Pendidikan di Indonesia (Sebuah Refleksi)

39
1 PENDIDIKAN DI INDONESIA (SEBUAH REFLEKSI) MAKALAH Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah Pendidikan Lingkungan Sosial Budaya dan Teknologi yang dibimbing oleh : Dr. Burhanuddin TR, M.Pd. Oleh : Kelompok 1 Diana Nurul Oktaviani 1200011 Indah Junita 1203624 Larasati Rahmadhaningtyas 1203522 Mohamad Taufik 1204234 PRODI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

Transcript of Pendidikan di Indonesia (Sebuah Refleksi)

1

PENDIDIKAN DI INDONESIA

(SEBUAH REFLEKSI)

MAKALAHDiajukan untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah

Pendidikan Lingkungan Sosial Budaya dan Teknologi

yang dibimbing oleh : Dr. Burhanuddin TR, M.Pd.

Oleh :

Kelompok 1

Diana Nurul Oktaviani 1200011

Indah Junita 1203624

Larasati Rahmadhaningtyas 1203522

Mohamad Taufik 1204234

PRODI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

2

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

KAMPUS PURWAKARTA

2015

KATA PENGANTAR

Puji syukur hanya milik Allah SWT atas hidayah-Nya

penyusunan makalah dapat diselesaikan. Makalah ini

berjudul “Model Pendidikan di Indonesia.”

Shalawat serta salam penyusun panjatkan kepada

junjungan Nabi Besar Umat Islam yaitu Nabi Muhammad SAW

beserta para pengikutnya yang senantiasa mencurahkan

hidayah dan inayah-Nya kepada hamba-hambanya yang ingin

menuju ke jalan yang di ridhai oleh-Nya.

Berbicara mengenai pendidikan akan membahas sesuatu

yang kompleks dengan berbagai esensi dan aturan yang ada

di dalam pendidikan. Sehingga diperlukan pemahaman yang

lebih mendalam mengenai gaya atau model pendidikan di

Indonesia untuk kemajuan pendidikan di Indonesia dimasa

yang akan datang.

Makalah ini memaparkan tentang hal-hal yang berkaitan

dengan landasan pendidikan, sistem pendidikan,

permasalahan pendidikan yang ada di Indonesia. Sehingga

penyusun dapat pula mengkaji tentang sistem pendidikan

nasional yang di perlukan oleh masyarakat di masa depan.

Dengan adanya makalah ini, semoga dapat memberikan

kontribusi yang bermakna bagi pengembangan wawasan baik

untuk penyusun maupun bagi para pembaca.

i

ii

Terimakasih diucapkan untuk dosen pembimbing,

Burhanuddin TR. yang telah memberikan bimbingan dalam

penyusunan makalah ini, sehingga penulisan makalah ini

dapat berjalan dengan lancar.

Purwakarta, Februari 2015

Penyusun

DAFTAR ISIContents

KATA PENGANTAR..........................................iDAFTAR ISI.............................................iiBAB I PENDAHULUAN.......................................1A. Latar Belakang Masalah.............................1B. Rumusan Masalah....................................2C. Tujuan.............................................2D. Manfaat............................................2E. Kajian Teoritik....................................2F. Sistematika Penulisan..............................4

BAB II Gaya atau Model Pendidikan di Indonesia..........5A. Landasan Pendidikan Indonesia......................51. Landasan Filsafat...............................52. Landasan Historis...............................63. Landasan Hukum..................................7

B. Sistem Pendidikan di Indonesia.....................81. Definisi Sistem Pendidikan Nasional.............92. Fungsi Sistem Pendidikan Nasional...............93. Tujuan Sistem Pendidikan Nasional..............11

C. Permasalahan Pendidikan...........................111. Kualitas Pendidikan............................112. Relevansi pendidikan...........................123. Elitisme Pendidikan............................124. Manajemen Pendidikan...........................13

D. Sistem Pendidikan Nasional yang DiperlukanMasyarakat Masa Depan................................14

ii

iii

1. Peranan Lembaga-Lembaga Pendidikan UntukMasyarakat Masa Depan...............................162. Sistem Pendidikan Nasional Bagi MasyarakatIndustri Modern.....................................18

BAB III SIMPULAN......................................19Daftar Rujukan.........................................20

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Berbicara mengenai pendidikan akan berbicara sesuatu

yang kompleks dengan berbagai esensi dan aturan yang ada

di dalam pendidikan. Menurut Ahmadi (2003, hlm. 68)

pendidikan adalah suatu kegiatan yang secara sadar dan

disengaja, serta penuh tanggung jawab yang dilakukan oleh

orang dewasa kepada anak sehingga timbul interaksi dari

keduanya agar anak tersebut mencapai kedewasaan yang

dicita-citakan dan berlangsung terus menerus.

Pendidikan juga diartikan sebagai segala usaha orang

dewasa dalam pergaulannya dengan anak-anak untuk memimpin

perkembangan jasmani dan rohaninya kea rah kedewasaan.

Pendidikan ialah bimbingan yang diberikan dengan sengaja

oleh orang dewasa kepada anak-anak, dalam pertumbuhannya

(jasmani dan rohani) agar berguna bagi diri sendiri dan

bagi masyarakat (Purwanto, 2007, hlm. 10).

Purwanto (2007, hlm. 89) menjelaskan bahwa pekerjaan

mendidik bukanlah pekerjaan yang mudah. Hasil pekerjaan

itu tidak dapat sama sekali kita tentukan lebih dahulu

seperti halnya dengan orang yang mencetak kue atau

membuat kue atau membuat benda-benda lain. Mengingatkan

hal tersebut sudah tidak diasingkan lagi bahwa di dalam

1

2

pendidikan terdapat bermacam-macam kesukaran atau

masalah.

Masalah pendidikan di Indonesia dewasa ini adalah

mengenai kualitas pendidikan dan relevansi hasil

pendidikan dengan tuntutan pembangunan. Selain itu hal

lain yang menjadi masalah pendidikan di Indonesia adalah

permasalahan keterkaitan pendidikan untuk kegiatan

pembangunan yang membutuhkan tenaga-tenaga yang cerdas

dan terampil (Tilaar, 2008, hlm. 148).

Berdasarkan hal-hal tersebut, diperlukan pemahaman

yang lebih mendalam mengenai gaya atau model pendidikan

di Indonesia untuk kemajuan pendidikan di Indonesia

dimasa yang akan datang.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut, rumusan masalah

makalah ini adalah:

1. Apa yang menjadi dasar atau landasan pendidikan di

Indonesia?

2. Bagaimana sistem pendidikan di Indonesia?

3. Mengapa pendidikan di Indonesia masih tertinggal

dibandingkan dengan negara lain?

4. Sistem pendidikan yang seperti apa yang diperlukan

masyarakat masa depan?

3

C. Tujuan

Berdasarkan rumusan masalah tersebut, tujuan penulisan

makalah ini adalah untuk mengetahui tentang :

1. Dasar atau landasan pendidikan di Indonesia.

2. Sistem pendidikan di Indonesia.

3. Alasan pendidikan di Indonesia masih tertinggal

dibandingkan dengan negara lain.

4. Sistem pendidikan yang diperlukan masyarakat di masa

yang akan datang.

D. Manfaat

Manfaat penyusunan makalah ini adalah :

1. Bagi Penyusun

Memahami dengan benar gaya atau model pendidikan di

Indonesia sebagai salah satu materi perkuliahan

pendidikan lingkungan sosial budaya dan teknologi yang

akan menjadi bekal profesionalitas penyusun di masa yang

akan datang.

2. Bagi Pembaca

Mengetahui gaya atau model pendidikan Indonesia

sebagai bahan untuk memahami realita kebijakan-kebijakan

pendidikan yang ada.

E. Kajian Teoritik

Menurut Ahmadi (2003, hlm. 78) pendidikan mempunyai

peranan yang besar untuk menciptakan masa depan yang

4

gemilang yang menjadi idaman bersama. Hal ini

dimungkinkan karena adanya usaha yang terus menerus

ditingkatkan melalui pembangunan di bidang pendidikan,

dapat dihasilkan pribadi-pribadi yang telah mengembangkan

potensi dan kemampuannya secara optimal dalam

melaksanakan pembangunan dan perkembangan masyarakat itu

sendiri.

Selanjutnya, Ahmadi (2003, hlm. 102) menjelaskan bahwa

tujuan umum pendidikan adalah mampu melaksanakan tugas

dari Tuhan sebaik-baiknya, mampu melaksanakan tugas

kemanusiaan. Tugas kewarganegaraan, tugas kemasyarakatan,

dan tugas pribadi sebaik-baiknya. Sedangkan menurut Dewey

dalam Purwanto (2007, hlm. 24) menjelaskan bahwa tujuan

pendidikan ialah membentuk manusia untuk menjadi warga

Negara yang baik. untuk itu, di sekolah-sekolah diajarkan

segala sesuatu kepada anak yang perlu bagi kehidupannya

dalam masyarakat sebagai anggota masyarakat dan sebagai

warga Negara.

Sekolah berdasarkan uraian tersebut merupaan sebuah

lembaga dalam tatanan sistem pendidikan atau biasa

disebut sebagai lembaga pendidikan. lembaga pendidikan

terdiri dari lembaga pendidikan formal, informal dan non

formal. Lembaga pendidikan formal adalah lembaga yang

berbentuk sekolah atau tempat tertentu yang teratur,

5

sistematis, mempunyai jenjang dan dalam kurun waktu

tertentu berdasarkan aturan resmi yang telah ditetapkan

(Ahmadi, 2003, hlm. 162)

Selanjutnya, Ahmadi (2003, hlm. 164) menjelaskan bahwa

pendidikan non formal adalah pndidikan yang di

selenggarakan di luar persekolahan. Sedangkan, pendidikan

informal adalah pendidikan yang berlangsung di tengah

keluarga.

Setiap Negara memiliki sistem pendidikan yang berbeda-

beda dengan gaya dan model pendidikan yang berbeda-beda

pula. Konsep pendidikan di Indonesia bersifat

berkelanjutan. Terdapat dua jalur penyelenggaraan

pendidikan yaitu jalur pendidikan sekolah dan jalur

pendidikan luar sekolah. Dalam pengertian kedua jalur

pendidikan ini terselip konsep pendidikan yang tidak

terbatas pada usia dan ruang sekolah yang formal. Inilah

yang disebut sebagai pendidikan berkelanjutan atau

pendidikan sepanjang hayat (Tilaar, 2008, hlm. 16).

F. Sistematika Penulisan

Sistematika penyusunan makalah ini adalah sebagai

berikut:

6

BAB I : Pendahuluan yang berisikan latar belakang,

rumusan masalah, tujuan, manfaat, kajian teoritik dan

sistematika penulisan.

BAB II :Isi yang membahas dasar atau landasan

pendidikan di Indonesia, sistem pendidikan nasional,

masalah pendidikan di Indonesia, serta sistem pendidikan

nasional yang diharapkan masyarakat di masa yang akan

dating

BAB III : Kesimpulan yang menjawab seluruh pertanyaan

pada rumusan masalah penyususnan makalah ini.

BAB II

Gaya atau Model Pendidikan di Indonesia

A. Landasan Pendidikan Indonesia

1. Landasan Filsafat

Menurut Burhanuddin, Sumiati, dan Sopian (2012, hlm.

25) Pancasila dalam pendekatan filsafat adalah ilmu

pengetahuan yang mendalam mengenai Pancasila. Filsafat

Pancasila dapat di definisikan secara ringkas sebagai

refleksi kritis dan rasional tentang Pancasila dalam

sila-sila yang membentuk Pancasila, yaitu: a) ketuhanan

Yang Maha Esa, b) kemanusiaan yang adil dan beradab, c)

persatuan Indonesia, d) kerakyatan yang dipimpin oleh

hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan, e)

keadilan Sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Kelima

sila dari Pancasila pada hakikatnya adalah satu nilai.

Nilai-nilai yang merupakan perasaan dan Pancasila

tersebut,yaitu: a) nilai ketuhanan, b) nilai kemanusiaan,

c) nilai persatuan, d) nilai kerakyatan, e) nilai

keadilan. Dalam filsafat Pancasila terdapat 3 (tiga)

tingkatan nilai, yaitu nilai dasar, nilai instrumen, dan

nilai prkatis. Nilai dasar adalah nilai yang mendasari

nilai instrumental yang bersifat mutlak. Nilai

instrumental yaitu berfungsi sebagai pelaksanaan umum

5

6

dari nilai dasar. Sedangkan nilai praktis yaitu nilai

yang sesungguhnya kita laksanakan dalam kenyataan.

Sedangkan Syarifuddin dan Nur’aini (2006, hlm. 48)

membagi landasan pendidikan menjadi 2, yaitu: a) landasan

filsafat idealisme adalah hakikat realitas bersifat

kejiwaan/spiritual/rohaniah/ideal. Manusia memperoleh

pengetahuan melalui berpikir, intuisi, atau mengingat

kembali.Adapun hakikat nilai diturunkan dari realitas

absolute (Tuhan); b) landasan realisme adalah hakikat

realitas bersifat fisik/material dan objektif; keberadaan

dan perkembangan realitas diatur dan diorganisasikan oleh

hukum alam. Nilai hakikatnya diturunkan dari hukum alam

dan konvensi/kebiasaan serta adat istiadat masyarakat.

Dari pendapat beberapa ahli diatas dapat disimpulkan

bahwa salah satu yang melatar belakangi pendidikan di

Indonesia adalah landasan filsafat. Landasan filsafat

yang dipakai dalam pendidikan Indonesia adalah landasan

pancasila yang didalamnya terdapat nilai dasar, nilai

instrumental dan nilai praktis yang dapat melahirkan

pendidikan formal dan informal yang kita rasakan di

negara Indonesia. Selain itu landasan filsafat pendidikan

7

terbagi menjadi 2, yaitu; landasan idealisme dan landasan

realisme.

2. Landasan Historis

Selain landasan filsafat yang melandasi pendidikan di

Indonesia adapula landasan historis menurut Suryosubroto

(2010, hlm. 26) yang menyatakan dalam permulaan abad XXX

(1900) Pemerintahan Belanda, atas dorongan Kepala

Departemen Pengajaran Dr. Abendenon oleh pengaruh politik

ethish mulai menaruh perhatian yang lebih luas tentang

pendidikan dan pengajaran bagi anak-anak kita. Pada tahun

1907 Sekolah kelas I diberi pelajaran bahasa belanda

mulai kelas III-VI dan lamanya dijadikan 6 tahun.

Pelajaran-pelajaran lainnya tetap seperti di sekolah

kelas I, model lama. Susunan pendidikan dan pengajaran

ini berlaku sampai tahun 1914, dan pada tahun ini ada

perubahan yang agak besar. Intisari dari perubahan ini

ialah mendekatkan lapisan atas dan bangsa kita kepada

kebudayaan Barat (Belanda), akan tetapi tujuan yang

terkandung dalam hati Pemerintah Belanda tetap seperti

dulu, yaitu mendidik anak-anak kita menjadi pegawai,

tetapi yang dapat mengenyam kebudayaan Barat (Belanda),

jadi bukan untuk pertumbuhan dan perkembangan bangsa

secara bebas dan merdeka. Kemiskinan bangsa kita dalam

arti lahir batin, menggerakkan batinnya untuk berusaha

8

mempertinggi derajat bangsa. Dr. Wahidin Sudirohoesodo

berkeliling pulau Jawa , dan menemui orang-orang yang

terkemuka untuk membicarakan kemungkinan-kemungkinan

mengadakan Studiefonds. Gerakan dari Dr. Wahidin ini

diterima baik oleh siswa-siswa dari Stovia. Mereka ini

meneruskan dan mengkoordinasi pergerakan, yang telah

didirikan oleh mereka sendiri.

Sedangkan Ibid, Mudyaharjo dan Nasution dalam

Burhanuddin, Sumiati, dan Sopian (2012, hlm. 101)

menguraikan tentang landsan historis yang melandasi

pendidikan di Indonesian menjadi 9 zaman, yaitu:

a) zaman pengaruh Hindu dan Budha yang datang keIndonesia sekitar abad ke-5. Pendidikan pada zaman inibertujuan untuk menyebarkan dan membina kehidupanberagama Hindu dan Budha, b) zaman pengaruh Islam yangmulai masuk ke Indonesia pada akhir abad ke-13 danmencakup sebagian besar Nusantara. Tujuan pendidikanIslam yaitu mengabdi sepenuhnya kepada Allah SWTsesuai dengan ajaran yang disampaikan oleh NabiMuhammad saw. untuk mencapai kebahagiaan di dunia danakhirat, c) zaman pengaruh Nasrani (Katholik danKristen) yang di bawa oleh bangsa portugis pada abadke-16 bercita-cita menguasai perdagangan danperniagaan Timur-Barat serta menguasai bandar-bandardan daerah-daerah strategis yang menjadi mata rantaiperadagangan dan perniagaan, d)zaman kolonial Belandayang memprakarsai lahirnya Budi Utomo di tahun 1908dan semakin meningkat dengan lahirnya Sumpah pemudatahun 1928, e)zaman kolonial Jepang yang mengurashabis-habisan kekayaan alam Indonesia, bangsa

9

Indonesia tidak pantang menyerah dan terus mengobarkansemangan 45 di hati mereka, f) zaman kemerdekaan(awal) dimana tujuan pendidikan belum dirumuskan dalamsuatu undang-undang yang mengatur sistem pendidikan.Di samping itu, banyak pelajar yang ikut sertaberperang sehingga tidak dapat bersekolah, g) zamanorde lama ketika pendidikan dapat membangun bangsaagar mandiri sehingga dapat menyelesaikan revolusinyadengan baik, h) zaman orde baru yang dimulai setelahpenumpasan G-30S pasa tahun 1965 dan ditandai olehupaya melaksanakan UUD 1945 secara murni dankonsekuen, i) zaman reformasi yaitu masa ini ekonomibangsa Indonesia semakin terpuruk. Hal ini memicupeningkatan kualitas profesional mereka. Instrumen-instrumen untuk mewujudkan desentrialisasi pendidikanjuga diupayakan.

Dari pendapat beberapa ahli diatas dapat disimpulkan

bahwa ada banyak yang melandasi sejarah lahirnya

pendidikan di Indonesia yang pada zaman dahulu tidak bisa

seperti sekarang. Sehingga para bangsa terpacu untuk

mendirikan pendidikan yang layak untuk bangsa Indonesia.

3. Landasan Hukum

Landasan hukum yang melandasi pendidikan di Indonesia

menurut Ihsan (2012:119) ialah Pancasila yang terdapat

pada teks Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 yang

ditetapkan pada tanggal 18 Agustus 1945 adalah dasar

negara, kepribadian, tujuan dan pandangan hidup bangsa

Indonesia. Sebagai dasar negara, pandangan hidup bangsa,

Pancasila merupakan pedoman yan menunjukkan arah, cita-

10

cita dan tujuan bangsa. Demikian pula halnya dengan

pendidikan yang dilaksanakan di Indonesia. Pancasila

menjadi dasar sistem nasional dalam rangka mencerdaskan

kehidupan bangsa, sehingga pendidikan nasional Indonesia

adalah pendidikan Pancasila. Karena itu, Pancasila harus

menjadi semua dasar kegiatan pendidikan di Indonesia.

Selain berdasarkan Pancasila, pendidikan nasional jug

bercita-cita untuk membentuk manusia Pancasilais, yaitu

manusia Indonesia yang menghayati dan mengamalkan

Pancasila dalam sikap perbuatan dan tingkah lakunya, baik

dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.

Melalui sistem pendidikan nasional diharapkan setiap

rakyat Indonesia mempertahankan hidupnya, mengembangkan

dirinya dan secara bersama-sama membangun masyarakatnya.

Pendidikan di Indonesia mempunyai landasan ideal yaitu

Pancasila, landasan konstitusional yaitu UUD 1945, dan

landasan operasional yaitu Ketetapan MPR tentang GBHN.

Dari pendapat Ihsan diatas dapat disimpulkan bahwa

terdapat landasan hukum yang melatar belakangi lahirnya

pendidikan di Indonesia. Landasan hukum yang

melandaskannya adalah landasan ideal yaitu Pancasila,

landasan konstitusional yaitu UUD 1945, dan landasan

operasional yaitu ketetapan MPR tentang GBHN. Semua

11

landasan tersebut itulah yang mengatur semua sistem

pendidikan yang dilaksanakan di Indonesia.

B. Sistem Pendidikan di Indonesia

Menurut Ki Hajar Dewantara dalam Ahmadi (2003, hlm.

190) pendidikan nasional adalah pendidikan yang

beralaskan garis hidup dari bangsanya (cultureel national) dan

ditunjukan untuk keperluan peri kehidupan (maatschap pelijik)

yang dapat mengangkat derajat Negara dan rakyatnya, agar

dapat bekerja bersama-sama dengan lain-lain bangsa untuk

kemuliaan segenap manusia di seluruh dunia”

Dari pernyataan tersebut dapat diartikan bahwa

pendidikan nasional adalah pendidikan yang berlandaskan

pada karakteristik kehidupan bangsa yang bertujuan untuk

memajukan kehidupan bangsa serta terwujudnya pergaulan

yang baik antar bangsa di seluruh dunia. Berdasarkan hal

tersebut dapat diartikan bahwa pendidikan adalah sebuah

sistem yang terkait yang berperan penting bagi individu-

individu sampai kepada kepentingan pergaulan bangsa.

1. Definisi Sistem Pendidikan Nasional

Menurut UU No. 20 Tahun 2003 dalam Burhanuddin,

Sumiati, dan Sopian (2012, hlm. 15) tentang sistem

pendidikan nasional mennyatakan bahwa Sistem pendidikan

nasional adalah keseluruhan komponen pendidikan yang

saling terkait secara terpadu untuk mencapai tujuan

12

pendidikan nasional. Menurut Tilaar (2008, hlm. 200)

Sistem pendidikan nasional merupakan sub-sistem dari

sistem kehidupan nasional. Oleh sebab itu, sistem

pendidikan nasional mengacu kepada terwujudnya cita-cita

nasional sebagai Negara kesatuan.

Selanjutnya Tilaar (2008, hlm. 200) mengemukakan tiga

prinsip pokok dalam mengolah sistem pendidikan nasional

yaitu: 1) Pendidikan merupakan suatu kebutuhan dasar

manusia. Sebagai suatu kebutuhan dasar pendidikan itu

haruslah sesuai dengan kebutuhan individu dan masyarakat,

hal ini berarti bahwa sistem pelayanan, organisasi serta

pelaksanaan program pelayanan itu haruslah sedekat

mungkin dengan masyarakat; 2) Berkaitan dengan sistem

pelayanan yang harus sedekat mungkin dengan klien, maka

dikotomi sentralisasi dan desentralisasi akan mewarnai

pelaksanaan fungsi tersebut; 3) Agar kedua prinsip pokok

tersebut dapat berfungsi , pendekatan sistem haruslah

digunakan dalam menempatkan kegiatan pendidikan sebagai

aspek pembangunan masyarakat dan pembangunan nasional.

2. Fungsi Sistem Pendidikan Nasional

Menurut Tilaar (2008, hlm. 200) terdapat dua fungsi

sistem pendidikan nasional, yaitu fungsi umum sistem

pendidikan nasional dan fungsi khusus pendidikan

nasional. Artinya ada fungsi umum dalam rangka membina

13

Negara kesatuan Indonesia dan fungsi khsusus dalam rangka

membina potensi kemajemukan masyarakat dan nasional

Indonesia sebagai kekuatan pembinaan kesatuan bangsa.

Polarisasi antara kedua fungsi ini melahirkan dinamika

perkembangan masyarakat dan bangsa.

a. Fungsi Umum Sistem Pendidikan Nasional

Menurut Tilaar (2008, hlm. 203) fungsi umum sistem

pendidikan nasional dapat ditumuskan kedalam dua kategori

yakni politik dan budaya. Secara politik fungsi umum

pendidikan nasional tentunya untuk menumbuhkan rasa

nasionalisme yang sehat pada setiap sikap dan cara

berpikir anak Indonesia. Namun, rasa nasionalisme saja

belum cukup karena gelombang globalisasi yang melanda

dunia dewasa ini dapat meleburkan rasa nasionalisme itu

sehingga dibutuhkan rasa nasionalisme yang sehat.

Tilaar (2008, hlm. 204) melanjutkan bahwa lahirnya

rasa nasionalisme yang sehat ialah fungsi budaya dari

pendidikan nasional, yaitu tumbuhnya rasa bangga atas

kepemilikan suatu budaya nasional sebagai identitas

bangsa. Pendidikan nasional memiliki fungsi umum

terbentuknya kepribadian nasional dari peserta didik yang

konkret dan utuh Fungsi umum lainnya dari sistem

pendidikan nasional adalah pembudayaan nilai-nilai

14

nasional. Pendidikan nasional pada hakikatnya merupakan

suatu proses pelembagaan nilai-nilai budaya nasional

b. Fungsi Khusus Sistem Pendidikan Nasional

Fungsi khusus atau fungsi khas pendidikan nasional

adalah penerapan fungsi umum dalam masyarakat Indonesia

yang majemuk. Fungsi khas pendidikan nasional dapat

dilihat dari dua dimensi yaitu dimensi teknikal dan

dimensi pembangunan. Dari dimensi teknikal fungsi khas

itu disebabkan antara lain adanya pembedaan pembawaan dan

kemampuan peserta didik, peranan keluarga dalam

pendidikan dan lain sebagainya. Dari dimensi pembangunan

fungsi khas pendidikan nasional antara lain disebabkan

misalnya oleh tuntutan pembangunan kurikulum yang sesuai

dengan kebutuhan pembangunan terutama lingkungan yang

dekat dengan proses pendidikan, pembiayaan dan

pengelolaan pndidikan kebudayaan daerah, bahasa daerah,

partisipasi masyarakat dalam pengelolaan pendidikan dan

sebagainya (Tilaar, 2008 hlm. 204).

3. Tujuan Sistem Pendidikan Nasional

Purwanto (2007, hlm. 36) mengemukakan bahwa tujuan

pendidikan nasional adalah tujuan akhir yang akan dicapai

oleh semua lembaga pendidikan, baik formal, non formal

maupun informal yang berada dalam masyarakat dan Negara

Indonesia. Sedangkan yang menjadi dasar tujuan sistem

15

pendidikan nasional adalah Pancasila dan Undang Undang

Dasar 1945.

Pendidikan nasional diarahkan untuk membangun kualitas

manusia yang bertqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan

selalu dapat meningkatkan kebudayaan denganNya sebagai

warga Negara yang berjiwa pancasila yang mempunyai

semangat dan kesadaran yang tinggi, berbudi pekerti yang

luhur dan berkepribadian yang kuat, cerdas, terampil,

dapat mengembangkan dan menyuburkan sikap demokrasi dapat

memelihara hubungan yang baik antara sesame manusia

dengan lingkungannya, sehat jasmani, mampu mengembangkan

daya estetik serta berkesanggupan untuk membangun diri

dan masyarakat (Ahmadi, 2003, hlm.198).

C. Permasalahan Pendidikan

Perkembangan pendidikan tidak akan terlepas dari

situasi yang kritis. Ini disebabkan karena pendidikan

sebagai suatu lembaga sosial yang cenderung

mempertahankan nilai-nilai yang diemban oleh masyarakat

yang memilikinya, sementara itu proses perubahan terus

berjalan di sekitar lembaga itu.Sifat tradisional dan

konservatif lembaga pendidikan dengan sendirinya jauh

ketinggalan dari arus proses pembangunan di manapun juga

di muka bumi ini. (Tilaar, 2008, hlm. 150).

16

Tilaar (2008, hlm. 150) mengemukakan bahwa dewasa ini

dunia pendidikan mengalami empat krisis pokok : kualitas,

relevansi atau efisiensi eksternal, elitisme, dan

manajemen.

1. Kualitas Pendidikan

Depdiknas (Umar, 2010, hlm. 101) menyatakan bahwa

kualitas pendidikan di Indonesia masih dikategorikan

rendah jika dibandingkan dengan negara berkembang lain di

ASEAN seperti Malaysia, Thailand dan Filipina. Rendahnya

kualitas pendidikan di Indonesia dapat dilihat dari

peringkat Humand Development Indeks (HDI) Indonesia yang

masih berada di urutan ke 111 dari 185 negara.

Menurut Suryadi (Tilaar, 2008, hlm. 150) mengemukakan

beberapa indikator yang dapat digunakan sebagai rambu-

rambu pemberi sinyal mengenai kekhawatiran tentang mutu

atau kualitas pendidikan. Beberapa indikator penting

tersebut ialah : a) rendahnya sarana fisik yaitu alat-

alat bantu proses belajar-mengajar yang belum memadai, b)

rendahnya kualitas guru, dimana program sertifikasi yang

telah berjalan belum berpengaruh signifikan terhadap

profesionalisme dan kualitas standarisasi kualifikasi

akademik pendidik, c) kualitas lulusan atau output

pendidikan yang masih rendah, dan e) semakin mahalnya

biaya pendidikan tinggi.

17

2. Relevansi pendidikan

Menurut Umar (2010, hlm. 112), relevansi pendidikan

yang dimaksud adalah kesesuaian hasil pendidikan (output)

dengan kebutuhan dunia kerja. Relevansi pendidikan di

Indonesia masih mengalami permasalahan karena lulusan

pendidikan yang dihasilkan pendidikan hanya dipersiapkan

untuk memiliki bekal kemampuan akademik, sedangkan yang

dibutuhkan di dunia kerja adalah lulusan relevan yang

memiliki keterampilan/ skill.

Umar (2010, hlm. 112) mengemukakan bahwa indikator

permasalahan relevansi pendidikan tersebut adalah : a)

kurikulum belum disesuaikan dengan kebutuhan dunia kerja,

b) kurikulum yang belum relevan dengan pengembangan

potensi daerah, dan c) sekolah kejuruan/ vokasi masih

berorientasi pada keterampilan reparasi konsumsi.

Menurut Tilaar (2008, hlm. 152), masalah tidak

relevannya pendidikan kita bukan saja disebabkan adanya

kesenjangan antar “supply” sistem pendidikan dengan

“demand” tenaga dibutuhkan oleh berbagai sektor ekonomi,

tetapi juga karena isi kurikulum yang tidak sesuai dengan

perkembangan ekonomi atau kemajuan IPTEK.

3. Elitisme Pendidikan

Elitisme pendidikan adalah kecenderungan

penyelenggaraan pendidikan yang menguntungkan terhadap

18

suatu kelompok. Dalam praktik di lapangan, elitisme

pendidikan dapat dilihat dari kastanisasi pendidikan

(Nugroho, 2010, hlm. 137). Sekolah sebagai lembaga

pendidikan bersifat inklusif, hanya dapat diakses dan

diperuntukkan bagi golongan masyarakat tertentu. Contoh

bentuk elitisme pendidikan adalah : a) muncul sekolah

berlabel standar nasional dan internasional, b) munculnya

sekolah inklusif seperti home schooling, c) sekolah

yayasan/ golongan tertentu yang hanya diperuntukkan satu

golongan, d) Biaya masuk pendidikan tinggi yang masih

tinggi, e) sudah mulai muncul sekolah kalangan ekonomi

kelas atas

4. Manajemen Pendidikan

Menurut Nurdin (2007, hlm. 24), sistem manajemen

pendidikan adalah sistem tata kelola pendidikan yang

meliputi perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan

pendidikan secarasistematis, taat azaz dan konsisten.

Pendidikan di Indonesia belum dikelola dengan baik

sehingga berdampak pada proses pendidikan secara

keseluruhan.

Nurdin (2007, hlm. 24) mengemukakan bahwa permasalahan

yang terjadi dalam sistem manajemen pendidikan di

Indonesia antara lain: a) perencanaan kebijakan awal yang

belum tepat, b) pelaksanaan sistem pendidikan yang belum

19

maksimal, c) pengawasan pelaksanaan pendidikan yang tidak

berjalan baik, d) pemberian “reward” dan “punishment” yang

masih subyektif, e) kurangnya model keteladanan/ karakter

pemangku kebijakan pendidikan dan sosialisasi peraturan,

f) dasar hukum dan kebijakan yang belum diterapkan dengan

baik.

Otonomi pengelolaan pendidikan dewasa ini belum

dikelola dengan baik, sehingga untuk sekolah lanjutan

maupun pendidikan tinggi, dalam penyelenggaraan yang

berkenaan dengan akademik dan finansial memerlukan

penyesuaian mengenai lembaga SISDIKNAS. Lembaga

pendidikan Indonesia dibentuk berdasarkan fungsi dan

peranan pendidikan yang sudah kadaluwarsa. Sebagaimana

dengan kebanyakan lembaga sosial yang lain, lembaga-

lembaga itu tidak dapat lagi mengikuti cepatnya laju

pembangunan. Tidak mengherankan, banyak lembaga sosial

itu, termasuk lembaga dalam SISDIKNAS perlu ditata

kembali atau perlu direstruksasi. (Tilaar, 2008, hlm.

154).

D. Sistem Pendidikan Nasional yang Diperlukan Masyarakat

Masa Depan

Pendidikan merupakan bagian dari kehidupan masyarakat

dan juga sebagai dinamisator masyarakat sendiri. Memang

kita semua mengetahui betapa sektor pendidikan selalu

20

terbelakang dalam berbagai sektor pembangunan lainnya

bukan saja karena sektor itu lebih dilihat sebagai sektor

konsumtif, juga karena pendidikan adalah penjaga status

quo masyarakat itu sendiri. Dalam aspek ini peranan

pendidikan memang sangat strategis karena menjadi tiang

sanggah dari kesinambungan masyarakat itu sendiri.

Nilai-nilai dasar akan semakin kokoh dalam perjalanan

kehidupan bangsa Indonesia. Sudah tentu nilai-nilai itu

perlu ditempa, dihaluskan dan diasah terus- menerus

sesuai dengan perubahan kehidupan. Inilah salah satu

tugas dari Sistem Pendidikan Nasional (SISDIKNAS),

menjaga, melestarikan, dan mengembangkan nilai-nilai

luhur bangsa menurut Tilaar (2008, hlm. 80).

Menurut Tilaar (2008, hlm. 80) aspek kedua yang

dihadapi SISDIKNAS ialah dinamika dari kehidupan nasional

itu sendiri. Masyarakat akan terus berubah dan setiap

perubahan membawa nilai-nilai baru. Ada yang sejalan

dengan nilai-nilai yang berlaku, tetapi banyak justru

yang berlawanan. Apalagi kehidupan manusia dewasa ini

telah mengglobal sehingga tidak bisa mengelak dari

perubahan-perubahan di dunia. Lihat saja misalnya

bagaimana pengaruh kemajuan iptek dalam kehidupan

manusia. Dunia pendidikan biasanya tidak siap dalam

menghadapi kemungkinan perubahan-perubahan itu. SISDIKNAS

21

sebagai bagian dari sistem manajemen pembangunan

nasional seyogyanya sesitif terhadap gerak perubahan itu

agar dapat menyipakan generasi muda tanggap dan dapat

ikut mengarahkan dinamika perubahan masyarakat tersebut.

Ini menunjukan funsi dan peranan SISDIKNAS menjelang abad

XXI, yang memberikan prioritas pada peningkatan mutu

pendidikan nasional. Menurut Tilaar (2008, hlm. 81)

mengatakan ada 3 aspek yang meminta perhatian SISDIKNAS

dalam rangka peningkatan pendidikan: a) aspek akademik,

b) aspek religio mental, c) aspek ketenaga kerjaan.

Tilaar (2008, hlm. 81) mengungkapkan fungsi dan

peranan pendidikan nasional menjelang abad XXI sesuai

table berikut :

Fungsi dan Peranan Sitem Pedidikan Nasional Menjelang

Abad XXI

Peningkatan Mutu

Pendidikan

Poros-poros Transformasi Sosial Budaya Menjelang AbadXXI

Politik EkonomiManusia

danMasyarakat

Budaya Sains danTeknologi

a. PemerataanMutuakademik

1. Pemerataan untukseluruh daerah dan selurh lapisan masyarak

Peningkatan mutuakdemik untuk pembangunan regional

1. Membina manusia menghargai nila-nilai unggul

2. Memotivasi

1. Mengintensif kanpenghayatan padabudayanasional

2. Mengembang kan

Meningkatkan mutupendidikansains disemuadaerah

22

b. PeningkatanReligio-mental

c. PeningkatanKetenagakerjaan

at.2. Desentra

lisasi penyelenggaraan pendidikan

masyarakat menghargai kualitas

sikapkritis danterbuka

1. Peningkatan mutuyang merata

2. Meningkatkan pendidikan politik generasimuda.

Partisipasi dunia industridalam pendidikan dan pelatihan.

1. Perhatian pada pendidikan anak berbakat.

2. Meningkatkan pendidikan lingkungan dan kependudukan

1. Mengembangkankebudayaan daerah

2. Mengembangkansikapkerjakeras dankritis

Memperkenalkan danmemahamikemajuansains danteknologiuntukkemanusiaan

1. Meningkatkan pendidikan agamadan moral.

2. Pendidikan agamadan moral yang fungsional.

Melahirkan manusia ekonomi yang pancasilais.

Menggalinilai-nilaireligiousan moralyang luhur

Sikappositifterhadaphubunganagama laindanteknologi

Koordinasi perencanaan

Menata pndidika

1. Mendorong

Membudayakan tenaga

Tenagakerja yang

23

sektoral dalam pemasokan kebutuhan tenaga kerja.

n dan pelatihan nasionalsebagai pemasok tenaga kerja yang terampil

masyarakat menghargai kekayaandan bukan diploma

2. Memasyarakatkan budaya kerja keras, mandiri,dan produktif.

kerja yangrajinberdisiplin.

menguasaisains danteknologi

Sumber : Tilaar (2008, hlm. 81)

Tilaar (2008, hlm. 82) mengungkapkan dalam dasawarsa

ini diperkirakan terjadi transformasi sosial budaya dalam

lima poros penting yaitu; politik, ekonmi, manusia dan

masyarakat, budaya serta sains dan teknologi. Poros-poros

transformasi sosial budaya itu pada gilirannya memberi

dampak terhadap dunia pendidian disini bukan hanya dalam

bidang akademik, juga bidang religi dan mental, serta

bidang ketenaga kerjaan. Profil SISDIKNAS yang ingin

terwujud dalam dasawarsa ini memang sangat berat, oleh

sebab itu, tugas tersebut bukan hanya menjadi beban

24

pemerintah tetapi seluruh angguta dan kelompok

masyarakat.

1. Peranan Lembaga-Lembaga Pendidikan Untuk Masyarakat

Masa Depan

Menurut Tilaar (2008, Hlm. 82), lembaga-lembaga

pendidikan tentunya tidak terlepas dari tugas nasional

baik dalam fungsinya untuk mengembangkan kemampuan serta

meningkatkan mutu kehidupan dan martabat manusia

Indonesia (Pasal 3, UU NO.2 Tahun 1989), maupun dalam

usaha mencapai tujuan pendidikan nasional untuk

mencerdaskan kehidupan bagsa dan mengembangkan manusia

Indonesia seutuhnya (Pasal 4).

Menurut Tilaar (2008, hlm. 82), tugas pendidikan

nasional tidak ringan dan merupakan upaya seluruh

masyarakat Indonesia. Pasal 47 mengatakan tentang

kemitraan masyarakat dalam ikut serta menyelenggarakan

pendidikan nasional. Ketentuan undang-undang ini

mempunyai implikasi yang luas bagi mayarakat untuk ikut

serta dalam membangun SISDIKNAS Didalam keikutsertaan

itu ada beberapa unsur yang perlu mendapat perhatian : a)

Status kemitraan dari satuan penidikan yang

diselenggarakan oleh masyarakat yang berkedudukan sama

dalam SISDIKNAS, b) Satuan pendidikan yang

diselenggarakan oleh masayarakat dapat mempunyai ciri

25

yang khas. Inilah yang disebut sebagai jati diri dari

satuan pendidikan yang diselenggarakan oleh masyarakat

itu.

a. Kemitraan

Masyarakat sebagai mitra pemerintah berkesempatan yang

seluas luasnya untuk berperan serta dalam penyelenggaraan

pendidikan nasional dalam rangka mencerdaskan kehidupan

bagsa.

GBHN mengatakan dalam Tilaar ( 2008, hlm. 82),

bahwa “perguruan swasta sebagai bagian dari sistem

pendidikan nasional perlu terus didorong untuk

meningkatkan pertumbuhan, peranan dan tanggung jawab

serta mutu pendidikannya dengan tetap mengindahkan ciri-

ciri khas perguruan swasta yang bersangkutan serta

syarat-syarat pendidikan secara umum. Seperti yang telah

dirumuskan dalam GBHN bahwa, berhasilnya pembangunan

nasional sebagai pengalaman pancasila bergantung pada

partisipasi seluruh rakyat. Hal ini berarti bahwa tujuan

yang ingin kita capai dalam sektor pendidikan khususnya

dalam sektor pendidikan tinggi untuk meningkatkan daya

penalaran para mahasiswa, peguasaan ilmu pengetahuan dan

teknologi serta bertanggung jawab atas masa depan bangsa

dan negara, tidak terlepas dari kemitraan PTS sebagai

bagian dari pendidikan nasional.

26

Selain perguruan tinggi adapun satuan-satuan

pendididkan lainnya seperti sekolah menengsh, pedidikan

dasar, dan pendidikan pra-sekolah memiliki peluang dalam

pegembangan SISDIKNAS. Apabila dewasa ini satuan-satuan

pendidikan yan dislenggarakan oleh masyarakat baru

sekedara mengacu pada sekolah pemerintah untuk kebutuhan

pendidikan universal, maka dengan tercapainya tahap wajib

belajarsudah tiba waktunya sekolah-sekolah swasta untuk

mewujudkan kekhasannya denag lebih sempurna dalam

meningkatkan mutu pendidikannya. Peningkatan bukan hanya

mutu akademik sesuai dengan standar nasional, juga dalam

aspek-aspek lainnya misalnya disipiln, kewirausahaan,

pendidikan agama, kewiraan, dan motvasi-motivasi

pendidikan lainnya (Tilaar 2008, hlm. 83).

b. Jatidiri

Menurut Tilaar (2008, hlm. 84) lembaga pendidikan

haruslah bagian atau subsistem dari SISDIKNAS. Namus

sebagai subsistem SISDIKNAS kiranya lembaga pendidikan

mempunyai kekhasannya sendidri atau mempunyai identitas.

Kalau tidak demikian maka lembaga tersebut hanya akan

berfungsi sebagai suplemen sistem yang ada tanpa nilai-

nilai tambah. Kalau demikian halnya, lembaga pendidikan

itu hanya mempunyai hak hidup sementara karna kemudian

27

diserahkan penyelenggaraannya kepada pemerintah, atau

bahasa resminya “dinegerikan”.

2. Sistem Pendidikan Nasional Bagi Masyarakat Industri

Modern

Menrut Tilaar (2008, hlm. 148) hingga saat ini

pendidikan oleh masyarakat kita masih dianggap sebagai

konsumsi dan belum dilihat sebagi investasi. Sebagai

bahan konsumsi cenderung pendidikan itu dianggap sebagi

produksi massa dengan harga yang ingin ditekan serendah

mungkin. Akibatnya mungkn pendidikan menjadi komoditi

berkualitas rendah. Lain halnya bila pendidikan dianggap

sebagai investasi baik oleh orangtua, masyarakat dan

pemerintah. Yang diinginkan adalah produk yang prima

kualitasnya. pendidiakan dimasa yang akan dating harus

merupakan suatu ‘industri”, dalam arti pendidikan

memerlukan pengelolaan yang professional agar “rate of

returns” dari industri pendidikan itu sama atau setidak-

tidaknya lebih baik dari investasi dalam sektor ekonomi

lainnya.

BAB III

SIMPULAN

Pendidikan ialah bimbingan yang diberikan dengan

sengaja oleh orang dewasa kepada anak-anak, dalam

pertumbuhannya (jasmani dan rohani) agar berguna bagi

diri sendiri dan bagi masyarakat. Tujuan pendidikan

ialah membentuk manusia untuk menjadi warga Negara yang

baik. untuk itu, di sekolah-sekolah diajarkan segala

sesuatu kepada anak yang perlu bagi kehidupannya dalam

masyarakat sebagai anggota masyarakat dan sebagai warga

Negara.

Indonesia memiliki beberapa landasan dalam

perencanaan dan manajemen pendidikan diantaranya :

Landasan Filsafat, Landasan Historis, dan Landasan Hukum.

Perkembangan pendidikan tidak akan terlepas dari

situasi yang kritis. Pada dewasa ini dunia pendidikan

mengalami empat krisis pokok : kualitas, relevansi atau

efisiensi eksternal, elitisme, dan manajemen.

Pendidikan merupakan sebagian dari kehidupan

masyarakat dan juga sebagai dinamisator masyarakat

sendiri. Sehingga peranan pendidikan memang sangat

strategis karena menjadi tiang sanggah dari kesinambungan

masyarakat itu sendiri. Terdapat tiga aspek yang meminta

28

29

perhatian SISDIKNAS dalam rangka peningkatan pendidikan:

a) aspek akademik, b) aspek religio mental, c) aspek

ketenaga kerjaan.

Daftar Rujukan

Ahmadi. A dan Uhbiyati, N. 2003. Ilmu Pendidikan.. Jakarta: PT

Rineka Cipta

Anonim. 2015. UU No. 20 Tahun 2003. Tersedia[online]:

http://qoqoazroqu.blogspot.com/2013/01/undang-

undang-republik-indonesia-nomor.html

Burhanuddin, dkk. 2012. Pengantar landasan Pendidikan. Subang:

Royyan Press

Ihsan, Fuad. 2008. Dasar-dasar Kependidikan Komponen MKDK.

Jakarta: PT Rineka Cipta

Nugroho. E. 2011. Pendidikan dan Problematika. Semarang: Lontar

Media.

Nurdin, D. 2007. Manajemen Pendidikan. Jakarta : IMTIMA

Purwanto, Ngalim. 2007. Ilmu Pendidikan Teoretis dan Praktis.

Bandung: PT Remaja Rosdakarya

Suryobroto. 2010. Beberapa aspek Dasar-Dasar Kependidikan.

Jakarta: Rineka cipta

Syarifudin, Tatang dan Nuraini. 2006. Landasan Pendidikan.

Bandung :UPI PRESS

Tilaar, H.A.R. 2008. Manajemen Pendidikan Nasional. Bandung :

PT. Remaja Rosdakarya

Umar, U. 2010. Kualitas dan Kendala Pendidkan. Jakarta:

Kemendiknas

30

31