Pertemuan 2
-
Upload
khangminh22 -
Category
Documents
-
view
0 -
download
0
Transcript of Pertemuan 2
Pertemuan 2
BANK SENTRAL / BANK INDONESIA
Introduksi
Bank Indonesia (BI) adalah bank sentral Republik Indonesia. Bank ini memiliki nama lain De
Javasche Bank yang dipergunakan pada masa Hindia Belanda. Sebagai bank sentral, BI mempunyai satu
tujuan tunggal, yaitu mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah. Kestabilan nilai rupiah ini
mengandung dua aspek, yaitu kestabilan nilai mata uang terhadap barang dan jasa, serta kestabilan
terhadap mata uang negara lain.
Untuk mencapai tujuan tersebut BI didukung oleh tiga pilar yang merupakan tiga bidang
tugasnya. Ketiga bidang tugas ini adalah menetapkan dan melaksanakan kebijakan moneter, mengatur dan
menjaga kelancaran sistem pembayaran, serta mengatur dan mengawasi perbankan di Indonesia.
Ketiganya perlu diintegrasi agar tujuan mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah dapat dicapai
secara efektif dan efisien. Setelah tugas mengatur dan mengawasi perbankan dialihkan kepada Otoritas
Jasa Keuangan, tugas BI dalam mengatur dan mengawasi perbankan tetap berlaku, namun difokuskan
pada aspek makroprudensial sistem perbankan secara makro[1]
.
BI juga menjadi satu-satunya lembaga yang memiliki hak untuk mengedarkan uang di Indonesia.
Dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya BI dipimpin oleh Dewan Gubernur. Sejak 2013, Agus
Martowardojo menjabat sebagai Gubernur BI menggantikan Darmin Nasution.
Sejarah
Pada 1828 De Javasche Bank didirikan oleh Pemerintah Hindia Belanda sebagai bank sirkulasi
yang bertugas mencetak dan mengedarkan uang.
Tahun 1953, Undang-Undang Pokok Bank Indonesia menetapkan pendirian Bank Indonesia
untuk menggantikan fungsi De Javasche Bank sebagai bank sentral, dengan tiga tugas utama di bidang
moneter, perbankan, dan sistem pembayaran. Di samping itu, Bank Indonesia diberi tugas penting lain
dalam hubungannya dengan Pemerintah dan melanjutkan fungsi bank komersial yang dilakukan oleh DJB
sebelumnya.
Pada tahun 1968 diterbitkan Undang-Undang Bank Sentral yang mengatur kedudukan dan tugas
Bank Indonesia sebagai bank sentral, terpisah dari bank-bank lain yang melakukan fungsi komersial.
Selain tiga tugas pokok bank sentral, Bank Indonesia juga bertugas membantu Pemerintah sebagai agen
pembangunan mendorong kelancaran produksi dan pembangunan serta memperluas kesempatan kerja
guna meningkatkan taraf hidup rakyat.
Tahun 1999 merupakan Babak baru dalam sejarah Bank Indonesia, sesuai dengan UU
No.23/1999 yang menetapkan tujuan tunggal Bank Indonesia yaitu mencapai dan memelihara kestabilan
nilai rupiah.
Pada tahun 2004, Undang-Undang Bank Indonesia diamendemen dengan fokus pada aspek
penting yang terkait dengan pelaksanaan tugas dan wewenang Bank Indonesia, termasuk penguatan
governance. Pada tahun 2008, Pemerintah mengeluarkan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-
Undang No.2 tahun 2008 tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang No.23 tahun 1999 tentang Bank
Indonesia sebagai bagian dari upaya menjaga stabilitas sistem keuangan. Amendemen dimaksudkan untuk
meningkatkan ketahanan perbankan nasional dalam menghadapi krisis global melalui peningkatan akses
perbankan terhadap Fasilitas Pembiayaan Jangka Pendek dari Bank Indonesia.
Status dan Kedudukan Bank Indonesia
Sebagai Lembaga Negara yang Independen
Babak baru dalam sejarah Bank Indonesia sebagai Bank Sentral yang independen dimulai ketika
sebuah undang-undang baru, yaitu Undang-Undang No. 23/1999 tentang Bank Indonesia, dinyatakan
berlaku pada tanggal 17 Mei 1999. Undang-undang ini memberikan status dan kedudukan sebagai suatu
lembaga negara independen dan bebas dari campur tangan pemerintah ataupun pihak lainnya. Sebagai
suatu lembaga negara yang independen, Bank Indonesia mempunyai otonomi penuh dalam merumuskan
dan melaksanakan setiap tugas dan wewenangnya sebagaimana ditentukan dalam undang-undang
tersebut. Pihak luar tidak dibenarkan mencampuri pelaksanaan tugas Bank Indonesia, dan Bank Indonesia
juga berkewajiban untuk menolak atau mengabaikan intervensi dalam bentuk apapun dari pihak manapun
juga. Untuk lebih menjamin independensi tersebut, undang-undang ini telah memberikan kedudukan
khusus kepada Bank Indonesia dalam struktur ketatanegaraan Republik Indonesia. Sebagai Lembaga
negara yang independen kedudukan Bank Indonesia tidak sejajar dengan Lembaga Tinggi Negara.
Disamping itu, kedudukan Bank Indonesia juga tidak sama dengan Departemen, karena kedudukan Bank
Indonesia berada di luar Pemerintah. Status dan kedudukan yang khusus tersebut diperlukan agar Bank
Indonesia dapat melaksanakan peran dan fungsinya sebagai otoritas moneter secara lebih efektif dan
efisien.
Sebagai Badan Hukum
Status Bank Indonesia baik sebagai badan hukum publik maupun badan hukum perdata
ditetapkan dengan undang-undang. Sebagai badan hukum publik Bank Indonesia berwenang menetapkan
peraturan-peraturan hukum yang merupakan pelaksanaan dari undang-undang yang mengikat seluruh
masyarakat luas sesuai dengan tugas dan wewenangnya. Sebagai badan hukum perdata, Bank Indonesia
dapat bertindak untuk dan atas nama sendiri di dalam maupun di luar pengadilan.
Tujuan dan Tugas Bank Indonesia
Dalam kapasitasnya sebagai bank sentral, Bank Indonesia mempunyai satu tujuan tunggal, yaitu
mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah. Kestabilan nilai rupiah ini mengandung dua aspek,
yaitu kestabilan nilai mata uang terhadap barang dan jasa, serta kestabilan terhadap mata uang negara
lain. Aspek pertama tercermin pada perkembangan laju inflasi, sementara aspek kedua tercermin pada
perkembangan nilai tukar rupiah terhadap mata uang negara lain. Perumusan tujuan tunggal ini
dimaksudkan untuk memperjelas sasaran yang harus dicapai Bank Indonesia serta batas-batas tanggung
jawabnya. Dengan demikian, tercapai atau tidaknya tujuan Bank Indonesia ini kelak akan dapat diukur
dengan mudah.
Tiga Pilar Utama
Untuk mencapai tujuan tersebut Bank Indonesia didukung oleh tiga pilar yang merupakan tiga bidang
tugasnya. Ketiga bidang tugas ini adalah:
Menetapkan dan melaksanakan kebijakan moneter.
Mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran, serta
Mengatur dan mengawasi perbankan di Indonesia.
Pengaturan dan Pengawasan Bank
Dalam rangka tugas mengatur dan mengawasi perbankan, Bank Indonesia menetapkan peraturan,
memberikan dan mencabut izin atas kelembagaan atau kegiatan usaha tertentu dari bank, melaksanakan
pengawasan atas bank, dan mengenakan sanksi terhadap bank sesuai dengan ketentuan perundang-
undangan yang berlaku.
Dalam pelaksanaan tugas ini, Bank Indonesia berwenang menetapkan ketentuan-ketentuan
perbankan dengan menjunjung tinggi prinsip kehati-hatian.
Berkaitan dengan kewenangan di bidang perizinan, selain memberikan dan mencabut izin usaha
bank, Bank Indonesia juga dapat memberikan izin pembukaan, penutupan dan pemindahan kantor bank,
memberikan persetujuan atas kepemilikan dan kepengurusan bank, serta memberikan izin kepada bank
untuk menjalankan kegiatan-kegiatan usaha tertentu.
Di bidang pengawasan, Bank Indonesia melakukan pengawasan langsung maupun tidak
langsung. Pengawasan langsung dilakukan baik dalam bentuk pemeriksaan secara berkala maupun
sewaktu-waktu bila diperlukan. Pengawasan tidak langsung dilakukan melalui penelitian, analisis dan
evaluasi terhadap laporan yang disampaikan oleh bank.
Upaya Restrukturisasi Perbankan
Sebagai upaya membangun kembali kepercayaan masyarakat terhadap sistem keuangan dan
perekonomian Indonesia, Bank Indonesia telah menempuh langkah restrukturisasi perbankan yang
komprehensif. Langkah ini mutlak diperlukan guna memfungsikan kembali perbankan sebagai lembaga
perantara yang akan mendorong pertumbuhan ekonomi, disamping sekaligus meningkatkan efektivitas
pelaksanaan kebijakan moneter.
Restrukturisasi perbankan tersebut dilakukan melalui upaya memulihkan kepercayaan
masyarakat, program rekapitalisasi, program restrukturisasi kredit, penyempurnaan ketentuan perbankan,
dan peningkatan fungsi pengawasan bank. Bank sentral merupakan lembaga yang memiliki peran penting bagi perekonomian suatu negara.
Oleh karena itu, fungsi, tujuan, dan tugas yang dijalankan serta bagaimana operasi dan organisasi bank sentral, merupakan bagian penting yang harus diketahui. Apa yang Anda bayangkan ketika mendengar istilah bank sentral? Apakah sama dengan bank pada umumnya, masyarakat bisa menyimpan dan meminjam uang di bank sentral? Jika terdapat pemahaman bahwa bank sentral termasuk salah satu jenis bank yang dapat menerima simpanan dan pinjaman, itulah pandangan yang sangat keliru. Bagaimana sesungguhnya bank sentral itu?
Dilihat dari sisi kelembagaannya, Hawke (1973) menjelaskan bahwa bank sentral adalah sebuah organisasi yang berada di antara pemerintah dan perbankan. Lebih lanjut, Kisch and Elkin (1932) menyimpulkan bahwa bank sentral adalah suatu alat dari kebijakan publik bukan alat dari kepentingan individu. Bank sentral adalah lembaga yang melaksanakan kebijakan publik melalui sektor perbankan guna memengaruhi variabel ekonomi.
Dari aspek usaha, bank sentral memiliki perbedaan dengan lembaga keuangan yang lain. Dalam menjalankan kegiatannya, bank sentral sebagai lembaga publik tidak mengedepankan prinsip maksimalisasi laba, tetapi menekankan efisiensi guna mendapatkan keuntungan bagi masyarakat yang sebesar-besarnya.
Untuk lebih memahami pengertian bank sentral, Singleton et al (2006) berpendapat bahwa berdasarkan aktivitas yang dilakukannya, bank sentral memiliki sepuluh fungsi,yaitu sebagai berikut:
1. Penerbit uang atau alat pembayaran yang sah guna memenuhi kebutuhan masyarakat; 2. Pelaksana dan perumus kebijakan moneter; 3. Penyedia jasa perbankan dan agen kepada pemerintah dan sering sebagai pengelola pinjaman
pemerintah; 4. Custodian dari cadangan bank umum dan pembantu penyelesaian akhir transaksi kliring antarbank;
Penjaga keutuhan sistem keuangan dan pada beberapa situasi/ keadaan bertindak sebagai an emergency lender of last resort dan pengawas kehati-hatian perbankan;
5. Pelaksana dari kebijakan pemerintah di bidang nilai tukar dan sebagai Kustodian dari cadangan devisa negara dan membantu negara dalam mengelola cadangan devisa;
6. Pembuat kebijakan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi, terutama di negara berkembang, bank sentral sering diberi mandat lebih luas untuk memperkuat pembangunan ekonomi;
7. Penasehat pemerintah terkait dengan kebijakan ekonomi. Bank sentral dipandang memiliki keahlian mengenai hal-hal yang terkait dengan bidang ekonomi dan keuangan;
8. Lembaga yang berpartisipasi dalam kerjasama pengaturan moneter internasional; dan 9. Lembaga yang memiliki hubungan erat dengan pemerintah sehingga memungkinkan bank sentral
mendapat tugas lain, seperti memberi layanan perbankan kepada publik, dan memberikan perlindungan nasabah.
Pada periode awal perkembangannya, bank sentral lebih berfungsi sebagai bankirnya sistem perbankan. Dalam hal ini, bank sentral memberikan pinjaman jangka pendek kepada perbankan untuk menutupi kebutuhan dana jangka pendeknya. Selain itu, bank-bank sentral pada periode awal juga melakukan aktivitas komersial layaknya bank umum biasa.
Dalam perkembangannya, bank sentral dewasa ini dirancang sebagai lembaga kebijakan publik yang tujuan utamanya adalah mempertahankan stabilitas moneter dan mendorong stabilitas sistem keuangan. Bank sentral juga menyediakan komponen inti dalam sistem pembayaran, yaitu uang kartal untuk masyarakat dan penyelesaian transfer antarbank melalui rekening bank di bank sentral. Bank sentral juga kerap berfungsi sebagai pengelola emas atau cadangan devisa negara. Dalam hal kerja sama dengan otoritas lainnya, bank sentral juga melakukan peranan penting dalam pengawasan dan pengembangan sistem keuangan di negaranya. Bank sentral juga tidak melakukan lagi aktivitas-aktivitas komersial yang dapat mengurangi perannya sebagai lembaga kebijakan publik.
Selain fungsi-fungsi di atas, bank sentral di beberapa negara juga berperan dalam tugas lain, seperti melayani jasa perbankan dan manajemen aset serta utang kepada pemerintah. Bank sentral juga sering diminta untuk melakukan analisis dan saran terhadap kondisi ekonomi dan kebijakan pembangunan di negara tersebut.
Secara historis, bank sentral tertua di dunia ialah Sveriges Riskbank (Swedia) dan Bank of England (Inggris) yang memulai sejarahnya di abad ketujuh belas. Ketika pertama kali didirikan, Sveriges Riskbank masih jauh dari gambaran bank sentral yang ada pada saat ini. Perjalanan sejarah bank sentral mengalami perubahan yang signifikan pada abad kedelapan belas, sembilan belas dan dua puluh.
Adapun bank sentral di Indonesia dimulai pada saat Pemerintah Hindia Belanda mendirikan De Javasche Bank sebagai bank sirkulasi di Hindia Belanda pada tanggal 24 Januari 1828. De Javasche Bank bertugas antara lain menerbitkan uang kertas (banknotes), memberikan kredit kepada perusahaan-perusahaan, memperdagangkan logam mulia dan bertindak sebagai kasir Pemerintah. Setelah kemerdekaan Indonesia, sesuai dengan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1953 tentang Penetapan Undang-Undang Pokok Bank Indonesia pada tanggal 1 Juli 1953, De Javasche Bank dinasionalisasi menjadi Bank Indonesia dan berada di bawah Pemerintah. Pada periode awal ini, Bank Indonesia juga masih diberi tugas untuk menjaga stabilitas Rupiah, menyelenggarakan peredaran uang di Indonesia, memajukan perkembangan urusan kredit dan melakukan pengawasan pada urusan kredit tersebut.
Pada periode awal, Bank Indonesia juga memiliki usaha-usaha komersial antara lain seperti memindahkan uang (melalui surat atau pemberitahuan, dengan telegram, wesel tunjuk dan lain-lain), menerima dan membayarkan kembali uang dalam rekening koran, mendiskonto surat wesel, surat order dan surat-surat utang, serta beberapa usaha lainnya. Dalam perkembangannya, usaha-usaha komersial itu dihentikan. Terlebih setelah krisis yang melanda Indonesia pada tahun 1997-1998, Bank Indonesia diberikan independensi dan hanya memiliki satu tujuan, yaitu mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah dengan tugas menetapkan dan melaksanakan kebijakan moneter, mengatur, dan menjaga kelancaran sistem pembayaran serta mengatur dan mengawasi bank.
Fungsi, Tugas dan Wewenang Bank Indonesia sebagai Bank Sentral Republik Indonesia Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1999 yang telah diubah beberapa kali terakhir dengan Undang-
Undang Nomor 6 Tahun 2009 tentang Bank Indonesia (Undang-Undang Bank Indonesia) Pasal 4 bahwa Bank Indonesia adalah Bank Sentral Republik Indonesia. Lebih lanjut Pasal 7 UU tersebut menjelaskan bahwa tujuan Bank Indonesia adalah mencapai dan memelihara kestabilan nilai Rupiah. Kestabilan nilai Rupiah itu terdiri atas dua aspek yaitu, pertama, kestabilan terhadap barang dan jasa, kedua, kestabilan terhadap mata uang negara lain (kurs). Kestabilan nilai Rupiah terhadap barang dan jasa tercermin pada perkembangan laju inflasi, sedangkan kestabilan nilai Rupiah terhadap mata uang negara lain tercermin pada perkembangan nilai tukar (kurs) Rupiah terhadap mata uang negara lain. Penetapan tujuan memelihara stabilitas nilai Rupiah memberikan batas tanggung jawab yang jelas bagi Bank Indonesia dalam melaksanakan tugasnya dan dalam menetapkan sasaran yang harus dicapai.
Untuk mewujudkan tujuan dalam mencapai dan memelihara kestabilan nilai Rupiah, Undang-Undang Bank Indonesia Pasal 8 menjelaskan bahwa Bank Indonesia mempunyai tiga tugas sebagai berikut:
1. menetapkan dan melaksanakan kebijakan moneter; 2. mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran; dan 3. mengatur dan mengawasi bank.
Tugas pertama adalah menetapkan dan melaksanakan kebijakan moneter. Tugas ini diarahkan dalam rangka mengendalikan jumlah uang yang beredar dan /atau suku bunga agar dapat mendukung pencapaian tujuan kestabilan nilai uang, sekaligus mendorong perekonomian nasional. Dalam melaksanakan tugas kebijakan moneter, bank sentral senantiasa memantau perkembangan dan kecenderungan berbagai variabel ekonomi makro, moneter, dan keuangan. Bank sentral juga senantiasa melakukan koordinasi dengan Pemerintah agar terjadi kerjasama yang padu antara kebijakan moneter dan kebijakan fiskal serta kebijakan ekonomi makro lainnya. Hasil analisis dan pemantauan digunakan oleh bank sentral dalam melaksanakan kebijakan moneternya, baik melalui pengendalian jumlah uang beredar maupun suku bunga. Pembahasan lebih lanjut tentang kebijakan moneter akan diuraikan pada bab 6.
Tugas kedua adalah mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran, yang mencakup sekumpulan kesepakatan, aturan, standar, dan prosedur yang digunakan dalam mengatur peredaran uang. Sistem pembayaran dapat berlangsung, baik secara tunai maupun nontunai. Sistem pembayaran tunai menyangkut pencetakan dan pengedaran uang agar jumlah, denominasi, kelayakan, ataupun keamanan
uang sebagai alat pembayaran yang sah dapat memenuhi kebutuhan masyarakat dalam melaksanakan berbagai aktivitas ekonomi. Adapun sistem pembayaran nontunai menyangkut peredaran uang yang pada umumnya dalam bentuk giral dan produk-produk perbankan lainnya, baik melalui proses kliring antarbank, kartu kredit, ataupun anjungan tunai mandiri (ATM). Pembahasan lebih lanjut tentang sistem pembayaran akan diuraikan pada bab 3.
Tugas ketiga adalah mengatur dan mengawasi perbankan. Peran penting perbankan terutama terletak pada fungsinya sebagai lembaga kepercayaan dalam memobilisasi dana masyarakat dan menyalurkannya dalam bentuk kredit dan alternatif pembiayaan lainnya untuk dunia usaha. Perbankan mempunyai peran vital dalam pelaksanaan kebijakan moneter karena sebagian besar peredaran uang dalam perekonomian berlangsung melalui perbankan.
Aktivitas perbankan sangat erat kaitannya dengan penyelenggaraan sistem pembayaran, karena peredaran uang ataupun pelaksanaan sistem pembayaran nontunai pada umumnya melalui perbankan. Dengan kata lain, pelaksanaan tugas kebijakan moneter, sistem pembayaran, dan pengaturan perbankan saling terkait dan saling mendukung dalam pencapaian tujuan kestabilan nilai Rupiah yang menjadi tujuan dan tanggung jawab bank sentral. Dengan pertimbangan tersebut, wajar apabila aktivitas perbankan pada umumnya diatur dan diawasi secara ketat oleh bank sentral. Bentuk pengaturan dan pengawasan perbankan mencakup perizinan, penerapan prinsip kehati-hatian, pengawasan, baik secara langsung di perbankan maupun secara tidak langsung melalui pemantaun laporan, dan pengenaan sanksi atas pelanggaran terhadap ketentuan yang berlaku. Dengan cara itu, kepercayaan masyarakat terhadap perbankan dalam menjalankan fungsi intermediasi untuk mendukung perekonomian nasional dapat tetap terjaga dan terpelihara.
Pelaksanaan ketiga tugas di atas saling terkait dalam mencapai kestabilan nilai Rupiah. Tugas menetapkan dan melaksanakan kebijakan moneter memerlukan dukungan sistem pembayaran yang efisien, cepat, aman, dan andal. Sementara itu, untuk mewujudkan sistem pembayaran yang efisien, cepat, aman, dan andal tersebutdiperlukan sistem perbankan yang sehat. Sistem perbankan yang sehat akan mendukung pengendalian moneter sebab pelaksanaan kebijakan moneter terutama dilakukan melalui sistem perbankan.
Adapun wewenang yang diberikan oleh Undang-Undang dalam rangka melaksanakan tiga tugas di atas adalah sebagai berikut:
1. Wewenang terkait dengan tugas menetapkan dan melaksanakan kebijakan moneter meliputi: a. menetapkan sasaran-sasaran moneter dengan memerhatikan sasaran laju inflasi, b. melakukan pengendalian moneter dengan tidak terbatas pada operasi pasar tebuka di pasar uang,
baikRupiah maupun valuta asing; dan c. menetapkan tingkat diskonto, menetapkan cadangan minimum, dan mengatur kredit atau
pembiayaan. 2. Wewenang terkait dengan tugas mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran meliputi:
a. melaksanakan dan memberikan persetujuan dan izin atas penyelenggaraan jasa sistem pembayaran; b. mewajibkan penyelenggara jasa sistem pembayaran untuk menyampaikan laporan kegiatannya; dan
menetapkan penggunaan alat/instrumen pembayaran. 3. Wewenang terkait dengan tugas mengatur dan mengawasi bank meliputi:
a. menetapkan peraturan; b. memberikan dan mencabut izin atas kelembagaan dan kegiatan usaha tertentu dari bank; c. mengawasi bank, baik secara individual maupun sebagai sistem perbankan; dan d. mengenakan sanksi terhadap bank sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
Seiring dengan berlakunya Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan (UU OJK), fungsi Bank Indonesia di bidang pengaturan dan pengawasan perbankan beralih ke OJK sebagaimana ketentuan peralihan Pasal 55 ayat 2 UU OJK.
Stabilitas Sistem Keuangan
Seiring dengan terbentuknya Otoritas Jasa Keuangan (OJK), tugas pengawasan perbankan yang
dilakukan Bank Indonesia difokuskan pada pengawasan macroprudential, sedangkan tugas pengaturan
dan pengawasan microprudential perbankan sepenuhnya dilakukan OJK. Tujuan pengawasan
macroprudential adalah menjaga stabilitas sistem keuangan. Stabilitas sistem keuangan merupakan suatu
kondisi dimana seluruh lembaga keuangan, pasar keuangan serta sarana pendukungnya memiliki
ketahanan dan mampu mengatasi ketidakseimbangan keuangan. Kondisi ketidakseimbangan keuangan
bersumber dari proses intermediasi yang mengalami masalah.
Upaya pencapaian stabilitas sistem keuangan membutuhkan dukungan dari berbagai pihak. Hal tersebut karena masalah yang terjadi terkait dengan stabilitas sistem keuangan dapat membahayakan perekonomian secara keseluruhan. Tercapainya stabilitas sistem keuangan semakin penting dalam mendukung perekonomian nasional. Hal tersebut mengingat krisis di lembaga dan pasar keuangan memiliki dampak yang tinggi terhadap perekonomian serta berdampak pada terciptanya ekonomi biaya tinggi. Indonesia pernah mengalaminya pada tahun 1998 dimana biaya untuk stabilitas sistem keuangan dan rekapitalisasi perbankan mencapai 51% dari Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia. Biaya tersebut belum mencakup biaya sosial dan biaya politik yang timbul sebagai dampak ketidakseimbangan sistem keuangan.
Salah satu usaha untuk menjaga stabilitas sistem keuangan adalah melalui kebijakan macroprudential. Hal tersebut dilakukan untuk menggantikan tugas mengatur dan mengawasi bank yang sudah dialihkan dari Bank Indonesia kepada OJK. Apakah yang dimaksud dengan kebijakan macroprudential? Kebijakan macroprudential secara umum adalah kebijakan untuk membatasi risiko dan biaya krisis sistemik dalam rangka memelihara keseimbangan sistem keuangan secara keseluruhan.
Dalam memelihara keseimbangan sistem keuangan, Bank Indonesia melakukan beberapa tugas sebagai berikut:
a. Merumuskan Kebijakan Macroprudential
Sebagaimana sudah dikemukakan sebelumnya bahwa fokus dari kebijakan macroprudential adalah pada sistem keuangan secara ke-seluruhan. Kebijakan macroprudential bersifat lintas sektor untuk seluruh macroprudential bertujuanuntuk membatasi risiko sistemik yang dapat membahayakan sistem keuangan secara keseluruhan.
b. Melakukan Proses Surveilance atau Monitoring Sistem Keuangan Proses monitoring dilakukan terhadap lembaga keuangan, pasar dan sarana pendukung keuangan. Hal tersebut guna mendeteksi secara dini ancaman terhadap sistem keuangan secara keseluruhan, sehingga tindakan korektif yang bersifat segera dapat dilakukan oleh Bank Indonesia.
c. Memfasilitasi Perluasan Akses Keuangan Perluasan akses keuangan dapat memberikan manfaat yang besar bagi keseimbangan sistem keuangan. Perluasan akses keuangan memungkinkan jasa keuangan yang lebih merata terhadap seluruh penduduk. Selain itu, mendorong berkembangnya berbagai instrumen keuangan yang memungkinkan pelaku ekonomi untuk memiliki pilihan dalam melakukan pengelolaan keuangan dan risiko. Instrumen yang dilakukan oleh Bank Indonesia dalam memelihara keseimbangan sistem keuangan terus dikembangkan sesuai dengan kondisi yang terjadi di pasar keuangan dan perekonomian secara keseluruhan.
Bank Indonesia memiliki lima peran utama dalam menjaga stabilitas sistem keuangan. Kelima peran utama yang mencakup kebijakan dan instrumen dalam menjaga stabilitas sistem keuangan itu adalah:
Pertama, Bank Indonesia memiliki tugas untuk menjaga stabilitas moneter antara lain melalui instrumen suku bunga dalam operasi pasar terbuka. Bank Indonesia dituntut untuk mampu menetapkan kebijakan moneter secara tepat dan berimbang. Hal ini mengingat gangguan stabilitas moneter memiliki dampak langsung terhadap berbagai aspek ekonomi. Kebijakan moneter melalui penerapan suku bunga yang terlalu ketat, akan cenderung bersifat mematikan kegiatan ekonomi, begitu pula sebaliknya. Oleh karena itu, untuk menciptakan stabilitas moneter, Bank Indonesia telah menerapkan suatu kebijakan yang disebut Inflation Targeting Framework (ITF). Konsep ITF akan dijelaskan lebih lanjut pada bab 5.
Kedua, Bank Indonesia memiliki peran vital dalam menciptakan kinerja lembaga keuangan yang sehat, khususnya perbankan. Penciptaan kinerja lembaga perbankan seperti itu dilakukan melalui mekanisme pengawasan dan regulasi. Seperti halnya di negara-negara lain, sektor perbankan memiliki pangsa yang dominan dalam sistem keuangan. Oleh sebab itu, kegagalan di sektor ini dapat menimbulkan ketidakstabilan keuangan dan mengganggu perekonomian. Untukmencegah terjadinya kegagalan tersebut, sistem pengawasan dan kebijakan perbankan yang efektif haruslah ditegakkan. Khusus terkait dengan peran kedua ini, Undang-Undang Bank Indonesia mengamanahkan untuk dimandatkan kepada OJK. Hal tersebut diperkuat dengan lahirnya Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan (OJK).
Ketiga, Bank Indonesia memiliki kewenangan untuk mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran. Bila terjadi gagal bayar (failure to settle) pada salah satu peserta dalam sistem pembayaran, maka akan timbul risiko potensial yang cukup serius dan mengganggu kelancaran sistem pembayaran.
Kegagalan tersebut dapat menimbulkan risiko yang bersifat menular (contagion risk), sehingga menimbulkan gangguan yang bersifat sistemik. Bank Indonesia mengembangkan mekanisme dan pengaturan untuk mengurangi risiko dalam sistem pembayaran yang cenderung semakin meningkat. Antara lain dengan menerapkan sistem pembayaran yang bersifat real time atau dikenal dengan nama sistem RTGS (Real Time Gross Settlement) yang dapat lebih meningkatkan keamanan dan kecepatan sistem pembayaran. Sebagai otoritas dalam sistem pembayaran, Bank Indonesia memiliki informasi dan keahlian untuk mengidentifikasi risiko potensial dalam sistem pembayaran.
Keempat, melalui fungsinya dalam riset dan pemantauan, Bank Indonesia dapat mengakses informasi-informasi yang dinilai mengancam stabilitas keuangan. Melalui pemantauan secara macroprudential, Bank Indonesia dapat memonitor kerentanan sektor keuangan dan mendeteksi potensi tekanan (potential shock) yang berdampak pada stabilitas sistem keuangan. Melalui riset, Bank Indonesia dapat mengembangkan instrumen dan indikator macroprudential untuk mendeteksi kerentanan sektor keuangan. Hasil riset dan pemantauan tersebut, selanjutnya akan menjadi rekomendasi bagi otoritas terkait dalam mengambil langkah-langkah yang tepat untuk meredam gangguan dalam sektor keuangan.
Kelima, Bank Indonesia memiliki fungsi sebagai jaring pengaman sistem keuangan melalui fungsi bank sentral sebagai lender of the last resort (LoLR). Fungsi LoLR merupakan peran tradisional Bank Indonesia sebagai bank sentral dalam mengelola krisis guna menghindari terjadinya ketidakstabilan sistem keuangan. Fungsi sebagai LoLR mencakup penyediaan likuiditas pada kondisi normal maupun krisis. Fungsi ini hanya diberikan kepada bank yang menghadapi masalah likuiditas dan berpotensi memicu terjadinya krisis yang bersifat sistemik. Pada kondisi normal, fungsi LoLR dapat diterapkan pada bankyang mengalami kesulitan likuiditas temporer namun masih memiliki kemampuan untuk membayar kembali. Dalam menjalankan fungsinya sebagai LoLR, Bank Indonesia harus menghindari terjadinya moral hazard. Oleh karena itu, pertimbangan risiko sistemik dan persyaratan yang ketat harus diterapkan dalam penyediaan likuiditas tersebut.
Dalam pencegahan dan penanganan krisis sektor keuangan, tugas Bank Indonesia sesuai
kewenangannya dalam JPSK meliputi: a. Melakukan koordinasi dengan OJK, Pemerintah, Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) melalui Forum
Koordinasi Stabilitas Sistem Keuangan (FKSSK). b. Melakukan pemeriksaan terhadap Bank dan LKNB. c. Mewajibkan pihak keuangan atau pihak terkait lainnya untuk memberikan data dan informasi yang
diperlukan dalam pelaksanaan tugasnya. d. Mekanisme koordinasi lembaga-lembaga yang terlibat dalam kegiatan stabilis sistem keuangan sebagai
berikut.
Bank Indonesia selaku bank sentral berdasarkan Undang-Undang No. 23 Tahun 1999 adalah
lembaga negara yang independen. Dalam kapasitasnya sebagai bank sentral, Bank Indonesia mempunyai
satu tujuan tunggal, yaitu mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah. Untuk mencapai tujuannya
tersebut, tentu saja kegiatan yang dilakukan Bank Indonesia tidak sama dengan yang dilakukan oleh bank
pada umumnya.
Jadi, walaupun ada kata "Bank" pada Bank Indonesia, Bank Indonesia tidak melakukan kegiatan
komersial seperti yang dilakukan oleh bank pada umumnya baik itu Bank Umum ataupun Bank
Perkreditan Rakyat. Hal ini berarti, Bank Indonesia tidak bisa menerima tabungan, giro, dan deposito dari
masyarakat umum. Selain itu masyarakat umum juga tidak bisa secara langsung meminta kredit ke Bank
Indonesia.
Kegiatan yang dilakukan oleh Bank Indonesia?
Nah, tiga pilar yang merupakan tiga bidang tugas utama dari Bank Indonesia selaku Bank Sentral adalah:
Pertama, menetapkan dan melaksanakan kebijakan moneter.
Kedua, mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran. Dalam kaitannya dengan tugas ini, Bank
Indonesia juga memiliki tugas yang hanya dapat dilakukan oleh Bank Indonesia, yaitu mengeluarkan
uang sebagai alat pembayaran yang sah di Indonesia dengan mencetak uang, mengedarkan serta mengatur
jumlah uang beredar. Di sini Bank Indonesia memiliki hak tunggal dalam mengeluarkan uang kertas dan
uang logam. Bank Indonesia harus tetap menjaga uang selalu tersedia dalam jumlah yang cukup, dalam
komposisi pecahan yang sesuai, pada waktu yang tepat, dan dalam kondisi yang baik sesuai dengan
kebutuhan.
Ketiga Bank Indonesia juga berfungsi mengembangkan sistem perbankan dan sistem perkreditan yang
sehat dengan melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap perbankan.
Perjalanan sejarah Bank Indonesia amatlah panjang dan berliku-liku, namun secara singkat
dapatlah kita lihat bahwa Bank Indonesia sebagai Bank Sentral, lahir pada 1 Juli 1953. Kelahiran Bank
Indonesia ini didasarkan pada UU Pokok Bank Indonesia atau UU No 11 Tahun 1953, hampir delapan
tahun sesudah proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia.
Lahirnya Bank Indonesia ini merupakan hasil nasionalisasi dari De Javasche Bank, sebuah bank
Belanda yang pada masa kolonial diberi tugas oleh pemerintah Belanda sebagai bank sirkulasi di Hindia
Belanda. Jadi, riwayatnya dulu, De Javasche Bank inilah yang menjadi cikal bakal dari lahirnya Bank
Indonesia.
Kalau melihat dari usia De Javasche Banknya sendiri sih sudah lebih dari 172 tahun, karena
didirikan pada tahun 1828 dan dahulu berfungsi sebagai bank sirkulasi selain juga melakukan kegiatan
komersial. De Javasche Bank kemudian ditetapkan menjadi bank sentral pada tahun 1949 berdasarkan
hasil Konperensi Meja Bundar.
Narnun sebagai Bank Sentral saat itu, De Javasche Bank juga tetap melakukan kegiatan
komersial. Pada tahun 1953. De Javasche Bank dinasionalisasi menjadi BANK INDONESIA yang juga
ditetapkan sebagai Bank Sentral. Tapi, seperti juga sebelumnya, Bank Indonesia juga tetap melakukan
kegiatan komersial.
Dengan peran ganda yang dilakukan oleh Bank Indonesia pada masa itu tentu saja mengakibatkan
perkembangan moneter yang tidak sehat bagi perkembangan perekonomian. Atas dasar keadaan tersebut,
pada tahun 1968 melalui UU No 13 tahun 1968 tentang Bank Sentral, peran Bank Indonesia diubah lagi
dan didudukkan secara murni sebagai Bank Sentral.
Hal ini berarti Bank Indonesia tidak melakukan kegiatan komersial lagi selain menjalankan tugas
dan fungsi yang telah ditetapkan. Dalam perkembangan selanjutnya, UU No. 13 Tahun 1968 dirasakan
sudah tidak sesuai lagi dengan perkembangan yang terjadi.
Beberapa ketentuan dalam undang-undang tersebut dalam kenyataannya belum memberikan
jaminan yang cukup untuk terselenggaranya fungsi suatu bank sentral yang independen. Penetapan status
dan kedudukan Bank Indonesia sebagai pembantu Pemerintah misalnya, membuka peluang terjadinya
campur tangan dari pihak luar yang pada gilirannya menyebabkan kebijakan yang diambil menjadi
kurang bahkan tidak efektif.
Dengan latar belakang tersebut, maka pada tanggal 17 Mei 2000 lahirlah Undang- undang No. 23
Tahun 1999 sebagai pengganti UU No. 13 Tahun 1968 yang memberikan status dan kedudukan kepada
Bank Indonesia sebagai suatu bank sentral yang independen dan bebas dari campur tangan pihak luar
termasuk Pemerintah.
Organisasi di Bank Indonesia
Sebagaimana layaknya sebuah lembaga, maka dalam menjalankan tugasnya Bank Indonesia juga
memiliki pimpinan. Pimpinannya pun tentu berbeda dengan bank- bank pada urnumnya. Sesuai denga
UU No. 23 Tahun 1999 pimpinan Bank Indonesia disebut dengan Dewan Gubernur. Nah, Dewan
Gubernur ini terdiri dari seorang Gubernur, seorang Deputi Gubernur Senior, dan sekurang-kurangnya 4
(empat) dan sebanyak banyaknya 7 (tujuh) orang Deputi Gubernur.
Yang menarik di sini adalah sesuai dengan independensi yang dimiliknya, maka Bank Indonesia
tidak lagi memberikan laporan pertanggungjawabannya kepada Presiden sebagaimana undang-undang
terdahulu, melainkan kepada Dewan Perwakilan Rakyat. Dan Gubernur Bank Indonesia bukan anggota
kabinet.
Sementara itu, Organisasi Bank Indonesia secara keseluruhan terdiri dari 25 direktorat/biro, 37
Kantor Bank Indonesia yang tersebar di seluruh wilayah RI, dan 4 Kantor Perwakilan yang ada di New
York, London, Tokyo, dan Singapura.
Peranan Bank Indonesia Di Bidang Moneter
Sebagai otoritas moneter, Bank Indonesia menetapkan dan melaksanakan kebijakan moneter
untuk mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah. Arah kebijakan didasarkan pada sasaran laju
inflasi yang ingin dicapai dengan memperhatikan berbagai sasaran ekonomi makro lainnya, baik dalam
jangka pendek, menengah, maupun panjang.
Implementasi kebijakan moneter ini dilakukan dengan menetapkan sasaran operasional, yaitu
uang primer (base money). Sebagaimana kita melakukan suatu pekerjaan, pasti kita membutuhkan alat
untuk mempermudah terlaksananva Dekeriaan tersebut.
Demikian pula dengan Bank Indonesia. Untuk melaksanakan tugas di bidang moneter, Bank
Indonesia punya alat-alat canggih yang dikenal dengan piranti moneter, Piranti moneter tersebut adalah,
Operasi Pasar Terbuka, penentuan tingkat diskonto, dan penetapan cadangan wajib minimum bagi
perbankan (reserve requirements).
Berkaitan dengan peranannya di bidang moneter ini, Bank Indonesia juga menentukan kebijakan
nilai tukar, mengelola cadangan devisa, dan berperan sebagai lender of the last resort. Dalam
melaksanakan fungsinya sebagai lender of the last resort, Bank Indonesia dapat memberikan kredit atau
pembiayaan kepada bank yang mengalami kesulitan likuditas jangka pendek yang disebabkan oleh
terjadinya mismatch dalam pengelolaan dana dengan tetap memperhatikan kriteria-kriteria yang telah
ditetapkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku dalam UU No. 23 Tahun 1999.
Peranan Bank Indonesia Dalam Sistem Pembayaran Selain tugasnya di bidang moneter dan perbankan, tugas Bank Indonesia lain yang tidak kalah
pentingnya adalah menyelenggarakan sistem pembayaran. Antara lain dengan jalan memperluas,
memperlancar, dan mengatur lalu lintas pembayaran giral dan menyelenggarakan kliring antar bank.
Program pengembangan sistem pembayaran nasional yang telah dikembangkan, antara lain,
Sistem Kliring Elektronik Jakarta (SKEJ), Penetapan Jadwal Kliring T+ 0, Bank Indonesia Layanan
Informasi dan Transaksi antar Bank secara Elektronis (BI- LINE), Sistem Real Time Gross Settlement
(RTGS), dan Sistem Transfer Dana dalam US dollar di Indonesia.
Bank Indonesia terus berupaya meningkatkan efisiensi sistem pembayaran nasional dan
memperkuat sistem pengawasan (oversight) sistem pengawasan dengan mewujudkan perlindungan
konsumen sistem pembayaran di Indonesia.
Di samping itu, terkait dengan tugasnya dalam bidang sistem pembayaran, Bank Indonesia
merupakan satu-satunya lembaga yang berwenang mengeluarkan dan mengedarkan uang rupiah serta
mencabut, menarik uang tersebut dari peredaran.
Peranan Bank Indonesia Dalam Pembinaan dan Pengawasan Perbankan Hingga akhir September 2000 terdapat 153 bank umum dan 7771 Bank Perkreditan Rakyat
(BPR) yang beroperasi di Indonesia. Sebagai pembina dan pengawas perbankan, Bank Indonesia
bertindak seperti layaknya seorang "bapak" kepada "anak"nya.
Bila ada anak yang nakal tentu seorang bapak akan berusaha memberitahu, membina bahkan
kalau perlu memarahi dalam rangka menjaga si anak agar terarah. Demikian pula dalam melaksanakan
tugas pembinaan dan pengawasan perbankan, tugas Bank Indonesia sebagai "Bapak" adalah mengarahkan
bagaimana agar tercipta perbankan yang sehat serta bermanfaat bagi perekonomian masyarakat.
Untuk mencapai tujuan tersebut, Bank Indonesia menetapkan peraturan, memberikan dan
mencabut izin atas kelembagaan atau kegiatan usaha tertentu dari bank, melaksanakan pengawasan atas
bank, dan mengenakan sanksi terhadap bank sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku.
Di bidang pengawasan, Bank Indonesia melakukan pengawasan langsung (on site supervision) maupun
tak langsung (off-site supervision).Pengawasan langsung dilakukan baik dalam bentuk pemeriksaan
secara berkala maupun sewaktu-waktu bila diperlukan. Pengawasan tidak langsung dilakukan melalui
penelitian, analisis, dan evaluasi terhadap laporan yang disampaikan oleh bank. Sebagai upaya
membangun kembali kepercayaan masyarakat terhadap sistem keuangan dan perekonomian Indonesia
setelah terjadinya krisis, Pemerintah dan Bank Indonesia telah menempuh langkah restrukturisasi
perbankan yang komprehensif sejak tahun 1998.
Peran bank sentral di berbagai negara bermula dari bank sirkulasi dan kemudian berevolusi hingga
menjadi bank sentral yang modern dengan tujuan yang fokus dan independent. Bank Sirkulasi & Bankers’
bank: Bank komersial berfungsi sbg bank sirkulasi. Juga sbg bankers’ bank (lenders of last resort). Peran
kebijakan moneter, perbankan, dan sistem pembayaran terbatas.
BANK SENTRAL DI DUNIA
A
Afganistan – Da Afghanistan Bank
Afrika Selatan – South African Reserve Bank
Albania – Bank of Albania
Aljazair – Bank of Algeria Amerika Serikat – Federal Reserve Bank
Arab Saudi – Saudi Arabian Monetary Agency Argentina – Banco Central de la República Argentina Armenia – Central Bank of Armenia Australia – Reserve Bank of Australia Azerbaijan – National Bank of Azerbaijan
B Bahrain – Bahrain Monetary Agency
Barbados – Central Bank of Barbados Bermuda – Bermuda Monetary Authority Bosnia – Central Bank of Bosnia and Herzegovina
Brasil – Banco Central do Brasil Bulgaria – Bálgarska Narodna Banka
C
Kanada – Bank of Canada Republik Ceko – Česká národní banka
Chili – Banco Central de Chile
Republik Rakyat Tiongkok – Bank Rakyat Cina
Taiwan – Bank Sentral Republik Tiongkok
Kolombia – Bank of the Republic D
Denmark – Denmarks Nationalbank
Republik Dominika – Banco Central de la República Dominicana E
Etiopia – National Bank of Ethiopia F
Fiji – Reserve Bank of Fiji Filipina – Bangko Sentral ng Pilipinas
G Guyana – Bank of Guyana
H Hong Kong – Otoritas Moneter Hong Kong
I
India – Reserve Bank of India
Indonesia – Bank Indonesia Inggris – Bank of England
Iran – Bank Markazi Iran
Islandia – Central Bank of Iceland
Israel – Bank of Israel J
Jepang – Bank of Japan Jordan – Central Bank of Jordan
K
Korea Selatan – Bank of Korea Komoro – Banque Centrale des Comores Kroasia – Croatian National Bank Kuba – Banco Central de Cuba Kuwait – Central Bank of Kuwait
L Latvia – Latvijas Banka
Lebanon – Banque du Liban Libya – Central Bank of Libya Lithuania – Lietuvos Bankas
M
Makau – Otoritas Moneter Makau
Malawi – Reserve Bank of Malawi Malaysia – Bank Negara Malaysia
Maroko – Bank Al-Maghrib
Mauritius – Bank of Mauritius Meksiko – Banco de México Moldova – Banca Naţională a Moldovei Montenegro – Central Bank of Montenegro
Mozambik – Bank of Mozambique
Myanmar – Bank Sentral Myanmar
N Namibia – Bank of Namibia Nigeria – Central Bank of Nigeria
Norwegia – Norges Bank P
Pakistan – Bank Negara Pakistan Polandia – Bank Nasional Polandia
R
Romania – Banca Naţională a României
Rusia – Bank Sentral Rusia S
Selandia Baru – Reserve Bank of New Zealand
Serbia – National Bank of Serbia
Singapura – Otoritas Moneter Singapura Slovenia – Bank of Slovenia
Swiss – Schweizerische Nationalbank Swedia – Sveriges Riksbank
T
Tanzania – Bank of Tanzania
Thailand – Bank of Thailand Timor Leste – Autoridade Bancária e de Pagamentos de Timor-Leste Transnistria – Trans-Dniester Republican Bank
Turki – Türkiye Cumhuriyet Merkez Bankası U
Uganda – Bank of Uganda
Ukraina – Bank Nasional Ukraina
Uni Eropa – European Central Bank
Austria – Österreichische Nationalbank
Belgia – Nationale Bank van België/Banque Nationale de Belgique Finlandia – Bank of Finland
Perancis – Banque de France Jerman – Deutsche Bundesbank
Yunani – Bank of Greece
Italia – Banca d'Italia
Vatikan – Vatican Bank Irlandia – Bank Sentral Irlandia Luksemburg – Banque Centrale du Luxembourg
Belanda – De Nederlandsche Bank
Portugal - Banco de Portugal
Spanyol – Banco de España V
Venezuela – Banco Central de Venezuela W
Wallis and Futuna – see: CFP franc West African Economic and Monetary Union – Central Bank of West African States (Banque Centrale des États de l'Afrique de l'Ouest, BCEAO)
Benin
Burkina Faso
Cote d'Ivoire Guinea-Bissau
Mali
Niger
Senegal Togo
Y
Yemen – Central Bank of Yemen Z
Zambia - Bank of Zambia Zimbabwe - Reserve Bank of Zimbabwe
Negara yang tidak memiliki bank sentral
Andorra
Monaco (Inggris) VB.com - Central Banks (Inggris) Bank for International Settlements' central bank website list (Inggris) gbanking.com - Global banking directory (Inggris) Links to Central Banks, Banking Supervion Authorities and Banking Associations (Inggris) Links to Central Banks in Europe (Inggris) cbrates.com: Central Bank Rates (Inggris) Central Banks of the World