disampaikan oleh Lasmidah, bahwa pembentukan karakter pada anak usia dini tidak terlalu

sulit sebagaimana halnya pembentukan karakter pada orang dewasa, disamping itu ketika

karakter anak sudah terbentuk, maka sulit untuk dipengaruhi oleh pengaruh-pengaruh dari

luar.

Di sisi lain, Lasmidah, S.Pd.I menyebutkan pentingnya penanaman karakter pada anak,

45

agar anak mampu menghargai orang lain ditengah-tengah masyarakat ketika berinteraksi

dengan lingkungannya karena kehidupan ini tidak bisa lepas dari hubungan dengan orang

lain, karena manusia juga mempakan mahluk sosial yang saling membutuhkan satu sama lain.

Karakter yang berkualitas perlu dibentuk mulai dari kanak-kanak. Usia ini merupakan

masa kritis bagi pembentukan karakter seseorang. Ibarat sebuah lahan yang harus

dipersiapkan dengan baik ketika masa tanam tiba, pendidikan karakter sejak usia dini adalah

menyiapkan lahan yang subur dan gembur seseorang khususnya anak-anak. Ada pepatah

mengatakan, “Jika engkau ingin melihat masa depan suatu bangsa, maka lihatlah kondisi

generasi penerusnya hari ini". Oleh karena itu pembentukan karakter terbaik pada anak

menjadi hal yang sangat penting karena anak mempakan generasi penems yang akan

melanjutkan eksistensi bangsa.

Lasmidah mengemukakan bahwa pembangunan karakter adalah usaha paling penting

yang pernah diberikan kepada manusia. Pembangunan karakter memiliki tujuan luar biasa

dari sistem pendidikan yang benar. Pendidikan mmah tangga maupun pendidikan dalam

sekolah, orang tua dan guru tetap sadar bahwa pembangunan tabiat yang agung adalah tugas

mereka.

Sehingga pendidikan karakter dimaknai sebagai suatu sistem penanaman nilai-nilai

karakter kepada warga sekolah yang meliputi komponen pengetahuan, kesadaran atau

kemauan, dan tindakan untuk melaksanakan nilai-nilai tersebut, baik terhadap Tuhan Yang

Maha Esa (YME), diri sendiri, sesama, lingkungan, maupun kebangsaan sehingga menjadi

manusia insan kamil (manusia yang sempurna). Dalam pendidikan karakter di sekolah, semua

komponen (stakeholders) harus dilibatkan, termasuk komponen-komponen pendidikan itu

sendiri, yaitu isi kurikulum, proses pembelajaran dan penilaian, kualitas hubungan,

penanganan atau pengelolaan mata pelajaran, pengelolaan sekolah, pelaksanaan aktivitas atau

46

kegiatan ko-kurikuler, pemberdayaan sarana prasarana, pembiayaan, dan etos kerja seluruh

warga dan lingkungan sekolah.

5.9. Tujuan Pelaksanaan Pendidikan Karakter di SDS Muhammadiyah 29 Medan

Medan

Setelah melakukan wawancara dengan beberapa informan yang peneliti anggap cukup

representatif dalam memberikan informasi terkait tujuan pelaksanaan pendidikan karakter di

SDS Muhammadiyah 29 Medan Medan. Di antara informan tersebut adalah. Lasmidah,

S.Pd.I (kepala sekolah), Wagisah (guru agama Islam), Tuti Khairani (wali kelas I). Maka

penulis berkesimpulan bahwa tujuan pelaksanaan pendidikan karakter di SDS

Muhammadiyah 29 Medan Medan sudah tercapai dengan baik. Kalau dalam pelaksanaan

pendidikan karakter di SDS Muhammadiyah 29 Medan Medan titik penekanannya pada nilai-

nilai Islami.

Adapun tujuan pelaksanaan pendidikan karakter di SDS Muhammadiyah 29 Medan

Medan adalah.

1. Untuk mengembangkan fitrah (potensi) agar menjadi hamba yang taat kepada

Allah.

2. Untuk membekali siswa dengan akhla dan budi pekerti mulia dan berpengetahuan

optimal.

3. Diharapkan dengan pelaksanaan pendidikan karakter, kelak siswa akan mampu

memberikan pencerahan dan kontribusi yang besar ditengah-tengah masyarakat

4. Agar siswa memiliki habit yang baik

5. Membentengi siswa dari pengaruh luar yang akan menjauhkan anak dari nilai-nilai

islam

5.10. Hakekat Pelaksanaan Pendidikan Karakter di SDS Muhammadiyah 29 Medan

Medan

47

Sebagaimana telah dijelaskan dalam kajian pustaka, bahwa karakter adalah merupakan

potensi yang ada dalam diri manusia yang memungkinkan untuk dibentuk atau

dikembangkan. Dalam Al-Qur'an Allah SWT telah menjelaskan secara detail tentang potensi

yang dimiliki oleh manusia, potensi tersebut merupakan kecenderungan-kecendrungan yang

berubah menjadi sebuah sifat dan sikap yang dimiliki tiap-tiap individu. Secara garis besar

kecendrungan tersebut adalah kecendrungan manusia pada keburukan (karakter negatif) dan

kecendrungan pada kebaikan (karakter positif).

Karakter adalah bagai pisau yang bermata dua. Mata yang pertama bisa dipergunakan

untuk hal-hal yang baik. Misalnya mengiris sayur, memotong daging dan lain sebagainya.

Sedangkan mata pisau yang kedua bisa saja melukai pemiliknya. Setiap karakter memiliki

dua sisi yang salang bertolak belakang. Anak yang memiliki keyakinan yang tinggi akan

memiliki dua kemungkinan yang berbeda dan berlawanan. Kemungkinan yang pertama

adalah tumbuhnya sifat berani sebagai buah dari keyakinan yang dimilikinya. Sedangkan

kemungkinan kedua adalah munculnya sifat sembrono dan kurang perhitungan karena terlalu

yakin dengan kemampuannya. Demikian juaga dengan rasa takut. Rasa takut ini akan

memunculkan sikap hati-hati dan disatu sisi memungkinkan munculnya sikap pengecut.

Oleh karena itu, pelaksanaan pendidikan karakter yang diintegrasikan dalam proses

pembelajaran tentu saja bertujuan untuk karakter positif. Dengan pendidikan karakter, setiap

dua sisi yang melekat pada setiap karakter hanya akan tergali sisi positifnya saja. Sementara

itu, sisi negatifnya akan tumpul dan tidak akan berkembang. Mengingat begitu pentingnya

karakter dalam membangun sumber daya manusia (SDM) yang kuat, maka perlu pula

penyelenggaraan pendidikan karakter yang dilakukan dengan tepat. Dapat dikatakan bahwa

pembentukan karakter merupakan suatu yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan termasuk

di lembaga pendidikan, terutama pada SDS Muhammadiyah 29 Medan Medan. Idealnya

pendidikan karakter diintegrasikan ke seluruh mata pelajaran dan aspek kehidupan di sekolah.

48

Lembaga pendidikan khususnya sekolah dipandang sebagai tempat yang strategis untuk

membentuk karakter siswa, apalagi pada tingkat pendidikan dasar yaitu SD. Hal ini

dimaksudkan agar peserta didik dalam segala ucapan, sikap, dan perilakunya mencerminkan

karakter yang baik dan kuat. Pendidikan karakter adalah suatu sistem penanaman nilai-nilai

karakter kepada warga sekolah yang meliputi komponen pengetahuan, kesadaran atau

kemauan, dan tindakan untuk melaksanakan nilai-nilai tersebut, baik terhadap Tuhan Yang

Maha Esa, diri sendiri, sesama, lingkungan, maupun kebangsaan sehingga menjadi manusia

insan kamil (manusia yang sempurna).

Dalam pendidikan karakter di sekolah, semua komponen (stakeholders) harus

dilibatkan, termasuk komponen-komponen pendidikan itu sendiri, yaitu isi kurikulum, proses

pembelajaran dan penilaian, kualitas hubungan, penanganan atau pengelolaan mata pelajaran,

pengelolaan sekolah, pelaksanaan aktivitas, pemberdayaan sarana prasarana, pembiayaan,

dan etos kerja seluruh warga dan lingkungan sekolah.

Adapun proses pelaksanaan pendidikan karakter di SDS Muhammadiyah 29 Medan

Medan sebagaimana yang dikatakan oleh Lasmidah, S.Pd.I selaku kepala sekolah SDS

Muhammadiyah 29 Medan Medan, beliau mengatakan bahwa sebenamya pendidikan

karakter sudah dimulai dalam lingkungan keluarga. Karena lingkungan itulah anak pertama

kali mendapatkan pendidikan. Lebih lanjut beliau mengatakan bahwa pelaksanaan pendidikan

karakter di SDS Muhammadiyah 29 Medan Medan pada dasarnya telah dimuali ketika anak

sudah terdaftar sebagai siswa SDS Muhammadiyah 29 Medan Medan. Pelaksanaan

pendidikan karakter di SDS Muhammadiyah 29 Medan Medan pada dasarnya telah dimulai

semenjak adanya kegiatan proses belajar mengajar akan tetapi baru diformalisasikan menjadi

pendidikan karakter pada tahun 2009. Proses pelaksanaan pendidikan karakter di SDS

Muhammadiyah 29 Medan Medan secara garis besar dilakukan dengan 5 cara yaitu: melalui

mata pelajaran, kegiatan ekstrakurikuler dan pengembangan diri, pembiasaan, keteladanan,

49

dan pendekatan kedisiplinan (Wawancara dengan Ibu Lasmidah, S.Pd.I tanggal 23 Mei

2015).

i. Melalui Mata Pelajaran

Pendidikan karakter dapat diintegrasikan dalam pembelajaran pada setiap mata

pelajaran. Materi pembelajaran yang berkaitan dengan norma atau nilai-nilai pada setiap mata

pelajaran perlu dikembangkan, dieksplisitkan, dikaitkan dengan konteks kehidupan sehari-

hari. Dengan demikian pembelajaran nilai-nilai karakter tidak hanya pada tataran kognitif,

tetapi menyentuh pada intemalisasi dan pengamalan nyata dalam kehidupan peserta didik

sehari-hari di masyarakat.

Penjelasan sebelumnya disebutkan bahwa lembaga pendidikan SDS Muhammadiyah 29

Medan Medan, dalam proses belajar mengajar mengunakan Kurikulum Tingkat Satuan

Pendidikan (KTSP) yang merupakan kurikulum sekolah programatik, artinya segala

sesuatunya serba terencana.

Oleh karena itu, dalam pengembangan silabus dan RPP (rencana pelaksanaan

pembelajaran) disesuaikan dengan petunjuk pengembangan yang terdapat KTSP (kurikulum

tingkat satuan pendidikan), dan cakupannya tidak lepas dari misi pendidikan karakter. Untuk

itu, guru dituntut agar mehami SK-KD secara lebih cermat cermat dan dengan menggunakan

perspektif pendidikan karakter.

Setelah dilakukan penelitian terhadap objek penelitian lewat studi dokumentasi

kurikulum SDS Muhammadiyah 29 Medan dalam melaksanakan pendidikan karakter melalui

kurikulum terintegrasi pada seluruh mata pelajaran di kelas yang ditemukan melalui

rancangan silabus dan RPP yang sudah disiapkan oleh para guru. Hal ini sejalan dengan yang

dikemukakan Zubaedi dalam Desain Pendidikan Karakter, 2011:271 bahwa secara makro,

pendidikan karakter dapat diintegrasikan dalam kegiatan intrakurikuler dan kokurikuler.

Perencanaan dan pelaksanaan pendidikan karakter dilakukan oleh kepala sekolah, guru, dan

50

tenaga kependidikan (konselor) secara bersama-sama sebagai suatu komunitas pendidik

diterapkan ke dalam kurikulum melalui: 1) program pengembangan diri, 2) pengintegrasian

ke dalam semua mata pelajaran, 3) pengintegrasian ke dalam kegiatan ko kurikuler dan

ekstrakurikuler, 4) pembiasaan.

Oleh karena itu, menurut Zubaedi salah satu penanaman pendidikan karakter melaui

pengintegrasian ke dalam semua mata pelajaran. Hal inilah yang ditemukan peneliti di SDS

Muhammadiyah 29 Medan Medan bahwa pelaksanaan pendidikan karakter melalui 3 muatan

pembelajaran yaitu sebagai berikut:

a. Melalui Mata Pelajaran Muatan Umum

Praktik pendidikan karakter di sekolah bukan hanya menjadi tanggung jawab guru mata

pelajaran Agama atau PKN. Selama ini ada kesan mata pelajaran yang lain hanya

mengajarkan pengetahuan sesuai dengan bidangnya ilmu, teknologi dan seni. Padahal

seharusnya proses pendidikan karakter diintegrasikan di dalam seluruh mata pelajaran.

Pendidikan karakter pada dasarnya melekat pada setiap mata pelajaran karena setiap mata

pelajaran pada dasarnya memiliki nilai-nilai karakter yang harus dilalui atau dicapai siswa.

Hanya saja, sebagaian guru tidak menyadari bahwa ada nilai-nilai yang dapat membentuk

karakter siswa (Zubaedi, 2011:273).

Ada banyak cara mengintegrasikan nilai-nilai karakter ke dalam mata pelajaran,

antara lain: mengungkapkan nilai-nilai yang dikandung dalam setiap mata pelajaran,

pengintegrasian nilai-nilai karakter secara langsung ke dalam setiap mata pelajaran,

menggunakan perumpamaan dan membuat perbandingan dengan kejadian-kejadian serupa

dalam hidup para siswa, mengubah hal-hal negatif menjadi nilai positif, mengungkapkan

nilai-nilai melalui diskusi dan brainstorming (curah pendapat), menggunakan cerita untuk

memunculkan nilai-nilai, menceritakan hidup orang-orang besar, dan lain-lain. (Zubaedi,

2011:274). Karenanya salah satu yang dilakukan dengan pengintegrasian nilai-nilai karakter

51

secara langsung ke dalam setiap mata pelajaran dengan melihat tujuan mata pelajaran itu

sendiri, yaitu sebagai berikut:

a) Pendidikan Agama Islam

Adapun tujuan pembelajaran mata pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) adalah:

Menumbuh kembangkan akidah melalui pemberian, pemupukan, dan

pengembangan, pengetahuan, penghayatan, pengalaman, pembiasaan, serta

pengalaman peserta didik tentang agama Islam sehingga menjadi manusia muslim

yang terus berkembang keimanan dan ketaqwaannya kepada Allah SWT.

Mewujudkan manusia Indonesia yang taat beragama dan berakhlak mulia yaitu

manusia yang berpengalaman, rajin beribadah, cerdas, produktif, jujur,adil, etis,

berdisiplin, bertoleransi, (tasamuh), menjaga keharmonisan secara personal dan

sosial serta mengembangkan budaya agama dalam komunitas sekolah.

Berdasarkan kurikulum KTSP SDS Muhammadiyah 29 Medan Medan ini

ditemukan rumpun mata pelajaran Agama Islam yang meliputi Al-Qur’an, Fiqih,

Aqidah Akhlak. Mata pelajaran pendidikan Agama Islam ini mengajarkan tentang

ketentuan-ketentuan dalam ajaran Islam. Dan ketentuan-ketentuan ini diaplikasikan

dalam kehidupan sehari-hari yang disebut dengan pengamalan ibadah. Dan

berdasarkan penelusuran peneliti terhadap objek penelitian ditemukan para guru

melaksanakan kegiatan praktek ibadah seperti praktek wudhu, tayammum dan

shalat. Kegiatan ini merupakan aplikasi dari karakter religious dan kebiasaan.

Harapan mereka agar para siswa terbiasa melakukan kegiatan-kegiatan yang

bernuansa religious tersebut baik di sekolah maupun di luar sekolah. bahkan

mereka membuat pengawasan ibadah siswa nelalui buku penghubung. Buku

penghubung ini terlebih dahulu disosialisasikan kepada orang tua siswa dan siswa

tersebut.

52

Sehingga dengan demikian tujuan akhir dari mata pelajaran PAI ini adalah

terbentuknya siswa yang memiliki akhlak yang mulia (budi pekerti yang luhur).

Tujuan ini sebenarnya sesuai dengan misi Nabi Muhammad SAW. Dan sesuai nilai

dan deskripsi pendidikan karakter yang salah satunya nilai religius. Nilai religius

ini memiliki sikap dan perilaku yang patuh dalam melaksanakan ajaran agama

yang dianutnya, toleran terhadap pelaksanaan ibadah agama lain, dan hidup rukun

dengan pemeluk agama lain (Zubaedi, 2011:276).

Selain dari pada itu adapun kelebihan kurikulum mata pelajaran PAI yang

dimiliki oleh SDS Muhammadiyah 29 Medan adalah bahwa pada mata pelajaran

Agama Islam lebih diperinci menjadi beberapa mata pelajaran Al-Qur’an, Fiqih,

Aqidah Akhlak, dan SKI secara spesifik. Sehingga siswa SDS Muhammadiyah 29

Medan Medan lebih mendalam tentang penguasaan materi pelajaran tersebut. Dan

selain itu juga dididik oleh guru-guru yang berpengalaman dan profesional di

bidangnya. Artinya mereka mengajarkan mata pelajaran sesuai dengan bidang

keilmuannya.

Sedangkan kekurangannya adalah dengan alokasi yang hanya 2 jam

pembelajaran terkadang tidak cukup (kurang maksimal) melakukan pembelajaran

secara sempurna, apalagi yang berkaitan kegiatan praktek seperti pada

pembelajaran Al-Qur’an harus membaca Al-Qur’an secara perorangan dan bidang

studi Fiqih harus melakukan kegiatan praktek wudhu’, tayammmum, shalat, dan

lain sebagainya.

b) Pendidikan Kewarganegaraan

53

Adapun tujuan pembelajaran mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan adalah

sebagai berikut:

Berfikir secara kritis, rasional, dan kreatif dalam menanggapi isu kewarganegaraan.

Berpartisipasi secara aktif dan bertanggung jawab, dan bertindak secara cerdas

dalam kegiatan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara, serta anti-korupsi.

Berkembang secara positif dam demokratis untuk membentuk diri berdasarkan

karakter-karakter masyarakat Indonesia agar dapat hidup bersama dengan bangsa-

bangsa lainnya.

Berinteraksi dengan bangsa-bangsa lain dalam peraturan dunia secara langsung

atau tidak langsung dengan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi.

Menurut Malik Fajar dalam Zubaedi, 2011: 277 bahwa mata pelajaran

Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) memiliki peranan penting sebagai wahana

untuk mengembangkan kemampuan, watak dan karakter warga Negara yang

demokratis dan bertanggung jawab. Karenanya sesuai dengan nilai dan deskripsi

pendidikan karakter diantaranya adalah demokratis dan bertanggung jawab.

Oleh karena itu pendidikan nilai atau moral juga ditujukan untuk

mengajarkan nilai-nilai yang menjadi dasar Negara, yang menjadi dasar hukum dan

politik (Damiyati Zuchdi, 2013:11). Dalam alam demokrasi, generasi muda perlu

banyak belajar untuk menjadi warga Negara yang baik. mereka harus mengetahui

sejarah Negara mereka, hukum dan peraturan masyarakat, kebhinnekaan warga

Negara, dan nilai-nilai fundamental seperti pemerintahan yang konstitusional dan

kedaulatan rakyat (termasuk pemisahan kekusaan legislative, eksekutif, dan

yudikatif serta pengecekan dan penyeimbangan ketiga kekuasaan tersebut)

(Damiyati Zuchdi, 2013:12).

c) Bahasa Indonesia

54

Adapun tujuan pembelajaran mata pelajaran Bahasa Indonesia adalah sebagai berikut:

Berkomunikasi secara efektif dan efisien sesuai dengan etika yang berlaku, baik

secara lisan maupun tulisan.

Mengharagai dan bangga menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan

dan bahasa Negara.

Memahami bahasa Indonesia dan menggunakannya dengan tepat dan kreatif untuk

berbagai tujuan.

Menggunakan bahasa Indonesia untuk meningkatkan kemampuan intelektual, serta

kematangan emosional dan sosial.

Meningaktkan dan memanfaatkan karya sastra untuk memperluas wawasan,

memperhalus budi pekerti, serta meningkatkan pengetahuan dan kemampuan

berbahasa.

Menghargai dan membanggakan sastra Indonesia sebagai khazanah budaya dan

intelektual manusia Indonesia.

d) Matematika

Adapun tujuan pembelajaran mata pelajaran Matematika adalah sebagai berikut:

Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep dan

mengaplikasikan konsep atau algoritma, secara luwes, akurat, efesien, dan tepat

dalam pemecahan masalah.

Menggunakan penalaran pada pola sifat, melakukan manipulasi matematika dalam

membuat generalisaasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan

matematika.

Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang

model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh.

55

Mengomunikasikan gagasan dengan symbol, table, diagram, atau media lain untuk

memperjelas keadaan atau masalah.

Meliliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki

rasa ingin tahun, perhatian, dan minat dalam, mempelajari matematika, serta sikap

ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah.

Mata pelajaran matematika juga mengemban misi untuk pendidikan

karakter. Dalam matematika terdapat nilai konsistensi dalam berfikir logis,

pemahaman aksioma kemudian mencari penyelesaian melalui pengenalan terhadap

kemungkinan yang ada (semua probabilitas) lalu mengeliminasi sejumlah

kemungkinan tertentu dan akhirnya menemukan suatu kemungkinan yang pasti

akan membawa kepada jawaban yang benar. Oleh karena itu, melalui mata

pelajaran matematika ini dapat ditanamkan nilai-nilai karakter yaitu sikap

kejujuran. Siswa diajarkan untuk tidak salah melakukan operasi hitungnya, jangan

sampai terjadi manipulasi data yang saat ini sangat marak dan telah menjadi tren di

Negara kita dengan mark up dan korupsinya.

e) IPA

Adapun tujuan pembelajaran mata pelajaran IPA adalah sebagai berikut:

Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan

keberadaan keindahan dan keteraturan alam ciptaan-Nya.

Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang

bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan.sehari-hari

Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif dan kesadaran tentang adanya

hubungan yang saling mempengaruhi atara IPA, lingkungan, teknologi dan

masyarakat.

56

Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar,

memecahkan masalah masalah dan membuat keputusan.

Meningkatkan kesadaran untuk berperan serta dalam memlihara, menjaga dan

melestarikan lingkungan alam.

Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala keteraturannya

sebagai salah satu ciptaan Tuhan.

Memperoleh bekal pengetahuan, konsep dan keterampilan IPA sebagai dasar untuk

melanjutkan pendidikan ke SMP/MTs.

Mata pelajaran IPA mengandung nilai-nilai karakter. Nilai karakter yang

dapat dikembangkan dalam hal ini menyangkut nilai kejujuran, rasa ingin tahu,

serta keterbukaan. Karenanya lebih lanjut tujuan pembelajaran sains ini adalah 1)

mengembangkan pemahaman peserta didik tentang alam, 2) mengembangkan

keterampilan yang diperlukan untuk memperoleh dan mengolah pengetahuan baru,

3) mengembangkan sikap-sikap positif (Zubaedi, 2011:292).

f) IPS

Adapun tujuan pembelajaran mata pelajaran IPS adalah sebagai berikut:

Mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan

lingkungannya.

Memiliki kemampuan dasar untuk berfikir logis dan kritis, rasa ingin tahu, inkuiri,

memcahkan masalah, dan keterampilan dalam kehidupan sosial.

Memiliki komitmen dan kesadaran tehadap nilai-nilai sosial dan kemanusiaan.

Memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerjasama dan berkompetisi dalam

masyarakat yang majemuk, ditingkat lokal, nasional, dan global.

Mata pelajaran IPS mengandung nilai-nilai karakter. Nilai karakter yang

dapat dikembangkan dalam hal ini menyangkut berpikir kritis dengan penuh

57

kearifan untuk menyikapi dan ikut memecahkan masalah sosial serta membengun

komitmen terhadap nilai-nilai kemanusiaan dan menghargai nilai-nilai luhur dan

budaya Indonesia (Zubaedi, 2011:290).

g) Seni Budaya dan Keterampilan.

Adapun tujuan pembelajaran mata pelajaran Seni Budaya dan Keterampilan adalah

sebagai berikut:

Memahami konsep dan pentingnya seni budaya dan keterampilan.

Menampilkan sikap apresiasi tehadap seni budaya dan keterampilan.

Menampilkan kreativitas melalui seni budaya dan keterampilan.

b) Melalui Mata Pelajaran Muatan Khusus

Muatan Khusus SDS Muhammadiyah 29 Medan Medan adalah mata pelajaran

Kemuhammadiyahan. Adapun tujuan mata pelajaran Kemuhammadiyahan adalah sebagai

berikut:

Mengenalkan dan memahamkan Sejarah perkembangan Islam di Indonesia sejak

awal kedatangan Islam, persebarannya di tanah air, serta peranan umat Islam dalam

masa penjajahan, dan kebangkitan umat Islam di Indonesia.

Mengenalkan dan memahamkan Persyarikatan Muhammadiyah: pengertian,

maksud dan tujuan Muhammadiyah, latar belakang berdirinya, pendiri, lambang

Muhammadiyah dan maknanya.

Mengenalkan dan memahamkan tentang organisasi: pengertian dan manfaatnya,

kepengurusan dan keanggotaan, permusyawaratan dalam Muhammadiyah, serta

amal usaha Muhammadiyah.

c) Melalui Mata Pelajaran Muatan Lokal

Muatan lokal SD Swasta Muhammadiyah 29 Medan meliputi:

58

1. Bahasa Inggris

Mengenalkan Bahasa Inggris sebagai bahasa komunikasi internasional

Membekali siswa untuk menghadapi tuntutan dalam rangka menyongsong era

globalisasi.

2. Bahasa Arab Melayu/ Bahasa Arab

Mengenalkan Bahasa Arab sebagai bahasa Al-Qur’an

Mengenalkan Bahasa Arab sebagai bahasa komunikasi.

Mengenalkan Aksara Arab Melayu pada peserta didik.

3. Komputer

Mengenalkan teknologi informatika pada peserta didik

ii. Kegiatan Ekstrakurekuler dan Pengembangan Diri

Pelaksanaan pendidikan karakter di SDS Muhammadiyah 29 Medan Medan, di

samping melalui mata pelajaran yang, juga dilaksanakan melalui kegiatan ekstrakurikuler dan

pengembangan diri. Seperti belajar menjadi pengusaha (wirausaha). Untuk itu sekolah

mengadakan kegiatan, kegiatan tersebut layaknya seperti pasar sekolah, akan tetapi dalam

acara tersebut tidak semua siswa yang diperbolehkan menjadi penjual, dalam kegiatan itu

sekolah telah menentukan kelas yang akan menjadi penjual.

Dalam kegiatan itu, semua siswa dari kelas yang telah ditunjuk mempersiapkan barang

yang dijual di sekolah, mereka membawa barang dagangan dari rumah masing-masing, dalam

kegiatan itu anak tampak senang.

Kegiatan tersebut, sebagaimana yang disampaikan oleh Tuti Khairani, bahwa kegiatan

tersebut memiliki beberapa tujuan seperti melatih mental anak, kesabaranya, kejujurannya,

dan sikapnya dalam memperlakukan orang lain (Wawancara denga Ibu Tuti Khairani, S.Pd.I

tanggal 25 Mei 2015).

iii. Keteladanan

59

Keteladanan adalah mempakan sifat dan sikap mulia yang dimiliki oleh individu yang

layak dicontoh dijadikan figur, keteladanan memiliki kontribusi yang sangat besar dalam

mendidik karakter siswa. Keteladanan guru dalam berbagai aktivitasnya akan menjadi cermin

siswanya. Oleh karena itu, sosok guru yang suka dan terbiasa membaca, disiplin, ramah akan

menjadi teladan yang baik bagi siswanya, demikian juga sebaliknya. Wagisah, S.Pd.I

mengatakan, bahwa sebelum memerintahkan sesuatu hal kepada murid, maka guru harus

melaksanakan terlebih dulu, dengan demikian, siswa akan mudah termotevasi untuk

melakukan sebagaimana yang dilakukan oleh guru (Wawancara dengan Ibu Wagisah, S.Pd.I

tanggal 25 Mei 2015).

Lebih lanjut beliau menyebutkan salah satu riwayat inti dari pernyataan itu, bahwa

menjadi suri tauladan sebelum mengajak orang lain. Faktor keteladanan ini pula yang

menjadi pendukung keberhasilan guru dalam mengajar. Yaitu guru bukan hanya menguasai

dengan baik berbagai macam materi pengajaran dan cara penyampaiannya, tetapi juga

dibarengi dengan budi pekerti mulia dan keteladanan yang tinggi. Dari penjelasan tersebut

menunjukkan bahwa keteladan lebih mengedepankan aspek perilaku dalam bentuk tindakan

yang nyata dari pada sekedar berbicara tanpa aksi. Apalagi didukung oleh suasana yang

memungkinkan anak melakukan ke arah hal itu.

Pada suatu hari ketika peneliti melakukan observasi, tatkala tiba waktu shalat, seluruh

kegiatan dihentikan oleh guru, dan semua guru bergegas berangkat menuju mesjid, tak satu

gurupun yang santai dan tidak menghiraukan seruan untuk sholat. Dan pada saat yang

bersamaan siswapun bergegas menuju masjid untuk menunaikan shalat berjamaah tanpa

harus diperintah. Disini salah satu keteladan guru-guru SDS Muhammadiyah 29 Medan

Medan, yang secara tidak langsung akan mempengaruhi perkembangan karakter siswa

iv. Pembiasaan

Ada sebuah ungkapan "Orang bisa karena biasa" atau dalam ungkapan lain: Pertama-

60

tama kita membentuk kebiasaan, kemudian kebiasaan itu akan membentuk kita.

Terbentuknya karakter siswa memerlukan proses yang lama dan perlu dilakukan secara

kontinu (terus-menerus). Oleh karena itu, seorang guru harus memiliki komitmen dan

kesabaran untuk menerapkan pembiasaan itu. Pelaksanaan pendidikan karakter tidak cukup

dengan hanya diajarkan melalui mata pelajaran di kelas tetapi sekolah juga harus melalui

pembiasaan baik di rumah maupun di sekolah.

Strategi ini pula yang telah dijalan di SDS Muhammadiyah 29 Medan Medan. Dengan

demikian, peserta didik mendapat pendidikan karakter, sejak anak sudah terdaftar sebagai

siswa SDS Muhammadiyah 29 Medan Medan. Kegiatan pembiasaan yang diberlakukan guru

terhadap siswa SDS Muhammadiyah 29 Medan Medan misalnya, ketika mereka datang ke

sekolah, mereka dibiasakan salam dan senyum pada guru piket dan petugas satpam. Di sisi

lain terdapat pula kegiatan yang dilakukan oleh guru. Yaitu penyambutan terhadap

kedatangan siswa ketika tiba di sekolah, peserta didik dibiasakan dengan salam dan salaman

kepada guru yang telah dijadwalkan untuk menyambut kedangan murid di pagi hari sebelum

masuk belajar.

v. Pendekatan Kedisiplinan

Kedisiplinan adalah suatu kondisi yang tercipta dan terbentuk melalui proses dari

serangkaian perilaku yang menunjukkan nilai-nilai ketaatan, kepatuhan, kesetiaan,

keteraturan dan ketertiban. Kedisiplinan dalam proses pendidikan sangat diperlukan karena

bukan hanya untuk menjaga kondisi suasana belajar mengajar berjalan dengan lancar, tetapi

juga untuk membentuk karakter bagi setiap siswa. Selain itu, banyak strategi lain yang

dugunakan oleh guru untuk membentuk karakter peserta didik. Upaya untuk membentuk

pribadi yang utuh harus mencakup aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik secara

terintegratif, hal ini merupakan tanggung jawab bersama antara pihak sekolah dan keluarga.

Program-program pendidikan, utamanya menyangkut penanaman sikap dan

61

perilaku yang baik dan islami pada anak didik perlu dipantau secara terpadu oleh pihak

sekolah dan orang tua, sehingga kesinambungan kontrol terhadap anak akan dapat dilakukan

secara optimal.

Oleh karena itu, melakukan kerja sama dengan orang tua merupakan faktor pendukung

keberhasilan pelaksanaan pendidikan karakter. Wagisah mengatakan hubungan antara

sekolah, siswa, dan keluarga dengan istilah pendekatan "Segi Tiga Bermuda". Yaitu strategi

yang menghubungkan anatara sekolah, siswa, dan keluarga, strategi ini telah diformalkan

dalam proses pembentukan karakter Membangun kerjasama dengan orang tua. Pendidikan

karakter tidak juga hanya terbatas di sekolah namun yang terpenting juga di dalam sebuah

keluarga. Pihak sekolah dapat membantu mengarahkan pendidikan karakter pada anak

melalui orang tua seperti memberikan pekerjaan rumah yang dapat dikerjakan bersama orang

tua dan mengikutsertakan orang tua dalam menilai perkembangan moral anaknya.

Agar kerjasama sekolah dengan orang tua berjalan efektif, maka dibutuhkan sarana

sebagai salah satu perangkat pendidikan karakter. Perangkat tersebut berupa buku

penghubung dengan tujuan: a) Memberikan informasi timbal balik antara pihak orang tua

dengan sekolah/guru mengenai sikap dan perilaku yang perlu ditanamkan pada anak, b)

Terjalinnya kerjasama efektif antara orang tua dan sekolah dalam membentuk sikap dan

perilaku yang baik dan islami pada anak, c) Buku penghubung tersebut dimaksudkan untuk

memudahkan kontrol dan komunikasi antara guru dan orang tua sama-sama aktif

berhubungan melalui buku penghubung, dengan cara:

Setiap menjelang pulang dari sekolah, guru memberikan informasi kepada orang

tua tentang kegiatan siswa selama di sekolah dan tugas yang harus dikerjakan

siswa di rumah melalui buku penghubung

Untuk mengetahui kegiatan siswa selama di sekolah dengan memeriksa buku

penghubung. Tanda tangan orang sebagai petunjuk bahwa orang tua telah

62

memeriksa buku penghubung tersebut

Setiap pagi ketika masuk kelas, semua siswa langsung mengurupulkan buku

penghubungnya di atas meja guru. Dan guru dapat memeriksa kembali

tanggapan atau informasi dari orang tua

Setiap hari orang tua mengimformasikan ke sekolah tentang aktifitas anak

selama dirumah dengan mengisi table aktifitas dirumah, yaitu ya atau tidak

Pada saat wawancara dengan Ibu Lasmidah, peneliti bertanya, apakah Ibu ada

melakukan hal yang lain dalam rangka pendisiplinan siswa-siwi SDS Muhammadiyah 29

Medan Medan ini?. Ibu L menjawab: ”ada, yaitu melakukan pengawasan dalam bentuk buku

penghubung”. Berdasarkan wawancara peneliti dengan Ibuk L selaku kepala Sekolah SDS

Muhammadiyah 29 Medan adanya pemberlakuan buku penghubung siswa. Sebagaimana

yang telah peneliti singgung di awal pada bagian ini, bahwa pendidikan karakter dapat

dilakukan tidak hanya di dalam kelas tetapi juga dapat dilakukan di luar kelas. Untuk

mewujudkan pendidikan karakter di luar kelas SD Swasta Muhammadiyah 29 telah memilih

program penggunaan buku penghubung. Maksud buku penghubung di sini adalah suatu

media atau alat yang dipilih SDS Muhammadiyah 29 Medan Medan untuk memantau

kegiatan-kegiatan peserta didik di luar proses pembelajaran di sekolah dengan bekerja sama

dengan orang tua peserta didik terkait dengan pelaksanaan pendidikan karakter jujur. Dengan

kata lain, bahwa tujuan penggunaan buku penghubung ini adalah sebagai pemantau dan

memperkuat kecakapan-kecakapan peserta didik setelah memperoleh materi pembelajaran di

dalam kelas, baik yang terkait dengan nilai ilahiyah maupun nilai insaniyah.

Adapun langkah yang ditempuh SDS Muhammadiyah 29 Medan adalah membagikan

buku penghubung kepada semua peserta didik yang isinya berkenaan dengan: (1) absen shalat

5 (lima) waktu; (2) tilawah atau mengaji; (3) menjaga lisan atau bertutur kata selama di

rumah; dan (4) kebiasan belajar atau membaca buku selama di rumah. Sedangkan teknis yang

63

dilakukan SDS Muhammadiyah 29 Medan adalah bekerja sama dengan orang tua peserta

didik untuk ikut terlibat secara langsung dalam membina dan mendidik anaknya selama

berada di rumah, yaitu dengan bukti memberikan tanda tangan di buku penghubung dan

secara berkala setiap 1 (satu) minggu menyerahkan buku penghubung tersebut kepada

sekolah dan selanjutnya dievaluasi oleh pihak sekolah.

Selain itu, teknis yang dilakukan adalah peserta didik memberikan tanda contreng (V)

atau tanda silang (X) di dalam kotak yang telah tersedia. Peserta didik memberikan tanda

contreng apabila peserta didik melakukan kegiatan yang telah ditentukan di dalam buku

penghubung tersebut, begitu sebaliknya peserta didik memberikan tanda silang (X) buku

penghubung itu apabila peserta didik tidak melakukan kegiatan yang telah ditentukan dalam

buku penghubung.

Berangkat dari hal tersebut, maka SDS Muhammadiyah 29 Medan telah melakukan

pendidikan karakter jujur di luar sekolah. Artinya, SDS Muhammadiyah 29 Medan telah

melaksanakan pendidikan karakter jujur di luar kelas melalui penggunaan buku penghubung

secara efektif. Dengan melihat catatan atau laporan yang ada di dalam buku penghubung

pihak sekolah menjadi paham dan mampu mengetahui peserta didik yang sudah tidak jujur

maupun yang jujur walaupun tanpa dipantau pendidik atau pihak sekolah.

Untuk lebih mengefektifkan penggunaan buku penghubung ini bagi peserta didik yang

telah melakukan pelanggaran, maka diberi sanksi berdasarkan kesepakatan yang telah

ditentukan oleh pihak sekolah dengan orang tua peserta didik di saat pertemuan pihak sekolah

SDS Muhammadiyah 29 Medan Medan dengan orang tua peserta didik pada awal tahun

pelajaran dimulai (Wawancara dengan Ibuk Lasmidah pada tanggal 18 Juni 2015).

Adapun hasil pelaksanaan pendidikan karakter jujur di luar kelas melalui penggunaan

buku penghubung ini peserta didik mempunyai pembiasan melakukan: shalat 5 waktu,

tilawah atau mengaji, menjaga lisan, dan belajar atau membaca buku di rumah (Wawancara

64

dengan Ibuk Lasmidah pada tanggal 18 Juni 2015).

Berangkat dari hal ini, maka strategi atau terobosan yang dilakukan SDS

Muhammadiyah 29 Medan Medan dalam melibatkan pendidik, tenaga pendidik, dan orang

tua peserta didik untuk membantu pencapaian dan atau menciptakan pelaksanaan pendidikan

karakter jujur sudah dilakukan. Artinya, bahwa terobosan yang dilakukan SD Swasta

Muhammadiyah 29 Medan dengan melibatkan orang tua peserta didik untuk ikut

bertanggung jawab membentuk pendidikan karakter peserta didik yang telah dilakukan.

Terobosan atau langkah yang dilakukan oleh SDS Muhammadiyah 29 Medan Medan

ini sesuai dengan yang dikatakan Buk Tuti, bahwa selama ini pendidikan informal terutama

dalam lingkungan keluarga (orang tua peserta didik) belum memberikan kontribusi berarti

dalam mendukung pencapaian kompetensi dan pembentukan karakter peserta didik.

Selain langkah yang dilakukan SDS Muhammadiyah 29 Medan Medan ini juga

selaras dengan strategi yang ditentukan Buk Tuti bahwa pelaksanaan pendidikan karakter

jujur dapat ditempuh melalui beberapa strategi, yaitu: (1) dengan mengintegrasikan konten

pendidikan karakter yang telah dirumuskan ke dalam seluruh mata pelajaran; (2) dengan

mengintegrasikan pendidikan karakter ke dalam kegiatan sehari-hari di sekolah; (3) dengan

mengintegrasikan pendidikan karakter ke dalam kegiatan yang direncanakan; dan (4) dengan

membangun komunikasi dan kerjasama antara sekolah dengan orang tua peserta didik (2008:

26).

Berdasarkan pada pandangan tersebut terobosan yang dilakukan SDS Muhammadiyah

29 Medan Medan melalui penggunaan buku penghubung mampu membawa atau membuat

peserta didik ke pengenalan nilai secara kognitif, penghayatan nilai secara afektif, dan

akhirnya ke pengalaman nilai secara nyata, sehingga dapat mendorong tumbuh nilai-nilai

kejujuran, keadilan, kasih sayang, toleransi, keindahan, dan tanggung jawab dalam

pemahaman nilai sesuai tigkat perkembangan dan kemampuan peserta didik.

65

Selain selaras dengan pendapat Ibu Wagisahagisah selaku guru Agama Islam dan

Kemuhammadiyahan, terobosan atau langkah yang dilakukan SDS Muhammadiyah 29

Medan juga selaras dengan apa yang digariskan Nanang Gojali (2004: 42), bahwa

pelaksanaan pendidikan karakter di luar kelas tidak hanya sekedar memindahkan pelajaran ke

luar kelas, tetapi dilakukan dengan mengajak peserta didik melakukan beberapa aktivitas

yang mengarah pada terwujudnya perubahan perilaku peserta didik terhadap lingkungan

melalui tahap-tahap penyadaran, pengertian, perhatian, tanggung jawab dan aksi atau tingkah

laku.

Artinya terobosan atau langkah yang dilakukan SDS Muhammadiyah 29 Medan yang

diakui oleh Ibu Wagisah (Wawancara: 18 Juni 2015) bahwa peserta didik mengalami

perubahan-perubahan sikap seperti: 1) Penanaman nilai-nilai dan kesadaran beribadah peserta

didik kepada Allah SWT sebagai pedoman mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat;

2) Penanaman kebiasaan di kalangan peserta didik dengan ikhlas dan perilaku yang sesuai

dengan peraturan yang berlaku di sekolah, lingkungan dan masyarakat, baik kepada dirinya

sendiri, dan kepada orang lain; 3) Pembentukan kedisiplinan dan rasa tanggung jawab sosial

di sekolah, lingkungan, dan masyarakat; 4) Pengembangan keimanan dan ketakwaan kepada

Allah Swt Serta akhlak mulia peserta didik seoptimal mungkin, melanjutkan yang telah

ditanamkan lebih dahulu dalam lingkungan keluarga dan implementasikan dalam pergaulan

sehari-hari; 5) Pembangunan mental peserta didik terhadap lingkungan fisik dan sosial

melalui ibadah dan muamalah; dan 6) Perbaikan kesalahan-kesalahan, kelemahan-kelemahan

peserta didik dalam keyakinan dan pelaksanaan ibadah dalam kehidupan sehari-hari.

Keenam perubahan perilaku itu, dapat diartikan bahwa peserta didik telah mempunyai

kesadaran dan kemampuan yang tinggi dalam beberapa hal, yaitu: (1) kesadaran spiritual,

yaitu melaksanakan atau menjalankan agamanya dengan baik; (2) mampu berfikir rasional

(thinking skill) baik yang berkaitan dengan kelebihan dan kekurangan dirinya; (3) mampu

66

berkomunikasi lisan (communication skill) dengan baik; (4) mampu berkomunikasi tulis

(communication skill) dengan baik; dan (5) mampunyai kecakapan untuk bekerja sama

(social skill) dengan orang lain, sehingga akan bermanfaat dalam kehidupan sehari-hari.

Hal ini sesuai dengan apa yang dikatakan Driyarkara yang dikutip Moh. Yamin

(2009:247-248), bahwa manusia adalah makhluk yang dinamis ketika menggunakan kekuatan

yang bergerak, menggerakkan, dan mendorong. Manusia merupakan subyek dan

dinamikanya merupakan dinamika dari subyek. Artinya, dia menghadapi memandangnya,

melihatnya sebagai sesuatu yang obyektif. Ketika dihubungkan dengan cara berpikir manusia

yang juga dinamis maka hal tersebut merupakan hal terpenting dari setiap orang (siswa).

Oleh karena itu, dinamika berpikir manusia harus diberikan tempat yang merdeka,

yaitu menggunakan kebebasan berpikirnya sebagai media untuk menciptakan dan melahirkan

banyak perubahan sehingga bisa berbuat yang terbaik bagi lingkungan sekitar. Baik hal ini

diberikan dalam ruang kelas maupun di luar kelas. Jika kebebasan berpikir diberikan di ruang

kelas maka akan menjadikan ruangan kelas sebagai medan pergulatan pendapat dan penataan

diri di antara sesama peserta didik, pendidik, dan masyarakat.

Pada tataran kehidupan sehari-hari, peserta didik menjadi mampu memecahkan

persoalan dengan sikap (tenang, tidak gugup). Selain itu, peserta didik juga mampu

menganalisis persoalan-persoalan yang terjadi di masyarakat, mampu mengambil keputusan

dengan baik, mampu melakukan interaksi (bergaul), mengenal peserta didik, pendidik dan

orang lain dengan baik untuk memenuhi kebutuhan sosialnya, mampu melakukan kerja sama,

dan mempunyai sikap toleransi dengan sesama lebih tinggi di setiap kehidupan sehari-hari.

Nilai-nilai dalam kehidupan, baik terhadap Allah Swt, diri sendiri, sesama, lingkungan,

sehingga menjadi manusia yang berbudi pekerti. Atas dasar hal tersebut terobosan yang

dilakukan SDS Muhammadiyah 29 Medan Medan sesuai dengan tujuan pendidikan karakter

yaitu untuk meningkatkan pencapaian pembentukan akhlak mulia peserta didik secara utuh.

67

Di samping itu, pelaksanaan pendidikan karakter di SDS Muhammadiyah 29 Medan

juga diterapkan melalui sebuah pemantauan terhadap kegiatan siswa selama 24 jam. Baik

ketika di sekolah maupun ketika anak bersama orang tua, kegiatan tersebut dilaksanakan

selama 10 menit setiap hari menjelang masuk kelas. Adapun pemantauan tersebut dilakukan

untuk mengetahui akhlak dan ibadah siswa dengan cara pengecekan buku penghubung.

5.11. Strategi Pelaksanaan Pendidikan Karakter

Membentuk dan merubah karakter seseorang tidaklah mudah sebagaimana yang

diperkirakan. Oleh karena itu, dalam membentuk karakter dibutuhkan sebuah proses yang

lama, pelaksanaan pendidikan karakter dalam proses di SDS Muhammadiyah 29 Medan ini

dilakukan dengan berbagai macam pendekatan, cara ataupun metode.

1. Pembinaan Siswa di SDS Muhammadiyah 29 Medan Medan

Pembinaan kepribadian siswa dilakukan dengan kegiatan harian yang dilaksanakan

setiap hari menjelang masuk kelas, kegiatan tersebut dikenal dengan istilah "Budaya

Sekolah”. Budaya sekolah tersebut antara lain:

a. Penyambutan di pagi hari dengan budaya salaman. Penyambutan pagi ini adalah

merupakan bentuk kegiatan yang dilaksanakan setiap hari, dalam kegiatan itu

kedantangan anak ke sekolah disambut atau diterima dengan penuh kehangatan oleh

oleh beberapa guru yang sudah dijadwalkan sekolah secara bergantian untuk

menyambut kedangan anak di sekolah. Dengan demikian anak akan merasa dihargai

dan disayangi, anak akan merasa bahwa kedangannya di sekolah sudah ditunggu

sehingga anak merasa senang diperlakukan bagai tamu kehormatan.

Pada suatu hari ketika peneliti melakukan pengamatan mengenai penyambutan pagi.

Sebelum siswa datang ke sekolah terdapat beberapa orang guru yang berpakaian rapi dan

guru perempuan mengenakan jilbab, mereka berdiri dekat pintu masuk sekolah SDS

Muhammadiyah 29 Medan, ketika anak datang lalu anak disambut dengan senyum seraya

68

bersalaman.

Seiring dengan itu, peneliti bertanya kepada Ibu Tuti sebagai guru, apakah siswa-siswi

SDS Muhammadiyah 29 Medan ada menerapkan budaya salaman di sekolah ini setiap

harinya?. Bagaimana caranya buk?. Ibu Tuti menjawab: Ya, ada setiap hari, ketika datang ke

sekolah dan mau pulang dari sekolah. Mereka mengucapkan mencium tangan gurunya baik

piket, maupun guru kelasnya. Selain itu juga mereka setiap berjumpa dengan guru dan

temannya selalu mengucapkan salam. Dan mereka ini sudah terbiasa, dan ini dilakukan oleh

seluruh siswa” (Wawancara dengan Ibu Tuti Khairani selaku Guru SDS Muhammadiyah 29

Medan pada tanggal 27 Mei 2015).

Berdasarkan hasil observasi lapangan peneliti terhadap siswa-siswi SDS

Muhammadiyah 29 Medan sebagai objek penelitian ditemukan mereka melakukan salaman

ketika bertemu dengan gurunya dan temannya, serta para tamu yang datang. Mereka

mengucapkan: “Assalamu alaikum bapak, ibu”, mereka sambil mencium tangan gurunya,

baik ketika mau masuk kelas, tiap bertemu dengan gurunya, dan ketika ingin pulang dari

sekolah. Hal ini sebagai bukti penghormatan mereka terhadap gurunya sebagai pembentukan

karakter yang baik.

Hal ini sesuai dengan menurut penuturan Ibu kepala sekolah bahwa ini dilakukan agar

mereka lebih terbiasa mengucapkan salam ketika setiap bertemu dengan guru, orang tua,

teman-temannya yang muslim. Karenanya ini merupakan upaya pembentukan kebiasaan

menjadi karakter bagi seluruh siswa tersebut, baik di saat dia bersekolah di SDS

Muhammadiyah 29 Medan maupun setelah keluar nanti dari sekolah ini.

Berikut ini gambar ketika peneliti melakukan wawancara dengan Ibu Tuti Khairani,

S.Pd.I selaku guru kelas.

69

Gambar 4. Gambar Ibu Tuti Khairani, S.Pd.I selaku guru kelas

Berikut ini gambar siswa yang sedang bersalaman dengan gurunya ketika hendak

masuk ke dalam kelas setiap hari.

Gambar 5. Gambar siswa yang sedang bersalaman kepada Ibu guru

b. Berbakti kepada orang tua. Anjuran untuk berbakti kepada orang tua selalu

disampaikan di dalam kelas, di samping itu, dalam bentuk tindakan yang nyata, ketika

anak datang di sekolah sebelum masuk kelas anak dibiasakan dengan bersalaman

dengan orang tua setelah diaantar oleh orang tuanya.

c. Membangun kesadaran sholat. Sholat adalah merupakan rukun Islam kedua yang

wajib bagi seorang muslim untuk melaksanakannya, kemudian pengaruh sholat di

dalam kehidupan seorang muslim. Oleh karena itu, SDS Muhammadiyah 29 Medan

70

berupaya untuk membangun kesadaran sholat terhadap siswa-siswinya. Untuk itu,

ketika waktu sholat tiba, maka seluruh aktivitas sekolah dihentikan dan kemudian

dilanjudkan setelah melaksanakan sholat secara berjamaah. SDS Muhammadiyah 29

Medan membiasakan kepada siswanya melaksanakan shalat zuhur dan dhuha

berjamaah secara bergiliran.

Sholat zuhur berjamaah. Peneliti bertanya kepada Ibu Wagisah sebagai guru

Agama Islam, apakah siswa-siswi SDS Muhammadiyah 29 Medan ada

menerapkan shalat zuhur setiap harinya di sekolah?. Ibu Wagisah menjawab:

“Ya, ada setiap hari, kecuali hari Jumat. Tapi itu khusus bagi mareka yang kelas

4,5,6 karena mereka masuk belajarnya pada siang hari yaitu jam 13.00”

(Wawancara dengan Ibu Wagisah selaku Guru Agama Islam dan

Kemuhammadiyahan SDS Muhammadiyah 29 Medan Medan pada tanggal 21

Mei 2015)

Berdasarkan hasil wawancara dan pada saat hari yang berlainan observasi

langsung ke lapangan maka peneliti menemukan siswa-siswi SDS

Muhammadiyah 29 Medan sebagai objek penelitian melakukan shalat zuhur

berjamaah bagi kelas 4,5 dan 6. Karena menurut Ibu Wagisah hal ini dilakukan

khusus bagi siswa yang masuk pada siang hari. Mereka sudah membiasakan hal

ini sudah sejak lama, yang bertujuan agar mereka terbiasa untuk melakukan

ibadah shalat setiap harinya 5 kali sehari semalam.

Berikut ini gambar dokumentasi ketika peneliti berwawacara dengan ibu

Wagisah, S.Pd.I selaku guru Agama Islam dan Kemuhammadiyahan

71

Gambar 4. Gambar Ibu Wagisah, S.Pd.I selaku guru Agama Islam dan

Kemuhammadiyahan

Berikut ini dapat dilihat siswa yang sedang melakukan shalat zuhur

berjamaah secara tertib dan rapi.

Gambar 2. Gambar siswa sedang melakukan shalat zuhur berjamaah

Shalat dhuha berjamaah

Peneliti bertanya kepada Ibu Wagisah sebagai guru Agama Islam, apakah siswa-

siswi SDS Muhammadiyah 29 Medan ada menerapkan shalat dhuha setiap

harinya di sekolah?. Ibu Wagisah menjawab: Ya, ada setiap hari. Tapi itu khusus

bagi mareka yang kelas 1,2,3 karena mereka masuk belajarnya pada pagi hari

yaitu jam 07.30. Shalat dhuha dilakukan secara berjamaah, walaupun tidaka ada

anjuran dalam Agama Islam secara berjamaah. Hal ini dilakukan untuk

membiasakan dalam membentuk akarakter anak untuk selalu shalat berjamaah.

72

Oleh kerena itu berdasarkan hasil wawancara dan pada saat hari yang berlainan

observasi langsung ke lapangan maka peneliti menemukan siswa-siswi SDS

Muhammadiyah 29 Medan sebagai objek penelitian melakukan shalat zuhur

dhuha berjamaah bagi kelas 1,2,3. Karena menurut Ibu W hal ini dilakukan

khusus bagi siswa yang masuk pada pagi hari. Mereka sudah membiasakan hal ini

sudah sejak lama, yang bertujuan agar mereka terbiasa untuk melakukan ibadah

shalat secara berjamaah baik di rumah maupun di tempat yang lain.

Berikut ini dapat dilihat siswa yang sedang melakukan shalat dhuha berjamaah

secara tertib dan rapi.

d. Santun kepada sesama. Santun kepada sesama adalah sikap yang lemah lembut penuh

kasih kepada orang lain. Agar siswa memiliki sikap yang santun, maka siswa

dibiasakan dengan budaya salam, senyum, dan sapa baik pada sesama teman, guru

dan orang tua

e. Jum'at bersih. Jum'at bersih ini dilakukan satu minggu sekali, hal itu dilakukan untuk

membangun jiwa kepekaan jiwa siswa terhadap kebersihan lingkungan dan

kekompakan siswa dalam bekerja.

f. Kewiraan. Kegiatan kewiraan ini dilakukan melalui 2 hal yaitu Pramuka/Hizbul

Wathon (HW) dan Upacara Bendera. Menurut hasil wawancara peneliti dengan Ibu

73

Wagisah, S.Pd.I sebagai guru kemuhammadiyahan, bahwa beliau menyebutkan

mereka setiap hari Jumat dan Sabtu memakai baju Hizbul Wathan dan setaip hari

senin dan hari-hari tertentu melakukan kegiatan upacara bendera. Hal ini mereka

alakuakan agar mereka terbiasa dalam melakukan pembelaan terhadap NKRI sebagai

Negara yang kita cintai.

g. Olah Raga. Berdasarkan hasil observasi lapangan peneliti terhadapa SDS

Muhammadiyah 29 Medan sebagai objek penelitian ditemukan mereka melakukan

kegiatan olah raga bagi seluruh siswa baik laki-laki maupun perempuan untuk

melakukan senam setiap hari Jumat. Hal ini dilakukan untuk membentuk kebiasaan

agar hidup sehat. Mereka sudah membiasakan hal ini sudah sejak lama, yang

bertujuan agar mereka terbiasa untuk hidup teratur dan sehat dimana saja mereka

tinggal.

Berikut ini gambar siswa yang sedang melakukan senam kesegaran jasmani.

Gambar 7. Gambar siswa yang sedang melakukan kegiatan senam secara rutin.

2. Penanaman Karakter Pada Siswa SDS Muhammadiyah 29 Medan Medan

Penanaman Karakter Pada Siswa SDS Muhammadiyah 29 Medan Medan antara lain:

a) Kejujuran. Kejujuran adalah sebuah kenyataan yang benar yang tercermin dalam

74

perkataan, perbuatan atau tindakan, dan keadaan batin. Kata jujur identik dengan

"benar" yang lawan katanya adalah bohong. Dalam konteks pembangunan karakter di

sekolah, kejujuran menjadi amat penting untuk ditanamkan pada peserta didik,

karakter ini bisa dilihat dikelas saat ujian, perbuatan mencontek merupakan perbuatan

anak yang tidak jujur. Selain itu, anak juga dianjurkan untuk melakukan satu kebaikan

atau lebih selama 24 jam baik ketika di sekolah maupun di rumah dan dicantumkan

dalam buku penghubung.

b) Amanah. Amanah adalah sebuah kepercayaan yang harus diemban dalam mewujutkan

sesuatu yang dilakukan dengan penuh komitmen, kompeten, kerja keras, dan

konsisten. Untuk metih agar anak memiliki sifat amanah, setiap mau pulang sekolah

anak diserahi buku penghubung untuk disampaikan kepada orang tua

c) Disiplin. Disiplin adalah sebuah sikap kepatuhan terhadap peratuan-peraturan atau tata

tertib, yang ditetapkan untuk melatih individu agar berkelakuan baik.

Peneliti bertanya kepada Ibu Lasmidah selaku Kepala Sekolah SDS Muhammadiyah

29 Medan, apa yang ibu lakukan dalam membiasakan kedisiplinan bagi siswa-siswi

SDS Muhammadiyah 29?. Ibu Lasmidah menjawab: “Kami sebagai pihak sekolah

melakukan kerja sama dengan guru-guru membuat peraturan dan tata tertib sekolah

lalu mensosialisakannya kepada seluruh warga sekolah dan orang tua. dan selain itu

membuat buku penghubung siswa. Isinya tentang kegiatan belajar di rumah, kegiatan

ibadah shalat 5 waktu dan mengaji Al-Qur’an. Hal ini kami lakukan sebagai bentuk

pengawasan kedisiplinan siswa di dalam maupun di luar sekolah” (Wawancara

dengan Ibu Lasmidah selaku Kepala SDS Muhammadiyah 29 Medan pada tanggal 03

Juni 2015).

Oleh kerana itu berdasarkan hasil wawancara dengan Ibu Kepala Sekolah SDS

Muhammadiyah 29, mereka sebagai pimpinan sekolah menerapkan sistem kedisipilan

75

bagi seluruh warga sekolah dan terkhusus bagi seluruh siswa. Beliau mengatakan

bahwa mereka sudah membuat peraturan dan tata tertib sekolah dan menerapkan

kegiatan buku penghubung siswa. Hal inilah yang harus dipatuhi oleh seluruh siswa

tersebut (berikut dilampirkan peraturan dan tertib sekolah tersebut dan buku

penghubung siswa).

Menurut ibu Kepala Sekolah tersebut hal ini dilakukan tidak agar mereka lebih

terbiasa untuk disiplin, dan mereka akan menindak siswa secara tegas terhadap

siapapun yang yang melanggar peraturan dan tertib sekolah tersebut. Mereka

menyebutkan, bahwa beliau tidak pernah membeda-bedakan hukuman kepada seluruh

siswanya di SDS Muhammadiyah 29 Medan.

Berikut ini dapat dilihat gambar Kepala Sekolah SDS Muhammadiyah 29 Medan

ketika berwawancara dengan peneliti:

Gambar 6. Gambar Ibu Lasmidah, S.Pd.I selaku Kepala Sekolah SDS

Muhammadiyah 29 Medan Medan.

d. Ramah. Berarti baik hati, elok, dan menarik budi bahasanya, suka bergaul dan

menyenangkan dalam pergaulan.

e. Sabar. Sabar adalah menerima sesuatu yang sulit tanpa menuntut masalah itu harus

selesai dalam batas waktu tertentu, sifat sabar inilah yang mendorongnya menguasai

diri, tidak marah, tidak mengganggu orang lain, lembut, tidak gegabah, dan tidak

76

tergesa-gesa. Untuk menanamkan nilai-nilai kesabaran terhadap siswa SDS

Muhammadiyah 29 Medan Medan, membiasakan murid-muridnya dengan bersikap

sabar ketika ngantri jajan di kantin sekolah misalnya.

Dalam kesempatan lain ketika usai melaksanakan sholat berjama'ah di masjid, tidak

seorang siswapun diperkenankan meninggalkan masjid sebelum berjabat tangan

dengan para guru. Setelah shalat sholat berjama'ah selesai, maka semua siswa

dianjurkan untuk melaksanakan sholat sunnah, kemudian setelah itu guru laki-laki

berbaris disamping selatan masjid, sedangkan guru perempuan berbaris di sebelah

utara masjid, kemudian dengan jumlah siswa yang begitu banyak mereka rela berdiri

sampai tiba giliran mereka untuk berjabat tangan dengan guru, hal itu dilakukan setiap

hari setelah melaksanakan sholat berjama'ah.

Selain itu, pelaksanaan pendidikan karakter juga bertujuan menanamkan karakter

seperti peduli, ramah, menghargai orang lain, hormat, santun dirumuskan untuk

membekali siswa dakam berintraksi dengan lingkungannya dimana ia hidup dimasa

yang akan dating.

5.12. Keberhasilan pendidikan karakter di SDS Muhammadiyah 29 Medan Medan

Keberhasilan pendidikan karakter yang dilakukan pada siswa/siswi SDS

Muhammadiyah 29 Medan tidak terlepas dari kondisi dan kualitas guru/pendidikanya.

Karena guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar,

membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik. Oleh karena

itu, tugas utama guru bukan hanya mengajar tetapi juga mendidik karakter siswa.

a. Tingkat pendidikan guru SDS Muhammadiyah 29 Medan Medan. Sehingga jika dilihat

keprofesionalan guru di SDS Muhammmadiyah 29 Medan sudah cukup mumpuni jika

dilihat dari jenjang pendidikan dan pengalaman yang mereka miliki dalam

menanamkan pendidikan karakter kepada anak didiknya. Hal ini dapat dilihat pada data

77

guru di bawah ini:

Tabel 3

Data Guru

N

O

NAMA

GURU T. Tanggal / Lahir

Jenis

Kela

min

Ija

zah

Terak

hir

Jabatan

Tanggal

Bertu

gas L P

1 Lasmidah,

S.Pd.I

Sei

Mencirim

13/11/1972 P S-1 Ka. Sek 02/07/1999

2 Akhiri, S.Pd.I Sei

Mencirim

17/09/1962 L S-1 G. Kelas 15/04/1986

3 Wagisah,

S.Pd.I

Belawan 08/06/1970 P S-1 G.

Agama

14/07/1996

4 Supratno,

S.Pd.

Sunggal

Krio

06/10/1968 L S-1 G. Kelas 13/07/1997

5 Tuti

Khairani,

S.Pd.I

Sei

Mencirim

21/03/1973 P S-1 G. Kelas 19/07/1999

6 Drs. Sriadi Sukaraya 06/07/1967 L S-1 G.

Agama

01/07/2000

7 Siti Aisah Br.

Tambunan,

S.Pd

Sunggal

Krio

23/04/1969 P S-1 G. Kelas 13/07/2000

8 Muhammad

Asri, S.Pd.I

Sei

Mencirim

02/11/1977 L S-1 G. Kelas 17/07/2002

9 Wiwik

Sundari,

S.Pd.

Sunggal

Krio

12/12/1977 P S-1 G. Kelas 06/07/2003

10 Sugesti,

S.Pd.I

Binjai 25 /05/1978 P S-1 G. Kelas 15/08/2006

11 Asrianti, S.Pd Sunggal

Kerio

28/04/1981 P S-1 G. Kelas 06/11/2007

12 Sri Wahyuni,

S.Pd

Sei

Mencirim

24/01/1982 P S-1 G. Kelas 15/07/2005

13 Debi

Anggiani

Pohan, S.Pd

Sunggal 15/01/1988 P S-1 G. Kelas 21/08/2008

14 Mas Ayu

Wagetan, SH

Sunggal 29/11/1974 P S-1 G. Kelas 12/07/2009

15 Pramadani

Isram, S.Pd

Sunggal 10/03/1989 L S-1 G.

Penjas

07/07/2011

16 Rika Hayati

Siagian,

A.Md

Binjai 17/03/1968 P D-III G. SBK 02/07/2012

17 Siti Asri

Cicilia, S.Pd

Sei

Mencirim

22/01/1990 P S-1 G. B.

Inggris

02/07/2012

18 Sri Rahayu, Sunggal 20/06/1978 P S_1 G. Kelas 15/07/2013

78

S.Pd.I

19 Muhammad

Syahrul,

S.Pd.I

Sei

Mencirim

01/10/1977 L S-1 Benda

hara

01/11/2008

20 Fitriani Saran

Namo

Belin

03/05/1989 P SMK TU/TA 10/02/2009

21 Rika Sundari Sei

Mencirim

14/11/1990 P SMA G. Les

Kompu

ter

27/11/2012

22 Paimin Aceh

Tengah

01/07/1942 L SMP Penjaga

Sekolah

01/01/2009

Sumber data: Tata Usaha SDS Muhammadiyah 29 Medan Medan tahun 2015.

Dari gambar bagan tersebut dapat dipahami bahwa SDS Muhammadiyah 29 Medan

memiliki guru dan pegawai sebanyak 22 orang, yang terdiri dari 7 orang laki-laki dan 15

orang perempuan. Guru-gurunya sudah termasuk guru yang profesional karena sudah

memiliki kualifikasi standar minimal pendidikan yaitu semuanya memiliki pendidikan

Sarjana S-1 yaitu baik yang terdiri dari Sarjana Pendidikan Umum dan Sarjana Pendidikan

Islam. Kesemuanya para guru tersebut berstatus sebagai guru tetap yayasan (GTY). Dari segi

pendidikannya, 18 orang berpendidikan S1, 1 orang berpendidikan DIII, 2 orang

berpendidikan SMA/SMK, 1 orang berpendidikan SMP. Sehingga dengan demikian bahwa

kualitas gurunya merupakan modal utama dalam menanamkan pendidikan karakter kepada

anak didiknya di SDS Muhammadiyah 29 Medan Medan.

Selain keprofesionalan mereka, para guru di SDS Muhammadiyah 29 Medan Medan

dalam menyikapi peserta didik sudah bersikap dengan prilaku yang mencerminkan figur bagi

siswanya. Dalam hal ini, dapat dilihat ketika peneliti melihat suasana di SDS Muhammadiyah

29 Medan Medan yaitu terlihat sebagai berikut:

b. Berpenampilan menarik, terutama tampak pada wajah yang berseri-seri, selalu

tersenyum dalam setiap pertemuan dengan murid.

c. Mampu berkomunikasi dengan baik. Ucapannya, enak didengar, jelas, menyejukkan,

siswa termotivasi, memberikan inspirasi, walaupun dalam konstek tertentu guru bisa

79

berkata tegas.

d. Semua aktivitasnya dilakukan dengan sepenuh hati (terlihat wajah keikhlasan seorang

guru). Selalu memberikan pelayanan maksimal. Guru selalu peduli dan proaktif dalam

memberikan pelayanan kepada peserta didik. Oleh karena itu, untuk menunjang

keberhasilan pelaksanaan pendidikan karakter di SDS Muhammadiyah 29 Medan

Medan pihak Kepala SDS Muhammadiyah 29 Medan selalu menekankan kepada guru

dan karyawan agar semuanya bersinergi dalam membentuk karakter anak agar

memiliki karakter yang baik. Seperti keteladanan, disiplin, rapi, sabar, dan penuh

kasih sayang. Di samping itu, sekolah juga melakukan pembinaan terhadap guru

dalam bentuk kegiatan antara lain.

Rapat. Rapat adalah merupakan kegitan rutin yang dilaksanakan oleh para guru,

dalam kegiatan tersebut kepala sekolah menyampaikan hal-hal penting dan hal-

hal yang berkembang setiap seminggu sekali yang dihadiri oleh seluruh guru.

Pada kegiatan rapat ini juga biasanya para wali kelas menyampaikan

permasalahan yang ada di kelasnya, serta para guru juga boleh menyampaikan

hal-hal penting. Hal mereka lakukan secara demokratis.

Kajian keagamaan. Kajian ini dilaksanakan sekali dalam seminggu yaitu pada

hari Sabtu. Kegiatan ini wajib diikuti oleh semua guru SDS Muhammadiyah 29

Medan Medan, kegiatan tersebut dilaksanankan dengan cara mengundang salah

satu tokoh agama Muhammadiyah sebagai pembicara dengan tema telah

ditentukan oleh Dikdasmen Muhammadiyah.

Pelatihan. Untuk meningkatkan professional guru dalam mengajar, maka sekolah

SDS Muhammadiyah 29 Medan Medan mengadakan kegiatan pelatihan terhadap

guru, dalam kegiatan tersebut guru dibekali dengan beragam cara dan metode dan

pendekatan pembelajaran terutama yang terkait dengan pembentukan karakter

80

siswa.

5.13. Kendala dalam Pelaksanaan Pendidikan Karakter di SDS Muhammadiyah 29

Medan Medan

Dalam pelaksanaan pendidikan karakter di SDS Muhammadiyah 29 Medan Medan,

tidaklah mudah seperti membalik telapak tangan, mengingat banyaknya siswa yang dihadapi.

Adapun faktor yang menjadi kendala pelaksaan pendidikan karakter di SDS

Muhammadiyah 29 Medan Medan antara lain:

Pembentukan karakter anak membutuhkan waktu dan proses yang lama, sehingga

tidak menutup kemungkinan timbulnya perasaan jenuh pada diri pendidik. Oleh

karena itu guru dituntut agar memiliki komitmen yang tinggiDalam pelaksanaan

pendidikan karakter, guru dihadapkan pada jumlah siswa yang begitu banyak dan

memiliki karakter yang berbeda-beda, sehingga dalam pelaksanaannya guru akan

mengalami kesulitan.

Tidak semua orang tua bisa diajak kerja sama. Oleh karena itu guru harus

menciptakan hubungan yang baik dengan orang tua siswa.

81

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian melalui observasi, wawancara dan studi dokumentasi

terhadap objek penelitian sementara tentang pengembangan model pendidikan karakter

melalui kurikulum terintegrasi pada SDS Muhammadiyah 29 Medan Kota Medan dapat

disimpulkan:

1. Bahwa identifikasi model pendidikan karakter yang ditanamkan pada SDS

Muhammadiyah 29 Medan melalui kurikulum terintegrasi yang dilakukan pada seluruh

mata pelajaran dan di luar mata pelajaran.

2. Model pendidikan karakter yang dilakukan pada SDS Muhammadiyah 29 Medan

Medan melalui 5 muatan, antara lain melalui mata pelajaran, kegiatan ekstrakurikuler

dan pengembangan diri, pembiasaan, keteladanan, dan pendekatan kedisiplinan.

3. Model pendidikan karakter yang dilakukan di luar mata pelajaran melalui 4 hal yaitu:

pembiasaan keagamaaan, kedisplinan, kewiraan, dan olah raga. Keagaamaan meliputi

(pelaksanaan shalat zuhur berjamaaah, dhuha berjamaah, tadarus Al-Qur’an dan

hapalan ayat Al-Qur’an, dan budaya salaman). Kedisiplinan meliputi (adanya peraturan

dan tata tertib sekolah serta buku penghubung setiap hari). Kewiraaan meliputi

(Upacara bendera dan Hizbul wathan). Olah raga meliputi (senam kesehatan jasmani).

4. Kelebihan kurikulum terintegrasi yang dimiliki dan diterapkan oleh SDS

Muhammadiyah memiliki beberapa kelebihan, antara lain: a) Kurikulum yang

diterapkan oleh SDS Muhammadiyah bagi seluruh mata pelajaran ini sudah dirancang

sebaik mungkin berdasarkan kurikulum pendidikan nasional dan kurikulum Al-Islam

Kemuhammadiyahan secara utuh. Artinya kurikulum mata pelajaran umum dan local

82

dilakukan dan diajarkan secara utuh. b) Pelaksanaan kurikulum terintegrasi SDS

Muhammmadiyah 29 Kota Medan ini didukung oleh guru-guru yang berpengalaman

dan profesional di bidangnya. c) Mereka dalam melakukan pendidikan karakter

didukung oleh pihak Majelis Dikdasmen Muhammadiyah dan seluruh warga sekolah.

Sehingga penanaman pendidikan karakter lebih mudah diaplikasikan di sekolah

tersebut. d) SDS Muhammadiyah 29 Medan memiliki sarana dan prasarana yang

memadai dalam melakukan pendidikan karakter.

6.2. SARAN

1. Agar penelitian dapat disosialisasikan kepada seluruh SD di Kota Medan agar dapat

menerapkan pendidikan karakter kepada siswanya.

2. Agar penelitian dapat dilakukan tindak lanjut, yaitu membuat sebuah model

penddidikan karakter yang dapat ditanamkan kepada seluruh anak SD se Kota Medan.

3. Semoga penelitian dapat bermanfaat terkhusus bagi SDS Muhammmadiyah 29 Medan

dan Muhammadiyah pada umumnya.

83

DAFTAR PUSTAKA

Alwisol, Psikologi Kepribadian, Malang, UMM, 2006

Fitri, Zaenul Agus, Reinventing Human Character, Pendidikan Karakter Berbasis Nilai &

Etika di Sekolah. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2012..

Kementerian Pendidikan Nasional, Panduan Pendidikan Karakter. Jakarta: Kemdiknas.

2010.

Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia http://pusatbahasa.kemdiknas.go.id/kbbi/

Iskandar, Metodologi Penelitian Pendidikan dan Sosial, Jakarta: GP.Press, 2008.

Mahmud, Metode Penelitian Pendidikan, Bandung: CV.Pustaka Setia, 2011.

Ma’ruf, Luis, Al-Munjid, Beirut: al-Maktabah Al-katulikiyah, tt.

Mulyasa, E, Pengembangan dan implementasi Kurikulum 2013, Bandung; Rosdakarya, 2013.

Sagala, Syaiful, Manajemen Berbasis Sekolah dan Masyarakat, Strategi Memenangkan

Persaingan Mutu. Jakarta: PT Rakasta Samasta, 2006.

Sariban, “Pendidikan Multikultural Pembentuk Karakter Ke-Indonesiaan”. Makalah.

www.gurupintar.ut.ac.id

Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan, Bandung: Alfabeta, 2009.

Suyanto, Refleksi dan Reformasi Pendidikan di Indonesia Memasuki Millennium Ketiga,

Yogyakarta, Adi Cita karya Nusa, 2000.

Saebani,Beni Ahmad, Metode Penelitian, Bandung: CV. Pustaka Setia, 2008.

Sukmadinata. Nana Syaodih, Metode Penelitian Pendidikan, Bandung: PT.Remaja

Rosdakarya, 2009.

Saifuddin Azwar, Metode Penelitian, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1999

Sri Esti Dwiwandono, Psikologi Pendidikan, Jakarta: PT Gramedia, 2006

Suparlan, Guru Sebagai Profesi, Yogyakarta: Hikayat, 2006

Syaifudin Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, Jakarta: PT Rineka

Ipta, 2002

Thomas Lickona, The Content of Our Charcter; Ten Essential Virtues, 2003.

Zubaedi, Desain Pendidikan Karakter; Konsepsi dan Aplikasinya Dalam Lembaga

Pendidikan, Jakarta; Kencana, 2011.

Zuchdi, Damiyati, dkk, Model Pendidikan Karakter (Terintegrasi Dalam Pembelajaran dan

Pengembangan Kultur Sekolah), Yogyakarta, 2013.

Azumardi Azra, Esai-Esai Intelektual Muslim dan Pendidikan Islam. Jakarta: logos, 1998

Doni Koesuma A, " Pendidikan Karakter Strategi Mendidik Anak di Zaman Global". Jakarta:

84

Grasindo,2007

Eko darmoko, Tesaurus Bahasa Indonesia, Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2009

Fauzil Adhim, Positive Parenting: Cara-Cara melejitkan Karakter Positive pada Anak Anda,

Bandung: Mizan, 2006

Lexy J Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2007

Mansur, Pendidikan Anak Usia Dini dalam Islam, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2005.

Mardalis, Metode Penelitian "Suatu Pendekatan Proposal", Jakarta: Bumi Aksara, 2008

Nana Syaodih Sukamdinata, Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktek, Bandung: PT

Remaja Rosadakarya, 2009

Nurul Zuriah, Pendidikan Moral dan Budi Pekerti. Bandung: PT Rosada Karya, 2002

Oemar Hamalik, Perencanaan Pengajaran Berdasrkan Pendekatan Sistem. Jakarta: Bumi

Akasara, 2005

Redaksi Sinar Grafika, UU RI No. 14 Tahun 2005, Jakarta, 2006

Wina Sanjaya, strategi pembelajaran berorientasi pada standar proses pendidika, Jakarta:

Kencana, 2007

Zakiah Daradjat, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksara, 2008

85

Lampiran 1

Catatan Lapangan I

Metode Pengumpulan Data: Wawancara

Tanggal : 19 Mei 2015

Waktu : Pukul 09.00 - 12.00

Sumber data : Lasmidah, S.Pd.I (Kepala SDS Muhammadiyah 29 Medan)

Lokasi : SDS Muhammadiyah 29 Medan

Pada tanggal pukul 09.00, peneliti datang ke SDS Muhammadiyah 29 Medan untuk

melakukan observasi. Penulis memperkenalkan diri kepada Kepala Sekolah SDS

Muhammadiyah 29 Medan yang ketika itu sedang melakukan rutinitasnya di kantor SDS

Muhammadiyah 29 Medan. Selanjutnya penulis menyampaikan maksud bahwa penulis akan

melakukan penelitian lapangan di sekolah ini. Sebelumnya peneliti telah memberi tahu akan

kedatangan ke sekolah ini kepada ibu Lasmidah, S.Pd.I selaku kepala SDS Muhammadiyah

29 Medan. Beliau menyambut baik kedatangan peneliti dan mempersilakan untuk melakukan

wawancara.

Dari wawancara perdana ini, dapat diketahui bahwa SDS Muhammadiyah 29 Medan

merupakan SDS yang ada di bawah naungan Dikdasmen Muhammadiyah. Maka dari itu

materi-materi yang ada di SDS Muhammadiyah 29 Medan mengarahkan anak supaya

mempunyai jiwa yang agamis dan berkarakter Islami, disamping pengetahuan-pengetahuan

umum yang tidak kalah pentingnya. Hal ini sesuai dengan visi lembaga yaitu Menjadi

Lembaga Pendidikan Yang Unggul, di Bidang Ilmu Pengetahuan dan Keterampilan,

Bertaqwa dan Berwawasan Islami Serta Berkarakter.

Dari wawancara ini diketahui bahwa sekolah ini merupakan sekolah yang sudah lama

berdiri dengan mengusung visi dan misi yang mulia untuk membentuk karakter siswa yang

kuat. Jumlah kelas sudah sampai dengan kelas VI karena sekolah ini sudah berdiri 40 tahun

86

yang lalu, tetapi selalu mengalami peningkatan jumlah siswa setiap tahunnya. Dengan hal-

hal tersebut menunjukkan bahwa SDS Muhammadiyah 29 Medan mendapat kepercayaan dan

diterima dengan sangat baik oleh masyarakat sekitar.

Interpretasi:

SDS Muhammadiyah 29 Medan adalah sekolah yang terbuka terhadap pihak luar dan

sangat menghormati tamu. Kepala SDS Muhammadiyah 29 Medan sangat ramah dan

bersedia memberikan data yang dibutuhkan. Dalam memberikan pendidikan kepada siswa

pembiasaan-pembiasaan yang mengarah kepada karakter siswa sangat diperhatikan, hal itu

tergambar dari susunan rencana-rencana kegiatan pembelajaran selama satu tahun ke depan.

SDS Muhammadiyah 29 Medan cukup mendapat kepercayaan dari masyarakat sekitar yang

dibuktikan dengan selalu meningkatnya jumlah siswa-siswi yang mendaftar setiap tahunnya.

87

Catatan Lapangan II

Metode Pengumpulan Data: Wawancara

Tanggal : 20 Mei 2015

Waktu : Pukul 09.00 - 12.00

Sumber data : Lasmidah, S.Pd.I (Kepala SDS Muhammadiyah 29 Medan)

Lokasi : SDS Muhammadiyah 29 Medan

Sebelum melakukan wawancara dengan Kepala sekolah, penulis terlebih dahulu

sudah berkoordinasi dengan Pimpinan Cabang Muhammadiyah Sunggal sebagai pengantar

rekomendasi peneltian di SDS Muhammadiyah 29 Medan dan juga surat izin penelitian dari

Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara (UMSU). Wawancara kali ini membahas

tentang implementasi Pendidikan Karakter yang dilakukan SDS Muhammadiyah 29 Medan.

Secara garis besar, pedidikan karakter yang dilakukan di SDS Muhammadiyah 29 Medan

sudah berjalan dengan baik, dan sepenuhnya sudah maksimal. Hal ini dikarenakan sarana dan

prasarana yang mendukung dan dilengkapi dengan para guru yang profesional.

Menurut kepala SDS Muhammadiyah 29 Medan, sekolah berusaha menyediakan

pembelajaran yang mampu membentuk karakter siswa karena hal itulah yang nantinya akan

dibawa anak sampai dewasa. Selain pembelajaran reguler di kelas, sekolah juga mengadakan

kegiatan-kegiatan di luar kelas yang terprogram untuk mendukung pembentukan karakter

bagi siswa-siwi di SDS Muhammadiyah 29 Medan seperti kedisipilinan, keteladanan,

pembiasaan salaman kepada guru di pagi hari, pesantren kilat, dan lain-lain. Di luar kegiatan-

kegiatan tersebut siswa-siswi juga dibiasakan dengan sesuatu yang mencerminkan karakter

anak yang sholeh sholehah setiap harinya, melepas dan merapikan alas kaki ketika masuk

kelas, sholat dhuha, salaman dan doa ketika pulang adalah contoh-contoh kebiasaan baik

dalam menanamkan pendidikan karakter.

Interpretasi:

88

Implementasi Pendidikan Karakter di SDS Muhammadiyah 29 Medan secara umum

sudah berjalan dengan baik, dan maksimal meskipun terdapat sedikit hambatan dengan

adanya renovasi gedung sekolah sehingga ada yang masuk pagi dan masuk siang. Tetapi hal

itu sama sekali bukan halangan untuk para guru tetap memberikan pembelajaran yang terbaik

kepada para peserta didik. Kegiatan-kegiatan yang sangat mencerminkan pembentukan

karakter bagi siswa di SDS Muhammadiyah 29 Medan sangatlah dominan dalam kurikulum

yang disusun oleh para pengelola SDS Muhammadiyah 29 Medan.

89

Catatan Lapangan III

Metode Pengumpulan Data: Wawancara

Tanggal : 22 Mei 2015

Waktu : Pukul 09.00 - 12.00

Sumber data : Lasmidah, S.Pd.I (Kepala SDS Muhammadiyah 29 Medan)

Lokasi : SDS Muhammadiyah 29 Medan

SDS Muhammadiyah 29 Medanterletak di Desa Sei. Mencirim Kecamatan Sunggal

Kabupaten Deli Serdang. Adapun batas-batas SDS Muhammadiyah 29 Medan adalah sebagai

berikut:

1. Sebelah timur berbatasan dengan rumah warga

2. Sebelah utara berbatasan dengan jalan

3. Sebelah selatan berbatasan dengan rumah warga

4. Sebelah barat berbatasan dengan rumah warga

Interpretasi:

Dilihat dari letak dan sarana pendidikan yang ada di sekitar SDS Muhammadiyah 29

Medan, lingkungan sangat menguntungkan bagi suasana pendidikan, karena di daerah sekitar

SDS Muhammadiyah 29 Medan terdapat berbagai lembaga pendidikan baik yang umum

maupun yang berbasis agama. Selain itu kondisi yang relatif tenang untuk melakukan proses

pembelajaran membuat pendidik maupun peserta didik nyaman, sehingga sangat kondusif

untuk pembentukan karakter awal akhlak peserta didik.

90

Catatan Lapangan IV

Metode Pengumpulan Data: Observasi

Tanggal : 25 Mei 2015

Waktu : Pukul 07.00 - 12.00

Sumber data : Siswa-siswi SDS Muhammadiyah 29 Medan

Lokasi : SDS Muhammadiyah 29 Medan

Sesampainya peneliti di SDS Muhammadiyah 29 Medan pada pukul 07.00, para

siswa sudah mulai berdatangan ke sekolah diantar oleh orang tua masing-masing siswa. Ada

juga yang diantar oleh kakak atau saudaranya. Guru piket sudah hadir sebelum jam 07.00

karena menyambut kedatangan siswa-siswi di depan halaman sekolah dekat jalan dan

menyalami setiap siswa-siswi yang datang. Setiap siswa-siswi yang datang menyalami dan

mencium tangan gurunya. Hal ini merupakan sikap yang baik dan sangat memengaruhi

perkembangan jiwa anak didik. Mereka tampak bahagia, saling berlarian dan bermain. Ada

juga yang berkejar-kejaran.

Di dalam kelas, peneliti juga mendapati ada siswa kelas 1 dikelas yang tanpa disuruh

sudah bisa memiliki kesadaran untuk menghapus papan tulis yang kotor. Sebagian siswa ada

yang saling tanya untuk membaca papan pengumuman dengan mengeja satu persatu huruf

yang tertulis di papan yang sesungguhnya pengumuman untuk para guru. Hal ini

menunjukkan bahwa sifat ingin tahu siswa siswi SDS Muhammadiyah 29 Medan sangatlah

besar, tinggal bagaimana lingkungan mengarahkannya.

Interpretasi:

Guru sangat dekat dengan siswa dengan menyambut kedatangan mereka setiap kali

mereka datang ke sekolah. Hal ini sangat baik untuk perkembangan jiwa siswa. Selain itu

kesadaran dan rasa ingin tahu siswa-siswi SDS Muhammadiyah 29 Medan sudah mulai

terbentuk sebagai bekal karakter mereka kedepannya.

91

Catatan Lapangan V

Metode Pengumpulan Data: Observasi

Tanggal : 08 Juni 2015

Waktu : Pukul 07.00 - 12.00

Sumber data : Siswa-siswi SDS Muhammadiyah 29 Medan

Lokasi : SDS Muhammadiyah 29 Medan

Pukul 07.30 WIB bel berbunyi tanda waktu masuk kelas. Semua siswa-siswi SDS

Muhammadiyah 29 Medan berbaris di halaman sekolah dan dikelompokkan sesuai kelas

masing-masing. Para guru menertibkan barisan siswa-siswi, kemudian guru menunjuk salah

satu siswa untuk menyiapkan barisan, jalan ditempat sambil menyanyikan mars SDS

Muhammadiyah 29 Medan bersama-sama. Setelah semua barisan rapi kemudian para siswa-

siswi memasuki kelas dengan baris satu-satu sambil menyalami guru. Tiba-tiba ada salah satu

siswa yang nylonong lewat tanpa menyalami guru, akhimya bu gurupun memanggilnya dan

menasehati "hayo semua harus salaman biar dosanya hilang.." akhirnya siswa tersebut

mengulangi baris kemudian menyalami guru sebelum masuk kelas. Ketika masuk kelas

semua siswa-siswi melepas sepatu mereka dan merapikan berjejer-jejer di depan kelas.

Interpretasi:

Pembiasaan untuk hidup rapi adalah salah satu metode pembelajaran yang ingin di

wujudkan oleh para guru di SDS Muhammadiyah 29 Medan. Selain itu selalu hidup rukun

dan saling memaafkan adalah hal penting yang sudah seharusnya di tanamkan pada karakter

siswa.

92

Catatan Lapangan VI

Metode Pengumpulan Data: Observasi

Tanggal : 15 Juni 2015

Waktu : Pukul 07.00 - 12.00

Sumber data : Siswa-siswi SDS Muhammadiyah 29 Medan

Lokasi : SDS Muhammadiyah 29 Medan

Pukul 07.45 siswa masuk kelas. Guru menata bangku dan meja supaya lebih kelihatan

rapi. Selanjutnya guru mengucapkan salam kepada siswa. Siswa dibimbing untuk duduk

tenang terlebih dahulu kemudian berdoa bersama-sama (doa arab sekaligus artinya). Ketika

ada siswa yang ribut, maka guru mengingatkan agar jangan ribut di kelas. Tidak berselang

lama, ada siswa yang terlambat masuk kelas, guru meminta siswa tersebut untuk memimta

maaf kepada teman-teman didepan kelas karena sudah terlambat, setelah siswa tersebut

meminta maaf didepan kelas kemudian guru bertanya kepada siswa-siswi yang duduk

dikelas"dimaafkan nggak teman-teman?". Dan siswa dikelaspun menjawab bersama-sama

"dimaafkan bu.." Hari ini adalah pelajaran Akidah Akhlak yang diikuti oleh siswa-siswi

dengan ceria. Didalam proses pembelajaran ini penulis mendapati beberapa kejadian yang

menceerminkan implementasi pendidikan karakter yang ada di kelas. Ketika guru

menjelaskan pelajaran tiba-tiba ada anak yang berkelahi yang kemudian langsung di lerai

oleh bu guru, ibu kemudian mengajak anak yang mulai usil duluan untuk meminta maaf,

walau kelihatan agak terpaksa akhirnya si anak mau bersalaman dan meminta maaf kepada

teman yang dia usili setelah mendengar penjelasan dari bu guru bahwa kalau anak sholeh itu

harus saling memaafkan. Selang beberapa waktu ada siswa yang meminjam penghapus teman

dibangku sebelahnya tanpa izin, temannya yang tahu penghapusnya tidak ada dan ternyata

dipakai oleh teman dibangku sebelahnyapun mengadukan kepada buguru kalo temannya

mengambil penghapusnya tanpa izin, bu guru pun menghampiri anak tersebut dan mengelus

93

kepala dan pipi sambil menasehati "mas Zaki kalo mau pakai barang punya temennya harus

bilang dulu ya, biar nanti jadi anak sholeh." Selain kejadian-kejadian diatas siswa-siswi SDS

Muhammadiyah 29 Medan juga dibiasakan dengan menabung uang setiap harinya dengan

cara guru menyediakan celengan-celengen sesuai jumlah siswa dikelas kemudian celengan-

celengan tersebut ditulisi nama-nama setiap siswa. Sehingga siswa-siswi SDS

Muhammadiyah 29 Medan semangat untuk menabung walau dengan uang recehan.

Interpretasi:

Secara umum pembelajaran berjalan dengan baik. Siswa juga aktif dan semangat.

Pembelajaran integratif yang dilakukan oleh guru SDS Muhammadiyah 29 Medan juga

membantu pembentukan karakter siswa kedepan

94

Catatan Lapangan VII

Metode Pengumpulan Data: Observasi

Tanggal : 16 Juni 2015

Waktu : Pukul 07.00 - 12.00

Sumber data : Siswa-siswi SDS Muhammadiyah 29 Medan

Lokasi : SDS Muhammadiyah 29 Medan

Pukul 09.00 WIB adalah pergantian jam pelajaran, jam ke-2 di kelas l (satu) pada hari

ini adalah pelajaran Tahfidz. Guru masuk kelas dan mengucapkan salam kepada siswa-siswi

kemudian guru merefresh pelajaran terdahulu yaitu hafalan surat pada pertemuan

sebelumnya. Dalam pelajaran tahfidz ini bu guru widia menggunakan metode yang menarik

yaitu tebak-tebakan sambil bernyanyi. Lirik nyanyian adalah tanya jawab tentang nama surat

sekaligus artinya dan jumlah ayat di surat tersebut. Metode ini sangat efektif karena siswa

lebih mudah menghafal materi yang dibungkus dalam keceriaan seperti itu. Untuk

memperlancar hafalan dan supaya hafalan tidak hilang guru menggilir siswa untuk hafalan

dengan bersama-sama satu kelas kemudian hafalan antar bangku dan yang terakhir yaitu

hafalan dengan sendiri-sendiri. Para siswa-siswi mengikuti pembelajaran dengan cukup

antusias, dengan keaktifan mereka bertanya hal-hal kecil seperti 'kenapa huruf arab kok beda

sama huruf Indonesia'.

Kepolosan anak-anak seperti itu menambah semangat guru dalam membimbing

mereka dalam pembelajaran. selain materi-materi tersebut bu Wagisah juga memberikan

reward tehadap siswa yang beperilaku baik atau buruk dikelas dengan 'cap senyum' dan 'cap

cemberut', yaitu dengan cara bu Wagisah menggambar wajah senyum dan cemberut di papan

tulis dan urutan nomer dibawahnya, ketika ada siswa yang nakal di kelas maka bu guru

mengancam akan menulis namanya didaftar 'cap cemberut' dan sebaliknya, jika ada siswa-

siswi yang berperilaku baik dikelas maka bu guru menulis namanya di daftar 'cap senyum'.

95

Setelah pelajaran selesai guru menyebutkan didepan kelas siapa saja nama-nama yang

mendapatkan 'cap senyum' hari itu yang diapresiasi oleh teman-teman dikelas dengan tepuk

tangan. Begitu juga dengan nama-nama yang mendapat 'cap cemberut' pada hari itu yang

kemudian secara reflek disoraki oleh teman-teman sekelas.

Interpretasi:

Pembelajaran dalam pelajaran Agama Islam ini Bu Guru Wagisah menggunakan metode

pembelajaran yang bagus sekali dengan memoles pelajaran yang sebenamya susah yaitu

hafalan menjadi relatif mudah untuk dicerna, yaitu dengan tebak-tebakan sambil bernyanyi.

Selain itu memberlakukan reward dikelas walaupun hanya berbentuk 'cap senyum dan

cemberut' akan sangat membantu keaktifan siswa dalam antusiasnya mengikuti pelajaran di

kelas.

96

Catatan Lapangan VIII

Metode Pengumpulan Data: Observasi

Tanggal : 17 Juni 2015

Waktu : Pukul 07.00 - 12.00

Sumber data : Siswa-siswi SDS Muhammadiyah 29 Medan

Lokasi : SDS Muhammadiyah 29 Medan

Pada awal menyambut datangnya bulan Ramadhan, seluruh peserta didik SDS

Muhammadiyah 29 Medan diajak ke masjid untuk melakukan i'tikaf bersama. Dalam

kegiatan ini peserta didik diajak langsung 'terjun ke lapangan' untuk berlatih melakukan

kegiatan peribadatan sehari-hari. Setelah semua berkumpul di sekolah, skitar pukul 07.30

WIB siswa-siswi dan guru-guru SDS Muhammadiyah 29 Medan berangakat bersama menuju

Masjid. Sesampainya dilokasi peserta didik disuruh untuk berwudhu dan dibimbing

melakukan sholat tahiyatul masjid oleh guru, dilanjutkan memanjatkan doa-doa bersama dan

sholat dhuha. Setelah kegiatan peribadatan sudah selesai kemudian siswa-siswi dibagi

kelompok menjadi 6 bagian yang kemudian dilakukan penjelasan mengenai i'tikaf dan

manfaatnya oleh setiap guru dengan penjelasan yang menarik. Selain itu guru-guru juga

sudah mempersiapkan buku-buku bacaan untuk mengisi kegiatan kunjungan tersebut. Dan

kegiatan tersebut diakhiri dengan beramain bersama-sama.

Interpretasi:

Kegiatan ini melatih siswa secara langsung dengan prakter dan lokasi yang sebenamya

sehingga siswa dapat merasakan apa yang harus mereka kerjakan dalam prakter peribadatan

sehari-hari.

97

Catatan Lapangan IX

Metode Pengumpulan Data: Observasi

Tanggal : 19 Juni 2015

Waktu : Pukul 07.00 - 12.00

Sumber data : Siswa-siswi SDS Muhammadiyah 29 Medan

Lokasi : SDS Muhammadiyah 29 Medan

Hari ini masih dalam rangkaian kegiatan pesantren kilat. Untuk hari ini semua siswa-

siswi diajak untuk melakukan kegiatan-kegiatan ramadhan sehari penuh dengan bermain dan

juga menginap di sekolah untuk bisa merasakan kegiatan malam bulan ramadhan dan sahur

bersama-sama. Setelah mamasuki kelas, semua-siswa dikumpulkan di ruang kelas dengan

duduk bersila. Sambil menunggu persiapan guru menyiapkan bahan kegiatan untuk hari ini

guru yang lain mengajak siswa-siswi untuk membaca surat-surat pendek secara hafalan

bersama-sama.

Ketika proses kegiatan tersebut berlangsung, salah satu guru ada yang melihat siswa

yang baru datang diantar dengan kereta atau mobil oleh orangtuanya. Temyata anak tersebut

tidak mau turun dari motor dan menangis karena merasa malu karena sudah telat. Melihat hal

tersebut sang guru menjemput anak tersebut ke motor orang tua yang mengantarkan anaknya

sambil tersenyum, dan membujuk si anak supaya mau ikut ke kelas dengan rayuan yang

mendidik. Dan akhirnya si anakpun mau turun dan masuk kelas mengikuti kegiatan pesantren

kilat bersama teman-teman yang lain.

Interpretasi:

pendidikan yang penulis tangkap pada moment ini adalah bahwa ketika keadaan tidak ada

kegiatan karena berbagai alasan, seperti ketika saat ini yaitu ketika para guru masih

mempersiapkan bahan-bahan dan tempat untuk merealisasikan pembelajaran maka guru yang

lain mengisi kegiatan yang sangat bermanfaat bagi pendidikan anak yaitu dengan

98

mengumpulkan anak dan diajak untuk merefresh hafalan surat-surat pendek mereka bersama-

sama. Selain itu yaitu bagaimana guru menyikapi anak yang merasa malu masuk kelas karena

sudah telat, yaitu dengan menjemput si anak dan merayu dengan cara yang sangat mendidik.

Hal-hal ini membuat setiap moment dalam sekolah bisa dijadikan media untuk melakukan

proses pembentukan karakter positif siswa.

99

Catatan Lapangan X

Metode Pengumpulan Data: Observasi

Tanggal : 19 Juni 2015

Waktu : Pukul 07.00 - 12.00

Sumber data : Siswa-siswi SDS Muhammadiyah 29 Medan

Lokasi : SDS Muhammadiyah 29 Medan

Kegiatan pesantren kilat kali ini yaitu membuat kartu lebaran dan dolanan bocah.

Seperti biasa setelah semua siswa hadir, kegiatan dimulai kali ini siswa-siswi diajak sholat

berjaamah terlebih dahulu setelah semua sudah memunyai whudu. Sehabis sholat siswa-siswi

dikumpulkan dalam kelas dan mulai membuat kartu lebaran dengan bimbingan para guru.

Kartu lebaran dibuat dari crayon sebagai warna dasar dan setelah semua dirasa cukup siswa-

siswi diarahkan untuk menggambar diatas warna tersebut sesuai dengan keinginan mereka

menggunakan media paku.

Setelah waktu menjelang sore sambil menunggu waktu berbuka tiba supaya peserta

didik tetap semangat mengikuti kegiatan pesantren kilat, guru mengajak siswa-siswi untuk

bermain bersama yaitu bermain permainan-permainan anak jaman dahulu yang sudah mulai

jarang diamainkan oleh anak-anak sekarang seperti nekeran/ bermain kelereng dengan

berbagai macam model permainannya, kepyekan, dan Iain-lain.

Interpretasi:

Kegiatan-kegiatan tersebut sangat bermanfaan bagi perkembangan psikologis anak dalam

proses pembentukan karakter mereka kedepan. Membangun kreatifitas sejak dini, melatih

sportivitas, kerjasama antar teman, tolong menolong dan dibiasakan dalam situasi kompetitif

yang positif sejak dini

100

Catatan Lapangan XI

Metode Pengumpulan Data: Observasi

Tanggal : 20 Juni 2015

Waktu : Pukul 13.00 - 17.00

Sumber data : Guru dan Siswa SDS Muhammadiyah 29 Medan

Lokasi : SDS Muhammadiyah 29 Medan

Pada observasi yang penulis lakukan kali ini bertepatan pada bulan Ramadhan 1436H,

pada kesempatan ini anak-anak menjalani kegiatan pesantren kilat yang diadakan di sekolah.

Dalam pesantren kilat ini SDS Muhammadiyah 29 Medan memprogramkan kegiatan-

kegiatan pendidikan dengan kemasan yang menarik untuk menciptakan keceriaan yang

positif bagi anak.

Hari ini anak-anak diajak menonton film bersama, yaitu film kartun dengan muatan

moral yang sangat kental supaya bisa menjadi contoh bagi aplikasi kehidupan anak sehari-

hari. Setelah nonton bareng selesai dan bertepatan waktu sholat ashar sudah tiba maka anak-

anak langsung diajak untuk sholat ashar berjamaah ke mesjid dengan bimbingan setiap guru

yang ada di sekolah.

Interpretasi:

Dalam kegiatan pesantren kilat ini siswa-siswi di programkan dalam pembelajaran yang

sangat bermanfaat yang dikemas dengan sangat menarik sehingga antusias mereka bertambah

walaupun memakan waktu yang lebih lama dari biasanya.

101

Lampiran 2. Dukungan Sarana dan Prasarana Penelitian

Sarana utama yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah tersedianya data-data dan

bahan-bahan pembelajaran di SDS Muhammadiyah 29 Medan.

Ketersediaan bahan tersebut dan akses ke pengelola SD Muhammadiyah 29 Medan

hal mudah yang akan dihadapi oleh tim peneliti. Untuk itu tim sebaiknya mendapatkan

dukungan dan izin dari Rektor dan Pimpinan Cabang Muhammadiyah Medan.

Cara mengatasinya untuk sementara ini adalah menggunakan kedekatan peneliti

dengan para guru dan kepala sekolah SD Muhammadiyah 29 Medan.

Lampiran 3. Susunan Organisasi Tim Peneliti/ Pelaksana dan Pembagian

Tabel Susunan Organisasi Tim Peneliti

No Nama/ NIDN Instansi

Asal

Bidang

Ilmu

Alokasi Waktu

(Jam/Minggu) Uraian Tugas

1.

Dr. Amini, S.Ag.,

M.Pd/ UMSU

Pendidik

an 8 Jam/Minggu

Pengumpulan

Data, Analisa,

Pembuatan

Modul,

Sosialisasi,

Laporan Akhir,

Presentase

4.

Dra.

Syamsuyurnita,

M. Pd/ UMSU

Pendidik

an 4 Jam/ Minggu

Pengumpulan

Data dan Laporan

Akhir, Presentase

5.

Masyitah

Noviyanti,

S.Pd.,M. Hum/ UMSU

Pendidik

an

5 Jam/

Minggu

Pengumpulan

Data, Analisa,

Pembuatan

Modul,

Sosialisasi,

Laporan Akhir.

Lampiran 4:

Biodata Ketua Tim Peneliti :

A. Identitas Diri

1 Nama Lengkap (dengan gelar) Dr. Amini, S.Ag., M.Pd

2 Jenis Kelamin Perempuan

3 Jabatan Fungsional Lektor /III/C

4 NIP/NIK/Identitas Lainnya -

5 NIDN 0115067101

6 Tempat dan Tanggal Lahir Sei. Mencirim/ 15 Juni 1971

7 E-mail [email protected]

8 Nomor Telepon/HP 081370056073

9 Alamat Rumah Jl. Jati No. 125 A Sei. Mencirim Sunggal

102

Deli Serdang

10 Alamat Kantor Jl. Mukhtar Bashri No.3

11 Nomor Telepon/Fax

061-6622400, 6624567 Ext. 106,108 / 061-

6625476, 6631003

11 Mata Kuliah yang Diampu

Profesi Kependidikan

Belajar dan Pembelajaran

Metode Penelitian Pendidikan

Perkembangan Peserta Didik

B. Riwayat Pendidikan

S-1 S-2 S-3

Nama Perguruan

Tinggi IAIN Sumatera Utara

Universitas

Negeri Padang

Universitas

Negeri

Jakarta

Bidang Ilmu

Pendidikan Agama

Islam

Ekonomi

Pembangunan

Tahun Masuk-Lulus 1990-1995 1998-2001 2002-211

Judul

Skripsi/Tesis/Disertasi

Akulturasi budaya Jawa

Terhadap Pendidikan

Agama Isla di Sei.

Mencirim

Pengaruh Gaya

Kepemimpinan

Terhadap

Kebijakan

otonomi Kepala

Sekolah di SMA

1

Muhammadiyah

Medan

Nama

Pembimbing/Promotor

Drs. Abu Bakar M.

Luddin

Drd. H.M. Farid

Nasution

Prof. Dr.

Ajinar Sayuti

Dr. Syahron,

M.Pd Prof. Dr. Tjipto

Prof. dr. Haris

C. Pengalaman Penelitian Dalam 5 Tahun Terakhir

No Tahun Judul Penelitian Pendanaan

Sumber

Jml (Juta

Rp)

1 2011

Rancangan Model Sistem Administrasi

Berbasis Mutu Layanan Pendidikan di

Medan Dikti

Rp.

50.000.000

Semua data yang saya isikan dan tercantum dalam biodata ini adalah benar dan dapat

dipertanggung jawabkan secara hukum. Apabila dikemudian hari ternyata dijumpai

ketidaksesuaian dengan kenyataan, saya sanggup menerima sanksi .

Demikian biodata ini saya buat dengan sebenarnya untuk memenuhi salah satu dari

persyaratan dalam pengajuan penelitian hibah bersaing.

103

Medan, 06 November 2015

Ketua Tim Peneliti,

Dr. Amini, S.Ag., M. Pd

NIDN: 0115067101

Biodata Anggota Tim Peneliti 1 :

A. Identitas Diri

1 Nama Lengkap (dengan gelar) Dra. Syamsuyurnita, M.Pd

2 Jenis Kelamin Perempuan

3 Jabatan Fungsional Lektor Kepala/IV/A

4 NIP/NIK/Identitas Lainnya 19670604 199303 2002

5 NIDN 0004066701

6 Tempat dan Tanggal Lahir Midai/ 04 Juni 1967

7 E-mail [email protected]

104

8 Nomor Telepon/HP 081361575719

9 Alamat Rumah Komplek Veteran Purnawirawan Blok B/45 Medan Estate

10 Alamat Kantor Jl. Mukhtar Basri No.3

11 Nomor Telepon/Fax

061-6622400, 6624567 Ext. 106,108 / 061-

6625476, 6631003

11 Mata Kuliah yang Diampu

Bahasa Indonesia

Teori Belajar Bahasa

Evaluasi Pengajaran Bahasa

Micro Teaching

B. Riwayat Pendidikan

S-1 S-2 S-3

Nama Perguruan

Tinggi Universitas Riau

Universitas Negeri

Medan -

Bidang Ilmu

Bahasa dan Sastra

Indonesia

Ekonomi

Pembangunan

Tahun Masuk-Lulus 1988-1993 2005-2007 -

C. Pengalaman Penelitian Dalam 5 Tahun Terakhir

No Tahun Judul Penelitian Pendanaan

Sumber Jml (Juta Rp)

1 2011

Rancangan Model Sistem Administrasi

Berbasis Mutu Layanan Pendidikan di

Medan Dikti

Rp.

50.000.000,

-

Semua data yang saya isikan dan tercantum dalam biodata ini adalah benar dan dapat

dipertanggung jawabkan secara hukum. Apabila dikemudian hari ternyata dijumpai

ketidaksesuaian dengan kenyataan, saya sanggup menerima sanksi .

Demikian biodata ini saya buat dengan sebenarnya untuk memenuhi salah satu dari

persyaratan dalam pengajuan penelitian hibah bersaing.

Medan, 06 November 2015

Anggota Tim Peneliti,

Dra. Syamsuyurnita, M.Pd

NIP.196706041993032002

105

Biodata Anggota Tim Peneliti 2 :

A. Identitas Diri

1 Nama Lengkap (dengan gelar) Masyitah Noviyanti, S.Pd.,M. Hum

2 Jenis Kelamin Perempuan

3 Jabatan Fungsional Asisten Ahli/III/A

4 NIP/NIK/Identitas Lainnya -

5 NIDN 0127118002

6 Tempat dan Tanggal Lahir Medan, 27 November 1980

7 E-mail [email protected]

8 Nomor Telepon/HP 081396977070

9 Alamat Rumah Jl. Rajawali No. 81 Sei. Sikambing B Medan

10 Alamat Kantor Jl. Mukhtar Bashri No.3

11 Nomor Telepon/Fax

061-6622400, 6624567 Ext. 106,108 / 061-

6625476, 6631003

11 Mata Kuliah yang Diampu

Belajar dan Pembelajaran B. inggris

Media Pembelajaran B. Inggris

Micro Teaching

B. Riwayat Pendidikan

S-1 S-2 S-3

Nama Perguruan

Tinggi UMSU USU -

Bidang Ilmu

Pendidikan Bahasa

Inggris Linguistics

Tahun Masuk-Lulus 1999-2003 2006-2008 -

Judul

Skripsi/Tesis/Disertasi

Arabic and English

Relative Pronouns

Pronimiman

Persona Bahasa

Indonesia dan

Bahasa Arab

Suatu Kajian

Morfosintaksis -

Nama

Pembimbing/Promotor

Prof. Amrin Saragih,

MA., PhD

Dr. Syahron Lubis, MA

Prof. Dr. Khairil

Ansari, M. Pd

Drs. Aminullah,

MA

C. Pengalaman Penelitian Dalam 5 Tahun Terakhir

No Tahun Judul Penelitian Pendanaan

Sumber Jumlah

106

(Juta Rp)

1 2011

Pengaruh Teknik Prapenulisan

(Prawriting) terhadap Kemampuan

Menulis Jurusan Bahasa Inggris UMSU

Rp.

3.500.000, -

Semua data yang saya isikan dan tercantum dalam biodata ini adalah benar dan dapat

dipertanggung jawabkan secara hukum. Apabila dikemudian hari ternyata dijumpai

ketidaksesuaian dengan kenyataan, saya sanggup menerima sanksi .

Demikian biodata ini saya buat dengan sebenarnya untuk memenuhi salah satu dari

persyaratan dalam pengajuan penelitian hibah bersaing.

Medan, 06 November 2015

Anggota Tim Peneliti,

Masyitah Noviyanti, S.Pd.,M. Hum

NIDN. 0127118002

107

Lampiran 5:

FORMAT BIO DATA GURU DAN PEGAWAI

1. Nama Lengkap (gelar) :

2. Tempat/Tanggal Lahir :

3. Alamat :

4. Nomor HP :

5. Jabatan :

6. Guru mata pelajaran :

7. Pendidikan S1 :

8. Pendidikan S2 (jika ada) :

9. Pendidikan S3 (jika ada) :

10. Jurusan :

11. Alumni Perguruan Tinggi:

12. Lama bekerja sebagai guru:

13. Apakah pernah mengajar sebelumnya di sekolah lain?

108

Lampiran 6

Pedoman Wawancara

1. Apa nama sekolah tersebut?

2. Dimana alamat lengkap sekolah tersebut?

3. Siapakah nama kepala sekolah tersebut?

4. Tahun berapakah berdiri sekolah tersebut?

5. Gedung yang digunakan apakah milik pribadi, yayasan, atau wakaf?

6. Berapa luas bangunan dan ukuran tanahnya?

7. Apa saja sarana dan prasarana yang ada di sekolah tersebut?

8. Bagaimana struktur yayasan sekolah tersebut?

9. Bagaimana struktur seskolah tersebut?

10. Apa visi dan misinya?

11. Berapa jumlah gurunya?

12. Berapa jumlah pegawainya?

13. Siapa-siapa saja nama guru di sekolah tersebut?

14. Siapa-siapa saja nama pegawai di sekolah tersebut?

15. Berapa orang yang tamatan S1, S2, dan S3?

16. Apakah sudah ada yang disertifikasi?. Jika ada berapa orang?

17. Berapa banyak jumlah rombel dalam sekolah tersebut?

18. Berapa banyak jumlah siswa dalam sekolah tersebut?

19. Berapa jumlah siswa laki-laki dan perempuan?

20. Bagaimana guru dalam menanamkan pendidikan karakter kepada siswa tersebut?

21. Apakah yang dilakukan guru setaip hari kepada siswa di sekolah tersebut?

22. Apa yang dilakukan guru setiap paginya?

23. Apa yang dilakukakan guru setiap sore ketika siswa mau pulang sekolah?

24. Bagaimana kurikulum yang diterapkan oleh sekolah tersebut?

109

110

111