Percayalah, Bahwa Tuhan telah merencanakan setiap pertemuan ...

249
Percayalah, Bahwa Tuhan telah merencanakan setiap pertemuan-pertemuan hebat sejak jauh-jauh hari. Dengan maksud yang kini belum kita mengerti, dengan maksud yang masih harus kita cari dan pahami. Termasuk pertemuan Anda dengan buku ini. Hari ini. Selamat Berkelana! GERAKAN MENULIS BUKU INDONESIA

Transcript of Percayalah, Bahwa Tuhan telah merencanakan setiap pertemuan ...

i

Percayalah, Bahwa Tuhan telah merencanakan

setiap pertemuan-pertemuan hebat sejak jauh-jauh hari. Dengan maksud yang kini belum kita mengerti,

dengan maksud yang masih harus kita cari dan pahami. Termasuk pertemuan Anda dengan buku ini. Hari ini.

Selamat Berkelana!

GERAKAN MENULIS BUKU INDONESIA

ii

Sanksi Pelanggaran Pasal 113 Undang-undang Nomor 28 Tahun 2014 Perubahan atas Undang-undang Nomor 7 Tahun 1987 Perubahan atas Undang-undang Nomor 6 Tahun 1982 Perubahan atas Undang-undang Nomor 19 Tahun 2002

Tentang Hak Cipta

(1) Setiap Orang yang dengan tanpa hak melakukan pelanggaran hak ekonomi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf i untuk Penggunaan Secara Komersial dipidana dengan pidana penjara paling lama 1 (satu) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp100.000.000 (seratus juta rupiah).

(2) Setiap Orang yang dengan tanpa hak dan/atau tanpa izin Pencipta atau pemegang Hak Cipta melakukan pelanggaran hak ekonomi Pencipta sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf c, huruf d, huruf f, dan/atau huruf h untuk Penggunaan Secara Komersial dipidana dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).

(3) Setiap Orang yang dengan tanpa hak dan/atau tanpa izin Pencipta atau pemegang Hak Cipta melakukan pelanggaran hak ekonomi Pencipta sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf a, huruf b, huruf e, dan/atau huruf g untuk Penggunaan Secara Komersial dipidana dengan pidana penjara paling lama 4 (empat) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).

(4) Setiap Orang yang memenuhi unsur sebagaimana dimaksud pada ayat (3) yang dilakukan dalam bentuk pembajakan, dipidana dengan pidana penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp4.000.000.000,00 (empat miliar rupiah). Pasal 114 Setiap Orang yang mengelola tempat perdagangan dalam segala bentuknya yang dengan sengaja dan mengetahui membiarkan penjualan dan/atau penggandaan barang hasil pelanggaran Hak Cipta dan/atau Hak Terkait di tempat perdagangan yang dikelolanya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10, dipidana dengan pidana denda paling banyak Rp100.000.000,00 (seratus juta rupiah). Pasal 115 Setiap Orang yang tanpa persetujuan dari orang yang dipotret atau ahli warisnya melakukan Penggunaan Secara Komersial, Penggandaan, Pengumuman, Pendistribusian, atau Komunikasi atas Potret sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 untuk kepentingan reklame atau periklanan untuk Penggunaan Secara Komersial baik.

iii

BUKU AJAR

ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU

LAHIR

SULISDIANA, M.Kes. ERFIANI MAIL, M.Kes. ZULFA RUFAIDA, M.Sc.

iv

BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYU BARU LAHIR Copyright © Sulisdian, M. Kes., Erfiani Mail, M. Kes., & Zulfa Rufaida, M. Sc. Penulis: Sulisdian, M. Kes., Erfiani Mail, M. Kes., & Zulfa Rufaida, M. Sc. Editor: Shinta Dewi Penata Letak: F. D. Abdillah Penata Sampul: A. Raditya Pramono Cetakan Pertama, April 2019 xii + 237 hal; 14,8 x 21 cm ISBN: CV OASE GROUP Jalan Kartika, Gang Sejahtera 1 No. 3, Jebres, Surakarta, Indonesia Dicetak oleh Percetakan CV Oase Group Isi di luar tanggung jawab percetakan

Anggota IKAPI Provinsi Jawa Tengah Katalog Dalam Terbitan Hak cipta dilindungi Undang-Undang All Right Reserved Dilarang mengutip atau memperbanyak sebagian atau seluruh isi buku ini tanpa izin tertulis dari penerbit

v

PRAKATA

lhamdulillahirabbil’alamin, segala puja dan puji syukur penulis panjatkan kepada Allah Yang Maha Penyayang. Tanpa karunia-Nya, mustahil naskah buku ini terselesaikan tepat

waktu mengingat tugas dan kewajiban lain yang bersamaan hadir. Semoga buku ini dapat bermanfaat dan membantu para mahasiswa kebidanan atau Program Studi Keperawatan yang sedang mempelajari Asuhan Kebidanan Persalinan yang meliputi definisi, gejala dan tanda persalinan, kala 1-IV, serta kebutuhan ibu bersalin. Penulis berharap buku ini bisa menjadi salah satu pendukung dalam upaya peningkatan pengetahuan dan wawasan tenaga kesehatan sebagai bahan pertimbangan dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat.

Buku ini disusun berdasarkan struktur pembelajaran mata ajar Asuhan Kebidanan Persalinan pada Program Studi D-3 Kebidanan. Metode pembelajaran meliputi: ceramah, small groupdiscussion (SGD), presentasi, dan pengalaman belajar praktik untuk menerapkan berbagai keterampilan yang telah didapatkan. Mata ajar ini didukung dengan Praktik Klinik Kebidanan 2.

Buku ini dikembangkan dari berbagai buku teks, seperti tercantum pada daftar bacaan, ditambah dengan berbagai hasil penelitian, lokakarya nasional, dan karya ilmiah. Untuk mempermudah pemahaman, ditambahkan contoh dan latihan soal-soal Asuhan Kebidanan Persalinan.

Terselesaikannya penulisan buku ini juga tidak terlepas dari bantuan beberapa pihak. Oleh karena itu, penulis menyampaikan terima kasih kepada Lembaga Stikes Majapahit Mojokerto, dosen, serta mahasiswa. Dengan kepercayaan tersebut, penulis berkeyakinan bahwa itu dapat mendukung penulis dalam upaya meningkatkan kualitas diri dan karya untuk waktu yang akan datang.

A

vi

Meskipun telah berusaha untuk menghindari kesalahan, penulis menyadari juga bahwa buku ini masih mempunyai kelemahan sebagai kekurangannya. Oleh karena itu, penulis berharap agar pembaca berkenan menyampaikan kritikan. Dengan segala pengharapan dan keterbukaan, penulis menyampaikan rasa terima kasih dengan setulus-tulusnya. Kritik merupakan perhatian agar dapat menuju kesempurnaan. Akhir kata, penulis berharap agar buku ini dapat membawa manfaat kepada pembaca. Secara khusus, penulis berharap semoga buku ini dapat membantu mahasiswa dalam memahami mata kuliah Asuhan Kebidanan Persalinan. Jadilah tenaga kesehatan dan bidan yang professional, bermartabat, kreatif, dan mandiri.

Mojokerto, Desember 2017

Penulis

vii

KATA PENGANTAR

i Indonesia angka kematian maternal dan perinatal masih cukup tinggi. Padahal jumlah pelayanan kesehatan dan tenaga kesehatan di Indonesia, asuhan bersalin normal

(APN) diperlukan dalam periode ini karena merupakan masa kritis ibu maupun bayinya. Diperkirakan bahwa 60% kematian ibu akibat kehamilan terjadi setelah persalinan dan 50% kematian pada masa nifas, 24 jam pertama (Saiffudin, dkk: 2002).

Mortalitas dan mordibitas pada wanita bersalin adalah masalah besar di negara berkembang. Kematian saat melahirkan biasanya menjadi faktor utama mortalitas wanita muda pada puncak produktivitasnya.

Bagi mahasiswa D-3 Kebidanan, perlu mempelajari kesehatan masyarakat dalam praktik kebidanan. Untuk itu disusun buku ajar asuhan kebidanan sebagai panduan dalam penerapan dalam kebidanan.

Kami ucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada semuapihak yang telah banyak membantu dalam menyelesaikan buku ajar ini.

Penulis

D

viii

DAFTAR ISI

PRAKATA ........................................................................................................ v

KATA PENGANTAR ................................................................................... vii

DAFTAR ISI ................................................................................................. viii

DAFTAR GAMBAR ........................................................................................ x

TINJAUAN MATA KULIAH ....................................................................... xi

BAB I FISIOLOGI PERSALINAN ................................................................1

A. Pengertian ..................................................................................................... 1

B. Sebab-Sebab Mulainya Persalinan ...................................................... 2

C. Tahapan Persalinan ................................................................................... 4

D. Tujuan dan Prinsip Asuhan Persalinan ............................................. 6

E. Tanda dan Gejala Persalinan .............................................................. 11

F. Kemajuan Persalinan Dengan Partograf ........................................ 14

G. Perubahan Fisiologi pada Ibu Bersalin .......................................... 19

BAB II PSIKOLOGI PERSALINAN .......................................................... 35

A. Perubahan Psikologi pada Kala I ...................................................... 36

B. Perubahan Psikologi pada Kala II ..................................................... 40

C. Perubahan Psikologi pada Kala III ................................................... 41

D. Perubahan Psikologi pada Kala IV ................................................... 41

BAB III PEMERIKSAAN LABORATORIUM SEDERHANA ............... 45

BAB IV FAKTOR YANG MEMENGARUHI PERSALINAN DAN LAKTASI ....................................................................................................... 51

A. Passage ......................................................................................................... 51

B. Power ............................................................................................................ 55

C. Passanger .................................................................................................... 57

D. Psikis Ibu ..................................................................................................... 58

ix

E. Penolong ...................................................................................................... 59

BAB V KEBUTUHAN DASAR IBU MASA PERSALINAN ................... 63

BAB VI EVIDANCE BASED DALAM ASUHAN IBU PERSALINAN .. 75

A. Evidence Based Midwifery (Practice) ............................................. 75

B. Asuhan Persalinan Normal .................................................................. 76

BAB VII PROSEDUR KETERAMPILAN DASAR KEBIDANAN PADA ASUHAN PERSALINAN ............................................................................. 85

A. Kala I ............................................................................................................. 85

B. Kala II ............................................................................................................ 92

C. Kebutuhan Ibu dalam Persalinan ..................................................... 95

D. Mengurangi Rasa Sakit (Pain Relief) ............................................... 97

E. Posisi dalam Persalinan ........................................................................ 99

F. Kala III ........................................................................................................ 110

G. Kala IV ........................................................................................................ 116

BAB VIII PENGENALAN TANDA BAHAYA PADA MASA PERSALINAN ............................................................................................ 125

A. Konsep Dasar Distosia ......................................................................... 125

BAB IX DETEKSI DINI PERSALINAN DENGAN PENYULIT KALA III DAN IV ........................................................................................................ 155

A. Penyulit Kala III Persalinan ............................................................... 155

B. Perdarahan Kala IV (Primer) ............................................................ 162

C. Syok Obstetrik ......................................................................................... 162

BAB X ADAPTASI BAYI SEGERA SETELAH LAHIR ....................... 171

A. Sistem Pernapasan/Respiratory ..................................................... 172

BAB XI MANAJEMEN ASUHAN PADA IBU PERSALINAN ............ 183

GLOSARIUM ............................................................................................. 205

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 207

LAMPIRAN 4. BIODATA KETUA DAN ANGGOTA TIM PENELITI ...................................................................................................................... 209

x

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Kadar Hormon dalam Persalinan. ........................................... 2

Gambar 1.2 Peregangan otot saat kontraksi. ............................................... 3

Gambar 1.3 Dilatasi dan Effecemen servix.. ................................................. 4

Gambar 1.4 Lima Benang Merah.. ..................................................................... 7

Gambar 1.5 Segmen Atas dan Bawah Rahim. ........................................... 20

Gambar 7.3: Posisi bersalin. ........................................................................... 100

Gambar 7.4 Masuknya kepala ke PAP. ....................................................... 102

Gambar 7.5 Posisi Kepala Fleksi................................................................... 103

Gambar 7.6 Kepala Ekstensi. ......................................................................... 104

Gambar 7.7 Rotasi Luar.................................................................................... 105

Gambar 7.8 Jenis-Jenis Episiotomi. ............................................................. 108

Gambar 8.1 Edema vulva. ................................................................................ 144

Gambar 8.2 Stenosis vulva. ............................................................................. 144

Gambar 8.3 Bartholinitis. ................................................................................ 146

Gambar 8.4 Kondiloma akuminata.l ........................................................... 147

Gambar 8.5 Fistula. ............................................................................................ 147

Gambar 8.6 Prolaps uteri. ................................................................................ 149

xi

TINJAUAN MATA KULIAH

A. Deskripsi Singkat Mata Kuliah

Mata kuliah ini memberikan kemampuan kepada mahasiswa tentang asuhan kebidanan persalinan normal, asuhan persalinan, pencegahan infeksi,kebutuhan dan kesehatan perempuan, pemberian obat, kebutuhan posisi dan mobilisasi pasien, terapi intravena, perawatan luka, kebutuhan nutrisi, kebutuhan oksigen, kebutuhan istirahat dan tidur, serta melakukan pendokumentasian asuhan persalinan.

B. Manfaat Mata Kuliah bagi Mahasiswa

Pada akhir perkulihan ini, mahasiswa akan dapat memahamiasuhan kebidanan persalinan normal, asuhan persalinan, pencegahan infeksi, kebutuhan dan kesehatan perempuan, pemberian obat, kebutuhan posisi dan mobilisasi pasien, terapi intravena, perawatan luka, kebutuhan nutrisi, kebutuhan oksigen, kebutuhan istirahat dan tidur, serta melakukan pendokumentasian asuhan persalinan.

C. Gambaran Umum Materi

Bab ini menguraikan tentang asuhan kebidanan persalinan normal, asuhanpersalinan, pencegahan infeksi, kebutuhan dan kesehatan perempuan, pemberian obat, kebutuhan posisi dan mobilisasi pasien, terapi intravena, perawatan luka, kebutuhan nutrisi, kebutuhan oksigen, kebutuhan istirahat dan tidur, serta melakukan pendokumentasian asuhan persalinan.

xii

BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR

1

BAB I

FISIOLOGI PERSALINAN

A. Pengertian

Persalinan adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan uri) yang dapat hidup ke dunia luar dari rahim melalui jalan lahir atau jalan lain. Adapun menurut proses berlangsungnya persalinan dibedakan sebagai berikut:

1. Persalinan Spontan

Bila persalinan berlangsung dengan kekuatan ibu sendiri. Pengertian persalinan, melalui jalan lahir ibu tersebut.

2. Persalinan Buatan

Bila persalinan dibantu dengan tenaga dari luar misalnya ekstraksi forsep atau dilakukn operasi sectio caesaria.

3. Persalinan Anjuran

Persalinan yang tidak dimulai dengan sendirinya, tetapi baru berlangsung setelah pemecahan ketuban, pemberian pitocin, atau prostaglandin.

Istilah-istilah yang berkaitan dengan persalinan berdasarkan tuanya umur kehamilan dan berat badan bayi:

1. Abortus

Pengeluaran buah kehamilan sebelum kehamilan 22 minggu atau bayi dengan berat badan kurang dari 500 gram.

BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR 2

2. Partus Immaturus

Pengeluaran buah kehamilan antara 22 minggu dan 28 minggu atau bayi dengan berat badan antara 500 gram dan 999 gram.

3. Partus Prematur

Pengeluaran buah kehamilan antara 28 minggu dan 37 minggu atau bayi dengan berat badan antara 1000 gram dan 2499 gram.

4. Partus Maturus atau Aterm

Pengeluaran buah kehamilan antara 37 minggu dan 42 minggu atau bayi dengan berat badan antara 2500 gram atau lebih.

5. Partus Postmaturus atau Serotinus

Pengeluaran buah kehamilan setelah 42 minggu.

B. Sebab-Sebab Mulainya Persalinan

1. Penurunan Kadar Progesteron

Pada saat 1-2 minggu sebelum persalinan di mulai terjadi penurunan kadar hormon estrogen dan progesteron. Progesteronbekerja sebagai penenang otot-otot polos rahim dan akan menyebabkan kekejangan pembuluh darah sehingga timbul his bila kadar progesteron menurun.

Gambar 1.1 Kadar Hormon dalam Persalinan. Sumber: Challis and Gibb5 with the permission of the publisher.

BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR

3

2. Teori Oxytocin

Pada akhir kehamilan kadar oxytocin bertambah. Oleh karena itu, timbul kontraksi otot-otot rahim.

3. Keregangan Otot-Otot

Seperti halnya dengan kandung kencing dan lambung bila dindingnya teregang karena isinya bertambah maka timbul kontraksi untuk mengeluarkan isinya. Demikian pula dengan rahim, maka dengan majunya kehamilan makin teregang otot-otot rahim makin rentan.

Gambar 1.2 Peregangan otot saat kontraksi. Sumber: Rizki Fadilah

4. Pengaruh Janin

Hypofise dan kelenjar suprarenal janin rupa-rupanya juga memegang peranan karena pada anencepalus kehamilan sering lebih lama dari biasa.

5. Teori Prostaglandin

Prostaglandin yang dihasilkan desidua, disangka menjadi salah satu sebab permulaan persalinan. Hasil dari percobaan menunjukkan bahwa prostaglandin F2 atau E2 yang diberikan secara intravena, intra dan extraminal menimbulkan kontraksi myometrium pada setiap umur kehamilan. Hal ini juga disokong dengan adanya kadar prostaglandin yang tinggi baik dalam air ketuban maupun

BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR 4

darah perifer pada ibu-ibu hamil sebelum melahirkan atau selama persalinan.

C. Tahapan Persalinan

1. Kala I

Persalinan Kala I atau Kala Pembukaan adalah periode persalinan yang dimulai dari his persalinan yang pertama samapai pembukaan cervix menjadi lengkap (Yanti, 2010).

Berdasarkan kemajuan pembukaan maka Kala I dibagi menjadi :

a. Fase Latent, yaitu fase pembukaan yang sangat lambat ialah dari 0 sampai 3 cm yang membutuhkan waktu 8 jam.

b. Fase Aktif, yaitu fase pembukaan yang lebih cepat membutuhkan waktu 6 jam yang terbagi lagi manjadi:

1) Fase Accelerasi (fase percepatan), dari pembukaan 3 cm sampai 4 cm yang dicapai dalam 2 jam.

2) Fase Dilatasi Maksimal, dari pembukaan 4 cm sampai 9 cm yang dicapai dalam 2 jam.

3) Fase Decelerasi (kurangnya kecepatan), dari pembukaan 9 cm sampai 10 cm yang dicapai dalam 2 jam (Yanti, 2010).

Gambar 1.3 Dilatasi dan Effecemen servix. Sumbar : Jurnal Bidan.

BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR

5

2. Kala II

Kala II atau Kala Pengeluaran adalah periode persalinan yang dimulai dari pembukaan lengkap (10 cm) sampai lahirnya bayi (Yanti, 2010). Proses ini berlangsung 2 jam pada primigravida dan 1 jam pada multigravida. Pada kala ini his lebih cepat dan kuat, kurang lebih 2-3 menit sekali. Dalam kondisi normal kepala janin sudah masuk dalam rongga panggul (Sumarah, dkk, 2009).

3. Kala III

Kala III atau Kala Uri adalah periode persalinan yang dimulai dari lahirnya bayi sampai lahirnya plasenta. Berlangsung tidak lebih dari 30 menit (Yanti, 2010). Setelah bayi lahir uterus teraba keras dan fundus uteri agak diatas pusat. Beberapa menit kemudian uterus berkontraksi lagi untuk melepaskan plasenta dari dindingnya (Prawirohardjo, 2008).

4. Kala IV

Kala IV merupakan masa 1-2 jam setelah plesenta lahir. Dalam Klinik, atas pertimbangan-pertimbangan praktis masih diakui adanya Kala IV persalinan meskipun masa setelah plasenta lahir adalah masa dimulainya masa nifas (puerpurium), mengingat pada masa ini sering timbul perdarahan (Yanti, 2010).

Observasi yang harus dilakukan pada Kala IV adalah :

a. Tingkat kesadaran ibu bersalin

b. Pemeriksaan TTV: TD, nadi, suhu, respirasi

c. Kontraksi uterus

d. Terjdinya perdarahan. Perdarahan dianggap masih normal jika jumlahnya tidak melebihi 400 sampai 500 cc.

e. Isi kandung kemih (Saifuddin, 2008).

BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR 6

D. Tujuan dan Prinsip Asuhan Persalinan

Tujuan asuhan persalinan normal yaitu mengupayakan kelangsungan hidup dan mencapai derajat kesehatan yang tinggi bagi ibu dan bayinya melalui berbagai upaya yang terintegrasi dan lengkap serta intervensi minimal sehingga prinsip keamanan dan kualitas pelayanan dapat terjaga pada tingkat optimal. Dengan pendekatan pendekatan seperti ini berarti bahwa setiap intervensi yang akan diaplikasikan dalam asuhan persalinan normal harus mempunyai alasan dan bukti ilmiah yang kuat tentang manfaat intervensi tersebut bagi kemajuan dan keberhasilan proses persalinan.

Praktik-praktik pencegahan yang akan dijelaskan pada asuhan persalinan normal meliputi:

1. Mencegah infeksi secara konsisten dan sistematis.

2. Memberikan asuhan rutin dan pemantauan selama persalinan dan setelah bayi lahir, termasuk penggunaan partograf.

3. Memberikan asuhan sayang ibu secara rutin selama persalinan, pascapersalinan, dan nifas.

4. Menyiapkan rujukan ibu bersalin atau bayinya.

5. Menghindari tindakan-tindakan berlebihan atau berbahaya.

6. Penatalaksanaan aktif Kala III secara rutin.

7. Mengasuh bayi baru lahir.

8. Memberikan asuhan dan pemantauan ibu dan bayinya.

9. Mengajarkan ibu dan keluarganya untuk mengenali secara dini bahaya yang mungkin terjadi selama masa nifas pada ibu dan bayinya.

10. Mendokumentasikan semua asuhan yang telah diberikan.

Ada lima aspek dasar atau LIMA BENANG MERAH, yang penting dan saling terkait dalam asuhan persalinan yang bersih dan aman. Berbagai aspek tersebut melekat pada setiap persalinan, baik normal maupun patologis.

BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR

7

Gambar 1.4 Lima Benang Merah. Sumber: Jurnal Bidan.

LIMA BENANG MERAH tersebut adalah:

1. Membuat Keputusan Klinik

Membuat keputusan klinik adalah proses pemecahan masalah yang akan digunakan untuk merencanakan arahan bagi ibu dan bayi baru lahir. Tujuh langkah dalam dalam membuat keputusan klinik:

a. Pengumpulan data utama dan relevan untuk membuat keputusan.

b. Menginterpretasikan data dan mengidentifikasi masalah.

c. Membuat diagnosis atau menentukan masalah yang terjadi.

d. Menilai adanya kebutuhan dan kesiapan intervensi untuk mengatasi masalah.

e. Menyusun rencana pemberian asuhan atau intervensiuntuk solusi masalah.

f. Memantau dan mengevaluasi efektivitas asuhan atau intervensi.

BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR 8

2. Asuhan Sayang Ibu dan Sayang Bayi

Asuhan sayang ibu adalah asuhan dengan prinsip saling menghargai budaya, kepercayaan, dan keinginan sang ibu. Salah satu prinsip dasarnya adalah mengikutsertakan suami dan keluarga selama proses persalinan dan kelahiran bayi. Perhatian dan dukungan kepada ibu selama proses persalinan akan mendapatkan rasa aman dan keluaran yang lebih baik. Juga mengurangi jumlah persalinan dengan tindakan (ekstraksi vakum, cunam, dan seksio sesar) dan persalinan akan berlangsung lebih cepat. Asuhan sayang ibu dalam proses persalinan:

a. Memanggil ibu sesuai namanya, menghargai dan memperlakukannya sesuai martabatnya.

b. Menjelaskan asuhan dan perawatan yang akan diberikan pada ibu sebelum memulai asuhan tersebut.

c. Menjelaskan proses persalinan kepada ibu dan keluarganya.

d. Mengajurkan ibu untuk bertanya dan membicarakan rasa takut atau khawatir.

e. Mendengarkan dan menanggapi pertanyaan dan kekhawatiran ibu.

f. Memberikan dukungan, membesarkan hatinya, dan menenteramkan perasaan ibu beserta anggota keluarga yang lain.

g. Menganjurkan ibu untuk ditemani suaminya dan/atau anggota keluarga yang lain selama persalinan dan kelahiran bayinya.

h. Mengajarkan suami dan anggota keluarga mengenai cara memperhatikan dan mendukung ibu selama persalinan dan kelahiran bayinya.

i. Melakukan pencegahan infeksi yang baik secara konsisten.

j. Menghargai privasi ibu.

BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR

9

k. Menganjurkan ibu untuk mencoba berbagai posisi selama persalinan dan kelahiran bayi.

l. Menganjurkan ibu untuk minum cairan dan makan makanan ringan bila ia menginginkannya.

m. Menghargai dan memperbolehkan praktik-praktik tradisional yang tidak memberi pengaruh yang merugikan.

n. Menghindari tindakan berlebihan dan mungkin membahayakan (episiotomi, pencukuran, dan klisma).

o. Menganjurkan ibu untuk memeluk bayinya sesegera mungkin.

p. Membantu memulai pemberian ASI dalam 1 jam pertama setelah kelahiran bayi.

q. Menyiapkan rencana rujukan (bila perlu).

r. Mempersiapkan persalinan dan kelahiran bayi dengan baik, bahan-bahan, perlengkapan, dan obat-obatan yang diperlukan. Siap melakukan resusitasi bayi baru lahir pada setiap kelahiran bayi.

3. Pencegahan Infeksi

Prinsip-prinsip pencegahan infeksi:

a. Setiap orang harus dianggap dapat menularkan penyakit.

b. Setiap orang harus dianggap berisiko terkena infeksi.

c. Permukaan benda di sekitar kita, peralatan atau benda-benda lainnya yang akan dan telah bersentuhan dengan permukaan kulit yang tak utuh, lecet selaput mukosa atau darah harus dianggap terkontaminasi, sehingga harus diproses secara benar.

d. Jika tidak diketahui apakah permukaan, peralatanatau benda lainnya telah diproses, maka semua itu harus dianggaap masih terkontaminasi.

e. Risiko infeksi tidak bisa dihilangkan secara total, tapi dapat dikurangi hingga sekecil mungkin dengan

BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR 10

mnerapkan tindakan-tindakan pencegahan infeksi secara benar dan konsisten.

4. Pencatatan (rekam medis) aspek-aspek penting dalam pencatatan:

a. Tanggal dan waktu asuhan tersebut diberikan.

b. Identifikasi penolong persalinan.

c. Paraf atau tandatangan (dari penolong persalinan) pada semua catatan.

d. Mencakup informasi yang berkaitan secara tepat,dicatat dengan jelas, dan dapat dibaca.

e. Ketersediaan sistem penyimpanan catatan atau data pasien.

f. Kerahasiaan dokumen-dokumen medis.

5. Rujukan

Meskipun sebagian besar ibu menjalani persalinan normal,tetapi sekitar 10-15% diantaranya akan mengalami masalah selama proses persalinan dan kelahiran sehingga perlu dirujuk ke fasilitas kesehatan rujukan. Sangatlah sulit menduga kapan penyulit akan terjadi sehingga kesiapan merujuk ibu dan/atau bayinya ke fasilitas kesehatan rujukan secara optimal dan tepat waktu jika penyulit terjadi. Setiap tenaga penolong/fasilitas pelayanan harus mengetahui lokasi fasilitas rujukan terdekat yang mampu melayani kegawatdaruratan obstetri dan bayi baru lahir. Hal-hal yang penting dalam mempersiapkan rujukan untuk ibu:

a. Bidan

b. Alat

c. Keluarga

d. Surat

e. Obat

f. Kendaraan

BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR

11

g. Uang

h. Darah

i. Doa

E. Tanda dan Gejala Persalinan

Ada sejumlah tanda dan gejala peringatan yang akan meningkatkan kesiagaan bahwa seorang wanita sedang mendekati waktu bersalin. Wanita tersebut akan mengalami berbagai kondisi-kondisi yang akan disebutkan di bawah, mungkin semua atau malah tidak sama sekali. Dengan mengingat tanda dan gejala tersebut, akan terbantu ketika menangani wanita yang sedang hamil tua sehingga dapat memberikan konseling dan bimbingan antisipasi yang tepat. Tanda dan gejala menjelang persalinan antara lain:

1. Lightening

Lightening, yang dimulai dirasa kira-kira dua minggu sebelum persalinan, adalah penurunan bagian presentasi bayi ke dalam pelvis minor. Pada presentasi sefalik, kepala bayi bisanya menancap (engaged) setelah lightening, yang bisanya oleh wanita awam disebut “kepala bayi sudah turun”. Sesak napas yang dirasakan sebelumnya selama trimester III akan berkurang, penurunan kepala menciptakan ruang yang lebih besar di dalam abdomen atas untuk ekspansi paru.

Lightening menimbulkan perasaan tidak nyaman yang lain akibat tekanan pada bagian presentasi pada struktur di area pelvis minor. Hal-hal spesifik berikut akan dialami ibu:

a. Ibu jadi sering berkemih.

b. Persaan tidak nyaman akibat tekanan panggul yang menyeluruh, membuat ibu merasa tidak enak dan timbul sensasi terus-menerus bahwa sesuatu perlu dikeluarkan atau perlu defekasi.

BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR 12

c. Kram pada tungkai yang disebabkan oleh tekanan bagian presentasi pada saraf yang menjalar melalui foramina iskiadika mayor dan menuju tungkai.

d. Peningkatan statis vena yang menghasilkan edema dependen akibat tekanan bagian presentasi pada pelvis minor menghambat aliran balik darah dari ektremitas bawah. Lightening menyebababkan tinggu fundus menurun ke posisi yang sama dengan posisi fundus pada usia kehamilan 8 bulan. Pada kondisi ini bidan tidak dapat lagi melakukan pemeriksaan ballotte pada kepala janin yang sebelumnya dapat digerakkan di atas simpisis pada palpasi abdomen. Pada Leopold IV jari-jari bidan yang sebelumnya merapat sekarang akan memisah lebar. Pada primigravida bisanya lightening terjadi sebelum persalian. Hali ini kemungkinan disebabkan oleh peningkatan intensitas kontraksi braxton hicks dan tonus otot abdomen yang baik, yang memang lebih sering ditemukan pada primigravida.

2. Pollakisuria

Pada akhir bulan ke-9 hasil pemeriksaan didapatkan epigastrium kendor, fundus uteri lebih rendah dari pada kedudukannya, dan kepala janin sudah mulai masuk ke dalam pintu atas panggul. Keadaan ini meyebabkan kandung kencing tertekan sehingga merangsang ibu untuk sering kencing.

3. False Labor

Persalinan palsu terdiri dari kontraksi uterus yang sangat nyeri, yang memberi pengaruh signifikan terhadap serviks. Kontraksi pada persalinan palsu sebenarnya timbul akibat kontraksi bracston hicks yang tidak nyeri, yang telah terjadi sejak sekitar enam minggu kehamilan. Persalinan palsu dapat terjadi selama berhari-hari atau secara inrermiten bahkan tiga atau empat minggu sebelum awitan persalinan sejati. Persalinan palsu sangat nyeri. Wanita dapat mengalami kurang tidur dan kehilangan energi dalam

BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR

13

menghadapinya. Bagaimanapun persalian palsu juga mengindikasikan bahwa persalinan sudah dekat.

4. Perubahan Serviks

Mendekati persalinan, serviks semakin “matang”. Kalau tadinya selama hamil, serviks masih lunak, dengan konsistensi seperti puding dan mengalami sedikit penipisan (effacement) dan kemungkinan sedikut dilatasi. Perubahan serviks diduga terjadi akibat peningkatan intensitas kontraksi braxton hicks. Serviks menjadi matang selama periode yang berbeda-beda sebelum persalinan. Kematangan serviks mengindikasikan kesiapan untuk persalinan.

5. Bloody Show

Plak lendir disekresi sebagai hasil proliferasi kelenjar lendir serviks pada awal kehamilan. Plak ini menjadi sawar pelindung dan menutup jalan lahir selama kehamilan. Pengeluaran plak lender inilah yang dimaksud dengan bloody show.

6. Energy Spurt

Lonjakan energi, banyak wanita mengalami lonjakan energi kurang lebih 24 jam sampai 48 jam sebelum awitan persalinan. Umumnya para wanita ini merasa energik selama beberapa jam sehingga bersemangat melakukan berbagai aktivitas di antaranya pekerjaan rumah tangga dan berbagai tugas lain yang sebelumnya tidak mampu mereka laksanakan. Akibatnya, mereka memasauki persalinan dalam keadaan letih dan sering sekali persalinan menjadi sulit dan lama. Terjadinya lonjakan energi ini belum dapat dijelaskan selain bahwa hal tersebut terjadi secara alamiahyang memungkinkan wanita memperoleh energi yang diperlukan untuk menjalani persalinan. Wanita harus diinformasikan tentang kemungkinan lonjakan energi ini dan diarahkan untuk menahan diri dan menggunakannya untuk persalinan.

7. Gangguan Saluran Pencernaan

Ketika tidak ada penjelasan yang tepat untuk diare, kesulitan mencerna, mual, dan muntah. Diduga hal-hal

BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR 14

tersebut merupakan gejala menjelang persalinan walaupun belum ada penjelasan untuk hal ini. Beberapa wanita mengalami satu atau beberapa gejala tersebut.

F. Kemajuan Persalinan Dengan Partograf

1. Pemantauan Kemajuan Persalinan

Kemajuan persalinan ditandai dengan meningkatnya effacement dan dilatasi cerviks yang diketahui melalui pemeriksaan dalam. Pemeriksaan dalam dilakukan setiap 4 jam sekali atau apabila ada indikasi (meningkatnya frekuensi dan durasi serta intensitas kontraksi, dan ada tanda gejala Kala II).

Selain effacement dan dilatasi cerviks, kemajuan persalinan dapat dinilai dari penurunan, fleksi, dan rotasi kepala janin. Penurunan kepala dapat diketahui dengan pemeriksaan abdomen (palpasi) dan/atau pemeriksaan dalam.

2. Pemantauan Kesejahteraan Ibu

Kesejahteraan ibu selama proses persalinan harus selalu dipantau karena reaksi ibu terhadap persalinan dapat bervariasi.

Pemantauan kesejahteraan ibu selama Kala 1 disesuaikan dengan tahapan persalinan yang sedang dilaluinya, apakah ibu sedang dalam fase aktif ataukah masih dalam fase laten persalinan. Pemantauan meliputi: frekuensi nadi, suhu tubuh, tekanan darah, urinalisis, keseimbangan cairan, pemeriksaan abdomen, dan pemeriksaan jalan lahir.

a. Frekuensi Nadi

Frekuensi nadi merupakan indikator yang baik dari kondisi fisik umum ibu.

Frekuensi nadi normal berkisar antara 60-90 kali per menit. Apabila frekuensi nadi meningkat lebih dari 100 kali denyutan per menit, maka hal tersebut dapat

BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR

15

mengindikasikan adanya kecemasan yang berlebih, nyeri, infeksi, ketosis,dan/atau perdarahan.

Frekuensi nadi pada Kala 1 fase laten dihitung setiap 1-2 jam sekali, dan pada Kala 1 fase aktif setiap 30 menit.

b. Suhu Tubuh

Suhu tubuh ibu selama proses persalinan harus dijaga agar tetap dalam kondisi normal (36,50-37,50 C).

Apabila terjadi pireksia, maka dapat menjadi indikator terjadinya infeksi, ketosis, dehidrasi, atau dapat juga berkaitan dengan analgesia epidural.

Pada proses persalinan normal, pameriksaan suhu tubuh ibu pada Kala 1 (fase laten dan fase aktif), dilakukan setiap 4 jam sekali.

c. Tekanan Darah

Tekanan darah merupakan pemeriksaan yang sangat penting dilakukan karena berhubungan dengan fungsi jantung, sehingga tekanan darah harus dipantau dengan sangat cermat, terutama setelah diberikan anestesi spinal atau epidural.

Tekanan darah normal pada ibu bersalin cenderung mengalami sedikit kenaikan dari tekanan darah sebelum proses persalinan, berkaitan dengan adanya his.

Keadan hipotensi dapat terjadi akibat posisi ibu telentang, syok, atau anestesi epidural.

Pada ibu yang mengalami preeklampsi atau hipertensi esensial selama kehamilan, proses persalinan akan lebih meningkatkan tekanan darah, sehingga pemantauan tekanan darah ibu harus lebih sering dan lebih cermat.

Pada kondisi normal, tekanan darah selama Kala 1 (fase laten dan fase aktif), diukur setiap 2-4 jam sekali.

BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR 16

d. Urinalisis

Urine yang dikeluarkan selama proses persalinan harus dipantau, meliputi: volume, glukosa urin, keton, dan protein.

Volume urine berkaitan dengan fungsi ginjal secara keseluruhan, keton berkaitan dengan adanya kelaparan atau distres maternal jika semua energi yang ada telah terpakai (kadar keton yang rendah sering terjadi selama persalinan dan dianggap tidak signifikan), glukosa berkaitan dengan keadaan diabetes selama kehamilan, dan protein berkaitan dengan pre-eklampsia atau bisa jadi merupakan kontaminan setelah ketuban pecah dan/atau adanya tanda infeksi urinaria.

e. Keseimbangan Cairan

Keseimbangan cairan dipantau untuk memastikan metabolisme dalam tubuh ibu selama proses persalinan berjalan dengan baik.

Keseimbangan cairan meliputi kesesuaian antara cairan yang masuk (oral dan/atau intra vena) dan cairan yang keluar (keringat dan urin).

Semua urine yang keluar harus dicatat dengan baik untuk memastikan bahwa kandung kemih benar-benar dikosongkan.

Apabila diberikan cairan intra vena, harus dicatat dengan akurat. Yang menjadi catatan penting adalah berapa banyak cairan yang tersisa jika kantong infus diganti dan hanya sebagian yang digunakan.

f. Pemeriksaan Abdomen

Pemeriksaan abdomen lengkap dilakukan pertama kali saat ibu datang ke bidan, meliputi: bagian-bagian janin, penurunan kepala, dan his/kontraksi. Pemeriksaan abdomen dilakukan berulang kali pada interval tertentu selama Kala 1 persalinan untuk mengkaji his dan penurunan kepala.

BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR

17

Pemeriksaan his/kontraksi meliputi: frekuensi, lama, dan kekuatan kontraksi harus dicatat dengan baik. Saat kontraksi uterus dimulai, nyeri tidak akan terjadi selama beberapa detik dan akan hilang kembali di akhir kontraksi. Untuk itu, pada pemeriksaan kontraksi, tangan bidan tetap berada di perut ibu selama jangka waktu tertentu (10 menit).

Penurunan bagian terendah janin (presentasi) pada Kala 1 persalinan, hampir selalu dapat diraba dengan palpasi abdomen. Hasil pemeriksaan dicatat dengan bagian perlimaan (kelima tangan pemeriksa), yang masih dapat dipalpasi di atas pelvis.

Pada ibu primipara, kepala janin biasanya mengalami engagement sebelum persalinan dimulai. Jika tidak demikian, tinggi kepala harus diperkirakan dengan sering melalui palpasi abdomen untuk mengobservasi apakah kepala janin akan dapat melewati pintu atas panggul dengan bantuan kontraksi yang baik atau tidak.

Setelah kepala mangalami engagement, tonjolan oksipital sekalipun sulit masih bisa diraba dari atas, tetapi sinsiput masih dapat dipalpasi akibat adanya fleksi kepala sampai oksiput menyentuh dasar pelvis dan berotasi ke depan.

g. Pemeriksaan Jalan lahir

Pemeriksaan jalan lahir (pemeriksaan dalam) bertujuan untuk mengetahui kemajuan persalinan yeng meliputi: effacement dan dilatasi serviks, serta penurunan, fleksi dan rotasi kepala janin.

Sesuai evidence baced practice, tidak ada rekomendasi tentang waktu dan frekuensi dilakukannya pemeriksaan dalam selama persalinan. Namun, intervensi ini dapat menimbulkan distres pada ibu, sehingga pemeriksaan dalam dilakukan berdasarkan indikasi (his, tanda gejala Kala 2, dan pecah ketuban) dan/atau dilakukan setiap 4 jam sekali. Semua hasil pemeriksaan harus dicatat dengan baik.

BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR 18

3. Pemantauan Kesejahteraan Janin

Kondisi janin selama persalinan dapat dikaji dengan mendapatkan informasi mengenai frekuensi dan pola denyut jantung janin, pH darah janin dan cairan amniotik. Dalam bahasan ini, hanya akan dibahas mengenai denyut jantung janin.

Frekuensi denyut jantung janin dapat dikaji secara intermiten dengan stetoskop pinard,alat dopler atau dengan menggunakan electronic fetal monitoring (EFM) secara kontinu, setiap 30 menit.

Pemantauan intermiten dilakukan pada keadaan jantung janin diauskultasi dengan interval tertentu menggunakan stetoskop janin monoaural (pinard) atau alat dopler.

Frekuensi jantung janin harus dihitung selama satu menit penuh untuk mendengarkan variasi dari denyut ke denyut. Batasan normal antara 110-160 kali denyutan per menit.

Pemeriksaan denyut jantung janin dapat dilakukan saat kontraksi uterus berlangsung atau saat kontraksi sudah akan berakhir, untuk mendeteksi adanya pemulihan lambat frekuensi jantung untuk kembali ke nilai dasar. Normalnya frekuensi dasar dipertahankan selama kontraksi dan segera sesudahnya. Namun demikian, di akhir persalinan terjadi beberapa deselerasi bersama kontraksi yang dapat pulih dengan cepat yang terjadi akibat kompresi tali pusat atau kompresi kepala janin, dan hal ini merupakan suatu keadaan yang normal.

Pada pemantauan menggunakan EFM, transduser ultrasound dapat dilekatkan pada abdomen di tempat jantung janin agar terdengar dengan intensitas yang maksimal. Dengan layar modern dan hasil yang dapat direkam dan dicetak, alat ini cukup kuat untuk memantau kesejahteraan janin dengan baik, terutama pada kasus gawat janin.

BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR

19

G. Perubahan Fisiologi pada Ibu Bersalin

Sejumlah perubahan fisiologis yang normal akan terjadi selama persalinan, Hal ini untuk mengetahui perubahan-perubahan yang dapat dilihat secara klinis dan bertujuan untuk dapat secara tepat dan cepat menginterpretasikan tanda-tanda,gejala tertentu,serta penemuan perubahan fisik dan laboratorium apakah normal atau tidak.

1. Perubahan Uterus.

Selama persalinan uterus berubah bentuk menjadi dua bagian yang berbeda, yaitu segmen atas dan segmen bawah. Dalam persalinan perbedaan antara segmen atas dan segmen bawah rahim lebih jelas lagi. Segmen atas memegang peranan yang aktif karena berkontraksi dan dindingnya bertambah tebal dengan majunya persalinan.

Sebaliknya segmen bawah rahim memegang peran pasif dan makin tipis dengan majunya persalinan karena diregangkan. Segmen bawah uterus dianalogikan dengan ismus uterus yang melebar dan menipis pada perempuan yang tidak hamil.

Sebagai akibat menipisnya segmen bawah uterus dan bersamaan dengan menebalnya segmen atas, batas antara keduanya ditandai oleh suatu lingkaran pada permukaan dalam uterus yang disebut sebagai cincin retraksi fisiologik. Jadi, secara singkat segmen atas berkontraksi, mengalami retraksi,menjadi tebal, dan mendorong janin keluar sebagai respon terhadap gaya dorong kontraksi pada segmen atas, sedangkan segmen bawah uterus dan serviksmengadakan relaksasi, dilatasi,serta menjadi saluran yang tipis dan teregang yang akan dilalui janin. (Ilmu Kebidanan,2009).

BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR 20

Gambar 1.5 Segmen Atas dan Bawah Rahim. Sumber: Jurnal Bidan.

Setelah kontraksi maka otot tersebut tidak berelaksasi kembali ke keadaan sebelum kontraksi tapi menjadi sedikit lebih pendek walaupun tonusnya seperti sebelum kontraksi. Kejadiaan ini disebut retraksi. Dengan retraksi ini maka rongga rahim mengecil, anak berangsur di dorong ke bawah, dan tidak banyak naik lagi ke atas setelah his hilang. Akibat retraksi ini segmen atas semakin tebal dengan majunya persalinan apalagi setelah bayi lahir.

Kontraksi tidak sama kuatnya, tapi paling kuat di daerah fundus uteri dan berangsur berkurang ke bawah dan paling lemah pada segmen bawah rahim. Jika kontraksi di bagian bawah sama kuatnya dengan kontraksi bagian atas, maka tidak akan ada kemajuan dalam persalinan. Telah dikatakan bahwa sebagai akibat retraksi, segmen atas semakin mengecilkarena pada permulaan persalinan serviks masih tertutup, maka tentu isi rahim tidak dapat di dorong ke dalam vagina.

Pengecilan segmen atas hanya mungkin jika diimbangi oleh relaksasi segmen bawah rahim. Sebagian dari isi rahim keluar dari segmen atas tetapi diterima oleh segmen bawah. Jadi, segmen atas makin lama makin mengecil, sedangkan segmen bawah makin direnggang makin tipis dan isi rahim sedikit demi sedikit pindah ke segmen bawah. Karena segmen atas makin tebal dan segmen bawah makin tipis, maka batas

BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR

21

antara segmen atas dan segmen bawah menjadi jelas. Batas ini disebut lingkaran retraksi yang fisiologis. Kalau segmen bawah sangat diregang maka lingkaran retraksi lebih jelas lagi dan naik mendekati pusat dan disebut lingkaran retraksi yang patologis atau lingkaran bandl. Lingkaran bandl adalah tanda ancaman robekan rahim dan terdapat kalau bagian depan tidak dapat maju, misalnya karena panggul sempit. (Ilmu Kebidanan,2009).

Setiap kontraksi menghasilkan pemanjangan uterus berbentuk ovoid disertai pengurangan diameter horizontal.

Pengaruh perubahan bentuk ini ialah:

a. Pengurangan diameter horizontal menimbulkan pelurusan kolumna vertebralis janin, dengan menekankan kutub atasnya rapat-rapat terhadap fundus uteri, sementara kutub bawah di dorong lebih jauh ke bawah dan menuju ke panggul dikenal sebagai tekanan sumbu janin.

b. Dengan memanjangnya uterus, serabut longitudinal ditarik-tarik tegang.Karena segmen bawah dan serviks merupakan satu-satunya bagian uterus yang fleksibel, bagian ini ditarik ke atas pada kutub bawah janin. Efek ini merupakan faktor yang penting untuk dilatasi serviks pada otot-otot segmen bawah dan serviks.

c. Ligament rotundum mengandung otot-otot polos dan kalau uterus berkontraksi, otot-otot lig. Rotundum ikut berkontraksi hingga lig. Rotundum memendek.

d. Pada tiap kontraksi, fundus yang tadinya bersandar pada tulang punggung berpindah kedepan mendesak dinding perut depan ke depan.Perubahan letak uterus waktu kontraksi penting karena dengan demikian sumbu rahim searah dengan sumbu jalan lahir.

e. Dengan adanya kontraksi dari lig. Rotundum fundus uteri terlambat, sehingga waktu kontraksi, fundus tak dapat naik ke atas.Kalau fundus uteri dapat naik ke atas

BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR 22

saat kontraksi, maka kontraksi tersebut tidak dapat mendorong anak ke bawah.

2. Perubahan Serviks.

Tenaga yang efektif pada Kala 1 persalinan adalah kontraksi uterus, yang selanjutnya akan menghasilkan tekanan hidrostatik keseluruh selaput ketuban terhadap servik dan segmen bawah uterus. Bila selaput ketuban sudah pecah, bagian terbawah janin dipaksa langsung mendesak servik dan segmen bawah uterus. Sebagai akibat kegiatan daya dorong ini, terjadi 2 perubahan mendasar yaitu pendataran dan dilatasi─pada serviks yang sudah melunak. Pada nulipara penurunan bagian bawah janin terjadi secara khas agak lambat tetapi pada multipara, khususnya yang paritasnya tinggi, penurunan bisa berlangsung sangat cepat.

Pendataran dari serviks ialah pemendekan dari canalis cervikalis, yang semula berupa sebuah saluran yang panjangnya 1-2 cm, menjadi suatu lubang saja dengan pinggir yang tipis. Serabut-serabut setinggi osserviks internum ditarik keatas atau dipendekkan menuju segmen bawah uterus, kondisi oseksternum untuk sementara tidak berubah.Pinggiran osinternum di tarik ke atas beberapa sentimeter sampai menjadi bagian (baik secara anatomi maupun fungsional) dari segmen bawah uterus.

Pemendekan dapat dibandingkan dengan suatu proses pembentukan terowongan yang mengubah suatu panjang sebuah tabung yang sempit menjadi corong yang sangat tumpul dan mengembang dengan lubang keluar melingkar kecil. Sebagai hasil aktivitas miometrium yang meningkat sepanjang persiapa uterus untuk persalinan, pendataran sempurna pada serviks yang lunak kadang kala telah selesai sebelum persalinan aktif dimulai. Pendataran menyebabkan ekspulsi sumber mukus ketika saluran servik memendek.

Sebetulnya pendataran serviks sudah dimulai dalam kehamilan dan serviks yang pendek (lebih dari setengahnya telah merata) merupakan tanda dari serviks yang matang.

BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR

23

Dilatasi adalah pelebaran os serviks eksternal dari muara dengan diameter berukuran beberapa millimeter sampai muara tersebut cukup lebar untuk dilewati bayi. Ketika kontraksi uterus menimbulkan tekanan pada selaput ketuban, tekanan hidrostatik kantong amnion akan melebarkan serviks.Dilatasi secara klinis dievaluasi dengan mengukur diameter serviks dalam sentimeter, 0-10cm dianggap pembukaan lengkap. Kalau pembukaan telah mencapai ukuran 10 cm, maka dikatakan pembukaan lengkap. Pada pembukaan lengkap tidak teraba lagi bibir portio; segmen bawah rahim, serviks, dan vagina telah merupakan satu saluran. Faktor-faktor yang menyebabkan pembukaan serviks ialah:

a. Mungkin otot-otot serviks menarik pada pinggir ostium dan membesarkannya.

b. Waktu kontraksi segmen bawah rahim dan serviks diregang oleh isi rahim terutama oleh air ketuban dan ini menyebabkan tarikan pada serviks.

Waktu kontraksi, bagian selaput yang terdapat di atas canalis servikalis ialah yang disebut ketuban, menonjol ke dalam canalis servikalis, dan membukanya.

Selaput ketuban yang pecah dini tidak mengurangi dialtasi serviks selama bagian terbawah janin berada pada posisi meneruskan tekanan terhadap serviks dan segmen bawah uterus. Pola dialatasi serviks yang terjadi selama berlangsungnya persalinan normal mempunyai bentuk kurva sigmois, dibagi 2 fase dilatasi serviks adalah fase laten dan fase aktif. Fase aktif dibagi menjadi fase akselerasi, fase lereng maksimum, dan fase deselerasi. Lengkapnya dilatasi serviks pada fase aktif persalinan dihasilkan oleh retraksi serviks di sekeliling bagian terbawah janin. (Ilmu Kebidanan,2009).

3. Perubahan Kardiovaskuler

Penurunan yang mencolok selama acme konstraksi uterus tidak terjadi jika ibu berada dalam posisi miring bukan posisi telentang. Denyut jantung di antara konstraksi sedikit lebih tinggi dibanding selama periode persalinan atau belum

BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR 24

masuk persalinan. Hal ini mencerminkan kenaikan dalam metabolisme yang terjadi selama persalinan. Denyut jantung yang sedikit naik merupakan hal yang normal. Meskipun normal perlu dikontrol secara periode untuk mengidentifikasi infeksi. Detak jantung akan meningkat cepat selama kontraksi berkaitan juga dengan peningkatan metabolisme. Sedangkan antara kontraksi detak jantung mengalami peningkatan sedikit dibanding sebelum persalinan.

4. Perubahan Tekanan Darah

Perubahan tekanan darah meningkat selama konstraksi uterus dengan kenaikan sistolik rata-rata sebesar 10-20mmHg dan kenaikan diastolik rata-rata 5-10 mmHg. Pada waktu di antara kontraksi, tekanan darah kembali ke tingkat sebelum persalinan. Dengan mengubah posisi tubuh dari telentang ke posisi miring, perubahan tekanan darah selama kontraksi dapat dihindari. Nyeri, rasa takut, dan kekhawatiran dapat semakin meningkatkan tekanan darah.

Makna: untuk memastikan tekanan darah yang sebenarnya, pastikan mengeceknya dengan baik pada interval antar kontraksi, lebih disukai dalam posisi ibu berbaring miring. Apabila seorang wanita merasa sangat takut atau khawatir, pertimbangkan bahwa kemungkinan rasa takutnya (bukan preeklamsinya) menyebabkan peningkatan tekanan darah. Cek parameter lain untuk menyingkirkan preeklamsi. Berikan perawatan dan obat-obatan penunjang yang dapat merelaksasi wanita sebelum menegakkan diagnosis akhir jika preeklamsi tidak juga terbukti.

Peran bidan: anjurkan ibu untuk mencoba posisi yang nyaman selama persalinan dan kelahiran.Anjurkan pula suami dan pendamping lainnya untuk membantu ibu berganti posisi. Ibu boleh berjalan, berdiri, duduk, jongkok, berbaring miring, atau merangkak. Posisi tegak seperti berjalan, berdiri, atau berganti posisi selama persalinan. Jangan membuat ibu dalam posisi telentang, beritahukan agar ia tidak mengambil posisi tersebut.

BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR

25

Alasan : jika ibu berbaring telentang, berat uterus dan isinya (janin, cairan ketuban, plasenta, dan lain-lain) akan menekan vena cava inferior.Hal ini menyebabkan turunnya aliran darah dari sirkulasi ibu ke plasenta. Kondisi seperti ini akan menyebabkan hipoksia/kekurangan oksigen pada janin. Posisi telentang juga akan menghambat kemajuan persalinan (Enkin, et all, 2000)(Pusdiknakes,2004).

Di antara kontraksi-kontraksi uterus,tekanan darah akan turun seperti sebelum masuk persalinan dan akan naik lagi bila terjadi konstraksi. Arti penting dan kejadian ini adalah untuk memastikan tekanan darah yang sesungguhnya,sehingga diperlukan pengukuran di antara konstraksi. Jika seorang ibu dalam keadan yang sangat takut/khawatir,rasa takutnyalah yang menyebabakan kenaikan tekanan darah.

Dalam hal ini perlu dilakukan pemeriksaan lainnya untuk mengesampingkan preeklampsia. Oleh karena itu, diperlukan asuhan yang mendukung yang dapat menimbulkan ibu rileks/santai. Posisi tidur telentang selama bersalin akan menyebabkan penekanan uterus terhadap pembuluh darah besar (aorta) yang akan menyebabkan sikulasi darah baik untuk ibu maupun janin akan terganggu. Ibu dapat terkena hipotensi dan janin dapat asfiksia

5. Perubahan Nadi

Frekuensi denyut jantung nadi di antara kontraksi sedikit lebih tinggi dibandingkan selama periode menjelang persalinan. Hal ini mencerminkan peningkatan metabolisme yang terjadi selama persalinan.

Makna : sedikit peningkatan frekuensi nadi dianggap normal. Cek parameter lain untuk proses infeksi.

6. Perubahan Suhu

Suhu badan akan sedikit meningkat selama persalinan,suhu mencapai tertinggi selama persalinan dan segera setelah persalinan. Kenaikan ini dianggap normal asal tidak melebihi 0,5-1C. Suhu badan yang naik sedikit

BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR 26

merupakan hal yang wajar, tetapi keadaan ini berlangsung lama,keadaan suhu ini mengindikasikan adanya dehidrasi. Parameter lainnya yang harus diperiksa, antara lain selaput ketuban pecah atau belum karena hal ini merupakan tanda infeksi.

7. Perubahan Pernapasan.

a. Terjadi sedikit peningkatan laju pernapasan dianggap normal.

b. Hiperventilasi yang lama dianggap tidak normal dan bisa menyebabkan alkologis. Sistem pernapasan juga beradaptasi. Peningkatan aktivitas fisik dan peningkatan pemakaian oksigen terlihat dari peningkatan frekuensi pernapasan. Hiperventilasi dapat menyebabkan alkalosis respiratorik (pH meningkat), hipoksia dan hipokapnea (karbondioksida menurun)pada tahap kedua persalinan. Jika ibu tidak diberi obat-obatan, maka ia akan mengonsumsi oksigen hampir dua kali lipat. Kecemasan juga meningkatkan pemakaian oksigen.

Kenaikan pernapasan dapat disebabkan karena adanya rasa nyeri,kekhawatiran, serta penggunaan teknik pernapasan yang tidak benar.

8. Perubahan Metabolisme

Selama persalinan, metabolisme karbohidrat aerob maupun anaerob meningkat dengan kecepatan tetap. Peningkatan ini terutama disebabkan oleh anxietas dan aktivitas otot rangka. Peningkatan aktivitas metabolik terlihat dari peningkatan suhu tubuh, denyut nadi,penapasan, curah jantung, dan cairan yang hilang.

Makna: Peningkatan curah jantung dan cairan yang hilang memengaruhi fungsi ginjal dan perlu mendapatkan perhatian serta ditindak lanjuti guna mencegah terjadinya dehidrasi.

Peran bidan: anjurkan ibu untuk mendapat asupan (makanan ringan dan minum air) selama persalinan dan

BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR

27

kelahiran bayi sebagian ibu masih ingin makan selama fase laten persalinan, tetapi setelah memasuki fase aktif, mereka hanya menginginkan cairan saja. Anjurkan anggota keluarga menawarkan ibu minum sesering mungkin dan makanan ringan selama persalinan.

Alasan: makanan dan cairan yang cukup selama persalinan akan memberikan lebih bayak energi dan mencegah dehidrasi.Dehidrasi bisa memperlambat kontraksi atau membuat kontraksi menjadi tidak teratur dan kurang efektif.

9. Perubahan Ginjal

Poliuria sering terjadi selama persalinan. Kondisi ini dapat diakibatkan peningkatan lebih lanjut curah jantung selama persalinan dan kemungkinan peningkatan laju filtrasi glomelurus dan aliran plasma ginjal. Poliuria menjadi kurang jelas pada posisi telentang karena posisi ini membuat aliran urineberkurang selama kehamilan. Sedikit proteinuria (rek,1+) umum ditemukan pada sepertiga sampai setengah jumlah wanita bersalin. Proteinuria 2+ dan lebih adalah data yang abnormal (Varney,2008).

Makna: kandung kemih harus sering dievaluasi (setiap dua jam) untuk mengetahui adanya distensi juga harus dikosongkan untuk mencegah (1) obstruksi persalinan akibat kandung kemih yang penuh, yang akan mencegah penurunan bagian presentasi janin dan (2) trauma pada kandung kemih akibat penekanan yang lama, yang akan menyebabkan hipotonia kandung kemih dan retensi urine selama periode pascapartum awal. Lebih sering terjadi pada wanita primipara, wanita yang mengalami anemia, atau yang persalinannya lama. Mengidentifikasikan preeklasmia.

Peran bidan: anjurkan ibu untuk mengosongkan kantung kemihnya secara rutin selama persalinan. Ibu harus berkemih, paling sedikit setiap 2 jam atau lebih dan jika terasa ingin berkemih atau jika kantung kemih dirasakan penuh. Periksa mphisis pubis untuk mengetahui apakah kantung kemih penuh) anjurkan dan antarkan ibu untuk

BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR 28

berkemih dikamar mandi. Jika ibu tidak dapat berjalan kekamar mandi berikan wadah penampung urine.

Alasan: kandung kemih yang penuh akan:

a. Memeperlambat turunnya bagian terbawah janin dan mungkin meyebabkan ibu tidak nyaman.

b. Meningkatkan risiko perdarahan pascapersalinan yang disebabkan antonia uteri.

c. Mengganggu penatalaksanaan distosia bahu.

d. Meningkatkan risiko infeksi kandung kemih pascapersalinan.

10. Perubahan Gastrointestinal

Motilitas dan absorbsi lambung terhadap makanan padat jauh berkurang. Apabila kondisi ini diperburuk oleh penurunan lebih lanjut sekresi asam lambung selama persalinan, maka saluran cerna bekerja dengan lambat sehingga waktu pengosongan lambung menjadi lebih lama. Cairan tidak dipengaruhi dan waktu yang dibutuhkan untuk pencernaan dilambung tetap seperti biasa. Makanan yang di ingesti selama periode menjelang persalinan atau fase prodormal atau fase laten, persalinan cenderung akan tetap berada di dalam lambung selama persalinan. Mual dan muntah umum terjadi selama fase transisi, yang menandai akhir fase pertama persalinan.

Makna: lambung yang penuh dapat menimbulkan ketidaknyamanan dan penderitaan umum selama masa transisi. Oleh karena itu, wanita harus dianjurkan untuk tidak makan dalam porsi besar atau minum berlebihan, tetapi makan dan minum ketika keinginan timbul guna mempertahankan energi dan hidrasi. Pemberian obat-obatan oral tidak efektif selama persalinan. Perubahan pada saluran cerna kemungkinan timbul sebagai respon terhadap salah satu atau kombinasi faktor-faktor berikut: kontraksi uterus, nyeri, rasa takut dan khawatir, obat, atau komplikasi.

BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR

29

11. Perubahan Hematologi

Hemoglobin meningkat rata-rata 1,2gr/100ml selama persalinan dan kembali kekadar sebelum persalinan pada hari pertama pascapartum jika tidak ada kehilangan darah yang abnormal. Waktu koagulasi darah berkurang dan terdapat peningkatan fibrinogen plasma lebih lanjut selama persalinan. Hitung sel darah putih selama progresif meningkat selama Kala 1 persalinan sebesar kurang lebih 5.000 hingga jumlah rata-rata 15.000 pada saat pembukaan lengkap,tidak ada peningkatan lebih lanjut setelah ini. Gula darah menurun selama persalinan, menurun drastis pada persalinan yang lama dan sulit, kemungkinan besar akibat peningkatan aktivitas otot dan rangka.

Makna: jangan terburu-buru.Seorang wanita tidak anemia jika tes darah menunjukkan kadar darah berada di atas normal, yang membuat anda terkecoh sehingga mengakibatkan risiko yang meningkat pada wanita anemia selama periode intrapartum. Perubahan ini menurunkan risiko perdarahan pascapartum pada wanita normal. Peningkatan hitung sel darah putih tidak selalu mengidentifikasi infeksi ketika jumlah ini dicapai. Apabila jumlahnya jauh di atas nilai ini, cek parameter lain untuk mengetahui ada nya infeksi. Penggunaan uji laboratorium untuk menepis seorang wanita terhadap kemungkinan diabetes selama periode intrapartum akan menghasilkan data yang tidak akurat dan tidak dapat dipercaya.

LATIHAN SOAL

1. Ny. Shinta berumur 30 tahun, G IV PIIAI hamil 39 minggu. Datang ke BPS pada pukul 09.00 WIB dengan keluhan keringat dingin dan kencang-kencang teratur sejak pukul 07.00 WIB disertai pengeluaran lendir darah. Hasil VT: pembukaan 7 cm, KK +. Data fokus yang mendukung ibu dalam proses persalinanadalah ….

a. Dilatasi serviks

BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR 30

b. Hamil 39 minggu

c. Kencang-kencang

d. Keluar keringat dingin

e. Pengeluaran lendir darah

2. Ny. Shinta berumur 30 tahun, G IV PIIAI hamil 39 minggu. Datang ke BPS pada pukul 09.00 WIB dengan keluhan keringat dingin dan kencang-kencang teratur sejak pukul 07.00 WIB disertai pengeluaran lendir darah. Hasil VT: pembukaan 7 cm, KK +. Sesuai data di atas, Ny. Shinta termasuk inpartu kala ....

a. A.Kala I fase aktif

b. B. Kala I fase laten

c. C. Kala I fase aktif akselerasi

d. D. Kala I fase aktif deselerasi

e. E. Kala I fase aktif dilatasi maksimal

3. Ny. Shinta berumur 30 tahun, G IV PIIAI hamil 39 minggu. Datang ke BPS pada pukul 09.00 WIB dengan keluhan keringat dingin dan kencang-kencang teratur sejak pukul 07.00 WIB disertai pengeluaran lendir darah. Hasil VT: pembukaan 7 cm, KK +, penurunan masuk panggul di antara tepi bawah simpisis dan spina ischiadica. Penurunan kepala janin Ny. Shinta berada pada hodge ....

a. A.IV

b. B.III +

c. C.I - II

d. D.II - III

e. E.III - IV

4. Ny. Shinta berumur 30 tahun, G IV PIIAI hamil 39 minggu. Datang ke BPS pada pukul 09.00 WIB dengan keluhan keringat dingin dan kencang-kencang teratur sejak pukul 07.00 WIB disertai pengeluaran lendir darah. Hasil VT: pembukaan 7 cm, KK +, penurunan masuk panggul di antara tepi bawah simpisis

BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR

31

dan spina ischiadica. Asuhan yang dapat diberikan pada Ny. Shinta adalah ….

a. Memecah kulit ketuban

b. Mencukur rambut pubis

c. Menganjurkan mobilisasi

d. Kateterisasi kandung kemih

e. Menganjurkan ibu tidur miring kanan

5. Ny. Shinta berumur 30 tahun, G IV PIIAI hamil 39 minggu. Datang ke BPS pada pukul 09.00 WIB dengan keluhan keringat dingin dan kencang-kencang teratur sejak pukul 07.00 WIB disertai pengeluaran lendir darah. Hasil VT: pembukaan 7 cm, KK +, penurunan masuk panggul di antara tepi bawah simpisis dan spina ischiadica. Pembukaan lengkap pada Ny. Shinta diperkirakan pada pukul ….

a. A.10.00 WIB

b. B.10.30 WIB

c. C.11.00 WIB

d. D.11.30 WIB

e. E.12.00 WIB

6. Ny. K berumur 20 tahun G1 P0 A0 hamil 40 minggu datang ke Polindes pada pukul 08.00 WIB, dengan keluhan kencang-kencang sejak pukul 03.00 WIB. Hasil pemeriksaan TTV dalam batas normal, TFU 29 cm, letak kepala, puka, DJJ 132 x /mnt, His 3x tiap 10 mnt lamanya 40 detik, PPV lendir darah, VT pembukaan 6 cm, 1. Diagnosis yang tepat untuk Ny. K adalah ....

a. G1 P0A0 Hamil aterm inpartu kala I fase aktif

b. G 1 P0 A0 Hamil aterm inpartu kala I fase aktif deselerasi

c. G 1 P0 A0 Hamil aterm inpartu kala I fase aktif akselerasi

d. G 1 P0 A0 Hamil aterm inpartu kala I fase aktif deselerasi maksimal

BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR 32

e. G 1 P0 A0 Hamil aterm inpartu kala I fase aktif kemajuan maksimal

7. Ny. K berumur 20 th G1 P0 A0 hamil 40 minggu datang ke Polindes pada pukul 08.00 WIB, dengan keluhan kencang-kencang sejak pukul 03.00 WIB. Hasil pemeriksaan TTV dalam batas normal, TFU 29 cm, letak kepala, puka, DJJ 132 x/mnt, His 3x tiap 10 mnt lamanya 40 detik, PPV lendir darah, VT pembukaan 6 cm, KK (+), kepala turun HII+, sutura bersentuhan. Rencana asuhan yang paling tepat umtuk Ny. K pada kasus di atas adalah ....

a. Laksanakan kateter

b. Oservasi His dan DJJ

c. Ibu tidak boleh jalan-jalan

d. Observasi pembukaan serviks 2 jam kemudian

f. Pecahkan ketuban agar pembukaan cepat lengkap

8. Ny. K berumur 20 tahun G1 P0 A0 hamil 40 minggu datang ke Polindes pada pukul 08.00 WIB, dengan keluhan kencang-kencang sejak pukul 03.00 WIB. Hasil pemeriksaan TTV dalam batas normal, TFU 29 cm, letak kepala, puka, DJJ 132 x/mnt, His 3x tiap 10 menit lamanya 40 detik, PPV lendir darah, VT pembukaan 6 cm, KK (+), kepala turun HII+, sutura bersentuhan. Ny. K diperkirakan memasuki kala II pada pukul ....

a. A.10.00 WIB.

b. B. 11.00 WIB

c. C. 12.00 WIB

d. D. 13.00 WIB

e. 14.00 WIB

9. Ny. K berumur 20 tahun G1 P0 A0 hamil 40 minggu datang ke Polindes pada pukul 08.00 WIB, dengan keluhan kencang-kencang sejak pukul 03.00 WIB. Hasil pemeriksaan TTV dalam batas normal, TFU 29 cm, letak kepala, puka, DJJ 132 x /mnt, His 3x tiap 10 mnt lamanya 40 detik, PPV lendir darah, VT

BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR

33

pembukaan 6 cm, KK (+), kepala turun HII+, sutura bersentuhan. Tafsiran berat janin Ny. K adalah ....

a. 2945 gram

b. 2790 gram

c. 2635 gram

d. 3100 gram

e. 3200 gram

10. Ny. K berumur 20 tahun G1 P0 A0 hamil 40 minggu datang ke Polindes pada pukul 08.00 WIB, dengan keluhan kenceng-kenceng sejak pukul 03.00 WIB. Hasil pemeriksaan TTV dalam batas normal, TFU 29 cm, letak kepala, puka, DJJ 132 x/mnt, His 3x tiap 10 mnt lamanya 40 detik, PPV lendir darah, VT pembukaan 6 cm, KK (+), kepala turun HII+, sutura bersentuhan. Metode yang tepat Untuk mengurangi nyeri Ny. K adalah ….

a. Mengatur posisi

b. Sederhana

c. Risiko rendah

d. Sayang ibu

e. Menguramgi rasa sakit

BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR 34

BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR

35

BAB II

PSIKOLOGI PERSALINAN

Perubahan psikologis pada persalinan dipengaruhi oleh pengalamansebelumnya, kesiapan emosi, persiapan menghadapi persalinan (fisik, mental,materi), support system, lingkungan, mekanisme koping, kultur, dan sikap terhadapkehamilan. Masalah psikologis yang mungkin terjadi dalam menghadapi persalinan intervensinya adalah:

1. Kaji penyebab kecemasan.

2. Orientasikan ibu terhadap lingkungan.

3. Pantau tanda vital (tekanan darah dan nadi).

4. Ajarkan teknik-teknik relaksasi.

5. Pengaturan napas untuk memfasilitasi rasa nyeri akibat kontraksi uterusdan kurang pengetahuan tentang proses persalinan intervensinya.

6. Kaji tingkat pengetahuan, beri informasi tentang proses persalinan danpertolongan persalinan yang akan dilakukan.

7. Pengurangan rasa sakit (pain relief).

Berdasarkan hasil penelitian, pemberian dukungan fisik, emosional, dan psikologis selama persalinan akan dapat membantu mempercepatproses persalinan dan membantu ibu memperoleh kepuasan dalam melaluiproses persalinan

BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR 36

normal.Metode mengurangi rasa nyeri yang dilakukan secara terusmenerus dalam bentuk dukungan harus dipilih yang bersifat sederhana,biaya rendah, risiko rendah, membantu kemajuan persalinan, hasilkelahiran bertambah baik, dan bersifat sayang ibu.

Menurut Varney, pendekatan untuk mengurangi rasa sakit dapat dilakukan dengan cara:

a. Menghadirkan seseorang yang dapat memberikan dukungan selamapersalinan (suami, orang tua).

b. Pengaturan posisi: duduk atau setengah duduk, posisi merangkak,berjongkok, berdiri, berbaring miring ke kiri, relaksasi danpernapasan, istirahat, dan privasi.

c. Penjelasan mengenai proses/kemajuan/prosedur yang akan dilakukan,asuhan diri, dan sentuhan.

Ada beberapa teknik dukungan untuk mengurangi rasa sakit yaitu:

Dengan kehadiran seorang pendamping yang terus-menerus, sentuhan yangnyaman, dan dorongan dari orang yang memberikan support, perubahanposisi dan pergerakan, sentuhan dan massage, counterpressure untukmengurangi tegangan pada ligamen, pijatan ganda pada pinggul,penekanan pada lutut, kompres hangat dan kompres dingin, berendam,pengeluaran suara, visualisasi dan pemusatan perhatian (dengan berdoa), atau musik yang lembut dan menyenangkan ibu.

A. Perubahan Psikologi pada Kala I

Perubahan psikologis pada Kala I dipengaruhi oleh:

1. Pengalaman sebelumnya

2. Kesiapan emosi

3. Persiapan menghadapi persalinan (fisik, mental, materi, dan sebagainya)

BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR

37

4. Support system

5. Lingkungan

6. Mekanisme koping

7. Kultur

8. Sikap terhadap kehamilan

Kecemasan menghadapi persalinan intervensinya: kaji penyebab kecemasan, orientasikan ibu terhadap lingkungan, pantau tanda vital (tekanan darah dan nadi), ajarkan teknik-teknik relaksasi, dan pengaturan napas untuk memfasilitasi rasa nyeri akibat kontraksi uterus. Kurang pengetahuan tentang proses persalinan intervensinya: kaji tingkat pengetahuan, beri informasi tentang proses persalinan dan pertolongan persalinan yang akan dilakukan, daninformed consent.

Kemampuan mengontrol diri menurun (pada Kala I fase aktif) intervensinya: berikan support emosi dan fisik, libatkan keluarga (suami) untuk selalu mendampingi selama proses persalinan berlangsung .

Masalah psikologis yang mungkin terjadi:

1. Kecemasan menghadapi persalinan,intervensinya: kaji penyebab kecemasan, orientasikan ibu terhadap lingkungan , pantau tanda vital (tekanan darah dan nadi), ajarkan teknik-teknik relaksasi, pengaturan napas untuk memfasilitasi rasa nyeri akibat kontraksi uterus.

2. Kurang pengetahuan tentang proses persalinan,intervensinya: kaji tingkat pengetahuan, beri informasi tentang proses persalinan, dan pertolongan persalinan yang akan dilakukan, informed consent.

3. Kemampuan mengontrol diri menurun (pada kala I fase aktif),intervensinya: berikan support emosi dan fisik, libatkan keluarga (suami) untuk selalu mendampingi selama proses persalinan berlangsung.

BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR 38

4. Timbulnya rasa jengkel tidak nyaman, badan selalu kegerahan, dan tidak sabaran.

5. Sikap bermusuhan terhadap bayi.

6. Munculnya ketakutan menghadapi nyeri persalinan risiko saat melahirkan.

7. Adanya harapan-hrapan terhadap jenis kelamin bayi yang akan dilahirkan.

8. Kegelisahan dan ketakutan menjelang kelahiran bayi:

a. Takut mati

b. Trauma kelahiran

c. Perasaan bersalah

9. Ketakutan (takut cacat, bayi berasib buruk, beban hidup semakin berat dengan hadirnya bayi, takut kehilangan bayi).

Biasanya selama fase laten persalinan wanita mengalami emosi yang bercampur aduk, wanita merasa gembira, bahagia, dan bebas karena kehamilan dan penantian yang panjang akan segera berakhir, tetapi ia mempersiapkan diri sekaligus memiliki kekhawatiran tentang apa yang akan terjadi. Secara umum, dia tidak terlalu merasa tidak nyaman dan mampu menghadapi situasi tersebut dengan baik. Namun, untuk wanita yang tidak pernah mempersiapkan diri terhadap apa yang akan terjadi, fase laten persalinan akan menjadi waktu ketika ia banyak berteriak dalam ketakutan bahkan pada kontraksi yang paling ringan sekalipun dan tampak tidak mampu mengatasinya sampai, seiring frekuensi dan intensitas kontraksi meningkat, semakin jelas baginya bahwa ia akan segera bersalin.Bagi wanita yang telah banyak menderita menjelang akhir kehamilan dan pada persalinan palsu, respons emosionalnya terhadap fase laten persalinan kadang-kadang dramtis, perasaan lega, relaksasi, dan peningkatan kemampuan koping tanpa memerhatikan lokasi persalinan. Walaupun merasa letih, wanita itu tahu bahwa pada akhirnya ia benar-benar bersalin dan apa yang ia alami saat ini produktif.

BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR

39

Seiring persalinan melalui fase aktif, ketakutan wanita meningkat. Pada saat kontraksi semakin kuat lebih lama dan terjadi lebih sering, semakin jelas baginya bahwa semua itu berada di luar kendalinya. Dengan kenyataan ini, ia menjadi lebih serius.Wanita ingin seseorang mendampinginya karena ia takut ditinggal sendiri dan tidak mampu mengatasi kontraksi yang di atasi. Ia mengalami sejumlah kemampuan dan ketakutan yang tak dapat dijelaskan. Ia dapat mengatakan kepada Anda bahwa ia merasa takut, tetapi tidak menjelaskan dengan pasti apa yang ditakutinya.

Pada fase transisi biasanya ibu merasakan perasaan gelisah yang mencolok, rasa tidak nyaman menyeluruh, bingung, frustasi, emosi meledak-ledak akibat keparahan kontraksi, kesadaran terhadap martabat diri menurun drastis, mudah marah, menolak hal-hal yang ditawarkan kepadanya, rasa takut cukup besar.

Dukungan yang diterima atau tidak diterima oleh seorang wanita di lingkungan tempatnya melahirkan, termasuk dari mereka yang mendampinginya, sangat memengaruhi aspek psikologisnya pada saat kondisinya sangat rentan setiap kali kontraksi timbul juga pada saat nyerinya tibul secara kontinu.

Dukungan dan anjuran suami dan anggota keluarga yang lain untuk mendampingi ibu selama persalinan dan kelahiran. Anjurkan mereka untuk berperan aktif dalam mendukung dan mengenali langkah-langkah yang mungkin akan sangat membantu kenyamanan ibu. Hargai keinginan ibu untuk didampingi oleh teman atau saudara yang khusus (Enkin, et al, 2000).

Keluarga dapat pula memberikan support kepada ibu dengan cara mengucapkan kata-kata yang membesarkan hati dan pujian kepada ibu, membantu ibu bernapas pada saat kontraksi, memijat punggung kaki atau kepala ibu dan tindakan-tindakan bermanfaat lainnya, menyeka muka ibu dengan lembut menggunakan kain yang dibasahi air hangat atau dingin, dan menciptakan suasana kekeluargaan dan rasa aman (Pusdiknakes, 2004).

BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR 40

B. Perubahan Psikologi pada Kala II

1. Bahagia

Karena saat-saat yang telah lama di tunggu akhirnya datang juga yaitu kelahiran bayinya dan ia merasa bahagia karena merasa sudah menjadi wanita yang sempurna (bisa melahirkan, memberikan anak untuk suami, dan memberikan anggota keluarga yang baru), bahagia karena bisa melihat anaknya.

2. Cemas dan Takut

a. Cemas dan takut kalau terjadi bahaya atas dirinya saat persalinan karena persalinan di anggap sebagai suatu keadaan antara hidup dan mati.

b. Cemas dan takut karena pengalaman yanglalu.

c. Takut tidak dapat memenuhi kebutuhan anaknya.

Jalan yang bisa di tempuh untuk mengatasi hal ini:

1. Dari Diri Sendiri (Ibu)

Mempersiapkan semuanya dengan baik (sejak awal kehamilan memang sudah di rencanakan baik fisik maupun mental).

2. Dari Orang Lain

a. Mengurangi ketegangan (mengajak bicara atau bercanda).

b. Meyakinkan bahwa hal ini merupakn suatu hal yang normal.

c. Memberi bantuan moral (dengan mempersilakan suami untuk mendampingi ibu).

d. Selalu membimbing ibu disaat kesakitan

e. Memberikan semangat kepada ibu dan meyakinkan bahwa semua akan baik-baik saja dan akan cepat berlalu.

f. Menambah kekuatan ibu (dengan mempersilakan ibu untuk minum di sela-sela istirahatnya setelah mengejan).

BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR

41

C. Perubahan Psikologi pada Kala III

Perubahan psikologi pada Kala III persalinan, nyeri mulai berkurang dan saat pelepasan plasenta ibu merasa gelisah, lelah, dan ingin segera melihat bayinya.

1. Ibu ingin melihat, menyentuh dan memeluk bayinya.

2. Merasa gembira, lega dan bangga akan dirinya, juga merasa sangat lelah.

3. Memusatkan diri dan kerap bertanya apakah vaginanya perlu dijahit.

4. Menaruh perhatian terhadap plasenta.

Aktivitas Istirahat:

1. Perasaan bisa berkisar dari kelelahan sampai kesenangan.

2. Masih melaporkan nyeri dan ketidaknyamanan.

Intervensi:

Mengurangi nyeri akut berhubungan dengan trauma jaringan dan respon fisiologis sesudah melahirkan;

1. Bantu dengan tehnik relaksasi

2. Kompres es pada perineum

3. Beri penghangat

D. Perubahan Psikologi pada Kala IV

1. Reaksi emosional dapat bervariasi atau berubah-ubah:

2. Kurang minat

3. Menjauh

4. Tidak ada kedekatan

5. Kecewa

6. Dapat mengekspresikan masalah atau minta maaf untuk perilaku inpartu atau kehilangan kontrol.

BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR 42

7. Dapat mengekspresikan kecemasan atas kondisi bayi atau perawatan segera pada neonatal.

8. Inisiasi dini dan motivasi untuk ASI eksklusif.

LATIHAN SOAL

1. Seorang perempuan usia 25 tahun melahirkan 2 hari yang lalu di BPM, mengeluh perut mulas dan sulit tidur.Agar ibu dalam melewati proses persalinannya merasa nyaman, maka hal yang dapat dilakukan bidan dan keluarga sebagai wujud asuhan sayang ibu adalah....

a. Memarahi ibu saat mersakan kesakitan

b. Tidak menunggui ibu saat proses persalinan

c. Tidak memberikan makan atau minum pada ibu

d. Memberikan dukungan emosional

2. Seorang perempuan usia 25 tahun melahirkan 2 hari yang lalu di BPM, mengeluh perut mulas dan sulit tidur. Peristiwa di bawah ini yang merupakan bentuk asuhan sayang ibu yaitu ....

a. Bidan menganjurkan pada keluarga untuk memberikan cairan dan nutrisi pada ibu bersalin

b. Bidan melakukan tindakan kateterisasi secara rutin agar ibu bisa BAK

c. Bidan melakukan enema pada setiap ibu inpartu

d. Bidan melakukan pencukuran rambut pubis pada setiap ibu bersalin

3. Seorang perempuan usia 25 tahun melahirkan 2 hari yang lalu di BPM, mengeluh perut mulas dan sulit tidur. Diketahui seorang ibu inpartu hamil anak pertama, mengeluh mengeluarkan lendir bercampur darah dari kemaluannya. Saat dilakukan pemeriksaan VT oleh bidan, mulai saat pasien datang mengalami pembukaan satu dipantau sampai ibu mengalami pembukaan lengkap. Berdasarkan teori, hal tersebut merupakan ....

a. Tahapan persalinan pada kala 1

BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR

43

b. Tahapan persalinan pada kala 2

c. Tahapan persalinan pada kala 3

d. Tahapan persalinan pada kala 4

4. Seorang perempuan usia 25 tahun melahirkan 2 hari yang lalu di BPM, mengeluh perut mulas dan sulit tidur. Bidan Sinta menganjurkan ibu bersalin untuk mengubah posisi miring kanan atau kiri, agar ibu merasa lebih nyaman. Berdasarkan kasus di atas, tindakan yang dilakukan bidan adalah wujud dari....

a. Membuat keputusan klinik

b. Tindakan pencegahan infeksi

c. Asuhan sayang ibu

d. Tindakan pendokumentasian

5. Seorang perempuan usia 25 tahun melahirkan 2 hari yang lalu di BPM, mengeluh perut mulas dan sulit tidur.Melaksanakan asuhan kebidanan pada ibu bersalin kala I.Perubahan secara fisik pada kala I persalinan disebut juga .…

a. Perubahan fisiologis

b. Perubahan psikologis

c. Semua jawaban salah

d. Semua jawaban benar

6. Seorang perempuan usia 25 tahun melahirkan 2 hari yang lalu di BPM, mengeluh perut mulas dan sulit tidur.Perubahan psikologis pada kala I dipengaruhi oleh….

a. Persiapan menghadapi persalinan

b. Lingkungan

c. Kesiapan emoya.

d. Benar semua

7. Seorang perempuan usia 25 tahun melahirkan 2 hari yang lalu di BPM, mengeluh perut mulas dan sulit tidur.Yang dapat dilakukan bidan untuk mengatasi perubahan psikologis pada ibu bersalin adalah….

a. Memberikan informasi tentang keadaan ibu dan janinnya

b. Memberikan support

BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR 44

c. Menghadirkan pendamping persalinan yaitu suami dan/atau keluarga

d. Semua jawaban benar

8. Seorang perempuan usia 25 tahun melahirkan 2 hari yang lalu di BPM, mengeluh perut mulas dan sulit tidur.Masalah psikologis yang mungkin terjadi pada kala I yaitu ….

a. Ibu mengatakan merasa nyaman

b. Ibu mengatakan mampu mengontrol diri

c. Ibu mengatakan cemas menghadapi persalinan

d. Semua jawaban salah

9. Bidan menganjurkan pada ibu untuk mengatur posisi yang nyaman selama persalinan. Hal tersebut merupakan kebutuhan….

a. Kebutuhan fisik dan psikologis

b. Kebutuhan primer

c. Kebutuhan mendesak

d. Kebutuhan sekunder

10. Jika diketahui seorang ibu datang ke bidan pada tanggal 9 April 2011, pukul 09.00 WIB.Mengeluh mengeluarkan cairan lendir berwarna putih disertai darah dari kemaluannya sejak 2 jam yang lalu. Setelah dilakukan pemeriksaan oleh bidan, terdapat pembukaan serviks 5 cm dan his 4x 40”/10’. Apakah hal tersebut termasuk kondisi fisiologis pada ibu bersalin kala 1… dan diagnosis apa yang tepat untuk ibu tersebut….

a. Fisiologis; KPD

b. Patologis; KPD

c. Fisiologis; inpartu kala 1 fase aktif

d. Fisiologis inpartu kala 1 fase laten

BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR

45

BAB III

PEMERIKSAAN LABORATORIUM SEDERHANA

Beberapa pemeriksaan laboratorium yang penting dilakukan ketika ibu bersalindi antaranya:

1. Uji Urine (Air Seni)

Tujuan dari pemeriksaan urine adalah untuk mendeteksi bila terjadi infeksi saluran kemih dan kelainan lainnya yang terdapat pada saluran kemih. Selain itu, dapat mendeteksi kelainan sistematik yang bermanifestasi di urine. Adanya infeksi di saluran kemih, haruslah diwaspadai karena dapat menyebabkan kontraksi dan kelahiran prematur atau ketuban pecah terlalu dini. Infeksi saluran kemih dapat terjadi akibat organ intim yang kurang bersih. Tes urine dapat dilakukan oleh ibu hamil pada trimester pertama atau trimester kedua kehamilan.

2. Darah Lengkap

Pemeriksaan ini merupakan tes yang digunakan untuk mendeteksi adanya kelainan pada darah dan unsur di dalamnya yang dapat menggambarkan kondisi tubuh secara umum. Pemeriksaan ini dapat dilakukan pada trimester pertama, kedua, dan saat persalinan.

Kelainan yang dapat terdeteksi melalui pemeriksaan lab oratorium ini antara lain anemia (hemoglobin rendah) yang

BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR 46

biasanya terjadi pada ibu hamil, kekurangan zat besi, kekurangan asam folat, dan talasemia yang merupakan kelainan produksi hemoglobin yang bersifat genetik.

3. Pemeriksaan Kadar Glukosa dalam darah.

Tujuan pemeriksaan laboratorium ini untuk mengetahui apakah terjadi DMG (diabetes mellitus gestasional) kencing manis dalam kehamilan. Pemeriksaan glukosa ini dilakukan pada trimester pertama atau saat pertama terdiagnosis hamil. Juga ketika usia 24-28 minggu.

4. Pemeriksaan Virus Hepatitis

Pemeriksaan laboratorium terhadap kemungkinan terdapatnya virus hepatitis sangat diperlukan di saat kehamilan. Karena virus hepatitis sangat potensial untuk ditularkan kepada janin di dalam kandungan.

5. Pemeriksaan Virus HIV

Seperti virus hepatitis, virus HIV juga berpotensi menular pada janin. Jika ibu hamil terinfeksi HIV, harus segera diterapi dengan anti HIV dan persalinananya dilakukan melalui bedah sesar untuk mencegah bayi tertular virus HIV. Tes ini dilakukan pada trimester pertama.

LATIHAN SOAL

1. Seorang perempuan berusia 21 tahun, hamil anak pertama 7 bulan datang ke Polindes bersama suami, mengeluh sering pusing, mata berkunang-kunang, badan terasa lemas, dan cepat lelah sejak 2 minggu yang lalu, hasil pemeriksaan tanda vital dalam batas normal. Konjungtiva terlihat pucat. Apakah pemriksaan penujang yang sebaiknya di lakukan pada kasus tersebut?

a. HB sahli

b. Protein unaria

BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR

47

c. Urinee protein

d. Glukosa darah

e. Golongan darah

2. Seorang perempuan berusia 23 tahun hamil 8 bulan datang ke BPM bersama suami, untuk memeriksakan kehamilanya, mengeluh sering pusing dan cepat lelah. Hasil pemeriksaan tanda vital dalam batas normal, pemeriksaan fisik kontungtiva pucat, TFU 30 cm, letak kepala, DJJ (+) 140 x/m.Apakah pemeriksaan penujang yang tepat pada kasus tersebut?

a. Darah

b. Hemoglobin

c. Trombosit darah

d. Laju endap darah

e. Gula darah

3. Seorang wanita berusia 28 tahun G3 P2 A0 H2 datang ke klinik dokter spesialis kandungan diantar oleh suaminya. Ibu datang dengan keluhan sering sakit kepala dan sakit pada ulu hantinya dan bukan sering pusing. Di dapatkan hasil pemeriksaan TD :140/100 mmHg, N :70 x/I, P: 22 x/I, S :37 c. Pemeriksaan apakah yang paling tepat di lakukan untuk ibu tersebut untuk menegakkan diagnose….

a. skintess

b. protein urinee

c. glukosa

d. gula darah

e. USG

4. Ny. Rina berumur 30 tahun G3P2A0 datang ke tempat praktik anda pada tanggal 11 Juni 2011 mengeluh mual muntah, dan tidak mendapatkan haid. Data yang diperoleh dari pemeriksaan HPHT 21 Maret 2011, KU ibu baik TD 110/70 mmHg, N 84

BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR 48

x/menit, R 24 x/menit, S 36oC. Pemeriksaan penunjang yang perlu anda lakukan terhadap Ny.Rina adalah ….

a. PP test

b. Urine aceton

c. Urine reduksi

d. Urine protein

5. Ny. Tetiberumur 28 tahun G2 P1 A0 hamil 36 minggu datang ke BPS diantar oleh keluarganya, dengan tidak sadar, saat dirumah Ny. Teti mengalami kejang-kejang. Hasil pemeriksaan dilakukan oleh bidan didapatkan TD 160/110 mmHg, N 100 x/mnt, R 16 x/ mnt, DJJ irreguler, TFU 3 jari di bawah Px, presentasi kepala, punggung kanan, dan oedema pada wajah, tangan dan kaki.Diagnosis yang sesuai keadaan Ny. Teti adalah ….

a. Eklampsia

b. Pre eklampsia berat

c. Pre eklampsia ringan

d. Pre eklampsia sedang

6. Untuk menunjang diagnosis pada kasus Ny. Teti diperlukan pemeriksaan adalah ….

a. Hb darah

b. Darah rutin

c. Protein urine

d. Urine reduksi

7. Ny. Brina berumur 30 tahun, P2A0,datang ke klinik dengan keluhan demam,nyeri perut bagian bawah dan sekitar panggul, dan sering mengeluarkan cairan dari jalan lahir setelah haid dan post coital.Nyerisaat haid sudah 1 tahun,ibu tidak menjadi akseptor KB. Dari pemeriksaan di dapat hasil T: 120/80 mmHg, N: 84x/mnt,RR: 24x/mnt,S: 400c dan terdapat nyeri tekan pada perut bagian bawah.Pemeriksaan penunjang yang perlu dilakukan untuk menegakkan diagnosis adalah….

BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR

49

a. USG

b. Urinealisis

c. Tes kehamilan

d. Darah lengkap

8. Seorang wanita G5 P4 A0 H datang ke BPM dengan keluhan sering merasa pusing, cepat lelah, mata berkunang-kunang apalagi ketika bangun dari duduk, dan nafsu makan berkurang. Hasil pemeriksaan TD 90/60 mmHg, N 85 x/I, napas 25 x/I, konjungtiva terlihat pucat. TFU 3 jari di atas pusat. Hasil pemeriksaan lab HB 9 gr %. Apakah diagnosis yang paling tepat pada kasus di atas?

a. Ibu hamil dengan anemia ringan

b. Ibu hamil dengan anemia sedang

c. Ibu hamil dengan anemia berat

d. Ibu hamil dengan pre eklampsia ringan

e. Ibu hamil dengan pre eklampsia berat

9.Seorang perempuan G5 P4 A0 H4 datang ke BPM dengan keluhan sering merasa pusing, cepat lelah, mata berkunang-kunang apalagi ketika bangun dari duduk dan nafsu makan berkurang. Hasil pemriksaan TD 90/60 mmHg, nadi 85 x/I, napas 25 x/I, konjungtiva terlihat pucat. TFU 3 jari di atas pusat. Hasil lab Hb 9 gr %. Apakah penatalaksanaan yang paling tepat pada kasus di atas?

a.Memberikan ibu tablet Fe dengan dosis 1x1

b.Menganjurkan ibu agar lebih sering melakukan ANC

c.Menganjurkan ibu agar mengkomsumsi tomat

d.Menganjurkan ibu untuk menguarangi aktivitasnya

e.Memberikan penyuluhan kepada ibu tentang gizi yang baik

10. Seorang ibu berusia 31 tahun bernama Ny. Lila, datang keklinik bidan, dengan diantar suaminya. Ibu tersebut datang dengan keluhan 2 bulan tidak datang haid, dan mual muntah setiap

BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR 50

paginya sejak 2 hari yang lalu. Ibu tersebut memiliki anak pertama yang berusia 2 tahun dan tidak pernah mengalami keguguran. Pada pemeriksaan yang dilakukan didapatkan hasil. TD 100/70 mmHg, N : 60x/I. P :16 x/I, S:37 c, ball (+), dan dilakukan pemeriksaan planotes hasilnya positif (+). Dari skenario di atas diagnosis yang paling tepat untuk Ny. Lila adalah ....

a. Mual muntah biasa

b. Morning sickness

c. Molahidatidosa

d. Tanda-tanda hamil

e. Hamil muda

BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR

51

BAB IV

FAKTOR YANG MEMENGARUHI PERSALINAN DAN LAKTASI

Faktor-faktor yang memengaruhi persalinan:

A. Passage

Passage atau faktor jalan lahir dibagi atas:

1. Bagian keras:tulang-tulang panggul (rangka panggul).

2. Bagian lunak: otot-otot, jaringan-jaringan dan ligamen-ligamen.

1. Rangka Panggul/Ukuran Panggul

a. Tulang Panggul

Os coxae: os ilium, os ischium, os pubis

Os sacrum = promontorium

Os coccygis

b. Artikulasi

Simfisis pubis, di depan pertemuan os pubis

Artikulasi sakro-iliaka yang menghubungkan os sacrum & os ilium

Artikulasi sakro-koksigium yang menghubungkan os sacrum dan koksigis

BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR 52

c. Ruang Panggul

Pelvis mayor (False pelvis) Pelvis mayor terletak di atas linea terminalis yang di bawahnya disebut pelvis minor.

Pelvis minor (True pelvis)

d. Pintu Panggul

Pintu atas panggul (PAP) = Inlet, dibatasi oleh linea terminalis (linea inominata).

Ruang tengah panggul (RTP) kira-kira pada spina ischiadika, disebut midlet.

Pintu bawah panggul (PBP) dibatasi simfisis dan arkus pubis, disebut outlet.

Ruang panggul yang sebenarnya berada antara inlet dan outlet.

e. Sumbu Panggul

Adalah garis yang menghubungkan titik-titik tengah ruang panggul yang melengkung ke depan (sumbu carus).

f. Bidang-Bidang

Bidang Hodge I: jarak antara promontorium dan pinggir atas simfisis, sejaja dengan PAP.

Bidang Hodge II: sejajar dengan PAP, melewati pinggir bawah simfisis.

Bidang Hodge III: sejajar dengan PAP, melewati Spina ischiadika.

Bidang Hodge IV: sejajar dengan PAP, melewati ujung coccygeus.

g. Ukuran-Ukuran Panggul

Alat Pengukur Ukuran Panggul:

(1) pita meter

BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR

53

(2) jangka panggul: Martin, Oseander, Collin dan Baudeloque

(3) pelvimetri klinis dengan periksa dalam

(4) pelvimetri rontenologis dibuat oleh ahli radiology dan hasilnya diinterpretasikan oleh ahli kebidanan

h. Ukuran-Ukuran Panggul Luar:

DS : Distansia Spinarum, yaitu jarak antara kedua spina iliaka anterior superior ukuran normalnya 24-26 cm.

DC : Distansia Cristarum, yaitu jarak antara kedua crista iliaka kanan dan kiri ukuran normalnya 28-30 cm.

CE : Conjugata Eksterna (Boudeloque) jarak antara tepi atas simfisis dengan tulang lumbal ke-5, ukuran normalnya 18-20 cm.

CD : Conjugata Diagonalis, dengan periksa dalam ukuran normalnya 12,5 cm.

DT : Distansia Tuberum, dengan menggunakan jangka oseander ukuran normalnya 10,5 cm.

i. Ukuran-Ukuran Panggul Dalam

Pintu atas panggul: merupakan suatu bidang yang dibentuk oleh promontorium, line inominata dan pinggir atas simfisis pubis.

(1) Conjugata Vera : dengan melakukan periksa dalam diperoleh conjugata diagonalis 11 cm-1,5 cm.

(2) Conjugata Transversa 12-13 cm.

(3) Conjugata oblique 13 cm.

(4) Conjugata obstetrica adalah jarak bagian tengah simfisis ke promontorium.

BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR 54

Pintu tengah panggul

(1) Bidang terluas ukurannya 13 x 12,5 cm

(2) Bidang sempit ukurannya 11,5 x 11 cm

(3) Karak antar spina ischiadika 11 cm

Pintu bawah panggul

(1) Ukuran antero-posterior 10-11 cm

(2) Ukuran melintang 10,5 cm

(3) Arcus pubis membentuk sudut 900 lebih

j. Inklinasi Pelvis (miring panggul):

Adalah sudut yang dibentuk dengan horizon bila wanita berdiri tegak dengan inlet 55-60 derajat.

k. Jenis Panggul (Menurut Caldwell & Moloy, 1933)

Didasarkan pada ciri-ciri bentuk PAP, ada 4 bentuk dasar panggul:

Ginekoid : paling ideal, bulat 45%

Android : panggul pria, segitiga 15%

Antropoid : agak lonjong seperti telur 35%

Platipeloid : picak, menyempit arah muka belakang 5%

Terkadang dijumpai bentuk panggul kombinasi dari keempat bentuk klasik tersebut, misalnya:

Jenis gineko-android

Jenis gineko-antropoid

Dan kombinasi-kombinasi lainnya (ada 14 jenis)

2. Jalan Lahir Lunak/Otot-Otot Dasar Panggul

Jalan lahir lunak yang berperan dalam persalinan adalah SBR, serviks uteri, dan vagina. Di samping itu otot-

BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR

55

otot, jaringan ikat dan ligamen yang menyokong alat-alat urogenetal juga sangat berperan dalam persalinan.

Dasar panggul (pelvic floor) terdiri dari:

a. Diafragma pelvis : adalah bagian dalam yang terdiri dari M. Levator Ani & M. Pubococcygeus, M. Ileococcygeus & M. Ischiococcygeus

b. Diafragma urogenetal terdiri dari perineal fasciae otot-otot superficial.

B. Power

Adalah kekuatan yang mendorong janin keluar. Kekuatan yang mendorong janin keluar dalam persalinan ialah his, kontraksi otot-otot perut, kontraksi diafragma, dan aksi dari ligament, dengan kerjasama yang baik dan sempurna.

1. HIS (kontraksi uterus)

Adalah kontraksi uterus karena otot-otot polos rahim bekerja dengan baik dan sempurna dengan sifat-sifat: kontraksi simetris, fundus dominan, kemudian diikuti relaksasi. Pada saat kontraksi otot-otot rahim menguncup sehingga menjadi tebal dan lebih pendek. Kavum uteri menjadi lebih kecil mendorong janin dan kantung amnion ke arah bawah rahim dan serviks. Sifat-sifat lainnya dari his adalah:

a. Involuntir

b. Intermitten

c. Terasa sakit

d. Terkoordinasi dan simetris

Dalam melakukan observasi pada ibu bersalin, hal-hal yang harus diperhatikan dari his adalah:

a. Frekuensi his: jumlah his dalam waktu tertentu biasanya per menit atau per 10 menit.

BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR 56

b. Intensitas his: kekuatan his (adekuat atau lemah).

c. Durasi (lama his): lamanya setiap his berlangsung dan ditentukan dengan detik, misalnya 50 detik.

d. Interval his: jarak antara his satu dengan his berikutnya, misalnya his datang tiap 2-3 menit.

e. Datangnya his: apakah sering, teratur atau tidak.

Perubahan-perubahan akibat his:

a. Pada uterus dan serviks: Uterus teraba keras/padat karena kontraksi. Serviks tidak mempunyai otot-otot yang banyak, sehingga setiap muncul his maka terjadi pendataran (effacement) dan pembukaan (dilatasi) dari serviks.

b. Pada ibu: rasa nyeri karena iskemia rahim dan kontraksi rahim, terdapat pula kenaikan nadi dan tekanan darah.

c. Pada janin: pertukaran oksigen pada sirkulasi utero–plasenter kurang sehingga timbul hipoksia janin. Denyut jantung janin melembat dan kurang jelas didengar karena adanya iskemia fisiologis. Kalau betul-betul terjadi hipoksia yang agak lama, misalnya pada kontraksi tetanik, maka terjadi gawat janin asfiksia dengan denyut jantung janin di atas 160 per menit dan tidak teratur.

2. Tenaga Mengejan

Setelah pembukaan lengkap dan setelah ketuban pecah tenaga yang mendorong anak keluar selain his, terutama disebabkan oleh kontraksi otot-otot dinding perut yang mengakibatkan peninggian tekanan intraabdominal.Tenaga ini serupa dengan tenaga mengejan waktu kita buang air besar tapi jauh lebih kuat lagi. Saat kepala sampai pada dasar panggul, timbul suatu reflek yang mengakibatkan ibu menutup glotisnya, mengontraksikan otot-otot perutnya dan menekan diafragmanya ke bawah. Tenaga mengejan ini hanya dapat berhasil bila pembukaan sudah lengkap dan paling efektif sewaktu ada his. Tanpa tenaga mengejan ini anak tidak dapat lahir, misalnya pada penderita yang lumpuh otot-otot

BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR

57

perutnya, persalinan harus dibantu dengan forceps. Tenaga mengejan ini juga melahirkan plasenta setelah plasenta lepas dari dinding rahim.

C. Passanger

Faktor lain yang berpengaruh terhadap persalinan adalah faktor janin, yang meliputi sikap janin, letak janin, presentasi janin, bagian terbawah, dan posisi janin.

1. Sikap (Habitus):

Menunjukkan hubungan bagian-bagian janin dengan sumbu janin, biasanya terhadap tulang punggungnya. Janin umumnya dalam sikap fleksi di mana kepala, tulang punggung, dan kaki dalam keadaan fleksi, lengan bersilang di dada.

2. Letak (Situs):

Adalah bagaimana sumbu janin berada terhadap sumbu ibu misalnya letak lintang di mana sumbu janin tegak lurus pada sumbu ibu. Letak membujur di mana sumbu janin sejajar dengan sumbu ibu, ini bisa letak kepala atau letak sungsang.

3. Presentasi:

Dipakai untuk menentukan bagian janin yang ada di bagian bawah rahim yang dijumpai pada palpasi atau pada pemeriksaan dalam. Misalnya presentasi kepala, presentasi bokong, presentasi bahu, dan lain-lain.

a. Bagian terbawah janin:

Sama dengan presentasi hanya lebih diperjelas istilahnya.

b. Posisi janin

Untuk indikator atau menetapkan arah bagian terbawah janin apakah sebelah kanan, kiri, depan, atau belakang terhadap sumbu ibu (materal–pelvis). Misalnya

BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR 58

pada letak belakang kepala (LBK) ubun-ubun kecil (uuk) kiri depan, uuk kanan belakang.

D. Psikis Ibu

Pada proses kelahiran, suami yang bertanggung jawab pun tak kalah repot dan tegangnya dalam mempersiapkan saat-saat kelahiran janin dibanding sang istri. Banyak sekali yang harus dilakukan suami untuk mempersiapkan saat-saat kelahiran janin, dibanding sang istri. Banyak sekali yang harus dilakukan suami untuk mempersiapkan masa genting ini, seperti menyediakan biaya persalinan, kebutuhan hidup calon bayi, pemulihan kesehatan ibu, hingga persiapan akikah calon bayi. Selanjutnya, suami pun bertanggung jawab mempersiapkan kekuatan mental istri untuk melahirkan. Harus diingat bahwa ini adalah saat perjuangan hidup dan mati istri bagi keluarganya. Suami harus banyak memberikan perhatian, dorongan, serta motivasi kepada istrinya menghadapi masa sulit ini. Beberapa cara bisa ditempuh, seperti mengikutkan istri ke dalam kelas pelatihan prenatal (pendidikan pra kelahiran) yang banyak diselenggarakan di rumah sakit, hingga turut menemani proses kelahiran itu sendiri. Adalah satu hal yang sangat positif jika suami bisa ikut hadir saat proses kelahiran. Kehadiran suami ini, walau sekadar menemani, memegang tangan istri dan membisikkan kata-kata penghibur kepada istri, akan memberikan dorongan kekuatan mental ekstra bagi istri. Walaupun tak dapat mengurangi rasa sakit, tetapi kekuatan mental yang diperoleh istri akan membuatnya lebih kuat menahan sakit, yang pada akhirnya akan mempermudah proses kelahiran. Mengenai keterlibatan suami pada proses kelahiran yang sekarang mulai banyak disadari orang ini, para ahli mengatakan bahwa selain bermanfaat untuk istri, ini pun bermanfaat bagi suami sendiri. Ketika suami menyaksikan kesakitan yang diderita istri, perjuangan beratnya melawan maut, maka kelak suami akan lebih mampu menghargai dan memahami perasaan istrinya. Selain itu, akan tumbuh perasaan khusus dalam hati suami terhadap sang bayi, sehingga akan lebih mengakrabkan ikatan batin antara ayah dan anak (Maulana, 2007).

BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR

59

E. Penolong

Penolong persalinan berpengaruh terhadap proses persalinan karena penolong sebagai instruktur saat proses persalinan berlangsung. Ibu dan keluanga biasanya mengharapkan penolong persalinan bisa memberikan yang terbaik selama proses persalinan. Ada aspek yang harus dijalankan penolong saat proses persalinan yang di kenal dengan lima benang merah dalam asuhan persalinan dan kelahiran bayi yaitu:

1. Membuat Keputusan Klinik

Membuat keputusan klinik dihasilkan melalui rangkaian proses dan metode yang sistematik menggunakan informasi dan hasil dari olah kognitif dan intuitif serta dipadukan dengan kajian teori dan intervensi berdasarkan bukti (evidence based)

2. Asuhan Sayang Ibu dan Bayi

Asuhan sayang ibu adalah asuhan yang menghargai budaya, kepercayaan, dan keinginan ibu. Cara yang paling mudah membayangkan mengenai asuhan sayang ibu adalah menanyakan pada diri kita, “Seperti inikah asuhan yang ingin saya dapatkan”. Prinsip asuhan sayang ibu adalah melibatkan suami dan keluarga selama proses persalinan dan kelahiran bayi.

3. Pencegahan Infeksi

Tindakan-tindakan pencegahan infeksi dalam pelayanan asuhan persalinan bertujuan meminimalkan infeksi yang disebabkan oleh mikroorganisme dan menurunkan risiko penularan penyakit yang mengancam jiwa seperti hepatitis dan HIV/AIDS.

4. Pencatatan (Rekam Medik) Asuhan Persalinan

Catat semua asuahan persalinan yang telah deberikan, pencatatan merupakan bagian penting dari membuat keputusan klinik karena memungkinkan penolaong

BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR 60

persalinan untuk terus-menerus memperhatikan asuhan yang diberikan selama proses persalinan dan kelahiran bayi.

5. Rujukan

Rujukan dalam kondisi optimal dan tepat waktu ke fasilitas rujukan atau fasilitas yang memiliki sarana lebih lengkap, diharapkan mampu menyelamatkan jiwa ibu dan bayi. Meski sebagian besar persalinan bejalan normal namun sekitar 10-15% mengalami masalah sehingga diperlukan rujukan.

LATIHAN SOAL

1. Hal yang dilakukan bidan jika diketahui ibu bersalin mengalami kesempitan panggul adalah .…

a. Melakukan rujukan

b. Memberikan pertolongan persalinan mandiri.

c. Melakukan pertolongan persalinan di rumah pasien.

d. Semua jawaban salah.

2. Dasar panggul gynecoid adalah bentuk panggul yang khas bagi wanita dan normal untuk dilalui bayi dengan mempunyai ciri ….

a. Bila diukur diameter sagitalis posterior hanya sedikit lebih pendek dari diameter sagitalis anterior dan pubis luas.

b. Bila diukur diameter sagitalis posterior jauh lebih pendek dari diameter sagitalis anterior.

c. Bila diukur diameter antero posterior dari PAP lebih besar dari diameter tranversa hingga bentuk PAP lonjong ke depan

d. Bila diukur teraba segmen anterior lebar, sacrum melengkung, incisura ischiadica lebar.

BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR

61

3. Diketahui seorang bidan melakukan pemeriksaan UPL saat pasien tersebut datang melakukan ANC pada bidan Seli. Hasil pemeriksaan UPL sebagai berikut, antara lain Distansia Spinarum = 20 cm; Distansia Cristarum = 24 cm; Bodeloque = 18 cm; Lingkar panggul 78 cm. Bagaimana keadaan pasien jika ditinjau berdasarkan teori?

a. Dapat bersalin secara normal

b. Ada kemungkinan mengalami kesulitan bersalin normal

c. Merupakan keadaan yang fisiologis

d. Semua jawaban benar

4. Berdasarkan kasus di atas, maka diagnosis nomenklatur untuk pasien tersebut adalah…

a. CPD

b. Panggul sempit

c. Semua jawaban benar

d. Semua jawaban salah

5. His atau tenaga mengejan merupakan faktor ....

a. Passage

b. Power

c. Passanger

d. Ukuran panggul

6. Anamnesa yang perlu ditanyakan pada ibu yang dapat memengaruhi power ibu saat bersalin, kecuali ….

a. UPL

b. His

c. Keadaan umum

d. Paritas

7. Agar ibu mempunyai power saat bersalin, maka tindakan yang dapat diberikan bidan adalah…

BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR 62

a. Menyiapkan ruangan yang bersih

b. Memberikan obat-obatan tanpa indikasi

c. Memberikan posisi telentang

d. Memberikan cairan dan nutrisi

8. Yang benar tentang kontraksi braxton hicks adalah .…

a. Saat dilakukan pemeriksaan oleh bidan, his yang timbul, biasanya disertai dengan keinginan ibu untuk mengejan.

b. Saat dilakukan pemeriksaan oleh bidan, diketahui his bersifat tidak teratur, tidak menyebabkan nyeri yang memancar dari pinggang ke perut bagian bawah.

c. Hasil pemeriksaan bidan, diketahui bahwa his semakin sering dengan frekuensi 3 x 35”/ 10’, disertai keinginan ibu untuk meneran.

d. Dari pemantauan bidan, diketahui his yang timbul, mendorong anak keluar dari rahim ibu.

9. Diketahui, ibu terlihat dehidrasi, his semakin berkurang. Berdasarkan peristiwa tersebut, faktor apakah yang memengaruhi keadaan ibu?

a. Passage

b. Passenger

c. Power

d. Psikologis

10. Plasenta termasuk faktor .…

a. His

b. Kekuatan mengejan/power Ibu

c. Passage dan passenger

d. Peningkatan prostaglandin

BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR

63

BAB V

KEBUTUHAN DASAR IBU MASA PERSALINAN

Asuhan Sayang Ibu Sebagai Kebutuhan Dasar Persalinan

Banyak ibu hamil merasakan bahwa persalinan merupakan proses yang cukup menakutkan untuk dilalui, tetapi ada juga ibu hamil yang mengatakan bahwa proses melahirkan adalah merupakan kodrat wanita yang mudah untuk dilalui. Mudah atau sulitnya suatu proses persalinan tergantung oleh banyak faktor, salah satunya adalah ibu hamil cukup pengetahuan untuk menghadapi persalinan, kesehatan yang cukup baik, dan dukungan yang cukup dari berbagai pihak, serta adanya perasaan nyaman saat melahirkan. Persalinan merupakan tugas berat yang harus dilakukan oleh seorang ibu hamil. Diperlukan segenap tenaga dan pikiran untuk melaksanakannya. Rasa sakit, lelah, tegang, dan hal lainnya membayangi proses persalinan yang dihadapi.

Dukungan yang bisa diberikan dalam proses persalinan yaitu:

1. Mengatur Posisi

Mencari posisi yang paling nyaman sesuai dengan waktunya dan perhatikan perbedaan tentang cara ibu hamil mengatasi nyeri persalinan. Pada tahap awal, ketika kontraksi relatif masih ringan usahakan untuk berjalan, duduk, bergoyang, atau berendam. Dengan meningkatnya kontraksi, duduk, bergoyang (di kursi goyang) atau berbaring kerap kali merupakan hal paling nyaman. Rasa nyeri yang paling berat adalah pada

BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR 64

punggung dan ini sering bisa diredakan dengan duduk tegak, dengan lengan memeluk pendamping, atau dengan mengambil posisi merangkak. Posisi perlu diubah-ubah selama proses persalinan, hal ini baik untuk memperbaiki peredaran darah dan membantu pencegahan kelelahan otot.

2. Titik Pusat Perhatian

Bawalah sesuatu dari rumah sebagai titik pusat perhatian secara visual selama kontraksi. Foto atau gambar yang membuat pikiran menjadi tenang merupakan pilihan yang baik. Sering kali sangat besar manfaatnya mendengarkan musik dengan lagu-lagu kesayangannya. Banyak ibu hamil tidak menggunakan titik pusat perhatian, lebih suka memejamkan mata atau memusatkan perhatian pada penolong persalinan. Tetapi Anda mungkin akan mendapat rasa nyeri berkurang ketika Anda mengalihkan perhatian ke titik pusat perhatian, maka pilihlah salah satu untuk menyertai Anda dalam proses persalinan.

3. Kompres

Pada awal persalinan kehangatan terasa lebih nyaman pada otot yang bekerja keras. Gunakanlah waslap yang dicelupkan dalam air hangat dan letakkan pada punggung, leher, atau perut. Kemudian setelah mulai kontraksi pada tahap transisi atau ketika mengejan membuat ibu hamil merasa kepanasan, lakukan kompres dingin pada dahi dan perut akan terasa menyejukkan. Kompres ini harus sering diganti.

4. Pijatan

Pijatan pada otot kerap kali akan sangat efektif dalam proses persalinan. Ini terutama sangat membantu dalam mengurangi sakit punggung dan membantu otot untuk relaksasi dari ketegangan pada akhir kontraksi. Karena pijatan hanya baik kalau terasa enak dan nyaman, maka ibu hamil dan pendampingnya perlu berkomunikasi mengenai bagian mana yang terasa nyaman kalau dipijat dan mana yang tidak. Tapi ada juga beberapa ibu hamil dalam proses persalinan ada yang sama sekali tidak mau disentuh. Meskipun demikian, mereka masih memerlukan dukungan emosional. Sering sekali ibu hamil sangat menderita oleh nyeri persalinan di daerah punggung bagian

BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR

65

bawah. Kalau hal ini terjadi, tekanan yang kuat dan tetap terasa paling enak diberikan dengan ibu jari atau pangkal telapak tangan di tengah di atas pantat.

5. Usapan atau Sentuhan

Banyak ibu hamil dalam proses persalinan merasa berkurang rasa nyerinya karena sapuan lembut pada perut selama kontraksi. Hal ini bisa dilakukan sendiri oleh ibu hamil sendiri atau pendampingnya. Gunakanlah satu atau dua tangan, kemudian sapulah permukaan perut dengan ujung jari secara lembut. Pergerakannya melingkari di sekeliling pusar. Persalinan adalah proses yang fisiologis dan merupakan kejadian yang menakjubkan bagi seorang ibu dan keluarga. Penatalaksanaan yang terampil dan andal dari bidan serta dukungan yang terus-menerus dengan menghasilkan persalinan yang sehat dan memuaskan dapat memberikan pengalaman yang menyenangkan.

Sebagai bidan, akan mengandalkan pengetahuan, keterampilan dan pengambilan keputusan dari apa yang dilakukan. Hal ini dimaksudkan untuk :

1. Mendukung ibu dan keluarga baik secara fisik dan emosional selama persalinan dan kelahiran.

2. Mencegah membuat diagnosis yang tidak tepat, deteksi dini, dan penanganan komplikasi selama persalinan dan kelahiran.

3. Merujuk ke fasilitas yang lebih lengkap bila terdeteksi komplikasi.

4. Memberikan asuhan yang akurat dengan meminimalkan intervensi.

5. Pencegahan infeksi yang aman untuk memperkecil risiko.

6. Pemberitahuan kepada ibu dan keluarga bila akan dilakukan tindakan dan terjadi penyulit.

7. Memberikan asuhan bayi baru lahir secara tepat.

8. Pemberian ASI sedini mungkin.

BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR 66

Kebutuhan dasar selama persalinan tidak terlepas dengan asuhan yang diberikan bidan. Asuhan kebidanan yang diberikan, hendaknya asuhan yang sayang ibu dan bayi. Asuhan yang sayang ibu ini akan memberikan perasaan aman dan nyaman selama persalinan dan kelahiran. Konsep Asuhan Sayang Ibu:

1. Asuhan yang aman berdasarkan evidence based dan ikut meningkatkan kelangsungan hidup ibu. Pemberian asuhan harus saling menghargai budaya, kepercayaan, menjaga privasi, memenuhi kebutuhan dan keinginan ibu.

2. Asuhan sayang ibu memberikan rasa nyaman dan aman selama proses persalinan, menghargai kebiasaan budaya, praktik keagamaan dan kepercayaan dengan melibatkan ibu dan keluarga dalam pengambilan keputusan.

3. Asuhan sayang ibu menghormati kenyataan bahwa kehamilan dan persalinan merupakan proses alamiah dan tidak perlu intervensi tanpa adanya komplikasi.

4. Asuhan sayang ibu berpusat pada ibu, bukan pada petugas kesehatan.

5. Asuhan sayang ibu menjamin ibu dan keluarganya dengan memberi tahu tentang apa yang terjadi dan apa yang bisa diharapkan.

Upaya penerapan asuhan sayang ibu selama proses persalinan meliputi kegiatan:

1. Memanggil ibu sesuai nama panggilan sehingga akan ada perasaan dekat dengan bidan.

2. Meminta izin dan menjelaskan prosedur tindakan yang akan dilakukan bidan dalam pemberian asuhan.

3. Bidan memberikan penjelasan tentang gambaran proses persalinan yang akan dihadapi ibu dan keluarga.

4. Memberikan informasi dan menjawab pertanyaan dari ibu dan keluarga sehubungan dengan proses persalinan.

5. Mendengarkan dan menanggapi keluhan ibu dan keluarga selama proses persalinan.

BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR

67

6. Menyiapkan rencana rujukan atau kolaborasi dengan dokter spesialis apabila terjadi kegawatdaruratan kebidanan.

7. Memberikan dukungan mental, memberikan rasa percaya diri kepada ibu, serta berusaha memberi rasa nyaman dan aman.

8. Mempersiapkan persalinan dan kelahiran bayi dengan baik meliputi sarana dan prasarana pertolongan persalinan.

9. Menganjurkan suami dan keluarga untuk mendampingi ibu selama proses persalinan.

10. Membimbing suami dan keluarga tentang cara memperhatikan dan mendukung ibu selama proses persalinan dan kelahiran bayi, seperti: memberikan makan dan minum, memijit punggung ibu, membantu mengganti posisi ibu, membimbing relaksasi dan mengingatkan untuk berdoa.

11. Bidan melakukan tindakan pencegahan infeksi.

12. Menghargai privasi ibu dengan menjaga semua kerahasiaan.

13. Membimbing dan menganjurkan ibu untuk mencoba posisi selama persalinan yang nyaman dan aman.

14. Menganjurkan ibu untuk makan dan minum saat tidak kontraksi.

15. Menghargai dan memperbolehkan praktik-praktik tradisional yang tidak merugikan.

16. Menghindari tindakan yang berlebihan dan membahayakan.

17. Memberi kesempatan ibu untuk memeluk bayi segera setelah lahir dalam waktu 1 jam setelah persalinan.

18. Membantu ibu memulai pemberian ASI dalam waktu 1 jam pertama setelah kelahiran bayi dengan membimbing ibu membersihkan payudara, posisi menyusui yang benar dan penyuluhan tentang perawatan payudara.

Bentuk asuhan sayang ibu pada setiap tahapan persalinan adalah:

BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR 68

1. Kala I adalah suatu kala di mana dimulai dari timbulnya his sampai pembukaan lengkap. Asuhan yang dapat dilakukan pada ibu adalah :

a. Memberikan dukungan emosional.

b. Pendampingan anggota keluarga selama proses persalinan sampai kelahiran bayinya.

c. Menghargai keinginan ibu untuk memilih pendamping selama persalinan.

d. Peran aktif anggota keluarga selama persalinan dengan cara:

(1) Mengucapkan kata-kata yang membesarkan hati dan memuji ibu.

(2) Membantu ibu bernapas dengan benar saat kontraksi.

(3) Melakukan massage pada tubuh ibu dengan lembut.

(4) Menyeka wajah ibu dengan lembut menggunakan kain.

(5) Menciptakan suasana kekeluargaan dan rasa aman.

(6) Mengatur posisi ibu sehingga terasa nyaman.

(7) Memberikan cairan nutrisi dan hidrasi. Memberikan kecukupan energi dan mencegah dehidrasi karena dehidrasi menyebabkan kontraksi tidak teratur dan kurang efektif.

(8) Memberikan keleluasaan untuk menggunakan kamar mandi secara teratur dan spontan. Kandung kemih penuh menyebabkan gangguan kemajuan persalinan dan menghambat turunnya kepala; menyebabkan ibu tidak nyaman; meningkatkan risiko perdarahan pascapersalinan; mengganggu penatalaksanaan distosia bahu; meningkatkan risiko infeksi saluran kemih pascapersalinan.

(9) Pencegahan infeksi, tujuan dari pencegahan infeksi adalah untuk mewujudkan persalinan yang bersih dan aman bagi ibu dan bayi; menurunkan angka morbiditas dan mortalitas ibu dan bayi baru lahir.

BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR

69

2. Kala II adalah kala di mana dimulai dari pembukaan lengkap serviks sampai keluarnya bayi. Asuhan yang dapat dilakukan pada ibu adalah:

a. Pendampingan ibu selama proses persalinan sampai kelahiran bayinya oleh suami dan anggota keluarga yang lain.

b. Keterlibatan anggota keluarga dalam memberikan asuhan antara lain:

(1) Membantu ibu untuk berganti posisi.

(2) Melakukan rangsangan taktil.

(3) Memberikan makanan dan minuman.

(4) Menjadi teman bicara/pendengar yang baik.

(5) Memberikan dukungan dan semangat selama persalinan sampai kelahiran bayinya.

c. Keterlibatan penolong persalinan selama proses persalinan & kelahiran dengan cara:

(1) Memberikan dukungan dan semangat kepada ibu dan keluarga.

(2) Menjelaskan tahapan dan kemajuan persalinan.

(3) Melakukan pendampingan selama proses persalinan dan kelahiran.

d. Membuat hati ibu merasa tenteram selama kala II persalinan dengan cara memberikan bimbingan dan menawarkan bantuan kepada ibu.

e. Menganjurkan ibu meneran bila ada dorongan kuat dan spontan untuk meneran dengan cara memberikan kesempatan istirahat sewaktu tidak ada his.

f. Mencukupi asupan makan dan minum selama kala II.

g. Memberikan rasa aman dan nyaman dengan cara:

(1) Mengurangi perasaan tegang.

BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR 70

(2) Membantu kelancaran proses persalinan dan kelahiran bayi.

(3) Memberikan penjelasan tentang cara dan tujuan setiap tindakan penolong.

(4) Menjawab pertanyaan ibu.

(5) Menjelaskan apa yang dialami ibu dan bayinya.

(6) Memberi tahu hasil pemeriksaan.

h. Pencegahan infeksi pada kala II dengan membersihkan vulva dan perineum ibu.

i. Membantu ibu mengosongkan kandung kemih secara spontan.

3. Kala III adalah kala di mana dimulai dari keluarnya bayi sampai plasenta lahir. Asuhan yang dapat dilakukan pada ibu adalah:

a. Memberikan kesempatan kepada ibu untuk memeluk bayinya dan menyusui segera.

b. Memberi tahu setiap tindakan yang akan dilakukan.

c. Pencegahan infeksi pada kala III.

d. Memantau keadaan ibu (tanda vital, kontraksi, perdarahan).

e. Melakukan kolaborasi/rujukan bila terjadi kegawatdaruratan.

f. Pemenuhan kebutuhan nutrisi dan hidrasi.

g. Memberikan motivasi dan pendampingan selama kala III.

4. Kala IV adalah kala di mana 1-2 jam setelah lahirnya plasenta. Asuhan yang dapat dilakukan pada ibu adalah:

a. Memastikan tanda vital, kontraksi uterus, perdarahan dalam keadaan normal.

b. Membantu ibu untuk berkemih.

c. Mengajarkan ibu dan keluarganya tentang cara menilai kontraksi dan melakukan massage uterus.

d. Menyelesaikan asuhan awal bagi bayi baru lahir.

BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR

71

e. Mengajarkan ibu dan keluarganya tentang tanda-tanda bahaya post partum seperti perdarahan, demam, bau busuk dari vagina, pusing, lemas, penyulit dalam menyusui bayinya dan terjadi kontraksi hebat.

f. Pemenuhan kebutuhan nutrisi dan hidrasi.

g. Pendampingan pada ibu selama kala IV.

h. Nutrisi dan dukungan emosional.

LATIHAN SOAL

1. Tindakan mengidentifikasi masalah pada kala I, meliputi ....

a. Mengaaji riwayat kesehatan

b. Pemeriksaan fisik

c. Pemeriksaan janin

d. Benar semua

2. Perubahan fisiologis pada kala II adalah kontraksi, dorongan otot-otot dinding uterus, pergeseran organ dasar panggul, ekspulsi janin. Yang dimaksud kala II adalah ….

a. Persalinan

b. Pembukaan

c. Nifas

d. Pengeluaran uri

3. Tujuan memberikan asuhan kebidanan pada ibu bersalin adalah kecuali ….

a. Agar keluarga bahagia

b. Mengetahui keadaan ibu dan janin

c. Mendeteksi secara dini adanya komplikasi

d. Memantau kemajuan persalinan

BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR 72

4. Di bawah ini yang bukan merupakan kebutuhan dasar selama persalinan yaitu ….

a. Tidak boleh makan dan minum

b. Tidak membawa peralatan bayi

c. Persiapan fisik dan mental ibu

d. A dan B benar

5. Tujuan memberikan asuhan persalinan salah satunya untuk mengetahui kemajuan persalinan. Keadaan manakah yang menunjukkan bidan sedang mengetahui kemajuan persalinan .…

a. Bidan melakukan observasi persalinan dengan lembar partograf

b. Bidan menganjurkan ibu untuk makan dan minum

e. Bidan melakukan pemeriksaan TTV

f. Semua jawaban benar

6. Manakah di bawah ini yang merupakan peristiwa bentuk asuhan sayang ibu?

a. Saat ibu inpartu, bidan menganjurkan pada keluarga untuk memberikan cairan dan nutrisi pada ibu bersalin.

b. Bidan melakukan tindakan kateterisasi secara rutin agar ibu bisa BAK.

c. Bidan melakukan enema pada setiap ibu inpartu.

d. Bidan melakukan pencukuran rambut pubis pada setiap ibu bersalin.

7. Seorang ibu sedang berada dalam masa transisi persalinan, jika ditinjau dari aspek psikologis, ibu menunjukkan keadaan yang bagaimana?

a. Ibu menunjukkan perasaan tidak pasti, kadang bahagia, kadang cemas.

b. Ibu menunjukkan reaksi adanya keinginan yang kuat untuk menghadapi persalinan.

BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR

73

c. Ibu tampak semakin tegang dan mulai tergantung.

d. Ibu tampak semakin cemas, semakin tergantung, peningkatan pada semua yang dirasakan pada fase sebelumnya, merupakan fase paling melelahkan dan berat, kadang merasa tidak sanggup untuk melahirkan.

8. Ny. Desi hamil anak pertama mengeluh mengeluarkan lendir bercampur darah cukup banyak dari kemaluannya, sejak 3 jam yang lalu. Saat dilakukan anamnesa, UK ibu 38 minggu, pemeriksaan fisik oleh bidan, didapatkan hasil pemeriksaan antara lain: His 3 x 35” 10’; VT: v/ v dbn, let kep, ket (+), Φ 8 cm, eff. 75%, H III, UUK Ki depan, tidak teraba bagian kecil janin. Berdasarkan teori, peristiwa tersebut termasuk ….

a. Inpartu

b. Persalinan palsu

c. Semua jawaban salah

d. Semua jawaban benar

9. Diketahui seorang ibu hamil pertama datang ke bidan Dewi pada tanggal 20 Mei 2015 pukul 09.00 WIB. Ibu mengeluh mengeluarkan lender bercampur sedikit darah, kencang-kencang sampai ke pinggang sejak pukul 06.00 WIB. Saat dilakukan perhitungan UK, diketahui UK ibu 38-39 minggu; saat dilakukan pemeriksaan fisik oleh bidan. TBJ4050 gram, DJJ 118 x/menit tidak adekuat, His 5 x 45”/ 10’, Penurunan Hoodge III. Bandle (-). VT: dbn, letak kepala, ket (+), Φ 5 cm, eff. 50%, H II, UUK Ki dpn, tidak teraba bagian kecil janin. Saat dilakukan pemantauan dengan partograf 4 jam kemudian, ternyata hasil pemeriksaan kemajuan persalinan berada di kanan garis waspada, dengan hasil VT tidak ada perubahan.

Berdasarkan peristiwa di atas, faktor apa yang dapat menyebabkan kemajuan persalinan melewati garis waspada?

a. Power

b. Passage

c. Passenger

BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR 74

d. Penolong

10. Bidan melakukan persalinan di BPM diketahui, ibu terlihat dehidrasi, his semakin berkurang. Berdasarkan peristiwa tersebut, faktor apakah yang memengaruhi keadaan ibu?

a. Power

b. Passenger

c. Passage

d. Psikologis

BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR

75

BAB VI

EVIDANCE BASED DALAM ASUHAN IBU PERSALINAN

A. Evidence Based Midwifery (Practice)

EBM didirikan oleh RCM dalam rangka untuk membantu mengembangkan kuat profesional dan ilmiah dasar untuk pertumbuhan tubuh bidan berorientasi akademis. RCM Bidan Jurnal telah dipublikasikan dalam satu bentuk sejak 1887 (Rivers, 1987), dan telah lama berisi bukti yang telah menyumbang untuk kebidanan, pengetahuan dan praktik. Pada awal abad ini, peningkatan jumlah bidan terlibat dalam penelitian, dan dalam membuka kedua atas dan mengeksploitasi baru kesempatan untuk kemajuan akademik. Sebuah kebutuhan yang berkembang diakui untuk platform untuk yang paling ketat dilakukan dan melaporkan penelitian. Ada juga keinginan untuk ini ditulis oleh dan untuk bidan. EBM secara resmi diluncurkan sebagai sebuah jurnal mandiri untuk penelitian murni bukti pada konferensi tahunan di RCM Harrogate, Inggris pada tahun 2003 (Hemmings et al, 2003). Itu dirancang 'untuk membantu bidan dalam mendorong maju yang terikat pengetahuan kebidanan dengan tujuan utama meningkatkan perawatan untuk ibu dan bayi' (Silverton, 2003).

EBM mengakui nilai yang berbeda jenis bukti harus berkontribusi pada praktik dan profesi kebidanan. Jurnal kualitatif mencakup aktif serta sebagai penelitian kuantitatif, analisis filosofis dan konsep serta tinjauan pustaka terstruktur, tinjauan sistematis, kohort studi, terstruktur, logis dan

BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR 76

transparan, sehingga bidan dapat menilai arti dan implikasi untuk praktik, pendidikan dan penelitian lebih lanjut.

B. Asuhan Persalinan Normal

Persalinan dan kelahiran normal adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan cukup bulan (37-42 minggu), lahir spontan dengan presentasi belakang kepala yang berlangsung dalam 18 jam, tanpa komplikasi baik pada ibu maupun pada janin (Saifuddin,10).

Sedangkan persalinan normal menurut WHO adalah persalinan yang dimulai secara spontan, berisiko rendah pada awal persalinan dan tetap demikian selama proses persalinan. Bayi dilahirkan secara spontan dalam presentasi belakang kepala pada usia kehamilan antara 37 hingga 42 minggu lengkap. Setelah persalinan ibu maupun bayi berada dalam kondisi sehat.

Di dalam asuhan persalinan terdapat 5 (lima) aspek disebut juga sebagai 5 (lima) benang merah yang perlu mendapatkan perhatian, ke-5 aspek tersebut yaitu:

1. Aspek pemecahan masalah yang diperlukan untuk menentukan pengambilan keputusan klinik (clinical decision making).

2. Aspek sayang ibu yang berarti sayang bayi

3. Aspek pencegahan infeksi

4. Aspek pencatatan (dokumentasi)

5. Aspek rujukan

Contoh EBM Pada Asuhan Persalinan

Tingginya kasus kesakitan dan kematian ibu di banyak negara berkembang, terutama disebabkan oleh perdarahan pascapersalinan, eklampsia, sepsis dan komplikasi keguguran. Sebagian besar penyebab utama kesakitan dan kematian ibu tersebut sebenarnya dapat dicegah. Melalui upaya pencegahan yang efektif, beberapa negara berkembang dan hampir semua

BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR

77

negara maju, berhasil menurunkan angka kesakitan dan kematian ibu ke tingkat yang sangat rendah.

Asuhan kesehatan ibu selama dua dasawarsa terakhir terfokus pada:

1. Keluarga Berencana

Membantu para ibu dan suaminya merencanakan kehamilan yang diinginkan.

2. Asuhan Antenatal Terfokus

Memantau perkembangan kehamilan, mengenali gejala dan tanda bahaya, menyiapkan persalinan dan kesediaan menghadapi komplikasi.

3. Asuhan Pascakeguguran

Menatalaksanakan gawat darurat keguguran dan komplikasinya serta tanggap terhadap kebutuhan pelayanan kesehatan reproduksi lainnya.

4. Persalinan yang Bersih dan Aman serta Pencegahan Komplikasi

Kajian dan bukti ilmiah menunjukkan bahwa asuhan persalinan bersih, aman dan tepat waktu merupakan salah satu upaya efektif untuk mencegah terjadinya kesakitan dan kematian.

5. Penatalaksanaan Komplikasi yang Terjadi Sebelum, Selama, dan Setelah Persalinan

Dalam upaya menurunkan kesakitan dan kematian ibu, perlu diantisipasi adanya keterbatasan kemampuan untuk menatalaksana komplikasi pada jenjang pelayanan tertentu. Kompetensi petugas, pengenalan jenis komplikasi, dan ketersediaan sarana pertolongan menjadi penentu bagi keberhasilan penatalaksanaan komplikasi yang umumnya akan selalu berbeda menurut derajat, keadaan, dan tempat terjadinya

Fokus asuhan persalinan normal adalah persalinan bersih dan aman serta mencegah terjadinya komplikasi. Hal ini

BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR 78

merupakan pergeseran paradigma dari menunggu terjadinya dan kemudian menangani komplikasi, menjadi pencegahan komplikasi. Persalinan bersih dan aman serta pencegahan komplikasi selama dan pascapersalinan terbukti mampu mengurangi kesakitan atau kematian ibu dan bayi baru lahir. Beberapa contoh di bawah ini, menunjukkan adanya pergeseran paradigma tersebut:

1. Mencegah Perdarahan Pascapersalinan yang Disebabkan oleh Atonia Uteri

Upaya pencegahan perdarahan pascapersalinan dimulai pada tahap yang paling dini. Setiap pertolongan persalinan harus menerapkan upaya pencegahan perdarahan pascapersalinan, di antaranya manipulasi minimal proses persalinan, penatalaksanaan aktif kala III, pengamatan melekat kontraksi uterus pascapersalinan. Upaya rujukan obstetrik dimulai dari pengenalan dini terhadap persalinanpatologis dan dilakukan saat ibu masih dalam kondisi yang optimal.

2. Laserasi/Episiotomi

Dengan paradigma pencegahan, episiotomi tidak lagi dilakukan secara rutin karena dengan perasat khusus, penolong persalinan akan mengatur ekspulsi kepala, bahu, dan seluruh tubuh bayi untuk mencegah laserasi atau hanya terjadi robekan minimal pada perineum.

3. Retensio Plasenta

Penatalaksanaan aktif kala tiga dilakukan untuk mencegah perdarahan, mempercepat proses separasi dan melahirkan plasenta dengan pemberian uterotonika segera setelah bayi lahir dan melakukan penegangan tali pusat terkendali.

4. Partus Lama

Untuk mencegah partus lama, asuhan persalinan normal mengandalkan penggunaan partograf untuk memantau kondisi ibu dan janin serta kemajuan proses persalinan. Dukungan suami atau kerabat, diharapkan dapat memberikan

BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR

79

rasa tenang dan aman selama proses persalinan berlangsung. Pendampingan ini diharapkan dapat mendukung kelancaran proses persalinan, menjalin kebersamaan, berbagi tanggung jawab di antara penolong dan keluarga klien.

5. Asfiksia Bayi Baru Lahir

Pencegahan asfiksia pada bayi baru lahir dilakukan melalui upaya pengenalan/penanganan sedini mungkin, misalnya dengan memantau secara baik dan teratur denyut jantung bayi selama proses persalinan, mengatur posisi tubuh untuk memberi rasa nyaman bagi ibu dan mencegah gangguan sirkulasi utero-plasenter terhadap bayi, teknik meneran dan bernapas yang menguntungkan bagi ibu dan bayi. Bila terjadi asfiksia, dilakukan upaya untuk menjaga agar tubuh bayi tetap hangat, menempatkan bayi dalam posisi yang tepat, penghisapan lendir secara benar, memberikan rangsangan taktil dan melakukan pernapasan buatan (bila perlu). Berbagai upaya tersebut dilakukan untuk mencegah asfiksia, memberikan pertolongan secara tepat dan adekuat bila terjadi asfiksia dan mencegah hipotermia.

6. Asuhan Sayang Ibu dan Bayi Sebagai Kebutuhan Dasar Persalinan

Asuhan sayang ibu adalah asuhan dengan prinsip saling menghargai budaya, kepercayaan dan keinginan sang ibu. Salah satu prinsip dasarnya adalah mengikutsertakan suami dan keluarga selama proses persalinan dan kelahiran bayi. Perhatian dan dukungan kepada ibu selama proses persalinan akan mendapatkan rasa aman dan keluaran yang lebih baik. Juga mengurangi jumlah persalinan dengan tindakan (ekstraksi vakum, cunam, dan seksio sesar) dan persalinan akan berlangsung lebih cepat.

Asuhan sayang ibu dalam proses persalinan:

a. Memanggil ibu sesuai namanya, menghargai dan memperlakukannya sesuai martabatnya.

b. Menjelaskan asuhan dan perawatan yang akan diberikan pada ibu sebelum memulai asuhan tersebut.

BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR 80

c. Menjelaskan proses persalinan kepada ibu dan keluarganya.

d. Mengajurkan ibu untuk bertanya dan membicarakan rasa takut atau khawatir.

e. Mendengarkan dan menanggapi pertanyaan dan kekhawatiran ibu.

f. Memberikan dukungan, membesarkan hatinya dan menenteramkan perasaan ibu beserta anggota keluarga yang lain.

g. Menganjurkan ibu untuk ditemani suaminya dan/atau anggota keluarga yang lain selama persalinan dan kelahiran bayinya.

h. Mengajarkan suami dan anggota keluarga mengenai cara memperhatikan dan mendukung ibu selama persalinan dan kelahiran bayinya.

i. Melakukan pencegahan infeksi yang baik secara konsisten.

j. Menghargai privasi ibu.

k. Menganjurkan ibu untuk mencoba berbagai posisi selama persalinan dan kelahiran bayi.

l. Menganjurkan ibu untuk minum cairan dan makan makanan ringan bila ia menginginkannya.

m. Menghargai dan membolehkan praktik-praktik tradisional yang tidak memberi pengaruh yang merugikan.

n. Menghindari tindakan berlebihan dan mungkin membahayakan (episiotomi, pencukuran, dan klisma).

o. Menganjurkan ibu untuk memeluk bayinya segera setelah lahir.

p. Membantu memulai pemberian ASI dalam 1 jam pertama setelah kelahiran bayi.

q. Menyiapkan rencana rujukan (bila perlu).

BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR

81

r. Mempersiapkan persalinan dan kelahiran bayi dengan baik, bahan-bahan, perlengkapan dan obat-obatan yang diperlukan. Siap melakukan resusitasi bayi baru lahir pada setiap kelahiran bayi.

LATIHAN SOAL

1. Hal yang dilakukan bidan jika diketahui ibu bersalin mengalami kesempitan panggul adalah ….

A. Melakukan rujukan

B. Memberikan pertolongan persalinan mandiri

C. Melakukan pertolongan persalinan di rumah pasien

D. Semua jawaban salah

2. Dasar panggul gynecoid adalah bentuk panggul yang khas bagi wanita dan normal untuk dilalui bayi dengan mempunyai ciri ….

A. Bila diukur diameter sagitalis posterior hanya sedikit lebih pendek dari diameter sagitalis anterior dan pubis luas.

B. Bila diukur diameter sagitalis posterior jauh lebih pendek dari diameter sagitalis anterior.

C. Bila diukur diameter antero posterior dari PAP lebih besar dari diameter tranversa hingga bentuk PAP lonjong ke depan.

D. Bila diukur teraba segmen anterior lebar, sacrum melengkung, incisura ischiadica lebar.

3. Diketahui seorang bidan melakukan pemeriksaan UPL saat pasien tersebut datang melakukan ANC pada bidan Seli. Hasil pemeriksaan UPL sebagai berikut, antara lain Distansia Spinarum = 20 cm; Distansia Cristarum = 24 cm; Bodeloque = 18 cm; Lingkar panggul 78 cm. Bagaimana keadaan pasien jika ditinjau berdasarkan teori?

BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR 82

A. Dapat bersalin secara normal

B. Ada kemungkinan mengalami kesulitan bersalin normal

C. Merupakan keadaan yang fisiologis

D. Semua jawaban benar

4. Berdasarkan kasus di atas, maka diagnosis nomenklatur untuk pasien tersebut adalah ….

A. CPD

B. Panggul sempit

C. Semua jawaban benar

D. Semua jawaban salah

5. His atau tenaga mengejan merupakan faktor ....

A. Passage

B. Power

C. Passanger

D. Ukuran panggul

6. Anamnesa yang perlu ditanyakan pada ibu yang dapat memengaruhi power ibu saat bersalin, kecuali…

A. UPL

B. His

C. Keadaan umum

D. Paritas

7. Agar ibu mempunyai power saat bersalin, maka tindakan yang dapat diberikan bidan adalah .…

A. Menyiapkan ruangan yang bersih

B. Memberikan obat-obatan tanpa indikasi

C. Memberikan posisi telentang

BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR

83

D. Memberikan cairan dan nutrisi

8. Yang benar tentang kontraksi braxton hicks adalah .…

A. Saat dilakukan pemeriksaan oleh bidan, his yang timbul, biasanya disertai dengan keinginan ibu untuk mengejan.

B. Saat dilakukan pemeriksaan oleh bidan, diketahui his bersifat tidak teratur, tidak menyebabkan nyeri yang memancar dari pinggang ke perut bagian bawah.

C. Hasil pemeriksaan bidan, diketahui bahwa his semakin sering dengan frekuensi 3 x 35”/ 10’, disertai keinginan ibu untuk meneran.

D. Dari pemantauan bidan, diketahui his yang timbul, mendorong anak keluar dari rahim ibu.

9. Diketahui, ibu terlihat dehidrasi, his semakin berkurang. Berdasarkan peristiwa tersebut, faktor apakah yang memengaruhi keadaan ibu?

A. Passage

B. Passenger

C. Power

D. Psikologis

10. Plasenta termasuk faktor .…

A. His

B. Kekuatan mengejan/power ibu

C. Passage dan passenger

D. Psikologis

BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR 84

BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR

85

BAB VII

PROSEDUR KETERAMPILAN DASAR KEBIDANAN PADA ASUHAN

PERSALINAN

A. Kala I

1. Definisi Persalinan Kala I

Persalinan kala I adalah kala pembukaan yang berlangsung antara pembukaan nol sampai pembukaan lengkap. Pada permulaan his, kala pembukaan berlangsung tidak begitu kuat sehingga parturien masih dapat berjalan-jalan. Lamanya kala I untuk primigravida berlangsung 12 jam sedangkan multigravida sekitar 8 jam. Berdasarkan kurva Friedmen, diperhitungkan pembukaan primigravida 1 cm/jam dan pembukaan multigravida 2 cm/jam. Dengan perhitungan tersebut maka waktu pembukaan lengkap dapat diperkirakan.

2. Tanda-tanda persalinan kala I adalah :

a. Rasa sakit adanya his yang datang lebih kuat, sering dan teratur.

b. Keluar lendir bercampur darah (show) yang lebih banyak karena robekan kecil pada serviks.

c. Terkadang ketuban pecah dengan sendirinya.

d. Serviks mulai membuka (dilatasi) dan mendatar (effacement).

BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR 86

3. Fase-fase persalinan kala I adalah sebagai berikut:

a. Fase Laten

(1) Dimulai sejak awal kontraksi yang menyebabkan penipisan dan pembukaan serviks secara kurang dari 4 cm.

(2) Biasanya berlangsung di bawah hingga 8 jam.

b. Fase Aktif

(1) Frekuensi dan lama kontraksi uterus umumnya meningkat (kontraksi dianggap adekuat/memadai jika terjadi tiga kali atau lebih dalam waktu 10 menit dan berlangsung selama 40 detik atau lebih).

(2) Serviks membuka dari 4 ke 10 cm biasanya dengan kecepatan 1 cm atau lebih per jam hingga pembukaan lengkap (10 cm).

(3) Terjadi penurunan bagian terbawah janin.

(4) Dibagi dalam 3 fase:

(a) Fase akselerasi. Dalam waktu 2 jam pembukaan 3 cm menjadi 4 cm.

(b) Fase dilatasi maksimal. Dalam waktu 2 jam pembukaan berlangsung sangat cepat, dari 4 cm menjadi 9 cm.

(c) Fase deselerasi: pembukaan menjadi lambat kembali dalam waktu 2 jam pembukaan dari 9 cm menjadi lengkap.

4. Penatalaksanaan Persalinan Kala 1

a. Menyiapkan Kelahiran

(1) Menyiapkan ruangan untuk persalinan dan kelahiran bayi.

(a) Ruangan yang hangat dan bersih, memiliki sirkulasi udara yang baik, dan terlindung dari tiupan angin.

BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR

87

(b) Sumber air bersih yang mengalir untuk cuci tangan dan mandi ibu sebelum dan sesudah melahirkan.

(c) Air desinfeksi tingkat tinggi untuk membersihkan vulva dan perineum sebelum periksa dalam selama persalinan dan membersihkan perineum ibu setelah bayi lahir.

(d) Air bersih dalam jumlah yang cukup, klorin, deterjen, kain pembersih, kain pel dan sarung tangan karet untuk membersihkan ruangan, lantai, perabotan, dekontaminasi, dan proses peralatan.

(e) Penerangan yang cukup baik di siang maupun di malam hari.

(f) Tempat tidur yang bersih untuk ibu.

(g) Tempat yang bersih untuk memberikan asuhan bayi baru lahir.

b. Menyiapkan perlengkapan, bahan, dan obat yang dibutuhkan.

(1) Partus set yang terdiri dari dua klem kelly atau dua klem kocher, gunting tali pusat, benang tali pusat atau klem plastik, kateter nelaton, gunting episotomi, alat pemecah selaput ketuban atau klem ½ kocher, dua pasang sarung tangan DTT steril, kasa atau kain kecil, gulungan kapas basah menggunakan air DTT, tabung suntik 3 ml dengan larutan IM sekali pakai, kateter penghisap delee (penghisap lendir) atau bola karet yang baru dan bersih, empat kain bersih, tiga handuk atau kain untuk mengeringkan dan menyelimuti bayi.

(2) Bahan terdiri dari partograf (halaman depan dan belakang), catatan kemajuan persalinan atau KMS ibu hamil, kertas kosong atau formulir rujukan, pena, termometer, pita pengukur, pinnards, fetoskop, doppler, jam yang mempunyai jarum detik, stetoskop, tensimeter, sarung tangan pemeriksaan bersih (lima pasang), sarung tangan DTT atau steril (lima pasang)

BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR 88

larutan klorin atau klorin serbuk, perlengkapan pelindung pribadi, sabun cuci tangan, deterjen, sikat kuku dan gunting kuku, celemek plastik dan gaun penutup, lembar plastik untuk alas tempat tidur saat persalinan, kantong plastik, sumber air bersih yg mengalir, wadah untuk larutan klorin, wadah untuk air DTT.

(3) Peralatan resusitasi bayi baru lahir yang terdiri dari balon resusitasi dan sungkup, lampu sorot 60 watt.

(4) Obat dan perlengkapan untuk asuhan rutin dan penatalaksanaan/penanganan penyulit yang terdiri dari 8 ampul oksitosin 1 ml 10 U (atau 4 ampul oksitosin 2 ml 10 U/ml), 20 ml Lidokain 1% tanpa epinefrin atau 10 Lidoksin 2% tanpa epinefrin dan air steril atau cairan garam fisiologis (NS) untuk pengenceran, tiga botol ringer laktat atau cairan garam fisiologis (NS) 500 ml, selang infus, dua kanula IV nomor 16–18 G, dua ampul metal ergometrin maleat, dua vial larutan magnesium sulfat 40% (25gr), enam tabung suntik (2 ½ – 3 ml) sekali pakai dengan jarum IM, 2 tabung suntik 5 ml steril sekali pakai dengan jarum IM, satu 10 ml tabung suntik steril sekali pakai dengan jarum IM ukuran 22 panjang 4 cm atau lebih, 10 kapsul/kaplet amoksilin/ampisilin 500 mg atau amoksilin/ampisilin IV 2 g.

(5) Set jahit yang terdiri dari 1 tabung suntik 10 ml steril sekali pakai dengan jarum IM ukuran 22 panjang 4 cm atau lebih, pinset, pegangan jarum, 2-3 jarum jahir tajam ukuran 9-11, benang chromic sekali pakai ukuran 2.0 dan 3.0, satu pasang sarung tangan DTT atau steril, satu kain bersih.

c. Menyiapkan Rujukan

Mengkaji ulang rencana rujukan bersama ibu dan keluarganya. Jika perlu dirujuk disiapkan dan disertakan dokumentasi tertulis semua asuhan, perawatan, dan

BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR

89

hasil penilaian yang telah dilakukan untuk dibawa ke fasilitas rujukan.

d. Memberikan Asuhan Sayang Ibu

Asuhan sayang ibu selama persalinan termasuk, memberikan dukungan emosional, membantu pengaturan posisi, memberikan cairan dan nutrisi, keleluasaan ke kamar mandi secara teratur, pencegahan infeksi.

e. Pemeriksaan Fisik

Tujuan pemeriksaan fisik adalah untuk melihat fisik ibu dan bayinya. Langkah yang dilakukan sebelum pemeriksaan fisik terdiri dari mencuci tangan sebelum pemeriksaan, bersikap lemah lembut dan sopan serta menentramkan, meminta ibu untuk mengosongkan kandung kemih, menilai tanda-tanda vital ibu.

(1) Menentukan Tinggi Fundus

Memastikan tidak ada kontraksi selama penilaian. Ukur tinggi fundus dengan menggunakan pita ukur. Mulai dari tepi atas simfisis pubis, rentangkan hingga ke puncak fundus atau linea medialis pada abbdomen. Pita pengukur harus menempel pada kulit abdomen. Jarak antara tepi atas sinifisis pubis dari puncak. fundus uteri adalah tinggi fundus

Gambar 7.1 Menentukan tinggi fundus uteri. Sumber: tokoalkes.com

BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR 90

(2) Memantau Kontraksi Uterus

Letakkan tangan dengan hati kontraksi yang terjadi dalam kurun waktu 10 menit. Tentukan durasi atau lama setiap kontraksi berlangsung. Pada fase aktif, minim terjadi dua kontraksi dalam waktu 10 menit, lama kontraksi 40 detik atau lebih. Di antara dua kontraksi, dinding uterus melunak kembali dan mengalami relaksasi

(3) Memantau Denyut Jantung Janin

Jika DJJ sulit ditemukan, palpasi abdomen dan tentukan dataran punggung bayi. Biasanya denyut jantung bayi lebih mudah didengar melalui dinding abdomen yang sesuai dengan dataran punggung bayi.

(4) Menentukan Presentasi

Untuk menentukan presentasi bayi apakah presentasi kepala atau presentasi bokong/sungsang.

(5) Menentukan Penurunan Janin

Akan lebih nyaman bagi ibu jika penurunan janin ditentukan melaluipemeriksaan abdomen dibandingkan dengan pemeriksaan dalam. Menilai penurunan melalui palpasi abdomen juga memberikan informasi mengenai kemajuan persalinan dan membantu pemeriksaan dalam yang tidak perlu.

Gambar 7.2 Kepala sudah turun 2/5. Sumber : https://1.bp.blogspot.com

BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR

91

(6) Pemeriksaan Vagina

Periksa dalam berguna untuk memastikan pembukaan serviks, keadaan ketuban (sudah pecah/belum) letak dan posisi verteks dan penurunan bagian bawah janin. Pemeriksaan dalam dilakukan paling sedikit tiap 4 jam. Periksa dalam perlu dilakukan dengan hati-hati untuk mencegah risiko infeksi pada vagina, serviks dan uterus. Pemeriksaan ini sering membuat ibu bersalin merasa tidak nyaman. Periksa dalam perlu dilakukan dengan perlahan-lahan.

Pada waktu periksa dalam, perhatikan:

(a) Tingkat kekeringan dan suhu vagina: vagina yang panas dan kering mungkin menunjukkan partus lama, dehidrasi dan infeksi.

(b) Bekas luka pada vagina: mungkin akibat robekan atau episiotomi.

(c) Selaput ketuban: ketuban biasanya pecah setelah serviks terbuka lebih dari setengah dari pembukaan lengkap. Perhatikan warnacairan ketuban bila sudah pecah.

(d) Tebal dan pembukaan serviks: pada saat persalinan serviks menipis, lembek, dan membuka.

(e) Letak janin: Perhatikan seberapa jauh kepala telah turun ke rongga panggul. Bandingkan dengan pemeriksaan luar (abdomen). Bila kepala dapat disentuh, mba kedua ubun-ubun dan suturanya untuk menilai molase. Tentukan posisi janin.

5. Memberikan Asuhan Persalinan pada Kala I

Memberi dukungan emosional kepada ibu bahwa ibu harus bangga dan mensyukuri anugerah yang telah diberikan oleh Allah Swt. dan optimis bahwa ibu bisa mendidik anak

BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR 92

dengan baik, mengatur posisi yang nyaman bagi ibu, cukup asupan cairan dan nutrisi, keleluasaan untuk mobilisasi, termasuk ke kamar kecil, dan penerapan prinsip pencegahan infeksi yang sesuai. Yang tidak dianjurkan kateterisasi rutin, periksa dalam berulang kali (tanpa indikasi yang jelas), mengharuskan ibu pada posisi tertentu dan membatasi mobilisasi (pergerakan). Memberikan informasi yang tidak akurat atau berlawanan dengan kenyataan. Mengosongkan kandung kemih dengan memfasilitasi kemajuan persalinan, memberi rasa nyaman bagi ibu, mengurangi gangguan kontraksi, mengurangi penyulit pada distosia bahu (bahu besar/lebar), bila dilakukan sendiri dapat mencegah terjadinya infeksi akibat trauma atau iritasi.

B. Kala II

1. Definisi Kala II

Kala II dimulai ketika pembukaan serviks sudah lengkap (10 cm) dan berakhir dengan lahirnya bayi, kala II dikenal juga sebagai kala pengeluaran. Partus adalah suatu proses pengeluaran hasil pembuahan (konsepsi) yang dapat hidup, dari dalam rahim (uterus) melalui vagina atau jalan lain ke dunia luar. Usia kehamilan yang dianggap normal (matur/aterm) untuk melahirkan adalah berkisar 38-42 minggu. Jika partus terjadi di usia kehamilan < 38 minggu disebut preterm (prematur), sebaliknya jika partus terjadi saat usia kehamilan > 42 minggu dinamakan posterm (postmatur).

Tanda dan Gejala Kala II

a. Ibu ingin meneran

b. Ibu merasakan adanya tekanan pada anus

c. Perineum terlihat menonjol

d. Vulva vagina dan spingter ani terlihat membuka

e. Peningkatan pengeluaran lendir dan darah

BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR

93

2. Perubahan Fisiologis Ibu Bersalin

Perubahan fisiologis yang normal pada ibu saat memasuki kala II persalinan yaitu:

a. Tekanan Darah

Tekanan darah dapat meningkat lagi 15–25 mmHg selama kontraksi kala II. Upaya meneran ibu juga berpengaruh terhadap tekanan darah, menyebabkan tekanan darah meningkat dan kemudian menurun dan pada akhirnya berada pada sedikit di atas normal. Diperlukan evaluasi tekanan darah dengan cermat di antara kontraksi. Rata-rata peningkatan tekanan darah 10 mmHg di antara kontraksi ketika wanita telah meneran merupakan hal yang normal.

b. Metabolisme

Peningkata metabolisme yang terus-menerus berlanjut sampai kala II disertai upaya meneran ibu menambah aktivitas otot-otot rangka untuk memperbesar peningkatan metabolisme.

c. Denyut Nadi

Frekuensi denyut nadi ibu bervariasi untuk setiap upaya meneran ibu. Secara keseluruhan, frekuensi nadi meningkat selama kala II persalinan disertai takikardi yang nyata ketika telah mencapai puncak pada saat proses melahirkan.

d. Suhu

Peningkatan suhu tertinggi terjadi pada saat proses melahirkan dan segera setelahnya. Peningkatan normal adalah 1 sampai 2 derajat Farenheit (0,5 sampai 1 derajat celcius).

e. Perubahan Gastrointestinal

Penurunan motilitas lambung dan absorbsi yang hebat berlanjut sampai kala II. Biasanya mual dan muntah pada transisi mereda selama kala II persalinan

BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR 94

tetapi dapat terus ada pada beberapa wanita. Muntah─ketika terjadi─normalnya hanya sesekali. Yang konstan dan menetap kapan saja selama persalinan merupakan hal yang abnormal dan mungkin merupakan indikasi komplikasi obstetrik, seperti ruptur uterus atau toxemia.

3. Pemantauan pada Kala II

a. Pemantaun Ibu

(1) Frekuensi dan lama kontraksi setiap 30 menit

(2) Suhu, nadi, dan respirasi ibu setiap 60 menit

(3) Tekanan darah setiap 15 menit

(4) Pastikan ibu sudah berkemih dalam 2 jam terakhir, anjurkan agar ia berkemih setiap 2 jam, atau lebih sering jika kandung kemih terasa penuh. Sebab kandung kemih yang penuh dapat menghalangi kontraksi dan penurunan kepala bayi, hal ini akan menambah rasa sakit, kesulitan untuk melahirkan plasenta, perdarahan pascapersalinan, dan menghambat penatalaksanaan distosia bahu

(5) Adanya kehamilan kembar yang tidak diketahui sebelumnya (setelah bayi pertama lahir).

b. Pemantauan Janin

Sebelum bayi lahir:

(1) DJJ setiap selesai meneran.

(2) Penurunan kepala bayi melalui pemeriksaan abdomen (pemeriksaan luar) setiap 30 menit dan pemeriksaan dalam setiap 60 menit atau kalau ada indikasi.

(3) Kondisi kepala janin (adakah caput atau moulage).

(4) Warna cairan ketuban jika selaputnya sudah pecah (jernih atau bercampur mekonium atau darah).

BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR

95

(5) Apakah ada presentasi majemuk (misalnya tangan atau tali pusat berada di samping atau di atas kepala).

(6) Putaran paksi luar segera setelah kepala bayi lahir.

Saat bayi lahir:

(1) Apakah bayi menangis atau tidak (bernapas tanpa kesulitan).

(2) Apakah bayi bergerak dengan aktif atau dalam keadaan lemas.

(3) Apakah warna kulit bayi merah muda, pucat atau biru.

C. Kebutuhan Ibu dalam Persalinan

1. Dukungan Persalinan

Persalinan adalah saat yang menegangkan dan menggugah emosi ibu dan keluarganya, bahkan dapat menjadi saat yang menyakitkan dan menakutkan bagi ibu. Untuk meringankan kondisi tersebut seorang wanita memerlukan dukungan selama persalinan. Karena dukungan emosional selama persalinan akan menjadikan waktu persalinan menjadi pendek, meminimalkan intervensi, dan menghasilkan persalinan yang baik. Asuhan yang sifatnya mendukung selama persalinan merupakan suatu standar pelayanan kebidanan. Asuhan yang mendukung berarti bersifat aktif dan ikut serta dalam kegiatan yang sedang berlangsung. Dukungan fisik dan emosional yang diberikan oleh bidan harus memperhatikan prinsip-prinsip asuhan sayang ibu.

Lima kebutuhan seorang wanita dalam persalinan menurut Varney’s Midwifery:

(1) Asuhan fisik dan psikologis

Asuhan fisik yang diberikan pada wanita dalam persalinan dapat berupa: memberikan cairan dan nutrisi, keleluasaan ke kamar mandi secara teratur, pencegahan

BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR 96

infeksi, membuat ibu senyaman mungkin dengan posisi yang ia inginkan. Asuhan psikologis selama persalinan meliputi: memberikan dukungan emosional kepada ibu , memberikan kesempatan kepada ibu untuk memilih pendamping selama persalinan, mengucapkan kata-kata yang membesarkan hati dan pujian kepada ibu, bersikap dan bertindak dengan tenang, serta berikan dukungan penuh selama persalinan dll.

(2) Kehadiran pendamping secara terus-menerus

(3) Pengurangan rasa sakit

(4) Penerimaan atas sikap dan perilakunya

Persalinan dan kelahiran merupakan hal yang fisiologis, tetapi banyak wanita yang tidak siap untuk menghadapi persalinannya. Wanita biasanya membutuhkan perhatian lebih dari suami dan keluarganya bahkan bidan sebagai penolong persalinan. Asuhan yang harus diberikan adalah selain pemberian dukungan mental juga penjelasan kepada ibu bahwa rasa sakit yang ia alami selama persalinan merupakan suatu proses yang harus dilalui dan diharapkan ibu tenang menghadapi persalinannya.

(5) Informasi dan kepastian tentang hasil persalinan yang aman

Dalam setiap persalinan wanita atau keluarga membutuhkan penjelasan mengenai persalinan yang dihadapinya baik mengenai kondisi ibu maupun bayinya, serta perkembangan persalinannya.

Hasil penelitian telah memperlihatkan efektifnya dukungan fisik, emosional, dan psikologis selama persalinan dan kelahiran. Dari 14 percobaan yang melibatkan 5.000 wanita memperlihatkan bahwa kehadiran seorang pendamping secara terus-menerus selama persalinan akan menghasilkan:

(1) Kelahiran dengan bantuan vakum dan forsep semakin kecil atau sedikit.

BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR

97

(2) Seksio sesaria untuk membantu kelahiran menjadi berkurang.

(3) Kejadian asfiksia menjadi berkurang.

(4) Lamanya persalinan yang semakin pendek.

(5) Kepuasan ibu yang semakin besar dalam pengalaman melahirkan mereka.

Kehadiran pendamping dalam memberikan dukungan bisa dilakukan dengan bentuk:

(1) Mengucapkan kata-kata yang membesarkan hati ibu.

(2) Mengusap keringat.

(3) Membantu mobilisasi.

(4) Memberikan makanan dan minuman bila dikehendaki.

(5) Memilih posisi.

(6) Memijat punggung.

(7) Membantu mengatur napas saat kontraksi.

D. Mengurangi Rasa Sakit (Pain Relief)

Rasa sakit yang dirasakan ibu selama persalinan sangat bervariasi tingkatannya tergantung dari keadaan jaringan saraf tubuh ibu dalam menerima rangsangan sakit atau nyeri. Untuk itu juga diperlukan dukungan yang baik selama persalinan agar dapat menenangkan dan mengurangi rasa sakit tersebut. Pendekatan pengurangan rasa sakit dapat dilakukan dengan pendekatan nonfarmakologi dan farmakologi.

1. Pendekatan menajemen pengurangan rasa sakit secara nonfarmakologi

Metode mengurangi rasa sakit yang diberikan secara terus-menerus dalam bentuk dukungan adalah sederhana dan efektif, biaya dan risiko rendah, membantu kemajuan persalinan, hasil kelahiran bertambah baik dan bersifat sayang ibu.

BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR 98

Pendekatan-pendekatan untuk mengurangi rasa sakit, menurut Varney’s Midwifery:

a. Adanya seseorang yang dapat mendukung persalinan

b. Pengaturan posisi

c. Relaksasi dan latihan pernapasan

d. Istirahat dan privasi

e. Penjelasan mengenai proses/kemajuan/prosedur yang akan dilakukan

f. Asuhan diri

g. Sentuhan

Penny Simpkin, menjelaskan cara-cara untuk mengurangi rasa sakit:

a. Mengurangi rasa sakit langsung di sumbernya.

b. Memberikan rangsangan alternatif yang kuat.

c. Mengurangi reaksi mental negatif, emosional, dan reaksi fisik ibu terhadap rasa sakit.

Beberapa teknik dukungan untuk mengurangi rasa sakit adalah:

(1) Kehadiran pendamping yang terus-menerus, sentuhan yang nyaman, dan dorongan dari orang yang mendukung.

(2) Perubahan posisi dan pergerakan

(3) Sentuhan dan massage

(4) Counter pressure untuk mengurangi ketegangan pada ligament sacroiliaka

(5) Pijatan ganda pada pinggul

(6) Penekanan pada lutut

(7) Kompres hangat dan kompres dingin

(8) Berendam

BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR

99

(9) Pengeluaran suara

(10) Visualisasi dan pemusatan perhatian

(11) Musik

2. Pendekatan manajemen pengurangan rasa sakit secara farmakologi

Penggunaan sedative/tranquilizer, misalnya golongan barbiturate. Opioids, misalnya morphin.

E. Posisi dalam Persalinan

Pengaturan posisi adalah salah satu teknik relaksasi karena dapat mengurangi titik tekanan dan ketegangan otot-otot dasar panggul. Persalinan dan kelahiran merupakan suatu peristiwa yang normal, tanpa disadari dan mau tidak mau harus berlangsung. Untuk itu ibu harus dibantu memperoleh posisi senyaman mungkin bagi dirinya. Untuk membantu ibu agar tetap tenang dan rileks sedapat mungkin bidan tidak boleh memaksakan pemilihan posisi yang diinginkan ibu dalam persalinannya. Sebaliknya, peranan bidan adalah mendukung ibu dalam posisi yang dipilihnya, menyarankan alternatif-alternatif hanya apabila tindakan ibu tidak efektif atau membahayakan bagi dirinya sendiri atau bagi bayinya. Bidan harus memberi tahu ibu bahwa ibu tidak perlu telentang terus-menerus dalam persalinanya. Jika ibu sudah semakin putus asa dan merasa tidak nyaman, bidan bisa mengambil tindakan-tindakan yang positif untuk mengubah kebiasaan atau mengubah setting tempat yang telah ditentukan. Bidan harus memberikan suasana yang nyaman dan tidak menunjukkan ekspresi terburu-buru, sambil memberikan kepastian yang menyenangkan serta pujian lainnya.

Jenis posisi dalam persalinan menurut Varney’s Midwifery adalah:

1. Duduk/Setengah Duduk

Rasionalisasi: Memudahkan melahirkan kepala bayi, nyaman bagi ibu karena bisa beristirahat dengan mudah di antara kontraksi jika ia merasa lelah.

BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR 100

2. Posisi Merangkak

Rasionaliasi: Baik bagi ibu yang mengalami nyeri punggung saat persalinan, membantu bayi melakukan rotasi, peregangan minimal pada perineum.

3. Berjongkok/Berdiri

Rasionalisasi: Membantu penurunan kepala bayi, mempercepat kemajuan kala II persalinan dan mengurangi rasa nyeri yang hebat.

4. Berbaring Miring ke Kiri

Rasionalisasi: Memberi rasa santai bagi ibu yang letih, karena ibu bisa beristirahat dengan mudah di antara kontraksi memberi oksigenisasi yang baik bagi bayi, lebih nyaman dan efektif untuk meneran, membantu mencegah terjadinya laserasi.

Gambar 7.3: Posisi bersalin. Sumber: Wahyu Wibowo

Bersalin dalam posisi telentang terus-menerus tidak diperbolehkan karena:

BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR

101

a. Dapat menyebabkan hipotensi yang mengakibatkan ibu pingsan dan hilangnya suplai oksigen bagi bayi.

b. Dapat menambah rasa sakit.

c. Bisa memperlama proses persalinan.

d. Lebih sulit bagi ibu untuk melakukan pernapasan.

e. Membuat buang air lebih sulit.

f. Membatasi pergerakan ibu.

g. Bisa membuat ibu tidak berdaya.

h. Bisa membuat proses meneran menjadi lebih sulit.

i. Bisa menambah kemungkinan terjadinya laserasi pada perineum.

j. Menimbulkan kerusakan syaraf pada kaki dan punggung.

Proses persalinan sangat dipengaruhi oleh tiga faktor yaitu power, passage, dan pasanger. Pada faktor passage atau faktor ibu ukuran panggul sangat memengaruhi jalannya/proses persalinan. Sedangkan faktor passenger/janin adalah kepala. Karena dalam persalinan perbandingan antara besarnya kepala dan luasnya panggul merupakan hal yang menentukan. Jika kepala dapat melewati jalan lahir maka bagian-bagian lain dapat menyusul dengan mudah. Menurut penelitian Cadweel dkk, 1934, 95% dari semua kehamilan, janin dengan presentasi belakang kepala/oksiput. Oksiput memasuki panggul dengan sutura sagitalis melintang. Ukuran kepala janin hampir sama dengan ukuran dalam panggul. Karena bentuk panggul yang tidak teratur, maka ketika kepala janin masuk panggul harus menyesuaikan diri dengan bentuk panggul mulai dari PAP ke bidang tengah panggul dan PBP, supaya janin dapat lahir.

Proses penyesuaian masuknya kepala janin ke dalam panggul merupakan mekanisme persalinan. Pada proses ini kepala janin melakukan gerakan-gerakan tertentu, yaitu:

1. Penurunan

Turunnya kepala dapat dibagi dalam:

BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR 102

a. Masuknya kepala dalam PAP

Masuknya kepala ke dalam PAP biasanya dengan sutura sagitalis melintang dan dengan fleksi yang ringan.

Sinklitismus: Sutura sagitalis terdapat di tengah-tengah jalan lahir dan tepat di antara simfisis dan promontorium.

Asinklitismus: Sutura sagitalis agak ke depan mendekati simfisis atau agak ke belakang mendekati promontorium.

Asinklitismus anterior sehingga os parietal depan lebih rendah dari os parietal belakang.

Asinklitismus posterior parietal belakang lebih rendah dari os parietal depan.

Gambar 7.4 Masuknya kepala ke PAP. Sumber: fizah23.blogspot.com

b. Majunya kepala

Pada primigravida majunya kepala terjadi setelah kepala masuk ke dalam rongga panggul dan biasanya baru mulai pada kala II. Pada multipara majunya dan masuknya kepala janin ke dalam rongga panggul terjadi bersamaan. Yang menyebabkan:

(1) Tekanan cairan amnion

(2) Tekanan langsung fundus pada bokong

(3) Kontraksi otot

(4) Ekstensi dan pelurusan badan janin

BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR

103

Majunya kepala terjadi bersamaan dengan gerakan yaitu: fleksi, putaran paksi dalam dan ekstensi.

2. Fleksi

Dengan majunya kepala maka fleksi juga bertambah hingga ubun kecil jelas lebih rendah dari ubun suboksipito bregmatika (9,5 cm) menggantikan diameter suboksipito frontalis (11 cm). Fleksi kepala biasanya terjadi bila penurunan kepala menemukan tahanan, apakah dari serviks, dinding panggul atau dasar panggul.

Gambar 7.5 Posisi Kepala Fleksi. Sumber : bidandanbunda.blogspot.com

3. Rotasi Dalam/Putar Paksi Dalam

Yaitu pemutaran kepala janin secara perlahan menggerakkan oksiput dari posisi asalnya ke anterior menuju simfisis pubis, atau ke posterior menuju lubang sakrum. Rotasi dalam tidak terjadi sendiri, tetapi selalu bersamaan dengan majunya kepala dan kadang-kadang baru setelah kepala sampai di dasar panggul.

Sebab–sebab terjadinya rotasi dalam:

a. Pada letak fleksi, bagian belakang kepala atau oksiput merupakan bagian terendah dari kepala.

b. Bagian terendah dari kepala ini mencari tahanan yang paling sedikit.

BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR 104

c. Ukuran terbesar dari bidang tengah panggul adalah diameter antero posterior.

4. Ekstensi

Setelah kepala janin sampai pada dasar panggul, terjadilah ekstensi atau defleksi kepala. Hal ini disebabkan karena:

a. Sumbu jalan lahir pada pintu bawah panggul atas, sehingga kepala harus mengadakan ekstensi untuk melaluinya.

b. Adanya dua kekuatan, yang satu mendesaknya ke bawah.

c. Satunya tahanan dasar panggul yang menolaknya ke atas.

Resultannya adalah kekuatan ke arah depan atas.

Setelah suboksiput tertahan pada pinggir bawah simpisis maka yang dapat maju karena kekuatan tersebut di atas bagian yang berhadapan dengan suboksiput, maka lahirlah berturut ubun besar, dahi, hidung, mulut dan akhirnya dagu denga ekstensi. Dan sebagai hipomoklion (pusat pemutaran) adalah sub oksiput.

Gambar 7.6 Kepala Ekstensi. Sumber : diananggraeni-203.blogspot.com

5. Rotasi Luar/Putaran Paksi Luar

Putaran ini untuk menghilangkan torsi pada leher yang terjadi karena putaran paksi dalam. Kepala memutar kembali searah punggung janin. Gerakan ini disebabkan karena ukuran bahu (diameter bisakromial) menempatkan diri dalam diameter antero posterior dari pintu bawah panggul.

BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR

105

Gambar 7.7 Rotasi Luar. Sumber: lukasdoni.blogspot.com

6. Ekspulsi

Setelah putaran paksi luar bahu depan sampai di b menjadi hipomoklion untuk melahirkan bahu belakang. Kemudian bahu depan menyusul dan selanjutnya badan anak lahir searah dengan jalan lahir.

Amniotomi

Apabila selaput ketuban belum pecah dan pembukaan sudah lengkap maka perlu dilakukan tindakan amniotomi. Perhatikan warna air ketuban saat dilakukan amniotomi. Jika terjadi pewarnaan mekonium pada air ketuban maka lakukan persiapan pertolongan bayi setelah lahir karena hal tersebut menunjukkan adanya hipoksia dalam rahim atau selama proses persalinan.

BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR 106

Prosedur melakukan amniotomi:

1. Membantu prosedur bersama ibu dan keluarganya dan jawab pertanyaan apa pun yang mereka ajukan.

2. Dengarkan denyut jantung janin dan catat pada partograf.

3. Cuci tangan.

4. Pakai sarung tangan DTT atau seteril.

5. Di antara kontraksi, lakukan pemeriksaan dalam dengan hati-hati. Raba dengan hati-hati selaput ketuban untuk memastikan bahwa kepala telah masuk ke dalam panggul dengan baik dan bahwa tali pusat dan/atau bagian-bagian tubuh yang kecil dari bayi (misalkan tangan) tidak bisa dipalpasi, jika tali pusat atau bagian-bagian tubuh yang kecil dari bayi bisa dipalpasi, jangan pecahkan selaput ketuban.

Catatan: Pemeriksaan dalam yang dilakukan di antara kontraksi sering kali lebih nyaman untuk ibu. Tetapi jika selaput ketuban tidak dapat diraba di antara kontraksi, tunggu sampai kekuatan kontraksi berikutnya. Mendorong cairan ketuban, menekan selaput ketuban, serta membuatnya lebih mudah untuk dipalpasi dan dipecahkan.

6. Dengan menggunakan tangan yang lain, tempatkan klem setelah kocher atau setengah kelly DTT/seteril dengan lembut ke dalam vagina dipandu klem dengan jari dari tangan yang digunakan untuk pemeriksaan. Gerakkan jari mencapai selaput ketuban.

7. Pegang ujung klem di antara ujung jari pemeriksaan, gerakkan jari dengan lembut. Gosokkan klem ke selaput ketuban dan pecahkan.

Catatan: Sering kali lebih mudah untuk memecahkan selaput ketuban di antara kontraksi ketika selaput ketuban tidak tegang, hal ini juga akan mencegah air ketuban menyemprot pada saat selaput ketuban dipecahkan.

8. Biarkan air ketuban membasahi jari tangan yang digunakan untuk pemeriksaan.

BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR

107

9. Gunakan tangan yang lain untuk mengambil klem dan menempatkannya ke dalam larutan klorin 0,5% untuk didekontaminasi. Biarkan jari tangan pemeriksaan tetap di dalam vagina untuk mengetahui penurunan kepala janin dan memastikan bahwa tali pusat atau bagian kecil dari janin tidak teraba. Setelah memastikan penurunan kepala dan tidak ada tali pusat dan bagian-bagian tubuh bayi yang kecil, keluarkan tangan pemeriksa secara lembut dari dalam vagina.

10. Evaluasi warna cairan ketuban, periksa apakah ada mekonium atau darah (lebih bayak dari bercak bercampur darah yang normal) jika mekonium atau darah terlihat, lakukan penatalaksanaan lanjut.

11. Celupkan tangan yang masih menggunakan sarung tangan ke dalam larutan klorin 0,5% lalu lepaskan sarung tangan dan biarkan terendam di larutan klorin 0,5% selama 10 menit.

12. Cuci kedua tangan.

13. Segera periksa ulang DJJ.

14. Catat pada partograf waktu dilakukan pemecahan selaput ketuban, warna air ketuban dan DJJ.

Episiotomi dengan Anestesi Lokal

Ingat, episiotomi bisa dipertimbangkan hanya pada kasus-kasus:

1. Gawat janin.

2. Persalinan pervaginam dengan penyulit (sungsang, distosia bahu, ekstraksi, vorcep, ekstraksi vacum).

3. Jaringan parut pada perineum atau vagina yang menghalangi kemajuan persalinan.

BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR 108

Gambar 7.8 Jenis-Jenis Episiotomi. Sumber: slideshare.net

4. Persiapan

5. Pertimbangkan indikasi-indikasi untuk melakukan episiotomi dan pastikan bahwa episiotomi tersebut penting untuk keselamatan dan kenyamanan ibu dan bayi.

6. Pastikan bahwa semua perlengkapan dan bahan-bahan yang diperlukan sudah tersedia dan dalam keadaan DTT/steril.

7. Gunakan teknik aseptik setiap saat. Cuci tangan dan pakai sarung tangan DTT/steril.

8. Jelaskan pada ibu mengapa ia memerlukan episiotomi dan diskusikan prosedurnya dengan ibu, berikan alasan rasional pada ibu.

Memberikan Anestesi Lokal

Berikan anestesi lokal secara dini agar obat tersebut memiliki cukup waktu untuk memberikan efek sebelum episiotomi dilakukan. Episiotomi adalah tindakan yang menimbulkan rasa sakit dan menggunakan anastesi lokal adalah bagian dari asuhan sayang ibu.

1. Jelaskan kepada ibu apa yang akan Anda lakukan dan bantu dia untuk merasa rileks.

2. Hisap 10 ml larutan lidokaine 1% tanpa epineprin ke dalam tabung suntik steril ukuran 10 ml (tabung suntik lebih besar boleh digunakan, jika diperlukan). Jika lidokaine 1% tidak

BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR

109

tersedia, larutkan 1 bagian lidokaine 2% dengan 1 bagia cairan garam fisiologis atau air destilasi seteril, sebagai contoh larutkan dalam 5 ml cairan garam fisiologis atau air seteril.

3. Pastikan bahwa tabung suntik memiliki jarum ukuran 22 dan panjang 4 cm (jarum yang lebih panjang boleh digunakan, jika diperlukan).

4. Letakkan dua jari ke dalam vagina di antara kepala bayi dan perineum.

5. Masukkan jarum di tengah forcette dan arahkan jarum sepanjang tempat yang akan diepisiotomi.

6. Aspirasi (tarik batang penghisap) untuk memastikan bahwa jarum tidak berada di dalam pembuluh darah. Jika darah masuk ke dalam tabung suntik, jangan suntikkan lidokaine, tarik jarum tersebut keluar. Ubah posisi jarum dan tusukkan kembali. Alasan: Ibu bisa mengalami kejang dan bisa terjadi kematian jika lidokaine disuntikkan ke dalam pembuluh darah.

7. Tarik jarum perlahan sambil menyuntikkan masukkan 10 ml lidokaine.

8. Tarik jarum bila sudah kembali ke titik asal jarum suntik ditusukkan. Kulit melembung karena anestesia bisa terlihat dan dipalpasi pada perineum di sepanjang garis yang akan dilakukan episotomi.

Prosedur Episiotomi

1. Tunda tindakan episiotomi sampai perineum menipis dan pucat, dan 3-4 cm kepala bayi sudah terlihat pada saat kontraksi. Alasan: Melakukan episotomi akan menyebabkan perdarahan, jangan melakukannya terlalu dini.

2. Masukkan dua jari ke dalam vagina di antara kepala bayi dan perineum. Kedua jari agak direnggangkan dan berikan sedikit tekanan lembut ke arah luar pada perineum. Alasan: hal ini akan melindungi kepala bayi dari gunting dan meratakan perineum sehingga membuatnya lebih mudah diepisiotomi.

BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR 110

3. Gunakan gunting tajam DTT/steril, tempatkan gunting di tengah-tengah fourcette posterior dan gunting mengarah ke sudut yang diinginkan untuk melakukan episiotomi mediolateral (jika anda bukan kidal, episotomi mediolateral yang dilakukan di sisi kiri lebih mudah dijahit). Pastikan untuk melakukan palpasi/mengidentifikasi spingter ani eksternal dan mengarahkan gunting cukup jauh ke arah samping untuk menghindari spingter.

4. Gunting perineum sekitar 3-5 cm dengan arah mediolateral menggunakan satu atau dua guntingan yang mantap. Hindari menggunting jaringan sedikit demi sedikit karena akan menimbulkan tepi yang tidak rata sehingga akan menyulitkan penjahitan dan waktu penyembuhannya lebih lama.

5. Gunakan gunting untuk memotong 2-3 cm ke dalam vagina.

6. Jika kepala bayi belum juga lahir, lakukan tekanan pada luka episotomi dengan dilapisi kain atau kasa DTT/steril di antara kontraksi untuk membantu mengurangi perdarahan.

7. Kendalikan kelahiran kepala, bahu, dan badan bayi untuk mencegah perluasan episiotomi.

8. Setelah bayi dan plasenta lahir, periksa dengan hati-hati apakah episiotomi, perineum dan vagina mengalami perluasan robekan atau laserasi, lakukan penjahitan jika terjadi perluasan episotomi dan laserasi tambahan.

F. Kala III

1. Definisi Kala III

Persalinan Kala III merupakan persalinan yang dimulai dari bayi lahir sampai keluarnya plasenta. Biasanya berlangsung antara 5-10 menit. Partus kala III disebut pula kala uri. Kelainan pada kala III ini bisa menyebabkan perdarahan. Waktu yang paling kritis untuk mencegah perdarahan postpartum adalah ketika plasenta lahir dan segera setelah itu. Akan tetapi, kisaran normal kala III sampai

BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR

111

30 menit. Risiko perdarahan meningkat apabila kala III lebih dari 30 menit, terutama antara 30-60 menit.

2. Kemajuan Persalinan

Kala III persalinan terdiri dari dua fase berurutan, yaitu:

a. Pelepasan Plasenta

Pelepasan plasenta merupakan hasil penurunan mendadak ukuran kavum uteri selama dan setelah kelahiran bayi, sewaktu uterus berkontraksi mengurangi isi uterus. Pengurangan ukuran uterus secara bersamaan berarti penurunan area perlekatan plasenta. Pada sisi perlekatan ini, tidak mampu menahan tekanan dan melengkung, akibatnya terjadi pelepasan plasenta dari dinding uterus di lapisan spongiosa. Setelah lepas, plasenta turun ke segmen bawah uterus atau ke dalam ruang vagina atas. Setelah ibu melahirkan bayinya, kita harus mengevaluasi kemajuan persalinan dan kondisi ibu. Satu tangan ditempatkan di abdomen ibu untuk merasakan, tanpa melakukan massage, bentuk dan posisi uterus serta menentukan apakah uterus berkontraksi. Pelepasan plasenta normal dari dinding uterus dicapai dengan efek kontraksi uterus. Jika uterus di-massage sebelum pelepasan plasenta dari dinding uterus, massage dapat menyebabkan pelepasan sebagian plasenta yang berakibat perdarahan. Bahaya pelepasan sebagian adalah bagian plasenta masih menyatu dengan uterus dan uterus tidak mampu berkontraksi cukup kuat untuk meligasi dan membuat kolaps pembuluh yang dialiri darah, yang terjalin melalui serat otot dalam area tempat pelepasan telah terjadi. Bidan dapat mengecek dengan menggunakan:

(1) Kustner

Dengan meletakkan tangan disertai tekanan pada/di atas simfisis, tali pusat ditegangkan, maka bila tali pusat masuk menandakan plasenta belum lepas, kalau plasenta diam atau maju berarti plasenta sudah lepas.

BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR 112

(2) Strassman

Menegangkan tali pusat dan mengetok pada fundus, bila tali pusat bergetar menandakan plasenta belum lepas, jika plasenta tidak bergetar berarti plasenta sudah lepas.

(3) Klein

Pada saat ada his rahim kita dorong sedikit, bila tali pusat kembali berarti plasenta belum lepas, jika plasenta diam atau turun berarti plasenta sudah lepas.

b. Pengeluaran Plasenta

Pengeluaran plasenta dimulai dengan penurunan plasenta ke dalam segmen bawah uterus. Plasenta kemudian keluar melewati serviks ke ruang vagina atas, dari arah plasenta ke luar.

Tanda-tanda lepasnya plasenta:

(1) Terjadi perubahan bentuk uterus dan tinggi fundus uteri.

(2) Tali pusat memanjang atau terjulur keluar melalui vagina/vulva.

(3) Adanya semburan darah secara tiba-tiba.

Setelah plasenta lepas, gunakan tangan diabdomen ibu untuk meyakinkan bahwa uterus berkontraksi. Kemudian menempatkan permukaan telapak tangan tepat di atas simfisis pubis dan tekan berlawanan arah dengan uterus, angkat sedikit ke arah atas menuju umbilikus. Pada saat yang sama, tangan yang lain menarik tali pusat, menggunakan klem di sekeliling tempat tali pusat. Pada saat yang sama meminta ibu tersebut mengejan. Pada saat menarik tali pusat mengikuti sumbu yang dilalui oleh janin yaitu ke bawah dan ke atas sewaktu plasenta lepas. Jangan pernah memberikan tarikan pada tali pusat kapan pun kecuali uterus berkontraksi. Jika uterus tidak berkontraksi dan plasenta atau membran melekat ke dinding uterus, inversi uterus adalah bahaya potensial. Pada keadaan

BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR

113

demikian, tarikan plasenta tidak hanya menarik plasenta tetapi dinding uterus yang menyatu. Kala III berakhir jika membran segera mengikuti plasenta dan dilahirkan bersama plasenta.

c. Mekanisme Pengeluaran Plasenta:

(1) Mekanisme Schultze

Kelahiran plasenta dengan presentasi sisi janin. Pelepasan plasenta dimulai dari sisi tengah, disertai pembentukan bekuan retroplasenta sentral, yang memengaruhi berat plasenta sehingga bagian sentral turun terlebih dahulu. Hal ini menyebabkan plasenta dan kantong amnion terbalik dan menyebabkan membran melepaskan desidua dan tertinggal di belakang plasenta, membran yang terbalik menangkap dan menahan darah.

(2) Mekanisme Duncan

Kelahiran plasenta dengan sisi maternal. Pelepasan plasenta terjadi pada bagian pinggir atau perifer plasenta. Darah keluar di antara membran dan dinding uterus dan terlihat secara eksternal. Plasenta turun ke samping dan kantong amnion, oleh karena itu tidak berbalik tetapi tertinggal di belakang plasenta untuk kelahiran tempat implantasi plasenta mengalami pengerutan akibat pengosongan kavum uteri dan kontraksi lanjutan sehingga plasenta dilepaskan dari pelekatannya dan pengumpulan darah pada ruang utero-plasenter akan mendorong plasenta ke luar. Pelepasan dan pengeluaran terjadi karena kontraksi, yang mulai terjadi lagi setelah terhenti singkat setelah kelahiran bayi. Kontraksi kurang lebih setiap 2 sampai 2,5 menit selama kala dua persalinan. Kemudian kontraksi berlangsung setiap 4–5 menit sampai plasenta telah lepas dan keluar. Setelah uterus kosong, berkontraksi dengan sendirinya dan tetap berkontraksi jika tonus otot baik. Apabila kontraksi buruk akan mengalami peningkatan aliran lokia dan kontraksi

BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR 114

uterus berulang sewaktu uterus relaksasi. Hal ini menyebabkan nyeri setelah melahirkan.

3. Rencana Penatalaksanaan Kala III

Kesalahan penatalaksanaan kala III adalah penyebab utama perdarahan juga menyebabkan inversi uterus serta syok yang mengancam jiwa. Komplikasi yang membahayakan seperti itu akan dapat dihindari dengan aturan sebagai berikut:

a. Lakukan massage sesegera mungkin setelah kelahiran plasenta.

b. Jangan lakukan massage uterus sebelum pelepasan plasenta kecuali apabila pelepasan sebagian telah terjadi dengan proses alamiah dan tampak perdarahan berlebihan.

c. Jangan mendorong tali pusat sebelum plasenta lepas dan jangan mendorong tali pusat pada saat uterus tidak berkontraksi.

d. Jangan mencoba melahirkan plasenta sebelum pelepasan lengkap.

4. Manajemen Aktif Kala III

Tujuan manajemen aktif kala III adalah untuk menghasilkan kontraksi uterus yang lebih efektif sehingga dapat mempersingkat waktu, mencegah perdarahan, dan mengurangi kehilangan darah kala III persalinan. Sebagian besar kasus kesakitan dan kematian ibu di Indonesia disebabkan oleh perdarahan pascapersalinan di mana sebagian disebabkan oleh atonia uteri dan retensio plasenta yang sebenarnya dapat dicegah dengan melakukan manajemen aktif kala III.

Tiga langkah utama dalam manajemen aktif kala III:

a. Pemberian oksitosin/uterotonika sesegera mungkin.

b. Melakukan penegangan tali pusat terkendali (PTT).

c. Rangsangan taktil pada dinding uterus atau fundus uteri.

BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR

115

d. Penegangan tali pusat terkendali:

e. Berdiri di samping kanan ibu.

f. Pindahkan jepitan semula tali pusat ke titik 5-20 cm dari vulva dan pegang klem penjepit tersebut.

g. Letakkan telapak tangan (alas dengan kain) yang lain, pada segmen bawah rahim atau dinding uterus di suprasimfisis.

h. Pada saat terjadi kontraksi, tegangkan tali pusat sambil tekan uterus ke dorsokranial.

i. Ulangi kembali perasat ini bila plasenta belum dapat dilahirkan (jangan lakukan pemaksaan).

5. Pemeriksaan Plasenta, Selaput Ketuban dan Pelepasan Plasenta

Setelah plasenta lahir, jangan lupa harus dilakukan pemeriksaan secara teliti karena salah satu penyebab dari perdarahan adalah masih tertinggalnya jaringan di uterus. Jaringan tersebut memengaruhi proses involusi dari uterus. Bidan harus waspada apakah plasenta dan membran lengkap, dan apakah ada abnormalitas seperti ada simpul sejati atau ada tali pusat yang mempunyai dua pembuluh saja.

Setelah melahirkan plasenta, penting untuk memeriksa plasenta dan selaput ketuban untuk memastikan bahwa keduanya lengkap. Sisa-sisa plasenta dan selaput ketuban yang tertinggal di dalam uterus akan menghalangi kontraksi uterus sepenuhnya. Jika uterus tidak sepenuhnya berkontraksi, maka ibu bisa kehilangan banyak darah. Permukaan plasenta bagian ibu hendaknya diperiksa untuk memastikan bahwa semua cotyledons ada di pinggiran membran semuanya rata (licin). Hal ini harus dilakukan secepat mungkin supaya jika ada bagian yang hilang, bidan bisa dengan segera mengeluarkannya. Jika membrannya tidak lengkap, kadang-kadang bisa ditarik keluar secara perlahan-lahan dengan menggunakan klem. Jika wanita tersebut tidak mengeluarkan darah, Anda bisa memberikan injeksi methergin 0,2 mg (IM) agar kontraksi uterus akan mendesak

BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR 116

keluar membran tersebut. Jika ibu mengeluarkan darah, kenakanlah sarung tangan steril atau yang telah di-DTT dengan kasa yang dililit di jari telunjuk dan sapulah lubang servik dan uterus untuk mengeluarkan membran yang tertinggal.

Setelah pemeriksaan plasenta, periksalah daerah perineum. Dengan lembut dan perlahan periksalah perineum, vagina, dan vulva untuk mengetahui apakah ada robekan. Setelah proses kelahiran, vagina akan mengalami peregangan dan lebih besar dari biasanya. Mungkin akan ada bagian-bagian yang merah, edema, dan lecet. Dengan perlahan-lahan periksalah anus untuk mengetahui apakah ada trauma atau hemorhoid yang bisa menonjol keluar atau terjadi thrombosis setelah proses kelahiran.

G. Kala IV

1. Definisi Kala IV Pengawasan

Adalah kala pengawasan selama 1–2 jam setelah bayi dan uri lahir untuk mengamati keadaan ibu terutama terhadap bahaya perdarahan post partum. Darah yang keluar diperkirakan sebaik-baiknya. Kehilangan darah pada persalinan biasa disebabkan oleh luka pada pelepasan uri dan robekan pada serviks dan perineum. Rata-rata dalam batas normal jumlah perdarahan adalah 250 cc, biasanya 100–300 cc. Bila perdarahan lebih dari 500 cc ini sudah dianggap abnormal dan harus dicari penyebabnya.

Jangan meninggalkan wanita bersalin 1 jam sesudah bayi dan uri lahir. Sebelum pergi meninggalkan ibu yang baru melahirkan, periksa ulang dulu dan perhatikan 7 pokok penting:

a. Kontraksi rahim: baik/tidak dapat diketahui dengan palpasi. Lakukan massage dan berikan uterus tonika: methergin, ermetrin dan pitosin.

b. Perdarahan: ada/tidak, banyak/biasa.

BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR

117

c. Kandung kencing: harus kosong, kalau penuh ibu suruh kencing dan kalau tidak bisa lakukan kateterisasai.

d. Luka-luka: jahitannya baik/tidak, ada perdarahan/tidak.

e. Uri dan selaput ketuban harus lengkap.

f. Keadaan umum ibu: tensi, nadi, pernapasan, dan rasa sakit.

g. Bayi dalam keadaan baik.

2. Memberikan Asuhan pada Ibu Bersalin Kala IV

a. Fisiologi Kala IV

Setelah plasenta lahir tinggi fundus uteri kurang lebih 2 jari di bawah pusat. Otot–otot uterus berkontraksi, pembuluh darah yang ada di antara anyaman–anyaman otot uterus akan terjepit. Proses ini akan menghentikan perdarahan setelah palsenta dilahirkan.

b. Evaluasi Uterus: Konsistensi, Atonia

Setelah plasenta lahir dilakukan pemijatan uterus untuk merangsang uterus berkontraksi. Dalam evaluasi uterus yang perlu dilakukan adalah mengobservasi kontraksi dan konsistensi uterus. Kontraksi uterus yang normal adalah pada perabaan fundus uteri akan teraba keras. Jika tidak terjadi kontraksi dalam waktu 15 menit setelah dilakukan pemijatan uterus akan terjadi atonia uteri.

c. Pemeriksaan Serviks, Vagina, dan Perineum

(1) Serviks

Perubahan yang terjadi pada serviks adalah serviks agak menganga seperti corong. Bentuk ini disebabkan oleh korpus uteri yang dapat mengadakan kontraksi, sedangkan serviks tidak berkontraksi sehingga seolah-olah ada perbatasan antara korpus dan serviks uteri terbentuk semacam cincin. Dilihat dari warnanya serviks menjadi merah kehitam- hitaman karena penuh pembuluh darah, konsistensinya lunak.

BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR 118

Segera setelah janin dilahirkan serviks masih bisa dimasuki oleh tangan pemeriksa, tetapi setelah 2 jam hanya bisa dimasuki 2-3 jari.

(2) Vagina dan Perineum

Evaluasi laserasi dan perdarahan aktif pada perineum dan vagina. Nilai perluasan laserasi perineum. Derajat laserasi perineum terbagi atas:

(a) Derajat I

Meliputi mokosa vagina, fourchette posterior, dan kulit perineum. Pada derajat I ini tidak perlu dilakukan penjahitan, kecuali jika terjadi perdarahan.

(b) Derajat II

Meliputi mokosa vagina, fourchette posterior, kulit perineum dan otot perineum. Pada derajat II dilakukan penjahitan dengan teknik jelujur.

(c) Derajat III

Meliputi mokosa vagina, fourchette posterior, kulit perineum, otot perineum dan otot spingter ani external.

(d) Derajat IV

Derajat III ditambah dinding rektum anterior. Pada derajat III dan IV segera lakukan rujukan karena laserasi ini memerlukan teknik dan prosedur khusus.

Setelah melahirkan plasenta, penting untuk memeriksa plasenta dan selaput ketuban untuk memastikan bahwa keduannya lengkap. Sisa-sisa plasenta dan selaput ketuban yang tertinggal di dalam uterus akan menghalangi kontraksi uterus sepenuhnya. Jika uterus tidak sepenuhnya berkontraksi, maka ibu bisa kehilangan banyak darah. Permukaan plasenta bagian ibu hendaknya diperiksa untuk memastikan bahwa semua cotyledons ada

BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR

119

di pinggiran membran semuanya rata (licin). Hal ini harus dilakukan secepat mungkin supaya jika ada bagian yang hilang, bidan bisa dengan segera mengeluarkannya. Jika membrannya tidak lengkap, kadang-kadang bisa ditarik keluar secara perlahan-lahan dengan menggunakan klem. Jika wanita tersebut tidak mengeluarkan darah, Anda bisa memberikan injeksi methergin 0,2 mg (IM) agar kontraksi uterus akan mendesak keluar membran tersebut. Jika ibu mengeluarkan darah, kenakanlah sarung tangan steril atau yang telah di- DTT dengan kasa yang dililit di jari telunjuk dan sapulah lubang serviks dan uterus untuk mengeluarkan membran yang tertinggal.

Setelah pemeriksaan plasenta, periksalah daerah perineum. Dengan lembut dan perlahan periksalah perineum, vagina, dan vulva untuk mengetahui apakah ada robekan. Setelah proses kelahiran, vagina akan mengalami peregangan dan lebih besar dari biasanya. Mungkin akan ada bagian-bagian yang merah, edema, dan lecet. Dengan perlahan-lahan periksalah anus untuk mengetahui apakah ada trauma atau hemoroid yang bisa menonjol keluar atau terjadi trombosis setelah proses kelahiran.

d. Pemantauan dan Evaluasi Lanjut

Selama dua jam pertama pascapersalinan:

(1) Pantau tekanan darah, nadi, suhu, TFU, kandung kemih, dan perdarahan yang terjadi setiap 15 menit dalam satu jam pertama dan setiap 30 menit dalam satu jam kedua. Jika ada temuan yang tidak normal lakukan observasi dan penilaian secara lebih sering.

(2) Pemijatan uterus untuk memastikan uterus menjadi keras setiap 15 menit dalam satu jam pertama dan setiap 30 menit dalam satu jam kedua. Jika ada temuan yang tidak normal tingkatkan frekuensi observasi dan penilaian.

(3) Pantau suhu tubuh ibu 1x setiap jam selama dua jam pertama pascapersalinan. Jika suhu tubuh meningkat pantau lebih sering.

BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR 120

(4) Nilai perdarahan. Periksa perineum dan vagina setiap 15 menit dalam satu jam pertama dan setiap 30 menit dalam satu jam kedua.

(5) Ajarkan ibu dan keluarganya bagaimana menilai tonus dan perdarahan uterus juga bagaimana melakukan pemijatan jika uterus menjadi lembek.

(6) Minta anggota keluarga untuk memeluk bayi. Bersihkan dan bantu ibu untuk mengenakan baju atau sarung yang bersih dan kering, atur posisi ibu agar nyaman dengan cara duduk bersandarkan bantal atau berbaring miring. Jaga agar tubuh dan kepala bayi diselimuti dengan baik, berikan bayi kepada ibu dan anjurkan untuk dipeluk dan diberi ASI.

(7) Lengkapi dengan asuhan esensial bagi bayi baru lahir.

(8) Periksa banyaknya urine setiap 15 menit pada satu jam pertama dan setiap 30 menit pada satu jam kedua.

Sebagian besar kematian ibu pada periode pascapersalinan terjadi pada 6 jam pertama setelah persalinan. Kematian ini disebabkan oleh infeksi, perdarahan, dan eklampsia. Oleh karena itu, pemantauan selama dua jam pertama post partum sangat penting. Selama kala IV ini haruslah peneruskan penatalaksanaan. Yang harus dievaluasi:

(1) Suhu harus diperiksa satu kali pada kala IV.

(2) Tekanan darah, nadi, ukuran dan tonus uterus, kandung kemih dan perdarahan semuanya harus dievaluasi setiap 15 menit untuk satu jam pertama post partum dan kemudian, jika semuanya normal, setiap 30 menit pada jam kedua.

e. Perkiraan Darah yang Hilang

Satu cara untuk menilai kehilangan darah adalah dengan cara melihat darah tersebut dan memperkirakan berapa banyak botol berukuran 500 ml yang bisa dipenuhi darah tersebut. Jika darah bias mengisi 2 botol artinya ibu

BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR

121

telah kehilangan 1 liter darah. Memperkirakan kehilangan darah hanyalah salah satu cara untuk menilai kondisi ibu. Upaya yang lebih penting adalah dengan memeriksa ibu secara berkala dan lebih sering selama kala IV dan menilai kehilangan darahnya dengan cara memantau tanda vital, mengevaluasi kondisi terkini, memperkirakan jumlah perdarahan lanjutan dan menilai tonus uterus.

Sangat sulit untuk memperkirakan kehilangan darah secara tepat karena darah sering kali bercampur dengan cairan ketuban atau urine dan mungkin terserap di handuk, kain, atau sarung. Tidak mungkin menilai kehilangan darah secara akurat dengan menghitung sarung, karena ukuran sarung bermacam-macam dan mungkin diganti jika terkena sedikit darah atau pada saat benar-benar basah oleh darah. Meletakkan wadah atau pispot di bawah bokong ibu untuk mengumpulkan darah bukanlah cara yang efektif untuk mengukur kehilangan darah dan bukan merupakan cerminan asuhan sayang ibu, berbaring di atas wadah atau pispot sangat tidak nyaman dan menyulitkan ibu untuk memegang dan menyusui bayinya.

Satu cara untuk menilai kehilangan darah adalah dengan cara melihat darah tersebut dan memperkirakan berapa banyak botol berukuran 500 ml yang bisa dipenuhi darah tersebut. Jika darah bisa mengisi 2 botol, ibu telah kehilangan darah 1 liter. Darah bisa mengisi setengah botol, ibu kehilangan 250 ml darah. Memperkirakan kehilangan darah hanyalah salah satu cara untuk menilai kondisi ibu.

LATIHAN SOAL

KASUS I (untuk soal No. 1–5)

Ny. Sarah, 25 tahun, G1P0A0, hamil 38 minggu, datang ke BPS pukul 08.00 WIB, mengeluh perut kencang-kencang, hasil pemeriksaan:

BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR 122

KU baik, TD: 110/70 mmHg, nadi 80x/menit, respirasi 24x/menit, TFU 30 cm, kepala sudah masuk 2/5, hasil VT pembukaan serviks 8 cm, selaput ketuban masih utuh, ibu mengatakan cemas menghadapi persalinan.

1. Diagnosis kebidanan Ny. Sarah adalah ….

A. Inpartu kala I fase laten

B. Inpartu kala I fase aktif akselerasi

C. Inpartu kala I fase aktif deselerasi

D. Inpartu kala I fase aktif dilatasi maksimal

2. Data fokus yang menunjukkan Ny. Sarah dalam proses persalinan ….

A. Kepala masuk 2/5

B. TFU 30 cm

C. Kencang-kencang

D. Pembukaan serviks 8 cm

3. Sesuai dengan kasus Ny. Sarah penurunan kepala berada pada….

A. Hodge I

B. Hodge II

C. Hodge III

D. Hodgee IV

4. Asuhan sayang ibu yang diberikan pada Ny. Sarah….

A. Memberikan dukungan emosional

B. Memberikan nutrisi

C. Menganjurkan ibu untuk berbaring

D. Melakukan periksa dalam kembali untuk menentukan pembukaan

5. Setelah dievaluasi, ibu menyatakan ingin meneran, tindakan bidan adalah ….

BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR

123

A. Memecah ketuban

B. Memimpin persalinan

C. Memastikan pembukaan lengkap

D. Menganjurkan ibu untuk mengatur pernapasan

KASUS II (untuk soal No. 6-10)

Ny. Mira umur 25 tahun PI A0 AHI baru saja melahirkan bayinya secara spontan, keadaan bayinya menangis kuat, kemerahan pada kulit dan tonus ototnya baik, sedangkan plasenta belum lahir. Tinggi fundus uteri masih setinggi pusat, sudah terdapat tanda-tanda pelepasan plasenta.

6. Ny. Mira saat ini dalam kondisi ….

A. Inpartu fase aktif

B. Post partum

C. Inpartu kala II

D. Inpartu kala III

7. Tindakan yang dilakukan bidan berdasarkan kasus Ny. Mira adalah ….

A. Pastikan janin tunggal

B. Injeksi oksitosin

C. Penegangan tali pusat terkendali

D. Melahirkan plasenta

8. Sesuai kasus di atas diperkirakan plasenta akan lahir dalam waktu ….

A. 5-10 menit

B. 10-15 menit

C. 15-20 menit

D. 15-30 menit

BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR 124

9. Tali pusat memanjang, semburan darah mendadak dan uterus globuler merupakan ….

A. Inpartu III

B. Tanda-tanda bayi sudah lahir

C. Tanda-tanda pelepasan tali pusat

D. Tanda-tanda pelepasan plasenta

10. Pada keadaan kontraksi, uterus inkoordinasi akan membentuk cincin retraksi patologis (bendel’s rings), pada bagian uterus ini merupakan bagian uterus ….

A. Segmen atas uterus

B. Segmen tengah uterus

C. Segmen bawah uterus

D. Batas antara segmen atas dan bawah

BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR

125

BAB VIII

PENGENALAN TANDA BAHAYA PADA MASA PERSALINAN

A. Konsep Dasar Distosia

1. Definisi

Distosia adalah kelambatan atau kesulitan dalam jalannya persalinan.

2. Etiologi

Distosia dapat disebabkan karena kelainan his, kelainan janin, kelainan alat kandungan, serta karena kelainan jalan lahir.

3. Macam Distosia

a. Distosia Power/Tenaga/His

(1) Definisi

Distosia karena kelainan tenaga (his) yang tidak normal, baik kekuatan maupun sifatnya, sehingga menghambat kelancaran persalinan dan tidak dapat diatasi sehingga menyebabkan persalinan macet (Prof. Dr. Sarwono Prawirohardjo, 1993). Menurut Prof. dr. Ida Bagus Gede Manuaba (1998) dalam persalinan diperlukan his normal yang mempunyai sifat:

BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR 126

(2) Kontraksi otot rahim mulai dari salah satu tanduk rahim.

(3) Fundal dominan, menjalar ke seluruh otot rahim.

(4) Kekuatannya seperti memeras isi rahim.

(5) Otot rahim yang telah berkontraksi tidak kembali ke panjang semula sehingga terjadi retraksi dan pembentukan segmen bawah rahim.

Jenis-jenis kelainan his menurut Prof. Dr. Sarwono Prawirohardjo (1993):

a. His Hipotonik

His hipotonik disebut juga inersia uteri yaitu his yang tidak normal, fundus berkontraksi lebih kuat dan lebih dulu daripada bagian lain. Kelainan terletak pada kontraksinya yang singkat dan jarang. Selama ketuban utuh umumnya tidak berbahaya bagi ibu dan janin. Hisnya bersifat lemah, pendek, dan jarang dari his normal. Inersia uteri dibagi menjadi 2, yaitu:

Inersia uteri primer

Terjadi pada permulaan fase laten. Sejak awal telah terjadi his yang tidak adekuat (kelemahan his yang timbul sejak dari permulaan persalinan).

Inersia uteri sekunder

Terjadi pada fase aktif kala I atau kala II. Permulaan his baik, kemudian pada keadaan selanjutnya terdapat gangguan dan kemudian melemah. Dewasa ini persalinan tidak dibiarkan berlangsung sedemikian lama sehingga dapat menimbulkan kelelahan otot uterus, maka inersia uteri sekunder ini jarang ditemukan. Kecuali pada wanita yang tidak diberi pengawasan baik waktu persalinan.

(1) Etiologi

His hipotonik menurut Prof. Dr. Sarwono Prawirohardjo (1992) penyebab inersia uteri yaitu:

BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR

127

Usia dan paritas. Kelainan his terutama ditemukan pada primigravida, khususnya primigravida tua.

Inersia uteri sering dijumpai pada multigravida.

Faktor herediter.

Faktor emosi dan ketakutan.

Salah pimpinan persalinan.

Bagian terbawah janin tidak berhubungan rapat dengan segmen bawah uterus, seperti pada kelainan letak janin atau pada disproporsi sefalopelvik.

Kelainan uterus, seperti uterus bikornis unikolis.

Salah pemberian obat-obatan, oksitosin dan obat penenang.

Peregangan rahim yang berlebihan pada kehamilan ganda atau hidramnion.

Kehamilan postmatur.

(2) Diagnosis

His Hipotonik Menurut Prof. Dr. Sarwono Prawirohardjo (1992) diagnosis inersia uteri paling sulit dalam masa laten sehingga diperlukan pengalaman. Kontraksi uterus yang disertai rasa nyeri, tidak cukup untuk membuat diagnosis bahwa persalinan sudah mulai. Untuk pada kesimpulan ini diperlukan kenyataan bahwa sebagai akibat kontraksi itu terjadi perubahan pada serviks, yaitu pendataran atau pembukaan. Kesalahan yang sering terjadi pada inersia uteri adalah mengobati pasien padahal persalinan belum dimulai (false labour).

(a) Komplikasi yang Mungkin Terjadi

Inersia uteri dapat menyebabkan persalinan akan berlangsung lama dengan akibat terhadap ibu dan janin yaitu infeksi, kehabisan tenaga dan dehidrasi (Obstetri Fisiologi, UNPAD, 1983).

BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR 128

(b) Penanganan

His Hipotonik Menurut Prof. Dr. Sarwono Prawirohardjo penanganan atau penatalaksanaan inersia uteri adalah:

Periksa keadaan serviks, presentasi dan posisi janin, turunnya bagian terbawah janin dan keadaan janin.

Bila kepala sudah masuk PAP, anjurkan pasien untuk jalan-jalan.

Buat rencana untuk menentukan sikap dan tindakan yang akan dikerjakan misalnya pada letak kepala.

Berikan oksitosin drips 5-10 satuan dalam 500 cc dextrose 5%, dimulai dengan 12 tetes per menit, dinaikkan 10-15 menit sampai 40-50 tetes permenit. Tujuan pemberian oksitosin adalah supaya serviks dapat membuka.

Pemberian okstisosin tidak usah terus-menerus. Bila tidak memperkuat his setelah pemberian oksitosin beberapa lama hentikan dulu dan anjurkan ibu untuk istirahat. Pada malam hari berikan obat penenang misalnya valium 10 mg dan esoknya diulang lagi pemberian oksitosin drips.

Bila inersia uteri disertai disproporsi sefalopelvis maka sebaiknya dilakukan seksio sesaria.

Bila semula his kuat tetapi kemudian terjadi inersia uteri sekunder, ibu lemah, dan partus telah berlangsung lebih dari 24 jam pada primi dan 18 jam pada multi tidak ada gunanya memberikan oksitosin drips. Sebaiknya partus segera diselesaikan sesuai dengan hasil pemeriksaan dan indikasi obstetrik lainnya (Ekstrasi vakum, forsep, dan seksio sesaria).

b. His Hipertonik

His hipertonik disebut juga tetania uteri yaitu his yang terlalu kuat. Sifat hisnya normal, tonus otot di luar his yang

BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR

129

biasa, kelainannya terletak pada kekuatan his. His yang terlalu kuat dan terlalu efisien menyebabkan persalinan berlangsung cepat (<3 jam disebut partus presipitatus). Pasien merasa kesakitan karena his yang terlalu kuat dan berlangsung hampir terus-menerus pada janin akan terjadi hipoksia janin karena gangguan sirkulasi uteroplasenter.

(1) Etiologi

Ketuban pecah dini disertai adanya infeksi

Infeksi intrauteri

Pemberian oksitosin yang berlebihan

(2) Tanda dan Gejala

Persalinan menjadi lebih singkat (partus presipitatus)

Gelisah akibat nyeri terus-menerus sebelum dan selama kontraksi

Ketuban pecah dini

Distres fetal dan maternal

Regangan segmen bawah uterus melampaui kekuatan jaringan sehingga dapat terjadi ruptura

(3) Diagnosis

Anamesa

Dilihat dari keadaan ibu yang mengatakan his yang terlalu kuat dan berlangsung hampir terus-menerus.

Pemeriksaan fisik

Di lihat dari kontraksinya yang terlalu kuat dan cepat sehingga proses persalinan yang semakin cepat.

(4) Penanganan

Berikan obat seperti morfin, luminal, dan sebagainya asal janin tidak akan lahir dalam waktu dekat (4-6 jam).

Bila ada tanda-tanda obstruksi, persalinan harus segera diselesaikan dengan sectio caesaria.

BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR 130

Pada partus presipitatus tidak banyak yang dapat dilakukan karena janin lahir tiba-tiba dan cepat.

(5) Perbedaan antara inersia hipotonis dan hipertonis

Tabel Perbedaan antara Inersia Hipotonis dan Hipertonis

Uraian Hipotonis Hipertonis Kejadian Tingkat persalinan Nyeri Fetal distress Reaksi terhadap oksitocin Pengaruh sedativa

4% dari persalinan Fase aktif Tidak nyeri Lambat terjadi Baik Sedikit

1% persalinan Fase latent Nyeri berlebihan Cepat Tidak baik Besar

c. His yang Tidak Terkoordinasi

His yang berubah-ubah. His jenis ini disebut ancoordinat hypertonic urinee contraction. Tonus otot meningkat di luar his dan kontraksinya tidak berlangsung seperti biasa karena tidak ada sinkronisasi antara kontraksi. Tidak adanya kordinasi antara kontraksi bagian atas, tengah dan bawah menyebabkan his tidak efisien dalam mengadakan pembukaan.

(1) Etiologi

Penyebab inkoordinasi kontraksi otot rahim adalah:

Faktor usia

Pimpinan persalinan

Induksi persalinan dengan oksitosin

Rasa takut dan cemas

BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR

131

(2) Penanganan

Untuk mengurangi rasa takut, cemas, dan tonus otot, berikan obat-obatan anti sakit dan penenang (sedativa dan analgetika).

Apabila persalinan sudah berlangsung lama dan berlarut-larut, selesaikanlah partus menggunakan hasil pemeriksaan dan evaluasi, dengan ekstraksi vakum, forsep, atau sectio caesarea.

b. Distosia Janin

(1) Bayi Besar (Makrosomia)

Bayi besar adalah bayi lahir yang beratnya >4000 gram. Menurut kepustakaan bayi besar baru dapat menimbulkan dytosia kalau beratnya >4500gram. Kesukaran yang ditimbulkan dalam persalinan adalah karena besarnya kepala atau besarnya bahu. Karena regangan dinding rahim oleh anak yang sangat besar dapat menimbulkan inertia dan kemungkinan perdarahan postpartum lebih besar.

(a) Faktor Makrosomia

Bayi dan ibu yang menderita diabetes sebelum hamil dan bayi dari ibu yang menderita diabetes selama kehamilan.

Terjadinya obesitas pada ibu juga dapat menyebabkan kelahiran bayi besar (giant baby).

Pola makan ibu yang tidak seimbang atau berlebihan juga memengaruhi kelahiran bayi besar.

Keturunan

(b) Tanda dan Gejala

Besar untuk usia gestasi.

Riwayat intrauterus dari ibu diabetes dan polihidramnion.

BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR 132

Pemantauan glukosa darah, kimia darah, analisis gas darah.

Hemoglobin (Hb), Hematokrit (Ht).

(c) Komplikasi

Bayi besar yang sedang berkembang merupakan suatu indikator dari efek ibu. Walaupun dikontrol dengan baik dapat timbul pada janin, maka sering disarankan persalinan yang lebih dini sebelum aterm. Biasanya dinilai pada sekitar kehamilan 38 minggu. Penilaian yang saksama terhadap pelvis ibu. Tingkat penurunan kepala janin dan di atas serviks. Bersama dengan pertimbangan terhadap riwayat kebidanan sebelumnya. Jika tidak maka persalinan dilakukan dengan seksio sesarea yang direncanakan.

Risiko dari trauma lahir yang tinggi jika bayi lebih besar dibandingkan panggul ibunya perdarahan intrakranial, distosia bahu, ruptur uteri, serviks, vagina, robekan perineum, dan fraktur anggota gerak merupakan beberapa komplikasi yang mungkin terjadi.

(d) Penatalaksanaan Medis

Pemeriksaan klinik dan ultrasonografi, pemantauan glukosa darah, pemantauan elektrolit.

(e) Alasan Merujuk

Alasan dilakukannya rujukan adalah untuk mengantisipasi adanya masalah-masalah terhadap janin dan juga ibunya. Masalah potensial yang akan dialami adalah risiko trauma lahir yang tinggi jika bayi lebih besar dibandingkan panggul ibunya perdarahan intracranial, distosia bahu, ruptur uteri, robekan perineum, fraktur anggota gerak.

BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR

133

(2) Hydrocephalus

Hidrosefalus adalah kelainan patologis otak yang mengakibatkan bertambahnya cairan serebrospinal dengan atau pernah dengan tekanan intrakranial yang meninggi, sehingga terdapat pelebaran ventrikel otak, (Darsono, 2005:209). Pelebaran ventrikuler ini akibat ketidakseimbangan antara produksi dan absorbsi cairan serebrospinal. Hidrochepalus sering disertai kelainan bawaan lain seperti spina bipida karena kepala janin terlalu besar dan tidak dapat berakomodasi di bagian bawah uterus maka sering ditemukan dalam letak sungsang (Wiknjosastro, 2007). Untuk memudahkan pemeriksaan, bladder harus dikosongkan terlebih dahulu. Pada palpasi ditemukan kepala yang jauh lebih besar daripada biasa serta menonjol di atas simfisis (Wiknjosastro, 2007).

(a) Epidemiologi

Insidensi hidrosefalus antara 0,2–4 per 1.000 kelahiran. Insidensi hidrosefalus kongenital adalah 0,5–1,8 per 1.000 kelahiran dan 11%-43% disebabkan oleh stenosis aqueductus serebri. Tidak ada perbedaan bermakna insidensi untuk kedua jenis kelamin, juga dalam hal perbedaan ras. Hidrosefalus dapat terjadi pada semua umur. Pada remaja dan dewasa lebih sering disebabkan oleh toksoplasmosis.

(b) Etiologi

Penyebab penyumbatan aliran CSS yang sering terdapat pada bayi dan anak ialah:

Kelainan Bawaan (Kongenital)

Infeksi

Neoplasma

Perdarahan

BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR 134

(c) Penanganan

Persalinan pada wanita dengan janin hidrosefalus perlu dilakukan pengawasan yang saksama karena bahaya terjadinya ruptura uteri.

(3) Anencephalus

Anchepalus ialah tidak ada otak atau tidak sempurna terbentuk dan atap tengkorak juga tidak ada dan merupakan suatu kelainan kongenital di mana tulang-tulang tengkorak hanya terbentuk bagian basal dari os frontalis, os parietalis, dan os occipitalis hingga tampak gambaran penonjolan bola mata. Gangguan pertumbuhan ini timbul antara hari ke-16–26 sesudah konsepsi dan merupakan salah satu jenis gangguan pertumbuhan tuba neuralis. Kelainan anenchepalus ditemukan kira-kira 1 per 1.000 kelahiran hidup, kelainan pada bayi perempuan lebih banyak daripada bayi laki-laki (Wiknjosastro, 2007).

(a) Etiologi

Faktor risiko terjadinya anencephalus adalah: ibu usia resti, riwayat anencephalus pada kehamilan sebelumnya, hamil dengan kadar asam folat rendah, fenilketonuria pada ibu yang tidak terkontrol, kekurangan gizi (malnutrisi), mengonsumsi alkohol selama masa kehamilan.

(b) Diagnosis

Pada kehamilan dengan polihidramnion harus dipikirkan kemungkinan anenchepalus. Untuk menegakkan diagnosis selain dari tanda dan gejala, maka pemeriksaan yang biasa dilakukan adalah kadar asam lemak dalam serum ibu hamil, amniosentesis (untuk mengetahui adanya peningkatan kadar alfa-fetoprotein) kadar alfa-fetoprotein meningkat (menunjukkan adanya kelainan tabung saraf), kadar estriol pada urine ibu, kadar estriol dalam urine, USG, palpasi tidak dapat

BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR

135

ditentukan di mana letaknya kepala (kedua ujung badan lunak), tekanan pada tengkorak waktu toucher menyebabkan gerakan yang tak beraturan dan bunyi jantung menjadi lambat.

(c) Prognosis

Prognosis untuk kehamilan dengan anencephalus sangat sedikit. Jika bayi lahir hidup, maka biasanya akan mati dalam beberapa jam atau hari setelah lahir. Pengobatan anenchepalus pada saat ini tidak ada dan biasanya bayi lahir mati, pada waktu persalinan atau beberapa jam setelah lahir.

(d) Pengaruh pada Kehamilan

Sering menimbulkan kehamilan disertai hydramnion, anak sering lahir dengan letak muka, bayi besar, dan timbul distosia bahu.

Perawatan bayi anencephalus ditujukan untuk memberikan dukungan emosional kepada keluarga, karena tidak ada pengobatan untuk anencephalus, kurangnya pembentukan otak, sekitar 75% dapat menyebabkan bayi lahir mati, 25% bayi mati dalam beberapa jam, hari atau minggu setelah lahir. Risiko terjadinya anencephalus bisa dikurangi dengan meningkatnya asupan asam folat minimal 3 bulan sebelum hamil selama kehamilan bulan pertama.

(4) Kembar Siam

Kembar siam adalah keadaan anak kembar yang tubuh keduanya bersatu. Hal ini terjadi apabila zigot dari bayi kembar identik gagal terpisah secara sempurna. Kemungkinan kasus kembar siam diperkirakan adalah 1 per 200.000 kelahiran, yang bisa bertahan hidup berkisar antara 5%-25% dan kebanyakan (75%) berjenis kelamin perempuan (Wiknjosastro, 2007).

BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR 136

(a) Etiologi

Banyak faktor seperti: genetik, obat penyubur yang dikonsumsi dengan tujuan agar sel telur matang secara sempurna karena sel telur yang matang pada saat bersamaan bisa banyak bahkan sampai lima dan enam. Ada beberapa jenis kembar siam:

Tharacopagus: Kedua tubuh bersatu di bagian dada (thorax).

Omphalophagus: Kedua tubuh bersatu di bagian bawah dada. Umumnya masing-masing tubuh memiliki jantung.

Chepalophagus: Bersatu di kepala dengan tubuh yang terpisah. Umumnya tidak bisa bertahan hidup karena kelainan serius di otak.

Craniopagus: Tulang tengkorak bersatu dengan tubuh yang terpisah 2%.

Chepalothoracopagus: Tubuh bersatu di kepala dan thorax. Umumnya tidak bisa bertahan hidup.

Dicephalus: 2 kepala, 1 tubuh dengan 2 kaki dan 2 atau 3 atau 4 lengan.

Ischiopagus: Kembar siam anterior yang bersatu di bagian bawah tubuh (6% dari seluruh kasus).

Ischio-Omphalopagus: Kembar siam yang bersatu dengan tulang belakang membentuk huruf Y. Mereka memiliki 4 lengan dan biasanya 2 atau 3 kaki.

Parapagus: Kembar siam yang bersatu pada bagian bawah tubuh dengan jantung yang sering kali di bagi.

(b) Jenis Kehamilan kembar ada 2:

Kehamilan kembar 2 telur/kehamilan dizigotik/ → 2 buah sel telur dihamili oleh 2 sel sperma.

BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR

137

Kedua sel telur dapat berasal dari 1 ovarium atau 2 ovarium.

Kehamilan kembar 1 telur/kehamilan kembar monozigotik/kehamilan kembar identik → yang terjadi dari 1 sel telur dan 1 sel sperma. Zigot kemudian membagi diri menjadi 2 bagian yang masing-masing tumbuh menjadi anak (Wiknjosastro, 2007).

Perbedaan

Tabel Perbedaan kehamilan kembar 1 telur dan kehamilan kembar 2 telur

Kehamilan Kembar 1 Telur Kehamilan Kembar 2 Telur

Selalu sama jenis kelaminnya

Jenis kelamin tidak selalu sama

Rupanya mirip (seperti bayangan)

Persamaan seperti adik dan kakak

Golongan darah sama Golongan darah tidak selalu sama

Cap tangan dan kaki sama Cap tangan dan kaki tidak sama

Plasenta 1, chorion 1, amnion 2, atau placenta 1,

chorion 1, amnion 1

Plasenta 2, chorion 2, dan amnion 2

(5) Gawat Janin

Gawat janin adalah keadaan ketika janin tidak memperoleh O2 yang cukup sehingga mengalami hipoksia, dapat terjadi kronik (dalam jangka waktu lama) atau akut. Adapun janin yang berisiko tinggi untuk mengalami hipoksia adalah janin yang pertumbuhannya terlambat, janin dari ibu yang diabetes, janin dengan kelainan letak dan presentasi,

BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR 138

janin kelainan bawaan/infeksi. Gawat janin dapat diketahui dari tanda-tanda sebagai berikut:

Frekuensi bunyi DJJ <120 x/menit atau >160 x/menit.

DJJ ireguler, pada persalinan DJJ sangat bervariasi. Bila DJJ tidak kembali normal setelah kontraksi, menunjukkan adanya hipoksia. Bradikardi yang terjadi di luar kontraksi atau tidak menghilang setelah kontraksi menunjukkan adanya kegawatan janin. Takikardi dapat merupakan reaksi terhadap adanya: demam pada ibu, obat-obat yang menyebabkan takikardi (misal tokolitik), amnionitis. Bila ibu tidak mengalami takikardi, DJJ >160 x/menit menunjukkan adanya hipoksia.

Berkurangnya gerakan janin atau (janin normal bergerak lebih dari 10 x/hari).

Adanya air ketuban bercampur mekonium.

Cairan amnion yang hijau tentang menunjukkan bahwa air ketuban jumlahnya sedikit. Intervensi tidak perlu dilakukan bila air ketuban kehijauan tanpa tanda kegawatan janin atau fase aktif suatu persalinan presentasi bokong (Saifuddin, 2006).

Cara mencegah gawat janin:

Gunakan partograf untuk memantau persalinan: Periksa frekuensi jantung janin setiap 30 menit pada kala I dan setiap 15 menit sesudah pembukaan lengkap.

Periksa ada atau tidak air ketuban bercampur mekonium.

Anjurkan ibu untuk sering berganti posisi selama persalinan. Ibu hamil yang berbaring telentang dapat mengurangi aliran darah ke rahim.

Gawat janin dalam persalinan dapat terjadi bila:

BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR

139

Persalinan berlangsung lama

Induksi persalinan dengan oksitosin

Ada perdarahan dan infeksi

Insufiensi Plecenta: postterm, pre eklampsia

c. Distosia Kelainan Jalan Lahir

Distosia karena kelainan jalan lahir dapat disebabkan adanya kelainan pada jaringan keras/tulang panggul, atau kelainan pada jaringan lunak panggul. Dapat berupa kelainan bentuk panggul yang tidak normal (selain gynecoid), dan kelainan ukuran panggul. Panggul sempit (pelvic contaction) apabila ukurannya 1–2 cm kurang dari ukuran yang normal. Ukuran normal panggul dalam:

(1) Pintu atas panggul (PAP) merupakan suatu bidang yang dibentuk oleh promontorium, linea inominata, dan pinggir atas simfisis pubis.

(a) Ukuran muka belakang (diameter antero posterior, conjugata vera). Conjugata vera mempunyai ukuran normal 11 cm dan bukan merupakan ukuran terpendek antara promontorium dan simpisis. Ukuran terpendek adalah conjugata obstetrica, dari promontorium dan simpisis. Pada seorang wanita yang memiliki panggul sempit, conjugata vera dapat diperhitungkan dengan mengurangi konjugata diagonalis 1,5-2 cm. Konjugata vera (CV)= CD-1,5 cm.

(b) Ukuran melintang (diameter transversa). Ukuran normal dari diameter transversa adalah 12,5-13,5 cm. Diameter transversa merupakan ukuran terbesar antara linea inominata diambil tegak lurus pada conjugata vera.

(c) Ukuran serong (obliqua). Obliqua merupakan ukuran panggul yang diambil garis dari artikulasio sakrailiaka ke tuberkulum pubikum dari belahan yang bertentangan. Ukuran normal 13 cm.

BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR 140

(2) Ruang Tengah Panggul (Midpelvic)

(a) Diameter tranversal (interspinous) = 10.5 cm.

(b) Diameter AP (tepi bawah SP sampai pertemuan S4 – S5) = 11.5 cm.

(c) Diameter Sagitalis Posterior – DSP (titik pertengahan diameter interspinous dengan pertemuan S4 – S5) = 5 cm.

(3) Pintu Bawah Panggul (Outlet Pelvic)

Pintu Bawah Panggul terdiri dari dua segitiga dengan dasar yang sama. Segitiga depan dasarnya tuber ossis ischiadica dengan dibatasi arcus pubis. Segitiga belakang dasarnya tuber ossis ischiadica dengan dibatasi oleh ligamentum sacrotuberosum kanan dan kiri. Pintu bawah panggul mempunyai 3 ukuran:

(a) Diameter Transversa (Diameter di antara kedua tuber ischiiadika: 11 cm).

(b) Diameter antara posterior dari pinggir bawah simfisis ke ujung os sacrum: 11,5 cm.

(c) Diameter sagitalis posterior dari pertengahan diameter antara kedua tuber ischiadika ke ujung os sacrum: 7,5 cm, (Sastrawinata, et al, 2004).

Berikut beberapa distosia karena kelainan jalan lahir:

(a) Keseimbangan PAP (Pelvic Inlet)

Inlet dianggap sempit apabila CV<10 cm atau diameter transversa < 12 cm. Diagonalis (CD) maka inlet dianggap sempit bila CD <11,5 cm, karena CV dilalui oleh diameter biparietalis ±9 ½ cm dan kadang mencapai 10 cm. Kesempitan pintu atas panggul merupakan predisposisi terjadinya kelainan presentasi. Panggul sempit mempunyai pengaruh yang besar pada kehamilan maupun persalinan.

Kehamilan → menimbulkan retrofexio uteri, sesak napas atau gangguan peredaran darah karena

BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR

141

kepala tidak dapat turun, perut menggantung, kepala tidak turun ke dalam rongga panggul, kelainan presentasi, letak sungsang, dan letak lintang.

Persalinan persalinan lebih lama dari biasa, kelainan presentasi atau posisi, dapat terjadi ruptura uteri jika his hipertonis, terjadinya fistel yaitu tekanan yang lama pada jaringan yang dapat menimbulkan iskemi yang menyebabkan nekrosis, ruptura simfisis dapat terjadi bahkan kadang-kadang rupture dari artikulasi sakroiliaka, varices kaki, yang paling sering terjadi ialah kelumpuhan nervus peroneus.

Pengaruh pada anak Kematian perinatal meningkat pada partus yang lama, Moulage yang kuat dapat menimbulkan perdarahan otak (Elstar Offset, 1981).

(b) Kesempitan Bidang Tengah Panggul

Kesempitan BTP tidak dapat dinyatakan secara tegas seperti halnya kesempitan PAP. Chen dan Huang (1982):

Diameter interspinarum 9 cm

Kalau jumlah diameter transversa ditambah dengan diameter sagitalis posterior kurang dari 13,5 cm.

Dugaan klinik bila pada pemeriksaan panggul teraba adanya penonjolan spina ischiadica yang mencolok.

Prognosis: Kesempitan bidang tengah panggul dapat menimbulkan gangguan putaran paksi jika diameter antara kedua spina 9 cm sehingga diperlukan SC (Elstar Offset, 1981).

Penanganan: Jika persalinan terhenti karena kesempitan bidang tengah panggul, sebaiknya dipergunakan ekstraktor vakum. Upaya ini dapat

BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR 142

digolongkan sebagai ekstraksi vakum percobaan, yang berarti tidak boleh dipaksakan (Elstar Offset, 1981).

(c) Kesempitan Pintu Bawah Panggul (Pelvic Outlet)

Pintu bawah panggul dikatakan sempit jika jarak antara tuber os ischii ≤8 Cm. Jika jarak ini berkurang, dengan sendirinya arcus pubis meruncing. Oleh karena itu, besarnya arcus pubis dapat dipergunakan untuk menentukan kesempitan pintu bawah panggul. Kesempitan pintu bawah panggul dapat menyebabkan gangguan putaran paksi. Kesempitan pintu bawah panggul jarang memaksa kita melakukan SC, atau biasanya dengan episiotomi yang cukup luas (Sastrawinata, et al, 2004).

Prognosis: Apabila persalinan dengan disproporsi sefalopelvik (CPD) dibiarkan belangsung sendiri tanpa pengambilan tindakan yang tepat, timbul bahaya bagi ibu dan janin, (Sastrawinata, et al, 2004). Bahaya pada ibu: partus lama yang sering kali disertai pecahnya ketuban pada pembukaan kecil, dehidrasi serta asidosis dan infeksi intra partum, his yang kuat, sedang kemajuan janin dalam jalan lahir tertahan, dapat timbul regangan segmen bawah uterus dan pembentukan lingkaran retraksi patologik (rupture uteri mengancam), bila tidak segera diambil tindakan untuk mengurangi regangan, akan timbul rupture uteri. Persalinan tidak maju karena disproporsi sefalopelvik, jalan lahir pada suatu tempat, mengalami tekanan yang lama antara kepala janin dan tulang panggul risiko terjadi fistula.

Bahaya pada janin: partus lama dan infeksi intra partum dapat meningkatkan kematian perinatal, moulage.

Penanganan persalinanpada disproporsi sefalopelvik yaitu:

Sectio Caesarea (SC) → dapat dilakukan secara efektif/primer, yakni sebelum persalinan mulai dan

BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR

143

secara sekunder, yakni sesudah persalinan berlangsung selama beberapa waktu. SC sekunder dilakukan karena persalinan percobaan dianggap gagal atau karena timbul indikasi untuk menyelesaikan persalinan segera mungkin, sedang syarat untuk persalinan per vagina tidak atau belum dipenuhi (Wiknjosastro, 2007).

Persalinan Percobaan → Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penanganan persalinan percobaan: pengawasan keadaan ibu dan janin, turunnya kepala janin dalam rongga panggul harus terus diawasi, sebelum ketuban pecah kepala janin pada umumnya tidak dapat masuk ke dalam rongga panggul dengan sempurna, menentukan berapa lama partus percobaan boleh berlangsung (Wiknjosastro, 2007).

d. Distosia Kelainan Alat Kandungan

(1) Vulva

Kelainan yang bisa menyebabkan distosia ialah oedema vulva, stenosis vulva, kelainan bawaan, varises, hematoma, peradangan, kondiloma akuminata dan fistula. Klasisfikasinya:

(a) Oedema Vulva

Edema (oedema) vulva adalah meningkatnya volume cairan ekstraseluler dan ekstravaskuler yang disertai dengan penimbunan cairan abnormal pada vulva. Edema bisa timbul pada waktu kehamilan. Biasanya sebagai gejala pre eklampsia akan tetapi dapat pula timbul karena sebab lain misalnya gangguan gizi atau malnutrisi atau pada persalinan yang lama. Edema dapat juga terjadi pada persalinan dengan dispoporsi sefalopelvik atau wanita mengejan terlampau lama (terus-menerus), sedangkan kepala belum cukup turun. Hal itu mempersulit pemeriksaan dalam dan menghambat

BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR 144

kemajuan persalinan yang akhirnya dapat menimbulkan kerusakan luas pada jalan lahir.

Gambar 8.1 Edema vulva. Sumber:https://id.scribd.com/document/125464041/Distosia-

Karena-Kelainan-Vulva-Dan-Vagina

(b) Stenosis Vulva

Stenosis vulva merupakan kelainan congenital pada vulva yang menutup sama sekali, atau dapat pula terjadi hanya orifisium uretra eksternum saja yang tampak/penyempitan vulva/vagina atau akibat pelengketan dan parut karena peradangan atau perlukaan pada persalinan yang lalu. Umumnya dapat diatasi dengan mengadakan episiotomi, yang cukup

Gambar 8.2 Stenosis vulva. Sumber: arh.adam.com

BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR

145

luas untuk melahirkan kepala. Persalinan dengan SC merupakan pilihan utama.

(c) Varises

Adalah pelebaran pembuluh darah vena yang terjadi pada vulva dan merupakan sumber perdarahan potensial pada waktu hamil maupun persalinan. Kejadian varises ini makin meningkat pada kehamilan dan segera menghilang atau berkurang setelah persalinan. Penyebab utama varises adalah lemah/rusaknya katup pembuluh vena. Pada pembuluh vena terdapat katup-katup yang berfungsi untuk menahan agar darah tidak turun/bergerak mundur. Dengan adanya katup pada pembuluh vena menyebabkan darah akan terus mengalir ke arah jantung. Katup yang rusak atau lemah akan membuat darah bergerak mundur yang mengakibatkan darah berkumpul di dalam dan menyebabkan gumpalan yang mengganggu aliran darah yang disebut sebagai varises. Bahaya varises dalam kehamilan dan persalinan adalah bila pecah dapat mengakibatkan fatal dan dapat terjadi emboli. Varises yang pecah harus dijahit baik dalam kehamilan maupun setelah lahir.

(d) Hematoma

Pecahnya pembuluh darah vena yang menyebabkan perdarahan, yang dapat terjadi saat kehamilan berlangsung atau yang lebih sering pada persalinan. Hematoma vulva dan vagina dapat besar, disertai bekuan darah bahkan perdarahan yang masih aktif. Hematoma vulva disebabkan oleh kebocoran pembuluh darah yang mengalami nekrosis akibat tekanan yang lama, dapat juga terjadi karena trauma (di luar persalinan) misalnya jatuh terduduk pada tempat yang keras atau koitus kasar.

BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR 146

Hematoma vulva dapat juga terjadi karena trauma misalnya jatuh terduduk pada tempat yang keras atau koitus kasar. Bila hematoma kecil resorbsi sendiri, bila besar harus insisi dan bekuan darah dikeluarkan.

Hematoma yang besar harus dilakukan eksisi untuk mengeluarkan bekuan darah dan mengikat pembuluh darah yang pecah, bila kecil resorbsi sendiri. Ibu bersalin dengan hematoma vulva sebaiknya merujuk.

(e) Peradangan

Peradangan pada vulva biasa disebut dengan vulvitis. Peradangan vulva sering bersamaan dengan peradangan vagina akibat infeksi spesifik, seperti sifilis, gonorea, trikomoniasis. Infeksi non spesifik seperti : pruritus vulvae, pedikulus pubis, bartholinitis. Pertolongan persalinan dengan peradangan sebaiknya dirujuk.

Gambar 8.3 Bartholinitis. Sumber: www.emaze.com; http://medicastore.com/penyakit/95/Vaginitis_&_Vulvitis.html

(f) Kondiloma Akuminata

Merupakan pertumbuhan pada kulit selaput lendir yang menyerupai jengger ayam jago. Kondiloma akuminata yang luas, terapinya terdiri atas pengangkatan dengan pembedahan atau kauterisasi.

BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR

147

Gambar 8.4 Kondiloma akuminata. Sumber: https://medicalfoxx.com/condyloma-acuminatum.html

(g) Fistula

Fistula vesikovaginal atau fistula rectovaginal biasanya terjadi pada waktu bersalin baik sebagai tindakan operatif maupun akibat nekrosis tekanan. Tekanan lama antara kepala dan tulang panggul menimbulkan gangguan sirkulasi sehingga terjadi

Gambar 8.5 Fistula. Sumber: https://www.pvurology.org/vaginalfistulas.php

kematian jaringan lokal. Akibatnya terjadi inkotenensia alvi. Fistula kecil yang tidak disertai infeksi dapat sembuh dengan sendirinya. Fistula yang sudah tertutup merupakan kontra indikasi persalinan per vaginam. Oleh karena itu, setelah melakukan pertolongan persalinan kasep perlu dilakukan eksplorasi untuk mencari kemungkinan

BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR 148

robekan jalan lahir yang dapat menjadi fistula. Untuk menghindari terjadinya fistula postpartum, selalu di pasang dower kateter sehingga vaskularisasi jaringan yang tertekan membaik dan terhindar dari nekrosis dan fistula.

(2) Vagina

(a) Stenosis Vagina Kongenital

Sering ditemukan septum vagina yang memisahkan vagina secara lengkap atau tidak lengkap pada bagian kanan atau bagian kiri. Septum lengkap biasanya tidak menimbulkan distosia karena bagian vagina yang satu umumnya cukup lebar, baik untuk koitus maupun lahirnya janin. Septum tidak lengkap menahan turunnya kepala janin pada persalinan dan harus dipotong dahulu. Stenosis dapat terjadi karena jaringan parut akibat perlukaan dan radang. Pada stenosis vagina yang tetap kaku dalam kehamilan merupakan halangan untuk lahirnya janin perlu ditimbangkan sectio caeserea.

(b) Tumor Vagina

Tergantung dari jenis dan besarnya tumor perlu dipertimbangkan apakah persalinan dapat berlangsung secara per vaginam atau diselesaikan dengan sectio caeserea.

(c) Kista Vagina

Kista vagina berasal dari duktus gartner atau duktus muller, letak lateral dalam vagina bagian proximal, di tengah, distal di bawah orifisium urethra eksterna. Bisa berukuran kecil dan besar sehingga bukan saja mengganggu pertumbuhan tetapi dapat pula menyukarkan persalinan.

(3) Uterus/Serviks

(a) Retrofleksio Uteri

BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR

149

Adalah uterus hamil yang semakin lama semakin besar terkurung dalam rongga panggul, tidak dapat keluar memasuki rongga perut. Kehamilan pada retrofleksi uteri tidak banyak dijumpai karena kemampuan mobilisasi uterus selama hamil dan melepaskan diri dari ruangan pelvis minor. Jarang sekali kehamilan pada uterus dalam retroflexio mencapai umur cukup.

(b) Prolapsus Uteri

Prolapsus uteri atau turunnya uterus dapat dibagi menjadi 3 tingkat:

Tingkat I : Uterus turun dengan serviks uteri sampai introitus vagina.

Tingkat II : Sebagian uterus keluar dari vagina.

Tingkat III : Uterus keluar seluruhnya dari vagina dengan inversio vagina.

Penyebabnya: Terjadi kelemahan ligamen endopelvik terutama ligamentum tranversal, menopause, persalinan lama dan sulit, meneran sebelum pembukaan lengkap, laserasi dinding vagina bawah pada kala 2, penatalaksaan pengeluaran plasenta yang tidak benar, reparasi otot-otot dasar panggul yang tidak baik.

Gambar 8.6 Prolaps uteri. Sumber: alkhandery.weebly.com/blog/prolapsus-uteri-turunnya-

uterusrahim

BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR 150

(c) Kelainan Bawaan Uterus

Secara embriologis uterus, vagina, serviks dibentuk dari kedua duktus muller yang dalam pertumbuhan mudah mengalami proses penyatuan. Kelainan ini dapat menyebabkan abortus, kehamilan ektopik, dan kelainan letak janin.

(d) Serviks

Kelainan yang penting berhubungan dengan persalinan ialah distosia servikalis. Di mana terjadi dysfunctional uterine action atau karena parut pada serviks uteri, serviks uteri menipis akan tetapi pembukaan tidak terjadi. Penatalaksanaan dengan merujuk untuk dilakukan tindakan operatif.

LATIHAN SOAL

1. Seorang perempuan berusia 25 tahun, GI P0 A0 inpartu, usia kehamilan 39 minggu dirawat di BPM merasakan dorongan meneran yang tidak bisa ditahan. TD 120/80 mmHg, S 36.5 oC, N 90 x/menit, P 20 x/menit. Anus dan vulva membuka, perineum menonjol, hasil PD 10 cm, penipisan 100%, penurunan kepala Hodge III, ketuban (+), penyusupan kepala (0), kontraksi 4x/ 10’ selama 45”, DJJ 144x/mnt. Berapa lama batas kala II fisiologis pada kasus tersebut?

a. ≤ 60 menit d. ≤ 100 menit

b. ≤ 90 menit e. ≤ 150 menit

c. ≤ 120 menit

2. Seorang perempuan berusia 28 tahun bersalin di RB dengan TBJ 4200 gram. Pada waktu kala II, didapatkan kepala janin dapat dilahirkan tetapi tetap berada di dekat vulva,tidak terjadi restitusi spontan, dan terjadi turtle sign. Diagnosis pada kasus di atas adalah…..

a. Distosia Bahu d. Distosia Kepala

BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR

151

b. Diatosia Power e. Distosia Passage

c. Distosia Passanger

3. Seorang perempuan berusia 26 tahun hamil anak pertama UK 9 bulan, datang ke BPM mengeluh sakit perut makin sering dan kuat sejak tadi malam. Hasil pemeriksaan: KU baik, TTV : normal, Palp.: TFU 34 cm, kep. 2/5, his teratur dan kuat 3/10’/50”,DJJ + (144x/mnt) teratur. Hasil VT : Ø lengkap, ketuban (+), kep. HI. Apakah yang kemungkinan masalah pada kasus tersebut?

a. Malpresentasi d. Distosia bahu

b. Lilitan tali pusat e. Panggul sempit

c. Ketuban pecah prematur

4. Seorang perempuan berusia 27 tahun, GII PI A0, usia kehamilan 39 minggu datang ke BPM jam 15.00 dengan keluhan perut bagian bawah terasa sakit dan telah mengeluarkan lendir bercampur darah sejak pukul 06.00. TD 110/80 mmHg, S 36.5 oC, N 88 x/menit, RR 20 x/menit. Hasil PD 10 cm (lengkap), penurunan kepala Hodge IV, ketuban jernih, penyusupan kepala (0), kontraksi 3x/ 10’ selama 25”, DJJ 140x/mnt. Ibu telah dipimpin mengejan selama 1 jam namun belum lahir. Apa diagnosis yang paling mungkin pada kasus tersebut?

a. Inpartu kala I fase laten

b. Inpartu kala I fase aktif

c. Kala I memanjang

d. Kala II

e. Kala II memanjang

5. Seorang perempuan berusia 30 tahun, GI P0 A0, aterm, telah melahirkan bayi secara spontan di BPM. Setelah bayi lahir dengan berat 4200 gram PB 49 cm, plasenta lahir lengkap, bidan melakukan massage fundus uteri, uterus teraba keras, ibu mengalami perdarahan segar, laserasi derajat III. Ibu tampak lemah dan pucat. Menurut saudara apa penyebab kelainan di atas?

BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR 152

a. Partus lama d. Primi gravida

b. Kesalahan mengejan e. Bayi besar

c. Hidramnion

6. Seorang perempuan berusia 28 tahun GIII P2A0 usia kehamilan 9 bulan datang ke klinik mengeluh mulas. Dari hasil pemeriksaan didapatkan hasil Leopold I teraba bulat, keras, dan melenting pada bagian fundus; Leopold II: sebelah kiri teraba keras, memanjang seperti papan, sebelah kiri teraba bagian kecil; Leopold III: teraba bulat, lunak dan tidak melenting. Letak janin dari hasil pemeriksaan pada ibu tersebut adalah ….

a. Sungsang d. Memanjang

b. Kepala e. Muka

c. Lintang

7. Seorang perempuan berusia 28 tahun hamil pertama usia kehamilan 9 bulan. Datang ke bidan praktik mandiri. Pada pemeriksaan palpasi TFU 3 jari bawah prosesus xipoideus teraba bulat, kurang melenting, DJJ 140x/mnt VT pembukaan 6 cm eff 50% H-II ketuban positif teraba fontanella anterior dan orbital. Apakah diagnosis kasus di atas?

a. Presentasi Dahi d. Presentasi puncak

b. Presentasi muka e. Presentasi ganda

c. Presentasi belakang kepala

8. Seorang ibu berusia 25 tahun GI P0 A0 datang ke BPM untuk memeriksakan kondisi ibu dan janinnya karena sudah mengeluarkan lendir dan darah. Berdasarkan anamnesa ibu merasakan kencang-kencang mulai pukul 05.00 dan mengeluarkan lender dan darah. Setelah dilakukan pemeriksaan di dapatkan pada genitalia terdapat blooding show dan VT: terjadi pembukaan 5 cm, eff 50%, ket (+), letak kepala, UUK Kiri depan, Hodge II. Berdasarkan kasus di atas bagaimana batas Hodge II?

a. Sama dengan PAP

BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR

153

b. Sejajar dengan HI melalui pinggir atas simfisis

c. Sejajar dengan HI melalui pinggir bawah simfisis

d. Sejajar dengan HI melalui spina ischiadicae

e. Sejajar dengan HI melalui ujung os cogcygis

9. Ny. Kety 28 tahun, G1P0000 hamil 36 minggu datang ke BPM Melati dengan keluhan sering kencing, banyak makan, banyak minum, hasil pemeriksaan TFU 36 cm, presentasi kepala sudah masuk PAP, DJJ 132 x/mnt, TTV dalam batas normal. Kondisi janin Ny. Kety tergolong ....

a. BBLR d. Mikrosomia

b. Normal e. Makrosomia

c. Obesitas

10. Ny. Rosa G2 P1001 usia 32 tahun, hamil 40 minggu, datang ke klinik Sayang Ibu pukul 08.00 WIB dengan keluhan kencang-kencang teratur sejak 4 jam yang lalu, perasaan berat, sesak napas dan bengkak pada kedua ekstremitas. TFU 41 cm, teraba 2 bagian besar janin berdampingan, DJJ terdengar jelas di dua tempat dengan frekuensi 120x/menit dan 140x/menit. Risiko yang mungkin dialami bayi Ny. Rosa adalah ....

a. BBLR d. Distocia bahu

b. Mikrosomia e. Hidrocephalus

c. Fetal distress

BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR 154

BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR

155

BAB IX

DETEKSI DINI PERSALINAN DENGAN PENYULIT KALA III DAN IV

A. Penyulit Kala III Persalinan

Yang dinamakan perdarahan pascapersalinan secara tradisional ialah perdarahan yang >500 cc pada kala III. Perdarahan pascapercapersalinan dibagi menjadi:

Perdarahan pascapersalinan dini → perdarahan >500 cc pada 24 jam pertama post partum.

Perdarahan pascapersalinan lambat (late HPP) ialah perdarahan >500 cc setelah 24 jam persalinan.

1. Antonia Uteri

Atonia uteria (relakasai otot uterus) adalah Uteri tidak berkontraksi dalam 15 detik setelah dilakukan pemijatan fundus uteri (plasenta telah lahir) (Depkes Jakarta; 2002). Atonia uteri adalah uterus yang tidak berkontraksi setelah janin dan plasenta lahir.

a. Penyebab dengan faktor predisposisi (penunjang):

(1) Partus lama

(2) Pembesaran uterus yang berlebihan pada waktu hamil seperti pada kehamilan kembar, hidramnion, janin besar, paritas tinggi.

BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR 156

(3) Multiparitas

(4) Anastesi yang dalam

(5) Anastesi lumbal

(6) Umur yang terlalu muda atau terlalu tua.

(7) Multipara dengan jarak kelahiran pendek.

(8) Malnutrisi

(9) Penanganan salah dalam usaha melahirkan plasenta, misalnya plasenta belum terlepas dari dinding uterus.

b. Gejala Klinis

(1) Uterus tidak berkontraksi dan lunak

(2) Perdarahan segera setelah plasenta dan janin lahir

c. Pencegahan

Atonia uteri dapat dicegah dengan Manajemen aktif kala III. Pemberian oksitosin rutin pada kala III dapat mengurangi risiko perdarahan postpartum lebih dari 40%. Oksitosin mempunyai onset yang cepat, dan tidak menyebabkan kenaikan tekanan darah atau kontraksi tetani seperti preparat ergometrin. Masa paruh oksitosin lebih cepat dari ergometrin yaitu 5-15 menit. Prostaglandin (misoprostol) akhir-akhir ini digunakan sebagai pencegahan perdarahan postpartum.

d. Penatalaksanaan

(1) Bersihkan semua gumpalan darah atau membran yang mungkin berada di dalam mulut uterus atau di dalam uterus.

(2) Segera mulai melakukan kompresi bimanual interna.

(3) Jika uterus sudah mulai berkontraksi secara perlahan di tarik tangan penolong. Jika uterus sudah berkontraksi, lanjutkan memantau ibu secara ketat.

(4) Jika uterus tidak berkontraksi setelah 5 menit, minta anggota keluarga melakukan bimanual interna

BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR

157

sementara penolong memeberikan metergin 0,2 mg IM dan mulai memberikan IV (RL dengan 20 UI oksitosin/500 cc dengan tetesan cepat).

(5) Jika uterus masih juga belum berkontraksi mulai lagi kompresi bimanual interna setelah memberikan injeksi metergin dan sudah mulai IV.

(6) Jika uterus masih juga belum berkontraksi dalam 5-7 menit, bersiaplah untuk melakukan rujukan dengan IV terpasang pada 500 cc/jam hingga tiba di tempat rujukan atau sebanyak 1,5 L seluruhnya diinfuskan kemudian teruskan dengan laju infus 125 cc/jam.

(7) Kompresi bimanual interna (KBI) dan eksterna (KBE) bertujuan menjepit pembuluh darah dalam dinding uterus serta merangsang miometrium untuk berkontraksi. KBI harus segera dilakukan apabila uterus tidak berkontraksi dalam 15 detik setelah dilakukan rangsangan taktil (massage) pada fundus uteri. Kompresi bimanual interna dan eksterna dikerjakan dengan disertai pemberian cairan infus yang ditambahkan uterotonika (oksitosin 20UI) di dalamnya. Bila kompresi bimanual pada uterus tidak berhasil dan perdarahan tetap terjadi lakukan kompresi aorta abdominalis (KAA), cara ini dilakukan pada keadaan darurat sementara penyebab perdarahan sedang dicari. Sesuai standar pelayanan kebidanan (standar 20: penanganan perdarahan postpartum primer) bidan mampu mengenali perdarahan yang berlebihan dalam 24 jam pertama setelah persalinan (perdarahan postpartum primer) dan segera melakukan pertolongan pertama kegawatdaruratan untuk mengendalikan perdarahan.

2. Retensio Plasenta

Retensio plasenta adalah plasenta yang belum lepas setelah bayi lahir, melebihi waktu setengah jam (Manuaba, 2001: 432).

BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR 158

Retensio plasenta ialah tertahannya atau belum lahirnya plasenta hingga 30 menit atau lebih setelah bayi (Syaifudin AB, 2001). Istilah retensio plasenta dipergunakan, bila plasenta belum lahir ½ jam sesudah anak lahir.

Retensio plasenta adalah keadaan di mana plasenta belum lahir daam waktu 1 jam setelah bayi lahir (Rsustam Mochtar, 1998 : 299).

a. Penyebab

(1) Plasenta belum lepas dari dinding uterus.

(2) Plasenta sudah lepas tetapi belum dilahirkan (disebabkan karena tidak adanya usaha untuk melahirkan atau karena salah penanganan kala III).

(3) Kontraksi uterus kurang kuat untuk melepaskan plasenta.

Plasenta melekat erat pada dinding uterus oleh sebab vili korealis menembus desidua sampai miometrium-sampai di bawah peritoneum (plasenta akreta-perkreta).

(4) Sebab fungsional: his kurang kuat, plasenta sukar terlepas (plasenta adhesive) karena:

Tempatnya: insersi di sudut tuba

Bentuknya: plasenta membranacea, plasenta anularis.

Ukurannya: plasenta yang sangat kecil.

(5) Sebab patologi–anatomis: placenta accrete, placenta increta, placenta percreta (Obstetri Patologi, FK–Unpad Bandung).

b. Penatalaksanaan

(1) Jika plasenta terliahat dalam vagina, mintalah ibu untuk mengejan. Jika anda dapat merasakan adanya plasenta dalam vagina, keluarkan plasenta tersebut.

BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR

159

(2) Pastikan kandung kemih sudah kosong. Jika diperlukan, lakukan katerisasi kandung kemih.

(3) Jika plasenta belum keluar, berikan oksitosin 10 Unit IM, jika belum dilakukan dalam penanganan aktif kala III.

(4) Jika plasenta belum dilahirkan setelah 30 menit pemberian oksitosin dan uterus terasa berkontraksi, lakukan penegangan tali pusat terkendali (PTT).

(5) Jika traksi tali pusat terkendali belum berhasil, cobalah untuk mengeluarkan plasenta secara manual. Jika perdarahan terus berlangsung, lakukan uji pembekuan darah sederhana. Kegagalan terbentuknya pembekuan setelah 7 menit atau adanya bekuan lunak yang dapat pecah dengan mudah menunjukan koagulapati.

(6) Jika terdapat tanda-tanda infeksi (demam, secret vagina yang berbau), berikan antibiotik untuk metritis.

3. Robekan Jalan Lahir

Robekan jalan lahir merupakan penyebab kedua tersering dari perdarahan postpartum. Perdarahan dalam keadaan di mana plasenta telah lahir lengkap dan kontraksi rahim baik, dapat dipastikan bahwa perdarahan tersebut berasal dari perlukaan jalan lahir.

a. Perineum

Robekan perineum terjadi pada hampir semua persalinan pertama dan tidak jarang juga pada persalinan berikutnya. Robekan perineum umumnya terjadi di garis tengah dan bisa menjadi luas apabila kepala janin lahir terlalu cepat, sudut arkus pubis lebih kecil daripada biasa, kepala janin melewati pintu panggul bawah dengan ukuran yang lebih besar daripada sirkum ferensia suboksipito bregmatika.

b. Vagina

Perlukaan vagina yang tidak berhubungan dengan luka perineum tidak sering dijumpai. Mungkin ditemukan

BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR 160

setelah persalinan biasa, tetapi lebih sering terjadi sebagai akibat ekstraksi dengan cunam, terlebih apabila kepala janin harus diputar. Robekan terdapat pada dinding lateral dan baru terlihat pada pemeriksaan spekulum.

c. Serviks

Persalinan selalu mengakibatkan robekan serviks sehingga servik seorang multipara berbeda dari yang belum pernah melahirkan per vaginam. Robekan servik yang luas menimbulkan perdarahan dan dapat menjalar ke segmen bawah uterus. Apabila terjadi perdarahan yang tidak berhenti, meskipun plasenta sudah lahir lengkap dan uterus sudah berkontraksi dengan baik, perlu dipikirkan perlukaan jalan lahir, khususnya robekan serviks uteri.

4. Inversio Uteri

Inversio uteri adalah keadaan di mana fundus uteri terbalik sebagian atau seluruhnya ke dalam kavum uteri. Inversio uteri complete → fundus uteri terdapat dalam vagina dengan selaput lendirnya sebelah luar. Inversio uteri incomplete → fundus hanya menekuk ke dalam dan tidak keluar ostuim uteri. Inversio prolaps → uterus yang berputar balik itu keluar dari vulva. Inversio uteri memberikan rasa sakit yang dapat menimbulkan keadaan syok (Obstetri Patologi,1984).

a. Penyebab Inversio Uteri

Tonus otot rahim yang lemah.

Tekanan atau tarikan pada fundus (tekanan intra abdominal, tekanan dengan tangan, dan tarikan pada tali pusat).

Kanalis servikalis yang longgar. Oleh karena itu, inversio uteri dapat terjadi saat batuk, bersin atau mengejan, juga karena perasat crede.

b. Gejala

Syok

BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR

161

Fundus uteri sama sekali tidak teraba tekukan pada fundus.

Kadang tampak sebuah tumor yang merah di luar vulva (fundus uteri yang terbaik) atau teraba tumor dalam vagina.

Perdarahan

c. Prognosis

Makin lambat keadaan ini diketahui dan diobati makin buruk prognosisnya. Tetapi jika pasien dapat mengatasi 48 jam dengan inversio uteri, prognosis akan baik.

d. Terapi

Atasi syok dengan pemberian infus RL dan bila perlu transfusi darah.

Reposisi manual dengan anestesi sesudah syok teratasi (secara Johnson). Jika plasenta belum lepas, baiknya plasenta jangan dilepaskan dulu sebelum uteri di reposisi berhasil, diberi drip oksitosin dan dapat juga dilakukan kompresi bimanual. Pemasangan tampon rahim dilakukan supaya tidak terjadi lagi inversio.

Jika reposisi manual tidak berhasil, dilakukan reposisi operatif.

Uterus dikatakan inversi jika uterus terbalik selama pelahiran plasenta. Reposisi uterus harus dilakukan segera. Semakin lama cincin konstriksi di sekitar uterus yang inversi semakin kaku dan uterus lebih membengkak karena terisi darah.

Jika ibu mengalami nyeri hebat, berikan petidin 1mg/kg berat badan (tetapi tidak lebih dari 100mg) melalui IM atau IV secara perlahan atau berikan morfin 0,1mg/kg berat badan melalui IM.

Jika perdarahan berlanjut, kaji status pembekuan darah dengan menggunakan uji pembekuan darah di sisi

BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR 162

tempat tidur. Kegagalan darah untuk membeku setelah tujuh menit atau terbentuk bekuan darah lunak yang mudah pecah menunjukan koagulopati.

Berikan dosis tunggal antibiotik profilaksi setelah memperbaiki inversi uterus.

Jika terdapat tanda tanda infeksi (demam, rubor, vagina berbau busuk), berikan antibiotik sebagaimana untuk mengobati metritis.

Jika dicurigai terjadi nekrosis, lakukan histerektomi per vagina. Histerektomi per vagina dapat memerlukan rujukan ke pusat perawatan tersier (Buku Saku Manajemen Komplikasi Kehamilan dan Persalinan, 2006)

B. Perdarahan Kala IV (Primer)

Yang dimaksud dengan perdarahan postpartum adalah perdarahan yang terjadi dalam 24 jam setelah persalinan berlangsung. Haemorragic postpartum (HPP) biasanya kehilangan darah lebih dari 500 ml selama atau setelah melahirkan (Marylin E Doengoes, 2001).

Perdarahan postpartum tahap primer: perdarahan postpartum terjadi dalam 24 jam pertama. Penyebab: atonia uteri, retensio plasenta, sisa plasenta, robekan jalan lahir, terbanyak dalam 2 jam pertama.

Perdarahan postpartum tahap sekunder: perdarahan postpartum terjadi setelah 24 jam pertama. Penyebab: robekan jalan lahir dan sisa plasenta atau membran.

C. Syok Obstetrik

Syok adalah suatu keadaan terjadi gangguan sirkulasi darah ke dalam jaringan sehingga tidak dapat memenuhi kebutuhan oksigen dan nutrisi jaringan dan tidak mampu mengeluarkan hasil metabolisme.

BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR

163

Penyebab terjadinya syok dalam kebidanan yang terbanyak adalah perdarahan, kemudian neurologenik, kardiogenik, endotoksik/septik, anafilaktik, dan penyebab syok yang lain seperti emboli, komplikasi anastesi, dan kombinasi.

Gejala klinik syok pada umumnya sama yaitu tekanan darah menurun, nadi cepat dan lemah, pucat, keringat dingin, sianosis jari-jari, sesak napas, penglihatan kabur, gelisah, dan akhirnya oliguria/anuria.

Tabel Tanda Syok Awal dan Tanda Syok Lanjut

Tanda Syok Awal Tanda Syok Lanjut

a. Terbangun, sadar, cemas

b. Denyut nadi cepat (110 x/mnt atau lebih)

c. Pernapasan sedikit lebih cepat (30 x/mnt atau lebih)

d. Pucat

e. Tekanan darah rendah-ringan (sistolik <90mmHg)

f. Peng eluaran urine 30 cc perjam atau lebih

a. Bingung atau tidak sadar

b. Denyut nadi cepat dan lemah

c. Napas pendek dan sangat cepat

d. Pucat dan dingin

e. Tekanan darah sangat rendah

f. Pengeluaran urine < 30cc perjam

(Safe motherhood, modul dasar 2001)

1. Faktor Predisposisi

a. Anemia

b. Partus lama disertai dengan dehidrasi dan asidosis

c. Gangguan gizi

2. Faktor Penyebab

a. Atonia uteri (> 75%) → uteri tidak berkontraksi dalam 15 detik setelah dilakukan pemijatan fundus uteri (plasenta

BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR 164

telah lahir), (JNPKR, Asuhan Persalinan Normal, Depkes Jakarta; 2002).

b. Robekan (laserasi) jalan lahir dapat terjadi di tempat: robekan serviks, perlukaan vagina, robekan perineum.

c. Retensio plasenta dan sisa plasenta (plasenta tertahan di dalam rahim baik sebagian atau seluruhnya).

d. Inversio uterus (uterus keluar dari rahim).

e. Gangguan pembekuan darah (koagulopati).

3. Prosedur Tetap Langkah pertama penanganan perdarahan:

a. Melakukan anamnesa.

b. Memeriksa bahwa uterus kenyal dan berkontraksi baik.

c. Memastikan jumlah darah yang hilang

d. Memeriksa kondisi umum (misal kepucatan, tingkat kesadaran).

e. Memeriksa tanda-tanda vital.

f. Memeriksa asupan cairan (setelah pasien stabil cairan IV harus diberikan rata-rata 1 liter dalam 6-8 jam).

g. Jika dilakukan transfusi darah harus di pantau dan volume yang ditransfusikan harus di catat sebagai asupan cairan.

h. Ukur pengeluaran urine dan membuat catatan yang akurat.

4. Penanganan Umum Pasien Syok

Memberikan jaminan kelancaran ventilasi, beri cairan infus, tanggulangi penyebab terjadinya syok. Yang penting dilakukan bidan adalah:

a. Siapkan diri dengan keyakinan bahwa kita telah benar mendeteksi penyebab syok.

b. Lakukan penanganan dengan cepat dan tepat.

c. Ketersediaan obat dan alat-alat.

BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR

165

d. Hentikan perdarahan dan mengganti kehilangan darah, pasien di posisikan trendelenberg, jangan sampai kedinginan, jaga jalan napas dengan posisi dan melonggarkan pakaian pasien lalu berikan oksigen 100% kira-kira 5 liter/menit melalui jalan napas

e. Berikan infus NaCl 0,9%, RL, dekstran, plasama, dsb dengan memasang tekanan vena pusat (CVP) dan keadaan dieresis untuk mengukur keluar masuk cairan dengan cepat.

5. Penanganan HPP Primer

a. Pijat uterus agar berkontraksi dan keluarkan bekuan darah.

b. Kaji kondisi pasien (denyut jantung, tekanan darah, warna kulit, kesadaran, kontraksi uterus) dan perkirakan banyaknya darah yang keluar.

c. Berikan oksitosin (10 IU per IV dan ergometrin 0,5 IV. Berikan melalui IM apabila tidak bisa melalui IV).

d. Siapkan donor untuk transfusi, ambil darah untuk kroscek, berikan NaCl 1 liter/15 menit apabila pasien mengalami syok (pemberian infus sampai sekitar 3 liter untuk mengatasi syok).

e. Kandung kemih selalu dalam kondisi kosong.

f. Awasi agar uterus dapat terus berkontraksi dengan baik.

g. Jika perdarahan persisten dan uterus tetap rileks, lakukan kompresi bimanual.

h. Jika perdarahan persisten dan uterus berkontraksi dengan baik, maka lakukan pemeriksaan pada vagina dan serviks untuk menemukan laserasi yang menyebabkan perdarahan tersebut.

i. Jika ada indikasi bahwa mungkin terjadi infeksi yang diikuti dengan demam, menggigil, lokhea yang berbau busuk, segera berikan antibiotik berspektrum luas.

j. Lakukan pencatatan yang akurat.

BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR 166

6. Langkah Awal Penanganan Perdarahan Sekunder (Late HPP)

a. Prioritas dalam penatalaksanaan HPP sekunder (sama dengan HPP primer).

b. Masukkan pasien ke rumah sakit sebagai salah satu kasus kegawatdaruratan.

c. Percepatan kontraksi dengan cara melakukan massage uterus, jika uterus masih teraba.

d. Kaji kondisi pasien, jika pasien di daerah terpencil mulailah tindakan sebelum dilakukan rujukan.

e. Berikan oksitosin (oksitosin 10 IU per IV dan ergometrin 0,5 IV. Berikan melalui IM apabila tidak bisa melalui IV).

f. Siapkan darah untuk transfusi, ambil darah untuk cross check, berikan NaCl 11iter/15 menit apabila pasien mengalami syok (pemberian infus sampai sekitar 3 liter untuk mengatasi syok), pada kasus syok yang parah gunakan plasma ekspander.

g. Awasi agar uterus tetap berkontraksi dengan baik. Tambahkan 40 IU oksitosin dalam 1 liter cairan infus dengan tetesan 40 tetes/menit.

h. Berikan antibiotik berspektrum luas.

i. Jika mungkin siapkan pasien untuk pemeriksaan segera di bawah pengaruh anastesi.

LATIHAN SOAL

1. Seorang perempuan berusia 24 tahun, P1 A0, telah melahirkan bayi secara spontan di BPM. Bayi lahir dengan berat 4200 gram PB 51 cm, plasenta lahir lengkap. TD 90/60 mmHG, N 80 x/menit, S 36oC, P 20x/menit. Bidan melakukan massage fundus uteri, uterus teraba keras, ibu mengalami perdarahan segar, laserasi perineum derajat III. Ibu tampak lemah dan pucat. Apa tindakan yang tepat pada kasus tersebut?

BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR

167

a. Menjahit laserasi perineum

b. Eskplorasi jalan lahir

c. Pemantauan kala IV

d. Merujuk pasien

e. Memberikan uterotonika

2. Seorang perempuan berusia 25 tahun, GI P0 A0, usia kehamilan 39 minggu, dan telah melahirkan bayi dengan spontan di BPM. Plasenta belum lahir dalam waktu 30’ setelah diberikan 2 kali injeksi oksitosin 10 U. TD 110/70 mmHg, N 88 x/menit, S 37oC, P 18 x/menit, TFU setinggi pusat, kandung kemih kosong, dan fluksus (-). Apa diagnosis pada kasus tersebut?

a. Atonia uteri

b. Inversio uteri

c. Retensio plasenta

d. Perdarahan postpartum

e. Solutio plasenta

3. Seorang perempuan berusia 25 tahun, GI P0 A0, usia kehamilan 39 minggu, dan telah melahirkan bayi dengan spontan di BPM. Plasenta belum lahir dalam waktu 30’ setelah diberikan 2 kali injeksi oksitosin 10 U. TD 110/70 mmHg, N 88 x/menit, S 37oC, P 18 x/menit, TFU setinggi pusat, kandung kemih kosong, dan fluksus (-). Apa tindakan yang tepat pada kasus tersebut?

a. Manajemen aktif kala III

b. Melakukan plasenta manual

c. Peregangan tali pusat terkendali

d. Merujuk klien

e. Eksplorasi sisa plasenta

4. Seorang perempuan berusia 24 tahun, P1 A0, telah melahirkan bayi secara spontan di BPM. Bayi lahir dengan berat 4200 gram PB 51 cm, plasenta lahir lengkap. TD 90/60 mmHG, N 80

BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR 168

x/menit, S 36oC, P 20x/menit. Bidan melakukan massage fundus uteri, uterus teraba keras, ibu mengalami perdarahan segar, laserasi perineum derajat III. Ibu tampak lemah dan pucat. Apa penyebab perdarahan pada kasus tersebut?

a. Atonia uteri

b. Robekan jalan lahir

c. Sisa plasenta

d. Sisa selaput plasenta

e. Gangguan pembekuan darah

5. Seorang perempuan berusia 24 tahun, P1 A0, telah melahirkan bayi secara spontan di BPM. Bayi lahir dengan berat 4200 gram PB 51 cm, plasenta lahir lengkap. TD 90/60 mmHG, N 80 x/menit, S 36oC, P 20x/menit. Bidan melakukan massage fundus uteri, uterus teraba keras, ibu mengalami perdarahan segar, laserasi perineum derajat III. Ibu tampak lemah dan pucat. Apa tindakan yang harus dilakukan agar penolong terhindar dari tuntutan hukum pada kasus tersebut?

a. Inform consent

b. Merujuk pasien

c. Menjahit luka perineum

d. Memberikan uterotonika

e. Observasi kala IV

6. Seorang perempuan berusia 35 tahun, P4 A0, telah melahirkan bayi secara spontan di BPM. Bayi lahir dengan berat 3100 gram PB 49 cm, plasenta lahir lengkap. TD 90/60 mmHG, N 80 x/menit, S 36oC, P 20x/menit. Bidan melakukan massage fundus uteri, uterus teraba lembek, ibu mengalami perdarahan segar disertai gumpalan ± 500 cc, tidak terdapat laserasi perineum. Ibu tampak lemah dan pucat. Apa diagnosis yang paling mungkin pada kasus tersebut?

a. Perdarahan postpartum

b. Retensio plasenta

BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR

169

c. Infeksi postpartum

d. Subinvolusi uteri

e. Sisa plasenta

7. Seorang perempuan berusia 35 tahun, P4 A0, telah melahirkan bayi secara spontan di BPM. Bayi lahir dengan berat 3100 gram PB 49 cm, plasenta lahir lengkap. TD 90/60 mmHG, N 80 x/menit, S 36oC, P 20x/menit. Bidan melakukan massage fundus uteri, uterus teraba lembek, ibu mengalami perdarahan segar disertai gumpalan ± 500 cc, tidak terdapat laserasi perineum. Ibu tampak lemah dan pucat. Apa penyebab perdarahan pada kasus tersebut?

a. Atonia uteri

b. Sisa plasenta

c. Robekan jalan lahir

d. Sisa selaput ketuban

e. Gangguan pembekuan darah

8. Seorang perempuan berusia 25 tahun, GI P0 A0, usia kehamilan 39 minggu, dan telah melahirkan bayi dengan spontan di BPM. Plasenta belum lahir dalam waktu 15’ setelah diberikan injeksi oksitosin 10 U. TD 110/70 mmHg, N 88 x/menit, S 37oC, P 18 x/menit, TFU setinggi pusat, kandung kemih kososng dan perdarahan 100 cc. Berapa batas kala III fisologis pada kasus tersebut?

a. 10 menit

b. 15 menit

c. 20 menit

d. 25 menit

e. 30 menit

9. Seorang perempuan berusia 25 tahun, GI P0 A0 inpartu, usia kehamilan 39 minggu dirawat di BPM merasakan dorongan meneran yang tidak bisa ditahan. TD 120/80 mmHg, S 36.5 oC, N

BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR 170

90 x/menit, P 20 x/menit. Anus dan vulva membuka, perineum menonjol, hasil PD 10 cm, penipisan 100%, penurunan kepala Hodge III, ketuban (+), penyusupan kepala (0), kontraksi 4x/ 10’ selama 45”, DJJ 144x/mnt. Obat-obatan apa saja yang harus disiapkan untuk penatalaksanaan aktif kala III?

a. Oksitosin 10 U

b. Lidocain

c. Vit. K

d. MgSO4

e. Vaksin HB

10. Seorang perempuan berusia 25 tahun, GI P0 A0, usia kehamilan 39 minggu,dan telah melahirkan bayi dengan spontan di BPM.Plasenta belum lahir dalam waktu 15’ setelah diberikan injeksi oksitosin 10 U.TD 110/70 mmHg, N 88 x/menit, S 37oC, P 18 x/menit, TFU setinggi pusat, kandung kemih kosong dan perdarahan 100 cc. Apa tindakan yang paling tepat pada kasus tersebut?

a. Memasang infus

b. Injeksi oksitosin 10 U yang ke dua

c. Plasenta manual

d. Merujuk klien

e. Injeksi

BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR

171

BAB X

ADAPTASI BAYI SEGERA SETELAH LAHIR

Sebagai seorang bidan harus mampu memahami tentang beberapa adaptasi atau perubahan fisiologi bayi baru lahir (BBL). Hal ini sebagai dasar dalam memberikan asuhan kebidanan yang tepat. Setelah lahir, BBL harus mampu beradaptasi dari keadaan yang sangat tergantung (plasenta) menjadi mandiri secara fisiologi. Setelah lahir, bayi harus mendapatkan oksigen melalui sistem sirkulasi pernapasannya sendiri, mendapatkan nutrisi per oral untuk mempertahankan kadar gula darah yang cukup, mengatur suhu tubuh dan melawan setiap penyakit/infeksi.

Periode adaptasi ini disebut sebagai periode transisi, yaitu dari kehidupan di dalam rahim ke kehidupan di luar rahim. Periode ini berlangsung sampai 1 bulan atau lebih. Transisi yang paling cepat terjadi adalah pada sistem pernapasan, sirkulasi darah, termoregulasi, dan kemampuan dalam mengambil dan menggunakan glukosa.

Adaptasi fisiologis BBL adalah sangat berguna bagi bayi untuk menjaga kelangsungan hidupnya di luar uterus. Artinya nantinya bayi harus dapat melaksanakan sendiri segala kegiatan untuk mempertahankan kehidupannya. Dalam hal ini yang sangat perlu diperhatikan adalah bagaimana upaya untuk menjaga agar bayi tetap terjaga kesehatannya. Yang utama adalah menjaga bayi agar tetap hangat, mampu melakukan pernapasan dengan spontan dan bayi menyusu sendiri pada ibunya.

BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR 172

Menurut Pusdiknakes (2003) perubahan fisiologis pada bayi baru lahir adalah:

A. Sistem Pernapasan/Respiratory

Selama dalam uterus, janin mendapatkan oksigen dari pertukaran gas melalui plasenta. Setelah bayi lahir, pertukaran gas harus melalui paru-paru.

1. Perkembangan Paru-Paru

Paru-paru berasal dari titik tumbuh yang muncul dari pharynx yang bercabang dan kemudian bercabang kembali membentuk struktur percabangan bronkus proses ini terus berlanjut sampai sekitar usia 8 tahun, sampai jumlah bronkus dan alveolusnya sepenuhnya berkembang, walaupun janin memperlihatkan adanya gerakan napas sepanjang trimester II dan III. Paru-paru yang tidak matang akan mengurangi kelangsungan hidup BBL sebelum usia 24 minggu. Hal ini disebabkan karena keterbatasan permukaan alveolus, ketidakmatangan sistem kapiler paru-paru dan tidak tercukupinya jumlah surfaktan.

a. Awal Adanya Napas

Faktor-faktor yang berperan pada rangsangan napas pertama bayi adalah:

Hipoksia pada akhir persalinan dan rangsangan fisik lingkungan luar rahim yang merangsang pusat pernapasan di otak.

Tekanan terhadap rongga dada, yang terjadi karena kompresi paru-paru selama persalinan, yang merangsang masuknya udara ke dalam paru-paru secara mekanis.

Interaksi antara sistem pernapasan, kardiovaskuler dan susunan saraf pusat menimbulkan pernapasan yang teratur dan berkesinambungan serta denyut yang diperlukan untuk kehidupan.

BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR

173

Penimbunan Karbondioksida (CO2)

Setelah bayi lahir, kadar CO2 meningkat dalam darah dan akan merangsang pernapasan. Berkurangnya O2 akan mengurangi gerakan pernapasan janin, tetapi sebaliknya kenaikan CO2 akan menambah frekuensi dan tingkat gerakan pernapasan janin.

Perubahan suhu

Keadaan dingin akan merangsang pernapasan.

b. Surfaktan dan Upaya Respirasi Untuk Bernapas

Upaya pernapasan pertama seorang bayi berfungsi untuk:

Mengeluarkan cairan dalam paru-paru.

Mengembangkan jaringan alveolus paru-paru untuk pertama kali.

Agar alveolus dapat berfungsi, harus terdapat surfaktan (lemak lesitin/sfingomielin) yang cukup dan aliran darah ke paru-paru. Produksi surfaktan dimulai pada 20 minggu kehamilan, dan jumlahnya meningkat sampai paru-paru matang (sekitar 30–34 minggu kehamilan). Fungsi surfaktan adalah untuk mengurangi tekanan permukaan paru dan membantu untuk menstabilkan dinding alveolus sehingga tidak kolaps pada akhir pernapasan.

Tidak adanya surfaktan menyebabkan alveoli kolaps setiap saat akhir pernapasan, yang menyebabkan sulit bernapas. Peningkatan kebutuhan ini memerlukan penggunaan lebih banyak oksigen dan glukosa. Berbagai peningkatan ini menyebabkan stres pada bayi yang sebelumnya sudah terganggu.

c. Dari Cairan Menuju Udara

Bayi cukup bulan mempunyai cairan di paru-parunya. Pada saat bayi melewati jalan lahir selama persalinan,

BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR 174

sekitar sepertiga cairan ini diperas keluar dari paru-paru. Seorang bayi yang dilahirkan secara sectio sesaria kehilangan keuntungan dari kompresi rongga dada dan dapat menderita paru-paru basah dalam jangka waktu lebih lama. Dengan beberapa kali tarikan napas yang pertama udara memenuhi ruangan trakea dan bronkus BBL. Sisa cairan di paru-paru dikeluarkan dari paru-paru dan diserap oleh pembuluh limfa dan darah.

d. Fungsi Sistem Pernapasan dan Kaitannya Dengan Fungsi Kardiovaskuler

Oksigenasi yang memadai merupakan faktor yang sangat penting dalam mempertahankan kecukupan pertukaran udara. Jika terdapat hipoksia, pembuluh darah paru-paru akan mengalami vasokontriksi. Jika hal ini terjadi, berarti tidak ada pembuluh darah yang terbuka guna menerima oksigen yang berada dalam alveoli, sehingga menyebabkan penurunan oksigen jaringan, yang akan memperburuk hipoksia.

Peningkatan aliran darah paru-paru akan memperlancar pertukaran gas dalam alveolus dan akan membantu menghilangkan cairan paru-paru dan merangsang perubahan sirkulasi janin menjadi sirkulasi luar rahim.

2. Sistem Sirkulasi

a. Pengetahuan Awal

Selama perkembangan janin, darah ibu mensuplai oksigen dan nutrisi serta membawa sisa buangannya.

Substansi tersebut berdifusi antara darah ibu dan janin melalui membran plasenta.

Substansi tersebut dibawa menuju tubuh janin melalui pembuluh darah umbilikal. Konsentrasi hemoglobin pada darah janin lebih besar 50% daripada darah ibu. Hemoglobin janin berbeda secara kimiawi dan memiliki daya ikat terhadap oksigen lebih besar dari pada darah ibu, pada tekanan

BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR

175

parsial oksigen tertentu, hemoglobin janin mampu membawa 20-30% oksigen lebih banyak daripada darah ibu.

b. Sirkulasi Darah Pada Janin

Vena umbilikal membawa darah yang kaya oksigen dan nutrisi dari plasenta menuju tubuh janin. Vena umbilikal memasuki tubuh janin melalui cincin umbilikal dan berada sepanjang dinding anterior perut menuju ke hati. Sekitar 1/2 darah disalurkan ke hati, sisanya memasuki sebuah pembuluh ductus venosus.

Ductus venosus bergabung dengan vena cava inferior. Di sana darah yang kaya oksigen dari plasenta bercampur dengan darah yang miskin oksigen dari bagian tubuh janin sebelah bawah. Darah percampuran ini menuju vena cava lalu ke atrium kanan. Pada jantung dewasa, seharusnya darah dari atrium kanan ke ventrikel kanan lalu dibawa ke paru-paru, akan tetapi pada janin paru-paru belum berfungsi, sehingga darah tidak memasuki paru-paru.

Saat darah memasuki atrium kanan, sebagian besar darah langsung menuju masuk atrium kiri melalui sebuah celah dinamakan foramen ovale.

Sebagian kecil lainnya bercampur dengan darah yang miskin oksigen dari vena cava superior yang membawa dari darah dari bagian tubuh janin sebelah atas. Dari vena cava superior darah tersebut memasuki arteri pulmonari. Walaupun masuk ke arteri pulmonari, darah tidak memasuki paru-paru dan sebagian besar masuk ke ductus arteriosus dan menghubungkan arteri pulmonari dengan lengkung aorta. Karena adanya hubungan tersebut, darah dengan konsentrasi oksigen rendah yang memasuki vena cava superior memasuki paru-paru, pada saat yang sama pula darah tersebut dicegah untuk masuk cabang aorta yang akan memasuki otak. Sebagian kecil darah kembali ke jantung melalui vena pulmonari.

BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR 176

Darah yang lebih kaya oksigen memasuki atrium kiri tadi bercampur dengan sedikit darah miskin oksigen yang kembali dari vena pulmonari. Dari aorta darah akan dibawa menuju bagian tubuh yang membutuhkan oksigen dan nutrisi. Sebagian mencapai myocardium (otot jantung) melalui arteri coronary dan mencapai otak melalui arteri carotis.

Darah yang dibawa melalui descending aorta (aorta yang menuju perut dan dada) adalah sebagian darah yang kaya oksigen dan sebagian lagi miskin oksigen. Sebagian besar darah dibawa ke cabang-cabang aorta yang menuju berbagai bagian tubuh janin sebelah bawah. Sebagian lagi memasuki arteri umbilikal, yang bercabang ke arteri internal iliac dan dibawa menuju plasenta. Di plasenta darah teroksigenasi kembali atau kaya oksigen kembali.

Setelah lahir darah BBL harus melewati paru untuk mengambil oksigen dan mengadakan sirkulasi melalui tubuh guna mengantarkan oksigen ke jaringan. Untuk membuat sirkulasi yang baik, kehidupan di luar rahim harus terjadi 2 perubahan besar:

Penutupan foramen ovale pada atrium jantung

Perubahan duktus arteriousus antara paru-paru dan aorta.

Perubahan sirkulasi ini terjadi akibat perubahan tekanan pada seluruh sistem pembuluh. Oksigen menyebabkan sistem pembuluh mengubah tekanan dengan cara mengurangi/meningkatkan resistensinya, sehingga mengubah aliran darah.

Dua (2) peristiwa yang merubah tekanan dalam system pembuluh darah:

Pada saat tali pusat dipotong resistensi pembuluh sistemik meningkat dan tekanan atrium kanan menurun, tekanan atrium menurun karena berkurangnya aliran darah ke atrium kanan tersebut. Hal ini menyebabkan penurunan volume dan tekanan

BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR

177

atrium kanan itu sendiri. Kedua kejadian ini membantu darah dengan kandungan oksigen sedikit mengalir ke paru-paru untuk menjalani proses oksigenasi ulang.

Pernapasan pertama menurunkan resistensi pada pembuluh darah paru-paru dan meningkatkan tekanan pada atrium kanan oksigen pada pernapasan ini menimbulkan relaksasi dan terbukanya sistem pembuluh darah paru. Peningkatan sirkulasi ke paru-paru mengakibatkan peningkatan volume darah dan tekanan pada atrium kanan dengan peningkatan tekanan atrium kanan ini dan penurunan pada atrium kiri, foramen kanan ini dan penusuran pada atrium kiri, foramen ovali secara fungsional akan menutup.

Vena umbilikus, duktus venosus dan arteri hipogastrika dari tali pusat menutup secara fungsional dalam beberapa menit setelah lahir dan setelah tali pusat diklem. Penutupan anatomi jaringan fibrosa berlangsung 2-3 bulan.

c. Perbedaan Sirkulasi Darah Fetus dan Bayi

(1) Sirkulasi Darah Fetus

(a) Vena umbulicalis: membawa darah yang kaya oksigen dari plasenta ke permukaan dalam hepar. Vena hepatica meninggalkan hepar dan mengembalikan darah ke vena cava inferior.

(b) Ductus venosus: adalah cabang-cabang dari vena umbilicalis dan mengalirkan sejumlah besar darah yang mengalami oksigenasi ke dalam vena cava inferior.

(c) Vena cava inferior: telah mengalirkan darah yang telah beredar dalam ekstremitas inferior dan badan fetus, menerima darah dari vena hepatica dan ductus venosus dan membawanya ke atrium dextrum.

(d) Foramen ovale: memungkinkan lewatnya sebagian besar darah yang mengalami oksigenasi dalam

BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR 178

ventriculus dextra untuk menuju ke atrium sinistra, dari sini darah melewati valvula mitralis ke ventriculuc sinister dan kemudian melaui aorta masuk ke dalam cabang ascendens-nya untuk memasok darah bagi kepala dan ekstremitas superior. Dengan demikian hepar, jantung, dan serebrum menerima darah baru yang mengalami oksigenasi.

(e) Vena cava superior: mengembalikan darah dari kepala dan ekstremitas superior ke atrium dextrum. Darah ini bersama sisa aliran yang dibawa oleh vena cava inferior melewati valvula tricuspidallis masuk ke dalam ventriculus dexter.

(f) Arteria pulmonalis: mengalirkan darah campuran ke paru-paru yang nonfungsional, yang hanya memerlukan nutrien sedikit.

(g) Ductus arteriosus: mengalirkan sebagian besar darah dari vena ventriculus dexter ke dalam aorta descendens untuk memasok darah bagi abdomen, pelvis, dan ekstremitas inferior.

(h) Arteria hypogastrica : merupakan lanjutan dari arteria illiaca interna, membawa darah kembali ke plasenta dengan mengandung lebih banyak oksigen dan nutrien yang dipasok dari peredaran darah maternal.

(2) Perubahan Pada Saat Lahir

(a) Penghentian pasokan darah dari plasenta.

(b) Pengembangan dan pengisian udara pada paru-paru.

(c) Penutupan foramen ovale.

(d) Fibrosis:

Vena umbilicalis

Ductus venosus

BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR

179

Arteriae hypogastrica

Ductus arteriosus

3. Sistem Termoregulasi/Pengaturan Suhu

Bayi baru lahir belum dapat mengatur suhu tubuhnya, sehingga akan mengalami stres dengan adanya perubahan lingkungan dari dalam rahim ibu ke lingkungan luar yang suhunya lebih tinggi. Suhu dingin ini menyebabkan air ketuban menguap lewat kulit, pada lingkungan yang dingin, pembentukan suhu tanpa mekanisme menggigil merupakan usaha utama seorang bayi untuk mendapatkan kembali panas tubuhnya. Pembentukan suhu tanpa menggigil ini merupakan hasil penggunaan lemak cokelat untuk produksi panas. Timbunan lemak cokelat terdapat di seluruh tubuh dan mampu meningkatkan panas tubuh sampai 100%. Untuk membakar lemak cokelat, sering bayi harus menggunakan glukosa guna mendapatkan energi yang akan mengubah lemak menjadi panas. Lemak cokelat tidak dapat diproduksi ulang oleh seorang BBL. Cadangan lemak cokelat ini akan habis dalam waktu singkat dengan adanya stres dingin. Semakin lama usia kehamilan semakin banyak persediaan lemak cokelat bayi.

Jika seorang bayi kedinginan, dia akan mulai mengalami hipoglikemia, hipoksia, dan asidosis. Sehingga upaya pncegahan kehilangan panas merupakan prioritas utama dan bidan berkewajiban untuk meminimalkan kehilangan panas pada BBL.

Mekanisme kehilangan panas kehilangan panas tubuh pada bayi baru lahir dapat terjadi melalui mekanisme berikut:

a. Evaporasi

Adalah cara kehilangan panas karena menguapkan cairan ketuban pada permukaan tubuh setelah bayi lahir karena tubuh tidak segera dikeringkan.

BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR 180

b. Konduksi

Adalah kehilangan panas melalui kontak langsung antara tubuh bayi dengan permukaan yang dingin. Contoh: bayi diletakkan di atas meja, timbangan, atau tempat tidur.

c. Konveksi

Adalah kehilangan panas yang terjadi pada saat bayi terpapar dengan udara sekitar yang lebih dingin. Contoh: adanya tiupan kipas angin, penyejuk ruangan tempat bersalin.

d. Radiasi

Adalah kehilangan panas yang terjadi pada saat bayi ditempatkan dekat benda yang mempunyai temperatur tubuh lebih rendah dari temperatur tubuh bayi. Contoh: bayi ditempatkan dekat jendela yang terbuka.

LATIHAN SOAL

1. Bayi laki-laki aterm baru lahir di BPM Ana dengan berat lahir 3200 gr, menangis kuat, ekstremitas kuat, ketuban jernih. Secara fisiologis terjadi adaptasi atau perubahan pada sistem ….

a. Sirkulasi d. Saraf

b. Muskuloskeletal e. Cerebrospinal

c. Gastrointestinal

2. Bayi laki-laki aterm baru lahir di BPM Ana dengan berat lahir 3200 gr, menangis kuat, ekstremitas kuat, ketuban jernih. Di bagian apakah secara fisiologis terjadi adaptasi pada sistem pernapasan saat napas pertama bayi lahir?

a. Lobus Paru d. Bronkus

b. Trakea e. Faring

c. Alveoli

BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR

181

3. Bayi laki-laki aterm baru lahir di BPM Ana dengan berat lahir 3200 gr, menangis kuat, ekstremitas kuat, ketuban jernih. Bila bidan tidak segera mengeringkan bayi dengan handuk/kain di atas perut ibu, bayi dapat kehilangan panas secara:

a. Radiasi d. Konduksi

b. Evaporasi e. Kontruksi

c. Konveksi

4. Bayi laki-laki aterm baru lahir di BPM Ana dengan berat lahir 3200 gr, menangis kuat, ekstremitas kuat, ketuban jernih. Bidan melakukan rawat gabung, salah satu faktor yang memengaruhi keberhasilan rawat gabung selanjutnya adalah ….

a. Dukungan bidan d. Ekonomi

b. Kebijakan Pemerintah e. Ibu bayi

c. Tata laksana RS/RB

5. Bayi laki-laki aterm baru lahir di BPM Ana dengan berat lahir 3200 gr, menangis kuat, ekstremitas kuat, ketuban jernih. Pencegahan infeksi yang dapat dilakukan saat perawatan BBL adalah ….

a. Memakai kapas alkohol saat membersihkan bokong bayi dari mekonium.

b. Memakai masker saat memandikan bayi.

c. Selalu memakai celemek dan kacamata .

d. Memakai sarung tangan saat merawat tali pusat.

e. Menggunakan air hangat untuk menghilangkan darah dan sisa air ketuban.

BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR 182

BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR

183

BAB XI

MANAJEMEN ASUHAN PADA IBU PERSALINAN

Pendokumentasian manajemen kebidanan dengan metode SOAP yaitu:

1. Data Subjektif

Data Subjektif (S) merupakan pendokumentasian manajemen kebidanan menurut Helen Varney langkah pertama (pengkajian data) terutama data yang diperoleh melalui anamnesis. Data subjektif ini berhubungan dengan masalah dari sudut pandang pasien. Ekspresi pasien mengenai kekhawatiran dan keluhannya yang dicatat sebagai kutipan langsung dengan diagnosis. Data subjektif ini nantinya akan menguatkan diagnosis yang akan disusun (Muslihatun et al., 2009).

2. Data Objektif

Data Objektif (O) merupakan pendokumentasian manajemen kebidanan menurut Helen Varney pertama (pengkajian data) terutama data yang diperoleh melalui hasil observasi yang jujur dari pemeriksaan fisik pasien, pemeriksaan laboratorium atau diagnostik lain. Catatan medik dan informasi dari keluarga atau orang lain dapat dimasukkan dalam data objektif ini. Data ini akan memberikan bukti gejala klinis pasien dan fakta yang berhubungan dengan diagnosis (Muslihatun et al., 2009).

BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR 184

3. Assesment

Analysis atau assessment (A) merupakan pendokumentasian hasil analisis dan interpretasi (kesimpulan) dari data subjektif dan objektif. Dalam pendokumentasian manajemen kebidanan karena keadan pasien yang setiap saat bisa mengalami perubahan dan akan ditemukan informasi baru dalam data subjektif maupun data objektif maka proses pengkajian data akan menjadi sangat dinamis (Muslihatun et al., 2009).

4. Planning

Planning atau perencanaan (P) adalah membuat rencana asuhan saat ini dan yang akan datang. Rencana asuhan disusun berdasarkan hasil analisis dan interpretasi data. Rencana asuhan ini bertujuan untuk mengusahakan tercapainya kondisi pasien seoptimal mungkin dan mempertahankan kesejahteraannya. Rencana asuhan ini harus bisa mencapai kriteria tujuan yang ingin dicapai dalam batas tertentu. Tindakan yang akan dilaksanakan harus mampu membantu pasien mencapai kemajuan dan harus sesuai dengan hasil kolaborasi tenaga kesehatan lain antara lain dokter.

Meskipun secara istilah P adalah Planning atau perencanaan saja, tetapi P dalam metode SOAP ini juga merupakan gambaran pendokumentasian implementasi dan evaluasi. P dalam SOAP meliputi manajemen kebidanan menurut Helen Varney langkah ke-5, ke-6, dan ke-7. Dalam planning ini juga harus mencantumkan evaluasi atau evaluation yaitu tafsiran dari efek tindakan yang telah diambil untuk menilai keefektifan asuhan atau hasil pelaksanaan tindakan. Evaluasi berisi analisis hasil yang telah dicapai dan merupakan fokus ketepatan nilai tindakan atau asuhan (Muslihatun et al., 2009).

KONSEP ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU BERSALIN

1. Data Subjektif

a. Identitas

BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR

185

Meliputi nama, umur, agama, pendidikan terakhir, pekerjaan, suku/bangsa, dan alamat (Sulistyawati & Nugraheny, 2013).

b. Keluhan Utama

(1) Kala I

Ibu merasa gelisah dan nyeri akibat munculnya his yang semakin sering dan kuat.

(2) Kala II

Ibu merasakan desakan untuk mengejan karena kantung amnion atau bagian terendah janin terdorong ke depan melalui serviks yang berdilatasi dan menekan rektum (Sulistyawati, 2009).

(3) Kala III

Ibu masih merasa mulas karena beberapa saat kemudian timbul his pengeluaran dan pelepasan uri (Walyani & Purwoastuti, 2015).

(4) Kala IV

Ibu merasa lelah setelah melalui proses persalinan.

c. Riwayat Kesehatan

Beberapa data penting tentang riwayat kesehatan pasien yang perlu kita ketahui adalah apakah pasien pernah atau sedang menderita penyakit, seperti jantung, diabetes mellitus (DM), ginjal, hipertensi/hipotensi, dan hepatitis (Sulistyawati, 2009).

d. Riwayat Kesehatan Keluarga

Kaji apakah keluarga ibu pernah/sedang menderita penyakit menurun seperti asma dan penyakit keturunan lainnya, serta penyakit menular seperti TBC, hepatitis, dan HIV/AIDS (Asih & Risneni, 2016).

e. Status Perkawinan

(1) Riwayat Pernikahan

BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR 186

(2) Nikah atau tidak

(3) Berapa kali nikah

(4) Perkawinan sekarang suami yang ke berapa

f. Pola Kebutuhan Sehari-hari

(1) Pola Makan

Data mengenai asupan makan pasien adalah sebagai berikut:

(a) Kapan/jam berapa terakhir kali makan

(b) Makan yang dimakan

(c) Jumlah makanan yang dimakan

(d) Seandainya saat ini ingin makan, apa yang ia inginkan sebelumnya masuk pada fase persalinan di mana ia tidak akan mungkin atau tidak ingin lagi untuk makan (Sulistiyawati & Nugraheny, 2010).

(2) Pola Minum

Pada masa persalinan, data mengenai intake dan intake cairan sangat penting karena akan menentukan kecenderungan terjadinya dehidrasi. Data yang perlu kita tanyakan adalah sebagai berikut:

(a) Kapan terakhir kali minum

(b) Berapa banyak yang diminum

(c) Apa yang diminum

Pada pertengahan sampai akhir kala I biasanya pasien akan sangat membutuhkan cairan. Di samping pasien sudah tidak berselera lagi untuk makan karena rasa sakit akibat his, juga karena pengeluaran keringat yang bertambah sehingga membutuhkan pemasukan cairan yang lebih (Sulistiyawati & Nugraheny, 2010).

BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR

187

(3) Pola istirahat

Istirahat sangat diperlukan oleh pasien untuk mempersiapkan energi menghadapi proses persalinannya, hal ini akan lebih penting lagi jika proses persalinannya mengalami pemanjangan waktu kala I. Data yang perlu ditanyakan adalah :

(a) Kapan terakhir tidur

(b) Berapa lama

(c) Aktivitas sehari-hari

Kita perlu mengkaji aktivitas sehari-hari pasien karena data ini menggambarkan tentang seberapa berat yang bisa lakukan pasien di rumah (Sulistiyawati & Nugraheny, 2010).

(4) Personal Hygiene

Data ini perlu kita gali karena akan sangat berkaitan dengan kenyamanan pasien dalam menjalani proses persalinannya. Beberapa pertanyaan yang perlu di tanyakan adalah:

(a) Kapan terakhir mandi, keramas, dan gosok gigi.

(b) Kapan terakhir ganti baju dan celana dalam (Sulistiyawati & Nugraheny, 2010).

(5) Aktivitas Seksual

Data yang perlu kita tanyakan adalah sebagai berikut:

(a) Keluhan

(b) Frekuensi

(c) Kapan terakhir melakukan hubungan seksual (Sulistiyawati & Nugraheny, 2010).

2. Data Objektif

a. Keadaan Umum

BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR 188

Data ini dapat dengan mengamati keadaan pasien secara keseluruhan (Sulistiyawati & Nugraheny, 2010).

b. Kesadaran

Untuk mendapatkan gambaran tentang kesadaran pasien (Sulistiyawati & Nugraheny, 2010).

c. Tanda Vital, meliputi tekanan darah, nadi, pernapasan, dan suhu.

d. Pemeriksaan Fisik

(1) Rambut

Kaji warna, kebersihan rambut, mudah rontok atau tidak (Sulistiyawati & Nugraheny, 2010).

(2) Wajah

Seberapa besar nyeri yang dirasakan wajah.

(3) Mata

Kaji konjungtiva merah muda atau anemis, sclera, kebersihan mata, kelainan pada mata, gangguan penglihatan (rabun jauh/dekat) (Sulistiyawati & Nugraheny, 2010).

(4) Hidung

Kaji kebersihan, adanya polip, alergi debu (Sulistiyawati & Nugraheny, 2010).

(5) Mulut

(a) Bibir

Dilihat warna, integritas jaringan (lembap, kering, atau pecah-pecah) (Sulistyawati, 2009).

(b) Lidah

Warna dan kebersihan (Sulistyawati, 2009).

(c) Gigi

BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR

189

Kebersihan gigi, adakah gigi karies, gangguan pada mulut (bau mulut) (Sulistyawati, 2009).

(6) Telinga

Kaji kebersihan telinga dan gangguan pendengaran.

(7) Leher : Pembesaran kelenjar limfa, parotitis.

(8) Payudara : Bentuk dada, simetris/tidak, bentuk payudara, besar masing-masing payudara (seimbang/tidak), hiperpigmentasi areola, teraba massa nyeri atau tidak, kolostrum, keadaan puting: mennonjol, datar, atau masuk ke dalam. Kebersihan, bentuk breast holder (BH), denyut jantung, gangguan pernapasan (auskultasi).

(9) Abdomen

Kala II

Kontraksi uterus kala II yang bersifat berkala dan harus diperhatikan adalah lama kontraksi berlangsung 60-90 detik, kekuatan kontraksi.

Kala III

Kontraksi uterus intensitasnya (kuat, sedang, lemah atau tidak ada) selama 15 menit pertama.

DJJ normalnya 120-160x/menit(Sumarah et al., 2009).

(10) Ekstermitas

Kaji gangguan, bentuk ekstremitas, oedem apa tidak, varises atau tidak (Sulistiyawati & Nugraheny, 2010).

(11) Genitalia

Kaji kebersihan daerah genitalia, pengeluaran cairan pervaginam, tanda-tanda infeksi vagina, pemeriksaan dalam (Sulistiyawati & Nugraheny, 2010).

Kala II

BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR 190

Perubahan serviks pada kala II ditandai dengan pembukaan lengkap, pada pemeriksaan dalam tidak teraba lagi bibir portio, segmen bawah rahim (SBR), dan serviks.

Kala III

Kaji robekan jalan lahir dan perineum dan jumlah darah yang keluar akibat robekan jalan lahir.

(12) Anus

Adakah haemoroid, kebersihan daerah rektal (Sulistiyawati & Nugraheny, 2010).

e. Data Penunjang

(1) Pemeriksaan Dalam/Vaginal Toucher (VT)

Hal-hal yang perlu diperhatikan pada pemeriksaan dalam, menurut (Prawirohardjo, 2010).

(a) Keadaan perineum: utuh atau tidak dan elastis, longgar atau lembek.

(b) Sistokel dan Rektokel

Sistokel adalah benjolan pada dinding depan vagina yang disebabkan kelemahan diding belakang kandung kemih. Rektokel adalah benjolan pada dinding belakang vagina, yang disebabkan kelemahan dinding depan rektum.

(c) Pengeluaran pervaginam: Cairan berwarna putih kekuningan, lendir bercampur darah, cairan ketuban atau darah.

(d) Serviks: Perlu diperhatikan pembukaan, penipisan, robekan serviks, dan kekakuan seviks.

(e) Ketuban: Tentukan ketuban utuh atau tidak, dan menentukan apakah cairan yang keluar betul-betul air ketuban.

BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR

191

(f) Presentasi, titik penunjuk, dan posisi: Presentasi merupakan bagian terbawah janin, titik penunjuk, dan posisi kepala.

(g) Turunnya Kepala (Bidang Hodge)

Hodge I: Bidang yang setinggi pintu atas panggul (PAP) yang dibentuk oleh promontorium, artikulasio sakro-iliaca, sayap sakrum, linea inominata, ramus superior os pubis, tepi atas simfisis pubis.

Hodge II: Bidang setinggi pinggir bawah simfisis pubis berhimpit dengan PAP (Hodge I).

Hodge III: Bidang setinggi spina ischikadika berhimpit dengan PAP (Hodge I).

Hodge IV: Bidang setinggi ujung os soccygis berhimpit dengan PAP (Hodge I) (Sumarah, 2009).

3. Assesment

Ny. “X” G .... PAPAH inpartu kala …. Fase ….

4. Penatalaksanaan

(1) Kala I

(a) Lakukan pendekatan dan jelaskan pada ibu tentang kondisi dan hasil pemeriksaan, langkah awal bagi bidan dalam membina hubungan komunikasi yang efektif dalam melakukan pendekatan secara terapeutik sehingga proses KIE akan tercapai secara optimal (Sulistyawati, 2009).

(b) Evaluasi tanda vital, pemeriksaan dalam, tanda bahaya dalam persalinan secara terus-menerus dengan menggunakan partograf, mencegah komplikasi yang tidak diinginkan oleh ibu.

(c) Pantau terus-menerus keadaan bayi (denyut jantung janin) setiap 1 jam, mencegah komplikasi pada janin.

(d) Atasi ketidaknyamanan selama proses persalinan seperti sering BAK, punggung pegal, sesak napas, dll (Sulistyawati

BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR 192

& Nugraheny, 2010), persalinan berjalan lancar dengan mengatasi gejala yang umum terjadi pada persalinan.

(e) Kurangi rasa nyeri akibat persalinan pada ibu dengan mengajarkan teknik nonfarmakologik seperti teknik bernapas dan teknik meneran yang benar, meningkatkan rasa relaksasi pada ibu.

(f) Kaji penyebab cemas (Sulistiyawati & Nugraheny, 2010), membantu ibu dengan memberi dukungan untuk mengatasi penyebab cemas.

(g) Anjurkan ibu untuk mengatur posisi yang diinginkan selama persalinan, pemenuhan kebutuhan rasa nyaman pada ibu (Sondakh, 2013).

(2) Kala II

(a) Jelaskan kemajuan persalinan yang diharapkan dan jelaskan apa yang harus dilakukan selama proses persalinan (Sulistiyawati & Nugraheny, 2010), pasien tetap kooperatif terhadap tindakan yang kita lakukan.

(b) Jaga kebersihan ibu (Sulistiyawati & Nugraheny, 2010), memberikan kenyamanan saat proses persalinan.

(c) Anjurkan ibu mencoba posisi yang nyaman selama persalinan.

(d) Ajarkan ibu teknik meneran secara efektif, menjaga perineum meregang pelan dan mengontrol lahirnya kepala serta mencegah robekan (Saifuddin, 2010).

(e) Penuhi kebutuhan cairan dan nutrisi (Sulistiyawati & Nugraheny, 2010), wanita bersalin membutuhkan 50-100 kilokalori energi setiap jam, jika tidak terpenuhi, mereka akan mengalami kelelahan pada otot dan kelaparan yang sangat (Nurasiah, dkk. 2014).

(f) Libatkan suami atau keluarga dalam persalinan, dengan hadirnya orang terdekat akan memberikan rasa nyaman saat proses persalinan sehingga kecemasan ibu berkurang (Padila, 2014).

BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR

193

(g) Tolong persalinan sesuai dengan 60 langkah APN (terlampir), upaya yang terintegrasi dan lengkap tetapi dengan intervensi seminimal mungkin dengan kualitas pelayanan yang optimal (Walyani & Purwoastuti, 2015).

(3) Kala III

(a) Kaji tingkat rasa nyeri pasien dan strategi yang ia gunakan untuk mengatasi rasa nyeri tersebut, pasien menunjukkan kemampuan untuk mengatasi rasa nyeri berhubungan dengan peningkatan intensitas dan durasi kontraksi.

(b) Palpasi kandung kemih di atas simfisis secara teratur untuk mendeteksi kandung kemih yang kosong, tidak terlihat tanda distensi kandung kemih yang berhubungan dengan gangguan sensorik karena persalinan.

(c) Observasi TFU, kontraksi uterus dan jumlah perdarahan, mengetahui keadaan ibu, berapa banyak perdarahan sebagai pencegahan dan deteksi komplikasi dini.

(d) Tolong persalinan sesuai dengan 60 langkah APN (terlampir), upaya yang terintegrasi dan lengkap tetapi dengan intervensi seminimal mungkin dengan kualitas pelayanan yang optimal (Walyani & Purwoastuti, 2015).

(4) Kala IV

(a) Lanjutkan penanganan dengan 60 langkah APN (terlampir), upaya yang terintegrasi dan lengkap tetapi dengan intervensi seminimal mungkin dengan kualitas pelayanan yang optimal (Walyani & Purwoastuti, 2015).

(b) Lanjutkan pemantauan kontraksi uterus, perdarahan serta tanda-tanda vital, pastikan komplikasi masa postpartum terdeteksi sedini mungkin (Walyani & Purwoastuti, 2015).

(c) Ajarkan ibu dan keluarga melakukan massage uterus dan memeriska kontraksi, merangsang uterus berkontraksi (Saifuddin, 2010).

BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR 194

KONSEP ASUHAN KEBIDANAN PADA NEONATUS

1. Data Subjektif

a. Biodata Bayi

Nama bayi: untuk menghindari kekeliruan.

Tanggal lahir: untuk mengetahui usia neonatus.

Jenis kelamin: untuk mengetahui jenis kelamin bayi.

Umur: untuk mengetahui usia bayi.

Alamat: untuk memudahkan kunjungan rumah.

Biodata Orang Tua

Nama ibu/ayah, umur, agama, pendidikan, pekerjaan, suku/bangsa, alamat.

b. Keluhan Utama

Ibu mengatakan telah melahirkan bayinya pada tanggal …. pukul .... WIB. Kondisi ibu dan bayi sehat.

c. Riwayat Kehamilan dan Persalinan

(1) Riwayat Prenatal

Anak ke berapa, riwayat kehamilan yang memengaruhi BBL adalah kehamilan yang disertai komplikasi seperti diabetes melitus (DM), hepatitis, jantung, asma, hipertensi, TBC, frekuensi antenatal care (ANC), keluhan selama hamil, HPHT, kebiasaan ibu selama hamil (Sondakh, 2013).

(2) Riwayat Natal

Berapa usia kehamilan, jam berapa waktu persalinan, jenis persalinan, lama kala I, lama kala II, BB bayi, PB bayi, denyut nadi, respirasi, suhu, bagaimana ketuban, ditolong oleh siapa, komplikasi persalinan dan berapa nilai APGAR untuk BBL (Sondakh, 2013).

BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR

195

Tabel Komponen Penilaian APGAR

Komponen

Skor

0 1 2

Frekuensi jantung

Tidak ada <100 x/menit

>100 x/menit

Kemampuan bernapas

Tidak ada Lambat/ tidak teratur

Menangis kuat

Tonus otot Lumpuh Ekstremitas agak fleksi

Gerakan aktif

Refleks Tidak ada Gerakan sedikit

Gerakan kuat/ melawan

Warna kulit Biru/pucat Tubuh kemerahan/ ekstremitas biru

Seluruh tubuh kemerahan

(Hidayat A. A., 2008)

(3) Riwayat Postnatal

(a) Observasi TTV

(b) Keadaan tali pusat

(c) Apakah telah diberi injeksi vitamin K

(d) Minum ASI, berapa cc setiap berapa jam

d. Riwayat Psikososial

Kesiapan keluarga menerima anggota baru dan kesanggupan ibu merawat bayinya.

e. Kebutuhan Dasar

(a) Pola Nutrisi

BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR 196

Setelah bayi lahir, segera susukan pada ibunya, apakah ASI keluar sedikit. Kebutuhan minum hari pertama 60 cc/kg BB, selanjutnya ditambah 30 cc/kg BB untuk hari berikutnya.

Tabel Kebutuhan Dasar Cairan dan Kalori pada Neonatus

Hari Kelahiran Cairan/kg/hari Kalori/kg/hari

Hari ke 1 60 ml 40 kal

Hari ke 2 70 ml 50 kal

Hari ke 3 80 ml 60 kal

Hari ke 4 90 ml 70 kal

Hari ke 5 100 ml 80 kal

Hari ke 6 110 ml 90 kal

Hari ke 7 120 ml 100 kal

Hari ke > 10 150-200 ml >120 kal

(b) Pola Eliminasi

Proses pengeluaran defekasi dan urine terjadi 24 jam pertama setelah lahir, konsistensi agak lembek berwarna hitam kehijauan. Selain itu, urine yang normal berwarna kuning.

(c) Pola Istirahat

Pola tidur normal bayi baru lahir adalah 14-18 jam/hari.

(d) Pola Aktivitas

Seperti menangis, BAK, BAB, serta memutar kepala untuk mencari puting susu.

2. Data Objektif

a. Pemeriksaan Fisik Umum

BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR

197

(1) Kesadaran: composmentis

(2) Suhu: normal (36,5-37˚C)

(3) Pernapasan: normal (40-60 kali/menit)

(4) Denyut jantung: normal (120-140 kali/menit)

(5) Berat badan: normal (2500-4000 gram)

(6) Panjang badan: antara 48-52 cm

b. Pemeriksaan Fisik

(1) Kepala: adakah caput succedaneum, chepal hematoma, keadaan ubun-ubun tertutup.

(2) Muka: warna kulit merah

(3) Mata: sklera putih, adakah perdarahan subconjungtiva

(4) Hidung: lubang simetris, bersih, sekret

(5) Mulut: refleks menghisap baik, adakah palatoskisis

(6) Telinga: simetris, adakah serumen

(7) Leher: adakah pembesaran kelenjar tiroid, adakah bendungan vena jugularis

(8) Dahi: simetris, adakah retraksi dada

(9) Tali pusat: bersih, adakah perdarahan, terbungkus kasa

(10) Abdomen: simetris, adakah massa, infeksi

(11) Genitalia: untuk bayi laki-laki testis sudah turun, untuk bayi perempuan, labia mayora sudah menutupi labia minora

(12) Anus: adakah atresia ani

(13) Ekstremitas: adakah polidaktili dan sIndaktili

c. Pemeriksaan Neurologis

(1) Refleks Moro/Terkejut: apabila bayi diberi sentuhan mendadak terutama dengan jari dan tangan, maka akan menimbulkan gerak terkejut.

BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR 198

(2) Refleks Menggenggam: apabila telapak tangan bayi disentuh dengan jari, maka ia akan berusaha menggenggam jari yang menyentuh.

(3) Refleks Rooting/Mencari: apabila pipi bayi disentuh, makan ia akan menoleh dan mencari sentuhan itu.

(4) Refleks Mengisap/Sucking: apabila bayi diberi dot/puting, maka ia akan berusaha mengisap.

(5) Glabella Refleks: apabila bayi disentuh di daerah dahinya, ia akan berkedip.

(6) Tonick Neck Refleks: apabila bayi diangkat dari tempat tidur (digendong), maka ia akan berusaha mengangkat kepalanya (Sondakh, 2013).

(7) Refleks Babinski: usap telapak kaki sepanjang tepi luar mulai dari tumit, ia akan mengembangkan jari kakinya.

(8) Refleks Ekstrusi: sentuhkan ujung jari/spatel lidah ke ujung lidah, ia akan menjulurkan lidahnya (Hidayat, 2008).

d. Pemeriksaan Antropometri

Berat badan: normalnya 2500-4000 gram

Panjang badan: normalnya 48-52 cm

Lingkar kepala: normalnya 33-38 cm

Lingkar lengan atas: normalnya 10-11 cm

Lingkar bahu: normalnya 34 cm

Lingkar bokong: normalnya 27 cm

Ukuran kepala:

Diameter

(1) Diameter suboksipitobregmantika: 9,5 cm

(2) Diameter frontooksipitalis: 12 cm

(3) Diameter mentooksipitalis: 13,5 cm

BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR

199

(4) Diameter submentobregmantika: 9,5 cm

Diameter melintang

(1) Diameter biparietalis: 9,5 cm

(2) Diameter bitemporalis: 8 cm

Circumferensia (keliling)

(1) Cirkumferensial fronto occipitalis: 34 cm

(2) Cirkumferensial mento occipitalis: 35 cm

(3) Cirkumferensial sub occipito bregmantika: 32 cm (Sumarah et al., 2009).

3. Assesment

By. Ny. “X” usia ….

4. Penatalaksanaan

Intervensi Bayi Baru Lahir:

(1) Lakukan informed consent, merupakan langkah awal untuk melakukan tindakan lebih lanjut.

(2) Cuci tangan sebelum dan sesudah melakukan tindakan, cuci tangan merupakan prosedur pencegahan kontaminasi silang.

(3) Beri identitas bayi, cara yang tepat untuk menghindari kekeliruan.

(4) Bungkus bayi dengan kain kering yang lembut, membungkus bayi merupakan cara mencegah hipotermi.

(5) Rawat tali pusat dengan cara membungkus dengan kasa, tali pusat yang terbungkus merupakan cara mencegah infeksi.

(6) Timbang berat badan setiap hari setelah dimandikan, deteksi dini pertumbuhan dan kelainan pada bayi.

(7) Ukur suhu tubuh bayi, denyut jantung, dan respirasi setiap jam, deteksi dini terhadap terjadinya komplikasi.

(8) Anjurkan ibu untuk mengganti popok setelah BAK/BAB, menghindari bayi dari kehilangan panas.

BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR 200

(9) Anjurkan ibu untuk memberikan ASI Ekslusif, ASI adalah makanan terbaik untuk tumbuh kembang dan pertahanan tubuh bayi, kebutuhan 60 cc/kg/hari.

(10) Anjurkan ibu cara menyusui yang benar, maka bayi akan merasa nyaman dan tidak tersedak, dengan posisi menyusui yang benar maka bayi akan merasa nyaman dan tidak tersedak (Sondakh, 2013).

KUNJUNGAN NEONATUS (KN) I: 6 SAMPAI 48 JAM SETELAH LAHIR

a. Mempertahankan suhu tubuh tetap hangat karena bayi kehilangan panas melalui empat cara yaitu:

(1) Konduksi

Melalui benda-benda padat yang berkontak dengan kulit bayi seperti bayi bersentuhan lanngsung dengan lantai.

(2) Konveksi

Pendinginan melalui aliran udara di sekitar bayi, suhu udara dikamar tidak boleh kurang dari 20 C dn sebaiknya tidak berangin.

(3) Evaporasi

Kehilangan panas melaui penguapan air pada kulit yang basah karena itu bayi baru lahir harus dikeringkan seluruhnya termasuk kepala dan rambut sesegera mungkin.

(4) Radiasi

Melalui benda padat dekat bayi yang tidak berkontak secara langsung dengan kulit bayi misalnya jendela pada musim dingin karena itu bayi harus diselimuti (Prawirohardjo, 2009).

b. Memfasilitasi kontak dini untuk pemberian ASI eksklusif dan memperkuat ikatan batin bayi terhadap ibu, komposisi ASI tidak sama dari waktu ke waktu, hal ini berdasarkan stadium laktasi,

BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR

201

komposisi ASI dibedakan menjadi 3 macam berdasarkan tabel sebagai berikut:

Tabel Kandungan ASI

Kandungan Kolostrum Transisi ASI

Energi

Laktosa (gr/100 ml)

Lemak (gr/100 ml)

Protein (gr/100ml)

Mineral (gr/100ml)

Immunoglobuli:

Ig A (mg/100ml)

Ig G (mg/100 ml)

Ig M (mg/100 ml)

Litosinn (mg/100 ml)

Laktoferin

57,0

6,5

2,9

1,195

0,3

335,9

5,9

17,1

14,2 – 16,4

420 - 520

63,0

6,7

3,6

0,965

0,3

-

-

-

-

-

65,0

7,0

3,8

1.324

0,2

119,6

2,9

2,9

24,3 – 27,5

250 – 270

Sumber: (Jitowiyono & Kristiyanasari, 2010).

c. Memberi tahu tentang tanda-tanda bahaya yang harus dikenali ibu antara lain:

(1) Pemberian ASI sulit, sulit mengisap atau lemah isapan.

(2) Kesulitan bernapas, pernapasan cepat atau menggunkan otot tambahan.

(3) Bayi tidur terus-menerus tanpa bangun untuk minum ASI.

(4) Kulit kebiruan atau kuning, suhu terlalu panas dan terlalu dingin.

d. Memberikan konseling pada ibu tentang perawatan tali pusat biarkan tali pusat tetap dalam keadaan terbuka agar terkena

BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR 202

udara, lipatlah popok di bawah tali pusat jika tali pusat terkena kotoran tinja, cuci dengan sabun dan air bersih dan keringkan dengan benar.

Kunjungan Neonatus (KN) II : 3-7 Hari

(1) Menjaga tali pusat dalam keadaan bersih dan tetap kering.

(2) Menjaga kebersihan bayi.

(3) Pemeriksaan tanda bahaya seperti infeksi bakteri, ikterus, diare, berat badan rendah dan masalah pemberian ASI.

(4) Memberikan ASI Bayi harus disusukan minimal 10-15 kali dalam 24 jam dalam 2 minggu pascapersalinan.

Kunjungan Neonatus (KN) III: 8-28 Hari

(1) Konseling terhadap ibu dan keluarga untuk memberikan ASI ekslusif pencegahan hipotermi dan melaksanakan perawatan bayi baru lahir di rumah dengan menggunakan buku KIA.

(2) Penanganan rujukan kasus bila diperlukan (Jitowiyono & Kristiyanasari, 2010).

LATIHAN SOAL

1. Seorang bayi laki-laki baru saja lahir spontan aterm di BPM Ny. Yuli. Kulit dan ekstremitas berwarna biru, tidak ada gerakan, nadi 80 x/menit, napas megap-megap, ketuban bercampur mekonium. Berat 2900 gr, PB 49 cm, suhu 360C. Apakah yang menjadi faktor risiko bayi tersebut asfiksia?

a. Usia kehamilan

b. Usia ibu

c. Berat badan lahir <3000 gr

d. Ketuban mekonium

e. APGAR Skor <5

BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR

203

2. Seorang bayi laki-laki baru saja lahir spontan aterm di BPM Ny. Yuli. Kulit dan ekstremitas berwarna biru, tidak ada gerakan, nadi 80 x/menit, napas megap-megap, ketuban bercampur mekonium. Berat 2900 gr, PB 49 cm, suhu 360C. Berdasarkan data apa saja bayi dikatakan asfiksia?

a. Ketuban campur mekonium dan napas megap-megap

b. Napas megap-megap dan tidak ada gerakan

c. Warna kulit biru dan ketuban campur mekonium

d. Warna kulit dan ekstremitas kebiruan dan nilai APGAR

e. Napas megap-megap dan warna kulit

3. Seorang bayi laki-laki baru saja lahir spontan aterm di BPM Ny. Yuli. Kulit dan ekstremitas berwarna biru, tidak ada gerakan, nadi 80 x/menit, napas megap-megap, ketuban bercampur mekonium. Berat 2900 gr, PB 49 cm, suhu 360C. Tindakan apakah yang pertama harus dilakukan bidan?

a. Jepit tali pusat, kemudian potong, melakukan langkah awal resusitasi (HAIKAP).

b. Keringkan bayi, jepit tali pusat, kemudian potong, langkah awal resusitasi (HAIKAP).

c. Keringkan bayi, isap lendir, jepit tali pusat, potong, langkah awal resusitasi (HAIKAP).

d. Isap lendir, keringkan bayi, jepit tali pusat, potong, langkah awal resusitasi (HAIKAP).

e. Isap lendir, jepit tali pusat, kemudian potong, langkah awal resusitasi (HAIKAP).

4. Seorang bayi laki-laki baru saja lahir spontan aterm di BPM Ny. Yuli. Kulit dan ekstremitas berwarna biru, tidak ada gerakan, nadi 80 x/menit, napas megap-megap, ketuban bercampur mekonium. Berat 2900 gr, PB 49 cm, suhu 360C. Seorang ibu umur 27 tahun baru saja melahirkan spontan di BPM kehamilan cukup bulan, bayi menangis dengan kuat, warna kulit merah, gerakan aktif. Bidan telah melakukan langkah awal

BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR 204

penatalaksanaan bayi asfiksia, namun bayi masih belum berhasil. Tindakan apakah yang harus dilakukan bidan?

a. Memberi konseling pada keluarga

b. Melakukan pijat jantung

c. Segera melakukan rujukan

d. Meminta pertolongan/bantuan

e. Memberikan ventilasi

5. Seorang bayi laki-laki baru saja lahir spontan aterm di BPM Ny. Yuli. Kulit dan ekstremitas berwarna biru, tidak ada gerakan, nadi 80 x/menit, napas megap-megap, ketuban bercampur mekonium. Berat 2900 gr, PB 49 cm, suhu 360C. Seorang ibu umur 27 tahun baru saja melahirkan spontan di BPM kehamilan cukup bulan, bayi menangis dengan kuat, warna kulit merah, gerakan aktif. Bidan telah melakukan langkah awal penatalaksanaan bayi asfiksia, Bayi menangis kuat dan gerakan aktif. Tindakan apakah yang harus dilakukan bidan?

a. Menghisap lendir

b. Menyuntik Vit.K 0,1 mg

c. Mengikat tali pusat, IMD

d. Menghangatkan bayi di inkubator

e. Rawat gabung dengan ibunya

BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR

205

GLOSARIUM

1. Konsepsi: peristiwa bertemunya sel telur (ovum) dan sperma. Peristiwa konsepsi terjadi di ampula.

2. Uri atau plasenta: organ yang menyediakan oksigen dan nutrisi bagi bayi untuk melakukan pertumbuhan dan perkembangan dalam kandungan.

3. Ekstraksi forsep: suatu persalinan buatan, janin dilahirkan dengan cunam yang dipasang di kepalanya.

4. Prostaglandin: hormon yang berfungsi layaknya senyawa sinyal, tetapi hanya bekerja di dalam sel.

5. His atau kontraksi: serangkaian kontraksi rahim yang teratur karena otot-otot polos rahim yang bekerja dengan baik dan sempurna secara bertahap.

6. Hipofisis: suatu kelenjar yang terletak di dasar tengkorak di bawah hipotalamus yang memegang peranan penting dalam sekresi hormon.

7. Ekstraksi vakum: persalinan janin di mana janin dilahirkan dengan ekstraksi tekanan negatif pada kepalanya.

8. Canalis cervicalis: saluran serviks yang mempunyai bentuk yang berkelok-kelok, disebabkan karena serviks dibentuk oleh anulus cervicalis.

9. Diafragma pelvis: bagian dalam yang terdiri dari M. Levator Ani & M. Pubococcygeus, M. Ileococcygeus & M. Ischiococcygeus.

10. Diafragma urogenetal: perineal fasciae otot-otot superficial.

11. Durasi (lama his): lamanya setiap his berlangsung dan ditentukan dengan detik, misalnya 50 detik.

12. Inklinasi pelvis (miring panggul): sudut yang dibentuk dengan horizon bila wanita berdiri tegak dengan inlet 55-60 derajat.

BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR 206

13. Intensitas his: kekuatan his (kuat atau lemah).

14. Interval his: jarak antara his satu dengan his berikutnya, misalnya his datang tiap 2-3 menit.

15. Power: kekuatan yang mendorong janin keluar. Kekuatan yang mendorong janin keluar dalam persalinan ialah his, kontraksi otot-otot perut, kontraksi diafragma, dan aksi dari ligamen dengan kerjasama yang baik dan sempurna.

16. Presentasi: dipakai untuk menentukan bagian janin yang ada di bagian bawah rahim yang dijumpai pada palpasi atau pada pemeriksaan dalam. Misalnya presentasi kepala, presentasi bokong, presentasi bahu, dan lain-lain.

17. Pain Relief : mengurangi rasa sakit.

18. HIS (kontraksi uterus): kontraksi uterus karena otot-otot polos rahim bekerja dengan baik dan sempurna dengan sifat-sifat: kontraksi simetris, fundus dominan, kemudian diikuti relaksasi. Pada saat kontraksi otot-otot rahim menguncup sehingga menjadi tebal dan lebih pendek. Kavum uteri menjadi lebih kecil mendorong janin dan kantong amnion ke arah bawah rahim dan serviks.

19. Frekuensi his: jumlah his dalam waktu tertentu biasanya permenit atau per 10 menit.

20. Sikap (habitus): menunjukkan hubungan bagian-bagian janin dengan sumbu janin, biasanya terhadap tulang punggungnya. Janin umumnya dalam sikap fleksi di mana kepala, tulang punggung, dan kaki dalam keadaan fleksi, lengan bersilang di dada.

21. Letak (situs): bagaimana sumbu janin berada terhadap sumbu ibu misalnya, letak lintang di mana sumbu janin tegak lurus pada sumbu ibu. Letak membujur di mana sumbu janin sejajar dengan sumbu ibu, ini bisa letak kepala atau letak sungsang.

BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR

207

DAFTAR PUSTAKA

Ai Y. R., & Lia Y. (2012). Asuhan Kebidanan 4 (Patologi). Jakarta: Trans Info Media.

Cunningham, FG. Obtetri William. Ed.21. Jakarta: EGC. 2012.

Derek L. & Jones. (2012). Dasar-dasar Obstetri dan Ginekologi Edisi . Jakarta: Hipokrates

Fraser, Diane M. C., & Margaret A. (2012). Buku Ajar Bidan Myles. Jakarta: EGC.

Hacker N., & F. George M. (2012). Esensial Obstetri Dan Ginekologi. edisi bahasa Indonesia Jakarta: Hipokrates.

Hidayat, A.A., (2012). Asuhan Neonatus Bayi dan Balita. Jakarta: Puku Kedokteran EGC.

Khumaira, M., (2012). Ilmu Kebidanan. I ed. Yogyakarta: Citra Pustaka.

2012. Manajemen Komplikasi Kehamilan dan Persalinan, Jakarta : ECG

Manuaba IBG. (2012). Pengantar Kuliah Obtetri. Jakarta: EGC.

Manuaba IBG. (2012) Ilmu kebidanan Penyakit Kandungan &KB untuk Bidan. Jakarta. EGC.

Medforth, J. et al., (2012). Kebidanan Oxford Dari Bidan Untuk Bidan. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Muslihatun, W.N., Mufdlilah & Setiyawati, N. (2012). Dokumentasi Kebidanan. Yogyakarta: Fitramaya.

Nurasiah, A., Rukmawati, A. & Laelatul, D.B. (2014). Asuhan Persalinan Normal Bagi Bidan. Bandung: PT Refika Aditama.

Prawirohardjo, S. (2012). Ilmu Kebidanan. Jakarta: Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

Prawirohardjo, S. (2012). Ilmu Bedah Kebidanan. Jakarta: Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR 208

Prawirohardjo, S. (2012). Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

Sastrawinata, & R. Sulaiman. (2012). Obstetri Patologi, Fakultas Kedokteran Universitas Padjajaran, Bandung : Elstar Offset.

Sylvia Verrals. (2012). Modul Hemoragi Post Partum, Jakarta : ECG.

Sumarah, Widyastuti, Y. & Wiyati, N. (2012). Perawatan Ibu Bersalin. Yogyakarta: Fitramaya.

Sarwono Prawirohardjo. (2012). Ilmu Kebidanan Sarwono Prawirohardjo. Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

Saifuddin, A.B., ed., (2012). Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

Sulistiyawati, A. & Nugraheny, E. (2012). Asuhan Kebidanan pada Ibu Bersalin. Jakarta: Salemba Medika.

Wahyuni, S. (2012). Asuhan Neonatus, Bayi, & Balita. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Sondakh, J.J.S. (2013). Asuhan Kebidanan Persalinan dan Bayi Baru Lahir. Jakarta: Erlangga.

Walyani, E.S. & Purwoastuti, E. (2015). Asuhan Kebidanan Persalinan dan Bayi Baru Lahir. Yogyakarta: Pustaka Baru Press.

Wiknjosastro H. Ilmu Kebidanan. Jakarta: YBPSP

http://adheanwaradhe.blogspot.com/2009/04/persalinan-dgn-penyulit-kala-iii-dan-iv.html

http://jurnalbidandiah.blogspot.com/2012/04/artikellengkap-atonia-uteri_25.html

http://retensioplasenta.blogspot.com/2013/01/retensio-plasenta.html

http://itatinastinawati16.blogspot.com/p/robekanjalan-lahir.html

http://susanasaklin.blogspot.com/2013/04/inversiouteri.html

BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR

209

LAMPIRAN 4. BIODATA KETUA DAN ANGGOTA TIM PENELITI

Peneliti Utama

1 Nama Lengkap (dengan gelar) Sulis Diana, M.Kes.

2 Jenis Kelamin Perempuan

3 Jabatan Fungsional Lektor

4 NIK 220 250 022

5 NIDN 0724047301

6 Tempat dan Tanggal Lahir Jombang, 24 April 1973

7 e-mail [email protected]

8 Nomor Telepon/ HP 082234209942

9 Alamat Kantor Poltekkes Majapahit

Jalan Raya Jabon Km 2 Mojoanyar Mojokerto

10 Nomor telepon/ fax 0321 329915

11 Lulusan yang telah dihasilkan D-3 : 4000 orang

12 Mata kuliah yang diampu 1. Pendidikan Kesehatan Reproduksi

2. Askeb Ibu II (Persalinan)

BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR 210

A. Riwayat Pendidikan

S-1 S-2

Nama Perguruan Tinggi

D-4 Stikes Husada Jombang

UGM

Bidang Ilmu Kesehatan Masyarakat

KIA Kespro

Tahun Masuk-Lulus 2008-2009 2004-2006

Judul Skripsi Hubungan Amniotomy dengan Lama Kala I Aktif di RB Muslimat Desa Selorejo Mojowarno

Hubungan Strie Gravidarum dengan Kejadian Laserasi pada Perineum

Nama Pembimbing Suliah Hadi,M.M. Prof. M.Hakimi

B. Pengalaman Penelitian Dalam 5 Tahun Terakhir

No Tahun Judul Penelitian

Pendanaan

Sumber Jumlah

1 2016 The Influence of Breathing Relaxation to The Decreasing of Mother’s Blood Presure with Hipertension in RSUD dr. Wahidin Sudirohusodo Mojokerto dan Puskesmas Gayaman

Hibah Dosen

Rp50.000,00

BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR

211

2 2015 Pengaruh Pemakaian KB Hormonal (Oral, Suntik, Implan) Terhadap Peningkatan Ph Saliva di Rumah Sakit Muslimat Desa Selorejo Kec. Mojowarno Kab. Jombang

Poltekkes Majapahit Mojokerto

Rp5.000.000,00

3 2013 Pengaruh Yogurt, Teh Rosella dan Napas dalam terhadap Penurunan Tekanan Darah pada Ibu Hamil di RSUD dr. Wahidin Sudirohusodo Mojokerto

DIKTI Rp13.500.000,00

5 2013 Pengaruh Jus Pisang Hijau dan Air Kelapa terhadap Penurunan Tekanan Darah Pada Lansia di Panti Wreda Mojokerto.

Dikti Rp13.000.000,00

BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR 212

C. Pengalaman Pengabdian Masyarakat Dalam 5 Tahun Terakhir

No Tahun

Judul Pengabdian Kepada Masyarakat

Pendanaan

Sumber Jumlah

1 2015-2016

Pendampingan dalam Program GEBRAK (Gerakan Bersama Amankan Kehamilan dan Persalinan)

Surat Tugas Nomor: 856 /ST-PKM/IV.b/2015

Dana dari Provinsi Jawa Timur dan Dinas Kesehatan Kab. Mojokerto

2 2015

Pembicara dalam Pendidikan dan Pelatihan Tentang KB Permanen.

3 2015 Penyuluhan tentang ASI Eksklusif di Desa Sooko Kec. Sooko.

Poltekkes Majapahit

Rp2.000.000,00

4 2016 Pelatihan Perawatan Tali Pusat di Desa Gemekan Sooko Mojokerto.

Poltekkes Majapahit

Rp2.000.000,00

5 2016 Konsultasn Tingkat Kesehatan dan Tumbang ANAK TK.

Poltekkes Majapahit

Kerja sama dengan TK Islam Al Kholifa

BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR

213

6 2016 MEMBANTU Pelaksanaan Program PIN 2016 di Puskesmas Sooko.

Surat Tugas Nomor: 241 /ST-PKM/IV.b/2016

Program Bersama Puskesmas Sooko

7 2017 Revitalisasi Posyandu di Sooko

Puskesmas Sooko

D. Publikasi Artikel Ilmiah dalam Jurnal 5 Tahun Terakhir

No Judul Artikel Ilmiah

Nama Jurnal

Volume/ Nomor/ Tahun

1 Efektivitas Jus Pisang dan Air Kelapa Muda terhadap Tensi Lansia Penderita Hipertensi.

Jurna lIlmiah Kesehatan “Hospital Majapahit”

Jurnal Ilmiah Kesehatan “Hospital Majapahit Vol. 7 No. 1 Hal. 1-10 ISSN 2085-0204”

Download : http://ejurnalp2m.poltekkesmajapahit.ac.id/index.php/HM/article/viewFile/19/19

BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR 214

2 Pengaruh Terapi non Farmakology Yogurt terhadap penurunan Tekanan darah ibu hamil hipertensi di Puskesmas Gayaman Kec. Gayaman Kab.

Jurna lIlmiah Kesehatan “Jurnal Penelitian”

Jurnal Ilmiah Kesehatan “Jurnal Penelitian Kesehatan ” Vol 13. No.1 (2016) Download dari: http://ejournal.stikes-ppni.ac.id/index.php/keperawatan-bina-sehat/article/view/261

3 Senam Otak Meningkatkan Prestasi Belajar Anak Usia Prasekolah 4-6 tahun.

e-Jurnal Keperawatan Poltekkes Surabaya

e-Jurnal Keperawatan Poltekkes Surabaya. Vol.9. No.3 (2016).

ISSN: 2407-8999

Web: http://journal.poltekkesdepkes-sby.ac.id/index.php/KEP/issue/view/65

BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR

215

4 Pengaruh Permainan Origami terhadap Perkembangan Motorik Halus pada Anak Paud Umur 3-4 Tahun di TK Al-Kholifa Desa Selorejo Kec. Mojowarno Kab. Jombang

Jurnal Kebidanan Akbid Ar-Rahma “Health Sciences”

Jurnal Kebidanan Akbid Ar-Rahma “Health Sciences Journal” Vol 1 No.2.

Web: http://repository.poltekkesmajapahit.ac.id/index.php/pd/article/view/837/638

5 Brain Gym Increase Rough and Fine Motor Development in Pre School Children Ages 4-6 year In NU Darul Huda’s Kinder Garten Mojokerto Indonesia.

International Journal –of Information Research and Review Vol.04, Issue 04,

International Journal–of Information Research and Review Vol.04, Issue 04,

Web:

http://www.ijirr.com/brain-gym-increase-rough-and-fine-motor-development-pre-school-children-ages-4-6-year-nu-darul-hudas

BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR 216

E. Pemakalah Seminar Ilmiah (Oral Presentation) dalam 5 Tahun Terakhir

No

Nama Pertemuan Ilmiah/ Seminar

Judul Artikel Ilmiah Waktu dan Tempat

1 Seminar internasional unej

Pengaruh Napas Dalam terhadap Penurunan Tekanan Darah Ibu Hamil Hipertensi di RSUD dr. Wahidin Sudirohusodo Mojokerto

Prociding The 1 th International Nursing Conference. . ISBN: 978-602=9030-57-0.

2 UII Pengaruh Pemakaian KB Hormonal (Oral,Suntik, Implan) terhadap Peningkatan PH Saliva di Rumah Bersalin Muslimat desa Selorejo, Kec. Mojowarno kab. Jombang.

Prociding seminar kesehatan nasional seri -5” menuju Masyarakat madani dan lestari.

ISBN: 978-602-71803-1-4.

Web: http://dppm.uii.ac.id/index.php/2015/12/27/seminar-nasional-seri-5-menuju-masyarakat-madani-dan-lestari/

BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR

217

3 Unwahas Terapi Non Farmakology Seduhan teh Rosella terhadap Penurunan Tekanan Darah Ibu Hamil Hipertensi di Puskesmas Gayaman Kab. Mojokerto

Prociding Seminar Sains dan Technology ke-7 tahun 2016.

ISBN: 978-602-99334-5-1 dan e-ISBN: 978-602-99334-6-8.

Web: http://publikasiilmiah.unwahas.ac.id/index.php/PROSIDING_SNST_FT/article/view/1476/1560

BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR 218

4 Unwahas Dukungan Keluarga dengan Pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini pada Ibu Post Partum di BPS Sri Sulasmiati Desa Wonoayu Pilang Kenceng Madiun

Prociding Seminar Sains dan Technology ke-7 tahun 2016.

ISBN: 978-602-99334-5-1 dan e-ISBN: 978-602-99334-6-8.

Web: http://publikasiilmiah.unwahas.ac.id/index.php/PROSIDING_SNST_FT/article/view/1475/1559

5 UNS The Effect of Brain Gym on The Development of Fine, Rought Motorik and Learning Achievement to The Toddler.

Internasional Conference Publik Health UNS.

ISBN: 978-602-71484-1-3.

Web: http://repository.poltekkesmajapahit.ac.id/index.php/pd/article/view/836/637

BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR

219

F. Karya Buku dalam 5 Tahun Terakhir

No Judul Buku Tahun Jumlah Halaman

Penerbit

1 Brain Gym Stimulasi Perkembangan Anak PAUD I

2016 124

2 Model Asuhan Kebidanan Continuity of Care

2017 122

3 Askeb Kehamilan dengan Risiko Tinggi Hipertensi

2016 132

Semua data yang isikan dan tercantum dalam biodata ini adalah benar dan dapat dipertanggungjawabkan secara hukum. Dan apabila dikemudian hari ternyata dijumpai ketidaksesuaian dengan kenyataaan, saya sanggup menerima risiko.

Demikian biodata ini saya buat sebenarnya untuk memenuhi persyaratan sebagai salah satu syarat pengajuan hibah Pengabdian Masyarakat Tahun 2018.

Mojokerto, 15 Februari 2018

Peneliti

Sulis Diana, M.Kes.

BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR 220

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Anggota 1

01. Nama : ERFIANI MAIL, S.ST., SKM., M.Kes.

02. NIP/NIY : 220 250 057

03. Program Studi : PRODI D-III KEBIDANAN

04. Tempat/tanggal lahir : AMBON, 5 JULI 1976

05. Agama : ISLAM

Jenis Kelamin : PEREMPUAN

06. Pangkat/Golongan/ :

terhitung mulai tanggal :

07. Jabatan Struktural Akademik

(Asisten Ahli, Lektor, dll) :

08. Alamat kantor : JLN. RAYA GAYAMAN KM.02 MOJOANYAR, MOJOKERTO

No. Telpon/Fax/HP : (0321) 329915

E-mail :

09. Alamat rumah : JL. NANGKA No. 44 RT 001 RW 004 KELURAHAN WATES KECAMATAN MAGERSARI

BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR

221

No. Telpon/fax/HP : 081230850811/085731327673

10. Keluarga : :

Nama

Tanggal Lahir

Istri/Suami : BEKTI SUPRAPTO

22-11-1973

Anak 1 : MUHAMMAD RAFIF CHIZHI SUPRAPTO

18-04-2012

Anak 2 :

Anak 3 :

Anak 4 :

11. Judul Penelitian terakhir : Karakteristik Pekerjaan Terhadap Keberhasilan ASI Eksklusif

Tahun : 2017

12. Karya terpenting :

Tahun :

13. Penghargaan :

Tahun :

BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR 222

14. Riwayat Pendidikan

D-4 S-1 S-2

Nama Peruguran Tinggi

UNIVERSITAS PADJADJARAN BANDUNG

STIKES MAJAPAHIT MOJOKERTO

UNAIR SURABAYA

Bidang Ilmu

D-4 KEBIDANAN PENDIDIK

S-1 KESEHATAN MASYARAKAT

S-2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

MINAT EPIDEMIOLOGI

Tahun Masuk

2006 2009 2014

Tahun Lulus

2007 2011 2016

Judul Skripsi /Tesis /Disertasi

HUBUNGAN MOTIVASI BELAJAR DENGAN HASIL BELAJAR MATA PELAJARAN OBSTETRI MAHASISWA DIII KEBIDANAN JALUR UMUM SEMESTER III DI POLTEKKES MAJAPAHIT MOJOKERTO TAHUN 2006

PENGARUH MUSIK KLASIK MOZART TERHADAP PENURUNAN TEKANAN DARAH PADA IBU HAMIL TRIMESTER II DAN III DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BABAT LAMONGAN TAHUN 2011

FAKTOR YANG MEMENGARUHI KEBERHASILAN ASI EKSKLUSIF PASCAKELUAR DARI TEMPAT BERSALIN DI PUSKESMAS KEDUNDUNG KOTA MOJOKERTO

Nama-nama

1. Prof. Hidayat

1. Hendry Sudiyanto,

1. Dr. Hari Basuki N, dr.,

BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR

223

Pembimbing/ Promotor

Wijayanegara, dr., SpOG (K)

2. Ono Suryatmana, dr., SpOG

M.Kes.

2. Eka Diah Kartiningrum, SKM.

M.Kes.

2. Oedojo Soedirham, dr., MPH., MA., PhD.

15. Pengalaman Mengajar

a. Mata kuliah yang diampu pada lima tahun terakhir (2012-2017)

No Nama mata kuliah

SKS Tahun Ajaran

Tempat Mengajar Sem

Gasal Sem Genap

1

ASUHAN KEBIDDANAN PERSALINAN

√ 2011/2012

D-3 Kebidanan Poltekkes Majapahit

2 PROMOSI KESEHATAN

√ 2011/2012

D-3 Kebidanan Poltekkes Majapahit

3 KONSEP KEBIDANAN

√ 2012/2013

D-3 Kebidanan Poltekkes Majapahit

4

ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN

√ 2012/2013

D-3 Kebidanan Poltekkes Majapahit

5 KOMUNIKASI KONSELING

√ 2012/2013

D-3 Kebidanan Poltekkes

BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR 224

Majapahit

6 KESEHATAN MASYARAKAT

√ 2013/2014

D-3 Kebidanan Poltekkes Majapahit

7

ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN BAYI BARU LAHIR

√ 2013/2014

D-3 Kebidanan Poltekkes Majapahit

8 DELIVERY PREPORATION

√ 2013/2014

D-3 Kebidanan Poltekkes Majapahit

9 ASUHAN KEBIDANAN KEHAMILAN

√ 2013/2014

D-3 Kebidanan Poltekkes Majapahit

10 KESEHATAN MASYARAKAT

√ 2013/2014

D-3 Kebidanan Poltekkes Majapahit

11 KEBUTUHAN DASAR MANUSIA

√ 2016/2017

D-3 Kebidanan Poltekkes Majapahit

12 ASUHAN KEBIDANAN KOMUNITAS

√ 2016/2017

D-3 Kebidanan Poltekkes Majapahit

13 KEWIRAUSAHAAN

√ 2016/2017

D-3 Kebidanan Poltekkes Majapahit

BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR

225

14 ETIKA DAN AGAMA

√ 2016/2017

D-3 Kebidanan Poltekkes Majapahit

15

METODELOGI PENELITIAN DAN STATISTIK DASAR

2016/2017

D-3 Kebidanan Poltekkes Majapahit

16.

Daftar penelitian yang telah dilakukan dalam lima tahun terakhir (2012-2017)

No. Judul Tulisan

Keanggotaan

Sumber Dana*

Besar Dana

Tahun Ajaran

1

Faktor-Faktor yang Berhubungan Dengan Lama Kala II Di BPS Sri Wahyuni Amd. Keb. Desa Melirang Bungah Gresik

Mandiri Lembaga 2010

BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR 226

2

Pengaruh Karakteristik Keluarga dan Pola Asuh Anak Terhadap Sibling Rivalry Pada Balita Usia TODLER (Studi di Wilayah Kerja Puskesmas Putat Kecamatan Tanggulangin Sidoarjo)

Mandiri Dikti

2014

3

Pengaruh Jam Kerja Terhadap Keberhasilan ASI Eksklusif di Puskesmas Kedundung Mojokerto

Mandiri Lembaga

2016

4

Status Pekerjaan Ibu dengan Pemberian Susu Formula Pada Bayi Usia 0-6 Bulan di Desa Wonosari

Mandiri Lembaga

2016

BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR

227

Kecamatan Ngoro-Mojokerto

5

Penatalaksanaan Awal Kejang Demam Pada Anak di Poli Anak Rumah Sakit Bhayangkara Surabaya

Mandiri Lembaga

2016

6

Karakteristik Pekerjaan Terhadap Keberhasilan ASI Eksklusif

Mandiri Lembaga

2017

*Diknas, institusi luar Diknas, institusi luar negeri, biaya sendiri, institusi yang bersangkutan.

17. Daftar Publikasi pada lima tahun terakhir (2012-2017)

No. Judul Publikasi

Dipublikasikan Pada Seminar/Prosiding/Jurnal

(Tk. Nasional/ Internasional)

Penulis Utama/ Kedua

Tahun Ajaran

1

Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Lama

JURNAL HOSPITAL MAJAPAHIT VOL 2 NO 3

UTAMA 2010/2011

BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR 228

Kala II Di BPS Sri Wahyuni Amd. Keb. Desa Melirang Bungah Gresik

NOVEMBER 2011

2

Pengaruh Jam Kerja Terhadap Keberhasilan ASI Eksklusif di Puskesmas Kedundung Mojokerto Puskesmas Kedundung Mojokerto Puskesmas Kedundung Mojokerto

JURNAL HOSPITAL MAJAPAHIT VOL 9 NO 1 FEBRUARI 2017

UTAMA 2016/2017

3

Status Pekerjaan Ibu dengan Pemberian Susu Formula Pada Bayi Usia 0-6 Bulan Di Desa Wonosari Kecamatan Ngoro-Mojokerto

JURNAL KEPERAWATAN MALANG VOL 2 NO 1 JUNI 2017

UTAMA 2016/2017

4

Penatalaksanaan Awal Kejang Demam pada Anak di Poli Anak Rumah Sakit Bhayangkara Surabaya

JURNAL HOSPITAL MAJAPAHIT VOL 9 NO 2 NOVEMBER 2017

UTAMA 2016/2017

5

Karakteristik Pekerjaan Terhadap Keberhasilan ASI Eksklusif

PROSIDING SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-1 TAHUN 2017

UTAMA 2017-2018

BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR

229

18. Daftar kegiatan seminar ilmiah/ lokakarya/ penataran/ workshop/ pagelaran/ pameran/ peragaan pada lima tahun terakhir (2012-2017)

No Nama Kegiatan

Tempat Kegiatan

Waktu Kegiatan

Jenis Partisipasi

Penyaji Peserta

1

Seminar kebidanan “Tatalaksana Kegawatdaruratan Pra dan PascaPersalinan Serta Tren Busana dan Jilbab dalam Etika Pelayanan”

Auditorium Polteekkes Majapahit Mojokerto

14 Juli 2012

2

Seminar Kesehatan “Cardio-Obstetri dan Psikologi”

Gedung Dharma SPN Mojokerto

20 Oktober 2012

3

Seminar Kebidanan “Fertilisas

Gedung Pararel Poltekkes Majapahit

9 Januari 2013

BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR 230

i dan Bayi Tabung”

4

Seminar Kesehatan “Refreshment of Research Methods for Civities Academy”

Gedung Pararel Poltekkes Majapahit

26 januari 2013

5

Seminar Kebidanan “Dalam Rangka HUT IBI ke 62”

Auditorium Poltekkes Majapahit

22 Juni 2013

6

Seminar Kesehatan “Strategi Penurunan Kematian Ibu, Peran Bidan di Era BPJS, dan Sosalisasi Jaminan Kesehatan Nasional”

Auditorium STIKES Bina Sehat PPNI Mojokerto

26 Oktober 2013

7 Seminar Preparing

Auditorium

20 Januari 2014

BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR

231

Helthy Aging

Poltekkes Majapahit

8

Workshop Manajemen Asfiksia dan Kesehatan Reproduksi

Sekretariat IBI Cabang Mojokerto

24-25 Maret 2014

9

Workshop Penulisan Jurnal Ilmiah

Fakultas IKM UNAIR

11 April 2015

10

Capacity Building Mahasiswa S-2 IKM

Fakultas IKM UNAIR

28 November 2015

11

Pendampingan Perancangan Penelitian Kualitatif

Fakultas IKM UNAIR

30 November 2015

12

Seminar Kebidanan Muscab VI IBI Cab. Kab.Mojokerto “Kepemimpinan Dari Hati dalam

Hall Almas resto Mojokerto

14 Maret 2015

BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR 232

rangka Penguatan Profesi Bidan”

13

Bakti Sosial Pelayanan KB (IUD, Implant) & Pelayanan IVA Dalam Rangka HUT IBI Ke-64 Tahun 2015

Surabaya 1 Juli- 30 September 2015

14

Seminar Sehari HUT IBI Ke 64 Tahun 2015 “ Bidan mengawal 1.000 Hari Pertama Kehidupan Mewujudkan Generasi Berkualitas”

Convention Hall, De Resort Hotel

28 Agustus 2015

BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR

233

15

Workshop Pelayanan keehatan Ibu dan Anak Terpadu Serta Kewajiban Perpajakan Bagi Bidan

Aula KPP Pratama Mojokerto

22 Oktober 2015

16

Seminar Kebidanan “Penguatan Peran Bidan Dalam Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Untuk Mendukung Pencapaian SDG’s (SUSTAINABLE DEVELOPMENT GOALS)

Convention Hall, De Resort Hotel

23 April 2016

17 Seminar Update on

Aula sidang A

19 Oktober √

BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR 234

Management of Pre/Eclampsia

Fakultas Kedokteran UNAIR

2016

18

Mini Simposia 2016

Convention Hall, De Resort Hotel

13 November 2016

19

Seminar kesehatan “Strategi Komunikasi Kesehatan Dalam Menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA)

Hotel Raden Wijaya Mojokerto

19 November 2016

20

Pelatihan Standardisasi Penaganan Gawat Darurat Obstetri Neonatal (PPGDON)

P2KT Surabaya

19-23 Desember 2016

21

Workshop Penyusunan Buku

Stikes Majapahit

28-29 November 2017

BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR

235

Ajar

19.

Daftar kegiatan pengabdian masyarakat pada lima tahun terakhir (2012 – 2017)

No Nama Kegiatan

Tempat Kegiatan

Sumber Dana*

Besar Dana

Waktu Kegiatan

1

Memberikan Penyuluhan Kontrasepsi Pada PUS

Desa Dawar Blandong

Lembaga Rp1.500.000,00

3 Juni 2013

2

Memberikan Penyuluhan Deteksi Dini Risiko Tinggi Pada Ibu hamil

Desa Pulorejo

Lembaga Rp2.000.000,00

4 Juni 2013

3

Memberikan Penyuluhan Imunisasi

Desa Kaligoro Kecamatan Kutorejo

Lembaga Rp1.500.000,00

4 Febuari 2014

BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR 236

4

Memberikan Pelayanan “Kesehatan Reproduksi”

Desa Karangjeruk

Lembaga Rp1.500.000,00

November 2016-Januari 2017

5

Bakti Sosial Pelayanan KB MKJP & pelayanan IVA

Wilayah Kerja PKM Puri, PKM Gayaman, PKM Bangsal

Lembaga Rp1.500.000,00

5 Mei-5 Juli 2017

6

Pendidikan dan Pelatihan Upaya Peningkatan Gizi Ibu Hamil

Desa Karangjeruk

Lembaga Rp2.700.000,00

Agustus-Oktober 2017

7

Memberikan Pelayanan Kesehatan Hidup Sehat dengan Lansia

Desa Gayaman

Lembaga Rp3.000.000,00

Febuari-Juli 2018

*Diknas, institusi luar Diknas, institusi luar negeri, biaya sendiri, institusi yang bersangkutan.

20. Daftar karya ilmiah lainnya atas nama jurusan/fakultas

BUKU AJAR ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BAYI BARU LAHIR

237

selama lima tahun terakhir(2012-2017)

No Judul

Jenis (Buku*, Diktat Kuliah, Modul/Handout, Makalah**)

Tempat/Penerbit

Tahun Terbit

1 Kesehatan Masyarakat Untuk Kebidanan

Buku Ajar Kekata Publisher

2017

2

3

Buku*: Buku yang dicetak oleh penerbit

Makalah**: Makalah Ilmiah Populer untuk surat kabar/majalah

21. Daftar kegiatan lain-lain (pengalaman organisasi, profesional, keanggotan, dll) pada lima tahun terakhir (2012-2017)

No Nama Organisasi

Posisi dalam Organisasi

Periode

1 IBI Kab. Mojokerto

Anggota Ranting Institusi

2013-2018

2

Mojokerto, 15 Februari 2018

Tanda tangan dosen yang bersangkutan

Erfiani Mail, S.ST., SKM., M.Kes

NIP/NIK. 220 250 057