pengaruh bauran pemasaran dan brand image terhadap ...
-
Upload
khangminh22 -
Category
Documents
-
view
0 -
download
0
Transcript of pengaruh bauran pemasaran dan brand image terhadap ...
PENGARUH BAURAN PEMASARAN DAN BRAND IMAGE
TERHADAP KEPUASAN DAN LOYALITAS KONSUMEN
RESTO KOREAN GRILL OPPA GALBI LEBAK BULUS
SKRIPSI
Puji Rahmawati
11160920000006
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2021/1442 H
PENGARUH BAURAN PEMASARAN DAN BRAND IMAGE
TERHADAP KEPUASAN DAN LOYALITAS KONSUMEN
RESTO KOREAN GRILL OPPA GALBI LEBAK BULUS
PUJI RAHMAWATI
11160950000006
SKRIPSI
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian Pada
Program Studi Agribisnis Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2021/1442
i
PENGESAHAN UJIAN
Skripsi berjudul “Pengaruh Bauran Pemasaran terhadap Kepuasan dan
Loyalitas Konsumen Resto Korean Grill Oppa Galbi Lebak Bulus” yang ditulis
oleh Puji Rahmawati dengan NIM. 11160920000006, telah diuji dan dinyatakan
lulus dalam Sidang Munaqosah Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, pada hari Senin, tanggal 26 Juli 2021. Skripsi
ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana
Agribisnis pada Program Studi Agribisnis.
Menyetujui,
Mengetahui,
Penguji I
Prof. Dr. Ujang Maman, M. Si
NIP. 19620716 200003 1 001
Penguji II
Achmad Tjachja Nugraha S.P, M.P
NIP. 19740709 200701 1 026
Pembimbing I
Dr. Ir. Elpawati, M.P
NIP. 19620716 200003 1 001
Pembimbing II
Rizki Adi Puspitasari, M.M
NIP. 19780329 200701 2 015
Dekan
Fakultas Sains dan Teknologi
Nasrul Hakiem, S. Si, M.T, Ph. D
NIP. 19710608 200501 1 005
Ketua Program Studi Agribisnis
Ahmad Mahbubi, S.P, M.M, Ph. D
NIP. 19811106 201101 1 001
ii
PERNYATAAN
DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI BENAR-
BENAR HASIL KARYA SAYA SENDIRI YANG BELUM PERNAH
DIAJUKAN SEBAGAI SKRIPSI ATAU KARYA ILMIAH PADA
PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN.
Ciputat, Juni 2021
Puji Rahmawati
11160920000
iii
RIWAYAT HIDUP
Nama : Puji Rahmawati
Jenis Kelamin : Perempuan
Tempat, Tanggal Lahir : Jakarta, 31 Desember 1998
Kewarganegaraan : Indonesia
Status : Belum Menikah
Tinggi, Berat Badan : 156 cm, 50 kg
Agama : Islam
Alamat : Jl. Lobak II No. 1C RT01/06, Pondok Cabe Ilir,
Pamulang, Tangerang Selatan, Kode Pos 12260
Nomor Kontak : Hp. 085775124639
Email : [email protected]
IPK : 3,53
2002-2003 : TK Rahayu
2004-2010 : SDN 02 Pisangan
2010-2013 : SMPN 2 Kota Tangerang Selatan
2013-2016 : SMAN 8 Kota Tangerang Selatan
IDENTITAS DIRI
RIWAYAT PENDIDIKAN
iv
2016-2021 : Program Sarjana (S1) Agribisnis, Fakultas Sains dan Teknologi,
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
2016-2017 : Anggota Departement Minat dan Bakat Divisi Seni Dewan
Eksekutif Mahasiswa Fakultas Sains dan Teknologi
2017-2018 : Anggota Departement Kemahasiswaan Divisi Minat dan Bakat
Dewan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Sains dan Teknologi
2018-2020 : Bendahara II Dewan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Sains dan
Teknologi
2019 : Bagian Pemasaran Koperasi Susu Bandung Utara
2019 : Inputer Data, Kasus Penundaan Keputusan Pembayaran Utang (PKPU)
Koperasi Indosurya.
2020 : Admin Kelas Berenang
2019 : Inputer Data, Kasus Penundaan Keputusan Pembayaran Utang (PKPU)
PT. Tozy Sentosa.
PENGALAMAN ORGANISASI
PENGALAMAN KERJA
v
RINGKASAN
Puji Rahmawati, Pengaruh Bauran Pemasaran dan Brand Image Terhadap
Kepuasan dan Loyaliyas Konsumen di Resto Oppa Galbi Lebak Bulus (dibawah
bimbingan Elpawati dan Rizky Adi Puspita)
Suatu strategi pemasaran yang melibatkan dan memperhitungkan seluruh
bauran pemasaran (Marketing Mix) yang saling terkait erat antara satu sama lainnya
untuk menciptakan brand image yang baik yang nantinya akan membuat konsumen
Resto Oppa Galbi Lebak bulus merasa puas dan menjadi loyal. Penelitian ini
dilakukan untuk mengetahui dan menganalisis tingkat kepuasan dan loyalitas
restoran Oppa Galbi Lebak Bulus serta pengaruh bauran pemasaran dan citra merek
(brand image) terhadap kepuasan dan loyalitas konsumen.
Penelitian ini menggunakan data primer dan data sekunder. Data primer diambil
dari jawaban responden yang mengisi kuesioner yaitu pelanggan restoran Korean
Grill Oppa Galbi Lebak Bulus dan memenuhi kriteria sebagai responden, selain
mengisi kuesioner peneliti juga melakukan wawancara langsung dengan pihak
pengelola Restoran Oppa Galbi Lebak bulus untuk mengetahui awal mula Restoran
Oppa Galbi Lebak bulus, sedangkan data sekunder dari penelitian ini diperoleh dari
penelitian sebelumnya, yaitu literatur terkait dengan penelitian yang sedang
dilakukan oleh peneliti. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah
purposive sampling dengan jumlah responden sebanyak 100 orang. Alat analisis
yang digunakan adalah Structural Equation Modelling (SEM)- (PLS).
Hasil penelitian ini menunjukkan rata-rata tingkat kepuasan, nilai
tertinggi ada pada sub variabel kesediaan merekomendasikan yang memiliki nilai
4,09 pada kategori puas. Hasil perhitungan rata-rata tingkat loyalitas nilai tertinggi
terdapat pada sub variabel yang mencerminkan memiliki nilai 4,17 pada kategori
loyal. Adapun hasil pengukuran model yaitu jalur dari bauran pemasaran ke
loyalitas melalui kepuasan atau X1-Y1-Y2 memiliki nilai 0.252 dan P value sebesar
0,001 yang artinya <0.05, maka dengan begitu Y1 atau kepuasan memediasi
pengaruh X1 terhadap Y2. Begitu pula dengan variabel brand Image ke loyalitas
melalui kepuasan atau X2-Y1-Y2 memiliki nilai 0,333 dan P value 0.000 yang
berarti <0.05, hal itu juga berarti Y1 atau kepuasan memediasi pengaruh X2
terhadap Y2. Yang artinya variabel bauran pemasaran dan brand image terhadap
kepuasan dan loyalitas berpengaruh secara signifikan.
Kata Kunci: Bauran Pemasaran, Brand Image, Kepuasan dan Loyalitas
Konsumen, Structural Equation Modelling (SEM) PLS
vi
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Pengaruh
Bauran Pemasaran dan Brand Image Terhadap Kepuasan dan Loyaliyas Konsumen
di Resto Oppa Galbi Lebak Bulus”. Skripsi ini disusun dalam rangka memenuhi
salah satu syarat untuk menyelesaikan program Sarjana (S1) pada Program Studi
Agribisnis Universitas Islam Negri Syarif Hidayatullah Jakarta. Dalam
menyelesaikan skripsi ini, penulis menyadari bahwa penyelesaian skripsi ini tidak
terlepas dari bantuan berbagai pihak. Untuk itu perkenankan penulis mengucapkan
terimakasih kepada:
1. Bapak Nasrul Hakiem, S. Si, M.T, Ph. D, selaku Dekan Fakultas Sains dan
Teknologi, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta beserta jajarannya
2. Bapak Ahmad Mahbubi, S.P, M.M, Ph. D selaku Ketua Program Studi
Agribisnis Universitas Islam Negri Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Dr. Elpawati, M.M selaku Dosen Pembimbing Skripsi ke 1 yang telah
membimbing dan memberi masukan sehinga skripsi ini menjadi lebih baik.
4. Puspi Eko Wiranthie, S.E., M, Si, M, Sc selaku Dosen Pembimbing Skripsi ke 2
yang sedang melanjutkan pendidikannya yang dengan sabar telah memberikan
ilmu, arahan, saran dan meluangkan waktunya dalam proses penyelesaian skripsi
ini hingga selesai.
5. Rizki Adi Puspitasari, S.P, M.M selaku pengganti Dosen Pembimbing ke-2
sekaligus Sekretaris Program Studi Agribisnis yang sudah membantu
memberikan arahan dan saran kepada penulis dalam penyelesaian skripsi ini
hingga selesai.
6. Prof. Dr. Ujang Maman, M. Si dan Ahmad Tjahja Nugraha, S.P, M.P selaku
Dosen Penguji yang telah memberikan masukan dan kritiknya agar skripsi ini
menjadi lebih baik.
7. Seluruh dosen dan staff Program Studi Agribisnis yang tidak dapat disebutkan
satu persatu yang telah memberikan masukan dalam penyusunan skripsi ini.
8. Orang tua tercinta, Bapak Mulyadi dan Ibu Umaeroh yang telah memberikan
segala sesuatu yang berharga bagi peneliti dan selalu memberikan doa,
vii
semangat, waktu, tenaga, dukungan moral dan materiil yang sangat berarti bagi
peneliti sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi dan studi sampai saat ini.
9. Kakak-Kakaku tersayang, Mutiasari, Novia Eka S dan Adikku Syariva Azkia
yang selalu memberikan dukungan dan semangat sehingga peneliti dapat terus
berusaha mendapatkan gelar sarjana.
10. Sahabat-sahabat tercintaku selama perkuliahan, Lutfi Nurul Afifah, Khairunnisa,
Siha Istaina yang juga sama-sama berjuang dan terus memberikan semangat agar
kita semua bisa menyelesaikan skripsi.
11. Sahabat Karibku, Windy Nadia Safira, Pipit Tina Sari, Dian Islamiati, Firlyana
Putri, Arum Safitri, Mifta Rizky Azizah, Fitri Annisa dan Maulida Putri
terimakasih telah memberi semangat kepada penulis agar penulis bisa
menyelesaikan skripsi ini.
12. Keluarga DEMA FST UIN Jakarta, terimakasih sudah menjadi wadah untuk
saya bisa berorganisasi selama masa perkuliahan.
13. Teman-teman Agribisnis 2016 yang sedang sama-sama berjuang, terimakasih
atas kebersamaanya selama ini.
Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penyusunan skripsi ini.
Besar harapan penulis agar skripsi ini dapat bermanfaat, khususnya bagi penulis
dan bagi para pembaca. Amiin Ya Allah, Ya Rabbal Allamin. Barakallah.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Jakarta, Juni 2021
Penulis
viii
DAFTAR ISI
PENGESAHAN ............................................................................................ i
PERNYATAAN ........................................................................................ xiii
RIWAYAT HIDUP ..................................................................................... iii
ABSTAK ...................................................................................................... iv
KATA PENGANTAR ................................................................................. v
DAFTAR ISI .............................................................................................. vii
DAFTAR TABEL ..................................................................................... xxi
DAFTAR GAMBAR ............................................................................... xxii
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................. xiii
BAB I ..............................................................................................................
PENDAHULUAN ........................................................................................ 1
1.1 Latar Belakang ............................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah Penelitian ...................................................... 8
1.3 Tujuan Penelitian ....................................................................... 10
1.4 Manfaat Penelitian ..................................................................... 10
1.5 Ruang Lingkup Penelitian ......................................................... 10
BAB II .............................................................................................................
TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................ 12
2.1 Pemasaran ................................................................................... 12
2.2 Bauran Pemasaran ..................................................................... 13
2.3 Brand Image ................................................................................ 20
2.3.1 Faktor-Faktor yang mempengaruhi citra brand image ..... 20
2.4 Kepuasan Pelanggan .................................................................. 26
2.4.1 Pengertian Kepuasan Pelanggan .......................................... 26
2.4.2 Dimensi Kepuasan Konsumen .............................................. 27
2.5 Loyalitas ...................................................................................... 29
2.5.1 Pengertian Loyalitas .............................................................. 30
2.5.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Loyalitas Pelanggan . 33
2.5.3 Pengukuran Loyalitas............................................................ 33
2.6 Hubungan Bauran terhadap Kepuasan dan Loyalitas ........... 36
2.7 Hubungan Brand Image terhadap Kepuasan dan Loyalitas .. 38
2.8 (SEM)-Partial Least Square (PLS) .......................................... 399
ix
2.9 Penelitian Terdahulu .................................................................. 46
2.10 Kerangka Pemikiran .................................................................. 50
2.10.1 Kerangka Pemikiran Konseptual ....................................... 50
2.10.2 Kerangka Pemikiran Operasional ........................................ 51
BAB III ...........................................................................................................
METODE PENELITIAN .......................................................................... 54
3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian .................................................... 54
3.2 Jenis dan Sumber Data .............................................................. 54
3.2.1 Jenis Data .................................................................................. 54
3.2.2 Sumber Data ........................................................................... 55
3.3 Metode Pengambilan Sampel .................................................... 57
3.4 Variabel Penelitian ..................................................................... 59
3.5 Metode Pengolahan dan Analisis Data ..................................... 64
3.5.1 Analisis Deskriptif ...................................................................... 64
3.5.2 Uji Validitas dan Reabilitas Kuesioner .................................... 65
3.5.2.1 Uji Validitas ..................................................................... 65
3.5.2.2 Uji Reabilitas .................................................................... 69
3.5.3 Analisis SEM- Partial Least Square (PLS) ................................ 70
BAB IV ............................................................................................................
GAMBARAN UMUM RESTO OPPA GALBI ....................................... 76
4.1 Profil Resto Korean Grill Oppa Galbi...................................... 76
4.2 Visi Misi Resto Oppa Galbi ....................................................... 79
4.3 Struktur Organisasi Resto Korean Grill Oppa Galbi ............. 79
4.4 Karakteristik Responden Korean Grill Oppa Galbi .................... 82
4.4.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ...... 82
4.4.2 Karakteristik Responen Berdasarkan Usia ......................... 83
4.4.3 Karakteristik Responen Berdasarkan Pendidikan ............. 84
4.4.4 Karakteristik Responen Berdasarkan Pekerjaan ................. 85
BAB V .............................................................................................................
HASIL DAN PEMBAHASAN .................................................................. 87
5.1 Analisis Tingkat Kepuasan dan Loyalitas ............................... 87
5.1.1 Tingkat Kepuasan Resto Oppa Galbi .................................. 87
5.1.2 Tingkat Loyalitas Resto Oppa Galbi ...................................... 83
5.2 Pengaruh Bauran Brand Image ................................................ 88
x
5.3 Evaluasi Outer Model .................................................................. 89
5.3.1 Uji Validitas Konvergen .......................................................... 90
5.3.2 Uji Validitas Discriminant ...................................................... 92
5.3.3 Uji Reabilitas .......................................................................... 93
5.4 Evaluasi Inner Model .................................................................. 93
5.4.1 Uji R-Square Adjustment (R²) ................................................ 94
5.4.2 Uji Q-Square ........................................................................... 95
5.4.3 Uji Goodness of Fit ................................................................. 95
5.5 Uji Hipotesis ................................................................................ 96
5.6 Implikasi Manajerial ................................................................ 103
5.7 Presepi Konsumen terhadap Bauran Pemasaran ................. 103
BAB VI ............................................................................................................
KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................ 110
6.1 Kesimpulan ............................................................................... 110
6.2 Saran .......................................................................................... 111
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................. 113
LAMPIRAN ............................................................................................. 121
xi
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Perkembangan Produk Domestik Bruto (PDB) atas dasar harga
berlaku menurut lapangan usaha, (Industri Pengolahan Non Migas)
di Indonesia tahun 2017 sampai 2019 ............................................. 2
Tabel 2. Rata-rata Upah/Gaji Bersih (rupiah) Selama Sebulan
Buruh/Karyawan Menurut Provinsi ................................................ 5
Tabel 3. Restoran Korean Grill di Jakarta ..................................................... 8
Tabel 4. Tabulasi Parameter Uji Validitas dalam PLS ................................ 44
Tabel 5. Penelitian Terdahulu ...................................................................... 48
Tabel 6. Skala Likert.................................................................................... 56
Tabel 7. Kategori Rata – Rata Kepuasan ..................................................... 56
Tabel 8. Kategori Rata-Rata Loyalitas ........................................................ 57
Tabel 9. Definisi Operasional Variabel ....................................................... 58
Tabel 10. Hasil Uji Validitas ....................................................................... 67
Tabel 11. Hasil Uji Reabilitas ...................................................................... 70
Tabel 12. Karakteristik Responden Bedasarkan Jenis Kelamin .................. 83
Tabel 13. Karakteristik Responden Menurut Usia ...................................... 84
Tabel 14. Karakteristik Responden Bedasarkan Pendidikan ....................... 85
Tabel 15. Karakteristik Responden Bedasarkan Pekerjaan ......................... 86
Tabel 16. Hasil Rata-Rata Kepuasan ........................................................... 87
Tabel 17. Hasil Rata-Rata Tingkat Loyalitas .............................................. 88
Tabel 18. Hasil Faktor Loading ................................................................... 90
Tabel 19. Hasil Uji Reabilitas Komposit ..................................................... 91
Tabel 20. Hasil Cross Loading .................................................................... 92
Tabel 21. Hasil Reabilitas SEM PLS ........................................................... 93
Tabel 22. Hasil Uji R-Square Adjusement ................................................... 94
Tabel 23. Hasil Uji Q-Square ...................................................................... 95
Tabel 24. Hasil Path Coeffient .................................................................... 97
xii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Perkembangan total konsumsi daging sapi dalam rumah tangga di
Indonesia, 2002- 2018 .................................................................. 2
Gambar 2. Perkembangan konsumsi daging sapi murni dalam rumah tangga
per provinsi Indonesia, rata-rata 2014-2018 ................................ 4
Gambar 3. Kerangka Pemikiran Konseptual ............................................... 51
Gambar 4. Kerangka Pemikiran Penelitian ................................................. 54
Gambar 5. Modelling Partical Least Square ............................................... 71
Gambar 6. Maps Resto Korean Grill Oppa Galbi Lebak Bulus ................. 77
Gambar 7. Struktur Organisasi Resto Korean Grill Oppa Galbi ................. 80
Gambar 7. Logo Resto Korean Grill Oppa Galbi ........................................ 81
Gambar 9. Model SEM-PLS ....................................................................... 81
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Kuesioner Penelitian ............................................................. 122
Lampiran 2. Menu Resto Oppa Galbi ........................................................ 130
Lampiran 3. Foto Pengisian Kuesioner oleh Pelanggan ............................ 131
Lampiran 4. Perhitungan Rata-Rata Tingkat Kepuasan dan Loyalitas...... 132
Lampiran 5. Perhitungan Rata-Rata Presepsi Konsumen .......................... 133
Lampiran 6. Tabulasi Data Kuesioner ....................................................... 135
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perkembangan bisnis di era Abad ke-21 telah berkembang sangat pesat dan
mengalami metamorfosis yang berkesinambungan. Setiap pelaku usaha di setiap
kategori bisnis dituntut untuk memiliki kepekaan terhadap setiap perubahan yang
terjadi dan menempatkan orientasi kepada kepuasan pelanggan sebagai tujuan
utama (Kotler, 2005). Pengaruh globalisasi dalam dunia industri saat ini telah
menyebabkan persaingan antar perusahaan menjadi semakin ketat dan kompetitif.
Berdasarkan hal itu, maka perusahaan dituntut untuk dapat terus berkembang
sehingga mampu menghadapi persaingan yang ada (Adzania, 2015).
PDB menurut lapangan usaha industri non migas yaitu industri makanan dan
minuman menempati urutan tertinggi yang artinya industri makanan/restoran
menyumbang pendapatan untuk negara dengan nominal yang lebih besar
dibandingkan industri lainnya, Menurut Airlangga Hartarto, Menteri Perindusterian
“Sektor industri makanan dan minuman (mamin) Indonesia saat ini memiliki
potensi pertumbuhan ekonomi yang cukup besar. Hal itu terjadi karena sektor
mamin didukung sumber daya alam Indonesia yang berlimpah dan permintaan
domestik yang tinggi.” Airlangga juga mengatakan “hingga triwulan I 2019
pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) industri makanan dan minuman
mencapai 6,77%. Angka itu di atas pertumbuhan PDB industri nasional sebesar
5,07%. Sektor tersebut pun berkontribusi sebesar 35,58% terhadap PDB Industri
2
Non Migas dan sebesar 6,35% terhadap PDB Nasional. Hal ini menjadikan sektor
mamin sebagai salah satu sektor penyumbang kontribusi PDB terbesar" (Rihanto,
2019). Hal itu dapat dilihat pada Tabel 1
Tabel 1. Perkembangan Produk Domestik Bruto (PDB) atas dasar harga berlaku
menurut lapangan usaha, (Industri Pengolahan Non Migas) di Indonesia tahun 2017
sampai 2019
No
Industri
Pengolahan
Non Migas
2017
Trw 3
2017
Trw 4
2018
Trw 1
2018
Trw 2
2018
Trw 3
2018
Trw 4
2019
Trw 1
2019
Trw 2
2019
Trw 3
2019
Trw 4
1 Industri
Makanan
dan Minuman
1449
06.1
1456
85.6
1295
67.6
1418
57.3
1449
06.1
1456
85.6 1771
97.9
1872
07.1
19428
9.2
18547
6.3
2. Industri Pengolahan
Tembakau
29656.5
121986.2
29766.4
33133.8
30860
31632.3
23240.1
22228.5
21793.1
23225
3. Industri
Tekstil dan
Pakaian Jadi
3875
8.3
1504
27.1
3975
9.9
4150
7.8
3801
5.8
3756
7.4
3593
1.3
3776
9.8
36786
.3
35317.
2
4. Industri
Kulit,
Barang dari Kulit dan
Alas
9192.
7
3698
8
1023
6.7
1088
3.8
9470.
7
8940.
3
7093.
1 7090
7317.
9 7153.1
5. Indutsri
Kayu,
Barang dari
Kayu dan Gabus
2102
8.7
8158
2.9
2116
4.4
2114
3.4
2025
4.7
2026
7.2
1453
2.3
1451
2.2
15384
.2
15069.
6
Sumber: Badan Pusat Statistik (2020)
Berdasarkan Tabel 1 industri makanan dan minuman menempati nilai PDB
tertinggi antara industri lainnya, hal tersebut membuat industri rumah makan
meningkat setiap tahunnya. Peningkatan industri rumah makan berpengaruh pula
terhadap peningkatan reatoran yang ada di Indonesia, terdapat beberapa restoran
yang memakai bahan utama daging sapi untuk menu hidangan di restoran-nya. Hal
ini tentunya akan berpengaruh dalam peningkatan konsumsi daging sapi di
Indonesia. Berdasarkan Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian atau yang
disingkat (Pusdatin) perkembangan total konsumsi daging sapi cukup berfluktuatif,
3
Pusdatin juga memprediksikan total konsumsi daging sapi tahun 2019-2021. Data
perkembangan konsumsi daging di Indonesia dari tahun 2002 sampai 2018 dan
disajikan pada Gambar 1.
Gambar 1. Perkembangan total konsumsi daging sapi dalam rumah tangga di
Indonesia, 2002- 2018
Sumber: Susenas, BPS (2019)
Keterangan:
*) Angka Prediksi Pusat Data dan Informasi (Pusdatin)
Berdasarkan Gambar 1, perkembangan konsumsi daging sapi di Indonesia
memiliki tren positif dari tahun 2002 hingga 2018, Pustadin juga memprediksikan
perkembangan konsumsi daging sapi sampai 2021 terus meningkat. Restoran yang
berbahan utama daging sapi terus bertambah pada tahun 2019, hal ini berpengaruh
positif terhadap peningkatan konsumsi daging di Indonesia. Berikut grafik yang
2.835
2.806
3.1162.633
2.304
3.2773.251
3.0623.326
4.9594.802
3.166
3.345
4.8695.161
6.881
6.8987.013
7.407
7.825
1.035
1.024
1.137
0,961 0,841
1.1961.187
1.118
1.2141.811
1.752
1.156
1.2211.777
1.8842.511
2.518
2.561
2.702
2.856
0
1.000
2.000
3.000
4.000
5.000
6.000
7.000
8.000
9.000
Kilo
gram
/Kg/
Har
i
TahunGram/kap/hari Kg/kap/hari
4
menampilkan perkembangan konsumsi daging sapi murni disajikan pada Gambar
2.
Gambar 2. Perkembangan konsumsi daging sapi murni dalam rumah tangga per
provinsi Indonesia, rata-rata 2014-2018
Sumber: Susenas, BPS (2019)
Berdasarkan pada Gambar 2, Jakarta menempati urutan paling tinggi pada
perkembangan konsumsi daging sapi murni dengan nilai 1.322 Kilogram/Kap/Th,
sementara untuk Provinsi lain masih berada dibawah angka 0.800
Kilogram/Kap/Th. Tingginya konsumsi daging sapi pada Provinsi Jakarta tentunya
dipengaruhi oleh upah penduduk Jakarta. Upah minimum suatu daerah berpengaruh
terhadap pendapatan sehingga berpengaruh pula terhadap pola konsumsi rumah
tangga dalam masyarakat. Semakin tinggi pendapatan maka pola konsumsi baik
pangan maupun non pangan akan semakin bervariasi (Wahyuni, 2014). Berikut
adalah besaran upah yang didapat buruh pada setiap Provinsi dapat dilihat pada
rata-rata upah buruh menurut Provinsi pada Tabel 2.
0,223
0,17
0,525
0,2850,285
0,25
0,3120,304
0,394
0,608
1,322
0,52
0,1940,292
0,577
0,525
0,148
0,613
0,386
0,1960,204
0,217
0,413
0,2…
0,140,1760,139
0,15
0,286
0,050,1050,074
0,2760,207
0,408
0
0,2
0,4
0,6
0,8
1
1,2
1,4
(Kg/
Kag
/Th
)
Provinsi
5
Tabel 2. Rata-rata Upah/Gaji Bersih (rupiah) Selama Sebulan Buruh/Karyawan
Menurut Provinsi
Provinsi
Tahun
2015 2016 2017 2018 2019
Aceh 1.443.444 2.423.490 2.681.910 2.572.090 2.778.615
Sumbar 1.737.973 2.322.804 2.645.672 2.778.206 2 949 030
Jambi 1 578 000 2 338 897 2.786.330 2.692.492 2.707.190
Bengkulu 2 158 843 2.374.259 2.795.663 2.793.383 2.869.302
Jakarta 3 310 971 3.980.808 4.089.123 4.415.849 4.463.388
Jateng 1 712 887 2.001.854 2.129.508 2 410 735 2.304.489
Jatim 1 853 653 2 129 937 2 238 587 2 398 992 2 479 910
Banten 2 675 104 3 531 518 3 732 904 3 873 876 3 842 833
Kalteng 2 365 116 2 687 091 2 751 804 2 771 167 2 999 391
Kalbar 2 179 926 2 204 481 2 377 318 2 278 899 2 528 607
Kalut 2 802 757 3 176 765 3 278 255 3 128 636 3 374 378
Sulut 2 281 307 2 849 993 3 093 605 3 019 857 3 315 107
Sulsel 2 221 299 2 494 064 2 692 208 2 764 748 2 855 170
Gorontalo 1 850 558 2 291 309 2 270 502 2 140 943 2 403 484
Maluku 2 507 328 2 443 695 2 651 338 2 518 027 2 941 409
Papua 3 397 680 3 487 512 3 975 511 4 224 545 4 000 706 Sumber: Badan Pusat Statisitk (2020)
Berdasarkan Tabel 2, Provinsi Jakarta menempati urutan tertinggi pada rata-
rata upah selama sebulan untuk buruh/karyawan. Pada tahun 2015 rata-rata upah
untuk buruh/karyawan Jakarta yaitu sekitar Rp. 3.310.971 dan hampir mendekati
Rp. 4.000.000 di tahun 2016. Sementara pada tahun 2017, rata-rata besaran upah
Provinsi Jakarta yaitu Rp. 4.089.123 dan terus meningkat sampai 2019 hingga Rp.
4.463.388.
Suatu inovasi perlu dilakukan perusahaan untuk menarik konsumen agar
membeli produk yang perusahaan tawarkan, salah satu inovasi yang bisa
ditawarkan di Indonesia yaitu restoran yang menawarkan konsep grill dan All You
Can Eat dengan bahan dasar utama yaitu daging sapi. Konsep restoran grill yang
berada di Indonesia ini merupakan cerminan dari budaya Korea. Joang (2005) juga
6
memaparkan adanya fenomena globalisasi yang mempengaruhi jenis kuliner di
Indonesia dimana salah satunya adalah budaya Korea. Kepopuleran budaya Korea
saat ini yang berdampak di Indonesia tidak hanya terlihat pada musik, drama, dan
film, tetapi menarik bagi pemasar di bidang kuliner, sehingga masyarakat Indonesia
kini dengan mudah dapat menikmati sajian kuliner Korea di Indonesia. Hal tersebut
dapat menjadi peluang yang menjanjikan bagi para pebisnis untuk membuka usaha
di bidang Restoran grill di Indonesia khususnya di Jakarta. Restoran grill All You
Can Eat yang berada di Jakarta menerapkan sistem penjualan menu makan sekali
bayar, makanan tidak disajikan per porsi melainkan dengan konsep prasmanan atau
buffet, pengunjung juga bisa menikmati makanan sepuasnya pada waktu yang telah
ditentukan.
Salah satunya restoran yang menawarkan konsep All You Can Eat yaitu restoran
Oppa Galbi, restoran Korean grill All You Can Eat ini mengangkat konsep self-
service, yang bertujuan ingin melibatkan konsumen secara langsung untuk dapat
merasakan sensasi tersendiri saat mengunjungi restoran tersebut. Konsep self-
service juga memudahkan perusahaan untuk memenuhi harapan konsumen, karena
konsumen lebih bebas melayani diri sendiri sehingga terpenuhi apa yang menjadi
keinginannya. Menu yang paling digemari di resto Oppa Galbi adalah daging sapi,
dengan berbagai macam potongan dan daging yang sudah dimarinasi membuat
konsumen menggemari produk daging sapi pada resto Oppa Galbi. Resto Oppa
Galbi selain menawarkan daging sapi dan daging ayam juga menyediakan berbagai
menu siap santap lainnya seperti nasi putih, kaarage, japchae, dan pajeon.
7
Restoran Oppa Galbi ini sudah berdiri sejak awal 2019 dan saat ini sudah memiliki
cabang di Jogya, Semarang dan 11 cabang di Jabodetabek.
Restoran Korean Grill merupakan salah satu jenis industri horeka (hotel,
restoran dan kafe) yang menawarkan berbagai jenis olahan daging dengan bumbu
yang berbeda-beda dan menu lainnya yang kemudian didukung dengan fasilitas dan
konsep tempat yang menarik dan memanjakan konsumen. Tren bisnis restoran
Korean Grill yang sedang menjamur ini menimbulkan persaingan bisnis yang ketat
dalam merebut dan mempertahankan pelanggan. Perusahaan terus berusaha untuk
meningkatkan kepuasan pelanggan agar pelanggan mau membeli kembali produk
tersebut terus menerus, salah satu strategi pemasaran yang dapat dilakukan
perusahaan untuk meningkatkan kepuasan konsumen dan pembelian berulang atau
loyalitas adalah bauran pemasaran (marketing mix) (Sukawati dan Tejantara, 2018).
Bauran pemasaran (marketing mix) adalah seperangkat alat pemasaran yang
digunakan perusahaan untuk terus menerus mencapai tujuan pemasarannya di pasar
sasaran (Kotler dan Keller, 2012)
Bauran pemasaran merupakan perangkat atau alat bagi pemasar yang terdiri
atas berbagai unsur suatu program pemasaran yang perlu dipertimbangkan agar
implementasi strategi pemasaran dan penentuan posisi yang ditetapkan dapat
berjalan sukses (Rambat Lupiyoadi, 2013). Bauran pemasaran juga merupakan hal
yang penting dalam menghadapi persaingan bisnis di era globalisasi. Hal ini
dilakukan dengan memunculkan perbedaan dan keunikan yang dimiliki perusahaan
dibandingkan dengan pesaing untuk dapat menarik minat konsumen untuk setia
terhadap produk yang ditawarkan perusahaan tersebut. Kesempatan untuk menarik
8
pelanggan untuk menjadi setia terdapat pada respon pada saat pelanggan melakukan
pembelian yang pertama. (Elita, 2008)
1.2 Rumusan Masalah Penelitian
Di era sekarang ini kebanyakan konsumen memilih untuk membeli yang
instant, salah satunya dalam hal memilih makanan. Akibat dari banyaknya restoran
yang bermunculan membuat konsumen semakin selektif dalam memilih restoran.
Restoran Korean Oppa Galbi adalah salah satu rumah makan yang ada di Jakarta
dengan menawarkan konsep grill atau memanggang sendiri dan konsep All You Can
Eat. Terdapat pula beberapa restoran sejenis yang berada di Jakarta menawarkan
konsep yang sama.
Tabel 3. Restoran Korean Grill di Jakarta
No. Nama Restoran Harga Premium
Beef
Harga Wagyu Beef
1. Oppa Galbi Rp. 99.000 Rp. 99.000
2. Pochajang Rp. 99.000 Rp. 129.000
3. Sogogi Rp. 99.000 Rp. 129.000
4. Ban Thai Rp. 99 .000 Rp. 129.000
5. Manse Korean Grill Rp. 99.000 Rp. 99.000
6. Kita Mura Shabu Shabu Rp. 99.000 Rp. 129.000
7. Miyazaki Bbq Rp. 99.000 Rp. 129.000
Sumber: Data Pribadi (2020)
Berdasarkan Tabel 3, terdapat beberapa perbedaan harga di beberapa
Restoran All You Can Eat untuk premium beef dan wagyu, tetapi untuk restoran
Oppa Galbi menyetarakan harga untuk premium beef dan wagyu. Harga yang tidak
9
Berdasarkan latar belakang diatas, maka perumusan masalah pada penelitian
ini adalah:
1. Bagaimana tingkat kepuasan dan loyalitas konsumen di restoran Korean Grill
Oppa Galbi?
2. Bagaimana pengaruh dari variabel bauran pemasaran 9P (product, price,
promotion, people, place, physical edvidence, process, packaging, payment)
dan brand image terhadap kepuasan dan loyalitas konsumen di Resto Korean
Grill Oppa Galbi?
3. Bagaimana presepsi konsumen terhadap bauran pemasaran di Resto Korean
Grill Oppa Galbi?
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah diatas, adapun tujuan dari penelitian ini
adalah:
1. Menganalisis tingkat kepuasan dan loyalitas konsumen di restoran Korean Grill
Oppa Galbi.
2. Menganalisis pengaruh variabel bauran pemasaran 9P (product, price,
promotion, people, place, physical edvidence, process, packaging, payment)
dan brand image terhadap kepuasan dan loyalitas konsumen di restoran Korean
Grill Oppa Galbi.
3. Menganalisis presepsi konsumen terhadap bauran pemasaran di restoran
Korean Grill Oppa Galbi.
10
1.4 Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi berbagai pihak, adapun
manfaat dalam penelitian ini adalah:
1. Bagi penulis
Menerapkan ilmu dan pengetahuan yang telah diperoleh penulis dimasa
perkuliahan, serta sebagai salah satu syarat kelulusan studi program sarjana
strata satu, Program Studi Agribisnis, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Bagi Perusahaan
Dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan
yang tepat serta menambah informasi bagi perusahaan.
3. Bagi Pembaca
Hasil dari penelitian ini diharapkan menjadi bahan informasi dan masukan bagi
peneliti selanjutnya.
1.5 Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini hanya akan membahas karakteristik konsumen serta pengaruh
bauran pemasaran 9P (product, price, promotion, place, people, process, physical
advice, packaging, payment) dan brand image terhadap kepuasan dan loyalitas
konsumen, dimana variabel independennya adalah bauran pemasaran 9P dan brand
image, variabel dependennya yaitu loyalitas pelanggan dan variabel
interveningnya yaitu kepuasan pelanggan. Responden dalam penelitian ini adalah
pelanggan restoran Koorean Grill Oppa Galbi cabang Karang Tengah, Lebak Bulus,
12
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pemasaran
Pemasaran adalah suatu proses sosial yang di dalamnya individu dan
kelompok mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan inginkan dengan
menciptakan, menawarkan, dan secara bebas mempertukarkan produk yang
bernilai dengan pihak lain (Kotler dan Keller, 2007). Pemasaran adalah
kegiatan manusia yang diarahkan untuk memuaskan kebutuhan dan keinginan
melalui proses pertukaran. Konsep yang menggaris bawahi pemasaran adalah
kebutuhan manusia, dimana kebutuhan manusia adalah suatu keadaan yang
dirasakan ingin diperoleh oleh seseorang. Suatu keadaan merasa hilang dalam
diri seseorang (Kotler, 1987).
Kartajaya (2006) menyatakan pemasaran adalah sebuah disiplin ilmu
bisnis strategi yang mengarahkan proses penciptaan, penawaran dan perubahan
value dari suatu inisiator kepada stakeholder-nya yang dalam keseluruhan
prosesnya sesuai dengan akad dan prinsip-prinsip muamalah bisnis dalam
islam. Menurut Stanton (1984) pemasaran adalah suatu sistem total dari
kegiatan bisnis yang dirancang untuk merencanakan, menentukan harga,
mempromosikan dan mendistribusikan barang-barang yang memuaskan
keinginan. dan jasa baik kepada para konsumen saat ini maupun konsumen
potensial. Sementara Kurtz (2008) mengungkapkan bahwa pemasaran adalah
fungsi organisasi dan seperangkat proses untuk menciptakan berkomunikasi
dan memberikan nilai kepada pelanggan dan untuk mengelola hubungan
13
pelanggan dalam organisasi andil stakeholder. Menurut Peter Drucker dalam
Kotler (1987) tujuan pemasaran adalah untuk membuat penjualan berlebihan.
Tujuannya ialah untuk mengetahui dan memahami konsumen demikian
baiknya sehingga produk atau jasa cocok bagi konsumen dan produk atau jasa
itu bisa terjual dengan sendirinya.
2.2 Bauran Pemasaran
Marketing mix atau bauran pemasaran adalah salah satu unsur strategi yang
penting untuk menyampaikan informasi secara luas serta memperkenalkan
barang atau, dan mempengaruhi konsumen untuk menciptakan preferensi
tersendiri terhadap image suatu produk. Kotler dan Armstrong (2008)
mendefinisikan bauran pemasaran sebagai kumpulan alat pemasaran taktis yang
digunakan oleh perusahaan untuk menghasilkan respons yang diinginkan di
pasar sasaran dan terdiri dari semua hal yang dapat dilakukan perusahaan untuk
mempengaruhi permintaan produknya. Bauran pemasaran adalah gabungan
antara variabel keputusan pemasaran yang berbeda yang digunakan oleh
perusahaan untuk memasarkan barang dan jasanya.
Menurut Sofjan (2014) menyatakan Bauran Pemasaran atau marketing mix
pada dasarnya adalah rencana yang menyeluruh, terpadu, dan menyatu di
bidang pemasaran, yang memberikan panduan tentang kegiatan yang akan
dijalankan untuk dapat tercapainya tujuan pemasaran suatu pemasaran.
Marketing mix adalah serangkaian tujuan dan sasaran, kebijakan, dan aturan
yang memberi arah kepada usaha-usaha pemasaran perusahaan dari waktu ke
14
waktu, pada masing-masing tingkatan dan acuan serta lokasinya, terutama
sebagai tanggapan perusahaan dalam menghadai lingkungan dan keadaan
persaingan yang selalu berubah
Setelah mengidentifikasi pasar dan mengumpulkan informasi dasar tentang
hal itu, langkah selanjutnya adalah arah pemrograman pasar, adalah
menentukan instrumen dan strategi untuk memenuhi kebutuhan pelanggan dan
tantangan pesaing. Ini menawarkan kombinasi optimal dari semua bahan
pemasaran sehingga perusahaan dapat mewujudkan tujuan misalnya
keuntungan, volume penjualan, pangsa pasar, laba atas investasi, dan lain-lain.
Formula operasi pemasaran yang menguntungkan adalah sebagian besar
perubahan bauran pemasaran sesuai dengan kondisi pemasaran dan juga dengan
perubahan faktor lingkungan (Singh, 2012). Ibidunni (2011) dalam jurnalnya
juga mengatakan setiap organisasi perlu mengukur derajatnya menggunakan
strategi bauran pemasaran yang akan berkontribusi pada kepuasan pelanggan
serta loyalitas pelanggan
Kotler dan Armstrong (2008) menyatakan bahwa bauran pemasaran
dikelompokkan menjadi empat kelompok variabel, yaitu product (produk),
price (harga), place (tempat), dan promotion (promosi). Pernyataan tersebut
diperluas oleh Zeithaml & Bitner (2013) menjadi pemasaran jasa dengan
menambahkan tiga variabel lainnya, yaitu people (orang), process (proses), dan
physical evidence (bukti fisik). Kemudian Eastwood (2014) menyebutkan
bauran pemasaran menjadi 9P, yaitu sebagai berikut:
1. Product (Produk)
15
Produk didefinisikan oleh Kotler (2001) sebagai apa saja yang dapat
ditawarkan ke konsumen untuk diperhatikan, diperoleh, digunakan atau
dikonsumsi yang dapat memenuhi keinginan atau kebutuhan. Hal yang
perlu diperhatikan pada produk adalah konsumen tidak hanya membeli
wujud fisik dari produk tersebut tapi juga membeli manfaat dan nilai dari
produk yang ditawarkan. Kotler dan Armstrong (2008) menyatakan bahwa
produk merupakan kombinasi barang dan jasa yang ditawarkan perusahaan
kepada pasar sasarannya. Terdapat tujuh indikator dalam bauran produk,
yaitu ragam, kualitas, desain, fitur, nama merek, kemasan, dan layanan.
Sementara Buchari Alma (2007) menyatakan produk ialah seperangkat
atribut baik berwujud maupun tidak berwujud, termasuk didalamnya
masalah warna, harga, nama baik pabrik, nama baik toko yang menjual
(pengecer) dan pelayanan pabrik serta pelanan pengecer, yang diterima oleh
pembeli guna memuaskan keinginannya
Menurut Lupiyoadi (2013) produk merupakan keseluruhan konsep objek
atau proses yang memberikan sejumlah nilai kepada konsumen, konsumen
tidak hanya membeli fisik dari produk saja tetapi membeli manfaat dan nilai
dari produk tersebut yang biasa disebut “the offer”. Yaitu manfaat yang
ditawarkan oleh produk tersebut. Konsep tersebut dikenal sebagai konsep
total produk yang terdiri atas: a) Produk inti/generik (core product)
merupakan fungsi inti dari produk tersebut, b) Produk yang diharapkan
(expected product), c) Produk tambahan (augmented product), d) Produk
potensial (potential product).
16
2. Price (Harga)
Penentuan harga merupakan hal yang penting dalam bauran pemasaran.
Kotler dan Armstrong (2008) menyatakan harga adalah sejumlah uang yang
dikeluarkan untuk manfaat-manfaat yang diperoleh dari suatu produk.
Keputusan penetapan harga oleh para pelaku usaha bergantung pada
persepsi mereka mengenai seberapa baik konsumen mendapat informasi
mengenai harga. Pelaku usaha akan lebih termotivasi untuk menetapkan
harga yang bersaing dengan pesaing lainnya bila pelaku usaha percaya
bahwa konsumen telah banyak mengetahui tentang harga yang ditetapkan
di pasar. Produk yang memiliki kualitas sama dengan produk lainnya tetapi
menawarkan harga yang relatif lebih murah akan memberikan nilai yang
lebih tinggi kepada konsumen. Namun konsumen memiliki respon yang
berbeda-beda dalam menanggapi komponen harga. Semakin mahal harga
suatu produk maka harapan konsumen akan kualitas produk yang
ditawarkan semakin tinggi. Terdapat beberapa indikator pada harga yang
dapat memuaskan konsumen, yaitu: keterjangkauan harga, kesesuaian harga
yang ditawarkan dengan kualitas produk yang diterima, daya saing harga
3. Place (Tempat)
Lokasi atau tempat usaha merupakan faktor yang menentukan keberhasilan
perusahaan, karena tempat usaha berkaitan dengan pasar potensial sebuah
perusahaan. Tempat meliputi seluruh kegiatan pelaku usaha yang membuat
produk tersedia bagi konsumen nya (Kotler dan Armstrong 2008).
Keputusan pembelian akan dipengaruhi oleh bagaimana konsumen
17
mendapatkan produk yang diingikannya. Konsumen akan semakin puas
apabila suatu produk relatif mudah, nyaman, dan efisien untuk ditemukan.
Konsumen cenderung memilih produk yang lebih mudah untuk didapatkan
daripada produk yang sulit didapatkan. Kemudahan mendapatkan suatu
produk dianggap akan menghemat biaya pengeluaran dari segi transportasi
dan menghemat waktu yang diperlukan untuk mencari produk tersebut.
Kotler dan Armstrong (2008) menyatakan bahwa terdapat tujuh indikator
pada tempat, yaitu saluran, cakupan, pemilahan, lokasi, persediaan,
transportasi, dan logistik.
4. Promotion (Promosi)
Promosi merupakan suatu bentuk komunikasi pemasaran yang bertujuan
untuk menyebar informasi dan membujuk konsumen agar bersedia
menerima, membeli, dan loyal terhadap produk yang ditawarkan oleh
sebuah perusahaan. Walaupun produk yang dihasilkan memiliki kualitas
yang bagus tapi apabila konsumen tidak pernah mengetahui keberadaan
produk tersebut maka konsumen tidak akan pernah membelinya (Kotler dan
Armstrong 2008). Oleh karena itu program komunikasi menjadi penentu
keberhasilan sebuah strategi pemasaran. Promosi memiliki empat indikator,
yaitu iklan, penjualan pribadi, promosi penjualan, dan hubungan
masyarakat. Sementara menurut Bilson Simamora (2002), kegiatan
promosi bukan saja berfungsi sebagai alat komunikasi antara perusahaan
dengan konsumen, melainkan juga untuk mempengaruhi konsumen dalam
kegiatan pembelian atau penggunaan jasa sesuai dengan keinginan dan
18
kebutuhannya. Indikator yang digunakan adalah pemberian potongan harga
dan iklan.
5. People (Orang)
Tenaga kerja (people) adalah semua pelaku yang memainkan peranan
penting dalam penyajian produk sehingga dapat mempengaruhi persepsi
konsumen. Tenaga kerja dinilai sangat mempengaruhi persepsi konsumen
dan sering dihubungkan dengan ciri-ciri pelayanan sebuah perusahaan.
Tenaga kerja yang memiliki kinerja tinggi dan pengetahuan yang baik akan
menjadi kompetensi dasar dalam internal perusahaan dan citra yang baik di
mata konsumen (Lovelock dan Wright 2004). Hurriyati (2005) menjelaskan
bahwa semua sikap tenaga kerja, bahkan cara tenaga kerja berpakaian dan
penampilan akan memiliki pengaruh terhadap keberhasilan perusahaan
menyempaikan jasa yang ditawarkan.
6. Process (Proses)
Kualitas produk bergantung pada proses penyampaian produk tersebut ke
tangan konsumen. Dikarenakan penggerak perusahaan adalah tenaga kerja
nya sendiri, maka untuk menjamin mutu kualitas produk yang ditawarkan
maka perusahaan perlu menjamin operasional harus dijalankan dengan
prosedur yang terstandarisasi. Proses yang dipersiapkan dengan baik akan
menghasilkan produk yang memiliki kualitas baik. Zeithaml dan Bitner
(2013) menyatakan bahwa seluruh proses dan keterampilan penyedia
layanan dibutuhkan untuk menciptakan kepuasan konsumen. Manajemen
sebuah perusahaan harus menjamin ketersediaan dan konsistensi kualitas.
19
7. Physical Evidence (Bukti Fisik)
Physical Evidence atau bukti fisik adalah lingkungan tempat barang atau
jasa disalurkan dan tempat produsen berinteraksi dengan konsumennya.
Bukti fisik yang memiliki karakteristik yang unik menjadi salah satu
persyaratan yang bernilai tambah bagi konsumen. Unsur-unsur yang
termasuk dalam bukti fisik antara lain bangunan fisik, arsitektur, jalan,
desain interior, peralatan, tanda, serta barang-barang lainnya dari sebuah
perusahaan yang menunjukkan ciri dan kualitas dari barang atau jasa yang
ditawarkan (Lovelock et al., 2010). Memberikan perhatian pada interior,
perlengkapan bangunan, termasuk sistem pencahayaan, dan tata ruang yang
nyaman menjadi hal penting dan dapat membawa suasana positif kepada
konsumen.
8. Packaging
Packaging adalah proses melampirkan atau melindungi produk untuk
distribusi, penyimpanan, penjualan, dan penggunaan, juga mengacu pada
proses desain, evaluasi, dan produksi paket dan citra organisasi. (Gladish,
2012)
9. Payment
Pembayaran adalah pertimbangan untuk pengiriman produk dan jasa. Hal
ini dapat dalam format yang berbeda: uang tunai, cek, kredit dan bahkan
barter atau poin program loyalitas. Ketentuan pembayaran mempengaruhi
kemudahan transaksi yang juga dapat mempengaruhi perilaku pembelian
20
konsumen. (Gladish, 2012). Payment yaitu pembeli membayar tagihan
kepada penjual melalui bank atau lembaga keuangan lainnya.
2.3 Brand Image
Merk (Brand) merupakan nama, istilah, tanda, symbol atau rancangan, atau
kombinasi dari semuaya, yang dimaksudkan untuk mengidentifikasikan
barang atau jasa atau kelompok penjual dan untuk mendifrensiasikannya
(membedakan) dari barang atau jasa pesaing (Kotler dan Keller, 2009). Kotller
and Keller mempresepsikan brand image adalah sebagai proses dimana
seseorang memilih, mengorganisasikan dan mengartikan masukan informasi
untuk menciptakan suatu gambaran yang berarti. Sementara menurut
(Rangkuti, 2008) brand image adalah sekumpulan asosiasi merk yang
terbentuk dan melekat dibenak konsumen.
Menurut (Shiu Huang dan Hsiao Hsuan Ku, 2016) dalam jurnalnya
mengatakan brand image adalah pengetahuan, perasaan, dan keyakinan orang-
orang memiliki sekitar organisasi dan melalui mana mereka tahu, menjelaskan,
ingat, dan berhubungan dengan organisasi tersebut. Brand Image adalah
representasi dari keseluruhan persepsi terhadap merek dan dibentuk dari
informasi dan pengalaman masa lalu terhadap merek itu. Citra terhadap merek
berhubungan dengan sikap yang berupa keyakinan dan preferensi terhadap
suatu merek. Konsumen yang memiliki citra yang positif terhadap suatu
merek, akan lebih memungkinkan untuk melakukan pembelian (Setiadi, 2003).
21
Durianto, Sugiarto dan Sitinjak (2004) menyatakan brand image adalah
asosiasi brand saling berhubungan dan menimbulkan suatu rangkaian dalam
ingatan konsumen. Brand image yang terbentuk di benak konsumen.
Konsumen yang terbiasa menggunakan brand tertentu cenderung memiliki
konsistensi terhadap brand image. Menurut (Aaker dan Biel, 1993) citra merek
adalah penilaian konsumen terhadap merek tersebut dalam sebuah pasar.
Penciptaan tersebut dapat tercipta berdasarkan pengalaman pribadi maupun
mendengar reputasinya dari orang lain atau media. Sementara Menurut
(Schiffman dan Kanuk, 2007) Citra merek adalah sekumpulan asosiasi
mengenai suatu merek yang tersimpan dalam benak atau ingatan konsumen.
2.3.1 Faktor-Faktor yang mempengaruhi citra merk/brand image
Ada beberapa faktor-faktor yang mempengaruhi Citra Merek, Schiffman
dan Kanuk (2007) menyebutkan faktor-faktor pembentuk citra merek yaitu:
1. Kualitas atau mutu, berkaitan dengan kualitas produk barang yang
ditawarkan oleh produsen dengan merek tertentu.
2. Dipercaya atau diandalkan. berkaitan dengan pendapat atau kesepakatan
yang dibentuk oleh masyarakat tentang suatu produk yang dikonsumsi.
3. Kegunaan atau manfaat yang terkait dengan fungsi dari suatu produk
barang yang bisa dimanfaatkan oleh konsumen.
4. Harga, yang dalam hal ini berkaitan dengan tinggi rendahnya atau banyak
sedikitnya jumlah uang yang dikeluarkan konsumen untuk mempengaruhi
suatu produk, juga dapat mempengaruhi citra jangka panjang.
22
5. Citra yang dimiliki oleh merek itu sendiri, yaitu berupa pandangan,
kesepakatan dan informasi yang berkaitan dengan suatu merek dari produk
tertentu
Menurur Keller (2000) citra merek adalah persepsi konsumen terhadap citra
merek produk yang akan dikonsumsi atau dipakai. pengukuran citra merek dapat
dilakukan berdasarkan pada aspek sebuah merek, yaitu:
1. Merek mudah diingat: Artinya elemen merek yang dipilih hendaknya yang
mudah diingat dan disebut atau diucapkan. Simbol, logo, nama yang
digunakan hendaknya menarik, unik sehingga menarik perhatian masyarakat
untuk diingat dan dikonsumsi.
2. Merek mudah dikenal: Selain dengan logo, sebuah merek dikenal melalui
pesan dan cara dimana produk dikemas dan disajikan kepada para konsumen
yang disebut trade dress. Melalui komunikasi yang intensif, suatu bentuk
produk khusus dapat menarik perhatian dan mudah dikenali oleh konsumen.
Sehingga trade dress sering sama seperti merek dagang, yaitu deferensiasi
produk dan jasa di pasar yang dapat dimintakan perlindungan hukum, dan
Reputasi merek baik: Bagi perusahaan citra berarti persepsi masyarakat
terhadap jati diri perusahaan. Persepsi ini didasarkan pada apa yang
masyarakat ketahui atau kira tentang perusahaan yang bersangkutan.
Perusahaan yang sama belum tentu memiliki citra yang sama pula dihadapan
orang.
23
Keller (2000) juga menambahkan citra merek terdiri dari dua faktor utama
yaitu:
1. Faktor fisik, merupakan karakteristik fisik dari merek yaitu: desain,
kemasan, logo, nama merek, fungsi, dan kegunaan produk dari merek itu, dan
2. Faktor psikologis, dibentuk oleh emosi, kepercayaan, nilai dan kepribadian
yang dianggap oleh konsumen dapat menggambarkan produk dari merek
tersebut. Citra merek sangat erat kaitannya dengan apa yang orang pikirkan,
rasakan terhadap suatu merek tertentu. Sehingga citra merek faktor psikologis
lebih banyak berperan dibandingkan faktor fisik merek tertentu
Sementara (Keller, 2013) menjabarkan tiga dimensi yang merangkai brand
image, sebagai berikut:
1. Kekuatan asosiasi merek (Brand Strength)
Kekuatan asosiasi merek adalah seberapa kuat seseorang terpikir tentang
informasi suatu brand diantaranya logo dan nama brand, serta bagaimana
memproses segala informasi yang diterima konsumen dan bagaimana
informasi tersebut dikelola oleh data sensoris di otak sebagai bagian dari
brand image. Ketika konsumen secara aktif memikirkan dan menguraikan arti
informasi pada suatu produk atau jasa, maka akan tercipta asosiasi yang
semakin kuat pada 6 ingatan konsumen. Konsumen memandang suatu objek
stimuli melalui sensasisensasi yang mengalir lewat kelima indera.
2. Keunggulan asosiasi merek (Brand Favorability)
24
Keunggulan asosiasi merek dapat membuat konsumen percaya bahwa atribut
dan manfaat yang diberikan oleh suatu merek dapat memuaskan kebutuhan
dan keinginan konsumen sehingga menciptakan sikap yang positif terhadap
merek tersebut serta melahirkan harapan, di mana harapan tersebut yang
diusahakan oleh konsumen untuk dipenuhi melalui kinerja produk dan merek
yang dikonsumsinya. Apabila kinerja produk atau merek melebihi harapan,
maka konsumen akan puas. Keunggulan asosiasi merek terdapat pada manfaat
produk, tersedianya banyak pilihan untuk memenuhi kebutuhan dan
keinginan, harga yang ditawarkan bersaing, dan kemudahan mendapatkan
produk yang dibutuhkan serta nama perusahaan yang bonafit juga mampu
menjadi pendukung merek tersebut.
3. Keunikan asosiasi merek (Brand Uniqueness)
Sebuah merek tentunya harus unik dan menarik sehingga produk tersebut
memiliki ciri khas dan sulit untuk ditiru oleh para pesaing, sehingga memberi
kesan yang cukup membekas terhadap ingatan konsumen akan keunikan
brand atau merek produk tersebut yang membedakannya dengan produk
sejenis lainnya. Merek hendaknya mampu menciptakan motivasi konsumen
untuk mulai mengonsumsi produk dan menciptakan kesan yang baik bagi
merek tersebut. Keunikan merek ini terdapat pada ciri khas merek baik produk
maupun jasanya, serta produk yang sulit untuk ditiru.
Faktor-faktor pendukung terbentuknya brand image dalam keterkaitannya dengan
asosiasi merk juga dijelaskan secara rinci oleh (Keller, 2009)
25
1. Favorability of brand association / Keunggulan asosiasi merk
Salah satu faktor pembentuk brand image adalah keunggulan produk, dimana
produk tersebut unggul dalam persaingan. Contoh: Oliver Footwear
merupakan penghasil alas kaki terbesar di Australia. Produknya adalah sepatu
bot tinggi untuk tempur, sepatu tinggi untuk pemadam kebakaran. Sepatu bot
yang diproduksi awal tahun 1990-an ini sekarang menjadi salah satu model
sepatu terbaik di Australia. Kelebihan sepatu ini adalah kualitas yang unggul
baik dalam hal model maupun kenyamanan pada saat di pakai. Sepatu ini
berusaha untuk terus mempertahankan “gaya gagah dan watak sederhana”.
Karena keunggulan kualitas (model dan kenyamanan) dan ciri khas itulah
yang menyebabkan sepatu ini memliki keunggulan tersendiri.
2. Strength of brand association/familiarity of brandassociation / Kekuatan
asosiasi merek.
Contoh membangun kepopuleran merek dengan strategi komunikasi melalui
periklanan atau media komunikasi lain: Hotel Shangri-la sebagai hotel
bintang lima yang berhasil menampilkan diri sebagai merek hotel yang
berkualitas di wilayahnya pada tahun 1990-an. Strategi yang digunakan
adalah dengan melakukan kampanye iklan dengan slogan “Kemana lagi
kecuali ke Shangri-La?”. Kewajiban mendasar bagi pemilik merek untuk
dapat mengungkapkan, mensosialisasikan jiwa/ kepribadian tersebut dalam
satu bentuk iklan, ataupun bentuk kegiatan promosi dan pemasaran lainnya.
Hal itulah yang akan terus menerus menjadi penghubung antara
produk/merek dengan konsumen. Dengan demikian merek tersebut akan
26
cepat dikenal dan akan tetap terjaga ditengah–tengah maraknya persaingan.
Membangun popularitas sebuah merek menjadi merek yang terkenal tidaklah
mudah.
3. Uniquesness of brand association / Keunikan asosiasi merek.
Merupakan keunikan–keunikan yang di miliki oleh produk tersebut. Sebagai
salah satu contoh adalah usaha Negara Singapura yang dimulai pada tahun
1970-an, di mana Negara ini berusaha serius terlibat dalam dunia pariwisata.
Pada tahun itu, Singapura sadar akan keberadaannya yang tidak memiliki
kekuatan besar untuk meningkatkan pertumbuhan sektor pariwisata.
2.4 Kepuasan Pelanggan
2.4.1 Pengertian Kepuasan Pelanggan
Kepuasan adalah tingkat perasaan seseorang setelah membandingkan
kinerja atau hasil yang dia rasakan dibandingkan dengan harapannya (Kotler,
2000). Rangkuti (2002) juga mengatakan kepuasan pelanggan merupakan
respon pelanggan terhadap ketidak sesuaian antara tingkat ketentingan
sebelumnya dan kinerja aktual yang dirasakannya setelah pemakaian. Pada
dasarnya kepuasan adalah tingkat perasaan seseorang setelah membandingkan
kinerja atau hasil yang dirasakannya dengan harapan. Rasa puas timbul apabila
hasil yang diperoleh memenuhi harapan pelanggan. Harapan tersebut dapat
dibentuk oleh pengalaman masa lampau, komentar dari kerabatnya serta
informasi pemasar dan pesaingnya. Pelanggan yang puas akan setia lebih lama.
Pelanggan tersebut akan bersedia merekomendasikan perusahaan, mau
27
membayar sesuai mutu yang disampaikan, mengatakan hal-hal yang positif
dari perusahaan, dan kurang sensitif terhadap harga. Sebaliknya apabila
pelanggan tidak puas mereka akan kecewa, dengan kekecewaan itu pelanggan
akan melakukan tindakan komplain, atau tidak sama sekali melakukan apa-apa
(diam) (Daryanto, 2014).
Menurut Schanaars (1991) bahwa pada dasarnya tujuan dari suatu
bisnis adalah menciptakan para pelanggan yang merasa puas dengan
produk/merk tersebut. Terciptanya kepuasan pelanggan dapat memberikan
beberapa manfaat untuk perusahaan, diantaranya yaitu: hubungan perusahaan
dan pelangganya menjadi harmonis, memberikan dasar yang baik bagi
perusahaan dan terciptanya loyalitas konsumen dan membentuk suatu
rekomendasi dari mulut kemulut (word of mouth) yang menguntungkan bagi
perusahaan (Tjiptono, 1995 dalam Suyoto 2013). Parasuraman, Zeithaml
dBerry (1988) dalam penelitianya juga menemukan bahwa salah satu penentu
utama loyalitas pelanggan adalah kepuasan pelanggan yang ada disetiap bisnis
dan pasar, pelanggan harus puas sebelum mereka bisa menjadi loyal.
2.4.2 Dimensi Kepuasan Konsumen
Tingkat kepuasan terhadap pelayanan yang diberikan kepada
pelanggan merupakan faktor yang penting dalam mengembangkan suatu
sistem penyediaan pelayanan yang tanggap terhadap kebutuhan pelanggan,
meminimalkan waktu dan biaya serta mengoptimalkan dampak yang
ditimbulkan terhadap populasi sasaran dari kepuasan yang diberikan.
Menurut teori Hawskins and Lonney (1997) dalam Tjiptono (2014) terdapat
28
konsep inti yang memiliki kesamaan diantara beragamnya cara dalam
mengukur kepuasan pelanggan, yaitu:
a. Kesesuaian Harapan
Kesesuaian harapan yaitu kesesuaian atau ketidaksesuaian antara
harapan konsumen dengan kinerja aktual produk atau jasa perusahaan.
Dalam hal ini akan lebih ditekankan pada kualitas pelayanan. Dimana
kualitas pelayanan ini memiliki komponen berupa harapan pelanggan
akan pelayanan yang diberikan. Pelayanan tersebut seperti; kebersihan
lokasi, kecepatan pelayanan, keramahan atau kesopanan dokter, perawat
dan karyawan.
b. Minat Pembelian Ulang
Minat pembelian ulang merupakan kepuasan pelanggan yang
diukur secara behavioral. Secara behavioral yang dimaksud adalah
dengan jalan menanyakan apakah pelanggan akan berbelanja atau
menggunakan jasa perusahaan kembali atau tidak. Pelayanan yang
berkualitas dapat menciptakan kepuasan konsumen dimana mutu
pelayanan tersebut akan masuk ke benak konsumen sehingga
dipersepsikan baik.
c. Kesediaan untuk merekomendasikan
Kesediaan untuk merekomendasikan produk kepada teman atau
keluarganya menjadi ukuran yang penting untuk dianalisis dan
ditindaklanjuti. Apabila pelayanan yang diterima atau dirasakan sesuai
dengan yang diharapkan, maka kualitas pelayanan dipersepsikan baik dan
29
memuaskan. Sehingga, melalui kepuasan tersebut konsumen akan
melakukan pembelian jasa dan pada akhirnya akan merekomendasikan
hal itu kepada orang lain
Menurut Daryanto (2014) faktor-faktor kepuasan dipengaruhi oleh harapan
pelanggan itu sendiri. Dimana harapan pelanggan dibentuk dari beberapa
faktor seperti pengalaman berbelanja dimasa lampau, opini teman dan
kerabat, serta informasi dan janji-janji perusahaan dan para pesaing. Maka
dari itu agar perusahaan tetap unggul dalam bersaing, perusahaan harus
memberikan jasa dengan kualitas yang tinggi dari pesaingnya secara
konsisten
2.5 Loyalitas
2.5.1 Pengertian Loyalitas
Loyalitas pelanggan secara umum dapat diartikan kesetiaan seseorang
atas suatu produk, baik barang maupun jasa tertentu. Istilah loyalitas pelanggan
menurut Swastha sebetulnya berasal dari loyalitas merek yang mencerminkan
loyalitas pelanggan pada merek tertentu. Loyalitas pelanggan atau pelanggan
yang setia pada merek tertentu cenderung terikat pada merek tersebut dan akan
membeli produk yang sama lagi sekalipun tersedia banyak alternatif lainnya
(Tjiptono, 2007). Konsep loyalitas konsumen dalam konteks pemasaran jasa
didefinisikan sebagai kontinuitas relasi, dan biasanya tercermin dalam
pembelian berkelanjutan dari penyedia jasa yang sama atas dasar dedikasi
maupun kendala pragmati Bendapudi & Berry (1997) dalam Tjiptono (2006).
30
Loyalitas merupakan komitmen yang dipegang secara mendalam untuk
membeli atau mendukung kembali produk atau jasa yang disukai di masa depan
meskipun pengaruh situasi dan usaha pemasaran berpotensi menyebabkan
perilaku beralih (Kotler dan Keller, 2009). Griffin (2009) juga berpendapat
bahwa loyalitas konsumen adalah pembentukan sikap dan pola perilaku
konsumen terhadap pembelian dan penggunaan produk yang merupakan hasil
dari pengalaman mereka sebelumnya serta memiliki perilaku pembelian yang
teratur dalam waktu yang lama. Sementara Wulf, Schored dan Lacobucci
(2001) menyatakan loyalitas sebagai besarnya konsumsi dan frekwensi
pembelian yang digunakan oleh seorang konsumen terhadap suatu perusahaan.
Surya dan Setiyaningrum (2009) juga menjelasan loyalitas pelanggan sebagai
kekuatan hubungan antara sikap relatif individu terhadap suatu kesatuan
(merek, jasa, toko, atau pemasok) dan pembelian ulang. Loyalitas pelanggan
menekankan pada runtutan pembelian yang dilakukan konsumen seperti
proporsi dan probabilitas pembelian. Loyalitas pelanggan merupakan faktor
penting yang menjadi alat ukur pembelian kembali.
2.5.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Loyalitas Pelanggan
Kesetiaan pada diri pelanggan ini timbul tanpa adanya paksaan dan
pihak manapun, tetapi timbul dari kesadaran sendiri dari masa lalu. Adapun
beberapa faktor yang dapat mempengaruhi loyalitas pelanggan. Menurut
Kertajaya (2006) menyebutkan faktor-faktor yang mempengaruhi pelanggan
sebagai berikut:
1. Kepuasan Pelanggan
31
Jika perusahaan dapat memberikan service yang melebihi ekspektasi
pelanggan, maka pelanggan akan puas. Pelanggan yang puas pasti akan
mempunyai loyalitas yang tinggi terhadap produk dibandingkan dengan
pelanggan yang tidak puas
2. Retensi pelanggan
Retensi pelanggan merupakan lamanya hubungan dengan pelanggan.
Tingkat retensi pelanggan adalah presentase pelanggan yang telah
memenuhi sejumlah pembelian ulang selama periode waktu yang terbatas
3. Migrasi pelanggan.
Perpindahan pelanggan terus terjadi meski pelanggan telah puas, dengan
produk dan service yang diberikan perusahaan dan bahkan dengan program
loyalitas yang disediakan perusahaan
4. Antusiasme pelanggan
Loyalitas tidak hanya berada dalam pikiran, mengingat dan menggunakan
produk, mereferensikan dan merekomendasikan pemakaian kepada orang
lain, tetapi juga telah menjadi bagian dan diri pelanggan seutuhnya.
Sementara Robinette (2001) menjelaskan faktor‐faktor yang mempengaruhi
loyalitas pelanggan adalah:
1. Faktor pertama, yaitu perhatian (caring)
Perusahaan harus dapat melihat dan mengatasi segala kebutuhan, harapan,
maupun permasalahan yang dihadapi oleh pelanggan. Dengan perhatian itu
pelanggan akan menjadi puas terhadap perusahaan dan melakukan transaksi
ulang dengan perusahaan dan pada akhirnya mereka akan menjadi
32
pelanggan perusahaan yang loyal. Semakin perusahaan menunjukkan
perhatiannya, maka akan semakin besar loyalitas pelanggan itu muncul.
2. Faktor kedua, yaitu kepercayaan (trust)
Kepercayaan timbul dari suatu proses yang lama sampai kedua belah pihak
saling mempercayai. Apabila kepercayaan sudah terjalin di antara
pelanggan dan perusahaan, maka usaha untuk membinanya akan lebih
mudah, hubungan perusahaan dan pelanggan tercermin dari tingkat
kepercayaan (trust) para pelanggan. Apabila tingkat kepercayaan pelanggan
tinggi, maka hubungan perusahaan dengan pelanggan akan menjadi kuat.
Salah satu cara yang dapat dilakukan perusahaan dalam membina hubungan
dengan pelanggan, yaitu segala jenis produk yang dihasilkan perusahaan
harus memiliki kualitas atau kesempurnaan seperti yang seharusnya atau
sebagaimana dijanjikan, sehingga pelanggan tidak merasa tertipu, yang
mana hal ini dapat mengakibatkan pelanggan berpindah keproduk pesaing.
3. Faktor ketiga, yaitu perlindungan (length of patronage)
Perusahaan harus dapat memberikan perlindungan kepada pelanggannya,
baik berupa kualitas produk, pelayanan, komplain ataupun layanan purna
jual. Dengan demikian, pelanggan tidak khawatir perusahaan dalam
melakukan transaksi dan berhubungan dengan perusahaan, karena
pelanggan merasa perusahaan memberikan perlindungan yang mereka
butuhkan.
4. Faktor keempat, yaitu kepuasan akumulatif (overall satisfaction)
33
Kepuasan akumulatif adalah keseluruhan penilaian berdasarkan total
pembelian dan konsumsi atas barang dan jasa pada suatu periode tertentu.
Kepuasan akumulatif ditentukan oleh berbagai komponen seperti kepuasan
terhadap sikap agen (service provider) dan kepuasan terhadap perusahaan
itu sendiri. Oleh karena itu, perusahaan harus dapat memberikan rasa puas
kepada pelanggan dalam melakukan segala transaksi dengan perusahaan,
sehingga dalam hal ini perusahaan harus memperhatikan dan meningkatkan
fungsi dan kegunaan dari segala fasilitas dan sumber daya yang dimiliki
agar pelanggan dapat memanfaatkannya kapan saja dan dimana saja.
2.5.3 Pengukuran Loyalitas
Menurut Griffin (2005) loyalitas pelanggan tampaknya merupakan
ukuran yang lebih dapat diandalkan untuk memprediksi pertumbuhan
penjualandan keuangan. Berbeda dari kepuasan, yang merupakan sikap,
loyalitas dapat didefinisikan berdasarkan perilaku membeli. Pelanggan yang
loyal adalah orang yang:
1. Melakukan pembelian berulang secara teratur (repeat purcase)
Pelanggan yang loyal adalah mereka yang melakukan pembelian barang
ataupun jasa secara teratur bahkan mereka akan tetap membeli meskipun
harganya mengalami kenaikan.
2. Membeli antar lini produk dan jasa. (purchases across product and service).
Pelanggan yang loyal bukan hanya membeli satu jenis produk atau jasa saja
dari sebuah perusahaan, melainkan mereka juga membeli produk ataupun
jasa tambahan yang disediakan oleh perusahaan tersebut.
34
3. Mereferensikan kepada orang lain. (recommendation)
Pelanggan yang loyal selalu ingin mereferensikan suatu produk atau jasa
yang digunakannya kepada orang lain, bai kepada teman maupun saudara.
Mereka selalu berusaha mempengaruhi orang lain untuk menggunakan
produk atau jasa yang sama dengan selalu menceritakan kelebihan produk
atau jasa yang dia gunakan sampai orang tersebut mencoba
menggunakannya.
4. Menunjukkan kekebalan terhadap tarikan dari pesaing. (refuse)
Para pelanggan yang loyal selalu menolak apabila ditawari produk atau jasa
dari perusahaan lain (pesaing). Mereka sudah memiliki kecintaan tersendiri
terhadap produk atau jasa yang telah digunakan.
Menurut Hasan (2008) loyalitas berkembang mengikuti empat tahap, yaitu:
1. Loyalitas Kognitif
Konsumen yang mempunyai loyalitas tahap ini menggunakan basis
informasi yang memaksa menunjuk pada satu merek atas merek lainnya,
loyalitasnya hanya didasarkan pada aspek kognisi saja.
2. Loyalitas Afektif
Loyalitas tahap ini didasarkan pada aspek afektif konsumen. Sikap
merupakan fungsi dari kognisi (pengharapan) pada periode awal pembelian
(masa prakonsumsi) dan merupakan fungsi dari sikap sebelumnya plus
kepuasan di periode berikutnya (masa pascakonsumsi).
3. Loyalitas Konatif
35
Dimensi konatif (niat melakukan) yang dipengaruhi oleh perubahan-
perubahan afektif terhadap merek. Konatif menunjukkan suatu niat atau
komitmen untuk melakukan sesuatu kearah tujuan tertentu.
4. Loyalitas Tindakan
Meskipun pembelian ulang adalah suatuhal yang sangat penting bagi pemasar,
penginterpretasian loyalitas hanya pada pembelian ulang saja tidak cukup, karna
pelanggan yang membeli ulang belum tentu mempunyai sikap positif terhadap
barang atau jasa yang dibeli. Pembelian ulang dilakukan bukan karena puas,
melainkan mungkin karena terpaksa atau fakor lainnya, ini tidak termasuk
dimensi loyal. Oleh karena itu, untuk mengenali perilaku loyal dilihat dari
dimensi ini ialah dari komitmen pembelian ulang yang ditujukan pada suatu
produk dalam kurun waktu tertentu secara teratur. Banyak yang menyaksikan
betapa sulitnya menjamin bahwa pelanggan akan membeli ulang dari penyedia
yang sama jika ada pilihan lan yang lebih menarik baik dari segi harga maupun
pelayanannya.
Sementara Tjiptono (2007) menjelaskan loyalitas mencangkup dua komponen
yang penting, yaitu berupa loyalitas sebagai perilaku dan loyalitas sebagai sikap.
Kombinasi dari dua komponen tersebut akan menghasilkan empat jenis situasi
kemungkinan loyalitas, yaitu: “no loyalty, spurious loyalty, latent loyalty, dan
loyalty”.
Tjiptono (2007) juga menjelaskan empat jenis situasi kemungkinan loyalitas
dari Dick & Basu (1994), sebagai berikut:
1. No Loyalty
36
Hal ini dapat terjadi bila sikap dan perilaku pembelian ulang pelanggan
sama-sama lemah, maka loyalitas tidak terbentuk.
2. Spurious Loyalty
Keadaan seperti ini ditandai dengan pengaruh non sikap terhadap perilaku,
seperti norma subjektif dan faktor situasional. Situasi semacam ini dapat
dikatakan pula inertia, dimana konsumen sulit membedakan berbagai merk
dalam kategori produk dengan tingkat keterlibatan rendah. Sehingga
pembelian ulang di lakukan atas dasar pertimbangan situasional, seperti
familiarity (dikarenakan penempatan produk yang strategis pada rak
pajangan, lokasi outlet di pusat perbelanjaan)
3. Latent Loyalty
Situsi latent loyalty tercermin bila sikap yang kuat disertai pola pembelian
ulang yang lemah. Situasi yang menjadi perhatian besar para pemasar ini
disebabkan pengaruh faktor-faktor non sikap yang sama kuat atau bahkan
cenderung lebih kuat daripada faktor sikap dalam menentukan pembelian
ulang.
4. Loyalty
Situasi ini merupakan situasi yang ideal yang paling di harapkan para
pemasar. Di mana konsumen bersikap positif terhadap produk atau produsen
dan disertai pola pembelian ulang yang konsisten.
2.6 Hubungan antara Bauran Pemasaran terhadap Kepuasan dan
Loyalitas Konsumen
Giese (2002) dalam penelitiannya menyebutkan berbagai faktor yang
37
mempengaruhi kepuasan pelanggan terhadap pengalaman bersantap mereka
yang meliputi: waktu tunggu, kualitas pelayanan, respon dari karyawan lini
depan atau front employee, variasi menunya, harga makanan dan minumannya,
kualitas makanan, konsistensi makanan, suasana serta fasilitasnya dan
kenyamanannya. Hal tersebut membuktikan bahwa variabel-variabel dari
bauran pemasaran berpengaruh terhadap kepuasan dan mempengaruhi praktik
pembelian berulang oleh konsumen atau loyalitas konsumen.
Hasil studi lain menunjukan bahwa agar dapat memenangkan persaingan
dalam industri kuliner, restoran harus dapat membuat pelanggannya merasa
puas dan berminat untuk berkunjung kembali. Indikator tersebut dapat dilihat
dari kinerja restoran yang dirasakan oleh pelanggan. Kinerja restoran yang
dirasakan oleh pelanggan secara spesifik dapat dibagi menjadi beberapa faktor
atau variabel bebas yaitu pertama kualitas makanan, kedua kualitas layanan,
ketiga kualitas suasana, dan keempat harga, sumber dari penelitian
(Ramanathan, 2015). Meskipun kepuasan pelanggan diperlukan bagi
kesuksesan bisnis, namun itu saja tidak cukup untuk membangun loyalitas.
Pengaruh kepuasan konsumen terhadap loyalitas tergantung pada konteksnya.
Kepuasan konsumen akan secara langsung mempengaruhi strategi kedepan dan
melihat posisi perusahaan dipasar. Sarana fisik merupakan salah satu unsur
bauran pemasaran. Menurut Kotler dan Amstrong (2016), sarana fisik (physical
evidence) merupakan hal nyata yang turut mempengaruhi keputusan konsumen
untuk membeli dan menggunakan produk atau jasa yang ditawarkan. Unsur
yang termasuk sarana fisik antara lain, lingkungan atau bangunan fisik,
38
peralatan, perlengkapan, logo, warna dan lainnya.
2.7 Hubungan antara Brand Image terhadap Kepuasan dan Loyalitas
Konsumen
Kurniawati, dkk (2013) dalam hasil penelitianya menyebutkan brand
image berpengaruh positif terhadap kepuasan konsumen. Citra merek
merupakan image atau sesuatu yang melekat di benak konsumen. Semakin baik
persepsi di ingatan konsumen terhadap citra merek perusahaan maka kepuasan
konsumen juga akan semakin tinggi. Sebaliknya juga, jika persepsi konsumen
terhadap citra merek buruk maka kepuasan konsumen juga akan semakin
menurun. Pernyataan tersebut membuktikan bahwa diperlukannya strategi
yang tepat untuk mempopulerkan suatu merek. Strategi tersebut dapat dimulai
dengan membangun citra merek yang positif diingatkan konsumen. Citra
merek yang positif maka merek akan dikenal dan populer sebagai merek
dengan mutu yang terjamin. Citra merek yang positif tersebut akan menjadi
pertimbangan konsumen dalam menentukan produk yang akan dibelinya.
Tutut Ratna (2011) dalam penelitiannya juga meyebutkan bahwa brand
image berpengaruh positif dan signifikan terhadap loyalitas pelanggan.
Hubungan citra merek dengan loyalitas pelanggan dipengaruhi oleh
pengalaman penggunaan produk yang memuaskan. Konsumen yang memiliki
loyalitas terhadap suatu merek akan terus melakukan pembelian ulang karena
sudah percaya dan merasa puas sehingga konsumen tidak mudah tergiur
dengan promosi dari pihak pesaing dan adanya kemauan untuk
merekomendasikan merek tersebut kepada orang lain. Sehingga menciptakan
39
dari kepuasaan menjadi loyalitas pelanggan yang di timbulkan dari citra merek
tersebut. Rangkuti (2009) juga mengatakan: “Apabila konsumen beranggapan
bahwa merek tertentu secara fisik berbeda dari merek pesaing, citra merek
tersebut akan melekat secara terus menerus sehingga dapat membentuk
kesetiaan terhadap merek tertentu yang disebut dengan loyalitas merek”
2.8 Structural Equation Modelling (SEM)-Partial Least Square (PLS)
Model SEM dengan Partial Least Square (PLS) merupakan metode yang
diperkenalkan pertama kali pada tahun 1960-an oleh Herman O.A. World
dalam bidang ekonometrik. PLS merupakan suatu tekhnik prediktif yang bisa
menangani banyak variabel independen, bahkan sekalipun terjadi
multikolinieritas diantara variabel-variabel tersebut (Ramzan dan Khan, 2010).
Model Partial Least Square (PLS) ini merupakan teknik alternatif yang
digunakan pada analisis SEM dimana data yang dipergunakan tidak
terdistribusi normal multivariat. Pada SEM dengan PLS nilai variabel laten di
estimasi sesuai kombinasi linear dari variabel-variabel manifes yang terkait
dengan variabel laten serta diperlakukan untuk mengganti variabel manifes
(Alodya, 2017). PLS merupakan metode analisis yang powerful karena dapat
diterapkan pada semua skala data, tidak membutuhkan banyak asumsi dan
ukuran sampel tidak harus besar. PLS selain dapat digunakan sebagai
konfirmasi teori juga dapat digunakan dalam membangun hubungan yang
belum ada landasan teorinya atau untuk pengujian proposisi (Nyoman, 2008).
Semula PLS lebih banyak digunakan untuk studi bidang analytical,
physical dan clinical chemistry. Desain PLS dimaksudkan untuk mengatasi
40
keterbatasan analisis regresi dengan Teknik OLS (Ordinary Least Square)
ketika karakteristik datanya mengalami masalah seperti: (1) ukuran data kecil,
(2) adanya missing value, (3) bentuk sebaran data tidak normal, dan (4) Adanya
gejala multikolinearitas (Mustafa dan Wijaya, 2012). Dalam SEM
menggunakan PLS ini terdapat tiga komponen yaitu model struktural, model
pengukuran dan skema pembobotan. Bagian ketiga ini merupakan ciri khusus
SEM dengan PLS dan tidak ada pada SEM yang berbasis kovarian. Dimana
dalam basis kovarian mengharuskan sampel yang besar yang dapat mencakup
ratusan bahkan ribuan observasi, maka SEM dengan PLS ini cukup dengan
menggunakan ukuran sampel yang kecil.
Sarwono (2015) juga menejelaskan asumsi-asumsi yang digunakan dalam
Structural Equation Modelling (SEM)-Particial Least Square (PLS) adalah
sebagai berikut:
a. Tidak ada asumsi normalitas. PLS sebagai alternatif dari SEM tidak
mengharuskan data terdistribusi normal mulivariat, sehingga dalam
penerapannya asumsi normalitas tidak diperlukan.
b. Ukuran sampel yang digunakan dalam SEM dengan PLS kecil dengan
persyaratan minimal adalah sepuluh kali dari besarnya indikator
formatif terbanyak yang digunakan untuk mengukur satu variabel laten
atau sepuluh kali jumlah jalur struktural terbanyak yang ditujukan ke
variabel laten tertentu dalam model structural.
c. Tidak mengharuskan random sampel dengan demikian sampel yang
dipilih dengan pendekatan non-probabilitas, seperti ‘accidental
41
sampling’, ‘purposive sampling’ dan sejenisnya dapat digunakan dalam
SEM dengan PLS.
d. Selain model hubungan indikator refleksif, SEM dengan PLS
memperbolehkan indikator formatif digunakan dalam mengukur
variabel laten.
e. Pendekatan Partial Least Square (PLS) mengizinkan adanya variabel
laten dikotomi.
f. Memberi kelonggaran terhadap keharusan adanya skala pengukuran
interval.
g. Distribusi residual dalam SEM dengan pendekatan PLS ini tidak
diharuskan seperti pada SEM yang berbasis kovarian dimana dalam
SEM tersebut distribusi residual harus sekecil mungkin seperti pada
regresi linier.
h. Pendekatan model ini dapat digunakan sebagai prosedur yang digunakan
untuk mengembangkan teori pada tahap awal.
i. Pendekatan regresi dalam SEM dengan PLS lebih cocok dibandingkan
dalam SEM yang berbasis kovarian.
j. Dalam SEM dengan PLS hanya diperbolehkan model rekursif (sebab –
akibat) saja dan tidak mengizinkan model non – rekursif (timbal balik)
sebagaimana dalam SEM yang berbasis kovarian.
k. SEM dengan PLS memungkinkan model sangat kompleks dengan
banyak variabel laten dan indikator.
Menurut Nyoman (2008) tahapan dalam SEM PLS adalah sebagai berikut:
42
a) Langkah pertama adalah dengan merancang model struktural atau inner
model. Dimana rancangan model struktural ini didasarkan pada
rumusan masalah atau hipotesis penelitian.
b) Selanjutnya dilanjutkan dengan merancang model pengukuran atau
outer model. Model pengukuran dalam PLS sangat penting karena
terkait dengan apakah indikator bersifat refleksif atau formatif.
Indikator reflektif memiliki kausalitas dari konstruk ke indikator.
Sehingga menghilangkan satu indikator dari model pengukuran tidak
akan merubah makna dan arti konstruk. Antar indikator dalam indikator
reflektif diharapkan saling berkorelasi. Dalam indikator reflektif juga
akan dihitung kesalahan pengukuran pada tingkat indikator. Untuk
indikator formatif, kualitas indikator memiliki arah dari indikator ke
konstruk. Apabila menghilangkan satu indikator berakibat merubah
makna dari konstruk. Antar indikator diasumsikan tidak berkorelasi
(tidak diperlukan uji konsistensi internal atau Alpha Cronchach).
Kesalahan pengukuran diletakkan pada tingkat konstruk.
c) Mengonstruksikan diagram jalur yang bertujuan agar inner model dan
outer model lebih mudah dipahami. Diagram jalur didasarkan dari
rancangan inner model dan outer model yang sudah dirancang.
d) Setelah itu dilakukan pengukuran model outer. Dimana Outer model
adalah model pengukuran yang bertujuan menilai validitas dan
reliabilitas suatu model. Pengukuran berdasarkan proses iterasi
algoritma yang dilakukan, menggunakan parameter pengukuran yaitu
43
validitas konvergen (Convergent Validity), validitas diskriminan
(Discriminant Validity), reliabilitas dengan parameter pengukuran
Composite Reability dan Cronbach’s Alpha, R2.
1. Validitas Konvergen (Convergent Validity)
Pengujian validitas konvergen (Convergent Validity) dengan
indikator reflektif dinilai berdasarkan loading factor (korelasi antara
skor item atau skor komponen dengan skor konstruk). Rule of
thumbs yang pada umumnya digunakan dalam pengujian awal dari
matriks faktor adalah 0.3 dapat dipertimbangkan telah memenuhi
level minimal, untuk loading 0.4 dianggap lebih baik, serta untuk
loading lebih besar dari 0.5 dianggap signifikan secara praktis.
Dengan demikian, semakin tinggi nilai loading factor, maka
semakin penting peranan loading dalam menginterpretasi matriks
faktor. Namun rule of thumbs yang digunakan untuk validitas
konvergen adalah outer loading lebih besar dari 0.7 (Abdillah,
2015).
2. Validitas Diskriminan (Discriminant Validity)
Uji validitas diskriminan diukur berdasarkan nilai cross loading
pengukuran dengan konstruknya. Cara lainnya yaitu dengan
membandingkan akar AVE untuk masing-masing konstruknya
dengan korelasi antara konstruk dengan konstruk lainnya dalam
model. Uji validitas diskriminan dinyatakan memenuhi syarat jika
akar AVE untuk masing-masing konstruk lebih besar daripada
44
korelasi antara kontruk dengan konstruk lainnya dalam model
(Abdillah, 2015). Berikut tabulasi parameter uji validitas dalam PLS
disajikan dalam Tabel 4.
Tabel 4. Tabulasi Parameter Uji Validitas dalam PLS
Uji Validitas Parameter Rule Of
Thumbs
Konvergen Faktor Loading >0,7
Average
Variance Extracted
(AVE)
>0,5
Communality >0,5
Diskriminan akar AVE dan
korelasi variabel
laten
Akar
AVE> korelasi
variabel laten
Cross loading >0,7 dalam
satu variabel
Sumber: Abdillah (2015)
Selain uji validitas PLS juga melakukan uji reliabilitas untuk
mengukur konsistensi internal alat ukur. Reliabilitas menunjukkan
akurasi, konsistensi, dan ketepatan suatu alat ukur dalam
melakukan pengukuran. Uji reliabilitas dalam PLS dapat
menggunakan dua metode yaitu Cronbach’s alpha dan Composite
reliability. Composite Reliability mengukur nilai reliabilitas yang
sebenarnya dari suatu variabel, sedangkan Cronbach’s Alpha
mengukur nilai terendah reliabilitas suatu variabel. Syarat
pengukuran menggunakan metode nilai Composite Reliability
harus lebih besar dari 0.7 (Abdillah, 2015). Pengukuran suatu
konstruk agar reliabel selain menggunakan parameter Composite
Reliability, dapat juga menggunakan Cronbach’s Alpha.
45
Pengukuran dapat dinyatakan reliabel apabila nilai Cronbach’s
Alpha lebih besar dari 0.7. Rule of thumbs nilai Alpha atau
Composite Reliability sebaiknya lebih besar dari 0.7 meskipun 0.6
masih dapat diterima (Abdillah, 2015).
e) Setelah dilakukan pengukuran model outer, dilakukan pengukuran
model inner. Inner model atau model struktural dalam metode PLS
dievaluasi dengan menggunakan parameter R2. Nilai R2 digunakan
untuk mengukur tingkat variasi perubahan variabel independen
terhadap variabel dependen, semakin tinggi nilai R2 berarti semakin
baik model prediksi dari model penelitian yang diajukan. Nilai R2
sebesar 0,67 dikategorikan sebagai substansial, nilai R2 sebesar 0,33
dikategorikan sebagai moderate, nilai R2 sebesar 0,19 dikategorikan
lemah serta nilai R2 sebesar >0,7 dikategorikan kuat.
f) Step terakhir yaitu dilakukan pengujian hipotesis yang dilakukan
dengan metode resampling Bootstrap. Penerapan metode
resampling, memungkinkan berlakunya data terdistribusi bebas
(distribution free), tidak memerlukan asumsi distribusi normal, serta
tidak memerlukan sampel yang besar (direkomendasikan sampel
minimum 30). Pengujian dilakukan dengan t-test, bilamana
diperoleh p-value ≤ 0,05 (alpha 5 %), maka disimpulkan signifikan,
dan sebaliknya. Bilamana hasil pengujian hipotesis pada outer
model signifikan, hal ini menunjukkan bahwa indikator dipandang
dapat digunakan sebagai instrumen pengukur variabel laten.
46
Sedangkan bilamana hasil pengujian pada inner model adalah
signifikan, maka dapat diartikan bahwa terdapat pengaruh yang
tinggi antara variabel laten terhadap variabel laten lainnya.
Partial Least Square (PLS) selain dapat mengkonfirmasi teori, namun juga
untuk menjelaskan ada atau tidaknya hubungan antar variabel laten. Selain itu PLS
juga digunakan untuk mengkonfirmasi teori, sehingga dalam penelitian yang
berbasis prediksi PLS lebih cocok untuk menganalisis data. Partial Least Square
juga dapat digunakan untuk menjelaskan ada tidaknya hubungan antar variabel
laten. Partial Least Square (PLS dapat sekaligus menganalisis konstruk yang
dibentuk dengan indikator refleksif dan formatif.) Pada dasarnya, World
membangun PLS untuk menguji teori yang lemah dan masalah pada asumsi
normalitas distribusi data.
PLS-SEM dalam mengimplikasikannya yaitu mengoptimalkan untuk ketepatan
prediksi. PLS-SEM juga bersifat Component-Based dan fleksibel yang artinya
mengutamakan hasil prediksi yang diduga tanpa memerlukan asumsi distribusi
normal. (Chin, 2000). Pengujian hasil prediksi dilakukan pada penelitian yang
bertujuan mengembangkan teori (Abdillah dan Jogiyanto,2015). Penelitian ini
memperkirakan adanya 7 hubungan prediksi antara konstruk/variabel laten bauran
pemasaran dan brand image terhadap kepuasan dan loyalitas.
2.9 Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu merupakan suatu penelitian yang dilakukan oleh peneliti
terdahulu terdahulu dan dianggap relevan oleh peneliti sehingga dapat dijadikan
47
rujukan peneliti dalam melakukan penelitian. Penelitian mengenai bauran pemasaran
(Marketing Mix), kepuasan dan loyalitas konsumen sangatlah banyak. Adapun
penelitian terdahulu yang relevan dengan penelitian ini adalah peneliti yang sama-sama
menggunakan variabel dan metode penelitian yang sama, persamaan dan perbedaan
pada penelitian terdahulu dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
48
Tabel 5. Penelitian Terdahulu
No. Nama dan
Tahun Judul Persamaan Perbedaan Hasil
1. Rekha
Mahendraswari
(2014)
Pengaruh
Bauran
Pemasaran
7P Terhadap
Kepuasan
dan Loyalitas
Konsumen
Rumah
Makan
Bebek
Gendut di
Kota Bogor
- Variabel
Kepuasan dan
Loyalitas
Pelanggan
- Metode analisis
SEM
(Structural
Equation
Modeling)
- Metode
pengambilan
sampel non
probability
sampling
dengan teknik
Convenience
sampling
- Variabel
Bauran
Pemasaran
(7P)
- Customer
Satisfaction
Index dan
Customer
Loyalty Index
- Variabel
bauran
pemasaran
(7P)
memiliki
pengaruh
signifikan
terhadap
kepuasan
dan
loyalitas
konsumen
2. Tri Astuti
Ramadhani
(2019)
Pengaruh
Bauran
Pemasaran
Terhadap
Loyalitas
Melaluui
Kepuasan
Konsumen
Kedai Kopi
Kulo Bogor
-Variabel
Kepuasan dan
Loyalitas
Pelanggan
-Metode analisis
SEM (Structural
Equation
Modeling) dengan
pendekatan PLS
(Partial Least
Square)
-Convenience
sampling
- Variabel
Bauran
Pemasran (7P)
- Variabel
bauran
pemasaran
berpengaruh
signifikan
terhadap
kepuasan
dan loyalitas
konsumen
kedai Kopi
Kulo Bogor
3. Devi
Anita
Subagyo
(2011)
Pengaruh
Bauran
Pemasaran
dalam
Bisnis
Restoran
Terhadap
Kepuasan
Dan
Loyalitas
Konsumen
Pada
Rumah
Makan
Lestari
Jember
- Variabel
Kepuasan dan
Loyalitas
Pelanggan
- Variabel
Bauran
Pemasaran
(7P)
- SPSS
- Metode
pengambilan
sampel non
probability
sampling
dengan teknik
purposive
sampling
-Terdapat
pengaruh
yang
signifikan
antara bauran
pemasaran
terhadap
kepuasan dan
loyalitas
konsumen
49
4. Arhy Arya
Hendraja
(2017)
Pengaruh
Bauran
Pemasaran
Terhadap
Kepuasan
dan
Loyalitas
Konsumen
Kopi Cap
Keluarga di
Kota
Kotamubag
u Sulawesi
Utara
- SEM-PLS
- Variable
Bauran
Pemasaran
(Product,
Place,
Promotion,
Price)
-Customer
Satisfaction
Index dan
Customer
Loyalty Index
- Metode
pengambilan
sampel non
probability
sampling
dengan teknik
purposive
sampling
-Terdapat
pengaruh
yang
signifikan
terhadap
kepuasan dan
loyalitas kopi
cap keluarga
dengan
bauran
pemasaran
5. Randini,
Elen M.
(2018)
Analisis
Citra
Merek dan
Kualitas
Layanan
Starbucks
Coffee
Terhadap
Loyalitas
Pelanggan
di Kota
Bogor.
- Variabel
Loyalitas
Pelanggan
- Metode analisis
SEM (Structural
Equation
Modeling)
- Smart PLS
- Skala Likert 1-5
- Metode
pengambilan
sampel non
probability
sampling
dengan teknik
purposive
sampling
- Terdapat
pengaruh
pada masing-
masing
variabel laten
yaitu citra
merek dan
kualitas
pelayanan
terhadap
loyalitas
pelanggan
dapat
dikategorikan
baik.
6. Saniaturi
dan
Mulyanin
gsih
(2017)
Pengaruh
Bauran
Pemasaran
Terhadap
Minat Beli
Konsumen
(Studi Pada
Kfc Cabang
Buah Batu)
- Variabel Bauran
Pemasaran
- Metode
pengambilan
sampel non
probability
sampling
dengan teknik
accidental
sampling
- SPSS
- Variabel
minat beli
- Secara parsial
dan secara
signifikan
terdapat
pengaruh
antara bauran
pemasaran
terhadap
minat beli
konsumen
pada KFC
Cabang Buah
Batu,
Bandung
50
2.10 Kerangka Pemikiran
2.10. 1 Kerangka Pemikiran Konseptual
Loyalitas pelanggan dapat terbentuk jika seorang pelanggan telah puas akan
suatu produk dan yang lainya dari segi bauran pemasaran yang ditawarkan. Hal
tersebut menggambarkan bahwa konsumen akan loyal terhadap suatu produk jika
telah merasa puas. Hal untuk mengetahui keinginan dan kebutuhan konsumen
dengan memberikan produk yang dapat memuaskan konsumen sesuai atau melebihi
ekspektasinya. Bauran pemasaran menurut Kotler (2002) adalah sekumpulan alat
pemasaran yang dapat digunakan oleh perusahaan untuk mencapai tujuan
pemasarannya dalam pasar sasaran. Bauran pemasaran dianggap sebagai salah satu
unsur strategi yang paling potensial di dalam memasarkan produk. Dengan
kepuasan pelanggan terhadap produk maka akan terciptanya pelanggan yang loyal.
Tjiptono (2006) juga menyatakan terciptanya kepuasan dapat memberikan
beberapa manfaat diantaranya hubungan antara perusahaan dan pelanggan menjadi
harmonis, menjadi dasar bagi pembelian ulang dan menciptakan loyalitas
pelanggan serta rekomendasi dari mulut ke mulut yang menguntungkan
perusahaan. Sehingga dapat disimpulkan jika perusahaan memiliki pengukuan
menggunakan bauran pemasaran (Marketing Mix) yang baik, maka akan
memudahkan perusahaan untuk memuaskan kebutuhan pelanggannya dan akan
menimbulkan loyalitas dalam benak pelanggan tersebut. Berdasarkan landasan
teori dan penelitian terdahulu yang telah dikemukakan sebelumnya, dapat diketahui
bahwa bauran pemasaran merupakan seperangkat alat analilis yang dibutuhkan
produsen untuk mengetahui kebutuhan konsumen, juga membuat konsumen merasa
51
puas sesuai ekspektasinya. Timbulnya kepuasan pelanggan tersebut selanjutnya
akan mempengaruhi loyalitas pelanggan pada suatu produk atau jasa. Dengan
demikian, secara konseptual model hubungan antar variabel terdiri dari variabel
bauran pemasaran, kepuasan dan loyalitas pelanggan.
Gambar 3. Kerangka Pemikiran Konseptual
2.10.2 Kerangka Pemikiran Operasional
Perkembangan rumah makan pada era globalisasi ini juga sudah beraneka
ragam, salah satu rumah makan yang menawarkan konsep Korea grill yaitu Oppa
Galbi Lebak Bulus yang memakai daging sapi sebagai menu utamanya, hal ini
beprngaruh pula terhadap peingkatan konsumsi daging sapi di Indonesia khususnya
DKI Jakarta karena semakin banyak pula restaurant yang berkonsep Korean grill.
Dengan semakin banyaknya rumah makan atau restoran yang menawarkan konsep
yang sama di Jakarta maka perlu dilakukannya pengukuran menggunakan
marketing mix agar mengetahui dan mengidentifikasi variabel apa yang sangat
52
berpengaruh dan tidak berpengaruh terhadap kepuasan dan loyalitas konsumen
Korean grill Oppa Galbi Lebak Bulus dengan menggunakan metode analisis SEM-
PLS, dari hasil tersebut produsen dapat menjadi masukan dan mengevaluasinya
agar lebih baik kedepannya.
53
Gambar 4. Kerangka Pemikiran Penelitian
Konsumsi daging sapi di Jakarta menempati urutan
tertinggi se- Provinsi Indonesia
Resto Korean Grill Oppa Galbi Lebak Bulus
Bauran
Pemasaran 1. Product
2. Price
3. Promotion
4. Place
5. Process
6. People
7. Physical Advice
8. Packaging
9. Payment
Karakteristik Konsumen
Kepuasan Konsumen
1. Kesesuaian Harapan
2. Minat Berkunjung Kembali
3. Minat Merekomendasikan
Loyalitas Konsumen
1. Repeat Purcase
2. Recommendation
3. Refuse
4. Purchases Across Product
and Service
Pengaruh Bauran Pemasaran dan Brand Image
Terhadap Kepuasan dan Loyalitas Pelanggan
Persaingan bisnis Restoran korean grill di DKI Jakarta
Tingkat Kepuasan dan Loyalitas Konsumen
Brand Image
1. Brand Stregh
2. Brand
Favorability
3. Brand Uniquness
Metode SEM PLS
Analisis Deskriptif
Analisis Deskriptif
54
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan di Resto Korean Grill Oppa Galbi Karang Tengah, Lebak
Bulus. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja (purposive) setelah peneliti
melakukan observasi. Waktu penelitian dilakukan dari bulan April 2020 hingga Mei
2020.
3.2 Jenis dan Sumber Data
Adapun penjelasan jenis dan sumber data pada penelitian dapat dilihat pada
penjelasan berikut dibawah ini.
3.2.1 Jenis Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kualitatif dan data
kuantitaif.
a. Data Kualitatif
Data kualitatif adalah data yang bukan dalam bentuk angka-angka atau tidak
dapat dihitung, dan diperoleh dari hasil pengisian kuesioner yang
meggambarkan karakteristik konsumen seperti jenis kelamin, usia, pekerjaan,
intensitas kunjungan, dan melalui wawancara dengan pihak resto dan pihak
lainnya yang berkaitan dengan masalah penelitian.
b. Data Kuantitatif
Data kuantitatif adalah data yang diperoleh dalam bentuk angka-angka yang
dapat dihitung dari pengisian kuesioner yang dibantu dengan teknik skala likert
dan berhubungan dengan masalah peneliti.
55
3.2.2 Sumber Data
Sumber data dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder.
a. Data Primer
Data Primer adalah data yang berasal dari sumber asli atau sumber pertama yang
secara umum kita sebut sebagai narasumber (Jonathan Sarwono, 2012). Pada
penelitian ini dilakukan dengan
1. Kuesioner
Kuesioner adalah daftar pertanyaan tertulis yang telah dirumuskan
sebelumnya untuk dijawab oleh responden terpilih, dan merupakan suatu
mekanisme pengumpulan data yang efisien jika peneliti mengetahui dengan
tepat yang diperlukan dan bagaimana mengukur variabel penelitian (Suharso,
2009). Menurut Sugiyono (2015) kuesioner merupakan teknik pengumpulan
data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan dan
pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya.
Penyebaran kuesioner pada penelitian ini menggunakan kuesioner skala
likert, skala likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan social.
Variabel yang akan diukur dijabarkan menjadi indicator variabel. Kemudian
indicator tersebut dijadikan sebagai titiik tolak untuk menyusun item-item
instrument yang dapat berupa pernyataan (Sugiyono, 2008).
Agar jawaban dari responden dapat diukur maka jawaban responden diberi
skor. Pemberian skor tersebut menggunakan skala 1-5. Skala likert adalah skala
yang digunakan secara luas untuk meminta responden menandai derajat
56
persetujuan atau ketidaksetujuan terhadap masing-masing dari serangkaian
pernyataan mengenai obyek stimulus (Maholtra, 2004).
Tabel 6. Skala Likert No. Kategori Katerangan Skor
1. SS Sangat Setuju 5
2. S Setuju 4
3. N Netral 3
4. TS Tidak Setuju 2
5. STS Sangat Tidak Setuju 1
Sumber: Mufraini, 2013
Setelah mendapatkan jawaban dari responden kemudian menentukan
penggunaan rata-rata tingkat kepuasan menurut metode likert dalam Nazir
(2014) dengan menggunakan rumus:
𝑅𝑎𝑡𝑎 − 𝑅𝑎𝑡𝑎 𝐾𝑒𝑝𝑢𝑎𝑠𝑎𝑛 =𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑆𝑘𝑜𝑟 𝐽𝑎𝑤𝑎𝑏𝑎𝑛 𝐾𝑢𝑒𝑠𝑖𝑜𝑛𝑒𝑟
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝐾𝑢𝑒𝑠𝑖𝑜𝑛𝑒𝑟
Sementara untuk menentukan rata-rata kepuasan menggunakan teori
Kaplan & Norton (2000).
Tabel 7. Kategori Rata – Rata Kepuasan
Range Nilai Keterangan
1 – 1,79 Sangat Tidak Puas
1,8 – 2,59 Tidak Puas
2,6 – 3,39 Cukup Puas
3,4 – 4,91 Puas
4.2 – 5 Sangat Puas
Selanjutnya dilakukan pengukuran tingkat loyalitas dengan merata-
ratakan hasil kuesioner, lalu dikategorikan kriteria tingkat loyalitas menurut
penelitian Hendrik (2008).
57
Tabel 8. Kategori Rata-Rata Loyalitas
Skor Kategori
1,00-1,80 Sangat Tidak Loyal
1,81-2,60 Tidak Loyal
2,61-3,40 Cukup Loyal
3,41-4,20 Loyal
4,21-5,00 Sangat Loyal
2. Wawancara
Data primer selain kuesioner dalam penelelitian ini yaitu wawancara,
peneliti mewawancarai pihak resto Oppa Galbi yaitu Bapak Dery selaku
Manajer Resto untuk menanyakan terkait dengan resto Oppa Galbi. Peneliti
juga mewawancarai pegawai/staff resto Oppa Galbi untuk dimintai informasi
terkait menu yang ditawarkan pada resto Oppa Galbi.
b. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang sudah di proses oleh pihak tertentu sehingga
data tersebut sudah tersedia saat kita memerlukan (Sarwono, 2012). Pada
penelitian ini data sekunder bersumber dari buku, jurnal, skripsi, artikel dari
internet yang mendukung penelitian ini.
3.3 Metode Pengambilan Sampel
Penelitian ini menggunakan teknik Non-Probability Sampling. Non-
Probability Sampling adalah teknik pengambilan sampel yang anggota
populasinya tidak mempunyai peluang yang sama untuk menjadi anggota
sampel (Asnawi, 2009). Teknik pengambilan Non-Probabiliy Sampling peneliti
menggunakan metode sampling aksidetal (accidental sampling).
58
Accidental sampling (convenience sampling) adalah prosedur sampling
yang memilih sampel dari orang atau unit yang paling mudah dijumpai atau
diakses (Santoso dan Tjiptono, 2009). Menurut Sugiyono (2009) accidental
sampling adalah mengambil responden sebagai sampel bedasarkan kebetulan,
yaitu siapa saja yang secara kebetulan bertemu dengan peneliti dapat digunakan
sebagai sampel, bila orang yang kebetulan ditemui cocok sebagai sumber data
dengan kriteria utamanya. Kriteria utama pada penelitian ini yaitu orang tersebut
merupakan konsumen yang sudah mengunjugi Resto Korean Grill Oppa Galbi
lebih dari sekali. Ukuran populasi dalam penelitian sangat banyak dan tidak
dapat diketahui secara pasti, maka besar sampel yang digunakan menurut Rao
Purba (2006) dalam Kharis (2011) menggunakan rumus sebagai berikut:
𝑛 =𝑧2
4(𝑀𝑜𝑒)2
Keterangan:
n = Ukuran sampel
Z = 1,96 score pada tingkat signifikansi tertentu (derajat keyakinan ditentukan
95%)
Moe = Margin of error, tingkat kesalahan maksimum adalah 10%
Dengan menggunakan rumus diatas, maka diperoleh perhitungan sebagai
berikut:
𝑛 =(1,96)²
4(0,1)²
𝑛 =38416
0,04
n = 96,04 ≈ 97 atau dibulatkan 100.
59
Maka total sampel penelitian ini adalah 100 responden yang merupakan
konsumen Resto Korean Grill Oppa Galbi Lebak bulus.
3.4 Variabel Penelitian
Variabel dalam penelitian ini yaitu:
a. Variabel Eksogen, Variabel eksogen merupakan variabel yang nilainya
tidak dipengaruhi oleh variabel lainnya yang ada pada model Variabel eksogen
yang digunakan dalam penelitian ini adalah bauran pemasaran (X1) dan brand
image (X2)
b. Variabel Endogen, Variabel endogen merupakan variabel yang nilainya
dapat dipengaruhi oleh variabel lainnya. Variabel endogen yang digunakan
dalam penelitian ini adalah loyalitas pelanggan (Y2)
c. Variabel Intervening, Variabel intervening merupakan variabel yang
mempengaruhi hubungan antara variabel eksogen (bebas) dan variabel endogen
(terikat) menjadi hubungan yang tidak langsung dan tidak bisa diukur dan
diamati. Variabel intervening dalam penelitian ini adalah variabel kepuasan
pelanggan (Y1).
Definisi operasional adalah penentuan suatu konstruk sehingga menjadi
variabel atau variabel-variabel yang dapat diukur. Definisi operasional
menjelaskan cara tertentu yang dapat digunakan oleh peneliti dalam
mengoperasionalkan konstruk, sehingga memungkinkan peneliti lain untuk
melakukan replica (pengulangan) pengukuran konstruk yang sama, atau
mencoba untuk mengembangkan cara pengukuran konstruk yang lebih baik
(Umar, 2003).
60
Tabel 9. Definisi Operasional Variabel
Variabel Indikator Parameter
Bauran Pemasaran
Eastwood
(2014)
Product (X1)
Mahendraswari
(2014)
1. Aneka Bumbu pada
daging sapi meresap
2. Ukuran potongan daging
merata
3. Tekstur daging sangat
empuk/ Tidak keras
4. Penyajian makanan yang
disediakan sangan rapi
dan bersih
5. Variasi pilihan menu
beragam
Price (X2)
Subagyo
(2011)
1. Harga yang sesuai
dengan fasilitas yang
ditawarkan Resto Oppa
Galbi
3. Harga yang sesuai
dengan Rasa Masakan
yang disajikan pada
Resto Oppa Galbi
Promotion (X3)
Subagyo
(2011)
1. Menariknya template
brosur atau iklan
membuat konsumen
penasaran ingin mencoba
menu dari Resto Oppa
Galbi
2. Seringnya Oppa Galbi
mengupadate disosial
media membuat tertarik
untung berkunjung
3. Terdapat potongan harga
jika menggunakan
metode pembayaran
shoppepay dll
Place (X4)
Subagyo
(2011)
1. Kemudahan tempat untuk
dijangkau konsumen
2. Penampilan restoran
menarik yaitu didekorasi
seperti restoran Korea
3. Tersedinnya halaman
parkir yang luas.
Process (X5)
1. Kemudahan dalam proses
transaksi
61
Supriyanto & Taali
(2018)
2. Proses Reservasi Mudah
dan Jelas
3. Proses pelayanan dari
awal hingga akhir baik
People (X6)
Mahendraswari
(2014)
1. Keramahan dan
Kesopanan Pegawai
2. Keterampilan Pramusaji
yang rapi
3. Pegawai yang sangat
sigap dalam melayani
konsumen
Physical Advice
(X7)
Mahendraswari
(2014)
1. Dekorasi Tata ruang
restoran Oppa Galbi
menarik
2. Fasilitas Resto Oppa Galbi
memadai
3. Kebersihan ruang dan
perlengkapan makan
Resto Oppa Galbi sangat
baik
Packaging
(X8)
Saniaturi &
Mulyaningsih
(2017)
1. Packaging produk Oppa
Galbi menarik
2. Packaging produk Oppa
galbi aman
3. Packaging produk Oppa
Galbi tidak mudah rusak
Payment
(X9)
Saniaturi &
Mulyaningsih
(2017)
1. Metode Pembayaran
mudah
2. Pembayaran bisa
menggunakan non-tunai
3. Proses pembayaran tidak
memerlukan waktu yang
lama
Brand Image
Keller (2013)
Brand Strength
(X10)
Randini
(2018)
1. Brand/logo Oppa Galbi
mudah diingat oleh
konsumen/calon
konsumen
2. Konsumen menyukai
produk oppa galbi
daripada Resto sejenis
lainnya
3. Oppa Galbi memiliki logo
yang menarik sehingga
logo mudah diingat
Brand Favorability
(X11)
1. Produk yang bervariasi
dari pesaing
62
Randini
(2018)
2. Oppa Galbi Memberikan
harga yang terjangkau
3. Kualitas pelayanan Oppa
Galbi terbilang baik dan
professional
Brand Uniqueness
(X12)
Randini
(2018)
1. Resto Oppa Galbi
memiliki ciri khas yang
berbeda dari Resto sejenis
lainnya
2. Resto Oppa Galbi
memiliki keunikan yaitu
memberikan ice cream
untuk pengunjung
3. Resto Oppa Galbi
menawarkan harga untuk
kualitas daging premium
yang lebih murah
dibanding resto sejenis.
Kepuasan Konsumen
Hawskins and Lonney
(1997)
Kesesuaian
Harapan
Ramadhani
(2019)
1. Cita rasa daging yang
ditawarkan Resto Oppa
Galbi sesuai dengan
harapan konsumen
2. Pelayanan yang diberikan
resto Oppa Galbi sesuai
dengan harapan konsumen
3. Harga yang ditawarkan
resto Oppa Galbi sesuai
dengan harapan konsumen
Minat Berkunjung
Kembali
Ramadhani
(2019)
1. Konsumen berminat
berkunjung kembali karna
puas dengan produk yang
ditawarkan.
2. Konsumen berminat
berkunjung kembali
karena harga yang
ditawarkan lebih murah
dari pesaing
3. Konsumen berminat
berkunjung kembali
karena fasilitas yang
ditawarkan lengkap dan
membuat konsumen puas
Kesediaan
Merekomendasikan
1. Akan merekomendasikan
karena kualitas produk
yang memuaskan
63
Ramadhani
(2019)
2. Akan merekomendasikan
melalui social media
3. Bersedia
merekomendasikan
karena harga yang lebih
murah dibanding resto
sejenis
Loyalitas
Griffin
(2009)
Repeat Purchase
Hendraja
(2017)
1. Bersedia membeli
kembali produk Oppa
Galbi
2. Bersedia mengunjungi
Oppa Galbi kembali
Bersama kerabat/keluarga
3. Bersedia membeli produk
Oppa Galbi jika ada menu
terbaru
Refuse
Hendraja
(2017)
1. Akan tetap setia membeli
walaupun terjadi kenaikan
harga
2. Akan tetap setia membeli
Oppa Galbi walaupun ada
pesaing sejenis
3. Lebih sering berkunjung
ke Oppa Galbi daripada ke
Restoran lainnya
Recommendation
Deng, dkk (2010)
Hendraja
(2017)
1. Bersedia
merekomendasikan Resto
Korean Grill Oppa Galbi
kepada teman, keluarga
dan juga melalui social
media
2. Bersedia memberikan
infomasi yang positif
kepada orang lain
mengenai Resto Oppa
Galbi Purchases Across
Product and
Service
Randini
(2018)
1. Bersedia mencoba produk
oppa galbi yang belum
pernah dicoba
2. Bersedia membeli jika
Resto Oppa Galbi
menawarkan meu terbaru
3. Bersedia mencoba semua
jenis daging di Oppa
Galbi
64
3.5 Metode Pengolahan dan Analisis Data
Analisis data dalam penelitian ini peneliti menggunakan analisis deskriptif
untuk menjelaskan secara umum terhadap proses identifikasi yang dibutuhkan
dari responden dan analisis SEM (Structural Equation Modelling) dengan
pendekatan Partial Least Square (PLS). Pengolahan data dilakukan dengan
bantuan software Microsoft Excel 2016 dan SmartPLS.versi 3.0. Pada analisis
menggunakan SEM ini, variabel independen akan disebut sebagai variabel
eksogen sedangkan variabel dependen akan disebut sebagai variabel endogen.
3.5.1 Analisis Deskriptif
Analisis deskriptif merupakan analisis yang dilakukan dengan cara mencari data
sesuai dengan yang sebenarnya. Kemudian data-data tersebut disusun, diolah
dan dianalisis untuk dapat memberikan gambaran mengenai masalah yang ada
(Sugiyono, 2008). Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan analisis
deskriptif yang bertujuan untuk mendeskripsikan karakteristik konsumen dan
juga untuk menanalisis tingkat kepuasan dan loyalitas konsumen Resto Korean
Grill Oppa Galbi Lebak Bulus. Pengumpulan data untuk analisis ini dilakukan
melalui bantuan kuesioner, selanjutnya informasi yang diperoleh dari kuesioner
diolah dan disajikan dalam bentuk tabel serta dikelompokkan berdasarkan
jawaban yang sama
65
3.5.2 Uji Validitas dan Reabilitas Kuesioner
Untuk menguji kevalidan dan reabilitas sebuah kuesioner harus dilakukan uji
validitas dan reabilitas, syarat uji validitas dan reabilitas dapat dilihat pada
penjelasan berikut ini.
3.5.2.1 Uji Validitas
Uji validitas menyatakan bahwa instrumen yang digunakan untuk
mendapatkan data dalam penelitian dapat digunakan atau tidak. Menurut
Sugiyono (2012) menyatakan bahwa valid berarti instrumen tersebut dapat
digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur. Untuk mencari nilai
validitas di sebuah item mengkorelasikan skor item dengan total item-item
tersebut. Jika ada item yang tidak memenuhi syarat, maka item tersebut tidak
akan diteliti lebih lanjut.
Sugiyono (2012) menjelaskan syarat yang harus dipenuhi yaitu harus memiliki
kriteria sebagai berikut:
a. Jika r ≥ 0,3 maka item-item tersebut dinyatakan valid.
b. Jika r ≤ 0,3 maka item-item tersebut dinyatakan tidak valid.
Uji validitas instrumen dapat menggunakan rumus korelasi. Rumus korelasi
berdasarkan Pearson Product Moment adalah sebagai berikut:
𝑟𝑋𝑦 =𝑁∑𝑋𝑌 − (𝑋)(𝑌)
√𝑁∑𝑋2 − 𝛴𝑋2𝑁∑𝑌2 − ∑𝑌2
Keterangan:
rXY = Koefisien Korelasi
66
N = Banyaknya Sampel
ΣX = Jumlah skor keseluruhan untuk item pertanyaan variabel X
X ΣY = Jumlah skor keseluruhan untuk item pertanyaan variabel Y
Berikut hasil uji validitas pada penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 10
dibawah ini:
67
Tabel 10. Hasil Uji Validitas
Item Kuesioner R hitung R tabel
df=30-2
Alpha (0.05)
Keterangan
X1.1.1 0.221 0.3610 0.240 Tidak Valid
X1.1.2 -0.040 0.3610 0.834 Tidak Valid
X1.1.3 0.528 0.3610 0.003 Valid
X1.1.4 0.379 0.3610 0.004 Valid
X1.1.5 0.470 0.3610 0.009 Valid
X1.1.6 0.480 0.3610 0.007 Valid
X1.1.7 0.673 0.3610 0.000 Valid
X1.1.8 0.434 0.3610 0.017 Valid
X1.1.9 0.435 0.3610 0.016 Valid
X1.1.10 0.390 0.3610 0.033 Valid
X1.1.11 0.345 0.3610 0.062 Valid
X1.1.12 0.502 0.3610 0.005 Valid
X1.2.1 0.498 0.3610 0.005 Valid
X1.2.2 0.701 0.3610 0.000 Valid
X1.2.3 0.338 0.3610 0.068 Valid
X1.2.4 0.479 0.3610 0.007 Valid
X1.3.1 0.478 0.3610 0.271 Valid
X1.3.2 -0.208 0.3610 0.271 Tidak Valid
X1.3.3 0.283 0.3610 0.130 Tidak Valid
X1.3.4 0.016 0.3610 0.933 Tidak Valid
X1.3.5 0.457 0.3610 0.011 Valid
X1.3.6 0.438 0.3610 0.015 Valid
X1.4.1 0.438 0.3610 0.015 Valid
X1.4.2 0.438 0.3610 0.016 Valid
X1.4.3 0.075 0.3610 0.695 Tidak Valid
X1.4.4 0.253 0.3610 0.178 Tidak Valid
X1.4.5 0.301 0.3610 0.106 Tidak Valid
X1.4.6 0.003 0.3610 0.987 Tidak Valid
X1.4.7 0.287 0.3610 0.124 Tidak Valid
X1.4.8 0.483 0.3610 0.007 Valid
X1.4.9 0.471 0.3610 0.009 Valid
X1.4.10 0.514 0.3610 0.004 Valid
X1.5.1 0.632 0.3610 0.000 Valid
X1.5.2 0.478 0.3610 0.008 Valid
X1.5.3 0.521 0.3610 0.003 Valid
X1.5.4 0.583 0.3610 0.001 Valid
X1.5.5 0.479 0.3610 0.007 Valid
X1.5.6 0.690 0.3610 0.000 Valid
X1.5.7 0.429 0.3610 0.018 Valid
X1.5.8 0.641 0.3610 0.000 Valid
X1.6.1 0.572 0.3610 0.001 Valid
X1.6.2 0.558 0.3610 0.001 Valid
X1.6.3 0.614 0.3610 0.000 Valid
X1.6.4 0.498 0.3610 0.005 Valid
X1.6.5 0.532 0.3610 0.005 Valid
68
X1.7.1 0.621 0.3610 0.000 Valid
X1.7.3 0.688 0.3610 0.000 Valid
X1.7.4 0.580 0.3610 0.001 Valid
X1.8.1 0.585 0.3610 0.001 Valid
X1.8.2 0.673 0.3610 0.000 Valid
X1.8.3 0.648 0.3610 0.000 Valid
X1.9.1 0.586 0.3610 0.001 Valid
X1.9.2 0.300 0.3610 0.108 Tidak Valid
X1.9.3 0.089 0.3610 0.638 Tidak Valid
X2.1.1 0.651 0.3610 0.000 Valid
X1.1.2 0.726 0.3610 0.000 Valid
X1.1.3 0.441 0.3610 0.015 Valid
X1.2.1 0.631 0.3610 0.000 Valid
X1.2.2 0.574 0.3610 0.001 Valid
X1.2.3 0.450 0.3610 0.013 Valid
X1.3.1 0.529 0.3610 0.003 Valid
X1.3.2 0.698 0.3610 0.000 Valid
X1.3.3 0.631 0.3610 0.000 Valid
Y1.1.1 0.663 0.3610 0.000 Valid
Y1.1.2 0.349 0.3610 0.059 Tidak Valid
Y1.1.3 0.676 0.3610 0.000 Valid
Y1.1.4 0.806 0.3610 0.000 Valid
Y1.1.5 0.721 0.3610 0.000 Valid
Y1.2.1 0.753 0.3610 0.000 Valid
Y1.2.2 0.805 0.3610 0.000 Valid
Y1.2.3 0.603 0.3610 0.004 Valid
Y1.2.4 0.515 0.3610 0.002 Valid
Y1.3.1 0.532 0.3610 0.003 Valid
Y1.3.2 0.647 0.3610 0.000 Valid
Y1.3.3 0.732 0.3610 0.000 Valid
Y1.3.4 0.586 0.3610 0.001 Valid
Y1.4.5 0.599 0.3610 0.000 Valid
Y2.1.1 0.698 0.3610 0.000 Valid
Y2.1.2 0.656 0.3610 0.059 Valid
Y2.1.3 0.714 0.3610 0.000 Valid
Y2.2.1 0.771 0.3610 0.000 Valid
Y2.2.2 0.535 0.3610 0.002 Valid
Y2.2.3 0.239 0.3610 0.204 Tidak Valid
Y2.3.1 0.545 0.3610 0.002 Valid
Y2.3.2 0.450 0.3610 0.012 Valid
Y2.3.3 0.764 0.3610 0.002 Valid
Y2.4.1 0.689 0.3610 0.003 Valid
Y2.4.2 0.638 0.3610 0.000 Valid
Y2.4.3 0.620 0.3610 0.000 Valid
Sumber: data diolah dengan SPSS26 (2020)
69
Dapat dilihat dari Tabel diatas hasil uji validitas, dari variabel bauran pemasaran
memiliki 12 butir pertanyaan yang tidak valid, variabel kepuasan memiliki 15
butir pertanyaan yang tidak valid dan variabel loyalitas memiliki 1 butir
pertanyaan yang tidak valid. Dari total 90 butir pertanyaan menjadi 76 butir
pertanyaan dalam penelitian ini.
3.5.2.2 Uji Reabilitas
Instrumen dikatakan reliabel apabila instrumen tersebut mampu
mengungkapkan data yang bisa dipercaya dan sesuai dengan kenyataan yang
sebenarnya. Arikunto (2008) menyatakan Reliabilitas menunjukan pada satu
pengertian bahwa instrumen cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai
alat pengumpulan data karena instrumen tersebut sudah baik. Menurut Arikunto
(2008) uji reliabilatas dalam penelitian ini menggunakan rumus Cronbach Alpha
sebagai berikut:
𝑟11 = {𝑘
(𝑘 − 1)} {1 −
∑𝛿𝑏2
𝛿12 }
Keterangan:
r11 = Reliabilitas instrumen
k = Banyaknya butir pertanyaan
2 b = Jumlah varians butir
2 t = Jumlah varians
Reliabel instrumen merupakan syarat untuk pengujian validitas instrument. Uji
reliabilitas dalam penelitian ini menggunakan rumus Cronbach Alpha, untuk
70
mengetahui tingkat reliabilitas instrumen dari variabel sebuah penelitian. Suatu
kuesioner dikatakan handal jika nilai Cronbach Alpha >0,70 (Nunnally, 1994
dalam Ghozali, 2011). Adapun hasil uji reabilitas kuesioner dalam penelitian ini
dapat dilihat pada Tabel 11:
Tabel 11. Hasil Uji Reabilitas
Variabel Cronbach Alpha Keterangan
Bauran Pemasaran 739 Realiabel
Brand Image 741 Realiabel
Kepuasan Konsumen 756 Realiabel
Loyalitas Konsumen 747 Realiabel
Sumber: Data diolah dengan SPSS26 (2020)
Dapat dilihat pada hasil uji reabilitas penelitian ini semua variabel memiliki nilai
yang realiabel, variabel yang memiliki nilai realibilitas paling tinggi yaitu
kepuasan konsumen dan yang paling rendah yaitu variabel bauran pemasaran.
3.5.3 Analisis Structural Equation Modelling- Partial Least Square
(PLS)
Analisis pada penelitian ini menggunakan metode Structural Equation
Modelling dengan pendekatan Partial Least Square (SEM – PLS). Partial Least
Square (PLS) merupakan bagian dari SEM dimana PLS merupakan teknik baru
yang banyak diminati karena dalam pelaksanaannya analisis SEM-PLS bersifat
softmodelling karena tidak mengasumsikan data dengan skala pengukuran
tertentu (Ghazali, 2008). Penggunaan SEM-PLS tidak mensyaratkan jumlah
minimum sampel, sehingga penelitian dengan sampel kecil tetap dapat
menggunakan pendekatan PLS.
71
Metode SEM-PLS digunakan untuk menjelaskan secara menyeluruh dan
signifikan hubungan antar variabel yang ada dalam penelitian. Secara umum
PLS-SEM bertujuan untuk menguji hubungan prediktif antara kontruk dengan
melihat apakah ada hubungan atau pengaruh antar konstruk. Konstruk disebut
juga variabel laten dimana memiliki nilai yang abstrak atau dapat dikatakan
kuantitatifnya tidak tampak sehingga harus dibantu dengan indikator.
Model Particial Least Square pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
Gambar 5. Modelling Partical Least Square
Sumber: Data Penelitian 2020 (diolah)
Menurut Ananda (2015) dalam metode SEM-PLS ini langkah langkah analisa
yang dilakukan adalah sebagai berikut:
a. Analisa Outer Model
Analisa Outer Model ini dilakukan untuk menilai validitas dan reliabilitas suatu
model atau dengan kata lain digunakan untuk memastikan bahwa measurement
yang digunakan layak untuk dijadikan pengukuran. Analisa ini dapat dilihat dari
beberapa indikator, yaitu;
1) Convergent Validity, dimana indikator yang dinilai berdasarkan korelasi antara
72
item score/komponen score dengan konstruk score. Indikator ini dapat dilihat dari
Standardized Loading Factor yang menggambarkan besarnya korelasi antar
setiap item pengukuran (indikatornya) dengan kontraknya. Outer Model
dikatakan tinggi jika lebih besar dari 0,5. Semakin tinggi nilai loading factor,
maka semakin penting peranan loading dalam menginterpretasikan matriks
faktor.
2) Discriminant Validity, merupakan pengukuran dengan refleksif indikator yang
dinilai berdasarkan crossloading pengukuran dengan konstruk. Ukuran blok
dikatakan lebih baik dibandingkan yang lainnya apabila korelasi konstruk dengan
item pengukuran lebih besar daripada ukuran konstruk lainnya. Cara lain yang
dapat dilakukan adalah dengan membandingkan AVE di setiap masing-masing
konstruknya dengan korelasi antar konstruk dengan konstruk lainnya dalam
model. Discriminant Validity dikatakan memenuhi syarat jika AVE untuk
masing-masing konstruk lebih besar daripada korelasi antara kontruk dengan
konstruk lainnya.
3) Composite Reliability, dimana indikator untuk mengukur suatu konstruk yang
dapat dilihat pada bagian view latent variable coefficients. Untuk mengevaluasi
composite reliability terdapat dua alat ukur yaitu internal consistency dan
cronbach’s alpha. Apabila nilai yang dicapai adalah lebih besar dari 0,7 maka
dapat dikatakan bahwa konstruk tersebut memiliki reliabilitas yang tinggi.
4) Cronbach’s Alpha, merupakan uji reliabilitas yang dilakukan untuk memperkuat
hasil dari Composite Reliability. Suatu variabel dikatakan reliabel apabila
memiliki nilai Cronbach’s Alpha lebih besar dari 0,7. Pada penelitian ini variabel
73
dengan indikator dinyatakan formatif. Dimana model formatif tidak
mengasumsikan bahwa indikator dipengaruhi oleh konstruk tetapi
mengasumsikan semua indikator mempengaruhi single konstruk. Arah hubungan
kausalitas mengalir dari indikator ke konstruk.
a) Significant Of Weight merupakan konstruknya harus signifikan dengan nilai
weight indikator formatif. Signifikansi diperoleh dengan prosedur resampling
(jackknifing atau bootstrapping). Jika didapat nilai p-Value kurang dari 0,05 dan
Variane Inflation Factor (VIF) kurang dari 5 maka dapat dikatakan bahwa
indikator konstruk valid.
b) Multicollinery, merupakan uji multikolinieritas dengan menghitung VIF dan
lawannya tolerance. Untuk VIF direkomendasikan <10 atau < 5 dan nilai
Tolerance > 0,10 atau >0,20.
b. Analisis Inner Model
Analisis Inner Model atau model struktural merupakan penggambaran hubungan
antara variabel laten berdasarkan substancy theory. Perancangan model struktural
hubungan antar variabel laten didasarkan pada rumusan masalah atau hipotesis
penelitian. Analisis inner model dapat dievaluasi dengan menggunakan R-Square
untuk konstruk dependen, Stone-Geisser Q-sqare test untuk predictive relevance
dan uji t serta signifikansi dari koefisien parameter jalur struktural. Inner model
dalam pendekatan PLS dapat menggunakan R2. Dimana nilai R2 ini digunakan
untuk mengukur tingkat variasi perubahan variabel independen terhadap variabel
dependen. Semakin tinggi nilai R2 maka semakin baik model prediksi dari model
penelitian tersebut. Nilai R2 dikatakan tinggi apabila lebih dari 0,7. Nilai R2 0,67
74
dikatakan substansial, nilai sebesar 0,33 dikatakan moderate, nilai sebesar 0,19
dikatakan lemah.
c. Pengajuan Hipotesis
Pengujian hipotesa merupakan uji terakhir yang dilakukan terhadap hipotesa yang
dirancang. Uji hipotesa dilakukan melalui bootstrapping pada software SmartPLS
0.2 dan dilakukan pengukuran melalui Path Coefficient. Pengujian hipotesa
dengan uji t-statistik dan p-value. Untuk pengujian dengan menggunakan nilai
statistik maka untuk alpha 5% nilai t-statistik yang digunakan adalah 1,96.
Sehingga kriteria penerimaan atau penolakan adalah Ha diterima dan H0 ditolak
apabila t-statistik lebih besar dari 1,96. Untuk menolak atau menerima hipotesa
menggunakan probabilitas maka ha diterima jika nilai p kurang dari 0,05. Apabila
menggunakan probabilitas p-value kurang dari 0,05 maka disimpulkan signifikan
dan sebaliknya. Dalam pengujian hipotesa pada outer model memiliki nilai
signifikan maka indikator dipandang dapat digunakan sebagai instrumen
pengukur variabel laten. Sedangkan apabila hasil pengujian pada inner model
memiliki nilai signifikan maka diartikan adanya pengaruh yang nyata pada
variabel laten terhadap variabel laten lainnya. Hipotesa yang diajukan pada
penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Terdapat pengaruh antara bauran pemasaran terhadap kepuasan pelanggan
2. Terdapat pengaruh antara bauran pemasaran terhadap loyalitas pelanggan
3. Terdapat pengaruh antara brand image terhadap kepuasan pelanggan
4. Terdapat pengaruh antara brand image terhadap loyalitas pelanggan
5. Terdapat pengaruh antara kepuasan terhadap loyalitas pelanggan
75
6. Terdapat pengaruh antara bauran pemasaran terhadap kepuasan dan loyalitas
pelanggan
7. Terdapat pengaruh antara brand image terhadap kepuasan dan loyalitas
pelanggan
76
BAB IV
GAMBARAN UMUM RESTO OPPA GALBI
4.1 Profil Resto Korean Grill Oppa Galbi
Oppa Galbi adalah sebuah usaha restoran All You Can Eat berkonsep
Korean grill yang menerapkan sistem prasmanan sekali bayar. Resto Oppa
Galbi memiliki menu utama yaitu daging sapi impor dari US yang dimarinasi
dengan bermacam-macam bumbu. Selain menawarkan hidangan utama yaitu
daging sapi, Oppa Galbi juga menawarkan berbagai menu ala masakan Korea
seperti kimchi, japchae, pajeon, dan kimbab.
Kantor pusat resto Oppa Galbi berada di Kelapa Gading, tepatnya di Harton
Tower, Lantai Ground Jl. Boulevard Artha Gading No. 3, Kelapa Gading,
Jakarta Utara. Saat ini Oppa Galbi memiliki 11 cabang yaitu Bogor, Kelapa
Gading, Gading Serpong, Tanjung Duren, Bekasi, Cibubur, Green Lake, Pluit,
Cimone Semarang dan Jogya. Pada tanggal 15 Agustus 2019, resto Oppa Galbi
membuka cabang barunya di Jakarta Selatan tepatnya di Jl. Karang Tengah
Raya No.20, Lebak Bulus. Resto Oppa Galbi Lebak Bulus buka pada pukul
12.00-21.00 WIB. Letak Resto Oppa Galbi Lebak Bulus juga dapat tergolong
strategis karena mudah dijangkau oleh konsumen atau calon konsumen. Resto
Oppa Galbi juga berada dijalan utama yang sangat terlihat sehingga membuat
konsumen tidak perlu khawatir untuk menjangkau resto tersebut, pada sekitaran
resto juga terdapat SPBU dan minimarket. Berikut maps resto Korean Grill
Oppa Galbi dapat dilihat pada Gambar 6 berikut ini.
77
Gambar 6. Maps Oppa Galbi Lebak Bulus
Sumber: Instagram Oppa Galbi (2020)
Menu utama yang ditawarkan resto Oppa Galbi yaitu taste slice beef, lean
slice beef, premium slice beef, wagyu steak, premium wagyu saykoro.
Sementara untuk menu tambahan yang ditawarkan resto Oppa Galbi juga cukup
bervariasi yaitu ikan dory, sosis, fish ball, chicken marinate cumi, fish karage,
kimchi, pajeon, japchae, chicken karage, chicken skin, nasi putih, nasi goreng,
kentang goreng dan kimbab. Oppa Galbi juga menyediakan berbagai macam
sauce untuk menambah kenikmatan rasa daging, yaitu terdiri dari oppa sauce,
bulgogi, black pepper, dan spicy.
Resto Oppa Galbi menawarkan menu shabu yaitu sejenis soup dengan
berbagai pilihan kuah yang ditambahkan dengan daging dan olahan seafood
seperti fishball, 5 varian bakso ikan, dan juga sayuran seperti pakcoi, jagung,
jamur kuping, sawi putih. Pilihan variant untuk soupnya pun cukup beragam
yaitu collagen, tom yum, creamy cheese, sukiyaki soup, konbu soup dan korean
spicy. Sementara untuk jenis minuman yang tersedia di Resto Oppa Galbi yaitu
78
lemonade, lemon tea, lychee tea dan orange. Selain itu, Oppa Galbi juga
menyediakan air mineral kemasan.
Waktu makan yang diterapkan resto Oppa Galbi untuk konsumen yaitu 90
menit, jika makanan yang dipesan tidak dihabiskan oleh konsumen maka
konsumen wajib membayar Rp. 30.000/100g daging mentah maupun daging
matang. Harga yang ditawarkan resto Oppa galbi yaitu paket grill seharga Rp.
112.200net/pax dan paket shabu 112.200 net/pax. Resto Oppa Galbi juga
menawarkan paket hemat yaitu konsumen bisa mendapatkan paket shabu dan
grill seharga 146.200net/pax. Untuk sistem take away yang diterapkan Oppa
Galbi selama pandemic masih sama dengan sebelum pandemic, konsumen yang
memesan untuk take away bisa memasan dikasir dan menunggu diluar ruangan.
Sebelum adanya pandemic, resto Oppa Galbi bisa menampung 12 meja
dengan kapasitas 48 pelanggan, akan tetapi selama masa pandemic resto Oppa
Galbi mengurangi kapasitas meja menjadi 8 meja. Sehingga jika ruangan Oppa
galbi penuh, pengunjung dapat menunggu antrian diluar ruangan ditempat yang
disediakan. Selama menerima dine-in dimasa pandemic, pegawai Oppa Galbi
tentunya tetap menerapkan protokol kesehatan dengan memakai masker, face
shiled dan sarung tangan. Selama masa pandemic makanan yang diinginkan
oleh konsumen diambilkan oleh pegawai Oppa Galbi untuk menghindari
penyebaran virus. Konsumen juga diarahkan untuk mencuci tangan sebelum
memasuki resto dan diwajibkan untuk memakai masker. Resto Oppa Galbi juga
mempunyai keunikan dari resto sejenis lainnya yaitu memberikan ice cream
79
AICE untuk setiap pelangganya, selain itu harga yang ditawarkan untuk beef
premium juga lebih murah dibandingkan resto Korean grill sejenis.
4.2 Visi Misi Resto Oppa Galbi
Wibisono (2006) menyebutkan visi biasanya disusun untuk jangka panjang
(biasanya 3-10 tahun), sementara misi merupakan penetapan sasaran dalam
jangka pendek (biasanya 1-3 tahun). Bedasarkan hasil wawancara dengan
manajer resto Oppa Galbi, visi resto Oppa Galbi adalah menjadi restaurant All
You Can Eat favorite disemua kalangan. Sedangkan terdapat beberapa misi
resto Oppa Galbi yaitu:
1) Mengutamakan kualitas produk untuk menciptakan kepuasan pelanggan.
2) Mengembangkan inovasi-inovasi baik dalam produk maupun pelayanan,
menyediakan jaringan outlet yang nyaman dan pelayanan yang ramah.
3) Menumbuhkan keterampilan dan pengetahuan karyawan untuk mencapai
performa operasional yang maksimal.
4.3 Struktur Organisasi Resto Korean Grill Oppa Galbi
Struktur organisasi merupakan suatu badan yang menggambarkan jabatan
atau kedudukan dari suatu kerja atau jabatan yang tertinggi sampai pada yang
paling rendah. Struktur organisasi perusahaan mempermudah karyawan dalam
menjalankan pekerjaan sesuai dengan keahlian yang dimiliki serta kepada siapa
karyawan itu akan bertanggung jawab. Struktur organisasi perusahaan juga
memperjelas tugas dan wewenang dengan demikian akan membantu dalam
80
mencapai suatu tujuan. Berikut struktur organisasi Oppa Galbi dapat dilihat
pada Gambar 7 dibawah ini.
Gambar 7. Struktur Organisasi Resto Korean Grill Oppa Galbi
Sumber: Oppa Galbi (2020)
Pada struktur organisasi yang ada menggambarkan bahwa setiap atasan
memiliki bawahan tertentu. Bawahan akan bertanggung jawab secara langsung
kepada pimpinan. Adapun deskripsi tugas dari masing-masing bagian dalam
perusahaan adalah:
1. Manajer Restoran
Manajer restoran merupakan jabatan tertinggi dalam perusahaan. Manajer
restoran ini mempunyai tugas untuk mengawasi para bawahanya dan
bertanggung jawab penuh atas perusahaan resto Oppa Galbi. Manajer resto
juga berkordinasi dengan resto Oppa Galbi pusat mengenai kebijakan dan
peraturan yang diterapkan Oppa Galbi.
2. Finance
Finance bertugas untuk megatur dan mencatat segala aspek keuangan resto
Oppa Galbi. Finance dapat dikatakan setara dengan manajer karena sering
Manager
Restoran Finance
Kapten
Operasional
Kapten Dapur
Pegawai
81
berdiskusi dan mengambil keputusan bersama terkait Oppa Galbi dengan
manajer.
3. Kapten Operasional
Kapten operasional bertugas untuk mengawasi segala aktifitas operasional
yang ada di resto Oppa Galbi. Kapten operasional juga mengawasi
bawahannya yaitu kapten dapur dan juga pegawai. Kapten operasional
bertanggung jawab atas resto jika manajer sedang tidak berada di resto Oppa
Galbi.
4. Kapten Dapur
Kapten dapur bertugas untuk mengawasi, dan membantu segala aktifitas
didapur. Kapten dapur ini juga memastikan stock daging dan makanan yang
lainnya terisi penuh di Resto Oppa Galbi. Kapten dapur juga membimbing
pegawai bagian dapur untuk kerja dengan hasil yang maksimal.
5. Pegawai
Pegawai ini bertugas untuk membantu kapten dapur dan kapten operasional.
Oppa Galbi memiliki 22 pegawai yang terbagi menjadi beberapa bagian yaitu
pegawai dapur 5 orang, stewerd 2 orang, kasir 1 orang dan waiters 14 Orang.
Pegawai bekerja dengan dua shift yaitu shift pagi pukul 10.00-19.00 WIB
dan shift siang 12.30-22.00 WIB.
.
Gambar 8. Logo Resto Korean Grill Oppa Galbi
Sumber: Oppa Galbi (2020)
82
Dapat dilihat pada gambar 8, logo Oppa Galbi memiliki warna yang didominasi
oleh warna kuning sebagai warna dasar dan warna merah sebagai warna yang
menegaskan merk restoran Oppa Galbi. Dalam wawancara yang telah dilakukan
peneliti dengan manajer restoran Oppa Galbi yang berlokasi di cabang Lebak
Bulus, ia mengatakan bahwa tidak mengetahui seputar filosofi logo Oppa Galbi
dan kaitannya dengan pemasaran produk. Namun tidak dapat dipungkiri bahwa
logo tersebut dapat memudahkan konsumen untuk mengenali restoran Oppa
Galbi karena desain yang simpel dan mudah untuk diingat.
4.4 Karakteristik Responden Korean Grill Oppa Galbi
Responden dalam penelitian ini adalah para konsumen di Resto Oppa Galbi
sebanyak 100 responden yang dikumpulkan peneliti selama 1 bulan. Peneliti
mengumpulkan data melalui wawancara langsung dengan membagikan
kuesioner kepada konsumen di resto Oppa Galbi Lebak Bulus. Peneliti memilih
konsumen yang sudah 2 kali mencoba produk Korean Grill Oppa Galbi.
Karakteristik konsumen dikelompokan menjadi beberapa kelompok berdasarkan
perbedaan jenis kelamin, usia, pendidikan, dan pekerjaan.
4.4.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Saptari dan Holzner (1997) menyatakan bahwa jenis kelamin adalah
perbedaan laki-laki dan perempuan karena adanya bentukan sosial budaya yang
ada di suatu sistem sosial budaya di suatu masyarakat lebih tinggi. Selama proses
penelitian, peneliti lebih sering menemui perempuan yang berkunjung ke resto
83
Oppa Galbi. Karakteristik responden bedasarkan jenis kelamin dapat dilihat
lebih lanjut pada Tabel 12 berikut ini:
Tabel 12. Karakteristik Responden Bedasarkan Jenis Kelamin
Jenis Kelamin Orang Presentase
Laki-Laki 32 32%
Perempuan 68 68%
Jumlah 100 100%
Sumber: Data diolah, 2020
Berdasarkan data karakteristik responen bedasarkan jenis kelamin dari Tabel
12, dapat diketahui bahwa persentase responden yang berjenis kelamin laki-
laki sebanyak 32 orang (32%), sementara perempuan sebanyak 68 orang (68%).
Peresentase perempuan sebesar 68% menunjukkan bahwa sebagian besar
responden dalam penelitian ini adalah perempuan. Hal ini karena responden
perempuan lebih banyak yang berkunjung ke resto Oppa Galbi dibanding laki-
laki.
4.4.2 Karakteristik Responen Berdasarkan Usia
Kotler (1997) menyebutkan bahwa yang turut mempengaruhi selera
sesorang terhadap barang ataupun jasa yaitu usia. Rentan usia yang banyak
mengunjungi Oppa Galbi yaitu rentang usia 17-30 tahun. Karakteristik
responden menurut usia dapat dilihat lebih jelasnya pada Tabel 13 dibawah ini.
84
Tabel 13. Karakteristik Responden Menurut Usia.
Usia Banyak (Orang) Presentase
>17 Tahun 6 6%
17-30 Tahun 77 77%
31-40 Tahun 17 17%
Jumlah 100 100%
Sumber: Data diolah, 2020
Bedasarkan data karakteristik responen bedasarkan usia dari Tabel 13, dapat
diketahui bahwa presentase responden yang berusia >17 tahun sebanyak 6 orang
(6%), sementara responden yang berusia 17-30 tahun sebanyak 77 orang (77%),
dan responden yang berusia 31-40 tahun sebanyak 17 orang (17%). Persentase
responden yang berusia 17-30 tahun sebesar 77% menunjukkan bahwa sebagian
besar responden dalam penelitian ini berusia 17-30 tahun. Hal ini juga
disebabkan karena kebanyakan penggunjung Oppa Galbi yaitu pasangan muda
dan kerabat kerja yang berkunjung bersama ke resto Oppa Galbi
4.4.3 Karakteristik Responen Berdasarkan Pendidikan
Pendidikan dapat digunakan sebagai tolak ukur guna mengukur tingkat
ke intelektualan seseorang. Semakin tinggi pendidikan yang dimiliki maka
semakin tinggi pula tingkat intelektualnya. Komposisi responden menurut
tingkat pendidikan dapat dilihat pada Tabel 10 berikut ini.
85
Tabel 14. Karakteristik Responden Bedasarkan Pendidikan
Pendidikan Banyak (Orang) Presentase
SD 0 0%
SMP 0 0%
SMA 41 41%
Diploma 11 11%
Sarjana 38 38%
Pascasarjana 10 10%
Jumlah 100 100%
Sumber: Data diolah, 2020
Bedasarkan data karakteristik responden berdasarkan pendidikan pada Tabel 14,
dapat diketahui bahwa presentase untuk responden berpendidikan SMA sebanyak
41 orang (41%), Diploma sebanyak 11 orang (11%), Sarjana sebanyak 38 orang
(38%) dan Pascasarjana sebanyak 10 orang (10%). Presentase responden
berpendidikan SMA sebanyak 41 orang (41%) menunjukan bahwa sebagian besar
responden dalam penelitian ini yaitu berpendidikan SMA. Hal ini juga karena
Oppa Galbi Lebak Bulus berada dikawasan yang mudah diakses sehingga cocok
untuk dijadikan tempat barberque bersama dengan teman.
4.4.4 Karakteristik Responen Berdasarkan Pekerjaan
Pekerjaan seringkali mempengaruhi prilaku seseorang dalam mengambil
keputusannya. Selain itu, pekerjaan pada umumnya juga mencerminkan satu
bentuk prilaku pembelian tertentu terhadap suatu produk ataupun jasa. Komposisi
responden bedasarkan pekerjaan disajikan pada Tabel 11 dibawah ini.
86
Tabel 15. Karakteristik Responden Bedasarkan Pekerjaan
Pekerjaan Banyak (Orang) Presentase
PNS 5 5%
Pegawai Swasta 49 49%
Pelajar/ Mahasiswa 30 30%
Wiraswata 5 5%
Lainnya 11 11%
Jumlah 100 100%
Sumber: Data diolah, 2020
Berdasarkan data karakteristik responden berdasarkan pekerjaan pada Tabel 11
dapat diketahui responden dengan pekerjaan PNS sebanyak 5 orang (5%),
pegawai swasta yaitu sebanyak 49 orang (49%), pelajar/mahasiswa sebanyak 30
orang (30%), wiraswasta sebanyak 5 orang (5%) dan lainnya sebanyak 11 orang
(11%). Dengan presentase responden bekerja sebagai pegawai swasta sebanyak
49 orang (49%) menunjukan bahwa yang mendominasi paling besar responden
dalam penelitian ini bekerja sebagai pegawai swasta. Adapun untuk yg lainnya
sebanyak 11 orang (11%) yaitu bekerja sebagai dosen, ibu rumah tangga,
karyawan freelance dan belum bekerja.
87
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Analisis Tingkat Kepuasan dan Loyalitas Resto Oppa Galbi
5.1.1 Tingkat Kepuasan Resto Oppa Galbi
Berdasarkan hasil penyebaran kuesioner kepada 100 responden yang
mengunjungi resto Oppa Galbi dengan menggunakan skala Likert, maka
dilakukan perhitungan tingkat kepuasan resto Oppa Galbi dengan merata-
ratakan jawaban responen. Adapun hasil rata-rata tingkat kepuasan resti Oppa
Galbi dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 16. Hasil Rata-Rata Kepuasan
No. Indikator Hasil Keterangan
1. Kesesuaian Harapan 4.05 Puas
2. Minat Berkunjung Kembali 4.05 Puas
3. Kesediaan Merekomendasikan 4.09 Puas
Sumber: Data diolah (2020)
Tabel diatas menunjukan hasil perhitungan rata-rata kepuasan. Kepuasan
konsumen dapat dilihat dari tiga indikator yaitu kesesuaian harapan, minat
berkunjung kembali dan kesediaan merekomendasikan dengan hasil yaitu
kategori puas. Hasil tingkat kepuasan tertinggi yaitu pada indikator kesediaan
merekomedasikan. Hal ini juga dapat dilihat kebanyakan konsumen yang
berkunjung ke resto Oppa Galbi yaitu datang bersama kerabat ataupun
keluarganya yang berarti konsumen bersedia merekomendasikan resto Oppa
Galbi untu
88
5.1.2 Tingkat Loyalitas Resto Oppa Galbi
Tingkat loyalitas merupakan nilai dari perhitungan rata-rata hasil jawaban
responden menggunakan skala likert maka dilakukan perhitungan jawaban
skala likert dari variabel loyalitas pelanggan, Adapun hasil rata-rata tingkat
loyalitas resto Oppa Galbi dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 17. Hasil Rata-Rata Tingkat Loyalitas
No. Sub Variabel Skor Keterangan
1. Pembelian Berulang 3,84 Loyal
2. Menunjukan Kekebalan
Terhadap Tarikan dari Pesaing
3,35 Cukup Loyal
3. Merefrensikan Kepada Orang
Lain
4,17 Loyal
4. Membeli Antar Lini Produk 3,90 Loyal
Sumber: Data diolah (2020)
Hasil perhitungan rata-rata loyalitas diatas menunjukan nilai tingkat
loyalitas tertinggi yaitu pada sub variabel merefrensikan kepada orang lain, hal
ini dapat dibuktikan konsumen yang mengunjungi oppa galbi rata-rata datang
bersama dengan kerabat. Sementara nilai tingkat loyalitas terendah yaitu pada
sub variabel menunjukian kekebalan terhadap tarikan dari pesaing, hal ini
berarti konsumen oppa galbi masih bisa berpindah kepesaing sejenis.
5.2 Pengaruh Bauran Pemasaran dan Brand Image terhadap Kepuasan
dan Loyalitas Resto Korean Grill Oppa Galbi Lebak Bulus
Pada penelitian ini, pengujian hipotesis atau melihat perngaruh antar
indikator dan konstruk menggunakan teknik analisis Partial Least Square
(PLS) dengan program smartPLS 3.0. Berikut ini adalah sekema model program
PLS yang diujikan:
89
Gambar 9. Model SEM-PLS
Sumber: Data diolah dengan Smart PLS (2002)
Model SEM PLS diatas memiliki 4 variabel, yang terdiri dari variabel eksogen,
endogen dan intervening. Variabel endogen dalam penelitian ini yaitu bauran
pemasaran, variabel endogen yaitu loyalitas dan variabel intervening yaitu
variabel kepuasan. Variabel bauran pemasaran memiliki 9 indikator, brand
image memiliki 3 indikator, kepuasan memiliki 3 indikator dan loyalitas
memiliki 4 indikator. Dalam SEM-PLS dilakukan beberapa tahapan pengujian,
yaitu sebagai berikut:
5.3 Evaluasi Outer Model
Outer model atau evaluasi model pengukuran adalah evaluasi hubungan
antara konstruk dengan indikatornya. Evaluasi ini meliputi dua tahap, yaitu
90
terhadap convergent validity dan discriminant validity (Sofyan dan Heri, 200).
Untuk lebih detailnya dapat dilihat pada hasil outer model berikut:
5.3.1 Uji Validitas Konvergen
Uji validitas konvergen dapat dilihat dari outer loading. Indikator
dianggap valid jika memperlihatkan selutuh outer loading >0.5 (Chin dalam
Ghozali, 2015). Validitas konvergen terjadi jika skor yang diperoleh dari dua
instrument yang berbeda yang mengukur konstruk yang sama mempunyai
kolerasi tinggi (Hartanto, 2008). Validitas konvergen berfungsi agar
mengetahui apakah indikator mampu mewakili dan mendasari suatu peubah
laten atau tidak. Berikut dapat dilihat hasil outer loading dan juga Average
Variance Extracted (AVE).
Tabel 18. Hasil Faktor Loading
Indikator Bauran
Pemasaran
Brand
Image
Kepuasan Loyalitas VIF
X1.1 0.729 1.751
X1.2 0.627 1.498
X1.3 0.617 1.550
X1.4 0.836 8.083
X1.5 0.794 2.326
X1.6 0.694 1.928
X1.7 0.733 1.862
X1.8 0.792 6.941
X1.9 0.668 1.542
X2.1 0.720 1.284
X2.2 0.849 1.825
X2.3 0.878 1.821
Y1.1 0.868 2.109
Y1.2 0.919 3.129
Y1.3 0.927 3.230
Y2.1 0.862 2.272
Y2.2 0.822 1.922
Y2.3 0.850 2.066
Y2.4 0.748 1.627
Sumber: Data diolah dengan SmartPLS (2020)
91
Hasil Tabel diatas menunjukan bahwa nilai loading faktor berada pada nilai
>0.5, artinya semua indikator dari variabel bauran pemasaran, brand image,
kepuasan dan loyalitas adalah valid. Adapun dari hasil Outer Loading yang
memiliki nilai terendah yaitu 0.617 dan yang tertinggi yaitu 0.927.
Pemeriksaan terakhir dari convergent validity adalah melihat perhitungan
reliabilitas komposit. Perhitungan reliabilitas komposit digunakan untuk
mengetahui seberapa baik sebuah parameter penelitian dapat diukur oleh
parameter yang menyusunnya. Perhitungan validitas konvergen dapat dilihat
dari nilai AVE (average variance extract) atau nilai yang menyatakan ukuran
konvergen dari suatu parameter penelitian Konstrak memiliki convergent
validity yang baik adalah apabila nilai AVE >0.5. Nilai AVE dapat dilihat pada
tabel berikut:
Tabel 19. Hasil Uji Reabilitas Komposit
AVE
Bauran Pemasaran 0.525
Brand Image 0.670
Kepuasan 0.819
Loyalitas 0.675
Sumber: Data diolah dengan SmartPLS (2020)
Dapat dilihat pada Tabel 19, nilai AVE dari setiap konstruk sudah
memenuhi syarat yaitu lebih dari 0.5. Nilai AVE tertinggi ada pada konstruk
Kepuasan dan terendah pada konstruk Bauran Pemasaran Dengan demikian
dapat dinyatakan bahwa konstruk ini memenuhi uji discriminant validity dan
dinyatakan bahwa setiap variabel telah memiliki discriminant validity yang
baik.
92
5.3.2 Uji Validitas Discriminant
Pada bagian ini akan diuraikan hasil uji discriminant validity. Uji
discriminant validity menggunakan nilai cross loading. Suatu indikator
dinyatakan memenuhi discriminant validity apabila nilai cross loading indikator
pada variabelnya adalah yang terbesar dibandingkan pada variabel lainnya.
Berikut ini adalah nilai cross loading masing-masing indikator.
Tabel 20. Hasil Cross Loading
Variabel Bauran
Pemasaran
Brand
Image
Kepuasan Loyalitas
X1.1 0.729 0.448 0.519 0.537
X1.2 0.627 0.512 0.486 0.366
X1.3 0.617 0.372 0.306 0.326
X1.4 0.836 0.501 0.500 0.457
X1.5 0.794 0.588 0.609 0.457
X1.6 0.694 0.469 0.540 0.337
X1.7 0.733 0.470 0.546 0.504
X1.8 0.792 0.493 0.458 0.369
X1.9 0.668 0.446 0.500 0.395
X2.1 0.538 0.720 0.579 0.437
X2.2 0.501 0.849 0.529 0.383
X2.3 0.590 0.878 0.500 0.395
Y1.1 0.621 0.655 0.868 0.690
Y1.2 0.627 0.512 0.919 0.366
Y1.3 0.631 0.640 0.927 0.783
Y2.1 0.457 0.497 0.652 0.862
Y2.2 0.446 0.523 0.650 0.822
Y2.3 0.552 0.461 0.661 0.850
Y2.4 0.467 0.366 0.493 0.748
Sumber: Data diolah dengan SmartPLS (2020)
Berdasarkan sajian data pada Tabel 20 atas dapat diketahui bahwa masing-
masing indikator pada variabel penelitian memiliki nilai cross loading terbesar
pada variabel yang dibentuknya dibandingkan dengan nilai cross loading pada
variabel lainnya. Berdasarkan hasil yang diperoleh tersebut, dapat dinyatakan
93
bahwa indikator-indikator yang digunakan dalam penelitian ini telah memiliki
discriminant validity yang baik dalam menyusun variabelnya masing-masing.
5.3.3 Uji Reabilitas
Uji reabilitas menunjukan akurasi, konsistensi dan ketepatan suatu alat
ukur dalam melakukan pengukuran (Hartono, 2008). Uji reabilitas pada
penelitian ini dilihat dari nilai cronbach alpha dan composite reability. Kriteria
dikatakan realiable adalah composite reability dan Cronbach alpha lebih dari
0.07, meskipun nilai 0,6 masih dapat diterima. Hasil reabilitas SEM PLS dapat
dilihat pada tabel berikut:
Tabel 21. Hasil Reabilitas SEM PLS
Composite Reability Cronbach Alpha
Bauran Pemasaran 0.908 0.885
Brand Image 0.858 0.751
Kepuasan 0.932 0.889
Loyalitas 0.892 0.839
Sumber: Data diolah dengan SmartPLS (2020)
Berdasarkan hasil perhitungan pada tabel 21 menunjukkan bahwa nilai
composite reability dan cronbach’s alpha dari setiap variabel sudah memenuhi
syarat yaitu diatas 0.7. Sehingga dikatakan semua konstruk pada penelitian ini
reliable atau dengan kata lain data tersebut sudah akurat dan tepat. Adapun
tahapan pengukuran selanjutnya yaitu evaluasi model structural (inner model)
5.4 Evaluasi Inner Model
Model structural atau inner model dievaluasi dengan menggunakan R²
untuk konstruk dependen, nilai koefisien path atau t-value tiap path untuk uji
signifikansi antarkonstruk dalam model structural. Nilai R² digunakan untuk
94
mengukur tingkat variasi perubahan variabel independent terhadap variabel
dependen nilai koefisien path atau inner model menunjukan tingkat signifikansi
dalam pengujian hipotesis.
5.4.1 Uji R-Square Adjustment (R²)
R-Square adalah ukuran proporsi variasi nilai variabel yang dipengaruhi
(endogen) yang dapat dijelasin oleh variabel yang mempengaruhi (eksogen). R-
Square berfungsi untuk memprediksi apakah model baik atau buruk. Nilai R²
0.75 (kuat), 0.50 (moderat), dan 0.25 (lemah). Jika nilai R-Square semakin
tinggi maka semakin baik model prediksi dari model penelitian yang diajukan
(Abdillah, Hartono 20. Berikut hasil Uji R-Square Adjusement dapat dilihat
pada Tabel dibawah ini:
Tabel 22. Hasil Uji R-Square Adjusement
R² Adjusted R²
Kepuasan 0.619 0.616
Loyalitas 0.574 0.561
Sumber: Data diolah dengan SmartPLS (2020)
Dari Tabel 22, dapat dilihat bahwa, nilai adjusted R² variabel Kepuasan
memiliki nilai 0.616 yang artinya variabel bauran pemasaran dan brand image
mampu menjelaskan pengaruhnya terhadap variabel kepuasan sebesar 61,1%,
dengan demikian model tergolong moderat, sementara 38,9% dipengaruhi oleh
variabel lain diluar model yang diteliti. Sedangkan nilai adjusted R-Square
loyalitas sebesar 0,561 yang artinya variabel bauran pemasaran, brand image
dan kepuasan mampu menjelaskan pengaruhnya terhadap variabel loyalitas
sebesar 56,1%, dengan demikian model tergolong moderat, dan juga 43,9%
95
dipengaruhi oleh variabel lain di luar model yang diteliti.
5.4.2 Uji Q-Square
Fungsi nilai Q² yakni agar mengetahui suatu variabel dan indikator apakah
memiliki relevansi prediktif atau tidak (kapabilitas prediksi). Maksudnya
sejauh mana suatu variabel atau indikator dapat memprediksi sebuah model.
Nilai standar untuk Q² adalah > 0, jika nilai ≤ 0 maka model kurang memiliki
relevansi prediktif. Semakin nilai Q² mendekati 1 maka model akan semakin
baik.
Tabel 23. Hasil Uji Q-Square
SSO SSE Q² (=1-SSE/SSO)
Bauran Pemasaran 900 900
Brand Image 300 300
Kepuasan 300 158.109 0.473
Loyalitas 400 261.661 0.346
Sumber: Data diolah dengan SmartPLS (2020)
Berdasarkan Tabel 23 dapat dilihat bahwa bauran pemasaran dan brand image
(tidak muncul di tabel) mampu menjelaskan variability konstrak kepuasan
dengan nilai Q2 sebesar 0,473. Begitu pula konstruk bauran pemasaran dan
brand image mampu menjelaskan variability konstrak loyalitas nilai Q2 sebesar
0,346. Merujuk Wold (1989), variabel eksogen senilai Q2 > 0 mampu
memprediksi variable endogennya dengan baik. Maka dapat ditarik kesimpulan
bahwa variabel eksogennya cukup baik sebagai predictor variable.
5.4.3 Uji Goodness of Fit
Uji Goodnes of fit berguna untuk mengetahui validasi model
keseluruhan.Goodnes of fit indeks memiliki tujuan memvalidasi perpaduan
96
kinerja dari model pengukuran dan model stuktural. Sesuai Abdillah dan
Hartono (2015) PLS tidak menyedialan menu khusus untuk menghitung GoF.
Nilai GoF terbentang antara 0-1 dengan interprestasi nilai ini adalah 0,1 (GoF
kecil), 0,25 (Gof moderat) dan 0.36 (GoF besar). Dalam Yasmin dan Kurniawan
(2011) GoF model PLS dapat diukur dengan rumus :
GoF = √𝐴𝑣𝐸̅̅ ̅̅ ̅̅ × 𝑅2̅̅̅̅
= √0.525+0.670+0.819+0.675
4×
0,611+0.561
2
= √(0.67225) × (0.586)
= √0.3939385
GoF = 0.627 (Gof Besar)
Dari nilai di atas Gof memiliki nilai sebesar 0.627. Nilai Gof tersebut
tergolong dalam Gof Besar dapat ditarik kesimpulan bahwa model Gof dalam
penelitian ini valid dan memiliki performa yang besar dan baik. Model
memiliki kemampuan yang tinggi dalam menjelaskan data empiris, sehingga
secara keseluruhan dapat dikatakan model yang terbentuk adalah valid.
5.5 Uji Hipotesis
Uji hipotesis dapat dilihat pada hasil koefisien jalur atau path coefficient
dari hasil pengolahan data. Hipotesis penelitian dapat diterima jika nilai t-hit
(t-statistic) lebih dari t tabel dengan tingkat kesalahan sebesar 1.96 Berikut
Tabel 24 merupakan nilai dari t-hitung berdasarkan path coefficient.
97
Tabel 24. Hasil Path Coeffient
Hipotesis
Hipotesis Sampel
Asli (O)
T-
Statistic
P-
Value
bauran pemasaran ->
kepuasan
H1
0.371 4.350 0.000
bauran pemasaran ->
loyalitas
H2
0.120 1.082 0.280
brand image -> kepuasan H3 0.490 5.816 0.000
brand image -> loyalitas H4 -0.013 0.126 0.899
kepuasan -> loyalitas H5 0.679 6.246 0.000
Pengaruh Tidak Langsung
bauran pemasaran ->
kepuasan -> loyalitas
H6
0.252 3.250 0.001
brand image -> kepuasan
-> loyalitas
H7
0.333 4.233 0.000
Sumber: Data diolah dengan SmartPLS (2020)
Pengujian hipotesis pertama H0 ditolak dan H1 diterima dilihat dari nilai
koesfisien path pada Tabel 15 diatas dapat dilihat ada pengaruh positif
signifikan antara bauran pemasaran terhadap kepuasan. Dengan nilai t-
statistic 4.350 dan nilai P-value sebesar 0.000. Dari path coefficient dapat
dilihat bahwa bauran pemasaran berpengaruh positif terhadap kepuasan, hal
ini dikarnakan t statistic yang dimiliki bauran pemasaran lebih dari t tabel
1.96 yaitu sebesar 4.350. Sehingga hipotesis pertama dikatakan diterima.
Hipotesis kedua H0 diterima dan H2 ditolak, dapat dilihat pada Tabel 15,
dari hasil path coefficient menujukan bauran pemasaran terhadap loyalitas
memiliki nilai t statistic 1.082 yang artinya kurang dari nilai t tabel yaitu 1,96,
dan nilai P-value sebesar 0.280 yang artinya >0.05, maka hipotesis kedua
dinyatakan tidak berpengaruh dan tidak signifikan. Selanjutnya hipotesis
ketiga yaitu brand image terhadap kepuasan memiliki nilai t statistic 5,816
98
dan p value 0.000. Sehingga hipotesis ketiga yaitu bauran pemasaran terhadap
kepuasan berpengaruh signifikan.
Hipotesis keempat yaitu brand image terhadap loyalitas, dapat dilihat
kembali pada Tabel 24, bedasarkan hasil path coefficient brand image
terhadap loyalitas memiliki nilai 0.126, yang artinya kurang dari t tabel yaitu
1,96 dan nilai P-value sebesar 0.899. Hal ini berarti brand image terhadap
kepuasan tidak memiliki pengaruh dan tidak signifikan. Hipotesis terakhir
yaitu loyalitas terhadap kepuasan. Hasil dari nilai path coefficient loyalitas
terhadap kepuasan memiliki nilai 6.246 dan nilai P-value 0.000 sehingga
hipotesis ke lima pada penelitian ini berpengaruh secara signifikan. Setelah
melewati proses pengujian model, berikut ini akan dibahas analisis sesuai
hipotesis yang telah dirumuskan pada bagian sebelumnya.
1. Pengaruh Bauran Pemasaran terhadap Kepuasan
Berdasarkan Tabel 15 hasil path coeficent, dapat dilihat bahwa bauran
pemasaran berpengaruh postitif signifikan terhadap kepuasan. Nilai t-
statistik sebesar 4.350 dan nilai P-value sebesar 0.000. Maka dapat
disimpulkan H1 dalam penelitian ini diterima, yaitu adanya pengaruh
langsung dan positif antara bauran pemasaran terhadap kepuasan.
Lupyoadi (2001) menyatakan bahwa “pelanggan merasa puas apabila
evaluasi mereka menunjukan bahwa produk yang mereka gunakan
berkualitas”. Hasil penelitian ini juga sejalan dengan penelitian yang
dilakukan oleh (Rizki, 2020). Penelitian tersebut menyebutkan setiap
komponen-komponen bauran pemasaran (produk, harga, distribusi, dan
99
promosi) secara simultan bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap
kepuasan konsumen.
2. Pengaruh Bauran Pemasaran terhadap Loyalitas
Berdasarkan Tabel 15 hasil path coeficent bauran pemasaran tidak
memiliki berpengaruh yang signifikan terhadap loyalitas karena nilai t-
statistik sebesar 1.082 dan P-value sebesar 0.280. Maka dapat
disimpulkan H2 dalam penelitian ini ditolak. Hal ini menunjukan bahwa
variabel bauran pemasaran pada Resto Oppa Galbi tidak mempunyai
pengaruh yang signifikan secara langsung terhadap loyalitas. Hasil
penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh (Selang,
2013). Hasil penelitian tersebut menunjukan tidak semua variabel
bauran pemasaran berpengaruh terhadap loyalitas. Adapun kesimpulan
dari penelitian tersebut yaitu secara parsial produk harga dan tempat
berpengaruh terhadap loyalitas, sementara promosi dan tempat tidak
berpengaruh terhadap loyalitas.
3. Pengaruh Brand Image terhadap Kepuasan
Berdasarkan Tabel 15 hasil path coeficent, dapat dilihat bahwa brand
image berpengaruh postitif signifikan terhadap kepuasan. Nilai t-
statistik sebesar 5.816 dan nilai P-value sebesar 0.000. Maka dapat
disimpulkan H4 dalam penelitian ini diterima, yaitu adanya pengaruh
langsung dan positif antara brand image terhadap kepuasan, yang
artinya brand image sudah cukup mampu membuat konsumen menjadi
puas. Hal ini sejalan dengan penelitian (Herliza dan Saputri 2016).
100
Adapun hasil dari penelitian tersebut mengatakan pengaruh brand
image terhadap kepuasan pelanggan adalah sebesar 70,22%, artinya
brand image berpengaruh secara signifikan terhadap kepuasan
pelanggan. Sesuai pula dengan teori David W. Cravens yang
mengatakan “citra atau merek perusahaan yang baik merupakan
keunggulan bersaing yang akan mempengaruhi kepuasan konsumen”.
4. Pengaruh Brand Image terhadap Loyalitas
Berdasarkan Tabel 15 hasil path coeficent, brand image tidak
berpengaruh signifikan terhadap loyalitas dengan nilai t-statistik sebesar
0.126 dan nilai P-value sebesar 0.899. Maka dapat disimpulkan H3
dalam penelitian ini ditolak. Hal ini menunjukan bahwa variabel brand
image tidak mempunyai pengaruh yang signifikan secara lagsung
terhadap loyalitas. Hal ini sejalan dengan penelitian (Istikomah &
Mulazid, 2018), Adapun hasil penelitian tersebut yaitu variabel brand
image memiliki pengaruh negatif dan signifikan terhadap loyalitas
nasabah. Hal ini dikarenakan nilai t-hitung lebih kecil dari tabel (-
277<0,05). Hal ini berarti brand image pada Oppa Galbi belum mampu
membuat konsumen tidak beralih kemerk lain atau pesaing sejenis, teori
(Aaker, 1997) menyebutkan bahwa pelanggan cenderung memiliki
konstisensi menggunakan merek tertentu apabila citra perusahaan baik,
hal ini menandakan citra perusahaan Oppa Galbi belum cukup baik
untuk membuat konsumen menjadi loyal. Rangkuti (2009) juga
mengatakan: “Apabila konsumen beranggapan bahwa merek tertentu
101
secara fisik berbeda dari merek pesaing, citra merek tersebut akan
melekat secara terus menerus sehingga dapat membentuk kesetiaan
terhadap merek tertentu yang disebut dengan loyalitas merek”
5. Pengaruh Kepuasan terhadap Loyalitas
Berdasarkan Tabel 15 hasil path coeficent, bauran pemasaran
berpengaruh postitif signifikan terhadap kepuasan, nilai t-statistik
sebesar 6.246 dan nilai P-value sebesar 0.000. Maka dapat disimpulkan
bahwa hipotesa H1 diterima yaitu kepuasan berpengaruh terhadap
loyalitas. Hal ini juga sejalan dengan penelitian (Pureklolong, 2017).
Adapun hasil penelitian tersebut meyebutkan bahwa variabel kepuasan
konsumen berpengaruh positif terhadap loyalitas konsumen Sipink tatto
studio, terbukti dengan perhitungan pada uji t dengan t hitung sebesar
12,977 dengan tingkat signifikan 0,000, dan teori (Tjiptono, 2000) yang
mengatakan “terciptanya kepuasaan dapat memberikan beberapa
manfaat, diantaranya hubungan antara perusahaan dengan
pelanggannya menjadi harmonis sehingga memberikan dasar yang baik
bagi pembelian ulang dan terciptanya kesetiaan terhadap merek serta
membuat suatu rekomendasi dari mulut ke mulut (word of mouth) yang
menguntungkan bagi perusahaan”
6. Pengaruh Bauran Pemasaran terhadap Kepuasan dan Loyalitas
Berdasarkan Tabel 15 hasil path coeficent, jalur dari bauran pemasaran
ke loyalitas melalui kepuasan atau X1-Y1-Y2 memiliki nilai 0.252 dan
P-value sebesar 0,001 yang artinya sudah memenuhi syarat yaitu <0.05,
102
Hal ini berarti kepuasan konsumen memediasi pengaruh antara bauran
pemasaran terhadap loyalitas, yang secara keseluruhan mengartikan
bahwa bauran pemasaran terhadap kepuasan dan loyalitas berpengaruh
signifikan. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan (Imam,
2017) dengan hasil penelitian yaitu variabel bauran pemasaran
berpengaruh positif dan signifikan terhadap kepuasan dan loyalitas
konsumen Dailydose Coffee and Eatery. Variabel yang berpengaruh
yaitu produk, harga, proses, bukti fisik dan promosi, sementara variabel
bauran pemasaran lainnya yaitu orang dan tempat memiliki kontribusi
positif tetapi tidak signifikan terhadap kepuasan dan loyalitas
konsumen.
7. Pengaruh Brand Image terhadap Kepuasan dan Loyalitas
Berdasarkan Tabel 15 hasil path coeficent, jalur brand image ke
loyalitas melalui kepuasan atau X2-Y1-Y2 memiliki nilai 0,333 dan P
value 0.000 yang berarti <0.05, hal itu juga mengartikan bahwa
kepuasan memediasi pengaruh brand image terhadap loyalitas. Hal ini
sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh (Damayanti, 2015).
Adapun hasil penelitiannya yaitu Brand image berpengaruh terhadap
loyalitas pelanggan melalui kepuasan konsumen. Artinya kepuasan
konsumen dapat memediasi pengaruh brand image terhadap loyalitas
pelanggan mie instan Supermi di Kecamatan Genuk Semarang. Tutut
Ratna (2011) dalam penelitiannya juga menyebutkan bahawa brand
image berpengaruh positif dan signifikan terhadap loyalitas pelanggan.
103
Hubungan citra merek dengan loyalitas pelanggan dipengaruhi oleh
pengalaman penggunaan produk yang memuaskan. Konsumen yang
memiliki loyalitas terhadap suatu merek akan terus melakukan
pembelian ulang karena sudah percaya dan merasa puas sehingga
konsumen tidak mudah tergiur dengan promosi dari pihak pesaing dan
adanya kemauan untuk merekomendasikan merek tersebut kepada
orang lain. Sehingga menciptakan dari kepuasaan menjadi loyalitas
pelanggan yang di timbulkan dari citra merek tersebut.
5.6 Implikasi Manajerial
Jalur antara brand image terhadap loyalitas memiliki nilai negative yang
artinya brand image Oppa Galbi belum cukup mampu dan kuat untuk membuat
konsumen menjadi loyal, oleh karena itu brand image atau citra merk Oppa
Galbi harus lebih ditingkatkan agar lebih unggul dari merk pesaing lainnya,
adapun cara untuk meningkatkan brand yaitu lebih memperluas pemasaran
secara digital yaitu iklan tidak hanya melalui media instagram saja tetapi media
social lainnya seperti Facebook, Twitter, Web dll, selain itu konten pemasaran
produk Oppa Galbi bisa diintegrasikan dengan fitur SEO (Search Engine
Optimization) yang akan membuat konten/Iklan Resto Oppa Galbi terpampang
di halaman pertama di laman Search Engines (misal: Google, Facebook,
Instagram, Youtube dan lainnya) yang membuat konsumen atau calon
konsumen akan selalui ingat brand Oppa Galbi dibenaknya. Konsumen dan
calon konsumen yang akan membeli Korean Grill maka akan selalu ingat brand
104
Oppa Galbi yang nantinya akan membuat konsumen melakukan pembelian
berulang.
Adapun sub variabel yang memiliki nilai yang paling besar yaitu tempat,
hal ini menunjukan pengaruh keberadaan resto cukup berpengaruh untuk
membuat konsumen menjadi puas bahkan loyal, adapun implikasi untuk sub
variabel tempat yaitu menambah ruangan untuk beribadah/salat sehingga
konsumen tidak perlu khawatir jika ingin mengunjungi retso Oppa Galbi jika
bertepatan dengan waktu salat. Sementara untuk sub variabel produk, resto
oppa galbi bisa memfokuskan kualitas daging dan menambah varian menu
daging karna menu utama yang ditawarkan oppa galbi yaitu daging sapinya
cukup diminati banyak konsumen. Dengan memfokuskan kualitas daging sapi
menjadikan resto Oppa Galbi menjadi resto favorite untuk dikunjungi
konsumen dikala ingin memakan daging sapi ataupun menu korea lainnya.
Dengan menambah varian daging pada resto oppa galbi juga bisa membuat
konsumen lebih puas bahkan loyal kepada brand oppa galbi karena konsumen
bisa mendapatkan lebih banyak varian daging dibandingkan diresto sejenis
lainnya. Sementara untuk sub variabel packaging, resto oppa galbi bisa
mempercantik kemasan dengan menambah stiker label atau logo resto oppa
galbi yang mungkin akan menjadi daya tarik bagi konsumen.
105
5.7 Presepi Konsumen terhadap Bauran Pemasaran Resto Korean Grill
Oppa Galbi
No. Pernyataan Nilai Kategori
Produk
1. Variasi olahan daging dilakukan proses
marinated sehingga bumbu pada daging
meresap
3.7 Baik
2. Variasi menu daging sapi juga sangat
beragam untuk saya; wagyu saikoro, wagyu
steak, US slice beaf dengan jamur enoki, dll
4.21 Sangat
Baik
3. Kuliatas daging yang digunakan yaitu kualitas
premium
3.96 Sangat
Baik
4. Resto Oppa galbi menyediakan sauce yang
beragam dan cocok untuk grill; blackpapper,
bulgogi sauce, special spicy sauce, onion
sauce.
4.18 Sangat
Baik
5. Ukuran potongan/slice pada daging merata 3.71 Baik
6. Tekstur daging sangat empuk/tidak keras 4.16 Sangat
Baik
7. Penyajian makanan yang disediakan resto
oppa Galbi sangat rapi dan bersih
4.11 Sangat
Baik
8. Oppa Galbi menyediakan menu buffee lain;
nasi goreng, nasi putih, bihun korea, ayam
karage, bakwan, desert
4.21 Sangat
Baik
9. Oppa Galbi menyediakan minuman yang
beragam: lychee tea, lemon tea, orange,
lemonade
4.43 Sangat
Baik
10. Semua produk yang ditawarkan resto Oppa
Galbi halal
4.36 Sangat
Baik
Harga
1. Harga yang sesuai dengan rasa masakan yang
disajikan pada Resto Oppa Galbi.
4.24 Sangat
Baik
2. Harga resto Oppa Galbi lebih murah dibanding
restoran sejenis lainnya.
3.87 Baik
3. Harga yang terjangkau sesuai dengan menu
yang ditawarkan resto Oppa Galbi.
4.17 Baik
4. Harga yang sesuai dengan pelayanan yang
diberikan resto Oppa Galbi.
4.14 Baik
Promosi
1. Menariknya template brosur atau iklan
membuat konsumen penasaran ingin mencoba
menu dari resto Oppa Galbi
3.79 Baik
106
2. Terdapat potongan harga jika menggunakan
metode pembayaran shoppepay, dana dan
OVO
3.9 Baik
3. Oppa Galbi menyediakan home delivery
service selama pandemic covid-19 agar
konsumen tetap bisa menikmati produk Oppa
Galbi
3.81 Baik
Tempat
1. Lokasi resto Oppa Galbi tersebar
dijabodetabek, luar jabodetabek dan luar kota
sehingga mudah untuk dijangkau
3.94 Baik
2. Desain interior resto Oppa Galbi menarik
sehingga membuat saya merasa nyaman
3.64 Baik
3. Resto Oppa Galbi area no smoking sehingga
membuat saya merasa nyaman dan aman
4.06 Baik
4. Resto Oppa Galbi menyediakan washtafel dan
handsaintaizer dibeberapa sudut sehingga
saya mudah untuk mencuci tangan
4.12 Baik
Process
1. Proses Pelayanan pada kasir relatife cepat dan
mudah karena menerima pembayaran non
tunai/debit semua bank
4.19 Baik
2. Proses pengisian daging dilakukan dengan
cepat dan rapi, sehingga konsumen tidak akan
kehabisan daging yang diinginkan
4.13 Baik
3. Proses pelayanan yang diberikan pegawai dari
awal (kedatangan konsumen) hingga akhir
(proses pembayaran/transaksi) sangat baik
dan cepat
4.19 Baik
4. Alat yang digunakan untuk memanggang dan
peralatan makan disediakan dengan baik dan
rapi.
4.10 Baik
5. Proses penggantian tabung gas dilakukan
dengan cepat
4.00 Baik
6. Proses keluhan dan permintaan pelanggan
direspon cepat oleh pegawai
4.11 Baik
7. Proses pengambilan makanan (selama
pandemic covid-19) dan kebutuhan konsumen
dilakukan dengan cepat dan efisien oleh
karyawan Oppa Galbi
4.15 Baik
People
1. Pegawai Oppa Galbi ramah dan sopan dalam
melayani konsumen
4.19 Baik
107
2. Pegawai Oppa Galbi berpenampilan rapi,
bersih dan memakai protokol kesehatan
(masker, face shields)
4.21 Sangat
Baik
3. Pegawai Oppa Galbi merespon dengan cepat
dan tanggap ketika konsumen ada keluhan
4.15 Baik
4. Pegawai Oppa Galbi mengarahkan konsumen
untuk mencuci tangan sebelum masuk resto
3.86 Baik
5. Pegawai Oppa Galbi melakukan pengecekan
suhu tubuh sebelum konsumen masuk keresto
4.31 Baik
Bukti Fisik
1. Meja dan kursi yang disediakan resto Oppa
Galbi cukup banyak dan resto Oppa Galbi
juga menyediakan meja untuk balita
4.00 Baik
2. Kebersihan ruang resto Oppa Galbi sangat
baik
4.03 Baik
3. Bangunan Oppa Galbi cukup luas sehingga
membuat saya bebas gerak
3.91 Baik
4. Alat makan yang disediakan resto Oppa Galbi
sangat bersih
4.00 Baik
Packaging
1. Packaging (untuk take away) produk Oppa
Galbi menarik
3.00 Baik
2. Packaging (untuk take away) produk Oppa
Galbi aman
3.42 Baik
3. Packaging (untuk take away) produk Oppa
Galbi tidak mudah rusak
3.11 Baik
Payment
1. Pembayaran di resto Oppa Galbi dapat
menggunakan non-tunai/debit dan bisa
menggunakan OVO, shopepay, dana
4.11 Baik
Sumber: data diolah (2021)
Berdasarkan Tabel diatas diketahui bahwa rata-rata presepsi konsumen
terhadap subvariabel bauran pemasaran didominasi oleh kategori baik, pada
variabel product yang terdiri dari 10 butir pernyataan, 9 diantaranya dalam
kategori sangat baik, hal itu dibuktikan kebanyakan responden memberikan
nilai yang tinggi atau cenderung bersikap setuju dengan pernyataan yang ada.
Hasil perolehan skor presepsi konsumen terhadap harga Oppa Galbi
didominasi oleh kategori sangat baik, salah satu responden juga mengatakan
108
harga untuk daging premium yang ditawarkan resto Oppa Galbi lebih murah
dibandingkan resto sejenis lainnya. Hasil perolehan skor presepsi konsumen
terhadap sub variabel promotion/promosi Oppa Galbi didominasi oleh kategori
baik, hal tersebut menunjukan bahwa promosi yang dilakukan resto Oppa Galbi
sudah membuat konsumen merasa puas karena salah satu promosi yang bisa
ditawarkan yaitu potongan harga sebesar 12% jika menggunakan metode
pembayaran shoppepay, sementara untuk hasil perolehan sub variabel
place/tempat juga didominasi oleh kategori baik, tetapi salah satu responden
dalam penelitian ini mengatakan ruangan resto Oppa Galbi yang sempit
membuat sirkulasi udara diruangan tersebut kurang baik karena banyaknya
asap dari panggangan daging yang membuat ruangan tersebut berbau aroma
asap. Perolehan skor terhadap variabel proses semua dalam kategori baik,
variabel proses memiliki 7 butir pernyataan dan konsumen menjawab setuju
terhadap butir-butir pernyataan yang diberikan.
Hasil perolehan skor presepsi konsumen terhadap sub variabel
people/karyawan resto Oppa Galbi juga didominasi oleh kategori cukup baik,
rata-rata jawaban dari konsumen terhadap butir pernyataan sub variabel people
yaitu setuju, presepsi dari salah satu responden mengatakan pegawai resto
Oppa Galbi terkadang tidak tanggap terhadap respon konsumen karena
banyaknya konsumen yang meminta untuk dilayani tetapi pegawainya yang
jumlahnya sedikit maka harus menunggu salah satu konsumen dilayani terlebih
dahulu.
109
Perolehan skor terhadap sub variabel bukti fisik memiliki kategori yang
baik, sub variabel bukti fisik memiliki 4 butir pernyataan yang didominasi oleh
jawaban setuju. Hal itu mengartikan presepsi konsumen terhadap bukti fisik
resto Oppa Galbi seperti bangunan, alat makan dan kebersihan sudah cukup
baik yang membuat konsumen setuju dengan pernyataan yang diberikan oleh
peneliti. Perolehan skor terhadap variabel packaging/kemasan resto Oppa
Galbi masuk kedalam kategori baik, variabel packaging memiliki 3 butir
pernyataan, rata-rata jawaban konsumen pada butir pernyataan yaitu netral, hal
itu mengartikan konsumen belum sepenuhnya setuju terhadap pernyataan pada
variabel kemasan.
Perolehan skor interval pengukuran variabel payment/pembayaran dalam
kategori baik, dari 3 butir pernyataan yang lolos uji validitas yaitu 1 pernyataan
dan 2 butir penyataan tidak memenuhi uji validitas. Dari rata-rata jawaban
kuesioner konsumen menjawab setuju dengan pernyataan bahwa pembayaran
di resto Oppa galbi bisa menggunakan pembayaran non-tunai. Untuk melihat
perhitungan rata-rata jawaban responden dapat dilihat pada lampiran 5.
110
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
Bedasarkan hasil pengolahan data dan penelitian skripsi ini didapat beberapa
kesimpulan sebagai berikut:
1. Hasil perhitungan rata-rata tingkat kepuasan didapatkan nilai tertinggi yaitu
sub variabel kesediaan merekomendeasikan dengan nilai 4,09 dengan
kategori puas dan hasil perhitungan rata-rata tingkat loyalitas, nilai tertinggi
terdapat pada sub variabel merefensikan kepada orang lain yang memiliki
nilai 4,17 dengan kategori loyal.
2. Variabel bauran pemasaran dan brand image berpengaruh signifikan
terhadap kepuasan dan loyalitas dibuktikan pada tabel hasil path coefficient,
jalur dari bauran pemasaran ke loyalitas melalui kepuasan memiliki nilai
0.252 dan P-value sebesar 0,001, maka dengan begitu kepuasan memediasi
pengaruh bauran pemasaran terhadap loyalitas. Sementara variabel brand
image ke loyalitas melalui kepuasan memiliki nilai 0,333 dan P-value
0.000, hal itu juga berarti kepuasan memediasi pengaruh brand image
terhadap loyalitas.
3. Hasil perhitungan rata-rata jawaban konsumen terhadap presepsi bauran
pemasaran pada resto Oppa Galbi terbilang baik, dari ke 9 subvariabel,
produk memiliki 7 kategori sangat baik, selain itu pada subvariabel product
kebanyakan responden memberikan nilai yang tinggi atau cenderung
bersikap setuju dengan pernyataan yang ada. Pada subvariabel lainnya
111
seperti price, place, process, people, physical advice juga kebanyakan
responden bersikap setuju dengan pernyataan ada. Sementara untuk
subvariabel packaging responden bersikap netral dengan pernyataan yang
diberikan, artinya responden belum bisa setuju atau tidak setuju dengan
pernyataan yang diberikan peneliti.
6.2 Saran
Berdasarkan kesimpulan yang diperoleh dalam penelitian ini, maka diajukan
saran-saran sebagai pelengkap terhadap hasil penelitian yang dapat diberikan
sebagai berikut:
1. Bagi peneliti selanjutnya diharapkan dapat meneliti dengan variabel-
variabel lain di luar variabel yang telah diteliti pada penelitian ini agar
memperoleh hasil yang lebih bervariatif yang dapat berpengaruh terhadap
loyalitas konsumen.
2. Bagi perusahaan yaitu resto Oppa Galbi harus membangun citra merk yang
kuat dan positif dibenak konsumen. Dengan citra merk yang kuat dan positif
maka akan dikenal dan populer sebagai merek dengan kualitas mutu yang
terjamin, saran selanjutnya yaitu meningkatkan brand image kepada
konsumen maupun calon konsumen yang akan membeli produk Oppa Galbi
salah satunya dengan cara meningkatkan upaya promosi Adapun saran
untuk sub variabel tempat yaitu Resto Oppa Galbi bisa menambah musalla
dalam resto, karena konsumen menjadi tidak perlu khawatir jika ingin
mengunjungi retso Oppa Galbi jika bertepatan dengan waktu salat,
112
perusahaan juga harus mampu membuat konsumen untuk ingat brand Oppa
Galbi dengan memberikan penawaran khusus atau promosi dan lebih sering
mempromosikan dimedia social, perusahaan harus lebih mampu
meningkatkan pelayanan, fasilitas dan kualitas produk agar harapan
konsumen bisa terpenuhi yang artinya nantinya konsumen bisa puas dan
menjadi loyal dan saran yang terakhir untuk resto oppa galbi yaitu
memfokuskan kualitas daging dan menambah varian menu daging karna
menu utama yang ditawarkan oppa galbi yaitu daging sapinya cukup
diminati banyak konsumen, konsumen juga berkunjung ke resto oppa galbi
untuk menikmati varian daging yang ada diresto oppa galbi. Dengan
memfokuskan kualitas dan menu utama yaitu daging sapi menjadikan resto
Oppa Galbi menjadi resto favorite untuk dikunjungi konsumen dikala ingin
memakan daging sapi ataupun menu korea lainnya. Dengan menambah
varian daging pada resto oppa galbi juga bisa membuat konsumen lebih puas
bahkan loyal kepada brand oppa galbi karena mereka bisa mendapatkan
banyak varian daging dibandingkan diresto sejenis lainnya.
113
DAFTAR PUSTAKA
Aaker dan Biel. (1993). Brand Equity and Advertising: Advertising’s Role
in Building Strong Brand.
Abdillah, W., & Jogiyanto. (2015). Partial Least Square (PLS) Alternatif
Structural Equation Modeling (SEM) dalam Penelitian Bisnis.
Yogyakarta: ANDI.
Ade, T.A. (2010). Pengaruh Citra Bca Terhadap Loyalitas Nasabah Tabungan
Bca Cabang Jambi. Vol 2 No.2
https://online-journal.unja.ac.id/pemasaran/article/view/128/111
Ann Alodya. dkk. (2017). Analisis Pengaruh Faktor Keputusan Konsumen
dengan Structural Equation Modelling Partial Least Square. Jurnal
Eurekamatika. Vol.5(2).
Anjani, D, H., Irham, Waluyati, R, L., (2018). RELATIONSHIP OF 7P
MARKETING MIX AND CONSUMERS’ LOYALTY IN
TRADITIONAL MARKETS. Journal of Agro Ekonomi, Vol 29, Hal
261-273.
http://doi.org/10.22146/ae.36400
Al Badi, S, K. (2018). The Impact of Marketing Mix on the Competitive
Advantage of the SME Sector in the Al Buraimi Governorate in
Oman. Journal. Hal 1-10.
https://www.researchgate.net/publication/327813717_The_Impact_of_Mar
keting_Mix_on_the_Competitive_Advantage_of_the_SME_Sector_in_the_
Al_Buraimi_Governorate_in_Oman
Arikunto, S. (2008). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:
Rineka Karya.
Badan Pusat Statistik Propinsi Jakarta Pusat, 2020. Produk Domestik
Regional Bruto di Indoensia Tahun 2019. Jakarta Pusat: Badan Pusat
Statistik.
Bilson, Simamora. 2002. Panduan Riset Perilaku Konsumen. PT Gramedia
Pustaka Utama. Jakarta
Boone, Louis E. Kurtz, David L. (2008). Pengantar Bisnis Kontemporer.
Jakarta: Salemba Empat.
Buchari, A. (2007). Manajamen Pemasaran dan Pemasaran Jasa. Bandung:
Alfabeta
114
Carmen, Belen. (2016). Marketing mix effects on private labels brand equity.
Volume 25. Hal 168-175.
Chin WW. 2000. Partial Least Squares for Researcher: An Overview and
Prosentation of Recent Advances Using the PLS Approach,
http://disc-nt.cba.uh.edu/chin/icis96.pdf
Cho, Hae-Joang. (2005). Reading the ‘Korean Wave’ as a Sign of Global
Shift. Korea Journal: Winter 2005.
Eastwood, A. (2014). Marketing for Proviter OY, A Finnish Distribution
Company. Master’s Thesis (MBA). Degree Programme In Business
Administration. International Business Management. Turku
University of Applied Sciences.
Elita, Mustikasari F (2008). Hubungan Antara Bauran Pemasaran dengan
Kepuasan Pengguna Jasa Layanan Paket Informasi Teknologi
Industri di PDII-LIPI. Universitas Telkom, Bandung.
Damayanti, C. (2015). PENGARUH KUALITAS PRODUK dan BRAND
IMAGE terhadap LOYALITAS PELANGGAN dengan
KEPUASAN KONSUMEN sebagai VARIABEL INTERVENING
(Studi Pada Konsumen Produk “Supermi” di Kecamatan Genuk
Semarang). Fakultas Ekonomi. Universitas Negeri Semarang.
Semarang
Danang, S (2013). Teori Kuesioner dan Analisis Data: Untuk pemasaran dan
perilaku konsumen. Yogyakarta: GRAHA ILMU.
Darmawan, D. (2014). Metode Penelitian Kuantitatif, Bandung: PT. Ramaja
Posdakarya
Daryanto. (2014). Pelanggan dan Layanan Prima.Yogyakarta: Gava Media.
Deng, Z., Lu, Y., Kee Wei, K., & Zhang, J. (2010). Understanding customer
satisfaction and loyalty: An empirical study of mobile instant
messages in China. International Journal of Information
Management. Vol 30. Hal 289-300.
Ferrinadewi, E. (2009). Merk & Psikologi Konsumen: Implikasi pada strategi
pemasaran. Yogyakarta: Graha Ilmu
Ghozali, I. (2011). Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS.
Semarang: Universitas Diponegoro.
115
Giese Joan L. (2002), “The Definitions of Satisfaction”, Academy of
Marketing Science Review; Vancouver. Vol. 2000 No. 1 2002 pg 1.
Griffin, J. (2005). Customer Loyalty: Menumbuhkan & Mempertahankan
Kesetiaan Pelanggan. Jakarta: Erlangga.
Griffin, J. (2009). Customer Loyalty: How to Learn It. How to Keep It.
Jakarta: Erlangga
Hadiyati Ernani. (2010). Analisis Kualitas Pelayanan Dan Pengaruhnya
Terhadap Loyalitas Pelanggan (Studi Kasus pada PT. Pos Indonesia
(Persero) Kantor Pos Lawang). Volume 2 No. 2.
https://online-journal.unja.ac.id/pemasaran/article/view/123/109
Hasan, A. (2008). Marketing. Yogyakarta: Media Utama
Hendrik, (2018). “Loyalitas Pelanggan Warung Kafein”. Program Studi
Manajemen. Fakultas Ekonomi. Universitas Sanata Dharma.
Yogyakarta
Hendraja, A, A. (2017). “Pengaruh Bauran Pemasaran Terhadap Kepuasan
dan Loyalitas Konsumen Kopi Cap Keluarga di Kota Kotamubagu
Sulawesi Utara”. Program Studi Agribisnis. Fakultas Ekonomi dan
Manajemen. Institut Pertanian Bogor. Bogor
Herliza, R dan Saputri, E. M. (2016). Pengaruh Brand Image Terhadap
Kepuasan Pelanggan Studi Pada ZARA di Mall PVJ Bandung. Jurnal
e-Proceeding of Management.Vol 3
Hurriyati, R. (2005). Bauran Pemasaran dan Loyalitas Konsumen, Bandung
Alfabeta
Ibidunni, O. S. (2011). Marketing Mix as Tools for Achieving Competitive
Advantage in Nigerian Market Place: Multi-National and Indigenous
Companies in Perspective. Journal of Marketing Development and
Competitiveness, 5,7, 81-94.
Imam, M. (2017). Pengaruh Bauran Pemasaran terhadap Loyalitas Melalui
Kepuasan Konsumen Didlydose Coffe and Eatery di Kota Bogor.
Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Institut Pertanian Bogor. Bogor
Istikomah & Mulazid, (2018). Pengaruh Brand Image dan Kepercayaan
Terhadap Loyalitas Nasabah PT. BNI Syariah Cabang Fatmawati
Jakarta. Jurnal Ekonomi Syariah. Vol 1. Hal 78-92
116
Kartajaya, H. (2006). Syariah Marketing, Bandung: Mizan.
Keller, Kevin Lane. (2000). Strategic Brand Management: Building,
Measuring, and Managing Brand Equity. New Jersey: Prentice Hall.
[Kementan] Kementerian Pertanian. (2019). Outlook Daging 2019. Jakarta
(ID): Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian
Kertajaya, Hermawan. (2006). Marketing Klasik Indonesia. Bandung: Mizan
Kotler, Amstrong. (2001). Prinsip-prinsip pemasaran, Edisi keduabelas, Jilid
1. Jakarta: Erlangga
Kotler dan Keller. (2009). Manajemen Pemasaran. Jilid 1 Edisi ke 13. Jakarta:
Erlangga
Kotler, P. (1987). Manajemen Pemasaran. Edisi Indonesia. Jakarta: Erlangga
--------. (2001). Manajemen Pemasaran: Analisis, Perencanaan, Implementasi
dan Kontrol. Jakarta: PT. Prehallindo.
--------. (2002). Manajemen Pemasaran Edisi Milenium. Jakarta: PT.
Prehalindo.
Kotler, P., dan Keller. (2007). Manajemen Pemasaran, Jilid I, Edisi Kedua
belas. Jakarta: PT. Indeks
Kotler, dan Armstrong. (2008). Prinsip – Prinsip Pemasaran. Edisi 12. Jakarta:
Erlangga
Kotler, P., dan Keller, KL. (2009). Manajemen Pemasaran. Jakarta: Erlangga.
Londhe, B, R. (2014). Marketing Mix for Next Generation Marketing. Journal
Procedia Economics and Finance, Vol 11. Hal 335 – 340.
https://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S2212567114002019
Lovelock, C and Wirtz, J. (2004). “Services Marketing”, Fifth Edition,
Prentice Hall, New Jersey
Lupiyoadi, R. 2(013). Manajemen Pemasaran Jasa. Jakarta: Salemba Empat
Mahendraswari, R. (2011). “Pengaruh Bauran Pemasaran 7P Terhadap
Kepuasan dan Loyalitas Konsumen Rumah Makan Bebek Gendut di
Kota Bogor”. Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Institut Pertanian
Bogor. Bogor
117
Mufraini, M. (2013). Metodoloi Penelitian Bidang Studi Ekonomi Islam.
Jakarta: UIN Jakarta Press
Mustafa, E.Q & Wijaya. T. (2012). Panduan Teknik Statistik SEM & PLS
Dengan SPSS AMOS. Yogyakarta: Cahaya Atma Pustaka
Nyoman, G., dkk (2008). Permodelan Persamaan Struktural Dengan Partial
Least Square. Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan
Matematika 2008.
Oppa Galbi. 2020. Struktur Organisasi dan Logo Oppa Galbi. Oppa Galbi:
Jakarta
Parasuraman, A., Zeithaml, V. A., & Berry L. L. (1988). SERVQUAL: a multi-
item scale for measuring customer perceptions of service quality.
Journal of Retailing, 64, 1, 12-40
Pureklolong, F. (2017). Pengaruh Kepuasan Terhadap Loyalitas Konsumen
Studi Kasus Sipink Tatto Studio Yogyakarta. Fakultas Ekonomi.
Universitas Santa Dharma. Yogyakarta
Rangkuti, F. (2002). Measuring Customer Satisfactio. Teknik Mengukur
Kepuasan Strategi Meninghkatkan Kerpuasan Pelanggan dan
Analisis PL-JP. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Tama
Rangkuti, F. (2008). The Power of Brands. Jakarta: Gramedia
Rangkuti, Freddy. 2009. Strategi Promosi yang Kreatif dan Analisis Kasus
Integrated Marketing Communication. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka
Utama
Ramadhani, A. T. (2019).”Pengaruh Bauran Pemasaran Terhadap Loyalitas
Melaluui Kepuasan Konsumen Kedai Kopi Kulo Bogor”. Program
Studi Agribisnis. Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Institut
Pertanian Bogor. Bogor
Ramanathan Ramakrishnan, Yun Di, and Usha Ramanathan. (2015),
‘‘Moderating roles of customer characteristics on the link between
service factors and satisfaction in a buffet restaurant’’,
Benchmarking: An International Journal Vol. 23 No. 2, 2016 pp.
469-486.
Ramzan, S., & Khan I. M. (2010). Dimention reduction and remedy of
multicollinearity using laten variabel regression methodes. World
Applied Sience Journal, 8(4), 404-4010
118
Randini, M. E. (2018). Analisis Citra Merek Dan Kualitas Layanan Starbucks
Coffee Terhadap Loyalitas Pelanggan Di Kota Bogor. Program Studi
Alih Jenis Makanan. Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Institut
Pertanian Bogor. Bogor
Ratna Saptari dan Brigitte Holzner. 1997. Perempuan, Kerja, dan Perubahan
Sosial. Jakarta: Pustaka Utama Grafiti.
Retno, Rizky, Galuh. (2015). Marketing Strategy Based on Marketing Mix
Influence onPurchasing Decisions of Malang Apples Consumersat
GiantOlympic Garden Mall (MOG), Malang City, East Java
Province, Indonesia. Vol. 2. Hal 67-71
https://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S2210784315000169
Rizki, M.A. 2020. Pengaruh Bauran Pemasaran Terhadap Kepuasan
Konsumen PT. Perkebunan Nusantara XIV (Persero) PG Camming.
Skripsi. Program Studi Manajemen. Fakultas Muhammadiyah
Makassar. Makassar.
Robinette, S. (2001). Emotion Marketing. Jakarta: Mc. Grow Hill Book
Company
Sarwono, Jonathan. (2012). Metode Riset Skripsi Pendekatan Kuantitatif
Menggunakan Prosedur SPSS (Edisi Pertama). Jakarta: PT Elex
Media Komputindo.
Schnaars, Steven P. (1991). Marketing Strategy: A customer Driven
Approach.2nd ed. New York: The Free Press
Schiffman dan Kanuk. (2007). Perilaku Konsumen. Edisi Kedua, Jakarta:
PT. Indeks Gramedia
Selang, D, A, C. (2013). Bauran Pemasaran (Marketing Mix) Pengaruhnya
Terhadap Loyalitas Konsumen Pada Fresh Mart Bahu Mall Manado.
Jurnal EMBA 71, 1(3), Hal. 71-80
https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/emba/article/view/1374/1085
Sianturi, C. E. M., & Mulyaningsih, H. D. (2017). Pengaruh Bauran
Pemasaran Terhadap Minat Beli Konsumen (Studi Pada Kfc Cabang
Buah Batu, Bandung). Journal e-Proceeding of Management. Vol 4
(3). Hal 2916–2921.
Shiu Li Huang dan Hsiap Hsuan Ku, Brand Image Management For
Nonprofit Organizations: Exploring The Realitionships Betweem
Website, Brand Image, and Donations. 2016. Journal Of Electronic
Commerce Research. Taiwan
119
Singh, M. (2012). Marketing mix of 4P’s for competitive advantage.
Journal of Business and Management, 3(6), 40-45
Soemirat, S dan Ardianto, E. (2007). Dasar-dasar Public Relations. Bandung:
PT Remaja Rosdakarya.
Sofjan Assauri. (2014). Manajemen Pemasaran. Jakarta: Rajawali Pers
Sofyan dan Heri. (2011). Generasi Baru Mengolah Data Penelitian dengan
PARTIAL LEAST SQUARE PATH MODELING. Jakarta: Salemba
Infotek
Stanton, William J. (1984). Prinsip Pemasaran. Jakarta. Erlangga
Subagyo, A, D. (2011). Pengaruh Bauran Pemasaran dalam Bisnis Restoran
Terhadap Kepuasan Dan Loyalitas Konsumen Pada Rumah Makan
Lestari Jember. Program Studi Manajemen. Fakultas Ekonomi.
Universitas Jember. Jember
Subdirektorat Statistik Ketenagakerjaan. (2020). Keadaan Angkatan Kerja di
Indonesia Agustus 2019. BPS RI: CV. Ramsi Sinar Sejahtera
Supriyanto, M, & Taali, M. (2018). Pengaruh Bauran Pemasaran (Marketing
Mix) Terhadap Pengambilan Keputusan Menginap Di The Sun Hotel
Madiun. Epicheirisi. Volume 2. Hal 13-21
Surya, A, & Setiyaningrum, A. (2009). Analisis Persepsi Konsumen pada Aplikasi Bauran Pemasaran Serta Hubungannya terhadap Loyalitas
Konsumen (Studi kasus pada Hypermart Cabang kelapa Gading).
Journal of Business Strategy and Execution. Vol 2. Hal 13-39
https://journal.binus.ac.id/index.php/JBSE/article/view/192/188
Sugiyono. (2005). Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: CV. Alfabeta.
------------. (2011). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D.
Bandung: Alfabeta
Suharso, P. (2009). Metode Penelitian Kuantitatif unuk Bisnis. Jakarta: PT.
Remaja Rosida Karya.
Suyoto, D. (2013). Teori Kuesioner dan Analisis Data: Untuk pemasaran dan
perilaku konsumen. Yogyakarta: GRAHA ILMU.
Tjiptono, F (2007). Strategi Pemasaran. Edisi ke dua. Yogyakarta: Andi
120
-------------. (2007). Pemasaran Jasa, Malang: Bayumedia
-------------. (2014). Pemasaran Jasa – Prinsip, Penerapan, dan Penelitian.
Yogyakarta: Andi Offset
Umar, H. (2003). Riset. Pemasaran dan Prilaku Konsumen. Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama
Wahyuni, Sri. (2014). Analisis Pengaruh Upah Terhadap Pola Konsumsi
Karyawan Perkebunan Kelapa Sawit Di Kabupaten Nagan Raya.
Fakultas Ekonomi, Universitas Teunku Umar. Aceh Barat
Wibisono., (2006), Visi dan Misi Perusahaan, http://utomokdl.blogspot.com/
2007/11/merumuskan-visi-dan-misi.html. Diakses 1 Oktober 2020.
Wulf, Schored dan Lacobucci. (2001) Marketing Research: Methodological
Foundation, 9 th ed, Belmont-CA Thomson South Western.
Zeithaml, V.A., M.J. Bitner, D.D. Gremler. (2013). Services Marketing:
Integrating Customer Focus Across the Firm 6 thed. Mc.Graw-Hill.
Zephaniah, O, C., Ogba, I., dan Izogo, E, E. (2020). Examining the effect of
customers’ perception of bank marketing communication on customer
loyalty. Journal of Scientific African. Vol 8
https://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S2468227620301216
Berita:
https://www.pikiran-rakyat.com/ekonomi/pr-01316389/pertumbuhan-industri-
makanan-dan-minuman-sumbang-635-terhadap-pdb-nasional (diakses 10-Juni-
2021, Pukul 19.30 WIB)
122
Lampiran 1. Kuesioner Penelitian
Kuesioner Penelitian
PENGARUH BAURAN PEMASARAN DAN BRAND IMAGE
TERHADAP KEPUASAN DAN LOYALITAS KONSUMEN
RESTO KOREAN GRILL OPPA GALBI LEBAK BULUS
Sehubung dengan penyusunan skripsi dengan judul yang telah
disebutkan diatas, maka dengan hormat, saya:
Nama: Puji Rahmawati
NIM: 11160920000006
Memohon kesediaan Saudara/I untuk mengisi kuesioner (daftar
pertanyaan) yang saya ajukan ini secara jujur dan terbuka
Daftar Pertanyaan ini semata-mata saya ajukan untuk keperluan
penelitian sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan jenjang Starta
satu (S1), Jurusan Agribisnis, Fakultas Sains dan Teknologi,
Universitas Islam Negri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. Karenanya,
kebenaran dan kelengkapan jawaban yang anda berikan akan sangat
membantu bagi penulis untuk selanjutnya akan menjadi masukan yang
bermanfaat bagi hasil penelitian. Informasi yang diterima dari
kuesioner ini bersifat rahasia dan hanya digunakan untuk
kepentingan akademis.
Atas partisipasi saudara/i dalam mengisi daftar pertanyaan kuesioner
ini, saya ucapkan terimakasih.
Hormat Saya
Puji Rahmawati
123
Petunjuk pengisian
Pada pertanyaan dibawah ini, Anda dimohon mengisi pertanyaan-pertanyaan
tersebut dengan keadaan /kondisi yang sebenarnya dan mencentang/membulati
salah satu dari jawaban dibawah ini.
IDENTITAS RESPONDEN
1. Jenis Kelamin : a. Wanita b. Laki-laki
2. Usia saat ini : (pilih salah satu dibawah ini)
a. < 17 tahun d.41-50 tahun
b. 17-30 tahun e. >50tahun
c. 31-40 tahun
3. Pendidikan Terakhir : (pilih salah satu dibawah ini)
a. SD c. SMA e. Sarjana
b. SMP d. Diploma f. Pascasarjana
4. Pekerjaan saat ini : (pilih salah satu dibawah ini)
a. PNS c. Wiraswasta
b. Peg. Swasta d. Lainya…………...(silahkan
diisi)
c. Pelajar/Mahasiswa
5. Sudah berapa kali mengunjungi Resto Korean Grill Oppa Galbi Lebak
bulus
a. 1 kali c. lebih dari 2 kali
b. 2 kali
Petunjuk Pengisian
Silahkan Anda pilih jawaban yang menurut Anda paling sesuai dengan
kondisi yang Anda alami atau rasakan di Resto Korean Grill Oppa Galbi
Lebak Bulus. Anda dapat memberikan jawaban dengan memberikan
tanda centang (√) pada salah satu pilihan jawaban yang tersedia. Hanya
satu jawaban saja yang dimungkinkan untuk setiap pertanyaan.
Pada masing-masing pertanyaan terdapat lima alternative jawaban yang
mengacu pada teknik skala Likert, yaitu:
SS (Sangat Setuju)
S (Setuju)
N (Netral)
TS (Tidak Setuju)
STS (Sangat Tidak Setuju)
124
BAURAN PEMASARAN (X1)
No. Pernyataan SS S N TS STS
Produk
1. Aneka jenis bumbu pada daging sapi meresap
2. Variasi pilihan menu sangat beragam seperti wagyu, US
slice beef, bahkan ada ayam, cumi, ikan dori, baso, sosis,
kimchi
3. Variasi olahan daging dilakukan proses marinated sehingga
bumbu pada daging meresap
4. Variasi menu daging sapi juga sangat beragam untuk saya;
wagyu saikoro, wagyu steak, US slice beaf dengan jamur
enoki, dll
5. Kuliatas daging yang digunakan yaitu kualitas premium
6. Resto Oppa galbi menyediakan sauce yang beragam dan
cocok untuk grill; blackpapper, bulgogi sauce, special spicy
sauce, onion sauce.
7. Ukuran potongan/slice pada daging merata
8. Tekstur daging sangat empuk/tidak keras
9. Penyajian makanan yang disediakan resto Oppa Galbi
sangat rapi dan bersih
10. Oppa Galbi menyediakan menu buffee lain; nasi goreng,
nasi putih, bihun korea, ayam karage, bakwan, desert
11 Oppa Galbi menyediakan minuman yang beragam: lychee
tea, lemon tea, orange, lemonade
12. Semua produk yang ditawarkan resto Oppa Galbi halal
Harga
1. Harga yang sesuai dengan rasa masakan yang disajikan
pada Resto Oppa Galbi
2. Harga resto Oppa Galbi lebih murah dibanding restoran
sejenis lainnya
3. Harga yang terjangkau sesuai dengan menu yang
ditawarkan resto Oppa Galbi
4. Harga yang sesuai dengan pelayanan yang diberikan resto
Oppa Galbi
Promosi
1. Menariknya template brosur atau iklan membuat konsumen
penasaran ingin mencoba menu dari resto Oppa Galbi
125
2. Seringnya Oppa Galbi mengupadate disosial media
(instagram) membuat tertarik untuk berkunjung
3. Saya percaya terhadap promosi dari mulut ke mulut
mengenai Oppa Galbi
No. Pernyataan SS S N TS STS
4. Oppa Galbi sering menawarkan potongan harga/promosi
5. Terdapat potongan harga jika menggunakan metode
pembayaran shoppepay, dana dan OVO
6. Oppa Galbi menyediakan home delivery service selama
pandemic covid-19 agar konsumen tetap bisa menikmati
produk Oppa Galbi
Tempat
1. Lokasi resto Oppa Galbi tersebar dijabodetabek, luar
jabodetabek dan luar kota sehingga mudah untuk dijangkau
2. Desain interior resto Oppa Galbi menarik sehingga
membuat saya merasa nyaman
3. Resto Oppa Galbi memiliki halaman parkir yang luas
4. Ruangan resto Oppa Galbi ber AC, wangi, bersih dan
memiliki sirkulasi udara yang baik sehingga membuat saya
merasa nyaman
5. Resto Oppa Galbi menyediakan fasilitas toilet sehingga
membuat saya tidak perlu khawatir
6. Resto Oppa Galbi menyediakan fasilitas musalla sehingga
membuat saya tidak perlu khawatir
7. Bangku dan meja resto Oppa Galbi dibuat berjarak selama
pandemic covid19
8. Resto Oppa Galbi area no smoking sehingga membuat saya
merasa nyaman dan aman
9. Resto Oppa Galbi menyediakan washtafel dan
handsaintaizer dibeberapa sudut sehingga saya mudah
untuk mencuci tangan
10. resto Oppa Galbi menyediakan tempat untuk waiting
list/menunggu antrian jika restoran full
Process
1. Proses Pelayanan pada kasir relatife cepat dan mudah
karena menerima pembayaran non tunai/debit semua bank
2. Proses pengisian daging dilakukan dengan cepat dan rapi,
sehingga konsumen tidak akan kehabisan daging yang
diinginkan
126
3. Proses pelayanan yang diberikan pegawai dari awal
(kedatangan konsumen) hingga akhir (proses
pembayaran/transaksi) sangat baik dan cepat
4. Alat yang digunakan untuk memanggang dan peralatan
makan disediakan dengan baik dan rapi.
5. Proses penggantian tabung gas dilakukan dengan cepat
6. Proses keluhan dan permintaan pelanggan direspon cepat
oleh pegawai
No. Pernyataan SS S N TS STS
7. Proses pengambilan makanan (selama pandemic covid-19)
dan kebutuhan konsumen dilakukan dengan cepat dan
efisien oleh karyawan Oppa Galbi
8. Penerapan protocol kesehatan di resto Oppa Galbi
dilakukan dengan baik
People (Orang)
1. Pegawai Oppa Galbi ramah dan sopan dalam melayani
konsumen
2. Pegawai Oppa Galbi berpenampilan rapi, bersih dan
memakai protokol kesehatan (masker, face shields)
3. Pegawai Oppa Galbi merespon dengan cepat dan tanggap
ketika konsumen ada keluhan
4. Pegawai Oppa Galbi mengarahkan konsumen untuk
mencuci tangan sebelum masuk resto
5. Pegawai Oppa Galbi melakukan pengecekan suhu tubuh
sebelum konsumen masuk keresto
Physical Advice (bukti fisik)
1. Meja dan kursi yang disediakan resto Oppa Galbi cukup
banyak dan resto Oppa Galbi juga menyediakan meja untuk
balita
2. Kebersihan ruang resto Oppa Galbi sangat baik
3. Bangunan Oppa Galbi cukup luas sehingga membuat saya
bebas gerak
4 Alat makan yang disediakan resto Oppa Galbi sangat
bersih
Packaging
1. Packaging (untuk take away) produk Oppa Galbi menarik
2. Packaging (untuk take away) produk Oppa Galbi aman
127
3. Packaging (untuk take away) produk Oppa Galbi tidak
mudah rusak
Payment (pembayaran)
1. Pembayaran di resto Oppa Galbi dapat menggunakan non-
tunai/debit dan bisa menggunakan OVO, shopepay, dana
2. Proses pembayaran tidak memerlukan waktu yang lama
3. Pegawai kasir Oppa Galbi memberikan kembalian
transaksi tunai sesuai dengan tagihan yang tertera pada
struk
BRAND IMAGE (X2)
No. Pernyataan SS S N TS STS
Kekuatan Brand (Brand Strength)
1. Brand/logo Oppa Galbi mudah diingat untuk saya
2. Brand korean grill yang saya ingat yaitu Oppa Galbi
3. Oppa Galbi memiliki logo yang menarik sehingga
mudah diingat
Keunggulan Brand (Brand Favorability)
1. Korean grill Oppa Galbi memiliki produk yang
bervariasi dibandingkan Korean grill sejenis
2. Oppa Galbi memberikan harga yang terjangkau
3. Kualitas Pelayanan (kehandalan, daya tanggap,
perhatian) yang diberikan pegawai Oppa Galbi kepada
konsumen baik dan professional
Keunikan Brand (Brand Uniqueness)
1. Resto Oppa Galbi memiliki ciri khas yaitu menawarkan
harga untuk kualitas beef premium yang lebih murah
dibandingkan resto sejenis
2. Resto Oppa Galbi memiliki keunikan dari resto sejenis
lainnya yaitu memberikan ice cream untuk setiap
pengunjung
3. Resto Oppa Galbi mempunyai rasa daging yang khas
daripada Resto sejenis
128
KEPUASAN KONSUMEN (Y1)
No. Pernyataan SS S N TS STS
Kesesuaian Harapan
1. Produk Oppa Galbi sesuai yang diharapkan oleh saya
sebelum dan selama covid-19
3. Pelayanan yang diberikan Oppa Galbi sesuai dengan
yang diharapkan saya sebelum dan selama covid-19
4. Harga produk sesuai seperti yang diselama ini
ditawarkan oleh saya
5. Fasilitas resto Oppa Galbi sesuai seperti yang
diharapkan oleh saya sebelum dan selama covid-19
Minat Berkunjung Kembali
1. Saya berminat untuk berkunjung ke Oppa Galbi
kembali karna puas dengan produk yang ditawarkan
2. Saya berminat untuk berkunjung kembali karena puas
dengan kualitas pelayanannya
3. Saya berminat berkunjung kembali karena harga lebih
terjangkau dari pesaing
4. Saya berminat berkunjung kembali karena fasilitas
yang ditawarkan Oppa Galbi lengkap dan memuasakan
No.
Pernyataan SS S N TS STS
Kesediaan Merekomendasikan
1. Saya bersedia merekomendasikan karena kualitas
produk yang memuaskan
2. Saya bersedia merekomendasikan karena lingkungan
resto yang nyaman dan aman
3. Saya bersedia merekomendasikan karena lokasi resto
yang mudah dijangkau
4. Saya bersedia merekomendasikan karena harga yang
lebih murah dibanding resto sejenis
5. Saya bersedia merekomendasikan karena pelayanan
yang diberikan baik dan memuaskan
129
LOYALITAS KONSUMEN (Y2)
No. Pernyataan SS S N TS STS
Pembelian Berulang
1. Saya akan melakukan pembelian berulang produk
Korean grill Oppa Galbi
2. Saya lebih sering membeli produk Oppa Galbi
dibanding korean grill sejenis lainnya
3. Saya sering mengunjungi Korean rill Oppa Galbi
untuk membeli kembali produknya
Menunjukan Kekebalan Terhadap Tarikan dari Pesaing
1. Saya hanya tertarik dengan korean grill Oppa Galbi
2. Saya akan tetap setia membeli Oppa Galbi walaupun
ada pesaing sejenis
Merefrensikan Kepada Orang Lain
1. Saya bersedia merekomendasikan resto Korean grill
Oppa Galbi kepada teman, kerabat atau keluarga
2. Saya ketika pergi ke oppa galbi bersama
teman/kerabat/keluarga
3. Saya memberikan informasi positif kepada orang lain
tentang Korean Grill Oppa Galbi
Membeli Antar Lini Produk
1. Saya bersedia mencoba produk oppa galbi yang belum
pernah dicoba
2. Saya bersedia membeli jika resto Oppa Galbi
menawarkan produk baru
3. Saya bersedia mencoba semua jenis daging di Oppa
Galbi
132
Lampiran 4. Perhitungan Rata-Rata Tingkat Kepuasan dan Loyalitas
a. Hasil Rata-Rata Tingkat Kepuasan
Item
Pertanyaan
STS (1) TS (2) N (3) S (4) SS (5) TOTAL Rata-rata
Y1.1.1 0 0 19 63 18 399
4,05 Y1.1.2 0 0 16 61 23 407
Y1.1.3 0 1 15 61 23 406
Y1.1.4 0 1 8 64 27 417
Y1.1.5 1 1 19 29 20 396
Y1.2.1 0 0 14 61 25 411
4,05 Y1.2.2 0 1 14 57 28 412
Y1.2.3 0 2 22 52 24 398
Y1.2.4 1 2 20 51 26 399
Y1.3.1 0 0 11 67 22 411
4,09 Y1.3.2 0 3 12 61 24 406
Y1.3.3 0 0 11 69 20 409
Y1.3.4 0 0 11 62 27 416
Y1.3.5 0 1 14 66 19 403
Sumber: Data diolah (2020)
b. Hasil Rata-Rata Tingkat Loyalitas
Item
Pertanyaan
STS (1) TS (2) N (3) S (4) SS (5) TOTAL Rata-Rata
Y2.1.1 0 0 19 69 12 393 3,84
Y2.1.2 0 3 30 54 13 377
Y2.1.3 0 2 29 53 16 383
Y2.2.1 4 18 30 43 5 327 3,35
Y2.2.2 1 12 46 33 8 335
Y2.2.3 2 13 32 43 9 345
Y2.3.1 0 0 16 59 25 409 4,17
Y2.3.2 0 0 9 63 28 419
Y2.3.3 0 0 9 59 32 423
Y2.4.1 0 7 23 50 15 358 3,78
Y2.4.2 0 2 26 49 21 383
Y2.4.3 0 1 19 54 24 395
Sumber: Data diolah (2020)
133
Lampiran 5. Perhitungan Rata-Rata Presepsi Konsumen
No. Item
Kusioner
Sangat
Setuju Setuju Netral
Tidak
Setuju
Sangat
Tidak
Setuju Interval
Pengukuran
(5) (4) (3) (2) (1)
PRODUK
1 X1.1.1 15 49 28 7 1 3.7
2 X1.1.2 38 48 12 1 1 4.21
3 X1.1.3 20 59 18 3 0 3.96
4 X1.1.4 36 46 18 0 0 4.18
5 X1.1.5 13 54 25 7 1 3.71
6 X1.1.6 28 54 20 0 0 4.16
7 X1.1.7 29 54 16 1 0 4.11
8 X1.1.8 35 52 12 1 0 4.21
9 X1.1.9 47 49 4 0 0 4.43
10 X1.1.10 48 40 12 0 0 4.36
PRICE
1 X1.2.1 34 56 10 0 0 4.24
2 X1.2.2 25 44 24 7 0 3.87
3 X1.2.3 32 54 13 1 0 4.17
4 X1.2.4 27 60 13 0 0 4.14
PROMOSI
1 X1.3.1 16 49 33 2 0 3.79
2 X1.3.2 20 54 22 4 0 3.9
3 X1.3.3 16 50 33 1 0 3.81
TEMPAT
1 X1.4.1 19 57 23 1 0 3.94
2 X1.4.2 14 43 37 5 1 3.64
3 X1.4.3 20 68 11 0 1 4.06
4 X1.4.4 26 62 10 2 0 4.12
PROSES
1 X1.5.1 27 66 6 1 0 4.19
2 X1.5.2 27 61 10 2 0 4.13
3 X1.5.3 27 65 8 2 0 4.19
4 X1.5.4 27 56 17 0 0 4.10
5 X1.5.5 23 59 13 5 0 4.00
6 X1.5.6 31 54 10 5 0 4.11
7 X1.5.7 30 57 11 2 0 4.15
134
Sumber: Data diolah (2021)
No. Item
Kusioner
Sangat
Setuju Setuju Netral
Tidak
Setuju
Sangat
Tidak
Setuju Interval
Pengukuran
(5) (4) (3) (2) (1)
PEOPLE
1 X1.6.1 27 66 6 1 0 4.19
2 X1.6.2 34 55 9 2 0 4.21
3 X1.6.3 27 63 8 2 0 4.15
4 X1.6.4 20 55 18 5 2 3.86
5 X1.6.5 36 60 3 1 0 4.31
PHYSICAL ADVICE
1 X1.7.1 20 61 18 1 0 4.00
2 X1.7.2 17 70 12 1 0 4.03
3 X1.7.3 17 60 20 3 0 3.91
4 X1.7.4 18 64 18 0 0 4.00
PACKAGING
1 X1.8.1 69 25 6 0 0 3.00
2 X1.8.2 4 35 60 1 0 3.42
3 X1.8.3 7 33 59 1 0 3.11
PAYMENT
1 X1.9.1 26 62 9 3 0 4.11
135
Lampiran 6. Tabulasi Data Kuesioner
No. X.1 X.2 X.3 X.4 X.5 X.6 X.7 X.8 X.9 X2.1 X2.2 X2.3 Y1.1 Y1.2 Y1.3 Y2.1 Y2.2 Y2.3 Y2.4
1 3.6 4.25 4 4.2 4.12 4.4 5 4.2 5 4 4.6 4.6 3.5 4.25 4 4 3 4.6 5
2 3.8 4.5 3.3 4.2 3.75 4 3.5 4 4 4 3.6 3.3 4 4 4 4 3 4 3.3
3 4.2 4.25 4.3 4 4 4.6 4 4 5 4 4 4 4 4.75 4 4 4.5 4 4
4 4.3 5 5 4.2 3.75 4.8 4 4.2 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
5 3.7 3.75 3.3 3.6 4 4 4 3.6 4 3.3 4 4 4 4 4 4 4 4 4
6 3.7 3.5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 5
7 4.5 4.75 4.6 4.2 4.5 4.8 4.75 4.2 4 4 4.3 5 5 5 5 5 5 5 5
8 4.1 4.75 4.6 4.2 5 5 5 4.2 5 5 3.6 5 5 5 5 5 5 5 5
9 3.9 3.25 3.6 3.6 3.8 4 4 3.6 4 2.6 3.6 3 3.5 3 3 3 3 3.6 3.6
10 4.4 4.75 4.3 4.6 4.5 4.2 4 4.6 5 5 4.3 4 3.75 5 4.4 5 3.5 5 5
11 3.1 3.25 3.3 3.6 3.12 4 4 3.6 4 3 3.3 3.3 4 4 4 4 4 4 4
12 3.9 3.5 3 3.8 3.87 3.8 3.5 3.8 3.6 3 4 4 3.5 4.25 4 3 3.5 5 5
13 3.8 3.75 2.3 3.4 4 3.8 3.75 3.4 3.3 3.6 3.6 4 3.75 3.75 4 4 2.5 4 4
14 3.1 4 3.3 4.2 3.5 4 4 4.2 4 4 4 3.6 4 4 4 4 4 4 4
15 3.7 4 4 3.4 4 4 3.5 3.4 2.6 4 3.3 4 4 3.75 4 4 4 3 3.6
16 3.9 4 4 3.8 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
17 4.5 5 3.6 3.8 4 4 4 3.8 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
18 3.9 4 4 4 4.12 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
19 4.1 4 4 4.2 4.75 4 4 4.2 4 4.6 4 4.3 4 4 4 4 4 4 4
20 4 4 4.6 4.2 4.37 4.4 4.75 4.2 4.3 4.3 4 4.6 4.25 4.25 4.4 4.6 4 4.6 4.3
21 3.4 3.75 4 4 4.25 4 4 4 4 5 5 4 4 4 4 4 4 4 4
22 3.8 3 3.3 3.8 4 4 3.5 3.8 3.6 4 3.6 4 3.5 3.25 3.8 3.3 3 3.6 4
23 4.5 4.75 4.6 5 4.87 4.2 3.75 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5
24 4.7 5 4.3 4.8 5 5 4.25 4.8 5 5 4 5 5 4.5 4.6 4.3 4 4.3 5
25 4 3.25 3.6 4 3.75 4.4 4.5 4 3.6 2.6 3.6 4 3.75 3.25 3.6 4 3.5 4 4
26 4.5 4.75 4 5 4.75 4 4.75 5 5 4.6 5 4.6 4.5 5 4.4 4 4 4.6 4.6
27 4.9 5 3.3 4.6 4.62 5 5 4.6 5 4.6 5 4.3 5 5 5 4.3 5 5 5
28 4 2.75 3.3 4 3.87 3.8 4 4 4 3 3.3 3 4 3.5 3.8 3.3 2 4 4
29 4.7 5 5 5 4.87 5 5 5 5 5 3.3 3.6 4.25 3.75 4.8 3 4 5 5
136
30 4.5 4 4 3.8 4 4.4 4 2.6 4 4 4 4 4.25 4.75 4.4 4 5 4 5
31 4 4 4 3.8 3.5 3.8 4 3.8 4 4 4 4 4 4 4 3.6 3.5 4.6 5
32 4 4 4 3.8 3.87 4 3.5 3.8 3 3.6 3.6 3.3 4 3.75 3.8 3.3 3 4 4
33 3.1 3.25 3.3 2.8 3.62 3.8 3.5 2.8 2.6 4 3.3 3.6 3.75 3 3 3.6 3 3.6 4
34 3.5 4 4 4 4 4 3.25 4 4 4 4 3.3 3.5 3 3.2 2.6 2 3 4
35 3.6 3.75 3 3.4 2.62 2.6 3 3.4 3.6 3.3 3.3 4 3.25 2.75 3 3.6 3 3.3 4
36 4.7 5 4.3 4.2 4.87 4.6 4.25 4.2 5 3.3 5 4.6 4.75 5 4.4 3.3 4.5 5 5
37 4.4 4.75 3.6 4.2 4.5 4.4 3.5 4.2 4.3 3.6 3.3 4.3 4 4 3.6 4 2 4.3 4
38 3.7 3.75 4.3 3.6 3.75 3.8 3.25 3.6 4 3.6 3.6 4 3.25 3.5 3.6 3.3 3 4 4
39 4.1 5 3.3 3.6 3.62 3.8 3.5 3.6 3.6 3.3 3.6 3.6 3.75 3 3.4 3 3 4 3
40 3.8 4.75 4 4.2 3.87 4.2 4 4.2 4.3 3.3 4 4 3.5 4 4 3.6 3.5 3.6 3.6
41 4.8 5 3.3 4 3.87 5 5 4 4.3 5 4.6 5 5 5 5 4 4 5 4.3
42 4.1 4 4.3 4.2 4 4.2 4 4.2 4 4 4 4 4 4 3.6 3.3 3 3.6 4
43 3.8 4.75 3 3.2 4 2.2 3.25 3.2 4.3 2.3 3.6 3.3 3 3.5 4.4 3.6 4 5 4
44 4.4 4.75 4 3.8 4.12 3,8 3.75 3.8 4.6 4.3 5 4.6 4.5 4.75 4.4 3 3 3.6 3.6
45 4.2 3.5 4.3 4.2 4 3.2 4 4.2 5 4 3.6 4 4 3.5 3.6 3.3 3 4 4
46 4 3.25 4.3 3.8 4.12 3 4 3.8 4 4 3.6 4 4 3.5 4 4 3.5 4 4
47 4.5 3.75 4 3.8 3.75 3.8 4 3.8 4 4 4 3.6 4 3.5 4 3.6 3 4 4
48 3.5 4 3.3 3.6 4 4 2.75 3.6 3.6 3.3 3.6 4 4 3 3 3 3 3 3
49 4.2 4.75 3.6 4 4.62 4.6 4 4 5 2.6 4 4.6 4.25 3.75 4 4 3 4 3.6
50 4 3.5 3 3.6 4.25 4.8 4 3.6 4 3 4 4 3.5 4 4 4 3 4 3.6
51 4.4 3 3.3 3.6 4 4 4 3.6 4 3.3 4 4 4 4 3.2 4 3 4 4
52 3.7 4.5 3 3 3.62 4 3.25 3 4 3.3 4 4.3 3.75 4 4.6 3.6 3.5 4.3 3.6
53 3.8 4 3.3 4 3.87 3.2 4.5 4 3.6 3 3.6 3.3 4 4 4 3.3 2.5 4 4
54 4.4 4.25 4.3 3.4 4.62 4.6 4.5 3.4 5 4.6 4 4 4.25 4.5 4.2 4.3 4 4 3.3
55 4.2 4 4 3.6 4.12 3.8 3.5 3.6 4.6 5 4.3 4 4.5 4.75 5 5 5 5 3.6
56 4.1 4.6 4.6 4.2 4.5 4.6 3.75 4.2 3.6 3.3 4 4 3.5 4 4 3.6 3.5 3.6 3.6
57 4.4 4.3 4.3 4 5.5 4.4 3.5 4 5 4.3 4 5 5 5 5 4 4 5 5
58 3.8 3 3 3.4 4.37 4.4 4 3.4 5 4 3.6 4 4 4 4 3.3 3 4 4
59 4.8 4.75 3.6 4.4 4.75 4 4 4.4 3.6 3.3 3.6 3.6 3.5 4 4 3.3 4 4.3 4
60 3.7 3.75 4.3 4 3.87 4.2 4 4 3.6 3.3 4 4 3.5 3 3.6 3.6 4 4 4
61 4.1 4 4 3.8 3.5 3.8 4 3.8 4 4 4 4 4 4 4 3.6 4 4.3 4
137
62 4.1 4.25 3.3 3.6 4.37 4.6 4 3.6 4.3 3.3 5 4..6 4.75 5 4.4 4 4.5 4.6 5
63 41 5 3.3 3.6 3.62 3.8 3.5 3.6 3.6 3.3 4 4 4.75 5 5 4 4 4.6 4
64 4.3 3.75 4 4 4.25 4.2 4.25 4 4 4.6 4.6 5 4.75 3.5 4 3.6 3.5 3.6 4
65 3.6 3.75 3 4 4.25 4.4 4 4 4 4 4.3 5 5 5 5 4 4 4 4
66 3.6 3 2.6 3.4 3.75 3.8 3.25 3.4 3.6 3 3.3 3.3 3 3.25 3.4 3 2.5 3 3
67 4.6 3.75 4.3 4.6 4.62 4.2 4.5 4.6 4.6 4.3 3.6 4.6 3.75 4.75 5 4 5 4.3 5
68 4.3 5 4 4.4 4.62 4 4.25 4.4 4.4 5 5 5 4 4 3.8 3.3 3 4 4
69 4.5 4.75 4.3 4.8 4.37 5 4.5 4.8 4 4.6 4 4.3 4.75 5 4 3.3 3.5 4 3
70 3.8 3.75 3.6 3.4 4.37 4.4 4.25 3.4 3 3.3 4.3 5 4.75 3 4 3.6 2 4.6 3
71 3.8 5 4.3 4.8 4.87 5 4.5 4.8 5 5 5 4.3 5 5 4.2 3.3 3 4 3
72 4.4 4.75 4.3 4.8 4.62 4.8 4.25 3.4 4 4 4 5 3.75 4 4.8 4.6 5 5 5
73 4.8 4.75 4.6 4.4 4.12 4.4 4.25 4.4 4.6 4.6 4.6 4.3 3.75 5 4.2 5 5 5 5
74 4.3 4 4.6 4 4.25 4.4 4 4 4.3 4 4.3 4.3 4 4 3.8 3.6 3 4 3.6
75 3.3 3.5 3.3 3.4 3.75 3.6 3.75 3.4 4 4.3 2.6 2.3 3.75 3.5 3.2 3.3 1 3.6 4
76 4.2 3.75 3.3 4 4 4 4 4 4.3 4 4 4 4 3.75 3.8 4 3 4 4
77 4.3 4.75 3.3 4.6 3.87 4.4 3.75 4.6 3.3 4.3 5 5 4.75 4.75 4.6 5 5 5 4.3
78 4.6 5 4.3 4.4 4.87 4.4 4.5 4.4 5 5 5 5 5 4.25 4.6 4 3.5 4.3 5
79 4 4 4 3.8 4.25 3.6 4 3.8 3.6 4.3 4.3 4 4 4 4 4 4 4 4
80 3.2 3.75 2.6 3.2 5 4.6 3.5 3.2 4.3 3.6 4 3.3 4 4 4 3.3 3 3 5
81 4.6 4.5 3.3 4 4.87 4.6 4.25 4 5 4.3 4.3 5 4.75 5 5 5 5 5 5
82 4.9 4 4.3 5 4.75 4.6 5 5 5 5 4 4.6 5 4.75 5 5 4.5 5 5
83 4.8 4 3.6 4 4 4 4 4 4 4.3 3.6 4 4 4 4 4 4 4 4
84 3.9 4 3.6 3.6 3.87 3.6 4 3.6 4 3.6 3.6 3.3 3.75 4 4 4 2 4 2.6
85 4.3 4 3.6 4.4 4.37 4.8 4 4.4 3.6 4.3 3.6 3.6 4.25 3.25 3.2 3.6 2.5 4.3 4.3
86 5 4 4.3 4 4.37 4.6 4.5 4 4 4 4.3 4 4.25 4 4.2 4 4 4.3 4
87 3.5 4.25 3 3.4 4 4 3.75 3.4 4 3.3 4 4 3.75 4 3.4 3 2.5 3.3 3.6
88 3.7 3.5 3.3 3.8 3.75 3.8 3 3.8 4 4.6 3.6 3.3 3.75 4.25 3.6 3.3 3 4.6 3.6
89 3.4 3.75 4 3.6 3.87 4.4 4 3.6 4.3 3.3 4 4 4.25 4 3.8 3.6 3 4 3.3
90 3.9 4 4 4.2 3.5 4.2 3.25 4.2 5 4 3.3 3.6 3.5 3 2.8 2.3 1.5 3 3
91 3.1 4 4 4 3.5 4 3.5 4 4 3.6 4 4 3.5 3.75 3.8 3 4 4 3
92 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3.6 4 4 3.3
93 4.7 4.25 4 4 4.12 4 4 4 4 4 4 3.6 4 3.25 3.8 4 2 4.6 5
138
94 4.9 4 4.3 5 4.75 4.6 4.5 5 5 4 4 4.6 5 4.75 5 5 4.5 5 5
95 3.7 4.25 4 4 3.75 4 4 4 4 4.3 4 4 4 4 3.8 4.3 4 4.3 4
96 4.1 4 4 4 3.75 3.6 4 4 4.3 3.6 3.3 4 4 4 4 3.3 5 4.3 5
97 4.1 4 3.6 3.8 3.75 4 3.75 3.8 4.3 4 4 4 3.5 3.75 3.8 4 4 4 4
98 4.4 4.25 4.6 3.8 3.5 4.4 3.5 3.8 4 3.3 4 3.6 3.75 4 4 3.3 3.5 3.6 4
99 4.7 3.75 3.3 3.6 4 3.8 5 3.6 4.6 4 4.3 4 4 4 4 4 4 4 3.6
100 4.8 3.75 3.6 3.6 3.62 3.8 3.75 3.6 4 4 4 4 4 3.75 4 4 4 4 5