Naskah Publikasi Rolando revisi 088114127
-
Upload
sanata-dharma -
Category
Documents
-
view
0 -
download
0
Transcript of Naskah Publikasi Rolando revisi 088114127
UJI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN MENGGUNAKAN RADIKAL 1,1-DIFENIL-2-PIKRILHIDRAZIL (DPPH) DAN PENETAPAN KANDUNGANFENOLIK TOTAL FRAKSI AIR EKSTRAK METANOL DAUN SIRIH
(Piper betle L.)Rollando dan C.J.Soegihardjo
Fakultas Farmasi Universitas Sanata DharmaKampus III, Paingan, Maguwoharjo, Depok, Sleman,
Yogyakarta 55281
ABSTRACT
This research was conducted to determine theantioxidant activity and determine the total phenoliccontent of the water fraction of methanol extracts ofbetel leaf. Test of the antioxidant activity conductedqualitatively and quantitatively using a radical 1.1-diphenyl-2-picrylhydrazyl (DPPH). The principle of methodis to decrease the intensity of the absorbance of DPPHthat is comparable with the increase in the concentrationof antioxidant compounds and is expressed as InhibitionConcentration 50 (IC50), which states the concentration ofan antioxidant compound to produce a 50% scavenging offree radicals.Determination of total phenolic contentcarried by the Folin-Ciocalteu reagent using gallic acidstandard raw. The content of total phenolic acidsexpressed as equivalent mass of gallic acid. Theprinciple of this method is the oxidation reductionreaction, oxidized phenolic compounds and Folin-Ciocalteureagent would be reduced to be a blue solution which canbe measured by visible spectrophotometer at a wavelengthof 750 nm.The results showed that the fraction of waterextract of betel leaf metanolik have IC50 of 45,628 ± 1,474µg/mL and total phenolic content of (6,971 ± 0,167) mggallic acid equivalents per gram of water fraction ofmethanol extract of betel leaf.
1
Keywords: antioxidants, betel leaf (Piper betle L.), fractionof water, DPPH, total phenolic content
INTISARI
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui aktivitasantioksidan dan menetapkan kandungan fenolik total darifraksi air ekstrak metanol daun sirih. Pengujianaktivitas antioksidan dilakukan secara kualitatif maupunkuantitatif menggunakan radikal 1,1-diphenyl-2-picrylhydrazyl(DPPH). Prinsip metode DPPH adalah penurunan intensitasabsorbansi larutan DPPH sebanding dengan kenaikankonsentrasi senyawa antioksidan dan dinyatakan denganInhibition Concentration 50 (IC50 ), yang menyatakan konsentrasisuatu senyawa antioksidan untuk menghasilkan penangkapan50% radikal bebas. Penentuan kandungan fenolik totaldilakukan dengan pereaksi Folin-Ciocalteu denganmenggunakan baku standar asam galat. Kandungan fenoliktotal dinyatakan dengan massa ekivalen asam galat.Prinsip metode ini adalah senyawa fenolik teroksidasi danpereaksi Folin-Ciocalteu tereduksi menjadi larutanberwarna biru yang dapat diukur dengan spektrofotometervisibel pada panjang gelombang 750 nm.Hasil penelitianmenunjukkan bahwa fraksi air ekstrak metanolik daun sirihmempunyai nilai IC50 sebesar 45,628 ± 1,474 µg/mL dankandungan fenolik total sebesar 6,971 ± 0,167 mg ekivalenasam galat per gram fraksi air ekstrak metanol daunsirih.
Kata Kunci: antioksidan, daun sirih (Piper betle L.),fraksi air, DPPH, kandungan fenolat total
PENDAHULUAN
Secara alami,
dalam tubuh manusia
terbentuk radikal
bebas secara terus
menerus, hal ini bisa
2
disebabkan proses
metabolisme sel
normal manusia maupun
respon imun terhadap
pengaruh dari luar
tubuh seperti cahaya
ultraviolet, asap
pabrik, asap
kendaraan, asap rokok
maupun efek dari
pemanasan global
(global warming).
Radikal bebas adalah
atom atau molekul
yang tidak stabil dan
sangat reaktif karena
mengandung satu atau
lebih elektron tidak
berpasangan pada
orbital terluarnya.
Untuk mencapai
kestabilan atom atau
molekul, radikal
bebas akan bereaksi
dengan molekul
disekitarnya untuk
memperoleh pasangan
elektron. Radikal
bebas akan sangat
reaktif menyerang
molekul-molekul alami
tubuh seperti
lipoprotein, asam
lemak tak jenuh,
protein, serta unsur
DNA tubuh termasuk
karbohidrat (Prakash,
2001; Trevor ,1995).
Reaksi ini akan
berlangsung terus
menerus dalam tubuh
dan bila tidak
dihentikan akan
menimbulkan berbagai
penyakit seperti
kanker, jantung,
katarak, penuaan
dini, serta penyakit
3
degeneratif lainnya.
Oleh karena itu,
tubuh memerlukan
suatu substansi
penting, yaitu
antioksidan yang
mampu menangkap
radikal bebas
tersebut sehingga
tidak dapat
menginduksi suatu
penyakit (Kikuzaki
et al., 2002; Sibuea,
2003; dan Halliwell,
2000).
Antioksidan
merupakan se-nyawa
yang dapat menangkal
radikal bebas,
senyawa antioksidan
dapat memberikan
elektron (electron
donor). Dengan kata
lain antioksidan me-
rupakan senyawa yang
dapat menghambat
reaksi oksidasi
dengan mengikat
radikal bebas yang
mengakibatkan
kerusakan sel oleh
radikal bebas dapat
dihambat (Kim et al.,
2002). Antioksidan
sintesis biasa
digunakan ke dalam
formulasi makanan
untuk mengurangi
oksidasi lemak yang
menyebabkan
ketengikan,
toksisitas, dan
destruksi biomolekul
makanan
(Decker,1998).
Antioksidan sintesis
yang digunakan
seperti tert-butyl
4
hydroquinone (tBHQ), butyl
hydroxyl anisol (BHA) dan
propil galat (PG)
mempunyai efektivitas
yang tinggi dalam
menghambat radikal
bebas, akan tetapi
dapat menyebabkkan
kanker melalui mutasi
DNA (Malkinson, 1999;
Gharavi, Haggaty,dan
El-Kadi,2007). Usaha
untuk mencari senyawa
antioksidan baru
yang aman dan efektif
berkembang selama
beberapa tahun
terakhir. Banyak
penelitian yang
menunjukan bahwa
senyawa antioksidan
dalam tumbuhan dapat
dihubungkan dengan
pencegahan stres
oksidatif dan
penyakit karena
penuaan (Zou et al.,
2004). Hal inilah
yang menyebabkan
adanya penelitian
eksplorasi secara
intensif sumber
antioksidan alam yang
berasal dari
tumbuhan.
Masyarakat
Indonesia sejak zaman
dahulu telah mengenal
tumbuhan yang
mempunyai khasiat
obat atau
menyembuhkan berbagai
macam penyakit.
Tanaman yang
berkhasiat obat
tersebut dikenal
dengan sebutan
tanaman obat
5
tradisional (Thomas,
1993). Sirih (Piper
betle L.) termasuk
tanaman obat yang
sering digunakan, ini
karena khasiatnya
untuk menghentikan
pendarahan, sariawan,
gatal-gatal, dan
lain-lain. Khasiat
obat ini karena
senyawa aktif yang
dikandungnya terutama
adalah minyak atsiri
(Noorcholies et
al.,1997; Djatmiko et
al., 1998; Moeljatno,
2003). Minyak atsiri
dari daun sirih
mengandung 30% fenol
dan beberapa
derivatnya. Kavikol
dan katekol merupakan
komponen paling
banyak dalam minyak
atsiri yang memberi
bau khas pada sirih.
Persenyawaan fenol
ini diketahui
memiliki aktivitas
antioksidan (Zou et
al ,2004). Senyawa-
senyawa polifenol
mampu menghambat
autooksidasi melalui
mekanisme
pengangkapan radikal
(radikal scavenging)
dengan cara
menyumbangkan satu
elektron yang tidak
berpasangan pada
radikal bebas
sehingga banyaknya
radikal bebas menjadi
berkurang dan
energinya menjadi
6
lebih rendah (Pokorny
et al., 2001)
Metode yang
digunakan untuk
menentukan aktivitas
antioksidan dalam
penelitian ini adalah
metode DPPH. Tujuan
metode ini adalah
untuk meneliti
parameter konsentrasi
yang ekuivelen
memberikan 50% efek
aktivitas antioksidan
(IC50). Uji DPPH
(1,1-diphenyl-2-
picrylhydrazyl) adalah
suatu metode
kolorimetri yang
cepat, efektif dan
sensitif untuk
memperkirakan
aktivitas
antiradikal. Uji
kimia ini telah
digunakan secara luas
pada penelitian
fitokimia untuk
menguji aktivitas
penangkap radikal
dari ekstrak atau
senyawa murni (Widodo
et al, 2004). Pada
penentuan kandungan
fenolik total
digunakan metode
Folin-Ciocalteau.
Metode ini umum
digunakan sebagai
standar penentuan
kandungan fenolik
total setara massa
ekivalen asam galat
pada uji aktivitas
antioksidan sumber
tumbuhan (Aqil et
al., 2006).
7
Permasalahan
yang dapat dirumuskan
berdasarkan latar
belakang tersebut
adalah berapakah
nilai aktivitas
antioksidan fraksi
air ekstrak metanol
daun sirih dengan
menggunakan radikal
bebas DPPH yang
dinyatakan dengan
IC50 dan berapakah
kandungan fenolik
total fraksi air
ekstrak metanol daun
sirih yang dinyatakan
dengan massa ekivalen
asam galat ?
METODOLOGI
Bahan utama
Bahan yang
digunakan dalam
penelitian ini antara
lain: daun sirih
(Piper betle L.) yang
berasal dari Kebun
Obat “MERAPI FARMA”
daerah KM 21,5
Kaliurang,
Cangkringan, Sleman,
Yogakarta. Bahan kima
kualitas farmasetis
(CV. General Labora)
berupa akuades. Bahan
kimia kualitas pro
analitik (E.Merck)
meliputi metanol.
Bahan kualitas pro
analitik Sigma Chem.
Co., USA meliputi
rutin, DPPH , reagen
Folin-Ciocalteu, asam
galat. Bahan kualitas
teknis Brataco
Chemica, yaitu:
wasbensin dan etil
8
asetat dan aluminium
foil.
Alat
Alat-alat yang
digunakan dalam
penelitian ini berupa
vortex (junke & kunkel),
spektrofotometer UV-
VIS (Perkin Elmer
Lamda 20), blender,
corong, Buchner, oven,
mikropipet 10-1000
µL; 1-10 mL (Acura
825, Socorex), neraca
analitik (Scaltec SBC
22, BP 160P), vacuum
rotary evaporator (Junke &
Kunkel), waterbath
(labo-tech,
Heraceus), tabung
reaksi bertutup, dan
alat-alat gelas yang
lazim digunakan di
laboratorium analisis
(Pyrex-Germany dan
Iwaki).
Jalannya penelitian
Determinasi tanaman
Determinasi
tanaman sirih
dilakukan di
Laboratorium
Farmakognosi -
Fitokimia, Fakultas
Farmasi Universitas
Sanata Dharma menurut
van Steenis (1980).
Pengumpulan bahan
Daun sirih
diperoleh dari kebun
obat “MERAPI FARMA”
daerah KM 21,5
Kaliaurang,
Cangkringan, Sleman,
Yogakarta
Pengumpulan pada
musim kemarau bulan
9
Mei. Pemanenan
dilakukan pada
tanaman yang sebelum
berbunga saat pagi
hari. Preparasi ekstrak
daun sirih
Sebanyak 1 kg
daun sirih segar,
dibersihkan ,dan
dihaluskan dengan
blender. Ketika
dihaluskan, daun
tersebut ditambahkan
sedikit cairan
penyari (metanol).
Simplisia yang telah
dihaluskan ditimbang
sebanyak 30 gram dan
dituang kedalam
bejana maserasi,
ditambah metanol
sampai terendam
sempurna, dan
dicampur homogen.
Campuran dimasersi
pada suhu ruangan
selama dua hari.
Filtrat diperoleh
melalui penyaringan
dengan corong
Buchner. Ampas
penyaringan
diremaserasi dengan
metanol secukupnya
selama 2 hari.
Kemudian disaring.
Lalu hasil
penyaringan filtrat
diuapkan pelarutnya
hingga diperoleh
ekstak metanol daun
sirih.
Ekstrak metanol
daun sirih
ditambahkan 300 mL
air hangat dan di
ekstraksi cair-cair
menggunakan wasbensin
10
dengan perbandingan
larutan ekstrak
wasbensin (1:1 v/v),
kemudian didiamkan
hingga terpisah
sempurna. Fase air
akan berada pada
paling bawah,
sedangkan fase
washbensin berada
pada bagian atas.
Dari hasil
partisi diperoleh dua
fraksi, yaitu fraksi
wasbensin dan fraksi
air. Selanjutnya,
fraksi air
diekstraksi cair-cair
lagi menggunakan etil
asetat dengan
perbandingan larutan
fraksi air-etil
asetat (1:1 v/v)
sehingga didapatkan
fraksi air dan etil
asetat. Setelah
dipisahkan fraksi air
diuapkan dengan vacum
rotary evaporator. dan
waterbath hingga
didapakan ekstrak
kental. Lalu hasil
fraksi tersebut
digunakan analisis
lebih lanjut.
Pembuatan larutan pembanding
dan uji
a. Pembuatan larutan
DPPH. Sejumlah DPPH
dilarutkan ke dalam
metanol p.a sehingga
diperoleh larutan DPPH
dengan konsentrasi 0,4 mM.
Larutan tersebut ditutup
dengan alumunium foil dan
harus selalu dibuat baru.
b. Pembuatan larutan stok
rutin. Sebanyak 2,5 mg rutin
11
dilarutkan dengan metanol
p.a sampai 10,0 mL.
c. Pembuatan larutan
pembanding. Diambil
sebanyak 0,5; 1,0; 1,5;
2,5; 3,0 mL larutan stok
rutin, kemudian
ditambahkan metanol p.a
sampai 10,0 mL, sehingga
diperoleh konsentrasi
larutan standar rutin
sebesar 12,5; 25,0; 37,5;
50,0; dan 62,5 μg/mL.
d. Pembuatan larutan uji
i. Larutan uji
untuk aktivitas
antioksidan.Sejumlah 25,0
fraksi air ditimbang dan
di ad metanol p.a sampai
25,0 mL. Diambil sebanyak
1,0; 1,5; 2,0; 2,5; 3,0 mL
larutan tersebut, kemudian
ditambahkan metanol p.a
sampai 10,0 mL, sehingga
diperoleh konsentrasi
larutan uji sebesar 100;
150; 200; 250; 300 μg/mL.
ii. Larutan uji
untuk penentuan kandungan
fenolik total. Sebanyak 7,5 mg
fraksi air ditimbang, lalu
ditambahkan metanol p.a
sampai diperoleh
konsentrasi larutan uji
sebesar 750,0 µg/mL.
e. Pembuatan larutan
asam galat. Dibuat larutan
asam galat dengan
konsetrasi 500 µg/mL dalam
akuades : methanol p.a
(1:1). Diambil sebanyak
1,0; 1,5; 2,0; 2,5; dan
3,0 mL larutan tersebut,
kemudian ditambahkan
akuades : metanol p.a
(1:1) sampai 10,0 mL,
sehingga diperoleh
konsentrasi larutan baku
12
asam galat sebesar 50; 75;
100; 125; dan 150 µg/mL.
Uji pendahuluan
a. Uji fenolik.
Sejumlah 0,5 mL larutan
uji 750,0 µg/mL dan
larutan pembanding asam
galat 150,0 µg/mL
ditambahkan 2,5 mL
pereaksi fenol Folin-
Ciocalteu yang telah
diencerkan dengan akuades
(1:10 v/v) kedalam tabung
reaksi. Diamkan selama 10
menit. Tambahkan 7,5 mL
larutan natrium karbonat
1 M. Kemudian amati warna
larutan tersebut.
b. Uji pendahuluan
aktivitas antioksidan.
Sebanyak 1 mL larutan DPPH
dimasukan ke dalam masing-
masing tiga tabung reaksi.
Ditambahkan masing-masing
dengan 1 mL metanol p.a,
larutan pembanding rutin
37,5 μg/mL , dan larutan
uji 200,0 μg/mL.
Selanjutnya, larutan
tersebut ditambahkan
dengan 3 mL metanol p.a.
Larutan tersebut kemudian
divortex selamam 30 detik.
Setelah 30 menit, amati
warna pada larutan
tersebut.
Optimasi metode uji
aktivitas antioksidan
a. Penentuan operating
time ( OT ) .Sebanyak 1 mL
larutan DPPH dimasukan
kedalam masing-masing tiga
labu ukur 5 mL,
ditambahkan masing-masing
dengan 1 mL larutan
pembanding rutin 12,5;
37,5 dan 62,5 μg/mL.
Selanjutnya larutan
13
tersebut ditambahkan
dengan metanol p.a hingga
tanda batas. Larutan
tersebut kemudian divortex
selama 30 detik. Setelah
itu dibaca absorbansinya
denga spektrofotometer
visibel pada panjang
gelombang 517 nm selama 1
jam. Dilakukan demikian
juga untuk larutan uji
100; 200; 300 μg/mL.
b. Penentuan panjang
gelombang serapan maksimum.
Pada 3 labu ukur 10 mL,
dimasukan masing-masing
0,5; 1,0; 1,5 mL larutan
DPPH. Ditambahkan larutan
tersebut dengan metanol
p.a hingga tanda batas
sehingga konsentrasi DPPH
menjadi 0,020; 0,040; dan
0,080. Larutan tersebut
kemudian divortex selama
30 detik. Diamkan selama
OT. Lalu dilakukan scanning
panjang gelombang serapan
maksimum dengan
spektrofotometer visibel
pada panjang gelombang
400-600 nm.
Uji aktivitas antioksidan
Uji aktivitas
antioksidan ditentukan
dengan menggunakan metode
spoktrofotometri sesuai
dengan penelitian Nusarini
(2007).
a. Pengukuran absorbansi
larutan DPPH (kontrol). Pada
labu ukur 10 mL, dimasukan
sebanyak 2 mL larutan
DPPH. Ditambahan larutan
tersebut dengan metanol
p.a hingga tanda batas.
Kemudian larutan tersebut
dibaca absorbansinya pada
saat OT dan panjang
14
gelombang maksimum.
Pengerjaan dilakukan
sebanyak 5 kali. Larutan
ini digunakan sebagai
kontrol untuk menguji
larutan pembanding dan
uji.
b. Pengukuran absorbansi
larutan pembanding dan uji.
Sebanyak 1 mL larutan DPPH
dimasukkan ke dalam tabung
reaksi bertutup kemudian
ditambah dengan 1 mL
larutan pembanding dan uji
pada berbagai seri
konsentrasi telah dibuat.
Selanjutnya larutan
tersebut ditambah dengan
metanol p.a hingga tanda
batas. Larutan tersebut
kemudian divortex selama
30 detik dan diamkan
selama OT. Larutan dibaca
absorbansinya dengan
spektrofoto-meter visibel
pada panjang gelombang
maksimum hasil optimasi.
Pengujian dilakukan dengan
5 kali replikasi.
c. Validasi metode uji
aktivitas antioksidan. Hasil
dari prosedur 7 a dan b,
divalidasi akurasi (%
recovery), presisi (%CV)
spesipisitas (spektra
kontrol), dan linearitas
(nilai r).
d. Estimasi aktivitas
antioksidan. Hasil dari
prosedur 7 a dan b,
dihitung nilai % IC
dan IC50 untuk rutin
dan fraksi air
ekstrak metanol daun
sirih.
Optimasi metode penetapankandungan fenolat total
15
Optimasi metode
penetapan kandungan
fenolat total
ditentukan dengan
menggunakan metode
spektrofotometri
sesuai dengan
penelitian Nusarini (
2007).
a. Penentuan
OT.Sebanyak 0,5 mL
larutan asam galat
50; 100; dan 150
μg/mL ditambahkan
dengan 5 mL reagen
Folin-Ciocalteu yang
telah diencerkan
dengan air (1:10
v/v). Larutan
selanjutnya
ditambahkan dengan
4,0 mL natrium
karbonat 1 M. Setelah
itu, dibaca
absorbansinya dengan
spektrofotometer
visibel pada panjang
gelombang 750 nm
selama 30 menit.
b. Penentuan
panjang gelombang
maksimum. Sebanyak
0,5 mL larutan asam
galat 50; 100; dan
150 μg/mL ditambahkan
dengan 5 mL reagen
Folin-Ciocalteu yang
telah diencerkan
dengan air (1:1 v/v).
Larutan selanjutnya
ditambahkan dengan
4,0 mL natrium
karbonat 1 M. Diamkan
selama OT,
absorbansinya dibaca
pada λ maksimum
dengan
spektrofotometer
16
visibel pada panjang
gelombang 600-800 nm.
Penetapan kandungan
fenolat total
a. Pembuatan kurva
baku asam galat.
Sebanyak 0,5 mL
larutan asam galat
50; 75; 100; 125; dan
150 μg/mL ditambah
dengan 5 mL reagen
Folin-Ciocalteu yang
telah diencerkan
dengan air (1:1 v/v).
Larutan selanjutnya
ditambah dengan 4,0
mL natrium karbonat
1M. Setelah OT,
absorbansinya dibaca
pada λ maksimum
terhadap blanko yang
terdiri atas
akuades : metanol p.a
(1:1), reagen Folin-
Ciocalteu dan larutan
natrium karbonat 1M.
Pengerjaan dilakukan
5 kali.
b. Validasi metode
penetapan kandungan
fenolik total. Hasil dari
prosedur 9 a ,
divalidasi akurasi
(%recovery), presisi
(%CV), spesipisitas
(spektra kontrol),
dan linearitas (nilai
r).
c. Estimasi
kandungan fenolik total
larutan uji. Diambil 0,5
mL larutan uji 750
μg/mL, lalu masing-
masing dimasukan ke
17
dalam labu takar 10,0
mL dan dilanjutkan
sebagaimana perlakuan
pada pembuatan kurva
baku asam galat .
Kandungan fenolik
total dinyatakan
sebagai gram ekivalen
asam galat (mg
ekivalen asam galat
per g fraksi air).
Lakukan 5 kali
replikasi.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil ekstraksi sampel
Sampel yang
digunakan untuk
penelitian ini adalah
sampel daun sirih
yang masih segar.
Digunakan sampel daun
yang masih segar
menurut Nusarini
(2007) untuk menjaga
kestabilan senyawa
fenolik dan flavonoid
dalam sampel, karena
bahan tumbuhan yang
telah dikeringkan
mempunyai
kecenderungan terjadi
perubahan susunan
senyawa fenolik dan
flavonoid yang akan
berpengaruh terhadap
aktivitas
antioksidannya.
Pembuatan ekstrak
daun sirih diawali
dengan melakukan
sortasi basah
terhadap daun sirih
yang sudah dipetik
sebelumnya. Sortasi
basah ini dilakukan
guna membebaskan
bahan baku daun sirih
yang akan digunakan
18
dari pengotor-
pengotor seperti
tanah dan debu.
Setelah itu, daun
sirih diangin-
anginkan untuk
menghilang-kan air
yang terdapat pada
daun dari proses
pencucian. Kemudian
sampel daun sirih
diblender untuk
memperkecil ukuran
daun sirih dan
didapatkan partikel-
partikel daun yang
kecil sehingga luas
permukaannya lebih
besar.
Pemilihan
metanol diban-dingkan
etanol karena
berdasarkan deret
elutropik menurut
Snyder (1997),
metanol memiliki
nilai kepolaran yang
lebih besar (metanol
= 6.6 dan etanol =
5.2) dibandingkan
dengan etanol
sehingga lebih mudah
untuk berinterksi
dengan senyawa
fenolik yang cederung
polar (like dissolve
like). Selain itu,
viskositas metanol
lebih kecil
dibandingkan etanol.
Pada suhu 20 °C,
viskositas metanol
0,597 sedangkan
etanol 1,2 (Snyder,
1997).Viskositas yang
lebih kecil, metanol
dapat berdifusi
menembus sel-sel daun
19
sirih dibandingkan
etanol (Pedriclli,
2001). Penggunaan
metanol juga dapat
mencegah terjadinya
browning karena
metanol dapat
mendenaturasi
protein, yang
merupakan komponen
dari enzim polifenol
oksidase. Bobot
ekstrak metanol yang
didapat adalah 90,80
g dan rendemen yang
didapat dari ekstrak
metanol daun sirih
adalah 3,0267 %.
Hasil fraksinasi ekstrak
Ekstrak metanol
yang didapat,
dilarutkan dengan air
hangat agar lebih
melarutkan ekstrak
metanol. Ekstrak
metanol yang telah
dilarutkan kemudian
difraksinasi dengan
menggunakan wasbensin.
Fraksi wasbensin dan
faksi air akan
terpisah didalam
corong pisah, fraksi
wasbensin terdapat pada
bagian atas dan
fraksi air terdapat
pada bagian bawah.
Hal ini karena bobot
jenis wasbensin lebih
kecil dari pada bobot
jenis air. Wasbensin
memiliki bobot jenis
0,730 dan air
memiliki bobot jenis
0,996 (Direktorat
Jendral Pengawasan
Obat dan Makanan RI,
1995). Senyawa polar
20
seperti fenolik akan
tertinggal didalam
fraksi air dan fraksi
wasbensin yang tidak
digunakan untuk
analisis akan
mengandung senyawa
non polar seperti
klorofil, vitamin,
karbohidrat dan
protein.
Fraksi air
kemudian difrak-
sinasi kembali
menggunakan etil
asetat. Menurut
Snyder (1997) indeks
polaritas etil asetat
adalah 4,4. Etil
asetat berfungsi
untuk mengekstraksi
aglikon polihidroksi
misalnya aglikon
flavonon, flavon dan
flavonol. Fraksi etil
asetat dan air akan
terpisah, fraksi etil
asetat yang berbobot
jenis kecil
dibandingkan dengan
air (0,898 : 0,996)
(Direktorat Jendral
Pengawasan Obat dan
Makanan RI, 1995)
berada pada bagian
atas dan fraksi air
berada pada bagian
bawah. Fraksi air di
uapkan dengan
menggunakan vaccum
rotary evaporator untuk
memini-malkan
pemanasan supaya
stabilitas senyawa
fenolik tetap
terjaga. Sisa fraksi
air kemudian
dipanaskan dengan
21
waterbath dengan
bantuan kipas untuk
menguapakan sisa
pelarut sehingga
didapatkan ekstrak
kental. . Fraksi air
yang sudah dibungkus
dimasukan didalam
desikator agar tidak
terpapar lembab dan
ditumbuhi jamur atau
mikroba. Bobot fraksi
air yang didapat
sebesar 15,8876 g dan
rendemen fraksi air
yang didapat adalah
0,5296 %.
Hasil Uji Pendahuluan
1. Uji pendahuluan senyawa
fenolat
Pengukuran kualitatif
total fenol dengan metode
Folin-Ciocalteau
didasarkan pada reaksi
oksidasi-reduksi alam
suasana basa. Reagen
Folin-Ciocalteu yang
terdiri dari asam
fosfomolibdat dan asam
fosfotungstad akan
tereduksi oleh senyawa
polifenol menjadi
malibdenum-tungsen (The
Grape Seed Method Evaluation
Committee, 2001). Reaksi
ini mem-bentuk kompleks
warna biru. ).
A B
C
22
Blangko (A), Fraksi air +
Folin-Ciocalteu (B), Asam galat
+ Folin Ciocalteu (C)
Hasil penelitian
yang dilaku-kan,
fraksi air yang
diberi reagen Folin-
Ciocalteu menunjukan
warna biru. Dapat
disimpulkan fraksi
air ekstak metanol
daun sirih mengandung
senyawa fenolat.
2. Uji pendahuluan aktivitas
anti-oksidan
Fraksi air
ekstrak metanol yang
memiliki potensi
aktivitas antioksidan
maka senyawa itu akan
bereaksi dengan
radikal DPPH karena
adanya elektron yang
tidak berpasangan.
Ketika elektronnya
menjadi berpasangan
oleh keberadaan
penangkap radikal
bebas, maka
absorbansinya menurun
secara stokiometri
sesuai jumlah
elektron yang
diambil. Keberadaan
senyawa antioksidan
dapat mengubah warna
larutan DPPH dari
ungu menjadi kuning.
A
B C
Blangko (A), Fraksi air +
DPPH (B), Rutin +
DPPH (C)
23
Dari hasil
pengujian terlihat
adanya penurunan
intensitas warna
larutan uji fraksi
air ekstak metanol
dari warna ungu
menjadi warna kuning.
Dengan demikian dapat
disimpulkan hasil
pengujian positif dan
didalam fraksi air
ekstrak metanol daun
sirih terdapat
senyawa yang memiliki
aktivitas
antioksidan.
Hasil Optimasi Metode Uji Aktivitas Antioksidan dan Penetapan Kan-dungan Fenolat Tolat
Penentuan Operating Time
(OT)
Pengukuran OT
bertujuan untuk
mengetahui waktu yang
tepat untuk
pengukuran suatu
senyawa, dimana
reaksi terjadi secara
optimal. Pada rentang
waktu tersebut
senyawa berada dalam
keadaan reaksi
sempurna. Dari
penentuan OT pada
larutan pembanding
dan larutan uji pada
tiga tingkat
konsentrasi,
absorbansi stabil
pada menit ke-30
hingga menit ke-60.
Penentuan OT asam
galat menunjukan dari
menit ke-10 sampai
ke-30 absorbansi
senyawa molybdenum
blue yang merupakan
24
senyawa hasil reaksi
asam galat dengan
pereaksi Folin-
Ciocalteu terbentuk
secara stabil. Dapat
disimpulkan secara
praktis OT penetapan
kadar adalah 10
menit, pengukuran
absorbansi pada
penetapan kadar
kandungan fenolat
total agar
mendapatkan hasil
yang reliabel dan
valid dilakukan pada
menit ke-10 sampai
ke-30.
Penentuan panjanggelombang maksimum ( λmaks)
Penentuan
panjang gelombang
serapan maksimum ini
bertujuan untuk
menentukan panjang
gelombang dimana
senyawa yang ingin
diukur memberikan
absorbansi yang
paling optimum. Hasil
scanning tiga
konsentrasi larutan
DPPH didapatkan hasil
panjang gelomabang
maksimum rata-rata
adalah 515,8 nm.
Hasil Scanning tiga
konsentrasi asam
galat yang sudah
direaksikan dengan
pereaksi Folin-
Ciocalteu didapatkan
hasil panjang
gelombang maksimum
rata-rata adalah 750
nm. Hal ini sesuai
dengan panjang
gelombang teoritis
25
yaitu 750 nm. Jadi
Untuk menentukan
kandungan fenolat
total menggunakan
panjang gelombang 750
nm.
Hasil Validasi Metode Uji Aktivitas Antioksidan dan Penetapan Kandungan Fenolat Total
Lineritas
Linearitas
menunjukkan kemampuan
metode untuk menghasilkan
hasil uji yang secara
langsung proporsional
dengan konsentrasi analit
dalam sampel. Dari 5
repikasi yang dilakukan
untuk validasi metode
analisis rutin ,
didapatkan bahwa hasil
dari repliksi 2 mempunyai
harga koefisien korelasi
yang paling baik, dimana r
= 0,9992. Nilai r yang
memenuhi persyaratan
linearitas yang baik
menurut Mulja dan Hanwar
(2003) adalah lebih besar
dari 0,999, sehingga nilai
r yang dihasilkan dalam
penelitian ini masih dapat
diterima karena masih
berada di atas nilai r
yang dipersyaratkan.
Persamaan regresi linier
fraksi air ekstrak
metanolik daun sirih,
dari 5 replikasi yang
dilakukan didapatkan hasil
dari replikasi 4 yang
paling baik, dengan nilai
r = 0,9998. Percobaan pada
penetapan kandungan
fenolat total 5 replikasi
hasil didapatkan nilai r
dari persamaan kurva baku,
yaitu r = 0,9999, maka
26
dapat dikatakan bahwa
kurva baku memenuhi
persyaratan linearitas.
Nilai r yang memenuhi
persyaratan linearitas
yang baik menurut Mulja
dan Hanwar (2003) adalah
lebih besar dari 0,999,
sehingga nilai r yang
dihasilkan dalam
penelitian ini masih dapat
diterima karena masih
berada di atas nilai r
yang dipersyaratkan.
Akurasi
Akurasi
merupakan analisis
kedekatan hasil
analisis yang
diperoleh dengan
menggunakan metode
analisis tertentu,
dengan nilai yang
sebenarnya. Penentuan
akurasi metode
analisis dapat
dilakukan dengan
membanding-kan kadar
terukur dengan kadar
teoritisnya.
Berdasarkan ketiga
macam konsentrasi
yang diuji dalam
validasi metode
penentuan aktivitas
antioksidan mempunyai
rata-rata nilai
recovery 93,680%,
101,29538%, dan
99,07242% berturut
turut untuk
konsentrasi terkecil,
tengah, dan tinggi,
sehingga semua seri
konsentrasi DPPH yang
diuji mempunyai nilai
rata-rata perolehan
kembali yang masuk
27
dalam rentang nilai
recovery yang
dipersyaratkan
(antara 75-125%). Hal
ini berarti bahwa
untuk menganalisis
rutin metode ini
sudah mempunyai
akurasi yang baik
untuk penelitian ini.
Berdasarkan data dari
recovery fraksi air
ekstrak metanolik
daun sirih ada pada
rentang 93,750 –
120,186 % .Dari data
persen recovery asam
galat berada pada
rentang 98.331 % -
102.332 %. Semua
replikasi berada pada
rentang recovery yang
baik untuk baku
analit dengan kadar
sekitar 100 ppm
sesuai yang di
persyaratkan Harmita
(2004), sehingga
dapat dikatakan bahwa
metode ini memiliki
akurasi yang baik.
Hasil ini masih
berada pada rentang
recovery yang masih
bisa diterima yaitu
antara 75-125% %
untuk analit dengan
konsentrasi kurang
dari 0,1% (b/v)
(Kingstone, 2004).
Kesimpulannya metode
ini memiliki akurasi
yang baik untuk
menganalisis fraksi
air ekstrak metanol
daun sirih. Presisi
Presisi dari
metode analisis
28
dinyatakan dalam CV
(Coeffisien of Variant),
dimana dalam
menghitung CV dilihat
dari hasil yang
didapat pada tiga
tingkatan konsentrasi
dalam lima kali
replikasi.
Berdasarkan ketiga
macam konsentrasi
yang diuji dalam uji
aktivitas antioksidan
ini mempunyai nilai
CV 1,7701 %, 1,4133
%, 1,1351 % dan
untuk uji antioksidan
rutin mempunyai nilai
0,4642%, 0,6124%,
6,8085% berturut
turut untuk
konsentrasi terkecil,
tengah, dan
tertinggi, sehingga
semua seri
konsentrasi DPPH yang
diuji mempunyai nilai
CV yang masuk dalam
rentang nilai CV yang
dipersyaratkan untuk
konsentrasi analit
<0,1% (b/v), yaitu CV
≤ 20%. Hal ini
menunjukkan bahwa
metode yang digunakan
mempunyai presisi
yang baik. Presisi
biasanya dinyatakan
dengan koefisien
variasi atau CV.
Untuk kadar analit
sekitar 100 ppm, CV
kurang dari 5 % dapat
dikatakan metode
tersebut memberikan
presisi yang baik
( Harmita,2004).
Spesifisitas
29
Spesifisitas
adalah kemampuan
untuk mengukur analit
yang dituju secara
tepat dan spesifik
dengan adanya
komponen-komponen
lain dalam matriks
sempel seperti
ketidakmurnian,
senyawa lain, produk
degradasi dan
komponen lain. Hasil
scanning pada larutan
pembanding rutin dan
larutan uji fraksi
air pada panjang
gelombang 515,8 nm
tidak terdapat
serapan dan hasil
scanning pada larutan
asam galat dan fraksi
air ekstrak metanol
daun sirih dengan
kisaran panjang
gelombang 500-900 nm,
pada panjang
gelombang 750 nm
tidak terdapat
serapan.sehingga
ketika rutin
direaksikan dengan
radikal DPPH maka
yang terbaca hanya
absorbansi DPPH hasil
reaksi. Dapat
disimpulkan metode
uji aktivitas
antioksidan untuk
rutin dan fraksi air
memiliki spesisitas
yang baik.
Hasil Estimasi Aktivitas Antioksidan dan Kandungan Fenolat Total
Parameter yang
digunakan untuk
aktivitas antioksidan
30
dengan metode
penangkapan radikal
DPPH ini adalah IC50
yakni konsentrasi
senyawa uji yang
dibutuhkan untuk
mengurangi radikal
DPPH sebesar 50%.
Nilai IC50 diperoleh
dari suatu persamaan
regresi linier yang
menyatakan hubungan
antara konsentrasi
senyawa uji dengan
persen aktivitas
antioksidan (Zou et
al., 2004). Semakin
kecil nilai IC50
senyawa uji, maka
semakin poten senyawa
uji tersebut sebagai
antioksidan.
Tabel I. Hasil perhitungan IC50
rutin dan fraksi air ekstrak metanol daun sirih
Sampel
IC50
(µg/mL)
Tingkatan aktivitasantioksidan (nilaiIC50) dengan metode
DPPH
Sangat
kuat(<50
µg/mL)
Kuat(50-100µg/mL)
Sedang
(101-150µg/mL)
Lemah
(>150
µg/mL)
Rutin
10,176
√
Fraksiair
45,628
√
Rata-rata nilai
IC50 rutin sebesar
10,176 ± 0,380 µg/mL,
nilai ini menunjukkan
bahwa dibutuhkan
rutin dengan
konsentrasi 10,176 ±
0,380 µg/mL untuk
menghasilkan
penurunan 50% dari
aktivitas DPPH.
31
sedangkan fraksi air
sebesar 45,628 ±
1,474 µg/mL, nilai
ini menunjukkan bahwa
dibutuhkan fraksi air
ekstrak metanol daun
sirih dengan
konsentrasi 45,628 ±
1,474 µg/mL untuk
menghasilkan
penurunan 50% dari
aktivitas DPPH.
Berdasarkan nilai
IC50, aktivitas
antiosidan rutin
lebih besar daripada
aktivitas antioksidan
fraksi air ekstrak
metanolik daun sirih,
akan tetapi
berdasarkan tingkat
kekuatan antioksidan,
baik rutin maupun
fraksi air memiliki
aktivitas antioksidan
pada tingkat sangan
kuat karena IC50
keduanya kurang dari
50 µg/mL.
Pengujian secara
statistik menggunakan
software SPSS 17.0.
Hasil uji normalitas
dengan statistik
menunjukan nilai p
sebesar masing-masing
0,092 untuk rutin dan
0,060 untuk fraksi
air. Bila
dibandingkan dengan
nilai signifikansi
yang ditentukan,
yaitu 0,05 (taraf
kepercayaan 95%) maka
Hnull diterima karena
nilai signifikansi
yang dihasilkan lebih
besar daripada nilai
32
signifikansi yang
ditentukan. Maka
dapat disimpulkan
bahwa % IC rutin
maupun fraksi air
mengikuti distribusi
normal. Hasil
pengujian statistic
uji T tidak
berpasangan uji T
tidak berpasangan
diperoleh nilai
signifikansi yang
ditentukan yaitu
0,000 antara rutin
dan fraksi air. Bila
dibandingkan dengan
nilai signifikansi
yang ditentukan,
yaitu 0,05 maka Hnull
ditolak karena nilai
signifikansi yang
dihasilkan lebih
kecil daripada nilai
signifikansi yang
ditentukan. Oleh
karena itu, dapat
disimpulkan bahwa
nilai IC50 rutin lebih
kecil daripada fraksi
air.
Kandungan
fenolik total
diekspresikan sebagai
ekivalen asam galat.
Hubungan antara asam
galat dan
absorbansinya setelah
direaksikan dengan
pereaksi Folin-
Ciocalteu digunakan
dari replikasi yang
ke-2 dengan persamaan
y = 0,006x – 0,052;
dengan nilai
koefisien korelasi, r
= 0,9999. Nilai r ini
lebih besar r tabel
33
(db = 5; p = 0,05),
sebesar 0,878 ( Hadi,
1996).
Tabel II. Hasil perhitungan
kandungan fenolik total
Fraksiair Absorbansi
Kandungan
fenolik(µg/mL)
Kandunganfenolik total(mg ekivalenasam galat
per g fraksi) x (rata-rata) ± SDReplikasi
1 0,569 103,5 6,891Replikasi
2 0,604 109,333 7,267Replikasi
3 0,572 104 6,915 6,971 ± 0,167Replikasi
4 0,573 104,667 6,921Replikasi
5 0,606 104 6,861
Berdasarkan
hasil perhitungan
didapatkan hasil
kandungan fenolik
total rata-rata pada
sampel sebesar 6,971
± 0,167 mg ekivalen
asam galat per gram
fraksi air ekstrak
metanol daun sirih.
KESIMPULAN
Nilai aktivitas
antioksidan fraksi air
ekstrak metanol daun sirih
dengan menggunaka radikal
bebas DPPH yang dinyatakan
sebagai IC50 sebesar
(45,628 ±1,474 ) µg/mL dan
kandungan fenol total pada
fraksi air ekstrak metanol
daun sirih yang dinyatakan
dengan massa ekivalen asam
galat sebesar
(6,971±0,167) mg ekivalen
asam galat per gram fraksi
air ekstrak metanol daun
sirih.
SARAN
Perlu dilakukan
isolasi lebih lajut
untuk mengetahui
senyawa yang memiliki
aktivitas sebagai
34
antioksidan dalam
daun sirih. Perlu
dilakukan penelitian
aktivitas antioksidan
dengan menggunakan
metode yang lain.
Perlu dilakukan uji
korelasi lebih lanjut
melalui uji statistik
antara kandungan
fenolat total dengan
aktivitas
antioksidan.
DAFTAR PUSTAKA
Aqil, F., Ahmad,I., danMehmood, Z., 2006,Antioxidant and FreeRadical ScavengingPropertis of TweleveTraditionally Used IndianMedical Plants, Turk J Biol,30,177-183
Direktorat JendralPengawasan Obat danMakanan RI, 1995,Farmakope Indonesia,
edisi 4, 1061, 1036,Departemen KesehatanRepublik Indonesia,Jakarta
Gharavi,N,. Haggarty,S.,dan El-Kdai, A.O.S.,2007,Chemoprotectiveand carcinogenicEffect of tert-Butylhydroquinone andIts Metabolites,Current Drug Metabolism,8, 1-7
Harmita, 2004, Majalah IlmuKefarmasian Vol.I, No.3:Petunjuk PelaksanaanValidasi Metode dan Cara,117-135, DepartemenFarmasi FMIPA UI,Jakarta
Kikuzaki, H., Hisamoto,M., Hirose,K.,Akiyama, K., andTaniguchi, H., 2002;AntioxidantsProperties of FerulicAcid and Its RelatedCompound, J.Agric.FoodChem, 50:2161-2168.
35
Kim, D.K., Lee, K.W., Lee,H.J., and Lee, C.Y.,2002, Vitamin CEquivalentAntioxidant capacity(VCEAC) of PhenolicPhytochemicals, J.Agric. Food Chem,50,3713-3717
Kingston, 2004, Guidelinesfor The Validation ofAnalytical methods forActive Constituent,Agricultural, and VeterinaryChemical Products,APVMA,
Malkinson, A.M., 1999,Lung Tumor Promotion byBHT, Crisp Data BaseNational Institues OfHealth., 99.
Moeljatno, R., 2003,Khasiat dan Manfaat DauSirih Obat Mujarab dariMasa ke Masa ,Agromedia Pustaka,Jakarta.
Mulja, M., dan Hanwar, D.,2003, Prinsip-Prinsip
Cara Berlaboratorium yang Baik (Good Laboratory Practice),Majalah Farmasi Airlangga,vol. III No. 2, Agustus 2003, 71-76
Nusarini, N.M.R., 2007,Uji AktivitasAntioksidan FraksiEtil Asetat Ekstrakmetanolik Herba Ketul( Bidens pilosa L.),Skripsi, 15-20,Fakultas FarmasiUniversitas GadjahMada, Yogyakarta.
Pedriclli, P., 2001,Antixidant mechanismof Flavonoids,solvent effect onrate constant forchain breakingreaction of quercetinand epicatechininautooxidation ofmethyl linoleat,.Agric Food Chem, 49.
Pokorny, J.,Yanishlieva,N., and Gordon M.,2001, Antioxidant in food;
36
Practical Applications, CRCPress, New York.
Prakash, A., 2001, “Antioxidant Activity “MedallionLaboratories :Analithycal ProgresVol 19 No : 2. 1 – 4.
Sastroamidjojo S., 1988,Obat Asli Indonesia, PTDian Rakyat, Jakarta
Sibuea, P., 2003,Antioksidan Senyawa AjaibPenangkal Penuaan Dini,Sinar Harapan,Yogyakarta
Snyder L.R., and KirklandJ.J,1997, Practical HPLCMethod Development, 2nd
Ed, John Wiley andsons
The Grape Seed MethodEvaluation Committee.2001. Grape SeedExtract white Paper.Http://www.activin.com [10 Oktober 2011]
Thomas, 1993, Tanaman ObatTradisional I, PenerbitKanisius, Yogyakarta.
Trevor R, 1995, KandunganOrganik Tumbuhan, ed.6,diterjemahkan olehKosasih, Padmawinata,ITB, Bandung.
Wangcharoen, W. danMorasuk, W., 2007a,Antioxidant Capacityand Phenolic contentof Some Thai CulinaryPlants, Mj. Int. J.Sci.Tech.,01(02), 100-106
Zou, Y., Lu, Y. and Wei, D.,2004, Antioxidantactivity ofFlavonoid-richextract of Hypericumperforatum L in vitro,J. Agric, Food Chem, 52,5032-5039.
37