Konsep Caring Sepanjang Rentang Kehidupan

31
MAKALAH KONSEP DASAR KEPERAWATAN UNIT 1: KONSEP CARING SEPANJANG RENTANG KEHIDUPAN Disusun Oleh : Dwi Puspita 1406544425 Eneng Handayani 1406544500 Mia Wijayanti 1406544620 Putri Atalya 1406544381 Widya Rahmawati F 1406544463

Transcript of Konsep Caring Sepanjang Rentang Kehidupan

MAKALAH KONSEP DASAR KEPERAWATAN

UNIT 1: KONSEP CARING SEPANJANG RENTANG KEHIDUPAN

Disusun Oleh :

Dwi Puspita 1406544425

Eneng Handayani 1406544500

Mia Wijayanti 1406544620

Putri Atalya 1406544381

Widya Rahmawati F 1406544463

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN

UNIVERSITAS INDONESIA

2014

KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur kami panjatkan ke Hadirat Tuhan

Yang Maha Esa, karena berkat limpahan Rahmat dan

KaruniaNya sehingga kami dapat menyusun makalah ini

dengan baik dan tepat pada waktunya. Dalam makalah ini

kami membahas mengenai aplikasi caring dalam hubungan

mahasiswa dengan mahasiswa senior. 

Makalah ini dibuat dengan berdasarkan literatur

atau studi keperpustakaan dan juga dari berbagai

pengalaman serta pengamatan kami sebagai penyusun

makalah. Selain itu juga, kami ucapkan terimakasih

kepada ibu Dr. Enie Noveastari, S.Kep.,MSN yang telah

membantu kami dalam penyusunan makalah ini.

Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang

mendasar pada makalah ini. Oleh karena itu kami

mengundang pembaca untuk memberikan saran serta kritik

yang dapat membangun kami. Kritik konstruktif dari

pembaca sangat kami harapkan untuk penyempurnaan

makalah selanjutnya. Semoga makalah ini dapat

memberikan manfaat bagi kita sekalian. 

Depok, September

2014

Penyusun

(Kelompok Home

Group 2)

DAFTAR ISI

KATA

PENGANTAR..............................................

...............................................

DAFTAR

ISI....................................................

.......................................................

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar

Belakang......................................

...........................................

1.2 Tujuan.......................................

..............................................

........

1.3 Sistematika

Penulisan.....................................

................................

BAB II TINJAUAN TEORITIS

2.1 Konsep

Caring..........................................

.....................................

2.2 Konsep

Keluarga........................................

....................................

BAB III APLIKASI KONSEP CARING DALAM HUBUNGAN

MAHASISWA DENGAN MAHASISWA

SENIOR......................

BAB IV PENUTUP

Kesimpulan......................................

................................................

.

DAFTAR

PUSTAKA................................................

.....................................

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Keluarga banyak menghadapi tantangan seperti

pengaruh kesehatan penyakit, mengasuh dan membesarkan

anak, perubahan struktur dinamika keluarga serta

pelayanan orangtua yang mencapai lansia (Ford-Gilboe,

2002; Hanson,et al.,2005 dalam Potter & Perry, 2009).

Keluarga mendefinisikan bahwa terdapat sekelompok

individu dewasa dan anak yang hidup bersama dengan

bahagia. Terkadang keluarga hanya didefinisikan dengan

keterikatan antar sebuah perkawinan dan kelahiran.

Dalam jarak pandang yang luas keluarga pun dapat

didefinisikan pada klien, secara tidak langsung klien

merupakan keluarga. Tujuan adanya keluarga adalah

sebagai pemberi pelayanan, pengasuh, komunikasi antar

anggota keluarga (Potter & Perry, 2009). Keluarga akan

mencapai tujuan-tujuan tersebut jika terjalin

komunikasi yang sehat diantara anggota keluarga

tersebut. Pada saat tujuan tersebut tercapai maka

anggota keluarga akan berpikir positif akan

keluarganya. Namun, jika hubungan keluarga terganggu,

maka anggota keluarga dapat mengambil peran sebagai

kekuatan (Bluvol & Ford-Gilboe,2004 dalam Potter &

Perry,2009).

Caring secara umum dapat diartikan sebagai suatu

kemampuan untuk memahami diri orang lain, perasaan

empati pada orang lain dan perasaan cinta atau

menyayangi (Potter & Perri, 2005). Dalam keperawatan,

caring merupakan bagian inti yang penting terutama

dalam praktik keperawatan. Konsep caring pun mengalami

perkembangan yang pesat, karena caring merupakan suatu

sikap universal yang dapat dilakukan di dalam berbagai

kehidupan manusia.

Caring harus tercermin dalam sepuluh faktor

kuratif, yaitu pembentukan sistem nilai humanisme dan

altruistik, memberikan kepercayaan dan harapan dengan

memfasilitasi dan meningkatkan asuhan keperawatan yang

holistik, menumbuhkan rasa sensitif terhadap diri dan

orang lain, mengembangkan hubungan saling percaya,

meningkatkan dan menerima ekspresi perasaan positif dan

negatif klien, penggunaaan sistematis metode

penyelesaian masalah untuk pengambilan keputusan,

peningkatan pembelajaran dan pengajaran interpersonal,

menciptakan lingkungan mental, sosial cultural dan

spiritual yang mendukung, memberi bimbingan dan

memuaskan kebutuhan manusiawi dan mengijinkan

terjadinya tekanan yang bersifat fenomologis agar

pertumbuhan diri dan kematangan jiwa klien dapat

dicapai (Watson, 1979 dalam Potter & Perry, 2009).

1.2 Tujuan

Adapun tujuan dalam penulisan makalah ini adalah :

1. Menjelaskan konsep caring secara umum dan teori

caring menurut beberapa ahli.

2. Memahami presepsi klien tentang caring.

3. Membandingkan beberapa teori keperawatan tentang

caring.

4. Menganalisis perilaku caring dalam praktik

keperawatan dan kehidupan sehari-hari.

5. Menjelaskan perbedaan caring dan curing.

6. Menjelaskan definisi keluarga dan jenis keluarga.

7. Menjelaskan struktur dan fungsi keluarga.

8. Menjelaskan keluarga sebagai sistem dan konsep

keperawatan keluarga.

1.3 Sistematika Penulisan

Sistematika Penulisan makalah ini terbagi menjadi

empat bab yang bertujuan untuk mempermudah pembaca

memahami makalah ini, terdiri dari:

Bab I Pendahuluan : Latar Belakang dalam

membahas konsep caring dan

konsep keluarga, serta tujuan dalam

penulisan makalah ini.

Bab II Tinjauan Teoritis : Pembahasan tentang konsep

caring dan konsep keluarga.

Bab III Aplikasi : Mengaplikasikan konsep

caring dalam hubungan

antara mahasiswa dengan mahasiswa

senior

Bab IV Penutup : Kesimpulan dari bahasan konsep

caring dan konsep keluarga

serta pengaplikasiannya

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

2.1 Konsep Caring

Apakah tindakan yang harus kita lakukan kepada

orang yang membutuhkan? Pasti yang terekam dalam benak

kita adalah untuk menolongnya. Jawaban dari pertanyaan

tersebut menjadi sebuah pertanyaan pula, apakah kita

menolong orang ketika orang tersebut membutuhkan saja?

Jawaban dari pertanyaan tersebut menjadikan sebuah arti

yang besar, karena sesungguhnya dalam menolong orang

lain atau siapapun dibutuhkan ketulusan dan keadilan.

Memang sebagian besar ketika kita menolong orang lain

karena memang mereka butuh bantuan kita, namun jika

kita sadar banyak orang yang sesungguhnya membutuhkan

kita namun mereka tidak spontan mengatakan.

Berawal dari konsep utama caring, berdasarkan

pengertian secara umum, caring dapat diartikan sebagai

suatu kemampuan untuk berdedikasi bagi orang lain,

pengawasan dengan waspada, menunjukkan perhatian,

perasaan empati pada orang lain dan perasaan cinta atau

sayang yang merupakan kehendak keperawatan. Ada

beberapa penerapan caring dalam praktik keperawatan

diantaranya yaitu peningkatan pengetahuan dan

pengertian caring membantu perawat mulai mengenali

dunia klien dan mengubah cara pendekatan pelayanan

keperawatan mereka, selain itu penggunaan caring dalam

praktik pelayanan mendorong lebih banyak pendekatan

pelayanan keperawan secara holistik, saat perawat

melakukan pelayanan, mereka akan lebih mengenali klien

dan mendapatkan apa yang mereka butuhkan, terakhir

yaitu model caring melibatkan keterbukaan, komitmen,

dan hubungan perawat klien.

Dalam menilai seorang perawat klien memiliki

presepsi tersendiri dalam menilai seorang perawat.

Penilaian terhadap seorang perawat itu disebut dengan

presepsi klien terhadap caring itu sendiri, karena

dalam praktiknya seorang perawat mampu menerapkan

konsep caring kepada siapapun, maka dalam praktiknya

seorang perawat menjadikan kehadiran yang menentramkan

mengenali individu sebagai sesuatu yang unik dan

menjaga kebersamaan, perhatian penuh kepada klien salah

satu sikap pelayanan yang dinilai oleh klien. Teori

Swanson menyajikan permulaan yang baik untuk memahami

kebiasaan dan proses karakteristik pelayanan. Teori

caring Swanson (1991) menjelaskan tentang proses caring

yang terdiri dari bagaimana perawat mengerti kejadian

yang berarti dalam kehidupan seseorang hadir secara

emosional, melakukan suatu hal kepada orang lain sama

seperti melakukan terhadap diri sendiri, memberi

informasi dan memudahkan jalan seseorang dalam

menjalani transisi kehidupan serta menaruh kepercayaan

seseoang dalam menjalani hidup (Potter dan Perry,

2005:110)

Sebagai perawat penting dalam mengetahui

bagaimana klien menerima caring dan pendekatan apa yang

paling baik untuk melakukan pelayanan. Biasanya klien

mempunyai banyak presepsi yang berbeda mengenai caring

itu sendiri. Contohnya, seorang perawat yang mempunyai

rasa caring yang tinggi disertai dengan etika yang baik

akan merawat pasien dengan pendekatan yang baik pula,

ketika masuk ke ruang perawatan, kemudian memeriksa

keadaan pasien dengan tensimeter dan termometer, lalu

ditanya keluhannya dan melakukan pendekatan dengan

memberi salam tanpa duduk dan menyentuh pasien, perawat

bertanya keadaan pasien lalu kemudian pergi. Terlihat

kepedulian dan keramahan dari perawat yang memang

dibutuhkan oleh seorang pasien. Konsep caring tidak

hanya dipakai untuk menangani pasien saja, tetapi dalam

kehidupan sehari-hari sangat dibutuhkan, terlebih lagi

ketika kita bertemu dengan orang. Contohnya saja kepada

orang yang lebih tua, di kampus misalnya. Jika kita

bertemu dengan mahasiswa senior, maka bentuk kepedulian

terhadap mereka adalah dengan menyapanya, dan

memberikan senyum terbaik kita. Selain itu kita juga

dapat membantu kakak senior yang kesusahan, mungkin

jika mereka ada masalah, kita bisa membantu kakak

senior tersebut dengan pendekatan caring. Karena pada

dasarnya caring berarti juga memberikan kasih sayang

dan perhatian yang mencerminkan rasa kepedulian

terhadap kehidupan.

Keperawatan adalah sebuah kegiatan melayani

masyarakat. Salah satu komplemen untuk menjadi seorang

perawat itu sendiri adalah caring atau peduli. Caring

merupakan suatu sikap universal yang dapat diterapkan

di dalam lingkungan sekitar. Caring sangat penting

karena akan mempengaruhi pengembangan pikiran yang

terarah menuju sebuah hasil positif dalam diri

seseorang yang dirawat. Ada beberapa teori caring

yaitu,

- Teori caring Swanson (1991) menyajikan permulaanyang baik untuk memahami sebuah sebuah proseskarakteristik pelayanan (Perry,2009)

- Florence Nightingale (1860) : caring adalah suatu

tindakan yang menunjukkan pemanfaatan lingkungan

pasien dalam membantu penyembuhan, memberikan

lingkungan bersih, ventilasi yang baik dan tenang

kepada pasien. (Taylor,1997)

- Delores Gaut (1984) : caring memiliki tiga makna

dimana ketiganya tidak dapat dipisahkan, yaitu

perhatian, bertanggung jawab, dan ikhlas.

(Taylor,1997)

- Crips dan Taylor (2001) : caring merupakan suatu

sikap yang mempengaruhi bagaimana seseorang

berpikir, merasakan, dan berperilaku dalam

hubungannya dengan orang lain.

- Rubenfild (1999) : caring meiliki 3 dasar yaitu

memberikan asuhan, tanggung jawab, dan ikhlas.

- Crips dan Taylor (2001) : caring merupakan

fenomena universal yang mempengaruhi bagaimana

seseorang berpikir, merasakan, dan berperilaku

dalam hubungannya dengan orang lain.

- Rubenfild (1999) : caring yaitu memberikan asuhan,

dukungan emosional pada klien, keluarga, dan

kerabatnya secara verbal maupun nonverbal.

- Jean Watson (1985) : caring merupakan komitmen

moral untuk melindungi, mempertahankan, dan

meningkatkan emosional pada klien, keluarga, dan

kerabatnya secara verbal maupun nonverbal.

Caring sendiri dalam praktik keperawatan salingberkaitan. Saat seorang perawat berhubungan denganseorang klien maka kemampuan dalam melayani semakinberkembang. Ada 3 hal yang mendasari sebuah konsepcaring.

- Kehadiran, suatu kegiatan pertemuan orang denganorang untuk lebih mendekatkan konsep caring itusendiri. Kehadiran ini pun menyatakan bahwa saat iniseorang perawat berada di dalam suatu kondisilangsung, tidak hanya kehadiran dalam bentuk fisikmelainkan kehadiran dalam bentuk komunikasi. Denganadanya kehadiran maka klien akan merasa nyaman. Kliensangat membutuhkan adanya dorongan dari perawat,itulah sebabnya dibutuhkan kehadiran sesosok manusiayang dapat membantu seorang klien. Melaluikehadiran, kontak mata, bahasa tubuh dan nada suaramaka akan membentuk suatu suasana keterbukaan dansaling mengerti. Pesan ini menyampaikan bahwapengalaman seseorang sangat berarti untuk pelayananorang tersebut (Swanson,1991 dalam Potter & Perri2009;169)

- Sentuhan, dalam suatu keadaan terkadang klienmerasakan ketakutan, kekhawatiran dll. Sebuahsentuhan akan membantu menenangkan klien dan

merupakan suatu pendekatan kepada klien untukmemberikan dukungan, semangat serta perhatian.Sentuhan akan membawa perawat dan klien dalam sebuahhubungan, sentuhan dapat berupa sentuhan kontakmaupun non-kontak. Sentuhan kontak merupakan sentuhanlangsung mengenai kulit. Sedangkan non-kontakmerupakan kontak mata. Sulit membedakan keduanya,keduanya dapat digambarkan sebagai sentuhanberorientasi tugas, sentuhan pelayanan dan sentuhanperlindungan (Fredrikkson,1999 dalam Potter & Perry,2009)

- Mendengarkan, selain menjadi pembicara sebagaiperawat harus memiliki jiwa pendengar yang baik.Mendengarkan dapat mempererat hubungan dengan klien.Dengan mendengarkan perawat dapat mengerti apa yangdiinginkan seorang klien dan dapat memberikan responbalik terhadap klien.

- Memahami klien, bagaimanapun perawat harus memilikiketerikatan dengan klien, perawat harus bisamenempatkan dirinya sebagai klien agar dapatmerasakan apa yang dirasakan klien.

Seperti yang telah dijelaskan di atas bahwa caring

merupakan dasar dari ilmu keperawatan dan bagaimana

perilaku caring dari perawat itu sendiri dapat menjadi

jaminan kualitas keperawatan tersebut bermutu atau

tidak. Sudah jelas bahwa caring memang menjadi ciri

khas utama yang dimiliki perawat dan memang yang utama

diperlukan pasien untuk pulih dari proses curing.

Curing itu sendiri memiliki pengertian yaitu upaya

pengobatan pasien dengan patofisiologi yang bisa

dipertanggung jawabkan. Dalam hal ini tugas untuk

melakukan curing dilaksakan oleh tenaga dokter. Dari

sini terlihat perbedaan caring dan curing, dimana

caring adalah tugas primer perawat dan curing adalah

tugas sekundernya. Curing merupakan komponen dalam

caring. Antara caring dan curing merupakan hubungan

yang saling melengkapi. Dalam caring lebih ditekankan

pada kebutuhan dan respon dari klien untuk ditanggapi

dengan perawatan, berbeda dengan curing yang lebih

memperhatikan penyakit yang diderita serta bagaimana

pengobatan dan penanggulannya. Dalam tindakan melakukan

proses curing dibutuhkan caring, dan setelah tindakan

curing dibutuhkan caring untuk memulihkan kondisi

pasien. Bisa dikatakan tindakan caring sebenarnya

mendominasi dalam kegiatan medis. Selain itu caring dan

curing juga bisa dilihat berbeda tujuannya. Tujuan dari

perilaku caring yaitu memenuhi kebutuhan dasar klien

dalam membantu pelaksanaan pengobatannya. Sedangkan

tujuan dari kegiatan curing untuk menyingkirkan dengan

menentukan penyakit klien serta bagaimana pengobatan

dan penanganannya.

Dari berbagai penjelasan tersebut dapat ditarik

kesimpulan bahwa caring lebih kompleks daripada curing,

dan curing hanya bagian dari caring. Sebagai seorang

perawat haruslah mampu membedakan serta menyeimbangkan

keduanya dengan sebaik-baiknya. Kesejahteraan klien di

dapat dari totalitas kita dalam melakukan caring.

Caring tidak akan pernah lepas dari profesi

keperawatan, karena caring adalah esensi dari

keperawatan itu sendiri.

2.2 Konsep Keluarga

Keluarga merupakan unit terkecil dari susunan

kerumah tanggaan yang terdiri dari Ayah, Ibu, dan Anak

sebagai dasar pembentuknya. Peranan keluarga dalam

pembentukan kepribadian dan karakteristik seorang anak

sangatlah penting. Anak akan dididik dalam keluarga

untuk bekal ia dimasa kini dan mendatang. Keluarga

harus perduli dengan anggota keluarga lainnya, saling

perduli ini akan menimbulkan suatu rasa kebersamaan

yang erat. Dalam keperawatan seorang klien, keluarga

merupakan faktor pendorong yang sangat penting dalam

pemulihan.

Definisi tentang keluarga sangat beragam dan

definisi ini bisa diartikan berbeda pada setiap

individu. Keluarga merupakan suatu organisasi terkecil

yang sangatlah penting dalam pembentukan kepribadian

dan karakteristik seorang individu dalam keluarga.

Keluarga memiliki banyak bentuk dan memiliki orientasi

etnik dan budaya (Potter & Perry, 2009). Tentu saja

dalam keluarga banyak ditemukan perbedaan dan perbedaan

itu membuat suatu keluarga lebih berwarna dan bisa

melengkapi satu dengan yang lain. Setiap keluarga

mempunyai ciri khas masing-masing. Tidak ada keluarga

yang karakteristiknya sama, walau dalam wilayah yang

luas sekalipun. Tidak ada dua keluarga yang sama,

masing-masing memiliki kekuatan, kelemahan, sumber

daya, dan tantangan sendiri (Bell, et al., 2001 dalam

Potter & Perry, 2009:203).

Bentuk keluarga merupakan suatu pola pemikiran

sistem penyusun keluarga, yang diantara mereka memiliki

kekuatan dan masalah yang unik. Keluarga selalu

berkembang dan mengalami perubahan yang bisa

dipengaruhi oleh faktor internal atau eksternal

keluarga itu sendiri. Sebagai suatu kesatuan, keluarga

harus bisa menyikapi hal tersebut dengan pikiran

positif dan senantiasa saling mendukung anggota

keluarganya. Dalam perubahan ini ada beberapa ancaman

bagi keluarga yaitu: status ekonomi yang berubah,

ketiadaan tempat tinggal, kekerasan keluarga, dan

adanya penyakit akut atau kronik (Potter & Perry,

2009).

Pendekatan teoritis terdiri dari Sistem Kesehatan

Keluarga (FHS) dan teori perkembangan. Secara umum

berfungsi untuk membantu melayani keluarga ataupun

individu. FHS menggunakan penilaian keluarga untuk

menentukan area bermasalah dan kekuataan menurut lima

bagian kehidupan keluarga yaitu interaksi,

perkembangan, adaptasi, integrasi, dan kesehatan

(Potter & Perry, 2009). Dalam sistem ini mengutamakan

pendekatan secara mendalam perindividu. Tingkat

perkembangan merupakan pendekatan yang dilakukan karena

keluarga yang selalu berkembang dan berubah seiring

dengan pertumbuhan. Pada setiap tingkat perubahan akan

menghadapi tantangan yang berbeda dan penyelesaian yang

berbeda. Pada pendekatan ini, dilakukan pendekatan

dengan solusi atau memecahan masalah untuk menghadapi

tantangan agar bisa melanjutkan perkembangannya.

Peran serta keluarga dalam pembentukan dan penjaga

anggota keluarga adalah hal yang harus dilakukan.

Keluarga juga harus bisa mengayomi anggota keluarganya

agar tercipta kondisi yang kondusif dan timbul rasa

nyaman dalam keluarga. Perduli dalam keperawatan

keluarga merupakan pemulihan yang efektif dalam

penyembuhan klien dan pemecahan masalah yang tidak bisa

diselesaikan secara individu.

Seiring berjalannya waktu keluarga akan tumbuh dan

berkembang. Dalam tahap perkembangannya setiap keluarga

akan mengahadapi tantangan, kebutuhan dan sumber daya

tersendiri dan berbeda-beda. Berikut ini delapan macam

tahap perkembangan keluarga (Duvall,1977 dalam

Christensen & Kenney,2009:84) :

1. Keluarga baru (belum memiliki anak, komitmen satu

sama lainnya).

Tugas perkembangan : membina hubungan perkawinan

yang saling memuaskan, membina hubungan harmonis

dengan saudara dan kerabat, dan merencanakan

keluarga (termasuk merencanakan jumlah anak yang

diinginkan)

2. Menanti kelahiran anak (dimulai dengan adanya

kelahiran anak pertama dan dilanjutkan sampai bayi

usia 30 bulan).

Masalah yang mungkin muncul : suami merasa

diabaikan, peningkatan perselisihan dan argument,

interupsi dalam jadwal yang kontinu, kehidupan

seksual dan sosial terganggu dan menurun.

Tugas perkembangan : menyiapkan anggota keluarga

baru (bayi dalam keluarga), membagi waktu untuk

individu, pasangan dan keluarga.

3. Keluarga dengan anak pra-sekolah atau anak tertua

2,5 – 6 tahun. Tugas perkembangan : menyatukan

kebutuhan masing-masing anggota keluarga, antara

lain ruang atau kamar pribadi dan keamanan,

mensosialisasikan anak-anak, menyatukan keinginan

anak-anak yang berbeda, dan mempertahankan hubungan

yang “sehat” dalam keluarga.

4. Keluarga dengan anak sekolah atau anak tertua

berusia 7-12 tahun.

Tugas perkembangan : mensosialisasikan anak-anak

termasuk membantu anak-anak mencapai prestasi yang

baik di sekolah, membantu anak-anak membina hubungan

dengan teman sebaya, mempertahankan hubungan

perkawinan yang memuaskan, dan memenuhi kebutuhan

kesehatan masing-masing anggota keluarga

5. Keluarga dengan remaja atau dengan anak tertua

berusia 13-20 tahun.

Tugas perkembangan : mengimbangi kebebasan remaja

dengan tanggung jawab yang sejalan, dengan maturitas

remaja, memfokuskan kembali hubungan perkawinan, dan

melakukan komunikasi yang terbuka di antara orang

tua dengan anak-anak remaja.

6. Keluarga dengan anak dewasa (pelepasan)

Tugas perkembangan : menambah anggota keluarga

dengan kehadiran anggota keluarga yang baru melalui

pernikahan anak-anak yang telah dewasa, menata

kembali hubungan perkawinan, Menyiapkan datangnya

proses penuaan, termasuk timbulnya masalah- masalah

kesehatan.

7. Keluarga usia pertengahan

Tugas perkembangan : mempertahankan kontak dengan

anak dan cucu, Memperkuat hubungan perkawinan, dan

meningkatkan usaha promosi kesehatan.

8. Keluarga Usia Lanjut

Tugas perkembangan : menata kembali kehidupan yang

memuaskan, menyesuaikan kehidupan dengan penghasilan

yang berkurang, mempertahankan hubungan perkawinan,

menerima kehilangan pasangan, mempertahankan kontak

dengan masyarakat, dan menemukan arti hidup.

Dalam perkembangan keluarga, tentunya keluarga

terdiri dari beberapa macam. Berikut ini klasifikasi

atau jenis-jenis keluarga (Potter & Perry, 2009):

1. Keluarga Inti adalah keluarga yang terdiri dari ayah

dan ibu seta satu atau lebih anak. Tidak lengkap

apabila keluarga inti tanpa anak, oleh karena itu

dibutuhkan konseling atau pelayanan kesehatan untuk

sepasang suami istri itu agar memilki keturunan.

2. Keluarga besar adalah keluarga selain inti seperti

paman, bibi, kakek, nenek, dan lain-lain.

3. Keluarga dengan orang tua tunggal adalah keluarga

yang terbentuk karena salah satu orang tuanya

meninggalkan anggota keluarganya atau anak. Hal itu

bisa terjadi akibat perceraian, kematian, dan lain-

lain. Seorang anak yang ditinggal biasanya diurusi

oleh kakek atau neneknya. Kakek neneknya itulah yang

menjadi orang tua tunggal. Adanya kekurangan ditipe

keluarga ini seperti usia orang tua tunggal yang

sudah lanjut dan berpengaruh besar terhadap

kesehatannya. Selain itu pengurangan sumber

finansial.

4. Keluarga campuran adalah keluarga yang terbentuk

karena orang tua yang membawa anaknya dengan

keluarga baru atau hubungan baru. Masalah yang

dihadapi ditipe keluarga ini adalah tekanan untuk

adaptasi yang nantinya mempengaruhi psikologis

anggota keluarga.

5. Keluarga dengan orang tua berkarir dimana jika

memiliki anak adalah masalah besar. Anak bisa saja

terlantar dan tidak terurus.

6. Keluarga dengan regenerasi dimana ada satu atau

lebih keluarga dalam satu atap yang generasinya

berbeda.

7. Orang dewasa yang tinggal sendiri adalah seseorang

yang telah menikah tetapi ditinggalkan pasangannya

(kematian, perceraian, terpisah oleh jarak dan lain-

lain).

Banyak sekali jenis-jenis keluarga yang berada di

kehidupan kita, mulai dari keluarga inti hingga orang

dewasa yang tinggal sendiri. Dari jenis-jenis yang

telah dijabarkan tentunya mempunyai tantangan atau

masalah tersendiri. Sebagai salah satu pelayanan

kesehatan perawat harus bisa memberikan solusi terhadap

masalah yang dihadapi di masing-masing keluarga.

Bentuk keluarga merupakan pola manusia yang

disadari oleh aggota keluarga untuk dimasukkan ke dalam

anggota keluarga (Potter dan Perry, 2009). Setiap

keluarga memiliki kekuatan dan permasalahan yang unik

dalam menghadapi tantangan di dalam kehidupan keluarga.

Sebagai seorang perawat perlu mengetahui dan

memiliki pemikiran yang terbuka mengenai bentuk

keluarga, sehingga meningkatkan pengetahuan mengenai

sumber-sumber yang potensial dan kepedulian. Oleh

karena itu, pemahaman mengenai konsep keluarga dapat

membantu seorang perawat dalam menyediakan fondasi

teoritis untuk terapi keluarga dan pedoman untuk

melaksanakan keperawatan keluarga.

Keluarga adalah sebuah kelompok yang terdiri dari

dua orang atau lebih yang masing-masing mempunyai

hubungan kekerabatan yang terdiri dari bapak, ibu,

adik, kakak, kakek, dan nenek (Raisner, 1980 dalam

Potter dan Perry, 2009).

Struktur dan fungsi keluarga memiliki hubungan

erat dan saling berkaitan satu sama lain. Struktur

keluarga dapat dibagi menjadi tiga aspek yaitu struktur

internal, struktur eksternal, dan konteks. Struktur

internal terdiri dari komposisi keluarga atau anggota

keluarga, jenis kelamin, posisi anggota keluarga

berdasarkan umur dan jenis kelamin, dan batasan

tertentu yang ada di dalam keluarga, serta siapa yang

berpartisipasi dan bagaimana partisipasi di dalam

keluarga. Selanjutnya, struktur eksternal yaitu

struktur yang meliputi keluarga secara luas dan sistem

besar. Sistem besar disini maksudnya adalah pekerjaan,

kesehatan, dan kesejahteraan. Aspek yang terakhir yaitu

konteks, konteks adalah gambaran keadaan berupa etnik,

suku, kelas sosial, kepercayaan, dan keadaan

lingkungan. Aspek-aspek struktur ini didasari oleh

anggota keluarga dan menggunakan pola hubungan yang

bersifat kompleks. Pola hubungan ini, akan membentuk

kekuatan dan struktur peran dalam keluarga. Tetapi

apabila pola hubungan yang dibuat tidak konsisten dan

terlalu fleksibel, akan membuat anggota keluarga

bingung. Sehingga hal tersebut akan menimbulkan krisis

dalam keluarga.

Fungsi keluarga dideskripsikan sebagai apa yang

keluarga lakukan yang berfokus pada proses yang

digunakan untuk mencapai tujuan. Proses tersebut

meliputi komunikasi antar anggota keluarga, penyusunan

tujuan, penyelesaian masalah, pemberian layanan,

pengasuhan, dan penggunaan sumber daya internal maupun

eksternal. Fungsi keluarga terbagi menjadi beberapa

macam di antaranya yaitu fungsi afektif dan koping.

Dimana keluarga sebagai pemberi layanan kenyamanan

emosional dan membantu anggota keluarga dalam bentuk

identitas. Selain itu fungsi kedua sebagai fungsi

sosialisasi. Contohnya seperti menanamkan kepercayaan,

nilai, dan sikap. Fungsi ketiga yaitu fungsi

reproduksi.Fungsi ini sebagai penerus keturunan. Fungsi

keempat yaitu fungsi ekonomi yang berperan sebagai

pemberi finansial bagi anggota keluarga. Fungsi yang

kelima yaitu fungsi fisik. Fungsi ini sebagai pemberi

kenyamanan dan keamanan. Dengan mengetahui fungsi

keluarga, kita dapat lebih memahami dan dapat mencapai

tujuan jika adanya komunikasi keluarga secara jelas dan

langsung. Saat terjadi krisis keluarga atau konflik

yang terjadi didalam keluarga, anggota keluarga lain

bertugas untuk meredakan dan menyelesaikan konflik yang

terjadi dengan memberikan pengarahan dan pencerahan.

Konsep merupakan kumpulan dari beberapa bagian

fungsional yang salaing berkaitan satu sama lain untuk

mencapai tujuan yang ditetapkan. Pemahaman mengenai

konsep keperawatan keluarga dapat membantu seorang

perawat dalam menyediakan fondasi teoritis untuk terapi

keluarga dan pedoman dalam melaksanakan keperawatan

keluarga. Konsep keperawatan keluarga meliputi

stabilitas, perubahan, circuarity, dan batasan. Secara

umum, konsep ini, bertujuan untuk menjaga keadaan tetap

stabil dalam struktur keluarga sehingga dapat

mempertahankan kekompakan dan keseimbangan secara

keseluruhan.

Keluarga terdiri dari dua atau lebih individu yang

diikat oleh hubungan darah, biasanya anggota keluarga

hidup bersama, anggota keluarga berinteraksi satu sama

lain dan masing-masing memounyai peran sosial. Keluarga

selalu mengalami perubahan dan perkembangan setiap

waktu dan mempunyai tantangan untuk mencapai tujuan.

Struktur, fungsi, dan konsep keperawatan saling

berkaitan satu sama lain. Sehingga sebagai perawat

sangat penting mengetahui hal tersebut agar dapat

mempertahankan tujuan yang akan dicapai.

BAB IV

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Dalam keperawatan, caring merupakan bagian inti

yang penting terutama dalam praktik keperawatan.

Keperawatan adalah sebuah kegiatan melayani masyarakat.

Salah satu komplemen untuk menjadi seorang perawat itu

sendiri adalah caring atau peduli. Caring secara umum

dapat diartikan sebagai suatu kemampuan untuk memahami

diri orang lain, perasaan empati pada orang lain dan

perasaan cinta atau menyayangi (Potter & Perri, 2005).

Konsep caring pun mengalami perkembangan yang pesat,

karena caring merupakan suatu sikap universal yang

dapat dilakukan di berbagai aspek kehidupan manusia.

Sebagai perawat penting dalam mengetahui bagaimana

klien menerima caring dan pendekatan apa yang paling

baik untuk melakukan pelayanan. Kepedulian dan

keramahan dari perawat menjadi hal utama yang

dibutuhkan oleh seorang pasien. Teori caring Swanson

(1991) menjelaskan tentang proses caring yang terdiri

dari bagaimana perawat mengerti kejadian yang berarti

dalam kehidupan seseorang hadir secara emosional,

melakukan suatu hal kepada orang lain sama seperti

melakukan terhadap diri sendiri, memberi informasi dan

memudahkan jalan seseorang dalam menjalani transisi

kehidupan serta menaruh kepercayaan seseoang dalam

menjalani hidup (Potter dan Perry, 2005:110). Bagaimana

perilaku caring dari perawat itu sendiri dapat menjadi

jaminan kualitas keperawatan tersebut bermutu atau

tidak. Caring memang menjadi ciri khas utama yang

dimiliki perawat dan memang yang utama diperlukan

pasien untuk pulih dari proses curing. Curing itu

sendiri memiliki pengertian upaya pengobatan pasien

yang dilaksakan oleh tenaga dokter. Dari sini terlihat

perbedaan caring dan curing, dimana caring adalah tugas

primer perawat dan curing adalah tugas sekundernya.

Curing merupakan komponen dalam caring dan keduanya

saling melengkapi. Sebagai seorang perawat haruslah

mampu membedakan serta menyeimbangkan keduanya dengan

sebaik-baiknya. Kesejahteraan klien di dapat dari

totalitas kita dalam melakukan caring. Caring tidak

akan pernah lepas dari profesi keperawatan, karena

caring adalah esensi dari keperawatan itu sendiri.

Konsep caring hendaknya tidak hanya dipakai untuk

menangani pasien saja, tetapi dalam kehidupan sehari-

hari sangat dibutuhkan ketika kita menghadapi siapapun.

Contohnya di lingkungan keluarga dan kampus. Contoh di

lingkungan kampus, misalnya kepada seseorang yang lebih

tua. Contohnya jika kita bertemu dengan mahasiswa

senior, maka bentuk kepedulian terhadap mereka adalah

dengan menyapa serta menanyakan kabar, dan memberikan

senyum yang terbaik.

Sebagai seorang perawat juga diperlukan untuk

mengetahui dan memiliki pemikiran yang terbuka mengenai

bentuk keluarga. Pemahaman mengenai konsep keperawatan

keluarga dapat membantu seorang perawat dalam

menyediakan fondasi teoritis untuk terapi keluarga dan

pedoman dalam melaksanakan keperawatan keluarga.

Keluarga adalah sebuah kelompok yang terdiri dari dua

orang atau lebih yang masing-masing mempunyai hubungan

kekerabatan yang terdiri dari bapak, ibu, adik, kakak,

kakek, dan nenek (Raisner, 1980 dalam Potter dan Perry,

2009). Konsep keperawatan keluarga meliputi stabilitas,

perubahan, circuarity, dan batasan. Secara umum, konsep

ini, bertujuan untuk menjaga keadaan tetap stabil dalam

struktur keluarga sehingga dapat mempertahankan

kekompakan dan keseimbangan secara keseluruhan. Oleh

karena itu, pemahaman mengenai konsep keluarga dapat

membantu seorang perawat dalam menyediakan fondasi

teoritis untuk terapi keluarga dan pedoman untuk

melaksanakan keperawatan keluarga. Perduli dalam

keperawatan keluarga merupakan pemulihan yang efektif

dalam penyembuhan klien dan pemecahan masalah yang

tidak bisa diselesaikan secara individu.

DAFTAR PUSTAKA

Potter , P.A and Perry, A.2013. The Fundamental Of nursing8th Edition. USA: Elsevier Health Science.

Potter, P.A and Perry, A. 2005.Fundamental of Nursing :

Concept, process, and practice. 6 th Ed.St.luois. MI : Elsevier

Morby).

Potter and Perry.2009.The Fundamental of Nursing 7th

Edition.Diterjemahkan oleh dr. Adrina Federika.Jakarta : Salemba Medika.

Christensen and Kenney. 2009. Nursing Process: Application ofConceptual Models 4th Edition. Diterjemahkan oleh Ns.Yuyun Yuningsih S.Kep dan Yasmin S.Kp. Jakarta :EGC 2009.

Wright & Leahey (2000).Community public health nursing. Edisi

4