KLASIFIKASI TUMBUHAN PAKU

18
KLASIFIKASI TUMBUHAN PAKU I. Divisi Psilotophyta A. Nama spesies : Psilotum nudum atau Paku Purba B. Deskripsi : Di Jawa, tumbuh dua psilotum yang dikenal dengan nama simbar ganyoh ( Psilotum camplanatum ) dan kumpai sapu ( Psilotum nudum ). Perbedaan keduanya terlihat dari segi kegepengan batang dan cara menempelnya pada pohon. Jenis kumpai sapu lebih mudah di jumpai di alam daripada simbar ganyoh. Kumpai sapu tumbuh baik di daerah dataran rendah maupun dataran tinggi (pegunungan). Dari contoh herbariumnya dapat disimpulkan bahwa ketinggian tempat untuk tumbuh paku tersebut berkisar antara 0-1830 m di atas permukaan laut. Jenis paku ini selain tumbuh menempel pada batang atau sela-sela dahan, tumbuh pula di atas tanah yang berhumus, di batuan kapur atau tanah berbatu di sekitar pantai. Di Pulau Aru jenis ini dijumpai menempel pada pohon bakau dan di P. Handeuleun serta P. Panaitan tumbuh di daerah pantai pada batuan karang yang sudah tua. Tumbuhnya tidak hanya di hutan-hutan primer dan sekunder saja, tetapi jenis paku ini banyak tumbuh di sekitar perkampungan, ladang dan kebun. Apabila diperhatikan, tumbuhnya sering berasosiasi dengan jenis tumbuhan lain yang memang tumbuh epifit seperti paku-pakuan lain. Ciri-ciri yang nampak adalah paku ini bercabang banyak dan bila diperhatikan, percabangannya selalu

Transcript of KLASIFIKASI TUMBUHAN PAKU

KLASIFIKASI TUMBUHAN PAKU

I.            Divisi Psilotophyta

A.    Nama spesies : Psilotum nudum atau Paku Purba

B.     Deskripsi : Di Jawa, tumbuh dua psilotum yang dikenal

dengan nama simbar ganyoh ( Psilotum camplanatum ) dan kumpai

sapu ( Psilotum nudum ). Perbedaan keduanya terlihat dari segi

kegepengan batang dan cara menempelnya pada pohon. Jenis kumpai

sapu lebih mudah di jumpai di alam daripada simbar ganyoh.

Kumpai sapu tumbuh baik di daerah dataran rendah maupun dataran

tinggi (pegunungan). Dari contoh herbariumnya dapat disimpulkan

bahwa ketinggian tempat untuk tumbuh paku tersebut berkisar

antara 0-1830 m di atas permukaan laut. Jenis paku ini selain

tumbuh menempel pada batang atau sela-sela dahan, tumbuh pula

di atas tanah yang berhumus, di batuan kapur atau tanah berbatu

di sekitar pantai. Di Pulau Aru jenis ini dijumpai menempel

pada pohon bakau dan  di P. Handeuleun serta P. Panaitan tumbuh

di daerah pantai pada batuan karang yang sudah tua. Tumbuhnya

tidak hanya di hutan-hutan primer dan sekunder saja, tetapi

jenis paku ini banyak tumbuh di sekitar perkampungan, ladang

dan kebun. Apabila diperhatikan, tumbuhnya sering berasosiasi

dengan jenis tumbuhan lain yang memang tumbuh epifit seperti

paku-pakuan lain. Ciri-ciri yang nampak adalah paku ini

bercabang banyak dan bila diperhatikan, percabangannya selalu

menggarpu, tinggi yang dapat dicapai sekitar 0,6 m, batang

tersebut berbentuk bulat sampai segitiga, warnanya hijau sampai

hijau muda. Bila sudah dewasa, batang yang bercabang banyak

tumbuh berjumbai. Akar rimpangnya pendek dan menjalar. Kantong

sporanya berupa benjolan-benjolan yang bundar,  bersegitiga,

dan berwarna kuning cerah serta tumbuh tidak bertangkai,

bergaris tengah 2-3 mm. Daunnya berukuran kecil sekali  yang

tersusun 2-3 baris.

C.     Manfaat : Sebagai tanaman hias

D.    Literatur :

http://www.freewebs.com/arl_ipb_2006/deskripsi/pakuan.pdf

II.            Divisi Lycopodophyta

Nama Spesies :

a. Licopodium serratum

  Deskripsi : Tumbuhan ini banyak di temukan di daerah hutan

tropis dan sub tropis. Lycopodium serratum ini tumbuh menempel

di pohon (epifit), namun ada pula yang hidup bebas di tanah,

pada bebatuan, dan tebing sungai. Batang naik atau agak

menjalar di dasar, dengan tegak bercabang cabang dicotomously

beberapa kali bagian atas beberapa kali bantalan gemmae dekat

apex.leaves eliptic untuk sempit, acuminate di puncak,

petiolate, irregullarly bergerigi di urat margin yang berbeda,

dibesarkan di atas; chartaceous twexture tipis, dalam hijau.

sporophylls lanset, kecil, 3-5 mm panjang, konstan pada bagian

atas tanaman, tetapi tidak membentuk kerucut yang berbeda.

b. Licopodium squarrosum

  Deskripsi : Jenis ini termasuk dalam suku Lycopodiaceae.

Mempunyai sinonim Huperzia squarrosa (G. Forster) Trevisan dan

Phlegmaria squarrosus (G. Forster) Löve &Löve. Biasa disebut

dengan rock tassel fern, water tassel fern atau ikur-ikur

biang. Tumbuhan ini merupakan jenis epifit, berukuran sedang,

berumpun, menjuntai atau tegak.Batang panjang mencapai 1,5 m,

lebar 1,5-2,5 cm, selalu hijau, beberapa kali bercabang dan

percabangannya khasyaitu setiap cabang bercabang dua lagi. Daun

steril bundar telur menyempit sampai memanjang menggaris,

panjang 1,5-2 cm, mirip kawat tetapi tidak kaku, tersusun

rapat, tersebar kecuali di bagian ujung batang. Daun fertil

mirip dengan daun steril. Strobili terdapat di ujung cabang,

tidak bercabang, panjang mencapai 20 cm. Strobili ini mudah

dibedakan dengan batang yang berdaun karena ukurannya lebih

kecil. L. squarrosum biasanya tumbuh epifit di pohon-pohon

besar dan menempel pada humus yang tebal. Jenis ini umumnya

terdapat di tempat yang agak ternaung sampai terbuka, pada

ketinggian 1.440 m dpl. Jenis ini tersebar di Afrika, Asia, New

Guinea, Australia, dan Polinesia. Perawakannya yang menawan

menjadikan jenis ini berpotensi sebagai tanaman hias.

Masyarakat Karo di Sumatera Utara memanfaatkannya untuk angin-

angin (mengusir setan atau membebaskan diri dari pengaruh

santet).

c. Licopedium cernuum L.

  Deskripsi : Tumbuhan  paku ini hidup di tanah. Jenis ini di

kenal dengan nama paku kawat karena batangnya yang kecil

menjalar, kaku seperti kawat. Batang tersebut bercabang-cabang

tak beraturan. Daunnya kecil dan tumbuh rapat menutupi batang.

Banyak dimanfaatkan sebagai rangkaian bunga.Tidak halnya paku-

pakuan pada umumnya, paku kawat mempunyai daun yang subur yng

tersusun dalam bentuk bulir yang disebut strobilii. Daun

strobilii tumbuh pada akhir percabangan. Strobil ini letaknya

tegak dan bentuknya seperti bumbung. Akhir-akhir ini paku kawat

telah mulai di budidayakan   karena kegunaanya sebagai tanaman

hias. Disamping itu dapat pula dipakai sebagai obat batuk dan

obat sesak nafas dengan cara meminum air rebusannya. Selain

itu, abu paku kawat untuk menyembuhkan kulit yang terserang

bisul, dengan cara mencampurnya dengan cuka.dapat pula

dimanfaatkan sebagai pengisi bantal atau pengganti bantal. Paku

kawat ini mudah dijumpai karena tumbuhan ini banyak terdapat di

daerah tertutup atau terbuka. Bahkan, tumbuhan ini masih bisa

tumbuh di daerah kering dan di tanah yang kurang subur.

d. Lycopodium nummularifium L

  Deskripsi : Lycopodium nummularifium jenis tumbuhan paku

perrenial dan hidup sebagai epifit di bawah dan melekat pada

batang pohon-pohon pada habitat aslinya, yaitu hutan tropis.

Dibandingkan dengan kerabat  Lycopodium lain yang tumbuh

merumpun (menggerombol), spesies ini cenderung bertipikal

tumbuh menjalar, memanjang atau menggantung. Batang berbentuk

bulat, kecil, keras dan memanjang seperti kawat (wiry stem).

Dua cabang dikotomi (dichotomous branches) terbentuk pada ujung

batang/cabang sebelumnya yang selanjutnya tumbuh menjadi

cabang-cabang baru. Cabang-cabang kemudian dapat tumbuh hingga

mencapai tanah dan menjalar membentuk system perakaran baru

(rhizoma). Rhizoma berakar adventif merupakan bentuk modifikasi

batang yang berfungsi selain sebagai alat trasport air dan

nutrient untuk proses photosynthesis, juga sebagai alat perekat

tanaman pada tempat tumbuhnya. Tergantung pada tempat

tumbuhnya, rizhoma berakar adventif dapat menjalar di atas

maupun di bawah media tempat tumbuhnya hingga mencapai

kedalaman 5 – 15 cm. Rizhoma-rhizoma ini pun berpotensi untuk

membentuk tunas baru yang kemudian dapat tumbuh menjadi tanaman

baru (vegetative reproduction). Daun kecil (microphyll)

berwarna hijau, berbentuk bulat hingga oval lonjong/lanceolate

(scale-like leaves), pipih dengan satu tulang daun yang berada

di tengah helaian. Daun melekat pada segmen-segmen batang yang

mirip buku dengan susunan duduk daun berpasangan dengan sedikit

alternasi (opposite, slightly alternate). Sudut duduk daun

berjarak seragam pada batang. Susunan daun-daun pada batang

tanaman overlap linier dengan daun yang lain pada buku yang

berikutnya, sehingga membentuk suatu rangkaian radial mirip

mata rantai dengan bidang datar yang rata. Tanaman ini

diperkirakan berasal dari Asia Tenggara beriklim tropis, dengan

pusat endemik di sekitar semenanjung Melayu, di Malaysia bagian

timur, Indonesia di sekitar Kalimantan hingga Filipina bagian

selatan, Irian dan Papua nugini. Beberapa penelitian eskplorasi

akhir-akhir ini mengindikasikan bahwa Lycopodium

nummularifolium juga diketemukan tumbuh secara alami di hutan-

hutan sebelah timur Papua nugini hingga bagian utara Australia.

Penyebaran secara alami diperkirakan dengan menggunakan spora

yang ringan dan dapat terbang terbawa oleh angin serta dapat

bertahan lama hingga mencapai tempat tumbuh yang kondusif untuk

berkecambah.Kerabat-kerabatnya dalam satu genus, mempunyai area

dispersal yang luas hingga ke daratan Amerika yang beriklim

tropis. Dahulu spora Lycopodium yang dikeringkan sering

digunakan pada acara teaterikal. Spora kering ini digunakan

untuk memberikan efek seperti kobaran api. Spora dapat terbakar

dengan cepat dan terang, tetapi dengan panas yang rendah dan

aman. Selain spora, bentuk segar tanaman baik berupa untaian

batang potong atau tanaman dalam pot digunakan sebagai tanaman

hias, sebagai filler atau suplemen dalam rangkaian bunga atau

tanaman hidup dalam pot maupun pada taman. Beberapa spesies

Lycopodium juga digunakan salah satu bahan pembuat pembungkus

pil/kapsul obat-obatan hingga saat ini. Untuk bahan obat-obatan

spesies ini dijual dalam bentuk tepung. Spesies-spesies

tertentu oleh suku Aborigin juga digunakan sebagai bahan obat-

obatan untuk penyakit (homeophatic). Pada pengobatan modern

spesies Lycopodium masih digunakan digunakan untuk homeophatic.

Homeophatic merupakan suatu sistem pengobatan yang aman dan

efektif serta tanapa efek samaping. Cara ini membantu mendorong

tubuh untuk melakukan penyembuhan baik secara fisik, mental

maupun emosional Kandungan bahan/sifat fisik/kimia bagian

tanaman Nuansa terang karena daya terbakar spora yang cepat

dengan suhu rendah pada efek teateritikal. Untuk reproduksi

seksual, tanaman ini membentuk organ yang disebut strobilus

yang biasanya tumbuh pada dasar duduk daun (microphyll axils).

Sporangium sebagai sebagai tempat sel induk spora terdapat pada

strobilus, berbentuk seperti ginjal. Pada fase gametofit, spora

akan membentuk organ-organ gametangia, seperti arkegonium dan

anteridium sebagai penghasil gamet-gamet jantan dan betina.

                     e. Licopodium phlegmaria L

  Deskripsi : Jenis paku ini sangat tahan kekeringan. Dari

namanya dapat diketahui bahwa masih termasuk satu marga dengan

kumpai. Seperti jenis-jenis marga Lycopodium pada umumnya,

kumpai pure tumbuh menumpang. Batangnya tumbuh bergantung dan

percabangannya khas yaitu setiap cabang bercabang lagi menjadi

dua. kadang- kadang tumbuhan ini dapat mencapai panjang 0.9 m.

Jenis ini mudah di bedaka dari jenis lainnya  dalam marga

lycopedium Karen adaunnya kasar, berbentuk bulat dengan

ujungnya yang runcing. Berbeda dengan kumpai, strobilii kumpai

pure membentuk percabangan yang khas seperti batangnya. Panjang

strobilii tersebut mencapai 20 cm. dapat dibedakan dengan

batang yang berdaun dan ukurannya yang lebih kecil sporofilnya

pendek dan bentuknya menyirip. Pada tumbuhan ini mengandung

saponin yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan mecuci rambut

serta dapat digunakan untuk hiasan kebun.

                        f. Lycopodium carinatum

  Deskripsi : Batang pendoulus panjangnya dapat mencapai lebih

dari 50 cm. kadang- kadang memiliki diameter 2-3 mm. Daunnya

pendek berbentuk lancet Subulate di pucuk, penyempitan ke arah

dasar, sesil sampai 1,3 panjang, lebar 1,3 mm, seluruh; vena

tidak jelas, tekstur chartaceous. Sporophylls sedikit berbeda

dari tropophills, oblong subdeltoid, sampai 5 mm, 1,5 luas,

ditempatkan hanya pada bagian apikal atau kadang ke bawah ke

bagian tengah, tidak membentuk kerucut yang berbeda. Ephypitic

pada batang pohon berlumut di hutan evergen padat sampai dengan

900 m.

                        g. Licopodium hamiltonii 

  Deskripsi : Batang biasanya gantung, 20-50 cm, bercabang

dikotomis beberapa kali, 1-1,5 mm beberapa kali, 1-1,5 mm

diameter pangkalan dekat. Batang biasanya gantung, 20-50 cm,

bercabang dikotomis beberapa kali, 1-1,5 mm diameter dasar

dekat. naik daun, jarang subpatent, lanset, melainkan variabel

dalam bentuk dan ukuran, akut untuk berkumpul di pucuk,

penyempitan terhadap sessile atau setiap dasar segera stalkeed,

mereka pada bagian tengah atau lebih rendah yang terbesar, 1-

1,5 cm panjang, 2-5 mm luas, seluruh; vena lebih atau kurang

jelas di bawah; tekstur lembut chartaccous untuk lebih tebal,

hijau ke hijau kekuningan. biasanya lebih kecil daripada

tropophylls sporophills, untuk 7 mm, 1.5mm luas, yang konstan

yang berkumpul di bagian apikal, tidak membentuk kerucut yang

berbeda, fertille batang biasanya sekitar 1 / 3 di ketebalan

yang sterille yang lain.

                        h. Licopodium piscium

  Deskripsi : Mirip dengan L. hamiltonii tetapi dapat dibedakan

dari: daun sangat sempit, linier, paling 1,5 mm luas, margin

seringkali rumit; ramping porsi subur, sekitar 1 mm,

sporophylls jauh lebih kecil daripada tropophills.

                        i. Licopodium clavatum

  Deskripsi : Batang utama menjalar, bawah tanah, bercabang

tidak teratur, bantalan daun sempit jarang berdiameter 3-4 mm;

udara naik ke batang tegak, percabangan dikotomus beberapa

kali, bantalan denses daun 0,5 -1 cm diameter termasuk daun.

Daun sebenarnya, melengkung di bagian atas, linier-lanceoplate,

berkumpul di pucuk berakhir di setae membranosus panjang

canucosus, 4-6 mm panjang, 0.5-1 mm luas, seluruh, sessile;

urat nyaris tidak terlihat; tekstur seperti kulit, hijau atau

hijau kekuningan. kerucut tegak tangkai 7-15 cm, dengan daun

linier jarang tampak lurus, menghasilkan beberapa kerucut di

setiap pucuk dengan tangkai pendek; kerucut silinder, tegak, 3-

8 cm panjang, 4-5 mm; sporophylls lonjong bulat telur,

berkumpul di pucuk dengan membran setaceous, tepi transparan,

membran, dentate, sekitar 2,5 mm, 1,5 mm luas.

  Manfaat : secara umum lycopodium banyak dimanfaatkan sebagai

hiasan dikebun dan karangan bunga. Dahulu spora Lycopodium yang

dikeringkan sering digunakan pada acara teaterikal. Spora

kering ini digunakan untuk memberikan efek seperti kobaran api.

Spora dapat terbakar dengan cepat dan terang, tetapi dengan

panas yang rendah dan aman. Selain spora, bentuk segar tanaman

baik berupa untaian batang potong atau tanaman dalam pot

digunakan sebagai tanaman hias, sebagai filler atau suplemen

dalam rangkaian bunga atau tanaman hidup dalam pot maupun pada

taman. Beberapa spesies Lycopodium juga digunakan salah satu

bahan pembuat pembungkus pil/kapsul obat-obatan hingga saat

ini. Untuk bahan obat-obatan spesies ini dijual dalam bentuk

tepung. Spesies-spesies tertentu oleh suku Aborigin juga

digunakan sebagai bahan obat-obatan untuk penyakit

(homeophatic). Pada pengobatan modern spesies Lycopodium masih

digunakan digunakan untuk homeophatic. Homeophatic merupakan

suatu sistem pengobatan yang aman dan efektif serta tanapa efek

samaping. Cara ini membantu mendorong tubuh untuk melakukan

penyembuhan baik secara fisik, mental maupun emosional

Kandungan bahan/sifat fisik/kimia bagian tanaman Nuansa terang

karena daya terbakar spora yang cepat dengan suhu rendah pada

efek teateritikal. L. Cernuum, yang di Jawa Barat banyak

digunakan dalam pembuatan karangan bunga L. Clavatum, yang

sporanya dikumpulkansebagai serbuk likopodium (pulvis

licopodii) yang dipergunakan sebagai pembalut pil agar tidak

lengket satu sama lain. Juga dipergunakan dalam percobaan Kundt

untuk mengukur panjang gelombang suara.

  Literatur :

http://hiddennumb.wordpress.com/2011/04/30/lycopodium/

                        j. Selaginella plana

  Deskripsi : di tempat yang teduh biasanya daunnya menjadi

kebiruan sehingga menambah indahnya tumbuhan ini. Perawakan

maupun bentuknya serupa rane halus (Selaginella willdenowii).

Hanya saja ukuran daun lebih lebar. Daunnya kecil-kecil dan

tersusun melingkari batangnya. Berbeda dengan rane halus 

(Selaginella willdenowii) daun-daun suburnya lebih lancip.

Susunannya pun lebih rapat. Batangnya terletak di permukaan

tanah dan kadang-kadang berakar membentuk tanaman baru. Di

daerah yang cocok tumbuhan ini mencapai panjang 1 m. Di antara

tumbuhan rasam yang tidak lebat di lereng-lereng bukit di Jawa

Barat, sering dijumpai jenis paku lain yang disebut rane biru.

Tumbuhan ini hanya terdapat di daerah yang lembap dan teduh.

Selain sebagai tanaman hias, rane biru ini telah lama dikenal

sebagai obat penasak darah dan obat ulu hati.

         

  Manfaat : Menurut  Setyawan AD. (2011) dalam jurnalnya

menyatakan bahwa manfaat dari Genus Selaginella

(Selaginellaceae) adalah :

1.      Selaginella adalah bahan baku obat yang potensial, yang

mengandung beragam metabolit sekunder seperti alkaloid, fenolik

(flavonoid), dan terpenoid.

2.      Spesies ini secara tradisional digunakan untuk

menyembuhkan beberapa penyakit terutama untuk luka, nifas, dan

gangguan haid. Biflavonoid, suatu bentuk dimer dari flavonoid,

adalah salah satu produk alam yang paling berharga dari

Selaginella, yang meliputi sekurang-kurangnya 13 senyawa, yaitu

amentoflavone, 2′,8”-biapigenin, delicaflavone, ginkgetin,

heveaflavone, hinokiflavone, isocryptomerin, kayaflavone,

ochnaflavone, podocarpusflavone A, robustaflavone, sumaflavone,

dan taiwaniaflavone.

3.      Secara ekologis, tumbuhan menggunakan biflavonoid untuk

merespon kondisi lingkungan seperti pertahanan terhadap hama,

penyakit, herbivora, dan kompetisi, sedangkan manusia

menggunakan biflavonoid secara medis terutama untuk

antioksidan, anti-inflamasi, dan anti karsinogenik.

4.      Selaginella juga mengandung trehalosa suatu disakarida

yang telah lama dikenal untuk melindungi dari pengeringan dan

memungkinkan bertahan terhadap tekanan lingkungan hidup yang

keras. Senyawa ini sangat berpotensi sebagai stabilizer molekul

dalam industri berbasis sumberdaya hayati.

  Literatur : http://ayrinz-keea-selaginella.blogspot.com/

 III.            Divisi Equisetophyta

      Nama spesies :

1.      Tumbuhan bambu air (Equisetum hyemale)

      Deskripsi : termasuk anggota genus Equisetum, familia

Equisetaceae dari ordo Equisetales yang merupakan satu-satunya

anggota kelas Equisetinae atau Equisetopsida dari subfilum

Sphenopsida yang masih dapat ditemukan dalam keadaan hidup saat

ini. Ordo lainnya seperti Sphenophyllales dan Calamitales telah

punah sehingga hanya dapat dilihat dari fosil yang terbentuk.

Genus Equisetum memiliki anggota kurang lebih 25 spesies. Kata

Equisetum berasal dari kata equus yang berarti kuda dan saeta

yang berarti rambut tebal dalam bahasa Latin. Sehingga tumbuhan

yang termasuk genus ini disebut juga paku ekor kuda. Spesies

dari genus ini umumnya tumbuh di lingkungan yang basah seperti

kolam dangkal, daerah pinggiran sungai, atau daerah rawa.

Tumbuhan ini rata-rata berukuran kecil dengan tinggi sekitar 25

– 100 cm dan diameter batang tidak pernah lebih dari 3 cm,

meskipun beberapa anggotanya yang hidup di Amerika yang

beriklim tropis ada yang bisa tumbuh mencapai 6 hingga 8 m

(contohnya adalah Equisetum giganteum dan Equisetum

myriochaetum). Anggota dari genus ini dapat dijumpai di seluruh

dunia kecuali Antartika.

      Manfaat : Karena kandungan silikatnya yang cukup tinggi

pada bagian batangnya, tumbuhan ini dapat dimanfaatkan sebagai

bahan penyikat. Akhir-akhir ini, Equisetum hyemale sangat

populer digunakan sebagai tanaman hias dan beberapa spesies

dari Equisetum juga dapat digunakan sebagai bahan obat-obatan.

      Literatur :

http://aprilisa.wordpress.com/bio-inside-2/bio-inside/

2.      Equisetum pratense

      Deskripsi : disebut juga ekor kuda padang rumput, ekor

kuda rindang atau ekor kuda gelap, merupakan spesies tumbuhan

milik divisi paku ekor kuda (Equisetophyta). Spesies ini dapat

ditmukan di hutan yang memiliki tumbuhan tinggi atau dedaunan

yang amat tebal yang dapat memberi keteduhan. Tumbuhan ini

cenderung tumbuh lebih dekat dan lebat di sekitar sungai atau

kolam. Sinonim : Equisetum umbrosum, Equisetum ehrhartii,

Equisetum drummondii Hook, Equisetum amphibolium, Allostelites

pretense.

      Manfaat : sebagai tanaman hias

      Literatur :

http://id.wikipedia.org/wiki/Equisetum_pratense

 IV.            Divisi Pteridophyta

  Nama spesies :

a)      Resam atau rasam (Dicranopteris linearis syn. Gleichenia linearis)

  Deskripsi : merupakan jenis paku yang besar yang biasa tumbuh

pada tebing-tebing di tepi jalan di pegunungan. Tumbuhan ini

mudah dikenal karena peletakan daunnya yang menyirip berjajar

dua dan tangkainya bercabang mendua (dikotom). Resam dikenal

sebagai tumbuhan invasif di beberapa tempat karena mendominasi

permukaan tanah menyebabkan tumbuhan lain terhambat

pertumbuhannya. Tumbuhan ini dapat ditemukan di hampir semua

daerah tropik dan subtropis di Asia dan Pasifik. Habitatnya

adalah tebing teduh dan lembap mulai pada ketinggian 200m

hingga 1500m di atas permukaan laut. Dulu tangkai daunnya

dipakai sebagai pena. Dalam bahasa Melayu, kata "resam" juga

berarti "kebiasaan" atau "adat", seperti dalam perumpamaan

Resam air ke air, resam minyak ke minyak, yang berarti biasanya

orang lebih suka bergaul kepada bangsanya sendiri daripada

dengan bangsa lain atau bila terjadi perselisihan maka biasanya

orang akan berpihak pada bangsanya, sukunya atau kawannya.

  Manfaat : tangkai daunnya dipakai sebagai pena

  Literatur : http://id.wikipedia.org/wiki/Resam

b)      Semanggi atau paku bernama ilmiah Marsilea crenata Presl.

  Deskripsi : adalah tanaman yang termasuk kedalam famili

Marsiliaceae. Deskripsi menurut buku flora (Steenis,dkk. 2005)

( terjemahan)) adalah tumbuhan dengan daun berdiri sendiri atau

dalam berkas, menjari berbilang 4, tangkai daun panjang dan

tegak, panjang 2-30 cm, anak daun menyilang, berhadapan,

berbentuk baji bulat telur, gundul atau hampir gundul, dengan

panjang 3-22 cm dan lebar 2-18 cm, urat daun rapat berbentuk

kipas, pada air yang tidak dalam muncul diatas air. Biasanya di

temukan di sawah, selokan dan genangan air dangkal.

  Manfaat : Tanaman semanggi ini terkadang di konsumsi oleh

sebagian orang sebagai lalapan. Bagi mahasiswa pengikut mata

kuliah Botani Tumbuhan Rendah sering kali di gunakan sebagai

salah satu sampel praktikum untuk topik Tumbuhan Paku.

  Literatur : http://bionetter.blogspot.com/2010/06/marsilea-

crenata.html