Pertemuan 2

13
Pertemuan 2 BANK SENTRAL / BANK INDONESIA Introduksi Bank Indonesia (BI) adalah bank sentral Republik Indonesia. Bank ini memiliki nama lain De Javasche Bank yang dipergunakan pada masa Hindia Belanda. Sebagai bank sentral, BI mempunyai satu tujuan tunggal, yaitu mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah. Kestabilan nilai rupiah ini mengandung dua aspek, yaitu kestabilan nilai mata uang terhadap barang dan jasa, serta kestabilan terhadap mata uang negara lain. Untuk mencapai tujuan tersebut BI didukung oleh tiga pilar yang merupakan tiga bidang tugasnya. Ketiga bidang tugas ini adalah menetapkan dan melaksanakan kebijakan moneter, mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran, serta mengatur dan mengawasi perbankan di Indonesia. Ketiganya perlu diintegrasi agar tujuan mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah dapat dicapai secara efektif dan efisien. Setelah tugas mengatur dan mengawasi perbankan dialihkan kepada Otoritas Jasa Keuangan, tugas BI dalam mengatur dan mengawasi perbankan tetap berlaku, namun difokuskan pada aspek makroprudensial sistem perbankan secara makro [1] . BI juga menjadi satu-satunya lembaga yang memiliki hak untuk mengedarkan uang di Indonesia. Dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya BI dipimpin oleh Dewan Gubernur. Sejak 2013, Agus Martowardojo menjabat sebagai Gubernur BI menggantikan Darmin Nasution. Sejarah Pada 1828 De Javasche Bank didirikan oleh Pemerintah Hindia Belanda sebagai bank sirkulasi yang bertugas mencetak dan mengedarkan uang. Tahun 1953, Undang-Undang Pokok Bank Indonesia menetapkan pendirian Bank Indonesia untuk menggantikan fungsi De Javasche Bank sebagai bank sentral, dengan tiga tugas utama di bidang moneter, perbankan, dan sistem pembayaran. Di samping itu, Bank Indonesia diberi tugas penting lain dalam hubungannya dengan Pemerintah dan melanjutkan fungsi bank komersial yang dilakukan oleh DJB sebelumnya. Pada tahun 1968 diterbitkan Undang-Undang Bank Sentral yang mengatur kedudukan dan tugas Bank Indonesia sebagai bank sentral, terpisah dari bank-bank lain yang melakukan fungsi komersial. Selain tiga tugas pokok bank sentral, Bank Indonesia juga bertugas membantu Pemerintah sebagai agen pembangunan mendorong kelancaran produksi dan pembangunan serta memperluas kesempatan kerja guna meningkatkan taraf hidup rakyat. Tahun 1999 merupakan Babak baru dalam sejarah Bank Indonesia, sesuai dengan UU No.23/1999 yang menetapkan tujuan tunggal Bank Indonesia yaitu mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah. Pada tahun 2004, Undang-Undang Bank Indonesia diamendemen dengan fokus pada aspek penting yang terkait dengan pelaksanaan tugas dan wewenang Bank Indonesia, termasuk penguatan governance. Pada tahun 2008, Pemerintah mengeluarkan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang- Undang No.2 tahun 2008 tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang No.23 tahun 1999 tentang Bank Indonesia sebagai bagian dari upaya menjaga stabilitas sistem keuangan. Amendemen dimaksudkan untuk meningkatkan ketahanan perbankan nasional dalam menghadapi krisis global melalui peningkatan akses perbankan terhadap Fasilitas Pembiayaan Jangka Pendek dari Bank Indonesia. Status dan Kedudukan Bank Indonesia Sebagai Lembaga Negara yang Independen Babak baru dalam sejarah Bank Indonesia sebagai Bank Sentral yang independen dimulai ketika sebuah undang-undang baru, yaitu Undang-Undang No. 23/1999 tentang Bank Indonesia, dinyatakan berlaku pada tanggal 17 Mei 1999. Undang-undang ini memberikan status dan kedudukan sebagai suatu

Transcript of Pertemuan 2

Pertemuan 2

BANK SENTRAL / BANK INDONESIA

Introduksi

Bank Indonesia (BI) adalah bank sentral Republik Indonesia. Bank ini memiliki nama lain De

Javasche Bank yang dipergunakan pada masa Hindia Belanda. Sebagai bank sentral, BI mempunyai satu

tujuan tunggal, yaitu mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah. Kestabilan nilai rupiah ini

mengandung dua aspek, yaitu kestabilan nilai mata uang terhadap barang dan jasa, serta kestabilan

terhadap mata uang negara lain.

Untuk mencapai tujuan tersebut BI didukung oleh tiga pilar yang merupakan tiga bidang

tugasnya. Ketiga bidang tugas ini adalah menetapkan dan melaksanakan kebijakan moneter, mengatur dan

menjaga kelancaran sistem pembayaran, serta mengatur dan mengawasi perbankan di Indonesia.

Ketiganya perlu diintegrasi agar tujuan mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah dapat dicapai

secara efektif dan efisien. Setelah tugas mengatur dan mengawasi perbankan dialihkan kepada Otoritas

Jasa Keuangan, tugas BI dalam mengatur dan mengawasi perbankan tetap berlaku, namun difokuskan

pada aspek makroprudensial sistem perbankan secara makro[1]

.

BI juga menjadi satu-satunya lembaga yang memiliki hak untuk mengedarkan uang di Indonesia.

Dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya BI dipimpin oleh Dewan Gubernur. Sejak 2013, Agus

Martowardojo menjabat sebagai Gubernur BI menggantikan Darmin Nasution.

Sejarah

Pada 1828 De Javasche Bank didirikan oleh Pemerintah Hindia Belanda sebagai bank sirkulasi

yang bertugas mencetak dan mengedarkan uang.

Tahun 1953, Undang-Undang Pokok Bank Indonesia menetapkan pendirian Bank Indonesia

untuk menggantikan fungsi De Javasche Bank sebagai bank sentral, dengan tiga tugas utama di bidang

moneter, perbankan, dan sistem pembayaran. Di samping itu, Bank Indonesia diberi tugas penting lain

dalam hubungannya dengan Pemerintah dan melanjutkan fungsi bank komersial yang dilakukan oleh DJB

sebelumnya.

Pada tahun 1968 diterbitkan Undang-Undang Bank Sentral yang mengatur kedudukan dan tugas

Bank Indonesia sebagai bank sentral, terpisah dari bank-bank lain yang melakukan fungsi komersial.

Selain tiga tugas pokok bank sentral, Bank Indonesia juga bertugas membantu Pemerintah sebagai agen

pembangunan mendorong kelancaran produksi dan pembangunan serta memperluas kesempatan kerja

guna meningkatkan taraf hidup rakyat.

Tahun 1999 merupakan Babak baru dalam sejarah Bank Indonesia, sesuai dengan UU

No.23/1999 yang menetapkan tujuan tunggal Bank Indonesia yaitu mencapai dan memelihara kestabilan

nilai rupiah.

Pada tahun 2004, Undang-Undang Bank Indonesia diamendemen dengan fokus pada aspek

penting yang terkait dengan pelaksanaan tugas dan wewenang Bank Indonesia, termasuk penguatan

governance. Pada tahun 2008, Pemerintah mengeluarkan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-

Undang No.2 tahun 2008 tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang No.23 tahun 1999 tentang Bank

Indonesia sebagai bagian dari upaya menjaga stabilitas sistem keuangan. Amendemen dimaksudkan untuk

meningkatkan ketahanan perbankan nasional dalam menghadapi krisis global melalui peningkatan akses

perbankan terhadap Fasilitas Pembiayaan Jangka Pendek dari Bank Indonesia.

Status dan Kedudukan Bank Indonesia

Sebagai Lembaga Negara yang Independen

Babak baru dalam sejarah Bank Indonesia sebagai Bank Sentral yang independen dimulai ketika

sebuah undang-undang baru, yaitu Undang-Undang No. 23/1999 tentang Bank Indonesia, dinyatakan

berlaku pada tanggal 17 Mei 1999. Undang-undang ini memberikan status dan kedudukan sebagai suatu

lembaga negara independen dan bebas dari campur tangan pemerintah ataupun pihak lainnya. Sebagai

suatu lembaga negara yang independen, Bank Indonesia mempunyai otonomi penuh dalam merumuskan

dan melaksanakan setiap tugas dan wewenangnya sebagaimana ditentukan dalam undang-undang

tersebut. Pihak luar tidak dibenarkan mencampuri pelaksanaan tugas Bank Indonesia, dan Bank Indonesia

juga berkewajiban untuk menolak atau mengabaikan intervensi dalam bentuk apapun dari pihak manapun

juga. Untuk lebih menjamin independensi tersebut, undang-undang ini telah memberikan kedudukan

khusus kepada Bank Indonesia dalam struktur ketatanegaraan Republik Indonesia. Sebagai Lembaga

negara yang independen kedudukan Bank Indonesia tidak sejajar dengan Lembaga Tinggi Negara.

Disamping itu, kedudukan Bank Indonesia juga tidak sama dengan Departemen, karena kedudukan Bank

Indonesia berada di luar Pemerintah. Status dan kedudukan yang khusus tersebut diperlukan agar Bank

Indonesia dapat melaksanakan peran dan fungsinya sebagai otoritas moneter secara lebih efektif dan

efisien.

Sebagai Badan Hukum

Status Bank Indonesia baik sebagai badan hukum publik maupun badan hukum perdata

ditetapkan dengan undang-undang. Sebagai badan hukum publik Bank Indonesia berwenang menetapkan

peraturan-peraturan hukum yang merupakan pelaksanaan dari undang-undang yang mengikat seluruh

masyarakat luas sesuai dengan tugas dan wewenangnya. Sebagai badan hukum perdata, Bank Indonesia

dapat bertindak untuk dan atas nama sendiri di dalam maupun di luar pengadilan.

Tujuan dan Tugas Bank Indonesia

Dalam kapasitasnya sebagai bank sentral, Bank Indonesia mempunyai satu tujuan tunggal, yaitu

mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah. Kestabilan nilai rupiah ini mengandung dua aspek,

yaitu kestabilan nilai mata uang terhadap barang dan jasa, serta kestabilan terhadap mata uang negara

lain. Aspek pertama tercermin pada perkembangan laju inflasi, sementara aspek kedua tercermin pada

perkembangan nilai tukar rupiah terhadap mata uang negara lain. Perumusan tujuan tunggal ini

dimaksudkan untuk memperjelas sasaran yang harus dicapai Bank Indonesia serta batas-batas tanggung

jawabnya. Dengan demikian, tercapai atau tidaknya tujuan Bank Indonesia ini kelak akan dapat diukur

dengan mudah.

Tiga Pilar Utama

Untuk mencapai tujuan tersebut Bank Indonesia didukung oleh tiga pilar yang merupakan tiga bidang

tugasnya. Ketiga bidang tugas ini adalah:

Menetapkan dan melaksanakan kebijakan moneter.

Mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran, serta

Mengatur dan mengawasi perbankan di Indonesia.

Pengaturan dan Pengawasan Bank

Dalam rangka tugas mengatur dan mengawasi perbankan, Bank Indonesia menetapkan peraturan,

memberikan dan mencabut izin atas kelembagaan atau kegiatan usaha tertentu dari bank, melaksanakan

pengawasan atas bank, dan mengenakan sanksi terhadap bank sesuai dengan ketentuan perundang-

undangan yang berlaku.

Dalam pelaksanaan tugas ini, Bank Indonesia berwenang menetapkan ketentuan-ketentuan

perbankan dengan menjunjung tinggi prinsip kehati-hatian.

Berkaitan dengan kewenangan di bidang perizinan, selain memberikan dan mencabut izin usaha

bank, Bank Indonesia juga dapat memberikan izin pembukaan, penutupan dan pemindahan kantor bank,

memberikan persetujuan atas kepemilikan dan kepengurusan bank, serta memberikan izin kepada bank

untuk menjalankan kegiatan-kegiatan usaha tertentu.

Di bidang pengawasan, Bank Indonesia melakukan pengawasan langsung maupun tidak

langsung. Pengawasan langsung dilakukan baik dalam bentuk pemeriksaan secara berkala maupun

sewaktu-waktu bila diperlukan. Pengawasan tidak langsung dilakukan melalui penelitian, analisis dan

evaluasi terhadap laporan yang disampaikan oleh bank.

Upaya Restrukturisasi Perbankan

Sebagai upaya membangun kembali kepercayaan masyarakat terhadap sistem keuangan dan

perekonomian Indonesia, Bank Indonesia telah menempuh langkah restrukturisasi perbankan yang

komprehensif. Langkah ini mutlak diperlukan guna memfungsikan kembali perbankan sebagai lembaga

perantara yang akan mendorong pertumbuhan ekonomi, disamping sekaligus meningkatkan efektivitas

pelaksanaan kebijakan moneter.

Restrukturisasi perbankan tersebut dilakukan melalui upaya memulihkan kepercayaan

masyarakat, program rekapitalisasi, program restrukturisasi kredit, penyempurnaan ketentuan perbankan,

dan peningkatan fungsi pengawasan bank. Bank sentral merupakan lembaga yang memiliki peran penting bagi perekonomian suatu negara.

Oleh karena itu, fungsi, tujuan, dan tugas yang dijalankan serta bagaimana operasi dan organisasi bank sentral, merupakan bagian penting yang harus diketahui. Apa yang Anda bayangkan ketika mendengar istilah bank sentral? Apakah sama dengan bank pada umumnya, masyarakat bisa menyimpan dan meminjam uang di bank sentral? Jika terdapat pemahaman bahwa bank sentral termasuk salah satu jenis bank yang dapat menerima simpanan dan pinjaman, itulah pandangan yang sangat keliru. Bagaimana sesungguhnya bank sentral itu?

Dilihat dari sisi kelembagaannya, Hawke (1973) menjelaskan bahwa bank sentral adalah sebuah organisasi yang berada di antara pemerintah dan perbankan. Lebih lanjut, Kisch and Elkin (1932) menyimpulkan bahwa bank sentral adalah suatu alat dari kebijakan publik bukan alat dari kepentingan individu. Bank sentral adalah lembaga yang melaksanakan kebijakan publik melalui sektor perbankan guna memengaruhi variabel ekonomi.

Dari aspek usaha, bank sentral memiliki perbedaan dengan lembaga keuangan yang lain. Dalam menjalankan kegiatannya, bank sentral sebagai lembaga publik tidak mengedepankan prinsip maksimalisasi laba, tetapi menekankan efisiensi guna mendapatkan keuntungan bagi masyarakat yang sebesar-besarnya.

Untuk lebih memahami pengertian bank sentral, Singleton et al (2006) berpendapat bahwa berdasarkan aktivitas yang dilakukannya, bank sentral memiliki sepuluh fungsi,yaitu sebagai berikut:

1. Penerbit uang atau alat pembayaran yang sah guna memenuhi kebutuhan masyarakat; 2. Pelaksana dan perumus kebijakan moneter; 3. Penyedia jasa perbankan dan agen kepada pemerintah dan sering sebagai pengelola pinjaman

pemerintah; 4. Custodian dari cadangan bank umum dan pembantu penyelesaian akhir transaksi kliring antarbank;

Penjaga keutuhan sistem keuangan dan pada beberapa situasi/ keadaan bertindak sebagai an emergency lender of last resort dan pengawas kehati-hatian perbankan;

5. Pelaksana dari kebijakan pemerintah di bidang nilai tukar dan sebagai Kustodian dari cadangan devisa negara dan membantu negara dalam mengelola cadangan devisa;

6. Pembuat kebijakan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi, terutama di negara berkembang, bank sentral sering diberi mandat lebih luas untuk memperkuat pembangunan ekonomi;

7. Penasehat pemerintah terkait dengan kebijakan ekonomi. Bank sentral dipandang memiliki keahlian mengenai hal-hal yang terkait dengan bidang ekonomi dan keuangan;

8. Lembaga yang berpartisipasi dalam kerjasama pengaturan moneter internasional; dan 9. Lembaga yang memiliki hubungan erat dengan pemerintah sehingga memungkinkan bank sentral

mendapat tugas lain, seperti memberi layanan perbankan kepada publik, dan memberikan perlindungan nasabah.

Pada periode awal perkembangannya, bank sentral lebih berfungsi sebagai bankirnya sistem perbankan. Dalam hal ini, bank sentral memberikan pinjaman jangka pendek kepada perbankan untuk menutupi kebutuhan dana jangka pendeknya. Selain itu, bank-bank sentral pada periode awal juga melakukan aktivitas komersial layaknya bank umum biasa.

Dalam perkembangannya, bank sentral dewasa ini dirancang sebagai lembaga kebijakan publik yang tujuan utamanya adalah mempertahankan stabilitas moneter dan mendorong stabilitas sistem keuangan. Bank sentral juga menyediakan komponen inti dalam sistem pembayaran, yaitu uang kartal untuk masyarakat dan penyelesaian transfer antarbank melalui rekening bank di bank sentral. Bank sentral juga kerap berfungsi sebagai pengelola emas atau cadangan devisa negara. Dalam hal kerja sama dengan otoritas lainnya, bank sentral juga melakukan peranan penting dalam pengawasan dan pengembangan sistem keuangan di negaranya. Bank sentral juga tidak melakukan lagi aktivitas-aktivitas komersial yang dapat mengurangi perannya sebagai lembaga kebijakan publik.

Selain fungsi-fungsi di atas, bank sentral di beberapa negara juga berperan dalam tugas lain, seperti melayani jasa perbankan dan manajemen aset serta utang kepada pemerintah. Bank sentral juga sering diminta untuk melakukan analisis dan saran terhadap kondisi ekonomi dan kebijakan pembangunan di negara tersebut.

Secara historis, bank sentral tertua di dunia ialah Sveriges Riskbank (Swedia) dan Bank of England (Inggris) yang memulai sejarahnya di abad ketujuh belas. Ketika pertama kali didirikan, Sveriges Riskbank masih jauh dari gambaran bank sentral yang ada pada saat ini. Perjalanan sejarah bank sentral mengalami perubahan yang signifikan pada abad kedelapan belas, sembilan belas dan dua puluh.

Adapun bank sentral di Indonesia dimulai pada saat Pemerintah Hindia Belanda mendirikan De Javasche Bank sebagai bank sirkulasi di Hindia Belanda pada tanggal 24 Januari 1828. De Javasche Bank bertugas antara lain menerbitkan uang kertas (banknotes), memberikan kredit kepada perusahaan-perusahaan, memperdagangkan logam mulia dan bertindak sebagai kasir Pemerintah. Setelah kemerdekaan Indonesia, sesuai dengan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1953 tentang Penetapan Undang-Undang Pokok Bank Indonesia pada tanggal 1 Juli 1953, De Javasche Bank dinasionalisasi menjadi Bank Indonesia dan berada di bawah Pemerintah. Pada periode awal ini, Bank Indonesia juga masih diberi tugas untuk menjaga stabilitas Rupiah, menyelenggarakan peredaran uang di Indonesia, memajukan perkembangan urusan kredit dan melakukan pengawasan pada urusan kredit tersebut.

Pada periode awal, Bank Indonesia juga memiliki usaha-usaha komersial antara lain seperti memindahkan uang (melalui surat atau pemberitahuan, dengan telegram, wesel tunjuk dan lain-lain), menerima dan membayarkan kembali uang dalam rekening koran, mendiskonto surat wesel, surat order dan surat-surat utang, serta beberapa usaha lainnya. Dalam perkembangannya, usaha-usaha komersial itu dihentikan. Terlebih setelah krisis yang melanda Indonesia pada tahun 1997-1998, Bank Indonesia diberikan independensi dan hanya memiliki satu tujuan, yaitu mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah dengan tugas menetapkan dan melaksanakan kebijakan moneter, mengatur, dan menjaga kelancaran sistem pembayaran serta mengatur dan mengawasi bank.

Fungsi, Tugas dan Wewenang Bank Indonesia sebagai Bank Sentral Republik Indonesia Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1999 yang telah diubah beberapa kali terakhir dengan Undang-

Undang Nomor 6 Tahun 2009 tentang Bank Indonesia (Undang-Undang Bank Indonesia) Pasal 4 bahwa Bank Indonesia adalah Bank Sentral Republik Indonesia. Lebih lanjut Pasal 7 UU tersebut menjelaskan bahwa tujuan Bank Indonesia adalah mencapai dan memelihara kestabilan nilai Rupiah. Kestabilan nilai Rupiah itu terdiri atas dua aspek yaitu, pertama, kestabilan terhadap barang dan jasa, kedua, kestabilan terhadap mata uang negara lain (kurs). Kestabilan nilai Rupiah terhadap barang dan jasa tercermin pada perkembangan laju inflasi, sedangkan kestabilan nilai Rupiah terhadap mata uang negara lain tercermin pada perkembangan nilai tukar (kurs) Rupiah terhadap mata uang negara lain. Penetapan tujuan memelihara stabilitas nilai Rupiah memberikan batas tanggung jawab yang jelas bagi Bank Indonesia dalam melaksanakan tugasnya dan dalam menetapkan sasaran yang harus dicapai.

Untuk mewujudkan tujuan dalam mencapai dan memelihara kestabilan nilai Rupiah, Undang-Undang Bank Indonesia Pasal 8 menjelaskan bahwa Bank Indonesia mempunyai tiga tugas sebagai berikut:

1. menetapkan dan melaksanakan kebijakan moneter; 2. mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran; dan 3. mengatur dan mengawasi bank.

Tugas pertama adalah menetapkan dan melaksanakan kebijakan moneter. Tugas ini diarahkan dalam rangka mengendalikan jumlah uang yang beredar dan /atau suku bunga agar dapat mendukung pencapaian tujuan kestabilan nilai uang, sekaligus mendorong perekonomian nasional. Dalam melaksanakan tugas kebijakan moneter, bank sentral senantiasa memantau perkembangan dan kecenderungan berbagai variabel ekonomi makro, moneter, dan keuangan. Bank sentral juga senantiasa melakukan koordinasi dengan Pemerintah agar terjadi kerjasama yang padu antara kebijakan moneter dan kebijakan fiskal serta kebijakan ekonomi makro lainnya. Hasil analisis dan pemantauan digunakan oleh bank sentral dalam melaksanakan kebijakan moneternya, baik melalui pengendalian jumlah uang beredar maupun suku bunga. Pembahasan lebih lanjut tentang kebijakan moneter akan diuraikan pada bab 6.

Tugas kedua adalah mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran, yang mencakup sekumpulan kesepakatan, aturan, standar, dan prosedur yang digunakan dalam mengatur peredaran uang. Sistem pembayaran dapat berlangsung, baik secara tunai maupun nontunai. Sistem pembayaran tunai menyangkut pencetakan dan pengedaran uang agar jumlah, denominasi, kelayakan, ataupun keamanan

uang sebagai alat pembayaran yang sah dapat memenuhi kebutuhan masyarakat dalam melaksanakan berbagai aktivitas ekonomi. Adapun sistem pembayaran nontunai menyangkut peredaran uang yang pada umumnya dalam bentuk giral dan produk-produk perbankan lainnya, baik melalui proses kliring antarbank, kartu kredit, ataupun anjungan tunai mandiri (ATM). Pembahasan lebih lanjut tentang sistem pembayaran akan diuraikan pada bab 3.

Tugas ketiga adalah mengatur dan mengawasi perbankan. Peran penting perbankan terutama terletak pada fungsinya sebagai lembaga kepercayaan dalam memobilisasi dana masyarakat dan menyalurkannya dalam bentuk kredit dan alternatif pembiayaan lainnya untuk dunia usaha. Perbankan mempunyai peran vital dalam pelaksanaan kebijakan moneter karena sebagian besar peredaran uang dalam perekonomian berlangsung melalui perbankan.

Aktivitas perbankan sangat erat kaitannya dengan penyelenggaraan sistem pembayaran, karena peredaran uang ataupun pelaksanaan sistem pembayaran nontunai pada umumnya melalui perbankan. Dengan kata lain, pelaksanaan tugas kebijakan moneter, sistem pembayaran, dan pengaturan perbankan saling terkait dan saling mendukung dalam pencapaian tujuan kestabilan nilai Rupiah yang menjadi tujuan dan tanggung jawab bank sentral. Dengan pertimbangan tersebut, wajar apabila aktivitas perbankan pada umumnya diatur dan diawasi secara ketat oleh bank sentral. Bentuk pengaturan dan pengawasan perbankan mencakup perizinan, penerapan prinsip kehati-hatian, pengawasan, baik secara langsung di perbankan maupun secara tidak langsung melalui pemantaun laporan, dan pengenaan sanksi atas pelanggaran terhadap ketentuan yang berlaku. Dengan cara itu, kepercayaan masyarakat terhadap perbankan dalam menjalankan fungsi intermediasi untuk mendukung perekonomian nasional dapat tetap terjaga dan terpelihara.

Pelaksanaan ketiga tugas di atas saling terkait dalam mencapai kestabilan nilai Rupiah. Tugas menetapkan dan melaksanakan kebijakan moneter memerlukan dukungan sistem pembayaran yang efisien, cepat, aman, dan andal. Sementara itu, untuk mewujudkan sistem pembayaran yang efisien, cepat, aman, dan andal tersebutdiperlukan sistem perbankan yang sehat. Sistem perbankan yang sehat akan mendukung pengendalian moneter sebab pelaksanaan kebijakan moneter terutama dilakukan melalui sistem perbankan.

Adapun wewenang yang diberikan oleh Undang-Undang dalam rangka melaksanakan tiga tugas di atas adalah sebagai berikut:

1. Wewenang terkait dengan tugas menetapkan dan melaksanakan kebijakan moneter meliputi: a. menetapkan sasaran-sasaran moneter dengan memerhatikan sasaran laju inflasi, b. melakukan pengendalian moneter dengan tidak terbatas pada operasi pasar tebuka di pasar uang,

baikRupiah maupun valuta asing; dan c. menetapkan tingkat diskonto, menetapkan cadangan minimum, dan mengatur kredit atau

pembiayaan. 2. Wewenang terkait dengan tugas mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran meliputi:

a. melaksanakan dan memberikan persetujuan dan izin atas penyelenggaraan jasa sistem pembayaran; b. mewajibkan penyelenggara jasa sistem pembayaran untuk menyampaikan laporan kegiatannya; dan

menetapkan penggunaan alat/instrumen pembayaran. 3. Wewenang terkait dengan tugas mengatur dan mengawasi bank meliputi:

a. menetapkan peraturan; b. memberikan dan mencabut izin atas kelembagaan dan kegiatan usaha tertentu dari bank; c. mengawasi bank, baik secara individual maupun sebagai sistem perbankan; dan d. mengenakan sanksi terhadap bank sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

Seiring dengan berlakunya Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan (UU OJK), fungsi Bank Indonesia di bidang pengaturan dan pengawasan perbankan beralih ke OJK sebagaimana ketentuan peralihan Pasal 55 ayat 2 UU OJK.

Stabilitas Sistem Keuangan

Seiring dengan terbentuknya Otoritas Jasa Keuangan (OJK), tugas pengawasan perbankan yang

dilakukan Bank Indonesia difokuskan pada pengawasan macroprudential, sedangkan tugas pengaturan

dan pengawasan microprudential perbankan sepenuhnya dilakukan OJK. Tujuan pengawasan

macroprudential adalah menjaga stabilitas sistem keuangan. Stabilitas sistem keuangan merupakan suatu

kondisi dimana seluruh lembaga keuangan, pasar keuangan serta sarana pendukungnya memiliki

ketahanan dan mampu mengatasi ketidakseimbangan keuangan. Kondisi ketidakseimbangan keuangan

bersumber dari proses intermediasi yang mengalami masalah.

Upaya pencapaian stabilitas sistem keuangan membutuhkan dukungan dari berbagai pihak. Hal tersebut karena masalah yang terjadi terkait dengan stabilitas sistem keuangan dapat membahayakan perekonomian secara keseluruhan. Tercapainya stabilitas sistem keuangan semakin penting dalam mendukung perekonomian nasional. Hal tersebut mengingat krisis di lembaga dan pasar keuangan memiliki dampak yang tinggi terhadap perekonomian serta berdampak pada terciptanya ekonomi biaya tinggi. Indonesia pernah mengalaminya pada tahun 1998 dimana biaya untuk stabilitas sistem keuangan dan rekapitalisasi perbankan mencapai 51% dari Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia. Biaya tersebut belum mencakup biaya sosial dan biaya politik yang timbul sebagai dampak ketidakseimbangan sistem keuangan.

Salah satu usaha untuk menjaga stabilitas sistem keuangan adalah melalui kebijakan macroprudential. Hal tersebut dilakukan untuk menggantikan tugas mengatur dan mengawasi bank yang sudah dialihkan dari Bank Indonesia kepada OJK. Apakah yang dimaksud dengan kebijakan macroprudential? Kebijakan macroprudential secara umum adalah kebijakan untuk membatasi risiko dan biaya krisis sistemik dalam rangka memelihara keseimbangan sistem keuangan secara keseluruhan.

Dalam memelihara keseimbangan sistem keuangan, Bank Indonesia melakukan beberapa tugas sebagai berikut:

a. Merumuskan Kebijakan Macroprudential

Sebagaimana sudah dikemukakan sebelumnya bahwa fokus dari kebijakan macroprudential adalah pada sistem keuangan secara ke-seluruhan. Kebijakan macroprudential bersifat lintas sektor untuk seluruh macroprudential bertujuanuntuk membatasi risiko sistemik yang dapat membahayakan sistem keuangan secara keseluruhan.

b. Melakukan Proses Surveilance atau Monitoring Sistem Keuangan Proses monitoring dilakukan terhadap lembaga keuangan, pasar dan sarana pendukung keuangan. Hal tersebut guna mendeteksi secara dini ancaman terhadap sistem keuangan secara keseluruhan, sehingga tindakan korektif yang bersifat segera dapat dilakukan oleh Bank Indonesia.

c. Memfasilitasi Perluasan Akses Keuangan Perluasan akses keuangan dapat memberikan manfaat yang besar bagi keseimbangan sistem keuangan. Perluasan akses keuangan memungkinkan jasa keuangan yang lebih merata terhadap seluruh penduduk. Selain itu, mendorong berkembangnya berbagai instrumen keuangan yang memungkinkan pelaku ekonomi untuk memiliki pilihan dalam melakukan pengelolaan keuangan dan risiko. Instrumen yang dilakukan oleh Bank Indonesia dalam memelihara keseimbangan sistem keuangan terus dikembangkan sesuai dengan kondisi yang terjadi di pasar keuangan dan perekonomian secara keseluruhan.

Bank Indonesia memiliki lima peran utama dalam menjaga stabilitas sistem keuangan. Kelima peran utama yang mencakup kebijakan dan instrumen dalam menjaga stabilitas sistem keuangan itu adalah:

Pertama, Bank Indonesia memiliki tugas untuk menjaga stabilitas moneter antara lain melalui instrumen suku bunga dalam operasi pasar terbuka. Bank Indonesia dituntut untuk mampu menetapkan kebijakan moneter secara tepat dan berimbang. Hal ini mengingat gangguan stabilitas moneter memiliki dampak langsung terhadap berbagai aspek ekonomi. Kebijakan moneter melalui penerapan suku bunga yang terlalu ketat, akan cenderung bersifat mematikan kegiatan ekonomi, begitu pula sebaliknya. Oleh karena itu, untuk menciptakan stabilitas moneter, Bank Indonesia telah menerapkan suatu kebijakan yang disebut Inflation Targeting Framework (ITF). Konsep ITF akan dijelaskan lebih lanjut pada bab 5.

Kedua, Bank Indonesia memiliki peran vital dalam menciptakan kinerja lembaga keuangan yang sehat, khususnya perbankan. Penciptaan kinerja lembaga perbankan seperti itu dilakukan melalui mekanisme pengawasan dan regulasi. Seperti halnya di negara-negara lain, sektor perbankan memiliki pangsa yang dominan dalam sistem keuangan. Oleh sebab itu, kegagalan di sektor ini dapat menimbulkan ketidakstabilan keuangan dan mengganggu perekonomian. Untukmencegah terjadinya kegagalan tersebut, sistem pengawasan dan kebijakan perbankan yang efektif haruslah ditegakkan. Khusus terkait dengan peran kedua ini, Undang-Undang Bank Indonesia mengamanahkan untuk dimandatkan kepada OJK. Hal tersebut diperkuat dengan lahirnya Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan (OJK).

Ketiga, Bank Indonesia memiliki kewenangan untuk mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran. Bila terjadi gagal bayar (failure to settle) pada salah satu peserta dalam sistem pembayaran, maka akan timbul risiko potensial yang cukup serius dan mengganggu kelancaran sistem pembayaran.

Kegagalan tersebut dapat menimbulkan risiko yang bersifat menular (contagion risk), sehingga menimbulkan gangguan yang bersifat sistemik. Bank Indonesia mengembangkan mekanisme dan pengaturan untuk mengurangi risiko dalam sistem pembayaran yang cenderung semakin meningkat. Antara lain dengan menerapkan sistem pembayaran yang bersifat real time atau dikenal dengan nama sistem RTGS (Real Time Gross Settlement) yang dapat lebih meningkatkan keamanan dan kecepatan sistem pembayaran. Sebagai otoritas dalam sistem pembayaran, Bank Indonesia memiliki informasi dan keahlian untuk mengidentifikasi risiko potensial dalam sistem pembayaran.

Keempat, melalui fungsinya dalam riset dan pemantauan, Bank Indonesia dapat mengakses informasi-informasi yang dinilai mengancam stabilitas keuangan. Melalui pemantauan secara macroprudential, Bank Indonesia dapat memonitor kerentanan sektor keuangan dan mendeteksi potensi tekanan (potential shock) yang berdampak pada stabilitas sistem keuangan. Melalui riset, Bank Indonesia dapat mengembangkan instrumen dan indikator macroprudential untuk mendeteksi kerentanan sektor keuangan. Hasil riset dan pemantauan tersebut, selanjutnya akan menjadi rekomendasi bagi otoritas terkait dalam mengambil langkah-langkah yang tepat untuk meredam gangguan dalam sektor keuangan.

Kelima, Bank Indonesia memiliki fungsi sebagai jaring pengaman sistem keuangan melalui fungsi bank sentral sebagai lender of the last resort (LoLR). Fungsi LoLR merupakan peran tradisional Bank Indonesia sebagai bank sentral dalam mengelola krisis guna menghindari terjadinya ketidakstabilan sistem keuangan. Fungsi sebagai LoLR mencakup penyediaan likuiditas pada kondisi normal maupun krisis. Fungsi ini hanya diberikan kepada bank yang menghadapi masalah likuiditas dan berpotensi memicu terjadinya krisis yang bersifat sistemik. Pada kondisi normal, fungsi LoLR dapat diterapkan pada bankyang mengalami kesulitan likuiditas temporer namun masih memiliki kemampuan untuk membayar kembali. Dalam menjalankan fungsinya sebagai LoLR, Bank Indonesia harus menghindari terjadinya moral hazard. Oleh karena itu, pertimbangan risiko sistemik dan persyaratan yang ketat harus diterapkan dalam penyediaan likuiditas tersebut.

Dalam pencegahan dan penanganan krisis sektor keuangan, tugas Bank Indonesia sesuai

kewenangannya dalam JPSK meliputi: a. Melakukan koordinasi dengan OJK, Pemerintah, Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) melalui Forum

Koordinasi Stabilitas Sistem Keuangan (FKSSK). b. Melakukan pemeriksaan terhadap Bank dan LKNB. c. Mewajibkan pihak keuangan atau pihak terkait lainnya untuk memberikan data dan informasi yang

diperlukan dalam pelaksanaan tugasnya. d. Mekanisme koordinasi lembaga-lembaga yang terlibat dalam kegiatan stabilis sistem keuangan sebagai

berikut.

Bank Indonesia selaku bank sentral berdasarkan Undang-Undang No. 23 Tahun 1999 adalah

lembaga negara yang independen. Dalam kapasitasnya sebagai bank sentral, Bank Indonesia mempunyai

satu tujuan tunggal, yaitu mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah. Untuk mencapai tujuannya

tersebut, tentu saja kegiatan yang dilakukan Bank Indonesia tidak sama dengan yang dilakukan oleh bank

pada umumnya.

Jadi, walaupun ada kata "Bank" pada Bank Indonesia, Bank Indonesia tidak melakukan kegiatan

komersial seperti yang dilakukan oleh bank pada umumnya baik itu Bank Umum ataupun Bank

Perkreditan Rakyat. Hal ini berarti, Bank Indonesia tidak bisa menerima tabungan, giro, dan deposito dari

masyarakat umum. Selain itu masyarakat umum juga tidak bisa secara langsung meminta kredit ke Bank

Indonesia.

Kegiatan yang dilakukan oleh Bank Indonesia?

Nah, tiga pilar yang merupakan tiga bidang tugas utama dari Bank Indonesia selaku Bank Sentral adalah:

Pertama, menetapkan dan melaksanakan kebijakan moneter.

Kedua, mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran. Dalam kaitannya dengan tugas ini, Bank

Indonesia juga memiliki tugas yang hanya dapat dilakukan oleh Bank Indonesia, yaitu mengeluarkan

uang sebagai alat pembayaran yang sah di Indonesia dengan mencetak uang, mengedarkan serta mengatur

jumlah uang beredar. Di sini Bank Indonesia memiliki hak tunggal dalam mengeluarkan uang kertas dan

uang logam. Bank Indonesia harus tetap menjaga uang selalu tersedia dalam jumlah yang cukup, dalam

komposisi pecahan yang sesuai, pada waktu yang tepat, dan dalam kondisi yang baik sesuai dengan

kebutuhan.

Ketiga Bank Indonesia juga berfungsi mengembangkan sistem perbankan dan sistem perkreditan yang

sehat dengan melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap perbankan.

Perjalanan sejarah Bank Indonesia amatlah panjang dan berliku-liku, namun secara singkat

dapatlah kita lihat bahwa Bank Indonesia sebagai Bank Sentral, lahir pada 1 Juli 1953. Kelahiran Bank

Indonesia ini didasarkan pada UU Pokok Bank Indonesia atau UU No 11 Tahun 1953, hampir delapan

tahun sesudah proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia.

Lahirnya Bank Indonesia ini merupakan hasil nasionalisasi dari De Javasche Bank, sebuah bank

Belanda yang pada masa kolonial diberi tugas oleh pemerintah Belanda sebagai bank sirkulasi di Hindia

Belanda. Jadi, riwayatnya dulu, De Javasche Bank inilah yang menjadi cikal bakal dari lahirnya Bank

Indonesia.

Kalau melihat dari usia De Javasche Banknya sendiri sih sudah lebih dari 172 tahun, karena

didirikan pada tahun 1828 dan dahulu berfungsi sebagai bank sirkulasi selain juga melakukan kegiatan

komersial. De Javasche Bank kemudian ditetapkan menjadi bank sentral pada tahun 1949 berdasarkan

hasil Konperensi Meja Bundar.

Narnun sebagai Bank Sentral saat itu, De Javasche Bank juga tetap melakukan kegiatan

komersial. Pada tahun 1953. De Javasche Bank dinasionalisasi menjadi BANK INDONESIA yang juga

ditetapkan sebagai Bank Sentral. Tapi, seperti juga sebelumnya, Bank Indonesia juga tetap melakukan

kegiatan komersial.

Dengan peran ganda yang dilakukan oleh Bank Indonesia pada masa itu tentu saja mengakibatkan

perkembangan moneter yang tidak sehat bagi perkembangan perekonomian. Atas dasar keadaan tersebut,

pada tahun 1968 melalui UU No 13 tahun 1968 tentang Bank Sentral, peran Bank Indonesia diubah lagi

dan didudukkan secara murni sebagai Bank Sentral.

Hal ini berarti Bank Indonesia tidak melakukan kegiatan komersial lagi selain menjalankan tugas

dan fungsi yang telah ditetapkan. Dalam perkembangan selanjutnya, UU No. 13 Tahun 1968 dirasakan

sudah tidak sesuai lagi dengan perkembangan yang terjadi.

Beberapa ketentuan dalam undang-undang tersebut dalam kenyataannya belum memberikan

jaminan yang cukup untuk terselenggaranya fungsi suatu bank sentral yang independen. Penetapan status

dan kedudukan Bank Indonesia sebagai pembantu Pemerintah misalnya, membuka peluang terjadinya

campur tangan dari pihak luar yang pada gilirannya menyebabkan kebijakan yang diambil menjadi

kurang bahkan tidak efektif.

Dengan latar belakang tersebut, maka pada tanggal 17 Mei 2000 lahirlah Undang- undang No. 23

Tahun 1999 sebagai pengganti UU No. 13 Tahun 1968 yang memberikan status dan kedudukan kepada

Bank Indonesia sebagai suatu bank sentral yang independen dan bebas dari campur tangan pihak luar

termasuk Pemerintah.

Organisasi di Bank Indonesia

Sebagaimana layaknya sebuah lembaga, maka dalam menjalankan tugasnya Bank Indonesia juga

memiliki pimpinan. Pimpinannya pun tentu berbeda dengan bank- bank pada urnumnya. Sesuai denga

UU No. 23 Tahun 1999 pimpinan Bank Indonesia disebut dengan Dewan Gubernur. Nah, Dewan

Gubernur ini terdiri dari seorang Gubernur, seorang Deputi Gubernur Senior, dan sekurang-kurangnya 4

(empat) dan sebanyak banyaknya 7 (tujuh) orang Deputi Gubernur.

Yang menarik di sini adalah sesuai dengan independensi yang dimiliknya, maka Bank Indonesia

tidak lagi memberikan laporan pertanggungjawabannya kepada Presiden sebagaimana undang-undang

terdahulu, melainkan kepada Dewan Perwakilan Rakyat. Dan Gubernur Bank Indonesia bukan anggota

kabinet.

Sementara itu, Organisasi Bank Indonesia secara keseluruhan terdiri dari 25 direktorat/biro, 37

Kantor Bank Indonesia yang tersebar di seluruh wilayah RI, dan 4 Kantor Perwakilan yang ada di New

York, London, Tokyo, dan Singapura.

Peranan Bank Indonesia Di Bidang Moneter

Sebagai otoritas moneter, Bank Indonesia menetapkan dan melaksanakan kebijakan moneter

untuk mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah. Arah kebijakan didasarkan pada sasaran laju

inflasi yang ingin dicapai dengan memperhatikan berbagai sasaran ekonomi makro lainnya, baik dalam

jangka pendek, menengah, maupun panjang.

Implementasi kebijakan moneter ini dilakukan dengan menetapkan sasaran operasional, yaitu

uang primer (base money). Sebagaimana kita melakukan suatu pekerjaan, pasti kita membutuhkan alat

untuk mempermudah terlaksananva Dekeriaan tersebut.

Demikian pula dengan Bank Indonesia. Untuk melaksanakan tugas di bidang moneter, Bank

Indonesia punya alat-alat canggih yang dikenal dengan piranti moneter, Piranti moneter tersebut adalah,

Operasi Pasar Terbuka, penentuan tingkat diskonto, dan penetapan cadangan wajib minimum bagi

perbankan (reserve requirements).

Berkaitan dengan peranannya di bidang moneter ini, Bank Indonesia juga menentukan kebijakan

nilai tukar, mengelola cadangan devisa, dan berperan sebagai lender of the last resort. Dalam

melaksanakan fungsinya sebagai lender of the last resort, Bank Indonesia dapat memberikan kredit atau

pembiayaan kepada bank yang mengalami kesulitan likuditas jangka pendek yang disebabkan oleh

terjadinya mismatch dalam pengelolaan dana dengan tetap memperhatikan kriteria-kriteria yang telah

ditetapkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku dalam UU No. 23 Tahun 1999.

Peranan Bank Indonesia Dalam Sistem Pembayaran Selain tugasnya di bidang moneter dan perbankan, tugas Bank Indonesia lain yang tidak kalah

pentingnya adalah menyelenggarakan sistem pembayaran. Antara lain dengan jalan memperluas,

memperlancar, dan mengatur lalu lintas pembayaran giral dan menyelenggarakan kliring antar bank.

Program pengembangan sistem pembayaran nasional yang telah dikembangkan, antara lain,

Sistem Kliring Elektronik Jakarta (SKEJ), Penetapan Jadwal Kliring T+ 0, Bank Indonesia Layanan

Informasi dan Transaksi antar Bank secara Elektronis (BI- LINE), Sistem Real Time Gross Settlement

(RTGS), dan Sistem Transfer Dana dalam US dollar di Indonesia.

Bank Indonesia terus berupaya meningkatkan efisiensi sistem pembayaran nasional dan

memperkuat sistem pengawasan (oversight) sistem pengawasan dengan mewujudkan perlindungan

konsumen sistem pembayaran di Indonesia.

Di samping itu, terkait dengan tugasnya dalam bidang sistem pembayaran, Bank Indonesia

merupakan satu-satunya lembaga yang berwenang mengeluarkan dan mengedarkan uang rupiah serta

mencabut, menarik uang tersebut dari peredaran.

Peranan Bank Indonesia Dalam Pembinaan dan Pengawasan Perbankan Hingga akhir September 2000 terdapat 153 bank umum dan 7771 Bank Perkreditan Rakyat

(BPR) yang beroperasi di Indonesia. Sebagai pembina dan pengawas perbankan, Bank Indonesia

bertindak seperti layaknya seorang "bapak" kepada "anak"nya.

Bila ada anak yang nakal tentu seorang bapak akan berusaha memberitahu, membina bahkan

kalau perlu memarahi dalam rangka menjaga si anak agar terarah. Demikian pula dalam melaksanakan

tugas pembinaan dan pengawasan perbankan, tugas Bank Indonesia sebagai "Bapak" adalah mengarahkan

bagaimana agar tercipta perbankan yang sehat serta bermanfaat bagi perekonomian masyarakat.

Untuk mencapai tujuan tersebut, Bank Indonesia menetapkan peraturan, memberikan dan

mencabut izin atas kelembagaan atau kegiatan usaha tertentu dari bank, melaksanakan pengawasan atas

bank, dan mengenakan sanksi terhadap bank sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku.

Di bidang pengawasan, Bank Indonesia melakukan pengawasan langsung (on site supervision) maupun

tak langsung (off-site supervision).Pengawasan langsung dilakukan baik dalam bentuk pemeriksaan

secara berkala maupun sewaktu-waktu bila diperlukan. Pengawasan tidak langsung dilakukan melalui

penelitian, analisis, dan evaluasi terhadap laporan yang disampaikan oleh bank. Sebagai upaya

membangun kembali kepercayaan masyarakat terhadap sistem keuangan dan perekonomian Indonesia

setelah terjadinya krisis, Pemerintah dan Bank Indonesia telah menempuh langkah restrukturisasi

perbankan yang komprehensif sejak tahun 1998.

Peran bank sentral di berbagai negara bermula dari bank sirkulasi dan kemudian berevolusi hingga

menjadi bank sentral yang modern dengan tujuan yang fokus dan independent. Bank Sirkulasi & Bankers’

bank: Bank komersial berfungsi sbg bank sirkulasi. Juga sbg bankers’ bank (lenders of last resort). Peran

kebijakan moneter, perbankan, dan sistem pembayaran terbatas.

BANK SENTRAL DI DUNIA

A

Afganistan – Da Afghanistan Bank

Afrika Selatan – South African Reserve Bank

Albania – Bank of Albania

Aljazair – Bank of Algeria Amerika Serikat – Federal Reserve Bank

Arab Saudi – Saudi Arabian Monetary Agency Argentina – Banco Central de la República Argentina Armenia – Central Bank of Armenia Australia – Reserve Bank of Australia Azerbaijan – National Bank of Azerbaijan

B Bahrain – Bahrain Monetary Agency

Barbados – Central Bank of Barbados Bermuda – Bermuda Monetary Authority Bosnia – Central Bank of Bosnia and Herzegovina

Brasil – Banco Central do Brasil Bulgaria – Bálgarska Narodna Banka

C

Kanada – Bank of Canada Republik Ceko – Česká národní banka

Chili – Banco Central de Chile

Republik Rakyat Tiongkok – Bank Rakyat Cina

Taiwan – Bank Sentral Republik Tiongkok

Kolombia – Bank of the Republic D

Denmark – Denmarks Nationalbank

Republik Dominika – Banco Central de la República Dominicana E

Etiopia – National Bank of Ethiopia F

Fiji – Reserve Bank of Fiji Filipina – Bangko Sentral ng Pilipinas

G Guyana – Bank of Guyana

H Hong Kong – Otoritas Moneter Hong Kong

I

India – Reserve Bank of India

Indonesia – Bank Indonesia Inggris – Bank of England

Iran – Bank Markazi Iran

Islandia – Central Bank of Iceland

Israel – Bank of Israel J

Jepang – Bank of Japan Jordan – Central Bank of Jordan

K

Korea Selatan – Bank of Korea Komoro – Banque Centrale des Comores Kroasia – Croatian National Bank Kuba – Banco Central de Cuba Kuwait – Central Bank of Kuwait

L Latvia – Latvijas Banka

Lebanon – Banque du Liban Libya – Central Bank of Libya Lithuania – Lietuvos Bankas

M

Makau – Otoritas Moneter Makau

Malawi – Reserve Bank of Malawi Malaysia – Bank Negara Malaysia

Maroko – Bank Al-Maghrib

Mauritius – Bank of Mauritius Meksiko – Banco de México Moldova – Banca Naţională a Moldovei Montenegro – Central Bank of Montenegro

Mozambik – Bank of Mozambique

Myanmar – Bank Sentral Myanmar

N Namibia – Bank of Namibia Nigeria – Central Bank of Nigeria

Norwegia – Norges Bank P

Pakistan – Bank Negara Pakistan Polandia – Bank Nasional Polandia

R

Romania – Banca Naţională a României

Rusia – Bank Sentral Rusia S

Selandia Baru – Reserve Bank of New Zealand

Serbia – National Bank of Serbia

Singapura – Otoritas Moneter Singapura Slovenia – Bank of Slovenia

Swiss – Schweizerische Nationalbank Swedia – Sveriges Riksbank

T

Tanzania – Bank of Tanzania

Thailand – Bank of Thailand Timor Leste – Autoridade Bancária e de Pagamentos de Timor-Leste Transnistria – Trans-Dniester Republican Bank

Turki – Türkiye Cumhuriyet Merkez Bankası U

Uganda – Bank of Uganda

Ukraina – Bank Nasional Ukraina

Uni Eropa – European Central Bank

Austria – Österreichische Nationalbank

Belgia – Nationale Bank van België/Banque Nationale de Belgique Finlandia – Bank of Finland

Perancis – Banque de France Jerman – Deutsche Bundesbank

Yunani – Bank of Greece

Italia – Banca d'Italia

Vatikan – Vatican Bank Irlandia – Bank Sentral Irlandia Luksemburg – Banque Centrale du Luxembourg

Belanda – De Nederlandsche Bank

Portugal - Banco de Portugal

Spanyol – Banco de España V

Venezuela – Banco Central de Venezuela W

Wallis and Futuna – see: CFP franc West African Economic and Monetary Union – Central Bank of West African States (Banque Centrale des États de l'Afrique de l'Ouest, BCEAO)

Benin

Burkina Faso

Cote d'Ivoire Guinea-Bissau

Mali

Niger

Senegal Togo

Y

Yemen – Central Bank of Yemen Z

Zambia - Bank of Zambia Zimbabwe - Reserve Bank of Zimbabwe

Negara yang tidak memiliki bank sentral

Andorra

Monaco (Inggris) VB.com - Central Banks (Inggris) Bank for International Settlements' central bank website list (Inggris) gbanking.com - Global banking directory (Inggris) Links to Central Banks, Banking Supervion Authorities and Banking Associations (Inggris) Links to Central Banks in Europe (Inggris) cbrates.com: Central Bank Rates (Inggris) Central Banks of the World