Perbandingan Kinerja RouterOS Mikrotik dan Zeroshell pada ...

9
Jurnal Pengembangan Teknologi Informasi dan Ilmu Komputer e-ISSN: 2548-964X Vol. 2, No. 7, Juli 2018, hlm. 2689-2697 http://j-ptiik.ub.ac.id Fakultas Ilmu Komputer Universitas Brawijaya 2689 Perbandingan Kinerja RouterOS Mikrotik dan Zeroshell pada Mekanisme Load Balancing Serta Failover Ardy Frayogi 1 , Widhi Yahya 2 , Raden Arief Setiawan 3 1,2 Program Studi Teknik Informatika, Fakultas Ilmu Komputer, Universitas Brawijaya 3 Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Brawijaya Email: 1 [email protected], 2 [email protected], 3 [email protected] Abstrak Internet menjadi kebutuhan yang penting di dalam masyarakat. Masalah yang sering dihadapi masyarakat untuk mengakses internet adalah koneksi dari penyedia layanan internet yang lambat dan tidak stabil. Multikoneksi merupakan salah satu solusi yang dapat digunakan untuk membuat akses ke jaringan internet menjadi lebih baik. Penerapan multikoneksi memerlukan teknik yang disebut load balancing serta failover. Hal ini digunakan untuk memaksimalkan throughput sehingga akses ke internet menjadi lebih stabil dan cepat. Penerapan load balancing dan failover memerlukan routerOS untuk dapat mengontrol paket yang keluar masuk. RouterOS yang memiliki fitur load balancing dan failover adalah Mikrotik dan Zeroshell. Pada penelitian ini akan menerapkan dan membandingkan kinerja load balancing serta failover yang diterapkan pada routerOS Mikrotik dan Zeroshell. Metode load balancing yang digunakan pada Mikrotik adalah nth dan pada Zeroshell menggunakan metode round-robin. Berdasarkan hasil penelitian disimpulkan kedua routerOS dapat berjalan sangat baik dengan penerapkan load balancing serta failover. Hasil kinerja load balancing yang diterapkan pada Mikrotik menggunakan metode nth memiliki nilai throughput yang lebih tinggi dibandingkan dengan nilai throughput yang diterapkan pada load balancing Zeroshell. Hasil kinerja pada pengujian failover yang diterapkan pada Mikrotik memiliki nilai delay yang lebih kecil dibandingkan dengan pengujian failover yang diterapkan pada Zeroshell. Kata kunci: load balancing, failover, mikrotik, zeroshell, nth, round-robin Abstract The Internet becomes an important need in society. The problem that is often faced by the public to access the internet is a slow connection and unstable internet service provider. Multiconnection is one solution that can be used to make access to the Internet network for better. Multiconnnection requires a technique called load balancing and failover. It is used to maximize throughput so that access to the internet becomes more stable and faster. Implementing load balancing and failover requires routerOS to be able to control incoming packets. RouterOS that features load balancing and failover are Mikrotik and Zeroshell. In this study will apply and compare the performance of load balancing and failover that is applied to router Mikrotik and Zeroshell. The load balancing method used in Mikrotik is nth and in Zeroshell uses round-robin method. Based on the results of the study concluded both routerOS can run very well with load balancing and failover. The result of load balancing performance applied to MikroTik using nth method has higher throughput value compared to the throughput value applied to Zeroshell load balancing. Performance results on failover tests applied to Mikrotik have a smaller delay value compared to the failover test applied to Zeroshell. Keywords: load balancing, failover, mikrotik, zeroshell, nth, round-robin 1. PENDAHULUAN Perkembangan jaman yang semakin pesat membuat manusia sangat terikat terhadap kebutuhan jaringan internet. Penggunaan internet dapat menjadi tempat untuk belajar, mencari berita, ataupun hiburan dalam masyarakat sehingga memicu timbulnya perkembangan akses ke jaringan internet yang lebih baik. Masalah yang sering dihadapi dari pengguna layanan untuk mengakses internet

Transcript of Perbandingan Kinerja RouterOS Mikrotik dan Zeroshell pada ...

Jurnal Pengembangan Teknologi Informasi dan Ilmu Komputer e-ISSN: 2548-964X Vol. 2, No. 7, Juli 2018, hlm. 2689-2697 http://j-ptiik.ub.ac.id

Fakultas Ilmu Komputer

Universitas Brawijaya 2689

Perbandingan Kinerja RouterOS Mikrotik dan Zeroshell pada Mekanisme

Load Balancing Serta Failover

Ardy Frayogi1, Widhi Yahya2, Raden Arief Setiawan3

1,2Program Studi Teknik Informatika, Fakultas Ilmu Komputer, Universitas Brawijaya

3Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Brawijaya

Email: [email protected], [email protected], [email protected]

Abstrak

Internet menjadi kebutuhan yang penting di dalam masyarakat. Masalah yang sering dihadapi

masyarakat untuk mengakses internet adalah koneksi dari penyedia layanan internet yang lambat dan

tidak stabil. Multikoneksi merupakan salah satu solusi yang dapat digunakan untuk membuat akses ke

jaringan internet menjadi lebih baik. Penerapan multikoneksi memerlukan teknik yang disebut load

balancing serta failover. Hal ini digunakan untuk memaksimalkan throughput sehingga akses ke internet

menjadi lebih stabil dan cepat. Penerapan load balancing dan failover memerlukan routerOS untuk

dapat mengontrol paket yang keluar masuk. RouterOS yang memiliki fitur load balancing dan failover

adalah Mikrotik dan Zeroshell. Pada penelitian ini akan menerapkan dan membandingkan kinerja load

balancing serta failover yang diterapkan pada routerOS Mikrotik dan Zeroshell. Metode load balancing

yang digunakan pada Mikrotik adalah nth dan pada Zeroshell menggunakan metode round-robin.

Berdasarkan hasil penelitian disimpulkan kedua routerOS dapat berjalan sangat baik dengan penerapkan

load balancing serta failover. Hasil kinerja load balancing yang diterapkan pada Mikrotik menggunakan

metode nth memiliki nilai throughput yang lebih tinggi dibandingkan dengan nilai throughput yang

diterapkan pada load balancing Zeroshell. Hasil kinerja pada pengujian failover yang diterapkan pada

Mikrotik memiliki nilai delay yang lebih kecil dibandingkan dengan pengujian failover yang diterapkan

pada Zeroshell.

Kata kunci: load balancing, failover, mikrotik, zeroshell, nth, round-robin

Abstract

The Internet becomes an important need in society. The problem that is often faced by the public to

access the internet is a slow connection and unstable internet service provider. Multiconnection is one

solution that can be used to make access to the Internet network for better. Multiconnnection requires

a technique called load balancing and failover. It is used to maximize throughput so that access to the

internet becomes more stable and faster. Implementing load balancing and failover requires routerOS

to be able to control incoming packets. RouterOS that features load balancing and failover are Mikrotik

and Zeroshell. In this study will apply and compare the performance of load balancing and failover that

is applied to router Mikrotik and Zeroshell. The load balancing method used in Mikrotik is nth and in

Zeroshell uses round-robin method. Based on the results of the study concluded both routerOS can run

very well with load balancing and failover. The result of load balancing performance applied to

MikroTik using nth method has higher throughput value compared to the throughput value applied to

Zeroshell load balancing. Performance results on failover tests applied to Mikrotik have a smaller delay

value compared to the failover test applied to Zeroshell.

Keywords: load balancing, failover, mikrotik, zeroshell, nth, round-robin

1. PENDAHULUAN

Perkembangan jaman yang semakin pesat

membuat manusia sangat terikat terhadap

kebutuhan jaringan internet. Penggunaan

internet dapat menjadi tempat untuk belajar,

mencari berita, ataupun hiburan dalam

masyarakat sehingga memicu timbulnya

perkembangan akses ke jaringan internet yang

lebih baik. Masalah yang sering dihadapi dari

pengguna layanan untuk mengakses internet

Jurnal Pengembangan Teknologi Informasi dan Ilmu Komputer 2690

Fakultas Ilmu Komputer, Universitas Brawijaya

adalah konektifitas yang tidak stabil, penyedia

layanan internet yang sering down dan koneksi

internet yang cenderung lambat. Terdapat

beberapa cara untuk mengantisipasi hal tersebut

yaitu dengan mengganti provider ISP dengan

yang lebih handal, akan tetapi biasanya cost

yang dikeluarkan akan menjadi lebih besar dan

hal ini belum menjamin masalah akan

terseleseikan dikarenakan kondisi ISP di

indonesia yang sering mengalami masalah

teknis. Solusi lain adalah pemanfaatan

multikoneksi menggunakan 2 jalur lSP berbeda

dengan fitur load balancing dan failover.

Multikoneksi adalah sistem untuk menggunakan

beberapa koneksi dari ISP berbeda yang

kemudian diseimbangkan dengan penerapan

load balancing. (Nurul, 2013)

Di dalam penggunaan multikoneksi

diperlukan sistem yang dapat mengatur lalu

lintas dari trafik yang digunakan. Sistem yang

dimaksud adalah load balancing dan failover.

Load balancing adalah teknik untuk

mendistribusikan 2 jalur koneksi menjadi

seimbang. Dengan penerapan load balancing

trafik akan berjalan menjadi lebih optimal,

memaksimalkan throughput dan menghindari

overload pada jalur koneksi. Sedangkan failover

dapat dikatakan sebagai backup otomatis. Jika

terdapat dua buah modem yang digunakan,

modem1 gateway_a dan modem2 gateway_b,

diasumsikan kedua modem telah aktif dan telah

dikonfigurasi menggunakan failover. Pada saat

gateway_a down maka koneksi akan otomatis

berpindah pada modem2 gateway_b hingga

modem1 gateway_a aktif kembali. Penerapan

failover akan membuat seolah-olah jaringan

tidak mendapatkan masalah. (Nurul, 2013)

Penerapan load balancing dan failover

memerlukan routerOS yang memiliki fitur load

balancer untuk dapat mengontrol trafik dari

multikoneksi. Ada beberapa routerOS yang

dapat digunakan salah satunya adalah mikrotik

routerOS. Mikrotik memiliki berbagai macam

fitur untuk membangun jaringan komputer agar

menjadi lebih baik, salah satunya adalah load

balancing dan failover. Kelebihan dari mikrotik

dalam load balancing adalah mikrotik memiliki

beberapa metode load balancing yang dapat

diaplikasikan sesuai keperluan. Salah satunya

adalah metode Nth. Metode Nth menggunakan

algoritma dari round robin yang dapat

menentukan pembagian dari pemecahan

connection yang akan diatur pada mangle ke

route yang dibuat untuk load balancing. Secara

umum koneksi yang masuk ke proses di router

akan menjadi satu arus yang sama, walaupun

mereka datang dari interface yang berbeda.

Maka pada saat menerapkan metode Nth,

tentunya akan memberikan batasan ke router

untuk hanya memproses dari sumber tertentu

saja. Ketika router telah membuat semacam

antrian baru untuk batasan yang telah dibuat

barulah proses Nth dimulai. Metode Nth dapat

melakukan pembagian beban trafik pada dua

jalur gateway secara beraturan namun tidak

handal dalam failover. Penggunaan routerOS

mikrotik harus disertai dengan pembelian lisensi

untuk dapat menggunakan sistemnya. (Agus, S.,

2013)

Selain mikrotik, routerOS yang dapat

digunakan dalam penerapan load balancing dan

failover adalah zeroshell. Zeroshell adalah salah

satu distribusi linux untuk server dan perangkat

embedded yang ditujukan untuk memberikan

layanan jaringan komputer agar menjadi lebih

baik. Fitur yang dimiliki zeroshell terbatas, akan

tetapi zeroshell merupakan free routerOS yang

berarti siapa saja dapat menggunakannya tanpa

perlu dikenakan biaya. Metode load balancing

yang dimiliki zeroshell terbatas hanya

menggunakan weight round robin. Round robin

merupakan salah satu metode load balancing

yang sederhana yaitu dengan membagi gateway

secara bersamaan dengan membagi beban secara

berurutan dan bergiliran. (Fulvio, 2009)

Dari penjelasan diatas maka penelitian ini

akan mengimplementasikan load balancing dan

failover dengan 2 ISP berbeda untuk membuat

koneksi yang lebih stabil dan dapat melakukan

backup gateway jika salah satu ISP mati. Load

balancing dan failover akan diterapkan pada

kedua routerOS yaitu mikrotik dan zeroshell

kemudian dianalisis untuk mendapatkan

perbandingan kinerja load balancing dan

failover dari kedua sistem tersebut..

2. DASAR TEORI

2.1 Load Balancing

Load balancing merupakan teknik

pendistribusikan beban trafik pada dua atau lebih

jalur koneksi, agar trafik dapat berjalan lebih

baik, dapat memaksimalkan throughput,

memperkecil waktu delay dan menghindari

overload pada salah satu jalur koneksi. Load

balancing digunakan pada saat sebuah server

telah memiliki jumlah user melebihi maksimal

kapasitasnya. Load balancing juga

mendistribusikan beban kerja secara merata di

Jurnal Pengembangan Teknologi Informasi dan Ilmu Komputer 2691

Fakultas Ilmu Komputer, Universitas Brawijaya

dua atau lebih komputer, link jaringan, CPU,

hard drive, atau sumber daya lainnya, untuk

mendapatkan pemanfaatan sumber daya yang

optimal. (Steve, 2012)

Disaat Load balancer menerima

permintaan layanan dari klien, maka permintaan

tersebut akan diteruskan ke gateway utama.

Load balancer dengan aturan routing dapat

menentukan gateway mana yang memiliki load

yang lebih rendah dan respons yang lebih cepat

sehingga bisa menghentikan akses ke gateway

yang sedang mengalami masalah dan hanya

meneruskan ke gateway yang dapat memberikan

layanan. Ini merupakan kelebihan yang dimiliki

load balancer, sehingga layanan seolah-olah

tidak ada gangguan di mata klien. (Rahmat R,

2010).

2.2 Failover

Failover merupakan kemampuan sistem

untuk dapat berpindah gateway secara manual

maupun otomatis jika salah satu gateway sistem

mengalami masalah sehingga dapat menjadi

backup untuk sistem yang mengalami masalah

untuk mengakses internet.. Penggunaan failover

dapat dilakukan jika memiliki minimal 2

gateway backup. (Fulvio, 2009)

2.3 Mikrotik

Mikrotik perangkat perangkat keras untuk

membantu pengambangan akases ke jaringan

internet atau yang biasa disebut routerboard.

Mikrotik terkenal dengan kualitas kontrol dan

fleksibilitas untuk membagi berbagai jenis paket

data dan penanganan jalur trafik atau yang lebih

dikenal dengan nama routing. Beberapa aplikasi

yang dapat diterapkan dengan mikrotik selain

routing adalah aplikasi kapasitas akses

(bandwidth) manajemen, firewall, wireless

access point (WiFi), backhaul link, sistem

hotspot, Virtual Private Netword (VPN) server,

load balancing, failover dan beberapa lainnya.

(Habib, B., 2015)

2.4 Nth

Nth adalah salah satu metode load balancing

yang terdapat pada routerOS mikrotik. Metode

Nth berjalan dengan memanfaatkan algoritma

round-robin yang dapat menentukan pembagian

pemecahan koneksi yang akan dimangle ke rute

yang dibuat untuk load balancing. Teknik dari

nth membuat koneksi yang masuk ke router

menjadi satu arus yang sama meskipun koneksi

tersebut berasal dari gateway yang berbeda. Saat

menerapkan metode nth akan data batasan ke

router untuk hanya dapat memproses koneksi

dari sumber tertentu saja. Ketika router memiliki

antrian baru maka proses nth akan bekerja.

Metode Nth pada load balance mikrotik disebut

juga metode round robin karena beban terbagi

secara berurutan dan bergiliran dari gateway

yang satuke gateway yang lain oleh karena itu

gateway yang digunakan selalu bergantian dan

tidak tetap (random), hal ini ditentukan dalam

pengaturan mangle Nth yaitu nilai pertama

menandakan every dan nilai kedua menandakan

packet. Angka every adalah jumlah kelompok

yang ingin dihasilkan, sedangkan angka packet

adalah jumlah koneksi yang akan ditandai atau

marking

2.5 Zeroshell

Zeroshell merupakan routerOS dengan

system yang berbasiskan linux. Zeroshell

ditujukan untuk server dan perangkat embedded

agar dapat membuat layanan jaringan menjadi

lebih baik. (Nuryadin, 2010). Zeroshell memiliki

fitur fitur seperti Captive Portal, Load

Balancing, Failover, Qos dan beberapa lainnya

untuk dapat membantu meningkatkan kinerja

jaringan komputer menjadi lebih baik.

Spesifikasi hardware untuk dapat menjalankan

routerOS Zeroshell sangatlah kecil, minimum

requirements hardware yang dibutuhkan oleh

zeroshell adalah pentium 233 Mhz, 96 MB RAM,

dan support semua vga card.. (Fulvio, R., 2009)

2.6 Weight Round-RobinMikrotik

Zeroshell memiliki fitur untuk

menyeimbangkan trafik yang dilalui. Didalam

zeroshell fitur tersebut bernama NetBalancer.

NetBalancer adalah fitur dari zeroshell yang

dapat memanfaatkan beberapa gateway internet

menjadi seimbang, fitur ini disebut juga dengan

load balancing. Load balancing pada zeroshell

menggunakan metode weight round robin.

Metode weight round robin didasari oleh round-

robin scheduling. Weight round robin

merupakan teknik penjadwalan yang dapat

diterapkan dalam berbagai bidang, untuk

pemakaian sumber daya bersama-sama pada

sebuah komputer atau jaringan. Metode ini

dieksekusi pada permulaan setiap frame. Metode

weight round robin menentukan alokasi

bandwidth antara klien berdasarkan paket data

yang di request. Bagian terpenting dari skema

weight round robin adalah menentukan bobot

dari setiap gateway. Bobot tersebut menentukan

Jurnal Pengembangan Teknologi Informasi dan Ilmu Komputer 2692

Fakultas Ilmu Komputer, Universitas Brawijaya

pembagian bandwidth yang digunakan pada

metode round robin (Nuryadin, 2010).

Gambar 1. Load Balancing Weight Round-Robin

Load balancing yang digunakan pada

zeroshell menggunakan skema weight round

robin yaitu pemberian beban pada setiap

gateway. Pada gambar 3. menjelaskan bahwa

setiap gateway diberikan beban (weight) yang

berbeda-beda, semakin besar weight yang

diberikan maka prioritas penggunaan gateway

tersebut menjadi semakin besar, kemudian jika

gateway tersebut sudah tidak mampu melayani

klien maka penggunaan gateway akan

dipindahkan ke gateway yang diberikan bobot

lebih kecil dari sebelumnya hingga gateway ke-

n.

3 PERANCANGAN

3.1. Gambaran arsitektur Load Balancing

Pada umumnya arsitektur load balancing

terdiri dari klien, load balancer dan penyedia

layanan internet.

Gambar 2. Diagram Blok Load Balancing

Pada gambar 2 memberikan gambaran

secara umum bagaimana load balancing yang

diterapkan di sistem ini. Load balancing

berperan untuk memberikan koneksi yang lebih

stabil. Saat kedua ISP aktif maka load balancer

akan membagi beban sesuai dengan metode load

balancing yang digunakan. Untuk mikrotik

dengan menggunakan load balancing metode

Nth sedangkan untuk zeroshell menggunakan

metode weight-round robin yaitu pembagian

bandwidth berdasarkan weight ISP yang telah di

tentukan oleh admin jaringan dengan begitu

klien dapat terhubung ke jaringan internet.

4 IMPLEMENTASI

4.1 Implementasi Load Balancing dan

Failover pada Mikrotik RB951Ui-2ND

Implementasi load balancing & failover

pada mikrotik di bagi menjadi beberapa bagian

yaitu :

1. Implementasi hardware untuk load

balancing & failover mikrotik

2. Pemberian IP interface

3. Pengaktifan dhcp server

4. Pembuatan mangle di mikrotik

5. Pengaturan route

6. Pengaturan NAT

4.1.1 Implementasi hardware untuk load

balancing & failover pada mikrotik

Gambar 3. Perangkat yang terhubung dengan

Mikrotik

1. Mikrotik RB951Ui-2ND bertindak sebagai

load balancer

2. USB-Hub untuk menambah port usb pada

router mikrotik (router mikrotik hanya

memiliki 1 port usb)

3. Modem GSM Huawei E220 yang diberikan

kartu indosat ooredo, berfungsi sebagai

modem 1

4. Modem GSM Huawei E172 yang diberikan

kartu tri, berfungsi sebagai modem 2

5. Kabel lan, berfungsi untuk menghubungkan

mikrotik ke pc klien (Ethernet 2)

4.1.2 Pemberian IP interface

Gambar 4. Address List pada Mikrotik

Dua koneksi modem gsm dan 1 pc klien

Jurnal Pengembangan Teknologi Informasi dan Ilmu Komputer 2693

Fakultas Ilmu Komputer, Universitas Brawijaya

maka akan membentuk 3 IP address. IP address

yang ditandai dengan huruf “D” merupakan IP

address yang bersifat dynamic, pada gambar 5.2

ip yang mendapatkan IP dynamic adalah IP yang

berasal dari interface modem.

4.1.3 Pengaktifan DHCP Server

Gambar 5. Pengaturan DHCP Server pada Mikrotik

Pada gambar 5. dhcp server diarahkan ke

ether2. Dengan begitu jika klien ether2

menggunakan switch untuk memperbanyak

klien maka IP akan langsung secara otomatis

diberi oleh mikrotik kepada klien klien dengan

jaringan yang sama oleh ether2.

4.1.4 Mangle Nth Mikrotik

Mangle mikrotik merupakan cara untuk

menandai paket ataupun koneksi tertentu. Untuk

membuat load balancing mikrotik metode Nth

diperlukan suatu mangle, karena mangle ini yang

akan menandai kemudian membagi beban

bandwidth.

Tabel 1. Mangle Nth pada mikrotik

1

2

/ip firewall mangle

add chain=prerouting in-

interface=ether2 connection-

state=new nth=2,1 action=mark-

connection new-connection-

mark=conn1 passthrough=yes

3

4

5

add chain=prerouting in-

interface=ether2 connection-

mark=conn1 action=mark-routing

new-routing-mark=conn1

passthrough=no

add chain=prerouting in-

interface=ether2 connection-

state=new nth=1,1 action=mark-

connection new-connection-

mark=conn2 passthrough=yes

add chain=prerouting in-

interface=ether2 connection-

mark=conn2 action=mark-routing

new-routing-mark=conn2

passthrough=no

4.1.5 Pengaturan Route

Route bertindak untuk mengarahkan mangle

yang sudah di atur ke interface yang tepat pada

mikrotik.

Tabel 2. Route Nth pada Mikrotik

1

2

3

4

/ip route

add dst-address=0.0.0.0/0

gateway=INDOSAT scope=255 target-

scope=10 routing-mark=conn1

add dst-address=0.0.0.0/0

gateway=TRI scope=255 target-

scope=10 routing-mark=conn2

add dst-address=0.0.0.0/0

gateway=INDOSAT

add dst-address=0.0.0.0/0

gateway=TRI

4.1.6 Pengaturan NAT

Fungsi NAT adalah menghubungkan klien

ke internet. Penggunaan dilakukan agar mangle

dan route dapat digunakan oleh klien untuk

dapat terhubung ke internet.

Tabel 3. NAT Nth pada Mikrotik

1

2

3

/ip firewall nat

add chain=srcnat connection-

mark=conn1 out-interface=INDOSAT

action=masquerade

add chain=srcnat connection-

mark=conn2 out-interface=TRI

action=masquerade

4.2 Implementasi Load Balancing dan

Failover pada Zeroshell

Implementasi load balancing & failover

pada zeroshell akan di bagi menjadi beberapa

bagian yaitu:

1. Implementasi hardware untuk load

balancing & failover di zeroshell

2. Pemberian IP interface

3. Pengaktifan dhcp server

4. Pengaktifan Net Balancer

5. Pengaktifan NAT

4.2.1 Implementasi Hardware untuk Load

Balancing & Failover pada Zeroshell

1 PC zeroshell, PC zeroshell merupakan

laptop yang telah diinstal dengan zeroshell

routerOS. Laptop yang digunakan adalah

laptop acer aspire 2920Z dengan ram 1GB,

terinstal routerOS zeroshell 3.4.0

2 Modem gsm huawei E172 yang diisi dengan

kartu TRI dihubungkan pada port usb1,

modem1

Jurnal Pengembangan Teknologi Informasi dan Ilmu Komputer 2694

Fakultas Ilmu Komputer, Universitas Brawijaya

3 Modem gsm huawei E220 yang diisi dengan

kartu Indosat Ooredo dihubungkan pada port

usb2, modem2

4 PC klien, pc klien terhubung secara

langsung menggunakan kabel lan ke fisik

ethernet pc zeroshell.

Gambar 6. Perangkat yang terhubung dengan

zeroshell

4.1.1 Pemberian IP interface

Gambar 7. Tampilan Interface Zeroshell

Gambar 7. merupakan tampilan seluruh

interface yang terdapat pada zeroshell. Pada

gambar 7 zeroshell memiliki 3 interface yaitu:

1. ETH00 merupakan pc klien yang terhubung

langsung secara fisik oleh routerOS

zeroshell,

2. PPP0 merupakan modem Indosat Ooredo

yang berada di usb2 dengan IP address

dynamic.

3. PPP1 merupakan modem TRI yang berada

di usb1 dengan IP address dynamic.

4.1.2 Pengaktifan dhcp server

Fungsi dari dhcp server adalah jika terdapat

satu pc klien atau lebih yang melakukan koneksi

menggunakan switch maka pc klien tersebut

tidak perlu lagi melakukan pengaturan IP secara

manual karena IP akan didapatkan secara

otomatis.

Gambar 8. Pengaktifan DHCP Server pada

Zeroshell

4.2.4 Pengaktifan NetBalancer

NetBalancer merupakan aplikasi load

balancing yang ada pada zeroshell. NetBalancer

menggunakan algoritma round-robin yaitu

dengan menimbang dari beban gateway.

Gambar 9. NetBalancer pada Zeroshell

4.2.5 Pengaktifan NAT

Mengaktifkan nat agar pc klien dapat

terkoneksi ke jaringan internet.

Gambar 10. Pengaktifan NAT

5 PENGUJIAN

5.1 Pengujian Failover pada Mikrotik

Pengujian failover pada mikrotik dilakukan

dengan melakukan ping ke situs

www.google.com kemudian memutus koneksi

untuk mendapatkan fungsi dari failover.

Jurnal Pengembangan Teknologi Informasi dan Ilmu Komputer 2695

Fakultas Ilmu Komputer, Universitas Brawijaya

Gambar 11. Pengujian Failover pada Mikrotik

Penghitungan delay adalah dengan mengurangi

time since reference or first time yang ada.

Berikut adalah hasil dari perhitungan delay,

Delay = (36.777368 – 35.330425) = 1.4 second

5.2 Pengujian Failover pada Zeroshell

Pengujian failover pada zeroshell dilakukan

dengan melakukan ping ke situs

www.google.com kemudian memutus koneksi

untuk mendapatkan fungsi dari failover.

Gambar 12. Pengujian Failover pada zeroshell

Penghitungan delay adalah dengan mengurangi

time since reference or first time yang ada.

Berikut adalah hasil dari perhitungan delay,

Delay = (24.500144 – 18.805204) = 5.69494 second

5.3 Pengujian Load Balancing menggunakan

situs www.speedtest.net

Pengujian klien melakukan test speed melalui

situs speedtest.net sebanyak 5 kali menggunakan

3 sistem. Pengujian akan mencatat nilai

throughput menggunakan software wireshark.

Gambar 13. Hasil Pengujian menggunakan Situs

Speedtest.net

Dari hasil tersebut sistem yang menerapkan

metode load balancing memiliki throughput

yang lebih tinggi dibandingkan dengan sistem

yang tidak menerapkan load balancing.

Throughput pada mikrotik memiliki nilai lebih

tinggi dengan nilai 3.508 MBps dibandingkan

dengan nilai throughput zeroshell yang memiliki

nilai 2.876 MBps. Hal ini terjadi dikarenakan

koneksi yang menggunakan load balancing

menggunakan bandwidth kedua ISP untuk dapat

menghasilkan throughput yang lebih tinggi.

5.4 Pengujian Load Balancing dengan

streaming 4 film secara bersamaan

melalui situs www.filmapik.com

Pengujian dengan melakukan streaming 4

film dilakukan selama 5 menit kepada seluruh

sistem kemudian dicatat nilai throughput

menggunakan software wireshark.

Gambar 14. Hasil Pengujian Streaming 4 Film

Secara Bersamaan

Jurnal Pengembangan Teknologi Informasi dan Ilmu Komputer 2696

Fakultas Ilmu Komputer, Universitas Brawijaya

Pengujian kedua membuktikan klien yang

mengakses dengan menggunakan load

balancing mikrotik memiliki nilai throughput

yang lebih tinggi. Selisih nilai throughput

dengan load balancer zeroshell tidak berbeda

jauh, akan tetapi nilai throughput berbeda sangat

jauh dengan klien yang melakukan streaming

film tanpa menggunakan load balancer.

Pengujian ini membuktikan nilai throughput

yang diterapkan pada load balancing mikrotik

memiliki nilai lebih tinggi yaitu 2.078 MBps

dibandingkan dengan nilai throughput yang

diterapkan pada load balancing zeroshell yang

bernilai 1.75 MBps. Sistem yang tidak

menggunakan load balancer hanya

menggunakan 1 ISP aktif sehingga throughput

yang dihasilkan tidak maksimal berbeda hal

dengan sistem yang menerapkan load balancer

ketika salah satu ISP telah mencapai batas untuk

melayani klien maka ISP yang lain akan

membantu agar koneksi menjadi lebih stabil dan

seimbang.

5.5 Pengujian Load Balancing dengan

melakukan download video

menggunakan web browser google

chrome

Pengujian ketiga adalah pengujian dengan

melakukan download sebuah file video youtube

melalui situs www.en.savefrom.net. Video yang

didownload berukuran 82MB. Tools

downloader yang digunakan menggunakan web

browser google chrome. Selama proses

download berjalan nilai throughput dicatat

dengan wireshark. Berikut ini adalah hasil dari

pengujian tersebut:

Gambar 15. Hasil Pengujian Download Video

Youtube

Dari hasil pengujian diatas sistem tanpa load

balancer dan load balancer memiliki nilai yang

mendekati sama meskipun cenderung sedikit

lebih tinggi throughput yang diterapkan pada

load balancer. Hal ini disebabkan karena ISP

yang digunakan hanyalah 1 ISP yaitu ISP 3.

Dapat disimpulkan dari pengujian ini ketika

klien melakukan download video dengan

menggunakan browser google chrome maka

load balancer hanya menggunakan 1 jalur ISP.

5.6 Pengujian Load Balancing dengan

melakukan download video

menggunakan Internet Download

Manager

Pengujian keempat adalah klien melakukan

download video youtube melalui situs

en.savefrom.net dengan software internet

download manager. Video yang di download

berukuran 470MB. Berikut adalah nilai

throughput hasil dari pengujian download video

dengan menggunakan internet download

manager:

Gambar 16. Hasil Pengujian Download Video

menggunakan Internet Download Manager

Hasil gambar 16. menunjukkan klien yang

melakukan download file tanpa menggunakan

load balancer memiliki nilai throughput yang

paling kecil berbeda jauh dengan sistem yang

menerapkan load balancer, Hal ini dikarenakan

internet download manager melakukan unduhan

melebihi satu koneksi, sehingga nilai throughput

yang didapat ketika menggunakan load balancer

menjadi lebih tinggi. Dari data diatas sistem

yang menerapakan load balancing mikrotik

memiliki nilai throughput yang paling tinggi.

Jurnal Pengembangan Teknologi Informasi dan Ilmu Komputer 2697

Fakultas Ilmu Komputer, Universitas Brawijaya

6. KESIMPULAN

Berdasarkan pengujian yang telah

dilakukan, maka dapat diambil kesimpulan

sebagai berikut.

1. Dari hasil pengujian yang dilakukan, kinerja

load balancing yang diterapkan pada

mikrotik menggunakan metode Nth

memiliki nilai throughput yang lebih tinggi

dibandingkan dengan nilai throughput yang

diterapkan pada load balancing zeroshell.

2. Kinerja dari pengujian failover yang

diterapkan pada mikrotik memiliki nilai

delay yang lebih kecil dibandingkan dengan

pengujian failover yang diterapkan pada

zeroshell.

DAFTAR PUSTAKA

Agus, S., 2013. Implementasi Load Balancing

Pada Multihoaming ISP menggunakan

metode NTH, UGM, Yogyakarta.

Eris, A., 2014. Implementasi Load Balancing

Dua Line ISP menggunakan Mikrotik

RouterOS. AKPRIND, Yogyakarta.

Giga P. H., 2016. Analisis Perbandingan Metode

Load Balancing ECMP, Nth, dan PCC

Menggunakan Mikrotik Cloud Hoasted

Router pada GNS3, UGM, Yogyakarta.

Leandro, F., 2011. Internet redundandy and

Balancing with Zeroshell.

Fulvio, R., 2009. Multiple Internet Connections

by Balancing traffic and Managing

Failover.

Mohd, S., Yopi, H., & Zulfian A., 2015. Load

Balance Dan Pembagian Bandwidth Pada

Jaringan LAN Mengunakan Mikrotik

Router Board RB750. Triguna Dharma,

Medan.

Steve, D., 2012. Load Balancing Using PCC &

Router OS.

Daid, B., 2011. Load Balancing Using PCC

connected via PPPoE. Mikrotik.