rd p (ke-2) dengan lembaga ilmu pengetahuan indonesia (lipi)

23
RISALAH RAPAT PANSUS RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG PEMILIHAN UMUM Tanggal, 28 Agustus 2002 TERBATAS RD P (KE-2) DENGAN LEMBAGA ILMU PENGETAHUAN INDONESIA (LIPI) Sekretariat Pansus Rancangan Undang-Undang Tentang Pemilu J1. Jenderal Gatot Subroto Jakarta Tlp.5715736 - 5175516 Fax.5715554

Transcript of rd p (ke-2) dengan lembaga ilmu pengetahuan indonesia (lipi)

RISALAH RAPAT PANSUSRANCANGAN UNDANG-UNDANG

TENTANGPEMILIHAN UMUM

Tanggal, 28 Agustus 2002

TERBATAS

R D P (KE-2) DENGANLEMBAGA ILMU PENGETAHUAN INDONESIA

(LIPI)

Sekretariat PansusRancangan Undang-Undang Tentang Pemilu

J1. Jenderal Gatot Subroto JakartaTlp.5715736 - 5175516 Fax.5715554

DEWAN PERWAKILAN RAKYATREPUBLIK INDONESIA

RISALAH RAPAT PANSUSRANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG PEMILIHAN UMUM

Tahun SidangMasa PersidanganRapat keJenis RapatSifatRapatHari, tanggalPukulTempatKetua RapatSekretaris RapatAcara

Hadi r

ANGGOTA YANG HADIR

: 2002-2003: I:9: RDP Ke-2: Terbuka: Rabu, 28 Agustus 2002: 15.30 WIB: KK.III Gedung Nusantara II: A. Teras Narang, SH: Drs. Togar Sihaloho, M.Si: 1. Saran dan masukan dalam rangka persiapan

pembahasan RtJUtentang Pemilu dengan LIPI;2. Dialog.

: - 39 dari 50 Anggota- LIPI beserta jajarannya

F.PDIP1. A. TERAS NARANG, SH2. ALEZANDER LITAAY (!jin)3. SUPARLAN4. IR. ZAENAL ARIFIN5. PANDANABABAN6. PATANIARI SIAHAAN7. WILLWM M. TUTUARIMA, SH (Ijin)8. RUSMAN LUMBANTORUAN9. MARAH SIMON Mhd SYAH (Ijin)

10. J.E. SAHETAPY11. lAHAR HARAHAP12. TB. MAMAS CHAERUDDIN13. FIRMAN JAYA DAELI14. SUBAGIO ANAM

F.PPP1. H.ALI HARDI KIAIDEMAK, SH2. DRS. H. LUKMAN HAKIM SAIFUDDIN3. DRS. H. ANWAR MALIK4. BARLIANTA HARAHAP

F.PG1. DRS. FERRY MURSYIDAN BADLAN2. DRS. H.M. SYAFRI HUTAHURUK3. IR.AHMAD HAFIZ ZAWAWI, M.Sc4. IR. RULLY CHAIRUL AZWAR5. DRS. H. SLAMET EFFENDY YUSUF (Sakit)6. ANDI MATALATTA, SH, MHUM

F.PKB1. DRS. ALI MASYKUR MUSA, M.Si2. DRS. AMIN SAID HUSNI3. K.H. YUSUF MUHAMMAD, LML4. DRS. SUSaNa YUSUF5. PROF. Dr. MANAsEE MALO

F.REFORMASI1. Dr. AHMAD FARRAN HAMID, MS

a.. PATRIALIS AKBAR, SHJ, H. MUTAMMIMUL ULA, SH

F.KKI

TJETJEHIDAYATPADMADINATA

F.PBB

HAMDAN ZOELFA, SH

F.PDU

SAYUT! RAHAWARIN

11

F.TNIlPOLRI1. SYAMSULMA'ARIF,M.Si2. ARIFUDDIN, A.M. SH3. DAUHAN SJAMSURI

PEMILU 28-8-2002

KETUA RAPAT (A. TERAS NARANG):

Yang saya hormati Pimpinan dan Anggota Pansus RUU Pemilu, saudarasekalian dari L1PI yang dalam kesempatan ini diwakili oleh Bapak Syamsudin Harisdan Ridwan Yakob. Terima kasih atas kehadirannya dalam RDP dengan PansusRUU Pemilu.

Pada hari ini dihadiri oleh segenap fraksi kita akan memulai rapat denganmember; kesempatan pada L1PI untuk menyampaikan beberapa hal yang berkaitandengan RUU Pemilu. Kami mendengar L1PI sudah membuat sebuah tim berkaitandengan RUU Pemilu. Saat ini kita sedang menerima pendapat dan masukan darikomponen masyarakat. Senin kita sudah mendengarkan penjelasan dari Pemerintahmengenai penqusulan tentanq materi RUU Pernilu. Fraksi-fraksi sedang menyusunDIM tentang sikap Fraksi terhadapa RUU ini pada tanggal 10 september yang akandatang. Jadi waktu ini kita pakai untuk mendengarkan masukan dan pandangan darikomponen masyarakat.

Saya persilakan L1PI untuk menyampaikan paparannya dan akan kita akhiripUku117.00 WIB, silakan.

L1PI (RIDWAN YACKUB) :

Assalamualaikum warohmatullahi wabarokatuh.Kami dari UPI mengucapkan terima kasih atas undangan dari Pansus RUU

Pemilu pada kesempatan ini kami mohon maaf Bapak Ketua L1PI tidak dapatmenghadirinya karena ada sesuatu yang harus dihadiri ditempat lain. Pada hari inisebagaimana Bapak-bapak ketahui L1PI di wakili oleh Bapak Syamsudin Haris danSaudara Ikrar Nusabakti. Kepada kedua nya kami persilakan.

Terima kasih wassalamualaikum warohmatullahi wabarokatuh.

L1PI (SYAMSUDIN HARIS) :

Asssalamualaikum warohmatulahi wabarokatuh.Bapak pimpinan pansus yang kami hormati, Anggota pansus, pada

kesempatan ini kami ingin mengemukakan pandangan mengenai naskah RUUPemilu. Pandangan-pandangan ini sebetulnya sudah dikemukan dan disebarluaskanmelalui mass media walaupun peliputannya dalam media massa itu tidak utuhsehingga memang penting bagi kami sampaikan langsung kepada pansus. Di dalamnaskah pendek yang dibagikan itu sebetulnya penilaian dilakukan bukan hanya padanaskah RUU tapi juga penilaian terhadap RUU Parpol. Mestinya juga terhadap RUUSusduk namun naskah tersebut belum sampai ketangan dewan maka belurn bisadilakukan penilaian terhadap RUU itu.

Sebagaimana diketahui bahwa visi dari UU bidang politik pada hakekatnyaadalah reformasi kelembagaan yang dibutuhkan oleh kita. Hal ini menjadi lebihpenting lagi ketika sidang tahunan Majelis yang lalu memutuskan amandemen atasUUD 1945 melalui 4 tahap tadi yang kemudian disudahi dengan amandemen ke 4.Amandemen itu tentu saja Undang-undang bidang politik yang mesti disesuaikan,mesti diakomodasi tatanan politik kehidupan bangsa ini untuk masa yang akandatang.

Mungkin saya langsung kepada yang akan kami kemukakan mengenai RUUPemilu. Nah sebetulnya untuk menghadapi pemilu 2004 kami sebenarnya tidakmemiliki tim khusus hanya saja memang perkembangan di Undang-undang Pemilutetap diikuti dan pandangan-pandangan ini yang kami ikuti sejauh ini.

3

Yang pertama, mengenai apa yang kita definisikan dengan pemilu. Kebetulannaskah RUU Pemilu yang saat ini adalah yang belum ada sisipan pasal-pasal yangmengenai pemilihan presiden sebagaimana diceritakan media massa. NaskahUndang-undang yang saya dapat memang hanya mencakup pemilihan DPR dipusat dan DPD tingkat propinsi maupun kota kabupaten. Didalamnya belummencakup pasal-pasal mengenai pemilihan presiden secara langsung .

Padahal kita membaca hasil amandemen yang Ketiga atas UUD 1945 disanadisebutkan dengan jelas pemilu juga mencakup pemilihan presiden. Presiden itudidalam satu naskah Undang-undang walaupun pelaksanannya bisa saja dipisahantara pemilihan presiden disatu pihak dengan pemilihan anggota badan legislative.Jadi penting sekali dalam konteks naskah penyatuan antara pemilihan anggotalegislative dan pemilihan presiden dan wakil presiden. Ini berkaitan dengankelembagaan pelaksaan pemilu. Sebagaimana kita ketahui KPU adalah satu-satunyalembaga pelaksana pemilihan umum independen dan sebagai konsekwensi logistentu saja tugas KPU itu mencakup juga pemilihan presiden dan wakil presiden.

Yang kedua mengenai sistem pemilu, memang kalau kita membaca pasal 6RUU pemilu atas anggota badan legislative itu ada dua sistem yang dipakai. Pertamasistem proporsional dengan daftar terbuka untuk pemilihan anggota DPR tingkatpusat rnaupun DPRD tingkat local. Sedangkan pemilihan anggota DPRD dilakukansistem distrik. Walaupun secara umum sistem ini lebih maju dibandingkan sistemyang dianut oleh UU NO.3 tahun 1999 masalahnya mungkin didalamnya tidak cukuppenjelasan dan operasionalisasi apa yang dimaksudkan dengan sistem proporsionaldengan daftar terbuka.

Operasionalisasi itu penting sekali, amanat pasal 6 tidak diterjemahkan secaradistortif baik itu misalnya melalui PP maupun melalui keputusan yang dibuat olehKPU. Kemudian mengenai daerah pemilihan yang agak diabaikan didalam naskahRUU ini adalah keterwakilan keanggotaan legislative baik di Jawa maupun di luarjawa sama yaitu atas dasar setiap 400.000 penduduk.

Dampak dari ketentuan ini adalah akan muncul kecenderungan bahwadaerah-daerah pemilihan di Jawa yang padat penduduknya itu mendominasilembaga-Iembaga legislative tentu saja DPD yang dipilih langsung. Kemudianmengenai jurnlah kursi sebanyak 550 untuk pemilu 2004. Ada dua hal mengenaijumlah kursi ini. Yang pertama jumlah kursi nya ini sendiri yang memang tidak cukupjelas apa dasar ketentuannya.

Kemudian yang kedua adalah masalah sebenarnya lebih banyak didalam UUSusduk sebab berkaitan dengan susunan dan kedudukan lembaga legislative.Kemudian satu yang penting mengenai jumlah kursi adalah jumlah kursi DPRDtingkat propinsi tidak masuk dan terlalu banyak. Kenapa tidak masuk akal dan terlalubanyak karena setelah masa otonomi daerah kehidupan pemerintahan dan politiklebih banyak di level kabupaten dan kota.

Apalagi sebagian kewenangan dilimpahkan ke kabupaten kota ketimbangpropinsi. Itu artinya aktifitas dilevel propinsi lebih sedikit dan kalah dinamis dibandinglevel kabupaten kota. Oleh sebab itu mungkin jumlah kursinya tidak mesti sebanyakyang didisain saat inL

Kemudian mengenai persyaratan partai politik yang mengikuti pemilu mungkinpersoalan disini dikaitkan dengan kemampuan KPU untuk melakukan klasifikasisejauh mana sebetulnya suatu partai politik betul-betul memiliki pengurus di duapertiga propinsi dan juga di dua pertiga kabupaten kota.

4

Kemudian mengenai calon ada masalah yang cukup penting yang jugadiabaikan dalam soal calon untuk anggota DPR khususnya asas domisili tidak dianutdidalam persyaratan bagi setiap calon. Pengabaian azas domisili yaitu DPRkhususnya DPR pusat itu bisa jadi akan sama wajahnya dengan dewan-dewan yangsebelumnya itu didominasi orang Jakarta.

Kemudian mengenai pencalonan untuk anggota DPD itu mungkin pentingsekali dianut bahwa ketika maju sebagai calon anggota DPD itu bukan hanya cukupdengan berhenti sementara tetapi mengundurkan diri dari jabatannya sebab akanmuncul peluang bagi sang calon untuk menyalahgunakan jabatannya danmenyalahgunakan fasilitas dalam posisinya itu untuk kepentingan kampanye.

Salah satu hal yang penting yang sudah muncul dalam perdebatan publikadalah mengenai penyelenggara pemilu. Sebagaimana dikemukakan dalam pasal 64sarnpai pasal 80-an, KPU itu dibantu oleh lembaga sekjen disana disebutkanstatusnya sebagai lembaga pemerintah. kemudian untuk pemilu ditingkat local adajuga yang namanya secretariat pelaksana pemilu ditingkat masing-masing adasecretariat tingkat propinsi, kabupaten dan seterusnya.

Ada sejumlah hal mengenai lembaga penyelenggara pemilu ini yang pertamaadalah posisi sekjen KPU sebagai lembaga pemerintah itu tentu saja mendistorsikankedudukan KPU sebagai satu-satunya lembaga penyelenggara pemilu yangindependen.

Kemudian yang kedua ini tentu saja membuka peluang bagi pemerintahmelakukan intervensi dalam pelaksanaan pemilu.

Kemudian yang Ketiga adalah bahwa pemerintah sebagaimana kita ketahuitidak tunggal, ditingkat pusat pemerintah itu tunggl, ya katakanlah pemerintahnyasaat ini PDIP tapi ditingkat lokal pemerintah itu macam-macam ada Golkar, PKB,PAN jadi ditingkat local pemerintah itu dipartai masing-masing sehingga akan munculpeluang masing-masing partai untuk menyalahgunakan pintu tadi dalam prosespelaksanaan pemilu.

Lalu bagaimana baiknya posisi pemerintah kami masih berpandangan samaketika pemilu 99 yang lalu yaitu posisi yang paling baik bagi pemerintah dalampelaksanaan pemilu ialah tidak lebih sebagai fasilitator saja, apa maknanya.Maknanya adalah pemerintah dalam pelaksanaan pemilu itu mendukung dananya,SDM nya serta fasilitas bagi pelaksanaan pernilu oleh KPU. Lalu bagaimanapelaksanaan pemilu ditingkat local, disini penting sekali KPU diciptakan pada levellocal tingkat propinsi maupun tingkat dibawahnya. Sebab pembentukan KPUditingkat local tidak akan mengubah yang bersifat nasional kalau KPU-KPU local itubertanggung jawab pada tingkat pusat.

Masalah lain yang ada kaitannya dengan undang-undang ini adalah belumbanyak pasal yang berkaitan dengan sanksi bagi partai politik. Katakanlah yangmelakukan penyirnpangan penggunaan dana kampanye sebagaimana disebut dalampasal 111 sampai pasal 113 juga belum ada pasal yang mengantisipasikemungkinan munculnya money politik.

Juga belum ada perbedaan pelanggaran yang sifat pidana disatu pihakbersifat administrative dan dipihak lain bersifat politik. Tentu saja sudah berbeda­beda pula sanksi nya oleh lembaga yang berbeda-beda pula. Nah itu pokok-pokokpandangan kita mengenai Undang-undang pemilu pada lntinya yang ingin kitakemukakan itu ada dihalaman 4 poin 2 bahwa undang-undang pemilu yang kitabutuhkan dituntut berorientasi pada 5 hal.

5

1. Peningkatan kualitas keterwakilan, dimana upaya kita meningkatkanketerwakilan badan-badan legislative ditingkat lokal maupun tingkatnasional;

2. Pelaksanaan pemilu yang adil dan demokratis oleh KPU yang independen;3. Pelembagaan sistem pemilu yang memungkinkan meningkatnya

akuntabilitas politik wakil-wakil;4. Dibutuhkan suatu mekanisme penyelenggaraan pemilu yang dapat

meminimalisasi keeurangan partai-partai dan juga penyimpanganpenggunaan dana kampanye, money politik dan sebagainya.

5. Pembatasan eampur tangan pemerintah dalam pelaksanaan pemilu disemua tingkat.

Mungkin sebagai tahap awal itu dulu yang kami sampaikan mudah-mudahanbisa mengundang diskusi kita dalam pertemuan ini. Terima kasih.

KETUA RAPAT :

Terima kasih kepada Saudara Syamsudin Haris.Baik saudara sekalian sekarang saat nya untuk berdialog saya daftar dulu,

sebelah kanan Pak Mutamin, sebelah kiri Pak Andi Matalatta, Ali Hardi. Yangpertama pak Mutamin.

ANGGOTA F. REFORMASI (H. MUTAMINUL ULA, SH.) :

Terima kasih.Pertanyaan saya ada dua, kaitannya dengan jumlah perwakilan yang

mendekati ideal dalam draf pemerintah ini memang belum jelas benar tentang apayang disebutkan daerah pemilihan proporsioanal keanggotaan DPR yangberorientasi pada jumlah penduduk. Memang pendekatannya kalau DPR itu kalaudalam kualitatif itu kira-kira hampir sama Jawa dan luar jawa itu. tapi beberapa pihakyang mernbikin simulasi itu jawa lebih besar. Kalau kita bandingkan dengan Undang­undang yang lama yang berlaku sekarang itukan ada jaminan kabupaten itu satuwakil DPR RI berapapun jumlah penduduknya satu. Nah dalam scenario yangdiajukan dalam UU ini belum jelas benar dan kelihatannya tidak ada itu. menurutpendapat Pak Haris mana kira-kira yang mendekati itu kaitan dengan DPR nya.

Yang kedua ada perdebatan yang menarik antara partai kecil dan partaibesar, disini menarik di halaman 2 persyaratan yang tetap bagi perserta pemilu tetapiapakah ketentuan pasal 14 itu cukup realistis. Karena itu diperlukan mekanismeperundangan yang menghindari kompetisi tidak fair antara partai gurem tanda petikdengan partai besar di DPR saat inl, Kira-kira mekanisme yang fair itu bagaimanakarena dalam realitas yang besar itu baru berarti keeil dan yang kecil itu baru berartisebagai keeil karena ada yang besar. Jadi bagaimana itu pendekatan kemitraanbukan persaingan gitu. Tentu yang keeil itu akan mendapat keadilan kalau mendapatkebesaran dari yang besar dan sebaliknya yang besar akan ada penghargaan dariyang kecil.

Terima kasih.

KETUA RAPAT :

Pak Andi Matalatta

ANGGOTA F.PG ( ANDI MATALATTA, SH,M.HlIM ) :

Saudara-saudara dari L1PI saya belum membaea apa ya-ng anda tulis untuk itusaya mohon maaf kalau saya ungkapkan sudah ada disini.

6

Kita melihat bahwa pemilu yang akan kita laksanakan dan yang akan kita aturoleh Undang-undang pemilu ini tidak sekedar kegiatan rutinitas seperti yang kitalakukan sebelumnya. Tapi dia merupakan instrumen yang menterjemahkan apapesan amandemen UUD 1945 yang menginginkan kehidupan negara yang lebihdemokratis menginginkan peran serta masyarakat luas dan semangat itukelihatannya belum banyak di tuangkan dalam rancangan undang-undangpemerintah, baik dalam konsideran menimbang maupun dalam penterjemahanpasal-pasal. Saya mohon kajian dari L1PI sejauh mana pesan-pesan pembaharuanyang ada dalam amandemen ini tertuang dalam undang-undang pemilu apa saja darihilir sampai ke hilir.

Biasanya kalau kita tanya pada orang netral ini kajiannya jadi memudahkankita untuk membandingkan apa yang anda katakan dengan apa yang diusukanpemerintah. Yang kedua sudah saya katakan kepada pemerintah, saya berasumsibahwa amandemen memberikan hak monopoli kepada partai-partai, kita lihat dalampemilihan presiden yang bisa mencalonkan presiden hanya partai politik. Kita lihatdalam amandemen yang mengatur yang bisa menjadi peserta pernilu adalah hanyapartai politik. Dalam sistem social yang memberikan monopoli tertentu pada sebuahinstansi itu bukan pada pasar tapi pada kebijakan publik. Saya kira ini perlu menjadiperhatian kita bersama karena kalau partai-partai politik itu bersekutu untuk tujuantertentu yang tercipta bukan demokrasi tapi anarkhi.

Masalahnya ini bagaimana memberikan kontrol kalau banyak diatur nantiindependensi partai diterobos tapi kalau tidak banyak diatur 220 juta rakyat diaturoleh segelintir orang elit politik. Oleh karena itu saya termasuk orang yang tidaksepaham kalau kebijakan-kebijakan publik dalam arti undang-undang merasukmengatur partai-partai supaya partai itu dipaksa menjadi organisasi yang demokratis,tempat seleksi kader partai yang berkualitas. Karena kalau partainya tidakdemokratis bagaimana menciptakan negara yang dernokratis. Tetapi kalau itu tidakdipikirkan akan timbul situasi tidak stabil politik yang seperti itu. konstitusi memberikhak monopoli kepada partai hanya dia yang berhak menentukan calon presiden tidakada calon alternatif.

Saya kira terima kasih pimpinan.

KETUA RAPAT :

Selanjutnya yang terhormat saudara Ali Hardi Kyai Demak.

ANGGOTA F.PPP ( H. ALI HARDI KIAIDEMAK, SH. ) :

Assalamualaikum warohmatulahi wabarokatuh.

ANGGOTA F.PPP (H. ALI HARDI KIAIDEMAK, SH :

Orang perorang memang aturannya L1PI bebas. Tapi bahasa dari L1PItermasuk bahasa yang mempengaruhi masyarakat. Sehingga masyarakat tambahbingung, tapi ujung-ujungnya kok kebenciannya kepada Parpol. Di Amerika SerikatPartai Demokrat Republik yang berkuasa disana, segala perundang-undangan,segala apanya mereka yang dominan, pemilunya 60% saja yang ikut pemilu, kitayang sudah ikut pemilu lebih kecil ngoceh juga. Ini barangkali pesan moral kepadapara pakar, termasuk masalah Sistem Pemilu. Ini seolah-olah masyarakat ini dibawapada pemikiran yang demokrasi itu hanya distrik, lalu kenapa 'ada teori adaproporsional, ada distrik ada campuran.

Seperti tadi sudah muncul bahasa orang Jakarta yang kuasai, ini pimpinnanDPP ini orang daerah semua, yang di Jakarta ini orang Betawi. Jadi di depannegosius Ketua DPP PKB itu orang Jember. Jadi maksudnya itu apa Betawi Jakartaitu apa, ini memang perlu barangkali mendewasakan berpikir masyarakat kita, kalau

7

tidak nanti tambah di depan politik kita, demokrasi kita lalu semakin jauh itu, sebabproporsional berkembang terus teori-teori farian dari porposional ini, ada parforseIyang dulu, kemudian yang tahun 1999 sekarang lagi dengan terbuka, adalalagi yangsetengah terbuka, mungkin nanti besok ada yang atas terbuka bawah tertutup ataubagaimana. Ini kan L1PI punya kewajiban moral untuk mengarahkan perjalananbangsa ini pada arah-arah yang betul-betul rasional. Tapi sesuai juga dengan kondisibangsaini.

Contoh pak, non partisan itu seolah-olah bebas parpol, apa iya non partisanitu, sebetulnya pengertian normatifnya apa sih non partisan itu, jadi itu perlu supayaada bahasa yang sama itu, disini ada teman-teman pers sehingga perjalanan bangsaini di dalam mengayomi demokrasi ini betul-betul terpola.

Lalu yang berikut nomor 3, ini tadi L1PI membicarakan Pasal 7 Pasal 8 koktidak mengajukan usul yang konkrit, dulu antara Jawa dan luar Jawa itu yang kononkatanya sekarang dengan karena dengan perubahan UUD sudah mengatakanNegara Kesatuan Republik Indonesia tidak dirubah, lalu muncullah Pemiluberdasarkan jumlah kependudukan. Maka tadi sudah dicatat oleh Pak Syamsudinnanti didominasi oleh orang Jawa walaupun di Jawa juga banyak orang Batak.

Dulu waktu 400 Anggota DPR itu jadi 200 - 200 ketika di luar yang diangkatTNI/Polri. Lalu kemudian berkenibang kemarin itu perimbangannya tidak persis samafivete-fivete tapi ada sekarang muncul dengan kapupaten dan kota bisa-bisamenjelang 400, sehingga ada kekhawatiran nanti di luar Jawa akan lebih dominandari Jawa kalau hitung-hitungan lama itu.

Jadi barangkali pemikiran dari L1PI ini perlu dikonkritkan, sebab sekarang inimengacu pada penduduk. Tentu bagi PKB, PDIP senang begitu karena merekabanyak di Jawa. Jadi tolong diberikan usul konkrit termasuk yang 50 kursi termasukDPRD Propinsi, sebab kami dengan Mendagri kemarin sudah mempersoalkanmereka menghitung dari penduduk, 220.000.000 dibagi 400.000 mendapatkan 550apa itu logik. Dari pada saya ditegur ketua cukup demikian.

Assalamualaikum Wr. Wb.

KETUA RAPAT :

Terima kasih.Selanjutnya Saudara Amin Said.

ANGGOTA F.PKB (DRS. AMIN SAID HUSNI) :

Terima kasih ketua.Saudara-saudara dari L1PI dan Para Anggota Pansus yang terhormat. Saya

dua juga kami sebelumnya kecuali Pak Hardi yang tidak jelas nomornya itu. Sayaikut-ikutan dua, yang pertama soal pemilihan presiden, yang disini di dalam pointsatu. Dalam paper L1PI ini mengatakan bahwa penyelenggaraannya bisa dilakukansecara terpisah tetapi tidak hanya usul yang lebih elaboratif itu dari L1PI mengenaibagaimana seharusnya pemilihan presiden itu dilaksanakan.

Selama ini berkembang beberapa alternatif misalnya yang pertama dipilihsecara bersamaan, sehingga pemilihan umum itu memilih 5 jabatan publik sekaligus,yaitu presiden wakil presiden, kemudian DPR, DPD, DPRDI, DPRDII secarasekaligus, tapi ada juga yang dilaksanakan secara terpisah yaitu DPR dulu adalegislatif dulu kemudian baru eksekutif. Tapi kemarin juga berkembang pemikiranpemilu nasional dulu, pemilu nasional itu artinya milih presiden dan wakil presiden,kemudian DPR dan DPD, setelah itu baru DPRD.

8

Dari berbagai alternatif ini menurut kajian yang dilaksanakan oleh L1PI itu yangefektif mencerminkan demokratisasi, kemudian juga mempertimbangkan kondisisosial politik kita yang berkembang selama ini, itu kira-kira yang lebih konkritbagaimana oleh kajian-kajian L1PI, kita ingin memperoleh masukan mengenai iniagar nanti ketika berbicara ada bandingan yang bagus sekalipun sampai sekarangRUU atau bahan tambahan untuk RUU Pemilu belum masuk. Itu yang pertama.

Kemudian yang kedua, mengenai tresthold. Seperti yang kita ketahui bahwadalam RUU Pemerintah itu kententuan dalam tresthold 2% itu tetap dipertahankanuntuk yang 99, sedangkan untuk pemilu berikutnya 3% untuk keikutsertaan partaipada pemilu yang akan datang lagi, kalau tidak berubah 2009 saya kira itu.

Saya ingin tanya kalau tidak salah dulu pernah melemparkan gagasan bahwaelektroral trasthold itu tidak untuk kepesertaan partai politik di dalam pemiliyanumum, tetapi di dalam kemungkinan sebuah partai politik itu masuk parlemen. Jadikalau gagasan ini yang dikembangkan maka partai politik itu silakan kompetisiasalkan memenuhi syarat-syarat kepesertaan dalam pernilu yang tidakmemperhitungkan trasthold, tetapi kalau dia tidak mencapai ketentuan ambang batastertentu dia tidak bisa masuk parlemen, artinya suaranya dia hangus dan dibagisecara proporsional kepada partai yang memperoleh mencapai batas tertentu.

Saya ingin memperoleh elaborasi yang lebih memadai dari kawan-kawan dariL1PI, sebetulnya mana yang lebih baik berikan hak demokratisasi kepada setiappartai politik untuk belajar di dalam pemilihan umum membatasi terlebih dahuluketentuan ambang batas atau elektoral tresthold, tetapi kemudian untuk duduk diparlemen dia harus memenuhi syarat tertentu, tarulah misalnya 2 atau berapapersen, sehingga partai politik yang tidak mencapai batas itu dia tidak berhakmenempatkan wakilnya di DPR. Ini juga diterapkan di beberapa negara lain, sayaingin tahu pandangan dari kawan-kawan dari L1PI dan juga terhadap situasi diIndonesia apakah hal yang semacam ini layak untuk diterapkan atau adapandangan-pandangan bisa mengelaborasi inl sehingga kita juga punya pemahamanyang memadai ketika melakukan pembahasan sehingga mengenai ketentuantresthold InL

Itu saja ketua dua hal tidak seperti Pak Hardi yang tidak ada nomornya tadi,terima kasih.

Assalamualaikum WI'. Wb.

KETUA RAPAT :

Terima kasih.Selanjutnya yang terhormat Saudara Suparlan.

ANGGOTA F.PDIP (SUPARLAN):

Terima kaslh pak ketua. Yang kami hormati Pak Harris bersama ternan-ternan.Saya lebih pingin diceramahi, karena saya betul-betul menempatkan diri

sebagai politisan bukan ilmuwan, jadi saya disini agak beda dengan Pak Kiai Demaktadi.

Tolong kami diberikan argumentasi akademik, sebelum itu tapi sebenarnyasaya mau klarifikasi dulu jadi akhirnya saya masuk Anggota Pansus semakin pusingsaya, jangankan perbedaan antara kepentingan-kepentingan politik partai-partaipolitik peserta pemilu dengan rakyat, ini antara satu lembaga negara DepartemenDalam Negeri dengan L1PI seharusnya draft ini tentunya mbok cawe-cawe sama LIPItolonglah dibantu kita menyiapkan Draft RUU ini, argumentasi-argumentasiakademik, kalau kita dengar kemarin semuanya lemah sekali argumentasi akademikyang dipertahankan oleh Depdagri konsep-konsep yang disampaikan, itu saya Iihat

9

masih banyak masih didominasi oleh pola pikir maksudnya itu UU Pemilu Nomor 3Tahun 1999 dominasinya oleh itu. Hanya dicuplik saja pasal ini ada perubahan iniruwet jadinya.

Termasuk disini misalnya tolong diberikan argumentasi kita misalnya sangatbaik sekali harapan dari L1PI RUU Pemilu harus mengarah pada pertamadiantaranya peningkatan kualitas keterwakilan rakyat, disini tolong diberikan lebihjelas pengertian saya sebagai politisi rakyat itu sangat abstrak, rakyat yang mana,dimana, macam-macam panjang sekali. Supaya konkrit rakyat itu bagaimana,supaya kita nanti jelas pengertian kita rakyat itu abstrak akhirnya kita hanya janji-janjikosong untuk menuju ke demokratisasi atau rakyat pengertian konkritnyabagaimana, karena kalau bicara pemilu bukan orang perorang.

Kedua tolong juga diberikan saya argumentasi supaya kita nanti enakberargumentasi sarna Mendagri konsep apakah perlu di dalam pasal UU Pemilu iniresep dari L1PI itu supaya kita nanti bisa mengakui kemenangan orang mengakuikekalahan kita dalam pemilu, apa perlu diatur UU itu, tolong L1PI kasih tau resepnyabila perlu kita masukkan di salah satu pasal atau apa.

Sesudah itu juga tolong diberikan penjelasan tentang yang tadi sudahdisinggung oleh Pak Kiai Demak dan ternan-ternan lain tentang misalnya sistemproporsional, sistem distrik, saya semakin juga ruwet, misalnya contoh propinsinambah kabupaten, contohnya Jawa Barat, Propinsi Jawa Barat, Propinsi Banten,saya datang ke Banten ya masih orang-orang itu juga masih Propinsi Jawa Barat,orangnya masih itu jumlahnya masih itu potensi alamnya masih itu itu juga, nahsebenarnya yang mau kita atur itu apa, orangnya rakyatnya dalam pemilu inibagaimana, nanti Jawa Barat banten kita sudah propinsi sendiri, dia paksakan diadapatkan Dewan Perwakilan Daerah, rakyanya sarna juga waktu jaman Jawa Baratsarna juga.

Jadi Jawa Barat jadl 8, jadi nanti yang Jawa Tengah apa perlu kita pecah lagisupaya jadi 8, persoalan ini tidak diakomodir di UU Pemilu supaya rasa keadilansemua wilayah, karena kita harus berpegang kepada keutuhan Negara KesatuanRepublik Indonesia harus kita pegang, kita tidak bisa Jawa Timur merasa lebih hebatatau Gorontalo yang penduduknya cuma 700 saya harus sarna, tetapi ada perasaantanggung jawabnya harus sarna.

Di dalam RUU tidak nampak, saya kira masih ada kesempatan membantu kitaapa itu bentuknya tertulis dalam waktu yang secepatnya dalam proses pembahasanini agar hal-hal yang mungkin krusial perbedaan-perbedaan kepentingan di dalamsekarang ada 11 partai politik kalau tidak salah, ada 11 fraksi. Di dalam fraksi itu adasekian partai politik, saya agak pesemis kayaknya apa bisa selesai satu masapersidangan, dengan perbedaan-perbedaan yang Draft yang disiapkan olehpemerintah kita tentunya mengharapkan kemarin itu sebenarnya sudah final sudahmendapatkan masukan dari UI, dari UGM, sudah dari L1PI sudah dari mana-mana.

Ternyata kelihatannya apa cuma di karang-karang saja sarna Depdagri, bisatidak selesai itu satu masa sidang. Seharusnya kan Draft sudah diakomodasi,kepentingan-kepentingannya sudah mendekati, Golkar yang partainya besar sudahterakomodir, dari PDU sudah terakomodir. Jadi waktu kita masuk ke pembahasansudah enak dengan semuanya mengacu kepentingannya Negara Kesatuan RepublikIndonesia, memperbaiki keadaan yang merasa ketidakadilan antara seluruhpenduduk dimanapun mereka berada.

Sementara itu dulu saya hanya minta kuliah Pak Harris belum sempat dalammenyampaikan argumentasinya, saya sangat terima kasih, kalau itu bisa selanjutnyakami diberi oretan-oretan tertulis supaya nanti kami bisa berargumentasi khususnyakepada Depdagri dalam pembahasan-pembahasan selanjutnya.

10

KETUA RAPAT :

Terima kasih.Selanjutnya yang terhormat Saudara Tjetje Hidayat Padmadinata.

ANGGOTA F.KKI (TJETJE HIDAYAT PADMADINATA):

Terima kasih Saudara Pimpinan. Semua yang hadir yang saya hormati.Ujung-ujungnya saya memohon sangat kepada L1PI supaya sekarang-sekarang inipasal demi pasal apa yang sebaiknya disempurnakan klra-kira begitu, di dalamprosesing UU ini saya meninjaunya dalam rangka membangun satu sistem politik,kita baru 57 tahun ini, bukan sudah, kita baru 57 tahun dan politik itu semakin tidakberes.

Dalam rangka Sistem Building bagaimana supaya tidak tidak terjadi lagi,tolong L1PI ini ukuran hari, saya kira sebagai orang dari daerah saya bukan orangpusat, gara-gara partai lokal ini takut bisa... begini jadi begini kita ini, kalau lokalpartai itu akan lebih beres Indonesia saya kira begitu. Dalam rangka Sistem Building,tapi ada yang saya khawatirkan, jadi Saudara Syamsudin Harris teman ngobrol dulu,saya ambil contoh begini contoh kasus UU yang tahun 1999 Nomor 2, 3, 4 yang adadi Gedung DPR ini tidak punya sismokras politik, bahwa sebentar lagi akan adagempa politik. Kalau demikianlah UU itu, jadi waktu dulu tindakan DPP Golkar POI,nah akibatnya sekarang kepada L1PI tolong dipikirkan UU Nomor 2,3,4 Tahun 1999,akibatnya itu tahun 1998 itu sudah miring rezim waktu itu, karena tidak punyasismokras politik.

Nah ratusan partai sekarang satu fenomena protes sebetulnya dan adanyaketidak percayaan distras kepada elit politisi di ibu kota terutama. Jadi biasakan sajakita bicara telanjang lebih dari transparan. Kalau sekarang penyusunan UU yangSUSOUK nanti kembali ke Tahun 1999 salah satu bentuk protes komplit menurutprediksi dan feling anti partai, karena ada beberapa partai yang tidak boleh ikutpemilu, itu diantaranya. Ini memperkuat barisan revolusi nantinya kurang lebihbegitu, saya tidak menakut-nakuti sudah lain ini feling saya ini sudah lain.

Nah bagaimana ini UU ini jangan sampai UU 2, 3, 4, Tahun 1999 dalamrangka sistem building. Membangun suatu bangunan kemarin itu tidak tahu inisebentar lagi gempa bumi, kalau akhir tahunpun begitu apa yang mau kita bangun,itu diantaranya. Negarawan sekarang kan baru nilainya pas-pasan. Misalnya kemarinSaudara Suparlan saya akan diingatkan itu saudara Andi, kemarin Mendagrimenjelaskan how to be good looser, good we neer good looser, good looser itu kalauferging ferplik belum bukakan ferging ferplik.

Tolong dalam ukuran hari ini terutama unsur birokrat di Depdagri dan lainsebagainya. Jadi ini permohonan saya kepada L1PI ukuran hari ini, karena ini gempasebentar lagi, misalnya ini sebagai bukti empirid, kita dipaksa tratel emerel terus,apakah struktur jumlah dimaksud bukan sistem, struktur kepartaian terlampaubanyak puluhan apalagi ratusan, maupun terlampau sedikit hanya 3 siapa bilang itupernah baik untuk bangsa ini, sarna-sarna belum baik. Menjadi instrumen KKN,instruktur KKN, 50an pun menjadikan saya pemberontak, akui saja secara empiriddua-duanya beleum dibuktikan kok manfaatnya itu kalau formasi organisation itulahkurang lebihnya. Jadi kita harus berani, terutama orang daerah suka lebih berani.

Misalnya to partai sistem 68, saya mencoba panglima siliwangi di pecat kok,bukan panglima jaman sekarang, diberhentikan, sistem waktu itu H.R Oarsono yangsaya hormati, itu baru kita melangkah ingin to partai sistem tapi bukan struktur,bukan jumlah. Jadi 68 Jawa Barat pernah mencoba itu akibatnya ya panglima kamidijadikan Sekjen Asean, itu diantaranya.

II

Kemudian saudara saya Saudara Ahmad Toleng saya belurn baca ini,bagaimana tidak cocoknya presidential sistem tapi multi partai kita ini, kalau belasantahun sudah beres bagus kita ini, jadi sulit beresnya, karena dari L1PI sangatdiharapkan dan lain sebagainya, kemudian pendapat L1PI bagaimana, saya ingindengar sekarang juga, apa sependapat dengan saya atau tidak sependapat itubiasa.

Pemilu 55 hak pilih saya pemilu 55, saya baru SMA kelas 2, tanda gambarapa yang saya coblos rahasia saya, tapi saya sarna PKI saya kalah waktu itu di JawaBarat tahun 55, waktu itu saja calon perorangan ini badan, jadi pemerintah di bawahLIllO 50 tidak takut oleh calon perorangan. Sesudah itu takut di Jakarta itu oleh calonperorangan, bagaimana kalau sekarang ada lagi maju sebagai calon perorangan, itudiantaranya.

Jadi Jakarta itu terlampau takut, perorangan independen di samping partai,sebagai perserta pemilu, peserta pemilu itu bukan hanya partai, nah sekarang inimaju atau mundur. Nah ini bagaimana pendapat UPI. Jadi tidak hanya teoritis tapitampilik bagaimana.

Terakhir dengan sendirinya calon presiden. Ini sistem apa ini hanya bolehpartai yang mengajukan. Mengapa calon independen tidak boleh, apa yang ditakutilagi sarna Jakarta ini, jadi maksud saya kan sejarah masih panjang kita ini, tapi kalaudalam belasan tahun masih kita trayel and erer terus, yang jadi korban itu kanmasyarakat banyak, jadi dari Saudara Syamsudin bagaimana apakah pendapat sayaini agak aneh-aneh atau memang orang Jakarta yang sering ketakutan itu, itulahdiantaranya.

Jadi sekali lagi bukan untuk hari ini saja saya ingin dengar sesudah 55 Pemiluapakah kita ini maju atau mundur dan lain sebagainya. Calon presiden boleh itu, jadinantinya saya takuti, tidak pakai tanda kutip, ini saya sudah diktaktor partai kalaubegini.

Ini saja sebagai intelektual exercice.Terima kasih.

KETUA RAPAT :

Silakan Pak Siahaan.

ANGGOTA F.PDIP (PATANIARI SIAHAAN) :

Terima kasih.Saya singkat buat sekretaris dan Surbakti. Tadi pak Ade menyampaikan salah

satu amanat dari pada amandemen adalah kitanya mencapai suatu negara lebihdemokratis. Dan yang saya tanya apakah L1PI sependapat, bicara demokrasi berartibicara cek end balance artinya adalah pelembagaan perkembangan politik danlembaga negara maupun lembaga-Iembaga politik. Dalam kerangka ini kanparadigmanya otomatis masalah politik secara profesional akan ditangani oleh partai­partai politik.

Kami inginkan ada kejelasan jangan turut campur aduk, kalau partai politknyabelum beres bukan berarti kita tidak suka kekulit, saya kuatir dengan berbagaiwacana sekarang akhirnya kita bersepakat tidak perlu partai politik, bukankah inilebih sulit nanti. Jadi paradigma-paradigmanya melanatarbelakangi berbagai pikiranberbagai sistem politik. Jadi masalah penataan partai politik harus dipisahkandengan masalah kondisi partai politik yang belum sehat seperti yang sekarang ini,

12

tapi kan kita menyebut satu sistem melalui demokratis dan lebih tertata samalembaga.

Dalam kerangka itu memang ada masalah-masalah yang perlu kamipertanyakan. Satu contoh saja misalnya pertanyaan pada halaman 1 dari PakSyamsudin Haris mengenai cakupan pemilu, disini ada pertanyaan apakah gardusecara kepres. Terus terang mungkin perlu disikapi oleh L1PI memang ada nonpartisan, kalau kita Iihat di KPU sekarang ini kan terjadi oleh karena masalah KPUyang tahun 1999, sehingga dibuat revisi Undang-undang Nomor 4 mengenai pemilutersebut. Tapi kalau kita lihat amandemen sebetulnya tidak ada kata-kata nonpartisan, sekarang ini kan ada rumusan non partisan. Kalau menggunakantrimonologi yang sederhana non partisan berarti adalah pegawai negeri dan militerkan begitu tambah LSM. Apakah begitu pengertiannya ini mungkin perlu klarifikasilebih baik pak.

Yang kedua, tadi kita membicarakan masalah kemungkinan Jawa luar Jawa.Kami pikir ini satu kesatu sistem demokrasi kita adanya DPR dan DPD, disini adakeseimbangan, ada ketimpangan demokratis, ada ketimpangan luas wilayah antarapenduduk padat dan tidak padat, Jadi melihatnya saya pikir jangan terpisah, jangankita Iihat masalah proposnya akan dominasi jawa, lihat keseluruhan sistem yang kitabangun dan sistim biring.

Kemudian ada beberapa hal masalah pemilihan presiden. Ini masalahapakah serempak tidak serempak wacananya menurut kami kurang diangkat secaraobjektif, masalahnya bukan semata-mata teknis kalau sekaligus lima pemiluwaktunya habis, persoalannya disini adalah beratnya persyaratan menjadi presidenmembuat seyogyanya ada pra kualifikasi agar peserta tidak terlalu banyak, sehinggakemudian tercapainya jumlah 20% menjadi baik, mungkin dalam wacana inilah kira­kira lebih melihat apakah betul kalau penyelenggaraan pemilu DPR Degri 20,sehingga surat kualifikasi terhadap partai-partai yang telah mencalonkanpresidennya, misti dalam rangka itu tabiatnya, jangan ditingaktkan pada tataran yangsepadan.

Hal berikut yang ingin kami tanyakan dalam masalah peyelenggaraan pemilutadi. Disini ada pikiran-pikiran memang bagaimana jangan sampai interpensipemerintah terhadap KPU maupun pemilu. Harusnya melihatnya kita jangan lagidalam pikiran seperti dulu, sekarang kita bersepakat bahwa masalah pemerintahandiawasi oleh DPR, bukankah nantinya pemerintah daerahpun yang mengawasi olehDPRD, pusat oleh DPR kan mestinya diantar secara lebih lengkap, sehinggapertanyaan-pertanyaan yang singel isusi seharusnya satu paket kesatuanparadigma yang disepakati.

Untuk ini kami simpulkan pertanyaan kami, apakah menurut L1PI setujukahbahwa dalam rangka mengenai politik ini kita gunakan partai politik sebagaiinstrumen untuk menata sistem politik Iisan, ini persoalannya, kalau tidak kita akanbicara oleh Dagri dan sebagainya, kalau ini kita tidak keliru saya pikir tidak pernahklir, apalagi L1PI kan bagian politik.

Terima kasih.

KETUA RAPAT:

Selanjutnya Pak Susono Yusuf.

ANGGOTA F.PKB (DRS. SUSONO YUSUF) :

Saya sebentar saja tidak seperti Pak Tjetje minta dibuatkan DIM sarna ternan-ternan L1PI. f

13

Sebetulnya saya juga kepengin ada sebuah perspektif yang jelas begitu,terhadap sebuah rekonstruksi yang ingin kita lakukan dalam upaya menterjemahkandalam bentuk RUU pemilu ini. Kita sebetulnya sudah punya pengalaman sejarahmelakukan restrukturisasi politik dimasa Orde Saru hanya dengan melakukanyuniformasi atau penyederhanaan partai polltik.

Sekarang ada sebuah gejala politik ini semakin menjamur kurang lebih 200lebih partai politi. Kalau ini kerangka perspektifnya yang kita bangun adalah dalamrangka mengembangkan demokratisasi misalnya, apakah memang menurutpandangan temana-teman di LIP' ini cukup layak atau cukup wajar secara alamiahdalam melakukan proses seleksi alamiah partai-partai politik. Karena da dua ujungekstrim. saya kira.

Pertama, kita ingin mencoba proses demokratisasi ini secara alamiah, tapidisisi lain ada wacana menginginkan konsolidasi politik nasional, sehingga nantipartai politik itu hanya diproyeksikan ada sekitar belasan partai politik. Sekarangbukan persoalannya lagi, bagaimana merangkum satu sisi demokran demokrasidibuka, tapi kosolidasi politik juga berjalan dalam kerangka, katakanlah misalnyamempertegas menstrim dari sebuah peta ideologis atau peta gagasan ataupemikiran misalnya. Problemnya bukan itu, tapi asumsi dasar untuk melakukanrekontruksi terhadap bentuk sistem yang ingin kita bangun, yang kemudian kitaterjemahkan dalam undang-undang partai politik dan pemilu itu seperti apa perspektifyang ingin dipakai oleh kawan-kawan L1PI, kami juga minta ingin diceramahi. Terimakasih.

KETUA RAPAT :

Baik, terima kasih.Sudah semua 8 orang menyampaikan tanggapan dan pertanyaan. Dan saya

persilakan kepada L1PI untuk memberikan tanggapan dan sekaligus jawaban, tapisebelumnya saya minta persetujuan waktu sudah pukul 17 kurang lima menit, kitaperpanjang sampai dengan 17.30 paling lama. Baik terima kasih.

Persilakan.

LIP' (SYAMSUDIN HARIS) :

Terima kasih pimpinan. Ini tanggapan dan pertanyaan banyak sekali. Jadisaya mohon maaf kalau jawabannya tidak sistimatis sesuai dengan siapa yangbertanya duluan, siapa yang belakangan, tapi saya telah menyikapinya dari isunya.

Kita mulai dengan naskah rancangan undang-undang pemilu, sebetulnyanaskah rancangan undang-undang pemilu kita itu yang akan dibahas oleh bapak­bapak disini dipansus itu sudah memiliki cacat bawaan dari sejak awal, kenapamemang naskah itu tidak atau belum pernah diperdebatkan secara publik, tidak adasosialisasi pubiik, ltu berbeda dengan nasakah rancangan undang-undang pemiluyang dibawah dibuat oleh tim yang dipimpin oleh Pak Ramlan sebelumnya yangtidak dipakai itu, ada diskusi publik mengenai naskah itu.

Kemudian yang kedua naskah itu kenapa sejak awal memiliki cacat bawaan,timnya itu sendiri sangat tertutup, sehingga kita jangankan kita KPU saja tidak tau,mungkin saat ini sudah tau, siapa anqqota timnya, siapa ketuanya dan seterusnya,apalagi naskahnya bagaimana kita membayangkan suatu naskah RUU pernilu yangbaik kalau sejak awal sudah demikian, itu patut kita sayangkan, bahwa pemerintahmelalui mendagri tidak cukup mengantisipasi hal itu.

Kemudian yang kedua, mengenai sistem pemilu. Tentu saja sistem pemiluapapun itu sama masing-masing punya kelebihan masing-masing punya kekuranganatau kelemahan baik itu yang namanya sistem profesional maupun sistim distrik.

14

Oleh sebab itu sistem pemilu tidak pernah salah, dia tetap bisa menghasilkanmekanisme kehidupan politik yang demokratis.

Pertanyaannya kemudian kenapa cukup banyak muncul gagasan publikmengenai sistim distrik, sebetulnya begini sistim pemilu itu bukan sebagaimana apayang dilakukan oleh toke profesional distrik. Sistim pemilu itu selalu mempunyaikonteks. Ada dua konteks utama sistem pemilu. Yang pertama adalah konteks sosialpolitik, yang kedua adalah konteks institusional, konteks kelembagaan.

Oalam konteks sosial politik itu pilihan atau sistem pemilu sangat ditentukanoleh apakah pada sebuah negara yang akan menggunakan sistem itu. misalnya inisebagai contoh basis indentitas itu lebih pada apa, pada kelompok misalnya, agama,etnis, ras, bahasa atau gabungan itu.

Kemudian konteks sosial yang lain adalah sejauhmana tingkat konflik sosialintensitas kompli, kemudian sifat kompli. Sifat kompli itu apakah kompli wilayah,kompli kultural, kompli wacana. Kemudian kompleksitas pengelompokan sistemsosial banyak sekali paktornya distribusi kelompok-kelompok sosial.

Kemudian konteks konstitusional itu misalnya, apa tipe pemerintahannya,sistem pemerintahannya, apakah presidensil atau parlementer. Kalau parlementerapakah sistem partai tunggal, koalisi atau apa.

Kemudian konteks konstitusional yang kedua adalah tipe atau jenisparlemennya atau lembaga legislatifnya satu kamar, dua kamar atau gabungan, atauada pengangkatan dan seterusnya. Masih konteks konstitusional bentuk negara jugaberkaitan apakah satuan, sederan dan seterusnya.

Pertanyaannya kemudian kenapa muncul wacana mengenai distrik. Kembalikekonteks. Konteks yang kita butuhkan untuk masa depan dalam kaitan legislatif itulebih kemana. Jawabannya kalau didasarkan pada Iiputan media dan mudah­mudahan bisa disepakati adalah bahwa kita membutuhkan aspek akuntabilitas yanglebih kuat pada sistem distrik ketimbang sistem profesional.

Kita sendiri sebetulnya miliki tidak beqitu menekankan bahwa mesti sistemdistrik atau mesti sistem profesional, bisa saja campuran penggabungan. Yangpenting ada.lah sebagaimana yang sudah dikemukakan bagaimana kualitasketerwakilan itu betul-betul diwujudkan dalam sistem pemilu sebagaimana tadiditanyakan.

Kualitas keterwakilan itu tadi yang ditanyakan apa maksudnya, tentunyamaksudnya adalah bahwa seluas-Iuas mungkin berbagai komponen dan golongan

. masyarakat kita diwakili oleh para wakil yang dihasilkan oleh sistem pemilu. Makapenting disini apa yang dikemukakan mengenai basis domisili untuk kabupaten itu.mengapa dimunculkan kembali padahal sistem pemilu ini sudah didasarkan duaperspektif.

Yang pertama adalah basis penduduk, yang kedua adalah basis wilayah,basis wilayah ada pada OPO, basis penduduk ada pada OPR. Cuma persoalan kitaadalah bahwa OPD itu mewakili propinsi padahal titik berat atau letak ekonomi padakabupaten. Oisitu pentingnya aspek basis kabupaten atau basis kota pada OPR.

Jadi untuk menutupi kekosongan depesentasi kabupaten itu. jadi adakesenjangan pada keterwakilan OPO sebetulnya, sebab apa namanya kalau tujuanOPO saiah satu yang penting itu adalah memperkuat otonomi tentunya mestinyalebih pada kabupaten kota ketimbang pada propinsi.

15

Kemudian mengenai pemilihan presiden, jadi mohon maaf kalau tidaksistimatis. Kalau mengenai naskah undang-undangan mungkin kita bisa sepakatbahwa penting sekali ada satu naskah yang utuh yang mencakup semua pemilihanwaki!-wakil termasuk pemilihan presiden, tapi secara teknis memang sudah jugadikemukakan oleh KPU bahwa tidak mungkin melaksanakan pemilu yang dilakukanbersama-sama itu, soal waktu, soal kemampuan masyarakat kita mengakomodasibegitu banyak pilihan disana, disamping soal substansial tidak ada kesempatanuntuk membedakan-membedakan kampanye pemilihan presiden dan kampanyepemilihan anggota legislatif.

Oleh sebab itu pelaksanaan pemilihan presiden tidak bisa tidak mesti terpisahdengan pelaksanaan pemilu anggota legislatif. Cuma pertanyaannya itu terpisahnyaitu kapan, apakah 6 bulan, 3 bulan, 1 bulan atau satu minggu. Saya melihat atau kitapada umumnya melihat, bahwa tengang waktu ini mempunyai implikasi yang tidaksama. Kalau tengang waktu dibawah satu bulan, maka pencalonan presidendidasarkan pada hasil pemilu 1999, dengan asumsi bahwa dengan satu bulan itubasil pemilu belum final, belum diketahui kalau dibawah satu bulan. Kalau diatas 1bulan tengang waktunya konsekwensi logisnya tentu saja dengan asumsi hasilpemilu 2004 sudah diketahui pencalonan presiden didasarkan pada hasil pemilu2004. Hanya saja memang salah satu dilemanya adalah bahwa akan munculkompetisi ataupun bertandingan yang sangat kencang berkaitan dengan pemilihanpresiden tidak lama sesudah pemilihan anggota legislatif.

Dleh sebab itu juga penting disini apakah pasal sisipan mengenai pemilihanpresiden yang katanya yang bisa mengajukan pencalonan presiden itu adalah partai­partai politik yang mendapat minimal 20% secara nasional itu apakah didasarkanpada hasll pemilu yang lalu atau pemilu 2004. Kalau didasarkan pada hasil pemilu2004, maka tengang waktunya paling tidak diatas satu bulan, kadang-kadang tigabulan.

Hal lain yang ingin saya kemukakan disini adalah mengenai walaupun sayabelum baca hitam putihnya persyaratan pencalonan 20% ini, ini suatu ketentuanyang tidak masuk akal, kenapa tidak masuk akal sebab kalau didasarkan pada basilpemilu 1999 pemilihan presiden hanya bisa diikuti oleh PDIP dan Golkar partai laintidak bisa, mengajukan calon presiden. Itu satu hal.

Hal kedua adalah apa alasan argumen untuk menentukan 20% tidak adasatupun yang masuk akal. Yang ketiga dengan penentuan 20% yang sangat tinggiini, ini menutup peluang bagi partai-partai lain, yang mestinya juga mendapatpeluang yang sarna. kalau misalnya pembatasan 20% itu didasarkan pada hasilpemilu 2004, jangan-jangan hanya ada satu partai politik yang dapat mencapaijumlah itu, itu apa artinya calon tunggal pemilihan presiden.

Pertanyaannya kemudian, bagaimana kalau tidak satupun yang mendapat20% secara nasional akibat banyaknya partai politik yang ikut, apakah tidak adapemilihan presiden. Oleh sebab itu satu-satunya alasan yang masuk akal adalahargumen yang masuk akal adalah bahwa semua partai yang memenugi ketentuanelektora trisot bisa mengajukan calon presiden dan itu jumlahnya.

ANGGOTA F.PDIP (PATANIARI SIAHAAN):

Interupsi.Maaf, meluruskan saja.Kami tidak mengerti bahan dari mana Pak syamsudin yang persyaratan 20%

itu sebelah mana, kita belum tau.

16

L1PI (SYAMSUDIN HARIS) :

Dari pres. Makanya saya ini hanya lontaran saja jadi belum ada naskah hitamputihnya.

ANGGOTA F.PG (ANDI MATALATTA. SH. MHUM):

Interupsi.Jadi dalam amandemen itu partai atau gabungan partai. Jadi mungkin tidak

ada yang mendapat 20%, tapi kalau dia sudah gabung bisa lebih dari 20%.

L1PI (SYAMSUDIN HARIS) :

Terima kasih Pak Andi Matalatta.Kemudian mengenai partai politik, ya tentu saja ini Pak Siahaan, tentu saja

tidak ada demokrasi tanpa partai politik itu sudah pasti, suatu yang final, cuma jugakita jangan lupa bahwa partai yang dimaksud itu adalah partai politik katakanlahdengan asumsi yang sudan mapan itu, dalam pengertian sudah aspiratif dan lainsebagainya. berpecahan sih tidak ada masalah sepanjang sifatnya lebih kompetitipbegitu.

Dalam konteks kita memang partai politik itu kan masih dalam tahapbelajar,dan oleh sebab itu membutuhkan pendampingan. Oleh sebab itu pula kitamisalnya sangat setuju apabila dibuka peluang calon independen baik padapemilihan presiden maupun pada pemilihan anggota legislatif. Dilemanya adalahbahwa teman-teman dipartai politik ini terima takut dengan kata independen apalagicalon independen, padahal didasarkan pada pengalaman banyak dinegara lain, yangnamanya calon independen itu peluangnya kecil sangat kecil, tapi itu pentingdiadakan sebagai katub pengaman bagi sebagian masyarakat kita yang mungkinkecewa terhadap partai politik, Katub pengamanan itu selalu dibutuhkan bila kitamenghendaki satu sistem politik yang sehat. Jadi jangan sampai ditutup pintu samasekali, sebab calon-calon independen itu bisa diduga belum akan bisa menyaingicalon-calon yang diajukan oleh partai politik.

Kemudian mengenai mekanisme pembatasan itu, tadi Pak Amin menanyakanmengenai pandangan LIP\. Mengenai pembatasan melalui elektral peksrot itu,menang L1PI pada tahun 1999 itu mengusulkan supaya pembatasannya itu bukankeikutsertaan dalam pemilu memang betul, pembatasannya itu yaitu semacamparlemen pesrot itu di legislatif. Kita mengusulkan supaya semua partai yangmemenuhi syarat artinya kalau dalam naskah undang-undang pemilu itu punyawilayah di dua per tiga propinsi, punya cabang di dua pertiga kabupaten di propinsiyang sama, kemudian punya anggota katakanlah pada seribu masing-masing tiapkepengurusan itu, itu boleh saja ikut pemilu, tapi untuk duduk dilegislatif itu minimalmisalnya itu 2%, kalau patokan 2% didasarkan pada hasil pemilu 1999 yang bisaduduk itu sampai DPD selebihnya tidak.

Itu bagi saya khususnya lebih adil ketimbang membatasi ikutserta dalampemilu, kalau pembatasan itu untuk ikut dalam pemilu, saya menduga ada tigakelompok yang melakukan perlawanan. Yang pertama tresistensi itu akan dilakukanoleh partai-partai politik yang sudah duduk didewan saat ini. Yang kedua adalahpartai-partai politik yang sudah ikut pemilu 1999, yang ketiga adalah partai-partaipolitik yang muncul belakanganyang sama sekali baru itu.

Oleh sebab itu salah satu jalan keluar yang bisa dipikirkan adalahpembatasan dulu diparlemen itu. itu juga akan memicu maksud saya, membuatpartai-partai politik kecil itu bergabung sesamanya, makanya tadi ditanyakanmisalnya bagaimana supaya muncul kompetisi yang sehat, tidak misalnya partaibesar itu menindas dalam tanda kutip partai kecil. Salah satu mekanisme yang bisa

17

dibuat adalah diakomodasi kedalam undang-undang pemilu atau juga undang­undang partai politik, supaya menggabungkan maksud saya diciptakan mekanismeyang memudahkan partai-partai kecil itu bergabung atau satu sama lain, sehinggacita-cita penyederhaan partai politik secara alamiah itu belum bisa kita lakukan.

ANGGOTA F.PG (ANDI MATALATTA. SH. MHUM):

Interupsi.Rasionalisasi dari angka elektron tersebut itu apa penjelasannya yang bisa

dijelaskan.

L1PI (SYAMSUDIN HARIS) :

Kalau presentasinya itu soal kesepakatan, tapi pembatasan itu sendiri kanurgensinya adalah penyederhaan partai politik, apa asumsinya fungsinya makinbanyak partai makin susah mengambil keputusan, demokrasi itu tidak produktif kalautanpa keputusan-keputusan, tidak ada pemerintah yang bisa jalan tanpa keputusandewan

L1PI (SYAMSUDIN HARIS):

Itu sendiri kan urgensinya adalah penyederhanaan partai politik apaasumsnya, asumsinya semakin banyak partai makin susah mengambil keputusanDemokrasi itu tidak produktif kalau tanpa ada keputusan-keputusan ,tidak adaPemerintah yang bisa jalan tanpa keputusan Dewan,jadi kita ememnag konteksnyamemang bagiaamanajumlah partai itu lebihsedikit, jadi sederhana, kaali pak tjeijemengusulkan malah sistim dua partai itu yang, iya sistim, sistim dua partai, betul­betul , dan jangaan salah dua partai itu,partainya bukan dua bisa banyaak bisa lebihjadi yang utama itu bisa dua bisa gantian berkuasa,iya betul dua bisa.

Iya mungkin untuk sementara demikian akan ditambah olehteman kamiSaudara Ikrar.

L1PI (IKRAR NUSA.):

Terima kasih.Saya mungkin akan menambahkan sedikit saja, pertama mungkin untuk Pak

andi Matalatta, yang tadi partai akan menjadi Uligarti daan ini saya sangat senangmendengar sebutan itu karenaini berrati ada suatu intrespeksi dari dalam sendiripak,karena terus terang ini apalagi setelah Pemilu 2004 Pak ya itutantanganterhadap partai sangat besar karena kita tahau bahwa legitimasi terhadappartai politik itu sudahmulai bergulir, itu satu.

Dan tadi bapak-bapak tanyakan bagaiman kontra terhadap partai saya pikirtyadi Pak Andi sudah mengatakan bahwa ada melalui UU tapi sayaa jugamengatakan taambahan lainnya itu melalaui m asyarakat itu sendiri yang sayamaksud melalui masyarakaat itu adalaah bahwa memang dia tidak setuju dengankebijakan partai pada masa pemerintahan atau kurun waktu tertentu itu berrati padamasa pemilu berikutnya dia tidak akan memilih partai itu lagi ,itu yang saya maksudkontrol.

18

ANGGOTA FRAKSI PG(ANDI MATTALATA,SH):

Masalahnya kalau seluruhpartai berbuat demikian, maka rakyat tidak punyapilihan.

L1PI (IKRAR NUSA BAKTI) ;

Itu nanti akan saya rangkaian juga.Kemudian yang ketiga itu kontrol internal Pak, yang saya maksud disini adalah

bahwa yang saya maksud didinni adalah tantangan terhadap partai politik itusemakin besar khususnya bagi mereka yang duduk di parlemen kenapa beqitukarena legitimasi eksekutif dalam hal ini Presiden ini akan sangat kuat, kerenasama-sama dipilih melalui Pemerintaha laangsung dan kalau dihitung perorang itupresiden bisa dipilih melalu jutaaan orang sedangkan anggota DPR itu cuma400.000 oranag.

Jadi disinisnagat jelas bahwa dari sisi legitimasi presidenakan jauh lebihkuatketimbang seorang nggota parlem dan kerena itu apa namanya itu accontaabilitasdari seoraang anggota parlemen akansangat menentukan.

Terkait dengan itu Pak, tadi yang tadi Pak Tjetje juga bertanya bagaimanakalau calon independen itu boleh apa tidak,kalau tadi saudara Syamsudin harismenyatakana bahwa itu adalah katup pengaman nah ini walaupun sarna-sarna dariL1PI, tapi bisa saja berbeda saja ya Pak, ini kalau sistim independen itu diintrodius2004 saya berani mengatakan bahwa orang yang memilih independen itu akanbanyak juga, saya berni mengatkan begitu apalagi kalau, kenapa melanggarkonstitusi pak, konstitusi tidak memungkinkan.

L1PI (lKRAR NUSA BAKTI ):

Lho justru itu, kemudian begini saya mungkin ,karena tadi pak Tjetje mintakalau enggak salah kalau bisa ada contoh yang konkrit ya kalau saya kitkan denganpilihan itu bagusan proporsional atau distrik kalau bapak lihat hasil penelitian L1PItahun 1995 untuk Presiden Suharto itu ,itu kan kita bertahap jadi bertahapnya tahun2002 itu kalau enggak salah proporsional yang disempurnakan, 2007 ituproporsional campur distrik, kemudian 2012 disempurnakan baru kemudiaan menujusistimdistrik dengan asumsi paartainya masih tiga.

Kenapa waktu kemarin sebelum Pemilu 1999 L1PI lebih mendukung sistimproporsional itu bukan karena Golkar akan menang, bukan karena itu , pilihan dariteman-teman. Andi Malarangeng segala bilang anda takut Golkar menang bukan.Karena dengan sitim banyak partai bisa bayangkaan kalau 48 calon ada dalam satukonstituen itu berati hanya denga dua setengah persen suara orang bisa terpilihmenjadi anggota parlemen.

Tadi saya jelaskan kepada Bap~ Syamsul Ma'arif dan saya beri contohmisalnya kasus di Papua Nugini dengan adanya sistim calon anggota independen itumengakibatkan parlemen di Papua Nugini, sepertiga lebih anggota independen.Tadi Bung Haris sudah mengatakan hasilnya keteraturan politik untuk membuatsuatu UU jadi susah, money politics berjalan kemudian politik dagang sapi berjalanbahkan kemarin sampai tembak-tembakan sarnpai ada yang mati segala macam,itu contohnya Pak.

Kemudian kita juga, bisa melihat bahwa apa namanya itu dengan sitim distriksemacam itu juga akan menimbulkan suatau pertanyaan apakah seorang anggotaDPR itu benar-benar mewakili derahnya atau tidak. Apalagi kalau kita tidakrnenqqunakan sistim Distrik dengan pemilihan sitim gaya Australia yaitu dengan

19

sistim proporsional, dimana seorang pemilih bisa memilih satu dua orang dengansistim satu dua tiga posisi.

Jadi yang akan memeprsulit dan ini akan menambah persoalan bahwalegitimasi politik itu akan menjadi pertanyaan dan kemudian kalau ditambahkandengan sistim keanggotan independen ini akan lebih mernpersulit lagi. Bagaimanamencapai konsensus politik didalam suatu pengambilaan keputusan di Parlemen.Jadi ini satu contoh saja kenapa hal-hal semacam itu memang perlu dipikirkan dankami memang berpendapat bahwa semakin kecil jumlah partai itu bukan mustahilkhwalitas dari sistim perwakilan itu akan jauh lebih baik.

Kenapa begitu karena ini akan mengurangin perdebatan yang semakinpanjang di Parlemen maupun di MPR nantinya dan juga mungkin politik dagangsapi itu juga akan semakin bisa dikurangi sehingga akan lebih mudah, walaupunyang tadi catatan dari pak Andi supaya jangan sampai terjadi uligarti politik itu jugasemakin perlu diawasi oleh masyarakat.

Jadi saya pikir, itu saja tambahandari saya bahwa yang jelas memang tidakada resep yang mujarab tentang sitim pemilihan umum apakah itu distrik atauproporsional walaupun kalau bapak lihat jumlah yang menggunakan sistimproporsional di dunia setahu saya jauh lebih banyak ketimbang yang menggunakansistim Distrik. Cuma yang karni ajukan itu kalau enggak salah lebih baikmenggunakan sitim proporsional tapi dengan ada sentuhan-sentuhan distrikdidalamnya seperti misalnya proporsional denga sistim terbuka apa namanya itunama yang bisa disebut.

Kemudian yng tadi ditanyakan bahwa sebetunya tadi bukan sistim dua partaiPak, Multi partai dengan dua partai dominan, itu yang benar didalam teori politiknamanya sistim multi partai dengan dua partai dorninan. Tapi juga banyak sekalikendalanya karena banyak orang mengatakan kalau dengan sistim semacam itunanti ada yang namanya partai Nasionalis Non Religius, ada partai NasionalReligius yang kemudian dikotomikan antara Islam dan Sekuler.

Walaupun buat saya hal itu tidak menjadi persoalan karena saya yakin orangIndonesia itu sudah semakin dewasa dalam berpolitik dan juga saya yakin bahwadidalam sistim pemilihan umum itu tidak akan ada partai Islam yang Radikal yangakan dipilih oleh masyarakat. Ini asumsi saya Pak dan ini sudah terbukti diPakistan tidak ada satu partai Islam radaikal di Pakistan yang punya kursi diParlemen, jadi ini apa namanya itu catatan saja bahwa sistim multi partai dengandua partai dominan itu bukan mustahil.

Asalkan tadi aturan-aturan mengenai apakah itu Elektro presol, apakah ituapa parlementari presol dan sebagainya itu bisa tetap dijalankan dan saya termasukorang yang cukup konservatif. Yang saya maksud konservatif disini aturan itudijalankaan sebaiknya jangab membuka peluang untuk orang itu membuat partai­parti baru yang kemudian juga akan ikut Pernilu lagi seperti di Papua Nugini.

Kalau orang kalah kemudian dibikin partai baru kemudian dia akan terpilihkembali dan sebagainya, tapi kalau anda-anda benar-benar menjadi aspiratormasyarakat itu selamanya anda akan bisa duduk di Parlemen. Itu terbukti dalamkasus di Papua Nugini itu perdana Menteri yang baru itu Maikel Somari itu termasukorang yang paling lama dan sampai sekarang masih tetap terpilih di daerahpemilihan dia. Bukan saja karena dia the big man, bukan saja karena di the foundingfather, tapi karena memang cukup mernperhatikan konsistennya bukan denganuang tapi memang perhatian dalam segi pembangunan. Saya pikir itu tambahan darisaya,terima kasih.

20

ANGGOTA FRAKSI REFORMASI (PATRIALIS AKBAR.SH):

Enggak sebentar saja, tadikan Pak Syamsudin menyampaikan masalah UUPemilihan Presiden itu bisa disatukan dengan Pemilihan Parlemen. Saya juga tadisudah jelaskan masalah meskipun mungkin pelaksanaannya berbeda. Sekarangsaya ingin minta tangapan kenapa penekanannya kepada masalah pelaksanaanyaberbeda bagaimana kalaiu pelaksanaanya bersamaan. Tadi sudah disinggungpositif dan negatifnya, bagaimana kalau pelaksanaan pemilihan anggota parlemendengan Presiden, wakil presiden itu bersamaan pelaksanaannya, tolong diberikantinjauan sedikit.

Yang kedua Pak Ikrar,saya tadi kurang paham masalah partai islam radikalitu di Indonesia itu tidak ada, jadi engak usah disebut-sebut itu di daerah sana.

KETUA RAPAT :

Silakan Pak Ikrar.

L1PI (IKRAR NUSA BAKTI):

Saya justru menjawab tidak perlu ditakutkan karena hal itu tidak akan terjadi,jadi itu yang ditakutkan orang dengan sitim dua partai itu nanti ada partai Islam, adapartai Nasionalis kemudian nanti akan menjadi negara Islam. Saya bilang itu tidakakan terjadi karena saya yakin tidak akan terjadi ada satu partai islam radikal diIndonesia, itu sebenarnya sarna dengan anda.

Terima kasih.

L1PI (SYAMSUDIN

Mengenai pemilihan langsung Presiden kenapa mesti dipisah tadi sudahdikemukakan sebetulnya. Dilemanya kenapa mesti dipisahkan ini kan dilema kalaudilakukan bersama-sama iya kan, dilemanya bukan hanya waktu yang panjangmemilih waklil dengan begitu banyak calon itu butuh waktu yang panjang kalauhitungannya hitungan teman-teman di KPU itu berjam-jarn itu apa di satu TPS 10 jamlah.

Katakanlah tapi ada yang lebih substansial sebetulnya argumennya yaitumengenai apa tidak adanya pembedaan antara kampanye calon-calon legislativedisatu pihak dan calon-calon presiden dipihak lain. Sebab salah satu alasan untukmemilih bagi konsituen itu kan apa agenda yang ditawarkan oleh calon-calonkhususnya di legislative disatu pihak dan di eksekutif di pihak lain. Calon presidenoleh sebab itu misalnya muncul gagasan wakil ketua KPU untuk disatu pihakdilakukan pemilu nasional dan dipihak lain melaksanakan pemilun lokal walaupun itujuga ada masalah yaitu salah satu lembaga perwakilan yaitu mesti diperpanjangmasa baktinya atau disisi lain pilihan lain Presiden yang ada saat ini mestidiperpanjang juga masa jabatannya dan itu tentu akan menimbulkan konfhk.

Oleh sebab itu walaupun UU nya katakanlah menyatu mau tidak maukelihatannya pemilihannya mesti dipisah dengan alasan-alasan itu. Kalau sayamisalnya lebih melihat supaya ,walaupun waktunya terpisah jangan begitu lama jugasebab akan muncul peluang politisasi yang dilakukan oleh partai politik pemenangpemilu 2004, akan lebih baik tenggang waktunya tidak begitu lama karena mungkinada baiknya juga karena lebih didasarkan pada hasH Pemilu 1999. Mungkin itutambahannya.

21

KETUA RAPAT :

Terima kasih kepada yang terhormat Syamsudin Haris dan Saudara IkrarNusa Bakti serta pak RidwanYacob atas nama L1PI.

Atas nama Pansus mengucapkan terima kasih sekali karena memang bagian­bagian tadi yang disampaikan baik tulis maupun lisan itu tentu akan dipilah olehmasing-masing kami. Seperti tadi ada yang melitimasi pendapat sikap politik, adajuga yang meminta menjadi masukkan dalam penyusunan DIM, dan saya kira tentutidak harus ini terakhir, saya kira mungkin kita akan meminta perkenan L1PI kitaundang kembali. Saya kira mungkin saja Fraksi-fraksi juga akan mengundang pihakL1PI untuk mmperdalam, mempertajam pendapat dan sikap politik terhadap RUUPolitik ini.

Sekali lagi saya ucapkan terima kasih dan mohon maaf bila ada yang kurangberkenan dan juga kepada seluruh Anggota Pansus yang saya hormati.

Dengan demikian rapat dengar pendapat ini saya akhiri.Wabilahi taufik walhidayah, Assalamulaikum Wr.Wb.

Jakarta, 28 Agustus 2002Ketua Rapat

A. TERAS NARANG,S.H.

22