Bait Al Hikmah
Transcript of Bait Al Hikmah
BAYT AL-HIKMAHOleh: Soiman 0372054
A. Pendahuluan
Dalam dunia pendidikan, lembaga atau tempat
dilaksanakan kegiatan pendidikan merupakan satu faktor
penting, sebab dengan adanya lembaga memungkinkan proses
pendidikan Islam dapat berlangsung secara konsisten dan
berkesinambungan dalam rangka mencapai tujuan pendidikan
Islam. Dalam perjalanan sejarahnya yang panjang,
pendidikan Islam telah melibatkan berbagai lembaga
pendidikan. Sejak Rasulullah melaksanakan kegiatan
pendidikan Islam di masa awal Islam di Makkah, telah
didirikan lembaga pendidikan tempat Rasul memberikan
pelajaran tentang agama Islam, di antaranya ialah yang
disebut sebagai Dar al-Arqam, ini merupakan lembaga pertama
dalam sejarah pendidikan Islam.1
Sejalan dengan tuntutan jaman dan bertambahnya
jumlah umat Islam yang berkeinginan menuntut dan
mengembangkan ilmu pengetahuan, maka pada masa
perkembangan berikutnya umat Islam mendirikan berbagai
lembaga pendidikan. Lembaga-lembaga pendidikan Islam
1Ahmad Syalabi, Sejarah Pendidikan Islam, terjemahan Muchtar Yahyadari judul aslinya Tarichut Tarbiyah al-Islamiyah, (Jakarta: BulanBintang,1973), h. 58.
1
tersebut merupakan hasil pikiran yang didorong oleh
kebutuhan-kebutuhan dan perkembangan masyarakat Islam
yang digerakkan oleh jiwa Islam dan berpedoman pada
ajaran Islam dan tujuan-tujuan pendidikan Islam. Secara
keseluruhan, lembaga-lembaga pendidikan Islam bukanlah
sesuatu yang datang dari luar atau diadopsi dari
kebudayaan-kebudayaan lama, akan tetapi dalam pertumbuhan
dan perkembangannya mempunyai hubungan erat dengan
kehidupan umat Islam secara umum, dan di dalamnya
terintegrasi adanya tujuan-tujuan dan karakteristik
kehidupan tersebut. Lembaga-lembaga pendidikan Islam yang
bermacam-macam itu, telah tumbuh dalam jarak waktu yang
lama, di bawah pengaruh situasi-situasi tertentu dan
untuk melahirkan tujuan-tujuan tertentu yang diiinginkan
oleh kebutuhan-kebutuhan kehidupan umat Islam yang sedang
tumbuh dan berkembang pada masanya. Di antara lembaga-
lembaga pendidikan Islam yang mempunyai arti penting bagi
umat Islam, khususnya pada masa klasik, adalah; Masjid, al-
Kuttab, Bayt Al-Hikmah, Darul Hikmah, Darul-ilm, Madrasah, Bimaristan,
Khawanik, Zawaya, al-Rabth, Halaqatud-dars, dan Dawarul-kutub.2
Dalam makalah ini akan dibahas satu dari sekian
banyak lembaga pendidikan Islam yang pernah tumbuh dan
2Asma Hasan Fahmi, Sejarah dan Filsafat Pendidikan Islam, terjemahanIbrahim Husein dari judul aslinya, Mabaadiut Tarbiyyatil Islaamiyah,(Jakarta: Bulan Bintang,1979), h. 29.
2
berkembang di dunia pendidikan Islam, yaitu yang
dinamakan dengan Bayt Al-Hikmah, dalam membahas tentang
lembaga pendidikan ini akan diuraikan tentang; profil Bayt
Al-Hikmah sebagai lembaga pendidikan milik umat Islam,
para tokoh dan ilmuan yang terlibat dalam pembangunan dan
kegiatan di Bayt Al-Hikmah, berbagai kegiatan yang
dilaksanakan di Bayt Al-Hikmah, serta pengaruh Bayt Al-Hikmah
terhadap dunia Islam, khususnya terhadap perkembangan
ilmu pengetahuan dalam Islam dan dunia pada umumnya.
B. Pembahasan
1. Profil Bayt Al-Hikmah
Pada awalnya Bayt Al-Hikmah merupakan satu perpustakaan
sederhana bernama Khizanat al-Hikmah3, dibangun dan sudah
beroperasi sejak masa pemerintahan Harun Al-Rasyid (786 –
809 M4) di kota Bagdad, kemudian pembangunannya diperluas
dan dilanjutkan oleh anaknya Khalifah Al Ma’mun5 (813 –
833 M). Hal ini dilakukan oleh Khalifah Al-Ma’mun karena
kecintaan beliau kepada ilmu dan kesusasteraan, beliau
tergolong seorang yang berpengetahuan luas dan berpikiran
3Hasan Asari, Menyingkap Zaman Keemasan Islam Kajian atas Lembaga-lembaga Pendidikan, (Bandung: Mizan, 1994), h. 109.
4Mahmud Yunus, Sejarah Pendidikan Islam, (Jakarta: Hidakarya Agung,1989), h. 62.
5 Hasan Ibrahim Hasan, Tarikh al-Islam al-Siyasi Wa al-Dini wa al-Tsaqafa waal-Ijtima’i, Juz 2, cetakan ke-7,(Kairo: Maktabah Al Nahdah al-Misriyah,1973). h. 348.
3
bebas. Tujuan utama mendirikan Bayt Al-Hikmah adalah untuk
mengumpulkan, menyalin dan menerjemahkan buku-buku yang
memuat ilmu pengetahuan asing, terutama ilmu pengetahuan-
ilmu pengetahuan orang Griek dan falsafah mereka ke dalam
Bahasa Arab untuk dipelajari6. Dalam perpustakaan Bayt Al
Hikmah ini tersimpan banyak buku-buku dan tulisan dalam
berbagai bahasa antara lain bahasa Coptic, Yunani kuno,
India, Persia, dan Aramen, buku-buku tersebut telah
diterjemahkan ke dalam bahasa Arab. Perpustakaan Bayt Al
Hikmah merupakan perpustakaan umum yang pertama-tama
dalam dunia Islam, bahkan suatu lembaga pendidikan agama
dan yayasan keagamaan, kesusasteraan, ilmiyah dan
falsafah yang pertama-tama pula, di sana terhimpun ulama
dan sarjana terkemuka, didatangi oleh para mahasiswa
Islam, beroleh kesempatan untuk belajar, memperluas ilmu
pengetahuan, kesusateraan, ilmu kedokteran dan filsafat.7
Bayt Al-Hikmah merupakan perpustakaan yang pertama
sekali didirikan di Dunia Islam untuk umum yang mempunyai
kedudukan tinggi. Bahkan Bayt Al-Hikmah merupakan lembaga
pendidikan tinggi Islam yang pertama tempat berkumpulnya
ulama-ulama dan peneliti ilmiah, pelajar-pelajar dan
mahasiswa-mahasiswa, dengan demikian Bayt Al Hikmah6 Fahmi, Mabaadiut...,h. 38. 7M. Athiyah al-Abrasyi, Dasar-Dasar Pokok Pendidikan Islam,
terjemahan Bustami A.Gani dari judul aslinya Attarbiyah al-Islamiyah,(Jakarta: Bulan Bintang,1970), h. 87.
4
merupakan “Pusat Ilmu Pengetahuan” yang telah banyak
menyumbangkan ilmu pengetahuan bagi umat Islam, terutama
dalam bidang kedokteran, matematika, optika, geografika,
fisika, astronomi, sejarah dan filsafat.8 Lembaga ini
menggabungkan perpustakaan, sanggar sastera, lingkaran
studi dan observatori, yang semuanya di bawah pengawasan
khalifah.9 Di lembaga ini terdapat sebuah perpustakaan
yang sangat lengkap, di dalamnya terdapat sebuah ruang
baca yang amat baik dan tempat-tempat tinggal bagi para
penerjemah, di lembaga ini juga terdapat tempat-tempat
pertemuan para ilmuan untuk mengadakan diskusi-diskusi
ilmiah dan juga tempat untuk pengamatan bintang.10 Bayt al
Hikmah di Baghdad dilengkapi dengan observatorium.11
Ketika Al Ma’mun mendirikan alat peneropong bintang-
bintang di Baghdad, peneropong bintang itu berhubungan
langsung dengan Bayt Al Hikmah, segala hasil penyelidikan
mereka dengan alat peneropong itu, dibukukan dan dinamai
Peneropong Al-Ma’muni. Singkatnya Bayt Al Hikmah pada masa
Al Ma’mun merupakan masa keemasannya, sehingga sampai ke8 Syalabi, Tarichut…,h. 172. 9Charles Michael Stanton, Pendidikan Tinggi dalam Islam Sejarah dan
Peranannya dalam kemajuan Ilmu Pengetahuan, terjemahan H. Afandi dan HasanAsari, Higher Learning in Islam The Classical Period, A.D. 700-1300, (Jakarta: LogosPublishing House,1994), h. 169.
10 Azyumardi Azra, Ensiklopedi Islam, (Jakarta: Ichtiar Baru Van Hoeve,2003), h. 222.
11Didin Saefuddin, Zaman Keemasan Islam Rekonstruksi Sejarah ImperiumDinasti Abbasiyah,(Jakarta: Grasindo,2002), h. 195.
5
puncak ketinggian dan kemuliannya. Bahkan Bayt Al Hikmah
itu satu-satunya lembaga pendidikan tinggi yang mempunyai
guru-guru besar luar biasa dan perputakaan umum yang
berharga, serta alat peneropong bintang yang tidak ada
taranya pada zaman pertengahan itu.12 Secara umum dapat
disebutkan bahwa Bayt Al Hikmah merupakan lembaga pendidikan
Islam yang berbasis perpustakaan dengan mendapat dukungan
dari istana atau pemerintah. Selain itu Bayt Al Hikmah juga
merupakan lembaga yang menjadi pusat perkembangan ilmu
pengetahuan filsafat dan pusat penerjemahan karya-karya
Yunani kuno.
Bayt Al-Hikmah tidak lagi termashur sesudah wafatnya
Al-Ma’mun, bahkan terus menerus mundur, terutama setelah
tersebar madrasah-madrasah Nizamiyah dan lahir ancaman
keras dari ulama-ulama tradisional terhadap ilmu-ilmu
filsafat yang berpusat di Bayt Al-Hikmah.13 Peran penting
Bayt Al-Hikmah merosot setelah masa tekanan (pemberangusan)
atas gerakan rasional Mu’tazilah. Posisi tradisional yang
diambil alih khalifah-khalifah setelah al-Mutawakkil
memperlemah dukungan intelektual Bayt Al-Hikmah, dan lembaga
itu tidak pernah lagi mencapai tingkat yang sama dalam
hal keterbukaan dan kesungguhan inelektual. Bayt Al-Hikmah
terus berjalan sebagai bagian dari sebuah sekolah istana12Yunus, Sejarah Pendidikan Islam, h.65.13Yunus, Sejarah Pendidikan Islam, h. 66.
6
sampai masa penghancuran oleh pasukan Mongol, tentara-
tentara Hulagu membakarnya bersamaan dengan pengrusakan
kota Bagdad pada tahun 1258.14
2. Para Patron dan Ilmuan yang Terlibat
Berkaitan dengan keberadaan dan kejayaan Bayt Al
Hikmah sebagai lembaga pendidikan Islam dan lembaga
penerjemahan kitab-kitab asing ke dalam bahasa Arab, ada
tiga tokoh penting dari Khalifah Abbasiyah yang menjadi
patron bagi pendirian dan pengembangan Bayt Al-Hikmah, yaitu
Khalifah al-Manshur, Khalifah Harun al-Rasyid dan Anaknya
Khalifah Al-Makmun. Khalifah al-Manshur (753-774)15
merupakan tokoh penting dalam usaha penerjemahan
gelombang pertama, meskipun tidak ditemukan adanya
catatan tentang nama Bayt Al-Hikmah pada masa pemerintahan
al-Manshur. Pada masa pemerintahan Khalifah Harun al-
Rasyid usaha-usaha penerjemahan mengalami kemajuan dan
peningkatan pesat. Khalifah Harun al-Rasyid merupakan
tokoh yang pertama kali menggagas berdirinya Bayt Al-Hikmah,
yang pada masa komandonya dinamai dengan Khizanat al-
Hikmah.16 Di antara penerjemah yang termashur pada
perpustakaan yang dibangun oleh Harun al-Rasyid adalah14 Stanton, Higher…, h. 169.15Asari, Menyingkap..., h. 110. 16George Makdisi, The Rise of Humanism in Classical Islam and The Christian
West, (Edinburgh: Edinburgh University Press,1990), h. 54.
7
Abu Sahl Al Fadhl Ibnu Nawbacht yang banyak menerjemahkan
buku-buku dari bahasa Persia ke dalam bahasa Arab. Harun
Al Rasyid juga memerintahkan kepada Juhana Ibnu Masawaih
untuk menerjemah-kan buku-buku lama yang ditemukan di
Ankara, ‘Ammurijah dan negeri-negeri Rumawi yang lain
setelah negeri-negeri itu ditaklukkan oleh kaum
Muslimin.17 Pada mulanya mereka hanya menerjemahkan ilmu
filsafat, kemudian dilanjutkan dengan beberapa ilmu
pengetahuan non Islam atau umum.18
Setelah tampuk kekuasaan berada di tangan Khalifah
Al-Ma’mun, maka Al-Ma’mun meneruskan usaha-usaha yang
telah dirintis oleh ayahnya bahkan beliau memperbesar
usaha tersebut dengan membangun atau setidaknya
merenovasi Bayt al Hikmah yang sebelumnya (pada masa Harun
al-Rasyid) disebut Khizanat al-Hikma19. Oleh Al-Ma’mun
lembaga ini dijadikan sebagai basis pengumpulan
manuskrip-manuskrip Yunani dan pusat penerjemahan buku-
buku ilmiah dari Yunani. Untuk menyediakan dan melengkapi
perpustakaan, al-Makmun mengirim utusan ke Bizantium
untuk memperoleh naskah-naskah lama yaitu karya-karya
17 Syalabi, Tarichut…,h. 154. 18Philip K. Hitti, Sejarah Ringkas Dunia Arab, terjemahan Usuludin
Hutagalung dan O. Sihombing, dari judul aslinya The Arab, A Short History,(Yogyakarta: Pustaka Iqra,2001), h. 112.
19George Makdisi, The Rise of Colleges Institutions of Learning in Islam and theWest, (Edinburgh: Edinburgh University Press,1981), h. 25.
8
masa Hellenisme yang kemudian diterjemahkan oleh
sekelompok ilmuan seperti Juhana Ibn Masawaih yang telah
mengabdi kepada al-Manshur dan al Rasyid, penerjemah
lainnya adalah al Hijjaj Ibn Mathar dan Yahya Ibn al-
Bithriq.20 Al-Ma’mun mengangkat Sahl Ibnu Harun menjadi
sekretaris dari khizanah kitab-kitab Bayt al Hikmah, yaitu
kitab-kitab filsafat yang dipindahkan atas permintaan Al-
Ma’mun dari khizanah kitab-kitab di pulau Siprus.
Khalifah Al-Ma’mun sesudah mengadakan perdamaian dengan
penguasa pulau Siprus itu, meminta kepadanya agar
mengirimkan khizanah kitab-kitab Yunani, yang disimpan
dalam suatu rumah, dan seorangpun tidak dibolehkan
melihatnya. Pada awalnya penguasa Siprus menolak
permintaan Al-Ma’mun, tapi setelah melakukan musyawarah
dengan para penasehatnya, atas saran dari seorang Uskup
Agung, penguasa Siprus mengabulkan permintaan Al-Ma’mun
dan mengirimkan buku-buku tersebut kepada Al-Ma’mun, dan
tentu saja Al-Ma’mun menerimanya dengan amat gembira.21
Ada juga buku-buku yang didatangkan dari
Konstantinopel untuk Khizanah Bayt al Hikmah, hal ini terjadi
ketika Al-Ma’mun berhasil mengalahkan Kaisar Romawi, maka
diminta kepada Kaisar Romawi untuk mengirimkan buku-buku
20Majid Fakhry, A History of Islamic Philosophy, second edition, (NewYork: Columbia University Press,1983), h. 12.
21 Syalabi, Tarichut…,h. 171.
9
karya lama yang disimpan di negeri Romawi kepada Al-
Ma’mun, meskipun awalnya Kaisar enggan mengabulkan
permintaan ini, tapi akhirnya mau juga mengabulkannya.
Maka Al-Ma’mun mengirim utusan yang terdiri dari Hajjaj
Ibnu Mathar, Ibnul Bithriq dan Salam pimpinan Bayt al Hikmah
ke Konstantinopel untuk memilih buku-buku berharga, lalu
dibawa ke Baghdad untuk diterjemahkan ke dalam bahasa
Arab. Al-Ma’mun juga mendatangkan Hunayn Ibnu Ishaq yang
waktu itu masih muda remaja, dan disuruhnya menyalin
kitab-kitab yang ditulis oleh orang pintar Yunani ke
dalam bahasa Arab serta memperbaiki terjemahan-terjemahan
yang terdahulu. Itulah sebagian buku-buku Yunani yang
didatangkan Al-Ma’mun ke Bayt al Hikmah, buku-buku itu
diatur menurut bidangnya masing-masing. Untuk
menerjemahkannya ke dalam bahasa Arab, dipilihlah orang
yang mahir pada bidang tersebut, di samping mereka juga
harus menguasai bahasa Yunani dan bahasa Arab. Para
penerjemah generasi pertama kebanyakan berasal dari
keluarga Barmak dari Khurasan, orang-orang Zoroaster dari
daerah-daerah Persia yang lain, dan para Kristen Nestoris
dari Syiria yang mengabdi pada kebutuhan intelektual
Islam tanpa meninggalkan keyakinan Kristennya.22 Di antara
peterjemah yang banyak terlibat dalam kegiatan
22 Asari, Menyingkap…, h. 110.
10
penerjemahan pada masa itu antara lain adalah Salam,
Juhana Ibnu Masawaih, Hunayn Ibnu Ishaq, Ishaq Ibnu
Hunayn, Muhammad Ibnu Musa al Khawarazmi, Shal Ibnu
Harun, Tsabit Ibnu Qurrah dan Umar Ibnul Farrakhan. 23
Jika dilihat dari para ilmuan yang terlibat dalam
kegiatan di Bayt Al Hikmah dapat disebutkan bahwa lembaga
ini telah melibatkan ilmuan dari berbagai latar belakang
yang berbeda, baik itu dari segi, ras, bangsa, atau
bahkan agamanya, dan karenanya lembaga ini ada yang
menyebutnya sebagai lembaga pendidikan yang
multikulturalisme.
Bayt Al-Hikmah masa Al-Ma’mun merupakan suatu masa yang
amat gemilang. Sesudah Al Ma’mun tidak ada lagi khalifah-
khalifah yang mencurahkan perhatiannya kepada Bayt Al-Hikmah
seperti Khalifah Al Ma’mun.24 Kegiatan Bayt al Hikmah
mencapai puncaknya pada masa Khalifah Al Ma’mun, beliau
amat cinta kepada ilmu pengetahuan, kebudayaan dan
sastera, karenanya ditumpahkannyalah perhatiannya kepada
Bayt Al Hikmah, dan hal ini membawa perkembangan yang pesat
dalam ilmu pengetahuan, kebudayaan dan satera di kalangan
kaum Muslimin. Ilmu pengetahuan asing dimasukkan, untuk
kemudian dikuasai dan dimiliki oleh umat Islam.25
23 Syalabi, Tarichut…,h. 15424 Syalabi, Tarichut…,h. 17225 Syalabi, Tarichut…,h. 170.
11
3. Kegiatan-Kegiatan di Bayt Al-Hikmah
Sebagai lembaga pendidikan, Bayt al Hikmah memiliki
berbagai kegiatan, meskipun secara umum Bayt al Hikmah
didominasi oleh kegiatan perpustakaan dan penerjemahan.
Dalam rangka mensukseskan kegiatan penerjemahan di Bayt al
Hikmah, Al-Ma’mun memberikan tugas penerjemahan kepada
Yahya Ibn Abi Mansur dan ahli-ahli ilmu pengetahuan lain,
seperti Qustha Ibn Luqa, Hunayn Ibn Ishaq, dan Tsabit Ibn
Qurra (w. 901 M). Aktivitas penerjemahan pertama dimulai
dari buku berbahasa Suriah, yaitu sejumlah buku karya
Yunani yang sudah diterjemahkan ke dalam bahasa Suriah.
Setelah itu baru dilakukan penerjemahan karya-karya tulis
dari bahasa Yunani langsung ke bahasa Arab, terutama
dalam bidang ilmu kedokteran dan ilmu astronomi yang
diperlukan untuk mengetahui arah Ka’bah, kiblat bagi umat
Islam dalam melaksanakan sholat. Selanjutnya perhatian
penerjemahan merambat ke bidang-bidang ilmu pengetahuan
lainnya, di antara ilmu-ilmu yang mendapat perhatian
untuk diterjemahkan adalah ilmu fisika, meteorologi,
mineralogi, botani, astronomi, dan ilmu bumi. Tahap
pertama yang diterjemahkan adalah karya-karya bidang
kedokteran dan filsafat, sesudah itu karya-karya dalam
bidang ilmu matematika, astrologi, dan ilmu bumi.
12
Prestasi lain yang menonjol dari Bayt al Hikmah adalah
keberhasilan lembaga ini menemukan susunan peta bumi.26
Di Bayt Al-Hikmah, Hunayn meskipun ia seorang
cendikawan Kristen namun ia memiliki andil besar bagi
kebangkitan sains Islam 27 dengan melakukan penerjemahan
karya-karya Plato, Aristoteles, Galen, Appolonius, dan
Archimedes yang mencakup filsafat dan berbagai bidang
pengetahuan lain. Sementara itu Qustha Ibn Luqa (w.awal
abad ke-4/10) selain melakukan penerjemahan, juga
melakukan revisi atas terjemahan-terjemahan yang lebih
tua.28 Penerjemah paling ternama di Bayt Al-Hikmah adalah
seorang Nestoris, Hunayn Ibn Ishaq (w. 873 M), yang fasih
dalam bahasa Yunani dan Syiria. Al-Ma’mun membayar Hunayn
dengan emas seberat lembaran-lembaran yang ia terjemahkan
ke dalam bahasa Arab. Di bawah kepemimpinan Hunayn,
sistem penerjemahan literal kata per-kata berkembang
menjadi pendekatan konstekstual dengan hasil yang lebih
mudah dibaca dan dipahami. Proses penerjemahan yang
ditempuh biasanya mencakup dua langkah. Hunayn
menerjemahkan manuskrip Yunani ke dalam bahasa Syria,
kemudian anaknya dan teman-temannya melakukan
penerjemahan dari bahasa Syria ke bahasa Arab. Jumlah
26Azra, Ensiklopedi Islam, h. 222.27Saefuddin, Zaman Keemasan..., h. 155. 28 Asari, Menyingkap…, h. 111.
13
karya Yunani yang diterjemahkan ke dalam bahasa Arab
selama periode ini adalah luar biasa. Pada bagian akhir
abad kesembilan, hampir semua karya yang ditemukan dari
museum-museum Helenistik telah tersedia bagi ilmuan-
ilmuan Muslim. Hunayn menerjemahkan hampir semua karya
Galen (lebih kurang 20.000 halaman), karya Aristoteles
yang diterjemahkannya antara lain; Categories, Physics, Magna
Moralia, dan Hermeneutics, di antara karya Plato yang
diterjemahkan adalah; The Republic, Timaeus, dan The Laws,
karya Hippocrates, Aphorisms, karya Dioscorides, Materia
Medica, keempat karya astronomi Ptolemy, dan juga
menerjemahkan Perjanjian Lama. Sementara itu Ishaq Ibn
Hunayn menerjemahkan karya Aristoteles; Metaphysics; On the
Soul; On the Generation and Corruption of Animals, dan komentar-
komentar Alexander Aphrodisias atas Aristoteles. Selain
itu Ishaq Ibn Hunayn menerjemahkan buku Pokok-pokok Ilmu
Ukur karangan Aqlidis (Euclide 306-283 SM), buku Bola
karangan Arkhimidis (Archimedes 287-212 SM), buku
Sufisthus karangan Aflathun (Plato 430-347 SM) dan buku
Al-Maqulat karangan Aristhu (Aristoteles 384-322 SM).29 Di
lain pihak Al Hajjaj (786-833) seorang Neoplatonis pagan
dari Harran, menerjemahkan karya Ptolemy, Mathematike
Syntaxis yang sampai sekarang dikenal dengan Al-Magest. Al
29Yunus, Sejarah Pendidikan…, h. 64.
14
Hajjaj juga menerjemahkan Elements karya Euclid, Conics
karya Appolonius, Mechanics karya Hero, dan Pneumatics karya
Phylos.30
Selain sebagai pusat penerjemahan, Bayt Al-Hikmah juga
memiliki kegiatan lain seperti yang dilakukan oleh Al
Kindi (w. 260/873) dengan mendirikan sekolah berbahasa
Arab yang mengajarkan filsafat peripatetik yang kemudian
dikembangkan oleh al-Farabi, Ibn Sina dan Ibn Rusyd. Di
tempat ini juga, al-Khwarazmi (w.249/863) tidak hanya
memberi sumbangan bagi filsafat, teologi, dan matematika,
tetapi juga melakukan kegiatan penelitian di laboratorium
perbintangan.31
Satu hal lagi yang penting diingat sebagai kegiatan
yang dilaksanakan di Bayt Al-Hikmah adalah berbagai kegiatan
pendidikan agama khususnya yang berkaitan dengan kegiatan
Al-Ma’mun mendukung dan menyebarkan aliran teologi
mu’tazilah, bahkan ada seorang penulis yang menyebutkan
bahwa Bayt Al Hikmah berfungsi sebagai pusat pengkajian dan
penyebaran teologi Mu’tazilah.32 Pernyatan ini dapat
dibenarkan sebab pada masa pemerintahan al-Ma’mun paham
Mu’tazilah dijadikan sebagai paham negara, ia mewajibkan
30Stanton, Higher…, h. 83-84. 31Stanton, Higher…, h. 169. 32Asari, Menyingkap…, h. 111.
15
seluruh penduduk untuk mengikuti paham ini, dan bagi yang
tidak mau menaati maka akan dihukum.33
4. Pengaruh Bayt Al-Hikmah Terhadap Dunia Islam
Dengan usaha Al-Ma’mun mendirikan Bayt Al-Hikmah dan
menjadikannya sebagai pusat pernerjemahan kitab-kitab
dari peradaban ilmiah terdahulu, Baghdad menjadi pusat
paling besar dalam bidang ilmu pengetahuan, filsafat,
ilmu kesusasteraan dan syari’at Islam di seluruh kerajaan
Islam.34 Melalui lembaga ini umat Islam pada masa itu
telah memperoleh tambahan bekal dan ilmu pengetahuan,
karena di Bayt Al-Hikmah ini telah dapat dipelihara demi
kepentingan umat Islam sejumlah besar dari peninggalan
intelektual bangsa Yunani yang hampir lenyap.35 Dengan
hidupnya kembali karya-karya ilmiah dari bangsa Yunani
Kuno, melalui kegiatan penerjemahan di Bayt Al Hikmah,
setidaknya ada tiga pengaruh yang ditimbulkannya, baik
itu terhadap dunia Islam maupun terhadap dunia luar
Islam, yaitu pengaruh terhadap kurikulum pendidikan
Islam, pengaruhnya terhadap perkembangan sains dan ilmu
pengetahuan dalam Islam serta pengaruhnya terhadap
perkembangan dan kemajuan ilmu penegetahuan di Barat.
33 Hasan, Tarikh al-Islam..., h. 160.34Azra, Ensiklopedi Islam, h. 222. 35 Syalabi, Tarichut…,h. 363.
16
Terhadap materi pendidikan Islam, keberadaan dan
kegiatan penerjemahan di Bayt Al-Hikmah memberi pengaruh
terhadap ilmu-ilmu yang dipelajari, hal ini dikarenakan
sejak periode awal penerjemahan, pendidikan tinggi dalam
Islam memiliki potensi untuk mengembangkan kurikulum yang
beraneka ragam, mencakup seluruh area pengetahuan yang
dikenal di dunia Helenistik. Hanya saja Islam tidak
menawarkan keluasan cakupan ini dalam satu lembaga,
melainkan umat Islam membentuk sistem dua jalur; yang
satu terpusat pada ilmu-ilmu keagamaan dan terdapat pada
lembaga-lembaga formal, dan yang lainnya menekankan apa
yang disebut sebagai ilmu-ilmu asing; yakni filsafat dan
sains Yunani; kedoketran, astronomi, filsafat, dan
lainnya yang berkembang di lembaga-lembaga non formal36.
Sebagai akibat lanjutan dari kegiatan penerjemahan
di Bayt Al Hikmah dan adanya pembelajaran filsafat dan sains
Yunani pada lembaga pendidikan Islam, maka timbul pula
pengaruh terhadap perkembangan pengetahuan umum terutama
di bidang astronomi, kedokteran, filsafat, kimia, dan
sejarah. Hal ini terjadi sebab warisan kaya dari
kegiatan intelektual Yunani yang kemudian dipadukan
dengan pengetahuan Timur di bidang sains, astronomi, dan
sastera, membentuk dasar yang kuat bagi pengembangan
36Stanton, Higher…, h. 85.
17
kajian-kajian orisinal di semua bidang pengetahuan37. Atau
dapat dikatakan bahwa kontak dengan karya-karya
intelektual Yunani kuno tersebut membawa masa yang
gilang-gemilang bagi umat Islam. Cendikiawan-cendikiawan
Islam bukan hanya menguasai ilmu pengetahuan dan filsafat
yang mereka pelajari dari karya-karya Yunani, tetapi juga
menambahkan hasil-hasil penyelidikan yang mereka lakukan
ke dalam lapangan ilmu pengetahuan dan hasil pemikiran
mereka ke dalam lapangan filsafat. Maka timbullah ahli-
ahli ilmu pengetahuan dan filosof-filosof Islam, mereka
ini sebagaimana halnya fislosof-filosof Yunani, bukan
hanya mempunyai sifat filosof, tetapi juga sifat ahli
ilmu pengetahuan.
Dalam lapangan ilmu pengetahuan terkenal nama Al-
Fargani (w.1234 M), yang terkenal di Eropah dengan nama
Al-Fragnus, mengarang ringkasan tentang ilmu astronomi
yang diterjemahkan ke dalam bahasa Latin oleh Gerard
Cremona dan Johannes Hispalensis. Dalam optika dikenal
Abu Ali al-Hasan Ibnu al-Haytham (965-1039 M) yang
namanya di Eropa dikenal dengan Alhazen, ilmuan ini
terkenal sebagai seorang yang menentang pendapat bahwa
mata yang mengirim cahaya kepada benda yang dilihat,
teorinya menyatakan bahwa bendalah yang mengirim cahaya
37Stanton, Higher…, h. 85.
18
ke mata dan karena menerima cahaya itu mata melihat benda
yang bersangkutan. Dalam ilmu kimia ada Abu Bakar Zakaria
al-Razi (w.925 M) mengarang buku besar tentang al-kimia
yang baru dijumpai kembali di abad XX. Di bidang ilmu
fisika Abu Raihan al-Biruni (w. 1048) sebelum Galileo
telah mengemukakan teori tentang bumi berputar sekitar
poros (asnya). Dalam bidang geografi Abu Hasan Ali Al-
Mas’ud adalah seorang pengembara yang mengadakan
kunjungan ke berbagai dunia Islam di abad X dan
menerangkan dalam bukunya Maruj Al-Zahab tentang geografia,
agama, dan adat istiadat dari daerah-daerah yang
dikunjungi-nya. Pengaruh penerjemahan di Bayt Al-Hikmah
cukup besar dalam bidang ilmu kedokteran dan filsafat,
sebab Hunayn Ibnu Ishaq sebagai pemimpin proyek
penerjemahan di Bayt Al-Hikmah, sesungguh-nya adalah seorang
dokter. Dalam ilmu kedokteran Abu Bakar Zakaria Al-Razi
yang di Eropa dikenal dengan nama Rhazes, mengarang buku
tentang penyakit cacar dan campak yang diterjemahkan ke
dalam bahasa Latin, Inggris, dan bahasa-bahasa Eropa
lainnya. Selain itu ada juga Ibnu Sina (w. 1037) selain
seorang filosof juga dokter yang mengarang satu
ensiklopedia dalam ilmu kedokteran yang terkenal dengan
nama Al-Qanun Fi al-Tib. Dalam lapangan filsafat nama-nama
seperti Al-Kindi (w. 873), Al-Farabi, Ibnu Sina, dan Ibnu
19
Rusyd (w. 1198 M) juga terkenal. Al Farabi (w. 961 M)
mengarang buku-buku filsafat, logika, jiwa, kenegaraan,
etika dan interpretasi tentang filsafat Aristoteles. Ibnu
Sina juga banyak mengarang dan yang terkenal adalah Al-
Syifa’, suatu ensiklopedia tentang fisika, metafisika dan
matematika yang terdiri dari 18 jilid. Bagi Eropa Ibnu
Sina dengan tafsiran yang dikarangnya tentang filsafat
Aristoteles lebih dikenal daripada Al-Farabi, tetapi Ibnu
Rusydlah yang lebih banyak berpengaruh di Eropa dalam
bidang filsafat, sehingga di sana terdapat aliran yang
disebut Averroisme.38 Di bidang matematika lahir pula
ahlinya seperti Muhammad ibnu Musa al-Khawarizmi, yang
menulis buku-buku mengenai ilmu hitung, dam al jabar
dalam bukunya Hisab al-Jabr wa al-Muqabalah (kalkulasi integral
dan persamaan), buku ini telah diterjemahkan dalam bahasa
Latin dan digunakan sebagai buku pegangan di beberapa
universitas di Eropa sekaligus merupakan karya yang
memperkenalkan aljabar ke Eropa. Ahli matematika
terkemuka lainnya adalah Ghiyat al-Din al-Kasyani dengan
bukunya terkenal berjudul al-Risalat al-Muhitiyyah,
kemudian ada juga nama Umar ibnu Ibrahim al- Khayam
(w.1123 M) selain seorang sasterawan ia juga ahli
matematika yang dalam karyanya menjelaskan tentang38Harun Nasution, Islam Ditinjau dari Berbagai Aspeknya, jilid I,
(Jakarta: UI-Press,1985), h. 72-73.
20
pemecahan geometri dan aljabar, tentang persamaan tingkat
kedua serta klasifikasi persamaan, dan karya ini banyak
dikutip oleh ilmuan Barat.39
Akibat dari penerjemahan di Bayt Al-Hikmah, maka
kebudayaan Yunani muncul kembali, terjadilah perkembangan
di bidang ilmu pengetahuan dan peradaban yang menyebabkan
Islam mencapai zaman Renaisans yaitu mulai tahun 900
sampai 1100 M40 hal inilah yang mendorong dan menyebabkan
pengaruh luar biasa pada kemajuan dan kebangkitan
peradaban Eropa41 yang mulai terjadi pada abad ke 12 M.
Keberadaan Bayt al-Hikmah dengan kegiatan
penerjemahannya juga berpengaruh terhadap munculnya ilmu-
ilmu yang berkaitan dengan keagamaan dalam Islam. Dalam
lapangan ilmu hadis terjadi pembukuan hadis terkenallah
nama Muslim dan Bukhari (abad IX), dalam lapangan fiqh
atau hukum Islam nama-nama Malik Ibn Anas, Syafi’i, Abu
Hanifah dan Ahmad Ibn Hambal cukup dikenal (abad VIII dan
IX), dalam bidang tafsir, At-Tabari (839-923), dalam
lapangan sejarah Ibn Hisyam (abad VIII), Ibn Sa’d (abad
IX), dalam lapangan ilmu kalam dikenal nama Abu al-Hasan
Al Asyari dan al-Maturidi, di dunia tasawuf lahirlah
tokoh-tokoh seperti Zunun al-Misri, Abu Yazid Bustami,
39Philip K. Hitti, The Arab…, h. 140. 40Saefuddin, Zaman Keemasan..., h. 195. 41Azra, Ensiklopedi Islam, h. 222.
21
Husain Ibn Mansur Al-Hallaj, sedangkan di lapangan sastra
terkenal pula Abu al-Farraj Al-Isfahani. Dalam bidang
arsitek dan seni juga melahirkan gedung-gedung, mesjid-
mesjid dan lukisan-lukisan yang indah.42
C. Kesimpulan
Bayt Al-Hikmah adalah gedung ilmu pengetahuan yang
telah dibangun dalam zaman Bani Abbasiah oleh Harun al-
Rasyid (170-193H/786-809) dalam bentuk perpustakaan yang
masih sederhana. Untuk mengekalkan prestasi dan
meningkatkan perkembangan intelektual, kemudian
pembangunan dan perluasannya dilakukan oleh khalifah al-
Makmun Ibn Harun al-Rasyid (198-218H/813-833 M), yang
seterusnya mencapai puncak keagungannya dalam zaman ini.
Bayt Al-Hikmah menjadi tempat golongan intelek Islam menimba
ilmu. Merupakan perpustakaan pertama sekali di dunia
Islam didirikan untuk umum yang mempunyai kedudukan
tinggi. Bayt Al-Hikmah dianggap tempat berkumpulnya para
ulama, penyelidik dan pelajar Islam. Merupakan pusat ilmu
pengetahuan bagi para penuntut ilmu terutama dalam bidang
ilmu kedokteran, filsafah, dan astronomi. Menariknya
lagi perpustakaan ini sudah mempunyai system adminstrasi
yang cakap. Buku-bukunya disusun berdasarkan koleksi
42 Nasution, Islam Ditinjau..., h. 73.
22
bahasanya; seperti koleksi bahasa Arab, Parsi, Yunani,
Suryani, Latin, Hindi, Qibti dan sebagainya. Kemudian
dalam golongan bahasa itu dibagikan pula kepada bidang-
bidang ilmu seperti ilmu falsafah, perobatan, matematik,
ilmu pertanian, ilmu hayat, kimia, akhlak, mantiq, falak,
dan astronomi.
Bayt Al-Hikmah ini juga menjadi pusat penerjemahan
karya-karya peninggalan peradaban Yunani. Faktor agama
dan bangsa tidak mengikat pergerakannya. Misalnya Yuhanna
Ibn Musawaih, ketua Bayt Al-Hikmah yang dilantik oleh
khalifah, adalah seorang kristian dan berbangsa Suryani.
Seorang lagi penerjemah, Abu Sahl al Fadl, pula adalah
seorang berbangsa Parsi. Begitu juga dengan Hunayn Ibnu
Ishaq juga adalah seorang cendikawan Kristen namun ia
memiliki andil besar bagi kebangkitan sains Islam. Tugas
pegawai perpustakaan ketika itu disamping menterjemah,
bertanggungjawab juga mengurus penyusunan katalog buku-
buku yang telah dijilid, penggunaannya, pinjaman dan
pemulangannya.
Selain sebagai pusat kegiatan penerjemahan buku-buku
karya peradaban Yunani, di Bayt Al-Hikmah juga dilaksanakan
berbagai kegiatan pendidikan agama khususnya yang
berkaitan dengan kegiatan Al-Ma’mun mendukung dan
menyebarkan aliran teologi mu’tazilah.
23
Bayt Al-Hikmah dengan kegiatan penerjemahannya telah
memberi andil besar terhadap muncul dan berkembangnya
ilmu pengetahuan di dunia Islam, terutama di bidang
kedokteran, astronomi, dan filsafat, sekaligus
mengantarkan umat Islam dan peradabannya pada masa
keemasan untuk selanjutnya berpengaruh pula bagi
kebangkitan ilmu pengetahuan dan peradaban Barat (Eropa).
Daftar Bacaan
Ahmad Syalabi, Tarichut Tarbiyah al-Islamiyah, terjemahanMuchtar Yahya, Sejarah Pendidikan Islam, Jakarta: BulanBintang,1973.
Asma Hasan Fahmi, Mabaadiut Tarbiyyatil Islaamiyah, terjemahanIbrahim Husein, Sejarah dan Filsafat Pendidikan Islam,Jakarta: Bulan Bintang,1979.
Azyumardi Azra, Ensiklopedi Islam, Jakarta: Ichtiar Baru Van oeve,2003.
Charles Michael Stanton, Higher Learning in Islam The ClassicalPeriod, A.D. 700-1300, terjemahan H. Afandi dan HasanAsari, Jakarta: Logos Publishing House,1994.
Didin Saefuddin, Zaman Keemasan Islam Rekonstruksi SejarahImperium Dinasti Abbasiyah, Jakarta: Grasindo,2002.
George Makdisi, The Rise of Humanism in Classical Islam and TheChristian West, Edinburgh: Edinburgh UniversityPress,1990.
24
George Makdisi, The Rise of Colleges Institutions of Learning in Islamand the West, Edinburgh: Edinburgh UniversityPress,1981.
Harun Nasution, Islam Ditinjau dari Berbagai Aspeknya, jilid I,Jakarta: UI-Press,1985.
Hasan Asari, Menyingkap Zaman Keemasan Islam Kajian atas Lembaga-lembaga Pendidikan, Bandung: Mizan, 1994.
Hasan Ibrahim Hasan, Tarikh al-Islam al-Siyasi Wa al-Dini wa al-Tsaqafa wa al-Ijtima’i, Juz 2, cetakan ke-7, (Kairo: MaktabahAl Nahdah al-Misriyah, 1973.
Majid Fakhry, A History of Islamic Philosophy, second edition,New York: Columbia University Press,1983.
Mahmud Yunus, Sejarah Pendidikan Islam, Jakarta: HidakaryaAgung,1989.
M. Athiyah al-Abrasyi, Attarbiyah al-Islamiyah, terjemahanBustami A.Gani, Jakarta: Bulan Bintang,1970.
Philip K. Hitti, The Arab, A Short History, terjemahan UsuludinHutagalung dan O. Sihombing, Sejarah Ringkas DuniaArab, Yogyakarta: Pustaka Iqra,2001.
25