Analisis-Perbandingan-Model-Bisnis-Efisiensi ...

25
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user BAB II TELAAH PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka 1. Pengertian dan Pengelompokkan Bank Dalam Undang-Undang No. 10 Tahun 1998 pasal 1 ayat 2 menjelaskan bahwa bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Kemudian dalam pasal 5 menjelaskan menurut jenisnya, bank terdiri dari bank umum dan bank perkreditan rakyat. Dalam penelitian ini objeknya dalah bank umum, dimana menurut Undang-Undang No. 10 Tahun 1998, bank umum adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional dan atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. 2. Perbedaan Bank Umum Syariah dan Bank Umum Konvensional Perbedaan paling mendasar antara Bank Umum Syariah dan Bank Umum Konvensional adalah terletak pada prinsip operasionalnya.Seperti yang diketahui bahwa Bank Umum Konvensional (BUK) dalam pembiayaan kredit menerapkan sistem bunga dalam pembayarannya, sedangkan pada Bank Umum Syariah (BUS) hal tersebut dilarang karena riba.Prinsip lain yang ada dalam Bank Umum Konvensional yang dilarang pada Bank Umum

Transcript of Analisis-Perbandingan-Model-Bisnis-Efisiensi ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

BAB II

TELAAH PUSTAKA

A. Tinjauan Pustaka

1. Pengertian dan Pengelompokkan Bank

Dalam Undang-Undang No. 10 Tahun 1998 pasal 1 ayat 2

menjelaskan bahwa bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari

masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada

masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam

rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Kemudian dalam pasal 5

menjelaskan menurut jenisnya, bank terdiri dari bank umum dan bank

perkreditan rakyat. Dalam penelitian ini objeknya dalah bank umum, dimana

menurut Undang-Undang No. 10 Tahun 1998, bank umum adalah bank yang

melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional dan atau berdasarkan

prinsip syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas

pembayaran.

2. Perbedaan Bank Umum Syariah dan Bank Umum Konvensional

Perbedaan paling mendasar antara Bank Umum Syariah dan Bank

Umum Konvensional adalah terletak pada prinsip operasionalnya.Seperti

yang diketahui bahwa Bank Umum Konvensional (BUK) dalam pembiayaan

kredit menerapkan sistem bunga dalam pembayarannya, sedangkan pada

Bank Umum Syariah (BUS) hal tersebut dilarang karena riba.Prinsip lain

yang ada dalam Bank Umum Konvensional yang dilarang pada Bank Umum

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Syariah (BUS) adalah larangan gharar (risiko atau ketidakpastian, yang

secara umum didefinisikan sebagai spekulasi) dan larangan pembiayaan

untuk sektor-sektor terlarang (seperti senjata, obat-obatan, alkohol, dan

babi).

Dalam pasal 1 ayat 13 UU No.10 Tahun 1998 menyebutkan bahwa

prinsip syariah adalah aturan perjanjian berdasarkan hukum Islam antara

bank dan pihak lain untuk penyimpanan dana dan atau pembiayaan kegiatan

usaha, atau kegiatan lainnya yang dinyatakan sesuai dengan syariah, antara

lain pembiayaan berdasarkan prinsip bagi hasil (mudharabah), pembiayaan

berdasarkan prinsip penyertaan modal (musharakah), prinsip jual beli barang

dengan memperoleh keuntungan (murabahah), atau pembiayaan barang

modal berdasarkan prinsip sewa murni tanpa pilihan (ijarah), atau dengan

adanya pilihan pemindahan kepemilikan atas barang yang disewa dari pihak

bank oleh pihak lain (ijarah wa iqtina). Syafi’i Antonio (2001) menuturkan

bahwa perbedaan antara bank syariah dan bank konvensional dapat dilihat

pada hasil ringkasan berikut ini:

Tabel II.1Perbedaan Bank Syariah dan Bank KonvensionalBANK SYARIAH BANK KONVENSIONAL

1. Melakukan investasi-investasi yang halalsaja.

2. Berdasarkan prinsip bagi hasil, jual-beli,atau sewa.

3. Profit dan falah oriented (mencarikemakmuran di dunia dan kebahagiaan diakhirat).

4. Hubungan dengan nasabah dalam bentukkemitraan.

5. Adanya Dewan Pengawas Syariah yangmengawasi segala kegiatan operasioleh

1. Investasi yang halal dan haram.

2. Memakai perangkat bunga.

3. Profit oriented

4. Hubungan dengan nasabahdalam bentuk hubungandebitur-debitur.

5. Tidak terdapat dewan sejenis.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

bank harus sesuai dengan fatwa yangsudah ditentukan.

Sumber:Syafi’i Antonio. 2001.

3. Perbedaan Bagi Hasil dan Bunga

Perbedaan sistem perbankan syariah dengan bank konvensional

adalah mengenai bagi hasil dan juga bunga. Tentu saja ada perbedaan

antara bagi hasi dan bunga. Untuk lebih jelasnya, berikut adalah perbedaan

bagi hasil dan bunga:

Tabel II.2Perbedaan Bagi Hasil dan Bunga

BAGI HASIL BUNGA

1. Penentuan besarnya rasio/nisbah bagi hasil dibuat padawaktu akad dengan ber-pedomanpada kemungkinan untung rugi.

2. Besarnya rasio bagi hasilberdasarkan jumlah keuntu-nganyang diperoleh.

3. Bagi hasil bergantung padakeuntungan proyek yangdijalankan. Bila usaha merugi,kerugian akan ditanggung ber-sama oleh kedua belah pihak.

4. Jumlah pembagian labameningkat sesuai dengan pe-ningkatan jumlah pendapatan.

5. Tidak ada yang meragukankeabsahan bagi hasil.

1. Penentuan bunga dibuat padawaktu akad dengan asumsiharus selalu untung.

2. Besarnya presentase berdasar-kan pada jumlah uang (modal)yang dipinjamkan.

3. Pembayaran bunga tetapseperti yang dijanjikan tanpapertimba-ngan apakah proyekyang dija-lankan oleh pihaknasabah un-tung atau rugi.

4. Jumlah pembayaran bungatidak meningkat sekalipunjumlah ke-untungan berlipatatau keadaan ekonomi sedang“booming”.

5. Eksistensi bunga diragukan(kalau tidak dikecam) olehsemua agama, termasuk Islam.

Sumber:Syafi’i Antonio. 2001.

4. Produk Penghimpunan Dana Perbankan Syariah dan Perbankan

Konvensional

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Dalam kegiatan operasionalnya, produk yang ditawarkan oleh bank

syariah untuk menghimpunan dana dapat berbentuk, tabungan, deposito dan

giro. Prinsip operasional syariah yang diaplikasikan dalam menghimpun

dana dari masyarakat adalah sebagai berikut:

a. Prinsip Wadi’ah (Titipan)

Prinsip wadi’ah (titipan) merupakan salah satu prinsip yang

diterapkan bank syariah dalam memobilisasi dana. Pada prinsip ini nasabah

bertindak sebagai pihak yang menitipkan dana/ uang dan bank bertindak

sebagai pihak peyimpan dana/ uang. Secara garis besar, prinsip wadi’ah

dapat dibedakan menjadi dua yaitu wadi’ah yad al-amanah (Trustee

Depository) dan wadi’ah yad adh-dhamah (Guarantee Depository).

Wadi’ah yad al-amanah (Trustee Depository) adalah prinsip wadi’ah

dimana pihak nasabah (penitip) mempercayakan dana/ uang untuk disimpan

oleh pihak bank (penyimpan) tanpa memanfaatkan dana/ uang tersebut.

Sedangkan wadi’ah yad adh-dhamah (Guarantee Depository) adalah prinsip

wadi’ah yang memperbolehkan pihak bank (penyimpan) untuk

memanfaatkan dana/ uang yang dititipkan oleh nasabah (penitip). Pada

wadi’ah yad adh-dhamah (Guarantee Depository) pihak yang dititipi (bank)

bertanggung jawab atas keutuhan harta titipan sehingga boleh

memanfaatkan harta titipan tersebut. Untuk lebih jelasnya, berikut adalah

skema prinsip wadi’ah:

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Gambar II.1Skema Wadi’ah yad al-amanah

Sumber:Syafi’i Antonio. 2001.

Gambar II.2Skema Wadi’ahyad adh-dhamah

Sumber:Syafi’i Antonio. 2001.

b. Prinsip Mudharabah (Investasi)

Prinsip lain yang diterapkan dalam menghimpun dana pada bank

syariah adalah prinsip mudharabah (investasi). Prinsip ini bertujuan untuk

melakukan hubungan kerjasama antara pemilik dana (shahibulmaal) dan

pengelola dana (mudharib). Dalam hal ini, yang menjadi pemilik dana

(shahibulmaal) adalah nasabah dan pengelola dana (mudharib) adalah bank.

Secara umum terdapat dua jenis mudharabah, yaitu mudharabah muthlaqah

(general investment) dan mudharabah muqayyadah.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Pada prinsip mudharabah muthlaqah bank sebagai pengelola dana

(mudharib) berwenang secara penuh untuk mengelola dana yang

diinvestasikan oleh nasabah (shahibul maal) tanpa terikat jenis usaha,

waktum tempat, dan jenis layanannya. Sedangkan pada prinsip mudharabah

muqayyadah bank dalam mengelola dana diberi batasan sesuai

kesepakatan dengan nasabah (shahibul maal). Misalnya bank diberi

kewenangan mengelola dana oleh shahibul maal hanya untuk jenis usaha

tertentu di tempat dan waktu yang tertentu juga. Prinsip ini dalam aplikasinya

seperti tabungan berjangka dan deposito berjangka. Untuk lebih jelasnya,

berikut adalah skema prinsip mudharabah:

Gambar II.3Skema Mudharabah Muthlaqah

Sumber:Syafi’i Antonio. 2001.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Gambar II.4Skema Mudharabah Muqayyadah

Sumber:Syafi’i Antonio. 2001.

Dalam penghimpunan dana dari masyarakat pada bank konvensional

secara umum berbentuk giro, tabungan, dan deposito. Dalam keiatan

operasionalnya bank konvensional menggunakan prinsip bunga.Pengertian

produk-produk bank menurut UU Perbankan No. 10 tahun 1998 adalah

sebagai berikut:

1. Giro adalah simpanan dari pihak ketiga atau nasabah kepada

bank yang penarikannya dapat dilakukan setiap saat dengan

menggunakan cek, bilyet giro, sarana perintah pembayaran

lainnya atau dengan cara pemindahbukuan.

2. Tabungan adalah simpanan pihak ketiga atau nasabah kepada

bank yang penarikannya hanya dapat dilakukan menurut syarat-

syarat tertentu yang disepakati, tetapi tidak dapat ditarik dengan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

cek, bilyet giro, dan atau alat lainnya yang dipersamakan dengan

itu.

3. Deposito adalah simpanan pihak ketiga atau nasabah kepada

bank yang penarikannya hanya dapat dilakukan pada waktu

tertentu berdasarkan perjanjian antara pihak ketiga dengan bank

yang bersangkutan. Deposito dibedakan menjadi deposito

berjangka, sertifikat deposito, dan deposits on call.

5. Produk Penyaluran Dana Perbankan Syariah dan Perbankan

Konvensional

Penyaluran dana oleh bank syariah kepada nasabah disebut dengan

nama pembiayaan. Berdasarkan UU perbankan No. 10 tahun 1998,

pengertian pembiayaan adalah penyediaan uang atau tagihan yang

dipersamakan dengan itu berdasarkan persetujuan atau kesepakatan

antara bank dan pihak lain yang mewajibkan pihak yang dibiayai untuk

mengembalikan uang atau tagihan tersebut setelah jangka waktu

tertentu dengan imbalan atau bagi hasil.

Produk penyaluran dana di bank syariah dapat dibedakan menjadi

beberapa produk berdasarkan prinsip-prinsip syariah, yaitu:

1. Pembiayaan berdasarkan prinsip bagi hasil (Syirkah)

Produk pembiayaan syariah yang didasarkan atas prinsip bagi

hasil (syirkah) terdiri dari:

a. Pembiayaan Musyarakah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Musyarakah merupakan bentuk kerja sama antara dua pihak atau

lebih atas suatu usaha tertentu dimana kedua belah pihak

memberikan kontribusi dana dengan keuntungan dan risiko

ditanggung bersama sesuai kesepakatan (Antonio, 2001). Berikut

adalah skema musyarakah:

Gambar II.5Skema Musyarakah

Sumber:Syafi’i Antonio. 2001.

b. Pembiayaan Mudharabah

Mudharabah adalah suatu bentuk kerjasama antara dua pihak

atau lebih dimana pemilik modal (shahib al-maal) yang

mempercayakan sejumlah modal kepada pengelola (mudharib)

dengan suatu akad perjanjian pembagian keuntungan. Dalam hal

ini yang menjadi pemilik modal (shahib al-maal) adalah bank dan

yang menjadi pengelola (mudharib) adalah nasabah.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Produkpembiayaan ini menegaskan kerjasama dalam paduan

kontribusi 100% modal dari shahib al-maal dan keahlian dari

mudharib. Untuk lebih jelasya lihat gambar skema berikut ini:

Gambar II.6Skema Mudharabah

Sumber:Syafi’i Antonio. 2001.

2. Pembiayaan yang didasarkan prinsip jual beli (Bai’)

Prinsip jual beli (Bai’) dilakukan sehubungan dengan adanya

perpindahan kepemilikan barang (transfer of property). Besarnya

keuntungan bank ditentukan diawal dan menjadi bagian harga jual

barang kepada nasabah. Produk pembiayan yang termasuk dalam

kategori ini adalah sebagai berikut:

a. Pembiayaan Bai’Murabahah

Transaksi jual beli dimana bank bertindak sebagai penjual dan

nasabah sebagai pembeli. Barang diserahkan segera dan

pembayaran dilakukan secara tangguh. Namun dalam hal ini bank

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

belum memiliki barang tersebut sehingga sistem yang digunakan

dalam perbankan syariah ini adalah murabahah kepada pemesan

pembelian (murabahah KPP). Dalam hal ini dinamakan demikian

karena si penjual semata-mata mengadakan barang untuk

memenuhi kebutuhan si pembeli yang memesannya (Syafi’i,

2001). Berikut adalah skemanya:

Gambar II.7SkemaBai’Murabahah

Sumber:Syafi’i Antonio. 2001.

b. Pembiayaan Bai’ Salam

Transaksi jual beli dimana barang yang diperjualbelikan belum

ada. Oleh karena itu barang diserahkan secara tangguh

sedangkan pembayaran dilakukan secara tunai. Dalam transaksi

ini bank bertindak sebagai pembeli dan nasabah sebagai penjual

serta segala ketentuan yang berhubungan dengan transaksi ini

harus telah ditentukan secara pasti seperti kepastian tentang

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

kuantitas, kualitas, harga, dan waktu penyerahan. Berikut adalah

skemanya:

Gambar II.8SkemaBai’Salam

Sumber:Syafi’i Antonio. 2001.

c. Pembiayaan Bai’ Istishna’

Transaksi Jual beli seperti akad salam, namun pembayarannya

dilakukan oleh bank sesuai dengan kesepakatan dalam beberapa

kali pembayaran (angsuran). Pada umumnya istishna’

diterapkan pada pembiayaan manufaktur dan konstruksi.

3. Pembiayaan yang didasarkan prinsip sewa (Ijarah)

Dalam kegiatan operasional bank syraiah, pembiayaan yang

didasarkan prinsip sewa adalah Ijarah. PengertianIjarahyaitu transaksi jual

beli yang dilandasi perpindahan manfaat (hak guna atas barang atau

jasa) melalui pembayaran upah sewa tanpa diikuti dengan pemindahan

kepemilikan atas barang itu sendiri. Jadi pada dasarnya prinsip ini sama

dengan prinsip jual beli, tetapi perbedaannya terdapat pada objek

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

transaksinya. Apabila pada jualbeli objek transaksinya berupa barang,

maka pada ijarah objek transaksinya berupa jasa. Menurut Syafi’i (2001),

dalam aplikasi perbankan, bank syariah mengoperasikan produk ijarah

dalam bentuk leasing, baik dalam bentuk operating lease maupun

financial lease. Namun, pada umumnya bank-bank tersebut lebih banyak

menggunakan ijarah muntahiya bit-tamlik karena lebih sederhana dari sisi

pembukuan. Selain itu, bank juga tidak direpotkan untuk mengurus

pemeliharaan aset, baik pada saat leasing maupun sesudahnya. Berikut

adalah skema Ijarah:

Gambar II.9Skema Ijarah

Sumber: Syafi’i Antonio. 2001.

4. Akad Pelengkap dalam Produk Pembiayaan

Jenis-jenis produk pembiayaan bank syariah yang menggunakan

akad pelengkap terdiri dari:

a. Wakalah (Perwakilan)

Wakalah merupakan bentuk perwakilan atau pemberian kuasa

kepada pihak tertentu untuk melakukan pekerjaan atau hal

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

tertentu. Prinsip ini diaplikasikan dalam perbankan pada

pengiriman uang atau transfer, penagihan (collection payment),

dan lainnya. Bank syariah menerima imbalan fee atas jasanya

terhadap nasabah (Antonio, 2001). Berikut adalah gambar

skemanya:

Gambar II.10Skema Wakalah

Sumber: Syafi’i Antonio. 2001.

b. Hiwalah (Alih Utang-Piutang)

Menurut Antonio (2001), pengertian hiwalah adalah bentuk

pengalihan utang dari orang yang berhutang kepada orang lain

yang wajib menanggungnya. Kontrak ini dalam perbankan

biasanya aplikasikan dalam bentuk anjak piutang. Berikut adalah

gambar skemanya:

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Gambar II.11Skema Hiwalah

Sumber: Syafi’i Antonio. 2001.

c. Kafalah (Garansi Bank)

Pengertian kafalah yaitu jaminan yang diberikan dengan tujuan

untuk menjamin pembayaran atas suatu kewajiban

pembayaran. Bank syariah bertindak sebagai pihak penjamin,

sedangkan nasabah sebagai pihak yang dijamin. Untuk jasa

ini, bank memperolehpengganti biaya atas jasa yang diberikan.

Berikut adalah gambar skemanya:

Gambar II.12Skema Kafalah

Sumber: Syafi’i Antonio. 2001.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

d. Rahn (Gadai)

Rahn adalah menahan salah satu harta si peminjam yang

memiliki nilai ekonomis sebagai jaminan atas sejumlah

pinjaman yang diterimanya (Antonio, 2001).

e. Qardh

Qardh adalah pinjaman uangdan akan dikembalikan sesuai

dengan perjanjian. Aplikasinya dalam perbankan antara lain yaitu:

(1) sebagai pinjaman talangan haji; (2) sebagai pinjaman tunai; (3)

sebagai pinjaman kepada pengusaha kecil; dan (4) sebagai

pinjaman kepada pengurus bank (Karim, 2004).

Penyaluran dana dalam bank konvensional dikenal dengan

nama kredit. Pengertian kredit menurut UU Perbankan No. 10 tahun 1998

adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan

itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara

bank dan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi

hutangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga.Kredit

dalam bank konvensional dilihat dari segi jangka waktunya dibagi

menjadi tiga macam, yaitu:

1. Kredit jangka pendek

Yaitu kredit yang memiliki jangka waktu kurang dari satu tahun atau

paling lama satu tahun dan biasanya digunakan untuk modal kerja.

2. Kredit jangka menengah

Yaitu kredit yang berkisar antara satu tahun sampai dengan tiga

tahun, kredit jenis ini dapat diberikan untuk modal kerja.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

3. Kredit jangka panjang

Yaitu kredit yang masa pengembaliannya paling panjang yaitu di

atas tiga tahun atau lima tahun, biasanya digunakan untuk

investasi jangka panjang.

6. Efisiensi

Efisiensi adalah rasio antara output dan input. Suatu perusahaan,

khususnya perbankan dapat dikatakan efisien jika mampu menghasilkan

output yang lebih banyak dibanding input yang dikeluarkan. Menurut Wild,

dkk(2009), dalam istilah akuntansi sederhana, efisiensi mengacu pada

kemampuan perusahaan dalam penggunaan jumlah aset tertentu yang akan

menghasilkan pendapatan dengan menggunakan rasio keuangan berbasis

akuntansi.

Secara umum, efisiensi perbankan dapat dibedakan menjadi dua

jenis, yaitu efisiensi skala dan X-efisiensi. Konsep efisiensi skala pertama

kali diperkenalkan oleh Farrell (1957), yang secara sederhana dapat

diartikan sebagai hubungan antara rata-rata biayaproduksi per unit dan

volume. Dimana bank dikatakan memiliki skala ekonomi ketika peningkatan

output disertai dengan biaya unit produksi yang lebih rendah. Sedangkan X-

efisiensi, yang dipopulerkan oleh Leibenstein (1966) mengacu pada

penyimpangan dari batas biaya yang menggambarkan biaya produksi

terendah untuk tingkat output tertentu.Teori Efisiensi Ekonomi Konvensional

berpendapat bahwa perusahaan mampu mencapai output mereka dengan

biaya serendah mungkin untuk setiap unit yang diproduksi (Saaid dan

Abdullah, 2003). Selanjutnya, efisiensi dapat dicapai ketika ada pola

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

pemanfaatan sumber daya yang dapat memberikan peningkatan hasil

secara keseluruhan.

7. Stabilitas

Studi yang secara langsung mengkaji perilaku bank syariah dalam

perspektif stabilitas sistem perbankan yang dipelopori oleh Čihák dan Hesse

(2008).Menurut Borio dan Drehmann (2009), pengukuran stabilitas memiliki

peran khusus dalam kerangka operasional stabilitas sistem keuangan untuk

membantu memastikan akuntabilitas pemerintah yang bertanggung jawab

dan untuk mendukung pelaksanaan strategi yang dipilih untuk mencapai

tujuan.

Terkait dengan pengukuran stabilitas lembaga keuangan, literatur

yang ada umumnya mengklasifikasikan lembaga keuangan berdasarkan

tingkat kesehatan bank dengan menggunakan berbagai rasio keuangan dan

indikator lainnya (Čihák, 2007).Kesehatan perbankan merupakan perhatian

utama dalam stabilitas sistemik, mengingat sektor perbankan masih menjadi

akar dari industri jasa keuangan di banyak negara dan pusat keuangan

karena transaksi keuangan besar melalui sektor ini (Sundararajan dan

Errico, 2002).

B. Penelitian Terdahulu

Berikut adalah penelitian-penelitian terdahulu yang berhubungan

dengan topik pada peneletian ini:

1. Beck, Demirgüç-Kunt, dan Merrouche (2013)menemukan bahwa

model bisnis bank syariah tidak terlalu berbeda dengan bank

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

konvensional. Namun mereka juga menemukan bahwa bank syariah

kurang efisien tetapi memiliki rasio intermediasi yang lebih tinggi,

memiliki kualitas aset yang lebih tinggi, sertamemiliki stabilitas yang

lebih tinggi pula selama krisis terjadi.

2. Čihák dan Hesse (2008) menemukan bahwa bank syariah kecil

cenderung lebih stabil dibanding bank konvensional kecil. Sebaliknya,

bank-bank konvensional besar cenderung lebih stabil daripada bank

syariah besar. Mereka mengukur stabilitas bank syariah dibandingkan

dengan bank konvensional di 18 negara dengan industri perbankan

syariah yang signifikan dalam periode 1993-2004. Mereka juga

menemukan bahwa pangsa pasar meningkat dari bank syariah tidak

memiliki pengaruh yang signifikan terhadap stabilitas bank lain.

3. Boumediene dan Caby (2009) mengamati return saham bank syariah

dan konvensional selama krisis subprime pada tahun 2007. Hasil

penelitian menunjukkan bahwa pada periode krisis, volatilitas return

bank syariah relatif lebih rendah dibandingkan dengan bank

konvensional, menunjukkan bahwa bank syariah lebih stabil dibanding

bank konvensional. Ini tidak menyimpulkan bahwa bank syariah

terhindar dari berbagai risiko, tetapi menunjukkan karakteristik risiko

yang berbeda dengan bank konvensional yang memerlukan

pemahaman yang lebih baik dan manajemen risiko yang lebih tepat.

4. Hasan dan Dridi (2010) melakukan penelitian untuk menentukan

dampak dari krisis keuangan global terhadap kinerja bank syariah dan

perbandingan dengan bank konvensional. Dengan menggunakan

data perbankan di Bahrain, Yordania, Kuwait, Malaysia, Qatar, Arab

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Saudi, Turki, dan Uni Emirat Arab, hasil menunjukkan bahwa dalam

aspek profitabilitas, bank syariah mengalami penurunan yang

signifikan selama periode krisis keuangan global, meskipun rata-rata

masih relatif sama dengan profitabilitas bank konvensional. Dalam hal

aset dan pinjaman, bank syariah menunjukkan pertumbuhan yang

jauh lebih tinggi di masa krisis dan penilaian lembaga pemeringkat

eksternal menunjukkan peringkat yang relatif stabil untuk bank

syariah.

5. Rahim dan Zakaria (2013), dengan perhitungan Z-score dan NPL

menunjukkan bahwa rata-rata bank syariah relatif lebih stabil daripada

bank konvensional di Malaysia. Standar analisis data panel

menunjukkan bahwa faktor yang mempengaruhi stabilitas perbankan

baik syariah dan konvensional adalah sama, kecuali untuk tingkat

diversifikasi pada pendapatan. Stabilitas bukan merupakan fungsi dari

diversifikasipendapatan untuk bank syariah tetapi dalam kasus bank

konvensional. Ini menjelaskan mengapa selama krisis baru-baru ini,

ketika berbagai sumber pendapatan bank yang terpengaruh, Bank

syariah tetap stabil dibandingkan dengan bank konvensional.

6. Rokhim dan Gamaginta (2012), menunjukkan bahwa secara umum,

bank syariah di Indonesia cenderung memiliki tingkatstabilitas lebih

rendah dibandingkan dengan bank konvensional dan kecenderungan

ini berlaku secara konsisten pada semua kelompok

bank.Menggunakan parametrik statistik t-test, penelitian menunjukkan

bahwa perbandingan tingkat stabilitas antara bank syariah dan bank

konvensional berbeda secara signifikan. Penelitian ini menggunakan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

data sampel dari 11 bank syariah dan 71 bank konvensional di

Indonesia selama periode 2004-2009. Hasil penelitian menunjukkan

bahwa bank-bank syariah pada umumnya memiliki stabilitas yang

lebih rendah dibandingkan dengan bank-bank konvensional.

Beberapa pengecualian termasuk kecenderungan bahwa bank

syariah relatif kecil dan bank konvensional kecilmemiliki

stabilitasdengan derajat yang sama. Selama periode krisis 2008-

2009, bank syariah dan bank konvensional cenderung memiliki

stabilitas dengan tingkat yang relatif sama.

7. Shah, Shah, dan Ahmed (2011) menemukan bahwa bank syariah

lebih baik daripada bank konvensional dalam hal efisiensi teknis

dalam pendekatan basis kredit dan efisiensi skala juga lebih tinggi

dibanding bank konvensional. Sementara, bank-bank konvensional

yang lebih baik dalam hal pendekatan base income.

8. Wahida Ahmad dan Robin H. Luo (2010) menemukanbahwa secara

teknis, bank syariah lebih efisien daripada bank konvensional tetapi

dikenakan pada efisiensi alokasi terendah.Mereka mengukur dan

membandingkan efisiensi perbankan syariah untuk efisiensi

perbankan konvensional diwakili oleh tiga negara Eropa - Jerman,

Turki dan Inggris. Hal ini menunjukkan bahwa bank syariah secara

teknis lebih efisien daripada bank konvensional tetapi memiliki

efisiensi alokatif yang lebih rendah. Hal ini menghasilkan efisiensi

biaya yang lebih rendah bagi bank syariah dibandingkan dengan

perbankan konvensional di Eropa.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

C. Kerangka Pemikiran

Berikut adalah kerangka pemikiran dalam penelitian ini:

BUSUji beda

independentsample T-test

BUK

Model Bisnis Model BisnisEfisiensi Efisiensi

Kualitas aset Kualitas aset

Stabilitas Stabilitas

Gambar II.13Kerangka Pemikiran Teoritis

Pada gambar diatas menunjukkan bahwa penelitian ini akan

membandingkan model bisnis, efisiensi, kualittas aset, dan stabilitas antara

Bank Umum Syariah (BUS) dengan Bank Umum Konvensional dengan

meggunakan uji beda independent sample T-test.

D. Penyusunan Hipotesis

Tidak diberlakukan sistem bunga pada bank syariah merupakan salah

satu perbedaan yang mendasar.Akan tetapi ada beberapa kesamaan antara

bank syariah dan bank konvensional.Prinsip profit and loss sharing dalam

literatur hukum dan ekonomi Islam dipandang sebagai dasar yang paling ideal

dari seluruh transaksi keuangan. Tapi dalam prakteknya, bukti menunjukkan

bahwa transaksi keuangan yang paling disediakan oleh bank-bank syariah

tidak dalam bentuk prinsip profit and loss sharing (Aggarwal dan Yousef,

2000).

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Produk keuangan berbasis syariah ada yang tidak didasarkan pada

prinsip profit and loss sharing, seperti kontrak Murabahah, yang menyerupai

kontrak leasing di perbankan konvensional. Seperti dalam kontrak leasing,

bank membeli sebuah investasi atas nama klien dan kemudian menjualnya

kepada klien dengan menambahkan margin keuntungan dalam bentuk biaya.

Demikian pula Ijarah, dimana bank tetap berhak atas kepemilikan barang

yang disewakan kepada klien akan tetapi untuk biayanyaharus dilakukan

dalam transaksi keuangan sesuai denganhukum Islam.

Meskipun demikian, adanya kesamaan tersebut hanyalah berdasarkan

teknik/ mekanisme transaksinya tetapi untuk prinsip jelas sangat berbeda

karena bank syariah mempunyai prinsip berdasarkan ketetapan hukum Islam

yang diawasi oleh Dewan Pengawas Syariah. Dalam penelitian ini model

bisnis yang akan dibandingan adalah orientasi bisinis dalam fungsi

intermediasi. Sehingga berdasarkan uraian tersebut, maka dapat diambil

hipotesis sebagai berikut:

H1. Tidak ada perbedaan yang signifikan antara model bisnis Bank

Umum Syariah (BUS) dan Bank Umum Konvensional (BUK)

Bank-bank syariah memiliki efisiensi yang lebih rendah dibandingkan

bank konvensional karena ada beberapa alasan.Pertama, penerapan aturan

Islam yang ketat, sehingga meningkatkan biaya operasional di bank

syariah.Kedua, bank-bank syariah cenderung memiliki size yang lebih kecil

dibandingkan dengan bank konvensional, dan ada bukti bahwa peningkatan

efisiensi teknis dipengaruhi ukuran bank di industri perbankan (Isik dan

Hassan 2002; Drake et al 2006).Ketiga, bank syariah biasanya merupakan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

bank domestik. Sebagian besar bukti menunjukkan bahwa bank-bank milik

asing lebihefisien daripada bank domestik (Isik dan Hassan 2002; Mokhtar et

al 2008). Akan tetapi dengan menggunakan FRA untuk mengukur efisiensi,

ditemukan bahwa bank-bank syariah lebih efisien daripada bank konvensional

dalam hal penggunaan sumber daya, efektivitas biaya, profitabilitas,

kecukupan modal kualitas aset dan rasio likuiditas dari bank konvensional

(Iqbal, 2001; Hassan dan Bashir, 2005). Sehingga berdasarkan uraian

tersebut, maka dapat diambil hipotesis sebagai berikut:

H2. Efisiensi Bank Umum Syariah (BUS) lebih rendah dibandingkan

dengan Bank Umum Konvensional (BUK).

Menurut Solé (2007), memahami perbankan syariah dari perspektif

stabilitas keuangan penting dikarenakan setidaknya dua alasan. Pertama,

bank syariah dapat menjadi sistemik saat mereka tumbuh dan sering

berinteraksi dengan bank konvensional.Kedua, kurangnya instrumen syariah

yang mempunyai fungsi hedging dalam risiko.Rahim dan Zakaria (2013)

menyatakan bahwa tinjauan penelitian masa lalu yang berkaitan dengan

masalah stabilitas sektor perbankan menunjukkan bahwa setidaknya ada tiga

penjelasan pada stabilitas relatif.Pertama, bank syariah memiliki likuiditas

yang lebih besar dibandingkan dengan yang konvensional. Hal ini sesuai

dengan Loghod(2010), yang menemukan daya tarik produk bank syariah

seperti mudharabah, musyarakah, murabahah, ijarah, dan profit and loss

investmentadalah alasan utama di balik likuiditas yang lebih besar.Kedua,

bank-bank syariah berfokus pada profit sharing investment and financing, di

mana ada pembagian risiko bersama.Ketiga, bank-bank syariah dilarang

dalam praktek spekulatif dan leveraging yang berlebihan seperti bank

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

konvensional.Akan tetapi penelitian yang dilakukan oleh Rokhim dan

Gamaginta (2012), menunjukkan bahwa secara umum, bank syariah di

Indonesia cenderung memiliki tingkat stabilitas lebih rendah dibandingkan

dengan bank konvensional. Sehingga berdasarkan uraian tersebut, maka

dapat diambil hipotesis sebagai berikut:

H3. Stabilitas Bank Umum Syariah (BUS) lebih tinggi dibandingkan

dengan Bank Umum Konvensional (BUK).