Laporan Akhir Fisiologi Tumbuhan

51
F U LAPORAN AKHIR FISIOLOGI POHON Oleh Nama : Shinta Rebecca Naibaho NPM : E1B012004 Prodi : Kehutanan Coass : Imanta Tarigan, Mardiana Lu Dosen : Ir. Deselina, MP Dr. Yansen, S.Hut, PhD JURUSAN KEHUTANAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS BENGKULU 2015 Lumban Gaol

Transcript of Laporan Akhir Fisiologi Tumbuhan

LAPORAN AKHIR

FISIOLOGI POHON

Oleh

Nama : Shinta Rebecca Naibaho

NPM : E1B012004

Prodi : Kehutanan

Coass : Imanta Tarigan, Mardiana Lumban Gaol

Dosen : Ir. Deselina, MP

Dr. Yansen, S.Hut, PhD

JURUSAN KEHUTANAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS BENGKULU

2015

LAPORAN AKHIR

FISIOLOGI POHON

Oleh

Nama : Shinta Rebecca Naibaho

NPM : E1B012004

Prodi : Kehutanan

Coass : Imanta Tarigan, Mardiana Lumban Gaol

Dosen : Ir. Deselina, MP

Dr. Yansen, S.Hut, PhD

JURUSAN KEHUTANAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS BENGKULU

2015

LAPORAN AKHIR

FISIOLOGI POHON

Oleh

Nama : Shinta Rebecca Naibaho

NPM : E1B012004

Prodi : Kehutanan

Coass : Imanta Tarigan, Mardiana Lumban Gaol

Dosen : Ir. Deselina, MP

Dr. Yansen, S.Hut, PhD

JURUSAN KEHUTANAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS BENGKULU

2015

BAB I

PENDAHULUAN

.1.1. Latar Belakang

.1.1.1. Acara 2 : Karbohidrat Dalam Tanaman

Fotosintesis merupakan suatu proses biologi yang kompleks, proses ini

menggunakan energi dan cahaya matahari yang dapat dimanfaatkan oleh

klorofil yang terdapat dalam kloroplas. Seperti halnya mitokondria, kloroplas

mempunyai membran luar dan membran dalam.

Hasil fotosintesis berupa amilum dan oksigen. amilum inilah yang

menjadi nutrisi bagi tumbuhan. Karbohidrat mempunyai kedudukan penting

yang khusus karena karbohidrat merupakan produksi langsung fotosintesis.

Dengan demikian karbohidrat menjadi dasar substansi organis yang mana

semua senyawa organis lainnya yang terdapt di pohon terbentuk. Tujuh puluh

lima persen dari tubuh tanaman terdiri atas karbohidrat yang rumus kimianya

dituliskan sebagai Cx(H20)y. Karbohidrat merupakan konstituen utama dinding

sel, merupakan titik awal sintesa protein dan lemak, sebagain besar teroksidasi

dalam respirasi dan sisanya terakumulasi sebagai makanan.

Pada praktikum ini akan melihat simpanan amilum yang terdapat pada

bagian daun tumbuhan. Oleh karena itu, dilakukan percobaan uji simpanan

amilum dalam daun.

.1.1.2. Acara 3 : Transpirasi

Transpirasi dapat diartikan sebagai proses kehilangan air dalam bentuk

uap dari jaringan tumbuhan melalui stomata. Kemungkinan kehilangan air dari

jaringan tanaman melalui bagian tanaman yang lain dapat saja terjadi, tetapi

porsi kehilangan tersebut sangat kecil dibanding dengan yang hilang melalui

stomata.

Namun, di setiap tumbuhan tersebut pasti ada jaringan pengangkutan

terpenting yang terdiri dari xylem dan floem. Kedua jaringan tersebut berperan

sangat penting bagi proses kehidupan sebuah tanaman dan berperan untuk

mengambil air dari dalam tanah dan kemudian menyebarkannya ke seluruh

bagian tanaman agar semua organ tanaman dapat berkembang secara

maksimal. Proses ini yang dinamakan dengan transportasi pada tumbuhan.

Tumbuhan juga melakukan transpirasi, yaitu pelepasan dalam bentuk

uap melalui stomata. Transpirasi ini merupakan salah satu mekanisme

pengaturan fisiologi pada tumbuhan yang terkait dengan berbagai kondisi yang

ada di tubuhnya dan lingkungan sekitarnya. Adanya transpirasi ini

menyebabkan terjadinya aliran air yang berlangsung secara imbas dari akar,

batang, dan daun. Aliran air tersebut akan ikut membantu proses penyerapan

dan transportasi air tanah di dalam tubuh tumbuhan.

Pada praktikum ini akan melihat bagaimana proses transpirasi pada

tumbuhan. Dalam praktikum ini juga akan mengamati berapa cepat tanaman

kehilangan uap air dari daunnya.

.1.1.3. Acara 4 : Jaringan Pengangkut Air

Air merupakan sumber kehidupan mahluk hidup.Tumbuhan pun sangat

membutuhkan air. Didalam tubuh tumbuhan,60-90 % tersusun atas air dan itu

bukanlah jumlah yang sedikit. Status air dari tumbuhan bergantung pada

kecepatan relatif penyerapan air oleh akar dan kehilangan air oleh tranpirasi.

Penyerapan air yang tidak cukup oleh akar akan menimbulkan defisit air dalam

tumbuhan, termasuk sel-sel daun, suatu defisit yang mengakibatkan penurunan

evaporasi air dari daun sehingga laju transpirasi menjadi rendah. Selain itu,

transpirasi yang berlebihan juga dapat menimbulkan defisit air. Sistem tranport

bekerja sebagai suatu unit yang cenderung menjaga agar sel tumbuhan selalu

dalam keadaan turgid.

Air masuk dari akar sampai ke tubuh tumbuhan melalui akar dan angkut

oleh pembuluh kayu (xylem).Dari pembuluh kayu inilah semua bermula, air

dan zat-zat hara yang di butuhkan oleh tanaman di angkut dan di sebarkan

keseluruh tubuh tanaman. Sebelum masuk bagian atas tumbuhan,di akan

melewati bulu-bulu akar,sel-sel korteks,sel endodermis,sel perisikel,dan

akhirrnya sampai ke xylem.

Bila xilem primer diamati secara seksama akan ditemukan perbedaan

perkembangan dan struktur xilem yang dibentuk pertama kali (protoxilem)

dengan xilem yang dibentuk kemudian (metaxilem). Protoxilem menduduki

tempat yang khas dalam struktur jaringan pengangkut primer. Pada tumbuhan

tingkat tinggi, protoxilem batang letaknya paling dekat dengan empulur (di

tengah, disebut xilem endarch) sedang di akar letaknya di sebelah luar

metaxilem (disebut xilem exarch).

Pada praktikum ini akan melihat bagaimana proses naiknya air ke daun

dengan jaringan pengangkut. Dalam praktikum ini juga akan diberi perlakuan

khusus untuk menjadi pembanding nantinya.

.1.1.4. Acara 5 : Pengamatan Daerah Tumbuh Tanaman

Pertumbuhan didefinisikan sebagai pertambahan yang tidak dapat balik

dalam ukuran pada semua sistem biologi. Proses pertumbuhan ini diatur oleh

pesan hormonal dan respon dari lingkungan (panjang hari, temperatur rendah,

perubahan persediaan air. Pertumbuhan berikutnya disebut diferensiasi, yang

didefinisikan sebagai pengontrolan gen dan hormonal serta lingkungan yang

merubah struktur dan biokimiawi perubahan ini terjadi pada hewan dan

tanaman saat berkembang. Pada umumnya daerah pertumbuhan terletak pada

bagian bawah meristem apikal dari tunas dan akar.

Pada umumnya daerah pertumbuhan terletak pada bagian bawah

meristem apikal dari tunas dan akar. Kebanyakan pertumbuhan terjadi pada

fase pendewasaan sel dan hanya sedikit kenaikan volumenya. Ujung akar dan

ujung tajuk pertumbuhan dan tepat di atas nodus tumbuhan monokotil, atau di

dasar daun rerumputan, meristem apikal tajuk dan meristem apikal akar

terbentuk selama proses perkembangan embrio saat pembentukan biji dan

disebut meristem primer. Daerah tumbuh pada tumbuhan terjadi pada

meristem apikal yang dimana pertumbuhannya berbeda-beda baik di akar

maupun di batang.

Yang melatarbelakangi praktikum ini dilakukan adalah berusaha untuk

menentukan letak daerah tumbuh pada organ tumbuhan. Pada praktikum ini

akan mengamati daerah tumbuh pada bagian akar dan batang.

.1.1.5. Acara 7 : Pengaruh Cahaya Terhadap Pertumbuhan Kecambah

Cahaya matahari merupakan sumber energi yang sangat penting untuk

melaksanakan proses fotosintesis. Tanpa adanya cahaya, tumbuhan hijau tidak

dapat melakukan fotosintesis, sehingga tak mungkin mampu bertahan hidup

untuk jangka waktu yang lama. Namun, di sisi lain cahaya dapat merupakan

faktor yang menghambat pertumbuhan karena auksin jika terkena cahaya akan

menjadi zat yang menghambat pertumbuhan.

Cahaya matahari memang berguna bagi fotosintesis pada tumbuhan

namun efek lain dari cahaya matahari ini adalah menekan pertumbuhan sel

tumbuhan. Hal ini menyebabkan tumbuhan yang diterpa cahaya matahari akan

lebih pendek daripada tumbuhan yang tumbuh di tempat gelap. Peristiwa ini

disebut dengan etiolasi.

Dampak tanaman akibat etiolasi adalah tanaman tidak dapat melakukan

proses fotosintesis. Padahal proses fotosintesis bertujuan untuk menghasilkan

karbohidrat yang berperan penting dalam pembentukan klorofil. Karena

karbohidrat tidak terbentuk, daun pun tanpa klorofil sehingga daun tidak

berwarna hijau, melainkan kuning pucat.

Untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh cahaya pada pertumbuhan

dapat dilakukan dengan berbagai percobaan, diantaranya dengan memberi

perlakuan variasi cahaya matahari yang berbeda pada tanaman kacang kedelai.

.1.1.6. Acara 8 : Pengaruh Auksin Terhadap Pertumbuhan Akar

Istilah auksin pertama kali digunakan oleh Frits Went pada tahun 1926

yang menemukan bahwa suatu senyawa yang beum dapat dicirikan mengkin

menyebabkan pembengkokan koleoptil oat kea rah cahaya. Auksin yang

ditemukan Went tersebut kini diketahui sebagai IAA (Asam Indoleasetat).

Senyawa tersebut dapat berdifusi dari ujung koleoptil menuju potongan kecil

akar. Aktivitas dilacak melalui pembengkokan koleoptil yang terjadi akibat

terpacunya pemanjangan pada sisi yang ditempeli potongan akar.

IAA yang terdapat di akar, pada konsentrasi yang hampIr sama dengan

di bagian timbuhan lainnya. Pemberian auksin memacu pemanjangan

potongan akar atau bahkan akar utuh pada banyak spesies, tetapi hanya pada

konsentrasi yang sangat rendah, bergantung pada spesies dan umur akar. Pada

konsentrasi yang lebih tinggi, pemanjangan hampir selalu terhambat.

Auksin mempunyai fungsi memacu pembentukan akar pada tanaman,

terutama pada tanaman berkayu. Namun demikian, pengaruh auksin

mempunyai batas konsentrasi, di mana pada konsentrasi rendah auksin akan

memacu pembentukan dan pertumbuhan akar dan pada konsentrasi tinggi

harus dilaporkan menghambar pembentukan dan pertumbuhan akar tanaman.

Pada praktikum ini akan didemonstrasikan pengaruh konsentrasi auksin

terhadap pembentukan dan pertumbuhan akar tanaman.

.1.1.7. Acara 9 : Dominansi Apikal & Penghambatan Pertumbuhan

Terdapat dua fase dalam pertumbuhan tumbuhan secara umum, yaitu

fase pertumbuhan vegetatif dan fase pertumbuhan generatif. Pada fase

pertumbuhan vegetatif terjadi pertumbuhan pada proses pembentukan organ

yang baru seperti daun, cabang, dan akar. Sedangkan pada fase pertumbuhan

generatif terbentuk organ alat perkembang biakan seperti bunga, buah, dan

biji.

Pada tumbuhan dikotil, pertumbuhan secara, fase pertumbuhan vegetatif

di tandai dengan adanya dominasi pucuk yang akan menghambat pertumbuhan

lateral. Dominasi pertumbuhan pucuk dapat dikurangi dengan memotong

bagian pucuk tumbuhan yang akan mendorong pertumbuhan tunas lateral.

Pertumbuhan tunas lateral akan terhambat bila bagian pucuk yang di potong

diberi auksin. Hal tersebut menunjukan adanya pengaturan mekanisme

pengaturan pertumbuhan kearah lateral oleh auksin. Auksin diproduksi secara

endogen pada bagian pucuk tumbuhan, yang akan didistribusikan secara polar

yang mampu menghambat pertumbuhan tunas lateral.

Untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh hormone terhadap

dominasi apikal dan penghambat pertunasan, maka dilakukanlah praktikum

ini. Pada praktikum ini bahan yang digunakan adalah semai Durian.

.1.1.8. Acara 10 : Geotropi

Tumbuhan sebagai mahluk hidup juga melakukan gerak. Namun, gerak

yang dilakukan oleh tumbuhan tidak seperti yang dilakukan oleh hewan

maupun manusia. Gerakan pada tumbuhan sangat terbatas. Gerakan yang

dilakukan oleh tumbuhan hanya dilakukan pada bagian tertentu. Misalnya

bagian ujung tunas, bagian ujung akar, ataupun pada bagian lembar daun

tertentu. Pada prinsipnya, gerakan tumbuhan terjadi karena adanya proses

pertumbuhan dan adanya kepekaan terhadap rangsang atau irritabilitas yang

dimiliki oleh tumbuhan tersebut. Sebagai tanggapan terhadap rangsang terebut,

tumbuhan melakukan gerakan yang mungkin menuju kearah rangsang atau

menjauhi, atau melakukan gerak tanpa menunjukan arah tertentu. Beberapa

jenis gerakan tumbuhan yang tergolong iritabilitas dibedakan menjadi tiga,

yaitu tropisme, taksis, dan nasti.

Arah pertumbuhan (pergerakan) tanaman sangat dipengaruhi oleh

stimulus lingkungan yang diterima oleh tanaman, seperti cahaya matahari,

sentuhan, ketersediaan air. Stimulus yang ada akan diterima oleh tanaman

melalui sensor-sensor yang dimilki tanaman sehingga tanaman dapat merespon

stimulus yang datang. Sebagai contoh, pada pucuk tanaman sensor yang ada

akan merespon datangnya cahaya, sehingga pucuk tanaman akan tumbuh ke

arah cahaya, yang dikenal dengan fototropisme. Di ujung akar tanaman

terdapat sensor yang memungkinkan tanaman merespon adanya gravitasi

bumi, yang karenanya arah pertumbuhan akar membelok ke arah pusat bumi.

Gerakan tanaman ini disebut geotropisme.

Untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh gravitasi terhadap

pertumbuhan suatu tanaman maka dilakukanlah pengamatan ini. Tanaman

yang digunakan adalah kecambah kacang hijau.

.1.1.9. Acara 11 : Kurva Sigmoid Petumbuhan Tanaman

Proses pertumbuhan merupakan hal yang mencirikan suatu

perkembangan bagi makhluk hidup baik manusia, hewan, maupun tumbuhan.

Dalam proses pertumbuhan terjadi penambahan dan perubahan volume sel

secara signifikan seiring dengan berjalannya waktu dan bertambahnya umur

tanaman. Proses pertumbuhan menunjukkan suatu perubahan dan dapat

dinyatakan dalam bentuk kurva atau diagram pertumbuhan.

Pertumbuhan tanaman mula-mula lambat, kemudian berangsur-angsur

lebih cepat sampai tercapai suatu maksimum, akhirnya laju tumbuh menurun.

Apabila digambarkan dalam grafik, dalam waktu tertentu maka akan terbentuk

kurva sigmoid (bentuk S). Bentuk kurva sigmoid untuk semua tanaman kurang

lebih tetap, tetapi penyimpangan dapat terjadi sebagai akibat variasi-variasi di

dalam lingkungan. Ukuran akhir, rupa dan bentuk tumbuhan ditentukan oleh

kombinasi pengaruh faktor keturunan dan lingkungan.

Untuk mengetahui dan melihat laju petumbuhan tanaman dalam satu

jangkauan waktu, maka dilakukanlah praktikum ini. Pada praktikum ini bahan

yang digunakan adalah jagung.

.1.2. Tujuan

.1.2.1. Acara 2 : Karbohidrat Dalam Tanaman

Untuk mengetahui pengaruh cahaya terhadap simpanan amilum dalam

daun.

.1.2.2. Acara 3 : Transpirasi

Untuk mengetahui kecepatan relatif kehilangan uap air dari daun berbagaijenis tanaman.

.1.2.3. Acara 4 : Jaringan Pengangkut Air

Untuk mengamati jaringan pengankutan air Padaa tanaman tingkat tinggi.

.1.2.4. Acara 5 : Pengamatan Daerah Tumbuh Tanaman

Untuk mengamati daerah tumbuh pada bagian akar dan batang.

.1.2.5. Acara 7 : Pengaruh Cahaya Terhadap Pertumbuhan Kecambah

Untuk melihat pengaruh cahaya terhadap pertumbuhan kecambah.

.1.2.6. Acara 8 : Pengaruh Auksin Terhadap Pertumbuhan Akar

Untuk melihat pengaruh hormon auksin dalam berbagai kadar terhadapjumlah dan pertumbuhan akar.

.1.2.7. Acara 9 : Dominansi Apikal & Penghambatan Pertumbuhan

Untuk mengetahui pengaruh hormon tumbuh terhadap dominasi apikal

dan penghambatan pertunasan.

.1.2.8. Acara 10 : Geotropi

Untuk Mengamati pengaruh gravitasi terhadap pertumbuan akar.

.1.2.9. Acara 11 : Kurva Sigmoid Petumbuhan Tanaman

Untuk melihat laju pertumbuhan tanaman dalam satu jangkauan waktu.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Karbohidrat merupakan suatu golongan senyawa yang terdiri dari atau dapat

dihidrolisis menjadi polisakarida aldehid dan keton. Karbohidrat dalam tanaman adalah

tepung atau amilum atau pati. Amilum adalah homopolimer (suatu polimer yang terbentuk

oleh hanya satu macam unit monomerik) dari glukosa yang digabung oleh mata rantai yang

sama dengan maltosa. Macam amilum utama adalah amilosa dan amilopektin (bila dilarutkan

dengan iodin memberikan warna merah ungu). Sedangkan amilosa memberikan warna biru

(Fressenden, 1997).

Proses fotosintesis akan menghasilkan karbohidrat, terutama glukosa. Diantara

berbagai karbohidrat yang penting yang dapat dibentuk oleh tumbuhan dari glukosa adalah

selulosa, sukrosa dan pati/amilum. Amilum didalam tumbuhan banyak tersimpan dalam akar,

umbi ataupun biji-bijian. Butir-butir amilum itu sebenarnya semula terdapat di dalam

kloroplas daun sebagai hasil fotosintesis. Pada kebanyakan tumbuhan dikotil juga monokotil,

pati mulai terkumpul pada daun segera setelah terjadi proses fotosintesis yang berjalan cepat,

sehingga pada tanaman dikotil mempunyai daun pati sedangkan daun monokotil mempunyai

daun gula (Loveless, 1994).

Hopkins (1995) menyatakan bahwa pembentukan karbohidrat terjadi pada tempat

dimana cahaya menyinari bagian yang hijau karena bagian tersebut mangandung klorofil.

Kehadiran karbohidrat dapat diketahui dari Iodin-Amilum. Bagian daun yang tertutup ketas

alumunium foil dan dikenai sinar matahari, maka setelah dimasukkan dalam alkohol panas

dan aquades panas, kemudian ditetesi larutan iodin, maka bagian tersebut tidak akan

terbentuk warna ungu, tetapi bagian yang tidak ditutupi nampak berwarna ungu.

Pembentukan pati terjadi melalui suatu proses yang melibatkan sumbangan berulang

unit glukosa dari gula nukleotida serupa dengan UDPG yang disebut adenosin difosfoglukosa

(ADPG). Pembentukan ADPG berlangsung dengan menggunakan ATP dan glukosa 1-p.

Tentunya warna pada daun yang diuji seharusnya berwarna coklat iodin, sedangkan pada

daun yang digunakan sebagai kontrol akan berwarna lebih gelap. Hal ini karena daun yang di

beri perlakuan tidak menghasilkan amilum sehingga tidak menimbulkan warna ungu

(Dwijosepoetro, 1994).

Amilum disusun di dalam kloroplas dan juga di dalam leukoplas sebagai tempat untuk

menyimpan. Penyusunan amilum memerlukan bahan berupa glukosa-1-pospat serta bantuan

enzim berupa posporilase amilum. Molekul glukosa-1-pospat dapat digandeng-gandengkan

dengan pertolongan posporilase ini. Pada penggandengan itu terlepaslah molekul pospat

(Dwidjoseputro, 1994).

Dwijoseputro (1994) menyatakan bahwa setelah semua klorofil larut, semua bagian

daun ditetesi I-KI maka, warna daun yang semula transparan akan berubah menjadi ungu

gelap. Hal ini menandakan adanya amilum pada daun tersebut, karena reaksi iodium dalam

amilum menimbulkan warna biru kehitam-hitaman. Sedangkan pada daun yang ditutup

alumunium foil akan berwarna coklat. Namun dalam percobaan tidak dihasilkan warna ungu.

Hal ini dikarenakan larutan IKI yang dipakai sudah tidak berfungsi.

Menurut Salisbury dan Ross (1992), pembentukan pati atau amilum terjadi terutama

melalui satu proses yang melibatkan sumbangan berulang unit glukosa dari gula nukleotida

serupa dengan UDPG yang disebut adenosin difosfoglukosa (ADPG). Pembentukan ADPG

berlangsung dengan menggunakan ATP dan glukosa 1-fosfat di kloroplas dan plastid lainnya.

Karbohidrat yang terbentuk pada tumbuhan dalam bentuk pati atau amilum.

Pembentukan amilum pada umumnya berlangsung melalui proses yang sama secara

berulang-ulang dengan menggunakan glukosa dari gula nukleosida yang mirip UDPG yang

disebut sebagai Adenosin Difosfat (ADPG) (Lakitan, 2000).

Pembentukan pati terjadi melaui suatu proses yang melibatkan sumbangan berulang

unit glukosa dari gula nukleotida serupa dengan UDPG yang disebut adenosin

difosfoglukosa, ADPG. Pembentukan ADPG berlangsung dengan menggunakan ATP dan

glukosa-1-fosfat di kloroplas dan plastid. Molekul amilosa yang sedang tumbuh dengan unit

glukosa yang mempunyai gugus reaksi C-4 pada ujungnya, bergabung dengan C-1 glukosa

yang ditambahkan dari ADPG. Pati sintetase, yang mengkatalisis reaksi tersebut diaktifkan

oleh K+. Cabang pada amilopektin antara C-6 pada rantai utama dan C-1 pada rantai cabang

dibentuk oleh berbagai isoenzim dari beberapa enzim yang secara ringkas disebut enzim

percabangan atau enzim Q. Tingkat cahaya yang tinggi dan siang hari yang panjang,

menguntungkan fotosintesis dan translokasi karbohidrat. Sehingga menyebabkan penimbunan

satu atau lebih butir pati di kloroplas dan penyimpanan pati di amiloplas. Pembentukan pati

di kloroplas diuntungkan oleh cahaya terang, sebab enzim yang membentuk ADPG secara

alosetrik diaktifkan oleh 3-PGA dan dihambat secara alosetrik Pi (Preiss). Kandungan 3-PGA

agak meningkat saat terang sewaktu penambahan CO2 terjadi, tapi kandungan Pi agak turun

karena ditambah ADP untuk membentuk ATP selama fosforilasi fotosintesis (Salisbury &

Ross,1992).

Tanaman jika pada bulan-bulan yang dingin, konsentrasi gula tinggi sedangkan kadar

amilum menyusut, bulan-bulan panas keadaan itu berkebalikan. Persediaan air yang

berlabihan menambah kegiatan penyusunan amilum. Perubahan pH membawa perubahan

kegiatan enzim. pH 7 merupakan pH optimal untuk pembentukan gula, sedang gula akan

terbentuk menjadi amilum jika pH sampai dibawan 7 (Kimball, 1989).

Tumbuhan, seperti juga hewan memiliki adaptasi evolusioner dalam bentuk respons

fisiologis terhadap perubahan jangka pendek. Misalnya jika daun pada tumbuhan mengalami

kekurangan air, daun-daun akan menutup stomata, yang merupakan lubang kecil

dipermukaan daun tersebut. Respons darurat ini akan membantu tumbuhan menghemat air

dengan cara mengurangi transpirasi, yaitu hilangnya air dari daun melalui penguapan (

Campbell.N.A,292:2000).

Sel hidup tumbuhan berhubungan langsung dengan atmosfer melalui stomata dan lenti

sel sehingga transpirasi terjadi melalui kutikula pada daun tumbuh-tumbuhan. Sel-sel hidup

itu berada dalam keadaan turgid dan sedang dan sedang bertranspirasi dilapisi oleh lapisan

tipis air yang diperoleh dari dalam sel. Sebalikya, persediaan air ini diperoleh dengan cara

translokasi air dan unsur-unsur penghantar dari akar melalui xilem. Akar-akar pohon tersebut

memperoleh air dengan cara mengabsorpsi melalui permukaan yang berhubungan dengan air

di dalam tanah. Seluruh proses ini digerakkan oleh energi yang diberikan pada daun dan

batang-batang pada tanaman tersebut (Wanggai,Frans. 91: 2007).

Pengurangan ukuran daun dihubungkan dengan pengurangan kecepatan transpirasi.

Tumbuhan dengan daun kecil biasanya mempunyai habitat kering, pengurangan ukuran daun

sering kali diikuti dengan peningkatan jumlah total daun pada tumbuhan (Mulyani. Sri. 251:

2006).

Proses transpirasi ini selain mengakibatkan penarikan air melawan gaya gravitasi

bumi, juga dapat mendinginkan tanaman yang terus menerus berada di bawah sinar matahari.

Mereka tidak akan mudah mati karena terbakar oleh teriknya panas matahari karena melalui

proses transpirasi, terjadi penguapan air dan penguapan akan membantu menurunkan suhu

tanaman. Selain itu, melalui proses transpirasi, tanaman juga akan terus mendapatkan air

yang cukup untuk melakukan fotosintesis agar keberlangsungan hidup tanaman dapat terus

terjamin (http://www.forumsains.com/artikel/sistem-transportasi-dan-transpirasi-dalam-

tanaman/).

Beberapa faktor lingkungan yang berpengaruh terhadap laju transpirasi antara lain:

Cahaya. Tumbuhan jauh lebih cepat bertranspirasi bilamana terbuka terhadap

cahaya dibandingkan dalam gelap.

Suhu. Tumbuhan bertranspirasi lebih cepat pada suhu lebih tinggi.

Kelembaban. Laju transpirasi juga dipengaruhi oleh kelembaban nisbi udara

sekitar tumbuha.

Angin. Adanya angin lembut juga meningkatkan laju transpirasi.

Air tanah. Tumbuhan tidak dapat terus bertranspirasi dengan cepat jika

kelembaban yang hilang tidak digantikan oleh air segar dari tanah (Kimball. John

W,493:1990).

Air dapat diserap tanaman melalui akar bersama-sama dengan unsur-unsur hara yang

terlarut didalamnya, kemudian diangkut kebagian atas tanaman, terutama daun, melului

pembuluh xylem. Pembuluh xylem pada akar, batang dan daun merupakan suatu system yang

kontinu, berhubungan satu sama lain ( Lakitan, 2004 ).

Pembuluh xilem berasal dari sel-sel silindris yang biasanya mengarahkeujung-ujung.

Pada saat matang dinding sel-sel itu melarut dan kandungansitoplasmiknya mati. Hasilnya

adalah pembuluh xilem, saluran bersambung yangtidak mati. Hasilnua adalah pembuluh

xilem bersambung dengan transpor air danmineral keatas (Salisburry,1995).

Xilem dan floem dikelilingi oleh satu lapisan sel-sel yang hidup yang disebutdengan

perisikel. Jaringan vaskuler dan parisikel mebentuk suatu tabung yang disebut stele.

Disebelah luar stele terdapat sel-sel endodermis, pada bagian dinding transversalnya dean

juga pada dinding radialnya terdapat suberin yang menebal,dikenal dengan pita

kaspari.Suberin mempunyai sifat yang tidak dapat ditembus air, lapisan luar indodermis

terdapat beberapa lapisan sel korteks yang bersifat permeabel, sehingga besar kemungkinan

air dari permukaan akan bergerak menuju pembuluh xylem melalui dinding sel korteks

tersenut ( Lakitan, 1995 )

Untuk menyatakan status air atau perimbangan air dalam tubuh tumbuhandapat

dilakukan dengan dua cara yang umum digunakan, yaitu satu diantaranya berdasarkan atas

energi air didalamnya jaringan tumbuhan yang lazim disebut potensial air, dan ini merupakan

cara yang paling tepat untuk menentukan status air dari jaringan tanaman dengan memakai

istilah potensial air.Suatu jaringan akan mengalami defisit air jika potensial air tersebut

kurangatau lebih dari 0 (nol) bar. Cara yang kedua adalah dengan mengukur kuantitas air dari

suatu jaringan kandungan airnya dan menyatakan dengan kondisi standarttertentu

(Prawiranta, 1997 ).

Pertumbuhan dan perkembangan tanaman merupakan proses yang penting dalam

kehidupan dan perkembangbiakan suatu spesies. Pertumbuhan dan perkembangan

berlangsung secara terus-menerus sepanjang daur hidup, tergantung pada tersedianya

meristem, hasil asimilasi, hormon dan substansi pertumbuhan lainnya, serta lingkungan yang

mendukung. Secara empiris, pertumbuhan tanaman dapat dikatakan sebagai suatu fungsi dari

genotipe X lingkungan (internal dan eksternal) (Fahn, 1992).

Pertumbuhan didefinisikan sebagai pertambahan yang tidak dapat balik dalam ukuran

pada semua sistem biologi. Pertumbuhan ini digambarkan dengan kurva yang sigmoid.

Proses pertumbuhan ini diatur oleh pesan hormonal dan respon dari lingkungan (panjang hari,

temperatur rendah, perubahan persediaan air). Pertumbuhan berikutnya disebut diferensiasi,

yang didefinisikan sebagai pengontrolan gen dan hormonal serta lingkungan yang merubah

struktur dan biokimiawi perubahan ini terjadi pada hewan dan tanaman saat berkembang

(Kaufman, 1975).

Pertumbuhan primer untuk memperpanjang sumbu tubuh dan perkembangan sekunder

adalah untuk meningkatkan diameter sumbu. Pertumbuhan sekunder dalan akar akan terjadi

penebalan sekunder kambiumnya besar dari benang-benang meristem dalam jaringan

prokambium atau jaringan perenkimatis yang terletak pada kelompok-kelompok floem

primer dan pusat stele (Heddy, 1987).

Letak pertumbuhan adalah pada meristem apikal, lateral, dan interkalar. Pertumbuhan

ujung cenderung menghasilkan pertambahan panjang, pertumbuhan lateral menghasilkan

pertambahan lebar. Pertambahan panjang batang terjadi di meristem interkalar, memerlukan

tambahan sumber hormon pertumbuhan dan mempunyai jumlah sel ataupun aktifitas sel yang

rendah (Campbell, 1999).

Daerah meristematis pucuk batang mengalami pertumbuhan primer seperti yang

terjadi pada akar. Namun, caranya lebih kompleks karena tidak hanya proliferasi aksis batang

namun juga pembentukan organ lateral lainnya. Pembelahan sel pada batang umumnya

terjadi pada internodus paling atas. Selama periode pertumbuhan aktif, meristem ujung

batang yang tipis, berdinding lembut dan isodiametris, aktif melakukan proliferasi sel.

Pemanjangan sel diperpanjang sepanjang internodus. Semakin jauh dari internodus maka

kecepatan pemanjangan semakin lambat. Daerah pemanjangan di belakang ujung batang

biasanya 10 cm panjangnya (Loveless, 1991).

Menurut Campbell (1999), proses pemanjangan tunas terjadi melalui pertumbuhan

ruas yang sedikit lebih tua di bawah ujung tunas tersebut. Pertumbuhan ini disebabkan

pembelahan sel dan pemanjangan sel dalam ruas tersebut. Pembelahan sel dan pertumbuhan

yang terus menerus sehingga mendorong ke arah pemanjangan batang dan tunas. Salisbury

dan Ross (1992), mengemukakan bahwa pada batang yang sedang tumbuh, daerah

pembelahan sel batang lebih jauh letaknya dari ujung daripada daerah pembelahan akar,

terletak beberapa sentimeter dibawah ujung. Menurut Campbell (1999), sel-sel inisial

membentuk sel-sel pada ujung akar yang bersifat meristematis. Pembelahan sel terjadi secara

longitudinal dan beberapa ke arah lateral yang menyebabkan akar berbentuk silindris. Sel-sel

inisial membentuk sel-sel pada ujung akar yang bersifat meristematis. Pembelahan sel terjadi

secara longitudinal dan beberapa ke arah lateral yang menyebabkan akar berbentuk silindris.

Selanjutnya sel-sel dekat ujung akar aktif berproliferasi, dimana terletak tiga zona sel

dengan tahapan pertumbuhan primer yang berurutan (zona pembelahan sel, zona

pemanjangan dan zona pematangan). Zona pembelahan sel meliputi meristem apikal dan

turunannya, yang disebut meristem primer (terdiri dari protoderm, prokambium dan meristem

dasar). Meristem apikal yang terdapat di pusat zona pembelahan menghasilkan sel-sel

meristem primer yang bersifat meristematik. Zona pembelahan sel bergabung ke zona

pemanjangan (elongasi). Di sini sel-sel memanjang sampai sepuluh kali semula, sehingga

mendorong ujung akar, termasuk meristem ke depan. Meristem akan mendukung

pertumbuhan secara terus-menerus dengan menambahkan sel-sel ke ujung termuda zona

pemanjangan tersebut (Campbell, 1999).

Fotosintesis adalah proses pembentukan makanan (glukosa) pada tumbuhan yang

mengandung zat hara, air dan karbondioksida dengan bantuan sinar matahari. Reaksi

fotosintesis secara singkat berlangsung sebagai berikut:

6CO2 + 6H2O C6H12 O6 + 6O2. Fotosintesis berlangsung dalam kloroplas yang berisi

klorofil. Klorofil dibedakan atas klorofil a dengan rumus molekul yang berwarna hijau tua

dan klorofil b dengan rumus molekul yang berwarna hijau muda. (Jumin, 1994)

Laju fotosintesis berbagai spesies tumbuhan yang tumbuh pada berbagai daerah yang

berbeda seperti gurun kering, puncak gunung, dan hutan hujan tropika sangat berbeda.

Kapasitas fotosintesis daun diartikan sebagai laju fotosintesis per satuan luas daun pada

keadaan cahaya jenuh, konsentrasi CO2 dan O2 normal, suhu optimum dan kelembapan.

(Frank dan Ross, 1992)

Terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya fotosintesis yakni H2O, CO2,

cahaya, hara, dan suhu. Diantara beberapa faktor tersebut yang paling berpengaruh dalam

proses fotosintesis adalah faktor cahaya. Cahaya sering membatasi fotosintesis terlihat juga

dengan menurunnya laju penambahan CO2 ketika tumbuhan terkena bayangan awan sebentar.

(Thenawidjaja, 1990)

Cahaya merupakan sumber energi untuk fotosintesis. Energi cahaya yang diserap oleh

tumbuhan tergantung pada intensitas sumber cahaya, lama penyinaran dan panjang

gelombang cahaya. Pada batas-batas tertentu, semakin tinggi intensitas cahaya matahari maka

semakin banyak energi cahaya yang diserap oleh klorofil, sehingga laju fotosintesis

meningkat. Cahaya matahari dengan intensitas terlalu tinggi akan menimbulkan kerusakan

pada klorofil. (Jumin, 1989).

Cahaya merupakan sumber energi bagi mikroalga untuk melakukan fotosintesis, tetapi

tidak semua spektrum cahaya dipergunakan oleh mikroalga dalam proses fotosintesis.

Penyinaran yang digunakan secara optimal oleh mikroalga untuk proses fotosintesis adalah

panjang gelombang yang berkisar antara 400 nm – 680 nm.(Daniyati et al , 2012)

Energi cahaya diubah menjadi energi kimia oleh pigmen fotosintesis yang terdapat

pada membran interna atau tilakoid. Pigmen fotosintesis yang utama ialah klorofil dan

karotenoid. Klorofil a dan b menunjukkan absorpsi yang sangat kuat untuk panjang

gelombang biru dan ungu, jingga dan merah (lembayung) dan menunjukkan absorpsi yang

sangat kurang untuk panjang gelombang hijau dan kuning hijau. (Ai, Nio 2012)

Laju fotosintesis akan berjalan maksimum bila terdapat banyak cahaya. Dalam

percobaan terlihat bahwa eksplan (bahan tanam) yang ditumbuhkan dalam intensitas cahaya

yang tinggi daunnya berwarna lebih hijau daripada eksplan yang ditumbuhkan dalam

intensias cahaya yang rendah, selain itu daun eksplan yang ditumbuhkan dalam intensitas

cahaya tinggi lebih berat daripada daun eksplan (bahan tanam) yang ditumbuhkan dalam

intensitas cahaya rendah. (Pertamawati, 2010)

Pengaruh cahaya terhadap fotosintesis tanaman air dapat dilihat dari kadar oksigen

terlarut yang terditeksi sensor. Pada kondisi terang, laju fotosintesis lebih besar dibandingkan

pada kondisi gelap. Selain cahaya, faktor lain yang juga mempengaruhi laju fotosintesis

adalah jenis mineral yang terdapat dalam air (akuades, minyak, air mineral) dan volume

tanaman itu sendiri. Semakin besar kadar mineral dan volume tanaman yang dimiliki,

semakin besar meningkat pula laju fotosintesisnya. (Yasin et al, 2011)

Untuk mengatur cahaya bagi fotosintesis tanaman perlu adanya pemberian naungan.

Perlakuan naungan, volume penyiraman yang berbeda dan interaksi kedua faktor

memberikan pengaruh yang berbeda nyata terhadap kecepatan pembungaan rosella. Tanaman

tanpa naungan yang berarti mendapat intensitas cahaya tertinggi paling cepat berbunga

diikuti naungan 55% dan yang paling lama berbunga pada naungan 75%. (Astuti dan

Darmanti, 2010)

Pertumbuhan dan perkembangan pada tanaman sangat tergantung pada faktor-faktor

yang mempengaruhinya. Ada 3 faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan

tanaman yaitu, faktor intraseluler (dari dalam sel), interseluler dan lingkungan.

Pada tanaman faktor heriditas juga sangat mempengaruhi. Hal ini terlihat pada

perubahan bentuk dan ukuran tumbuhan yang banyak ditentukan oleh faktor herediritas. Gen

merupakan faktor keturunan yang berpangaruh pada setiap struktur tumbuhan dan juga

terhadap perkembangannya. Faktor heredisitas termasuk dalam faktor intraseluler, sedangkan

faktor interseluler contohnya adalah hormon. (Clean 1995)

Hormon merupakan substansi aktif yang diproduksi dalam tubuh (alami) maupun

diluar

tubuh (buatan) yang dipengaruhi oleh kondisi ekternal. Beberapa hormon memacu

pertumbuhan, pembelahan, dan perpanjangan pada sel, tetapi ada pula yang menghambat

ketika konsentrasi yang tersedia berlebihan. (Dwidjuseptutro 1985)

Auksin merupakan hormon pertumbuhan yang memacu perpanjangan sel, yang

berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan. Auksin berpengaruh pada

beberapa proses seperti pembengkokan batang, penyebaran auksin yang tidak merata pada

batang akan menyebabkan perpanjangan sel yang tidak seimbangan. Batang yang

membengkok memungkinkan tumbuhan menyesuaikan diri dengan baik terhadap

lingkungannya, merangsang perkembangan akar leteral dan serabut sehingga meningkatkan

penyerapan air dan mineral, merangsang pembelahan sel kambium vaskuler sehingga

menyebabkan pertumbuhan jaringan vaskuler sekunder, dan meningkatkan perkembangan

bunga dan buah.

Hormon auksin yang pertama kali diisolasi adalah indon asam asetat ( indole acetic

acid,

IAA ). Sebagian besar IAA merupakan hasil sekresi organ tanman yang disebut titik tumbuh ;

termasuk disini adalah ujung tunas, daun muda, bunga, dan buah.Auksin dengan konsenterasi

tinggi akan merangsang pertumbuhan batang, tetapi sebaliknya dengan konsenterasi tersebut

akan menghambat pertumbuhan akar. (Mithell. 1991)

Auksin berasal dari bahasa Yunani “Auxano” yang berarti tumbuh atau bertambah.

Auksin merupakan golongan dari substansi pemacu pertumbuhan tanaman dan morfogen

(fitohormon) yang paling awal ditemukan (Woodward, dkk,. 2005). Salah satu anggota dari

auksin yang paling dikenal adalah IAA. Suatu system sel tumbuhan memerlukan auksin

untuk pertumbuhan, pembagian tugas (divisi,) maupun ekspansi selular. Fungsi auksin

tergantung pada jaringan yang spesifik, seperti pada batang, akar, dan buah. Auksin dapat

memacu pemanjangan apical batang, ekspansi lateral rambut akar, atau ekspansi isodiametrik

dalam pertumbuhan buah. Beberapa kasus (pertumbuhan koleoptil), auksin memacu ekspansi

selular tanpa adanya pembagian divisi dalam sel tersebut. Kasus lainnya, auksin dapat

mendorong pembagian divisi dan ekspansi sel dalam jaringan yang sama seperti inisiasi akar.

Auksin disintesis dalam jumlah besar dalam tunas apical tumbuhan dan bergerak

secara basipetal (kearah pangkal batang) ke seluruh bagian tumbuhan. Aliran auksin ini

berpengaruh mendorong pemanjangan sel batang dan sekaligus menghambat pertumbuhan

tunas pada ketiak daun (tunas lateral). Hal ini mengakibatkan pertumbuhan ke atas yang

cepat. Bercabang atau tidaknya suatu tumbuhan biasanya bergantung pada banyaknya auksin

yang dihasilkan dalam tunas apical, tetapi juga dengan memberikan senyawa-senyawa kimia

tertentu atau dengan memberikan lingkungan fisik tertentu yang dapat menurunkan

kandungan auksin tumbuhan. Pemangkasan pucuk untuk mengatasi dominansi apical

diterapkan dalam praktek budidaya tanaman dengan tujuan membentuk tanaman atau

membuatnya tumbuh menyemak. Pemberian auksin pada tumbuhan yang telah dipangkas

dapat menghambat pula perkembangan tunas lateral, suatu keadaan yang mirip dengan

dominansi tunas apical, dengan demikian tunas lateral tetap dominan (Katuuk, 1989).

Auksin sangat berperan penting dalam dominasi tunas apikal, merupakan sebuah

fenomena dari pusat percabangan tumbuhan yang tumbuh lebih dominan daripada

percabangan lainnya. Tunas apikal adalah bagian yang memproduksi hormon auksin yang

dapat berdifusi ke bawah dan menunjang pertumbuhan tunas lateral, dilain pihak

pertumbuhan ini akan menimbulkan kompetisi pada tunas apikal terhadap cahaya matahari

dan nutrisi. Apabila prinsip dari dominasi apikal dapat dipahami, maka akan sangat

membantu dalam manajemen tumbuhan. Manajemen tumbuhan dapat berupa memanipulasi

respon natural, seperti pengaruh hormon auksin untuk menghasilkan tumbuhan yang dapat

diatur ukuran, bentuk, maupun produktivitas buahnya (Anonim, 2010)

Auksin adalah zat hormon tumbuhan yang ditemukan pada ujung batang, akar dan

pembentukan bunga yang berfungsi untuk mengatur pemanjangan sel didaerah belakang

meristem ujung (Paponov, dkk,. 2008). Auksin merupakan hormon pertama yang ditemukan

dan disintesis dalam batang, akar apex dan ditransportasikan di aksis tanaman. Hormon

auksin diproduksi secara endogen pada bagian pucuk tanaman. Dominasi apikal biasanya

ditandai dengan pertumbuhan vegetatif tanaman seperti, pertumbuhan akar, batang dan daun.

Dominasi apikal dapat dikurangi dengan mendorong bagian pucuk tumbuhan sehingga

produksi auksin yang disintesis pada pucuk akan terhambat bahkan terhenti. Hal ini akan

mendorong pertumbuhan tunas lateral (ketiak daun) (Hopkins, 1995). Auksin yang terhenti

dapat digantikan dengan beberapa jenis hormon IAA yang berfungsi dengan Lanolin untuk

mengetahui pertumbuhan lateralnya (Paponov, dkk, 2008).

Tunas apikal adalah tunas yang tumbuh di pucuk (puncak) batang. Dominasi apikal

dan pembentukan cabang lateral dipengaruhi oleh keseimbangan konsentrasi hormon.

Dominasi apikal diartikan sebagai persaingan antara tunas pucuk dengan tunas lateral dalam

hal pertumbuhan. Selama masih ada tunas pucuk/apikal, pertubuhan tunas lateral akan

terhambat sampai jarak tertentu dari pucuk. Dominasi apikal disebabkan oleh auksin yang

didifusikan tunas pucuk ke bawah (polar) dan ditimbun pada tunas lateral. Hal ini akan

menghambat pertumbuhan tunas lateral karena konsentrasinya masih terlalu tinggi. Pucuk

apikal merupakan tempat memproduksi auksin (Dahlia, 2001).

Auksin berperan dalam penghambatan tunas lateral dan menunjang dominansi apical,

sehingga tanaman menjadi tumbuh dengan cepat ke atas. Salah satu anggota dari auksin yang

paling dikenal adalah IAA. IAA berpengaruh terhadap pertumbuhan tunas lateral. Oleh

karena itu untuk meneliti pengaruh IAA, dilakukan percobaan mengenai penghambatan tunas

lateral dan dominansi apical dengan menggunakan kecambah kacang hijau (Phaseolus

radiatus) dengan beberapa perlakuan. Percobaan ini bertujuan untuk meneliti pengaruh

auksin terhadap pertumbuhan tunas lateral.

Geotropisme adalah gerak yang menuju pusat bumi, gerak ini dilakukan oleh akar.

Gerak ujung akar kepala itu sutau geotropi yang positif. Sedang jurusan yang ditempuh oleh

cabang-cabang akar yang agak mendatar itu disebut diogeotropik atau transversal-geotropik.

Sebaliknya, jurusan yang ditempuh oleh ujung batang itu disebut geotropi yang negatife.

Teori cholodny went tentang geotropisme mengajukan dugaan bahwa auksin

dipindahkan dari belahan atas batang kebelahan bawah bila batang diubah dari posisi vertikal

keposisi horizontal. Sebagian geotropisme diarahkan pada akar. Pada awalnya bahwa sisi

penerimaan gravitasi adalah tudung akar. Darwin (1980) Lentil (lens) memberikan respon

terhadap garvitasi bila pucuk akarnya dipotong, sampai meristem akar dan tudung akar

terbentuk kembali. Bila tudung akar jagung atau spesies lain dihilangkan dengan

menggunakan teknik bedah menghambat pertumbuhan akar, tidak terjadi respon gravitropik

sampai tudung yang sama atau tudung lain diganti atau tudung baru tumbuh kembali. Seperti

halnya makhluk hidup lainnya, tumbuhan juga melakukan gerak. Namun gerak tumbuhan

tidak seperti gerak pada makhluk hidup lain berupa perpindahan tempat. Tumbuhan tinggi

hanya bergerak pada bagian – bagian tertentu dari tubuhnya, seperti bengkoknya batang,

dahan dan akar, melipatnya daun. Secara garis besar, gerak dibagi menjadi gerak Autonom

atau Endonom yaitu gerak yang terjadi secara spontan tanpa rangsangan dan gerak Etionom

akibat adanya rangsangan.

Geotropi adalah gerak yang menuju pusat bumi, gerak ini dilakukan oleh akar. Gerak

ujung akar kepala itu sutau geotropi yang positif. Sedang jurusan yang ditempuh oleh cabang-

cabang akar yang agak mendatar itu disebut diogeotropik atau transversal-geotropik.

Sebaliknya, jurusan yang ditempuh oleh ujung batang itu disebut geotropi yang negatife.

Gravitropisme dibagi menjadi dua, yaitu gravitropisme positif (gerakan pertumbuhan akar

menuju arah gravitasi bumi dan gravitropisme negatif (gerakan pertumbuhan akar menjauhi

gravitasi bumi. Namun pada umumnya akar bersifat gravitropisme positif. (Dwidjoseputro,

D. 1985)

Pembengkokan batang utama dan akar. Pada awalnya bahwa sisi penerimaan gravitasi

adalah tudung akar. Seperti halnya pada fototropisme, disebabkan oleh pertumbuhan

diferensiasi pada daerah perpanjangan dibelakang ujung. Pada batang atau koleoptil yang

diletakkan horizontal pemanjangan terjadi lebih besar pada posisi bawah dari pada sisi atas,

sedangkan pada akar terjadi sebaliknya, jadi berturut-turut mengakibatkan bengkokan keatas

dan bengkokan kebawah. (Heddy, S. 1996)

Jika kita letakkan suatu pot berisi kecambah dalam posisi mendatar, maka ujung kar

akan membelok ke pusat bumi (geotropi yang positif), sedang ujung batang akan membelok

keatas (geotropi yang negatif). Kejadian ini ada hubungannya dengan distribusi auksin juga.

Kesimpulannya adalah kadar auksin yang tinggi menggiatkan pengembangan sel-sel batang,

akan tetapi menghambat sel-sel akar. Pembengkokan batang utama dan akar. Pada awalnya

bahwa sisi penerimaan gravitasi adalah tudung akar. Seperti halnya pada fototropisme,

disebabkan oleh pertumbuhan diferensiasi pada daerah perpanjangan dibelakang ujung. Pada

batang atau koleoptil yang diletakkan horizontal pemanjangan terjadi lebih besar pada posisi

bawah dari pada sisi atas, sedangkan pada akar terjadi sebaliknya, jadi berturut-turut

mengakibatkan bengkokan keatas dan bengkokan kebawah.

Gaya berat berpengaruh terhadap arah pertumbuhan akar dan batang. Hal in dapat

terlihat dengan meletakkan kecambah tanaman secara horizontal. Setelah beberapa lama, akar

akan melengkung ke bawah. Sedangkan ujung batang akan bengkok ke atas (Sutarmi,

1985). Batang utama atau batang tanaman biasanya tumbuh 180 o dari pusat gravitasi bumi.

Sedangkan cabang, tangkai dauun, rimpang dan stolon biasanya lebih mendatar. Perbedaan

arah tumbuh tersebut menyebabkan tumbuhan dapat mengisi ruang sehingga dapat menyerap

CO2 dan cahaya sangat efektif. Hal ini merupakan suatu bentuk respon tanaman terhadap

kondisi lingkungan (Salisburry and Ross, 1995).

Pertumbuhan didefinisikan sebagai pertambahan yang tidak dapat dibalikkan dalam

ukuran pada sistem biologi. Secara umum pertumbuhan berarti pertambahan ukuran karena

organisme multisel tumbuh dari zigot, pertumbuhan itu bukan hanya dalam volume, tapi juga

dalam bobot, jumlah sel, banyaknya protoplasma, dan tingkat kerumitan. Pertumbuhan

biologis terjadi dengan dua fenomena yang berbeda antara satu sama lain. Pertambahan

volume sel dan pertambahan jumlah sel. Pertambahan volume sel merupakan hasil sintesa

dan akumulasi protein, sedangkan pertambahan jumlah sel terjadi dengan pembelahan sel

(Kaufman, 1975).

Pada setiap tahap dalam kehidupan suatu tumbuhan, sensitivitas terhadap lingkungan

dan koordinasi respons sangat jelas terlihat. Tumbuhan dapat mengindera gravitasi dan arah

cahaya dan menanggapi stimulus-stimulus ini dengan cara yang kelihatannya sangat wajar

bagi kita. Seleksi alam lebih menyukai mekanisme respons tumbuhan yang meningkatkan

keberhasilan reproduktif, namun ini mengimplikasikan tidak adanya perencanaan yang

disengaja pada bagian dari tumbuhan tersebut (Campbell, 2002).

Pada batang yang sedang tumbuh, daerah pembelahan sel batang lebih jauh letaknya

dari ujung daripada daerah pembelahan akar, terletak beberapa sentimeter dibawah ujung

(tunas). Sedangkan pertambahan panjang tiap lokus pada akar tidak diketahui pertambahan

panjang terbesar dikarenakan kecambah mati (Salisbury dan Ross, 1996).

Teorinya, semua ciri pertumbuhan bisa diukur, tapi ada dua macam pengukuran yang

lazim digunakan untuk mengukur pertambahan volume atau massa. Yang paling umum,

pertumbuhan berarti pertambahan ukuran. Karena organisme multisel tumbuh dari zigot,

pertambahan itu bukan hanya dalam volume, tapi juga dalam bobot, jumlah sel, banyaknya

protoplasma, dan tingkat kerumitan. Pada banyak kajian, pertumbuhan perlu diukur.

Pertambahan volume (ukuran) sering ditentukan denagn cara mengukur perbesaran ke satu

atau dua arah, seperti panjang (misalnya, tinggi batang) atau luas (misalnya, diameter

batang), atau luas (misalnya, luas daun). Pengukuran volume, misalnya dengan cara

pemindahan air, bersifat tidak merusak, sehingga tumbuhan yang sama dapat diukur

berulang-ulang pada waktu yang berbeda (Salisbury dan Ross, 1996).

Kurva sigmoid yaitu pertumbuhan cepat pada fase vegetatif sampai titik tertentu

akibat pertambahan sel tanaman kemudian melambat dan akhirnya menurun pada fase

senesen (Tjitrosoepomo, 1999).

Pengukuran daun tanaman mulai dari waktu embrio dengan menggunakan kurva

sigmoid juga memiliki hubungan erat dengan perkecambahan biji tersebut yang otomatis juga

dipengaruhi oleh waktu dormansi karena periode dormansi juga merupakan persyaratan bagi

perkecambahan banyak biji. Ada bukti bahwa pencegah kimia terdapat di dalam biji ketika

terbentuk. Pencegah ini lambat laun dipecah pada suhu rendah sampai tidak lagi memadai

untuk menghalangi perkecambahan ketika kondisi lainnya menjadi baik. Waktu dormansi

berakhir umumnya didasarkan atas suatu ukuran yang bersifat kuantitatif. Untuk tunas dan

biji dormansi dinyatakan berhasil dipecahkan jika 50 % atau lebih dari populasi biji tersebut

telah berkecambah atau 50% dari tunas yang diuji telah menunjukkan pertumbuhan. Bagi

banyak tumbuhan angiospermae di gurun pasir mempunyai pencegah yang telah terkikis oleh

air di dalam tanah. Dalam proses ini lebih banyak air diperlukan daripada yang harus ada

untuk perkecambahan itu sendiri. (Kimball, 1992).

Pertumbuhan didefinisikan sebagai pertambahan yang tidak dapat balik dalam ukuran

pada semua sistem biologi. Pertumbuhan ini digambarkan dengan kurve yang sigmoid.

Proses pertumbuhan ini diatur oleh pesan hormonal dan respon dari lingkungan (panjang hari,

temperatur rendah, perubahan persediaan air). Pertumbuhan berikutnya disebut diferensiasi,

yang didefinisikan sebagai pengontrolan gen dan hormonal serta lingkungan yang merubah

struktur dan biokimiawi perubahan ini terjadi pada hewan dan tanaman saat berkembang

(Kaufman, dkk., 1975).

Laju pertumbuhan suatu tumbuhan atau bagiannya berubah menurut waktu. Oleh

karena itu, bila laju tumbuh digambarkan dengan suatu grafik, dengan laju tumbuh ordinat

dan waktu pada absisi, maka grafik itu merupakan suatu kurva berbentuk huruf S atau kurva

sigmoid. Kurva sigmoid ini berlaku bagi tumbuhan lengkap, bagian-bagiannya ataupun sel-

selnya. Pertumbuhan tanaman mula-mula lambat, kemudian berangsur-angsur lebih cepat

sampai tercapai suatu maksimum, akhirnya laju tumbuh menurun. Apabila digambarkan

dalam grafik, dalam waktu tertentu maka akan terbentuk kurva sigmoid (bentuk S). Bentuk

kurva sigmoid untuk semua tanaman kurang lebih tetap, tetapi penyimpangan dapat terjadi

sebagai akibat variasi-variasi di dalam lingkungan. Ukuran akhir, rupa dan bentuk tumbuhan

ditentukan oleh kombinasi pengaruh faktor keturunan dan lingkungan (Tjitrosoepomo, 1999).

Kurva pertumbuhan berbentuk S (sigmoid) yang ideal yang dihasilkan oleh banyak

tumbuhan setahun dan beberapa bagian tertentu dari tumbuhan setahun maupun bertahunan,

Pada fase logaritmik ukuran (V) bertambah secara eksponensial sejalan dengan waktu (t). Ini

berarti laju kurva pertumbuhan (dV/dt) lambat pada awalnya. Tetapi kemudian meningkat

terus. Laju berbanding lurus dengan organisme, semakin besar organisme semakin cepat ia

tumbuh (Tjitrosoepomo, 1999).

Fase pertumbuhan logaritmik juga menunjukkan sel tunggal. Fase ini adalah fase

dimana tumbuhan tumbuh secara lambat dan cenderung singkat.Pada fase linier, pertambahan

ukuran berlangsung secara konstan, biasanya pada waktu maksimum selama beberapa waktu

lamanya. Laju pertumbuhan ditunjukkan oleh kemiringan yang konstan pada bagian atas

kurva tinggi tanaman oleh bagian mendatar kurva laju tumbuh dibagian bawah. Fase

senescence ditunjukkan oleh laju pertumbuhan yang menurun saat tumbuhan sudah mencapai

kematangan dan mulai menua (Salisbury dan Ross, 1996).

Kurva pertumbuhan berbentuk S (Sigmoid) yang ideal, yang dihasilkan oleh banyak

tumbuhan setahun dan beberapa bagian tertentu dari tumbuhan setahun maupun bertahun,

dengan mengambil contoh tanaman jagung. Kurva menunjukkan ukuran kumulatif sebagai

fungsi dan waktu. Tiga fase utama biasanya mudah dikenali: fase logaritmik, fase linear, dan

fase penuaan (Salisbury dan Ross, 1992).

BAB III

METODE PRAKTIKUM

.3.1. Alat & Bahan

.3.1.1. Acara 2 : Karbohidrat Dalam Tanaman

Alat : Aluminium Foil, petridisk, waterbath, dan penjepit.

Bahan : Tanaman dengan daun segar, larutan iodine, alkohol 70%.

.3.1.2. Acara 3 : Transpirasi

Alat : Kipas angin, botol, kapas.

Bahan : Semai tanaman akasia dan tanaman mahoni, vaselin.

.3.1.3. Acara 4 : Jaringan Pengangkut Air

Alat : Botol, pisau, penutup botol dan kapas.

Bahan : Cabang tanaman berkayu yang relatife sama, vaselin.

.3.1.4. Acara 5 : Pengamatan Daerah Tumbuh Tanaman

Alat : Penggaris, tissue, pena tinta cina, karet gelang dan

gelas tabung.

Bahan : Kecambah kacang hijau dan air.

.3.1.5. Acara 7 : Pengaruh Cahaya Terhadap Pertumbuhan Kecambah

Alat : Timbangan, piring tempat perkecambahan dan kain.

Bahan : Kecambah umur 1, 2, 3, 4, dan 5 hari yang ditumbuhkan di

tempat gelap dan terang.

.3.1.6. Acara 8 : Pengaruh Auksin Terhadap Pertumbuhan Akar

Alat : Botol.

Bahan : Larutan auksin 100 mg/ 100 ml, potongan cabang sungkai,

tanah.

.3.1.7. Acara 9 : Dominansi Apikal & Penghambatan Pertumbuhan

Alat : Pot, penggaris.

Bahan : Semai durian, Vaseline dan campuran lanolin yang

mengandung 400 ppm IAA.

.3.1.8. Acara 10 : Geotropi

Alat : Penggaris, kertas saring, pena tinta cina, karet gelang dan

gelas tabung.

Bahan : Kecambah kedelai dan air.

.3.1.9. Acara 11 : Kurva Sigmoid Petumbuhan Tanaman

Alat : Penggaris, pot.

Bahan : Semai tanaman cepat tumbuh (Jagung), media tanam.

.3.2. Cara Kerja

.3.2.1. Acara 2 : Karbohidrat Dalam Tanaman

o Pagi hari sebelum tanaman terkena sinar matahari, tutup sebagian daun

dengan kertas aluminium dan dijepit rapat dan biarkan beberapa jam

tersinari matahari.

o Potong daun, kemudian masukkan daun tersebut ke dalam alkohol panas

(dipanaskan dalam waterbath) selama kira-kira 20 menit.

o Cuci daun tersebut dengan air panas, masukkan dalam larutan Iodine pada

petridisk selama beberapa menit.

o Cuci dengan air segar agar larutan Iodine larut lalu bentangkan, warna

ungu gelap menunjukan adanya amilum dalam tanaman.

.3.2.2. Acara 3 : Transpirasi

o Letakkan semai tanaman pada botol berisi air dengan seluruh daun di luar

botol, rapatkan bagian mulut botol dengan kapas dan vaselin.

o Hitung tinggi air dalam botol.

o Letakkan tanaman di dalam ruang kamar selama 24 jam.

o Hitung jumlah air yang hilang dari botol untuk tiap tanaman.

o Buat ulangan yang lain, tempatkan di hadapan kipas angin.

o Catat kehilangan air setelah 24 jam.

o Bandingkan jumlah kehilangan air antara jenis tanaman dan antara tanpa

kipas dan dengan kipas.

o Catat temperatur dan kelembaban ruangan.

.3.2.3. Acara 4 : Jaringan Pengangkut Air

o Pilih ujung cabang tanaman yang kira-kira sama besarnya. Masukkan

cabang ke dalam botol sehingga pangkalnya berada 1 cm di atas dasar

botol.

o Kupas kulit batang sepanjang 3 cm dari pangkal batang. Pengupasan

dilakukan dalam air.

o Tutup xylem 3 cabang dengan vaselin, namun floem dibiarkan terbuka,

segera dimasukkan ke dalam botol yang telah diisi air suling.

o Tutup 3 floem cabang lainnya dengan vaselin, namun xylem dibiarkan

terbuka, segera dimasukkan ke dalam botol yang telah diisi air.

o Tiga cabang tidak diperlakukan sebagai kontrol.

o Amati awal permukaan air dalam botol. Amati kembali pada hari ke 4 dan

ke 10. Hitung banyaknya air yang berkurang.

.3.2.4. Acara 5 : Pengamatan Daerah Tumbuh Tanaman

o Ambil 10 buah kecambah yang akarnya lurus dan panjangnya lebih dari 2

cm,

o Tandai dari ujung 10 garis dengan interval 1 mm.

o Letakkan kecambah dalam posisi tegak (dengan bantuan karet gelang) di

lempeng kaca yang telah dilapisi kertas saring.

o Ambil 10 kecambah dan beri tanda garis 10 mm dari ujung dan letakkan

pada lempeng kaca yang seperti no.3.

o Letakkan lempeng kaca dengan kecambah dalam gelas tabung yang berisi

sedikit air.

o Tutup gelas tabung sehingga lembab dan letakkan di tempat gelap.

o Setela 24 jam ukur jarak masing – masing interval, bandingkan dengan

control dan bandingkan per segmen (tiap interval).

.3.2.5. Acara 7 : Pengaruh Cahaya Terhadap Pertumbuhan Kecambah

o Ambil 10 biji kering dan 10 biji kecambah dari tiap kelompok kemudian

masing-masing ditimbang.

o Untuk kecambah yang besar kotiledonnya dan ditimbang masing –

masing.

o Mengukur panjang masing-masing kecambah dan membuat rerata hasil

pengukuran.

o Membuat grafik hubungan antara umur kecambah dan berat kecambah

total, berat kotiledon dan panjang kecambah.

.3.2.6. Acara 8 : Pengaruh Auksin Terhadap Pertumbuhan Akar

o Membuat pengenceran auksin 0,1, 1, 10, 100 mg/ml

o Memasukkan ujung potongan cabang ke dalam larutan yang telah dibuat

dan dimasukkan ke dalam air suling.

o Menunggu selama 30 menit.

o Sementara menunggu, siapkan larutan hara normal dan dimasukkan ke

dalam botol yang telah disediakan.

o Setelah 30 menit, potongan cabang tersebut dipindahkan ke dalam boto

yang berisi larutan hara dan tempatkan di tempat terang.

o Mengamati pertumbuhan akar yang tumbuh setelah satu minggu. Bila

larutan berkurang selama pengamatan tambahkan air suling.

o Menghitung jumlah akar dan panjang.

.3.2.7. Acara 9 : Dominansi Apikal & Penghambatan Pertumbuhan

o Mengambil 3 pot semai durian.

o Tanaman pada pot pertama dan kedua dipotong batangnya tepat di bawah

daun yang paling atas.

o Bekas luka pada pot pertama diolesi sedikit lanonin dengan IAA.

o Bekas luka pada pot kedua diolesi lanonin tanpa IAA.

o Tanaman ketiga sebagai kontrol.

o Meletakkan ketiga pot dalam ruang tumbuh.

o Mengukur panjang tunas aksiler yang tumbuh dan diameter batang tempat

pemotongan (mm) setelah 14 hari.

.3.2.8. Acara 10 : Geotropi

o Mengambil 10 kecambah akar yang lurus dan diperkirakan sama

panjangnya.

o Kecambah tersebut pada penggaris yang telah dilapisi tissue dengan

kedudukan horizontal.

o Mengambil lagi 10 kecambah ujungnya tidak dipotong, mengukur

panjangnya dan memperlakukan seperti pada nomor 2.

o Memasukkan penggaris yang telah ditempeli kecambah ke dalam tabung

gelas terisi sedikit air dan menutup atasnya. Meletakkan tabung gelap di

tempat gelap.

o Mengukur panjang akar dan sudut pembengkokan setelah 24 jam.

.3.2.9. Acara 11 : Kurva Sigmoid Petumbuhan Tanaman

o Tanam dalam 2 pot kecambah umur 3 hari yang relative sama sebanyak

10 tanaman per pot.

o Letakkan satu pot di tempat gelap dan satu pot di tempat terang.

o Pengamatan dilakukan setiap dua hari sampai hari ke-25.

o Ukur panjang tanaman .

o Rata – ratakan hasil dari 10 tanaman kemudian buat grafik hubungan

panjang dan waktu.

BAB IV

HASIL PENGAMATAN

.1.1. Hasil Pengamatan

.1.1.1. Acara 2 : Karbohidrat Dalam Tanaman

Pengamatan setelah dilakukan pencelupan Iodine, + = tampak ungu, - =tidak tampak ungu.

Perlakuan Ulangan Pengamatan Keterangan

1. Jenis Daun : Mahoni

Terbuka 1 + Ada bintik - bintik warna ungu

2 + Ada bintik - bintik warna ungu

Tertutup 1 + Ada bintik - bintik warna ungu

2 + Ada bintik - bintik warna ungu

2. Jenis Daun : Karet

Terbuka 1 + Ada bintik - bintik warna ungu

2 + Ada bintik - bintik warna ungu

Tertutup 1 + Ada bintik - bintik warna ungu

2 + Ada bintik - bintik warna ungu

.1.1.2. Acara 3 : Transpirasi

Pengamatan AwalVolume air dalam botol sebelum semai dimasukkan : 15 cm = 15000 ml

No. Perlakuan Tinggi air dalam botol (ml) Jumlah Daun

1. Akasia

Biasa1. 15,3 cm = 15300 ml 1. 122. 15,3 cm = 15300 ml 2. 7

Berangin1. 15,4 cm = 15400 ml 1. 112 15,7 cm = 15700 ml 2 14

2. Mahoni

Biasa1. 15,8 cm = 15800 ml 1. 262. 15,1 cm = 15100 ml 2. 16

Berangin1. 15,9 cm = 15900 ml 1. 122 15,6 cm = 15600 ml 2. 14

Pengamatan Pengurangan Air Setelah 24 JamNo. Perlakuan Ulangan Pengurangan air

(ml)Keterangan

1. Akasia

Biasa1. 0 ml 1. 122. 0 ml 2. 7

Berangin1. 0 ml 1. 11 (segar)2. 300 ml 2 14 (segar)

2. Mahoni

Biasa1. 300 ml 1. 262. 100 ml 2. 16

Berangin1. 100 ml 1. 12 (segar)2. 100 ml 2. 14 (segar)

.1.1.3. Acara 4 : Jaringan Pengangkut Air

o Pengamatan AwalVolume air dalam botol sebelum stek dimasukkan : 10,7 cm = 10700 ml

No. Perlakuan Tinggi air dalam botol (ml)JumlahDaun

1. Xylem ditutup 1. 10,9 cm = 10900 ml 1. 122. 11,1 cm = 11100 ml 2. 83. 10,9 cm = 10900 ml 3. 3

Rata – rata 10,96 cm = 10960 ml2. Floem ditutup 1. 10,8 cm = 10800 ml 1. 8

2. 10,9 cm = 10900 ml 2. 73. 10,9 cm = 10900 ml 3. 11

Rata – rata 10,86 cm = 10860 ml3. Kontrol 1. 10,8 cm = 10800 ml 1. 10

2. 11,1 cm = 11100 ml 2. 113. 11,1 cm = 11100 ml 3. 10

Rata – rata 11 cm = 11000 ml

o Pengamatan serapan air pada hari ke-4 dan ke-10

No. Perlakuan

Rata – rata air diserap(ml) Catatan Morfologi

Hari ke-4 Hari ke-10 Hari ke-4 Hari ke-101. Xylem

ditutup1. 100 ml 1. 300 ml 10 daun, hijau semua 10 daun, hijau semua

2. 200 ml 2. 100 ml 7 daun kuning, 1 hijau Semua daun gugur

3. 200 ml 3. 200 ml 3 daun, hijau semua Semua daun gugur

Rata – rata 166,66 ml 200 ml2. Floem

ditutup1. 100 ml 1. 200 ml 8 daun, hijau semua 2 daun kuning, 6 hijau

2. 0 ml 2. 100 ml 2 daun kuning, 5 hijau Semua daun gugur

3. 0 ml 3. 100 ml 5 daun kuning, 6 hijau Semua daun gugur

Rata – rata 33,33 ml 133,33 ml3. Kontrol 1. 100 ml 1. 100 ml 1daun gugur, 3 kuning Semua daun gugur

2. 200 ml 2. 100 ml 11 daun, hijau semua 3 daun gugur, 3 hijau

3. 200 ml 3. 100 ml 1 daun kuning, 9 hijau1 daun kuning, 2 hijau, 7

gugur

Rata – rata 166,66 ml 100 ml

.4.1.4. Acara 5 : Pengamatan Daerah Tumbuh Tanaman

Pengamatan pertambahan jarak interval tiap 2 mm sepanjang 20 mm selama

24 jam

P

e

n

gamatan pertambahan jarak interval 1 – 20 mm selama 24 jam

PerlakuaanPertambahan Jarak Interval (mm)

Keterangan1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Kecambah 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2

Kecambah 2 2 2 2 2,1 2,1 2,1 2,1 2,1 2 2

Kecambah 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2,1 2,1

Kecambah 4 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2

Kecambah 5 2 2 2 2 2 2 2 2 2,1 2,1

Kecambah 6 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2,1

Kecambah 7 2 2 2 2 2 2 2 2 2,1 2,1

Kecambah 8 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2

Kecambah 9 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2

Kecambah 10 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2

PerlakuanPertambahan Jarak Interval

(mm)Keterangan

Kecambah 1 21 Bertambah 1 cm

Kecambah 2 21 Bertambah 1 cm

Kecambah 3 20 Tetap

Kecambah 4 21 Bertambah 1 cm

Kecambah 5 2 Tetap

Kecambah 6 2 Tetap

Kecambah 7 2 Tetap

Kecambah 8 21 Bertambah 1 cm

Kecambah 9 21 Bertambah 1 cm

Kecambah 10 21 Bertambah 1 cm

4.1.5. Acara 7 : Pengaruh Cahaya Terhadap Pertumbuhan Kecambah

o Gelap

o Terang

.4.1.6. Acara 8 : Pengaruh Auksin Terhadap Pertumbuhan Akar

o Hasil Pengamatan selama 2 Minggu

PerlakuanPertambahan Setelah 2 Minggu

Jumlah Akar Panjang Akar

100 ppm - -

10 ppm - -

1 ppm - -

0,1 ppm - -

Kontrol - -

Hari

UkuranRerata

PanjangTotal

RerataBerat

Kotiledon

RerataBeratTotal

1 0 0,16 00,49

2 0,55 0,01 0,27

3 1,11 0,027 0,32

4 1,13 0,3 0,35

5

Rerata

Hari

Ukuran

RerataPanjang

Total

RerataBerat

Kotiledon

RerataBeratTotal

1 0,57 0,37 0,38

2 0,35 0,18 0,52

3 0,95 0,29 0,31

4 0,92 0,38 0,42

5

Rerata

.4.1.7. Acara 9 : Dominansi Apikal & Penghambatan Pertumbuhan

o Hasil Pengamatan selama 1 Minggu (8 Mei 2015)

PerlakuanPanjang Daun Lateral (cm) Diameter Batang (cm)

1 2 3 Rerata 1 2 3 Rerata

Lanolin+ IAA

Awal 14,2 11,1 10,5 11,93 30 30 30 30Akhir 14,6 11,2 10,8 12,2 30 30 30 30

LanolinAwal 12,2 10,2 15,5 11,96 20 20 20 20Akhir 13 10,2 14 12,4 20 30 30 26,27

KontrolAwal 11,3 12 13,5 12,26 30 20 20 23,3Akhir 13,8 15,8 13,5 14,36 30 20 20 23,3

.4.1.8. Acara 10 : Geotropi

o Hasil Pengamatan selama 24 jam (25 April 2015)

PerlakuanPanjang Akar & Sudut Pembengkokan

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Dipotong

Awal 4,9 5 4,5 4,8 5 4,8 5,6 5,1 5,8 4,8

Akhir 6 5,3 4,7 4,8 5 4,9 5,6 5,1 6 4,8

Sudut 20° 10° 40° 30° 20° 30° 30° 20° 30° 30°

TidakDipoton

g

Awal 7,5 6,2 6,2 9 6,5 6 8,5 6,2 6,2 8,6

Akhir 9 8,5 8,5 9 8,1 8 8,5 8,6 8,2 8,9

Sudut 20° 10° 30° 30° 10° 30° 40° 30° 20° 30°

.4.1.9. Acara 11 : Kurva Sigmoid Petumbuhan Tanaman

Hasil Pengamatan hari ke-5 sampai hari ke-17 (interval 2 hari)

PerlakuanPanjang Daun Hari ke -

5 7 9 11 13 15 17Gelap

1 7,6 8,2 8,6 9 9,5 9,8 10,3

2 7,4 7,7 8,1 8,5 9 9,3 9,53 7,5 7,9 8,4 9 9,5 9,7 9,9

4 6,6 7 7,3 7,6 8 8,4 8,75 8,6 9,3 10 10,7 11,5 11,8 12,4

6 8 8,7 9 9,6 10 10,2 10,47 6,7 7,3 7,6 8,1 8,5 8,8 9,3

8 9 10,4 10,8 11,4 12 12,4 12,7

9 9,4 10 11,3 12 12,5 12,8 1310 8 8,7 9,3 10 11 11,3 11,6

Rerata 8.33 8.5 9.5 10 10 10,45 13

Terang

1 5,5 6 6,4 7 7,5 7,9 8,3

2 4,8 5,5 5,9 6,6 7 7,2 7,63 4,5 4,9 5,6 6,1 6,5 6,8 7

4 5 5,7 6,1 6,7 7 7,4 7,65 7,9 8,5 8,9 9,5 10 10,3 10,7

6 5,3 5,7 6,1 6,7 7,2 7,5 7,77 5 6,4 7,3 7,8 8,5 8,8 9

8 6 6,5 7,1 7,7 8,2 8,5 8,9

9 6,5 7 7,7 8,6 9 9,3 9,510 4,5 4,9 5,6 - - - -

Rerata 5.33 6,5 6,67 7 8,25 7,37 8

.4.2. Pembahasan

.1.2.1. Acara 2 : Karbohidrat Dalam Tanaman

Dari hasil pengamatan yang dilakukan, untuk perlakuan tanaman daun

segar Mahoni dan karet yang ditutup dengan aluminium foil terdapat sedikit

bercak berwarna ungu yang menunjukkan adanya amilum di daun tersebut.

Semua faktor tersebut mempengaruhi fotosintesis, yang paling

membatasi hanyalah faktor ketersediaan air. Perbedaan warna antara daun

yang tertutup kertas aluminium foil dengan bagian daun yang terbuka yaitu

pada daun yang tidak ditutupi aluminium foil akan tampak bercak berwarna

ungu yang menandai bahwa pada daun telah terjadi proses fotosintesis. Hal ini

disebabkan karena kertas aluminium foil mempunyai sifat memantulkan

cahaya matahari sehingga fotosintesis tidak dapat berlangsung. Berbeda

dengan daun yang tidak mendapat perlakuan, akan tampak sedikit bercak-

bercak berwarna ungu kehitam-hitaman yang menandakan adanya amilum.

Pada daun yang ditutupi oleh aluminium foil masih dapat melakukan respirasi

dan transpirasi walaupun tidak mendapat sinar matahari yang cukup, hal ini

jelas terlihat adanya amilum pada daun dengan jumlah yng sedikit. Namun

pada daun yang tidak mendapat perlakuan terdapat banyak amilum sebagai

tanda melakukan proses fotosintesis.

Dari perbedaan warna yang terjadi atas perbedaan perlakuan

menunjukkan bagian daun yang berbeda warna disebabkan oleh faktor

kurangnya cahaya matahari, sehingga daun tersebut tidak dapat melaksanakan

fungsi fisiologisnya secara sempurna. Dengan kata lain, secara umum

fotosintesis hanya dapat berlangsung jika ada cahaya matahari yang cukup

mengenai permukaan daun yang ditandai dengan adanya amilum pada daun.

Proses pembentukan karbohidrat pada fotosintesis, daun yang diberi perlakuan

dengan dipanaskan pada air mendidih kemudian dimasukkan dalam alkohol

panas mengakibatkan pigmen daun jadi luntur. Daun yang semula berwarna

hijau tua berubah menjadi hijau muda. Hal ini dimaksudkan agar ada tidaknya

amilum pada daun dapat terlihat dengan jelas pada saat daun tersebut dicuci

dengan larutan iodine.

Perebusan dilakukan agar sel dalam daun mati dan menjadikan sel-sel

daun lebih permeable. Memasukkan daun dalam alkohol bertujuan untuk

melarutkan klorofil dan menjadikan amilum lebih mudah bereaksi. Setelah itu

meletakkan daun pada cawan untuk ditetetsi permukaan daun dengan larutan

iodine sampai merata. Perlakuan ini membuat daun menjadi berwarna ungu

kehitam-hitaman yang menunjukkan adanya amilum dalam jaringan daun.

Larutan iodine disini berfungsi untuk memberikan warna pada daun agar dapat

dibedakan bagian daun yang mengandung amilum dan tidak.

Setelah dimasukkan dalam larutan iodine, daun yang telah ditutup

sebelumnya berwarna agak kebiru-tuaan disekitar pinggir – pinggirnya dan di

bagian – bagian yang tidak ditutupi lainnya, sedangkan bagian tengahnya atau

bagian yang ditutupi berwarna sedikit lebih cerah. Hal ini disebabkan karena

pada bagian yang ditutup tidak terjadi proses fotosintesis, sehingga dibagian

tersebut tidak terdapat amilum yang ditunjukkan oleh warna ungu kehitaman.

Sedangkan pada daun yang tidak ditutup warna ungu kehitamannya akan

merata diseluruh bagiannya, karena pada seluruh bagian permukaan daun

terjadi proses fotosintesis.

.1.2.2. Acara 3 : Transpirasi

Pengurangan air pada daun tanaman mahoni (Swietenia mahagoni)

yang diperlakukan biasa atau tanpa kipas angin, untuk ulangan pertama

pengurangan air sebanyak 300 ml dan ulangan kedua pengurangan air

sebanyak 100 ml yang berarti laju transpirasinya tinggi. Sedangkan

pengurangan air pada daun tanaman mahoni (Swietenia mahagoni) yang

diperlakukan berangin atau dengan kipas angin, untuk ulangan pertama

pengurangan air sebanyak 100 ml dan ulangan kedua pengurangan air

sebanyak 100 ml yang berarti laju transpirasinya rendah.

Pengurangan air pada daun tanaman akasia (Accacia mangium) yang

diperlakukan biasa atau tanpa kipas angin, untuk ulangan pertama

pengurangan air sebanyak 0 ml dan ulangan kedua pengurangan air sebanyak 0

ml yang berarti laju transpirasinya rendah. Sedangkan pengurangan air pada

daun tanaman akasia (Accacia mangium) yang diperlakukan berangin atau

dengan kipas angin, untuk ulangan pertama pengurangan air sebanyak 0 ml

dan ulangan kedua pengurangan air sebanyak 300 ml yang berarti laju

transpirasinya meningkat.

Perbedaan pengurangan air pada perlakuan tanpa kipas angin atau biasa

dengan pengurangan air pada perlakuan berangin atau dengan kipas angin

dipengaruhi oleh faktor luar seperti radiasi, temperatur, kelembaban udara,

tekanan udara, angin, keadaan air dalam tanah. Diantaranya yaitu angin yang

mempunyai pengaruh ganda yang cenderung saling bertentangan terhadap laju

transpirasi. Angin menyapu uap air hasil transpirasi sehingga angin

menurunkan kelembaban udara diatas stomata, sehingga meningkatkan

kehilangan neto air. Namun jika angin menyapu daun, maka akan

mempengaruhi suhu daun. Suhu daun akan menurun dan hal ini dapat

menurunkan tingkat transpirasi. Dan kelembaban, bila daun mempunyai

kandungan air yang cukup dan stomata terbuka, maka laju transpirasi

bergantung pada selisih antara konsentrasi molekul uap air di dalam rongga

antar sel di daun dengan konsentrasi molekul uap air di udara.

Perbedaan kecepatan pengurangan air pada daun tanaman mahoni

(Swietenia mahagoni) dengan pengurangan air pada daun tanaman akasia

(Accacia mangium) dipengaruhi oleh faktor dalam antara lain besar kecilnya

daun, tebal tipisnya daun, lapisan lilin pada permukaan daun, banyak

sedikitnya bulu pada permukaan daun, banyak sedikitnya stomata, bentuk dan

letak stomata. Pada pada daun tanaman mahoni (Swietenia mahagoni) laju

transpirasinya meningkat dan lebih cepat dibandingkan dengan daun tanaman

akasia (Accacia mangium) karena pada daun tanaman mahoni (Swietenia

mahagoni) memiliki daun yang lebih besar, lapisan lilin lebih tebal dan daun

yang tebal sehingga menyebabkan laju transpirasi meningkat. Sedangkan pada

daun tanaman akasia (Accacia mangium) memiliki daun yang kecil, tipis dan

lapisan lilin yang tipis. Sehingga menyebabkan laju transpirasi pada daun

tanaman mahoni (Swietenia mahagoni) lebih tinggi dibandingkan dengan daun

tanaman akasia (Accacia mangium).

.1.2.3. Acara 4 : Jaringan Pengangkut Air

Rata – rata air yang diserap stek yang kondisi xilemnya ditutup

dengan vaseline pada hari ke-4 adalah untuk x1 100 ml (daun 10 hijau semua),

x2 200 ml (7 daun kuning, 1 hijau) dan x3 200 ml (3 daun hijau semua).

Adapun rata – rata air yang diserap stek yang kondisi xilemnya ditutup

dengan vaseline pada hari ke-10 adalah untuk x1 300 ml (daun 10 hijau

semua), x2 100 ml (semua daun gugur), dan x3 200 ml (semua daun gugur).

Kondisi morfologi ini disebabkan karena pada dasarnya xilem merupakan

jaringan kompleks karena terdiri dari beberapa tipe sel yang berbeda, baik

yang hidup maupun tidak hidup. Penyusun utamanya adalah trakeid dan trakea

sebagai saluran transpor dan penyokong. Dari keterangan tersebut telah dapat

membuktikan jaringan pengangkutan unsur hara yang ada di air dilakukan

oleh jaringan xylem. Berarti dengan adanya jaringan xilem yang mengangkut

unsur hara, tanaman dapat melakukan proses metabolismenya sehingga

tanaman dapat hidup, jika hal ini tidak terjadi maka tanaman akan mati.

Rata – rata air yang diserap stek yang kondisi floemnya ditutup dengan

vaseline pada hari ke-4 adalah untuk f1 100 ml (8 daun hijau semua), x2 0 ml

(2 daun kuning, 5 hijau), dan x3 0 ml (5 daun kuning, 6 hijau). Kondisi

morfologi stek masih terlihat segar dengan kata lain tanaman tersebut masih

tumbuh dengan baik. Adapun rata – rata air yang diserap stek yang kondisi

floemnya ditutup dengan vaseline pada hari ke-10 adalah untuk f1 200 ml (2

daun kuning, 6 hijau), f2 100 ml (semua daun gugur), dan f3 100 ml (semua

daun gugur) . Kondisi morfologi ini disebabkan karena yang paling berperan

dalam proses penyerapan unsur hara adalah jaringan xilem sedangkan jaringan

floem hanya menebarkan makannya yang dihasilkan dari proses fotosintesis

keseluruh bagian tanaman, sehingga tidak terlalu berpengaruh besar dalam

proses pertumbuhan.

Rata – rata air yang diserap stek yang kondisi kontrol pada hari ke-4

adalah untuk k1 100 ml (1 daun gugur, 3 kuning), k2 200 ml (11 daun hijau

semua), dan k3 200 ml (1 daun kuning, 9 hijau). Adapun rata – rata air yang

diserap cabang tanaman berkayu yang kontrol pada hari ke-10 adalah untuk k1

100 ml (semua daun gugur), k2 100 ml (5 daun gugur, 5 hijau), dan k3 100 ml

(1 daun kuning, 2 hijau, 7 gugur). Kondisi morfologi ini disebabkan karena

pada morfologi dari tanaman tersebut yakni tanaman terlihat segar hal ini

membuktikan bahwa memang jaringan pengangkutan hara tanaman dari tanah

yang diserap oleh akar diangkut oleh jeringan xilem dan juga hasil fotosintesis

disebarkan kembali keseluruh bagian tanaman melalui jaringan floem hal ini

nampak pada cabang tanaman berkayu yang terletak diluar terlihat masih

segar, tidak mengkerut dan tidak kering. Teori vertikal mengatakan

perjalanan air seperti ini hanya dapat terlaksana karena pertolongan sel-sel

hidup, dalam hal ini adalah sel-sel parenkim kayu dan sel-sel jaringan empulur

yang ada disekitr xylem. Pembuluh xylem dapat juga dipandang sebagai

pembuluh kapiler, sehingga air naik di dalamnya sebagai akibat dari adhesi

antara dinding xylem dengan molekul-molekul air. hal inilah yang

menyebabkan masuknya air dalam tanaman

.1.2.4. Acara 5 : Pengamatan Daerah Tumbuh Tanaman

Berdasarkan hasil pengamatan yang diperoleh, kecambah kacang hijau

1 sampai dengan kecambah kacang hijau ke 10 tidak memperlihatkan

perubahan yang signifikan. Hal ini disebabkan karena sel-sel dalam organ akar

tersebut tidak mengalami pembelahan sehingga ukuran panjang pada akar

tidak mengalami pertambahan panjang. Kemungkinan lain sel-sel dalam

jaringan masih beradaptasi dengan kondisi lingkungan yang ketersediaan

nutrisinya terbatas sehingga pembelahan terhambat.

Pada setiap tanaman semuanya mengalami pertambahan panjang pada

interval yang paling ujung. Hasil yang diperoleh beragam yaitu untuk

pertambahan jarak interval kecambah kacang hijau untuk perlakuan pertama

adalah pada kecambah 2 mengalami pertambahan jarak interval 1 mm ulangan

ke 4 – 8 saja, kecambah 3 hanya ulangan ke 9 dan 10, kecambah 5 hanya

ulangan 9 dan 10, kecambah 6 hanya ulangan 10, dan kecambah 7 hanya

ulangan ke 9 dan 10 yang bertambah masing – masing 1 mm. Untuk

pertambahan jarak interval 20mm hanya kecambah 1, 2, 4, 8, 9, 10 saja yang

bertambah 1 mm dari 20 mm menjadi 21 ml.

Hal ini menunjukkan bahwa sel-sel yang terdapat pada ujung akar

tanaman tersebut bersifat moristematik, dimana sel-sel pada ujung akar sangat

aktif membelah yang diakibatkan oleh oleh sitoplasma yang padat sehingga

ruang antar sel hampir tidak ada dan bersifat adaptif terhadap kondisi

lingkungan. Sedangkan daerah yang kurang mengalami pertambahan terdapat

pada daerah pangkal akar, karena sebagian besar pembelahan sel sudah lama

terhenti, karena hormon pertumbuhan (auksin) pada daerah tersebut kadarnya

menjadi sangat rendah. Pertumbuhan memanjang pada tumbuhan terjadi di

titik tumbuh apikal baik di ujung batang maupun diujung akar. Pada percobaan

ini, daerah titik tumbuh yang diamati adalah titik tumbuh apikal yang berada

di ujung akar. Pada daerah ini sel – sel aktif membelah (bersifat embrionik)

sehingga memudahkan pengamatan pada daerah tumbuh tersebut.

Kecambah tumbuh normal bila keadaan lingkungannya lembab

(pengaruh kelembaban), sehingga pada perlakuan biji yang ditutup keras

saring dan ditutup mengkondisikan keadaan yang lembab. Perkembangan dan

pertumbuhan akar kecambah yang telah diintervalkan menghasilkan

pertumbuhan deferensial / pemanjangan akar kecambah pada masing-masing

interval. Pada pemanjangan batang kecambah terjadi proses perpanjangan dan

pertumbuhan yang semakin bertambah pada bagian epikotil, yaitu sejak

kotiledon berkecambah kecil hingga memiliki batang kotiledon yang jelas.

.1.2.5. Acara 7 : Pengaruh Cahaya Terhadap Pertumbuhan Kecambah

Dari percobaan ini dapat diketahui bagaimana pentingnya cahaya

terhadap perkecambahan. Kecambah akan cepat tumbuh jika ada rangsangan

cahaya. Dan dari hasil data perkecambahan dalam terang dan gelap diperoleh

data bahwa perlakuan gelap rata – rata panjang total dari kecambah lebih

panjang pertumbuhannya dibandingkan dengan perlakuan terang. Ini

dikarenakan pada tempat yang gelap tanaman lebih menggunakan cadangan

makanan dalam endosperm atau kotiledon lebih banyak digunakan untuk

memperbesar dan memperpanjang batang.

Pada kecambah perlakuan gelap warna hijau pucat, fotoklorofil

menuju ke klorofil yang sulit terjadi. Sedangkan pada kecambah terang

fotoklorofil mudah menuju ke klorofil sehingga butuh cahaya dan suhu dingin.

Kecambah gelap ini disertai dengan adanya ruas yang lebih panjang, etiolasi

karena di tempat gelap lebih efektif daripada tempat gelap. Hal ini dapat

dikatakan bahwa pada daerah terang kemungkinan kotiledonnya mengalami

kelayuan atau juga kotiledonnya semakin kecil dibandig dengan daerah gelap.

Biji memerlukan tempat yang lembab agar kecambah lebih cepat tumbuh tapi

dalam hal ini bukan berarti tidak memerlukan cahaya matahari untuk proses

fotosintesis.

Cahaya berpengaruh pada kecambah dengan proses fotochemical yang

dilakukan oleh pigmen hijau. Biji dengan bantuan cahaya tumbuh menjadi

kecambah relatif begitu juga dengan biji yang tumbuh tanpa cahaya tidak

begitu jauh perkiraan ukuran biji yang menjadi kecambah.

Kecambah yang berada di tempat gelap akan terisolasi, dan tampak

pucat pada batang, daun dan batangnya pun lebih lemah, dan kecambah pada

praktikum ini keadaannya tidak jauh berbeda pada tempat yang gelap dan

tempat terang. Sedangkan berat kecambah pada tempat terang lebih berat bila

dibandingkan dengan berat kecambah pada tempat gelap. Hal ini dipengaruhi

oleh pembentukan batang dimana pertumbuhan atau cadangan makanan di

tempat terang lebih banyak digunakan. Dan di tempat gelap kotiledonnya tidak

banyak digunakan.

.1.2.6. Acara 8 : Pengaruh Auksin Terhadap Pertumbuhan Akar

Pada pengamatan stek yang diberi perlakuan laruatan Auksin (IAA)

diketahui bahwa tidak ada pertambahan jumlah akar dan panjang akar selama

pengamatan 2 minggu. Ini bias terjadi mungkin perlakuan yang diberikan

salah atau waktunya yang kurang lama untuk menunggu akarnya tumbuh.

.1.2.7. Acara 9 : Dominansi Apikal & Penghambatan Pertumbuhan

Dari hasil pengamatan didapat pada perlakuan semai Durian yang

dipotong tepat di bawah daun paling atas dan diberi Lanolin + IAA didapatkan

rerata pertambahan panjang daun lateral awal adalah 11,93 ml dan rerata

diameternya adalah 30 ml. Setelah 1 minggu rerata panjang daun adalah 12,2

mm dan rerata diameter 30 mm.

Pada perlakuan semai Durian yang dipotong tepat di bawah daun

paling atas dan diberi Lanolin saja didapatkan rerata pertambahan panjang

daun lateral awal adalah 11,96 ml dan rerata diameternya adalah 20 mm.

Setelah 1 minggu rerata panjang daun adalah 12,4 mm dan rerata diameter

26,27 mm.

Pada perlakuan semai Durian yang dipotong tepat di bawah daun

paling atas yang kontrol saja didapatkan rerata pertambahan panjang daun

lateral awal adalah 11,3 ml dan rerata diameternya adalah 23,3 mm. Setelah 1

minggu rerata panjang daun adalah 13,8 mm dan rerata diameter 23,3 mm.

Dari hasil pengamatan diperoleh data dimana dengan penambahan

vaseline dengan IAA maka pembentukan tunas aksiler yang berdekatan

dengan bagian yang diberi zat tersebut terhambat. Bila meristem apikal

dipotong, tunas dan tunas aksiler akan berkembang menjadi cabang. Bila

ujung tanaman dirusak maka akan terbentuk pertumbuhan kuncup lateral

sehingga kuncup terminal dikatakan melakukan pengaruh dominasi terhadap

pertumbuhannya.

Bila meristem apikal diganti dengan sumber IAA atau vaseline,

pertumbuhan tunas aksiler akan terhambat. Dari data terlihat bahwa perlakuan

dengan penambahan IAA menghasilkan panjang daun lateral lebih besar

daripada vaseline atau kontrol. Pemberian auksin memacu terjadinya

pertumbuhan tunas lateral dan menghambat tunas aksilar. Diameter batang

pada perlakuan vaseline dan IAA saja lebih besar vaseline, namun lebih kecil

atau sama dengan kontrol. Pertambahan diameter pada kontrol berjalan dengan

normal.

Dominasi apikal tersebut menyebabkan tanaman dapat tumbuh lebih

tinggi dan meningkatkan eksposur tanaman terhadap cahaya matahari.

Produksi auksin oleh tunas apikal berdifusi ke arah bawah tumbuhan

mengikuti gaya gravitasi serta menghambat pertumbuhan tunas lateral.

Pemotongan tunas apikal beserta hormonnya akan menyebabkan tunas lateral

dorman yang terletak di bawah untuk mulai tumbuh. Ketika tunas apikal

dihilangkan, sumber auksin dihapus. Konsentrasi auksin yang jauh lebih

rendah menyebabkan tunas lateral terpacu untuk tumbuh. Tunas lateral akan

lebih sensitif terhadap auksin daripada tunas apikal. Kemudian, tunas yang

berada diantara ketiak daun dan batang menghasilkan percabangan baru yang

akan berkompetisi untuk menjadi titik tumbuh.

.1.2.8. Acara 10 : Geotropi

Dari hasil percobaan dapat dilihat dengan perlakuan akarnya dipotong

sedikit bahwa panjang akar kecambah selama 1 minggu adalah sebagai berikut

:

untuk kecambah 1 dengan pertambahan panjang akar kecambah 1,1cm.

untuk kecambah 2 dengan pertambahan panjang akar kecambah 0,3cm,

untuk kecambah 3 dengan pertambahan panjang akar kecambah 0,2cm,

untuk kecambah 4 dengan pertambahan panjang akar kecambah 0 cm,

untuk kecambah 5 dengan pertambahan panjang akar kecambah 01 cm,

untuk kecambah 6 dengan pertambahan panjang akar kecambah 0 cm,

untuk kecambah 7 dengan pertambahan panjang akar kecambah 0 cm,

untuk kecambah 8 dengan pertambahan panjang akar kecambah 0 cm,

untuk kecambah 9 dengan pertambahan panjang akar kecambah 0,2 cm

untuk kecambah 10 dengan pertambahan panjang akar kecambah 0 cm.

Pertambahan panjang akar kecambah dengan perlakuan akar tidak

dipotong adalah :

untuk kecambah 1 dengan pertambahan panjang akar kecambah 1,5cm.

untuk kecambah 2 dengan pertambahan panjang akar kecambah 2,3cm,

untuk kecambah 3 dengan pertambahan panjang akar kecambah 2,3cm,

untuk kecambah 4 dengan pertambahan panjang akar kecambah 0 cm,

untuk kecambah 5 dengan pertambahan panjang akar kecambah 1,6cm,

untuk kecambah 6 dengan pertambahan panjang akar kecambah 2 cm,

untuk kecambah 7 dengan pertambahan panjang akar kecambah 0 cm,

untuk kecambah 8 dengan pertambahan panjang akar kecambah 2,4

cm,

untuk kecambah 9 dengan pertambahan panjang akar kecambah 2 cm

untuk kecambah 10 dengan pertambahan panjang akar kecambah 0,3 cm.

Dari hasil ini, didapatkan pertambahan panjang akar dan pertambahan

panjang batang kecambah yang berbeda. Perbedaan tersebut terjadi

dikarenakan panjang kecambah yang digunakan berbeda- beda, ada yang

dipotong dan tidak dipotong.

Untuk kecambah yang ujung akarnya dipotong, pertambahan panjang

pada akarnya cukup besar, namun pertambahan panjang batang kecambah

tidak begitu tampak. Seharusnya pertambahan pada akar yang ujungnya

dipotong hanya sedikit, karena titik tumbuh yang terletak pada ujung akarnya

telah dipotong sehingga tidak terjadi diferensiasi. Walaupun terjadi hanya

sedikit. Kesalahan pada prakktikum ini diduga disebabkan karena kesalahan

pengukuran oleh praktikan. Pada akar yang tidak ujung dipotong, pertambahan

panjang akar kecambah cukup besar. Hal ini disebabkan karena daerah

tumbuh yang terletak pada ujung akar tidak dipotong, sehingga proses

pertumbuhan kecambah pun menjadi lebih cepat dan tidak terhambat.

.1.2.9. Acara 11 : Kurva Sigmoid Petumbuhan Tanaman

Pada praktikum ini yaitu menggunakan jagung yang bertujuan untuk

mengamati daun dari embrio dalam biji sampai mencapai ukuran tetap pada

tanaman tersebut. Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan maka

dapat diperoleh hasil pengamatan yaitu dimana titik awal pengukuran dari

daun tersebut diawali dengan kotiledon. Pengamatan dilakukan dengan cara

menanam 10 biji jagung kedalam polibag dengan menggunakan media tanah.

Untuk pengamatan di tempat gelap pada hari ke-5, 7, 9, 11, 13, 15, dan 17

rerata panjang daun jagung secara berurutan adalah 8,33 cm; 8,5; 9,5cm;

10cm; 10cm; 10cm; 10,45; 13 cm

Untuk pengamatan pada tempat terang, rerata panjang daun pada hari

ke-5, 7, 9, 11, 13, 15, 17 secara berturut-turut adalah 5,33 cm; 6,5 cm; 6,67

cm; 7 cm; 8,25 cm; 7,37 cm; dam 8 cm.

Pertumbuhan daun jagung ditempat terang menunjukan ukuran

kumulatif dari waktu ke waktu, dimana tanaman pada fase logaritmik dapat

dilihat dari hari ke-1 sampai pada hari ke-11. Hal ini sesuai dengan literatur

Salisbury dan Ross (1992) yang menyatakan bahwa kurva menunjukan ukuran

kumulatif sebagai fungsi dari waktu. Fase logaritmik berarti bahwa laju

pertumbuhan lambat pada awalnya, tapi kemudian meningkat terus. Laju

berbanding lurus terhadap ukuran organisme.

Tanaman pada tempat terang masih tetap tumbuh dibandingkan pada

tanaman tempat gelap karena tanaman tempat terang mendapatkan cahaya

yang cukup untuk melakukan proses fotosintesis sehingga kebutuhan

nutrisinya tetap terpenuhi. Sedangkan tanaman pada tempat gelap

pertumbuhannya terhambat hingga mati karena tanaman tidak mendapatkan

cahaya yang cukup untuk melakukan proses fotosintesis.

BAB V

KESIMPULAN & SARAN

.5.1. Kesimpulan

.5.1.1. Acara 2 : Karbohidrat Dalam Tanaman

Dari percobaan yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa :

Faktor-faktor yang mempengaruhi penyusun amilum :

1. Temperatur

2. Pengaruh air

3. Konsentrasi ion-ion H+

4. Konsentrasi gula.

Proses fotosintesis akan lebih baik bila daun langsung terkena sinar matahari

sehingga klorofil bekerja dengan sempurna.

Faktor-faktor yang mempengaruhi fotosintesis

1. Ketersediaan air

Kekurangan air menyebabkan daun layu dan stomata menutup,

akibatnya penyerapan karbon dioksida terhambat sehingga laju

fotosintesis menurun.

2. Intensitas cahaya

Makin tinggi intensitas cahaya makin banyak energi yang terbentuk,

sehingga mempercepat fotosintesis. Namun, intensitas cahaya yang

terlalu tinggi akan merusak klorofil dan mengurangi kecepatan

fotosintesis.

3. Konsentrasi karbondioksida (CO2)

Tanaman sangat membutuhkan cahaya matahari untuk perkembangan dan

kelangsungan hidup.

.5.1.2. Acara 3 : Transpirasi

Dari percobaan yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa :

1. Kecepatan relatif kehilangan air dari dalam tanaman dipengaruhi oleh

faktor – faktor, baik faktor dari dalam tumbuhan maupun faktor dari luar

tumbuhan.

a. Faktor internal : faktor yang berasal dari tumbuhan itu sendiri, antara

lain : besar – kecilnya daun, tebal – tipisnya daun, ada tidaknya lapisan

lilin pada permukaan daun, banyak sedikitnya stomata, bentuk dan lokasi

stomata.

b. Faktor eksternal : faktor luar yang mempengaruhi proses transpirasi,

antara lain : radiasi, temperatur, kelembaban udara, tekanan udara, angin,

keadaan air dalam tanah.

2. Transpirasi bermanfaat sebagai proses pendiginan, tetapi bila transpirasi

mendinginkan daun, tentu proses fisika lain yang melakukan hal tersebut.

Bila tidak terjadi transpirasi, daun akan lebih panas beberapa derajat

.5.1.3. Acara 4 : Jaringan Pengangkut Air

Dari hasil pengamatan yang kami lakukan pada Jaringan Pengangkutan Air

dapat dimbil kesimpulan :

1. Jaringan pengangkutan pada tanaman tingkat tinggi adalah xilem dan

floem

2. Pada sistem pengangkutan unsur hara dari luar bagian tanaman diserap

oleh akar dan di angkut oleh jaringan xilem untuk di masak di daun

3. Jaringan floem dalam pengangkuata air dan unsur hara tidak terlalu

berperan namun jaringan floen ini berperan dalam penyebaran hasil

fotosintesis dari daun keseluruh bagian tanaman.

4. Tanaman dapat tumbuh dengan baik jika tidak ada faktor - faktor

penghambat atau pun hambatan pada jaringan pengangkutan.

.5.1.4. Acara 5 : Pengamatan Daerah Tumbuh Tanaman

Berdasarkan pengamatan yang dilakukan diperoleh kesimpulan bahwa

daerah yang kurang mengalami pertambahan terdapat pada daerah pangkal

akar, karena sebagian besar pembelahan sel sudah lama terhenti, karena

hormon pertumbuhan (auksin) pada daerah tersebut kadarnya menjadi sangat

rendah. Pertumbuhan memanjang pada tumbuhan terjadi di titik tumbuh apikal

baik di ujung batang maupun diujung akar. Pada percobaan ini, daerah titik

tumbuh yang diamati adalah titik tumbuh apikal yang berada di ujung akar.

Pada daerah ini sel – sel aktif membelah (bersifat embrionik) sehingga

memudahkan pengamatan pada daerah tumbuh tersebut.

Kecambah tumbuh normal bila keadaan lingkungannya lembab

(pengaruh kelembaban), sehingga pada perlakuan biji yang ditutup keras

saring dan ditutup mengkondisikan keadaan yang lembab. Perkembangan dan

pertumbuhan akar kecambah yang telah diintervalkan menghasilkan

pertumbuhan deferensial / pemanjangan akar kecambah pada masing-masing

interval. Pada pemanjangan batang kecambah terjadi proses perpanjangan dan

pertumbuhan yang semakin bertambah pada bagian epikotil, yaitu sejak

kotiledon berkecambah kecil hingga memiliki batang kotiledon yang jelas.

.5.1.5. Acara 7 : Pengaruh Cahaya Terhadap Pertumbuhan Kecambah

Dari percobaan di atas dapat disimpulkan bahwa :

Cahaya berpengaruh pada kecambah dengan proses fotochemical yang

dilakukan oleh pigmen hijau. Biji dengan bantuan cahaya tumbuh menjadi

kecambah relatif begitu juga dengan biji yang tumbuh tanpa cahaya tidak

begitu jauh perkiraan ukuran biji yang menjadi kecambah.

Perkecambahan yang dilakukan di tempat terang dan tempat gelap sama-

sama mempengaruhi keadaan morfologi tanaman itu sendiri baik keadaan

akar, batang, daun, dan lainnya.

Proses perkecambahan yang terjadi pada tempat terang jauh lebih

sederhana dibandingkan dengan proses yang dilakukan tanpa cahaya,

karena pada proses ini tanaman melakukan pemecahan gula karbon dan

pemecahan terhadap senyawa ATP.

Perkecambahan yang dilakukan pada saat terang, keadaan morfologinya

lebih diketahui daripada dalam keadaan gelap.

.5.1.6. Acara 8 : Pengaruh Auksin Terhadap Pertumbuhan Akar

Berdasarkan hasil pengamatan yang diperoleh maka dapat diambil kesimpulan

bahwa pengamatan pada praktikum ini gagal karena stek yang diberi auksin

dengan konsentrasi berbeda – beda tidak memperlihatkan perbedaan dan

akarnya tidak tumbuh sama sekali. Ini disebabkan bias dari praktikan yang

salah member perlakuan atau dari steknya dan atau dari bahan – bahan yang

disediakan lab.

.5.1.7. Acara 9 : Dominansi Apikal & Penghambatan Pertumbuhan

Dari percobaan yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa :

Dominasi apikal adalah suatu prinsip distribusi auksin dalam organisasi

tumbuhan, dengan menekankan pertumbuhan ke arah atas (apikal) dan

mengesampingkan percabangan (lateral). Dominasi apikal dipicu oleh

produksi auksin pada bagian tunas apikal tanaman. Pemotongan tunas

apikal akan menyebabkan tunas lateral menjadi tumbuh, akibat auksin

yang bergerak ke bawah. Apabila ujung apikal yang telah terpotong

diberikan campuran pasta Vaseline dan IAA, maka auksin akan kembali

tersedia dan tunas lateral menjadi tidak terbentuk kembali.

IAA (Asam Indol Asetat) berperan untuk merangsang dan memacu

pertumbuhan batang serta dapat memacu pembelahan meristematik pada

bagian apikal (ujung).

Beberapa fungsi auksin lainnya (Anonim, 2008)

Perkecambahan biji

Pembentukan akar

Pembungaan dan Pembuahan

Mendorong partenokarpi

Mengurangi gugurnya buah sebelum waktunya.

Mematahkan dominanis pucuk atau apikal

.5.1.8. Acara 10 : Geotropi

Berdasarkan pengamatan yang dilakukan diperoleh kesimpulan bahwa

bila respon akar dan batang tumbuhan yng diletakkan horisontal

diperbandingkan akar akan berinteraksi geotropik positif, sedang batang

geotropik negatif. Pada kedua keadaan tersebut, posisi horisontal

mengakibatkan perpindahan IAA kebagian bawah akar dan batang.

Konsentrasi yang tinggi pada belahan bawah akar menghambat pemanjangan

sel, sedangkan konsentrasi IAA di belahan atas mendorong pemanjangan sel.

Hasil akhir dari kedua pengaruh ini, akar membengkok kebawah. Keadaan

sebaliknya terjadi pada batang konsentrasi IAA yang tinggi pada belahan

bawah batang mendorong pemanjangan sel dan konsentrasi yang rendah pada

belahan atas menurunkan pemanjangan sel. Proporsi zat-zat tubuh yang

berbeda mungkin merupakan penyebab insolasi tespon tumbuh yang berbeda

pada akar, batang dan organ-organ lainnya.

Bentuk tanggapan terhadap rangsangan tersebut bermacam-macam.

Rangsangan yang menyebabkan tumbuhan bergerak antara lain:

cahaya , misalnya batang tanaman bergerak kearah datangnya cahaya

gaya tarik bumi misalnya gerak tumbuhnya akar searah dengan arah

gaya tarik bumi

sentuhan, misalnya tumbuhan putri malu akan mengatup jika disentuh.

.5.1.9. Acara 11 : Kurva Sigmoid Petumbuhan Tanaman

Adapun kesimpulan yang diperoleh dalam praktikum ini adalah sebagai

berikut :

1. Kurva sigmoid yaitu menggambarkan pertumbuhan tanaman secara cepat

pada fase vegetatif sampai titik tertentu akibat pertambahan sel tanaman

kemudian melambat dan akhirnya menurun pada fase senesen.

2. Tanaman pada tempat terang masih tetap tumbuh dibandingkan pada

tanaman tempat gelap karena tanaman tempat terang mendapatkan cahaya

yang cukup untuk melakukan proses fotosintesis sehingga kebutuhan

nutrisinya tetap terpenuhi. Seedangkan tanaman pada tempat gelap

pertumbuhannya terhambat hingga mati karena tanaman tidak

mendapatkan cahaya yang cukup untuk melakukan proses fotosintesis.

.5.2. Saran

Pada praktikum selanjutnya sebaiknya praktikan lebih memperhatikan lagi

pada saat praktikum berlangsung, agar tidak terjadi kesalahan-kesalahan kecil

yang bisa mempengaruhi hasil yang diperoleh.

Alat dan bahan hendaknya dilengkapi lagi agar membantu proses berjalannya

kegiatan praktikum.

Kalau bisa bahan yang digunakan memang suatu prosuk kehutanan, missal

tanaman kehutanan, tumbuhan kehutanan dan sebagainya.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2007. Bagaimana Cara Tumbuhan Bergerak.

http://blog.persimpangan.com/blog/2007/08/02/bagaimanakah-cara-tumbuhan-

bergerak/ Diakses Pada 25 Mei 2015.

Anonim.2009.21ildahshiro.blogspot.com/…/fisiologi-tumbuhan-pengaruh-

auksin.html Diakses Pada 25 Mei 2015.

Anonim.2009.ikaakmala-akmal.blogspot.com/…/dominasi-pertumbuhan.html

Diakses Pada 25 Mei 2015.

Anonim. (2009) Sistem Transportasi dan Transpirasi dalam Tanaman.

[online]. Tersedia di : http://www.indoforum.org/showthread.php?t=34436.

Diakses Pada 25 Mei 2015.

Anonim.2010.wawan-junaidi.blogspot.com/…/pengaruh-auksin-terhadap-

pemanjangan.html Diakses Pada 25 Mei 2015.

Anonim

https://kelasabiologysciencecomunity.wordpress.com/2012/06/12/laporan-

fistum-transpirasi/ Diakses Pada 25 Mei 2015.

Anonim. http://id.scribd.com/doc/40304699/Fistum-Jaringan-Pengangkutan-

Air. Diakses Pada 25 Mei 2015.

Anonim. http://pidh05.blogspot.com/2010/12/laporan-praktikum-jaringan-

pengangkut.html. Diakses Pada 25 Mei 2015.

Anonim. http://windme.blogspot.com/p/jaringan-pengangkut-xilem-kambium-

floem.html. Diakses Pada 25 Mei 2015.

Anonim. http://yuhayalissera.blogspot.com/2010/09/pengaruh-cahaya-

terhadap-kecambah.html Diakses Pada 25 Mei 2015.

Campbell, N. A., Reece, J. B. dan Mitchell, L.G., 1999, Biologi, Erlangga,

Jakarta.

Campbell. 2002.. Analisis Pertumbuhan Tanaman. Gadjah Mada University

Press. Yogyakarta.

Dwidjoseputro, D. 1986. Pengantar Fisiologi Tumbuhan. Jakarta : PT.

Gramedia

Dwidjoseputro, D., 1994, Pengantar Fisiologi Tumbuhan, PT Gramedia,

Jakarta.

Fahn, A., 1992, Anatomi Tumbuhan Edisi ke 3, UGM University, Yogyakarta.

Fressenden R. J., 1997, Plant and Introduction to Modern Botany, Macmillan

Publishing Co., Inc, New York.

Heddy, S., 1987, Biologi Pertanian, Rajawali Press, Jakarta.

Heddy, S., 2000. Hormon Tumbuhan. Rajawali, Jakarta. Indradewa. D., 2009.

Fisiologi Tumbuhan. www.faperta.ugm.ac.id. Diakses Pada 25 Mei 2015.

Hopkins, 1995, Biologi, ITB, Bandung.

Kaufman, P. B., Labavitch, J., Prouty, A. A. dan Ghosheh, N. S., 1975,

Laboratory Experiment in Plant Physiology, Macmillan Publishing Co., Inc,

New York.

Kimball, John. W., 1989, Biologi Jilid I Edisi kelima, Erlangga, Jakarta.

Kimbal, 1992. Tinjauan Konseptual Model Pertumbuhan dan Hasil Tegakan

Hutan. USU-Digital Library. Medan.

Lakiatan, B. 1994. Dasar-

Dasar Fisiologi Tumbuhan. Universitas Sriwijaya.Palembang

Lakitan, 2000, Fisiologi Tanaman, PT Bina Aksara, Jakarta.

Loveless, A. R., 1991, Prinsip-Prinsip Biologi Tumbuhan Untuk Daerah

Tropik, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Loveless, 1994, Study Guide to Accompany Botany, Chesther Bistane Toronto,

Singapore

Mukhtarom, 2009. Fungsi Auksin. http://mukhtarom-ali.blogspot.com.

Diakses Pada 25 Mei 2015.

Nopi. 2009. Fototrofisme.

http://nopiblogspot.blogspot.com/2009/01/fototropisme.html Diakses Pada 25

Mei 2015.

Prawiranta, W et al.1997.Dasar-

Dasar Fisiologi Tumbuhan.Departemen Botani Fakultas Pertanian IPB.Bogor

Rinaldi. 2010. Mengamati Gerak Fototropisme. Diakses Pada 25 Mei 2015.

http://rinaldi89.blogspot.com/2010/01/mengamati-gerak-fototropisme-

dan.html

Saleh, M.S., 2003. Asam Indole Acetic Acid. Surya Indah, Magelang.

Suwasono, 1983. Pengaruh Auksin Terhadap Pertumbuhan. Mina Raharja,

Bandung.

Salisbury dan Ross. 1991. Fisiologi Tumbuhan. ITB, Bandung.

Salisburry, F.B dan C. W. Ross.1992. Fisiologi Tumbuhan Jilid I.Penerbit

ITB.Bandung

Salisburry,F. B. dan Ross W. C., 1992, Fisiologi Tumbuhan Jilid 2, ITB Press,

Bandung.

Salisbury, F. B. dan Ross, C. W., 1992, Fisiologi Tumbuhan Jilid III, ITB,

Bandung

Salisbury, F.B dan C.W. Ross., 1992. Fisiologi Tumbuhan Jilid Tiga Edisi

Keempat. ITB-Press. Bandung.

Uya. 2010. Gerak Pada Tumbuhan. http://id.shvoong.com/exact-

sciences/biology/2011994-gerak-pada-tumbuhan/ Diakses Pada 25 Mei 2015.

Suharjo, Usman K.J. 2011. Penuntun Praktikum Dasar-Dasar Fisiologi

Tanaman. Universitas Bengkulu: Bengkulu.

Tjitrosoepomo, G., 1999. Botani Umum 2. Angkasa. Bandung.