Pengaruh-Model-Pembelajaran-Problem-Solving-Dan ...

73
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user 11 BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Pembelajaran Biologi a. Hakekat Pembelajaran Biologi Biologi merupakan mata pelajaran yang termasuk dalam rumpun ilmu pengetahuan alam atau sains. Ilmu sains berkaitan dengan cara mencari tahu (inquiry) tentang alam secara sistematis, sehingga pembelajaran bukan hanya sebagai penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep- konsep atau prinsip-prinsip saja, tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Pembelajaran biologi di sekolah menengah diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam kehidupan sehari-hari. Sehubungan dengan itu, pembelajaran biologi menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar peserta didik menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah. Pembelajaran biologi diarahkan untuk mencari tahu dan berbuat sehingga dapat membantu peserta didik untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang dirinya sendiri dan alam sekitar. Standar kompetensi dalam kurikulum pembelajaran biologi menyediakan berbagai pengalaman belajar untuk memahami konsep dan proses sains. Keterampilan proses ini meliputi keterampilan mengamati, mengajukan

Transcript of Pengaruh-Model-Pembelajaran-Problem-Solving-Dan ...

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

11

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka

1. Pembelajaran Biologi

a. Hakekat Pembelajaran Biologi

Biologi merupakan mata pelajaran yang termasuk dalam rumpun ilmu

pengetahuan alam atau sains. Ilmu sains berkaitan dengan cara mencari tahu

(inquiry) tentang alam secara sistematis, sehingga pembelajaran bukan hanya

sebagai penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-

konsep atau prinsip-prinsip saja, tetapi juga merupakan suatu proses penemuan.

Pembelajaran biologi di sekolah menengah diharapkan dapat menjadi wahana

bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek

pengembangan lebih lanjut dalam kehidupan sehari-hari.

Sehubungan dengan itu, pembelajaran biologi menekankan pada

pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar peserta

didik menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah. Pembelajaran

biologi diarahkan untuk mencari tahu dan berbuat sehingga dapat membantu

peserta didik untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang

dirinya sendiri dan alam sekitar.

Standar kompetensi dalam kurikulum pembelajaran biologi menyediakan

berbagai pengalaman belajar untuk memahami konsep dan proses sains.

Keterampilan proses ini meliputi keterampilan mengamati, mengajukan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

12

hipotesis, menggunakan alat dan bahan secara baik dan benar dengan selalu

mempertimbangkan keamanan dan keselamatan kerja, mengajukan pertanyaan,

menggolongkan dan menafsirkan data, serta mengkomunikasikan hasil temuan

secara lisan atau tertulis, menggali dan memilah informasi faktual yang relevan

untuk menguji gagasan-gagasan atau memecahkan masalah sehari-hari.

Mata pelajaran biologi dikembangkan melalui kemampuan berpikir

analitis, induktif, dan deduktif untuk menyelesaikan masalah yang berkaitan

dengan peristiwa alam sekitar. Penyelesaian masalah yang bersifat kualitatif dan

kuantitatif dilakukan dengan menggunakan pemahaman dalam bidang

matematika, fisika, kimia, dan pengetahuan pendukung lainnya (Nuryani, 2005).

Dalam hubungannya dengan pendidikan karakter bangsa, mata pelajaran

biologi sebelumnya telah ditetapkan oleh standar nasional pendidikan (Depdiknas,

2006) sebagai mata pelajaran yang bertujuan sebagai berikut:

1) Membentuk sikap positif terhadap biologi dengan menyadari keteraturan,

keindahan alam, serta mengagungkan kebesaran Tuhan Yang Maha Esa.

2) Memupuk sikap ilmiah yaitu jujur, objektif, terbuka, ulet, kritis dan dapat

bekerjasama dengan orang lain.

3) Mengembangkan pengalaman untuk dapat mengajukan dan menguji hipotesis

melalui percobaan, serta mengkomunikasikan hasil percobaan secara lisan

dan tertulis.

4) Mengembangkan kemampuan berpikir analitis, induktif, dan deduktif dengan

menggunakan konsep dan prinsip biologi.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

13

5) Mengembangkan penguasaan konsep dan prinsip biologi dan saling

keterkaitannya dengan IPA lainnya serta mengembangkan pengetahuan,

keterampilan dan sikap percaya diri.

6) Menerapkan konsep dan prinsip biologi untuk menghasilkan karya teknologi

sederhana yang berkaitan dengan kebutuhan manusia.

7) Meningkatkan kesadaran dan berperan serta dalam menjaga kelestarian

lingkungan.

Berdasarkan beberapa tujuan di atas pemberian mata pelajaran biologi

dimaksudkan untuk memperoleh kompetensi lanjut ilmu pengetahuan dan

teknologi serta membudayakan berpikir ilmiah secara kritis, kreatif dan mandiri

bagi peserta didik.

b. Karakteristik Pembelajaran Biologi

Menurut Sudjana (2007) pembelajaran biologi di sekolah dapat dikatakan

unik, karena baik subjek maupun objek pembelajarannya memiliki karakter yang

khas. Objek pembelajaran biologi selain berhubungan dengan alam nyata juga

berkaitan dengan proses-proses kehidupan. Agar siswa dapat memahaminya,

maka metode dan pendekatan yang digunakan dalam proses pembelajaran biologi

harus disesuaikan dengan karakteristik objek dan subjek belajar siswa sehingga

dapat memahami. Fenomena yang diajarkan melalui biologi adalah fenomena

alam yang mungkin pernah dihadapi siswa, sehingga biologi tidak dapat dipahami

jika hanya diajarkan secara hafalan. Pemahaman konsep-konsep biologi dapat

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

14

dianalogikan dengan berbagai macam kegiatan sederhana yang dapat

diamati/dilakukan siswa.

Pendapat di atas senada dengan Slameto (2010) yang menyebutkan bahwa,

jika dalam pembelajaran guru meminta siswa untuk melakukan sesuatu dan

melaporkannya, maka mereka akan mengingat sebanyak 90%. Sehubungan

dengan ini lebih lanjut diungkapkan bahwa siswa akan mencapai hasil belajar

10% dari apa yang dibaca, 20% dari apa yang didengar, dan 50% dari apa yang

dilihat dan didengar. Berdasarkan fakta di atas berarti bahwa siswa mudah

memahami konsep jika disertai dengan contoh-contoh konkret sesuai dengan

situasi dan kondisi yang dihadapi dengan mempraktekkan sendiri upaya

penemuan konsep melalui perlakuan terhadap kenyataan fisik, melalui

penanganan benda-benda yang nyata.

c. Pembelajaran Biologi di SMA

Biologi ialah ilmu alam tentang makhluk hidup atau kajian ilmu tentang

kehidupan. Biologi sebagai ilmu mengkaji berbagai persoalan yang berkaitan

dengan berbagai fenomena kehidupan makhluk hidup pada berbagai tingkat

organisasi kehidupan dan tingkat interaksinya dengan faktor lingkungannya pada

dimensi ruang dan waktu. Biologi sebagai bagian dari sains terdiri dari produk

dan proses. Produk biologi terdiri atas fakta, konsep, prinsip, teori, hukum dan

postulat yang berkait dengan kehidupan makhluk hidup beserta interaksinya

dengan lingkungan (Depdiknas, 2003). Biologi dilihat dari segi proses memiliki

ketrampilan proses yaitu mengamati dengan indera, menggolongkan atau

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

15

mengelompokkan, menerapkan konsep atau prinsip, menggunakan alat dan bahan,

berkomunikasi, berhipotesis, menafsirkan data, melakukan percobaan, dan

mengajukan pertanyaan.

Pembelajaran biologi pada dasarnya berupaya untuk membekali siswa

dengan berbagai kemampuan tentang cara mengetahui dan memahami konsep

ataupun fakta secara mendalam. Pembelajaran biologi juga seharusnya dapat

menampung kesenangan dan kepuasan intelektual siswa dalam usahanya untuk

menggali berbagai konsep, sehingga dapat tercapai pembelajaran biologi yang

efektif (Nuryani, 2005). Beberapa upaya agar tercapai pembelajaran biologi yang

efektif, maka harus diperhatikan beberapa prinsip sebagai berikut:

1) Student Centered Learning (pembelajaran berpusat pada siswa)

Siswa ditempatkan sebagai subjek belajar, artinya proses belajar dilakukan

oleh siswa dengan melakukan suatu kegiatan yang telah dirancang oleh guru

untuk menanamkan konsep-konsep tertentu, sehingga dalam hal ini yang aktif

adalah siswa. Pembelajaran ini mengajak siswa belajar secara aktif sehingga

siswa akan memperoleh hasil belajar yang maksimal.

2) Learning by Doing (belajar dengan melakukan sesuatu)

Proses pembelajaran biologi dilakukan dengan merancang kegiatan

sederhana yang dapat menggambarkan konsep yang sedang dipelajari. Hal ini

dimaksudkan agar siswa dapat mengalami sendiri, artinya siswa mengetahui tidak

hanya secara teoritis, tetapi juga secara praktis (Darsono, 2000). Pendapat aliran

konstruktivisme mengatakan bahwa pembelajaran akan berlangsung efektif

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

16

apabila siswa terlibat secara langsung dalam tugas-tugas autentik yang

berhubungan dengan konteks yang bermakna (Wahyuni, 2010).

3) Joyful Learning (Pembelajaran yang menyenangkan)

Kesempatan untuk bereksplorasi dan berinteraksi dalam kelompok akan

membuat siswa merasa senang dan tidak tertekan. Pembelajaran yang memberi

kesempatan kepada siswa untuk lebih banyak menggunakan waktunya untuk

melakukan pengamatan, percobaan dan berdiskusi merupakan pembelajaran yang

menyenangkan.

4) Meaningful Learning (Pembelajaran yang bermakna)

Pembelajaran menjadi bermakna jika siswa dapat mengalami sendiri dan

dapat mengaitkannya dengan kehidupan sehari-hari. Materi yang lebih bermakna

maka akan lebih mudah untuk menyimpan dan mengingatnya kembali sehingga

siswa merasa bahwa pembelajaran biologi bermanfaat dalam

kehidupannya(Sudjana, 2007).

5) The Daily Life Problem Solving (Pemecahan masalah sehari-hari)

Objek biologi meliputi seluruh makhluk hidup termasuk manusia,

sehingga permasalahan dalam biologi senantiasa berkaitan dengan kehidupan

sehari-hari. Siswa perlu dilatih untuk dapat memecahkan permasalahan yang

diperoleh dalam kehidupan sehari-hari.

Biologi memiliki karakteristik khusus, yang berbeda dengan ilmu lainnya

dalam hal objek, persoalan, dan metodenya (Depdiknas, 2003). Mata pelajaran

Biologi di SMA dikembangkan melalui kemampuan berpikir analitis, induktif,

dan deduktif untuk menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan peristiwa alam

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

17

sekitar. Penyelesaian masalah yang bersifat kualitatif dan kuantitatif dilakukan

dengan menggunakan pemahaman dalam bidang matematika, fisika, kimia dan

pengetahuan pendukung lainnya.

Mata pelajaran Biologi di SMA/MA yang merupakan kelanjutan IPA di

SMP/MTs yang menekankan pada fenomena alam dan penerapannya yang

meliputi aspek-aspek sebagai berikut:

1) Hakikat biologi, keanekaragaman hayati dan pengelompokan makhluk

hidup, hubungan antar komponen ekosistem, perubahan materi dan energi,

peranan manusia dalam keseimbangan ekosistem

2) Organisasi seluler, struktur jaringan, struktur dan fungsi organ tumbuhan,

hewan dan manusia serta penerapannya dalam konteks sains, lingkungan,

teknologi dan masyarakat

3) Proses yang terjadi pada tumbuhan, proses metabolisme, hereditas, evolusi,

bioteknologi dan implikasinya pada sains, lingkungan, teknologi dan

masyarakat.

Ruang lingkup mata pelajaran biologi SMA terdiri dari 2 bagian, antara lain

yaitu bekerja ilmiah dan pemahaman konsep (materi pokok). Bekerja ilmiah

diajarkan dan dilatihkan pada awal tahun kelas X, tetapi untuk selanjutnya

terintegrasi dengan materi pada kompetensi yang telah ditetapkan.

Konsep/materi pelajaran biologi SMA meliputi:

1) Kelas X

Materi kelas X meliputi bekerja ilmiah, hakikat ilmu biologi,

keanekaragaman hayati dan pengelompokan makhluk hidup, hubungan antar

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

18

komponen ekosistem, perubahan materi dan energi, peranan manusia dalam

keseimbangan ekosistem.

2) Kelas XI

Materi kelas XI meliputi organisasi seluler, struktur jaringan, struktur dan

fungsi organ tumbuhan, hewan dan manusia dan penerapan dalam konteks sains,

lingkungan, teknologi, dan masyarakat.

3) Kelas XII

Materi kelas XII meliputi proses yang terjadi pada tumbuhan, proses

metabolisme, hereditas, evolusi, bioteknologi dan penerapan dalam konteks sains,

lingkungan, teknologi dan masyarakat (Depdiknas, 2003).

2. Teori Belajar

Teori-teori belajar meliputi beberapa, antara lain sebagai berikut:

a. Teori Kognitivisme

1) Pengertian Kognitivisme

Teori belajar kognitif lebih menekankan pada belajar merupakan suatu

proses yang terjadi dalam akal pikiran manusia. Pada dasarnya belajar adalah

suatu proses usaha yang melibatkan aktivitas mental yang terjadi dalam diri

manusia sebagai akibat dari proses interaksi aktif dengan lingkungannya untuk

memperoleh suatu perubahan dalam bentuk pengetahuan, pemahaman, tingkah

laku, ketrampilan dan nilai sikap yang bersifat relatif dan berbekas (Suparno,

2001).

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

19

2) Ciri-ciri Aliran Kognitivisme

Ciri-ciri Aliran Kognitivisme adalah sebagai berikut:

a) Mementingkan apa yang ada dalam diri manusia

b) Mementingkan keseluruhan dari pada bagian-bagian

c) Mementingkn peranan kognitif

d) Mementingkan kondisi waktu sekarang

e) Mementingkan pembentukan struktur kognitif

Ciri khas belajar kognitif terletak dalam belajar memperoleh dan

mempergunakan bentuk-bentuk representatif yang mewakili obyek-obyek itu di

representasikan atau di hadirkan dalam diri seseorang melalui tanggapan, gagasan

atau lambang, yang semuanya merupakan sesuatu yang bersifat mental, misalnya

seseorang menceritakan pengalamannya selama mengadakan perjalanan keluar

negeri, setelah kembali ke negerinya sendiri. Tempat-tempat yang dikunjuginya

selama berada di negara lain tidak dapat dibawa pulang, bahkan orangnya sendiri

juga tidak hadir di tempat-tempat itu. Pada waktu sedang bercerita, tanggapan-

tanggapan, gagasan dan tanggapan itu di tuangkan dalam kata-kata yang

disampaikan kepada orang yang mendengarkan ceritanya.

Teori Perkembangan Kognitif dikembangkan oleh Piaget. Teori ini

memberikan banyak konsep utama dalam lapangan psikologi perkembangan dan

berpengaruh terhadap perkembangan konsep kecerdasan. Menurut Piaget, belajar

akan lebih berhasil apabila disesuaikan dengan tahap perkembangan kognitif

peserta didik. Peserta didik hendaknya diberi kesempatan untuk melakukan

eksperimen dengan obyek fisik, yang ditunjang oleh interaksi dengan teman

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

20

sebaya dan dibantu oleh pertanyaan dari guru. Guru hendaknya banyak

memberikan rangsangan kepada peserta didik agar mau berinteraksi dengan

lingkungan secara aktif, mencari dan menemukan berbagai hal dari lingkungan

(Suparno, 2001).

Implikasi teori perkembangan kognitif Piaget dalam pembelajaran yaitu

bahwa bahasa dan cara berfikir anak berbeda dengan orang dewasa. Sehubungan

dengan itu guru mengajar dengan menggunakan bahasa yang sesuai dengan cara

berfikir anak. Anak-anak akan belajar lebih baik apabila dapat menghadapi

lingkungan dengan baik. Guru harus membantu anak agar dapat berinteraksi

dengan lingkungan sebaik-baiknya. Bahan yang harus dipelajari anak hendaknya

dirasakan baru tetapi tidak asing. Berikan peluang agar anak belajar sesuai tahap

perkembangannya. Di dalam kelas, anak-anak hendaknya diberi peluang untuk

saling berbicara dan diskusi dengan teman-temanya.

Teori Perkembangan Kognitif, dikembangkan oleh Bruner. Burner melihat

perkembangan kognitif manusia berkaitan dengan kebudayaan. Menurut Bruner,

perkembangan kognitif seseorang sangat dipengaruhi oleh lingkungan

kebudayaan, terutama bahasa yang biasanya digunakan. Menurut Bruner untuk

mengajar sesuatu tidak usah ditunggu sampai anak mancapai tahap perkembangan

tertentu, namun yang penting bahan pelajaran harus ditata dengan baik dan dapat

diberikan pada anak. Istilah yang lain berarti perkembangan kognitif seseorang

dapat ditingkatkan dengan jalan mengatur bahan yang akan dipelajari dan

menyajikannya sesuai dengan tingkat perkembangannya. Penerapan teori Bruner

yang terkenal dalam dunia pendidikan adalah kurikulum spiral dimana materi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

21

pelajaran yang sama dapat diberikan mulai dari Sekolah Dasar sampai Perguruan

tinggi disesuaikan dengan tingkap perkembangan kognitif mereka. Cara belajar

yang terbaik menurut Bruner ini adalah dengan memahami konsep, arti dan

hubungan melalui proses intuitif kemudian dapat dihasilkan suatu kesimpulan.

(discovery learning).

Implikasi Teori Bruner dalam Proses Pembelajaran antara lain adalah

menghadapkan anak pada suatu situasi yang membingungkan atau suatu masalah,

anak akan berusaha membandingkan realita di luar dirinya dengan model mental

yang telah dimilikinya, dan dengan pengalamannya anak akan mencoba

menyesuaikan atau mengorganisasikan kembali struktur-struktur idenya dalam

rangka untuk mencapai keseimbangan di dalam benaknya.

Teori Perkembangan Kognitif dikembangkan oleh Ausebel. Proses belajar

terjadi jika siswa mampu mengasimilasikan pengetahuan yang dimilikinya dengan

pengetahuan baru. Menurut Ausubel siswa akan belajar dengan baik jika isi

pelajarannya didefinisikan dan kemudian dipresentasikan dengan baik dan tepat

kepada siswa (advanced organizer), dengan demikian akan mempengaruhi

pengaturan kemampuan belajar siswa. Advanced organizer adalah konsep atau

informasi umum yang mewadahi seluruh isi pelajaran yang akan dipelajari oleh

siswa. Advanced organizer memberikan tiga manfaat antara lain adalah

menyediakan suatu kerangka konseptual untuk materi yang akan dipelajari,

berfungsi sebagai jembatan yang menghubungkan antara yang sedang dipelajari

dan yang akan dipelajari, dan dapat membantu siswa untuk memahami bahan

belajar secara lebih mudah.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

22

Aplikasi teori belajar kognitivisme dalam pembelajaran yaitu guru harus

memahami bahwa siswa bukan sebagai orang dewasa yang mudah dalam proses

berpikirnya, anak usia pra sekolah dan awal sekolah dasar belajar menggunakan

benda-benda konkret, keaktifan siswa sangat dipentingkan, guru menyusun materi

dengan menggunakan pola atau logika tertentu dari sederhana kekompleks, guru

menciptakan pembelajaran yang bermakna, memperhatikan perbedaan individual

siswa untuk mencapai keberhasilan siswa.

Kelebihan teori kognitivisme adalah menjadikan siswa lebih kreatif dan

mandiri, membantu siswa memahami bahan belajar secara lebih mudah.

Kekurangan teori kognitivisme yaitu teori tidak menyeluruh untuk semua tingkat

pendidikan, sulit di praktikkan khususnya di tingkat lanjut, beberapa prinsip

seperti intelegensi sulit dipahami dan pemahamannya masih belum tuntas

(Suparno, 2001).

b. Teori Konstruktivisme

1) Pengertian dari Teori Belajar Konstruktivisme

Teori Konstruktivisme didefinisikan sebagai pembelajaran yang bersifat

generatif, yaitu tindakan mencipta sesuatu makna dari apa yang dipelajari. Teori

konstruktivisme berbeda dengan teori behavioristik yang memahami hakikat

belajar sebagai kegiatan yang bersifat mekanistik antara stimulus dan respon,

sedangkan teori kontruktivisme lebih memahami belajar sebagai kegiatan manusia

membangun atau menciptakan pengetahuan dengan memberi makna pada

pengetahuannya sesuai dengan pengalamannya. Pengetahuan tidak bisa ditransfer

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

23

dari guru kepada orang lain, karena setiap orang mempunyai skema sendiri

tentang hal-hal yang diketahuinya. Pembentukan pengetahuan merupakan proses

kognitif yaitu terjadi proses asimilasi dan akomodasi untuk mencapai suatu

keseimbangan sehingga terbentuk suatu skema yang baru.

Teori konstruktivisme juga mempunyai pemahaman tentang belajar yang

lebih menekankan pada proses daripada hasil. Hasil belajar sebagai tujuan dinilai

penting, tetapi proses yang melibatkan cara dan strategi dalam belajar juga dinilai

penting. Proses belajar, hasil belajar, cara belajar, dan strategi belajar akan

mempengaruhi perkembangan tata pikir dan skema berpikir seseorang. Usaha

untuk memperoleh pemahaman atau pengetahuan, siswa ”mengkonstruksi” atau

membangun pemahamannya terhadap fenomena yang ditemui dengan

menggunakan pengalaman, struktur kognitif, dan keyakinan yang dimiliki.

Belajar menurut teori konstruktivisme tidak sekedar menghafal, akan

tetapi proses mengkonstruksi pengetahuan melalui pengalaman. Pengetahuan

bukanlah hasil ”pemberian” dari orang lain seperti guru, akan tetapi hasil dari

proses mengkonstruksi yang dilakukan setiap individu. Pengetahuan hasil dari

”pemberian” tidak akan bermakna. Adapun pengetahuan yang diperoleh melalui

proses mengkonstruksi pengetahuan itu oleh setiap individu akan memberikan

makna mendalam atau lebih dikuasai dan lebih lama tersimpan/diingat dalam

setiap individu (Dahar,1989).

Tujuan teori konstruktivisme adalah sebagai berikut:

a) Adanya motivasi untuk siswa bahwa belajar adalah tanggung jawab siswa itu

sendiri.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

24

b) Mengembangkan kemampuan siswa untuk mengejukan pertanyaan dan

mencari sendiri pertanyaannya.

c) Membantu siswa untuk mengembangkan pengertian dan pemahaman konsep

secara lengkap.

d) Mengembangkan kemampuan siswa untuk menjadi pemikir yang mandiri.

e) Menekankan pada proses belajar bagaimana belajar itu.

Salah satu teori atau pandangan yang sangat terkenal berkaitan dengan

teori belajar konstruktivisme adalah teori perkembangan mental Piaget. Teori ini

biasa juga disebut teori perkembangan intelektual atau teori perkembangan

kognitif. Teori belajar tersebut berkenaan dengan kesiapan anak untuk belajar,

yang dikemas dalam tahap perkembangan intelektual dari lahir hingga dewasa.

Setiap tahap perkembangan intelektual yang dimaksud dilengkapi dengan ciri-ciri

tertentu dalam mengkonstruksi ilmu pengetahuan, misalnya pada tahap sensori

motor anak berpikir melalui gerakan atau perbuatan (Jonassen dan Wilson, 1999).

Piaget yang dikenal sebagai konstruktivis pertama (Dahar, 1989: 159)

menegaskan bahwa pengetahuan tersebut dibangun dalam pikiran anak melalui

asimilasi dan akomodasi. Asimilasi adalah penyerapan informasi baru dalam

pikiran. Sedangkan, akomodasi adalah menyusun kembali struktur pikiran karena

adanya informasi baru, sehingga informasi tersebut mempunyai tempat (Jonassen

dan Wilson, 1999). Pengertian tentang akomodasi yang lain adalah proses mental

yang meliputi pembentukan skema baru yang cocok dengan ransangan baru atau

memodifikasi skema yang sudah ada sehingga cocok dengan rangsangan itu

(Suparno, 1996: 7).

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

25

Konstruktivis ini dikritik oleh Vygotsky, yang menyatakan bahwa siswa

dalam mengkonstruksi suatu konsep perlu memperhatikan lingkungan sosial.

Konstruktivisme oleh Vygotsky disebut konstruktivisme sosial. Ada dua konsep

penting dalam teori Vygotsky (Slavin, 1997), yaitu Zone of Proximal

Development (ZPD) dan scaffolding. Zone of Proximal Development (ZPD)

merupakan jarak antara tingkat perkembangan sesungguhnya yang didefinisikan

sebagai kemampuan pemecahan masalah secara mandiri dan tingkat

perkembangan potensial yang didefinisikan sebagai kemampuan pemecahan

masalah di bawah bimbingan orang dewasa atau melalui kerjasama dengan teman

sejawat yang lebih mampu. Scaffolding merupakan pemberian sejumlah bantuan

kepada siswa selama tahap-tahap awal pembelajaran, kemudian mengurangi

bantuan dan memberikan kesempatan untuk mengambil alih tanggung jawab yang

semakin besar setelah ia dapat melakukannya (Slavin, 2008). Scaffolding

merupakan bantuan yang diberikan kepada siswa untuk belajar dan memecahkan

masalah. Bantuan tersebut dapat berupa petunjuk, dorongan, peringatan,

menguraikan masalah ke dalam langkah-langkah pemecahan, memberikan contoh,

dan tindakan-tindakan lain yang memungkinkan siswa itu belajar mandiri.

Pendekatan yang mengacu pada konstruktivisme sosial disebut pendekatan

konstruktivis sosial. Filsafat konstruktivis sosial memandang kebenaran biologi

tidak bersifat absolut dan mengidentifikasi biologi sebagai hasil dari pemecahan

masalah dan pengajuan masalah (problem posing) oleh manusia (Dewiyani,

2008). Pembelajaran konstruktivisme sosio (socio-constructivism) akan

membawa siswa berinteraksi dengan guru, dengan siswa lainnya dan berdasarkan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

26

pada pengalaman informal siswa mengembangkan strategi-strategi untuk

merespon masalah yang diberikan.

2) Ciri-Ciri Pembelajaran Secara Konstuktivisme

Adapun ciri – ciri pembelajaran secara kontruktivisme adalah:

a) Memberi peluang kepada siswa membina pengetahuan baru melalui pelibatan

dalam dunia sebenarnya.

b) Menggalakkan soal/ide yang diajukan oleh siswa dan menggunakannya

sebagai panduan merancang pengajaran.

c) Mendukung pembelajaran secara kooperatif.

d) Melatih siswa belajar sesuatu ide.

e) Menggalakkan & menerima daya usaha & autonomi siswa.

f) Menggalakkan siswa bertanya dan berdialog dengan siswa & guru.

g) Menganggap pembelajaran sebagai suatu proses yang sama penting dengan

hasil pembelajaran.

h) Menggalakkan proses inkuiri siswa melalui kajian dan eksperimen.

3) Prinsip-Prinsip Konstruktivisme

Secara garis besar, prinsip-prinsip Konstruktivisme yang diterapkan

dalam belajar mengajar adalah :

a) Pengetahuan dibangun oleh siswa sendiri.

b) Pengetahuan tidak dapat dipindahkan dari guru ke siswa, kecuali hanya

dengan keaktifan siswa sendiri untuk menalar.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

27

c) Siswa aktif megkontruksi secara terus menerus, sehingga selalu terjadi

perubahan konsep ilmiah.

d) Guru sekedar membantu menyediakan saran dan situasi agar proses kontruksi

berjalan lancar.

e) Menghadapi masalah yang relevan dengan siswa.

f) Struktur pembalajaran seputar konsep utama pentingnya sebuah pertanyaan.

Dari semua itu hanya ada satu prinsip yang paling penting adalah guru

tidak boleh hanya semata-mata memberikan pengetahuan kepada siswa. Siswa

harus membangun pengetahuan didalam benaknya sendiri. Seorang guru dapat

membantu proses ini dengan cara-cara mengajar yang membuat informasi menjadi

sangat bermakna dan sangat relevan bagi siswa, dengan memberikan kesempatan

kepada siswa untuk menemukan atau menerapkan sendiri ide-ide dan dengan

mengajak siswa agar menyadari dan menggunakan strategi-strategi mereka sendiri

untuk belajar. Guru dapat memberikan tangga kepada siswa yang mana tangga itu

nantinya dimaksudkan dapat membantu mereka mencapai tingkat penemuan.

4) Hakikat Anak Menurut Teori Belajar Konstruktivisme

Piaget mengemukakan bahwa pengetahuan tidak diperoleh secara pasif

oleh seseorang, melainkan melalui tindakan. Perkembangan kognitif anak

bergantung pada seberapa jauh mereka aktif memanipulasi dan berinteraksi

dengan lingkungannya. Perkembangan kognitif itu merupakan proses

berkesinambungan tentang keadaan ketidak-seimbangan dan keadaan

keseimbangan (Suparno, 1997). Pandangan Piaget tentang tahap perkembangan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

28

kognitif anak dapat dipahami bahwa pada tahap tertentu cara maupun kemampuan

anak mengkonstruksi ilmu berbeda-beda berdasarkan kematangan intelektual anak

berkaitan dengan anak dan lingkungan belajarnya menurut pandangan

konstruktivisme. Suparno (1997) mengajukan karakteristik sebagai berikut:

a) Siswa tidak dipandang sebagai sesuatu yang pasif melainkan memiliki tujuan.

b) Belajar mempertimbangkan seoptimal mungkin proses keterlibatan siswa.

c) Pengetahuan bukan sesuatu yang datang dari luar melainkan dikonstruksi

secara personal.

d) Pembelajaran bukan hanya transmisi pengetahuan, melainkan melibatkan

pengaturan situasi kelas.

e) Kurikulum bukan hanya sekedar dipelajari, melainkan seperangkat

pembelajaran, materi, dan sumber.

f) Pandangan tentang anak dari kalangan konstruktivistik yang lebih mutakhir

yang dikembangkan dari teori belajar kognitif. Piaget menyatakan bahwa ilmu

pengetahuan dibangun dalam pikiran seorang anak dengan kegiatan asimilasi

dan akomodasi sesuai dengan skemata yang dimilikinya. Belajar merupakan

proses aktif untuk mengembangkan skemata sehingga pengetahuan terkait

bagaikan jaring laba-laba dan bukan sekedar tersusun secara hirarkis (Hudoyo,

1998: 5).

Berdasarkan pengertian di atas, dapat dipahami bahwa belajar adalah suatu

aktivitas yang berlangsung secara interaktif antara faktor intern pada diri

pembelajar dengan faktor ekstern atau lingkungan. Ruseffendi (1988: 133)

mengemukakan perkembangan intelektual terjadi melalui tahap-tahap beruntun

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

29

yang selalu terjadi dengan urutan yang sama. Pernyataan di atas memiliki arti

bahwa setiap manusia akan mengalami urutan-urutan tersebut dan dengan urutan

yang sama, tahap-tahap tersebut didefinisikan sebagai suatu cluster dari operasi

mental (pengurutan, pengekalan, pengelompokan, pembuatan hipotesis dan

penarikan kesimpulan) yang menunjukkan adanya tingkah laku intelektual, dan

gerak melalui tahap-tahap tersebut dilengkapi oleh keseimbangan (equilibration),

proses pengembangan yang menguraikan tentang interaksi antara pengalaman

(asimilasi) dan struktur kognitif yang timbul (akomodasi).

Berbeda dengan kontruktivisme kognitif ala Piaget, konstruktivisme sosial

yang dikembangkan oleh Vigotsky adalah bahwa belajar bagi anak dilakukan

dalam interaksi dengan lingkungan sosial maupun fisik. Penemuan atau discovery

dalam belajar lebih mudah diperoleh dalam konteks sosial budaya seseorang

(Suparno, 1997). Penjelasan lain Baharuddin (2010) mengatakan bahwa inti

konstruktivis Vigotsky adalah interaksi antara aspek internal dan ekternal yang

penekanannya pada lingkungan sosial dalam belajar. Adapun implikasi dari teori

belajar konstruktivisme dalam pendidikan anak adalah sebagai berikut:

a) Tujuan pendidikan menurut teori belajar konstruktivisme adalah

menghasilkan individu atau anak yang memiliki kemampuan berfikir untuk

menyelesaikan setiap persoalan yang dihadapi.

b) Kurikulum dirancang sedemikian rupa sehingga terjadi situasi yang

memungkinkan pengetahuan dan keterampilan dapat dikonstruksi oleh

peserta didik. Selain itu, latihan memcahkan masalah seringkali dilakukan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

30

melalui belajar kelompok dengan menganalisis masalah dalam kehidupan

sehari-hari.

c) Peserta didik diharapkan selalu aktif dan dapat menemukan cara belajar yang

sesuai bagi dirinya. Guru hanya berfungsi sebagai mediator, fasilitor, dan

teman yang membuat situasi yang kondusif untuk terjadinya konstruksi

pengetahuan pada diri peserta didik.

5) Hakikat Pembelajaran Menurut Teori Belajar Konstruktivisme

Menurut teori belajar konstruktivisme, pengetahuan tidak dapat

dipindahkan begitu saja dari pikiran guru ke pikiran siswa. Pernyataan ini berarti

bahwa siswa harus aktif secara mental membangun struktur pengetahuannya

berdasarkan kematangan kognitif yang dimilikinya. Siswa tidak diharapkan

sebagai botol-botol kecil yang siap diisi dengan berbagai ilmu pengetahuan sesuai

dengan kehendak guru. Sehubungan dengan hal di atas, Baharuddin (2010)

mengemukakan tiga penekanan dalam teori belajar konstruktivisme adalah peran

aktif siswa dalam mengkonstruksi pengetahuan secara bermakna, pentingnya

membuat kaitan antara gagasan dalam pengkonstruksian secara bermakna serta

mengaitkan antara gagasan dengan informasi baru yang diterima.

Selain penekanan dan tahap-tahap tertentu yang perlu diperhatikan dalam

teori belajar konstruktivisme, Mudjiono (2009) mengemukakan sejumlah aspek

dalam kaitannya dengan pembelajaran, yaitu:

a) Siswa mengkonstruksi pengetahuan dengan cara mengintegrasikan ide yang

mereka miliki.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

31

b) Pembelajaran menjadi lebih bermakna karena siswa mengerti.

c) Strategi siswa lebih bernilai.

d) Siswa mempunyai kesempatan untuk berdiskusi dan saling bertukar

pengalaman dan ilmu pengetahuan dengan temannya.

Upaya mengimplementasikan teori belajar konstruktivisme, Roestiyah

(1991) mengajukan beberapa saran yang berkaitan dengan rancangan

pembelajaran, sebagai berikut:

a) Memberi kesempatan kepada siswa untuk mengemukakan gagasannya dengan

bahasa sendiri.

b) Memberi kesempatan kepada siswa untuk berfikir tentang pengalamannya

sehingga menjadi lebih kreatif dan imajinatif.

c) Memberi kesempatan kepada siswa untuk mencoba gagasan baru.

d) Memberi pengalaman yang berhubungan dengan gagasan yang telah dimiliki

siswa.

e) Mendorong siswa untuk memikirkan perubahan gagasan mereka.

f) Menciptakan lingkungan belajar yang kondusif.

Sehubungan dengan beberapa pandangan di atas, dapat disimpulkan

bahwa pembelajaran yang mengacu kepada teori belajar konstruktivisme lebih

menfokuskan pada kesuksesan siswa dalam mengorganisasikan pengalaman

mereka, bukan kepatuhan siswa dalam refleksi terhadap hal yang telah

diperintahkan dan dilakukan oleh guru. Siswa lebih diutamakan untuk

mengkonstruksi sendiri pengetahuan mereka melalui asimilasi dan akomodasi.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

32

6) Kelebihan Dan Kelemahan Teori Konstruktivistik

Kelebihan teori konstruktivistik adalah sebagai berikut :

a) Berpikir

Sehubungan dengan proses membina pengetahuan baru, murid berfikir untuk

menyelesaikan masalah, mencari idea dan membuat keputusan.

b) Faham

Murid terlibat secara langsung dalam mebina pengetahuan baru, mereka

akan lebih faham dan boleh mengapliksikannya dalam semua situasi.

c) Ingat

Murid terlibat secara langsung dengan aktif sehingga mereka akan ingat lebih

lama semua konsep.

d) Kemahiran sosial

Kemahiran sosial diperolehi apabila berinteraksi dengan teman dan guru

dalam membina pengetahuan baru.

Selain kelebihan yang dijelaskan di atas, kelemahan teori konstruktivistik

adalah dalam proses belajar, peran guru sebagai pendidik kurang mendukung.

b. Teori Vygotsky

Lev Vygotsky adalah seorang filosof Rusia yang idenya mempunyai peran

penting dalam memahami budaya, interaksi sosial dan peranan bahasa dalam

perkembangan kognitif. Teori Vygotsky mendapat perhatian yang makin besar

ketika memasuki akhir abad ke-20. Ia dipengaruhi oleh Pavlov dan beranggapan

bahwa perkembangan secara langsung dipengaruhi oleh perkembangan sosial.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

33

Istilah yang sering digunakan antara lain dampak sosial, scaffolding, and zone of

proximal development (ZPD).

Lev Vygotsky berbeda dengan konstruktivisme kognitif Piaget.

Konstruktivisme sosial yang dikembangkan oleh Vygotsky adalah bahwa belajar

bagi anak dilakukan dalam interaksi dengan lingkungan sosial maupun

lingkungan fisik. Inti konstruktivisme Vygotsky adalah interaksi antara aspek

internal dan eksternal yang penekanannya pada lingkungan sosial dalam belajar.

Konstruktivisme adalah suatu teori belajar yang mempunyai suatu pedoman dalam

filosofi dan antropologi sebaik psikologi. Pedoman filosofi pada teori ini

ditemukan pada abad ke-5 sebelum masehi ketika Socrates memajukan pemikiran

dari level sophist oleh metode perkembangan sistematis yang ditemukan melalui

gabungan antara pertanyaan dan alasan logika. Metode baru ini yang

mengkontribusi secara besar-besaran untuk memajukan aspek pemecahan masalah

aliran konstruktivisme.

Ada empat prinsip dasar dalam penerapan teori Vygotsky yaitu :

1) Belajar dan berkembang adalah aktivitas sosial dan kolaboratif

2) zone of proximal development (ZPD) dapat menjadi pemandu dalam

menyusun kurikulum dan pelajaran

3) Pembelajaran disekolah harus dalam konteks yang bermakna, tidak boleh

dipisahkan dari pengetahua anak-anak yang dibangun dalam dunia nyata

mereka

4) Pengalaman anak diluar sekolah harus dhubungkan dengan pengalaman

mereka disekolah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

34

Para ahli psikologi kognitif menyebut informasi dan pengalaman yang

disimpan dalam memori jangka panjang dalam pengetahuan awal. Pengetahuan

awal (prior knowlege) merupakan kumpulan dari pengetahuan dan pengalaman

individu yang diperoleh sepanjang perjalanan hidup mereka, dan sesuatu yang

dibawa kepada pengalaman baru. Kita perlu mengenalkan bahasa sejak dini untuk

memperoleh keterampilan bahasa yang baik. Para pakar perilaku memandang

bahasa sama dengan perilaku lainnya, misalnya duduk, berjalan atau berlari.

Mereka berpendapat bahwa bahasa hanya urutan respon atau sebuah imitasi.

Tetapi banyak diantara kalimat yang kita hasilkan adalah baru. Kita tidak

mendengar atau membicarakan sebelumnya. Kita tidak membicarakan bahasa di

dalam suatu ruang hampa sosial. Kita memerlukan pengenalan bahasa yang lebih

dini untuk memperoleh keterampilan bahasa yang baik. Bahasa berfungsi sebagai

komunikasi. Suatu komunikasi digunakan sebagai alat untuk menyelesaikan

masalah.

Interaksi sosial yang dipelajari anak berasal dari orang yang

berkemampuan intelektual diatas anak tersebut. Umumnya, anak mempelajari

orang lain diatas umurnya atau orang dewasa. Sehubungan dengan ini, guru

berperan sebagai pengarah dan pemandu kegiatan siswa dan mendorong siswa

yang mampu untuk bekerja mandiri. Guru juga bertindak sebagai seorang

pembantu dan mediator pembelajaran siswa. Menurut Vygotsky keterampilan-

keterampilan dalam keberfungsian mental berkembang melalui interaksi sosial

langsung. Melalui pengoranisasian pengalaman-pengalaman interaksi sosial yang

berada dalam suatu latar belakang kebudayaan ini menjadikan perkembangan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

35

anak menjadi matang. Vygotsky menekankan bagaimana proses-proses

perkembangan mental seperti ingatan, perhatian, dan penalaran yang melibatkan

pembelajaran yang menggunakan temuan-temuan masyarakat seperti bahasa,

sistem matematika dan alat-alat ingatan.

Menurut Vygotsky, anak-anak lahir dengan fungsi mental yang relative

dasar seperti kemampuan untuk memahami dunia luar dan memusatkan perhatian,

tetapi anak-anak tidak banyak meiliki fungsi mental yang lebih tinggi.

Pengalaman dengan orang lain secara berangsur menjadi semakin mendalam dan

membentuk gambaran batin anak tentang dunia. Pengalaman anak diluar sekolah,

harus dihubungkan dengan pengalaman mereka disekolah. Teori Vygotsky

menentang gagasan-gagasan Piaget tentang bahasa dan pemikiran. Vygotsky

menyatakan bahwa bahasa, bahkan dalam bentuknya yang paling awal, adalah

berbasis sosial, sementara Piaget menekankan pada percakapan anak-anak yang

bersifar egosentris dan berorientasi nonsosial. Anak-anak berbicara kepada diri

mereka untuk mengatur perilakunya dan untuk mengarahkan diri mereka.

Sebaliknya, Piaget menekankan bahwa percakapan anak kecil yang egosentris

mencerminkan ketidakmatangan sosial dan kognitif mereka.

Menurut Vygotsky keterampilan-keterampilan dalam keberfungsian

mental berkembang melalui interaksi sosial langsung. Melalui pengoranisasian

pengalaman-pengalaman interaksi sosial yang berada dalam suatu latar belakang

kebudayaan ini. Perkembangan anak menjadi matang.

Pembelajaran berdasarkan scaffolding yaitu memberikan ketrampilan yang

penting untuk pemecahan masalah secara mandiri, seperti diskusi dan praktek

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

36

langsung. Zone of Proximal Development (ZPD) adalah wilayah dimana anak

mampu untuk belajar dengan bantuan orang yang kompeten. Batas ZPD yang

lebih rendah ialah level pemecahan masalah yang di capai oleh seorang anak yang

bekerja secara mandiri. Batas yang lebih tinggi ialah level tanggung jawab

tambahan yang dapat di terima oleh anak dengan bantuan seorang instruktur yang

mampu. Penilaian belajar dilakukan dengan menggunakan cheklist, review, atau

pertanyaan, sedangkan penerapan teknologi untuk belajar adalah dengan

pemakaian visualisasi, contoh grafis, pengalaman dunia nyata yang terkait dengan

kebutuhan siswa.

Aplikasi teori kognitif terhadap pembelajaran siswa, belajar merupakan

proses aktif untuk membangun pengetahuan. Proses aktif yang dimaksud tidak

hanya secara mental namun juga secara fisik, artinya secara fisik pengetahuan

siswa secara aktif dibangun berdasarkan proses asimilasi pengalaman atau bahan

yang dipelajari dengan pengetahuan. Ciri pembelajaran dalam pandangan kognitif

adalah sebagai berikut:

a) Menyediakan pengalaman belajar berkaitan dengan pengetahuan yang

dimiliki siswa sehingga belajar melalui proses pembentukan pengetahuan.

b) Menyediakan berbagai alternatif pengalaman belajar, misalnya suatu masalah

dapat diselesaikan dengan berbagai cara.

c) Mengintegrasikan pembelajaran dengan sesuatu yang realistik yang

melibatkan pengalaman konkrit, misalnya untuk memahami konsep melalui

kenyataan kehidupan sehari-hari.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

37

d) Mengintegrasikan pembelajaran sehingga terjadi kerjasama seseorang dengan

orang lain atau dengan lingkungan, misalnya kerjasama antara siswa-guru

dan siswa-siswa.

e) Memanfaatkan berbagai media untuk komunikasi.

f) Melibatkan emosional siswa sehingga menjadi menarik dan siswa mau

belajar.

Tujuan pendidikan menurut teori belajar kognitif adalah sebagai berikut:

a) Menghasilkan individu yang memiliki kemampuan berfikir untuk

menyelesaikan setiap persoalan.

b) Kurikulum dirancang sedemikian rupa sehingga terjadi situasi untuk

memungkinkan pengetahuan dan ketrampilan dapat dikonstruksi oleh peserta

didik.

c) Peserta didik diharapkan selalu aktif dan dapat menemukan cara belajar yang

sesuai bagi dirinya.

Ada empat prinsip dasar dalam penerapan teori Vygotsky dikelas, antara

lain sebagai berikut:

a) Belajar dan berkembang adalah aktivitas sosial dan kolaboratif.

b) ZPD dapat menjadi pemandu dalam penyusunan kurikulum dan pelajaran.

c) Pembelajaran disekolah harus dalam konteks yang bermakna, tidak boleh

dipisahkan dari pengetahuan anak-anak yang dibangun dalam dunia nyata

mereka.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

38

3. Model Pembelajaran Problem Solving

a. Hakekat Pembelajaran Problem Solving

Menurut Made (dalam Hariyanti : 2010) pemecahan masalah merupakan

suatu aktifitas kognitif dimana siswa tidak saja harus dapat mengerjakan tetapi

juga harus yakin bisa memecahkan. Menurut Shadiq (2004:10), pembelajaran

pemecahan masalah (Problem Solving) adalah suatu kegiatan yang didesain oleh

guru dalam rangka memberi tantangan kepada siswa melalui penugasan atau

pertanyaan. Fungsi guru dalam kegiatan itu adalah memotivasi siswa agar mau

menerima tantangan dan membimbing siswa dalam proses pemecahannya.

Masalah yang diberikan harus masalah yang pemecahannya terjangkau oleh

kemampuan siswa. Masalah yang diluar jangkauan kemampuan siswa dapat

menurunkan motivasi mereka.

Pembelajaran Problem Solving merupakan pembelajaran yang dimulai

dengan menghadapkan siswa pada masalah nyata atau masalah yang

disimulasikan, bekerjasama dalam suatu kelompok untuk mengembangkan

keterampilan memecahkan masalah atau Problem Solving, kemudian siswa

mempresentasikan sehingga siswa diharapkan menjadi seorang self directed

learner. Self directed learner diartikan sebagai individu yang mampu belajar

mandiri. Pembelajaran ini merangsang pengembangan kemampuan berpikir siswa

secara kreatif dan menyeluruh, karena dalam proses belajarnya, siswa banyak

melakukan mental dengan menyoroti permasalahan dari berbagai segi dalam

rangka mencari pemecahan masalah.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

39

Menurut Peterson (2006), model pembelajaran Problem Solving adalah

suatu model pembelajaran yang melakukan pemusatan pada pengajaran dan

keterampilan pemecahan masalah, yang diikuti dengan penguatan keterampilan.

Ketika dihadapkan dengan suatu pertanyaan, siswa dapat melakukan keterampilan

memecahkan masalah untuk memilih dan mengembangkan tanggapannya.

Ketrampilan memecahkan masalah memperluas proses berpikir, sehingga untuk

memecahkan masalah siswa menggunakan segenap pemikiran, memilih strategi

pemecahannya, dan memproses hingga menemukan penyelesaian dari suatu

masalah.

b. Peran Problem Solving dalam Pembelajaran

Masalah Problem Solving juga dapat menantang pikiran dan bernuansa

teka-teki bagi siswa sehingga dapat meningkatkan rasa penasaran, motivasi dan

kegigihan untuk selalu terlibat dalam pembelajaran. Pentingnya Problem Solving

juga dapat dilihat pada perannya dalam pembelajaran. Stanic & Kilpatrick

membagi peran Problem Solving sebagai konteks menjadi beberapa hal antara lain

sebagai berikut:

1) Untuk pembenaran pembelajaran.

2) Untuk menarik minat siswa akan nilai pembelajaran, dengan isi yang

berkaitan dengan masalah kehidupan nyata.

3) Untuk memotivasi siswa, membangkitkan perhatian siswa pada topik atau

prosedur khusus dalam pembelajaran dengan menyediakan kegunaan

kontekstualnya (dalam kehidupan nyata).

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

40

4) Untuk rekreasi, sebagai sebuah aktivitas menyenangkan yang memecah

suasana belajar rutin.

5) Sebagai latihan, penguatan keterampilan dan konsep yang telah diajarkan

secara langsung.

Pembelajaran Problem Solving sebagai konteks menekankan pada

penemuan tugas-tugas atau masalah yang menarik dan yang dapat membantu

siswa memahami konsep atau prosedur biologi.

c. Langkah-langkah Pembelajaran Problem Solving

John Dewey dalam bukunya How We Think, menyebutkan lima langkah

dasar untuk Problem Solving (pemecahan masalah) adalah sebagai berikut :

1) Menyadari bahwa masalah itu ada

2) Identifikasi masalah

3) Penggunaan pengalaman sebelumnya atau informasi yang relevan untuk

penyusunan hipotesis

4) Pengujian hipotesis untuk beberapa solusi yang mungkin

5) Evaluasi terhadap solusi dan penyusun kesimpulan berdasarkan bukti yang

ada.

Sementara itu terkait dengan pembelajaran biologi, langkah-langkah dan

peran guru pada model pembelajaran berdasarkan masalah adalah sebagai berikut:

1) Orientasi siswa pada masalah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

41

Guru menjelaskan tujuan pembelajaran, menjelaskan peralatan yang

dibutuhkan, memotivasi siswa terlibat pada aktivitas pemecahan masalah yang

dipilihnya.

2) Mengorganisasikan siswa untuk belajar

Guru membantu siswa mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar

yang berhubungan dengan masalah tersebut.

3) Membimbing penyelidikan individual maupun kelompok

Guru mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai,

melaksanakan eksperimen untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan

masalah.

4) Mengembangkan dan menyajikan hasil karya

Guru membantu siswa dalam merencanakan dan menyiapkan karya yang

sesuai seperti laporan, video, dan model yang membantu mereka untuk

berbagi tugas dengan temannya.

5) Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah

Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap

penyelidikan mereka dan proses yang mereka gunakan.

Pada saat memecahkan masalah, ada beberapa cara atau langkah yang

sering digunakan. Cara yang sering digunakan dan sering berhasil pada proses

pemecahan masalah disebut dengan kiat/strategi pemecahan masalah. Setiap

manusia akan menemui masalah, karenanya strategi ini akan sangat bermanfaat

jika dipelajari para siswa agar dapat digunakan dalam kehidupan nyata mereka.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

42

Penyelesaian masalah menurut J. Dewey yang dikutip oleh Wina Sanjaya

cit Mirat (2010:15), ada enam tahap antara lain sebagai berikut:

1) Merumuskan masalah, yaitu langkah siswa dalam menentukan masalah yang

akan dipecahkan.

2) Menganalisis masalah, yaitu langkah siswa meninjau masalah secara kritis

dari berbagai sudut pandang

3) Merumuskan hipotesis, yaitu langkah siswa merumuskan bebagai

kemungkinan pemecahan yang sesuai dengan pengetahuan yang dimilikinya.

4) Mengumpulkan data, yaitu langkah siswa mencari dan menggambarkan

informasi yang diperlukan untuk pemecahan masalah

5) Pengujian hipotesis, yaitu langkah siswa mengembil atau merumuskan

kesimpulan sesuai dengan penerimaan dan penolakan hipotesis yang diajukan

6) Merumuskan rekomendasi pemecahan masalah, yaitu langkah siswa

menggambarkan rekomendasi yang dapat dilakukan sesuai rumusan hasil

pengujian hipotesis dan rumusan kesimpulan.

Menurut Polya cit Dewiyani (2008:91), sebagai berikut:

1) Memahami masalah

Pada langkah ini, kegiatan pemecahan masalah diarahkan untuk membantu

siswa menetapkan hal-hal yang diketahui pada permasalahan ditanyakan.

Beberapa pertanyaan yang perlu dimunculkan kepada siswa untuk membantunya

dalam memahami masalah antara lain sebagai berikut:

a) Apakah yang diketahui dari soal?

b) Apakah yang ditanyakan soal?

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

43

c) Apa saja informasi yang diperlukan?

d) Bagaimana akan menyelesaikan soal?

2) Membuat rencana untuk menyelesaikan masalah.

Langkah ini mengarahkan siswa untuk dapat mengidentifikasi strategi-

strategi pemecahan masalah yang sesuai untuk memecahkan masalah. Dalam

mengidentifikasi strategi-pemecahan masalah ini, hal yang paling penting untuk

diperhatikan adalah apakah strategi tersebut berkaitan dengan masalah yang akan

dipecahkan.

3) Melaksanakan penyelesaian soal

Siswa diarahkan menyelesaikan soal sesuai dengan yang telah

direncanakan. Pada langkah ini kemampuan siswa dalam memahami substansi

dan keterampilan siswa dalam melakukan pembelajaran akan sangat membantu

siswa dalam melaksanakan langkah kedua ini.

4) Memeriksa ulang jawaban yang diperoleh

Langkah ini penting dilakukan untuk mengecek apakah hasil yang

diperoleh sudah sesuai dengan ketentuan dan tidak terjadi kontradiksi dengan

yang ditanya. Tahap ini ada empat langkah penting yang dapat dijadikan pedoman

untuk melaksanakan langkah ini, antara lain sebagai berikut:

a) Mencocokan hasil yang diperoleh dengan hal yang ditanya

b) Menginterpretasikan jawaban yang diperoleh

c) Mengidentifikasi cara lain untuk mendapatkan penyelesaian masalah

d) Mengidentifikasi jawaban atau hasil lain yang memenuhi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

44

Langkah-langkah pembelajaran yang dilakukan penulis sebagaimana

merujuk dari model pembelajaran problem solving yang telah dilakukan

sebelumnya sebagai berikut :

1) Memahami Masalah:

Siswa dibagi menjadi 5 kelompok kemudian guru membagikan alat peraga

(model ekositem), siswa diberikan stimulus berupa penyampaian materi oleh guru

mengenai jenis-jenis ekosistem, kemudian guru membagikan beberapa pertanyaan

yang berkenaan dengan jenis-jenis ekosistem.

2) Membuat rencana untuk menyelesaikan masalah :

Tahap ini mengarahkan siswa untuk dapat mengidentifikasi masalah,

kemudian mencari cara yang tepat untuk menyelesaikan masalah tersebut.

3) Melaksanakan penyelesain soal:

Siswa diarahkan menyelesaikan soal sesuai dengan yang telah

direncanakan. Pada langkah ini siswa dapat menjawab pertanyaan dengan melihat

buku, mengamati objek, dan bertanya sama guru.

4) Memeriksa ulang jawaban yang diperoleh

Tahap ini siswa mengulang atau memeriksa kembali jawaban yang sudah

dikerjakan, menyimpulkan jawaban untuk dipresentasikan di depan kelas,

kemudian penulis memberi keputusan jawaban mana yang paling benar.

d. Kelebihan dan Kelemahan Pembelajaran Problem solving

Kelebihan pembelajaran problem solving antara lain sebagai berikut:

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

45

1) Model ini dapat membuat pendidikan di sekolah menjadi lebih relevan

dengan kehidupan, khususnya dengan dunia kerja.

2) Proses belajar mengajar melalui pemecahan masalah dapat membiasakan

para siswa menghadapi dan memecahkan masalah secara terampil, apabila

menghadapi permasalahan di dalam kehidupan.

3) Model ini merangsang pengembangan kemampuan berpikir siswa secara

kreatif dan menyeluruh karena dalam proses belajarnya siswa banyak

melakukan mental dengan menyoroti permasalahan dari berbagai segi dalam

rangka mencari pemecahannya.

Kelemahan pembelajaran problem solving antara lain sebagai berikut:

1) Menentukan suatu masalah yang tingkat kesulitannya sesuai dengan tingkat

berpikir siswa, tingkat sekolah dan kelasnya serta pengalaman yang telah

dimiliki siswa, sangat memerlukan kemampuan dan keterampilan guru.

2) Proses belajar mengajar dengan menggunakan model ini sering memerlukan

waktu yang cukup banyak dan sering terpaksa mengambil waktu pelajaran

lain.

3) Mengubah kebiasaan siswa belajar dengan mendengarkan dan menerima

informasi dari guru menjadi belajar dengan banyak berpikir memecahkan

permasalahan sendiri atau kelompok, yang kadang-kadang memerlukan

berbagai sumber belajar, merupakan kesulitan tersendiri bagi siswa.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

46

4. Model Pembelajaran Problem Posing

a. Pengertian Problem Posing

Problem Posing adalah istilah dalam bahasa Inggris yaitu dari kata

problem artinya masalah, soal atau persoalan dan kata to pose yang artinya

mengajukan. Problem Posing bisa diartikan sebagai pengajuan soal atau

pengajuan masalah. Suryanto (1998) menggunakan pembentukan soal sebagai

padanan Problem Posing.

Problem posing adalah suatu model pembelajaran yang mewajibkan para

siswa untuk mengajukan soal sendiri melalui pelajaran soal (berlatih soal secara

sendiri). Problem Posing mempunyai beberapa arti, (Suharta, 2000)

mendefinisikan problem posing adalah perumusan masalah yang berkaitan dengan

syarat-syarat soal yang telah dipecahkan atau alternatif soal yang masih relevan.

Suryanto cit Sukestiyarno (2001) menjelaskan Problem Posing adalah perumusan

soal agar lebih sederhana atau perumusan ulang soal yang ada dengan ada

peubahan agar lebih sedehana dan dapat dikuasai. Hal ini terjadi pada soal-soal

yang rumit .

Problem Posing adalah kegiatan perumusan soal atau masalah siswa.

Siswa hanya diberikan situasi tertentu sebagai stimulus dalam merumuskan soal

atau masalah. Berkaitan dengan situasi yang dipergunakan dalam kegiatan

perumusan masalah atau soal dalam pembelajaran, Walter dan Brown (1990)

menyatakan bahwa soal yang dibangun melalui beberapa bentuk, antara lain

gambar, benda manipulatif, permainan, teorema atau konsep, alat peraga, soal,

dan solusi dari soal. English (1998) membedakan dua macam situasi atau konteks,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

47

yaitu konteks formal bisa dalam betuk simbol (kalimat) atau dalam kalimat verbal,

dan konteks informal berupa permainan dalam gambar atau kalimat tanpa tujuan

khusus. Problem posing dapat juga diartikan membangun atau membentuk

masalah. Sari (2008) menjelaskan Problem Posing adalah perumusan soal ulang

yang ada dengan beberapa perubahan agar lebih sederhana sehingga soal tersebut

dapat diselasaikan.

Problem posing merupakan model pembelajaran yang mengharuskan

siswa menyusun pertanyaan sendiri atau memecah suatu soal menjadi pertanyaan-

pertanyaan yang lebih sederhana yang mengacu pada penyelesaian soal tersebut.

Problem Posing (pengajuan soal) dalam pembelajaran biologi, menempati posisi

yang strategis. Siswa harus menguasai materi dan penyelesaian soal. Hal tersebut

akan dicapai jika siswa memperkaya khazanah pengetahuannya tak hanya dari

guru melainkan perlu belajar secara mandiri.

Model pembelajaran Problem Posing ini mulai dikembangkan di tahun

1997 oleh Lyn D. English. Pada prinsipnya, model pembelajaran Problem Posing

adalah suatu model pembelajaran yang mewajibkan para siswa untuk mengajukan

soal sendiri melalui belajar soal (berlatih soal) secara mandiri. Penerapan model

pembelajaran problem posing antara lain sebagai berikut:

1) Guru menjelaskan materi pelajaran kepada para siswa. Penggunaan alat peraga

untuk memperjelas konsep sangat disarankan.

2) Guru memberikan latihan soal secukupnya.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

48

3) Siswa diminta mengajukan 1 atau 2 buah soal yang menantang, dan siswa

yang bersangkutan harus mampu menyelesaikannya. Tugas ini dapat pula

dilakukan secara kelompok.

4) Pada pertemuan berikutnya, secara acak, guru menyuruh siswa untuk

menyajikan soal temuannya di depan kelas, dalam hal ini guru dapat

menentukan siswa secara selektif berdasarkan bobot soal yang diajukan oleh

siswa.

5) Guru memberikan tugas rumah secara individual.

Silver dan Cai menjelaskan bahwa pengajuan soal mandiri dapat

diaplikasikan dalam tiga bentuk aktivitas kognitif biologi yakni sebagai berikut.

1) Pre solution posing

Pre solution posing yaitu jika seorang siswa membuat soal dari situasi

yang diadakan. Guru diharapkan mampu membuat pertanyaan yang berkaitan

dengan pernyataan yang dibuat sebelumnya.

2) Within solution posing

Within solution posing yaitu jika seorang siswa mampu merumuskan ulang

pertanyaan soal tersebut menjadi sub-sub pertanyaan baru yang urutan

penyelesaiannya seperti yang telah diselesaikan sebelumnya. Siswa diharapkan

mampu membuat sub-sub pertanyaaan baru dari sebuah pertanyaan yang ada pada

soal yang bersangkutan.

3) Post solution posing

Post solution posing yaitu jika seorang siswa memodifikasi tujuan atau

kondisi soal yang sudah diselesaikan untuk membuat soal yang baru yang sejenis.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

49

Pembelajaran dalam model pembelajaran pengajuan soal (Problem

Posing) siswa dilatih untuk memperkuat dan memperkaya konsep-konsep dasar

biologi. Kekuatan-kekuatan model pembelajaran Problem Posing antara lain

adalah memberi penguatan terhadap konsep yang diterima atau memperkaya

konsep-konsep dasar, diharapkan mampu melatih siswa meningkatkan

kemampuan dalam belajar, orientasi pembelajaran adalah investigasi dan

penemuan yang pada dasarnya adalah pemecahan masalah.

Bagi siswa, pembelajaran Problem Posing merupakan keterampilan

mental, siswa menghadapi suatu kondisi dimana diberikan suatu permasalahan

dan siswa memecahkan masalah tersebut. Model pembelajaran Problem Posing

(pengajuan soal) dapat dikembangkan dengan memberikan suatu masalah yang

belum terpecahkan dan meminta siswa untuk menyelesaikannya

Guru biologi dalam rangka mengembangkan model pembelajaran Problem

Posing (pengajuan soal) yang berkualitas dan terstruktur dalam pembelajaran

biologi, dapat menerapkan prinsip-prinsip dasar antara lain sebagai berikut:

1) Pengajuan soal harus berhubungan dengan apa yang dimunculkan dari

aktivitas siswa di dalam kelas.

2) Pengajuan soal harus berhubungan dengan proses pemecahan masalah siswa

3) Pengajuan soal dapat dihasilkan dari permasalahan yang ada dalam buku teks,

dengan memodifikasikan dan membentuk ulang karakteristik bahasa dan

tugas.

Menggunakan model pembelajaran problem posing dalam pembelajaran

biologi dibutuhkan keterampilan antara lain sebagai berikut:

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

50

1) Menggunakan strategi pengajuan soal untuk menginvestigasi dan

memecahkan masalah yang diajukan.

2) Memecahkan masalah dari situasi dan kehidupan sehari-hari.

3) Menggunakan sebuah pendekatan yang tepat untuk mengemukakan masalah

biologi.

4) mengenali hubungan antara materi-materi yang berbeda dalam biologi.

5) Mempersiapkan solusi dan strategi terhadap situasi masalah baru.

6) Mengajukan masalah yang kompleks sebaik mungkin, begitu juga masalah

yang sederhana.

7) Menggunakan penerapan subjek yang berbeda dalam mengajukan masalah

biologi.

8) Kemampuan untuk menghasilkan pertanyaan untuk mengembangkan strategi

mengajukan masalah antara lain sebagai berikut:

a) Bagaimana saya bisa menyelesaikan masalah ini?

b) Dapatkah saya mengajukan pertanyaan yang lain?

c) Seberapa banyak solusi yang dapat saya temukan?

Memunculkan pertanyaan baru dari masalah biologi yang diberikan

dianggap menjadi aktivitas utama dalam mengajukan masalah sebagaimana

dijelaskan oleh English antara lain sebagai berikut:

1) Apakah gagasan penting dalam masalah ini?

2) Dimana lagi kita dapat menemukan gagasan yang sama dengan hal ini?

3) Dapatkah kita menggunakan informasi ini dalam satu cara yang berbeda untuk

memecahkan suatu masalah?

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

51

4) Apakah kita cukup memiliki informasi penting untuk memecahkan masalah?

5) Bagaimana jika kita tidak memberikan semua informasi ini untuk membuat

sebuah masalah yang berbeda?

6) Bagaimana mungkin kamu dapat merubah beberapa informasi ini?

7) Akan menjadi apakah masalah tersebut kemudian?

Rangkaian pertanyaan di atas menunjukkan apabila ada seorang guru yang

tidak berpengalaman dalam mengajukan masalah dapat melakukan aktivitas

bertanya tersebut. Strategi dalam pengajuan masalah dapat dilihat dari beberapa

tinjauan literatur. Strategi ini dapat diterapkan dalam mengajukan masalah

tertentu. Strategi tersebut mengemukakan cara melihat atau menemukan masalah.

Strategi lain dalam mengajukan sebuah pertanyaan adalah untuk melihat

hubungan antara informasi yang diberikan dan mengajukan sebuah pertanyaan

yang mengikuti hubungan tersebut. Cara melihat atau menemukan masalah sejenis

dengan gabungan strategi dalam perumusan masalah. Strategi ini berada pada

penemuan tingkatan masalah. Masalah tersebut ditampilkan pada penguji coba

atau orang lain yang mengajukan pertanyaan, yang perlu dilakukan penanya

adalah menemukannya.

Strategi lain adalah untuk memanipulasi kondisi tertentu dan tujuan dari

masalah yang diajukan sebelumnya. Ini serupa dengan penggunaan analogi dalam

menghasilkan masalah baru yang terkait. dalam studi ini, terdapat dua strategi

berbeda yang dikembangkan antara lain sebagai berikut:

1) Mengajukan pertanyaan mengenai masalah biologi dari masalah yang ada

dalam buku pelajaran. Kilpatrick menjelaskan bahwa ada dua tahap dalam

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

52

proses penyelesaian masalah selama masalah baru diciptakan. Penyelesaian

masalah bisa dengan mengubah beberapa atau semua kondisi masalah untuk

melihat masalah baru, hal-hal yang mungkin dihasilkan dan setelah masalah

diselesaikan. Penyelesaian masalah bisa dengan meninjau ulang bagaimana

solusi dipengaruhi oleh berbagai macam permasalahan.

Strategi ini dapat dikembangkan oleh siswa sebagai berikut.

a) Memilih satu masalah dari buku pelajaran biologi atau buku LKS biologi.

b) Menentuan kondisi dari permasalahan yang diberikan dan hal yang tidak

diketahui.

c) Mengubah kondisi masalah dalam dua cara yang berbeda yaitiu

menambahkan lagi beberapa kondisi atau kondisi baru pada masalah asli

kemudian rumuskan satu pertanyaan baru, memindahkan kondisi dari

masalah asli kemudian rumuskan pertanyaan baru.

2) Mengajukan masalah biologi.

Strategi ini dapat dikembangkan oleh siswa antara lain sebagai berikut:

a) Situasi kehidupan sehari-hari yang ditampilkan pada semua siswa.

b) Siswa diminta melengkapi situasi dari pandangan mereka untuk menyatakan

masalah yang berasal dari situasi yang dibentuk.

c) Masing-masing siswa telah melengkapi masalah dari situasi tertentu untuk

kemudian mengajukan beberapa pertanyaan dari situasi tersebut

d) Tulis semua masalah yang diajukan yang berkaitan dengan masalah tersebut

Berdasarkan uraian di atas, tampak bahwa keterlibatan siswa untuk turut

belajar dengan cara menerapkan model pembelajaran Problem Posing merupakan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

53

salah satu indikator keefektifan belajar. Siswa tidak hanya menerima saja materi

dari guru, melainkan siswa juga berusaha menggali dan mengembangkan sendiri.

Hasil belajar tidak hanya menghasilkan peningkatan pengetahuan tetapi juga

meningkatkan keterampilan berpikir. Kemampuan siswa untuk mengerjakan soal-

soal sejenis uraian perlu dilatih, agar penerapan model pembelajaran problem

posing dapat optimal. Kemampuan tersebut akan tampak dengan jelas bila siswa

mampu mengajukan soal-soal secara mandiri maupun berkelompok. Kemampuan

siswa untuk mengerjakan soal tersebut dapat dideteksi lewat kemampuannya

untuk menjelaskan penyelesaian soal yang diajukannya di depan kelas. Melalui

penerapan model pembelajaran Problem Posing dapat melatih siswa belajar

kreatif, disiplin, dan meningkatkan keterampilan berpikir siswa.

Model pembelajaran Problem Posing memiliki kelebihan dan kekurangan.

Kelebihan model pembelajaran problem posing menurut Suyitnio cit Sukistiyarno

(2001) adalah dapat memberi penguatan terhadap konsep yang diterima atau

memperkuat konsep-konsep dasar, diharapkan mampu melatih siswa

meningkatkan kemampuan dalam belajar, dan orientasi pembelajaran adalah

investigasi dan penemuan yang pada dasarnya adalah pemecahan masalah. Setiap

model pembelajaran pasti ada kelebihan dan kekuranganya. Sutisna (2010)

menguraikan bahwa kelebihan model problem posing adalah kemampuan

memecahkan masalah/mampu mencari berbagai jalan dari suatu kesulitan yang

dihadapi, mengembangkan pengetahuan dan pemahaman siswa/ terampil

menyelesaikan soal tentang materi yang diajarkan, mengetahui proses bagaimana

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

54

cara siswa memecahkan masalah, meningkatkan kemampuan mengajukan soal,

dan sikap yang positif terhadap biologi.

Menurut Rahayuningsih cit Sutisna (2002), kelebihan Problem Posing

diantaranya adalah kegiatan pembelajaran tidak terpusat pada guru, tetapi dituntut

keaktifan siswa, minat siswa dalam pembelajaran biologi lebih besar dan siswa

lebih mudah memahami soal karena dibuat sendiri, semua siswa terpacu untuk

terlibat secara aktif dalam membuat soal, dengan membuat soal dapat

menimbulkan dampak terhadap kemampuan siswa dalam menyelesaikan masalah,

dan dapat membantu siswa untuk melihat permasalahan yang ada dan yang baru

diterima sehingga diharapkan mendapatkan pemahaman yang mendalam dan lebih

baik. Sejalan kedua pendapat diatas bahwa kelebihan model pembelajaran

problem posing adalah siswa aktif dalam kegiatan pembelajaran, minat yang

positif terhadap biologi, membantu siswa untuk melihat permasalahan yang ada

sehingga meningkatkan kemampuan menyelesaikan masalah, memunculkan ide

yang kreatif dari dalam mengajukan soal, dan mengetahui proses bagaimana cara

siswa memecahkan masalah. Potensi siswa sebenarnya dapat dioptimalkan dengan

memberikan pembelajaran inovatif yang tentunya banyak menuntut (melatih)

kreatifitas siswa hingga akhirnya siswa terampil dalam mengungkap fakta yang

berkaitan dengan masalah dan menyelesaikan masalah tersebut berdasarkan fakta

yang didapat. Problem Posing dapat membantu siswa untuk mengembangkan

proses nalar mereka.

Model Problem Posing tidak hanya memiliki kelebihan seperti

diterangkan di atas, tetapi juga memiliki kekurangan. Kekurangan model Problem

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

55

Posing yaitu pembelajaran model Problem Posing membutuhkan waktu yang

lama, dan agar pelaksanaan kegiatan dalam membuat soal dapat dilakukan dengan

baik perlu ditunjang oleh buku yang dapat dijadikan pemahaman dalam kegiatan

belajar terutama membuat soal.

Langkah-langkah pembelajaran model Problem Posing dalam penelitian

ini antara lain sebagai berikut:

1) Langkah Accepting (menerima)

Tahap ini guru memberikan stimulus terhadap kemampuan siswa dalam

memahami situasi yang diberikan

2) Langkah challenging (menantang)

Tahap ini siswa dibimbing untuk memberikan respon terhadap situasi yang

diberikan yaitu dengan pertanyaan, berdialog, guru membimbing siswa

mengenai langkah-langkah yang akan ditempuh siswa dalam penyelesaian

masalah, guru bersama siswa melaksanakan rencana penyelesaian, guru dan

siswa menyelesaikan masalah bersama-sama.

5. Prestasi Belajar

a. Definisi Prestasi Belajar

Kata prestasi belajar terdiri dari dua unsur kata yaitu prestasi dan belajar.

Dalam kamus bahasa Indonesia, (Depdiknas, 2006) prestasi adalah hasil yang

telah dicapai dan yang telah dilakukan atau dikerjakan. Prestasi juga mengandung

pengertian suatu hasil yang dicapai dari suatu kegiatan/aktivitas yang telah

dilakukan, diciptakan, baik secara kelompok maupun sendiri. Prestasi merupakan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

56

salah satu tujuan seseorang dalam belajar dan sekaligus sebagai motivator

terhadap aktivitas siswa. Prestasi belajar merupakan salah satu indikator

keberhasilan belajar. Prestasi belajar merupakan aktualisasi dari potensi yang

dimilikinya, artinya belajar merupakan manifestasi dari kemampuan potensi

individu. Slameto (2003) mengemukakan beberapa pengertian prestasi belajar

antara lain sebagai berikut:

1) Prestasi belajar merupakan perubahan perilaku yang dapat diukur yang

dilakukan dengan menggunakan tes prestasi (achievement test)

2) Prestasi belajar merupakan hasil perbuatan individuitu sendiri bukan hasil dari

perbuatan orang lain terhadap individu

3) Prestasi belajar dapat dievaluasi tinggi rendahnya berdasarkan kriteria yang

telah ditetapkan oleh penilai atau menurut tolak ukur (standar) yang dicapai

oleh kelompok.

4) Prestasi belajar merupakan hasil dari kegiatan yang dilakukan dengan sengaja

dan disadari, jadi bukan merupakan kebiasaan atau perilaku yang tidak

disadari. Prestasi belajar adalah hasil belajar yang telah dicapai oleh siswa

yang ditandai dengan perkembangan serta perubahan tingkah laku yang

meliputi pengetahuan, keterampilan maupun sikap pada diri seseorang yang

dilakukannya secara sengaja/sadar melalui proses belajar mengajar dalam

jangka waktu tertentu dan dapat diukur serta dinyatakan dalam bentuk nilai,

hasil tes atau ujian berupa angka (kuantitatif), huruf, atau kalimat (kualitatif).

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

57

b. Faktor Yang Mempengaruhi Prestasi Belajar

Beberapa faktor yang mempengaruhi prestasi belajar antara lain faktor

yang terdapat dalam diri siswa (faktor internal) dan faktor yang terdiri dari luar

siswa (faktor eksternal). Faktor-faktor yang berasal dari dalam diri anak bersifat

biologis sedangkan faktor yang berasal dari luar diri anak antara lain adalah

faktor keluarga, sekolah, masyarakat dan sebagainya.

1) Faktor Internal

Faktor internal adalah faktor yang timbul dari dalam diri individu itu

sendiri, adapun yang dapat digolongkan ke dalam faktor internal yaitu

kecedersan/intelegensi, bakat, minat dan motivasi.

a) Kecerdasan/intelegensi

Kecerdasan adalah kemampuan belajar disertai kecakapan untuk

menyesuaikan diri dengan keadaan yang dihadapinya. Kemampuan ini sangat

ditentukan oleh tinggi rendahnya intelegensi yang normal selalu menunjukkan

kecakapan sesuai dengan tingkat perkembangan sebaya. Perkembangan ini

ditandai oleh kemajuan-kemajuan yang berbeda antara satu anak dengan anak

yang lainnya, sehingga seseorang anak pada usia tertentu sudah memiliki tingkat

kecerdasan yang lebih tinggi dibandingkan dengan kawan sebayanya. Faktor

intelegensi merupakan suatu hal yang tidak diabaikan dalam kegiatan

belajar mengajar

Menurut Kartono (1995:1) kecerdasan merupakan salah satu aspek yang

penting dan sangat menentukan berhasil tidaknya studi seseorang. Seorang murid

yang mempunyai tingkat kecerdasan normal atau di atas normal maka secara

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

58

potensi ia dapat mencapai prestasi yang tinggi. Slameto (1995:56) mengatakan

bahwa tingkat intelegensi yang tinggi akan lebih berhasil daripada yang

mempunyai tingkat intelegensi yang rendah. Sehubungan dengan pendapat di atas

diketahui bahwa intelegensi yang baik atau kecerdasan yang tinggi merupakan

faktor yang sangat penting bagi seorang anak dalam usaha belajar.

b) Bakat

Kartono (1995:2) menyatakan bahwa bakat adalah potensi atau

kemampuan kalau diberikan kesempatan untuk dikembangkan melalui belajar

akan menjadi kecakapan yang nyata. Sehubungan pendapat di atas diketahui

bahwa tumbuhnya keahlian tertentu pada seseorang sangat ditentukan oleh bakat

yang dimilikinya sehubungan dengan bakat ini dapat mempunyai tinggi

rendahnya prestasi belajar bidang-bidang studi tertentu.

Dalam proses belajar terutama belajar keterampilan, bakat memegang

peranan penting dalam mencapai suatu hasil akan prestasi yang baik. Jika seorang

guru atau orang tua memaksa anaknya untuk melakukan sesuatu yang tidak sesuai

dengan bakatnya maka akan merusak keinginan anak tersebut.

c) Minat

Menurut Slameto (1995:57) mengemukakan bahwa minat adalah

kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan mengenang beberapa

kegiatan, kegiatan yang diminati seseorang, diperhatikan terus yang disertai

dengan rasa sayang. Sardiman (1992:76) mengemukakan minat adalah suatu

kondisi yang terjadi apabila seseorang melihat ciri-ciri atai arti sementara situasi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

59

yang dihubungkan dengankeinginan-keinginan atau kebutuhan-kebutuhannya

sendiri.

Berdasarkan pendapat di atas, diketahui bahwa minat besar pengaruhnya

terhadap belajar atau kegiatan bahkan pelajaran yang menarik minat siswa lebih

mudah dipelajari dan disimpan karena minat menambah kegiatan belajar. Untuk

menambah minat seorang siswa di dalam menerima pelajaran di sekolah siswa

diharapkan dapat mengembangkan minat untuk melakukannya sendiri. Minat

belajar yang telah dimiliki siswa merupakan salah satu faktor yang dapat

mempengaruhi hasil belajarnya. Seseorang yang mempunyai minat yang tinggi

terhadap sesuatu hal maka akan terus berusaha untuk melakukan sehingga apa

yang diinginkannya dapat tercapai sesuai dengan keinginannya.

d) Motivasi

Motivasi dalam belajar adalah faktor yang penting karena hal tersebut

merupakan keadaan yang mendorong keadaan siswa untuk melakukan belajar.

Persoalan mengenai motivasi dalam belajar adalah bagaimana cara mengatur agar

motivasi dapat ditingkatkan. Dalam kegiatan belajar mengajar sorang anak didik

akan berhasil jika mempunyai motivasi untuk belajar. Motivasi adalah segala

daya yang mendorong seseoranguntuk melakukan sesuatu.

Menurut Wlodkowsky cit Sugihartono dkk (2007), Motivasi adalah suatu

kondisi yang menyebabkan atau menimbulkan perilaku tertentu dan yang

memberi arah dan ketahanan pada tingkah laku tersebut. Perkembangan motivasi

dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu (a) motivasi instrinsik dan (b) motivasi

ekstrinsik. Motivasi instrinsik dimaksudkan dengan motivasi yang bersumber dari

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

60

dalam diri seseorang yang atas dasarnya kesadaran sendiri untuk melakukan

sesuatu pekerjaan belajar. Motivasi ekstrinsik dimaksudkan dengan motivasi

yangdatangnya dari luar diri seseorang siswa yang menyebabkan siswa tersebut

melakukan kegiatan belajar. Seorang guru harus berusaha dengan segala

kemampuan yang ada untuk mengarahkan perhatian siswa kepada sasaran

tertentu. Dengan adanya dorongan ini dalam diri siswa akan timbul inisiatif

dengan alasan mengapa ia menekuni pelajaran. Untuk membangkitkan motivasi

kepada mereka, supaya dapat melakukan kegiatan belajar dengan kehendak

sendiri dan belajar secara aktif.

2) Faktor Eksternal

Faktor eksternal adalah faktor-faktor yang dapat mempengaruhi prestasi

belajar yang sifatnya di luar diri siswa, yaitu beberapa pengalaman-pengalaman,

keadaan keluarga, lingkungan sekitarnya dan sebagainya. Pengaruh lingkungan ini

pada umumnya bersifat positif dan tidak memberikan paksaan kepada individu.

Menurut Slameto (1995:60) faktor eksternal yang dapat mempengaruhi

belajar adalah keadaan keluarga, keadaan sekolah dan lingkungan masyarakat.

a) Keadaan Keluarga

Keluarga merupakan lingkungan terkecil dalam masyarakat tempat

seseorang dilahirkan dan dibesarkan. Sebagaimana yang dijelaskan oleh Slameto

bahwa keluarga adalah lembaga pendidikan pertama dan utama. Keluarga yanng

sehat besar artinya untuk pendidikan kecil, tetapi bersifat menentukan dalam

ukuran besar yaitu pendidikan bangsa, negara dan dunia.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

61

Adanya rasa aman dalam keluarga sangat penting dalam keberhasilan

seseorang dalam belajar. Rasa aman itu membuat seseorang akan terdorong untuk

belajar secara aktif, karena rasaaman merupakan salah satu kekuatan pendorong

dari luar yang menambah motivasi untuk belajar. Suryabrata (1990) mengatakan

keluarga merupakan lingkungan pendidikan yang pertama, karena dalam keluarga

inilah anak pertama-tama mendapatkan pendidikan dan bimbingan, sedangkan

tugas utama dalam keluarga bagi pendidikan anak ialahsebagai peletak dasar bagi

pendidikan akhlak dan pandangan hidup keagamaan, oleh karena itu orang tua

hendaknya menyadari bahwa pendidikan dimulai dari keluarga. Sekolah

merupakan pendidikan lanjutan. Peralihan pendidikan informal ke lembaga-

lembaga formal memerlukan kerjasama yang baik antara orang tua dan guru

sebagai pendidik dalam usaha meningkatkan hasil belajar anak. Jalan kerjasama

yang perlu ditingkatkan, dimanaorang tua harus menaruh perhatian yang serius

tentang cara belajar anak di rumah. Perhatian orang tua dapat memberikan

dorongan dan motivasi sehingga anak dapat belajar dengan tekun karena anak

memerlukan waktu, tempat dan keadaan yang baik untuk belajar.

b) Keadaan Sekolah

Sekolah merupakan lembaga pendidikan formal pertama yang sangat

penting dalam menentukan keberhasilan belajar siswa, karena itu lingkungan

sekolah yang baik dapat mendorong untuk belajar yang lebih giat. Keadaan

sekolah ini meliputi cara penyajian pelajaran,hubungan guru dengan siswa, alat-

alat pelajaran dan kurikulum. Hubungan antara guru dan siswa kurang baik akan

mempengaruhi hasil-hasil belajarnya.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

62

Menurut Kartono (1995:6) mengemukakan guru dituntut untuk

menguasai bahan pelajaran yang akan diajarkan, dan memiliki tingkah laku yang

tepat dalam mengajar, oleh sebab itu, guru harus dituntut untuk menguasai bahan

pelajaran yang disajikan, dan memiliki metode yang tepat dalam mengajar.

c) Lingkungan Masyarakat

Di samping orang tua, lingkungan juga merupakan salah satu faktor yang

tidak sedikit pengaruhnya terhadap hasil belajar siswa dalm proses pelaksanaan

pendidikan karena lingkungan alam sekitar sangat besar pengaruhnya terhadap

perkembangan pribadi anak, sebab dalam kehidupan sehari-hari anak akan lebih

banyak bergaul dengan lingkungan dimana anak itu berada. Kartono (1995:5)

berpendapat bahwa lingkungan masyarakat dapat menimbulkan kesukaran belajar

anak, terutama anak-anak yang sebaya. Apabila anak-anak yang sebaya

merupakan anak-anak yang rajin belajar, maka anak akan terangsang untuk

mengikuti jejak mereka. Sebaliknya bila anak-anak di sekitarnya merupakan

kumpulan anak-anak nakal yang berkeliaran tiada menentukan anakpun dapat

terpengaruh pula.

6. Kemampuan Berpikir Kritis

Berpikir kritis adalah suatu proses rasional yang bertujuan untuk

membuat keputusan apakah meyakini atau melakukan sesuatu. Berpikir kritis

adalah berpikir dengan penuh perhitungan dan hati-hati.

Kemampuan seseorang dalam berpikir kritis dapat dikenali dari tingkah

laku yang diperlihatkannya selama proses berpikir. Untuk mengetahui

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

63

kemampuan berpikir kritis seseorang itu dapat kita hubungkan dengan indikator-

indikator berpikir kritis yang dikemukakan beberapa ahli. Facione cit Filsaime

(2008:66-68), mengemukakan enam kemampuan berpikir kritis yaitu: (1)

Interpretasi, yaitu kemampuan memahami, menjelaskan dan memberi makna data

atau informasi, (2) Analisis, yaitu kemampuan untuk mengidentifikasi hubungan

dari informasi-informasi yang dipergunakan untuk mengekspresikan pemikiran

atau pendapat, (3) Evaluasi, yaitu kemampuan untuk menguji kebenaran dari

informasi yang digunakan dalam mengekspresikan pemikiran atau pendapat, (4)

Inferensi, yaitu kemampuan untuk mengidentifikasi dan memperoleh unsur-unsur

yang diperlukan untuk membuat suatu kesimpulan yang masuk akal, (5)

Eksplanasi, yaitu kemampuan untuk menjelaskan atau menyatakan hasil

pemikiran berdasarkan bukti, metodologi, dan konteks. (6) Regulasi diri, yaitu

kemampuan seseorang untuk mengatur berpikirnya.

Alwasilah (2002), mengemukakan lima perilaku yang sistematis dalam

berpikir kritis. Lima perilaku tersebut adalah sebagai berikut: (1) Keterampilan

Menganalisis, yaitu keterampilan menguraikan sebuah struktur ke dalam

komponen-komponen agar mengetahui pengorganisasian struktur tersebut, (2)

Keterampilan Mensintesis, keterampilan menggabungkan bagian-bagian menjadi

susunan yang baru, (3) Keterampilan Mengenal dan Memecahkan Masalah, yaitu

keterampilan aplikatif konsep kepada beberapa pengertian, (4) Keterampilan

Menyimpulkan, yaitu kegiatan akal pikiran manusia berdasarkan

pengertian/pengetahuan yang dimilikinya untuk mencapai pengertian baru, (5)

Keterampilan Mengevaluasi/Menilai, yaitu kemampuan menentukan nilai sesuatu

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

64

berdasarkan kriteria tertentu. Hubungan Pembelajaran Pemecahan Masalah

dengan Kemampuan Berpikir Kritis Jika kita perhatikan langkah-langkah

pemecahan masalah yang dikemukakan Polya, maka kita lihat sangat diperlukan

keterampilan/kemampuan berpikir kritis mulai dari memahami masalah,

merencanakan pemecahan, melaksanakan rencana, sampai melihat/memeriksa

kembali pemecahan yang telah dilaksanakan. Pada tahap memahami masalah agar

siswa dapat memahami masalah dia harus mempunyai kemampuan interpretasi

agar dia memahami secara tepat masalah matematika yang diajukan kepadanya.

Selain itu dia juga harus mempunyai kemampuan evaluasi untuk mengevaluasi

pemikirannya dalam memahami masalah. Kemampuan inferensi juga dipelukan

untuk mengidentifikasi apa yang diketahui dan apa yang ditanya dalam masalah.

Pada tahap merencanakan pemecahan masalah, keterampilan interpretasi, analisis,

dan evaluasi juga diperlukan karena untuk dapat menentukan rencana apa yang

akan dilaksanakan siswa harus mampu memaknai informasi yang ada pada

masalah dan menghubungkan setiap unsur yang ada pada masalah. Polya (1973)

mengemukakan bahwa sesungguhnya kemampuan memecahkan masalah ada pada

ide menyusun rencana pemecahan. Tahap ini sangat diperlukan kemampuan

berpikir kritis dari siswa. Tahap melaksanakan rencana pemecahan siswa akan

menggali semua konsep dan prosedur yang telah dipelajarinya sehingga dapat

memecahkan masalah dengan benar. Semua keterampilan/kemampuan berpikir

kritis diperlukan di sini terutama kemampuan eksplanasi. Pada tahap ini siswa

mengorganisasikan semua pengetahuan dan konsep matematika yang telah

dimilikinya agar dia berhasil memecahkan masalah. Tahap melihat/memeriksa

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

65

kembali hasil pemecahan yang telah didapat semua kemampuan berpikir kritis

juga sangat diperlukan untuk menguji pemecahan masalah yang telah

dilaksanakan. Pembelajaran biologi dengan pemecahan masalah akan melatih

siswa berpikir kritis sehingga akan bertumbuh dan berkembang kemampuan

berpikir kritis dalam kehidupannya. Pembelajaran biologi dengan pemecahan

masalah sekaligus akan dapat membelajarkan siswa berpikir kritis. Ada beberapa

hal lain yang didapat dari pembelajaran biologi dengan pemecahan masalah

(Nuryani, 2005), antara lain sebagai berikut:

1) Fokus pemecahan masalah adalah perhatian siswa yaitu pada ide-ide dan

indera lebih mengingat fakta.

2) Pemecahan masalah mengembangkan keyakinan siswa bahwa mereka

mampu memecahkan masalah matematika dan bahwa matematika masuk

akal.

3) Melalui pembelajaran dengan pemecahan masalah yang menyenangkan

siswa akan mengingat pelajaran dengan lebih baik.

7. Motivasi Belajar

a. Pengertian Motivasi

Sardiman (2001) mengatakan motivasi adalah segala daya yang

mendorong seseoranguntuk melakukan sesuatu. Menurut Wlodkowsky cit

Sugihartono dkk (2007), motivasi adalah suatu kondisi yang menyebabkan atau

menimbulkan perilaku tertentu dan yangmemberi arah dan ketahanan pada

tingkah laku tersebut. Sabri (2001:9) menyatakan bahwa motivasi adalah segala

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

66

sesuatu yang menjadi pendorong tingkah laku yang menuntut atau mendorong

orang untuk memenuhi suatu kebutuhan. Ada tiga komponen utama dalam

motivasi yaitu 1) kebutuhan, 2) dorongan, dan 3) tujuan. Kebutuhan terjadi bila

individu merasa ada ketidakseimbangan antara sesuatu yang ia miliki dan harapan.

Moslow membagi kebutuhan menjadi lima tingkatan yakni 1) kebutuhan

fisiologis, 2) kebutuhan akan rasa aman, 3) kebutuhan sosial, 4) kebutuhan akan

penghargaan diri dan 5) kebutuhan aktualisasi. Dorongan merupakan kekuatan

mental untuk melakukan kegiatan dalam rangka memenuhi harapan. Tujuan

adalah hal yang ingin dicapai oleh seorang individu. Tujuan tersebut mengarahkan

perilaku, dalam hal ini perilaku belajar. Kekuatan mental atau kekuatan motivasi

belajar dapat diperkuat dan dikembangkan. Interaksi kekuatan mental

dan pengaruh dari luar ditentukan oleh responden prakarsa pribadi pelaku.

b. Macam-macam Motivasi

Sardiman (2001), mengatakan motivasi itu ada tiga golongan antara laian

sebagai berikut:

1) Kebutuhan-kebutuhan organis yakni, motif-motif yang berhubungan dengan

kebutuhan-kebutuhan bagian dalam dari tubuh seperti : lapar, haus, kebutuhan

bergerak, beristirahat atau tidur, dan sebagainya.

2) Motif-motif yang timbul yang timbul sekonyong-konyong (emergency

motives) inilah motif yang timbul bukan karena kemauan individu tetapi

karena ada rangsangan dari luar, misalnya motif melarikan diri dari bahaya,

motif berusaha mengatasi suatu rintangan.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

67

3) Motif obyektif yaitu motif yang diarahkan atau ditujukan ke suatu objek atau

tujuan tertentu disekitar kita, timbul karena adanya dorongan dari dalam diri

kita. Arden N. Frandsen cit Sardiman (1998:64), mengemukakan jenis

motivasi dilihat dari dasar pembentukannya, yaitu motif bawaan, (motive

psychological drives)dan motif yang dipelajari (affiliative needs), misalnya

dorongan untuk belajar suatu cabang ilmu pengetahuan dan sebagainya.

c. Jenis Motivasi dalam Belajar

Menurut Sardiman (2006:89) ada berbagai jenis motivasi, yaitu :

1) Motivasi intrinsik

Motivasi intrinsik adalah motif-motif yang aktif atau berfungsinya tidak perlu

dirangsang dari luar karena dalam diri setiap individu sudah ada dorongan

untuk melakukan sesuatu. Seorang siswa melakukan belajar karena didorong

tujuan ingin mendapatkan pengetahuan, nilai dan keterampilan.

2) Motivasi ekstrinsik

Motivasi ekstrinsik adalah motif-motif yang aktif dan berfungsinya karena

adanya perangsang dari luar. Motivasi ekstrinsik dapat juga dikatakan sebagai

bentuk motivasi yang di dalamnya aktivitas belajar dimulai dan diteruskan

berdasarkan dorongan dari luar yang tidak secara mutlak berkaitan dengan

aktivitas belajar.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

68

d. Ciri-ciri Motivasi

Menurut Sardiman (2006 :83) bahwa motivasi yang ada dalam diri

seseorang memiliki ciri-ciri sebagai berikut :

1) Tekun menghadapi tugas (dapat bekerja terus menerus dalam waktu yang

lama,tidak pernah berhenti sebelum selesai).

2) Ulet menghadapi kesulitan (tidak lekas putus asa).

3) Menunjukkan minat terhadap bermacam-macam masalah (minat untuk

sukses).

4) Mempunyai orientasi ke masa depan.

5) Lebih senang bekerja mandiri.

6) Cepat bosan pada tugas-tugas yang rutin (hal-hal yang bersifat mekanis,

berulang-ulang begitusaja, sehingga kurang kreatif).

7) Dapat mempertahankan pendapatnya (kalau sudah yakin akan sesuatu).

8) Tidak pernah mudah melepaskan hal yang sudah diyakini.

9) Senang mencari dan memecahkan masalah soal-soal.

Apabila seseorang telah memiliki ciri-ciri motivasi di atas maka orang

tersebut selalumemiliki motivasi yang cukup kuat. Dalam kegiatan belajar

mengajar akan berhasil baik, kalausiswa tekun mengerjakan tugas, ulet dalam

memecahkan berbagai masalah dan hambatan secaramandiri. Selain itu siswa juga

harus peka dan responsif terhadap masalah umum dan bagaimanamemikirkan

pemecahannya. Siswa yang telah termotivasi memiliki keinginan dan harapan

untuk berhasil dan apabila mengalami kegagalan mereka akan berusaha keras

untuk mencapaikeberhasilan itu yang ditunjukkan dalam prestasi belajarnya.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

69

Dengan kata lain dengan adanyausaha yang tekun dan terutama didasari adanya

motivasi maka seseorang yang belajar akanmelahirkan prestasi belajar yang baik.

e. Fungsi Motivasi dalam Belajar

Menurut Sardiman (2006:85) bahwa motivasi selain berfungsi sebagai

pendorong usaha dan pencapaian prestasi juga berfungsi sebagai berikut:

1) Mendorong manusia untuk berbuat, jadi sebagai penggerak atau motor yang

melepaskan energi.

2) Menentukan arah perbuatan, yakni ke arah tujuan yang telah dicapai.

3) Menyeleksi perbuatan, yakni menentukan perbuatan-perbuatan mana yang

akan dikerjakan yang serasi guna mencapai tujuan dengan menyisihkan

perbuatan- perbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan tersebut.

8. Mata Pelajaran Biologi

Mata pelajaran Biologi di SMA/MA yang merupakan kelanjutan IPA di

SMP/MTs yang menekankan pada fenomena alam dan penerapannya yang

meliputi aspek-aspek sebagai berikut:

a. Hakikat biologi, keanekaragaman hayati dan pengelompokan makhluk hidup,

hubungan antar komponen ekosistem, perubahan materi dan energi, peranan

manusia dalam keseimbangan ekosistem

b. Organisasi seluler, struktur jaringan, struktur dan fungsi organ tumbuhan,

hewan dan manusia serta penerapannya dalam konteks sains, lingkungan,

teknologi dan masyaraka

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

70

c. Proses yang terjadi pada tumbuhan, proses metabolisme, hereditas, evolusi,

bioteknologi dan implikasinya pada sains, lingkungan, teknologi dan masyarakat.

Ruang lingkup mata pelajaran biologi SMA terdiri dari 2 bagian, antara lain

yaitu bekerja ilmiah dan pemahaman konsep (materi pokok). Bekerja ilmiah

diajarkan dan dilatihkan pada awal tahun kelas X, tetapi untuk selanjutnya

terintegrasi dengan materi pada kompetensi yang telah ditetapkan. Konsep/materi

pelajaran biologi SMA kelas X meliputi materi bekerja ilmiah, hakikat ilmu

biologi, keanekaragaman hayati dan pengelompokan makhluk hidup, hubungan

antar komponen ekosistem, perubahan materi dan energi, peranan manusia dalam

keseimbangan ekosistem. Dari sekian banyak cakupan materi biologi, peneliti

mengambil pada pembahasan ekosistem. Materi ekosistem tersebut dapat

dipaparkan seperti berikut di bawah ini.

a. Pengertian dan Komponen Ekosistem

Ekosistem adalah suatu proses yang terbentuk karena adanya hubungan

timbal balik antara makhluk hidup dengan lingkungannya Komponen Ekosistem

Secara umum, komponen ekosistem terbagi atas dua kelompok yakni biotik dan

juga abiotik. Komponen biotik merupakan komponen berupa mahluk hidup.

Sementara itu komponen abiotik mencakup semua hal di luar mahluk hidup dalam

sebuah satuan ekosistem. Meski tak hidup, namun komponen abiotik ini sangat

mempengaruhi keberlangsungan hidup dari komponen biotik. Komponen abiotik

tersebut, antara lain suhu, tanah, air, udara, cahaya dan iklim. Sementara itu

komponen biotik mencakup beberapa hal yang dapat dikelompokkan berdasarkan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

71

fungsinya. Berdasarkan fungsi komponen tersebut, komponen biotik dibagi

menjadi dua komponen dasar yakni :

1) Autotrof tak lain adalah istilah yang menunjuk pada mahluk hidup yang

bisa membentuk sendiri makanannya sendiri.

2) Heterotrof adalah semua organisme yang tidak dapat membuat

makanannya sendiri, akan tetapi memanfaatkan bahan-bahan organik dari

organisme lainnya sebagai bahan makanannya. Organisme ini terdiri atas 3

tingkatan yaitu konsumen yang secara langsung memakan organisme lain,

pengurai yang mendapatkan makanan dari penguraian bahan organik dari bangkai

dan detritivor yang merupakan pemakan partikel organik atau jaringan yang telah

membusuk, contohnya adalah lintah dan cacing

b. Interaksi Antarorganisme dalam Ekosistem

Memahami interaksi dalam ekosistem harus dimulai dari pengamatan

terhadap interaksi antara individu yang satu dengan individu lainnya atau

organisme yang satu dengan organisme lainnya. Interaksi ini adalah suatu hal

yang mutlak sebab suatu individu tak akan pernah lepas dari individu lainnya.

Interaksi antar-individu tersebut bisa dengan mudah dijumpai di dalam sebuah

populasi atau suatu komunitas. Untuk memudahkan pemahaman, maka interaksi

antar-individu tersebut dibagi ke dalam beberapa dua kelompok yakni:

1) Simbiosis

Simbiosis ini diartikan sebagai suatu pola hubungan bersama antara dua

mahluk hidup yang berbeda jenis. Simbiosis ini kemudian dibagi lagi ke dalam 3

kelompok, antara lain:

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

72

a) Simbiosis mutualisme. Hubungan ini adalah jenis hubungan dimana dua

makhluk hidup yang berbeda tersebut saling diuntungkan. Contoh simbiosis

mutualisme adalah hubungan di antara jamur dan ganggang, hubungan bunga dan

lebah, burung jalak dan juga badak dan masih banyak lagi lainnya. Hubungan

antara bunga dan lebah misalnya, keduanya mendapatkan keuntungan dimana

lebah mendapatkan madu bunga sekaligus membantu bunga dalam melakukan

penyerbukan.

b) Simbiosis Paratisme. Hubungan ini melibatkan dua mahluk hidup berbeda

jenis dimana tercipta hubungan yang menguntungkan dan merugikan. Mahluk

hidup yang dirugikan disebut inang dan yang mendapat keuntungan disebut

dengan parasit. Contoh hubungan ini adalah kutu di kepala manusia, jamur di

kulit, cacing pita di lambung dan masih banyak lagi lainnya.

c) Simbiosis Komensialisme. Hubungan yang satu ini melibatkan dua

mahluk hidup yang berbeda dimana yang satu diuntungkan dan yang lainnya tidak

dirugikan. Contoh hubungan ini adalah tanaman anggrek dan pohon tempat ia

hidup, ikan hiu dengan ikan remora dan masih banyak lagi lainnya. Bunga

anggrek bisa menempel dan “numpang hidup” di pohon mangga misalnya, namun

si anggrek mampu membuat makanannya sendiri sehingga ia sama sekali tidak

merugikan pohon mangga. Sementara itu pola hubungan ikan hiu dan remora juga

terbilang unik sebab remora akan mendapatkan sisa makanan yang dikonsumsi

oleh hiu dan hal tersebut sama sekali tidak merugikan si hiu.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

73

2) Antibiosis

Antibiosis ini merupakan pola hubungan di antara makhluk hidup dimana

salah satu individu mengeluarkan suatu zat yang bisa membahayakan individu

lainnya. Contohnya jamur yang mengeluarkan racun yang menghambat atau

bahkan mematikan makhluk hidup lainnya.

3) Predatorisme

Predatorisme adalah suatu hubungan dimana makhluk hidup yang satu

memangsa makhluk hidup lainnya. Contoh hubungan ini adalah kucing memangsa

tikus atau burung elang yang memangsa ular dan masih banyak lagi lainnya.

c. Interaksi Antar Populasi

Interaksi dalam ekosistem juga melibatkan hubungan di antara populasi.

Pola interaksi ini dibagi ke dalam beberapa kelompok yakni:

1) Aleopati, yakni hubungan antara populasi dimana populasi yang satu

menghasilkan sejumlah zat yang bisa menghalangi tumbuh dan kembangnya

populasi lainnya. Contoh hubunga ini adalah pohon walnut yang jarang ditumbuhi

tanaman lainnya di sekitar ia tumbuh sebab ia menghasilkan zat yang bersifat

racun atau toksik. Pola hubunga ini disebut juga dengan nama anabiosa.

2) Kompetisi, adalah pola hubungan di antara populasi dimana keduanya

memiliki kepentingan yang sama sehingga berujung pada hubungan kompetisi

untuk mendapatkan hal yang dituju tersebut. Contoh pola hubungan ini adalah

binatang domba, zebra, sapi, kuda juga rusa yang hidup di ekosistem dan saling

bersaing mendapatkan rumput sebagai makanan.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

74

d. Interaksi Antar-Komunitas

Secara sederhana, komunitas diartikan sebagai kumpulan populasi yang

berbeda di satu tempat yang sama dan saling menjalin interaksi. Misalnya saja

hubungan populasi sawah dengan populasi sungai. Di dalam sungai terdapat

banyak organisme membentuk populasi, kemudian sistem pangairan dari sungai

ke sawah akan mempertemukan antara komunitas sawah dengan komunitas sungai

dan akan terjadi peredaran nutrient dari air sungai ke sawah.

e. Interaksi dalam ekosistem

Interaksi dalam ekosistem yang melibatkan komunitas sangat kompleks

sebab tak hanya melibatkan bermcam-macam organisme tetapi juga melibatkan

aliran makanan juga energi. Interaksi antara komunitas ini bisa diamati dengan

jelas misalnya pada daur ulang karbon yang melibatkan dua jenis ekosistem yang

berbeda misalnya antara ekosistem laut dan juga darat.

f. Rantai Makanan Dan Jaring-Jaring Makanan

Energi dari sinar matahari merupakan tenaga pengendali dari semua

ekosistem. Tumbuhan dengan memanfaatkan tenaga yang berasal dari sinar

matahari mempunyai kemampuan untuk menyerap dan mengumpulkan nutrisi

dari tanah dan gas dari udara untuk menghasilkan makanannya. Energi beredar

dalam ekosistem dalam bentuk rantai makanan dan jaring-jaring makanan dari

suatu tingkat rofik ke tingkat trofik berikutnya. Dengan cara demikianlah energi

mengalir dalam sistem alam ini. Para ahli ekologi mempunyai pandangan, secara

tradisional terhadap aliran energi dalam ekosistem ini sama dengan para ahli ilmu

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

75

lainnya, yaitu mengamati aliran energi dalam sistem fisika. Mereka secara formal

memahami bahwa energi dalam sistem dalam berbagai bentuk.

Rantai makanan merupakan proses aliran energi melalui memakan dan

dimakan antarorganisme yang berlangsung secara teratur dan membentuk suatu

garis tertentu. Misal: Rumput-Ulat-Burung Kecil-Kucing. Kumpulan dari rantai

makanan yang saling berhubungan dan membentuk skema mirip jaring di sebut

jaring-jaring makanan. Kelangsungan hidup organisme membutuhkan energi dari

bahan organik yang dimakan. Bahan organik yang mengandung energi dan unsur-

unsur kimia transfer dari satu organisme ke organisme lain berlangsung melalui

interaksi makan dan dimakan. Peristiwa makan dan dimakan antar organisme

dalam suatu ekosistem membentuk struktur trofik yang bertingkat-tingkat.

Setiap tingkat trofik merupakan kumpulan berbagai organisme dengan

sumber makanan tertentu. Tingkat trofik pertama adalah kelompok organisme

autotrop yang disebut produsen. Organisme autotrof adalah organisme yang dapat

membuat bahan organik sendiri dari bahan anorganik dengan bantuan sumber

energi. Bila dapat menggunakan energi cahaya seperti cahaya, matahari disebut

fotoautotrof, contohnya tumbuhan hijau dan fitoplankton. Apabila menggunakan

bantuan energi dari reaksi-reaksi kimia disebut kemoautotrof, misalnya, bakteri

sulfur, bakteri nitrit, dan bakteri nitrat. Tingkat tropik kedua ditempati oleh

berbagai organisme yang tidak dapat menyusun bahan organik sendiri yang

disebut organisme heterotrof. Organisme heterotrof ini hanya menggunakan zat

organik dari organisme lain sehingga disebut juga konsumen. Pembagian

konsumen adalah sebagai berikut.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

76

1) Konsumen Primer

Organisme pemakan produsen atau dinamakan herbivora yang menempati

tingkat trofik kedua.

2) Konsumen Sekunder

Organisme pemakan herbivora yang dinamakan karnivora kecil yang

menempati tingkat trofik ketiga.

3) Konsumen Tersier

Organisme pemakan konsumen sekunder yang dinamakan karnivora besar

yang menempati tingkat trofik keempat.

g. Aliran energi

Sumber energi utama bagi kehidupan adalah cahaya Matahari. Energi

cahaya Matahari masuk ke dalam komponen biotik melalui produsen (organisme

fotoautotropik) yang diubah menjadi energi kimia tersimpan di dalam senyawa

organik. Energi kimia mengalir dari produsen ke konsumen dari berbagai tingkat

tropik melalui jalur rantai makanan. Energi kimia tersebut digunakan organisme

untuk pertumbuhan dan perkembangan. Kemampuan organisme-organisme dalam

ekosistem untuk menerima dan menyimpan energi dinamakan produktivitas

ekosistem. Produktivitas ekosistem terdiri dari produktivitas primer dan

produktivitas sekunder.

Aliran energi merupakan rangkaian urutan pemindahan bentuk energi satu

ke bentuk energi yang lain dimulai dari sinar matahari lalu ke produsen, ke

konsumen primer (herbivora), ke konsumen tingkat tinggi (karnivora), sampai ke

saproba, aliran energi juga dapat diartikan perpindahan energi dari satu tingkatan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

77

trofik ke tingkatan berikutnya. Pada proses perpindahan selalu terjadi

pengurangan jumlah energi setiap melalui tingkat trofik makan-memakan. Energi

dapat berubah menjadi bentuk lain, seperti energi kimia, energi mekanik, energi

listrik, dan energi panas. Perubahan bentuk energi menjadi bentuk lain ini

dinamakan transformasi energi.

Aliran energi dapat dibuat bagan seperti di bawah ini!

B. Penelitian yang Relevan

Beberapa penelitian telah dilakukan yang menunjukkan keefektifan model

pembelajaran Problem Solving dan Problem Posing terhadap hasil pembelajaran.

Penelitian Brown dan Walter (1993) menunjukkan hasil belajar siswa yang

menggunakan model Problem Solving lebih baik dibandingkan hasil belajar siswa

yang menggunakan model pembelajaran Problem posing. Menurut English (1997)

penerapan model pembelajaran Problem Solving memberi dampak positif

terhadap hasil belajar. Hasil penelitian menunjukkan bahwa model pembelajaran

Solving digunakan oleh guru sebagai dasar melaksanakan kegiatan pembelajaran

untuk meningkatkan hasil belajar. Kember (2001) mengungkapkan bahwa model

pembelajaran Problem Solving dapat meningkatkan pemahaman siswa dan

memberikan dampak positif bagi hasil belajar siswa. Peterson (2006) menjelaskan

TUMBUHAN KONSUMEN I KONSUMEN II KONSUMEN III

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

78

bahwa hasil belajar siswa dengan model pembelajaran Solving lebih tinggi

daripada inquiri ilmiah teknik Pictorial Riddle. Miller (2012) menjelaskan bahwa

model pembelajaran Problem Solving meningkatkan hasil belajar siswa. Pintrich

dan Schunk (2002) menyimpulkan adanya Pengaruh Model Pembelajaran

Problem Solving terhadap motivasi belajar siswa. George (1973) menjelaskan

adanya Pengaruh prestasi dan motivasi belajar Matematika dengan Menggunakan

Model Pembelajaran Problem Solving . Jonassen, dkk (1999) menerangkan bahwa

implementasi model Problem Posing meningkatkan motivasi belajar. Fisher

(2001) menjelaskan adanya peningkatan keterampilan berpikir kritis siswa melalui

penerapan model pembelajaran Problem Posing. Slavin (2008) menyimpulkan

bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif diantaranya Problem Solving

meningkatkan hasil belajar siswa.

Beberapa penelitian telah dilakukan untuk menguji berfikir kritis siswa

antara lain Wheeler, dkk (2005) mengungkapkan bahwa pembelajaran berbasis

masalah meningkatkan kemampuan berfikir kritis. Poikela (1997) menjelaskan

bahwa model pembelajaran Problem Posing meningkatkan kemampuan berpikir

kritis, dan motivasi belajar. Peterson (2006) menyimpulkan bahwa adanya

peningkatan kemampuan berpikir kritis mahasiswa melalui pengembangan

perkuliahan tata wacana yang berbasis analisis wacana kritis (critical discourse

analysis). Ward dan Harley (2006) menjelaskan bahwa adanya peningkatkan

kemampuan berpikir kritis dan kreatif melalui pembelajaran berbasis pemecahan

masalah. Moust, dkk (2005) menyimpulkan bahwa terdapat peningkatan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

79

kemampuan berpikir kritis siswa dengan menggunakan pendekatan open-ended

melalui model pembelajaran kooperatif.

Penelitian yang telah dilakukan untuk megukur motivasi siswa antara lain

oleh Pintrich dan Schunk (2012) menjelaskan bahwa adanya hubungan antara

aspek-aspek dalam motivasi belajar dengan hasil belajar. Neville (1999)

melakukan penelitian tentang motivasi dalam belajar siswa meningkatkan prestasi

belajar siswa. George (1973) menjelaskan tentang enam tahapan aktivitas dalam

pembelajaran matematika untuk mendayagunakan berpikir tingkat tinggi siswa.

Kember (2001) menerangkan bahwa adanya implikasi Ciri Iklim Sekolah

Berkesan Terhadap Motivasi Pembelajaran.

C. Kerangka Berpikir

Kemampuan berpikir kritis dan motivasi belajar siswa diperlukan dalam

proses pemecahan masalah. Berpikir kritis yang ideal memiliki rasa ingin tahu

yang besar, teraktual, nalarnya dapat dipercaya, berpikiran terbuka, fleksibel,

seimbang dalam mengevaluasi, jujur dalam menghadapi prasangka personal,

berhati-hati dalam membuat keputusan, bersedia mempertimbangkan kembali,

transparan terhadap isu, cerdas dalam mencari informasi yang relevan, beralasan

dalam memilih kriteria, fokus dalam penyelidikan, dan gigih dalam mencari

temuan. Biologi memiliki karakteristik khusus, yang berbeda dengan ilmu lainnya

dalam hal objek, persoalan, dan metodenya (Depdiknas, 2002). Mata pelajaran

Biologi di SMA dikembangkan melalui kemampuan berpikir analitis, induktif,

dan deduktif untuk menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan peristiwa alam

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

80

sekitar. Penyelesaian masalah yang bersifat kualitatif dan kuantitatif dilakukan

dengan menggunakan pemahaman dalam bidang matematika, fisika, kimia dan

pengetahuan pendukung lainnya.

Objek biologi meliputi seluruh makhluk hidup, termasuk manusia. Dengan

demikian, permasalahan dalam biologi senantiasa berkaitan dengan kehidupan

sehari-hari. Siswa perlu dilatih untuk dapat memecahkan permasalahan yang

diperoleh dalam kehidupan sehari-hari.

Kurikulum 2013 mulai diintroduksikan ke beberapa sekolah-sekolah sejak

tahun ajaran baru 2013/2014 di seluruh Indonesia, termasuk SMAN 1

Karanganyar. Dalam Kurikulum 2013 Siswa yang belajar Sains dituntut tidak

hanya memahami produk-produk sains, namun juga diharapkan memahami dan

terampil melakukan proses sains (mempunyai scientic skill) dan bersikap sains.

Salah satu langkah dalam proses metode ilmiah adalah memecahkan masalah.

Kemampuan siswa SMAN 1 Karanganyar dalam memecahkan masalah

masih jauh dari harapan. Sebagian besar siswa belum mampu mengidentifikasi

permasalahan, merumuskan masalah, serta memecahkan masalah tersebut. Data

ini didukung bahwa dari 35 siswa dalam satu kelas, hanya sekitar 30% siswa yang

dapat mengerjakan soal C4-C6. Siswa kurang kritis dalam mengatasi

permasalahan,siswa sulit mengerjakan soal katagori C4-C6.

Dalam hal ini, perlu langkah dan upaya lain, untuk meningkatkan

kemampuan untuk mengidentifikasi, merumuskan dan memecahkan masalah.

Dengan memperhatikan kondisi di atas, maka perlu adanya perbaikan dalam usaha

meningkatkan belajar siswa yaitu suatu strategi pengajaran yang membuat siswa

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

81

dapat terampil dalam memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari.

Sehingga menunjang keefektifan belajar. Untuk itu diperlukan sebuah metode

pembelajaran yang tepat.

Salah satu alternatif solusi untuk menangani permasalahan di atas adalah

dengan penggunaan model pembelajaran yang dapat mengembangkan

kemampuan berpikir siswa. Model pembelajaran yang diterapkan tersebut adalah

Problem Solving dan Problem Posing. Siswa dihadapkan permasalahan sebagai

dasar dalam pembelajaran yaitu dengan kata lain siswa belajar melalui

permasalahan atau berdasarkan masalah. Melalui model tersebut dapat menggali

informasi dengan permasalahan yang ada dalam kehidupan sehari-hari siswa dan

mengembangkan kemampuan berpikir kritis dan motivasi dalam proses

pembelajaran.

Berdasarkan uraian di atas, dilakukan penelitian tentang penerapan model

pembelajaran Problem Solving dan Problem Posing yang diharapkan dapat

meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan motivasi belajar pada siswa.

Kerangka pemikiran dalam penelitian ini dapat dilihat pada diagram berikut ini.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

82

Solusi model pembelajaran

Gambar 2.1 Kerangka Berpikir

Kemampuan berpikir kritis rendah

Siswa cenderung pasif pada proses pembelajaran, bingung ketika dihadapkan pada suatu permasalahan, kurang terampil menemukan solusi-solusi untuk memecahkan masalah.

Hasil Belajar Rendah

(Dari 35 siswa dalam 1 kelas hanya 30% anak yang dapat mengerjakan soal C4-C6)

Model Problem Solving Model Problem Posing

Motivasi belajar rendah

Proses pembelajaran untuk pemecahan masalah

Hasil belajar siswa meningkat

Motivasi Motivasi Berpikir Kritis

Berpikir Kritis

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

83

D. Hipotesis Penelitian

Penelitian diharapkan dapat menjawab permasalahan, yaitu:

1. Terdapat pengaruh metode Problem Solving dan Problem Posing terhadap

prestasi belajar siswa

2. Terdapat perbedaan prestasi belajar siswa yang mempunyai kemampuan

berpikir kritis tinggi dan rendah?

3. Terdapat perbedaan prestasi belajar siswa yang memiliki motivasi belajar

tinggi dan rendah

4. Terdapat interaksi antara model pembelajaran Problem Solving dan Problem

Posing dengan kemampuan berpikir kritis siswa

5. Terdapat interaksi antara model pembelajaran Problem Solving dan Problem

Posing dengan motivasi belajar siswa

6. Terdapat interaksi antara kemampuan berpikir kritis dan motivasi belajar

siswa

7. Terdapat interaksi antara metode belajar Problem Solving dan Problem Posing

dengan kemampuan berpikir kritis dan motivasi belajar siswa