pengaruh pemberian probiotik bakteri asam
-
Upload
khangminh22 -
Category
Documents
-
view
8 -
download
0
Transcript of pengaruh pemberian probiotik bakteri asam
PENGARUH PEMBERIAN PROBIOTIK BAKTERI ASAM LAKTAT (BAL) Lactobacillus sp. TERHADAP KECERNAAN
DAN EFISIENSI PAKAN JUVENIL IKAN BANDENG (Chanos chanos Forsskal)
NURUL HUDAYAH
L221 11 260
PROGRAM STUDI BUDIDAYA PERAIRAN JURUSAN PERIKANAN
FAKULTAS ILMU KELAUTAN DAN PERIKANAN UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR 2015
SKRIPSI
ABSTRAK
NURUL HUDAYAH. L22111260. Pengaruh Pemberian Probiotik Bakteri Asam
Laktat (BAL) Lactobacillus sp. Terhadap Kecernaan dan Efesiensi Pakan Juvenil
Ikan Bandeng (Chanos chanos Forsskal). Di bawah bimbingan SITI ASLAMYAH
sebagai pembimbing utamadan MUH.YUSRI KARIM sebagai pembimbing
anggota.
Ikan bandeng merupakan salah satu komoditi perikanan yang memiliki nilai
ekonomis penting. Penelitian ini bertujuan untuk untuk mengevaluasi pemberian
probiotik BAL Lactobacillus sp. yang paling efektif terhadap kecernaan dan
efisisensi pakan ikan bandeng (Chanos chanos). Penelitian ini dilaksanakan
pada bulan Juni-Agustus 2014. Metode penelitian yang digunakan adalah
metode eksperimen dengan rancangan acak lengkap (RAL) yang terdiri atas 3
perlakukan dan 3 ulangan. Ketiga perlakuan tersebut adalah 0 (kontrol), 108 dan
1010 CFU/mL/100 g pakan. Wadah percobaan adalah akuarium kaca berukuran
50x40x35 cm berjumlah 9 buah, dengan menggunakan sistem resirkulasi yang
diisi air sebanyak 48 L, masing-masing ditebar 15 ekor juvenil ikan bandeng
dengan bobot rata-rata 8 ± 0,10 g/ekor. Selama percobaan ikan uji diberi pakan
buatan dengan kadar protein, karbohidrat, lemak dan energi sebanyak 25, 50, 8
% dan 2773 kkal/kg, yang diperkaya dengan probiotik Lactobacillus sp. Sesuai
kosentrasi perlakuan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian pakan
dengan penambahan probiotik Lactobacillus sp. berpengaruh sangat nyata
(p<0,01) terhadap kecernaan dan efesiensi pakan. Kecernaan protein terbaik
yaitu pada pemberian pakan dengan kosentrasi 108 dan 1010 CFU/mL/100 g
pakan (73,89±2,95b% dan 73,99±1,02b%) begitupun pada kecernaan karbohidrat
(65,69±1,76b% dan 67,72±1,37b%) dan yang terendah pada perlakuan kontrol
baik pada kecernaan protein (51,84±2,63a %) maupun kecernaan karbohidrat
(44,56±2,16a%). Efesiensi pakan terbaik yaitu pada pemberian pakan dengan
kosentrasi 108 dan 1010 CFU/mL/100 g pakan (39,63±4,88b% dan 44,19±4,44b%)
dan yang terendah pada perlakuan kontrol (16,94±0,64a%).
Kata kunci: ikan bandeng, probiotik, Bakteri Asam Laktat (BAL)
lactobacillus sp., kecernaan, efesiensi pakan.
ABSTRACT
NURUL HUDAYAH. Effect of Lactate Acid Bacteria (LAB) Probiotic Lactobacillus
sp. Application on Digestibility and Feed Efficiency of Milkfish (Chanos chanos
Forsskal) Juvenile. Under the guidance of SITI ASLAMYAH (Supervisor) and
MUH. YUSRI KARIM (Co-Supervisor).
Milkfish is an important economic valuable of fishery commodities. This study
aimed to evaluate the most effective LAB probiotic Lactobacillus sp. application
on digestibility and feed efficiency of Milkfish (Chanos chanos). This study was
conducted in June-August 2014. The method used was experimental method
with a completely randomized design (CRD), which consists of 3 treatments and
3 replications. The three treatments were 0 (control), 108 and 1010 CFU /mL/100 g
of feed. The experiment containers were9 units of glass aquariumssized
50x40x35 cm, using recirculation system that filled with 48 L of water, each of
those stocked with 15 fishes of milkfish juveniles, 8±0.10 g/fish of mean weight.
During the experiment, the experimental fisheswas fed with artificial feed
contained 25, 50, 8%. and 2773 kcal/kg of, respectively, protein, fat and energy,
enriched with probiotic Lactobacillus sp. according to each treatments. The result
showed that feeding with probiotic Lactobacillus sp. application is very significant
(p<0.01) on digestibility and feed efficiency. The best protein digestibility are on
probiotic content of 108 and 1010 CFU/mL/100 g of feed (73.89 ± 2.95% and
73.99 ± 1.02%), so does the carbohydrate digestibility (65.69 ± 1.76 % and 67.72
± 1.37%), and the lowest is control treatment, either the protein digestibility
(51.84 ± 2.63%) or the carbohydrates digestibility (44.56 ± 2.16%). The best feed
efficiency are on probiotic contents of 108 and 1010 CFU/mL/100 g of feed (39.63
± 4.88% and 44.19 ± 4.44%) and the lowest iscontrol treatment (16.94 ± 0.64%).
Keywords: Milkfish, probiotic, Lactate Acid Bacteria (LAB) Lactobacillus sp., digestibility, feed efficiency.
PENGARUH PEMBERIAN PROBIOTIK BAKTERI ASAM LAKTAT (BAL) Lactobacillus sp. TERHADAP KECERNAAN
DAN EFISIENSI PAKAN JUVENIL IKAN BANDENG (Chanos chanos Forsskal)
NURUL HUDAYAH
Skripsi Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana
Pada Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan
PROGRAM STUDI BUDIDAYA PERAIRAN JURUSAN PERIKANAN
FAKULTAS ILMU KELAUTAN DAN PERIKANAN UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR 2015
RIWAYAT HIDUP
Penulis bernama Nurul Hudayah lahir di Sungguminasa,
Gowa, Sulawesi selatan pada tanggal 25 Februari 1994.
Sebagai anak pertama dari dua bersaudara pasangan
Lukman munier, S.E. dan Hartati machyuddin. Pertama kali
mengenyam pendidikan formal di TK YAPIS Timika, dan lulus
pada tahun 1999, kemudian melanjutkan sekolah Dasar di SD YAPIS Timika dan
lulus pada tahun 2005. Kemudian, penulis melanjutkan Sekolah Menengah
Pertama dan Sekolah Menengah Atas di pesantren Modern IMMIM Putri
Pangkep selama 6 tahun dan lulus pada tahun 2011. Kemudian pada tahun
2011, melalui Jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN)
penulis berhasil diterima sebagai mahasiswi baru pada program studi Budidaya
Perairan, Jurusan Perikanan, Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan, Universitas
Hasanuddin, Makassar. Penulis selama kuliah juga aktif mengikuti beberapa
organisasi antara lain Pengurus Himpunan Mahasiswa Jurusan (HMJ) Perikanan
periode 2013/2014 , Pengurus Keluarga Mahasiswa Perikanan Profesi Budidaya
perairan (KMP-BDP) 2014/2015.
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahi Rabbil Alamin. Seluruh jiwa dan jasadku memuji, memohon
pertolongan dan ampunan kepada-Nya. Kami bersaksi tidak ada Tuhan yang
berhak untuk disembah melainkan Allah SWT dan kami bersaksi bahwa
Rasulullah SAW adalah hamba dan utusannya.
Puji syukur penulis hanturkan atas kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi ini dengan baik. Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk
memperoleh gelar kesarjanaan di Program Studi Budidaya Perairan, Jurusan
Perikanan, Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan, Universitas Hasanuddin,
Makassar.
Dalam perjalanan menyelesaikan skripsi ini, banyak hal yang harus
penulis lalui. Berbagai kesulitan dan rintanganpun selalu setia mengiringi, namun
berkat pertolongan yang senantiasa tercurahkan dari Allah SWT serta motivasi
dan bantuan yang tiada hentinya dari berbagai pihak sehingga menjadikan
segala kesulitan dan rintangan yang dialami penulis menjadi sebuah anugrah
yang harus di syukuri dan diambil hikmahnya. Melalui kesempatan ini, penulis
ingin menyampaikan penghormatan sebagai wujud rasa terima kasih yang
sedalam-dalamnya kepada :
1. Dr.Ir. Siti Aslamyah, MP., selaku pembimbing utama dan Prof.Dr.Ir. Muh.
Yusri Karim, M.Si. selaku pembimbing anggota yang dengan tulus dan
sabar membimbing penulis, serta telah banyak membantu, memberi motivasi
serta arahan. Semoga selalu dalam keadaan yang sehat dan sukses.
2. Dr. Ir. Gunarto Latama, M.sc selaku pembimbing akademik yang telah
banyak memberikan nasehat dan arahan yang sangat bermanfaat.
3. Prof. Dr.Ir. Haryati Tandipayuk, MS dan Dr. Ir. Zainuddin, M.Si selaku
penguji yang banyak memberikan masukan bermanfaat.
4. Bapak ibu dosen, serta staf pegawai FIKP UH yang telah banyak
berbagaai ilmu dan pengalaman, serta banyak membantu dalam berbagai
kegiatan.
5. Bapak Yulius selaku penanggung jawab Lab. Hatchery Perikanan yang telah
banyak membantu selama penelitian berlangsung.
6. Sakinah selaku teman seperjuangan selama penelitian yang telah setia
menemani suka dan duka pada saat penelitian.
7. Teman-Teman Budidaya pada umumnya dan Angkatan 2011 pada
khususnya yang telah memberikan persahabatan dan persaudaraan yang
begitu indah dan baik.
8. Muh. Hasbi Af.S yang setia menemani dan membantu disetiap proses
penyelesaian skripsi ini, dan tiada hentinya memberikan motivasi serta saran
kepada penulis.
9. Tulisan ini saya persembahkan spesial untuk keluargaku Ayahanda Lukman
Munier, S.E dan Ibunda Tercinta Hartaty Machyuddin atas segala doa-
doannya, dan yang selalu ada serta rela mengorbankan banyak hal untuk
penulis. Saudaraku Muh. Fathun M, yang selalu menyertai pula dengan doa
dan bantuan moral.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih terdapat banyak kekurangan
dan jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati
penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun untuk penulisan
yang lebih baik. Billahi Taufik Walhidayah Wassalamu Alikum Wr. Wb.
Makassar, 11 Mei 2015 Penulis, N U R U L H U D A Y A H
v
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR ISI........................................................................................ vi
DAFTAR TABEL................................................................................. vii
DAFTAR GAMBAR............................................................................. viii
DAFTAR LAMPIRAN.......................................................................... ix
I. PENDAHULUAN...........................................................................
A. Latar Belakang......................................................................... 1 B. Tujuan dan Manfaat................................................................. 3
II. TINJAUAN PUSTAKA.................................................................. 4
A. Sistematika dan Ciri morfologi ikan bandeng ........................ 4 B. Sistem Pencernaaan dan Kebiasaan Makan......................... 6 C. Kebutuhan Nutrisi Ikan Bandeng .......................................... 8 D. Aplikasi Probiotik Lactobacillus sp. ....................................... 11 E. Kecernaan.............................................................................. 15 F. Efesiensi Pakan...................................................................... 16 G. Kualitas Air ............................................................................ 17
III. METODE PENELITIAN................................................................ 20
A. Waktu dan Tempat ................................................................ 20 B. Materi Penelitian .................................................................... 20 C. Prosedur Penelitian................................................................ 21 D. Perlakuan dan Rancangan Percobaan.................................. 22 E. Parameter yang Diamati........................................................ 22 F. Analisis Data ......................................................................... 24
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN........................................................ 25
A. Kecernaan Protein dan Karbohidrat....................................... 25 B. Efesiensi Pakan .................................................................... 28 C. Kualitas Air............................................................................. 31
V. KESIMPULAN DAN SARAN....................................................... 33
A. Kesimpulan ............................................................................ 33 B. Saran...................................................................................... 33
DAFTAR PUSTAKA............................................................................... 34
LAMPIRAN............................................................................................. 40
DAFTAR TABEL
Nomor Teks Halaman
1 Kebutuhan protein pakan Ikan bandeng............................................. 9
2 Rata-rata kecernaan protein dan karbohidrat juvenil ikan bandeng pada setiap perlakuan.......................................................................... 25 3 Rata-rata efisiensi pakan juvenil ikan bandeng pada setiap perlakuan.............................................................................................. 28 4 Kisaran nilai kualitas air media pemeliharaan selama penelitian.... 31
DAFTAR GAMBAR
Nomor Teks Halaman
1. Morfologi ikan bandeng..................................................................... 4
2. Tata letak wadah percobaan............................................................. 22
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Teks Halaman
1. Rata-rata kecernaaan protein (%) dan karbohidrat (%) juvenil ikan bandeng selama penelitian................................................................. 41
2. Hasil uji analisis ragam kecernaan protein (%) juvenil ikan bandeng............................................................................................... 42
3. Hasil uji lanjut W- Tukey kecernaan protein (%) juvenil ikan bandeng ………………………………..……….............................…..... 42
4. Hasil uji analisis ragam kecernaan karbohidrat (%) juvenil ikan bandeng................................................................................................ 43
5. Hasil uji lanjut W- Tukey kecernaan karbohidrat (%) juvenil ikan bandeng ……………………………………...…..............................….... 43
6. Rata-rata efisiensi pemanfaatan pakan (%) juvenil ikan bandeng
selama penelitian................................................................................ 44
7. Hasil uji analisis ragam efesiensi pemanfaatan pakan (%) juvenil ikan bandeng.............................................................................................. 45
8. Hasil uji lanjut W- Tukey efesiensi pemanfaatan pakan (%) juvenil ikan bandeng …………………………………..............................…..... 45
1
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Salah satu komoditi perikanan yang memiliki nilai ekonomis penting
sebagai ikan konsumsi adalah ikan bandeng (Chanos chanos Forsskal). Ikan
bandeng merupakan salah satu komoditas unggulan Provinsi Sulawesi Selatan.
Hal ini didukung oleh rasa daging yang enak dan nilai gizi yang tinggi sehingga
memiliki tingkat konsumsi yang tinggi. Selain sebagai ikan konsumsi ikan
bandeng juga dipakai sebagai umpan hidup pada usaha penangkapan ikan tuna
(Syamsuddin, 2010).
Dalam rangka memenuhi kebutuhan konsumen sebagai komoditi
unggulan pada sektor perikanan, diperlukan usaha pembudidayaan ikan
bandeng secara intensif. Salah satu hal yang menunjang keberhasilan dari
kegiatan pembudidayaan bandeng secara intensif adalah pakan. Pakan
merupakan salah satu faktor penting dalam kegiatan budidaya karena
merupakan faktor penentu pada pertumbuhan kultivan serta merupakan biaya
terbesar dalam kegiatan produksi yang dapat mencapai 35-60% dari total biaya
produksi (Ramadhana, 2012).
Dewasa ini, harga bahan baku pakan yang berkualitas semakin
meningkat, dikarenakan ketersediaan bahan baku pakan semakin menipis, akibat
terjadinya persaingan dalam mengkonsumsi bahan baku tersebut oleh beberapa
organisme. Menurut Sukria (2004) harga bahan baku pakan semakin mahal
karena bahan baku yang digunakan berasal dari impor, dengan penggunaannya
mencapai 70-80%. Dengan demikian, diperlukan suatu upaya perbaikan nilai
guna pakan, salah satunya melalui pemberian feed suplement (pakan
pelengkap), seperti probiotik yang memanfaatkan mikrooaganisme hidup dengan
memberikan keuntungan bagi hewan inang yang mengkonsumsinya, dengan
2
cara memperbaiki keseimbangan mikroflora intestinal pada saat masuk ke dalam
saluran pencernaan (Shitandi dkk., 2007; Dommels dkk., 2009).
Jenis bakteri yang mulai dilirik untuk diaplikasikan sebagai probiotik pada
bidang perikanan adalah Bakteri Asam Laktat (BAL) jenis Lactobacillus sp.
Bakteri Asam Laktat (BAL) adalah kelompok bakteri gram positif, tidak berspora,
berbentuk bulat atau batang dan dapat mengubah karbohidrat menjadi asam
laktat (Korhenen, 2010). Salah satu peran utama bakteri ini adalah untuk
mengawetkan bahan makanan dengan menghasilkan sebagian besar asam
laktat (bakteri homofermentatif), asam asetat, etanol dan CO2 (bakteri
heterofermentatif) serta bakteriosin (Desmazeaud, 1996 dalam Nur, 2005). Asam
laktat yang dihasilkan dapat menyebabkan terjadinya penurunan pH lingkungan.
pH yang rendah dapat menghambat kontaminasi mikroba pembusuk dan
mikroba patogen (Sperling, 1968 dalam Suriawiria, 1983).
Menurut Syarifah (2012) Lactobacillus sp. adalah mikroorganisme hidup,
mirip dengan mikroorganisme yang menguntungkan yang ditemukan dalam usus.
Selanjutnya Rahayu dkk. (2000) dalam Ramadhan (2008) menyatakan bahwa
Lactobacillus sp., berperan untuk menghasilkan enzim-enzim pencernaan seperti
laktase yang memanfaatkan karbohidrat menjadi asam laktat. Selain itu, memiliki
produk akhir yang mengandung asam laktat dengan kosentrasi tinggi dan pH
rendah 4,6-5,0 (Hui dkk., 2001 dalam Ramadhan, 2008). Lactobacillus sp. Juga
memiliki respon yang cukup baik dalam menghadapi stress lingkungan yang
sedikit banyak mempengaruhi proses metabolismenya (Lunggani, 2007).
Penggunaan probiotik Lactobacillus sp. dalam pakan telah digunakan
beberapa peneliti. Ramadhana dkk. (2012) melaporkan bahwa pemberian pakan
dengan penambahan probiotik Lactobacillus sp. menggunakan dosis 3, 5, dan
7% mampu meningkatkan nilai kecernaan pada ikan nila. Pakan yang
mengandung probiotik 7% menunjukkan nilai kecernaan sebesar 68,09%,
3
probiotik 5% sebesar 64,99%, dan probiotik 3% sebesar 63,26%. Pemberian
probiotik dengan persentase sebesar 3, 5, dan 7% dapat meningkatkan jumlah
bakteri dalam mukosa usus pada ikan nila.
Keberadaan bakteri Lactobacillus sp. dalam pakan diharapkan dapat
meningkatkan kecernaan pakan dan pada akhirnya meningkatkan efesiensi
pakan ikan bandeng. Pengaruh probiotik Lactobacillus sp. terhadap kecernaan
dan efisiensi pakan ikan bandeng belum diketahui. Berdasarkan hal tersebut
guna mengevaluasi pengaruh konsentrasi probiotik Lactobacillus sp. terhadap
kecernaan dan efesiensi pakan pada ikan bandeng, maka penelitian tentang hal
tersebut perlu dilakukan.
B. Tujuan dan kegunaan
Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi konsentrasi probiotik BAL
Lactobacillus sp. yang paling efektif terhadap kecernaan dan efisisensi pakan
ikan bandeng.
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu bahan informasi
tentang pengaplikasian probiotik Lactobacillus sp. dalam pakan, pada usaha
intensifikasi budidaya ikan bandeng. Selain itu, sebagai bahan acuan untuk
penelitian-penelitian selanjutnya.
4
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Sistematika dan Ciri morfologi
Menurut Sudrajat (2008) secara taksonomi ikan bandeng diklasifikasikan
sebagai berikut:
Kingdom : Animalia
Phylum : Chordata
Subphylum : Vertebrata
Class : Osteichthyes
Ordo : Gonorynchiformes
Family : Chanidae
Genus : Chanos
Spesies : Chanos chanos Forsskal
Ikan bandeng pada umumnya memiliki bentuk tubuh yang panjang,
ramping, padat, dan oval, yang menyerupai bentuk torpedo. Sementara itu,
perbandingan panjang kepala dengan panjang total adalah 1:(5,2-5,5),
Perbandingan tinggi dengan panjang total sekitar 1:(4,0-5,2) (Sudrajat, 2008).
Kemudian, ukuran kepala seimbang dengan ukuran tubuhnya, berbentuk lonjong
dan tidak bersisik. Pada bagian depan kepala (mendekati mulut) bentuknya
semakin runcing (Gambar 1) (Purnomowati dkk., 2007).
Sumber : (Nurul, 2014)
Gambar 1. Morfologi ikan bandeng
5
Sirip dada pada ikan bandeng berbentuk segitiga yang terbentuk dari
lapisan semacam lilin yang terletak di belakang insang di samping perut. Sirip
punggung terbentuk dari kulit yang berlapis dan licin, terletak jauh di belakang
tutup insang dan berbentuk segi empat. Sirip punggung tersusun dari tulang
sebanyak batang. Sirip ini terletak persis pada puncak punggung dan berfungsi
untuk mengendalikan diri ketika berenang. Sirip perut terletak pada bagian
bawah tubuh dan sirip anus terletak di bagian depan anus. Di bagian paling
belakang tubuh terdapat sirip ekor berukuran paling besar dibandingkan sirip-
sirip lain. Sirip ekor semakin ke pangkal ekor semakin lebar dan membentuk
sebuah gunting terbuka dan meruncing pada bagian ujungnya. Pada dasarnya,
Sirip ekor ini berfungsi sebagai kemudi laju pada tubuh pada ikan bandeng
ketika bergerak (Purnomowati dkk., 2007).
Selanjutnya dijelaskan bahwa ikan bandeng tergolong jenis ikan yang
dapat hidup pada kisaran salinitas yang luas atau tergolong ikan jenis eurihalin,
dimana dapat ditemukan di daerah air tawar, air payau, dan air laut. Selama
masa perkembangan, ikan bandeng cenderung menyukai hidup di air payau atau
daerah muara sungai. Ketika mencapai usia dewasa, ikan bandeng akan kembali
ke laut untuk berkembang biak. Pertumbuhan ikan bandeng relatif cepat, yaitu
1,1-1,7 % bobot badan/hari dan bisa mencapai bobot rata-rata 0,60 kg pada usia
5-6 bulan jika dipelihara dalam tambak (Murtidjo, 2002). Ikan bandeng termasuk
dalam kelompok ikan herbivora, yaitu pemakan tumbuhan, sehingga mempunyai
mulut yang tak bergigi, dan memiliki tapis insang yang lembut sehingga mampu
menyaring makanan (Burhanuddin, 2010).
Menurut Aslamyah (2008) ikan bandeng pada ukuran juvenil termasuk
dalam golongan herbivora, kemudian pada fase tersebut ikan bandeng sudah
bisa memakan pakan buatan berupa pellet. Namun, setelah dewasa ikan
6
bandeng kembali berubah menjadi omnivora, karena mengkonsumsi, alga,
zooplankton, bentos lunak, dan pakan buatan berbentuk pellet.
B. Sistem Pencernaaan dan Kebiasaan Makan
Alat pencernaan pada ikan bandeng pada umumnya sama dengan alat
pencernaan pada ikan lainnya, yaitu meliputi mulut, rongga mulut, pharing,
esophagus, lambung, pilorik, usus, rectum, dan anus (Burhanuddin, 2010).
Kelenjar pencernaan atau glandula digestoria pada ikan terdiri atas hati,
pangkreas dan kantong empedu, yang berfungsi untuk mensekresikan bahan-
bahan yang diperlukan pada proses pencernan. Hati terletak pada bagian depan
rongga badan dan meluas mengelilingi usus, dengan bentuk yang tidak tegas.
Pada hati terdapat pula kantong empedu berfungsi untuk mengeluarkan cairan
empedu, yang berfungsi untuk menampung atau menyimpan empedu (bilus) dan
mencurahkannya kedalam usus bila diperlukan. Selain itu, sebagai kelenjar
pencernaaan, hati juga berfungsi sebagai penyimpanan lemak dan glikogen, dan
juga menyimpan vitamin A, D. Organ pankreas terdiri atas 2 bagian, yaitu
eksokrin yang menghasilkan getah pankreas berupa enzim pencernaan yakni:
enzim protease, amilase, kitinase dan lipase, dan bagian pangkreas endokrin
(pulau-pulau langerhans) merupakan kelompok-kelompok sel yang ada diantara
sel eksokrin. Pulau langerhans memiliki beberapa tipe sel yaitu : sel A (α) yang
berfungsi mensekresikan glukogen, sel B (β) yang mensekresikan insulin, dan
sel D (τ) yang mensekresikan somatostatin (Affandi dkk., 2009)
Menurut Affandi dkk. (2009) di lambung, protein yang terdapat pada
pakan yang di konsumsi akan mengalami denaturasi oleh kelenjar HCL dan
dihidrolisis oleh enzim pepsin sehingga protein tersebut berubah menjadi peptid.
Pencernaan di lambung merupakan suatu persiapan untuk pencernaan di usus.
Di usus peptid akan mengalami proses hidrolisa dengan bantuan enzim
7
karbosipeptidase, tripsin, khimotripsin, dan elastase sebagai katalisatornya.
Enzim-enzim tersebut disekresikan oleh pankreatik eksokrin. Pada ikan yang
memiliki organ pilorik kakea, hidrolisis proteinnya (peptid) dikatalisasi oleh enzim
terutama yang berasal dari pangkreas, pada ikan-ikan yang tidak memiliki
lambung pencernaan protein terjadi di usus depan dengan demikian enzim
protease terutama berasal dari pankreas. Untuk mencapai hasil hidrolisis yang
maksimal dan untuk memaksimalkan kemampuan mengasimilasi nutrien, maka
ikan yang tidak berlambung biasanya cenderung memiliki usus yang lebih
panjang.
Pencernaan lemak dimulai pada bagian lambung, walaupun pada
umumnya tidak begitu efektif. Pencernaan lemak secara intensif terjadi pada
bagian usus, dimana lemak dihidrolisis dengan katalisator enzim lipase
pankreatik. Skinner dan Youssef (1982) dalam Affandi dkk. (2009)
mengemukakan bahwa lemak yang meninggalkan usus dalam bentuk asam
lemak yang tidak diesterifikasi akan diikat oleh protein “ventris” kemudian diikat
oleh sel hati, kemudian di sel hati asam lemak tersebut akan disentesis menjadi
lipoprotein.
Pencernaan karbohidrat pada umumnya dimulai di lambung, namun
secara intensif terjadi pada segmen usus karena terdapat enzim amilase
pankreatik. Pada segmen usus amilum zat tepung dihidrolisis oleh enzim
amilase menjadi maltose dan dekstrin, selanjutnya dihidrolisis menjadi glukosa.
Karbohidrat dalam bentuk glukosa dapat diserap oleh dinding sel. Penyerapan
glukosa sebesar 95% terjadi dalam kurun waktu 2 jam setelah pemberian pakan.
Selanjutnya Furukhi dan Yone (1981) dalam Affandi dkk. ( 2009) menyatakan
laju penyerapan karbohidrat pada ikan berhubuhan erat dengan kompleksitas
karbohidrat dalam pakan.
8
Berdasarkan kebiasaan makan, maka ikan dikategorikan dalam tiga
bagian, yaitu herbivora, karnivora, dan omnivora. Struktur anatomi yang
membedakan ketiga katogori ini terletak pada struktur gigi, rongga mulut, struktur
tapis insang, keberadaan dan bentuk lambung serta panjang usus. Pada ikan
herbivora memiliki tapis insang yang lembut dan tidak bergerigi, pada insang ikan
omnivora bergerigi namun kecil, sedangkan pada ikan karnivora pada umumnya
insang bergigi kuat dan panjang. Ikan herbivora tidak memiliki lambung
sesungguhnya melainkan lambung palsu yang hanya berfungsi sebagai
penyimpanan dan memiliki usus yang sangat panjang beberapa kali panjang
tubuh, Ikan omnivora memiliki lambung asli dan usus yang panjangnya 2 sampai
3 kali panjang tubuh, dan pada ikan karnivora berlambung dengan bentuk variasi
serta memiliki usus yang pendek (Burhanuddin, 2010).
Menurut Aslamyah (2008) ikan bandeng pada ukuran juvenil termasuk
dalam golongan herbivora, selain itu pada fase tersebut ikan bandeng sudah
bisa memakan pakan buatan berupa pellet. Setelah dewasa, ikan bandeng
kembali berubah menjadi omnivora, karena mengkonsumsi, alga, zooplankton,
bentos lunak, dan pakan buatan berbentuk pellet.
C. Kebutuhan Nutrisi Ikan Bandeng
Nilai nutrisi merupakan faktor penentu kualitas pakan yang diberikan pada
ikan. Dengan nilai nutrisi yang tepat maka akan membuat pakan dimanfaatkan
secara efesien oleh ikan, dan tentunya akan berpengaruh terhadap kecernaan
dan pertumbuhan ikan. Nilai nutrisi pada umumnya didasarkan atas komposisi
gizi yang dikandung suatu bahan yaitu meliputi protein, lemak, karbohidrat,
vitamin, dan mineral, serta kadar air dan lainnya termasuk kandungan energi
(Andrian, 2013).
9
Pada umumnya ikan akan tumbuh secara maksimal ketika kebutuhan
nutrisi protein, karbohidrat, lemak, vitamin, dan mineral diberikan sesuai dengan
kebutuhan ikan, karena kelima nutrien ini merupakan hal yang sangat penting
untuk pertumbuhan ikan. Pada dasarnya kebutuhan protein merupakan
komponen nutrisi atau gizi yang sangat penting, karena merupakan sumber
pertumbuhan dan perawatan pada ikan. Retensi protein merupakan gambaran
dari banyaknya protein yang diberikan, yang dapat diserap dan dimanfaatkan
untuk membangun ataupun memperbaiki sel-sel tubuh yang sudah rusak, serta
dimanfaatkan tubuh ikan untuk metabolisme sehari-hari. Selain itu, protein juga
harus selalu tersedia cukup dalam pakan yang diberikan kepada ikan (Watanabe,
1988).
Pertumbuhan pada ikan ditentukan oleh banyaknya protein yang dapat
diserap dan dimanfaatkan oleh tubuh sebagai zat pembangun. Menurut
Boonyaratpalin (1997) jumlah kebutuhan protein pakan untuk setiap stadia
biasanya berbeda, pada stadia larva dan benih dibutuhkan protein yang tinggi,
yang digunakan untuk pertumbuhan. Sebaliknya, rendah pada stadia
pembesaran karena digunakan hanya untuk maintenance atau perawatan
tumbuh dan saat pemijahan. Kebutuhan protein pada pakan ikan bandeng dapat
dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Kebutuhan Protein Pakan Ikan Bandeng
Ukuran Ikan (g) Kebutuhan Protein (%pakan)
0,01-0,035 52-60 0,04 40 0,5-0,8 30-40
Sumber : Boonyaratpalin (1997)
Menurut Lim dkk. (1979) kadar protein optimal pada benih ikan bandeng
sebesar 40% dengan (bobot rata-rata 40 mg) yang dipelihara di laut selama 30
hari menghasilkan pertambahan bobot sebesar 0,135 g dengan tingkat
10
kelangsungan hidup 60%. Hal yang sama dikemukakan Santiago dkk. (1983)
bahwa ikan yang dipelihara di air tawar, diberi pakan yang mengandung protein
40% mencukupi pertumbuhan ikan bandeng (panjang rata-rata 13 mm, bobot
15 mg) mencapai sebesar 0,16 hingga 0,18 g dengan tingkat kelangsungan
hidup 63 sampai 93% setelah 5 minggu pemeliharaan.
Pada umumnya, komposisi lemak tubuh sangat dipengaruhi oleh pakan
ikan yang mengandung lemak (Gusrina, 2008). Selain itu, lemak pada ikan
bandeng juga sangat penting, dimana juvenil ikan bandeng membutuhkan asam
lemak esensial n-3 sebesar 1,0 sampai 1,5% (Borlongan, 1990). Hasil penelitian
Alava dan Kanazawa (1996) menunjukkan bahwa pakan yang mengandung
asam lemak yang berbeda yaitu : 18 : n-9, 18 : 2n-6; 18 : 3n-3 ; 20 :4n-6 dan n-3
HUFA masing–masing 1% memberikan respon yang sama terhadap
pertumbuhan juvenil ikan bandeng yang dipelihara pada lingkungan air payau.
Karbohidrat terdiri atas serat kasar dan bahan ekstra tanpa nitrogen
(BETN). Karbohidrat dalam pakan disebut dengan BETN atau NFE (nitrogen free
extract). Kebutuhan karbohidrat pakan untuk ikan bandeng berkisar 30-45%.
Kebutuhan karbohidrat pada ikan dipengaruhi oleh kebiasaan makannya. Ikan
herbivora membutuhkan pakan buatan dengan kandungan karbohidrat lebih
besar dibandingkan dengan ikan karnivora (Mahyudin, 2008).
Vitamin merupakan senyawa organik yang berbobot molekul kecil tetapi
mutlak diperlukan oleh tubuh meskipun dalam jumlah relatif kecil. Senyawa
organik esensial ini tidak dapat diproduksi oleh tubuh ikan. Vitamin memegang
peranan vital dalam metabolisme terutama untuk menjaga keseimbangan
proses-proses yang terjadi di dalam tubuh ikan agar tetap stabil dan
berlangsung dengan baik. Pada dasarnya, senyawa vitamin ini digunakan oleh
tubuh untuk tumbuh dan berkembang secara normal (Kurnianti, 2013). Salah
11
satu vitamin yang penting untuk diperhatikan karena berperan dalam
meningkatkan kelangsungan hidup ikan adalah vitamin C.
Davis dan Mertz (1987) menyatakan bahwa mineral merupakan salah
satu komponen yang sangat diperlukan oleh makhluk hidup di samping
karbohidrat, lemak, protein, dan vitamin, juga dikenal sebagai zat anorganik atau
kadar abu. Sebagian besar karbon berubah menjadi gas karbon dioksida (CO2),
hidrogen menjadi uap air, dan nitrogen menjadi uap nitrogen (N2). Sebagian
besar mineral akan tertinggal dalam bentuk abu dalam bentuk senyawa
anorganik sederhana, serta akan terjadi penggabungan antar individu atau
dengan oksigen sehingga terbentuk garam anorganik. Unsur-unsur mineral
esensial dalam tubuh terdiri atas dua golongan, yaitu mineral makro dan mineral
mikro. Mineral makro diperlukan untuk membentuk komponen organ di dalam
tubuh. Mineral mikro yaitu mineral yang diperlukan dalam jumlah sangat sedikit
dan umumnya terdapat dalam jaringan dengan konsentrasi sangat kecil, mineral
nonesensial yaitu mineral yang sebaiknya tersedia di dalam tubuh ikan. Adapun
beberapa fungsi mineral yaitu membantu proses pembentukan rangka,
pernapasan, serta metabolisme (Kurnianti, 2013).
D. Aplikasi Probiotik Lactobacillus sp.
Lactobacillus sp. merupakan golongan bakteri BAL yang memiliki ciri-ciri:
berbentuk batang, gram positif, tidak membentuk spora, tumbuh pada suhu 21
sampai 50°C (optimum pada suhu 40 sampai 45°C) (Chotimah, 2009). Menurut
Hui dkk. (2001) dalam Ramadhan (2008) Lactobacillus sp. berperan untuk
menghasilkan enzim-enzim pencernaan seperti laktase yang memanfaatkan
karbohidrat menjadi asam laktat, dan memiliki produk akhir yang mengandung
asam laktat dengan kosentrasi tinggi dan pH rendah 4,6-5,0. Selain itu,
Lactobacillus sp. juga merupakan probiotik yang dapat memberikan efek yang
12
menguntungkan seperti menstimulasi sistem kekebalan (immune) tubuh (Isolauri
dkk., 2001) dan menurunkan kadar kolesterol (Lee dkk., 2010).
Lactobacillus spp. termasuk golongan bakteri asam laktat yang khusus
menghasilkan asam laktat dan asam asetat. pada umumnya Lactobacillus yang
sering dijumpai pada makanan fermentasi, produk olahan ikan, daging, susu, dan
buah-buahan. Sejauh ini telah diketahui bahwa keberadaan bakteri tersebut tidak
bersifat patogen dan aman bagi kesehatan dan berpotensi sebagai produk
probiotik. Sifat yang menguntungkan dari bakteri Lactobacillus spp. dalam bentuk
probiotik adalah dapat digunakan untuk mendukung peningkatan kesehatan.
Bakteri tersebut berperan sebagai flora normal dalam sistem pencernaan.
Fungsinya adalah untuk menjaga keseimbangan asam dan basa sehingga pH
dalam kolon konstan (Imadibrata, 2010). Selanjutnya Guessa dan Kihal (2004)
menyatakan wild type dari golongan bakteri asam laktat memiliki potensi dalam
memproduksi bakteriosin dan bersifat probiotik.
Beberapa keunggulan yang dimiliki oleh BAL yaitu: 1) BAL mampu
meningkatkan nilai cerna pada makanan fermentasi karena dapat melakukan
pemotongan pada bahan makanan yang sulit dicerna sehingga dapat langsung
diserap oleh tubuh, misalnya protein diubah menjadi asam-asam amino (Guerra
dkk., 2006), 2) BAL dapat menghasilkan senyawa antimikroba yang mampu
menghambat pertumbuhan mikroba yang bersifat patogen dan pembusuk pada
bahan makanan sehingga dapat memperpanjang masa simpan produk tersebut.
Senyawa-senyawa antimikroba yang dihasilkan BAL antara lain: asam laktat,
hidrogen peroksida, CO2, dan bakteriosin (Holzapfel dkk., 1995), 3) BAL mampu
menghasilkan senyawa-senyawa yang dapat memberikan rasa dan aroma
spesifik pada makanan fermentasi (Rahayu, 2001).
Menurut Fuller (1992) jumlah bakteri asam laktat yang diperlukan untuk
dikonsumsi dan baik untuk kesehatan adalah berkisar antara 107 dan 109.
13
Selanjutnya Shah (2007) menyatakan bahwa jumlah minimal strain probiotik
yang terdapat dalam produk makanan adalah sebesar 106 CFU/g atau jumlah
strain probiotik yang harus dikonsumsi setiap hari sekitar 108 CFU/g, dengan
tujuan untuk mengimbangi kemungkinan penurunan jumlah bakteri probiotik pada
saat berada dalam jalur pencernaan. Selain itu, berdasarkan penelitian
Ramadhana dkk. (2012) jumlah rata-rata bakteri dalam mukosa usus ikan nila
yang paling tertinggi yaitu sebesar 4974 x 108 koloni/mL.
Pada saat ini, perkembangan usaha budidaya di bidang perikanan
memacu perkembangan penggunaan probiotik (Watson dkk., 2008). Menurut
Fuller (1987) dalam Irianto (2003) probiotik adalah produk yang tersusun oleh
mikroba atau pakan alami mikroskopis yang bersifat menguntungkan dan
memberikan dampak bagi peningkatan keseimbangan mikroba saluran usus
hewan inangnya. Selanjutnya Hoar dkk. (1979) menyatakan bahwa probiotik
merupakan enzim mikroflora usus sangat berpengaruh terhadap kecernaan
pakan, khususnya untuk substrat seperti selulosa. Mekanisme probiotik cukup
menguntungkan yakni dapat merangsang reaksi enzimatik yang berkaitan
dengan detoksifikasi, khususnya pada racun yang potensial menyebabkan
keracunan, baik yang berasal dari makanan (exogenous) maupun dari dalam
tubuh (endogenous); merangsang enzim yang berkaitan dengan proses
pencernaan bahan yang kompleks atau enzim tersebut tidak ada dalam saluran
pencernaan mamalia; dan mensintesis zat-zat yang esensial yang tidak cukup
jumlahnya dari makanan.
Menurut Yosefian dan Amiri (2009) probiotik pada akuakultur pada
umumnya berperan untuk meningkatkan laju pertumbuhan, meningkatkan sistem
imunitas, dan meningkatkan efisiensi pakan dengan perubahan komunitas
bakteri intestinalnya.
14
Mazurkiewiecz dkk. (2008) menyatakan bahwa probiotik berperan
sebagai pakan tambahan yang berada di dalam pakan atau sengaja
ditambahkan dengan maksud sebagai growth promoter atau mengaktifkan
beberapa strain bakteri yang terdapat dalam saluran pencernaan. Aslamyah
(2006) melaporkan bahwa pemberian probiotik Carnobacterum sp. dapat
meningkatkan aktivitas enzim pencernaan eksogen dalam saluran pencernaan.
Selanjutnya Ratledge (1994) mengemukakan bahwa B. licheniformis merupakan
spesies bakteri yang mampu menghasilkan enzim protease serin ekstraselular
dalam jumlah yang relatif tinggi. Adapun jenis mikroorganisme lain yang
digolongkan probiotik adalah Aspergillus niger yang mampu menghasilkan
beberapa enzim, seperti α-amilase, β-amilase, selulase, glukoamilase, katalase,
pektinase, lipase, dan α-galaktosidase (Ratledge, 1994).
Dengan berkembangnya penggunaan probiotik tentu memacu kegiatan
eksplorasi bakteri-bakteri alam dari berbagai sumber sebagai probiotik dan
biokontrol. Adapun beberapa sumber probiotik yang telah dikaji antara lain air
laut dan sedimen laut (Muliani dkk., 2003), koral (Radjasa dkk., 2005), hatcheri
(Rosa dkk., 1997) daun mangrove (Muliani dkk., 2009), tambak udang (Muliani
dkk., 2009), dan dari usus ikan lele (Sugita dkk., 2007). Jenis bakteri yang biasa
digunakan sebagai probiotik diantaranya Bacillus sp., B.subtilis, Brevibacillus sp.,
Pseudomonas sp., Pseudoalteromonas sp., Pseudomona aeruginosa, Vibrio
aalginolyticus dan Lactobacillus spp. dan lain-lain (Muliani dkk., 2010).
Prinsip dasar kerja dari probiotik adalah memanfaatkan kemampuan
mikroorganisme dalam memecah atau menguraikan rantai panjang karbohidrat,
protein dan lemak yang menyusun pakan yang diberikan. Kemampuan tersebut
diperoleh karena terdapatnya beberapa enzim khusus yang dimiliki oleh mikroba
untuk memecah ikatan tersebut. Enzim tersebut biasanya tidak dimiliki oleh ikan
dan makhluk air lainnya. Walaupun ada kuantitas dan kualitasnya dalam jumlah
15
terbatas. Pemecahan molekul-molekul kompleks ini menjadi molekul sederhana
jelas akan mempermudah pencernaan lanjutan dan penyerapan oleh saluran
pencernaan ikan. Di sisi lain, mikroorganisme pelaku pemecah ini mendapat
keuntungan berupa energi yang diperoleh dari hasil perombakan molekul
kompleks tersebut (Effendi, 2002).
E. Kecernaan
Kecernaan merupakan bagian nutrien yang tidak diekskresikan dalam
feses, atau merupakan hasil selisih antara nutrien yang terkandung dalam pakan
yang dikonsumsi dengan nutrien yang terdapat dalam feses adalah zat-zat pakan
yang dapat dicerna Tillman dkk. (1989) dalam Sugiarto dkk. (2013). Pada
umumnya kecernaan pada beberapa organisme, dipengaruhi oleh tiga faktor,
yaitu: keberadaan enzim dalam saluran pencernaan ikan, tingkat aktivitas enzim
pencernaan, dan lamanya pakan yang dimakan bereaksi dengan enzim
pencernaan. Setiap faktor tersebut akan dipengaruhi oleh faktor sekunder yang
berhubungan dengan spesies ikan, umur, ukuran ikan, kondisi lingkungan
pencernaan, dan komposisi serta jumlah pakan yang dikonsumsi. Enzim yang
berperan dalam proses mencerna, terdiri atas enzim endogenous: enzim yang
dihasilkan oleh saluran pencernaan; enzim eksogenous: enzim yang dihasilkan
oleh kelenjar pankreas; dan enzim mikrobial: enzim yang dihasilkan oleh
mikroba.
Hasil penelitian Ramadhana dkk. (2012) tentang penambahan probiotik
dalam pakan menunjukkan bahwa pemberian pakan dengan penambahan
probiotik Lactobacillus sp. menggunakan dosis 3, 5, dan 7% mampu
meningkatkan nilai kecernaan pada ikan nila, dimana pakan yang mengandung
probiotik 7% menunjukkan nilai kecernaan sebesar 68,09%, probiotik 5%
sebesar 64,99%, dan probiotik 3% sebesar 63,26%. Pemberian probiotik dengan
16
persentase sebesar 3, 5, dan 7% dapat meningkatkan jumlah bakteri dalam
mukosa usus pada ikan nila.
Berdasarkan hasil penelitian Setiawati dkk. (2013) diketahui bahwa dosis
penambahan probiotik Bacillus sp. 10 mL/kg pakan dapat meningkatkan
keberadaan jumlah bakteri yang masuk ke dalam saluran pencernaan dan hidup
di dalamnya. Selanjutnya bakteri tersebut di dalam saluran pencernaan ikan akan
mensekresikan enzim-enzim pencernaan seperti protease dan amilase (Irianto,
2003). Selain itu, bakteri tersebut dapat mendominasi di saluran pencernaan ikan
dan meningkatkan kecernaan pada ikan dengan mengurangi keberadaan bakteri-
bakteri pathogen, sehingga ikan akan memanfaatkan bakteri baik untuk
menbantu pada proses perombakan pakan yang masuk ke dalam tubuh,
sehingga ikan tersebut dapat tumbuh dengan baik dan menjadi sehat.
F. Efesiensi pakan
Efisiensi penggunaan pakan oleh ikan menunjukkan nilai (persentase)
seberapa besar jumlah pakan yang diberikan dapat dimanfaatkan dan disimpan
dalam bentuk daging. Semakin besar nilai efisiensi pakan maka semakin baik
kualitas pakan yang diberikan, dan akan berpengaruh terhadap pertumbuhan
ikan. Efisiensi pakan dikelompokkan menjadi 2 bagian, yaitu efesiensi kotor dan
efisiensi bersih. Efisiensi kotor menggambarkan kadar energi (nilai parameter
dalam bahan kering) dari pertumbuhan bobot badan sebagai proporsi yang
menggambarkan energi yang termanfaatkan dari pakan yang telah diberikan.
Adapun efisiensi bersih yang dimaksudkan adalah sebagai pertumbuhan bobot
relatif dari jumlah energi yang tercerna, kadar energi tersebut bersumber dari
makanan yang dicerna setelah dikurangkan dengan kadar energi feses dan N
hasil eskresi (Steffens, 1987).
17
Penelitian Mulyadi (2011) dalam Ahmadi dkk. (2012) tentang pemberian
probiotik yang mengandung bakteri Lactobacillus sp., dan Bacillus sp., dengan
kandungan 108 cfu/mL pada pakan komersial dapat meningkatkan pertumbuhan
ikan patin (Pangasius hypophthalamus), dibandingkan tanpa probiotik. Setiap
perlakuan yang diberikan probiotik sebanyak 1, 2, dan 3 mL/kg, menghasilkan
laju pertumbuhan ikan patin sebesar 1,49, 2,09 dan 1,38%. Hal ini menunjukkan
bahwa laju pertumbuhan ikan patin paling tinggi terdapat pada perlakuan pakan
yang diberikan probiotik 2 mL/kg yaitu 2,09%. Selain itu, efisiensi pakan akibat
penggunaan probiotik dapat pula dilihat dari nilai konversi pakan. Semakin
kecil nilai konversi pakan menunjukkan pemanfaatan pakan dan peran
probiotik semakin efisien di dalam tubuh. Berdasarkan penelitian jusadi dkk.
(2004) pakan dengan kadar probiotik Bacillus sp. 15 mL/kg memiliki nilai
konversi pakan yang terbaik. Sementara itu pada perlakuan 25 mL/kg pakan,
memiliki nilai konversi pakan yang tinggi, hal tersebut diduga oleh tidak
optimalnya kemampuan ikan dalam mencerna dan mengabsorbsi pakan
sebagai akibat dari tidak optimalnya dosis penambahan probiotik dalam pakan.
Penggunaan probiotik Bacillus sp. dapat digunakan dalam pakan untuk
meningkatkan efisiensi pakan dengan memperbaiki konversi pakan dan
meningkatkan laju pertumbuhan ikan patin.
G. Kualitas Air
Pada umumnya air merupakan komponen penting dalam kegiatan
budidaya, karena air akan berpengaruh langsung terhadap kondisi fisiologis
kulitvan atau ikan baik dari segi pertumbuhan ikan. Dengan demikian, agar air
dalam kegiatan budidaya tetap baik dan terjaga kualitasnya, maka perlu
dilakukan manajemen kualitas air yang terdiri atas suhu, kandungan oksigen, pH,
salinitas dan amoniak. Suhu adalah ukuran atau derajat panas dinginnya
18
suatu benda atau sistem. Kenaikan suhu sebesar 100C akan menyebabkan
kebutuhan oksigen meningkat menjadi dua kali lipat, akibat laju metabolisme
yang tinggi. Walaupun demikian, berdasarkan teori ikan bandeng dapat hidup
pada kisaran 26,5-310C, namun pada umumnya ikan bandeng dapat tumbuh
optimal pada suhu 28-30 0C (Rangka, 2010).
Salinitas adalah suatu tingkat keasinan atau kadar garam terlarut
dalam air. Salinitas memiliki pengaruh dalam tanah yang dapat memacu kadar
garam. Ikan bandeng merupakan salah satu ikan yang tergolong ikan Eurihalin,
yaitu sejenis ikan yang mempunyai toleransi kadar garam (salinitas) yang luas
serta tahan terhadap perubahan salinitas yang tinggi dalam waktu yang relatif
singkat. Pada umumnya, ikan bandeng dapat hidup optimal pada salinitas
kisaran 20-29 ppt (Kusworo, 2004).
Derajat keasaman dinyatakan dengan nilai negatif logaritma ion hidrogen
atau nilai yang dikenal dengan istilah pH. Apabila konsentrasi ion hidrogen (H+)
tinggi, pH akan rendah, reaksi lebih asam. Sebaliknya konsentrasi ion hidrogen
rendah pH akan tinggi dan reaksi lebih alkalis. pH pada air tambak sangat
dipengaruhi oleh pH tanahnya, sehingga pada tambak baru tanahnya cenderung
bersifat asam maka pH airnya pun rendah. Nilai pH yang optimal untuk budidaya
ikan bandeng berkisar antara 6,5 hingga 8,5. Kisaran pH diluar kisaran tersebut
dapat menurunkan tingkat kelangsungan hidup ikan bandeng, bahkan pada pH 4
atau 11 kematian bandeng dapat terjadi (Rangka, 2010).
Menurut Kusworo (2004) ikan bandeng membutuhkan oksigen yang
cukup untuk pernafasannya. Oksigen yang dibutuhkan harus dalam bentuk
terlarut dalam air, karena pada umumnya ikan tidak dapat mengambil langsung
oksigen dari udara. Konsentrasi oksigen terlarut yang optimal untuk kehidupan
dan pertumbuhan ikan bandeng antara 3,0-8,5 ppm. Konsentrasi oksigen terlarut
dibawah 5 ppm akan mempengaruhi pertumbuhan ikan menjadi lambat.
19
Amoniak yang berada di suatu perairan berasal dari hasil pemecahan
nitrogen organik (protein dan urea) dan nitrogen anorganik yang terdapat dalam
tanah dan air. Selain itu, amoniak juga dapat berasal dari hasil dekomposisi
bahan organik (tumbuhan dan biota akuatik yang telah mati) yang dilakukan oleh
mikroba dan jamur. Pada umumnya, kadar amoniak yang optimal untuk ikan
bandeng sebaiknya tidak lebih dari kisaran 0,2 ppm (Kusworo, 2004).
.
20
III. METODE PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni sampai Agustus 2014. di
Hatchery Mini Jurusan Perikanan, Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan,
Universitas Hasanuddin, Makassar dan Analisis kecernaan dilakukan di
laboratorium Nutrisi Balai Penelitian Pengembangan Budidaya Air Payau
(BPPBAP) Maros..
B. Materi Penelitian
1. Hewan Uji
Hewan uji yang digunakan dalam penelitian ini adalah juvenil ikan
bandeng dengan bobot rata-rata 8 ± 0,10 g/ekor, sebanyak 15 ekor/48 L/media.
Juvenil tersebut diperoleh dari tambak penggelondongan di Kabupaten Maros,
Sulawesi Selatan.
2. Wadah Penelitian
Pada penelitian ini digunakan wadah berupa akuarium kaca dengan
ukuran panjang, lebar, dan tinggi masing-masing 50 x 40 x 35 cm berjumlah 9
buah, yang didesain dengan sistem resirkulasi. Wadah-wadah tersebut ditutup
dengan menggunakan waring besi dan setiap sisi akuarium ditutup dengan
plastik hitam. Setiap wadah diisi dengan air salinitas 25 ppt sebanyak 48 L.
3. Pakan Uji dan Probiotik
Pakan uji yang digunakan adalah pakan buatan berbentuk pellet yang
diformulasikan dengan protein 25%, karbohidrat 50%, lemak 8%, dan energi
2773 kkal/kg. Pakan ditambahkan probiotik Lactobacillus sp., sesuai dengan
21
konsentrasi perlakuan, hasil isolasi aslamyah (2006) dari saluran pencernaan
ikan bandeng. Probiotik tersebut sebelumnya telah diencerkan dengan Buffer
Pepton Water (BPW) dan minyak ikan dengan perbandingan 1 mL probiotik 3 mL
BPW, 1 mL minyak ikan, yang disemprotkan pada pakan secara merata
menggunakan spoit.
C. Prosedur Penelitian
Wadah dan media air yang digunakan terlebih dahulu dicuci bersih dan
disinfektasi dengan klorin (kaporit), dosis klorin 100 ppm. Selanjutnya air laut
yang telah diendapkan, disterilkan dengan natrium thiosulfat 150 ppm
dimasukkan ke dalam wadah pemeliharaan. Sebelum ikan uji ditebar, air dalam
wadah dibiarkan bersirkulasi selama 24 jam. Ikan uji terlebih dahulu
diaklimatisasi dengan media dan pakan yang diberikan secara satiasi selama 7
hari. Setelah masa aklimatisasi selesai ikan uji dipuasakan selama 24 jam
dengan tujuan menghilangkan sisa pakan dalam tubuh, setelah itu menimbang
hewan uji untuk mengetahui bobot awal. Ikan dipelihara selama 30 hari dan
diberi pakan sebanyak 2 kali sehari yaitu pagi pukul 07.00 wita, dan sore pukul
17.00 wita sebanyak 5% dari biomassa perhari. Selama masa pemeliharaan
dilakukan penimbangan setiap 10 hari sekali, untuk mengukur pertambahan
bobot ikan uji dan penentuan pakan yang akan diberikan. Kualitas media
pemeliharaan dijaga dengan cara melakukan penyiponan sisa pakan dan feses,
serta pergantian air 10-20% dari total media setiap hari. Selama penelitian
berlangsung dilakukan pengukuran kualitas air sebagai parameter pendukung.
D. Perlakuan dan Rancangan Percobaan
Penelitian didesain dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 3
perlakuan dan setiap perlakuan masing-masing mempunyai 3 ulangan. Dengan
22
demikian penelitian ini terdiri atas 9 satuan percobaan. Perlakuan yang diujikan
yaitu konsentrasi probiotik Lactobacillus sp. dalam pakan buatan, yaitu :
A. 0 (Kontrol)
B. 108 CFU/mL/100 g pakan
C. 1010 CFU/mL/100 g pakan
Penempatan wadah-wadah percobaan dilakukan secara acak dengan
menggunakan tabel ulang acak. Adapun tata letak wadah percobaan setelah
pengacakan disajikan pada Gambar 2.
Gambar 2. Tata letak wadah percobaan setelah pengacakan.
E. Parameter yang Diamati
Parameter yang diamati pada penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Kecernaan Pakan
Pengukuran kecernaan pakan pada ikan, dilakukan dengan metode
tidak langsung menggunakan indikator Cr2O3 sebanyak 0,6%. Pengukuran
dimulai dengan terlebih dahulu memuasakan ikan selama 24 jam. Selanjutnya
ikan diberi pakan yang mengandung Cr2O3 sebanyak 2 kali sehari. Adaptasi ikan
terhadap pakan yang mengandung Cr2O3 dilakukan selama 7 hari pemeliharaan
setelah hari ketujuh dilakukan pengumpulan feses ikan sampai akhir penelitian.
Pengumpulan feses dilakukan segera bila ikan mengeluarkan feses untuk
C1(1010) B2(108)
B1(108)
B3(108)
C2(1010)
A3(0)
A1(0)
C3(1010)
A2(0)
23
menghindari terjadinya leaching nutrient (pencucian nutrien) yang terlalu lama
dengan cara di sipon. Feses yang terkumpul dimasukkan kedalam botol sampel
kemudian disimpan dalam suhu dingin (lemari es) untuk dianalisis kecernaan
pakan pada ikan.
Perhitungan kecernaan berdasarkan rumus Takeuchi(1988) sebagai
berikut :
Kecernaan (%) = (1-a’ / a x b’/b) x 100
Keterangan : a’ = Nutrien dalam feses (%) a = Nutrien dalam pakan (%)
b’ = Indikator dalam feses (%) b = Indikator dalam pakan (%)
2. Efisiensi Pakan (EP)
Pengukuran efisiensi pakan pada ikan, dimulai dengan menimbang
hewan uji untuk mengukur bobot awal, Kemudian ikan dipelihara selama 30 hari
dan diberi pakan sebanyak 5 % dari biomassa perhari setiap 2 kali sehari. Setiap
hewan uji yang mati dilakukan penimbangan untuk mengukur bobot ikan yang
mati.
Efesiensi pakan (EP) dianalisis berdasarkan rumus Takeuchi (1988),
yaitu :
EP = (Wt + Wd) – Wo x 100 F
Keterangan : EP = Efesiensi pakan (%) Wo = Bobot total ikan uji pada awal penelitian (g) Wt = Bobot total ikan uji pada akhir penelitian (g) Wd = Bobot total ikan uji yang mati selama penelitian (g) F = jumlah pakan yang dikonsumsi selama penelitian (g)
3. Kualitas Air
Sebagai data penunjang selama penelitian berlangsung dilakukan
pengukuran beberapa parameter kualitas air yang meliputi : suhu, salinitas, pH,
24
oksigen terlarut, dan amoniak. Suhu diukur dengan menggunakan thermometer,
salinitas dengan hendrofrektometer, pH dengan pH meter, dan oksigen terlarut
dengan DO meter, sedangkan amoniak diukur dengan menggunakan
spektofotometer.
Suhu, pH, DO dan salinitas diukur 2 kali sehari yakni pagi hari (pukul
07.00 WITA) dan sore hari (pukul 17.00 WITA). Adapun amoniak diukur 3 kali
selama penelitian yakni pada awal, pertengahan dan akhir penelitian.
F. Analisis Data
Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan analisis ragam
(ANOVA). Data yang berpengaruh nyata dilanjutkan dengan uji lanjut W Tukey.
Data kualitas air dianalisis secara deskriptif berdasarkan kelayakan hidup ikan
bandeng.
25
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Kecernaan Protein dan Karbohidrat
Data kecernaan protein dan karbohidrat juvenil ikan bandeng yang
mendapatkan perlakuan berbagai konsentrasi Lactobacillus sp. dalam pakan
Setiap perlakuan diperlihatkan pada Lampiran 1 dan data rata-ratanya dapat
dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Rata-rata kecernaan protein dan karbohidrat juvenil ikan bandeng pada setiap perlakuan
Keterangan : Huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata antara perlakukan pada taraf 5 % (p<0,05)
Hasil analisis ragam (Lampiran 2 dan 4) menunjukkan bahwa pemberian
probiotik Lactobacillus sp. dalam pakan berpengaruh sangat nyata (p<0,01)
terhadap kecernaan protein dan karbohidrat juvenil ikan bandeng. Uji lanjut W-
Tuckey (Lampiran 3 dan 5) menunjukkan bahwa kecernaan protein dan
karbohidrat pada perlakuan pemberian Lactobacillus sp. berbeda nyata (p< 0,05)
dengan kontrol baik pada kosentrasi 108 maupun 1010 CFU/mL/100 g pakan.
Akan tetapi kecernaan protein dan karbohidrat tidak berbeda nyata antara
konsentrasi 108 dan 1010 CFU/mL/100 g pakan.
Tingginya kecernaan protein dan karbohidrat juvenil ikan bandeng yang
diberi probiotik Lactobacillus sp. kosentrasi 108 dan 1010 CFU/mL/100 g pakan
dibanding kontrol, diduga karena kehadiran bakteri pada saluran pencernaan
ikan bandeng yang masuk dan hidup di dalam saluran pencernaannnya. Selain
itu, penambahan probiotik Lactobacillus sp. dalam pakan juga diduga menambah
jumlah bakteri dalam mukosa usus sehingga meningkatkan aktivitas pencernaan
Kosentrasi Lactobacillus sp. (CFU/mL/100 g pakan)
Kecernaan Protein (%)
Kecernaan Karbohidrat (%)
0 (Kontrol) 51,84 ± 2,63a 44,56 ± 2,16a
108 73,89 ± 2,95b 65,69 ± 1,76b
1010 73,99 ± 1,02b 67,72 ± 1,37b
26
dalam usus. Peningkatan kecernaan di usus terjadi karena adanya kontribusi
enzim pencernaan oleh bakteri probiotik yang mampu meningkatkan aktivitas
pencernaan. Pada proses peningkatan aktivitas pencernaan, probiotik memiliki
kemampuan untuk menghasilkan beberapa enzim exogeneous untuk
pencernaan pakan seperti amilase, protease, lipase, dan selulase (Bairage dkk.,
2002; Aslamyah 2006; Taoka dkk., 2007; Wang 2007 dan Wang dkk., 2008
dalam Widarni 2012), sehingga akan membantu enzim endogenous pada inang
untuk menghidrolisis nutrien pakan, dan tentunya meningkatkan ketersedian
nutrien yang siap diserap dari saluran pencernaan melalui sel-sel enterosit untuk
masuk ke dalam sistem peredaran darah. Pemberian probiotik Lactobacillus sp.
melalui pakan diduga juga mampu menjaga keseimbangan mikroba dalam
saluran pencernaan dengan menekan pertumbuhan bakteri merugikan. Hal ini
disebabkan karena kemampuan probiotik dalam memproduksi senyawa inhibitor
yang dapat menekan pertumbuhan bakteri yang bersifat merugikan bagi inang.
Sesuai dengan pernyataan Samadi (2002) dalam Arief (2008) bahwa bakteri
Lactobacillus sp. mampu menyeimbangkan mikroba saluran pencernaan
sehingga dapat meningkatkan daya cerna ikan dengan cara mengubah
karbohidrat menjadi asam laktat yang dapat menurunkan pH, sehinga
merangsang produksi endogenous untuk meningkatkan penyerapan nutrisi,
konsumsi pakan, pertumbuhan dan menekan pertumbuhan organisme patogen.
Tangko dkk. (2007) menyatakan bahwa probiotik yang berisi mikroba pengurai
bila dimasukkan ke dalam pakan, dapat meningkatkan kecernaan pakan dengan
proses penguraian yang dilakukan oleh mikroba tersebut.
Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa pemberian Lactobacillus sp.
dalam pakan antara kosentrasi 108 dan 1010 CFU/mL/100 g pakan tidak
memberikan perbedaan yang nyata (P>0,05) terhadap kecernaan protein dan
karbohidrat. Hal ini diduga komposisi bahan pakan serta kandungan zat
27
makanan antara perlakuan yang tidak berbeda, karena menggunakan bahan
baku pakan yang sama dengan jenis bakteri yang sama. Selain itu, diduga
jumlah bakteri yang masuk dan hidup di dalam saluran pencernaan ikan tidak
mempengaruhi jumlah bakteri (Lactobacillus sp.) yang terdapat dalam saluran
pencernaan juvenil ikan bandeng, hal ini disebabkan mikroflora dalam saluran
pencernaan ikan berada dalam keadaan seimbang, sehingga tidak terjadi
persaingan dalam pengambilan nutrisi atau subtrat yang pada akhirnya aktivitas
bakteri di dalam saluran pencernaan ikan tetap dapat berlangsung dan
mensekresikan beberapa enzim pencernaan yang meningkatkan kecernaan.
Berdasarkan pernyataan Setiawati (2013) bahwa hal penting yang diperlukan
mikroflora saluran pencernaan adalah berada dalam keseimbangan yaitu antara
mikroba menguntungkan dan mikroba patogen, serta saling berinteraksi antar
spesies mikroba dalam saluran pencernaan, baik secara antagonis maupun
sinergis. Interaksi yang terjadi sangat penting di dalam mempertahankan
keseimbangan mikroflora saluran pencernaan. Kemampuan mikroba
menguntungkan dalam menghambat perkembangan mikroba patogen,
menunjukkan kemampuannya untuk mempertahankan keseimbangan mikroflora
di dalam saluran pencernaan ikan. Selain itu, jika terlalu tinggi populasi bakteri
pada saluran pencernaan maka akan menggangu keseimbangan mikloflora pada
saluran pencernaan yang mengakibatkan terjadinya persaingan pertumbuhan
bakteri, dalam pengambilan nutrisi atau subtrat yang pada akhirnya menghambat
aktivitas bakteri di dalam saluran pencernaan ikan sehingga sekresi enzim pun
menurun.
Ramadhana dkk. (2012) melaporkan bahwa pemberian Lactobacillus sp.
dengan dosis 7% dalam pakan pada ikan nila dapat meningkatkan kecernaan
sebesar 68,09% dan meningkatkan keberadaan jumlah bakteri yang masuk ke
dalam saluran pencernaan sebanyak 1113 x 108 koloni/mL. Selanjutnya bakteri
28
tersebut di dalam saluran pencernaan ikan akan mensekresikan enzim-enzim
pencernaan seperti protease dan amilase (Irianto, 2003). Selain itu, bakteri
tersebut dapat mendominasi di saluran pencernaan ikan dan meningkatkan
kecernaan pada ikan dengan mengurangi keberadaan bakteri-bakteri pathogen.
Dengan demikian, ikan akan memanfaatkan bakteri baik untuk membantu
proses perombakan pakan yang masuk ke dalam tubuh, sehingga ikan tersebut
dapat tumbuh dengan baik dan menjadi sehat.
B. Efisiensi pakan
Data Efisiensi pakan juvenil ikan bandeng disajikan pada Lampiran 6,
sedangkan nilai rata-ratanya disajikan pada Tabel 3.
Tabel 3. Rata-rata efisiensi pakan juvenil ikan bandeng pada setiap perlakuan
Keterangan : Huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata antara perlakukan pada taraf 5 % (p<0,05)
Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa pemberian probiotik
Lactobacillus sp. berpengaruh sangat nyata (p<0, 01) terhadap efisiensi pakan
juvenil ikan bandeng (Lampiran 7). Selanjutnya hasil uji lanjut W-Tuckey
(Lampiran 8) menunjukkan bahwa efisiensi pakan ikan bandeng pada perlakuan
pemberian Lactobacillus sp. konsentrasi 108 dan 1010 CFU/mL/100 g pakan
berbeda nyata (p<0,05) dengan perlakuan 0 (kontrol). Akan tetapi efisiensi pakan
tidak berbeda nyata antara perlakuan 108 dan 1010 CFU/mL/100 g pakan.
Meningkatnya nilai efesiensi pakan juvenil ikan bandeng yang
ditambahkan probiotik Lactobacillus sp. konsentrasi 108 dan 1010 CFU/mL/100 g
pakan dalam pakan diduga karena kehadiran probiotik yang masuk ke dalam
saluran pencernan. Hal ini berkaitan dengan mekanisme fisiologis probiotik.
Kosentrasi Lactobacillus sp.
(CFU/100 g pakan) Efisiensi pakan (%)
0 (Kontrol) 16,94 ± 0,64a
108 39,63 ± 4,88b
1010 44,19 ± 4,44b
29
Pakan yang diberi probiotik terbukti meningkatkan kecernaan pakan (Tabel 2).
Dalam saluran cerna, probiotik mensekresikan enzim-enzim ektraseluler yang
dapat membantu enzim endogeneus yang dihasilkan oleh kelenjar pencernaan
inang untuk menghidrolisis nutrien pakan. Selain itu, jumlah bakteri yang masuk
dan hidup di dalam saluran pencernaan juvenil ikan bandeng meningkat sejalan
dengan meningkatnya konsentrasi probiotik yang diberikan. Selanjutnya bakteri
tersebut di dalam saluran pencernaan ikan mensekresikan enzim-enzim
pencernaan seperti protease dan amilase (Gatesoupe 1999; Moriaty 1998;
Fardiaz 1992 dalam Jusadi dkk., 2004).
Berdasarkan Tabel 3 menunjukkan bahwa pemberian pakan dengan
penambahan probiotik Lactobacillus sp. dengan kosentrasi kosentrasi 108 dan
1010 CFU/mL/100 g pakan tidak memberikan perbedaan yang nyata (p>0,05)
terhadap efesiensi pakan juvenil ikan bandeng. Hal ini diduga pada kosentrasi
108 dan 1010 CFU/mL/100 g pakan jumlah bakteri yang masuk ke dalam saluran
pencernaan masih berada dalam jumlah normal sehingga tidak mempengaruhi
keseimbangan mikroflora yang berada dalam saluran pencernaan juvenil ikan
bandeng. Dengan demikian, tidak terjadi persaingan antar bakteri dalam
menghidrolisis nutrien, jika jumlah bakteri yang masuk terlalu berlebih akan
mengakibatkan kepadatan tinggi dalam saluran pencernaan yang mengakibatkan
kompetisi yang lebih ketat dan mengganggu keseimbangan mikroba dalam
media. Selain itu, diduga juga bakteri Lactobacillus sp. memiliki kemampuan
menormalkan komposisi bakteri saluran pencernaan dengan mensekresikan
senyawa antimikroba yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri pathogen.
Menurut Dhingra (1993) probiotik bermanfaat dalam mengatur lingkungan
mikroba pada usus, menghalangi mikroorganisme patogen usus dan
memperbaiki efisiensi pakan dengan melepas enzim-enzim yang membantu
proses pencernaan makanan.
30
Berdasarkan hasil penelitian Ahmadi (2012) menyatakan bahwa
pemberian probiotik Lactobacillus sp. dengan dosis 6 mL/kg memberikan
pengaruh nyata terhadap efesiensi pakan sebesar 43,93% pada ikan lele
sangkuriang. Selanjutnya Aslamyah (2006) mengemukakan hal yang sama
bahwa pada ikan bandeng yang ditambahkan bakteri probiotik Carnobacterium
sp. mengalami peningkatan kandungan protein pakan dan pemanfaatan pakan.
Setiawati dkk. (2013) menyatakan bahwa tingkat efisiensi pakan mengalami
kenaikan seiring dengan meningkatnya dosis probiotik yang diberikan dan
mengalami penurunan pada dosis yang lebih tinggi dari 10 mL/kg pakan
pemberian dosis probiotik yang berbeda dapat memberikan pengaruh yang nyata
untuk efisiensi pakan. Semakin tinggi dosis yang diberikan efisiensi pakan akan
meningkat dan dengan dosis 20 mL/kg pakan mengalami penurunan tingkat
efisiensi pakan dan pada dosis 10 mLkg pakan merupakan dosis yang optimal
dengan nilai efesiensi pakan mencapai 65,32 %. Hasil penelitian Widyastuti dkk.
(2010) memperlihatkan bahwa pakan fermentasi dari bahan baku limbah
(kandungan protein 21%) dengan pemberian probiotik MEP+, dapat memberikan
pertumbuhan bobot ikan sebesar 117,3 gr, dan efisiensi pakan sebesar 73 %.
Efisiensi pakan akibat penggunaan probiotik dapat pula dilihat dari nilai
konversi pakan dan pertumbuhan ikan. Berdasarkan hasil penelitian Malik (2008)
diketahui bahwa pemberian probiotik yang mengandung Lactobacillus sp. dan
Streptomyes sp. berpengaruh terhadap konversi pakan, konversi pakan yang
didapatkan sebesar 0,89 setelah 55 hari. Hasil penelitian jusadi dkk. (2004)
memperlihatkan bahwa pakan dengan kadar probiotik Bacillus sp. 15 mL/kg
pakan memiliki nilai konversi pakan yang terbaik sebesar 2,00, sedangkan
pada 25 mL/kg pakan memiliki nilai konversi pakan yang tinggi 2,41. Hal
tersebut diduga kemampuan ikan yang optimal pada dosis tersebut dalam
mencerna dan mengabsorbsi pakan sebagai akibat dari tidak optimalnya
31
dosis penambahan probiotik dalam pakan. Selanjutnya, Husaifah (2011)
melaporkan bahwa pemberian probiotik Lactobacillus sp. menghasilkan
pertumbuhan mutlak terbaik pada konsentrasi Lactobacillus sp. 108 dan 1010
CFU/mL/100 g pakan sebesar 25,12, dan 23,13 g. Hasil penelitian Ahmadi dkk.
(2012) tentang pemberian probiotik yang mengandung bakteri Lactobacillus sp.,
Acetobacter sp., dan Yeast pada pakan dapat meningkatkan pertumbuhan benih
ikan lele (Clarias gariepinus). Masing–masing perlakuan yang diberi probiotik
sebanyak 2,4, 6 ml/kg pakan, dan 2 mL/kg pakan tanpa penyiponan,
menghasilkan laju pertumbuhan ikan lele sebesar 2,39, 2,60, 3,12 dan 2,31%.
Hasil tertinggi laju pertumbuhan ikan lele terdapat pada perlakuan yang diberi
probiotik 6 mL/kg pakan yaitu sebesar 3.12%. Selanjutnya, hasil penelitian Putri
dkk. (2012) menyatakan bahwa pemberian bakteri probiotik pada pellet yang
mengandung kaliandra (Calliandra calothyrsus) berpengaruh terhadap
pertumbuhan benih ikan nila (Oreochromis nilotocus). Masing-masing perlakuan
sebanyak 5,10, 15 dan 20 mL/kg pakan dengan hasil tertinggi ditunjukkan pada
perlakuan dengan penambahan probiotik 15 ml/kg pakan sebesar 2,76 %.
C. Kualitas Air
Selama penelitian berlangsung dilakukan pengukuran bebeerapa
parameter kualitas air meliputi suhu, salinitas, pH, DO, dan amoniak. Kisaran
nilai parameter kualitas air juvenil ikan bandeng yang dipelihara pada media
pemeliharaan selama penelitian dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4. Kisaran nilai kualitas air media pemeliharaan selama penelitian :
Parameter Kisaran Optimal
Suhu (0C) 25–29,0 28-30 (Rangka, 2010) Salinitas 20-25 20-29 (Kusworo, 2004)
pH 7-8 6,5-9,0 (Kordi, 2009) DO (ppm) 3,2–7,7 3,0-8,5 (Kusworo, 2004) Amoniak 0,003-0,010 0,2 (Kusworo, 2004)
32
Berdasarkan Tabel 4 terlihat bahwa suhu selama penelitian berkisar 25-
29,0 oC. Suhu tersebut masih dalam batas tolerasi kehidupan ikan bandeng.
Berdasarkan teori ikan bandeng dapat hidup pada kisaran 26,5-31 oC, namun
pada umumnya ikan bandeng dapat tumbuh optimal pada suhu 28-30 oC
(Rangka, 2010).
Kisaran salinitas yang diperoleh selama penellitian yaitu 20 – 25 ppt,
kisaran tersebut masih mendukung kehidupan ikan bandeng. Salinitas optimum
untuk pemeliharaan ikan bandeng menurut Kusworo (2004) yaitu pada kisaran
20-29 ppt.
Tingkatan keasaman (pH) yang diperoleh selama penelitian berkisar 7-8.
Kisaran ini tergolong sangat layak untuk kehidupan ikan bandeng. Hal ini
didukung oleh pendapat Kordi (2009) yang menyatakan bahwa bandeng dapat
tumbuh optimal pada pH 6,5 –9,0.
Kisaran oksigen terlarut yang diperoleh selama penelitian adalah 3,2–7,7
ppm. Menurut Kusworo (2004) bahwa ikan bandeng membutuhkan oksigen yang
cukup untuk pernafasannya. Konsentrasi oksigen terlarut yang optimal untuk
kehidupan dan pertumbuhan ikan bandeng antara 3,0-8,5 ppm.
Kadar amoniak yang diperoleh selama penelitian berkisar antara 0,003-
0,010 ppm. Pada umumnya, kadar amoniak yang optimal untuk ikan bandeng
sebaiknya tidak lebih dari kisaran 0,2 ppm. (Kusworo, 2004).
33
V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa :
1. Pemberian probiotik Lactobacillus sp. dengan kosentasi 108 dan 1010 CFU/mL/
100 g pakan efektif meningkatkan kecernaan protein dan karbohidrat pada
juvenil ikan bandeng dengan nilai kecernaan protein 73,89–73,99%, dan
kecernaan karbohidrat 65,96 – 67, 27%.
. 2. Pemberian pakan dengan penambahan probiotik Lactobacillus sp. dengan
kosentasi 108 dan 1010 CFU/mL/ 100 g pakan mampu meningkatkan nilai
efesiensi pakan juvenil ikan bandeng hingga 39,63 – 44,19 % .
B. Saran
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, untuk kegiatan budidaya
juvenil ikan bandeng disarankan menggunakan probiotik Lactobacillus sp. 108
CFU/mL/ 100 g pakan.
34
DAFTAR PUSTAKA
Affandi, R., D. S. Sjafei, M. F. Raharjo dan Sulistiono. 2009. Fisiologi Ikan
(Pencernaan). Pusat Antar Universitas Ilmu Hayat, Institut Pertanian
Bogor, Bogor.
Ahmadi, H., Iskandar dan N. Kurniawan. 2012. Pemberian probiotik dalam pakan terhadap pertumbuhan lele sankuriang (Clarias gariepinus). Jurnal
Perikanan dan Kelautan 3(4):99 - 147. Alava, VR., A. Kanazawa. 1996. Effect of dietary fatty acids on growth of milkish,
(Chanos chanos) fry in brackish water. Aquaculture 144 : 363-369.
Andrian, R. 2013. Nutrisi pakan dan kebutuhan zat gizi ikan [online].
http://romiandrian06.blogspot.com/ [diakses 22 mei 2014].
Arief, M. 2008. Pengaruh penambahan probiotik pada pakan buatan terhadap
pertumbuhan dan rasio konversi pakan ikan nila gift (Oreochromis
niloticus). Berkala Ilmiah Perikanan 3(2):267-274.
Aslamyah, S. 2008. Pembelajaran berbasis SCL pada mata kuliah biokimia nutrisi.
Universitas Hasanuddin. Makassar.
Aslamyah, S., Hasni dan Sriwulan. 2006. Peningkatan peran mikroba saluran
pencernaan untuk memacu pertumbuhan ikan bandeng. [Laporan
Hasil Penelitian]. Laporan Hibah Pekerti Tahun I Dikti. DIKNAS.
Jakarta.
Boonyaratpalin, M. 1997. Nutrient requiretments of marine food fish cultured in south asia.
Borlongan. T.G. 1990. Studies on the lipases of milkish, Chanos chanos.
Aquaculture 89 : 315-325.
Burhanuddin, A.I. 2010. Ikhtiologi. Yayasan Citra Emulsi. Makassar.
Chotimah, C.S. 2009. Peranan Streptococcus thermophillus dan Lactobacillus
bulgaricus dalam proses pembuatan yogurt. Jurnal Ilmu Peternakan
4(2): 47- 52.
Davis, G.K., dan W. Mertz. 1987. Trace elements in human and animal nutrition. Academic Press, Inc. San Diego, CA. Copper. 301− 364 p.
Dhingra, M.M. 1993. Probiotic in poultry diet livestock production and
management. Sania Enterprises Indore 452001, India.
Dommels, Y.E.M., R.A. Kemperman, Y.E.M.P. Zebregs, dan R.B. Draaisma.
2009. Survival of Lactobacillus reuteri dsm 17938 and Lactobacilus
35
rhamnosus gg in the human gastrointestinal tract with daily
consumption of a low-fat probiotic spread. Appl. Environ. Microbiol. 75
(19) : 6198-204.
Effendi, M.I. 2002. Biologi Perikanan. Yayasan Pustaka Nusantara. Bogor. Fuller, R. 1992. History and development of probiotik. In Probiotik the Scientific
Basic. Edited by Fuller. Chapman and Hall London. New York. Guerra, N.P., P.F. Bernardez, J. Mendez, P. Cachaldora, L.P. Castro. 2006.
Production of four potentially probiotic lactic acid bacteria and their evaluation as feed additives for weaned piglets. Animal Feed Science and Technology 134: 89-107.
Guessa, B., dan M. Kihal. 2004. Characterization of Lactic Acid Bacteria Isolated
from Algerian Arid Zone Raw Goats’ Milk. African Journal of Biotechnology 3(6):339-342.
Gusrina. 2008. Budidaya Ikan. Departemen Pendidikan Nasional. Jakarta.
Hoar, W.S., D.J. Randall, dan J.R Brett. 1979. Ed Bioenergetic and Growth. Academic Press Inc. Fish Physiology. Vol 8.
Holzapfel, W.H., P. Haberer, R. Geisen, J. Bjorkroth, dan Schillinger. 2001.
Taxonomy and important features of probiotic microorganism in food and nutrition. The American Journal of Clinical Nutrition.
Husaifah. 2011. Pengaruh kosentrasi probiotik Bakteri Asam Laktat (BAL)
Lactobacillus sp. terhadap sintasan dan pertumbuhan juvenil ikan
bandeng [Skripsi]. Fakultas ilmu kelautan dan perikanan Universitas
Hasanuddin. Makassar. 30 hal.
imadibrata, M. 2010. Probiotik-Peranannya dalam Dunia Medis. Universitas
Indonesia. Jakarta.
Irianto, A. 2003. Probiotik Aquaculture. Cetakan I. Gadjah Mada Universitas
Press. Bulaksumur. Yogjakarta. 125 hlm.
Isolauri, E., Y. Sutas, P. Kankaanpaa, H. Arvilommi dan S. Salminen. 2001.
Probiotics: effects on immunity. Am. J. Clin. Nutr. 73 (2) : 444 – 450.
Jusadi, D., E. Gandara, dan I. Mokoginta. 2004. Pengaruh penambahan probiotik
Bacillus sp. pada pakan komersil terhadap konversi pakan dan
pertumbuhan ikan patin (Pangasius hypophthalmus). Jurnal Akuakultur
Indonesia 3(1):15-18.
Kordi. 2009. Budidaya perairan. PT. Citra Aditya Bakti. Bandung
Korhenen, J. 2010. Antibiotic Resistance of Lactid Acid Bacteria. Forestry and Natural Science, University of Eastern Finland.
36
Kurnianti, N. 2013. Nutrisi dan Pakan Ikan [online].
http://www.tanijogonegoro.com/2013/06/pakan-ikan.html [diakses 25
mei 2014]
Kusworo, A. B. 2004. Pengelolaan kualitas air pada pembesaran ikan bandeng.
Direkorat pendidikan nasional. Jakarta.
Lee, J., Y. Kim, H. S. Yun, J. G. Kim, S. Oh, dan S. H. Kim. 2010. Genetic and
proteomic analysis of factors affecting serum cholesterol reduction by lactobacillus acidophilus. Appl. Environ. Microbiol. 76 (14): 4829-4835.
Lim, C., S. Sukhawongs dan F. P. Pascual. 1979. A preliminiary study on protein
requirement of Chanos chanos (Forsskal) Fry in a Conrolled
Environment. Aquaculture 17 : 1195-210.
Lunggani, A.T. 2007. Kemampuan Bakteri Asam Laktat Dalam Menghambat Pertumbuhan dan Produksi Aflatoksin B2 Aspergilllus flavus. 9(2):45 – 51.
Mahyudin, K. 2008. Panduan Lengkap Agribisnis Ikan Lele. Penebar Swadaya.
Jakarta. Malik, A. 2008. Pengaruh pemberian suplemen dan probiotik terhadap hasil
panen bandeng (Chanos chanos) di wilayah desa kentong kecamatan
glagah kabupaten lamongan. Hal 59-95.
Mazurkiewicz J., A. Przybył, dan J. Golski. 2008. Usability of fermacto prebiotic in
feeds for common carp (Cyprinus carpio L.) fry. NaukaPrzyr. Technol.
2, 3, 15thed.
Muliani, A. Suwanto, dan Y. Hala. 2003. Isolasi dan karakterisasi bakteri asal laut
sulawesi untuk biokontrol penyakit vibriosis pada larva udang windu
(Penaeus monodon Fab.). Hayati 10: 6-11.
Muliani, Nurbaya, dan M. Atmomarsono. 2010. Penggunaan Probiotik pada
pemeliharaan udang windu (Penaeus monodon) dengan dosis pakan
yang berbeda. Dalam Prosiding forum Inovasi teknologi akuakultur.hal
249-258.
Muliani, Nurbaya, dan I.A.K. Kadriah. 2009b. Peubah kualitas air dan kelulusan
hidup udang windu (Penaeus monodon) pada penggunaan probiotik
yang diisolasi dari sedimen tambak dan daun mangrove. J.
Aquaculture Indonesiana 8(3) :25-34.
Muliani, Nurbaya, dan M. Atmomarsono. 2009a. Uji performasi bakteri probiotik
pada pemeliharaan pascalarva udang windu (Penaeus monodon)
dalam bak terkontrol. Makalah telah disseminarkan pada “Gelar
teknologi Budidaya” Pusat Riset Perikanan Budidaya. Badan Riset
Kelautan dan Perikanan. Departemen kelautan dan perikanan di
Manado , tanggal 2-3 mei 2008.
37
Murni. 2004. Pengaruh penambahan bakteri probiotik Bacillus sp. dalam pakan
buatan terhadap pencernaan, efisiensi pemanfaatan pakan dan
pertumbuhan ikan gurame (Osphronemus gouramy Lacepede) [Tesis].
Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor. Bogor
Murtidjo, B. A,. 2002. Bandeng. Kanisius. Yogyakarta.
Nur, S.H. 2005. Pembentukan asam organik oleh isolat bakteri asam laktat pada
media ekstrak daging buah durian (Durio zibethinus Murr.).
Bioscientiae 2(1):15-24.
Purnomowati, I.,D. Hidayati, dan C. Saparinto. 2007. Ragam Olahan Bandeng.
Kanisius. Yogyakarta.
Putri, F.S., Z. Hasan, dan K. Haetami. 2012. Pengaruh pemberian bakteri
probiotik pada pellet yang mengandung kaliandra (Caliandra
calothyrsus) terhadap pertumbuhan benih ikan nila (Oreochromis
niloticus). Jurnal perikanan dan kelautan 3(4) : 283-291.
Radjasa, O.K., T. Martens, H. P. Grassart, A. Sabdono, M. Simon, dan T.
Bachtiar .2005. Antibacterial property of coral-associated bacterium
Pseudoalteromonas luteoviolcea againts shrimp pathogenic Vibrio
harveyi ( In vitro study). Hayati 12: 71-81.
Rahayu, E. 2001. Potensi Bakteri Asam Laktat di Bidang Industri Pangan. Dalam
Prosiding Seminar Ilmiah Tahunan Perhimpunan Mikrobiologi
Indonesia.
Ramadhan. M. D. R. 2008. Evaluasi mutu protein secara biologis daging yang
difermentasi Lactobacillus plantarum. [Skripsi]. Program studi
Teknologi Hasil Ternak Fakultas Perternakan, Institut Pertanian Bogor:
Bogor.
Ramadhana, S., N.A. Fauzana, dan P. Ansyari. 2012. Pemberian pakan komersil
dengan penambahan probiotik yang mengandung lactobacillus sp.
terhadap kecernaan dan pertumbuhanikan nila (Oreochromis niloticus)
Fish Scientiae, 2(4):178-187.
Rangka, N. A., dan A. I. J Asaad. 2010. Teknologi budidaya ikan bandeng di
sulawesi selatan. Dalam Prosiding forum Inovasi teknologi
akuakultur.hal 187-203.
Ratledge, C. 1994. Biochemistry of Microbial Degradation. Kluwer Academic
Publishers, London.
Rosa, D., I. Zafran, Tufik, dan M.A. Girsang. 1997. Pengendalian Vibrio Harveyi
secara biologis pada larva udang windu (Penaeus monodon): I isolasi
bakteri penghambat. Jurnal Pendidikan Perikanan Indonesia 3 :1-10.
38
Santiago, C. B., M.B. Aldaba dan E.T. Songalia. 1983. Effect of artificial Diets on
Growth and Survival of Milkfish Rry in freshwater. Aquaculture 34 (3):
252-357.
Setiawati, J. E., Tarsim, Y.T. Adiputra, dan S. Hudaidah. 2013. Pengaruh
penambahan probiotik pada pakan dengan dosis berbeda terhadap
pertumbuhan, kelulushidupan, efisiensi pakan dan retensi protein ikan
patin (Pangasius hypophthalmus). Jurnal Rekayasa dan Teknologi
Budidaya Perairan 1(2): 152-162.
Shah, N. P. 2007. Functional cultures and health benefits. Elsevier Inc, USA. Int.
Dairy J.17:1262-1277.
Shitandi, A., M. Alfred, dan M. Symon. 2007. Probiotic characteristic of
lactococcus strain from local fermented Amaranthus hybrydus and
Solanum nigrum. African Crop Science Confrence Proceedings
8:1809-1812.
Steffens, W. 1987. Principles of Fish Nutrition. Ellishorwood Limited, England.
Sugiarto, A., N. Iriyanti, dan M. Sigit. 2013. Penggunaan Berbagai Jenis Probiotik
Dalam Ransum Terhadap Kecernaan Bahan Kering (KBK) Dan
Kecernaan Bahan Organik (KBO) Jurnal Ilmiah Peternakan 1(3):933-
937.
Sugita, H., K. Ohta, A. Kuruma, dan T. Sagesaka. 2007. An antibacterial effect of
lactococcus lactis isolated from the intestinal tract of the amur catfish,
silurus asotus linnaeus. Aquaculture Research, 38: 1, 002- 1, 004.
Sukria, H. A., 2004. Pabrik pakan skala mini dan pola pengembangan industri pakan pedesaan. Dalam Prosiding Temu bisnis pengembangan nutrisi dan pakan ikan budidaya. Surabaya. Hlm 9.
Suriawiria, U. 1983, Mikrobiologi Masa Depan Penuh Kecerahan Di Dalam
Pembangunan, Kumpulan Beberapa Tulisan dari Unus Suriawiria,
Jurusan Biologi, ITB,Bandung, Hlm. 67-68.
Syamsuddin, R. 2010. Sektor Perikanan Kawasan Indonesia Timur: Potensi,
Permasalahan, dan Prospek. PT Perca. Jakarta.
Syarifah, N. 2012. Bakteri Lactobacillus sp. [Online].
http://rieffah.blogspot.com/2012/11/bakteri-lactobacillus-sp_28.html.
[diakses 15 Mei 2014].
Takeuchi T. 1988. Laboratory work, chemical evaluation of dietary nutrients. Di
dalam Verschuere L. Rombaut G, Sorgeloos P, Verstraete W. 2000.
Probiotic bacteria as biological control agents in aquaculture. Microbial
Mol Biol rev 64:655-67.
39
Tangko A.M., A. Mansyur dan Reski. 2007. Penggunaan Probiotik Pada Pakan
Pembesaran Ikan Bandeng Dalam Keramba Jaring Apung di Laut.
Jur.Riset Akuakultur II (1): 33-40.
Watanabe T. Editor.1988. Fish Nutrition and Mariculture. JICA Texbook the
General Aquaculture Course. Departement of Aquatic Bioscience.
Tokyo University of Fisheries. Hal 179-233.
Watson, A.K., H. Kaspar, M.J. Lategan, dan L. Gibson. 2008. Probiotics in
aquaculture: The need,Principles and mechanisms of action and
screening processes. Aquaculture 274: 1-14.
Widanarni, D., Wahjuningrum, dan F. Puspita. 2012. Aplikasi bakteri probiotik
melalui pakan buatan untuk meningkatkan kinerja pertumbuhan udang
windu penaeus monodon. Jurnal Sains Terapan Edisi II 2(1):32 – 49.
Widyastuti, E., Sukanto, dan S. Rukayah. 2010. Penggunaan pakan fermentasi
pada budidaya ikan sistem keramba jaring apung untuk mengurangi
potensi eutrofikasi di waduk Wadaslintang. Limnotek 17 (2): 191-200.
Yousefian, M. dan M.S. Amri. 2009. A Review of the Use Prebiotic in
Aquaculture for Fish AND Shrimp. African Journal of
Biotechnology8(25) PP.7313-7318.
41
Lampiran 1. Rata-rata kecernaaan protein (%) dan karbohidrat (%) juvenil ikan bandeng selama penelitian
Konsentrasi Lactobacillus sp. (CFU/100 g pakan)
Kecernaan protein (%) Kecernaan
karbohidrat (%)
0 49,47 42,35 0 54,67 46,66 0 51,38 44, 66
Rataan 51, 84 ± 2,63 44, 56 ± 2,16
108 70,84 64, 79 108 74,10 65, 11 108 76,74 67, 99
Rataan 73, 89 ± 2,95 65, 96 ± 1,76
1010 72,94 66, 48 1010 74,05 68, 86 1010 74,98 66, 48
Rataan 73, 99 ± 1,02 67, 27 ± 1,37
42
Lampiran 2. Analisis ragam kecernaan protein (%) juvenil ikan bandeng
Sumber keragaman
JK Db KT F Sig.
Perlakuan 976,981 2 488,491 87,772** 0,000 Galat 33,393 6 5,565
Total 1010,374 8
Keterangan : ** berpengaruh sangat nyata (p<0, 01)
Lampiran 3. Hasil uji Lanjut W- Tukey kecernaan protein (%) juvenil ikan bandeng
(I)Perlakuan (J)Perlakuan Selisih rata-rata (I-J)
Std. kesalahan
Sig.
0 108 -22,05333* 1,92621 0,000 1010 -22,15000* 1,92621 0,000
108 0 22,05333* 1,92621 0,000 1010 -0,09667 1,92621 0,999
1010 0 22,15000* 1,2621 0,000 108 0,09667 1,92621 0,999
Keterangan : * berbeda nyata antara perlakuan pada taraf 5 % ( p < 0, 05)
43
Lampiran 4. Analisis ragam kecernaan karbohidrat (%) juvenil ikan bandeng
Sumber keragaman
JK Db KT F Sig.
Perlakuan 976,008 2 488,004 151,769** 0,000 Galat 19,293 6 3,215
Total 995,301 8
Keterangan : **berpengaruh sangat nyata (p<0, 01)
Lampiran 5. Hasil uji Lanjut W- Tukey kecernaan karbohidrat (%) juvenil ikan bandeng
(I)Perlakuan (J)Perlakuan Selisih rata-rata (I-J)
Std. kesalahan
Sig.
0 108 -21,40667* 1,46411 0,000 1010 -22,71667* 1,46411 0,000
108 0 21,40667* 1,46411 0,000 1010 -1,31000 1,46411 0,663
1010 0 22,71667* 1,46411 0,000 108 1,31000 1,46411 0,663
Keterangan : * berbeda nyata antara perlakuan pada taraf 5 % ( p<0,05)
44
Lampiran 6. Rata-rata efisiensi pemanfaatan pakan (%) juvenil ikan bandeng selama penelitian
Konsentrasi Lactobacillus sp. (CFU/100 g pakan)
Efisensi Pakan (EP)
0 16,77 0 17,64 0 16,39
Rataan 16,94 ± 0,64
108 44,68 108 39,26 108 34,94
Rataan 39,63 ± 4,88
1010 42,94 1010 49,13 1010 40,51
Rataan 44,19 ± 4,44
45
Lampiran 7. Analisis ragam efisiensi pemanfaaatan pakan (%) juvenil ikan bandeng
Sumber keragaman
JK Db KT F Sig.
Perlakuan 1278,949 2 639,475 43,618** 0,000 Galat 87,965 6 14,661
Total 1366,915 8
Keterangan :** berpengaruh sangat nyata (p<0, 01)
Lampiran 8. Hasil uji Lanjut W- Tukey efisiensi pemanfaatan pakan (%) juvenil ikan bandeng
(I)Perlakuan (J)Perlakuan Selisih rata-rata (I-J)
Std. kesalahan
Sig.
0 108 -22,69333* 3,12633 0,001 1010 -27,26000* 3,12633 0,000
108 0 22,69333* 3,12633 0,001 1010 -4,56667 3,12633 0,372
1010 0 27,26000* 3,12633 0,000 108 4,56667 3,12633 0,372
Keterangan : * berbeda nyata antara perlakuan pada taraf 5 % ( p < 0, 05)