Analisis-Perbandingan-Model-Bisnis-Efisiensi ...
-
Upload
khangminh22 -
Category
Documents
-
view
0 -
download
0
Transcript of Analisis-Perbandingan-Model-Bisnis-Efisiensi ...
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
BAB II
TELAAH PUSTAKA
A. Tinjauan Pustaka
1. Pengertian dan Pengelompokkan Bank
Dalam Undang-Undang No. 10 Tahun 1998 pasal 1 ayat 2
menjelaskan bahwa bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari
masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada
masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam
rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Kemudian dalam pasal 5
menjelaskan menurut jenisnya, bank terdiri dari bank umum dan bank
perkreditan rakyat. Dalam penelitian ini objeknya dalah bank umum, dimana
menurut Undang-Undang No. 10 Tahun 1998, bank umum adalah bank yang
melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional dan atau berdasarkan
prinsip syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas
pembayaran.
2. Perbedaan Bank Umum Syariah dan Bank Umum Konvensional
Perbedaan paling mendasar antara Bank Umum Syariah dan Bank
Umum Konvensional adalah terletak pada prinsip operasionalnya.Seperti
yang diketahui bahwa Bank Umum Konvensional (BUK) dalam pembiayaan
kredit menerapkan sistem bunga dalam pembayarannya, sedangkan pada
Bank Umum Syariah (BUS) hal tersebut dilarang karena riba.Prinsip lain
yang ada dalam Bank Umum Konvensional yang dilarang pada Bank Umum
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Syariah (BUS) adalah larangan gharar (risiko atau ketidakpastian, yang
secara umum didefinisikan sebagai spekulasi) dan larangan pembiayaan
untuk sektor-sektor terlarang (seperti senjata, obat-obatan, alkohol, dan
babi).
Dalam pasal 1 ayat 13 UU No.10 Tahun 1998 menyebutkan bahwa
prinsip syariah adalah aturan perjanjian berdasarkan hukum Islam antara
bank dan pihak lain untuk penyimpanan dana dan atau pembiayaan kegiatan
usaha, atau kegiatan lainnya yang dinyatakan sesuai dengan syariah, antara
lain pembiayaan berdasarkan prinsip bagi hasil (mudharabah), pembiayaan
berdasarkan prinsip penyertaan modal (musharakah), prinsip jual beli barang
dengan memperoleh keuntungan (murabahah), atau pembiayaan barang
modal berdasarkan prinsip sewa murni tanpa pilihan (ijarah), atau dengan
adanya pilihan pemindahan kepemilikan atas barang yang disewa dari pihak
bank oleh pihak lain (ijarah wa iqtina). Syafi’i Antonio (2001) menuturkan
bahwa perbedaan antara bank syariah dan bank konvensional dapat dilihat
pada hasil ringkasan berikut ini:
Tabel II.1Perbedaan Bank Syariah dan Bank KonvensionalBANK SYARIAH BANK KONVENSIONAL
1. Melakukan investasi-investasi yang halalsaja.
2. Berdasarkan prinsip bagi hasil, jual-beli,atau sewa.
3. Profit dan falah oriented (mencarikemakmuran di dunia dan kebahagiaan diakhirat).
4. Hubungan dengan nasabah dalam bentukkemitraan.
5. Adanya Dewan Pengawas Syariah yangmengawasi segala kegiatan operasioleh
1. Investasi yang halal dan haram.
2. Memakai perangkat bunga.
3. Profit oriented
4. Hubungan dengan nasabahdalam bentuk hubungandebitur-debitur.
5. Tidak terdapat dewan sejenis.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
bank harus sesuai dengan fatwa yangsudah ditentukan.
Sumber:Syafi’i Antonio. 2001.
3. Perbedaan Bagi Hasil dan Bunga
Perbedaan sistem perbankan syariah dengan bank konvensional
adalah mengenai bagi hasil dan juga bunga. Tentu saja ada perbedaan
antara bagi hasi dan bunga. Untuk lebih jelasnya, berikut adalah perbedaan
bagi hasil dan bunga:
Tabel II.2Perbedaan Bagi Hasil dan Bunga
BAGI HASIL BUNGA
1. Penentuan besarnya rasio/nisbah bagi hasil dibuat padawaktu akad dengan ber-pedomanpada kemungkinan untung rugi.
2. Besarnya rasio bagi hasilberdasarkan jumlah keuntu-nganyang diperoleh.
3. Bagi hasil bergantung padakeuntungan proyek yangdijalankan. Bila usaha merugi,kerugian akan ditanggung ber-sama oleh kedua belah pihak.
4. Jumlah pembagian labameningkat sesuai dengan pe-ningkatan jumlah pendapatan.
5. Tidak ada yang meragukankeabsahan bagi hasil.
1. Penentuan bunga dibuat padawaktu akad dengan asumsiharus selalu untung.
2. Besarnya presentase berdasar-kan pada jumlah uang (modal)yang dipinjamkan.
3. Pembayaran bunga tetapseperti yang dijanjikan tanpapertimba-ngan apakah proyekyang dija-lankan oleh pihaknasabah un-tung atau rugi.
4. Jumlah pembayaran bungatidak meningkat sekalipunjumlah ke-untungan berlipatatau keadaan ekonomi sedang“booming”.
5. Eksistensi bunga diragukan(kalau tidak dikecam) olehsemua agama, termasuk Islam.
Sumber:Syafi’i Antonio. 2001.
4. Produk Penghimpunan Dana Perbankan Syariah dan Perbankan
Konvensional
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Dalam kegiatan operasionalnya, produk yang ditawarkan oleh bank
syariah untuk menghimpunan dana dapat berbentuk, tabungan, deposito dan
giro. Prinsip operasional syariah yang diaplikasikan dalam menghimpun
dana dari masyarakat adalah sebagai berikut:
a. Prinsip Wadi’ah (Titipan)
Prinsip wadi’ah (titipan) merupakan salah satu prinsip yang
diterapkan bank syariah dalam memobilisasi dana. Pada prinsip ini nasabah
bertindak sebagai pihak yang menitipkan dana/ uang dan bank bertindak
sebagai pihak peyimpan dana/ uang. Secara garis besar, prinsip wadi’ah
dapat dibedakan menjadi dua yaitu wadi’ah yad al-amanah (Trustee
Depository) dan wadi’ah yad adh-dhamah (Guarantee Depository).
Wadi’ah yad al-amanah (Trustee Depository) adalah prinsip wadi’ah
dimana pihak nasabah (penitip) mempercayakan dana/ uang untuk disimpan
oleh pihak bank (penyimpan) tanpa memanfaatkan dana/ uang tersebut.
Sedangkan wadi’ah yad adh-dhamah (Guarantee Depository) adalah prinsip
wadi’ah yang memperbolehkan pihak bank (penyimpan) untuk
memanfaatkan dana/ uang yang dititipkan oleh nasabah (penitip). Pada
wadi’ah yad adh-dhamah (Guarantee Depository) pihak yang dititipi (bank)
bertanggung jawab atas keutuhan harta titipan sehingga boleh
memanfaatkan harta titipan tersebut. Untuk lebih jelasnya, berikut adalah
skema prinsip wadi’ah:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Gambar II.1Skema Wadi’ah yad al-amanah
Sumber:Syafi’i Antonio. 2001.
Gambar II.2Skema Wadi’ahyad adh-dhamah
Sumber:Syafi’i Antonio. 2001.
b. Prinsip Mudharabah (Investasi)
Prinsip lain yang diterapkan dalam menghimpun dana pada bank
syariah adalah prinsip mudharabah (investasi). Prinsip ini bertujuan untuk
melakukan hubungan kerjasama antara pemilik dana (shahibulmaal) dan
pengelola dana (mudharib). Dalam hal ini, yang menjadi pemilik dana
(shahibulmaal) adalah nasabah dan pengelola dana (mudharib) adalah bank.
Secara umum terdapat dua jenis mudharabah, yaitu mudharabah muthlaqah
(general investment) dan mudharabah muqayyadah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Pada prinsip mudharabah muthlaqah bank sebagai pengelola dana
(mudharib) berwenang secara penuh untuk mengelola dana yang
diinvestasikan oleh nasabah (shahibul maal) tanpa terikat jenis usaha,
waktum tempat, dan jenis layanannya. Sedangkan pada prinsip mudharabah
muqayyadah bank dalam mengelola dana diberi batasan sesuai
kesepakatan dengan nasabah (shahibul maal). Misalnya bank diberi
kewenangan mengelola dana oleh shahibul maal hanya untuk jenis usaha
tertentu di tempat dan waktu yang tertentu juga. Prinsip ini dalam aplikasinya
seperti tabungan berjangka dan deposito berjangka. Untuk lebih jelasnya,
berikut adalah skema prinsip mudharabah:
Gambar II.3Skema Mudharabah Muthlaqah
Sumber:Syafi’i Antonio. 2001.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Gambar II.4Skema Mudharabah Muqayyadah
Sumber:Syafi’i Antonio. 2001.
Dalam penghimpunan dana dari masyarakat pada bank konvensional
secara umum berbentuk giro, tabungan, dan deposito. Dalam keiatan
operasionalnya bank konvensional menggunakan prinsip bunga.Pengertian
produk-produk bank menurut UU Perbankan No. 10 tahun 1998 adalah
sebagai berikut:
1. Giro adalah simpanan dari pihak ketiga atau nasabah kepada
bank yang penarikannya dapat dilakukan setiap saat dengan
menggunakan cek, bilyet giro, sarana perintah pembayaran
lainnya atau dengan cara pemindahbukuan.
2. Tabungan adalah simpanan pihak ketiga atau nasabah kepada
bank yang penarikannya hanya dapat dilakukan menurut syarat-
syarat tertentu yang disepakati, tetapi tidak dapat ditarik dengan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
cek, bilyet giro, dan atau alat lainnya yang dipersamakan dengan
itu.
3. Deposito adalah simpanan pihak ketiga atau nasabah kepada
bank yang penarikannya hanya dapat dilakukan pada waktu
tertentu berdasarkan perjanjian antara pihak ketiga dengan bank
yang bersangkutan. Deposito dibedakan menjadi deposito
berjangka, sertifikat deposito, dan deposits on call.
5. Produk Penyaluran Dana Perbankan Syariah dan Perbankan
Konvensional
Penyaluran dana oleh bank syariah kepada nasabah disebut dengan
nama pembiayaan. Berdasarkan UU perbankan No. 10 tahun 1998,
pengertian pembiayaan adalah penyediaan uang atau tagihan yang
dipersamakan dengan itu berdasarkan persetujuan atau kesepakatan
antara bank dan pihak lain yang mewajibkan pihak yang dibiayai untuk
mengembalikan uang atau tagihan tersebut setelah jangka waktu
tertentu dengan imbalan atau bagi hasil.
Produk penyaluran dana di bank syariah dapat dibedakan menjadi
beberapa produk berdasarkan prinsip-prinsip syariah, yaitu:
1. Pembiayaan berdasarkan prinsip bagi hasil (Syirkah)
Produk pembiayaan syariah yang didasarkan atas prinsip bagi
hasil (syirkah) terdiri dari:
a. Pembiayaan Musyarakah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Musyarakah merupakan bentuk kerja sama antara dua pihak atau
lebih atas suatu usaha tertentu dimana kedua belah pihak
memberikan kontribusi dana dengan keuntungan dan risiko
ditanggung bersama sesuai kesepakatan (Antonio, 2001). Berikut
adalah skema musyarakah:
Gambar II.5Skema Musyarakah
Sumber:Syafi’i Antonio. 2001.
b. Pembiayaan Mudharabah
Mudharabah adalah suatu bentuk kerjasama antara dua pihak
atau lebih dimana pemilik modal (shahib al-maal) yang
mempercayakan sejumlah modal kepada pengelola (mudharib)
dengan suatu akad perjanjian pembagian keuntungan. Dalam hal
ini yang menjadi pemilik modal (shahib al-maal) adalah bank dan
yang menjadi pengelola (mudharib) adalah nasabah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Produkpembiayaan ini menegaskan kerjasama dalam paduan
kontribusi 100% modal dari shahib al-maal dan keahlian dari
mudharib. Untuk lebih jelasya lihat gambar skema berikut ini:
Gambar II.6Skema Mudharabah
Sumber:Syafi’i Antonio. 2001.
2. Pembiayaan yang didasarkan prinsip jual beli (Bai’)
Prinsip jual beli (Bai’) dilakukan sehubungan dengan adanya
perpindahan kepemilikan barang (transfer of property). Besarnya
keuntungan bank ditentukan diawal dan menjadi bagian harga jual
barang kepada nasabah. Produk pembiayan yang termasuk dalam
kategori ini adalah sebagai berikut:
a. Pembiayaan Bai’Murabahah
Transaksi jual beli dimana bank bertindak sebagai penjual dan
nasabah sebagai pembeli. Barang diserahkan segera dan
pembayaran dilakukan secara tangguh. Namun dalam hal ini bank
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
belum memiliki barang tersebut sehingga sistem yang digunakan
dalam perbankan syariah ini adalah murabahah kepada pemesan
pembelian (murabahah KPP). Dalam hal ini dinamakan demikian
karena si penjual semata-mata mengadakan barang untuk
memenuhi kebutuhan si pembeli yang memesannya (Syafi’i,
2001). Berikut adalah skemanya:
Gambar II.7SkemaBai’Murabahah
Sumber:Syafi’i Antonio. 2001.
b. Pembiayaan Bai’ Salam
Transaksi jual beli dimana barang yang diperjualbelikan belum
ada. Oleh karena itu barang diserahkan secara tangguh
sedangkan pembayaran dilakukan secara tunai. Dalam transaksi
ini bank bertindak sebagai pembeli dan nasabah sebagai penjual
serta segala ketentuan yang berhubungan dengan transaksi ini
harus telah ditentukan secara pasti seperti kepastian tentang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
kuantitas, kualitas, harga, dan waktu penyerahan. Berikut adalah
skemanya:
Gambar II.8SkemaBai’Salam
Sumber:Syafi’i Antonio. 2001.
c. Pembiayaan Bai’ Istishna’
Transaksi Jual beli seperti akad salam, namun pembayarannya
dilakukan oleh bank sesuai dengan kesepakatan dalam beberapa
kali pembayaran (angsuran). Pada umumnya istishna’
diterapkan pada pembiayaan manufaktur dan konstruksi.
3. Pembiayaan yang didasarkan prinsip sewa (Ijarah)
Dalam kegiatan operasional bank syraiah, pembiayaan yang
didasarkan prinsip sewa adalah Ijarah. PengertianIjarahyaitu transaksi jual
beli yang dilandasi perpindahan manfaat (hak guna atas barang atau
jasa) melalui pembayaran upah sewa tanpa diikuti dengan pemindahan
kepemilikan atas barang itu sendiri. Jadi pada dasarnya prinsip ini sama
dengan prinsip jual beli, tetapi perbedaannya terdapat pada objek
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
transaksinya. Apabila pada jualbeli objek transaksinya berupa barang,
maka pada ijarah objek transaksinya berupa jasa. Menurut Syafi’i (2001),
dalam aplikasi perbankan, bank syariah mengoperasikan produk ijarah
dalam bentuk leasing, baik dalam bentuk operating lease maupun
financial lease. Namun, pada umumnya bank-bank tersebut lebih banyak
menggunakan ijarah muntahiya bit-tamlik karena lebih sederhana dari sisi
pembukuan. Selain itu, bank juga tidak direpotkan untuk mengurus
pemeliharaan aset, baik pada saat leasing maupun sesudahnya. Berikut
adalah skema Ijarah:
Gambar II.9Skema Ijarah
Sumber: Syafi’i Antonio. 2001.
4. Akad Pelengkap dalam Produk Pembiayaan
Jenis-jenis produk pembiayaan bank syariah yang menggunakan
akad pelengkap terdiri dari:
a. Wakalah (Perwakilan)
Wakalah merupakan bentuk perwakilan atau pemberian kuasa
kepada pihak tertentu untuk melakukan pekerjaan atau hal
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
tertentu. Prinsip ini diaplikasikan dalam perbankan pada
pengiriman uang atau transfer, penagihan (collection payment),
dan lainnya. Bank syariah menerima imbalan fee atas jasanya
terhadap nasabah (Antonio, 2001). Berikut adalah gambar
skemanya:
Gambar II.10Skema Wakalah
Sumber: Syafi’i Antonio. 2001.
b. Hiwalah (Alih Utang-Piutang)
Menurut Antonio (2001), pengertian hiwalah adalah bentuk
pengalihan utang dari orang yang berhutang kepada orang lain
yang wajib menanggungnya. Kontrak ini dalam perbankan
biasanya aplikasikan dalam bentuk anjak piutang. Berikut adalah
gambar skemanya:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Gambar II.11Skema Hiwalah
Sumber: Syafi’i Antonio. 2001.
c. Kafalah (Garansi Bank)
Pengertian kafalah yaitu jaminan yang diberikan dengan tujuan
untuk menjamin pembayaran atas suatu kewajiban
pembayaran. Bank syariah bertindak sebagai pihak penjamin,
sedangkan nasabah sebagai pihak yang dijamin. Untuk jasa
ini, bank memperolehpengganti biaya atas jasa yang diberikan.
Berikut adalah gambar skemanya:
Gambar II.12Skema Kafalah
Sumber: Syafi’i Antonio. 2001.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
d. Rahn (Gadai)
Rahn adalah menahan salah satu harta si peminjam yang
memiliki nilai ekonomis sebagai jaminan atas sejumlah
pinjaman yang diterimanya (Antonio, 2001).
e. Qardh
Qardh adalah pinjaman uangdan akan dikembalikan sesuai
dengan perjanjian. Aplikasinya dalam perbankan antara lain yaitu:
(1) sebagai pinjaman talangan haji; (2) sebagai pinjaman tunai; (3)
sebagai pinjaman kepada pengusaha kecil; dan (4) sebagai
pinjaman kepada pengurus bank (Karim, 2004).
Penyaluran dana dalam bank konvensional dikenal dengan
nama kredit. Pengertian kredit menurut UU Perbankan No. 10 tahun 1998
adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan
itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara
bank dan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi
hutangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga.Kredit
dalam bank konvensional dilihat dari segi jangka waktunya dibagi
menjadi tiga macam, yaitu:
1. Kredit jangka pendek
Yaitu kredit yang memiliki jangka waktu kurang dari satu tahun atau
paling lama satu tahun dan biasanya digunakan untuk modal kerja.
2. Kredit jangka menengah
Yaitu kredit yang berkisar antara satu tahun sampai dengan tiga
tahun, kredit jenis ini dapat diberikan untuk modal kerja.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3. Kredit jangka panjang
Yaitu kredit yang masa pengembaliannya paling panjang yaitu di
atas tiga tahun atau lima tahun, biasanya digunakan untuk
investasi jangka panjang.
6. Efisiensi
Efisiensi adalah rasio antara output dan input. Suatu perusahaan,
khususnya perbankan dapat dikatakan efisien jika mampu menghasilkan
output yang lebih banyak dibanding input yang dikeluarkan. Menurut Wild,
dkk(2009), dalam istilah akuntansi sederhana, efisiensi mengacu pada
kemampuan perusahaan dalam penggunaan jumlah aset tertentu yang akan
menghasilkan pendapatan dengan menggunakan rasio keuangan berbasis
akuntansi.
Secara umum, efisiensi perbankan dapat dibedakan menjadi dua
jenis, yaitu efisiensi skala dan X-efisiensi. Konsep efisiensi skala pertama
kali diperkenalkan oleh Farrell (1957), yang secara sederhana dapat
diartikan sebagai hubungan antara rata-rata biayaproduksi per unit dan
volume. Dimana bank dikatakan memiliki skala ekonomi ketika peningkatan
output disertai dengan biaya unit produksi yang lebih rendah. Sedangkan X-
efisiensi, yang dipopulerkan oleh Leibenstein (1966) mengacu pada
penyimpangan dari batas biaya yang menggambarkan biaya produksi
terendah untuk tingkat output tertentu.Teori Efisiensi Ekonomi Konvensional
berpendapat bahwa perusahaan mampu mencapai output mereka dengan
biaya serendah mungkin untuk setiap unit yang diproduksi (Saaid dan
Abdullah, 2003). Selanjutnya, efisiensi dapat dicapai ketika ada pola
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
pemanfaatan sumber daya yang dapat memberikan peningkatan hasil
secara keseluruhan.
7. Stabilitas
Studi yang secara langsung mengkaji perilaku bank syariah dalam
perspektif stabilitas sistem perbankan yang dipelopori oleh Čihák dan Hesse
(2008).Menurut Borio dan Drehmann (2009), pengukuran stabilitas memiliki
peran khusus dalam kerangka operasional stabilitas sistem keuangan untuk
membantu memastikan akuntabilitas pemerintah yang bertanggung jawab
dan untuk mendukung pelaksanaan strategi yang dipilih untuk mencapai
tujuan.
Terkait dengan pengukuran stabilitas lembaga keuangan, literatur
yang ada umumnya mengklasifikasikan lembaga keuangan berdasarkan
tingkat kesehatan bank dengan menggunakan berbagai rasio keuangan dan
indikator lainnya (Čihák, 2007).Kesehatan perbankan merupakan perhatian
utama dalam stabilitas sistemik, mengingat sektor perbankan masih menjadi
akar dari industri jasa keuangan di banyak negara dan pusat keuangan
karena transaksi keuangan besar melalui sektor ini (Sundararajan dan
Errico, 2002).
B. Penelitian Terdahulu
Berikut adalah penelitian-penelitian terdahulu yang berhubungan
dengan topik pada peneletian ini:
1. Beck, Demirgüç-Kunt, dan Merrouche (2013)menemukan bahwa
model bisnis bank syariah tidak terlalu berbeda dengan bank
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
konvensional. Namun mereka juga menemukan bahwa bank syariah
kurang efisien tetapi memiliki rasio intermediasi yang lebih tinggi,
memiliki kualitas aset yang lebih tinggi, sertamemiliki stabilitas yang
lebih tinggi pula selama krisis terjadi.
2. Čihák dan Hesse (2008) menemukan bahwa bank syariah kecil
cenderung lebih stabil dibanding bank konvensional kecil. Sebaliknya,
bank-bank konvensional besar cenderung lebih stabil daripada bank
syariah besar. Mereka mengukur stabilitas bank syariah dibandingkan
dengan bank konvensional di 18 negara dengan industri perbankan
syariah yang signifikan dalam periode 1993-2004. Mereka juga
menemukan bahwa pangsa pasar meningkat dari bank syariah tidak
memiliki pengaruh yang signifikan terhadap stabilitas bank lain.
3. Boumediene dan Caby (2009) mengamati return saham bank syariah
dan konvensional selama krisis subprime pada tahun 2007. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa pada periode krisis, volatilitas return
bank syariah relatif lebih rendah dibandingkan dengan bank
konvensional, menunjukkan bahwa bank syariah lebih stabil dibanding
bank konvensional. Ini tidak menyimpulkan bahwa bank syariah
terhindar dari berbagai risiko, tetapi menunjukkan karakteristik risiko
yang berbeda dengan bank konvensional yang memerlukan
pemahaman yang lebih baik dan manajemen risiko yang lebih tepat.
4. Hasan dan Dridi (2010) melakukan penelitian untuk menentukan
dampak dari krisis keuangan global terhadap kinerja bank syariah dan
perbandingan dengan bank konvensional. Dengan menggunakan
data perbankan di Bahrain, Yordania, Kuwait, Malaysia, Qatar, Arab
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Saudi, Turki, dan Uni Emirat Arab, hasil menunjukkan bahwa dalam
aspek profitabilitas, bank syariah mengalami penurunan yang
signifikan selama periode krisis keuangan global, meskipun rata-rata
masih relatif sama dengan profitabilitas bank konvensional. Dalam hal
aset dan pinjaman, bank syariah menunjukkan pertumbuhan yang
jauh lebih tinggi di masa krisis dan penilaian lembaga pemeringkat
eksternal menunjukkan peringkat yang relatif stabil untuk bank
syariah.
5. Rahim dan Zakaria (2013), dengan perhitungan Z-score dan NPL
menunjukkan bahwa rata-rata bank syariah relatif lebih stabil daripada
bank konvensional di Malaysia. Standar analisis data panel
menunjukkan bahwa faktor yang mempengaruhi stabilitas perbankan
baik syariah dan konvensional adalah sama, kecuali untuk tingkat
diversifikasi pada pendapatan. Stabilitas bukan merupakan fungsi dari
diversifikasipendapatan untuk bank syariah tetapi dalam kasus bank
konvensional. Ini menjelaskan mengapa selama krisis baru-baru ini,
ketika berbagai sumber pendapatan bank yang terpengaruh, Bank
syariah tetap stabil dibandingkan dengan bank konvensional.
6. Rokhim dan Gamaginta (2012), menunjukkan bahwa secara umum,
bank syariah di Indonesia cenderung memiliki tingkatstabilitas lebih
rendah dibandingkan dengan bank konvensional dan kecenderungan
ini berlaku secara konsisten pada semua kelompok
bank.Menggunakan parametrik statistik t-test, penelitian menunjukkan
bahwa perbandingan tingkat stabilitas antara bank syariah dan bank
konvensional berbeda secara signifikan. Penelitian ini menggunakan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
data sampel dari 11 bank syariah dan 71 bank konvensional di
Indonesia selama periode 2004-2009. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa bank-bank syariah pada umumnya memiliki stabilitas yang
lebih rendah dibandingkan dengan bank-bank konvensional.
Beberapa pengecualian termasuk kecenderungan bahwa bank
syariah relatif kecil dan bank konvensional kecilmemiliki
stabilitasdengan derajat yang sama. Selama periode krisis 2008-
2009, bank syariah dan bank konvensional cenderung memiliki
stabilitas dengan tingkat yang relatif sama.
7. Shah, Shah, dan Ahmed (2011) menemukan bahwa bank syariah
lebih baik daripada bank konvensional dalam hal efisiensi teknis
dalam pendekatan basis kredit dan efisiensi skala juga lebih tinggi
dibanding bank konvensional. Sementara, bank-bank konvensional
yang lebih baik dalam hal pendekatan base income.
8. Wahida Ahmad dan Robin H. Luo (2010) menemukanbahwa secara
teknis, bank syariah lebih efisien daripada bank konvensional tetapi
dikenakan pada efisiensi alokasi terendah.Mereka mengukur dan
membandingkan efisiensi perbankan syariah untuk efisiensi
perbankan konvensional diwakili oleh tiga negara Eropa - Jerman,
Turki dan Inggris. Hal ini menunjukkan bahwa bank syariah secara
teknis lebih efisien daripada bank konvensional tetapi memiliki
efisiensi alokatif yang lebih rendah. Hal ini menghasilkan efisiensi
biaya yang lebih rendah bagi bank syariah dibandingkan dengan
perbankan konvensional di Eropa.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
C. Kerangka Pemikiran
Berikut adalah kerangka pemikiran dalam penelitian ini:
BUSUji beda
independentsample T-test
BUK
Model Bisnis Model BisnisEfisiensi Efisiensi
Kualitas aset Kualitas aset
Stabilitas Stabilitas
Gambar II.13Kerangka Pemikiran Teoritis
Pada gambar diatas menunjukkan bahwa penelitian ini akan
membandingkan model bisnis, efisiensi, kualittas aset, dan stabilitas antara
Bank Umum Syariah (BUS) dengan Bank Umum Konvensional dengan
meggunakan uji beda independent sample T-test.
D. Penyusunan Hipotesis
Tidak diberlakukan sistem bunga pada bank syariah merupakan salah
satu perbedaan yang mendasar.Akan tetapi ada beberapa kesamaan antara
bank syariah dan bank konvensional.Prinsip profit and loss sharing dalam
literatur hukum dan ekonomi Islam dipandang sebagai dasar yang paling ideal
dari seluruh transaksi keuangan. Tapi dalam prakteknya, bukti menunjukkan
bahwa transaksi keuangan yang paling disediakan oleh bank-bank syariah
tidak dalam bentuk prinsip profit and loss sharing (Aggarwal dan Yousef,
2000).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Produk keuangan berbasis syariah ada yang tidak didasarkan pada
prinsip profit and loss sharing, seperti kontrak Murabahah, yang menyerupai
kontrak leasing di perbankan konvensional. Seperti dalam kontrak leasing,
bank membeli sebuah investasi atas nama klien dan kemudian menjualnya
kepada klien dengan menambahkan margin keuntungan dalam bentuk biaya.
Demikian pula Ijarah, dimana bank tetap berhak atas kepemilikan barang
yang disewakan kepada klien akan tetapi untuk biayanyaharus dilakukan
dalam transaksi keuangan sesuai denganhukum Islam.
Meskipun demikian, adanya kesamaan tersebut hanyalah berdasarkan
teknik/ mekanisme transaksinya tetapi untuk prinsip jelas sangat berbeda
karena bank syariah mempunyai prinsip berdasarkan ketetapan hukum Islam
yang diawasi oleh Dewan Pengawas Syariah. Dalam penelitian ini model
bisnis yang akan dibandingan adalah orientasi bisinis dalam fungsi
intermediasi. Sehingga berdasarkan uraian tersebut, maka dapat diambil
hipotesis sebagai berikut:
H1. Tidak ada perbedaan yang signifikan antara model bisnis Bank
Umum Syariah (BUS) dan Bank Umum Konvensional (BUK)
Bank-bank syariah memiliki efisiensi yang lebih rendah dibandingkan
bank konvensional karena ada beberapa alasan.Pertama, penerapan aturan
Islam yang ketat, sehingga meningkatkan biaya operasional di bank
syariah.Kedua, bank-bank syariah cenderung memiliki size yang lebih kecil
dibandingkan dengan bank konvensional, dan ada bukti bahwa peningkatan
efisiensi teknis dipengaruhi ukuran bank di industri perbankan (Isik dan
Hassan 2002; Drake et al 2006).Ketiga, bank syariah biasanya merupakan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
bank domestik. Sebagian besar bukti menunjukkan bahwa bank-bank milik
asing lebihefisien daripada bank domestik (Isik dan Hassan 2002; Mokhtar et
al 2008). Akan tetapi dengan menggunakan FRA untuk mengukur efisiensi,
ditemukan bahwa bank-bank syariah lebih efisien daripada bank konvensional
dalam hal penggunaan sumber daya, efektivitas biaya, profitabilitas,
kecukupan modal kualitas aset dan rasio likuiditas dari bank konvensional
(Iqbal, 2001; Hassan dan Bashir, 2005). Sehingga berdasarkan uraian
tersebut, maka dapat diambil hipotesis sebagai berikut:
H2. Efisiensi Bank Umum Syariah (BUS) lebih rendah dibandingkan
dengan Bank Umum Konvensional (BUK).
Menurut Solé (2007), memahami perbankan syariah dari perspektif
stabilitas keuangan penting dikarenakan setidaknya dua alasan. Pertama,
bank syariah dapat menjadi sistemik saat mereka tumbuh dan sering
berinteraksi dengan bank konvensional.Kedua, kurangnya instrumen syariah
yang mempunyai fungsi hedging dalam risiko.Rahim dan Zakaria (2013)
menyatakan bahwa tinjauan penelitian masa lalu yang berkaitan dengan
masalah stabilitas sektor perbankan menunjukkan bahwa setidaknya ada tiga
penjelasan pada stabilitas relatif.Pertama, bank syariah memiliki likuiditas
yang lebih besar dibandingkan dengan yang konvensional. Hal ini sesuai
dengan Loghod(2010), yang menemukan daya tarik produk bank syariah
seperti mudharabah, musyarakah, murabahah, ijarah, dan profit and loss
investmentadalah alasan utama di balik likuiditas yang lebih besar.Kedua,
bank-bank syariah berfokus pada profit sharing investment and financing, di
mana ada pembagian risiko bersama.Ketiga, bank-bank syariah dilarang
dalam praktek spekulatif dan leveraging yang berlebihan seperti bank
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
konvensional.Akan tetapi penelitian yang dilakukan oleh Rokhim dan
Gamaginta (2012), menunjukkan bahwa secara umum, bank syariah di
Indonesia cenderung memiliki tingkat stabilitas lebih rendah dibandingkan
dengan bank konvensional. Sehingga berdasarkan uraian tersebut, maka
dapat diambil hipotesis sebagai berikut:
H3. Stabilitas Bank Umum Syariah (BUS) lebih tinggi dibandingkan
dengan Bank Umum Konvensional (BUK).