“PERLINDUNGAN DAN PENEGAKKAN HAK ASASI MANUSIA”

31
MAKALAH PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN “PERLINDUNGAN DAN PENEGAKKAN HAK ASASI MANUSIA” Disusun Guna Memenuhi Tugas Kuliah Pendidikan Kewarganegaraan Dosen Pengampu : Budi Mulyono, S.H. Disusun Oleh : Daniel Eka B (12804241040) Martini (12804241041) Indah Sri Utami (12804241042 ) PENDIDIKAN EKONOMI 1

Transcript of “PERLINDUNGAN DAN PENEGAKKAN HAK ASASI MANUSIA”

MAKALAH PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN“PERLINDUNGAN DAN PENEGAKKAN HAK ASASI MANUSIA”

Disusun Guna Memenuhi Tugas Kuliah Pendidikan Kewarganegaraan

Dosen Pengampu : Budi Mulyono, S.H.

Disusun Oleh :

Daniel Eka B (12804241040)

Martini (12804241041)

Indah Sri Utami (12804241042 )

PENDIDIKAN EKONOMI

1

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

2013

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan

limpahan Rahmat dan Ridho-Nya, kami dapat menyelesaikan

makalah dengan judul “Perlindungan dan Penegakkan Hak Asasi

Manusia” ini dengan baik dan selesai tepat pada waktunya.

Dalam kesempatan ini tidak lupa kami ucapkan terimakasih

kepada seluruh pihak yang telah mendorong kami untuk

menyelesaikan makalah ini baik secara langsung ataupun tidak

langsung. Pihak-pihak tersebut antara lain :

1. Bapak Budi Mulyono selaku pengampu mata kuliah

Pendidikan Kewarganegaraan yang telah banyak memberikan

bimbingan dan pengarahan.

2. Orang tua kami yang senantiasa memberi dukungan serta

doa.

3. Rekan-rekan sejurusan Pendidikan Ekonomi yang telah

banyak memberi saran dan masukan.

Selanjutnya, perlu kami sampaikan bahwa dalam penyusunan

makalah ini mungkin terdapat kesalahan atau kekurangan yang

datangnya dari kami sendiri sebagai manusia, untuk itu kritik

dan juga saran senantiasa akan kami terima demi tercapainya

makalah yang lebih baik lagi.

Semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca ataupun bagi

kami sendiri selaku penulis.

2

Yogyakarta, 17 September

2013

Penyusun

3

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL..........................................1

KATA PENGANTAR......................................... 2

DAFTAR ISI............................................. 3

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah............................ 4

B. Rumusan Masalah................................... 4

C. Tujuan Penulisan.................................. 4

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian dari hak asasi manusia................. 5

B. Konsep dan prinsip hak asasi manusia.............. 7

C. Dasar hukum yang melandasi ditegakkannya hak asasi

manusia........................................... 9

D. Landasan hukum penegakkan hak asasi manusia dalam UUD’45

.................................................. 10

E. Bentuk-bentuk penindasan terhadap hak asasi manusia

12

F. kasus pelanggaran hak asasi manusia yang terjadi di

Indonesia pada masa

orde lama, orde baru, dan reformasi.............. 13

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan........................................ 17

B. Daftar pustaka.................................... 19

C. Lampiran.......................................... 20

4

5

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Hak merupakan unsur normatif yang melekat pada diri

setiap manusia yang dalam penerapannya berada pada ruang

lingkup hak persamaan dan hak kebebasan yang terkait dengan

interaksinya antara individu atau dengan instansi. Hak juga

merupakan sesuatu yang harus diperoleh. Masalah HAM adalah

sesuatu hal yang sering kali dibicarakan dan dibahas

terutama dalam era reformasi ini. HAM lebih dijunjung tinggi

dan lebih diperhatikan dalam era reformasi dari pada era

sebelum reformasi. Perlu diingat bahwa dalam hal pemenuhan

hak, kita hidup tidak sendiri dan kita hidup bersosialisasi

dengan orang lain. Jangan sampai kita melakukan pelanggaran

HAM terhadap orang lain dalam usaha perolehan atau pemenuhan

HAM pada diri kita sendiri. Dalam hal ini penulis merasa

tertarik untuk membuat makalah tentang HAM. Maka dengan ini

penulis mengambil judul “Perlindungan dan penegakkan Hak

Asasi Manusia”.

B. Rumusan Masalah

1. Apa pengertian dari hak asasi manusia?

2. Apa saja konsep dan prinsip hak asasi manusia?

3. Apa dasar hukum yang melandasi ditegakkannya hak asasi

manusia?

4. Apa landasan hukum penegakkan hak asasi manusia dalam

UUD’45?

6

5. Apa saja bentuk-bentuk penindasan terhadap hak asasi

manusia?

6. Apa saja kasus pelanggaran hak asasi manusia yang

terjadi di Indonesia pada masa orde lama, orde baru, dan

reformasi?

C. Tujuan

1. Mengetahui pengertian dari hak asasi manusia

2. Mengetahui konsep dan prinsip hak asasi manusia

3. Mengetahui dasar hukum yang melandasi ditegakkannya hak

asasi manusia

4. Mengetahui landasan hukum penegakkan hak asasi manusia

dalam UUD’45

5. Mengetahui bentuk-bentuk penindasan terhadap hak asasi

manusia

6. Mengetahui kasus pelanggaran hak asasi manusia yang

terjadi di Indonesia pada masa orde lama, orde baru, dan

reformasi

7

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian dari Hak Asasi Manusia

Hak asasi manusia adalah hak dasar yang dimiliki oleh

setiap manusia sebagai anugerah Tuhan Yang Maha Esa yang

tidak dapat diganggu gugat keberadaannya. Hak-hak tersebut

telah dibawa sejak lahir dan melekat pada diri manusia

sebagai makhluk Tuhan. Setiap manusia memiliki derajat dan

martabat yang sama. Pada masa yang lalu, manusia belum

mengakui akan adanya derajat manusia yang lain sehingga

mengakibatkan terjadinya penindasan antara manusia yang satu

dengan yang lainnya. Contoh yang paling kongkret dapat

dilihat pada penjajahan dari satu bangsa ke bangsa yang lain.

Indonesia yang dijajah dengan sangat tidak berperikemanusiaan

oleh kaum kolonialisme dengan menindas, dan menyengsarakan

bangsa ini. Sehingga, dilakukan perjuangan terus menerus

untuk tetap mempertahankan hak asasi manusia yang

dimilikinya.

Istilah hak asasi manusia itu sendiri bermula dari Barat

yang dikenal dengan right of man untuk menggantikan natural right.

Karena istilah right of man tidak mencakup right of women maka

oleh Eleanor Roosevelt diganti dengan istilah human right yang

lebih universal dan netral. Istilah natural right berasal dari

konsep John Locke mengenai hak-hak alamiah manusia. John

Locke mengambarkan bahwa kehidupan manusia yang asli sebelum

manusia bernegara (state of nature) memiliki hak-hak dasar

perorangan yang alami. Hak-hak alami tersebut meliputi hak

untuk hidup, hak kemerdekaan dan hak milik.

8

Jika berdasarkan Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang

Hak Asasi Manusia, dinyatakan bahwa hak asasi manusia adalah

seperangkat hak yang melekat pada hakikat dan keberadaan manusia sebagai

makhluk Tuhan Yang Maha Esa dan merupakan anugerah-Nya yang wajib

dihormati, dijunjung tinggi, dan dilindungi oleh negara hukum, pemerintahan,

dan setiap orang demi kehormatan serta perlindungan harkat dan martabat

manusia. Hak asasi manusia yang diatur dalam Undang-Undang

Nomor 39 Tahun 1999, adalah (Winarno: 2008):

1. Hak untuk hidup,

2. Hak untuk berkeluarga,

3. Hak mengembangkan diri,

4. Hak keadilan,

5. Hak kemerdekaan,

6. Hak berkomunikasi,

7. Hak keamanan,

8. Hak kesejahteraan,

9. Hak perlindungan.

Berdasarkan pengertian hak asasi manusia, ciri pokok dari

hakikat hak asasi manusia adalah:

1. Hak asasi manusia tidak perlu diberikan, dibeli ataupun

diwarisi. Hak asasi manusia adalah bagian dari manusia

secara otomatis

2. Hak asasi manusia berlaku untuk semua orang tanpa

memandang jenis kelamin, asal usul, ras, agama, etnik,

dan pandangan politik.

3. Hak asasi manusia tidak boleh dilanggar. Tidak seorang

pun mempunyai hak untuk membatasi atau melanggar hak

orang lain. Orang tetap memiliki hak asasi manusia

9

meskipun sebuah negara membuat hukum yang tidak

melindungi bahkan melanggar hak asasi manusia.

Hak asasi manusia merupakan sebuah hal yang menjadi

keharusan dari sebuah negara untuk menjaminnya dalam

konstitusinya. Melalui Deklarasi Universal HAM 10 Desember

1948 merupakan tonggak bersejarah berlakunya penjaminan hak

mengenai manusia sebagai manusia. Naskah tersebut merupakan

pernyataan sedunia tentang hak-hak asasi manusia, sehingga

tanggal 10 Desember sering diperingati sebagai hari hak asasi

manusia. Isi pokok deklarasi tersebut tertuang pada Pasal 1

yang menyatakan bahwa “Sekalian orang dilahirkan merdeka dan

mempunyai martabat dan hak-hak yang sama. Mereka dikaruniai akal dan budi,

hendaknya bergaul satu sama lain dalam persaudaraan”. Hak- hak yang

diatur menurut Piagam PBB tentang deklarasi Universal of Human

Rights 1948 itu adalah ( Sunarso: 2008):

1. Hak berpikir dan mengeluarkan pendapat,

2. Hak memiliki sesuatu,

3. Hak mendapat pendidikan dan pengajaran,

4. Hak mendapatkan aliran kepercayaan atau agama,

5. Hak untuk hidup,

6. Hak untuk kemerdekaan hidup,uk

7. Hak untuk memperoleh nama baik,

8. Hak untuk memperoleh pekerjaan,

9. Hak untuk mendapatkan perlindungan hukum.

Sedangkan hak asasi manusia meliputi berbagai bidang, sebagai

berikut:

10

1. Hak asasi pribadi (Personal Rights), missal, hak

kemerdekaan, hak menyetakan pendapat dan hak memeluk

agama.

2. Hak asasi politik (Political Rights), yaitu hak untuk diakui

sebagai warga negara. Misalnya, memilih, dipilih, hak

berserikat dan hak berkumpul.

3. Hak asasi ekonomi (Property Rights), missal, hak memiliki

sesuatu, hak mengadakan perjanjian, hak bekerja dan hak

mendapat hidup layak.

4. Hak asasi social dan kebudayaan (Social and Cultural Rights),

misal, mendapat pendidikan, hak mendapat santunan, hak

mengembangkan kebudayaan, hak berekspresi.

5. Hak untuk mendapatkan pengakuan yang sama dalam hukum

dan pemerintahan (Rights of Legal Equality).

6. Hak untuk mendapat perlakuan yang sama dalam tata cara

peradilan dan perlindungan (Procedural Rights).

Pengakuan terhadap HAM memiliki dua landasan, sebagai

berikut.

1. Landasan yang langsung dan pertama, yakni kodrat

manusia. Kodrat manusia adalah sama derajat dan

martabatnya. Semua manusia adalah sederajat tanpa

membedakan ras, agama, suku, bangsa dan sebagainya.

2. Landasan yang kedua dan lebih mendalam: Tuhan

menciptakan manusia. Semua manusia adalah makhluk dari

pencipta yang sama yaitu Tuhan Yang Maha Esa sehingga di

hadapan Tuhan manusia adalah sama.

Dengan demikian, kesadaran manusia akan hak asasi manusia

itu ada, karena pengakuan atas harkat dan martabat yang sama.

11

Selama manusia belum mengkui adanya persamaan harkat dan

martabat manusia maka hak asasi manusia belum bisa

ditegakkan. Bila hak asasi belum bisa ditegakkan maka akan

terus terjadi pelanggaran dan penindasan akan HAM, baik oleh

masyarakat bangsa maupun pemerintah suatu negara.

B. Prinsip Hak Asasi Manusia

Prinsip-Prinsip Hak Asasi Manusia, sebagai berikut:

1. Bersifat Universal (universality)

Beberapa moral dan nilai-nilai etik tersebar di seluruh

dunia. Negara dan masyarakat di seluruh dunia seharusnya

memahami dan menjunjung tinggi hal ini. Universalitas hak

berarti bahwa hak tidak dapat  berubah atau hak tidak

dialami dengan cara yang sama oleh semua orang

2. Martabat Manusia (human dignity)

Hak asasi merupakan hak yang melekat, dan dimiliki setiap

manusia di dunia. Prinsip HAM ditemukan pada pikiran

setiap individu, tanpa memperhatikan umur, budaya,

keyakinan, etnis, ras, jender, orienasi seksual, bahasa,

kemampuan atau kelas sosial. setiap manusia, oleh

karenanya, harus dihormati dan dihargai hak asasinya.

Konsekuensinya, semua orang memiliki status hak yang sama

dan sederajat dan tidak bisa digolong-golongkan

berdasarkan tingkatan hirarkis

3. Kesetaraan (equality)

Konsep kesetaraan mengekspresikan gagasan menghormati

martabat yang melekat pada setiap manusia. Secara spesifik

pasal 1 DUHAM menyatakan bahwa : setiap umat manusia

12

dilahirkan merdeka dan sederajat dalam harkat dan

martabatnya.

4. Non diskriminasi (non-discrimination)

Non diskriminasi terintegrasi dalam kesetaraan. Prinsip

ini memastikan bahwa tidak seorangpun dapat meniadakan hak

asasi orang lain karena faktor-faktor luar, seperti

misalnya ras, warna kulit, jenis kelamin, bahasa, agama,

politik atau pandangan lainnya, kebangsaan, kepemilikan,

status kelahiran atau lainnya

5. Tidak dapat dicabut (inalienability)

Hak-hak individu tidak dapat direnggut, dilepaskan dan

dipindahkan.

6. Tak bisa dibagi (indivisibility)

HAM-baik hak sipil, politik, sosial, budaya, ekonomi-

semuanya bersifat inheren, yaitu menyatu dalam harkat

martabat manusia. Pengabaian pada satu hak akan

menyebabkan pengabaian terhadap hak-hak lainnya. Hak

setiap orang untuk bisa memperoleh penghidupan yang layak

adalah hak yang tidak bisa ditawar-tawar lagi: hak

tersebut merupakan modal dasar bagi setiap orang agar

mereka bisa menikmati hak-hak lainnya seperti hak atas

kesehatan atau hak atas pendidikan.

7. Saling berkaitan dan bergantung (interrelated and

interdependence)

Pemenuhan dari satu hak seringkali bergantung kepada

pemenuhan hak lainnya, baik secara keseluruhan maupun

sebagian. Contohnya, dalam situasi tertentu, hak atas

pendidikan atau hak atas informasi adalah saling

13

bergantung satu sama lain. Oleh karena itu pelanggaran HAM

saling bertalian; hilangnya satu hak mengurangi hak

lainnya.

8. Tanggung jawab negara (state responsibility)

Negara dan para pemangku kewajiban lainnya bertanggung

jawab untuk menaati hak asasi. Dalam hal ini, mereka harus

tunduk pada norma-norma hukum dan standar yang tercantum

di dalam instrumen-instrumen HAM. Seandainya mereka gagal

dalam melaksanakan tanggung jawabnya, pihak-pihak yang

dirugikan berhak untuk mengajukan tuntutan secara layak,

sebelum tuntutan itu diserahkan pada sebuah pengadilan

yang kompeten atau adjudikator (penuntu) lain yang sesuai

dengan aturan dan prosedur hukum yang berlaku.

C. Dasar Hukum yang Melandasi Ditegakkannya Hak Asasi

Manusia

Latar belakang sejarah hak asasi manusia, pada

hakikatnya, muncul karena inisiatif manusia terhadap harga

diri dan martabatnya, sebagai akibat tindakan sewenang-wenang

dari penguasa, penjajahan, perbudakan, ketidakadilan, dan

kezaliman (tirani). Selanjutnya perkembangan upaya penegakan

hak asasi manusia mulai bermunculan di negara-negara eropa

dan amerika sampai dikeluarkannya Atlantic Charter pada masa

Perang Dunia II oleh F.D. Roosevelt dengan istilah The Four

Freedom-nya.

Penegakan HAM di dunia internasional semakin banyak dan

diperkuat dengan dirumuskannya naskah Universal Declaration Of

Human Right pada tanggal 10 Desember 1948, yang berisi tentang

14

hak-hak asasi manusia, sehingga pada tanggal 10 Desember

sering diperingati sebagai hari hak asasi manusia.

Isi pokok dari deklarasi tersebut tertuang dalam Pasal 1

yang menyatakan “Sekalian orang dilahirkan merdeka dan mempunyai

marabat dan hakhak yang sama. Mereka dikaruniai akal dan budi, dan

hendaknya bergaul satu sama lain dalam persaudaraan.” (dalam Sunarso:

2008).

Berbagai deklarasi tentang penegakan HAM di berbagai

bidang muncul sebagai hasil Sidang Majelis Umum PBB tahun

1966 yang kemudian dijadikan landasan penegakan hokum secara

internasional yang kemudian diratifikasi ke dalam undang-

undang sebagian besar negara anggota PBB. Deklarasi-

deklarasai tersebut antara lain sebagai berikut

(Kusumaatmadja: 2003):

1.Konvensi Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi terhadap

Perempuan (Convention on the Elimination of All Forms of Discrimination

against Women)

2.Kovenan Internasional tentang Hak Sipil dan Politik

(International Covenant on Civil and Political Rights)

3.Kovenan Internasional tentang Hak Ekonomi, Sosial dan

Budaya (International Covenant on Economic, Social dan Cultural Rights)

4.Konvensi Genosida (Convention on the Prevention and Punishment of the

Crime of Genocide)

5.Konvensi Menentang Penyiksaan (Convention against Torture and

Other Cruel, Inhuman or Degrading Treatment or Punishment)

6.Konvensi Penghapusan Segala Bentuk Diskriminsasi Rasial

(International Convention on the Elimination of All Forms of Racial

Discrimination)

15

7.Konvensi Hak Anak (Convention on the Rights of the Child)

8.Konvensi Mengenai Status Pengungsi (Convention relating to the

Status of Refugees)

9.Pedoman Berperilaku bagi Penegak Hukum (Code of Conduct for Law

Enforcement Officials).

Terdapat pula beberapa instrumen hukum yang tidak

mengikat seperti:

1. Prinsip-Prinsip Dasar Mengenai Penggunaan Kekerasan dan

Senjata Api (Basic Principles on the Use of Force and Firearms by Law

Enforcement Officials)

2. Deklarasi Mengenai Penghilangan Paksa (Declaration on the

Protection of All Persons from Enforced Disappearance)

3. Deklarasi Penghapusan Diskriminasi terhadap Perempuan

(Declaration on the Elimination of Violence against Women)

4. Deklarasi Mengenai Pembela HAM (Declaration on Human Rights

Defender)

5. Prinsip-prinsip tentang Hukuman Mati yang Tidak Sah,

Sewenang-sewenang dan Sumir (Principles on the Effective Prevention

and Investigation of Extra-legal, Arbitrary and Summary Executions )

D. Landasan Hukum Penegakkan Hak Asasi Manusia Dalam UUD’45

Pengakuan HAM di Indonesia sebagai hak dasar manusia

sebagai makhluk Tuhan telah lebih dulu ada dibandingkan

dengan Deklarasi Universal PBB yang lahir pada tanggal 10

Desember 1948. Pengakuan tersebut tercantum dalam Undang-

Undang Dasar 1945 dan peraturan perundang-undangan lainnya

adalah sebagai berikut (Winarno: 2008):

1. Pembukaan UUD45 Alinea Pertama

16

Dalam alinea pertama yang berbunyi “…Bahwa sesungguhnya

kemerdekaan itu adalah hak segala bangsa…” maka dapat

disimpulkan bahwa bangsa Indonesia telah mengakui adanya

hak untuk merdeka dan mendapatkan kebebasan.

2. Pembukaan UUD’45 Alinea Keempat

Dalam alinea keempat memuat lima sila Pancasila, salah

satunya yaitu sila kedua yang berbunyi “Kemanusian yang

adil dan beradab”. Sila kedua Pancasila tersebut merupakan

landasan idiil akan pengakuan dan jaminan hak asasi manusia

di Indonesia.

3. Batang Tubuh UUD’45

Pada masa orde baru rumusan hak-hak asasi manusia diatur

dari Pasal 27 sampai Pasal 34 UUD’45. Selanjutnya setelah

masa reformasi dikarenakan rumusan tentang HAM pada masa

orde hanya disusun secara garis besar saja, setelah terjadi

amandemen pertama UUD’45, pasal yang mengatur tentang HAM

tertuang pada beberapa Pasal sebagai berikut:

Pasal 27 tentang hak kesamaan derajat di mata hokum, hak

atas pekerjan dan penghidupan yang layak, serta hak bela

negara

Pasal 28 tentang hak berserikat dan berkumpul serta

mengeluarkan pendapat

Pasal 28 A tentang hak untuk hidup dan mempertahankan

hidup dan kehidupannya

Pasal 28 B tentang hak membentuk keluarga dan melanjutkan

keturunan

Pasal 28 C tentang hak mengembangkan diri

17

Pasal 28 D tentang hak atas pengakuan, jaminan,

perlindungan dan kepastian hukum, berkerja, memperoleh

kesempatan yang sama dalam pemerintahan, dan status

kewarganegaraan.

Pasal 28 E tentang hak memeluk dan beribadah menurut

agamanya, memilih pendidikan, pekerjaan, kewarganegaraan,

tempat tinggal, meninggalkan dan kembali ke wilayah

negara.

Pasal 28 F tentang hak untuk berkomunikasi dan memperoleh

informasi.

Pasal 28 G tentang hak atas perlindung pribadi, keluarga,

kehormatan, martabat, harta benda, rasa aman, ancaman

ketakutan, penyiksaan atau perlakuan merendahkan, dan

suaka politik dari negara lain.

Pasal 28 H tentang hak hidup sejahtera lahir dan batin,

tempat tinggal, mendapat lingkungan hidup, layanan

kesehatan, kemudahan dan perlakuan khusus untuk memdapat

kesempatan dan manfaat yang sama, imbalan jaminan social,

dan hak milik pribadi.

Pasal 28 I tentang pengukuhan kesolid-an hak asasi

manusia, bebas dari perlakuan diskriminatif, perlindungan

dari tindakan diskriminatif, penghormatan identitas

budaya dan masyarakat tradisional, tanggung jawab

pemerintah atas HAM, dan penguatan jaminan HAM dalam

peraturan perundang-undangan.

Pasal 28 J tentang menghormati HAM orang lain, dan setiap

warga negara tunduk pada undang-undang yang menjamin

terlaksananya hak orang lain.

18

Pasal 29 tentang jaminan memeluk agamanya masing-masing

dan beribadat.

Pasal 30 ayat 1 tentang hak dan kewajiban dalam usaha

pertahanan dan keamanan negara.

Pasal 31 tentang hak dan kewajiban mendapatkan

pendidikan, serta pemerintah wajib membiayainya.

Pasal 32 ayat 1 tentang pemajuan kebudayaan nasional dan

jaminan kebebasan memelihara dan mengembangkan nilai-

nilai budaya.

Pasal 33 tentang perekonomian berdasarkan asas

kekeluargaan; cabang produksi yang menguasai hajat hidup

orang banyak dikuasai oleh negara; bumi, air, dan

kekayaan alam yang ada dalam wilyah negara dikuasai oleh

negara dan digunakan sepenuhnya untuk kemakmuran rakyat.

Pasal 34 tentang fakir miskin dan anak-anak terlantar

dipelihara oleh negara.

4. Peraturan perundang-undangan

Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang hak asasi

manusia

Adapun hak-hak asasi manusia yang tertuang antara lain

sebagai berikut:

- Hak untuk hidup (Pasal 4)

- Hak untuk berkeluarga (Pasal 10)

- Hak untuk mengembangkan diri (Pasal 11-16)

- Hak untuk memperoleh keadilan (Pasal 17-19)

- Hak atas kebebasan pribadi (Pasal 20-27)

- Hak atas rasa aman (Pasal 28-35)

- Hak atas kesejahteraan (Pasal 36-42)

19

- Hak turut serta dalam pemerintahan (Pasal 43-44)

- Hak wanita (Pasal 45-51)

- Hak anak (Pasal 52-66)

Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2000 tentang Pengadilan HAM

E. Bentuk-Bentuk Penindasan terhadap Hak Asasi Manusia

Pelanggaran HAM dikategorikan dalam dua jenis, yaitu (UU

No. 26 Tahun 2000 tentang Pengadilan HAM):

1. Kasus pelangaran HAM berat

Pembunuhan genosida

Setiap perbuatan yang dilakukan dengan maksud untuk

menghancurkan atau memusnahkan seluruh atau sebagian

kelompok bangsa, ras, kelompok etnis, kelompok agama

dengan cara:

- Membunuh anggota kelompok

- Mengakibatkan penderitaan fisik atau mental yang berat

terhadap anggota-anggota kelompok

- Menciptakan kondisi kehidupan kelompok yang akan

mengakibatkan kemusnahan secara fisik baik seluruh

atau sebagiannya

- Memaksakan tindakan-tindakan yang bertujuan untuk

mencegah kelahiran didalam kelompok

- Memindahkan secara paksa anak-anak dari kelompok

tertentu ke kelompok lain

Kejahatan kemanusiaan

Salah satu perbuatan yang dilakukan sebagai bagian dari

serangan yang meluas atau sistematik yang diketahuinya

bahwa serangan tersebut ditujukan secara langsung

terhadap penduduk sipil, berupa:

20

- Pembunuhan

- Pemusnahan

- Perbudakan

- Pengusiran atau pemindahan penduduk secara paksa

- Perampasan kemerdekaan atau perampasan kebebasan fisik

lain secara sewenang-wenang yang melanggar ketentuan

hukum internasional

- Penyiksaan

- Perkosaan, perbudakan seksual, pelacuran secara paksa,

pemaksaan kehamilan, pemandulan atau sterilisasi

secara paksa tau bentuk-bentuk kekerasan seksual lain

yang setara

- Penganiayaan terhadap suatu kelompok tertentu atau

perkumpulan yang didasari persamaan paham politik,

ras, kebangsaan, etnis, budaya, agama, jenis kelamin

atau alasan lai yang telah diakui secara universal

sebagai hal yang dilarang menurut hukum internasional

- Penghilangan orang secara paksa

- Kejahatan apartheid

2. Kasus Pelanggaran HAM ringan/ biasa

Kasus pelanggaran HAM yang biasa, meliputi:

- Pemukulan

- Penganiayaan

- Pencemaran nama baik

- Menghalangi orang untuk mengekspresikan pendapatnya

- Menghilangkan nyawa orang lain

F. Kasus Pelanggaran Hak Asasi Manusia yang Terjadi Di

Indonesia pada Masa Orde Lama, Orde Baru, dan Reformasi

21

1. Kasus pelanggaran hak asasi manusia pada masa orde lama

Diskriminasi Etnis Tionghoa pada era 1959-1960

Pengejaran terhadap orang-orang Tionghoa ketika itu

merupakan bagian dari pelaksanaan serta pengembangan

politik anti-Tionghoa pada 1956. Konsep pemikiran dari

pemerintah mengenai nasionalisasi perusahaan telah

sangat meminggirkan usaha milik orang-orang etnis

Tionghoa.

Pada 14 Mei 1959 pemerintah mengeluarkan PP No. 10/1959

yang isinya menetapkan bahwa semua usaha dagang kecil

milik orang asing di tingkat desa tidak diberi izin lagi

setelah 31 desember 1959. Sebagai akibat dari PP No.

10/1959 itu, selama tahun 1960-1961 tercatat lebih dari

100.000 orang Tionghoa meninggalkan Indonesia ( Ananta

Toer: 1998 dalam Nur’aini: 2006).

Pembantaian Rawa Gede

Peristiwa ini merupakan pelanggaran HAM berupa

penembakan beserta pembunuhan terhadap penduduk kampung

Rawagede (sekarang Desa Balongsari, Rawamerta, Karawang,

Jawa Barat) oleh tentara Belanda pada tanggal 9 Desember

1947 diiringi dengan dilakukannya Agresi Militer Belanda

I. Puluhan warga sipil terbunuh oleh tentara Belanda

yang kebanyakan dibunuh tanpa alasan yang jelas. Pada 14

September 2011, Pengadilan Den Haag menyatakan bahwa

pemerintah Belanda bersalah dan harus bertanggung jawab.

Pemerintah Belanda harus membayar ganti rugi kepada para

keluarga korban pembantaian Rawagede.

2. Kasus pelanggaran hak asasi manusia pada masa orde baru

22

Pelanggaran ham berat pada Peristiwa G30S-PKI

Peritiwa G30S PKI adalah peristiwa dimana beberapa

jenderal dan perwira TNI menjadi sasaran penculikan dan

pembunuhan secara sadis pada malam 30 September sampai 1

Oktober tahun 1965. Dalam catatan sejarah, pelaku dari

peritiwa G 30 S PKI adalah para anggota PKI (Partai

Komunis Indonesia).

Ketika itu para jenderal dan perwira TNI dibunuh dan

disiksa secara sadis, kecuali AH. Nasution yang berhasil

meloloskan diri, tetapi yang menjadi korban adalah

putrinya, Ade Irma Suryani Nasution dan ajudannya Lettu

Pierre Tendean.

Penculikan Aktivis 1997/1998

Salah satu kasus pelanggaran HAM di Indonesia yaitu

kasus penculikan aktivis 1997/1998. Kasus penculikan dan

penghilangan secara paksa para aktivis pro-demokrasi,

sekitar 23 aktivis pro-demokrasi diculik. Peristiwa ini

terjadi menjelang pelaksanaan PEMILU 1997 dan Sidang

Umum MPR 1998. Kebanyakan aktivis yang diculik, disiksa

dan menghilang, meskipun ada satu yang terbunuh.

Sembilan aktivis dilepaskan dan 13 aktivis lainnya masih

belum diketahui keberadaannya sampai kini. Banyak orang

berpendapat bahwa mereka diculik dan disiksa oleh para

anggota militer/TNI.

Peristiwa Santa Cruz

23

Kasus ini merupakan pembantaian yang dilakukan oleh

militer atau anggota TNI dengan menembak warga sipil di

Pemakaman Santa Cruz, Dili, Timor-Timur pada tanggal 12

November 1991. Kebanyakan warga sipil yang sedang

menghadiri pemakaman rekannya di Pemakaman Santa Cruz

ditembak oleh anggota militer Indonesia. Puluhan

demonstran yang kebanyakkan mahasiswa dan warga sipil

mengalami luka-luka dan bahkan ada yang meninggal.

Banyak orang menilai bahwa kasus ini murni pembunuhan

yang dilakukan oleh anggota TNI dengan melakukan agresi

ke Dili, dan merupakan aksi untuk menyatakan Timor-Timur

ingin keluar dari Negara Kesatuan Republik Indonesia

(NKRI) dan membentuk negara sendiri.

3. Kasus pelanggaran hak asasi manusia pada masa reformasi

Penggusuran lingkungan penduduk urban secara paksa di

Jakarta

Di wilayah DKI Jakarta, kasus penggusuran telah menjadi

agenda tahunan seperti yang tercantum dalam table data

penggusuran pemukiman penduduk menengah ke bawah di

wilayah Jakarta dari tahun 2001 sampai 2005. Pemerintah

DKI Jakarta memberikan alasan dari upaya penggusuran

tersebut bahwa penggusuran terpaksa dilakukan karena

rakyat menempati tanah pihak lain secara tidak sah

menurut hokum, mengganggu ketertiban kebersihan dan

keindahan kota. Berikut beberapa kasus penggusuran di

DKI Jakarta antara tahun2001-2005 (Nur’aini: 2006).

No

.Tahun Kasus dan Korban

24

1. 2001

Penggarukan becak. Tercatat 6.00 jiwa

kehilangan pekerjaan dan 3.000 becak

dirampas.

2. 2002

Empat ratus dua puluh empat (424) kasus

pembakaran pemukiman kumuh, 168 kasus

pembakaran tempat usaha dan fasilitas

public, di antaranya 18 pasar tradisional,

12 fasilitas umum, 6 fasilitas social.

3. 2003

Lima belas kasus penggusuran pemukiman.

Tercatat 7.280 kepala keluarga (KK)

kehilangan tempat tinggal, satu orang

mati, satu gadis berusia 13 tahun

diperkosa aparat, 20 orang terluka, 26

orang ditangkap.

4. 2004

Sekitar 50 ribu keluarga di wilayah DKI

Jakarta tergusur. Sebagian besar di

Jakarta Utara dan Jakarta Timur dengan

menggunakan kekerasan dan pembakaran yang

melibatkan pemda, preman, banpol, dan

polisi.

5. 2005

Penggusuran di Cilincing dan tempat lain

di Jakarta. Ribuan orang kehilangan tempat

tinggal dengan tidak ada ganti rugi.Sumber: www.liputan6.com, www.infid.be, www.urbanpoor.or.id, dan lain-lain

Maraknya transaksi perdagangan manusia (anak)

Kepolisian Resort Kota Bogor telah mengamankan

setidaknya empat orang tersangka terkait kasus

perdagangan manusia dan eksploitasi seksual di Jalan

25

Kebun Jeruk 17, Gang Pinang 36 Tamansari, Jakarta Barat

(Tempo.co:2/09/2013).

Kasus Pembunuhan Munir

Munir Said Thalib adalah aktifis HAM yang pernah

menangani kasus-kasus pelanggaran HAM. Munir meninggal

pada tanggal 7 September 2004 di dalam pesawat Garuda

Indonesia ketika ia sedang melakukan perjalanan menuju

Amsterdam, Belanda. Munir meninggal karena diracuni

dengan Arsenikum di makanan atau minumannya saat di

dalam pesawat. Kasus ini telah diajukan ke Amnesty

Internasional dan tengah diproses. Pada tahun 2005,

Pollycarpus Budihari Priyanto selaku Pilot Garuda

Indonesia dijatuhi hukuman 14 tahun penjara karena

terbukti bahwa ia merupakan tersangka dari kasus

pembunuhan Munir, karena dengan sengaja ia menaruh

Arsenik di makanan Munir (Nur’aini: 2006).

26

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Pengertian dari hak asasi manusia

Hak Asasi Manusia adalah hak dasar yang dimiliki oleh

setiap manusia sebagai anugerah Tuhan Yang Maha Esa yang

tidak dapat diganggu gugat keberadaannya

2. Prinsip hak asasi manusia

Bersifat Universal (universality)

Martabat Manusia (human dignity)

Kesetaraan (equality)

Non diskriminasi (non-discrimination)

Tidak dapat dicabut (inalienability)

Tak bisa dibagi (indivisibility)

Saling berkaitan dan bergantung (interrelated and

interdependence)

Tanggung jawab negara (state responsibility)

3. Dasar hukum yang melandasi ditegakkannya hak asasi

manusia

Konvensi Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi

terhadap Perempuan

Kovenan Internasional tentang Hak Sipil dan Politik

Kovenan Internasional tentang Hak Ekonomi, Sosial dan

Budaya

Konvensi Genosida

Konvensi Menentang Penyiksaan

Konvensi Penghapusan Segala Bentuk Diskriminsasi

Rasial

27

Konvensi Hak Anak

Konvensi Mengenai Status Pengungsi

Pedoman Berperilaku bagi Penegak Hukum

Instrumen hokum yang tidak mengikat:

Prinsip-Prinsip Dasar Mengenai Penggunaan Kekerasan

dan Senjata Api

Deklarasi Mengenai Penghilangan Paksa

Deklarasi Penghapusan Diskriminasi terhadap Perempuan

Deklarasi Mengenai Pembela HAM

Prinsip-prinsip tentang Hukuman Mati yang Tidak Sah,

Sewenang-sewenang dan Sumir

4. Landasan hukum penegakkan hak asasi manusia dalam UUD’45

Pembukaan UUD45 Alinea Pertama

Pembukaan UUD’45 Alinea Keempat

Batang Tubuh UUD’45

Pasal 27, Pasal 28A-J, Pasal 29, Pasal 30, Pasal 31,

Pasal 32, Pasal 33, Pasal 34

Peraturan perundang-undangan

Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang hak asasi

manusia

Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2000 tentang Pengadilan

HAM

5. Bentuk-bentuk penindasan terhadap hak asasi manusia

Kasus pelangaran HAM berat

Pembunuhan genosida

Kejahatan kemanusiaan

Kasus Pelanggaran HAM ringan/ biasa

28

Pemukulan

Penganiayaan

Pencemaran nama baik

Menghalangi orang untuk mengekspresikan pendapatnya

Menghilangkan nyawa orang lain

6. Kasus pelanggaran hak asasi manusia yang terjadi di

Indonesia pada masa orde lama, orde baru, dan reformasi

Kasus pelanggaran hak asasi manusia pada masa orde

lama

Diskriminasi Etnis Tionghoa pada era 1959-1960

Pembantaian Rawa Gede

Kasus pelanggaran hak asasi manusia pada masa orde

baru

Pelanggaran Ham berat pada Peristiwa G30S-PKI

Penculikan Aktivis 1997/1998

Peristiwa Tajung Priok

Kasus pelanggaran hak asasi manusia pada masa

reformasi

Penggusuran lingkungan penduduk urban secara paksa di

Jakarta

Maraknya transaksi perdagangan manusia (anak)

Kasus Pembunuhan Munir

B. Daftar Pustaka

Ananta Toer, Pramoedya. 1998. Hoakiau Di Indonesia.

Jakarta: Garba Budaya

29

http://www.voaindonesia.com. Diakses pada tanggal 17

September 2013

http://hukum.unsrat.ac.id/uu/uu_39_99.html. Diakses pada

tanggal 17 September 2013

http://www.komnasperempuan.or.id/wp-content/uploads/

2009/07/UU-No.26-Th.2000-Pengadilan-HAM.pdf. Diakses pada

tanggal 17 September 2013

Kusumaatmadja, Mochtar. 2003. Pengantar Hukum

Internasional. Bandung: Alumi

Nur’aini, Atikah, dkk. 2006. Potret Buram HAM Indonesia.

Jakarta: Pusdokinfo Komnas HAM

Sunarso, dkk. 2008. Pendidikan Kewarganegaraan.

Yogyakarta: UNY Press

Winarno. 2008. Paradigma Baru Pendidikan Kewarganegaraan

(Panduan Kuliah Perguruan Tinggi). Jakarta: PT Bumi Aksara

30

C. Lampiran

31