bab iv pengolahan data seismik refleksi - baixardoc
-
Upload
khangminh22 -
Category
Documents
-
view
0 -
download
0
Transcript of bab iv pengolahan data seismik refleksi - baixardoc
Victor
BAB IV
PENGOLAHAN DATA SEISMIK REFLEKSI
4.1. Processing Sequence
Demultiplexing/ Reformatting Dari SEGB, SEGD, at au SEGY ke
f ormat int ernal (GCI)
Geometry Memberi “ alamat ” / lokasi pada set iap Shot
point dan Receiver . Lokasi dari CDP
diket ahui dari lokasi-lokasi SP dan
Receiver yang menghasilkannya
True Amplitude Recovery Mengembal ikan ampl it udo seismik yang
berkurang karena efek divergensi speris
dan penyerapan oleh karena sifat
inelast isit as bat uan
Surface Consistent Amplitude Correction Koreksi unt uk mengkompensasi perbedaan
ampl it udo karena pebedaan keadaan
permukaan
Statics Correction Menempat kan SP dan Receiver pada
dat um/ permukaan yang yang sama
Velocity Analysis Analisis kecepat an unt uk memperoleh
kecepat an st acking yang akan digunakan
unt uk koreksi Normal Move Out
Koreksi Normal Move Out (NMO) Koreksi unt uk menghi langkan pengaruh
j arak/ of f set t erhadap wakt u penj alaran
gelombang
Brute Stack Menj umlahkan semua t race dari CDP yang
sama; proses ini menaikkan S/ N
Residual Statics Mengoreksi kesalahan koreksi st at ik.
Modul : RAS, RESID unt uk koreksi surface
consist ent , dan PILOT unt uk koreksi non-
surface consist ent
Velocity Analysis Unt uk memperoleh kecepat an st acking
yang lebih baik set elah diperoleh koreksi
st at ik yang lebih baik
Residual Statics Stack St ack set elah kecepat an dan st at ik
diperbaiki
Dip Move Out Unt uk mengoreksi kecepat an yang lebih
t inggi karena pengaruh kemiringan
ref lekt or
Victor
Velocity Analysis Anal isis kecepat an set elah koreksi DMO.
Kecepat an unt uk bidang miring yang
diperoleh akan lebih rendah daripada
sebelum DMO
DMO Stack St ack set elah memperoleh kecepat an yang
lebih baik set elah DMO
Migration Memindahkan t i t ik ref leksi ke posisi yang
benar. kesalahan ini diakibat -kan oleh
pengandaian yang salah bahwa ref lekt or
horinsont al , dan t i t ik CDP ada dit engah
ant ara SP dan penerima
4.2. Geometri
Unt uk dapat mempergunakan dat a seismik dari lapangan, set iap SP dan penerima harus
diberi alamat t erlebih dahulu, sehinggga kedudukannya di permukaan t erdef inisi.
Informasi kedudukan SP dan penerima di permukaaan diberikan oleh pengukuran
t opograf i dan laporan observer , yang harus dit erj emahkan ke spread sheet di
processing.
4.2.1. Laporan Lapangan
Laporan Lapangan yang pent ing dalam kait an dengan geomet ri ada dua, yait u laporan
t opograf i dan laporan penembakan yang biasa disebut sebagai Observer ’ s Report .
Laporan ini mempunyai beberapa bent uk, yait u t ul isan t angan di kert as, pr int out
komput er unt uk dat a laut , dalam disket unt uk laporan t opograf i dat a darat , dalam
kaset exabyt e unt uk laporan t opograf i dat a laut , t erut ama unt uk 3D, dan yang t erbaru
langsung masuk ke header dat anya dalam format SPS (Shel l Processing Support ).
Ada beberapa hal yang harus diket ahui/ diperhat ikan sebelum menyusun f i le geomet ri :
1. Jumlah channel / penerima per SP
2. Jarak ant ar SP dan penerima bi la t idak ada dat a t opograf i
3. Arah penembakan (azimut h)
4. Let ak channel no.1 t erhadap arah penembakan
5. Spread penerima dan met ode penembakan (spl i t , of f end, double of f end)
6. Penyimpangan dari let ak yang seharusnya (skid, j arak SP t erhadap garis
l int asan)
7. Sat uan j arak dari f i le SPS
4.2.2. Penulisan Geometri
Di SeisUP ada t iga spread sheet yang perlu di isi :
1. Spread sheet ‘ St at ions’ yang dapat didef inisikan dengan dua cara, yait u dengan
‘ Grid’ at au dengan ‘ Coordinat e’ . Grid biasanya dipakai unt uk dat a laut yang selalu
dit embak secara t erat ur, sedangkan ‘ Coordinat e’ unt uk dat a yang koordinat nya
disimpan di disket at au kaset exabyt e.
Victor
2. Spread sheet ‘ Source’ yang dapat didef inisikan dengan t iga cara
2.1. Dist ance f rom previous shot . Pi l ihan ini memerlukan j arak SP dari SP
sebelumnya, nomer t race t erdekat ke arah penembakan, t race t erdekat ke
arah kebal ikan dari arah penembakan, j arak masing-masing ke SP. ‘ Pat t ern’
dari spread penerima t idak diperlukan disini.
2.2. Coordinat e
2.3. Receiver locat ions
3. Spread sheet unt uk Pat t ern, yai t u kedudukan t iap t race (mulai dari t race #1 sampai
dengan t race t erakhir dari sat u t ebaran/ spread yang berpola sama) yang
dinyat akan dengan berbagai cara sepert i dit unj ukkan oleh Tabel 4-1.
Tabel 4-1 Cont oh hasil Observer Repor t ’ s
Source
dit ent ukan oleh
Paramet er SP Pat t ern
dit ent ukan oleh
Paramet er Pat t ern
Jarak dari SP
sebelumnya
(Dist ance f rom
previous.shot )
-j arak SP ke SP sebelumnya
-t race t erdekat ke SP
-j arak t race t erdekat ke SP
Pat t ern
(t idak dicode)
---
Koordinat
-Koordinat SP (X dan Y) Dist ance f rom
previous shot
Jarak dari SP ke
set iap t race (X dan
Y)
Koordinat
-Koordinat SP (X dan Y)
-Koordinat t race # 1
Receiver
locat ion
Nomor receiver bin
dari set iap channel
Koordinat
-Koordinat SP (X dan Y)
-Lok.bin t race pert ama,
sebelum gap, set elah gap dan
t race t erakhir
Spread Layout
(t idak dicode)
---
Receiver
locat ion
Receiver bin # dari SP Dist ance f rom
previous shot
Jarak dari set iap
t race ke SP
Receiver
locat ion
-Receiver bin # dari SP
-Receiver bin # dari t race # 1
Receiver
locat ion
Nomor receiver bin
dari set iap channel
Receiver
locat ion
-Receiver bin # dari SP
-Lok.bin t race pert ama,
sebelum gap, set elah gap dan
t race t erakhir
Spread Layout
(t idak dicode)
---
Yang biasanya menj adi masalah adalah bagaimana ment erj emahkan laporan observer
ke dalam ket iga spread sheet di at as. Cara penul isan laporan observer sudah st andar
unt uk masing-masing kont rakt or dan dengan mengisi beberapa kal i spread sheet kit a
akan segera t erbiasa, dan t idak menj adi masalah lagi.
4.3. True Amplitude Recovery (TAR)
Koreksi TAR dimaksudkan unt uk mengoreksi ampl it udo dat a seismik sehingga seolah-
olah set iap permukaan pemant ul memperoleh energi yang sama. Pada penj alaran
gelombang seismik dari sumber ke t i t ik pant ul dan kemudian ke penerima di
permukaan, energi gelombang akan semakin melemah karena akibat efek penyebaran
dan proses penyerapan energi oleh lapisan-lapisan bat uan yang di laluinya.
Victor
4.3.1. Divergensi Spheris.
Energi berkurang karena gelombang menj alar menyebar menj auhi sumbernya.
Pengurangan energi ini berbanding t erbal ik dengan kuadrat j arak, dan pengurangan
ampl it udo berbanding t erbal ik dengan j arak, karena energi berbanding langsung dengan
kuadrat ampl it udo.
Komponen koreksi TAR-nya adalah :
Unt uk keadaan bawah permukaan yang homogen, koreksi ini besarnya = tn . Sedangkan
unt uk bawah permukaan yang berlapis dan t idak homogen, koreksi ini menj adi = t .V(t )2
dan disebut Koreksi Divergensi Neumann. Koreksi Neumann ini dengan demikian sangat
t ergant ung pada kecepat an st acking yang kit a pakai, sehingga kecepat an st acking yang
kit a pakai harus ki t a pi l ih dengan hat i-hat i, dengan mengabaikan perubahan kecepat an
yang besar dan bersifat set empat . Bahkan kecepat an t unggal dianggap cukup unt uk
sat u survei yang sama.
4.3.2. Penyerapan oleh Lapisan Bumi.
Sebagian energi get ar gelombang diubah menj adi energi panas, semakin t inggi
f rekuensinya, semakin banyak pergeseran yang t er j adi ant ara gelombang dengan
pert ikel-part ikel bumi, dan semakin besar pula pengurangan energinya. Komponen
koreksi TAR-nya dapat merupakan salah sat u at au kombinasi dari :
1 Koreksi dB/ sec.
2 Of f set Dependent Gain Funct ion. Koreksi ini bersifat anal it is dan global (t idak
record per record), t erut ama bi la akan di lanj ut kan ke AVO. Berbeda dengan koreksi
dB/ sec, yang besarnya hanya t ergant ung pada wakt u t , koreksi ini didasarkan pada
pemikiran adanya perbedaan kecepat an ke arah lat eral dari set iap SP, sehingga ada
pengaruh lat eral j uga dari penyerapan energi gelombang seismiknya.
Set elah koreksi TAR, maka besar amplit udo dari suat u permukaan pemant ul hanya
t ergant ung pada koef isien ref leksi dari pemant ul t ersebut (Rc). Ket ergant ungan hanya
pada Rc ini yang dimaksud dengan True Ampl i t ude.
Koreksi TAR ini dapat di lanj ut kan dengan Surf ace Dependent Gain Correct ion (SCGN)
yang t idak berhubungan dengan koreksi di at as, karena koreksi ini mengoreksi berkait an
dengan variasi ampl it udo akibat adanya variasi keadaan permukaan (yang
mengakibat kan kopl ing sumber dan geopon yang j elek, penyerapan energi yang dapat
bervariasi) sebagaimana diref leksikan oleh perbedaan energi yang dihasi lkan set iap
sumber dan yang dit erima set iap receiver . SCGN j uga mengoreksi perubahan amplit udo
karena adanya sebagian energi yang dit ransmisi t erus ke bawah dan dipant ulkan lagi ke
bawah dalam penj alarannya ke at as, menghasilkan mul t iple at au t idak.
Set elah Dekonvolusi dapat di lakukan koreksi sekal i lagi, karena Dekonvolusi
sebagaimana proses f i l t er ing yang lain akan merubah besar ampli t udo dat a t idak secara
merat a. Unt uk dat a laut , koreksi ini t idak mempunyai dasar, karena t idak ada
pengert ian kondisi sur f ace yang berbeda.
4.4. Konvolusi
Super posisi dan pembal ikan unt uk dua fungsi : f (t ) dan g(t )
Misal :
f (t ) → sinyal seismik
Victor
g(t ) → impulse respon dari bumi
f (t ) → Fi l t er → hasil konvolusi : h(t )
∫∞
∞−ττ−τ= d)t(g)(f)t(h at au )t(g)t(f)t(h ∗=
( ) )t(ntSf)t(h0n
nnn+τ−= ∑
∞
=
dimana : Sn = sumber wavelet
f n = fakt or skala ampl it udo
τn = wakt u t unda
n(t ) = noise
∞ = t ergant ung Σ dat a
Diket ahui : w(t ) = sumber wavelet = -2, +3, +1
R(t ) = Impulse respon bumi = 0, 0, 1, -1, 1, 2, -2, 1,…
maka : (N + M) – 1 = sample
H(t )1 = 0 H(t )5 = -4 H(t )9 = +1
H(t )2 = 0 H(t )6 = -2 H(t )10 = +1
H(t )3 = -2 H(t )7 = 11 H(t )11 = 0
H(t )4 = 5 H(t )8 = -6
g(t)
Filter
Input sinyal
(fungsi delta) Output sinyal atau impulse respon bumi dari
filter
+3
+1
-2
N sample w(t) =
-2
+2
+1
Victor
+11
+5
+1 +1
H(t ) = . . .
0 0 0
-2 -2
-4 -6
4
2
1
14
13
11
6 7 6
2 2 2 4
1 1 1 2
Aut okoreksi → Wavelet
-2 3 1
0 0 0 0
0 0 0 0
1 -2 3 1
-1 2 -3 -1
1 -2 3 1
2 -4 6 2
-2 4 -6 -2
1 -2 3 1
0 0 0 0
Jml 0 0 -2 5 -4 -2 11 -6 1 1 0
Filter
-2
+3
+1
Impulse respon
bumi
Filter
Victor
4.5. Dekonvolusi (Deconvolution)
Pada prinsipnya dekonvolusi adalah proses yang (berusaha) unt uk meniadakan pengaruh
proses f i l t er ing sebelumnya, mulai dari penyerapan, dispersi, pant ulan bolak bal ik
gelombang oleh lapisan bumi, dist orsi oleh penerima di permukaan, dan f i l t er ing dari
alat perekam.
Secara umum dekonvolusi adalah wave shaping f i l t er ing yang secara generik
menunj ukkan fungsinya. Penurunan mat emat is f i l t ernya didasarkan pada prinsip least
square er ror , yait u mencari f i l t er dengan kesalahan t erkecil , sehingga akan
menghasilkan out put yang pal ing mendekat i hasi l yang kit a inginkan.
Secara mat emat is, dat a seismik s(t ) adalah hasil konvolusi ant ara impulse response dari
lapisan pemant ul e(t ) dengan wavelet dari sumber energi w(t ), at au :
s(t ) = e(t ) * w(t ) + noise (1)
dan f i l t er dekonvolusi d(t ) merupakan operat or yang akan merubah s(t ) menj adi e(t ),
at au :
e(t ) = d(t ) * s(t ) (2)
Karena noise t idak mempengaruhi dat a secara seragam, dan t idak mungkin
diperhit ungkan secara mat emat is, maka unt uk desain operat or dekonvolusi akan
diabaikan, dan subst it usi pers (2) ke pers (1) akan memberikan :
s(t ) = s(t ) * d(t ) * w(t ) (3)
sehingga :
δ(t ) = w(t ) * d(t ) (4)
dimana δ(t ) , delt a Kronecker dengan harga 1 pada t = 0 dan 0 pada t > 0.
Dengan demikian, maka f i l t er d(t ) dapat dinyat akan secara mat emat is sebagai
kebal ikan dari wavelet sumber energi:
d(t ) = δ (t )/ w(t ) = δ(t ) * w’ (t ) (5)
Karena w’ (t ) merupakan kebal ikan dari w(t ), maka d(t ) disebut inverse f i l t er .
Dalam kenyat aanya w(t ) bukan murni dari sumber energi, t et api t elah t ercampur
(t erkonvolusi) dengan respon dari sist em perekam dan respon dari penerima
sebagaimana dij elaskan dibagian pert ama t ul isan ini.
Hasil akhir dekonvolusi adalah resolusi (dalam wakt u) yang lebih baik dari dat a seismik,
dengan menghasi lkan wavelet yang merepresent asikan ref lekt or, menj adi serupa
dengan wavelet yang dihasi lkan oleh sumber gelombangnya, ident ik meng-‘ undo’
proses f i l t er ing sebelumnya.
Victor
4.5.1. Beberapa Jenis Dekonvolusi :
Dari segi desainnya dekonvolusi ada dua j enis, yait u st at ist ik dimana operat or
didasarkan pada keadan umum dari dat a, dan det erminist ik dimana hasil akhir
dit ent ukan oleh keinginan pemakai. Sedangkan secara algorit ma ada beberapa j enis :
1. Spiking Deconvolution : Mencoba merubah wavelet menj adi spike, sehingga set iap
t race akan merupakan deret an koef isien ref leksi sepert i yang dihasi lkan dari
penurunan dari log impedansi. Karena spike mempunyai spekt rum yang f lat unt uk
seluruh f rekuensi, maka secara t eorit is t idak boleh ada komponen f rekuensi yang
ampl it udonya sangat kecil , apalagi nol, karena hal ini akan mengakibat kan
ket idakst abilan hasi l desain operat ornya.
2. Gap Deconvolution : disebut j uga sebagai Predict ive Deconvolut ion, mencoba
meramalkan bent uk dari wavelet set elah wakt u gap, dan mengurangkan amplit udo
dat a dengan amplit udo hasil ramalan ini. Dekonvolusi ini disebut j uga Predict ion
Error f i l t er , karena out put nya adalah kesalahan dari ramalan. Dapat j uga
difungsikan sebagai short per iod demul t iple. (Hanya unt uk short per iod, karena
f requency cont ent dari wavelet akan berubah dengan wakt u penj alaran, dan
semakin j auh mul t iple dari sumbernya, semakin besar kesalahan dari ramalan
(desain) nya.
3. Waveshaping (Wiener) Filter. Dekonvolusi ini akan mem-f i l t er dat a unt uk
menghasilkan out put sebagaimana yang dikehendaki pemakai (desired wavelet ),
sepert i pada proses Designat ure, at au Wave Mat ching ant ara dat a dinamit / airgun
dan geophone/ hydrophone. Met ode ini menggunakan cara dengan meminimumkan
beda kesalahan ant ara out put seismik wavelet sebenarnya dengan yang diharapkan
4. FX Deconvolution : Selain memperbaiki wavelet dalam ruang f rekuensi j uga
memperbaiki koherensi dalam ruang x, kearah lat eral . Dekonvolusi j enis ini lebih
berfungsi unt uk mengurangi random noise.
5. Spectral Balancing : Proses ini disebut j uga sebagai zero phase deconvolut ion, dan
sebenarnya bukan proses dekonvolusi murni karena disini operat or t idak didesain
berdasarkan dat anya. Hasilnya adalah spekt rum yang f lat unt uk band f rekuensi yang
t erbat as. Prinsipnya adalah pemakaian sederet an BP f i l t er dengan band yang
sempit secara berurut an mis. : 5-10-10-15 , 10-15-15-20 , ………….70-75-75-80.
6. Phase Deconvolution : Dalam penj alarannya ke dalam bumi, set iap komponen
f rekuensi akan mengalami dispersi , karena set iap komponen mempunyai kecepat an
yang berbeda. Dapat lah dikat akan bahwa wavelet t erpecah at as komponen-
komponen f rekuensinya, dan set iap komponen menj alar sendir i-sendiri. Akibat nya
f asenya pun akan bergeser dengan besar yang berbeda beda. Apabila pergeseran ini
l inier dan dengan mengabaikan adanya penyerapan, pada wakt u t iba di penerima
wavelet akan kembal i mempunyai bent uk sepert i semula. Unt uk menghit ung
besarnya pergeseran fase dari masing-masing komponen f rekuensi, Phase
Deconvolut ion memerlukan wakt u referensi yang sama dari set iap t race, at au
dengan kat a lain harus ada suat u f lat event yang bila mungkin di t empat yang amat
dangkal. Ini memerlukan koreksi NMO yang ideal, dengan kecepat an isot ropis dan
bidang pemant ul yang dat ar.
7. Adaptive Deconvolution : merupakan desain operat or dekonvolusi pada adapt ive
deconvolut ion dengan dilakukan i t erat if yang t uj uannya unt uk memperoleh least
square er ror yang lebih keci l dibandingkan harga sebelumnya, sehingga proses ini
akan memakan wakt u yang lama.
Ket erbat asan dari hasi l dekonvolusi diakibat kan oleh :
1. Wavelet yang t idak minimum phase. Semakin menj auhi si fat minimum phase
semakin besar kesalahan dari desain, dan semakin j auh out put dari bent uk
Victor
idealnya. Unt uk wavelet processing harus ada usaha t ambahan unt uk menj adikan
wavelet minimum phase.
2. Adanya random at aupun coherent noise yang masuk ke dalam perhit ungan desain
dari operat or, yang t ent u saj a mengakibat kan gangguan pada desain.
3. Operat or yang t erbat as panj angnya, memgingat ef f isiensi dari komput er.
4. Amplit udo yang berubah-ubah dari SP ke SP.
4.5.2. Parameter Desain Operator
Beberapa paramet er unt uk desain operat or, diant aranya :
1. Whit e Noise Level (WNL): Karena konvolusi dalam ruang wakt u sama dengan
perkal ian dalam ruang f rekuensi maka disyarat kan bahwa t idak boleh ada amplit udo
yang sangat kecil at au bahkan nol, karena diperlukan operat or yang amplit udonya
sangat t inggi at au t ak t erhingga unt uk menghasilkan out put yang amplit udonya
berhingga. Unt uk it u perlu di t ambahkan WNL pada desain dekonvolusi (Spekt rum
dari whit e adalah f lat unt uk semua f rekuensi).
2. Desain dilakukan pada dat a dan bukan pada noise, dibuat window baru bila
kandungan f rekuensinya memang berbeda (berubah menurut wakt u). Lebar window
unt uk desain yang ef f isien adalah 8-12 kal i operat or lengt h.
Kecual i Wave Shaping Deconvolut ion, out put dari semua proses dekonvolusi biasanya
berfase minimum, t et api ini bukan yang dikehendaki oleh int erpret er . Int erpret er
memerlukan marker-marker geologi, puncak-puncak formasi dit andai dengan peak at au
t rough dan bukan onset dari wavelet yang ampl it udonya nol . Pada wakt u dinamit
meledak, maka gelombang yang dit eruskan ke bawah akan dimulai dari nol , t urun
negat i f (menurut polarit as recording syst em) dan naik lagi level overshoot nya, sebelum
t eredam ke level nol. Permukaan pemant ul dengan akan diwaki l i oleh ampli t udo nol
pada permulaan ledakan t adi.
Unt uk it u maka dat a processing harus menghasilkan zero phase sect ion yang dapat
dicek dari korelasi dat a dengan synt het ic seismogram. Korelasi ini t idak mudah karena
adanya pergeseran fase yang t idak l inier sebagai akibat adanya dispersi gelombang yang
t idak mudah diselesaikan. Unt ungnya, dalam banyak kasus int erpret er biasanya hanya
t ert arik pada obyekt if reservoi r -nya saj a dan j arang menginginkan kecocokan korelasi
unt uk int erval yang lebar.
Disamping oleh adanya efek dispersi t adi, korelasi j uga dipersul i t disamping karena
t idak adanya pengurangan ampli t udo pada l og sonic karena t idak t erekamnya
perubahan sebagian pressure menj adi shear wave, j uga t idak adanya perubahan fase
dari set iap recordingnya.
4.6. Wavelet Processing
Wavelet processing adalah prosesing unt uk mengembal ikan wavelet yang direkam ke
bent uk wavelet sebagaimana dihasi lkan oleh sumbernya, dengan t uj uan mendapat kan
represent asi seismik dari bawah permukaan yang berdaya pisah t inggi.
Secara garis besar t erdapat dua hal yang harus dikembal ikan, yait u spekt rum
energi/ ampli t udo dan spekt rum fasenya, karena perubahan wavelet t er j adi akibat
proses perubahan kedua hal t ersebut .
Victor
4.6.1. Teori
Pada wakt u gelombang menj alar dari sumbernya sampai perekam, t erj adi peyerapan
energi t erut ama energi-energi yang berf rekuensi t inggi, dan pergeseran fase
gelombang. Ini t erj adi di lapisan bumi t empat gelombang menj alar, di penerima dan di
sist em perekam, t erut ama karena apl ikasi f i l t er .
Unt uk wavelet processing pergeseran fase harus diselesaikan dulu, karena proses
dekonvolusi at au waveshaping yang akan mengembal ikan komponen f rekuensi yang
hilang at au berkurang biasanya memerlukan input minimum phase, sebagaimana
dihasi lkan oleh sumbernya. Ini di lakukan dengan Phase Compensat ion f i l t er ing.
Pergeseran fase oleh lapisan bumi ini disebabkan oleh proses dispersi gelombang yang
t idak kit a ket ahui hubungan mat emat isnya, dan hanya dapat diselesaikan secara
anal i t is, set elah proses inverse f i l t er ing t erhadap penerima dan inst rumen di bawah
dilakukan. Proses pengembal ian fase di lakukan dengan inverse f i l t er ing, yait u
konvolusi dat a dengan response dari geopon dan f i l t er inst rumen yang dibal ik.
4.6.2. Inverse Filtering
Secara umum, inverse f i let r ing adalah proses yang membuang at au mengkompensasi
pengaruh dari proses f i l t er ing sebelumnya.
Pengaruh pergeseran fase dari penerima dan inst rumen akan diel iminasi dengan
memf i l t er dat a seismik dengan kebal ikan dari respon penerima dan inst rumen t adi,
karena hanya kebal ikan dari wavelet i t u yang mempunyai fase � yang sama dan
berlawanan t anda.
Unt uk melakukan Receiver dan Inst rument Phase Compensat ion f i l t er ing, kit a harus
mendapat respon keduanya dari Kont rakt or Akusisi. Unt uk dat a Vibroseis, yang fase dari
out put korelasi si langnya nol , harus di lakukan proses t ambahan berupa rot asi fase agar
menj adi minimum.
4.6.3. Wave Shaping
Set elah kit a mempunyai dat a yang minimum phase, langkah selanj ut nya adalah
mengembal ikan fase yang t ergeser oleh lapisan bumi karena proses dispersi, dengan
Surf ace Consist ent Phase Deconvolut ion (SCPHD). proses ini t idak menggant i
dekonvolusi sebagai waveshaper , karena daerah kerj anya adalah spekt rum fasenya
saj a.
Proses ini dipakai harus dengan hat i-hat i , karena penent uan fase di lakukan dengan
mel ihat pada event yang lurus dan dat ar ( input CDP gat her yang dikoreksi NMO dan
st at ik yang benar), sehingga unt uk dat a yang kurang baik kual it asnya, kemungkinan
kesalahan pengukuran fase adalah besar.
4.6.4. Melakukan Spherical Divergence Correction, Source dan Receiver Consistent
Deconvolution.
Set elah proses-proses di at as dikerj akan, maka diharapkan wavelet dari dat a seismik
sudah merupakan wavelet berfase minimum dengan spekt rum yang “ whit e” , sehingga