Pilar Kehidupan Berbangsa dan Bernegara

432
i 6 Agustus 2012

Transcript of Pilar Kehidupan Berbangsa dan Bernegara

i

6 Agustus 2012

ii

2012

3

Empat Pilar Kehidupan Berbangsa Dan Bernegara

xxiii + 198 halaman ISBN

Sekretariat Jenderal MPR RIJl. Jend. Gatot Subroto No.6 Jakarta - 10270

4

MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT

REPUBLIK INDONESIA

————

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi

Wabarakatuh Salam sejahtera bagi kita

semua

Sejak awal berdirinya Negara KesatuanRepublik Indonesia, kebhinnekaan merupakankekayaan Negara Indonesia yang harusdiakui, diterima, dan dihormati.Kemajemukan sebagai anugerah juga harusdipertahankan, dipelihara, dan dikembangkanyang kemudian diwujudkan dalam semboyanBhinneka Tunggal Ika. Keberagaman tersebuttelah diakomodasi dalam Undang-Undang DasarNegara Republik Indonesia Tahun 1945.

Dalam sejarah perjalanan bangsa, tidakdapat dimungkiri bahwa yang menjadiperekat dan pengikat kerukunan bangsaadalah nilai-nilai yang tumbuh, hidup, danberkembang dalam kehidupan masyarakat.Nilai-nilai itu telah menjadi kekuatan

5

pendorong untuk mencapai tujuan yangdicita-citakan. Kristalisasi nilai-nilaitersebut, tidak lain adalah sila-silayang terkandung dalam Pancasila.

Pancasila telah membimbing kehidupanlahir batin yang makin baik di dalammasyarakat Indonesia. Pancasila sebagaimanatermaktub pada Pembukaan Undang-UndangDasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945telah diterima dan ditetapkan sebagaidasar negara. Di dalam Pancasilaitulah

6

tercantum kepribadian dan pandangan hidupbangsa yang telah diuji kebenaran dankeampuhannya, sehingga tidak ada satukekuatan manapun juga yang mampu memisahkanPancasila dari kehidupan bangsa Indonesia.

Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR)sebagai penjelmaan semangat kekeluargaannegara Indonesia, memiliki tanggung jawabuntuk mengukuhkan nilai-nilai fundamentalkehidupan berbangsa dan bernegara, sesuaidengan mandat konstitusional yangdiembannya. Dalam kaitan ini, MPRmelaksanakan tugas-tugas konstitusionalnyadengan menjunjung tinggi nilai-nilai luhurbangsa. Salah satu upaya yang dilakukanMPR adalah dengan melaksanakan tugasmemberikan pemahaman nilai-nilai luhurbangsa yang terdapat pada Pancasila,Undang-Undang Dasar Negara RepublikIndonesia Tahun 1945, Negara KesatuanRepublik Indonesia, dan Bhinneka TunggalIka kepada masyarakat. Upaya iniselanjutnya dikenal dengan kegiatanSosialisasi Empat Pilar KehidupanBerbangsa dan Bernegara.

Pemilihan nilai-nilai Empat Pilartidak lain adalah untuk mengingatkankembali kepada seluruh komponen bangsaagar pelaksanaan dan penyelenggaraankehidupan berbangsa dan bernegara terus

7

dijalankan dengan tetap mengacu kepadatujuan negara yang dicita-citakan, sertabersatupadu mengisi pembangunan, agarbangsa ini dapat lebih maju dan sejahtera.

Kegiatan sosialisasi dilakukan olehseluruh anggota MPR dengan sasaranpenyelenggara negara dan kelompokmasyarakat di seluruh wilayah Indonesia.Tugas ini merupakan wujud dari pelaksanaanketentuan Pasal 15 ayat (1) huruf e Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2009 tentang MPR,DPR, DPD, dan DPRD, yang menetapkan bahwasalah satu tugas Pimpinan MPR adalahmengoordinasikan Anggota MPR untukmemasyarakatkan Undang-Undang Dasar NegaraRepublik Indonesia Tahun 1945. Dalampelaksanaannya, sesuai dengan ketentuanPasal 22 ayat(1) huruf e Peraturan Tata Tertib

MPR, tugas tersebut

8

diimplementasikan oleh Pimpinan MPRdengan menyosialisasikan Empat PilarKehidupan Bermasyarakat, Berbangsa, danBernegara.

Selain dilaksanakan oleh seluruhanggota MPR, dalam mengorganisasipelaksanaan sosialisasi, Pimpinan MPR jugamembentuk Tim Kerja Sosialisasi yanganggotanya berjumlah 35 orang, terdiri atasunsur Fraksi-fraksi dan Kelompok AnggotaDPD di MPR yang ditugasi untuk menyusunmateri dan metodologi, memantau, danmengevaluasi penyelenggaraan kegiatansosialisasi, serta melaksanakansosialisasi.

Kegiatan sosialisasi sangat pentingkarena saat ini masih banyak penyelenggaranegara dan kelompok masyarakat yang belummemahami dan mengerti tentang nilai-nilaiyang terkandung di dalamnya. Selain itu,banyak masukan dan harapan dari masyarakatbahwa sosialisasi yang telah dilakukanmemang sudah sangat e f ektif namun belummenjangkau seluruh masyarakat, sehingga MPRharus terus melakukan sosialisasi denganjangkauan yang lebih luas yang diharapkanakan banyak masyarakat yang paham terhadapnilai-nilai luhur bangsa.

Penerbitan buku Empat Pilar Kehidupan

9

Berbangsa dan Bernegara merupakan upayastrategis dalam rangka memberikan informasiyang luas kepada masyarakat tentangsejarah, perkembangan, tantangan kekinian,dan aktualisasi dari Pancasila, Undang-Undang Dasar Negara Republik IndonesiaTahun 1945, Negara Kesatuan RepublikIndonesia, dan Bhinneka Tunggal Ika.

v

Akhirnya, semoga Buku ini bermanfaatdalam kegiatan sosialisasi dan dalammemahami aturan dasar Negara KesatuanRepublik Indonesia.

Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Jakarta,Februari

2012 SEKRETARISJENDERAL,

Drs. EDDIE SIREGAR,M.Si.

v

PENDAHULUANA Latar Belakang Pentingnya Sosialisasi Empat

Pilar.............. ...........1

B Kondisi Kehidupan Berbangsa dan Bernegara.................................

11C Peran MPR Dalam Sosialisasi Empat Pilar 17

PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI DAN DASAR NEGARAA Sejarah Lahirnya Pancasila

................................................25

B Rumusan Pancasila................................................

41

DAFTAR ISIHal

Kata Pengantar Vix

Daftar IsiSambutan Pimpinan Tim Kerja

Sosialisasi MPR Sambutan Pimpinan

MPR RI

x

i

xi

x

Bab I

Bab II

1. Sila Pertama....................................422. Sila Kedua.......................................473. Sila Ketiga......................................594. Sila Keempat....................................645. Sila Kelima......................................74

C Pancasila Sebagai Ideologi dan Dasar NegaraD Tantangan Kekinian dan Solusi Menghadapinya

1. Tantangan Kekinian................................................2. Solusi Menghadapi Tantangan...............................................

Bab III UNDANG-UNDANG DASAR NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1945 SEBAGAI KONSTITUSI NEGARAA Paham Konstitusionalisme 109B Sejarah Keberlakuan Konstitusi 115

1. Periode UUD 1945 (18 Agustus 1945 s.d. 27 Desember 1949...................................115

2. Periode Konstitusi RIS (27 Desember 1949 s.d. 17 Agustus1950)............................................................................................... 119

3. Periode Undang-Undang Dasar Sementara 1950 (17Agustus1950 s.d. 5 Juli 1959) ........................122

4. Periode Undang-Undang Dasar 1945 (5 Juli 1959 s.d. 1999) .....................................125

5. Periode Undang-Undang Dasar Negara RepublikIndonesia1945 (tahun 1999 s.d. sekarang) .............129

v

Bab IV NEGARA KESATUAN REPUBLIK INDONESIA SEBAGAI BENTUK NEGARAA Indonesia Sebelum Kemerdekaan.....................137

1. Sejarah Nama Indonesia ........................1372. Masa Penjajahan ..................................................................................143

B Indonesia Setelah Kemerdekaan.....................147

v

1471. Konsep Negara Kesatuan Menurut UUD 1945 .....1602. Sejarah Konsep Negara Kesatuan Dalam

Undang-Undang Dasar.................................................................................

9

Bab V BHINNEKA TUNGGAL IKA SEBAGAI SEMBOYAN NEGARAA Bhinneka Tunggal Ika

.................................................169

1. Sejarah Bhinneka Tunggal Ika..........................................

1692. Bhinneka Tunggal Ika Dalam Konteks Indonesia

..........................172

B Keanekaragaman Bangsa Indonesia........................................

183

Bab VI PENUTUP .............................................189

DAFTAR PUSTAKA.............................................................

193

DAFTAR LAMPIRANNama-Nama Anggota Tim Kerja Sosialisasi 2010-2014....................................................

197

1

MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYATREPUBLIK INDONESIA

————

SAMBUTANPIMPINAN TIM KERJA SOSIALISASI MPR RI

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Proklamasi kemerdekaan adalah buahperjuangan untuk mewujudkan cita-citabangsa Indonesia dalam kehidupan bangsayang lebih baik, adil, dan sejahtera. Nilaidasar yang terkandung dalam proklamasiadalah perjuangan yang berperan sebagaipemicu bangkitnya semangat bangsa dalamupaya pembangunan segala bidang, baikideologi, politik, hukum, ekonomi, sosial,budaya, pertahanan, keamanan, dan agama.

Dalam mengisi kemerdekaan, bangsaIndonesia memiliki konsepsi bersamamenyangkut hal-hal fundamental bagikeberlangsungan, keutuhan, dan kejayaanbangsa. Dalam pidato di Perserikatan BangsaBangsa tanggal 30 September 1960, PresidenSoekarno memperkenalkan Pancasila kepadadunia sebagai konsepsi dan cita-citabangsa Indonesia. Pancasila mengandung

1

nilai-nilai yang sesuai dengan kondisikebangsaan dalam menghadapi tantangan danmencerminkan karakteristik bangsa.

Dalam pandangan Presiden Soekarno,“Tidak ada dua bangsa yang caraberjuangnya sama. Tiap-tiap bangsamempunyai cara berjuang sendiri, mempunyaikarakteristik sendiri. Oleh karena itu,pada hakikatnya bangsa sebagai individumempunyai kepribadian sendiri. Salah satukarakteristik

Indonesia sebagai negara-bangsa adalahkebesaran, keluasan, dan kemajemukannya.Oleh karena itu, diperlukan suatukonsepsi, kemauan, dan kemampuan yangkuat, yang dapat menopang kebesaran,keluasan, dan kemajemukan keindonesiaan”.

Indonesia adalah satu negara yangmemiliki potensi menjadi negara besar.Cita-cita kemerdekaan serta upayamewujudkan masyarakat adil dan makmurmengalami pasang surut yang luar biasa.Konsep-konsep baru dalam negara, baikkonsep ekonomi, politik, tatanan negara,serta tatanan nilai-nilai kemasyarakatanyang tertuang dalam undang-undang dasar,telah tampil di permukaan, semuanyamenunjukkan upaya pencapaian dan perbaikandari m asa sebelum re f or m asi berguli r .

Sejak awal berdirinya Negara KesatuanRepublik Indonesia, para pendiri negaramenyadari bahwa keberadaan masyarakat yangmajemuk merupakan kekayaan bangsaIndonesia yang harus diakui, diterima, dandihormati, kemudian diwujudkan dalamsemboyan Bhinneka Tunggal Ika. N a m un tanpadisa d ari, ketidakmampuan mengelolakemajemukan dan ketidaksiapan sebagianmasyarakat menerima kemajemukan tersebutserta pengaruh berkelanjutan politikkolonial devide et impera telah mengakibatkanterjadinya berbagai gejolak yang

membahayakan persatuan dan kesatuan bangsa.

Hal tersebut berpotensi melahirkanketidakadilan, konflik vertikal antarapusat dan daerah maupun konflik horizontalantar berbagai unsur masyarakat,pertentangan ideologi, agama, kemiskinanstruktural, kesenjangan sosial, dan lain-lain.

Oleh karena itu, bagi Negara Indonesiayang mempunyai heterogenitas demikiankompleks dengan potensi disintegrasi yangtinggi, mengharuskan setiap langkah dankebijakannya diarahkan untuk memperkuatpersatuan dan kesatuan serta memperkukuhkomitmen kebangsaan dengan memandang bahwakeanekaragaman ras, suku, agama, danbahasa daerah

xi

merupakan khasanah budaya yang justrudapat menjadi unsur pemersatu bangsa.Jadi, komitmen kebangsaan pada hakikatnyaadalah usaha meningkatkan nasionalisme danrasa kebangsaan sebagai satu bangsa yangbersatu dan berdaulat dalam wilayah NegaraKesatuan Indonesia.

Keadaan yang dianggap rancu saat ini,sedikit banyak dipengaruhi oleh pemahamanyang parsial terhadap nilai-nilai luhurbangsa. Dengan demikian, diperlukan adanyasemangat dan ketulusan segenap komponenbangsa untuk menerapkan nilai-nilai luhurtersebut sebagai kontrol dan koreksi dalampenyelenggaraan negara.

Kehidupan bermasyarakat, berbangsa, danbernegara di Indonesia secara alamiahmengalami suatu pergeseran atau perubahanyang signifikan dari semua sendikehidupan. Semua dampak yang muncul dalamproses tersebut harus segera ditanggapidan dipertimbangkan guna memperkuatsuasana kehidupan bermasyarakat danbernegara dalam menyongsong era yangsemakin modern, sehingga pelaksanaankehidupan berbangsa dan bernegara tetapdalam koridor mencapai tujuan negara.

Dalam kerangka pembangunan bangsainilah, Pimpinan MPR sesuai dengan amanatPasal 15 ayat (1) huruf e Undang- UndangNomor 27 tahun 2009 tentang Majelis

Permusyawaratan Rakyat, Dewan PerwakilanRakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan DewanPerwakilan Rakyat Daerah, melaksanakantugas mengoordinasikan Anggota MPR untukmelakukan sosialisasi. Tugas tersebutdiwujudkan dengan komitmen Pimpinan MPRuntuk memberikan pemahaman kepadamasyarakat terhadap nilai-nilai luhurbangsa yang terdapat dalam konsepsi EmpatPilar Kehidupan Berbangsa dan Bernegara,yaitu Pancasila, Undang-Undang Dasar NegaraRepublik Indonesia Tahun 1945, NegaraKesatuan Republik Indonesia, dan BhinnekaTunggal Ika.

xii

Penyebutan Empat Pilar kehidupanberbangsa dan bernegara tidaklahdimaksudkan bahwa keempat pilar tersebutmemiliki kedudukan yang sederajat. Setiappilar memiliki tingkat, fungsi, dankonteks yang berbeda. Dalam hal ini,posisi Pancasila tetap ditempatkan sebagainilai fundamental berbangsa dan bernegara.

Empat pilar dari konsepsi kenegaraanIndonesia tersebut merupakan prasyaratminimal bagi bangsa ini untuk bisa berdirikukuh dan meraih kemajuan berlandaskankarakter kepribadian bangsa Indonesiasendiri. Setiap warga Negara Indonesiaharus memiliki keyakinan, bahwa itulahprinsip-prinsip moral keindonesian yangmemandu tercapainya perikehidupan bangsayang merdeka, bersatu, berdaulat, adil, danmakmur.

Untuk itu diperlukan adanya usahasengaja untuk melakukan penyadaran,pengembangan, dan pemberdayaan menyangkutEmpat Pilar Kehidupan Berbangsa danBernegara. Kegiatan sosialisasi menjadi halpenting untuk dilaksanakan. Parapenyelenggara negara baik pusat maupundaerah dan segenap warga Negara Indonesiaharus sama-sama bertanggung jawab untukmemahami dan melaksanakan nilai-nilaiempat pilar dalam kehidupan sehari-hari.

Tim Kerja Sosialisasi MPR sebagai alat

kelengkapan Pimpinan MPR yangberanggotakan 35 orang telah melaksanakantugas sosialisasi dan tugas lainnyasebagaimana diputuskan dalam PeraturanTata Tertib MPR. Sesuai dengan PeraturanTata Tertib MPR, Tim Kerja Sosialisasibertugas untuk menyusun materi danmetodologi, melaksanakan, serta memantaudan mengevaluasi penyelenggaraan kegiatansosialisasi.

Dalam melaksanakan tugas sosialisasi,Tim Kerja Sosialisasi telah melakukansosialisasi Empat Pilar ke berbagaikelompok sasaran dengan berbagai metode,baik secara langsung maupun melalui mediamassa. Beberapa kegiatan sosialisasi

xiii

1

dalam rangka memberikan pemahaman EmpatPilar adalah sosialisasi langsung kepadapenyelenggara negara dan kelompok-kelompokmasyarakat; p e la t ihan u n t u k pel a ti h ; lombakarya tulis; cerdas cermat; dialoginteraktif melalui media elektronik;sosialisasi melalui media cetak; sertaseminar dan kajian.

Dalam rangka mengoptimalkanpelaksanaan sosialisasi Empat Pilar, TimKerja Sosialisasi menyusun MateriSosialisasi Empat Pilar Kehidupan Berbangsadan Bernegara secara komprehensif. Materisosialisasi yang disusun oleh Tim KerjaSosialisasi ditetapkan dalam dua buah buku,yaitu:

1.Buku Pertama, berjudul Empat PilarKehidupan Berbangsa dan Bernegara.

Buku ini memuat bagian yang menguraikansubstansi tentang Latar belakangsosialisasi Empat Pilar, tugas dan peranMPR dalam melakukan sosialisasi, sertadasar hukum MPR melakukan sosialisasiEmpat Pilar. Selain itu, juga memuatpenjelasan tentang Empat Pilar KehidupanBerbangsa dan Bernegara, dimulai dariPancasila, Undang-Undang Dasar NegaraRepublik Indonesia Tahun 1945, NegaraKesatuan Republik Indonesia, dan

1

Bhinneka Tunggal Ika. Empat Pilartersebut diungkapkan tentang sejarahnya,perkembangannya, tantangan kekiniannya,dan aktualisasi.

2.Buku kedua, berjudul PanduanPemasyarakatan Undang-Undang DasarNegara Republik Indonesia Tahun 1945dan Ketetapan MPR.

Buku ini berisi tentang materisosialisasi dalam memasyarakatkanUndang-Undang Dasar Negara RepublikIndonesia Tahun 1945, Latar Belakang,Proses dan Hasil Perubahan Undang-UndangDasar Negara Republik Indonesia Tahun1945 yang disusun oleh Panitia Ad Hoc IBadan Pekerja MPR dan Putusan MajelisPermusyawaratan

1

Rakyat Republik Indonesia (Ketetapan danKeputusan MPR) yang disusun oleh PanitiaAd Hoc II Badan Pekerja MPR padaperiode 1999-2004. Buku ini bukanmerupakan penjelasan atau tafsir Undang-Undang Dasar Negara Republik IndonesiaTahun 1945 dan Ketetapan MPR, tetapimerupakan uraian dan informasi seputarlatar belakang, proses, hasil perubahan,dan naskah asli Undang-Undang DasarNegara Republik Indonesia Tahun 1945serta hasil peninjauan terhadap materidan status hukum Ketetapan MPR danKetetapan MPRS.

Kedua buku tersebut disusun denganmelibatkan para pakar/ahli. Setelahseluruh materi dibahas oleh Tim KerjaSosialisasi dan Tim Kecil secara terus-menerus, konsep materi diujisahihkan dalamlokakarya oleh pakar/ahli serta tokohnasional, yaitu Prof. Dr. Ahmad Syafi'iMa'arif, M.A.; Prof. DR. Jimly Asshiddiqie,S.H.; Prof. DR. Maria Farida Indrati,S.H.; Prof. DR. Azyumardi Azra, M.A.; Dr.Franz Magnis Suseno, SJ; Mayjen TNI (purn)I Putu Sastra Wingarta, S.IP.,M.Sc(mewakili Gubernur Lemhannas); Prof. DR.Bachtiar Effendy; Prof. Dr. Tadjuddin NoerEffendi, MA; Harun Kamil, S.H.; YudiLatief, M.A., Ph.D; DR. Arief Rachman; DR.Asvi Warman Adam; dan Dr. Bambang

1

Noorsena. Selanjutnya, dilakukan rapat-rapat finalisasi oleh Tim KerjaSosialisasi dengan melibatkan Tim Editor,yaitu Prof. DR. Bachtiar Effendy dan YudiLatief, M.A., Ph.D serta ahli bahasa dariBadan Pengembangan dan Pembinaan BahasaKementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Dra.Ebah Suaebah, M.Hum.

Terbitnya buku Empat Pilar KehidupanBerbangsa dan Bernegara ini melalui prosespembahasan yang panjang dan alhamdulillahdapat diselesaikan. Buku ini merupakanbahan pegangan bagi Anggota MPR, ba i k yang memiliki kewajiban untukmenyosialisasikan Empat Pilar KehidupanBerbangsa dan Bernegara di daerahpemilihannya masing-masing m a upun dalamkegiatan sosialisasi MPR lainnya. Buku inidisadari masih

1

belum sempurna, oleh karena itu, kamimengharapkan masukan dan saran dari semuapihak untuk penyempurnaan terhadap bukuini.

Wassalamu’alaikum WarahmatullahiWabarakatuh

Jakarta, Februari 2012

PIMPINAN TIM KERJA SOSIALISASI MPR RI,

Ketua,

Wakil Ketua, Wakil Ketua, Wakil Ket

xvi

i

MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYATREPUBLIK INDONESIA

————

SAMBUTANPIMPINAN MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYATREPUBLIK INDONESIA PERIODE 2009-2014

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Upaya pemahaman sejarah oleh warganegara merupakan bagian dari usahamenempatkan bangsa dalam konteks perubahanzaman yang terus berlangsung, sehinggasumber- sumber sejarah akan dapat dijadikansebagai pemersatu dan pengikat identitasbangsa di tengah perkembangan hubungandunia internasional. Setiap warga negaraharus mengetahui gambaran sejarah negara,sehingga negara berkewajiban untuk sejauhmungkin memperkenalkan visi kesejarahandan memberikan gambaran tentang sebuahsejarah nasional yang dapat dipahami darigenerasi ke generasi. Melalui penegasankesejarahan nasional, identitas bangsaakan terus terpelihara dalam kehidupanberbangsa dan bernegara.

Proklamasi Kemerdekaan Negara Indonesiatanggal 17 Agustus 1945 merupakan buah

sejarah dan puncak perjalanan panjangperjuangan bangsa Indonesia. Setiapperistiwa memiliki keterkaitan dan benangmerah yang kuat antara peristiwa yang satudengan peristiwa yang lainnya. Momentumberdirinya berbagai organisasi sosialpolitik yang dimulai pada tahun 1905dengan berdirinya Sarikat Dagang Islam danpada tahun 1908 dengan berdirinya BudiUtomo, berkumandangnya Sumpah

xviii

Pemuda pada tahun 1928, dan ProklamasiKemerdekaan 1945 merupakan satu rangkaiantonggak sejarah perjuangan pergerakannasional yang monumental. Rangkaiansejarah itu menggambarkan ikhtiar kolektifbangsa Indonesia membebaskan diri dariimperalisme dalam rangka membangun jiwadan raga sebagai suatu bangsa, yaitu bangsaIndonesia.

Presiden Soekarno dalam Sidang PanitiaPersiapan Kemerdekaan Indonesia tanggal 18Agustus 1945 pada acara perumusan Undang-Undang Dasar mengatakan, “Negara Indonesiaharus dibangun dalam satu mata rantaiyang kokoh dan kuat dalam lingkungankemakmuran bersama. Kebangsaanyang dianjurkan bukan kebangsaan yangmenyendiri dengan hanya mencapai Indonesiamerdeka, tetapi harus menuju pula padakekeluargaan bangsa-bangsa menujupersatuan dunia. Internasionalisme tidakdapat hidup subur kalau tidak berakar didalam buminya nasionalisme. Nasionalismetidak dapat hidup subur kalau tidak hidupdalam taman sarinya internasionalisme”.

Makna yang terkandung dalam pidatotersebut, memberikan pesan kepada generasipenerus bangsa untuk bahu- membahumembangun bangsa dalam kerangka persatuan.Dengan bersatu, Bangsa Indonesia siapmenghadapi kemajuan dan perkembangan duniainternasional, sehingga tujuan negara

sebagaimana termaktub dalam PembukaanUndang-Undang Dasar Negara RepublikIndonesia Tahun 1945 akan tercapai.

Seiring dengan perkembangan kehidupanglobal dan tuntutan sebagai akibat dariadanya kemajuan dalam segala bidang,kemerdekaan bangsa harus kita terjemahkandalam format pembentukan kedaulatanekonomi, demokratisasi, serta pembebasanseluruh rakyat Indonesia dari segalabentuk belenggu kemiskinan, kebodohan, danketerbelakangan.

Kelemahan bangsa dalam menghadapiliberalisasi sebagai buah dari globalisasidikhawatirkan akan menimbulkan berbagaiekses negatif. Salah satunya adalahkekhawatiran terjadinya

xix

2

krisis ideologis yang akhirnya akanmenggerus jati diri sebuah bangsa yangPancasilais. Beberapa indikator sepertiliberalisasi di bidang ekonomi, maraknyaaksi kekerasan fisik dan phsikis atas namaperbedaan agama dan keyakinan, perbedaankepentingan politik, perebutan sumber-sumber ekonomi dan dekadensi moral tidaklepas dari pengaruh globalisasi tersebut.

Ekses negatif dari arus globalisasidan liberalisasi apabila tidak diresponssecara arif, khususnya oleh para elitepolitik kita, justru akan mengancam maknakemerdekaan di tingkat individual dimasyarakat. Oleh karena itu, pengukuhanterhadap nilai-nilai dasar nasionalismeyang telah dibentuk sejak kemerdekaan,yaitu kecintaan terhadap pluralisme bangsa,solidaritas dan persatuan, merupakan ihwalyang esensial untuk dikembangkan sebagaiupaya mengisi makna kemerdekaan.

Menyadari situasi dan kondisi bangsaIndonesia yang demikian itu, MPR sesuaidengan tugas yang diamanatkan oleh Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2009 telahmerancang dan melaksanakan agendapemantapan kehidupan berbangsa danbernegara melalui sosialisasi Empat PilarKehidupan Berbangsa dan Bernegara, yaknisosialisasi Pancasila sebagai Dasar Negara,

2

Undang-Undang Dasar Negara RepublikIndonesia Tahun 1945 sebagai KonstitusiNegara, Negara Kesatuan Republik Indonesiasebagai Bentuk Negara, dan BhinnekaTunggal Ika sebagai semboyan negara.

Empat Pilar Kehidupan Berbangsa danBernegara adalah kumpulan nilai-nilai luhuryang harus dipahami oleh seluruh masyarakatdan menjadi panduan dalam kehidupanketatanegaraan untuk mewujudkan bangsa dannegara yang adil, makmur, sejahtera, danbermartabat. Melalui pengamalan nilai-nilai Empat Pilar, maka diharapkan dapatmengukuhkan jiwa kebangsaan, nasionalisme,dan patriotisme generasi penerus bangsauntuk semakin mencintai dan berkehendakuntuk membangun negeri. Empat Pilar iniakan dapat menjadi panduan yang efektifdan nyata, apabila semua pihak, segenapelemen

2

bangsa, para penyelenggara negara dan masyarakat konsisten mengamalkannya dalam arti yang seluas-luasnya.

Dalam rangka menghidupkan kembalinilai-nilai luhur bangsa tersebut, selainmelakukan sosialisasi, MPR telahmenjalankan berbagai langkah terobosan danpembaharuan, antara lain dengan penetapantanggal 18 Agustus sebagai hari lahirkonstitusi dan peringatan pidato Bung Karnotanggal 1 Juni yang mengungkapkan tentangpentingnya Pancasila sebagai nilai-nilaidasar dalam membangun negara.

Dalam melaksanakan tugas sosialisasi,Pimpinan MPR membentuk Tim KerjaSosialisasi yang anggota berjumlah 35orang, terdiri atas unsur Fraksi-fraksidan Kelompok Anggota DPD di MPR. Tugas TimKerja Sosialisasi sebagaimana tercantumpada Peraturan Tata Tertib MPR adalahmenyusun materi dan metodologi,melaksanakan, serta memantau danmengevaluasi penyelenggaraan kegiatansosialisasi.

Dalam rangka sosialisasi nilai-nilaiEmpat Pilar, Tim Kerja Sosialisasi MPRsebagai alat kelengkapan Pimpinan MPR,menyusun Buku Materi Sosialisasi EmpatPilar Kehidupan Berbangsa dan Bernegara

2

secara komprehensif. Materi Empat Pilarmemuat sejarah dan nilai-nilai luhurbangsa serta fakta- fakta sejarah bangsasehingga akan memberikan informasi,mencerahkan, dan membangkitkan semangatcinta tanah air dari generasi bangsa.

Penerbitan Buku Empat Pilar KehidupanBerbangsa dan Bernegara dimaksudkansebagai bahan materi sosialisasi yangdilakukan oleh segenap Anggota MPRsehingga dapat memudahkan masyarakatmengetahui dan memahami nilai-nilai luhurbangsa.

Kami berharap masukan dan perbaikandari semua pihak untuk penyempurnaan isibuku ini, sehingga upaya kita bersama

x

dalam memasyarakatkan nilai-nilai EmpatPilar Kehidupan Berbangsa dan Bernegara semakin meningkat kualitasnya.

Akhirnya, semoga penerbitan buku ini dapat membawa manfaat bagi nusa, bangsa, dan negara.

Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Jakarta,Februari 2012

PIMPINAN MPR RI,

Ketua,

H. M. TAUFIQ KIEMAS

WakilKetua,

Drs. HAJRIYANTO Y. THOHARI, M.A

Wakil Ketua,

Hj. MELANI LEIMENA SUHARLI

WakilKetua,

Wakil Ketua,

LUKMAN HAKIM SAIFUDDIN

xxi

ii

1

BAB IPENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG PENTINGNYA

SOSIALISASI EMPAT PILAR

Salah satu karakteristik Indonesiasebagai negara-bangsa adalah kebesaran,keluasan dan kemajemukannya. Sebuah negara-bangsa yang mengikat lebih dari 1.128(seribu seratus dua puluh delapan) sukubangsa (data BPS) dan bahasa, ragam agamadan budaya di sekitar 17.508 (tujuh belasribu lima ratus delapan) pulau (citrasatelit terakhir menunjukkan 18.108 pulau),yang membentang dari 6˚08΄ LU hingga 11˚15΄LS, dan dari 94˚45΄ BT hingga 141˚05΄ BT(Latif, 2011: 251; United nations EnvironmentProgram, UNEP, 2003). Untuk itu diperlukansuatu konsepsi, kemauan, dan kemampuan yangkuat dan adekuat (memenuhi syarat/memadai),yang dapat menopang kebesaran, keluasan,dan kemajemukan keindonesiaan.

Para pendiri bangsa berusaha menjawabtantangan tersebut dengan melahirkansejumlah konsepsi kebangsaan dan

2

kenegaraan, antara lain yang berkaitandengan dasar negara, konstitusi negara,bentuk negara, dan wawasan kebangsaan yangdirasa sesuai dengan karakter keindonesian.Konsepsi pokok para pendiri bangsa initidak mengalami perubahan, tetapi sebagianyang bersifat teknis-instrumental mengalamipenyesuaian pada generasi penerus bangsaini.

Setiap bangsa harus memiliki suatukonsepsi dan konsensus bersama menyangkuthal-hal fundamental bagi keberlangsungan,keutuhan dan kejayaan bangsa yangbersangkutan. Dalam pidato

3

di Perserikatan Bangsa Bangsa, pada 30September 1960, yang memperkenalkanPancasila kepada dunia, Presiden Soekarnomengingatkan pentingnya konsepsi dan cita-cita bagi suatu bangsa: “Arus sejarahmemperlihatkan dengan nyata bahwa semuabangsa memerlukan suatu konsepsi dan cita-cita. Jika mereka tak memilikinya atau jikakonsepsi dan cita-cita itu menjadi kaburdan usang, maka bangsa itu adalah dalambahaya” (Soekarno, 1989).

Setiap bangsa memiliki konsepsi dancita-citanya masing- masing sesuai dengankondisi, tantangan dan karakteristik bangsayang bersangkutan. Dalam pandanganSoekarno, “Tidak ada dua bangsa yang caraberjoangnya sama. Tiap-tiap bangsa mempunyaicara berjoang sendiri, mempunyaikarakteristik sendiri. Oleh karena padahakekatnya bangsa sebagai individumampunyai keperibadian sendiri. Keperibadianyang terwujud dalam pelbagai hal, dalamkebudayaannya, dalam perekonomiannya, dalamwataknya dan lain-lain sebagainya”(Soekarno, 1958)

Konsepsi pokok yang melandasi semua hal

4

itu adalah semangat gotong royong. BungKarno mengatakan, “Gotong royong adalahpaham yang dinamis, lebih dinamis darikekeluargaan. Saudara-saudara! Kekeluargaanadalah satu paham yang statis, tetapi gotongroyong menggambarkan satu usaha, satu amal,satu pekerjaan. Gotong royong adalahpembantingan tulang bersama, perjuanganbantu binantu bersama. Amal semua buatkepentingan semua, keringat semua buatkebahagiaan semua. Holopis kuntul baris,buat kepentingan bersama! Itulah gotongroyong.” (dikutip dari Pidato Bung Karno, 1Juni 1945).

Dengan semangat gotong royong itu,konsepsi tentang dasar negara dirumuskandengan merangkum lima prinsip utama (sila)

5

yang menyatukan dan menjadi haluankeindonesian, yang dikenal sebagaiPancasila. Kelima sila itu terdiri atas: 1)Ketuhanan Yang Maha Esa; 2) Kemanusiaanyang adil dan beradab; 3) PersatuanIndonesia; 4) Kerakyatan yang dipimpin olehhikmat kebijaksanaan dalampermusyawararan/perwakilan; 5) Keadilansosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

Kelima prinsip tersebut hendaknyadikembangkan dengan semangat gotong-royong:prinsip ketuhanan harus berjiwa gotong-royong (ketuhanan yang berkebudayaan, yanglapang, dan toleran), bukan ketuhanan yangsaling menyerang dan mengucilkan. PrinsipKemanusiaan universalnya harus berjiwagotong-royong (yang berkeadilan danberkeadaban), bukan pergaulan kemanusiaanyang menjajah, menindas, dan eksploitatif.Prinsip persatuannya harus berjiwa gotong-royong (mengupayakan persatuan dengan tetapmenghargai perbedaan, “bhinneka tunggalika”), bukan kebangsaan yang meniadakanperbedaan atau pun menolak persatuan.Prinsip demokrasinya harus berjiwa gotong-royong (mengembangkan musyawarah mufakat),

6

bukan demokrasi yang didikte oleh suaramayoritas atau minoritas elit penguasa-pemodal. Prinsip keadilannya harus berjiwagotong-royong (mengembangkan partisipasi danemansipasi di bidang ekonomi dengansemangat kekeluargaan), bukan visikesejahteraan yang berbasis individualisme-kapitalisme, bukan pula yang mengekangkebebasan individu seperti dalam sistemetatisme.

Rumusan kelima sila tersebut terkandungdalam Pembukaan Undang-Undang Dasar NegaraRepublik Indonesia Tahun 1945. Sejakpengesahan Undang-Undang Dasar ini pada 18Agustus 1945, Pancasila dapat dikatakansebagai dasar negara, pandangan hidup,ideologi negara, ligatur (pemersatu) dalamperikehidupan

7

kebangsaan dan kenegaraan, dan sumber dari segala sumber hukum.

Undang-Undang Dasar Negara RepublikIndonesia Tahun 1945, sebagai hukum dasar,merupakan kesepakatan umum (konsensus)warga negara mengenai norma dasar(grundnorm) dan aturan dasar (grundgesetze) dalamkehidupan bernegara. Kesepakatan iniutamanya menyangkut tujuan dan cita-citabersama, the rule of law sebagai landasanpenyelenggaraan negara, serta bentukinstitusi dan prosedur ketatanegaraan.Berdasarkan Undang-Undang Dasar ini,Indonesia ialah negara yang berdasarkanatas hukum (rechtsstaat), tidak berdasarkan ataskekuasaan belaka (machtsstaat). Negara jugamenganut sistem konstitusional, denganPemerintah berdasarkan konstitusi (hukumdasar), dan tidak bersifat absolut(kekuasaan yang tidak terbatas). Undang-Undang Dasar menjadi pedoman bagipelaksanaan ”demokrasi konstitusional”(constitusional democracy), yakni praktikdemokrasi yang tujuan ideologis danteleologisnya adalah pembentukan danpemenuhan konstitusi.

8

Konsepsi tentang bentuk Negara Indonesiamenganut bentuk negara kesatuan yangmenjunjung tinggi otonomi dan kekhususandaerah sesuai dengan budaya dan adatistiadatnya. Bentuk negara yang oleh sebagianbesar pendiri bangsa dipercaya bisa menjaminpersatuan yang kuat bagi negara kepulauanIndonesia adalah Negara Kesatuan (unitary).Politik devide et impera (politik pecah belah)yang dikembangkan oleh kolonial memperkuatkeyakinan bahwa hanya dalam persatuan yangbulat-mutlak, yang menjadikan perbedaansebagai kekuatan, yang membuat Indonesiabisa merdeka. Semangat persatuan yangbulat-mutlak itu dirasa lebih cocokdiwadahi dalam bentuk negara kesatuan.Selain itu, pengalaman traumatispembentukan negara federal

9

sebagai warisan kolonial, disertaikesulitan secara teknis untuk membentuknegara bagian dalam rancangan negara federalIndonesia, kian memperkuat dukungan padabentuk negara kesatuan.

Meskipun memilih bentuk negara kesatuan,para pendiri bangsa sepakat bahwa untukmengelola negara sebesar, seluas dansemajemuk Indonesia tidak bisatersentralisasi. Negara seperti inisepatutnya dikelola, dalam ungkapanMohammad Hatta “secara bergotong-royong”,dengan melibatkan peran serta daerah dalampemberdayaan ekonomi, politik dan sosial-budaya sesuai dengan keragaman potensidaerah masing-masing. Itulah makna dari apayang disebut Muhammad Yamin sebagai negarakesatuan yang dapat melangsungkan beberapasifat pengelolaan negara federal lewatprinsip dekonsentrasi dan desentralisasi(AB Kusuma, 2004).

Sejalan dengan itu, konsepsi tentangsemboyan negara dirumuskan dalam “BhinnekaTunggal Ika”, meskipun berbeda- beda, tetapsatu jua (unity in diversity, diversity in unity). Di satusisi, ada wawasan ”ke-eka-an” yang berusaha

1

mencari titik-temu dari segala kebhinnekaanyang terkristalisasikan dalam dasar negara(Pancasila), Undang-Undang Dasar dan segalaturunan perundang-undangannya, negarapersatuan, bahasa persatuan, dan simbol-simbol kenegaraan lainnya. Di sisi lain,ada wawasan kebhinnekaan yang menerima danmemberi ruang hidup bagi aneka perbedaan,seperti aneka agama/keyakinan, budaya danbahasa daerah, serta unit-unit politiktertentu sebagai warisan tradisi budaya.

Keempat konsepsi pokok itu disebutempat pilar kehidupan berbangsa danbernegara. Menurut Kamus Besar Bahasa

1

Indonesia pengertian pilar adalah tiangpenguat, dasar, yang pokok, atau induk.Penyebutan Empat Pilar kehidupan berbangsadan bernegara tidaklah dimaksudkan bahwakeempat pilar tersebut memiliki kedudukanyang sederajat. Setiap pilar memilikitingkat, fungsi dan konteks yang berbeda.Pada prinsipnya Pancasila sebagai ideologidan dasar negara kedudukannya berada di atastiga pilar yang lain.

Dimasukkannya Pancasila sebagai bagiandari Empat Pilar, semata-mata untukmenjelaskan adanya landasan ideologi dandasar negara dalam kehidupan berbangsa danbernegara, yaitu Pancasila, yang menjadipedoman penuntun bagi pilar-pilar kebangsaandan kenegaraan lainnya. Pilar NegaraKesatuan Republik Indonesia dan BhinnekaTunggal Ika sudah terkandung dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik IndonesiaTahun 1945, tetapi dipandang perlu untukdieksplisitkan sebagai pilar- pilartersendiri sebagai upaya preventifmengingat besarnya potensi ancaman dangangguan terhadap Negara Kesatuan RepublikIndonesia dan wawasan kebangsaan.

1

Pancasila sebagai ideologi dan dasarnegara harus menjadi jiwa yangmenginspirasi seluruh pengaturan kehidupanbermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.Nilai-nilai Pancasila baik sebagai ideologidan dasar negara sampai hari ini tetap kokohmenjadi landasan dalam bernegara. Pancasilajuga tetap tercantum dalam konstitusinegara kita meskipun beberapa kalimengalami pergantian dan perubahankonstitusi. Ini menunjukkan bahwa Pancasilamerupakan konsensus nasional dan dapatditerima oleh semua kelompok masyarakatIndonesia. Pancasila terbukti mampu memberikekuatan kepada bangsa Indonesia, sehinggaperlu dimaknai, direnungkan, dan diingatoleh seluruh komponen bangsa.

1

Undang-Undang Dasar Negara RepublikIndonesia Tahun 1945 adalah konstitusinegara sebagai landasan konstitusionalbangsa Indonesia yang menjadi hukum dasarbagi setiap peraturan perundang-undangan dibawahnya. Oleh karena itu, dalam negara yangmenganut paham konstitusional tidak adasatu pun perilaku penyelenggara negara danmasyarakat yang tidak berlandaskankonstitusi.

Negara Kesatuan Republik Indonesiamerupakan bentuk negara yang dipilihsebagai komitmen bersama. Negara KesatuanRepublik Indonesia adalah pilihan yangtepat untuk mewadahi kemajemukan bangsa.Oleh karena itu komitmen kebangsaan akankeutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesiamenjadi suatu “keniscayaan” yang harusdipahami oleh seluruh komponen bangsa. DalamPasal 37 ayat (5) secara tegas menyatakanbahwa khusus mengenai bentuk Negara KesatuanRepublik Indonesia tidak dapat dilakukanperubahan karena merupakan landasan hukumyang kuat bahwa Negara Kesatuan RepublikIndonesia tidak dapat diganggu gugat.

Bhinneka Tunggal Ika adalah semboyan

1

negara sebagai modal untuk bersatu.Kemajemukan bangsa merupakan kekayaan kita,kekuatan kita, yang sekaligus juga menjaditantangan bagi kita bangsa Indonesia, baikkini maupun yang akan datang. Oleh karenaitu kemajemukan itu harus kita hargai, kitajunjung tinggi, kita terima dan kita hormatiserta kita wujudkan dalam semboyan BhinnekaTunggal Ika.

Empat pilar dari konsepsi kenegaraanIndonesia tersebut merupakan prasyaratminimal, di samping pilar-pilar lain, bagibangsa ini untuk bisa berdiri kukuh danmeraih kemajuan berlandaskan karakterkepribadian bangsa Indonesia sendiri.

1

Setiap penyelenggara negara dan segenapwarga negara Indonesia harus memilikikeyakinan, bahwa itulah prinsip-prinsipmoral keindonesian yang memandu tercapainyaperikehidupan bangsa yang merdeka, bersatu,berdaulat, adil dan makmur.

Pengalaman sejarah menunjukkan bahwapengabaian, pengkhianatan, dan inkonsistensiyang berkaitan dengan keempat pilartersebut bisa membawa berbagai masalah,keterpurukan, penderitaan dan perpecahandalam perikehidupan kebangsaan.

Untuk itu diperlukan adanya usahasengaja untuk melakukan penyadaran,pengembangan dan pemberdayaan menyangkutempat pilar kehidupan berbangsa danbernegara itu. Para penyelenggara negarabaik pusat maupun daerah dan segenap warganegara Indonesia harus sama-samabertanggung jawab untuk melaksanakan nilai-nilai yang terkandung dalam empat pilartersebut dalam kehidupan sehari-hari.

Dalam negara yang berasaskankekeluargaan, para penyelenggara negarawajib memelihara budi pekerti kemanusiaan

1

yang luhur dan memegang teguh cita-citamoral rakyat yang luhur. Sementara itu,setiap warga negara hendaknya lebihmengedepankan pemenuhan kewajibannya kepadanegara sebelum menuntut hak-haknya. Untukdapat menjalankan kewajiban dan memahamihak-haknya, setiap unsur pemangkukepentingan dalam kehidupan kenegaraanharus menyadari pentingnya prinsip yangterkandung dalam keempat pilar tersebut,berusaha mengembangkan pemahamannya, sertamemberdayakan kapasitas dan komitmennyadalam aktualisasi nilai-nilai tersebutsesuai dengan bidang, profesi dan posisimasing-masing.

1

MPR sebagai penjelmaan semangatkekeluargaan negara Indonesia, memilikitanggung jawab untuk mengukuhkan pilar-pilar fundamental kehidupan berbangsa danbernegara, sesuai dengan mandatkonstitusional yang diembannya. Dalamkaitan ini, MPR berusaha melaksanakantugas-tugas konstitusionalnya denganmenjunjung tinggi nilai-nilai demokrasidengan senantiasa menyerap danmemperjuangkan aspirasi rakyat, baik yangdisalurkan melalui Dewan Perwakilan Rakyat,Dewan Perwakilan Daerah, maupun saluran-saluran publik lainnya.

MPR juga harus mampu meningkatkan perandan tanggung jawab dalam rangkamelaksanakan tugas dan wewenangnya,mengembangkan mekanisme checks and balances,meningkatkan kualitas, produktivitas, dankinerja Majelis agar sesuai dengan tuntutanperkembangan kehidupan berbangsa danbernegara.

Oleh karena itu, MPR sebagai lembagayang mencerminkan keterwakilan politikrakyat dan daerah, yang terdiri atas AnggotaDPR dan Anggota DPD, perlu melaksanakan

1

peran strategis dalam perumusan arahkebijakan pembangunan nasional yangterencana, terukur dan berkesinambungan,sehingga penyelenggaraan pembangunannasional dapat lebih fokus dalam mewujudkantujuan nasional menuju masa depan Indonesiayang lebih baik, yang telah juga dirumuskandalam Visi Indonesia Masa Depan sebagaimanatertuang dalam Ketetapan MPR NomorVII/MPR/2001 dan Undang-Undang Nomor 17Tahun 2007 tentang Rencana PembangunanJangka Panjang Nasional 2005- 2025.

Selain dalam rangka pelaksanaan tugassebagaimana diatur dalam Undang-UndangDasar, peran MPR salah satunya tercermindari pelaksanaan tugas Pimpinan MPRsebagaimana

1

terdapat pada ketentuan Pasal 15 ayat (1)huruf e Undang-Undang Nomor 27 tahun 2009tentang Majelis Permusyawaratan Rakyat,Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan PerwakilanDaerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah,yaitu mengoordinasikan Anggota MPR untukmemasyarakatkan Undang-Undang Dasar NegaraRepublik Indonesia Tahun 1945.

Peran tersebut diwujudkan dengankomitmen Pimpinan MPR untuk memberikanpemahaman kepada masyarakat terhadap nilai-nilai luhur bangsa yang terdapat dalamPancasila, Undang- Undang Dasar NegaraRepublik Indonesia Tahun 1945, NegaraKesatuan Republik Indonesia, dan BhinnekaTunggal Ika yang dikenal dengan istilahEmpat Pilar Kehidupan Berbangsa danBernegara.

Urgensi pemahaman Empat Pilar KehidupanBerbangsa dan Bernegara karena berbagaipersoalan kebangsaan dan kenegaraan yangterjadi di Indonesia saat ini disebabkanabai dan lalai dalam pengimplementasianEmpat Pilar itu dalam kehidupan sehari-hari.Liberalisme ekonomi terjadi karena kitamengabaikan sila-sila dalam Pancasila

2

terutama sila Kemanusiaan Yang Adil danBeradab dan sila K eadi la n S osial Ba gi S eluruh R akyat Ind o nesi a . Konflik horizontalterjadi karena kita lalai pada BhinnekaTunggal Ika.

Pemilihan nilai-nilai Empat Pilartersebut tidak lain adalah untukmengingatkan kembali kepada seluruhkomponen bangsa agar pelaksanaan danpenyelenggaraan kehidupan berbangsa danbernegara terus dijalankan dengan tetapmengacu kepada tujuan negara yang dicita-citakan, serta bersatu-padu mengisipembangunan, agar bangsa ini dapat lebihmaju dan sejahtera.

2

Empat Pilar Kehidupan Berbangsa danBernegara dipandang sebagai sesuatu yangharus dipahami oleh para penyelenggaranegara bersama seluruh masyarakat danmenjadi panduan dalam kehidupan berpolitik,menjalankan pemerintahan, menegakkan hukum,mengatur perekonomian negara, interaksisosial kemasyarakatan, dan berbagai dimensikehidupan bernegara dan berbangsa lainnya.Dengan pengamalan prinsip Empat PilarKehidupan Berbangsa dan Bernegara, diyakinibangsa Indonesia akan mampu mewujudkan dirisebagai bangsa yang adil, makmur,sejahtera, dan bermartabat.

Empat Pilar Kehidupan Berbangsa danBernegara dapat menjadi panduan yangefektif dan nyata, apabila semua pihak,segenap elemen bangsa, para penyelenggaranegara baik di pusat maupun di daerah danseluruh masyarakat konsisten mengamalkannilai-nilai yang terkandung didalamnya.

B. KONDISI KEHIDUPAN BERBANGSA DAN BERNEGARA

Bangsa Indonesia harus bangga memilikiPancasila sebagai ideologi yang bisa

2

mengikat bangsa Indonesia yang demikianbesar dan majemuk. Pancasila adalahkonsensus nasional yang dapat diterimasemua paham, golongan, dan kelompokmasyarakat di Indonesia. Pancasila adalahdasar negara yang mempersatukan bangsasekaligus bintang penuntun (leitstar) yangdinamis, yang mengarahkan bangsa dalammencapai tujuannya. Dalam posisinya sepertiitu, Pancasila merupakan sumber jati diri,kepribadian, moralitas, dan haluankeselamatan bangsa.

Kehidupan bangsa Indonesia akan semakinkukuh, apabila segenap komponenbangsa, di samping memahami dan

2

melaksanakan Pancasila, juga secarakonsekuen menjaga sendi- sendi utamalainnya, yakni Undang-Undang Dasar NegaraRepublik Indonesia Tahun 1945, NegaraKesatuan Republik Indonesia, dan BhinnekaTunggal Ika, sebagai Empat Pilar KehidupanBerbangsa dan Bernegara.

Dengan demikian, perjuangan ke depanadalah tetap mempertahankan Pancasilasebagai ideologi dan dasar negara, Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun1945 sebagai landasan konstitusional, NegaraKesatuan Republik Indonesia sebagai bentuknegara dan wadah pemersatu bangsa, sertaBhinneka Tunggal Ika sebagai semboyannegara yang merupakan modal untuk bersatudalam kemajemukan.

Empat Pilar Kehidupan Berbangsa danBernegara tersebut patut disyukuri dengancara menghargai kemajemukan yang hinggasaat ini tetap dapat terus dipertahankan,dipelihara, dan dikembangkan. Semua agamaturut memperkukuh integrasi nasional melaluiajaran-ajaran yang menekankan rasa adil,kasih sayang, persatuan, persaudaraan,hormat-menghormati, dan kebersamaan. Selain

2

itu, nilai-nilai luhur budaya bangsa yangdimanifestasikan melalui adat istiadat jugaberperan dalam mengikat hubungan batinsetiap warga bangsa.

Kesadaran kebangsaan yang mengkristalyang lahir dari rasa senasib dansepenanggungan, akibat penjajahan, telahberhasil membentuk wawasan kebangsaanIndonesia seperti yang tertuang dalam SumpahPemuda pada tahun 1928, yaitu tekad bertanahair satu, berbangsa satu, dan menjunjungbahasa persatuan, yaitu Indonesia. Tekadbersatu ini kemudian dinyatakan secarapolitik sebagai bangsa yang merdeka danberdaulat dalam Proklamasi 17 Agustus 1945.Namun, sejak terjadinya krisismultidimensional

2

tahun 199 7 , muncul ancaman yang seriusterhadap persatuan dan kesatuan serta nilai-nilai luhur kehidupan berbangsa. Hal itutampak dari konflik sosial yangberkepanjangan, berkurangnya sopan santundan budi pekerti luhur dalam pergaulansosial, melemahnya kejujuran dan sikapamanah dalam kehidupan berbangsa, pengabaianterhadap ketentuan hukum dan peraturan, dansebagainya yang disebabkan oleh berbagaifaktor yang berasal baik dari dalam maupunluar negeri. (Ketetapan MPR NomorVI/MPR/2001 tentang Etika KehidupanBerbangsa).

Faktor yang berasal dari dalam negeri,antara lain, (1) masih lemahnya penghayatandan pengamalan agama dan munculnyapemahaman terhadap ajaran agama yang kelirudan sempit, serta tidak harmonisnya polainteraksi antarumat beragama; (2) sistemsentralisasi pemerintahan di masa lampauyang mengakibatkan terjadinya penumpukankekuasaan di Pusat dan pengabaian terhadappembangunan dan kepentingan daerah sertatimbulnya fanatisme kedaerahan; (3) tidakberkembangnya pemahaman dan penghargaan

2

atas kebhinnekaan dan kemajemukan dalamkehidupan berbangsa; (4) terjadinyaketidakadilan ekonomi dalam lingkup luas dandalam kurun waktu yang panjang, melewatiambang batas kesabaran masyarakat secarasosial yang berasal dari kebijakan publikdan munculnya perilaku ekonomi yangbertentangan dengan moralitas dan etika;(5) kurangnya keteladanan dalam sikap danperilaku sebagian pemimpin dan tokoh bangsa;(6) tidak berjalannya penegakan hukumsecara optimal, dan lemahnya kontrolsosial untuk mengendalikan perilaku yangmenyimpang dari etika yang secara alamiahmasih hidup di tengah masyarakat; (7)adanya keterbatasan kemampuan budaya lokal,daerah, dan nasional dalam meresponspengaruh negatif dari budaya luar; (8)meningkatnya prostitusi, media pornografi,perjudian, serta pemakaian,peredaran, dan

2

penyelundupan obat-obat terlarang (KetetapanMPR Nomor VI/MPR/2001 tentang EtikaKehidupan Berbangsa); (9) Pemahaman danimplementasi otonomi daerah yang tidaksesuai dengan semangat konstitusi(Ketetapan MPR Nomor XV/MPR/1998 tentangPenyelenggaraan Otonomi Daerah, Pengaturan,Pembagian, Dan Pemanfaatan Sumber DayaNasional Yang Berkeadilan Serta PerimbanganKeuangan Pusat Dan Daerah Dalam KerangkaNegara Kesatuan Republik Indonesia).

Faktor-faktor yang berasal dari luarnegeri meliputi, antara lain, (1) pengaruhglobalisasi kehidupan yang semakin meluasdengan persaingan antarbangsa yang semakintajam; (2) makin kuatnya intensitasintervensi kekuatan global dalam perumusankebijakan nasional. Faktor-faktorpenghambat yang sekaligus merupakan ancamantersebut dapat mengakibatkan bangsaIndonesia mengalami kesulitan dalammengaktualiasikan segenap potensi yangdimilikinya untuk mencapai persatuan,mengembangkan kemandirian, keharmonisan dankemajuan. Oleh sebab itu, diperlukan upayasungguh-sungguh untuk mengingatkan kembali

2

warga bangsa dan mendorong revitalisasikhazanah nilai-nilai luhur bangsasebagaimana terdapat pada empat pilarkehidupan berbangsa dan bernegara (KetetapanMPR Nomor VI/MPR/2001 tentang EtikaKehidupan Berbangsa).

Sejak awal berdirinya Negara KesatuanRepublik Indonesia, para pendiri negaramenyadari bahwa keberadaan masyarakat yangmajemuk merupakan kekayaan bangsa Indonesiayang harus diakui, diterima, dan dihormati,yang kemudian diwujudkan dalam semboyanBhinneka Tunggal Ika. Namun disadari bahwaketidakmampuan untuk mengelola kemajemukandan ketidaksiapan sebagian masyarakat untukmenerima kemajemukan tersebut sertapengaruh berkelanjutan politik

2

kolonial devide et impera telah mengakibatkanterjadinya berbagai gejolak yangmembahayakan persatuan dan kesatuan bangsa(Ketetapan MPR Nomor V/MPR/2000 tentangPemantapan Persatuan dan Kesatuan Nasional).

Dalam sejarah perjalanan negaraIndonesia telah terjadi pergolakan danpemberontakan sebagai akibat dariketidaksiapan masyarakat dalam menghormatiperbedaan pendapat dan menerimakemajemukan, penyalahgunaan kekuasaan sertatidak terselesaikannya perbedaan pendapat diantara pemimpin bangsa. Hal tersebut telahmelahirkan ketidakadilan, konflik vertikalantara pusat dan daerah maupun konflikhorizontal antar berbagai unsur masyarakat,pertentangan ideologi dan agama, kemiskinanstruktural, kesenjangan sosial, dan lain-lain (Ketetapan MPR Nomor V/MPR/2000tentang Pemantapan Persatuan dan KesatuanNasional).

Pada waktu krisis ekonomi melandanegara-negara Asia, khususnya AsiaTenggara, yang paling menderita adalahIndonesia. Sistem ekonomi yang dibangunoleh pemerintah Orde Baru tidak berhasil

3

sepenuhnya untuk mewujudkan kesejahteraansosial. Akibatnya, terjadi kesulitanekonomi, kesenjangan sosial, dan meluasnyakrisis kepercayaan. Pada gilirannyaketidakpuasan masyarakat memuncak berupatuntutan reformasi total (Ketetapan MPRNomor V/MPR/2000 tentang PemantapanPersatuan dan Kesatuan Nasional).

Gerakan reformasi pada hakikatnyamerupakan tuntutan untuk melaksanakandemokratisasi di segala bidang, menegakkanhukum dan keadilan, menegakkan hak asasimanusia, memberantas korupsi, kolusi dannepotisme, melaksanakan otonomi daerah danperimbangan keuangan antara pemerintah

3

pusat dan daerah, serta menata kembali perandan kedudukan Angkatan Bersenjata RepublikIndonesia (Ketetapan MPR Nomor V/MPR/2000tentang Pemantapan Persatuan dan KesatuanNasional).

Usaha untuk mewujudkan gerakanreformasi secara konsekuen dan untukmengakhiri berbagai konflik yang terjadi,jelas memerlukan kesadaran dan komitmenseluruh warga masyarakat untuk memantapkanpersatuan dan kesatuan nasional. Persatuandan kesatuan nasional hanya dapat dicapaiapabila setiap warga masyarakat mampu hidupdalam kemajemukan dan mengelolanya denganbaik (Ketetapan MPR Nomor V/MPR/2000 tentangPemantapan Persatuan dan Kesatuan Nasional).

Pada saat ini bangsa Indonesia sedangmenghadapi berbagai masalah yang telahmenyebabkan terjadinya krisis yang sangatluas. Nilai-nilai agama dan nilai-nilaibudaya bangsa belum sepenuhnya dijadikansumber etika dalam berbangsa dan bernegaraoleh sebagian masyarakat. Hal itu kemudianmelahirkan krisis akhlak dan moral yangberupa ketidakadilan, pelanggaran hukum,dan pelanggaran hak asasi manusia. Dalam

3

kerangka itu, diperlukan upaya mewujudkannilai-nilai agama dan nilai-nilai budayabangsa sebagai sumber etika dan moral untukberbuat baik dan menghindari perbuatantercela, serta perbuatan yang bertentangandengan hukum dan hak asasi manusia. Nilai-nilai agama dan nilai-nilai budaya bangsaselalu berpihak kepada kebenaran danmenganjurkan untuk memberi maaf kepadaorang yang telah bertobat dari kesalahannya.

Konflik sosial budaya terjadi karenakemajemukan suku, budaya, dan agama tidakteratasi dengan baik dan adil olehpenyelenggara negara maupun masyarakat.Dalam kerangka itu,

3

diperlukan penyelenggaraan negara yangmampu memahami dan mengelola kemajemukanbangsa secara baik dan adil sehingga dapatterwujud toleransi, kerukunan sosial,kebersamaan, dan kesetaraan berbangsa.

Globalisasi dalam kehidupan politik,ekonomi, sosial, dan budaya dapatmemberikan keuntungan bagi bangsa Indonesia,tetapi jika tidak diwaspadai, dapat memberidampak negatif terhadap kehidupanberbangsa. Dalam kerangka itu, diperlukanadanya sumber daya manusia Indonesia yangberkualitas dan mampu bekerja sama sertaberdaya saing untuk memperoleh manfaatpositif dari globalisasi dengan tetapberwawasan pada persatuan dan kesatuannasional.

C. PERAN MPR DALAM SOSIALISASI EMPAT PILAR

Perkembangan kehidupan politik danketatanegaraan Indonesia sejak kemerdekaanRI, ternyata membawa implikasi padapergeseran peran kelembagaan negara sebagaiciri kehidupan politik pada saat itu, tidakterkecuali adanya perkembangan kelembagaanMPR.

3

Dalam perjalanan sejarah ketatanegaraan,terdapat dinamika kelembagaan MPR dalamstruktur ketatanegaraan. Dinamika tersebutdipengaruhi oleh Undang-Undang Dasar yangberlaku dalam pelaksanaan kehidupanberbangsa dan bernegara. Pada awalnya, MPRmemegang kedaulatan rakyat karena merupakanpenjelmaan seluruh rakyat Indonesia.Majelis menetapkan Undang-Undang Dasar danmenetapkan garis-garis besar haluan negara.Majelis ini mengangkat Presiden dan WakilPresiden. Majelis ini yang memegangkekuasaan negara yang tertinggi, sedangkanPresiden harus menjalankan haluan negaramenurut

3

garis-garis besar yang telah ditetapkanoleh Majelis (Penjelasan Undang-UndangDasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945pada naskah asli).

Saat ini, setelah dilakukannyaperubahan Undang-Undang Dasar NegaraRepublik Indonesia Tahun 1945 membawaimplikasi terhadap kedudukan, tugas, danwewenang MPR. Pasca perubahan Undang-UndangDasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945,MPR tidak lagi berkedudukan sebagai lembagatertinggi negara, pemegang dan pelaksanasepenuhnya kedaulatan rakyat. MPR pun tidaklagi berwenang menetapkan Garis-Garis BesarDaripada haluan Negara (GBHN) sertamemilih Presiden dan Wakil Presiden.

Sebelum dilakukan perubahan Undang-Undang Dasar 1945, sesuai dengan Pasal 2ayat (1), keanggotaan MPR terdiri atasanggota-anggota Dewan Perwakilan Rakyatditambah utusan- utusan dari daerah-daerahdan golongan-golongan. Setelah perubahanUndang-Undang Dasar Negara RepublikIndonesia Tahun 1945, keanggotaan MPRterdiri atas anggota Dewan PerwakilanRakyat dan anggota Dewan Perwakilan Daerah

3

yang dipilih melalui pemilihan umum. Dengandemikian, dalam sistem perwakilan diIndonesia terdapat 3 (tiga) lembagaperwakilan yang terdiri dari MPR, DPR, danDPD yang menjalankan tugas dan wewenangnnyamenurut Undang-Undang Dasar berdasarkanprinsip checks and balances.

Keputusan MPR yang menyatakan bahwa “MPRterdiri atas anggota DPR dan anggota DPDyang dipilih melalui pemilihan umum” secarateoretis bisa saja ditafsirkan bermacam-macam, apakah termasuk sistem bikameralmurni, setengah kamar, atau tiga kamar.Namun, dalam pembahasan di Badan PekerjaMPR,

3

khususnya Panitia Ad Hoc I, diskusi mengenaiDPD tidak diawali dengan pendekatan teoritisliteratur tentang bikameralisme, tetapididasarkan pada kebutuhan yang dianggapperlu bahwa keanggotaan MPR di sampinganggota DPR, perlu ada anggota yangmerepresentasikan anggota dari daerah. Disamping itu pendekatannya didasarkan atasgagasan mengenai masyarakat, bangsa, danNegara Indonesia yang terdapat dalamPembukaan Undang-Undang Dasar NegaraRepublik Indonesia Tahun 1945 dan khasanahperjuangan bangsa.

Kelembagaan MPR yang terbentukberdasarkan Undang- Undang Dasar NegaraRepublik Indonesia Tahun 1945 hasilperubahan adalah pada MPR periode tahun2004-2009 yang merupakan hasil pemilihanumum tahun 2004 serta MPR periode tahun2009-2014 yang merupakan hasil pemilihanumum tahun 2009.

Dalam Undang-Undang Dasar NegaraRepublik Indonesia Tahun 1945 diatur bahwa,kewenangan MPR dalam sistem ketatanegaraanadalah mengubah dan menetapkan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia

3

Tahun 1945; melantik Presiden dan/atauWakil Presiden; Memberhentikan Presidendan/atau Wakil Presiden dalam masajabatannya menurut Undang-Undang Dasar; danmemilih Presiden dan/atau Wakil Presidenapabila salah satu atau keduanya berhalangantetap.

Tugas dan wewenang tersebut, secaraumum hanya dilaksanakan dalam waktutertentu sesuai dengan siklusketatanegaraan di Indonesia. Namun, peranMPR dalam struktur ketatanegaraan tercermindari pelaksanaan tugas Pimpinan MPR yangdiatur dalam Undang-Undang yang mengaturtentang MPR, yaitu pada periode tahun 2004-2009 berdasarkan Undang-Undang

3

Nomor 23 Tahun 2003 tentang Susunan danKedudukan MPR, DPR, DPD, dan DPRD Pasal 8ayat (1) huruf d yaitu melaksanakan danmemasyarakatkan Putusan MPR, sedangkan padaperiode 2009-2014 berdasarkan pada Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2009 tentang MPR,DPR, DPD, dan DPRD Pasal 15 ayat (1) hurufe yaitu mengoordinasikan anggota MPR untukmemasyarakatkan Undang-Undang Dasar NegaraRepublik Indonesia Tahun 1945.

Kegiatan Sosialisasi oleh MPR yangdilakukan dalam rangka memberikan pemahamanyang utuh dan menyeluruh kepada seluruhwarga negara dan para penyelenggara negaraterhadap Undang-Undang Dasar Negara RepublikIndonesia Tahun 1945 dan Putusan MPRlainnya didukung oleh Presiden RepublikIndonesia melalui Instruksi Presiden Nomor6 Tahun 2005 tanggal 15 April 2005 tentangDukungan Kelancaran Pelaksanaan SosialisasiUndang-Undang Dasar Negara RepublikIndonesia Tahun 1945 yang dilakukan olehMPR.

Pentingnya pemahaman pengetahuanmasyarakat tentang hasil perubahan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun

4

1945 telah disadari oleh Pimpinan MPRperiode 1999-2004. Pimpinan MPR periode1999-2004 diketuai oleh Prof. DR. H.M.Amien Rais, MA, sedangkan wakil ketuanyaadalah Prof. Dr. Ir. Ginandjar Kartasasmita;[Drs. Kwik Kian Gie (1999- 2000) yangdigantikan oleh Ir. Soetjipto (2000-2004)];[H. Matori Abdul Djalil (1999-2002) yangdigantikan oleh K.H. M. Cholil Bisri (2002-2004)]; H.M. Husnie Thamrin; [Letjen. TNIHari Sabarno (1999-2002), diganti olehLetjen. TNI Agus Wijoyo (2002), digantioleh Letjen. TNI Slamet Supriadi (2002-2003), dan diganti oleh Komjen. Pol.Posma Lumban Tobing (2003-

4

2004)]; Prof. Dr. Jusuf Amir Faisal, S.Pd.; Drs. H.A. Nazri Adlani; dan Dr.H.Oesman Sapta (2002-2004).

Penyampaian hasil perubahan kepadamasyarakat oleh Pimpinan MPR dan BadanPekerja MPR periode 1999-2004 dilakukanpada saat dan setelah dilakukan perubahanUndang- Undang Dasar Negara RepublikIndonesia Tahun 1945 yaitu pada kurun waktutahun 1999 sampai dengan tahun 2004.Setiap hasil perubahan, disampaikan kepadapemerintah dan masyarakat melalui kegiatansosialisasi yang dilaksanakan berbarengandengan kegiatan penyerapan aspirasimasyarakat, seminar, kegiatan uji sahih, danrapat dengar pendapat umum, tetapi belumseluruhnya menjangkau masyarakat.

Selanjutnya, dalam rangka memperluaspemahaman materi hasil Perubahan Undang-Undang Dasar Negara Republik IndonesiaTahun 1945 dan sebagai implementasipelaksanaan tugas sosialisasi yangdiamanatkan undang-undang, pada periodetahun 2004-2009, Pimpinan MPR yangdiketuai oleh Dr. Hidayat Nur Wahid,Wakil Ketua Drs. A.M. Fatwa, Mooryati

4

Soedibyo, dan Aksa Mahmud telahmembentuk Tim Kerja Sosialisasi Putusan MPRyang anggotanya berjumlah 70 orang,terdiri atas unsur Fraksi- fraksi danKelompok Anggota DPD di MPR, yang beberapaanggotanya merupakan anggota MPR yangpernah terlibat dalam Perubahan Undang-Undang Dasar Negara Republik IndonesiaTahun 1945 ini, bertugas membantuPimpinan MPR dalam melakukan sosialisasiPutusan MPR.

Sedangkan pada periode tahun 2009-2014,Pimpinan MPR yang diketuai oleh H. M.Taufik Kiemas, Wakil Ketua Hj. MelaniLeimena Suharli, Drs. Hajriyanto Y.Thohari, M.A, Lukman Hakim Saifuddindan DR. Ahmad Farhan Hamid, M.S

4

membentuk Tim Kerja Sosialisasi yang anggotaberjumlah 35 orang, terdiri atas unsurFraksi-fraksi dan Kelompok Anggota DPD diMPR, bertugas membantu Pimpinan MPR dalammelakukan sosialisasi Pancasila, Undang-Undang Dasar Negara Republik IndonesiaTahun 1945, Negara Kesatuan RepublikIndonesia dan Bhinneka Tunggal Ika.

Selain itu, untuk memenuhi sasarantercapainya pemahaman konstitusi olehseluruh warga negara, MPR melakukan kerjasama dengan pemerintah daerah dan kelompokmasyarakat untuk berpartisipasi aktif dalammelakukan sosialisasi putusan MPR.

Sejak tahun 2005 sampai dengan tahun2011, MPR telah melaksanakan programsosialisasi untuk kalangan eksekutif,legislatif, dan yudikatif di tingkatpemerintahan daerah provinsi danpemerintahan kabupaten/kota di seluruhIndonesia, serta kalangan organisasimasyarakat, organisasi keagamaan, partaipolitik, lembaga swadaya masyarakat, dankalangan pendidik yang mengajar PendidikanKewarganegaraan dan Sejarah.

Sosialisasi Putusan MPR yangdilaksanakan di Kementerian/Instansi Pusat,

4

antara lain Kementerian Agama, KementerianPendidikan Nasional, Kementerian DalamNegeri, Markas Besar Tentara NasionalIndonesia, Markas Besar Kepolisian NegaraRepublik Indonesia, Kementerian Komunikasidan Informatika dan lembaga-lembagapendidikan yang ada di Kementerian/InstansiPusat seperti Lembaga Ketahanan Nasional,lembaga-lembaga pendidikan di bawahKepolisian Negara Republik Indonesia, paraTaruna Akademi Militer dan AkademiKepolisian, para Praja InstitutPemerintahan Dalam Negeri; dan beberapauniversitas di Indonesia; serta kepadamasyarakat Indonesia yang ada di luarnegeri. Selain itu, sosialisasi jugadilaksanakan melalui media massa.

4

Dalam kerangka sosialisasi, untukmemberikan pembelajaran dan pendidikanpolitik, diselenggarakan juga Training ofTrainers Sosialisasi Putusan MPR di tingkatprovinsi dan beberapa kementerian, CerdasCermat Undang-Undang Dasar Negara RepublikIndonesia Tahun 1945 dan Ketetapan MPRTingkat Sekolah Lanjutan Tingkat Atas, danseminar-seminar yang berkaitan denganmateri Undang-Undang Dasar Negara RepublikIndonesia Tahun 1945 dan Ketetapan MPR.Seminar ini dilakukan untuk menghimpun danmengetahui berbagai pandangan dan pendapatmasyarakat mengenai hal-hal terkait denganpenyelenggaraan negara berdasarkan Undang-Undang Dasar.

Pemasyarakatan Empat Pilar KehidupanBerbangsa dan Bernegara dapat dilaksanakandengan berbagai metode serta melaluipraktek di lingkungan instansi-instansi disetiap tingkatan pemerintahan, perusahaannegara dan swasta, organisasikemasyarakatan, partai politik, dan kelompokmasyarakat lainnya sehingga pemasyarakatandapat menjadi gerakan nasional dari, oleh,dan untuk setiap warga negara Indonesia.Tanpa gerakan nasional pemasyarakatan danpembudayaan Empat Pilar Kehidupan Berbangsa

4

dan Bernegara, eksistensi dan peranannyadari waktu ke waktu akan memudar dan padagilirannya akan mempengaruhi penyelenggaraannegara.

Dengan demikian, pemasyarakatan danpembudayaan Empat Pilar Kehidupan Berbangsadan Bernegara tidak hanya dilakukan secarateoritik, tetapi juga lebih penting secarapraktik, baik oleh penyelenggara negaramaupun seluruh masyarakat Indonesia.

4

4

BAB IIPANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI DAN DASAR NEGARA

A. SEJARAH LAHIRNYA PANCASILA

Berdasarkan penelusuran sejarah,Pancasila tidaklah lahir secara mendadakpada tahun 1945, melainkan melalui prosesyang panjang, dengan didasari oleh sejarahperjuangan bangsa dan dengan melihatpengalaman bangsa lain di dunia. Pancasiladiilhami oleh gagasan-gagasan besar dunia,tetapi tetap berakar pada kepribadian dangagasan besar bangsa Indonesia sendiri.

Proses sejarah konseptualisasi Pancasilamelintasi rangkaian perjalanan yangpanjang, setidaknya dimulai sejak awal1900-an dalam bentuk rintisan-rintisangagasan untuk mencari sintesis antarideologi dan gerakan seiring dengan prosespenemuan Indonesia sebagai kode kebangsaanbersama (civic nationalism). Proses ini ditandaioleh kemunculan berbagai organisasipergerakan kebangkitan (Boedi Oetomo, SDI,SI, Muhammadiyah, NU, Perhimpunan

4

Indonesia, dan lain-lain), partai politik(Indische Partij, PNI, partai-partaisosialis, PSII, dan lain-lain), dan sumpahpemuda. Perumusan konseptualisasi Pancasiladimulai pada masa persidangan pertama BadanPenyelidik Usaha-usaha PersiapanKemerdekaan Indonesia (BPUPKI) tanggal 29Mei-1 Juni 1945.

Dalam menjawab permintaan Ketua BPUPKI,Radjiman Wediodiningrat, mengenai dasarnegara Indonesia merdeka, puluhan anggotaBPUPKI berusaha menyodorkan pandangannya,yang kebanyakan pokok gagasannya sesuaidengan satuan-satuan

5

sila Pancasila. Rangkain ini ditutupdengan Pidato Soekarno (1 Juni) yangmenawarkan lima prinsip dari dasar negarayang dib eri na m a Panca Sila. RumusanSoekarno tentang Pancasila kemudian digodokmelalui P ani t ia D elapan yang dib e ntuk oleh K etua Sidang BPUPKI. Kemudian membentuk“Panitia Sembilan”, yang menyempurnakanrumusan Pancasila dari Pidato Soekarno kedalam rumusan versi P iagam Jakarta pada 22 Juni 194 5 . Fase “pengesahan” di l akukan tanggal 18 Agustus 1945 oleh PPK I yangmenghasilkan rumusan final Pancasila yangmengikat secara konstitusional dalamkehidupan bernegara.

Dalam proses perumusan dasar negara,Soekarno memainkan peran yang sangatpenting. Dia berhasil mensintesiskanberbagai pandangan yang telah muncul danorang pertama yang mengonseptualisasikandasar negara itu ke dalam pengertian“dasar falsafah” (philosofische grondslag) atau“pandangan k o m prehensif

dunia” (weltanschauung)secara siste m atik d an kohere n .

Di dalam awal pidatonya, pada 1 Juni

5

1945, Soekarno terlebih dahulu mencobamemberikan pendapatnya mengenai apa yangdimaksud oleh Ketua BPUPKI:

”Banyak anggota telah berpidato, dan dalampidato mereka itu diutarakan hal-hal yangsebenarnya bukan permintaan Paduka tuan Ketuayang mulia, yaitu bukan dasarnya IndonesiaMerdeka. Menurut anggapan saya yang dimintaoleh Paduka tuan Ketua yang mulia ialah, dalambahasa Belanda ’Philosofische grondslag’dari pada Indonesia Merdeka. Philosofischegrondslag itulah fundamen, filsafat, pikiranyang sedalam-dalamnya, jiwa, hasrat, yangsedalam-dalamnya untuk di atasnya didirikangedung Indonesia Merdeka yang kekal dan

5

abadi.” (Risalah Sidang BPUPKI dan PPKI, Sekretariat Negara Republik Indonesia: 1998).

Sesudah menyampaikan ulasan mengenaiarti merdeka guna mempertegas tekad untukmewujudkan Indonesia Merdeka, Soekarnomeneruskan pembicaraan mengenai dasar negara:

”Saya mengerti apakah yang Paduka tuanKetua Kehendaki! Paduka tuan Ketua mintadasar, minta Philosofische grondslag,atau, jikalau kita boleh memakai perkataan yangmuluk-muluk, Paduka tuan Ketua yang muliameminta suatu ’Weltanschauung,’ di atas dimana kita mendirikan Negara Indonesia itu ...Apakah ’Weltanschauung’ kita, jikalau kitahendak mendirikan Indonesia yang merdeka?”

Dalam usaha merumuskan Philosofischegrondslag itu, Soekarno menyerukan:

“Bahwa kita harus mencari persetujuan,mencari persetujuan faham”: Kita bersama-samamencari persatuan philosofische grondslag,mencari satu ‘Weltanschauung’ yang kitasemuanya setuju. Saya katakan lagi setuju!Yang saudara Yamin setujui, yang Ki Bagoessetujui, yang Ki Hadjar setujui, yang saudaraSanoesi setujui, yang saudara Abikoesno setujui,yang saudara Lim Koen Hian setujui, pendeknya

5

kita semua mencari satu modus.

Setelah itu, Soekarno menawarkanrumusannya tentang lima prinsip (sila) yangmenurutnya merupakan titik persetujuan(common denominator) segenap elemen bangsa.Rumusan kelima prinsip itu adalah:

Pertama: kebangsaan Indonesia.

5

Baik saudara-saudara yang bernama kaumbangsawan yang di sini, maupun saudara-saudara yang dinamakan kaum Islam, semuanyatelah mufakat… Kita hendak mendirikan suatunegara ‘semua buat semua’. Bukan buat satuorang, bukan buat satu golongan, baik golonganbangsawan, maupun golongan yang kaya,-- tetapi‘semua buat semua’…. “Dasar pertama, yang baikdijadikan dasar buat Negara Indonesia, ialahdasar kebangsaan.”

Kedua: Internasionalisme, atau peri-kemanusiaan.

Kebangsaan yang kita anjurkan bukankebangsaan yang menyendiri, bukanchauvinisme…. Kita harus menuju persatuandunia, persaudaraan dunia. Kita bukan sajaharus mendirikan Negara Indonesia merdeka,tetapi kita harus menuju pula kepadakekeluargaan bangsa-bangsa.

Ketiga: Mufakat atau demokrasi.

Dasar itu ialah dasar mufakat, dasarperwakilan, dasar permusyawaratan… Kitamendirikan negara ‘semua buat semua’, satu buatsemua, semua buat satu. Saya yakin, bahwasyarat yang mutlak untuk kuatnya NegaraIndonesia ialah permusyawaratan, perwakilan….Apa-apa yang belum memuaskan, kita bicarakandi dalam permusyawaratan.

5

Keempat: Kesejahteraan sosial.

Kalau kita mencari demokrasi, hendaknyabukan demokrasi Barat,1 tetapipermusyawaratan yang

1 Kalau para pendiri bangsa menyebut “demokrasi Barat”, dalam nada “pelianan”(othering), yang dimaksud bukanlah seluruh model demokrasi yang berkembang di Dunia

5

memberi hidup, yakni politiek economischedemocratie yang mampu mendatangkankesejahteraan sosial…. Maka oleh karena itujikalau kita memang betul-betul mengerti,mengingat, mencintai rakyat Indonesia, marilahkita terima prinsip hal sociale rechtvaardigheid ini,yaitu bukan saja persamaan politiek saudara-saudara, tetapi pun di atas lapangan ekonomi kitaharus mengadakan persamaan, artinyakesejahteraan bersama yang sebaik-baiknya.

Kelima: Ketuhanan yangberkebudayaan.

Prinsip Indonesia Merdeka dengan bertaqwakepada Tuhan Yang Maha Esa.... bahwa prinsipkelima daripada negara kita ialah ke-Tuhananyang berkebudayaan, ke-Tuhanan yang berbudipekerti luhur, Ketuhanan yang hormat-menghormati satu sama lain.

Mengapa dasar negara yang menyatukandan menjadi panduan keindonesiaan itudibatasi lima? Jawaban Soekarno, selainkelima unsur itulah yang memang berakarkuat dalam jiwa bangsa Indonesia, dia jugamengaku suka pada simbolisme angka lima.Angka lima memiliki nilai “keramat” dalamantropologi masyarakat Indonesia. Soekarnomenyebutkan, “Rukun Islam lima jumlahnya.

5

Jari kita lima setangan. Kita mempunyaiPanca Indra. Apalagi yang lima bilangannya?(Seorang yang hadir: Pandawa lima). Pandawapun lima bilangannya.” Hal lain juga bisaditambahkan, bahwa dalam tradisi Jawa adalima larangan

Barat, melainkan secara spesifik berkonotasi pada suatu ideal typedari demokrasi liberal yang berbasis individualisme.Liberalisme-individualisme dianggap sebagai jangkar darikapitalisme yang pada perkembangannya mendorong kolonialisme-imperialisme.

5

sebagai kode etika, yang disebut istilah“Mo-limo”.2 Taman Siswa dan Chuo Sangi In jugamemiliki “Panca Dharma”. Selain itu,bintang yang amat penting kedudukannyasebagai pemandu pelaut dari masyarakatbahari juga bersudut lima. Asosiasi dasarnegara dengan bintang ini digunakan Soekarnodalam penggunaan istilah Leitstar (bintangpimpinan). Selain itu, istilah Pancasilajuga telah dipakai dalam buku “NegaraKertagama” karangan Empu Prapanca, jugadalam buku “Sutasoma” karangan EmpuTantular, dalam pengertian yang agakberbeda, yakni kesusilaan yang lima.

Sungguh pun Soekarno telah mengajukanlima sila dari dasar negara, dia jugamenawarkan kemungkinan lain, sekiranya adayang tidak menyukai bilangan lima, sekaligusjuga cara beliau menunjukkan dasar darisegala dasar kelima sila tersebut.

Alternatifnya bisa diperas menjadiTrisila bahkan bisa dikerucutkan lagimenjadi Ekasila:

“Atau barangkali ada saudara-saudara yangtidak suka bilangan lima itu? Saya boleh peras,

5

sehingga tinggal tiga saja. Saudara-saudaratanya kepada saya, apakah ‘perasan’ yang tigaitu? Berpuluh-puluh tahun sudah saya pikirkandia, ialah dasar-dasarnya Indonesia Merdeka,Weltanschauung kita. Dua dasar yang pertama,kebangsaan dan internasionalisme, kebangsaandan perikemanusiaan, saya peras menjadi satu:itulah yang dahulu saya namakan socio-nationalisme.

2 Pantangan “Mo-limo” itu terdiri maling (mencuri, termasukkorupsi), madat (mengisap candu dan mengabaikan akal sehat),main (berjudi dan berspekulasi), minum (mabuk-mabukan danberfoya-foya), dan madon (main perempuan dan hedonistis).

6

Dan demokrasi yang bukan demokrasi Barat,tapi politiek-economische democratie, yaitupolitieke- democratie dengan socialerechtvaardigheid: Inilah yang dulu

saya namakan socio-democratie,yai t u penggabungan anta r a paham de m okrasi dan keseja h tera a n sosia l .

Tinggal lagi ke-Tuhanan yang menghormatisatu sama lain.

Jadi yang asalnya lima itu telah menjadi tiga:socio- nationalisme, socio-democratie, dan ke-Tuhanan. Kalau tuan senang kepada simboliktiga, ambillah yang tiga ini. Tetapi barangkalitidak semua tuan-tuan senang kepada Tri Sila ini,dan minta satu, satu dasar saja? Baiklah, sayajadikan satu, saya kumpulkan lagi menjadi satu.Apakah yang satu itu?

Sebagai tadi telah saya katakan: kitamendirikan Negara Indonesia, yang kita semuaharus mendukungnya. Semua buat semua! BukanKristen buat Indonesia, bukan golongan Islambuat Indonesia, bukan Hadikoesoemo buatIndonesia, bukan Van Eck buat Indonesia, bukanNitisemito yang kaya buat Indonesia, tetapiIndonesia buat Indonesia-semua buat semua!Jikalau saya peras yang lima menjadi tiga, danyang tiga menjadi satu, maka dapatlah saya satuperkataan Indonesia yang tulen, yaitu perkataan‘gotong-royong’. Negara Indonesia yang kita

6

dirikan haruslah negara gotong-royong.”

Dengan menyatakan bahwa bila Pancasiladiperas menjadi ekasila, yang muncul adalahsila gotong-royong, Soekarno kurang lebihingin menegaskan bahwa dasar dari semua silaPancasila itu adalah semangat gotongroyong. Prinsip ketuhanannya harus berjiwagotong-royong (ketuhanan yangberkebudayaan, yang

6

lapang dan toleran), bukan ketuhanan yangsaling menyerang dan mengucilkan. Prinsipkemanusian universalnya harus berjiwagotong-royong (yang berkeadilan danberkeadaban), bukan pergaulan kemanusiaanyang menjajah dan eksploitatif. Prinsippersatuannya harus berjiwa gotong-royong(mengupayakan persatuan dengan tetapmenghargai perbedaan “bhinneka tunggalika”), bukan kebangsaan yang meniadakanperbedaan atau pun menolak persatuan.Prinsip demokrasinya harus berjiwa gotong-royong (mengembangkan musyawarah mufakat),bukan demokrasi yang didikte oleh suaramayoritas atau minoritas elit penguasa-pemodal. Prinsip keadilannya harus berjiwagotong- royong (mengembangkan partisipasidan emansipasi di bidang ekonomi dengansemangat kekeluargaan), bukan visikesejahteraan yang berbasis individualisme-kapitalisme, bukan pula yang mengekangkebebasan individu seperti dalam sistemetatisme.

Demikianlah pada tanggal 1 Juni 1945itu, Soekarno mengemukakan pemikirannyatentang Pancasila, yaitu nama dari lima

6

dasar negara Indonesia yang diusulkannyaberkenaan dengan permasalahan di sekitardasar negara Indonesia Merdeka. Pokok- pokokpikiran yang terdapat dalam pidato BungKarno itu yang kemudian diterima secaraaklamasi oleh BPUPKI sebagai dasar dalampenyusunan falsafah negara (philosophischegrondslag) Indonesia merdeka.

Pada akhir masa persidangan pertama,Ketua BPUPKI membentuk Panitia Kecil yangbertugas untuk mengumpulkan usul-usul paraanggota yang akan dibahas pada masa sidangberikutnya (10 s.d 17 Juli 1945). PanitiaKecil yang resmi ini beranggotakan delapanorang (Panitia Delapan) di bawah pimpinanSoekarno. Terdiri dari 6 orangwakil golongan

6

kebangsaan dan 2 orang wakil golonganIslam. Panitia Delapan ini terdiriSoekarno, M. Hatta, M. Yamin, A. Maramis,M. Sutardjo Kartohadikoesoemo, OttoIskandardinata (golongan kebangsaan), KiBagoes Hadikoesoemo dan K.H. Wachid Hasjim(golongan Islam).

Dalam kapasitasnya sebagai KetuaPanitia Kecil, di masa reses Soekarnomemanfaatkan masa persidangan Chuo Sangi In3

ke VIII (18 s.d 21 Juni 1945) di Jakartauntuk mengadakan pertemuan yang terkaitdengan tugas Panitia Kecil. Selamapertemuan itu, Panitia Kecil dapatmengumpulkan dan memeriksa usul-usulmenyangkut beberapa masalah yang dapatdigolongkanke dalam 9kategori:

1. Indonesia merdekaselekas-selekasnya

2. Dasar(Negara)

3. Bentuk Negara Uni atauFederasi

4. Daerah NegaraIndonesia

6

5. Badan PerwakilanRakyat

6. BadanPenasihat

7. Bentuk Negara danKepala Negara

8. SoalPembelaan

3 Mendapati posisinya yang kian goyah, akhir 1942 Jepangberusaha menarik dukungan penduduk di negara jajahan denganmerencanakan pemberian kemerdekaan kepada Burma dan Filipina,tetapi tidak menyebut nasib Indonesia. Soekarno dan Moh. Hattamengajukan protes, yang ditanggapi oleh pemerintah Jepangdengan memberikan peran kepada tokoh-tokoh Indonesia di dalamlembaga pemerintahan. Pada 5 September 1943, Saiko Shikikan(Kumaikici Harada) mengeluarkan Osamu Seirei No. 36 dan 37 tentangpembentukan Chuo Sangi In (Dewan Pertimbangan Pusat) dan Chuo SangiKai (Dewan Pertimbangan Keresidenan). Pada Sidang Chuo Sangi In I,17 Oktober 1943, Soekarno dilantik sebagai ketuanya, didampingidua orang wakil ketua, yakni R.M.A.A. Kusumo Utoyo dan dr.BuntaranMartoatmojo.

6

9. Soal Keuangan

Di akhir pertemuan tersebut, Soekarnojuga mengambil inisiatif membentuk PanitiaKecil beranggotakan 9 orang, yang kemudiandikenal sebagai “Panitia Sembilan”. PanitiaSembilan ini terdiri dari Soekarno (ketua),Mohammad Hatta, Muhammad Yamin, A.A.Maramis, Soebardjo (golongan kebangsaan),K.H. Wachid Hasjim, K.H. Kahar Moezakir, H.Agoes Salim, dan R. Abikusno Tjokrosoejoso(golongan Islam). Panitia ini bertugasuntuk menyelidiki usul-usul mengenaiperumusan dasar negara yang melahirkankonsep rancangan Pembukaan Undang-UndangDasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.Konsep rancangan Pembukaan ini disetujuipada 22 Juni 1945. Oleh Soekarno rancanganPembukaan Undang-Undang Dasar ini diberinama “Mukaddimah”, oleh M. Yamin dinamakan“Piagam Jakarta”, dan oleh SukimanWirjosandjojo disebut “Gentlemen’s Agreement”.

Rumusan dari rancangan Pembukaan Undang-Undang Dasar (Piagam Jakarta) itu sebagaiberikut:

Bahwa sesungguhnya Kemerdekaan ituialah hak segala bangsa dan oleh karena

6

itu, maka penjajahan di atas duniaharus dihapuskan, karena tidak sesuaidengan peri- kemanusiaan dan peri-keadilan.

Dan perjuangan pergerakankemerdekaan Indonesia telah sampailahkepada saat yang berbahagia denganselamat sentausa mengantarkan rakyatIndonesia ke depan pintu gerbangkemerdekaan Negara Indonesia, yangmerdeka, bersatu, berdaulat, adil danmakmur.

Atas berkat rahmat Allah Yang MahaKuasa dan dengan didorongkan olehkeinginan luhur, supaya berkehidupankebangsaan yang bebas, maka rakyatIndonesia menyatakan dengan inikemerdekaannya.

6

Kemudian daripada itu untukmembentuk suatu Pemerintah NegaraIndonesia merdeka yang melindungisegenap bangsa dan seluruh tumpahdarah Indonesia dan untuk memajukankesejahteraan umum, mencerdaskankehidupan bangsa, dan ikut melaksanakanketertiban dunia yang berdasarkankemerdekaan, perdamaian abadi dankeadilan sosial, maka disusunlahKemerdekaan Kebangsaan Indonesia itudalam suatu Undang-Undang Dasar NegaraIndonesia, yang terbentuk dalam suatususunan Negara Republik Indonesiayang berkedaulatan rakyat denganberdasar kepada Ketuhanan dengankewajiban menjalankan syariat Islambagi pemeluk- pemeluknya, menurutdasar kemanusiaan yang adil danberadab, Persatuan Indonesia danKerakyatan yang dipimpin oleh hikmatkebijaksanaan dalampermusyawaratan/perwakilan, sertadengan mewujudkan suatu Keadilan sosialbagi seluruh rakyat Indonesia.

Tanggal 18 Agustus 1945 kesepakatan yang

6

terdapat dalam Piagam Jakarta tersebutdiubah pada bagian akhirnya oleh PanitiaPersiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI). Halpenting yang diubah oleh panitia ini adalahtujuh kata setelah Ke-Tuhanan, yang semulaberbunyi “Ke-Tuhanan, dengan kewajiban menjalankansyariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya” diubahmenjadi Ketuhanan Yang Maha Esa. Jugadiubahnya klausul pasal pada batang tubuhUndang-Undang Dasar 1945 Pasal 6 ayat (1)mengenai syarat presiden. Semula ayat itumensyaratkan presiden harus orang Islam,tetapi kemudian diubah menjadi hanya “harusorang Indonesia asli.”

7

Mengenai kisah pencoretan tujuh kata dalam Piagam Jakarta itu, M. Hatta menuturkandalam Memoirnya sebagai berikut:

“Pada sore harinya aku menerima telepon darituan Nishijama, pembantu Admiral Maeda,menanyakan dapatkah aku menerima seorangopsir Kaigun (Angkatan Laut) karena ia maumengemukakan suatu hal yang sangat pentingbagi Indonesia. Nishijama sendiri akan menjadijuru bahasanya. Aku mempersilahkan merekadatang.

Opsir itu yang aku lupa namanya, datangsebagai utusan Kaigun untuk memberitahukanbahwa wakil- wakil Protestan dan Katolik, yangdikuasai oleh Angkatan Laut Jepang, berkeberatansangat terhadap bagian kalimat dalamPembukaan Undang-Undang Dasar, yangberbunyi, "Ketuhanan dengan kewajibanmenjalankan syari'at Islam bagi pemeluk-pemeluknya".

Mereka mengakui bahwa bagian kalimat itutidak mengikat mereka, hanya mengenai rakyatyang beragama Islam. Tetapi tercantumnyaketetapan seperti itu di dalam suatu dasar yangmenjadi pokok Undang- Undang Dasar berartimengadakan diskriminasi terhadap golonganminoritas. Jika diskriminasi itu ditetapkan juga,mereka lebih suka berdiri di luar republikIndonesia. Aku mengatakan bahwa itu bukan

7

suatu diskriminasi, sebab penetapan itu hanyamengenai rakyat yang beragama Islam.

Waktu merumuskan Pembukaan Undang-Undang Dasar itu, Mr. Maramis yang ikut sertadalam Panitia Sembilan, tidak mempunyaikeberatan apa-apa dan tanggal 22 Juni 1945 iaikut menandatanganinya. Opsir tadi mengatakanbahwa itu adalah pendirian dan perasaanpemimpin-pemimpin Protestan dan Katolik dalamdaerah pendudukan Kaigun. Mungkin waktu itu

7

Mr. Maramis cuma memikirkan bahwa bagiankalimat itu hanya untuk rakyat Islam yang 90%jumlahnya dan tidak mengikat rakyat Indonesiayang beragama lain. Ia tidak merasa bahwapenetapan itu adalah suatu diskriminasi.

Pembukaan Undang-Undang Dasar adalahpokok dari pokok, sebab itu harus teruntuk bagiseluruh bangsa Indonesia dengan tiadakecualinya. Kalau sebagian daripada dasar ituhanya mengikat sebagian rakyat Indonesia,sekalipun terbesar, itu dirasakan oleh golongan-golongan minoritas sebagai diskriminasi. Sebab itukalau diteruskan juga Pembukaan yangmengandung diskriminasi itu, mereka golonganProtestan dan Katolik lebih suka berdiri di luarRepublik.

Karena begitu serius rupanya, esok paginya tanggal

18 agustus 1945, sebelum Sidang PanitiaPersiapan bermula, kuajak Ki Bagus Hadikusumo,Wahid Hasyim, Mr. Kasman Singodimedjo danMr. Teuku Mohammad Hasan dari Sumateramengadakan suatu rapat pendahuluan untukmembicarakan masalah itu. Supaya kita janganpecah sebagai bangsa, kami mufakat untukmenghilangkan bagian kalimat yang menusukhati kaum Kristen itu dan menggantikannyadengan Ketuhanan Yang Maha Esa. Apabila suatumasalah yang serius dan bisa membahayakankeutuhan negara dapat diatasi dalam sidang

7

kecil yang lamanya kurang dari 15 menit, ituadalah suatu tanda bahwa pemimpin-pemimpintersebut di waktu itu benar-benar mementingkannasib dan persatuan bangsa.” (Hatta,Mohammad, 1979: 458- 560).

Rumusan dokumen Pancasila yang pernah ada, baik yang terdapat pada pidato Ir. Soekarno m aupun rumusan Panitia

7

Sembilan yang tertuang pada Piagam Jakartamerupakan sejarah dalam proses penyusunandasar negara. Rumusan tersebut seluruhnyaautentik sampai akhirnya disepakati rumusansebagaimana terdapat pada alinea keempatPembukaan Undang- Undang Dasar 1945 yangdisahkan pada tanggal 18 Agustus 1945.

Secara historis, ada tiga rumusan dasarnegara yang diberi nama Pancasila, yaiturumusan konsep Ir. Soekarno yang disampaikanpada pidato tanggal 1 Juni 1945 dalamsidang BPUPKI, rumusan oleh PanitiaSembilan dalam Piagam Jakarta tanggal 22Juni 1945, dan rumusan pada PembukaanUndang- Undang Dasar 1945 yang disahkan olehPPKI tanggal 18 Agustus 1945.

Dengan demikian, rangkaian dokumensejarah yang bermula dari 1 Juni 1945, 22Juni 1945, hingga teks final 18 Agustus 1945itu, dapat dimaknai sebagai satu kesatuandalam proses kelahiran falsafah negaraPancasila.

Tanggal 1 Juni 1945 untuk pertama kalinyaBung Karno menyampaikan pidatonya yangmonumental tentang Pancasila sebagai dasar

7

negara di depan sidang BPUPKI. Pada hariitulah, lima prinsip dasar Negaradikemukakan dengan diberi nama Pancasila,dan sejak itu jumlahnya tidak pernahberubah. Meskipun demikian, untuk diterimasebagai Dasar Negara, Pancasila mendapatkanpersetujuan kolektif melalui perumusanPiagam Jakarta (22 Juni 1945) dan akhirnyamengalami perumusan final lewat prosespengesahan konstitusional pada tanggal 18Agustus 1945.

Demikianlah rangkaian panjang proseskonseptualisasi Pancasila hingga mencapairumusannya yang final pada 18

7

Agustus 1945. Setiap fase konseptualisasi Pancasila itu melibatkan partisipasi berbagai unsur dan golongan.

Karena Pancasila merupakan karyabersama yang dihasilkan melalui konsensusbersama, Pancasila itu merupakan titik-temu (common denominator) yang menyatukankeindonesiaan. Dengan demikian, jelas bahwapenetapan rumusan Pancasila merupakan hasilfinal, yang harus dijunjung tinggi olehsetiap warga Indonesia dalam mengembangkankehidupan kebangsaan dan kenegaraan.

Dalam pidatonya, Soekarno mengatakan sebagai berikut:

“Saya bukanlah pencipta Pancasila, sayabukanlah pembuat Pancasila. Apa yang sayakerjakan tempo hari, ialah sekadarmemformuleerperasaan-perasaan yang ada di dalam kalanganrakyat dengan beberapa kata-kata, yang sayanamakan “Pancasila”. Saya tidak merasamembuat Pancasila. Dan salah sekali jika adaorang mengatakan bahwa Pancasila itu buatanSoekarno, bahwa Pancasila itu buatan manusia.Saya tidak membuatnya, saya tidakmenciptakannya. Jadi apakah Pancasila buatanTuhan, itu lain pertanyaan…

7

Aku memang manusia. Manusia dengansegala kedaifan dari pada manusia. Malahanmanusia jang tidak lebih daripada saudara-saudara yang kumaksudkan itu tadi. Tetapi akubukan pembuat Pancasila; aku bukan penciptaPancasila. Aku sekedar memformuleerkan adanyabeberapa perasaan di dalam kalangan rakyatyang kunamakan “Pancasila”. Aku menggali didalam buminya rakyat Indonesia, dan akumelihat di dalam kalbunya bangsa Indonesia ituada hidup lima perasaan. Lima perasaan inidapat dipakai

7

sebagai mempersatu daripada bangsa Indonesiayang 80 juta ini. Dan tekanan kata memangkuletakan kepada daya pemersatu daripadaPancasila itu….

Pada saat kita menghadapi kemungkinanuntuk mengadakan proklamasi kemerdekaan, danalhamdulillah bagi saya pada saat itu bukanlagi kemungkinan tetapi kepastian, kitamenghadapi soal bagaimana Negara hendakdatang ini, kita letakan di atas dasar apa. Makadi dalam sidang daripada para pemimpinIndonesia seluruh Indonesia, difikir-fikirkan soal inidengan cara jang sedalam-dalamnya. Di dalamsidang inilah buat pertama kali sayaformuleeren apa yang kita kenal sekarangdengan perkataan “Pancasila”. Sekedarformuleren, oleh karena lima perasaan ini telahhidup berpuluh-puluh tahun bahkan beratus-ratus tahun di dalam kalbu kita. Siapa yangmemberi bangsa Indonesia akan perasaan-perasaan ini? Saya sebagai orang yang percayakepada Allah SWT berkata: “Sudah barang tentuyang memberikan perasaan-perasaan ini kepadabangsa Indonesia ialah Allah SWT pula”.(Dikutip dari Pidato Bung Karno, 1Juni 1946 dalam Rangka Peringatan HariPancasila).

Selanjutnya, untuk menegaskan adanyafalsafah negara dan hukum dasar dalam

7

berbangsa dan bernegara, Pemerintah telahpula mengeluarkan Keputusan Presiden Nomor18 Tahun 2008, tentang Hari Konstitusi. Inimerupakan bagian dari ikhtiar bangsa iniuntuk mewujudkan kehidupan bangsa dannegara yang sesuai dengan cita-citaProklamasi Kemerdekaan 17 Agutus 1945.

Memaknai kembali Pancasila berarti kitaingin menegaskan komitmen, bahwa nilai-nilaiPancasila adalah dasar dan ideologi dalamkita bermasyarakat, berbangsa, danbernegara. Pancasila bukanlah konseppemikiran semata, melainkan sebuahperangkat

8

tata nilai untuk diwujudkan sebagai panduandalam berbagai segi kehidupan. Dengandemikian, nilai-nilai Pancasila harusmenjadi landasan etika dan moral ketikakita membangun pranata politik,pemerintahan, ekonomi, pembentukan danpenegakan hukum, politik, sosial budaya, danberbagai aspek kehidupan lainnya.

B. RUMUSAN PANCASILA

Undang-Undang Dasar Negara RepublikIndonesia Tahun 1945 yang disahkan padatanggal 18 Agustus 1945 dimuat dalam BeritaRepublik Indonesia Nomor 7 tahun 1946.Undang-Undang Dasar tersebut terdiri daritiga bagian, yaitu Pembukaan, Batang Tubuh,dan Penjelasan.

Pembukaan Undang-Undang Dasar NegaraRepublik Indonesia Tahun 1945, memuat cita-cita kenegaraan (staatsidee) dan cita-citahukum (reichtsidee), yang selanjutnyadijabarkan dalam pasal-pasal Undang-UndangDasar. Lima dasar negara terdapat di dalamPembukaan alinea keempat, akan tetapi namaPancasila tidak terdapat secara eksplisit.

8

Secara ideologis, dasar negara yang lima ituadalah Pancasila.

Rumusan lima nilai dasar sebagaimanatercantum dalam Pembukaan Undang-UndangDasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945adalah:

1. Ketuhanan YangMaha Esa.

2. Kemanusiaan yang adildan beradab.

3. PersatuanIndonesia.

4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan.

5. Keadilan sosial bagi seluruhrakyat Indonesia.

8

Kelima sila tersebut sebagai satukesatuan nilai kehidupan masyarakatIndonesia dan dasar Negara RepublikIndonesia. Dasar tersebut kukuh karenadigali dan dirumuskan dari nilai kehidupanrakyat Indonesia yang merupakan kepribadiandan pandangan hidup bangsa kita. Karenaitulah Pancasila disepakati secara nasional,Pancasila merupakan suatu perjanjian luhuryang harus dijadikan pedoman bagi bangsa,Pemerintah dan seluruh rakyat Indonesia.Itu pulalah bentuk dan corak masyarakatyang hendak kita capai atau wujudkan, yaitumasyarakat Indonesia modern, adil, dansejahtera. Dari sejarah ketatanegaraan kitaterbukti bahwa Pancasila mampu mempersatukanbangsa kita yang majemuk.

Berikut adalah nilai-nilai yangterkandung dalam lima sila sebagaimanatercantum dalam Pembukaan Undang-UndangDasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

1. Sila Pertama, Ketuhanan Yang Maha Esa

Sila Ketuhanan Yang Maha Esa dalamPancasila pada prinsipnya menegaskanbahwa bangsa Indonesia dan setiap warga

8

negara harus mengakui adanya Tuhan.Oleh karena itu, setiap orang dapatmenyembah Tuhan-nya sesuai dengankeyakinannya masing-masing. Segenaprakyat Indonesia mengamalkan danmenjalankan agamanya dengan cara yangberkeadaban yaitu hormat menghormatisatu sama lain. Negara menjaminkemerdekaan tiap-tiap penduduk untukmemeluk agamanya masing-masing danuntuk beribadat menurut agamanya dankepercayaannya. Negara Indonesia adalahsatu negara yang ber-Tuhan. Dengandemikian, segenap agama yang ada diIndonesia mendapat tempat dan perlakuanyang sama dari negara.

8

Sila ini menekankan fundamen etis-religius dari negara Indonesia yangbersumber dari moral ketuhanan yangdiajarkan agama-agama dan keyakinanyang ada, sekaligus juga merupakanpengakuan akan adanya berbagai agamadan kepercayaan terhadap Tuhan YangMaha Esa di Tanah Air Indonesia.Kemerdekaan Indonesia dengan rendahhati diakui ”Atas berkat rahmat AllahYang Maha Kuasa”. Dengan pengakuan ini,pemenuhan cita-cita kemerdekaanIndonesia, untuk mewujudkan suatukehidupan kebangsaan yang merdeka,bersatu, berdaulat, adil dan makmur,mengandung kewajiban moral. Kewajibanetis yang harus dipikul dandipertanggungjawabkan oleh segenapbangsa bukan saja di hadapan sesamanya,melainkan juga di hadapan sesuatu yangmengatasi semua, Tuhan Yang Maha Kuasa.

Dengan menyertakan moral ketuhanansebagai dasar negara, Pancasilamemberikan dimensi transendental padakehidupan politik serta mempertemukandalam hubungan simbiosis antara konsepsi

8

‘daulat Tuhan’ dan ‘daulat rakyat’.Dengan Pancasila, kehidupan kebangsaandan kenegaraan terangkat dari tingkatsekular ke tingkat moral atau sakral.Di sini, terdapat rekonsiliasi antaratendensi ke arah sekularisasi dansakralisasi. Dengan wawasan ketuhanandiharapkan dapat memperkuat etos kerjakarena kualitas kerjanyaditransendensikan dari batasan hasilkerja materialnya. Oleh karena te o logi kerja yang transendental memberi nilaitambah spiritual, maka hal itumemperkuat motivasi di satu pihak dandi pihak lain memperbesar inspirasi danaspirasi para warga negara. Denganwawasan teosentris, kita dituntut untukpandai menjangkarkan kepentingan (interest)kepada nilai (value) dalam politik.

8

Atas dasar itu, setiap warga negaraIndonesia dianjurkan untuk menjunjungtinggi nilai-nilai ketuhanan menurutagama dan keyakinannya masing-masing.Terdapat kepercayaan yang positif bahwameskipun terdapat berbagai macam agamadan keyakinan, misi profetis agama-agama memiliki pertautan etis-religiusdalam memuliakan nilai- nilaikemanusiaan, persatuan, kerakyatan dankeadilan, yang mendorong warga negarauntuk mengembangkan nilai-nilaiketuhanan yang lapang dan toleran.

Dalam ungkapan Soekarno dinyatakan,”Bukan saja bangsa Indonesia ber-Tuhan,tetapi masing-masing orang Indonesiahendaknya ber-Tuhan. Tuhannya sendiri.Yang Kristen menyembah Tuhan menurutpetunjuk Isa al-Masih, yang Islammenurut petunjuk Nabi Muhammad s.a.w.,orang Budha menjalankan ibadatnyamenurut kitab-kitab yang ada padanya.Tetapi marilah kita semuanya ber-Tuhan.Hendaknya Negara Indonesia ialah negarayang tiap-tiap orangnya dapat menyembahTuhannya dengan cara yang leluasa.

8

Segenap rakyat hendaknya ber-Tuhansecara kebudayaan, yakni dengan tiada‘egoisme-agama’. Dan hendaknya NegaraIndonesia satu Negara yang bertuhan”.(Pidato Soekarno 1 Juni 1945).

Sila pertama Pancasila, KetuhananYang Maha Esa, menjadi fundamen etiskehidupan bangsa Indonesia, yangmenjiwai dan mendasari serta membimbingperwujudan kemanusiaan yang adil danberadab, penggalangan persatuanIndonesia yang telah membentuk NegaraRepublik Indonesia yang berdaulatpenuh, yang bersifat kerakyatan dandipimpin oleh hikmatkebijaksanaan dalam

8

permusyawaratan/perwakilan, guna mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

Dengan sila ketuhanan ini, sekaligusdengan penjabarannya di konstitusi,ditegaskan bahwa Indonesia sebagaiNegara Pancasila adalah sebuah negarareligius (religious nation state). Di negara initidak boleh ada sikap dan perbuatan yanganti-Ketuhanan dan anti keagamaan. Saatyang sama, ”Negara menjamin kemerdekaantiap-tiap penduduk untuk memelukagamanya masing-masing dan untukberibadat menurut agamanya dankepercayaannya itu”.

Di dalam konsepsi yang demikian,negara tidak mewakili agama tertentutetapi negara harus memfasilitasi,melindungi, dan menjamin keamanannyajika warganya dalam melaksanakan ajaranagama karena keyakinan dan kesadarannyasendiri. Ajaran agama, dengan demikian,harus dilaksanakan dengan penuhtoleransi dan berkeadaban di sampingperan proaktif negara denganmenyelenggarakan dialog antar umat

8

beragama.

Pengejawantahan sila pertama dalampasal-pasal konstitusi juga mengandungmakna bahwa Negara harus menjamintegaknya toleransi beragama yangberkeadaban sebagaimana diatur di dalamPasal 29 ayat (1) dan ayat (2) yangmenjamin kemerdekaan untuk memeluk danmelaksanakan agama apa pun yang diyakinioleh setiap warga negara. Selain itu,peran negara juga harus ditingkatkandalam tanggung jawabnyamenyelenggarakan dialog atau forumantarumat beragama sebagai langkahkonkret dari kewajiban negara.

9

Penjabaran lebih lanjut SilaPertama dalam Undang- Undang DasarNegara Republik Indonesia Tahun 1945,yaitu terdapat pada:

- Pembukaan Undang-Undang Dasar NegaraRepublik Indonesia Tahun 1945 alineaketiga, yang berbunyi “Atas berkatrakhmat Allah Yang Maha Kuasa dandengan didorongkan oleh keinginanluhur, supaya berkehidupan kebangsaanyang bebas, maka rakyat Indonesiamenyatakan dengan ini kemerdekaannya”.

- Pasal 9

(1) Sebelum memangku jabatannya,Presiden dan Wakil Presidenbersumpah menurut agama, atauberjanji dengan sungguh-sungguh dihadapan Majelis PermusyawaratanRakyat atau Dewan Perwakilan Rakyatsebagai berikut:

Sumpah Presiden (WakilPresiden):

“Demi Allah, saya bersumpah akanmemenuhi kewajiban Presiden

9

Republik Indonesia (Wakil PresidenRepublik Indonesia) dengan sebaik-baiknya dan seadil-adilnya,memegang teguh Undang-Undang Dasardan menjalankan segala undang-undang dan peraturannya denganselurus- lurusnya serta berbaktikepada Nusa dan Bangsa.”

- Pasal 28E

(1) Setiap orang bebas memeluk agama dan beribadat menurut agamanya,

memilih pendidikandan

9

pengajaran, memilih pekerjaan,memilih kewarganegaraan, memilihtempat tinggal di wilayah negaradan meninggalkannya, serta berhakkembali.

(2) Setiap orang berhak ataskebebasan meyakini kepercayaan,menyatakan pikiran dan sikap,sesuai dengan hati nuraninya.

(3) Setiap orang berhak ataskebebasan berserikat, berkumpul,dan mengeluarkan pendapat

- Pasal 29

(1) Negara berdasar atas Ketuhanan YangMaha Esa.

(2) Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memelukagamanya masing-masing dan untukberibadat menurut agamanya dankepercayaannya itu.

2. Sila Kedua: Kemanusiaan yang adil dan beradab

Sila kemanusiaan yang adil dan

9

beradab dalam Pancasila pada prinsipnyamenegaskan bahwa kita memiliki IndonesiaMerdeka yang berada pula lingkungankekeluargaan bangsa-bangsa. PrinsipInternasionalisme dan KebangsaanIndonesia adalah Internasionalime yangberakar di dalam buminya Nasionalisme,dan Nasionalisme yang hidup dalam tamansarinya Internasionalisme. Bahwa, akandihargai dan dijunjung tinggi hak-hakasasi manusia.

9

Sila ini menegaskan bahwakebangsaan Indonesia merupakan bagiandari kemanusiaan universal, yangdituntut mengembangkan persaudaraandunia berdasarkan nilai-nilaikemanusiaan yang berkeadilan danberkeadaban.

Kemanusiaan berasal dari kata“manusia”, yaitu makhluk yang berbudayadengan memiliki potensi pikir, rasa,karsa, dan cipta. Karena potensiseperti yang dimilikinya itu manusiatinggi martabatnya. Dengan budinuraninya manusia menyadari nilai-nilaidan norma-norma. Kemanusiaan terutamaberarti hakikat dan sifat-sifat khasmanusia sesuai dengan martabatnya. Adilberarti patut, tidak memihak atauberpegang pada kebenaran.

Keputusan dan tindakan didasarkanpada suatu objektivitas, tidak padasuatu subjektifitas. Di sinilah yangdimaksud dengan wajar/sepadan. Beradabkata pokoknya “adab”, sinonim dengansopan, berbudi luhur, susila. Beradabartinya berbudi luhur, berkesopanan dan

9

bersusila sekaligus menuju tingkatkemajuan lahir dan batin. Maksudnyasikap hidup, keputusan dan tindakanselalu berdasarkan pada nilai-nilaikeluhuran budi, kesopanan dankesusilaan. Adab terutama mengandungpengertian tata kesopanan, kesusilaanatau moral. Dengan demikian beradabberarti berdasarkan nilai-nilaikesusilaan yang merupakan bagian darikebudayaan.

Kemanusiaan yang adil dan beradabmerupakan kesadaran sikap dan perbuatanmanusia yang didasarkan kepada potensiakal budi dan hati nurani manusiadalam hubungan dengan norma-norma dankesusilaan umum, baik terhadap diripribadi, sesama manusia maupunterhadap

9

alam dan hewan. Kemanusiaan yang adildan beradab adalah akhlak mulia yangdicerminkan dalam sikap dan perbuatanmanusia yang sesuai dengan kodrat,hakikat, dan martabat manusia. Potensikemanusiaan tersebut dimiliki oleh semuamanusia, tanpa kecuali. Mereka harusdiperlakukan sesuai dengan nilai-nilaikemanusiaan, sesuai dengan fitrahnya,sebagai makhluk Tuhan yang mulia.Kemanusiaan yang adil dan beradabdiejawantahkan dalam implementasi hakdan kewajiban asasi manusia sertakomitmen terhadap penegakan hukum.

Berdasarkan sila kemanusiaan yangadil dan beradab, kebangsaan yang kitakembangkan bukanlah kebangsaan yangmenyendiri, bukan chauvinisme(mengagungkan kesukuan/kedaerahan),melainkan kebangsaan yang menuju kepadakekeluargaan bangsa-bangsa. Di sisilain, nilai-nilai kemanusiaan universalitu hanyalah bermakna sejauh bisadibumikan dalam konteks sosiohistorispartikularitas bangsa-bangsa yangbersifat heterogen. Secara tepat Bung

9

Karno mengatakan, “Internasionalisme tidakdapat hidup subur kalau tidak berakar di dalambuminya nasionalisme. Nasionalisme tidak dapathidup subur, kalau tidak hidup dalam tamansarinyainternasionalisme.” (Pidato Soekarno 1 Juni194 5 ).

Dalam konteks ini, nilai-nilaiuniversal dalam wacana kemanusiaan harusdidialogkan dengan khazanah kearifanlokal, visi global harus dipadukandengan daya cerna budaya lokal. Dalamperjuangan kemanusiaan bangsa Indonesia,proses dialogis ini dikembangkanmelalui jalan eksternalisasi daninternalisasi. Keluar, bangsa kita harusmenggunakan segenap daya dan khazanahyang dimilikinya

9

untuk secara bebas-aktif ikutmelaksanakan ketertiban dunia yangberdasarkan kemerdekaan, perdamaianabadi dan keadilan sosial, sebagaimanatertera pada alinea Keempat PembukaanUndang-Undang Dasar Negara RepublikIndonesia Tahun 1945. Kedalam, bangsakita harus menerima, apa yang disebutMuhammad Yamin, ‘benda rohani berupapengakuan dan pemuliaan hak-azasikemanusiaan’. (Yamin, 1956).

Sila Kedua ini diliputi dan dijiwaiSila Pertama. Hal ini berarti bahwakemanusiaan yang adil dan beradab bagibangsa Indonesia bersumber dari ajaranTuhan Yang Maha Esa. Manusia adalahmakhluk pribadi anggota masyarakat dansekaligus hamba Tuhan. Hakikatpengertian di atas sesuai denganPembukaan Undang-Undang Dasar NegaraRepublik Indonesia Tahun 1945 alineapertama, yaitu ”Bahwa sesungguhnyaKemerdekaan itu ialah hak segala bangsadan oleh sebab itu, penjajahan di atasdunia harus dihapuskan, karena tidaksesuai dengan perikemanusiaan dan

9

perikeadilan”.

Pengejawantahan sila kedua dalampasal-pasal Undang-Undang Dasar NegaraRepublik Indonesia Tahun 1945 sudahmengandung atau memenuhi lima aspeknilai- nilai yaitu: pertama,pemeliharaan, perlindungan terhadap halyang berkaitan dengan agama; kedua,pemeliharaan, pengayoman terhadap jiwaatau diri ini mulai dari yang lahirsampai yang batin; ketiga, perlindunganterhadap keberlangsungan kehidupanindividu, perlindungan diri pribadi,keluarga, kehormatan dan martabatnya;keempat, memelihara akal sampai padahal-hal yang bisa merusak akal, bisamencemari akal, hal-hal yangmenyebabkan

1

penyimpangan perilaku atau apa saja yangkemudian merusak fungsi akal; kelima,memelihara harta, yaitu setiap orangberhak memperoleh jaminan perlindunganhak milik pribadi.

Dalam Pasal-pasal Undang-UndangDasar Negara Republik Indonesia Tahun1945 mengandung makna, dengankemanusiaan yang adil dan beradab, makasetiap warga negara mempunyai kedudukanyang sama terhadap undang-undang dasar,mempunyai kewajiban dan hak-hak yangsama, setiap warga negara dijaminhaknya serta kebebasannya yangmenyangkut hubungan dengan Tuhan,dengan orang, dengan negara, denganmasyarakat, dan menyangkut pulakemerdekaan menyatakan pendapat danmencapai kehidupan yang layak sesuaidengan hak-hak dasar manusia.

Sila kedua ini yang kemudiandiejawantahkan dalam Pasal-pasal Undang-Undang Dasar Negara Republik IndonesiaTahun 1945 yang selar a s dengan prinsipHAM yang berlaku universal, jugamerupakan bagian dari pelaksanaan dan

1

implementasi prinsip negara sebagaimanatertuang dalam Pembukaan Undang-UndangDasar Negara Republik Indonesia Tahun1945 yang menegaskan Bangsa Indonesiasebagai bagian dari masyarakat duniainternasional yang punya kewajibanmengembangkan sikap saling menghormatidan bekerjasama dengan bangsa lain.

Penjabaran lebih lanjut Sila Keduadalam Undang- Undang Dasar NegaraRepublik Indonesia Tahun 1945, yaituterdapat pada:

1

- Pembukaan Undang-Undang Dasar NegaraRepublik Indonesia Tahun 1945 alineapertama, yang berbunyi “Bahwasesungguhnya kemerdekaan itu ialahhak segala bangsa dan oleh sebab itumaka penjajahan di atas dunia harusdihapuskan karena tidak sesuai denganperikemanusiaan dan perikeadilan”.

- Pasal 27

(1) Segala warga negara bersamaankedudukannya di dalam hukum danpemerintahan dan wajib menjunjunghukum dan pemerintahan itu dengantidak ada kecualinya.

(2) Tiap-tiap warga negara berhakatas pekerjaan dan penghidupanyang layak bagi kemanusiaan.

(3) Setiap warga negara berhak danwajib ikut serta dalam upayapembelaan negara.

- Pasal 28

Kemerdekaan berserikat dan berkumpul,mengeluarkan pikiran dengan lisan dan

1

tulisan dan sebagainya ditetapkandengan undang-undang.

- Pasal 28A

Setiap orang berhak untuk hidup sertaberhak mempertahankan hidup dankehidupannya.

1

- Pasal 28B

(1) Setiap orang berhak membentukkeluarga dan melanjutkan keturunanmelalui perkawinan yang sah.

(2) Setiap anak berhak ataskelangsungan hidup, tumbuh, danberkembang serta berhak atasperlindungan dari kekerasan dandiskriminasi.

- Pasal 28C

(1) Setiap orang berhak mengembangkandiri melalui pemenuhan kebutuhandasarnya, berhak mendapatpendidikan dan memperoleh manfaatdari ilmu pengetahuan danteknologi, seni dan budaya, demimeningkatkan kualitas hidupnyadan demi kesejahteraan umatmanusia.

(2) Setiap orang berhak untakmemajukan dirinya dalammemperjuangkan haknya secarakolektif untuk membangunmasyarakat, bangsa, dan negaranya.

1

- Pasal 28D

(1) Setiap orang berhak ataspengakuan, jaminan, perlindungan,dan kepastian hukum yang adilserta perlakuan yang sama dihadapan hukum.

(2) Setiap orang berhak untuk bekerjaserta mendapat imbalan danperlakuan yang adil dan layakdalam hubungan kerja.

1

(3) Setiap warga negara berhakmemperoleh kesempatan yang samadalam pemerintahan.

(4) Setiap orang berhak atas status kewarganegaraan.

- Pasal 28E

(1) Setiap orang bebas memeluk agamadan beribadat menurut agamanya,memilih pendidikan danpengajaran, memilih pekerjaan,memilih kewarganegaraan, memilihtempat tinggal di wilayah negaradan meninggalkannya, serta berhakkembali.

(2) Setiap orang berhak ataskebebasan meyakini kepercayaan,menyatakan pikiran dan sikap,sesuai dengan hati nuraninya.

(3) Setiap orang berhak ataskebebasan berserikat, berkumpul,dan mengeluarkan pendapat.

- Pasal 28F

Setiap orang berhak untuk

1

berkomunikasi dan memperolehinformasi untuk mengembangkan pribadidan lingkungan sosialnya, sertaberhak untuk mencari, memperoleh,memiliki, menyimpan, mengolah, danmenyampaikan informasi denganmenggunakan segala jenis saluran yangtersedia.

- Pasal 28G

(1) Setiap orang berhak atasperlindungan diri pribadi,keluarga, kehormatan, martabat,dan harta benda

1

yang di bawah kekuasaannya, sertaberhak atas rasa aman danperlindungan dari ancamanketakutan untuk berbuat atau tidakberbuat sesuatu yang merupakan hakasasi.

(2) Setiap orang berhak untuk bebasdari penyiksaan atau perlakuanyang merendahkan derajat martabatmanusia dan berhak memperolehsuaka politik dari negara lain.

- Pasal 28H

(1) Setiap orang berhak hidupsejahtera lahir dan batin,bertempat tinggal, dan mendapatkanlingkungan hidup yang baik dansehat serta berhak memperolehpelayanan kesehatan.

(2) Setiap orang berhak mendapatkemudahan dan perlakuan khususuntuk memperoleh kesempatan danmanfaat yang sama guna mencapaipersamaan dan keadilan.

(3) Setiap orang berhak atas jaminan

1

sosial yang memungkinkanpengembangan dirinya secara utuhsebagai manusia yang bermartabat.

(4) Setiap orang berhak mempunyai hakmilik pribadi dan hak miliktersebut tidak boleh diambil alihsecara sewenang-wenang oleh siapapun.

1

- Pasal 28I

(1) Hak untuk hidup, hak untuk tidakdisiksa, hak kemerdekaan pikirandan hati nurani, hak beragama,hak untuk tidak diperbudak, hakuntuk diakui sebagai pribadi dihadapan hukum, dan hak untuk tidakdituntut atas dasar hukum yangberlaku surut adalah hak asasimanusia yang tidak dapatdikurangi dalam keadaan apa pun.

(2) Setiap orang berhak bebas dariperlakuan yang bersifatdiskriminatif atas dasar apa pundan berhak mendapatkanperlindungan terhadap perlakuanyang bersifat diskriminatif itu.

(3) Identitas budaya dan hakmasyarakat tradisional dihormatiselaras dengan perkembangan zamandan peradaban.

(4) Perlindungan, pemajuan,penegakan, dan pemenuhan hakasasi manusia adalah tanggungjawab negara, terutama pemerintah.

1

(5) Untuk menegakkan dan melindungihak asasi manusia sesuai denganprinsip negara hukum yangdemokratis, maka pelaksanaan hakasasi manusia dijamin, diatur, dandituangkan dalam peraturanperundang-undangan.

1

- Pasal 28J

(1) Setiap orang wajib menghormati hakasasi manusia orang lain dalamtertib kehidupan bermasyarakat,berbangsa, dan bernegara.

(2) Dalam menjalankan hak dankebebasannya, setiap orang wajibtunduk kepada pembatasan yangditetapkan dengan undang-undangdengan maksud semata-mata untukmenjamin pengakuan sertapenghormatan atas hak dankebebasan orang lain dan untukmemenuhi tuntutan yang adilsesuai dengan pertimbangan moral,nilai-nilai agama, keamanan, danketertiban umum dalam suatumasyarakat demokratis.

- Pasal 29

(1) Negara berdasar atas Ketuhanan YangMaha Esa.

(2) Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memelukagamanya masing-masing dan untuk

1

beribadat menurut agamanya dankepercayaannya itu

- Pasal 30

(1) Tiap-tiap warga negara berhak danwajib ikut serta dalam usahapertahanan dan keamanan negara.

(2) Usaha pertahanan dan keamanannegara dilaksanakan melalui sistempertahanan dan keamanan rakyatsemesta oleh Tentara Nasional

1

Indonesia dan Kepolisian NegaraRepublik Indonesia, sebagaikekuatan utama, dan rakyat,sebagai kekuatan pendukung.

(3) Tentara Nasional Indonesiaterdiri atas Angkatan Darat,Angkatan Laut, dan Angkatan Udarasebagai alat negara bertugasmempertahankan, melindungi, danmemelihara keutuhan dankedaulatan negara.

(4) Kepolisian Negara RepublikIndonesia sebagai alat negara yangmenjaga keamanan dan ketertibanmasyarakat bertugas melindungi,mengayomi, melayani masyarakat,serta menegakkan hukum.

(5) Susunan dan kedudukan TentaraNasional Indonesia, KepolisianNegara Republik Indonesia,hubungan kewenangan TentaraNasional Indonesia dan KepolisianNegara Republik Indonesia didalam menjalankan tugasnya,syarat-syarat keikutsertaan warga

1

negara dalam usaha pertahanan dankeamanan negara, serta hal-halyang terkait dengan pertahanandan keamanan diatur dengan undang-undang.

- Pasal 31

(1) Setiap warga negara berhak mendapatpendidikan.

(2) Setiap warga negara wajibmengikuti pendidikan dasar danpemerintah wajib membiayainya.

1

(3) Pemerintah mengusahakan danmenyelenggarakan satu sistempendidikan nasional, yangmeningkatkan keimanan danketakwaan serta akhlak muliadalam rangka mencerdaskankehidupan bangsa, yang diaturdengan undang- undang.

(4) Negara memprioritaskan anggaranpendidikan sekurang-kurangnya duapuluh persen dari anggaranpendapatan dan belanja negaraserta dari anggaran pendapatandan belanja daerah untuk memenuhikebutuhan penyelenggaraanpendidikan nasional.

(5) Pemerintah memajukan ilmupengetahuan dan teknologi denganmenjunjung tinggi nilai-nilaiagama dan persatuan bangsa untukkemajuan peradaban sertakesejahteraan umat manusia.

3. Sila Ketiga: Persatuan Indonesia

Sila Persatuan Indonesia (Kebangsaan

1

Indonesia) dalam Pancasila padaprinsipnya menegaskan bahwa bangsaIndonesia merupakan Negara Kebangsaan.Bangsa yang memiliki kehendak untukbersatu, memiliki persatuan perangaikarena persatuan nasib, bangsa yangterikat pada tanah airnya. Bangsa yangakan tetap terjaga dari kemungkinanmempunya sifat chauvinistis.

Persatuan berasal dari kata satu,yang berarti utuh tidak terpecah-pecah.Persatuan juga menyiratkan arti adanyakeragaman, dalam pengertian bersatunyabermacam corak

1

yang beraneka ragam menjadi satukebulatan. Persatuan Indonesia dalamSila Ketiga ini mencakup persatuandalam arti ideologi, politik, ekonomisosial budaya, dan keamanan. PersatuanIndonesia ialah persatuan bangsa yangmendiami wilayah Indonesia. Yang bersatukarena didorong untuk mencapai kehidupankebangsaan yang bebas dalam wadahnegara yang merdeka dan berdaulat.

Persatuan Indonesia merupakanfaktor yang dinamis dalam kehidupanbangsa Indonesia, bertujuan melindungisegenap bangsa Indonesia dengan seluruhtumpah darah Indonesia, memajukankesejahteraan umum dan mencerdaskankehidupan bangsa, serta mewujudkanperdamaian dunia yang abadi. Perwujudanpersatuan Indonesia adalah perwujudandari paham kebangsaan Indonesia yangdijiwai oleh Ketuhanan Yang Maha Esa,serta kemanusiaan yang adil dan beradab.

Nasionalisme Indonesia mengatasipaham golongan, suku bangsa, dalamupaya membina tumbuhnya persatuan dankesatuan sebagai satu bangsa yang padu,

1

tidak terpecah- pecah. Hal ini sesuaidengan adanya alinea keempat PembukaanUndang-Undang Dasar Negara RepublikIndonesia Tahun 1945 yang berbunyi”Kemudian daripada itu untuk membentuksuatu Pemerintahan Negara Indonesia yangmelindungi segenap bangsa Indonesia danseluruh tumpah darah Indonesia danuntuk memajukan kesejahteraan umum,mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikutmelaksanakan ketertiban dunia yangberdasarkan kemerdekaan, perdamaianabadi dan keadilan sosial, makadisusunlah Kemerdekaan KebangsaanIndonesia itu dalam suatu Undang-UndangDasar Negara Indonesia...”.

1

Persatuan Indonesia dalam SilaKetiga ini mencakup persatuan dalamarti ideologis, politik, ekonomi sosialbudaya dan keamanan. PersatuanIndonesia ialah persatuan kebangsaanIndonesia yang dibentuk atas bersatunyaberagam latar belakang sosial, budaya,politik, agama, suku, bangsa, danideologi yang mendiami wilayahIndonesia bersepakat menyatakan sebagaisatu bangsa, satu tanah air, dan satubahasa yang didorong untuk mencapaikehidupan kebangsaan yang bebas dalamwadah negara yang merdeka dan berdaulatdengan satu bendera Negara, satu bahasaNegara, satu Lambang Garuda Pancasila,serta satu Lagu Kebangsaan IndonesiaRaya.

Dengan nilai-nilai yang terkandungdalam sila ketiga ini, dan kemudiandiejawantakan dalam pasal-pasal diUndang-Undang Dasar Negara RepublikIndonesia Tahun 1945, Untuk itu, semuaperaturan perundang-undangan harusmenjamin integrasi atau keutuhanideologi dan teritori negara dan bangsa

1

Indonesia sesuai dengan tujuanmelindungi segenap bangsa dan seluruhtumpah darah Indonesia dapat dilihatdari ketentuan tentang pilihan bentuknegara kesatuan yang tidak dapat diubahdengan prosedur konstitusional.

Penjabaran lebih lanjut Sila Ketigadalam Undang- Undang Dasar NegaraRepublik Indonesia Tahun 1945, yaituterdapat pada:

- Pembukaan Undang-Undang Dasar NegaraRepublik Indonesia Tahun 1945 alineakeempat, yang berbunyi “Kemudiandaripada itu untuk membentuksuatu

1

Pemerintah Negara Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia”.

- Pasal 1

(1)Negara Indonesia ialah NegaraKesatuan, yang berbentuk Republik.

(2)Kedaulatan berada di tangan rakyatdan dilaksanakan menurut Undang-Undang Dasar.

(3)Negara Indonesia adalah negara hukum.

- Pasal 18

(1)Negara Kesatuan Republik Indonesiadibagi atas daerah-daerah provinsidan daerah provinsi itu dibagiatas kabupaten dan kota, yangtiap-tiap provinsi, kabupaten, dankota itu mempunyai pemerintahandaerah, yang diatur denganundang- undang.

(2)Pemerintahan daerah provinsi,daerah kabupaten, dan kotamengatur dan mengurus sendiri

1

urusan pemerintahan menurut asasotonomi dan tugas pembantuan.

(3)Pemerintahan daerah provinsi,daerah kabupaten, dan kotamemiliki Dewan Perwakilan RakyatDaerah yang anggota-anggotanyadipilih melalui pemilihan umum.

1

(4)Gubernur, Bupati, dan Walikotamasing-masing sebagai kepalapemerintah daerah provinsi,kabupaten, dan kota dipilih secarademokratis.

(5)Pemerintahan daerah menjalankanotonomi seluas- luasnya, kecualiurusan pemerintahan yang olehundang-undang ditentukan sebagaiurusan Pemerintah Pusat.

(6)Pemerintahan daerah berhakmenetapkan peraturan daerah danperaturan- peraturan lain untukmelaksanakan otonomi dan tugaspembantuan.

(7)Susunan dan tata carapenyelenggaraan pemerintahan daerahdiatur dalam undang-undang.

- Pasal 32

(1)Negara memajukan kebudayaannasional lndonesia di tengahperadaban dunia dengan menjaminkebebasan masyarakat dalammemelihara dan mengembangkan

1

nilai-nilai budayanya.

(2)Negara menghormati dan memeliharabahasa daerah sebagai kekayaanbudaya nasional.

- Pasal 35

Bendera Negara Indonesia ialah Sang Merah Putih.

- Pasal 36 A

Bahasa Negara ialah Bahasa Indonesia.

1

- Pasal 36B

Lagu Kebangsaan ialahIndonesia Raya.

- Pasal 36C

Ketentuan lebih lanjut mengenaiBendera, Bahasa, dan Lambang Negara,serta Lagu Kebangsaan diatur denganundang-undang.

- Pasal 37 ayat (5)

Khusus mengenai bentuk NegaraKesatuan Republik Indonesia tidakdapat dilakukan perubahan.

4. Sila Keempat: Kerakyatan yang dipimpin

oleh hikmat kebijaksanaan dalam

permusyawaratan/ perwakilan.

Sila Kerakyatan yang Dipimpin olehHikmah Kebijaksanaan dalamPermusyawaratan/Perwakilan (mufakat atauDemokrasi) dalam Pancasila padaprinsipnya menegaskan bahwa bangsaIndonesia akan terus memelihara danmengembangkan semangat bermusyawarah

1

untuk mencapai mufakat dalamperwakilan. Bangsa Indonesia akan tetapmemelihara dan mengembangkan kehidupandemokrasi. Bangsa Indonesia akanmemelihara serta mengembangkan kearifandan kebijaksanaan dalam bermusyawarah.

Kerakyatan berasal dari kata rakyat,yaitu sekelompok manusia yang berdiamdalam satu wilayah negara tertentu.Rakyat meliputi seluruh manusia itu,tidak dibedakan oleh

1

tugas (fungsi) dan profesi(jabatannya). Kerakyatan adalah asasyang baik serta tepat sekali jikadihubungkan dengan maksud rakyat hidupdalam ikatan negara.

Sila keempat Pancasila, “Kerakyatanyang dipimpin oleh hikmatkebijaksanaan dalampermusyawaratan/perwakilan” mengandung beberapa cirialam pemikiran demokrasi di Indonesia.Dalam pokok pikiran ketiga dariPembukaan Undang-Undang Dasar NegaraRepublik Indonesia Tahun 1945,disebutkan bahwa kedaulatan itu berdasaratas “kerakyatan” dan “permusyawaratan”.Dengan kata lain, demokrasi ituhendaknya mengandung ciri: (1)kerakyatan (daulat rakyat), dan (2)permusyawaratan (kekeluargaan).

Cita-cita pemuliaan daulat rakyatbergema kuat dalam sanubari parapendiri bangsa sebagai pantulan darisemangat emansipasi dan egalitarianismedari aneka bentuk penindasan, yangditimbulkan oleh kolonialisme dan

1

feodalisme. Cita-cita kerakyatan hendakmenghormati suara rakyat dalam politikdengan memberi jalan bagi peran danpengaruh besar yang dimainkan olehrakyat dalam proses pengambilankeputusan yang dilakukan olehpemerintah.

Cita permusyawaratan memancarkankehendak untuk menghadirkan negarapersatuan yang dapat mengatasi pahamperseorangan dan golongan, sebagaipantulan dari semangat kekeluargaan daripluralitas kebangsaan Indonesia denganmengakui adanya“kesederajatan/persamaan dalamperbedaan”. Dalam kaitan ini, “Soekarnomeyakini bahwa syarat mutlak untukkuatnya negara Indonesia ialahpermusyawaratan perwakilan. Karenaitu, dengan “asas

1

kerakyatan” itu, negara harus menjaminbahwa setiap warga negara memilikikedudukan yang sama di dalam hukum danpemerintahan.

Permusyawaratan adalah suatu tatacara khas kepribadian Indonesia untukmerumuskan dan/atau memutuskan suatu halberdasarkan kehendak rakyat, hinggatercapai keputusan yang berdasarkankebulatan pendapat atau mufakat.Perwakilan adalah suatu sistem dalamarti tata cara (prosedur) mengusahakanturut sertanya rakyat mengambil bagiandalam kehidupan bernegara, antara laindilakukan dengan melalui badan-badanperwakilan.

Selain kedua ciri tersebut,demokrasi Indonesia juga mengandung ciri“hikmat-kebijaksanaan”. Cita hikmat-kebijaksanaan merefleksikan orientasietis, sebagaimana dikehendaki olehPembukaan Undang-Undang Dasar NegaraRepublik Indonesia Tahun 1945 bahwasusunan Negara Republik Indonesia yangberkedaulatan rakyat itu hendaknyadidasarkan pada nilai-nilai ketuhanan,

1

perikemanusiaan, persatuan,permusyawaratan, dan keadilan.

Dalam kaitan ini, Mohammad Hattamenjelaskan bahwa, “Kerakyatan yangdianut oleh bangsa Indonesia bukanlahkerakyatan yang mencari suara terbanyaksaja, tetapi kerakyatan yang dipimpinoleh hikmat kebijaksanaan dalampermusyawaratan perwakilan”. Selanjutnyadikatakan, “Karena itu, demokrasiIndonesia bukan demokrasi liberal danjuga bukan demokrasi totaliter, karenaberkaitan secara menyeluruh dengansila-sila Pancasila lainnya”,(Hatta, 1957). Orientasietis (hikmat-

1

kebijaksanaan) ini dihidupkan melaluidaya rasionalitas, kearifan konsensual,dan komitmen keadilan yang dapatmenghadirkan suatu toleransi dansintetis yang positif sekaligus dapatmencegah kekuasaan dikendalikan olehgolongan mayoritas (mayorokrasi) dankekuatan minoritas elit politik danpengusaha (minorokrasi).

Dalam demokrasi permusyawaratan,suatu keputusan politik dikatakan benarjika memenuhi setidaknya empatprasyarat. Pertama, harus didasarkan padaasas rasionalisme dan keadilan bukanhanya berdasarkan subjektivitasideologis dan kepentingan. Kedua,didedikasikan bagi kepentingan banyakorang, bukan demi kepentinganperseorangan dan golongan. Ketiga,berorientasi jauh ke depan, bukan demikepentingan jangka pendek melaluiakomodasi transaksional yang bersifatdestruktif (toleransi negatif). Keempat,bersifat imparsial, dengan melibatkandan mempertimbangkan pendapat semuapihak (minoritas terkecil sekalipun)

1

secara inklusif, yang dapat menangkaldikte-dikte minoritas elite penguasadan pengusaha serta klaim-klaimmayoritas.

Dalam demokrasi permusyawaratan,suara mayoritas diterima sebatasprasyarat minimum dari demokrasi, yangmasih harus berusaha dioptimalkanmelalui partisipasi dan persetujuanyang luas dari segala kekuatan secarainklusif. Partisipasi dan persetujuanluas ini dicapai melalui persuasi,kompromi, dan konsensus secara bermutudengan mensyaratkan mentalitas kolektifdengan bimbingan hikmat- kebijaksanaan,sehingga membuat kekuatan manapun akanmerasa ikut memiliki, loyal, danbertanggung jawab atas segala keputusanpolitik. Atas dasar itu, pemungutansuara

1

(voting) harus ditempatkan sebagaipilihan terakhir, dan itu pun masihharus menjunjung tinggi semangatkekeluargaan yang saling menghormati.

Dalam demokrasi permusyawaratan,kebebasan kehilangan makna substantifnyasejauh tidak disertai kesederajatan danpersaudaraan (kekeluargaan).Kesederajatan dan semangat kekeluargaandari perbedaan aneka gugus kebangsaandiperkuat melalui pemuliaan nilai- nilaikeadilan. Menurut penjelasan MohammadHatta, “Kerakyatan yang dipimpin olehhikmat kebijaksanaan dalampermusyawaratan/perwakilan berhubungerat pula dengan sila Keadilan Sosial,yakni untuk mewujudkan keadilan sosialbagi seluruh rakyat” (Hatta, 1957).Lebih lanjut, dalam Demokrasi Kita (1960),Hatta mengatakan, “Demokrasi politiksaja tidak dapat melaksanakan persamaandan persaudaraan. Di sebelah demokrasipolitik, harus pula berlaku demokrasiekonomi. Kalau tidak, manusia belummerdeka, persamaan dan persaudaraanbelum ada”.

1

Sila Keempat ini juga merupakansuatu asas, bahwa tata pemerintahanRepublik Indonesia didasarkan ataskedaulatan rakyat, sebagaimanaditegaskan dalam alinea keempatPembukaan Undang-Undang Dasar NegaraRepublik Indonesia Tahun 1945, Atasdasar tersebut, disusunlah KemerdekaanKebangsaan Indonesia, yang berkedaulatanrakyat.

Pasal 1 ayat (2) Undang-Undang DasarNegara Republik Indonesia Tahun 1945menegaskan demokrasi Indonesiamenganut dua prinsip sekaligus,demokrasi

1

(kedaulatan rakyat) dan nomokrasi(kedaulatan hukum). Pasal 1 ayat (2)Undang-Undang Dasar Negara RepublikIndonesia Tahun 1945 menetapkan bahwakedaulatan berada di tangan rakyat dandilaksanakan menurut Undang-UndangDasar. Sementara itu, ayat (3)menetapkan negara Indonesia adalahnegara hukum.

Dalam rumusan Pasal 1 ayat (2) danayat (3) tersebut, arti negara hukumtidak terpisahkan dari pilar negarahukum itu sendiri, yaitu pahamkedaulatan hukum. Paham kedaulatanhukum adalah ajaran yang menyatakanbahwa kekuasaan tertinggi terletak padahukum atau tiada kekuasaan lain apapun, terkecuali kekuasaan hukum.Undang-Undang Dasar Negara RepublikIndonesia Tahun 1945 menegaskan bahwademokrasi merupakan manifestasikedaulatan rakyat berupa penyerahankepada rakyat untuk mengambil keputusan-keputusan politik dalam hidup bernegara,sedangkan nomokrasi merupakanpenyerahan kepada hukum untuk

1

menyelesaikan berbagai pencederaanterhadap demokrasi dan hak-hak rakyat.

Dengan mengacu ketentuan yangdemikian itu, adalah sebuah keniscayaanuntuk membangun dan menegakkan demokrasidan nomokrasi secara seimbang.Demokrasi dan nomokrasi berbicara padaaspek yang berbeda tetapi keduanyadapat diseimbangkan. Demokrasi akanselalu berbicara aspek politik sehinggaarah utamanya adalah bagaimanamenegakkan kedaulatan rakyat. Sedangkannomokrasi selalu berbicara pada ranahdan perspektif hukum, bagaimana hukumharus dikedepankan. Kedaulatan rakyattanpa dikawal oleh hukum sudah dapatdipastikan akan mengarah pada kondisitidak seimbang.

1

Pasal-pasal terkait kedudukan dankeanggotaan MPR, pemilihan Presiden danWakil Presiden, mengembalikan pesanbahwa negara Indonesia ituberkedaulatan rakyat. Ia dilaksanakanmenurut Undang-Undang Dasar NegaraRepublik Indonesia Tahun 1945, menurutketentuan- ketentuan konstitusi, yangmenjadikan demokrasi Indonesia adalahdemokrasi konstitusional. Konstitusimengatur bahwa Pemilihan Presiden danWakil Presiden dilakukan langsung olehrakyat. Semua anggota lembagaperwakilan rakyat di Pusat dan Daerahjuga dipilih langsung oleh rakyat.Pemilu harus dilakukan teratur, jujur,dan terbuka. Konstitusi menyatakan bahwanegara mengakui hak-hak asasi manusia.Oleh karena itu, demokrasi kita jugaharus dijalankan dengan menghargai hak-hak asasi manusia.

Dalam konteks demokrasi danpemerintahan daerah, konstitusi mengakuidan sangat menghormati satuan-satuanpemerintahan daerah yang bersifatistimewa, kesatuan- kesatuan masyarakat

1

hukum adat beserta hak-haktradisionalnya sepanjang sesuai denganprinsip Negara Kesatuan RepublikIndonesia.

Penjabaran lebih lanjut Sila Keempatdalam Undang- Undang Dasar NegaraRepublik Indonesia Tahun 1945, yaituterdapat pada:

- Pembukaan Undang-Undang Dasar NegaraRepublik Indonesia Tahun 1945 alineakeempat, yang berbunyi “...Kerakyatanyang dipimpin oleh hikmatkebijaksanaan dalam Permusyawaratan/Perwakilan...”.

1

- Pasal 1

(1)Negara Indonesia ialah NegaraKesatuan, yang berbentuk Republik.

(2)Kedaulatan berada di tangan rakyatdan dilaksanakan menurut Undang-Undang Dasar.

(3)Negara Indonesia adalah negara hukum.

- Pasal 2

(1)Majelis Permusyawaratan Rakyatterdiri atas anggota DewanPerwakilan Rakyat dan anggotaDewan Perwakilan Daerah yangdipilih melalui pemilihan umum dandiatur lebih lanjut dengan undang-undang.

(2)Majelis Permusyawaratan Rakyatbersidang sedikitnya sekali dalamlima tahun di ibukota negara.

(3)Segala putusan MajelisPermusyawaratan Rakyat ditetapkandengan suara yang terbanyak.

1

- Pasal 3

(1)Majelis Permusyawaratan Rakyatberwenang mengubah dan menetapkanUndang-Undang Dasar.

(2)Majelis Permusyawaratan Rakyatmelantik Presiden dan/atau WakilPresiden.

1

(3)Majelis Permusyawaratan Rakyathanya dapat memberhentikanPresiden dan/atau Wakil Presidendalam masa jabatannya menurutUndang-Undang Dasar.

- Pasal 5

(1)Presiden berhak mengajukanrancangan undang- undang kepadaDewan Perwakilan Rakyat.

(2)Presiden menetapkan peraturanpemerintah untuk menjalankanundang-undang sebagaimanamestinya.

- Pasal 20

(1)Dewan Perwakilan Rakyat memegangkekuasaan membentuk undang-undang.

(2)Setiap rancangan undang-undangdibahas oleh Dewan PerwakilanRakyat dan Presiden untukmendapat persetujuan bersama.

(3)Jika rancangan undang-undang itutidak mendapat persetujuanbersama, rancangan undang-undang

1

itu tidak boleh diajukan lagidalam persidangan Dewan PerwakilanRakyat masa itu.

(4)Presiden mengesahkan rancanganundang-undang yang telah disetujuibersama untuk menjadi undang-undang.

(5)Dalam hal rancangan undang-undangyang telah disetujui bersamatersebut tidak disahkan oleh

1

Presiden dalam waktu tiga puluhhari semenjak rancangan undang-undang tersebut disetujui,rancangan undang-undang tersebutsah menjadi undang-undang danwajib diundangkan.

- Pasal 22E

(1)Pemilihan umum dilaksanakan secaralangsung, umum, bebas, rahasia,jujur, dan adil setiap lima tahunsekali.

(2)Pemilihan umum diselenggarakanuntuk memilih anggota DewanPerwakilan Rakyat, DewanPerwakilan Daerah, Presiden danWakil Presiden dan Dewan PerwakilanRakyat Daerah.

(3)Peserta pemilihan umum untukmemilih anggota Dewan PerwakilanRakyat dan anggota DewanPerwakilan Rakyat Daerah adalahpartai politik.

(4)Peserta pemilihan umum untukmemilih anggota Dewan Perwakilan

1

Daerah adalah perseorangan.

(5)Pemilihan umum diselenggarakanoleh suatu komisi pemilihan umumyang bersifat nasional, tetap, danmandiri.

(6)Ketentuan lebih lanjut tentangpemilihan umum diatur denganundang-undang.

1

- Pasal 28

Kemerdekaan berserikat dan berkumpul,mengeluarkan pikiran dengan lisan dantulisan dan sebagainya ditetapkandengan undang-undang.

- Pasal 37

(1)Usul perubahan pasal-pasal Undang-Undang Dasar dapat diagendakandalam sidang MajelisPermusyawaratan Rakyat apabiladiajukan oleh sekurang-kurangnya1/3 dari jumlah anggota MajelisPermusyawaratan Rakyat.

(2)Setiap usul perubahan pasal-pasalUndang-Undang Dasar diajukan secaratertulis dan ditunjukkan denganjelas bagian yang diusulkan untukdiubah beserta alasannya.

(3)Untuk mengubah pasal-pasal Undang-Undang Dasar, Sidang MajelisPermusyawaratan Rakyat dihadirioleh sekurang-kurangnya 2/3 darijumlah anggota MajelisPermusyawaratan Rakyat.

1

(4)Putusan untuk mengubah pasal-pasalUndang- Undang Dasar dilakukandengan persetujuan sekurang-kurangnya lima puluh persenditambah satu anggota dari seluruhanggota Majelis PermusyawaratanRakyat.

(5) Khusus mengenai bentuk Negara KesatuRepublik Indonesia tidak dapat dilakukaperubahan.

1

5. SilaKelima:Keadilan sosial bagiseluruhrakyat Indonesia

Sila Keadilan Sosial bagi seluruhrakyat Indonesia (Kesejahteraan) dalamPancasila pada prinsipnya menegaskanbahwa seyogyanya tidak akan adakemiskinan dalam Indonesia Merdeka.Bangsa Indonesia bukan hanya memilikidemokrasi politik, tetapi juga demokrasiekonomi. Indonesia harus memilikikeadilan politik dan keadilan ekonomisekaligus. Indonesia harus memilikikehidupan yang adil dan makmur bagiseluruh rakyat Indonesia.

Secara khusus, keadilan sosialdalam sila kelima Pancasila inimenekankan prinsip keadilan dankesejahteraan ekonomi, atau apa yangdisebut Soekarno sebagai prinsip socialerechtvaardigheid. Yakni, bahwa persamaan,emansipasi dan partisipasi yangdikehendaki bangsa ini bukan hanya dibidang politik, melainkan juga di bidangperekonomian. Prinsip Keadilan dankesejahteraan sosial menurut sila kelimaPancasila tidaklah sama dengan prinsip

1

komunisme (yang menekankan kolektivisme)dan liberalisme (yang menekankanindividualisme). Sila Kelima bertolakdari pengertian bahwa antara pribadidan masyarakat satu sama lain tidakdapat dipisahkan.

Masyarakat adalah tempat hidup danberkembangnya individu/pribadi,sedangkan pribadi adalah komponen utamamasyarakat. Tidak boleh terjadi praktikperekonomian yang hanya mementingkankolektivisme, sebaliknya tidak bolehjuga perekonomian dikembangkan denganmengedepankan kepentinganpribadi/individu. Individualitasdikembangkan seiring dengan sosialitas.Hak milik pribadi diperbolehkan

1

namun memiliki fungsi sosial, sedangkankekayaan bersama (bumi, air, dankekayaan alam yang terkandung didalamnya) dipergunakan untukkesejahteraan bersama.

Sila Keadilan sosial merupakanperwujudan yang paling konkret dariprinsip-prinsip Pancasila. Satu-satunyasila Pancasila yang dilukiskan dalamPembukaan Undang- Undang Dasar NegaraRepublik Indonesia Tahun 1945 denganmenggunakan kata kerja mewujudkan suatuKeadilan sosial bagi seluruh rakyatIndonesia’.

Prinsip bahwa negara harus menjaminkeadilan sosial antara lain diatur didalam pasal-pasal tentang kesejahteraansosial yang mencakup penguasaan sumberdaya alam untuk sebesar-besar kemakmuranrakyat, pemeliharaan fakir miskin olehnegara, dan sistem perekonomian. Pasal-pasal yang berkaitan dengan itu utamanyaterdapat pada pasal 23, 27, 28, 31, 33,dan 34, yang diyakini saling terkaitdan harus dimaknai secara bersama-sama.Satu pasal mengatur paradigma

1

pengelolaan ekonomi, sedangkan limapasal lainnya mengatur paradigmakewajiban sosial negara tehadap rakyat.Pasal-pasal ini menegaskan bahwa parapendiri bangsa menginginkan agar negaraharus menguasai sumber daya alamstrategis untuk kemudin dipergunakanmemenuhi tugas sosial ekonomi negaraterhadap rakyatnya.

Keadilan sosial berarti keadilanyang berlaku dalam masyarakat di segalabidang kehidupan, baik material maupunspiritual bagi seluruh rakyatIndonesia. Berarti berlaku untuk setiaporang yang menjadi rakyat Indonesia,baik yang berdiam di wilayah kekuasaanRepublik Indonesia maupun warga NegaraIndonesia yang berada di luar negeri.

1

Secara umum, keadilan sosial bagiseluruh rakyat Indonesia berarti bahwasetiap orang Indonesia mendapatperlakuan yang adil dalam bidanghukum, politik, sosial, ekonomi dankebudayaan. Keadilan sosial jugamengandung arti tercapainya keseimbanganantara kehidupan pribadi dan kehidupanmasyarakat. Karena kehidupan manusia itumeliputi kehidupan jasmani dan kehidupanrohani, keadilan itu pun meliputikeadilan di dalam pemenuhan tuntutanhakiki kehidupan jasmani serta keadilandi dalam pemenuhan tuntutan hakikikehidupan rohani secara seimbang.

Prinsip keadilan adalah inti darimoral ketuhanan, landasan pokokperikemanusiaan, simpul persatuan,matra kedaulatan rakyat. Di satu sisi,perwujudan keadilan sosial itu harusmencerminkan imperatif etis keempat silalainnya. Notonagoro menyatakan (1974),“Sila kelima: Keadilan sosial bagiseluruh rakyat Indonesia diliputi dandijiwai oleh sila-sila Ketuhanan YangMaha Esa, kemanusiaan yang adil dan

1

beradab, persatuan Indonesia, kerakyatanyang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaandalam permusyawaratan/ perwakilan.”

Di sisi lain, otentisitas pengamalansila-sila Pancasila bisa ditakar dariperwujudan keadilan sosial dalamperikehidupan kebangsaan. Kesungguhannegara dalam melindungi segenap bangsadan seluruh tumpah darah Indonesiaberdasarkan persatuan bisa dinilai dariusaha nyatanya dalam mewujudkan keadilansosial.

1

Penjabaran lebih lanjut Sila Kelimadalam Undang- Undang Dasar NegaraRepublik Indonesia Tahun 1945, yaituterdapat pada:

- Pembukaan Undang-Undang Dasar NegaraRepublik Indonesia Tahun 1945 alineakedua yang berbunyi “Dan perjuanganpergerakan Kemerdekaan Indonesiatelah sampailah kepada saat yangberbahagia dengan selamat sentausamengantarkan rakyat Indonesia kedepan pintu gerbang kemerdekaanNegara Indonesia yang merdeka,bersatu, berdaulat, adil dan makmur.”

- Pasal 23

(1) Anggaran pendapatan dan belanjanegara sebagai wujud daripengelolaan keuangan negaraditetapkan setiap tahun denganundang-undang dan dilaksanakansecara terbuka dan bertanggungjawab untuk sebesar-besarnyakemakmuran rakyat.

(2) Rancangan undang-undang anggaranpendapatan dan belanja negara

1

diajukan oleh Presiden untukdibahas bersama Dewan PerwakilanRakyat dengan memperhatikanpertimbangan Dewan PerwakilanDaerah.

(3) Apabila Dewan Perwakilan Rakyattidak menyetujui rancangananggaran pendapatan dan belanjanegara yang diusulkan olehPresiden, Pemerintah menjalankanAnggaran Pendapatan dan BelanjaNegara tahun yang lalu.

1

- Pasal 23A

Pajak dan pungutan lain yangbersifat memaksa untak keperluannegara diatur dengan undang-undang.

- Pasal 23B

Macam dan harga mata uang ditetapkandengan undang- undang.

- Pasal 23C

Hal-hal lain mengenai keuangannegara diatur dengan undang-undang.

- Pasal 23D

Negara memiliki suatu bank sentralyang susunan, kedudukan, kewenangan,tanggung jawab, dan independensinyadiatur dengan undang-undang.

- Pasal 23E

(1) Untuk memeriksa pengelolaan dantanggung jawab tentang keuangannegara diadakan satu BadanPemeriksa Keuangan yang bebas danmandiri.

1

(2) Hasil pemeriksaan keuangan negaradiserahkan kepada DewanPerwakilan Rakyat, DewanPerwakilan Daerah, dan DewanPerwakilan Rakyat Daerah, sesuaidengan kewenangannya.

1

(3) Hasil pemeriksaan tersebutditindaklanjuti oleh lembagaperwakilan dan/atau badan sesuaidengan undang-undang.

- Pasal 23F

(1) Anggota Badan Pemeriksa Keuangandipilih oleh Dewan PerwakilanRakyat dengan memperhatikanpertimbangan Dewan PerwakilanDaerah dan diresmikan olehPresiden.

(2) Pimpinan Badan Pemeriksa Keuangandipilih dari dan oleh anggota.

- Pasal 23G

(1) Badan Pemeriksa Keuanganberkedudukan di ibu kota negara,dan memiliki perwakilan di setiapprovinsi.

(2) Ketentuan lebih lanjut mengenaiBadan Pemeriksa Keuangan diaturdengan undang-undang.

- Pasal 27

1

(1) Segala warga negara bersamaankedudukannya di dalam hukum danpemerintahan dan wajib menjunjunghukum dan pemerintahan itu dengantidak ada kecualinya.

(2) Tiap-tiap warga negara berhakatas pekerjaan dan penghidupanyang layak bagi kemanusiaan.

1

(3) Setiap warga negara berhak danwajib ikut serta dalam upayapembelaan negara.

- Pasal 28

Kemerdekaan berserikat dan berkumpul,mengeluarkan pikiran dengan lisan dantulisan dan sebagainya ditetapkandengan undang-undang.

- Pasal 29

(1) Negara berdasar atas Ketuhanan YangMaha Esa.

(2) Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memelukagamanya masing-masing dan untukberibadat menurut agamanya dankepercayaannya itu

- Pasal 31

(1) Setiap warga negara berhak mendapatpendidikan.

(2) Setiap warga negara wajibmengikuti pendidikan dasar danpemerintah wajib membiayainya.

1

(3) Pemerintah mengusahakan danmenyelenggarakan satu sistempendidikan nasional, yangmeningkatkan keimanan danketakwaan serta akhlak muliadalam rangka mencerdaskankehidupan bangsa, yang diaturdengan undang- undang.

(4) Negara memprioritaskan anggaranpendidikan sekurang-kurangnyadua puluh persen dari

1

anggaran pendapatan dan belanjanegara serta dari anggaranpendapatan dan belanja daerahuntuk memenuhi kebutuhanpenyelenggaraan pendidikannasional.

(5) Pemerintah memajukan ilmupengetahuan dan teknologi denganmenjunjung tinggi nilai-nilaiagama dan persatuan bangsa untukkemajuan peradaban sertakesejahteraan umat manusia.

- Pasal 33

(1) Perekonomian disusun sebagai usahabersama berdasar atas asaskekeluargaan.

(2) Cabang-cabang produksi yangpenting bagi negara dan yangmenguasai hajat hidup orangbanyak dikuasai oleh negara.

(3) Bumi dan air dan kekayaan alamyang terkandung di dalamnyadikuasai oleh negara dandipergunakan untuk sebesar-besar

1

kemakmuran rakyat.

(4) Perekonomian nasionaldiselenggarakan berdasar atasdemokrasi ekonomi dengan prinsipkebersamaan, efisiensiberkeadilan, berkelanjutan,berwawasan lingkungan,kemandirian, serta dengan menjagakeseimbangan kemajuan dan kesatuanekonomi nasional.

(5) Ketentuan lebih lanjut mengenaipelaksanaan pasal ini diatur dalamundang-undang.

1

- Pasal 34

(1) Fakir miskin dan anak-anak yangterlantar dipelihara oleh negara.

(2) Negara mengembangkan sistemjaminan sosial bagi seluruhrakyat dan memberdayakanmasyarakat yang lemah dan tidakmampu sesuai dengan martabatkemanusiaan.

(3) Negara bertanggung jawab ataspenyediaan fasilitas pelayanankesehatan dan fasilitas pelayananumum yang layak.

(4) Ketentuan lebih lanjut mengenaipelaksanaan pasal ini diatur dalamundang-undang.

C. PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI DAN DASAR

NEGARA

Dalam pertumbuhan dan perkembangankebangsaan Indonesia, dinamika rumusan

1

kepentingan hidup-bersama di wilayahnusantara diuji dan didewasakan sejakdimulainya sejarah kebangsaan Indonesia.Pendewasaan kebangsaan Indonesia memuncakketika mulai dijajah dan dihadapkan padaperbedaan kepentingan ideologi (awal AbadXIX) antara Liberalisme, Nasionalisme,Islamisme, Sosialisme-Indonesia, danKomunisme, yang diakhiri secara yuridisketatanegaraan tanggal 18 Agustus

1

1945 bertepatan dengan ditetapkannya Pancasila oleh PPKI sebagai Dasar NegaraKesatuan Republik Indonesia.

Dalam Pembukaan Undang-Undang DasarNegara Republik Indonesia Tahun 1945 alineakeempat terdapat rumusan Pancasila sebagaidasar negara Indonesia. Rumusan Pancasilaitulah dalam hukum positif Indonesia secarayuridis-konstitusional sah, berlaku, danmengikat seluruh lembaga Negara, lembagamasyarakat, dan setiap warga negara, tanpakecuali.

Rumusan Pancasila secara imperatif harusdilaksanakan oleh rakyat Indonesia dalamkehidupan berbangsa dan bernegara. Setiapsila Pancasila merupakan satu kesatuan yangintegral, yang saling mengandaikan dansaling mengunci. Ketuhanan dijunjung tinggidalam kehidupan bernegara, tetapidiletakkan dalam konteks negara kekeluargaanyang egaliter, yang mengatasi pahamperseorangan dan golongan; selaras denganvisi kemanusiaan yang adil dan beradab,persatuan kebangsaan, demokrasi-permusyawaratan yang menekankan konsensus,serta keadilan sosial bagi seluruh rakyat

1

Indonesia.

Dalam hubungan dengan hal itu, Prof. DR.Nicolaus Driyarkara, SJ (1913-1967)mengatakan ”kita yakin bahwa Pancasilamempunyai dasar yang sebaik-baiknya baginegara kita”. Selanjutnya, beliaumengatakan, ”demikianlah juga halnya denganPancasila, kita yakin bahwa pusaka itumerupakan kebenaran fundamental yang kayaraya” (Riyanto, Astim, 2007).

Rumusan Pancasila yang terdapat padaPembukaan Undang- Undang Dasar NegaraRepublik Indonesia Tahun 1945, dimanaPembukaan tersebut sebagai hukum derajattinggi yang tidak dapat diubah secara hukumpositif, maka Pancasila sebagai dasarnegara

1

Indonesia bersifat final dan mengikat bagi seluruh penyelenggara negara dan seluruh warga negara Indonesia.

Dalam perkembangan selanjutnya,Pancasila dalam tataran penerapannya dalamkehidupan kemasyarakatan, kebangsaan, dankenegaraan masih kerap diuji. Ujian iniberlangsung sejak ditetapkannya hingga diera reformasi sekarang ini.

Dengan berbagai pengalaman yang dihadapiselama ini, penerapan Pancasila perludiaktualisasikan dalam kehidupankemasyarakatan, kebangsaan, dan kenegaraanmengingat Pancasila sebagai ideologi negarayang merupakan visi kebangsaan Indonesiayang dipandang sebagai sumber demokrasi yangbaik di masa depan dan yang lahir darisejarah kebangsaan Indonesia.

Secara yuridis ketatanegaraan, Pancasilaadalah dasar negara Republik Indonesiasebagaimana terdapat pada Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun1945 yang kelahirannya ditempa dalam prosesperjuangan kebangsaan Indonesia sehinggaperlu dipertahankan dan diaktualisasikan.

1

Di samping itu, Pancasila perlu memayungiproses reformasi untuk diarahkan pada‘reinventing and rebuilding’ Indonesia denganberpegangan pada perundang-undangan yangjuga berlandaskan Pancasila sebagai dasarnegara. Melalui Undang-Undang Dasar NegaraRepublik Indonesia Tahun 1945 sebagaipayung hukum, Pancasila perludiaktualisasikan agar dalam praktikberdemokrasinya tidak kehilangan arah dandapat meredam konflik yang tidak produktif.

Rumusan lengkap sila dalam Pancasilatelah dimuat dalam instruksi Presiden RINomor 12 tahun 1968 tanggal 13 April 1968tentang tata urutan dan rumusan dalampenulisan/pembacaan/

1

pengucapan sila-sila Pancasila, sebagaimanatercantum dalam Pembukaan Undang-UndangDasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.Prof. DR. Drs. Notonagoro, SH (1967)mengatakan, “lima unsur yang terdapat padaPancasila bukanlah hal yang baru padapembentukan Negara Indonesia, tetapisebelumnya dan selama-lamanya telah dimilikioleh rakyat bangsa Indonesia yang nyata adadan hidup dalam jiwa masyarakat”.

Peneguhan Pancasila sebagai Dasar Negarasebagaimana terdapat pada Pembukaan, jugadimuat dalam Ketetapan MPR NomorXVIII/MPR/1998 tentang Pencabutan KetetapanMPR Nomor II/MPR/1978 tentang PedomanPenghayatan dan Pengamalan Pancasila(Ekaprasetya Pancakarsa) dan Penetapan tentangPenegasan Pancasila sebagai Dasar Negara.Walaupun status ketetapan MPR tersebut saatini sudah masuk dalam katagori Ketetapan MPRyang tidak perlu dilakukan tindakan hukumlebih lanjut, baik karena bersifat einmalig(final), telah dicabut, maupun telah selesaidilaksanakan.

Selain itu, juga ditegaskan dalamUndang-Undang Nomor 12 tahun 2011 tentang

1

Pembentukan Peraturan Perundang-undanganbahwa Pancasila merupakan sumber darisegala sumber hukum negara. PenempatanPancasila sebagai sumber dari segala sumberhukum negara adalah sesuai dengan PembukaanUndang-Undang Dasar Negara RepublikIndonesia Tahun 1945 Pancasila ditempatkansebagai dasar dan ideologi negara sertasekaligus dasar filosofis bangsa dan negarasehingga setiap materi muatan peraturanperundang-undangan tidak boleh bertentangandengan nilai-nilai yang terkandung dalamPancasila.

Sila Ketuhanan Yang Maha Esa merupakansila pertama dan utama yang menerangikeempat sila lainnya. Paham Ketuhanan itu

1

diwujudkan dalam paham kemanusiaan yang adildan beradab. Dorongan keimanan dan ketakwaanterhadap Tuhan Yang Maha Esa itu menentukankualitas dan derajat kemanusiaan seseorangdi antara sesama manusia, sehinggaperikehidupan bermasyarakat dan bernegaradapat tumbuh sehat dalam struktur kehidupanyang adil, dan dengan demikian kualitasperadaban bangsa dapat berkembang secaraterhormat di antara bangsa-bangsa(Asshiddiqie, Jimly, 2005).

Semangat Ketuhanan Yang Maha Esa ituhendaklah pula meyakinkan segenap bangsaIndonesia untuk bersatu padu di bawah taliTuhan Yang Maha Esa. Perbedaan-perbedaandiantara sesama warga Negara Indonesia tidakperlu diseragamkan, melainkan dihayatisebagai kekayaan bersama yang wajibdisyukuri dan dipersatukan dalam wadahNegara Indonesia yang berdasarkan Pancasila.Dalam wadah negara, rakyatnya adalah warganegara. Oleh karena itu, dalam kerangkakewarganegaraan, tidak perlu dipersoalkanmengenai etnisitas, anutan agama, warnakulit, dan bahkan status sosial seseorang.Yang penting dilihat adalah status

1

kewarganegaraan seseorang dalam wadahnegara. Semua orang memiliki kedudukan yangsama sebagai warga negara. Setiap warganegara adalah rakyat, dan rakyat itulah yangberdaulat dalam Negara Indonesia, di manakedaulatannya diwujudkan melalui mekanismeatau dasar bagi seluruh rakyat Indonesia(Asshiddiqie, Jimly , 2005).

Sesuai dengan pengertian sila KetuhananYang Maha Esa, setiap manusia Indonesiasebagai rakyat dan warga negara Indonesia,diakui sebagai insan beragama berdasarkanKetuhanan Yang Maha Esa. Paham KetuhananYang Maha Esa merupakan pandangan dasar danbersifat primer yang secara substansialmenjiwai keseluruhan wawasan kenegaraanbangsa Indonesia.

1

Oleh karena itu, nilai-nilai luhurkeberagaman menjadi jiwa yang tertanam jauhdalam kesadaran, kepribadian dan kebudayaanbangsa Indonesia. Jiwa keberagaman dalamkehidupan bermasyarakat dan berbangsa itujuga diwujudkan dalam kerangka kehidupanbernegara yang tersusun dalam undang-undangdasar.

Keyakinan akan prinsip Ketuhanan YangMaha Esa harus diwujudkan dalam sila keduaPancasila dalam bentuk kemanusiaan yangmenjamin perikehidupan yang adil, dan dengankeadilan itu kualitas peradaban bangsa dapatterus meningkat dengan sebaik- baiknya.Karena itu, prinsip keimanan dan ketakwaanterhadap Tuhan Yang Maha Esa menjadiprasyarat utama untuk terciptanya keadilan,dan perikehidupan yang berkeadilan itumenjadi prasyarat bagi pertumbuhan danperkembangan peradaban bangsa Indonesia dimasa depan.

Dalam kehidupan bernegara, prinsipKetuhanan Yang Maha Esa diwujudkan dalampaham kedaulatan rakyat dan sekaligus dalampaham kedaulatan hukum yang saling berjalinsatu sama lain. Sebagai konsekuensi prinsip

1

Ketuhanan Yang Maha Esa, tidak boleh adamateri konstitusi dan peraturan perundang-undangan yang bertentangan dengan nilaiKetuhanan Yang Maha Esa, dan bahkan hukumdan konstitusi merupakan pengejawantahannilai-nilai luhur ajaran agama yang diyakinioleh warga negara. Semua ini dimaksudkanagar Negara Indonesia dapat mewujudkankeadilan sosial bagi seluruh rakyat.

Pokok-pokok pikiran tersebut mencakupsuasana kebatinan yang terkandung dalamUndang-Undang Dasar. Pokok-pokok pikiran itumencerminkan falsafah hidup dan pandanganbangsa Indonesia serta cita-cita hukum yangmenguasai dan menjiwai hukum dasar, baikyang tertulis maupun yang tidaktertulis.

1

Undang-Undang Dasar mewujudkan pokok-pokokpikiran itu dalam perumusan pasal-pasalnyayang secara umum mencakup prinsip-prinsippemikiran dalam garis besarnya.

Menurut Prof. DR. Hans Nawiasky, dalamsuatu negara yang merupakan kesatuan tatananhukum, terdapat suatu kaidah tertinggi, yangkedudukannya lebih tinggi dari undang-undangdasar. Berdasarkan kaidah yang tertinggiinilah undang-undang dasar dibentuk. Kaidahtertinggi dalam kesatuan tatanan hukumdalam negara itu yang disebut denganstaatsfundamentalnorm, yang untuk bangsaIndonesia berupa Pancasila. Hakikat hukumsuatu staatsfundamentalnorm ialah syarat bagiberlakunya suatu undang-undang dasar karenalahir terlebih dahulu dan merupakan akarlangsung pada kehendak sejarah suatu bangsaserta keputusan bersama yang diambil olehbangsa (Riyanto, Astim, 2007).

Dengan demikian, jelas kedudukanPancasila itu adalah sebagai dasar negara,di mana Pancasila sebagai Dasar Negaradibentuk setelah menyerap berbagai pandanganyang berkembang secara demokratis dari paraanggota BPUPKI dan PPKI sebagai

1

representasi bangsa Indonesia saat itu.Apabila dasar negara Pancasila dihubungkandengan cita-cita negara dan tujuan negara,jadilah Pancasila ideologi negara.

Dalam konteks ideologi negara, Pancasiladapat dimaknai sebagai sistem kehidupannasional yang meliputi aspek politik,ekonomi, sosial budaya, dan pertahanankeamanan dalam rangka pencapaian cita-citadan tujuan bangsa yang berlandaskan dasarnegara.

Sejak disahkan secara konstitusionalpada 18 Agustus 1945, Pancasila dapatdikatakan sebagai dasar negara, pandanganhidup,

1

ideologi negara dan ligatur (pemersatu)dalam perikehidupan kebangsaan dan kenegaraan Indonesia.

Soekarno melukiskan urgensi Pancasilabagi bangsa Indonesia secara ringkas namunmeyakinkan, ” Pancasila adalah satu Weltanschauung,satu dasar falsafah, Pancasila adalah satu alatmempersatu bangsa yang juga pada hakekatnya satu alatmempersatu dalam perjuangan melenyapkan segalapenyakit yang telah dilawan berpuluh-puluh tahun yaituterutama, Imperialisme. Perjuangan suatu bangsa,perjuangan melawan imperialisme, perjuangan mencapaikemerdekaan, perjuangan sesuatu bangsa yangmembawa corak sendiri-sendiri. Tidak ada dua bangsayang cara berjuangnya sama. Tiap-tiap bangsa mempunyaicara berjuang sendiri, mempunyai karakteristik sendiri.Oleh karena pada hakekatnya bangsa sebagai individumampunyai keperibadian sendiri. Keperibadiaan yangterwujud dalam pelbagai hal, dalam kebudayaannya,dalam perekonomiannya, dalam wataknya, dan lain-lainsebagainya.” (Soekarno, 1958, I: 3).

Sebagai basis moralitas dan haluankebangsaan-kenegaraan, Pancasila memilikilandasan ontologis, epistemologis, danaksiologis yang kuat. Setiap sila memilikijustifikasi historisitas, rasionalitas, dan

1

aktualitasnya, yang jika dipahami,dihayati, dipercayai, dan diamalkan secarakonsisten dapat menopang pencapaian-pencapaian agung peradaban bangsa.

Secara ringkas, Yudi Latif (2011),menguraikan pokok- pokok moralitas danhaluan kebangsaan-kenegaraan menurut alamPancasila sebagai berikut.

1

Pertama, menurut alam pemikiranPancasila, nilai-nilai ketuhanan(religiusitas) sebagai sumber etika danspiritualitas (yang bersifat vertikal-transendental) dianggap penting sebagaifundamen etik kehidupan bernegara. Dalamkaitan ini, Indonesia bukanlah negarasekuler yang ekstrim, yang memisahkan“agama” dan “negara” dan berpretensi untukmenyudutkan peran agama ke ruangprivat/komunitas. Negara menurut Pancasilabahkan diharapkan dapat melindungi danmengembangkan kehidupan beragama; sementaraagama diharapkan bisa memainkan peran publikyang berkaitan dengan penguatan etikasosial. Tetapi saat yang sama, Indonesiajuga bukan “negara agama”, yang hanyamerepresentasikan salah satu (unsur) agama.Sebagai negara yang dihuni oleh pendudukdengan multiagama dan multikeyakinan, negaraIndonesia diharapkan dapat mengambil jarakyang sama terhadap semua agama/keyakinan,melindungi semua agama/keyakinan, dan harusdapat mengembangkan politiknya yang dipanduoleh nilai-nilai agama.

Rasionalitas dari alam pemikiran

1

Pancasila seperti itu mendapatkanpembenaran teoritik dan komparatifnya dalamteori- teori kontemporer tentang “publicreligion” yang menolak tesis “separation” dan“privatization” dan mendukung tesis “differention”.Dalam teori ini, peran agama dan negaratidak perlu dipisahkan, melainkan dibedakan.Dengan syarat bahwa keduanya salingmengerti batas otoritasnya masing-masingyang disebut dengan istilah “toleransi-kembar” (twin tolerations).

Kedua, menurut alam pemikiran Pancasila,nilai-nilai kemanusiaan universal yangbersumber dari hukum Tuhan, hukum alam, dansifat-sifat sosial manusia (yang bersifathorizontal) dianggap penting sebagaifundamen etika-politik kehidupan bernegaradalam pergaulan dunia. Prinsip kebangsaan

1

yang luas yang mengarah pada persaudaraandunia itu dikembangkan melalui jalaneksternalisasi dan internalisasi. Secaraeksternalisasi bangsa Indonesia menggunakansegenap daya dan khazanah yang dimilikinyauntuk secara bebas-aktif ‘ikut melaksanakanketertiban dunia yang berdasarkankemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilansosial’, dan secara internalisasi bangsaIndonesia mengakui dan memuliakan hak-hakdasar warga dan penduduk negeri. Landasanetik sebagai prasyarat persaudaraanuniversal ini adalah “adil” dan “beradab”.

Komitmen bangsa Indonesia dalammemuliakan nilai-nilai kemanusiaan itusangat visioner, mendahului “UniversalDeclaration of Human Rights” yang barudideklarasikan pada 1948. Secara teoretik-komparatif, jalan eksternalisasi daninternalisasi dalam mengembangkankemanusiaan secara adil dan beradab itumenempatkan visi Indonesia dalam perpaduanantara perspektif teori ‘idealisme politik’(political idealism) dan ‘realisme politik’ (politicalrealism) yang berorientasi kepentingannasional dalam hubungan internasional.

1

Ketiga, menurut alam pemikiran Pancasila,aktualisasi nilai- nilai etis kemanusiaanitu terlebih dahulu harus mengakar kuatdalam lingkungan pergaulan kebangsaan yanglebih dekat sebelum menjangkau pergaulandunia yang lebih jauh. Dalam internalisasinilai-nilai persaudaraan kemanusiaan ini,Indonesia adalah negara persatuankebangsaan yang mengatasi paham golongandan perseorangan. Persatuan darikebhinnekaan masyarakat Indonesia dikelolaberdasarkan konsepsi kebangsaan yangmengekspresikan persatuan dalam keragaman,dan keragaman dalam persatuan, yang dalamslogan negara dinyatakan dengan ungkapan’bhinneka tunggal ika’.

1

Di satu sisi, ada wawasan kosmopolitanismeyang berusaha mencari titik-temu darisegala kebhinnekaan yang terkristalisasikandalam dasar negara (Pancasila), Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun1945 dan segala turunan perundang-undangannya, negara persatuan, bahasapersatuan, dan simbol-simbol kenegaraanlainnya. Di sisi lain, ada wawasanpluralisme yang menerima dan memberi ruanghidup bagi aneka perbedaan, seperti anekaagama/keyakinan, budaya dan bahasa daerah,dan unit-unit politik tertentu sebagaiwarisan tradisi budaya.

Dengan demikian, Indonesia memilikiprinsip dan visi kebangsaan yang kuat,yang bukan saja dapat mempertemukankemajemukan masyarakat dalam kebaruankomunitas politik bersama, tetapi jugamampu memberi kemungkinan bagi keragamankomunitas untuk tidak tercerabut dari akartradisi dan kesejarahannya masing-masing.Dalam khazanah teori tentang kebangsaan,konsepsi kebangsaan Indonesia menyerupaiperspektif ‘etnosimbolis’ (ethnosymbolist), yangmemadukan antara perspektif ‘modernis”

1

(modernist) yang menekankan unsur-unsurkebaruan dalam kebangsaan, dengan perspektif‘primordialis’ (primordialist) dan ‘perenialis’(perennialist) yang melihat keberlangsunganunsur-unsur lama dalam kebangsaan.

Keempat, menurut alam pemikiranPancasila, nilai ketuhanan, nilaikemanusiaan, dan nilai serta cita-citakebangsaan itu dalam aktualisasinya harusmenjunjung tinggi kedaulatan rakyat dalamsemangat permusyawaratan yang dipimpin olehhikmat kebijaksanaan. Dalam visi demokrasipermusyawaratan, demokrasi memperolehkesejatiannya dalam penguatan daulatrakyat, ketika kebebasan politikberkeadilan dengan kesetaraan

1

ekonomi, yang menghidupkan semangat persaudaraan dalam kerangka ’musyawarah mufakat”.

Dalam prinsip musyawarah-mufakat,keputusan tidak didikte oleh golonganmayoritas (mayorokrasi) atau kekuatanminoritas elit politik dan pengusaha(minorokrasi), melainkan dipimpin olehhikmat/kebijaksanaan yang memuliakan daya-daya rasionalitas deliberatif dan kearifansetiap warga tanpa pandang bulu.

Gagasan demokrasi permusyawaratan alaIndonesia yang menekankan konsensus danmenyelaraskan demokrasi politik dandemokrasi ekonomi itu sangat visioner.Gagasan demokrasi seperi itu mendahului apayang kemudian disebut sebagai model”demokrasi deliberatif” (deliberative democracy),yang diperkenalkan oleh Joseph M. Bessettepada 1980, dan juga ada kesejajarannyadengan konsep ”sosial-demokrasi”.

Kelima, menurut alam Pemikiran Pancasila,nilai ketuhanan, nilai kemanusian, nilaidan cita kebangsaan, serta demokrasipermusyawaratan itu memperoleh kepenuhan

1

artinya sejauh dapat mewujudkan keadilansosial. Di satu sisi, perwujudan keadilansosial itu harus mencerminkan imperatif etiskeempat sila lainnya. Di sisi lain,otentisitas pengalaman sila-sila Pancasilabisa ditakar dari perwujudan keadilan sosialdalam perikehidupan kebangsaan. Dalam visikeadilan sosial menurut Pancasila, yangdikehendaki adalah keseimbangan antarapemenuhan kebutuhan jasmani dan rohani,keseimbangan antara peran manusia sebagaimahkluk individu (yang terlembaga dalampasar) dan peran manusia sebagai makhluksosial (yang terlembaga dalam negara), jugakeseimbangan antara pemenuhan hak sipil danpolitik dengan hak ekonomi, sosial, danbudaya.

1

Dalam suasana kehidupan sosial-perekonomian yang ditandai oleh anekakesenjangan sosial, kompetisi ekonomidiletakkan dalam kompetisi yang kooperatif(coopetition) berlandaskan asas kekeluargaan;cabang-cabang produksi yang penting baginegara dan yang menguasai hajat hidup orangbanyak dikuasai oleh negara; bumi dan airdan kekayaan alam yang terkandung didalamnya dikuasai oleh negara dandipergunakan untuk sebesar-besarnyakemakmuran rakyat. Dalam mewujudkan keadilansosial, masing-masing pelaku ekonomi diberiperan masing-masing yang secara keseluruhanmengembangkan semangat kekelurgaan. Peranindividu (pasar) diberdayakan, dengan tetapmenempatkan Negara dalam posisi yangpenting dalam menyediakan kerangka hukumdan regulasi, fasilitasi, penyediaan, danrekayasa sosial, serta penyediaan jaminansosial.

Jika diletakkan dalam perspektifteoritis-komparatif, gagasan keadilansosial menurut Pancasila merekonsiliasikanprinsip-prinsip etik dalam keadilan ekonomibaik yang bersumber dari hukum alam, hukum

1

Tuhan, dan sifat-sifat sosial manusia, yangdikonseptualisasikan sejak pemikiran parafilosof Yunani, pemikiran-pemikirankeagamaan, teori-teori ekonomi merkantilis,ekonomi liberalisme klasik dan neo-klasik,teori-teori Marxisme- sosialisme, sosial-demokrasi hingga Jalan Ketiga. Gagasankeadilan ekonomi menurut sosialismePancasila mempunyai kesejajarannya dengandiskursus sosial-demokrasi di Eropa, tetapijuga memiliki akar kesejarahannya dalamtradisi sosialisme-desa dan sosialisme-religius masyarakat Indonesia.

Demikianlah, para pendiri bangsa initelah mewariskan kepada kita suatu dasarfalsafah dan pandangan hidup negara yangmenjiwai penyusunan Undang-UndangDasar yang begitu

1

visioner dan tahan banting (durable). Suatudasar falsafah yang memiliki landasanontologis, epistemologis, dan aksiologisyang kuat yang dapat membimbing bangsaIndonesia dalam meraih cita-cita kemerdekaandan tujuan nasionalnya.

D. TANTANGAN KEKINIAN DAN SOLUSIMENGHADAPINYA

1. TantanganKekinian

Pada saat ini bangsa Indonesiasedang menghadapi berbagai tantanganwalaupun sudah satu dasawarsa reformasiberjalan, tantangan tersebut kalaudiidentifikasi sesuai dengan KetetapanMPR Nomor V/MPR/2000 tentang PemantapanPersatuan dan Kesatuan Nasional dankondisi bangsa Indonesia saat ini adalahsebagai berikut:

a. Nilai-nilai agama dan nilai-nilaibudaya bangsa tidak dijadikan sumberetika dalam berbangsa dan bernegaraoleh sebagian masyarakat. Hal itu

1

kemudian melahirkan krisis akhlak danmoral yang berupa ketidakadilan,pelanggaran hukum, dan pelanggaran hakasasi manusia.

b. Konflik sosial budaya telah terjadikarena kemajemukan suku, kebudayaan,dan agama yang tidak dikelola denganbaik dan adil oleh pemerintah maupunmasyarakat.

c. Penegakan hukum tidak berjalan denganbaik dan pelaksanaannya telahdiselewengkan sedemikian rupa,sehingga bertentangan dengan prinsipkeadilan, yaitu persamaan hak warganegara di hadapan hukum.

1

d. Perilaku ekonomi yang berlangsungdengan praktek korupsi, kolusi, dannepotisme, serta kurangnyakeberpihakan kepada kelompok usahakecil dan menengah, sehingga telahmenyebabkan krisis ekonomi yangberkepanjangan, utang besar yang harusdipikul oleh negara, pengangguran dankemiskinan yang semakin meningkat,serta kesenjangan sosial ekonomi yangsemakin melebar.

e. Sistem politik tidak berjalan denganbaik, sehingga belum dapat melahirkanpemimpin-pemimpin yang amanah, mampumemberikan teladan dan memperjuangkankepentingan masyarakat.

f. Peralihan kekuasaan yang seringmenimbulkan konflik, pertumpahandarah, dan dendam antara kelompokmasyarakat terjadi sebagai akibatproses demokrasi yang tidak berjalandengan baik.

g. Masih berlangsungnya pelaksanaandalam kehidupan bermasyarakat yangmengabaikan proses demokrasi

1

menyebabkan rakyat tidak dapatmenyalurkan aspirasi politiknyasehingga terjadi gejolak politik yangbermuara pada gerakan masyarakat yangmenuntut kebebasan, kesetaraan, dankeadilan.

h. Penyalahgunaan kekuasaan sebagaiakibat dari lemahnya fungsi pengawasanoleh internal pemerintah dan lembagaperwakilan rakyat, serta terbatasnyapengawasan oleh masyarakat dan mediamassa pada masa lampau, telahmenjadikan transparansi danpertanggungjawaban pemerintah untukmenyelenggarakan pemerintahan yang

1

bersih dan bertanggung jawab tidakterlaksana. Akibatnya, kepercayaanmasyarakat kepada penyelenggara negaramenjadi berkurang.

i. Globalisasi dalam kehidupan politik,ekonomi, sosial, dan budaya dapatmemberikan keuntungan bagi bangsaIndonesia, tetapi jika tidakdiwaspadai, dapat memberi dampaknegatif terhadap kehidupan berbangsa.

j. Kurangnya pemahaman, penghayatan, dankepercayaan akan keutamaan nilai-nilaiyang terkandung pada setiap silaPancasila dan keterkaitannya satusama lain, untuk kemudian diamalkansecara konsisten di segala lapis danbidang kehidupan berbangsa danbernegara.

Berbagai permasalahan bangsa yangdihadapi saat ini tentu harusdiselesaikan dengan tuntas melaluiproses pembangunan agar terciptapersatuan dan kesatuan nasional yanglebih baik. Oleh karena itu diperlukankondisi sebagai berikut:

1

a. Terwujudnya nilai-nilai agama dannilai-nilai budaya bangsa sebagaisumber etika dan moral untuk berbuatbaik dan menghindari perbuatantercela, serta perbuatan yangbertentangan dengan hukum dan hakasasi manusia. Nilai-nilai agama dannilai-nilai budaya bangsa selaluberpihak kepada kebenaran danmenganjurkan untuk memberi maaf kepadaorang yang telah bertobat darikesalahannya.

b. Terwujudnya sila Persatuan Indonesiayang merupakan sila ketiga dariPancasila sebagai landasan untukmempersatukan bangsa.

1

c. Terwujudnya penyelenggaraan negarayang mampu memahami dan mengelolakemajemukan bangsa secara baik danadil sehingga dapat terwujudtoleransi, kerukunan sosial,kebersamaan dan kesetaraan berbangsa.

d. Tegaknya sistem hukum yang didasarkanpada nilai filosofis yang berorientasipada kebenaran dan keadilan, nilaisosial yang berorientasi pada tatanilai yang berlaku dan bermanfaat bagimasyarakat, serta nilai yuridis yangbertumpu pada ketentuan perundang-undangan yang menjamin ketertiban dankepastian hukum.

e. Membaiknya perekonomian nasional,terutama perekonomian rakyat, sehinggabeban ekonomi rakyat dan penganggurandapat dikurangi, yang kemudianmendorong rasa optimis dan kegairahandalam perekonomian.

f. Terwujudnya sistem politik yangdemokratis yang dapat melahirkanpenyeleksian pemimpin yang dipercayaoleh masyarakat.

1

g. Terwujudnya proses peralihankekuasaan secara demokratis, tertib,dan damai.

h. Terwujudnya demokrasi yang menjaminhak dan kewajiban masyarakat untukterlibat dalam proses pengambilankeputusan politik secara bebas danbertanggung jawab sehingga menumbuhkankesadaran untuk memantapkan persatuanbangsa.

i. Terselenggaranya otonomi daerah secaraadil, yang memberikan kewenangankepada daerah untuk mengelola

1

daerahnya sendiri, dengantetap berwawasan pada

persatuan dan kesatuan nasional.

j. Pulihnya kepercayaan masyarakat kepadapenyelenggara negara dan antara sesamamasyarakat sehingga dapat menjadilandasan untuk kerukunan dalam hidupbernegara.

k. Peningkatan profesionalisme danpulihnya kembali citra TentaraNasional Indonesia dan KepolisianNegara Republik Indonesia demiterciptanya rasa aman dan tertib dimasyarakat.

l. Terbentuknya sumber daya manusiaIndonesia yang berkualitas dan mampubekerja sama serta berdaya saing untukmemperoleh manfaat positif dariglobalisasi.

m. Terselenggaranya proses pemaknaanPancasila yaitu pembumian gagasansecara mendasar agar Pancasiladilaksanakan, kokoh, efektif, dandipergunakan sebagai petunjuk dalam

1

menata dan mengelola negara.

2. Solusi Menghadapi Tantangan

Dari berbagai tantangan yangdihadapi bangsa saat ini perlu ada arahkebijakan yang merupakan solusimenyelesaikan persoalan-persoalan yangterjadi dalam kehidupan masyarakat, agarmemperkuat kembali persatuan dankesatuan bangsa. Arah kebijakan tersebutsesuai dengan Ketetapan MPR NomorV/MPR/2000 tentang Pemantapan Persatuandan Kesatuan Nasional adalah sebagaiberikut:

1

a. Menjadikan nilai-nilai agama dannilai-nilai budaya bangsa sebagaisumber etika kehidupan berbangsa danbernegara dalam rangka memperkuatakhlak dan moral penyelenggara negaradan masyarakat.

b. Menjadikan Pancasila sebagai ideologinegara yang terbuka dengan membukawacana dan dialog terbuka di dalammasyakarat sehingga dapat menjawabtantangan sesuai dengan visi Indonesiamasa depan.

c. Meningkatkan kerukunan sosial antardan antara pemeluk agama, suku, dankelompok-kelompok masyarakat lainnyamelalui dialog dan kerja sama denganprinsip kebersamaan, kesetaraan,toleransi dan saling menghormati.Intervensi pemerintah dalam kehidupansosial budaya perlu dikurangi,sedangkan potensi dan inisiatifmasyarakat perlu ditingkatkan.

d. Menegakkan supremasi hukum danperundang-undangan secara konsistendan bertanggung jawab, serta menjamin

1

dan menghormati hak asasi manusia.Langkah ini harus didahului denganmemproses dan menyelesaikanberbagai kasus korupsi, kolusi, dannepotisme, serta pelanggaran hak asasimanusia.

e. Meningkatkan kemakmuran dankesejahteraan masyarakat, khususnyamelalui pembangunan ekonomi yangbertumpu pada pemberdayaan ekonomirakyat dan daerah.

f. Memberdayakan masyarakat melaluiperbaikan sistem politik yangdemokratis sehingga dapat melahirkanpemimpin yang berkualitas, bertanggungjawab, menjadi

1

panutan masyarakat, dan mampu mempersatukan bangsa dan negara.

g. Mengatur peralihan kekuasaan secaratertib, damai, dan demokratis sesuaidengan hukum dan perundang- undangan.

h. Menata kehidupan politik agardistribusi kekuasaan, dalam berbagaitingkat struktur politik dan hubungankekuasaan, dapat berlangsung denganseimbang. Setiap keputusan politikharus melalui proses yang demokratisdan transparan dengan menjunjungtinggi kedaulatan rakyat.

i. Memberlakukan kebijakan otonomidaerah, menyelenggarakan perimbangankeuangan yang adil, meningkatkanpemerataan pelayanan publik,memperbaiki kesenjangan dalampembangunan ekonomi dan pendapatandaerah, serta menghormati nilai-nilaibudaya daerah berdasarkan amanatkonstitusi.

j. Meningkatkan integritas,profesionalisme, dan tanggung jawabdalam penyelenggaraan negara, serta

1

memberdayakan masyarakat untukmelakukan kontrol sosial secarakonstruktif dan efektif.

k. Mengefektifkan Tentara NasionalIndonesia sebagai alat negara yangberperan dalam bidang pertahanan danKepolisian Negara Republik Indonesiasebagai alat negara yang berperandalam bidang keamanan, sertamengembalikan jatidiri TentaraNasional Indonesia dan KepolisianNegara Republik Indonesia sebagaibagian dari rakyat.

1

l. Meningkatkan kemampuan sumber dayamanusia Indonesia sehingga mampubekerja sama dan bersaing sebagaibangsa dan warga dunia dengan tetapberwawasan pada persatuan dan kesatuannasional.

m. Mengembalikan Pancasila sebagaiideologi negara, mengembangkanPancasila sebagai ideologi dansebagai dasar landasan peraturanperundang-undangan, mengusahakanPancasila mempunyai konsistensi denganproduk-produk perundangan, Pancasilayang semula hanya melayani kepentinganvertikal (negara) menjadi Pancasila yangmelayani kepentingan horizontal, danmenjadikan Pancasila sebagai kritikkebijakan negara.

Dengan mencermati kondisi masa lalu,masa kini dan tantangan masa depan untukmemperkokoh kembali rasa kebangsaan,diperlukan pemahaman nilai-nilai EmpatPilar Kehidupan Berbangsa dan Bernegarayang mengacu kepada cita-cita persatuandan kesatuan, ketahanan, dan kemandirianyang dijiwai oleh nilai-nilai agama dan

1

nilai-nilai luhur bangsa denganmengedepankan kejujuran, amanah,keteladanan, dan tanggung jawab untukmenjaga kehormatan serta martabat bangsa.

Untuk membangun pemahaman nilai-nilai Empat Pilar Kehidupan Berbangsadan Bernegara dalam kondisi global, makadapat dibuat arah kebijakan untukmengaktualisasikan nilai-nilai agama danbudaya luhur bangsa dalam kehidupanpribadi, keluarga, masyarakat, bangsa,dan negara baik melalui pendidikanformal, maupun nonformal serta pemberiancontoh keteladanan oleh para pemimpinbangsa.

1

Upaya memaknakan Pancasila pentingdilakukan agar Pancasila lebihoperasional dalam kehidupan danketatanegaraan, dapat memenuhi kebutuhanpraktis atau pragmatis dan bersifatfungsional. Dengan demikian, pemikiran-pemikiran yang bersifat abstraksi-filosofis akan menjadi lebih bermaknaapabila dilaksanakan dalam kehidupanberbangsa dan bernegara.

Selanjutnya, dalam upaya mewujudkancita-cita reformasi untuk menyelesaikanmasalah bangsa dan negara, perludiberikan fokus pada arahpenyelenggaraan kehidupan berbangsa danbernegara menuju masa depan yang lebihbaik sebagaimana termaktub dalamPembukaan Undang-Undang Dasar NegaraRepublik Indonesia Tahun 1945.

Cita-cita luhur bangsa Indonesiatelah digariskan oleh para pendirinegara seperti dicantumkan dalam alineakedua dan keempat Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik IndonesiaTahun 1945, sebagai berikut:

1

“Dan perjuangan pergerakankemerdekaan Indonesia telah sampailahkepada saat yang berbahagia denganselamat sentausa mengantarkan rakyatIndonesia ke depan pintu gerbangkemerdekaan Negara Indonesia yangmerdeka, bersatu, berdaulat, adil danmakmur.”; dan

“Kemudian dari pada itu untukmembentuk suatu Pemerintah NegaraIndonesia yang melindungi segenap bangsaIndonesia dan seluruh tumpah darahIndonesia dan untuk memajukankesejahteraan umum, mencerdaskankehidupan bangsa dan ikut melaksanakanketertiban dunia yang berdasarkanKemerdekaan perdamaian abadi dan

1

keadilan sosial, maka disusunlahKemerdekaan Kebangsaan Indonesia itudalam suatu Undang-Undang Dasar NegaraIndonesia, yang terbentuk dalam suatususunan Negara Republik Indonesia, yangberkedaulatan rakyat dengan berdasarkepada Ketuhanan Yang Maha Esa,Kemanusiaan yang adil dan beradab.Persatuan Indonesia, dan Kerakyatan yangdipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalamPermusyawaratan/Perwakilan, serta denganmewujudkan suatu keadilan sosial bagiseluruh rakyat Indonesia.”

Cita-cita luhur tersebut adalahcita-cita yang harus selalu diupayakanpencapaiannya. Namun demikian, dalampencapaiannya, bangsa dan negaramenghadapi berbagai tantangan yangberbeda dari masa ke masa, baik daridalam maupun luar negeri.

Untuk menghadapi tantangan tersebut,berdasarkan Ketetapan MPR NomorVII/MPR/2001 tentang Visi Indonesia MasaDepan, perlu dilakukan upaya-upayasebagai berikut:

1

a. Pemantapan persatuan bangsa dankesatuan negara.Kemajemukan suku, ras, agama, danbudaya merupakan kekayaan bangsa yangharus diterima dan dihormati.Pengelolaan kemajemukan bangsa secarabaik merupakan tantangan dalammempertahankan integrasi danintegritas bangsa. Penyebaran pendudukyang tidak merata dan pengelolaanotonomi daerah yang menggunakankonsep negara kepulauan sesuai denganWawasan Nusantara merupakan tantanganpembangunan daerah dalam lingkupNegara Kesatuan Republik Indonesia.Di samping itu, pengaruhglobalisasi juga merupakan

1

tantangan bagi pemantapanpersatuan bangsa dan

kesatuan negara.

b. Sistem hukum yang adil. Semua warganegara berkedudukan sama di depanhukum dan berhak mendapatkan keadilan.Hukum ditegakkan untuk keadilan danbukan untuk kepentingan kekuasaanataupun kelompok kepentingan tertentu.Tantangan untuk menegakkan keadilanadalah terwujudnya aturan hukum yangadil serta institusi hukum dan aparatpenegak hukum yang jujur, profesional,dan tidak terpengaruh oleh penguasa.Supremasi hukum ditegakkan untukmenjamin kepastian hukum, keadilan,dan pembelaan hak asasi manusia.

c. Sistem politik yang demokratis.Tantangan sistem politik yangdemokratis adalah terwujudnyakedaulatan di tangan rakyat,partisipasi rakyat yang tinggi dalamkehidupan politik, partai politik yangaspiratif dan efektif, pemilihan umumyang berkualitas. Sistem politik yangdemokratis ditopang oleh budaya

1

politik yang sehat, yaitu sportifitas,menghargai perbedaan, santun dalamperilaku, mengutamakan kedamaian, danantikekerasan dalam berbagai bentuk.Semua itu diharapkan melahirkankepemimpinan nasional yang demokratis,kuat dan efektif.

d. Sistem ekonomi yang adil danproduktif. Tantangan sistem ekonomiyang adil dan produktif adalahterwujudnya ekonomi yang berpihak padarakyat serta terjaminnya sisteminsentif ekonomi yang adil, danmandiri. Sistem ekonomi tersebutberbasis pada kegiatan

1

rakyat, yang memanfaatkan sumber dayaalam secara optimal danberkesinambungan, terutama yangbersumber dari pertanian, kehutanan,dan kelautan. Untuk merealisasikansistem ekonomi tersebut diperlukansumber daya manusia yang kompeten danmekanisme ekonomi yang menyeraptenaga kerja. Di samping itu, negaramengembangkan ekonomi dengan mengolahsumber daya dan industri lainnya,termasuk industri jasa.

e. Sistem sosial budaya yang beradab.Tantangan terwujudnya sistem sosialyang beradab adalah terpelihara danteraktualisasinya nilai-nilaiuniversal yang diajarkan setiap agamadan nilai-nilai luhur budaya bangsasehingga terwujud kebebasan untukberekspresi dalam rangka pencerahan,penghayatan, dan pengamalan agamaserta keragaman budaya. Sistem sosialyang beradab mengutamakan terwujudnyamasyarakat yang mempunyai rasa salingpercaya dan saling menyayangi, baikterhadap sesama masyarakat maupun

1

antara masyarakat dengan institusipublik. Peningkatan kualitas kehidupanmasyarakat mencakup peningkatan mutupendidikan, pelayanan kesehatan,penyediaan lapangan kerja, peningkatanpenghasilan rakyat, rasa aman, danunsur-unsur kesejahteraan rakyatlainnya.

f. Sumber daya manusia yang bermutu.Tantangan dalam pengembangan sumberdaya manusia yang bermutu adalahterwujudnya sistem pendidikan yangberkualitas yang mampu melahirkansumber daya manusia yang andal danberakhlak mulia, yang mampu bekerjasama dan bersaing di era globalisasidengan tetap mencintai tanah air.Sumber daya manusia yang bermututersebut

1

memiliki keimanan dan ketakwaan sertamenguasai ilmu pengetahuan danteknologi, memiliki etos kerja, danmampu membangun budaya kerja yangproduktif dan berkepribadian.

g. Globalisasi. Tantangan menghadapiglobalisasi adalah mempertahankaneksistensi dan integritas bangsa dannegara serta memanfaatkan peluanguntuk kemajuan bangsa dan negara.Untuk menghadapi globalisasidiperlukan kemampuan sumber dayamanusia dan kelembagaan, baik disektor negara maupun di sektor swasta.

1

BAB III

UNDANG-UNDANG DASAR NEGARA REPUBLIK INDONESIATAHUN 1945 SEBAGAI KONSTITUSI NEGARA

A. PAHAM KONSTITUSIONALISME

Konstitusi adalah hukum dasar yangdijadikan pegangan dalam penyelenggaraansuatu negara. Konstitusi dapat berupa hukumdasar tertulis yang lazim disebut Undang-Undang Dasar, dan dapat pula tidak tertulis.

Undang-Undang Dasar menempati tataurutan peraturan perundang-undangantertinggi dalam negara. Dalam konteksinstitusi negara, konstitusi bermaknapermakluman tertinggi yang menetapkanantara lain pemegang kedaulatan tertinggi,struktur negara, bentuk negara, bentukpemerintahan, kekuasaan legislatif,kekuasaan peradilan dan berbagai lembaganegara serta hak-hak rakyat.

Konstitusi dalam sejarahperkembangannya membawa pengakuan akankeberadaan pemerintahan rakyat. Konstitusi

1

merupakan naskah legitimasi pahamkedaulatan rakyat. Naskah dimaksudmerupakan kontrak sosial yang mengikatsetiap warga dalam membangun pahamkedaulatan rakyat.

Dalam penyusunan undang-undang dasar,nilai-nilai dan norma dasar yang hidupdalam masyarakat dan dalam praktekpenyelenggaraan negara turut mempengaruhiperumusan pada naskah. Dengan demikian,suasana kebatinan yang menjadi latar

1

belakang filosofis, sosiologis, politis,dan historis perumusan yuridis suatuketentuan undang-undang dasar perludipahami dengan seksama, untuk dapatmengerti dengan sebaik-baiknya ketentuanyang terdapat pada pasal-pasal undang-undang dasar (Asshiddiqie, Jimly, 2005).

Kebutuhan akan naskah undang-undangdasar merupakan suatu yang niscaya. Seluruhnegara memiliki undang-undang dasarwalaupun, sampai saat ini, Inggris danIsrael dikenal tidak memiliki satu naskahundang-undang dasar tertulis. Undang-undang dasar di Inggris dan Israel tidakpernah dibuat, tetapi tumbuh menjadikonstitusi dalam pengalaman praktekketatanegaraan (Asshiddiqie, Jimly, 2005).

Menurut Phillips Hood and Jackson,Konstitusi Inggris adalah suatu bangunaturan, adat istiadat, kebiasaan-kebiasaanyang menentukan susunan dan kekuasaan organ-organ negara dan yang mengatur hubungan-hubungan di antara berbagai organ negarasatu sama lain, serta hubungan organ-organnegara dengan warga negara.

1

Berlakunya konstitusi sebagai hukumdasar didasarkan atas kekuasaan tertinggiatau prinsip kedaulatan yang dianut dalamsuatu negara. Jika negara menganut pahamkedaulatan rakyat, sumber legitimasikonstitusi adalah rakyat. Jika yang berlakuadalah paham kedaulatan raja, raja yangmenentukan berlaku tidaknya suatukonstitusi.

Konstitusi merupakan hukum yang lebihtinggi dan paling fundamental sifatnyakarena merupakan sumber legitimasi ataulandasan otorisasi bentuk-bentuk hukum atauperaturan perundang-undangan lainnya. Sesuaidengan prinsip hukum yang

1

berlaku universal, agar peraturan yangtingkatannya berada di bawah undang-undangdasar dapat berlaku dan diberlakukan,peraturan itu tidak boleh bertentangandengan hukum yang lebih tinggi tersebut.

Pengaturan sedemikian rupa, menjadikandinamika kekuasaan dalam prosespenyelenggaraan pemerintahan dan negaradapat dibatasi dan dikendalikan sebagaimanamestinya. Dengan demikian, pahamkonstitusionalisme dalam suatu negaramerupakan konsep yang seharusnya ada.

Paham konstitusionalisme berawal daridipergunakannya konstitusi sebagai hukumdalam penyelenggaraan negara.Konstitusionalisme mengatur pelaksanaan ruleof law (supremasi hukum) dalam hubunganindividu dengan pemerintah.Konstitusionalisme menghadirkan situasi yangdapat memupuk rasa aman, karena adanyapembatasan terhadap wewenang pemerintah yangtelah ditentukan terlebih dahulu.Konstitusionalisme mengemban the limited state(negara terbatas), agar penyelenggaraannegara dan pemerintahan tidak sewenang-wenang dan hal dimaksud dinyatakan serta

1

diatur secara tegas dalam pasal-pasalkonstitusi (Laica Marzuki, 2010).

Menurut Jhon Alder dan Daniel S.Levpaham konstitusionalisme adalah suatu pahamnegara terbatas, di mana kekuasaan politikresmi dikelilingi oleh hukum yang akanmengubah kekuasaan menjadi wewenang yangditentukan secara hukum, sehingga padaintinya, konstitusionalisme adalah suatuproses hukum yang mengatur masalahpembagian kekuasaan dan wewenang.

1

Pada prinsipnya pahamkonstitusionalisme adalah menyangkut prinsippembatasan kekuasaan. Konstitusionalismemengatur dua hubungan yang saling berkaitansatu sama lain, yaitu: pertama, hubunganantara pemerintahan dengan warga negara;dan kedua, hubungan antara lembagapemerintahan yang satu dengan lembagapemerintahan yang lain. Karena itu,biasanya isi konstitusi dimaksudkan untukmengatur tiga hal penting, yaitu menentukanpembatasan kekuasaan organ-organ negara,mengatur hubungan antara lembaga-lembaganegara yang satu dengan yang lain, danmengatur hubungan kekuasaan antara lembaga-lembaga negara dengan warga negara(Asshiddiqie, Jimly, 2005).

Konstitusi menentukan pembatasanterhadap kekuasaan sebagai satu fungsikonstitusionalisme, memberikan legitimasiterhadap kekuasaan pemerintahan, sertainstrumen untuk mengalihkan kewenangan daripemegang kekuasaan asal (baik rakyat dalamsistem demokrasi atau raja dalam sistemmonarki) kepada organ-organ kekuasaan negara(Asshiddiqie, Jimly, 2005).

1

Kekuasaan dibutuhkan oleh negarakarena memberi kekuatan vital bagipenyelenggaraan pemerintahan. Namun harusdiwaspadai tatkala kekuasaan ituterakumulasi di tangan penguasa tanpadibatasi konstitusi.

Sesuai dengan rumusan Pasal 1 ayat (2)Undang-Undang Dasar Negara RepublikIndonesia Tahun 1945, “Kedaulatan berada ditangan rakyat dan dilaksanakan menurutUndang- Undang Dasar”. Pasal tersebutdimaksud memuat paham konstitusionalisme.Rakyat pemegang kedaulatan tertinggiterikat pada konsititusi. Kedaulatan rakyatdilaksanakan menurut Undang-Undang Dasar.

1

Dengan demikian, Undang-Undang Dasarmerupakan sumber hukum tertinggi yangmenjadi pedoman dan norma hukum yangdijadikan sumber hukum bagi peraturanperundangan yang berada di bawahnya. Untukmenjaga paham konstitusionalisme makadibentuklah Mahkamah Konstitusi yang diberitugas untuk menjaga Undang-Undang Dasar.Mahkamah Konstitusi yang salah satutugasnya adalah menguji undang- undangterhadap Undang-Undang Dasar dimaksudkanagar tidak ada undang-undang yangbertentangan dengan Undang-Undang DasarNegara Republik Indonesia Tahun 1945sehingga ini memberikan penegasan bahwakonstitusi sebagai sumber hukum tertinggimerupakan puncak dari seluruh peraturanperundang- undangan.

Undang-Undang Dasar Negara RepublikIndonesia Tahun 1945 yang disusun olehpendiri negara, secara keberlakuanmengalami pasang surut sesuai dengankebijakan politik saat itu. Periodisasikeberlakuan tersebut menggambarkan bahwakonstitusi yang menjadi fundamen/dasardalam kehidupan berbangsa dan bernegara

1

benar-benar telah diuji dengan berbagaiperistiwa dan kondisi bangsa sesuai dengandinamika sejarah yang berlangsung saat itu.

Undang-Undang Dasar Negara RepublikIndonesia Tahun 1945 sebagaimana telahdiubah pada tahun 1999 sampai dengan 2002merupakan satu kesatuan rangkaian perumusanhukum dasar Indonesia. Substansinyamencakup dasar-dasar normatif yangberfungsi sebagai sarana pengendaliterhadap penyimpangan dan penyelewengandalam dinamika perkembangan zaman sekaligussarana pembaruan masyarakat ke arah cita-cita kolektif bangsa. Belajar darikekurangan sistem demokrasi politik diberbagai negara di dunia, yang menjadikanundang-undang dasar hanya

1

sebagai konstitusi politik, maka Undang-Undang Dasar Negara Republik IndonesiaTahun 1945 juga berisi dasar-dasar pikiranmengenai demokrasi ekonomi dan demokrasisosial (Asshiddiqie, Jimly, 2005).

Sebagai hukum dasar, perumusan isinyadisusun secara sistematis mulai dariprinsip-prinsip yang bersifat umum danmendasar, dilanjutkan dengan perumusanprinsip-prinsip kekuasaan dalam setiapcabangnya yang disusun secara berurutan.Pasal-pasal dan ayatnya dirumuskan dalamtingkat abstraksi yang sesuai denganhakikatnya sebagai hukum dasar sertabersifat terbuka yang memungkinkan untukmenampung dinamika perkembangan zaman.Walaupun demikian, meskipun perumusanundang-undang dasar bersifat garis besar,haruslah disusun agar ketentuan yang diaturtidak multi interpretasi sehingga tidakdapat ditafsirkan sewenang-wenang oleh parapenyelenggara negara.

Oleh karena itu, yang terpentingadalah semangat dan kemauan politik parapenyelenggara negara. Jika penyelenggaranegara tidak berjiwa demokratis dan tidak

1

memiliki tekad serta komitmen untukmewujudkan demokrasi itu dalam praktekpenyelenggaraan negara atau hanyamenjadikannya sebagai retorika, pasal yangjelas menentukan adanya demokrasi tidak akanterwujud. Akan tetapi, apabila semangat parapenyelenggara negara bersih dan tulus dalammenjalankan konstitusi, maka kekurangandalam perumusan pasal undang-undang dasartidak akan merintangi jalannyapenyelenggaraan negara dengan sebaik-baiknya menuju terwujudnya cita-cita bangsaberdasarkan dasar negara Pancasilasebagaimana yang dirumuskan dalam PembukaanUndang-Undang Dasar Negara RepublikIndonesia Tahun 1945 (Asshiddiqie, Jimly,2005).

1

B. SEJARAH PEMBERLAKUAN KONSTITUSI

1. Periode Undang-Undang Dasar 1945 (18 Agustus 1945 -

27 Desember 1949)

Ketika kemerdekaan Indonesiadiproklamasikan, Republik Indonesiabelum memiliki undang-undang dasar.Undang-Undang Dasar atau KonstitusiNegara Republik Indonesia disahkan danditetapkan oleh PPKI pada Sabtu 18Agustus 1945, satu hari setelahProklamasi.

Pembahasan Undang-Undang Dasardilakukan dalam sidang BPUPKI, sidangpertama pada 29 Mei-1 Juni 1945kemudian sidang kedua pada 10-17 Juli1945. Dalam sidang pertama dibahastentang dasar negara sedangkanpembahasan rancangan undang-undang dasardilakukan pada sidang yang kedua. Padasidang kedua itu, dibentuklah PanitiaHukum Dasar yang bertugas membuatrancangan undang-undang dasar, Panitiatersebut beranggotakan 19 orang yangdiketuai oleh Ir. Soekarno.

1

Panitia ini kemudian membentukPanitia Kecil yang bertugas membuatrumusan rancangan undang-undang dasardengan memperhatikan hasil-hasilpembahasan dalam sidang-sidang BPUPKIserta rapat-rapat Panitia Hukum Dasar.

Panitia kecil tersebut terdiri atas7 orang, Prof. Dr. Supomo sebagai ketuadan anggota yaitu Mr. Wongsonegoro, R.Sukardjo, Mr. A. Maramis, Mr. R. PandjiSinggih, H. Agus Salim, dan Dr. Sukiman.Panitia Kecil ini menyelesaikanpekerjaannya dan memberikanlaporan

1

tentang rancangan undang-undang dasarkepada Panitia Hukum Dasar pada 13 Juli1945. Setelah melalui beberapa kalisidang, pada 17 Juli 1945 BPUPKImenerima dan menyetujui rumusantersebut menjadi Rancangan Undang-Undang Dasar.

Setelah BPUPKI menyelesaikan tugas-tugasnya, langkah selanjutnya PemerintahTentara Jepang membentuk kembalikepanitiaan yaitu PPKI yang bertugasmenyiapkan segala sesuatu tentangkemerdekaan. Panitia tersebutberanggotakan 21 orang yang diketuai Ir.Soekarno dan Drs. Mohammad Hatta sebagaiwakil ketua.

PPKI mulai melaksanakan tugasnyasejak 9 Agustus 1945, dan sesegeramungkin menyelesaikan segalapermasalahan yang terkait dengankemerdekaan, terutama persoalan undang-undang dasar yang sudah adarancangannya, yang semestinya akandiajukan kepada PPKI untuk diterima dandisahkan. Sesuai dengan rencana pada 24Agustus 1945 kemerdekaan Indonesia

1

dapat disahkan oleh Pemerintah Jepang diTokyo.

Sebelum PPKI sempat melaksanakansidang sebagaimana direncanakan, terjadiinsiden yang mengubah keadaan. Pada 6dan 9 Agustus 1945 Hiroshima danNagasaki dijatuhi bom atom yangmenyebabkan Jepang terpaksa menyerahkepada Sekutu. Akibatnya, usahaPemerintah Jepang untuk menepati janjikemerdekaan Indonesia sudah tidakmungkin lagi dapat dilaksanakan.

Melihat situasi seperti ini, tentubangsa Indonesia terutama para pemimpindan golongan pemuda tidak tinggal

1

diam. Sebelum Jepang menyerahkankekuasaannya kepada sekutu, atasdesakan golongan muda bangsa Indonesiamenyatakan kemerdekaannya pada 17Agustus 1945 dengan dibacakannyaProklamasi Kemerdekaan RepublikIndonesia oleh Soekarno-Hatta.

Dengan demikian, kemerdekaanIndonesia bukan karena pemberian dariPemerintah Jepang melainkan sebagaihasil keberanian dan kekuatan seluruhbangsa Indonesia untuk menentukan nasibbangsa dan tanah air-nya sendiri.

Sebagai upaya menyempurnakan negarayang sudah merdeka, PPKI melaksanakansidang pada 18 Agustus 1945. Meskipunanggota PPKI terdiri dari anggotasebelumnya yang diangkat oleh PemerintahJepang, tidak berarti bahwa Panitia inibersidang di bawah kekuasaan PemerintahJepang. Sidang tersebut diselenggarakanatas tanggung jawab bangsa Indonesiasendiri.

Hal ini terlihat dari susunananggota yang semula berjumlah 21 orang

1

kemudian ditambah menjadi 27 orang.Sidang tersebut kemudian menetapkan danmengesahkan rancangan undang-undangdasar hasil rumusan BPUPKI denganbeberapa perubahan dan penambahan, sertamemilih Ir. Soekarno dan Drs.MohammadHatta sebagai Presiden dan WakilPresiden.

Seluruh hasil pembahasan sidang,naskah-naskah dan putusan-putusan yangmengenai undang-undang dasar yangdihasilkan, baik oleh BPUPKI maupun PPKImerupakan sumber rujukan yang sangatberharga dalam penafsiran

1

Undang-Undang Dasar 1945. Di sampingitu, sejarah rancangan dan pengesahanundang-undang dasar juga telahmelahirkan sebuah piagam penting yangdikenal dengan sebutan Piagam Jakartatertanggal 22 Juni 1945. Piagam inidijadikan Pembukaan Undang-Undang Dasar1945 walaupun terdapat pengubahandidalamnya yaitu tujuh kata setelah Ke-Tuhanan, yang semula berbunyi Ke-Tuhanan dengan kewajiban menjalankansyariat Islam bagi pemeluk- pemeluknyadiubah menjadi Ketuhanan Yang Maha Esa.

Dari uraian di atas diketahui bahwarancangan undang- undang dasardirumuskan sebelum ProklamasiKemerdekaan, sedangkan penetapan danpengesahannya terjadi satu hari setelahProklamasi Kemerdekaan Indonesia. Dalamsejarah revolusi Bangsa Indonesiaperistiwa tersebut benar-benar merupakankarunia tak ternilai dari Allah SWT,Tuhan Yang Maha Esa. Bangsa Indonesiadiberikan jalan yang sebaik-baiknyadalam membuat susunan negara. Seandainyapada waktu itu belum ada rancangan

1

undang- undang dasar, tentu setelahproklamasi kemerdekaan bangsa ini akanmenemui kesulitan karena belum memilikiundang- undang dasar yang menjadi syaratberdirinya sebuah negara.

Sejak Panitia Persiapan KemerdekaanIndonesia menetapkan Undang-Undang Dasar1945 pada 18 Agustus 1945,penyelenggaraan negara didasarkan padaketentuan- ketentuan menurut Undang-Undang Dasar 1945. Namun, mengingat saatitu masih dalam masa peralihan,pelaksanaan sistem pemerintahan negaradan kelembagaan negara yang ditentukanUndang-Undang Dasar 1945 belum dapatdilaksanakan seluruhnya.

1

Belum optimalnya pelaksanaan Undang-Undang Dasar Negara Republik IndonesiaTahun 1945 saat itu karena bangsaIndonesia sedang dihadapkan pada masarevolusi fisik untuk mempertahankannegara dari rongrongan penjajah yangtidak mau mengakui kemerdekaanIndonesia.

Dalam situasi tersebut, Indonesiasebagai bangsa yang baru merdeka danmasih belajar mempraktekkanpenyelenggaraan ketatanegaraan, sangatberalasan apabila sempat terjadiketidaksesuaian antara pelaksanaansistem pemerintahan dengan sistempemerintahan yang diatur dalamkonstitusi. Oleh karena itu, pada waktuitu, yang diterapkan sistem pemerintahanparlementer sementara yang diatur dalamUndang-Undang Dasar 1945 adalah sistempemerintahan presidensiil.

2. Periode Konstitusi RepublikIndonesia Serikat (27

Desember 1949 - 17 Agustus 1950)

Pada periode ini, Republik Indonesia

1

menjadi Negara Serikat. Sesungguhnyaseluruh elemen bangsa Indonesia tidakmenghendaki bentuk negara dengan sistempemerintahan ini. Keadaanlah yangmemaksa demikian. Karena dalamperjalanannya negara Indonesia harusmenghadapi ancaman serangan Belanda yangkembali ingin berkuasa di Indonesia.

Namun keinginan Belanda untukkembali menjajah Republik Indonesiasudah barang tentu tidak akan mudahterwujud. Sehingga kemudian Belandamencoba memecah- belah negara RepublikIndonesia dengan mendirikan negara-negara bagian seperti Negara SumateraTimur, Negara Jawa

1

Timur, Negara Pasundan, dan yanglainnya. Taktik dan strategi ini Belandagunakan untuk menjadikan negara- negaratersebut sebagai negara boneka yangbertujuan meruntuhkan kedaulatan negaraRepublik Indonesia.

Sejalan dengan stategi tersebut,Belanda melancarkan Agresi I pada 1947dan disusul dengan Agresi II pada 1948.Keadaan ini mengundang campur tanganPerserikatan Bangsa-Bangsa (PBB),sehingga kemudian dilaksanakanKonperensi Meja Bundar di Den Haag yangdiselenggarakan pada 23 Agustus sampai2 November 1949. Konferensi inidihadiri oleh perwakilan RepublikIndonesia, B.F.O. (Bijeenkomst voor FederalOverleg atau Badan IstimewaPermusyawaratan Federal), dan Belandaserta satu komisi Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk Indonesia.

Rancangan Undang-Undang DasarRepublik Indonesia Serikat dirumuskanoleh Delegasi Republik Indonesia danDelegasi B.F.O. dalam Konperensi MejaBundar. Rancangan tersebut diterima oleh

1

kedua belah pihak dan diberlakukan sejak27 Desember 1949 setelah sebelumnyapada 14 Desember 1949 disetujui olehKomite Nasional Indonesia Pusat sebagaiDewan Perwakilan Rakyat Indonesia.

Setelah Negara Republik IndonesiaSerikat ditetapkan, maka RepublikIndonesia hanya menjadi salah satunegara bagian dari Negara RepublikIndonesia Serikat. Dan sesuai denganPasal 2 Konstitusi Republik IndonesiaSerikat wilayah negara RepublikIndonesia hanya terdiri dari daerah-daerah yang disebut dalam PerjanjianRenville. Undang-Undang Dasar 1945 yangawalnya berlaku untuk

1

seluruh Indonesia, sejak 27 Desember 1949 diberlakukan hanya untuk wilayah negara Republik Indonesia.

Atas dasar pertimbangan bahwa timyang merumuskan Konstitusi RepublikIndonesia Serikat belum representatif,disebutkan dalam Pasal 186 KonstitusiRepublik Indonesia Serikat bahwaKonstituante bersama-sama denganpemerintah secepatnya akan menetapkanKonstitusi Republik Indonesia Serikat.Dengan demikian berdasarkan keteranganPasal 186 tersebut diketahui bahwaKonstitusi Republik Indonesia Serikathanya bersifat sementara.

Kondisi ketatanegaraan danpemerintahan waktu itu tidak jauhberbeda dengan masa sebelumnya, masihbelum stabil dan tidak ada perubahan.Banyak negara bagian yang tidak mautunduk sehingga kewibawaan pemerintahfederal semakin berkurang. Melihatkondisi tersebut, setiap daerah mulaimenyadari pentingnya menyatukanperbedaan- perbedaan ada pada setiapdaerah, sehingga kemudian disepakati

1

untuk kembali membentuk sebuah negarakesatuan.

Akhirnya, pada 17 Agustus 1950,dalam melaksanakan penyelenggaran NegaraKesatuan Republik Indonesia merujukkepada Undang-Undang Dasar Sementara1950. Dengan demikian, pada prakteknya,Konstitusi Republik Indonesia Serikatberlaku dari 27 Desember 1949 sampaidengan 17 Agustus 1950.

1

3. Periode Undang-Undang Dasar Sementara1950 (17Agustus 1950 - 5 Juli 1959)

Bentuk Negara Federasi dan PenerapanUndang- Undang Dasar Republik IndonesiaSerikat (1949) hanyalah bersifatsementara, karena sesungguhnya bangsaIndonesia sejak 17 Agustus 1945menginginkan bentuk Negara Kesatuan. Halini terbukti dengan negara RepublikIndonesia Serikat yang tidak bertahanlama karena negara- negara bagiantersebut menggabungkan dengan RepublikIndonesia, sehingga dari 16 negarabagian menjadi hanya 3 negara, yaituNegara Republik Indonesia, NegaraIndonesia Timur, dan Negara SumateraTimur. Keadaan ini menambah semakinmerosotnya wibawa negara RepublikIndonesia Serikat.

Pada akhirnya, dicapai kesepakatanantara Republik Indonesia Serikat yangmewakili Negara Republik Indonesia Timurdan Negara Sumatera Timur dengan NegaraRepublik Indonesia untuk kembalimendirikan Negara Kesatuan Republik

1

Indonesia. Langkah selanjutnya,dibuatlah kesepakatan yang tertuangdalam perjanjian pada 19 Mei 1950untuk mendirikan kembali negarakesatuan, sebagai kelanjutan dari negarakesatuan yang diproklamasikan pada 17Agustus 1945.

Bagi negara kesatuan yang baruterbentuk, tentu diperlukan sebuahundang-undang dasar yang baru. Untukkebutuhan tersebut dibentuk Panitiabersama yang bertugas menyusunRancangan Undang-Undang Dasar yangkemudian disahkan pada 12 Agustus 1950oleh Badan Pekerja Komite NasionalIndonesia Pusat dan selanjutnya

1

oleh Dewan Perwakilan Rakyat dan SenatRepublik Indonesia Serikat pada 14Agustus 1950, Dengan disahkannya itu,berlakulah Undang-Undang DasarSementara pada 17 Agustus 1950.

Pemberlakuan Undang-Undang DasarSementara 1950 (UUDS 1950) merujukkepada Pasal 190, Pasal 127 a, danPasal 191 ayat (2) Konstitusi RepublikIndonesia Serikat yaitu pasal-pasaltentang perubahan Undang-Undang Dasar.Dengan Undang-Undang Federal No. 7tahun 1950 (Lembaran Negara RepublikIndonesia Serikat 1950 No. 56) secararesmi UUDS 1950 berlaku sejak 17 Agustus1950.

Peristiwa tersebut menunjukkan bahwasecara formal UUDS 1950 merupakanperubahan dari Konstitusi RepublikIndonesia Serikat 1949.

Dan hal yang tidak berbeda antarakedua konstitusi ini (KonstitusiRepublik Indonesia Serikat 1949 dan UUDS1950) adalah bahwa keduanya bersifatsementara. Tentang kesementaraan UUDS

1

1950, dengan jelas disebutkan padapasal 134 UUDS 1950 yang memerintahkanKonstituante bersama dengan pemerintahmenyusun Undang-Undang Dasar RepublikIndonesia untuk menggantikan UUDS 1950yang berlaku saat itu. Hal inidisebabkan karena tim yang merumuskanUUDS 1950 merasa kurang representatif,sebagimana tim perumus KonstitusiRepublik Indonesia Serikat 1949.

Berbeda dengan Konstitusi RepublikIndonesia Serikat 1949, yang tidaksempat membentuk Konstituante, dalamUUDS 1950, merealisasikan Pasal 134 diatas, dilaksanakan

1

pemilihan umum pada Desember 1955untuk memilih anggota Konstituante.Pemilihan umum ini dilaksanakanberdasarkan Undang-undang No. 7 Tahun1953. Dan hasilnya pada 10 November1956 di Bandung konstituante diresmikan.

Meskipun telah bersidang selamakurang lebih dua setengah tahun namunKonstituante belum bisa menyelesaikantugasnya, situasi di tanah air beradadalam keadaan genting, sehinggadikhawatirkan bisa timbul perpecahanbangsa dan negara. Belum lagikonstituante selalu gagal memecahkanmasalah pokok dalam menyusun undang-undang dasar baru, karena tidak pernahmencapai kuorum 2/3 sebagaimana yangdiharuskan. Untuk mengatasi haltersebut, Akhirnya pada 22 April 1959,Presiden Soekarno menyampaikan amanatatas nama pemerintah Republik Indonesiadi depan sidang pleno Konstituante yangberisi anjuran agar Konstituantemenetapkan saja Undang- Undang DasarNegara Republik Indonesia Tahun 1945sebagai Undang-Undang Dasar Republik

1

Indonesia. Dalam tiga kali pemungutansuara untuk memberlakukan Undang- UndangDasar Tahun 1945, yaitu pada 30 Mei, 1Juni, dan 2 Juni 1959, Konstituantetidak juga berhasil mencapai kuorum 2/3yang diperlukan.

Sementara situasi tanah air waktuitu sama sekali tidak menguntungkan bagiperkembangan ketatanegaraan, maka padatanggal 5 Juli 1959, Presiden RepublikIndonesia Ir. Soekarno mengeluarkanDekrit Presiden yang salah satu isinyaadalah kembali menggunakan Undang-UndangDasar Negara Republik Indonesia Tahun1945 sebagai Undang- Undang Dasar yangberlaku di Indonesia. Dasar hukum yang

1

dijadikan rujukan untuk mengeluarkan Dekrit ini adalahStaatsnoodrecht (hukum tata negara darurat).

4. Periode Undang-Undang Dasar 1945 (5 Juli 1959 - 1999)

Melalui Dekrit Presiden Nomor 150Tanggal 5 Juli Tahun 1959, berlakulahkembali Undang-Undang Dasar 1945 diseluruh wilayah Negara KesatuanRepublik Indonesia. Istilah Undang-Undang Dasar 1945 yang menggunakanangka “1945” di belakang Undang-UndangDasar, baru muncul pada awal tahun1959, ketika pada 19 Februari 1959Kabinet Karya mengambil kesimpulandengan suara bulat mengenai “pelaksanaandemokrasi terpimpin dalam rangka kembalike Undang-Undang Dasar 1945”. Keputusanpemerintah ini disampaikan kepadaKonstituante pada 22 April 1959.

Dengan demikian, pada saat Undang-Undang Dasar 1945 disahkan pada 18Agustus 1945 hanya bernama “Oendang-Oendang Dasar”. Begitu pula ketikaUndang- Undang Dasar tercantum dalam

1

Berita Republik Indonesia Tahun IINomor 7 tanggal 15 Februari 1946,istilah yang digunakan masih “Oendang-Oendang Dasar” tanpa ada Tahun 1945.Baru setelah Dekrit Presiden 1959menggunakan Undang-Undang Dasar 1945sebagaimana tercantum dalam LembaranNegara Nomor 75 Tahun 1959.

Dalam perjalanan bangsa selanjutnya,sejak dikeluarkannya Dekrit Presiden 5Juli 1959 yang salah satu isinya adalahkembali kepada Undang-Undang Dasar 1945,di dalam konsiderannya mengakui bahwaPiagam Jakarta

1

menjiwai dan merupakan satu kesatuandengan Undang- Undang Dasar 1945.

Setelah Dekrit Presiden 5 Juli1959, di awal pemberlakuan Undang-UndangDasar 1945 sangat kondusif, dan bahkandalam perjalanannya, menjadi keinginanseluruh pihak, termasuk Presiden, DPR,dan MPR untuk selalu tetap melaksanakanUndang-Undang Dasar 1945 secara murnidan konsekuen.

Sistem ketatanegaraan RepublikIndonesia menurut Undang-Undang Dasar1945 adalah suatu sistem yang khasmenurut kepribadian Bangsa Indonesia.Menurut Undang- Undang Dasar 1945,Presiden di samping berkedudukan sebagai“Kepala Negara” juga berkedudukansebagai “Kepala Pemerintahan”. Presidenmemegang kekuasaan pemerintahan yangtertinggi di bawah MPR. Presiden adalah“Mandataris Majelis PermusyawaratanRakyat”.

MPR sebagai pemegang kekuasaantertinggi dalam ketatanegaraan RepublikIndonesia, tidak dapat selalu bersidang

1

setiap hari. Oleh karena itu, untukmelaksanakan tugas sehari-haridiserahkan kepada Presiden sebagaimandataris MPR. Hanya dalam hal-haltertentu saja, menurut Undang-UndangDasar 1945, harus dikerjakan sendirioleh MPR, yaitu melaksanakan kedaulatanrakyat (Pasal 1 Ayat (2), menetapkanUndang-Undang Dasar dan garis-garisbesar haluan negara (Pasal 3), memilihPresiden dan Wakil Presiden (Pasal 6),dan mengubah Undang- Undang Dasar (Pasal37).

1

Presiden sebagai KepalaPemerintahan, di dalam menyelenggarakantugasnya sehari-hari, dibantu olehmenteri-menteri (Pasal 17 Ayat (1)).Sebagai pembantu Presiden, menteri-menteri ini, tidak bertanggung jawabkepada DPR. Sebagai pembantu Presiden,menteri-menteri bertanggung jawabkepada Presiden. Menteri-menteridiangkat dan diberhentikan ataskehendak Presiden sendiri (Pasal 17 Ayat(2)).

DPR menurut Undang-Undang Dasar1945 memberikan persetujuan kepadaPresiden dalam membuat Undang-Undang(Pasal 5 Ayat (1) juga Pasal 20 Ayat(1)). Beberapa hal tertentu menurutUndang-Undang Dasar 1945 harus diaturdengan undang-undang. Ini berarti bahwaapabila ingin dibuat aturan tentang hal-hal tersebut, Presiden harus memperolehpersetujuan Dewan Perwakilan Rakyat.

Terhadap hal-hal lain yang menurutUndang-Undang Dasar harus diatur denganundang-undang, tentu saja tidak adahalangan apabila pembentuk undang-undang

1

ingin mengatur hal tersebut denganundang-undang, baik inisiatif tersebutdatang dari Presiden maupun dari DewanPerwakilan Rakyat.

Selain sebagai Kepala Pemerintahan,dalam menjalankan kekuasaanPemerintahan, Presiden harus tundukkepada ketentuan-ketentuan Undang-UndangDasar (Pasal 4), dan harus pula tundukkepada Garis-Garis Besar Haluan Negaradan keputusan-keputusan lain dariMajelis Permusyawaratan Rakyat.

1

Pemberlakukan Undang-Undang Dasar1945 cukup lama bertahan, sejak DekritPresiden 1959 sampai 1999, biladibanding dengan masa-masa awalpemberlakuan Undang- Undang Dasar sejak1945 sampai 1959. Bahkan dalampelaksanaannya, baik eksekutif,legislatif, maupun yudikatif selalumenekankan agar pelaksanaan Undang-Undang Dasar 1945 harus dilaksanakansecara murni dan konsekuen.

Komitmen untuk melaksanakan Undang-Undang Dasar 1945 secara murni dankonsekuen tersebut, salah satunyadiwujudkan dengan ketatnya aturanterhadap keinginan untuk melakukanperubahan terhadap Undang- Undang Dasar1945, yaitu terlebih dahulu harusmelalui referendum, sebagaimanatercantum dalam Ketetapan MPR NomorIV/MPR/1983 tentang Referendum.

Namun reformasi 1999, telah membawaperubahan yang cukup mendasar, karenasalah satu tuntutannya adalah melakukanperubahan terhadap Undang-Undang Dasar1945 karena sebagian dari isi Undang-

1

Undang Dasar 1945 dipandang perludisesuaikan dengan perkembangankehidupan ketatanegaraan danperpolitikan waktu itu kurang relevansehingga perlu dilakukan penyesuaian.Karena tuntutan tersebut, pada 1999sampai 2002, MPR melakukan perubahanterhadap Undang-Undang Dasar 1945 dansejak itu pula mulai terjadi perubahanperkembangan ketatanegaraan diIndonesia.

5. Periode Undang-Undang Dasar NegaraRepublik Indonesia 1945 (Tahun

1999 sampai Sekarang)

1

Pada tanggal 21 Mei 1998, PresidenSoeharto menyatakan berhenti darijabatan presiden setelah terjadigelombang unjuk rasa besar-besaran,yang menandakan dimulainya era reformasidi Indonesia. Proses reformasi yangsangat luas dan fundamental itu dilaluidengan selamat dan aman. Negarakepulauan yang besar dan majemuk dengankeanekaragaman suku, berhasil menjalaniproses reformasi dengan utuh, tidakterpecah-belah, terhindar dari kekerasandan perpecahan.

Pada 1999 sampai 2002, MPRmelakukan Perubahan Undang-Undang Dasar1945 yang menjadi tuntutan reformasi1998.

Pada awal era reformasi, munculdesakan di tengah masyarakat yangmenjadi tuntutan reformasi dariberbagai komponen bangsa, termasukmahasiswa dan pemuda. Tuntutan ituantara lain sebagai berikut:

1)Amandemen (perubahan) Undang-UndangDasar Negara Republik Indonesia Tahun

1

1945.2)Penghapusan dwifungsi Angkatan

Bersenjata Republik Indonesia (ABRI).3)Penegakan supremasi hukum,

penghormatan hak asasi manusia (HAM),serta pemberantasan korupsi, kolusi,dan nepotisme (KKN).

4)Desentralisasi dan hubungan yang adilantara pusat dan daerah (otonomidaerah).

5)Mewujudkan kebebasan pers.6)Mewujudkan kehidupan demokrasi.

Tuntutan terhadap perubahan Undang-Undang Dasar Negara Republik IndonesiaTahun 1945 yang digulirkan

1

oleh berbagai elemen masyarakat dankekuatan sosial politik didasarkan padapandangan bahwa Undang-Undang DasarNegara Republik Indonesia Tahun 1945dianggap belum cukup memuat landasanbagi kehidupan yang demokratis,pemberdayaan rakyat, dan penghormatanHAM. Selain itu di dalamnya terdapatpasal-pasal yang menimbulkan multitafsirdan membuka peluang bagipenyelenggaraan negara yang otoriter,sentralistik, tertutup, dan KKN yangmenimbulkan mereosotnya kehidupannasional di berbagai bidang kehidupan.

Perubahan Undang-Undang Dasar NegaraRepublik Indonesia Tahun 1945 pertamakali dilakukan pada Sidang Umum MPRtahun 1999 yang menghasilkan PerubahanPertama. Setelah itu, dilanjutkandengan Perubahan Kedua pada SidangTahunan MPR tahun 2000, PerubahanKetiga pada Sidang Tahunan MPR tahun2001, dan Perubahan Keempat pada SidangTahunan MPR tahun 2002.

Ditinjau dari segi sistematika,Undang-Undang Dasar 1945 sebelum

1

perubahan terdiri atas tiga bagian(termasuk penamaannya), yaitu:

1. Pembukaan (Preambule);2. Batang Tubuh;3. Penjelasan.

Setelah perubahan, Undang-UndangDasar Negara Republik Indonesia Tahun1945 terdiri dari atas dua bagian,yaitu:

1. Pembukaan;2. Pasal-pasal (sebagai ganti istilah

Batang Tubuh).

1

Perubahan Undang-Undang Dasar NegaraRepublik Indonesia Tahun 1945 yangdilakukan mencakup 21 bab, 73 pasal, dan170 ayat, 3 pasal Aturan Peralihan dan2 pasal Aturan Tambahan.

Dengan perubahan yang dilakukanpada tahun 1999- 2002, dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik IndonesiaTahun 1945 memuat antara lainpengaturan prinsip checks and balancessytem, penegasan otonomi daerah,penyelenggaraan pemilihan umum,penyelenggaraan kekuasaan kehakiman yangmerdeka, pengaturan institusi lainnyaterkait dengan hal keuangan dan lain-lain dalam rangka penyempurnaanpenyelenggaraan ketetanegaraan.

Perubahan terjadi atas pasal danayat dan amat fundamental. Pembukaandisepakati untuk dipertahankan dandinyatakan berada di luar jangkauanperubahan Undang- Undang Dasar. Aturanperubahan Undang-Undang Dasar hanyamenyangkut pasal dan ayat, tidak dapatmenjangkau Pembukaan. Bentuk negarakesatuan dinyatakan dengan tegas

1

sebagai substansi yang tidak dapatdiubah (non- amendable). Sistemketatanegaraan dengan MPR sebagaipemegang kekuasaan tertinggi danmerupakan penjelmaan seluruh rakyat yangmemiliki kewenangan salah satunyamemilih Presiden dan Wakil Presidentelah diganti dengan sistem politikcheck and balance, dimana Presidendipilih langsung oleh rakyat untuk masajabatan 5 tahun. Seseorang hanya bolehmenjadi Presiden berturut-turut untuk 2masa jabatan.

Hasil Perubahan Undang-Undang DasarNegara Republik Indonesia Tahun1945 menegaskan Presiden

1

sebagai kepala negara dan kepalapemerintahan (sistem presidentil).Pemilihan presiden dilakukan langsungoleh rakyat dimana calon presidendicalonkan dalam 1 paket berpasangandengan calon wakil presiden oleh partaiatau gabungan partai peserta pemilu.Pemenang adalah pasangan yang memperolehsuara 50% + 1 secara nasional dan suarayang diperoleh itu tersebar sebagaimayoritas di paling tidak 2/3 provinsi.Bila tidak ada yang memperoleh dukungandemikian maka digelar pemilihan ulang.Pemenang pertama dan kedua dalamputaran pertama akan bertanding dalamputaran kedua. Kali ini pasangan yangmemperoleh suara paling banyakdinyatakan sebagai pemenang. Aturan iniditetapkan demikian untuk menghadapikenyataan bahwa masyarakat Indonesiaitu tersebar dan amat majemuk. MenjadiPresiden kiranya jangan hanya dengandukungan jumlah suara 50 % + 1 yangterpusat di daerah tertentu saja tetapiPresiden bagi segenap bangsa dan tanahair.

1

Supremasi hukum ditegaskan denganmenyatakan bahwa Indonesia adalahnegara hukum, bukan sekedar negaraberdasar hukum. Prinsip itu menegaskanbahwa tidak ada pihak, termasukPemerintah, yang tidak dapat dituntutberdasarkan hukum. Kekuasaan kehakimanditegaskan merupakan kekuasaan yangmerdeka untuk menyelenggarakan peradilanguna menegakkan hukum dan keadilan.Pembentukan lembaga-lembaga negara barudalam bidang kekuasaan kehakiman,seperti Mahkamah Konstitusi dan KomisiYudisial adalah untuk menegakkankekuasaan kehakiman yang merdeka.

Bentuk negara sebagai negarakesatuan diperkokoh. Tetapi sekaligusdengan itu, memahami kemajemukan

1

bangsa dan luasnya negara, otonomiditegaskan dan diberikan menurutkekhasan daerah. Kalimat yang digunakan“Negara Kesatuan Republik Indonesiadibagi atas daerah-daerah provinsi dandaerah provinsi itu dibagi ataskabupaten dan kota, yang tiap-tiapprovinsi, kabupaten, dan kota itumempunyai pemerintahan daerah, yangdiatur dengan undang-undang”, menegaskanbahwa kewenangan otonomi daerah berasaldari pelimpahan kedaulatan nasionalmelalui undang-undang.

Hak membentuk undang-undangdipindahkan dari Presiden ke DPR. Sumberasal Rancangan Undang-Undang (RUU) bisadari Anggota DPR, DPR, Presiden, danDPD (dalam hal RUU tertentu). Prosespenyelesaian RUU adalah proses antaraDPR dengan Presiden. Sebuah RUU bisamenjadi Undang-Undang bila disetujuioleh bersama DPR dan Presiden. Padadasarnya kedudukan Presiden dan DPRsama kuat. Itu sebabnya sebuah RUU yangtelah disetujui bersama tidak dapatdiveto kembali, baik oleh Presiden

1

maupun oleh DPR. Jika dalam waktu 30hari Presiden tidak mengundangkanUndang-Undang baru itu maka Undang-Undang itu otomatis berlaku sebagaiUndang-Undang dan Presiden wajibmengundangkannya. Walaupun hakmembentuk Undang-Undang ada di tanganDPR tetapi kewajiban mengundangkannyaada di tangan Presiden sebagai KepalaNegara.

Proses pembuatan Undang-Undang padadasarnya adalah proses politik, tidaklepas dari tawar-menawar atau dominasimayoritas, yang mengandung kemungkinanterjadinya inkonsistensi Undang-Undangterhadap Undang- Undang Dasar.Mahkamah Konstitusi dibentuk sebagai

1

mahkamah uji konsistensi undang-undangterhadap Undang- Undang Dasar danputusannya bersifat final dan mengikat.Ada mekanisme untuk menegakkan Undang-Undang Dasar sebagai hukum dasar yangharus ditaati peraturan perundangandibawahnya. Dengan demikian prosespolitik pembentukan Undang-Undangmempunyai mekanisme koreksi, yaitu 9orang hakim konstitusi yang berasaldari 3 sumber, DPR, Presiden dan MA.

Pasal 33 Undang-Undang Dasar NegaraRepublik Indonesia Tahun 1945 mengenaiperekonomian dipertahankan tetapijudulnya diubah dari “Kesejahteraansosial” menjadi “Perekonomian nasionaldan kesejahteraan sosial” dan dilengkapidengan ayat (4) dan ayat (5) danditegaskan bahwa ketentuan pelaksanaanpasal 33 diatur dalam undang-undang.Ayat (1), (2) dan (3) tidak lagi dapatdijabarkan terlepas dari ayat (4) danayat (5) yang memberikan kualifikasiatas ayat (1), (2) dan ayat (3).Ringkasnya, dengan perubahan itu,perekonomian tidak dapat lagi

1

dijalankan dengan pendekatan etatismedan sentralistis di satu pihak dan dilain pihak tidak juga lepas- bebasmenurut hukum dan kekuatan pasar.Efisiensi berkeadilan merupakan salahsatu ciri pengembangan ekonomi nasionalyang menggunakan kekuatan pasar yangdiintervensi secara demokratis untukmencapai pertumbuhan dan pemerataanpendapatan guna mewujudkan keadilan dankemakmuran.

Keberadaan Bank Sentral dalamUndang-Undang Dasar Negara RepublikIndonesia Tahun 1945 mendapat perhatianmendalam. MPR berpendapat bahwa sistemyang dipakai adalah sistem banksentral, independensi bank

1

sentral akan diatur dengan undang-undang, bukan oleh Undang-Undang Dasardan nama Bank Indonesia sebagai banksentral tidak perlu dicantumkan untukmenghindarkan komplikasi konstitusional.Bila Bank Indonesia merupakan lembagatertentu yang menerima kewenangannyalangsung dari Undang-Undang Dasar akantimbul kerumitan bila kebijakan banksentral berbeda dengan kebijakanPemerintah. Persoalannya akan menjadipermasalahan konstitusional. Menjadipertimbangan juga bahwa bank sentralyang independen sepenuhnya dapat menjadijalan masuk berbagai kepentingan yangtidak sejalan dengan kepentingannasional

Dalam proses perubahan Undang-UndangDasar 1945, MPR memutuskan bahwa dalamUndang-Undang Dasar Negara RepublikIndonesia Tahun 1945 tidak lagi dikenaladanya Penjelasan. Dalam sejarahnya,Penjelasan Undang- Undang Dasar 1945tidak disahkan bersama denganPengesahan Undang-Undang Dasar tanggal18 Agustus 1945. Penjelasan Undang-

1

Undang Dasar tersebut baru ada setelahdiumumkan dalam Berita Negara RepublikIndonesia nomor 7 tahun 1946. Hal initidak berarti bahwa karena tidak secarabersamaan disahkan dengan Undang-UndangDasar 1945, Penjelasan tersebut menjaditidak bisa dikatakan bersifat tidakautentik.

Penjelasan yang sekarang adalahsama dengan yang diucapkan dalam rapatPPKI. Dalam rapat penyusunan Undang-Undang Dasar 1945, peranan Prof. DR. Mr.R. Soepomo sangat besar, karena itupemikirannya sudah tentu dapat terbacapula dalam Penjelasan Undang-UndangDasar tersebut.

1

Pada saat Undang-Undang Dasar 1945dinyatakan berlaku kembali melaluiDekrit Presiden 5 Juli 1959, PenjelasanUndang-Undang Dasar 1945 tersebutdimuat bersama dengan Pembukaan danBatang Tubuh Undang- Undang Dasar 1945yang sesuai dengan apa yang dimuatdalam Berita Negara Republik Indonesianomor 7 tahun 1946 (pada LembaranNegara Nomor 75 tahun 1959). Dengandemikian maka tampaklah bahwaPenjelasan Undang-Undang Dasar 1945merupakan bagian yang resmi dan takterpisahkan dari Undang-Undang Dasar1945.

Selanjutnya, dapat dilihat puladalam Ketetapan Majelis PermusyawaratanRakyat Sementara Nomor XX/MPRS/1966 yangdinyatakan tetap berlaku oleh KetetapanMPR Nomor V/MPR/1973 tentang SumberTertib Hukum Republik Indonesia yangmenyatakan bahwa:

”.... Dalam pada itu isi Batang Tubuh Undang-Undang Dasar 1945 dapat lebih dipahami denganmendalami Penjelasannya yang otentik....”

1

Jadi, menurut MajelisPermusyawaratan Rakyat, PenjelasanUndang-Undang Dasar 1945 adalahpenjelasan yang autentik.

Selanjutnya, seiring denganperubahan Undang- Undang Dasar 1945yang dilakukan MPR pada tahun 1999sampai dengan tahun 2002, Penjelasanini sudah tidak lagi menjadi bagian dariUndang-Undang Dasar, sebagaimanatercantum dalam ketentuan Pasal IIAturan Tambahan yang menyatakan bahwa“dengan ditetapkannya perubahan Undang-Undang Dasar ini, Undang-Undang DasarNegara

1

Republik Indonesia Tahun 1945 terdiri atas Pembukaan dan pasal-pasal.

1

BAB IV

NEGARA KESATUAN REPUBLIK INDONESIASEBAGAI BENTUK NEGARA

A. INDONESIA SEBELUM KEMERDEKAAN

1. Sejarah Nama Indonesia

Bangsa Indonesia lahir dan bangkitmelalui sejarah perjuangan masyarakatbangsa yang pernah dijajah oleh Belandadan Jepang. Akibat penjajahan bangsaIndonesia sangat menderita, tertindaslahir dan batin, mental dan materiil,mengalami kehancuran di bidang ekonomi,politik, sosial, budaya, dan pertahanankeamanan hingga sisa-sisa kemegahan dankejayaan Nusantara seperti Sriwijayadan Majapahit yang dimiliki rakyat dibumi pertiwi, sirna, dan hancur tanpasisa.

Sejarah Indonesia meliputi suaturentang waktu yang sangat panjangdimulai sejak zaman prasejarahberdasarkan penemuan "Manusia Jawa".Secara geologi, wilayah nusantara

1

merupakan pertemuan antara tiga lempengbenua, yaitu lempeng Eurasia, LempengIndo-Australia, dan Lempeng Pasifik.

Para cendekiawan India telah menulistentang Dwipantara atau kerajaan HinduJawa Dwipa di pulau Jawa dan Sumaterasekitar 200 SM. Bukti fisik awal yangmenyebutkan mengenai adanya dua kerajaanbercorak Hinduisme pada abad ke-5,yaitu Kerajaan Tarumanagara

1

yang menguasai Jawa Barat dan Kerajaan Kutai di pesisir Sungai Mahakam, Kalimantan.

Pada abad ke-4 hingga abad ke-7, diwilayah Jawa Barat terdapat kerajaanbercorak Hindu-Budha yaitu kerajaanTarumanagara yang dilanjutkan denganKerajaan Sunda sampai abad ke-16. Padamasa abad ke-7 hingga abad ke-14,kerajaan Buddha Sriwijaya berkembangpesat di Sumatera yang beribukota diPalembang. Pada puncak kejayaannya,Sriwijaya menguasai daerah sejauh JawaBarat dan Semenanjung Melayu.

Selanjutnya, pada abad ke-14 jugamenjadi saksi bangkitnya sebuahkerajaan Hindu di Jawa Timur,Majapahit. Patih Majapahit antara tahun1331 hingga 1364, Gajah Mada berhasilmemperoleh kekuasaan atas wilayah yangkini sebagian besarnya adalah Indonesiabeserta hampir seluruh SemenanjungMelayu.

Kejayaan Sriwijaya dan Majapahitmerupakan sejarah awal pengenalan

1

wilayah kepulauan Nusantara yangmerupakan tanah air bangsa Indonesia.Sebutan Nusantara diberikan oleh seorangpujangga pada masa Kerajaan Majapahit,kemudian pada masa penjajahan Belandasebutan ini diubah oleh pemerintahBelanda menjadi Hindia Belanda.

Indonesia berasal dari bahasa latinindus dan nesos yang berarti India danpulau-pulau. Indonesia merupakansebutan yang diberikan untuk pulau-pulau yang ada di Samudra India danitulah yang dimaksud sebagai satuan

1

pulau yang kemudian disebut dengan Indonesia (Setidjo, Pandji, 2009).

Pada tahun 1850, George Windsor Earlseorang Inggris etnolog mengusulkanistilah Indunesians dan preperensiMalayunesians untuk penduduk kepulauanHindia atau Malayan Archipelago.Kemudian seorang mahasiswa bernama EarlJames Richardison Logan menggunakanIndonesia sebagai sinonim untukKepulauan Hindia. Namun dikalanganakademik Belanda, di Hindia Timurenggan menggunakan Indonesia sebaliknyamereka menggunakan istilah MelayuNusantara (Malaische Archipel). Sejak tahun1900 nama Indonesia menjadi lebih umumdikalangan akademik di luar Belanda,dan golongan nasionalis Indonesiamenggunakan nama Indonesia untukekspresi politiknya. Adolf Bastian dariUniversitas Berlin memopulerkan namaIndonesia melalui bukunya Indonesien oderdie inseln des malayischen arcipels (1884-1894).Kemudian sarjana bahasa Indonesiapertama yang menggunakan nama Indonesiaadalah Suwardi Suryaningrat (Ki Hajar

1

Dewantara) ketika ia mendirikan kantorberita di Belanda dengan namaIndonesisch Pers-Bureau di tahun 1913.

Penduduk yang hidup di wilayahNusantara menempati ribuan pulau. Nenekmoyang masyarakat Nusantara hidup dalamtata masyarakat yang teratur, bahkandalam bentuk sebuah kerajaan kuno,seperti Kutai yang berdiri pada abad Vdi Kalimantan Timur, Tarumanegara diJawa Barat, dan Kerajaan Cirebon padaabad II (Setidjo, Pandji, 2009).Kemudian beberapa abad setelahitu berdiri Kerajaan

1

Sriwijaya pada abad VII, Kerajaan Majapahit pada abad XIII, dan KerajaanMataram pada abad XVII.

Kerajaan Sriwijaya, Majapahit, danMataram menunjukkan kejayaan yangdimiliki wilayah Nusantara dan padawaktu itu sejarah mencatat bahwawilayah Nusantara berhasil dipersatukandan mengalami kemakmuran yang dirasakanseluruh rakyat.

Mengenai sejarah Nusantara ini,Bung Karno pernah menyampaikan bahwa:

“Kita hanya dua kali mengalami nationale staat,yaitu di jaman Sriwijaya dan di jaman Majapahit...nationale staat hanya Indonesia seluruhnya, yangtelah berdiri di jaman Sriwijaya dan Majapahit danyang kini pula kita harus dirikan bersama-sama.”(Pidato “Lahirnya Pacasila” yangdisampaikan Bung Karno di depanDokuritsu Junbi Tyoosakai pada 1 Juni1945).

Kerajaan Majapahit merupakan cikalbakal negara Indonesia. Majapahit yangkeberadaannya sekitar abad XIII sampaiabad XV adalah kerajaan besar yang

1

sangat berjaya, terlebih pada masapemerintahan Mahapatih Gajah Mada yangwafat disekitar 1360-an. Gajah Madaadalah Mahapatih Majapahit yang sangatdisegani, dia lah yang berhasilmenyatukan Nusantara yang terkenaldengan “Sumpah Palapa” (sumpah yangmenyatakan tidak akan

1

pernah beristirahat atau berhentiberpuasa sebelum Nusantara

bersatu).4

Sumpah Palapa ini yang kemudianmengilhami para founding fathers kita untukmenggali kembali, menggunakan danmemelihara visi Nusantara, bersatu dalamWawasan Nusantara dengan sesantiBhinneka Tunggal Ika yang mengandungarti beragam, tetapi sejatinya satu,yang seharusnya berada dalam satu wadah.Sumpah Palapa yang dikemukakan MahapatihGajah Mada yang kemudian setelahMajapahit berhasil menyatukan daerah-daerah di luar Jawa Dwipa menjadi PatihDwipantara atau Nusantara, pada jamannyamerupakan visi globalisasi Majapahit,yaitu meskipun pusat Kerajaan berada diPulau Jawa (Jawa Dwipa), namun diabertekat menyatukan seluruh wilayahNusantara (pulau-pulau yang berada diluar pulau Jawa) dalam satu kesatuan,satu kehendak dan satu jiwa.(Soepandji, Budi Susilo, 2011)

1 Sumpah Palapa adalah pernyataan sumpah yang diucapkan

1

Gajah Mada pada upacara pengangkatannya menjadi PatihAmangkubhumi Majapahit, tahun 1258 Saka (1336 M).Sumpah Palapaini ditemukan pada teks Jawa Pertengahan Pararaton yangberbunyi: Sira Gajah Mada Patih Amangkubhumi tan ayun amuktia palapa, siraGajah Mada: "Lamun huwus kalah nusantara isun amukti palapa, lamun kalah ringGurun, ring Seran, Tañjung Pura, ring Haru, ring Pahang, Dompo, ring Bali, Sunda,Palembang, Tumasik, samana isun amukti palapa". ([Dia] Gajah Mada PatihAmangkubumi Kerajaan Majapahit tidak akan melepaskan puasa.Gajah Mada berucap: "Jika telah mengalahkan Nusantara, [baru]saya akan melepaskan puasa (tidak lagi berpuasa). Jika telahmengalahkan Gurun, Seram, Tanjung Pura, Haru, Pahang, Dompo,Bali, Sunda, Palembang, Tumasik, [baru] saya akan melepaskanpuasa). Dari naskah ini dapat diketahui bahwa ketika GajahMada diangkat sebagai Mahapatih Majapahit, sebagian wilayahNusantara yang disebutkan di dalam sumpahnya belum dikuasaiMajapahit. Wilayah tersebut yaitu: Gurun (Nusa Penida), Seran(Seram), Tañjung Pura (Kerajaan Tanjungpura, Ketapang,Kalimantan Barat), Haru (Sumatera Utara, kemungkinan merujukkepada Kerajaan Karo), Pahang (Pahang di Semenanjung Melayu),Dompo (sebuah daerah di pulau Sumbawa), Bali (Kerajaan Bali),Sunda (Kerajaan Sunda), Palembang (Kerajaan Sriwijaya), danTumasik (Singapura).

1

Meski demikian, sejarah jugamencatat bahwa kejayaan KerajaanMajapahit yang berumur lebih dari 2 abadharus berakhir karena Majapahitmengalami paradoks history setelah PatihGajah Mada wafat, Kerajaan Majapahitmengalami perpecahan (semacam balkanisasidi Eropa Timur di akhir abad XX) denganditandai lepasnya kerajaan- kerajaanyang semula berada dalam kekuasaanKerajaan Majapahit menjadi kerajaan-kerajan kecil yang berdiri sendiri.Kewaspadaan nasional yang dimilikiMajapahit sebagai negara bangsa(nationale staat) dalam konteks berbangsadan bernegara waktu itu sangat lemah,sehingga konflik-konflik yang terjadimenyulut perpecahan yang lambat launmempengaruhi ketahanan nasional danmenuju ke kehancuran total.

Di tengah kondisi demikian, danseiring dengan masuknya bangsa-bangsaEropa ke wilayah Nusantra sejak disekitar 1521, mulai Spanyol, Portugis,kemudian disusul Belanda dengan VOC-nyadi sekitar 1602, visi wawasan nusantara

1

Mahapatih Gajah Mada pada masaMajapahit benar-benar hancur, ditambahpenjajahan Belanda dan Jepang yangberlangsung sekitar 3 setengah abad,meskipun pada 17 Agustus 1945 Indonesiatelah memproklamasikan kemerdekaannya.Namun kenyataannya penjajahan kolonialbisa dikatakan baru berakhir degantuntas sejak 27 Desember 1949(Soepandji, Susilo Budi, 2011).

2. Masa Penjajahan

Sejak berakhirnya masa kerajaan diIndonesia, masuklah bangsa Baratseperti Portugis dan Spanyol yangdisusul oleh Bangsa Belanda pada abadXVI tepatnya 1596.

1

Belanda cukup berhasil menguasaiIndonesia, mereka mengeruk keuntungansebesar-besarnya sementara rakyatIndonesia mengalami penderitaan lahirdan batin. Belanda melakukan dominasipolitik, eksploitasi ekonomi, danmemperlakukan rakyat Indonesia dengansewenang-wenang. Belanda menerapkanpolitik ”adu domba” dan melakukandiskriminasi rasial kepada rakyatIndonesia.

Kondisi masyarakat yang semakinparah akibat penjajahan tersebutmembangkitkan perlawanan yang dipimpinoleh para tokoh perjuangan diantaranya Sultan Ageng Tirtayasa, CikDik Tiro, Teuku Umar, SultanHasanuddin, Imam Bonjol, PanglimaPolim, dan Pangeran Diponegoro. Namunperlawan-perlawanan tersebut mengalamikegagalan karena pada waktu itu belumterpupuk kesadaran nasional danperjuangan yang dilakukan masihbersifat kedaerahan (Setidjo, Pandji,2009).

Perlawanan terhadap penjajahan

1

Belanda terus dilakukan, secara fisikmaupun politik. Munculnya kesadaran parapejuang dan golongan terpelajarIndonesia serta situasi internasionalyang menimbulkan pergerakan di kalangannegara-negara terjajah, pada 20 Mei1908 di Jakarta berdirilah Boedi Oetomoyang didirikan oleh dr. Soetomo dankawan-kawan dengan ketuanya Dr. WahidinSudiro Husodo.

Setelah gerakan Boedi Oetomo pada1908, kemudian dilanjutkan denganberdirinya Serikat Dagang Islam pada1909 pimpinan H. Samanhudi yangkemudian pada 1911 berubah menjadiSerikat Islam di bawah pimpinan HOSTjokroaminoto. Pada 1912berdiri organisasi Islam

1

Muhammadiyah di Yogyakarta di bawahpimpinan K.H. Ahmad Dahlan. Setelah itupada 1915 berdiri Indische Party yangdidirikan oleh tiga serangkai, yaitudr. Tjipto Mangunkusumo, Ki HajarDewantara, dan Douwes Deker. Kemudianpada 1920 Indische Social DemokratischePartij atau ISDP dan bagian dariSerikat Islam berubah menjadi PartaiKomunis Indonesia (PKI). Selanjutnyapada 1926 dikalangan ulama Nusantaralahirlah Jamiyah Nahdlatul Ulama dibawah pimpinan K.H. Hasyim Asy’ari diSurabaya. Berikutnya, pada 1927 berdiriPartai Nasional Indonesia (PNI) yangdipimpin oleh Ir. Soekarno dengantujuan untuk Indonesia Merdeka.

Pada 1928, lahirlah Sumpah Pemudayaitu golongan pemuda yang menghendakipersatuan, bertujuan mencanangkan cita-cita kemerdekaan, dan memperjuangkanIndonesia merdeka. Melalui kongresnyayang ke-2 pada 27 dan 28 Oktober 1928di Jakarta, yang dihadiri 750 orangdari masing-masing perwakilan organisasiPPPI, Jong Java, Jong Islamiten Bond,

1

Jong Sumateranen Bond, Pemuda Indonesia,Jong Celebes, Jong Ambon, Jong Batak,dan Pemuda Kaum Betawi, lahirlah SumpahPemuda.

Pencetus Sumpah Pemuda adalahPerhimpunan Indonesia Nederland, PartaiNasional Indonesia, dan PemudaIndonesia. Sumpah Pemuda inilah yangmenjadi cikal bakal pendorongperjuangan kemerdekaan Indonesia yangsemakin tegas memperkuat persatuannasional sebagai bekal yang makin kuatmenuju cita-cita kemerdekaan Indonesia.

1

Pada saat perang dunia IIberlangsung, pada 1942, Jepang mendaratdi Indonesia melalui Tarakan, Minahasadan Sulawesi, Balikpapan, Ambon,Batavia, dan Bandung. Belanda menyerahkepada tentara Jepang pada 9 Maret 1942.

Sejak itulah, Bangsa Indonesiaberada dalam jajahan tentara Jepang danwilayah Indonesia dibagi menjadi 2bagian, yaitu pertama: Pulau Jawa danSumatera di bawah kekuasaan AngkatanDarat, dan kedua: Kalimantan, Sulawesi,Maluku, Irian, dan Nusa Tenggara dibawah kekuasaan Angkatan Laut.

Bangsa Indonesia terus melakukanperlawanan terhadap Jepang danperlawanan tetap berlanjut sampaitentara Jepang terdesak oleh Sekutupada 1944-1945. Pada29 April 1945, pemerintah Jepangmembentuk sebuah Badan yang bertugasmenyelidiki kemungkinan IndonesiaMerdeka. Badan tersebut bernamaDokuritzu Junbi Choosakai atau BPUPKIyang dilantik pada 28 Mei 1945.

1

BPUPKI melaksanakan persidanganselama dua kali, yaitu pada 29 Meisampai 1 Juni 1945 dan 10 sampai 17 Juli1945. Sesuai tugas yang diberikankepada BPUPKI, penyelidikan usaha-usahakemerdekaan Indonesia ditingkatkanmenjadi mempersiapkan kemerdekaandengan cara antara lain merumuskan dasarnegara sebagai landasan negara untuknegara yang akan dibentuk.

Selain perjuangan yang dilakukandalam sidang BPUPKI, pejuang Indonesiajuga tetap dilakukan melalui gerakanperlawanan di bawah tanah.

1

Setelah BPUPKI menyelesaikan tugasdan melaporkannya kepada pemerintahJepang, BPUPKI kemudian dibubarkan dandengan usul BPUPKI dibentuklah PPKI pada7 Agustus 1945. Pada 14 Agustus 1945,melalui Radio Suara Amerika, diberitakanbahwa Hirosima dan Nagasaki dibom, dankarena kejadian ini Pemerintah Jepangmenyerah kepada Sekutu. Bersamaandengan peristiwa tersebut, tentaraInggris dengan nama South East Asia Commandyang bertugas menduduki wilayahIndonesia, menerima penyerahan kekuasaandari tangan Jepang (Setidjo, Pandji,2009),

Ketika terjadi kekosongan kekuasaankarena Jepang telah menyerah dantentara Sekutu belum mendarat diIndonesia, rakyat Indonesia yangdiwakili oleh tokoh pejuang bangsaberhasil menyusun naskah Proklamasi dirumah Laksamana Muda Tadashi Maeda,Jalan Imam Bonjol, Jakarta danmemproklamasikan kemerdekaan Indonesiapada 17 Agustus 1945 di Jalan PegangsaanTimur Nomor 56 Jakarta. Naskah

1

Proklamasi tersebut disusun oleh Ir.Soekarno, Drs. Mohammad Hatta, dan Mr.Achmad Soebardjo.

Proklamasi merupakan momentumpembebasan dan berakhirnya penjajahan,mengantarkan rakyat Indonesia untukmemulai kehidupan bernegara, danmelanjutkan cita- cita perjuangansebagai Negara Indonesia yang merdeka.

1

B. INDONESIA SETELAH KEMERDEKAAN

1. Sejarah Konsep Negara Kesatuandalam Undang- Undang Dasar

Sejak Proklamasi KemerdekaanIndonesia, sejarah Bangsa Indonesiadimulai dari sejarah menyusunpemerintahan, politik, dan administrasinegara. Landasan yang dijadikan pijakanadalah konstitusi dan ideologi. Atasdasar tersebut, pada 18 Agustus 1945,diselenggarakan sidang PPKI yangberhasil menetapkan Undang-Undang Dasar1945 sebagai konstitusi negara danmenetapkan Ir. Soekarno sebagaiPresiden dan Drs. Mohammad Hattasebagai Wakil Presiden.

Dalam rapat BPUPKI yang membahasrancangan undang-undang dasar,permasalahan bentuk negara menjadi salahsatu pembahasan yang diperdebatkansecara serius. Usulan bentuk negarayang muncul pada waktu itu yaitunegara kesatuan dan negara federal.Namun kemudian disepakati bentuk NegaraIndonesia ialah negara kesatuan,

1

sebagaimana tertera dalam Pasal 1 ayat(1) Undang-Undang Dasar 1945. PilihanBPUPKI ini tidak lagi dipersoalkanketika pada 18 Agustus 1945 PPKImenetapkan Undang- Undang Dasar 1945sebagai Undang-Undang Dasar NegaraRepublik Indonesia Tahun 1945.

Soekarno mengulas pemikiran bahwanasionalisme Indonesia atau negarakesatuan adalah sebuah takdir. Hal initerungkap dalam pidato Soekarno tanggal1 Juni 1945, yaitu sebagai berikut:

1

“Allah S.W.T membuat peta dunia,menyusun peta dunia. Kalau kita melihat petadunia, kita dapat menunjukkan di mana“kesatuan-kesatuan” di situ. Seorang anakkecil pun -jikalau ia melihat peta dunia- iadapat menunjukkan bahwa kepulauanIndonesia merupakan satu kesatuan. Padapeta itu dapat ditunjukkan satu kesatuangerombolan pulau- pulau di antara 2 lautanyang besar, Lautan Pasifik dan Lautan Hindia,dan di antara 2 benua, yaitu Benua Asia danBenua Australia. Seorang anak kecil dapatmengatakan, bahwa pulau-pulau Jawa,Sumatera, Borneo, Selebes, Halmahera,Kepulauan Sunda Kecil, Maluku dan lain-lainpulau kecil di antaranya, adalah satukesatuan. Demikan pula tiap-tiap anak kecildapat melihat pada peta bumi, bahwa pulau-pulau Nippon yang membentang pada pinggirtimur Benua Asia sebagai golfbreker ataupenghadang gelombang lautan Pasifik,adalah satu kesatuan.

Anak kecil pun dapat melihat, bahwatanah India adalah satu kesatuan di AsiaSelatan, dibatasi oleh Lautan Hindia yangluas dan Gunung Himalaya. Seorang anakkecil pula dapat mengatakan, bahwakepulauan Inggris adalah satu kesatuan.

Griekenland atau Yunani dapatditunjukkan sebagai satu kesatuan pula. Itu

1

ditaruhkan oleh Allah S.W.T demikian rupa.Bukan Sparta saja, bukan Athena saja, bukanMacedonia saja, tetapi Sparta plus Athenaplus Macedonia plus daerah Yunani yang lain-lain -segenap kepulauan Yunani- adalah satukesatuan.

Maka manakah yang dinamakan tanahtumpah darah kita, tanah air kita? Menurutgeopolitik, maka

1

Indonesialah tanah air kita. Indonesia yangbulat- bukan Jawa saja, bukan Sumatera saja,atau Borneo saja, atau Selebes saja, atauAmbon saja, atau Maluku saja, tetapisegenap kepulauan yang ditunjuk oleh AllahSWT menjadi suatu kesatuan antara duabenua dan dua samudera-itulah tanah airkita!

Maka jikalau saya ingat perhubunganantara orang dan tempat-antara rakyat danbuminy- maka tidak cukuplah definisi yangdikatakan Ernest Renan dan Otto Bauer itu.Tidak cukup le desir d’etre ensemble, tidakcukup definisi Otto Bauer ausSchiksalsgemeinschaft erwachseneCharaktergemeinschaft itu.

Maaf, Saudara-saudara, saya mengambilcontoh Minangkabau. Di antara bangsaIndonesia, yang paling ada le desir d’etreensemble adalah rakyat Minangkabau, yangbanyaknya kira-kira 2 milyun.Rakyat inimerasa dirinya satu keluarga. TetapiMinangkabau bukan satu kesatuan, melainkanhanya satu bagian kecil dari satu kesatuan!Penduduk Yogya pun adalah merasa le desird’etre ensemble, tetapi Yogya pun hanya satubahagian kecil dari satu kesatuan. Di JawaBarat rakyat Pasundan sangat merasakan ledesir d’etre ensemble, tetapi Sunda pun hanyasatu bagian kecil dari satu kesatuan.

1

Pendek kata, bangsa Indonesia -NatieIndonesia- bukanlah sekadar contoh satugolongan orang yang hidup dengan le desird’etre ensemble di atas daerah yang kecilseperti Minangkabau, atau Madura, atauYogya, atau Sunda, atau Bugis, tetapi bangsaIndonesia ialah seluruh manusia-manusiayang menurut geopolitik, yang telahditentukan oleh

1

Allah SWT, tinggal di kesatuannya semuapulau- pulau Indonesia dari ujung UtaraSumatera sampai ke Irian! Seluruhnya! Karenaantara 70.000.000 ini sudah ada le desird’etre ensemble, sudah terjadiCharaktergemeinschaft! Natie Indonesia,bangsa Indonesia, umat Indonesia jumlahorangnya adalah 70.000.000, tetapi 70.000.000yang telah menjadi satu, satu, sekali lagi satu!

Ke sinilah kita semua harus menuju:Mendirikan satu Nationale Staat, di ataskesatuan bumi Indonesia dari ujung Sumaterasampai ke Irian. Saya yakin tidak ada satugolongan di antara Tuan-tuan yang tidakmufakat, baik Islam maupun golongan yangdinamakan “golongan kebangsaan”. Ke sinilahkita harus menuju semuanya.

Keinginan bangsa Indonesia untukmembangun sendiri negara yang merdekadan berdaulat mendapat tantangan besardari pemerintah Belanda. Pada 1946,secara sepihak Belanda kembali masuk keIndonesia mengatasnamakan sebagaipenguasa yang sah karena berhasilmengalahkan Jepang yang sebelumnyamengambil alih kekuasaan Hindia Belanda(Indonesia) dari Belanda. Menghadapisituasi semacam ini, menggeloralah

2

semangat revolusi kemerdekaan yangmengakibatkan Indonesia yang barumerdeka harus secara fisik berperangmelawan Belanda yang ingin merampaskembali kemerdekaan Indonesia.Perjuangan mempertahankan kemerdekaantersebut melewati beberapa episodepenting yang mengkombinasikan antaraperang fisik dan perang diplomasi atauperundingan- perundingan dalam kurunwaktu 1945-1949.

2

Pada 19 Desember 1948, akibatserangan Belanda yang berhasil menguasaiYogyakarta waktu itu dijadikan ibu kotaNegara Republik Indonesia, SidangKabinet Republik Indonesia yangdipimpin oleh Wakil Presiden Moh. Hattamemutuskan untuk memberikan mandatkepada Mr. Sjafruddin Prawiranegara agarmembentuk Pemerintah Darurat RepublikIndonesia (PDRI), dan seandainya tidakmungkin, supaya menteri Keuangan Mr.A.A. Maramis yang pada waktu ituberada di luar negeri (New Delhi)untuk menggantikan Mr. Sjafruddin.

Secara serentak Kabinet Hattamengeluarkan dua surat mandat tentangpembentukan pemerintah darurat diSumatera, satu untuk Mr SjafruddinPrawiranegara di Bukit Tinggi, dan satulagi untuk Mr. A.A. Maramis di NewDelhi.

Tanggal 22 Desember 1948, dalamrapat di Sumatera yang dihadiri antaralain oleh Mr. Syafruddin Prawiranegara,Mr.T. M. Hassan, Mr.S. M. Rasyid,Kolonel Hidayat, Mr.Lukman Hakim, Ir.

menjalankan pemerintahan. inipemerintahan

yangtengah mengala

mi

2

Indracahya, Ir. Mananti Sitompul,Maryono Danubroto, Direktur BNI Mr. A.Karim, Rusli Rahim, dan Mr. Latifmemproklamirkan pemerintah darurat.Pendirian PDRI ini merupakan satu bentukperlawanan yang dilakukan oleh rakyatIndonesia terhadap Belanda.

Pemerintah darurat merupakan upayapengalihan kekuasaan yang dilakukan olehpemerintah Indonesia kepada pihak tertentuuntuk menjalankan pemerintahan karenapemerintah Indonesia pada masa itu tidakdapat

2

ketidakkuasaan dalam menjalankanpemerintahan disebabkan adanya agresi Belandayang berhasil menangkap Presiden Soekarno danWakil Presiden Mohammad Hatta selaku kepalapemerintahan dan menguasai pusatpemerintahan. Peran pemerintah darurat inimenjadi sentral karena merupakan perpanjangantangan dari pemerintah Indonesia yang padamasa itu tidak dapat menjalankanpemerintahan.

Berdirinya pemerintah daruratmemiliki satu arti penting, yakniIndonesia masih memiliki eksistensiketika terjadi penyerangan danpenguasaan yang dilakukan oleh Belanda.Walaupun merupakan pemerintahan hasilpelimpahan kekuasaan dan bersifatsementara, PDRI telah menjadi satu matarantai sejarah Indonesia yang berhasilmembentuk Indonesia. Pada saatberdirinya, PDRI melakukan berbagaiupaya perlawanan terhadap Belanda baikmelalui jalur militer ataupun melaluijalur diplomasi.

Melalui jalur militer ditandaidengan didirikannya beberapa pangkalan

2

militer dan dilakukannya upayaperlawanan dan gerilya. Dalam bidangdiplomasi, pada saat berdirinya, PDRIberhasil dilakukan upaya perundinganantara pihak Indonesia dengan pihakBelanda, yang salah satu perundinganpenting tersebut adalah pembicaraanantara Roem dan Van Roeyen dan telahtercapai suatu kesepakatan antarakeduanya itu, yakni Yogya dikembalikankepada Republik Indonesia, dan kemudianakan diadakan perundingan-perundinganmengenai penyerahan kedaulatan. Setelahselesai perundingan Roem-Royen itu, makaYogyakarta berhasil dikembalikan, sertaSoekarno-Hatta dan

2

menteri-menteri lain yang ditawandikembalikan ke

Yogyakarta.

Dalam sejarah kemerdekaan Indonesia,Belanda terus merongrong kedaulatanNegara Indonesia. Mempertahankan negaradengan semangat ”sekali merdeka tetapmerdeka” dan untuk menghindari jatuhnyakorban akibat agresi Belanda, parapemimpin bangsa bersedia melakukanberbagai perundingan. Setelah beberapakali terjadi pertempuran dan dilakukanperundingan antara Indonesia denganBelanda, antara lain: Perjanjian LinggarJati pada 25 Maret 1947, PerjanjianRenville pada 8 Desember 1947, danKonfrensi Meja Bundar (KMB) pada 23Agustus 1949, dan puncaknya pada 27Desember 1949, akhirnya Belandamengakui kedaulatan Republik Indonesiadengan syarat harus berbentuk NegaraSerikat.

KMB yang berlangsung di Den Haagpada 23 Agustus sampai 2 November 1949,berhasil mengakhiri konfrontasi fisikantara Indonesia dengan Belanda. Hasil

2

konferensi tersebut yang paling utamaadalah ”pengakuan dan penyerahan”kedaulatan dari Pemerintah Belandakepada Pemerintah Indonesia yangdisepakati akan disusun dalam strukturketatanegaraan yang berbentuk negarafederal, yaitu negara Republik IndonesiaSerikat.

Di samping itu, terdapat empat halpenting lainnya yang menjadi isikesepakatan dalam KMB, yaitu: Pertama,pembentukan Uni Belanda- RepublikIndonesia Serikat yang dipimpin olehRatu Belanda secara simbolis; Kedua,Soekarno dan Moh. Hatta akan menjabatsebagai presiden dan wakil presidenRepublik Indonesia Serikat untuk

2

periode 1949-1950, dengan Moh. Hattamerangkap sebagai perdana menteri; Ketiga,Irian Barat masih dikuasasi Belanda dantidak dimasukkan ke dalam RepublikIndonesia Serikat sampai dilakukanperundingan lebih lanjut; Keempat,Pemerintah Indonesia harus menanggunghutang negeri Hindia Belanda sebesar 4,3miliar gulden (Natsir, Mohammad, 2008).

Di satu sisi hasil KMB tersebutharus dianggap sebagai sebuah kemajuankarena sejak saat itu, setelah Belanda”mengakui dan menyerahkan” kedaulatankepada bangsa Indonesia, secara resmiIndonesia menjadi negara merdeka danterlepas dari cengkeraman Belanda. Namundi sisi lain, kesepakatan yangdihasilkan dalam KMB tidak serta mertamenyelesaikan permasalahan bagiIndonesia, terlebih bentuk negarafederal yaitu Republik IndonesiaSerikat adalah produk rekayasa van Mookyang suatu saat dijadikan strategiuntuk merebut kembali Indonesia melaluipolitik devide et impera.

Di dalam negeri sendiri juga muncul

2

pergolakan, demonstrasi-demonstrasi danberbagai mosi di Parlemen menyusul hasilKMB dan perubahan bentuk negara darikesatuan menjadi federal tersebut.Pergolakan ini muncul sedemikian rupadan sangat mengancam kelangsunganbangsa dan negara Indonesia yang barumerdeka, sementara pemerintah RepublikIndonesia Serikat tampak pasif dandefensif serta tidak mengambilinisiatif untuk mengambil langkah-langkah penyelamatan.

Pemerintah lebih banyak diam danmengambil sikap pasif dengan berlindungdi bawah semboyan klise “semua

2

terserah pada kehendak rakyat”, padahalkalau pergolakan tersebut dibiarkandiselesaikan sendiri oleh rakyat, tanpabimbingan dan komando dari pemerintah,dapat dipastikan akan menimbulkanperpecahan atau disintegrasi yang dapatmenghancurkan keutuhan berbangsa danbernegara.

Dalam situasi seperti ini, Moh.Natsir tampil dengan mosi yang memintapemerintah dan seluruh elemen bangsasegera menyelesaikan permasalahantersebut secara integral. Mosi tersebutkemudian dikenal sebagai “Mosi IntegralNatsir”. Sebenarnya, selainditandatangani oleh Natsir, mosi inijuga ditandatangani oleh beberapa ketuafraksi di parlemen yaitu: SoebadioSastrasatomo, Hamid Algadri, Sakirman,K. Werdojo, AM Tambunan, NgadimanHardjosubroto, B. Sahetapy Engel,Tjokronegoro, Moch. Tauchid, Amels, danSiradjudddin Abbas. Tidak pernah adayang mempersoalkan bila kemudian mositersebut kemudian lebih dikenal sebagaiMosi Integral Natsir, karena memang

2

Natsir yang memotori dan mengonsep mositersebut yang selanjutnya didukung olehfraksi-fraksi yang lain.

Dalam mosi tersebut, sesungguhnyatidak ada dorongan secara eksplisituntuk membentuk negara kesatuan, bahkanNatsir sendiri mengatakan bahwa mositersebut tak ada kaitannya denganpermasalahan unitarisme (negara kesatuan)dan federalisme (negara federal). Yangdigunakan di dalam mosi ini adalahistilah “integral” dalam artipenyelesaian secara menyeluruh dankomprehensif (Natsir, Mohammad, 2008).

Mosi Integral Natsir tertanggal 3April 1950 merupakan monumen sejarahyang mengantarkan Indonesia

2

kembali menjadi negara kesatuan setelahsempat dicabik- cabik dengan bentuknegara federal (federalisme). Mosi tersebutsangat penting dalam menyelamatkankeutuhan bangsa dan negara pada saatbangsa dan negara terancam olehdisintegrasi yang bermuara padapembentukan kembali negara RepublikIndonesia sebagai negara kesatuan.

Mosi Integral Natsir sebenarnyanetral dari kontroversi antara kehendakkembali ke negara kesatuan ataumelanggengkan negara federal. Olehkarena itu, pembentukan negara kesatuanbukanlah tujuan langsung dari Mosi yangdisampaikan Natsir tersebut.

Natsir mengatakan bahwa maksud mosiyang diajukannya tidak terkait dengansoal bentuk negara kesatuan danfederalisme (bentuk negara federal)melainkan menyangkut masalah yang lebihbesar dari itu, yaitu “persatuan” untukkeselamatan Negara Republik Indonesia.

Konsep “integral” (menyeluruh dankomprehensif) atau “persatuan”

2

(integrasi) memang tidak identik dengan“negara kesatuan” melainkan lebihmerupakan “persatuan kehendak jiwa atausikap batin” seluruh warga bangsa untuktetap bersatu sebagai bangsa Indonesia.

Negara kesatuan adalah konsepketatanegaraan yang mengatur hubungankekuasaan (gezagsverhouding) antaraPemerintah Pusat dan Daerah, sedangkanpersatuan adalah sikap batin atausemangat kolektif untuk bersatu dalamikatan kebangsaan dan negara.

Tentang persatuan sikap batin ataukejiwaan ini, sejak awal Bung Karnosebagai founding fathers mengajak bangsa

2

Indonesia untuk memahami dan menyelamikonsep yang dibangun oleh Renan seorangpakar dari Prancis, yang mengatakanbahwa bangsa adalah segerombolan atausekumpulan manusia yang memilikisolidaritas yang tinggi karena adanyakesatuan jiwa (soul) yang ingin bersatudan bersama. Bangsa Indonesia jugadibangun berdasar konsep tentang bangsadari Otto Bauer yang mengatakan bahwabangsa adalah sekumpulan manusia yangmemiliki persamaan watak karena adanyapersamaan nasib. Dalam pidatonya pada 5Juli 1958 di Istana Negara, Bung Karnomelengkapi teori Renan dan Bauer denganteori geopolitiknya. Tentang teorigeopolitik ini, Bung Karno mengatakanbahwa:

“ ...menurut pendapat saya, yangdikatakan bangsa itu adalah segerombolanmanusia yang - kalau mengambil Renan-keras ia punya le desir d’etre ensemble(keinginan, kehendak untuk bersatu), -kalaumengambil Otto Bauer- keras ia punyacharaktergemeinschaft (persatuan, persamaanwatak yang dilahirkan karena persamaannasib), tetapi yang berdiam di atas satuwilayah geopolitik yang nyata satu persatuan.

2

Apa wilayah geopolitik yang nyata satupersatuan, satu kesatuan itu, apa?....... Geodari perkataan geografi, peta gambarnya.Geopolitik ialah hubungan antara letaknyatanah dan air, petanya itu dengan rasa-rasa dan kehidupan politik.”

Disini jelas-jelas Bung Karnomengatakan bahwa Negara KesatuanRepublik Indonesia harus menjadi wadahyang menyatukan seluruh aspek kehidupannasional meliputi aspek geografi,demografi, sumber kekayaan alam,ideologi,

2

politik, ekonomi, sosial budaya sampai pertahanan dan keamanan bangsa (Soepandji, Susilo Budi, 2011).

Memperhatikan keadaan negara-negarabagian yang sulit dikoordinasikan danberkurangnya wibawa pemerintah negarafederal selama pelaksanaan konstitusiRepublik Indonesia Serikat, rakyatIndonesia sepakat untuk kembali kebentuk negara kesatuan. Negara Kesatuanadalah pilihan yang dianggap tepat padasaat proklamasi tanggal 17 Agustus1945.

Pada tanggal 17 Agustus 1950,Indonesia resmi kembali ke negarakesatuan dengan konstitusi UUDS 1950,sebagaimana terdapat pada Pasal 1 ayat(1) UUDS 1950 yang menetapkan bahwaNegara Republik Indonesia adalah negaradengan bentuk kesatuan.

Meskipun sudah menganut kembalibentuk negara kesatuan, namun upaya-upaya untuk memisahkan diri dari NegaraKesatuan Republik Indonesia masihterjadi, yang ditandai dengan terjadinya

2

beberapa pemberontakan dalam kurunwaktu 1950 sampai dengan 1958 antaralain Pemberontakan Angkatan Perang RatuAdil di Bandung pada tanggal 23 Januari1950, Pemberontakan Andi Azis di Makasarpada tanggal 5 April 1950,pemberontakan Republik Maluku Selatan diAmbon pada tanggal 25 April 1950,pemberontakan Ibnu Hajar di KalimantanSelatan pada tanggal 10 Oktober 1950,pemberontakan DI/TII Pimpinan KaharMudzakkar di Sulawesi Selatan padatanggal 17 Agustus 1951, pemberontakanBatalyon 426 di Jawa Tengah padatanggal 1 Desember 1951, pemberontakanDI/TII Pimpinan Daud Beureuh di Banda

2

Aceh pada tanggal 20 September 1953,peristiwa Dewan Banteng di SumateraBarat pada tanggal 20 Desember 1956,pemberontakan Pemerintah RevolusionerRepublik Indonesia pada tanggal 15Februari 1958, serta Perjuangan RakyatSemesta yang menyatakan membantuPemerintah Revolusioner RepublikIndonesia pada tanggal 15 Februari 1958(Syafiie IK. dkk., 1994).

Serangkaian pemberontakan tersebutmenyebabkan adanya ketidaksesuaianpenyelenggaraan pemerintahan oleh aparatnegara, terjadi hubungan yang tidakharmonis antara legislatif daneksekutif, dan sebagian anggotakonstituante ada yang menyatakan tidakbersedia lagi menghadiri sidang plenokonstituante. Keadaan ini yangmendorong Presiden Soekarno menyatakankembali kepada Undang-Undang Dasar 1945pada 5 Juli 1959 yang dikenal denganistilah Dekrit Presiden 5 Juli 1959.

Dekrit Presiden tersebut, meneguhkankembali bahwa pilihan bentuk negarakesatuan adalah pilihan tepat yang

2

mampu mewadahi keanekaragaman wilayahIndonesia.

2. Konsep Negara Kesatuan Menurut UUD 1945

Perubahan Undang-Undang Dasar NegaraRepublik Indonesia Tahun 1945mengukuhkan keberadaan Indonesia sebagaiNegara Kesatuan dan menghilangkankeraguan terhadap pecahnya NegaraKesatuan Republik Indonesia.

Pasal-pasal dalam Undang-UndangDasar Negara Republik Indonesia Tahun1945 telah memperkukuh prinsip NegaraKesatuan Republik Indonesia dan tidaksedikit pun mengubah Negara KesatuanRepublik Indonesia menjadi

2

negara federal. Pasal-pasal dalamUndang-Undang Dasar Negara RepublikIndonesia Tahun 1945 mendorongpelaksanaan otonomi daerah untuk lebihmemperkukuh Negara Kesatuan RepublikIndonesia dan meningkatkan prosespembangunan di daerah dalam rangkamewujudkan kesejahteraan masyarakat didaerah. Oleh karena itu, diperlukanadanya pengaturan dalam peraturanperundang- undangan yang komprehensifuntuk pelaksanaan otonomi daerahsehingga dapat dilaksanakan sesuaidengan hakikat tujuan pembangunannasional.

Pasal 1 ayat (1) Undang-Undang DasarNegara Republik Indonesia Tahun 1945yang merupakan naskah asli mengandungprinsip bahwa ”Negara Indonesia ialahNegara Kesatuan, yang berbentukRepublik.” Pasal yang dirumuskan olehPanitia Persiapan Kemerdekaan Indonesiatersebut merupakan tekad bangsaIndonesia yang menjadi sumpah anakbangsa pada 1928 yang dikenal denganSumpah Pemuda, yaitu satu nusa, satu

2

bangsa, satu bahasa persatuan, satutanah air yaitu Indonesia. Penghargaanterhadap cita-cita luhur para pendiribangsa (The Founding Fathers) yangmenginginkan Indonesia sebagai negarabangsa yang satu merupakan bagian daripedoman dasar bagi MPR 1999-2004 dalammelakukan perubahan Undang- Undang DasarNegara Republik Indonesia Tahun 1945.

Wujud Negara Kesatuan RepublikIndonesia semakin kukuh setelahdilakukan perubahan dalam Undang-UndangDasar Negara Republik Indonesia Tahun1945, yang dimulai dari adanyakesepakatan MPR yang salah satunyaadalah tidak mengubah Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik IndonesiaTahun 1945 dan tetap mempertahankan

2

Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagai bentuk final negara bagi bangsa Indonesia.

Kesepakatan untuk tetapmempertahankan bentuk negara kesatuandidasari pertimbangan bahwa negarakesatuan adalah bentuk yang ditetapkansejak awal berdirinya negara Indonesiadan dipandang paling tepat untukmewadahi ide persatuan sebuah bangsayang majemuk ditinjau dari berbagailatar belakang (dasar pemikiran).

Undang-Undang Dasar Negara RepublikIndonesia Tahun 1945 secara nyatamengandung semangat agar Indonesia inibersatu, baik yang tercantum dalamPembukaan maupun dalam pasal-pasalUndang-Undang Dasar yang langsungmenyebutkan tentang Negara KesatuanRepublik Indonesia dalam lima Pasal,yaitu: Pasal 1 ayat (1), Pasal 18 ayat(1), Pasal 18B ayat (2), Pasal 25A danpasal 37 ayat (5) Undang-Undang DasarNegara Republik Indonesia Tahun 1945serta rumusan pasal-pasal yangmengukuhkan Negara Kesatuan Republik

2

Indonesia, dan keberadaan lembaga-lembaga dalam Undang-Undang Dasar NegaraRepublik Indonesia Tahun 1945.

Prinsip kesatuan dalam NegaraKesatuan Republik Indonesia dipertegasdalam alinea keempat Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik IndonesiaTahun 1945 dalam upaya membentuk suatuPemerintahan Negara Indonesia yangmelindungi segenap bangsa Indonesia danseluruh tumpah darah Indonesia.

Pembentukan pemerintahan NegaraIndonesia yang melindungi segenapbangsa Indonesia dan seluruh tumpah

2

darah Indonesia itu bertujuan untukmemajukan kesejahteraan umum,mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikutmelaksanakan ketertiban dunia yangberdasarkan kemerdekaan, perdamaianabadi dan keadilan sosial. Tujuantersebut bisa dicapai hanyalah denganadanya kemerdekaan bagi bangsaIndonesaia, sehingga dalam alineakeempat ini secara tegas diproklamirkan,disusunlah Kemerdekaan KebangsaanIndonesia itu dalam satu Undang-UndangDasar Negara Republik Indonesia Tahun1945, yang berbentuk dalam satu susunanNegara Republik Indonesia yangberkedaulatan rakyat dengan berdasarkepada Pancasila.

Dengan menyadari sepenuhnya bahwadalam pembukaan Undang-Undang DasarNegara Republik Indonesia Tahun 1945merupakan dasar dalam berdirinya bangsaIndonesia dalam Negara Kesatuan,Pembukaan tersebut tetap dipertahankandan dijadikan pedoman.

Pasal 1 ayat (1) Undang-Undang DasarNegara Republik Indonesia Tahun 1945

2

merupakan naskah asli yang tidakdilakukan perubahan karena merupakanbagian dari komitmen MPR untuk tetapmempertahankan Negara Kesatuan dalambentuk Negara Republik Indonesiasehingga pasal ini mengayomi pulakeberadaan pasal-pasal selanjutnya dalamUndang-Undang Dasar Negara RepublikIndonesia Tahun 1945, bahkan dalam Pasal37 ayat (5) Undang-Undang Dasar NegaraRepublik Indonesia Tahun 1945ditegaskan pula bahwa, hanya bentukNegara Kesatuan saja yang tidak dapatdilakukan perubahan dalam pasal-pasalUndang-Undang Dasar Negara RepublikIndonesia Tahun 1945. Dengan tidakdilakukannya perubahan tersebut semakinmemperkukuh bentuk Negara

2

Kesatuan sebagai bentuk final danmenghilangkan kekhawatiran sebagianmasyarakat agar Indonesia tidak menjadinegara federal.

Negara Kesatuan Republik Indonesiaitu adalah negara yang memiliki satukesatuan teritori (sesuai dengan UNCLOS1982) dari Sabang sampai Merauke dandari Miangas sampai pulau Rote, satukesatuan bangsa yang disebut bangsaIndonesia (Sumpah Pemuda 1928), satukesatuan kepemilikan sumber kekayaanalam yang peruntukannya sebesar-besarnyauntuk kesejahteraan rakyat, satukesatuan ideologi negara yaitu ideologiPancasila, satu kesatuan politiknasional yang harus selalu berpihakpada kepentingan nasional (nationalinterest), satu kesatuan perekonomiannasional yang harus selalu berpihakpada upaya mensejahterakan rakyatIndonesia, satu kesatuan budayanasional yang memiliki jati diriIndonesia sebagai karakter nasional dansistem pertahanan keamanan nasional yangkhas menurut kharakteristik Indonesia,

2

itulah makna yang dalam dari NegaraKesatuan Republik Indonesia (Soepandji,Susilo Budi, 2011).

Pasal 18 ayat (1) Undang-UndangDasar Negara Republik Indonesia Tahun1945 menetapkan “Negara KesatuanRepublik Indonesia dibagi atas daerah-daerah provinsi dan daerah provinsidibagi atas kabupaten dan kota, yangtiap-tiap provinsi, kabupaten, kota itumempunyai pemerintahan dan, yang diaturdengan undang-undang.” Dari Pasal initeridentifikasi bahwa prinsip penulisanNegara Kesatuan Republik Indonesia untukmenunjukkan bahwa Negara Kesatuan tidakbisa diubah yang merupakan suatu tekadyang tidak bisa ditawar sama sekali.

2

Negara Kesatuan Republik Indonesiadinyatakan dibagi atas bukan terdiri atas.Kalimat “dibagi atas” menunjukkan bahwaNegara Kesatuan Republik Indonesiatersebut adalah satu, setelah itu barukemudian dibagi atas daerah-daerah,sehingga Negara Kesatuan tidak bisadipisahkan satu sama lain. MeskipunNegara Kesatuan Republik Indonesia sudahdibagi, dia merupakan satu kesatuan yangtidak terpisahkan bahkan dimungkinkanuntuk ditarik kembali apabila ada yangingin mencoba memisahkan diri darikesatuannya. Kalimat ”dibagi atasprovinsi dan provinsi dibagi ataskabupaten dan kota” adalah sebagai wujudpengukuhan dari pengakuan otonomi daerahyang diberikan pengakuan memilikipemerintahan sendiri yakni pemerintahandaerah namun tetap dalam bingkai NegaraKesatuan Republik Indonesia. Ketentuanpasal ini merupakan entry point (pintumasuk atau sebagai dasar) pelaksanaanotonomi daerah dalam rangka mempereratkembali keutuhan daerah-daerah dalamwadah Negara Kesatuan RepublikIndonesia, sehingga tidak ada lagi

2

perbedaan pendapat terhadap bentuknegara Indonesia sebagai negarakesatuan.

Pasal 18B ayat (2) Undang-UndangDasar Negara Republik Indonesia Tahun1945, “Negara mengakui dan menghormatikesatuan–kesatuan masyarakat hukum adatbeserta hak-hak tradisionalnya sepanjangmasih hidup dan sesuai denganperkembangan masyarakat, dan prinsipNegara Kesatuan Republik Indonesia yangdiatur dalam Undang-Undang.”

Pasal ini memberikan tempat danmenghormati keberadaan masyarakathukum adat berserta hak-hak

2

tradisionalnya yang memang sudah adasejak lama bahkan masih hidup di tengah-tengah masyarakat setempat, akan tetapimasyarakat hukum tersebut dengan hak-hak tradisionalnya itu tidak bolehdijadikan sebagai alasan untukmenegakkan negara sendiri mengingatmasyarakat hukum adat tersebut sangatbesar dan berlainan dengan masyarakathukum adat di daerah lainnya. Pengakuandan penghormatan negara tersebut justrudalam rangka memperkuat Negara KesatuanRepublik Indonesia.

Pasal 25A Undang-Undang Dasar NegaraRepublik Indonesia Tahun 1945 menetapkanbahwa “Negara Kesatuan RepublikIndonesia adalah sebuah negara kepulauanyang berciri Nusantara dengan wilayahyang batas-batas dan hak-haknyaditetapkan dengan undang- undang.”

Adanya ketentuan ini dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik IndonesiaTahun 1945 dimaksudkan untuk mengukuhkankedaulatan wilayah Negara Kesatuan. Halini penting dirumuskan agar adapenegasan secara kons- titusional batas

2

wilayah Indonesia di tengah potensiperubahan batas geografis sebuah negaraakibat gerakan separatisme, sengketaperbatasan antarnegara, atau pendudukanoleh negara asing.

Berkaitan dengan wilayah negaraIndonesia, pada 13 Desember 1957pemerintah Indonesia mengeluarkanDeklarasi Djuanda. Deklarasi itumenyatakan: “Bahwa segala perairan di sekitar, diantara, dan yang menghubungkan pulau-pulau yangtermasuk dalam daratan Republik Indonesia,dengan tidak memandang luas atau

2

lebarnya, adalah bagian yang wajar dari wilayahdaratan Negara Republik Indonesia dan dengandemikian merupakan bagian daripada perairanpedalaman atau perairan nasional yang berada dibawah kedaulatan Negara Republik Indonesia.Penentuan batas laut 12 mil yang diukur dari garis-garis yang menghubungkan titik terluar pada pulau-pulau Negara Republik Indonesia akan ditentukandengan Undang-undang.”

Sebelumnya, pengakuan masyarakatinternasional mengenai batas lautteritorial hanya sepanjang 3 mil lautterhitung dari garis pantai pasang surutterendah.

Deklarasi Juanda menegaskan bahwaIndonesia merupakan satu kesatuanwilayah Nusantara. Laut bukan lagisebagai pemisah, tetapi sebagaipemersatu bangsa Indonesia. Prinsip inikemudian ditegaskan melalui PeraturanPemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor4/PRP/1960 tentang Perairan Indonesia.

Berdasarkan Deklarasi Juandatersebut, Indonesia menganut konsepnegara kepulauan yang berciri Nusantara

2

(archipelagic state). Konsep itu kemudiandiakui dalam Konvensi Hukum Laut PBB1982 (UNCLOS 1982 = United Nations Conventionon the Law of the Sea) yang ditandatanganidi Montego Bay, Jamaika, tahun 1982.Indonesia kemudian meratifikasi UNCLOS1982 tersebut dengan menerbitkan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 1985. Sejak itudunia internasional mengakui Indonesiasebagai negara kepulauan.

2

Berkat pandangan visioner dalamDeklarasi Djuanda tersebut, bangsaIndonesia akhirnya memiliki tambahanwilayah seluas 2.000.000 km2, termasuksumber daya alam yang dikandungnya.

Pada saat membahas materi rancanganperubahan Undang-Undang Dasar NegaraRepublik Indonesia Tahun 1945 mengenaiwilayah negara ini, sebenarnya timbulkeinginan untuk mempergunakan penyebutanBenua Maritim Indonesia untukpengenalan wilayah Indonesia sepertiyang telah dideklarasikan olehpemerintah pada 1957. Hal itu tidaklahberlebihan mengingat ada klaimpenyebutan Benua Antartika untuk PulauAntartika yang berada di Kutub Selatan.

Dengan adanya ketentuan mengenaiwilayah negara tersebut, pada masamendatang kemungkinan pemisahan sebuahwilayah dari Negara Kesatuan RepublikIndonesia tidak akan terjadi. Demikianpula hal itu akan mendukung penegakanhukum di seluruh wilayah tanah air,dalam melakukan perundinganinternasional yang berkaitan dengan

2

batas wilayah negara Indonesia, sertapengakuan internasional terhadapkedaulatan wilayah negara Indonesia.

Kesadaran bangsa Indonesia sebagaibangsa yang besar, mengingat besarnyajumlah penduduk, sumber daya alam yangmelimpah, serta luasnya wilayah pastiakan memberikan kepercayaan diri yangbesar.

2

BAB VBHINNEKA TUNGGAL IKA SEBAGAI

SEMBOYAN NEGARA

A. BHINNEKA TUNGGAL IKA

1. Sejarah Bhinneka Tunggal Ika

Bunyi lengkap dari ungkapan BhinnekaTunggal Ika dapat ditemukan dalam KitabSutasoma yang ditulis oleh Mpu Tantularpada abad XIV di masa Kerajaan Majapahit.Dalam kitab tersebut Mpu Tantular menulis“Rwaneka dhatu winuwus Buddha Wiswa, Bhinnêkirakwa ring apan kena parwanosen, Mangka ng Jinatwakalawan Siwatatwa tunggal, Bhinnêka tunggal ika tanhana dharma mangrwa” (Bahwa agama Buddhadan Siwa (Hindu) merupakan zat yangberbeda, tetapi nilai-nilai kebenaranJina (Buddha) dan Siwa adalah tunggal.Terpecah belah, tetapi satu jua, artinyatak ada dharma yang mendua). Nama MpuTantular sendiri terdiri dari tan (tidak)dan tular (terpangaruh), dengan demikian,Mpu Tantular adalah seorang Mpu

2

(cendekiawan, pemikir) yang berpendirianteguh, tidak mudah terpengaruh oleh siapapun) (Suhandi Sigit, 2011).

Ungkapan dalam bahasa Jawa Kunotersebut, secara harfiah mengandung artibhinneka (beragam), tunggal (satu), ika (itu)yaitu beragam satu itu. Doktrin yangbercorak teologis ini semula dimaksudkanagar antara agama Buddha (Jina) danagama Hindu (Siwa) dapat hidupberdampingan

2

dengan damai dan harmonis, sebab hakikatkebenaran yang terkandung dalam ajarankeduanya adalah tunggal (satu). MpuTantular sendiri adalah penganut BuddhaTantrayana, tetapi merasa aman hidupdalam kerajaan Majapahit yang lebihbercorak Hindu (Ma’arif A. Syafii, 2011).

Semboyan Bhinneka Tunggal Ika mulaimenjadi pembicaraan terbatas antaraMuhammad Yamin, Bung Karno, I Gusti BagusSugriwa dalam sidang-sidang BPUPKIsekitar dua setengah bulan sebelumProklamasi (Kusuma R.M. A.B, 2004).Bahkan Bung Hatta sendiri mengatakanbahwa Bhinneka Tunggal Ika adalah ciptaanBung Karno setelah Indonesia merdeka.Setelah beberapa tahun kemudian ketikamerancang Lambang Negara RepublikIndonesia dalam bentuk Garuda Pancasila,semboyan Bhinneka Tunggal Ika dimasukkanke dalamnya.

Secara resmi lambang tersebut dipakaidalam Sidang Kabinet Republik IndonesiaSerikat yang dipimpin Bung Hatta pada 11Februari 1950 berdasarkan rancangan yangdibuat oleh Sultan Hamid II (1913-1978).

2

Dalam sidang tersebut muncul beberapausulan rancangan lambang negara, kemudianyang dipilih adalah usulan yang dibuatSultan Hamid II dan Muhammad Yamin, danrancangan dari Sultan Hamid yang kemudianditetapkan (Yasni, Z, 1979).

Tulisan Mpu Tantular tersebut olehpara pendiri bangsa diberikan penafsiranbaru karena dinilai relevan dengankeperluan strategis bangunan Indonesiamerdeka yang terdiri dari beragam agama,kepercayaan, ideologi politik, etnis,bahasa, dan budaya. Dasar pemikirantersebut yang menjadikan semboyan“keramat” ini terpampang melengkung

2

dalam cengkeraman kedua kaki BurungGaruda. Burung Garuda dalam mitologiHindu adalah kendaraan (wahana) DewaWishnu (Ma’arif A. Syafii, 2011).

Terkait dengan semboyan yang ditulisMpu Tantular, dapat diketahui bahwawawasan pemikiran pujangga besar yanghidup di zaman kejayaan Majapahit ini,terbukti telah melompat jauh ke depan.Nyatanya, semboyan tersebut hinggasekarang masih relevan terhadapperkembangan bangsa, negara dan bahkankemajuan ilmu pengetahuan dan teknologiyang pesat di era global. Dan KekawinSutasoma yang semula dipersembahkan kepadaRaja Rajasanagara (Hayam Wuruk) adalahhasil perenungan dan kristalisasipemikiran yang panjang, setidaknyamembutuhkan waktu satu dasawarsa(sepuluh tahun) sedangkan Kekawinmaksudnya adalah pembacaan ayat-ayat sucidalam agama Hindu-Budha. Kitab yangditulis [Mpu Tantular] sekitar 1350-an,tujuh abad yang silam, ternyata diantara isi pesannya bergulir dalamproses membingkai negara baru Indonesia

2

(Ma’arif A. Syafii, 2011).

Dalam proses perumusan konstitusiIndonesia, jasa Muh.Yamin harus dicatatsebagai tokoh yang pertama kalimengusulkan kepada Bung Karno agarBhinneka Tunggal Ika dijadikan semboyan sesantinegara. Muh. Yamin sebagai tokohkebudayaan dan bahasa memang dikenalsudah lama bersentuhan dengan segala halyang berkenaan dengan kebesaran Majapahit(Prabaswara, I Made, 2003). Konon, disela-sela Sidang BPUPKI antara Mei-Juni1945, Muh. Yamin menyebut-nyebut ungkapanBhinneka Tunggal Ika itu sendirian. Namun IGusti Bagus Sugriwa (temannya dariBuleleng) yang duduk di sampingnyasontak menyambut sambungan ungkapanitu dengan “tan hana dharma

2

mangrwa.” Sambungan spontan ini disamping menyenangkan Yamin, sekaligusmenunjukkan bahwa di Bali ungkapanBhinneka Tunggal Ika itu masih hidup dandipelajari orang (Prabaswara, I Made,2003). Meksipun Kitab Sutasoma ditulis olehseorang sastrawan Buddha, pengaruhnyacukup besar di lingkungan masyarakatintelektual Hindu Bali.

Para pendiri bangsa Indonesia yangsebagian besar beragama Islam tampaknyacukup toleran untuk menerima warisan MpuTantular tersebut. Sikap toleran inimerupakan watak dasar suku-suku bangsadi Indonesia yang telah mengenal beragamagama, berlapis-lapis kepercayaan dantradisi, jauh sebelum Islam datang keNusantara. Sekalipun dengan runtuhnyaKerajaan Majapahit abad XV, pengaruhHindu-Budha secara politik sudah sangatmelemah, secara kultural pengaruhtersebut tetap lestari sampai hari ini(Ma’arif A. Syafii, 2011).

2. Bhinneka Tunggal Ika Dalam Konteks Indonesia

2

Dalam mengelola kemajemukanmasyarakat, Indonesia memiliki pengalamansejarah yang cukup panjang biladibandingkan dengan bangsa-bangsa lain.Negara Barat relatif masih barumewacanakan hal ini, sebelum dikenal apayang disebut dengan multikulturalisme diBarat, jauh berabad-abad yang lalubangsa Indonesia sudah memiliki falsafah“Bhinneka Tunggal Ika”. Sejarah jugamembuktikan bahwa semakin banyak suatubangsa menerima warisan kemajemukan, makasemakin toleran bangsa tersebut terhadapkehadiran “yang lain”.

2

Sebagai contoh, negara-negara Islam diwilayah Asia dan Timur Tengah, sepertiMesir, Palestina, dan Lebanon yang sejakawal menerima warisan kemajemukanmasyarakatnya yang lebih heterogen, jauhlebih toleran dan ramah sikapkeagamaannya bila dibandingkan denganArab Saudi, Yaman, dan Pakistan yangmasyarakatnya sangat homogen dalam bidangagama (Noorsena, Bambang, 2011).

Negara Indonesia yang terbentangdari Sabang sampai Merauke dan dariMiangas sampai pulau Rote tampak berjajarpulau-pulau dengan komposisi dankontruksi yang beragam. Di pulau-pulautersebut berdiam penduduk dengan ragamsuku bangsa, bahasa, budaya, agama, adatistiadat, dan keberagaman lainnyaditinjau dari berbagai aspek. Secarakeseluruhan, pulau-pulau di Indonesiaberjumlah 17.508 buah pulau besar dankecil.

Di balik keindahan pulau-pulau yangdihiasi oleh flora dan fauna yangberaneka ragam, Indonesia juga memilikikebhinnekaan dalam suku yang berjumlah

2

lebih dari 1.128 (seribu seratus duapuluh delapan) suku bangsa dan lebih dari700 bahasa daerah. Namun keberagaman sukubangsa dan bahasa tersebut, dapatdisatukan dalam satu bangsa, bangsaIndonesia dan satu bahasa persatuan,bahasa Indonesia. Merupakan suatukebanggaan bagi bangsa Indonesia memilikibahasa persatuan, karena bila melihatnegara-negara lain ada yang tidakberhasil merumuskan bahasa nasional yangberasal dari bahasa aslinya sendiri,selain mengambil dari bahasa negarapenjajahnya.

Keberagaman yang menjadi ciri bangsaIndonesia ditambah dengan letak posisigeografis yang sangat strategis.

2

Kepulauan Indonesia berada di antara duabenua yaitu benua Asia dan benuaAustralia, diapit dua samudera yaitusamudera Pasifik dan samudera Hindia, danterletak ditengah garis khatulistiwa,sehingga pergantian siang dan malamberjalan sesuai dengan siklus yangseimbang.

Budaya luhur bangsa Indonesia tidakterlepas dari kebudayaan yang tumbuh danberkembang yang menjadi warisan darijaman kerajaan Nusantara sepertiSriwijaya, Majapahit, Mataram Islam dankerajaan-kerajaan lain yang jugamelahirkan budaya tradisional yang telahberurat dan berakar sampai saat ini. Halini juga didukung antara lain denganditemukannya prasasti-prasasti bersejarahyang menggambarkan dinamika kehidupanbangsa Indonesia.

Sejak Indonesia merdeka, parapendiri bangsa dengan dukungan penuhseluruh rakyat Indonesia bersepakatmencantumkan kalimat Bhinneka Tunggal Ikapada lambang negara Garuda Pancasila yangditulis dengan huruf latin pada pita

2

putih yang dicengkeram burung garuda.Semboyan tersebut berasal dari bahasaJawa Kuno yang berarti “berbeda- bedatetapi tetap satu jua”. Kalimat itusendiri diambil dari falsafah Nusantarayang sejak jaman Kerajaan Majapahit sudahdipakai sebagai semboyan pemersatuwilayah Nusantara. Dengan demikian,kesadaran akan hidup bersama di dalamkeberagaman sudah tumbuh dan menjadijiwa serta semangat anak-anak bangsa,jauh sebelum zaman moderen.

Realitas kehidupan berbangsa danbernegara tidak terlepas dari sejarahmasa lalu. Realita yang terjadi saat inimerupakan kelanjutan dari sejarah masalalu dan yang akan

2

terjadi di masa mendatang merupakan kelanjutan dari apa yang terjadi saat ini.

Bangsa Indonesia sudah berabad-abadhidup dalam kebersamaan dengankeberagaman dan perbedaan. Perbedaanwarna kulit, bahasa, adat istiadat,agama, dan berbagai perbedaan lainya.Perbedaan tersebut dijadikan paraleluhur sebagai modal untuk membangunbangsa ini menjadi sebuah bangsa yangbesar. Sejarah mencatat bahwa seluruhanak bangsa yang berasal dari berbagaisuku semua terlibat dalam memperjuangkankemerdekaan Indonesia. Semua ikutberjuang dengan mengambil peran masing-masing.

Ketika Sumpah Pemuda diikrarkan pada28 Oktober 1928, di Gedung IndonesischeClubgebouw, Weltevreden (kini GedungSumpah Pemuda, Jalan Kramat 106 Jakarta)milik seorang Tionghoa bernama Sie KokLiong, para tokoh pemuda dari berbagaietnik dan daerah menyadari sepenuhnyakekuatan yang dapat dibangun daripersatuan dan kesatuan nasional. Dengan

2

Sumpah Pemuda mereka bersatu danmenegaskan persatuan dengan satu tanahair, satu bangsa, dan satu bahasapersatuan, yaitu Indonesia.

Dari sumpah tersebut tampak sekalibahwa mereka sendiri menyadari adanyaperbedaan dari segi bahasa, namunkesepakatan tersebut merupakan capaianyang luar biasa dalam suasana penjajahanuntuk membangun kesadaran untukmelepaskan egosentris kedaerahan dan bahasadaerah masing- masing.

Semangat dan gerakan untuk bersatutersebut menjadi sumber inspirasi bagimunculnya gerakan yang terkonsolidasi

2

untuk membebaskan diri dari penjajahan.Bangsa Indonesia kemudianmemproklamasikan kemerdekaannya pada 17Agustus 1945. Proklamasi kemerdekaanadalah ikrar untuk bersatu padumendirikan Negara Kesatuan RepublikIndonesia yang meliputi wilayah dariSabang sampai Merauke, yang merdeka,bersatu, dan berdaulat untuk mewujudkancita-cita dan tujuan nasional. Dan dengandisepakatinya Pancasila sebagai dasarnegara, semakin mengukuhkan komitmenpendiri negara dalam membentuk NegaraKesatuan Republik Indonesia.

Kesadaran terhadap tantangan dancita-cita untuk membangun sebuah bangsatelah dipikirkan secara mendalam olehpara pendiri bangsa Indonesia.Keberagaman dan kekhasan sebagai sebuahrealitas masyarakat dan lingkungan sertacita-cita untuk membangun bangsadirumuskan dalam semboyan BhinnekaTunggal Ika. Ke-bhinneka-an merupakanrealitas sosial, sedangkan ke-tunggal-ika-an adalah sebuah cita-citakebangsaan. Wahana yang digagas sebagai

2

“jembatan emas” untuk menuju pembentukansebuah ikatan yang merangkul keberagamandalam sebuah bangsa adalah sebuah negarayang merdeka dan berdaulat, Indonesia.

Negara yang menjadi wahana menujucita-cita kebangsaan memerlukan dasaryang dapat mempertemukan berbagaikekhasan masyarakat Indonesia. SementaraPancasila merupakan rumusan saripatiseluruh filsafat kebangsaan yangmendasari pembangunan negara. Pancasilaadalah kekayaan bangsa Indonesia yangtidak ternilai harganya dan merupakanrangkuman dari nilai-nilai luhur sertaakar budaya bangsa Indonesia yangmencakup seluruh kebutuhan maupun hak-hakdasar manusia secara universal.

2

Pancasila mampu menjadi landasan danfalsafah hidup bangsa Indonesia yangmajemuk baik dari segi agama, etnis,ras, bahasa, golongan dan kepentingan.Pancasila mempunyai peran yang sangatpenting dalam kehidupan bangsa Indonesiayang sangat majemuk. Oleh karena itu,upaya untuk terus mempertebal keyakinanterhadap pentingnya Pancasila bagikehidupan bangsa Indonesia harus menjadikeyakinan dari setiap manusia Indonesia.Sebagai nilai dasar yang diyakini olehbangsanya, Pancasila merupakan ideologinegara dan menjadi sumber kaidah hukumyang mengatur Negara Kesatuan RepublikIndonesia.

Dalam Undang-Undang Dasar 1945sebelum diubah, pengakuan ataskeberagaman dicantumkan pada Pasal 18yang menyatakan bahwa Pembagian daerahIndonesia atas daerah besar dan kecil,dengan bentuk susunan pemerintahannyaditetapkan dengan Undang-Undang, denganmemandang dan mengingat dasarpermusyawaratan dalam sidang pemerintahannegara, dan hak-hak asal-usul dalam

2

daerah-daerah yang bersifat istimewa.

Penjelasan dari Pasal 18 menyatakanbahwa ‘Dalam territori’ Negara Indonesia terdapatlebih kurang 250 Zelfbesturende landschappen danVolksgemeenschappen, seperti desa di Jawa dan Bali,negeri di Minangkabau, dusun dan marga diPalembang dan sebagainya. Daerah-daerah itumempunyai susunan asli, dan oleh karenanya dapatdianggap sebagai daerah yang bersifat istimewa.Negara Republik Indonesia menghormati kedudukandaerah-daerah istimewa tersebut dan segala peraturanNegara yang mengenai daerah- daerah itu akanmengingati hak-hak asal-usul daerah tersebut’.

2

Seluruh kandungan Pasal 18 danPenjelasannya merupakan sebuah prakondisiyang harus dipenuhi oleh Negara RepublikIndonesia dalam menata hubungannya denganberbagai kelompok masyarakat di Indonesiayang memiliki keistimewaan agar cita-citamembangun ke-tunggal- ika-an sebagaisebuah bangsa dapat tercapai.

Kesadaran akan kebhinnekaan tersebut,juga mewarnai Undang-Undang Dasar NegaraRepublik Indonesia Tahun 1945 setelahdiubah. Bahkan dalam rumusan undang-undang dasar tersebut, banyak sekalipengaturan tentang semangat kebhinnekaandalam pasal-pasal.

Rumusan Pasal 6A ayat (3) yangmenetapkan bahwa “Pasangan calon Presidendan Wakil Presiden yang men- dapatkansuara lebih dari lima puluh persen darijumlah suara dalam pemilihan umum dengansedikitnya dua puluh persen suara disetiap provinsi yang tersebar di lebihdari setengah jumlah provinsi diIndonesia, dilantik menjadi Presiden danWakil Presiden.

2

Pertimbangan adanya ketentuan iniadalah untuk menyesuaikan dengan realitasbangsa Indonesia yang sangat majemuk,baik dari segi suku, agama, ras, budaya,maupun domisili karena persebaranpenduduk tidak merata di seluruh wilayahnegara yang terdiri atas pulau-pulau.Dengan demikian Presiden dan WakilPresiden Republik Indonesia adalahpilihan mayoritas rakyat Indonesia yangsecara relatif tersebar di hampir semuawilayah. Hal itu sebagai wujud bahwafigur Presiden dan Wakil Presiden selainsebagai pim- pinan penyelenggarapemerintahan, juga merupakan simbolpersatuan nasional.

2

Selanjutnya, dalam Undang-UndangDasar Negara Republik Indonesia Tahun1945 Pasal 18, Pasal 18A, dan Pasal 18Bmerupakan suatu pendekatan baru dalammengelola negara. Di satu pihakditegaskan tentang bentuk Negara KesatuanRepublik Indonesia dan di pihak lainditampung kemajemukan bangsa sesuaidengan sasanti Bhinneka Tunggal Ika.

Pencantuman tentang pemerintah daerahdi dalam perubahan Undang-Undang DasarNegara Republik Indonesia Tahun 1945dilatarbelakangi oleh kehendak untukmenampung semangat otonomi daerah dalammemperjuangkan kesejahteraan masyarakatdaerah. Hal itu dilakukan setelah belajardari praktik ketatanegaraan pada erasebelumnya yang cenderung sentralistis,adanya penyeragaman sistem pemerintahanseperti dalam Undang- Undang Nomor 5Tahun 1974 tentang Pemerintahan Daerahdan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1979tentang Pemerintahan Desa, sertamengabaikan kepentingan daerah.

Akibat kebijakan yang cenderungsentralistis itu, pemerintah pusat

2

menjadi sangat dominan dalam mengaturdan mengendalikan daerah sehingga daerahdiperlakukan sebagai objek, bukan sebagaisubjek yang mengatur dan mengurusdaerahnya sendiri sesuai dengan potensidan kondisi objektif yang dimilikinya.

Pasal 18 Undang-Undang Dasar NegaraRepublik Indonesia Tahun 1945 menjadidasar hukum bagi pelaksanaan otonomidaerah yang dalam era reformasi menjadisalah satu agenda nasional. Melaluipenerapan Bab tentang PemerintahanDaerah diharapkan lebihmempercepat

2

terwujudnya kemajuan daerah dankesejahteraan rakyat di daerah, sertameningkatkan kualitas demokrasi didaerah. Semua ketentuan itu dirumuskantetap, dalam kerangka menjamin danmemperkuat Negara Kesatuan RepublikIndonesia, sehingga dirumuskan hubungankewenangan antara Pemerintah Pusat danPemerintahan Daerah dengan memperhatikankekhususan dan keragaman daerah.

Kesadaran akan kebhinnekaan jugadimuat dalam rumusan Pasal 25A Undang-Undang Dasar Negara Republik IndonesiaTahun 1945 yang menetapkan bahwa NegaraKesatuan Republik Indonesia adalah sebuahnegara kepulauan yang berciri Nusantaradengan wilayah yang batas-batas dan hak-haknya ditetapkan dengan undang-undang.

Adanya ketentuan ini dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik IndonesiaTahun 1945 dimaksudkan untuk mengukuhkankedaulatan wilayah Negara KesatuanRepublik Indonesia. Hal ini pentingdirumuskan agar ada penegasan secarakonstitusional batas wilayah Indonesia ditengah potensi perubahan batas geografis

2

sebuah negara akibat gerakan separatisme,sengketa perbatasan antarnegara, ataupendudukan oleh negara asing.

Pengakuan akan keberagaman, jugatercantum pada Pasal 26 ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik IndonesiaTahun 1945 yang menetapkan bahwa Yangmenjadi warga negara ialah orang-orangbangsa Indonesia asli dan orang-orangbangsa lain yang disahkan dengan undang-undang sebagai warga negara.

2

Dengan masuknya rumusan orang asingyang tinggal di Indonesia sebagaipenduduk Indonesia, orang asing yangmenetap di wilayah Indonesia mempunyaistatus hukum sebagai penduduk Indonesia.Sebagai penduduk, pada diri orang asingitu melekat hak dan kewajiban sesuaidengan ketentuan perundang-undangan yangberlaku (berdasarkan prinsip yurisdiksiteritorial) sekaligus tidak bolehbertentangan dengan ketentuan hukuminternasional yang berlaku umum.

Pasal 29 ayat (2) Undang-Undang DasarNegara Republik Indonesia Tahun 1945ditetapkan bahwa Negara menjaminkemerdekaan tiap-tiap penduduk untukmemeluk agamanya masing-masing dan untukberibadat menurut agamanya dankepercayaannya itu.. Ketentuantersebut menggambarkan keanekaragamanagama di Indonesia.

Selanjutnya, dalam Pasal 32 Undang-Undang Dasar Negara Republik IndonesiaTahun 1945 juga diatur berdasarkan padakeanekaragaman budaya di Indonesia. Pasalini merupakan landasan juridis bagi

2

pengakuan atas keberadaan masyarakatadat. Yang pertama menegaskan tentangpenghormatan terhadap identitas budayadan hak masyarakat tradisional olehNegara sedangkan yang kedua mengenaitugas Negara untuk menjamin kebebasanmasyarakat dalam memelihara danmengembangkan nilai-nilai budayanya ditengah upaya Negara untuk memajukankebudayaan nasional di tengah peradabandunia

Pentingnya keberagaman dalampembangunan selanjutnya diperkukuh dengansemboyan Bhinneka Tunggal Ika sebagaimanatercantum dalam ketentuan Pasal 36AUndang-Undang Dasar Negara RepublikIndonesia Tahun

2

1945 yang menegaskan bahwa Lambang Negara ialah Garuda Pancasila dengan semboyan Bhinneka Tunggal Ika.

Saat ini, semangat Bhinneka TunggalIka terasa luntur, banyak generasi mudayang tidak mengenal semboyan ini, bahkanbanyak kalangan melupakan kata-kata ini,sehingga ikrar yang ditanamkan jauhsebelum Indonesia merdeka memudar,seperti pelita kehabisan minyak. Selainkarena lunturnya semangat tersebut,adanya disparitas sosial ekonomi sebagaidampak dari pengaruh demokrasi. Akibatdari keadaan ini dikhawatirkan akanmenimbulkan fanatisme asal daerah.

Dengan kembali menggelorakan semangatke-bhinneka- an, perbedaan dipandangsebagai suatu kekuatan yang bisamempersatukan bangsa dan negara dalamupaya mewujudkan cita-cita negara.Semboyan Bhinneka Tunggal Ika menunjukanbahwa bangsa Indonesia sangat heterogen,dan karenanya toleransi menjadi kebutuhanmutlak. Di era modern ini, di ruang-ruangpublik yang manakah homogenitas absolut dapatkita temukan? Tidak ada. Sebab,

2

heterogenitas sudah merupakan keniscayaanhidup modern. Karena itulah, tak bisatidak, kita harus belajar menerima danmenghargai pelbagai perbedaan.

Dewasa ini banyak faktor yangmenyebabkan toleransi kian memudar darikehidupan masyarakat. Di era globalisasiini, banyak kecenderungan antar individubersikap saling curiga yang apabila halini dibiarkan akan memecah persatuan dankesatuan bangsa.

Itulah artinya toleransi, yangberasal dari kata “tollere” (bahasaLatin) yang berarti mengangkat,sikap yang

2

memperlihatkan kesediaan tulus untukmengangkat, memikul, menopang bersamaperbedaan yang ada. Dengan demikian,toleransi meniscayakan sikap menghargaiharus aktif dan dimulai dari dirisendiri. Jadi, dengan toleransi bukanorang lain yang terlebih dulu harusmenghargai kita, melainkan kitasendirilah yang harus memulai untukmenghargai orang lain. Akan tetapi tidakberhenti di situ saja, sebab toleransiakan menjadi bermakna jika ia diikutijuga oleh pihak lain, sehingga sifatnyamenjadi dua arah dan timbal-balik.

B. KEANEKARAGAMAN BANGSA INDONESIA

Bangsa Indonesia merupakan bangsa yangmajemuk karena terdiri atas berbagai sukubangsa, adat istiadat, bahasa daerah,serta agama yang berbeda-beda.Keanekaragaman tersebut terdapat diberbagai wilayah yang tersebar dari Sabangsampai Merauke. Kenyataan yang tak dapatditolak bahwa masyarakat dan bangsaIndonesia secara sederhana dapat disebutsebagai masyarakat yang beragam budaya.

2

Keragaman budaya di Indonesia adalahsesuatu yang tidak dapat dipungkirikeberadaannya. Dalam konteks pemahamanmasyarakat majemuk, selain kebudayaankelompok suku bangsa, masyarakat Indonesiajuga terdiri dari berbagai kebudayaandaerah bersifat kewilayahan yang merupakanpertemuan dari berbagai kebudayaan kelompoksuku bangsa yang ada di daerah tersebut.Dengan jumlah penduduk lebih dari237.000.000 (dua ratus tiga puluh juta)jiwa yang tinggal tersebar di pulau-pulaudi Indonesia (Badan Pusat Statistik tahun2010). Dapat dikatakan bahwa Indonesiaadalah salah satu negara dengan tingkatkeaneragaman budaya atau tingkatheterogenitas yang tinggi. Tidak sajakeanekaragaman budaya kelompok suku bangsatetapi

2

juga keaneka ragaman budaya dalamkonteks peradaban, tradisional

hingga ke modern, dan kewilayahan.

Bangsa Indonesia memiliki lebih dari1.128 (seribu seratus dua puluh delapan)suku bangsa. Setiap suku bangsa diIndonesia mempunyai kebiasaan hidup yangberbeda-beda. Demi persatuan dan kesatuan,keanekaragaman ini merupakan suatu kekuatanyang tangguh dan mempunyai keunggulandibandingkan dengan negara lainnya. Dengansemboyan Bhinneka Tunggal Ika, keragamansuku bangsa dan budaya merupakan salah satumodal dasar dalam pembangunan.

Para pendiri negara telah menyadarirealitas tersebut sebagai landasan bagipembangunan bangsa Indonesia. Atas dasaritulah mereka merumuskan bahwa negaraIndonesia terdiri dari Zelfbesturendelandschappen (daerah-daerah swapraja) danVolksgemeenschappen (desa atau yang setingkatdengan itu) di dalam Undang-Undang Dasar1945 (sebelum perubahan). Langkah inimempunyai dua implikasi: pertama, denganmenyerap kekhasan tiap kelompok masyarakat,negara Indonesia yang dibentuk berupaya

2

menciptakan satu bangsa. Kedua, mengabaikaneksistensi kelompok-kelompok tersebut akanberimplikasi pada kegagalan cita-citamembangun satu bangsa Indonesia.

Upaya untuk membangun Indonesia yangberagam budaya hanya mungkin dapat terwujudapabila paham keragaman budaya menyebarluas dan dipahami pentingnya bagi bangsaIndonesia, serta adanya keinginan bangsaIndonesia pada tingkat nasional maupunlokal untuk mengadopsi dan menjadi pedomanhidupnya. Kesamaan pemahaman mengenaikeragaman budaya serta upaya- upaya yangdapat dilakukan untuk mewujudkancita-cita

2

pembangunan dengan keberagaman akan menunjang kemajuan bangsa.

Secara umum kemajemukan BangsaIndonesia tidak hanya ditandai olehperbedaan-perbedaan horizontal, seperti yanglazim kita jumpai pada perbedaan suku, ras,bahasa, adat-istiadat, dan agama. Namunjuga terdapat perbedaan vertikal, berupacapaian yang diperoleh melalui prestasi.Indikasi perbedaan tersebut tampak dalamstrata sosial ekonomi, posisi politik,tingkat pendidikan, kualitas pekerjaan, dankondisi permukiman.

Yang mencolok dari ciri kemajemukanmasyarakat Indonesia adalah penekanan padapentingnya kesukubangsaan yang terwujuddalam komunitas-komunitas suku bangsa, dandigunakannya kesukubangsaan sebagai acuanutama bagi jati diri individu.

Negara Kesatuan Republik Indonesiamerupakan “negara persatuan” dalam artisebagai negara yang warga negaranya eratbersatu, yang mengatasi segala pahamperseorangan ataupun golongan yang menjaminsegala warga negara bersamaan kedudukannya

2

di hadapan hukum dan pemerintahan dengantanpa kecuali. Dalam negara persatuan itu,otonomi individu diakui kepentingannyasecara seimbang dengan kepentingankolektivitas rakyat. Kehidupan orangperorang ataupun golongan-golongan dalammasyarakat diakui sebagai individu dankolektivitas warga negara, terlepas dariciri-ciri khusus yang dimiliki seseorangatau segolongan orang atas dasar kesukuandan keagamaan dan lain- lain, yang membuatseseorang atau segolongan orang berbeda dariorang atau golongan lain dalam masyarakat(Asshiddiqie, Jimly, 2005).

2

Prinsip demokrasi hanya mungkin hidupdan berkembang dalam sebuah masyarakatsipil yang terbuka, yang warganya mempunyaitoleransi terhadap perbedaan-perbedaan dalambentuk apa pun, karena adanya kesetaraanderajat kemanusiaan yang saling menghormati,dan diatur oleh hukum yang adil dan beradabyang mendorong kemajuan serta menjaminkesejahteraan hidup warganya.

Masyarakat terbuka harus membuka diribagi pembaharuan dan perbaikan,berorientasi ke depan, selalumempertimbangkan globalisasi yang membawaserta kemajuan teknologi, dan berpijak padakenyataan. Dalam menyikapi pluralitasbangsa, pendekatan sentralistik dantotalitarian harus ditinggalkan.

Negara persatuan mengakui keberadaanmasyarakat warga negara karena kewargaannya.Dengan demikian, negara persatuan itumempersatukan seluruh bangsa Indonesia dalamwadah Negara Kesatuan Republik Indonesiakarena prinsip kewargaan yang berkesamaankedudukan dalam hukum dan pemerintahan.Negara Persatuan tidak boleh dipahamisebagai konsepsi atau cita negara yang

2

bersifat totalitarian ataupun otoritarianyang mengabaikan pluralisme dan menafikanotonomi individu rakyat yang dijamin hak-hak dan kewajiban asasinya dalam Undang-Undang Dasar (Asshiddiqie, Jimly, 2005).

Dalam konteks bentuk negara, meskipunbangsa Indonesia memilih bentuk negarakesatuan, di dalamnya terselenggara suatumekanisme yang memungkinkan tumbuh danberkembangnya keragaman antardaerah diseluruh tanah air. Kekayaan alam dan budayaantardaerah tidak boleh diseragamkan dalamstruktur Negara Kesatuan Republik Indonesia.Dengan perkataan lain, bentuk NegaraKesatuan Republik Indonesiadiselenggarakan

2

dengan jaminan otonomi yang seluas-luasnyakepada daerah- daerah untuk berkembangsesuai dengan potensi dan kekayaan yangdimilikinya masing-masing, tentunya dengandorongan, dukungan, dan bantuan yangdiberikan oleh Pemerintah pusat(Asshiddiqie, Jimly, 2005).

Prinsip persatuan sangat dibutuhkankarena keragaman suku bangsa, agama, danbudaya yang diwarisi oleh bangsa Indonesiadalam sejarah mengharuskan bangsa Indonesiabersatu. Keragaman itu merupakan kekayaanyang harus dipersatukan, tetapi tidak bolehdiseragamkan, dengan demikian, prinsippersatuan Indonesia tidak dipersempitmaknanya.

Bhinneka Tunggal Ika merupakan semboyanyang mengungkapkan persatuan dan kesatuanyang berasal dari keanekaragaman. Walaupunterdiri atas berbagai suku yangberanekaragam budaya daerah, tetap satubangsa Indonesia, memiliki bahasa dan tanahair yang sama, yaitu bahasa Indonesia dantanah air Indonesia. Begitu juga benderakebangsaan merah putih sebagai lambangidentitas bangsa dan bersatu padu di bawah

2

falsafah serta dasar negara Pancasila.Bangsa Indonesia harus bersatu padu agarmanjadi satu kesatuan yang bulat dan utuh.Untuk dapat bersatu harus memiliki pedomanyang dapat menyeragamkan pandangan dantingkah laku dalam kehidupan sehari-hari.

Dengan demikian, akan terjadi persamaanlangkah dan tingkah laku bangsa Indonesia.Pedoman tersebut adalah Pancasila.Membiasakan bersahabat dan saling membantudengan sesama warga yang ada di lingkungan,seperti gotong royong akan dapat memudahkantercapainya persatuan dan kesatuan bangsa.Bangsa Indonesia harus merasa satu,senasib sepenanggungan,

2

sebangsa, dan sehati dalam kekuatan wilayah nasional dengan segala isi dan kekayaannya merupakan satu kesatuan wilayah.

Dalam mengembangkan sikap menghormatiterhadap keragaman suku bangsa, dapatterlihat dari sifat dan sikap dalamkehidupan sehari-hari, di antaranya adalahsebagai berikut:

a. kehidupan bermasyarakat terciptakerukunan seperti halnya dalam sebuahkeluarga.

b. antara warga masyarakat terdapat semangattolong menolong, kerjasama untukmenyelesaikan suatu masalah, dan kerjasama dalam memenuhi kebutuhan hidupnya.

c. dalam menyelesaikan urusan bersamaselalu diusahakan dengan melaluimusyawarah.

d. terdapat kesadaran dan sikap yangmengutamakan kepentingan bersama di ataskepentingan pribadi dan golongan.

2

BAB VI

PENUTUP

Dalam sejarah perjalanan bangsa, tidakdapat dimungkiri bahwa yang menjadi perekat danpengikat kerukunan bangsa adalah nilai-nilaiyang tumbuh, hidup, dan berkembang dalamkehidupan masyarakat. Nilai-nilai tersebutmenjadi kekuatan pendorong untuk mencapai tujuanyang dicita-citakan. Kristalisasi nilai-nilaitersebut, tidak lain adalah sila-sila yangterkandung dalam Pancasila. Pancasila telahmembimbing kehidupan lahir bathin masyarakatIndonesia. Dalam Pancasila tercantumkepribadian dan pandangan hidup bangsa yangtelah diuji kebenaran, keampuhan, dankesaktiannya, sehingga tidak ada satu kekuatanmanapun yang mampu memisahkan Pancasila darikehidupan bangsa Indonesia.

Memahami Pancasila sebagai ideologinegara, harus dipahami bersama dengan membukawacana dan dialog di dalam masyarakat sehinggadapat menjawab tantangan Indonesia masa depan.Pada kenyataannya, pemahaman akan warisan luhur

2

bangsa sampai saat ini belum dipahami olehsemua generasi bangsa. Bangsa Indonesiaselayaknya bangga memiliki Pancasila sebagaiideologi yang bisa mengikat bangsa Indonesiayang demikian besar dan majemuk. Pancasilaadalah konsensus nasional, yang dapat diterimasemua paham, golongan dan kelompok masyarakat diIndonesia. Pancasila adalah pemersatu bangsadalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Kehidupan bangsa Indonesia akan semakinkukuh, apabila segenap komponen bangsa, disamping memahami dan melaksanakan

2

Pancasila, juga secara konsekuen menjagasendi-sendi utama lainnya, yakni Undang-UndangDasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945,Negara Kesatuan Republik Indonesia, danBhinneka Tunggal Ika, sebagai Empat PilarKehidupan Berbangsa Dan Bernegara.

Pancasila sebagai ideologi dan dasarnegara membawa konsekuensi logis bahwa nilai-nilai Pancasila dijadikan landasan pokok danlandasan fundamental bagi penyelenggaraannegara Indonesia. Pancasila berisi lima silayang pada hakikatnya berisikan lima nilaidasar yang fundamental. Nilai-nilai dasarPancasila tersebut adalah Ketuhanan Yang MahaEsa, kemanusiaan yang adil dan beradab,persatuan Indonesia, kerakyatan yang dipimpinoleh hikmat kebijaksanaan dalanpermusyawaratan/perwakilan, dan keadilan sosialbagi seluruh rakyat indonesia.

Undang-Undang Dasar Negara RepublikIndonesia Tahun 1945 memuat aturan dasar yangdemokratis dan modern sesuai dengan ke-butuhan dan tuntutan dinamika bangsa Indonesia.Undang-Undang Dasar Negara Republik IndonesiaTahun 1945 hanya akan bermakna dan bermanfaatapabila dilaksanakan secara sungguh-sungguh,

2

konsisten, dan konsekuen oleh seluruh komponenbangsa, terutama para penyelenggara negara.Pelaksanaan Undang-Undang Dasar Negara RepublikIndonesia Tahun 1945 secara konsisten dankonsekuen akan memberikan harapan besar bagiterwujudnya kehidupan bermasyarakat, berbangsa,dan bernegara yang demokratis, modern, danreligius sebagai perwujudan pelaksanaan cita-cita Proklamasi 17 Agustus 1945 yang tertuangdalam Pembukaan Undang-Undang Dasar NegaraRepublik Indonesia Tahun 1945.

Negara Kesatuan Republik Indonesia lahirdari pengorbanan jutaan jiwa dan raga parapejuang bangsa yang bertekad mempertahankankeutuhan bangsa. Negara Indonesia yang majemuk

2

diikat oleh semboyan Bhinneka Tunggal Ika yangdapat diartikan walapun bangsa Indonesiamempunyai latar belakang yang berbeda baikdari suku, agama, dan bangsa tetapi satu adalahbangsa Indonesia. Pengukuhan ini telahdideklarasikan sejak 1928 yang terkenal dengannama "Sumpah Pemuda".

Keempat pilar kehidupan berbangsa danbernegara, semestinya harus kita jaga, pahami,hayati dan laksanakan dalam pranata kehidupansehari-hari, di mana Pancasila yang menjadisumber nilai menjadi ideologi, Undang-UndangDasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945sebagai aturan yang semestinya ditaati, danNegara Kesatuan Republik Indonesia adalah hargamati, serta Bhinneka Tunggal Ika adalah perekatsemua rakyat. Maka dalam bingkai empat pilartersebut yakinlah tujuan yang dicita-citakanbangsa ini akan terwujud.

2

2

DAFTAR PUSTAKA

Ali, As’ad Said, Negara Pancasila Jalan KemaslahatanBangsa, (Jakarta: LP3ES, 2009)

Asshiddiqie, Jimly, Format Kelembagaan Negara danPergeseran Kekuasaan Dalam UUD 1945,(Yogyakarta: UII Press, 2005).

, Konstitusi dan Konstitusionalisme Indonesia,(Jakarta: Konstitusi Press, 2005).

Budiman, Sagala B., Praktek Sistem KetatanegaraanMenurut UUD 1945, (Jakarta: GhaliaIndonesia, 1982).

Hartono, Pancasila Ditinjau Dari Segi Historis, (Jakarta:Rineka Cipta, 1992).

Hatta, M. Memoir Mohammad Hatta. Jakarta: Tintamas, 1979.Kansil, C.S.T., Pancasila dan UUD 1945, (Jakarta:

PT Pradnya Paramita, 2003).Ketetapan MPR RI Nomor II/MPR/1978 tentang

Pedoman Penghayatan dan PengamalanPancasila (Ekaprasetia Pancakarsa).(dicabut dengan Ketetapan MPR NomorXVIII/MPR/1998).

K etetapan M P R N o mor XV /M PR /1998 te n tang P eny e lengga r aan O ton o m i D aerah, P en g aturan, P e m bagian, D an P e m a n f aatan S u m ber D aya N asion a l Y ang B erk e adilan

2

S e r ta P eri m bangan K euangan P usat D an D aerah D alam K erangka N ega r a K esatuan Re publik Ind o nesia.

K etetapan M P R N o m o r V /M PR / 2 000 te n tang P e m antapan P ers a tuan dan K esatu a n N asional.

K etetapan M P R N o mor V I/M PR /2001 tent a ng E tika K ehidup a n B erbangsa.

K us u m a R .M. A . B ., L ahirnya U n dang- U ndang D asar 1 9 45, (Ja k ar t a: P usat S tudi H uk u m T a t anegara F a k ultas H uk u m U niversi t as Indonesia,2 004).

2

Latif, Yudi, ”Pancasila Dasar Dan Haluan Negara,Makalah dalam Lokakarya Empat PilarKehidupan Berbangsa dan Bernegara,Jakarta: MPR RI, 17-19 Juni 2011.

Lembaga Soekarno-Hatta, Sejarah Lahirnya Undang-Undang Dasar 1945 dan Pancasila, (Jakarta: IntiIdayu Press, 1984).

Maarif, Ahmad Syafii, ”Bhinneka Tunggal IkaPesan Mpu Tantular Untuk KeindonesiaanKita”, Makalah dalam Lokakarya EmpatPilar Kehidupan Berbangsa dan Bernegara,Jakarta: MPR RI, 17-19 Juni 2011.

Mahkamah Konstitusi, Jurnal Konstitusi, Edisi 4Agustus 2010, Jakarta.

Makalah Refleksi 58 Tahun Mosi Integral NatsirMohammad - Merawat Negara KesatuanRepublik Indonesia MenghadangDisintegrasi diselenggarakan diUniversitas Jendal Soedirman,Poerwokerto, 19 Juli 2008.

Noorsena Bambang, “Bhinneka Tunggal Ika; Sejarah,Filosofi, dan Relevansinya sebagai Salah Satu PilarKehidupan Berbangsa dan Bernegara”, Makalah dalamLokakarya MPR RI, Jakarta: 17-19 Juni 2011.

Notonagoro, Pancasila Dasar Falsafah Negara, (Jakarta:PT. Bina Aksara, 1984).

Notosusanto, Nugroho, Proses Perumusan Pancasila Dasar Negara,

(Jakarta: PN Balai Pustaka, 1985).

2

Patria, Pangeran Alhaj Usmani Surya, PendidikanPancasila, (Jakarta: Universitas Terbuka,1996).

Prabaswara I Made, “Tujuh Abad Sumpah Palapa &Bhinneka Tunggal Ika, Doa dan Renungan Suci Baliuntuk Indonesia” dalam Bali Post Online, 2 Maret2003.

Setiadi, Elly M., Panduan Kuliah Pendidikan PancasilaUntuk Perguruan Tinggi, (Jakarta: GramediaPustaka Utama, 2007).

Setijo, Pandji, Pendidikan Pancasila, Perspektif SejarahPerjuangan Bangsa, (Jakarta: GramediaWidiasarana Indonesia, 2009).

2

Suhandi, Sigit, “Bhinneka Tunggal Ika Maha KaryaPersembahan Mpu Tantular” (diakses pada 7 Mei2011)

Soekarno, Pancasila dan Perdamaian Dunia.Jakarta: CV. Haji Masagung, 1989.

Soekarno, Pantja-Sila sebagai dasar negara,Jilid 1-4. Jakarta: Kementrian PeneranganRI, 1958.

Soepandji, Budi Susilo, ”Negara Indonesia IalahNegara Kesatuan Yang Berbentuk Republik”,Makalah dalam Lokakarya Empat PilarKehidupan Berbangsa dan Bernegara,Jakarta: MPR RI, 17-19 Juni 2011.

Syafiie, Inu Kencana, Sistem Pemerintahan Indonesia,(Jakarta: Rineka Cipta, 1994).

Tim Penyusun, Panduan Pemasyarakatan Undang-UndangDasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 danKetetapan MPR, (Jakarta: SekretariatJenderal MPR RI, 2011).

Tim Penyusun, Risalah Sidang Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia dan PanitiaPersiapan Kemerdekaan Indonesia Tanggal 28 Mei1945-22 Agustus 1945, (Jakarta: SekretariatNegara Republik Indonesia, 1998).

Yamin, Mohammad, Pembahasan Undang-Undang DasarRepublik Indonesia, (Jakarta: YayasanPrapantja, t.t.)

Yasni, Z., Bung Hatta Menjawab, (Jakarta: Gunung

2

Agung, 1979) Noorsena Bambang, “Bhinneka TunggalIka; Sejarah, Filosofi, dan

Relevansinya sebagai Salah Satu Pilar KehidupanBerbangsa dan Bernegara”, Makalah dalam LokakaryaMPR RI, Jakarta: 17-19 Juni 2011.

2

2

2

PIMPINAN DAN ANGGOTA TIM KERJASOSIALISASI MPR PERIODE TAHUN 2010-

2014---

A. PIMPINAN TIM KERJA SOSIALISASI MPR1. Ketua : Drs. Agun Gunandjar Sudarsa, Bc.IP., M. Si.

(Fraksi Partai Golongan Karya)2. Wakil Ketua : Drs. Achmad Basarah, MH (Fraksi PDI

Perjuangan)3. Wakil Ketua : Drs. H. Zainut Tauhid Sa' Adi (Fraksi

Partai Persatuan Pembangunan)4. Wakil Ketua : Drs. H. Wahidin Ismail (Kelompok Anggota

DPD)

B. ANGGOTA TIM KERJA SOSIALISASI MPR1. DR. Ir. Mohammad Jafar Hafsah (Fraksi

Partai Demokrat) (menggantikan Ir. AgusHermanto, MM.)

2. Laksda TNI (Purn) Adiyaman Amir Saputra, S.IP.( Fraksi Partai Demokrat)

3. Anton Sukartono Suratto (Fraksi Partai Demokrat) (Mengggantikan Sutjipto, SH., M.Kn)

4. Yusyus Kuswandana, SH. (Fraksi Partai Demokrat)5. Didi Irawadi Syamsuddin, S.H., LLM (Fraksi Partai

Demokrat)(menggantikan Rinto Subekti, S.E., MM yang menggantikan Angelina Patricia Pingkan Sondakh, SE.)

6. Ruhut Poltak Sitompul, SH. (Fraksi Partai Demokrat)7. Bokiratu Nitabudhi Susanti, S.E.

(Fraksi Partai Demokrat) (menggantikan Hj. Himmatul Alyah Setiawaty, SH., MH.)

8. H. Harry Witjaksono, S.H. (Fraksi Partai Demokrat) (menggantikan Ir. Sumanggar Milton Pakpahan, MM.)

9. Syamsul Bachri, M.Sc. (Fraksi Partai Golongan Karya)10. Drs. Josef A. Nae Soi, MM. (Fraksi Partai Golongan

2

Karya)11. Dra. Hj. Chairun Nisa, MA. (Fraksi Partai Golongan

Karya)12. Dr. Ir. Hetifah, MPP. (Fraksi Partai Golongan Karya)13. Dr. Yasonna Hamonangan Laoly, SH., M.Sc. (Fraksi PDI

Perjuangan)14. Dr. Ir. Arif Budimanta, M.Sc. (Fraksi PDI

Perjuangan)15. H. Rahadi Zakaria, S.IP., MH. (Fraksi PDI

Perjuangan)16. Dra. Eva Kusuma Sundari, MA., MDE. (Fraksi PDI

Perjuangan)17. H. TB. Soenmandjaja, SD. (Fraksi Partai Keadilan

Sejahtera)18. Drs. Al Muzzammil Yusuf (Fraksi Partai Keadilan

Sejahtera)19. Dr. H. Mohammad Sohibul Iman (Fraksi Partai Keadilan

Sejahtera)20. Drs. Ibrahim Sakty Batubara, M.AP. (Fraksi Partai

Amanat Nasional)

2

21. Dra. Mardiana Indraswati (Fraksi Partai Amanat Nasional)

22. H. Ahmad Yani, SH., MH. (Fraksi Partai Persatuan Pembangunan)

23. Ir. H.M. Lukman Edy, M.Si. (Fraksi Partai Kebangkitan Bangsa)

24. Martin Hutabarat (Fraksi Partai Gerindra)25. Drs. Erik Satrya Wardhana, SE (Fraksi Partai Hati

Nurani Rakyat)26. H. Dani Anwar (Kelompok Anggota DPD)27. Ir. Abraham Paul Liyanto (Kelompok Anggota DPD)28. Drs. H. Mohammad Sofwat Hadi, SH.

(Kelompok Anggota DPD) (Menggantikan Ir. Adhariani,SH.,MH.)

29. Ir. Marhany Victor Poly Pua (Kelompok Anggota DPD) (Menggantikan Abdi Sumaithi)

30. H. T. Bachrum Manyak (Kelompok Anggota DPD)31. Elnino M. Husein Mohi, ST., M.Si. (Kelompok Anggota

DPD)

200

Negara Indonesia adalah negara yang besar. Sejak awalberdirinya Negara Kesatuan Republik Indonesia, para pendiri negaramenyadari bahwa Bangsa Indonesia merupakan bangsa yang majemuk karenaterdiri atas berbagai suku bangsa, adat istiadat, budaya, bahasadaerah, serta agama yang berbeda- beda. Dengan keanekaragamantersebut, mengharuskan setiap langkah dan kebijakan negara dalamkehidupan berbangsa dan bernegara diarahkan untuk memperkuat persatuandan kesatuan bangsa.

Majelis Permusyawaratan Rakyat, sesuai dengan tugas yangdiamanatkan oleh Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2009, telahmelaksanakan agenda pemantapan kehidupan berbangsa dan bernegaramelalui sosialisasi Empat Pilar, yakni Pancasila, Undang-Undang DasarNegara Republik Indonesia Tahun 1945, Negara Kesatuan RepublikIndonesia, dan Bhinneka Tunggal Ika.

Pancasila sebagai ideologi dan dasar negara harus menjadilandasan pokok dan landasan fundamental bagi penyelenggaraan negaraIndonesia.

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 adalahkonstitusi negara sebagai landasan konstitusional bangsa Indonesiayang menjadi hukum dasar dalam penyelenggaraan kehidupanbermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.

Negara Kesatuan Republik Indonesia merupakan bentuk negara yangdipilih oleh bangsa Indonesia yang lahir dari pengorbanan jutaanjiwa dan raga para pejuang bangsa sebagai komitmen bersamamempertahankan keutuhan bangsa.

Bhinneka Tunggal Ika yang dapat diartikan walaupun bangsaIndonesia mempunyai latar belakang yang berbeda baik dari suku, agama,

dan bangsa tetapi tetap satu adalah bangsa Indonesia.

Nilai-nilai Empat Pilar adalah untuk mengingatkan danmencerahkan kembali seluruh komponen bangsa agar pelaksanaan danpenyelenggaraan kehidupan berbangsa dan bernegara selalu menjunjungtinggi nilai-nilai luhur bangsa dalam rangka mewujudkan NegaraIndonesia yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil, dan makmur.

201