PENGARUH KONSENTRASI KARAGENAN DAN TEPUNG ...
-
Upload
khangminh22 -
Category
Documents
-
view
6 -
download
0
Transcript of PENGARUH KONSENTRASI KARAGENAN DAN TEPUNG ...
PENGARUH KONSENTRASI KARAGENAN DAN TEPUNG TERIGU
TERHADAP KARAKTERISTIK FISIK FRUIT LEATHER APEL ANNA
(Malus domestica)
SKRIPSI
Oleh:
YOSSY EKA WINIFATI
NIM 155100101111005
JURUSAN TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2019
PENGARUH KONSENTRASI KARAGENAN DAN TEPUNG TERIGU
TERHADAP KARAKTERISTIK FISIK FRUIT LEATHER APEL ANNA
(Malus domestica)
Oleh:
YOSSY EKA WINIFATI
NIM 155100101111005
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh
gelar Sarjana Teknologi Pertanian
JURUSAN TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2019
“Bekerja keraslah untuk menjadi baik, dan bekerja lah lebih keras agar
menjadi yang terbaik”
Alhamdulillah …….Syukur Alhamdulillah Ya Allah
Saya persembahkan karya kecil ini kepada
kedua orang tuaku dan adikku tercinta,
serta seluruh keluarga besar Sinergis THP 2015
RIWAYAT HIDUP
Penulis memiliki nama Yossy Eka Winifati. Penulis
merupakan anak pertama yang dilahirkan di Malang pada
tanggal 25 November 1996 dari ayah yang bernama
Sugiyono dan Ibu Siti Khoyimah.
Penulis menyelesaikan pendidikan Sekolah Dasar
di SDN Citrodiwangsan 02 pada tahun 2009, kemudian
melanjutkan ke Sekolah Menengah Tingkat Pertama di
SMPN 1 Sukodono dengan tahun kelulusan 2012, dan
menyelesaikan Sekolah Menengah Atas di SMAN 2 Lumajang pada tahun 2015.
Pada tahun 2019 penulis telah berhasil menyelesaikan pendidikannya di
Universitas Brawijaya Malang Jurusan Teknologi Hasil Pertanian Fakultas
Teknologi Pertanian. Judul skripsi yang diangkat adalah “Pengaruh
Konsentrasi Karagenan Dan Tepung Terigu Terhadap Karakteristik Fisik
Fruit Leather Apel Anna (Malus domestica)”.
Pada masa pendidikannya, penulis aktif sebagai Sekretaris Departemen
IMMPPG Forum Kajian Islam Fakultas Teknologi Pertanian dan Asisten Evaluasi
Gizi Pangan. Penulis juga aktif di beberapa kegiatan kepanitiaan yang diadakan
oleh Jurusan, Fakultas dan Universitas.
Judul Skripsi :Pengaruh Konsentrasi Karagenan Dan Tepung Terigu
Terhadap Karakteristik Fisik Fruit Leather Apel Anna
(Malus domestica)
Nama Mahasiswa : Yossy Eka Winifati
NIM : 155100101111005
Jurusan : Teknologi Hasil Pertanian
Fakultas : Teknologi Pertanian
Judul TA : Pengaruh Konsentrasi Karagenan Dan Tepung Terigu
Terhadap Karakteristik Fisik Fruit Leather Apel Anna
Nama Mahasiswa : Yossy Eka Winifati
NIM : 155100101111005
Jurusan : Teknologi Hasil Pertanian
Fakultas : Teknologi Pertanian
Dosen Penguji I Dosen Penguji II
Dr. Ir. Joni Kusnadi, M.Si Prof. Dr. Ir. Tri Dewanti Widyaningsih, M. Kes
NIP. 19620612 198703 1 031 NIP. 19610818 198703 2 001
Dosen Pembimbing
Ahmad Zaki Mubarok, STP., M.Si., Ph. D
NIK. 201201 820815 1 001
Ketua Jurusan
Dr. Widya Dwi Rukmi Putri, STP, MP
NIP. 19700504 199903 2 002
Tanggal Persetujuan:
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI
Yang bertanda tangan dibawah ini :
Nama : Yossy Eka Winifati
NIM : 155100101111005
Jurusan : Teknologi Hasil Pertanian
Fakultas : Teknologi Pertanian
Judul : Pengaruh Konsentrasi Karagenan dan Tepung Terigu Terhadap
Karakteristik Fisik Fruit Leather Apel Anna (Malus domestica)
Menyatakan bahwa,
Tugas Akhir dengan judul di atas merupakan karya asli penulis tersebut diatas.
Apabila di kemudian hari terbukti pernyataan ini tidak benar, saya bersedia
dituntut sesuai hukum yang berlaku.
Malang, 27 Juni 2019
Pembuat Pernyataan,
Yossy Eka Winifati
NIM. 155100101111005
i
YOSSY EKA WINIFATI. 155100101111005. Pengaruh Konsentrasi
Karagenan dan Tepung Terigu Terhadap Karakteristik Fisik Fruit Leather
Apel Anna (Malus domestica). Tugas Akhir. Pembimbing I: Ahmad Zaki
Mubarok, STP., M.Si., Ph.D.
RINGKASAN
Apel (Malus domestica) merupakan salah satu buah-buahan yang banyak
digemari oleh masyarakat Indonesia. Buah apel dapat dijumpai sepanjang tahun
di Indonesia. Salah satu daerah yang paling terkenal sebagai penghasil buah
apel (Malus domestica) adalah Kota Batu. Menurut data Dinas Pertanian dan
Kehutanan Pemerintah Kota Batu pada triwulan IV tahun 2016 terdapat
2.118.679 pohon apel yang dapat menghasilkan apel sebanyak 146.362 ton per
tahun. Apel anna merupakan salah satu varietas yang cukup berhasil
dibudidayakan di Kota Batu. Namun dibandingkan varietas lainnya seperti
manalagi atau romebeauty, apel anna memiliki umur simpan yang paling singkat.
Salah satu cara untuk memperpanjang umur simpan apel anna yaitu dengan
mengolahnya menjadi fruit leather. Akan tetapi masalah yang sering timbul pada
fruit leather adalah plastisitasnya yang kurang baik dan mudah robek seperti
kertas. Salah satu cara untuk mengatasi permasalahan tersebut adalah dengan
melakukan penambahan karagenan sebagai gelling agent dan tepung terigu
sebagai filler. Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak
Kelompok Faktorial dengan 2 faktor. Faktor I yaitu konsentrasi karagenan (0%;
0,5%; 1%) dan faktor II yaitu konsentrasi tepung terigu (1%; 2%; 3%). Masing-
masing perlakuan diulang sebanyak 3 kali. Data yang diperoleh dianalisis
dengan menggunakan Analysis of Variance (ANOVA) pada taraf kepercayaan
95%, dilanjutkan uji lanjut dengan BNT jika tidak ada interaksi atau DMRT jika
terjadi interaksi antar kedua faktor. Analisis perlakuan terbaik dilakukan
menggunakan metode Desirability function dengan mempertimbangkan
parameter hardness, tensile strength dan elongasi. Fruit leather dengan mutu
terbaik selanjutnya dianalisis secara organoleptik menggunakan Hedonic Scale
Scoring. Perlakuan terbaik memiliki karakteristik fisik berupa nilai hardness
sebesar 6,60 ± 0,26N, tensile strength sebesar 6,22 ± 0,51N dan elongasi 11,67
± 0,83%. Sedangkan karakteristik kimia puree apel anna (bahan baku) dan fruit
leather terbaik secara berurutan meliputi uji kadar air sebesar 86,86 ± 0,04 dan
10,99 ± 0,29 %, kadar abu 0,13 ± 0,01 dan 0,32 ± 0,02 %, kadar lemak 0,15 ±
0,01 dan 2,25 ± 0,07 %, kadar protein 0,76 ± 0,05 dan 0,72 ± 0,05 %, karbohidrat
12,10 dan 85,71 %, serat kasar 1,09 ± 0,08 dan 3,47 ± 0,22 %, serta aktivitas
antioksidan IC50 sebesar 3676,28 ± 35,13 dan 5771,30 ± 113,38 μg/mL.
Kata Kunci: Karagenan, Tepung Terigu, Fruit Leather, Apel Anna
ii
YOSSY EKA WINIFATI. 155100101111005. The Influence of Carrageenan
and Wheat Flour Concentration on Physical Characteristics of Anna Apple
(Malus domestica) Fruit Leather. Final Task. Supervisor I: Ahmad Zaki
Mubarok, STP., M.Si., Ph.D.
SUMMARY
Apple (Malus domestica) is one of the most popular fruits in Indonesia.
Apples can be found throughout the year in Indonesia. One of the most famous
areas for producing apples (Malus domestica) is Batu City. According to data
from the Batu City Agriculture and Forestry Service in the fourth quarter of 2016
there were 2,118,679 apple trees which could produce 146,362 tons of apples
per year. Anna apple is one of the varieties that have been successfully cultivated
in Batu City. But compared to other varieties such as manalagi or romebeauty,
Anna apple has the shortest lifespan. One way to extend the lifespan of an apple
is by processing it into fruit leather. The problem that often arises in fruit leather is
that its plasticity is not good and is easily torn like paper. One way to overcome
this problem is to add carageenan as gelling agents and wheat flour as fillers.
Factorial randomized block design was use in this research with two factors. The
first factor was carrageenan concentration (0%; 0.5%; 1%) and the second factor
was concentration of wheat flour (1% ; 2%; 3%) with three replications. Data were
analyzed by Analysis of Variance (ANOVA) at the 95% confidence level, followed
by further test with BNT if there was no interaction or DMRT if there were
interactions between the two factors. Desirability function method used to select
the best treatment by considering the parameters of hardness, tensile strength
and elongation. The best quality fruit leather was then analyzed organoleptic by
Hedonic Test. The best treatment is obtained from the concentration of
carageenan at 0.5% with 3% wheat flour. It has physical characteristics hardness
of 6.60 ± 0.26N, tensile strength of 6.22 ± 0.51N and elongation of 11.67 ±
0.83%. Chemical characteristics of puree anna apple (raw material) and the best
treatment has average value of the water content at 86,86 ± 0,04 and 10,99 ±
0,29 %, ash content 0,13 ± 0,01 and 0,32 ± 0,02 %, fat content 0,15 ± 0,01 and
2,25 ± 0,07 %, protein content 0,76 ± 0,05 and 0,72 ± 0,05 %, carbohydrate
12,10 and 85,71 %, crude fiber 1,09 ± 0,08 and 3,47 ± 0,22 %, and antioxidant
activity IC50 amounting to 3676,28 ± 35,13 and 5771,30 ± 113,38 μg/mL.
Key words: Carrageenan, Wheat Flour, Fruit Leather, Anna Apple
iii
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang
atas segala rahmat dan hidayah-Nya, hingga penyusun dapat menyelesaikan TA
yang berjudul “Pengaruh Konsentrasi Karagenan Dan Tepung Terhadap
Karakteristik Fisik Fruit Leather Apel Anna (Malus domestica)”. Penyusunan TA
ini merupakan salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Teknologi
Pertanian. Penulis menyadari bahwa tugas ini dapat terselesaikan karena
adanya bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis
mengucapkan terima kasih banyak kepada :
1. Ayah, Mama, dan Adik yang telah membantu dalam berbagai kebutuhan
baik material maupun moral, do’a dan semangat selama penelitian hingga
penyusunan tugas akhir.
2. Bapak Ahmad Zaki Mubarok, STP., M.Si., Ph.D. selaku dosen
pembimbing yang telah berperan sebagai orang tua, meberikan kritik dan
saran, serta selalu berbaik hati kepada saya selama waktu bimbingan dan
seterusnya.
3. Melisa sebagai partner dalam penelitian yang selalu membantu dan
menemani dalam kegiatan penelitian serta memberikan semangat pada
penulis.
4. Sahabat, teman-teman KRS, dan angkatan Sinergis THP 2015 yang telah
memberikan dukungan, inspirasi, dan kesenangan kepada penulis
selama penelitian dan penyusunan tugas akhir.
Penulis menyadari bahwa tugas akhir ini masih belum sempurna. Oleh
karena itu, penulis sangat mengharapkan adanya kritik dan saran yang
membangun. Akhir kata, penulis berharap semoga laporan ini dapat bermanfaat.
Malang, 28 Mei 2019
Yossy Eka Winifati
iv
DAFTAR ISI
RINGKASAN .....................................................................................................i SUMMARY ........................................................................................................ii KATA PENGANTAR .........................................................................................iii RIWAYAT HIDUP ..............................................................................................iv DAFTAR ISI ......................................................................................................v DAFTAR TABEL ...............................................................................................vii DAFTAR GAMBAR ...........................................................................................viii DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................ix I. PENDAHULUAN ..........................................................................................1
1.1 Latar Belakang .......................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah .................................................................................2
1.3 Tujuan Penelitian ....................................................................................3
1.4 Manfaat Penelitian ..................................................................................3
1.5 Hipotesis ................................................................................................3
II. TINJAUAN PUSTAKA ..................................................................................4
2.1 Fruit Leather ...........................................................................................4
2.2 Apel ........................................................................................................5
2.3 Gelling Agent ..........................................................................................8
2.4 Karagenan ..............................................................................................8
2.4.1 Sifat-Sifat Karagenan ....................................................................10
2.4.1.1 Kelarutan ................................................................................11
2.4.1.2 Pembentukan Gel ...................................................................12
2.4.1.3 Stabilitas pH ...........................................................................13
2.5 Filler .......................................................................................................13
2.6 Tepung Terigu ........................................................................................14
2.7 Serat ......................................................................................................16
2.8 Antioksidan .............................................................................................18
III. METODE PENELITIAN .................................................................................21
3.1 Tempat dan Waktu Penelitian .................................................................21
3.2 Alat dan Bahan .......................................................................................21
3.2.1 Alat ................................................................................................21
3.2.2 Bahan............................................................................................21
3.3 Metode Penelitian .................................................................................22
3.3.1 Penelitian Pendahuluan.................................................................22
3.3.2 Rancangan Penelitian ...................................................................22
3.4 Pelaksanaan Penelitian .........................................................................23
3.4.1 Proses Pembuatan Fruit Leather ...................................................23
3.4.2 Pengamatan dan Analisis ..............................................................24
3.4.2.1 Pengamatan ...........................................................................24
3.4.2.2 Analisis Data ..........................................................................24
3.5 Diagram Alir Penelitian ..........................................................................25
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ......................................................................26
4.1 Karakteristik Bahan Baku ......................................................................26
v
4.2 Hardness...............................................................................................28
4.3 Tensile strength.....................................................................................31
4.4 Elongasi ................................................................................................34
4.5 Warna ...................................................................................................36
4.5.1 Nilai L* ...........................................................................................37
4.5.2 Nilai a* ...........................................................................................38
4.5.3 Nilai b* ...........................................................................................39
4.6 Kadar Air ...............................................................................................40
4.7 Penentuan Perlakuan Terbaik ...............................................................43
4.8 Karakteristik Fisikokimia Kimia Fruit Leather Perlakuan Terbaik ...........46
4.9 Penilaian Organoleptik ..........................................................................50
4.9.1 Kesukaan Terhadap Warna ...........................................................50
4.9.2 Kesukaan Terhadap Aroma ...........................................................51
4.9.3 Kesukaan Terhadap Rasa .............................................................52
4.9.4 Kesukaan Terhadap Tekstur .........................................................52
4.9.5 Kesukaan Terhadap Overall ..........................................................53
V. KESIMPULAN ............................................................................................54
5.1 Kesimpulan ...........................................................................................54
5.2 Saran ....................................................................................................54
DAFTAR PUSTAKA ..........................................................................................56
LAMPIRAN .......................................................................................................66
vi
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1. Komposisi Kimia Apel Anna per 100 gram ........................................7
Tabel 2.2. Komponen Penyusun Karagenan .....................................................9
Tabel 2.3. Sifat-Sifat Karagenan ........................................................................11
Tabel 2.4. Standar Mutu Tepung Terigu Menurut SNI 01-3751-2009 ................15
Tabel 2.5. Sumber Serat Pangan dan Efek Fisiologisnya ..................................18
Tebel 3.1. Rancangan Penelitian Menggunakan RAK Faktorial .........................23
Tabel 3.2. Komposisi Bahan Fruit Leather Apel .................................................23
Tabel 3.3. Metode Analisis Produk Fruit Leather ...............................................24
Tebel 4.1. Karakteristik Puree Apel Anna ..........................................................26
Tebel 4.2. Rerata Hardness Fruit Leather Apel Anna Akibat Perbedaan
Konsentrasi Karagenan ....................................................................29
Tebel 4.3. Rerata Hardness Fruit Leather Apel Anna Akibat Perbedaan
Konsentrasi Tepung Terigu ...............................................................30
Tabel 4.4. Rerata Tensile strength Fruit Leather Apel Anna Akibat Perbedaan
Konsentrasi Karagenan dan Tepung Terigu ......................................32
Tabel 4.5. Rerata Elongasi Fruit Leather Apel Anna Akibat Perbedaan
Konsentrasi Karagenan dan Tepung Terigu ......................................35
Tabel 4.6. Rerata Nilai Kecerahan (L*), Nilai Kemerahan (a*) dan Nilai
Kekuningan (b*) Fruit Leather Apel Anna Akibat Interaksi Karagenan
dan Tepung Terigu............................................................................36
Tabel 4.7. Rerata Kadar Air Fruit Leather Apel Anna Akibat Perbedaan
Konsentrasi Karagenan ....................................................................42
Tabel 4.8. Rerata Kadar Air Fruit Leather Apel Anna Akibat Perbedaan
Konsentrasi Tepung Terigu ...............................................................43
Tabel 4.9. Hasil Konversi Respon kedalam Individual Desirability Function .......44
Tabel 4.10. Karakteristik Fisik Fruit Leather Apel Anna Perlakuan Terbaik
dan Produk Komersial “Umeboshi no sheet iFactory” ........................45
Tabel 4.11. Komposisi Kimia dan Karakteristik Fisik Fruit Leather Apel Anna
Perlakuan Terbaik ..............................................................................46
vii
DAFTAR GAMBAR Gambar 2.1. Apel Anna .....................................................................................6
Gambar 2.2. Struktur Kimia Karagenan .............................................................10
Gambar 4.1. Rerata Hardness Fruit Leather Apel Anna Akibat Pengaruh
Konsentrasi Karagenan dan Tepung Terigu ..................................29
Gambar 4.2. Rerata Tensile Strength Fruit Leather Apel Anna Akibat
Pengaruh Konsentrasi Karagenan dan Tepung Terigu ..................32
Gambar 4.3. Rerata Elongasi Fruit Leather Apel Anna Akibat Pengaruh
Konsentrasi Karagenan dan Tepung Terigu ..................................34
Gambar 4.1. Rerata Kadar Air Fruit Leather Apel Anna Akibat Pengaruh
Konsentrasi Karagenan dan Tepung Terigu ..................................41
viii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Prosedur Analisis ..........................................................................66
1.1 Kadar Air ..................................................................................................66
1.2 Kadar Abu ................................................................................................66
1.3 Kadar Lemak ............................................................................................66
1.4 Kadar Protein ............................................................................................67
1.5 Karbohidrat ...............................................................................................67
1.6 Serat Kasar...............................................................................................68
1.7 Aktivitas Antioksidan IC50 ..........................................................................68
1.8 Analisis Warna ..........................................................................................69
1.9 Analisis Hardness .....................................................................................69
1.10 Analisis Tensile strength dan Elongasi ......................................................69
1.11 Perlakuan Terbaik.....................................................................................70
1.12 Uji Organoeptik .........................................................................................70
Lampiran 2. Form Uji Organoleptik ...................................................................71
Lampiran 3. Data Hasil Analisis Hardness Fruit Leather Apel Anna dengan
Penambahan Karagenan dan Tepung Terigu ................................72
Lampiran 4. Data Hasil Analisis Tensile Strength Fruit Leather Apel Anna
dengan
penambahan karagenan dan tepung terigu ..................................74
Lampiran 5. Data Hasil Analisis Elongasi Fruit Leather Apel Anna dengan
Penambahan Karagenan dan Tepung Terigu ................................75
Lampiran 6. Data Hasil Analisis Warna Fruit Leather Apel Anna dengan
penambahan karagenan dan tepung terigu ...................................76
6.1 L* (Kecerahan) .........................................................................................76
6.2 a* (Kemerahan) ........................................................................................77
6.3 b* (Kekuningan) ........................................................................................78
Lampiran 7. Data Hasil Analisis Kadar Air Fruit Leather Apel Anna dengan
penambahan karagenan dan tepung terigu ...................................79
Lampiran 8. Penentuan Perlakuan Terbaik Fruit Leather Apel Anna .................81
Lampiran 9. Data Hasil Uji T-Test .....................................................................82
Lampiran 10. Data Hasil Analisis Kimia Bahan Baku ........................................83
10.1 Kadar Air ..................................................................................................83
10.2 Kadar Abu ................................................................................................83
10.3 Kadar Lemak ............................................................................................83
10.4 Kadar Protein ...........................................................................................83
10.5 Karbohidrat ...............................................................................................83
10.6 Serat Kasar...............................................................................................84
10.7 Aktivitas Antioksidan IC50 ..........................................................................84
Lampiran 11. Data Hasil Analisis Kimia fruit Leather Apel Anna Perlakuan
Terbaik ........................................................................................87
11.1 Kadar Air ....................................................................................................87
11.2 Kadar Abu ..................................................................................................87
11.3 Kadar Lemak .............................................................................................87
ix
11.4 Kadar Protein ............................................................................................87
11.5 Karbohidrat ................................................................................................88
11.6 Serat Kasar ................................................................................................88
11.7 Aktivitas Antioksidan IC50 ...........................................................................88
Lampiran12. Data Hasil Uji Hedonik Fruit Leather Apel Anna Terbaik .............91
Lampiran13. Dokumentasi ...............................................................................93
1
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Apel (Malus domestica) merupakan salah satu buah klimaterik yang berasal
dari daerah subtropis. Apel dapat tumbuh di Indonesia setelah mampu
beradaptasi dengan iklim tropis Indonesia. Rasanya yang manis dan kandungan
gizinya yang tinggi membuat buah apel banyak digemari oleh masyarakat
Indonesia. Buah apel banyak mengandung pektin (sejenis serat), quercetin
(bahan anti-kanker dan anti-radang) serta vitamin C yang tinggi yang berguna
bagi tubuh manusia (Baskara, 2010). Apel dapat dijumpai sewaktu-waktu karena
bukan merupakan buah musiman. Salah satu daerah yang paling terkenal
sebagai penghasil apel adalah Kota Batu. Menurut data Dinas Pertanian dan
Kehutanan Pemerintah Kota Batu, pada triwulan IV tahun 2016 terdapat
2.118.679 pohon apel. Jumlah tersebut menghasilkan buah sebanyak 146.362
ton per tahun (BPS Kota Batu, 2018).
Varietas apel yang cukup berhasil dibudidayakan adalah Apel Manalagi,
Anna, Wangli/Lali jiwo, Princess Noble dan Romebeauty (Baskara, 2010). Sama
seperti buah lainnya, apel juga terus melanjutkan proses metabolisme pasca
panen. Seiring berjalannya kegiatan metabolisme, apel akan mengalami
perubahan fisik dan degradasi komponen kimia. Dibandingkan varietas lainnya,
apel anna memiliki umur simpan yang paling singkat (Tawali dan Zainal, 2004).
Hal ini dikarenakan kulit buah apel anna yang sangat tipis (Sufrida et al., 2006).
Kerusakan ini dipercepat oleh penanganan panen yang buruk. Oleh karena itu,
perlu dilakukan pengolahan apel anna menjadi produk pangan sebagai salah
satu upaya memperpanjang umur simpan dan menambah nilai ekonomis. Salah
satunya yaitu dengan mengolahnya menjadi fruit leather. Fruit leather merupakan
bubur daging buah yang dikeringkan berbentuk lembaran tipis yang dapat
digulung dan memiliki rasa khas tergantung dari jenis buah yang digunakan
(Safitri, 2012).
Menurut Historiarsih (2010) masalah yang sering timbul pada fruit leather
adalah plastisitasnya yang kurang baik. Dalam penelitian Sidi et al. (2014)
dilakukan penambahan karagenan sebagai gelling agent untuk memperbaiki
tekstur fruit leather, dimana penggunaan karagenan sebesar 0,6% memberikan
pengaruh terhadap tekstur fruit leather nanas wortel. Karagenan merupakan
2
hidrokoloid yang diperoleh dari hasil ekstraksi rumput laut merah. Hidrokoloid
penting untuk mempertahankan tekstur fruit leather yang diinginkan. Hidrokoloid
telah banyak dimanfaatkan sebagai agen pembentuk gel atau pengental yang
mampu mengikat molekul air, sehingga meningkatkan sifat tekstur yang
diinginkan pada produk makanan (Rascon-Diaz, 2010). Karagenan yang
digunakan dalam penelitian ini yaitu jenis kappa karagenan. Kappa karagenan
merupakan pembentuk gel terbaik dibandingkan iota dan lambda karagenan.
Pemilihan kappa karagenan sebagai hidrokoloid juga mampu meningkatkan
kadar serat dalam fruit leather (Murdinah, 2010).
Pengeringan merupakan salah satu tahapan penting dalam proses
pembuatan fruit leather. Namun suhu yang tinggi dan waktu pengeringan yang
lama dapat menyebabkan hilangnya air atau penguapan secara berlebih pada
produk, sehingga ikatan antar molekul semakin erat dan terbentuk tekstur seperti
kertas yang mudah robek. Diduga penambahan tepung terigu mampu
memperbaiki tekstur fruit leather yang mudah sobek seperti kertas. Dalam
penelitian ini, tepung terigu digunakan sebagai filler karena mengandung banyak
zat pati yang dapat meningkatkan daya ikat air sehingga tekstur menjadi padat.
Menurut Yilmaz et al. (2017) penambahan sedikit pati gandum memiliki peran
penting dalam pembuatan fruit leather. Pati gandum memungkinkan fruit leather
memiliki struktur seperti jeli. Filler yang ditambahkan berfungsi untuk menarik air
dan membentuk tekstur yang padat. Berdasarkan hal itu, maka dilakukan inovasi
pembuatan fruit leather dengan cara menambahkan gelling agent dan filler
dengan berbagai konsentrasi untuk menghasilkan fruit leather dengan
karakteristik fisik yang baik.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan, rumusan masalah
penelitian ini adalah :
1. Apakah penambahan karagenan dan tepung terigu dengan konsentrasi
berbeda berpengaruh terhadap karakteristik fisik fruit leather apel anna?
2. Bagaimanakah sifat kimia dan tingkat penerimaan panelis terhadap fruit
leather apel anna?
3
1.3 Tujuan Penelitian
1. Menganalisis pengaruh konsentrasi karagenan dan tepung terigu
terhadap karakteristik fisik fruit leather apel anna.
2. Menganalisis sifat kimia dan tingkat penerimaan panelis terhadap fruit
leather apel anna melalui uji organoleptik dengan metode uji hedonik.
1.4 Manfaat Penelitian
1. Memberikan informasi pengaruh penambahan konsentrasi karagenan dan
tepung terigu terhadap karakteristik fisik fruit leather apel anna.
2. Memberikan informasi terkait formulasi konsentrasi karagenan dan tepung
terigu untuk menghasilkan fruit leather apel dengan karakteristik yang
baik.
3. Dapat meningkatkan penganekaragaman produk olahan atau diversifikasi
produk pangan yang berasal dari apel anna.
4. Meningkatkan nilai jual apel anna.
1.5 Hipotesis
1. Diduga adanya pengaruh penambahan konsentrasi karagenan terhadap
karakteristik fisik fruit leather apel anna sehingga berpengaruh pada
tingkat kepuasan panelis (sensoris).
2. Diduga adanya pengaruh penambahan konsentrasi tepung terigu
terhadap karakteristik fisik fruit leather apel anna sehingga berpengaruh
pada tingkat kepuasan panelis (sensoris).
4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Fruit Leather
Fruit leather merupakan makanan sejenis manisan yang terbuat dari bubur
buah yang dikeringkan menjadi lembaran dengan tekstur kenyal dan tingkat
kekerasan tertentu. Rasanya manis, tetapi masih memiliki ciri rasa khas dari
buah yang digunakan. Diberi nama leather karena setelah dikeringkan
kenampakannya mengkilap dan teksturnya menyerupai kulit (Kwartiningsih dan
Mulyati, 2005). Produk fruit leather dapat dibuat dari satu jenis buah atau
campuran beberapa jenis buah-buahan. Buah yang baik untuk digunakan
sebagai bahan baku pembuatan fruit leather ialah buah-buahan yang memiliki
kadar serat yang tinggi dan memiliki aroma yang khas (Yenrina et al., 2009).
Bahan baku fruit leather dapat berasal dari jenis buah-buahan tropis maupun
subtropis seperti apel, nangka, persik, sirsak, pisang, pepaya, mangga, nanas,
jambu biji atau bunga rosella dan sebagainya (Yusmita dan Ruri, 2018).
Secara umum tahapan dalam pembuatan fruit leather meliputi perlakuan
pendahuluan pada bahan baku, penghacuran dan pencampuran dengan bahan
lain, pemasakan dan pengeringan (Lestari et al., 2018). Sebelum diolah buah
perlu dicuci terlebih dahulu. Pencucian bertujuan untuk menghilangkan kotoran
(tanah) yang menempel, residu fungisida atau insektisida dan memperoleh
penampakan yang baik (Baliwati et al., 2004). Jika menggunakan buah yang
mudah mengalami pencoklatan, maka perlu dilakukan proses blanching. Daging
buah yang telah dipisahkan dari biji, kulit dan tangkainya diblansing pada suhu
90-95ºC selama 1 menit. Pemanasan awal dapat menghentikan proses
pemasakan buah oleh enzim, mempertahankan warna buah dan mempercepat
proses pengeringan (Kendall and Sofos, 2003). Proses selanjutnya adalah
proses penghancuran. Proses penghancuran dilakukan sampai daging buah
halus, tujuannya untuk menghomogenkan bubur yang dihasilkan (Kumalaningsih
dan Suprayogi, 2005). Kemudian dilakukan penambahan air dan gula pada
puree. Adanya penambahan gula akan mempengaruhi tekstur atau tingkat
kekerasan dari produk fruit leather yang dihasilkan (Asben, 2007). Selain itu gula
ditambahkan sebagai aplikasi pengawetan produk (Historiasih, 2010). Semua
hasil pencampuran tersebut dipanaskan sampai suhu 70oC selama 2 menit.
Tujuan pemasakan ini adalah untuk menonaktifkan mikroorganisme yang mampu
5
mengakibatkan kerusakan pada kondisi penyimpanan yang normal (Putri, 2013).
Setelah dimasak, adonan dicetak ke dalam loyang, dan dikeringkan.
Pengeringan dapat dilakukan dengan menggunakan oven pada suhu 50°C,
selama 48 jam, atau menggunakan cabinet dryer pada suhu 45±3°C selama 18
jam (Winarti, 2008). Proses pengeringan bertujuan untuk mengurangi kadar air
sampai batas tertentu sehingga mikroorganisme tidak dapat tumbuh lagi di
dalamnya. Lama pengeringan tergantung pada peralatan yang digunakan dan
kelembaban udara (Kendall and Sofos, 2003). Pengolahan buah menjadi fruit
leather dapat meningkatkan umur simpan, meningkatkan penganekaragaman
pengolahan pangan serta meningkatkan nilai jual buah. Apabila disimpan dalam
keadaan yang baik, fruit leather dapat memiliki daya simpan hingga 12 bulan.
Kriteria fruit leather yang diharapkan yaitu memiliki warna yang menarik,
tekstur yang sedikit liat dan kompak, juga memiliki plastisitas yang baik sehingga
dapat digulung (tidak mudah patah) (Historiasih, 2010). Kualitas fruit leather yang
baik ditentukan oleh beberapa komponen terutama kandungan serat, pektin dan
asam. Ketiga komponen tersebut akan berpengaruh terhadap lembaran fruit
leather yang dihasilkan (Safitri, 2012). Standar mutu fruit leather belum ada,
namun fruit leather yang baik nilai Aw kurang dari 0,7; tekstur plastis;
kenampakan seperti kulit; dan terlihat mengkilap (Nurlaely, 2002). Menurut FAO
(1997) kadar air sebanyak 15-25% pada fruit leather dapat mempertahankan
keawetan produk.
2.2 Apel
Apel merupakan tanaman buah tahunan dari Asia Barat yang beriklim
subtropis. Apel dapat tumbuh di Indonesia setelah beradaptasi dengan iklim
tropis Indonesia (Baskara, 2010). Tanaman apel dulu disebut Malus sylvestris
Mill tetapi sekarang disebut dengan Malus domestica Borkh. Menurut Ashari
(1995) tanaman apel yang dibudidayakan sekarang merupakan hasil silangan,
dan diduga hasil persilangan antara Malus sylvestris Mill, Malus dasyphylla
Borkh, Malus pumila Miller, dan beberapa varietas apel asal Asia. Dalam
taksonomi tumbuhan, apel diklasifikasikan sebagai berikut menurut Wijoyo
(2008) :
6
Kingdom : Plantae
Division : Magnoliophyta
Class : Magnoliopsida
Order : Rosales
Family : Rosaceae
Tribe : Maleae
Genus : Malus
Species : Malus domestica
Gambar 2.1. Apel Anna
Sumber: Dokumentasi Pribadi
Varietas apel impor dari spesies (Malus domestica) contohnya Fuji, Red
delicious, Granny smith, Golden Delicious, dan lain-lain, sedangkan contoh
varietas lokal yaitu Rome Beauty, Manalagi, dan Anna (Nafillah, 2015). Apel di
Indonesia dapat tumbuh dan berbuah baik di dataran tinggi, khususnya di
Malang (Batu dan Poncokusumo) dan Pasuruan (Nongkojajar), Jawa Timur. Apel
merupakan buah-buahan klimaterik sehingga pemanenannya harus dilakukan
pada saat buah tua optimal. Jenis yang banyak ditanam di Indonesia yaitu apel
manalagi, apel rome beauty, dan apel anna. Masing-masing jenis apel lokal ini
memiliki karakteristik tersendiri (Suyanti, 2010).
Apel Manalagi memiliki warna kulit buah hijau muda kekuningan, tekstur
buah kenyal, rasa manis dan beraroma harum (Suryobuwono et al., 2005).
Buahnya berbentuk jorong, pangkal dan pucuk berlekuk dalam. Rasa apel ini
segar dan mempunyai aroma yang kuat. Daging buahnya berwarna putih halus
dan berair. Apel hijau, terutama jenis yang asam banyak diolah lagi dalam
industri besar untuk dibuat menjadi produk awetan seperti selai. Apel
Romebeauty merupakan salah satu jenis dari apel Malang. Warna kulit buahnya
perpaduan antara warna hijau dan merah, tekstur buah keras dan kasar, rasa
buah manis masam segar, dan tidak beraroma (Suryobuwono et al., 2005).
7
Warna merah pada kulit buah hanya terdapat pada bagian yang terkena sinar
matahari, sedangkan warna hijau terdapat pada bagian yang tidak terkena sinar
matahari. Bentuk buah bulat hingga jorong (Samson, 1980). Apel Anna
merupakan buah yang mempunyai aroma harum dengan rasa masam segar.
Warna kulitnya merah dan tekstur buahnya renyah (Suryobuwono et al., 2005).
Bentuk buah apel ini lonjong seperti trapesium terbalik dengan pangkal berlekuk
dalam dan ujung berlekuk dangkal. Kadar air dan kandungan vitamin C-nya
cukup mendominasi. Kulitnya sangat tipis sehingga tidak bisa disimpan terlalu
lama (Sufrida, 2006). Apel Anna mempunyai kandungan asam yang paling tinggi.
Menurut penelitian Suhardi (1996), varietas Anna dan Romebeauty memiliki total
asam yang jumlahnya relatif sama, varietas Manalagi mempunyai total asam
yang lebih rendah.
Tabel 2.1. Komposisi Kimia Apel Anna per 100 gram
Komposisi Kandungan
Kadar air (g)
Karbohidrat (g)
Protein (g)
Lemak
Vitamin A (IU)
Vitamin B (mg)
Vitamin C (mg)
Kalsium (mg)
Besi (mg)
Fosfor (mg)
Pektin (g)
84,40
14,90
0,30
0,40
900
10,00
4,00
6,00
0,30
10,00
9,00-15,00
Sumber: Untung (1994)
Buah apel mengandung karbohidrat dalam jumlah yang cukup. Komponen
terbesar buah apel adalah air. Buah apel banyak mengandung mineral yang
berguna bagi kesehatan manusia. Kandungan protein dan lemak relatif sedikit.
Buah apel (Malus domestica) memiliki banyak manfaat, diantaranya untuk
menurunkan kolesterol dalam darah, penstabil gula darah, penurun tekanan
darah, agen anti-kanker, dan untuk program diet (Purwo dan Zubaidi, 2010).
Kandungan antioksidan yang sangat tinggi juga menjadi alasan tingginya
8
konsumsi buah apel oleh masyarakat sebagai upaya pencegahan terhadap
penyakit dan disfungsi kesehatan tubuh lainnya (Baskara, 2010).
2.3 Gelling agent
Gelling agent atau bahan pembentuk gel adalah bahan tambahan makanan
yang digunakan untuk mengentalkan dan menstabilkan berbagai macam
makanan (Raton and Smooley, 1993). Bahan pembentuk gel terdiri dari
komponen polimer dengan berat molekul tinggi yang merupakan gabungan
molekul-molekul dan lilitan-lilitan dari polimer molekul yang akan memberikan
sifat kental dan gel yang diinginkan. Molekul-molekul polimernya berikatan
melalui ikatan silang membentuk struktur jaringan tiga dimensi dengan molekul
pelarut terperangkap dalam jaringan ini (Clegg, 1995 dalam Widjanarko, 2008).
Pembentukan gel yang teradi akan memberikan tekstur pada makanan.
Beberapa bahan penstabil dan pengental juga termasuk dalam kelompok bahan
pembentuk gel. Jenis-jenis bahan pembentuk gel biasanya merupakan bahan
berbasis polisakarida atau protein.
Gel didefinisikan sebagai suatu sistem semipadat yang terdiri dari suspensi
dari partikel anorganik yang terkecil atau molekul organik yang besar dan saling
terpenetrasi oleh cairan. Gel mungkin mengandung sampai 99,9% air. Gel
mempunyai sifat seperti padatan, khususnya sifat elastis dan kekakuan (Fardiaz
1989). Penggunaan gelling agent umumnya pada konsentrasi kurang dari 10%,
khususnya konsentrasi 0,5% - 2,0% (Allen, 2002). Contoh-contoh dari bahan
pembentuk gel antara lain asam alginat, sodium alginat, kalium alginat, kalsium
alginat, agar, karagenan, locust bean gum, pektin dan gelatin. Sifat pembentukan
gel tergantung pada jenis hidrokoloidnya.
2.4 Karagenan
Karagenan merupakan polisakarida yang diperoleh melalui ekstraksi dari
rumput laut merah (Rhodophyceae) jenis Euchema, Chondrus, Gigartina,
Hypnea, Iradea dan Phyllophora. Karagenan dibuat dari rumput laut yang
dikeringkan yang kemudian diayak untuk menghilangkan kotoran-kotoran seperti
pasir dan kemudian dicuci. Setelah melalui perlakuan dengan larutan basa panas
(contohnya 5-8% kalium hidroksida), selulosanya dihilangkan dari karagenan
dengan menggunakan proses sentrifugasi dan filtrasi. Larutan karagenan yang
didapat dipekatkan melalui evaporasi, kemudian dikeringkan dan dipisahkan lagi
9
menurut spesifikasinya (Raton and Smooley, 1993). Karagenan merupakan
bagian penyusun yang besar dari berat kering rumput laut dibandingkan dengan
komponen yang lain. Karagenan terdapat dalam dinding sel rumput laut atau
matriks intraselulernya. Senyawa penyusun karagenan terdiri dari unit-unit
galaktosa dan 3.6-anhidrogalaktosa yang berikatan dengan gugus sulfat atau
tidak berikatan dengan α-(1.3)-D-galaktosa dan β-(1.4)-3.6-anhidrogalaktosa.
Karagenan komersil berbentuk bubuk, tidak berbau, tidak berasa dan warnanya
bervariasi dari putih sampai kecoklatan sesuai dengan bahan mentah dan proses
yang digunakan. Berdasarkan jumlah dan posisi sulfatnya, maka karagenan
dapat dibedakan menjadi enam fraksi yaitu, kappa, iota, lambda, (mu), dan dari
-(nu)-karagenan. Senyawa penyusun karagenan disajikan pada Tabel 2.2.
Tabel 2.2 Komponen Penyusun Karagenan
Jenis karagenan Komponen penyusun
Iota-karagenan D-galaktosa-4-sulfat,3,6-anhidrogalaktosa-2-sulfat
Kapa-karagenan D-galaktosa-4-sulfat,3,6-anhidrogalaktosa
Lamda-karagenan D-galaktosa-2-sulfat,D-galaktosa-2,6-sulfat
µ-karagenan D-galaktosa-4-sulfat,D-galaktosa-6-sulfat
-karagenan D-galaktosa-4-sulfat, D-galaktosa-2,6-di-sulfat
Sumber: Glikcsman (1979)
Kappa karaginan tersusun dari unit α-(1.3)-D-galaktosa-4-sulfat dan β-(1.4)-
3.6-anhidrogalaktosa. Kappa-karagenan adalah hasil eliminasi alkali dari -
karagenan. Kappa karaginan terbentuk sebagai hasil aktivitas enzim dekinkase
yang mengkatalis µ(mu)-karaginan menjadi kappa karaginan dengan cara
menghilangkan atom C6 pada ikatan 1,4 galaktosa-6-sulfat. Iota karaginan
memiliki ikatan 1,3-D-galaktosa-4-sulfat dan ikatan 1,4 dari unit 3,6-anhidro-D-
galaktosa-2-sulfat. Iota karaginan terbentuk akibat hilangnya sulfat pada atom C6
dari -karaginan sehingga terbentuk 3,6-anhidro-D-galaktosa yang selanjutnya
menjadi iota karaginan. Lambda karaginan tersusun dari ikatan 1,3-D-galaktosa-
2-sulfat dan 1,4-D-galaktosa-2,6-disulfat. lambda dikonversi dari iota dengan
eliminasi alkali. Semua fraksi karagenan bersifat tidak larut dalam pelarut organik
seperti minyak dan lemak, tetapi larut dalam air (Glicksman 1983).
10
Gambar 2.2. Struktur kimia karagenan
Sumber: Imenson (2000)
2.4.1. Sifat-sifat karaginan
Sifat-sifat pada karaginan yang berpengaruh terhadap tekstur fruit leather
meliputi kelarutan, pH, pembentukan gel dan stabilitas. Sifat-sifat tersebut
dipengaruhi oleh adanya unit bermuatan (ester sulfat) dan penyusun dalam
polimer karagenan. Sifat dasar karagenan terdiri dari tiga tipe karagenan yaitu
kappa, iota dan lambda karagenan. Perbedaan sifat dari ketiga jenis karaginan
dapat dilihat dari Tabel 2.3.
11
Tabel 2.3. Sifat-Sifat Karagenan
Karakteristik Kappa Iota Lambda
Ester sulfat 25-30% 28-35% 32-39%
3,6-anhidro-
Dgalaktosa 28-35% - 30%
Kelarutan
Air panas
Air dingin
Susu panas
Susu dingin
Larutan gula
Larutan garam
Pelarut organik
Larut > 70oC
Larut garam Na+,
K+, tidak dalam
Ca2+
Mengembang
baik
Tidak larut
Larut panas
Tidak larut
Tidak larut
Larut > 70oC
Larut garam Na+ ,
tidak dalam K+
dan Ca2+
Larut
Tidak larut
Sulit larut
Larut panas
Tidak larut
Larut
Larut dalam
semua garam
Larut
Mengental
Larut panas
Larut panas
Tidak larut
Gelasi
Pengaruh
kation
Tipe gel
Pengaruh
locus bean
gum
Gel lebih kuat
dengan ion K +
Kuat dan
sineresis
Sineresis
Gel lebih kuat
dengan ion Ca2+
Elastis dan tidak
sineresis
Tidak sineresis
Tidak membentuk
gel
Tidak membentuk
gel
Membentuk gel
dan tidak
sineresis
Stabilitas
pH netral dan
alkali
Asam (pH 3,5)
Stabil
Gel stabil
Stabil
Tergantung panas
Stabil
Hidrolisis
Sumber : Glicksman (1983) 2.4.1.1 Kelarutan
Masing-masing jenis karagenan memiliki sifat kelarutan yang berbeda.
Kelarutan karagenan di dalam air dipengaruhi oleh beberapa faktor, di antaranya
temperatur, pH, kehadiran senyawa organik lainnya, garam yang larut dalam air,
serta tipe karagenan itu sendiri. Tipe kelarutan yang berbeda juga menyebabkan
kelarutan berbeda dalam medium yang berbeda pula (Yudhi, 2009). Semua jenis
karaginan larut dalam air panas. Di dalam larutan garam kation K+ atau Ca2+ ,
kappa dan iota karagenan tidak dapat larut. Lamda karaginan larut di dalam air
dingin dan larutan garam segala jenis kation. Di dalam susu panas, semua
karaginan dilaporkan larut (Glicksman, 1983)
12
Gugus hidroksil dan sulfat pada karagenan bersifat hidrofilik sedangkan
gugus 3.6-anhidro-D-galaktosa bersifat hidrofobik. Karagenan jenis kappa
merupakan karagenan yang kurang hidrofilik karena lebih banyak mengandung
gugus 3.6-anhidro-D-galaktosa. Iota-karagenan bersifat hidrofilik memiliki gugus
2-sulfat yang berfungsi untuk menetralkan 3.6-anhidro-D-galaktosa yang kurang
hidrofilik. Lambda-karagenan mudah larut pada semua kondisi karena tidak
memiliki unit 3-6-anhidro-D-galaktosa dan mengandung gugus sulfat yang tinggi
(Imeson 2010).
2.4.1.2 Pembentukan Gel
Menurut Fardiaz (1989), pembentukan gel merupakan proses pengikatan
silang rantai-rantai polimer membentuk suatu jala tiga dimensi yang
bersambungan. Selanjutnya jala ini dapat menangkap atau mengimobilisasikan
air di dalamnya dan membentuk struktur yang kuat dan kaku. Kappa karagenan
merupakan fraksi yang mampu membentuk gel dalam air yang bersifat
reversible, yaitu meleleh jika dipanaskan dan membentuk gel kembali jika
didinginkan. Jenis lamda adalah karagenan yang tidak dapat membentuk gel.
Kemampuan pembentukan gel pada kappa dan iota karagenan terjadi pada saat
larutan panas yang dibiarkan menjadi dingin, karena mengandung gugus 3,6
anhidro-D-galaktosa. Proses ini bersifat reversible, artinya gel akan mencair bila
dipanaskan dan apabila didinginkan akan membentuk gel kembali. Kappa
karagenan akan membentuk gel yang paling kuat dengan sifat gel elastis serta
stabil dalam larutan asam (Imeson, 2010).
Kappa karagenan membentuk gel yang keras dan elastis. Dari semua
karagenan, kappa karagenan memberikan gel yang paling kuat. Iota karagenan
membentuk gel yang kuat dan stabil bila ada ion Ca2+ . Ion Na+ dilaporkan
menghambat pembentukan gel jenis kappa dan lambda (Angka dan Suhartono,
2000). Kappa karagenan merupakan pembentuk gel terbaik dibandingkan iota
dan lambda karagenan. Pemilihan kappa karagenan sebagai hidrokoloid juga
mampu meningkatkan kadar serat dalam fruit leather (Murdinah, 2010). Dalam
pembuatan fruit leather, fungsi penambahan kappa karagenan dapat
memperbaiki keplastisan karena dapat membentuk gel, selain memperbaiki
keplastisan juga dapat memperkaya kandungan gizi dalam fruit leather
diantaranya mineral dan serat (Fitantri, 2013).
13
2.4.1.3 Stabilitas pH
Karaginan dalam larutan akan stabil pada pH 7 dan stabilitas maksimum
pada pH 9, tetapi pada pH yang rendah stabilitasnya akan menurun bila terjadi
peningkatan suhu. Kapa dan iota-karagenan dapat digunakan sebagai
pembentuk gel pada pH rendah dan tidak mudah terhidrolisis sehingga tidak
dapat digunakan dalam pengolahan pangan. Asam dan unsur pengoksidasi
dapat menghidrolisis karaginan dalam larutan dan menyebabkan hilangnya sifat-
sifat fisik melalui pemutusan ikatan glikosidik. Penurunan pH menyebabkan
hidrolisis dari ikatan glikosidik yang mengakibatkan kehilangan viskositas dan
potensi untuk membentuk gel. Hidrolisis dipengaruhi oleh pH, temperatur, dan
waktu. Dalam produk yang bersifat asam, karagenan ditambahkan pada tahapan
akhir proses untuk mencegah degradasi kelebihan asam (Diharmi, 2016).
2.5 Filler
Fruit leather merupakan produk olahan buah-buahan yang dalam proses
pembuatannya tetap memperhatikan nilai gizi dan karakteristik fisik. Karakteristik
fisik fruit leather yang diinginkan berhubungan dengan sifat struktural produk
pangan olahan seperti tekstur. Tekstur merupakan sekelompok sifat fisik yang
ditimbulkan oleh elemen-elemen struktural bahan pangan yang dapat dirasakan
oleh indera peraba. Sifat tekstur sangat diperlukan dalam penilaian mutu pangan
olahan, sehingga diperlukan penambahan bahan pengisi pada untuk
meningkatkan nilai tekstur. Bahan Pengisi atau filler adalah bahan tambahan
pangan yang berfungsi untuk meningkatkan volume pangan (BPOM, 2016).
Bahan pengisi biasanya memiliki kandungan karbohidrat yang tinggi dan
pengaruhnya kecil terhadap sifat emulsi. Penambahan bahan pengisi dalam
produk pangan dapat membentuk tekstur yang padat dan kompak, menstabilkan
emulsi, mengikat air, mengurangi penyusutan pemasakan, meningkatkan
karakteristik potongan, meningkatkan cita rasa dan mengurangi biaya formulasi
(Purwaningsih, 2007).
Bahan pengisi yang digunakan pada umumnya adalah tepung serealia dan
pati. Bahan pengisi yang sering digunakan di Indonesia yakni berupa tepung
terigu, tepung beras atau tapioka. Penggunaan jenis tepung yang berbeda akan
berpengaruh pada tekstur yang dihasilkan. Hal tersebut disebabkan oleh
perbedaan kandungan amilosa dan amilopektin dalam tepung tersebut.
Perbandingan amilosa dan amilopektin dalam pati akan menentukan sifat akhir
14
produk olahan. Semakin rendah kandungan amilosa menyebabkan makin kenyal
produk olahannya. amilosa dan amilopektin merupakan komponen utama
penyusun pati. Pati mempunyai rasa yang tidak manis, tidak larut dalam air
dingin, tetapi dalam air panas dapat membentuk sol atau gel yang bersifat kental
(De Man, 1997).
2.6 Tepung Terigu
Tepung terigu merupakan tepung yang diperoleh dari endosperma biji
gandum Triticum aestivum L. (Club wheat) dan / atau Triticum compactum Host
atau campuran dari keduanya dengan penambahan fortifikan Fe, Zn, Vitamin B1,
Vitamin B2 dan asam folat (SNI 3751-2009). Biji gandum akan diolah melalui
proses pencucian, pengupasan sekam, penggilingan dan pemutihan (bleaching)
sehingga menjadi tepung terigu yang halus dan berwarna putih (Bogasari, 2011).
Komponen penyusun tepung terigu dari yang terbesar hingga yang terkecil terdiri
dari pati, protein, lemak, serat, mineral dan vitamin. Syarat mutu tepung terigu
dapat dilihat pada Tabel 2.4. Tepung terigu mengandug pati sekitar 70% yang
terdiri dari amilosa dan amilopektin. Besarnya kandungan amilosa dalam pati
yakni sekitar 20% dengan suhu gelatinisasi 56 – 62oC (Belitz and Grosch, 1987).
Berbagai macam tepung atau pati memberikan sifat yang berbeda pada bahan
makanan. Pati gandum memiliki viskositas suhu panas yang rendah dan
menghasilkan gel berwarna opaque dan mudah putus (Imanningsih, 2012).
Tepung terigu mengandung protein dalam bentuk gluten, yang berperan
dalam menentukan kekenyalan makanan yang terbuat dari bahan terigu
(Aptindo, 2012). Gluten adalah protein yang secara alami terkandung di semua
jenis serealia atau biji-bijian yang tidak dapat larut dalam air dan bersifat elastis
(lentur) sehingga mampu membentuk kerangka yang kokoh dan kenyal pada
saat dimakan. Gluten tersusun dari gliadin (20-25 %) dan glutenin (35-40 %).
Gluten akan terbentuk saat terigu bercampur dengan air (Fitasari, 2009). Pada
pembuatan fruit leather digunakan tepung terigu dengan kandungan protein
sedang. Berdasarkan kandungan gluten, tepung terigu dapat dibagi menjadi 3
macam (Astawan, 2008) yaitu :
1. Hard flour merupakan tepung dengan kandungan protein sebesar 12%-13%.
Tepung ini dihasilkan dari penggilingan gandum keras dan biasa digunakan
dalam pembuatan roti dan mie dengan tingkat kekenyalan yang tinggi.
15
2. Medium flour, merupakan tepung dengan kandungan protein 9,5%-11%.
Tepung ini dihasilkan dari pencampuran hasil penggilingan gandum keras
dan gandum lunak. Tepung jenis ini cocok digunakan dalam pembuatan kue
basah, roti, dan mie.
3. Soft flour, merupakan tepung dengan protein sebesar 7 - 8,5%. Tepung ini
dihasilkan dari penggilingan gandum lunak. Penggunaan tepung yaitu
sebagai bahan pembuatan berbagai jenis kue dan biskuit.
Tabel 2.4. Standar Mutu Tepung Terigu Menurut SNI 01-3751-2009
Jenis uji Satuan Persyaratan
Keadaan:
a. Bentuk
b. Bau
c. Warna
Benda asing
Serangga dalam semua bentuk
stadia dan potongan-
potongannya yang tampak
Kehalusan, lolos ayakan 212 μm
(mesh No. 70) (b/b)
Kadar air (b/b)
Kadar abu (b/b)
Kadar protein (b/b)
Keasaman
Falling number (atas dasar kadar
air 14%)
Besi (Fe)
Seng (Zn)
Vitamin B1 (tiamin
Vitamin B2 (riboflavin)
Asam folat
Cemaran logam:
a. Timbal (Pb)
b. Raksa (Hg)
c. Cadmium (Cd)
Cemaran arsen
Cemaran mikroba:
a. Angka lempeng total
b. Escherichia coli
c. Kapang
d. Bacillus cereus
-
-
-
-
-
%
%
%
%
mg KOH/ 100g
Detik
mg/kg
mg/kg
mg/kg
mg/kg
mg/kg
mg/kg
mg/kg
mg/kg
mg/kg
koloni/g
APM/g
koloni/g
koloni/g
Serbuk
Normal (bebas dari bau
asing)
Putih, khas terigu
Tidak ada
Tidak ada
Minimal 95
Maksimal 14,5
Maksimal 0,70
Minimal 7,0
Maksimal 50
Minimal 300
Minimal 50
Minimal 30
Minimal 2,5
Minimal 4
Minimal 2
Maksimal 1,0
Maksimal 0,05
Maksimal 0,1
Maksimal 0,50
Maksimal 1 x 106
Maksimal 10
Maksimal 1 x 104
Maksimal 1 x 104
Sumber : SNI 3751-2009
16
2.7 Serat
Serat merupakan polisakarida non-pati yang menyusun dinding sel
tumbuhan (Almatsier, 2009). Codex Commision on Nutrition and Foods for
Special Dietary Uses (CCNFSDU) mendefinisikan serat sebagai polimer
kabohidrat dengan sepuluh unit monomer atau lebih, yang tidak terhidrolisis
enzim endogen dalam usus manusia (Kendall et al., 2010). Serat pangan
meliputi karbohidrat yang tidak dapat dicerna dan lignin yang terdapat pada
tumbuhan (IOM, 2005). Menurut Caprita et al. (2011) terdapat 4 komponen serat
pangan yaitu pati resisten, inulin, lignin dan polisakarida non-pati. Salah satu
fungsi serat yaitu membantu melancarkan proses pencernaan. Serat tidak dapat
diserap usus halus dan tidak dapat masuk ke dalam sirkulasi darah. Serat akan
dibawa ke dalam usus besar (Muchtar, 2010).
Berdasarkan sifat kelarutannya, serat digolongkan menjadi serat larut
(soluble fiber) dan serat tidak larut (insoluble fiber). Pada umumnya serat pangan
bersifat tidak larut dan tahan terhadap degradasi oleh mikroba sehingga hanya
sebagian kecil yang terfermentasi, sedangkan hampir semua bagian serat
pangan larut dapat difermentasi secara cepat oleh mikrobia (Tensiska, 2008).
Peran serat pangan bagi kesehatan sangat berkaitan dengan mikrobiota dalam
usus besar. Metabolisme bakteri dalam usus besar menyebabkan pemecahan
serat pangan menjadi asam lemak rantai pendek (ALRP), air, CO2, dan H+.
Konsumsi serat pangan memiliki manfaat pada proses laksasi, penyerapan
mineral, sifat antikanker, metabolisme lemak, dan efek anti-inflamasi (Sunarti,
2018). Serat pangan larut air merupakan komponen serat yang dapat larut dalam
air dan dalam saluran pencernaan. Komponen serat larut dapat menyerap air
dan membentuk gel. Pektin, psillium, gum, musilase, karagenan, asam alginat
dan agar-agar termasuk dalam kelompok serat pangan larut (Astawan, 2008).
Serat larut mampu membentuk larutan yang viskus sehingga dapat
memperlambat pengosongan lambung dan penyerapan nutrisi termasuk glukosa
sehingga dapat mengurangi laju kenaikan glukosa setelah karbohidrat (Brody,
1999). Serat pangan tidak larut adalah serat yang tidak dapat larut dalam air
maupun di dalam saluran pencernaan. Beberapa kelompok serat pangan tidak
larut diantaranya adalah selulosa, hemiselulosa dan lignin (Astawan, 2008).
Serat tidak larut meningkatkan volume feses dan memperpendek waktu transit di
usus besar. Oleh karena itu biasanya digunakan untuk mengatasi sembelit,
17
penyakit divertikular dan sindrom iritasi usus (Brody, 1999). Efek fisiologis serat
berdasarkan sumbernya dapat dilihat pada Tabel 2.5.
Semua buah-buahan mengandung serat, tetapi jenis buah yang banyak
mengandung serat diantaranya adalah apel, semangka, belimbing, jeruk, melon,
pepaya, dan jambu (Muchtar, 2010). Buah apel merupakan salah satu jenis
bahan yang mengandung tinggi serat, selulosa dan pektin. Selulosa termasuk
dalam jenis polisakarida non-pati. Polisakarida non-pati tidak terhidrolisis oleh
enzim dalam pencernaan tetapi dapat terfermentasi oleh mikroflora usus besar.
Pektin dalam buah apel dapat terdegradasi hampir sempurna oleh mikroflora
usus, sebab pektin merupakan polimer asam galakturonik dengan rantai samping
mengandung sejumlah glukosa seperti glukosa, galaktosa dan ramnosa (Thakur
et al., 1997). Fermentasi serat dalam usus besar akan meningkatkan
pertumbuhan bakteri penghasil asam laktat. Dimana asam yang dihasilkan
membantu mencegah akumulasi zat toksik dan bakteri patogen penyebab
penyakit (Muchtar, 2010).
Pada proses pembuatan fruit leather ditambahkan karagenan sebagai
gelling agent. Selain itu penambahan karagenan juga diharapkan berkontribusi
sebagai sumber serat. Karagenan merupakan salah satu produk primer dari
rumput laut yang yang berasal dari ganggang merah (Rhodophyta). Rumput laut,
dengan kandungan polisakaridanya yang cukup besar merupakan bahan yang
potensial sebagai sumber serat pangan. Telah diketahui bahwa kandungan serat
pangan rumput laut adalah sekitar 33- 50% bobot kering. Eucheuma sp.
merupakan salah satu kelompok rumput laut karaginofit, yaitu rumput laut yang
mengandung bahan utama polisakarida karagenan. Adapun jenis karagenan
yang dihasilkan Eucheuma sp. terutama adalah kappa karagenan (Hernawati et
al., 2013).
18
Tabel 2.5 Sumber serat pangan dan efek fisiologisnya
Komponen serat Fungsi fisiologis
Selulosa sebagai
penyusun utama dinding
sel
Mempertahankan air dalam feses
Meningkatkan jumlah dan massa feses
Miningkatkan gerak peristaltik usus besar
Menurunkan waktu transit feses dalam saluran
pencernaan
Meningkatkan kerja usus besar
Mengurangi tekanan intraluminal usus besar
Meningkatkan ekskresi zinc, kalsium,
magnesium, fosfor, dan besi
Pektin yang merupakan
zat intraseluler pada
tanaman
Menyerap air
Memperlambat waktu pengosongan lambung
Menyediakan substrat fermentasi bagi bakteri
usus besar untuk memproduksi gas dan asam
lema volatil
Mengikat asam empedu dan meningkatkan
ekskresinya
Menurunkan kadar kolesterol plasma
Meningkatkan toleransi glukosa
Miningkatkan toleransi glukosa pada penderita
diabetes
Polisakarida alga dan
rumput laut
Memperlambat waktu pengosongan lambung
Menyediakan substrat fermentasi bagi bakteri
usus besar untuk memproduksi gas dan asam
lema volatil
Mengikat asam empedu
Sumber: Sunarti (2018)
2.8 Antioksidan
Oksidasi dan radikal bebas merupakan bagian dari kehidupan dan
metabolisme. Radikal bebas diproduksi dalam tubuh guna memenuhi fungsi
biologi. Namun radikal bebas tersebut hanya berguna bila dalam jumlah, tempat,
dan waktu yang tepat. Sebaliknya mereka bisa berbahaya karena sifatnya reaktif
19
dan menyerang molekul yang berada sangat dekat dengan cepat. Agar dapat
bertahan dari serangan radikal bebas diperlukan suatu sistem yang disebut
antioksidan. Antioksidan ialah senyawa yang dapat menghambat, memperlambat
dan mencegah proses oksidasi lipid (Yuslianti, 2018). Secara kimia, senyawa
antioksidan merupakan senyawa pemberi elektron (electron donors).
Antioksidan bekerja dengan cara mendonorkan elektronnya kepada senyawa
yang bersifat oksidan sehingga aktivitas senyawa oksidan dapat terhambat
(Winarsi, 2007).
Secara umum, antioksidan dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu antioksidan
enzimatis dan antioksidan non-enzimatis. Kelompok antioksidan enzimatis
adalah antioksidan berupa enzim yang dibuat oleh tubuh antara lain enzim
superoksida dismutase (SOD), katalase, dan glutation peroksidase. Antioksidan
non-enzimatis terdiri dari antioksidan larut lemak dan antioksidan larut air.
Antioksidan larut lemak, seperti flavonoid, quinon, tokoferol, karotenoid dan
bilirubin. Antioksidan larut air, seperti asam askorbat, asam urat, protein pengikat
heme dan protein pengikat logam. Antioksidan enzimatis dan non-enzimatis
bekerjasama melawan senyawa oksidan dalam tubuh. Terjadinya stres oksidatif
dapat dihambat oleh kerja enzim antioksidan dan antioksidan non-enzimatis
(Winarsi, 2007).
Saat ini banyak sumber antioksidan yang diperoleh dari lingkungan sebagai
antioksidan alami. Sumber antioksidan tersebut dapat berasal dari molekul
senyawa dari satu atau dua komponen makanan, molekul senyawa-senyawa
hasil reaksi melalui proses pengolahan, dan molekul senyawa dari sumber alami
yang diisolasi untuk ditambahkan kedalam makanan sebagai bahan tambahan
pangan. Umumnya senyawa antioksidan alami tumbuhan adalah senyawa
fenolik atau polifenolik berupa golongan flavonoid, turunan asam sinamat,
kumarin, tokoferol, dan asam organik polifungsional. Senyawa antioksidan
polifenolik bersifat multifungsional dan dapat bereaksi sebagai pereduksi,
penangkap radikal bebas, pengkelat logam, dan peredam terbentuknya singlet
oksigen (Yuslianti, 2018).
Ketersediaan bahan pangan yang dapat menjadi sumber antioksidan alami
cukup melimpah. Salah satu komoditas yang dapat menjadi sumber antioksidan
alami adalah buah apel. Selain vitamin C, apel mengandung kadar flavonoid
dalam jumlah tinggi (Wolfe, 2003). Struktur dasar terlihat pada Gambar 1. Inti
flavan terdiri atas 15 atom Karbon dalam 3 cincin (C6-C3-C6), yang diberi label
20
A, B, dan C. Klasifikasi utama flavonoid adalah: flavon, flavanon, isoflavon,
flavonol, flavanonol, flavan-3-ol, dan antosianidin (Pietta, 2000). Institut Kanker
Nasional Amerika Serikat menyatakan bahwa apel merupakan buah yang paling
banyak mengandung zat flavonoid. Zat ini mampu menurunkan resiko penyakit
kanker paru-paru hingga 50% dan melindungi tubuh dari pengaruh radikal bebas
(Sufrida, 2006).
21
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Tempat dan Waktu Peneliatian
Penelitian dilaksanakan pada bulan September 2018 – Maret 2019 dan
dilakukan dibeberapa laboratorium :
a. Laboratorium Rekayasa dan Pengolahan Pangan, Jurusan Teknologi Hasil
Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas Brawijaya
b. Laboratorium Kimia dan Biokimia Pangan, Jurusan Teknologi Hasil
Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas Brawijaya
c. Laboratorium Uji Sensoris dan Pangan Terapan, Jurusan Teknologi Hasil
Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas Brawijaya
3.2 Alat dan Bahan
3.2.1 Alat
Alat yang digunakan dalam pembuatan leather apel antara lain pisau,
baskom, talenan, dandang “Jawa”, kompor gas “Rinnai”, blender turbo “Philips
EHM-8099”, sendok stainless, timbangan digital “QHC”, panci, termometer,
cabinet dryer “Omron”, panci gagang “Jawa”, ballon whisk, solet plastik, paper
baking, dan loyang.
Alat yang digunakan untuk analisis leather apel antara lain Digital Force
Gauge “Imada”, color reader “Konika Minolta”, oven “Memmert”, timbangan
analitik “Denver Instrument M 310”, desikator, kompor listrik “Maspion”, furnace
“Thermolyne™ “, labu kjeldhal, alat destilasi “Buchi”, buret, statif, soxhlet
“Electrothermal”, refluks, pompa vakum “KNF”, shaker, erlenmeyer 250 ml
“pyrex”, pipet ukur 1 ml “HBG”, pipet ukur 5 ml “Iwaki”, pipet tetes, tabung reaksi
“Iwaki”, rak tabung reaksi, bulb, spatula, botol semprot akuades, vortex, dan
spektrofotometer 20D Plus “Labomed”.
3.2.2 Bahan
Bahan untuk membuat produk fruit leather apel adalah buah apel Anna
yang diperoleh dari Pasar Batu, kappa karagenan dari toko bahan kimia Makmur
Sejati Malang, tepung terigu “Segitiga Biru” dan gula pasir “Gulaku” dari Alfamart
Soekarno Hatta.
22
Bebebrapa bahan yang digunakan dalam analisis kimia diperoleh dari Krida
Tama Malang, diantaranya petroleum eter, H2SO4, methyl red, indikator PP,
NaOH, HCl, K2SO4, kertas saring Whatman 40, NaOH, ethanol, dan metanol p.a
(pro analysis). Bahan kimia lainnya seperti DPPH, tablet kjeldahl, asam borat
diperoleh dari Laboratorium Kimia dan Biokimia Pangan, Fakultas Teknologi
Pertanian, Universitas Brawijaya.
3.3 Metode Penelitian
3.3.1 Penelitian Pendahuluan
Penelitian pendahuluan dilaukan untuk menentukan level dari faktor yang
akan digunakan pada penelitian utama. Pada karagenan telah digunakan
konsentrasi 0%; 0,5%; 1%; 1,5% dan 2%. Hasil menunjukkan bahwa karakteristik
tekstur (hardness, tensile strength, elongasi) yang mendekati fruit leather
komersil yaitu konsentrasi 0%; 0,5%; 1%, sehingga konsentrasi karagenan yang
akan diaplikasikan pada penelitian utama adalah konsentrasi 0%; 0,5%; 1%.
Pada tepung terigu telah digunakan konsentrasi 0%; 0,5%; 1%; 1,5%; 2%; 3%.
Hasil menunjukkan bahwa tekstur (hardness, tensile strength, elongasi) yang
mendekati fruit leather komersil adalah konsentrasi 1%; 2%; 3%, sehingga pada
penelitian utama akan digunakan konsentrasi tepung terigu 1%; 2%; 3%.
3.3.2 Rancangan Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode Rancangan Acak Kelompok (RAK)
faktorial. Variabel penelitian melibatkan 2 faktor perlakuan yaitu penambahan
karagenan dan penambahan tepung terigu. Terdapat 3 level pada variasi faktor
perlakuan penambahan karagenan (0%, 0,5%, 1%) yang dilakukan cross link
dengan 3 level variasi pada faktor perlakuan penambahan tepung terigu (1%,
2%, 3%). Setiap unit perlakuan dilakukan pengulangan sebanyak 3 kali sehingga
diperoleh 27 satuan percobaan.
Faktor I: Penambahan Karagenan (K)
K1= Penambahan Karagenan 0% dari puree apel anna + gula (b/b)
K2= Penambahan Karagenan 0,5% dari puree apel anna + gula (b/b)
K3= Penambahan Karagenan 1% dari puree apel anna + gula (b/b)
23
Faktor II: Penambahan Tepung Terigu (T)
T1= Penambahan Tepung Terigu 1% dari puree apel anna + gula (b/b)
T2= Penambahan Tepung Terigu 2% dari puree apel anna + gula (b/b)
T3= Penambahan Tepung Terigu 3% dari puree apel anna + gula (b/b)
Berdasarkan kedua faktor tersebut diperoleh kombinasi perlakuan sebagai berikut:
Tebel 3.1. Rancangan Penelitian menggunakan RAK Faktorial
Karagenan (K) Tepung Terigu (T)
T1 (1%) T2 (2%) T3 (3%)
K1 ( 0%) K1T1 K1T2 K1T3 K2 (0,5%) K2T1 K2T2 K2T3
K3 ( 1%) K3T1 K3T2 K3T3
Tabel 3.2. Komposisi Bahan Fruit Leather Apel Anna
Bahan Penambahan
Puree Apel (40g)
Gula (10g)
Karagenan
Tepung Terigu
0 %
0,5 %
1 %
1 %
2 %
3 %
3.4 Pelaksanaan Penelitian
3.4.1 Proses Pembuatan fruit leather
a. Buah apel Anna disortasi, dikupas dan dipisahkan dari tangkai serta bijinya.
Kemudian dipotong-potong dan dicuci dengan air bersih.
b. Buah apel yang telah bersih kemudian diblansing dengan metode steam
blanching selama 5 menit pada suhu 80oC. Selanjutnya buah apel
didinginkan.
c. Buah apel dihancurkan menggunakan blender selama 1 menit sehingga
didapatkan puree apel.
d. Ditimbang puree apel 40 gram. Selanjutnya ditimbang gula sebanyak 10
gram. Kemudian ditimbang karagenan sebanyak 0%, 0,5%, 1% dan tepung
terigu sebanyak 1%, 2%, 3% dari berat puree apel yang telah ditambahkan
gula.
24
e. Campuran puree apel, gula, karagenan dan tepung terigu yang telah
ditimbang sesuai konsentrasi dimasak pada suhu 80oC dan dipertahankan
selama 3 menit. Kemudian kompor dimatikan. Campuran yang telah
dimasak didiamkan hingga suhu turun
f. Campuran bahan fruit leather selanjutnya dicetak pada kertas roti ukuran
15 x 8 cm
g. Campuran fruit leather yang telah dicetak dimasukkan ke dalam cabinet
dryer bersuhu 60oC selama 5 jam.
3.4.2 Pengamatan dan Analisis Data
3.4.2.1 Pengamatan
Pengamatan yang dilakukan pada produk fruit leather apel anna meliputi
analisis fisikokimia dan organoleptik. Metode analisis yang digunakan dalam
penelitian disajikan dalam Tabel 3.3
Tabel 3.3 Metode Analisis Produk Fruit Leather
No. Analisis Metode
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
Kadar air metode oven
Kadar protein metode kjeldahl
Kadar lemak metode soxhlet
Kadar abu metode pengabuan kering
Kadar karbohidrat
Kadar serat kasar metode gravimetri
Aktivitas antioksidan IC50
Warna (color reader)
Tekstur (hardness, tensile strength,
elongasi)
Uji Organoleptik Hedonic scale scoring
AOAC 1999
SNI-01-2782-1998
AOAC, 2005
AOAC, 1999
by different
AOAC, 1995
Molyneux, 2004
Yuwono dan Susanto, 1998
Baruqi et al., 2009
Rahayu, 2001
3.4.2.2 Analisis Data
Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan Analysis of Variance
(ANOVA), dilanjutkan uji lanjut dengan BNT jika tidak ada interaksi atau DMRT
jika terjadi interaksi antar kedua faktor. Analisis perlakuan terbaik dilakukan
menggunakan metode Desirability Function. Data hasil uji organoleptik akan diuji
dengan Hedonic Scale Scoring.
25
3.5 Diagram Alir
Apel Anna
Dipisahkan dari kulit dan biji
Dicuci
Dipotong dadu
Steam blansing (80oC selama 3 menit)
Dilender (kecepatan 4, ± 90 detik)
Puree Apel Anna
Dimasak (±80 oC, 3 menit)
Cetak pada papper baking ukuran 15cm x 8cm, ketebalan ± 2 mm
Dikeringkan pada cabinet dryer (± 60oC, 5 jam)
Analisis kimia :
- Kadar Air
- Kadar Abu
- Kadar Protein
- Kadar Lemak
- Kadar Karbohidrat
- Kadar Serat
- Antioksidan
Puree Apel Anna : Gula Pasir
(4 : 1)
Karagenan 0%; 0,5%; 1% Tepung Terigu
1%; 2%; 3%
Fruit Leather
Apel Anna
Analisa Data Metode
Desirability Function
Fruit Leather
Perlakuan Terbaik
Analisis fisik::
- Tekstur (kekerasan,
kuat tarik, elongasi)
- Warna (L*, a*, b*)
Analisis organoleptik :
Rasa, aroma , tekstur,
warna, overall
Analisis fisikokimia
:
- Kadar Air
- Kadar Abu
- Kadar Protein
- Kadar Lemak
- Kadar Karbohidrat
- Kadar Serat
- Antioksidan
26
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Karakteristik Bahan Baku
Bahan baku yang digunakan dalam pembuatan fruit leather apel anna
adalah puree apel anna (Malus domestica) dengan parameter yang dianalisis
meliputi kadar air, kadar abu, kadar lemak, kadar protein, karbohidrat, serat
kasar, dan aktivitas antioksidan. Hasil analisis bahan baku puree apel anna
dapat dilihat pada Tabel 4.1.
Tabel 4.1. Karakteristik Puree Apel Anna
Karakteristik Hasil Analisis
Kadar Air (%)
Kadar Abu (%)
Kadar Lemak (%)
Kadar Protein (%)
Karbohidrat (%)
Serat Kasar (%)
Aktivitas Antioksidan IC50 (μg/mL)
86.86 ± 0,04
0,13 ± 0,01
0,16 ± 0,01
0,76 ± 0,05
12,09
1,09 ± 0,08
3676,28 ± 35,13
Keterangan : 1. Setiap angka merupakan rerata 3 kali ulangan 2. Angka dibelakang simbol ± merupakan standar deviasi
Apel anna atau dalam bahasa latinnya disebut Malus domestica
merupakan buah yang identik dengan warna kulit buah yang merah dan aroma
yang harum. Buah ini banyak tersedia di pasar, maupun toko oleh-oleh.
Konsumsi apel secara rutin dapat memberikan bagi tubuh. Berdasarkan Tabel
4.1. hasil analisis kadar air pada bahan baku puree apel anna (Malus domestica)
sebesar 86,86%. Apel merupakan buah-buahan yang memiliki kandungan air
yang cukup tinggi sehingga baik untuk mencegah dehidrasi. Proses pendahuluan
berupa steam blanching menyebabkan terjadinya proses pindah massa dalam
sistem apel anna ke permukaan apel anna selanjutnya ke lingkungan apel anna.
Kadar abu adalah campuran dari komponen anorganik atau mineral yang
terdapat pada bahan pangan. Bahan pangan terdiri dari 96% bahan anorganik
dan air, sedangkan sisanya merupakan unsur mineral. Kadar abu dapat
menunjukan total mineral dalam suatu bahan pangan. Mineral merupakan salah
satu zat gizi yang dibutuhkan oleh tubuh. Mineral memegang peranan penting
dalam pemeliharaan fungsi tubuh, baik pada tingkat sel, jaringan, organ, maupun
fungsi tubuh secara keseluruhan dan sebagian lainnya dibutuhkan dalam
27
pengaturan metabolisme terutama sebagai kofaktor dalam aktivitas enzim-enzim
(Salamah et al., 2012). Berdasarkan hasil analisis kadar abu dalam puree apel
anna yaitu 0,13%.
Lemak merupakan golongan zat gizi makro yang berfungsi sebagai sumber
energi bagi tubuh. Berdasarkan hasil analisis, kandungan lemak dalam puree
apel anna yaitu 0,15%. Lemak berasal dari tumbuh-tumbuhan dikenal sebagai
lemak nabati. Menurut Winarno, 1994 dalam Wahyuni (2016) lemak nabati
bermanfaat bagi kesehatan karena dapat mencegah terjadinya penyempitan
pembuluh darah akibat penumpukan kolesterol. Namun, buah apel hanya
mengandung lemak nabati dalam jumlah yang sangat kecil.
Jumlah protein yang terkandung pada puree apel anna menurut hasil
analisis sebesar 0,76%. Protein merupakan zat gizi makro yang memiliki fungsi
sebagai zat pembangun serta memelihara sel-sel dan jaringan tubuh.
Kandungan protein dalam buah apel sangat rendah sehingga buah apel tidak
dapat dijadikan sebagai sumber protein yang baik.
Berdasarkan hasil analisis diketahui kandungan karbohidrat dalam puree
apel anna sebesar 12,09%. Karbohidrat pada tanaman dihasilkan memlalui
proses fotosintesis. Karbohidrat berperan penting dalam menentukan
karakteristik bahan makanan dalam segi tekstur, warna, dan rasa. Jenis
karbohidrat yang banyak terkandung pada tumbuhan antara lain monosakarida,
seperti fruktosa dan glukosa, serta disakarida seperti sukrosa, maltosa, dan
selobiosa. Monosakarida menyebabkan buah-buahan memiliki rasa manis
(Dwidjoseputro, 1992 dalam Wahyuni, 2016).
Serat kasar puree apel anna berdasarkan hasil analisis sebesar 1,09%.
Serat merupakan komponen bahan makanan nabati yang penting bagi sistem
pencernaan manusia. Komponen yang terbanyak dari serat makanan ditemukan
pada dinding sel tanaman. Komponen ini termasuk senyawa struktural seperti
selulosa, hemiselulosa, dan pektin. Menurut Aditama (2006) komponen penting
pada buah apel adalah pektin yang merupakan salah satu jenis serat larut air.
Serat larut air diperlukan bagi penderita diabetes untuk mengontrol kadar gula
darah.
Buah apel mengandung senyawa fenolik dan golongan flavonoid yang
berfungsi sebagai antioksidan yang mampu melindungi tubuh dari berbagai
penyakit yang terkait keberadaan radikal bebas. Jenis antioksidan terbanyak
pada buah apel yaitu yang merupakan senyawa fenolik (Lee et al. 2003). Hasil
28
uji aktivitas antioksidan metode DPPH menunjukkan nilai IC50 puree apel anna
sebesar 3676,28 μg/mL. Semakin tinggi nilai IC50 maka semakin rendah aktivitas
antioksidan pada sampel. Rendahnya tingkat aktivitas antioksidan pada puree
apel anna diduga akibat proses steam blanching. Makanan yang telah
mengalami proses pemasakan memiliki kandungan kuersetin yang lebih rendah.
Proses pemasakan mengakibatkan degradasi oleh panas dan larutnya kuersetin.
Lund (1977) menyatakan bahwa selama proses perebusan, dinding sel dan
membran plasma cepat mengalami kerusakan. Hal ini menyebabkan air
perebusan masuk kedalam dinding sel dan vakuola, kemudian melarutkan
senyawa golongan flavonoid kedalam cairan pengolahan. Sebagian besar
flavonoid berikatan dengan gula sebagai glikosida dan biasanya terdapat dalam
vakuola sel.
4.2 Hardness
Hardness merupakan salah satu parameter yang penting pada tekstur
makanan. Hardness atau tingkat kekerasan merupakan puncak maksimum pada
tekanan pertama atau pada gigitan pertama yang mengakibatkan perubahan
bentuk (deformasi) pada produk. Satuan yang digunakan adalah kg, g atau N
(Indiarto et al., 2012). Parameter hardness pada fruit leather apel anna diukur
menggunakan Digital Force Gauge. Prinsip kerja alat Digital Force Gauge sendiri
yakni semakin tinggi nilai yang tertera pada layar alat maka produk semakin
keras, begitu pula sebaliknya. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan
dapat diketahui bahwa nilai rata-rata tekstur yang dihasilkan fruit leather apel
anna dengan variasi penambahan karagenan dan tepung terigu antara 6,60±0,26
-10,45±0,90 N. Grafik pengaruh konsentrasi karagenan dan tepung terigu
terhadap tekstur fruit leather apel anna ditunjukkan pada Gambar 4.1.
29
Gambar 4.1. Rerata Hardness Fruit Leather Apel Anna Akibat Pengaruh
Konsentrasi Karagenan dan Tepung Terigu
Pada Gambar 4.1. menunjukkan adanya penurunan nilai hardness fruit
leather apel anna seiring peningkatan konsentrasi karagenan dan kenaikan
hardness seiring peningkatan konsentrasi tepung terigu. Hasil analisis ragam
(Lampiran 3.) menunjukkan interaksi antar kedua faktor tidak menunjukkan
pengaruh nyata (α=0,05) terhadap hardness fruit leather apel anna, sedangkan
masing-masing faktor memberikan pengaruh nyata (α=0,05) terhadap hardness
fruit leather apel anna. Rerata hardness fruit leather apel anna akibat perbedaan
konsentrasi karagenan ditunjukkan pada Tabel 4.2.
Tabel 4.2. Rerata Hardness Fruit Leather Apel Anna Akibat Perbedaan
Konsentrasi Karagenan
Konsentrasi Karagenan (%) Rerata Hardness (N) BNT 5%
0
0,5
1
11,37 ± 0,96c
7,99 ± 1,00b
5,61 ± 0,86a
0,57
Keterangan : 1. Setiap angka merupakan rerata 3 kali ulangan
0
2
4
6
8
10
12
14
K1 (0%) K2 (0,5%) K3 (1%)
Kekera
san
(N
)
Karagenan
Tepung Terigu (1%)
Tepung Terigu (2%)
Tepung Terigu (3%)
0
2
4
6
8
10
12
14
K1 (0%) K2 (0,5%) K3 (1%)
Kekera
san
(N
)
Karagenan
Tepung Terigu (1%)
Tepung Terigu (2%)
Tepung Terigu (3%)
30
2. Angka dibelakang simbol ± merupakan standar deviasi 3. Rerata yang disertai notasi huruf berbeda menyatakan beda nyata pada
uji lanjut BNT 5%
Penambahan gelling agent karagenan dengan berbagai konsentrasi
memberikan pengaruh yang nyata terhadap hardness dari fruit leather apel anna.
Semakin tinggi penambahan konsentrasi karagenan menyababkan penurunan
tekstur pada fruit leather apel anna. Karagenan merupakan hidrokoloid yang
potensial sebagai gelling agent, karena sifatnya dapat membentuk gel, stabil,
elastis, dan dapat dapat diperbaharui. Karagenan merupakan turunan rumput
laut yang memiliki kemampuan membentuk gel dan dapat memperbaiki tekstur
pada produk (Sidi et al., 2014). Karagenan mengandung serat pangan tidak larut
yang lebih tinggi sehingga dapat mengikat air dan memerangkap dalam matriks
setelah pembentukan gel karagenan. Pembentukan gel adalah suatu fenomena
penggabungan atau pengikatan silang rantai-rantai polimer. Dalam jumlah yang
cukup rantai polimer yang berikatan silang akan membentuk struktur jala tiga
dimensi yang kontinyu, sehingga air maupun pelarut lain terjebak didalamnya.
Selanjutnya jala ini akan mengimobilisasikan air di dalamnya dan membentuk
struktur gel. Banyaknya air yang terperangkap akan menyebabkan kelembaban
pada produk dan gel yang terbentuk memiliki tekstur yang lunak, sehingga
kemampuan untuk menahan beban lebih rendah. Hal ini sesuai dengan
pernyataan Siregar et al. (2017) yang menyatakan bahwa sifat higroskopis
karagenan yang tinggi mengakibatkan struktur molekul saling berikatan kuat
dengan air. Semakin tinggi pemberian konsentrasi karagenan maka semakin
besar air yang terperangkap pada produk sehingga menyebabkan penurunan
nilai hardness dari produk. Rerata hardness fruit leather apel anna akibat
perbedaan konsentrasi tepung terigu ditunjukkan pada Tabel 4.3.
Tabel 4.3. Rerata Hardness Fruit Leather Apel Anna Akibat Perbedaan
Konsentrasi Tepung Terigu
Konsentrasi Tepung
Terigu (%)
Rerata Hardness (N) BNT 5%
1
2
3
7,43 ± 2,77a
8,33 ± 3,04b
9,21 ± 2,92c
0,57
Keterangan :
1. Setiap angka merupakan rerata 3 kali ulangan 2. Angka dibelakang simbol ± merupakan standar deviasi
31
3. Rerata yang disertai notasi huruf berbeda menyatakan beda nyata pada uji lanjut BNT 5%
Adanya penambahan filler tepung terigu berpengaruh nyata terhadap
hardness pada fruit leather apel anna. Semakin tinggi penambahan konsentrasi
tepung terigu maka hardness fruit leather apel anna semakin meningkat. Hal ini
diduga karena tepung terigu mengandung protein berupa gluten. Protein pada
tepung gandum akan membentuk jaringan yang saling berikatan (continous)
pada adonan. Ketika tepung terigu berinteraksi dengan air, bagian protein yang
mengembang melakukan interaksi hidrofobik dan reaksi pertukaran sulfydryl-
disulfide yang menghasilkan ikatan seperti polimer-polimer. Polimer-polimer ini
kemudian berinteraksi dengan polimer lainnya melalui ikatan hidrogen, ikatan
hidrofobik, dan disulfide cross-linking untuk membentuk seperti lembaran film
(sheet-like film) (Fennema (1996) dalam Fitasari, 2009). Lembaran film (sheet-
like film) yang terbentuk akan memperkuat struktur fruit leather. Selain itu,
adanya proses pemanasan pada proses pembuatan fruit leather apel anna akan
menyebabkan antar molekul-molekul H2O terputus sehingga molekul-molekul
H2O bergerak cepat dan beberapa molekul lainnya keluar dari permukaan dan
menjadi gas (Winarno, 2008). Kehilangan air dalam bahan akan membuat ikatan
antar matriks bahan semakin erat sehingga mempengaruhi hardness (hardness)
pada produk. Jumlah tepung terigu yang tinggi akan membuat makanan menjadi
keras. Hasil ini sejalan dengan penelitian Istinganah et al. (2017) yang
melaporkan bahwa semakin sedikit proporsi tepung terigu yang ditambahkan,
kekerasan produk semakin rendah dan produk semakin mudah di patahkan.
4.3 Tensile Strength
Tensile Strength adalah tarikan maksimal yang dapat dicapai sebelum
produk terputus atau sobek. Uji tensile strength bertujuan mengetahui besarnya
tensile strength dan perpanjangan dari bahan. Nilai tensile strength tersebut
menggambarkan kekuatan tegangan maksimum spesimen untuk menahan gaya
yang diberikan (Marzelly et al., 2017). Pada penelitian ini tensile strength diukur
menggunakan Digital Force Gauge. Tensile strength berhubungan dengan
keplastisan tekstur fruit leather. Fruit leather yang mempunyai kekuatan tarik
tinggi memiliki ketahanan terhadap gaya tarik yang lebih baik sehingga tidak
mudah putus. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat diketahui
bahwa nilai rata-rata tensile strength yang dihasilkan fruit leather apel anna
32
antara 6,22±0,51-12,52±0,70 N. Grafik pengaruh konsentrasi karagenan dan
tepung terigu terhadap tensile strength fruit leather apel anna ditunjukkan pada
Gambar 4.2.
Gambar 4.2 Rerata Tensile Strength Fruit Leather Apel Anna Akibat Pengaruh
Konsentrasi Karagenan dan Tepung Terigu
Pada Gambar 4.2 nilai tensile strength fruit leather apel anna semakin
menurun seiring meningkatnya konsentrasi karagenan dan meningkat seiring
peningkatan konsentrasi tepung terigu. Hasil analisis ragam (Lampiran 4.)
menunjukkan interaksi antar kedua faktor menunjukkan pengaruh nyata (α=0,05)
terhadap tensile strength fruit leather apel anna. Karagenan dapat berinteraksi
dengan molekul bermuatan seperti protein. Menurut Winarno (1990), karagenan
dapat berinteraksi dengan makromolekul bermuatan seperti protein, sehingga
mampu menyebabkan berbagai pengaruh seperti peningkatan viskositas,
pembentukan gel, pengendapan dan stabilisasi. Rerata tensile strength fruit
leather apel anna akibat perbedaan konsentrasi karagenan dan tepung terigu
ditunjukkan pada Tabel 4.4.
0
2
4
6
8
10
12
14
K1 (0%) K2 (0,5%) K3 (1%)
Ku
at
Tari
k (
N)
Karagenan
Tepung Terigu (1%)
Tepung Terigu (2%)
Tepung Terigu (3%)
0
2
4
6
8
10
12
14
K1 (0%) K2 (0,5%) K3 (1%)
Ku
at
Tari
k (
N)
Karagenan
Tepung Terigu (1%)
Tepung Terigu (2%)
Tepung Terigu (3%)
33
Tabel 4.4. Rerata Tensile strength Fruit Leather Apel Anna Akibat Perbedaan
Konsentrasi Karagenan dan Tepung Terigu
Perlakuan Rerata
Tensile strength
(N)
DMRT 5% Konsentrasi
Karagenan (%)
Konsentrasi
Tepung Terigu (%)
0
0,5
1
1
2
3
1
2
3
1
2
3
12,52 ± 0,60h
9,30 ± 0,70ef
10,88 ± 0,56g
5,95 ± 0,52b
7,23 ± 0,49d
9,18 ± 0,74e
5,50 ± 0,54a
5,50 ± 0,49a
6,22 ± 0,51bc
0,78
0,82
0,84
0,86
0,87
0,88
0,89
0,89
-
Keterangan :
1. Setiap angka merupakan rerata 3 kali ulangan 2. Angka dibelakang simbol ± merupakan standar deviasi 3. Rerata yang disertai notasi huruf berbeda menyatakan beda nyata pada
uji lanjut DMRT 5%
Pada Tabel 4.4. diketahui tensile strength fruit leather apel anna tertinggi pada
perlakuan penambahan konsentrasi karagenan 0% dan tepung terigu 1%,
sedangkan nilai tensile strength terendah pada fruit leather apel anna dengan
perlakuan penambahan konsentrasi karagenan 1% dan tepung terigu 1%. Terjadi
interaksi antar dua perlakuan yaitu penambahan karagenan dan penambahan
tepung terigu.
Karagenan merupakan hidrokoloid yang bersifat mudah mengikat air karna
adanya gugus sulfat bermuatan negatif disepanjang rantai polimernya (Santoso,
2007). Semakin tinggi konsentrasi karagenan yang ditambahkan maka jumlah air
yang terikat pada gel karagenan akan semakin banyak. Adanya kandungan air
yang terperangkap dalam produk seiring bertambahnya konsentrasi karagenan
yang ditambahkan membuat antar ikatan tekstur fruit leather apel anna lebih
mudah lepas seiring gaya kuat tarik yang diberikan. Hal ini sesuai dengan
penelitian Widyaningtyas dan Susanto (2015) yang menyatakan semakin tinggi
konsentrasi hidrokoloid yang ditambahkan maka air yang terikat dalam jaringan
akan semakin banyak. Adanya gugus sulfat berhubungan dengan viskositas dan
kekuatan gel. Semakin tinggi sulfat pada produk menyebabkan gaya tolak -
menolak antar ester sulfat yang bermuatan negatif di sepanjang rantai polimer
34
kaku dan tertarik, sehingga molekul air terikat pada molekul karaginan yang
mengakibatkan peningkatan viskositas (Rasyid, 2003). Nilai viskositas
berbanding terbalik dengan kekuatan gel, bila nilai viskositasnya meningkat
terjadi penurunan nilai kekuatan gel. Sehingga semakin banyak karagenan yang
ditambahkan maka kekuatan gel pada fruit leather akan menurun.
Sementara itu penambahan filler tepung terigu pada konsentrasi lebih
tinggi menghasilkan nilai tensile strength yang semakin besar. Sifat yang dimiliki
tepung terigu yaitu mampu membentuk gluten pada sehingga produk berisfat
elastis dan tidak mudah hancur. Protein berupa gluten akan membentuk suatu
jaringan yang bertanggung jawab sebagai komponen yang membentuk
viskoelastik. Gluten pada tepung terigu terbentuk ketika tepung terigu
dicampurkan dengan air. Gluten bermanfaat untuk mengikat dan membuat
adonan menjadi elastis. Gluten merupakan protein utama dalam tepung terigu
yang terdiri dari glutenin dan gliadin. Gluten tersusun dari 30-40% gliadin dan
45% glutenin dari total protein tepung terigu (Zilic, 2011). Glutenin mengandung
lebih banyak lipida dalam bentuk lipoprotein. Glutenin membantu terbentuknya
kekuatan dan kekerasan pada produk. Komponen gliadin lebih lembut dan liat
sehingga mempengaruhi elastisitas produk (Widianarko et al., 2002). Semakin
sedikit kandungan gluten dalam suatu bahan maka akan menyebabkan produk
tidak memiliki sifat elastis sehingga akan mudah putus apabila terjadi tekanan
berupa tarikan atau regangan atau nilai tensile strength rendah. Hal ini sesuai
dengan pendapat Rosalina et al. (2018) yang menyatakan bahwa semakin
sedikit jumlah tepung terigu didalam adonan mie akan mengakibatkan terjadinya
penurunan elastisitas.
4.4 Elongasi
Elongasi menunjukkan perubahan panjang yang terjadi pada ukuran
tertentu panjang spesimen akibat gaya yang diberikan (Stevens 2001).
Perpanjangan putus menentukan elastisitas suatu produk. Semakin tinggi nilai
perpanjangan putus (elongasi), maka semakin elastis sehingga bahan tersebut
dapat ditarik lebih panjang. Pengukuran nilai elogasi menggunakan alat Digital
Force Gauge. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat diketahui
bahwa nilai rata-rata elongasi yang dihasilkan fruit leather apel anna dengan
variasi penambahan karagenan dan tepung terigu yaitu 8,61-12,78%. Grafik
35
pengaruh konsentrasi karagenan dan tepung terigu terhadap elongasi fruit
leather apel anna ditunjukkan pada Gambar 4.3.
Gambar 4.3 Rerata Elongasi Fruit Leather Apel Anna Akibat Pengaruh
Konsentrasi Karagenan dan Tepung Terigu Pada Gambar 4.3 menunjukkan bahwa semakin tinggi konsentrasi
karagenan maka nilai elongasi semakin rendah, sehingga fruit leather yang
dihasilkan semakin tidak elastis. Semakin tinggi penambahan jumlah tepung
terigu semakin memperkeras tekstur fruit leather yang mengakibatkan
peningkatan elastisitas. Hasil analisis ragam (Lampiran 5.) menunjukkan bahwa
interaksi antara penambahan karagenan dan tepung terigu berpengaruh nyata
(α=0,05) terhadap nilai elongasi fruit leather apel anna. Rerata tensile strength
fruit leather apel anna akibat perbedaan konsentrasi karagenan dan tepung
terigu ditunjukkan pada Tabel 4.5.
Tabel 4.5. Rerata Elongasi Fruit Leather Apel Anna Akibat Perbedaan
Konsentrasi Karagenan dan Tepung Terigu
Perlakuan Rerata Elongasi (N) DMRT
0
2
4
6
8
10
12
14
K1 (0%) K2 (0,5%) K3 (1%)
Elo
ng
asi (%
)
Karagenan
Tepung Terigu (1%)
Tepung Terigu (2%)
Tepung Terigu (3%)
0
2
4
6
8
10
12
14
K1 (0%) K2 (0,5%) K3 (1%)
Elo
ng
asi (%
)
Karagenan
Tepung Terigu (1%)
Tepung Terigu (2%)
Tepung Terigu (3%)
36
Konsentrasi
Karagenan (%)
Konsentrasi
Tepung Terigu (%)
5%
0
0,5
1
1
2
3
1
2
3
1
2
3
12,22 ± 0,48ef
10,28 ± 0,48cd
12,78 ± 0,48fg
8,61 ± 0,48a
10,00 ± 0,83bc
12,22 ± 0,48ef
8,61 ± 0,48a
9,17 ± 0,83ab
11,67 ± 0,83e
1,14
1,19
1,23
1,25
1,27
1,28
1,29
1,30
-
Keterangan : 1. Setiap angka merupakan rerata 3 kali ulangan 2. Angka dibelakang simbol ± merupakan standar deviasi 3. Rerata yang disertai notasi huruf berbeda menyatakan beda nyata pada
uji lanjut DMRT 5%
Pada Tabel 4.5 diketahui elongasi fruit leather apel anna tertinggi pada
perlakuan penambahan konsentrasi karagenan 0% dan tepung terigu 3%,
sedangkan nilai elongasi terendah pada fruit leather apel anna pada perlakuan
penambahan konsentrasi karagenan 0,5% dan tepung terigu 0,1%. Terjadi
interaksi antar dua perlakuan yaitu penambahan karagenan dan penambahan
tepung terigu.
Karagenan mempunyai gugus (-OH) yang dapat bergabung dengan
molekul-molekul air melalui ikatan hidrogen (Rini, 2008). Kondisi tersebut
menyebabkan gel mengandung air yang cukup besar, sehingga tekstur gel yang
dimiliki lebih lunak. Rendahnya nilai elongasi dapat disebabkan karena
peningkatan penambahan proporsi kappa karagenan sehingga mengakibatkan
peningkatan kekakuan gel. Kondisi tersebut disebabkan karena jumlah agregat
yang terbentuk berupa jala-jala memiliki ikatan yang sangat kuat sehingga
mengakibatkan tekstur gel menjadi keras dan rigid. Hal tersebut menyebabkan
elastisitas gel semakin rendah karena gel semakin mengkerut dan mudah pecah
atau hancur. Hal ini sesuai dengan pernyataan Marzelly et al. (2017) bahwa
penggunaan kappa karagenan dapat menurunan elastisitas produk.
Penambahan tepung terigu sebagai filler dalam pembuatan fruit leather
apel meningkatkan elongasi fruit leather apel anna. Semakin tinggi konsentrasi
tepung terigu yang digunakan akan membuat elongasi fruit leather apel ana
semakin tinggi. Elongasi pada fruit leather apel anna dipengaruhi oleh
kandungan gluten pada bahan, proporsi amilosa dan amilopektin didalam fruit
37
leather. Kandungan amilosa tepung terigu 28% dan amilopektin sebesar 72%.
Amilosa bersifat mudah menyerap dan melepas air, sedangkan amilopektin sulit
menyerap air namun air akan tertahan bila sudah terserap (Akubor, 2003).
Gluten akan berikatan dengan komponen pati dan membentuk struktur yang kuat
sehingga nilai tensile strength meningkat. Saat tergelatinisasi gluten dapat
berikatan dengan pati membentuk matrik yang lebih kuat. Pada saat proses
pemasakan terjadi gelatinisasi pati dan koagulasi gluten, sehingga terjadi
dehidrasi air dari gluten yang menyebabkan tekstur menjadi kenyal. Oleh karena
itu, semakin banyak kandungan gluten dalam fruit leather maka akan
menyebabkan fruit leather memiliki sifat yang elastis sehingga tidak akan mudah
putus apabila diberi tekanan berupa tarikan atau regangan. Pengukuran tensile
strength pada umumnya diikuti dengan pengukuran perpanjangan putus
(elongasi). Dimana nilai elongasi berbanding lurus dengan tensile strength. Hal
ini sesuai dengan pernyataan Tethool (2011) bahwa semakin tinggi nilai tensile
strength, maka sifat semakin kompak sehingga elongasi mengalami kenaikan.
4.5 Warna
Penentuan mutu produk pangan umumnya sangat bergantung pada
beberapa faktor antara lain rasa, warna, tekstur dan nilai gizinya. Akan tetapi,
sebelum faktor lain dipertimbangkan, faktor warna merupakan karakter visual
yang sangat menentukan (Winarno, 2004 dalam Larasati 2017). Warna
merupakan salah satu atribut penting dalam penerimaan suatu produk. Secara
visual faktor warna tampil lebih dahulu dan kadang-kadang sangat menentukan.
Untuk mendapatkan mutu fruit leather apel anna yang baik perlu penentuan
kematangan buah dengan tingkat kematangan sedang. Pengukuran warna pada
fruit leather apel anna dilakukan dengan menggunakan alat berupa color reader.
Dalam pengukuran warna terdapat tiga parameter antara lain kecerahan (L),
derajat kemerahan (a*) dan derajat kekuningan (*b). Semakin tinggi nilai L*
menunjukkan derajat kecerahan semakin tinggi. Axis a* menunjukkan intensitas
warna merah (+) atau hijau (-). Axis b* menunjukkan intensitas warna kuning (+)
atau biru (-).
Tabel 4.6. Rerata Nilai Kecerahan (L*), Nilai Kemerahan (a*), dan Nilai
Kekuningan (b*) Fruit Leather Apel Anna Akibat Interaksi Karagenan dan Tepung
Terigu
Perlakuan L* a* b*
38
Konsentrasi
Karagenan
(%)
Tepung
Terigu (%)
0
0,5
1
1
2
3
1
2
3
1
2
3
68,59 ± 0,59b
68,16 ± 0,12ab
68,08 ± 0,14ab
68,57 ± 0,31b
68,32 ± 0,35ab
68,27 ± 0,23ab
68,58 ± 0,08b
68,00 ± 0,23a
68,26 ± 0,33ab
-0,78 ± 0,02a
-0,88 ± 0,02a
-0,77 ± 0,09a
-1,01 ± 0,26a
-0,86 ± 0,10a
-0,74 ± 0,05a
-0,79 ± 0,13a
-0,70 ± 0,03a
-0,72 ± 0,10a
18,41 ± 0,53b
18,10 ± 0,45ab
18,17 ± 0,39ab
18,41 ± 0,39b
18,38 ± 0,23b
17,98 ± 0,04ab
18,37 ± 0,24b
18,11 ± 0,42ab
17,80 ± 0,41a
Keterangan : 1. Setiap angka merupakan rerata 3 kali ulangan 2. Angka dibelakang simbol ± merupakan standar deviasi 3. Rerata yang disertai notasi huruf berbeda menyatakan beda nyata pada
uji lanjut DMRT 5%
4.5.1 Nilai L*
Nilai L* atau Lightness merupakan derajat kecerahan dari produk. Nilai L
memiliki kisaran nilai dari 0 sampai 100. Nilai L* menyatakan cahaya pantul yang
menghasilkan warna akromatik putih, abu-abu dan hitam. Nilai L yang mendekati
100 menunjukkan bahwa sampel yang dianalisis memiliki tingkat kecerahan
tinggi (putih), sedangkan nilai L* yang mendekati nol menunjukkan sampel
memiliki kecerahan rendah (hitam) (Setianingtias, 2005).
Hasil analisis ragam (Lampiran 6.) menunjukkan interaksi antar kedua
faktor tidak memiliki pengaruh nyata (α=0,05) terhadap kecerahan fruit leather
apel anna. Sedangkan penambahan tepung terigu secara mandiri memberikan
pengaruh nyata (α=0,05) terhadap kecerahan fruit leather apel anna.
Berdasarkan Tabel 4.6. dapat diketahui bahwa nilai L* fruit leather pada
penelitian ini menunjukkan tingkat kecerahan yang cukup tinggi. Rerata nilai
kecerahan (L*) adalah 68,00 ± 0,23 - 68,59 ± 0,59. Semakin banyak
penambahan tepung terigu akan menyebabkan kecerahan fruit leather apel anna
semakin menurun. Hal ini diduga karena adanya pembentukan warna yang lebih
gelap yang disebabkan oleh proses karamelisasi dan reaksi maillard karena
proses pemanasan. Reaksi pencoklatan pada reaksi Mailard merupakan urutan
peristiwa yang dimulai dengan reaksi gugus amino pada asam amino, peptida,
atau protein dengan gugus hidroksil glikosidik pada gula, yang diakhiri dengan
39
polimerisasi nitrogen membentuk komponen berwarna gelap atau melanoidin,
yang menyebabkan perubahan warna pada produk, yaitu produk akan menjadi
kecoklatan (Winarno, 2004 dalam Asmaraningtyas, 2014). Penambahan
karagenan secara mandiri tidak memberikan pengaruh terhadap kecerahan fruit
leather apel anna. Hal ini disebabkan oleh karagenan tidak memiliki pigmen
warna. Sebelum dilarutkan karagenan berwarna putih kekuningan, kemudian
setelah dilarutkan dengan air panas karagenan akan larut dan membentuk gel
transparan. Hal ini didukung oleh penelitian Ardanti et al. (2017) dimana
penambahan konsentrasi karagenan dalam pembuatan fruit leather nanas tidak
memberikan pengaruh yang nyata terhadap warna. Menurut Estiasih dan Ahmadi
(2009) penggunaan karagenan kurang dari 1% tidak mempengaruhi perubahan
warna pada suatu produk. Konsentrasi karagenan lebih dari 3% akan
menimbulkan perubahan warna kecoklatan pada suatu produk. Pengolahan fruit
leather dengan menggunakan beberapa jenis hidrokoloid seperti bubuk
karagenan, CMC, gum arab dan agar-agar bubuk tidak mempengaruhi rasa dan
tidak mempengaruhi warna (Lestari, 2018).
4.5.2 Nilai a* (Kemerahan)
Nilai a* menyatakan warna kromatik campuran merah sampai hijau. Nilai
+a* (positif) dari 0 sampai +80 untuk warna merah dan nilai –a* (negatif)
mempunyai kisaran nilai dari -80 sampai 0 untuk warna hijau. Ketika nilai a*
semakin meningkat maka perubahan warna akan cenderung menuju ke merah
dan begitupun sebaliknya (Suyatma 2009). Berdasarkan Tabel 4.6. fruit leather
apel anna memiliki tingkat kemerahan antara -0,70 ± 0,03 hingga -1,01 ± 0,26.
Hasil analisis ragam (Lampiran 6.) menunjukkan interaksi antar kedua
faktor tidak berpengaruh nyata (α=0,05) terhadap nilai kemerahan fruit leather
apel anna dan masing-masing faktor juga tidak memberikan pengaruh nyata
(α=0,05) terhadap nilai kemerahan fruit leather apel anna. Penambahan
karagenan tidak memberikan pengaruh terhadap nilai kemerahan fruit leather
apel anna. Karagenan merupakan hidrokoloid yang dijual secara komersil dalam
bentuk bubuk kering dengan warna putih kekuningan. Karagenan tidak memiliki
pigmen warna, sehingga setelah dilarutkan dengan air panas karagenan
membentuk gel transparan (Wibisono, 2010). Penambahan tepung terigu juga
tidak memberikan pengaruh terhadap nilai kemerahan fruit leather apel anna.
Tepung terigu memengandung pigmen yang disebut dengan karetenoid. Jumlah
40
karetenoid dalam tepung terigu sangat sedikit. Karotenoid memberikan warna
kuning, jingga hingga merah pada bahan pangan (Maleta et al., 2018). Untuk
menghasilkan mutu baik, dalam proses pengolahannya tepung terigu dibiarkan
selama lebih kurang enam minggu. Selama masa pemeraman tersebut pigmen
karotenoid akan teroksidasi sehingga akan diperoleh tepung terigu yang
berwarna putih. Proses pemeraman dapat dipercepat dengan melakukan
penambahan zat pemucat yang bersifat oksidator. Ikatan rangkap dalam
karotenoid, yaitu xantofil akan dioksidasi. Degradasi pigmen karotenoid
menghasilkan senyawa yang tidak berwarna (Winarno, 2002). Buah apel anna
sendiri tidak mengandung pigmen warna merah, sehingga nilai kemerahan (a*)
pada fruit leather cenderung ke arah negatif.
4.5.3 Nilai b* (Kekuningan)
Nilai b* merupakan perwakilan warna kromatik biru dan kuning. Nilai +b*
(positif) dari 0 sampai +70 untuk warna kuning dan nilai –b* (negatif) dari 0
sampai -70 untuk warna biru. Semakin tinggi nilai yang diperoleh artinya semakin
tinggi pula tingkat warna kekuningan pada produk (Suyatma 2009). Berdasarkan
Tabel 4.6. tingkat kekuningan fruit leather apel anna berkisar antara 17,80 ±
0,41 hingga 18,41 ± 53. Hasil analisis ragam (Lampiran 6.) menunjukkan
interaksi antar kedua faktor tidak memiliki pengaruh nyata (α=0,05) terhadap
kadar air fruit leather apel anna, sedangkan penambahan tepung terigu secara
mandiri memberikan pengaruh nyata (α=0,05) terhadap nilai kekuningan fruit
leather apel anna.
Sebagian besar komponen dari tepung terigu adalah pati. Menurut Tee
(2017) penambahan pati dalam konsentrasi rendah akan menghasilkan sistem
gel yang cenderung transparan. Pati dalam konsentrasi tinggi akan
menghasilkan kenampakan yang lebih buram. Hal ini disebabkan karena granula
pati mampu mengabsorbsi air lebih banyak sehingga semakin banyak cahaya
yang menembus pati. Warna kuning pada fruit leather sendiri didapatkan secara
alami dari daging buah apel anna yang memiliki warna yang putih kekuningan.
Penambahan gelling agent karagenan tidak memiliki warna sehingga tidak
mempengaruhi warna fruit leather apel anna. Gabungan nilai a rendah dan b
tinggi menunjukkan warna kuning cerah (Rosmisari, 2006).
4.6 Kadar Air
41
Kadar air didefinisikan sebagai persentase banyaknya air yang
terkandung dalam bahan. Kadar air juga merupakan salah satu karakteristik yang
sangat penting pada bahan pangan yang juga berpengaruh terhadap tekstur
suatu produk pangan. Kadar air sangat erat kaitannya dengan aktivitas air (Aw)
dalam bahan terhadap daya simpan pangan. Kadar air yang tinggi
mengakibatkan mudahnya bakteri, kapang, dan khamir untuk berkembang biak,
sehingga umur simpan dari suatu produk menjadi pendek (Belitz et al, 2009
dalam Levina dan Vita, 2017). Kadar air yang terlalu banyak pada adonan leather
akan menghasilkan produk yang terlalu lunak. Grafik pengaruh konsentrasi
karagenan dan tepung terigu terhadap kadar air fruit leather apel anna
ditunjukkan pada Gambar 4.4.
Gambar 4.4. Rerata Kadar Air Fruit Leather Apel Anna Akibat Pengaruh Konsentrasi Karagenan dan Tepung Terigu
0
2
4
6
8
10
12
14
K1 (0%) K2 (0,5%) K3 (1%)
Kad
ar
Air
(%
)
Karagenan
Tepung Terigu (1%)
Tepung Terigu (2%)
Tepung Terigu (3%)
0
2
4
6
8
10
12
14
K1 (0%) K2 (0,5%) K3 (1%)
Kad
ar
Air
(%
)
Karagenan
Tepung Terigu (1%)
Tepung Terigu (2%)
Tepung Terigu (3%)
42
Kadar air fruit leather apel anna mengalami perubahan setelah
penambahan karagenan dan tepung terigu disertai proses pengeringan. Pada
Gambar 4.4. menunjukkan adanya kenaikan kadar air fruit leather apel anna
seiring penambahan konsentrasi karagenan dan penurunan kadar air seiring
meningkatnya konsentrasi tepung terigu. Pengukuran terhadap kadar air fruit
leather apel anna menunjukkan hasil antara 10,50 ± 0,60% sampai dengan 12,28
± 0,34%. Kadar air tertinggi terdapat pada perlakuan K3T1 (karegenan 1%,
tepung terigu 1%), sedangkan kadar air terendah terdapat pada perlakuan K1T3
(karegenan 0%, tepung terigu 3%). Kadar air pada fruit leather apel anna
diperoleh dari puree apel anna dan tepung terigu yang ditambahkan dengan
konsentrasi berbeda. Semakin banyak kadar tepung terigu yang ditambahkan
semakin sedikit kadar air yang dihasilkan. Hal ini karena kadar air tertinggi pada
bahan utama fruit leather terdapat pada puree apel anna daripada tepung terigu,
sehingga semakin meningkat taraf penambahan tepung semakin berkurang
kadar air fruit leather apel anna. Hasil analisis ragam (Lampiran 7.)
menunjukkan interaksi antar kedua faktor tidak memiliki pengaruh nyata (α=0,05)
terhadap kadar air fruit leather apel anna, sedangkan masing-masing faktor
memberikan pengaruh nyata (α=0,05) terhadap kadar air fruit leather apel anna.
Rerata kadar air fruit leather apel anna akibat perbedaan konsentrasi karagenan
ditunjukkan pada Tabel 4.7.
Tabel 4.7. Rerata Kadar Air Fruit Leather Apel Anna Akibat Perbedaan
Konsentrasi Karagenan
Konsentrasi Karagenan (%) Rerata Kadar Air (%) BNT 5%
0
0,5
1
10,63 ± 0,11a
11,32 ± 0,38b
11,71 ± 0,57b
0,52
Keterangan : 1. Setiap angka merupakan rerata 3 kali ulangan 2. Angka dibelakang simbol ± merupakan standar deviasi 3. Rerata yang disertai notasi huruf berbeda menyatakan beda nyata pada
uji lanjut BNT 5%
Pada Tabel 4.2 dapat diketahui bahwa rerata kadar air tertinggi adalah 11,71
± 0,57% pada perlakuan penambahan konsentrasi karagenan 1% dan rerata
kadar air terendah sebesar 10,63 ± 0,11% pada perlakuan penambahan
43
konsentrasi karagenan 0%. Kadar air yang meningkat disebabkan karena
adanya penambahan konsentrasi karagenan yang semakin tinggi. Semakin tinggi
konsentrasi karagenan yang ditambahkan pada pembuatan fruit leather apel
anna, maka kadar air yang terkandung dalam bahan semakin meningkat.
Karagenan memiliki sifat emulsifier dan stabilizer yang berfungsi sebagai
pembentuk gel. Karagenan akan mengikat air yang sangat besar dan
mengakibatkan jumlah air bebas dalam gel juga meningkat. karagenan yaitu
dapat menahan air dengan baik, sehingga menyebabkan jumlah air yang
diuapkan lebih sedikit dan kandungan air dalam produk lebih banyak. Hal ini
sesuai dengan penelitian Ardianti et al. (2014) bahwa penambahan karagenan
pada produk pangan dapat menyerap air sehingga menghasilkan tekstur yang
kompak dan meningkatkan daya ikat air. Karagenan memiliki gugus sulfat yang
dapat mengikat air. Kandungan gugus sulfat yang berada pada karagenan
bermuatan negatif disepanjang rantai polimernya dan bersifat hidrofilik yang
dapat mengikat air atau gugus hidroksil lainnya (Santoso, 2007). Semakin tinggi
konsentrasi karagenan yang ditambahkan menyebabkan kadar air fruit leather
apel anna semakin besar karena adanya pengaruh terhadap air yang terikat.
Rerata kadar air fruit leather apel anna akibat perbedaan konsentrasi tepung
terigu ditunjukkan pada Tabel 4.8.
Tabel 4.8. Rerata Kadar Air Fruit Leather Apel Anna Akibat Perbedaan
Konsentrasi Tepung Terigu
Konsentrasi Tepung
Terigu (%)
Rerata Kadar Air (%) BNT 5%
1
2
3
11,54 ± 0,11b
11,27 ± 0,38ab
10,84 ± 0,57a
0,52
Keterangan : 1. Setiap angka merupakan rerata 3 kali ulangan 2. Angka dibelakang simbol ± merupakan standar deviasi 3. Rerata yang disertai notasi huruf berbeda menyatakan beda nyata pada
uji lanjut BNT 5%
Pada Tabel 4.2 dapat diketahui bahwa rerata kadar air tertinggi adalah 11,54 ±
0,11% pada perlakuan penambahan konsentrasi tepung terigu 1% dan rerata
44
kadar air terendah sebesar 10,84 ± 0,57% pada perlakuan penambahan
konsentrasi tepung terigu 3%.
Semakin banyak penambahan tepung terigu akan menyebabkan kadar air
fruit leather apel anna semakin menurun. Hal ini karena dengan semakin banyak
penambahan tepung terigu maka kandungan padatannya semakin banyak
sehingga kadar airnya semakin menurun. Tepung terigu merupakan hasil dari
proses penggilingan gandum (T. sativum) yang mengandung banyak zat pati.
Pati dalam tepung terigu akan mengikat air, sehingga dengan bertambahnya
konsentrasi tepung terigu, maka air yang diikat akan semakin banyak. Namun air
yang terikat dalam pati tidak akan terikat secara kuat dan lebih mudah diuapkan
melalui proses pengeringan, sehingga semakin tinggi kandungan tepung terigu
proses pengeringan akan menjadi semakin cepat (Sudarmadji et al., 1996 dalam
Arief, 2008). Semakin tinggi pelepasan air maka kadar air fruit leather apel anna
yang dihasilkan semakin kecil dan sebaliknya semakin rendah proses pelepasan
air pada fruit leather apel anna, nilai kadar airnya semakin tinggi.
4.7 Penentuan Perlakuan Terbaik
Penentuan perlakuan terbaik fruit leather apel anna dilakukan berdasarkan
karakteristik fisik menggunakan metode Desirability Function. Metode Desirability
Function merupakan metode optimasi multi respon yang mengkonversi nilai
respon menjadi fungsi individual desirability yang bernilai 0 sampai dengan 1 (0
≤d ≤ 1). Nilai ini menunjukkan tingkat kedekatan respon terhadap targetnya.
Konversi nilai respon menggunakan batasan nilai spesifikasi masing-masing
respon. Fungsi d merupakan individual desirability function. Respon yang sangat
dekat dengan nilai target memiliki nilai desirability 1 (d=1). Sedangkan untuk
respon yang berada jauh dari target maka nilai desirabilitynya 0 (d=0)
(Malenovic et al., 2011). Masing-masing individual desirability function kemudian
digabungkan menggunakan geometrical mean menjadi composite desirability
function.
Standart mutu fruit leather di Indonesia maupun di luar negeri masih belum
beredar sehingga pada penelitian ini produk fruit leather akan dibandingkan
dengan produk komersial untuk melihat kemiripan tekstur. Produk komersial yang
digunakan sebagai pembanding adalah umeboshi no sheet, dengan bahan dasar
buah plum. Umeboshi no sheet diproduksi oleh iFactory Jepang, dibuat dari buah
plum yang dihancurkan dan dipisahkan dari bijinya, kemudian ditambahkan gula
45
dan garam yang selanjutnya diawetkan dengan cara dikeringkan. Parameter fisik
digunakan sebagai respon untuk menentukan perlakuan terbaik. Parameter fisik
dipilih karena fruit leather yang dihasilkan dalam penelitian ini memiliki kemiripan
tekstur dengan produk komersial. Parameter fisik yang digunakan meliputi
hardness, tensile strength, dan elongasi.
Tabel 4.9. Hasil Konversi Respon Kedalam Individual Desirability Function
Perlakuan d1 d2 d3 D Rank
K1T1 0,21 0,79 0,88 0,53 5
K1T2 0,12 0,59 0,74 0,38 8
K1T3 0,00 0,69 0,92 0,00 9
K2T1 0,62 0,38 0,62 0,52 6
K2T2 0,43 0,46 0,72 0,52 7
K2T3 0,41 0,58 0,88 0,60 2
K3T1 0,82 0,35 0,62 0,56 4
K3T2 0,80 0,35 0,66 0,57 3
K3T3 0,64 0,39 0,84 0,60 1
Keterangan: d1 = individual desirability function hardness d2 = individual desirability function tensile strength d3 = individual desirability function elongasi D = composite desirability function
Berdasarkan hasil perhitungan fruit leather apel anna dengan penambahan
konsentrasi karagenan 1% dan penambahan tepung terigu 3% ditentukan
sebagai perlakuan terbaik. Nilai masing-masing parameter fisik untuk perlakuan
terbaik dibandingkan dengan kontrol yaitu produk fruit leather komersial. Data
yang telah diperoleh dianalisis secara statistik dengan T Test pada taraf
signifikansi 5%. Perangkat lunak yang digunakan untuk analisis statistik adalah
Minitab versi 17. Perbandingan masing-masing parameter fisik antara perlakuan
terbaik dan kontrol atau produk fruit leather komersial dapat dilihat pada Tabel
4.10.
Tabel 4.10. Karakteristik Fisik Fruit Leather Apel Anna Perlakuan Terbaik dan
Produk Komersial “Umeboshi no sheet iFactory”
Karakteristik Fisik Fruit Leather
Apel Anna
Produk
Komersial P - value
Hardness (N)
Tensile Strength (N)
Elongasi (%)
6,60
6,22
11,67
3,4
15,86
13,85
0,002
0,001
0,045
46
Produk komersial memiliki karakteristik padat, kering, lunak dan mudah
hancur. Komposisi produk komersial terdiri dari buah plum, gula (gula, fructose
glucose liquid sugar), garam, pati, pemanis, (aspartame, L-phenylalanine
compound, stevia), acidulant, seasoning (asam amino), sorbitol, dan pewarna
(anthocyanins, carotenoids). Fruit leather apel anna memiliki karakteristik
kompak, kering, sedikit kenyal dan elastis. Komposisi fruit leather apel anna
terdiri dari puree apel anna, gula pasir, karagenan dan tepung terigu. Jika
dibandingkan dengan produk komersial yaitu Umeboshi no sheet iFactory
berdasarkan Uji T (T-test) terhadap nilai hardness diketahui adanya perbedaan
yang signifikan terhadap produk komersial dengan nilai p 0,002 (<0,05). Fruit
leather apel anna perlakuan terbaik memiliki nilai hardness yang lebih tinggi
dibandingkan produk komersial. Protein pada tepung terigu yang ditambahkan
pada adonan fruit leather membentuk lembaran film (sheet-like film) yang
memperkuat struktur fruit leather, sehingga gaya yang yang dibutuhkan untuk
mencapai deformasi produk lebih besar.
Meskipun sama-sama memilki sifat yang elastis, berdasarka uji T (T-test)
nilai tensile strength dan elongasi memiliki perbedaan yang signifikan terhadap
produk komersial dengan nilai p 0,001 (<0,05) dan 0,045 (<0,05). Nilai tensile
strength berkaitan dengan nilai elongasi. Tensile strength merupakan tarikan
maksimum yang dapat dicapai sebelum produk putus dan representasi
regangann atau persentase perpanjangannya disebut dengan elongasi. Semakin
tinggi nilai tensile strength suatu produk maka elongasinya akan semakin besar.
Berdasarkan Tabel 4.10 fruit leather apel anna perlakuan terbaik memiliki nilai
tensile strength dan elongasi yang lebih rendah dibandingkan produk komersial.
Hal tersebut disebabkan oleh penambahan karagenan ke dalam adonan fruit
leather apel anna yang menyebabkan terikatnya air dalam jaringan. Semakin
banyak karagenan yang ditambahkan maka kekuatan gel pada fruit leather akan
menurun, sehingga ikatan antar molekul pada fruit leather apel anna lebih mudah
putus seiring gaya yang diberikan. Sementara itu pada komposisi produk
komersial tercantum adanya acidulant yang merupakan zat pengasam. Adanya
asam, pektin pada lapisan kulit buah plum dan gula dalam jumlah yang cukup
dapat membentuk struktur gel yang baik, sehingga ikatan antar molekul pada
produk komersial tidak mudah putus seiring gaya yang diberikan. Adapun
beberapa faktor lain yang dapat menyebabkan perbedaan karakteristik fisik
antara fruit leather apel anna perlakuan terbaik dan produk komersial
47
diantaranya yaitu bahan baku, penambahan bahan lain, proses pengolahan serta
penggunaan suhu pada saat proses pengeringan.
4.8 Karakteristik Fisikokimia Fruit Leather Perlakuan Terbaik
Tabel 4.11. Komposisi Kimia dan Karakteristik Fisik Fruit Leather Apel Anna
Perlakuan Terbaik
Karakteristik Kimia Fruit Leather
Apel Anna
Kadar Air (%)
Kadar Abu (%)
Kadar Lemak (%)
Kadar Protein (%)
Karbohidrat (%)
Serat kasar (%)
Aktivitas Antioksidan IC50 (μg/mL)
Hardness (N)
Tensile Strength (N)
Elongasi (%)
10,99 ± 0,29
0,32 ± 0,02
2,25 ± 0,07
0,72 ± 0,05
85,72
3,47 ± 0,228
5771,30 ± 113,38
6,60 ± 0,26
6,22 ± 0,51
11,67 ± 0,83
Keterangan : 1. Setiap angka merupakan rerata 3 kali ulangan 2. Angka dibelakang simbol ± merupakan standar deviasi
Pada Tabel 4.11. menunjukkan kadar air pada fruit leather apel anna
perlakuan terbaik sebesar 10,99 ± 0,29%. Kadar air dalam suatu produk pangan
berpengaruh pada umur simpan suatu produk dan juga tekstur. Rendahnya
kadar air pada fruit leather apel anna dapat disebabkan oleh proses pengeringan
pada suhu 60oC selama 5 jam. Proses pengeringan menyebabkan air didalam
fruit leather apel anna menguap. Semakin tinggi suhu dan semakin lama waktu
pengeringan menyebabkan semakin banyak air yang diuapkan sehingga kadar
air yang diperoleh semakin rendah. Semakin tinggi suhu dan lama waktu
pengeringan maka semakin besar energi panas yang dibawa udara sehingga
jumlah massa cairan yang diuapkan dari permukaan manisan kering apel anna
semakin banyak. Hal ini sesuai dengan pernyataan Shabrina dan Wahono
(2017), yang menyatakan semakin tinggi suhu dan lama pengeringan maka
kemampuan bahan untuk melepaskan molekul air dari permukaannya akan
semakin besar, sehingga menyebabkan kadar air semakin rendah.
Abu ialah residu zat organik hasil dari pembakaran suatu bahan organik. Uji
kadar abu bertujuan untuk mengetahui kandungan mineral dalam suatu bahan
48
pangan. Walaupun hanya dalam jumlah yang sedikit, mineral sangat diperlukan
oleh. Hasil analisis kadar abu menunjukkan bahwa kandungan abu dalam fruit
leather apel anna perlakuan terbaik sebesar 0,32 ± 0,02%. Secara umum
sayuran dan buah-buahan merupakan sumber berbagai vitamin, mineral, dan
serat pangan. Sebagian mineral yang terkandung dalam sayuran dan buah
buahan berperan untuk membantu proses-proses metabolisme di dalam tubuh,
(Departemen Kesehatan RI, 2017).
Lemak merupakan komponen organik yang memiliki sifat hidrofobik.
Berdasarkan sumbernya, lemak dibagi menjadi dua jenis yaitu lemak nabati dan
lemak hewani. Lemak yang berasal dari buah-buahan tergolong dalam lemak
nabati. Hasil pengujian analisis kadar lemak terhadap fruit leather apel anna
perlakuan terbaik menunjukkan nilai sebasar 2,25 ± 0,07%. Adanya penambahan
tepung terigu diduga berpengaruh terhadap peningkatan kadar lemak pada fruit
leather apel anna. Selain itu tingginya kadar lemak pada fruit leather apel anna
dapat disebabkan oleh proses pengeringan yang menyebabkan kadar air dalam
produk menjadi rendah, sehingga kadar lemak meningkat. Hal sesuai dengan
penelitian Ikhsan et al. (2016), dimana semakin tinggi suhu yang digunakan pada
proses pengeringan akan menyebabkan kandungan lemak yang ada pada bahan
semakin meningkat dan kandungan air yang semakin menurun.
Protein merupakan suatu makromolekul yang sangat penting bagi tubuh.
Protein mengandung unsur C, H, O dan N yang tidak dimiliki oleh lemak atau
karbohidrat. Protein berfungsi sebagai zat pembangun yang dibutuhkan untuk
pertumbuhan tulang dan otot. Kadar protein fruit leather apel anna perlakuan
terbaik sebesar 0,72 ± 0,05%. Penambahan tepung terigu diharapkan dapat
meningkatkan kadar protein dalam fruit leather apel anna. Tepung terigu
mengandung protein dalam bentuk gluten. Namun hasil analisis menunjukkan
bahwa kadar protein fruit leather apel anna sangat rendah. Penentuan kadar
protein dilakukan dengan metode Kjeldahl, meliputi proses destruksi, destilasi
dan titrasi. Prinsipnya jumlah nitrogen (N) total dinyatakan sebagai representasi
jumlah protein atau sering disebut sebagai kadar protein kasar (crude protein).
Rendahnya kadar protein diduga karena proses destruksi yang kurang maksimal.
Pada tahap destruksi sampel dipanaskan dalam asam sulfat pekat. Penambahan
asam sulfat pekat berfungsi untuk membebasan amoniak menjadi ammonium
sulfat. Proses destruksi yang tidak maksimal akan menyisakan partikel padat
yang masih mengandung nitrogen. Selain itu tahap titrasi juga diduga menjadi
49
faktor rendahnya protein pada fruit leather apel ana. Titik akhir titrasi dihentikan
sampai larutan berubah dari hijau kekuningan kembali ke warna awal (merah
muda). Perubahan warna dukur secara kualitatif sehingga titrasi yang tidak tepat,
dapat terlalu berlebihan atau kekurangan yang berpengaruh terhadap volume
HCl yang digunakan untuk titrasi, sehingga mempengaruhi hasil perhitungan
kadar protein kasar.
Karbohidrat merupakan sumber energi utama bagi tubuh. Karbohidrat
terdiri dari unsur karbon, hidrogen, dan oksigen. Analisis karbohidrat dilakukan
secara by difference dengan cara mencari selisih 100 gram dari total seluruh
hasil analisis proksimat yang meliputi kadar air, abu, lemak dan protein. Kadar
karbohidrat pada fruit leather apel anna perlakuan terbaik yang sebesar 85,72%.
Besarnya kandungan karbohidrat pada fruit leather apel anna dipengaruhi oleh
komponen-komponen lain dan kadar air. Proses pengeringan yang dilakukan
akan menyebabkan hilangnya air pada fruit leather apel anna akibat adanya
penguapan, sehingga total karbohidrat akan meningkat. Selain itu penambahan
tepung terigu dan gula juga berkontribusi dalam meningkatkan karbohidrat. Gula
merupakan suatu karbohidrat sederhana yang umumnya dihasilkan dari tebu.
Sedangkan tepung terigu merupakan bahan makanan yang berasal dari gandum.
Gandum mengandung karbohidrat kompleks (Sihotang et al., 2015).
Serat merupakan residu sel tanaman yang tidak dapat dihidrolisis oleh
enzim pencernaan manusia. Serat mampu mengikat air,selulosa dan pektin
sehingga mempercepat sekresi sisa-sisa makanan melalui saluran pencernaan.
Analisis yang dilakukan pada penellitian ini adalah analisis serat kasar metode
gravimetri. Serat kasar adalah bagian dari bahan pangan yang tidak dapat
dihidrolisis oleh asam sulfat (H2SO4 1.25%) dan natrium hidroksida
(NaOH 1.25%). Jumlah serat kasar yang terkandung dalam fruit leather apel
anna perlakuan terbaik sebesar 3,47%. Serat kasar terdiri dari serat tumbuhan
yang tidak larut dalam air. Analisis serat kasar membuat serat larut tidak dapat
terhitung sehigga nilai serat pada fruit leather cukup rendah. Buah apel sendiri
mengandung banyak pektin yang merupakan serat yang larut.
Senyawa antioksidan merupakan suatu inhibitor yang dapat menghambat
proses oksidasi. Antioksidan akan mengurangi kecepatan reaksi inisiasi pada
reaksi berantai pembentukan radikal bebas. Uji antioksidan menggunakan DPPH
dilakukan untuk mengetahui aktivitas antioksidan dalam meredem radikal bebas.
DPPH (1,1-difenil-2-dipikrilhidrazil) merupakan senyawa radikal bebas yang
50
stabil. Nilai absorbansi DPPH berkisar antara 515-520 nm. Uji antioksidan
dengan DPPH menghasilakan nilai IC50 yang menunjukkan konsentrasi ekstrak
(mikrogram/mililiter) yang mampu menghambat 50% oksidasi. Semakin kecil nilai
IC50 semakin tinggi aktivitas antioksidan (Badarinath et al., 2010). Pada Tabel
4.11. diketahui hasil pengukuran aktivitas antioksidan fruit leather apel anna
perlakuan terbaik yang dinyatakan dengan IC50 sebesar 5771,30 μg/mL. Fruit
leather apel anna memiliki aktivitas antioksidan yang sangat rendah. Rendahnya
akivitas antioksidan pada fruit leather apel anna diakibatkan karena faktor
komposisi bahan yang digunakan dalam pembuatan fruit leather. Bahan baku
fruit leather apel anna adalah puree apel anna yang telah dipisahkan dari kulitnya
dan mengalami proses steam blanching. Sedangkan beberapa senyawa yang
bersifat sebagai antioksidan biasa ditemukan dalam kulit apel, diantaranya
adalah procyanidins, catechin, epicatechin, asam klorogenik, phloridzin, dan
kuersetin. Dalam daging apel terdapat beberapa catechin, procyanidins,
epicatechin, dan phloridzin, tetapi dalam konsentrasi yang jauh lebih rendah
daripada di kulitnya (Boyer, 2003). Selain itu adanya proses pengeringan dengan
cabinet dryer, sebagaimana dilaporkan oleh Husni et al. (2014) bahwa senyawa
antioksidan perlakuan pengovenan pada suhu 50 °C selama 4 jam menghasilkan
nilai IC50 antioksidan yang paling rendah. Antioksidan merupakan senyawa yang
sensitif terhadap cahaya dan panas, oleh karena itu penanganan bahan yang
mengandung sumber antioksidan harus dihindarkan dari berbagai faktor yang
dapat menurunkan aktivitasnya.
Fruit leather apel anna terbaik memiliki karakteristik kompak, kering, sedikit
kenyal dan elastis. Fruit leather apel anna perlakuan terbaik memiliki kadar air
10,99%. Menurut Blahovec (2007) bahan dengan kadar air lebih dari 10%
berpotensi membentuk tekstur kenyal dan lunak, namun jika kadar air bahan di
bawah 10% maka bahan akan mudah patah. Berdasarkan analisis tekstur
menggunakan Digital Force Gauge fruit leather apel anna perlakuan terbaik
dengan penambahan karagenan 1% dan tepung terigu 3% menghasilkan
karakteristik fisik hardness 6,60 N, tensile strength 6,22 N, dan elongasi 11,67%.
Penambahan karagenan membentuk struktur gel yang dapat memperbaiki
tekstur fruit leather. Sedangkan penambahan tepung terigu berperan dalam
meningkatkan elastisitas produk. Tepung terigu mengandung protein berupa
gluten yang terdiri dari glutenin dan gliadin. Komponen gliadin memberikan sifat
elastis pada fruit leather. Sifatnya yang elastis membuat fruit leather lebih mudah
51
untuk digulung. Proses pengeringan dalam jangka yang panjang menyebabkan
matriks antar bahan saling berikatan erat sehingga kekerasannya atau hardness
meningkat.
4.9 Penilaian Organoleptik
Pada penelitian ini penilaian organoleptik menggunakan uji kesukaan
(Hedonic Scale Scoring). Uji kesukaan bertujuan untuk mengetahui tingkat
kesukaan panelis terhadap warna, aroma, rasa, tekstur dan overall. Pengujian
dilakukan dengan memberikan sampel fruit leather apel anna perlakuan terbaik
dengan kode yang telah ditentukan. Dalam penilaian orgonoleptik peneliti
melibatkan 60 panelis tidak terlatih. Panelis diminta untuk memberikan penilaian
terhadap fruit leather apel anna yang disajikan dengan skala hedonik 1 – 7, dari
sangat tidak suka hingga sangat suka (Lampiran 11.).
4.9.1 Kesukaan Terhadap Warna
Warna merupakan atribut yang memegang peranan utama dalam
penampilan makanan. Warna dapat mempengaruhi daya terima terhadap
produk. Meskipun makanan memiliki rasa yang lezat, namun bila penampilan
tidak menarik akan mengakibatkan selera orang yang akan memakannya
menjadi hilang (Putri, 2009). Warna produk dapat mewakili cita rasa yang
ditambahkan. Kriteria warna hendaknya lebih unik, menyenangkan konsumen,
dan seragam dari pada warna produk yang biasa, sehingga dapat lebih menarik
perhatian konsumen. Fruit leather apel anna perlakuan terbaik dengan
penambahan konsentrasi karagenan 1% dan tepung terigu 3% memiliki
kenamapakan warna kuning pudar.
Tingkat penilaian hedonik terhadap fruit leather apel anna menunjukan
bahwa nilai rata-rata tingkat kesukaan panelis terhadap penerimaan warna fruit
leather apel anna sebesar 5,27. Menurut Putri (2009) proses pemasakan dapat
merubah warna bahan atau produk pangan dapat berubah. Hal ini dapat
disebabkan oleh lepasnya sebagian pigmen akibat pelepasan cairan sel pada
saat pemasakan atau pengolahan sehingga intensitas warna semakin menurun.
Warna produk juga dipengaruhi oleh kualitas bahan baku yang digunakan.
4.9.2 Kesukaan Terhadap Aroma
52
Aroma merupakan sifat mutu pada makanan yang penting untuk
diperhatikan dalam penilaian organoleptik bahan pangan. Aroma menjadi faktor
yang sangat berpengaruh dalam memberikan kesan pada konsumen. Pengujian
terhadap aroma dianggap sangat penting karena dapat menghasilkan penilaian
terhadap produk tentang diterima atau ditolaknya produk tersebut secara cepat.
Aroma sukar untuk didefinisikan secara objektif, sehingga evaluasinya masih
bergantung pada pengujian secara sensori (testing panel). Penilaian terhadap
aroma fruit leather apel anna dilakukan dengan cara penentuan tingkat kesukaan
aroma secara sensoris dengan indera pembau. Tanpa adanya aroma, keempat
rasa lainnya (manis, pahit, asam atau asin) akan terasa dominan (Putri, 2009).
Tingkat penilaian hedonik terhadap fruit leather apel anna menunjukan
bahwa nilai rata-rata tingkat kesukaan panelis terhadap penerimaan aroma fruit
leather apel anna sebesar 4,9. Aroma dari produk biasanya akan berkurang
selama penanganan, pengolahan, penyimpanan dan penmbahan bahan yang
digunakan. Aroma pada fruit leather fruit leather apel anna dipeoleh dari bahan
baku berupa puree apel anna yang memiliki aroma yang khas. Senyawa volatil
berkontribusi dalam aroma buah diproduksi melalui jalur metabolisme selama
pematangan, pemanenan, pasca panen, dan penyimpanan. Senyawa volatil
dalam buah apel yakni berupa etilen. Etilen merupakan hormon tumbuh berperan
dalam pematangan buah dan kerontokan daun. Senyawa etilen pada tumbuhan
ditemukan dalam fase gas, sehingga disebut juga gas (Winarno, 2007). Senyawa
volatil dalam bahan pangan dapat hilang akibat proses pengeringan. Ketika air
menguap dari permukaan produk pangan sejumlah zat yang mudah menguap
akan terbawa.
4.9.3 Kesukaan Terhadap Rasa
Rasa merupakan salah satu sifat sensoris yang penting dalam penerimaan
suatu produk pangan. Penilaian terhadap rasa dilakukan dengan cara penentuan
tingkat kesukaan menggunakan indera pengecap berdasarkan sensasi rasa
didalam mulut. Pada umumnya fruit leather memiliki rasa manis dan khas seperti
bahan baku yang digunakan. Fruit leather apel anna memiliki rasa manis dan
sedikit asam. Rasa manis diperoleh dari penambahan gula dan dari bahan baku
puree apel anna. Sedangkan rasa asam didapatkan dari bahan baku berupa
puree apel yang memiliki rasa sedikit asam. Karagenan secara mandiri tidak
memiliki rasa yang khas, sehingga tidak mempengaruhi cita rasa yang
53
dihasilkan. Dari hasil penilaian menunjukkan bahwa tidak ada penolakan panelis
terhadap rasa fruit leather apel anna. Rata-rata penilaian hedonik terhadap rasa
fruit leather apel anna dengan kombinasi perlakuan penambahan konsentrasi
karagenan 1% dan tepung terigu 3% sebesar 5,77. Artinya panelis menyukai cita
rasa fruit leather yang khas seperti apel sebagai bahan baku.
4.9.5 Kesukaan Terhadap Tekstur
Tekstur merupakan atribut yang sangat penting dalam makanan segar
maupun produk olahan. Tekstur sangat memperngaruhi citra makanan dan
terkadang lebih penting daripada rasa, aroma, dan warna. Penilaian terhadap
tekstur dilakukan dengan cara penentuan tingkat kesukaan secara sensoris
berdasarkan sensasi tekanan didalam mulut ketika digigit, dikunyah, ditelan dan
diraba menggunakan jari. Tekstur dalam penelitian ini adalah kekenyalan fruit
leather apel anna yang dirasakan oleh panelis saat digigit dan dikunyah serta
plastisitas yang dirasakan oleh panelis saat fruit leather apel anna ditarik tidak
mudah putus. Hasil penelitian menunjukkan nilai kesukaan tekstur pada fruit
leather apel anna sebesar 4,97. Penambahan karagenan pada fruit leather apel
anna dapat menurunkan tingkat hardness dari suatu bahan makanan.
Penambahan karagenan membuat tekstur fruit leather menjadi lebih kenyal dan
sedikit lengket. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Syamsuddin et al. (2015)
yang menyatakan bahwa karagenan dari rumput laut merupakan senyawa
hidrokoloid yang dapat meningkatkan tekstur dan kestabilan dari produk.
4.9.5 Kesukaan Overall
Parameter overall dalam uji hedonik digunakan untuk mengetahui dan
mengukur tingkat kesukaan panelis terhadap keseluruhan atribut yang ada pada
produk. Hal ini dilakukan karena uji panelis terhadap parameter lain seperti
aroma, warna, rasa, dan tekstur menghasilkan nilai yang berbeda (Gustiar,
2009). Berdasakan data penilaian hedonik terhadap penerimaan overall fruit
leather apel anna diketahui bahwa nilai rata-rata tingkat kesukaan panelis
terhadap penerimaan overall sebesar 5,43. Hal ini diduga karena panelis
cenderung menyukai fruit leather dengan warna yang cerah, aroma khas buah,
rasa yang manis dan sedikit asam serta kekenyalan dan plastisitas tinggi. Hal ini
sesuai dengan pendapat Irmawati et al., (2014) yang menyatakan bahwa
54
penilaian daya terima keseluruhan terhadap makanan dapat diukur dari segi
warna, aroma, rasa, dan tekstur.
55
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Perbedaan konsentrasi karagenan dan tepung terigu memberikan pengaruh
terhadap karakteristik fisik fruit leather apel anna yang dihasilkan. Hasil analisis
ragam (ANOVA) menunjukkan penambahan karagenan memberikan pengaruh
nyata (α=0,05) terhadap hardness, tensile strength, elongasi, dan kadar air. Nilai
hardness, tensile strength dan elongasi mengalami penurunan seiring semakin
tingginya konsentrasi karagenan. Hal ini disebabkan karena karagenan
merupakan hidrokoloid yang mampu mengikat air sehingga menyebabkan kadar
air meningkat. Sedangkan penambahan tepung terigu memberikan pengaruh
nyata (α=0,05) terhadap hardness, tensile strength, elongasi, nilai L*
(kecerahan), nilai b* (kekuningan) dan kadar air. Nilai tensile strength dan
elongasi mengalami peningkatan seiring semakin tingginya konsentrasi tepung
terigu. Adanya gluten pada fruit leather apel anna menyebabkan terbentuknya
tekstur yang elastis dan kompak sehingga tidak mudah robek. Bertambahnya
konsentrasi tepung terigu menyebabkan air yang diikat oleh pati akan semakin
banyak. Namun namun air yang terikat dalam pati tidak akan terikat secara kuat
dan lebih mudah diuapkan melalui proses pengeringan, sehingga kadar airnya
menjadi rendah.
Berdasarkan karakteristik fisik yang diuji, didapatkan perlakuan terbaik dari
hasil perhitungan menggunakan metode Desirability Function yaitu perlakuan
dengan penambahan karagenan 1% dan tepung terigu 3%. Fruit leather apel
anna perlakuan terbaik memiliki kadar air 10,99%, kadar abu 0,32%, kadar lemak
2,25%, kadar protein 0,72%, karbohidrat 85,72%, serat kasar 3,47%, antioksidan
5771,30 μg/mL, hardness 6,60 N, tensile strength 6,22 N, dan elongasi 11,67%.
Berdasarkan uji kesukaan (Hedonic Scale Scoring) terhadap fruit leather
perlakuan terbaik parameter warna sebesar 5,27, aroma 4,90, rasa 5,77 tekstur
4,97, dan overall 5,43.
5.2 Saran
1. Perlu dilakukan uji total gula dan total asam. Kedua komponen tersebut
dapat mempengaruhi kualitas dari fruit leather, di samping serat (pektin).
2. Kulit apel yang mengandung pektin dapat digunakan sebagai gelling agent
untuk meningkatkan tekstur.
56
3. Penggunaan kulit apel dapat meningkatkan aktivitas antioksidan.
4. Perlu penelitian lebih lanjut mengenai daya simpan puree apel anna.
5. Perlu penelitian lebih lanjut untuk mengetahui umur simpan produk fruit
leather apel anna.
6. Perlu variasi pengujian tekstur pada produk fruit leather apel anna
menggunakan Texture Profile Analysis (TPA) untuk mendapatkan spesifikasi
mutu yang lebih lengkap.
57
DAFTAR PUSTAKA
Aditama, C. 2006. Gaya Hidup Sehat. Diakses dari: http//www. portal.cbn.net.id.,
pada tanggal 17 April 2019.
Allen, L. V. 2002. The Art science, and Technology of Pharmaceutical
Compouding. American Pharmaceutical Association. Washington DC.
Almatsier, S. 2009. Prinsip Dasar Ilmu Gizi Edisi ke-8. Gramedia Pustaka
Utama. Jakarta.
Angka, S.L., dan Suhartono, M.T. 2000. Bioteknologi Hasil Laut. Pusat Kajian
Sumberdaya Pesisir dan Lautan Institut Pertanian Bogor. Bogor.
APTINDO (Asosiasi Produsen Tepung Terigu Indonesia). 2012. Overview
Industri Tepung Terigu Nasional Indonesia. APTINDO. Jakarta.
Ardanti, A. I. P., Wahyuningsih, dan M. F. Puteri. 2017. Pengaruh Penambahan
Labu Kuning dan Karagenan Terhadap Kualitas Inderawi Fruit Leather
Tomat. TEKNOBUGA 5(2): 89-102.
Ardianti, Y., S. Widyastuti, Rosmilawati, Saptono W., dan D. Handito. 2014.
Pengaruh Penambahan Karagenan Terhadap Sifat Fisik dan
Organoleptik Bakso Ikan Tongkol (Euthynnus affinis). Agroteksos
24(3): 159-166.
Arief, D. Z. 2008. Karakteristik Fish Leather Ikan Tongkol (Euthynnus Affinis)
Dengan Konsentrasi Bahan Pengisi Dan Lama Pengeringan Yang
Bervariasi. Infomatek 10(2): 113-120.
Asben. 2007. Peningkatan Kadar Iodium dan Serat Pangan Dalam
Pembuatan Fruit leathers Nenas (Ananas comocuc L. merr) dengan
penambahan rumput laut. Jurnal Fakultas Pertanian Universitas Andalas
Padang.
Ashari. 1995. Hortikultura Aspek Budidaya. Penerbit Universitas Indonesia.
Jakarta.
Asmaraningtyas, D. 2014. Hardness, Warna Dan Daya Terima Biskuit Yang
Disubstitusi Tepung Labu Kuning. Skripsi. Universitas Muhammadiyah
Surakarta. Surakarta
58
Association of Official Analytical Chemistry (AOAC). 1995. Official Methods of
Analysis. Mc Graw Hill Press. Canada.
Association of Official Analytical Chemistry (AOAC). 1999. Official Methods of
Analysis. Mc Graw Hill Press. Canada.
Association of Official Analytical Chemistry (AOAC). 2005. Official Methods of
Analysis. Mc Graw Hill Press. Canada.
Astawan, M. 2008. Khasiat Warna Warni Makanan. PT. Gramedia Pustaka
Utama. Jakarta.
Astawan, M. 2008. Membuat Mie dan Bihun. Penebar Swadaya. Jakarta.
Badan Pusat Statistik Kota Batu. 2018. Jumlah Pohon Menghasilkan dan
Produksi Buah Menurut Jenis Tanaman di Kota Batu, 2016. Diakses
dari: https://batukota.bps.go.id/statictable/2018/03/12/105/jumlah-pohon-
menghasilkan-dan-produksi-buah-menurut-jenis-tanaman-di-kota-batu-
2016.html pada tanggal 21 Desember 2018.
Badan Standarisasi Nasional. 1998. SNI 01-2782-1998/Rev.1992: Metoda
Pengujian Susu Segar. Pusat Standardisasi dan Akreditasi Badan
Agribisnis, Departemen Pertanian, Badan Standardisasi Nasional. Jakarta.
Badan Standarisasi Nasional. Tepung Terigu Sebagai Bahan Makanan (SNI
3751:2009). Badan Standarisasi Nasional. Jakarta.
Badarinath A.V., K. Mallikarjuna RAo, C.Madhu Sudhana Chetty, S. Ramkanth,
T.V.S Rajan, dan K.Gnanaprakash. 2010. Review on In-vitro Antioxidant
Methods : Comparisons, Correlations, and Considerations.
International Journal of PharmTech Research : 1276-1285.
Baliwati, Y. F., A. Khomsan, dan C. M. Dwiriani. 2004. Pengantar Pangan dan
Gizi. Penebar Swadaya. Jakarta.
Baruqi, M. S., S. Z. Sholihah, A. Sugiharto, B. C. Martonio, A. Sulthoni, D.
Supriyanto, K. N. Kusuma, A. N. Aini, D. L. Tambun, dan W. Suryaningrum.
2009. Pengukuran Tensile Strenght, Compressive Strenght Dan
Modulus Elastisitas Benda Padat. Universitas Airlangga. Surabaya.
Baskara, M. 2010. Pohon Apel Itu Masih (Bisa) Berbuah Lebat. Majalah Ilmiah
Populer Bakosurtanal - Ekspedisi Geografi Indonesia. Jawa Timur.
59
Belitz, H.D. and W.Grosch. 1987. Food Chemistry Second Edition. Springer.
Berlin.
Blahovec, J. 2007. Role of Water in Food and Product Texture. International
Agrophysics 21(3): 209-215.
Bogasari. 2011. Seputar Tepung Terigu. Diakses dari :
http://www.bogasari.com/tentangkami/seputar-tepung-terigu.aspx pada
tanggal 6 Oktober 2018.
Boyer, J., dan Liu, R. H. 2004. Apple Phytochemicals and Their Health
Benefits. Nutrition Journal 3(5): 1-15.
BPOM. 2016. Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat Dan Makanan
Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 2016 Tentang Persyaratan Bahan
Tambahan Pangan Campuran. Badan Pengawas Obat Dan Makanan.
Jakarta.
Brody T. 1999. Nutritional Biochemistry. Academic Press. San Diego.
Caprita, A., R. Caprita. V. O. Simulescu, dan R. M. Drehe. 2011. The Effect of
Temperature on Soluble Dietary Fiber Fractionin Cereals. Journal of
Agroalimentary Processes and Technologies 17(3): 214-217.
FAO. 1997. Fruit Leather. Diases dari: http://www.fao.org/3/a-au113e.pdf pada
tanggal 25 Juni 2019.
Fardiaz, D. 1989. Hidrokoloid. Pusat Antar Universitas Pangan dan Gizi, Institut
Pertanian Bogor. Bogor.
Fitantri, A. L., N. H. R. Purnanto, dan D. Praseptiangga. 2014. Kajian
Karakteristik Fisikokimia Dan Sensoris Fruit Leather Nangka
(Artocarpus heterophyllus) dengan Penambahan Karaginan. Jurnal
Teknosains Pangan 3(1): 26-34.
Fitasari, E. 2009. Pengaruh Tingkat Penambahan Tepung Terigu Terhadap
Kadar Air, Kadar Lemak, Kadar Protein, Mikrostruktur, Dan Mutu
Organoleptik Keju Gouda Olahan. Jurnal Ilmu dan Teknologi Hasil
Ternak 4(2): l 17-29.
Glicksman. 1983. Food Hydrocolloids. CRC Press. Boca Raton FL.
60
Gustiar, H. 2009. Sifat Fisiko-Kimia dan Indeks Glikemik Produk Cookies
Berbahan Baku Pati Garut (Maranta arundinacea L.) Termodifikasi.
Institut Pertanian Bogor. Bogor
Hernawati., W., W. Manalu, A. Suprayogi, dan D. A. Astuti. 2013. Suplementasi
Serat Pangan Karagenan dalam Diet untuk Memperbaiki Parameter
Lipid Darah Mencit Hiperkolesterolemia. Makara Seri Kesehatan. Vol.
17(1): 1-9.
Historiasih, R. Z. 2010. Pembuatan Fruit Leather Sirsak-Rosella. Skripsi. UPN
Veteran. Surabaya.
Husni, A., D. R. Putra, dan I. Y. B. Lelana. 2014. Aktivitas Antioksidan Padina
sp. Pada Berbagai Suhu Dan Lama Pengeringan. JPB Perikanan 9 (2):
165–173.
Ikhsan, M., Muhsin, dan Patang. 2016. Pengaruh Variasi Suhu Pengering
Terhadap Mutu Dendeng Ikan Lele Dumbo (Clarias gariepinus). Jurnal
Pendidikan Teknologi Pertanian 2: 114-122.
Imanningsih, N. 2012. Profil Gelatinisasi Beberapa Formulasi Tepung-
Tepungan Untuk Pendugaan Sifat Pemasakan (Gelatinisation Profile
Of Several Flour Formulations For Estimating Cooking Behaviour).
Penel Gizi Makan 2012, 35(1): 13-22.
Imeson, A. 2010. Food Stabilisers, Thickeners and Gelling Agent. Willey
Blackwell Publishing Ltd. United Kingdom.
Indiarto, R., B. Nurhadi, dan E.Subroto. 2012. Kajian Karakteristik Tekstur
(Texture Profil Analysis) Dan Organoleptik Daging Ayam Asap
Berbasis Teknologi Asap Cair Tempurung Kelapa. Jurnal Teknologi
Hasil Pertanian 5(2).
Institute of Medicine. 2005. Dietary Reference Intakes for Energy,
Carbohydrate, Fiber, Fat, Fatty Acids, Cholesterol, Protein, and Amino
Acids. A Report Of The Panel on Macronutrients, Subcommittees on
Upper Reference Levels of Nutrients and Interpretation and Uses of
Dietary Reference Intakes, and The Standing Committee on The
Scientific Evaluation of Dietary Reference Intakes. National Academies
Press. Washington DC.
61
Istinganah, M., R. Rauf, dan E. N. Widyaningsih. 2017. Tingkat Hardness Dan
Daya Terima Biskuit Dari Campuran Tepung Jagung Dan Tepung
Terigu Dengan Volume Air Yang Proporsional. Jurnal Kesehatan 10(2):
83-93.
Kemenkes RI. 2017. Tingkatkan Konsumsi Sayur dan Buah Nusantara
Menuju Masyarakat Hidup Sehat. Diakses dari:
http://www.depkes.go.id/article/ view/17012500002/tingkatkan-konsumsi-sayur-
dan-buah-nusantara-menuju-masyarakat-hidup-sehat.html pada tanggal 25
Juni 2019.
Kendall C. W. C., A. Esfahani, dan D. J. A. Jenkins. 2010. The Link Between
Dietary Fiber and Human Health. Food Hydrocolloids 24 (1): 42 – 48.
Kendall, P., dan J. Sofos. 2003. Preparation Drying Fruits. Corolado State
University Cooperative Extension. USA.
Kumalaningsih, S., dan Suprayogi. 2005. Tekno Pangan Membuat Makanan
Siap Saji. Trubus Agrisarana. Surabaya.
Kwartiningsih, E. dan Mulyati L. N. S. 2005. Pembuatan Fruit Leather dari
Nenas. Ekuilibrum 4: 8-12.
Larasati, K., Patang, dan Lahming. 2017. Analisis Kandungan Kadar Serat dan
Karakteristik Sosis Tempe Dengan Fortifikasi Karagenan Serta
Penggunaan Tepung Terigu Sebagai Bahan Pengikat. Jurnal
Pendidikan Teknologi Pertanian 3: 67-77.
Lee KW, Kim YJ, Kim D, Lee HJ, Lee CY. 2003. Major Phenolics In Apple and
Their Contribution to The Total Antioxidant Capacity. J Agri Food
Chem. Vol 51(22): 6516-6520.
Lestari, N., R. Widjajanti, L. Junaidi, dan M. Isyanti. 2018. Pengembangan
Modifikasi Pengolahan Fruit Leather dari Puree Buah-buahan Tropis.
Warta IHP 35(1):12-19.
Malenovic, A., Y. Dotsikas, M. Maskovic, B. J. Stojanovic, D. Ivanovic, dan M.
Medenica. 2011. Desirability-Based Optimization and Its Sensitivity
Analysis for The Perindopril and Impurities Analysis In A
Microemulsion LC System. Microchemical Journal 99: 454-460.
62
Maleta, H. S., R. Indrawati, L. Limantara, dan T. H. P. Brotosudarmo. 2018.
Ragam Metode Ekstraksi Karotenoid dari Sumber Tumbuhan dalam
Dekade Terakhir (Telaah Literatur). Jurnal Rekayasa Kimia dan
Lingkungan 13(1): 40 – 50.
Marzelly, A. D., S. Yuwanti, dan T.Lindriati. 2017. Karakteristik Fisik, Kimia,
Dan Sensoris Fruit Leather Pisang Ambon (Musa Paradisiaca S.)
Dengan Penambahan Gula dan Karagenan. Jurnal Agroteknologi 11(2).
Mastuti, R. 2008. Formulasi Konsentrasi Bahan Pengikat Produk Daging
Kambing Tetelan Restrukturisasi Mentah. Jurnal Ilmu dan Teknologi
Hasil Ternak 3(1): 15-23.
Muchtar, A. F. 2010. Be Healthy Be Happy. PT. Bhuana Ilmu Populer. Jakarta.
Murdinah. 2010. Pemanfaatan Rumput Laut dan Fikokoloid untuk Produk
Pangan dalam Rangka Penelitian Nilai Tambah dan Diversifikasi
Pangan. Penelitian. Balai Besar Riset Pengolahan Produk dan
Bioteknologi Kelautan dan Perikanan.
Nafillah. 2015. 10 Jenis Apel Ini Pasti Pernah Kamu Cicipi, Mana Yang
Favorit. Diakses dari : https://www.brilio.net/news/10-jenis-apel-ini-pernah-
kamu-cicipi-kamupaling-suka-yang-mana-151208r.html pada tanggal 8
November 2018 .
Nurlaely, E. 2002. Pemanfaatan Buah Jambu untuk Pembuatan Leather.
Kajian dari Proporsi Buah Pencampur. Skripsi. Universitas Brawijaya.
Malang.
Pietta, G. 2000. Flavonoids As Antioxidant. J Nat Prod 63 (7): 1035 -1042.
Purwaningsih, E. 2007. Cara Pembuatan Tahu dan Manfaat Kedelai. Ganeca
Exact. Bekasi.
Putri, E, F, A. 2009. Sifat Fisik Dan Organoleptik Bakso Daging Sapi Pada Lama
Postmortem Yang Berbeda Dengan Penambahan Karagenan. Skripsi.
Institut Pertanian Bogor. Bogor
Putri, M. 2013. Pengaruh Perbandingan Nenas Dan Pepaya Dengan
Konsentrasi Gum Arab Terhadap Mutu Fruit Leather. Skripsi. USU.
Medan.
63
Rahayu. 2001. Penuntun Praktikum Penilaian Organoleptik. Jurusan
Teknologi Pangan dan Gizi. Fakultas Teknologi Pertanian. Bogor
Rascon-Diaz, M.P., J. M. Tejero, P. G. M. Garcia, dan H.S. Garcia. 2010.
Spray Drying Yogurt Incorporating Hydrocolloids: Structural Analysis,
Acetaldehyde Content, Viable Bacteria, and Rheological Properties.
Food and Bioprocess Technology 5(2):560-567.
Rasyid, A. 2003. Alga Coklat (Phaeophyta) sebagai Sumber Alginat. Oseana.
28 (1): 33-38.
Raton, F. Boca and Smooley. 1993. Everything Added to Food in the United
States. Diakses dari: https://www.xrite.com/gellingagent.pdf pada tanggal 9
November 2018.
Rosalina, L., A. Suyanto, dan M. Yusuf. 2018. Kadar Protein, Elastisitas , dan
Mutu Hedonik Mie Basah dengan Substitusi Tepung Ganyong. Jurnal
Pangan dan Gizi 8 (1): 1-10.
Rosmisari, A. 2006. Review: Tepung Jagung Komposit, Pembuatan dan
Pengolahannya. Prosiding Seminar Nasional Teknologi Inovatif
Pascapanen Pengembangan Pertanian. BPPPT. Bogor.
Safitri, A. 2012. Studi Pembuatan Fruit Leather Mangga-Rosella. Skripsi.
Universitas Hasanudin. Makasar.
Salamah, E., S. Purwaningsih, dan R. Kurnia. 2012. Kandungan Mineral Remis
(Corbicula Javanica) Akibat Proses Pengolahan. Jurnal Akuatika
3(1):74-83.
Samson. 1980. Tropical Fruits. Longman Inc. New York.
Santoso, D. 2007. Karakteristik Sosis Ikan Bawal Tawar (Collossoma
macropomum) dengan Penambahan Karagenan. Skripsi. Institut
Pertanian Bogor. Bogor.
Setianingtias, P. A. 2005. Sifat Fisik Dan Organoleptik Dendeng Giling
Daging Domba Dengan Suhu Dan Waktu Pengeringan Yang Berbeda.
Skripsi. Program Studi Teknologi Hasil Ternak Fakultas Peternakan Institut
Pertanian Bogor. Bogor
64
Shabrina, Z. U., dan W. H. Susanto. 2017. Pengaruh Suhu Dan Lama
Pengeringan Dengan Metode Cabinet Dryer Terhadap Karakteristik
Manisan Kering Apel Varietas Anna (Malus domestica Borkh). Jurnal
Pangan dan Agroindustri 5(3): 60-71.
Sidi, N.C, E. Widyowati, dan A. Nursiwi. 2014. Pengaruh Penambahan
Karagenan pada Karakteristik Fisikokimia dan Sensoris Fruit Leather
Nanas (Ananas comosus L. Merr.) dan Wortel (Daucus carota). Jurnal
Aplikasi Teknologi Pangan 3 (4): 122-127.
Sihotang, S. N. J., Z. Lubis, dan Ridwansyah. 2015. Karakteristik Fisikokimia
dan Fungsional Tepung Gandum yang Ditanam di Sumatera Utara. J.
Rekayasa Pangan dan Pertanian 3(3): 330-337.
Siregar, J. A., R. J. Nainggolan, dan M. Nurminah. 2017. Pengaruh Jumlah
Karagenan Dan Lama Pengeringan Terhadap Mutu Bubuk Cincau
Hitam Instan. Jurnal Rekayasa Pangan dan Pertanian 5(1): 89-95.
Stevens, M. P. 2001. Kimia Polimer. Pradnya Paramita. Jakarta.
Sufrida Y., Irlansyah, E. Junaedi dan Mufatis W. 2006. Menuju Hidup Sehat:
Khasiat & Manfaat Apel. Agromedia. Jakarta.
Suhardi, Y. 1996. Penggunaan Poliester Sukrosa Untuk Memperpanjang
Daya Simpan Buah Apel Kultivar Romebeauty. J. Hortikultura 6(3): 303-
308.
Sunarti. 2018. Serat Pangan Dalam Penanganan Sindrom Metabolik. Gadjah
Mada University Press. Yogyakarta.
Suryobuwono, A., Reni K., Aini S. H., dan Uci S. 2005. Buah Segala Musim.
Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
Suyanti. 2010. Panduan Mengolah 20 Jenis Buah. Penebar swadaya. Jakarta.
Suyatma. 2009. Diagram Warna Hunter (Kajian Pustaka). Jurnal Penelitian
Ilmiah Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Hal 8-9.
Syamsuddin, N., Lahming, dan M. W. Coronge. 2015. Analisis Kesukaan
Terhadap Karakteristik Olahan Nugget Yang Disubtitusi Dengan
Rumput Laut Dan Tepung Sagu. Jurnal Pendidikan Teknologi Pertanian
1: 1-11.
65
Tawali, A. B. dan Zainal. 2004. Perubahan Mutu Buah Anggur Impor Pada
Berbagai Suhu Penyimpanan. Jurnal Sains & Teknologi. Vol 4, No 2, hal
72-82.
Tensiska. 2008. Serat Makanan. Universitas Padjadjaran. Bandung.
Thakur B.R, Singh, R.K., dan Handa A.K. 1997. Chemistry And Pectin Uses- A
Review. Critical Reviews in Food Science and Nutrition 37: 47-73.
Untung, Onny. 1994. Jenis dan Budi Daya Apel. Penebar Swadaya. Jakarta.
Wahyuni, L . E. T. 2016. Pengaruh Pengolahan Terhadap Kadar Vitamin C
Serta Kandungan Dan Aktivitas Antioksidan Apel (Malus Sylvestris
Mill) Varietas Rome Beauty. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Widianarko, B., C. Retnaningsih, Sumardi, Soedarini, Lindayani, A. R. Pratiwi,
dan S. lestari. 2002. Tips Pangan Teknologi, Nutrisi dan Keamanan
Pangan. PT Grasindo. Jakarta.
Widjanarko, S. B. 2008. Bahan Pembentuk Gel. Diakses dari:
https://simonbwidjanarko.files.wordpress.com/2008/06/bahan-pembentuk-
gel-2.pdf pada tanggal 24 Desember 2018.
Widyaningtyas, M., dan Susanto, W. H. 2015. Pengaruh Jenis Dan
Konsentrasi Hidrokoloid (Carboxy Methyl Cellulose, Xanthan Gum,
Dan Karagenan) Terhadap Karakteristik Mie Kering Berbasis Pasta
Ubi Jalar Varietas Ase Kuning. Jurnal Pangan dan Agroindustri 3(2): 417-
423.
Wijoyo, M. P. 2008. Sehat Dengan Tanaman Obat. Bee Media Indonesia.
Jakarta.
Winarno, F. G., 1990. Protein, Sumber dan Peranannya. Penerbit Gramedia
Pustaka Utama. Jakarta.
Winarno, F. G. 1992. Kimia Pangan dan Gizi. Gramedia Pustaka Utama.
Jakarta.
Winarno, F. G. 2002. Kimia Pangan dan Gizi. PT Gramedia Pustaka Utama.
Jakarta.
Winarno, F. G., dan Agustinah W. 2007. Pengantar Bioteknologi. Ed.rev. Mbrio
Press. Bogor.
66
Winarno, F. G. 2008. Kimia Pangan dan Gizi. Gramedia Pustaka Utama.
Jakarta
Winarsi, H. 2007. Antioksidan Alami & Radikal Bebas. Kanisius. Yogyakarta.
Winarti, S. 2008. Pemanfaatan Buah Mengkudu (Morinda Citrifolia) Dan
Kelopak Bunga Rosela (Hibiscus Sabdariffa Linn) Untuk Pembuatan
Fruit Leather. Agritech 28(1):22-27.
Wolfe K, Wu X, dan Liu RH. 2003. Antioxidant Activity of Apple Peel. J Agri
Food Chem 51(3): 609-14.
Yenrina R., Hamzah N., dan Zilvia R. 2009. Mutu Selai Lembaran Campuran
Nenas (Ananas comusus) Dengan Jonjot Labu Kuning (Cucurbita
moschata). Jurnal Pendidikan dan Keluarga 1(2):33-42.
Yılmaz, F. M., S. Yuksekkaya, H. Vardin, dan M. Karaaslan. 2017. The Effects
of Drying Conditions on Moisture Transfer and Quality of
Pomegranate Fruit Leather (Pestil). Journal of the Saudi Society of
Agricultural Sciences 16(1): 33-40.
Yudhi. 2009. Khasiat dan Manfaat Rumput Laut. Diakses dari: http://kir-
31.blogspot.com/2009/11/khasiat-dan-manfaat-rumput-laut.html pada
tanggal 17 November 2018.
Yuslianti, E. R. 2018. Pengantar Radikal Bebas dan Antioksidan. Deepublish.
Sleman.
Yusmita, L., dan Wijayanti, R. 2018. Pengaruh Penambahan Jerami Nangka
(Artocarpus Heterophyllus Lam) Terhadap Karakteristik Fruit Leather
Mangga (Mangifera indica L). Jurnal Teknologi dan Industri Pertanian
Indonesia 10(1).
Yuwono, S. S., dan Susanto, T. 1998. Pengujian Fisik Pangan. Universitas
Brawijaya. Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Brawijaya. Malang
Zilic, S., Miroljub B., Mirjana P., Dejan D., and Dragana I. M. 2011.
Characterization of Proteins from Grain of Different Bread and Durum
Wheat Genotypes. International Journal of Molecular Sciences 12 : 5878-
5894.
67
Lampiran 1. Prosedur Analisis
1.1 Kadar Air (AOAC, 1999)
Cawan alumunium yang telah dikeringkan dan diketahui bobotnya, diisi
sebanyak 2-3 gram sampel lalu ditimbang (W1) kemudian dimasukkan kedalam
oven suhu 105oC selama 1-2 jam. Cawan alumunium dan sampel yang telah
dikeringkan dimasukkan ke dalam desikator kemudian ditimbang. Ulangi
pemanasan sampai dihasilkan bobot konstan (W2). Sisa contoh dihitung sebagai
total padatan dan air yang hilang sebagai kadar air.
Kadar air (%)=
×100%
1.2 Kadar Abu (AOAC, 1999)
Sebanyak 3-5 gram sampel ditimbang dalam cawan porselen yang telah
diketahui bobot keringnya. Sebelum diabukan, sampel dibakar terlebih dahulu di
atas pemanas destruksi hingga tidak berasap dan menjadi arang. Setelah itu
sampel diabukan dalam tanur listrik pada suhu 600ºC selama ± 6 jam hingga
terbentuk warna abu-abu. Selanjutnya sampel didinginkan dalam desikator dan
ditimbang bobot akhirnya.
Kadar abu (%) =
x100%
1.3 Analisis Kadar Lemak (AOAC 2005)
Penentuan kadar lemak dilakukan dengan metode soxhlet. Prinsip analisis ini
adalah mengekstrak lemak dengan pelarut hexan, setelah pelarutnya diuapkan,
lemak dapat ditimbang dan dihitung persentasenya. Lemak yang dihasilkan
adalah lemak kasar.Labu lemak dikeringkan dalam oven bersuhu 105 °C selama
30 menit, lalu didinginkan dalam desikator (15 menit) dan ditimbang (A). Sampel
ditimbang sebanyak 5 g (S) lalu dibungkus dengan dalam kertas saring dan
dimasukkan dalam selongsong lemak. Selongsong lemak ditutup dengan kapas
bebas lemak dan dimasukkan ke dalam ruang ekstraktor tabung soxhlet, lalu
disiram dengan pelarut lemak (hexan), kemudian tabung tersebut dipasangkan
pada alat destilasi soxhlet. Labu lemak yang sudah disiapkan kemudian
dipasangkan pada alat destilasi di atas pemanas listrik bersuhu sekitar 80 T.
Refluks dilakukan selama minimum 5 jam sampai pelarut yang turun kembali ke
labu lemak berwarna jernih. Pelarut yang ada di labu lemak tersebut didestilasi,
selanjutnya labu yang berisi basil ekstraksi dipanaskan dalam oven pada suhu
105 °C selama 60 menit atau sampai beratnya tetap. Kemudian labu lemak
didinginkan dalam desikator selama 20-30 menit dan ditimbang (B).
68
Kadar lemak(%) =
× %
1.4 Kadar Protein (SNI 01-2782-1998)
Masukkan ke dalam labu Kjeldahl 5 gram , batu didih (10 gram K2SO4 dan
0,25 gram CuSO4). Kemudian tambahkan 20 ml H2SO4 dan campur dengan
baik. Panaskan hingga tidak ada uap, teruskan pemanasan sampai
mendidih dan sekali-sekali labu diputar.Setelah cairan dalam labu terlihat
jernih dan tak berwarna, teruskan pemanasan selama 90 menit, kemudian
didinginkan. Setelah mencapai suhu kamar, tambahkan 150 ml aquades
serta beberapa butir batu gelas, campur dan biarkan hingga dingin. Di dalam
erlenmeyer terpisah masukkan 50 ml asam borat, 4 tetes indikator dan
campurkan. Kemudian tempatkan di bawah pendingin (Leibig) sehingga
ujung pipa mengenai asam borat. Melalui dinding, masukkan secara perlahan-
lahan dan hati-hati 80 ml larutan NaOH ke dalam labu Kjeldahl sehingga NaOH
tidak tercampur dengan isi dari labu tersebut. Pasanglah labu Kjeldahl dengan
segera pada alat destilasi. Panaskan labu Kjeldahl, mula-mula secara
perlahan-lahan sampai dua lapisan cairan tercampur, kemudian panaskan
dengan cepat sampai mendidih. Atur panasnya sampai terjadi proses destilasi
(waktu pemanasan minimum 20 menit). Menjelang berakhirnya proses destilasi
letakkan erlenmeyer pada tempat yang lebih rendah sehingga ujung pipa
tidak menyentuh larutan asam borat lagi. Dinginkan hasil destilasi (destilat)
dan jaga agar larutan asam borat tidak turut panas. Titrasi destilat dengan HCl
0,1 N.
Kandungan protein (%) =
Keterangan : N : Normal HCl A : Jumlah HCl yang digunakan untuk titrasi (ml) B : Jumlah HCl yang digunakan untuk titrasi blanko (ml) 1,4 :berat dari N (secara analitik), ekivalen untuk 1 ml HCl 0,1 N
C : Berat sampel
1.5 Kadar Karbohidrat by difference (Apriyantono et al. 1989)
Pada pengujian kadar karbohidrat total menggunakan metode carbohydrate by
difference dengan rumus:
Karbohidrat total = 100% - (kadar air + abu + protein + lemak)
69
1.6 Kadar serat kasar (AOAC 1995)
Sebanyak 1 gram sampel yang sudah dihilangkan lemaknya dimasukkan ke
dalam erlenmeyer 250 ml dan ditambahkan dengan 100 ml H2SO4 0.325 N.
Campuran tersebut selanjutnya dihidrolisis dalam autoklaf pada suhu 105ºC
selama 15 menit. Sampel kemudian dikeluarkan dan didinginkan. Setelah itu
ditambahkan NaOH 1.25 N sebanyak 50 ml dan dihidrolisis kembali dalam
autoklaf pada suhu 105ºC selama 15 menit. Sampel kemudian disaring dengan
kertas saring yang telah dikeringkan dan diketahui bobotnya. Setelah itu kertas
saring dicuci berturut-turut dengan air panas, 25 ml H2SO4 0.325 N, air panas
dan terakhir dengan aseton/alkohol. Kertas saring yang sudah dibilas kemudian
dikeringanginkan untuk kemudian dikeringkan dalam oven 105ºC selama 2 jam
hingga konstan lalu ditimbang.
Kadar serat kasar=
x 100%
1.7 Analisis aktivitas antioksidan metode DPPH IC50 (Modifikasi Molyneux,
2004)
Menguji absorbansi larutan blanko dengan tahapan:
1. Diambil 1 ml larutan DPPH 0,2 mM
2. Ditambahkan dengan 4 ml metanol
3. Divortex hingga homogen
4. Didiamkan selama 30 menit pada tempat gelap
5. Diukur absorbansi untuk mecari panjang gelombang maksimum
menggunakan spektrofotometer UV-Vis pada panjang gelombang 400-
600 nm. Dan didapatkan gelombang maksimum yaitu 517nm
Prosedur analisis aktivitas antioksidan metode DPPH IC50 :
1. Ekstrak sampel diketahui memiliki konsentrasi sebesar 100.000 ppm
2. Diencerkan hingga mencapai 100, 150, 200, 250, dan 300 ppm dengan
metanol.
3. Diambil 4 metanol (blanko) dan 4 ml sampel pada tiap konsentrasi
kemudian direaksikan dengan DPPH 0,2 mM dan juga diambil 4ml
sampel pada tiap konsentrasi kemudian ditambahkan 1 ml metanol untuk
pengukuran faktor koreksi
4. Divortex hingga homogen
5. Didiamkan selama 30 menit pada tempat gelap
6. Diukur absorbansi untuk mecari panjang gelombang 517nm. Aktivitas
antioksidan masing-masing sampel pada tiap pengenceran dinyatakan
dengan presentase penghambatan radikal bebas yang dihitung dengan
rumus:
% Antioksidan =
x 100%
70
% Antioksidan : kemampuan meredam radikal bebas (%)
Absorbansi blanko : nilai absorbansi larutan metanol + dpph
Absorbansi sampel : nilai absorbansi larutan sampel + dpph
Absorbansi faktor koreksi : nilai absorbansi larutan sampel + metanol
Kemudian dibuat kurva hubungan antara konsentrasi sampel (x) dan % aktivitas
antioksidan (y). Lalu dihitung persamaan regresi R2. Akan diperoleh persamaan
y=ax+b, dimana
Y : 50 (ketetapan)
X : IC50 (µg/ml)
Dari persamaan tersebut dapat dicari nilai IC50 (x) yang menunjukkan
kemampuan sampel untuk menangkal 50% radikal bebas.
1.8 Analisis Warna (Yuwono dan Susanto, 1998)
Menentukan skala warna berdasarkan standar warna yan telah ditentukan
dengan menggunakan color reader dengan prosedur sebagai berikut:
a. Disiapkan sampel, dimasukkan kedalam plastik transparan
b. Dihidupkan color reader
c. Ditentukan target pembacaan L*a*b* color space
d. Pengukuran warna dilakukan sebanyak 3 kali
Keterangan:
L : parameter kecerahan
a : untuk koordinat kromatiitas
b : untuk koordinat kromatiitas
1.9 Analisis Hardness (Baruqi et al., 2009)
Menyiapkan bahan sesuai keperluan. Lalu memasang perangkat alat untuk uji
tarik. Pilih load cell yang sesuai dengan kekuatan bahan uji .Metakkan sampel/
bahan uji pada tempatnya.Menyalakan power supply dan diset up. Mengatur
jarak maksimum,kecepatan pembebanan, range beban/gaya. Menurunkan load
cell perlahan-lahan dengan menekan tombol start (down) hingga menyentuh
bahan uji hingga bahan uji patah. Dicatat besar gaya pada layar monitor.
1.10 Analisis Tensile strength dan Elongasi (Baruqi et al., 2009)
Menyiapkan bahan sesuai keperluan. Lalu memasang perangkat alat untuk uji
tarik. Pilih load cell yang sesuai dengan kekuatan bahan uji .Metakkan sampel/
bahan uji padatempatnya. Menyalakan power supply dandiset up. Mengatur jarak
maksimum, kecepatan pembebanan, range beban/gaya. Setelah itu menarik load
cell perlahan-lahan dengan menekan tombol start (up), kemudian dalam
71
beberapa detik distop. Mengulangi langkah sebelumnya sampai tercapai
keadaan plastik atau sampai patah. dicatat besar gaya dan perubahan panjang.
1.11 Perlakuan Terbaik (Malenovic et al., 2011)
Apabila respon yang diinginkan berada pada nilai target tertentu, bentuk
fungsi individual desirability seperti pada persamaan berikut :
Ti adalah nilai target yang diinginkan, Li adalah batas bawah target, dan Ui
adalah batas atas target (L≤T≤U) , maka bentuk fungsi desirability dari masing-
masing kategori tersebut adalah sebagai berikut
1.12 Prosedur Uji Organoleptik (Rahayu, 2001)
Pengujian organoleptik dilakukan untuk mengetahui tingkat kesukaan panelis
terhadap sampel yang diujikan. Pengujian dilakukan dengan menggunakan
metode uji Hedonik untuk mengetahui tingkat kesukaan terhadap rasa, aroma,
tekstur, dan warna dari sampel. Pengujian dilakukan dengan memberikan sampel
dengan kode tertentu kepada panelis. Setiap panelis diminta untuk menentukan
tingkat kesukaan terhadap masing2 atribut dengan menggunakan skala hedonik
berikut:
7 = Sangat suka
6 = Suka
5 = Agak suka
4 = Netral
3 = Agak tidak suka
2 = Tidak suka
1 = Sangat tidak suka
72
Lampiran 2. Form Uji Organoleptik
LEMBAR KUISIONER
Nama :
Hari/Tanggal :
Instruksi
1. Sebelum dan sesudah mencicipi sampel, minumlah air mineral yang telah disediakan
2. Lepaskan plastik yang menempel pada sampel fruit leather apel anna
3. Silahkan cicipi sampel yang disajikan di hadapan
4. Anda diminta memberikan penilaian terhadap warna dengan cara dilihat, aroma dengan cara
dicium, rasa dan tekstur dengan cara mencicipinya, serta overall dengan menilai secara
keseluruhan
5. Beri nilai pada tingkat kesukaan yang anda rasakan pada sampel
KODE Warna Aroma Rasa Tekstur Overall
461
Nilai:
7=Sangat suka
6=Suka
5=Agak suka
4=Netral
3=Agak tidak suka
2=Tidak suka
1=Sangat tidak suka
Nilai:
7=Sangat suka
6=Suka
5=Agak suka
4=Netral
3=Agak tidak suka
2=Tidak suka
1=Sangat tidak suka
KOMENTAR:
................................................................................................................................................
................................................................................................................................................
................................................................................................................................................
.
73
Lampiran 3. Data Hasil Analisis Hardness Fruit Leather Apel Anna
Data Analisis Parameter Hardness Tiap Perlakuan
Perlakuan Ulangan
Rerata (N) STD %CV 1 (N) 2 (N) 3 (N)
K1T1 9,55 11,35 10,45 10,45 0,90 8,61
K1T2 11,55 10,55 11,75 11,28 0,64 5,70
K1T3 12,60 12,20 12,30 12,37 0,21 1,68
K2T1 6,30 7,20 7,00 6,83 0,47 6,92
K2T2 9,30 8,45 7,70 8,48 0,80 9,44
K2T3 8,75 8,90 8,30 8,65 0,31 3,61
K3T1 4,85 4,65 5,55 5,02 0,47 9,42
K3T2 5,30 4,90 5,45 5,22 0,28 5,45
K3T3 6,30 6,75 6,75 6,60 0,26 3,94
ANOVA PARAMETER HARDNESS
Analysis of Variance for Hardness using Adjusted SS for Test by
Minitab 17.0
Source DF Adj SS Adj MS F-Value P-Value
Karagenan 2 150,569 75,2844 233,06 0,000
Tepung Terigu 2 14,134 7,0669 21,88 0,000
Kelompok 2 0,032 0,0158 0,05 0,952
Karagenan*Tepung Terigu 4 1,919 0,4797 1,49 0,253
Error 16 5,168 0,3230
Total 26 171,822
Model Summary
S R-sq R-sq(adj) R-sq(pred)
0,568349 96,99% 95,11% 91,43%
UJI LANJUT BNT PARAMETER HARDNESS
Grouping Information Using Fisher LSD Method and 95% Confidence by
Minitab 17.0
Konsentrasi
Karagenan N Mean Grouping
0,0% 9 11,3667 A
0,5% 9 7,9889 B
1,0% 9 5,6111 C
Means that do not share a letter are significantly different.
Grouping Information Using Fisher LSD Method and 95% Confidence by
Minitab 17.0
Konsentrasi
Tepung Terigu N Mean Grouping
3% 9 9,20556 A
2% 9 8,32778 B
1% 9 7,43333 C
Means that do not share a letter are significantly different.
74
Uji Lanjut BNT Parameter Hardness Menggunakan Ms. Excel 2010 Konsentrasi
Karagenan (%) Rerata Hardness (N) BNT (5%)
0 11,37 ± 0,96c
0,57 0,5 7,99 ± 1,00b
1 5,61 ± 0,86a
Keterangan: 1) Setiap data hasil analisis merupakan rerata dari 3 ulangan ± standar deviasi 2) Huruf yang berbeda pada notasi menunjukan berbeda nyata (α=0,05)
Konsentrasi
Tepung Terigu (%) Rerata Hardness (N) BNT (5%)
1 7,43 ± 2,77a
0,57 2 8,33 ± 3,04b
3 9,21± 2,92c
Keterangan: 1) Setiap data hasil analisis merupakan rerata dari 3 ulangan ± standar deviasi 2) Huruf yang berbeda pada notasi menunjukan berbeda nyata (α=0,05)
75
Lampiran 4. Data Hasil Analisis Tensile strength Fruit Leather Apel Anna Data Analisis Parameter Tensile strength Tiap Perlakuan
Perlakuan Ulangan
Rerata (N) STD %CV 1 (N) 2 (N) 3 (N)
K1T1 12,05 13,20 12,30 12,52 0,60 4,83
K1T2 9,30 8,60 10,00 9,30 0,70 7,53
K1T3 11,10 10,25 11,30 10,88 0,56 5,12
K2T1 6,30 5,35 6,20 5,95 0,52 8,77
K2T2 7,65 6,70 7,35 7,23 0,49 6,71
K2T3 9,45 8,35 9,75 9,18 0,74 8,03
K3T1 5,65 4,90 5,95 5,50 0,54 9,83
K3T2 5,10 5,35 6,05 5,50 0,49 8,95
K3T3 5,90 5,95 6,80 6,22 0,51 8,14
Analysis of Variance for Tensile Strength using Adjusted SS for Test
by Minitab 17.0
Source DF Adj SS Adj MS F-Value P-Value
Karagenan 2 124,345 62,1723 189,91 0,000
Tepung Terigu 2 9,056 4,5279 13,83 0,000
Kelompok 2 2,280 1,1401 3,48 0,056
Karagenan*Tepung Terigu 4 23,397 5,8493 17,87 0,000
Error 16 5,238 0,3274
Total 26 164,316
Model Summary
S R-sq R-sq(adj) R-sq(pred)
0,572175 96,81% 94,82% 90,92%
UJI LANJUT DMRT PARAMETER TENSILE STRENGTH
Uji Lanjut DMRT Parameter Tensile Strength Menggunakan Ms. Excel 2010
Konsentrasi Karagenan (%)
Konsentrasi Tepung Terigu (%)
Rerata %Tensile strength
DMRT (5%)
0
0,5
1
1
2
3
1
2
3
1
2
3
12,52±0,60h
9,30±0,70ef
10,88±0,56g
5,95±0,52b
7,23±0,49d
9,18±0,74e
5,50±0,54a
5,50±0,49a
6,22±0,51bc
0,78
0,82
0,84
0,86
0,87
0,88
0,89
0,89
-
Keterangan: 1) Setiap data hasil analisis merupakan rerata dari 3 ulangan ± standar deviasi 2) Huruf yang sama pada notasi menunjukan tidak berbeda nyata (α=0,05)
76
Lampiran 5. Data Hasil Analisis Elongasi Fruit Leather Apel Anna
Data Analisis Parameter Elongasi Tiap Perlakuan
Perlakuan Ulangan
Rerata (%) STD %CV 1 (%) 2 (%) 3 (%)
K1T1 12,50 12,50 11,67 12,22 0,48 3,94
K1T2 10,00 10,00 10,83 10,28 0,48 4,68
K1T3 12,50 13,33 12,50 12,78 0,48 3,77
K2T1 8,33 9,17 8,33 8,61 0,48 5,59
K2T2 10,83 10,00 9,17 10,00 0,83 8,33
K2T3 12,50 12,50 11,67 12,22 0,48 3,94
K3T1 9,17 8,33 8,33 8,61 0,48 5,59
K3T2 8,33 9,17 10,00 9,17 0,83 9,09
K3T3 11,67 10,83 12,50 11,67 0,83 7,14
ANOVA PARAMETER ELONGASI Analysis of Variance for Elongasi using Adjusted SS for Test by
Minitab 17.0
Source DF Adj SS Adj MS F-Value P-Value
Karagenan 2 18,5700 9,2850 21,55 0,000
Tepung Terigu 2 34,7737 17,3868 40,36 0,000
Kelompok 2 0,0514 0,0257 0,06 0,942
Karagenan*Tepung Terigu 4 11,3683 2,8421 6,60 0,002
Error 16 6,8930 0,4308
Total 26 71,6564
Model Summary
S R-sq R-sq(adj) R-sq(pred)
0,656363 90,38% 84,37% 72,61%
UJI LANJUT DMRT PARAMETER ELONGASI
Uji Lanjut DMRT Parameter Elongasi Menggunakan Ms. Excel 2010 Konsentrasi
Karagenan (%) Konsentrasi
Tepung Terigu (%) Rerata %Tensile
strength DMRT (5%)
0
0,5
1
1
2
3
1
2
3
1
2
3
12,22±0,48f
10,28±0,48cd
12,78±0,48fg
8,61±0,48a
10,00±0,83c
12,22±0,48f
8,61±0,48a
9,17±0,83ab
11,67±0,83e
1,14
1,19
1,23
1,25
1,27
1,28
1,29
1,30
-
Keterangan: 1) Setiap data hasil analisis merupakan rerata dari 3 ulangan ± standar deviasi 2) Huruf yang sama pada notasi menunjukan tidak berbeda nyata (α=0,05)
77
Lampiran 6. Data Hasil Analisis Warna Apel Anna 6.1. L*
Perlakuan Ulangan
Rerata STD %CV 1 2 3
K1T1 69,23 68,07 68,47 68,59 0,59 0,86
K1T2 68,27 68,03 68,17 68,16 0,12 0,17
K1T3 67,97 68,23 68,03 68,08 0,14 0,20
K2T1 68,50 68,30 68,90 68,57 0,31 0,45
K2T2 68,33 68,67 67,97 68,32 0,35 0,51
K2T3 68,13 68,53 68,13 68,27 0,23 0,34
K3T1 68,67 68,53 68,53 68,58 0,08 0,11
K3T2 67,87 68,27 67,87 68,00 0,23 0,34
K3T3 68,63 68,00 68,13 68,26 0,33 0,49
ANOVA PARAMETER L* (Kecerahan) Analysis of Variance for L*using Adjusted SS for Test by Minitab
17.0
Source DF Adj SS Adj MS F-Value P-Value
Karagenan 2 0,07169 0,03584 0,37 0,694
Tepung Terigu 2 0,95860 0,47930 5,00 0,021
Kelompok 2 0,11416 0,05708 0,60 0,563
Karagenan*Tepung Terigu 4 0,15226 0,03807 0,40 0,808
Error 16 1,53473 0,09592
Total 26 2,83144
Model Summary
S R-sq R-sq(adj) R-sq(pred)
0,309711 45,80% 11,92% 0,00%
UJI LANJUT DMRT PARAMETER L* (Kecerahan) Uji Lanjut DMRT Parameter Kecerahan Menggunakan Ms. Excel 2010
Konsentrasi Karagenan (%)
Konsentrasi Tepung Terigu (%)
Rerata L* DMRT (5%)
0
0,5
1
1
2
3
1
2
3
1
2
3
68,59 ± 0,59b
68,16 ± 0,12ab
68,08 ± 0,14ab
68,57 ± 0,31b
68,32 ± 0,35ab
68,27 ± 0,23ab
68,58 ± 0,08b
68,00 ± 0,23a
68,26 ± 0,33ab
0,54
0,56
0,58
0,59
0,60
0,60
0,61
0,61
-
Keterangan: 1) Setiap data hasil analisis merupakan rerata dari 3 ulangan ± standar deviasi 2) Huruf yang sama pada notasi menunjukan tidak berbeda nyata (α=0,05)
78
6.2 a*
Perlakuan Ulangan
Rerata STD %CV 1 2 3
K1T1 -0,77 -0,77 -0,80 -0,78 0,02 -2,47
K1T2 -0,87 -0,90 -0,87 -0,88 0,02 -2,19
K1T3 -0,73 -0,87 -0,70 -0,77 0,09 -11,50
K2T1 -0,90 -0,82 -1,30 -1,01 0,26 -25,45
K2T2 -0,83 -0,97 -0,77 -0,86 0,10 -11,90
K2T3 -0,80 -0,70 -0,73 -0,74 0,05 -6,84
K3T1 -0,77 -0,93 -0,67 -0,79 0,13 -17,08
K3T2 -0,67 -0,73 -0,70 -0,70 0,03 -4,76
K3T3 -0,70 -0,63 -0,83 -0,72 0,10 -14,10
ANOVA PARAMETER a* (Kemerahan) Analysis of Variance for a* using Adjusted SS for Test by Minitab
17.0
Source DF Adj SS Adj MS F-Value P-Value
Karagenan 2 0,078637 0,039319 2,78 0,092
Tepung Terigu 2 0,058637 0,029319 2,07 0,158
Kelompok 2 0,007279 0,003640 0,26 0,776
Karagenan*Tepung Terigu 4 0,081225 0,020306 1,44 0,268
Error 16 0,226383 0,014149
Total 26 0,452163
Model Summary
S R-sq R-sq(adj) R-sq(pred)
0,118949 49,93% 18,64% 0,00%
UJI LANJUT DMRT PARAMETER a* (Kemerahan) Uji Lanjut DMRT Parameter Kemerahan Menggunakan Ms. Excel 2010
Konsentrasi Karagenan (%)
Konsentrasi Tepung Terigu (%)
Rerata L* DMRT (5%)
0
0,5
1
1
2
3
1
2
3
1
2
3
0,78 ± 0,02a
-0,88 ± 0,02a
-0,77 ± 0,09a
-1,01 ± 0,26a
-0,86 ± 0,10a
-0,74 ± 0,05a
-0,79 ± 0,13a
-0,70 ± 0,03a
-0,72 ± 0,10a
0,21
0,22
0,22
0,23
0,23
0,23
0,23
0,23
-
Keterangan: 1) Setiap data hasil analisis merupakan rerata dari 3 ulangan ± standar deviasi 2) Huruf yang sama pada notasi menunjukan tidak berbeda nyata (α=0,05)
79
6.3. b*
Perlakuan Ulangan
Rerata STD %CV 1 2 3
K1T1 18,70 18,73 17,80 18,41 0,53 2,88
K1T2 18,57 18,07 17,67 18,10 0,45 2,49
K1T3 18,07 17,83 18,60 18,17 0,39 2,16
K2T1 18,77 18,47 18,00 18,41 0,39 2,10
K2T2 18,63 18,30 18,20 18,38 0,23 1,23
K2T3 18,00 18,00 17,93 17,98 0,04 0,21
K3T1 18,63 18,30 18,17 18,37 0,24 1,31
K3T2 18,27 18,43 17,63 18,11 0,42 2,33
K3T3 18,10 17,97 17,33 17,80 0,41 2,30
ANOVA PARAMETER b* (Kekuningan)
Analysis of Variance for b* using Adjusted SS for Test by Minitab
17.0
Source DF Adj SS Adj MS F-Value P-Value
Karagenan 2 0,1368 0,06842 0,76 0,485
Tepung Terigu 2 0,7747 0,38733 4,29 0,032
Kelompok 2 1,0420 0,52100 5,76 0,013
Karagenan*Tepung Terigu 4 0,2184 0,05461 0,60 0,665
Error 16 1,4461 0,09038
Total 26 3,6169
Model Summary
S R-sq R-sq(adj) R-sq(pred)
0,300640 60,02% 35,03% 0,00%
UJI LANJUT DMRT PARAMETER b* (Kekuningan) Uji Lanjut DMRT Parameter Kemerahan Menggunakan Ms. Excel 2010
Konsentrasi Karagenan (%)
Konsentrasi Tepung Terigu (%)
Rerata b* DMRT (5%)
0
0,5
1
1
2
3
1
2
3
1
2
3
18,41 ± 0,53b
18,10 ± 0,45ab
18,17 ± 0,39ab
18,41 ± 0,39b
18,38 ± 0,23b
17,98 ± 0,04ab
18,37 ± 0,24b
18,11 ± 0,42ab
17,80 ± 0,41a
0,51
0,53
0,55
0,56
0,57
0,57
0,58
0,58
-
Keterangan: 1) Setiap data hasil analisis merupakan rerata dari 3 ulangan ± standar deviasi 2) Huruf yang sama pada notasi menunjukan tidak berbeda nyata (α=0,05)
80
Lampiran 7. Data Hasil Analisis Kadar Air Fruit Leather Apel Anna
Data Analisis Parameter Kadar Air Tiap Perlakuan
Perlakuan Ulangan Rerata
(%) STD %CV
1 (%) 2 (%) 3 (%)
K1T1 11,42 10,08 10,60 10,70 0,68 6,34
K1T2 10,03 10,69 11,33 10,68 0,65 6,07
K1T3 11,14 9,97 10,39 10,50 0,60 5,68
K2T1 12,47 11,19 11,26 11,64 0,72 6,17
K2T2 11,58 11,70 10,96 11,41 0,40 3,50
K2T3 11,14 10,81 10,72 10,89 0,22 2,02
K3T1 12,13 12,05 12,67 12,28 0,34 2,75
K3T2 11,73 11,90 11,51 11,72 0,20 1,67
K3T3 11,18 11,68 10,56 11,14 0,56 5,04
ANOVA PARAMETER KADAR AIR
Analysis of Variance for Kadar Air using Adjusted SS for Test by
Minitab 17.0
Source DF Adj SS Adj MS F-Value P-Value
Karagenan 2 5,4308 2,7154 10,14 0,001
Tepung Terigu 2 2,2289 1,1144 4,16 0,035
Kelompok 2 0,5707 0,2853 1,07 0,368
Karagenan*Tepung Terigu 4 0,6989 0,1747 0,65 0,633
Error 16 4,2826 0,2677
Total 26 13,2118
Model Summary
S R-sq R-sq(adj) R-sq(pred)
0,517363 67,58% 47,33% 7,69%
UJI LANJUT BNT PARAMETER KADAR AIR
Grouping Information Using Fisher LSD Method and 95% Confidence by
Minitab 17.0
Konsentrasi Karagenan N Mean Grouping
1,0% 9 11,7128 A
0,5% 9 11,3150 A
0,0% 9 10,6271 B
Means that do not share a letter are significantly different.
Grouping Information Using Fisher LSD Method and 95% Confidence by
Minitab 17.0
Tepung
Terigu N Mean Grouping
1% 9 11,5408 A
2% 9 11,2711 A B
3% 9 10,8430 B
Means that do not share a letter are significantly different.
81
Uji Lanjut BNT Parameter Kadar Air Menggunakan Ms. Excel 2010 Konsentrasi
Karagenan (%) Rerata Hardness (N) BNT (5%)
0 10,63 ± 0,11a
0,52 0,5 11,32 ± 0,38b
1 11,71 ± 0,57b
Keterangan: 1) Setiap data hasil analisis merupakan rerata dari 3 ulangan ± standar deviasi 2) Huruf yang berbeda pada notasi menunjukan berbeda nyata (α=0,05)
Konsentrasi Tepung Terigu (%)
Rerata Hardness (N) BNT (5%)
1 11,54 ± 0,80b
0,52 2 11,27 ± 0,52ab
3 10,84 ± 0,32a
Keterangan: 1) Setiap data hasil analisis merupakan rerata dari 3 ulangan ± standar deviasi 2) Huruf yang berbeda pada notasi menunjukan berbeda nyata (α=0,05)
82
Lampiran 8. Data Hasil Analisis Perlakuan Terbaik Fruit Leather Apel Anna
Perlakuan Hardness
Tensile
strength Elongasi
K1T1 10,45 12,52 12,22
K1T2 11,28 9,30 10,28
K1T3 12,37 10,88 12,78
K2T1 6,83 5,95 8,61
K2T2 8,48 7,23 10,00
K2T3 8,65 9,18 12,22
K3T1 5,02 5,50 8,61
K3T2 5,22 5,50 9,17
K3T3 6,60 6,22 11,67
Hardness
Tensile
strength Elongasi
Li 0 0 0
Ui 12,37 31,72 27,7
Ti 3,4 15,86 13,85
Perlakuan d1 d2 d3 D Rank
K1T1 0,21 0,79 0,88 0,53 5
K1T2 0,12 0,59 0,74 0,38 8
K1T3 0,00 0,69 0,92 0,00 9
K2T1 0,62 0,38 0,62 0,52 6
K2T2 0,43 0,46 0,72 0,52 7
K2T3 0,41 0,58 0,88 0,60 2
K3T1 0,82 0,35 0,62 0,56 4
K3T2 0,80 0,35 0,66 0,57 3
K3T3 0,64 0,39 0,84 0,60 1
Keterangan: d1 = individual desirability function hardness d2 = individual desirability function tensile strength d3 = individual desirability function elongasi D = composite desirability function
83
Lampiran 9. Data Hasil Uji T-Test
Paired T-Test and CI: literatur; hasil analisis hardness
Paired T for literatur - hasil analisis hardness
N Mean StDev SE Mean
literatur 3 3,400 0,000 0,000
hasil analisis 3 6,600 0,260 0,150
Difference 3 -3,200 0,260 0,150
95% CI for mean difference: (-3,845; -2,555)
T-Test of mean difference = 0 (vs ≠ 0): T-Value = -21,33 P-Value = 0,002
Paired T-Test and CI: literatur; hasil analisis tensile strength
Paired T for literatur - hasil analisis tensile strength
N Mean StDev SE Mean
literatur 3 15,860 0,000 0,000
hasil analisis 3 6,217 0,506 0,292
Difference 3 9,643 0,506 0,292
95% CI for mean difference: (8,387; 10,900)
T-Test of mean difference = 0 (vs ≠ 0): T-Value = 33,02 P-Value = 0,001
Paired T-Test and CI: literatur; hasil analisis elongasi
Paired T for literatur - hasil analisis
N Mean StDev SE Mean
literatur 3 13,850 0,000 0,000
hasil analisis 3 11,667 0,835 0,482
Difference 3 2,183 0,835 0,482
95% CI for mean difference: (0,109; 4,258)
T-Test of mean difference = 0 (vs ≠ 0): T-Value = 4,53 P-Value = 0,045
84
Lampiran 10. Data Hasil Analisis Kimia Bahan Baku 10.1 Kadar Air
Ulangan
Berat
Awal
(g)
Berat
Akhir
(g)
Kehilangan
Berat
(g)
Berat
Cawan
(g)
Kadar
Air (%) Rerata
(%) STD %CV
1 3,0006 0,40 2,61 43,8197 86,83
86,86% 0,04 0,04 2 3,0005 0,39 2,61 43,9068 86,90
3 3,0003 0,39 2,61 44,8524 86,85
10.2 Kadar Abu
Ulangan Berat sampel
(g)
Berat krus (g)
Berat akhir (g)
Berat abu (g)
Kadar Abu (%)
Rerata
(%) STD %CV
1 3,0001 21,6321 21,6363 0,0042 0,14
0,13 0,01 9,09 2 3,0006 21,4273 21,4308 0,0035 0,12
3 3,0004 21,2716 21,2755 0,0039 0,13
10.3 Kadar Lemak
Ulangan Berat
sampel (g)
Berat labu (g)
Berat
sampel+labu
(g)
Kadar Lemak
(%) Rerata STD %CV
1 5,0002 35,3812 35,3894 0,16
0,16 0,01 7,08 2 5,0008 35,2980 35,3065 0,17
3 5,0005 35,5395 35,5469 0,15
10.4 Kadar Protein
Ulangan Berat
sampel (g)
Volume awal (ml)
Volume akhir (ml)
Volume titer (ml)
Kadar N (%)
Kadar protein
(%) Rerata STD %CV
1 1,0003 0 0,9 0,9 0,13 0,79
0,76 0,05 6,67 2 1,0009 0,9 1,8 0,9 0,13 0,79
3 1,0007 1,8 2,6 0,8 0,11 0,70
Keterangan :
0,1 ml
10.5 Karbohidrat
Karbohidrat by different :
=
=100% - (86,86 + 0,13 +0,76 + 0,16)
=12,09
85
10.6 Serat Kasar
Ulangan Berat
sampel (g)
Kertas
Saring
(g)
Sampel +
Kertas (g)
Kadar Serat
(%)
Rerata STD %CV
1 10,0302 0,6233 0,7321 1,08
1,09 0,08 7,72 2 10,0352 0,6209 0,7214 1,00
3 10,0223 0,6356 0,7528 1,17
10.7 Uji Aktivitas Antioksidan IC50
Ulangan Konsentrasi
(ppm)
Rerata %
Inhibisi IC50 (ppm) Rerata STD %CV
1
0
500
1000
1500
2000
2500
0,00
6,32
13,88
20,82
28,62
32,22
3716,81
3676,28 35,13 0,96 2
0
500
1000
1500
2000
2500
0,00
6,76
13,64
21,40
29,66
32,29
3654,56
3
0
500
1000
1500
2000
2500
0,00
5,89
12,78
22,18
29,32
32,08
3657,47
y = 0,0134x + 0,1947 R² = 0,993
0,00
5,00
10,00
15,00
20,00
25,00
30,00
35,00
40,00
0 500 1000 1500 2000 2500 3000
% I
mb
ibis
i
Konsentrasi (ppm)
86
Grafik Analisis Regresi % Inhibisi terhadap Konsentrasi Ekstrak Puree Apel Anna
Ulangan 1
Nilai IC50 :
50 = 0,0134 X + 0,1947
X =
X = 3716,81 µg/ml
IC50 = 3716,81 ppm
y = 0,0134x + 0,1947 R² = 0,993
0,00
5,00
10,00
15,00
20,00
25,00
30,00
35,00
40,00
0 500 1000 1500 2000 2500 3000
% I
mb
ibis
i
Konsentrasi (ppm)
y = 0,0136x + 0,298 R² = 0,9884
0,00
5,00
10,00
15,00
20,00
25,00
30,00
35,00
40,00
0 500 1000 1500 2000 2500 3000
% I
mb
ibis
i
Konsentrasi (ppm)
87
Grafik Analisis Regresi % Inhibisi terhadap Konsentrasi Ekstrak Puree Apel Anna
Ulangan 2
Nilai IC50 :
50 = 0,0136 X + 0,298
X =
X = 3654,56 µg/ml
IC50 = 3654,56 ppm
y = 0,0136x + 0,298 R² = 0,9884
0,00
5,00
10,00
15,00
20,00
25,00
30,00
35,00
40,00
0 500 1000 1500 2000 2500 3000
% I
mb
ibis
i
Konsentrasi (ppm)
y = 0,0137x - 0,1074 R² = 0,9847
0,00
5,00
10,00
15,00
20,00
25,00
30,00
35,00
40,00
0 500 1000 1500 2000 2500 3000
% Im
bib
isi
Konsentrasi (ppm)
y = 0,0137x - 0,1074 R² = 0,9847
0,00
5,00
10,00
15,00
20,00
25,00
30,00
35,00
40,00
0 500 1000 1500 2000 2500 3000
% Im
bib
isi
Konsentrasi (ppm)
88
Grafik Analisis Regresi % Inhibisi terhadap Konsentrasi Ekstrak Puree Apel Anna
Ulangan 3
Nilai IC50 :
50 = 0,0137 X - 0,1074
X =
X = 3657,47 µg/ml
IC50 = 3657,47 ppm
89
Lampiran 11. Data Hasil Analisis Kimia Perlakuan Terbaik Fruit Leather Apel Anna
11.1 Kadar Air
Ulangan
Berat
Awal
(g)
Berat
Akhir
(g)
Kehilangan
Berat
(g)
Berat
Cawan
(g)
Kadar
Air (%) Rerata
(%) STD %CV
1 1,0003 0,40 2,61 2,9138 11,31
10,99 0,29 2,60 2 1,0214 0,39 2,61 2,8653 10,75
3 1,0091 0,39 2,61 2,8297 10,93
11.2 Kadar Abu
Ulangan Berat
sampel (g)
Berat krus (g)
Berat akhir (g)
Berat abu (g)
Kadar Abu (%)
Rerata
(%) STD %CV
1 3,0071 22,2439 22,2548 0,0109 0,36
0,32 0,05 14,11 2 3,0073 22,7865 22,7964 0,0099 0,33
3 3,0067 23,0849 23,0931 0,0082 0,27
11.3 Kadar Lemak
Ulangan Berat
sampel (g)
Berat labu (g)
Berat
sampel+labu
(g)
Kadar Lemak
(%) Rerata STD %CV
1 5,0053 39,2904 39,4038 2,27
2,25 0,07 2,92 2 5,0028 39,6906 39,8059 2,30
3 5,0035 39,4812 39,5901 2,18
11.4 Kadar Protein
Ulangan Berat
sampel (g)
Volume awal (ml)
Volume akhir (ml)
Volume titer (ml)
Kadar N (%)
Kadar protein
(%) Rerata STD %CV
1 1,0071 0 0,9 0,9 0,11 0,70
0,72 0,05 6,77 2 1,0090 0,9 1,8 0,9 0,12 0,78
3 1,0056 1,8 2,6 0,8 0,11 0,70
Keterangan :
0,1 ml
90
11.5 Kadar Karbohidrat
Karbohidrat by different :
=
=100% - (10,99+ 0,32 +0,72 + 2,25)
=85,72%
11. 6 Serat Kasar
Ulangan Berat
sampel (g)
Kertas
Saring
(g)
Sampel +
Kertas (g)
Kadar Serat
(%)
Rerata STD %CV
1 10,0027 0,6218 0,9711 3,49
3,47 0,22 6,38 2 10,0035 0,6205 0,9892 3,69
3 10,0012 0,6229 0,9473 3,24
11.7 Uji Aktivitas Antioksidan IC50
Ulangan Konsentrasi
(ppm)
Rerata %
Inhibisi IC50 (ppm) Rerata STD %CV
1
0
500
1000
1500
2000
2500
0 4,46 11,9
13,88 18,59 20,57
5827,26
5771,30 113,38 1,96 2
0
500
1000
1500
2000
2500
0 4,51
11,14 13,77 18,4
20,53
5845,81
3
0
500
1000
1500
2000
2500
0,00 4,89
11,53 14,16 18,42 21,80
5640,82
91
Grafik Analisis Regresi % Inhibisi terhadap Konsentrasi Ekstrak Fruit Leather Apel Anna
Ulangan 1
Nilai IC50 :
50 = 0,0084 X + 1,051
X =
X = 5827,26 µg/ml
IC50 = 5827,26 ppm
y = 0,0084x + 1,051 R² = 0,9671
0
5
10
15
20
25
0 500 1000 1500 2000 2500 3000
% I
mb
ibis
i
Konsentrasi (ppm)
y = 0,0084x + 1,051 R² = 0,9671
0
5
10
15
20
25
0 500 1000 1500 2000 2500 3000
% I
mb
ibis
i
Konsentrasi (ppm)
y = 0,0084x + 0,8952 R² = 0,9779
0
5
10
15
20
25
0 500 1000 1500 2000 2500 3000
% Im
bib
isi
Konsentrasi (ppm)
92
Grafik Analisis Regresi % Inhibisi terhadap Konsentrasi Ekstrak Fruit Leather Apel Anna
Ulangan 2
Nilai IC50 :
50 = 0,0084 X + 0,8952
X =
X = 5845,81 µg/ml
IC50 = 5845,81 ppm
Grafik Analisis Regresi % Inhibisi terhadap Konsentrasi Ekstrak Fruit Leather Apel Anna
Ulangan 1
y = 0,0084x + 0,8952 R² = 0,9779
0
5
10
15
20
25
0 500 1000 1500 2000 2500 3000
% Im
bib
isi
Konsentrasi (ppm)
y = 0,0087x + 0,9249 R² = 0,9839
0
5
10
15
20
25
0 500 1000 1500 2000 2500 3000
% Im
bib
isi
konsentrasi (ppm)
y = 0,0087x + 0,9249 R² = 0,9839
0
5
10
15
20
25
0 500 1000 1500 2000 2500 3000
% Im
bib
isi
konsentrasi (ppm)
94
Lampiran 12. Hasil Analisis Uji Orgnoleptik
Panelis
Parameter
Warna Aroma Rasa Tekstur Overall
1 4 5 6 5 6
2 5 4 6 4 5
3 7 6 5 6 6
4 6 6 6 6 6
5 4 6 7 5 7
6 6 4 6 6 6
7 6 6 6 5 6
8 4 5 6 6 6
9 6 7 7 6 7
10 4 6 7 7 6
11 6 6 5 6 6
12 5 4 7 6 6
13 5 6 4 4 4
14 4 5 7 4 6
15 4 6 6 7 6
16 5 5 6 5 5
17 6 6 5 4 5
18 5 6 7 3 6
19 5 5 6 6 6
20 3 5 6 6 5
21 6 6 7 6 6
22 4 5 6 5 5
23 6 4 6 4 6
24 5 4 6 5 5
25 6 2 6 5 6
26 4 4 6 6 5
27 6 6 6 5 6
28 5 4 5 3 5
29 6 4 4 6 6
30 6 4 5 5 5
31 4 3 4 4 4
32 4 6 6 6 6
33 6 4 5 6 6
34 6 5 6 4 6
35 5 5 4 5 5
36 6 4 6 5 6
37 6 5 6 5 6
95
38 5 4 6 4 5
39 5 6 6 7 6
40 6 5 7 6 7
41 6 4 6 3 5
42 6 4 6 3 6
43 5 4 7 5 6
44 6 6 6 4 5
45 6 4 4 5 4
46 6 4 6 5 5
47 6 5 7 4 5
48 6 4 5 4 4
49 5 4 6 5 5
50 6 6 5 5 5
51 5 6 5 4 5
52 4 5 6 4 5
53 5 4 7 5 5
54 6 6 5 5 5
55 5 4 5 5 5
56 4 6 5 5 5
57 7 5 4 4 4
58 6 5 6 4 5
59 5 5 5 5 5
60 4 4 6 5 4
Rerata 5,27 4,90 5,77 4,97 5,43
Parameter Tingkat Kesukaan Rerata
1 2 3 4 5 6 7
Warna 0 0 1 13 17 27 2 5,27
Aroma 0 2 3 22 16 19 0 4,90
Rasa 0 0 0 6 13 30 11 5,77
Tekstur 0 0 4 15 23 15 3 4,97
Overall 0 0 0 6 25 26 3 5,43
Rata-Rata 5,27
96
Lampiran 13. Dokumentasi
1. Proses pembuatan fruit leather
Sortasi Bahan Baku Pengupasan dan pengecilan ukuran
Steam blanching Pemasakan
Pencetakan