PERANAN ILMU EKONOMI SEBAGAI LANDASAN PEREKONOMIAN BANGSA DAN NEGARA

13
PERANAN ILMU EKONOMI SEBAGAI LANDASAN PEREKONOMIAN BANGSA DAN NEGARA 1) Oleh: Dr. Daryono Soebagyo, MEc 2) PENDAHULUAN Ilmu Ekonomi memberi dan mengajarkan beberapa hal tentang sikap efisien... apabila penerapannya baik... maka kemakmuran tentunya akan tercipta: 1). Secara perorangan. Di mana dalam pengambilan keputusan- keputusan di dalam hidupnya, seringkali pertimbangan- pertimbangan ekonomis amat berpengaruh, misalnya apa kebutuhan hari ini. 2). Dunia Usaha. Tujuan seorang pengusaha adalah memperoleh laba. Dalam rangka memperoleh laba tersebut, di sinilah hadir ilmu ekonomi. Contoh : Memastikan bentuk pasar apa yang dihadapi pengusaha tersebut, penentuan harga produk, penentuan pemasaran produk, penentuan upah karyawan, dan sebagainya. 3). Bangsa dan Negara. Faktor-faktor ekonomi amat berpengaruh pada kemampuan suatu bangsa untuk menangani persoalan dalam dan luar negeri. Kemajuan ekonomi menjadi penopang negara untuk bangkit sebagai negara besar atau sebaliknya, terbukti dengan adanya pembagian negara maju, negara berkembang, dan negara tertinggal. Salah satu fungsi dan tujuan didirikannya sebuah negara adalah menciptakan kesejahteraan dan

Transcript of PERANAN ILMU EKONOMI SEBAGAI LANDASAN PEREKONOMIAN BANGSA DAN NEGARA

PERANAN ILMU EKONOMI SEBAGAI LANDASANPEREKONOMIAN BANGSA DAN NEGARA 1)

Oleh:Dr. Daryono Soebagyo, MEc 2)

PENDAHULUAN

Ilmu Ekonomi memberi dan mengajarkan beberapa

hal tentang sikap efisien... apabila penerapannya

baik... maka kemakmuran tentunya akan tercipta: 1).

Secara perorangan. Di mana dalam pengambilan keputusan-

keputusan di dalam hidupnya, seringkali pertimbangan-

pertimbangan ekonomis amat berpengaruh, misalnya apa

kebutuhan hari ini. 2). Dunia Usaha. Tujuan seorang

pengusaha adalah memperoleh laba. Dalam rangka

memperoleh laba tersebut, di sinilah hadir ilmu

ekonomi. Contoh : Memastikan bentuk pasar apa yang

dihadapi pengusaha tersebut, penentuan harga produk,

penentuan pemasaran produk, penentuan upah karyawan,

dan sebagainya. 3). Bangsa dan Negara. Faktor-faktor

ekonomi amat berpengaruh pada kemampuan suatu bangsa

untuk menangani persoalan dalam dan luar negeri.

Kemajuan ekonomi menjadi penopang negara untuk bangkit

sebagai negara besar atau sebaliknya, terbukti dengan

adanya pembagian negara maju, negara berkembang, dan

negara tertinggal.

Salah satu fungsi dan tujuan didirikannya

sebuah negara adalah menciptakan kesejahteraan dan

kemakmuran bagi bangsanya. Oleh karena itu,

keberfungsian sebuah negara tergambar pada seberapa

sejahtera dan makmur bangsanya. Dalam teori ekonomi,

kesejahteraan dan kemakmuran sebuah negara dapat

diukur melalui sejumlah indikator. Dua di antaranya

adalah Produk Domestik Bruto (PDB) per Kapita dan

Indeks Pembangunan Manusia (IPM).

_____________1). Makalah untuk Acara DISKUSI EKSTERNAL oleh Himpunan

Eksekutif Mahasiswa Manajemen, Senin 30 September 2013, jam13.00-15.30 di Hall FEB UMS.

2). Dosen tetap FEB-UMS Kepala Pusat Pengembangan Ekonomi(PPE) FEB UMS

TATANAN PEREKONOMIAN BAGI INDONESIA

Berdasarkan data dari indikator PDB dan IPM

tersebut, Indonesia hingga tahun 2012 masih berada

jauh di bawah Negara maju di kawasan Asia seperti

Jepang dan Korea Selatan. Bahkan di Asia Tenggara,

dilihat dari IPMnya, Indonesia masih berada di bawah

Singapura, Brunei Darussalam, Malaysia, dan Filipina.

Indonesia hanya berada lima tingkat di atas Vietnam

dan 12 tingkat di atas Timor Leste. Hal tersebut,

ditambah dengan masih lebarnya kesenjangan antara “si

kaya” dan “si miskin”. mengindikasikan bahwa negara

dan bangsa kita masih harus bekerja keras dan—mungkin

2

2

lebih tepat— bekerja cerdas untuk meningkatkan

kesejahteraan dan kemakmuran bangsanya. Kaitan antara

tingkat pencapaian kesejahteraan dan kemakmuran dengan

tatanan ekonomi nasional, khususnya kedudukan ekonomi

kerakyatan yang “diwakili” oleh koperasi dan usaha

mikro, kecil, dan menengah.

Sebagaimana tercantum dalam Pembukaan Undang

Undang Dasar 1945, Negara Indonesia didirikan dengan

tujuan untuk melindungi segenap Rakyat Indonesia dan

seluruh tanah tumpah darah Indonesia dan untuk

memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan

bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia.

Pengejawantahan dari amanat Undang Undang Dasar 1945

tersebut, khususnya yang berkaitan dengan frasa

“memajukan kesejahteraan umum,” pada hakekatnya merupakan

tugas semua elemen bangsa, yakni rakyat di segala

lapisan di bawah arahan pemerintah. Tidak terlalu

salah jika, mengacu pada definisi tujuan pendirian

negara yang mulia tersebut, kesejahteraan dan

kemakmuran bangsa Indonesia harus dicapai dengan

menerapkan prinsip “dari, oleh, dan untuk rakyat.”

Konsep tersebut telah jauh-jauh hari

dipikirkan oleh Bung Hatta-jauh sebelum Schumacher-

yang terkenal dengan bukunya Small is Beautiful, dan

Amartya Sen-pemenang Nobel 1998 Bidang Ekonomi,

berpendapat bahwa ekonomi kerakyatan merupakan bentuk

3

3

perekenomian yang paling tepat bagi bangsa Indonesia.

Orientasi utama dari ekonomi kerakyatan adalah rakyat

banyak, bukan sebagian atau sekelompok kecil orang.

Pandangan tersebut lahir, jauh sebelum Indonesia

merdeka oleh beberapa tokoh ekonomi Indonesia seperti

M.Hatta, Prawoto Mangkusasmito, Sarbini Soemawinata.

Lebih jauh, pemikiran mengenai pentingnya perekonomian

yang berpihak kepada rakyat menjadi dasar bagi

lahirnya Pasal 27 dan 33 Undang Undang Dasar 1945.

Kedua pasal tersebut kemudian menjadi dasar

pertimbangan dilahirkannya Undang Undang Perkoperasian

(UU Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 1992) dan Undang

Undang Usaha Kecil dan Menengah (UU Republik Indonesia

Nomor 20 Tahun 2008). Dengan demikian, tampak jelas

adanya keterkaitan yang erat antara ekonomi kerakyatan

dengan koperasi dan usaha kecil dan menengah.

Bahasan tentang peran kedua sektor usaha

tersebut (koperasi dan usaha kecil dan menengah) dalam

mewujudkan ekonomi kerakyatan relatif jarang

mengemuka. Tetapi, berkaca pada keadaan ekonomi saat

ini yang sepertinya baik—sebagaimana diindikasikan

oleh tingkat pertumbuhan ekonomi tahun 2012 sebesar

6.0 persen—tetapi dibarengi oleh kesenjangan antara

orang kaya dan orang miskin yang semakin melebar—

sebagaimana diindikasikan oleh fakta yang menunjukkan

bahwa dua persen penduduk terkaya menguasai asset

4

4

nasional sebesar 46 persen dan 98 persen penduduk

menguasai 54 persen asset nasional, bahasan tentang

ekonomi kerakyatan dan kaitannya keberadaan koperasi

dan usaha kecil dan menengah dalam tatanan ekonomi

nasional Indonesia tentu saja menjadi relevan.

HAKEKAT TATANAN EKONOMI BAGI BANGSA INDONESIA

Ekonomi kerakyatan adalah Sistem Ekonomi

Nasional Indonesia yang berasas kekeluargaan,

berkedaulatan rakyat, bermoral Pancasila, dan

menunjukkan kepemihakan sungguh-sungguh pada ekonomi

rakyat (Mubyarto, 2002). Lebih jauh ia menjelaskan

bahwa berjalannya sistem ekonomi nasional yang

berkeadilan sosial membutuhkan syarat yang sudah tentu

harus dipenuhi. Syarat dimaksud adalah adanya (i)

kedaulatan di bidang politik, (ii) kemandirian di

bidang ekonomi, dan (iii) kepribadian di bidang

budaya.

Definisi dengan penjelasannya di atas, pada

dasarnya sejalan dengan apa yang diperjuangkan para

founding fathers bangsa ini, berupa dirumuskannya Pilar

Sistem Ekonomi Indonesia yang sejalan dengan agenda

reformasi sosial dan kemudian dituangkan dalam Pasal

33 UUD 1945. Pilar dimaksud meliputi tiga aspek

berikut.

5

5

o Perekonomian disusun sebagai usaha bersama

berdasarkan atas asas kekeluargaan.

o Cabang-cabang produksi yang penting bagi negara dan

yang menguasai hajat hidup orang banyak dikuasai

oleh negara.

o Bumi dan air dan kekayaan yang terkandung di

dalamnya dikuasai oleh Negara dan dipergunakan

untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat.

Dalam pasal tersebut, tercantum dasar

demokrasi ekonomi, di mana produksi dikerjakan oleh

semua, untuk semua di bawah pimpinan atau penilikan

anggotaanggota masyarakat. Dengan perkataan lain,

dalam sistem ekonomi kerakyatan kemakmuran masyarakat

merupakan fokus utama, bukan kemakmuran individu. Oleh

karena itu, perekonomian disusun sebagai usaha bersama

berdasarkan atas asas kekeluargaan.

Untuk lebih mudah memahami konsep ekonomi

kerakyatan, makna penggalan kalimat pertama yang

terdapat dalam penjelasan Pasal 33 UUD 1945. Penggalan

dimaksud adalah sebagai berikut.

“…dasar demokrasi ekonomi, produksi dikerjakan oleh

semua untuk semua di bawah pimpinan atau penilikan

anggota-anggota masyarakat. Kemakmuran masyarakatlah

yang diutamakan, bukan kemakmuran orang-seorang. Sebab

itu, perekonomian disusun sebagai usaha bersama

6

6

berdasar atas asas kekeluargaan. Bangun perusahaan

yang sesuai dengan itu ialah koperasi.”

Dengan pendekatan di atas, dengan mudah kita

ketahui bahwa yang dimaksud dengan ekonomi kerakyatan

tidak lain adalah “demokrasi ekonomi” sebagaimana

dimaksudkan oleh penjelasan Pasal 33 UUD 1945 tersebut

yang secara substansial, mencakup tiga hal berikut.

a) Adanya partisipasi penuh seluruh anggota masyarakat

dalam proses pembentukan produksi nasional. Karena

dengan cara seperti ini lah semua anggota

masyarakat mendapat bagian dari seluruh hasil

produksi nasional.

b) Adanya partisipasi penuh anggota masyarakat dalam

turut menikmati hasil produksi nasional. Di bawah

kondisi seperti ini tidak ada satu pun anggota

masyarakat—termasuk fakir miskin—yang tidak

menikmati hasil produksi nasional.

c) Pembentukan produksi dan pembagian hasil produksi

nasional harus berada di bawah pimpinan atau

pemilikan anggota masyarakat. Dalam sistem ekonomi

kerakyatan, kedaulatan ekonomi harus berada di

tangan rakyat. Hal ini bertolak belakang dengan

sistem ekonomi pasar, khususnya neoliberal, di mana

kedaulatan ekonomi sepenenuhnya berada di tangan

pemilik modal. Kegiatan pembentukan produksi

nasional boleh dilakukan oleh para pemodal asing,

7

7

namun kegiatan tersebut harus tetap berada di bawah

pengawasan dan pengendalian masyarakat.

Berkaitan dengan definisi ekonomi kerakyatan

yang secara tegas dinyatakan memiliki karakteristik

yang ideal yakni berkeadilan sosial, Mubyarto (2002)

mengemukakan bahwa moral pembangunan yang mendasari

paradigma pembangunan yang berkeadilan sosial mencakup

6 aspek berikut.

1) Peningkatan partisipasi dan emansipasi rakyat baik

laki-laki maupun perempuan dengan otonomi daerah

yang penuh dan bertanggung jawab.

2) Penyegaran nasionalisme ekonomi melawan segala

bentuk ketidakadilan system dan kebijakan ekonomi.

3) Pendekatan pembangunan berkelanjutan yang

multidisipliner dan multikultural.

4) Pencegahan kecenderungan disintegrasi sosial.

5) Penghormatan hak-hak asasi manusia (HAM) dan

masyarakat.

6) Pengkajian ulang pendidikan dan pengajaran ilmu-

ilmu ekonomi dan sosial di sekolah-sekolah dan

perguruan tinggi.

BIODATA (CURRICULUM VITAE)

8

8

I. IDENTITAS DIRI1.1

Nama Lengkap (dengan gelar)

Dr. Daryono Soebagyo.,MEc

1.2

Jabatan Fungsional

Lektor Kepala/ Pembina

1.3

NIP/NIK/No. Identitas lainnya

929

1.4

Tempat dan Tanggal Lahir

Solo, 15 Nopember 1956

1.5

Alamat Rumah Jl.Parang Baris 20 TegalrejoSondakan Laweyan Ska.

1.6

Nomor Telepon/Faks

0271-740084

1.7

Nomor HP 08122723672

1.8

Alamat Kantor Jl. A. Yani Tromol Pos 1 Kartasura, Surakarta

1.9

Nomor Telepon/Faks

0271 717417 ex.228/229

1.10

Alamat e-mail [email protected]

II. RIWAYAT PENDIDIKAN2.1 Program:

S1 S2 S3

2.2 Nama PT UNS UI Jakarta Unibraw2.3 Biang Ilmu

EkonomiUmum

EkonomiPerencanaan

IlmuEkonomi

2.4 Tahun Lulus

1983 1994 2012

III. PENGALAMAN PENELITIAN No. Tahu

n Judul Penelitian Pendanaan

Sumber* Jml(JutaRp)

1 2002 Faktor-faktor Sosial LPPM UMS

9

9

Ekonomi Tenaga Kerja Wanita Kepala Rumah Tangga, Pengaruhnya terhadap Penghasilan Keluarga, Tahun 2002.

2 2002 Analisis Kebutuhan Human Capital di Propinsi Dati I Jawa Tengah

LPPM UMS

3 2005 Analisis pengaruh Kesempatan Kerja Tingkat Beban/Tanggungan dan Pendidikan Terhadap Pengangguran di Propinsi Dati I Jawa Tengah

LPPM UMS

4 2007 Migrasi Sirkuler Wanita pengaruhnya terhadap mobilitas penduduk, Direktorat Pendidikan Tinggi DIKTI , Kajian Studi penelitian Wanita

DIKTIKajianWanita

4 2009 Pemetaan Potensi Pariwisata Untuk Meningkatkan Pendapatan Asli daerah di kabupaten Sukoharjo.

DIKTI

IV. PENGALAMAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKATNo.

Tahun Judul PengabdianKepada Masyarakat

PendanaanSumber* Jml

(JutaRp)

1 2008 Pelatihan Akuntansi LPPM 900.000

10

10

dan Laporan Keuangan dengan aplikasi Komputer Sederhana Bagi pengurus Pra-Koperasi Ibu-Ibu Anggota Senam Kampung Mangkuyudan Purwosari

UMS

VI . PENGALAMAN PENULISAN ARTIKEL DALAM JURNALNo.

Tahun

Judul ArtikelIlmiah

Volume/Nomor

NamaJurnal

1 2000 Disparitas Pembangunan Daerah, dan Faktor-faktor yang Mempengaruhi Suatu Studi Kasus di daerah SUMBAGSEL

Jurnal Ekonomi Pembangunan

2 2005 Analisis pengaruh Kesempatan KerjaTingkat Beban/Tanggungandan Pendidikan Terhadap Pengangguran di Propinsi Dati I Jawa Tengah Tahun

Jurnal Ekonomi Pembangunan

3 2008 Analisis Kompetensi Unggulan Daerah Pada Produk Batik Tulis dan Cap Solo di DatiII Kota

JEP Vol.9 No.2, Desember 2008

Jurnal ekonomi pembangunan

11

11

Surakarta,.4 2009 Pemetaan Potensi

Pariwisata UntukMeningkatkan Pendapatan Asli daerah di kabupaten Sukoharjo

Vol.5-No.2 Hal.111-220 Nopember 2009

Jurnal Dinamika Sosial ISSN 0854-1140 Kopertis Wilayah VIJawa Tengah

5 2010 Stimulus Ekspor Terhadap KinerjaPerusahaan-Perusahaan Batik

JEP Vol.11 No.2, Desember 2010

Jurnal ekonomi pembangunan

6 2012 Isu Strategi Pembiayaan Defisit Anggarandi Indonesia

JEP Vol.13 No.2, Desember 2012

Jurnal ekonomi pembangunan

VII. PENGALAMAN PENULISAN BUKUNo.

Tahun Judul Buku JumlahHalaman

Penerbit

2008 PerekonomianIndonesia

225

2006 Ekonomi Moneter 200

VIII. PENGALAMAN MERUMUSKAN KEBIJAKAN PUBLIK/REKAYASA SOSIAL LAINNYA

No. Tahun Judul/Tema/Jenis Rekayasa Sosial

TempatPenerapan

ResponsMasyarak

1. 2006 Revitalisasi Pasar: Studi Kasus 5 Pasar di Daerah Kabupaten Dati II

Kabupaten Sukoharjo

Pembinaan

2. 2008 Inti Unggulan Produk IKM Surakarta

Eks Karesidenan Surakarta

Pembinaan Sentra Batik2. 2012 Perubahan Status Desa

Menjadi Kalurahan di Kab. Boyolali

Kabupaten Boyolali

Pembinaan Kajian

12

12

Surakarta, 25 September 2013

(Dr. Daryono Soebagyo, MEc)

13

13