pengolahan data analisis faktor dan bauran pemasaran dalam menghadapi MEA
-
Upload
independent -
Category
Documents
-
view
1 -
download
0
Transcript of pengolahan data analisis faktor dan bauran pemasaran dalam menghadapi MEA
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN4.1. Identifikasi Variabel
Pada tahapan pegumpulan variabel diperoleh dari
penelitian terdahulu. Variabel-variabel tersebut
nantinya dapat diketahui persepsi para pelaku usaha
batik Madura dan stakeholder dalam pengambilan keputusan
dalam menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA).
Berikut identifikasi variabel penelitian dari
penelitian terdahulu:
Tabel 4.1. Variabel penelitian terdahuluNo. Variabel Definisi Sumber Definisi
1
2 Sumber informasi tentang MEA
34 Peran pemerintah menghadapi MEA
5
6 Kemampuan produk batik menghadapi MEA
7
89
10
11
121314
15Peran pemerintah
Pengetahuan tentang MEA
Informasi yang perlu dimiliki seorang pelaku usaha tentang adanya MEA meliputi anggota negara-negara ASEAN, jumlah anggota negara ASEAN serta informasi darimana mereka memperoleh informasi tentang MEA
Fernandes & Andadari
(2012), Bayu, et. al. ( 2015)
Pengetahuan tentang negara-negara yang tergabung dengan ASEAN
Implikasi pemberlakuan MEA
Suatu keterlibatan seorang pelaku usaha dalam memberlakukan MEA atau perdagangan bebas di UKM batik dari segi sumber daya manusia serta dukungan adanya MEA
Fernandes & Andadari
(2012), Bayu, et. al. ( 2015)
Dukungan pelaku usaha batik tentang adanya MEA
Pendapat tentang tenaga kerja Indonesia untuk bersaing dengan tenaga kerja asing dalam menghadapi MEA
Kesiapan diri menghadapi MEA
Usaha-usaha yang perlu dimiliki seorang pelaku usaha dalam menghadapi MEA atau perdagangan bebas dengan memperhatikan dari kebijakan-kebijakan yang ditetapkan anggota negara-negara ASEAN
Fernandes & Andadari
(2012), Bayu, et. al. ( 2015)
Meningkatkan kualitas batik yang sesuai dengan ketentuan MEAMeningkatkan jumlah produksi untuk menghadapi MEAKecocokan manajemen usaha untuk menghadapi MEAPenyusunan strategi pemasaran untuk mendapat pangsa pasar dalam MEAPeningkatan inovasi batik untuk mendapatkan pangsa pasar di MEAMenurunkan harga batik untuk menyesuaikan dengan MEAMeningkatkan modal usaha untuk menghadapi MEAPendapat pelaku usaha batik tentang produknya yang mampu bersaing di MEA
Pelaksanaan tanggung jawab oleh pemerintah dalam meningkatkan kesiapan pelaku usaha dalam menghadapi MEA dengan meningkatkan sumber daya manusia dan hubungan negara lain
Fernandes & Andadari
(2012), Bayu, et. al. ( 2015)
Pemerintah meningkatkankan standar kompetensi kerja untuk menghadapi MEA
Dari tabel di atas diperoleh 4 variabel penelitian
yang di dalamnya terdiri dari 16 indikator yang akan
dijadikan item pertanyaan dalam kuesioner. Berikut
variabel persepsi dalam kuesioner penelitian ini
terdiri dari 16 item pertanyaan, sebagai berikut:
Tabel 4.2 Deskripsi item pertanyaanVariabel Item Definisi
X1X2 Sumber informasi tentang MEAX3 Dukungan pelaku usaha batik tentang adanya MEAX4 Peran pemerintah menghadapi MEAX5X6 Kemampuan produk batik menghadapi MEAX7X8 Meningkatkan jumlah produksi untuk menghadapi MEAX9 Kecocokan manajemen usaha untuk menghadapi MEAX10
X11X12 Menurunkan harga batik untuk menyesuaikan dengan MEAX13 Meningkatkan modal usaha untuk menghadapi MEAX14
X15
Pengetahuan tentang MEA
Pengetahuan tentang negara-negara yang tergabung dengan ASEAN
Implikasi pemberlakuan MEA
Pendapat tentang tenaga kerja Indonesia untuk bersaing dengan tenaga kerja asing dalam menghadapi MEA
Kesiapan diri menghadapi MEA
Meningkatkan kualitas batik yang sesuai dengan ketentuan MEA
Penyusunan strategi pemasaran untuk mendapat pangsa pasar dalam MEAPeningkatan inovasi batik untuk mendapatkan pangsa pasar di MEA
Pendapat pelaku usaha batik tentang produknya yang mampu bersaing di MEA
Peran pemerintah dalam menghadapi
Pemerintah meningkatkankan standar kompetensi kerja untuk menghadapi MEA
4.2. Uji Pendahuluan
Uji pendahuluan diberikan terhadap 30 responden
(data di lampiran Tabel A7). Dari uji pendahuluan akan
dilakukan uji validitas dan reliabilitas alat ukur
penelitian dalam hal ini kuesioner. Uji validitas
kuesioner dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui
kesahihan kuesioner. Kuesioner dikatakan valid akan
mempunyai arti bahwa kuesioner mampu mengukur apa yang
seharusnya diukur. Sedangkan uji reliabilitas kuesioner
dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui konsistensi
derajat ketergantungan dan stabilitas dari alat ukur
dalam hal ini kuesioner.
Dari hasil uji validitas yang dilakukan (lihat
lampiran tabel A1) diperoleh nilai dari tabel corrected
item-total correlation tersebut untuk sig. (2-tailed) masing-
masing variabel adalah sebagai berikut:Tabel 4.3. Uji validitas kuesioner pendahuluan
VariabelX1 0.000X2 0.000X3 0.000X4 0.019X5 0.000X6 0.000X7 0.004X8 0.007X9 0.030X10 0.000X11 0.000X12 0.000X13 0.038X14 0.000X15 0.000
Sig. (2-tailed)
Dari tabel diatas diketahui bahwa semua variabel
memiliki nilai sig. (2-tailed) kurang dari α (0.05)
sehingga semua variabel dapat dikatakan valid.Tabel 4.7. Uji reliabilitas kuesioner pendahuluan
N of Items0.851 16
Cronbach's Alpha
Dari hasil uji reliabilitas yang ditunjukkan pada
tabel diatas, diperoleh nilai Cronbach Alpha sebesar
0.837 sehingga dapat disimpulkan bahwa kuesioner adalah
handal untuk digunakan sebagai alat ukur penelitian.
4.3. Penentuan Jumlah Sampel
Pada penelitian ini penentuan jumlah sampel yang
digunakan yaitu menurut referensi yang ada menyatakan
bahwa jumlah sampel yang diambil minimal 5 kali dari
jumlah variabel/indikator yang dipergunakan dalam
penelitian. Pada penelitian ini menggunakan indikator
variabel sejumlah 16 buah, sehingga jumlah sampel
minimal yang harus diambil adalah 5 x 16 = 80
responden. Berdasarkan hasil tersebut peneliti
mengadopsi jumlah sampel penelitian sebanyak 80
responden.
4.4. Uji Validitas dan Reliabilitas Data
Uji validitas dan reliabilitas dipakai dalam
penelitian ini dikarenakan penelitian menggunakan alat
ukur berupa kuesioner. Pengujian tersebut digunakan
untuk mengetahui apakah alat ukur tersebut apakah sudah
layak atau belum jika dijadikan sebagai alat ukur
sebuah penelitian.
Pada penelitian ini data yang dipakai untuk uji
validitas dan reliabilitas adalah data kuesioner poin
ke II yaitu tentang Identifikasi Implementasi e-
commerce. Pada lampiran tabel A8 ditunjukkan hasil
rekapitulasi data kuesioner poin II.
Dari hasil uji validitas yang dilakukan (lihat
lampiran tabel A2) diperoleh nilai dari tabel corrected
item-total correlation tersebut untuk sig. (2-tailed) masing-
masing variabel adalah sebagai berikut:
Tabel 4.8. Uji validitas kuesioner
Dari
tabel diatas
diketahui
bahwa semua
variabel
memiliki
nilai sig. (2-
tailed) kurang
dari α (0.05)
sehingga
semua variabel dapat dikatakan valid.
Tabel 4.9. Uji reliabilitas kuesionerN of Items
0.756 16
Cronbach's Alpha
Dari hasil uji reliabilitas yang ditunjukkan pada
tabel diatas, diperoleh nilai Cronbach Alpha sebesar
0.624 sehingga dapat disimpulkan bahwa kuesioner adalah
handal untuk digunakan sebagai alat ukur penelitian.
Variabel KeteranganX1 0.000 ValidX2 0.000 ValidX3 0.000 ValidX4 0.000 Valid
Sig. (2-tailed)
4.5. Analisis Deskriptif Responden
Analisis ini digunakan untuk mengetahui gambaran
atau deskripsi dari variabel-variabel yang diteliti.
Dari kuesioner yang diperoleh sebanyak 80 buah, 76
diantaranya disebarkan kepada pelaku usaha batik Madura
di empat kabupaten yaitu Bangkalan, Sampang, Pamekasan,
Sumenep dan sisanya 4 diberikan kepada stakeholder.
4.5.1 Identitas Responden
Dalam hal ini analisis deskriptif ditujukan pada
identitas responden yaitu berdasarkan data kuesioner
poin I antara lain: jenis kelamin, usia, sumber
informasi tentang MEA, serta pro dan kontra adanya MEA.
Hasil rekapitulasi data kuesioner poin I dilampirkan
pada lampiran tabel A2.
Gambar 4.x Jenis Kelamin Responden
Berdasarkan grafik deskriptif di atas, didapat
gambaran jenis kelamin responden laki-laki sebesar 62%
dan perempuan sebesar 38%.
Gambar 4.x Usia Responden
Berdasarkan grafik deskriptif di atas, didapat
gambaran usia responden di dominasi pada usia rentang
41-50 tahun dikarenakan pelaku usaha sebagai pemilik
UKM batik telah lama mendirikan UKM batik sejak lama.
Gambar 4.x Sumber Informasi MEA
Berdasarkan grafik deskriptif di atas, didapat
gambaran tentang media informasi yang paling efektif
untuk mensosialisasikan pasar bebas ASEAN (MEA) adalah
melalui televisi dan sosialisasi langsung kepada pelaku
usaha. Sedangkan media internet dikatakan tidak efektif
untuk menyalurkan informasi tentang MEA kepada pelaku
usaha batik di Madura. Selain itu masih banyak pelaku
usaha batik Madura yang belum mengetahui informasi
tentang adanya MEA di tahun 2015, sehingga
dikhawatirkan para pelaku usaha batik kurang siap
tentang adanya arus barang dan jasa yang masuk secara
bebas dalam negeri nantinya. Sehingga peran pemerintah
perlu dilakukan dalam menyalurkan informasi mengenai
adanya MEA agar mereka dapat bersaing d pasar global.
Gambar 4.x Pro Kontra adanya MEA
Berdasarkan grafik deskriptif di atas, didapat
gambaran partisipasi pelaku usaha batik dalam
menghadapi MEA dikatakan cukup baik dilihat dari
dukungan mereka tentang adanya MEA, namun juga tidak
sedikit mereka yang menyatakannetral dan
ketidaksetujuannya terhadap penyelenggaraan MEA
nantinya. Sehingga perlu adanya sosialisasi untuk
mengajak pelaku usaha batik Madura berperan aktif dalam
MEA.
4.6. Uji Asumsi Klasik
Pengujian asumsi klasik dilakukan sebelum masuk
pada pengolahan analisis faktor. Hal ini ditujukan
untuk mengetahui apakah analisis faktor layak dilakukan
ataukah tidak. Pada uji asumsi klasik ini terdapat 3
kriteria yaitu antara lain:
4.6.1. Uji Normalitas Data
Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah
berdistribusi normal atau tidak. Berikut hasil uji
normalitas data:
Gambar 4.3. Uji Normalitas DataDari grafik normal p-p plot memperlihatkan semua
titik-titik berhimpit dan mengikuti garis diagonal,
sehingga dapat disimpulkan model regresi telah memenuhi
asumsi normalitas.
4.6.2 KMO dan Bartlett’s Test
Pada tahap ini ditentukan oleh dua tabel yaitu
KMO and Bartlett’s Test dan tabel Anti-Images Matrices yang
diperoleh dari proses pengolahan analisis faktor
menggunakan software SPSS. Berikut adalah hasil dari
proses awal pemilihan variabel:Tabel 4.11. KMO and Bartlett’s Test 1st
KMO Sig.0.676 0.000
Pada tabel diatas, terlihat angka K-M-O Measure of
Sampling Adequacy diatas 0.5 yaitu sebesar 0.676, maka
kumpulan variabel tersebut dapat diproses lebih lanjut.
Kesimpulan yang sama dapat dilihat pula pada angka
Barlett’s Test of Sphericity (yang tunjukkan dengan angka Chi-
Square) sebesar 297.125 dengan signifikansi 0.000.
Sedangkan untuk tabel Anti-Images Matrices (dapat
dilihat pada lampiran tabel B9). Pada tabel Anti-Images
Matrices tersebut khususnya pada bagian bawah (Anti-Images
Correlation), terlihat ssejumlah angka yang membentuk
diagonal, yang bertanda ‘a’, yang menandakan besarnya
nilai Measure of Sampling Adequacy (MSA) sebuah variabel.
Terlihat masih ada nilai MSA yang dibawah 0,5 yaitu X8
(meningkatkan jumlah produksi untuk menghadapi MEA)
sebesar 0.413 dan X14 (Pendapat pelaku usaha batik
tentang produknya yang mampu bersaing di MEA) sebesar
0.459. Dikarenakan masih ada nilai MSA yang kurang dari
0,5 tersebut, maka proses pemilihan variabel diulang
dengan menghilangkan nilai MSA terkecil dalam hal ini
adalah variabel X8 (0,413).
4.6.2.1. Pemilihan Variabel (Pengulangan 1)
Hasil dari pengulangan proses lanjutan untuk
pemilihan variabel setelah menghilangkan variabel X8
adalah sebagai berikut:Tabel 4.12. KMO and Bartlett’s Test 2nd
KMO Sig.0.694 0.000
Pada tabel diatas, terlihat angka K-M-O Measure of
Sampling Adequacy diatas 0.5 yaitu sebesar 0.694, maka
kumpulan variabel tersebut dapat diproses lebih lanjut.
Kesimpulan yang sama dapat dilihat pula pada angka
Barlett’s Test of Sphericity (yang tunjukkan dengan angka Chi-
Square) sebesar 283.706 dengan signifikansi 0.000.
Sedangkan untuk tabel Anti-Images Matrices (dapat
dilihat pada lampiran tabel B10). Pada tabel Anti-Images
Matrices tersebut khususnya pada bagian bawah (Anti-
Images Correlation), terlihat ssejumlah angka yang
membentuk diagonal, yang bertanda ‘a’, yang menandakan
besarnya nilai Measure of Sampling Adequacy (MSA) sebuah
variabel. Terlihat masih ada nilai MSA yang dibawah 0,5
yaitu X14 (Pendapat pelaku usaha batik tentang
produknya yang mampu bersaing di MEA) sebesar 0.486.
Dikarenakan masih ada nilai MSA yang kurang dari 0,5
tersebut, maka proses pemilihan variabel diulang dengan
menghilangkan nilai MSA terkecil dalam hal ini adalah
variabel X14 (0,486).
4.6.2.2. Pemilihan Variabel (Pengulangan 2)
Hasil dari pengulangan proses lanjutan untuk
pemilihan variabel setelah menghilangkan variabel X14
adalah sebagai berikut:Tabel 4.13. KMO and Bartlett’s Test 3th
KMO Sig.0.717 0.000
Pada tabel diatas, terlihat angka K-M-O Measure of
Sampling Adequacy diatas 0.5 yaitu sebesar 0.717, maka
kumpulan variabel tersebut dapat diproses lebih lanjut.
Kesimpulan yang sama dapat dilihat pula pada angka
Barlett’s Test of Sphericity (yang tunjukkan dengan angka Chi-
Square) sebesar 265.086 dengan signifikansi 0.000.
Sedangkan untuk tabel Anti-Images Matrices (dapat
dilihat pada lampiran tabel B13). Pada tabel Anti-Images
Matrices tersebut khususnya pada bagian bawah (Anti-Images
Correlation), terlihat ssejumlah angka yang membentuk
diagonal, yang bertanda ‘a’, yang menandakan besarnya
nilai Measure of Sampling Adequacy (MSA) sebuah variabel.
Terlihat sudah tidak ada nilai MSA yang dibawah 0.5
sehingga proses pemilihan variabel dapat dihentikan dan
variabel yang tersisa merupakan variabel yang digunakan
dalam proses analisis faktor selanjutnya.
4.7. Analisis Faktor
Dalam pengolahan data analisis faktor data harus
berskala interval atau rasio. Pada penelitian ini data
hasil kuesioner yang diperoleh yaitu data ordinal, oleh
karena itu dibutuhkan pengkonversian data dari ordinal
ke interval. Pengkonversian data pada penelitian ini
menggunakan Metode Succesive Interval (MSI). Hasil dari
pengkonversian data dengan metode MSI dapat dilihat
pada lampiran tabel B1 dan B2. Tahapan analisis faktor
adalah sebagai berikut:
4.7.1. Communalities
Hasil dari proses ini menunjukkan nilai varians
dari masing-masing variabel yang dijelaskan oleh faktor
yang terbentuk nantinya. Berikut akan ditunjukkan hasil
serta analisisnya:
Tabel 4.16. CommunalitiesVariabel Nama variabel
X1
X2 Sumber informasi tentang MEAX3 Dukungan pelaku usaha batik tentang adanya MEAX4 Peran pemerintah menghadapi MEA
X5
X6 Kemampuan produk batik menghadapi MEA
X7
X9 Kecocokan manajemen usaha untuk menghadapi MEA
X10
X11
X12
X13 Meningkatkan modal usaha untuk menghadapi MEA
X15
X16
Pengetahuan tentang negara-negara yang tergabung dengan ASEAN
Pendapat tentang tenaga kerja Indonesia untuk bersaing dengan tenaga kerja asing dalam menghadapi MEA
Meningkatkan kualitas batik yang sesuai dengan ketentuan MEA
Menyusun strategi pemasaran untuk mendapat pangsa pasar dalam MEAMeningkatkan inovasi batik untuk mendapatkan pangsa pasar di MEAMenurunkan harga batik untuk menyesuaikan dengan MEA
Pemerintah meningkatkankan standar kompetensi kerja untuk menghadapi MEAHubungan dengan negara lain untuk memasarkan produk Indonesia
Untuk variabel X1 (pengetahuan tentang negara-
negara yang tergabung dengan ASEAN) nilainya adalah
0.643. Hal ini berarti sekitar 64.3% varians dari
variabel X1 dapat dijelaskan oleh faktor yang nanti
terbentuk. Variabel X2 (sumber informasi tentang MEA)
nilainya adalah 0.663. Hal ini berarti sekitar 66.3%
varians dari variabel X2 dapat dijelaskan oleh faktor
yang nanti terbentuk. Variabel X3 (dukungan adanya MEA)
nilainya adalah 0.646. Hal ini berarti sekitar 64.6%
varians dari variabel X3 dapat dijelaskan oleh faktor
yang nanti terbentuk.
Variabel X4 (peran pemerintah menghadapi MEA)
nilainya adalah 0.505. Hal ini berarti sekitar 50.5%
varians dari variabel X4 dapat dijelaskan oleh faktor
yang nanti terbentuk. Variabel X5 (tenaga kerja
Indonesia untuk bersaing dengan tenaga kerja asing
dalam menghadapi MEA) nilainya adalah 0.581. Hal ini
berarti sekitar 58.1% varians dari variabel X5 dapat
dijelaskan oleh faktor yang nanti terbentuk. Variabel
X6 (kemampuan produk batik untuk menghadapi MEA)
nilainya adalah 0.614. Hal ini berarti sekitar 61.4%
varians dari variabel X6 dapat dijelaskan oleh faktor
yang nanti terbentuk.
Variabel X7 (meningkatkan kualitas batik yang
sesuai dengan ketentuan MEA) nilainya adalah 0.598. Hal
ini berarti sekitar 59.8% varians dari variabel X7
dapat dijelaskan oleh faktor yang nanti terbentuk.
Variabel X9 (kecocokan manajemen usaha untuk menghadapi
MEA) nilainya adalah 0.737. Hal ini berarti sekitar
73.7% varians dari variabel X9 dapat dijelaskan oleh
faktor yang nanti terbentuk. Variabel X10 (menyusun
strategi pemasaran untuk mendapatkan pangsa pasar dalam
MEA) nilainya adalah 0.677. Hal ini berarti sekitar
67.7% varians dari variabel X10 dapat dijelaskan oleh
faktor yang nanti terbentuk.
Variabel X11 (meningkatkan inovasi batik untuk
mendapat pangsa pasar) nilainya adalah 0.636. Hal ini
berarti sekitar 63.6% varians dari variabel X11 dapat
dijelaskan oleh faktor yang nanti terbentuk. Variabel
X12 (menurunkan harga batik untuk menyesuaikan dengan
MEA) nilainya adalah 0.605. Hal ini berarti sekitar
60.5% varians dari variabel X12 dapat dijelaskan oleh
faktor yang nanti terbentuk. Variabel X13 (meningkatkan
modal usaha untuk menghadapi MEA) nilainya adalah
0.577. Hal ini berarti sekitar 57.7% varians dari
variabel X13 dapat dijelaskan oleh faktor yang nanti
terbentuk.
Variabel X15 (pemerintah meningkatkan standar
kompetensi kerja untuk menghadapi MEA) nilainya adalah
0.696. Hal ini berarti sekitar 69.6% varians dari
variabel X15 dapat dijelaskan oleh faktor yang nanti
terbentuk. Variabel X16 (hubungan dengan negara lain
untuk memasarkan produk Indonesia) nilainya adalah
0.716. Hal ini berarti sekitar 71.6% varians dari
variabel X16 dapat dijelaskan oleh faktor yang nanti
terbentuk
4.7.2. Total Variance Explained
Pada tahap ini ada 14 variabel yang dimasukkan
dalam pengolahan analisis faktor. Dengan masing-masing
mempunyai varians 1, maka total varians adalah 14 x 1 =
14. Hasil dari pengolahan analisis faktor terhadap 14
variabel, diperoleh 5 faktor yang terbentuk (lihat
lampiran tabel B15). Pada lampiran tabel B15 tersebut
ditunjukkan bahwasanya jika dari 14 variabel diringkas
menjadi lima faktor, maka varians yang dapat dijelaskan
oleh lima faktor tersebut adalah (lihat Component = 1
sampai 5):
1. Varians faktor pertama adalah 3.733 / 14 = 26.66%
2. Varians faktor kedua adalah 1.653 / 14 = 11.80%
3. Varians faktor ketiga adalah 1.273 / 14 = 9.09%
4. Varians faktor keempat adalah 1.183 / 14 = 8.45%
5. Varians faktor kelima adalah 1.051 / 14 = 7.51%
Total kelima faktor akan dapat menjelaskan 26.66%
+ 11.80% + 9.09% + 8.45% + 7.51%, atau 63.52% dari
variabilitas keempatbelas variabel asli tersebut.
4.7.3. Component Matrix
Setelah diketahui bahwa lima faktor adalah jumlah
yang paling optimal, maka tabel Component matrix ini
menunjukkan distribusi keempatbelas variabel tersebut
pada lima faktor yang ada. Nilai pada tabel ini
merupakan factor loadings atau besar korelasi antara suatu
variabel dengan faktor 1 sampai 5.
Tabel 4.17. Component MatrixVariabel Nama variabel Component
1 2 3 4
X1 0.361 0.662 -0.048 -0.245X2 Sumber informasi tentang MEA 0.675 -0.399 -0.141 -0.148X3 0.748 -0.100 -0.291 -0.038X4 Peran pemerintah menghadapi MEA 0.582 -0.161 -0.057 0.352
X5 0.339 -0.293 -0.139 0.577
X6 Kemampuan produk batik menghadapi MEA 0.347 0.546 0.390 -0.120X7 0.478 -0.036 -0.367 -0.325
X9 0.270 0.244 0.590 0.294
X10 0.718 -0.283 0.186 0.013
X11 0.554 0.386 -0.344 -0.137
X12 0.667 -0.013 0.173 -0.129X13 0.245 0.441 -0.113 0.525X15 0.369 -0.396 0.547 -0.319
X16 0.500 0.058 0.119 0.150
Pengetahuan tentang negara-negara yang tergabung dengan ASEANDukungan pelaku usaha batik tentang adanya MEAPendapat tentang tenaga kerja Indonesia untuk bersaing dengan tenaga kerja asing dalam menghadapi MEA
Meningkatkan kualitas batik yang sesuai dengan ketentuan MEAKecocokan manajemen usaha untuk menghadapi MEAPenyusunan strategi pemasaran untuk mendapat pangsa pasar dalam MEAPeningkatan inovasi batik untuk mendapatkan pangsa pasar di MEAMenurunkan harga batik untuk menyesuaikan dengan MEAMeningkatkan modal usaha untuk menghadapi MEAPemerintah meningkatkankan standar kompetensi kerja untuk menghadapi MEAHubungan dengan negara lain untuk memasarkan produk IndonesiaPada tabel diatas terlihat masih banyak variabel
yang masih belum jelas pendistribusianya pada faktor
yang terbentuk. Seperti yang terlihat pada variabel X1
(pengetahuan tentang negara yang tergabung dengan
ASEAN), korelasi antara variabel X1 dengan faktor 1
adalah 0.361 (lemah), korelasi variabel X1 dengan
faktor 2 adalah 0.662 (kuat), korelasi variabel X1
dengan faktor 3 adalah -0.048 (lemah), korelasi
variabel X1 dengan faktor 4 adalah -0.245 (lemah),
sedangkorelasi variabel X1 dengan faktor 5 adalah -
0.110 (lemah). Dari semua nilai factor loading variabel X1
terlihat tidak ada perbedaan yang nyata antara semua
factor loading, sehingga variabel tersebut tidak dapat
begitu saja dimasukkan ke salah satu faktor dengan
hanya melihat mana yang lebih besar korelasinya.
Begitu juga dengan variabel X2 (sumber informasi
tentang MEA), X3 (dukungan pelaku usaha batik tentang
adanya MEA), X4 (peran pemerintah menghadapi MEA), X5
(tenaga kerja Indonesia utuk bersaing dengan tenaga
kerja asing dalam menghadapi MEA), X6 (kemampuan produk
batik menghadapi MEA), X7 (meningkatkan kualitas
batik), X9 (kecocokan manajemen usaha untuk menghadapi
MEA), X10 (penyusunan strategi pemasaran), X11
(meningkatkan inovasi batik), X12 (menurunkan harga
batik), X13 (meningkatkan modal usaha), X15 (pemerintah
meningkatkan standar kompetensi kerja), serta X16
(hubungan dengan negara lain untuk memasarkan produk
Indonesia. Maka dari itu diperlukan proses rotasi untuk
melihat kejelasan pendistribusian variabel.
4.7.4. Rotated Component Matrix
Pada proses ini pendistribusian variabel akan
terlihat lebih jelas dan nyata. Quartimax, Varimax,
Equimax adalah tiga metode rotasi orthogonal yang
umum dikenal. Metode rotasi yang digunakan adalah
rotasi orthogonal dengan metode varimax. Pemilihan metode
rotasi orthogonal karena strukturnya sederhana dan
metode vaimax untuk memudahkan interpretasi bagi
peneliti mengenai faktor-faktor yang diperoleh. Berikut
tabel hasil pengolahan dari proses rotasi:
Tabel 4.18. Rotated Component MatrixVariabel Nama variabel Component
1 2 3 4
X1 0.459 0.342 -0.334 0.375X2 Sumber informasi tentang MEA 0.440 0.363 0.362 -0.185X3 0.620 0.389 0.327 -0.011X4 Peran pemerintah menghadapi MEA 0.239 0.216 0.623 0.112
X5 0.028 0.025 0.756 -0.039
X6 Kemampuan produk batik menghadapi MEA 0.221 0.160 -0.159 0.717
X7 0.736 -0.104 0.119 -0.032
X9 -0.100 -0.064 0.288 0.795
X10 0.338 0.211 0.498 0.241
X11 0.734 0.122 0.060 0.207
X12 0.258 0.656 0.107 0.145
X13 0.027 0.340 0.256 0.234
X15 -0.043 0.265 0.050 0.180
X16 -0.018 0.836 0.123 0.015
Pengetahuan tentang negara-negara yang tergabung dengan ASEANDukungan pelaku usaha batik tentang adanya MEAPendapat tentang tenaga kerja Indonesia untuk bersaing dengan tenaga kerja asing dalam menghadapi MEA
Meningkatkan kualitas batik yang sesuai dengan ketentuan MEAKecocokan manajemen usaha untuk menghadapi MEAPenyusunan strategi pemasaran untuk mendapat pangsa pasar dalam MEAPeningkatan inovasi batik untuk mendapatkan pangsa pasar di MEAMenurunkan harga batik untuk menyesuaikan dengan MEAMeningkatkan modal usaha untuk menghadapi MEAPemerintah meningkatkankan standar kompetensi kerja untuk menghadapi MEAHubungan dengan negara lain untuk memasarkan produk IndonesiaUntuk variabel X1 (pengetahuan tentang negara-
negara yang tergabung dengan ASEAN), korelasi antara
variabel X1 dengan faktor 1 yang sebelumnya adalah
0.361 (lemah) , dengan rotasi lebih diperkuat menjadi
0.459 (cukup kuat). Korelasi variabel X1 dengan faktor
2 sebelumnya adalah 0.662 (kuat), dengan rotasi lebih
diperlemah menjadi 0.342 (lemah). korelasi variabel X1
dengan faktor 3 sebelumnya adalah -0.048 (lemah),
dengan rotasi lebih diperkuat menjadi -0.334 (lemah),
korelasi variabel X1 dengan faktor 4 sebelumnya adalah
-0.245 (lemah), dengan rotasi lebih diperlemah menjadi
0.375 (lemah,) sedangkan korelasi variabel X1 dengan
faktor 5 sebelumnya adalah -0.110 (lemah), dengan
rotasi lebih diperkuat menjadi -0.251 (lemah). Dengan
demikian dapat dikatakan variabel X1 (pengetahuan
tentang negara-negara yang tergabung dengan ASEAN)
dapat dimasukkan sebagai komponen faktor 1.
Variabel X2 (sumber informasi dengan MEA) masuk
pada faktor 1, karena factor loading dengan faktor 1 cukup
kuat (0.440), jauh lebih kuat dibandingkan dengan factor
loading dengan faktor lainya. Variabel X3 (dukungan
tentang adanya MEA) masuk pada faktor 1, karena factor
loading dengan faktor 1 cukup kuat (0.620), jauh lebih
kuat dibandingkan dengan factor loading dengan faktor
lainya. Variabel X4 (peran pemerintah menghadapi MEA)
masuk pada faktor 3, karena factor loading dengan faktor 3
cukup kuat (0.623), jauh lebih kuat dibandingkan dengan
factor loading dengan faktor lainya.
Variabel X5 (tenaga kerja Indonesia untuk
bersaing dengan tenaga kerja asing dalam menghadapi
MEA) masuk pada faktor 3, karena factor loading dengan
faktor 3 kuat (0.756), jauh lebih kuat dibandingkan
dengan factor loading dengan faktor lainya. Variabel X6
(kemampuan produk batik menghadapi MEA) masuk pada
faktor 4, karena factor loading dengan faktor 4 kuat
(0.717), jauh lebih kuat dibandingkan dengan factor
loading dengan faktor lainya. Variabel X7 (meningkatkan
kualitas batik) masuk pada faktor 1, karena factor loading
dengan faktor 1 kuat (0.736), jauh lebih kuat
dibandingkan dengan factor loading dengan faktor lainya.
Variabel X9 (kecocokan manajemen usaha untuk
menghadapi MEA) masuk pada faktor 4, karena factor loading
dengan faktor 4 kuat (0.795), jauh lebih kuat
dibandingkan dengan factor loading dengan faktor lainya.
Variabel X10 (menyusun strategi pemasaran) masuk pada
faktor 3, karena factor loading dengan faktor 3 cukup kuat
(0.498), jauh lebih kuat dibandingkan dengan factor
loading dengan faktor lainya. Variabel X11 (meningkatkan
inovasi batik) masuk pada faktor 1, karena factor loading
dengan faktor 4 kuat (0.734), jauh lebih kuat
dibandingkan dengan factor loading dengan faktor lainya.
Variabel X12 (menurunkan harga batik) masuk pada
faktor 2, karena factor loading dengan faktor 2 cukup kuat
(0.656), jauh lebih kuat dibandingkan dengan factor
loading dengan faktor lainya. Variabel X13 (meningkatkan
modal usaha) masuk pada faktor 5, karena factor loading
dengan faktor 5 cukup kuat (-0.583), jauh lebih kuat
dibandingkan dengan factor loading dengan faktor lainya.
Variabel X15 (pemerintah meningkatkan standar
kompetensi kerja) masuk pada faktor 4, karena factor
loading dengan faktor 4 kuat (0.768), jauh lebih kuat
dibandingkan dengan factor loading dengan faktor lainya.
Variabel X16 (hubungan dengan negara lain untuk
memasarkan produk Indonesia) masuk pada faktor 2,
karena factor loading dengan faktor 2 kuat (0.836), jauh
lebih kuat dibandingkan dengan factor loading dengan
faktor lainya.
Dengan demikian keenambelas indikator variabel
telah direduksi menjadi hanya terdiri atas 5 faktor:
1. Faktor 1 terdiri atas variabel X1 (pengetahuan
tentang negara-negara yang tergabung dengan ASEAN),
X2 (sumber informasi tentang MEA), X3 (dukungan
tentang adanya MEA), X7 (meningkatkan kualitas baik
yang sesuai dengan ketentuan MEA), dan
X11(meningkatkan inovasi batik untuk mendapat pangsa
pasar).
2. Faktor 2 terdiri atas variabel X12 (menurunkan harga
batik untuk menyesuaikan dengan MEA) dan X16
(hubungan dengan negara lain untuk memasarkan produk
Indonesia).
3. Faktor 3 terdiri atas variabel X4 (peran pemerintah
menghadapi MEA), X5 (tenaga kerja Indonesia untuk
bersaing dengan tenaga kerja asing dalam menghadapi
MEA), dan X10 (menyusun strategi pemasaran untuk
mendapatkan pangsa pasar).
4. Faktor 4 terdiri atas variabel X6 (kemampuan produk
batik menghadapi MEA) dan X9 (kecocokan manajemen
usaha untuk menghadapi MEA).
5. Faktor 5 terdiri atas variabel X13 (meningkatkan
modal usaha untuk menghadapi MEA) dan X15
(pemerintah meningkatkan standar kompetensi kerja
untuk menghadapi MEA).
4.7.5. Component Score Coefficient Matrix
Proses ini menghasilkan model secara matematis
yang memenuhi persamaan dalam analisis faktor. Berikut
tabel hasil pengolahan dari proses scoring komponen:
Tabel 4.19. Component Score Coefficient matrix
Variabel Nama variabel 1 2 3 4
X1 -0.309 0.167 0.221 0.167
X2 Sumber informasi tentang MEA -0.206 0.113 0.086 0.147X3 0.251 0.099 0.079 -0.116X4 Peran pemerintah menghadapi MEA 0.007 -0.006 0.361 0.032
X5 -0.080 -0.091 0.524 -0.034
X6 Kemampuan produk batik menghadapi MEA 0.055 -0.007 -0.160 0.468
X7 0.456 -0.266 -0.018 -0.069
X9 -0.159 -0.186 0.214 0.590
X10 0.061 -0.060 0.245 0.131
X11 0.400 -0.096 -0.047 0.056
X12 -0.022 0.372 -0.092 0.000
X13 -0.096 0.215 0.195 0.096
X15 -0.130 0.118 -0.094 0.125
X16 -0.212 0.603 -0.037 -0.105
Pengetahuan tentang negara-negara yang tergabung dengan ASEANDukungan pelaku usaha batik tentang adanya MEAPendapat tentang tenaga kerja Indonesia untuk bersaing dengan tenaga kerja asing dalam menghadapi MEA
Meningkatkan kualitas batik yang sesuai dengan ketentuan MEAKecocokan manajemen usaha untuk menghadapi MEAPenyusunan strategi pemasaran untuk mendapat pangsa pasar dalam MEAPeningkatan inovasi batik untuk mendapatkan pangsa pasar di MEAMenurunkan harga batik untuk menyesuaikan dengan MEAMeningkatkan modal usaha untuk menghadapi MEAPemerintah meningkatkankan standar kompetensi kerja untuk menghadapi MEAHubungan dengan negara lain untuk memasarkan produk Indonesia
Dari tabel diatas diperoleh model matematis sebagai
berikut:
Faktor 1 = -0.309X1 - 0.206X2 + 0.251X3 + 0.456X7 +
0.400X11
Faktor 2 = 0.372X12 + 0.603X16
Faktor 3 = 0.361X4 + 0.524X5 + 0.245X10
Faktor 4 = 0.468X6 + 0.590X9
Faktor 5 = -0.456X13 + 0.521X15
4.8. Penamaan Faktor
Dari proses diatas, telah diperoleh 5 buah faktor
baru dari persepsi pelaku usaha dalam menghadapi MEA.
Berikut merupakan identifikasi penamaan faktor-faktor
baru tersebut:
Tabel 4.20. Penamaan FaktorFaktor Item Nama Variabel Definisi Variabel
Faktor 1
X1
X2
X3
X7
X11
Faktor 2
X12
X16
Faktor 3
X4
X5
X10
Faktor 4
X6
X9
Faktor 5X13
X15
Pengetahuan tentang negara-negara yang tergabung dengan ASEAN
Pelaku usaha mengetahui informasi tentang negara-negara yang tergabung dengan ASEAN
Sumber informasi tentang MEA
Pelaku usaha sudah mengetahui MEA dari sumber informasi yang adaDukungan pelaku usaha batik
tentang adanya MEAPelaku usaha mendukung adanya MEA
Meningkatkan kualitas batik yang sesuai dengan ketentuan MEA
Pelaku usaha bersedia meningkatkan kualitas batik yang sesuai dengan ketentuan/kebijakan MEAMeningkatkan inovasi batik
untuk mendapatkan pangsa pasar di MEA
Pelaku usaha bersedia meningkatkan inovasi batik untuk mendapatkan pangsa pasar di MEAMenurunkan harga batik
untuk menyesuaikan dengan MEA
Pelaku usaha bersedia menurunkan harga batik untuk menyesuaikan dengan MEA
Hubungan dengan negara lain untuk memasarkan produk Indonesia
Pelaku usaha setuju untuk menjalin hubungan dan kerja sama dengan negara lain dalam memasarkan produk Indonesia supaya dapat bersaing dengan MEAPeran pemerintah dalam
menghadapi MEA
Pelaku usaha sudah merasakan peran pemerintah dalam menghadapi MEATenaga kerja Indonesia
untuk bersaing dengan tenaga kerja asing dalam menghadapi MEA
Pendapat tentang tenaga kerja Indonesia untuk bersaing dengan tenaga kerja asing dalam menghadapi MEAMenyusun strategi pemasaran
untuk mendapat pangsa pasar dalam MEA
Pelaku usaha perlu menyusun strategi pemasaran untuk mendapat pangsa pasar dalam MEA
Kemampuan produk batik menghadapi MEA
Pendapat pelaku usaha tentang batik sudah mampu bersaing dengan MEA
Kecocokan manajemen usaha untuk menghadapi MEA
Pelaku usaha bersedia menerapkan perencanaan, pengorganisasian, dan mengendalikan kegiatan berbagai sumber daya dengan baik, tepat, dan realitasMeningkatkan modal usaha
untuk menghadapi MEA
Pelaku usaha bersedia meningkatkan modal usaha untuk menghadapi MEAPemerintah meningkatkankan
standar kompetensi kerja untuk menghadapi MEA
Pelaku usaha setuju tentang pemerintah meningkatkankan standar kompetensi kerja untuk menghadapi MEA4.9. Marketing Mix (Bauran Pemasaran)
Tujuan strategi pemasaran adalah untuk mendapatkan
calon pembeli, untuk mempertahankan dan meningkatkan
jumlah pelanggan, dan untuk memenangkan persaingan.
Pada analisis strategi pemasaran UKM batik Madura
dengan metode bauran pemasaran didapatkan dari
kelemahan dan keunggulan UKM batik Madura serta dari
faktor yang terbentuk dari hasil analisis faktor.
4.9.1. Produk
Produk merupakan segala sesuatu yang dapat
ditawarkan ke dalam pasar untuk diperhatikan, dimiliki,
dipakai, atau dikonsumsi sehingga dapat memuaskan
keinginan dan kebutuhan konsumen. (Kotler, 1995)
Faktor informasi MEA dan produk merupakan faktor
utama yang terbentuk dari hasil analisis faktor. Dalam
memperoleh pangsa pasar dan dapat bersaing di MEA.
Pelaku usaha perlu memiliki pemahaman tentang adanya
MEA serta kebijakan-kebijakan yang dibentuk oleh MEA
agar dapat meningkatkan keuntungan relatif bagi produk.
Hal-hal yang perlu dilakukan pelaku usaha untuk produk
batik yaitu dengan meningkatkan kualitas produknya,
meningkatkan inovasi batik untuk mendapat pangsa pasar.
Dalam memasarkan produknya, UKM batik Madura
memperhatikan atribut produk yang merupakan suatu
komponen sifat-sifat produk yang menjamin agar produk
tersebut dapat memenuhi kebutuhan dan keinginan yang
diharapkan oleh konsumen. Atribut produk tersebut
meliputi desain produk, merek atau brand yang dinyatakan
dalam bentuk simbol, desain dan warna atau huruf
tertentu, dan bungkus atau kemasan produk. Atribut
produk yang diterapkan UKM batik Madura antara lain :
a. Desain Produk
Desain produk merupakan atribut yang sangat
penting untuk mempengaruhi konsumen agar tertarik. UKM
batik Madura mendesain produk-produk batik dengan
melakukan modifikasi produk. Dahulu batik identik
digunakan oleh orang tua dan mayoritas dikenakan pada
acara formal saja, tetapi seiring dengan perkembangan
zaman, batik Madura dimodifikasi produknya, sehingga
dapat juga digunakan oleh remaja dan orang dewasa serta
banyak pilihan produk. Modifikasi produk yang dilakukan
antara lain:
1) Menciptakan jenis produk batik dengan model yang
beragam. Sebagian dari UKM ada yang memproduksi
jenis-jenis batik yaitu rok, kain batik, dan kemeja.
2) Menciptakan pola batik yang dengan berbagai variasi
design dari yang bernuansa tradisional hingga modern.
3) Memantau dan membuat model-model busana yang up to
date yang mengikuti kemauan pasar.
4) Menentukan ukuran busana yang tepat, yaitu small,
medium, large, extra large atau double large.
5) Menciptakan pakaian batik untuk remaja dan dewasa
baik untuk pria maupun wanita, sehingga terdapat
banyak pilihan produk yang ditawarkan kepada
konsumen.
Dengan menerapkan modifikasi produk tersebut, maka
akan menjadi keunikan tersendiri bagi masing-masing UKM
batik di Madura. Selain dilihat dari nilai seni,
estetika, serta daya tarik produk, maka akan menjadi
keunggulan UKM batik untuk mampu bersaing di pasar
global.
b. Merek
Merek atau brand merupakan identitas suatu produk
yang diwujudkan dalam bentuk nama, tanda, istilah,
desain, simbol atau lambang, atau kombinasi dari
semuanya. UKM batik Madura dalam menawarkan produknya
menggunakan merek dagang yang sama dengan nama UKMnya.
Merk ini digunakan untuk semua produk yang dihasilkan
oleh UKM batik tersebut. Pemberian merek ini diharapkan
menjadi identitas tersendiri bagi produknya agar dapat
membedakannya dengan produk pesaing. Dengan memiliki
merek atau brand yang mudah diingat dan mudah dihafalkan
maka identitas produk akan cepat dikenal dan cepat
tertanam di benak konsumen.
c. Kemasan
Pengemasan (packaging) merupakan proses yang
berkaitan dengan perancangan pembuatan wadah (container)
atau pembungkus (wraper) untuk suatu produk. Pembungkusan
yang dilakukan oleh batik UKM batik Madura adalah
produk dikemas dalam kemasan untuk satu barang
(Individual Packaging). Individual Packaging berupa plastik yang
berisi satu produk batik. Bagi perusahaan kemasan
mempunyai peran dan fungsi, yaitu :
1) Pelindung bagi produk, yaitu melindungi produk dari
kotoran dan air, sehingga produk tidak mudah rusak dan
aman dipakai oleh konsumen.
2) Melindungi produk batik yang dibungkusnya sewaktu-
waktu produk tersebut bergerak melalui marketing.
3) Untuk mempertinggi nilai isinya dengan daya tarik
yang ditimbulkan oleh pembungkus, sehingga menimbulkan
ciri-ciri khas produk tersebut.
4) Utuk identifikasi, mudah dikenal, karena adanya
merk/label yang tertera pada pembungkus.
4.9.2. Harga
Dalam memasarkan suatu barang atau jasa setiap
perusahaan harus menetapkan harga jual setiap produknya
secara tepat. Harga merupakan sejumlah uang yang harus
dibayar oleh konsumen untuk mendapatkan suatu barang.
Faktor kedua yang terbentuk pada analisis faktor
adalah faktor peluang dan tantangan dimana UKM batik
memiliki peluang dalam menjalin hubungan kerja sama
dengan negara lain untuk memasarkan produk Indonesia
dan memiliki tantangan dalam menurunkan harga produk
sesuai dengan kebijakan MEA karena dengan terjadinya
arus bebas barang konsumen akan bisa mendapatkan barang
terbaik dengan harga termurah.
Proses penetapan harga pada UKM batik Madura
adalah sebagai berikut :
a. Tujuan Penetapan Harga
Tujuan yang hendak dicapai oleh UKM batik Madura
dalam menetapkan harga pada produknya adalah untuk
mendapatkan laba maksimal sehingga mampu mendapatkan
pengembalian investasi yang diambil dari laba
perusahaan, mengurangi persaingan dengan menetapkan
harga yang sama dengan pesaing dan mempertahankan
Market Share atau pangsa pasar yang telah dikuasai.
b. Metode Penetapan Harga
UKM batik Madura dalam menetapkan harga didasarkan
pada biaya yang menggunakan metode Cost Plus Pricing Method,
yaitu harga jual diperoleh dari jumlah biaya ditambah
dengan persentase laba atau keuntungan (margin) yang
diinginkan perusahaan. Dari rumus tersebut terlihat
bahwa untuk menentukan harga jual harus berdasarkan
pada biaya yang dikeluarkan dalam menghasilkan produk,
ditambah persentase tertentu sebagai keuntungan yang
diinginkan perusahaan.
4.9.3. Promosi
Promosi merupakan kegiatan yang digunakan UKM
batik Madura dalam rangka memberikan sejumlah informasi
kepada konsumen tentang suatu produk yang dihasilkan
oleh perusahaan yang bertujuan untuk mengadakan
komunikasi yang efektif antara perusahaan dengan
konsumen sehingga menciptakan pertukaran dalam
pemasaran yang akan mendorong permintaan atau dengan
kata lain untuk memberikan tanggapan terhadap produk
yang dihasilkan dengan langkah konkret yaitu pembelian.
Faktor ketiga dari hasil analisis faktor adalah
faktor pendukung dimana peran pemerintah dalam
memfasilitasi pelaku usaha yaitu dengan mempromosikan
produk Indonesia ke negara lain, memberi kesempatan
kepada setiap pekerja untuk menemukan pekerjaan sesuai
dengan kualifikasi yang dimiliki, serta menyusun
strategi pemasaran untuk mendapatkan pangsa pasar,
salah satunya yaitu menyusun strategi promosi.
Dalam menghadapi persaingan bisnis dengan
perusahaan lainnya yang bergerak dibidang usaha
sejenis, UKM batik Madura menerapkan strategi promosi
sebagai berikut :
a. Periklanan atau Advertising
Periklanan atau advertising dilakukan sebagai alat
komunikasi untuk menyampaikan pesan agar mendapatkan
respon dari konsumen dan umpan balik dapat diterima
sehingga terjadi transaksi yang menguntungkan. Kegiatan
periklanan yang dilakukan UKM batik Madura bertujuan
untuk menginformasikan mengenai keberadaan perusahaan
dan produk yang ditawarkan agar lebih mendapat
perhatian dari konsumen. Periklanan yang digunakan UKM
batik Madura adalah dengan
1) Billboar
Media luar ruangan dengan menggunakan billboard
biasanya dipakai pada tempat-tempat yang lalu-lintasnya
ramai, misalnya di pinggir jalan raya karena target
promosi jenis ini adalah para pengguna jalan raya.
2) Internet
Sebagian dari mereka menggunakan media intenet
sebagai media untuk mengenalkan UKM dan produk-produk
yang mereka tawarkan yaitu dengan memasang website di
internet. Di dalam website tersebut berisi profil
perusahaan, katalog produk dan sebagainya. Manfaat yang
didapat dari periklanan melalui internet yaitu dapat
dilihat kapan saja dan dimana saja oleh konsumen karena
jangkauannya lebih luas serta memudahkan konsumen untuk
mendapatkan informasi yang lengkap mengenai produk yang
ditawarkan perusahaan karena berisi gambar atau bentuk
produk dan harganya tanpa harus berkunjung ke rumah
batik tersebut. Informasi yang tersaji didukung dengan
warna dan gambar yang menarik dimaksudkan agar lebih
mempengaruhi minat konsumen dalam melakukan pembelian.
b. Promosi Penjualan
Alat promosi penjualan pada UKM batik Madura
dengan peragaan busana yaitu suatu kegiatan yang
mempertunjukkan karya atau busana yang dapat diragakan
atau digerakkan. Kegiatan ini merupakan salah satu
ajang promosi untuk mengenalkan produk atau karya
tersebut. Kegiatan peragaan busana ini juga merupakan
kegiatan promosi yang penting karena peragaan busana
mempunyai efek langsung dengan konsumen. Melalui acara
peragaan busana ini, UKM batik Madura menampilkan
koleksi-koleksi batik terbaru yang diperagakan model-
model profesional.
c. Pameran
Dalam mempromosikan produk mereka, UKM batik
Madura mengikuti pameran dalam acara-acara tertentu.
Dalam pameran ini konsumen dapat mendatangi serta
melihat produk-produk yang ditawarkan sehingga dapat
menarik minat konsumen untuk membelinya. Pameran
biasanya diadakan di luar pulau Madura seperto
Surabaya, Jakarta, Banyuwangi, dan sebagainya.
4.9.4. Distribusi dan Lokasi
a. Lokasi
Lokasi merupakan faktor penting dalam bauran
pemasaran karena lokasi juga menentukan saluran
distribusi yang akan dilakukan. Penentuan lokasi yang
baik akan memberikan output kemampuan perusahaan.
Kemampuan tersebut, diantaranya yaitu perusahaan mampu
melayani konsumen dengan memuaskan, memperoleh bahan
mentah yang cukup dan berkesinambungan pada harga yang
diinginkan, mendapatkan tenaga kerja berkinerja, dan
dikemudian hari mampu memperluas diri.
Namun pada kenyataannya lokasi UKM batik Madura
umumnya berpusat di Desa sehingga konsumen masih sulit
dalam menjangkau lokasi tersebut.
b. Saluran Distribusi
Saluran distribusi merupakan cara yang digunakan
oleh perusahaan untuk menyalurkan produk batik agar
sampai kepada konsumen. UKM batik Madura memasarkan
produknya menggunakan lembaga penyalur karena
perusahaan menyadari bahwa hal ini tidak mungkin
dilakukan sendiri. Perusahaan menggunakan saluran
distribusi langsung dalam memasarkan produknya. Pada
saluran distribusi langsung perusahaan sebagai produsen
menjual produknya tanpa melalui perantara. Perusahaan
memasarkan produk batik ke beberapa toko-toko milik
sendiri atau menyetok di toko-toko lain.