Peranan Baitul Hikmah Bagi Peradaban Islam

26
KATA PENGANTAR Puji syukur kepada Allah SWT, karena dengan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan penyusunan karya ilmiah yang sederhana ini dengan baik dengan judul “Peranan Baitul Hikmah Bagi Peradaban Islam”. Adapun tujuan dari penulisan karya ilmiah ini adalah untuk memnuhi tugas mata kuliah Ilmu Alamiah Dasar di Universitas Darussalam Gontor. Oleh karena itu saran dan kritik yang membangun sangat diharapkan demi kesempurnaan karya ilmiah ini. Harapan kami dalam penulisan karya ilniah ini semoga dapatmemberi manfaat bagi semua yang membacanya. Akhir kata kami ucapkan terima kasih dan semoga Allah senantiasa meridhai segala amal perbuatan kita. Amin. Gontor, 3 Desember 2014 Penulis 1

Transcript of Peranan Baitul Hikmah Bagi Peradaban Islam

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Allah SWT, karena dengan

rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan penyusunan karya

ilmiah yang sederhana ini dengan baik dengan judul

“Peranan Baitul Hikmah Bagi Peradaban Islam”.

Adapun tujuan dari penulisan karya ilmiah ini

adalah untuk memnuhi tugas mata kuliah Ilmu Alamiah

Dasar di Universitas Darussalam Gontor. Oleh karena itu

saran dan kritik yang membangun sangat diharapkan demi

kesempurnaan karya ilmiah ini.

Harapan kami dalam penulisan karya ilniah ini

semoga dapatmemberi manfaat bagi semua yang membacanya.

Akhir kata kami ucapkan terima kasih dan semoga

Allah senantiasa meridhai segala amal perbuatan kita.

Amin.

Gontor, 3 Desember

2014

Penulis

1

2

BAB I

PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang

Pada masa dinasti Bani Abbasiah terkenal ada

beberapa khalifah yang mempunyai pencapaian yang luar

biasa. Pencapaian tersebut ditandai dengan majunya

peradaban Islam. Puncak kemajuan ini berada pada

pemerintahan khalifah Harun Al Rasyid dan anaknya Al

Ma’mun. Pada masa pemerintahan Harun Al Rasyid Islam

mengalami puncak kejayaanya dengan Bagdad sebagai

pusatnya. Pada masa ini kemajuan dapat dilihat dari

berbagai aspek, seperti aspek politik, ekonomi, sosial,

budaya dan pendidikan. Sahingga peradaban ini disebut

sebagai ”The golden age of Islam”, atau masa keemasan Islam.

Setelah Harun Al Rasyid wafat, pemerintahanpun

diteruskan oleh anaknya yang bernama Al Ma’mun. Bahkan

pada masa ini kejayaan Islam masih berlanjut. Hal ini

ditandai dengan kemajuanya pada bidang pendidikan dan

intelektualnya dengan dibangunya Baitul Hikmah di

Bagdad. Di baitul hikmah ini dijadikan sebagai pusat

kajian keilmuan dan pengetahuan. Pada masa itu pula

banyak muncul cendekiawan-cendekiawan muslim dan juga

karya-karya besar mereka yang nantinya akan

mempengaruhi peradaban Islam bahkan dunia, sehingga

3

Baitul Hikmah dianggap sebagai pelecut kemajuan

peradaban Islam pada zaman Abbasiyah. Didasari atas

beberapa kenyataan tersebut, pada makalah ini penulis

berusaha untuk memaparkan sejarah berdirinya baitul

hikmah serta peranannya dalam perkembangan peradaban

Islam.

B.    Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian dalam latar belakang di atas

maka pada tulisan ini hendak mencari jawaban terhadap

pertanyaan:

1. Apa Latar Belakang Berdirinya Baitul Hikmah?

2. Bagaimana Sejarah Baitul Hikmah?

3. Apakah Peranan Baitul Hikmah Bagi Peradaban

Islam

4. Apa pengaruh Baitul Hikmah Terhadap

Perkembangan Ilmu Pengetahuan

C.    Rumusan Masalah

Berdasarkan rumusan masalah sebagaimana diuraikan

di atas, maka maksud dari tujuan tulisan ini:

1. Ingin mengetahui latar belakang berdirinya

Baitul Hikmah

2. Ingin mengetahui sejarah baitul hikmah

4

3. Ingin mengetahui peranan Baitul Hikmah bagi

peradaban Islam

4. Ingin mengetahui pengaruh Baitul Hikmah

terhadap perkembangan ilmu pengetahuan

D.     Metode

Metode penulisan makalah ini adalah bersifat

Deskriptif yang artinya menjelaskan dengan metode

kajian kepustakaan, yaitu penelitian yang dilakukan

melalui kepustakaan, mengumpulkan data-data dan

keterangan melalui buku-buku dan bahan lainnya yang ada

hubungannya dengan masalah-masalah yang diteliti.

BAB II

PEMBAHASAN

A. Latar Belakang Berdirinya Baitul Hikmah

5

Motivasi didirikannya lembaga baitul hikmah boleh

jadi memang kepentingan-kepentingan praktis, seperti

kepentingan untuk menguasai ilmu kedokteran, astronomi,

tetapi juga sangat penting didorong oleh kepentingan

prestise, ada yang menilai bahwa pendirian lembaga

tersebut sesunggguhnya didorong oleh keinginan meniru

lembaga hebat yang didirikan oleh orang-orang kristen

Nestorians;  yakni gondhesaphur yang salah satu

tokohnya georgius Gabriel pernah ditunjuk menjadi

kepala sebuah rumah sakit pada jaman khalifah al-

Mansur. Tokoh ini juga aktif menerjemahkan karya-karya

yunani.

Terlepas dari itu semua yang menjadi motivasi

utamanya, pembentukan lembaga Baitul Hikmah adalah

disebabkan oleh faktor-faktor obyektif sebagai berikut:

1. Melimpahnaya kekayaan negara dan tingginya apresiasi

khalifah Al Makmun terhadap ilmu pengetahuan dan

kebudayaan. Al-Makmun mempunyai selera pribadi yang

tinggi terhadap ilmu pengetahuan (Filsafat, kedokteran,

astronomi, dan lain-lain), dan seni musik.  Bersatunya

“dana” dengan “selera” ini melahirkan “political will”

yang ternyata mendapat sambutan yang positif dari para

pembantunya dan dari masyarakat.

2.   Pada saat itu kawasan Irak (Mesopotamia) dan

sekitarnya telah memiliki tradisi keilmuan yang tinggi

6

yang berasal dari warisan peradaban masa lampau. Disana

telah ada daerah-daerah kantong di mana ilmu-ilmu

pengetahuan orang-orang kuno telah dipelajari lama

secara turun temurun. Warisan peradaban masa lampau ini

masuk ke kawasan persia diantaranya dibawa oleh para

imigran. Misalnya kaum Nasrani dari madzhab Nestorias

yang diusir kaisar Bizantium dari mazhab Nestorias yang

diusir Kaisar Bizantium dari Eddesa tahun 489. Pada

tahun 529 datang lagi gelombang imigran dan lulusan

Athena yang terusir dan akhirnya masuk kawasan Persia.

Dalam hal ini tidak dapat diabaikan jasa besar dari

“The Great king” Chosrus Nushirwan (tahun 531-579);yang

akhirnya bisa menjadikan kawasan tersebut sebagai

sentra-sentra ilmu pengetahuan yang

penting.Jundhisaphur adalah salah satu yang

terpenting.  Kota di propinsi Khuzistan ini sangat

populer dengan ilmu kedokterannya. Warga kota ini telah

mampu mengembangkan metode-metode pengobatan yang lebih

dekat daripada metode India dan Yunani. Disamping

melalui para imigran, warisan perradaban kuno juga

masuk ke kawasan Persia akibat interaksi dengan dunia

luar selama berabad-abad. Karena kawasan Iraq

(Mesopotamia) memang telah mempunyai rentang sejarah

peradaban yang tua.

3. Adanya apresiasi yang tinggi dari kebanyakan anggota

masyarakat (dari berbagai lapisan sosial) terhadap

7

kegiatan keilmuan,yang menyebabkan mereka bisa bekerja

bahu-membahu satu sama lain tanpa mengalami beban

psikologis yang disebabkan oleh perbedaan etnis, agama,

status sosial dan lain sebagainya. Disini

profesionalitas dijunjung tinggi dengan sikap terbuka

dan fair. Sehingga tidak mengherankan jika waktu itu,

karena kualitasnya, orang-orang etnis non arab dan non

muslim banyak sekali perananya. Mereka bisa menjalankan

tugas dengan tenang meskipun memerintahkan adalah

kaisar (khalifah) muslim.

B. Sejarah Baitul Hikmah

Baitul Hikmah adalah perpustakaan dan pusat

penerjemahan pada masa dinasti Abbasiah. Baitul hikmah

ini terletak di Baghdad. Baghdad ini dianggap sebagai

pusat intelektual dan keilmuan  pada masa Zaman

Kegemilangan Islam (The golden age of Islam). Karena sejak

awal berdirinya kota ini sudah menjadi pusat peradaban

dan kebangkitan ilmu pengetahuan dalam Islam. Itulah

sebabnya K. Hitti menyebut bahwa Baghdad sebagai

profesor masyarakat Islam.

Baitul Hikmah didirikan tahun 832 M di Baghdad

pada masa Dinasti Bani Abbasiyah, tepatnya pada masa

pemerintahan Khalifah Harun Ar-Rasyid (786 M - 809 M).

Baitul Hikmah merupakan perpustakaan yang  berfungsi

sebagai pusat pengembangan ilmu pengetahuan. Institusi

8

ini merupakan kelanjutan dari institusi serupa di masa

Imperium Sasania Persia yang bernama Jundhisapur

Academy. Namun berbeda dari institusi pada masa Sasania

yang hanya menyimpan pusi-puisi dan cerita-cerita untuk

raja. Pada masa Abbasiyah institusi ini diperluas

penggunaannya. Bait al-Hikmah atau Graha kebijaksanaan

yang dirintis oleh khalifah Harun al-Rasyid ditujukan

untuk menjadi pusat segala kegiatan keilmuan. Pada masa

Harun al-Rasyid institusi ini bernama Khizanah al-

Hikmah (Khazanah Kebijaksanaan yang berfungsi sebagai

sebagai perpustakaan dan pusat penelitian. Pada waktu

itu, gerakan intelek yang hebat telah bangkit dan

mendorong kaum muslim untuk memperoleh ilmu-ilmu

pengetahuan zaman kuno.

Tujuan utama didirikannya Baitul Hikmah adalah

untuk mengumpulkan dan menyalin ilmu-ilmu pengetahuan

asing ke dalam bahasa Arab. Inilah yang menjadi awal

kemajuan yang dicapai Islam, yaitu menggenggam dunia

dengan ilmu pengetahuan dan peradaban. Pada waktu itu

pula berkembang beragam disiplin ilmu pengetahuan dan

peradaban yang ditandai dengan berdirinya Baitul Hikmah

sebagai perpustakaan raksasa sekaligus pusat kajian

ilmu pengetahuan dan peradaban terbesar pada masanya.

Di situ para sarjana sering berkumpul untuk

menterjemah dan berdiskusi masalah ilmiah. Dan khalifah

9

Harun Ar-Rasyid kemudian Al-Makmun secara aktif selalu

ikut dalam pertemuan-pertemuan itu. Lembaga pendidikan

ini didirikan berkat adanya usaha dan bantuan dari

orang-orang yang memegang kepemimpinan dalam

pemerintahan.

Jika kita melihat Harun Ar Rasyid adalah khalifah

yang banyak memanfaatkan kekayaan negara untuk

kesejahteraan sosial, seperti mendirikan rumah sakit,

lembaga pendidikan kedokteran, lembaga pendidikan

farmasi dan pemandian umum. Sedangkan putranya Al

ma’mun yang merupakan pengganti Harun ar Rasyid dikenal

sebagai khalifah yang sangat cinta kepada ilmu.

Sehingga pada masa pemerintahanya penerjemahan buku-

buku asing digalakan. Dan bukti dari jasa besarnya

adalah dalam pembangunan Baitul Hikmah ini.

Pada mulanya Harun ar Rasyid (736-809 M)

mendirikan Khizanat Al Hikmah yang berfungsi sebagai

perpustakaan, tempat penerjemahan dan penelitian.

Kemudian pada tahun 815 M Al Ma’mun (813-833 M)

mengubahnya menjadi Baitul Hikmah yang berfungsi

sebagai tempat penyimpanan buku-buku kuno yang berasal

dari persia, Byzantium, Eithopia dan India.

Baitul Hikmah ini mengalami kemajuan pesat pada

masa khalifah Al Ma’mun. Baitul Hikmah merupakan salah

satu contoh perpustakaan Islam yang lengkap, yang

10

berisi ilmu agama Islam dan bahasa arab, bermacam-macam

ilmu pengetahuan yang telah berkembang pada masa itu

dan berbagai macam buku terjemahan dari bahasa-bahasa

Yunani, Persia, India, Qibty dan aramy. Perpustakaan-

perpustakaan Islam pada masa jayanya dikatakan sudah

menjadi aspek budaya, dikatakan sudah menjadi budaya

yang penting, sekaligus sebagai tempat belajar dan

sumber ilmu pengetahuan, baik agama maupun ilmu umum.

Sebagaian ilmuwan bependapat, bahwa usaha ilmiah

terpenting  dijalankan oleh akademi ini terjadi sewaktu

dikepalai oleh Hunain ibn Ishaq, seorang Kristen yang

pandai berbahasa Arab dan Yunani. Dia memperkenalkan

metode penerjemahan baru yaitu menterjemahkan kalimat,

bukan menerjemahkan kata per kata, hal ini agar dapat

memperoleh keakuratan dan keotentikan naskah, Hunain

juga menggunakan metode penerjemahkan dengan

membandingkan beberapa naskah untuk diperbandingkan.

Hunain berhasil memindahkan ke dalam bahasa Arab

Apollonius, Plato, Galen, Aristoteles, Themitius,

Perjanjian lama,dan sebuah buku kedokterann yang

dikarang oleh Paulus al-Agani dengan bantuan para

penerjemah dari Bait al-Hikmah. Ia  menerjemahkan kitab

Republik dari Plato, dan kitab Kategori, Metafisika,

Magna Moralia dari Aristoteles .

11

Penerjemahan buku-buku ilmu falak,

kedokteran ,filsafat, dan lain-lain dilakukan secara

langsung dari bahasa Yunani ke dalam bahasa Arab selain

kota Baghadad, juga di Harran,  Merv (Persia Timur) ,

dan Jundhisaphur (Persia Barat). Pasca Ma’mun,

penerjemahan berjalan terus,bahkan tidak hanya menjadi

urusan istana, tetapi telah menjadi usaha pribadi oleh

orang yang gemar dan mencintai ilmu, misalnya Muhammad,

Ahmad, dan al-Hasan anak-anak Musa Ibn Syakir yang

telah menafkahkan sebagian besar hartanya untuk

penerjemahan buku-buku. Sementara itu, Musa telah

menerjemahan ke dalam bahasa Arab buku-buku karangan

Plato, Aristoteles,  dan lain-lain.

Sebagai catatan orang Nestor Syiriah yang

berbahasa Suryani yang banyak terlibat dalam

penerjemahan buku-buku Yunani ke dalam bahsa Arab.

Yahya al-batrik, ahli bahasa Suryani dan Yunani

menyerahkan buku terjemahan dari Yunani ke Arab kepada

khalifah Abbasiyah, kemudian khalifah menyuruh Mu’allim

Tsani, al-Farabi untuk mengedit lagi, karena al-batrik

dianggap kurang mahir bahasa arab. Hal ini menunjukkan

betapa perhatian pemerintah dalam hal memelihara ilmu

pengetahuan Yunani.

Kegiatan kaum  muslimin bukan hanya

menerjemahkan,bahkan mulai memberikan syarahan

12

(penjelasan), dan melakukan tahqiq (pengeditan). Pada

mulanya muncul dalam bentuk karya tulis yang ringkas,

lalu dalam wujud yang lebih luas dan dipadukan dalam

berbagai pemikiran dan petikan,analisis dan kritik yang

disusun dalm bentuk bab-bab dan pasal-pasal. Dengan

kepekaan mereka, hasil kritik dan analisis itu

memancing lahirnya teori-teori baru sebagi hasil

renungan mereka sendiri. Misalnya apa yang telah

dilakukan oleh Muhammd ibn Musa al-Khawaizmi dengan

memisahkan aljabar dan ilmu hisab yang pada akhirnya

menjadi ilmu tersendiri  secara sistematis.

Baitul Hikmah berkembang maju di bawah pengganti

al-Ma’mun, al-Mu’tasim dan al-Wathiq tetapi menurun di

bawah pemerintahan al-Mutawakkil. Ini disebabkan Al-

Ma’mun, Al-Mu’tasim dan Al-Watshiq mengikut mazhab

Muktazilah tetapi Al-Mutawakkil mengikut aliran Islam

tradisional. Al-Mutawakkil hendak menghentikan

merebaknya falsafah Yunani yang merupakan salah satu

asas ajaran Muktazilah. Sama seperti perpustakaan lain

di Baghdad, Baitul Hikmah dimusnahkan masa penaklukan

Mongol pada tahun 1258. Diriwayatkan Sungai Tigris

menjadi hitam selama enam bulan karena tinta dari buku-

buku yang dihamburkan ke dalam sungai.

C. Peranan Baitul Hikmah Bagi Peradaban Islam

13

Masa dinasti abasiyyah merupakan masa kejayaan

Islam dalam berbagai bidang, khususnya bidang ilmu

pengetahuan dan kebudayaan. Pada masa ini umat Islam

telah banyak melakukan kajian kritis tentang ilmu

pengetahuan, sehingga mengalami kemajuan pesat.

Pengalihan ilmu pengetahuan dilakukan dengan cara

menerjemahkan berbagai buku karangan bangsa-bangsa

terdahulu, seperti buku-buku karya bangsa Yunani,

Romawi dan Persia. Berbagai naskah yang ada di kawasan

Timur Tengah dan Afrika seperti Mesopotamia dan Mesir

juga menjadi perhatian.

Banyak para ahli yang berperan dalam proses

perkembangan ilmu pengetahuan adalah kelompok mawali

atau orang-orang non arab, seperti Persia. Pada masa

permulaan Dinasti Abasiyah, belum terdapat pusat-pusat

pendidikan formal, seperti sekolah-sekolah. Akan tetapi

sejak masa pemerintahan Harun Ar Rasyid mulailah

dibangun pusat-pusat pendidikan formal seperti

Khizanatul Hikmah dan pada masa Al Ma’mun diubah

menjadi Baitul Himah yang kelak dari lembaga ini

melahirkan para sarjana dan para ahli ilmu pengetahuan

yang membawa kejayaan bagi umat Islam.

Pada masa Al Ma’mun ilmu pengetahuan dan kegiatan

intelektual mengalami masa kejayaanya. Ia mendirikan

Baitul Hikmah pengembangan dari Khizanatul Hikmahyang

14

menjadi pusat kegiatan ilmu, terutama ilmu pengetahuan

nenek moyang Eropa (Yunani). Pada masa itu banyak

karya-karya Yunani yang diterjemahkan kedalam bahasa

Arab. Selanjutnya model ini dikembangkan di Darul

Hikmah Cairo kemudian diterima kembali oleh barat

melalui Kordoba dan kota-kota lain di Andalusia.

Khalifah Al Ma’mun lebih lagi melangkah, yaitu

mengirim tim-tim sarjana ke berbagai pusat ilmu di

dunia, untuk mencari kitab-kitab penting yang harus

diterjemahkanya. Hal inilah salah satu yang menjadikan

Islam mengalami kemajuan. Karena umat Islam bis

mempelajari berbagai ilmu pengetahuan yang ada di

penjuru dunia.

Disamping sebagai pusat penerjemahan, Baitul

Hikmah juga berperan sebagai perpustakaan dan pusat

pendidikan. Karena pada masa perkembangan ilmu

pengetahuan dan kebudayaan Islam, buku mempunyai nilai

yang sangat tinggi. Buku merupakan sumber informasi

berbagai macam ilmu pengetahuan yang ada dan telah

dikembangkan oleh ahlinya. Orang dengan mudah dapat

belajar dan mengajarkan ilmu pengetahuan yang telah

tertulis dalam buku. Dengan demikian buku merupakan

sarana utama dalam usaha pengembangan dan penyebaran

ilmu pengetahuan. Sehingga Baitul Hikmah selain menjadi

15

lembaga penerjemahan juga sebagai perpustakaan yang

mengoleksi banyak buku.

Pada masa ini berkembang berbagai macam ilmu

pengetahuan, baik itu pengetahuan umum ataupun agama,

seperti Al Qur’an, qiraat, Hadits, Fiqih, kalam, bahasa

dan sastra. Disamping itu juga berkembang empat mazhab

fiqih yang terkenal, diantaranya Abu Hanifah pendiri

madzhab Hanafi, Imam Maliki ibn Anas pendiri madzhab

Maliki, Muhammad ibn Idris Asy-Syafi’i pendiri madzhab

syafi’i dan Muhammad ibn Hanbal, pendiri madzhab

Hanbali. Disamping itu berkembang pula ilmu-ilmu umum

seperti ilmu filsafat, logika, metafisika, matematika,

alam, geometri, aritmatika, mekanika, astronomi, musik,

kedokteran dan kimia. Ilmu-ilmu umum masuk kedalam

Islam melalui terjemahan di Baitul Hikmah dari bahasa

Yunani dan Persia ke dalam bahasa Arab, disamping dari

bahasa India. Pada masa pemerintahan al Ma’mun pengaruh

Yunani sangat kuat. Diantara para penerjemah yang

masyhur saat itu ialah Hunain ibn Ishak, seorang

Kristen Nestorian yang banyak menerjemahkan buku-buku

Yunani ke dalam bahasa Arab. Ia terjemahkan kitab

Republik dari Plato dan kitab Kategori, Metafisika, Magna Moralia

dari dari Aristoteles

Peran Baitul Hikmah memang sangat besar dalam

kemajuan peradaban Islam, terutama dalam ilmu

16

pengetahuanya yang pada masa itu lahir banyak ilmuan-

ilmuan Islam, berikut Sarjana-sarjana dan ilmuan-ilmuan

yang lahir dari lembaga ini:

1. Ilmu Pengetahuan Umum

Dibidang ilmu pengetahuan umum banyak lahir ilmuan-

ilmuan besar dan sangat berpengaruh terhadap peradaban

islam.

A. Ilmu kedokteran

1) Hunain ibn Ishaq (804-874 M), terkenal sebagai

dokter penyakit mata.

2) Ar Razi (809-873 M), terkenal sebagai dokter ahli

penyakit cacar dan campak. Buku karanganya dibidang

kedokteran berjudul Al Hawi.

3) Ibn sina (980-1036 M), karyanya yang terkenal adalah

al Qonun fi at-Tibb dan dijadikan buku pedoman kedokteran

bagi universitas di negara Eropa dan negara islam.

4) Abu Marwan Abdul Malik ibn Abil’ala ibn Zuhr (1091-

1162 M), terkenal sebagai dokter ahli penyakit dalam.

Karyanya yang terkenal adalah At Taisir dan Al Iqtida.

5) Ibn Rusyd (520-595 M),  terkenal sebagai perintis

penelitian pembuluh darah dan penyakit cacar

B. Ilmu Perbintangan

17

1) Abu Masy’ur al Falaki, karyanya adalah Isbatul’Ulum dan

Haiatul Falaq.

2)  Jabir Al Batani, pencipta teropong bintang yang

pertama, karya yang terkenal adalah Kitabu Ma’rifati Matlil-

Buruj Baina Arba’il Falaq.

5) Raihan Al Biruni, karya yang terkenal adalah at-

Tafhim li Awa’ili Sina’atit-Tanjim.

C. Ilmu Pasti (Riyadiyat)

1) Sabit bin Qurrah al Hirany, karyanya yang terkenal

adalah Hisabul Ahliyyah.

2) Abdul Wafa Muhammad bin Muhammad bin Ismail bin

Abbas, karyanya yang terkenal ialah Ma Yahtaju Ilaihi Ummat

Wal Kuttab min Sinatil-hisab.

3) Al Khawarijmi, tokoh matematika yang mengarang buku

al Jabar.

4) Umar Khayam, karyanya tentang al Jabar yang bejudul

Treatise on al-Gebra telah diterjemahkan oleh F Woepcke ke

dalam bahasa Perancis (1857 M). Karya Umar Khayam lebih

maju daripada al Jabar karya Euklides dan Al

Khawarizmi.

D. Ilmu farmasi dan Kimia

18

Salah satu ahli farmasi adalah ibn Baitar,

karyanya yang terkenal adalah Al Mugni, Jami’ Mufratil

Adwiyyah, wa Agziyah dan Mizani tabib. Adapun dibidang Kimia

adalah Abu Bakar Ar Razi dan Abu Musa Ya’far al Kufi.

E. Ilmu Filsafat

Tokoh-tokoh filsafat Islam antara lain, Al Kindi

(805-873), Al Farabi (872-950 M) dengan karyanya Ar-Ra’yu

Ahlul Madinah al Fadilah, Ibnu sina (980-1036 M), Al Ghazali

(450-505 M) dengan karya Tah-Afut al-Falasifat, Ibnu Rusyid

dan lain-lain.

F. Ilmu Sejarah

Ahli Sejarah yang lahir pada masa itu adalah Abu

Ismail al Azdi, dengan karyanya yang berjudul Futuhusyi

Syam, al Waqidy dengan karyanya al Magazi, Ibn Sa’ad dengan

karyanya at-Tabaqul Kubra dan Ibnu Hisyam dengan karyanya

Sirah ibn Hisyam.

G. Ilmu Geografi

Tokohnya ialah Ibnu Khazdarbah dengan karyanya

Kitabul masalik wal Mamalik, Ibnu Haik dengan karyanya Kitabus

Sifati Jaziratil-‘arab dan Kitabul Iklim, Ibn Fadlan dengan karyanya

Rihlah Ibnu fadlan.

H. Ilmu Sastra

19

Pada masa itu juga berkembang ilmu sastra yang

melahirkan beberapa penyair terkenal seperti, Abu

Nawas, Abu Atiyah, Abu Tamam, Al Mutannabbi dan Ibnu

Hany. Di samping itu mereka juga menghasilkan karya

sastra yang fenomenal seperti Seribu Satu Malam “Alf Lailah

Walailah”, yang diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris

menjadi The Arabian Night.

2. Ilmu Agama

Di samping ilmu pengetahuan umum, pada masa itu

berkembang pula ilmu agama dengan tokoh-tokohnya

sebagai berikut:

A. Ilmu Tafsir

Pada masa itu berkembang 2 macam tafsir dengan

tokoh-tokohnya:

1) Tafsir Bil Ma’tsur (penafsiran ayat Al Qur’an oleh

Al Qur’an atau Hadits Nabi), diantara tokohnya adalah

Ibnu Jarir At Tabari, Ibnu Atiyah al Andalusy, Muhammad

Ibn Ishak dan lain-lain.

2) Tafsir Bir-Ra’yi (Tafsir dengan akal pikiran),

diantara tokohnya adalah Abu Bakar Asam, Abu Muslim

Muhammad bin Bahr Isfahany, Ibnu Juru Ak Asadi dan

lain-lain.

B. Ilmu Hadits

20

Pada masa itu sudah ada pengkodifikasian Hadits

sesuai kesahihannya. Maka lahirlah ulama-ulama Hadits

terkenal seperti Imam Bukhori, Muslim, At Tirmadzi, Abu

Dawud, Ibn Majah dan An Nasa’i. Dan dari merekalah

diperoleh Kutubus Sittah.

C. Ilmu Kalam

Ilmu Kalam lahir karena dua faktor, yaitu musuh

Islam ingin melumpuhkan Islam dengan filsafat dan semua

masalah termasuk agama berkisar pada akal dan ilmu.

Diantar tokohnya ialah Wasil ibn Atho’, Abu Hasan Al

Asy’ari, Imam Ghozali dan lain-lain.

D. Ilmu Tasawuf

Diantara tokohnya adalah al Qusairy dengan

karyanya Risalatul Qusairiyah dan Al Ghozali dengan karyanya

Ihya’ Ulumuddin.

E. Ilmu bahasa

Pada masa itu kota Basrah dan kuffah menjadi pusat

kegiatan bahasa. Diantara tokohnya ialah Sibawaih, AL

Kisai dan Abu Zakariya al Farra.

F. Ilmu Fikih

21

Pada masa ilmu fikih juga berkembang pesat,

terbukti pada masa ini muncul 4 madzhab fiqih, yaitu

Hanafi, Maliki, Syafi’i dan Hanbali.

Dari uraian di atas maka lelas bahwa ilmu

pengetahuan ini hanya dapat maju apabila masyarakat

berkembang dan berperadaban. Jika kita ketahui bahwa

pendidikan akan maju maka suatu rakyat harus sejahtera,

disamping itu segala sarana yang menunjang lengkap. Hal

itulah yang terjadi di Bagdad dengan Baitul Hikmah yang

mampu memajukan peradaban Islam.

D.     Pengaruh Baitul Hikmah terhadap ilmu Pengetahuan

Setelah meluasnya peran lembaga tersebut, lembaga

ini juga membawa dampak positif secara makro bagi

masyarakat luas diantaranya:

1. Ditemukannya jakur “benang merah” yang menjelaskan

rentangan sejarah perkembangan peradaban umat manusia

sejak kurun waktu yang sangat tua, dan diperoleh

kembali kekayaan warisan peradaban kuno yang bernilai

tinggi dari Yunani,India, Persia dan lainnya.

2. Semakin tumbuh suburnya kondisi sosial yang

favourable bagi perkembangan ilmu pengetahuan

3. Terjadinya integrasi sosial yang kian intensif dan

berkurangnya sikap primordialisme. Diantara penyebab

22

Daulah Abbasiyah pada periode pertama ini berhasil

mencapai masa keemasan ialah terjadinya asimilasi dalam

Daulah Abbasiyah ini, keterlibatan unsur-unsur non

Arab, terutama bangsa Persia, dalam pembinaan peradaban

Baitul Hikmah.

Pada masa itu perpustakaan-perpustakaan tampaknya

lebih menyerupai sebuah universitas ketimbang sebuah

taman bacaan. Orang-orang datang ke perpustakaan itu

untuk membaca, menulis, dan berdiskusi. Di samping itu,

perpustakaan ini juga berfungsi sebagai pusat

penerjemahan. Tercatat kegiatan yang paling menonjol

adalah terhadap buku-buku kedokteran, filsafat,

matematika, kimia, astronomi dan ilmu alam.

23

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Baitul Hikmah bahasa Arab Bait al-Hikmah adalah

perpustakaan dan pusat penerjemahan pada masa dinasti

Abbasiah yang terletak di Bagdad. Pada mulanya Harun ar

Rasyid (736-809 M) mendirikan Khizanat Al Hikmah yang

berfungsi sebagai perpustakaan, tempat penerjemahan dan

penelitian. Kemudian pada tahun 815 M Al Ma’mun (813-

833 M) mengubahnya menjadi Baitul Hikmah yang berfungsi

sebagai tempat penyimpanan buku-buku kuno yang berasal

dari persia, Bizantium, Eithopia dan India.

Pada masa Al Ma’mun Baitul Hikmah mengalami

kemajuan yang luar biasa. Karena pada saat itu Baitul

Hikmah menjadi pusat kajian yang memunculkan banyak

ilmuan, baik ilmuan agama atau ilmu umum. Maka di

sinilah Baitul Hikmah mempunyai peranan yang cukup

besar dalam memajukan peradaban Islam, bahkan pada masa

24

itu Islam mengalami masa keemasanya ”The golden age of

Islam”.

B. Penutup

Demikian uraian makalah ini, kami sadar masih

banyak kekurangan ataupun kesalahan. Untuk itu kritik

dan saran yang bersifat konstruktif sangat kami

harapkan demi kesempurnaan makalah ini dan berikutnya.

Semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua. Amin.

REFERENSI

Issawi, Charles, Filsafat Islam Tentang Sejarah, (Jakarta:

Tintamas, 1976).

Karim, M Abdul, Sejarah Peradaban dan Pemikiran Islam,

(Yogyakarta: Pustaka Book Publisher, 2007).

Mubarok, Jaiha, Sejarah Peradaban Islam, (Bandung: Pustaka

Bani Quraisy, 2005).

Mufrodi, Ali, Islam di Kawasan Kebudayaan Arab, (Jakarta:

Logos Wacana Ilmu, 1997).

25

Wahid, N Abbas dan Suratno, Khazanah Sejarah Kebudayaan

Islam, (Solo: PT Tiga Serangkai Pustaka Mandiri,

2009).

http://ms.wikipedia.org/wiki/Baitul_Hikmah.

26