Bait Al Hikmah

25
BAYT AL-HIKMAH Oleh: Soiman 0372054 A. Pendahuluan Dalam dunia pendidikan, lembaga atau tempat dilaksanakan kegiatan pendidikan merupakan satu faktor penting, sebab dengan adanya lembaga memungkinkan proses pendidikan Islam dapat berlangsung secara konsisten dan berkesinambungan dalam rangka mencapai tujuan pendidikan Islam. Dalam perjalanan sejarahnya yang panjang, pendidikan Islam telah melibatkan berbagai lembaga pendidikan. Sejak Rasulullah melaksanakan kegiatan pendidikan Islam di masa awal Islam di Makkah, telah didirikan lembaga pendidikan tempat Rasul memberikan pelajaran tentang agama Islam, di antaranya ialah yang disebut sebagai Dar al-Arqam, ini merupakan lembaga pertama dalam sejarah pendidikan Islam. 1 Sejalan dengan tuntutan jaman dan bertambahnya jumlah umat Islam yang berkeinginan menuntut dan mengembangkan ilmu pengetahuan, maka pada masa perkembangan berikutnya umat Islam mendirikan berbagai lembaga pendidikan. Lembaga-lembaga pendidikan Islam 1 Ahmad Syalabi, Sejarah Pendidikan Islam, terjemahan Muchtar Yahya dari judul aslinya Tarichut Tarbiyah al-Islamiyah, (Jakarta: Bulan Bintang,1973), h. 58. 1

Transcript of Bait Al Hikmah

BAYT AL-HIKMAHOleh: Soiman 0372054

A. Pendahuluan

Dalam dunia pendidikan, lembaga atau tempat

dilaksanakan kegiatan pendidikan merupakan satu faktor

penting, sebab dengan adanya lembaga memungkinkan proses

pendidikan Islam dapat berlangsung secara konsisten dan

berkesinambungan dalam rangka mencapai tujuan pendidikan

Islam. Dalam perjalanan sejarahnya yang panjang,

pendidikan Islam telah melibatkan berbagai lembaga

pendidikan. Sejak Rasulullah melaksanakan kegiatan

pendidikan Islam di masa awal Islam di Makkah, telah

didirikan lembaga pendidikan tempat Rasul memberikan

pelajaran tentang agama Islam, di antaranya ialah yang

disebut sebagai Dar al-Arqam, ini merupakan lembaga pertama

dalam sejarah pendidikan Islam.1

Sejalan dengan tuntutan jaman dan bertambahnya

jumlah umat Islam yang berkeinginan menuntut dan

mengembangkan ilmu pengetahuan, maka pada masa

perkembangan berikutnya umat Islam mendirikan berbagai

lembaga pendidikan. Lembaga-lembaga pendidikan Islam

1Ahmad Syalabi, Sejarah Pendidikan Islam, terjemahan Muchtar Yahyadari judul aslinya Tarichut Tarbiyah al-Islamiyah, (Jakarta: BulanBintang,1973), h. 58.

1

tersebut merupakan hasil pikiran yang didorong oleh

kebutuhan-kebutuhan dan perkembangan masyarakat Islam

yang digerakkan oleh jiwa Islam dan berpedoman pada

ajaran Islam dan tujuan-tujuan pendidikan Islam. Secara

keseluruhan, lembaga-lembaga pendidikan Islam bukanlah

sesuatu yang datang dari luar atau diadopsi dari

kebudayaan-kebudayaan lama, akan tetapi dalam pertumbuhan

dan perkembangannya mempunyai hubungan erat dengan

kehidupan umat Islam secara umum, dan di dalamnya

terintegrasi adanya tujuan-tujuan dan karakteristik

kehidupan tersebut. Lembaga-lembaga pendidikan Islam yang

bermacam-macam itu, telah tumbuh dalam jarak waktu yang

lama, di bawah pengaruh situasi-situasi tertentu dan

untuk melahirkan tujuan-tujuan tertentu yang diiinginkan

oleh kebutuhan-kebutuhan kehidupan umat Islam yang sedang

tumbuh dan berkembang pada masanya. Di antara lembaga-

lembaga pendidikan Islam yang mempunyai arti penting bagi

umat Islam, khususnya pada masa klasik, adalah; Masjid, al-

Kuttab, Bayt Al-Hikmah, Darul Hikmah, Darul-ilm, Madrasah, Bimaristan,

Khawanik, Zawaya, al-Rabth, Halaqatud-dars, dan Dawarul-kutub.2

Dalam makalah ini akan dibahas satu dari sekian

banyak lembaga pendidikan Islam yang pernah tumbuh dan

2Asma Hasan Fahmi, Sejarah dan Filsafat Pendidikan Islam, terjemahanIbrahim Husein dari judul aslinya, Mabaadiut Tarbiyyatil Islaamiyah,(Jakarta: Bulan Bintang,1979), h. 29.

2

berkembang di dunia pendidikan Islam, yaitu yang

dinamakan dengan Bayt Al-Hikmah, dalam membahas tentang

lembaga pendidikan ini akan diuraikan tentang; profil Bayt

Al-Hikmah sebagai lembaga pendidikan milik umat Islam,

para tokoh dan ilmuan yang terlibat dalam pembangunan dan

kegiatan di Bayt Al-Hikmah, berbagai kegiatan yang

dilaksanakan di Bayt Al-Hikmah, serta pengaruh Bayt Al-Hikmah

terhadap dunia Islam, khususnya terhadap perkembangan

ilmu pengetahuan dalam Islam dan dunia pada umumnya.

B. Pembahasan

1. Profil Bayt Al-Hikmah

Pada awalnya Bayt Al-Hikmah merupakan satu perpustakaan

sederhana bernama Khizanat al-Hikmah3, dibangun dan sudah

beroperasi sejak masa pemerintahan Harun Al-Rasyid (786 –

809 M4) di kota Bagdad, kemudian pembangunannya diperluas

dan dilanjutkan oleh anaknya Khalifah Al Ma’mun5 (813 –

833 M). Hal ini dilakukan oleh Khalifah Al-Ma’mun karena

kecintaan beliau kepada ilmu dan kesusasteraan, beliau

tergolong seorang yang berpengetahuan luas dan berpikiran

3Hasan Asari, Menyingkap Zaman Keemasan Islam Kajian atas Lembaga-lembaga Pendidikan, (Bandung: Mizan, 1994), h. 109.

4Mahmud Yunus, Sejarah Pendidikan Islam, (Jakarta: Hidakarya Agung,1989), h. 62.

5 Hasan Ibrahim Hasan, Tarikh al-Islam al-Siyasi Wa al-Dini wa al-Tsaqafa waal-Ijtima’i, Juz 2, cetakan ke-7,(Kairo: Maktabah Al Nahdah al-Misriyah,1973). h. 348.

3

bebas. Tujuan utama mendirikan Bayt Al-Hikmah adalah untuk

mengumpulkan, menyalin dan menerjemahkan buku-buku yang

memuat ilmu pengetahuan asing, terutama ilmu pengetahuan-

ilmu pengetahuan orang Griek dan falsafah mereka ke dalam

Bahasa Arab untuk dipelajari6. Dalam perpustakaan Bayt Al

Hikmah ini tersimpan banyak buku-buku dan tulisan dalam

berbagai bahasa antara lain bahasa Coptic, Yunani kuno,

India, Persia, dan Aramen, buku-buku tersebut telah

diterjemahkan ke dalam bahasa Arab. Perpustakaan Bayt Al

Hikmah merupakan perpustakaan umum yang pertama-tama

dalam dunia Islam, bahkan suatu lembaga pendidikan agama

dan yayasan keagamaan, kesusasteraan, ilmiyah dan

falsafah yang pertama-tama pula, di sana terhimpun ulama

dan sarjana terkemuka, didatangi oleh para mahasiswa

Islam, beroleh kesempatan untuk belajar, memperluas ilmu

pengetahuan, kesusateraan, ilmu kedokteran dan filsafat.7

Bayt Al-Hikmah merupakan perpustakaan yang pertama

sekali didirikan di Dunia Islam untuk umum yang mempunyai

kedudukan tinggi. Bahkan Bayt Al-Hikmah merupakan lembaga

pendidikan tinggi Islam yang pertama tempat berkumpulnya

ulama-ulama dan peneliti ilmiah, pelajar-pelajar dan

mahasiswa-mahasiswa, dengan demikian Bayt Al Hikmah6 Fahmi, Mabaadiut...,h. 38. 7M. Athiyah al-Abrasyi, Dasar-Dasar Pokok Pendidikan Islam,

terjemahan Bustami A.Gani dari judul aslinya Attarbiyah al-Islamiyah,(Jakarta: Bulan Bintang,1970), h. 87.

4

merupakan “Pusat Ilmu Pengetahuan” yang telah banyak

menyumbangkan ilmu pengetahuan bagi umat Islam, terutama

dalam bidang kedokteran, matematika, optika, geografika,

fisika, astronomi, sejarah dan filsafat.8 Lembaga ini

menggabungkan perpustakaan, sanggar sastera, lingkaran

studi dan observatori, yang semuanya di bawah pengawasan

khalifah.9 Di lembaga ini terdapat sebuah perpustakaan

yang sangat lengkap, di dalamnya terdapat sebuah ruang

baca yang amat baik dan tempat-tempat tinggal bagi para

penerjemah, di lembaga ini juga terdapat tempat-tempat

pertemuan para ilmuan untuk mengadakan diskusi-diskusi

ilmiah dan juga tempat untuk pengamatan bintang.10 Bayt al

Hikmah di Baghdad dilengkapi dengan observatorium.11

Ketika Al Ma’mun mendirikan alat peneropong bintang-

bintang di Baghdad, peneropong bintang itu berhubungan

langsung dengan Bayt Al Hikmah, segala hasil penyelidikan

mereka dengan alat peneropong itu, dibukukan dan dinamai

Peneropong Al-Ma’muni. Singkatnya Bayt Al Hikmah pada masa

Al Ma’mun merupakan masa keemasannya, sehingga sampai ke8 Syalabi, Tarichut…,h. 172. 9Charles Michael Stanton, Pendidikan Tinggi dalam Islam Sejarah dan

Peranannya dalam kemajuan Ilmu Pengetahuan, terjemahan H. Afandi dan HasanAsari, Higher Learning in Islam The Classical Period, A.D. 700-1300, (Jakarta: LogosPublishing House,1994), h. 169.

10 Azyumardi Azra, Ensiklopedi Islam, (Jakarta: Ichtiar Baru Van Hoeve,2003), h. 222.

11Didin Saefuddin, Zaman Keemasan Islam Rekonstruksi Sejarah ImperiumDinasti Abbasiyah,(Jakarta: Grasindo,2002), h. 195.

5

puncak ketinggian dan kemuliannya. Bahkan Bayt Al Hikmah

itu satu-satunya lembaga pendidikan tinggi yang mempunyai

guru-guru besar luar biasa dan perputakaan umum yang

berharga, serta alat peneropong bintang yang tidak ada

taranya pada zaman pertengahan itu.12 Secara umum dapat

disebutkan bahwa Bayt Al Hikmah merupakan lembaga pendidikan

Islam yang berbasis perpustakaan dengan mendapat dukungan

dari istana atau pemerintah. Selain itu Bayt Al Hikmah juga

merupakan lembaga yang menjadi pusat perkembangan ilmu

pengetahuan filsafat dan pusat penerjemahan karya-karya

Yunani kuno.

Bayt Al-Hikmah tidak lagi termashur sesudah wafatnya

Al-Ma’mun, bahkan terus menerus mundur, terutama setelah

tersebar madrasah-madrasah Nizamiyah dan lahir ancaman

keras dari ulama-ulama tradisional terhadap ilmu-ilmu

filsafat yang berpusat di Bayt Al-Hikmah.13 Peran penting

Bayt Al-Hikmah merosot setelah masa tekanan (pemberangusan)

atas gerakan rasional Mu’tazilah. Posisi tradisional yang

diambil alih khalifah-khalifah setelah al-Mutawakkil

memperlemah dukungan intelektual Bayt Al-Hikmah, dan lembaga

itu tidak pernah lagi mencapai tingkat yang sama dalam

hal keterbukaan dan kesungguhan inelektual. Bayt Al-Hikmah

terus berjalan sebagai bagian dari sebuah sekolah istana12Yunus, Sejarah Pendidikan Islam, h.65.13Yunus, Sejarah Pendidikan Islam, h. 66.

6

sampai masa penghancuran oleh pasukan Mongol, tentara-

tentara Hulagu membakarnya bersamaan dengan pengrusakan

kota Bagdad pada tahun 1258.14

2. Para Patron dan Ilmuan yang Terlibat

Berkaitan dengan keberadaan dan kejayaan Bayt Al

Hikmah sebagai lembaga pendidikan Islam dan lembaga

penerjemahan kitab-kitab asing ke dalam bahasa Arab, ada

tiga tokoh penting dari Khalifah Abbasiyah yang menjadi

patron bagi pendirian dan pengembangan Bayt Al-Hikmah, yaitu

Khalifah al-Manshur, Khalifah Harun al-Rasyid dan Anaknya

Khalifah Al-Makmun. Khalifah al-Manshur (753-774)15

merupakan tokoh penting dalam usaha penerjemahan

gelombang pertama, meskipun tidak ditemukan adanya

catatan tentang nama Bayt Al-Hikmah pada masa pemerintahan

al-Manshur. Pada masa pemerintahan Khalifah Harun al-

Rasyid usaha-usaha penerjemahan mengalami kemajuan dan

peningkatan pesat. Khalifah Harun al-Rasyid merupakan

tokoh yang pertama kali menggagas berdirinya Bayt Al-Hikmah,

yang pada masa komandonya dinamai dengan Khizanat al-

Hikmah.16 Di antara penerjemah yang termashur pada

perpustakaan yang dibangun oleh Harun al-Rasyid adalah14 Stanton, Higher…, h. 169.15Asari, Menyingkap..., h. 110. 16George Makdisi, The Rise of Humanism in Classical Islam and The Christian

West, (Edinburgh: Edinburgh University Press,1990), h. 54.

7

Abu Sahl Al Fadhl Ibnu Nawbacht yang banyak menerjemahkan

buku-buku dari bahasa Persia ke dalam bahasa Arab. Harun

Al Rasyid juga memerintahkan kepada Juhana Ibnu Masawaih

untuk menerjemah-kan buku-buku lama yang ditemukan di

Ankara, ‘Ammurijah dan negeri-negeri Rumawi yang lain

setelah negeri-negeri itu ditaklukkan oleh kaum

Muslimin.17 Pada mulanya mereka hanya menerjemahkan ilmu

filsafat, kemudian dilanjutkan dengan beberapa ilmu

pengetahuan non Islam atau umum.18

Setelah tampuk kekuasaan berada di tangan Khalifah

Al-Ma’mun, maka Al-Ma’mun meneruskan usaha-usaha yang

telah dirintis oleh ayahnya bahkan beliau memperbesar

usaha tersebut dengan membangun atau setidaknya

merenovasi Bayt al Hikmah yang sebelumnya (pada masa Harun

al-Rasyid) disebut Khizanat al-Hikma19. Oleh Al-Ma’mun

lembaga ini dijadikan sebagai basis pengumpulan

manuskrip-manuskrip Yunani dan pusat penerjemahan buku-

buku ilmiah dari Yunani. Untuk menyediakan dan melengkapi

perpustakaan, al-Makmun mengirim utusan ke Bizantium

untuk memperoleh naskah-naskah lama yaitu karya-karya

17 Syalabi, Tarichut…,h. 154. 18Philip K. Hitti, Sejarah Ringkas Dunia Arab, terjemahan Usuludin

Hutagalung dan O. Sihombing, dari judul aslinya The Arab, A Short History,(Yogyakarta: Pustaka Iqra,2001), h. 112.

19George Makdisi, The Rise of Colleges Institutions of Learning in Islam and theWest, (Edinburgh: Edinburgh University Press,1981), h. 25.

8

masa Hellenisme yang kemudian diterjemahkan oleh

sekelompok ilmuan seperti Juhana Ibn Masawaih yang telah

mengabdi kepada al-Manshur dan al Rasyid, penerjemah

lainnya adalah al Hijjaj Ibn Mathar dan Yahya Ibn al-

Bithriq.20 Al-Ma’mun mengangkat Sahl Ibnu Harun menjadi

sekretaris dari khizanah kitab-kitab Bayt al Hikmah, yaitu

kitab-kitab filsafat yang dipindahkan atas permintaan Al-

Ma’mun dari khizanah kitab-kitab di pulau Siprus.

Khalifah Al-Ma’mun sesudah mengadakan perdamaian dengan

penguasa pulau Siprus itu, meminta kepadanya agar

mengirimkan khizanah kitab-kitab Yunani, yang disimpan

dalam suatu rumah, dan seorangpun tidak dibolehkan

melihatnya. Pada awalnya penguasa Siprus menolak

permintaan Al-Ma’mun, tapi setelah melakukan musyawarah

dengan para penasehatnya, atas saran dari seorang Uskup

Agung, penguasa Siprus mengabulkan permintaan Al-Ma’mun

dan mengirimkan buku-buku tersebut kepada Al-Ma’mun, dan

tentu saja Al-Ma’mun menerimanya dengan amat gembira.21

Ada juga buku-buku yang didatangkan dari

Konstantinopel untuk Khizanah Bayt al Hikmah, hal ini terjadi

ketika Al-Ma’mun berhasil mengalahkan Kaisar Romawi, maka

diminta kepada Kaisar Romawi untuk mengirimkan buku-buku

20Majid Fakhry, A History of Islamic Philosophy, second edition, (NewYork: Columbia University Press,1983), h. 12.

21 Syalabi, Tarichut…,h. 171.

9

karya lama yang disimpan di negeri Romawi kepada Al-

Ma’mun, meskipun awalnya Kaisar enggan mengabulkan

permintaan ini, tapi akhirnya mau juga mengabulkannya.

Maka Al-Ma’mun mengirim utusan yang terdiri dari Hajjaj

Ibnu Mathar, Ibnul Bithriq dan Salam pimpinan Bayt al Hikmah

ke Konstantinopel untuk memilih buku-buku berharga, lalu

dibawa ke Baghdad untuk diterjemahkan ke dalam bahasa

Arab. Al-Ma’mun juga mendatangkan Hunayn Ibnu Ishaq yang

waktu itu masih muda remaja, dan disuruhnya menyalin

kitab-kitab yang ditulis oleh orang pintar Yunani ke

dalam bahasa Arab serta memperbaiki terjemahan-terjemahan

yang terdahulu. Itulah sebagian buku-buku Yunani yang

didatangkan Al-Ma’mun ke Bayt al Hikmah, buku-buku itu

diatur menurut bidangnya masing-masing. Untuk

menerjemahkannya ke dalam bahasa Arab, dipilihlah orang

yang mahir pada bidang tersebut, di samping mereka juga

harus menguasai bahasa Yunani dan bahasa Arab. Para

penerjemah generasi pertama kebanyakan berasal dari

keluarga Barmak dari Khurasan, orang-orang Zoroaster dari

daerah-daerah Persia yang lain, dan para Kristen Nestoris

dari Syiria yang mengabdi pada kebutuhan intelektual

Islam tanpa meninggalkan keyakinan Kristennya.22 Di antara

peterjemah yang banyak terlibat dalam kegiatan

22 Asari, Menyingkap…, h. 110.

10

penerjemahan pada masa itu antara lain adalah Salam,

Juhana Ibnu Masawaih, Hunayn Ibnu Ishaq, Ishaq Ibnu

Hunayn, Muhammad Ibnu Musa al Khawarazmi, Shal Ibnu

Harun, Tsabit Ibnu Qurrah dan Umar Ibnul Farrakhan. 23

Jika dilihat dari para ilmuan yang terlibat dalam

kegiatan di Bayt Al Hikmah dapat disebutkan bahwa lembaga

ini telah melibatkan ilmuan dari berbagai latar belakang

yang berbeda, baik itu dari segi, ras, bangsa, atau

bahkan agamanya, dan karenanya lembaga ini ada yang

menyebutnya sebagai lembaga pendidikan yang

multikulturalisme.

Bayt Al-Hikmah masa Al-Ma’mun merupakan suatu masa yang

amat gemilang. Sesudah Al Ma’mun tidak ada lagi khalifah-

khalifah yang mencurahkan perhatiannya kepada Bayt Al-Hikmah

seperti Khalifah Al Ma’mun.24 Kegiatan Bayt al Hikmah

mencapai puncaknya pada masa Khalifah Al Ma’mun, beliau

amat cinta kepada ilmu pengetahuan, kebudayaan dan

sastera, karenanya ditumpahkannyalah perhatiannya kepada

Bayt Al Hikmah, dan hal ini membawa perkembangan yang pesat

dalam ilmu pengetahuan, kebudayaan dan satera di kalangan

kaum Muslimin. Ilmu pengetahuan asing dimasukkan, untuk

kemudian dikuasai dan dimiliki oleh umat Islam.25

23 Syalabi, Tarichut…,h. 15424 Syalabi, Tarichut…,h. 17225 Syalabi, Tarichut…,h. 170.

11

3. Kegiatan-Kegiatan di Bayt Al-Hikmah

Sebagai lembaga pendidikan, Bayt al Hikmah memiliki

berbagai kegiatan, meskipun secara umum Bayt al Hikmah

didominasi oleh kegiatan perpustakaan dan penerjemahan.

Dalam rangka mensukseskan kegiatan penerjemahan di Bayt al

Hikmah, Al-Ma’mun memberikan tugas penerjemahan kepada

Yahya Ibn Abi Mansur dan ahli-ahli ilmu pengetahuan lain,

seperti Qustha Ibn Luqa, Hunayn Ibn Ishaq, dan Tsabit Ibn

Qurra (w. 901 M). Aktivitas penerjemahan pertama dimulai

dari buku berbahasa Suriah, yaitu sejumlah buku karya

Yunani yang sudah diterjemahkan ke dalam bahasa Suriah.

Setelah itu baru dilakukan penerjemahan karya-karya tulis

dari bahasa Yunani langsung ke bahasa Arab, terutama

dalam bidang ilmu kedokteran dan ilmu astronomi yang

diperlukan untuk mengetahui arah Ka’bah, kiblat bagi umat

Islam dalam melaksanakan sholat. Selanjutnya perhatian

penerjemahan merambat ke bidang-bidang ilmu pengetahuan

lainnya, di antara ilmu-ilmu yang mendapat perhatian

untuk diterjemahkan adalah ilmu fisika, meteorologi,

mineralogi, botani, astronomi, dan ilmu bumi. Tahap

pertama yang diterjemahkan adalah karya-karya bidang

kedokteran dan filsafat, sesudah itu karya-karya dalam

bidang ilmu matematika, astrologi, dan ilmu bumi.

12

Prestasi lain yang menonjol dari Bayt al Hikmah adalah

keberhasilan lembaga ini menemukan susunan peta bumi.26

Di Bayt Al-Hikmah, Hunayn meskipun ia seorang

cendikawan Kristen namun ia memiliki andil besar bagi

kebangkitan sains Islam 27 dengan melakukan penerjemahan

karya-karya Plato, Aristoteles, Galen, Appolonius, dan

Archimedes yang mencakup filsafat dan berbagai bidang

pengetahuan lain. Sementara itu Qustha Ibn Luqa (w.awal

abad ke-4/10) selain melakukan penerjemahan, juga

melakukan revisi atas terjemahan-terjemahan yang lebih

tua.28 Penerjemah paling ternama di Bayt Al-Hikmah adalah

seorang Nestoris, Hunayn Ibn Ishaq (w. 873 M), yang fasih

dalam bahasa Yunani dan Syiria. Al-Ma’mun membayar Hunayn

dengan emas seberat lembaran-lembaran yang ia terjemahkan

ke dalam bahasa Arab. Di bawah kepemimpinan Hunayn,

sistem penerjemahan literal kata per-kata berkembang

menjadi pendekatan konstekstual dengan hasil yang lebih

mudah dibaca dan dipahami. Proses penerjemahan yang

ditempuh biasanya mencakup dua langkah. Hunayn

menerjemahkan manuskrip Yunani ke dalam bahasa Syria,

kemudian anaknya dan teman-temannya melakukan

penerjemahan dari bahasa Syria ke bahasa Arab. Jumlah

26Azra, Ensiklopedi Islam, h. 222.27Saefuddin, Zaman Keemasan..., h. 155. 28 Asari, Menyingkap…, h. 111.

13

karya Yunani yang diterjemahkan ke dalam bahasa Arab

selama periode ini adalah luar biasa. Pada bagian akhir

abad kesembilan, hampir semua karya yang ditemukan dari

museum-museum Helenistik telah tersedia bagi ilmuan-

ilmuan Muslim. Hunayn menerjemahkan hampir semua karya

Galen (lebih kurang 20.000 halaman), karya Aristoteles

yang diterjemahkannya antara lain; Categories, Physics, Magna

Moralia, dan Hermeneutics, di antara karya Plato yang

diterjemahkan adalah; The Republic, Timaeus, dan The Laws,

karya Hippocrates, Aphorisms, karya Dioscorides, Materia

Medica, keempat karya astronomi Ptolemy, dan juga

menerjemahkan Perjanjian Lama. Sementara itu Ishaq Ibn

Hunayn menerjemahkan karya Aristoteles; Metaphysics; On the

Soul; On the Generation and Corruption of Animals, dan komentar-

komentar Alexander Aphrodisias atas Aristoteles. Selain

itu Ishaq Ibn Hunayn menerjemahkan buku Pokok-pokok Ilmu

Ukur karangan Aqlidis (Euclide 306-283 SM), buku Bola

karangan Arkhimidis (Archimedes 287-212 SM), buku

Sufisthus karangan Aflathun (Plato 430-347 SM) dan buku

Al-Maqulat karangan Aristhu (Aristoteles 384-322 SM).29 Di

lain pihak Al Hajjaj (786-833) seorang Neoplatonis pagan

dari Harran, menerjemahkan karya Ptolemy, Mathematike

Syntaxis yang sampai sekarang dikenal dengan Al-Magest. Al

29Yunus, Sejarah Pendidikan…, h. 64.

14

Hajjaj juga menerjemahkan Elements karya Euclid, Conics

karya Appolonius, Mechanics karya Hero, dan Pneumatics karya

Phylos.30

Selain sebagai pusat penerjemahan, Bayt Al-Hikmah juga

memiliki kegiatan lain seperti yang dilakukan oleh Al

Kindi (w. 260/873) dengan mendirikan sekolah berbahasa

Arab yang mengajarkan filsafat peripatetik yang kemudian

dikembangkan oleh al-Farabi, Ibn Sina dan Ibn Rusyd. Di

tempat ini juga, al-Khwarazmi (w.249/863) tidak hanya

memberi sumbangan bagi filsafat, teologi, dan matematika,

tetapi juga melakukan kegiatan penelitian di laboratorium

perbintangan.31

Satu hal lagi yang penting diingat sebagai kegiatan

yang dilaksanakan di Bayt Al-Hikmah adalah berbagai kegiatan

pendidikan agama khususnya yang berkaitan dengan kegiatan

Al-Ma’mun mendukung dan menyebarkan aliran teologi

mu’tazilah, bahkan ada seorang penulis yang menyebutkan

bahwa Bayt Al Hikmah berfungsi sebagai pusat pengkajian dan

penyebaran teologi Mu’tazilah.32 Pernyatan ini dapat

dibenarkan sebab pada masa pemerintahan al-Ma’mun paham

Mu’tazilah dijadikan sebagai paham negara, ia mewajibkan

30Stanton, Higher…, h. 83-84. 31Stanton, Higher…, h. 169. 32Asari, Menyingkap…, h. 111.

15

seluruh penduduk untuk mengikuti paham ini, dan bagi yang

tidak mau menaati maka akan dihukum.33

4. Pengaruh Bayt Al-Hikmah Terhadap Dunia Islam

Dengan usaha Al-Ma’mun mendirikan Bayt Al-Hikmah dan

menjadikannya sebagai pusat pernerjemahan kitab-kitab

dari peradaban ilmiah terdahulu, Baghdad menjadi pusat

paling besar dalam bidang ilmu pengetahuan, filsafat,

ilmu kesusasteraan dan syari’at Islam di seluruh kerajaan

Islam.34 Melalui lembaga ini umat Islam pada masa itu

telah memperoleh tambahan bekal dan ilmu pengetahuan,

karena di Bayt Al-Hikmah ini telah dapat dipelihara demi

kepentingan umat Islam sejumlah besar dari peninggalan

intelektual bangsa Yunani yang hampir lenyap.35 Dengan

hidupnya kembali karya-karya ilmiah dari bangsa Yunani

Kuno, melalui kegiatan penerjemahan di Bayt Al Hikmah,

setidaknya ada tiga pengaruh yang ditimbulkannya, baik

itu terhadap dunia Islam maupun terhadap dunia luar

Islam, yaitu pengaruh terhadap kurikulum pendidikan

Islam, pengaruhnya terhadap perkembangan sains dan ilmu

pengetahuan dalam Islam serta pengaruhnya terhadap

perkembangan dan kemajuan ilmu penegetahuan di Barat.

33 Hasan, Tarikh al-Islam..., h. 160.34Azra, Ensiklopedi Islam, h. 222. 35 Syalabi, Tarichut…,h. 363.

16

Terhadap materi pendidikan Islam, keberadaan dan

kegiatan penerjemahan di Bayt Al-Hikmah memberi pengaruh

terhadap ilmu-ilmu yang dipelajari, hal ini dikarenakan

sejak periode awal penerjemahan, pendidikan tinggi dalam

Islam memiliki potensi untuk mengembangkan kurikulum yang

beraneka ragam, mencakup seluruh area pengetahuan yang

dikenal di dunia Helenistik. Hanya saja Islam tidak

menawarkan keluasan cakupan ini dalam satu lembaga,

melainkan umat Islam membentuk sistem dua jalur; yang

satu terpusat pada ilmu-ilmu keagamaan dan terdapat pada

lembaga-lembaga formal, dan yang lainnya menekankan apa

yang disebut sebagai ilmu-ilmu asing; yakni filsafat dan

sains Yunani; kedoketran, astronomi, filsafat, dan

lainnya yang berkembang di lembaga-lembaga non formal36.

Sebagai akibat lanjutan dari kegiatan penerjemahan

di Bayt Al Hikmah dan adanya pembelajaran filsafat dan sains

Yunani pada lembaga pendidikan Islam, maka timbul pula

pengaruh terhadap perkembangan pengetahuan umum terutama

di bidang astronomi, kedokteran, filsafat, kimia, dan

sejarah. Hal ini terjadi sebab warisan kaya dari

kegiatan intelektual Yunani yang kemudian dipadukan

dengan pengetahuan Timur di bidang sains, astronomi, dan

sastera, membentuk dasar yang kuat bagi pengembangan

36Stanton, Higher…, h. 85.

17

kajian-kajian orisinal di semua bidang pengetahuan37. Atau

dapat dikatakan bahwa kontak dengan karya-karya

intelektual Yunani kuno tersebut membawa masa yang

gilang-gemilang bagi umat Islam. Cendikiawan-cendikiawan

Islam bukan hanya menguasai ilmu pengetahuan dan filsafat

yang mereka pelajari dari karya-karya Yunani, tetapi juga

menambahkan hasil-hasil penyelidikan yang mereka lakukan

ke dalam lapangan ilmu pengetahuan dan hasil pemikiran

mereka ke dalam lapangan filsafat. Maka timbullah ahli-

ahli ilmu pengetahuan dan filosof-filosof Islam, mereka

ini sebagaimana halnya fislosof-filosof Yunani, bukan

hanya mempunyai sifat filosof, tetapi juga sifat ahli

ilmu pengetahuan.

Dalam lapangan ilmu pengetahuan terkenal nama Al-

Fargani (w.1234 M), yang terkenal di Eropah dengan nama

Al-Fragnus, mengarang ringkasan tentang ilmu astronomi

yang diterjemahkan ke dalam bahasa Latin oleh Gerard

Cremona dan Johannes Hispalensis. Dalam optika dikenal

Abu Ali al-Hasan Ibnu al-Haytham (965-1039 M) yang

namanya di Eropa dikenal dengan Alhazen, ilmuan ini

terkenal sebagai seorang yang menentang pendapat bahwa

mata yang mengirim cahaya kepada benda yang dilihat,

teorinya menyatakan bahwa bendalah yang mengirim cahaya

37Stanton, Higher…, h. 85.

18

ke mata dan karena menerima cahaya itu mata melihat benda

yang bersangkutan. Dalam ilmu kimia ada Abu Bakar Zakaria

al-Razi (w.925 M) mengarang buku besar tentang al-kimia

yang baru dijumpai kembali di abad XX. Di bidang ilmu

fisika Abu Raihan al-Biruni (w. 1048) sebelum Galileo

telah mengemukakan teori tentang bumi berputar sekitar

poros (asnya). Dalam bidang geografi Abu Hasan Ali Al-

Mas’ud adalah seorang pengembara yang mengadakan

kunjungan ke berbagai dunia Islam di abad X dan

menerangkan dalam bukunya Maruj Al-Zahab tentang geografia,

agama, dan adat istiadat dari daerah-daerah yang

dikunjungi-nya. Pengaruh penerjemahan di Bayt Al-Hikmah

cukup besar dalam bidang ilmu kedokteran dan filsafat,

sebab Hunayn Ibnu Ishaq sebagai pemimpin proyek

penerjemahan di Bayt Al-Hikmah, sesungguh-nya adalah seorang

dokter. Dalam ilmu kedokteran Abu Bakar Zakaria Al-Razi

yang di Eropa dikenal dengan nama Rhazes, mengarang buku

tentang penyakit cacar dan campak yang diterjemahkan ke

dalam bahasa Latin, Inggris, dan bahasa-bahasa Eropa

lainnya. Selain itu ada juga Ibnu Sina (w. 1037) selain

seorang filosof juga dokter yang mengarang satu

ensiklopedia dalam ilmu kedokteran yang terkenal dengan

nama Al-Qanun Fi al-Tib. Dalam lapangan filsafat nama-nama

seperti Al-Kindi (w. 873), Al-Farabi, Ibnu Sina, dan Ibnu

19

Rusyd (w. 1198 M) juga terkenal. Al Farabi (w. 961 M)

mengarang buku-buku filsafat, logika, jiwa, kenegaraan,

etika dan interpretasi tentang filsafat Aristoteles. Ibnu

Sina juga banyak mengarang dan yang terkenal adalah Al-

Syifa’, suatu ensiklopedia tentang fisika, metafisika dan

matematika yang terdiri dari 18 jilid. Bagi Eropa Ibnu

Sina dengan tafsiran yang dikarangnya tentang filsafat

Aristoteles lebih dikenal daripada Al-Farabi, tetapi Ibnu

Rusydlah yang lebih banyak berpengaruh di Eropa dalam

bidang filsafat, sehingga di sana terdapat aliran yang

disebut Averroisme.38 Di bidang matematika lahir pula

ahlinya seperti Muhammad ibnu Musa al-Khawarizmi, yang

menulis buku-buku mengenai ilmu hitung, dam al jabar

dalam bukunya Hisab al-Jabr wa al-Muqabalah (kalkulasi integral

dan persamaan), buku ini telah diterjemahkan dalam bahasa

Latin dan digunakan sebagai buku pegangan di beberapa

universitas di Eropa sekaligus merupakan karya yang

memperkenalkan aljabar ke Eropa. Ahli matematika

terkemuka lainnya adalah Ghiyat al-Din al-Kasyani dengan

bukunya terkenal berjudul al-Risalat al-Muhitiyyah,

kemudian ada juga nama Umar ibnu Ibrahim al- Khayam

(w.1123 M) selain seorang sasterawan ia juga ahli

matematika yang dalam karyanya menjelaskan tentang38Harun Nasution, Islam Ditinjau dari Berbagai Aspeknya, jilid I,

(Jakarta: UI-Press,1985), h. 72-73.

20

pemecahan geometri dan aljabar, tentang persamaan tingkat

kedua serta klasifikasi persamaan, dan karya ini banyak

dikutip oleh ilmuan Barat.39

Akibat dari penerjemahan di Bayt Al-Hikmah, maka

kebudayaan Yunani muncul kembali, terjadilah perkembangan

di bidang ilmu pengetahuan dan peradaban yang menyebabkan

Islam mencapai zaman Renaisans yaitu mulai tahun 900

sampai 1100 M40 hal inilah yang mendorong dan menyebabkan

pengaruh luar biasa pada kemajuan dan kebangkitan

peradaban Eropa41 yang mulai terjadi pada abad ke 12 M.

Keberadaan Bayt al-Hikmah dengan kegiatan

penerjemahannya juga berpengaruh terhadap munculnya ilmu-

ilmu yang berkaitan dengan keagamaan dalam Islam. Dalam

lapangan ilmu hadis terjadi pembukuan hadis terkenallah

nama Muslim dan Bukhari (abad IX), dalam lapangan fiqh

atau hukum Islam nama-nama Malik Ibn Anas, Syafi’i, Abu

Hanifah dan Ahmad Ibn Hambal cukup dikenal (abad VIII dan

IX), dalam bidang tafsir, At-Tabari (839-923), dalam

lapangan sejarah Ibn Hisyam (abad VIII), Ibn Sa’d (abad

IX), dalam lapangan ilmu kalam dikenal nama Abu al-Hasan

Al Asyari dan al-Maturidi, di dunia tasawuf lahirlah

tokoh-tokoh seperti Zunun al-Misri, Abu Yazid Bustami,

39Philip K. Hitti, The Arab…, h. 140. 40Saefuddin, Zaman Keemasan..., h. 195. 41Azra, Ensiklopedi Islam, h. 222.

21

Husain Ibn Mansur Al-Hallaj, sedangkan di lapangan sastra

terkenal pula Abu al-Farraj Al-Isfahani. Dalam bidang

arsitek dan seni juga melahirkan gedung-gedung, mesjid-

mesjid dan lukisan-lukisan yang indah.42

C. Kesimpulan

Bayt Al-Hikmah adalah gedung ilmu pengetahuan yang

telah dibangun dalam zaman Bani Abbasiah oleh Harun al-

Rasyid (170-193H/786-809) dalam bentuk perpustakaan yang

masih sederhana. Untuk mengekalkan prestasi dan

meningkatkan perkembangan intelektual, kemudian

pembangunan dan perluasannya dilakukan oleh khalifah al-

Makmun Ibn Harun al-Rasyid (198-218H/813-833 M), yang

seterusnya mencapai puncak keagungannya dalam zaman ini.

Bayt Al-Hikmah menjadi tempat golongan intelek Islam menimba

ilmu. Merupakan perpustakaan pertama sekali di dunia

Islam didirikan untuk umum yang mempunyai kedudukan

tinggi. Bayt Al-Hikmah dianggap tempat berkumpulnya para

ulama, penyelidik dan pelajar Islam. Merupakan pusat ilmu

pengetahuan bagi para penuntut ilmu terutama dalam bidang

ilmu kedokteran, filsafah, dan astronomi. Menariknya

lagi perpustakaan ini sudah mempunyai system adminstrasi

yang cakap. Buku-bukunya disusun berdasarkan koleksi

42 Nasution, Islam Ditinjau..., h. 73.

22

bahasanya; seperti koleksi bahasa Arab, Parsi, Yunani,

Suryani, Latin, Hindi, Qibti dan sebagainya. Kemudian

dalam golongan bahasa itu dibagikan pula kepada bidang-

bidang ilmu seperti ilmu falsafah, perobatan, matematik,

ilmu pertanian, ilmu hayat, kimia, akhlak, mantiq, falak,

dan astronomi.

Bayt Al-Hikmah ini juga menjadi pusat penerjemahan

karya-karya peninggalan peradaban Yunani. Faktor agama

dan bangsa tidak mengikat pergerakannya. Misalnya Yuhanna

Ibn Musawaih, ketua Bayt Al-Hikmah yang dilantik oleh

khalifah, adalah seorang kristian dan berbangsa Suryani.

Seorang lagi penerjemah, Abu Sahl al Fadl, pula adalah

seorang berbangsa Parsi. Begitu juga dengan Hunayn Ibnu

Ishaq juga adalah seorang cendikawan Kristen namun ia

memiliki andil besar bagi kebangkitan sains Islam. Tugas

pegawai perpustakaan ketika itu disamping menterjemah,

bertanggungjawab juga mengurus penyusunan katalog buku-

buku yang telah dijilid, penggunaannya, pinjaman dan

pemulangannya.

Selain sebagai pusat kegiatan penerjemahan buku-buku

karya peradaban Yunani, di Bayt Al-Hikmah juga dilaksanakan

berbagai kegiatan pendidikan agama khususnya yang

berkaitan dengan kegiatan Al-Ma’mun mendukung dan

menyebarkan aliran teologi mu’tazilah.

23

Bayt Al-Hikmah dengan kegiatan penerjemahannya telah

memberi andil besar terhadap muncul dan berkembangnya

ilmu pengetahuan di dunia Islam, terutama di bidang

kedokteran, astronomi, dan filsafat, sekaligus

mengantarkan umat Islam dan peradabannya pada masa

keemasan untuk selanjutnya berpengaruh pula bagi

kebangkitan ilmu pengetahuan dan peradaban Barat (Eropa).

Daftar Bacaan

Ahmad Syalabi, Tarichut Tarbiyah al-Islamiyah, terjemahanMuchtar Yahya, Sejarah Pendidikan Islam, Jakarta: BulanBintang,1973.

Asma Hasan Fahmi, Mabaadiut Tarbiyyatil Islaamiyah, terjemahanIbrahim Husein, Sejarah dan Filsafat Pendidikan Islam,Jakarta: Bulan Bintang,1979.

Azyumardi Azra, Ensiklopedi Islam, Jakarta: Ichtiar Baru Van oeve,2003.

Charles Michael Stanton, Higher Learning in Islam The ClassicalPeriod, A.D. 700-1300, terjemahan H. Afandi dan HasanAsari, Jakarta: Logos Publishing House,1994.

Didin Saefuddin, Zaman Keemasan Islam Rekonstruksi SejarahImperium Dinasti Abbasiyah, Jakarta: Grasindo,2002.

George Makdisi, The Rise of Humanism in Classical Islam and TheChristian West, Edinburgh: Edinburgh UniversityPress,1990.

24

George Makdisi, The Rise of Colleges Institutions of Learning in Islamand the West, Edinburgh: Edinburgh UniversityPress,1981.

Harun Nasution, Islam Ditinjau dari Berbagai Aspeknya, jilid I,Jakarta: UI-Press,1985.

Hasan Asari, Menyingkap Zaman Keemasan Islam Kajian atas Lembaga-lembaga Pendidikan, Bandung: Mizan, 1994.

Hasan Ibrahim Hasan, Tarikh al-Islam al-Siyasi Wa al-Dini wa al-Tsaqafa wa al-Ijtima’i, Juz 2, cetakan ke-7, (Kairo: MaktabahAl Nahdah al-Misriyah, 1973.

Majid Fakhry, A History of Islamic Philosophy, second edition,New York: Columbia University Press,1983.

Mahmud Yunus, Sejarah Pendidikan Islam, Jakarta: HidakaryaAgung,1989.

M. Athiyah al-Abrasyi, Attarbiyah al-Islamiyah, terjemahanBustami A.Gani, Jakarta: Bulan Bintang,1970.

Philip K. Hitti, The Arab, A Short History, terjemahan UsuludinHutagalung dan O. Sihombing, Sejarah Ringkas DuniaArab, Yogyakarta: Pustaka Iqra,2001.

25