pengaruh pemberian probiotik bakteri asam

57
PENGARUH PEMBERIAN PROBIOTIK BAKTERI ASAM LAKTAT (BAL) Lactobacillus sp. TERHADAP KECERNAAN DAN EFISIENSI PAKAN JUVENIL IKAN BANDENG (Chanos chanos Forsskal) NURUL HUDAYAH L221 11 260 PROGRAM STUDI BUDIDAYA PERAIRAN JURUSAN PERIKANAN FAKULTAS ILMU KELAUTAN DAN PERIKANAN UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2015 SKRIPSI

Transcript of pengaruh pemberian probiotik bakteri asam

PENGARUH PEMBERIAN PROBIOTIK BAKTERI ASAM LAKTAT (BAL) Lactobacillus sp. TERHADAP KECERNAAN

DAN EFISIENSI PAKAN JUVENIL IKAN BANDENG (Chanos chanos Forsskal)

NURUL HUDAYAH

L221 11 260

PROGRAM STUDI BUDIDAYA PERAIRAN JURUSAN PERIKANAN

FAKULTAS ILMU KELAUTAN DAN PERIKANAN UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR 2015

SKRIPSI

ABSTRAK

NURUL HUDAYAH. L22111260. Pengaruh Pemberian Probiotik Bakteri Asam

Laktat (BAL) Lactobacillus sp. Terhadap Kecernaan dan Efesiensi Pakan Juvenil

Ikan Bandeng (Chanos chanos Forsskal). Di bawah bimbingan SITI ASLAMYAH

sebagai pembimbing utamadan MUH.YUSRI KARIM sebagai pembimbing

anggota.

Ikan bandeng merupakan salah satu komoditi perikanan yang memiliki nilai

ekonomis penting. Penelitian ini bertujuan untuk untuk mengevaluasi pemberian

probiotik BAL Lactobacillus sp. yang paling efektif terhadap kecernaan dan

efisisensi pakan ikan bandeng (Chanos chanos). Penelitian ini dilaksanakan

pada bulan Juni-Agustus 2014. Metode penelitian yang digunakan adalah

metode eksperimen dengan rancangan acak lengkap (RAL) yang terdiri atas 3

perlakukan dan 3 ulangan. Ketiga perlakuan tersebut adalah 0 (kontrol), 108 dan

1010 CFU/mL/100 g pakan. Wadah percobaan adalah akuarium kaca berukuran

50x40x35 cm berjumlah 9 buah, dengan menggunakan sistem resirkulasi yang

diisi air sebanyak 48 L, masing-masing ditebar 15 ekor juvenil ikan bandeng

dengan bobot rata-rata 8 ± 0,10 g/ekor. Selama percobaan ikan uji diberi pakan

buatan dengan kadar protein, karbohidrat, lemak dan energi sebanyak 25, 50, 8

% dan 2773 kkal/kg, yang diperkaya dengan probiotik Lactobacillus sp. Sesuai

kosentrasi perlakuan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian pakan

dengan penambahan probiotik Lactobacillus sp. berpengaruh sangat nyata

(p<0,01) terhadap kecernaan dan efesiensi pakan. Kecernaan protein terbaik

yaitu pada pemberian pakan dengan kosentrasi 108 dan 1010 CFU/mL/100 g

pakan (73,89±2,95b% dan 73,99±1,02b%) begitupun pada kecernaan karbohidrat

(65,69±1,76b% dan 67,72±1,37b%) dan yang terendah pada perlakuan kontrol

baik pada kecernaan protein (51,84±2,63a %) maupun kecernaan karbohidrat

(44,56±2,16a%). Efesiensi pakan terbaik yaitu pada pemberian pakan dengan

kosentrasi 108 dan 1010 CFU/mL/100 g pakan (39,63±4,88b% dan 44,19±4,44b%)

dan yang terendah pada perlakuan kontrol (16,94±0,64a%).

Kata kunci: ikan bandeng, probiotik, Bakteri Asam Laktat (BAL)

lactobacillus sp., kecernaan, efesiensi pakan.

ABSTRACT

NURUL HUDAYAH. Effect of Lactate Acid Bacteria (LAB) Probiotic Lactobacillus

sp. Application on Digestibility and Feed Efficiency of Milkfish (Chanos chanos

Forsskal) Juvenile. Under the guidance of SITI ASLAMYAH (Supervisor) and

MUH. YUSRI KARIM (Co-Supervisor).

Milkfish is an important economic valuable of fishery commodities. This study

aimed to evaluate the most effective LAB probiotic Lactobacillus sp. application

on digestibility and feed efficiency of Milkfish (Chanos chanos). This study was

conducted in June-August 2014. The method used was experimental method

with a completely randomized design (CRD), which consists of 3 treatments and

3 replications. The three treatments were 0 (control), 108 and 1010 CFU /mL/100 g

of feed. The experiment containers were9 units of glass aquariumssized

50x40x35 cm, using recirculation system that filled with 48 L of water, each of

those stocked with 15 fishes of milkfish juveniles, 8±0.10 g/fish of mean weight.

During the experiment, the experimental fisheswas fed with artificial feed

contained 25, 50, 8%. and 2773 kcal/kg of, respectively, protein, fat and energy,

enriched with probiotic Lactobacillus sp. according to each treatments. The result

showed that feeding with probiotic Lactobacillus sp. application is very significant

(p<0.01) on digestibility and feed efficiency. The best protein digestibility are on

probiotic content of 108 and 1010 CFU/mL/100 g of feed (73.89 ± 2.95% and

73.99 ± 1.02%), so does the carbohydrate digestibility (65.69 ± 1.76 % and 67.72

± 1.37%), and the lowest is control treatment, either the protein digestibility

(51.84 ± 2.63%) or the carbohydrates digestibility (44.56 ± 2.16%). The best feed

efficiency are on probiotic contents of 108 and 1010 CFU/mL/100 g of feed (39.63

± 4.88% and 44.19 ± 4.44%) and the lowest iscontrol treatment (16.94 ± 0.64%).

Keywords: Milkfish, probiotic, Lactate Acid Bacteria (LAB) Lactobacillus sp., digestibility, feed efficiency.

PENGARUH PEMBERIAN PROBIOTIK BAKTERI ASAM LAKTAT (BAL) Lactobacillus sp. TERHADAP KECERNAAN

DAN EFISIENSI PAKAN JUVENIL IKAN BANDENG (Chanos chanos Forsskal)

NURUL HUDAYAH

Skripsi Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana

Pada Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan

PROGRAM STUDI BUDIDAYA PERAIRAN JURUSAN PERIKANAN

FAKULTAS ILMU KELAUTAN DAN PERIKANAN UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR 2015

RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama Nurul Hudayah lahir di Sungguminasa,

Gowa, Sulawesi selatan pada tanggal 25 Februari 1994.

Sebagai anak pertama dari dua bersaudara pasangan

Lukman munier, S.E. dan Hartati machyuddin. Pertama kali

mengenyam pendidikan formal di TK YAPIS Timika, dan lulus

pada tahun 1999, kemudian melanjutkan sekolah Dasar di SD YAPIS Timika dan

lulus pada tahun 2005. Kemudian, penulis melanjutkan Sekolah Menengah

Pertama dan Sekolah Menengah Atas di pesantren Modern IMMIM Putri

Pangkep selama 6 tahun dan lulus pada tahun 2011. Kemudian pada tahun

2011, melalui Jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN)

penulis berhasil diterima sebagai mahasiswi baru pada program studi Budidaya

Perairan, Jurusan Perikanan, Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan, Universitas

Hasanuddin, Makassar. Penulis selama kuliah juga aktif mengikuti beberapa

organisasi antara lain Pengurus Himpunan Mahasiswa Jurusan (HMJ) Perikanan

periode 2013/2014 , Pengurus Keluarga Mahasiswa Perikanan Profesi Budidaya

perairan (KMP-BDP) 2014/2015.

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahi Rabbil Alamin. Seluruh jiwa dan jasadku memuji, memohon

pertolongan dan ampunan kepada-Nya. Kami bersaksi tidak ada Tuhan yang

berhak untuk disembah melainkan Allah SWT dan kami bersaksi bahwa

Rasulullah SAW adalah hamba dan utusannya.

Puji syukur penulis hanturkan atas kehadirat Allah SWT yang telah

memberikan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan

skripsi ini dengan baik. Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk

memperoleh gelar kesarjanaan di Program Studi Budidaya Perairan, Jurusan

Perikanan, Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan, Universitas Hasanuddin,

Makassar.

Dalam perjalanan menyelesaikan skripsi ini, banyak hal yang harus

penulis lalui. Berbagai kesulitan dan rintanganpun selalu setia mengiringi, namun

berkat pertolongan yang senantiasa tercurahkan dari Allah SWT serta motivasi

dan bantuan yang tiada hentinya dari berbagai pihak sehingga menjadikan

segala kesulitan dan rintangan yang dialami penulis menjadi sebuah anugrah

yang harus di syukuri dan diambil hikmahnya. Melalui kesempatan ini, penulis

ingin menyampaikan penghormatan sebagai wujud rasa terima kasih yang

sedalam-dalamnya kepada :

1. Dr.Ir. Siti Aslamyah, MP., selaku pembimbing utama dan Prof.Dr.Ir. Muh.

Yusri Karim, M.Si. selaku pembimbing anggota yang dengan tulus dan

sabar membimbing penulis, serta telah banyak membantu, memberi motivasi

serta arahan. Semoga selalu dalam keadaan yang sehat dan sukses.

2. Dr. Ir. Gunarto Latama, M.sc selaku pembimbing akademik yang telah

banyak memberikan nasehat dan arahan yang sangat bermanfaat.

3. Prof. Dr.Ir. Haryati Tandipayuk, MS dan Dr. Ir. Zainuddin, M.Si selaku

penguji yang banyak memberikan masukan bermanfaat.

4. Bapak ibu dosen, serta staf pegawai FIKP UH yang telah banyak

berbagaai ilmu dan pengalaman, serta banyak membantu dalam berbagai

kegiatan.

5. Bapak Yulius selaku penanggung jawab Lab. Hatchery Perikanan yang telah

banyak membantu selama penelitian berlangsung.

6. Sakinah selaku teman seperjuangan selama penelitian yang telah setia

menemani suka dan duka pada saat penelitian.

7. Teman-Teman Budidaya pada umumnya dan Angkatan 2011 pada

khususnya yang telah memberikan persahabatan dan persaudaraan yang

begitu indah dan baik.

8. Muh. Hasbi Af.S yang setia menemani dan membantu disetiap proses

penyelesaian skripsi ini, dan tiada hentinya memberikan motivasi serta saran

kepada penulis.

9. Tulisan ini saya persembahkan spesial untuk keluargaku Ayahanda Lukman

Munier, S.E dan Ibunda Tercinta Hartaty Machyuddin atas segala doa-

doannya, dan yang selalu ada serta rela mengorbankan banyak hal untuk

penulis. Saudaraku Muh. Fathun M, yang selalu menyertai pula dengan doa

dan bantuan moral.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih terdapat banyak kekurangan

dan jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati

penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun untuk penulisan

yang lebih baik. Billahi Taufik Walhidayah Wassalamu Alikum Wr. Wb.

Makassar, 11 Mei 2015 Penulis, N U R U L H U D A Y A H

v

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI........................................................................................ vi

DAFTAR TABEL................................................................................. vii

DAFTAR GAMBAR............................................................................. viii

DAFTAR LAMPIRAN.......................................................................... ix

I. PENDAHULUAN...........................................................................

A. Latar Belakang......................................................................... 1 B. Tujuan dan Manfaat................................................................. 3

II. TINJAUAN PUSTAKA.................................................................. 4

A. Sistematika dan Ciri morfologi ikan bandeng ........................ 4 B. Sistem Pencernaaan dan Kebiasaan Makan......................... 6 C. Kebutuhan Nutrisi Ikan Bandeng .......................................... 8 D. Aplikasi Probiotik Lactobacillus sp. ....................................... 11 E. Kecernaan.............................................................................. 15 F. Efesiensi Pakan...................................................................... 16 G. Kualitas Air ............................................................................ 17

III. METODE PENELITIAN................................................................ 20

A. Waktu dan Tempat ................................................................ 20 B. Materi Penelitian .................................................................... 20 C. Prosedur Penelitian................................................................ 21 D. Perlakuan dan Rancangan Percobaan.................................. 22 E. Parameter yang Diamati........................................................ 22 F. Analisis Data ......................................................................... 24

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN........................................................ 25

A. Kecernaan Protein dan Karbohidrat....................................... 25 B. Efesiensi Pakan .................................................................... 28 C. Kualitas Air............................................................................. 31

V. KESIMPULAN DAN SARAN....................................................... 33

A. Kesimpulan ............................................................................ 33 B. Saran...................................................................................... 33

DAFTAR PUSTAKA............................................................................... 34

LAMPIRAN............................................................................................. 40

DAFTAR TABEL

Nomor Teks Halaman

1 Kebutuhan protein pakan Ikan bandeng............................................. 9

2 Rata-rata kecernaan protein dan karbohidrat juvenil ikan bandeng pada setiap perlakuan.......................................................................... 25 3 Rata-rata efisiensi pakan juvenil ikan bandeng pada setiap perlakuan.............................................................................................. 28 4 Kisaran nilai kualitas air media pemeliharaan selama penelitian.... 31

DAFTAR GAMBAR

Nomor Teks Halaman

1. Morfologi ikan bandeng..................................................................... 4

2. Tata letak wadah percobaan............................................................. 22

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Teks Halaman

1. Rata-rata kecernaaan protein (%) dan karbohidrat (%) juvenil ikan bandeng selama penelitian................................................................. 41

2. Hasil uji analisis ragam kecernaan protein (%) juvenil ikan bandeng............................................................................................... 42

3. Hasil uji lanjut W- Tukey kecernaan protein (%) juvenil ikan bandeng ………………………………..……….............................…..... 42

4. Hasil uji analisis ragam kecernaan karbohidrat (%) juvenil ikan bandeng................................................................................................ 43

5. Hasil uji lanjut W- Tukey kecernaan karbohidrat (%) juvenil ikan bandeng ……………………………………...…..............................….... 43

6. Rata-rata efisiensi pemanfaatan pakan (%) juvenil ikan bandeng

selama penelitian................................................................................ 44

7. Hasil uji analisis ragam efesiensi pemanfaatan pakan (%) juvenil ikan bandeng.............................................................................................. 45

8. Hasil uji lanjut W- Tukey efesiensi pemanfaatan pakan (%) juvenil ikan bandeng …………………………………..............................…..... 45

1

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Salah satu komoditi perikanan yang memiliki nilai ekonomis penting

sebagai ikan konsumsi adalah ikan bandeng (Chanos chanos Forsskal). Ikan

bandeng merupakan salah satu komoditas unggulan Provinsi Sulawesi Selatan.

Hal ini didukung oleh rasa daging yang enak dan nilai gizi yang tinggi sehingga

memiliki tingkat konsumsi yang tinggi. Selain sebagai ikan konsumsi ikan

bandeng juga dipakai sebagai umpan hidup pada usaha penangkapan ikan tuna

(Syamsuddin, 2010).

Dalam rangka memenuhi kebutuhan konsumen sebagai komoditi

unggulan pada sektor perikanan, diperlukan usaha pembudidayaan ikan

bandeng secara intensif. Salah satu hal yang menunjang keberhasilan dari

kegiatan pembudidayaan bandeng secara intensif adalah pakan. Pakan

merupakan salah satu faktor penting dalam kegiatan budidaya karena

merupakan faktor penentu pada pertumbuhan kultivan serta merupakan biaya

terbesar dalam kegiatan produksi yang dapat mencapai 35-60% dari total biaya

produksi (Ramadhana, 2012).

Dewasa ini, harga bahan baku pakan yang berkualitas semakin

meningkat, dikarenakan ketersediaan bahan baku pakan semakin menipis, akibat

terjadinya persaingan dalam mengkonsumsi bahan baku tersebut oleh beberapa

organisme. Menurut Sukria (2004) harga bahan baku pakan semakin mahal

karena bahan baku yang digunakan berasal dari impor, dengan penggunaannya

mencapai 70-80%. Dengan demikian, diperlukan suatu upaya perbaikan nilai

guna pakan, salah satunya melalui pemberian feed suplement (pakan

pelengkap), seperti probiotik yang memanfaatkan mikrooaganisme hidup dengan

memberikan keuntungan bagi hewan inang yang mengkonsumsinya, dengan

2

cara memperbaiki keseimbangan mikroflora intestinal pada saat masuk ke dalam

saluran pencernaan (Shitandi dkk., 2007; Dommels dkk., 2009).

Jenis bakteri yang mulai dilirik untuk diaplikasikan sebagai probiotik pada

bidang perikanan adalah Bakteri Asam Laktat (BAL) jenis Lactobacillus sp.

Bakteri Asam Laktat (BAL) adalah kelompok bakteri gram positif, tidak berspora,

berbentuk bulat atau batang dan dapat mengubah karbohidrat menjadi asam

laktat (Korhenen, 2010). Salah satu peran utama bakteri ini adalah untuk

mengawetkan bahan makanan dengan menghasilkan sebagian besar asam

laktat (bakteri homofermentatif), asam asetat, etanol dan CO2 (bakteri

heterofermentatif) serta bakteriosin (Desmazeaud, 1996 dalam Nur, 2005). Asam

laktat yang dihasilkan dapat menyebabkan terjadinya penurunan pH lingkungan.

pH yang rendah dapat menghambat kontaminasi mikroba pembusuk dan

mikroba patogen (Sperling, 1968 dalam Suriawiria, 1983).

Menurut Syarifah (2012) Lactobacillus sp. adalah mikroorganisme hidup,

mirip dengan mikroorganisme yang menguntungkan yang ditemukan dalam usus.

Selanjutnya Rahayu dkk. (2000) dalam Ramadhan (2008) menyatakan bahwa

Lactobacillus sp., berperan untuk menghasilkan enzim-enzim pencernaan seperti

laktase yang memanfaatkan karbohidrat menjadi asam laktat. Selain itu, memiliki

produk akhir yang mengandung asam laktat dengan kosentrasi tinggi dan pH

rendah 4,6-5,0 (Hui dkk., 2001 dalam Ramadhan, 2008). Lactobacillus sp. Juga

memiliki respon yang cukup baik dalam menghadapi stress lingkungan yang

sedikit banyak mempengaruhi proses metabolismenya (Lunggani, 2007).

Penggunaan probiotik Lactobacillus sp. dalam pakan telah digunakan

beberapa peneliti. Ramadhana dkk. (2012) melaporkan bahwa pemberian pakan

dengan penambahan probiotik Lactobacillus sp. menggunakan dosis 3, 5, dan

7% mampu meningkatkan nilai kecernaan pada ikan nila. Pakan yang

mengandung probiotik 7% menunjukkan nilai kecernaan sebesar 68,09%,

3

probiotik 5% sebesar 64,99%, dan probiotik 3% sebesar 63,26%. Pemberian

probiotik dengan persentase sebesar 3, 5, dan 7% dapat meningkatkan jumlah

bakteri dalam mukosa usus pada ikan nila.

Keberadaan bakteri Lactobacillus sp. dalam pakan diharapkan dapat

meningkatkan kecernaan pakan dan pada akhirnya meningkatkan efesiensi

pakan ikan bandeng. Pengaruh probiotik Lactobacillus sp. terhadap kecernaan

dan efisiensi pakan ikan bandeng belum diketahui. Berdasarkan hal tersebut

guna mengevaluasi pengaruh konsentrasi probiotik Lactobacillus sp. terhadap

kecernaan dan efesiensi pakan pada ikan bandeng, maka penelitian tentang hal

tersebut perlu dilakukan.

B. Tujuan dan kegunaan

Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi konsentrasi probiotik BAL

Lactobacillus sp. yang paling efektif terhadap kecernaan dan efisisensi pakan

ikan bandeng.

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu bahan informasi

tentang pengaplikasian probiotik Lactobacillus sp. dalam pakan, pada usaha

intensifikasi budidaya ikan bandeng. Selain itu, sebagai bahan acuan untuk

penelitian-penelitian selanjutnya.

4

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Sistematika dan Ciri morfologi

Menurut Sudrajat (2008) secara taksonomi ikan bandeng diklasifikasikan

sebagai berikut:

Kingdom : Animalia

Phylum : Chordata

Subphylum : Vertebrata

Class : Osteichthyes

Ordo : Gonorynchiformes

Family : Chanidae

Genus : Chanos

Spesies : Chanos chanos Forsskal

Ikan bandeng pada umumnya memiliki bentuk tubuh yang panjang,

ramping, padat, dan oval, yang menyerupai bentuk torpedo. Sementara itu,

perbandingan panjang kepala dengan panjang total adalah 1:(5,2-5,5),

Perbandingan tinggi dengan panjang total sekitar 1:(4,0-5,2) (Sudrajat, 2008).

Kemudian, ukuran kepala seimbang dengan ukuran tubuhnya, berbentuk lonjong

dan tidak bersisik. Pada bagian depan kepala (mendekati mulut) bentuknya

semakin runcing (Gambar 1) (Purnomowati dkk., 2007).

Sumber : (Nurul, 2014)

Gambar 1. Morfologi ikan bandeng

5

Sirip dada pada ikan bandeng berbentuk segitiga yang terbentuk dari

lapisan semacam lilin yang terletak di belakang insang di samping perut. Sirip

punggung terbentuk dari kulit yang berlapis dan licin, terletak jauh di belakang

tutup insang dan berbentuk segi empat. Sirip punggung tersusun dari tulang

sebanyak batang. Sirip ini terletak persis pada puncak punggung dan berfungsi

untuk mengendalikan diri ketika berenang. Sirip perut terletak pada bagian

bawah tubuh dan sirip anus terletak di bagian depan anus. Di bagian paling

belakang tubuh terdapat sirip ekor berukuran paling besar dibandingkan sirip-

sirip lain. Sirip ekor semakin ke pangkal ekor semakin lebar dan membentuk

sebuah gunting terbuka dan meruncing pada bagian ujungnya. Pada dasarnya,

Sirip ekor ini berfungsi sebagai kemudi laju pada tubuh pada ikan bandeng

ketika bergerak (Purnomowati dkk., 2007).

Selanjutnya dijelaskan bahwa ikan bandeng tergolong jenis ikan yang

dapat hidup pada kisaran salinitas yang luas atau tergolong ikan jenis eurihalin,

dimana dapat ditemukan di daerah air tawar, air payau, dan air laut. Selama

masa perkembangan, ikan bandeng cenderung menyukai hidup di air payau atau

daerah muara sungai. Ketika mencapai usia dewasa, ikan bandeng akan kembali

ke laut untuk berkembang biak. Pertumbuhan ikan bandeng relatif cepat, yaitu

1,1-1,7 % bobot badan/hari dan bisa mencapai bobot rata-rata 0,60 kg pada usia

5-6 bulan jika dipelihara dalam tambak (Murtidjo, 2002). Ikan bandeng termasuk

dalam kelompok ikan herbivora, yaitu pemakan tumbuhan, sehingga mempunyai

mulut yang tak bergigi, dan memiliki tapis insang yang lembut sehingga mampu

menyaring makanan (Burhanuddin, 2010).

Menurut Aslamyah (2008) ikan bandeng pada ukuran juvenil termasuk

dalam golongan herbivora, kemudian pada fase tersebut ikan bandeng sudah

bisa memakan pakan buatan berupa pellet. Namun, setelah dewasa ikan

6

bandeng kembali berubah menjadi omnivora, karena mengkonsumsi, alga,

zooplankton, bentos lunak, dan pakan buatan berbentuk pellet.

B. Sistem Pencernaaan dan Kebiasaan Makan

Alat pencernaan pada ikan bandeng pada umumnya sama dengan alat

pencernaan pada ikan lainnya, yaitu meliputi mulut, rongga mulut, pharing,

esophagus, lambung, pilorik, usus, rectum, dan anus (Burhanuddin, 2010).

Kelenjar pencernaan atau glandula digestoria pada ikan terdiri atas hati,

pangkreas dan kantong empedu, yang berfungsi untuk mensekresikan bahan-

bahan yang diperlukan pada proses pencernan. Hati terletak pada bagian depan

rongga badan dan meluas mengelilingi usus, dengan bentuk yang tidak tegas.

Pada hati terdapat pula kantong empedu berfungsi untuk mengeluarkan cairan

empedu, yang berfungsi untuk menampung atau menyimpan empedu (bilus) dan

mencurahkannya kedalam usus bila diperlukan. Selain itu, sebagai kelenjar

pencernaaan, hati juga berfungsi sebagai penyimpanan lemak dan glikogen, dan

juga menyimpan vitamin A, D. Organ pankreas terdiri atas 2 bagian, yaitu

eksokrin yang menghasilkan getah pankreas berupa enzim pencernaan yakni:

enzim protease, amilase, kitinase dan lipase, dan bagian pangkreas endokrin

(pulau-pulau langerhans) merupakan kelompok-kelompok sel yang ada diantara

sel eksokrin. Pulau langerhans memiliki beberapa tipe sel yaitu : sel A (α) yang

berfungsi mensekresikan glukogen, sel B (β) yang mensekresikan insulin, dan

sel D (τ) yang mensekresikan somatostatin (Affandi dkk., 2009)

Menurut Affandi dkk. (2009) di lambung, protein yang terdapat pada

pakan yang di konsumsi akan mengalami denaturasi oleh kelenjar HCL dan

dihidrolisis oleh enzim pepsin sehingga protein tersebut berubah menjadi peptid.

Pencernaan di lambung merupakan suatu persiapan untuk pencernaan di usus.

Di usus peptid akan mengalami proses hidrolisa dengan bantuan enzim

7

karbosipeptidase, tripsin, khimotripsin, dan elastase sebagai katalisatornya.

Enzim-enzim tersebut disekresikan oleh pankreatik eksokrin. Pada ikan yang

memiliki organ pilorik kakea, hidrolisis proteinnya (peptid) dikatalisasi oleh enzim

terutama yang berasal dari pangkreas, pada ikan-ikan yang tidak memiliki

lambung pencernaan protein terjadi di usus depan dengan demikian enzim

protease terutama berasal dari pankreas. Untuk mencapai hasil hidrolisis yang

maksimal dan untuk memaksimalkan kemampuan mengasimilasi nutrien, maka

ikan yang tidak berlambung biasanya cenderung memiliki usus yang lebih

panjang.

Pencernaan lemak dimulai pada bagian lambung, walaupun pada

umumnya tidak begitu efektif. Pencernaan lemak secara intensif terjadi pada

bagian usus, dimana lemak dihidrolisis dengan katalisator enzim lipase

pankreatik. Skinner dan Youssef (1982) dalam Affandi dkk. (2009)

mengemukakan bahwa lemak yang meninggalkan usus dalam bentuk asam

lemak yang tidak diesterifikasi akan diikat oleh protein “ventris” kemudian diikat

oleh sel hati, kemudian di sel hati asam lemak tersebut akan disentesis menjadi

lipoprotein.

Pencernaan karbohidrat pada umumnya dimulai di lambung, namun

secara intensif terjadi pada segmen usus karena terdapat enzim amilase

pankreatik. Pada segmen usus amilum zat tepung dihidrolisis oleh enzim

amilase menjadi maltose dan dekstrin, selanjutnya dihidrolisis menjadi glukosa.

Karbohidrat dalam bentuk glukosa dapat diserap oleh dinding sel. Penyerapan

glukosa sebesar 95% terjadi dalam kurun waktu 2 jam setelah pemberian pakan.

Selanjutnya Furukhi dan Yone (1981) dalam Affandi dkk. ( 2009) menyatakan

laju penyerapan karbohidrat pada ikan berhubuhan erat dengan kompleksitas

karbohidrat dalam pakan.

8

Berdasarkan kebiasaan makan, maka ikan dikategorikan dalam tiga

bagian, yaitu herbivora, karnivora, dan omnivora. Struktur anatomi yang

membedakan ketiga katogori ini terletak pada struktur gigi, rongga mulut, struktur

tapis insang, keberadaan dan bentuk lambung serta panjang usus. Pada ikan

herbivora memiliki tapis insang yang lembut dan tidak bergerigi, pada insang ikan

omnivora bergerigi namun kecil, sedangkan pada ikan karnivora pada umumnya

insang bergigi kuat dan panjang. Ikan herbivora tidak memiliki lambung

sesungguhnya melainkan lambung palsu yang hanya berfungsi sebagai

penyimpanan dan memiliki usus yang sangat panjang beberapa kali panjang

tubuh, Ikan omnivora memiliki lambung asli dan usus yang panjangnya 2 sampai

3 kali panjang tubuh, dan pada ikan karnivora berlambung dengan bentuk variasi

serta memiliki usus yang pendek (Burhanuddin, 2010).

Menurut Aslamyah (2008) ikan bandeng pada ukuran juvenil termasuk

dalam golongan herbivora, selain itu pada fase tersebut ikan bandeng sudah

bisa memakan pakan buatan berupa pellet. Setelah dewasa, ikan bandeng

kembali berubah menjadi omnivora, karena mengkonsumsi, alga, zooplankton,

bentos lunak, dan pakan buatan berbentuk pellet.

C. Kebutuhan Nutrisi Ikan Bandeng

Nilai nutrisi merupakan faktor penentu kualitas pakan yang diberikan pada

ikan. Dengan nilai nutrisi yang tepat maka akan membuat pakan dimanfaatkan

secara efesien oleh ikan, dan tentunya akan berpengaruh terhadap kecernaan

dan pertumbuhan ikan. Nilai nutrisi pada umumnya didasarkan atas komposisi

gizi yang dikandung suatu bahan yaitu meliputi protein, lemak, karbohidrat,

vitamin, dan mineral, serta kadar air dan lainnya termasuk kandungan energi

(Andrian, 2013).

9

Pada umumnya ikan akan tumbuh secara maksimal ketika kebutuhan

nutrisi protein, karbohidrat, lemak, vitamin, dan mineral diberikan sesuai dengan

kebutuhan ikan, karena kelima nutrien ini merupakan hal yang sangat penting

untuk pertumbuhan ikan. Pada dasarnya kebutuhan protein merupakan

komponen nutrisi atau gizi yang sangat penting, karena merupakan sumber

pertumbuhan dan perawatan pada ikan. Retensi protein merupakan gambaran

dari banyaknya protein yang diberikan, yang dapat diserap dan dimanfaatkan

untuk membangun ataupun memperbaiki sel-sel tubuh yang sudah rusak, serta

dimanfaatkan tubuh ikan untuk metabolisme sehari-hari. Selain itu, protein juga

harus selalu tersedia cukup dalam pakan yang diberikan kepada ikan (Watanabe,

1988).

Pertumbuhan pada ikan ditentukan oleh banyaknya protein yang dapat

diserap dan dimanfaatkan oleh tubuh sebagai zat pembangun. Menurut

Boonyaratpalin (1997) jumlah kebutuhan protein pakan untuk setiap stadia

biasanya berbeda, pada stadia larva dan benih dibutuhkan protein yang tinggi,

yang digunakan untuk pertumbuhan. Sebaliknya, rendah pada stadia

pembesaran karena digunakan hanya untuk maintenance atau perawatan

tumbuh dan saat pemijahan. Kebutuhan protein pada pakan ikan bandeng dapat

dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Kebutuhan Protein Pakan Ikan Bandeng

Ukuran Ikan (g) Kebutuhan Protein (%pakan)

0,01-0,035 52-60 0,04 40 0,5-0,8 30-40

Sumber : Boonyaratpalin (1997)

Menurut Lim dkk. (1979) kadar protein optimal pada benih ikan bandeng

sebesar 40% dengan (bobot rata-rata 40 mg) yang dipelihara di laut selama 30

hari menghasilkan pertambahan bobot sebesar 0,135 g dengan tingkat

10

kelangsungan hidup 60%. Hal yang sama dikemukakan Santiago dkk. (1983)

bahwa ikan yang dipelihara di air tawar, diberi pakan yang mengandung protein

40% mencukupi pertumbuhan ikan bandeng (panjang rata-rata 13 mm, bobot

15 mg) mencapai sebesar 0,16 hingga 0,18 g dengan tingkat kelangsungan

hidup 63 sampai 93% setelah 5 minggu pemeliharaan.

Pada umumnya, komposisi lemak tubuh sangat dipengaruhi oleh pakan

ikan yang mengandung lemak (Gusrina, 2008). Selain itu, lemak pada ikan

bandeng juga sangat penting, dimana juvenil ikan bandeng membutuhkan asam

lemak esensial n-3 sebesar 1,0 sampai 1,5% (Borlongan, 1990). Hasil penelitian

Alava dan Kanazawa (1996) menunjukkan bahwa pakan yang mengandung

asam lemak yang berbeda yaitu : 18 : n-9, 18 : 2n-6; 18 : 3n-3 ; 20 :4n-6 dan n-3

HUFA masing–masing 1% memberikan respon yang sama terhadap

pertumbuhan juvenil ikan bandeng yang dipelihara pada lingkungan air payau.

Karbohidrat terdiri atas serat kasar dan bahan ekstra tanpa nitrogen

(BETN). Karbohidrat dalam pakan disebut dengan BETN atau NFE (nitrogen free

extract). Kebutuhan karbohidrat pakan untuk ikan bandeng berkisar 30-45%.

Kebutuhan karbohidrat pada ikan dipengaruhi oleh kebiasaan makannya. Ikan

herbivora membutuhkan pakan buatan dengan kandungan karbohidrat lebih

besar dibandingkan dengan ikan karnivora (Mahyudin, 2008).

Vitamin merupakan senyawa organik yang berbobot molekul kecil tetapi

mutlak diperlukan oleh tubuh meskipun dalam jumlah relatif kecil. Senyawa

organik esensial ini tidak dapat diproduksi oleh tubuh ikan. Vitamin memegang

peranan vital dalam metabolisme terutama untuk menjaga keseimbangan

proses-proses yang terjadi di dalam tubuh ikan agar tetap stabil dan

berlangsung dengan baik. Pada dasarnya, senyawa vitamin ini digunakan oleh

tubuh untuk tumbuh dan berkembang secara normal (Kurnianti, 2013). Salah

11

satu vitamin yang penting untuk diperhatikan karena berperan dalam

meningkatkan kelangsungan hidup ikan adalah vitamin C.

Davis dan Mertz (1987) menyatakan bahwa mineral merupakan salah

satu komponen yang sangat diperlukan oleh makhluk hidup di samping

karbohidrat, lemak, protein, dan vitamin, juga dikenal sebagai zat anorganik atau

kadar abu. Sebagian besar karbon berubah menjadi gas karbon dioksida (CO2),

hidrogen menjadi uap air, dan nitrogen menjadi uap nitrogen (N2). Sebagian

besar mineral akan tertinggal dalam bentuk abu dalam bentuk senyawa

anorganik sederhana, serta akan terjadi penggabungan antar individu atau

dengan oksigen sehingga terbentuk garam anorganik. Unsur-unsur mineral

esensial dalam tubuh terdiri atas dua golongan, yaitu mineral makro dan mineral

mikro. Mineral makro diperlukan untuk membentuk komponen organ di dalam

tubuh. Mineral mikro yaitu mineral yang diperlukan dalam jumlah sangat sedikit

dan umumnya terdapat dalam jaringan dengan konsentrasi sangat kecil, mineral

nonesensial yaitu mineral yang sebaiknya tersedia di dalam tubuh ikan. Adapun

beberapa fungsi mineral yaitu membantu proses pembentukan rangka,

pernapasan, serta metabolisme (Kurnianti, 2013).

D. Aplikasi Probiotik Lactobacillus sp.

Lactobacillus sp. merupakan golongan bakteri BAL yang memiliki ciri-ciri:

berbentuk batang, gram positif, tidak membentuk spora, tumbuh pada suhu 21

sampai 50°C (optimum pada suhu 40 sampai 45°C) (Chotimah, 2009). Menurut

Hui dkk. (2001) dalam Ramadhan (2008) Lactobacillus sp. berperan untuk

menghasilkan enzim-enzim pencernaan seperti laktase yang memanfaatkan

karbohidrat menjadi asam laktat, dan memiliki produk akhir yang mengandung

asam laktat dengan kosentrasi tinggi dan pH rendah 4,6-5,0. Selain itu,

Lactobacillus sp. juga merupakan probiotik yang dapat memberikan efek yang

12

menguntungkan seperti menstimulasi sistem kekebalan (immune) tubuh (Isolauri

dkk., 2001) dan menurunkan kadar kolesterol (Lee dkk., 2010).

Lactobacillus spp. termasuk golongan bakteri asam laktat yang khusus

menghasilkan asam laktat dan asam asetat. pada umumnya Lactobacillus yang

sering dijumpai pada makanan fermentasi, produk olahan ikan, daging, susu, dan

buah-buahan. Sejauh ini telah diketahui bahwa keberadaan bakteri tersebut tidak

bersifat patogen dan aman bagi kesehatan dan berpotensi sebagai produk

probiotik. Sifat yang menguntungkan dari bakteri Lactobacillus spp. dalam bentuk

probiotik adalah dapat digunakan untuk mendukung peningkatan kesehatan.

Bakteri tersebut berperan sebagai flora normal dalam sistem pencernaan.

Fungsinya adalah untuk menjaga keseimbangan asam dan basa sehingga pH

dalam kolon konstan (Imadibrata, 2010). Selanjutnya Guessa dan Kihal (2004)

menyatakan wild type dari golongan bakteri asam laktat memiliki potensi dalam

memproduksi bakteriosin dan bersifat probiotik.

Beberapa keunggulan yang dimiliki oleh BAL yaitu: 1) BAL mampu

meningkatkan nilai cerna pada makanan fermentasi karena dapat melakukan

pemotongan pada bahan makanan yang sulit dicerna sehingga dapat langsung

diserap oleh tubuh, misalnya protein diubah menjadi asam-asam amino (Guerra

dkk., 2006), 2) BAL dapat menghasilkan senyawa antimikroba yang mampu

menghambat pertumbuhan mikroba yang bersifat patogen dan pembusuk pada

bahan makanan sehingga dapat memperpanjang masa simpan produk tersebut.

Senyawa-senyawa antimikroba yang dihasilkan BAL antara lain: asam laktat,

hidrogen peroksida, CO2, dan bakteriosin (Holzapfel dkk., 1995), 3) BAL mampu

menghasilkan senyawa-senyawa yang dapat memberikan rasa dan aroma

spesifik pada makanan fermentasi (Rahayu, 2001).

Menurut Fuller (1992) jumlah bakteri asam laktat yang diperlukan untuk

dikonsumsi dan baik untuk kesehatan adalah berkisar antara 107 dan 109.

13

Selanjutnya Shah (2007) menyatakan bahwa jumlah minimal strain probiotik

yang terdapat dalam produk makanan adalah sebesar 106 CFU/g atau jumlah

strain probiotik yang harus dikonsumsi setiap hari sekitar 108 CFU/g, dengan

tujuan untuk mengimbangi kemungkinan penurunan jumlah bakteri probiotik pada

saat berada dalam jalur pencernaan. Selain itu, berdasarkan penelitian

Ramadhana dkk. (2012) jumlah rata-rata bakteri dalam mukosa usus ikan nila

yang paling tertinggi yaitu sebesar 4974 x 108 koloni/mL.

Pada saat ini, perkembangan usaha budidaya di bidang perikanan

memacu perkembangan penggunaan probiotik (Watson dkk., 2008). Menurut

Fuller (1987) dalam Irianto (2003) probiotik adalah produk yang tersusun oleh

mikroba atau pakan alami mikroskopis yang bersifat menguntungkan dan

memberikan dampak bagi peningkatan keseimbangan mikroba saluran usus

hewan inangnya. Selanjutnya Hoar dkk. (1979) menyatakan bahwa probiotik

merupakan enzim mikroflora usus sangat berpengaruh terhadap kecernaan

pakan, khususnya untuk substrat seperti selulosa. Mekanisme probiotik cukup

menguntungkan yakni dapat merangsang reaksi enzimatik yang berkaitan

dengan detoksifikasi, khususnya pada racun yang potensial menyebabkan

keracunan, baik yang berasal dari makanan (exogenous) maupun dari dalam

tubuh (endogenous); merangsang enzim yang berkaitan dengan proses

pencernaan bahan yang kompleks atau enzim tersebut tidak ada dalam saluran

pencernaan mamalia; dan mensintesis zat-zat yang esensial yang tidak cukup

jumlahnya dari makanan.

Menurut Yosefian dan Amiri (2009) probiotik pada akuakultur pada

umumnya berperan untuk meningkatkan laju pertumbuhan, meningkatkan sistem

imunitas, dan meningkatkan efisiensi pakan dengan perubahan komunitas

bakteri intestinalnya.

14

Mazurkiewiecz dkk. (2008) menyatakan bahwa probiotik berperan

sebagai pakan tambahan yang berada di dalam pakan atau sengaja

ditambahkan dengan maksud sebagai growth promoter atau mengaktifkan

beberapa strain bakteri yang terdapat dalam saluran pencernaan. Aslamyah

(2006) melaporkan bahwa pemberian probiotik Carnobacterum sp. dapat

meningkatkan aktivitas enzim pencernaan eksogen dalam saluran pencernaan.

Selanjutnya Ratledge (1994) mengemukakan bahwa B. licheniformis merupakan

spesies bakteri yang mampu menghasilkan enzim protease serin ekstraselular

dalam jumlah yang relatif tinggi. Adapun jenis mikroorganisme lain yang

digolongkan probiotik adalah Aspergillus niger yang mampu menghasilkan

beberapa enzim, seperti α-amilase, β-amilase, selulase, glukoamilase, katalase,

pektinase, lipase, dan α-galaktosidase (Ratledge, 1994).

Dengan berkembangnya penggunaan probiotik tentu memacu kegiatan

eksplorasi bakteri-bakteri alam dari berbagai sumber sebagai probiotik dan

biokontrol. Adapun beberapa sumber probiotik yang telah dikaji antara lain air

laut dan sedimen laut (Muliani dkk., 2003), koral (Radjasa dkk., 2005), hatcheri

(Rosa dkk., 1997) daun mangrove (Muliani dkk., 2009), tambak udang (Muliani

dkk., 2009), dan dari usus ikan lele (Sugita dkk., 2007). Jenis bakteri yang biasa

digunakan sebagai probiotik diantaranya Bacillus sp., B.subtilis, Brevibacillus sp.,

Pseudomonas sp., Pseudoalteromonas sp., Pseudomona aeruginosa, Vibrio

aalginolyticus dan Lactobacillus spp. dan lain-lain (Muliani dkk., 2010).

Prinsip dasar kerja dari probiotik adalah memanfaatkan kemampuan

mikroorganisme dalam memecah atau menguraikan rantai panjang karbohidrat,

protein dan lemak yang menyusun pakan yang diberikan. Kemampuan tersebut

diperoleh karena terdapatnya beberapa enzim khusus yang dimiliki oleh mikroba

untuk memecah ikatan tersebut. Enzim tersebut biasanya tidak dimiliki oleh ikan

dan makhluk air lainnya. Walaupun ada kuantitas dan kualitasnya dalam jumlah

15

terbatas. Pemecahan molekul-molekul kompleks ini menjadi molekul sederhana

jelas akan mempermudah pencernaan lanjutan dan penyerapan oleh saluran

pencernaan ikan. Di sisi lain, mikroorganisme pelaku pemecah ini mendapat

keuntungan berupa energi yang diperoleh dari hasil perombakan molekul

kompleks tersebut (Effendi, 2002).

E. Kecernaan

Kecernaan merupakan bagian nutrien yang tidak diekskresikan dalam

feses, atau merupakan hasil selisih antara nutrien yang terkandung dalam pakan

yang dikonsumsi dengan nutrien yang terdapat dalam feses adalah zat-zat pakan

yang dapat dicerna Tillman dkk. (1989) dalam Sugiarto dkk. (2013). Pada

umumnya kecernaan pada beberapa organisme, dipengaruhi oleh tiga faktor,

yaitu: keberadaan enzim dalam saluran pencernaan ikan, tingkat aktivitas enzim

pencernaan, dan lamanya pakan yang dimakan bereaksi dengan enzim

pencernaan. Setiap faktor tersebut akan dipengaruhi oleh faktor sekunder yang

berhubungan dengan spesies ikan, umur, ukuran ikan, kondisi lingkungan

pencernaan, dan komposisi serta jumlah pakan yang dikonsumsi. Enzim yang

berperan dalam proses mencerna, terdiri atas enzim endogenous: enzim yang

dihasilkan oleh saluran pencernaan; enzim eksogenous: enzim yang dihasilkan

oleh kelenjar pankreas; dan enzim mikrobial: enzim yang dihasilkan oleh

mikroba.

Hasil penelitian Ramadhana dkk. (2012) tentang penambahan probiotik

dalam pakan menunjukkan bahwa pemberian pakan dengan penambahan

probiotik Lactobacillus sp. menggunakan dosis 3, 5, dan 7% mampu

meningkatkan nilai kecernaan pada ikan nila, dimana pakan yang mengandung

probiotik 7% menunjukkan nilai kecernaan sebesar 68,09%, probiotik 5%

sebesar 64,99%, dan probiotik 3% sebesar 63,26%. Pemberian probiotik dengan

16

persentase sebesar 3, 5, dan 7% dapat meningkatkan jumlah bakteri dalam

mukosa usus pada ikan nila.

Berdasarkan hasil penelitian Setiawati dkk. (2013) diketahui bahwa dosis

penambahan probiotik Bacillus sp. 10 mL/kg pakan dapat meningkatkan

keberadaan jumlah bakteri yang masuk ke dalam saluran pencernaan dan hidup

di dalamnya. Selanjutnya bakteri tersebut di dalam saluran pencernaan ikan akan

mensekresikan enzim-enzim pencernaan seperti protease dan amilase (Irianto,

2003). Selain itu, bakteri tersebut dapat mendominasi di saluran pencernaan ikan

dan meningkatkan kecernaan pada ikan dengan mengurangi keberadaan bakteri-

bakteri pathogen, sehingga ikan akan memanfaatkan bakteri baik untuk

menbantu pada proses perombakan pakan yang masuk ke dalam tubuh,

sehingga ikan tersebut dapat tumbuh dengan baik dan menjadi sehat.

F. Efesiensi pakan

Efisiensi penggunaan pakan oleh ikan menunjukkan nilai (persentase)

seberapa besar jumlah pakan yang diberikan dapat dimanfaatkan dan disimpan

dalam bentuk daging. Semakin besar nilai efisiensi pakan maka semakin baik

kualitas pakan yang diberikan, dan akan berpengaruh terhadap pertumbuhan

ikan. Efisiensi pakan dikelompokkan menjadi 2 bagian, yaitu efesiensi kotor dan

efisiensi bersih. Efisiensi kotor menggambarkan kadar energi (nilai parameter

dalam bahan kering) dari pertumbuhan bobot badan sebagai proporsi yang

menggambarkan energi yang termanfaatkan dari pakan yang telah diberikan.

Adapun efisiensi bersih yang dimaksudkan adalah sebagai pertumbuhan bobot

relatif dari jumlah energi yang tercerna, kadar energi tersebut bersumber dari

makanan yang dicerna setelah dikurangkan dengan kadar energi feses dan N

hasil eskresi (Steffens, 1987).

17

Penelitian Mulyadi (2011) dalam Ahmadi dkk. (2012) tentang pemberian

probiotik yang mengandung bakteri Lactobacillus sp., dan Bacillus sp., dengan

kandungan 108 cfu/mL pada pakan komersial dapat meningkatkan pertumbuhan

ikan patin (Pangasius hypophthalamus), dibandingkan tanpa probiotik. Setiap

perlakuan yang diberikan probiotik sebanyak 1, 2, dan 3 mL/kg, menghasilkan

laju pertumbuhan ikan patin sebesar 1,49, 2,09 dan 1,38%. Hal ini menunjukkan

bahwa laju pertumbuhan ikan patin paling tinggi terdapat pada perlakuan pakan

yang diberikan probiotik 2 mL/kg yaitu 2,09%. Selain itu, efisiensi pakan akibat

penggunaan probiotik dapat pula dilihat dari nilai konversi pakan. Semakin

kecil nilai konversi pakan menunjukkan pemanfaatan pakan dan peran

probiotik semakin efisien di dalam tubuh. Berdasarkan penelitian jusadi dkk.

(2004) pakan dengan kadar probiotik Bacillus sp. 15 mL/kg memiliki nilai

konversi pakan yang terbaik. Sementara itu pada perlakuan 25 mL/kg pakan,

memiliki nilai konversi pakan yang tinggi, hal tersebut diduga oleh tidak

optimalnya kemampuan ikan dalam mencerna dan mengabsorbsi pakan

sebagai akibat dari tidak optimalnya dosis penambahan probiotik dalam pakan.

Penggunaan probiotik Bacillus sp. dapat digunakan dalam pakan untuk

meningkatkan efisiensi pakan dengan memperbaiki konversi pakan dan

meningkatkan laju pertumbuhan ikan patin.

G. Kualitas Air

Pada umumnya air merupakan komponen penting dalam kegiatan

budidaya, karena air akan berpengaruh langsung terhadap kondisi fisiologis

kulitvan atau ikan baik dari segi pertumbuhan ikan. Dengan demikian, agar air

dalam kegiatan budidaya tetap baik dan terjaga kualitasnya, maka perlu

dilakukan manajemen kualitas air yang terdiri atas suhu, kandungan oksigen, pH,

salinitas dan amoniak. Suhu adalah ukuran atau derajat panas dinginnya

18

suatu benda atau sistem. Kenaikan suhu sebesar 100C akan menyebabkan

kebutuhan oksigen meningkat menjadi dua kali lipat, akibat laju metabolisme

yang tinggi. Walaupun demikian, berdasarkan teori ikan bandeng dapat hidup

pada kisaran 26,5-310C, namun pada umumnya ikan bandeng dapat tumbuh

optimal pada suhu 28-30 0C (Rangka, 2010).

Salinitas adalah suatu tingkat keasinan atau kadar garam terlarut

dalam air. Salinitas memiliki pengaruh dalam tanah yang dapat memacu kadar

garam. Ikan bandeng merupakan salah satu ikan yang tergolong ikan Eurihalin,

yaitu sejenis ikan yang mempunyai toleransi kadar garam (salinitas) yang luas

serta tahan terhadap perubahan salinitas yang tinggi dalam waktu yang relatif

singkat. Pada umumnya, ikan bandeng dapat hidup optimal pada salinitas

kisaran 20-29 ppt (Kusworo, 2004).

Derajat keasaman dinyatakan dengan nilai negatif logaritma ion hidrogen

atau nilai yang dikenal dengan istilah pH. Apabila konsentrasi ion hidrogen (H+)

tinggi, pH akan rendah, reaksi lebih asam. Sebaliknya konsentrasi ion hidrogen

rendah pH akan tinggi dan reaksi lebih alkalis. pH pada air tambak sangat

dipengaruhi oleh pH tanahnya, sehingga pada tambak baru tanahnya cenderung

bersifat asam maka pH airnya pun rendah. Nilai pH yang optimal untuk budidaya

ikan bandeng berkisar antara 6,5 hingga 8,5. Kisaran pH diluar kisaran tersebut

dapat menurunkan tingkat kelangsungan hidup ikan bandeng, bahkan pada pH 4

atau 11 kematian bandeng dapat terjadi (Rangka, 2010).

Menurut Kusworo (2004) ikan bandeng membutuhkan oksigen yang

cukup untuk pernafasannya. Oksigen yang dibutuhkan harus dalam bentuk

terlarut dalam air, karena pada umumnya ikan tidak dapat mengambil langsung

oksigen dari udara. Konsentrasi oksigen terlarut yang optimal untuk kehidupan

dan pertumbuhan ikan bandeng antara 3,0-8,5 ppm. Konsentrasi oksigen terlarut

dibawah 5 ppm akan mempengaruhi pertumbuhan ikan menjadi lambat.

19

Amoniak yang berada di suatu perairan berasal dari hasil pemecahan

nitrogen organik (protein dan urea) dan nitrogen anorganik yang terdapat dalam

tanah dan air. Selain itu, amoniak juga dapat berasal dari hasil dekomposisi

bahan organik (tumbuhan dan biota akuatik yang telah mati) yang dilakukan oleh

mikroba dan jamur. Pada umumnya, kadar amoniak yang optimal untuk ikan

bandeng sebaiknya tidak lebih dari kisaran 0,2 ppm (Kusworo, 2004).

.

20

III. METODE PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni sampai Agustus 2014. di

Hatchery Mini Jurusan Perikanan, Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan,

Universitas Hasanuddin, Makassar dan Analisis kecernaan dilakukan di

laboratorium Nutrisi Balai Penelitian Pengembangan Budidaya Air Payau

(BPPBAP) Maros..

B. Materi Penelitian

1. Hewan Uji

Hewan uji yang digunakan dalam penelitian ini adalah juvenil ikan

bandeng dengan bobot rata-rata 8 ± 0,10 g/ekor, sebanyak 15 ekor/48 L/media.

Juvenil tersebut diperoleh dari tambak penggelondongan di Kabupaten Maros,

Sulawesi Selatan.

2. Wadah Penelitian

Pada penelitian ini digunakan wadah berupa akuarium kaca dengan

ukuran panjang, lebar, dan tinggi masing-masing 50 x 40 x 35 cm berjumlah 9

buah, yang didesain dengan sistem resirkulasi. Wadah-wadah tersebut ditutup

dengan menggunakan waring besi dan setiap sisi akuarium ditutup dengan

plastik hitam. Setiap wadah diisi dengan air salinitas 25 ppt sebanyak 48 L.

3. Pakan Uji dan Probiotik

Pakan uji yang digunakan adalah pakan buatan berbentuk pellet yang

diformulasikan dengan protein 25%, karbohidrat 50%, lemak 8%, dan energi

2773 kkal/kg. Pakan ditambahkan probiotik Lactobacillus sp., sesuai dengan

21

konsentrasi perlakuan, hasil isolasi aslamyah (2006) dari saluran pencernaan

ikan bandeng. Probiotik tersebut sebelumnya telah diencerkan dengan Buffer

Pepton Water (BPW) dan minyak ikan dengan perbandingan 1 mL probiotik 3 mL

BPW, 1 mL minyak ikan, yang disemprotkan pada pakan secara merata

menggunakan spoit.

C. Prosedur Penelitian

Wadah dan media air yang digunakan terlebih dahulu dicuci bersih dan

disinfektasi dengan klorin (kaporit), dosis klorin 100 ppm. Selanjutnya air laut

yang telah diendapkan, disterilkan dengan natrium thiosulfat 150 ppm

dimasukkan ke dalam wadah pemeliharaan. Sebelum ikan uji ditebar, air dalam

wadah dibiarkan bersirkulasi selama 24 jam. Ikan uji terlebih dahulu

diaklimatisasi dengan media dan pakan yang diberikan secara satiasi selama 7

hari. Setelah masa aklimatisasi selesai ikan uji dipuasakan selama 24 jam

dengan tujuan menghilangkan sisa pakan dalam tubuh, setelah itu menimbang

hewan uji untuk mengetahui bobot awal. Ikan dipelihara selama 30 hari dan

diberi pakan sebanyak 2 kali sehari yaitu pagi pukul 07.00 wita, dan sore pukul

17.00 wita sebanyak 5% dari biomassa perhari. Selama masa pemeliharaan

dilakukan penimbangan setiap 10 hari sekali, untuk mengukur pertambahan

bobot ikan uji dan penentuan pakan yang akan diberikan. Kualitas media

pemeliharaan dijaga dengan cara melakukan penyiponan sisa pakan dan feses,

serta pergantian air 10-20% dari total media setiap hari. Selama penelitian

berlangsung dilakukan pengukuran kualitas air sebagai parameter pendukung.

D. Perlakuan dan Rancangan Percobaan

Penelitian didesain dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 3

perlakuan dan setiap perlakuan masing-masing mempunyai 3 ulangan. Dengan

22

demikian penelitian ini terdiri atas 9 satuan percobaan. Perlakuan yang diujikan

yaitu konsentrasi probiotik Lactobacillus sp. dalam pakan buatan, yaitu :

A. 0 (Kontrol)

B. 108 CFU/mL/100 g pakan

C. 1010 CFU/mL/100 g pakan

Penempatan wadah-wadah percobaan dilakukan secara acak dengan

menggunakan tabel ulang acak. Adapun tata letak wadah percobaan setelah

pengacakan disajikan pada Gambar 2.

Gambar 2. Tata letak wadah percobaan setelah pengacakan.

E. Parameter yang Diamati

Parameter yang diamati pada penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Kecernaan Pakan

Pengukuran kecernaan pakan pada ikan, dilakukan dengan metode

tidak langsung menggunakan indikator Cr2O3 sebanyak 0,6%. Pengukuran

dimulai dengan terlebih dahulu memuasakan ikan selama 24 jam. Selanjutnya

ikan diberi pakan yang mengandung Cr2O3 sebanyak 2 kali sehari. Adaptasi ikan

terhadap pakan yang mengandung Cr2O3 dilakukan selama 7 hari pemeliharaan

setelah hari ketujuh dilakukan pengumpulan feses ikan sampai akhir penelitian.

Pengumpulan feses dilakukan segera bila ikan mengeluarkan feses untuk

C1(1010) B2(108)

B1(108)

B3(108)

C2(1010)

A3(0)

A1(0)

C3(1010)

A2(0)

23

menghindari terjadinya leaching nutrient (pencucian nutrien) yang terlalu lama

dengan cara di sipon. Feses yang terkumpul dimasukkan kedalam botol sampel

kemudian disimpan dalam suhu dingin (lemari es) untuk dianalisis kecernaan

pakan pada ikan.

Perhitungan kecernaan berdasarkan rumus Takeuchi(1988) sebagai

berikut :

Kecernaan (%) = (1-a’ / a x b’/b) x 100

Keterangan : a’ = Nutrien dalam feses (%) a = Nutrien dalam pakan (%)

b’ = Indikator dalam feses (%) b = Indikator dalam pakan (%)

2. Efisiensi Pakan (EP)

Pengukuran efisiensi pakan pada ikan, dimulai dengan menimbang

hewan uji untuk mengukur bobot awal, Kemudian ikan dipelihara selama 30 hari

dan diberi pakan sebanyak 5 % dari biomassa perhari setiap 2 kali sehari. Setiap

hewan uji yang mati dilakukan penimbangan untuk mengukur bobot ikan yang

mati.

Efesiensi pakan (EP) dianalisis berdasarkan rumus Takeuchi (1988),

yaitu :

EP = (Wt + Wd) – Wo x 100 F

Keterangan : EP = Efesiensi pakan (%) Wo = Bobot total ikan uji pada awal penelitian (g) Wt = Bobot total ikan uji pada akhir penelitian (g) Wd = Bobot total ikan uji yang mati selama penelitian (g) F = jumlah pakan yang dikonsumsi selama penelitian (g)

3. Kualitas Air

Sebagai data penunjang selama penelitian berlangsung dilakukan

pengukuran beberapa parameter kualitas air yang meliputi : suhu, salinitas, pH,

24

oksigen terlarut, dan amoniak. Suhu diukur dengan menggunakan thermometer,

salinitas dengan hendrofrektometer, pH dengan pH meter, dan oksigen terlarut

dengan DO meter, sedangkan amoniak diukur dengan menggunakan

spektofotometer.

Suhu, pH, DO dan salinitas diukur 2 kali sehari yakni pagi hari (pukul

07.00 WITA) dan sore hari (pukul 17.00 WITA). Adapun amoniak diukur 3 kali

selama penelitian yakni pada awal, pertengahan dan akhir penelitian.

F. Analisis Data

Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan analisis ragam

(ANOVA). Data yang berpengaruh nyata dilanjutkan dengan uji lanjut W Tukey.

Data kualitas air dianalisis secara deskriptif berdasarkan kelayakan hidup ikan

bandeng.

25

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Kecernaan Protein dan Karbohidrat

Data kecernaan protein dan karbohidrat juvenil ikan bandeng yang

mendapatkan perlakuan berbagai konsentrasi Lactobacillus sp. dalam pakan

Setiap perlakuan diperlihatkan pada Lampiran 1 dan data rata-ratanya dapat

dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Rata-rata kecernaan protein dan karbohidrat juvenil ikan bandeng pada setiap perlakuan

Keterangan : Huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata antara perlakukan pada taraf 5 % (p<0,05)

Hasil analisis ragam (Lampiran 2 dan 4) menunjukkan bahwa pemberian

probiotik Lactobacillus sp. dalam pakan berpengaruh sangat nyata (p<0,01)

terhadap kecernaan protein dan karbohidrat juvenil ikan bandeng. Uji lanjut W-

Tuckey (Lampiran 3 dan 5) menunjukkan bahwa kecernaan protein dan

karbohidrat pada perlakuan pemberian Lactobacillus sp. berbeda nyata (p< 0,05)

dengan kontrol baik pada kosentrasi 108 maupun 1010 CFU/mL/100 g pakan.

Akan tetapi kecernaan protein dan karbohidrat tidak berbeda nyata antara

konsentrasi 108 dan 1010 CFU/mL/100 g pakan.

Tingginya kecernaan protein dan karbohidrat juvenil ikan bandeng yang

diberi probiotik Lactobacillus sp. kosentrasi 108 dan 1010 CFU/mL/100 g pakan

dibanding kontrol, diduga karena kehadiran bakteri pada saluran pencernaan

ikan bandeng yang masuk dan hidup di dalam saluran pencernaannnya. Selain

itu, penambahan probiotik Lactobacillus sp. dalam pakan juga diduga menambah

jumlah bakteri dalam mukosa usus sehingga meningkatkan aktivitas pencernaan

Kosentrasi Lactobacillus sp. (CFU/mL/100 g pakan)

Kecernaan Protein (%)

Kecernaan Karbohidrat (%)

0 (Kontrol) 51,84 ± 2,63a 44,56 ± 2,16a

108 73,89 ± 2,95b 65,69 ± 1,76b

1010 73,99 ± 1,02b 67,72 ± 1,37b

26

dalam usus. Peningkatan kecernaan di usus terjadi karena adanya kontribusi

enzim pencernaan oleh bakteri probiotik yang mampu meningkatkan aktivitas

pencernaan. Pada proses peningkatan aktivitas pencernaan, probiotik memiliki

kemampuan untuk menghasilkan beberapa enzim exogeneous untuk

pencernaan pakan seperti amilase, protease, lipase, dan selulase (Bairage dkk.,

2002; Aslamyah 2006; Taoka dkk., 2007; Wang 2007 dan Wang dkk., 2008

dalam Widarni 2012), sehingga akan membantu enzim endogenous pada inang

untuk menghidrolisis nutrien pakan, dan tentunya meningkatkan ketersedian

nutrien yang siap diserap dari saluran pencernaan melalui sel-sel enterosit untuk

masuk ke dalam sistem peredaran darah. Pemberian probiotik Lactobacillus sp.

melalui pakan diduga juga mampu menjaga keseimbangan mikroba dalam

saluran pencernaan dengan menekan pertumbuhan bakteri merugikan. Hal ini

disebabkan karena kemampuan probiotik dalam memproduksi senyawa inhibitor

yang dapat menekan pertumbuhan bakteri yang bersifat merugikan bagi inang.

Sesuai dengan pernyataan Samadi (2002) dalam Arief (2008) bahwa bakteri

Lactobacillus sp. mampu menyeimbangkan mikroba saluran pencernaan

sehingga dapat meningkatkan daya cerna ikan dengan cara mengubah

karbohidrat menjadi asam laktat yang dapat menurunkan pH, sehinga

merangsang produksi endogenous untuk meningkatkan penyerapan nutrisi,

konsumsi pakan, pertumbuhan dan menekan pertumbuhan organisme patogen.

Tangko dkk. (2007) menyatakan bahwa probiotik yang berisi mikroba pengurai

bila dimasukkan ke dalam pakan, dapat meningkatkan kecernaan pakan dengan

proses penguraian yang dilakukan oleh mikroba tersebut.

Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa pemberian Lactobacillus sp.

dalam pakan antara kosentrasi 108 dan 1010 CFU/mL/100 g pakan tidak

memberikan perbedaan yang nyata (P>0,05) terhadap kecernaan protein dan

karbohidrat. Hal ini diduga komposisi bahan pakan serta kandungan zat

27

makanan antara perlakuan yang tidak berbeda, karena menggunakan bahan

baku pakan yang sama dengan jenis bakteri yang sama. Selain itu, diduga

jumlah bakteri yang masuk dan hidup di dalam saluran pencernaan ikan tidak

mempengaruhi jumlah bakteri (Lactobacillus sp.) yang terdapat dalam saluran

pencernaan juvenil ikan bandeng, hal ini disebabkan mikroflora dalam saluran

pencernaan ikan berada dalam keadaan seimbang, sehingga tidak terjadi

persaingan dalam pengambilan nutrisi atau subtrat yang pada akhirnya aktivitas

bakteri di dalam saluran pencernaan ikan tetap dapat berlangsung dan

mensekresikan beberapa enzim pencernaan yang meningkatkan kecernaan.

Berdasarkan pernyataan Setiawati (2013) bahwa hal penting yang diperlukan

mikroflora saluran pencernaan adalah berada dalam keseimbangan yaitu antara

mikroba menguntungkan dan mikroba patogen, serta saling berinteraksi antar

spesies mikroba dalam saluran pencernaan, baik secara antagonis maupun

sinergis. Interaksi yang terjadi sangat penting di dalam mempertahankan

keseimbangan mikroflora saluran pencernaan. Kemampuan mikroba

menguntungkan dalam menghambat perkembangan mikroba patogen,

menunjukkan kemampuannya untuk mempertahankan keseimbangan mikroflora

di dalam saluran pencernaan ikan. Selain itu, jika terlalu tinggi populasi bakteri

pada saluran pencernaan maka akan menggangu keseimbangan mikloflora pada

saluran pencernaan yang mengakibatkan terjadinya persaingan pertumbuhan

bakteri, dalam pengambilan nutrisi atau subtrat yang pada akhirnya menghambat

aktivitas bakteri di dalam saluran pencernaan ikan sehingga sekresi enzim pun

menurun.

Ramadhana dkk. (2012) melaporkan bahwa pemberian Lactobacillus sp.

dengan dosis 7% dalam pakan pada ikan nila dapat meningkatkan kecernaan

sebesar 68,09% dan meningkatkan keberadaan jumlah bakteri yang masuk ke

dalam saluran pencernaan sebanyak 1113 x 108 koloni/mL. Selanjutnya bakteri

28

tersebut di dalam saluran pencernaan ikan akan mensekresikan enzim-enzim

pencernaan seperti protease dan amilase (Irianto, 2003). Selain itu, bakteri

tersebut dapat mendominasi di saluran pencernaan ikan dan meningkatkan

kecernaan pada ikan dengan mengurangi keberadaan bakteri-bakteri pathogen.

Dengan demikian, ikan akan memanfaatkan bakteri baik untuk membantu

proses perombakan pakan yang masuk ke dalam tubuh, sehingga ikan tersebut

dapat tumbuh dengan baik dan menjadi sehat.

B. Efisiensi pakan

Data Efisiensi pakan juvenil ikan bandeng disajikan pada Lampiran 6,

sedangkan nilai rata-ratanya disajikan pada Tabel 3.

Tabel 3. Rata-rata efisiensi pakan juvenil ikan bandeng pada setiap perlakuan

Keterangan : Huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata antara perlakukan pada taraf 5 % (p<0,05)

Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa pemberian probiotik

Lactobacillus sp. berpengaruh sangat nyata (p<0, 01) terhadap efisiensi pakan

juvenil ikan bandeng (Lampiran 7). Selanjutnya hasil uji lanjut W-Tuckey

(Lampiran 8) menunjukkan bahwa efisiensi pakan ikan bandeng pada perlakuan

pemberian Lactobacillus sp. konsentrasi 108 dan 1010 CFU/mL/100 g pakan

berbeda nyata (p<0,05) dengan perlakuan 0 (kontrol). Akan tetapi efisiensi pakan

tidak berbeda nyata antara perlakuan 108 dan 1010 CFU/mL/100 g pakan.

Meningkatnya nilai efesiensi pakan juvenil ikan bandeng yang

ditambahkan probiotik Lactobacillus sp. konsentrasi 108 dan 1010 CFU/mL/100 g

pakan dalam pakan diduga karena kehadiran probiotik yang masuk ke dalam

saluran pencernan. Hal ini berkaitan dengan mekanisme fisiologis probiotik.

Kosentrasi Lactobacillus sp.

(CFU/100 g pakan) Efisiensi pakan (%)

0 (Kontrol) 16,94 ± 0,64a

108 39,63 ± 4,88b

1010 44,19 ± 4,44b

29

Pakan yang diberi probiotik terbukti meningkatkan kecernaan pakan (Tabel 2).

Dalam saluran cerna, probiotik mensekresikan enzim-enzim ektraseluler yang

dapat membantu enzim endogeneus yang dihasilkan oleh kelenjar pencernaan

inang untuk menghidrolisis nutrien pakan. Selain itu, jumlah bakteri yang masuk

dan hidup di dalam saluran pencernaan juvenil ikan bandeng meningkat sejalan

dengan meningkatnya konsentrasi probiotik yang diberikan. Selanjutnya bakteri

tersebut di dalam saluran pencernaan ikan mensekresikan enzim-enzim

pencernaan seperti protease dan amilase (Gatesoupe 1999; Moriaty 1998;

Fardiaz 1992 dalam Jusadi dkk., 2004).

Berdasarkan Tabel 3 menunjukkan bahwa pemberian pakan dengan

penambahan probiotik Lactobacillus sp. dengan kosentrasi kosentrasi 108 dan

1010 CFU/mL/100 g pakan tidak memberikan perbedaan yang nyata (p>0,05)

terhadap efesiensi pakan juvenil ikan bandeng. Hal ini diduga pada kosentrasi

108 dan 1010 CFU/mL/100 g pakan jumlah bakteri yang masuk ke dalam saluran

pencernaan masih berada dalam jumlah normal sehingga tidak mempengaruhi

keseimbangan mikroflora yang berada dalam saluran pencernaan juvenil ikan

bandeng. Dengan demikian, tidak terjadi persaingan antar bakteri dalam

menghidrolisis nutrien, jika jumlah bakteri yang masuk terlalu berlebih akan

mengakibatkan kepadatan tinggi dalam saluran pencernaan yang mengakibatkan

kompetisi yang lebih ketat dan mengganggu keseimbangan mikroba dalam

media. Selain itu, diduga juga bakteri Lactobacillus sp. memiliki kemampuan

menormalkan komposisi bakteri saluran pencernaan dengan mensekresikan

senyawa antimikroba yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri pathogen.

Menurut Dhingra (1993) probiotik bermanfaat dalam mengatur lingkungan

mikroba pada usus, menghalangi mikroorganisme patogen usus dan

memperbaiki efisiensi pakan dengan melepas enzim-enzim yang membantu

proses pencernaan makanan.

30

Berdasarkan hasil penelitian Ahmadi (2012) menyatakan bahwa

pemberian probiotik Lactobacillus sp. dengan dosis 6 mL/kg memberikan

pengaruh nyata terhadap efesiensi pakan sebesar 43,93% pada ikan lele

sangkuriang. Selanjutnya Aslamyah (2006) mengemukakan hal yang sama

bahwa pada ikan bandeng yang ditambahkan bakteri probiotik Carnobacterium

sp. mengalami peningkatan kandungan protein pakan dan pemanfaatan pakan.

Setiawati dkk. (2013) menyatakan bahwa tingkat efisiensi pakan mengalami

kenaikan seiring dengan meningkatnya dosis probiotik yang diberikan dan

mengalami penurunan pada dosis yang lebih tinggi dari 10 mL/kg pakan

pemberian dosis probiotik yang berbeda dapat memberikan pengaruh yang nyata

untuk efisiensi pakan. Semakin tinggi dosis yang diberikan efisiensi pakan akan

meningkat dan dengan dosis 20 mL/kg pakan mengalami penurunan tingkat

efisiensi pakan dan pada dosis 10 mLkg pakan merupakan dosis yang optimal

dengan nilai efesiensi pakan mencapai 65,32 %. Hasil penelitian Widyastuti dkk.

(2010) memperlihatkan bahwa pakan fermentasi dari bahan baku limbah

(kandungan protein 21%) dengan pemberian probiotik MEP+, dapat memberikan

pertumbuhan bobot ikan sebesar 117,3 gr, dan efisiensi pakan sebesar 73 %.

Efisiensi pakan akibat penggunaan probiotik dapat pula dilihat dari nilai

konversi pakan dan pertumbuhan ikan. Berdasarkan hasil penelitian Malik (2008)

diketahui bahwa pemberian probiotik yang mengandung Lactobacillus sp. dan

Streptomyes sp. berpengaruh terhadap konversi pakan, konversi pakan yang

didapatkan sebesar 0,89 setelah 55 hari. Hasil penelitian jusadi dkk. (2004)

memperlihatkan bahwa pakan dengan kadar probiotik Bacillus sp. 15 mL/kg

pakan memiliki nilai konversi pakan yang terbaik sebesar 2,00, sedangkan

pada 25 mL/kg pakan memiliki nilai konversi pakan yang tinggi 2,41. Hal

tersebut diduga kemampuan ikan yang optimal pada dosis tersebut dalam

mencerna dan mengabsorbsi pakan sebagai akibat dari tidak optimalnya

31

dosis penambahan probiotik dalam pakan. Selanjutnya, Husaifah (2011)

melaporkan bahwa pemberian probiotik Lactobacillus sp. menghasilkan

pertumbuhan mutlak terbaik pada konsentrasi Lactobacillus sp. 108 dan 1010

CFU/mL/100 g pakan sebesar 25,12, dan 23,13 g. Hasil penelitian Ahmadi dkk.

(2012) tentang pemberian probiotik yang mengandung bakteri Lactobacillus sp.,

Acetobacter sp., dan Yeast pada pakan dapat meningkatkan pertumbuhan benih

ikan lele (Clarias gariepinus). Masing–masing perlakuan yang diberi probiotik

sebanyak 2,4, 6 ml/kg pakan, dan 2 mL/kg pakan tanpa penyiponan,

menghasilkan laju pertumbuhan ikan lele sebesar 2,39, 2,60, 3,12 dan 2,31%.

Hasil tertinggi laju pertumbuhan ikan lele terdapat pada perlakuan yang diberi

probiotik 6 mL/kg pakan yaitu sebesar 3.12%. Selanjutnya, hasil penelitian Putri

dkk. (2012) menyatakan bahwa pemberian bakteri probiotik pada pellet yang

mengandung kaliandra (Calliandra calothyrsus) berpengaruh terhadap

pertumbuhan benih ikan nila (Oreochromis nilotocus). Masing-masing perlakuan

sebanyak 5,10, 15 dan 20 mL/kg pakan dengan hasil tertinggi ditunjukkan pada

perlakuan dengan penambahan probiotik 15 ml/kg pakan sebesar 2,76 %.

C. Kualitas Air

Selama penelitian berlangsung dilakukan pengukuran bebeerapa

parameter kualitas air meliputi suhu, salinitas, pH, DO, dan amoniak. Kisaran

nilai parameter kualitas air juvenil ikan bandeng yang dipelihara pada media

pemeliharaan selama penelitian dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Kisaran nilai kualitas air media pemeliharaan selama penelitian :

Parameter Kisaran Optimal

Suhu (0C) 25–29,0 28-30 (Rangka, 2010) Salinitas 20-25 20-29 (Kusworo, 2004)

pH 7-8 6,5-9,0 (Kordi, 2009) DO (ppm) 3,2–7,7 3,0-8,5 (Kusworo, 2004) Amoniak 0,003-0,010 0,2 (Kusworo, 2004)

32

Berdasarkan Tabel 4 terlihat bahwa suhu selama penelitian berkisar 25-

29,0 oC. Suhu tersebut masih dalam batas tolerasi kehidupan ikan bandeng.

Berdasarkan teori ikan bandeng dapat hidup pada kisaran 26,5-31 oC, namun

pada umumnya ikan bandeng dapat tumbuh optimal pada suhu 28-30 oC

(Rangka, 2010).

Kisaran salinitas yang diperoleh selama penellitian yaitu 20 – 25 ppt,

kisaran tersebut masih mendukung kehidupan ikan bandeng. Salinitas optimum

untuk pemeliharaan ikan bandeng menurut Kusworo (2004) yaitu pada kisaran

20-29 ppt.

Tingkatan keasaman (pH) yang diperoleh selama penelitian berkisar 7-8.

Kisaran ini tergolong sangat layak untuk kehidupan ikan bandeng. Hal ini

didukung oleh pendapat Kordi (2009) yang menyatakan bahwa bandeng dapat

tumbuh optimal pada pH 6,5 –9,0.

Kisaran oksigen terlarut yang diperoleh selama penelitian adalah 3,2–7,7

ppm. Menurut Kusworo (2004) bahwa ikan bandeng membutuhkan oksigen yang

cukup untuk pernafasannya. Konsentrasi oksigen terlarut yang optimal untuk

kehidupan dan pertumbuhan ikan bandeng antara 3,0-8,5 ppm.

Kadar amoniak yang diperoleh selama penelitian berkisar antara 0,003-

0,010 ppm. Pada umumnya, kadar amoniak yang optimal untuk ikan bandeng

sebaiknya tidak lebih dari kisaran 0,2 ppm. (Kusworo, 2004).

33

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa :

1. Pemberian probiotik Lactobacillus sp. dengan kosentasi 108 dan 1010 CFU/mL/

100 g pakan efektif meningkatkan kecernaan protein dan karbohidrat pada

juvenil ikan bandeng dengan nilai kecernaan protein 73,89–73,99%, dan

kecernaan karbohidrat 65,96 – 67, 27%.

. 2. Pemberian pakan dengan penambahan probiotik Lactobacillus sp. dengan

kosentasi 108 dan 1010 CFU/mL/ 100 g pakan mampu meningkatkan nilai

efesiensi pakan juvenil ikan bandeng hingga 39,63 – 44,19 % .

B. Saran

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, untuk kegiatan budidaya

juvenil ikan bandeng disarankan menggunakan probiotik Lactobacillus sp. 108

CFU/mL/ 100 g pakan.

34

DAFTAR PUSTAKA

Affandi, R., D. S. Sjafei, M. F. Raharjo dan Sulistiono. 2009. Fisiologi Ikan

(Pencernaan). Pusat Antar Universitas Ilmu Hayat, Institut Pertanian

Bogor, Bogor.

Ahmadi, H., Iskandar dan N. Kurniawan. 2012. Pemberian probiotik dalam pakan terhadap pertumbuhan lele sankuriang (Clarias gariepinus). Jurnal

Perikanan dan Kelautan 3(4):99 - 147. Alava, VR., A. Kanazawa. 1996. Effect of dietary fatty acids on growth of milkish,

(Chanos chanos) fry in brackish water. Aquaculture 144 : 363-369.

Andrian, R. 2013. Nutrisi pakan dan kebutuhan zat gizi ikan [online].

http://romiandrian06.blogspot.com/ [diakses 22 mei 2014].

Arief, M. 2008. Pengaruh penambahan probiotik pada pakan buatan terhadap

pertumbuhan dan rasio konversi pakan ikan nila gift (Oreochromis

niloticus). Berkala Ilmiah Perikanan 3(2):267-274.

Aslamyah, S. 2008. Pembelajaran berbasis SCL pada mata kuliah biokimia nutrisi.

Universitas Hasanuddin. Makassar.

Aslamyah, S., Hasni dan Sriwulan. 2006. Peningkatan peran mikroba saluran

pencernaan untuk memacu pertumbuhan ikan bandeng. [Laporan

Hasil Penelitian]. Laporan Hibah Pekerti Tahun I Dikti. DIKNAS.

Jakarta.

Boonyaratpalin, M. 1997. Nutrient requiretments of marine food fish cultured in south asia.

Borlongan. T.G. 1990. Studies on the lipases of milkish, Chanos chanos.

Aquaculture 89 : 315-325.

Burhanuddin, A.I. 2010. Ikhtiologi. Yayasan Citra Emulsi. Makassar.

Chotimah, C.S. 2009. Peranan Streptococcus thermophillus dan Lactobacillus

bulgaricus dalam proses pembuatan yogurt. Jurnal Ilmu Peternakan

4(2): 47- 52.

Davis, G.K., dan W. Mertz. 1987. Trace elements in human and animal nutrition. Academic Press, Inc. San Diego, CA. Copper. 301− 364 p.

Dhingra, M.M. 1993. Probiotic in poultry diet livestock production and

management. Sania Enterprises Indore 452001, India.

Dommels, Y.E.M., R.A. Kemperman, Y.E.M.P. Zebregs, dan R.B. Draaisma.

2009. Survival of Lactobacillus reuteri dsm 17938 and Lactobacilus

35

rhamnosus gg in the human gastrointestinal tract with daily

consumption of a low-fat probiotic spread. Appl. Environ. Microbiol. 75

(19) : 6198-204.

Effendi, M.I. 2002. Biologi Perikanan. Yayasan Pustaka Nusantara. Bogor. Fuller, R. 1992. History and development of probiotik. In Probiotik the Scientific

Basic. Edited by Fuller. Chapman and Hall London. New York. Guerra, N.P., P.F. Bernardez, J. Mendez, P. Cachaldora, L.P. Castro. 2006.

Production of four potentially probiotic lactic acid bacteria and their evaluation as feed additives for weaned piglets. Animal Feed Science and Technology 134: 89-107.

Guessa, B., dan M. Kihal. 2004. Characterization of Lactic Acid Bacteria Isolated

from Algerian Arid Zone Raw Goats’ Milk. African Journal of Biotechnology 3(6):339-342.

Gusrina. 2008. Budidaya Ikan. Departemen Pendidikan Nasional. Jakarta.

Hoar, W.S., D.J. Randall, dan J.R Brett. 1979. Ed Bioenergetic and Growth. Academic Press Inc. Fish Physiology. Vol 8.

Holzapfel, W.H., P. Haberer, R. Geisen, J. Bjorkroth, dan Schillinger. 2001.

Taxonomy and important features of probiotic microorganism in food and nutrition. The American Journal of Clinical Nutrition.

Husaifah. 2011. Pengaruh kosentrasi probiotik Bakteri Asam Laktat (BAL)

Lactobacillus sp. terhadap sintasan dan pertumbuhan juvenil ikan

bandeng [Skripsi]. Fakultas ilmu kelautan dan perikanan Universitas

Hasanuddin. Makassar. 30 hal.

imadibrata, M. 2010. Probiotik-Peranannya dalam Dunia Medis. Universitas

Indonesia. Jakarta.

Irianto, A. 2003. Probiotik Aquaculture. Cetakan I. Gadjah Mada Universitas

Press. Bulaksumur. Yogjakarta. 125 hlm.

Isolauri, E., Y. Sutas, P. Kankaanpaa, H. Arvilommi dan S. Salminen. 2001.

Probiotics: effects on immunity. Am. J. Clin. Nutr. 73 (2) : 444 – 450.

Jusadi, D., E. Gandara, dan I. Mokoginta. 2004. Pengaruh penambahan probiotik

Bacillus sp. pada pakan komersil terhadap konversi pakan dan

pertumbuhan ikan patin (Pangasius hypophthalmus). Jurnal Akuakultur

Indonesia 3(1):15-18.

Kordi. 2009. Budidaya perairan. PT. Citra Aditya Bakti. Bandung

Korhenen, J. 2010. Antibiotic Resistance of Lactid Acid Bacteria. Forestry and Natural Science, University of Eastern Finland.

36

Kurnianti, N. 2013. Nutrisi dan Pakan Ikan [online].

http://www.tanijogonegoro.com/2013/06/pakan-ikan.html [diakses 25

mei 2014]

Kusworo, A. B. 2004. Pengelolaan kualitas air pada pembesaran ikan bandeng.

Direkorat pendidikan nasional. Jakarta.

Lee, J., Y. Kim, H. S. Yun, J. G. Kim, S. Oh, dan S. H. Kim. 2010. Genetic and

proteomic analysis of factors affecting serum cholesterol reduction by lactobacillus acidophilus. Appl. Environ. Microbiol. 76 (14): 4829-4835.

Lim, C., S. Sukhawongs dan F. P. Pascual. 1979. A preliminiary study on protein

requirement of Chanos chanos (Forsskal) Fry in a Conrolled

Environment. Aquaculture 17 : 1195-210.

Lunggani, A.T. 2007. Kemampuan Bakteri Asam Laktat Dalam Menghambat Pertumbuhan dan Produksi Aflatoksin B2 Aspergilllus flavus. 9(2):45 – 51.

Mahyudin, K. 2008. Panduan Lengkap Agribisnis Ikan Lele. Penebar Swadaya.

Jakarta. Malik, A. 2008. Pengaruh pemberian suplemen dan probiotik terhadap hasil

panen bandeng (Chanos chanos) di wilayah desa kentong kecamatan

glagah kabupaten lamongan. Hal 59-95.

Mazurkiewicz J., A. Przybył, dan J. Golski. 2008. Usability of fermacto prebiotic in

feeds for common carp (Cyprinus carpio L.) fry. NaukaPrzyr. Technol.

2, 3, 15thed.

Muliani, A. Suwanto, dan Y. Hala. 2003. Isolasi dan karakterisasi bakteri asal laut

sulawesi untuk biokontrol penyakit vibriosis pada larva udang windu

(Penaeus monodon Fab.). Hayati 10: 6-11.

Muliani, Nurbaya, dan M. Atmomarsono. 2010. Penggunaan Probiotik pada

pemeliharaan udang windu (Penaeus monodon) dengan dosis pakan

yang berbeda. Dalam Prosiding forum Inovasi teknologi akuakultur.hal

249-258.

Muliani, Nurbaya, dan I.A.K. Kadriah. 2009b. Peubah kualitas air dan kelulusan

hidup udang windu (Penaeus monodon) pada penggunaan probiotik

yang diisolasi dari sedimen tambak dan daun mangrove. J.

Aquaculture Indonesiana 8(3) :25-34.

Muliani, Nurbaya, dan M. Atmomarsono. 2009a. Uji performasi bakteri probiotik

pada pemeliharaan pascalarva udang windu (Penaeus monodon)

dalam bak terkontrol. Makalah telah disseminarkan pada “Gelar

teknologi Budidaya” Pusat Riset Perikanan Budidaya. Badan Riset

Kelautan dan Perikanan. Departemen kelautan dan perikanan di

Manado , tanggal 2-3 mei 2008.

37

Murni. 2004. Pengaruh penambahan bakteri probiotik Bacillus sp. dalam pakan

buatan terhadap pencernaan, efisiensi pemanfaatan pakan dan

pertumbuhan ikan gurame (Osphronemus gouramy Lacepede) [Tesis].

Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor. Bogor

Murtidjo, B. A,. 2002. Bandeng. Kanisius. Yogyakarta.

Nur, S.H. 2005. Pembentukan asam organik oleh isolat bakteri asam laktat pada

media ekstrak daging buah durian (Durio zibethinus Murr.).

Bioscientiae 2(1):15-24.

Purnomowati, I.,D. Hidayati, dan C. Saparinto. 2007. Ragam Olahan Bandeng.

Kanisius. Yogyakarta.

Putri, F.S., Z. Hasan, dan K. Haetami. 2012. Pengaruh pemberian bakteri

probiotik pada pellet yang mengandung kaliandra (Caliandra

calothyrsus) terhadap pertumbuhan benih ikan nila (Oreochromis

niloticus). Jurnal perikanan dan kelautan 3(4) : 283-291.

Radjasa, O.K., T. Martens, H. P. Grassart, A. Sabdono, M. Simon, dan T.

Bachtiar .2005. Antibacterial property of coral-associated bacterium

Pseudoalteromonas luteoviolcea againts shrimp pathogenic Vibrio

harveyi ( In vitro study). Hayati 12: 71-81.

Rahayu, E. 2001. Potensi Bakteri Asam Laktat di Bidang Industri Pangan. Dalam

Prosiding Seminar Ilmiah Tahunan Perhimpunan Mikrobiologi

Indonesia.

Ramadhan. M. D. R. 2008. Evaluasi mutu protein secara biologis daging yang

difermentasi Lactobacillus plantarum. [Skripsi]. Program studi

Teknologi Hasil Ternak Fakultas Perternakan, Institut Pertanian Bogor:

Bogor.

Ramadhana, S., N.A. Fauzana, dan P. Ansyari. 2012. Pemberian pakan komersil

dengan penambahan probiotik yang mengandung lactobacillus sp.

terhadap kecernaan dan pertumbuhanikan nila (Oreochromis niloticus)

Fish Scientiae, 2(4):178-187.

Rangka, N. A., dan A. I. J Asaad. 2010. Teknologi budidaya ikan bandeng di

sulawesi selatan. Dalam Prosiding forum Inovasi teknologi

akuakultur.hal 187-203.

Ratledge, C. 1994. Biochemistry of Microbial Degradation. Kluwer Academic

Publishers, London.

Rosa, D., I. Zafran, Tufik, dan M.A. Girsang. 1997. Pengendalian Vibrio Harveyi

secara biologis pada larva udang windu (Penaeus monodon): I isolasi

bakteri penghambat. Jurnal Pendidikan Perikanan Indonesia 3 :1-10.

38

Santiago, C. B., M.B. Aldaba dan E.T. Songalia. 1983. Effect of artificial Diets on

Growth and Survival of Milkfish Rry in freshwater. Aquaculture 34 (3):

252-357.

Setiawati, J. E., Tarsim, Y.T. Adiputra, dan S. Hudaidah. 2013. Pengaruh

penambahan probiotik pada pakan dengan dosis berbeda terhadap

pertumbuhan, kelulushidupan, efisiensi pakan dan retensi protein ikan

patin (Pangasius hypophthalmus). Jurnal Rekayasa dan Teknologi

Budidaya Perairan 1(2): 152-162.

Shah, N. P. 2007. Functional cultures and health benefits. Elsevier Inc, USA. Int.

Dairy J.17:1262-1277.

Shitandi, A., M. Alfred, dan M. Symon. 2007. Probiotic characteristic of

lactococcus strain from local fermented Amaranthus hybrydus and

Solanum nigrum. African Crop Science Confrence Proceedings

8:1809-1812.

Steffens, W. 1987. Principles of Fish Nutrition. Ellishorwood Limited, England.

Sugiarto, A., N. Iriyanti, dan M. Sigit. 2013. Penggunaan Berbagai Jenis Probiotik

Dalam Ransum Terhadap Kecernaan Bahan Kering (KBK) Dan

Kecernaan Bahan Organik (KBO) Jurnal Ilmiah Peternakan 1(3):933-

937.

Sugita, H., K. Ohta, A. Kuruma, dan T. Sagesaka. 2007. An antibacterial effect of

lactococcus lactis isolated from the intestinal tract of the amur catfish,

silurus asotus linnaeus. Aquaculture Research, 38: 1, 002- 1, 004.

Sukria, H. A., 2004. Pabrik pakan skala mini dan pola pengembangan industri pakan pedesaan. Dalam Prosiding Temu bisnis pengembangan nutrisi dan pakan ikan budidaya. Surabaya. Hlm 9.

Suriawiria, U. 1983, Mikrobiologi Masa Depan Penuh Kecerahan Di Dalam

Pembangunan, Kumpulan Beberapa Tulisan dari Unus Suriawiria,

Jurusan Biologi, ITB,Bandung, Hlm. 67-68.

Syamsuddin, R. 2010. Sektor Perikanan Kawasan Indonesia Timur: Potensi,

Permasalahan, dan Prospek. PT Perca. Jakarta.

Syarifah, N. 2012. Bakteri Lactobacillus sp. [Online].

http://rieffah.blogspot.com/2012/11/bakteri-lactobacillus-sp_28.html.

[diakses 15 Mei 2014].

Takeuchi T. 1988. Laboratory work, chemical evaluation of dietary nutrients. Di

dalam Verschuere L. Rombaut G, Sorgeloos P, Verstraete W. 2000.

Probiotic bacteria as biological control agents in aquaculture. Microbial

Mol Biol rev 64:655-67.

39

Tangko A.M., A. Mansyur dan Reski. 2007. Penggunaan Probiotik Pada Pakan

Pembesaran Ikan Bandeng Dalam Keramba Jaring Apung di Laut.

Jur.Riset Akuakultur II (1): 33-40.

Watanabe T. Editor.1988. Fish Nutrition and Mariculture. JICA Texbook the

General Aquaculture Course. Departement of Aquatic Bioscience.

Tokyo University of Fisheries. Hal 179-233.

Watson, A.K., H. Kaspar, M.J. Lategan, dan L. Gibson. 2008. Probiotics in

aquaculture: The need,Principles and mechanisms of action and

screening processes. Aquaculture 274: 1-14.

Widanarni, D., Wahjuningrum, dan F. Puspita. 2012. Aplikasi bakteri probiotik

melalui pakan buatan untuk meningkatkan kinerja pertumbuhan udang

windu penaeus monodon. Jurnal Sains Terapan Edisi II 2(1):32 – 49.

Widyastuti, E., Sukanto, dan S. Rukayah. 2010. Penggunaan pakan fermentasi

pada budidaya ikan sistem keramba jaring apung untuk mengurangi

potensi eutrofikasi di waduk Wadaslintang. Limnotek 17 (2): 191-200.

Yousefian, M. dan M.S. Amri. 2009. A Review of the Use Prebiotic in

Aquaculture for Fish AND Shrimp. African Journal of

Biotechnology8(25) PP.7313-7318.

40

LAMPIRAN

41

Lampiran 1. Rata-rata kecernaaan protein (%) dan karbohidrat (%) juvenil ikan bandeng selama penelitian

Konsentrasi Lactobacillus sp. (CFU/100 g pakan)

Kecernaan protein (%) Kecernaan

karbohidrat (%)

0 49,47 42,35 0 54,67 46,66 0 51,38 44, 66

Rataan 51, 84 ± 2,63 44, 56 ± 2,16

108 70,84 64, 79 108 74,10 65, 11 108 76,74 67, 99

Rataan 73, 89 ± 2,95 65, 96 ± 1,76

1010 72,94 66, 48 1010 74,05 68, 86 1010 74,98 66, 48

Rataan 73, 99 ± 1,02 67, 27 ± 1,37

42

Lampiran 2. Analisis ragam kecernaan protein (%) juvenil ikan bandeng

Sumber keragaman

JK Db KT F Sig.

Perlakuan 976,981 2 488,491 87,772** 0,000 Galat 33,393 6 5,565

Total 1010,374 8

Keterangan : ** berpengaruh sangat nyata (p<0, 01)

Lampiran 3. Hasil uji Lanjut W- Tukey kecernaan protein (%) juvenil ikan bandeng

(I)Perlakuan (J)Perlakuan Selisih rata-rata (I-J)

Std. kesalahan

Sig.

0 108 -22,05333* 1,92621 0,000 1010 -22,15000* 1,92621 0,000

108 0 22,05333* 1,92621 0,000 1010 -0,09667 1,92621 0,999

1010 0 22,15000* 1,2621 0,000 108 0,09667 1,92621 0,999

Keterangan : * berbeda nyata antara perlakuan pada taraf 5 % ( p < 0, 05)

43

Lampiran 4. Analisis ragam kecernaan karbohidrat (%) juvenil ikan bandeng

Sumber keragaman

JK Db KT F Sig.

Perlakuan 976,008 2 488,004 151,769** 0,000 Galat 19,293 6 3,215

Total 995,301 8

Keterangan : **berpengaruh sangat nyata (p<0, 01)

Lampiran 5. Hasil uji Lanjut W- Tukey kecernaan karbohidrat (%) juvenil ikan bandeng

(I)Perlakuan (J)Perlakuan Selisih rata-rata (I-J)

Std. kesalahan

Sig.

0 108 -21,40667* 1,46411 0,000 1010 -22,71667* 1,46411 0,000

108 0 21,40667* 1,46411 0,000 1010 -1,31000 1,46411 0,663

1010 0 22,71667* 1,46411 0,000 108 1,31000 1,46411 0,663

Keterangan : * berbeda nyata antara perlakuan pada taraf 5 % ( p<0,05)

44

Lampiran 6. Rata-rata efisiensi pemanfaatan pakan (%) juvenil ikan bandeng selama penelitian

Konsentrasi Lactobacillus sp. (CFU/100 g pakan)

Efisensi Pakan (EP)

0 16,77 0 17,64 0 16,39

Rataan 16,94 ± 0,64

108 44,68 108 39,26 108 34,94

Rataan 39,63 ± 4,88

1010 42,94 1010 49,13 1010 40,51

Rataan 44,19 ± 4,44

45

Lampiran 7. Analisis ragam efisiensi pemanfaaatan pakan (%) juvenil ikan bandeng

Sumber keragaman

JK Db KT F Sig.

Perlakuan 1278,949 2 639,475 43,618** 0,000 Galat 87,965 6 14,661

Total 1366,915 8

Keterangan :** berpengaruh sangat nyata (p<0, 01)

Lampiran 8. Hasil uji Lanjut W- Tukey efisiensi pemanfaatan pakan (%) juvenil ikan bandeng

(I)Perlakuan (J)Perlakuan Selisih rata-rata (I-J)

Std. kesalahan

Sig.

0 108 -22,69333* 3,12633 0,001 1010 -27,26000* 3,12633 0,000

108 0 22,69333* 3,12633 0,001 1010 -4,56667 3,12633 0,372

1010 0 27,26000* 3,12633 0,000 108 4,56667 3,12633 0,372

Keterangan : * berbeda nyata antara perlakuan pada taraf 5 % ( p < 0, 05)