ACARA 1 STERILISASI
Transcript of ACARA 1 STERILISASI
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAANUNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS PERTANIANPURWOKERTO
2012I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pengawetan makanan/minuman dapat dilakukan dengan
berbagai macam cara yaitu pendinginan/pembekuan,
pengeringan, pengasapan, penggaraman, pemanasan
(pasteurisasi, sterilisasi) dan penambahan bahan
pengawet kimia. Semua cara tersebut mempunyai tujuan
yang sama, yaitu untuk menghancurkan atau menghambat
pertumbuhan mikroba pembusuk.
Sterilisasi merupakan suatu proses yang bertujuan
untuk menghilangkan dan membinasakan semua alat dan
media dari gangguan organisme mikroba, termasuk virus,
bakteria, spora dan fungi beserta sporanya. Sterilisasi
merupakan suatu metode atau cara yang digunakan untuk
mengeliminasi semua mikroorganisme. Sterilisasi
dilakukan menggunakan autoklaf untuk yang menggunakan
panas bertekanan, pemanas kering (oven), sterilisasi
kimiawi (seperti glutaraldehid atau formaldehid) dan
secara fisik.
Sterilisasi merupakan suatu proses membebaskan
suatu peralatan atau bahan dari mikroorganisme yang
tidak dikehendaki (Ramona et al, 2007). Proses ini
melibatkan aplikasi biocidal agent atau proses fisik
dengan tujuan untuk membunuh atau menghilangkan
mikroorganisme (Pratiwi, 2008). Praktikum kali ini
mencoba sterilisasi jus buah dan susu dengan alat
autoklaf untuk membunuh mikroorganisme yang ada pada
produk tersebut.
B. Tujuan
Tujuan praktikum sterilisasi ini yaitu:
1. Mengetahui prinsip-prinsip sterilisasi bahan pangan.
2. Mengetahui perubahan-perubahan yang terjadi pada
produk/bahan akibat sterilisasi.
II. TINJAUAN PUSTAKA
Sterilisasi merupakan proses untuk mematikan
mikroba. Pada prinsipnya, terdapat 2 (dua) jenis
sterilisasi, yaitu sterilisasi total dan sterilisasi
komersial. Sterlilisasi komersial yang ditetapkan di
industri pangan merupakan proses termal. Karena
digunakan uap air panas atau air digunakan sebagai
media penghantar panas, sterilisasi ini termasuk ke
dalam sterilisasi basah.
Sterilisasi komersial yaitu suatu proses untuk
membunuh semua jasad renik yang dapat menyebabkan
kebusukan makanan pada kondisi suhu penyimpanan yang
ditetapkan. Makanan yang telah mengalami sterilisasi
komersial mungkin masih mengandung sejumlah jasad renik
yang tahan proses sterilisasi, tetapi tidak mampu
berkembang biak pada suhu penyimpanan normal yang
ditetapkan untuk makanan tersebut.
Sterilisasi total adalah sterilisasi yang
bertujuan untuk membunuh mikroorganisme sehingga
mikroba tidak lagi dapat berkembangbiak di dalam suatu
wadah/bahan pangan. Pada sterilisasi total ini jika
dilaksanakan maka tidak akan terdapat lagi mikroba-
mikroba yang berbahaya terutama pada Clostidium
botilinum (Winarno, 1994).
Sterilisasi dapat dilakukan pada alat dan bahan
makanan. Sterilisasi alat dapat dilakukan dengan
beberapa cara, antara lain dengan penguapan dan
pemanasan. Pemanasan dapat dilakukan dengan memasukkan
alat yang telah dibersihkan ke dalam oven dengan suhu
180 0C selama 2 jam. Keadaan ini dapat mematikan
mikroorganisme dan spora. Selain itu, pemanasan juga
dapat dilakukan dengan menggunakan alat pensteril yang
disebut autoklaf. Alat dimasukkan ke dalam dengan suhu
121 oC dan tekanan 15 atm/cm2 selama 15 menit.
Sementara itu penguapan dilakukan dengan memasukkan
alat yang akan disterilkan dan telah dibungkus rapat ke
dalam dandang selama 1 jam dengan suhu 100 oC. Untuk
dapat mematikan spora dan bakteri, pemanasan harus
dilakukan sebanyak 3 kali dengan selang waktu kurang
dari 24 jam. Sterilisasi bahan makanan dapat dilakukan
dengan penguapan dalam uap air selama 1 jam pada suhu
100 oC dan diulang sebanyak 3 kali juga dapat dilakukan
dengan autoklaf.
Menurut Fardiaz (1992), sterilisasi adalah suatu
proses untuk membunuh semua jasad renik yang ada,
sehingga jika ditumbuhkan di dalam suatu medium tidak
ada lagi jasad renik yang dapat berkembang biak.
Sterilisasai adalah tahap awal yang penting dari proses
pengujian mikrobiologi. Ada 5 metode umum sterilisasi
yaitu :
1. Sterilisasi uap (panas lembap)
2. Sterilisasi panas kering
3. Sterilisasi dengan penyaringan
4. Sterilisasi gas
5. Sterilisasi dengan radiasi
Metode yang paling umum digunakan untuk
sterilisasi alat dan bahan pengujian mikrobiologi
adalah metode sterilisasi uap (panas lembap) dan metode
sterilisasi panas kering.
1. Sterilisasi Uap
Sterilisasi uap dilakukan dengan autoklaf
menggunakan uap air dalam tekanan sebagai
pensterilnya. Bila ada kelembapan (uap air) bakteri
akan terkoagulasi dan dirusak pada temperature yang
lebih rendah dibandingkan bila tidak ada kelembapan.
Mekanisme penghancuran bakteri oleh uap air panas
adalah karena terjadinya denaturasi dan koagulasi
beberapa protein esensial dari organism tersebut.
Autoklaf adalah alat untuk mensterilkan
berbagai macam alat dan bahan yang menggunakan
tekanan 15 psi (2 atm) dan suhu 121 0C. Cara kerja
autoklaf yaitu suhu dan tekanan tinggi yang
diberikan kepada alat dan media yang disterilisasi
memberikan kekuatan yang lebih besar untuk membunuh
sel dibanding dengan udara panas. Biasanya untuk
mesterilkan media digunakan suhu 1210C dan tekanan
15 lb/in2 (SI = 103,4 Kpa) selama 15 menit. Alasan
digunakan suhu 1210C atau 249,8 0F adalah karena air
mendidih pada suhu tersebut jika digunakan tekanan
15 psi. Untuk tekanan 0 psi pada ketinggian di
permukaan laut (sea level) air mendidih pada suhu
1000C, sedangkan untuk autoklaf yang diletakkan
diketinggian sama, menggunakan tekanan 15 psi maka
air akan memdididh pada suhu 1210C.
Kejadian ini hanya berlaku untuk sea level, jika
dilaboratorium terletak pada ketinggian tertentu,
maka pengaturan tekanan perlu disetting ulang.
Misalnya autoklaf diletakkan pada ketinggian 2700
kaki dpl, maka tekanan dinaikkan menjadi 20 psi
supaya tercapai suhu 1210C untuk mendidihkan air.
Semua bentuk kehidupan akan mati jika dididihkan
pada suhu 1210C dantekanan 15 psi selama 15 menit.
Pada saat sumber panas dinyalakan, air dalam
autoklaf lama-kelamaan akan mendidih dan uap air
yang terbentuk mendesak udarayang mengisi autoklaf.
Setelah semua udara dalam autoklaf diganti dengan
uap air, katup uap/udara ditutup sehingga tekanan
udara dalam autoklaf naik. Pada saat tercapai
tekanan dan suhu yang sesuai, maka proses
sterilisasi dimulai dan timer mulai menghitung waktu
mundur. Setelah proses sterilisasi selesai, sumber
panas dimatikan dan tekanan dibiarkan turun perlahan
hingga mencapai 0 psi. Autoklaf tidak boleh dibuka
sebelum tekanan mencapai 0 psi.
Gambar 2.1 Prinsip Kerja Autoklaf
Untuk mendeteksi bahwa autoklaf bekerja dengan
sempurna dapat digunakan mikroba pengguji yang
bersifat termofilik dan memiliki endospora yaitu
Bacillus stearothermophillus, lazimnya mikroba ini tersedia
secara komersial dalam bentuk spore strip. Kertas spore
strip ini dimasukkan dalam autoklaf dan disterilkan.
Setelah proses sterilisai lalu ditumbuhkan pada
media. Jika media tetap bening maka menunjukkan
autoklaf telah bekerja dengan baik.
2. Sterilisasi Panas Kering
Sterilisasi panas kering biasanya dilakukan
dengan menggunakan oven pensteril. Karena panas
kering kurang efektif untuk membunuh mikroba
dibandingkan dengan uap air panas maka metode ini
memerlukan temperatur yang lebih tinggi dan waktu
yang lebih panjang. Sterilisasi panas kering
biasanya ditetapkan pada temperature 160-170 oC
dengan waktu 1-2 jam.
Sterilisasi panas kering umumnya digunakan
untuk senyawa-senyawa yang tidak efektif untuk
disterilkan dengan uap air panas, karena sifatnya
yang tidak dapat ditembus atau tidak tahan dengan
uap air. Senyawa-senyawa tersebut meliputi minyak
lemak, gliserin (berbagai jenis minyak), dan serbuk
yang tidak stabil dengan uap air. Metode ini juga
efektif untuk mensterilkan alat-alat gelas dan
bedah. Karena suhunya sterilisasi yang tinggi
sterilisasi panas kering tidak dapat digunakan untuk
alat-alat gelas yang membutuhkan keakuratan (contoh:
alat ukur) dan penutup karet atau plastik.
3. Sterilisasi dengan penyaringan
Sterilisasi dengan penyaringan dilakukan untuk
mensterilisasi cairan yang mudah rusak jika terkena
panas atu mudah menguap (volatile). Cairan yang
disterilisasi dilewatkan ke suatu saringan (ditekan
dengan gaya sentrifugasi atau pompa vakum) yang
berpori dengan diameter yang cukup kecil untuk
menyaring bakteri. Virus tidak akan tersaring dengan
metode ini.
4. Sterilisasi gas
Sterilisasi gas digunakan dalam pemaparan gas
atau uap untuk membunuh mikroorganisme dan sporanya.
Meskipun gas dengan cepat berpenetrasi ke dalam pori
danserbuk padat. Sterilisasi adalah fenomena
permukaan dan mikroorganisme yang terkristal akan
dibunuh. Sterilisasi gas biasanya digunakan untuk
bahan yang tidak bisa difiltrasi, tidak tahan panas
dan tidak tahan radiasi atau cahaya.
5. Sterilisasi dengan radiasi
Radiasi sinar gama atau partikel elektron dapat
digunakan untuk mensterilkan jaringan yang telah
diawetkan maupun jaringan segar. Untuk jaringan yang
dikeringkan secara liofilisasi, sterilisasi radiasi
dilakukan pada temperatur kamar (proses dingin) dan
tidak mengubah struktur jaringan, tidak
meninggalkan residu dan sangat efektif untuk
membunuh mikroba dan virus sampai batas tertentu.
Sterilisasi jaringan beku dilakukan pada suhu -40
derajat Celsius. Teknologi ini sangat aman untuk
diaplikasikan pada jaringan biologi.
III. METODOLOGI
A. Alat dan Bahan
1. Alat yang digunakan antara lain:
a) Autoklaf.
b) Jar gelas dengan tutupnya.
c) Plastik.
d) Karet.
e) Blender.
f) Pisau.
g) Alat tulis.
h) wadah plate.
i) Termometer.
j) Stopwatch.
2. Bahan yang digunakan antara lain:
a) Jus mangga (kelompok 5).
b) Susu.
c) Jus jambu biji.
d) Air.
e) Gula.
B. Prosedur Kerja
1. Masukkan jus mangga yang akan dilakukan proses
sterilisasi yang sebelumnya sudah dilakukan blansing
dengan cara mengukus mangga yang akan di jus selama
10 menit dengan suhu 75-95oC agar tekstur dan aroma
mangga lebih kuat lalu di blander, kemudian masukkan
jus mangga ke dalam botol (jar gelas).
2. Setiap praktikan mengamati parameter-parameter yang
ada pada jus buah, seperti: warna, larutan, aroma,
tekstur, dan rasa. Hasil yang diperoleh dicari
rata-rata tiap parameternya.
3. Menutup jar gelas dengan fiber putih kemudian
ditutup lagi dengan tutup jar gelas, lalu
ditutup/dilapisi kembali dengan plastik yang
dikencangkan dengan karet sehingga tutup jar gelas
benar-benar rapat.
4. Mengisi air kedalam autoklaf yang dilengkapi dengan
katup pengaman.
5. Masukkan jar gelas yang sudah diisi jus mangga dan
di tutup tadi kedalam autoklaf.
6. Memanaskan bahan sampai mendidih sehingga katup
pengaman autoklaf mengeluarkan uap air dengan
lancar, kemudian menutup autoklaf.
7. Suhu yang digunakan untuk proses sterilisasi
tersebut yaitu 121oC dan dibiarkan selama 15 menit.
8. Biarkan dingin sampai tekanan normal dan klep
pengaman dibuka. Dengan cara ini akan mematikan
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
Grade Parameter-Paramater Penilaian
A. Warna
Nilai Keterangan Parameter1 Tidak cerah2 Agak cerah3 Cerah4 Sangat cerah
B. Larutan
Nilai Keterangan Parameter1 Tidak jernih2 Agak jernih3 Jernih4 Sangat jernih
C. Aroma
Nilai Keterangan Parameter1 Tidak kuat2 Agak kuat3 Kuat4 Sangat kuat
D. Tekstur
Nilai Keterangan Parameter1 Tidak lunak2 Agak lunak
E. Rasa
Nilai Keterangan Parameter1 Tidak enak2 Agak enak3 Enak4 Sangat enak
Tabel 4.1. Sebelum Sterilisasi
No PanelisParameter
Warna Larutan Aroma Tekstur Rasa1. Twinda 1 1 2 3 22. Sultan 1 1 4 3 23. Venny 1 1 3 3 24. Melli 1 1 3 3 25. Arif S. 1 1 3 3 26. Aditya 1 1 3 3 27. Rafika 1 1 3 3 2Rata-Rata 1 1 3 3 2
Tabel 4.2. Sesudah Sterilisasi
No PanelisParameter
Warna Larutan Aroma Tekstur Rasa1. Twinda 2 2 3 3 32. Sultan 1 2 2 3 13. Venny 2 2 3 3 34. Melli 1 1 3 3 35. Arif S. 2 2 3 3 26. Aditya 2 1 3 3 2
B. Pembahasan
Pengawetan makanan/minuman dapat dilakukan dengan
berbagai macam cara yaitu pendinginan/pembekuan,
pengeringan, pengasapan, penggaraman, pemanasan
(pasteurisasi, sterilisasi) dan penambahan bahan
pengawet kimia. Semua cara tersebut mempunyai tujuan
yang sama, yaitu untuk menghancurkan atau menghambat
pertumbuhan mikroba pembusuk. Sterilisasi adalah suatu
proses untuk membunuh semua jasad renik yang ada,
sehingga jika ditumbuhkan di dalam suatu medium tidak
ada lagi jasad renik yang dapat berkembang biak.
Sterilisasi harus dapat membunuh jasad renik yang
paling tahan panas yaitu spora bakteri. Adanya
pertumbuhan mikroorganisme menunjukkan bahwa
pertumbuhan bakteri masih berlangsung dan tidak
sempurnanya proses sterilisasi. Jika sterilisasi
berlangsung sempurna, maka spora bakteri yang merupakan
bentuk paling resisten dari kehidupan mikrobia akan
diluluhkan (Lay dan Hastowo, 1992).
Alat yang digunakan dalam sterilisasi adalah
autoclave yang berfungsi untuk sterilisasi dengan uap
panas bertekanan. Autoclave digunakan untuk
mensterilisasi alat-alat gelas, kayu, plastik, larutan
dan medium yang tidak tahan terhadap suhu tinggi.
Autoclave juga dapat digunakan untk melisiskan mikroba.
Adapun bagian-bagian dari autoclave adalah panic luar,
panic dalam untuk meletakkan alat dan saluran uap,
bagian penutup terdiri dari penunjuk tekanan dan
saluran uap, terdapat katup dan pengunci. Untuk
mematikan spora diperlukan panas basah selama 15 menit
pada suhu 121oC.
Ketika ingin menggunakan autoclave, harus diisi
dengan air sampai batas rang atau dasar yang berlubang-
lubang tempat meletakkan alat. Alat-alat yang ingin
disterilkan harus terlebih dahulu dibungkus dengan
alumunium foil dan bagian mulutnya ditutup dengan
kapas. Hal ini dilakukan untuk menghindari terbentuknya
uap air didinding dan didalam alat-alat yang
dipanaskan. Alat-alat yang ingin dipanaskan kemudian
dimasukkan kedalam autoclave, selanjutnya tutup dipasang
hingga pas. Kran pengatur tempat keluar air dibiarkan
terbuka sampai uap air saja dan semu udara terdesak
keluar dengan demikian didalam bejana hanya terdapat
tekann uap air saja. Besarnya tekanan yang digunakan
tergantung pada jenis bahan atau alat yang
disterilisasi.
Alat lain yang digunakan untuk sterilisasi yaitu
Oven (Hot Air Sterilizer), digunakan untuk mensterilisasi
alat yang terbuat dari kaca dan kertas yang tahan
terhadap suhu tinggi. Oven terbuat dari kotak logam,
udara yang didalamnya mandapat udara yang panas melalui
panas daya listrik. Sebelum dimasukkan alat-alat
seperti erlenmeyer, cawan petri, labu ukur, batang
pengaduk, pipet tetes, gelas ukur, tabung reaksi atau
alat yang terbuat dari kaca dibungkus dengan kertas
terlebih dahulu untuk mencegah terjadinya keretakan dan
kontaminasi pada saat alat dikeluarkan dari dalam oven.
Alat-alat yang akan disterilisasi dicuci dan
dikeringkan, alat yang mempunyai mulut ditutup dengan
kapas seperti labu ukur pipet tetes, tabung reaksi,
Erlenmeyer, gelas ukur, cawan petri dan labu ukur
setelah ditutup dengan kapas, dibungkus lagi dengan
kertas sedangkan untuk batang pengaduk dibungkus
seperti biasa. Tujuan dari pembungkusan yaitu agar
alat-alat tidak terkontaminasi dengan bakteri luar dan
alat tidak pecah karena pada umumnya alat terbuat dari
karca. Alat-alat yang sudah dibungkus dimasukkan
kedalam oven dengan temperature 170-180 oC selama 1-2
jam. Setelah pemanasan selesai oven dimatikan sampai
mencapai suhu kamar. Hal ini bertujuan untuk
menghindari keretakan alat atau masuknya udara yang
mengandung partikel debu. Setelah dilakukan sterilisasi
alat siap digunakan untuk melakukan percobaan. Suhu
yang digunakan 170 oC-180 oC Karena panas kering kurang
efektif untuk membunuh mikroba dibandingkan dengan uap
air panas maka metode ini memerlukan temperatur yang
lebih tinggi dan waktu yang lebih panjang.
Berdasarkan literatur suhu yang digunakan pada
oven pada saat sterilisasi sesuai dengan literatur yang
menyatakan pemanasan kering sering dilakukan dalam
sterilisasi alat-alat gelas di laboratorium, dimana
menggunakan oven dengan suhu 160-180oC selama 1,5-2 jam
dengan sistem udara statis (Fardiaz, 1992). Suhu yang
digunakan pada autoklaf 121oC hal ini sesuai dengan
literatur yang menyatakan “Pemanasan basah adalah
sterilisasi panas yang digunakan bersama-sama dengan
uap air”. Pemanasan basah biasanya dilakukan didalam
autoklaf atau aterilisator uap yang mudah diangkat
dengan menggunakan uap air jenuh bertekanan pada suhu
121oC selama 15 menit (Hadioetomo, 1985).
Selain oven dan autoklaf, sterilisasi juga dapat
dilakukan dengan metode kimia dan metode mekanik
sebagai berikut:
1. Metode Kimia
a) Menggunakan bahan kimia
Senyawa kimia yang digunakan sebagai
desinfektan antara lain adalah CuSO4, AgNO3,
HgCl2, ZnO, alkohol 50-75% (dapat menyebabkan
koagulasi protein) dan beberapa larutan garam
seperti NaCl (9%), KCl (11%) dan KNO2 (10%) dapat
digunakan untuk membunuh mikroba karena tekanan
osmotiknya, yaitu dengan jalan dehidrasi protein
pada substrat. Sedangkan asam kuat atau basa kuat
dapat pula digunakan karena bersifat
menghidrolisis isi sel mikroba.
Larutan KmnO4 (1%) dan HCL (1,1%)
ternyata merupakan desinfektan yang kuat karena
dapat mengoksidasi substrat. Sedang yang paling
banyak digunakan adalah larutan HgCl2 (0,1%)
namun senyawa tersebut sangat beracun dan
bersifat korosif , serta dapat merusak jaringan
inang dan dapat mengendapkan protein. Juga
larutan garam Cu (dari CuSo4) merupakan senyawa
yang paling banyak digunakan sebagai algasida.
Larutan formalin/formaldehida merupakan senyawa
yang mudah larut di dalam air tetapi sangat
efektif sebagai desinfektan dengan kadar 4-20%.
Selain itu alkohol dengan kadar 50-70% digunakan
sebagai desinfektan karena cepat menyebabkan
koagulasi (penggumpalan) protein.
b) Sterilisasi gas
Sterilisasi gas digunakan dalam
pemaparan gas atau uap untuk membunuh
mikroorganisme dan sporanya. Dalam pensterilan
digunakan bahan kimia dalam bentuk gas atau uap,
seperti etilen oksida, formaldehid, propilen
oksida, klorin oksida, beta propiolakton,
metilbromida, kloropikrin. Digunakan untuk
sterilisasi bahan yang termolabil seperti bahan
biologi, makanan, plastik dan antibiotik.
2. Metode mekanik
a) Sterilisasi dengan Penyaringan (filtrasi)
Digunakan untuk sterilisasi larutan yang
termolabil (mudah rusak jika terkena panas atau
mudah menguap), penyaringan ini menggunakan
filter bakteri. Cairan yang disterilisasi
dilewatkan ke suatu saringan (ditekan dengan gaya
sentrifugasi atau pompa vakum) yang berpori
dengan diameter yang cukup kecil untuk menyaring
bakteri. Metode ini tidak dapat membunuh mikroba,
mikroba hanya akan tertahan oleh pori-pori filter
dan terpisah dari filtratnya. Filter biasanya
terbuat dari asbes, porselen. Filtrat bebas dari
bakteri tetapi tidak bebas dari virus. Cara kerja
dari sterilisasi ini berbeda dari metode lainnya
karena sterilisasi ini menghilangkan
mikroorganisme melalui penyaringan dan tidak
menghancurkan mikroorganisme tersebut.
Penghilangan mikroorganisme secara fisik melalui
penyaring dengan matriks pori ukuran kecil yang
tidak membiarkan mikroorganisme untuk dapat
melaluinya. Teknologi tinggi membran filtrasi
meningkatkan penggunaan sterilisasi filtrasi,
khususnya jika digunakan berpasangan dengan
sistem proses aseptic.
Pada prinsipnya sterilisasi dapat dilakukan dengan
3 cara yaitu secara mekanik, fisik dan kimiawi.
1. Sterilisasi secara mekanik (filtrasi)
Di dalam sterilisai secara mekanik (filtrasi),
menggunakan suatu saringan yang berpori sangat kecil
(0.22 mikron atau 0.45 mikron) sehingga mikroba
tertahan pada saringan tersebut. Proses ini
ditujukan untuk sterilisasi bahan yang peka panas,
misalnya larutan enzim dan antibiotik.
Jika terdapat beberapa bahan yang akibat
pemanasan tinggi atau tekanan tinggi akan mengalami
perubahan atau penguraian, maka sterlisasi yang
digunakan adalah dengan cara mekanik, misalnya
dengan saringan. Didalam mikrobiologi penyaringan
secara fisik paling banyak digunakan adalah dalam
penggunaan filter khusus misalntya filter berkefeld,
filter chamberland, dan filter seitz. Jenis filter
yang dipakai tergantung pada tujuan penyaringan dan
benda yang akan disaring.
Penyaringan dapat dilakukan dengan mengalirkan
gas atau cairan melalui suatu bahan penyaring yang
memilki pori-pori cukup kecil untuk menahan
mikroorganisme dengan ukuran tertentu. Saringan akan
tercemar sedangkan.
2. Sterilisasi secara fisik
Sterilisasi secara fisik di pakai apabila
selama sterilisasi dengan bahan kimia tidak akan
berubah akibat temperatur tinggi atau tekanan
tinggi. Cara membunuh mikroorganisme tersebut adalah
dengan panas. Panas kering membunuh bakteri karena
oksidasi komponen-komponen sel. Daya bunuh panas
kering tidak sebaik panas basah. Pemanasan basah
dapat memakai autoklaf, tyndalisasi, dan
pasteurisasi. Autoklaf adalah alat serupa tangki
minyak yang dapat diisi dengan uap air. Tyndalisasi
adalah metode dengan mendidihkan medium dengan uap
beberapa menit saja. Pasteurisasi adalah suatu cara
disinfeksi dengan pemanasan untuk mengurangi jumlah
mikroorganisme tanpa merusak fisik suatu bahan.
Pemanasan kering dapat memakai oven dan pembakaran.
Selain itu dapat dilakukan penyinaran dengan sinar
gelombang pendek (Waluyo, 2005).
3. Sterilisasi secara kimiawi
Sterilisasi secara kimia dapat menggunakan
antiseptik kimia. Pemilihan antiseptik tergantung
pada kebutuhan daripada tujuan tertentu serta efek
yang dikehendaki. Perlu juga diperhatikan bahwa
beberapa senyawa bersifat iritatif, dan kepekaan
kulit sangat bervariasi. Zat-zat kimia yang dapat
dipakai untuk sterilisasi anatara lain halogen
(senyawa klorin, yodium), alkohol, fenol, hidrogen
peroksida, zat warna ungu kristal, derivat akridin,
rosalin, deterjen, logam-logam berat, aldehida, ETO,
uap formaldehid ataupun beta-propilakton (volk,
1993).
Praktikum kali ini melakukan sterilisasi jus buah
mangga, jus jambu biji merah, dan sterilisasi susu.
Kelompok kami (kelompok 5) ini melakukan sterilisasi
jus mangga. Sebelum dan sesudah sterlilisasi dilakukan
uji organoleptik pada produk jus mangga dan dihasilkan
uji organoleptik dalam tabel sebagai berikut:
No PanelisParameter
Warna Larutan Aroma Tekstur Rasa1. Twinda 1 1 2 3 22. Sultan 1 1 4 3 23. Venny 1 1 3 3 24. Melli 1 1 3 3 25. Arif S. 1 1 3 3 26. Aditya 1 1 3 3 27. Rafika 1 1 3 3 2Rata-Rata 1 1 3 3 2
Sebelum dilakukan sterilisasi, warna jus mangga
rata-rata tidak cerah, mempunyai larutan rata-rata
tidak jernih, aroma jus mangga yang kuat, tekstur
lunak, dan rasa yang agak enak.
Setelah dilakukan sterilisasi, hasil uji
organoleptik dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
No PanelisParameter
Warna Larutan Aroma Tekstur Rasa1. Twinda 2 2 3 3 32. Sultan 1 2 2 3 13. Venny 2 2 3 3 34. Melli 1 1 3 3 35. Arif S. 2 2 3 3 26. Aditya 2 1 3 3 27. Rafika 2 2 2 3 1Rata-Rata 1,71 1,71 2,71 3 2,14
Setelah dilakukan sterilisasi, jus mangga
mempunyai warna yang mendekati agak cerah, larutan yang
mendekati jernih, aroma jus mangga yang mendekati kuat,
tekstur yang lunak, dan rasa yang sedikit agak enak.
Praktikum sterilisasi ini mempunyai banyak
kendala, diantaranya ruangan yang kurang luas
mengakibatkan jalannya praktikum kurang optimal,
kendala dalam standarisasi parameter uji organoleptik
dari masing-masing panelis, tutup botol yang kurang
kuat sehingga ada beberapa produk/botol yang meluap
setelah dilakukan sterilisasi dengan autoklaf.
Faktor-faktor yang mempengaruhi sterilisasi yaitu
sebagai berikut:
1. Materi penyusun alat/bahan yang disterilkan.
Materi penyusun suatu alat akan mempengaruhi
daya tahan alat tersebut. Ketahanan alat/bahan
itulah yang mempengaruhi keefektifan suatu proses
sterilisasi, apabila materi penyusun alat/bahan
tersebut tidak tahan panas maka sterilisasi tidak
akan efektif karena suhu sterilisasi tidak bisa
tinggi.
2. Kondisi alat/bahan.
Apabila suatu alat/bahahn digunakan untuk
interaksi langsung dengan mikroorganisme pengotor,
maka diperlukan waktu sterilisasi ekstra agar semua
jasad-jasad renik yang ada pada alat/bahan yang ada
pada alat/bahan mati.
3. Ukuran wadah pensterilan.
Semakin besar wadah pensterilan maka akan
semakin sulit menjamin semua permukaan terkena
panas, sehingga kesterilan pun tidak bisa di jamin.
4. Ketahanan tubuh mikroba.
Semakin tahan tubuh mikroba maka diperlukan
perlakuan tambahan untuk mensterilkannya, misalnya
peningkatan suhu, pengendalian pH, dan lain
sebagainya.
V. SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
1. Sterilisasi adalah suatu proses untuk membunuh semua
jasad renik yang ada, sehingga jika ditumbuhkan di
dalam suatu medium tidak ada lagi jasad renik yang
dapat berkembang biak.
2. Pada prinsipnya, terdapat 2 (dua) jenis sterilisasi,
yaitu sterilisasi total dan sterilisasi komersial.
3. Setelah sterilisasi terjadi perubahan warna,
larutan, aroma, tekstur, dan rasa pada jus mangga.
B. Saran
Sebaiknya praktikan lebih dibimbing lagi dalam
pelaksanaan praktikum. Asisten juga harus paham dan
tidak main-main dalam praktikum agar tidak terjadi
kegagalan dalam proes sterilisasi.
DAFTAR PUSTAKA
Arloza, Hafiz. 2009. Sterilisasi. http://id.scribd.com/doc/24620541/Sterilisasi (On Line). Diakses tanggal 29 November 2012 pukul 22:58.
Ediati, Rifah dan Riana Listanti. 2012. Modul PraktikumTeknik Pengolahan Pangan. Fakultas Pertanian.Universitas Jenderal Soedirman: Purwokerto.
Irawan, Bernadus. 2012. Sterilisasi.http://aaknasional.wordpress.com/2012/07/24/sterilisasi/ (On Line). Diakses tanggal 29 November 2012pukul 23:01.
Lay, B. W. dan Hastowo. 1982. Mikrobiologi. RajawaliPress Jakarta.
Volk, Wesley A. dan Margaret F. Wheeler. 1993.Mikrobiologi Dasar Jilid 1, Edisi Kelima. Jakarta:Erlangga
Waluyo, L. 2005. Mikrobiologi Umum. MM Press: Malang.
Winarni, D. 1997. Diktat Teknik Fermentasi. Program Studi D3Teknik Kimia FTI-ITS : Surabaya.