Pengaruh-Model-Pembelajaran-Problem-Solving-Dan ...
-
Upload
khangminh22 -
Category
Documents
-
view
0 -
download
0
Transcript of Pengaruh-Model-Pembelajaran-Problem-Solving-Dan ...
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1. Pembelajaran Biologi
a. Hakekat Pembelajaran Biologi
Biologi merupakan mata pelajaran yang termasuk dalam rumpun ilmu
pengetahuan alam atau sains. Ilmu sains berkaitan dengan cara mencari tahu
(inquiry) tentang alam secara sistematis, sehingga pembelajaran bukan hanya
sebagai penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-
konsep atau prinsip-prinsip saja, tetapi juga merupakan suatu proses penemuan.
Pembelajaran biologi di sekolah menengah diharapkan dapat menjadi wahana
bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek
pengembangan lebih lanjut dalam kehidupan sehari-hari.
Sehubungan dengan itu, pembelajaran biologi menekankan pada
pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar peserta
didik menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah. Pembelajaran
biologi diarahkan untuk mencari tahu dan berbuat sehingga dapat membantu
peserta didik untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang
dirinya sendiri dan alam sekitar.
Standar kompetensi dalam kurikulum pembelajaran biologi menyediakan
berbagai pengalaman belajar untuk memahami konsep dan proses sains.
Keterampilan proses ini meliputi keterampilan mengamati, mengajukan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
hipotesis, menggunakan alat dan bahan secara baik dan benar dengan selalu
mempertimbangkan keamanan dan keselamatan kerja, mengajukan pertanyaan,
menggolongkan dan menafsirkan data, serta mengkomunikasikan hasil temuan
secara lisan atau tertulis, menggali dan memilah informasi faktual yang relevan
untuk menguji gagasan-gagasan atau memecahkan masalah sehari-hari.
Mata pelajaran biologi dikembangkan melalui kemampuan berpikir
analitis, induktif, dan deduktif untuk menyelesaikan masalah yang berkaitan
dengan peristiwa alam sekitar. Penyelesaian masalah yang bersifat kualitatif dan
kuantitatif dilakukan dengan menggunakan pemahaman dalam bidang
matematika, fisika, kimia, dan pengetahuan pendukung lainnya (Nuryani, 2005).
Dalam hubungannya dengan pendidikan karakter bangsa, mata pelajaran
biologi sebelumnya telah ditetapkan oleh standar nasional pendidikan (Depdiknas,
2006) sebagai mata pelajaran yang bertujuan sebagai berikut:
1) Membentuk sikap positif terhadap biologi dengan menyadari keteraturan,
keindahan alam, serta mengagungkan kebesaran Tuhan Yang Maha Esa.
2) Memupuk sikap ilmiah yaitu jujur, objektif, terbuka, ulet, kritis dan dapat
bekerjasama dengan orang lain.
3) Mengembangkan pengalaman untuk dapat mengajukan dan menguji hipotesis
melalui percobaan, serta mengkomunikasikan hasil percobaan secara lisan
dan tertulis.
4) Mengembangkan kemampuan berpikir analitis, induktif, dan deduktif dengan
menggunakan konsep dan prinsip biologi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
5) Mengembangkan penguasaan konsep dan prinsip biologi dan saling
keterkaitannya dengan IPA lainnya serta mengembangkan pengetahuan,
keterampilan dan sikap percaya diri.
6) Menerapkan konsep dan prinsip biologi untuk menghasilkan karya teknologi
sederhana yang berkaitan dengan kebutuhan manusia.
7) Meningkatkan kesadaran dan berperan serta dalam menjaga kelestarian
lingkungan.
Berdasarkan beberapa tujuan di atas pemberian mata pelajaran biologi
dimaksudkan untuk memperoleh kompetensi lanjut ilmu pengetahuan dan
teknologi serta membudayakan berpikir ilmiah secara kritis, kreatif dan mandiri
bagi peserta didik.
b. Karakteristik Pembelajaran Biologi
Menurut Sudjana (2007) pembelajaran biologi di sekolah dapat dikatakan
unik, karena baik subjek maupun objek pembelajarannya memiliki karakter yang
khas. Objek pembelajaran biologi selain berhubungan dengan alam nyata juga
berkaitan dengan proses-proses kehidupan. Agar siswa dapat memahaminya,
maka metode dan pendekatan yang digunakan dalam proses pembelajaran biologi
harus disesuaikan dengan karakteristik objek dan subjek belajar siswa sehingga
dapat memahami. Fenomena yang diajarkan melalui biologi adalah fenomena
alam yang mungkin pernah dihadapi siswa, sehingga biologi tidak dapat dipahami
jika hanya diajarkan secara hafalan. Pemahaman konsep-konsep biologi dapat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
dianalogikan dengan berbagai macam kegiatan sederhana yang dapat
diamati/dilakukan siswa.
Pendapat di atas senada dengan Slameto (2010) yang menyebutkan bahwa,
jika dalam pembelajaran guru meminta siswa untuk melakukan sesuatu dan
melaporkannya, maka mereka akan mengingat sebanyak 90%. Sehubungan
dengan ini lebih lanjut diungkapkan bahwa siswa akan mencapai hasil belajar
10% dari apa yang dibaca, 20% dari apa yang didengar, dan 50% dari apa yang
dilihat dan didengar. Berdasarkan fakta di atas berarti bahwa siswa mudah
memahami konsep jika disertai dengan contoh-contoh konkret sesuai dengan
situasi dan kondisi yang dihadapi dengan mempraktekkan sendiri upaya
penemuan konsep melalui perlakuan terhadap kenyataan fisik, melalui
penanganan benda-benda yang nyata.
c. Pembelajaran Biologi di SMA
Biologi ialah ilmu alam tentang makhluk hidup atau kajian ilmu tentang
kehidupan. Biologi sebagai ilmu mengkaji berbagai persoalan yang berkaitan
dengan berbagai fenomena kehidupan makhluk hidup pada berbagai tingkat
organisasi kehidupan dan tingkat interaksinya dengan faktor lingkungannya pada
dimensi ruang dan waktu. Biologi sebagai bagian dari sains terdiri dari produk
dan proses. Produk biologi terdiri atas fakta, konsep, prinsip, teori, hukum dan
postulat yang berkait dengan kehidupan makhluk hidup beserta interaksinya
dengan lingkungan (Depdiknas, 2003). Biologi dilihat dari segi proses memiliki
ketrampilan proses yaitu mengamati dengan indera, menggolongkan atau
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
mengelompokkan, menerapkan konsep atau prinsip, menggunakan alat dan bahan,
berkomunikasi, berhipotesis, menafsirkan data, melakukan percobaan, dan
mengajukan pertanyaan.
Pembelajaran biologi pada dasarnya berupaya untuk membekali siswa
dengan berbagai kemampuan tentang cara mengetahui dan memahami konsep
ataupun fakta secara mendalam. Pembelajaran biologi juga seharusnya dapat
menampung kesenangan dan kepuasan intelektual siswa dalam usahanya untuk
menggali berbagai konsep, sehingga dapat tercapai pembelajaran biologi yang
efektif (Nuryani, 2005). Beberapa upaya agar tercapai pembelajaran biologi yang
efektif, maka harus diperhatikan beberapa prinsip sebagai berikut:
1) Student Centered Learning (pembelajaran berpusat pada siswa)
Siswa ditempatkan sebagai subjek belajar, artinya proses belajar dilakukan
oleh siswa dengan melakukan suatu kegiatan yang telah dirancang oleh guru
untuk menanamkan konsep-konsep tertentu, sehingga dalam hal ini yang aktif
adalah siswa. Pembelajaran ini mengajak siswa belajar secara aktif sehingga
siswa akan memperoleh hasil belajar yang maksimal.
2) Learning by Doing (belajar dengan melakukan sesuatu)
Proses pembelajaran biologi dilakukan dengan merancang kegiatan
sederhana yang dapat menggambarkan konsep yang sedang dipelajari. Hal ini
dimaksudkan agar siswa dapat mengalami sendiri, artinya siswa mengetahui tidak
hanya secara teoritis, tetapi juga secara praktis (Darsono, 2000). Pendapat aliran
konstruktivisme mengatakan bahwa pembelajaran akan berlangsung efektif
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
apabila siswa terlibat secara langsung dalam tugas-tugas autentik yang
berhubungan dengan konteks yang bermakna (Wahyuni, 2010).
3) Joyful Learning (Pembelajaran yang menyenangkan)
Kesempatan untuk bereksplorasi dan berinteraksi dalam kelompok akan
membuat siswa merasa senang dan tidak tertekan. Pembelajaran yang memberi
kesempatan kepada siswa untuk lebih banyak menggunakan waktunya untuk
melakukan pengamatan, percobaan dan berdiskusi merupakan pembelajaran yang
menyenangkan.
4) Meaningful Learning (Pembelajaran yang bermakna)
Pembelajaran menjadi bermakna jika siswa dapat mengalami sendiri dan
dapat mengaitkannya dengan kehidupan sehari-hari. Materi yang lebih bermakna
maka akan lebih mudah untuk menyimpan dan mengingatnya kembali sehingga
siswa merasa bahwa pembelajaran biologi bermanfaat dalam
kehidupannya(Sudjana, 2007).
5) The Daily Life Problem Solving (Pemecahan masalah sehari-hari)
Objek biologi meliputi seluruh makhluk hidup termasuk manusia,
sehingga permasalahan dalam biologi senantiasa berkaitan dengan kehidupan
sehari-hari. Siswa perlu dilatih untuk dapat memecahkan permasalahan yang
diperoleh dalam kehidupan sehari-hari.
Biologi memiliki karakteristik khusus, yang berbeda dengan ilmu lainnya
dalam hal objek, persoalan, dan metodenya (Depdiknas, 2003). Mata pelajaran
Biologi di SMA dikembangkan melalui kemampuan berpikir analitis, induktif,
dan deduktif untuk menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan peristiwa alam
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
sekitar. Penyelesaian masalah yang bersifat kualitatif dan kuantitatif dilakukan
dengan menggunakan pemahaman dalam bidang matematika, fisika, kimia dan
pengetahuan pendukung lainnya.
Mata pelajaran Biologi di SMA/MA yang merupakan kelanjutan IPA di
SMP/MTs yang menekankan pada fenomena alam dan penerapannya yang
meliputi aspek-aspek sebagai berikut:
1) Hakikat biologi, keanekaragaman hayati dan pengelompokan makhluk
hidup, hubungan antar komponen ekosistem, perubahan materi dan energi,
peranan manusia dalam keseimbangan ekosistem
2) Organisasi seluler, struktur jaringan, struktur dan fungsi organ tumbuhan,
hewan dan manusia serta penerapannya dalam konteks sains, lingkungan,
teknologi dan masyarakat
3) Proses yang terjadi pada tumbuhan, proses metabolisme, hereditas, evolusi,
bioteknologi dan implikasinya pada sains, lingkungan, teknologi dan
masyarakat.
Ruang lingkup mata pelajaran biologi SMA terdiri dari 2 bagian, antara lain
yaitu bekerja ilmiah dan pemahaman konsep (materi pokok). Bekerja ilmiah
diajarkan dan dilatihkan pada awal tahun kelas X, tetapi untuk selanjutnya
terintegrasi dengan materi pada kompetensi yang telah ditetapkan.
Konsep/materi pelajaran biologi SMA meliputi:
1) Kelas X
Materi kelas X meliputi bekerja ilmiah, hakikat ilmu biologi,
keanekaragaman hayati dan pengelompokan makhluk hidup, hubungan antar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
komponen ekosistem, perubahan materi dan energi, peranan manusia dalam
keseimbangan ekosistem.
2) Kelas XI
Materi kelas XI meliputi organisasi seluler, struktur jaringan, struktur dan
fungsi organ tumbuhan, hewan dan manusia dan penerapan dalam konteks sains,
lingkungan, teknologi, dan masyarakat.
3) Kelas XII
Materi kelas XII meliputi proses yang terjadi pada tumbuhan, proses
metabolisme, hereditas, evolusi, bioteknologi dan penerapan dalam konteks sains,
lingkungan, teknologi dan masyarakat (Depdiknas, 2003).
2. Teori Belajar
Teori-teori belajar meliputi beberapa, antara lain sebagai berikut:
a. Teori Kognitivisme
1) Pengertian Kognitivisme
Teori belajar kognitif lebih menekankan pada belajar merupakan suatu
proses yang terjadi dalam akal pikiran manusia. Pada dasarnya belajar adalah
suatu proses usaha yang melibatkan aktivitas mental yang terjadi dalam diri
manusia sebagai akibat dari proses interaksi aktif dengan lingkungannya untuk
memperoleh suatu perubahan dalam bentuk pengetahuan, pemahaman, tingkah
laku, ketrampilan dan nilai sikap yang bersifat relatif dan berbekas (Suparno,
2001).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
2) Ciri-ciri Aliran Kognitivisme
Ciri-ciri Aliran Kognitivisme adalah sebagai berikut:
a) Mementingkan apa yang ada dalam diri manusia
b) Mementingkan keseluruhan dari pada bagian-bagian
c) Mementingkn peranan kognitif
d) Mementingkan kondisi waktu sekarang
e) Mementingkan pembentukan struktur kognitif
Ciri khas belajar kognitif terletak dalam belajar memperoleh dan
mempergunakan bentuk-bentuk representatif yang mewakili obyek-obyek itu di
representasikan atau di hadirkan dalam diri seseorang melalui tanggapan, gagasan
atau lambang, yang semuanya merupakan sesuatu yang bersifat mental, misalnya
seseorang menceritakan pengalamannya selama mengadakan perjalanan keluar
negeri, setelah kembali ke negerinya sendiri. Tempat-tempat yang dikunjuginya
selama berada di negara lain tidak dapat dibawa pulang, bahkan orangnya sendiri
juga tidak hadir di tempat-tempat itu. Pada waktu sedang bercerita, tanggapan-
tanggapan, gagasan dan tanggapan itu di tuangkan dalam kata-kata yang
disampaikan kepada orang yang mendengarkan ceritanya.
Teori Perkembangan Kognitif dikembangkan oleh Piaget. Teori ini
memberikan banyak konsep utama dalam lapangan psikologi perkembangan dan
berpengaruh terhadap perkembangan konsep kecerdasan. Menurut Piaget, belajar
akan lebih berhasil apabila disesuaikan dengan tahap perkembangan kognitif
peserta didik. Peserta didik hendaknya diberi kesempatan untuk melakukan
eksperimen dengan obyek fisik, yang ditunjang oleh interaksi dengan teman
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
sebaya dan dibantu oleh pertanyaan dari guru. Guru hendaknya banyak
memberikan rangsangan kepada peserta didik agar mau berinteraksi dengan
lingkungan secara aktif, mencari dan menemukan berbagai hal dari lingkungan
(Suparno, 2001).
Implikasi teori perkembangan kognitif Piaget dalam pembelajaran yaitu
bahwa bahasa dan cara berfikir anak berbeda dengan orang dewasa. Sehubungan
dengan itu guru mengajar dengan menggunakan bahasa yang sesuai dengan cara
berfikir anak. Anak-anak akan belajar lebih baik apabila dapat menghadapi
lingkungan dengan baik. Guru harus membantu anak agar dapat berinteraksi
dengan lingkungan sebaik-baiknya. Bahan yang harus dipelajari anak hendaknya
dirasakan baru tetapi tidak asing. Berikan peluang agar anak belajar sesuai tahap
perkembangannya. Di dalam kelas, anak-anak hendaknya diberi peluang untuk
saling berbicara dan diskusi dengan teman-temanya.
Teori Perkembangan Kognitif, dikembangkan oleh Bruner. Burner melihat
perkembangan kognitif manusia berkaitan dengan kebudayaan. Menurut Bruner,
perkembangan kognitif seseorang sangat dipengaruhi oleh lingkungan
kebudayaan, terutama bahasa yang biasanya digunakan. Menurut Bruner untuk
mengajar sesuatu tidak usah ditunggu sampai anak mancapai tahap perkembangan
tertentu, namun yang penting bahan pelajaran harus ditata dengan baik dan dapat
diberikan pada anak. Istilah yang lain berarti perkembangan kognitif seseorang
dapat ditingkatkan dengan jalan mengatur bahan yang akan dipelajari dan
menyajikannya sesuai dengan tingkat perkembangannya. Penerapan teori Bruner
yang terkenal dalam dunia pendidikan adalah kurikulum spiral dimana materi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
pelajaran yang sama dapat diberikan mulai dari Sekolah Dasar sampai Perguruan
tinggi disesuaikan dengan tingkap perkembangan kognitif mereka. Cara belajar
yang terbaik menurut Bruner ini adalah dengan memahami konsep, arti dan
hubungan melalui proses intuitif kemudian dapat dihasilkan suatu kesimpulan.
(discovery learning).
Implikasi Teori Bruner dalam Proses Pembelajaran antara lain adalah
menghadapkan anak pada suatu situasi yang membingungkan atau suatu masalah,
anak akan berusaha membandingkan realita di luar dirinya dengan model mental
yang telah dimilikinya, dan dengan pengalamannya anak akan mencoba
menyesuaikan atau mengorganisasikan kembali struktur-struktur idenya dalam
rangka untuk mencapai keseimbangan di dalam benaknya.
Teori Perkembangan Kognitif dikembangkan oleh Ausebel. Proses belajar
terjadi jika siswa mampu mengasimilasikan pengetahuan yang dimilikinya dengan
pengetahuan baru. Menurut Ausubel siswa akan belajar dengan baik jika isi
pelajarannya didefinisikan dan kemudian dipresentasikan dengan baik dan tepat
kepada siswa (advanced organizer), dengan demikian akan mempengaruhi
pengaturan kemampuan belajar siswa. Advanced organizer adalah konsep atau
informasi umum yang mewadahi seluruh isi pelajaran yang akan dipelajari oleh
siswa. Advanced organizer memberikan tiga manfaat antara lain adalah
menyediakan suatu kerangka konseptual untuk materi yang akan dipelajari,
berfungsi sebagai jembatan yang menghubungkan antara yang sedang dipelajari
dan yang akan dipelajari, dan dapat membantu siswa untuk memahami bahan
belajar secara lebih mudah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
Aplikasi teori belajar kognitivisme dalam pembelajaran yaitu guru harus
memahami bahwa siswa bukan sebagai orang dewasa yang mudah dalam proses
berpikirnya, anak usia pra sekolah dan awal sekolah dasar belajar menggunakan
benda-benda konkret, keaktifan siswa sangat dipentingkan, guru menyusun materi
dengan menggunakan pola atau logika tertentu dari sederhana kekompleks, guru
menciptakan pembelajaran yang bermakna, memperhatikan perbedaan individual
siswa untuk mencapai keberhasilan siswa.
Kelebihan teori kognitivisme adalah menjadikan siswa lebih kreatif dan
mandiri, membantu siswa memahami bahan belajar secara lebih mudah.
Kekurangan teori kognitivisme yaitu teori tidak menyeluruh untuk semua tingkat
pendidikan, sulit di praktikkan khususnya di tingkat lanjut, beberapa prinsip
seperti intelegensi sulit dipahami dan pemahamannya masih belum tuntas
(Suparno, 2001).
b. Teori Konstruktivisme
1) Pengertian dari Teori Belajar Konstruktivisme
Teori Konstruktivisme didefinisikan sebagai pembelajaran yang bersifat
generatif, yaitu tindakan mencipta sesuatu makna dari apa yang dipelajari. Teori
konstruktivisme berbeda dengan teori behavioristik yang memahami hakikat
belajar sebagai kegiatan yang bersifat mekanistik antara stimulus dan respon,
sedangkan teori kontruktivisme lebih memahami belajar sebagai kegiatan manusia
membangun atau menciptakan pengetahuan dengan memberi makna pada
pengetahuannya sesuai dengan pengalamannya. Pengetahuan tidak bisa ditransfer
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
dari guru kepada orang lain, karena setiap orang mempunyai skema sendiri
tentang hal-hal yang diketahuinya. Pembentukan pengetahuan merupakan proses
kognitif yaitu terjadi proses asimilasi dan akomodasi untuk mencapai suatu
keseimbangan sehingga terbentuk suatu skema yang baru.
Teori konstruktivisme juga mempunyai pemahaman tentang belajar yang
lebih menekankan pada proses daripada hasil. Hasil belajar sebagai tujuan dinilai
penting, tetapi proses yang melibatkan cara dan strategi dalam belajar juga dinilai
penting. Proses belajar, hasil belajar, cara belajar, dan strategi belajar akan
mempengaruhi perkembangan tata pikir dan skema berpikir seseorang. Usaha
untuk memperoleh pemahaman atau pengetahuan, siswa ”mengkonstruksi” atau
membangun pemahamannya terhadap fenomena yang ditemui dengan
menggunakan pengalaman, struktur kognitif, dan keyakinan yang dimiliki.
Belajar menurut teori konstruktivisme tidak sekedar menghafal, akan
tetapi proses mengkonstruksi pengetahuan melalui pengalaman. Pengetahuan
bukanlah hasil ”pemberian” dari orang lain seperti guru, akan tetapi hasil dari
proses mengkonstruksi yang dilakukan setiap individu. Pengetahuan hasil dari
”pemberian” tidak akan bermakna. Adapun pengetahuan yang diperoleh melalui
proses mengkonstruksi pengetahuan itu oleh setiap individu akan memberikan
makna mendalam atau lebih dikuasai dan lebih lama tersimpan/diingat dalam
setiap individu (Dahar,1989).
Tujuan teori konstruktivisme adalah sebagai berikut:
a) Adanya motivasi untuk siswa bahwa belajar adalah tanggung jawab siswa itu
sendiri.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
b) Mengembangkan kemampuan siswa untuk mengejukan pertanyaan dan
mencari sendiri pertanyaannya.
c) Membantu siswa untuk mengembangkan pengertian dan pemahaman konsep
secara lengkap.
d) Mengembangkan kemampuan siswa untuk menjadi pemikir yang mandiri.
e) Menekankan pada proses belajar bagaimana belajar itu.
Salah satu teori atau pandangan yang sangat terkenal berkaitan dengan
teori belajar konstruktivisme adalah teori perkembangan mental Piaget. Teori ini
biasa juga disebut teori perkembangan intelektual atau teori perkembangan
kognitif. Teori belajar tersebut berkenaan dengan kesiapan anak untuk belajar,
yang dikemas dalam tahap perkembangan intelektual dari lahir hingga dewasa.
Setiap tahap perkembangan intelektual yang dimaksud dilengkapi dengan ciri-ciri
tertentu dalam mengkonstruksi ilmu pengetahuan, misalnya pada tahap sensori
motor anak berpikir melalui gerakan atau perbuatan (Jonassen dan Wilson, 1999).
Piaget yang dikenal sebagai konstruktivis pertama (Dahar, 1989: 159)
menegaskan bahwa pengetahuan tersebut dibangun dalam pikiran anak melalui
asimilasi dan akomodasi. Asimilasi adalah penyerapan informasi baru dalam
pikiran. Sedangkan, akomodasi adalah menyusun kembali struktur pikiran karena
adanya informasi baru, sehingga informasi tersebut mempunyai tempat (Jonassen
dan Wilson, 1999). Pengertian tentang akomodasi yang lain adalah proses mental
yang meliputi pembentukan skema baru yang cocok dengan ransangan baru atau
memodifikasi skema yang sudah ada sehingga cocok dengan rangsangan itu
(Suparno, 1996: 7).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
Konstruktivis ini dikritik oleh Vygotsky, yang menyatakan bahwa siswa
dalam mengkonstruksi suatu konsep perlu memperhatikan lingkungan sosial.
Konstruktivisme oleh Vygotsky disebut konstruktivisme sosial. Ada dua konsep
penting dalam teori Vygotsky (Slavin, 1997), yaitu Zone of Proximal
Development (ZPD) dan scaffolding. Zone of Proximal Development (ZPD)
merupakan jarak antara tingkat perkembangan sesungguhnya yang didefinisikan
sebagai kemampuan pemecahan masalah secara mandiri dan tingkat
perkembangan potensial yang didefinisikan sebagai kemampuan pemecahan
masalah di bawah bimbingan orang dewasa atau melalui kerjasama dengan teman
sejawat yang lebih mampu. Scaffolding merupakan pemberian sejumlah bantuan
kepada siswa selama tahap-tahap awal pembelajaran, kemudian mengurangi
bantuan dan memberikan kesempatan untuk mengambil alih tanggung jawab yang
semakin besar setelah ia dapat melakukannya (Slavin, 2008). Scaffolding
merupakan bantuan yang diberikan kepada siswa untuk belajar dan memecahkan
masalah. Bantuan tersebut dapat berupa petunjuk, dorongan, peringatan,
menguraikan masalah ke dalam langkah-langkah pemecahan, memberikan contoh,
dan tindakan-tindakan lain yang memungkinkan siswa itu belajar mandiri.
Pendekatan yang mengacu pada konstruktivisme sosial disebut pendekatan
konstruktivis sosial. Filsafat konstruktivis sosial memandang kebenaran biologi
tidak bersifat absolut dan mengidentifikasi biologi sebagai hasil dari pemecahan
masalah dan pengajuan masalah (problem posing) oleh manusia (Dewiyani,
2008). Pembelajaran konstruktivisme sosio (socio-constructivism) akan
membawa siswa berinteraksi dengan guru, dengan siswa lainnya dan berdasarkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
pada pengalaman informal siswa mengembangkan strategi-strategi untuk
merespon masalah yang diberikan.
2) Ciri-Ciri Pembelajaran Secara Konstuktivisme
Adapun ciri – ciri pembelajaran secara kontruktivisme adalah:
a) Memberi peluang kepada siswa membina pengetahuan baru melalui pelibatan
dalam dunia sebenarnya.
b) Menggalakkan soal/ide yang diajukan oleh siswa dan menggunakannya
sebagai panduan merancang pengajaran.
c) Mendukung pembelajaran secara kooperatif.
d) Melatih siswa belajar sesuatu ide.
e) Menggalakkan & menerima daya usaha & autonomi siswa.
f) Menggalakkan siswa bertanya dan berdialog dengan siswa & guru.
g) Menganggap pembelajaran sebagai suatu proses yang sama penting dengan
hasil pembelajaran.
h) Menggalakkan proses inkuiri siswa melalui kajian dan eksperimen.
3) Prinsip-Prinsip Konstruktivisme
Secara garis besar, prinsip-prinsip Konstruktivisme yang diterapkan
dalam belajar mengajar adalah :
a) Pengetahuan dibangun oleh siswa sendiri.
b) Pengetahuan tidak dapat dipindahkan dari guru ke siswa, kecuali hanya
dengan keaktifan siswa sendiri untuk menalar.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
c) Siswa aktif megkontruksi secara terus menerus, sehingga selalu terjadi
perubahan konsep ilmiah.
d) Guru sekedar membantu menyediakan saran dan situasi agar proses kontruksi
berjalan lancar.
e) Menghadapi masalah yang relevan dengan siswa.
f) Struktur pembalajaran seputar konsep utama pentingnya sebuah pertanyaan.
Dari semua itu hanya ada satu prinsip yang paling penting adalah guru
tidak boleh hanya semata-mata memberikan pengetahuan kepada siswa. Siswa
harus membangun pengetahuan didalam benaknya sendiri. Seorang guru dapat
membantu proses ini dengan cara-cara mengajar yang membuat informasi menjadi
sangat bermakna dan sangat relevan bagi siswa, dengan memberikan kesempatan
kepada siswa untuk menemukan atau menerapkan sendiri ide-ide dan dengan
mengajak siswa agar menyadari dan menggunakan strategi-strategi mereka sendiri
untuk belajar. Guru dapat memberikan tangga kepada siswa yang mana tangga itu
nantinya dimaksudkan dapat membantu mereka mencapai tingkat penemuan.
4) Hakikat Anak Menurut Teori Belajar Konstruktivisme
Piaget mengemukakan bahwa pengetahuan tidak diperoleh secara pasif
oleh seseorang, melainkan melalui tindakan. Perkembangan kognitif anak
bergantung pada seberapa jauh mereka aktif memanipulasi dan berinteraksi
dengan lingkungannya. Perkembangan kognitif itu merupakan proses
berkesinambungan tentang keadaan ketidak-seimbangan dan keadaan
keseimbangan (Suparno, 1997). Pandangan Piaget tentang tahap perkembangan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
kognitif anak dapat dipahami bahwa pada tahap tertentu cara maupun kemampuan
anak mengkonstruksi ilmu berbeda-beda berdasarkan kematangan intelektual anak
berkaitan dengan anak dan lingkungan belajarnya menurut pandangan
konstruktivisme. Suparno (1997) mengajukan karakteristik sebagai berikut:
a) Siswa tidak dipandang sebagai sesuatu yang pasif melainkan memiliki tujuan.
b) Belajar mempertimbangkan seoptimal mungkin proses keterlibatan siswa.
c) Pengetahuan bukan sesuatu yang datang dari luar melainkan dikonstruksi
secara personal.
d) Pembelajaran bukan hanya transmisi pengetahuan, melainkan melibatkan
pengaturan situasi kelas.
e) Kurikulum bukan hanya sekedar dipelajari, melainkan seperangkat
pembelajaran, materi, dan sumber.
f) Pandangan tentang anak dari kalangan konstruktivistik yang lebih mutakhir
yang dikembangkan dari teori belajar kognitif. Piaget menyatakan bahwa ilmu
pengetahuan dibangun dalam pikiran seorang anak dengan kegiatan asimilasi
dan akomodasi sesuai dengan skemata yang dimilikinya. Belajar merupakan
proses aktif untuk mengembangkan skemata sehingga pengetahuan terkait
bagaikan jaring laba-laba dan bukan sekedar tersusun secara hirarkis (Hudoyo,
1998: 5).
Berdasarkan pengertian di atas, dapat dipahami bahwa belajar adalah suatu
aktivitas yang berlangsung secara interaktif antara faktor intern pada diri
pembelajar dengan faktor ekstern atau lingkungan. Ruseffendi (1988: 133)
mengemukakan perkembangan intelektual terjadi melalui tahap-tahap beruntun
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
yang selalu terjadi dengan urutan yang sama. Pernyataan di atas memiliki arti
bahwa setiap manusia akan mengalami urutan-urutan tersebut dan dengan urutan
yang sama, tahap-tahap tersebut didefinisikan sebagai suatu cluster dari operasi
mental (pengurutan, pengekalan, pengelompokan, pembuatan hipotesis dan
penarikan kesimpulan) yang menunjukkan adanya tingkah laku intelektual, dan
gerak melalui tahap-tahap tersebut dilengkapi oleh keseimbangan (equilibration),
proses pengembangan yang menguraikan tentang interaksi antara pengalaman
(asimilasi) dan struktur kognitif yang timbul (akomodasi).
Berbeda dengan kontruktivisme kognitif ala Piaget, konstruktivisme sosial
yang dikembangkan oleh Vigotsky adalah bahwa belajar bagi anak dilakukan
dalam interaksi dengan lingkungan sosial maupun fisik. Penemuan atau discovery
dalam belajar lebih mudah diperoleh dalam konteks sosial budaya seseorang
(Suparno, 1997). Penjelasan lain Baharuddin (2010) mengatakan bahwa inti
konstruktivis Vigotsky adalah interaksi antara aspek internal dan ekternal yang
penekanannya pada lingkungan sosial dalam belajar. Adapun implikasi dari teori
belajar konstruktivisme dalam pendidikan anak adalah sebagai berikut:
a) Tujuan pendidikan menurut teori belajar konstruktivisme adalah
menghasilkan individu atau anak yang memiliki kemampuan berfikir untuk
menyelesaikan setiap persoalan yang dihadapi.
b) Kurikulum dirancang sedemikian rupa sehingga terjadi situasi yang
memungkinkan pengetahuan dan keterampilan dapat dikonstruksi oleh
peserta didik. Selain itu, latihan memcahkan masalah seringkali dilakukan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
melalui belajar kelompok dengan menganalisis masalah dalam kehidupan
sehari-hari.
c) Peserta didik diharapkan selalu aktif dan dapat menemukan cara belajar yang
sesuai bagi dirinya. Guru hanya berfungsi sebagai mediator, fasilitor, dan
teman yang membuat situasi yang kondusif untuk terjadinya konstruksi
pengetahuan pada diri peserta didik.
5) Hakikat Pembelajaran Menurut Teori Belajar Konstruktivisme
Menurut teori belajar konstruktivisme, pengetahuan tidak dapat
dipindahkan begitu saja dari pikiran guru ke pikiran siswa. Pernyataan ini berarti
bahwa siswa harus aktif secara mental membangun struktur pengetahuannya
berdasarkan kematangan kognitif yang dimilikinya. Siswa tidak diharapkan
sebagai botol-botol kecil yang siap diisi dengan berbagai ilmu pengetahuan sesuai
dengan kehendak guru. Sehubungan dengan hal di atas, Baharuddin (2010)
mengemukakan tiga penekanan dalam teori belajar konstruktivisme adalah peran
aktif siswa dalam mengkonstruksi pengetahuan secara bermakna, pentingnya
membuat kaitan antara gagasan dalam pengkonstruksian secara bermakna serta
mengaitkan antara gagasan dengan informasi baru yang diterima.
Selain penekanan dan tahap-tahap tertentu yang perlu diperhatikan dalam
teori belajar konstruktivisme, Mudjiono (2009) mengemukakan sejumlah aspek
dalam kaitannya dengan pembelajaran, yaitu:
a) Siswa mengkonstruksi pengetahuan dengan cara mengintegrasikan ide yang
mereka miliki.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
b) Pembelajaran menjadi lebih bermakna karena siswa mengerti.
c) Strategi siswa lebih bernilai.
d) Siswa mempunyai kesempatan untuk berdiskusi dan saling bertukar
pengalaman dan ilmu pengetahuan dengan temannya.
Upaya mengimplementasikan teori belajar konstruktivisme, Roestiyah
(1991) mengajukan beberapa saran yang berkaitan dengan rancangan
pembelajaran, sebagai berikut:
a) Memberi kesempatan kepada siswa untuk mengemukakan gagasannya dengan
bahasa sendiri.
b) Memberi kesempatan kepada siswa untuk berfikir tentang pengalamannya
sehingga menjadi lebih kreatif dan imajinatif.
c) Memberi kesempatan kepada siswa untuk mencoba gagasan baru.
d) Memberi pengalaman yang berhubungan dengan gagasan yang telah dimiliki
siswa.
e) Mendorong siswa untuk memikirkan perubahan gagasan mereka.
f) Menciptakan lingkungan belajar yang kondusif.
Sehubungan dengan beberapa pandangan di atas, dapat disimpulkan
bahwa pembelajaran yang mengacu kepada teori belajar konstruktivisme lebih
menfokuskan pada kesuksesan siswa dalam mengorganisasikan pengalaman
mereka, bukan kepatuhan siswa dalam refleksi terhadap hal yang telah
diperintahkan dan dilakukan oleh guru. Siswa lebih diutamakan untuk
mengkonstruksi sendiri pengetahuan mereka melalui asimilasi dan akomodasi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
6) Kelebihan Dan Kelemahan Teori Konstruktivistik
Kelebihan teori konstruktivistik adalah sebagai berikut :
a) Berpikir
Sehubungan dengan proses membina pengetahuan baru, murid berfikir untuk
menyelesaikan masalah, mencari idea dan membuat keputusan.
b) Faham
Murid terlibat secara langsung dalam mebina pengetahuan baru, mereka
akan lebih faham dan boleh mengapliksikannya dalam semua situasi.
c) Ingat
Murid terlibat secara langsung dengan aktif sehingga mereka akan ingat lebih
lama semua konsep.
d) Kemahiran sosial
Kemahiran sosial diperolehi apabila berinteraksi dengan teman dan guru
dalam membina pengetahuan baru.
Selain kelebihan yang dijelaskan di atas, kelemahan teori konstruktivistik
adalah dalam proses belajar, peran guru sebagai pendidik kurang mendukung.
b. Teori Vygotsky
Lev Vygotsky adalah seorang filosof Rusia yang idenya mempunyai peran
penting dalam memahami budaya, interaksi sosial dan peranan bahasa dalam
perkembangan kognitif. Teori Vygotsky mendapat perhatian yang makin besar
ketika memasuki akhir abad ke-20. Ia dipengaruhi oleh Pavlov dan beranggapan
bahwa perkembangan secara langsung dipengaruhi oleh perkembangan sosial.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
Istilah yang sering digunakan antara lain dampak sosial, scaffolding, and zone of
proximal development (ZPD).
Lev Vygotsky berbeda dengan konstruktivisme kognitif Piaget.
Konstruktivisme sosial yang dikembangkan oleh Vygotsky adalah bahwa belajar
bagi anak dilakukan dalam interaksi dengan lingkungan sosial maupun
lingkungan fisik. Inti konstruktivisme Vygotsky adalah interaksi antara aspek
internal dan eksternal yang penekanannya pada lingkungan sosial dalam belajar.
Konstruktivisme adalah suatu teori belajar yang mempunyai suatu pedoman dalam
filosofi dan antropologi sebaik psikologi. Pedoman filosofi pada teori ini
ditemukan pada abad ke-5 sebelum masehi ketika Socrates memajukan pemikiran
dari level sophist oleh metode perkembangan sistematis yang ditemukan melalui
gabungan antara pertanyaan dan alasan logika. Metode baru ini yang
mengkontribusi secara besar-besaran untuk memajukan aspek pemecahan masalah
aliran konstruktivisme.
Ada empat prinsip dasar dalam penerapan teori Vygotsky yaitu :
1) Belajar dan berkembang adalah aktivitas sosial dan kolaboratif
2) zone of proximal development (ZPD) dapat menjadi pemandu dalam
menyusun kurikulum dan pelajaran
3) Pembelajaran disekolah harus dalam konteks yang bermakna, tidak boleh
dipisahkan dari pengetahua anak-anak yang dibangun dalam dunia nyata
mereka
4) Pengalaman anak diluar sekolah harus dhubungkan dengan pengalaman
mereka disekolah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
Para ahli psikologi kognitif menyebut informasi dan pengalaman yang
disimpan dalam memori jangka panjang dalam pengetahuan awal. Pengetahuan
awal (prior knowlege) merupakan kumpulan dari pengetahuan dan pengalaman
individu yang diperoleh sepanjang perjalanan hidup mereka, dan sesuatu yang
dibawa kepada pengalaman baru. Kita perlu mengenalkan bahasa sejak dini untuk
memperoleh keterampilan bahasa yang baik. Para pakar perilaku memandang
bahasa sama dengan perilaku lainnya, misalnya duduk, berjalan atau berlari.
Mereka berpendapat bahwa bahasa hanya urutan respon atau sebuah imitasi.
Tetapi banyak diantara kalimat yang kita hasilkan adalah baru. Kita tidak
mendengar atau membicarakan sebelumnya. Kita tidak membicarakan bahasa di
dalam suatu ruang hampa sosial. Kita memerlukan pengenalan bahasa yang lebih
dini untuk memperoleh keterampilan bahasa yang baik. Bahasa berfungsi sebagai
komunikasi. Suatu komunikasi digunakan sebagai alat untuk menyelesaikan
masalah.
Interaksi sosial yang dipelajari anak berasal dari orang yang
berkemampuan intelektual diatas anak tersebut. Umumnya, anak mempelajari
orang lain diatas umurnya atau orang dewasa. Sehubungan dengan ini, guru
berperan sebagai pengarah dan pemandu kegiatan siswa dan mendorong siswa
yang mampu untuk bekerja mandiri. Guru juga bertindak sebagai seorang
pembantu dan mediator pembelajaran siswa. Menurut Vygotsky keterampilan-
keterampilan dalam keberfungsian mental berkembang melalui interaksi sosial
langsung. Melalui pengoranisasian pengalaman-pengalaman interaksi sosial yang
berada dalam suatu latar belakang kebudayaan ini menjadikan perkembangan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
anak menjadi matang. Vygotsky menekankan bagaimana proses-proses
perkembangan mental seperti ingatan, perhatian, dan penalaran yang melibatkan
pembelajaran yang menggunakan temuan-temuan masyarakat seperti bahasa,
sistem matematika dan alat-alat ingatan.
Menurut Vygotsky, anak-anak lahir dengan fungsi mental yang relative
dasar seperti kemampuan untuk memahami dunia luar dan memusatkan perhatian,
tetapi anak-anak tidak banyak meiliki fungsi mental yang lebih tinggi.
Pengalaman dengan orang lain secara berangsur menjadi semakin mendalam dan
membentuk gambaran batin anak tentang dunia. Pengalaman anak diluar sekolah,
harus dihubungkan dengan pengalaman mereka disekolah. Teori Vygotsky
menentang gagasan-gagasan Piaget tentang bahasa dan pemikiran. Vygotsky
menyatakan bahwa bahasa, bahkan dalam bentuknya yang paling awal, adalah
berbasis sosial, sementara Piaget menekankan pada percakapan anak-anak yang
bersifar egosentris dan berorientasi nonsosial. Anak-anak berbicara kepada diri
mereka untuk mengatur perilakunya dan untuk mengarahkan diri mereka.
Sebaliknya, Piaget menekankan bahwa percakapan anak kecil yang egosentris
mencerminkan ketidakmatangan sosial dan kognitif mereka.
Menurut Vygotsky keterampilan-keterampilan dalam keberfungsian
mental berkembang melalui interaksi sosial langsung. Melalui pengoranisasian
pengalaman-pengalaman interaksi sosial yang berada dalam suatu latar belakang
kebudayaan ini. Perkembangan anak menjadi matang.
Pembelajaran berdasarkan scaffolding yaitu memberikan ketrampilan yang
penting untuk pemecahan masalah secara mandiri, seperti diskusi dan praktek
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
langsung. Zone of Proximal Development (ZPD) adalah wilayah dimana anak
mampu untuk belajar dengan bantuan orang yang kompeten. Batas ZPD yang
lebih rendah ialah level pemecahan masalah yang di capai oleh seorang anak yang
bekerja secara mandiri. Batas yang lebih tinggi ialah level tanggung jawab
tambahan yang dapat di terima oleh anak dengan bantuan seorang instruktur yang
mampu. Penilaian belajar dilakukan dengan menggunakan cheklist, review, atau
pertanyaan, sedangkan penerapan teknologi untuk belajar adalah dengan
pemakaian visualisasi, contoh grafis, pengalaman dunia nyata yang terkait dengan
kebutuhan siswa.
Aplikasi teori kognitif terhadap pembelajaran siswa, belajar merupakan
proses aktif untuk membangun pengetahuan. Proses aktif yang dimaksud tidak
hanya secara mental namun juga secara fisik, artinya secara fisik pengetahuan
siswa secara aktif dibangun berdasarkan proses asimilasi pengalaman atau bahan
yang dipelajari dengan pengetahuan. Ciri pembelajaran dalam pandangan kognitif
adalah sebagai berikut:
a) Menyediakan pengalaman belajar berkaitan dengan pengetahuan yang
dimiliki siswa sehingga belajar melalui proses pembentukan pengetahuan.
b) Menyediakan berbagai alternatif pengalaman belajar, misalnya suatu masalah
dapat diselesaikan dengan berbagai cara.
c) Mengintegrasikan pembelajaran dengan sesuatu yang realistik yang
melibatkan pengalaman konkrit, misalnya untuk memahami konsep melalui
kenyataan kehidupan sehari-hari.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
d) Mengintegrasikan pembelajaran sehingga terjadi kerjasama seseorang dengan
orang lain atau dengan lingkungan, misalnya kerjasama antara siswa-guru
dan siswa-siswa.
e) Memanfaatkan berbagai media untuk komunikasi.
f) Melibatkan emosional siswa sehingga menjadi menarik dan siswa mau
belajar.
Tujuan pendidikan menurut teori belajar kognitif adalah sebagai berikut:
a) Menghasilkan individu yang memiliki kemampuan berfikir untuk
menyelesaikan setiap persoalan.
b) Kurikulum dirancang sedemikian rupa sehingga terjadi situasi untuk
memungkinkan pengetahuan dan ketrampilan dapat dikonstruksi oleh peserta
didik.
c) Peserta didik diharapkan selalu aktif dan dapat menemukan cara belajar yang
sesuai bagi dirinya.
Ada empat prinsip dasar dalam penerapan teori Vygotsky dikelas, antara
lain sebagai berikut:
a) Belajar dan berkembang adalah aktivitas sosial dan kolaboratif.
b) ZPD dapat menjadi pemandu dalam penyusunan kurikulum dan pelajaran.
c) Pembelajaran disekolah harus dalam konteks yang bermakna, tidak boleh
dipisahkan dari pengetahuan anak-anak yang dibangun dalam dunia nyata
mereka.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
3. Model Pembelajaran Problem Solving
a. Hakekat Pembelajaran Problem Solving
Menurut Made (dalam Hariyanti : 2010) pemecahan masalah merupakan
suatu aktifitas kognitif dimana siswa tidak saja harus dapat mengerjakan tetapi
juga harus yakin bisa memecahkan. Menurut Shadiq (2004:10), pembelajaran
pemecahan masalah (Problem Solving) adalah suatu kegiatan yang didesain oleh
guru dalam rangka memberi tantangan kepada siswa melalui penugasan atau
pertanyaan. Fungsi guru dalam kegiatan itu adalah memotivasi siswa agar mau
menerima tantangan dan membimbing siswa dalam proses pemecahannya.
Masalah yang diberikan harus masalah yang pemecahannya terjangkau oleh
kemampuan siswa. Masalah yang diluar jangkauan kemampuan siswa dapat
menurunkan motivasi mereka.
Pembelajaran Problem Solving merupakan pembelajaran yang dimulai
dengan menghadapkan siswa pada masalah nyata atau masalah yang
disimulasikan, bekerjasama dalam suatu kelompok untuk mengembangkan
keterampilan memecahkan masalah atau Problem Solving, kemudian siswa
mempresentasikan sehingga siswa diharapkan menjadi seorang self directed
learner. Self directed learner diartikan sebagai individu yang mampu belajar
mandiri. Pembelajaran ini merangsang pengembangan kemampuan berpikir siswa
secara kreatif dan menyeluruh, karena dalam proses belajarnya, siswa banyak
melakukan mental dengan menyoroti permasalahan dari berbagai segi dalam
rangka mencari pemecahan masalah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
Menurut Peterson (2006), model pembelajaran Problem Solving adalah
suatu model pembelajaran yang melakukan pemusatan pada pengajaran dan
keterampilan pemecahan masalah, yang diikuti dengan penguatan keterampilan.
Ketika dihadapkan dengan suatu pertanyaan, siswa dapat melakukan keterampilan
memecahkan masalah untuk memilih dan mengembangkan tanggapannya.
Ketrampilan memecahkan masalah memperluas proses berpikir, sehingga untuk
memecahkan masalah siswa menggunakan segenap pemikiran, memilih strategi
pemecahannya, dan memproses hingga menemukan penyelesaian dari suatu
masalah.
b. Peran Problem Solving dalam Pembelajaran
Masalah Problem Solving juga dapat menantang pikiran dan bernuansa
teka-teki bagi siswa sehingga dapat meningkatkan rasa penasaran, motivasi dan
kegigihan untuk selalu terlibat dalam pembelajaran. Pentingnya Problem Solving
juga dapat dilihat pada perannya dalam pembelajaran. Stanic & Kilpatrick
membagi peran Problem Solving sebagai konteks menjadi beberapa hal antara lain
sebagai berikut:
1) Untuk pembenaran pembelajaran.
2) Untuk menarik minat siswa akan nilai pembelajaran, dengan isi yang
berkaitan dengan masalah kehidupan nyata.
3) Untuk memotivasi siswa, membangkitkan perhatian siswa pada topik atau
prosedur khusus dalam pembelajaran dengan menyediakan kegunaan
kontekstualnya (dalam kehidupan nyata).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40
4) Untuk rekreasi, sebagai sebuah aktivitas menyenangkan yang memecah
suasana belajar rutin.
5) Sebagai latihan, penguatan keterampilan dan konsep yang telah diajarkan
secara langsung.
Pembelajaran Problem Solving sebagai konteks menekankan pada
penemuan tugas-tugas atau masalah yang menarik dan yang dapat membantu
siswa memahami konsep atau prosedur biologi.
c. Langkah-langkah Pembelajaran Problem Solving
John Dewey dalam bukunya How We Think, menyebutkan lima langkah
dasar untuk Problem Solving (pemecahan masalah) adalah sebagai berikut :
1) Menyadari bahwa masalah itu ada
2) Identifikasi masalah
3) Penggunaan pengalaman sebelumnya atau informasi yang relevan untuk
penyusunan hipotesis
4) Pengujian hipotesis untuk beberapa solusi yang mungkin
5) Evaluasi terhadap solusi dan penyusun kesimpulan berdasarkan bukti yang
ada.
Sementara itu terkait dengan pembelajaran biologi, langkah-langkah dan
peran guru pada model pembelajaran berdasarkan masalah adalah sebagai berikut:
1) Orientasi siswa pada masalah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
41
Guru menjelaskan tujuan pembelajaran, menjelaskan peralatan yang
dibutuhkan, memotivasi siswa terlibat pada aktivitas pemecahan masalah yang
dipilihnya.
2) Mengorganisasikan siswa untuk belajar
Guru membantu siswa mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar
yang berhubungan dengan masalah tersebut.
3) Membimbing penyelidikan individual maupun kelompok
Guru mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai,
melaksanakan eksperimen untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan
masalah.
4) Mengembangkan dan menyajikan hasil karya
Guru membantu siswa dalam merencanakan dan menyiapkan karya yang
sesuai seperti laporan, video, dan model yang membantu mereka untuk
berbagi tugas dengan temannya.
5) Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah
Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap
penyelidikan mereka dan proses yang mereka gunakan.
Pada saat memecahkan masalah, ada beberapa cara atau langkah yang
sering digunakan. Cara yang sering digunakan dan sering berhasil pada proses
pemecahan masalah disebut dengan kiat/strategi pemecahan masalah. Setiap
manusia akan menemui masalah, karenanya strategi ini akan sangat bermanfaat
jika dipelajari para siswa agar dapat digunakan dalam kehidupan nyata mereka.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
42
Penyelesaian masalah menurut J. Dewey yang dikutip oleh Wina Sanjaya
cit Mirat (2010:15), ada enam tahap antara lain sebagai berikut:
1) Merumuskan masalah, yaitu langkah siswa dalam menentukan masalah yang
akan dipecahkan.
2) Menganalisis masalah, yaitu langkah siswa meninjau masalah secara kritis
dari berbagai sudut pandang
3) Merumuskan hipotesis, yaitu langkah siswa merumuskan bebagai
kemungkinan pemecahan yang sesuai dengan pengetahuan yang dimilikinya.
4) Mengumpulkan data, yaitu langkah siswa mencari dan menggambarkan
informasi yang diperlukan untuk pemecahan masalah
5) Pengujian hipotesis, yaitu langkah siswa mengembil atau merumuskan
kesimpulan sesuai dengan penerimaan dan penolakan hipotesis yang diajukan
6) Merumuskan rekomendasi pemecahan masalah, yaitu langkah siswa
menggambarkan rekomendasi yang dapat dilakukan sesuai rumusan hasil
pengujian hipotesis dan rumusan kesimpulan.
Menurut Polya cit Dewiyani (2008:91), sebagai berikut:
1) Memahami masalah
Pada langkah ini, kegiatan pemecahan masalah diarahkan untuk membantu
siswa menetapkan hal-hal yang diketahui pada permasalahan ditanyakan.
Beberapa pertanyaan yang perlu dimunculkan kepada siswa untuk membantunya
dalam memahami masalah antara lain sebagai berikut:
a) Apakah yang diketahui dari soal?
b) Apakah yang ditanyakan soal?
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
43
c) Apa saja informasi yang diperlukan?
d) Bagaimana akan menyelesaikan soal?
2) Membuat rencana untuk menyelesaikan masalah.
Langkah ini mengarahkan siswa untuk dapat mengidentifikasi strategi-
strategi pemecahan masalah yang sesuai untuk memecahkan masalah. Dalam
mengidentifikasi strategi-pemecahan masalah ini, hal yang paling penting untuk
diperhatikan adalah apakah strategi tersebut berkaitan dengan masalah yang akan
dipecahkan.
3) Melaksanakan penyelesaian soal
Siswa diarahkan menyelesaikan soal sesuai dengan yang telah
direncanakan. Pada langkah ini kemampuan siswa dalam memahami substansi
dan keterampilan siswa dalam melakukan pembelajaran akan sangat membantu
siswa dalam melaksanakan langkah kedua ini.
4) Memeriksa ulang jawaban yang diperoleh
Langkah ini penting dilakukan untuk mengecek apakah hasil yang
diperoleh sudah sesuai dengan ketentuan dan tidak terjadi kontradiksi dengan
yang ditanya. Tahap ini ada empat langkah penting yang dapat dijadikan pedoman
untuk melaksanakan langkah ini, antara lain sebagai berikut:
a) Mencocokan hasil yang diperoleh dengan hal yang ditanya
b) Menginterpretasikan jawaban yang diperoleh
c) Mengidentifikasi cara lain untuk mendapatkan penyelesaian masalah
d) Mengidentifikasi jawaban atau hasil lain yang memenuhi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
44
Langkah-langkah pembelajaran yang dilakukan penulis sebagaimana
merujuk dari model pembelajaran problem solving yang telah dilakukan
sebelumnya sebagai berikut :
1) Memahami Masalah:
Siswa dibagi menjadi 5 kelompok kemudian guru membagikan alat peraga
(model ekositem), siswa diberikan stimulus berupa penyampaian materi oleh guru
mengenai jenis-jenis ekosistem, kemudian guru membagikan beberapa pertanyaan
yang berkenaan dengan jenis-jenis ekosistem.
2) Membuat rencana untuk menyelesaikan masalah :
Tahap ini mengarahkan siswa untuk dapat mengidentifikasi masalah,
kemudian mencari cara yang tepat untuk menyelesaikan masalah tersebut.
3) Melaksanakan penyelesain soal:
Siswa diarahkan menyelesaikan soal sesuai dengan yang telah
direncanakan. Pada langkah ini siswa dapat menjawab pertanyaan dengan melihat
buku, mengamati objek, dan bertanya sama guru.
4) Memeriksa ulang jawaban yang diperoleh
Tahap ini siswa mengulang atau memeriksa kembali jawaban yang sudah
dikerjakan, menyimpulkan jawaban untuk dipresentasikan di depan kelas,
kemudian penulis memberi keputusan jawaban mana yang paling benar.
d. Kelebihan dan Kelemahan Pembelajaran Problem solving
Kelebihan pembelajaran problem solving antara lain sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
45
1) Model ini dapat membuat pendidikan di sekolah menjadi lebih relevan
dengan kehidupan, khususnya dengan dunia kerja.
2) Proses belajar mengajar melalui pemecahan masalah dapat membiasakan
para siswa menghadapi dan memecahkan masalah secara terampil, apabila
menghadapi permasalahan di dalam kehidupan.
3) Model ini merangsang pengembangan kemampuan berpikir siswa secara
kreatif dan menyeluruh karena dalam proses belajarnya siswa banyak
melakukan mental dengan menyoroti permasalahan dari berbagai segi dalam
rangka mencari pemecahannya.
Kelemahan pembelajaran problem solving antara lain sebagai berikut:
1) Menentukan suatu masalah yang tingkat kesulitannya sesuai dengan tingkat
berpikir siswa, tingkat sekolah dan kelasnya serta pengalaman yang telah
dimiliki siswa, sangat memerlukan kemampuan dan keterampilan guru.
2) Proses belajar mengajar dengan menggunakan model ini sering memerlukan
waktu yang cukup banyak dan sering terpaksa mengambil waktu pelajaran
lain.
3) Mengubah kebiasaan siswa belajar dengan mendengarkan dan menerima
informasi dari guru menjadi belajar dengan banyak berpikir memecahkan
permasalahan sendiri atau kelompok, yang kadang-kadang memerlukan
berbagai sumber belajar, merupakan kesulitan tersendiri bagi siswa.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
46
4. Model Pembelajaran Problem Posing
a. Pengertian Problem Posing
Problem Posing adalah istilah dalam bahasa Inggris yaitu dari kata
problem artinya masalah, soal atau persoalan dan kata to pose yang artinya
mengajukan. Problem Posing bisa diartikan sebagai pengajuan soal atau
pengajuan masalah. Suryanto (1998) menggunakan pembentukan soal sebagai
padanan Problem Posing.
Problem posing adalah suatu model pembelajaran yang mewajibkan para
siswa untuk mengajukan soal sendiri melalui pelajaran soal (berlatih soal secara
sendiri). Problem Posing mempunyai beberapa arti, (Suharta, 2000)
mendefinisikan problem posing adalah perumusan masalah yang berkaitan dengan
syarat-syarat soal yang telah dipecahkan atau alternatif soal yang masih relevan.
Suryanto cit Sukestiyarno (2001) menjelaskan Problem Posing adalah perumusan
soal agar lebih sederhana atau perumusan ulang soal yang ada dengan ada
peubahan agar lebih sedehana dan dapat dikuasai. Hal ini terjadi pada soal-soal
yang rumit .
Problem Posing adalah kegiatan perumusan soal atau masalah siswa.
Siswa hanya diberikan situasi tertentu sebagai stimulus dalam merumuskan soal
atau masalah. Berkaitan dengan situasi yang dipergunakan dalam kegiatan
perumusan masalah atau soal dalam pembelajaran, Walter dan Brown (1990)
menyatakan bahwa soal yang dibangun melalui beberapa bentuk, antara lain
gambar, benda manipulatif, permainan, teorema atau konsep, alat peraga, soal,
dan solusi dari soal. English (1998) membedakan dua macam situasi atau konteks,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
47
yaitu konteks formal bisa dalam betuk simbol (kalimat) atau dalam kalimat verbal,
dan konteks informal berupa permainan dalam gambar atau kalimat tanpa tujuan
khusus. Problem posing dapat juga diartikan membangun atau membentuk
masalah. Sari (2008) menjelaskan Problem Posing adalah perumusan soal ulang
yang ada dengan beberapa perubahan agar lebih sederhana sehingga soal tersebut
dapat diselasaikan.
Problem posing merupakan model pembelajaran yang mengharuskan
siswa menyusun pertanyaan sendiri atau memecah suatu soal menjadi pertanyaan-
pertanyaan yang lebih sederhana yang mengacu pada penyelesaian soal tersebut.
Problem Posing (pengajuan soal) dalam pembelajaran biologi, menempati posisi
yang strategis. Siswa harus menguasai materi dan penyelesaian soal. Hal tersebut
akan dicapai jika siswa memperkaya khazanah pengetahuannya tak hanya dari
guru melainkan perlu belajar secara mandiri.
Model pembelajaran Problem Posing ini mulai dikembangkan di tahun
1997 oleh Lyn D. English. Pada prinsipnya, model pembelajaran Problem Posing
adalah suatu model pembelajaran yang mewajibkan para siswa untuk mengajukan
soal sendiri melalui belajar soal (berlatih soal) secara mandiri. Penerapan model
pembelajaran problem posing antara lain sebagai berikut:
1) Guru menjelaskan materi pelajaran kepada para siswa. Penggunaan alat peraga
untuk memperjelas konsep sangat disarankan.
2) Guru memberikan latihan soal secukupnya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
48
3) Siswa diminta mengajukan 1 atau 2 buah soal yang menantang, dan siswa
yang bersangkutan harus mampu menyelesaikannya. Tugas ini dapat pula
dilakukan secara kelompok.
4) Pada pertemuan berikutnya, secara acak, guru menyuruh siswa untuk
menyajikan soal temuannya di depan kelas, dalam hal ini guru dapat
menentukan siswa secara selektif berdasarkan bobot soal yang diajukan oleh
siswa.
5) Guru memberikan tugas rumah secara individual.
Silver dan Cai menjelaskan bahwa pengajuan soal mandiri dapat
diaplikasikan dalam tiga bentuk aktivitas kognitif biologi yakni sebagai berikut.
1) Pre solution posing
Pre solution posing yaitu jika seorang siswa membuat soal dari situasi
yang diadakan. Guru diharapkan mampu membuat pertanyaan yang berkaitan
dengan pernyataan yang dibuat sebelumnya.
2) Within solution posing
Within solution posing yaitu jika seorang siswa mampu merumuskan ulang
pertanyaan soal tersebut menjadi sub-sub pertanyaan baru yang urutan
penyelesaiannya seperti yang telah diselesaikan sebelumnya. Siswa diharapkan
mampu membuat sub-sub pertanyaaan baru dari sebuah pertanyaan yang ada pada
soal yang bersangkutan.
3) Post solution posing
Post solution posing yaitu jika seorang siswa memodifikasi tujuan atau
kondisi soal yang sudah diselesaikan untuk membuat soal yang baru yang sejenis.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
49
Pembelajaran dalam model pembelajaran pengajuan soal (Problem
Posing) siswa dilatih untuk memperkuat dan memperkaya konsep-konsep dasar
biologi. Kekuatan-kekuatan model pembelajaran Problem Posing antara lain
adalah memberi penguatan terhadap konsep yang diterima atau memperkaya
konsep-konsep dasar, diharapkan mampu melatih siswa meningkatkan
kemampuan dalam belajar, orientasi pembelajaran adalah investigasi dan
penemuan yang pada dasarnya adalah pemecahan masalah.
Bagi siswa, pembelajaran Problem Posing merupakan keterampilan
mental, siswa menghadapi suatu kondisi dimana diberikan suatu permasalahan
dan siswa memecahkan masalah tersebut. Model pembelajaran Problem Posing
(pengajuan soal) dapat dikembangkan dengan memberikan suatu masalah yang
belum terpecahkan dan meminta siswa untuk menyelesaikannya
Guru biologi dalam rangka mengembangkan model pembelajaran Problem
Posing (pengajuan soal) yang berkualitas dan terstruktur dalam pembelajaran
biologi, dapat menerapkan prinsip-prinsip dasar antara lain sebagai berikut:
1) Pengajuan soal harus berhubungan dengan apa yang dimunculkan dari
aktivitas siswa di dalam kelas.
2) Pengajuan soal harus berhubungan dengan proses pemecahan masalah siswa
3) Pengajuan soal dapat dihasilkan dari permasalahan yang ada dalam buku teks,
dengan memodifikasikan dan membentuk ulang karakteristik bahasa dan
tugas.
Menggunakan model pembelajaran problem posing dalam pembelajaran
biologi dibutuhkan keterampilan antara lain sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
50
1) Menggunakan strategi pengajuan soal untuk menginvestigasi dan
memecahkan masalah yang diajukan.
2) Memecahkan masalah dari situasi dan kehidupan sehari-hari.
3) Menggunakan sebuah pendekatan yang tepat untuk mengemukakan masalah
biologi.
4) mengenali hubungan antara materi-materi yang berbeda dalam biologi.
5) Mempersiapkan solusi dan strategi terhadap situasi masalah baru.
6) Mengajukan masalah yang kompleks sebaik mungkin, begitu juga masalah
yang sederhana.
7) Menggunakan penerapan subjek yang berbeda dalam mengajukan masalah
biologi.
8) Kemampuan untuk menghasilkan pertanyaan untuk mengembangkan strategi
mengajukan masalah antara lain sebagai berikut:
a) Bagaimana saya bisa menyelesaikan masalah ini?
b) Dapatkah saya mengajukan pertanyaan yang lain?
c) Seberapa banyak solusi yang dapat saya temukan?
Memunculkan pertanyaan baru dari masalah biologi yang diberikan
dianggap menjadi aktivitas utama dalam mengajukan masalah sebagaimana
dijelaskan oleh English antara lain sebagai berikut:
1) Apakah gagasan penting dalam masalah ini?
2) Dimana lagi kita dapat menemukan gagasan yang sama dengan hal ini?
3) Dapatkah kita menggunakan informasi ini dalam satu cara yang berbeda untuk
memecahkan suatu masalah?
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
51
4) Apakah kita cukup memiliki informasi penting untuk memecahkan masalah?
5) Bagaimana jika kita tidak memberikan semua informasi ini untuk membuat
sebuah masalah yang berbeda?
6) Bagaimana mungkin kamu dapat merubah beberapa informasi ini?
7) Akan menjadi apakah masalah tersebut kemudian?
Rangkaian pertanyaan di atas menunjukkan apabila ada seorang guru yang
tidak berpengalaman dalam mengajukan masalah dapat melakukan aktivitas
bertanya tersebut. Strategi dalam pengajuan masalah dapat dilihat dari beberapa
tinjauan literatur. Strategi ini dapat diterapkan dalam mengajukan masalah
tertentu. Strategi tersebut mengemukakan cara melihat atau menemukan masalah.
Strategi lain dalam mengajukan sebuah pertanyaan adalah untuk melihat
hubungan antara informasi yang diberikan dan mengajukan sebuah pertanyaan
yang mengikuti hubungan tersebut. Cara melihat atau menemukan masalah sejenis
dengan gabungan strategi dalam perumusan masalah. Strategi ini berada pada
penemuan tingkatan masalah. Masalah tersebut ditampilkan pada penguji coba
atau orang lain yang mengajukan pertanyaan, yang perlu dilakukan penanya
adalah menemukannya.
Strategi lain adalah untuk memanipulasi kondisi tertentu dan tujuan dari
masalah yang diajukan sebelumnya. Ini serupa dengan penggunaan analogi dalam
menghasilkan masalah baru yang terkait. dalam studi ini, terdapat dua strategi
berbeda yang dikembangkan antara lain sebagai berikut:
1) Mengajukan pertanyaan mengenai masalah biologi dari masalah yang ada
dalam buku pelajaran. Kilpatrick menjelaskan bahwa ada dua tahap dalam
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
52
proses penyelesaian masalah selama masalah baru diciptakan. Penyelesaian
masalah bisa dengan mengubah beberapa atau semua kondisi masalah untuk
melihat masalah baru, hal-hal yang mungkin dihasilkan dan setelah masalah
diselesaikan. Penyelesaian masalah bisa dengan meninjau ulang bagaimana
solusi dipengaruhi oleh berbagai macam permasalahan.
Strategi ini dapat dikembangkan oleh siswa sebagai berikut.
a) Memilih satu masalah dari buku pelajaran biologi atau buku LKS biologi.
b) Menentuan kondisi dari permasalahan yang diberikan dan hal yang tidak
diketahui.
c) Mengubah kondisi masalah dalam dua cara yang berbeda yaitiu
menambahkan lagi beberapa kondisi atau kondisi baru pada masalah asli
kemudian rumuskan satu pertanyaan baru, memindahkan kondisi dari
masalah asli kemudian rumuskan pertanyaan baru.
2) Mengajukan masalah biologi.
Strategi ini dapat dikembangkan oleh siswa antara lain sebagai berikut:
a) Situasi kehidupan sehari-hari yang ditampilkan pada semua siswa.
b) Siswa diminta melengkapi situasi dari pandangan mereka untuk menyatakan
masalah yang berasal dari situasi yang dibentuk.
c) Masing-masing siswa telah melengkapi masalah dari situasi tertentu untuk
kemudian mengajukan beberapa pertanyaan dari situasi tersebut
d) Tulis semua masalah yang diajukan yang berkaitan dengan masalah tersebut
Berdasarkan uraian di atas, tampak bahwa keterlibatan siswa untuk turut
belajar dengan cara menerapkan model pembelajaran Problem Posing merupakan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
53
salah satu indikator keefektifan belajar. Siswa tidak hanya menerima saja materi
dari guru, melainkan siswa juga berusaha menggali dan mengembangkan sendiri.
Hasil belajar tidak hanya menghasilkan peningkatan pengetahuan tetapi juga
meningkatkan keterampilan berpikir. Kemampuan siswa untuk mengerjakan soal-
soal sejenis uraian perlu dilatih, agar penerapan model pembelajaran problem
posing dapat optimal. Kemampuan tersebut akan tampak dengan jelas bila siswa
mampu mengajukan soal-soal secara mandiri maupun berkelompok. Kemampuan
siswa untuk mengerjakan soal tersebut dapat dideteksi lewat kemampuannya
untuk menjelaskan penyelesaian soal yang diajukannya di depan kelas. Melalui
penerapan model pembelajaran Problem Posing dapat melatih siswa belajar
kreatif, disiplin, dan meningkatkan keterampilan berpikir siswa.
Model pembelajaran Problem Posing memiliki kelebihan dan kekurangan.
Kelebihan model pembelajaran problem posing menurut Suyitnio cit Sukistiyarno
(2001) adalah dapat memberi penguatan terhadap konsep yang diterima atau
memperkuat konsep-konsep dasar, diharapkan mampu melatih siswa
meningkatkan kemampuan dalam belajar, dan orientasi pembelajaran adalah
investigasi dan penemuan yang pada dasarnya adalah pemecahan masalah. Setiap
model pembelajaran pasti ada kelebihan dan kekuranganya. Sutisna (2010)
menguraikan bahwa kelebihan model problem posing adalah kemampuan
memecahkan masalah/mampu mencari berbagai jalan dari suatu kesulitan yang
dihadapi, mengembangkan pengetahuan dan pemahaman siswa/ terampil
menyelesaikan soal tentang materi yang diajarkan, mengetahui proses bagaimana
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
54
cara siswa memecahkan masalah, meningkatkan kemampuan mengajukan soal,
dan sikap yang positif terhadap biologi.
Menurut Rahayuningsih cit Sutisna (2002), kelebihan Problem Posing
diantaranya adalah kegiatan pembelajaran tidak terpusat pada guru, tetapi dituntut
keaktifan siswa, minat siswa dalam pembelajaran biologi lebih besar dan siswa
lebih mudah memahami soal karena dibuat sendiri, semua siswa terpacu untuk
terlibat secara aktif dalam membuat soal, dengan membuat soal dapat
menimbulkan dampak terhadap kemampuan siswa dalam menyelesaikan masalah,
dan dapat membantu siswa untuk melihat permasalahan yang ada dan yang baru
diterima sehingga diharapkan mendapatkan pemahaman yang mendalam dan lebih
baik. Sejalan kedua pendapat diatas bahwa kelebihan model pembelajaran
problem posing adalah siswa aktif dalam kegiatan pembelajaran, minat yang
positif terhadap biologi, membantu siswa untuk melihat permasalahan yang ada
sehingga meningkatkan kemampuan menyelesaikan masalah, memunculkan ide
yang kreatif dari dalam mengajukan soal, dan mengetahui proses bagaimana cara
siswa memecahkan masalah. Potensi siswa sebenarnya dapat dioptimalkan dengan
memberikan pembelajaran inovatif yang tentunya banyak menuntut (melatih)
kreatifitas siswa hingga akhirnya siswa terampil dalam mengungkap fakta yang
berkaitan dengan masalah dan menyelesaikan masalah tersebut berdasarkan fakta
yang didapat. Problem Posing dapat membantu siswa untuk mengembangkan
proses nalar mereka.
Model Problem Posing tidak hanya memiliki kelebihan seperti
diterangkan di atas, tetapi juga memiliki kekurangan. Kekurangan model Problem
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
55
Posing yaitu pembelajaran model Problem Posing membutuhkan waktu yang
lama, dan agar pelaksanaan kegiatan dalam membuat soal dapat dilakukan dengan
baik perlu ditunjang oleh buku yang dapat dijadikan pemahaman dalam kegiatan
belajar terutama membuat soal.
Langkah-langkah pembelajaran model Problem Posing dalam penelitian
ini antara lain sebagai berikut:
1) Langkah Accepting (menerima)
Tahap ini guru memberikan stimulus terhadap kemampuan siswa dalam
memahami situasi yang diberikan
2) Langkah challenging (menantang)
Tahap ini siswa dibimbing untuk memberikan respon terhadap situasi yang
diberikan yaitu dengan pertanyaan, berdialog, guru membimbing siswa
mengenai langkah-langkah yang akan ditempuh siswa dalam penyelesaian
masalah, guru bersama siswa melaksanakan rencana penyelesaian, guru dan
siswa menyelesaikan masalah bersama-sama.
5. Prestasi Belajar
a. Definisi Prestasi Belajar
Kata prestasi belajar terdiri dari dua unsur kata yaitu prestasi dan belajar.
Dalam kamus bahasa Indonesia, (Depdiknas, 2006) prestasi adalah hasil yang
telah dicapai dan yang telah dilakukan atau dikerjakan. Prestasi juga mengandung
pengertian suatu hasil yang dicapai dari suatu kegiatan/aktivitas yang telah
dilakukan, diciptakan, baik secara kelompok maupun sendiri. Prestasi merupakan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
56
salah satu tujuan seseorang dalam belajar dan sekaligus sebagai motivator
terhadap aktivitas siswa. Prestasi belajar merupakan salah satu indikator
keberhasilan belajar. Prestasi belajar merupakan aktualisasi dari potensi yang
dimilikinya, artinya belajar merupakan manifestasi dari kemampuan potensi
individu. Slameto (2003) mengemukakan beberapa pengertian prestasi belajar
antara lain sebagai berikut:
1) Prestasi belajar merupakan perubahan perilaku yang dapat diukur yang
dilakukan dengan menggunakan tes prestasi (achievement test)
2) Prestasi belajar merupakan hasil perbuatan individuitu sendiri bukan hasil dari
perbuatan orang lain terhadap individu
3) Prestasi belajar dapat dievaluasi tinggi rendahnya berdasarkan kriteria yang
telah ditetapkan oleh penilai atau menurut tolak ukur (standar) yang dicapai
oleh kelompok.
4) Prestasi belajar merupakan hasil dari kegiatan yang dilakukan dengan sengaja
dan disadari, jadi bukan merupakan kebiasaan atau perilaku yang tidak
disadari. Prestasi belajar adalah hasil belajar yang telah dicapai oleh siswa
yang ditandai dengan perkembangan serta perubahan tingkah laku yang
meliputi pengetahuan, keterampilan maupun sikap pada diri seseorang yang
dilakukannya secara sengaja/sadar melalui proses belajar mengajar dalam
jangka waktu tertentu dan dapat diukur serta dinyatakan dalam bentuk nilai,
hasil tes atau ujian berupa angka (kuantitatif), huruf, atau kalimat (kualitatif).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
57
b. Faktor Yang Mempengaruhi Prestasi Belajar
Beberapa faktor yang mempengaruhi prestasi belajar antara lain faktor
yang terdapat dalam diri siswa (faktor internal) dan faktor yang terdiri dari luar
siswa (faktor eksternal). Faktor-faktor yang berasal dari dalam diri anak bersifat
biologis sedangkan faktor yang berasal dari luar diri anak antara lain adalah
faktor keluarga, sekolah, masyarakat dan sebagainya.
1) Faktor Internal
Faktor internal adalah faktor yang timbul dari dalam diri individu itu
sendiri, adapun yang dapat digolongkan ke dalam faktor internal yaitu
kecedersan/intelegensi, bakat, minat dan motivasi.
a) Kecerdasan/intelegensi
Kecerdasan adalah kemampuan belajar disertai kecakapan untuk
menyesuaikan diri dengan keadaan yang dihadapinya. Kemampuan ini sangat
ditentukan oleh tinggi rendahnya intelegensi yang normal selalu menunjukkan
kecakapan sesuai dengan tingkat perkembangan sebaya. Perkembangan ini
ditandai oleh kemajuan-kemajuan yang berbeda antara satu anak dengan anak
yang lainnya, sehingga seseorang anak pada usia tertentu sudah memiliki tingkat
kecerdasan yang lebih tinggi dibandingkan dengan kawan sebayanya. Faktor
intelegensi merupakan suatu hal yang tidak diabaikan dalam kegiatan
belajar mengajar
Menurut Kartono (1995:1) kecerdasan merupakan salah satu aspek yang
penting dan sangat menentukan berhasil tidaknya studi seseorang. Seorang murid
yang mempunyai tingkat kecerdasan normal atau di atas normal maka secara
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
58
potensi ia dapat mencapai prestasi yang tinggi. Slameto (1995:56) mengatakan
bahwa tingkat intelegensi yang tinggi akan lebih berhasil daripada yang
mempunyai tingkat intelegensi yang rendah. Sehubungan dengan pendapat di atas
diketahui bahwa intelegensi yang baik atau kecerdasan yang tinggi merupakan
faktor yang sangat penting bagi seorang anak dalam usaha belajar.
b) Bakat
Kartono (1995:2) menyatakan bahwa bakat adalah potensi atau
kemampuan kalau diberikan kesempatan untuk dikembangkan melalui belajar
akan menjadi kecakapan yang nyata. Sehubungan pendapat di atas diketahui
bahwa tumbuhnya keahlian tertentu pada seseorang sangat ditentukan oleh bakat
yang dimilikinya sehubungan dengan bakat ini dapat mempunyai tinggi
rendahnya prestasi belajar bidang-bidang studi tertentu.
Dalam proses belajar terutama belajar keterampilan, bakat memegang
peranan penting dalam mencapai suatu hasil akan prestasi yang baik. Jika seorang
guru atau orang tua memaksa anaknya untuk melakukan sesuatu yang tidak sesuai
dengan bakatnya maka akan merusak keinginan anak tersebut.
c) Minat
Menurut Slameto (1995:57) mengemukakan bahwa minat adalah
kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan mengenang beberapa
kegiatan, kegiatan yang diminati seseorang, diperhatikan terus yang disertai
dengan rasa sayang. Sardiman (1992:76) mengemukakan minat adalah suatu
kondisi yang terjadi apabila seseorang melihat ciri-ciri atai arti sementara situasi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
59
yang dihubungkan dengankeinginan-keinginan atau kebutuhan-kebutuhannya
sendiri.
Berdasarkan pendapat di atas, diketahui bahwa minat besar pengaruhnya
terhadap belajar atau kegiatan bahkan pelajaran yang menarik minat siswa lebih
mudah dipelajari dan disimpan karena minat menambah kegiatan belajar. Untuk
menambah minat seorang siswa di dalam menerima pelajaran di sekolah siswa
diharapkan dapat mengembangkan minat untuk melakukannya sendiri. Minat
belajar yang telah dimiliki siswa merupakan salah satu faktor yang dapat
mempengaruhi hasil belajarnya. Seseorang yang mempunyai minat yang tinggi
terhadap sesuatu hal maka akan terus berusaha untuk melakukan sehingga apa
yang diinginkannya dapat tercapai sesuai dengan keinginannya.
d) Motivasi
Motivasi dalam belajar adalah faktor yang penting karena hal tersebut
merupakan keadaan yang mendorong keadaan siswa untuk melakukan belajar.
Persoalan mengenai motivasi dalam belajar adalah bagaimana cara mengatur agar
motivasi dapat ditingkatkan. Dalam kegiatan belajar mengajar sorang anak didik
akan berhasil jika mempunyai motivasi untuk belajar. Motivasi adalah segala
daya yang mendorong seseoranguntuk melakukan sesuatu.
Menurut Wlodkowsky cit Sugihartono dkk (2007), Motivasi adalah suatu
kondisi yang menyebabkan atau menimbulkan perilaku tertentu dan yang
memberi arah dan ketahanan pada tingkah laku tersebut. Perkembangan motivasi
dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu (a) motivasi instrinsik dan (b) motivasi
ekstrinsik. Motivasi instrinsik dimaksudkan dengan motivasi yang bersumber dari
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
60
dalam diri seseorang yang atas dasarnya kesadaran sendiri untuk melakukan
sesuatu pekerjaan belajar. Motivasi ekstrinsik dimaksudkan dengan motivasi
yangdatangnya dari luar diri seseorang siswa yang menyebabkan siswa tersebut
melakukan kegiatan belajar. Seorang guru harus berusaha dengan segala
kemampuan yang ada untuk mengarahkan perhatian siswa kepada sasaran
tertentu. Dengan adanya dorongan ini dalam diri siswa akan timbul inisiatif
dengan alasan mengapa ia menekuni pelajaran. Untuk membangkitkan motivasi
kepada mereka, supaya dapat melakukan kegiatan belajar dengan kehendak
sendiri dan belajar secara aktif.
2) Faktor Eksternal
Faktor eksternal adalah faktor-faktor yang dapat mempengaruhi prestasi
belajar yang sifatnya di luar diri siswa, yaitu beberapa pengalaman-pengalaman,
keadaan keluarga, lingkungan sekitarnya dan sebagainya. Pengaruh lingkungan ini
pada umumnya bersifat positif dan tidak memberikan paksaan kepada individu.
Menurut Slameto (1995:60) faktor eksternal yang dapat mempengaruhi
belajar adalah keadaan keluarga, keadaan sekolah dan lingkungan masyarakat.
a) Keadaan Keluarga
Keluarga merupakan lingkungan terkecil dalam masyarakat tempat
seseorang dilahirkan dan dibesarkan. Sebagaimana yang dijelaskan oleh Slameto
bahwa keluarga adalah lembaga pendidikan pertama dan utama. Keluarga yanng
sehat besar artinya untuk pendidikan kecil, tetapi bersifat menentukan dalam
ukuran besar yaitu pendidikan bangsa, negara dan dunia.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
61
Adanya rasa aman dalam keluarga sangat penting dalam keberhasilan
seseorang dalam belajar. Rasa aman itu membuat seseorang akan terdorong untuk
belajar secara aktif, karena rasaaman merupakan salah satu kekuatan pendorong
dari luar yang menambah motivasi untuk belajar. Suryabrata (1990) mengatakan
keluarga merupakan lingkungan pendidikan yang pertama, karena dalam keluarga
inilah anak pertama-tama mendapatkan pendidikan dan bimbingan, sedangkan
tugas utama dalam keluarga bagi pendidikan anak ialahsebagai peletak dasar bagi
pendidikan akhlak dan pandangan hidup keagamaan, oleh karena itu orang tua
hendaknya menyadari bahwa pendidikan dimulai dari keluarga. Sekolah
merupakan pendidikan lanjutan. Peralihan pendidikan informal ke lembaga-
lembaga formal memerlukan kerjasama yang baik antara orang tua dan guru
sebagai pendidik dalam usaha meningkatkan hasil belajar anak. Jalan kerjasama
yang perlu ditingkatkan, dimanaorang tua harus menaruh perhatian yang serius
tentang cara belajar anak di rumah. Perhatian orang tua dapat memberikan
dorongan dan motivasi sehingga anak dapat belajar dengan tekun karena anak
memerlukan waktu, tempat dan keadaan yang baik untuk belajar.
b) Keadaan Sekolah
Sekolah merupakan lembaga pendidikan formal pertama yang sangat
penting dalam menentukan keberhasilan belajar siswa, karena itu lingkungan
sekolah yang baik dapat mendorong untuk belajar yang lebih giat. Keadaan
sekolah ini meliputi cara penyajian pelajaran,hubungan guru dengan siswa, alat-
alat pelajaran dan kurikulum. Hubungan antara guru dan siswa kurang baik akan
mempengaruhi hasil-hasil belajarnya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
62
Menurut Kartono (1995:6) mengemukakan guru dituntut untuk
menguasai bahan pelajaran yang akan diajarkan, dan memiliki tingkah laku yang
tepat dalam mengajar, oleh sebab itu, guru harus dituntut untuk menguasai bahan
pelajaran yang disajikan, dan memiliki metode yang tepat dalam mengajar.
c) Lingkungan Masyarakat
Di samping orang tua, lingkungan juga merupakan salah satu faktor yang
tidak sedikit pengaruhnya terhadap hasil belajar siswa dalm proses pelaksanaan
pendidikan karena lingkungan alam sekitar sangat besar pengaruhnya terhadap
perkembangan pribadi anak, sebab dalam kehidupan sehari-hari anak akan lebih
banyak bergaul dengan lingkungan dimana anak itu berada. Kartono (1995:5)
berpendapat bahwa lingkungan masyarakat dapat menimbulkan kesukaran belajar
anak, terutama anak-anak yang sebaya. Apabila anak-anak yang sebaya
merupakan anak-anak yang rajin belajar, maka anak akan terangsang untuk
mengikuti jejak mereka. Sebaliknya bila anak-anak di sekitarnya merupakan
kumpulan anak-anak nakal yang berkeliaran tiada menentukan anakpun dapat
terpengaruh pula.
6. Kemampuan Berpikir Kritis
Berpikir kritis adalah suatu proses rasional yang bertujuan untuk
membuat keputusan apakah meyakini atau melakukan sesuatu. Berpikir kritis
adalah berpikir dengan penuh perhitungan dan hati-hati.
Kemampuan seseorang dalam berpikir kritis dapat dikenali dari tingkah
laku yang diperlihatkannya selama proses berpikir. Untuk mengetahui
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
63
kemampuan berpikir kritis seseorang itu dapat kita hubungkan dengan indikator-
indikator berpikir kritis yang dikemukakan beberapa ahli. Facione cit Filsaime
(2008:66-68), mengemukakan enam kemampuan berpikir kritis yaitu: (1)
Interpretasi, yaitu kemampuan memahami, menjelaskan dan memberi makna data
atau informasi, (2) Analisis, yaitu kemampuan untuk mengidentifikasi hubungan
dari informasi-informasi yang dipergunakan untuk mengekspresikan pemikiran
atau pendapat, (3) Evaluasi, yaitu kemampuan untuk menguji kebenaran dari
informasi yang digunakan dalam mengekspresikan pemikiran atau pendapat, (4)
Inferensi, yaitu kemampuan untuk mengidentifikasi dan memperoleh unsur-unsur
yang diperlukan untuk membuat suatu kesimpulan yang masuk akal, (5)
Eksplanasi, yaitu kemampuan untuk menjelaskan atau menyatakan hasil
pemikiran berdasarkan bukti, metodologi, dan konteks. (6) Regulasi diri, yaitu
kemampuan seseorang untuk mengatur berpikirnya.
Alwasilah (2002), mengemukakan lima perilaku yang sistematis dalam
berpikir kritis. Lima perilaku tersebut adalah sebagai berikut: (1) Keterampilan
Menganalisis, yaitu keterampilan menguraikan sebuah struktur ke dalam
komponen-komponen agar mengetahui pengorganisasian struktur tersebut, (2)
Keterampilan Mensintesis, keterampilan menggabungkan bagian-bagian menjadi
susunan yang baru, (3) Keterampilan Mengenal dan Memecahkan Masalah, yaitu
keterampilan aplikatif konsep kepada beberapa pengertian, (4) Keterampilan
Menyimpulkan, yaitu kegiatan akal pikiran manusia berdasarkan
pengertian/pengetahuan yang dimilikinya untuk mencapai pengertian baru, (5)
Keterampilan Mengevaluasi/Menilai, yaitu kemampuan menentukan nilai sesuatu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
64
berdasarkan kriteria tertentu. Hubungan Pembelajaran Pemecahan Masalah
dengan Kemampuan Berpikir Kritis Jika kita perhatikan langkah-langkah
pemecahan masalah yang dikemukakan Polya, maka kita lihat sangat diperlukan
keterampilan/kemampuan berpikir kritis mulai dari memahami masalah,
merencanakan pemecahan, melaksanakan rencana, sampai melihat/memeriksa
kembali pemecahan yang telah dilaksanakan. Pada tahap memahami masalah agar
siswa dapat memahami masalah dia harus mempunyai kemampuan interpretasi
agar dia memahami secara tepat masalah matematika yang diajukan kepadanya.
Selain itu dia juga harus mempunyai kemampuan evaluasi untuk mengevaluasi
pemikirannya dalam memahami masalah. Kemampuan inferensi juga dipelukan
untuk mengidentifikasi apa yang diketahui dan apa yang ditanya dalam masalah.
Pada tahap merencanakan pemecahan masalah, keterampilan interpretasi, analisis,
dan evaluasi juga diperlukan karena untuk dapat menentukan rencana apa yang
akan dilaksanakan siswa harus mampu memaknai informasi yang ada pada
masalah dan menghubungkan setiap unsur yang ada pada masalah. Polya (1973)
mengemukakan bahwa sesungguhnya kemampuan memecahkan masalah ada pada
ide menyusun rencana pemecahan. Tahap ini sangat diperlukan kemampuan
berpikir kritis dari siswa. Tahap melaksanakan rencana pemecahan siswa akan
menggali semua konsep dan prosedur yang telah dipelajarinya sehingga dapat
memecahkan masalah dengan benar. Semua keterampilan/kemampuan berpikir
kritis diperlukan di sini terutama kemampuan eksplanasi. Pada tahap ini siswa
mengorganisasikan semua pengetahuan dan konsep matematika yang telah
dimilikinya agar dia berhasil memecahkan masalah. Tahap melihat/memeriksa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
65
kembali hasil pemecahan yang telah didapat semua kemampuan berpikir kritis
juga sangat diperlukan untuk menguji pemecahan masalah yang telah
dilaksanakan. Pembelajaran biologi dengan pemecahan masalah akan melatih
siswa berpikir kritis sehingga akan bertumbuh dan berkembang kemampuan
berpikir kritis dalam kehidupannya. Pembelajaran biologi dengan pemecahan
masalah sekaligus akan dapat membelajarkan siswa berpikir kritis. Ada beberapa
hal lain yang didapat dari pembelajaran biologi dengan pemecahan masalah
(Nuryani, 2005), antara lain sebagai berikut:
1) Fokus pemecahan masalah adalah perhatian siswa yaitu pada ide-ide dan
indera lebih mengingat fakta.
2) Pemecahan masalah mengembangkan keyakinan siswa bahwa mereka
mampu memecahkan masalah matematika dan bahwa matematika masuk
akal.
3) Melalui pembelajaran dengan pemecahan masalah yang menyenangkan
siswa akan mengingat pelajaran dengan lebih baik.
7. Motivasi Belajar
a. Pengertian Motivasi
Sardiman (2001) mengatakan motivasi adalah segala daya yang
mendorong seseoranguntuk melakukan sesuatu. Menurut Wlodkowsky cit
Sugihartono dkk (2007), motivasi adalah suatu kondisi yang menyebabkan atau
menimbulkan perilaku tertentu dan yangmemberi arah dan ketahanan pada
tingkah laku tersebut. Sabri (2001:9) menyatakan bahwa motivasi adalah segala
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
66
sesuatu yang menjadi pendorong tingkah laku yang menuntut atau mendorong
orang untuk memenuhi suatu kebutuhan. Ada tiga komponen utama dalam
motivasi yaitu 1) kebutuhan, 2) dorongan, dan 3) tujuan. Kebutuhan terjadi bila
individu merasa ada ketidakseimbangan antara sesuatu yang ia miliki dan harapan.
Moslow membagi kebutuhan menjadi lima tingkatan yakni 1) kebutuhan
fisiologis, 2) kebutuhan akan rasa aman, 3) kebutuhan sosial, 4) kebutuhan akan
penghargaan diri dan 5) kebutuhan aktualisasi. Dorongan merupakan kekuatan
mental untuk melakukan kegiatan dalam rangka memenuhi harapan. Tujuan
adalah hal yang ingin dicapai oleh seorang individu. Tujuan tersebut mengarahkan
perilaku, dalam hal ini perilaku belajar. Kekuatan mental atau kekuatan motivasi
belajar dapat diperkuat dan dikembangkan. Interaksi kekuatan mental
dan pengaruh dari luar ditentukan oleh responden prakarsa pribadi pelaku.
b. Macam-macam Motivasi
Sardiman (2001), mengatakan motivasi itu ada tiga golongan antara laian
sebagai berikut:
1) Kebutuhan-kebutuhan organis yakni, motif-motif yang berhubungan dengan
kebutuhan-kebutuhan bagian dalam dari tubuh seperti : lapar, haus, kebutuhan
bergerak, beristirahat atau tidur, dan sebagainya.
2) Motif-motif yang timbul yang timbul sekonyong-konyong (emergency
motives) inilah motif yang timbul bukan karena kemauan individu tetapi
karena ada rangsangan dari luar, misalnya motif melarikan diri dari bahaya,
motif berusaha mengatasi suatu rintangan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
67
3) Motif obyektif yaitu motif yang diarahkan atau ditujukan ke suatu objek atau
tujuan tertentu disekitar kita, timbul karena adanya dorongan dari dalam diri
kita. Arden N. Frandsen cit Sardiman (1998:64), mengemukakan jenis
motivasi dilihat dari dasar pembentukannya, yaitu motif bawaan, (motive
psychological drives)dan motif yang dipelajari (affiliative needs), misalnya
dorongan untuk belajar suatu cabang ilmu pengetahuan dan sebagainya.
c. Jenis Motivasi dalam Belajar
Menurut Sardiman (2006:89) ada berbagai jenis motivasi, yaitu :
1) Motivasi intrinsik
Motivasi intrinsik adalah motif-motif yang aktif atau berfungsinya tidak perlu
dirangsang dari luar karena dalam diri setiap individu sudah ada dorongan
untuk melakukan sesuatu. Seorang siswa melakukan belajar karena didorong
tujuan ingin mendapatkan pengetahuan, nilai dan keterampilan.
2) Motivasi ekstrinsik
Motivasi ekstrinsik adalah motif-motif yang aktif dan berfungsinya karena
adanya perangsang dari luar. Motivasi ekstrinsik dapat juga dikatakan sebagai
bentuk motivasi yang di dalamnya aktivitas belajar dimulai dan diteruskan
berdasarkan dorongan dari luar yang tidak secara mutlak berkaitan dengan
aktivitas belajar.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
68
d. Ciri-ciri Motivasi
Menurut Sardiman (2006 :83) bahwa motivasi yang ada dalam diri
seseorang memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
1) Tekun menghadapi tugas (dapat bekerja terus menerus dalam waktu yang
lama,tidak pernah berhenti sebelum selesai).
2) Ulet menghadapi kesulitan (tidak lekas putus asa).
3) Menunjukkan minat terhadap bermacam-macam masalah (minat untuk
sukses).
4) Mempunyai orientasi ke masa depan.
5) Lebih senang bekerja mandiri.
6) Cepat bosan pada tugas-tugas yang rutin (hal-hal yang bersifat mekanis,
berulang-ulang begitusaja, sehingga kurang kreatif).
7) Dapat mempertahankan pendapatnya (kalau sudah yakin akan sesuatu).
8) Tidak pernah mudah melepaskan hal yang sudah diyakini.
9) Senang mencari dan memecahkan masalah soal-soal.
Apabila seseorang telah memiliki ciri-ciri motivasi di atas maka orang
tersebut selalumemiliki motivasi yang cukup kuat. Dalam kegiatan belajar
mengajar akan berhasil baik, kalausiswa tekun mengerjakan tugas, ulet dalam
memecahkan berbagai masalah dan hambatan secaramandiri. Selain itu siswa juga
harus peka dan responsif terhadap masalah umum dan bagaimanamemikirkan
pemecahannya. Siswa yang telah termotivasi memiliki keinginan dan harapan
untuk berhasil dan apabila mengalami kegagalan mereka akan berusaha keras
untuk mencapaikeberhasilan itu yang ditunjukkan dalam prestasi belajarnya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
69
Dengan kata lain dengan adanyausaha yang tekun dan terutama didasari adanya
motivasi maka seseorang yang belajar akanmelahirkan prestasi belajar yang baik.
e. Fungsi Motivasi dalam Belajar
Menurut Sardiman (2006:85) bahwa motivasi selain berfungsi sebagai
pendorong usaha dan pencapaian prestasi juga berfungsi sebagai berikut:
1) Mendorong manusia untuk berbuat, jadi sebagai penggerak atau motor yang
melepaskan energi.
2) Menentukan arah perbuatan, yakni ke arah tujuan yang telah dicapai.
3) Menyeleksi perbuatan, yakni menentukan perbuatan-perbuatan mana yang
akan dikerjakan yang serasi guna mencapai tujuan dengan menyisihkan
perbuatan- perbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan tersebut.
8. Mata Pelajaran Biologi
Mata pelajaran Biologi di SMA/MA yang merupakan kelanjutan IPA di
SMP/MTs yang menekankan pada fenomena alam dan penerapannya yang
meliputi aspek-aspek sebagai berikut:
a. Hakikat biologi, keanekaragaman hayati dan pengelompokan makhluk hidup,
hubungan antar komponen ekosistem, perubahan materi dan energi, peranan
manusia dalam keseimbangan ekosistem
b. Organisasi seluler, struktur jaringan, struktur dan fungsi organ tumbuhan,
hewan dan manusia serta penerapannya dalam konteks sains, lingkungan,
teknologi dan masyaraka
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
70
c. Proses yang terjadi pada tumbuhan, proses metabolisme, hereditas, evolusi,
bioteknologi dan implikasinya pada sains, lingkungan, teknologi dan masyarakat.
Ruang lingkup mata pelajaran biologi SMA terdiri dari 2 bagian, antara lain
yaitu bekerja ilmiah dan pemahaman konsep (materi pokok). Bekerja ilmiah
diajarkan dan dilatihkan pada awal tahun kelas X, tetapi untuk selanjutnya
terintegrasi dengan materi pada kompetensi yang telah ditetapkan. Konsep/materi
pelajaran biologi SMA kelas X meliputi materi bekerja ilmiah, hakikat ilmu
biologi, keanekaragaman hayati dan pengelompokan makhluk hidup, hubungan
antar komponen ekosistem, perubahan materi dan energi, peranan manusia dalam
keseimbangan ekosistem. Dari sekian banyak cakupan materi biologi, peneliti
mengambil pada pembahasan ekosistem. Materi ekosistem tersebut dapat
dipaparkan seperti berikut di bawah ini.
a. Pengertian dan Komponen Ekosistem
Ekosistem adalah suatu proses yang terbentuk karena adanya hubungan
timbal balik antara makhluk hidup dengan lingkungannya Komponen Ekosistem
Secara umum, komponen ekosistem terbagi atas dua kelompok yakni biotik dan
juga abiotik. Komponen biotik merupakan komponen berupa mahluk hidup.
Sementara itu komponen abiotik mencakup semua hal di luar mahluk hidup dalam
sebuah satuan ekosistem. Meski tak hidup, namun komponen abiotik ini sangat
mempengaruhi keberlangsungan hidup dari komponen biotik. Komponen abiotik
tersebut, antara lain suhu, tanah, air, udara, cahaya dan iklim. Sementara itu
komponen biotik mencakup beberapa hal yang dapat dikelompokkan berdasarkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
71
fungsinya. Berdasarkan fungsi komponen tersebut, komponen biotik dibagi
menjadi dua komponen dasar yakni :
1) Autotrof tak lain adalah istilah yang menunjuk pada mahluk hidup yang
bisa membentuk sendiri makanannya sendiri.
2) Heterotrof adalah semua organisme yang tidak dapat membuat
makanannya sendiri, akan tetapi memanfaatkan bahan-bahan organik dari
organisme lainnya sebagai bahan makanannya. Organisme ini terdiri atas 3
tingkatan yaitu konsumen yang secara langsung memakan organisme lain,
pengurai yang mendapatkan makanan dari penguraian bahan organik dari bangkai
dan detritivor yang merupakan pemakan partikel organik atau jaringan yang telah
membusuk, contohnya adalah lintah dan cacing
b. Interaksi Antarorganisme dalam Ekosistem
Memahami interaksi dalam ekosistem harus dimulai dari pengamatan
terhadap interaksi antara individu yang satu dengan individu lainnya atau
organisme yang satu dengan organisme lainnya. Interaksi ini adalah suatu hal
yang mutlak sebab suatu individu tak akan pernah lepas dari individu lainnya.
Interaksi antar-individu tersebut bisa dengan mudah dijumpai di dalam sebuah
populasi atau suatu komunitas. Untuk memudahkan pemahaman, maka interaksi
antar-individu tersebut dibagi ke dalam beberapa dua kelompok yakni:
1) Simbiosis
Simbiosis ini diartikan sebagai suatu pola hubungan bersama antara dua
mahluk hidup yang berbeda jenis. Simbiosis ini kemudian dibagi lagi ke dalam 3
kelompok, antara lain:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
72
a) Simbiosis mutualisme. Hubungan ini adalah jenis hubungan dimana dua
makhluk hidup yang berbeda tersebut saling diuntungkan. Contoh simbiosis
mutualisme adalah hubungan di antara jamur dan ganggang, hubungan bunga dan
lebah, burung jalak dan juga badak dan masih banyak lagi lainnya. Hubungan
antara bunga dan lebah misalnya, keduanya mendapatkan keuntungan dimana
lebah mendapatkan madu bunga sekaligus membantu bunga dalam melakukan
penyerbukan.
b) Simbiosis Paratisme. Hubungan ini melibatkan dua mahluk hidup berbeda
jenis dimana tercipta hubungan yang menguntungkan dan merugikan. Mahluk
hidup yang dirugikan disebut inang dan yang mendapat keuntungan disebut
dengan parasit. Contoh hubungan ini adalah kutu di kepala manusia, jamur di
kulit, cacing pita di lambung dan masih banyak lagi lainnya.
c) Simbiosis Komensialisme. Hubungan yang satu ini melibatkan dua
mahluk hidup yang berbeda dimana yang satu diuntungkan dan yang lainnya tidak
dirugikan. Contoh hubungan ini adalah tanaman anggrek dan pohon tempat ia
hidup, ikan hiu dengan ikan remora dan masih banyak lagi lainnya. Bunga
anggrek bisa menempel dan “numpang hidup” di pohon mangga misalnya, namun
si anggrek mampu membuat makanannya sendiri sehingga ia sama sekali tidak
merugikan pohon mangga. Sementara itu pola hubungan ikan hiu dan remora juga
terbilang unik sebab remora akan mendapatkan sisa makanan yang dikonsumsi
oleh hiu dan hal tersebut sama sekali tidak merugikan si hiu.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
73
2) Antibiosis
Antibiosis ini merupakan pola hubungan di antara makhluk hidup dimana
salah satu individu mengeluarkan suatu zat yang bisa membahayakan individu
lainnya. Contohnya jamur yang mengeluarkan racun yang menghambat atau
bahkan mematikan makhluk hidup lainnya.
3) Predatorisme
Predatorisme adalah suatu hubungan dimana makhluk hidup yang satu
memangsa makhluk hidup lainnya. Contoh hubungan ini adalah kucing memangsa
tikus atau burung elang yang memangsa ular dan masih banyak lagi lainnya.
c. Interaksi Antar Populasi
Interaksi dalam ekosistem juga melibatkan hubungan di antara populasi.
Pola interaksi ini dibagi ke dalam beberapa kelompok yakni:
1) Aleopati, yakni hubungan antara populasi dimana populasi yang satu
menghasilkan sejumlah zat yang bisa menghalangi tumbuh dan kembangnya
populasi lainnya. Contoh hubunga ini adalah pohon walnut yang jarang ditumbuhi
tanaman lainnya di sekitar ia tumbuh sebab ia menghasilkan zat yang bersifat
racun atau toksik. Pola hubunga ini disebut juga dengan nama anabiosa.
2) Kompetisi, adalah pola hubungan di antara populasi dimana keduanya
memiliki kepentingan yang sama sehingga berujung pada hubungan kompetisi
untuk mendapatkan hal yang dituju tersebut. Contoh pola hubungan ini adalah
binatang domba, zebra, sapi, kuda juga rusa yang hidup di ekosistem dan saling
bersaing mendapatkan rumput sebagai makanan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
74
d. Interaksi Antar-Komunitas
Secara sederhana, komunitas diartikan sebagai kumpulan populasi yang
berbeda di satu tempat yang sama dan saling menjalin interaksi. Misalnya saja
hubungan populasi sawah dengan populasi sungai. Di dalam sungai terdapat
banyak organisme membentuk populasi, kemudian sistem pangairan dari sungai
ke sawah akan mempertemukan antara komunitas sawah dengan komunitas sungai
dan akan terjadi peredaran nutrient dari air sungai ke sawah.
e. Interaksi dalam ekosistem
Interaksi dalam ekosistem yang melibatkan komunitas sangat kompleks
sebab tak hanya melibatkan bermcam-macam organisme tetapi juga melibatkan
aliran makanan juga energi. Interaksi antara komunitas ini bisa diamati dengan
jelas misalnya pada daur ulang karbon yang melibatkan dua jenis ekosistem yang
berbeda misalnya antara ekosistem laut dan juga darat.
f. Rantai Makanan Dan Jaring-Jaring Makanan
Energi dari sinar matahari merupakan tenaga pengendali dari semua
ekosistem. Tumbuhan dengan memanfaatkan tenaga yang berasal dari sinar
matahari mempunyai kemampuan untuk menyerap dan mengumpulkan nutrisi
dari tanah dan gas dari udara untuk menghasilkan makanannya. Energi beredar
dalam ekosistem dalam bentuk rantai makanan dan jaring-jaring makanan dari
suatu tingkat rofik ke tingkat trofik berikutnya. Dengan cara demikianlah energi
mengalir dalam sistem alam ini. Para ahli ekologi mempunyai pandangan, secara
tradisional terhadap aliran energi dalam ekosistem ini sama dengan para ahli ilmu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
75
lainnya, yaitu mengamati aliran energi dalam sistem fisika. Mereka secara formal
memahami bahwa energi dalam sistem dalam berbagai bentuk.
Rantai makanan merupakan proses aliran energi melalui memakan dan
dimakan antarorganisme yang berlangsung secara teratur dan membentuk suatu
garis tertentu. Misal: Rumput-Ulat-Burung Kecil-Kucing. Kumpulan dari rantai
makanan yang saling berhubungan dan membentuk skema mirip jaring di sebut
jaring-jaring makanan. Kelangsungan hidup organisme membutuhkan energi dari
bahan organik yang dimakan. Bahan organik yang mengandung energi dan unsur-
unsur kimia transfer dari satu organisme ke organisme lain berlangsung melalui
interaksi makan dan dimakan. Peristiwa makan dan dimakan antar organisme
dalam suatu ekosistem membentuk struktur trofik yang bertingkat-tingkat.
Setiap tingkat trofik merupakan kumpulan berbagai organisme dengan
sumber makanan tertentu. Tingkat trofik pertama adalah kelompok organisme
autotrop yang disebut produsen. Organisme autotrof adalah organisme yang dapat
membuat bahan organik sendiri dari bahan anorganik dengan bantuan sumber
energi. Bila dapat menggunakan energi cahaya seperti cahaya, matahari disebut
fotoautotrof, contohnya tumbuhan hijau dan fitoplankton. Apabila menggunakan
bantuan energi dari reaksi-reaksi kimia disebut kemoautotrof, misalnya, bakteri
sulfur, bakteri nitrit, dan bakteri nitrat. Tingkat tropik kedua ditempati oleh
berbagai organisme yang tidak dapat menyusun bahan organik sendiri yang
disebut organisme heterotrof. Organisme heterotrof ini hanya menggunakan zat
organik dari organisme lain sehingga disebut juga konsumen. Pembagian
konsumen adalah sebagai berikut.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
76
1) Konsumen Primer
Organisme pemakan produsen atau dinamakan herbivora yang menempati
tingkat trofik kedua.
2) Konsumen Sekunder
Organisme pemakan herbivora yang dinamakan karnivora kecil yang
menempati tingkat trofik ketiga.
3) Konsumen Tersier
Organisme pemakan konsumen sekunder yang dinamakan karnivora besar
yang menempati tingkat trofik keempat.
g. Aliran energi
Sumber energi utama bagi kehidupan adalah cahaya Matahari. Energi
cahaya Matahari masuk ke dalam komponen biotik melalui produsen (organisme
fotoautotropik) yang diubah menjadi energi kimia tersimpan di dalam senyawa
organik. Energi kimia mengalir dari produsen ke konsumen dari berbagai tingkat
tropik melalui jalur rantai makanan. Energi kimia tersebut digunakan organisme
untuk pertumbuhan dan perkembangan. Kemampuan organisme-organisme dalam
ekosistem untuk menerima dan menyimpan energi dinamakan produktivitas
ekosistem. Produktivitas ekosistem terdiri dari produktivitas primer dan
produktivitas sekunder.
Aliran energi merupakan rangkaian urutan pemindahan bentuk energi satu
ke bentuk energi yang lain dimulai dari sinar matahari lalu ke produsen, ke
konsumen primer (herbivora), ke konsumen tingkat tinggi (karnivora), sampai ke
saproba, aliran energi juga dapat diartikan perpindahan energi dari satu tingkatan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
77
trofik ke tingkatan berikutnya. Pada proses perpindahan selalu terjadi
pengurangan jumlah energi setiap melalui tingkat trofik makan-memakan. Energi
dapat berubah menjadi bentuk lain, seperti energi kimia, energi mekanik, energi
listrik, dan energi panas. Perubahan bentuk energi menjadi bentuk lain ini
dinamakan transformasi energi.
Aliran energi dapat dibuat bagan seperti di bawah ini!
B. Penelitian yang Relevan
Beberapa penelitian telah dilakukan yang menunjukkan keefektifan model
pembelajaran Problem Solving dan Problem Posing terhadap hasil pembelajaran.
Penelitian Brown dan Walter (1993) menunjukkan hasil belajar siswa yang
menggunakan model Problem Solving lebih baik dibandingkan hasil belajar siswa
yang menggunakan model pembelajaran Problem posing. Menurut English (1997)
penerapan model pembelajaran Problem Solving memberi dampak positif
terhadap hasil belajar. Hasil penelitian menunjukkan bahwa model pembelajaran
Solving digunakan oleh guru sebagai dasar melaksanakan kegiatan pembelajaran
untuk meningkatkan hasil belajar. Kember (2001) mengungkapkan bahwa model
pembelajaran Problem Solving dapat meningkatkan pemahaman siswa dan
memberikan dampak positif bagi hasil belajar siswa. Peterson (2006) menjelaskan
TUMBUHAN KONSUMEN I KONSUMEN II KONSUMEN III
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
78
bahwa hasil belajar siswa dengan model pembelajaran Solving lebih tinggi
daripada inquiri ilmiah teknik Pictorial Riddle. Miller (2012) menjelaskan bahwa
model pembelajaran Problem Solving meningkatkan hasil belajar siswa. Pintrich
dan Schunk (2002) menyimpulkan adanya Pengaruh Model Pembelajaran
Problem Solving terhadap motivasi belajar siswa. George (1973) menjelaskan
adanya Pengaruh prestasi dan motivasi belajar Matematika dengan Menggunakan
Model Pembelajaran Problem Solving . Jonassen, dkk (1999) menerangkan bahwa
implementasi model Problem Posing meningkatkan motivasi belajar. Fisher
(2001) menjelaskan adanya peningkatan keterampilan berpikir kritis siswa melalui
penerapan model pembelajaran Problem Posing. Slavin (2008) menyimpulkan
bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif diantaranya Problem Solving
meningkatkan hasil belajar siswa.
Beberapa penelitian telah dilakukan untuk menguji berfikir kritis siswa
antara lain Wheeler, dkk (2005) mengungkapkan bahwa pembelajaran berbasis
masalah meningkatkan kemampuan berfikir kritis. Poikela (1997) menjelaskan
bahwa model pembelajaran Problem Posing meningkatkan kemampuan berpikir
kritis, dan motivasi belajar. Peterson (2006) menyimpulkan bahwa adanya
peningkatan kemampuan berpikir kritis mahasiswa melalui pengembangan
perkuliahan tata wacana yang berbasis analisis wacana kritis (critical discourse
analysis). Ward dan Harley (2006) menjelaskan bahwa adanya peningkatkan
kemampuan berpikir kritis dan kreatif melalui pembelajaran berbasis pemecahan
masalah. Moust, dkk (2005) menyimpulkan bahwa terdapat peningkatan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
79
kemampuan berpikir kritis siswa dengan menggunakan pendekatan open-ended
melalui model pembelajaran kooperatif.
Penelitian yang telah dilakukan untuk megukur motivasi siswa antara lain
oleh Pintrich dan Schunk (2012) menjelaskan bahwa adanya hubungan antara
aspek-aspek dalam motivasi belajar dengan hasil belajar. Neville (1999)
melakukan penelitian tentang motivasi dalam belajar siswa meningkatkan prestasi
belajar siswa. George (1973) menjelaskan tentang enam tahapan aktivitas dalam
pembelajaran matematika untuk mendayagunakan berpikir tingkat tinggi siswa.
Kember (2001) menerangkan bahwa adanya implikasi Ciri Iklim Sekolah
Berkesan Terhadap Motivasi Pembelajaran.
C. Kerangka Berpikir
Kemampuan berpikir kritis dan motivasi belajar siswa diperlukan dalam
proses pemecahan masalah. Berpikir kritis yang ideal memiliki rasa ingin tahu
yang besar, teraktual, nalarnya dapat dipercaya, berpikiran terbuka, fleksibel,
seimbang dalam mengevaluasi, jujur dalam menghadapi prasangka personal,
berhati-hati dalam membuat keputusan, bersedia mempertimbangkan kembali,
transparan terhadap isu, cerdas dalam mencari informasi yang relevan, beralasan
dalam memilih kriteria, fokus dalam penyelidikan, dan gigih dalam mencari
temuan. Biologi memiliki karakteristik khusus, yang berbeda dengan ilmu lainnya
dalam hal objek, persoalan, dan metodenya (Depdiknas, 2002). Mata pelajaran
Biologi di SMA dikembangkan melalui kemampuan berpikir analitis, induktif,
dan deduktif untuk menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan peristiwa alam
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
80
sekitar. Penyelesaian masalah yang bersifat kualitatif dan kuantitatif dilakukan
dengan menggunakan pemahaman dalam bidang matematika, fisika, kimia dan
pengetahuan pendukung lainnya.
Objek biologi meliputi seluruh makhluk hidup, termasuk manusia. Dengan
demikian, permasalahan dalam biologi senantiasa berkaitan dengan kehidupan
sehari-hari. Siswa perlu dilatih untuk dapat memecahkan permasalahan yang
diperoleh dalam kehidupan sehari-hari.
Kurikulum 2013 mulai diintroduksikan ke beberapa sekolah-sekolah sejak
tahun ajaran baru 2013/2014 di seluruh Indonesia, termasuk SMAN 1
Karanganyar. Dalam Kurikulum 2013 Siswa yang belajar Sains dituntut tidak
hanya memahami produk-produk sains, namun juga diharapkan memahami dan
terampil melakukan proses sains (mempunyai scientic skill) dan bersikap sains.
Salah satu langkah dalam proses metode ilmiah adalah memecahkan masalah.
Kemampuan siswa SMAN 1 Karanganyar dalam memecahkan masalah
masih jauh dari harapan. Sebagian besar siswa belum mampu mengidentifikasi
permasalahan, merumuskan masalah, serta memecahkan masalah tersebut. Data
ini didukung bahwa dari 35 siswa dalam satu kelas, hanya sekitar 30% siswa yang
dapat mengerjakan soal C4-C6. Siswa kurang kritis dalam mengatasi
permasalahan,siswa sulit mengerjakan soal katagori C4-C6.
Dalam hal ini, perlu langkah dan upaya lain, untuk meningkatkan
kemampuan untuk mengidentifikasi, merumuskan dan memecahkan masalah.
Dengan memperhatikan kondisi di atas, maka perlu adanya perbaikan dalam usaha
meningkatkan belajar siswa yaitu suatu strategi pengajaran yang membuat siswa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
81
dapat terampil dalam memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari.
Sehingga menunjang keefektifan belajar. Untuk itu diperlukan sebuah metode
pembelajaran yang tepat.
Salah satu alternatif solusi untuk menangani permasalahan di atas adalah
dengan penggunaan model pembelajaran yang dapat mengembangkan
kemampuan berpikir siswa. Model pembelajaran yang diterapkan tersebut adalah
Problem Solving dan Problem Posing. Siswa dihadapkan permasalahan sebagai
dasar dalam pembelajaran yaitu dengan kata lain siswa belajar melalui
permasalahan atau berdasarkan masalah. Melalui model tersebut dapat menggali
informasi dengan permasalahan yang ada dalam kehidupan sehari-hari siswa dan
mengembangkan kemampuan berpikir kritis dan motivasi dalam proses
pembelajaran.
Berdasarkan uraian di atas, dilakukan penelitian tentang penerapan model
pembelajaran Problem Solving dan Problem Posing yang diharapkan dapat
meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan motivasi belajar pada siswa.
Kerangka pemikiran dalam penelitian ini dapat dilihat pada diagram berikut ini.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
82
Solusi model pembelajaran
Gambar 2.1 Kerangka Berpikir
Kemampuan berpikir kritis rendah
Siswa cenderung pasif pada proses pembelajaran, bingung ketika dihadapkan pada suatu permasalahan, kurang terampil menemukan solusi-solusi untuk memecahkan masalah.
Hasil Belajar Rendah
(Dari 35 siswa dalam 1 kelas hanya 30% anak yang dapat mengerjakan soal C4-C6)
Model Problem Solving Model Problem Posing
Motivasi belajar rendah
Proses pembelajaran untuk pemecahan masalah
Hasil belajar siswa meningkat
Motivasi Motivasi Berpikir Kritis
Berpikir Kritis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
83
D. Hipotesis Penelitian
Penelitian diharapkan dapat menjawab permasalahan, yaitu:
1. Terdapat pengaruh metode Problem Solving dan Problem Posing terhadap
prestasi belajar siswa
2. Terdapat perbedaan prestasi belajar siswa yang mempunyai kemampuan
berpikir kritis tinggi dan rendah?
3. Terdapat perbedaan prestasi belajar siswa yang memiliki motivasi belajar
tinggi dan rendah
4. Terdapat interaksi antara model pembelajaran Problem Solving dan Problem
Posing dengan kemampuan berpikir kritis siswa
5. Terdapat interaksi antara model pembelajaran Problem Solving dan Problem
Posing dengan motivasi belajar siswa
6. Terdapat interaksi antara kemampuan berpikir kritis dan motivasi belajar
siswa
7. Terdapat interaksi antara metode belajar Problem Solving dan Problem Posing
dengan kemampuan berpikir kritis dan motivasi belajar siswa