PANCASILA SEBAGAI PEDOMAN HIDUP SEMAKIN HILANG DI KEHIDUPAN BERBANGSA DAN BERNEGARA

29
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di jaman yang penuh dengan persaingan ini makna Pancasila seolah-olah terlupakan oleh sebagian besar masyarakat Indonesia. Menghilangnya Pancasila dalam beberapa tahun terakhir merupakan sebuah keprihatinan kita bersama. Berbagai fakta telah terjadi sebagai tanda semakin hilangnya Pancasila di sendi-sendi kehidupan berbangsa dan bernegara. Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa dan dasar negara Indonesia semestinya menjadi nilai-nilai yang hidup dan menjadi acuan bersama dalam berbangsa dan bernegara. Padahal sejarah perumusan Pancasila melalui proses yang sangat panjang oleh para pendiri negara ini. Pengorbanan tersebut akan sia-sia apabila kita tidak menjalankan amanat para pendiri negara yaitu pancasila yang tercantum dalam pembukaan UUD 1945 alenia ke-4. Pancasila merupakan rangkaian kesatuan dan kebulatan yang tidak terpisahkan karena setiap sila dalam pancasila mengandung empat sila lainnya dan kedudukan dari masing-masing sila tersebut tidak dapat 1

Transcript of PANCASILA SEBAGAI PEDOMAN HIDUP SEMAKIN HILANG DI KEHIDUPAN BERBANGSA DAN BERNEGARA

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Di jaman yang penuh dengan persaingan ini makna

Pancasila seolah-olah terlupakan oleh sebagian besar

masyarakat Indonesia. Menghilangnya Pancasila dalam

beberapa tahun terakhir merupakan sebuah

keprihatinan kita bersama. Berbagai fakta telah

terjadi sebagai tanda semakin hilangnya Pancasila di

sendi-sendi kehidupan berbangsa dan bernegara.

Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa dan dasar

negara Indonesia semestinya menjadi nilai-nilai yang

hidup dan menjadi acuan bersama dalam berbangsa dan

bernegara. Padahal sejarah perumusan Pancasila melalui

proses yang sangat panjang oleh para pendiri negara

ini. Pengorbanan tersebut akan sia-sia apabila kita

tidak menjalankan amanat para pendiri negara yaitu

pancasila yang tercantum dalam pembukaan UUD 1945

alenia ke-4.

Pancasila merupakan rangkaian kesatuan dan

kebulatan yang tidak terpisahkan karena setiap sila

dalam pancasila mengandung empat sila lainnya dan

kedudukan dari masing-masing sila tersebut tidak dapat

1

ditukar tempatnya atau dipindah-pindahkan. Hal ini

sesuai dengan susunan sila yang bersifat sistematis

dan hierarkis, yang berarti bahwa kelima sila

pancasila itu menunjukkan suatu rangkaian urutan-

urutan yang bertingkat-tingkat, dimana tiap-tiap sila

mempunyai tempatnya sendiri di dalam rangkaian susunan

kesatuan itu sehingga tidak dapat dipindahkan.

Bagi bangsa Indonesia hakikat yang sesungguhnya

dari pancasila adalah sebagai pandangan hidup bangsa

dan sebagai dasar negara. Kedua pengertian tersebut

sudah selayaknya kita fahami akan hakikatnya.

Pancasila telah disusun sedemikian rupa untuk

mengayomi dan melindungi warga negara Indonesia dan

juga digunakan sebagai pedoman baik di dalam praktik

tata kelola pemerintahan maupun dalam kehidupan

sosial kemasyarakatan sehari-hari.Untuk itu kita sebagai generasi penerus, sudah

merupakan kewajiban bersama untuk senantiasa menjaga

kelestarian dan selalu mengamalkan nilai-nilai

pancasila sehingga Pancasila tidak tergusur dan

dilupakan oleh bangsa indonesia. Karena pancasila

merupakan dasar sekaligus pondasi bagi Negara

Indonesia. Apabila pondasi tersebut runtuh maka runtuh

pula bangsa kita begitu pula sebaliknya kuatnya sebuah

pondasi maka akan menentukan kuatnya bangunan yang

berdiri diatasnya yaitu Negara republik Indonesia.

2

B. Pengertian Judul

A. Pancasila

Pancasila, yang berarti lima dasar atau lima

asas, adalah nama daripada Dasar Negara kita,

Negara Republik Indonesia. Istilah pancasila telah

dikenal sejak jaman Majapahit pada abad XIV, yaitu

terdapat di dalam buku Negarakertagama karangan

Prapanca dan buku Sutasoma karangan Tantular.

Dalam buku Sutasoma ini istilah Pancasila di

samping mempunyai arti “berbatu sendi yang lima”

(dari bahasa sanskerta), juga mempunyai arti

“pelaksanaan kesusilaan yang lima” (pancasila

krama), yaitu sebagai berikut:

1. Tidak boleh melakukan kekerasan.

2. Tidak boleh mencuri.

3. Tidak boleh berjiwa dengki.

4. Tidak boleh berbohong.

5. Tidak boleh mabuk minuman keras / obat-obatan

terlarang.

Pancasila sebagai dasar negara Republik

Indonesia ditetapkan pada tanggal 18 Agustus 1945.

sebagai dasar negara maka nilai-nilai kehidupan

bernegara dan pemerintahan sejak saat itu haruslah

berdasarkan pada Pancasila, namun berdasrkan

kenyataan, nilai-nilai yang ada dalam Pancasila

3

tersebut telah dipraktikan oleh nenek moyang

bangsa Indonesia dan kita teruskan sampai

sekarang.

Rumusan Pancasila yang dijadikan dasar negara

Indonesia seperti tercantum dalam pembukaan UUD

1945 adalah:

1. Ketuhanan Yang Maha Esa.

2. Kemanusiaan yang adil dan beradab.

3. Persatuan Indonesia.

4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat

kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan.

5. Keadilan sosial bagi seluruh Rakyat

Indonesia.

Kelima sila tersebut sebagai satu kesatuan

nilai kehidupan masyarakat Indonesia oleh Panitia

Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) dijadikan

Dasar Negara Indonesia.

B. Pedoman Hidup

Landasan yang digunakan sebagai acuan atau

pegangan yang harus dilakukan sebagai dasar di

dalam kehidupan sehari-hari.

C. Pancasila Sebagai Pedoman Hidup

4

Pancasila yang berarti lima dasar atau lima

asas digunakan sebagai acuan atau pegangan bangsa

Indonesia di dalam kehidupan sehari-hari.

D. Pancasila Semakin Hilang di Kehidupan Berbangsa

dan Bernegara

Pancasila yang menjadi dasar, yang semestinya

dilaksanakan sebagai acuan atau pegangan dalam

kehidupan sehari-hari sedikit demi sedikit

ditinggalkan yang disebabkan karena adanya

kesenjangan antara Pancasila sebagai ideologi dan

dasar hidup masyarakat Indonesia dengan realitas

sosial yang terjadi.

BAB II

PERMASALAHAN

A. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka

rumusan masalah dapat dirumuskan sebagai berikut :

1. Hakikat Pengertian Pancasila

5

2. Pancasila Sebagai Pandangan Hidup Bangsa

Indonesia

3. Pancasila sebagai Dasar Negara Republik

Indonesia 4. Bagaimana orang Indonesia tidak lagi Peduli

dengan Pancasila ?

5. Ke depan apakah sebagai pengikat Pancasila masih

dapat diandalkan?

6. Upaya apa yang dapat dilakukan untuk menjaga

nilai-nilai luhur Pancasila?

B. Tujuan

Adapun tujuan dalam penulisan makalah ini adalah:

1.Untuk memenuhi tugas Ujian Akhir Semester mata

kuliah Pendidikan Pancasila.

2.Untuk memahami hakikat pengertian Pancasila.

3.Untuk memahami Pancasila sebagai Pandangan Hidup

Bangsa Indonesia.

4.Untuk memahami Pancasila sebagai Dasar Negara

Republik Indonesia.

5.Untuk mengetahui bagaimana orang Indonesia tidak

lagi Peduli dengan Pancasila.

6.Untuk mengetahui apakah sebagai pengikat Pancasila

masih dapat diandalkan.

6

7.Untuk mengetahui Upaya yang dapat dilakukan untuk

menjaga nilai-nilai luhur Pancasila.

BAB III

PEMBAHASAN

A. Hakikat Pengertian Pancasila

1.Sila Pertama: Ketuhanan Yang Maha Esa

Ketuhanan berasal dari kata Tuhan, ialah

Allah, Pencipta segala yang ada dan semua makhluk.

Yang Maha Esa berarti Yang Maha Tunggal, tiada

sekutu; esa dalam zatNya, esa dalam sifatNya, esa

dalam perbuatanNya, artinya bahwa Zat Tuhan tidak

terdiri dari zat-zat yang banyak lalu menjadi

satu, bahwa sifat Tuhan adalah sesempurna-

sesempurnanya, bahwa perbuatan Tuhan tiada dapat

disamai oleh siapapun.

Jadi, Ketuhanan Yang Maha Esa mengandung

pengertian dan keyakinan adanya Tuhan Yang Maha

Esa, Pencipta Alam semesta beserta isinya.

Keyakinan adanya Tuhan Yang Maha Esa itu

bukanlah suatu kepercayaan yang tidak dapat

dibuktikan kebenarannya melalui akal-pikiran,

melainkan suatu kepercayaan yang berakar pada

7

pengetahuan yang benar yang dapat diuji atau

dibuktikan melalui kaidah-kaidah logika.

Atas keyakinan yang demikianlah, maka Negara

Indonesia berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa, dan

Negara memberi jaminan kebebasan kepada setiap

penduduk untuk memeluk agama sesuai dengan

keyakinannya dan untuk beribadah menurut agamanya

dan kepercayaannya itu.

2.Sila Kedua: Kemanusiaan yang adil dan beradab

Kemanusiaan berasal dari kata manusia, yaitu

makhluk berbudi yang memiliki potensi pikir, rasa,

karsa dan cipta. Karena potensi ini manusia

menduduki atau memiliki martabat yang tinggi.

Dengan akal budinya, manusia menjadi

berkebudayaan. Dengan budi nuraninya manusia

menyadari nilai-nilai dan norma-norma.

Kemanusiaan terutama berarti sifat manusia

yang merupakan essensia dan identitas manusia,

karena martabat kemanusiaannya (human dignity).

Adil terutama mengandung arti bahwa suatu

keputusan dan tindakan didasarkan atas norma-norma

yang obyektif, jadi tidak subyektif apalagi

sewenang-wenang.

Beradab berasal dari kata adab yang berarti

budaya. Jadi beradab berarti berbudaya. Ini

8

mengandung arti bahwa sikap hidup, keputusan dan

tindakan selalu berdasarkan nilai-nilai budaya,

terutama norma sosial dan kesusilaan (moral). Adab

terutama mengandung pengertian tata-kesopanan,

kesusilaan atau moral. Dengan demikian beradab

dapat ditafsirkan sebagai berdasar nilai-nilai

kesusilaan atau moralitas khususnya dan kebudayaan

umumnya.

Jadi, Kemanusiaan yang adil dan beradab adalah

kesadaran sikap dan perbuatan manusia yang

didasarkan kepada potensi budinurani manusia dalam

hubungan dengan norma-norma dan kebudayaan

umumnya, baik terhadap diri pribadi, sesama

manusia maupun terhadap alam dan hewan.

Potensi kemanusiaan ini dimiliki oleh semua

manusia di dunia, tidak pandang ras dan warna

kulitnya, jadi bersifat universal. Mereka sama-

sama memiliki martabat kemanusiaan yang tinggi.

Mereka harus diperlakukan sesuai dengan nilai-

nilai kemanusiaan, sesuai dengan fitrahnya sebagai

makhluk Tuhan yang mulia.

3.Sila Ketiga: Persatuan Indonesia

Persatuan bersal dari kata satu, yang berarti

utuh atau tidak terpecah-pecah. persatuan

9

mengandung pengertian bersatunya bermacam corak

yang beraneka ragam menjadi satu kebulatan.

Indonesia mengandung dua makna, pertama: makna

geografis, yang berarti sebagian bumi yang

membentang dari 95˚-141˚ Bujur Timur dan 6˚

Lintang Utara sampai 11˚ Lintang Selatan. Kedua:

makna bangsa dalam arti politis, yaitu bangsa yang

hidup di dalam wilayah tersebut. Indonesia sila ke

III ini ialah Indonesia dalam pengertian bangsa.

Jadi, Persatuan Indonesia ialah persatuan

bangsa yang mendiami wilayah Indonesia yang

bersatu karena didorong untuk mencapai kehidupan

kebangsaan yang bebas dalam wadah negara yang

merdeka dan berdaulat. Persatuan Indonesia

merupakan faktor yang dinamis dalam kehidupan

bangsa Indonesia, bertujuan memajukan

kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan

bangsa serta mewujudkan perdamaian yang abadi.

4.Sila keempat: Kerakyatan yang dipimpin oleh himat

kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan

Kerakyatan berasal dari kata “rakyat”, yang

berarti sekelompok manusia yang bediam dalam satu

wilayah tertentu. Kerakyatan dalam hubungan sila

keempat ini berarti bahwa “kekuasaan yang

tertinggi berada di tangan rakyat”. Kerakyatan

10

disebut pula kedaulatan rakyat (rakyat yang

berdaulat/berkuasa) atau demokrasi (rakyat yang

memerintah).

Hikmat kebijaksanaan berarti penggunaan

pikiran atau rasio yang sehat dengan selalu

mempertimbangkan persatuan dan kesatuan bangsa,

kepentingan rakyat dan dilaksanakan dengan sadar,

jujur dan bertanggung jawab serta didorong oleh

itikad baik sesuai dengan hati nurani.

Permusyawaratan adalah suatu tata cara khas

kepribadian Indonesia untuk merumuskan dan atau

memutuskan sesuatu hal berdasarkan kehendak

rakyat, hingga tercapai keputusan yang berdasarkan

kebulatan pendapat atau mufakat.

Perwakilan adalah suatu sistem dalam arti tata

cara (prosedur) mengusahakan turut sertanya rakyat

mengambil bagian dalam kehidupan bernegara, antara

lain dilakukan dengan melalui Badan-badan

Perwakilan.

Jadi, Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat

kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan

berarti rakyat dalam menjalankan kekuasaannya

melalui sistem perwakilan dan keputusan-

keputusannya diambil dengan jalan musyawarah yang

dipimpin oleh pikiran yang sehat serta penuh

11

tanggung jawab, baik kepada Tuhan Yang Maha Esa

maupun kepada rakyat yang diwakilinya.

5.Sila Kelima: Keadilan sosial bagi seluruh Rakyat

Indonesia

Keadilan Sosial berarti keadilan yang berlaku

dalam masyarakat di segala bidang kehidupan, baik

material maupun spiritual.

Seluruh Rakyat Indonesia berarti setiap orang

yang menjadi Rakyat Indonesia, baik yang berdiam

di wilayah kekuasaan Republik Indonesia maupun

warga negara Indonesia yang berada di luar negeri.

Keadilan sosial bagi seluruh Rakyat Indonesia

berarti, bahwa setiap orang Indonesia mendapat

perlakuan yang adil dalam bidang hukum, politik,

sosial, ekonomi dan kebudayaan. Sesuai dengan UUD

1945, makna keadilan sosial mencakup pula

pengertian adil dan makmur.

B. Pancasila Sebagai Pandangan Hidup Bangsa Indonesia

Sebagai bangsa/negara yang merdeka dan

sederajat dengan bangsa lain, kita pun mempunyai

Pandangan Hidup yang disepakati oleh wakil-wakil

rakyat, menjelang dan sesudah Proklamasi (yang

disahkan pada tanggal 19 Agustus 1945), yaitu

12

Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa Indonesia

dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan

bernegara. Tanpa pegangan/pandangan hidup yang kuat

dan tepat, suatu bangsa akan goyah. Pandangan itu

sangat perlu, untuk masa kini maupun masa depan,

terlebih lagi bangsa Indonesia yang dalam

pertumbuhannya selalu mengalami cobaan-cobaan yang

berat. Terlebih bagi Negara Republik Indonesia yang

masih tergolong muda dalam barisan negara-negara di

dunia, maka masalah pandangan hidup merupakan

masalah yang sangat mendasar dan prinsipil.

Negara Republik Indonesia memang tergolong muda

dalam barisan negara-negara di dunia. Tetapi bangsa

Indonesia lahir dari sejarah dan kebudayaannya yang

tua, melalui masa gemilangnya negara Kerajaan

Sriwijaya, Majapahit dan Mataram kemudian mengalami

masa penderitaan penjajahan sepanjang tiga setengah

abad, sampai akhirnya dalam tahun 1945. Bangsa kami

memproklamasikan kemerdekaan setelah melakukan

perlawanan dan pemberontakan melawan penjajahan yang

kejam kesemuanya itu membentuk kepribadian kami.

Kepribadian inilah yang kami tetapkan menjadi

pandangan hidup kami, falsafah Negara kami.

Pancasila yang merupakan kesatuan yang bulat dari

Ketuhanan Yang Maha Esa, Perikemanusiaan,

Kebangsaan, Kedaulatan Rakyat dan Keadilan Sosial.

13

Di dalamnya mengandung dorongan-dorongan kepada kami

untuk nilai-nilai yang kami anggap luhur. Di

dalamnya juga tersimpul kesadaran kami bahwa manusia

pada akhirnya tergantung pada imbangan antara

manusia dengan masyarakatnya, keseimbangan antar

manusia dengan Tuhan-nya, keseimbangan antara

kemajuan lahir dan kesejahteraan batin. (Presiden

Soeharto, 1979).

Dari penjelasan tersebut, maka pancasila

sebenarnya bukan lahir secara mendadak pada tahun

1945, melainkan melalui proses yang sangat panjang

dan dimatangkan oleh sejarah perjuangan Bangsa

Indonesia sendiri, dengan melihat pengalaman bangsa-

bangsa lain, serta diilhami oleh ide-ide besar

dunia, akan tetapi tetap berpegang pada kepribadian

Bangsa Indonesia sendiri yang telah berakar sejak

dahulu nenek moyang kita dan ide-ide besar para

“Pendiri Negara Republik Indonesia” (Anggota BPUPKI

dan PPKI). Maka jelaslah makna pancasila sebagai

Pandangan Hidup Bangsa Indonesia adalah

“kristalisasi nilai-nilai sosial budaya bangsa

Indonesia, yang diyakini kebenarannya dan

menimbulkan tekad pada bangsa Indonesia untuk

mewujudkannya”.

Kristalisasi adalah sesuatu yang telah tersaing

dari nilai-nilai yang ada, sehingga ia merupakan

14

inti pokok yang telah mengkristal, kuat, kokoh,

tidak dapat pecah. Kristalisasi niali-nilai

Pancasila adalah nilai sosial budaya bangsa

Indonesia yang mengkristal, telah terbentuk dari

perjalanan sejarah bangsa Indonesia, yang baik dan

cocok dengan bangsa Indonesia.

Pancasila dalam pengertian ini sering juga

disebut: way of life, weltanschauung,

wereldbeschouwing, Wereld en levensbeschouwing,

pandangan dunia, pandangan hidup, pegangan hidup,

pedoman hidup, petunjuk hidup. Dalam hal ini

Pancasila dipergunakan sebagai petunjuk hidup

sehari-hari (Pancasila diamalkan dalam kehidupan

sehari-hari). Dengan kata lain Pancasila digunakan

sebagai petunjuk arah semua kegiatan atau aktivitas

hidup dan kehidupan di dalam segala bidang. Semua

tingkah laku dan tindak perbuatan setiap manusia

Indonesia harus dijiwai dan merupakan pancaran dari

semua sila Pancasila, karena Pancasila sebagai

pedoman hidup selalu merupakan satu kesatuan, tidak

dapat dipisahkan satu dengan yang lain, keseluruhan

sila di dalam Pancasila merupakan satu kesatuan

organis. Pancasila yang harus dihayati ialah

Pancasila sebagaimana tercantum di dalam pembukaan

UUD 1945. Dengan demikian jiwa keagamaan (sebagai

manifestasi/perwujudan dari sila Ketuhanan Yang Maha

15

Esa), jiwa yang berperikemanusiaan (sebagai

manifestasi/perwujudan dari sila Kemanusiaan yang

adil dan beradab), jiwa kebangsaan (sebagai

manifestasi/perwujudan dari sila Persatuan

Indonesia), jiwa kerakyatan (sebagai

manifestasi/perwujudan dari sila Kerakyatan yang

dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam

permusyawaratan/perwakilan) dan jiwa yang menjunjung

tinggi keadilan sosial (sebagai

manifestasi/perwujudan dari sila Keadilan sosial

bagi seluruh rakyat Indonesia) selalu terpancar

dalam segala tingkah laku dan tindak perbuatan

setiap sikap hidup seluruh bangsa Indonesia.

C. Pancasila sebagai Dasar Negara Republik Indonesia

Setiap Negara di dunia ini, supaya kokoh, kuat

dan tangguh harus memiliki fondasi (landasan) yang

berakar kuat dan memiliki daya penyanggah yang

handal berupa “Dasar negara” keberadaan dasar negara

dapat dilukiskan bagaikan suatu bangunan yang besar,

tinggi dan megah jika tidak menggunakan fondasi yang

kokoh dan memadai tentu lekas runtuh dan rusak

Pancasila dalam pengertian ini sering disebut Dasar

Falsafah Negara (Dasar Filsafat Negara),

16

Philosophische Grondslag dari Negara, Ideologi

Negara, Staatsidee. Dalam hal ini Pancasila

dipergunakan sebagai dasar mengatur tata

pemerintahan Negara. Atau dengan kata lain Pancasila

digunakan sebagai dasar negara untuk mengatur

Penyelenggaraan Negara.

Mengenai Pancasila sebagai Dasar Negara ini,

Prof. Drs. Notonagoro, SH, dalam karangan beliau

yang berjudul “Berita pikiran ilmiah tentang jalan

ke luar dari kesulitan mengenai Pancasila sebagai

Dasar Negara Republik Indonesia” antara lain

dinyatakan “di antara unsur-unsur pokok kaidah

negara yang pondamental, asas kerokhanian Pancasila

adalah mempunyai kedudukan istimewa dalam hidup

kenegaraan dan hukum bangsa Indonesia”. Di bagian

lain beliau mengatakan, “norma hukum yang pokok dan

disebut pokok kaidah pondamental daripada negara itu

dalam hukum mempunyai hakikat dan kedudukan yang

tetap, kuat dan tak berubah bagi negara yang

dibentuk, dengan lain perkataan dengan jalan hukum

tidak dapat diubah”.

Pendapat di atas menjelaskan, betapa fungsi dan

kedudukan Pancasila sebagai pokok kaidah negara yang

fundamental. Hal ini penting sekali karena UUD baik

yang tertulis maupun yang tidak tertulis harus

bersumber dan berada di bawah pokok kaidah negara

17

yang fundamental itu. Artinya segala peraturan

perundangan secara material harus berdasar dan

bersumber pada pancasila. Apabila ada peraturan

(termasuk di dalamnya UUD 1945) yang bertentangan

dengan nilai-nilai luhur pancasila, maka sudah

sepatutnya peraturan tersebut dicabut. Sesuai dengan

Pembukaan UUD 1945 dan yang pada hakikatnya adalah

sebagai Sumber dari segala sumber hukum atau sumber

dari tertib hukum, sebagaimana tertuang dalam

Ketetapan MPRS No. XX/MPRS/1966 (Ketetapan MPR No.

V/MPR/1973 dan Ketetapan MPR No. IX/MPR/1978).

Maka seluruh kehidupan bernegara dan

bermasyarakat haruslah didasari oleh Pancasila.

Landasan hukum Pancasila sebagai dasar negara

memberi akibat hukum dan filosofis; yaitu kehidupan

negara dari bangsa ini haruslah berpedoman kepada

Pancasila.

D. Bagaimana Orang Indonesia Tidak Lagi Peduli Dengan

Pancasila

Mencermati kehidupan berbangsa  di Indonesia

saat ini, semakin jauh dari tuntunan Pancasila, baik

dalam praktik tata kelola pemerintahan maupun dalam

kehidupan sosial kemasyarakatan sehari-hari.

Berbagai fakta telah terjadi sebagai tanda semakin

18

hilangnya Pancasila di sendi-sendi kehidupan

berbangsa. Realitas sosial masyarakat Indonesia yang

mengalami berbagai masalah sosial seperti

kemiskinan, KKN atau konflik seperti tidak dapat

“diobati” oleh Pancasila. Bahkan dalam masyarakat

saat ini terdapat kecenderungan melihat Pancasila

dengan apatis atau sinis sebagai sesuatu ideologi

yang pasif, tidak responsif, mudah dimanipulasi atau

tidak relevan. Hal ini bertentangan dengan keadaan

sebelumnya di mana di masa Orde Baru Pancasila

justru dianggap sebagai ideologi yang sakral dan

sakti. Singkatnya terdapat suatu masalah penting

dimana dirasakan terjadi semacam kesenjangan antara

Pancasila sebagai ideologi dan dasar hidup

masyarakat Indonesia dengan realitas sosial yang

terjadi.

Ada sejumlah penjelasan, mengapa Pancasila

seolah "lenyap" dari kehidupan kita. Pertama,

situasi dan lingkungan kehidupan bangsa yang telah

berubah baik di tingkat domestik, regional maupun

global. Situasi dan lingkungan kehidupan bangsa pada

tahun 1945 -- 66 tahun yang lalu -- telah mengalami

perubahan yang amat nyata pada saat ini, dan akan

terus berubah pada masa yang akan datang. Beberapa

perubahan yang kita alami antara lain: (1)

terjadinya proses globalisasi dalam segala aspeknya;

19

(2) perkembangan gagasan hak asasi manusia (HAM)

yang tidak diimbagi dengan kewajiban asasi manusia

(KAM); (3) lonjakan pemanfaatan teknologi informasi

oleh masyarakat, di mana informasi menjadi kekuatan

yang amat berpengaruh dalam berbagai aspek

kehidupan, tapi juga yang rentan terhadap

"manipulasi" informasi dengan segala dampaknya.

perubahan tersebut telah mendorong terjadinya

pergeseran nilai yang dialami bangsa Indonesia,

sebagaimana terlihat dalam pola hidup masyarakat

pada umumnya, termasuk dalam corak perilaku

kehidupan politik dan ekonomi yang terjadi saat ini.

(BJ Habibie, 2011)

Para pejabat negara yang seharusnya lebih

memberikan teladan dalam mengamalkan nilai-nilai

Pancasila, sekarang ini justru terjadi sebaliknya.

Pelanggaran nilai-nilai Pancasila kerap terjadi di

kalangan pejabat negara. Korupsi adalah salah satu

cerminan pelanggaran nilai-nilai Pancasila yang

dilakukan para oknum pejabat. Begitu banyak kasus

korupsi yang terjadi di negeri ini, mulai dari

kasus-kasus besar seperti kasus Bank Century yang

merugikan uang Negara triliunan rupiah, kasus Gayus

Tambunan yang melahap uang pajak dari rakyat, kasus

Nazarudin, kasus BLBI, kasus Nunun Nurbaeti dan

begitu banyak kasus korupsi lainnya.

20

Padahal jika kita lihat sila kelima Pancasila,

yaitu keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia,

seharusnya pejabat Negara lebih mengedepankan

kepentingan rakyat untuk kesejahteraan seluruh

rakyat Indonesia. Tapi betapa jahatya para pejabat

kita yang hanya mementingkan kepentingan pribadi dan

golongan, memperkaya diri sendiri, tak peduli jutaan

rakyat Indonesia yang masih kelaparan.

Cerminan lain hilangnya Pancasila di sendi

kehidupan para pejabat kita adalah kesewenang-

wenangan dan ketidakadilan. Kasus terbaru yang

mengiris hati kita yang di alami seorang anak

berusia 15 tahun di Palu yang mencuri sandal

berharga 35.000 milik seorang anggota polisi. Anak

tersebut dimejahijaukan dan dinyatakan bersalah

serta diancam hukuman 5 tahun. Coba bayangkan,

mencuri sandal diancam hukuman 5 tahun tapi para

koruptor yang mencuri uang rakyat miliaran rupiah

hanya dijatuhi hukuman beberapa bulan saja, dan

tidak hanya itu, para koruptor masih dapat menikmati

kemewahan di dalam penjara.

Keadilan di negeri ini hanya tajam ke bawah

tapi masih tumpul ke atas. Pengadilan begitu

tegasnya jika menghadapi rakyat kecil namun jika

berhadapan dengan para pejabat, orang besar,

keadilan begitu mudahnya dipermainkan. Kasus

21

terakhir yang sangat menyedihkan adalah kasus

bentrok di Bima. Masyarakat Bima memprotes adanya

tambang di daerah mereka yang dirasa mengancam

lingkungan, polisi mengerahkan anggotanya untuk

membubarkan warga, begitu beringasnya polisi

membubarkan warga dengan senjata yang berujung

tewasnya 2 orang dan melukai puluhan orang. Polisi

yang seharusnya melindungi masyarakat namun yang

terjadi malah polisi seakan menganggap masyarakat

musuh negeri yang harus dilenyapkan.

Hilangnya nilai – nilai Pancasila dalam

kehidupan berbangsa juga terjadi dalam kehidupan

rakyat biasa. Persatuan bangsa yang semakin lama

terhapus akibat tingginya primordial, yaitu suatu

penyempitan fokus perhatian pada kelompok sendiri

dimana kemampuan untuk merasakan kebersamaan “kita

sebangsa” atau “kita sewilayah” diganti oleh

perspektif “mereka” dan “kami”, di mana “kami”

semakin sempit dan “mereka” yang lain dirasakan

sebagai ancaman. Akibatnya semakin marak bentrokan

antar warga ataupun antar suku yang seringkali hanya

dilatarbelakangi oleh masalah kecil.

Kekerasan atas nama agama semakin marak terjadi

di negeri ini, kerukunan antar umat beragama yang

terkandung dalam Pancasila sudah tidak lagi

diamalkan bangsa ini. Belum lagi moral pelajar

22

negeri ini yang terus memprihatinkan ditambah lagi

dengan besarnya arus globalisasi yang memudahkan

masuknya kebudayaan luar yang bertentang dengan

nilai-nilai Pancasila. Aspirasi mahasiswa dalam demo

juga sering diwujudkan dengan tindakan kekerasan,

seperti membakar ban di tengah jalan, memblokade

jalan, menghadang bahkan membakar kendaraan yang

lewat. Seakan sudah hilang citra masyarakat

Indonesia yang terkenal ramah tamah.

E. Apakah Sebagai Pengikat Pancasila Masih Dapat

Diandalkan

Tergantung bagaimana orang Indonesia

menanggapinya sekarang. Kalau saya, jujur saja,

sangat khawatir. Orang sekarang malas berbicara soal

Pancasila. Saya bertanya, siapa yang mau berdiskusi

soal Pancasila sekarang? Orang kampus saja, sudah

ogah. Sebagai warga negara, justru hal seperti itu

sangat saya khawatirkan. Tidak ada sebuah negara

yang tidak tegak di atas sebuah ideologi. Selonggar

apa pun pengertian ideologi itu. Amerika punya

ideologi, ideologi demokrasi. Kita punya apa?

Angkatan pergerakan nasional sudah memberikannya

kepada kita, yakni Pancasila. Sayangnya, dalam upaya

penerapannya, Pancasila selalu ditawarkan dalam

23

bahasa cuci otak. Dipaksakan dengan cara

indoktrinasi. (Prof. Anhar Gonggong, 2008)

Dari pendapat di atas dapat dipahami bahwa

orang Indonesia seolah sudah lupa bahwa mereka

memiliki dasar negara yang harus dikembangkan dan

dipahami. Melalui pendidikan, Pancasila dapat

disosialisasikan sebagai ilmu. Dapat dalam bermacam-

macam bentuknya. Misalnya, melalui ilmu sejarah,

dengan menerangkan secara benar proses kelahiran dan

perumusannya atau melalui ilmu kenegaraan, bagaimana

kita bernegara secara Pancasilais. Jadi, Pancasila

dapat berkembang dan tidak hanya sekadar dikunyah-

kunyah sebagai alat verbalistik. Pancasila harus

menjadi ide realistik.

Pancasila memang tidak pernah sukses saat

diterapkan. Itu adalah sebuah fakta dari zaman Bung

Karno sampai Pak Harto dan sampai sekarang

implementasi Pancasila itu gagal. Di mana-mana,

rakyat jauh dari kesejahteraan dan menderita. Yang

sebaiknya dilakukan adalah mencari pemimpin yang

baik. Jelas, persoalan ini ada pada pemimpin. Selama

kita tidak mendapatkan pemimpin yang baik, kehidupan

bangsa akan selalu seperti ini.

24

F. Upaya Menjaga Nilai-nilai Luhur Pancasila

Nilai-nilai yang terkandung dalam pancasila

merupakan suatu cerminan dari kehidupan masyarakat

Indonesia (nenek moyang kita) dan secara tetap telah

menjadi bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan

bangsa Indonesia. Untuk itu kita sebagai generasi

penerus bangsa harus mampu menjaga nilai – nilai

tersebut. Untuk dapat melakukan hal tersebut maka

perlu adanya berbagai upaya yang didukung oleh

seluruh masyarakat Indonesia.

Upaya-upaya tersebut antara lain :

1.Melalui dunia pendidikan, dengan menambahkan mata

pelajaran khusus pancasila pada setiap satuan

pendidikan bahkan sampai ke perguruan tinggi

2.Lebih memasyarakatkan pancasila dan nilai-nilai

yang terkandung didalamnya.

3.Menerapkan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan

sehari-hari

4.Memberikan sanksi yang tegas kepada pihak-pihak

yang melakukan pelanggaran terhadap pancasila.

5.Menolak dengan tegas faham-faham yang bertentangan

dengan pancasila.

Demikianlah beberapa upaya yang dapat kita

lakukan untuk menjaga nilai-nilai luhur pancasila

25

sehingga masyarakat yang aman dan sejahtera dapat

terwujud.

BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Pancasila sebagai ideologi negara yang telah

direncanakan oleh para pendiri bangsa, belum

begitu terwujud dengan apa yang diinginkan. Hal

ini terlihat dari bagaimana cara pemerintah maupun

masyarakat Indonesia dalam memahami dan

melaksanakan pancasila sebagai pedoman hidup

maupun sebagai landasan hukum tertinggi.

26

Bahkan pada jaman sekarang ini Pancasilan

seolah telah terlupakan oleh bangsa Indonesia baik

itu sebagai Pedoman hidup maupun landasan hukum

berbangsa Indonesia. Dan apa yang terjadi dalam

negara ini tidak lain adalah akibat dari

terlupakannya nilai arti yang terkandung dalam

Pancasila dan bangsa ini tidak lagi menanamkan

Budaya Berpancasila sebagai ideologi.

B. Saran

Kita sebagai bangsa yang besar yang telah

dari setengah abad mengaku merdeka hendaklah

berbenah dan kembali pada jati diri bangsa yang

berpedoman pada Pancasila. Lebih memahami nilai

dari kandungan Pancasila dan melaksanakannya

dengan kesadaran dan keikhlasan hidup berbagsa,

sebagai bangsa yang besar. Untuk memwujudkan

negara yang maju disegani negara lain dengan

berpegang teguh pada Pancasila.

DAFTAR PUSTAKA

27

M. Aziz Toyibin dan A. Kosasih Djahiri. (1992/1993).

Pendidikan Pancasila I. Departemen Pendidikan dan

Kebudayaan Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi

Proyek Pembinaan Tenaga Pendidikan.

Prof. Darji Darmodiharjo, SH. (1984). Pancasila Suatu

Orientasi Singkat. Jakarta: Aries Lima.

Sekretariat Negara Republik Indonesia. (1985). Undang-

Undang Dasar. Indonesia: PT Cicero.

Prof. Drs. C. S. T. Kansil, S.H dan Christine S. T.

Kansil, S.H, M. H. (2003). Pancasila dan Undang-

Undang Dasar 1945. Jakarta: PT Pradnya Paramita.

Policy paper. (2012). Revitalisasi Pendidikan Pancasila.

Jakarta: Sekolah Tanpa Batas.

Tim Modul Pkn SMA Jakarta Timur. (2012). Pendidikan

Kewarganegaraan. Jakarta: Galuh Pustaka.

Simposium Pringatan Hari Lahir Pancasila. (2006).

Restorasi Pancasila Mendamaikan Politik Identitas dan

Modernitas. Jakarta: GH2J4

Franz Magnism – Suseno. (2007). Berebut Jiwa Bangsa.

Jakarta: Kompas

http://habibiecenter.or.id/detilurl/id/117//

Pidato.BJ.Habibie.Dalam.Peringatan.Hari.Lahir.Panc

asila

http://nasional.kompas.com/read/2013/06/02/07041698/

Pancasila.Makin.Dibutuhkan.Bangsa.Ini

28

http://wardonojakarimba.blogspot.com/2012/01/hilangnya-

pancasila-di-sendi-sendi.html

http://nauvallrizal.tumblr.com/post/47541591110/

hilangnya-nilai-nilai-pancasila-dari-jiwa-anak

http://phenabiru.wordpress.com/2013/04/27/penyimpangan-

perilaku-warga-negara-terhadap-nilai-nilai-

pancasila/

http://suryaden.blogspot.com/2008/11/anhar-gonggong-two-thums-up.html

http://www.harianhaluan.com/index.php/haluan-kita/15162-reformasi-dan-tergerusnya-nilai-nilai-luhur-pancasila

29