Reaksi-spesifik-asam-amino-dan-protein
Transcript of Reaksi-spesifik-asam-amino-dan-protein
LAPORAN PRAKTIKUM
PERCOBAAN IV
REAKSI-REAKSI SPESIFIK ASAM AMINO DAN PROTEIN
NAMA : RR. DYAH RORO ARIWULAN
NIM : H 411 10 272 KELOMPOK : IV (EMPAT)
HARI/ TGL PERCOBAAN : RABU, 5 OKTOBER2011
` ASISTEN : ARKIEMAH HAMDA
LABORATORIUM BIOKIMIAJURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAMUNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR2011BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kira-kira 50 % dari berat kering organisme yang
hidup adalah protein, dan protein bukan hanya sekedar
bahan simpanan atau nahan struktural seperti halnya
dengan polisakarida. Variasi fungsi protein sama
banyaknya dengan variasi fungsi kehidupan itu sendiri.
Semua katalisis yang jumlahnya ribuan, yang
memungkinkan terjadinya reaksi kimia dalam zat yang
hidup yang disebut protein.
Reaksi Adamkiewitz-Hopkins adalah suatu reaksi
untuk menentukan gugus indole spesifik untuk asam amino
triptofan. Senyawa-senyawa indolik dengan aldehid
tertentu (asam glioksilik, metanol, para metil amino-
benzaldehide) dalam suasana asam dan dingin memberikan
warna violet.
Asam-asam kuat yang ditambahkan ke larutan protein
menyebabkan suatu denaturasi irreversibel protein.
selain penambahan asam-asam kuat dapat juga dilakukan
penambahann logam, penambahan alkohol dan melakukan
pengocokan terhadap larutan protein sehingga
menyebabkan protein itu terdenaturasi.
Pada umumnya asam amino diperoleh sebagai hasil
hidrolisis protein, baik menggunakan enzim maupun
dengan menggunakan asam, dengan cara ini diperoleh
campuan bermacam-macam asam amino dan untuk menentukan
jenis asam amino maupun kualitasnya masing-masing asam
amino perlu diadakan pemisahan antara asam-asam amino
tersebut (Poedjiadi, 1994).
Berdasarkan landasan teori di atas, maka
dilakukanlah percobaan mengenai reaksi-reaksi spesifik
asam amino dan protein.
1.2 Maksud dan Tujuan Percobaan
1.2.1 Maksud Percobaan
Maksud dari percobaan ini adalah mempelajari dan
memahami reaksi-reaksi spesifik asam amino dan protein.
1.2.2 Tujuan Percobaan
Tujuan dilakukan percobaan ini adalah :
1. Membuktikan adanya gugus indol, spesifik amino
triptofan melalui percobaan Adamkiewitz-Hopkins.
2. Membuktikan terjadinya denaturasi protein dengan
percobaan termokoagulasi, serta pengendapan dengan
asam kuat.
1.3 Prinsip Percobaan
Mengidentifikasi protein dengan mengidentifikasi
reaksi spesifik asam amino dan protein dengan beberapa
pereaksi tertentu yaitu melalui reaksi Adamkiewitz-
Hopkins dan pengendapan dengan asam kuat seperti asam
nitrat dan asam organik yang ditandai dengan adanya
perubahan warna, suhu dan endapan yang menunjukkan
bahwa adanya reaksi uji positif terhadap asam amino dan
protein.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Asam amino adalah sembarang senyawa organik yang
memiliki gugus fungsion alkarboksil (-COOH) dan amina
(biasanya -NH2). Dalam biokimia seringkali
pengertiannya dipersempit: keduanya terikat pada satu
atom karbon (C) yang sama (disebut atom C "alfa" atau
α). Gugus karboksil memberikan sifat asam dan gugus
amina memberikan sifat basa. Dalam bentuk larutan, asam
amino bersifat amfoterik: cenderung menjadi asam pada
larutan basa dan menjadi basa pada larutan asam.
Perilaku ini terjadi karena asam amino mampu menjadi
zwitter-ion. Asam amino termasuk golongan senyawa yang
paling banyak dipelajari karena salah satu fungsinya
sangat penting dalam organisme, yaitu sebagai penyusun
protein (Anonim, 2010).
Protein merupakan polimer yang tersusun dari asam
amino sebagai monomernya. Monomer-monomer ini
tersambung dengan ikatan peptida, yang mengikat gugus
karboksil milik satu monomer dengan gugus amina milik
monomer di sebelahnya. Reaksi penyambungan ini (disebut
translasi) secara alami terjadi di sitoplasma dengan
bantuan ribosom dan tRNA. Pada polimerisasi asam amino,
gugus -OH yang merupakan bagian gugus karboksil satu
asam amino dan gugus -H yang merupakan bagian gugus
amina asam amino lainnya akan terlepas dan membentuk
air. Oleh sebab itu, reaksi ini termasuk dalam reaksi
dehidrasi. Molekul asam amino yang telah melepaskan
molekul air dikatakan disebut dalam bentuk residu asam
amino (Tim Dosen Kimia, 2009).
Reaksi kondensasi dua asam amino membentuk ikatanpeptide
Pada umumnya asam amino diperoleh sebagai hasil
hidrolisis protein, baik menggunakan enzim maupun
dengan menggunakan asam, dengan cara ini diperoleh
campuan bermacam-macam asam amino dan untuk menentukan
jenis asam amino maupun kualitasnya masing-masing asam
amino perlu diadakan pemisahan antara asam-asam amino
tersebut (Poedjiadi, 1994).
Seperti halnya senyawa-senyawa lainnya, asam amino
dan protein juga dapat mengalami reaksi-reaksi
spesifik. Reaksi- reaksi spesifik pada asam amino dan
protein pun ada beberapa macam antara lain reaksi
dengan pereaksi millon, ninhidrin, nitroprussida,
sistin, sistein (Tim Dosen Kimia, 2009).
Ada empat tingkat struktur dasar protein, yaitu
struktur primer, sekunder, tersier, dan kuartener.
Struktur primer terkait mengenai terbentuknya rantai-
rantai dengan ikatan-ikatan peptida dimana jumlah,
macam, dan cara terkaitnya (urutan) asam-asam amino
mempunyai peranan penting. Struktur sekunder terkait
mengenai berlilitnya rantai-rantai polipeptida sampai
terbentuknya suatu struktur spiral karena terjadi
ikatan hidrogen. Struktur tersier, rantai-rantai
polipeptida yang berlilit itu bergabung satu dengan
yang laindengan pertolongan ikatan yang lemah yakni
ikatan hidrogen dan Van Der Wals sampai terbentuknya
lapisan, serat atau biji. Struktur kuartener, tidak semua
protein mempunyai struktur kuartener, hanya jika
protein itu terdisi atas 2 atau 4 rantai polipeptida
yang tergabung oleh gaya bukan ikatan kovalen (bukan
ikatan peptide atau disulfida). Gaya yang menstabilkan
gabungan itu adalah ikatan hydrogen dan elektrostatik
atau ikatan garam. Struktur primer protein mempunyai
rangkaian asam amino dan komponen prostetik pembentuk
protein. Struktur protein sekunder dan tersier mengacu
pada kedudukan tiga matra dari makromolekul; struktur
kuartener menyatakan susunan komplek protein aneka
rantai. Sinarnya dan cara spektrum yang modern lainnya
terutama amat penting untuk menjelaskan ciri keruangan
protein. Struktur tersier suatu protein menggambarkan
perlipatannya rantai polipeptida. Perlipatan terdapat
lebih acak daripada cirri struktur sekundernya, tetapi
dapat menunjukkan pola yang teratur. Ikatan disulfida
yang terbentuk di antara molekul sisterna memberikan
pertautan kovalen yang nisbi kuat mendukung struktur
tersier. Protein globular sebagaimana ditunjukkan oleh
mieglobin, merupakan contoh yang menarik bagi struktur
tersier. Dimana berperan menyimpan dan mengalirkan
oksigen . Ini sangat erat kaitannya dengan haemoglobin
yang merupakan protein yang rumit (Stanley, 1988).
Ada beberapa ciri molekul protein yaitu (Stanley,
1988) :
1) Berat molekulnya besar, ribuan bahkan sampai jutaan,
sehingga merupakan makromolekul.
2) Umumnya terdiri dari 20 asam amino.Asam amino
berikatan secara kovalen satu dengan yang lainnya
dalam variasi urutan-urutan yang bermacam-macam,
membentuk suatu rantai polipeptida. Ikatan peptida
merupakan ikatan gugus karboksil dari asam amino
yang satu dengan asam amino lainnya.
3) Terdapatnya ikatan kimia lain yang menyebabkan
terbentuknya lengkungan-lengkungan rantai
polipeptida menjadi struktur 3 dimensi protein.
Sebagai contoh ikatan hidrogen, ikatan
hidrofob/ikatan apolar, ikatan ion atau ikatan
elektrostatik dan ikatan Van der Waals.
4) Strukturnya tidak stabil terhadap beberapa faktor
seperti: pH, radiasi, temperatur, dan medium
pelarut.
5) Umumnya reaktif dan sangat spesifik, disebabkan
terdapatnya gugus samping yang reaktif dan susunan
khas struktur molekulnya.
6) Beraksi positif terhadap pereaksi uji-uji yang
spesifik seperti: Biuret, Ninhidrin dan Millon,
Xantoprotein, Sakaguchi, Adamkiewitz.
Denaturasi ada dua macam yaitu (Lehninger,1990) :
- Pengembangan rantai peptida dan pemecahan protein
menjadi kecil tanpa diikuti pengembangan molekul
seperti pada polipeptida.
- Denaturasi yang tergantung pada keadaan molekul
seperti pada bagian molekul yang tergabung dalam
struktur sekunder.
Karena itu denaturasi dapat berarti suatu
perubahan atau modifikasi terhadap struktur sekunder,
tersier dan kuartener molekul protein tanpa terjadi
pemecahan ikatan kovalen. Atau dapat pula diartikan
sebagai suatu proses pecahnya ikatan hidrogen,
interaksi hidrofobik, ikatan Van der Waals, dan terbuka
atau tidaknya ikatan molekul. Pada umumnya protein yang
sudah didenaturasikan kelarutannya berkurang atau
hilang sama sekali, dan ada pula yang membentuk endapan
pada bagian dasar larutan. Hal ini disebabkan karena
lapisan protein bagian dalam yang bersifat hidrofobik
terbalik keluar dan bagian luarnya yang bersifat
hidrofil terlipat ke dalam atau kebalikannya, terutama
jika larutan protein telah mendekati pada isoelektrik
hingga protein menggumpal dan akhirnya mengendap
(Lehninger,1990).
Triptofan merupakan satu dari 20 asam amino
penyusun protein yang bersifat esensial bagi manusia.
Bentuk yang umum pada mamalia adalah, seperti asam
amino lainnya, L-triptofan. Meskipun demikian D-
triptofan ditemukan pula di alam (contohnya adalah pada
bisa ular laut kontrifan). Gugus fungsional yang
dimiliki triptofan, indol, tidak dimiliki asam-asam
amino dasar lainnya. Akibatnya, triptofan menjadi
prekursor banyak senyawa biologis penting yang tersusun
dalam kerangka indol. Triptofan adalah prekursor
melatonin (hormon perangsang tidur), serotonin (suatu
transmiter pada sistem saraf) dan niasin (suatu
vitamin). Indol adalah sebuah aromatik heterosiklik
senyawa organik. Bisiklik memiliki struktur, yang
terdiri dari enam anggota benzen cincin melebur kelima-
anggota nitrogen yang mengandung pirol cincin. Indol
adalah komponen populer wewangian dan pendahulu untuk
banyak obat-obatan. Senyawa yang mengandung sebuah
cincin indol disebut indoles. Derivatif yang paling
terkenal adalah asam amino triptofan. Indol berbentuk
padat pada suhu kamar. Indole dapat diproduksi oleh
bakteri sebagai produk degradasi asam amino triptofan.
Hal ini terjadi secara alami di manusia tinja dan tinja
yang intens bau. Pada konsentrasi yang sangat rendah,
bagaimanapun, ia memiliki aroma bunga-bunga dan
merupakan konstituen dari banyak bunga aroma (seperti
bunga jeruk) dan parfum (Colby, 1985).
Bila asam amino dalam makanan malampaui kebutuhan
untuk sintesis protein dan lintasan anabolik lainnya.
Kelebihannya dikatabolisme untuk menentukan ATP atau
diubah menjadi substrak untuk sintesis asam lemak.
Protein selular mengalami “turn over” (dipecahkan dan
diganti kembali) dengan kecepatan sekitar 400 gr/hari
pada orang dewasa. Melalui suatu proses tertentu
sejumlah asam amino dapat membentuk suatu senyawa yang
memiliki banyak ikatan peptida. Molekul senyawa ini
merupakan suatu molekul besar atau makromolekul yang
terdiri atas banyak molekul asam amino yang disebut
juga sebagai polipeptida. Ada beberapa analisis asam
amino, misalnya metode gravitrimetri, kalorimetri,
mikrobiologi, kromatografi dan elekrofotolisis. Salah
satu metode yang banyak digunakan dan memperoleh
perkembangan adalah metode kromatografi. Konsumsi
protein diperlukan untuk sumber nitrogen dalam tubuh,
pembentukan zat-zat yang mengandung N (nitrogenous) dan
sebagai sumber asam amino esensial yang tidak dapat
dibentuk di dalam tubuh atau hanya dalam jumlah kecil
saja untuk mensuplai kebutuhan sehari-hari. Hampir
semua nitrogen dari katabolisme protein asam amino
secara normal hilang dalam bentuk urea melalui ekskresi
urine walaupun jumlahnya terbuang dalam bentuk NH4+ dan
keratin. Gangguan metabolisme asam amino ditandai oleh
kadar asam amino atau produk metaboliknya yang abnormal
dalam darah dan urine. Gangguan dalam metabolisme asam
amino sering menyebabkan retardasi mental dan gangguan
perkembangan (Linder, 1985).
Reaksi-reaksi untuk mengidentifikasi asam amino
dan protein antara lain:
a. Reaksi sakaguci
Reaksi sakaguci dilakukan dengan menggunakan
pereaksi nafol dan natrium hipobromit. Pada dasarnya
reaksi ini dapat memberi hasil positif apabila ada
gugus guanidin. Jadi arginin atau protein yang
mengandung arginin dapat menghasilkan warna merah (Tim
Dosen kimia, 2009)
b. Reaksi Xantoprotein
Larutan asam nitrat pekat ditambahkan dengan
hati-hati ke dalam larutan protein. Setelah dicampur
terjadi endapan putih yang dapat berubah menjadi kuning
apabila dipanaskan. Reaksi yang terjadi adalah nitrasi
pada inti benzena yang terdapat pada molekul protein.
Jadi reaksi ini positif jika mengandung tirosin, fenil
alanin dan triptofan (Poedjadi,1994).
c. Reaksi Hopkins-Cole
Triptofan dapat berkondensasi dengan beberapa
aldehida dengan bantuan asam kuat dan membentuk senyawa
yang berwarna. Larutan protein yang mengandung
triptofan dapat direasikan dengan pereaksi Hopkins-Cole
yang mengandung asam glioksilat.. Setelah dicampur
dengan pereaksi Hopkins-Cole, asam sulfat dituangkan
perlahan-lahan sehingga membentuk lapisan di bawah
larutan protein. Beberapa saat kemudian akan terjadi
cincin ungu pada batas antara kedua lapisan. Reaksi
Hopkins-Cole memberi hasil positif khas untuk gugus
indol dalam protein (Poedjadi,1994).
BAB III
METODE PERCOBAAN
3.1 Bahan
Bahan-bahan yang digunakan dalam praktikum ini
adalah : larutan protein (albumin), larutan asam amino
(Alanin, Asam aspartat, Glisin), reagen Hopkins,
larutan NaOH 0,1 M, larutan asam nitrat (HNO3) pekat,
larutan asam sulfat (H2SO4) pekat, larutan asetat
(CH3COOH) 0,1 M, larutan asam trikloroasetat 7%.
3.2 Alat
Alat-alat yang digunakan dalam praktikum ini
adalah : tabung reaksi, pipet skala, pipet tetes,
gegep, rak tabung, penangas air, sikat tabung.
3.3 Prosedur Percobaan
3.3.2 Reaksi Adamkiewitz-Hopkins
Sebuah tabung reaksi diisi dengan larutan albumin
1 mL dan asam-asam amino (alanin, asam aspartat, dan
glisin) 1 mL pada 5 tabung reaksi lainnya, ditambahkan
1 mL larutan glioksilik (reagen Hopkins) ke dalam
tabung yang berisi albumin dan asam-asam amino tadi,
ditambahkan 1 mL asam sulfat pekat ke dalam tabung
reaksi tanpa mencampur, kemudian diamati perubahan yang
terjadi.
3.3.3 Reaksi-reaksi
pengendapan
1) Termokagulasi
Sebuah tabung reaksi diisi dengan larutan albumin
1 mL dan asam amino (alanin, asam aspartat, dan glisin)
1 mL pada 5 tabung reaksi lainnya, ditambahkan 1 tetes
NaOH 0,1 M ke dalam tiap tabung, dipanaskan semua
tabung sampai mendidih, ditambahkan larutan panas tadi
dengan asm asetat 0,1 M, diamati perubahan yang
terjadi.
2) Pengendapan dengan asam kuat
a. Asam nitrat
Dua buah tabung reaksi diisi masing-masing 1 mL
larutan albumin 1 mL dan asam amino (asam aspartat),
ditambahkan larutan asam nitrat pekat 1 mL pada dasar
tabung tanpa mencampur, diamati perubahan yang terjadi.
b. Asam organik
Dua buah tabung reaksi diisi masing-masing 1 mL
larutan albumin 1 mL dan asam amino (alanin),
ditambahkan 1 mL larutan trikloroasetat 7 % pada dasar
tabung tanpa mencampur, diamati perubahan yang terjadi.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Reaksi Adamkiewitz-Hopkins
4.1.1 Tabel Pengamatan
No Larutan Reagen Hopkins H2SO4
1 Ovalbumin Bening Bening Kekuning-
kuningan
2 Glisin Bening
Bening
(tidak terjadi
perubahan)
4.1.2 Reaksi
d. Albumin
O O
-CH2-CH-COOH + C-C H2SO4 pekat
NH2 H H
H
N
-CH2-CH-COOH -H2O
NH-CHOH-COOH
H
-CH2-CH-COOH
N
CH-COOH H
b. Asam Amino Glisin
H - CH - COOH H2SO4 pekat
NH2
4.1.3 Pembahasan
Setelah larutan albumin ditambahkan dengan larutan
reagen Hopkins, larutan menjadi keruh. Lalu ditambahkan
N
N
dengan larutan H2SO4 pekat, larutan berubah dan
terbentuk 2 fase yaitu buih putih pekat dan putih. Hal
ini menunjukkan bahwa protein mengandung asam amino
triptofan yang memiliki gugus indol. Namun pada
percobaan yang dilakukan karena tidak terdapat cincin
berwarna ungu bisa dikatakan bahwa gugus indol yang
terdapat pada dalam albumin sangat sedikit.
Pada larutan asam amino glisin yang ditambahkan
dengan larutan reagen Hopkins, tidak terjadi perubahan
apa-apa. Saat ditambahkan lagi dengan larutan asam
sulfat pekat, campuran larutan tidak mengalami
perubahan.
4.2 Reaksi-Reaksi Pengendapan Termokoagulasi
4.2.1 Tabel Pengamatan
No Larutan NaOH CH3COOH1 Ovalbumin Bening Gumpalan Putih2 Glisin Bening Bening
4.2.2 Reaksi
a. Albumin O O
+H3N-CH-C – NH-CH C- NH-CH—COOH+NaOH -H2O
R1 R2 n R3
O O
H2N-CH-C – NH-CH C- NH-CH—COONa+CH3COOH
R1 R2 n R3
O O
H2N-CH-C – NH-CH C- NH-CH—COOH+CH3COONa
R1 R2 n R3
b. Asam Amino Glisin
H - CH - COOH + NaOH + CH3COOH
NH2
4.2.3 Pembahasan
Pada reaksi ini, albumin yang ditambahkan dengan
larutan NaOH dan dipanaskan sampai mendidih membentuk
larutan bening, sebab yang terbentuk yaitu garam-garam
protein. Namun, setelah ditambahkan asam asetat selagi
panas, terjadi koagulasi yaitu terjadinya gumpalan
putih pada larutan. Hal ini disebabkan karena
penambahan asam asetat menyebabkan albumin dalam
keadaan netral yang sebelumnya dalam keadaan basa,
sehingga pada suhu yang tinggi, albumin dalam keadaan
netral akan terjadi penggumpalan (koagulasi).
Sedangkan pada asam amino glisin yang ditambahkan
dengan larutan NaOH dan dipanaskan hingga mendidih,
tidak terjadi perubahan, begitu pula saat ditambahkan
lagi dengan larutan asam asetat 0.1 M.
4.3 Pengendapan Dengan Asam Kuat
4.3.1 Tabel Pengamatan
1. Asam Nitrat
No Larutan Asam Nitrat Pekat1 Ovalbumin Cincin Flokulasi Berwarna Kuning
Kehijauan2 Asam Aspartat Tidak terjadi perubahan
2. Asam Trikloroasetat
No Larutan Asam Trikloroasetat (TCA) 7 %1 Ovalbumin Cincin Flokulasi Tipis Berwarna Putih2 Alanin Tidak terjadi perubahan
4.3.2 Reaksi
1. Asam nitrat
a. Albumin
O O O
H3N -CH -C - -NH - CH - C - - NH -CH- C - OH + HNO3
R1 R2 R3
O OO O
O2N - C -NH-CH -C - -NH - CH - C - - NH -CH - C - OH +H2O
R1 n R2
R3
b. Asam Aspartat
HOOC - CH2 - CH - COOH
NH2
2. Asam Trikloroasetat
a. Albumin
O O O O
H2N-CH-C-NH-CH-C-NH-CH-C-OH+CCl3-C-OH l l l
R1 R2 n R3
O O O O
Cl3C -C-NH-CH-C-NH-CH-C-NH-CH-C-OH+H2O l l l
R1 n R2 R3
b. Alanin
O
CH2-CH-COOH-NaOH + CCl3 – C
NH2 OH
4.3.3 Pembahasan
1. Asam Nitrat
Pada reaksi ini, setelah larutan albumin
ditambahkan dengan larutan asam nitrat tanpa di kocok.
Larutan tersebut akan membentuk endapan putih di dasar
tabung. Hal ini menunjukkan bahwa larutan protein
mengalami denaturasi. Perubahan ini terjadi karena
larutan protein (albumin) dapat bereaksi dengan asam
asetat. Adanya perubahan warna disebabkan adanya
senyawa yang mengandung kromatoform. Berbeda dengan
asam amino yang lainnya yang tidak mengalami perubahan
warna karena ada asam amino spesifik yang terdapat pada
larutan albumin yaitu triptofan.
2. Asam Trikloroasetat
Pada pengendapan dengan TCA 7%, larutan albumin
mengalami perubahan pada penambahan TCA 7%, yaitu
larutan albumin pada tabung reaksi terbentuk cincin
flokulasi yang berwarna putih. Perubahan ini terjadi
karena larutan protein atau albumin dapat bereaksi
dengan larutan TCA 7% dan menandakan bahwa larutan
protein (albumin) dapat mengalami denaturasi dari
penambahan TCA 7%, sedangkan pada asam-asam amino tidak
mengalami perubahan.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Setelah melakukan percobaan , dapat disimpulkan
bahwa:
1. Reaksi Adamkiewitz-Hopkins spesifik untuk
mengidentifikasi adanya gugus indol pada asam amino
triptofan.
2. Reaksi termokoagulasi spesifik untuk melihat
terjadinya denaturasi protein pada suhu yang tinggi
dan pH yang netral. Reaksi pengendapan asam kuat
spesifik untuk melihat denaturasi irreversible pada
protein dengan terbentuknya cincin flokulasi pada
larutan.
5.2 Saran
Agar kelak dalam percobaan ini dapat digunakan
lebih banyak larutan protein selain albumin, serta
digunakan beberapa asam amino seperti triptofan,
glisin, alanin, threonin, dan serin, serta metode
sakaguci juga diuji cobakan.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2011 a, Asam Amino,http://id.wikipedia.org/asam_amino (online),(diakses 3 Oktober 2011, pukul 12.04 WITA.)
Anonim, 2011 b, Protein, http://id.wikipedia.org/protein(online), (diakses 3 Oktober 2011, pukul 12.58WITA.)
Colby, D. S., 1985, Ringkasan Biokimia, Penerbit BukuKedokteran EGC, Jakarta.
Lehninger, A. L., 1990, Dasar-Dasar Biokimia, Erlangga,Jakarta.
Poedjiadi, A., 1994, Dasar-dasar Biokimia, Universitas
Indonesia, Jakarta.
Stanley, H., 1988, Kimia Organik, ITB, Bandung.
Tim Dosen Kimia, 2009, Penuntun Praktikum Biokimia Umum,Universitas Hasanuddin, Makassar.
LEMBAR PENGESAHAN