SEBUAH KASUS EKSPERIMEN: TINJAUAN FILOSOFIS - E ...

37
Serat Acitya – Jurnal Ilmiah UNTAG Semarang 115 SEBUAH KASUS EKSPERIMEN: TINJAUAN FILOSOFIS DR. JUMANTO [email protected] Fakultas Bahasa dan Budaya, Universitas 17 Agustus 1945 Semarang Abstract This article reports an experimental research viewed from a philosophical approach. As the philosophy suggests, its aspects i.e. ontology, epistemology, and axiology, play an important role in the application of how philosophy finds ways towards the development of a science, in this case, the applied linguistics on the teaching and learning process and its attributive aspects, i.e. students’ learning factors. Conclusions, implications, and suggestions are given upon the results of the research. Keywords: philosophy, ontology, epistemology, axiology, teaching, learning, teaching methods, learning methods, learning styles, experiment 1. PENDAHULUAN Membicarakan ilmu pengetahuan dari sudut pandang filsafat, meskipun rumit, dapat direduksi ke dalam tiga ranah atau aspek filsafat, yaitu: ontologi, epistemologi, dan aksiologi. Eksperimen adalah bagian dari pencarian dan pengembangan ilmu pengetahuan, sehingga menarik untuk dikaji butir-butir atau langkah-langkahnya secara filosofis. Dengan demikian, eksperimen adalah salah satu tangan panjang filsafat, yang langsung menyentuh ke kehidupan akademik. Ontologi adalah aspek filsafat yang terkait dengan ‘APA’ ilmu pengetahuan dideskripsikan, epistemologi terkait dengan ‘BAGAIMANA’ ilmu pengetahuan dikembangkan, dan aksiologi dengan ‘MENGAPA’ ilmu pengetahuan dapat dimanfaatkan. Ketiga pertanyaan tersebut diharapkan dapat terjawab secara tersurat maupun tersirat dalam artikel yang, menurut penulis, cukup komprehensif ini. 1.1. ONTOLOGI EKSPERIMEN Penggunaan bahasa sesuai dengan maksud atau makna yang ingin disampaikan telah menjadi suatu perhatian utama dalam pengajaran bahasa asing. Pendekatan komunikatif (Communicative Approach) dikenal dalam pengajaran bahasa bermula dari adanya perubahan-perubahan dalam tradisi pengajaran bahasa di Inggris pada akhir tahun 1960-an. Pada waktu itu muncul pandangan tentang pengajaran bahasa yang seharusnya lebih memusatkan pada potensi bahasa yang bersifat fungsional dan komunikatif, bukan semata-mata pada penguasaan struktur. Para pakar yang mempelopori pandangan tentang pengajaran bahasa ini, seperti Christopher Candlin dan Henry Widdowson, memanfaatkan karya para pakar linguistik fungsional Inggris, karya para pakar sosiolinguistik Amerika, dan karya para pakar filsafat, yang akhirnya melahirkan pendekatan komunikatif tersebut. John Austin dan John Searle mengembangkan teori tindak bahasa (speech act theory) yang mendasari pendekatan komunikatif. Teori tindak bahasa mengkaji kalimat sebagai ungkapan. Dalam teori tindak bahasa, ujaran atau kalimat dipandang memiliki dua macam makna, yaitu makna proposisi (makna lokusi) dan makna ilokusi (nilai ilokusi). Kalimat bahasa Inggris "I am thirsty" misalnya, memiliki makna proposisi yang menyatakan keadaan fisik pembaca (kehausan), sementara makna ilokusi dari kalimat tersebut adalah efek atau pengaruh yang ditimbulkan oleh ujaran atau kalimat tersebut terhadap pendengaran atau lawan bicara, dalam hal ini bisa berarti permintaan untuk diambil minuman. Jadi sebuah tindak bahasa adalah sebuah kalimat

Transcript of SEBUAH KASUS EKSPERIMEN: TINJAUAN FILOSOFIS - E ...

Serat Acitya – Jurnal IlmiahUNTAG Semarang

115

SEBUAH KASUS EKSPERIMEN: TINJAUAN FILOSOFISDR. JUMANTO

[email protected] Bahasa dan Budaya, Universitas 17 Agustus 1945 Semarang

AbstractThis article reports an experimental research viewed from a philosophical approach. As thephilosophy suggests, its aspects i.e. ontology, epistemology, and axiology, play an important rolein the application of how philosophy finds ways towards the development of a science, in thiscase, the applied linguistics on the teaching and learning process and its attributive aspects, i.e.students’ learning factors. Conclusions, implications, and suggestions are given upon the resultsof the research.Keywords: philosophy, ontology, epistemology, axiology, teaching, learning, teachingmethods, learning methods, learning styles, experiment

1. PENDAHULUANMembicarakan ilmu pengetahuan

dari sudut pandang filsafat, meskipun rumit,dapat direduksi ke dalam tiga ranah atauaspek filsafat, yaitu: ontologi, epistemologi,dan aksiologi. Eksperimen adalah bagiandari pencarian dan pengembangan ilmupengetahuan, sehingga menarik untuk dikajibutir-butir atau langkah-langkahnya secarafilosofis. Dengan demikian, eksperimenadalah salah satu tangan panjang filsafat,yang langsung menyentuh ke kehidupanakademik.

Ontologi adalah aspek filsafat yangterkait dengan ‘APA’ ilmu pengetahuandideskripsikan, epistemologi terkait dengan‘BAGAIMANA’ ilmu pengetahuandikembangkan, dan aksiologi dengan‘MENGAPA’ ilmu pengetahuan dapatdimanfaatkan. Ketiga pertanyaan tersebutdiharapkan dapat terjawab secara tersuratmaupun tersirat dalam artikel yang, menurutpenulis, cukup komprehensif ini.

1.1. ONTOLOGIEKSPERIMEN

Penggunaan bahasa sesuai denganmaksud atau makna yang ingin disampaikantelah menjadi suatu perhatian utama dalampengajaran bahasa asing. Pendekatankomunikatif (Communicative Approach)dikenal dalam pengajaran bahasa bermuladari adanya perubahan-perubahan dalam

tradisi pengajaran bahasa di Inggris padaakhir tahun 1960-an. Pada waktu itu munculpandangan tentang pengajaran bahasa yangseharusnya lebih memusatkan pada potensibahasa yang bersifat fungsional dankomunikatif, bukan semata-mata padapenguasaan struktur. Para pakar yangmempelopori pandangan tentang pengajaranbahasa ini, seperti Christopher Candlin danHenry Widdowson, memanfaatkan karyapara pakar linguistik fungsional Inggris,karya para pakar sosiolinguistik Amerika,dan karya para pakar filsafat, yang akhirnyamelahirkan pendekatan komunikatiftersebut.

John Austin dan John Searlemengembangkan teori tindak bahasa (speechact theory) yang mendasari pendekatankomunikatif. Teori tindak bahasa mengkajikalimat sebagai ungkapan. Dalam teoritindak bahasa, ujaran atau kalimatdipandang memiliki dua macam makna,yaitu makna proposisi (makna lokusi) danmakna ilokusi (nilai ilokusi). Kalimat bahasaInggris "I am thirsty" misalnya, memilikimakna proposisi yang menyatakan keadaanfisik pembaca (kehausan), sementara maknailokusi dari kalimat tersebut adalah efek ataupengaruh yang ditimbulkan oleh ujaran ataukalimat tersebut terhadap pendengaran ataulawan bicara, dalam hal ini bisa berartipermintaan untuk diambil minuman. Jadisebuah tindak bahasa adalah sebuah kalimat

Serat Acitya – Jurnal IlmiahUNTAG Semarang

116

atau ujaran yang memiliki makna proposisidan makna ilokusi. Dalam pengajaranbahasa asing, tindak bahasa dalampendekatan komunikatif sering disebutdengan istilah fungsi atau fungsi bahasa.

Dalam perkembangan selanjutnya,pendekatan komunikatif disebut jugaPengajaran Bahasa Komunikatif(Communicative Language Teaching) olehpara ahli, meskipun Richards dan Rogersjuga berpendapatbahwa pendekatankomunikatif lebih baik tetap dianggapsebuah pendekatan pengajaran karena desaindan prosedurnya masih mungkindiinterpretasikan dan divariasikan sesuaiselera individu yang menerapkannya dalampengajaran, tidak seperti metode-metodepengajaran lainnya1. Pengajaran bahasaasing dengan pendekatan komunikatifmengajarkan bentuk-bentuk bahasa melaluifungsi bahasa sehingga siswa mampumenyampaikan makna atau pesan melaluifungsi bahasa tersebut dalam kegiatanberkomunikasi. Pendekatan komunikatifmengkaji satu bentuk bahasa yang dapatmenyatakan beberapa fungsi bahasa, atausatu fungsi bahasa yang dapat dinyatakandalam beberapa bentuk bahasa. Dengandemikian, kemampuan siswa dapatberkembang dari satu fungsi bahasa kefungsi bahasa lain, bukan dari satu polastruktur ke pola struktur lain2. Pendekatankomunikatif dalam pengajaran bahasa asingbertujuan agar siswa memperolehkemampuan komunikatif, yang meliputipengetahuan tentang bahasa dankemampuan menggunakannya.

Pendekatan komunikatif yang jugahasil dari pengkajian dan pemikiransosiolinguistik, menurut Nababan adalah "…mengkaji bahasa dengan dimensikemasyarakatan, dan kebermaknaanbahasa". Lebih lanjut dijelaskan bahwa daridimensi kemasyarakatan muncul konsepfungsi bahasa perseorangan (termasukbahasa yang dipelajari oleh siswa) yangnantinya dipakai oleh seseorang di dalammasyarakat, dipakai sesuai dengan pola-polakebudayaan, dan diwariskan sertadikembangkan melalui pendidikan.Sementara itu, kebermaknaan bahasa

menekankan makna-makna yangdisampaikan dalam komunikasi. Mendukungpernyataan ini, Littlewood menyatakanbahwa proses belajar mengajar bahasa asingyang menggunakanpendekatan komunikatifmemusatkan pada dua hal, yaitu bentuk-bentuk bahasa yang harus dipraktekkan danmakna-makna yang harus disampaikan.

Pengajaran bahasa asing denganpendekatan komunikatif di sampingmenekankan pengajaran struktur melaluifungsi komunikatif dan kebermaknaanbahasa, juga menekankan adanya kegiatankomunikatif yang dilakukan oleh siswa,interaksi yang akrab antar siswa dan antarasiswa-guru, serta peranan guru yangmemberi motivasi.. Pengajaran bahasa asingdengan pendekatan komunikatif memberikesempatan siswa mengekspresikan dirinyadalambahasa asing tersebut sehingga bahasayang sedang dipelajari dapat terintegrasidalam kepribadian dan mereka dapat merasalebih senang dalam belajar. Dengandemikian, siswa dapat terangsang untukselalu ikut aktif dalam proses belajarmengajar dan meningkatkan motivasi untukterus menerus mengembangkankemampuannya dengan cara belajar lebihlanjut di dalam maupun di luar kelas.Motivasi menurut Pidgeon dalam Hardjonomerupakan "kemampuan pembawaan yangmemainkan peranan besar terhadap hasilbelajar". Pendekatan komunikatif dianggaprelevan dan tepat untuk mengajarkan bahasaasing sebagai sarana berkomunikasi sampaisekarang, termasuk pengajaran bahasaInggris.

Pengajaran bahasa, seperti yangdinyatakan Criper dan Widdowson dalamSadtono, "… memang bukanlah soalkompetensi gramatikal saja, tetapi juga soalkompetensi komunikatif, sehingga guruharus memperhatikan keduanya" . Demikianjuga pengajaran bahasa Inggris di AkademiBahasa 17 Agustus 1945 (AKABA '17')Semarang. Pengajaran bahasa Inggris diAKABA '17' Semarang yang bertujuan agarsiswa memiliki pengetahuan,ketrampilandan kemampuanmenerapkan,mempraktekkan serta berbicaradengan bahasa Inggris merupakan tempat

Serat Acitya – Jurnal IlmiahUNTAG Semarang

117

yang tepat untuk menerapkan pendekatankomunikatif. Pendekatan komunikatifnampaknya belum diterapkan pada sebagianbesar proses belajar mengajar di AKABA'17' Semarang, termasuk proses belajarmengajar struktur bahasa Inggris.

Pengajaran struktur bahasa Inggrisdi AKABA '17' Semarang secara tidaklangsung menerapkan metode gramatika-terjemahan. Hal ini dapat diketahui denganadanya cirri-ciri metode gramatika-terjemahan dalam sebagian besar pengajaranstruktur bahasa Inggris tersebut, yaituadanya telaah eksplisit struktur dankosakata, serta penggunaan terjemahan.

Pengajaran struktur bahasa Inggrisdi AKABA '17' Semarang dengan metodegramatika-terjemahan mungkin tidak tepatuntuk mendukung tujuan pengajaran bahasaInggris di AKABA '17' Semarang. Metodepengajaran yang tidak tepat dapatmempengaruhi sikap siswa, dan akhirnyamempengaruhi hasil belajar siswa. Ini sesuaidengan hasil penelitian Bartley dalamSadtono yang menyatakan bahwa "sikapsiswa mungkin manjadi lebih burukterhadap suatu bahasa asing setelah iamempelajari bahasa tersebut dengan metodetertentu tanpa berhasil". Bartley dalamSadtono lebih lanjut menganjurkan agardicari metode pengaharan bahasa yang dapatmembuat sikap siswa menjadi lebih positifdan menaikkan motivasinya dengan harapanbahwa dengan sikap dan motivasi yangpositif prestasinya akan lebih baik.

Dalam kegiatan belajar baik di kelasmaupun di rumah, ada kecenderungan siswa(termasuk mahasiswa AKABA '17'Semarang) menggunakan cara-cara tertentuagar mereka senang dan dapat belajardengan baik. Cara-cara tertentu yangdigunakan para asiswa agar dapat belajardengan baik tersebut oleh Rita dan KennethDunn dinamakan gaya belajar (learningstyles). Gaya belajar siswa tersebut ditelitiRita dan Kenneth Dunn dan akhirnyaberhasil dirangkum dalam suatu desain gayabelajar. Desain gaya belajar yang berhasildibuat terdiri dari empat factor gaya belajaryang meliputi elemen dasar gaya belajarsiswa. Empat factor gaya belajar dalam

desain gaya belajar tersebut adalah factorlingkungan belajar, emosi, pergaulan, danfisik siswa. Siswa yang memiliki gayabelajar (gaya belajar tinggi) menggunakancara-cara tertentu yang dipengaruhi empatfaktor tersebut secara konsisten untuk dapatbelajar dengan baik dan memotivasi dirinyasendiri, sementara siswa tanpa gaya belajar(gaya belajar rendah) tidak menggunakancara-cara tersebut untuk belajar maupunmemotivasi dirinya. Sehubungan dengan hal-hal yangdikemukakan di atas, perlu diadakanpenelitian untuk mengetahui metodepengajaran yang mana yang tepan dan sesuaiuntuk mahasiswa dengan kategori gayabelajar tertentu sehingga mahasiswa dapatmencapai prestasi belajar struktur bahasaInggris yang optimal.

1.2. IDENTIFIKASIKASUS

Berdasarkan latar belakang masalah yangtelah dikemukakan, beberapa masalah dapatdiindentifikasikan sebagai berikut: 1)Apakah kelebihan pendekatan komunikatifdalam pengajaran bahasa Inggris?, 2)Apakah kelebihan metode gramatika-terjemahan dalam pengajaran Strukturbahasa Inggris?, 3) Apakah pendekatankomunikatif efektif dan efisien dalampengajaran struktur bahasa Inggris?, 4)Apakah metode gramatika terjemahanefektif dan efisien dalam pengajaranstruktur bahasa Inggris?, 5) Manakah yanglebih baik dalam pengajaran struktur BahasaInggris, pendekatan komunikatif ataumetode gramatika-terjemahan?, 6) Jikapengajaran dilakukan dengan pendekatankomunikatif, apakah siswa dengan gayabelajar tinggi mencapai prestasi belajar yanglebih tinggi?, 7) Jika pengajaran dilakukandengan metode gramatika-terjemahan,apakah siswa dengan gaya belajar tinggimencapai prestasi belajar yang lebih tinggi?,8) Apakah ada perbedaan pengaruhpendekatan komunikatif terhadap siswadengan gaya belajar tinggi dan yang rendahdalam prestasi belajar struktur bahasaInggris?, 9) Apakah ada interaksi

Serat Acitya – Jurnal IlmiahUNTAG Semarang

118

pendekatan pengajaran dengan gaya belajardalam prestasi belajar struktur bahasaInggris siswa?, 10) Apakah prestasi belajarstruktur bahasa Inggris siswa dapatdipertinggi dengan pendekatan komunikatifdalam pengajaran?, 11) Apakah pendekatankomunikatif dapat mempermudah gurudalam pengajaran struktur Bahasa Inggris ?,12) Apakah pendekatan komunikatif yangditerapkan dalam pengajaran strukturBahasa Inggris dapat mempertinggi kualitaslulusan AKABA '17' Semarang?

1.3. PEMBATASANKASUS

Dari hasil identifikasi masalah, terungkapbanyak masalah yang berkaitan denganpengajaran struktur bahasa Inggris, namuntidak mungkin diteliti dalam waktu yangbersamaan. Oleh karena itu, masalah-masalah yang akan dibahas dalam penelitianini dibatasi pada dua factor yang mungkindapat mempengaruhi prestasi belajarstruktur bahasa Inggris. Faktor yang pertamaberkaitan dengan metode pengajaran,sementara factor yang kedua berkaitandengan cara belajar siswa yang disebutdengan istilah gaya belajar, yang dalampenelitian ini dibagi menjadi gaya bel;ajartinnggi dan rendah. Siswa dengan gayabelajar tinggi mampu menciptakan stimuli,bergaul secara fleksibel dan dapatmemotivasi dirinya sendiri untuk belajardengan baik, sementara siswa dengan gayabelajar rendah kurang mampu menciptakanstimuli, bergaul dengan orang tertentu saja,dan tidak memiliki motivasi belajar yangtinggi. Penentuan gaya belajar tinggi danrendah berdasarkan hasil angket.

1.4. PERUMUSAN KASUS Berdasarkan identifikasi dan pembatasanmasalah tersebut di atas, masalah penelitiandirumuskan sebagai berikut :“ Apakah terdapat perbedaan antarapendekatan komunikatif dan metodegramatika-terjemahan dalam prestasi belajarstruktur bahasa Inggris?”

1. Untuk siswa dengan gaya belajartinggi, apakah terdapat perbedaan

antara pendekatan komunikative danmetode gramatika terjemahan dalamprestasi belajar struktur bahasaInggris?

2. Untuk siswa dengan gaya belajarrendah, apakah terdapat perbedaanantara pendekatan komunikatif danmetode gramatika terjemahan dalamprestasi belajar struktur bahasaInggris?

3. Apakah terdapat interaksipendekatan komunikatif dengangaya belajar?

1.5. KEGUNAAN KASUS Penelitian ini diharapkan dapatbermanfaat bagi Jurusan Bahasa InggrisAKABA '17' Semarang, para pengajarBahasa Inggris, terutama pengajar strukturbahasa Inggris, dan mahasiswa yangmempelajari struktur bahasa Inggris, danmahasiswa yang mempelajari strukturbahasa Inggris secara komunikatif. Bagi Jurusan Bahasa Inggris AKABA'17' Semarang, penelitian ini diharapkanbermanfaat dalam penentuan kebijaksanaandan kondisi belajar mengajar bahasa Inggrisdi lingkungan AKABA '17' Semarang. Parapengajar bahasa Inggris, terutama pengajarstruktur bahasa Inggris, juga dapatmengambil manfaat dari hasil penelitian initerutama dalam memilih metode pengajaranyang tepat untuk memberikan kompetensikominikatif kepada mahasiswa. Para mahasiswa yang mempelakaristruktur bahasa Inggris secara komunikatifdapat mengambil manfaat dari hasilpenelitian ini, terutama dalam meningkatkanmotivasi belajar bahasa Inggris denganmetode pengajaran yang sesuai.

2. METODE MENGAJARBAHASA YANGDILIBATKAN DALAMKASUS2.1. Pendekatan

KomunikatifIlustrasi singkat tentang pengajaran

dengan pendekatan komunikatif diberikan

Serat Acitya – Jurnal IlmiahUNTAG Semarang

119

oleh Finocchiaro dan Brumfit dalamRichards dan Rogers. Fungsi komunikatifyang diajarkan adalah memberi saran(making a suggestion). Langkah-langkahpengajarannya dapat dijalaskan sebaagaiberikut: 1) Guru mempresentasikan dialogsingkat atau beberapa mini-dialog.Sebelumnya guru memotivasi siswa dengancara menghubungkan situasi yang ada dalamdialog dengan pengalaman yang mungkinada dalam kehidupan siswa serta diskusitentang fungsi dan situasi tentangorang,peranan, latarbelakang, topic, dan tentangpenggunaan bahasa secara informal maupunformal sesuai dengan fungsi dan situasi.(Pada tahap awal, jika siswa memilikibahasa ibu yang sama, motivasi dapatdiberikan dalam bahasa ibu tersebut). 2) Siswa berlatih secara lisan bagian-bagian dialog yang diajarkan (secara seluruhkelas, kelas dibagi dua, kelompok, individu)dengan guru sebagaimodel. Demikian jugaterhadap mini-dialog yang digunakan. 3) Guru dan siswa bertanya-jawabtentang topic dan situasi yang ada dalamdialog. 4) Guru dan siswa bertanya-jawabberdasarkan pengalaman pribadi siswa,tetapi tetap berpusat sekitar tema dialog. 5) Guru dan siswa membahas salahsatu ekspresi komunikatif dasar atau strukturyang menyatakan fungsi yang ada dalamdialog. Contoh-contoh tambahan tentangpenggunaan ekspresi secara komunikatifatau struktur dengan kosakata yang sudahdikenal siswa dapat diberikan denganmenggunakan ungkapan yang jelas ataumini-dialog (dengan gambar, objeksederhana, atau dramatisasi) untukmemperjelas makna dari suatu ekspresi ataustruktur …. 6) Siswa berusaha menemukangeneralisasi atau aturan-aturan yangmendasari ekspresi atau struktur, yangmeliputi : bentuk lisan dan tulisan (contoh :"How about + Verb+ing?") ; posisi ujaran;penggunaannya secara formal atau informaldalam ujaran; serta fungsi dan maknagramatikal dari suatu struktur.

7) Siswa melakukan kegiatan untukmengenali dan menginterpretasikanpengetahuan bahasa mereka dengan factor-faktor terkait, dua atau lima kegiatantergantung level siswa. 8) Siswa melekukan kegiatanberrbicara, dari kegiatan terbimbing sampaikegiatan komunikasi yang lebih bebas. 9) Siswa menyalin dialog atau mini-dialog atau modul, jika mereka belummemilikinya. 10) Guru memberi siswa contoh tugastertulis untuk dikerjakan di rumah, jikamenghendaki. 11) Guru mengevaluasi kegiatanbelajar siswa (hanya secara lisan), misalnya:"How would you ask your friend to … ?And how would you ask me to …?"(1) Fungsi Bahasa dalam PendekatanKomunikatif

Aspek struktur bahasa menekankansystem gramatikal yang mengacu pada carapembentukan kalimat saja, misalnya hanyamenjelaskan cara mengubah kalimat aktif"Someone has helped the girl" menjadikalimat pasif "The girl has been helped".Hal ini tidak cukup untuk mempelajaribahasa sebagai sarana komunikasi. Perludikaji sudut pandang lain tentang bahasasarana komunikasi. Pengajaran bahasasecara komunikatif memusatkan perhatiansecara sistematis pada aspek-aspek strukturdan fungsi bahasa dan pada kombinasikeduanyadari sudut komunikatif.

Kalimat bahasa Inggris "Why don'tyou do it now?" dari aspek struktur adalahjelas sebuah kalimat tanya. Namun, darisudut pandang fungsi bahasa, kalimattersebut bersifat ambigu, karena dapatberfungsi sebagaikalimat Tanya maupunkalimat perintah. Fungsi yang pertamamungkin pembicara hanya ingin tahu alas anseseorang tidak melakukan sesuatu dengansegera, sementara yang kedua adalahperintah agar seseorang segera melakukansesuatu.

Seperti halnya satu bentuk bahasayang dapat menyatakan beberapa fungsibahasa pada contoh di atas, satu fungsibahasa dapat juga dinyatakan dalambeberapa bentuk bahasa. Misalnya untuk

Serat Acitya – Jurnal IlmiahUNTAG Semarang

120

meminta orang lain menutup pintu,seseorang memiliki beberapa pilihan bentukbahasa, yaitu : "Tolong, tutup pintunya"(Close the door, please), "Bisa andatutupkan pintunya?" (Could you please closethe door?, "Jika anda tidak keberatan, tolongtutupkan pintunya" (Would you mindclosing the door?), "maaf, bisa minta tolongpintunya ditutup?" (Excuse me, could Itrouble you to close the door?), dansebagainya. Jadi dapat disimpulkan bahwapengajaran bahasa secara komunikatifmengkaji satu bentuk bahasa yang dapatmenyatakan beberapa fungsi bahasa, atausatu fungsi bagasa yang dapat dinyatakandalam beberapa bentuk bahasa. Dengandemikian yangdimaksud dengan fungsibahasa adalah penggunaan bahasa untuktujuan tertentu dalam berkomunikasi,dengan menggunakan bentuk-bentuk bahasayang sesuai.

Pengajaran bahasa denganpendekatan komunikatif menekankanpengajaran bentuk bahasa melalui fungsibahasa yang dipakai seseorang untukmenyampaikan makna atau pesan. Fungsibahasa yang dipakai oleh seseorang,termasuk siswa yang belajar bahasa, adalahfungsi perorangan. Fungsi peroranganbahasa ini nantinya dipakai seseorang didalammasyarakat (menjadi fungsikemasyarakatan), dipakai sesuai denganpola-pola kebudayaan (menjadi fungsikebudayaan), diwariskan sertadikembangkan melalui pendidikan (menjadifungsi pendidikan).

Fungsi perorangan dari bahasamenurut M.A.K. Halliday dalam Nababanterdiri dari tujuh fungsi, yaitu 1) fungsiinstrumental, 2) fungsi menyuruh(regulatory), 3) fungsi interaksi(interpersonal), 4) fungsi kepribadian(personal), 5) fungsi pemecahan masalah(heuristic), 6) fungsi khayal (imaginative),dan 7) fungsi informasi (representational).26Masing-masing fungsi bahasa tersebut dapatdijelaskan sebagai berikut :

1) Fungsi instrumental adalahpenggunaan bahasa untuk mendapatkan ataumeminta sesuatu (makanan, barang, dsb.)

2) Fungsi menyuruh (regulatory)adalah ungkapan untuk mengawasi perilakuorang lain atau menyuruh orang lain berbuatsesuatu.

3) Fungsi interaksi (interpersonal)adalah penggunaan bahasa atau ungkapanuntuk menciptakan interaksi atau suatu iklimhubungan dengan orang lain (antar pribadi).

4) Fungsi kepribadian (personal)adalah penggunaan bahasa untukmengekspresikan perasaan /makna pribadi.

5) Fungsi pemecahan masalah(heuristic) adalah penggunaan bahasa untukbelajar dan menemukan sesuatu, ataumeminta dan menyatakan jawaban terhadapsuatu masalah atau persoalan. 6) Fungsi khayal (imaginative)adalah penggunaan bahasa untukmenciptakan dunia imajinasi.

7) Fungsi informasi(representational) adalah penggunaan bahasauntuk mengkomunikasikan informasi.

Sementara itu, dalam teori tindakbahasa, fungsi bahasa yang disebut sebagaitindak bahasa dibagi oleh John Searle dalamRichards, Platt, dan Weber menjadi limaklasifikasi, yaitu:

1) Komisif, yaitu tindak bahasayang membuat pembicara melakukansesuatu di waktu yang akan datang,misalnya janji (a promise) atau ancaman (athreat). 2) Deklaratif, yaitu tindak bahasayang dapat membuat sesuatu terjadi,misalnya : Dengan ini saya menyatakan …(I now pronounce …). 3) Direktif, yaitum tindak bahasayang dapat membuat pendengar melakukansesuatu, misalnya saran (suggestions),permintaan (requests), atau perintah(commands). 4) Ekspresif, yaitu tindak bahasayang digunakan oleh pembicara untukmengekspresikan perasaan atau sikapnyaterhadap sesuatu, misalnya permintaanmaaf (apologies), keluhan (complaints),ucapan terima kasih (to thank someone),dan ucapan selamat (to congratulatesomeone).

Serat Acitya – Jurnal IlmiahUNTAG Semarang

121

5) Representatif, yaitu tindak bahasayang menjelaskan keadaan atau peristiwa didunia, misalnya pernyataan (assertions),tuntutan (claims), dan laporan(reports).

Pengajaran bahasa yangmenggunakan pendekatan komunikatif padadasarnya adalah pengembangan fungsi-fungsi bahasa atau tindak-tindak bahasatersebut dalam penggunaannya sehari-hariuntuk berkomunikasi. Fungsi bahasa untukberkomunikasi dalam Bahasa Inggrismisalnya adalah memberi salam (greetingpeople), memberi cirri-ciri seseorang(describing someone), menanyakan harga(asking about prices), dan sebagainya. Lebihlanjut, fungsi-fungsi bahasa tersebutditerapkan dalam suatu konteks sosial. Pihakyang berkomunikasi dan hubungan sosialjuga diperhatikan dengan menerapkanfungsi-fungsi bahasa dalam komunikasi.Fungsi bahasa atau tindak bahasa dalam halini disebut juga fungsi komunikatif, istilahyang juga dipakai oleh Littlewood danRichards. Dalam pemilihan meteri pengajarandengan pendekatan komunikatif, Littlewoodmenyatakan bahwa materi bahasahendaknya dibuat lebih sesuai dengankebutuhan siswa dan pengajar dapat mencariberbagai alternative dalam mengorganisasimateri ke dalam unit-unit pengajaran.Selanjutnya, setiap pengajar menentukanbentuk bahasa, topic atau situasi yangdigunakan dalam kegiatan letihan tambahandari apa yang diajarkan.

Berkaitan dengan pengajaranbentuk-bentuk bahasa melalui fungsi-fungsikomunikatof, Littlewood menganjurkanadanya suatu organisasi fungsi-struktur danorganisasi fungsi. Organisasi fungsi-struktur(functional-structural organization) padadasarnya adalah materi pelajaran yangterdiri dari beberapa fungsi komunikatifuntuk mengajarkan satu bentuk bahasa,misalnya fungsi komunikatif "askingsomebody's name, asking and saying whereplaces are, saying what somebody's job is'dan 'talking about nationality' untukmengajarkan struktur 'to be in the present

tense'. Atau sebaliknya, satu fungsikomunikatif dapat dinyatakan dalambeberapa bentuk bahasa, misalnya fungsikomunikatif 'asking directions' yang dapatdinyatakan dengan struktur 'Where is the …,Can you tell me the way to the …,' dan 'Excuse me, I wonder if you could direct meto the …'.

Organisasi fungsi (functionalorganization) mengacu unit pengajaran yangberdasar pada sekelompok fungsikomunikatif, misalnya 'offering, askingpermission, giving reasons'. Masing-masingfungsi tersebut dinyatakan dalam bentuk-bentuk bahasa yang dipilih berdasar padakebermaknaan komunikatif (Communicativeusefulness) dan kewajaran social (socialappropriacy), bukan berdasarkan susunanstruktur-struktur tertentu (structursl make-up). Struktur "I'd like to leave early",misalnya, dapat dikuasai oleh siswa karenalebih komunikatif dan wajar daripadastruktur "I hope you don't mind, but would itbe at all possible for me to leave early?"Dengan demikian, organisasi struktur-fungsidan organisasi fungsi dalam unit pelajaran,mengembangkan kemampuan siswa darisatu fungsi komunikatif ke fungsikomunikatif lain, bukan dari satu polastruktur ke pola struktur lain.

Sehubungan dengan pengajaranbahasa melalui pendekatan komunikatif,Janice Yalden dalam Djunaidimengklasifikasikan silabus komunikatifmenjadi enam model, yaitu: 1) Silabus komunikatif model 1:Silabus structural-fungsional sepertidikemukakan oleh Wilkins (1976) 2) Silabus komunikatif model 2:Silabus structural sebagai inti dilingkari olehsilabus fungsional seperti dikemukakan olehBrumfit (1980) 3) Silabus komunikatif model 3:Silabus structural, fungsional, daninstrumental seperti dikemukakan oleh Allen(1980) 4) Silabus komunikatif model 4:Silabus fungsional yang merumuskantujuannya berdasarkan fungsi komunikatifyang diperlukan. Fungsi menentukan seleksi

Serat Acitya – Jurnal IlmiahUNTAG Semarang

122

dan gradasi materi, seperti dikemukakanoleh Jupp dan Hodlin (1975) 5) Silabus komunikatif model 5:seluruh silabus notional yang berpusat padasiswa dan yang menjalin koponen-komponen sosio-kultural, semantic,linguistic, dan psikopedagogik menjadisatu seperti dikemukakan oleh Maley(1981), dan 6) Silabus komunikatif model 6:Selurul silabus komunikatif yang berpusatpada siswa seperti dikemukakan olehAlexander (1975).

Richards memberikan ilustrasi yanglebih jelas tentang silabus komunikatifdalam pengajaran bahasa Inggris. Dalamsilabus tersebut struktur bahasa dipandangsebagai komponen penting dari kompetensikomunikatif, namun harus diajarkan secarakomunikatif, yaitu melalui fungsikomunikatif, dengan latihan-latihan yangmenekankan pada ketepatan (accuracy) dankelancaran (fluency). Dengan demikian, adasuatu keterkaitan antara bentuk-bentukgramatikal dan fungsi-fungsi komunikatif.

Silabus komunikatif yang dibuatoleh Richards tersebut dapat dikatakansebagai silabus komunikatif Model 1, yaituadanya organisasi fungsi-fungsi dalamsilabus tersebut. Contoh-contoh organisasifungsi struktur dalam silabus yang dibuatRichards tersebut adalah:

1) Grammar : Present tensestatements with be; wh- and Yes-Noquestions with be. Function : Introducingone self; Asking for personal information 2) Grammar : Past tense; wh- andYes-No questions in past tense.Function : Talking about past events;Asking for information 3) Grammer : Present continuous Function : Describing people'sdrees and appearance;Describing what people are doing 4) Grammer : Comparisons withadjectives. Function : Describingsimilarities and differences

(2) Kelebihan dan KelemahanPendekatan Komunikatif

Kelebihan pendekatan komunikatifdalam pengajaran bahasa yang dapatdikemukakan adalah:

1) Pengajaran sesuai dengan hakekatbahasa, yaitu sebagai sarana komunikasi.

2) Pengajaran mampumenghubungkan apa yang dipelajari siswadalam kelas dengan kehidupan sehari-hari.

3) Dalam proses belajar mengajarada interaksi akrab dan bermanfaatantarsiswa, dan antara siswa-guru.

4) Pengajaran tidak bersifatmonoton, tetapi penuh variasi sehinggamempertinggi minat belajar siswa .

5) Pengajaran melibatkan empatketrampilan berbahasa, yaitu Berbicara,Menyimak, Menulis, dan Membaca.

Sementara itu, kelemahanpendekatan komunikatif yang dapatdikemukakan adalah:

1) Pengajaran denagn pendekatanini menuntut seorang guru yang aktif,kreatif, terbuka, pandai, dan dalam hidupnyaberwawasan luas, serta syarat-syarat lainyang dapat bermanfaat bagi siswa.

2) Pengajaran mungkin kurangefektif jika dilakukan pada kelas-kelas yangrelative besar.

(3) Teknik Pengajaran denganPendekatan Komunikatif

Sehungan dengan pengajaran bahasamelalui bahasa melalui pendekatankomunikatif, Richards menganjurkanpenggunaan teknik pengajaran "look-up andsay" di dalam kelas. Dalam pengajaran,tektik pengajaran tersebut dipadukan dengankegiatan (teknik) lainnya, yaitu: "warm-upactivity" dan "optional follow-up activity",serta pengaturan kegiatan belajar siswasecara berpasangan (pair wark),berkelompok (group work), atau kegiatanselurul kelas (class activity). Masinjg-masing teknik atau kegiatan pengajarantersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:

1) Warm-up Activity Kegiatan Tanya-jawab yang dilakukanpada awal pengajaran (class activity) untukmenimbulkan interaksi yang akrab

Serat Acitya – Jurnal IlmiahUNTAG Semarang

123

antarsiswa dan antara siswa dengan guru,serta untuk mengarahkan perhatian siswa ketopic yang akan diajarkan guru ataudipelajari siswa.

2) Look-up and Say Kegiatan yang dilakukan oleh siswandalam mempraktekkan percakapan model(percakapan yang diciptakan oleh gurumengacu pada topic yang sedang dipelajari)secara berpasangan (pair work). Siswamelihat pada buku, kemudian melihat padatemannya sambil mengucapkan bariskalimat bagiannya dalam percakapan model.Dengan demikian, terjadi kontak pandangan(eye contact) antara siswa dan pasangannyaseperti halnya orang yang berkomunikasi,dan siswa terhindar dari kecenderunganmembaca atau menghafal model tersebut.

3) Optional Follow-up Activity Kegiatan tambahan yang dapat berupapermainan (game), bermain peran (roleplay), situasi atau diskusi yang diciptakanoleh guru yang bertujuan agar siswa dapatberlatih atau mengulang topic yangdiajarkan, sehingga memberi penguatan ataumenambah pemahaman terhadap topic yangdiajarkan. Kegiatan ini dapat dilakukan olehsiswa secara berpasangan (pair work),berkelompok (group work), atau merupakankegiatan seluruh kelas (class acrivity).

2.2. Metode Gramatika-Terjemahan

Ilustrasi singkat tentang sebuahpengajaran di kelas dengan MetodeGramatika-Terjemahan diberikan olehOmaggio dalam Tarigan sebagai berikut: 1) Sebelum pelajaran mulai, siswasudah siap di tempat duduk dengan bukuterbuka: bacaan pilihan dan beberapa kolomkosakata. 2) Penjelasan mengenai kosakata yangada dalam bacaan oleh guru. 3) Siswa membaca bagian-bagian daribacaan dengan suara keras, kadang-kadangdibetulkan oleh guru, dan kemudian siswamembaca dalam hati.

4) Siswa melakukan kegiatanpenerjemahan kalimat-kalimat dalam bacaanke dalam bahasa mereka. 5) Inti pelajaran: penjelasan tatabahasa dengan contoh-contoh di papan tulis.Kaidah-kaidah diterangkan secara terperincidalam bahasa siswa. Kalau siswatidak mengerti, guru mengajarkannya. 6) Siswa menyalin kaidah-kaidah,penjelasan serta contoh-contoh sertaperkecualian yang ada. 7) Sisa waktu dipakai oleh siswauntuk mengerjakan tugas tertulis yang adahubungannya dengan tata bahasa, daribahasa asli ke dalam bahasa asing yangsedang dipelajari. Apabila tugas tidakselesai, siswa disuruh menyelesaikannya dirumah sambil menghafal kosakata untukpelajaran berikutnya. Penerapan metode gramatika-terjemahan dalam pengajaran bahasa asingbiasanya mengalami sedikit perubahansesuai dengan situasi dan kondisi yang adadalam pengajaran bahasa asing tersebut,termasuk dalam pengajaran Bahasa Inggris.

(1) Kelebihan dan KelemahanMetode Gramatika-Terjemahan

Kelebilan Metode Gramatika-Terjemahan dalam pengajaran bahasa asingmenurut Tarigan adalah: 1) Metode ini dapat digunakan untukmengajar kelas-kelas yang besar. 2) Pengajaran bisa dilakukan guruyang tidak fasih. 3) Metode ini cocok bagi semuatingkat linguistik para siswa (pemula,lanjutan,atas) karena para siswa dapatmemperoleh aspek-aspek bahasa yangsignifikan dengan bantuan buku saja, tanpapertolongan guru.48 Sementara itu kelemahan MetodeGramatika-Terjemahan seperti disampaikanoleh Steinberg dalam Tarigan adalah: 1) Metode ini secara linguisticmembutuhkan guru yang terlatih. 2) Sebagian besar pokok bahasantidak mengenai orang tertentu, dan terpisahserta terpencil dari yang lain. 3) Metode ini tidak sesuai untuk orangyang tuna aksara, misalnya anak kecil atau

Serat Acitya – Jurnal IlmiahUNTAG Semarang

124

imigran tertentu katera sedikit sekali bahasayang digunakan untuk komunikasiantar pribadi, dan kesempatan untukmengemukakan tuturan atau ujaran spontan sangat terbatas.

(2) Teknik Pengajaran denganMetode Gramatika-TerjemahanSehubungan dengan langkah-langkahpengajaran dengan metode gramatika-terjemahan, Larsen-Freeman merangkumbeberapa teknik pengajaran di dalam kelas.Teknik-teknik pengajaran tersebut adalah'deductive application of rule', 'translation','memorization', dan 'use words in sentences'.Masing-masing teknik pengajaran tersebutdapat dijelaskan sebagai berikut:

1) Deductive application of ruleTeknik ini berupa penjelasan kaidah

struktur yang diikuti oleh contoh-contoh.Setelah siswa memahami kaidah strukturyang dijelaskan, siswa dimintamenerapkannya dalam contoh-contoh yanglain.

2) TranslationTeknik ini beripa penerjemahan

yang dilakukan siswa terhadap satu bacaanyang berisi kaidah-kaidah gramatikal dankosakata tertentu. Penerjemahan dilakukansecara tertulis atau lisan atau keduanya.

3) MemorizationTeknik ini berupa pemberian daftar

kosakata dan kaidah gramatikal yang harusdihafalkan oleh siswa.

4) Use words in sentencesTeknik ini berupa penugasan kepada

siswa untuk membuat kalimat-kalimatdengan kata-kata yang baru dipelajari untukmengetahui pemahaman siswa terhadap artidan penggunaan kata-kata baru tersebut.

2.3. Perbedaan PendekatanKomunikatif danMetode GramatikaTerjemahan

Perbedaan pendekatan komunikatifdan metode gramatika-terjemahan dalampengajaran strutur bahasa Inggris dirangkumdalam tiga hal di bawah ini:

a. Tujuan Pengajaran

Pengajaran sturktur bahasa Inggrisdengan pendekatan komunikatif bertujuanagar siswa memperoleh kemampuankomunikatif, yaitu pengetahuan tentangstruktur dan kosakata, dan kemampuanmenggunakannya sesuai dengan konteks dansituasi. Sementara itu, pengajaran strukturbahasa Inggris dengan metode gramatika-terjemahan bertujuan agar siswamemperoleh pengetahuan tentang kaidah-kaidah struktur dan kosakata sehingga dapatmenerapkan kaidah-kaidah tersebut untukmembuat kalimat-kalimat dengan kosakatayang baru dipelajari.

b. Prinsip-prinsip PengajaranPengajaran struktur bahasa Inggris

dengan pendekatan komunikatif dan metodegramatika-terjemahan menerapkan prinsip-prinsip pengajaran yang berbeda, sepertidalam bagian di bawah ini:

No. PendekatanKomunikatif

MetodeGramatika-Terjemahan

1 Pengajaraninduktifmelaluikebermaknaan:1 strukturuntuk 2/lebihfungsikomunikatif,atau sebaliknya

Pengajarandeduktif: kaidahstrukturdiikuti contoh-contoh

2 Adanyakegiatankomunikatifoleh siswasecaraberpasanganatau kelompok

Adanyakegiatanpenerjemahanoleh siswa

3 Adanyainteraksi akrabantar siswa danAntara siswa-guru

Interaksi satuarah: guru kesiswa

4 Peranan guru:penolong,penasehat,pengelolakegiatanbelajar-mengajar, dan

Peranan guru:guru sebagaiotoritas kelas

Serat Acitya – Jurnal IlmiahUNTAG Semarang

125

ko-komunikator

5 Penekananpada kegiatansiswa berbicaradan menyimak, jugamenulis danmembaca

Penekanan padakegiatan siswamembaca danmenulis

c. Teknik-Teknik PengajaranLangkah-langkah pengajaran

struktur bahasa Inggris denganpendekatankomunikatif dan metodegramatika-terjemahan dilakukan denganmenggunakan teknik-teknik pengajaranyang berbeda, seperti di dalam bagan dibawah ini:

No. PendekatanKomunikatif

MetodeGramatika-Terjemahan

1 Warm-up activity:tanya-jawab di awalpengajaran agar terciptainteraksi akrab

Deductiveapplication ofrule:penjelasankaidahstruktur diikuticontoh-contoh

2 Warm-up activity:penjelasan singkat dantanya-jawab untukmengarahkan perhatiansiswa pada fungsi dandan struktur yangdipelajari

Translation:penerjemahanterhadapkaidah-kaidahstruktur dankosakatasecara tertulis,lisan, ataukeduanya

3 Look-up and say:siswa mempraktekkanpercakapan modelsecara berpasangan,danmengembangkannyadengan informasisendiri

Memorization:pemberiankaidahstruktur dankosa-katayang harusdihafal siswa

4 Optional follow-upactivity: kegiatanpermainan (game),bermain peran (roleplay), atau diskusiakrab tentang fungsi

Use word insentences:siswamembuatkalimat-kalimat

dan struktur yangdipelajari, dipanduoleh guru

dengan kata-kata baru yangdipelajari atauyang diberikanoleh gurusesuai dengankaidahstruktur yangdiajarkan

5 Penekanan padakegiatan siswaberbicaradan me nyimak, jugamenulis danmembaca

Penekananpada kegiatansiswamembaca danmenulis

2.4. STRUKTUR BAHASAStruktur bahasa memiliki pengertian

yang lain dari struktur bangunan, strukturorganisasi, dan sebagainya. Struktur bahasa(language structure) mengacu ke sifat yangterstruktur dari bahasa (the structuredcharacter of language).

Banyak ahli bahasa yang memakaiistilah sistem gramatikal (grammaticalsystem) atau tatabahasa (grammar) untukmenyebut struktur bahasa, misalnya Friesdan Hockett. Sementara itu, Lyonsmenyebut struktur bahasa dengan istilahstruktur gramatikal (grammatical structure),yang merupakan gabungan dari kata"grammatical" (dari kata "grammar") dankata "structure", sedangkan Robinsmenyebut struktur bahasa dengan istilahgramatika.

Fries menyebut struktur bahasasebagai konstruksi ujaran-ujaran (rules) atauprinsip-prinsip (principles) yang ada dalambahasa. Aturan atau prinsip tersebutmerupakan keteraturan (regularity) yang adadalam bahasa. Richards, Platt, dan Webermendefinisikan struktur bahasa sebagaideskripsi tentang cara penggabungan unit-unit bahasa, misalnya kata dan klausa, untukmenghasilkan kalimat-kalimat dalambahasa, yang mempertimbangkan maknadan fungsinya dalam keseluruhan systembahasa. Struktur bahasa jugamendiskripsikan dan menganalisispenggalan-penggalan ujaran atau karanganserta mengelompokkan danmengklasifikasikan elemen-elemen dari

Serat Acitya – Jurnal IlmiahUNTAG Semarang

126

penggalan-penggalan tersebut yang munculberulang berdasarkan tempat fungsionalyang diduduki elemen-elemen tersebut danhubungan-hubungan yang ada di antaraelemen-elemen itu.

Struktur bahasa atau sistemgramatikal atau tatabahasa atau strukturgramatikal atau gramatika merupakansebuah system yang terdiri dari beberapasub-sistem. Hockett membagi systemgramatika menjadi dua sub-sistem, yaitumorfologi dan sintaksis.60 Morfologimengatur morfem-morfem menjadi kata-kata, sementara sintaksis mengatur kata-katamenjadi ujaran (utterance). Pembagianseperti ini juga dilakukan oleh de Daussureyang menyatakan bahwa gramatika terdiridari morfologi dan sinteksis, sementaraleksikologi atau ilmu kata tidak termasuk didalamnya. Ahli bahasa lain, Huddleston,juga membagi struktur bahasa menjadisintaksis dan morfologi, serta menjelaskanbahwa sintsksis berkaitan dengan caramengatur kata-kata untuk membentukkalimat-kalimat, sementara morfologiberkaitan dengan bentuk dari kata-kata.Robins juga setuju dengan para ahli yangmembagi struktur bahasa menjadi morfologidan sintaksis.

Sementara itu, Langackermenyatakan bahwa struktur bahasa terdiridari sub-sub system (diistilahkan olehLangacker: komponen), yaitu komponenleksikal, sintaktikal, dan fonologis.Pembagian struktur bahasa menjadi tiga sub-sistem secara tidak langsung juga dilakukanoleh Fromkin dan Rodman yang membahasaspek-aspek struktur bahasa dalam tigabagian, yaitu: fonologi, morfologi, dansintaksis.

Analisis struktur bahasa seringdidasarkan pada tataran kalimat. Kalimatdianggap sebagai unit pengaturan strukturbahasa yang terbesar yang mencakuppembentukan bagian-bagian ujaran (yaitu:nomina, verba, adverbial) dan kelas-kelasstruktur bahasa (yaitu: kata, frasa, danklausa). Biasanya, struktur terpanjang yangdi dalamnya bisa diadakan analisisgramatikal yang lengkap dianggap sebagaikalimat.

Dari pembahasan tersebut di atas,dapat dikemukakan bahwa struktur bahasamengandung pengertian sebagai berikut: 1) Struktur bahasa adalah aturan atauprinsip atau system yang ada dalam bahasa,yang mengatur unsure-unsur bahasa menjadiujaran atau ungkapan yang bermakna. 2) Secara keseluruhan, struktur bahasaterdiri dari sub-sub system: sintaktikal,leksikal, dan fonologi. 3) Secara khusus, struktur bahasa terdiridari sintaksis dan morfologi. 4) Dasar analisis struktur bahasa padaumumnya adalah kalimat.

Sebagai ilustrasi dari pengertianstruktur bahasa tersebut di atas, diambilsebuah kalimat Bahasa Inggris "His brothercan speak English". Kalimat tersebutmemiliki struktur dalam beberapa tataran.Pada tataran sintaktikal, kalimat terdiri darifrase nomina "His brother" sebagai subjekdan frase verba "can speak English" sebagaipredikat. Pada tataran morfologi, semua katapembentuk kalimat tersebut tidak mamakaiimbuhan, yaitu "His, brother, can, speak",dan "English". Pada tataran leksikal, kata"His" berbeda dari "my" atau "your","brother" berbeda dari "friend" atau "table","can" berbeda dari "should" atau "will", danseterusnya. Dalam tataran fonologis, struktur"His" terbentuk dari bunyi/hiz/, "brother"dari bunyi /braaa/, "can" dari bunyi /kaen/,dan seterusnya.

Berkaitan dengan struktur dalamstruktur bahasa transformasi, menurut teoriChomsky dalam Robins, struktur bahasadibagi menjadi dua, yaitu struktur lahir(surface structure) dan struktur batin (deepstructure).68 Struktur lahir dan struktur batindianggap ada dalam setiap kalimat. Strukturlahir (surface structure) biasanya merupakanstruktur sintaktikal dari kalimat yangdiucapkan, didengar, dibaca, atau ditulisseseorang, sementara struktur batin (deepstructure) lebuh bersifat abstrak dandianggap berada did al benak pembicara,penulis, pendengar, atau pembaca. Kalimatbahasa Inggris "The newspaper was notdelivered today", misalnya, struktur lahirsebagai kalimat pasif, sementara strukturbatin dari kalimat tersebut adalah:

Serat Acitya – Jurnal IlmiahUNTAG Semarang

127

(NEGATIVE) Someone (PAST TENSE)deliver the newspaper today (PASSIVE).Dengan demikian, kalimat "The newspaperwas not delivered today" memiliki strukturlahir dan struktur batin yang berbeda, namunmemiliki makna yang sama.

Dari pembahasan dapat diambilkesimpulan bahwa struktur bahasa adalahaturan-aturan atau pengaturan unsure-unsuryang ada dalam bahasa, yang meliputistruktur lahir (surface structure) dan strukturbatin (deep structure).

3. PENGAJARAN STRUKTURBAHASA INGGRIS DIAKABA 17 SEMARANGDARI TAHUN 1969 S.D.1995

a. Tujuan PengajaranStruktur Bahasa Inggrisdi AKABA '17'Semarang

Tujuan pengajaran Bahasa Inggris diAKABA '17' Semarang adalah agar siswamemiliki pengetahuan, ketrampilan dankemampuan menerapkan, mempraktekkanserta berbicara dalam bahasa Inggris. Tujuanini nampaknya sesuai dengan tuntutanmasyarakat kerja dan aspirasi dari paramahasiswa yang belajar Bahasa Inggris diAKABA '17' Semarang, yaitu keinginanuntuk dapat berkomunikasi dalam BahasaInggris secara lisan (Speaking) dan tulisan(Writing). Hal ini terbukti dengan hasilangket pendapat mahasiswa baru yangbelajar di AKABA '17' Semarang yangdilakukan oleh penulis pada tahun 1994.Terungkap bahwa prioritas penguasaanBahasa Inggris mahasiswa setelah nantinyalulus dari AKABA '17' Semarang adalahpada kemampuan berbicara (Speaking) danmenulis (Writing) (Prioritas terbesar pada'Speaking' dan 'Writing', yaitu 56,36 %).

Pengajaran struktur Bahasa Inggrisdi AKABA '17' Semarang merupakan salahsatu komponen pendukung tujuanpengajaran Bahasa Inggris di AKABA '17'Semarang. Tujuan pengajaran strukturbahasa Inggris di AKABA '17' Semarang

adalah untuk memberikan pengetahuan tatabahasa (struktur) bahasa Inggris agarmahasiswa menguasai tata bahasa tersebutuntuk memehami bahasa Inggris lisanmaupun tulisan serta mampu menulis ataubercakap-cakap dalam bahasa Inggris sehari-hari yang dapat dimengerti oleh penutur aslibahasa Inggris.71 Pengajaran strukturtersebut terbagi dalam empat tingkatkesulitan yangn bertahap, yaitu 'Structure I','Structure II', 'Structure III', dan 'StructureIV'. Tujuan pengajaran struktur bahasaInggris di AKABA '17' Semarang harusmendukung tujuan akhir pengajaran BahasaInggris di AKABA '17' Semarang, yaitumemberi siswa pengetahuan, ketrampilandan kemampuan menerapkan,mempraktekkan serta berbicara dalambahasa Inggris.

b. Pengajaran StrukturBahasa Inggris diAKABA '17' Semarang

Pengajaran struktur di AKABA '17'Semarang tidak mengikuti langkah-langkahtertentu yang menjadi pedoman baku.Namun sebagai seorang pengajar di akademitersebut, khususnya pengajar mata kuliahstruktur, penulis berpendapat bahwasebagian besar pengajar struktur di AKABA'17' Semarang mengikuti langkah-langkahtertentu yang hampir seragam. Dari hasilpengamatan, langkah-langkah pengajaranstruktur yang biasa dilakukan di AKABA'17' Semarang adalah:

1) Pengajaran dimulai denganTanya-jawab antara guru dan siswa tentangstruktur yang dipelajari sebelumnya ataumembicarakan pekerjaan rumah siswa.

2) Guru menyuruh siswa melihathalaman tetentu dalam buku pegangantentang pokok bahasan struktur baru yangakan dipelajari.

3) Guru bertanya pada siswa tentangpengetahuan mereka mengenai struktur yangbaru tersebut.

4) Guru menjelaskan kaidah-kaidahstruktur yang baru tersebut di papan tulis,biasanya diperjelas dengan penggunaanbahasa siswa.

Serat Acitya – Jurnal IlmiahUNTAG Semarang

128

5) Guru dan siswa membahasstruktur yang ada dalam kalimat-kalimatdengan bantuan terjemahan ke dalam bahasasiswa secara lisan atau tertulisan.

6) Apabila ada sesuatu yang belumdiketahui siswa dalam langkah-langkahtersebut, atau siswa belum mengerti, atauadanya perkecualian, guru menjelaskankaidah bahasa yang ada sampai siswa benar-benar mengerti. Bahasa siswa biasanyadigunakan untuk membantu pemjelasanguru.

7) Kosakata yang baru diketahuisiswa diperjelas artinya dengan bantuankamus atau dijelaskan oleh guru.

8) Guru memberi tambahan latihanstruktur untuk memperjelas kaidah yangdipelajari siswa, dan siswa secara bergantianmenjawab pertanyaan atau beberapabergantian maju mengerjakan latihan dipapan tulis. Sedapat mungkin siswa jangansampai membuat kasalahan dalam latihanstruktur tersebut.

9) Pelajaran biasanya ditutupdengan soal tentang kalimat yangmengandung struktur yang cukup sulit yangharus dipecahkan oleh siswa.

10) Sebelum berpisah, gurumemberi tugas tentang struktur yang barusaja dipelajari siswa, menyuruh siswamempelajari struktur pada pelajaran (bab)berikutnya dan mencari arti kata-kata sukaryang ada dengan bantuan kamus.

Jika diperhatikan dengan seksama,pengajaran tersebut di atas secara tidaklangsung menerapkan Metode Gramatika-Terjemahan. Hal ini bisa dilihat denganadanya ciri-ciri atau prinsip-prinsippengajaran sebagai berikut :

1) Pengajaran ditekankan padakaidah-kaidah struktur dan kosakata yangharus dihafal siswa dari kalimat-kalimatteks.

2) Penggunaan terjemahan ke dalambahasa siswa banyak dilakukan.

3) Bahasa dianggap sebagaisekumpulan kaidah yang harus dipelajari,bukan sebagai sarana untuk mengemukakanmaksud atau tujuan.

4) Pengajaran struktur dilakukansecara deduktif, yaitu penjelasan kaidah

sturktur kemudian diikuti latihan strukturyang mendukung kaidah tersebut.

5) Proses belajar-mengajarmenekankan kegiatan siswa membaca danmenulis.

6) Peran guru sangat dominantdalam menjelaskan dan menentukan kaidahyang benar.

7) Interaksi yang terjadi dalamproses belajar mengajar sebagian besar dariguru ke siswa.

3.1. PENGAJARANSTRUKTUR BAHASAINGGRIS DI AKABA’17’SEMARANGDENGANPENDEKATANKOMUNIKATIF

Pengajaran struktur bahasa Inggrisdi AKABA '17' Semarang yang menerapkanpendekatan komunikatif akan dibahas dibawah ini, terutama terhadap tujuan, prinsip-prinsip, serta langkah-langkah pengajaran.

a. Tujuan PengajaranTujuan pengajaran Bahasa Inggris di

AKABA '17' Semarang dengan pendekatankomunikatif adalah agar siswa memilikikemampuan komunikatif, yaitu siswamampu menggunakan struktur dan fungsibahasa yang mereka pelajari sesuai dengankonteks dan situasi komunikatif sehari-hari.

b. Prinsip-prinsip PengajaranPengajaran struktur Bahasa Inggris

di AKABA '17' Semarang denganpendekatan komunikatif dilakukan sesuaiprinsip-prinsip pengajaran sebagai berikut:

1) Adanya kebermaknaan dalampengajaran, artinya pengajaran membuatsiswa mampu menghubungkan pelajaranyang dia dapat di dalam kelas dengankehidupan nyata sehari-hari.

2) Struktur bahasa dipelajari melaluifungsi komunikatif.

3) Adanya Kegiatan-krgiatankomunikatif yang diciptakan oleh guru dandipraktekkan oleh siswa, yaitu kegiatan yangmemiliki cirri-ciri adanya kesenjanganinformasi (information gap), pilihan(choice), dan umpan-balik (feed-back),

Serat Acitya – Jurnal IlmiahUNTAG Semarang

129

misalnya dalam permainan (game), bermainperan (role play), atau pemecahan masalah(problem solving).

4) Pengajaran struktur bahasadilakukan secara induktif, yaitu kaidahstruktur dipahami oleh siswa setelah merekamelakukan latihan-latihan struktur dengankegiatan komunikatif.

5) Adanya interaksi akrab antarsiswa dan antara siswa dengan guru, baiksecara berpasangan atau dalam kelompok,selama proses belajar mengajar berlangsung.

6) Guru berperan sebagai penolong,penasehat, dan pengelola kegiatan belajarmengajar, sementara siswa adalah parapembicara di dalam kelas (komunikator).Guru juga berpepan sebagai ko-komunikator, yang menemani kegiatansiswa berkomunikasi.

c. Langkah-langkah PengajaranBerpegang pada prinsip-prinsip

pengajaran tersebut di atas, pengajaranstruktur Bahasa Inggris di AKABA '17'Semarang akan dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut :

1) Pengajaran dibuka dengan tanya-jawab singkat antara guru dengan siswatentang kehidupan siswa sehari-hari secaraakrab ("warm-up activity")

2) Tanya-jawab kemudian diarahkanoleh guru pada fungsi bahasa yang akandipelajari. Guru menuliskan fungsi bahasatersebut di papan tulis, dan mengarahkanperhatian siswa ke fungsi bahasa tersebutdengan tanya-jawab ("warm-up activity").

3) Guru bertanya-jawab dengansiswa tentang struktur-struktur yang bisadigunakan untuk menyatakan fungsi bahasayang sedang dipelajari. Siswadimintaberpikir untuk mencari jawabandengan kerja sama. Ide-ide yang munculditerima, namun guru kemudianmembatasinya dengan cara menganjurkansiswa melihat percakapan model yangmemuat fungsi dan struktur yang sedangdipelajari.

4) Guru bertanya-tanya dengansiswa secara akrab tentang kosakata danekspresi-ekspresi komunikatif yang adadalam percakapan model yang mungkinbelum dimengerti siswa.

5) Siswa mempraktekkanpercakapan model tersebut secaraberpasangan, tapi tidak boleh menghafal(teknik "look-up and say").

6) Siswa diminta menggunakaninformasi tentang diri mereka sendiri untukmembuat percakapan (seperti dalampercakapan model atau boleh dikembangkansendiri) secara berpasangan. Percakapanyang dikembangkan oleh siswa sesuaidengan fungsi bahasa yang sedangdipelajari, sambil mempraktekkan struktur-struktur bahasa yang diajarkan ("look-upand say").

7) Sementara siswa berkomunikasisecara berpasangan, guru berkeliling sambilmemberi bantuan dan motivasi, dan kadang-kadang melibatkan diri dalam kegiatansiswa berkomunikasi (sebagai ko-komunikator). Guru berusaha tetap membuatsiswa senang dan aktif selama proses belajarmengajar berlangsung.

8) Beberapa pasang siswa dimintamaju ke depan kelas untuk bermain peranmempraktekkan percakapan yang merekabuat, sementara siswa lain memperhatikandan boleh menanggapi struktur bahasa yangdigunakan temannya. Jika terdapatkesalahan, guru bersikap bijaksana dengantidak menyalahkan langsung, tetapi sebagaibahan diskusi secara akrab antara siswa danguru ("optional follow-up activity").

9) Jika masih ada waktu, gurumenciptakan permainan, permainan-peran,diskusi, atau situasi yang lainnya agar siswadapat memperoleh latihan untuk mengulangtopik yang dipelajari sehingga pemahamanbertambah ("optional follow-up activity").

10) Pelajaran ditutup dengansuasana yang akrab dan siswa dianjurkanmempraktekkan fungsi bahasa yang barusaja mereka pelajari di rumah. Siswa jugadiminta memperhatikan struktur bahasayang benar jika berbicara Bahasa Inggris diluar kelas atau di rumah.

Langkah-langkah pengajaranstruktur Bahasa Inggris di atas dilakukandengan beberapa pertimbangan, yaitu:

1) Langkah-langkah tersebut di atasdapat sedikit berubah dengan tetapmenerapkan prinsip-prinsip pengajarannya.

Serat Acitya – Jurnal IlmiahUNTAG Semarang

130

2) Proses belajar mengajardilakukan sebagian besar dalam BahasaInggris. Penggunaan bahasa Indonesiadilakukan apabila memang diperlukan ataumenguntungkan siswa dalam belajar.

3) Dalam proses belajar mengajar,siswa dianjurkan menulis informasi apa sajayang mereka anggap menunjang belajarnya,misalnya kosakata yang penting ataustruktur bahasa yang mereka pelajari, untukbelajar atau mereka kaji lebih lanjut di luarkelas atau di rumah. Jika ada struktur bahasayang belum jelas, siswa di anjurkan bertanyakepada temannya atau pada guru.

4) Apabila dalam pengajaranterdapat lebih dari satu fungsi bahasa,diusahakan oleh guru fungsi bahasa tersebutsaling berkaitan sehingga percakapan-percakapan model yang dipraktekkanbermanfaat bagi siswa dan mudah untukmenghubungkannya dalam berkomunikasi.

3.2. PRESTASI BELAJARSTRUKTUR BAHASAINGGRIS

Prestasi belajar mengacu padaperubahan atau kemajuan yang dicapaisiswa sebagai hasil dari suatu prosespengajaran, termasuk proses pengajaranbahasa. Dengan demikian, prestasi belajarsebagai hasil belajar siswa dalam pengajaranbahasa perlu diketahui.

Pengajaran bahasa tidak hanyamengajarkan kosakata pada siswa yangbelajar bahasa, tapi juga perlu diajarkanbagaimana unsure-unsur bahasa, termasukkosakatanya, diatur ke dalam pola yangbermakna. Dengan demikian, pengajaranstruktur bahasa merupakan bagian pentingdan tak terpisahkan dari pengajaran bahasa.

Diperlukan strategi tertentu dalammengajarkan struktur bahasa. Hal-halmengenai unsure-unsur dan struktur bahasamenjadi perhatian dan pengkajian darilinguistik. Hal ini telah dilaksanakan olehpara ahli linguistic moderen denganmenjadikan struktur bahasa sebagai dasaranalisis dan hasilnya diterapkan dalampengajaran bahasa. Pengajaran strukturbahasa diharapkan dapat memberikan

pengetahuan tentang bahasa kepada siswa,yang akhirnya dapat dipakai untuk mencapaitujuan pengajaran bahasa, yaitu kemampuanmenggunakan struktur bahasa tersebut untukberkomunikasi dengan baik.

Efektivitas pengajaran strukturbahasa perlu diketahui dengan sebuahevalusi hasil belajar siswa. Evaluasi hasilbelajar tersebut merupakan proses untukmemperoleh, menganalisis, sertamenginterpretasikan informasi tentang adatidaknya perubahan tingkah laku pada siswa.

Prestasi atau hasil belajar strukturbahasa Inggris siswa dapat diketahui melaluievaluasi pengajaran struktur bahasa Inggris.Evaluasi hasil belajar struktur bahasa Inggrisdigunakan untuk memperoleh, menganalisis,serta menginterpretasikan informasi tentangada tidaknya perubahan tingkah laku ataukemajuan yang dicapai siswa dalam belajarstruktur bahasa Inngris. Dengan demikian,prestasi atau hasil belajar struktur bahasaInggris adalah perubahan tingkah laku ataukemajuan yang dicapai oleh siswa yangdapat diketahui melalui evaluasi pengajaranstruktur bahasa Inggris.

3.3. DEFINISI ISTILAHDALAM KASUS

1) Pendekatan adalah filsafat yangmendasari suatu metode. Pendekatan,metode, dan strategi belajar-mengajarmempunyai hubungan yang hierarkis.

2) Pendekatan pengajaran bahasaadalah filsafat yang memberi suatu metodepengajaran bahasa yang dijadikan pedomandalam pengajaran bahasa.

3) Pendekatan komunikatif adalahstrategi dalam mengajarkan struktur danfungsi bahasa dengan konteks dan situasi.Pendekatan komunikatif disebut jugapengajaran bahasa komunikatif.

4) Metode gramatika-terjemahanadalah strategi dalam pengajaran bahasayang menganggap semua bahasa di dunia inisama strukturnya, sehingga pengajaranstruktur dilakukan dengan caramenerjemahkan dari struktur bahasa asingke dalam struktur bahasa asli siswa.

Serat Acitya – Jurnal IlmiahUNTAG Semarang

131

5) Gaya belajar adalah cara belajaryang dipengaruhi oleh faktor lingkunganbelajar, emosi, pergaulan, dan kemampuanfisik.

a) Gaya belajar tinggi adalah carabelajar yang dipakai oleh siswa yangmemiliki gaya belajar. Dengan gaya belajartinggi siswa mampu menciptakan stimuliuntuk dan memotivasi dirinya sendiri agardapat belajar dengan baik.

b) Gaya belajar rendah adalah carabelajar yang dipakai oleh siswa yang gayabelajarnya tidak pasti, sehingga dia tidakmampu menciptakan stimuli untuk danmemotivasi dirinya sendiri dalam kegiatanbelajarnya.

6) Prestasi/hasil belajar adalahperilaku yang diperoleh seseorang berkatpengalaman belajar dan latihan.

7) Struktur Bahasa adalah hubunganatau pengaturan unsure-unsur bahasamenjadi pola yang bermakna.

8) Fungsi Bahasa adalahpenggunaan bahasa untuk tujuan tertentudalam berkomunikasi. Fungsi bahasa dalamhal ini disebut juga fungsi komunikatif.

9) Pengajaran struktur bahasaInggris secara komunikatif adalahpemberian perlakuan kepada siswa yangbelajar struktur melalui fungsi komunikatifdalam bahasa Inggris. Pengajaran inimenekankan adanya kebermanaan dan satustruktur yang dapat menyatakan beberapafungsi komunikatif atau sebaliknya.

3.4.EPISTEMOLOGI KASUS3.4.1. PERENCANAAN

PERLAKUAN KASUSa. Tujuan Perlakuan

Secara umum tujuan penelitian iniadalah untuk mengembangkan metodepengajaran Bahasa Inggris di JurusanBahasa Inggris AKABA '17' Semarang,terutama pengajaran struktur bahasa Inggris.Oleh sebab itu, dilakukan penelitianterhadap pendekatan komunikatif danmetode gramatika-terjemahan sebagaipembanding dalam pengajaran strukturBahasa Inggris.

Lebih lanjut penelitian ini bertujuanuntuk mengetahui: 1) Secara keseluruhan, apakahpendekatan komunikatif memberikanprestasi belajar struktur bahasa Inggris yanglebih baik daripada metode gramatika-terjemahan, 2) untuk siswa gaya belajar tinggi,apakah pendekatan komunikatifmemberikan prestasi belajar struktur bahasaInggris yang lebih baik dari metodegramatika-terjemahan, 3) untuk siswa gaya belajar rendah,apakah pendekatan komunikatifmemberikan prestasi belajar yang lebih baikdaripada metode gramatika-terjemahan, dan 4) apakah terdapat interaksi metodepengajaran dengan gaya belajar mahasiswa.

b. Tempat dan WaktuPerlakuan

Penelitian ini dilaksanakan di JurusanBahasa Inggris Akademi Bahasa 17 Agustus1945 (AKABA '17') Semarang, terhadapseluruh mahasiswa Semester 2 TahunAkademik 1995/1996 yang mengambil MK"Structure" 2. Perlakuan diberikan pada mahasiswaselama dua bulan (delapan minggu), atausecara efektif 15 pertemuan (pelajaran) dansatu pertemuan untuk tes hasil belajarstruktur bahasa Inggris. Satu pertemuanlamanya 100 menit, mengingat MK"Structure" 2 berbobot dua SKS (sekitar 100menit temu-muka).

3.4.2. Variabel PerlakuanBerdasarkan tujuan penelitian, diterapkandua jenis variable, yaitu variable bebas danvariable terikat.Variabel Bebas

Ada dua variable bebas dalampenelitian ini, yaitu pendekatan/metodepengajaran dan gaya belajar.

a.Pendekatan/Metode Pengajaran Pendekatan/metode pengajaran dalampenelitian ini adalah pendekatankomunikatif dan metode gramatika-terjemahan. Pendekatan komunikatifditerapkan pada perlakuan terhadap

Serat Acitya – Jurnal IlmiahUNTAG Semarang

132

kelompok eksperimen I, dan metodegramatika-terjemahan pada perlakuanterhadap kelompok eksperimen II.

b. Gaya BelajarGaya belajar sebagai variable

atributif yang dimasukkan ke dalamrancangan variable bebas adalah factorkedua yang ingin diketahui pengaruhnyaterhadap hasil belajar struktur bahasaInggris.

Variabel TerikatVariabel terikat dalam penelitian ini

adalah prestasi belajar struktur bahasaInggris. Hasil belajar struktur bahasa Inggrisini diperoleh melalui tes struktur bahasaInggris.

3.5. Definisi Operasional Variabela. Pendekatan KomunikatifPendekatan komunikatif adalah

suatu cara atau strategi dalam mengajarkanstruktur dan fungsi bahasa sesuai dengankonteks dan situasi. Pendekatan komunikatifyang diterapkan dalam pengajaran srtukturbahasa Inggris menekankan kebermaknaan,pengajaran struktur melalui fungsikomunikatif, kegiatan komunikatif yangdilakukan oleh siswa, interaksi yang akrabantar siswa dan antara siswa-guru, perananguru yang memberi motivasi, dan penekananpada kegiatan siswa berbicara danmenyimak, serta menulis dan membaca.

b. Metode Gramatika-Terjemahan

Metode gramatika-terjemahanadalah suatu cara atau strategi dalampengajaran bahasa yang menganggap semuabahasa di dunia ini sama strukturnya,sehingga pengajaran struktur dilakukandengan cara menerjemahkan dari strukturbahasa asing ke dalam bahasa asli siswa.Metode gramatika-terjemahan yangditerapkan dalam pengajaran struktur bahasaInggris menekankan dua hal' yaitu telaaheksplisit kaidah struktur dan kosakata, sertapenggunaan terjemahan.

c. Gaya BelajarGaya belajar adalah cara belajar

yang dipengaruhi oleh lingkungan belajar,emosi, pergaulan, dan kemampuan fisik.Gaya belejar dalam penelitian ini dibagi dua,yaitu gaya belajar tinggi dan gaya belajarrendah. Gaya belajar tinggi adalah carabelajar yang dilakukan oleh siswa denganskor gaya belajar di atas skor rata-ratakelompok hasil angket Identifikasi GayaBelajar dengan skala Likert, sementara gayabelajar rendah adalah cara belajar yangdilakukan oleh siswa dengan skor gayabelajar di bawah skor rata-rata kelompokhasil angket yang sama. Dengan gayabelajar tinggi siswa mampu menciptakanstimuli serta memotivasi dirinya sendiriuntuk belajar dengan baik. Sementara itu,siswa dengan gaya belajar rendah kurangmampu menciptakan stimuli bagi dirinyasendiri untuk belajar dengan baik, dan tidakmemiliki motivasi yang tinggi.

d. Prestasi Belajar StrukturBahasa Inggris

Prestasi atau hasil belajar strukturbahasa Inggris adalah nilai yang diperolehmahasiswa yang dapat diketahui melalui tesstruktur bahasa Inggris. Prestasi atau hasil belajar struktur bahasaInggris dalam penelitian ini adalahkemampuan dalam ranah kognitif. Prestasibelajar ini diukur berdasarkan skor yangdiperoleh siswa pada tes struktur bahasaInggris setelah perlakuan penelitiandiberikan.

3.6. Desain PerlakuanPenelitian ini menggunakan desain

eksperimen factorial 2 X 2 Model Tetapyang bagannya seperti di halaman berikut:

Gaya Belajar (B) Metode Pengajaran (A)PK MGT

tinggi X1 X3rendah X2 X4

X1.2. X3.4 Keterangan:PK = Pendekatan KomunikatifMGT = Metode Gramatika-Terjemahan

Serat Acitya – Jurnal IlmiahUNTAG Semarang

133

x1= Rata-rata prestasi belajar kelompoksiswa gaya belajar tinggi yang diajardengan pendekatan komunikatifx2= Rata-rata prestasi belajar kelompoksiswa gaya belajar rendah yang diajardengan pendekatan komunikatifx3= Rata-rata prestasi belajar kelompoksiswa gaya belajar tinggi yang diajar denganmetode gramatika-terjemahanx4 = Rata-rata prestasi belajar kelomoksiswa gaya belajar rendah yang diajardengan metode gramatika-terjemahanx1.2 = Rata-rata prestasi belajar kelompoksiswa yang diajar dengan pendekatankomunikatif secara keseluruhan tinggix2.4 = Rata-rata prestasi belajar kelompoksiswa yang diajar dengan metodegramatika-terjemahan secara keseluruhan

Untuk memperoleh kenyakinanbahwa desain penelitian yang digunakansudah tepat untuk hipotesis-hipotesispenelitian sehingga hasil penelitian dapatdigeneralisasikan terhadap populasipenelitian, perlu dilakukan evaluasi desainpenelitian. Dua criteria yang digunakanuntuk mengevaluasi desain penelitian adalah"validitas internal dan validitas eksternal."

3.7. Validitas InternalUntuk memperoleh validitas internal

desain penelitian, dilakukan pengontrolanvariable-variabel lain sebagai berikut:

a. Pengontrolan Pengaruh WaktuPengaruh waktu terhadap penelitian

ini dikontrol dengan cara melaksanakanpenelitian dalam jangka waktu yang tidaklama (delapan minggu).

b. Pengontrolan Pengaruh Belajar(Kematangan)

Pengaruh belajar (kematangan) darimata kuliah lain dalam penelitian inidikontrol dengan cara memberikanperlakuan dalam jangka waktu yang tidaklama.

c. Pengontrolan Pengaruh InstrumenPengaruh instrument dalam

penelitian ini dikontrol dengan cara tidakmenggati ataupun mengubah instrumentpenelitian yang sudah diujicobakan.

d. Pengontrolan Pengaruh antarKelompok Eksperimen

Pengaruh antarkelompokwksperimen dikontrol dengan cara tidakmemberitahu siswa bahwa mereka sedangditeliti dan perlakuan diberikan terhadapseluruh siswa.

e. Pengontrolan Kehilangan SubjekPenelitian

Hilangnya subjek penelitiandikontrol agar tidak terjadi dengan caramemperketat pengisian daftar hadir.

f. Pengontrolan PengaruhKemunduran Statistik

Pengaruh kemunduran statisticdalam penelitian ini dikontrol dengan caramemperketat administrasi atau pelaksanaaninstrument penelitian.

g. Pengontrolan PengaruhPerbedaan Subjek Penelitian

Pengaruh perbedaan subjekdikontrol dengan cara memilih siswa yangmurni ada pada Semester 2, bukan siswadari semester atas yang mengulang.

3.8. Validitas EksternalUntuk memperoleh validitas

eksternal desain penelitian, dilakukanpengontrolan sebagai berikut:

a. Pengontrolan PopulasiValiditas populasi dikontrol dengan

cara:(1) Sampel diambil sesuai dengan

karakteristik populasi.(2) Sampel untuk kelompok

eksperimen I dan II diambil secara acak.(3) Setiap anggota sample diberi

perlakuan dan hak yang sama selama waktupenelitian.

b. Pengontrolan Lingkungan(Ekologi)

Validitas lingkungan dikontroldengan cara:

(1) Teknik perlakuan tetapmenggunakan system kelas, pengajaranyang berkamampuan sama dengan peneliti(Lulusan S1 Pendidikan Bahasa Inggris),dan jadwal perkuliahan yang ditentukan oleh

Serat Acitya – Jurnal IlmiahUNTAG Semarang

134

Direktur AKABA '17' Semarang, sehinggatidak terjadi pengaruh reaktif akibat prosespenelitian (Howthorne effect).

(2) Suasana kelas dipertahankanseperti biasanya, yaitu tanpa pembentukankelompok-kelompok baru.

(3) Pengajar dipertahankan tetapsama samapi perlakuan penelitian selesaidiberikan.

(4) Tidak memaksakan kehendakterhadap pengajar lain yang terlibat dalampemberian perlakuan penelitian sehinggatidak terjadi pembenaran hipotesis penelitian(Pygmalion effect).

3.9. Metode PerlakuanPenelitian ini menggunakan metode

eksperimen kuasi karena kelompok-kelompok yang diberi perlakuan sudah ada,yaitu kelas, dan pengontrolan tidak dapatdilakukan terhadap seluruh variable yangada.

Delapan kelas paralel yang ada (As.d. H) dibagi secara acak menjadi duakelompok eksperimen, yaitu kelompokeksperimen I dan II, yang masing-masingterdiri dari empat kelas. Masing-masingkelas dalam kelompok eksperimen dibagimenjadi dua sub-kelimpok berdasarkan hasilangket Identifikasi Gaya Belajar (IGB)dengan skala Likert, yaitu sub-kelompokgaya belajar tinggi dan sub-kelompok gayabelajar rendah berdasarkan rata-rata skorgaya belajar tiap-tiap kelas. Sub-kelompokgaya belajar tinggi adalah sub-kelompok diatas rata-rata skor gaya belajar tiap-tiapkelas, sementara sub-kelompok gaya belajarrendah di bawah rata-rata skor gaya belajartiap-tiap kelas.

Sampel penelitian diperoleh dengancara mengambil anggota-anggota samplesecara acak dan proporsional dari tiap-tiapkelas yang kemudian mengisi sub-subkelompok eksperimen I dan II.

Perlakuan yang berbeda diberikanterhadap masing-masing kelompokeksperimen. Kelompok eksperimen I diberiperlakuan dengan pendekatan komunikatifdalam proses belajar mengajar strukturbahasa Inggris, sementara kelompokeksperimen II diberi perlakuan dengan

metode gramatika-terjemahan dalam prosesyang sama.

3.10. Teknik Pengambilan SampelPopulasi penelitian ini adalah

seluruh mahasiswa Semester 2 JurusanBahasa Inggris AKABA '17' SemarangTahun Akademik 1995/1996, yangmengambil MK "Structure" 2. Besarpopulasi sekitar 320 orang, sementara besarsampel ditentukan 80 orang (sekitar 25 %dari populasi).

Seluruh mahasiswa sebagai populasitersebut diatas, ada dalam kelas parallel,yaitu kelas-kelas A s.d. H. Pembagianmahasiswa ke dalam kelas-kelas tersebutdidasarkan pada tingkat kemampuanmahasiswa dari hasil tes masuk lembagatersebut. Kelas-kelas yang terbentuk bersifathiterogen, artinya ada kelas-kelas yangmemiliki mahasiswa yang kemampuannyatinggi, dan ada juga kelas-kelas yangmemiliki mahasiswa yang kemampuannyarendah. Dengan demikian, terjadi tingkatan-tingkatan atau strata dalam populasi yangtidak boleh diabaikan sehingga pengambilansampel tidak dapat langsung dilakukansecara acak.

Dengan pertimbangan di atas,pengambilan sampel dalam penelitiandengan teknik "proporsional randomsampling". Sampel ditentukan sebesar 80orang dan pengambilannya dilakukanmelalui tahap-tahap:

1. Delapan kelas tersebut (kelas As.d. H) dibagi secara acak menjadi dua, yaitukelompok eksperimen I dan II, yang masing-masing terdiri dari empat kelas. Untukkelompok eksperimen I diperoleh kelas A,B, E, dan F, sementara untuk kelompokeksperimen II diperoleh kelas C, D, G, danH.

2. Tiap-tiap kelas yang ada dalammasing-masing kelompok eksperimen dibagimenjadi dua sub-kelompok berdasarkanhasil angket IGB, yaitu sub-kelompok gayabelajar tinggi dan sub-kelompok gayabelajar rendah. Sub-kelompok gaya belajartinggi adalah sub-kelompok si atas rata-rataskor gaya belajar tiap-tiap kelas, sementara

Serat Acitya – Jurnal IlmiahUNTAG Semarang

135

sub-kelompok gaya belajar rendah di bawahrata-rata skor gaya belajar tiap-tiap kelas.

3. Dari tiap-tiap kelas dalammasing-masing kelompok eksperimendiambil secara acak dan proporsional limaanggota sampel dari sub-kelompok gayabelajar tinggi maupun sub-kelompok gayabelajar rendah.

4. Lima anggota sampel yangdiambil secara acak dan proporsional darisub-kelompok gaya belajar tinggi dan sub-kelompok gaya belajar rendah dalam tiap-tiap kelas digabungkan dan menghasilkan 20anggota sampel, masing-masing untuk sub-kelompok gaya belajar tinggi dan sub-kelompok gaya belajar rendah padakelompok eksperimen I maupun kelompokeksperimen II.

5. Anggota-anggota sampeldigabungkan sehingga diperoleh 40 anggotasampel untuk kelompok eksperimen I dan 40anggota sampel untuk kelompok eksperimenII.

6. Besar sampel penelitian akhirnyadapat diketahui, yaitu 80 orang.

Rata-rata skor gaya belajar tiap-tiapkelas dan masing-masing lima anggotasampel dipilih secara acak dari sub-kelompok gaya belajar tinggi dan sub-kelompok gaya belajar rendah untukkelompok eksperimen I dan kelompokeksperimen II. Besarnya sub-sub sampeldapat dilihat dalam desain penelitian dibawah ini:

Gaya Belajar (B) Metode Pengajaran (A)PK MGT

tinggi 20 20rendah 20 20

Keterangan :PK = Pendekatan KomunikatifMGT = Metode Gramatika-Terjemahan

4. PERLAKUAN KASUS4.1.Pelaksanaan Perlakuan

Perlakuan dalam penelitian inidiberikan pada subjek penelitian dalameksperimen I dan eksperimen II secara samadan berbeda.

(1) Persamaan PerlakuanPerlakuan yang sama terhadap

subjek penelitian dalam kelompokeksperimen I dan eksperimen II meliputi :

a. Perlakuan mengacu ke TujuanInstruksianal Umum yang sama.

b. Perlakuan diberikan berdasarkanmeteri pelajaran yang sama, yaitu materiyang ada dalam GBPP Mata Kuliah"Structure" 2.

c. Perlakuan dalam proses belajarmengajar diberikan di tempat yang sama,yaitu dalam kelas-kelas, dan waktu yangsama, yaitu pagi hari.

d. Perlakuan diberikan dalam kelas-kelas yang fasilitasnya sama.

e. Perlakuan diberikan oleh pengajaryang kemampuannya sama, yaitu lulusan S1Pendidikan Bahasa Inggris.

(2) Perbedaan PerlakuanPerlakuan yang berbeda diberikan

kepada kelompok eksperimen I dankelompok eksperimen II, yaitu :

a. Pendekatan KomunikatifKelompok eksperimen I diberi

perlakuan dengan pendekatan komunikatifdalam proses belajar mengajar strukturbahasa Inggris. Struktur diajarkan melaluifungsi komunikatif dengan menerapkanprinsip-prinsip: kebermaknaan, adanyakegiatan komunikatif, adanya interaksi yangakrab, peranan guru yang memberi motivasi,dan penekanan pada kegiatan siswaberbicara dan menyimak, juga menulis danmembaca. Perlakuan diberikan melaluikegiatan (teknik) : "warm-up activity","look-up and say", dan "optionel follow-upactivity", serta pengaturan kegiatan belajarsiswa secara berpasangan (pair work),berkelompok (group work), atau kegiatanseluruh kelas (class activity). Pengajaranmenggunakan percakapan model untukmenyertai teknik "look-up and say" di atas.

b. Metode Gramatika-TerjemahanKelompok eksperimen II diberi

perlakuan metode gramatika-terjemahandalam proses belajar mengajar struktur

Serat Acitya – Jurnal IlmiahUNTAG Semarang

136

bahasa Inggris. Struktur diajarkan denganmenerapkan prinsip-prinsip pengajarandeduktif (kaidah diikuti contoh-contoh),adanya kegiatan penerjemahan, guru sebagaiotoritas kelas, dan penekanan pada kegiatanmembaca dan menulis. Perlakuan diberikanmelalui kegiatan (teknik): "deductiveapplication of rule", "translation","memorization", dan "use words insentences".

4.2.Instrumen PenelitianPenelitian ini menggunakan dua

buah instrument, yaitu Angket IGB dan TesStruktur Bahasa Inggris.

(1) Angket IGBAngket Identifikasi Gaya Belajar

(IGB) ini berisi pernyataan-pernyataan yangmelibatkan 18 elemen dasar gaya belajarsiswa yang ada dalam desain gaya belajaroleh Rita dan Kenneth Dunn. Teknik angketyang dipakai adalah "rating scale" atau skalabertingkat (skala Likert), yaitu suatukesatuan sebagai penanda unit-unit yangbersifat angka yang dapat diterapkan padasuatu objek atau pernyataan yangdimaksudkan untuk mengukur kelayakanatau kecenderungan tertentu, sikap,keyakinan, pandangan atau nilai-nilai yangbersifat kualitatif, seperti yang disampaikanoleh Tuckman dalam Nurgiyantoro.

Skala Likert mengukur perbedaan-perbedaan sikap atau pandangan yangbersifat bertingkat dengan maksud untukdikuantitaskan. Angka-angka dalam skalatersebut disusun secara bertingkat, dari yangpaling besar berturut-turut ke yang kecil,atau sebaliknya, memiliki jarak yang sama,dan kenyakinan tertentu, seperti berikut ini :

1 2 34 5 .----------------.----------------.----------------.---------------. sangat tidak agaksetuju sangat tidak setuju setuju setujusetuju (STS) (TS) (AS)(S) (SS)

Angket IGB dengan skala Likertdalam penelitian ini terdiri dari 18 butirangket yang berisi pernyataan-pernyataanyang melibatkan 18 butir elemen dasar gayabelajar siswa. Pernyataan-pernyataan positifdalam angket diberi skor secara berturut-turut 1 (STS), 2 (TS), 3 (AS), 4 (S), 5 (SS),sementara pernyataan-pernyataan negative(ditandai dengan kata tidak) diberi skorsecara berturut-turut 5 (STS), 4 (TS), 3 (AS), 2 (S), 1 (SS). Skor jawaban angketberkisar antara 18 s.d. 80. Berdasarkan hasilangket, gaya belajar dalam penelitian inidibagi dua, yaitu gaya belajar tinggi dangaya belajar rendah. Gaya belajar tinggiadalah skor gaya belajar siswa yang beradadi atas skor rata-rata kelompok, sementaragaya belajar rendah adalah skor gaya belajarsiswa yang berada di bawah skor rata-ratakelompok hasil angket IGB dengan skalaLikert.

Setelah angket diujicobakan,dilakukan perhitungan kesahihan butir-butirangket dengan cara mengkorelasikan skormasing-masing butir angket dengan skortotal.

Dari hasil perhitungan kasahihanterhadap 18 butir angket, ampat butir angketmemiliki kesahihan yang tinggi (koefisienkorelasinya antara 0,600 s.d. 0,800), 10 butirangket memiliki kesahihan yang cukup(koefisien korelasinya antara 0,400 s.d.0,600), dan empet butir angket memilikikesahihan yang rendah (koefisienkorelasinya antara 0,200 s.d. 0,400).

Semua butir angket (18 butir)dipakai dalam penelitian dengan terlebihdahulu dilakukan perbaikan (revisi) terhadapempat butir angket yang memiliki kesahihanrendah (butir-butir angket nomor 1, 2, 3, dan16).

(2) Tes Struktur Bahasa InggrisTes dalam penelitian ini adalah tes

struktur bahasa Inggris yang dipakai untukmengukur perubahan tingkah laku ataukemajuan yang dicapai oleh siswa setelahperlakuan dalam proses belajar mengajarstruktur bahasa Inggris selesai diberikan.Jenis butir tes yang dipakai adalah butir tes

Serat Acitya – Jurnal IlmiahUNTAG Semarang

137

objektif yang berbentuk pilihan gandadengan empat pilihan jawaban (a, b, c, d).

Butir tes objektif ini dipilih karenamemungkinkan "diambilnya bahan tessecara lebih menyeluruh, adanya hanya satujawaban yang benar, mudah dikoreksi secaracepat, dan hasilnya dapat dipercaya". Disamping itu, "… pemberian nilai pada butirtes objektif dapat dilakukan dengan cepat,mudah, dan konsisten".

Tes struktur ini dipakai untukmengukur aspek kognitif, danpenyusunannya mencakup keenam tingkatankognitif: ingatan (C1), pemahaman (C2),penerapan (C3), analisis (C4), sintesis (C5),dan evaluasi (C6). Bobot yang lebih besardalam penyusunan tes struktur ini diberikanpada tingkatan kognitif yang lebih tinggikarena tes ditujukan untuk siswa tingkatperguruan tinggi (AKABA '17' Semarang).Untuk tes struktur dalam penelitian ini, butirsoal yang dijawab benar diberi skor 1 danyang dijawab salah diberi skor 0.

Tes struktur bahasa Inggris yangterdiri dari 100 butir soal dalam penelitianini diujicobakan terlebih dahulu untuk dapatdiketahui validitas, daya pembeda, tingkatkesukaran, dan reliabilitasnya. Validitasbutir soal diketahui dengan caramengkorelasikan skor tiap butir soal denganskor total. Daya pembeda dan tingkatkesukaran diketahui dengan caramenganalisis butir soal yang sudahdiujicobakan berdasarkan kelompok atas danbawah. Reliabilitas tes diuji dengan metodebelah dua (teknik Spearman-Brown).

Dari 100 butir soal tes struktur yangdiujicobakan, diambil 80 butir soal tesdengan pertimbangan kesahihan, tingkatkesulitan, dan daya pembedanya. Hasilpenghitungan reabilitas tes menunjukkanbahwa tes layak dipakai dalam penelitiankarena memiliki tingkat reabilitas yangsangat tinggi, yaitu r = 0,967.

4.3.Teknik Analisis DataAnalisis data yang dilakukan dalam

penelitian ini digunakan untuk mengetahuiada atau tidaknya pengaruh pendekatanpengajaran dan gaya belajar terhadapprestasi belajar struktur bahasa Inggris

siswa. Data yang akan dianalisis adalah skorrata-rata hasil tes masing-masing kelompokeksperimen dengan menggunakan analisisvariansi (ANAVA) Dua Arah (HipotesisPertama dan Keempat) dan ANAVA SatuArah (Hipotesis Kedua dan Ketiga). Avanamenggunakan Uji F untuk mengujisignifikansi pengujian satu variable ataukombinasi dua variable bebas terhadapvariable terikat.

Namun sebelum data dianalisis,terlebih dahulu dilakukan pengujianpersyaratan analisis, yaitu pengujiannormalitas dan homogenitas terhadapkeempat sub-kelompok sampel. Normalitasdata diketahui dengan Uji Lilliefors, danhomogenitas data dengan Uji Bartlett.

4.4.Kerangka Berpikir DalamKasus

(1) Perbedaan Pengaruh PendekatanKomunikatif dan Metode Gramatika-Terjemahan terhadap Prestasi BelajarStruktur Bahasa Inggria secara Keseluruhan

Pengajaran bahasa asing memangtidak mudah. Pengajaran bahasa asing yangbaik dan mungkin berhasil adalahpengajaran yang menggunakan pendekatanatau metode tertentu untuk mencapai tujuanproses belajar mengajar. Pengajaran yangbaik juga tidak hanya proses penyampaianinformasi, tapi yang juga lebih pentingadalah bagaimana membuat siswa maubelajar lebih efektif secara mendiri, dengankata lain memotivasi dirinya sendiri dalambelajar.

Pengajaran yang menekankankebermaknaan, pengajaran struktur melaluifungsi komunikatif, adanya kegiatankomunikatif dan interaksi yang akrab, sertaperanan guru yang memberi motivasi adalahprinsip-prinsip pendekatan komunikatifyang diterapkan dalam pengajaran.Pengajaran dengan pendekatan komunikatifjuga menekankan kegiatan siswa berbicaradan menyimak, hal-hal yang memangterajadi dalam kegiatan berkomunikasisesungguhnya. Dengan demikian,pengajaran dengan pendekatan komunikatifdiharapkan lebih berhasil karena mampumenghubungkan pelajaran yang siswa

Serat Acitya – Jurnal IlmiahUNTAG Semarang

138

terima di dalam kelas dengan kehidupansehari-hari sesuai dengan konteks dan situasisehingga siswa merasa sanang dalam prosesbelajar-mengajar dan motivasi belajarnyadapat meningkat.

Hal ini berbeda dengan metodegramatika-terjemahan. Pengajaran denganmetode ini memberi siswa kemampuanmenghafal kaidah-kaidah gramatikal secaraverbal melalui kegiatan penerjemahan tanpamampu menerapkannya lebih lanjut dalamberkomunikasi. Tidak adanya penekananpada kebermaknaan, hubungan yang hanyasepihak (guru ke siswa), serta penekananpada kegiatan membaca dan menulis dalamproses belajar mengajar juga kurangmemberi motivasi belajar pada siswa.Pengajaran dengan metode gramatika-terjemahan cenderung monoton, sementarapengajaran dengan pendekatan komunikatiflebih bervariasi. Pengajaran yang bervariasidapat meningkatkan motivasi belajar yangakhirnya mempengaruhi prestasi belajar.

Dari uraian tersebut di atas,penerapan pendekatan komunikatif dalampengajaran struktur bahasa Inggris didugadapat memberikan prestasi belajar yanglebih tinggi bagi siswa daripada pengajaranyang menerapkan metode gramatika-terjemahan.

(2) Perbedaan Pengaruh PendekatanKomunikatif dan Metode Gramatika-Terjemahan terhadap Prestasi BelajarStruktur Bahasa Inggris untuk Siswa denganGaya Belajar Tinggi

Dari indikator-indikator gaya belajarterlihat bahwa siswa dengan gaya belajartinggi mampu menciptakan stimuli sertamemotivasi dirinya sendiri untuk dapatbelajar dengan baik. Dari factor lingkunganbelajar dan factor fisik, stimuli diciptakanuntuk mempertinggi minat dalam belajar,sementara dari factor emosi dan pergaulan,siswa memiliki motivasi belajar yang tinggidan secara fleksibel mampu berinteraksidengan siapa saja maupun belajar secaramandiri demi kemaslahatan dirinya dalamproses belajar.

Pengajaran dengan pendekatankomunikatif yang bermakna, bervariasi danguru yang bersifat terbuka dan memberi

motivasi diharapkan sesuai untuk siswadengan gaya belajar tinggi. Siswa dengangaya belajar ini diduka tidak cocok terhadappengajaran dengan metode gramatika-terjemahan, karena pengajaran bersifatmonoton dan peranan guru yang otoritertidak menciptakan interaksi yang akrab.Dengan demikian, prestasi belajar strukturbahasa Inggris siswa dengan gaya belajartinggi yang diajar dengan pendekatankomunikatif diduga akan lebih baik daripadametode gramatika-terjemahan.

(3) Perbedaan Pengaruh PendekatanKomunikatif dan Metode Gramatika-Terjemahan terhadap Prestasi BelajarStruktur Bahasa Inggris untuk Siswa denganGaya Belajar Rendah

Dari indicator-indikator gaya belajarterlihat bahwa siswa dengan gaya belajarrendah kurang mampu menciptakan stimuliserta memotivasi dirinya sendiri untuk dapatbelajar dengan baik. Dari factor lingkunganbelajar dan factor fisik, siswa tidakmenggunakan cara-cara tertentu untuk dapatmempertinggi minat dalam belajar,sementara dari factor emosi dan pergaulan,siswa tidak memiliki motivasi belajar yangtinggi dan kurang mampu berinteraksidengan siapa saja secara fleksibel. Dengandemikian, cara-cara belajar siswa bersifattidak pasti dan motivasi belajar kurangtinggi sehingga tidak mampu untuk belajarsecara mandiri.

Pengajaran dengan metodegramatika-terjemahan diharapkan lebihsesuai untuk siswa dengan gaya belajar ini.Peranan guru yang bersifat otoriter danpengajaran yang monoton diduga mampumemberi arah dan pegangan bagi siswadengan gaya belajar rendah sehinggamempertinggi prestasi belajarnya. Dengandemikian, siswa dengan gaya belajar rendahdiduga lebih cocok dengan pengajaranmetode gramatika-terjemahan daripadadengan pendekatan komunikatif, sehinggaprestasi belajarnya juga diduga lebih tinggi.

(4) Interaksi Metode Pengajarandengan Gaya Belajar terhadap PrestasiBelajar Struktur Bahasa Inggris

Interaksi adalah gejala yangberbeda dari perlakuan-perlakuan utama

Serat Acitya – Jurnal IlmiahUNTAG Semarang

139

yang diintervensi oleh variable lain. Dalamhal ini, metode pengajaran adalah perlakuanutamanya sementara variable intervensiyang digunakan adalah gaya belajar siswa.

Dari uraian tersebut di atas,perlakuan atau pengajaran denganpendekatan komunikatif untuk siswa dengangaya belajar tinggi diduga dapatmemberikan prestasi balajar yang lebih baikdaripada metode gramatika-terjemahan,sementara untuk siswa dengan gaya belajarrendah yang diajar dengan metodegramatika-terjemahan diduga memperolehprestasi belajar yang lebih baik daripadapendekatan komunikatif. Dengan demikian,diduga terdapat interaksi metode pengajaran(pendekatan komunikatif/metode gramatika-terjemahan) dengan gaya belajar(tinggi/rendah).

4.5. Hipotesis Perlakuan KasusSetelah melihat kerangka berfikir

tersebut di atas, dalam bagian ini akandiajukan beberapa hipotesis penelitiansebagai sarana berpijak untuk menganalisisdata dan menarik kesimpulan darieksperimen yang dilaksanakan, seperti dibawah ini:

1) Secara keseluruhan, prestasibelajar struktur bahasa Inggris siswa yangdiajar dengan pendekatan komunikatif lebihtinggi daripada metode gramatika-terjemahan

2) Untuk gaya belajar tinggi,prestasi belajar struktur bahasa Inggris siswayang diajar dengan pendekatan komunikatiflebih tinggi daripada metode gramatika-terjemahan

3) Untuk gaya belajar rendah,prestasi belajar struktur bahasa Inggris siswayang diajar dengan pendekatan komunikatiflebih rendah daripada metode gramatika-terjemahan

4) Terdapat interaksi metodepengajaran dengan gaya belajar terhadapprestasi belajar struktur bahasa Inggris

4.6.Rumusan Hipotesis Statistikdari Hipotesis PerlakuanKasus

Untuk memberi arah dalam analisisdata, rumusan hipotesis statistik dariHipotesis penelitian ini dinyatakan sebagaiberikut:

1) Hipotesis Pertama : H0 : PK = MGT H1 : PK > MGT

2) Hipotesis Kedua : H0 : GBT x PK = GBT x MGT H1 : GBT x PK > GBT x MGT

3) Hipotesis Ketiga : H0 : GBR x PK = GBR x MGT H1 : GBR x PK < GBR x MGT

4) Hipotesis Keempat : H0 : MP x GB = 0 H1 : MP x GB = 0

Keterangan : PK = Rata-rata skorkelompok yang diajar dengan pendekatankomunikatif secara keseluruhan MGT = Rata-rata skorkelompok yang diajar dengan metodegramatika-terjemahan secara keseluruhan GBT x PK = Rata-rata skorkelompok gaya belajar tinggi yang diajardengan pendekatan komunikatif GBT x MGT = Rata-rata skorkelompok gaya belajar tinggi yang diajardengan metode gramatika-terjemahan GBR x PK = Rata-rata skorkelompok gaya belajar rendah yang diajardengan pendekatan komunikatif GBR x MGT = Rata-rata skorkelompok gaya belajar rendah yang diajardengan metode gramatika-terjemahan MP x GB = Rata-rata skorkelompok yang diperoleh dari interaksimetode pengajaran dengan gaya belajar .

Serat Acitya – Jurnal IlmiahUNTAG Semarang

140

5. AKSIOLOGI KASUS5.1. PRA-AKSIOLOGI KASUS

1.1. Deskripsi DataDari hasil perlakuan dalam

penelitian ini, diperoleh data berupa skor tesanggota-anggota sampel dari masing-masingkelas dalam kelompok eksperimen I dan IIsebagai berikut:

(1) Prestasi Belajar Struktur Bahasa Inggrisdengan Pendekatan Komunikatif secaraKeseluruhan

Untuk prestasi belajar strukturbahasa Inggris kelompok mahasiswa yangdiajar dengan pendekatan komunikatif, hasilanalisis menunjukkan data sebagai berikut:skor tertinggi yang diperoleh mahasiswaadalah 77 dan skor terendah 43 dari skormeksimum 80, sedangkan skor rata-rataadalah 61,88 dan simpangan baku 9,10.

(2) Prestasi Belajar Struktur Bahasa Inggrisdengan Metode Gramatika-Terjemahansecara Keseluruhan

Untuk prestasi belajar strukturbahasa Inggris kelompok mahasiswa yangbelajar dengan metode gramatika-terjemahan, hasil analisis menunjukkan datasebagai berikut: skor tertinggi yangdiperoleh mahasiswa adalah 72 dan skorterendah 39 dari skor maksimum 80,sedangkan skor rata-rata adalah 56,92 dansimpangan baku 8,93.

Untuk lebih jelasnya, data keduakelompok di atas dapat dilihat dalam Tabel1 berikut ini:

Tabel 1: Skor Rata-rata dan SimpanganBaku Prestasi Belajardengan Pendekatan Komunikatif danMetode Gramatika-Terjemahansecara Keseluruhan

(3) Prestasi Belajar Struktur Bahasa Inggrisdengan Pendekatan Komunikatif untuk GayaBelajar Tinggi

Untuk prestasi belajar strukturbahasa Inggris kelompok mahasiswa gayabelajar tinggi yang diajar dengan pendekatankomunikatif, hasil analisis menunjukkandata sebagai berikut: skor tertinggi yangdiperoleh mahasiswa adalah 73 dan skorterendah 43 dari skor maksimum 80,sedangkan skor rata-rata adalah 63,05 dansimpangan baku 9,51.

(4) Prestasi Belajar Struktur Bahasa Inggrisdengan Metode Gramatika-Terjemahanuntuk Gaya Belajar Tinggi

Untuk prestasi belajar strukturbahasa Inggris kelompok mahasiswa gayabelajar tinggi yang diajar dengan metodegramatika-terjemahan, hasil analisismenunjukkan data sebagai berikut: skortertinggi yang diperoleh mahasiswa adalah70 dan skor terendah 39 dari skormaksimum 80, sedangkan skor rata-rataadalah 55,25 dan simpangan baku 9,19.

Untuk lebih jelasnya, data keduakelompok di atas dapat dilihat dalam Tabel2 berikut ini:

Tabel 2: Skor Rata-rata dan SimpanganBaku Prestasi Belajar denganPendekatan Komunikatif dan MetodeGramatika-Terjemahan untukGaya Belajar Tinggi

(5) Prestasi Belajar Struktur Bahasa Inggrisdengan Pendekatan Komunikatif untuk GayaBelajar Rendah

Untuk prestasi belajar strukturbahasa Inggris kelompok mahasiswa gayabelajar rendah yang diajar denganpendekatan komunikatif, hasil analisismenunjukkan data sebagai berikut: skortertinggi yang diperoleh mahasiswa adalah77 dan skor terendah 48 dari skormaksimum 80, sedangkan skor rata-rataadalah 60,70 dan simpangan baku 8,75.

MetodePengajaran

N Rata-Rata

SimpanganBaku

PKMGT

4040

61,8856,92

9,108,93

MP danGB Tinggi

N Rata-Rata

SimpanganBaku

PK+GBTinggiMGT+GBTinggi

2020

63,0555,25

9,519,19

Serat Acitya – Jurnal IlmiahUNTAG Semarang

141

(6) Prestasi Belajar Struktur Bahasa Inggrisdengan Metode Gramatika-Terjemahanuntuk Gaya Belajar Rendah

Untuk prestasi belajar strukturbahasa Inggris kelompok mahasiswa dengangaya belajar rendah yang diajar denganmetode gramatika-terjemahan, hasil analisismenunjukkan data sebagai berikut: skortertinggi yang diperoleh mahasiswa adalah72 dan skor terendah 46 dari skormaksimum 80, sedangkan skor rata-rataadalah 58,60 dan simpangan baku 8,56.

Untuk lebih jelasnya, data keduakelompok di atas dapat dilihat dalam Tabel3 berikut ini:

Tabel 3: Skor Rata-rata dan SimpanganBaku Prestasi Belajar denganPendekatan Komunikatif dan MetodeGramatika-Terjemahan untukGaya Belajar Rendah

MP danGBRendah

N Rata-Rata

SimpanganBaku

PK+GBRendahMGT+GBRendah

2020

60,7058,60

8,758,56

(7) Prestasi Belajar Struktur Bahasa Inggrisyang Diperoleh dari Interaksi MetodePengajaran dengan Gaya Belajar

Dari interaksi metode pengajarandengan gaya belajar mahasiswa diperolehempat jenis data prestasi belajar strukturbahasa Inggris dari kombinasi berikut:

a. metode komunikatif terhadap kelompokmahasiswa dengan gaya belajar tinggi

Skor tertinggi dari data yangdiperoleh kelompok eksperimen ini adalah73 dan skor terendah 43, sedangkan skorrata-rata adalah 63,05 dan simpangan baku9,51.

b. metode komunikatif terhadap kelompokmahasiswa dengan gaya belajar rendah

Skor tertinggi dari data yangdiperoleh kelompok eksperimen ini adalah77 dan skor terendah 48, sedangkan skor

rata-rata adalah 60,70 dan simpangan baku8,75.

c. metode gramatika-terjemahan terhadapkelompok mahasiswa dengan gaya belajartinggi

Skor tertinggi dari data yangdiperoleh kelompok eksperimen ini adalah70 dan skor terendah 39, sedangkan skorrata-rata adalah 55,25 dan simpangan baku9,19.

d. metode gramatika-terjemahan terhadapkelompok mahasiswa dengan gaya belajarrendah

Skor tertinggi dari data yangdiperoleh kelompok eksperimen ini adalah72 dan skor terendah 46, sedangkan skorrata-rata adalah 58,60 dan simpangan baku8,56.

Prestasi belajar struktur bahasaInggris hasil interaksi untuk keempatkelompok eksperimen lebih jelasnya dapatdilihat pada Tabel 3 di halaman berikut:

Tabel 4: Skor Rata-Rata dan SimpanganBaku yang Diperoleh dari HasilInteraksi Metode Pengajaran dengan GayaBelajar

Keterangan:PK + GB tinggi : pendekatan

komunikatif terhadap kelompok mahasiswadengangaya belajar tinggi

PK + GB rendah : pendekatankomunikatif terhadap kelompok mahasiswadengangaya belajar rendah

MGT + GB tinggi : metodegramatika-terjemahan terhadap kelompokmahasiswa dengan gaya belajar tinggi

MP danGBRendah

N Rata-Rata

SimpanganBaku

PK+GBTinggiPK+GBRendahMGT+GBTinggiMGT+GBRendah

20202020

63,0560,7055,2558,60

9,518,759,198,56

Serat Acitya – Jurnal IlmiahUNTAG Semarang

142

MGT + GB rendah : metodegramatika-terjemahan terhadap kelompokmahasiswa dengan gaya belajar rendah

5.2. Pengujian Persyaratan Analisis(1) Uji Normalitas

Untuk mengetahui sampel yangdigunakan berasal dari populasi yangberdistribusi normal, dilakukan ujinormalitas dengan menggunakan ujiLilliefors. Pengujian dilakukan terhadapempat kelompok sampel, yaitu :a) kelompok sampel GB tinggi diajar denganpendekatan komunikatif, b) kelompoksampel GB rendah diajar dengan pendekatankomunikatif, c) kelompok sampel GB tinggidiajar dengan metode gramatika-terjemahan,dan d) kelompok GB rendah diajar denganmetode gramatika-terjemahan.

Berdasarkan penghitungan sepertiterlihat pada Lampiran 31 halaman 232,untuk kelompok sampel GB tinggi diajardengan pendekatan komunikatif diperolehLobs = 0,1293, untuk kelompok sampel GBrendah diajar dengan pendekatankomunikatif diperoleh Lobs = 0,0879, untukkelompok sampel GB tinggti diajar denganmetode gramatika-terjemahan diperolehLobs = 0,0254, dan untuk kelompok sampelGB rendah diajar dengan metode gramatika-terjemahan diperoleh Lobs = 0,1051. HargaLtab untuk keempat kelompok sampeltersebut, masing-masing dengan n = 20 dantaraf signifikansi = 0,05 adalah 0,190.Di sini tampak bahwa harga Lobs darikeempat kelompok sampel lebih kecildaripada Ltab (Labs 0,1293; Lobs 0,0879;Lobs 0,0254; Lobs 0,1051 < Ltab 0,190). Iniberarti hipotesis nol gagal ditolak, dandengan demikian dapat disimpulkan bahwasampel berasal dari populasi yangberdistribusi n o r m a l.

(2) Uji HomogenitasPengujian homogenitas dilakukan

untuk mengetahui variansi populasi bersifathomogen atau tidak. Penghitungan yangdilakukan dengan menggunakan uji Bartlettseperti terlihat pada Lampiran 32 halaman236 menghasilkan 2 hit = 0,2669,sedangkan untuk 2 tab pada taraf

signifikansi = 0,05 dan dk = 3 diperolehharga 7,81. Perbandingan harga yangdiperoleh menunjukkan bahwa 2 hit < 2tab, yaitu 0,2669 < 7,81, sehingga hipotesisnol gagal ditolak yang berarti bahwavariansi populasi bersifat h o m o g e n.

Berdasarkan hasil pengujiannormalitas dan homogenitas dapatdinyatakan bahwa persyaratan untukmelakukan analisis varians telah dipenuhi.

1.3. Pengujian HipotesisDalam penelitian ini, ada tiga

macam hipotesis yang akan diuji, yaitu:1) hipotesis yang berhubungan denganpengaruh utama metode pengajaran yangdigunakan;2) hipotesis yang berhubungan denganpengaruh metode pengajaran dan gayabelajar tinggi mahasiswa;3) hipotesis yang berhubungan denganpengaruh metode pengajaran dan gayabelajar rendah mahasiswa; dan4) hipotesis yang berhubungan denganinteraksi antara metode pengajaran dan gayabelajar mahasiswa.

5.2. AKSIOLOGI KASUS1.1. Pengaruh dalam Kasus(1) Perbedaan Pengaruh antara Pendekatankomunikatif dan Metode Gramatika-Terjemahan secara Keseluruhan

Data yang diperoleh dari tes strukturbahasa Inggris mengungkapkan bahwa skorrata-rata untuk kelompok mahasiswa yangdiajar dengan pendekatan komunikatifadalah 61,88 dengan simpangan baku 9,10.Untuk kelompok mahasiswa yang diajardengan metode gramatika-terjemahan, skorrata-rata yang dioeroleh adalah 56,92dengan simpangan baku 8,93.

Secara keseluruhan, rangkumanhasil analisis varians dua arah dapat dilihatpada Tabel 5 di bawah ini:Tabel 5: Rangkuman Hasil Analisis Variansuntuk Pengujian Hipotesis Pertamadan Keempat

Serat Acitya – Jurnal IlmiahUNTAG Semarang

143

BentukKombinasi

dk JK RJK Fo Ft Ket

MPGBInteraksiKekeliruan

11176

490,065162,446171,7

490,065162,4481,21

6,030,062,00-

3,973,973,93-

ststs-

Total 79 6829,2 738,71 - - -

Keterangan:s = signifikants = taksignifikanMP = metode pengajaranGB = gaya belajardk = derajat kebebasanJK = jumlah kuadratRJK = rata-rata jumlah kuadrat

Hasil analisis varians untuk keduametode pengajaran menunjukkan harga Fhit= 6,03 > Ftab = 3,97 pada taraf signifikansi= 0,05. Dengan demikian HO ditolak yangberarti secara keseluruhan pendekatankomunikatif (x = 61,88; s = 9,10) lebih baiksecara signifikan daripada metodegramatika-terjemahan (x = 56, 92; s = 8,93).Pendekatan komunikatif terbuktimemberikan pengaruh yang lebih baikterhadap prestasi belajar struktur yang lebihbaik terhadap prestasi belajar strukturbahasa Inggris mahasiswa daripada metodegramatika-terjemahan. Dengan kata lain,prestasi belajar struktur bahasa Inggriskelompok mahasiswa yang diajar denganpendekatan komunikatif lebih baik daripadayang diajar dengan metode gramatikaterjemahan.

(2) Perbedaan Pengaruh antara PendekatanKomunikatif dan Metode Gramatika-Terjemahan untuk Gaya Belajar Tinggi

Data yang diperoleh dari tes strukturbahasa Inggris mengungkapkan bahwa skorrata-rata untuk kelompok mahasiswa gayabelajar tinggi yang diajar dengan pendekatankomunikatif adalah 63,05 dengan simpanganbaku 9,51. Untuk kelompok mahasiswa gayabelajar tinggi yang diajar dengan metodegramatika-terjemahan, skor rata-rata yangdiperoleh adalah 55,25 dengan simpanganbaku 9,19.

Rangkuman hasil analisis varianssatu arah dapat dilihat pada Tabel 6 dibawah ini:

Tabel 6: Rangkuman Hasil Analisis Variansuntuk Pengujian Hipotesis Kedua

SumberVariasi

dk JK RJK Fo Ft

Rata-RataAntarKelompDalamKelomp

1138

139948,9608,43324,7

139948,9608,487,49

6,95ó 4,10

Total 40 143882 738,71 - -

Keterangan : ósignifikan dalam = 0,05MP = metode pengajaranGB = gaya belajardk = derajat kebebasanJK = jumlah kuadratRJK = rata-rata jumlah kuadrat

Hasil analisis varians untuk keduametode pengajaran menunjukkan harga Fhit= 6,95 > Ftab = 4,10 pada taraf signifikansi= 0,05. Dengan demikian HO ditolak yangberarti untuk gaya belajar tinggi, pendekatankomunikatif (x = 63,05; s = 9,51) lebih baiksecara signifikan daripada metodegramatika-terjemahan (x = 55,25; s = 9,19).Pendekatan komunikatif terbuktimemberikan pengaruh yang lebih baikterhadap prestasi belajar struktur bahasaInggris mahasiswa gaya belajar tinggidaripada metode gramatika-terjemahan.Dengan kata lain, prestasi belajar strukturbahasa Inggris kelompok mahasiswa gayabelajar tinggi yang diajar dengan pendekatankomunikatif lebih baik daripada yang diajardengan metode gramatika-terjemahan.

(3) Perbedaan Pengaruh antara PendekatanKomunikatif dan Metode Gramatika-Terjemahan untuk Gaya Belajar Rendah

Data yang diperoleh dari tes strukturbahasa Inggris mengungkapkan bahwa skorrata-rata untuk kelompok mahasiswa gayabelajarrendah yang diajar denganpendekatan komunikatif adalah 60,70dengan simpangan baku 8,75. Untukkelompok mahasiswa gaya belajar rendah

Serat Acitya – Jurnal IlmiahUNTAG Semarang

144

yang diajar dengan metode gramatika-terjemahan, skor rata-rata yang diperolehadalah 58,60 dengan simpangan baku 8,56.

Rangkuman hasil analisis varianssatu arah dapat dilihat pada Tabel 7 dibawah ini:

Tabel 7: Rangkuman Hasil Analisis Variansuntuk Pengujian Hipotesis Ketiga

SumberVariasi

dk JK RJK Fo Ft

Rata-RataAntarKelompokDalamKelompok

1138

142324,944,12847

142324,944,174,94

0,59ó 4,10

Total 40 143882 738,71 - -

Keterangan :ó = signifikan dalam

= 0,05MP = metode pengajaranGB = gaya belajardk = derajat kebebasanJK = jumlah kuadratRJK = rata-rata jumlah kuadrat

Hasil analisis varians untuk keduametode pengajaran menunjukkan harga Fhit= 0,59 > Ftab = 4,10 pada taraf signifikansi= 0,05. Dengan demikian, HO diterima yangberarti untuk gaya belajar rendah,pendekatan komunikatif (x =60,70; s = 8,75)tidak berbeda secara signifikan dari metodegramatika-terjemahan (x = 58,60; s = 8,56).Pendekatan komunikatif memberikanpengaruh yang sama baiknya dengan metodegramatika-terjemahan terhadap prestasibelajar struktur bahasa Inggris mahasiswagaya belajar rendah. Dengan kata lain,prestasi belajar struktur bahasa Inggriskelompok mahasiswa gaya belajar rendahyang diajar dengan pendekatan komunikatifsama baiknya dengan metode gramatika-terjemahan.

5.3. Interaksi dalam KasusUntuk keempat kelompok

eksperimen hasil interaksi antara metodepengajaran dan gaya belajar , diperoleh datasebagai berikut: untuk kelompok mahasiswadengan gaya belajar tinggi yang diajar

dengan pendekatan komunikatif diperolehskor rata-rata 63,05 dan simpangan baku9,51, untuk kelompok mahasiswa dengangaya belajar rendah yang diajar denganpendekatan komunikatif diperoleh skor rata-rata 60,70 dan simpangan baku 8,75, untukkelompok mahasiswa dengan gaya belajartinggi yang diajar dengan metode gramatika-terjemahan diperoleh skor rata-rata 55,25dan simpangan baku 9,19, dan untukkelompok mahasiswa dengan gaya belajarrendah yang diajar dengan metodegramatika-terjemahan diperoleh skor rata-rata 58,60 dan simpangan baku 8,56.

Hasil analisis varians untuk interaksiantara metode pengajaran dan gaya belajarseperti terlihat dalam Tabel 5 halaman 126menunjukkan bahwa harga Fhit = 2,00 <Ftab = 3,97, sehingga dapat dikatakanbahwa HO tidak dapat ditolak, yang berartitidak terdapat interaksi antara metodepengajaran dan gaya belajar. Dengandemikian, prestasi belajar struktur bahasaInggris kelompok mahasiswa gaya belajartinggi atau gaya belajar rendah yang diajardengan pendekatan komunikatif (x1 = 63,05,s1 = 9,51; x2 = 60,70, s2 = 8,75) tidakberbeda secara signifikan dari prestasibelajar kelompok mahasiswa dengan gaya-gaya belajar yang sama yang diajardenganmetode gramati-terjemahan (x3 =55,25, s3 = 9,19; x4 = 8,56). Hal ini jugadipertegas dengan berhasil ditolaknyahipotesis kedua tapi tidak berhasilditolaknya hipotesis ketiga. Tidak terdapatnya interaksi metodepengajaran dengan gaya belajar secara grafisdapat dilihat pada Gambar 2 di bawah ini:

Gambar 2: Grafik yang MenunjukkanTidak-Terdapatnya Interaksi MetodePengajaran dengan Gaya Belajar

GBR : gaya belajar rendahGBT : gaya belajar tinggiPK : pendekatan komunikatifMGT : metode gramatika-terjemahan

Serat Acitya – Jurnal IlmiahUNTAG Semarang

145

5.4.

5.5. Asumsi dan Verifikasi Kasus

Penerapan metode pengajaran yangberada dalam pengajaran struktur bahasaInggris memberikan pengaruh yang berbedapula terhadap prestasi belajar strukturbahasa Inggris. Hal ini terbukti dari hasilpengujian hipotesis pertama yangmenunjukkan bahwa prestasi belajar strukturbahasa Inggris kelompok mahasiswa yangdiajar dengan pendekatan komunikatifsecara signifikan lebih baik daripada metodegramatika-terjemahan. Secara keseluruhanpenerapan pendekatan komunikatifmemberikan pengaruh yang lebih baikterhadap prestasi belajar struktur bahasaInggris mahasiswa daripada metodegramatika-terjemahan. Alasan yangmendukung kesimpulan ini adalah bahwadalam pengajaran struktur denganpendekatan komunatif, mahasiswa tidakhanya mempelajari struktur yang diajarkantapi juga makna yang harus disampaikan.Hal ini terutama karena pendekatankomunikatif memusatkan pada dua hal, yaitubentuk-bentuk bahasa yang harusdipraktekkan dan makna-makna yang harusdipraktekkan dan makna-makna yang harus

disampaikan, dan juga adanya penekanankebermaknaan bahasa. Adanya keterkaitanantara struktur dan makna selanjutnya dapatmembuat siswa lebih banyak berpikirdaripada semata-mata menghafal strukturyang diajarkan. Hal ini memang merupakankelebihan pendekatan komunikatif, yaitupengajaran tidak bersifat monoton tetapipenuh variasi, sehingga mempertinggi minatbelajar siswa. Ini sesuai dengan teori Pavlov,seorang ahli ilmu jiwa, yang menyatakanbahwa rangsangan yang bervariasi akanmeningkatkan minat belajar, dan sebaliknyametode yang monoton akan melelahkansiswa dan mengurangi gairah dan motivasi.

Di samping itu, rasa senang danmotivasi belajar siswav dapat meningkatdalam proses belajar mengajar strukturdengan pendekatan komunikatif. Rasasenang dalam belajar dapat dialami siswakarena pengajaran dengan pendekatankomunikatif memberi kesempatan siswamengekspresikan diri dalam bahasa asingsehingga bahasa asing tersebut dapatterintegrasi dalam kepribadian mereka,sementara motivasi belajar denganpendekatan komunikatif menekankanpemahaman dan kebermaknaan bahasa.

Siswa gaya belajar tinggi yangdiajar dengan pendekatan komunikatifterbukti memperoleh prestasi belajar strukturbahasa Inggris yang lebih baik daripadametode gramatika-terjemahan. Hal ini logiskarena siswa dengan gaya belajar tinggimampu menciptakan stimuli, bergaul secarafleksibel, dan mampu memotivasi dirinyasendiri untuk belajar dengan baik. Siswadengan gaya belajar ini cocok denganpengajaran yang bervariasi dan yangmemberi kesempatan untukmengembangkan diri melalui kegiatankomunikatif dan interaksi yang akrab,sehingga motivasi belajar yang sudah adasemakin meningkat dan akhirnyamempertinggi prestasi belajar mereka.Pengajaran dengan pendekatan komunikatiflebih bervariasi dan lebih memberikesempatan siswa untuk mengembangkandiri daripada metode gramatika-terjemahanyang cenderung monoton dengan interaksisatu arah guru ke siswa dan guru yang

80

70

60

50

40

PK

MGT

GBR

GBT

Serat Acitya – Jurnal IlmiahUNTAG Semarang

146

bersikap otoriter dalam proses belajarmengajar.

Siswa gaya belajar rendah yangdiajar dengan pendekatan komunikatif danmetode gramatika-terjemahan memperolehprestasi belajar yang tidak berbeda. Siswagaya belajar rendah yang cara belajarnyarendah yang cara belajarnya tidak pasti,bergaul dengan orang lain yang tertentu saja,motivasi belajarnya tidak tinggi, dan tidakmampu menciptakan stimuli bagi dirinyauntuk belajar dengan baik dapatmengandalkan otoritas guru dan keadaanproses belajar mengajar yang monotonsebagai pegangan, hal-hal yang merupakanprinsip metode gramatika-terjemahan dalampengajaran. Namun terbukti prestasibelajarnya tidak berbeda dengan pendekatankomunikatif. Hal ini disebabkan oleh temu-muka dalam proses belajar yang relativesingkat sehingga untuk memperolehpegangan pada otoritas guru tidak optimal,di samping proses belajar mengajar monotonyang diandalkan tidak cukup memberinyapola belajar yang diharapkan.

Namun secara keseluruhan, metodepengajaran yang dihubungkan dengan gayabelajar siswa tidak memberikan pengaruhyang berbeda. Hal ini tidak sesuai denganpendapat bahwa perbedaan gaya belajarmempengaruhi hasil belajar dan adanyapenekanan pada perbedaan individu dalamgaya belajar, Namun hasil penelitian ini jugalogis, karena factor-faktor gaya belajar yangterdiri dari lingkungan belajar, emosi,pergaulan, dan fisik dalam penelitian inibukan satu-satunya variable yang dapatmempengaruhi prestasi belajar siswa.Variabel lain yang tidak dikontrol dalampenelitian ini, misalnya IQ, kreatifitas siswa,kepribadian, serta status social-ekonomisiswa juga berpengaruh terhadap prestasibelajar mereka. Sebagai sebuah variable,status sosial, misalnya, juga mempengaruhicara belajar siswa, yaitu tersedianya fasilitasbelajar yang berbeda karena status social-ekonomi yang berbeda.Tidak-terdapatnya interaksi antara metodepengajaran dan gaya belajar selaindisebabkan oleh variable-variabel lainseperti dikemukakan di atas, juga oleh

pengaruh pelaksanaan gaya belajar itusendiri. Pelaksanaan gaya belajar di dalamkelas oleh siswa dapat dikatakan tidakoptimal, terutama kelompok mahasiswadengan gaya belajar tinggi. Faktorlingkungan belajar, misalnya, keadaandalam ruang kelas tidak sesuai dengankeinginan siswa dengan gaya belajar tinggiyang mungkin sangat memerlukan adanyamusik dalam ruangan yang ber-AC. Jugafactor fisik, sebagai contok lain, tidak dapatbegitu saja siswa makan atau minum didalam kelas, ataupun berpindah-pindahtempat duduk seenaknya ketika prosesbelajar mengajar berlangsung. Untuk siswagaya belajar rendah yang lebih memerlukanotoritas guru, misalnya, temu-muka dalamproses belajar-mengajar metode gramatikaterjemahan relative singkat, tidak cukupuntuk siswa, misalnya dalam penyelesaiantugas yang menuntut petunjuk guru. Disamping itu, jarang sekali ada siswa yangmemiliki motivasi, persisten, dan rasatanggung-jawab yang sangat rendahsehingga sangat mengandalkan otoritasguru. Hal-hal tersebut di atas merupakanalas an tidak-terbuktinya hipotesis keempet,yaitu adanya interaksi antara metodepengajaran dan gaya belajar.

5.6. Keterbatasan KasusPenelitian ini telah dilaksanakan

secermat mungkin, yaitu denganmengusahakan hal-hal yang sama dalamperlakuan terhadap kedua kelompokeksperimen, kecuali dalam hal penerapanmetode pengajaran, agar dapat dihasilkankesimpulan yang benar-benar merupakanakibat perlakuan yang diberikan. Namundemikian, penelitian ini tidak terlepas darikelemahan-kelemahan. Kelemahan-kelemahan tersebut berupa hal-hal yangtidak terkontrol dan tidak dapat dihindariyang mungkin ikut mempengaruhi hasilpenelitian dan diakui sebagai keterbatasanpenelitian, antara lain :

(1) Penelitian dilakukan dalam masaperkuliahan normal. Meskipun sudahdiupayakan waktu penelitian yang sesingkatmungkin (16 minggu), pengaruh mata kuliahlain ("Vocabulary", "Comprehension", dsb.)

Serat Acitya – Jurnal IlmiahUNTAG Semarang

147

tidak dapat dikontrol, sehingga hasil belajarstruktur yang diperoleh mahasiswa mungkinikut terpengaruh oleh pengajaran matakuliah lain tersebut, bukan semata-matapengaruh kedua metode pengajaran dalampenelitian ini.

(2) Penentuan sampel untukkelompok mahasiswa dengan gaya belajartinggi dan belajar rendah kurangmenyakinkan karena menggunakan hasilangket identifikasi gaya belajar dengan skalaLikert buatan peneliti sendiri. Dengandemikian, perbedaan antara gaya belajartinggi dan gaya belajar rendah tidak terlalukontras dan kurang menyakinkan. Hal inimungkin berpengaruh terhadap tidak-terbuktinya hipotesis kedua dalam penelitianini.

(3) Perlakuan diberikan olehpengajar yang berbeda yang bertujuanmenghindari terjadinya pembenaranhipotesis penelitian ("Pygmalion effect").Namun, pengajar yang berbeda memilikipengetahuan dan wawasan tentangpengajaran bahasa yang berbeda pula,meskipun sama-sama lulusan S1 PendidikanBahasa Inggris dan sebelum perlakuansudah diberikan penjelasan sebaik-baiknya.Dengan demikian, hasil belajar struktur yangdiperoleh siswa mungkin bukan samata-mata akibat dari penerapan prinsip-prinsipdan teknik-teknik kedua metode pengajarandalam penelitian ini.

(4) Faktor-faktor gaya belajar dalampenelitian ini hanya terbatas padalingkungan belajar, emosi, pergaulan, danfisik siswa sesuai desain gaya belajar olehDunn, tidak melibatkan factor-faktor lainyang mungkin dapat juga mempengaruhigaya belajar siswa, misalnya IQ,kepribadian, kreativitas, dan status social-ekonomi siswa. Hal ini mungkinberpengaruh terhadap tidak-terbuktinyahipotesis ketiga dalam penelitian ini.

6. Kesimpulan, Implikasi, dansaran atas Kasus

6.1. KESIMPULANBerdasarkan hasil analisis data pada babsebelumnya, dapat ditarik kesimpulansebagai berikut:

Pertama, secara keseluruhanpendekatan komunikatif memberikanprestasi belajar struktur bahasa Inggris yanglebih baik daripada metode gramatika-terjemahan (Fhit = 6,03 > Ftab = 3,97).Dengan kata lain, secara umum pendekatankomunikatif lebih baik daripada metodegramatika-terjemahan dalam pengajaranstruktur bahasa Inggris.

Kedua, untuk siswa dengan gayabelajar tinggi, pendekatan komunikatifmemberikan prestasi belajar struktur bahasaInggris yang lebih baik daripada metodegramatika-terjemahan (Fhit = 6,96 > Ftab =4,10). Dengan kata lain, Pendekatankomunikatif lebih baik daripada metodegramatika-terjemahan dalam pengajaranstruktur bahasa Inggris untuk siswa dengangaya belajar tinggi.

Ketiga, untuk siswa dengan gayabelajar rendah, pendekatan komunikatifmemberikan prestasi belajar struktur bahasaInggris yang tidak berbeda dengan metodegramatika-terjemahan (Fhit = 0,59 < Ftab =4,10). Dengan kata lain, pendekatankomunikatif tidak memberikan prestasibelajar struktur bahasa Inggris yang berbedadengan metode gramatika-terjemahan untuksiswa dengan gaya belajar rendah.

Keempat, Tidak terdapat interaksimetode pengajaran dengan gaya belajar(Fhit = 2,00 < Ftab = 3,97). Dengan katalain, secara umum prestasi belajar strukturbahasa Inggris siswa dengan gaya belajartinggi atau rendah yang diajar denganpendekatan komunikatif tidak berbedadengan yang diajar dengan metodegramatika-terjemahan.

6.2. IMPLIKASIPengajaran struktur bahasa Inggris

bertujuan agar siswa dapat memahamistruktur yang diajarkan dan lebih lanjutdapat menggunakannya dengan benar

Serat Acitya – Jurnal IlmiahUNTAG Semarang

148

apabila diperlukan. Dengan demikian dapatdikatakan bahwa agar siswa dapat mencapaiprestasi belajar struktur yang maksimal,pengajar harus mampu menyampaikanmeteri pelajaran struktur yang benar danyang tak kalah pentingnya membuat siswamau belajar.

Berhasilnya kegiatan belajarmengajar struktur bahasa inggris tidakterlepas dari metode pengajaran yangditerapkan untuk menyampaikan materipelajaran struktur tersebut. Hasil penelitianmembuktikan bahwa penggunaan metodepengajaran yang tepat untuk menyampaikanmeteri pelajaran memberikan prestasi belajarstruktur yang baik. Kesimpulan penelitianyang telah dikemukakan sebelumnyamenyatakan bahwa secara keseluruhanpenggunaan pendekatan komunikatif dalampengajaran struktur bahasa Inggrismemberikan prestasi belajar yang lebih baikdaripada metode gramatika-terjemahan. Iniberarti bahwa dalam merencanakan kegiatanbelajar mengajar struktur, pengajar perlumempertimbangkan adanya fungsikomunikatif, kegiatan komunikatif, interaksiyang akrab, dan mampu berperan sebagaimotivator dalam pengajaran hal-hal yangmerupakan prinsip-prinsip dan diterapkandalam pengajaran dengan pendekatankomunikatif. Prinsip-prinsip dan teknik-teknik dalam pendekatan komunikatifterbukti dapat memberi arah dalampengajaran struktur yang lebih baik daripadametode gramatika-terjemahan karena disamping menyampaikan materi pelajaran,pengajaran mampu membuat siswa senangbelajar dan mau belajar struktur bahasaInggris lebih lanjut secara mendiri di luarkelas dan di rumah dengan efektif danefifian. Di samping itu, pengajaran strukturdengan pendekatan komunikatif membuatsiswa berpikir dan mampu menghubungkanpemahaman dengan penggunaan strukturdalam komunikasi, sehingga motivasibelajar bahasa Inggris meningkat.

Penerapan metode pengajaran yangdihubungkan dengan gaya belajar siswayang dipengaruhi oleh factor lingkungan,emosi, pergaulan, dan fisik, baik pendekatankomunikatif maupun metode gramatika-

terjemahan, memberikan prestasi belajarstruktur bahasa Inggris yang sama baiknyauntuk siswa dengan gaya belajar tinggiataupun gaya belajar rendah. Meskipunprestasi belajar struktur bahasa Inggris siswagaya belajar tinggi yang diajar denganpendekatan komunikatif lebih baik daripadayang diajar dengan metode gramatika-terjemahan, secara umum tidak terdapatinteraksi metode pengajaran dengan gayabelajar, karena prestasi belajar strukturbahasa Inggris siswa gaya belajar rendahyang diajar dengan pendekatan kominikatiftidak berbeda atau sama baiknya denganmetode gramatika-terjemahan. Siswa dengangaya belajar tinggi memang cocok denganpengajaran yang bervariasi dan penuhmotivasi dengan pendekatan komunikatifdaripada dengan metode gramatika-terjemahan, namun siswa dengan gayabelajar rendah tidak terbukti lebih cocokdengan metode gramatika-terjemahan,karena prestasi belajarnya tidak berbedadengan siswa gaya belajar rendah yangdiajar dengan pendekatan komunikatif. Halini menyiratkan bahwa prestasi belajarstruktur yang lebih baik itu terutama adalahakibat dari penerapan pendekatankomunikatif dalam pengajaran, jadipengaruh gaya belajar dapat diabaikan.Dengan demikian, untuk memperolehprestasi belajar struktur bahasa Inggris yanglebih baik, pendekatan komunikatif dapatditerapkan dalam pengajaran tanpa melihatperbedaan gaya belajar yang ada pada dirisiswa. Namun, apabila siswa yang belajarstruktur bahasa Inggris tersebut dari awalsudah memiliki motivasi yang tinggi,pendekatan komunikatif tepat sekaliditerapkan dalam pengajaran.

6.3. SARANBerdasarkan hasil analisis,

kesimpulan, dan implikasi penelitian ini,disarankan hal-hal sebagai berikut:

1) Dosen atau pengajar mata kuliahstruktur bahasa Inggris hendaknyamenggunakan pendekatan komunikatifdalam pengajaran kerena berdasarkan hasilpenelitian ini prinsip-prinsip dan teknik-teknik pengajaran yang melibatkan

Serat Acitya – Jurnal IlmiahUNTAG Semarang

149

percakapan model dalam metode pengajaranini terbukti memberikan prestasi belajarstruktur bahasa Inggris yang lebih baik.

2) Dosen atau pengajar mata kuliahstruktur bahasa Inggris hendaknyasenantiasa dapat mengembangkanpercakapan model yang menarik dankomunikatif untuk mengajarkan materipelajaran struktur tertentu sehingga siswatidak semata-mata belajar struktur tapi jugamemahami penggunaan struktur tersebutdalam komunikasi.

3) Dosen atau pengajar mata kuliahstruktur bahasa Inggris hendaknyasenantiasa dapat menciptakan situasikomunikatif, menjaga interaksi yang akrabdi dalam kelas, dan mendorong motivasibelajar siswa dalam proses belajar mengajarstruktur bahasa Inggris.

4) Siswa hendaknya senantiasa aktifmenghubungkan pemahaman strukturbahasa Inggris mereka denganpenggunaannya sesuai situasi kehidupanmereka sehari-hari.

5) Peneliti lain disarankanmengadakan penelitian sejenis untuk melihatseberapa besar kontribusi gaya belajar -sebagai sebuah variasi bebas – terhadapprestasi belajar struktur bahasa Inggris.

6) Peneliti lain juga disarankanmengadakan penelitian untuk melihatseberapa besar perbedaan kontribusi metodepengajaran (pendekatan komunikatif danmetode gramatika-terjemahan ) terhadapketrampilan berbicara bahasa Inggris.

DAFTAR PUSTAKAAkademi Bahasa Inggris 17 Agustus 1945

Semarang, Buku PedomanAkademi, 1995.

Akhadiah, Sabarti. 1995. EvaluasiPengajaran Bahasa Indonesia.Jakarta: Universitas Terbuka.

de Saussure, Ferdinand. 1973. PengantarLinguistik Umum (Terjemahan olehRahayu S. Hidayat).Yogyakarta: Gajahmada UniversityPress.

Djunaidi, A. 1987. Pengembangan MateriPengajaran Bahasa InggrisBerdasarkan Pendekatan Linguistik

Kontrastik (Teori dan Praktek).Jakarta: P2LPTK.

Djunaidi, A. 1992. ‘Sumbangan Linguistikdalam Pengajaran Bahasa Inggris diIndonesia dalam Kumpulan PidatoInaugurasi Guru Besar IKIP Jakarta1979-1992,

P.W.J. Nababan (ed.), 196-250. Jakarta:IKIP Jakarta.

Dunn, Rita dan Kenneth. 1978. TeachingStudensts through their IndividualLearning Styles: A PracticalApproach. Virginia: RestonPublishing Company, Inc.

Ebel, Robert L. 1979. Essentials ofEducational Measurement. NewJersey: Prentice Hall Inc.

Fries, Charles Carpenter. 1952. TheStructure of English: AnIntroduction to the Construction of English Sentences. New York:

Harcourt, Brace & Co.Fromkin, Victoria and Rodman, Robert.

1983. An Introduction to Language.New York: Holt, Rinehart andWinston.

Good, T.L. and Brophy, J.E. 1990.Educational Psychology: A RealisticApproach.New York:Longman.

Gurning, Busmin. 1991. ‘PengaruhPendekatan Pengajaran danKetrampilan Membaca terhadapHasil Belajar Ketrampilan MenulisBahasa Inggris: Suatu Eksperimendi PBS IKIP Medan" (Tesis).Jakarta: PPS IKIP Jakarta.

Hamied, Fuad Abdul. 1987. Proses BelajarMengajar Bahasa. Jakarta: P2LPTK.

Hardjodipuro, Siswojo. 1987. MetodePenelitian Sosial II. Jakarta:P2LPTK.

Hardjodipuro, Sartinah. 1988. Prinsip-prinsip Pengajaran Bahasa danSastra. Jakarta,P2LPTK.

Hockett, Charles F. 1958. A Course inModern Linguistics. New York: TheMacmillan company.

Huddleston, Rodney. 1984. Introduction tothe English Grammar. CambridgeUniversity Press.

Serat Acitya – Jurnal IlmiahUNTAG Semarang

150

IKIP Jakarta, Pedoman Penulisan Ilmiah,1996.

Johnson dan Morrow, Keith. 1981.Communication in the Classroom:Applications andMethods for a CommunicativeApproach. Essex: Longman GroupLtd.

Jumanto dan Supadi. 1994. ‘Laporan HasilPenelitian: Aspirasi MahasiswaBaru AKABA '17' Semarangterhadap Penguasaan KemampuanBahasa Inggrisnya setelah NantinyaLulus dari AKABA '17' Semarang".Semarang: Puslitbang AKABA '17'.

Karmin, Y. 1991. ‘Efektivitas PendekatanKomunikatif dalam PengajaranMenulis di SMP Kelas 1’(Tesis). Jakarta: PPS IKIP Jakarta.

Krashen, Stephen D. and Terrel, Tracy D.1983. The Natural Approach:Language Acquisition in theClassroom. Oxford: PergamonPress.

Langacker, Ronald W. 1972. Fundamentalsof Linguistic Analysis. New York:Harcourt Brace Jovanovich, Inc.

Larsen-Freeman, Diana. 1986. Techniquesand Principles in LanguageTeaching. Oxford: OxfordUniversity Press, Inc.

Littlewood, William. 1981. CommunicativeLanguage Teaching. Cambridge:Cambridge University Press.

Lyons, John F. 1968. Introduction toTheoretical Linguistics. Cambridge:Cambridge University Press.

Mukhaiyar. 1991. ‘PerbandinganPendekatan Komunikatif denganMetode Audio-Lingualdalam MengembangkanKemampuan Lisan Bahasa Inggris"(Disertasi). Jakarta: PPS IKIPJakarta.

Murni, Tri. 1991. ;Pengaruh Gaya Kognitifdan Jenis Kelamin terhadap HasilMembaca Wacana Narasi:Suatu Studi pada MahasiswaJurusan Bahasa Inggris UniversitasSyah Kuala, Darusalam, Banda

Aceh" (Tesis). Jakarta; PPS IKIPJakarta.

Nababan, PWJ. 1984. Sosiolinguistik: SuatuPengantar. Jakarta: PT. GramediaPustaka Utama,1984.

Nurgiyantoro, Burhan. 1987. Penilaiandalam Pengajaran Bahasa danSastra. Yogyakarta:BPFE.

Rahmat, Aceng. "Pengaruh PendekatanPengajaran dan Kepribadian Siswaterhadap

Kemampuan Berbicara Bahasa Arab"(Tesis). Jakarta: PPS IKIP Jakarta,1991.

Rappa, Harry. 1993. ‘Pengaruh PendekatanPengajaran dan Tingkat PendidikanOrangtuaterhadap Kemampuan MembacaPemahaman Bahasa Inggris SiswaKelas 11 SMA’(Tesis). Jakarta: PPS IKIP Jakarta.

Richards, Jack C. 1990. Interchange:English for InternationalCommunication: Student's Book1, 2, 3. Cambridge: CambridgeUniversity Press.

Richards, Jack C. 1990. Interchange:English for InternationalCommunication:

Teacher's Manual 1, 2, 3. Cambridge:Cambridge University Press.

Richards, Jack C., Platt, John, dan Weber,Heidi. 1985. Longman Dictionary ofAppliedLinguistics. Essex: Longman GroupLimited.

Richards, Jack C dan T. Rodgers. 1986.Approaches and Methods inLanguage Teaching.

New York: Cambridge University Press.Robins, R.H. 1992. Linguistik Umum:

Sebuah Pengantar. Yogyakarta:Kanisius.

Sadtono, E. 1995. Perspektif PengajaranBahasa Inggris di Indonesia.Malang: IKIP Malang.

Subyakto-Nababan, Sri Utari. 1988.Metodologi Pengajaran Bahasa.Jakarta: P2LPTK.

Serat Acitya – Jurnal IlmiahUNTAG Semarang

151

Subyakto-Nababan, Sri Utari. 1992.Psikolinguistik: Suatu Pengantar.Jakarta: PT. Gramedia PustakaUtama.

Subyakto-Nababan, Sri Utari. 1994.‘Analisis Kontrastif dan Kesalahan:Suatu Kajian dari Sudut PandangGuru Bahasa’. Jakarta: PPS IKIPJakarta.

Sudarwoto. 1993. ‘Pengaruh MetodePembelajaran terhadap Hasil BelajarKetrampilan

Menyimak Bahasa Perancis’ (Tesis).Jakarta: PPS IKIP Jakarta.

Sudjana. 1989. Metode Statistik. Bandung:Penerbit "TARSITO".

Tarigan, Henry Guntur. 1989. MetodologiPengajaran Bahasa: Suatu PenelitianKepustakaan. Jakarta: P2LPTK.

Ysseldyke, J.E. and Algozzine, B. 1984.Introduction to Special Education.Boston: Houghton Mifflin Co.