KURVA TUMBUH ORGAN TUMBUHAN
Transcript of KURVA TUMBUH ORGAN TUMBUHAN
P a g e | 1
Nama : Rini Muliani
NIM : 1211702068
Kelas : Biologi 5 B
KURVA TUMBUH ORGAN TUMBUHAN
A. HASIL PENGAMATAN
Tabel pengamatan pertumbuhan beberapa organ pada tumbuhan.
Tanaman
ke-
Hari
ke-
Perubahan ukuran tanamanTinggi Panjang Lebar Hipoko
til
Epikoti
l
1
0 1,2 1,7 0,1 0,7 14 2,3 3,0 1 1,5 1,47 7,1 4,1 1,3 2,3 210 10,14 4,8 1,5 2,5 413 12,02 5 1,9 2,7 4,9
2
0 1,0 1,8 0,2 0,8 1,34 2 3,2 1,2 2,5 37 7,025 4,5 1,6 2,7 5,510 10,37 5 1,9 3 713 12,30 5,3 2 3,2 7,1
3
0 1,0 1,5 0,1 0,7 1,14 2 2,8 1 2,4 1,97 7 4,0 1,2 2,6 2,610 10,22 4,4 1,4 2,9 313 12,10 4,9 1,7 3 3
Keterangan: Garis biru = tanaman ke-1
P a g e | 2
Garis merah= tanaman ke-2
Garis hijau= tanaman ke-3
Grafik1. Pertumbuhan tinggi
kecambah.
0 4 7 10 1302468
101214
Grafik 2. Pertumbuhan panjang
daun.
0 4 7 100
1
2
3
4
5
6
Grafik 3. Pertumbuhan lebar
daun.
0 4 7 10 130
0.5
1
1.5
2
2.5
Grafik 4. Pertumbuhan panjang
hipokotil.
P a g e | 3
0 4 7 100
0.5
1
1.5
2
2.5
3
3.5 Grafik 5. Pertumbuhan panjang
epikotil.
0 4 7 10012345678
B. PEMBAHASAN
Pengamatan pertumbuhan organ-organ tumbuhan ini
dilakukan terhadap kecambah, karena kecambah telah diketahui
memiliki kecepatan tumbuh yang sangat pesat. Kecambah yang
digunakan pada praktikum ini adalah kecambah dari kacang
hijau. Kacang hijau ini kemudian ditanam dan diukur
pertumbuhannya sampai hari ke-13. Selama proses pertumbuhan,
kecambah diletakkan di tempat yang tidak terlalu panas namun
cukup terkena cahaya matahari, dengan kelembaban dan suhu
ruang.
Kecepatan tumbuh pada kecambah tanaman ke-1, ke-2, dan
ke-3 tidak terlalu berbeda signifikan, hal ini dapdat
dilihat dari grafik ketiga tanaman ini yang hampir sama.
Pada pertumbuhan tinggi secara keseluruhan ini menunjukkan
P a g e | 4
grafik atau kurva sigmoid, yaitu kurva yang berbentuk huruf
S. Grafik seperti ini terjadi karena, pertumbuhan kecambah
pada awal masa pertumbuhan tidak mengalami peningkatan yang
tinggi, disusul beberapa waktu kemudian barulah terjadi
peningkatan yang pesat, kemudian setelah waktu tertentu,
pertumbuhannya tetap terjadi namun kecepatannya menurun.
Hal ini sesuai dengan Tjitrosoepomo (1999), yang
menyatakan bahwa pertumbuhan tanaman mula-mula lambat,
kemudian berangsur-angsur lebih cepat sampai tercapai suatu
maksimum, akhirnya laju tumbuh menurun. Apabila digambarkan
dalam grafik, dalam waktu tertentu maka akan terbentuk kurva
sigmoid (bentuk S). Bentuk kurva sigmoid untuk semua tanaman
kurang lebih tetap, tetapi penyimpangan dapat terjadi
sebagai akibat variasi-variasi di dalam lingkungan. Ukuran
akhir, rupa dan bentuk tumbuhan ditentukan oleh kombinasi
pengaruh faktor keturunan dan lingkungan
Kurva sigmoid yaitu pertumbuhan cepat pada fase
vegetatif sampai titik tertentu akibat pertambahan sel
tanaman kemudian melambat dan akhirnya menurun pada fase
senesen (Anonim, 2008).
Pengukuran daun tanaman mulai dari waktu embrio dengan
menggunakan kurva sigmoid juga memiliki hubungan erat dengan
perkecambahan biji tersebut yang otomatis juga dipengaruhi
oleh waktu dormansi karena periode dormansi juga merupakan
persyaratan bagi perkecambahan banyak biji. Ada bukti bahwa
pencegah kimia terdapat di dalam biji ketika terbentuk.
P a g e | 5
Pencegah ini lambat laun dipecah pada suhu rendah sampai
tidak lagi memadai untuk menghalangi perkecambahan ketika
kondisi lainnya menjadi baik. Waktu dormansi berakhir
umumnya didasarkan atas suatu ukuran yang bersifat
kuantitatif. Untuk tunas dan biji dormansi dinyatakan
berhasil dipecahkan jika 50% atau lebih dari populasi biji
tersebut telah berkecambah atau 50% dari tunas yang diuji
telah menunjukkan pertumbuhan. Bagi banyak tumbuhan
angiospermae di gurun pasir mempunyai pencegah yang telah
terkikis oleh air di dalam tanah. Dalam proses ini lebih
banyak air diperlukan daripada yang harus ada untuk
perkecambahan itu sendiri. (Kimball, 1992).
Pada fase logaritmik ukuran (V) bertambah secara
eksponensial sejalan dengan waktu (t). Ini berarti bahwa
laju pertumbuhan (dv/dt) lambat pada awalnya, tapi kemudian
meningkat terus. Laju berbanding lurus dengan organisme,
semakin besar organisme, semakin cepat pula ia tumbuh. Pada
fase linier, pertambahan ukuran berlangsung secara konstan,
biasanya pada laju maksimum selama beberapa waktu lamanya.
Tidak begitu jelas mengapa laju pertumbuhan pada fase ini
harus konstan, dna bukan sebanding dengan peningkatan ukuran
organisme. Tapi, pada batang tak bercabang, fase linier
tersebut disebabkan hanya oleh aktivitas yang konstan dari
meristem apikalnya. Fase penuaan dicirikan oleh pertumbuhan
yang menurun saat tumbuhan sudah mencapai kematangan dan
mulai menua (Salisbury dan Ross, 1995).
P a g e | 6
Pertumbuhan panjang daun juga tidak berbeda signifikan
antara tanaman ke-1, ke-2, dan ke-3, sama halnya seperti
tinggi kecambah yang dapat dilihat dari grafik kurva yang
berdekatan. Namun, pada awal pertunasan, panjang daun ini
langsung mengalami pertubuhan yang pesat, hingga akhirnya
pada hari ke-7 mulai mengalami penurunan kecepatan tumbuh,
meski kurva terus menunjukkan pertumbuhan. Begitu pula pada
pertumbuhan lebar daun dan hipokotil, namun dengan kecepatan
yang beragam. Pada pertumbuhan panjang epikotl, yang terjadi
adalah sebaliknya, pada awal pertumbuhan kecepatannya
rendah, kemudian meningkat pada hari ke-6.
Hingga hari ke-13, pertubuhan pada setiap organ yang
diamati masih terus mengalami peningkatan. Belum bisa
diketahui, pada hari ke berapa organ-organ tersebut
berhenti tumbuh, namun diperkirakan batang kecambah akan
terus menerus tumbuh, daun akan bertambah dan diameter
batang pun akan bertambah. Sementara itu, panjang hipokotil,
serta panjang dan lebar daun akan berhenti tumbuh.
Pada batang yang sedang tumbuh, daerah pembelahan sel
batang lebih jauh letaknya dari ujung daripada daerah
pembelahan akar, terletak beberapa sentimeter dibawah ujung
(tunas). Sedangkan pertambahan panjang tiap lokus pada akar
tidak diketahui pertambahan panjang terbesar dikarenakan
kecambah mati (Salisbury dan Ross, 1995).
Faktor-Faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan
perkembangan yaitu (Wikipedia, 2008) :
P a g e | 7
1. Faktor Luar
a. Air dan mineral berpengaruh pada pertumbuhan tajuk 2 akar.
Diferensiasi salah satu unsur hara atau lebih akan
menghambat atau menyebabkan pertumbuhan tak normal.
b. Kelembaban udara mempengaruhi proses transpirasi pada
tumbuhan. Jika kelembaban udara rendah, laju transpirasi
akan meningkat. Akibatnya, penyerapan air dan unsur hara
meningkat.
c. Suhu di antaranya mempengaruhi kerja enzim. Suhu ideal
yang diperlukan untuk pertumbuhan yang paling baik adalah
suhu optimum, yang berbeda untuk tiap jenis tumbuhan.
d. Cahaya mempengaruhi fotosintesis. Secara umum merupakan
faktor penghambat. Etiolasi adalah pertumbuhan yang sangat
cepat di tempat yang gelap. Fotoperiodisme adalah
respontumbuhan terhadap intensitas cahaya dan panjang
penyinaran.
2. Faktor Dalam
a. Faktor hereditas
Faktor gen/hereditas juga mempengaruhi pertumbuhan dan
perkembangan pada tanaman. Apabila gen induk bagus maka
anakan yang dihasilkan juga akan bagus, dan apabila gen
induk tidak bagus maka anakan yang dihasilkan juga tidak
bagus.
b. Hormon
Hormon pada tumbuhan juga memegang peranan penting
dalam proses perkembangan dan pertumbuhan seperti hormon
P a g e | 8
auksin untuk membantu perpanjangan sel, hormon giberelin
untuk pemanjangan dan pembelahan sel, hormon sitokinin untuk
menggiatkan pembelahan sel dan hormon etilen untuk
mempercepat buah menjadi matang.
C. KESIMPULAN
Pertumbuhan kecambah berbentuk sigmoid, yaitu kurva yang
berbentuk seperti huruf S, hal ini dikarenakan pertumbuhan
tanaman mula-mula lambat, kemudian berangsur-angsur lebih cepat
sampai tercapai suatu maksimum, akhirnya laju tumbuh menurun.
Pertumbuhan kecambah dipengaruhi oleh beberapa faktor,
antara lain unsur hara, kelembaban, suhu, cahaya, hereditas dan
hormon.
Hingga hari ke-13 belum terjadi terhentinya hipokotil,
sehingga tidak diketahui kapan waktu terakhir kali terjadi
pertubuhan pada hipokotil.
D. DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2008. Pengertian Pertumbuhan dan Perkembangan.
http://www.wikipedia.com. [Diakses pada tanggal 08
P a g e | 9
Desember 2013]
Kimball, J.W. 1992. Biologi Jilid 2. Jakarta: Erlangga.
Salisbury, F. B., C. W. Ross. 1995. Fisiologi Tumbuhan Jilid 2. Bandung:
ITB.
Tjitrosoepomo, G., 1999. Botani Umum 2. Bandung: Angkasa.