SEMANGAT DAN GAIRAH ORANG-ORANG BERIMAN ZEAL AND ENTHUSIASM DESCRIBED IN THE QURAN
MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN PPKn DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA ELEKTRONIK...
-
Upload
independent -
Category
Documents
-
view
1 -
download
0
Transcript of MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN PPKn DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA ELEKTRONIK...
MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA PADA
PEMBELAJARAN PPKn DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA
ELEKTRONIK FACEBOOK GUNA MEMAHAMI SEJARAH DAN
SEMANGAT KOMITMEN PARA PENDIRI NEGARA DALAM
MERUMUSKAN DAN MENETAPKAN PANCASILA SEBAGAI DASAR
NEGARA[ Pelitian Tindakan Kelas di Kelas VII SMP Negeri 5
Majalengka Kabupaten Majalengka Tahun Pelajaran 2013-
2014 ]
Endar Sudarjat ] 1NIM.018476592
e-mail: [email protected]
Abstrak
Media pembelajaran banyak berserak di sekeliling kita namun tak begitu hirau.Padahal guru sebagai fasilitator punya kewajiban agar peserta didiknya bisamendapatkan cara mudah untuk dapat memahami pelajarannaya, seperti misalnyaPPKn materinya banyak memuat konsep nilai-norma dan moral, tak cukup hanyadengan banyak bercerita maka dibutuhkan sebuah media belajar yang kreatif daninovatif sebagai penguat imajinasi serta informasi bagi peserta didik. Padapembelajaran PPKn yang dialami penulis didapati masih banyak peserta didik yangmotivasi belajarnya rendah dan hal ini tentunya signifikan dengan prestasi belajarnya.
Solusi atas hal tersebut, dengan mencoba menggunakan media elektronik offlinedan online, dengan harapan agar dapat meningkatkan motivasi belajar danpemahaman peserta didik terhadap materi pelajarannya.
Media pembelajaran seperti media online facebook yang telah dicobaditerapkan oleh penulis dalam pembelajaran PPKn di kelas lewat 2 siklus saja hasilnyasudah cukup baik dan memberi harapan berdampak terhadap motivasi belajar pesertadidik. Pembelajaran di kelas terasa lebih bernas dan hidup karena interaksi antarapeserta didik dan juga guru tidak berjalan kaku lagi, sekat-sekat yang biasanya tertutupmenjadi terbuka serta lewat media online facebook semua peserta didik bisa mengenaldan memanfaatkan secara langsung fasilitas multi medianya dan hal tersebutmenjadikan mata pelajaran PPKn bisa lebih menarik.
Studi ini dilaksanakan pada siswa kelas tujuh SMP Negeri 5 Majalengka,menemukan ada perbedaan signifikan antara media pembelajaran offline dengan
1
pembelajaran online yang interaktif. Secara sepintas lalu saja sudah umum para pelajarmenggunakan jejaring social facebook, disayangkan bila aktifitas mereka tersebut tidakditautkan dan dimanfaatkan untuk fasilitas belajarnya. Oleh karena itu penulismerekomendasikan pada para pendidik, cobalah jadikan facebook sebagai mediapembelajaran karena kenyataannya pembelajaran di era digital ini akan bisa efektif bilasiswa mendafatkan infomasinya dengan “enjoy”, mudah didapati, dan dapat diaksesdengan murah.
Kata kunci: media pembelajaran online , network social facebook, motivasibelajar siswa
1] Mahasiswa Program S1 Pendidikan Pancasila dan
Kewarganegaraan,Universitas Terbuka. Email: endar [email protected]
I. Pendahuluan
A. Latar Belakang Masalah
1.Identifikasi Masalah
Gema keraguan akan mutu pendidikan di kita khususnya di
tingkat pendidikan dasar dan menengah belakangan ini begitu
masif, terus disorot oleh berbagai kalangan masyarakat. Hal ini
bisa jadi terkait erat dengan berbagai fenomena ketidakpuasan
masyarakat secara umum pada berbagai permasalahan yang muncul di
tengah kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Profesi
Guru yang dipandang sebagai garda terdepan guna mencerdasan
kehidupan bangsa, dituntut harus dapat berbuat banyak, terkait
hal tersebut maka resistensi profesi guru semakin tinggi.
Tantangan lainnya sebagai pendidik semakin bertambah konsekwensi
dari kinerja guru yang dianggap belakangan ini belum menunjukan
hasil yang signifikan terkait dengan pembinaan dan pembentukan
karakter sikap prilaku, sosial skils siswa, dan juga kemampuan
dalam penguasaan materi dari siswa rata-rata tidak begitu
menggembirakan. Disinyalir semangat belajar siswa sekarang ini
seperti tidak mencerminkan harapan yang lebih baik maka tidak
bisa dipungkiri berbagai tuntutan masyarakat ini sudah selayaknya
2
ditanggapi oleh para gurudengan denganwajar, justru dengan
kritikan masyarakat yang demikian bisa kita jadikan sebagai
momentum perubahan sesuai tuntutan professional di bidang
pendidikan.
Mencermati (Dokumen Rembug Nasional Pendidikan dan
Kebudayaan,10-12 Pebruari 2013) yang disampaikan Mendikbud
M.Nuh,nampak pada paparannya bahwa pemerintah pusat tengah
melakukan upaya serius untuk memperbaiki kekurangan pada
Kurikulum KTSP 2006 dalam sebuah format baru Kurikulum 2013. Hal
ini sebagaimana dimaksudkan Kemdikbud, revisi kurikulum yang
terus berlangsung tersebut sebagai perwujudan dari amanat Undang-
Undang Dasar 1945 yaitu dengan diberlakukannya Undang-Undang
Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, yang
merupakan produk undang-undang pendidikan pertama pada awal abad
ke-21. Undang-undang ini menjadi dasar hukum untuk membangun
pendidikan nasional dengan menerapkan prinsip demokrasi,
desentralisasi, dan otonomi pendidikan yang menjunjung tinggi hak
asasi manusia. Sejak Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945,
undang-undang tentang sistem pendidikan nasional telah mengalami
beberapa kali perubahan.
Dipaparkan pula bahwa Pendidikan nasional, sebagai salah
satu sektor pembangunan nasional dalam upaya mencerdaskan
kehidupan bangsa, mempunyai visi terwujudnya sistem pendidikan
sebagai pranata sosial yang kuat dan berwibawa untuk
memberdayakan semua warga negara Indonesia berkembang menjadi
manusia yang berkualitas sehingga mampu dan proaktif menjawab
tantangan zaman yang selalu berubah. Makna manusia yang
berkualitas, menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional, yaitu:
“manusia terdidik yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang
3
Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif,
mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis dan
bertanggung jawab. Oleh karena itu, pendidikan nasional harus
berfungsi secara optimal sebagai wahana utama dalam
pembangunan bangsa dan karakter.”
Guna mencapai harapan di atas sistem pembelajaran modern
khususnya yang berbentuk kelompok (klasikal) dituntut mampu
memberikan suasana penuh gairah belajar lewat pembelajaran yang terpusat pada
siswa (child centered curriculum). Penerapannya ini berlandaskan pada teori belajar
yang menekankan pentingnya”… belajar melalui proses mengalami untuk memperoleh
pemahaman atau insight [teori gestalt] ( Sumiati & Asra, 2008: 84).
Berikutnya guna mengimbangi keberagaman dan kebutuhan hidup
anak-anak generasi era digital (digital native), Wijaya & Dedi
(2012) mengemukakan bahwa: “…anak-anak generasi digital native
adalah anak-anak yang hidup dan terlahir sudah mengenal dunia
digital.” Peserta didik saat ini perlu disadari pada dasarnya
sudah mengenal dan memanfaatkan berbagai media elektronik baik
secara pribadi atau pun dalam bentuk komunitas di keluarga dan
lingkungan masing-masing, sehingga bisa dikategorikan mereka
telah melek iptek atau melek IT (Information and Communication
Technologi). Mereka begitu terbiasa menggunakan alat-alat
digital tanpa harus diajari lagi seperti kita para orang tua
yang lahir dari generasi gagap teknologi (gaptek), yakni orang-
orang yang baru saja belajar dalam dunia digital, dalam hal ini
kebanyakan para guru kita saat ini pun termasuk dalam kelompok
yang baru melek IT (digital immigrant).
Anak-anak digital native jelas memiliki gaya hidup berbeda
dengan kita sebagai generasi tua, karena keadaan perubahan dan
tuntutan hidup yang demikian berubah maka kita sebagai pendidik
4
dari kalangan generasi digital immigrant semestinya peka dan
proaktif jangan membiarkan anak-anak kita melaju berdasarkan cara
dan kehendaknya sendiri tanpa arah yang jelas. Saat ini tentu
ana-anak didik di tingkat sekolah menengah pada umumnya lebih
berkuasa dalam hal pemanfaatan IT daripada kita kaum digital
immigrant, maka sudah sewajarnya bila proses pembelajaran di
sekolah saat ini dirancang untuk secepatnya bisa memanfaatkan IT
khususnya dalam implementasi Kurikulum 2013. Kurikulum 2013,
sepintas regulasinya diluncurkan dengan telah dilengkapi oleh
paket buku siswa dan buku panduan guru yang telah disetting oleh
Kemdikbud agar agar KBM pada setiap mata pelajaran mampu
memberikan kualitas pembelajaran yang lebih baik dengan
memanfaatkan berbagai media, secara khusus pendayagunaan media
elektronik berbasis IT. Diharapkan dengan media berbasis IT ini
nantinya KBM bisa merangsang, memancing dan memotivasi peserta
didik sehingga motivasi dan kreatifitas belajar siswa berkembang
secara progresif selaras konsep PAIKEM melalui kreatifitas guru
dengan memaksimalkan pengunaan media pembelajaran dan model-model
pebelajaran mutakhir.
Tantangan ini sebenarnya sudah lama sebagaimana telah
diamanatkan oleh Peraturan Pemerintah No.19/2005 pasal 19, bahwa:
“Proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan
secara interaktif, inspiratif , menyenangkan, menantang,
memotivasi peserta didik untuk bermotivasi aktif serta memberikan
ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas dan kemandirian
sesuai dengan bakat, minat dan perkembangan fisik serta
psikologis peserta didik. (Peraturan Pemerintah No.19/2005 pasal
19).
Berbagai variasi penerapan metode, pendekatan, model dan media
pembelajaran dapat dilakukan guru dan sekaligus guru dalam hal
5
ini dapat berfungsi sebagai peneliti dalam setiap pembelajarannya
di kelas. Pembelajaran berkualitas dapat dicapai apabila guru mau
melakukan berbagai eksperimen penerapan strategi, pendekatan,
model dan media pembelajaran. Dengan menerapkan berbagai variasi
multi model dan media pembelajaran, guru lewat tindakannya
dimungkinkan mampu mengembangkan seluruh potensi peserta didik
secara optimal, berhasil meningkatkan prestasi dan motivasi
belajar siswa.
Menurut pengamatan penulis, pelaksanaan pembelajaran di kelas
yang menggunakan media pembelajaran yang bervariasi dan
berbasiskan media elektronik masih sangat rendah dan guru
cenderung lebih memilih untuk menggunakan media dan model –model
pembelajaran konvensional pada setiap pembelajarannya. Hal ini
mungkin akibat kurangnya penguasaan guru terhadap media-media
alternatif pembelajaran yang ada, sebagaimana dirasakan juga oleh
penulis. Penguasaan media pembelajaran sangat diperlukan untuk
meningkatkan kemampuan profesional guru saat ini dan hal ini
sejalan dengan tuntutan kurikulum yang berbasiskan kompetensi.
Harapan pada Kurikulum 2013 untuk pembelajaran Pendidikan
Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn) SMP/MTs di Kelas VII,
terpapar pada Kompetensi Inti (KI) sebagai berikut:
a.Menghargai dan menghayati ajaran agama yang dianutnya
b.Menghargai dan menghayati perilaku jujur, disiplin,
tanggungjawab, peduli (toleransi, gotong royong), santun,
percaya diri, dalam berinteraksi secara efektif dengan
lingkungan sosial dan alam dalam jangkauan pergaulan dan
keberadaannya
c.Memahami pengetahuan (faktual, konseptual, dan prosedural)
berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan,
teknologi, seni, budaya terkait fenomena dan kejadian tampak
6
mata
d.Mencoba, mengolah, dan menyaji dalam ranah konkret
(menggunakan, mengurai, merangkai, memodifikasi, dan membuat)
dan ranah abstrak (menulis, membaca, menghitung, menggambar,
dan mengarang) sesuai dengan yang dipelajari di sekolah dan
sumber lain yang sama dalam sudut pandang/teori.
Kenyataan yang pasti dan dirasakan oleh penulis ketika dalam
kelas cukup berat, misalnya saja:
1) Ketersediaan media pembelajaran, berbagai multi media
audiovisual saat ini kurang cukup tersedia di sekolah
sehingga menuntut kreatifitas guru untuk bisa menyesuaikan
agar materi dan karakter pembelajaran yang semestinya
dibawakan bisa terpenuhi.
2) Keterampilan guru dalam pembelajaran belum selaras dengan
tuntutan guru sebagai seorang pendidik professional
3) Sering terjadi banyak gangguan pada konsentrasi belajar dan
motivasi belajar siswa
Maka atas dasar pertimbangan atas keadaan tersebut diatas,
perlu ada tindakan untuk mencoba beberapa media pembelajaran,
diantaranya tindakan untuk mengoptimalkan penggunaan media
suara (audio) dan gambar (visual) melalui pemanfaatan teknologi
informasi (TI) lewat office power point dan jejaring social
Facebook. Facebook sebagaimana diketahui bersama selama ini
menyediakan full multi media dan hampir bisa dikatakan cuma-cuma
atau gratis bagi penggunanya. Untuk kalangan pelajar facebook
merupakan sarana media sosial kreatif yang bisa memberikan
peluang tak terbatas sehingga keterlibatannya dapat dimanfaatkan
berbagai pihak untuk kepentingan apa pun. Sangat disayangkan
bila peluang ketersediaan layanan media elektronik global ini
7
luput dari perhatian para guru, padahal Facebook bisa jadi
sudah menjadi bagian dari kehidupan anak didik kita sejak lama.
Dimana belakangan ini malah dikatakan sebagian guru dan juga
sebagian orang tua keberadaan Facebook telah merusak mentalitas
dan semangat belajar siswa, bisa jadi demikian karena Facebook
belum banyak dimanfaatkan sebagai media pebelajaran padahal
berfungsi sangat interaktif, full multimedia dan bisa digunakan
tanpa dipengaruhi batasan ruang dan waktu.
Seiring dengan keberadaan dan juga amanat Kurikulum 2013 maka
perlu sekali sebuah terobosan baru dalam hal pembaharuan media
pembelajaran ini, salah satu upaya yang dilakukan penulis yakni
menggunakan facebook sebagai media pebelajaran PPKn, dengan nama
grup pada facebook “PKn SMP N 5 Majalengka” melalaui link:
https://www.facebook.com/groups/pkn.smpn5majalengka/
Lewat pembuatan Media Pembelajaran pada Facebook ini kami
anggap penting bagi para pelajar karena pada umumnya anak pelajar
di hampir di semua lapisan masyarakat sudah memiliki akun
Facebook. Bila keberadaan yang sekarang tengah digandrungi
kalangan anak muda ini tidak terarah maka dipastikan akan sangat
berbahaya dan bahkan akan mengancam generasi muda kita menjadi
Lost Generations (generasi yang hilang) yang terlelap serta melupakan
sejarah dan semangat komitmen para pendiri Negara pendahulunya.
Apalagi belakangan ini kita dapati dari berbagai informasi di
media massa seringkali diberitakan bahwa negeri ini miskin figur
tauladan, yang ada hanya berita tentang beberapa oknum dari tokoh
politik, aparat hukum, para birokrat dan juga dari kaum akademisi
terlibat dalam berbagai skandal korupsi dan narkoba yang
mengesankan makin akut. Keadaannya ini berbanding terbalik
dengan harapan dari para pendidik, orang tua siwa dan masyarakat
8
pada umumnya yang mengharapkan warganya menjadi warga Negara yang
baik dan cerdas ( a good and smart citizenship). Kejadian belakangan
ini bagaikan mimpi buruk dan tentu perlu segera ada solusi yang
tepat guna mengeliminasi atas kebokbrokan mentalitas sebagian
warga bangsa kita ini.
Korupsi dan maraknya narkoba serta kejahatan lainnnya saat ini
bagian dari kelemahan komitmen semua pihak dan ini memerlukan
upaya serius yang tentunya guru sebagai pendidik harus bisa
berbuat nyata membawakan sesuatu perubahan baru di dalam kelas
pembelajarannya. Secara khusus ada upaya untuk memperbaiki input
sistem dan berpikir bagaimana caranya memanfaatkan berbagai media
informasi agar pembinaan sikap mental dan spiritualitas generasi
muda kita ke depan bisa berjalan terarah, efektif dan tepat
sasaran. Inilah yang menjadi tantangan bagi guru, khususnya guru
PPKn saat ini.
Perubahan gaya hidup masyarakat kita yang cenderung hedonism
dan materialistik belakangan ini telah menggerogoti mentalitas
kalangan siswa sehingga sering ditemukan banyak prilaku siswa
yang menyimpang atau berprilaku tidak terpuji seperti; kurangnya
menghayati perilaku jujur, kurang disiplin, tidak tanggungjawab,
kurang peduli, hilangnya semangat gotong royong, tidak santun,
kurang percaya diri, dalam berinteraksi dengan lingkungan sosial
dan alam dalam jangkauan pergaulan dan keberadaannya.
Hal di atas ini menjadi momok yang menakutkan bagi berbagai
kalangan masyarakat terdidik karena bisa jadi keadaan ini akan
semakin meluas dan bisa merusak suasana kehidupan masyarakat kita
pada umumnya. Padahal sejarah bangsa ini telah mencatat, telah
sejak lama masyarakat kita dikenal oleh bangsa lain di dunia
sebagai bangsa pejuang, bangsa yang penuh semangat kekeluargaan,
9
gotong royong, toleransi, memiliki nasionalisme dan patriotisme
yang tinggi dan senantiasa ikut serta dalam menciptakan
perdamaian dunia. Ikon penting yang merupakan ciri khas bangsa
Indonesia ini yang seharusnya bisa kita pertahankan, utamanya
agar bangsa kita ini bisa tetap mandiri, maslahat dan dipandang
bermartabat tinggi di mata dunia Internasional.
2. Analisis Masalah
Data yang diperoleh sementara sebagai pijakan PTK ini
menunjukkan bahwa hasil prestasi belajar siswa di kelas VII-C SMP
N 5 Majalengka masih belum memuaskan dan perlu segera ada
tindakan karena target pencapaian hasil belajar yang diharapkan
masih dibawah KKM PPKn Kelas VII yang dicanangkan sebesar 7,50.
Adapun gambaran singkat masalah ini bisa terlihat pada table
berikut:
Tabel 1: Nilai Rerata Evaluasi Harian ke-1 PPKn
Kelas VII-C SMPN 5 Majalengka 2013
Ulangan Harian 1
Siklus 1
Jumlah Siswa
Kelompok
Atas
Jumlah Siswa
Kelompok
Bawah
Nilai Rerata
Kelas
3 Sepetember 201311 orang
(45,8%)
13 orang
(54,2%)
67,08
(100%)
Parameter KKM PPKn Semester 1
Tahun 2013-20147,50
Sumbe data: Daftar Analisis Nilai Harian PPKn Tanggal 03 Sepetember 2013
Tabel 2: Motivasi Belajar Siswa di Kelas VII-C
Periode 28 Agustus s.d 3 September 2013
Jumlah Siswa Aktif Bertanya Hanya Aktif Tidak Aktif
10
Kelas VII-Cdan
Menjawab (ABM)
Bertanya
(AB)
Bertanya dan
Menjawab (TABM)
24 siswa
(100%)
3 siswa
(12,5%)
5 siswa
( 20,8%)
16 siswa
(66,7%)
Target Partisipasi / Motivasi Aktif Belajar
Siswa
75 %
AB/ABM
( 18 siswa )
Sumber data: Data Hasil Pengamatan Supervisor II tanggal 03 September 2013
Untuk materi pembelajaran terkait masalah di atas, disiapkan
bahan ajar berbentuk paparan dan peta konsep, video materi
pembelajaran, photo gambar para tokoh nasional atau para pahlawan
yang terlibat dalam persiapan kemerdekaan Indonesia dan
penyusunan Pancasila sebagai Dasar Negara.
3. Alternatif dan Prioritas Pemecahan Masalah
Permasalahan masih kurangnya motivasi aktif siswa dalam
belajar PPKn di SMPN Majalengka memerlukan penanggulangan dari
guru oleh karena itu perlu melakukan refleksi atas kinerjanya.
Hasil belajar PPKn sangat signifikan terkait dengan motivasi
aktif dan kreativitas peserta didik dalam pembelajaran melalui
berbagai media dan bahan ajar yang menarik. Sebuah tantangan baru
bagi guru sebagai pekerja professional, jangan sampai setiap
masalah yang ditemukan dalam pembelajaran berlalu begitu saja,
apalagi dengan diberlakukannya Kurikulum baru 2013 yang tetap
berbasis kompetensi, mengisyaratkan agar pembelajaran pada setiap
matpel termasuk juga mata pelajaran PPKn dapat mengembangkan
semua potensi yang dimiliki peserta didik, bisa membina serta
menumbuhkembangkan hard skills, soft skills siswa dan juga social
skills para siswa . Hal ini optimis bisa tercapai apabila kinerja
11
belajar peserta didik ditingkatkan lagi melalui optimalisasi
peran guru sebagai fasiltator, motivator, dan organisator.
Berdasarkan hal tersebut di atas, untuk memperbaiki dan
meningkatkan kualitas dan aktifitas belajar siswa pada
pembelajaran PPKn di tingkat SMP memelukan sebuah langkah
terobosan baru dengan mendayagunakan jejaring social facebook
sebagai media elektronik global yang kehadirannya fenomenal mampu
menghadirkan bahan informasi (bahan ajar) yang efesien, model
pembelajaran yang interaktif via chatting inbox dan pembelajaran
yang menyenangkan sesuai konsep PAIKEM. Sehingga pada gilirannya
diharapkan mampu merangsang minat motivasi belajar siswa dan
sekaligus dapat meningkatkan perolehan hasil pembelajaran yang
lebih baik lagi, khususnya pada prestasi mata pelajaran PPKn.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, maka dapat
dirumuskan beberapa permasalahan sebagai berikut:
1. Apakah penggunaan media pembelajaran melalu media audio
visual office power point dan media facebook dapat
meningkatkan motivasi belajar PPKn siawa Kelas VII SMPN 5
Majalengka? Bila dapat, seberapa efektif peningkatan
tersebut?
2. Bagaimana intensitas motivasi belajar siswa dalam
pembelajaran PPKn dengan memanfaatkan media audio visual
office power point dan media facebook?
3. Apa kelebihan dan kelemahan penggunaan media elektronik audio
visual office power point dan media facebook dalam
pembelajaran PPKn?
12
C. Tujuan Penelitian Perbaikan Pembelajaran
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah yang dibahas
dalam karya tulis ini maka tujuan penelitian perbaikan
pembelajaran yang ingin dicapai adalah:
1. Terciptanya media pembelajaran yang sesuai dengan materi dan
karakter pembelajaran PPKn sehingga motivasi belajar siswa
meningkat dan hasi belajar siswa lebih baik terutama dalam
pemahaman siswa terhadap materi KD.3.1 : Memahami Sejarah dan
Semangat Komitmen Para Pendiri Negara Dalam Merumuskan dan
Menetapkan Pancasila Sebagai Dasar Negara
2. Memberikan bentuk baru tentang cara memperlajari pelajaran
PPKn yang menarik sehingga PPKn tidak dipandang sebagai mata
pelajaran yang membosankan bagi siswa dan sekaligus bisa
memberikan solusi dalam memperkaya media pembelajaran
alternatif yang berbasis IT bagi guru PPKn
3. Memperkenalkan kepada siswa tentang peran media pembelajaran
elektronik berbasis IT seperti facebook dapat berdaya guna
untuk meningkatkan hasil kinerja belajar siswa (motivasi dan
hasil belajar siswa)
D. Manfaat Penelitian Perbaikan Pembelajaran
Adapun manfaat yang dapat diperoleh dari pendayagunakan
facebook sebagai global berbasiskan IT dalam pembelajaran PPKn
adalah:
1.Bagi siswa bermanfaat untuk meningkatkan motivasi belajar dan
memudahkan pemahaman terhadap Kompetensi Dasar 3.1 : Memahami
Sejarah dan Semangat Komitmen Para Pendiri Negara Dalam
Merumuskan dan Menetapkan Pancasila Sebagai Dasar Negara
2.Bagi guru dapat bermanfaat utamanya dalam hal efisiensi
waktu, tenaga serta pikiran lewat pengembangan multimedia
pembelajaran alternatif yang berbasiskan IT seperti facebook
13
dan sekaligus bisa memancing kreatifitas baru dalam
perencanaan, pelaksanaan, penilaian dan proses perbaikan
pembelajaran PPKn pada tahapan berikutnya.
3.Bagi manajemen sekolah, dengan dimanfaatkannya facebook
sebagai media pembelajaran diharapkan dapat mengubah
paradigma yang selama ini terbentuk bahwa facebook bisa
merusak akhlak generasi muda, menumbuhkan prilaku sia-sia
sehingga membuat siswa malas belajar dan hanya sedikit sekali
manfaatnya lebih banyak mudaratntnya. Nampaknya pandangan
semacam ini harus segera berubah karena facebook bisa
dimanfaatkan sebagai multimedia pembelajaran yang familier
bisa menggugah hasrat membaca dan motivasi belajar siswa
sehingga bisa memberi manfaat yang cukup besar karena
efisien dan memenuhi syarat sebagai sarana multimedia
pembelajaran dengan sangat lengkap, selalu ter-update serta
semakin mejangkau para penggunanya dimanapun berada,
bergantung bagaimana pihak manajemen memberi kesempatan pada
para guru dan siswanya dalam memanfaatkan facebook dan
sekaligus dimaksimalkan secara terukur melalui kebijakan
perencanaan sekolah.
II.Kajian Pustaka
A. Penelitian Tindakan Kelas
Dalam modul Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dari Pusat
Penerbitan UT dikupas tentang pengertian PTK. Ditegaskan bahwa,
penelitian tindakan kelas itu adalah penelitian yang dilakukan oleh guru di dalam
kelasnya sendiri melalui refleksi diri, dengan tujuan unfuk memperbaiki kinerjanya
sebagai guru, sehingga hasil belajar siswa menjadi meningkat. (Wardani, 2004:
13). Awalnya penelitian tindakan kelas merupakan terjemahan dari
classroom action research, yaitu satu action research yang
dilakukan di kelas. Action research, sesuai dengan arti katanya,
14
diterjemahkan menjadi penelitian tindakan; yang oleh Carr dan
Kemmis (McNiff, J,1991, p.2) didefinisikan;
Action research is a form of self-reftective enquiry undertaken by participants
(teachers, students or principals, for example) in social (including educational)
situations in order to improve the rationality and justice of (a) their own social or
educational practices, (2) their understanding of these practices, and the
situations (and intitutions) in which the practices are carried out.
Penelitian tindakan (action research) menurut Carr dan
Kemmis sebagaimana dirangkum dari Wijaya Kusumah dan Dedi
Dwitagama (Wijaya&Dedi,2012:8) adalah suatu bentuk penelitian
refleksi diri (selfreflective) yang dilakukan oleh para
partisipan dalam situasi sosial untuk memperbaiki rasionalitas
dan kebenaran:
1. Praktik-praktik sosial atau pendidikan yang dilakukan
sendiri
2. Pengertian mengenai praktik-praktik sosial atau pendidikan
tersebut
3. Situasi-situasi di mana praktik-praktik sosial atau
pendidikan tersebut dilaksanakan
Ini artinya bahwa Penelitian Tindakan Kelas (PTK) itu
merupakan kegiatan penelitian yang dilakukan oleh guru di
kelasnya sendiri dengan cara (1) merencanakan, (2) melaksanakan,
dan (3) merefleksikan tindakan secara kolaboratif dan
partisipatif dengan tujuan memperbaiki kinerjanya sebagai guru,
sehingga hasil belajar siswa dapat meringkat.
Jadi yang punya kepentingan utama terhadap PTK ini adalah
guru itu sendiri yang berkeinginan memperbaiki dan
meningkatkan mutu pembelajaran atau kegiatan praktek belajar
15
dan mengajar kelas pada sekolah dengan satu tujuan pokok untuk
meningkatkan mutu pendidikan berkelanjutan.
B. Motivasi Belajar Siswa
Berbagai kajian dari para ahli tentang motivasi selalu
terkait erat dengan proses aktifitas prilaku dan bimbingan pada
seseorang,sebagaimana dikutif dari (Baron, 1992:Schunk,1990
dalam (Nur, 2003:2). “Para ahli psikologi mendefinisikan
motivasi sebagai suatu proses internal (dari dalam diri
seseorang ) yang mengaktifkan, membimbing, dan mempertahankan
perilaku dalam rentang waktu tertentu”. Dalam hal ini maka
motivasi itu juga dapat menentukan penyerapan informasi dalam
pembelajaran sebagaimana pendapat Graham & Golan, (1991) dalam
(Dasim, 2008: 3) yang menyatakan bahwa :
“Motivasi penting dalam menetukan seberapa banyak siswa
akan belajar dari suatu kegiatan pembelajaran atau seberapa
banyak menyerap informasi yang disajikan kepada mereka.
Siswa yang termotivasi untuk belajar sesuatu akan
menggunakan proses kognitif yang lebih tinggi dalam
mempelajari materi itu, sehingga siswa itu akan menyerap
dan mengendapkan materi itu dengan lebih baik”.
1.Motivasi Belajar
Pentingnya peranan motivasi dalam proses pembelajaran perlu
dipahami oleh pendidik agar dapat melakukan berbagai bentuk
tindakan atau bantuan kepada siswa. Motivasi belajar siswa
penentu kadar kebermaknaan bahan pelajaran dan kegiatan
pembelajaran yang dialami siswa,sebagaimana dirangkum dari
pendapat Djamarah S.B, dkk, (1995) “Motivasi belajar siswa
merupakan faktor utama yang menentukan keberhasilan belajarnya.
Kadar motivasi ini banyak ditentukan oleh kadar kebermaknaan
16
bahan pelajaran dan kegiatan pembelajaranyang dimiliki oleh
sisya yang bersangkutan ”(Djamarah S.B, dkk, 1995:70)
Maka sebagai kesimpulannya, bahwa motivasi belajar siswa tersebut
merupakan proses internal yang merupakan salah satu faktor utama yang menentukan
tingkat keberhasilan belajar siswa.
Peran motivasi dalam proses pembelajaran, motivasi belajar
siswa dapat dianalogikan sebagai energy atau bahan bakar untuk
menggerakkan sebuah mesin, motivasi belajar yang memadai akan
mendorong siswa berperilaku aktif untuk berprestasi dalam kelas,
tetapi motivasi yang terlalu kuat justru dapat berpengaruh
negatif terhadap keefektifan usaha belajar siswa. Motivasi
dirumuskan sebagai dorongan, baik diakibatkan faktor dari dalam
maupun luar siswa, untuk mencapai tujuan tertentu guna memenuhi /
memuaskan suatu kebutuhan. ….“Motivasi ada dua macam yaitu
motivasi yang datang dari dalam diri anak, disebut motivasi
intrinsik, dan motivasi yang diakibatkan dari luar, disebut
motivasi ekstrinsik ”(Djamarah S.B, 1997:223).
Adapun fungsi dari motivasi dalam pembelajaran diantaranya :
a. Mendorong timbulnya tingkah laku atau perbuatan, tanpa
motivasi tidak akan timbul suatu perbuatan misalnya belajar.
b. Motivasi berfungsi sebagai pengarah, artinya mengarahkan
perbuatan untuk mencapai tujuan yang diinginkan.
c. Motivasi berfungsi sebagai penggerak, artinya menggerakkan
tingkah laku seseorang. Besar kecilnya motivasi akan
menentukan cepat atau lambatnya suatu pekerjaan.
Pada garis besarnya motivasi mengandung nilai-nilai dalam
pembelajaran sebagai berikut:
a. Motivasi menentukan tingkat berhasil atau gagalnya kegiatan
belajar siswa.
17
b. Pembelajaran yang bermotivasi pada hakikatnya adalah
pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan, dorongan, motif,
minat yang ada pada diri siswa.
c. Pembelajaran yang bermotivasi menuntut kreatifitas dan
imajinitas guru untuk berupaya secara sungguh-sungguh
mencari cara-cara yang relevan dan serasi guna membangkitkan
dan memeliharan motivasi belajar siswa.
d. Berhasil atau gagalnya dalam membangkitkan dan mendayagunakn
motivasi dalam proses pembelajaran berkaitan dengan upaya
pembinaan disiplin kelas.
Penggunaan asas motivasi merupakan sesuatu yang esensial
dalam proses belajar dan pembelajaran. Dececco & Grwford, 1974
dalam (Slameto, 2003:175) menyatakan bahwa “dalam pemeliharaan
dan peningkatan motivasi siswa ada 4 fungsi pengajar, yaitu:
menggairahkan siswa, memberikan harapan realistis, memberikan
insentif, dan mengarahkan”. Cony Semiawan mengatakan bahwa minat
(interest), adalah keadaan mental yang menghasilkan respon
terarah kepada sesuatu, situasi atau obyek tertentu yang
menyenangkan dan memberikan kepuasan kepadanya (statisfiers).
Demikian juga minat dapat menimbulkan sikap yang merupakan suatu
kesiapan berbuat bila ada stimulasi sesuai dengan keadaan
tersebut. Slameto, (2003:180) menyatakan bahwa:
Minat adalah satu rasa lebih suka dan rasa keterikatan pada suatu hal atau
aktivitas, tanpa ada yang menyuruh. Minat pada dasarnya adalah penerimaan
suatu hubungan antara diri sendiri dan sesuatu di luar diri. Semakin kuat atau
dekat hubungan tersebut, semakin besar minat.
Minat adalah keinginan jiwa terhadap sesuatu objek dengan tujuan untuk mencapai
sesuatu yang dicita-citakan. Hal ini menggambarkan bahwa seseorang tidak akan
mencapai tujuan yang dicita-citakan apabila di dalam diri orang tersebut tidak
18
terdapat minat atau keinginan jiwa untuk mencapai tujuan yang dicita-citakannya
itu.
Dalam hubungannya dengan kegiatan belajar, minat menjadi motor
penggerak untuk dapat mencapai tujuan yang diinginkan, tanpa
dengan minat, tujuan belajar tidak akan tercapai. Penulis dalam
hal ini bisa simpulkan bahwa minat belajar adalah keadaan mental atau
kondisi jiwa yang menjadi motor penggerak dalam mencapai suatu tujuan tertentu.
Menyimpulkan pendapat dari Zakiah Darajat dalam
(Slameto,2003:176) mengatakan bahwa titik permulaan dalam
mengajar yang berhasil adalah membangkitkan minat belajar anak
didik karena rangsangan melalui media pembelajaran. Rangsangan
tersebut, membawa kepada senangnya anak didik terhadap pelajaran
dan membangkitkan semangat belajar mereka. “Selain itu, guru
harus mampu memelihara minat belajar siswa dalam belajar, yaitu
dengan memberikan kebebasan tertentu untuk pindah dari satu aspek
ke lain aspek pelajaran dalam situasi belajar.
Berbicara mengenai faktor yang mempengaruhi minat belajar
siswa, dapat ditemukan beberapa faktor yang mempengaruhi minat
siswa itu sendiri. Namun pada dasarnya faktor tersebut dapat
dikelompokkan ke dalam faktor intern (dalam diri) siswa yang
belajar. Faktor ekstern (dari luar diri) siswa yang belajar dan
faktor teknik atau pendekatan belajar.
Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar kalau disarikan, yaitu
:
a.Faktor-faktor yang berasal dari luar diri pelajar dan ini masih
dapat digolongkan menjadi dua golongan yaitu : Faktor non
sosial dan faktor sosial.
b.Faktor yang berasal dari dalam diri pelajar dan ini pun dapat
digolongkan dua golongan yaitu : faktor fisiologis dan faktor
psikologis.
19
c.Mengembangkan motivasi dan minat belajar siswa yang pada
dasarnya adalah membantu siswa memilih bagaimana hubungan
antara materi yang diharapkan untuk dipelajarinya dengan
dirinya sendiri sebagai individu.
d.Bahwa untuk membangkitkan minat siswa dapat dicapai dengan cara
menghubungkan bahan pengajaran dengan suatu media atau berita
sensasional yang sudah diketahui kebanyakan siswa maka media
yang full multidimetional sebagai mana facebook saat ini
merupakan hal yang menarik.
C. Media Pembelajaran
1. Pengertian Media Pembelajaran
Media berasal dari bahasa latin merupakan bentuk jamak dari
“medium” yang secara harfiah berarti “perantara” atau “pengantar”
yaitu perantara atau pengantar sumber pesan dengan penerima pesan. Beberapa
ahli memberikan definisi tentang media pembelajaran. Schramm (1977)
mengemukakan bahwa media pembelajaran adalah teknologi pembawa pesan
yang dapat dimanfaatkan untuk keperluan pembelajaran. Sementara itu,
Briggs (1977) berpendapat bahwa media pembelajaran adalah sarana fisik
untuk menyampaikan isi/materi pembelajaran seperti:buku, film, video
dan sebagainya.
Sedangkan, National Education Associaton (1969) mengungkapkan
bahwa;
Media pembelajaran adalah sarana komunikasi dalam bentuk cetak maupun
pandang-dengar, termasuk teknologi perangkat keras. Dari ketiga pendapat di atas
disimpulkan bahwa media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat
menyalurkan pesan, dapat merangsang fikiran, perasaan, dan kemauan peserta
didik sehingga dapat mendorong terciptanya proses belajar pada diri peserta didik.
Brown (1973) mengungkapkan bahwa media pembelajaran yang digunakan
dalam kegiatan pembelajaran dapat mempengaruhi terhadap efektivitas pembelajaran.
20
Pada mulanya, media pembelajaran hanya berfungsi sebagai alat
bantu guru untuk mengajar yang digunakan adalah alat
bantu visual. Sekitar pertengahan abad Ke–20 usaha pemanfaatan
visual dilengkapi dengan digunakannya alat audio-vidio, sehingga
lahirlah alat bantu audio-visual. Sejalan dengan perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK), khususnya dalam bidang
pendidikan, saat ini penggunaan alat bantu atau media
pembelajaran menjadi semakin luas dan interaktif, didorong oleh
semakin berkembangnya teknologi di bidang informasi lewat
kombinasi perangkat komputer dan internet.
2. Manfaat dan Fungsi Media Pembelajaran
Manfaat dan manfaat media pembelajaran berdasarkan
identifikasi penulis, memiliki berbagai manfaat mengacu pada
telaah Kemp Dan Dayton (1985) dalam (Badruli,2010:42),
diantaranya sebagai berikut:
a.Penyampaian materi pelajaran dapat diseragamkan. Setiap guru
mungkin mempunyai penafsiran yang berbeda-beda terhadap
suatu konsep materi pelajaran tertentu. Dengan media ini,
setiap siswa dapat melihat atau mendengar uraian konsep
materi/ informasi yang persis sama seperti yang diterima
siswa-siswa lainya.
b.Proses pembelajaran menjadi lebih jelas daan menarik. Materi
pelajaran yang dikemas melalui program media ini, akan lebih
jelas, lengkap, menarik siswa. Suasana pembelajaran dapat
menjadi lebih hidup dan tidak monoton.
c.Proses pembelajaran menjadi lebih interaktif. Guru dapat
melakukan komunikasi dua arah secara aktif selama proses
pembelajaran. Karena guru dapat mengatur kelas sehingga
bukan hanya guru sendiri yang aktif tetapijuga siswanya.
d.Efesiensi dalam waktu dan tenaga. Tujuan belajar dapat
tercapai secara maksimal dengan waktu dan tenaga seminimal
21
mungkin. Guru tidak harus menjelaskan secara berulang-ulang,
sebab hanya dengan sekali sajian menggunakan media.ini,
siswa akan lebih mudah memahami pelajaran.
e.Meningkaatkan kualitas hasil belajar siswa. Menggunakan
media ini, siswa dapat menyerap materi pelajaran secara
mendalam dan utuh. Karena siswa dapat melihat, menyentuh dan
merasakan sendiri. Media memungkinkan proses belajar dapat
dilakukaan dimana saja dan kapan saja. Siswa dapat melakukan
kegiatan belajar secara lebih leluasa,kapanpun dan dimanapun
tanpa tergantung pada adanya guru.
f.Media dapat menumbuhkan sikap positif siswa terhadap materi
dan proses belajar. Dengan media ini, proses pembelajaran
menjadi lebih menarik sehingga mendorong siswa untuk
mencintai mencari ilmu pengetahuan dan gemar mencari sendiri
dari sumber-sumber ilmu pengetahuan.
g.Mengubah peran guru kearah yang lebih positif dan produktif.
Dengan memanfaatkan media ini peran guru bukan lagi sebagai
satu-satunya sumber belajar. Guru tidak lagi harus
menjelaskan seluruh materi pelajaran karena dapat berbagi
peran dengan media ini. Sehingga guru dapat lebih member
perhatian misalnya: membantu siswa yang mengalami kesulitan,
memotivasi siswa dan membentuk kepribadian.
h.Media pembelajaran dapat melampaui batasan ruang kelas.
Banyak hal yang tidak mungkin dialami secara langsung di
dalam kelas oleh para peserta didik tentang suatu obyek,
yang disebabkan, karena : (1) obyek terlalu besar; (2) obyek
terlalu kecil; (3) obyek yang bergerak terlalu lambat; (4)
obyek yang bergerak terlalu cepat; (5) obyek yang terlalu
kompleks; (6) obyek yang bunyinya terlalu halus; (7) obyek
mengandung berbahaya dan resiko tinggi.
22
i.Melalui penggunaan media yang tepat, maka semua obyek itu
dapat disajikan kepada peserta didik. Dengan media
memungkinkan adanya interaksi langsung antara peserta didik
dengan lingkungannya. Media juga dapat menghasilkan
keseragaman pengamatan dan dapat menanamkan konsep dasar
yang benar, konkrit, dan realistis.
j.Media membangkitkan keinginan dan minat baru, membangkitkan
motivasi dan merangsang anak untuk belajar sehingga
memberikan pengalaman yang integral/menyeluruh dari yang
konkrit sampai dengan abstrak.
3. Media Elektronik Dalam Pembelajaran
Sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
(IPTEK) penggunaan media, baik yang bersifat visual, audial,
projected still media maupun projected motion media saat ini bisa
dilakukan secara bersama dan serempak melalui satu alat saja
lewat sebuah Gadget Multi Media via Internet
Media Elektronik berbasis Internet (Online) dalam
pembelajaran terus mengalami perkembangan yang sangat pesat dan
sejauh ini kalau kita rinci akan kita temukan banyak istilah baru
yang kemungkinannya tiap saat terus bertambah. sebagai
berikut,diantaranya saja yang sudah sangat umum di dunia
pendidikan diantaranya saja; E-Learning,e-Book, dan Social
Network (Jejaring Sosial), Contohnya; Facebook, dewasa ini ini
mampu meramu semua jenis multi media elektronik dan bersifat
interaktif, multitasking dan paling trend digemari hampir semua
lapisan masyarakat, tak luput sampai ke pelosok daerah adalah
Facebook, selainnya ada juga Twitter, Skype,Whatapps, dll.
4. Media Pembelajaran PPKn Berbasis Network Facebook
1. Network Facebook
23
Facebook menurut vensiklopedia Wikipedia (2013),
sebagaimana penulis rangkum bahwa yang dimaksud facebook adalah
sebuah layanan yang diluncurkan pada bulan Februari 2004,
dimiliki dan dioperasikan oleh Facebook, Inc. Pada September
2012, Facebook memiliki lebih dari satu miliar pengguna
aktif,dan lebih dari separuhnya menggunakan telepon genggam.
Pengguna harus mendaftar sebelum dapat menggunakan situs ini.
Setelah itu, pengguna dapat membuat profil pribadi, menambahkan
pengguna lain sebagai teman, dan bertukar pesan, termasuk
pemberitahuan otomatis ketika mereka memperbarui profilnya.
Selain itu, pengguna dapat bergabung dengan grup pengguna dengan
ketertarikan yang sama, diurutkan berdasarkan tempat kerja,
sekolah atau perguruan tinggi, atau ciri khas lainnya, dan
mengelompokkan teman-teman mereka ke dalam daftar seperti "Rekan
Kerja" atau "Teman Dekat".
Facebook didirikan oleh Mark Zuckerberg bersama teman
sekamarnya dan sesama mahasiswa Universitas Harvard, Eduardo
Saverin , Andrew Mc Collum , Dustin Moskovitz dan Chris Hughes.
Keanggotaan situs web ini awalnya terbatas untuk mahasiswa
Harvard saja, kemudian diperluas ke perguruan lain di Boston, Ivy
League, dan Universitas Stanford. Situs ini secara perlahan
membuka diri kepada mahasiswa di universitas lain sebelum dibuka
untuk siswa sekolah menengah atas, dan akhirnya untuk setiap
orang yang berusia minimal 13 tahun.
Meski begitu, menurut survei Consumer Reports bulan Mei
2011, ada 7,5 juta anak di bawah usia 13 tahun yang memiliki akun
Facebook dan 5 juta lainnya di bawah 10 tahun, sehingga melanggar
persyaratan layanan situs ini. Studi Compete (dot) com pada
bulan Januari 2009 menempatkan Facebook sebagai layanan yang
paling banyak digunakan menurut jumlah pengguna aktif bulanan di
seluruh dunia. Nama layanan ini berasal dari nama buku yang
24
diberikan kepada mahasiswa pada tahun akademik pertama oleh
beberapa pihak administrasi universitas di Amerika Serikat dengan
tujuan membantu mahasiswa mengenal satu sama lain. Facebook
memungkinkan setiap orang berusia minimal 13 tahun menjadi
pengguna terdaftar di situs ini.
2. Pemanfaatan social network Facebook sebagai Media
Pembelajaran PPKn
Pemanfaatan social network atau ini sebenarnya menjadi
peluang yang cukup menarik untuk dimanfaatkan dalam dunia
pendidikan sebagai salah satu media pembelajaran,khususnya mata
pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan(PKn). Dalam facebook kita
sebagai pelajar atau siswa tidak hanya dapat bertegur sapa di
chat facebook tapi juga bisa bertukar informasi. Atau bisa juga
membuat grup perkumpulan sekolah untuk sekedar bertukar ilmu dan
berkomunikasi secara luas dengan anggota lainnya.
Jadi media social facebook tidak hanya berfungsi untuk forum
berkomunikasi saja tapi juga bisa bermanfaat menjadi media dalam
bertukar informasi antar anggota penggunanya dalam hal ini
termasuk pengguna dari kalangan pelajar.
(http:/edukasi.kompasiana.com/2012/09/26/- pemanfaatan-media-
teknologi-dalam-pembelajaran - diunduh 9 Sepetember 2013)
Hal-hal yang bisa dimanfaatkan lewat media elektronik
facebook sebagai media pembelajaran kreatif dan interaktif,
misalnya :
a. Membuat forum diskusi dengan anak didik kita dan memberikan
umpan materi diskusi yang berkaitan dengan materi pelajaran
di sekolah.
b. Sebagai tempat tukar pendapat antara siswa dan guru dengan
memberikan suatu masalah yang berkaitan dengan pembelajaran
di sekolah.
25
c. Memberikan paparan materi pelajaran dan tugas pekerjaan
rumah (PR) melalui facebook, sehingga siswa tidak hanya
menggunakan facebook untuk hal-hal yang kurang bermanfaat
tetapi sebagai wadah komukasi intensif, kreatif dan
interaktif antara guru dan siswa di luar jam sekolah.
d. Masih banyak ide-ide lain yanog bisa dikembangkan lewat
Facebook dan bisa sharing dengan komunitas pendidik sehingga
ide lebih baik lagi bisa bermunculan di pikiran kita. Yang
pasti, kita tentunya tidak ingin anak-anak peserta didik
kita disesatkan oleh keberadaan facebook yang bukan mustahil
bisa saja memerosotkan mental anak bangsa,bila tidak
dibimbing dan diarahkan ke hal positif. Hal yang demikian
tentu perlu kita hindari maka dengan turut serta
memanfaatkan facebook sebagai media pembelajaran bersama
peserta didik, guru bisa sekaligus mengontrol dan mengawasi
keselamatan mereka dari pengaruh arus globalisasi informasi
yang negatif.
5. Hasil Belajar
1. Pengertian Hasil Belajar
Untuk mengetahui sejauh mana proses belajar mengajar
mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan, maka perlu diadakan
tes hasil belajar. Menurut pendapat Winata Putra dan Rosita
(1997; 191 ) tes hasil belajar adalah salah satu alat ukur yang
paling banyak digunakan untuk menentukan keberhasilan seseorang
dalam suatu proses belajar mengajar atau untuk menentukan
keberhasilan suatu program pendidikan. Adapun dasar-dasar
penyususan tes hasil belajar adalah sebagai berikut:
26
a. Tes hasil belajar harus dapat mengukur apa-apa yang
dipelajari dalam proses pembelajaran sesuai dengan tujuan
instruksional yang tercantum dalam kurikulum yang berlaku.
b. Tes hasil belajar disusun sedemikian sehingga benar-benar
mewakili bahan yang telah dipelajari.
c. Bentuk pertanyaan tes hasil belajar hendaknya disesuaikan
dengan aspek-aspek tingkat belajar yang diharapkan.
d. Tes hasil belajar hendaknya dapat digunakan untuk
memperbaiki proses belajar mengajar.
A. Tabrani (1992;3) mengatakan bahwa belajar mengajar
adalah suatu proses yang rumit karena tidak sekedar menyerap
informasi dari guru, tetapi melibatkan berbagai kegiatan maupun
tindakan yang harus dilakukan , terutama bila diinginkan hasil
yang lebih baik .
2. Tipe Hasil Belajar
Menyimpulakan dari pendapat Nana Sudjana (1988; 49), tujuan
pendidikan yang ingin dicapai dalam suatu pengajaran terdiri dari
3 macam yaitu: bidang kognitif, afektif, dan psikomotorik. Ketiga
aspek tersebut merupakan suatu kesatuan yang tidak terpisahkan
yang harus nampak sebagai hasil belajar. Selanjutanya dipaparkan
Nana Sudjana (1988;50-54) dalam tulisannya mengemukakan unsur-
unsur penting dalam aspek pengajaran, ringkasannya adalah
sebagai berikut :
a.Tipe hasil belajar bidang kognitif
b.Tipe hasil belajar afektif
c.Tipe hasil belajar bidang psikomotor
3. Kompetensi Multi Dimensi Pendidikan Kewarganegaraan (PKn)
Disandarkan pada kajian Dasim Budimansyah tentang
Pembelajaran Kewarganegaraan Multidimensional (2010: 2-6)
27
dikatakannya bahwa “pendidikan kewarganegaraan abad ke-21
membutuhkan satu pendekatan yang lebih holistic yang ditandai
kesempurnaan dan konsistensi pada isi dan cakupannya.” Para
peneliti yang tergabung dalam Civic Education Policy Study (CEPS)
merumuskan satu model konseptualisasi pendidikan kewarganegaraan
yang kompleks guna mengatasi tantangan-tantangan yang akan
dihadapi pada dekade abad ke-21 yang dinamakan Multi Domentional
Citizenship (MDC) atau kewarganegaraan multidimensi.
Karenanya, mengenalkan dimensi-dimensi tersebut merupakan
satu kebutuhan yang penting saat ini. Maka dimensi-dimensi
tersebut agar dipahami dan disajikan secara konseptual untuk
dianalisis dan jadi bahan rekomendasi kebijakan setidaknya harus
ditekankan pada pembentukan karakter kewarganegaraan berikut ini.
Ada 8 karakteristik penting pendidikan kewarganegaraan yangmembutuhkan perhatian penting dari para pendidik dan pembuatkebijakan ke depan agar PKn sebagaimana menurut Cogan & Derricott(1998) dalam (Budimansyah,2010:4-5) adalah:
1) kemampuan untuk melihat dan mendekati masalah sebagaianggota masyarakat global;
2) kemampuan bekerja sama dengan yang lain dengan cara yangkooperatif dan menerima tanggung jawab atas peran/tugasnyadi dalam masyarakat;
3) kemampuan memahami, menerima, menghargai dan dapat menerimaperbedaan-perbedaan budaya;
4) kapasitas berpikir dengan cara yang kritis dan sistematis;5) keinginan untuk menyelesaikan konflik dengan cara tanpa
kekerasan;6) keinginan untuk mengubah gaya hidup dan kebiasaan
konsumtifnya untuk melindungi lingkungan;7) kemampuan bersikap sensitif dan melindung hak asasi manusia
(misalnya, hak wanita, hak etnis minoritas, dan lain-lain);dan
8) keinginan dan kemampuan untuk ikut serta dalam politik9) pada tingkat lokal, nasional dan internasional.
28
III. Pelaksanaan Penelitian Perbaikan Pembelajaran
A. Subyek Tindakan
Subyek penelitian ini adalah siswa SMP Negeri 5 Majalengka
kelas VII-C dengan jumlah siswa sebanyak 24 orang, terdiri dari
12 siswa laki-laki dan 12 siswa perempuan. Pemilihan kelas VII-C
ini sengaja dipilih bertujuan untuk memperbaiki dan meningkatkan
motivasi belajar siswa pada pembelajaran Pendidikan Pancasila dan
Kewarganegaraan karena setelah diamati para siswanya cenderung
pasif, kurang bergairah atau memiliki motivasi belajar yang baik
pada pembelajaran PPKn. Salah satu kendalanya karena kurang
kreatifnya guru dalam mengolah bahan ajar di tengah ketersediaan
bahan ajar buku siswa yang masih terbatas (belum tersedia secara
lengkap di perpustakaan sekolah) , bila pun ada hanya bisa
didapat dari sumber belajar lain melalui internet. Sehingga
memerlukan kreatifitas guru untuk mensiasatinya yakni dengan
menyediakan sumber belajar alternatif dengan memanfaatkan media
audio visual elektronik lewat pemanfaatan office power point dan
media jejaring social facebook.
Mengacu pada uraian diatas yang menjadi subjek tindakan dalam
penelitian ini terdiri dari 3 unsur pokok, antara lain :
1. Unsur Siswa: dalam hal ini yang diamati adalah motivasi
belajar belajar siswa selama proses KBM masih rendah dan hasil
belajar siswa kurang memuaskan.
2. Unsur Guru: hal yang diamati adalah masih minimnya
keterampilan guru dalam merencanakan, melaksanakan dan
melakukan refleksi dalam pembelajaran.
3. Unsur Media pembelajaran: hal yang diamati belum ada
kesesuaian antara penyusunan bahan ajar dengan media
pembelajaran yang dipergunakan dengan standar KI/KD/SKL
Kurikulum 2013.
29
B. Prosedur Perbaikan Pembelajaran
Penelitian pada laporan PKP-PGSM ini merupakan kegiatan
Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research) yang
dilaksanakan dengan mengikuti prosedur penelitian berdasarkan
pada prinsip Kemmis dan Toggart (1988) yang mencakup kegiatan
perencanaan (planning), tindakan (action), observasi (observation),
refleksi (reflection) atau evaluasi. Keempat kegiatan ini berlangsung
secara berulang dalam bentuk siklus. Penelitian ini dilakukan
dengan cara berkolaborasi dengan rekan sejawat yang sekaligus
sebagai observer dan supervisor melalui prosedur penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 5 Majalengka dengan
alamat sekolah di Jl. Raya Cibodas No.8 Desa Cibodas Kecamatan
Majalengka, Kabupaten Majalengka, Provinsi Jawa Barat. Adapun
kurun waktu penelitian berlangsung selama kurang lebih 3 bulan,
yaitu mulai akhir bulan Agustus s.d Okttober 2013, dengan 2
siklus. Pengaturan waktu penelitian berpedoman pada kalender
akademik dan jadwal KBM di sekolah peneliti,dengan skema sebagai
berikut:
Secara keseluruhan alur penelitian dipetakan dengan diagram
30
Perencanaanawal
1. menghubungi Kepala Sekolah2. menetukan kelas subyek penelitian3. menyiapkan rencana pembelajaran PPKn melalui RPP Kurikulum 2013
4. menentukan fokus observasi dan aspek-aspek yang diamati5. menetukan jenis data 6. menetukan pelaku observasi (observer),alat bantu observasi, pedoman observasi,pedoman observasi, dan cara pelaksanaan observasi
Pembelajaran dengan RPP 1 dengan Materi KD.3.1 Memahami Sejarah Dasar Negara dengan media offline power point dilaksanakan 2 kali tatap muka Observasi motivasi belajar siswa dalam pembelajaranMenilai kemampuan siswa melalui pre-test dan post test
Refleksi siklus 1analisis hasil dan saran
C. Metode dan Alat Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dalam penelitian tindakan kelas ini
adalah observasi hasilnya dipergunakan untuk memperoleh data
tentang motivasi belajar siswa dengan menggunakan media
elektronik offline dan online.
31
Perencanaantindakansiklus 2
1. mendiskusikan dengan supervisor 2 tentang kendala/masalah yang ditemui pada siklus 1 dan menentukan
Pelaksanaansiklus 2
1. Pembelajaran dengan Materi KD.3.1 Memahami Sejarah Dasar Negara dengan tindakn mengunakan media online facebook dilaksanakan 2 kali tatap muka
2. Observasi minat dan motivasi belajar siswa
Refleksi siklus 2analisis hasil dan penyimpulan
Perencanaan tindaklanjut siklus 3 Menarik kesimpulan dan
saran
Pelaksanaansiklus 1
Sedangkan alat pengumpul data lainnya berupa lembar tes
evaluasi harian dan lembar kerja siswa serta data observasi dari
supervisor 2 untuk mengukur tingkat efektifitas media
pembelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan di Kelas
VII melalui media elektronik offline power poin dan media online
facebook.
D. Teknik Analisis Data
Data yang diperoreh pada setiap kegiatan observasi dari
setiap siklus dianalisis secara deskriptif dengan menggunakan
teknik persentase untuk melihat kecenderungan yang terjadi dalam
proses pemberajaran. Kegiatan ini analisis meliputi:
1. Tingkat motivasi belajar belajar siswa atau partisipasi
belajar belajar siswa dalam proses pembelajaran,dengan
kategori tinggi, sedang, dan rendah.
2. Hasil belajar siswa berupa nilai tes atau evaluasi proses
harian untuk KD 3.1.(terlampir)
3. Tingkat keberhasilan pemanfaatan media elektronik audio
visual offline power point dan media online jejaring social
facebook, dengan kategori berhasil, kurang berhasil, dan
tidak berhasil.
Adapun dalam hal pengambilan kesimpuran pada peneritian
tindakan ini yaitu dengan merangkum hasil tes, hasil penyebaran
angket, dan hasir observasi siklus I dan siklus II. Selanjutnya
menyusun, mengolah, dan menyajikannya sesuai dengan kaidah-kaidah
ilmiah sehingga menjadi data yang bermakna.
Berdasarkan data yang sudah bermakna tersebut tentunya bisa
mudah untuk ditelaah dan selanjutnya dapat disimpulkan bahwa
pelaksanaan penelitian tindakan tersebut berhasil atau tidak
berhasil dengan mengacu kepada berbagai indikator keberhasilan
yang telah ditentukan sebelumnya.
32
IV. Hasil dan Pembahasan
A. Deskripsi Hasil Penelitian Perbaikan Pembelajaran
Pada tahap perencanaan perbaikan pembelajaran guru
mengidentifikasi masalah-masalah PPKn yang berkaitan dengan
topik bahasan pada KD. 3.1 “ Memahami Sejarah dan Semangat
Komitmen Para Pendiri Negara dalam Merumuskan dan Menetapkan
Pancasila sebagai Dasar Negara”. Pada saat menganalisis dan
merumuskan masalah, guru melakukan diskusi dengan pembimbing dan
atau observer untuk memperoleh persamaan persepsi tentang topik,
sehingga konsep/materi yang akan dibahas dalam pembelajaran
menjadi lebih mantap. Setelah selesai menganalisis dan
merumuskan masalah, dan berdikusi lalu guru yang sekaligus
sebagai peneliti, fokus pada rancangan media pembelajaran
interaktif dengan power point dan media elektronik facebook yang
akan diterapkan pada pembelajaran PPKn pada RPP siklus 1 dan
RPP Silus 2 di kelas VII-C. Dalam rangka mempersiapkan
rancangan media pembelajaran guru menyusun kelompok belajar
peserta didik dan merencanakan beberapa tugas kelompok. Guru
juga menyiapkan instrumen berupa angket, pedoman observasi, dan
tes akhir.
Dalam mendesain media pembelajaran interaktif dalam mata
pelajaran PPKn pada awalnya guru sebagai peneliti masih ragu
apakah media pembelajaran yang dirancang akan tepat sesuai
mendukung teori tentang media pembelajaran yang dikehendaki.
Peneliti kurang percaya diri ketika membuat desain pembelajaran
tersebut untuk pertama kali dilakukan. Biasanya pada setiap
pembelajaran peneliti tidak membuat persiapan mengajar secara
rinci,cukup dengan membaca topik atau masalah yang akan
33
diajarkan, setelah itu mengajarkannya kepada peserta didik
dengan metode ceramah dan pemberian tugas saja, dan pada akhir
pembelajaran memberikan pekerjaan rumah ataupun mengadakan
ulangan untuk mengetahui kemampuan peserta didik terhadap materi
yang telah diajarkan. Dalam membuat rancangan/persiapan media
pembelajaran yang interaktif, guru beberapa kali berkonsultasi
kepada pembimbing untuk memastikan dan memantapkan langkah-
langkah kegiatan dalam penggunaan media pembelajaran yang akan
dilakukan dalam pembelajaran PPKn di kelas VII Sekolah
Menengah Pertama.
Pada saat melakukan tindakan, guru sebagai peneliti berupaya
untuk melaksanakan langkah-langkah pembelajaran sesuai
perencanaan. Namun karena kegiatan tersebut belum biasa
dilakukan peneliti, maka masih ada beberapa kendala yang
dihadapi seperti kurangnya dalam pengguasaan manajemen waktu dan
terbatasnya referensi terhadap pemanfaatan media pembelajaran
yang akan digunakan. Untuk mengatasi kendala tersebut peneliti
mencoba berkolaborasi dengan teman sejawat dan lebih giat lagi
menggali informasi tentang media pembelajaran PPKn guna diuji
cobakan di kelas. Dari rasa ingin tahu dan kepenasaran
guru/peneliti maka didapati beberapa media, mulai diseleksi dan
kemudian dipilihlah 2 media yang akan diujicobakan di kelas,
pertama menggunakan power point dan kedua disiapkan alternatif
lainnya berbasis IT dengan media elektronik facebook. sebagai
pijakan awal merakit materi pada office power point untuk
siklus ke-1 dan persiapan lainnya media facebook bila siklus ke-
1 (kesatu) kurang memuaskan dan harus berlanjut ke siklus ke-2
(kedua) atau pun ke-3 (ketiga).
Sebagai bahan pembanding peneliti pada awalnya menggunakan
media gambar dan audio video dengan media offline menggunakan
34
office power point pada pembelajaran siklus 1 dan selanjutnya
setelah melakukan refleksi dengan kajian melalui input data dari
observer dan hasil tes evaluasi dan proses KBM maka mulailah
membuat kajian lanjutan terhadap bahan ajar dari sumber lain
melalui postingan guru PPKn di internet, setelah mempelajari dan
membuka beberapa laporan tentang penggunaan media elektronik dan
buku-buku petunjuk tentang cara pembuatan dan penggunaan media
pembelajaran berbasis elektronik untuk matpel PPKn maka
diputuskan untuk siklus ke 2 menggunakan media pembelajaran
online jejaring social facebook. Hal lainnya tentu sebagai
rujukan utama tetap pada pada buku paket PPKn pegangan siswa dan
buku pedoman guru PPKn dari Kemdikbud. Hal itu semua dimaksudkan
untuk memperkaya pengetahuan sehingga peneliti dapat menemukan
apa tindakan yang tepat guna meningkatkan motivasi belajar
siswas dalam pembelajaran PPKn disamping tentunya guna
membangkitakan rasa percaya diri peneliti dalam menghadapi
tantangan ke depan, dengan harapan bisa menjadi guru
professional bersertifikat pendidik.
Peneliti selain sebagai pengajar juga berperan sebagai nara
sumber dan sekaligus sebagai fasilitator saat proses
pembelajaran. Agar lebih mantap dalam mengelola kelas, peneliti
membuka diri menerima masukan dari para pembimbing dan observer
guna memudahkan peneliti menggali lebih dalam lagi sampai
didapati pengetahuan dalam mengolah data penelitian. Sejauh ini
komunikasi antara peneliti dengan pembimbing,dan observer bisa
terjalin secara harmonis dan produktif.
Dalam menerapkan media pembelajaran interaktif dengan power
point pada pada siklus ke-1 dirasakan peneliti begitu cukup
beratnya dalam hal ini tentu terkait bagaimana mengeksplorasi,
mengelaborasi sampai ke tahap konfirmasi pada pelaksanaan
35
pembelajaran PPKn. Mendorong, memancing motivasi belajar peserta
didik pada awalnya begitu sulit apalagi bisa sampai pada
mendayagunakan pengetahuan lebih lanjut dari sumber yang
terpecaya untuk lebih menguatkan penguasaan kompetensi belajar
agar lebih bermakna dalam bentuk kerja kelompok, tentunya
dikarenakan peserta didik dan guru masih memiliki keterbatasan
dalam hal komunikasi, mungkin karena pembelajaran yang
disampaikan terlalu formal. Untuk dapat menyatukan peserta didik
agar bermotivasi belajar aktif dalam kelompok dan mampu bekerja
sama, guru berusaha memberi penjelasan tentang pentingnya
berbagi (sharing), bekerja sama, dan ikatan bathin penuh
persahabatan tanpa perlu mempertimbangkan kepintaran atau
kemampuan pihak lain. Dalam hal ini diharapkan peserta didik
yang memiliki kelebihan daripada teman-temannya dapat
membantunya dengan memberikan penjelasan tentang materi
pelajaran yang belum dipahami dan dimengerti. Setelah diberi
penjelasan oleh guru tentang arti pentingnya persahabatan dan
manfaat bekerja sama dalam memanfaatkan berbagai media belajar,
akhirnya peserta didik mau membentuk kelompok, melakukan
diskusi, dan parrtisipasinya lebih baik dari sebelumnya. Ada
upaya dari guru mengkondisikan peserta didik untuk memahami
materi pelajaran minggu lalu dengan cara sharing (berbagi)
informasi lewat paparan masing-masing kelompok. Masing-masing
kelompok pada pertemuan kedua si siklus ke-1 (kesatu) lebih
dititik beratkan pada keterampilan membuat pertanyaan dan
mengemukakan pendapat , menanggapinya serta mencatat point-point
penting sebagai resume dari hasil paparan tugas kelompok lainnya
sampai semua kelompok bisa tuntas menyampaikan dan menjawab
pertanyaan.
36
Pada siklus ke-1 (kesatu) waktu yang digunakan cukup lama,
terutama pada saat paparan guru, itu terjadi pada pertemuan
pertama siklus ke-1 (kesatu). Kemudian pada pertemuan kedua
siklus ke-1 (kesatu) yang difokuskan pada diskusi kelompok untuk
mengeksplorasi, mengelaborasi sampai ke tahap konfirmasi pada
pelaksanaan pembelajaran PPKn dirasakan masih tidak cukup waktu
dan hasil belajar siswa belum memuaskan sehingga diperlukan
menggunakan jam pelajaran berikutnya. Peserta didik belum
terbiasa mengalami pembelajaran interaktif lewat media
elektronik yang juga disertai tugas kelompok sampai analisis
masalah, sehingga ada beberapa kejadian-kejadian yang cukup
mengejutkan. Seorang peserta didik menyatakan bahwa Pancasila
lahir dan menjadi sakti karena adanya peristiwa pemberontakan
PKI. Catatan lain dari hasil pengamatan adalah bahwa guru masih
terbatas dalam membuat paparan menggunakan media power point
sehinga belum begitu menarik minat siswa bermotivasi belajar
lebih jauh apalagi dalam penjelaskan materi bahasannya sangat
terbukti lewat tampilan paparannya dengan kalimat yang terlalu
bertumpuk. Guru kurang merata dalam memberikan pengarahan dan
bimbingan kepada peserta didik karena secara teknis masih
melayani kelompok per kelompok.
B. Pembahasan dari Setiap Siklus
PELAKSANAAN SIKLUS 1
1. Rencana Siklus 1 : Sesuai dengan rencana perbaikan
pembelajaran 1
2. Pelaksanaan Siklus 1 :
a. Tatap muka ke-1 membelajarkan konsep dengan tayangan
gambar offline di power point, meliputi bahasan
tentang:
1) Suasana penjajahan Belanda dan penjajahan Jepang
37
menjelang Indonesia merdeka.
2) Tokoh-tokoh pejuang kemerdekaan Indonesia.
3) Pembentukan BPUPKI sebagai badan yang mempersiapkan
dasar negara Indonesia merdeka.
b. Tatap muka ke-2 membelajarkan siswa dengan menggunakan
mengunakan tayangan media audio visual offline melalui
tayangan slide power point dan dilanjutkan dengan
diskusi kelompok dengan bahasan lanjutan:
1) Usulan dasar negara oleh perumus dasar negara.
2) Perumusan dasar negara dalam Piagam Jakarta.
3) Peran masing-masing tokoh para pendiri negara dalam
merumuskan Pancasila sebagai dasar negara.
3. Pengamatan Siklus 1 :
Guru tidak dapat melaksanakan pembelajaran sesuai dengan
rencana, diamati dari penggunaan waktu dalam menjelaskan materi
dan permasalahanya, pembagian tugas kelompok berikut langkah-
langkah kegiatannya berikut mengajak siswa untuk sampai pada
menganalisis konsep, terkesan tidak cukup hanya dengan waktu 90
menit. Kendalanya pada paparan guru yang begitu panjang lebar
dibantu media power point sehingga pembelajaran terkesan
mengambang sehingga siswa masih terlihat kebingungan dengan
begitu banyaknya konsep-konsep sejarah yang demikian
panjangnya. Nampak siswa baru dipuaskan hanya dari tayangan
video sejarah, sementara esensi dari apa yang diharapkan yakni
mengajak siswa telibat aktif belajar secara kritis dalam
memahami alur sejarah Pancasila sebagai dasar negara belum
terlihat secara pasti. Hal ini mungkin bisa terjadi karena guru
tidak memberitahu terhadap siswa dari awal tentang alokasi
waktu kegiatan sampai ke tahap menganalisis tugas-tugas
38
kelompok siswa tersebut. Sedangkan pengamatan terhadap minat
siswa dalam proses pembelajaran sudah cukup tinggi yakni
69,10%, walaupun masih ditemukan sekitar 30,90% siswa
konsentrasinya masih di luar kegiatan pembelajaran seperti
melamun, usil sama temannya dan membaca serta mengerjakan tugas
pelajaran lain. Untuk kemampuan siswa dalam bermotivasi
belajar atau menyatakan pendapat melalui media power pont pada
materi KD. 3.1 Memahami Sejarah dan Semangat Komitmen Para
Pendiri Negara dalam Merumuskan dan Menetapkan Pancasila
sebagai Dasar Negara masa periode siklus ke-1 ini dilihat dari
pencapaian hasil belajar berdasarkan analisis pencapaian
ketuntasan IPK (Indikator Pembelajaran Kelas) masih ditemukan
ada 14 siswa yang belum tuntas, ada pun raihan rata-rata nilai
secara klasikal baru didapat pada angka 67,08
4. Refleksi Siklus 1 :
Berdasarkan temuan-temuan pada siklus ke-1 (kesatu) setelah
menganalisis triangulasi antara guru sebagai peneliti,
pembimbing sekaligus observer, serta berdasar pada analisis
hasil belajar dan angket siswa, semua data bahan masukan
tersebut dijadikan bahan refleksi pada akhir siklus ke-1.
Selanjutnya didiskusikan dengan observer sekaligus rekan
berkolaborasi dan didapatkan sebuah keputusan untuk melanjutkan
kegiatan pelaksanaan pembelajaran pada siklus ke-2, dengan
diawalai pada revisi terhadap rencana perbaikan pembelajaran
(RPP), dengan mencoba menggunakan media pembelajaran alternatif
lainnya yakni menggunakan media elektronik Facebook. Diharapkan
dengan pengunaan media pembelajaran yang baru pada siklus ke-2
(kedua) pada pertemuan berikutnya bisa lebih baik dan
diperbaiki yaitu dalam penggunaan media dan manajemen waktu
harus tepat dengan memperjelas langkah-langkah siswa dalam
39
menganalisis tentang membaca tanda waktu jam setengah jam pada
jarum jam. Untuk meningkatkan motivasi belajar siswa dalam
proses pembelajaran dan nilai hasil belajar yakni dengan cara
guru mengubah media pembelajaran yang bisa memancing lebih
reaktif dan aktif lagi sehingga tidak ada kesempatan lagi bagi
siswa untuk membuang waktu dengan ngobrol, usil, atau
mengerjakan kegiatan lain, maka disimpulakan sementara akan
mengunakan media pembelajaran yang berbasis multi media dan
pilihannya pada pemanfaatan facebook. Dengan harapan peserta
didik lebih terkesan sehingga hasil belajar bisa optimal
artinya siswa tuntas mencapai batas nilai sesuai rencana KKM
minimal 75,00 (standar kurikulum baru 2,66).
PELAKSANAAN SIKLUS 2
1. Rencana Siklus 2 : Rencana pembelajaran yang sudah
diperbaiki.
2. Pelaksanaan Siklus 2 :
a. Tatap muka ke-1 membelajarkan konsep:
1) Peran PPKI dalam penetapan Pancasila sebagai dasar
negara.
2) Perbandingan rumusan sila-sila Pancasila dalam
Piagam Jakarta dan dalam Pembukaan UUD Negara
Republik Indonesia Tahun 1945.
3) Lambang-lambang dari tiap sila Pancasila.
4) Membuat ikrar mempertahankan Pancasila sebagai
dasar negara.
b. Tatap muka ke-2 membelajarkan sikap dan semangat
terkait bahasan:
1) Peran PPKI dalam penetapan Pancasila sebagai dasar
negara.
2) Perbandingan rumusan sila-sila Pancasila dalam
40
Piagam Jakarta dan dalam Pembukaan UUD Negara
Republik Indonesia Tahun 1945.
3) Lambang-lambang dari tiap sila Pancasila.
4) Membuat ikrar mempertahankan Pancasila sebagai
dasar negara.
3. Pengamatan Siklus 2 :
Hal-hal yang ditemukan pada siklus 2 ini : (1) Motivasi
belajar aktif belajar siswa dalam proses pembelajaran
meningkat pada TM 3 = 84,50%, pada TM 4 = 99,10% semua dalam
kondisi siap belajar. Pada kegiatan analisis tentang
perbandingan rumusan sila-sila Pancasila dalam Piagam Jakarta
dan dalam Pembukaan UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945
melalui media pembelajaran elektronik facebook siswa nampak
sangat antusias sampai dengan masing-masing siswa membuat
ikrar untuk ikut mempertahankan Pancasila sebagai dasar negara
. Keterampilan guru dalam mengembangkan Pendekatan Sistem (System
Approach) media pembelajaran elektronik facebook dengan
diskusi dan kerja kelompok meningkat sebesar 16,80 %, yang
semula pada siklus ke-1 rata-rata 75,00% menjadi rata-rata
91,80% pada siklus ke-2.
4. Refleksi Siklus 2 :
Pemanfaatan media elektronik facebook sudah terbiasa dalam
keseharian para siswa kita tapi masih didapati ada beberapa
peserta didik yang tidak mau bergabung dan membantu peserta
didik lainnya yang kurang mahir untuk berbagi pengetahuan.
Ditenggarai peserta didik yang merasa dirinya mahir pada media
facebook lebih suka menggunakan media sendiri-sendiri atau
bekerja sendiri, dan umumnya tidak mau diganggu maupun
mengganggu orang lain, maka yang dilakukan guru untuk mendorong
41
peserta didik agar sama-sama bermotivasi belajar dalam
pembelajaran PPKn dengan memotivasi peserta didik yang mau
member bantuan ke temannya untuk sama-sama berusaha memahami
topik-topik PPKn dan mengumpulkan pertanyaan-pertanyaan yang
muncul saat membaca postingan dan ikut berkomentar sesuai yang
diharapkan guru sehingga topik-topik permasalahan PPKn bisa
tergali lebih dalam lagi . Selanjutnya saat guru memberikan
ulangan / tes kepada peserta didik, nilai rata-rata peserta
didik pada tahap ini sudah mencapai 78,83 (masih pakai skala
nilai KTSP). Selain kemampuan peserta didik dalam materi PPKn
yang dinilai, penilaian juga dilakukan oleh guru saat proses
belajar, yaitu terkait motivasi belajar peserta didik dalam
melaksanakan tugas kerja kelompok, diskusi kelompok, dan hasil-
hasil diskusi kelompok. Penilaian guru meliputi aktifitas
bertanya dan menjawab, kekompakkan, kerja sama, kepemimpinan,
pembagian tugas, dan kemampuan mengemukakan ide/pendapat saat
diskusi. Pada awalnya peserta didik sulit untuk bekerja sama
dan mengemukakan pendapatnya maupun memahami topik dan
bagaimana merumuskan pertanyaan yang muncul saat diskusi dan
kerja kelompok dengan media elektronik facebook pada Grup FB
PKn SMPN 5 Majalengka. Namun setelah beberapa kali dicontohkan
guru,akhirnya siswa berani melakukan uji coba mengirimkan
postingan dan melaksanakan tugas kerja kelompok dan diskusi
interaktif antar peserta didik dengan berani mengemukakan
pendapatnya tanpa malu-malu lagi. Setelah beberapa kali peserta
didik mengalami pembelajaran dengan media pembelajaran
interaktif facebook, peserta didik dapat memilih sendiri topik
yang akan dibahas lewat postingan masing-masing peserta didik
pada group facebook dan berusaha mengemukakan pendapatnya
tentang topik tersebut serta membuat pertanyaan-pertanyaan
42
dengan kalimat bebas namun masih tertaut dengan topik bahasan
KD.3.1 tersebut.
Berdasarkan hasil pengamatan dan analisis peneliti bersama
observer dan pembimbing telah didapatkan data cukup signifikan,
semua aspek yang ditelaah sudah menunjukkan tercapainya
kriteria keberhasilan belajar siswa sebagaimana yang telah
ditetapkan sebelumnya, yakni kemampuan siswa bermotivasi
belajar aktif melalui penggunaan media elektronik facebook
efektif dan signifikan dengan hasil belajar siswa, terbukti
peningkatanya cukup tajam hingga mencapai rata-rata 77,92 dan
telah mencapai target ketuntasan belajar sebagaimana
direncanakan yaitu diatas 75%, malah capaiannya akhirnya
sebesar 92,00%. Untuk itu maka guru peneliti dan observer
sekaligus supervisor bersepakat tidak melanjutkan pada siklus ke tiga
(penelitian sementara dianggap cukup tidak berlanjut).
Setelah melakukan berbagai upaya lewat tindakan selama dua
siklus peneliti bersama rekan sejawat guru yang bertindak
sebagai pengamat / observer melakukan diskusi dan refleksi
kemudian didapat data hasil penelitaian, seperti terlihat pada
tabel 4.3 dan diagram 4.3
Tabel 4.3 Hasil Tiap Aspek PTK Selama Dua Siklus
No Aspek Penelitian Siklu
s ke-
1
%
Sikl
us
ke-2
%
Peningkatan
%
1Hasil belajar siswa dalam
proses pembelajaran67.08
77.9
210,84
Keterampilan guru dalam 75.00 91,8 16,80
43
2
mengembangkan media
pembelajaran interaktif
offline dan online facebook
0
3
Motivasi belajar /
partisipasi aktif belajar
siswa dengan memanfaatkan
media elektronik offline
tayangan power point dan
online facebook
63.6778.8
315,16
V. Simpulan dan Saran Tindak Lanjut
A. Simpulan
Setelah melaksanakan perbaikan pembelajaran PPKn duna
meningkatkan motivasi belajar siswa dengan menggunakan media
elektronik Facebook dalam memahami Kompetensi Dasar 3.1 “Sejarah
dan Semangat Komitmen Para Pendiri Negara Dalam Merumuskan dan menetapkan
Pancasila sebagai Dasar Negara” di Kelas VII C SMPN 5 Majalengka,
dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
1. Motivasi belajar siswa mempunyai hubungan positif dan
signifikan dengan hasil belajar,hal ini ditunjukkan oleh
adanya perbaikan hasil pembelajaran PPKn untuk KD.3.1,
melalui perbaikan media pembelajaran, baik pada saat
menggunakan media audio dan gambar secara offline melalui
tayangan office power point pada siklus 1 mau pun setelah
dilakukan beberapa perbaikan pada siklus 2, terutama
setelah menggunakan media online jejaring social facebook
ternyata melalui media tersebut mampu meningkatkan
gairah, semangat dan motivasi belajar PPKn siswa,
sehingga hasil belajar pada akhir siklus 2 mencapai rata-
rata nilai 77,92.
44
2. Kelengkapan dan pemanfaatan media pembelajaran secara
intens merupakan hal yang sangat penting dalam medorong
motivasi belajar siswa, ketuntasan serta optimalisasi
proses kegiatan pembelajaran bisa tercapai. Melalui
pemanfaatan media Facebook intensitas partisipasi-
motivasi belajar siswa meningkat berawal dari angka
partisipasi 63,67 % kemudian pada akhir siklus 2 angka
partisipasi ini menjadi 78.83%, artinya telah terjadi
intensitas angka partisipasi belajar siswa sebesar
15,16%. Sesuai parameter angka prosentase peningkatan
tersebut, baik.
3. Terkait kelebihann dan kelemahan dari media elektronik
dan juga media yang berbasiskan IT memang menuntut
kejelian dari para pendidik atau guru, apalagi bila media
pembelajaran tersebut punya akses langsung secara global
(online), salah-salah peserta didik bila tidak diarahkan
bisa terjebak ke hal-hal negatif. Untuk itu maka media
pembelajaran online seperti facebook harus dimanajemen
dengan hati-hati dan penuh kesungguhan, agar pembelajaran
PPKn bisa berjalan secara harmonis, menarik dan saling
melengkapi.
B. Saran dan tindak lanjut.
Ada beberapa saran yang penulis perlu sampaikan diantaranya:
1. Untuk rekan guru
a)Guru sebaiknnya berkolaborasi agar dapat memilih dan menerapkan
media pembelajaran yang tepat, akurat, simple dan sesuai untuk
membahas suatu topik masalah materi pelajaran sehingga siswa
dapat dengan mudah menerima dan menyerap materi pelajaran yang
disampaikan.
b)Guru harus dapat memanfaatkan media pembelajaran yang ada
seoptimal mungkin, sehingga dengan media yang telah ada dan
45
familier dengan kehidupan para pelajar seperti facebook dapat
dimanfaatkan maksimal sehingga mampu menghasilkan hasil
belajar yang optimal. Keberanian inisiatif, kreatifitas dan
keberanian guru dalam membuat terobosan baru dalam pemanfaatan
media pembelajaran yang berbasiskan IT saat ini sangat
dibutuhkan, agar hasil kelas pembelajarannya bisa lebih hidup,
menantang, dan penuh gairah belajar.
c)Guru harus memiliki wawasan yang luas dengan selalu
berkolaborasi dengan teman sejawat guna menghadapi berbagai
tantangan dan selalku guru professional kebiasaan serta latar
belakang sosial siswa yang berbeda-beda harus dipahami dengan
baik pembelajaran bisa berjalan secara harmonis, kondusif dan
sebagaimana prinsip-prinsip PAIKEM.
2. Untuk siswa
Dalam proses kegiatan pembelajaran melalui media elektronik
baik offline mau pun online semacam facebook, siswa diharapkan
dapat tergali potensinya secara maksimal, dapat berkonsentrasi
penuh pada tujuan tiap materi pelajaran yang disampaikan.
sehingga segala hal yang disampaikan oleh guru dapat dipahami,
diindahkan dan diserap secara optimal.
3. Untuk sekolah
Untuk meningkatkan proses kegiatan pembelajaran, sebaiknya
sekolah berusaha melengkapi media pembelajaran yang masih
kurang atau yang masih diperlukan, baik oleh guru maupun oleh
siswa, sehingga proses kegiatan pembelajaran akan terlaksna
dengan lebih sempurna.
Daftar Pustaka
46
Dasim Budimansyah, 2010. Pembelajaran Pembudayaan Nilai Pancasila. Bandung: PT Genesindo
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 1996. Petunjuk Pembuatan dan Pemanfaatan Media Pembelajaran, Untuk SMP. Jakarta: Dirjen Dikdasmen-Proyek Sarana Pendidikan dan Penilaian Hasil Belajar- Depdiknas.
Iva Afianty, 2009. Facebook On Love. Jakarta : PT Linkaran Pena Kreativa
Kagan, Spencer, 1992. Cooperative Learning. San Juan Capistrano, Kagan Cooperative Learning.
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. 2013. Standar Opresional Prosedur-Suvervisi Pembelajaran Pada Kurikulum 2013. Jakarta: Pusat Pengembangan Tenaga Kependidikan,- Kemdikbud
Kemis,S. dan Toggart,R, 1988. The Actions Research Planner. Deakin: Deakin University
Mulyana, E. 2005. Menjadi Guru Profesional: Menciptakan Permbelajaran Kreatif dan Menyenangkan. Bandung: Rosda Karya
Sabrony Rachmadie, H. Drs. MA, Andi Muchtar,Drs. MA, Much. Sudja’I, Drs. MA, TEFL IV (Test English Foreign Language).
Sardiman,A.M, 1987, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, Pedoman BagiGuru dan Calon Guru. Jakarta: Rajawali Pers
Sumiati & Asra, 2008. Metode Pembelajaran. Bandung: CV Wacana Prima
Tim Pelatih PGSM, 1999. Penelitian Tindakan Kelas. proyek PGSM Jakarta: Depdikbud.
Wardani, I.G.A.K, Wihardit, K dan Nasution, N (2002). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Universitas Terbuka.
Wijaya Kusumah dan Dedi, (2012). Mengenal Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: PT Indeks
47