PRAKTIKUM PALEONTOLOGI acara III

48
PRAKTIKUM PALEONTOLOGI HARI/TGL. : RABU/ 13 MARET 2013 NAMA: MUH. ALI ACARA :FILUM PORIFERA NIM : D611 12 252 Keterangan : 1.Test 2. Ostia 3. Spongocoel 4. Holdfast Ventral Samping No. Sampel : 01 No. Peraga : 1643 Filum : Porifera Kelas : Demospongiae Ordo : Spirosclerophorida Family : Hyalotragosidae Genus : Hyalotragos Spesies : Hyalotragos rugosum (MSTR.) Proses Pemfosilan : Petrifikasi (mineralisasi) Bentuk :Conical Komposisi Kimia : Kalsium karbonat (CaCO3) Umur : Jura Atas ( ± 180- 135 juta tahun lalu )

Transcript of PRAKTIKUM PALEONTOLOGI acara III

PRAKTIKUM PALEONTOLOGI

HARI/TGL. : RABU/ 13 MARET 2013 NAMA: MUH. ALI

ACARA :FILUM PORIFERA NIM : D611 12

252

Keterangan:

1.Test 2. Ostia 3.

Spongocoel 4. Holdfast

Ventral Samping

No. Sampel : 01

No. Peraga : 1643

Filum : Porifera

Kelas : Demospongiae

Ordo : Spirosclerophorida

Family : Hyalotragosidae

Genus : Hyalotragos

Spesies : Hyalotragos rugosum (MSTR.)

Proses Pemfosilan : Petrifikasi (mineralisasi)

Bentuk :Conical

Komposisi Kimia : Kalsium karbonat (CaCO3)

Umur : Jura Atas ( ± 180- 135 juta tahun

lalu )

Ling. Pengendapan : Laut dangkal

Keterangan :

Fosil ini berasal dari Filum porifera, family

Hyalotrgosidae kelas demos pongiae, Ordo

Spirosclerophorida, genus Hyalotrgos, dan dengan nama

spesies Hyalotrgos rugosum (MSTR).

Setelah organisme ini mati, akan mengalami

transportasi oleh media geologi berupa air, angin atau

es ke daerah cekungan, selama tranportasi, material-

material yang tidak resisten terhadap pelapukan akan

mengalami pergantian terhadap material yang resisten

terhadap pelapukan. Setelah itu material tersebut

terendapkan pada daerah cekungan yang relatif stabil.

Bersaman dengan itu, material-material sedimen juga

ikut tertransportasikan. Di daerah cekungan inilah

material akan terakumulasi, semakin lama material akan

bertambah dan menumpuk dan mengalami tekanan, dari

tekanan tersebut akan mengakibatkan material

terkompaksi mengakibatkan pori-pori akan mengecil, air

yang terkandung di antara material-material akan

keluar, masuklah material sementasi yang halus. Setelah

itu material mengalami sementasi dan terjadi proses

leaching (proses pencucian fosil). Seiring dengan

berjalannya waktu, akhirnya organisme dan material

sedimen terlitifikasi (pembatuan), sehingga organisme

tersebut menjadi fosil. Proses pemfosilan yang

dilakukan oleh fosil ini adalah permineralisasi.

Mineralisasi adalah proses pengawetan dimana rongga

dalam cangkang terisi oleh mineral yang diendapkan oleh

air tanah yang memasukinya, sehingga terbentuk cetakan

bagian dalam dari cangkang.

Proses munculnya fosil ini di pengaruhi oleh

tenaga endogen berupa tektonik sehingga fosil yang

berada di cekungan naik ke permukaan. Setelah naik di

permukaan, akan terkena gaya eksogen lagi berupa erosi

air, angin, atau es sehingga tampak di permukaan.

Adapun bentuk tubuh fosil ini adalah Conical,

yaitu fosil yang terbentuk kerucut . Dan bagian fosil

yang masih dapat dijumpai seperti, ostia, yaitu lubang

kecil tempat maasuknya air ke dalam tubuh, spongocoel,

salurantengah tubuh.

Jika ditetesi dengan larutan HCl 0,1 M maka fosil

ini akan beraksi membentuk buih-buih, maka dapat

diketahui bahwa fosil ini mengandung kalsium karbonat

(CaCO3), menandakan bahwa lingkungan pengendapannya

adalah pada laut dangkal. Berdasarkan skala waktu

geologi umur fosil ini adalah Jura Atas yaitu antara

180-135 juta tahun yang lalu.

Kegunaan fosil ini adalah penentu umur relatif

lapisan sedimen, penentu lingkungan pengendapan, untuk

mengkorelasi batuan, dan penentu iklim pada saat

terjadinya sedimentasi,

Referensi:

Buku Penuntun Praktikum Paleontologi

2011/2012

Buku Lapangan

http://id.wikipedia.org/wiki/Fosil

ASISTEN

PRAKTIKAN

( AFDAN PRAYUDI )

( MUH. ALI )

PRAKTIKUM PALEONTOLOGI

HARI/TGL. : RABU/ 13 MARET 2013 NAMA: MUH. ALI

ACARA :FILUM PORIFERA NIM :

D611 12 252

Keterangan:

1.Test 2.ostia 3. oskulum 4. eksoderm 5. endoderm

Ventral Samping

No. Sampel : 02

No. Peraga : 1645

Filum :Porifera

Kelas :Hexactinellida

Ordo :lychniscosa

Family : Pachyteichismanidae

Genus : Pachyteichisma

Spesies : Pachyteichisma lopas Q.

Proses Pemfosilan : Petrifikasi (permineralisasi)

Bentuk :Conical

Komposisi Kimia :Kalsium karbonat (CaCO3)

Umur :Jura Atas (±180-135 juta tahun

yang lalu.)

Ling. Pengendapan : Laut dangkal

Keterangan :

Fosil ini berasal dari filum porifera, klas

hexactinellida, ordo lychniscosa, family

Pachyteichismanidae, genus Pachyteichisma, dan dengan

nama spesies Pachyteichisma lopas Q.

Setelah organisme ini mati, akan mengalami

transportasi oleh media geologi berupa air, angin atau

es ke daerah cekungan, selama transportasi, material-

material yang tidak resisten terhadap pelapukan akan

mengalami pergantian terhadap material yang resisten

terhadap pelapukan. Setelah itu material tersebut

terendapkan pada daerah cekungan yang relatif stabil.

Bersaman dengan itu, material-material sedimen juga

ikut tertransportasikan. Di daerah cekungan inilah

material akan terakumulasi, semakin lama material akan

bertambah dan menumpuk dan mengalami tekanan, dari

tekanan tersebut akan mengakibatkan material

terkompaksi mengakibatkan pori-pori akan mengecil, air

yang terkandung di antara material-material akan

keluar, masuklah material sementasi yang halus. Setelah

itu material mengalami sementasi dan terjadi proses

leaching (proses pencucian fosil). Seiring dengan

berjalannya waktu, akhirnya organisme dan mterial

sedimen terlitifikasi (pembatuan), sehingga organisme

tersebut menjadi fosil. Proses pemfosilan yang

dilakukan oleh fosil ini adalah permineralisasi.

Permineralisasi adalah proses pengawetan dimana rongga

dalam cangkang terisi oleh mineral yang diendapkan oleh

air tanah yang memasukinya, sehingga terbentuk cetakan

bagian dalam dari cangkang.

Proses munculnya fosil ini di pengaruhi oleh

tenaga ondogen berupa tektonik sehingga fosil yang

berada di cekungan naik ke permukaan. Setelah naik di

permukaan, akan terkena gaya eksogen lagi berupa erosi

air, angin, atau es sehingga tampak di permukaan.

Adapun bentuk tubuh fosil ini adalah Adapun

bentuk tubuh fosil ini adalah Conical, yaitu fosil yang

berbentuk kerucut . Dan bagian fosil yang masih dapat

dijumpai seperti, ostia, yaitu lubang kecil tempat

maasuknya air ke dalam tubuh, oskulum yaitu saluran

penyabar air dari tubuh, eksoderm yaitu lapisan luar,

dan endoderm yaitu lapisan dalam.

Jika ditetesi dengan larutan HCl 0,1 M maka fosil

ini akan beraksi membentuk buih-buih, maka dapat

diketahui bahwa fosil ini mengandung kalsium karbonat

(CaCO3). Adapun umur fosil ini adalah Jura Atas yaitu

antara 180-135 juta tahun yang lalu.

Kegunaan fosil ini adalah penentu umur relatif

lapisan sedimen, penentu lingkungan pengendapan, untuk

mengkorelasi batuan, dan penentu iklim pada saat

terjadinya sedimentasi.

Referensi:

Buku Penuntun Praktikum Paleontologi

2011/2012

http://id.wikipedia.org/wiki/Fosil

Buku Lapangan

ASISTEN

PRAKTIKAN

( AFDAN PRAYUDI )

( MUH. ALI )

PRAKTIKUM PALEONTOLOGI

HARI/TGL. : RABU/ 13 MARET 2013 NAMA: MUH. ALI

ACARA :FILUM PORIFERA NIM :

D611 12 252

Keterangan:

1.Test 2. ostia 3.eksoderm 4. Holdfast 5. endoderm

Ventral Samping

No. Sampel : 03

No. Peraga : 244

Filum :Porifera

Kelas :Anthozoa

Ordo :Tabulata

Family :Favositesidae

Genus : Favosites

Spesies : Favosites saginatus. LECOMPTE

Proses Pemfosilan : Petrifikasi (mineralisasi)

Bentuk : Konveks

Komposisi Kimia : Kalsium karbonat (CaCO3)

Umur : Devon Tengah (±antara 370-360

juta tahun lalu)

Ling. Pengendapan : Laut dangkal

Keterangan :

Fosil ini berasal dari filum porifera, kelas

Anthozoa, ordo Tabulata, family Favositesidae, genus

Favosites, dan dengan nama spesies Favosites saginatus.

LECOMPTE.

Setelah organisme ini mati, akan mengalami

transportasi oleh media geologi berupa air, angin atau

es ke daerah cekungan, selama tranportasi, material-

material yang tidak resisten terhadap pelapukan akan

mengalami pergantian terhadap material yang resisten

terhadap pelapukan. Setelah itu material tersebut

terendapkan pada daerah cekungan yang relatif stabil.

Bersaman dengan itu, material-material sedimen juga

ikut tertransportasikan. Di daerah cekungan inilah

material akan terakumulasi, semakin lama material akan

bertambah dan menumpuk dan mengalami tekanan, dari

tekanan tersebut akan mengakibatkan material

terkompaksi mengakibatkan pori-pori akan mengecil, air

yang terkandung di antara material-material akan

keluar, masuklah material sementasi yang halus. Setelah

itu material mengalami sementasi dan terjadi proses

leaching (proses pencucian fosil). Seiring dengan

berjalannya waktu, akhirnya organisme dan mterial

sedimen terlitifikasi (pembatuan), sehingga organisme

tersebut menjadi fosil. Proses pemfosilan yang

dilakukan oleh fosil ini adalah permineralisasi.

Permineralisasi adalah proses pengawetan dimana rongga

dalam cangkang terisi oleh mineral yang diendapkan oleh

air tanah yang memasukinya, sehingga terbentuk cetakan

bagian dalam dari cangkang.

Proses munculnya fosil ini di pengaruhi oleh

tenaga endogen berupa tektonik sehingga fosil yang

berada di cekungan naik ke permukaan. Setelah naik di

permukaan, akan terkena gaya eksogen lagi berupa erosi

air, angin, atau es sehingga tampak di permukaan.

Adapun bentuk tubuh fosil ini adalah Konveks,

yaitu fosil yang cembung slah satu sisinya, dan bagian

fosil yang masih dapat dijumpai seperti, ostia, yaitu

lubang kecil tenpat masuknya air kedalam tubuh,

ektoderm yaitu lapisan dalam, holdfast, dan endoderm,

yaitu lapian dalam.

Jika ditetesi dgn larutan HCl 0,1 M maka fosil ini

akan beraksi membentuk buih-buih, maka dapat diketahui

bahwa fosil ini mengandung kalsium karbonat (CaCO3) hal

ini menandakan bahwa lingkungan pengendapan fosil ini

adalah di laut dangkal. Berdasarkan skala waktu geologi

umur fosil ini adalah Devon Tengah yaitu antara 370-360

juta tahun yang lalu.

Kegunaan fosil ini adalah penentu umur relatif

lapisan sedimen, penentu lingkungan pengendapan, untuk

mengkorelasi batuan, dan penentu iklim pada saat

terjadinya sedimentasi.

Referensi:

Buku Penuntun Praktikum Paleontologi

2011/2012

http://id.wikipedia.org/wiki/Fosil

Buku lapangan

ASISTEN

PRAKTIKAN

( AFDAN PRAYUDI) (

MUH. ALI )

PRAKTIKUM PALEONTOLOGI

HARI/TGL. : RABU/ 13 MARET 2013 NAMA: MUH. ALI

ACARA :FILUM PORIFERA NIM : D611 12

252

Keterangan:

1.Test 2.

Spongocoel 3. Holdast 4. Oskulum 5. Ostia

6. Eksoderm

Ventral Samping

No. Sampel : 04

No. Peraga : 1721

Filum :Porifera

Kelas : Calcarea

Ordo :Pleospolares

Family : Verruculinanidae

Genus : Verruculina

Spesies : Verruculina tenuis

Proses Pemfosilan : Petrifikasi (mineralisasi)

Bentuk : Konikal

Komposisi Kimia : Kalsium karbonat (CaCO3)

Umur : Kapur Atas (± 100-70 juta tahun

yang lalu )

Ling. Pengendapan : Laut dangkal

Keterangan :

Fosil ini berasal dari filum Porifera, kelas

calcrea, ordo pleospolares, family Verruculinanidae,

genus Verruculina, dan dengan nama spesies Verruculina

tenuis.

Setelah organisme ini mati, akan mengalami

transportasi oleh media geologi berupa air, angin atau

es ke daerah cekungan, selama tranportasi, material-

material yang tidak resisten terhadap pelapukan akan

mengalami pergantian terhadap material yang resisten

terhadap pelapukan. Setelah itu material tersebut

terendapkan pada daerah cekungan yang relatif stabil.

Bersaman dengan itu, material-material sedimen juga

ikut tertransportasikan. Di daerah cekungan inilah

material akan terakumulasi, semakin lama material akan

bertambah dan menumpuk dan mengalami tekanan, dari

tekanan tersebut akan mengakibatkan material

terkompaksi mengakibatkan pori-pori akan mengecil, air

yang terkandung di antara material-material akan

keluar, masuklah material sementasi yang halus. Setelah

itu material mengalami sementasi dan terjadi proses

leaching (proses pencucian fosil). Seiring dengan

berjalannya waktu, akhirnya organisme dan material

sedimen terlitifikasi (pembatuan), sehingga organisme

tersebut menjadi fosil. Proses pemfosilan yang

dilakukan oleh fosil ini adalah permineralisasi.

Mineralisasi adalah proses pengawetan dimana rongga

dalam cangkang terisi oleh mineral yang diendapkan oleh

air tanah yang memasukinya, sehingga terbentuk cetakan

bagian dalam dari cangkang hingga seluruh tubuh fosil.

Proses munculnya fosil ini di pengaruhi oleh

tenaga endogen berupa tektonik sehingga fosil yang

berada di cekungan naik ke permukaan. Setelah naik di

permukaan, akan terkena gaya eksogen lagi berupa erosi

air, angin, atau es sehingga tampak di permukaan.

Adapun bentuk tubuh fosil ini adalah Konikal,

yaitu fosil yang membentuk seperti kerucut. Dan bagian

fosil yang masih dapat dijumpai seperti, endoderm yaitu

spongocoel, oskulum yaitu saluran penyebaran air, ostia

yaitu lubang masuknya air, endoderm lapisan dalam, dan

eksoderm yaitu lapisan luar fosil atau organisasi..

Jika ditetesi dgn larutan HCl 0,1 M maka fosil ini

akan beraksi membentuk buih-buih, maka dapat diketahui

bahwa fosil ini mengandung kalsium karbonat (CaCO3) hal

ini menandakan bahwa lingkungan pengendapannya di laut

dangkal.Berdasarkan skala waktu geologi, umur fosil ini

adalah KapurAtas yaitu antara 100-70 juta tahun yang

lalu.

Adapun kegunaan fosil ini diantaranya adalah

penentu umur relatif lapisan sedimen, penentu

lingkungan pengendapan, untuk mengkorelasi batuan, dan

penentu iklim pada saat terjadinya sedimentasi,

Referensi:

Buku Penuntun Praktikum Paleontologi

2011/2012

http://id.wikipedia.org/wiki/Fosil

Buku Lapangan

ASISTEN

PRAKTIKAN

( AFDAN PRAYUDI)

( MUH. ALI )

PRAKTIKUM PALEONTOLOGI

HARI/TGL. : RABU/ 13 MARET 2013 NAMA: MUH. ALI

ACARA :FILUM PORIFERA NIM : D611 12

252

Keterangan:

1.Test 2. Ostia 3. holdfast 4. enoderm 5. endoderm

Ventral Samping

No. Sampel : 05

No. Peraga : 1644

Filum :Porifera

Kelas : Calcarea

Ordo : Heterocoela

Family : Cnemidiastriumidae

Genus : Cnemidiastrium

Spesies : Cnemidiastrium rimulosum GOLDF.

Proses Pemfosilan : Petrifikasi (permineralisasi)

Bentuk :Konikal

Komposisi Kimia : Kalsium karbonat (CaCO3)

Umur :Jura Atas ( ± 180-135 juta tahun

lalu)

Ling. Pengendapan : Laut dangkal

Keterangan :

Fosil ini berasal dari Filum Porifera, kelas

Calcarea, ordo Heterocoela, family Cnemidiastriumidae,

genus Cnemidiastrium, dan dengan nama spesies

Cnemidiastrium rimulosum GOLDF.

Setelah organisme ini mati, akan mengalami

transportasi oleh media geologi berupa air, angin atau

es ke daerah cekungan, selama tranportasi, material-

material yang tidak resisten terhadap pelapukan akan

mengalami pergantian terhadap material yang resisten

terhadap pelapukan. Setelah itu material tersebut

terendapkan pada daerah cekungan yang relatif stabil.

Bersaman dengan itu, material-material sedimen juga

ikut tertransportasikan. Di daerah cekungan inilah

material akan terakumulasi, semakin lama material akan

bertambah dan menumpuk dan mengalami tekanan, dari

tekanan tersebut akan mengakibatkan material

terkompaksi mengakibatkan pori-pori akan mengecil, air

yang terkandung di antara material-material akan

keluar, masuklah material sementasi yang halus. Setelah

itu material mengalami sementasi dan terjadi proses

leaching (proses pencucian fosil). Seiring dengan

berjalannya waktu, akhirnya organisme dan mterial

sedimen terlitifikasi (pembatuan), sehingga organisme

tersebut menjadi fosil. Proses pemfosilan yang

dilakukan oleh fosil ini adalah permineralisasi.

Permineralisasi adalah proses pengawetan dimana rongga

dalam cangkang terisi oleh mineral yang diendapkan oleh

air tanah yang memasukinya, sehingga terbentuk cetakan

bagian dalam dari cangkang.

Proses munculnya fosil ini di pengaruhi oleh

tenaga endogen berupa tektonik sehingga fosil yang

berada di cekungan naik ke permukaan. Setelah naik di

permukaan, akan terkena gaya eksogen lagi berupa erosi

air, angin, atau es sehingga tampak di permukaan.

Adapun bentuk tubuh fosil ini adalah konikal,

yaitu fosil yang membentuk seperti kerucut, dan bagian

fosil yang masih dapat dijumpai seperti, spongocoel

yaitu saluran bagian tengah tubuh, ostia lubang kecil

tempat masuknya air, holdfast , oskulum yaitu saluran

penyebar air dari tubuh, Ektoderm lapisan uar, dan

endoderm yaitu lapisan dalam fosil.

Jika ditetesi dgn larutan HCl 0,1 M maka fosil ini

akan beraksi membentuk buih-buih, maka dapat diketahui

bahwa fosil ini mengandung kalsium karbonat (CaCO3) hal

ini menandakan bahwa lingkungan pengendapannya ada di

laut dangkal.Berdasarkan skala waktu geologi, umur

fosil ini adalah Jura Atas yaitu antara 180-135 juta

tahun yang lalu.

Kegunaan fosil ini adalah penentu umur relatif

lapisan sedimen, penentu lingkungan pengendapan, untuk

mengkorelasi batuan, dan penentu iklim pada saat

terjadinya sedimentasi.

Referensi:

Buku Penuntun Praktikum Paleontologi

2011/2012

http://id.wikipedia.org/wiki/Fosil

ASISTEN

PRAKTIKAN

( AFDAN PRAYUDI )

( MUH. ALI )

PRAKTIKUM PALEONTOLOGI

HARI/TGL. : RABU/ 13 MARET 2013 NAMA: MUH. ALI

ACARA :FILUM PORIFERA NIM : D611 12

252

Keterangan:

1.Test 2. Ostia 3.

Spongocoel

Ventral Samping

No. Sampel : 06

No. Peraga : -

Filum :Porifera

Kelas : Incertae sedis

Ordo :Incertae sedis

Family : Porosphaeranidae

Genus : Porosphaera

Spesies : Porosphaera globularis

Proses Pemfosilan : Petrifikasi (Permineralisasi)

Bentuk : Globular

Komposisi Kimia : Kalsium karbonat (CaCO3)

Umur : Kapur Atas (± 100-70juta tahu

lalu)

Ling. Pengendapan : Laut dangkal

Keterangan :

Fosil ini berasal dari filum porifera, kelas

incertae sedis, ordo incertae sedis, family

Porosphaeranidae, genus Porosphaera, dan dengan nama

spesies Porosphaera globularis.

Setelah organisme ini mati, akan mengalami

transportasi oleh media geologi berupa air, angin atau

es ke daerah cekungan, selama tranportasi, material-

material yang tidak resisten terhadap pelapukan akan

mengalami pergantian terhadap material yang resisten

terhadap pelapukan. Setelah itu material tersebut

terendapkan pada daerah cekungan yang relatif stabil.

Bersaman dengan itu, material-material sedimen juga

ikut tertransportasikan. Di daerah cekungan inilah

material akan terakumulasi, semakin lama material akan

bertambah dan menumpuk dan mengalami tekanan, dari

tekanan tersebut akan mengakibatkan material

terkompaksi mengakibatkan pori-pori akan mengecil, air

yang terkandung di antara material-material akan

keluar, masuklah material sementasi yang halus. Setelah

itu material mengalami sementasi dan terjadi proses

leaching (proses pencucian fosil). Seiring dengan

berjalannya waktu, akhirnya organisme dan mterial

sedimen terlitifikasi (pembatuan), sehingga organisme

tersebut menjadi fosil. Proses pemfosilan yang

dilakukan oleh fosil ini adalah permineralisasi.

Permineralisasi adalah proses pengawetan dimana rongga

dalam cangkang terisi oleh mineral yang diendapkan oleh

air tanah yang memasukinya, sehingga terbentuk cetakan

bagian dalam dari cangkang.

Proses munculnya fosil ini di pengaruhi oleh

tenaga endogen berupa tektonik sehingga fosil yang

berada di cekungan naik ke permukaan. Setelah naik di

permukaan, akan terkena gaya eksogen lagi berupa erosi

air, angin, atau es sehingga tampak di permukaan.

Adapun bentuk tubuh fosil ini adalah Globular,

yaitu fosil yang membulat menyerupai bola, dan bagian

fosil yang masih dapat dijumpai seperti, ostia ,yaitu

lubang tempat masuknya air ke dalam tubuh, dan

spongocoel, yaitu saluran yang terdapat di bagian tenga

tubuh.

Jika ditetesi dgn larutan HCl 0,1 M maka fosil ini

akan beraksi membentuk buih-buih, maka dapat diketahui

bahwa fosil ini mengandung kalsium karbonat (CaCO3) hal

ini menandakan bahwa fosil ini terndapkan di laut

dangkal. Berdasarkan skala waktu geologi umur fosil ini

adalah Kapur Atas yaitu antara 100-70 juta tahun yang

lalu.

Kegunaan fosil ini adalah penentu umur relatif

lapisan sedimen, penentu lingkungan pengendapan, untuk

mengkorelasi batuan, dan penentu iklim pada saat

terjadinya sedimentasi,

Referensi:

Buku Penuntun Praktikum Paleontologi

2011/2012

http://id.wikipedia.org/wiki/Fosil

ASISTEN

PRAKTIKAN

( AFDAN PRAYUDI ) ( MUH.

ALI )

PRAKTIKUM PALEONTOLOGI

HARI/TGL. : RABU/ 13 MARET 2013 NAMA: MUH. ALI

ACARA :FILUM PORIFERA NIM : D611 12

252

Keterangan:

1.Test 2. endoderm 3. eksoderm 4. Oskulum 5. ostia

Ventral Samping

No. Sampel : 07

No. Peraga : -

Filum :Porifera

Kelas : Hexactinellida

Ordo : Dyictionina

Family : Laocaetisidae

Genus : Laocaetis

Spesies : Laocaetis pertusa (Goldfuss)

Proses Pemfosilan : Petrifikasi (permineralisasi)

Bentuk :Tabular

Komposisi Kimia : Kalsium karbonat (CaCO3)

Umur : Jura Atas (± 180-135 juta tahun

lalu)

Ling. Pengendapan : Laut dangkal

Keterangan :

Fosil ini berasal dari filum Porifera, kelas

Hexctinellida, ordo Dyictionina, family Laocaetisidae,

genus Laocaetis, dan dengan nama spesies Laocaetis pertusa

(Goldfuss).

Setelah organisme ini mati, akan mengalami

transportasi oleh media geologi berupa air, angin atau

es ke daerah cekungan, selama tranportasi, material-

material yang tidak resisten terhadap pelapukan akan

mengalami pergantian terhadap material yang resisten

terhadap pelapukan. Setelah itu material tersebut

terendapkan pada daerah cekungan yang relatif stabil.

Bersaman dengan itu, material-material sedimen juga

ikut tertransportasikan. Di daerah cekungan inilah

material akan terakumulasi, semakin lama material akan

bertambah dan menumpuk dan mengalami tekanan, dari

tekanan tersebut akan mengakibatkan material

terkompaksi mengakibatkan pori-pori akan mengecil, air

yang terkandung di antara material-material akan

keluar, masuklah material sementasi yang halus. Setelah

itu material mengalami sementasi dan terjadi proses

leaching (proses pencucian fosil). Seiring dengan

berjalannya waktu, akhirnya organisme dan mterial

sedimen terlitifikasi (pembatuan), sehingga organisme

tersebut menjadi fosil. Proses pemfosilan yang

dilakukan oleh fosil ini adalah permineralisasi.

Permineralisasi adalah proses pengawetan dimana rongga

dalam cangkang terisi oleh mineral yang diendapkan oleh

air tanah yang memasukinya, sehingga terbentuk cetakan

bagian dalam dari cangkang.

Proses munculnya fosil ini di pengaruhi oleh

tenaga enndogen berupa tektonik sehingga fosil yang

berada di cekungan naik ke permukaan. Setelah naik di

permukaan, akan terkena gaya eksogen lagi berupa erosi

air, angin, atau es sehingga tampak di permukaan.

Adapun bentuk tubuh fosil ini adalah Tabular,

yaitu fosil yang menyerupai tabung, dan bagian fosil

yang masih dapat dijumpai seperti, oral opening, oral

disk, oskulum, dan ostia.

Jika ditetesi dgn larutan HCl 0,1 M maka fosil ini

akan beraksi membentuk buih-buih, maka dapat diketahui

bahwa fosil ini mengandung kalsium karbonat (CaCO3) hal

ini menandakan bahwa lingkungan pengendapannya di

daerah laut dangkal. Berdasrkan skala waktu geologi

umur fosil ini adalah Jura Atas yaitu antara 180-135

juta tahun yang lalu.

Kegunaan fosil ini adalah penentu umur relatif

lapisan sedimen, penentu lingkungan pengendapan, untuk

mengkorelasi batuan, dan penentu iklim

pada saat terjadinya sedimentasi.

Referensi:

Buku Penuntun Praktikum Paleontologi

2011/2012

http://id.wikipedia.org/wiki/Fosil

ASISTEN

PRAKTIKAN

( AFDAN PRAYUDI )

( MUH. ALI )

PRAKTIKUM PALEONTOLOGI

HARI/TGL. : RABU/ 13 MARET 2013 NAMA: MUH. ALI

ACARA :FILUM PORIFERA NIM : D611 12

252

Keterangan:

1.Test 2.

Spongocoel 3. Ostia

Ventral Samping

No. Sampel : 08

No. Peraga : -

Filum :Porifera

Kelas : Hexatinellida

Ordo :Lyssacina

Family : Coeloptychiumidae

Genus : Coeloptychium

Spesies : Coeloptychium rude

Proses Pemfosilan : Petrifikasi (permineraliasi)

Bentuk :Diskoidal

Komposisi Kimia : Kalsium karbonat (CaCO3)

Umur : Kapur atas (± 100-70 juta tahun

yang lalu)

Ling. Pengendapan : Laut dangkal

Keterangan : Fosil ini berasal dari family

Coeloptychiumidae, genus Coeloptychium, dan dengan nama

spesies Coeloptychium rude.

Setelah organisme ini mati, akan mengalami

transportasi oleh media geologi berupa air, angin atau

es ke daerah cekungan, selama tranportasi, material-

material yang tidak resisten terhadap pelapukan akan

mengalami pergantian terhadap material yang resisten

terhadap pelapukan. Setelah itu material tersebut

terendapkan pada daerah cekungan yang relatif stabil.

Bersaman dengan itu, material-material sedimen juga

ikut tertransportasikan. Di daerah cekungan inilah

material akan terakumulasi, semakin lama material akan

bertambah dan menumpuk dan mengalami tekanan, dari

tekanan tersebut akan mengakibatkan material

terkompaksi mengakibatkan pori-pori akan mengecil, air

yang terkandung di antara material-material akan

keluar, masuklah material sementasi yang halus. Setelah

itu material mengalami sementasi dan terjadi proses

leaching (proses pencucian fosil). Seiring dengan

berjalannya waktu, akhirnya organisme dan mterial

sedimen terlitifikasi (pembatuan), sehingga organisme

tersebut menjadi fosil. Proses pemfosilan yang

dilakukan oleh fosil ini adalah permineralisasi.

Permineralisasi adalah proses pengawetan dimana rongga

dalam cangkang terisi oleh mineral yang diendapkan oleh

air tanah yang memasukinya, sehingga terbentuk cetakan

bagian dalam dari cangkang.

Proses munculnya fosil ini di pengaruhi oleh

tenaga endogen berupa tektonik sehingga fosil yang

berada di cekungan naik ke permukaan. Setelah naik di

permukaan, akan terkena gaya eksogen lagi berupa erosi

air, angin, atau es sehingga tampak di permukaan.

Adapun bentuk tubuh fosil ini adalah diskoidal,

yaitu fosil yang membentuk lingkaran, dan bagian fosil

yang masih dapat dijumpai adalah spongecoel, yaitu

mulut fosil, dan Ostia yaitu lubang kecil tempat

masuknya air ke dalam tubuh .

Jika ditetesi dgn larutan HCl 0,1 M maka fosil ini

akan beraksi membentuk buih-buih, maka dapat diketahui

bahwa fosil ini mengandung kalsium karbonat (CaCO3) hal

ini menandakan bahwa lingkungan pengendapan fosil ini

berada di laut dangkal. Berdasarkan skala waktu

geologi, umur fosil ini adalah Kapur Atas, yaitu antara

100-70 juta tahun yang lalu.

Kegunaan fosil ini adalah penentu umur relatif

lapisan sedimen, penentu lingkungan pengendapan, untuk

mengkorelasi batuan, dan penentu iklim pada saat

terjadinya sedimentasi,

Referensi:

Buku Penuntun Praktikum Paleontologi

2011/2012

http://id.wikipedia.org/wiki/Fosil

ASISTEN

PRAKTIKAN

( AFDAN PRAYUDI )

( MUH. ALI )

PRAKTIKUM PALEONTOLOGI

HARI/TGL. : RABU/ 13 MARET 2013 NAMA: MUH. ALI

ACARA :FILUM PORIFERA NIM : D611 12

252

I. MAKSUD DAN TUJUAN

I.1. Maksud

Maksud dilakukan praktikum acara Porifera adalah

untuk mengenal berbagai fosil dari filum Porifera,

memahami proses pemfosilannya, dan memudahkan dalam

mengidentifikasi fosil ini di lapangan.

I.2. Tujuan

Adapun tujuan dari dilakukannya praktikum ini

adalah:

a. Untuk mengetahui berbagai jenis fosil dari

filum Porifera yang umum dijumpai.

b. Mengetahui bentuk-bentuk fosil filum Porifera

c. Mengetahui proses penfosilan filum Porifera

secara umum.

II.ALAT DAN BAHAN

Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum

ini adalah:

a. Buku penuntun praktikum paleontologi 2011/2012

b. Alat tulis menulis

c. Lap kasar dan halus

d. Larutan HCl 0,1M

e. Sampel fosil

f. Format praktikum sebanyak 8 lembar

III. TEORI RINGKAS

III. 2 Pengertian Porifera

Porifera berasal dari bahasa latin yaitu porus =

pori, fer = membawa. Porifera juga bisa disebut spons

yaitu hewan multiseluler yang paling sederhana.

Porifera dapat diartikan sebagai binatang bersel

banyak ( multiseluler) yang sederhana dibandingkan

filum lainnya.

Ahli botani masa lalu, mengelompokkan filum

porifera kedalam Kerajaan Plantae karena bentuknya

yang bercabang-cabang dan tidak mampu bergerak secara

nyata. Spons baru dikelompokkan ke dalam Kingdom

Animalia pada tahun 1765, setelah dilakukan

penelitian dan pengamatan arus air melalui oskulumnya

yang bergerak. Anggota filum porifera disebut dengan

sebutan spons. Spons merupakan hewan air yang umumnya

hidup di perairan laut dangkal yang bebas polusi. Di

dunia, terdapat sekitar 10.000 spesies spons, dan

hanya 100 saja yang hidup di perairan tawar. Spons

dewasa bersifat sesil, hidup menempel pada batu,

cangkang kerang, dan permukaan keras lainnya.

III. 2 Ciri-ciri Tubuh Porifera

Ciri tubuh Porifera meliputi ukuran, bentuk, struktur

dan fungsi tubuh.

a. Ukuran dan Bentuk Tubuh

Ukuran porifera sangat beragam.Beberapa jenis

porifera ada yang berukuran sebesar butiran beras,

sedangkan jenis yang lainnya bisa memiliki tinggi

dan diameter hingga 2 meter. Tubuh porifera pada

umumnya asimetris atau tidak beraturan meskipun ada

yang simetris radial. Bentuknya ada yang seperti

tabung, vas bunga, mangkuk, atau bercabang seperti

tumbuhan. Tubuhnya memiliki lubang-lubang kecil

atau pori(ostium). Warna tubuh bervariasi, ada yang

berwarna pucat,

dan ada yang berwarna cerah, seperti merah, jingga,

kuning bahkan ungu.

b. Struktur dan fungsi tubuh

Struktur tubuh-porifera.

Tubuh porifera belum

membentuk jaringan dan

organ sehingga porifera

dikelompokkan dalam protozoa. Permukaan luar

tubuhnya tersusun dari sel-sel berbentuk pipih dan

berdiding tebal yang disebut pinakosit. Pinakosit

berfungsi sebagai pelindung.Diantara pinakosit

terdapat pori-pori yang membentuk saluran air yang

bermuara di spongosol atau rongga tubuh. Spongosol

dilapisi oleh sel “berleher” yang memiliki

flagelum, yang disebut koanosit. Flagelum yang

bergerak pada koanosit berfungsi untuk membentuk

aliran air saru arah sehingga air yang mengandung

makanan dan oksigen masuk melalui pori ke

spongosol.Di spongosol makanan ditelan secara

fagositosis dan oksigen diserap secara difusi oleh

koanosit.Sisa pembuangan dikeluarkan melalui lubang

yang disebut oskulum. Zat makanan dan oksigen

selalin digunakan oleh koanosit, sebagian juga

ditransfer secara difusi ke sel-sel yang selalu

bergerak seperti amoeba, yaitu amoebosit (sel

amoeboid).Fungsinya pun sama yaitu mengedarkan

makan dan oksigen keseluruh sel-sel tubuh lainnya.

III. 3 Cara Hidup dan Habitat

Porifera hidup secara heterotof. Makananya

adalah bakteri dan plankton.Makanan yang masuk

kedalam tubuhnya berbentuk cairan.Pencernaan

dilakukan secara intraseluler di dalam koanosit dan

amoebosit.Habitat porifera umumnya di laut, mulai

dari tepi pantai hingga laut dengan kedalaman 5

km.Sekitar 150 jenis porifera hidup di ait tawar,

misalnya Haliciona dari kelas Demospongia.Porifera

yang telah dewasa tidak dapat berpindah tempat

(sesil), hidupnya menempel pada batu atau benda

lainya di dasar laut.Karena porifera yang bercirikan

tidak dapat berpindah tempat, kadang porifera

dianggap sebagai tumbuhan.

III. 4 Reproduksi

Porifera melakukan reproduksi secara aseksual

maupun seksual.Reproduksi secara aseksual terjadi

dengan pembentukan tunas dan gemmule.Gemmule disebut

juga tunas internal.Gemmule dihasilkan hanya

menjelang musim dingin di dalam tubuh porifera yang

hidup di air tawar.Porifera dapat membentuk individu

baru dengan regenerasi.Reproduksi seksual dilakukan

dengan pembentukan gamet (antara sperma dan

ovum).Ovum dan sperma dihasilkan oleh

koanosit.Sebagian besar Porifera menghasilkan ovum

dan juga sperma pada individu yang sama sehingga

porifera bersifat Hemafrodit.

III. 5 Klasifikasi porifera

Berdasarkan bahan penyusun rangkanya, porifera

diklasifikasikan menjadi tiga kelas, yaitu

Hexactinellida atau Hyalospongiae, Demospongiae, dan

Calcarea (Calcisspongiae).

1. Hexactinellida(Hyalospongiae)

Hexactinellida (dalam

bahasa yunani, hexa = enam)

atau Hyalospongiae (dalam bahasa yunani, hyalo =

kaca/transparan, spongia = spons) memiliki spikula

yang tersusun dari silika.Ujung spikula berjumlah

enam seperti bintang.Tubuhnya kebanyakan berwarna

pucat dengan bentuk vas bunga atau mangkuk.Tinggi

tubuhnya rata-rata 10-30 cm dengan saluran tipe

sikonoid.Hewan ini hidup soliter di laut pada

kedalaman 200 – 1.000 m.Contoh Hexactinellida

adalah Euplectella.

2. Demospongiae

Demospongiae ( dalam bahasa yunani, demo =

tebal, spongia = spons) memiliki rangka yang

tersusun dari serabut spongin. Tubuhnya berwarna

cerah karena mengandung pigmen yang terdapat pada

amoebosit.Fungsi warna diduga untuk melindungi

tubuhnya dari sinar matahari.Bentuk tubuhnya tidak

beraturan dan bercabang.Tinggi dan diameternya ada

yang mencapai lebih dari 1 meter.Seluruh

Demospongiae memiliki saluran air tipe

Leukonoid.Habitat Demospongiae umumnya di laut

dalam maupun dangkal, meskipun ada yang di air

tawar.Demospongiae adalah satu-satunya kelompok

porifera yang anggotanya ada yang hidup di air

tawar.Demospongiae merupakan kelas terbesar yang

mencakup 90% dari seluruh jenis porifera. Contoh

Demospongiae adalah spongia, hippospongia dan

Niphatesdigitalis .

3. Calcarea (Calcisspongiae)

Calcarea (dalam latin, calcare = kapur) atau

Calcispongiae (dalam latin, calci = kapur, spongia

= spons) memiliki rangka yang tersusun dari

kalsium karbonat.Tubuhnya kebanyakan berwarna

pucat dengan bentuk seperti vas bunga, dompet,

kendi, atau silinder.Tinggi tubuh kurang dari 10

cm.Struktur tubuh ada yang memiliki saluran air

askonoid, sikonoid, atau leukonoid.

Calcarea hidup di laut dangkal, contohnya sycon,

Clathrina, dan Leucettusa lancifer. Berikut bentuk

tipe saluran air dari porifera : askonoid,

sikonoid, dan leukonoid

4. Pleospongia

Rangka sangat kompak, memunyai dinding satu

atau dua lapis yang membentuk sperti cone.

III. 6. Peran Porifera dalam Kehidupan Manusia.

Beberapa jenis porifera seperti spongia dan

hippospongia dapat digunakan sebagai spons mandi dan

alat gosok.Namun, spons mandi yang banyak digunakan

umumnya adalah spons buatan, bukan berasal dari

kerangka porifera.Zat kimia yang dikeluarkannya

memiliki potensi obat penyakit kanker dan penyakit

lainnya.

IV. KESIMPULAN DAN SARAN

IV.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil praktikum yang telah

dilakukan, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Proses pemfosilan pada umumnya dari filum

Porifera adalah mineralisasi dan permineralisasi.

Mineralisasi adalah proses pergantian unsur kimia

dari fosil hingga seluruh bagiannya, sedangkan

permineralisasi hanya sebagian saja.

2. Bentuk fosil filum Porifera yang umum dijumpai,

diantaranya seperti konikal yaitu berbentuk

seperti kerucut, globular yaitu berbentuk

membulat seperti bola.

IV.2 Saran.

Saran saya untuk laboratorium adalah jumlah

sampel praktikum di tambahkan agar pada saat

praktikum, praktikan tidak saling menunggu sampel

yang akan diamati. Sedangkan saran untuk asisten

adalah asisten menjelaskan cara mengklasifikasikan

suatu fosil berdasarkan ciri-ciri yang dimiliki

fosil tersebut.

DAFTAR PUSTAKA

Asisten Paleontologi 2011/2012.2012. Penuntun Praktikum

Paleontologi. Laboratorium Paleontologi. Jurusan

Teknik Geologi Universitas Hasanuddin.Makassar

Anonim.2013.

http://gurungeblog.wordpress.com/2008/11/10/meng

enal-seluk-beluk-phylum-porifera/. diakses pada

tanggal 19 Maret 2013, hari Rabu pukul 22:08.

Anonim.2013http://id.wikipedia.org/wiki/Protozoa

diakses pada tanggal 19 Maret 2013, hari Rabu

pukul 20:02.