RELASIONAL ANTARA KUALITAS PELAYANAN, KOMITMEN ...

227
RELASIONAL ANTARA KUALITAS PELAYANAN, KOMITMEN PELAYANAN PRIMA, NILAI PELANGGAN, KEPUASAN PELANGGAN DENGAN KEPERCAYAAN PELANGGAN (Studi Pada PDAM Jayapura di Provinsi Papua) DISERTASI Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Gelar Doktor Ilmu Manajemen Oleh: JOHN ISHAK CHRISTIAN WAYOI 117020203111015 PROGRAM DOKTOR ILMU MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS BRAWIJAYA 2015

Transcript of RELASIONAL ANTARA KUALITAS PELAYANAN, KOMITMEN ...

RELASIONAL ANTARA KUALITAS PELAYANAN,

KOMITMEN PELAYANAN PRIMA, NILAI

PELANGGAN, KEPUASAN PELANGGAN DENGAN

KEPERCAYAAN PELANGGAN

(Studi Pada PDAM Jayapura di Provinsi Papua)

DISERTASI

Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Gelar Doktor Ilmu Manajemen

Oleh:

JOHN ISHAK CHRISTIAN WAYOI 117020203111015

PROGRAM DOKTOR ILMU MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS BRAWIJAYA 2015

RIWAYAT HIDUP

John Ishak Christian Wayoi, Hollandia, 1 Januari 1959, anak dari Ayah

Herman Wayoi dan Ibu M. Sembay. Menamatkan pendidikan dasar sampai

lanjutan atas di Kota Jayapura, SD Christus Rex Dok V tahun 1969, SMP Negeri

1 tahun 1972, SMA Gabungan tahun 1975. Menyelesaikan studi lanjut, Insinyur

Teknik Sipil pada Universitas Katolik Parahyangan (UNPAR) Bandung tahun

1988, Magister Manajemen Teknologi pada ITS Surabaya tahun 2000, dan

Magister Teknik Sipil pada Universitas Brawajaya Malang tahun 2008.

Bekerja sebagai pegawai negeri sipil pada Dinas Pekerjaan Umum

Daerah Tingkat I Irian Jaya (Papua) sejak tahun 1989. Jabatan funsional

Pemimpin Proyek Bina Marga dari tahun 1994-1999. Jenjang karir struktural

pada dinas, menduduki jabatan Kepala Seksi (Eselon IV/a) di Sub Dinas Bina

Marga tahun 1994-2000, promosi Kepala Sub Dinas Pengairan (Eselon III/a)

dari tahun 2000-2007. Pindah ke BAPEDA Provinsi Papua pada tahun 2007,

menduduki jabatan Kepala Bidang Fisik dan Prasarana (Eselon III/a) tahun 2007-

2009, pindah ke Badan Pengelolaan Infrastruktur Provinsi Papua menduduki

jabatan Kepala Bidang Jaringan Trasportasi Terpadu (Eselon III/a) tahun 2009-

2010, dipromosi jabatan Eselon II/a sebagai Kepala Badan Pengelolaan

Infrastruktur (BPI) Provinsi Papua tahun 20010-2014 (restrukturisasi organisasi

Pemprov Papua, BPI dihapus 2014), sejak tahun 2014 jabatan fungsional pada

Badan Percepatan Pembangunan Kawasan Provinsi Papua (lembaga baru).

Ikut merintis pendidikan tinggi ilmu teknik pertama di Irian Jaya (Papua)

pada tahun 1991, menduduki jabatan Pembantu Direktur I Akademi Teknik

Jayapura (ATJ) tahun 1991-1994, perubahan status peningkatan kelembagaan

menjabat sebagai Pembantu Ketua I Sekolah Tinggi Teknik Jayapura (STTJ)

tahun 1994-1999, menjadi anggota Senat Akademik USTJ sejak perubahan

kelembagaan menjadi Universitas Sains dan Teknologi Jayapura (USTJ) pada

tahun 2000. Ditunjuk sebagai anggota Yayasan Ottow & Geisler tahun 2000-

2003, yayasan yang mengelola Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Ottow & Geisler

Jayapura cikal bakal Universitas Ottow & Geisler Jayapura yang diresmikan pada

tahun 2012.

Penghargaan yang diperoleh dari Pemerintah adalah Satya Lencana

Karya Satya 20 tahun. Menikah dengan Ir. Jenny M.M. Karinda, M.MT., dikarunia

dua anak, Jessica Eva C. Wayoi dan Joshua Herman Wayoi.

UCAPAN TERIMA KASIH

Puji dan Syukur dipanjatkan ke hadirat TUHAN YANG MAHA ESA atas

hikmat dan anugerah-Nya, sehingga penulisan Disertasi ini bisa diselesaikan.

Penulis menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada pihak-pihak

yang memberikan dukungan untuk menempuh jenjang pendidikan Doktor dan

menyelesaikan Disertasi ini, kepada:

1. Prof. Dr. Ir. Mohammad Bisri, MS, Rektor Universitas Brawijaya yang

memberikan kesempatan untuk menempuh Studi Program Doktor Ilmu

Manajemen pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya.

2. Prof. Candra Fajri Ananda, SE., M.Sc., Ph.D, Dekan Fakultas Ekonomi dan

Bisnis Universitas Brawijaya yang memberikan dukungan dalam

menyelesaikan studi.

3. Gubernur Papua yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk

menyelesaikan studi pada Program Doktor Ilmu Manajemen Fakultas

Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya.

4. Prof. Dr. Armanu, SE., M.Sc., Ph.D, Ketua Program Doktor Ilmu Manajemen

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya yang telah mengajar dan

memberikan pelayanan akademik dalam proses penyelesaikan studi.

5. Prof. Dr. Djumilah Hadiwidjojo, SE selaku Promotor yang membimbing

dengan penuh kesabaran dan memberikan arahan dalam menyelesaikan

disertasi.

6. Dr. Ir. Solimun, MS., selaku Co. Promotor telah membimbing, memotivasi dan

memberikan semangat dalam penyusunan disertasi.

7. Dr. Rofiaty, SE., MS, selaku Co. Promotor yang memberikan arahan dan

bimbingan dalam menyelesaikan disertasi.

8. Dr. Fatchur Rohman, SE., MS, selaku Penguji yang memberikan saran dan

perbaikan dalam penulisan disertasi.

9. Dr. Sumiati, SE., MS, sebagai Penguji yang memberikan saran dan

perbaikan dalam penulisan disertasi.

10. Dr. Djumahir, SE., MM, sebagai Penguji yang telah memberikan saran,

masukan dan perbaikan dalam penulisan disertasi.

11. Prof. Dr, Ujianto, SE., sebagai Penguji yang juga telah memberikan saran,

masukan dan perbaikan dalam penulisan disertasi.

12. Bapak-Ibu dosen pengajar Program Doktor Ilmu Manajemen Fakultas

Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya, yang telah memberikan ilmu

pengetahuan kepada penulis sehingga dapat menyusun disertasi.

13. Mahasiswa Program Doktor Ilmu Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Universitas Brawijaya angkatan Tahun 2011 atas kebersamaan dalam

menyelesaikan studi.

14. Tenaga akademik Pascasarjana Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas

Brawijaya atas dukungannya dalam membantu proses tahapan-tahapan

ujian.

15. Direktur PDAM Jayapura dan jajarannya yang telah dan membantu penulis

dalam pengumpulan data untuk penyusunan disertasi.

16. Ayah terkasih, Herman Wayoi (almarhum) dan Ibu terkasih, M. Sembay

(almarhuma) atas doa dan semua pengorbanan yang telah diberikan dalam

kehidupan penulis, serta almarhum Ayah Mertua dan Ibu Mertua atas nasihat

dan dukungannya, sehingga memotivasi penulis melanjutkan studi pada

Program Doktor Ilmu Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas

Brawijaya..

17. Istri tercinta, Ir. Jenny M.M. Karinda, M.MT dan kedua Anak terkasih Jessica

Eva Christiany Wayoi dan Joshua Herman Wayoi yang sabar memberikan

semangat dan tekun menopang dengan doa kepada penulis untuk

menyelesaikan studi.

18. Saudara-saudara dan Keluarga penulis yang telah memberikan dukungan

dan doa untuk menyelesaikan studi.

19. Teman-teman sejawat yang memberikan dukungan dan semangat kepada

penulis dalam menyelesaikan studi.

Semoga TUHAN YANG MAHA ESA selalu memberkati kita semua, Amin.

Penulis

KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur kepada TUHAN YANG MAHA ESA,

atas limpahan hikmat dan anugerah-Nya sehinggan penulis dapat menyajikan

tulisan disertasi yang berjudul: “RELASIONAL ANTARA KUALITAS

PELAYANAN, KOMITMEN PELAYANAN PRIMA, NILA PELANGGAN,

KEPUASAN PELANGGAN DENGAN KEPERCAYAAN PELANGGAN (Studi

Pada PDAM Jayapura di Provinsi Papua)”.

Di dalam tulisan ini, disajikan pokok-pokok bahasan meliputi: (a) kualitas

pelayanan, (b) komitmen pelayanan prima, (c) nilai pelanggan, (d) kepuasan

pelanggan dan (e) kepercayaan pelanggan. Penulis sangat menyadari

keterbatasan dan kekurangan yang dimiliki dalam menyusun disertasi ini, oleh

karena itu penulis mengharapkan saran yang membangun agar tulisan ini

bermanfaat bagi yang membutuhkannya.

Penulis

ABSTRAK

JOHN ISHAK CHRISTIAN WAYOI, Program Doktor Ilmu Manajemen,

Pascasarjana Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya, 2015. “Relasional Antara Kualitas Pelayanan, Komitmen Pelayanan Prima, Nilai Pelanggan, Kepuasan Pelanggan Dengan Kepercayaan Pelanggan (Studi Pada PDAM Jayapura di Provinsi Papua), Promotor: Djumilah Hadiwidjojo, Co. Promotor: Solimun dan Rofiaty.

Kepercayaan pelanggan sangat diperlukan mendukung perusahaan pada

sektor pelayanan publik yang dikelola pemerintah tanpa persaingan dunia usaha.

Penelitian ini bertujuan: 1) Mengetahui dan menganalisis pengaruh kualitas

pelayanan terhadap kepuasan pelanggan, komitmen pelayanan prima dan nilai

pelanggan; 2) Mengetahui dan menganalisis komitmen pelayanan prima

terhadap kepuasan pelanggan dan kepercayaan pelanggan; 3) Mengetahui dan

menganalisis kepuasan pelanggan terhadap kepercayaan pelanggan; 4)

Mengetahui dan menganalisis pengaruh nilai pelanggan terhadap kepuasan

pelanggan dan kepercayaan pelanggan.

Penelitian ini merupakan penelitian survei kepada pelanggan PDAM

Jayapura. Sampel penelitian sebanyak 200 pelanggan yang terdiri pelanggan

golongan rumah tangga dan golongan niaga kecil. Metode analisis menggunakan

Generalized Structured Component Analysis (GSCA).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kualitas pelayanan berpengaruh

signifikan terhadap komitmen pelayanan prima, kepuasan pelanggan dan nilai

pelanggan. Komitmen pelayanan prima berpengaruh signifikan terhadap

kepuasan pelanggan dan tidak berpengaruh signifikan terhadap kepercayaan

pelanggan. Kepuasan pelanggan berpengaruh signifikan terhadap kepercayaan

pelanggan. Nilai pelanggan tidak berpengaruh signifikan terhadap kepuasan

pelanggan, akan tetapi berpengaruh signifikan terhadap kepercayaan pelanggan.

Kepuasan pelanggan memiliki peranan yang penting bagi kualitas pelayanan dan

komitmen pelayanan prima untuk menghasilkan kepercayaan pelanggan.

Kata kunci: Kualitas pelayanan, komitmen pelayanan prima, nilai pelanggan,

kepuasan pelanggan dan kepercayaan pelanggan.

ABSTRACT

JOHN ISHAK CHRISTIAN WAYOI, Doctorate Program in Management Science,

Post Graduate Program, Faculty of Economic and Business, Brawijaya University, 2015. “Relationship Influence between Service Quality, Commitment of Excellent Service, Customer Value, Customer Satisfaction with Customer Trust (Study on PDAM Jayapura at Papua Province), Promotor: Djumilah Hadiwidjoyo, Co. Promotor: Solimun dan Rofiaty.

The customer trust are very important to support corporate of

government at business market without competitors.

The purpose of this research are: 1) Knowing and analyze influence the

service quality on the customer satisfaction, commitment of excellent service and

customer value; 2) Knowing and analyze influence the commitment of excellent

service to customer satisfaction and customer trust; 3) Knowing and analyze

influence the customer satisfaction to customer trust; 4) Knowing and analyze

influence the customer value to customer satisfaction and customer trust.

This study is a survey to customers PDAM Jayapura. The research

sample amounted to 200 customers that household customers and small

corporate customers. The analytical method used the Generalized structured

component analysis (GSCA).

The finding of the research is service quality significantly influence the

excellent service commitment, customer satisfaction and customer value.

Excellent service commitment significantly influence customer satisfaction and

not significantly influnce on customer confidence. Customer satisfaction

significantly influence customers' trust. Customer value not significant influence

on customer satisfaction, but a significantly influnce on customer confidence.

Customer satisfaction has an important role for the quality of service and

commitment of excellent service to produce customer confidence.

Keywords: Quality of service, commitment to excellent service, customer value,

customer satisfaction and customer trust.

xi

DAFTAR ISI

LEMBAR JUDUL DISERTASI ....……………………………………………………. i

LEMBAR PENGESAHAN DISERTASI .................................................................. ii

LEMBAR IDENTITAS PROMOTOR DAN PENGUJI............................................. iii

PERNYATAAN ORISINALITAS DISERTASI ........................................................ iv

RIWAYAT HIDUP .................................................................................................. v

UCAPAN TERIMA KASIH ..................................................................................... vi

KATA PENGANTAR .............................................................................................. viii

ABSTRAK ............................................................................................................. ix

ABSTRACK ………..............……………………………………………………....... x

DAFTAR ISI ........................................................................................................... xi

DAFTAR TABEL .................................................................................................... xv

DAFTAR GAMBAR …………………………………………………………………… xvii

DAFTAR LAMPIRAN …………………………………………………………………. xviii

BAB I PENDAHULUAN ……………………………………………………………… 1

1.1. Latar Belakang ………………………………………………………. 1

1.2. Perumusan Masalah …………………….…………………………… 20

1.3. Tujuan Penelitian …………………………………………………….. 20

1.4. Manfaat Penelitian ……………….………………………………….. 21

BAB II KAJIAN PUSTAKA …………………………………………………………… 23

2.1. Landasan Teoritis ……………………………………………………. 23

2.1.1. Kualitas Pelayanan ..………………………………………….. 23

2.1.1.1. Konsep Kualitas Pelayanan …………………….....… 23

2.1.1.2. Dimensi Kualitas Pelayanan …………………………. 26

2.1.1.3. Model Kualitas Pelayanan ………………………….... 28

2.1.1.4. Pengukuran Kualitas Pelayanan ……………………. 37

2.1.2. Komitmen Pelayanan Prima …………………………………. 39

2.1.2.1. Konsep Komitmen Pelayanan Prima ……………….. 39

2.1.2.2. Dimensi Komitmen Pelayanan Prima …...………….. 41

2.1.2.3. Mengukur Komitmen Pelayanan Prima …………….. 43

2.1.3. Nilai Pelanggan …………………………................................ 47

2.1.3.1. Konsep Nilai Pelanggan ……………………………… 47

xii

2.1.3.2. Dimensi Nilai Pelanggan ……………….................... 50

2.1.3.3. Indikator Nlai Pelanggan ………...............………….. 52

2.1.4. Kepuasan Pelanggan ……………......................................... 53

2.1.4.1. Konsep Kepuasan Pelanggan …………………….... 53

2.1.4.2. Model Kepuasan Pelanggan …………….........…….. 54

2.1.4.3. Mengukur Kepuasan Pelanggan ………………….... 59

2.1.5. Kepercayaan Pelanggan ………........................................... 63

2.1.5.1. Konsep Kepercayaan Pelanggan …………………… 63

2.1.5.2. Model Hubungan Relasi Berdasarkan Kepercayaan (Trust Based Relationship Model) …………………..

65

2.1.5.3. Dimensi Kepercayaan Pelanggan pada Perusahaan…………………………………………….

67

2.2. Hasil Penelitian Terdahulu ………………………………………….. 70

BAB III KERANGKA KONSEP PENELITIAN …………….……………………… 77

3.1. Kerangka Konsep Penelitian ………………………………………... 77

3.2. Hipotesis Penelitian .…………………………………………………. 82

3.2.1. Hubungan Kualitas Pelayanan terhadap Kepuasan

Pelanggan ............................................................................

82

3.2.2. Hubungan Komitmen Pelayanan Prima terhadap Kualitas

Pelayanan dan Kepuasan Pelanggan ..................................

83

3.2.3. Hubungan Nilai Pelanggan terhadap Kualitas Pelayanan

Dan Kepuasan Pelanggan ...................................................

84

3.2.4. Hubungan Komitmen Pelayanan terhadap Kepercayaan

Pelanggan ............................................................................

84

3.2.5. Hubungan Nilai Pelanggan terhadap Kepercayaan

Pelanggan ............................................................................

85

3.2.6. Hubungan Kepuasan Pelanggan terhadap Kepercayaan

Pelanggan ............................................................................

85

3.2.7. Hubungan Kepuasan Pelanggan terhadap Komitmen

Pelayanan Prima dan Kepercayaan Pelanggan ..................

86

3.2.8. Hubungan Kepuasan Pelanggan terhadap Nilai Pelanggan

dan Kepercayaan Pelanggan ...............................................

87

3.3. Definisi Operasional Variabel Penelitian .……………….................. 88

3.4. Pengukuran Variabel Penelitian ..................................................... 90

xiii

BAB IV METODE PENELITIAN …………………………………………………… 92

4.1. Rancangan Penelitian …….………………………………………..... 92

4.2. Lokasi Penelitian ..............….....……………………………………… 93

4.3. Populasi dan Sampel Penelitian .......……………………………….. 93

4.3.1. Populasi Penelitian ........……………………………………… 93

4.3.2. Sampel Penelitian …............…………………………………. 94

4.4. Variabel Penelitian ……………………………..............……………. 96

4.5. Teknik Pengumpulan Data Penelitian ....…………………………… 97

4.6. Instrumen Penelitian ....................................................................... 98

4.7. Validitas dan Reliabilitas Instrumen Penelitian ……...............……. 99

4.8. Metode Analisis Data Penelitian …...……………………………….. 103

4.8.1. Analisis Deskriptif …………………………………….............. 103

4.8.2. Analisis Kuantitatif ……………………………………............. 103

4.8.3. Analisisi Variabel Mediasi .................................................... 105

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN ……………………………… 106

5.1. Gambaran Umum PDAM …………………………………………..… 106

5.2. Gambaran Umum PDAM Provinsi Papua ….......…………..…...... 108

5.3. Gambaran Umum Lokasi Penelitian .............................................. 119

5.4. Deskripsi Karakteristik Responden ……………………………….... 112

5.5. Analisis Deskriptif Jawaban Responden …………………………... 115

5.5.1. Deskripsi Kualitas Pelayanan ……….................................... 116

5.5.2. Deskripsi Komitmen Pelayanan Prima ................................. 121

5.5.3. Deskripsi Nilai Pelanggan …………...................................... 123

5.5.4. Deskripsi Kepuasan Pelanggan …….................................... 125

5.5.5. Deskripsi Kepercayaan Pelanggan ...................................... 127

5.6. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Variabel ….....………………..... 128

5.6.1. Variabel Kualitas Pelayanan (X1) ........................................ 130

5.6.2. Variable Komitmen Pelayanan Prima (Y1) ………………… 132

5.6.3. Variabel Nilai Pelanggan (Y2) ……………………………..... 133

5.6.4. Variabel Kepuasan Pelanggan (Y3) ………………………... 134

5.6.5. Variabel Kepercayaan Pelanggan (Y4) …………………..... 136

5.7. Hasil Analisis Model Struktural Penelitian …........…………………. 137

5.7.1. Goodness of Fit Model Struktural ……………………………. 137

5.7.2. Pengujian Hipotesis Penelitian .........………………………... 139

xiv

5.7.2.1. Analisis Pengaruh Langsung .................................. 141

5.7.2.2. Analisis Pengaruh Tidak Langsung ........................ 143

5.8. Pembahasan Hasil Penelitian ………..……………………………… 147

5.8.1. Relasional Kualitas Pelayanan Prima terhadap Kepuasan

Pelanggan ............................................................................

147

5.8.2. Relasional Nilai Pelanggan terhadap Kualitas Pelayanan dan Kepuasan Pelanggan …..........................................…..

150

5.8.3. Relasional Nilai Pelanggan terhadap Kualitas Pelayanan dan Kepuasan Pelanggan ...................................................

154

5.8.4. Relasional Komitmen Pelayanan Prima terhadap Kepercayaan Pelanggan .....................................................

161

5.8.5. Relasional Nilai Pelanggan terhadap Kepercayaan Pelanggan ..……..................................................................

165

5.8.6. Relasional Kepuasan Pelanggan terhadap Kepercayaan Pelanggan ...........................................................................

168

5.8.7. Relasional Kepuasan Pelanggan terhadap Komitmen Pelayanan Prima dan Kepercayaan Pelanggan ..................

171

5.8.8. Relasional Kepuasan Pelanggan terhadap Nilai Pelanggan dan Kepercayaan Pelanggan ..............................................

175

5.9. Implikasi Hasil Penelitian …………………………………………….. 179

5.9.1. Implikasi Teoritis ……………………………………………... 179

5.9.2. Implikasi Praktis ……………………………………………… 182

5.10.Keterbatasan Penelitian ……………………………………………. 184

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN ……….…………….……………………… 186

6.1. Kesimpulan ………………….…………………………………………. 186

6.2. Saran …………………………………………………………………… 189

DAFTAR PUSTAKA …………………………….…………….……………………… 193

xv

DAFTAR TABEL

Tabel

1.1 Kepuasan Pelanggan PDAM Jayapura (Perbandingan Data 2013

Terhadap Sampel Data 2010) ……..................……………………………..

7

1.2 Pelayanan Air Bersih PDAM Jayapura ...................................................... 8

1.3 Research Gap Hubungan antara Kualitas Pelayanan dengan Kepuasan Pelangga, Komitmen Organisasi (Korporat) dan Nilai Pelanggan dengan Kepercayaan Pelanggan ……………………………………………...…….

19

2.1 Mapping Penelitian Terdahulu ……………………………………………….. 74

3.1 Kisi-Kisi Instrumen Variabel Penelitian ……………………………………… 91

4.1 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Kualitas Pelayanan ............................. 100

4.2 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Komitmen Pelayanan Prima ................ 101

4.3 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Nilai Pelanggan ................................... 101

4.4 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Kepuasan Pelanggan .......................... 102

4.5 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Kepercayaan Pelanggan ..................... 102

4.6 Ukuran Goodness of Fit Model Overall Pada GSCA …………………….. 105

5.1 Hasil Evaluasi Kinerja PDAM di Indonesia Tahun 2014 ............................ 108

5.2 Evaluasi Kinerja PDAM Provinsi Papua Tahun 2013 ................................ 109

5.3 Golongan dan Klasifikasi Pelanggan PDAM Jayapura Tahun 2013 ......... 111

5.4 Profil Umum PDAM Jayapura Tahun 2012 ............................................... 112

5.5 Karakteristik Demografi Responden .......................................................... 113

5.6 Kategori Persepsi Responden ................................................................... 115

5.7 Deskripsi Jawaban Responden Tentang Kualitas Pelayanan (X1) ……… 117

5.8 Deskripsi Jawaban Responden Tentang Komitmen

Pelayanan Prima (Y1) …………………………………………….................

122

5.9 Deskripsi Jawaban Responden Tentang Nilai Pelanggan (Y2) ………….. 124

5.10 Deskripsi Jawaban Responden Tentang Kepuasan Pelanggan (Y3) ..…. 126

5.11 Deskripsi Jawaban Responden Tentang Kepercayaan Pelanggan (Y4) .. 127

5.12 Korelasi Antar Variabel …………………………………………………….... 129

5.13 Hasil Analisis Variabel Kualitas Pelayanan (X1) ................………………. 131

5.14 Hasil Analisis Variabel Komitmen Pelayanan Prima (Y1) …...............…... 132

5.15 Hasil Analisis Variabel Nilai Pelanggan (Y2) ………...............………….... 133

5.16 Hasil Analisis Kepuasan Pelanggan (Y3) ……..............................……….. 135

5.17 Hasil Analisis Variabel Kepercayaan Pelanggan (Y4) ……...............…..... 136

5.18 Hasil Analisis Struktural Model FIT..………………………………………… 137

xvi

5.19 Koefisien Path Hubungan Variabel Penelitian …………………………….. 140

5.20 Pengaruh Variabel Mediasi dengan Metode Sobel ................................... 144

5.21 Hasil Rerata (Mean) vs Loading Variabel Penelitian ................................. 146

xvii

DAFTAR GAMBAR

Gambar

2.1 Model Konseptual SERVQUAL ……………………………………………. 30

2.2 Extended Model Of SERVQUAL ……………………………………………. 36

2.3 Komponen Nilai ……………………………………………………………….. 49

2.4 Model Nilai Ekonomi dari Produk……………………………………………. 52

2.5 Paradigma Diskonfirmasi ………………………………………………......... 56

2.6 Empat Keadaan Afektif Purnabeli …………………………………............. 57

2.7 Model Diskonfirmasi Ekspektasi .........……………………………………… 58

2.8 Model Hubungan Berdasarkan Kepercayaan

(Model of Trust-based Relation) ................................................................

66

3.1 Kerangka Konseptual Penelitian …....……………………………………… 81

4.1 Model Struktural Penelitian ….........…….........................…...…………….. 104

5.1 Diagram Koefisien Path Uji Hipotesis ........................................................ 140

xviii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Daftar Kuesioner ……………………………………………………. 210

Lampiran 2 Validitas dan Reliabilitas Data …………………………………….. 215

Lampiran 3 Hasil GSCA …………………………………………………………. 220

1

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Dalam dunia usaha atau bisnis, salah satu aspek yang sangat penting

dan merupakan aset mendasar perusahaan adalah kepercayaan. Kepercayaan

merupakan sarana penting dari perusahaan agar membangun relationship

marketing yang kuat dengan pelanggannya (Sirdeshmukh et al., 2002).

Perusahaan membutuhkan kepercayaan pelanggan mendukung kelangsungan

operasional dan pendapatan perusahaan dalam relasi jangka panjang.

Kepercayaan pada perusahaan timbul dari pelayanannya yang memuaskan

pelanggan. Kepercayaan adalah keinginan untuk menyandarkan sesuatu

harapan pada mitra yang dipercayai. Kepercayaan adalah keyakinan suatu

pihak akan menemukan apa yang diinginkan dari pihak lain (Deutsch, 1973).

Costabile (1998), mendefinisikan kepercayaan sebagai persepsi akan

keterhandalan dari sudut pandang pelanggan didasarkan pada pengalaman,

atau lebih pada urut-urutan transaksi atau interaksi yang dicirikan oleh

terpenuhinya harapan akan kinerja produk dan kepuasan. Barney dan Hansen

(1994) berpendapat bahwa kepercayaan merupakan keyakinan dari kedua pihak

bahwa diantara keduanya tidak akan memanfaatkan kelemahan pihak lain.

Kepercayaan merupakan kemauan dari salah satu pihak untuk bersedia menuruti

tindakan pihak lainnya.

Menurut Kotler (2008), kepercayaan adalah kesediaan perusahaan untuk

bergantung pada mitra bisnis. Kepercayaan dipengaruhi beberapa faktor antar

pribadi maupun antar organisasi, seperti kompetensi, integritas, kejujuran, dan

kebaikan perusahaan. Pihak-pihak yang melakukan kerjasama mengharapkan

2

2

mitra kerja yang dapat dipercaya. Kepercayaan dalam hubungan kerja sama

mempunyai pengertian sebagai keyakinan perusahaan bahwa pihak mitra akan

melakukan tindakan yang membawa perusahaan pada suatu keuntungan

tertentu dan sebaliknya bukan malah melakukan perbuatan yang merugikan

perusahaan. Kepercayaan merupakan elemen kunci bagi kesuksesan hubungan

dan cenderung terkait dengan elemen lainnya seperti keunggulan daya saing

dan kepuasan (Ratnasingam dan Pavlou, 2003).

Kepercayaan bisa dibentuk ketika satu pihak yang bekerja sama menaruh

kepercayaan terhadap reputasi, kualitas dan integritas pihak yang lain.

Keberadaan kepercayaan timbul apabila dalam sebuah hubungan terdapat

keyakinan bahwa masing-masing pihak dapat dipercaya karena memiliki

integritas. Kepercayaan bisa diartikan bila satu pihak memiliki keyakinan pada

reliabilitas dan integritas pihak yang lain (Morgan dan Hunt, 1994).

Faktor penting bagi terciptanya sebuah hubungan diantara penyedia

jasa/produk dan pengguna jasa/produk adalah kepercayaan. Para peneliti

sepakat bahwa kepercayaan merupakan hal yang penting dalam membangun

dan memelihara hubungan jangka panjang dengan pelanggan. Menurut Lau dan

Lee (1999), jika satu pihak percaya terhadap pihak lainnya akan menimbulkan

perilaku positif menuju hubungan selanjutnya. Apabila kepercayaan yang timbul

dari masing-masing pihak positif, kepercayaan akan bisa ditingkatkan. Doney

dan Cannon (1997) menambahkan bahwa terkait dengan kepercayaan itu,

masing-masing pihak juga mesti memiliki kemampuan untuk meneruskan

hubungan menjadi relasi yang positif dan memberikan manfaat bagi kelanjutan

hubungan di masa depan. Kepercayaan dibangun berdasarkan kemampuan

suatu pihak untuk memperkirakan perilaku rekan bisnisnya di masa yang akan

datang seperti mengenai ketepatan rekannya selama ini dalam memenuhi janji

yang telah dibuatnya.

3

3

Garbarino dan Johnson (1999), kepercayaan merupakan unsur dasar

kesuksesan hubungan kemitraan dan menegaskan bahwa kepercayaan sebagai

keyakinan terhadap kejujuran dan integritas dari pihak lain seperti penjual atau

pemasar. Kepercayaan bisa diukur dari kualitas pelayanan dan kehadalan

pelayanan yang ditawarkan perusahaan. Pelanggan percaya akan konsistensi

perusahaan memberikan pelayanan terbaik dengan produk yang berkualitas

sesuai dengan penawarannya (quality of the services offered), dan kehandalan

pelayanan yang dijanjikan (reliability of service offered).

Kepercayaan merupakan determinan kuat dalam sebuah hubungan

kemitraan. Hubungan yang dibangun dari rasa percaya pembeli kepada penjual

memungkinkan penjual memenuhi dengan baik kebutuhan pembeli dan hal ini

merupakan satu langkah penting dan fundamental dalam membentuk hubungan

jangka panjang. Kepercayaan dalam dunia bisnis juga terkait dengan berbagai

hal seperti kualitas pelayanan, komitmen pelayanan, nilai pelanggan dan

kepuasan pelanggan dalam memperkenalkan dan memasarkan produk maupun

jasa perusahaan.

Menurut Kotler (2008), jasa adalah setiap tindakan atau perbuatan yang

dapat ditawarkan oleh satu pihak pada pihak lain, yang pada dasarnya bersifat

intangable (tidak berwujud) dan tidak menghasilkan kepemilikan sesuatu. Produk

jasa bisa berhubungan dengan produk fisik atau bukan produk fisik. Pada

penelitian perusahaan jasa yang berkaitan dengan kepercayaan pelanggan,

terdapat beberapa faktor yang mendahului (anteseden) kepercayaan. Faktor

yang kerap kali diajukan sebagai anteseden pada kepercayaan pelanggan

adalah kualitas pelayanan. Kepercayaan pelanggan menjadi sangat penting

terutama bagi perusahaan jasa yang pelanggannya melakukan kontak atau

berhadapan secara langsung dengan perusahaan atau dengan karyawan

perusahaan (Reichheld dan Schefter, 2000).

4

4

Dewasa ini kepercayaan masyarakat dalam jasa pelayanan publik yang

disediakan pemerintah dirasakan kurang optimal. Dwiyanto dan Kusumasari

(2003), mengungkapkan pelayanan publik di Indonesia masih sangat rendah.

Mereka menemukan tiga masalah penting yang banyak terjadi di lapangan dalam

penyelenggaraan pelayanan publik, yaitu : (1) besarnya diskriminasi pelayanan;

(2) tidak adanya kepastian biaya dan waktu pelayanan; (3) rendahnya tingkat

kepuasan masyarakat terhadap pelayanan publik.

Salah satu pelayanan publik yang bersifat strategis untuk kepentingan

orang banyak adalah penyediaan air bersih yang dikelola oleh pemerintah. Air

bersih merupakan kebutuhan pokok bagi manusia dan makhluk hidup pada

umumnya. Tanpa air, manusia dan makhluk hidup lain tidak bisa hidup di bumi

ini. Penyedian air dalam segi kualitas, kuantitas, maupun kontinuitas seharusnya

diperhatikan karena sangat vital bagi kelangsungan hidup manusia dan makhluk

hidup lain, baik untuk masa sekarang maupun masa yang akan datang.

Penyediaan air bersih mutlak diperlukan untuk kehidupan masyarakat karena

kehidupan manusia tidak lepas dari air untuk menunjang aktivitasnya, misalnya

mandi, minum, cuci dan keperluan lainnya. Untuk itu, pelayanan air bersih perlu

ditingkatkan, baik dari segi kualitas maupun kuantitasnya.

Penyediaan air bersih di daerah perkotaan dikelola oleh Pemerintah

Daerah setempat dengan membentuk Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM)

yang merupakan satu-satunya penyelenggara dan penyedia air bersih di

Indonesia. Implikasi sebagai lembaga yang berorientasi pada pelayanan publik

(public sercive oriented) dan bermotif profit (profit motive), kepuasan dan

kepercayaan pelanggan terhadap pelayanan menjadi ukuran penting dan

menjadi harapan keberhasilan kebijakan di sektor air bersih untuk mendukung

kesejahteraan masyarakat.

5

5

Permasalahan yang dihadapai oleh pelanggan adalah tidak memiliki

pilihan lain kecuali membeli produk air bersih yang disediakan perusahaan

daerah air minum (PDAM). Pada situasi barang publik yang tidak diproduksi

dalam suasana berkompetisi diantara produsen sejenis, ada kecenderungan

manajemen perusahaan tersebut bekerja lebih santai dan terjadi inefisiensi.

Pemerintah menetapkan pelayanan air bersih dikelola perusahaan daerah

dengan pertimbangan produk air bersih merupakan barang publik strategis dan

menyangkut hajat hidup orang banyak. PDAM boleh menikmati monopoli

pelayanan air bersih tetapi tidak terlena dalam suasana tanpa kompetisi tersebut

dan menjadi kurang ketat menjaga komitmen kualitas pelayanan kepada para

pelanggan. PDAM sebagai perusahaan yang menyediakan pelayanan air bersih,

faktor kepercayaan pelanggan merupakan aspek yang sangat penting dalam

mencapai tujuan perusahaan. Kepercayaan pelanggan dipengaruhi oleh

berbagai aspek pelayanan terkait dengan produk maupun jasa yang dihasilkan.

Perkembangan PDAM di Provinsi Papua dalam melayani masyarakat di

28 Kabupaten dan 1 Kota sampai saat ini baru terbentuk 6 (enam) PDAM, yaitu

PDAM Kabupaten Jayapura yang melayani Kota Jayapura dan Kabupaten

Jayapura, kemudian PDAM Kabupaten Biak Numfor, PDAM Kabupaten Nabire,

PDAM Kabupaten Kepulauan Yapen, PDAM Kabupaten Jayawijaya serta PDAM

Kabupaten Merauke. Kendala pelayanan penyediaan air bersih pada ke-enam

PDAM di Provinsi Papua ini hampir sama dengan yang dihadapi PDAM di daerah

Indonesia lainnya. Umumnya kontinuitas air yang tidak stabil, kualitas air yang

kurang memenuhi baku-mutu air bersih, terbatasnya sumberdaya manusia

profesional dan sebagainya mempengaruhi tingkat kepuasan pelanggan.

Persoalan ketidakpuasan pelanggan dari waktu ke waktu yang tidak diselesaikan

mempengaruhi kepercayaan pelanggan sehingga bersikap kurang loyal dan

berdampak pada pendapatan finansial perusahaan dari jasa pengelolaan air

6

6

bersih. Menurunnya kepercayaan pelanggan ditunjukkan dengan sikap

pelanggan, antara lain menunggak pembayaran tagihan pemakaian air bersih

dan melakukan sambungan ilegal pada instalasi perpipaan.

Direktur PDAM Jayapura, Ir. Gading Butarbutar, dalam Rapat Kerja

Daerah dan Workshop Persatuan Perusahaan Air Minum (PERPAMSI) Wilayah

Papua di Jayapura (05/06/2012), mengungkapkan bahwa rata-rata sekitar 47

persen air PDAM hilang. Hal itu merupakan salah satu kendala pengelolaan

PDAM di Papua. Kejadian tersebut disebabkan banyaknya kebocoran pipa, baik

pipa transmisi maupun pipa distribusi yang sudah lama. “Bahkan di beberapa

lokasi tidak ada pipa-pipa distribusi tertiernya sehingga pelanggan langsung

menyambung ke pipa distribusi utama,” ungkapnya. Selain itu, kesadaran

pelanggan menurutnya juga masih rendah. Sering dijumpai pelanggan

membuka sendiri meteran dengan alasan supaya air lancar. Sejumlah kendala

lain, seperti efisiensi penerimaan masih rendah, debit air yang menurun di

hampir semua PDAM di Papua disebabkan cagar alam sebagai sumber air

telah beralih fungsi, juga berbagai faktor teknis, non teknis, serta sumber daya

manusia yang dimiliki PDAM (www.bintangpapua.com, 05/06/2012).

Berbagai persoalan yang dihadapai PDAM dalam mengelola pelayanan

air bersih di Provinsi Papua, bisa tercermin dari bagaimana pelayanan air bersih

yang dikelola PDAM Kabupaten Jayapura atau lebih dikenal PDAM Jayapura.

Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) ini resmi beroperasi sejak tahun 1992, dari

hasil evaluasi kinerja tim BPPSPAM dinyatakan PDAM kategori “sehat” pada

tahun 2008. Mempunyai puluhan ribu pelanggan tersebar di daerah perkotaan

dan daerah pinggiran, mencakup wilayah pelayanan yang luas tersebar di dua

wilayah administrasi pemerintahan Kota Jayapura dan Kabupaten Jayapura.

PDAM Jayapura dalam proses perjalanannya masih mendapat keluhan

dari masyarakat pelanggan yang semakin kritis terhadap pelayanan air bersih

7

7

yang disediakan perusahaan. Walaupun perusahaan belum pernah melakukan

survei resmi tentang kepuasan pelanggan, tetapi evaluasi sementara terhadap

tingkat kepuasan pelanggan pernah dikakukan PDAM Jayapura pada tahun

2010. Perusahaan melakukan survei kepuasan pelanggan secara acak tersebar

di enam wilayah operasi perusahaan, hasil uji petik dari sampel survei kepuasan

pelanggan seperti pada Tabel 1.1.

Tabel 1.1

Kepuasan Pelanggan PDAM Jayapura

(Perbandingan Data 2013 Terhadap Sampel Data 2010)

Wilayah/Cabang Operasi

Jumlah Pelanggan

(SR = Sambungan Reguler)

Status per 30 Oktober 2013

Juml. Pelanggan

Tidak Puas

Tahun 2010 *)

SR RT Non RT SR (%)

1. Jayapura Selatan 6.663 5.711 952 156 2,34

2. Jayapura Utara 6.649 5.834 815 160 2,41

3. Abepura 8.798 7.945 853 221 2,51

4. Waena 3.345 3.104 241 87 2,60

5. Sentani 3.002 2.424 578 66 2,20

6. Genyem 156 135 21 4 2.56

Total Jumlah 28.613 25.153 3.460 694 2.44

Sumber : PDAM 2013, diolah *) data uji petik tidak mewakili sampel

Pada Tabel 1.1, terlihat masih ada pelanggan yang komplain karena merasa

tidak puas terhadap kinerja pelayanan PDAM Jayapura, dan diperkirakan setiap

tahun ada peningkatan. Komplain pelanggan PDAM Jayapura itu belum terkelola

secara baik dan optimal pada suatu sistem data base perusahaan. Penjelasan

direksi teknis, umumnya komplain atau pengaduan pelanggan yang diterima

pada setiap musim penghujan adalah keluhan air keruh atau air tidak mengalir

karena kerusakan jaringan perpipaan.

Keluhan pelanggan perlu diperhatikan dan ditangani secara baik dan

optimal, sehingga mengubah persepsi pelanggan yang kurang puas atau kurang

percaya menjadi pelanggan yang puas dan percaya pada kinerja perusahaan.

Pelanggan mengeluh pelayanan air bersih yang disediakan perusahaan belum

8

8

merata karena pendistribusian air bersih masih digilir waktunya, sekitar 50%

pelanggan mendapat distribusi air setiap 2 hari seperti yang terlihat pada Tabel

1.2.

Tabel 1.2 Pelayanan Air Bersih PDAM Jayapura

Distribusi Pelayanan 24 jam 6 jam 2 hari 3 hari

Jumlah Pelanggan 20 % 25 % 50 % 25 %

Sumber: Leaflet PDAM (2012), diolah

Alternatif bagi pelanggan yang kesulitan mendapatkan air bersih, pelanggan

membeli dari pihak lain dengan harga berkisar Rp 250 ribu – Rp 300 ribu setiap

mobil tangki air.

“PDAM Jayapura kesulitan air bersih, pasokan air baku 1500 liter/detik

dari sumber air saat ini turun drastis menjadi 300-500 liter/detik, sehingga sudah

tidak bisa lagi memberikan pelayanan prima kepada masyarakat dan seluruh

pelanggannya”, demikian ungkapan Direktur PDAM. Salah seorang pelanggan,

warga Polimak, Distrik Jayapura Utara, mengakui di rumahnya kesulitan air

bersih dari PDAM sudah cukup lama karena air tidak mengalir normal (waspada

online, 21/05/2011).

Direktur PDAM Jayapura Ir. Gading Butarbutar mengungkapkan bahwa

selama ini masih terjadi kebocoran di banyak titik yang tersebar. Dalam sebulan

PDAM bisa kehilangan air sebanyak 6500 meter kubik dan kebanyakan terbuang

ke pipa ilegal alias dicuri oknum masyarakat. Keadaan ini berdampak besar pada

pendapatan dan menurunnya debit air di titik tertentu. Salah satu dampak

kecilnya debit air yang masuk ke rumah pelanggan bukan hanya disebabkan

faktor teknis tetapi juga karena banyak penyambungan ilegal yang tidak masuk

rekening tagihan, sehingga mengurangi tekanan air yang masuk ke setiap rumah

pelanggan. Dijelaskan Gading, “Ada juga yang tidak pakai meteran tapi banyak

pula yang memotong jalur sehingga air tidak terhitung di meteran.” Lokasi

9

9

terbanyak yang sering dianggap melakukan pencurian air adalah daerah Hamadi

Gunung, Polimak dan Abepura. Meski tahun ini terjadi penurunan angka

pencurian air, Gading menambahkan bahwa “alasan klasik” yang disampaikan

oleh masyarakat adalah air merupakan pemberian Tuhan dan pipa merupakan

peninggalan Belanda sehingga PDAM tidak memiliki kewenangan untuk menarik

bayaran (Cenderawasih Pos, 10/08/2012).

Kepala Badan Pengawas PDAM, Ir. Tunggal Sigodang menuturkan,

permasalahan yang terjadi di PDAM selama ini adalah kehilangan air cukup

besar, efisiensi tagihan masih rendah, pelayanan air bersih masih belum luas

serta adanya utang kepada Bank Dunia. “Saya harapkan, tahun depan

permasalahan ini bisa kita selesaikan bersama,” penegasan Tunggu. Bupati

Jayapura, Mathius Awoitauw, SE, M.Si, meminta PDAM Jayapura melakukan

komunikasi yang baik dengan Pemerintah Kabupaten Jayapura dan Pemerintah

Kota Jayapura serta instansi terkait untuk memberikan dukungan dalam rangka

peningkatan pelayanan kepada masyarakat (Cenderawasih Pos, 17/12/2013).

Ditengah kesulitan PDAM Jayapura untuk membayar utang kepada Bank

Dunia sebesar kurang lebih Rp. 8 Milyar (status per Juni 2013), PDAM juga

kesulitan melakukan penagihan tunggakan kepada pelanggan. “Sampai

sekarang kurang lebih Rp 30 Milyar di pelanggan. Tagihan itu sudah puluhan

tahun”, demikian penjelasan Plt. Direktur, Potengan. Diakuinya, penerimaan

PDAM Jayapura sendiri secara efektif masih sangat sedikit sekitar 40 persen

setiap bulan (Cenderawasih Pos, 18/12/2013).

Berbagai fenomena empiris pelayanan air minum PDAM yang telah

dijelaskan, ada beberapa masalah mendasar yang perlu mendapat perhatian.

Perusahaan perlu memperhatikan tingkat kepercayaan dan kepuasan pelanggan

terhadap kualitas pelayanan yang dijanjikan, sehingga mengubah pola pikir,

sikap dan perilaku pelanggan yang cenderung merugikan operasi perusahaan.

10

10

Selain itu, perusahaan dituntut cerdas menggarap potensi pelanggan yang

jumlahnya puluhan ribu untuk meningkatkan pedapatan perusahaan secara

berkelanjutan agar mendukung kinerja pelayanan yang optimal.

Perusahaan yang dikelola oleh pemerintah secara monopoli dan

memberikan pelayanan publik yang kurang memuaskan terhadap pelanggannya,

tentu berdampak pada menurunnya kepercayaan pelanggan terhadap kinerja

pemerintah. Pelanggan tidak mempunyai pilihan beralih pada perusahaan lain,

sehingga rasa tidak puas dan menurunnya kepercayaan pelanggan terkadang

dilakukan melalui unjuk rasa memprotes kinerja manajemen perusahaan, bahkan

mempraperadilankan perusahaan.

Meskipun protes kurang puas dilakukan, tetapi pelanggan menyadari

bahwa mereka sesungguhnya bergantung kepada pelayanan air bersih yang

disediakan perusahaan pemerintah. Pelanggan yang kecewa terhadap

pelayanan perusahaan bisa melakukan protes bersifat negatif dan merugikan

perusahaan, seperti melakukan pengambilan air diluar meteran, pemasangan

sambungan air ilegal atau mencuri debit air, menunggak pembayaran rekening

air, bahkan merusak jaringan distribusi air minum milik perusahaan. Perusahaan

pemerintah yang mengelola pelayanan publik di sektor air bersih dituntut

menjaga kepuasan dan kepercayaan pelanggannya. Komitmen perusahaan

untuk memberikan pelayanan prima, merupakan perwujudan kualitas pelayanan

yang berpusat pada nilai pelanggan.

Pengertian “pelayanan” dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, adalah

usaha melayani kebutuhan orang lain. Sedangkan yang dimaksud “melayani”

adalah membantu menyiapkan atau mengurus keperluan seseorang. Menurut

Widyaningtias (2002), pelayanan adalah tindakan dari suatu pihak ke pihak lain

dalam memenuhi kebutuhan dan keinginan pihak yang lain dalam pembelian

produk. Harbani (2007), mengatakan bahwa pelayanan yang baik adalah

11

11

kemampuan seseorang dalam memberikan pelayanan yang dapat memberikan

kepuasan kepada pelanggan dengan standar yang ditentukan.

Feigenbaum (1986), kualitas adalah kepuasan pelanggan sepenuhnya

(full costumer satisfaction). Suatu produk dikatakan berkualitas apabila dapat

memberi kepuasan sepenuhnya kepada pelanggan, yaitu sesuai dengan apa

yang diharapkan pelanggan atas suatu produk tersebut. Albrecht (1995),

mendefinisikan pendekatan organisasi secara total yang membuat kualitas

pelayanan yang diterima pelanggan, sebagai kekuatan penggerak utama

terhadap pengoperasian bisnis.

Kualitas pelayanan dapat pula dipahami melalui perilaku pelanggan

(customer behaviour), yaitu perilaku yang berasal dari pelaggan dalam mencari,

membeli, menggunakan dan mengevaluasi suatu produk pelayanan yang

diharapkan mampu memenuhi kebutuhannya. Keputusan-keputusan pelanggan

untuk mengkonsumsi atau tidak mengkonsumsi suatu prodak atau jasa

dipengaruhi berbagai faktor, antara lain persepsinya terhadap kualitas

pelayanan. Hal ini menunjukkan adanya interaksi yang kuat antara kepuasan

pelanggan dengan kualitas pelayanan (Pasalong, 2007)

Menurut Zeithaml (2000), ada dua faktor utama yang mempengaruhi

kualitas pelayanan, yaitu expectative service (pelayanan yang diharapkan) dan

perceived service (pelayanan yang diterima). Didasarkan kualitas pelayanan

berpusat pada pelanggan serta ketepatan penyampaian untuk mengimbangi

harapan pelanggan, maka Zeithaml (2000) mendefinisikan bahwa pelayanan

yang seharusnya adalah penyampaian pelayanan secara excellent atau superior

dibandingkan dengan pemenuhan harapan pelanggan. Pelayanan yang

diberikan seharusnya melebihi harapan pelanggan agar tercipta kepuasan

pelanggan terhadap pelayanan yang diberikan.

12

12

Pelayanan excellent atau superior kepada pelanggan (Zeithaml, 2000)

dalam pelayanan publik dikenal dengan istilah “pelayanan prima”, yang secara

harfiah berarti pelayanan terbaik atau sangat baik sesuai dengan standar

pelayanan yang berlaku atau dimiliki instansi pemberi pelayanan. Menurut Barata

(2004), pelayanan prima merupakan pelayanan yang bermutu tinggi yang

diberikan kepada pelanggan, berdasarkan standar kualitas tertentu untuk

memenuhi bahkan melebihi kebutuhan dan harapan pelanggan, sehingga

tercapai kepuasan dan akan menyebabkan peningkatan kepercayaan pelanggan

kepada penyedia jasa. Pelayanan prima sebagaimana tuntutan pelayanan yang

memuaskan pelanggan memerlukan persyaratan bahwa setiap pemberi layanan

memiliki kualitas kompetensi yang profesional, dengan demikian kualitas

kompetensi profesional menjadi suatu aspek penting dan wajar dalam setiap

transaksi.

Klasifikasi kualitas pelayanan dalam konsep pelayanan prima yang

dikemukakan Tjiptono (2012) dalam bukunya “Service Management,

Mewujudkan Layanan Prima”, mengacu pada hasil riset Parasuraman, Zeithaml

dan Berry (1988) yang menetapkan lima dimensi pokok untuk diperhatikan dalam

komitmen terhadap kualitas pelayanan prima, yaitu: (1) Reliabilitas (Reliability),

(2) Daya tanggap (Responsiveness), (3) Jaminan (Assurance), (4) Empati

(Empathy) dan (5) Bukti Fisik (Tangibles).

Kualitas pelayanan dari organisasi perusahaan akan mendukung

komitmen karyawan dalam memberikan pelayanan terhadap pelanggan. Riggio

(2009), mengatakan komitmen organisasi adalah semua perasaan dan sikap

karyawan terhadap segala sesuatu yang berkaitan dengan organisasi dimana

mereka bekerja termasuk pada pekerjaan mereka. Bila organisasi perusahaan

berkomitmen mewujudkan pelayanan prima kepada pelanggan, maka akan

tercermin pada komitmen semua karyawan mewujudkan tujuan tersebut.

13

13

Komitmen organisasi perusahaan memberikan pelayanan prima kepada

pelanggan harus merupakan suatu proses yang berkaitan dengan standar

pelayanan, manusia yang melaksanakan, serta alat yang digunakan. Proses

pelayanan yang dibangun secara terus menerus dan dievaluasi merupakan kunci

utama keberhasilan komitmen pelayanan yang memuaskan pelanggan.

Mewujudkan komitmen pelayanan prima bagi pelanggan, perusahaan dituntut

mempunyai sumber daya manusia yang berintegritas, loyal pada visi dan misi

perusahaan, berpenampilan baik, bersikap ramah, memperlihatkan gairah kerja

dan sikap selalu siap untuk melayani, tenang dalam bekerja, tidak tinggi hati

karena merasa dibutuhkan, profesional menguasai pekerjaannya, mampu

berkomunikasi dengan baik, mampu mengerti dan memahami bahasa isyarat

pelanggan serta memiliki kemampuan menangani keluhan pelanggan secara

cepat dan tepat.

Kualitas pelayanan akan memuaskan pelanggan bila berorientasi

pelayanan pada nilai pelanggan. Menurut Kotler (2008), nilai pelanggan adalah

selisih nilai pelanggan total dan biaya pelanggan total. Nilai pelanggan total

adalah sekumpulan manfaat yang diharapkan oleh pelanggan dari produk atau

jasa tertentu dan biaya pelanggan total adalah sekumpulan biaya yang

diharapkan oleh pelanggan yang dikeluarkan untuk mengevaluasi, mendapatkan

dan menggunakan produk atau jasa. Zeithaml (2000) menjelaskan nilai

pelanggan sebagai penilaian keseluruhan pelanggan terhadap utilitas sebuah

produk berdasarkan persepsinya dari apa yang diterima dan apa yang

diberikan. Monroe (1991) medefinisikan nilai pelanggan sebagai trade off antara

persepsi pelanggan terhadap kualitas atau manfaat produk dan pengorbanan

yang dilakukan lewat harga yang dibayarkan. Nilai pelanggan bukan menurut

penilaian perusahaan, tetapi merupakan nilai kepuasan dari persepsi pelanggan

setelah merasakan produk pelayanannya. Biaya yang dibelanjakan oleh

14

14

pelanggan diharapkan sesuai atau melampaui nilai manfaat yang diterima

pelanggan terhadap pelayanan air bersih dari perusahaan.

Menurut Zeithaml dan Bitner (2006), Engel et al. (1995), kepuasan dan

ketidakpuasan merupakan suatu dampak dari penilaian pelanggan terhadap

kualitas pelayanan maupun nilai yang ditawarkan oleh perusahaan. Kotler

(2008), kepuasan pelanggan adalah perasaan senang atau kecewa seseorang

yang berasal dari perbandingan antara kesannya terhadap hasil kinerja suatu

produk dengan harapannya. Kepuasan pelanggan telah menjadi konsep sentral

dalam wacana bisnis dan manajemen (Tjiptono dan Chandra, 2011).

Pelanggan umumnya mengharapkan produk berupa barang atau jasa

yang dikonsumsi dapat diterima dan dinikmatinya dengan pelayanan yang baik

atau memuaskan (Assauri, 2003). Kepuasan pelanggan akan membangun

persepsi pelanggan yang kemudian memposisikan produk pelayanan air bersih

dari perusahaan di mata pelanggannya. Kepuasan pelanggan perlu diperhatikan

oleh manajemen perusahaan karena merupakan salah satu ukuran keberhasilan

perusahaan. Cara perusahan untuk memuaskan pelanggan adalah dengan

komitmennya memberikan pelayanan yang terbaik atau prima dan berkualitas.

Gounaris dan Venetis (2002), kepercayaan merupakan faktor penting

dalam menjalin hubungan secara timbal balik. Disamping itu, secara empiris

dapat diteliti peranan kualitas pelayanan dan keterikatan pelanggan sebagai

penyebab adanya kepercayaan. Kepercayaan dapat ditinjau sebagai komponen

yang berharga dalam setiap keberhasilan menjalin hubungan dan lebih jauh

berfungsi sebagai upaya untuk mengurangi risiko serta membangun hubungan

jangka panjang.

Menurut Lau dan Lee (1999), jika satu pihak percaya terhadap pihak lain

akan menimbulkan perilaku positif. Donay dan Cannon (1997) menyatakan

bahwa kepercayaan dibangun atas dasar kemampuan suatu pihak

15

15

memperkirakan perilaku mitra bisnisnya akan memenuhi ketepatan janjinya di

masa yang akan datang. Kepercayaan pembeli mengandalkan pemasok dan

yakin pemasok tidak akan merugikan di masa yang akan datang (Morgan dan

Hunt, 1994). Kepercayaan pelanggan berpengaruh terhadap sikap loyalitas dari

pelanggan (Shamdasani dan Balakrishnan, 2000).

Pelanggan yang merasa tidak puas terhadap kinerja pelayanan atau

produk akan melakukan komplain dan bereaksi dengan tindakan yang berbeda-

beda (Sigh (1990). Menurut Huefnner dan Hunt (1994), ada tiga perilaku

komplain, yaitu retaliasi, avoidance dan grudgenholding. Retaliasi merupakan

balas dendam dilakukan pelanggan yang tidak puas terhadap pelayanan

perusahaan, seperti merusak produk dan peralatan perusahaan, mencuri prodak,

komunikasi gethok tular negatif. Avoidance dan grudgenholding merupakan

komplain bentuk variasi dari exit. Boote (1998) mengatakan exit bisa dilakukan

dalam tindakan memboikot membeli merek atau prodak tertentu.

Kotler dan Keller (2008) mengemukanan bahwa menciptakan pelanggan

yang loyal adalah inti dari setiap bisnis, sehingga perusahaan dituntut

membangun nilai, kepuasan, dan loyalitas pelanggan. Kepuasan pelanggan akan

menimbulkan sikap percayanya terhadap perusahaan. Menurut Shamdasani dan

Balakrishnan (2000), kepercayaan pelanggan berpengaruh terhadap sikap

loyalitas dari pelanggan. Sikap loyalitas pelanggan dibutuhkan perusahaan untuk

mempertahankan pelanggan pada dunia usaha yang berkompetisi secara ketat.

Pada sektor pelayanan publik yang dikelola pemerintah secara monopoli

yang dibutuhkan perusahaan adalah kepercayaan pelanggan untuk mendukung

perusahaan. Kepuasan yang dirasakan pelanggan terhadap kualitas pelayanan,

komitmen perusahaan dan nilai pelanggan akan berpengruh terhadap

kepercayaan pelanggan. Kotler dan Keller (2008) menganjurkan perusahaan

perlu membangun kepercayaan pada pelanggan potensial atau pelanggan yang

16

16

menguntungkan (profitable customer), karena jumlah pelanggan besar bukan

jaminan pelanggan yang menguntungkan.

Disamping fenomena empiris kualitas pelayanan air bersih yang telah

dikemukakan sebelumnya, faktor yang mendorong dilakukan penelitian ini adalah

masih terdapat perbedaan pendapat atau kontradiksi beberapa hasil penelitian

terdahulu, terkait hubungan antara kualitas pelayanan dengan kepuasan

pelanggan, komitmen pelayanan perusahaan dengan kepercayaan pelanggan,

serta nilai pelanggan dengan kepercayaan pelanggan.

Beberapa penelitian terdahulu hubungan antara kualitas pelayanan dan

kepuasan pelanggan. Scotti, Harmon dan Scott (2007), menyatakan kualitas

pelayanan berhubungan positif dengan kepuasan. Garima (2012); Singh dan

Arora (2011); Abdullah dan Rahman (2011), terdapat hubungan antara kualitas

pelayanan dengan kepuasan pelanggan. Satendra dan Singh (2011),

menunjukkan adanya hasil yang berbeda antara kualitas pelayanan yang terdiri

dari pelayanan jasa dan pelayanan lingkungan dengan kepuasan pelanggan.

Penelitian Yu et al. (2011); Hume dan Mort (2010); Asadollahi et al. (2011), juga

menunjukkan kualitas pelayanan tidak berpengaruh signifikan terhadap

kepuasan. Hasil pelitian yang berbeda, menunjukkan adanya celah untuk

mengkaji kembali hubungan antara kualitas pelayanan dengan kepuasan.

Selain penelitian terdahulu kualitas pelayanan dan kepuasan, penelitian

Fulerton (2005) menjelaskan hubungan kualitas layanan berhubungan positif

dengan komitmen, Sharma et al. (1999) mendapatkan kualitas teknik

berhubungan positif dengan komitmen hubungan, Yavas et al. (1997) kualitas

layanan responsif dan nyata berhubungan positif dengan komitmen. Sedangkan

penelitian Parahoo (2012), menjelaskan kualitas layanan berpengaruh signifikan

terhadap nilai pelanggan, sependapat dengan Edward dan Sunil (2011) hasil

penelitian kualitas layanan berhubungan signifikan terhadap nilai pelanggan,

17

17

Gera (2011) hubungan kualitas layanan dalam ecommers berpengaruh

signifikan terhadap nilai ecommers.

Penelitian terdahulu yang menghubungkan antara komitmen dengan

kepercayaan dilakukan oleh Berghall (2004), hasil penelitian menunjukkan

bahwa komitmen emosional berpengaruh terhadap kepercayaan, Zeffane et al.

(2011), terdapat korelasi antara komitmen dengan kepercayaan. Sedangkan

penelitian Bussing (2002), komitmen kalkulatif tidak berkorelasi terhadap

kepercayaan dan komitmen alinatif berkorelasi negatif terhadap kepercayaan.

Hasil penelitian terdahulu menunjukkan perbedaan sehingga ada celah untuk

dikembangkan penelitian. Disamping itu, penelitian terdahulu dari Johnson et al.

(2008); Ndubisi dan Wah (2005) menjelaskan bahwa komitmen berpengaruh

signifikan terhadap kepuasan.

Beberapa penelitian terdahulu menghubungkan pengaruh nilai pelanggan

dengan kepercayaan telah dilakukan. Avinandan dan Prithwiraj (2003); Chen

Houn-Gee et al. (2012); Wang (2009); Ramaseshan (2012); Porter dan Donthu

(2008); Doney et al. (2007); Mosavi dan Ghaedi (2012), menunjukkan bahwa

nilai pelanggan berpengaruh signifikan terhadap kepercayaan. Sedangkan

penelitian Anuwichanont dan Mechinda (2009), mengatakan bahwa nilai yang

dirasakan pelanggan berkaitan dengan harga tidak berpengaruh signifikan

terhadap kepercayaan. Hasil penelitian terdahulu masih terdapat perbedaan

sehingga memberikan peluang dikembangkan penelitian nilai pelanggan

dikaitkan dengan kepercayaan pelanggan. Penelitian terdahulu menghubungkan

nilai pelanggan dengan kepuasan pelanggan dilakukan oleh Chen at al. (2012);

Zhu dan Chen (2012), hasil penelitiannya menjelaskan nilai pelanggan

berpengaruh signifikan terhadap kepuasan.

Beberapa penelitian terdahulu yang menghubungkan antara kepuasan

pelanggan dengan kepercayaan pelanggan. Zboja dan Voorhees (2006); Selnes

18

18

(1998), kepuasan berpengaruh signifikan terhadap kepercayaan. Yap, Ramayah

dan Wan Shahidan (2012), kepuasan pelanggan berpengaruh signifikan

terhadap kepercayaan. Ribbink et al. (2004), kepuasan berpengaruh signifikan

terhadap kepercayaan. Kantsperger dan Kunz (2010), kepuasan berpengaruh

terhadap kepercayaan kebajikan dan kredibilitas. Hasil penelitian terdahulu ini

menunjukan adanya pengaruh hubungan signifikan kepuasan pelanggan

terhadap kepercayaan pelanggan.

Penelitian-penelitian terdahulu tentang hubungan antara kualitas

pelayanan dengan kepuasan pelanggan, serta komitmen pelayanan perusahaan

dan nilai pelanggan dengan kepercayaan pelanggan, memperlihatkan adanya

kesenjangan atau celah untuk dikembangkan penelitian. Hal tersebut merupakan

peluang untuk menguji kembali hubungan antar variable-variabel tersebut.

Kesenjangan penelitian (research gap), dalam penelitian ini didasarkan

pertimbangan sebagaimana pada Tabel 1.3.

Mengacu pada penelitian terdahulu, dalam penelitian yang dilakukan ini,

“celah” atau “kesenjangan” tersebut diisi dengan menempatkan variabel mediasi

pengaruh “komitmen pelayanan prima”, “nilai pelanggan”, antara kualitas

pelayanan dengan kepuasan pelanggan (Garima, 2012; Satendra dan Singh,

2011). Kemudian, menempatan "kepuasan pelanggan" sebagai variabel mediasi

pengaruh diantara komitmen pelayanan prima dengan kepercayaan pelanggan

(Berghall, 2004; Zeffane et al., 2011), serta “kepuasan pelanggan” juga sebagai

variabel mediasi pengaruh diantara nilai pelanggan dengan kepercayaan

pelanggan (Anuwichanont dan Mechinda, 2009; Ramaseshan et al., 2012).

19

19

Tabel 1.3

Research Gap Hubungan antara Kualitas Pelayanan dengan Kepuasan

Pelanggan, Komitmen Organisasi (Korporat) dan Nilai Pelanggan dengan

Kepercayaan Pelanggan

Peneliti Temuan Research Gap

Scotti et al. (2007);

Garima (2012); Singh

dan Arora (2011);

Rahaman et al. (2011);

Satendra dan Singh

(2011)

Yu et al. (2011)

Adanya hubungan antara kualitas

pelayanan dengan kepuasan

Pelayanan produk berpengaruh

signifikan terhadap kepuasan

pelanggan, sedangkan layanan

jasa dan layanan lingkungan tidak

ber pengaruh signifikan terhadap

kepuasan pelanggan

Kualitas pelayanan tidak

berpengaruh signifikan terhadap

kepuasan

Perbedaan hasil

penelitian hubungan

kualitas pelayanan

dengan kepuasan

pelanggan

Berghall (2004)

Zeffane et al. (2011)

Bussing (2002)

Avinandan dan

Prithwiraj (2003); Chen

et al.(2012); Wang

(2009), Ramaseshan

et al. (2012); Porter

dan Donthu (2008);

Doney et al.(2007),

Mosavi dan Ghaedi

(2012)

Anuwichanont dan

Mechinda (2009)

Komitmen emosinal berpengaruh

terhadap kepercayaan

Terdapat korelasi antara

komitmen dengan kepercayaan

Komitmen kalkulatif tidak

berkorelasi terhadap kepercayaan

dan komitmen alinatif berkorelasi

negatif terhadap kepercayaan.

Nilai pelanggan berpengaruh

signifikan terhadap kepercayaan

pelanggan

Nilai pelanggan yang berkaitan

dengan harga berpengaruh tidak

signifikan terhadap kepercayaan

Hubungan komitmen

organisasi (korporat)

dengan kepercayaan

pelanggan masih

bervariasi

Hubungan nilai

pelanggan dengan

kepercayaan

pelanggan masih

bervariasi.

Sumber, Data diolah 2013

20

20

1.2. Perumusan Masalah

Penelitian dilakukan dengan memilih permasalahan untuk diteliti dan

bagaimana merumuskan dari masalah yang umum, kemudian mendapatkan

fokus yang ditujukan kepada hal-hal yang spesifik (Iskandar, 2010).

Permasalahan manajerial adalah kualitas pelayanan air bersih yang disediakan

PDAM Jayapura kepada pelanggan belum optimal yang menimbulkan rendahnya

kepercayaan pelanggan. Perumusan masalah penelitian ini adalah:

1. Apakah kualitas pelayanan berpengaruh signifikan terhadap kepuasan

pelanggan ?

2. Apakah komitmen pelayanan prima sebagai mediasi pengaruh kualitas

pelayanan terhadap kepuasan pelanggan ?

3. Apakah nilai pelanggan sebagai mediasi pengaruh kualitas pelayanan

terhadap kepuasan pelanggan ?

4. Apakah komitmen pelayanan prima berpengaruh signifikan terhadap

kepercayaan pelanggan ?

5. Apakah Nilai pelanggan berpengaruh signifikan terhadap kepercayaan

pelanggan ?

6. Apakah kepuasan pelanggan berpengaruh signifikan terhadap kepercayaan

pelanggan ?

7. Apakah kepuasan pelanggan sebagai mediasi pengaruh komitmen pelayanan

prima terhadap kepercayaan pelanggan ?

8. Apakah kepuasan pelanggan sebagai mediasi pengaruh nilai pelanggan

terhadap kepercayaan pelanggan ?

1.3. Tujuan Penelitian

Secara umum, bertujuan untuk menjelaskan bagaimana peran kualitas

pelayanan, kepuasan pelanggan, komitmen pelayanan prima, nilai pelanggan,

terhadap kepercayaan pelanggan Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) di

21

21

Provinsi Papua. Secara khusus, bertujuan mendapatkan suatu model teoritis

penelitian berdasarkan fenomena empiris pada PDAM Jayapura terhadap

pelanggan golongan rumah tangga dan niaga kecil. Model penelitian ini diuji

empiris dengan cara:

1. Mengetahui dan menjelaskan kualitas pelayanan berpengaruh signifikan

terhadap kepuasan pelanggan;

2. Mengetahui dan menjelaskan komitmen pelayanan prima sebagai mediasi

pengaruh kualitas pelayanan terhadap kepuasan pelanggan;

3. Mengetahui dan menjelaskan nilai pelanggan sebagai mediasi pengaruh

kualitas pelayanan terhadap kepuasan pelanggan;

4. Mengetahui dan menjelaskan komitmen pelayanan prima berpengaruh

signifikan terhadap kepercayaan pelanggan;

5. Mengetahui dan menjelaskan nilai pelanggan berpengaruh signifikan terhadap

kepercayaan pelanggan;

6. Mengetahui dan menjelaskan kepuasan pelanggan berpengaruh signifikan

terhadap kepercayaan pelanggan;

7. Mengetahui dan menjelaskan kepuasan pelanggan sebagai mediasi pengaruh

komitmen pelayanan prima terhadap kepercayaan pelanggan;

8. Mengetahui dan menjelaskan kepuasan pelanggan sebagai mediasi pengaruh

nilai pelanggan terhadap kepercayaan pelanggan;

1.4. Manfaat Penelitian

Penelitian yang dilakukan ini dapat memberikan manfaat secara teoritis

maupun secara praktis. Manfaat secara teoritis menghasilkan model relasional

yang terintegratif antara kualitas pelayanan, komitmen pelayanan prima, nilai

pelanggan, kepuasan pelanggan dan kepercayaan pelanggan, serta

pengembangan teori hubungan pemasaran (relationship marketing).

22

22

Manfaat praktis dari penelitian ini dapat memberikan kontribusi berikut:

1. Sebagai input PDAM untuk mengoptimalkan kualitas pelayanan penyedian

air bersih sehingga meningkatkan kepuasan pelanggan.

2. Sebagai input PDAM untuk mengoptimalkan komitmen pelayanan prima

penyediaan air bersih sehingga meningkatkan kepercayaan pelanggan yang

selanjutnya dapat menghasilkan loyalitas pelanggan.

23

23

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

Lingkup kajian pustaka dalam bab ini dibatasi pada fokus pembahasan

berkaitan dengan kualitas pelayanan yang mempengaruhi kepuasan dan

kepercayaan pelanggan, serta kajian terhadap komitmen pelayanan prima dan

nilai pelanggan. Kajian pustaka meliputi dua bagian, yaitu landasan teoritis dan

hasil penelitian terdahulu.

2.1. Landasan Teoritis

2.1.1. Kualitas Pelayanan

2.1.1.1. Konsep Kualitas Pelayanan

Merujuk pada etimologi versi wikipedia, kata kualitas atau ‘kualitet’ dalam

bahasa Indonesia berasal dari bahasa Belanda (‘kwaliteit’) yang sudah

dilatinisasikan (‘qualitas’). Kata benda, ‘kualitas’ mengandung pengertian: ‘tingkat

baik buruknya sesuatu atau kadar, derajad, taraf’. Sedangkan kata benda

‘pelayanan’ mengandung arti: ‘perihal atau cara melayani, usaha melayani

kebutuhan orang lain dengan memperoleh imbalan (uang), atau kemudahan

yang diberikan sehubungan dengan jual beli barang atau jasa’. Jadi, menurut

pandangan etimologi “kualiatas pelayanan” mengandung pengertian tingkat baik

buruknya usaha memberikan pelayanan kepada pihak lain dengan memperoleh

imbalan.

Kualitas merupakan suatu kondisi dinamis yang berpengaruh terhadap

produk, jasa, manusia, proses dan lingkungan yang memenuhi atau melebihi

harapan (Tjiptono dan Chandra, 2011). Pelayanan adalah tindakan dari suatu

pihak ke pihak lain dalam memenuhi kebutuhan dan keinginan pihak lain dalam

pembelian produk (Widyaningtias, 2000). Kualitas pelayanan dapat diartikan

24

24

sebagai upaya pemenuhan kebutuhan dan keinginan pihak lain serta ketepatan

penyampaiannya dalam mengimbangi harapan pihak tersebut.

Terdapat berbagai pemahaman perspektif mengenai definisi kualitas.

Menurut Garvin (1984), setidaknya ada lima perspektif mengenai kualitas, antara

lain: transcendental approach, product-based approach, user-based approach,

manufacuring-based approach, dan value-based approach. Kelima perspektif

inilah yang bisa menjelasakan kualitas diinterpretasikan secara berbeda oleh

masing-masing individu dalam konteks pengertian yang berlaian.

1. Transcendental Approach

Perspektif dimana kualitas dipandang sebagai innate excellent, yaitu sesuatu

yang secara intuitif bisa dipahami, tetapi agak sulit diuraikan, contoh

keindahan, kecantikan. Orang hanya bisa memahami kualitas melalui

pengalaman yang didapatkan dari eksposur berulang kali (repeated

exposure), sudut pandang ini biasanya diterapkan dalam dunia seni.

Perspektif ini sulit digunakan sebagai dasar manajemen kualitas dalam

organisasi bisnis.

2. Product-Based Approach

Perspektif yang mengasumsikan kualitas merupakan karakteristik, komponen

atau atribut obyek yang dapat dikuantitatifkan dan diukur. Perbedaan kualitas

dicerminkan dalam jumlah berapa unsur atau atribut yang dimiliki produk,

contoh kualitas barang elektronik berdasarkan spesifikasinya. Perspektif ini

sangat obyektif sehingga kelemahannya sulit menjelaskan perbedaan dalam

selera, kebutuhan dan preferensi individu.

3. User-Based Approach

Perspektif yang didasarkan pemikiran bahwa kualitas tergantung pada orang

yang menilainya (eyes of the beholder), sehingga produk yang paling

memuaskan preferensi seseorang (maximum satisfaction) merupakan produk

25

25

yang berkualitas paling tinggi. Perspektif yang bersifat subyektif dan demand-

oriented menyatakan bahwa setiap pelanggan memiliki kebutuhan dan

keinginan individu yang berbeda, sehingga kualitas seseorang berdasarkan

kepuasan maksimum yang dirasakannya.

4. Manufacturing-Based Approach

Perspektif yang bersifat supply-based dan lebih fokus pada praktek-praktek

perekayasaan dan manufakturan, mendefinisikan kualitas sebagai

kesesuaian atau kecocokan dengan persyaratan (conformance to

requirements). Perspektif ini dalam konteks bisnis jasa, kualitas cenderung

bersifat operation-driven. Kualitas ditentukan oleh standar-standar yang

ditetapkan perusahaan, bukan ditentukan konsumen yang membeli atau

menggunakan produk/jasa.

5. Value-Based Approach

Perspektif yang memandang kualitas dari aspek nilai (value) dan harga

(price). Didasarkan pada trade-off antara kinerja dan harga, kualitas

didefinisikan sebagai affordable excellence, yakni tingkat kinerja yang terbaik

atau sepadan dengan harga yang dibayarkan. Perspektif ini menunjukkan

bahwa kualitas bersifat relatif, produk berkualitas tinggi belum tentu produk

yang paling bernilai. Produk yang bernilai adalah barang atau jasa yang

paling tepat dibeli (best-bay).

Selain kelima perspektif di atas, setiap organisasi mempunyai bagian-

bagian dengan fungsi yang berbeda sehingga memiliki pemahaman dan definisi

yang berbeda terhadap kriteria kualitas. Bagian pemasaran, misalnya, cenderung

memandang kualitas sebagai customer perceived quality, sementara bagian

operasi dan manajemen mendefinisikan kualitas sebagai efisiensi dan reliabilitas

proses-proses internal. Perspektif kualitas bisa juga ditinjau dari aspek fungsi

26

26

organisasi, antara lain: perspektif manajemen rantai nilai (supply chain

management perspective); perspektif teknik/rekayasa (engineering perspective);

perspektif operasi; perspektif manajemen strategik; perspektif pemasaran;

perspektif keuangan/akuntansi; dan perspektif sumber daya manusia.

Goetsch dan Davis (1994), kualitas pelayanan dapat dirumuskan sebagai

kondisi dinamis yang berhubungan dengan produk, jasa, sumber daya manusia,

proses, dan lingkungan yang memenuhi harapan. Juran (1988), kualitas

pelayanan terdiri atas dua elemen utama, yaitu produk atau jasa untuk memenuhi

kebutuhan pelanggan, dan produk/jasa terbebas dari kekurangan. Zeithaml dan

Bitner (2006), kualitas pelayanan ditentukan oleh persepsi pelanggan terhadap

persepsi kualitas pelayanan dalam arti hasil dari suatu proses pelayanan

(outcome process) yang diwujudkan dalam bentuk bagaimana pelayanan itu

diberikan.

2.1.1.2. Dimensi Kualitas Pelayanan

Banyak sekali pakar yang berusaha menawarkan tipologi spesifik faktor-

faktor yang mempengaruhi kualitas pelayanan, baik yang didasarkan riset

empiris maupun yang bersifat deskripsi teoritis. Salah satu klasifikasi yang

banyak diacu adalah versi Garvin (1988). Menurut Garvin, kualitas produk terdiri

dari delapan dimensi berikut yang satu sama lainnya bisa berhubungan erat:

1. Kinerja (Perfomance), yakni efisiensi pencapaian tujuan utama sebuah

produk. Umumnya, kinerja yang lebih bagus identik dengan kualitas yang

lebih baik.

2. Fitur (Features), yaitu atribut produk yang dirancang melengkapi kinerja

sebuah produk dasar. Pemasar berusaha merayu pelanggan dengan

menawarkan beraneka fitur khusus tambahan.

27

27

3. Reliabilitas (Reliability), yaitu kemampuan sebuah produk untuk tetap

berfungsi secara konsisten selama usia desainnya. Sebuah produk akan

dikatakan reliabel (andal) apabila kemungkinan kerusakan atau gagal dipakai

selama usia desainnya sangat rendah.

4. Kesesuaian dengan Spesifikasi (Conformance to Specification), yaitu sejauh

mana karakteristik desain dan operasi sebuah produk memenuhi standar-

standar yang telah ditetapkan sebelumnya. Dalam dunia manufaktur,

menggunakan dimensi karena mudah dikualifikasikan. Berbeda dengan

sektor jasa yang bersifat intangible, sehingga sulit diukur dengan spesifikasi

numerik.

5. Daya Tahan (Durability), berkaitan dengan tingkat kemampuan sebuah

produk mentolelir tekanan, tanpa mengalami kerusakan berarti.

6. Kemampuan Melayani (Serviceability), yakni kemudahan mereparasi produk.

Sebuah produk dikatakan serviceable apabila bisa direparasi secara mudah

dan murah. Bilamana reparasi tersebut cepat dan mudah diakses, produk

tersebut dikatakan memiliki serviceability tinggi.

7. Estetika (Estethic), yaitu daya tarik produk terhadap panca indera, untuk

menarik perhatian pelanggan

8. Persepsi Kualitas (Perceived Quality), yaitu citra dan reputasi produk serta

tanggung jawab perusahaan terhadapnya. Biasanya karena kurang

pengetahuan pembeli akan atribut atau fitur produk yang akan dibeli, maka

pembeli mempersepsikan kualitasnya dari aspek harga, nama merek, iklan,

reputasi perusahaan, maupun negara pembuatnya. Kualitas b ersifat

perseptual, maka setiap orang punya opini sendiri-sendiri.

Walaupun dimensi-dimensi kualitas pelayanan versi Garvin banyak

dikutip, tetapi tipologi dimensi Garvin cenderung lebih sesuai untuk menilai

28

28

kualitas produk fisik dibanding layanan/jasa. Sejumlah studi telah dilakukan untuk

merumuskan dimensi spesifikasi kualitas layanan/jasa, yang paling banyak diacu

dalam pengukuran kinerja layanan/jasa adalah dimensi kualitas pelayanan versi

Parasuraman, Zeithaml dan Berry (1988).

Parasuraman, Zeithaml, dan Berry (1985) meneliti sejumlah industri

jasa dan berhasil mengidentifikasi sepuluh dimensi pokok pelayanan, yaitu:

(1) reliabilitas, (2) responsivitas atau daya tanggap, (3) kompetensi, (4) akses,

(5) kesopanan (courtesy), (6) komunikasi, (7) kredibilitas, (8) keamanan

(security), (9) kemampuan memahami pelanggan dan (10) bukti fisik (tangibles).

Pada penelitian berikut, Parasuraman et al.(1988) menemukan adanya tumpang

tindih (overlapping) pada beberapa dimensi pokok kualitas pelayanan tersebut.

Mereka menyederhanakan dari semula sepuluh dimensi menjadi lima dimensi

pokok kualitas pelayanan. Kompetensi , kesopanan, kredibilitas dan keamanan

disatukan menjadi dimensi jaminan (assurance). Akses, komunikasi, dan

kemampuan memahami pelanggan diintegrasikan menjadi dimensi empati

(empathy).

Mengacu pada Parasuraman et al, Kotler (2008) dalam mengukur kualitas

pelayanan juga mengutip kelima dimensi pokok tersebut, yaitu: reliability

(keandalan/kemampuan), responsiveness (ketanggapan), assurance (keyakinan

atau kemampuan memberikan jaminan), empathy (memahami keinginan), dan

Tangibles (tampilan fisik).

2.1.1.3. Model Kualitas Pelayanan

Model pengukuran kualitas pelayanan diperlukan oleh perusahaan

korporat, mereka mengadopsi model, kemudian dirancang suatu model

pengukuran kualitas pelayanan konteks spesifik sesuai dengan karakter

perusahaan itu. Prinsip penting yang harus diperhatikan oleh perusahaan

29

29

korporat adalah secara rutin dan kontinyu melakukan evaluasi, mengukur

kualitas pelayanan sebagai strategi terbaik untuk meningkatkan kepuasan

pelanggan (Rajicic & Ciric, 2008).

Model kualitas pelayanan yang paling populer dan sampai sekarang

masih dijadikan acuan riset manajemen dan pemasaran adalah model

SERVQUAL singkatan dari SERVice QUALity, dikembangkan oleh Parasuraman,

Zeithaml, dan Berry (1985, 1988, 1990, 1991, 1993, 1994). Model ini dikenal pula

dengan istilah Gap Analysis Model yang berkaitan erat dengan model kepuasan

pelanggan didasarkan pada ancangan diskonfirmasi (Oliver, 1997). Ancangan ini

menegaskan bahwa jika kinerja sebuah atribut (attribute performance) lebih

besar dari pada ekspetasi (expectations) terhadap atribut bersangkutan, maka

persepsi terhadap kualitas pelayanan akan positif dan sebaliknya.

Model SERVQUAL banyak diterapkan di berbagai perusahaan dan

industri. Popularitas penggunaan instrumen survei SERVQUAL dikarenakan

sejumlah keunggulan, yaitu:

1. Instrumen SERVQUAL telah berkembang menjadi rujukan standar untuk

penilaian berbagai dimensi kualitas pelayanan.

2. Instrumen SERVQUAL menunjukkan sahih (valid) pada berbagai riset

konteks pelayanan.

3. Kuesioner SERVQUAL mengindikasikan andal (reliable) pada berbagai

riset karena pertanyaan-pertanyaannya diinterpretasi secara sama oleh

responden berbeda.

4. Instrumen SERVQUAL memenuhi kriteria parsimoni, karena hanya terdiri

atas 22 item, sehingga bisa diisi dengan cepat oleh responden.

Kriteria parsimoni, artinya hal-hal yang dianggap rumit bisa

disederhanakan.

30

30

5. Instrumen SERVQUAL memiliki prosedur analisis baku yang memudahkan

interpretasi hasil.

Gambar 2.1 Model SERVQUAL

PELANGGAN

PEMASAR

Sumber: Zeithaml, et al. (1990)

Tiga pakar terkemuka kualitas pelayanan, yaitu: A. Parasuraman, Valarie

A. Zeithaml, dan Leonard L. Berry, mulai melakukan kolaborasi pada tahun 1983

melalui paper konseptual mereka berjudul “A Conceptual Model of Service

Quality and Its Implications for Future Research” yang dipublikasikan pada

Kebutuhan

Pribadi

Pengalaman

Masa Lalu

Komunikasi

Gethok Tular

Layanan Yang

Diharapkan

Persepsi Terhadap

Layanan

Penyampaian

Layanan

Spesifikasi Kualitas

Layanan

Persepsi Manajemen

Atas Harapan

Pelanggan

Komunikasi Eksternal

Kepada Pelanggan

GAP-5

GAP-3

GAP-2

GAP-4

GAP-1

31

31

Journal of Marketing. Dalam paper tersebut, dipaparkan secara rinci lima gap

kualitas pelayanan yang berpotensi menjadi sumber masalah kualitas

pelayanan. Model yang dinamakan SERVQUAL itu, dikembangkan dengan

maksud membantu para menejer dalam menganalisis sumber masalah kualitas

dan memahami cara-cara memperbaiki kualitas pelayanan.

Model Konseptual tersebut diilustrasikan pada Gambar 2.1. Garis putus-

putus mendatar memisahkan dua fenomena utama, yaitu bagian atas dan

bagian bawah. Fenomena yang berkaitan dengan pelanggan berada di bagian

atas, sedangkan fenomena yang mengacu pada perusahaan atau penyedian

pelayanan ada di bagian bawah. Disamping itu, komunikasi getok tular,

kebutuhan pribadi, pengalaman masa lalu dan pengalaman yang diharapkan

(expected service), juga dipengaruhi aktivitas komunikasi pemasaran

perusahaan.

Sementara itu, pelayanan yang dipersepsikan pelanggan (perceived

service) merupakan hasil dan serangkaian keputusan dan aktivitas internal

perusahaan. Persepsi manajemen terhadap ekspetasi pelanggan memandu

keputusan menyangkut spesifikasi kualitas pelayanan yang harus diikuti

perusahaan dan diimplementasi dalam penyampaian pelayanan kepada para

pelanggan. Pelanggan mengalami proses produksi dan penyampaian pelayanan

sebagai komponen kualitas berkaitan dengan proses (process-related quality) dan

solusi teknis yang diterima melalui proses tersebut, sebagai komponen kualitas

berkaitan dengan hasil (outcome-related quality). Pada ilustrasi Gambar 2.1

juga ditunjukkan bahwa komunikasi pemasaran bisa mempengaruhi perceived

sercive dan expected service.

Instrumen SERVQUAL bermanfaat dalam melakukan analisis gap.

Pelayanan/jasa biasanya bersifat intangibel (bukan wujud fisik), sehingga

kesenjangan komunikasi dan pemahaman antara karyawan perusahaan dengan

32

32

pelanggan berdampak serius terhadap persepsi atas kualitas pelayanan. Adapun

gap-gap yang biasanya terjadi dan berpengaruh terhadap kualitas pelayanan

seperti yang diperlihatkan pada ilustrasi Gambar 2.1, meliputi:

1) Knowledge Gap (Gap-1)

Gap antara ekspetasi pelanggan dan persepsi manajemen. Gap ini terjadi

karena ada perbedaan antara ekspetasi pelanggan aktual dan pemahaman

atau persepsi manajemen perusahaan terhadap ekspetasi pelanggan.

Manajemen perusahaan salah mengerti atau tidak memahami secara

benar apa yang menjadi harapan pelanggan.

Kemungkinan penyebab gap seperti ini antara lain: informasi yang

didapatkan riset pasar dan analisis perrnintaan kurang akurat; interpretasi

yang kurang akurat atas informasi mengenai ekspektasi pelanggan; tidak

adanya analisis permintaan; buruknya aliran informasi ke atas (upward

information) dari staf kontak pelanggan ke pihak manajemen; dan terlalu

banyak jenjang manajerial yang menghambat atau mengubah informasi

yang disampaikan karyawan kontak pelanggan ke pihak manajemen.

Penyedia layanan tidak mudah mendobrak belenggu perspektif bisnis yang

berorientasi pada proses internal. Upaya memperbaki proses bisnis sering

kali justru tidak berdampak terhadap perbaikan pelayanan pelanggan.

Penyempurnaan pelayanan terhadap pelanggan mutlak

membutuhkan pemahaman atas apa yang sesungguhnya

dibutuhkan pelanggan berdasarkan perspektif pelanggan sendiri.

2) Standard Gap (Gap-2)

Gap antara persepsi manajemen terhadap ekspetasi pelanggan dan spesifikasi

kualitas pelayanan. Gap ini terjadi karena kesenjangan antara persepsi

manajemen perusahaan dengan harapan pelanggan terhadap spesifikasi

kualitas pelayanan. Kesenjangan ini disebabkan pihak manajemen

33

33

perusahaan melakukan kesalahan menterjemahkan harapan pelanggan

secara kurang tepat ke dalam bentuk standar kualitas pelayanan.

Manajemen perusahaan sekalipun mampu memaharni keinginan pelanggan

dengan baik, kadangkala penerjemahannya ke dalam spesifikasi kualitas

pelayanan masih bermasalah. Dengan kata lain, spesifikasi kualitas

pelayanan tidak konsisten dengan persepsi manajemen perusahaan terhadap

ekspektasi kualitas.

Penyebabnya antara lain tidak adanya standar kinerja yang jelas; kesalahan

perencanaan atau prosedur perencanaan tidak memadai; manajemen

perencanaan buruk; kurangnya penetapan tujuan yang jelas dalam

organisasi; kurangnya dukungan dan komitmen manajemen puncak terhadap

perencanaan kualitas pelayanan; kekurangan sumber daya; dan situasi

permintaan berlebihan.

3) Delivery Gap (Gab-3)

Gap antara spesifikasi kualitas pelayanan dan penyampaian pelayanan. Gap ini

terjadi karena kesenjangan spesifikasi kualitas tidak terpenuhi oleh

kinerja dalam produksi dan penyampaian pelayanan. Kesenjangan gap ini

terjadi karena ketidakmampuan sumber daya manusia perusahaan dalam

memenuhi standar kualitas pelayanan yang telah ditetapkan.

Penyebab antara lain: spesifikasi kualitas terlalu rumit atau terlalu kaku; para

karyawan tidak menyepakati spesifikasi tersebut, karenanya tidak

berusaha memenuhinya; spesifikasi tidak sejalan dengan budaya korporat

yang ada; manajemen operasi pelayanan buruk; kurang memadainya

aktifitas internal marketing; serta teknologi dan sistem yang ada tidak

memfasilitasi kinerja sesuai dengan spesifikasi. Karyawan kurang terlatih,

beban kerja terlalu berlebihan dan standar kinerja tidak dapat dipenuhi

karyawan (terlalu tinggi / tidak realistis) bisa menyebabkan terjadinya gap ini.

34

34

4) Communication Gap (Gap-4)

Gap antara penyampaian pelayanan dan komunikasi eksternal. Gab ini adalah

kesenjangan antara penyampaian layanan dan komunikasi ekstenal.

Kesenjangan ini terjadi karena perusahaan tidak mampu memenuhi janji-

janjinya yang dikomunikasikan secara ekstenal melalui berbagai promosi.

Gap ini terjadi karena janji-janji yang disampaikan melalui aktifitas komunikasi

pemasaran tidak konsisten dengan layanan yang diberikan kepada para

pelanggan.

Penyebabnya ada beberapa factor, diantaranya perencanaan komunikasi

pemasaran tidak terintegrasi dengan operasi layanan; kurangnya koordinasi

antara aktifitas pemasaran yang tidak terintegrasi dengan operasi layanan;

organisasi gagal memenuhi spesifikasi yang ditetapkan sementara

kampanye komunikasi pemasaran sesuai dengan spesifikasi tersebut

dan kecendrungan untuk melakukan over promise, under deliver dalam

menarik pelanggan baru. Perusahaan dalam mengkampanyekan iklan dan

slogan atau janji perusahaan seringkali mempengaruhi ekspektasi pelanggan.

Jika penyedia layanan memberikan janji berlebihan maka resikonya adalah

ekspektasi pelanggan bisa “membumbung tinggi” dan sulit dipenuhi.

5) Service Gap (Gap-5)

Gap antara persepsi terhadap pelayanan yang diterima dan pelayanan yang

diharapkan. Gab yang terjadi karena kesenjangan antara pelayanan

yang dirasakan dengan pelayanan yang diharapkan. Kesenjangan ini

terjadi karena tidak terpenuhinya harapan pelanggan atas pelayanan yang

telah diterima atau dirasakan. Gap ini menunjukkani bahwa pelayanan yang

dipersepsikan tidak konsisten dengan pelayanan yang diharapkan dan gap

ini bisa menimbulkan sejumlah konsekwensi negatif seperti kualitas yang

buruk (negative confirmed quality) dan masalah kualitas; komunikasi gethok

35

35

tular yang negatif; dampak negatif terhadap citra korporat atau citra lokal;

dan kehilangan pelanggan. Gap ini terjadi apabila pelanggan mengukur

kinerja/prestasi perusahaan berdasarkan kriteria atau ukuran yang

berbeda atau bisa juga mereka keliru menginterpretasikan kualitas

pelayanan bersangkutan.

Mengatasai timbulnya Service Gap (Gap-5) dalam model SERVQUAL

ini, kunci utama adalah menutup Gap-1 sampai Gap-4 melalui perancangan

sistem pelayanan secara komprehensif, komunikasi dengan pelanggan secara

terintegrasi dan konsisten, serta pengembangan staf pelayanan terlatih yang

mampu secara konsisten memberikan pelayanan prima. Selama masih ada

gap, persepsi pelanggan terhadap pelayanan perusahanan akan rendah.

Zeithaml, et al. (1990) mengusulkan perluasan model SERVQUAL

(Gambar 2.2) dalam publikasi mereka berjudul Delivery Quality Service.

Model ini mengidentifikasi sejumlah faktor internal yang mempengaruhi

tingkat kualitas pelayanan yang disampaikan kepada pelanggan. Berdasarkan

faktor-faktor tersebut, ditawarkan strategi untuk memperkecil gap-gap kualitas

pelayanan, terutama Gap-1 sampai Gap-4.

Model SERVQUAL sudah diterapkan baik sektor komersial, industrial,

maupun nirlaba. Meskipun model SERVQUAL ini populer tetapi masih menuai

sejumlah kritik teoritikal dan operasional. Teas & Palan (1997),

mendokumentasi 19 definisi ekspetasi pelanggan yang tidak jelas

perbedaannya satu sama lain. SERVQUAL lebih berfokus pada proses

penyampaian pelayanan dan bukan pada hasil interaksi pelayanan; serta

SERVQUAL lebih didasarkan pada paradigma diskonfirmasi dari pada

paradigma attitudinal (Buttle, 1996; Davies, et al., 1999; Mittal & Lassar, 1998;

Robinson, 1999).

36

36

Gambar 2.2 Perluasan Model SERVQUAL

Sumber: Zeithaml, et al. (1990)

Kenyataan tidak dipungkiri, sampai saat ini model SERVQUAL masih

dipersepsikan sebagai model terbaik dan populer, walau masa depan model

Orientasi Riset Pemasaran

Komunikasi Ke Atas

Jenjang Manajemen

Komitmen Manajemen Pada

Kualitas Pelayanan

Penetapan Tujuan

Standarisasi Tugas

Persepsi Terhadap Kelayakan

Kerja Sama Tim

Kecocokan Karyawan-Pekerjaan

Kecocokan Teknologi-Pekerjaan

Persepsi Terhadap Kendali

Sistem Pengawasan Penyelia

Konflik Peran

Ambiguitas Peran

Komunikasi Horizontal

Kecenderungan Untuk

Menjanjikan Berlebihan

Gap-1

Gap-2

Gap-3

Gap-4

Gap-5

Kualitas

Bukti Fisik

Reliabilitas

Daya Tanggap

Jaminan

Empati

37

37

ini sebagai instrumen ‘universal’ mengukur kualitas pelayanan pada semua

konteks masih ‘dipertanyakan’. Robinson (1999) berargumen model ini

paling cocok diterapkan pada konteks setting penelitian originalnya. Buttle

(1996), model SERVQUAL tampak cocok untuk jasa-jasa berbiaya tinggi dan

berisiko tinggi, namum aplikasi untuk tipe jasa berbiaya rendah dan beris iko

rendah masih dipertanyakan.

2.1.1.4. Pengukuran Kualitas Pelayanan

Menurut Grönroos (1984), ada dua komponen untuk mengukur kualitas

pelayanan yang diistilahkan nordic persepective. Komponen pertama,

mengukur teknik kualitas pelayanan yang merujuk pada persepsi pelanggan

terhadap kondisi aktual dari pelayanan yang diterima pelanggan, meliputi

pengetahuan karyawan, perlengkapan, fasilitas dan sebagainya. Pada

komponen kedua, mengukur proses kualitas pelayanan yang diberikan

merujuk pada bagaimana cara pelayanan disampaikan, dan melibatkan

interaksi antara pelanggan dengan penyedia layanan, dan sebagainya. Kedua

aspek komponen ini secara bersama-sama berpengaruh terhadap citra

perusahaan, dan tentu saja berdampak pada kepercayaan pelanggan.

Parasuraman, et al. (1988) mengembangkan model konseptual dengan

menyusun skala pengukuran SERVQUAL. Dalam publikasinya berjudul

“SERVQUAL: A Multiple-Item Scale for Measuring Consumer Perceptions of

Service Quality”, Parasuraman, et al. (1988) mendefinisikan kualitas

pelayanan sebagai penilaian glogal atau sikap menyangkut superioritas

pelayanan. Mereka mengajukan operasionalisasi perceived quality (Q)

sebagai “the degree and direction of discrepancy between consumers’

persceptions and expectations”. Rumusan operasionalisasi dalam persamaan

yang sangat terkenal: Q = P – E, dimana Persepsi (P) didefinisikan sebagai

38

38

keyakinan pelanggan berkenaan dengan pelayanan yang diterima atau

dialami. Harapan atau Ekspetasi (E) didefinisikan sebagai hasrat atau

keinginan pelanggan, yaitu apa yang mereka rasakan harus (dan bukan

bakal) ditawarkan oleh penyedia layanan. Parasuraman, et al. (1988)

menekankan istilah harapan atau ekspetasi pelayanan (E) tidak menunjukkan

prediksi tentang apa yang “bakal” (would) ditawarkan, namun justru lebih

kepada apa yang “harus” (should) ditawarkan penyedia pelayanan.

Dalam riset awalnya, Parasuraman, Zeithaml, dan Berry (1985)

berhasil mengindetifikasikan sepuluh dimensi pokok kualitas pelayanan:

reliablitas, responsivitas atau daya tanggap, kompetensi, akses, kesopanan,

komunikasi, kredibilitas, keamanan, kemampuan memahami pelanggan, dan

bukti fisik (tangibles). Pada riset lanjutan tahun 1988, mereka menemukan

adanya overlapping di antara beberapa dimensi, sehingga disederhanakan dari

sepuluh dimensi tersebut menjadi lima dimensi pokok, yang disusun sesuai

urutan tingkat kepentingan relatifnya.

Kelima dimensi utama hasil riset Parasuraman et al.(1988) tersebut

digunakan sebagai indikator pengukur dalam kajian penelitian ini, terdiri atas:

1. Reliabilitas (Reliability), berkaitan dengan kemampuan perusahaan untuk

menyampaikan pelayanan yang dijanjikan secara akurat sejak pertama kali.

2. Daya Tanggap (Responsiveness), berkenaan dengan kesediaan dan

kemampuan penyedia layanan untuk membantu para pelanggan dan

merespon permintaan mereka dengan segera.

3. Jaminan (Assurance), berkenaan dengan pengetahuan dan kesopanan

karyawan serta kemampuan mereka dalam menumbuhkan rasa percaya

(trust) dan keyakinan (confidance).

39

39

4. Empati (Empathy), berarti bahwa perusahaan memahami masalah para

pelanggannya dan bertindak demi kepentingan pelanggan, serta memberikan

perhatian personal kepada para pelanggan dan memiliki jam operasi yang

nyaman.

5. Bukti Fisik (Tangibles), berkenaan dengan penampilan fisik fasilitas

pelayanan, peralatan/perlengkapan, sumber daya manusia, dan materi

komunikasi perusahaan.

Berdasarkan konsep-konsep yang telah dijelaskan sebelumnya,

kualitas pelayanan merupakan selisih antara nilai yang diterima dengan nilai

yang diharapkan oleh pelanggan pada kelima dimensi utama tersebut. Kajian

atas konseptualisasi kualitas pelayanan dipusatkan pada upaya

mengindentifikasi instrumen yang digunakan untuk mengukur kualitas

pelayanan itu.

2.1.2. Komitmen Pelayanan Prima

2.1.2.1. Konsep Komitmen Pelayanan Prima

Secara umum komitmen diartikan sebagai tingkat kecintaan seorang

terhadap organisasi perusahaannya. Komitmen mencakup pada kepedulian dan

kontribusi karyawan terhadap kesuksesan organisasi perusahaan (Benkhoff,

1997). Komitmen organisasi mencerminkan bagaimana seorang individu

mengidentifikasikan dirinya dengan organisasi dan terikat dengan tujuan-

tujuannya. Para manajer disarankan untuk meningkatkan kepuasan kerja dengan

tujuan untuk mendapatkan tingkat komitmen yang tinggi. Selanjutnya, komitmen

yang lebih tinggi dapat memudahkan terwujudnya produktivitas yang lebih tinggi

(Kreitner dan Kinicki, 2005).

Durkin (1999), komitmen organisasi merupakan perasaan yang kuat dan

erat dari seseorang terhadap tujuan dan nilai suatu organisasi dalam

40

40

hubungannya dengan peran mereka terhadap upaya pencapaian tujuan dan

nilai-nilai tersebut. Robbins (2001) menyatakan komitmen pada organisasi

merupakan suatu keadaan dimana seorang karyawan memihak pada suatu

organisasi dan tujuan-tujuannya, serta berniat memelihara keanggotaan dalam

organisasi itu. Riggio (2009), komitmen organisasi adalah semua perasaan dan

sikap karyawan terhadap segala sesuatu yang berkaitan dengan organisasi

dimana mereka bekerja termasuk pada pekerjaan mereka. Komitmen organisasi

oleh Luthans (2006), diartikan sebagai: a). Keinginan yang kuat untuk

mempertahankan seorang anggota organisasi tertentu, b). Sebuah kemauan

yang kuat untuk berusaha mempertahankan nama organisasi, dan c). Keyakinan

dan penerimaan nilai-nilai dan tujuan organisasi.

Gambaran lebih jelas mengenai definisi komitmen organisasi adalah yang

dikemukakan oleh Meyer dan Allen (1991), yang mengemukakan komitmen

organisasi diidentifikasi tiga jenis komitmen; komitmen afektif, komitmen

keberlanjutan, dan komitmen normatif sebagai keadaan psikologis yang baik

mencirikan hubungan karyawan dengan organisasi atau memiliki implikasi untuk

mempengaruhi apakah karyawan akan melanjutkan organisasi

Jennifer dan Gareth (2008), komitmen bisa dimulai dari level organisasi

tertinggi sampai yang terendah, orang-orang bisa mempunyai sikap tentang

berbagai aspek organisasi mereka seperti saat praktek promosi organisasi,

kualitas produk organisasi dan perbedaan budaya organisasi.

Rosenthal dan Peccei (1997), mendefinisikan konsep komitmen

pelayanan terhadap pelanggan sebagai hubungan kecenderungan individu untuk

memberikan perbaikan secara terus menerus dan berusaha sungguh-sungguh

untuk keuntungan pelanggan. Larkin (1990), mengatakan komitmen yang

profesional adalah tingkat loyalitas dari individu terhadap profesinya seperti yang

dipersepsikan oleh individu tersebut. Trisnaningsih (2003), mengemukakan

41

41

bahwa komitmen profesional dan komitmen organisasi yang saling melengkapi

dan harmonis akan memberi dampak pada pekerjaan yang memuaskan.

Parasuraman, et al. (1988), sikap superioritas dalam kualitas pelayanan.

Zeithaml (2000), penyampaian pelayanan seharusnya secara excellent atau

superior. Menurut DeVrye (1997), salah satu dari tujuh strategi sukses dalam

memberi pelayanan adalah melampau harapan pelanggan (exceed

expectations). Persaingan bisnis yang begitu ketat dewasa ini menuntut

perusahaan untuk memberikan komitmen excelllent service atau komitmen

pelayanan prima, yaitu pelayanan yang sangat baik atau pelayanan yang terbaik

bagi pelanggannya.

2.1.2.2. Dimensi Komitmen Pelayanan Prima

Meyer dan Allen (1991) merumuskan tiga dimensi komitmen dalam

organisasi, yaitu: affective, continuance, dan normative. Ketiga hal ini lebih tepat

dinyatakan sebagai komponen atau dimensi dari komitmen berorganisasi, dari

pada jenis-jenis komitmen berorganisasi. Hal ini disebabkan hubungan anggota

organisasi dengan organisasi mencerminkan perbedaan derajat ketiga dimensi

tersebut.

1. Komitmen Afektif (Affective commitment)

Komitmen afektif, komitmen yang berkaitan dengan hubungan emosional

anggota terhadap organisasinya, identifikasi dengan organisasi, dan

keterlibatan anggota dengan kegiatan di organisasi. Anggota organisasi

memiliki komitmen afektif yang tinggi akan terus menjadi anggota dalam

organisasi karena memang memiliki keinginan untuk itu (Meyer dan Allen,

1997).

42

42

2. Komitmen Berlanjutan (Continuance commitment)

Komitmen berlanjutan merupakan komitmen berkaitan dengan kesadaran

anggota organisasi akan mengalami kerugian jika meninggalkan organisasi.

Anggota organisasi memiliki komitmen berlanjutan yang tinggi akan terus

menjadi anggota dalam organisasi karena mereka memiliki kebutuhan untuk

menjadi anggota organisasi tersebut (Meyer dan Allen, 1997).

3. Komitmen Normatif (Normative commitment)

Komitmen normatif menggambarkan perasaan keterikatan untuk terus berada

dalam organisasi. Anggota organisasi yang memiliki komitmen normatif tinggi

akan terus menjadi anggota dalam organisasi karena merasa dirinya harus

berada dalam organisasi tersebut (Meyer dan Allen, 1997).

Komitmen afektif merupakan komitmen yang paling banyak berpengaruh

terhadap sikap dan perilaku, seperti perilaku keanggotaan organisasi dan

kepuasan kerja (Meyer et al., 2002). Komitmen afektif adalah proses attitudinal

seseorang mengenai hubungan mereka dengan organisasi dalam hal value dan

goal congruency. Tingkat individuals goal dan value menyatu dengan organisasi

dihipotesiskan mempengaruhi secara langsung hasrat individu untuk tetap

berada diorganisasi. Karyawan perusahaan secara keseluruhan dengan

komitmen afektif yang kuat akan tetap berada didalam organisasi karena mereka

juga menginginkannya.

Menurut Chang dan Johnson (2006), komitmen afektif mensyaratkan

penerimaan dan internalisasi terhadap tujuan dan nilai organisasi, yang didorong

oleh kemauan kuat untuk mengerahkan usahan demi tercapainya tujuan

organisasi. Komitmen afektif berasal proses internalisasi diri yang kuat terhadap

tujuan organisasi, yang memunculkan motivasi intrinsik dari diri sendiri

seseorang untuk mencapai tujuan tersebut.

43

43

2.1.2.3. Mengukur Komitmen Pelayanan Prima

Secara sederhana, komitmen pelayanan prima adalah suatu komitmen

pelayanan yang terbaik dalam memenuhi harapan dan kebutuhan pelanggan.

Dengan kata lain, komitmen pelayanan prima merupakan suatu komitmen

pelayanan lebih yang memenuhi standar kualitas. Pelayanan yang dilakukan

dengan konsisten memenuhi standar kualitas adalah suatu pelayanan yang

sesuai dengan harapan dan kepuasan pelanggan.

Dalam pelayanan prima terdapat dua elemen yang saling berkaitan, yaitu

pelayanan dan kualitas. Kedua elemen tersebut sangat penting diperhatikan oleh

karyawan sebagai dasar komitmen terhadap pelayanan yang diberikan. Konsep

pelayanan prima dapat diterapkan pada berbagai organisasi, instansi,

pemerintah, ataupun perusahaan bisnis.

Perlu diketahui bahwa kemajuan yang dicapai oleh suatu perusahaan

tercermin dari standar pelayanan yang diberikan kepada pelanggannya.

Perusahaan yang belum maju pada umumnya kualitas pelayanan yang diberikan

di bawah standar minimal. Pada perusahaan yang sudah berkembang kualitas

pelayanan telah memenuhi standar minimal. Perusahaan maju kualitas

pelayanan terhadap pelanggannya di atas standar minimal.

Zeithaml (2000), mendefinisikan bahwa menyampaikan pelayanan

seharus secara superior sehingga melebihi harapan pelanggan, dibandingkan

hanya menyampaikan pelayanan yang memenuhi harapan pelanggan. Menurut

Hart (1988); Hart, et al.(1992), salah satu pelayanan superior yang mulai banyak

diterapkan penyedia jasa adalah strategi unconditional guarantees atau

extraordinary guarantees. Strategi ini mengutamakan komitmen memberikan

kepuasan kepada pelanggan sehingga menjadi sumber dinamis penyempurnaan

prodak, pelayanan dan meningkatkan motivasi kinerja karyawan lebih baik dari

sebelumnya.

44

44

Pelayanan prima (excellent sevice) adalah konsep kepedulian kepada

pelanggan dengan memberikan layanan terbaik (Barata, 2004). Pelayanan prima

adalah pelayanan terbaik yang dapat diberikan kepada pelanggan (Sutopo dan

Suryanto, 2003). Disimpulkan dari teori-teori tersebut, bahwa pelayanan prima

merupakan pelayanan yang berfokus kepada pelanggan, dan memberikan

pelayanan terbaik bagi pelanggan, sehingga menimbulkan kepuasan dan

membangun kepercayaan pelanggan pada perusahaan.

Mengacu pada riset Parasuraman, et al. (1988), Barata (2004)

mengemukakan enam unsur yang penting diperhatikan pada komitmen

pelayanan prima, yaitu:

1. Kemampuan, adalah pengetahuan dan keterampilan tertentu yang mutlak

diperlukan untuk menunjang program pelayanan prima, yang meliputi

kemampuan dalam bidang kerja yang ditekuni, melaksanakan komunikasi

yang efektif, mengembangkan motivasi dan menggunakan public relation

sebagai instrumen dalam membina hubungan ke dalam dan ke luar

organisasi/perusahaan;

2. Sikap, adalah perilaku atau perangai yang harus ditonjolkan ketika

menghadapi pelanggan;

3. Penampilan, adalah penampilan seseorang baik yang bersifat fisik maupun

non fisik, yang mampu merefleksikan kepercayaan diri dan kredibilitas dari

pihak lain;

4. Perhatian, adalah kepedulian penuh terhadap pelanggan baik yang berkaitan

dengan perhatian akan kebutuhan dan keinginan pelanggan maupun

pemahaman atas saran dan kritiknya;

5. Tindakan, adalah berbagai kegiatan nyata yang harus dilakukan dalam

memberikan layanan kepada pelanggan;

45

45

6. Tanggung Jawab, adalah suatu sikap keberpihakan kepada pelanggan

sebagai wujud kepedulian untuk menghindarkan atau meminimalkan

kerugian.

Menurut Tjiptono (2012), komitmen pelayanan prima adalah komitmen

terhadap proses pelayanan yang diberikan, terdiri dari empat unsur pokok yang

perlu diperhatikan, yaitu:

1) Kecepatan, memberikan pelayanan supaya cepat dan tidak berbelit-belit.

2) Ketepatan, memberikan pelayanan supaya tepat sasaran sesuai yang

dibutuhkan.

3) Keramahan, dalam memberikan pelayanan supaya dilakukan dengan sikap

ramah sehingga menyenangkan bagi yang dilayani.

4) Kenyamanan, pelayanan yang diberikan supaya memberikan rasa nyaman

bagi yang dilayani.

Komitmen pelayanan prima di sektor publik berdasarkan Keputusan

MENPAN Nomor 81 Tahun 1993, diperbaruhi Keputusan MENPAN Nomor 63

Tahun 2003 (Menpan, 2003:3), masih mengacu pada aspek tata laksana yang

digunakan dalam pelayanan umum, dengan menjelaskan prinsip-prinsip

pelayanan prima sebagai berikut:

1. Kesederhanaan

Prosedur pelayanan publik tidak berbelit-belit, mudah dipahami dan mudah

dilaksanakan

2. Kejelasan:

a. Persyaratan teknis dan administratif pelayanan publik;

b. Unit kerja/pejabat yang berwenang dan bertanggungjawab dalam

memberikan pelayanan dan penyelesaian keluhan/ persoalan/sengketa

dalam pelaksanaan pelayanan publik;

46

46

c. Rincian biaya pelayanan publik dan tata cara pembayaran.

3. Kepastian Waktu

Pelaksanaan pelayanan publik dapat diselesaikan dalam kurun waktu yang

telah ditentukan.

4. Akurasi

Produk pelayanan publik diterima dengan benar, tepat, dan sah.

5. Keamanan

Proses dan produk pelayanan publik memberikan rasa aman dan kepastian

hukum.

6. Tanggung jawab

Pimpinan penyelenggara pelayanan publik atau pejabat yang ditunjuk

bertanggungjawab atas penyelenggaraan pelayanan dan penyelesaian

keluhan/persoalan dalam pelayanan publik.

7. Kelengkapan sarana dan prasarana

Tersedianya sarana dan prasarana kerja, peralatan kerja dan pendukung

lainnya yang memadai termasuk penyediaan sarana teknologi

telekomunikasi dan informatika (telematika).

8. Kemudahan Akses

Tempat dan lokasi serta sarana pelayanan yang memadai, mudah dijangkau

oleh masyarakat, dan dapat memanfaatkan teknologi telekomunikasi dan

informatika.

9. Kedisiplinan, Kesopanan dan Keramahan

Pemberi pelayanan harus bersikap disiplin, sopan dan santun, ramah, serta

memberikan pelayanan dengan ikhlas.

10. Kenyamanan

Lingkungan pelayanan harus tertib, teratur, disediakan ruang tunggu yang

nyaman, bersih, rapi, lingkungan yang indah dan sehat serta dilengkapi

47

47

dengan fasilitas pendukung pelayanan, seperti parkir, toilet, tempat ibadah

dan lain-lain.

Komitmen pelayanan prima merupakan sikap komitmen organisasi

terhadap pelayanan yang prima, sehingga dalam penelitian ini dipilih indikator

dari perpaduan konsep yang dikemukakan Meyer et al. (2002); Barata (2004);

Tjiptono (2008); Keputusan MENPAN Nomor 81 Tahun 1993 dan MENPAN

Nomor 63 Tahun 2004, disesuaikan dengan tujuan penelitian, terdiri atas:

1) Sikap, adalah perilaku atau perangai dari karyawan yang harus

ditonjolkan ketika menghadapi pelanggan;

2) Perhatian, adalah kepedulian penuh perusahaan terhadap pelanggan

baik yang berkaitan dengan perhatian akan kebutuhan dan keinginan

pelanggan maupun pemahaman atas saran dan kritiknya;

3) Keterbukaan, adalah sikap karyawan yang terbuka dalam memberikan

informasi yang diperlukan pelanggan;

4) Kejelasan, adalah tersedia aturan jelas perusahaan kepada pelanggan

mengenai persyaratan teknis/dministratif; pejabat/unit yang bertanggung

jawab; serta rincian besar biaya pelayanan dan tata cara pembayaran;

5) Ketepatan waktu, adalah sikap karyawan melaksanakan pelayanan

kepada pelanggan sesuai waktu yang yang dijanjikan.

2.1.3. Nilai Pelanggan

2.1.3.1. Konsep Nilai Pelanggan

Pengertian pelanggan (customer) menurut Cambridge Internasional

Dictionaries (2006), adalah “a person who buys goods or services” atau

pelanggan adalah seseorang yang membeli barang atau jasa. Sementara

menurut Webster’s 1928 Dictionary pelanggan adalah “one who frequents any

place of sale for the sake or producing what he wants…”. Pelanggan adalah

48

48

seseorang yang beberapa kali datang ke tempat yang sama untuk memenuhi

keinginannya.

Bila dipelajari literatur pemasaran, ditemui berbagai definisi mengenai

nilai pelanggan (customer value). Menurut Woodruff (1997), nilai pelanggan

adalah pilihan yang dirasakan pelanggan dan evaluasi terhadap artibut produk

dan jasa, kinerja atribut dan konsekuensi yang timbul dari penggunaan produk

untuk mencapai tujuan dan maksud konsumen ketika menggunakan produk.

Woodruff juga mendefinisikan nilai pelanggan sebagai persepsi pelanggan

terhadap konsekuensi yang diinginkannya dari penggunaan suatu produk/jasa.

Nilai pelanggan dapat dijabarkan sebagai preferensi yang pelanggan

rasakan terhadap ciri produk, kinerja dan sejauh mana telah memenuhi apa yang

diinginkannya. Slywotzky (1996), nilai pelanggan didasarkan pada persfektif

pelanggan dari perusahaan bersangkutan, dengan mempertimbangkan apa yang

mereka inginkan dan yang mereka dapatkan dari pembelian dan penggunan

produk atau jasa.

Zeithaml (1988), mengatakan bahwa nilai pelanggan, adalah penilaian

keseluruhan dari pelanggan pada utilitas sebuah produk berdasarkan

persepsinya terhadap apa yang diterima dan apa yang diberikan produk tersebut.

Selanjutnya Zeithaml et al.,(1988), mengidentifikasikan empat nilai pelayanan

produk, yaitu: 1). nilai pelayanan adalah harga yang rendah; 2). nilai pelayanan

adalah segala sesuatu yang diinginkan dalam produk; 3). nilai pelayanan adalah

kualitas pelayanan sesuai dengan harga yang dibayarkan; dan 4). nilai

pelayanan adalah semua yang didapat atas semua pengorbanan yang diberikan.

Monroe (1991) mengemukakan bahwa nilai pelanggan adalah trade-off

antara persepsi pelanggan terhadap kualitas atau manfaat produk dan

pengorbanan yang dilakukan lewat harga yang dibayarkannya. Menurut Kotler

dan Keller (2008), nilai yang dipersepsikan pelanggan didasarkan pada selisih

49

49

antara apa yang didapatkan pelanggan dan apa yang ia berikan untuk

kemungkinan pilihan yang berbeda. Pelanggan mendapatkan manfaat dan

menanggung biaya.

Naumann (1995), menyederhanakan nilai pelanggan terdiri dari

komponen-komponen: kualitas produk, kualitas pelayanan, harga, dan citra akan

membentuk persepsi pelanggan terhadap nilai (Gambar 2.3). Pelanggan akan

memadukan strategi dan kinerja perusahaan terhadap suatu persepsi nilai. Hal

ini penting pada pelanggan yang pertama kali mengkonsumsi produk, karena

kesan pertama kali akan berpengaruh pada kesan selanjutnya.

Gambar 2.3 Komponen Nilai

Customer

Perception of

Value

Sumber: Earl Naumann (1995)

Menurut Gale (1994) bahwa persepsi pelanggan terhadap nilai atas

kualitas yang ditawarkan relatif lebih tinggi dari pesaing akan mempengaruhi

tingkat loyalitas pelanggan, semakin tinggi persepsi nilai yang dirasakan oleh

pelanggan, maka semakin besar kemungkinan terjadinya hubungan (transaksi).

Hubungan yang diinginkan adalah hubungan yang bersifat jangka panjang,

sebab usaha dan biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan diyakini akan jauh

Price

Image

Product

Quality

Service

Quality

50

50

lebih besar apabila harus menarik pelanggan baru atau pelanggan yang sudah

meninggalkan perusahaan, dari pada mempertahankannya.

Bagi pelanggan, kinerja produk yang dirasakan sama atau lebih besar

dari yang diharapkan, yang dianggap bernilai dan dapat memberikan kepuasan

(Kotler, 2008). Nilai atribut adalah karakteristik-karakteristik produk yang ada

dibenak dan dijelaskan oleh pelanggan. Nilai konsekuensi adalah penilaian

subjektif pelanggan sebagai konsekuensi dari penggunaan dan pemanfaatan

produk dan jasa.

2.1.3.2. Dimensi Nilai Pelanggan

Menurut Sweeney dan Soutar (2001), dimensi nilai pelanggan terdiri dari

empat nilai, yaitu :

1. Emosional value, utilitas yang berasal dari perasaan atau afektif/emosi positif

yang ditimbulkan dari mengkonsumsi produk.

2. Social value, utilitas yang didapat dari kemampuan produk untuk

meningkatkan konsep diri-sosial pelanggan.

3. Quality/performance value, utilitas yang didapatkan dari produk karena

reduksi biaya jangka pendek dan biaya jangka panjang.

4. Price/value of money, utilitas yang diperoleh dari persepsi terhadap kinerja

yang diharapkan dari suatu produk atau jasa.

Gardial et al. (1994), menyatakan bahwa nilai pelanggan juga ditentukan

oleh dimensi waktu, dimana pelanggan mempunyai waktu yang berbeda untuk

nilai yang berbeda. Misalnya, keputusan pelanggan untuk membeli suatu produk,

didahului dengan evaluasi dan memilih alternatif atau saat mengalami atau

merasakan kinerja produk selama atau sesudah penggunaannya.

Sheth dan Mittal (2004) berdasarkan kategori pelanggan mengemukakan

sembilan tipe nilai pelanggan, yaitu:

51

51

1. Performance Value adalah kualitas hasil fisik dari penggunaan suatu

produk atau jasa. Tipe nilai ini mencerminkan kemampuan produk/jasa

melaksanakan fungsi fisik utamanya secara konsisten.

2. Social Value adalah manfaat produk/jasa yang bertujuan untuk

memuaskan keinginan seseorang dalam mendapatkan pengakuan atau

kebanggaan sosial.

3. Emocional Value adalah kesenangan dan kepuasan emosional yang

didapatkan pelanggan dari suatu produk/jasa.

4. Price Value harga yang adil dan biaya-biaya finansial lainnya yang

berkaitan dengan upaya mendapatkan produk/jasa.

5. Credit Value berupa situasi terbebas dari keharusan membayar cash

pada saat pembelian atau membayar dalam waktu dekat. Prinsipnya nilai

ini menawarkan kenyaman berkenaan dengan pembayaran.

6. Financing Value penawaran syarat dan finasial skedul pembayaran yang

lebih longgar dan terjangkau. Sedangkan Credit value lebih menekankan

pada aspek keterjangkauan (affordability) dan bermanfaat ketika harga

produk dan jasa sangat mahal.

7. Service Value berupa bantuan yang diharapkan pelanggan berkaitan

dengan pembelian produk/jasa, antara lain:

a) Bantuan dan advis sebelum pembelian;

b) Bantuan dan advis purna beli agar mempertahankan nilai produk;

c) Bebas dari risiko salah beli dengan jaminan pengembalian uang

(refund) dan pertukara produk.

8. Convinience Value berupa penghematan waktu dan usaha yang

dibutuhkan untuk memperoleh produk/jasa.

52

52

9. Personalization value yang meliputi: menerima produk/jasa disesuaikan

dengan kondisi pelanggan (customization) dan memberikan pengalaman

positif dari pelanggan (interpersonal interaction).

2.1.3.3. Indikator Nilai Pelanggan

Naumann (1995), ada tujuh indikator yang membentuk nilai pelanggan

dari suatu produk, yaitu: 1. tempat (place), 2. produk (product), 3. pelayanan/jasa

(service), 4. orang (people), 5. komunikasi (communication), 6. citra (image), dan

7. harga (price), seperti ilustrasi pada Gambar 2.4.

Gambar 2.4 Model Nilai Ekonomi dari Produk

Sumber: Earl Naum ann (1995)

Woodruff (1997), mengusulkan nilai pelanggan mengarah pada customer-

driven concept, dimana definisi nilai pelanggan adalah persepsi preferensi dan

evaluasi atas atribut produk, kinerja produk, dan konsekuensi yang timbul saat

penggunaan yang memberi fasilitas pencapaian sasaran dan tujuan pelanggan

dalam berbagai situasi penggunaan.

Place

Product

Service

People

Communication

Image

Price

Economic

Value

53

53

2.1.4. Kepuasan Pelanggan

2.1.4.1. Konsep Kepuasan Pelanggan

Kepuasan (satisfaction) berasal dari bahasa Latin, kata “satis” (artinya

cukup baik, memadai) dan “facio” (melakukan atau membuat). Kepuasan

diartikan sebagai upaya pemenuhan atau membuat sesuatu memadai. Menurut

Kamus Bahasa Indonesia, kepuasan adalah perihal (yang bersifat) puas;

kesenangan; kelegaan dan sebagainya). Kepuasan bisa diartikan juga sebagai

perasaan puas, rasa senang dan kelegaan seseorang terhadap suatu prodak

atau pelayanan untuk mendapatkan prodak itu. Oliver (1997) menyatakan semua

orang memahami pengertian kupuasan tetapi sulit menjelaskan secara tepat.

Oxfor Advanced Learner’s Dictionary (2000) mendiskripsikan kepuasan sebagai

perasaan senang (good feeling) ketika kita mendapatkan sesuatu atau ketika

sesuatu yang kita inginkan terjadi.

Menurut Kotler dan Keller (2008), secara umum, kepuasan (satisfaction)

adalah perasaan senang atau kecewa seseorang yang timbul karena

membandingkan kinerja yang dipersepsikan produk (atau hasil) terhadap

ekspetasi mereka. Jika kinerja gagal memenuhi ekspetasi, pelanggan akan tidak

puas. Jika kinerja sesuai dengan ekspetasi, pelanggan akan puas. Jika kinerja

melebihi ekspetasi, pelanggan akan sangat puas atau senang. Tse dan Wilton

(1988) menyatakan bahwa kepuasan atau ketidakpuasan pelanggan adalah

respon pelanggan terhadap evaluasi ketidaksesuaian atau diskonfirmasi yang

dirasakan antara harapan sebelumnya dengan kinerja aktual produk yang

dirasakan setelah pemakaian. Pelanggan akan merasa puas bila hasilnya sesuai

dengan yang diharapkan dan sebaliknya pelanggan akan merasa tidak puas bila

hasilnya tidak sesuai dengan harapan. Engel et al. (1995) mengungkapkan

bahwa kepuasan adalah evaluasi purna beli, dimana alternatif yang dipilih

sekurang-kurangnya memberikan hasil (outcome) sama atau melampaui harapan

54

54

pelanggan, sedangkan ketidakpuasan timbul apabila hasil yang diperoleh tidak

memenuhi harapan pelanggan.

Giese & Cote (2000) melakukan kajian literatur mengacu hasil riset

selama waktu 30 tahun, berhasil mengidentifikasi 20 definisi kepuasan

pelanggan. Ditemukan definisi kepuasan pelanggan yang bervariasi dan ada

beberapa yang tidak konsisten satu dengan lain, tetapi ditemukan ada kesamaan

dalam tiga komponen utama, yaitu:

1. Kepuasan pelanggan merupaka respon (emosional atau kognitif);

2. Respon tersebut menyangkut fokus tertentu (ekspetasi, produk, pengalaman

konsumsi dst; dan

3. Respon terjadi pada waktu tertentu (setelah konsumsi, setelah pemilihan

produk/jasa, pengalaman akumulati, dll)

Dengan kata lain, kepuasan pelanggan terdiri atas respon menyangkut

fokus tertentu yang ditentukan pada waktu tertentu. Swan (1988) dalam Shih

(2006) mendefinisikan kepuasan terdiri dari dua dimensi konstruk. Dimensi

pertama, merupakan “keputusan” bahwa suatu produk memiliki kinerja yang

relatif baik atau buruk. Sedangkan dimensi kedua, melibatkan “perasaan” atas

produk seperti suka atau tidak suka.

2.1.4.2. Model Kepuasan Pelanggan

Tujuan utama bisnis adalah menciptakan para pelanggan yang puas

(Schnaars, 1991). Menurut Yi (1990), berbagai upaya telah dilakukan untuk

menyusun kerangka teoritikal agar menjelaskan determinan, proses

pembentukan, dan konsekuensi kepuasan pelanggan. Riset-riset kepuasan

pelanggan secara garis besar didasarkan pada tiga teori utama: contras theory,

assimilation theory, dan assimilation-contras theory (Chiou, 1999).

55

55

1. Contrats theory berasumsi pelanggan akan membandingkan kinerja produk

aktual dengan ekspetasi pra-pembelian. Pelanggan akan puas apabila

kinerja aktual lebih besar atau sama dengan ekspetasi, dan pelanggan akan

tidak puas bila kinerja aktual lebih rendah dibandingkan ekspetasi.

2. Assimilation theory menyatakan evaluasi sesudah pembelian merupakan

fungsi positif dari ekspetasi pelanggan sebelum pembelian. Proses

diskonfirmasi secara psikologis kurang nyaman dilakukan, pelanggan

cenderung secara persepsi mendistorsi perbedaan antara ekspektasi dan

kinerjanya ke arah ekspektasi awal. Penyimpangan dari ekspektasinya

cenderung diterima oleh pelanggan bersangkutan.

3. Assimilation-contrast theory menyatakan bahwa terjadinya efek asimilasi

(assimilation effect) atau efek kontras (contrast effect) merupakan fungsi dari

tingkat kesenjangan antara kinerja aktual dan kinerja yang diharapkan. Bila

kesenjangan besar, pelanggan akan mempersepsikan jauh lebih bagus/

buruk dibandingkan kenyataannya (sebagaimana contrast theory). Bila

kesenjangannya tidak terlalu besar, berlaku assimilation theory. Apabila

rentang deviasi yang bisa diterima (acceptable deviations) dilewati, maka

kesenjangan antara ekspektasi dan kinerja akan menjadi signifikan dan

berlaku efek kontras.

Walaupun ada berbagai variasi teori yang membahas model konseptual

kepuasan pelanggan, tetapi sejauh ini “paradigma diskonfirmasi” masih

merupakan model kepuasan pelanggan yang paling banyak dijadikan acuan dan

digunakan (LaTour & Peat, 1977; Churchill & Surprenant, 1982; Oliver, 1980;

Tse & Wilton, 1988; Spreng, et al., 1996). Paradigma diskonfirmasi

menegaskan kepuasan atau ketidakpuasan setelah pembelian ditentukan oleh

evaluasi pelanggan terhadap perbedaan diantara ekspektasi awal (atau standar

56

56

pembanding lain) dengan persepsi terhadap kinerja produk aktual setelah

pemakaian produk. Skema paradigma diskonfirmasi seperti ilustrasi pada

Gambar 2.5.

Gambar 2.5. Paradigma Diskonfirmasi

Pengalaman

Rekomendasi gethok tular

Komunikasi pemasaran

Pengetahuan atas merek- merek pesaing

Perceived Ekspektasi Performance ( E ) ( P ) Proses Perbandingan P<E P=E P>E Diskonfirmasi Konfirmasi Diskonfirmasi Negatif Positif Ketidakpuasan Mere Delight satisfaction

Sumber: Patterson (1993)

Dalam paradigma diskonfirmasi, perlu dipahami mengenai karakteristik

kepuasan, apakah kepuasan merupakan hasil dari simple confirmation

(perceived performance sama dengan ekspektasi) atau hasil dari diskonfirmasi

positif (perceived performance lebih besar dari pada ekspektasi)?. Menurut Oliver

(1977) ketika pertama kali mendefinisikan paradigma diskonfirmasi, kemudian

57

57

disepakati oleh Hunt (1991), dan Patterson (1993), menyatakan bahwa

pelanggan akan puas apabila persepsinya sesuai dengan ekspektasi yang

diharapkan.

Pendapat Erevelles & Leavitt (1992) mengatakan bahwa simple

confirmation mengarah pada kondisi netral atau indiferen, dimaksud bukan

kepuasan dan bukan pula ketidakpuasan. Buttle (1996) berasalan bahwa simple

confirmation merupakan fenomena kompleks bisa mengarah pada

ketidakpuasan. Contoh, pelanggan sebelumnya punya pengalaman buruk

sehingga ekspektasinya “negatif”, bila dikonfirmasi dan benar-benar terjadi, maka

pelanggan akan merasakan ketidakpuasan sesuai ekspektasinya itu.

Mengacu pada konsep Zone of Indifference (Erevelles & Leavitt, 1992),

Santos & Boote (2003) mengidentifikasi empat tipe keadaan afektif purnabeli

(Gambar 2.6), yaitu: (1) delight; (2) kepuasan (indiferen positif); (3) acceptance

(indiferen negatif); dan (4) ketidakpuasan.

Gambar 2.6 Empat Keadaan Afektif Purnabeli

Ekspektasi/ Cognition Situasi Afektif Persamaan Performance

AP > EP Diskonfirmasi Delight Positif AP > EP Diskonfirmasi Kepuasan Positif ZOI (+) Indifference AP = EP Simple Delight/acceptable/ (--) Indifference Confirmation Kepuasan/ketidakpuasan AP < EP Diskonfirmasi Acceptance Negatif AP < EP Diskonfirmasi Ketidakpuasan Negatif Catatan: AP = Perceived Actual Performance; EP = Expected Performance ZOI = Zone of Indifference Sumber: Santos & Boote (2003)

58

58

Kepuasan dan acceptance berada di dalam zone of indifference antara

konfirmasi dan diskonfirmasi. Kepuasan (indiferen positif) bisa terjadi bila kinerja

produk/jasa dipersepsikan pelanggan berada diantara desired expectation dan

predicted expectation, sedangkan acceptance (indiferen negatif) terjadi bila

perceived performance berada diantara predicted expectation dengan minimum

tolerable expectation. Kondisi afektif delight ataupun kondisi ketidakpuasan

terjadi di luar zone of indifference. Kondisi delight terjadi bila perceived

performance lebih besar dari desired expectation, sedangkan kondisi

ketidakpuasan terjadi bila perceived performance di bawah tingkat minimum

toreable expectation.

Ekspektasi pelanggan didefinisikan secara berbeda-beda oleh sejumlah

peneliti. Model diskonfirmasi ekspektasi (lihat Gambar 2.7), Teas & Palan (1997)

mengidentifikasi sekurangnya 7 macam konsep ekspektasi dari sejumlah peneliti.

Gambar 2.7. Model Diskonfirmasi Ekspektasi

Ekspektasi Pra-Pembeli

Diskonfirmasi Kepuasan Ekspektasi Persepsi Kinerja Purnabeli

Sumber: Tears & Palan (1997)

Meskipun demikian, konsep ekspektasi yang masih mendominasi aplikasi model

diskonfirmasi ekspektasi adalah predictive expectations, dimana ekspektasi

59

59

berfungsi sebagai standar perbandingan yang akan menghasilkan reaksi

pelanggan terhadap produk/jasa dalam bentuk kepuasan atau persepsi kualitas.

Perceived performance dalam literatur kepuasan pelanggan dan kualitas

pelayanan, didefinisikan secara relatif seragam sebagai keyakinan mengenai

pelayanan yang dialami (beliefs about experinced service). Spreng, et al. (1996)

mendefinisikan sebagai keyakinan menyangkut atribut produk, tingkat atribut,

atau hasil. Oliver (1997) merumuskan sebagai persepsi terhadap jumlah atribut

produk atau pelayanan dari hasil yang diterima. Dalam berbagai model kepuasan

pelanggan, kadangkala perceived performance ditempatkan sebagai anteseden

diskonfirmasi, terkadang sebagai anteseden langsung terhadap kepuasan (lihat

Gambar 2.7).

Parasuraman, et al (1985) mengemukakan bahwa kepuasan pelanggan

merupakan ukuran spesifik untuk setiap transaksi, situasi atau interaksi yang

bersifat jangka pendek, sedangkan kualitas pelayanan merupakan sikap yang

dibentuk terhadap evaluasi menyeluruh kinerja perusahaan jangka panjang.

2.1.4.3. Mengukur Kepuasan Pelanggan

Beberapa metode yang biasa dipergunakan untuk mengukur dan

melakukan evaluasi terhadap kepuasan pelanggan ataupun terhadap pelanggan

pesaing. Menurut Kotler, et al. (2004) ada empat metode untuk mengukur

kepuasan pelanggan, yaitu: sistem keluhan dan saran, ghost shopping, lost

customer analysis, dan survei kepuasan pelanggan.

1. Sistem Keluhan dan Saran

Perusahaan yang berorientasi pada pelanggan (customer oriented) perlu

menyediakan kesempatan dan akses yang mudah dan nyaman bagi

pelanggannya untuk menyampaikan saran, pendapat, kritik, dan keluhan.

Media yang digunakan bisa berupa kotak saran yang di letakan pada lokasi

60

60

strategis agar mudah dijangkau pelanggan, kartu komentar supaya bisa diisi

langsung maupun dikirim via pos kepada perusahaan, saluran telpon bebas

pulsa, websites, dan lain-lain.

Informasi yang diperoleh dari metode ini dapat memberikan ide baru dan

masukan yang berharga kepada perusahaan, sehingga memungkinkan

perusahaan menanggapi dan mengatasi dengan cepat masalah-masalah

yang timbul. Metode ini bersifat pasif, karena menunggu inisiatip pelanggan

untuk menyampaikan pendapat atau keluhan kepada perusahaan, sehingga

sulit mendapatkan gambaran lengkap dari kepuasan atau ketidakpuasan

pelanggan melalui cara ini. Pelanggan yang kurang puas tidak semuanya

menyampaikan keluhannya, bisa saja langsung beralih ke pemasok lain.

Menurut Kotler, et al. (2004), berbagai riset menunjukkan bahwa 25 % dari

total pembelian pelanggan merasa ketidakpuasan, dan kurang dari 5 %

pelanggan tersebut yang bersedia melakukan komplain. Metode ini sulit

mengumpulkan saran yang bagus dari pelanggan, karena perusahaan tidak

memberikan imbal balik dan tindak lanjut yang memadai bagi pelanggan

yang menyumbangkan ide atau gagasan kepada perusahaan.

2. Ghost Shopping (Mystery Shopping)

Cara memperoleh gambaran mengenai kepuasan pelanggan dengan

memperkerjakan beberapa orang ghost shoppers untuk berperan atau

berpura-pura sebagai pelanggan potensial produk perusahaan atau pesaing.

Para pekerja ini diminta berinteraksi dengan karyawan penyedia jasa dan

menggunakan produk/jasa perusahaan, kemudian melaporkan pengalaman

dan temuan-temuannya yang berkaitan dengan kekuatan dan kelemahan

produk perusahaan dan pesaingnya. Para ghost shopper biasanya diminta

mengamati secara saksama dan menilai cara perusahaan dan pesaingnya

melayani permintaan spesifik pelanggan, menjawab pertanyaan pelanggan

61

61

dan menangani setiap keluhan. Bila dimungkinkan para manajer perusahaan

yang menjadi ghost shopper agar bisa mengetahui langsung bagaimana

karyawannya berinteraksi dan memperlakukan pelanggan. Penelitian

dilakukan para manajer tanpa diketahui karyawannya, misalnya dengan

menyamar sebagai pelanggan menelpon perusahaan sendiri dan

mengajukan berbagai keluhan atau pertanyaan.

3. Lost Customer Analysis

Perusahaan berusaha sedapat mungkin menghubungi para pelanggan yang

telah berhenti membeli produk atau yang telah beralih ke pemasok lain agar

dapat mengetahui dan memahami penyebabnya, sehingga dapat diambil

kebijakan perbaikan atau penyempurnaan selanjutnya. Perusahaan selain

melakukan exit interview juga penting memantau customer loss rate, karena

peningkatan customer loss rate menunjukkan kegagalan perusahaan untuk

memuaskan para pelanggannya.

4. Survei Kepuasan Pelanggan

Sebagian besar penelitian kepuasan pelanggan dilaksanakan dengan

menggunakan metode survei (McNeal & Lamb, 1979), meliputi survei melalu

pos, telepon, e-mail, websites, maupun wawancara langsung. Berdasarkan

hasil survei perusahaan memperoleh tanggapan dan umpan balik secara

langsung dari pelanggan, serta memberikan kesan positif bahwa perusahaan

menaruh perhatian dan peduli terhadap para pelanggannya. Pengukuran

kepuasan pelanggan menggunakan metode ini dialkukan dengan beberapa

cara, diantaranya:

a) Directly Reported Satisfaction, pengukuran menggunakan item-item

spesifik yang menanyakan langsung tingkat kepuasan yang dirasakan

pelanggan.

62

62

b) Derived Satisfaction, pengukuran menggunakan pertanyaan-pertanyaan

terhadap dua hal utama, yaitu: (1) tingkat harapan atau ekspektasi

pelanggan terhadap kinerja produk atau perusahan pada atribut-atribut

relevan, (2) persepsi pelanggan terhadap kinerja aktual produk atau

perusahaan bersangkutan (perceived perfomance). Selain itu, bisa juga

ditanyakan tingkat kepentingan masing-masing atribut dan/atau tingkat

kinerja ideal. Pengukuran ini mirip dengan pengukuran pada kualitas

jasa model SERVQUAL.

c) Problem Analysis, teknik pengukuran meminta kepada responden

mengungkapkan masalah-masalah yang dihadapi berkaitan dengan

produk atau jasa perusahaan, dan saran-saran perbaikan. Perusahan

selanjutnya akan lakukan analisis konten (conten analysis) terhadap

semua permasalahan dan saran perbaikan untuk identifikasi bidang-

bidnag utama yang membutuhkan perhatian dan tindak lanjut

secepatnya.

d) Importance-Performance Analysis, teknik pengukuran meminta

responden untuk menilai tingkat kepentingan berbagai atribut relevan

dan tingkat kinerja perusahaan (perceived performance) pada masing-

masing atribut tersebut. Selanjutnya, nilai rata-rata tingkat kepentingan

atribut dan kinerja perusahaan akan dianalisis di Impotance-

Performance Matrix.

Kepuasan pelanggan merupakan evaluasi purna-beli di mana alternatif

yang dipilih sekurang-kurangnya memberikan hasil (outcome) sama atau

melampaui harapan pelanggan, sedangkan ketidakpuasan timbul apabila hasil

yang diperoleh tidak memenuhi harapan pelanggan (Engel et al. 1995). Menurut

Rangkuti (2006), mengukur kepuasan pelanggan dapat menggunakan dimensi

kepuasan pelanggan dari Pasuraman, et al. (1988), yakni: tangibles (Wujud

63

63

nyata); reliability (kehandalan); responsivenes (daya tanggap); assurance

(jaminan); dan emphaty (empati).

Kotler (2008), menyatakan bahwa kepuasan adalah perasaan senang

atau kecewa seseorang yang muncul setelah membandingkan antara persepsi

atau kesan terhadap kinerja atau hasil suatu produk dan harapan-

harapannya. Dengan demikian, kepuasan merupakan fungsi dari persepsi atau

kesan atas kinerja dan harapan. Pelanggan puas apabilia kinerja produk

memenuhi harapan, jika kinerja produk berada dibawah harapan maka

pelanggan tidak puas. Jika kinerja produk melebihi harapan maka pelanggan

akan amat puas atau senang. Jadi faktor kunci untuk untuk memperoleh

pelanggan yang setia adalah memberikan nilai pelanggan yang tinggi.

2.1.5. Kepercayaan Pelanggan

2.1.5.1. Konsep Kepercayaan Pelanggan

Kepercayaan adalah kemauan seseorang untuk bertumpu pada orang

lain dimana kita memiliki keyakinan padanya. Secara psikologi, kepercayaan

merupakan suatu keyakinan dan kemauan atau dapat juga disebut sebagai

kecenderungan perilaku (Moorman, et al, 1993). Kepercayaan (trust) merupakan

salah satu aspek yang penting dan aset mendasar dalam dunia niaga atau

bisnis. Transaksi bisnis akan terjadi antara dua pihak atau lebih apabila masing-

masing pihak saling mempercayai. Morgan & Hunt (1994) mengatakan

kepercayaan merupakan variabel kunci dalam jaringan pertukaran antara

perusahaan dengan mitra-mitranya.

Deutsch (1973) mendefinisikan kepercayaan sebagai keyakinan suatu

pihak akan menemukan apa yang diinginkan dari pihak lain bukan apa yang

ditakutkan dari pihak lain. Moorman et al. (1993), kepercayaan adalah keinginan

64

64

untuk menyandarkan sesuatu pada mitra yang dipercayai. Kepercayaan akan

membawa pada keinginan untuk bekerjasama dalam usaha bisnis.

Menurut Barney dan Hansen (1994), kepercayaan merupakan keyakinan

mutual dari kedua pihak bahwa diantara keduanya tidak akan memanfaatkan

kelemahan pihak lain. Costabile (1998) definisikan kepercayaan sebagai

persepsi akan keterhandalan dari sudut pandang konsumen didasarkan pada

pengalaman, atau lebih pada urut-urutan transaksi atau interaksi yang dicirikan

oleh terpenuhinya harapan akan kinerja produk dan kepuasan.

Kepercayaan pelanggan dipandang sebagai faktor terpenting bagi

terciptanya sebuah hubungan diantara penyedia dan pengguna jasa/produk.

Para peneliti sepakat bahwa kepercayaan merupakan hal yang penting dalam

membangun dan memelihara hubungan jangka panjang dengan pelanggan. Lau

dan Lee (1999), jika satu pihak percaya terhadap pihak lainnya akan

menimbulkan perilaku positif menuju hubungan selanjutnya. Anderson dan Narus

(1990) menyatakan bahwa apabila kepercayaan yang timbul dari masing- masing

pihak positif, kepercayaan akan bisa ditingkatkan.

Hubungan yang dibangun dari rasa percaya pembeli kepada penjual

memungkinkan penjual memenuhi dengan baik kebutuhan pembeli dan ini

merupakan satu langkah penting dan fundamental dalam membentuk hubungan

jangka panjang. Komitmen antara pelanggan dan penyedia jasa akan

memperlancar proses penyampaian pelayanan karena antara kedua belah pihak

saling memahami dan mempercayai. Doney dan Cannon (1997), terkait dengan

kepercayaan itu, masing-masing pihak juga mesti memiliki kemampuan untuk

meneruskan hubungan menjadi relasi yang positif dan memberikan manfaat bagi

kelanjutan hubungan di masa depan. Selanjutnya, Doney dan Cannon (1997)

mengatakan kepercayaan dibangun berdasarkan kemampuan suatu pihak untuk

memperkirakan perilaku rekan bisnisnya di masa yang akan datang seperti

65

65

mengenai ketepatan rekannya selama ini dalam memenuhi janji yang telah

dibuatnya.

Kepercayaan itu menekankan suatu relasi hubungan antara pelanggan

dengan perusahaan, dimana perusahaan menunjukkan dan melakukan tindakan

yang nyata, baik secara langsung maupun tidak langsung terhadap pelanggan,

serta membuktikan kejujuran perusahaan merealisasikan janji-janjinya. Ganesan

(1994) menekankan bahwa pembentukan kepercayaan pelanggan melalui

kompetensi perusahaan dalam merealisasikan hubungannya dengan pelanggan

sehingga tindakan-tindakan perusahaan dapat memberikan manfaat pada

pelanggan.

Singh dan Sirdeshmukh (2000), berpendapat bahwa kepercayaan penting

untuk membangun dan mempertahankan hubungan jangka panjang. Sedangkan

menurut Morgan dan Hunt (1994), kepercayaan itu ada hanya jika salah satu

pihak memiliki keyakinan dalam kehandalan dan integritas. Moorman et al.,

(1993), kepercayaan sebagai ketergantungan salah satu pihak yang memiliki

keyakinan. Anderson and Narus (1990) menyimpulkan, bahwa jika salah satu

pihak berpendapat bahwa tindakan pihak lain akan membawa hasil positif

terhadap pihak pertama, kepercayaan dapat dikembangkan.

2.1.5.2. Model Hubungan Relasi Kepercayaan Pelanggan

(Trust-Based Relationship Model)

Berry (1999) memperkenalkan suatu model relasi untuk menjelaskan

faktor apa saja yang menjadi pondasi terbangunnya hubungan jangka panjang

yang berdasarkan kepercayaan seperti ilustrasi pada Gambar 2.8. Model ini

menjelaskan beberapa faktor yang menjadi dasar terbangunnya kepercayaan

(trust) dalam perusahaan, yaitu faktor persepsi mengenai kecakapan

(competence) dan faktor kejujuran (fairness) perusahaan secara langsung

66

66

mempunyai peran dalam membina atau menanamkan rasa kepercayaan (sense

of trust). Kedua faktor inilah yang merupakan landasan untuk menumbuhkan

rasa kepercayaan karyawan, mitra bisnis, dan pelanggan.

Gambar 2.8. Model Hubungan Berdasarkan Kepercayaam (Model of Trust-based Relationship)

Sumber: Berry (1999)

Aspek kepercayaan terhadap perusahaan (trust of company) adalah

dasar perusahaan untuk mempercayai orang lain untuk mengorganisir dan

menggunakan sumber daya tersedia secara efektif dalam menciptakan nilai

tambah bagi berbagai pihak. Pada kenyataan, sifat pelayanan atau jasa tidak

bisa dilihat (intangible), maka karyawan maupun rekan bisnis menjadi faktor yang

memudahkan terciptanya hubungan relasi yang berdasarkan kepercayaan.

Perusahaan-perusahan yang sudah dipercaya akan berkurang ketidakpastiannya

(uncertainty) maupun kerapuhannya (vulnerability), karena memiliki pengalaman

dan rasa percaya diri yang baik bagi perusahaan sehingga mampu mengatasi

banyak masalah.

Keuntungan lain dari kepercayaan adalah timbulnya sikap toleransi

pelanggan. Berry (1999), mengemukakan harapan pelanggan terhadap kualitas

pelayanan terbagi atas dua level, yaitu: keinginan (desired) dan kecukupan

(adequate). Level keinginan menggambarkan apa yang pelanggan pikirkan

67

67

terhadap pelayanan yang didapat atau seharusnya, sedangkan level kecukupan

menggambarkan pelayanan minimum yang diterima oleh pelanggan.

Garbarino dan Johnson (1999) mengatakan bahwa kepercayaan

berpengaruh terhadap komitmen pelanggan dan komitmen pelanggan

berpengaruh terhadap intensi akan datang. Menurut Bloemer dan Schroeder

(2002) ditemukan kepercayaan berpengaruh terhadap komitmen dan komitmen

terhadap gethok-tular (word of mouth), intensi pembelian ulang serta intensitas

harga.

2.1.5.3. Dimensi Kepercayaan Pelanggan pada Perusahaan

Dimensi kepercayaan oleh McKnight and Chervany (2002) dikelompokan

menjadi empat kategori, yaitu:

a. Kompetensi, kepercayaan seseorang akan kemampuan atau kekuatan

pihak lain untuk melakukan sesuatu yang dibutuhkan.

b. Kebajikan, kepercayaan seseorang akan perhatian pihak lain, seperti

itikad baik, kepedulian, tanggung jawab dan perhatian.

c. Integritas, kepercayaan bahwa pihak lain berusaha untuk membuat

kesepakatan yang baik, menceritakan dengan benar dan memenuhi janji,

seperti kejujuran, kredibilitas, reliabilitas, dapat diandalkan dan

kebijaksanaan.

d. Prediktabilitas, kepercayaan bahwa pihak lain melakukan tindakan (baik

atau buruk) secara konsisten sehingga dapat diperkirakan pada situasi

tertentu, seperti mengurangi risiko.

McKnight, et al. (2002) dalam hasil penelitian sebelumnya

mengkonsepkan kepercayaan dalam berbagai bentuk. Dwyer dan Tanner (2002)

mendefinisikan kepercayaan pada kejujuran, integritas dan keandalan orang lain.

Ratnasingam dan Pavlou (2003), kepercayaan merupakan elemen kunci bagi

68

68

keberhasilan hubungan dan cenderung dikaitkan dengan sejumlah elemen lain

seperti keunggulan kompetitif dan kepuasan.

Penilaian terhadap kompetensi perusahaan (perceived competence) yang

dilakukan Parasuraman et al., (1988) menyimpulkan bahwa pelanggan selalu

mengukur kompetensi atau kehandalan layanan sebagai suatu hal yang paling

penting dalam menilai kualitas pelayanan. Penelitian ini memberikan pelajaran

bahwa kompetensi dari suatu perusahaan jasa merupakan alat yang sangat

penting dalam mendapatkan kepercayaan pelanggan (consumer trust).

Peneliti lain, Smith and Barclay (1997) juga menemukan bahwa

kompetensi perusahaan menjadi menonjol dalam membentuk kepercayaan (trust

formation). Studi mengenai hubungan mitra penjualan yang dilakukan

mendukung konsep kepercayaan dalam tiga dimensi (a three-dimensional

conceptualization of trustworthiness) yaitu: karakter (character), kompetensi

(competence), dan pertimbangan (judgment). Masalah yang sering terjadi dalam

memperlihatkan kompetensi pelayanan secara konsisten adalah intensitas

tenaga kerja dari berbagai jasa. Pelayanan yang diberikan oleh orang yang satu

dengan yang lain dapat berbeda-beda dan pelanggan yang menanggapi

pelayanan juga berbeda-beda. Kepercayaan dari pelanggan terhadap

perusahaan meliputi bagaimana perusahaan tersebut berperilaku dalam hal

kejujuran, integritas, kapabilitas, konsistensi, dan berbagai performance. Faktor-

faktor ini ikut membangun kepercayaan pelanggan terhadap perusahaan.

Parasuraman et al., (1988) mengemukakan bahwa dalam membina

hubungan jangka panjang dengan pelanggan, dua unsur yang penting bagi

pelanggan, adalah kepercayaan dan komitmen. Kepercayaan adalah suatu

keinginan untuk saling mempercayai diantara pihak-pihak yang mengadakan

hubungan efisiensi penyesuaian dan kelangsungan. Kemajuan suatu

69

69

perusahaan sangat tergantung pada tingkat kepercayaan yang dapat dibina

terhadap pelanggan.

Ganesan dan Shankar (1994) yang menjelaskan bahwa kepercayaan itu

merupakan refleksi dari dua komponen, yaitu:

1. Credibility, didasarkan kepada besarnya kepercayaan kemitraan dengan

organisasi lain dan membutuhkan keahlian untuk menghasilkan efektivitas

dan kehandalan dalam pekerjaan.

2. Benevolence, didasarkan kepada besanya kepercayaan kemitraan, yang

memiliki tujuan dan motivasi yang menjadi kelebihan untuk organisasi lain

pada saat kondisi yang baru muncul, yaitu kondisi dimana komitmen tidak

terbentuk.

Secara umum, kepercayaan (trust) adalah kepercayaan pada pihak lain

disebabkan pihak itu dapat dipercaya. Perusahaan atau seseorang dapat

dipercaya karena memiliki integritas yang tinggi dikaitkan dengan kualitas seperti

konsisten, berkompeten, jujur, adil, bertanggung jawab dan baik hati (kebajikan).

Menurut Mayer et al. (1995) untuk membentuk kepercayaan seseorang

terhadap pihak yang lain ada tiga dimensi kepercayaan, yaitu kemampuan

(ability), kebaikan hati (benevolence), dan integritas (integrity). Ketiga faktor

tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:

a. Kemampuan (Ability)

Kemampuan mengacu pada kompetensi dan karakteristik penjual/organisasi

dalam mempengaruhi dan mengotorisasi wilayah yang spesifik.

Dalam hal ini, bagaimana penjual mampu menyediakan, melayani, sampai

mengamankan transaksi dari gangguan pihak lain. Artinya bahwa pelanggan

memperoleh jaminan kepuasan dan keamanan dari penjual dalam melakukan

transaksi.

70

70

b. Kebaikan hati (Benevolence)

Kebaikan hati merupakan kemauan penjual dalam memberikan kepuasan

yang saling menguntungkan antara dirinya dengan pelanggan. Profit yang

diperoleh penjual dapat dimaksimumkan, tetapi kepuasan pelanggan juga

tinggi. Penjual bukan semata-mata mengejar profit maksimum semata,

melainkan juga memiliki perhatian yang besar dalam mewujudkan kepuasan

pelanggan.

c. Integritas (Integrity)

Integritas berkaitan dengan bagaimana perilaku atau kebiasaan penjual dalam

menjalankan bisnisnya.

Barnes (2003) mengemukakan elemen-elemen penting kepercayaan

terdiri atas: a). pengalaman dan tindakan masa lalu, b). watak mitra dapat

dipercaya dan diandalkan, dan c). kesediaan menempatkan diri dalam resiko.

Shamdasani dan Balakrisnan (2000), indikator untuk mengukur

kepercayaan pelanggan dapat menggunakan integritas dan reliabilitas, serta

hasil kajiannya menetapkan bahwa personnel contact dan physical environment

sebagai dimensi, yang dapat menciptakan kepercayaan.

2.2. Hasil Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu yang relevan diperlukan untuk mendukung penelitian ini.

Landasan teori yang sesuai topik bahasan dan tinjauan empiris yang berkaitan

obyek penelitian digunakan sebagai landasan membuat suatu hipotesa.

Walaupun beberapa kajian penelitian terdahulu sangat diperlukan untuk

mendukung penelitian ini, tetapi konsep acauan dari para peneliti sebelumnya

berbeda dengan model yang diajukan dalam penelitian ini, karena penelitian ini

mengintegrasikan variabel kualitas pelayanan, komitmen pelayanan prima, nilai

pelanggan, kepuasan pelanggan dan kepercayaan pelanggan. Selain itu, penelitian

71

71

ini bertujuan menjadi bahan pembanding pengembangan model dengan

menggunakan variabel-variabel kualitas pelayanan, komitmen pelayanan prima,

nilai pelanggan, kepuasan pelanggan dan kepercayaan pelanggan.

Berghall (2004), meneliti tentang komitmen, kepercayaan dan hubungan

pada industri kehutanan. Penelitian dilakukan pada pemilik hutan industri,

kuesioner dikirimkan pada 780 alamat dan yang memberikan tanggapan dan

dapat digunakan sebanyak 260 kuesioner. Alat analisis yang digunakan adalah

adalah Structural Equation Modeling (SEM). Hasil penelitian menunjukkan bahwa

komitmen emosional berpengaruh secara positif terhadap kepercayaan.

Zeffane et al. (2011), meneliti tentang komunikasi, komitmen dan

Kepercayaan. Penelitian dilakukan pada perusahaan makanan di NSW Australia.

Kuesioner dibagikan pada 244 karyawan perusahaan makanan. Alat analisis

yang digunakan adalah analisis korelasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa

terdapat korelasi antara komitmen dengan kepercayaan.

Avinandan dan Prithwiraj (2003), meneliti model kepercayaan dalam

hubungan perbankan secara online. Penelitian dilakukan pada bank-bank asing

di India dengan mengirimkan kuesioner pada nasabah yang menggunakan

internet. Responden yang memberikan respon dan kuesioner yang dikirim

kembali dengan jawaban lengkap sebanyak 510 kuesioner. Dimensi nilai

pelanggan yang digunakan meliputi: privasi, keamanan dan etika. Alat analisis

yang digunakan dalam penelitian ini adalah general linier structural model

dengan menggunakan Lisrel. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai bersama

pelanggan berpengaruh signifikan terhadap kepercayaan.

Chen et al. (2012), meneliti tentang dampak kualitas dan kelayakan

layanan keuangan untuk kepuasan konsumen. Penelitian ini merupakan

penelitian cross sectional dengan obyek penelitian industri pelayanan keuangan

di Taiwan. Kuesioner dikirimkan pada 550 pelanggan pelayanan keuangan,

72

72

pelanggan yang mengembalikan kuesioner sebanyak 432 dan yang layak untuk

dianalisis sebanyak 420 kuesioner. Alat analisis yang digunakan dalam penelitian

adalah Partial Least Squares (PLS). Dimensi nilai yang digunakan meliputi:

produk unit keuangan, layanan unit keuangan, nilai yang ditawarkan, dan nilai

produk yang dibeli. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai yang dirasakan

pelanggan berpengaruh signifikan terhadap kepercayaan.

Wang (2009), meneliti kepercayaan hubungannya dengan komitmen

antara distributor penjualan langsung dan konsumen. Penelitian dilakukan pada

1000 konsumen dan dilakukan secara random, konsumen yang memberikan

respon dan kuesionernya layak sebanyak 172 kuesioner. Alat analisis penelitian

ini adalah Partial Least Squares (PLS). Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai

bersama pelanggan berpengaruh signifikan terhadap kepercayaan.

Ramaseshan et al. (2012), meneliti dampak pendorong ekuitas pelanggan

terhadap loyalitas pelanggan dalam konteks B2B. Penelitian dilakukan secara

acak pada 885 perusahaan, perusahaan melakukan respon sebanyak 359

responden. Dimensi nilai yang digunakan dalam penelitian ini meliputi: biaya

produk, biaya layanan, biaya yang wajar, hubungan. Alat analisis yang

digunakan dalam penelitian adalah Structural Equation Model (SEM). Penelitian

ini menunjukkan bahwa ekuitas nilai berpengaruh signifikan terhadap

kepercayaan.

Porter dan Donthu (2008), meneliti pemberdayaan kepercayaan dam nilai

permanen dalam komunitas virtual. Penelitian dilakukan pada konsumen sebagai

anggota aktif komunitas virtual. Kuesioner dikirimkan melalui email, kuesioner

yang kembali sebanya 663 kuesioner. Dimensi nilai yang digunakan adalah: nilai-

nilai yang sangat mirip, nilai-nilai yang cocok, mempromosikan nilai-nilai. Alat

analisis yag digunakan adalah Structural Equation Model (SEM). Hasil penelitian

menunjukkan nilai bersama berpengaruh signifikan terhadap kepercayaan.

73

73

Doney et al. (2007), meneliti determinasi kepercayaan and hasil layanan

global B2B. Data penelitian ini dikumpulkan dengan menggunakan kuesioner

pada pembeli jasa perbaikan komponen perbangan di 42 negara. Kuesioner

yang telah dikirim mendapatkan 14% tanggapan yaitu sebanyak 202 kuesioner.

Dimensi nilai yang digunakan adalah: nilai layanan, harga ekonomis, layanan

yang diberikan, harga yang diharapkan. Alat analisis yang digunakan adalah

Structural Equation Model (SEM). Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai yang

dirasakan pelanggan berpengaruh signifikan terhadap kepercayaan.

Mosavi dan Ghaedi (2012), meneliti hubungan antara kepercayaan,

loyalitas pelanggan, komitmen dan niat pembelian kembali. Penelitian dilakukan

melalui internet di negara Iran, kuesioner yang dikembalikan sebanyak 547

kuesioner dan yang layak dianalisis sebanyak 538 kuesioner. Dimensi nilai

bersama yang digunakan dalam penelitian ini meliputi: merek memiliki nilai yang

sama, nilai yang sama, nilai dalam promosi. Alat analisis yang digunakan adalah

Structural Equation Modeling (SEM). Hasil penelitian menunjukkan nilai bersama

berpengaruh signifikan terhadap kepercayaan.

Anuwichanont dan Mechinda (2009), meneliti tentang dampak nilai yang

dirasakan pada loyalitas Spa dan dampak moderasi dari ekuitas tujuan.

Penelitian ini merupakan penelitian survei yang dilakukan pada industri Spa di

Pattaya, Thailand. Survei dilakukan pada wisatawan yang berkunjung di Pattaya,

Thailand dengan jumlah sampel 485 wisatawan, dan kuesioner yang memenuhi

syarat dan dapat digunakan sebanyak 479 kuesioner. Alat analisis yang

digunakan dalam penelitian adalah analisis Path. Hasil penelitian menunjukkan

bahwa nilai yang dirasakan konsumen berkaitan dengan harga tidak

berpengaruh signifikan terhadap kepercayaan.

74

74

Tabel 2.1

Mapping Penelitian Terdahulu

Peneliti Alat Analisis Variabel

Keterangan KL KOM NIL KEP Trust

Haemoon Oh (1999) SEM (LISREL)

Kualitas layanan

berpengaruh signifikan

terhadap nilai

pelanggan, dan nilai

pelanggan juga

berpengaruh signifikan

terhadap kepuasan

pelanggan.

Scotti, Harmon dan

Scott (2007)

SEM (AMOS)

Kualitas layanan

berhubungan positif

dengan kepuasan.

Garima (2012)

Analisi Faktor

Kualitas layanan

berhubungan dengan

kepuasan pelanggan.

Singh dan Arora

(2011)

Analisis

Deskriptif

Terdapat hubungan

antara kualitas layanan

dengan kepuasan

pelanggan.

Rahaman dan

Rahman (2011)

Regresi

Berganda

Kualitas layanan yang

diberikan bank

memberikan kepuasan

kepada pelanggan.

Satendra dan Singh

(2011)

Regresi Berganda

Layanan produk

berpengaruh signifikan

terhadap kepuasan

pelanggan, sedangkan

layanan jasa dan

layanan lingkungan

tidak berpengaruh

signifikan terhadap

kepuasan pelanggan

Hume dan Mort

(2010)

SEM

(AMOS)

Kualitas layanan

berpengaruh signifikan

terhadap nilai

pelanggan terhadap

uang dan waktu,

sedangkan inti kualitas

layanan tidak

berpengaruh signifikan

terhadap kepuasan

pelanggan.

Asadollahi,

Khanghah dan

Fallahhosseini

(2011)

SEM (AMOS)

Kualitas layanan

berhubungan dengan

nilai pelayanan, dan

tidak berhubungan

dengan kepuasan.

75

75

Lanjutan Tabel 2.1 (1)

Peneliti Alat Analisis Variabel

Keterangan KL KOM NIL KEP Trust

Parahoo ( 2012)

SEM (LISREL)

Kualitas layanan

berpengaruh signifikan

terhadap nilai

Gera (2011)

SEM (AMOS)

Kualitas layanan

ecommers

berpengaruh signifikan

terhadap nilai ecom.

Edward dan Sunil

(2011)

SEM (AMOS)

Kualitas layanan

berhubungan signifikan

terhadap nilai

pelanggan.

Sharma, et al.

(1999)

SEM

(LISREL)

Kualitas teknik

berhubungan positif

dengan komitmen

hubungan

Fullerton (2005)

SEM (AMOS)

Kualitas layanan

berhubungan positif

dengan komitmen

Yavas, Bilgin dan

Shemwell (1997)

Regresi Berganda

Kualitas layanan

responsif dan nyata

berhubungan positif

dengan komitmen

Chen, et al. (2012)

SEM (PLS)

Nilai pelanggan

berpengaruh signifikan

terhadap kepuasan.

Ulaga dan Eggert

(2006)

SEM (PLS)

Nilai berpengaruh signifikan terhadap kepuasan, kepuasan berpengaruh signifikan terhadap kepercayaan.

Zhu dan Chen

(2012)

SEM (PLS) Nilai yang dirasakan

pelanggan

berpengaruh signifikan

terhadap kepuasan.

Berghall (2004)

SEM (LISREL)

Komitmen emosional

berpengaruh terhadap

kepercayaan.

Zeffane, et al. (2011)

Korelasi Komitmen berkorelasi

dengan kepercayaan

Bussing (2002) SEM Komitmen tidak

brkorelasi kepercayaan

Avinandan dan

Prithwiraj (2003)

SEM

(LISREL)

Nilai pelanggan

berpengaruh terhadap

kepercayaan.

Chen, et al. (2010)

SEM (PLS)

Nilai pelanggan

berpengaruh terhadap

kepercayaan.

Wang (2009)

SEM (PLS)

Nilai pelanggan

berpengaruh terhadap

kepercayaan.

76

76

Lanjutan Tabel 2.1 (2)

Peneliti Alat Analisis Variabel

Keterangan KL KOM NIL KEP Trust

Ramaseshan, et al.

(2012)

SEM

(AMOS) Nilai pelanggan

berpengaruh terhadap

kepercayaan.

Porter dan Donthu

(2008)

SEM

(LISREL) Nilai pelanggan

berpengaruh terhadap

kepercayaan.

Doney, et al. (2007)

SEM (LISREL)

Nilai pelanggan

berpengaruh terhadap

kepercayaan.

Mosavi dan Ghaedi

(2012)

SEM

(LISREL) Nilai pelanggan

berpengaruh terhadap

kepercayaan.

Anuwichanont dan

Mechinda (2009)

SEM

(AMOS) Nilai yang dirasakan

konsumen berkaitan dengan harga tidak berpengaruh signifikan terhadap kepercayaan.

Zboja dan Voorhees

(2006)

SEM Kepuasan brand dan

retailer berpengaruh

signifikan terhadap

kepercayaan brand dan

retailer.

Selnes (1998)

SEM (LISREL)

Kepuasan berpengaruh

signifikan terhadap

kepercayaan hubungan

penjual dan pembeli.

Komitmen berpengaruh

signifikan terhadap

kepuasan

Yap, Ramayah dan

Wan Shahidan

(2012)

SEM (PLS) Kualitas layanan

berpengaruh terhadap

kepuasan, dan

kepuasan berpengaruh

terhadap kepercayaan.

Ribbink, et al.

(2004)

PLS

Regresion Kepuasan berpengaruh

signifikan terhadap

keercayaan.

Kantsperger dan

Kunz (2010

SEM

(LISREL)

Kepuasan berpengaruh

terhadap kepercayaan

kebajikan dan

kredibilitas.

Johnson, Sivadas

dan Garbarino

(2008)

SEM

(LISREL)

Komitmen afektif

berpengaruh signifikan

terhadap kepuasan

Ndubisi & Wah

(2005)

Regresi

Berganda

Komitmen nasabah

berpengaruh signifikan

terhadap kepuasan

Keterangan: KL = Kualitas Layanan; KOM = Komitmen Pelayanan;

NIL= Nilai Pelanggan; KEP = Kepuasan Pelanggan; TRUST = Kepercayaan Pelanggan

77

77

BAB III

KERANGKA KONSEPTUAL PENELITIAN

3.1 Kerangka Konseptual Penelitian

Berdasarkan masalah yang telah diuraikan di Bab I dan hasil kajian

penelitian sebelumnya di Bab II, disusunlah kerangka konseptual penelitian

terdiri atas variabel independen, varibel dependen dan varibel mediasi (intervene

varibles) untuk menggambarkan konsep model yang diteliti.

Tinjauan teori perilaku konsumen di bidang pelayanan jasa dan hasil

kajian penelitian menunjukkan bahwa variabel kepuasan merupakan variabel

penting dalam membentuk kepercayaan pelanggan. Komitmen pelayanan prima

dan nilai pelanggan berfungsi sebagai variabel mediasi yang mempengaruhi

variabel kepuasan pelanggan. Demikian juga, hubungan komitmen pelayanan

prima dan nilai pelanggan mempengaruhi kepercayaan pelanggan, dimana

kepuasan pelanggan berfungsi sebagai variabel mediasi.

Penelitian yang dilakukan oleh Scotti, Harmon dan Scott (2007), Garima

(2012), Singh dan Arora (2011), dan Rahaman dan Rahman (2011),

menunjukkan bahwa adanya hubungan antara kualitas pelayanan terhadap

kepuasan pelanggan. Satendra dan Singh (2011), menunjukkan adanya hasil

yang berbeda antara kualitas pelayanan yang terdiri dari pelayanan jasa dan

pelayanan lingkungan dengan kepuasan pelanggan, sedangkan Yu et al. (2011),

kualitas pelayanan tidak berpengaruh signifikan terhadap kepuasan. Perbedaan

hasil penelitian ini mengindikasikan bahwa terdapat hubungan yang kurang

konsisten antara kualitas pelayanan dengan kepuasan pelanggan, sehingga

menjadi peluang untuk mengembangkan penelitian tersebut.

78

78

Pada penelitian perusahaan jasa, terdapat beberapa variabel anteseden

(variabel yang mendahului) kepercayaan pelanggan. Umumnya variabel

anteseden yang diajukan pada kepercayaan pelanggan kebanyakan adalah

kepuasan pelanggan. Geyskens et al., (1999), menyatakan bahwa kepuasan

menjadi pendahulu sebelum terjadi kepercayaan pelanggan. Horppu et al.

(2008), kepuasan berkaitan dengan kepercayaan dan selanjutnya menghasilkan

loyalitas pelanggan.

Ribbink et al, (2004), Kassim dan Abdullah (2010), dan Yap et al. (2012),

mengindikasikan adanya hubungan antara kualitas pelayanan, kepuasan

pelanggan dan kepercayaan pelanggan. Selanjutnya, Thakur dan Signh (2011),

menyatakan kualitas pelayanan berpengaruh terhadap kepuasan dan

selanjutnya kepuasan berpengaruh terhadap kepercayaan. Demikian juga

penelitian Yenhui (2010) dan Yuan (2009) menyatakan bahwa kualitas

pelayanan berpengaruh positif dan signifikan terhadap kepercayaan.

Penelitian yang dilakukan Ribbink et al, (2004), Kassim dan Abdullah

(2010), Yap et al. (2012), menunjukkan bahwa kualitas pelayanan berpengaruh

signifikan terhadap kepuasan. Sedangkan penelitian Yu et al. (2011), kualitas

pelayanan tidak berpengaruh signifikan terhadap kepuasan. Penelitian mereka

menunjukan hasil yang berbeda, selain itu dimensi kualitas layanan yang

digunakan juga berbeda. Hal ini menunjukkan adanya celah untuk mengkaji

kembali hubungan antara kualitas pelayanan dengan kepuasan.

Penjelasan hasil penelitian yang kontradiksi antara pengaruh kualitas

pelayanan dan kepuasan pelanggan memberikan “celah penelitian” atau

“research gap” untuk pengembangan penelitian terdahulu. Peneliti mengisi celah

tersebut dengan menambahkan variabel mediasi, yaitu komitmen pelayanan

prima dan nilai pelanggan yang diharapkan mampu menjelaskan adanya

79

79

hubungan yang kontradiktif antara kualitas pelayanan dengan kepuasan

pelanggan.

Penelitian yang menghubungkan antara komitmen dengan kepercayaan

dilakukan oleh Berghall (2004), penelitian dilakukan pada industri kehutanan,

hasil penelitian menunjukkan bahwa komitmen emosional berpengaruh terhadap

kepercayaan, sedangkan Zeffane et al. (2011), terdapat korelasi antara

komitmen dengan kepercayaan. Penelitian sebelumnya lebih banyak

mengkaitkan pengaruh kepercayaan terhadap komitmen, seperti yang

dikemukakan De Ruyter et al. (2001), Chien et al., (2010), Walter et al. (2002),

Al-Hawari (2011), hasil penelitian menunjukkan adanya pengaruh secara positif

kepercayaan terhadap komitmen. Penelitian terdahulu belum banyak yang

meneliti pengaruh komitmen dengan kepercayaan, sehingga merupakan peluang

untuk mengembangkan penelitian tentang pengaruh komitmen dengan

kepercayaan.

Hasil penelitian terdahulu tentang pengaruh nilai pelanggan dengan

kepercayaan telah dilakukan oleh beberapa peneliti, Avinandan dan Prithwiraj

(2003), meneliti model kepercayaan dalam hubungan perbankan secara online,

dimensi nilai pelanggan yang digunakan meliputi: privasi, keamanan dan etika,

hasil penelitian menunjukkan nilai bersama pelanggan berpengaruh signifikan

terhadap kepercayaan. Chen et al. (2012), meneliti tentang dampak kualitas dan

kelayakan layanan keuangan untuk kepuasan konsumen, dimensi nilai yang

digunakan meliputi: produk unit keuangan, layanan unit keuangan, nilai yang

ditawarkan, dan nilai produk yang dibeli, hasil penelitian mengindikasikan nilai

yang dirasakan pelanggan berpengaruh signifikan terhadap kepercayaan. Wang

(2009), meneliti kepercayaan hubungannya dengan komitmen antara distributor

penjualan langsung dan konsumen, nilai bersama pelanggan berpengaruh

signifikan terhadap kepercayaan.

80

80

Ramaseshan et al. (2012), meneliti dampak pendorong ekuitas pelanggan

terhadap loyalitas pelanggan dalam konteks B2B, dimensi nilai yang digunakan

dalam penelitian ini meliputi: biaya produk, biaya layanan, biaya yang wajar,

hubungan, hasil penelitian mengindikasikan bahwa ekuitas nilai berpengaruh

signifikan terhadap kepercayaan. Porter dan Donthu (2008), meneliti

pemberdayaan kepercayaan dan nilai permanen dalam komunitas virtual,

dimensi nilai yang digunakan adalah: nilai-nilai yang sangat mirip, nilai-nilai yang

cocok, mempromosikan nilai-nilai, hasil penelitian menunjukkan nilai bersama

berpengaruh signifikan terhadap kepercayaan. Doney et al. (2007), meneliti

determinasi kepercayaan dan hasil layanan global B2B, dimensi nilai yang

digunakan adalah: nilai layanan, harga ekonomis, layanan yang diberikan, harga

yang diharapkan, hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai yang dirasakan

pelanggan berpengaruh signifikan terhadap kepercayaan. Mosavi dan Ghaedi

(2012), meneliti hubungan antara kepercayaan, loyalitas pelanggan, komitmen

dan niat pembelian kembali, dimensi nilai bersama yang digunakan dalam

penelitian ini meliputi: merek memiliki nilai yang sama, nilai yang sama, nilai

dalam promosi. Hasil penelitian mereka menunjukkan nilai bersama berpengaruh

signifikan terhadap kepercayaan.

Penelitian yang dilakukan oleh Avinandan dan Prithwiraj (2003), Chen et

al. (2012), Wang (2009), Ramaseshan (2012), Porter dan Donthu (2008), Doney

et al. (2007), dan Mosavi dan Ghaedi (2012), menunjukkan bahwa nilai

pelanggan berpengaruh signifikan terhadap kepercayaan. Penelitian terdahulu

menggunakan dimensi nilai pelanggan yang berbeda, meskipun demikian

menunjukkan hasil yang sama. Pengembangan penelitian dapat dilakukan

dengan menggunakan dimensi nilai pelanggan yang berbeda kaitan dikaitkan

dengan kepercayaan pelanggan.

81

81

Berbagai kontradiksi hasil penelitian yang terkait pengaruh kualitas

pelayanan dan kepuasan pelanggan. Hasil penelitian kaitan komitmen dan

kepercayaan pelanggan, maupun hasil penelitian kaitan nilai pelanggan dan

kepercayaan pelanggan memberikan peluang bagi kepada peneliti untuk

melakukan riset mengisi gap tersebut. Diharapkan dengan menambah variabel

mediasi komitmen pelayanan prima dan nilai pelanggan mampu menjelaskan

adanya hubungan kontradiktif antara kualitas pelayanan dengan kepuasan

pelanggan. Selain itu, menggunakan kepuasan pelanggan sebagai variabel

mediasi untuk menjelaskan hubungan antara komitmen pelayanan prima dan

nilai pelanggan terhadap kepercayaan pelanggan.

Model hipotesis penelitian dibangun dengan mengintegerasikan variabel

independen yaitu kualitas pelayanan dengan variabel dependen yang terdiri atas

komitmen pelayanan prima, nilai pelanggan, kepuasan pelanggan, kepercayaan

pelanggan. Kerangka konseptual penelitian seperti pada Gambar 3.1

Gambar 3.1

Kerangka Konseptual Penelitian

Keterangan Sumber Jurnal Penelitian :

1. Fullerton (2005); Yavas, Bilgin dan Shemwell (1997)

2. Parahoo (2012); Edward & Suni (2011)

3. Garima (2012); Rahaman dan Rahman (2011)

Kualitas

Pelayanan

Komitmen

Pelayanan Prima

Nilai

Pelanggan

Kepuasan

Pelanggan

Kepercayaan

Pelanggan

1

3

2

7

8

6

5

4

82

82

4. Berghall (2004); Zeffane et al. (2011)

5. Ramaseshan et al. (2012); Mosavi dan Ghaedi (2012)

6. Ribbink et al. (2004); Kantsperger & Kunz (2010)

7. Johnson, Silvadas dan Garbarino (2008); Ndubisi dan Wah (2005)

8. Chen et al. (2012); Zhu dan Chen (2012)

3.2. Hipotesis Penelitian

Hipotesis adalah jawaban sementara terhadap suatu permasalahan yang

dihadapi, dan harus dibuktikan kebenarannya, merupakan pernyataan sederhana

suatu harapan peneliti tentang hubungan antar variabel dalam masalah, dengan

pengertian bahwa penelitian yang dilaksanakan dapat berakibatkan penolakan

atau penerimaan hipotesis yang disajikan.

Dalam penelitian ini, disusun model hipotesis dari pengaruh kualitas

pelayanan terhadap kepuasan pelanggan, dimana komitmen pelayanan prima

dan nilai pelanggan sebagai mediasi, serta pengaruh dari komitmen pelayanan

prima dan nilai pelanggan terhadap kepercayaan pelanggan, dimana kepuasan

pelanggan sebagai mediasi.

3.2.1. Hubungan Kualitas Pelayanan terhadap Kepuasan Pelanggan

Semakin tinggi tingkat kualitas, semakin tinggi tingkat kepuasan

pelanggan yang dihasilkan (Kotler & Keller, 2008). Penelitian sebelumnya telah

meneliti hubungan antara kualitas layanan dengan kepuasan, Scotti et al. (2007),

kualitas layanan berhubungan positif dengan kepuasan. Garima (2012), kualitas

layanan berhubungan dengan kepuasan pelanggan. Singh dan Arora (2011),

terdapat hubungan antara kualitas layanan dengan kepuasan pelanggan.

Rahaman dan Rahman (2011), kualitas layanan yang diberikan bank

memberikan kepuasan kepada pelanggan. Penelitian yang dilakukan

sebelumnya secara keseluruhan menunjukkan bahwa terdapat keterkaitan

antara kualitas layanan dengan kepuasan. Pada penelitian ini dikaitkan

83

83

hubungan kualitas pelayanan dengan kepuasan pelanggan, sehingga

berdasarkan penelitian sebelumnya disusun hipotesis penelitian sebagai berikut.

H1: Kualitas pelayanan berpengaruh signifikan terhadap kepuasan

pelanggan.

3.2.2. Hubungan Komitmen Pelayanan Prima terhadap Kualitas Pelayanan

dan Kepuasan

Memberikan kualitas pelayanan merupakan strategi penting bagi

keberhasilan dan kelangsungan hidup perusahaan, kualitas pelayanan yang

diberikan kepada pelanggan berarti perusahaan dapat memenuhi harapan

pelanggan (Zeithaml et al., 2002). Penelitian sebelumnya telah meneliti

hubungan antara kualitas pelayanan dengan komitmen, Sharma et al. (1999),

kualitas teknik berhubungan positif dengan komitmen hubungan. Fullerton

(2005), kualitas pelayanan berhubungan positif dengan komitmen. Yavas et al.

(1997), kualitas pelayanan responsif dan nyata berhubungan positif dengan

komitmen. Penelitian terdahulu yang dikemukakan Sharma et al. (1999),

Fullerton (2005), dan Yavas et al. (1997), menunjukkan bahwa kualitas

pelayanan baik berdasarkan teknik dan responsif memiliki keterkaitan dengan

komitmen. Penelitian terdahulu hubungan antara komitmen terhadap kepuasan

pelanggan dilakukan oleh Johnson et al. (2008), komitmen afektif berpengaruh

signifikan terhadap kepuasan. Pada penelitian ini dikaitkan komitmen pelayanan

prima terhadap hubungan kualitas pelayanan dengan kepuasan pelanggan,

sehingga disusun hipotesis penelitian sebagai berikut.

H2: Komitmen pelayanan prima memediasi pengaruh kualitas pelayanan

terhadap kepuasan pelanggan.

84

84

3.2.3. Hubungan Nilai Pelanggan terhadap Kualitas Pelayanan dan

Kepuasan Pelanggan

Hubungan antara kualitas pelayanan dengan nilai pelanggan telah

dilakukan oleh peneliti sebelumnya, Hume dan Mort (2010), kualitas pelayanan

berpengaruh signifikan terhadap nilai pelanggan terhadap uang dan waktu.

Asadollahi et al. (2011), kualitas pelayanan berhubungan dengan nilai

pelayanan. Parahoo (2012), kualitas pelayanan berpengaruh signifikan terhadap

nilai pelanggan. Edward dan Sunil (2011), kualitas pelayanan berhubungan

signifikan terhadap nilai pelanggan. Kualitas pelayanan menjadi pertimbangan

bagi perusahaan untuk menghasilkan nilai yang diharapkan pelanggan.

Penelitian terdahulu dari Chen et al. (2012), nilai pelanggan berpengaruh

signifikan terhadap kepuasan. Zhu dan Chen (2012), nilai yang dirasakan

pelanggan berpengaruh signifikan terhadap kepuasan. Pada penelitian ini

dikaitkan nilai pelanggan terhadap hubungan kualitas pelayanan dengan

kepuasan pelanggan, berdasarkan hasil penelitian terdahulu disusun hipotesis

penelitian sebagai berikut.

H3: Nilai pelanggan memediasi pengaruh kualitas pelayanan terhadap

kepuasan pelanggan.

3.2.4. Hubungan Komitmen Pelayanan Prima terhadap Kepercayaan

Pelanggan

Komitmen sebagai keinginan pelanggan untuk menjaga hubungan

dengan organisasi penjualan (Moorman et al., 1992). Komitmen pelanggan

merupakan salah satu komponen penting dalam aktivitas pemasaran, sehingga

menjadi fokus dari beberapa penelitian dengan mengkaitkan dengan variabel

yang lain. Komitmen memiliki peranan dalam meningkatkan kepercayaan

pelanggan, penelitian terdahulu telah dilakukan dengan menghubungkan

komitmen dengan kepercayaan. Berghall (2004), komitmen emosional

85

85

berpengaruh terhadap kepercayaan. Zeffane et al. (2011), komitmen berkorelasi

dengan kepercayaan. Penelitian terdahulu menunjukkan bahwa komitmen

memiliki hubungan dengan kepercayaan, dalam penelitian ini dikaitkan hubungan

antara komitmen pelayanan prima dengan kepercayaan, maka disusun hipotesis

penelitian sebagai berikut.

H4: Komitmen pelayanan prima berpengaruh signifikan terhadap

kepercayaan pelanggan.

3.2.5. Hubungan Nilai Pelanggan terhadap Kepercayaan Pelanggan

Nilai pelanggan memiliki peranan untuk meningkatkan hubungan

pelanggan dipelayanan (Kang et al., 2007). Penelitian terdahulu yang dilakukan

oleh Ramaseshan et al. (2012), nilai pelanggan berpengaruh terhadap

kepercayaan. Hasil penelitian dari Mosavi dan Ghaedi (2012), Chen et al. (2010),

Wang (2009), Porter dan Donthu (2008), Doney et al.(2007) menunjukkan

bahwa nilai pelanggan berpengaruh terhadap kepercayaan. Pada penelitian ini

dikaitkan hubungan nilai pelanggan dengan kepercayaan pelanggan, sehingga

berdasarkan hasil penelitian terdahulu tersebut disusun hipotesis penelitian

sebagai berikut.

H5: Nilai pelanggan berpengaruh signifikan terhadap kepercayaan

pelanggan.

3.2.6. Hubungan Kepuasan Pelanggan terhadap Kepercayaan Pelanggan

Kepuasan pelanggan diterima secara luas di kalangan peneliti sebagai

prediktor yang kuat untuk variabel perilaku seperti niat pembelian kembali, word-

of-mouth, atau kesetiaan (Ravald dan Gronroos, 1996). Penelitian terdahulu

telah mengkaitkan hubungan antara kepuasan dengan kepercayaan pelanggan.

Ribbink et al. (2004), kepuasan berpengaruh signifikan terhadap keercayaan.

Zboja dan Voorhees (2006), kepuasan brand dan retailer berpengaruh signifikan

terhadap kepercayaan brand dan retailer. Kantsperger dan Kunz (2010),

86

86

kepuasan berpengaruh terhadap kepercayaan kebajikan dan kredibilitas.

Penelitian terdahulu menunjukkan bahwa kepuasan pelanggan memiliki

hubungan dengan kepercayaan pelanggan. Pada penelitian ini dikaitkan

hubungan kepuasan pelanggan dengan kepercayaan pelanggan, berdasarkan

hasil penelitian terdahulu disusun hipotesis penelitian sebagai berikut.

H6: Kepuasan pelanggan berpengaruh signifikan terhadap kepercayaan

pelanggan.

3.2.7. Hubungan Kepuasan Pelanggan terhadap Komitmen Pelayanan

Prima dan Kepercayaan Pelanggan

Hubungan antara komitmen dengan kepuasan pelanggan telah diteliti

oleh peneliti terdahulu, Selnes (1998), komitmen berpengaruh signifikan

terhadap kepuasan, dan kepuasan berpengaruh signifikan terhadap kepercayaan

hubungan penjual dan pembeli. Johnson et al. (2008), komitmen afektif

berpengaruh signifikan terhadap kepuasan. Ndubisi dan Wah (2005), komitmen

nasabah berpengaruh signifikan terhadap kepuasan. Penelitian terdahulu

menunjukkan bahwa komitmen pelanggan memiliki keterkaitan dengan kepuasan

pelanggan meskipun dengan konsep komitmen yang berbeda

Komitmen memiliki peranan dalam meningkatkan kepercayaan

pelanggan, penelitian terdahulu telah dilakukan dengan menghubungkan

komitmen dengan kepercayaan. Berghall (2004), komitmen emosional

berpengaruh terhadap kepercayaan. Zeffane et al. (2011), komitmen berkorelasi

dengan kepercayaan. Penelitian terdahulu menunjukkan bahwa komitmen

memiliki hubungan dengan kepercayaan. Pada penelitian ini dikaitkan hubungan

kepuasan pelanggan terhadap komitmen pelayanan prima dengan kepercayaan

pelanggan, sehingga disusun hipotesis penelitian sebagai berikut.

87

87

H7: Kepuasan pelanggan memediasi pengaruh komitmen pelayanan prima

terhadap kepercayaan pelanggan.

3.2.8. Hubungan Kepuasan Pelanggan terhadap Nilai Pelanggan dan

Kepercayaan Pelanggan

Kepuasan adalah perasaan senang atau kecewa seseorang yang muncul

setelah membandingkan antara persepsi atau kesan terhadap kinerja atau hasil

suatu produk dan harapan-harapannya (Kotler, 2008). Penelitian sebelumnya

telah menghubungkan antara nilai pelanggan dengan kepuasan pelanggan,

Ulaga dan Eggert (2006), nilai berpengaruh signifikan terhadap kepuasan,

kepuasan berpengaruh signifikan terhadap kepercayaan. Chen et al. (2012), nilai

pelanggan berpengaruh signifikan terhadap kepuasan. Zhu dan Chen (2012),

nilai yang dirasakan pelanggan berpengaruh signifikan terhadap kepuasan. Hasil

penelitian terdahulu menunjukkan bahwa nilai pelanggan memiliki peranan untuk

meningkatkan kepuasan dan kepercayaan pelanggan.

Banyak peneliti berpendapat bahwa menciptakan nilai pelanggan yang

unggul menjadi tujuan utama untuk mendorong pemasaran perusahaan (Ulaga

dan Eggert, 2006). Menawarkan nilai pelanggan yang baru merupakan

keunggulan perusahaan untuk mendukung keberhasilan perusahaan (Kang et

al., 2007). Penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Avinandan dan Prithwiraj

(2003), Doney et al. (2007), Porter dan Donthu (2008), Wang (2009), Chen et al.

(2012), Mosavi dan Ghaedi (2012) menunjukkan bahwa nilai pelanggan

berpengaruh terhadap kepercayaan. Penelitian terdahulu tersebut menunjukkan

bahwa nilai pelanggan memiliki peranan dalam meningkatkan kepercayaan

pelanggan. Pada penelitian ini dikaitkan hubungan kepuasan pelanggan

terhadap nilai pelanggan dan kepercayaan pelanggan, sehingga berdasarkan

penelitian terdahulu disusun hipotesis penelitian sebagai berikut.

88

88

H8: Kepuasan pelanggan memediasi pengaruh nilai pelanggan terhadap

kepercayaan pelanggan.

3.3. Definisi Operasional Variabel Penelitian

Definisi operasinal dari masing-masing variabel yang dikaji dalam

penelitian ini, sebagai berikut:

1. Kualitas Pelayanan (X1)

Kualitas pelayanan merupakan tingkat keunggulan yang diharapkan dan

pengendalian atas tingkat keunggulan tersebut untuk memenuhi keinginan

pelanggan (Zeitham dan Bitner, 2006). Indikator kualitas pelayanan yang

digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut (Parasuraman et al.,

2002; Fang et al., 2011):

1) Bukti Fisik

2) Keandalan

3) Daya Tanggap

4) Jaminan

5) Empati (Kepedulian)

6) Berbagi Informasi

2. Komitmen Pelayanan Prima (Y1)

Komitmen organisasi (korporat) merupakan semua perasaan dan sikap

perilaku karyawan terhadap segala sesuatu yang berkaitan pelayanan yang

diberikan oleh karyawan terhadap pelanggan (Riggio, 2009). Indikator

komitmen pelayanan prima yang digunakan sebagai berikut (Meyer et al.,

2002; Barata, 2004; Tjiptono, 2008; Keputusan MENPAN Nomor 81 Tahun

1993 dan MENPAN Nomor 63 Tahun 2004):

1) Sikap

2) Perhatian

89

89

3) Keterbukaan

4) Kejelasan

5) Ketepatan waktu

3. Nilai Pelanggan (Y2)

Nilai pelanggan sebagai penilaian keseluruhan pelanggan terhadap utilitas

sebuah produk berdasarkan persepsinya terhadap apa yang diterima dan

apa yang dikorbankan (Zeithaml, 1988). Indikator nilai pelanggan yang

digunakan sebagai berikut (Chen et al., 2012 dan Ramashesan et al., 2012):

1) Harga yang sesuai

2) Pelayanan yang bernilai

3) Nilai uang sesuai kebutuhan prodak

4) Produk mempunyai nilai

4. Kepuasan Pelanggan (Y3)

Kepuasan pelanggan adalah perasaan (feeling) yang dirasakan pembeli dari

kinerja perusahaan yang memenuhi harapan mereka (Kotler, 2008).

Indikator kepuasan pelanggan yang digunakan dalam penelitian ini sebagai

berikut (Singh, 1990; Verhoef et al., 2002; Kassim dan Abdullah, 2010):

1) Perhatian pribadi

2) Menjelaskan prosedur

3) Keluhan pelanggan

4) Hubungan dengan pelanggan

5) Puas dengan pelayanan

5. Kepercayaan Pelanggan (Y4)

Kepercayaan pelanggan merupakan keyakinan dan kemauan suatu pihak

untuk dapat menerima tindakan (dalam hal ini pelayanan) yang dilakukan

oleh pihak lain (Deutsch, 1973 dan Mayer et al.,1995). Indikator kepercayaan

90

90

pelanggan yang digunakan dalam penelitian ini sebagai berikut (Zboja dan

Voorhees, 2006; Kassim dan Abdullah 2010):

1) Kesediaan memberi informasi kepada pelanggan.

2) Keandalan memenuhi kebutuhan pelanggan.

3) Kemampuan dan integritas pelayanan kepada pelanggan

4) Kecepatan respon menyelesaikan permasalahan pelanggan.

3.4. Pengukuran Variabel Penelitian

Diperlukan skala untuk mengukur dimensi dan variabel yang didefinisikan

secara operasional agar memperoleh respon sikap terhadap objek penelitian.

Skala sikap yang dipilih dari skala peringkat, yaitu skala Likert (Likert scale)

didesain untuk menelaah seberapa kuat subjek setuju atau tidak setuju dengan

pernyataan pada skala 5 titik. Penyusunan variabel penelitian dengan indikator

dan skala pengukurannya dapat dilihat pada Tabel 3.1.

91

91

Tabel 3.1

Kisi-Kisi Instrumen Variabel Penelitian

Variabel Penelitian Indikator Pengukuran

Kualitas Pelayanan (X) (Parasuraman et al., 2002; Fang et al., 2011)

Bukti fisik

Pengukuran menggunakan Skala Likert 1 – 5

Keandalan

Daya tanggap

Jaminan

Empati (kepedulian)

Berbagi informasi

Komitmen Pelayanan Prima (Y1) (Meyer et al. (2002); Barata (2004); Tjiptono (2008); Kep. MENPAN Nomor 81 Tahun 1993 dan MENPAN Nomor 63 Tahun 2004)

Sikap

Pengukuran menggunakan Skala Likert 1 – 5

Perhatian

Keterbukaan

Kejelasan

Ketepatan waktu

Nilai Pelanggan (Y2) (Chen at al., 2012; Ramashesan at al., 2012)

Harga yang sesuai

Pengukuran menggunakan Skala Likert 1 – 5

Pelayanan bernilai

Nilai uang sesuai kebutuhan prodak

Prodak mempunyai nilai

Kepuasan Pelanggan (Y3) (Singh, 1990; Verhoef et al., 2002; Kasim dan Abdullah, 2010)

Perhatian pribadi

Pengukuran menggunakan Skala Likert 1 – 5

Menjelaskan prosedur

Keluhan pelanggan

Hubungan dengan pelanggan

Puas dengan pelayanan

Kepercayaan Pelanggan (Y4) (Zbodja dan Voorhees, 2206; Kasim dan Abdullah, 2010)

Kesediaan memberikan informasi

Pengukuran menggunakan Skala Likert 1 – 5

Keandalan memenuhi kebutuhan

Tingkat integritas pelayanan

Kepercayaan respon menyelesaiakan masalah

Sumber: Data primer diolah (2014)

92

92

BAB IV

METODE PENELITIAN

4.1 Rancangan Penelitian

Kerangka konseptual penelitian yang disusun sebagaimana diuraikan

dalam Bab II adalah menggunakan model penelitian yang mengintegerasikan

hubungan antar variabel. Pendekatan penelitian menggunakan penelitian

kuantitatif yang merupakan suatu metode untuk menguji teori-teori tertentu

dengan cara meneliti hubungan antar variabel tersebut. Variabel-varibel diukur

dengan instrumen penelitian terdiri dari angka-angka yang dapat dianalisis

berdasarkan prosedur statistik (Creswell, 2010).

Berdasarkan hubungan antar varibel sesuai dengan tujuan yang akan

dicapai dalam penelitian, maka termasuk jenis penelitian explanatory dimana

penelitian yang meneliti hubungan antar variabel-varibel penelitian dan menguji

hipotesis yaitu melakukan penelitian dengan maksud menjelaskan hubungan

antar variabel melalui pengujian hipotesis yang telah dirumuskan sebelumnya

(Singaribun dan Effendi, 2006).

Penelitian kuantitatif menggunakan strategi pengumpulan data dengan

metode survei untuk mendiskripsikan variabel-variabel penelitian secara

kuantitatif (angka-angka) kecenderungan, sikap, atau opini dari suatu populasi

tertentu dengan meneliti sampel dari populasi tersebut. Survei dalam penelitian

ini adalah survei lintas bagian (cross-sectional survey), yaitu pengumpulan data

dilakukan dalam kurun waktu tertentu (Sekaran, 2006). Pengumpulan data

penelitian untuk memperoleh informasi faktual dengan cara mendistribusikan

daftar pertanyaan tertulis kuisioner kepada pelanggan sesuai sampel dari

populasi pelanggan PDAM.

93

93

4.2 Lokasi Penelitian

Pemilihan daerah penelitian adalah Kabupaten Jayapura dan Kota

Jayapura di Provinsi Papua. Lokasi yang menjadi fokus dalam penelitian ini

adalah PDAM Jayapura. Pemilihan lokasi penelitian berdasarkan pertimbangan

PDAM Jayapura mempunyai jumlah pelanggan sangat besar untuk ukuran

Provinsi Papua. Pelayanan yang di berikan oleh PDAM Jayapura amat luas,

menjangkau dua wilayah adminisitrasi pemerintahan, yaitu Kota Jayapura dan

Kabupaten Jayapura, serta tingkat kepercayaan masyarakat atas pelayanan

PDAM Jayapura masih rendah.

4.3 Populasi dan Sampel Penelitian

4.3.1 Populasi Penelitian

Unit analisis dalam penelitian ini adalah pelanggan yang mendapatkan

pelayanan air bersih secara tetap dari Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM)

Jayapura. Pelanggan Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Jayapura dibagi

dalam beberapa jenis golongan, yaitu: Sosial Umum (I, II, III), Sosial Khusus (I,

II), Rumah Tangga (Sederhana, Menengah, Mewah), Instansi Pemerintah,

Rumah Dinas Instansi, BUMN/BUMD, Rumah Dinas BUMN/BUMD, Niaga (Kecil,

Besar), Industri (Kecil, Besar), Pelabuhan Laut, Pelabuhan Udara. Tercatat

sampai pada akhir bulan Desember 2013, PDAM Jayapura mempunyai

pelanggan seluruhnya berjumlah 28.684 SR (Sambungan Reguler).

Populasi penelitian diambil dari dua golongan pelanggan PDAM

Jayapura, yaitu golongan rumah tangga sebanyak 25.413 SR (88,60%) dan

golongan niaga kecil sebanyak 2.208 SR (7,70%). Pemilihan populasi kedua

golongan ini berdasarkan pertimbangan, bahwa pelanggan golongan rumah

tangga jumlahnya amat besar merupakan “aset potensial” untuk meningkatkan

pendapatan perusahaan. Pelanggan golongan niaga kecil jumlahnya cukup

94

94

besar dikategorikan sebagai “pelanggan potensial” (profitable customer),

pelanggan yang menguntungkan pendapatan perusahaan karena konsisten

membayar pelayanan air bersih. Disamping itu, pelanggan golongan niaga kecil

diharapkan dapat memberikan penilaian yang obyektif dari pelayanan yang

diberikan oleh PDAM Jayapura karena mereka membutuhkan ketersediaan air

bersih mendukung operasi perusahaannya.

4.3.2 Sampel Penelitian

Pertimbangan populasi pelanggan PDAM Jayapura bersifat dinamis

karena setiap waktu mengalami perubahan jumlah pelanggan, baik penambahan

pelanggan baru atau pemutusan pelanggan lama. Representasi sampel didesain

untuk generalisasi hasil penelitian sehingga dipilih pengambilan sampel cara

probabilitas yang bersifat tidak terbatas dan non-proporsional. Pengambilan

sampel acak sederhana - simple random sampling pada masing-masing

pelanggan golongan niaga kecil dan golongan rumah tangga.

Pendapat Roscoe (1975) yang dikutip Sekaran (2006) memberikan acuan

umum bahwa ukuran sampel yang layak dalam penelitian antara 30 sampai

dengan 500, dan penelitian yang melakukan analisis multivariate jumlah sampel

minimal 10 kali jumlah variabel penelitian (indipenden dan dependen). Dasar

menetapakan besaran jumlah sampel dalam penelitian ini menggunakan

perhitungan rumus Slovin (dalam Sekaran, 2006).

Sampel penelitian untuk pelanggan golongan niaga kecil dan golongan

rumah tangga ditentukan jumlahnya pada masing-masing golongan pelanggan

menggunakan rumus Slovin.

Rumus Slovin

n = 2Ne1

N

95

95

di mana:

n = Jumlah sampel

N = Jumlah populasi

e = Persentase tingkat kesalahan pengambilan sampel yang dapat

diterima, dalam penelitian ini ditentukan 10%.

Jumlah populasi pelanggan golongan niaga kecil (N) sebanyan 2.208 SR,

tingkat kesalahan pengambilan sampel (e) diasumsikan sebesar 10%, dengan

mempergunakan rumus Slovin, hasil perhitungannya sebagai berikut:

2.208 2.200 n = = = 95,68 = 96 1+ 2.208(0.10)2 19,7

Jadi dibutuhkan minimal 96 sampel pelanggan golongan niaga kecil sebagai

responden, dalam penelitian disebar kuesioner kepada 105 responden (10%

tambahan).

Populasi pelanggan golongan rumah tangga sebanyak 28.684 SR,

menggunakan tingkat kesalahan pengambilan sampel 10%, maka bila dihitung

menggunakan rumus Slovin, mendapat jumlah sampel sebagai berikut:

28.684 28.684 n = = = 99,65 = 100 1+ 28.684(0.10)2 178,62

sehingga dibutuhkan sampel mininal 100 responden pelanggan golongan rumah

tangga, untuk penelitian ini kuesioner disebar kepada 110 responden (10%

tambahan). Secara keseluruhan sampel kedua golongan pelanggan dalam

penelitian ini berjumlah 215 sampel.

Pengambilan sampel penelitian melalui penyebaran kuesioner dilakukan

dari bulan Maret 2014 sampai dengan bulan Juni 2014. Teknis pengambilan

sampel kepada responden menggunakan simple random sampling (sampel acak

sederhana) mengacu pada daftar pelanggan PDAM Jayapura.

96

96

Dalam penelitian ini dibagikan sebanyak 215 kuesioner kepada 215

reseponden dari kedua golongan pelanggan. Jumlah responden yang

mengembalikan kuesioner kepada peneliti sebanyak 215 (100 %). Hasil verifikasi

pengisian daftar kuesioner, sebanyak 15 responden tidak mengisi lengkap

kuesionernya, sehingga sebanyak 200 (93,02%) kuesioner yang layak untuk

diproses lanjut dalam pengujian hipotesis.

4.4 Variabel Penelitian

Variabel-variabel dalam penelitian ini terdiri dari varibel yang dapat diukur

langsung dan variabel yang tidak dapat diukur langsung. Pengelompokkan

variabel berdasarkan sifat pengukurannya, terdiri atas variabel terobservasi

(observabel variables) dan variabel laten (latent variables). Variabel terobservasi

adalah pengukuran variabel secara langsung termasuk semua item dalam

kuesioner yang dikelompokkan berdasarkan variabel manifest/indikator dari

variabel laten dalam penelitian. Variabel laten adalah variabel yang tidak dapat

diukur secara langsung tetapi diperkirakan / diestimasi dengan indikator tertentu.

Pengelompokkan variabel berdasarkan nilai dalam model terdiri atas

variabel eksogen (exogenoues variables) dan variabel endogen (endogenous

variables). Pada penelitian ini variabel eksogen adalah kualitas pelayanan yang

nilainya ditentukan di luar model. Sedangkan variabel-variabel endogen adalah

komitmen pelayanan prima, nilai pelanggan, kepuasan pelanggan dan

kepercayaan pelanggan.

Mengacu kerangka konseptual penelitian pada Gambar 3.1, variabel-

variabel penelitian yang digunakan, sebagai berikut:

a. Variabel eksogen atau variabel bebas, sering disebut variabel antecedent,

stimulus atau prediktor, variabel ini mempengaruhi variasi perubahan nilai

variabel endogen. Variabel eksogen mempengaruhi atau menjadi sebab

97

97

perubahan atau timbulnya variabel dependen (terikat). Dalam Structural

Equation Model (SEM), variabel independen disebut sebagai variabel

eksogen. Variabel eksogen adalah variabel yang tidak diprediksi oleh

variabel lain, dalam digramatis merupakan variabel yang asal tujuan garis

dengan satu ujung panah. Pada penelitian ini variabel eksogen adalah

Kualitas Pelayanan.

b. Variabel endogen adalah variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi

akibat adanya variabel bebas, sehingga nilai variabelnya tergantung dari

perubahan nilai varibel-variabel lainnya. Variabel endogen dapat

memprediksi satu atau beberapa variabel lainnya tetapi hanya dapat

berhubungan kausal dengan sesama variabel endogen. Variabel-variabel

endogen dalam penelitian ini adalah: Komitmen Pelayanan Prima, Nilai

Pelanggan, Kepuasan Pelanggan dan Kepercayaan Pelanggan.

4.5 Teknik Pengumpulan Data Penelitian

Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan motode survey.

Menurut Ikhsan dan Ghozali (2006), metode survei adalah pengumpulan data

primer yang diperoleh langsung dari sumber asli. Sumber data penelitian

merupakan faktor penting yang menjadi pertimbangan dalam penentuan metode

pengumpulan data. Sumber data penelitian ini adalah data primer dan data

sekunder.

Data primer didapat secara langsung dari responden melalui penyebaran

kuisioner penelitian oleh tim yang dibentuk peneliti. Sebelum menyebar kuisioner,

tim dilatih dan diarahkan oleh peneliti, untuk menjelaskan kepada responden

tujuan penelitian dan permintaan kesediaannya menjawab daftar pertanyaan

tertulis pada kuesioner yang dibagikan. Dilakukan uji coba menyebar kuesioner

kepada responden selama tiga hari, kemudian hasilnya dievaluasi oleh peneliti.

98

98

Tim peneliti yang telah siap akan mendatangi responden pada lokasi-lokasi

pelayanan PDAM Jayapura berdasarkan distrik (kelurahan), membagikan 10-20

eksemplar kuesioner kepada responden yang bersedia mengisi kuesioner,

setelah kuesioner diisi responden dikumpulkan kembali oleh tim untuk

disampaikan kepada peneliti. Khusus untuk informasi lain yang diperlukan

sebagai data sekunder penelitian ini diperoleh langsung dari Direksi PDAM

Jayapura.

4.6 Instrumen Penelitian

Pengumpulan data utama dalam penelitian survei ini menggunakan

kuesioner, yaitu daftar pertanyaan tertulis yang telah dirumuskan sebelumnya

dan akan dijawab responden. Tipe kuesioner terstruktur dimana memuat semua

pertanyaan dan urut-urutan penyampaian pertanyaan (Sekaran, 2006). Daftar

kuesioner dibagi atas kelompok pertanyaan deskripsi profil pelanggan dan

kelompok pertanyaan persepsi pelanggan terhadap indikator penelitian.

Sebagian besar pertanyaan mempunyai beberapa pilihan jawaban yang sudah

ditentukan sebelumnya untuk memudahkan responden menjawab. Kuesioner

disampaikan tim peneliti kepada responden secara pribadi.

Untuk mengukur penilaian pelanggan PDAM Jayapura pada dimensi dan

indikator variabel penelitian dipilih metode penskalaan karena tujuan dari

penelitian ini untuk memperoleh respons sikap subjek terhadap objek. Kategori

skala sikap yang dipilih adalah “skala peringkat” (rating scale) karena memiliki

beberapa kategori respons terkait dengan objek yang dipelajari atau diteliti

(Sekaran, 2006). Dalam penelitian ini skala peringkat yang digunakan adalah

“Skala Likert” (Likert scale) berdasarkan pertimbangan skala ini didesain untuk

menelaah seberapa kuat subyek setuju atau tidak setuju dengan pertanyaan

pada 5 titik dengan susunan berikut (Sekarang, 2006):

99

99

Sangat tidak setuju skor = 1

Tidak setuju skor = 2

Netral skor = 3

Setuju skor = 4

Sangat setuju skor = 5

4.7 Validitas dan Reliabilitas Instrumen Penelitian

Uji validitas adalah suatu langkah pengujian yang dilakukan terhadap isi

(content) dari suatu instrumen, dengan tujuan untuk mengukur ketepatan

instrumen yang digunakan dalam suatu penelitian (Sugiyono, 2009). Uji coba alat

ukur penelitian ini dilakukan dengan menyebarkan 40 kuesioner kepada

pelanggan PDAM Jayapura. Selanjutnya, uji validitas dilakukan menggunakan

teknik Korelasi Product Moment dengan cara mengkorelasikan skor jawaban

pada setiap butir pertanyaan dengan skor total. Instrumen dikatakan valid apabila

koefisien korelasi lebih besar dari 0,3 (Sugiyono, 2009).

Reliabilitas adalah serangkaian pengukuran atau serangkaian alat ukur

yang memiliki konsistensi bila pengukuran yang dilakukan dengan alat ukur itu

dilakukan secara berulang. Uji reliabilitas dilakukan dengan menggunakan

metode Alpha Cronbach. Instrumen dikatakan reliabel bilamana koefisien

reliabilitasnya minimal 0,60 (Singgih, 2000).

Perhitungan untuk pengujian validitas dan reliabilitas dilaksanakan

dengan menggunakan bantuan program komputer SPSS 17. Hasil uji validitas

dan reliabilitas variabel kualitas pelayanan disajikan pada Tabel 4.1. Pada uji

validitas item-item pertanyaan variabel kualitas pelayanan diperoleh koefisien

untuk semua item lebih kecil dari 0,3, hasil ini menunjukkan item-item pertanyaan

untuk variabel kualitas pelayanan adalah valid.

100

100

Tabel 4.1

Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Kualitas pelayanan

Variabel Item Koefisien Alpha Keterangan

Kualitas Pelayanan

X1.1.1 0,342

0,838

Valid dan

Reliabel

X1.1.2 0,539

X1.1.3 0,657

X1.1.4 0,379

X1.2.1 0,433

0,838

Valid dan

Reliabel X1.2.2 0,349

X1.2.3 0,327

X1.3.1 0,356

0,838

Valid dan

Reliabel X1.3.2 0,377

X1.3.3 0,345

X1.4.1 0,660

0,838

Valid dan

Reliabel

X1.4.2 0,369

X1.4.3 0,483

X1.4.4 0,513

X1.5.1 0,441

0,838

Valid dan

Reliabel X1.5.2 0,354

X1.5.3 0,391

X1.6.1 0,373

0,838

Valid dan

Reliabel X1.6.2 0,331

X1.6.3 0,356

Sumber: Data primer diolah (2014)

Pada uji validitas diperoleh koefisien untuk item-item pernyataan variabel

kualitas pelayanan tidak ada yang lebih kecil dari 0,3. Perolehan hasil uji validitas

tersebut menunjukkan bahwa item-item pernyataan untuk variabel kualitas

pelayanan adalah valid. Uji reliabilitas diperolehan nilai alpha 0,838 lebih besar

dari 0,6, artinya instrumen variabel kualitas pelayanan adalah reliabel.

Hasil uji validitas dan reliabilitas variabel komitmen pelayanan prima

disajikan pada Tabel 4.2. Pada hasil uji validitas menunjukkan perolehan

koefisien untuk item-item pernyataan variabel komitmen pelayanan prima tidak

ada yang lebih kecil dari 0,3. Perolehan hasil uji validitas tersebut menunjukkan

101

101

bahwa item-item pernyataan untuk variabel komitmen pelayanan prima adalah

valid. Hasil uji reliabilitas memperoleh nilai alpha 0,664 yanag lebih lebih dari 0,6,

artinya instrumen variabel komitmen pelayanan prima adalah reliabel.

Tabel 4.2

Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Komitmen Pelayanan Prima

Variabel Item Koefisien Alpha Keterangan

Komitmen Pelayanan

Prima

Y1.1 0,425

0,664

Valid dan

Reliabel

Y1.2 0,316

Y1.3 0,661

Y1.4 0,376

Y1.5 0,411

Sumber: Data primer diolah (2014)

Hasil uji validitas dan reliabilitas variabel nilai pelanggan disajikan pada

Tabel 4.3.

Tabel 4.3

Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Nilai Pelanggan

Variabel Item Koefisien Alpha Keterangan

Nilai Pelanggan

Y2.1 0,620

0,755

Valid dan

Reliabel

Y2.2 0,568

Y2.3 0,312

Y2.4 0,759

Sumber: Data primer diolah (2014)

Pada hasil uji validitas diperoleh koefisien untuk item-tem pernyataan variabel

nilai pelanggan tidak ada yang lebih kecil dari 0,3. Perolehan hasil uji validitas

tersebut menunjukkan bahwa item-item pernyataan untuk variabel nilai

pelanggan adalah valid. Hasil uji reliabilitas diperolehan nilai alpha 0,755 yang

lebih besar 0,6, artinya instrumen variabel nilai pelanggan adalah reliabel.

Hasil uji validitas dan reliabilitas variabel kepuasan pelanggan ditujukan

pada Tabel 4.4 berikut. Hasil uji validitas menunjukkan perolehan koefisien untuk

item-tem pernyataan variabel kepuasan pelanggan semuanya lebih besar dari

0,3. Perolehan hasil uji validitas tersebut menunjukkan bahwa item-item

102

102

pernyataan untuk variabel kepuasan pelanggan adalah valid. Hasil uji reliabilitas

diperolehan nilai alpha sebesar 0,757, yang lebih besar dari 0,6, artinya

instrumen variabel kepuasan pelanggan adalah reliabel.

Tabel 4.4

Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Kepuasan Pelanggan

Variabel Item Koefisien Alpha Keterangan

Kepuasan Pelanggan

Y3.1 0,330

0,757

Valid dan

Reliabel

Y3.2 0,456

Y3.3 0,697

Y3.4 0,599

Y3.5 0,562

Sumber: Data primer diolah (2014)

Hasil uji validitas dan reliabilitas terhadap variabel kepercayaan

pelanggan disajikan pada Tabel 4.5. Berdasarkan hasil uji validitas menunjukkan

diperoleh koefisien untuk item-item pernyataan variabel kepercayaan pelanggan

tidak ada yang lebih kecil dari 0,3. Perolehan hasil uji validitas tersebut

menunjukkan bahwa item-item pernyataan untuk variabel kepercayaan

pelanggan adalah valid. Pada hasil uji reliabilitas diperolehan nilai alpha 0,829

lebih besar dari 0,6 artinya instrumen variabel kepercayaan pelanggan adalah

reliabel.

Tabel 4.5

Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Kepercayaan Pelanggan

Variabel Item Koefisien Alpha Keterangan

Kepercayaan Pelanggan

Y4.1 0,626

0,829

Valid dan

Reliabel

Y4.2 0,779

Y4.3 0,502

Y4.4 0,757

Sumber: Data primer diolah (2014)

103

103

4.8 Metode Analisis Data Penelitian

4.8.1 Analisis Deskriptif

Analisis ini mendiskripsikan gambaran atau data setiap variabel untuk

menafsirkan dan memberi makna sesuai dengan masalah yang diteliti tanpa

membuat generalisasi. Dalam penelitian ini ada 13 pertanyaan profil responden

untuk pelanggan golongan niaga kecil dan 10 pertanyaan untuk pelanggan

rumah tangga. Berdasarkan data profil dibuatkan karakteristik responden yang

terdiri dari 5(lima) aspek, yaitu: jenis kelamin, usia, tingkat pendidikan, pekerjaan

dan lama sebagai pelanggan.

4.8.2 Analisis Kuantitatif

Penelitian ini menguji hipotesis yang berkaitan dengan pengaruh antara

kualitas pelayanan terhadap komitmen pelayanan prima, nilai pelanggan dan

kepuasan pelanggan, serta pengaruh antara komitmen pelayanan prima, nilai

pelanggan, kepuasan pelanggan dengan kepercayaan pelanggan. Variabel

mediasi pada penelitian ini adalah komitmen pelayanan prima, nilai pelanggan

dan kepuasan pelanggan. Berdasarkan pada pola hubungan antar variabel

tersebut dan lingkup penelitiannya di bidang ilmu sosial (manajemen), maka

metode analisis data penelitian ini menggunakan Strutural Equation Modeling

(SEM) karena dapat menganisis data secara konperehensip dan mendalam.

Program komputer yang digunakan untuk mengolah data pada penelitian

metode SEM dipilih GSCA karena menggabungkan berbagai karakteristik dan

menangani varibel laten dengan banyak indikator, mensyaratkan kriteria

goodness of fit model serta indikator dan variabelnya harus berkorelasi.

Model struktural penelitian ini disesuaikan dengan metode analisis yang

menggunakan Generalized structured component analysis (GSCA) seperti pada

Gambar 4.1.

104

104

Gambar 4.1 Model Struktural Penelitian

Sumber: kerangka konseptual penelitian, diolah

Generalized structured component analysis (GSCA) merupakan metode SEM

berbasis komponen yang digunakan untuk menghitung skor (bukan skala) dan

dapat juga diterapkan pada sampel yang sangat kecil. GSCA dapat digunakan

pada model structural yang melibatkan variabel dengan indikator refleksif dan

atau formatif.

Overall Model GSCA yang melibatkan model struktural dan model

pengukuran secara terintegrasi. Beberapa pemeriksaan goodness-of-fit model

overall disertai nilai cut-off disajikan pada Tabel 4.6.

Kualitas Pelayanan

(X1)

X11

X12

X13

X14

X15

X16

Komitmen Pelayanan Prima

(Y1)

Kepuasan Pelanggan

(Y3)

Nilai Pelanggan

(Y2)

Kepercayaan Pelanggan

(Y4)

Y11 Y12 Y13

Y31 Y32 Y33 Y34 Y35

Y21 Y22 Y23 Y24

Y41 Y42 Y43 Y44

Y14 Y15

105

105

Tabel 4.6

Ukuran Goodness of Fit Model Overall Pada GSCA

Goodness of Fit Cut Off Keterangan

FIT dan AFIT FIT dan AFIT dapat digunakan untuk perbandingan model, nilai FIT dan AFIT yang lebih besar menunjukkan model yang lebih baik.

Standardized Root Mean Square Residual (SRMR)

≤ 0.08

Rata-rata perbedaan per degree of fredom yang diharapkan terjadi dalam populasi. Apabila skor SRMR lebih kecil dari 0,08 model dinyatakan baik

GFI ≥ 0,90 Derajat prediksi model secara keseluruhan, apabila skor GFI lebih besar dari 0,90 berarti modelnya baik

Sumber: Solimun, 2012

4.8.3 Analisis Variabel Mediasi

Metode pemeriksaan variabel mediasi dengan pendekatan perbedaan

koefisien dilakukan sebagai berikut (Solimun, 2012):

a) Memeriksa pengaruh langsung Variabel Independen terhadap Variabel

Dependen pada model dengan melibatkan Variabel Mediasi,

b) Memeriksa pengaruh Variabel Independen terhadap Variabel Dependen

pada model tanpa melibatkan Variabel Mediasi,

c) Memeriksa pengaruh Variabel Independen terhadap Variabel Mediasi,

d) Memeriksa pengaruh Variabel Mediasi terhadap Variabel Dependen.

106

106

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN

5.1 Gambaran Umum PDAM

Menurut Pasal 33 dari Undang-Undang Dasar 1945, bahwa cabang-

cabang produksi yang penting bagi Negara dan yang menguasai hajat hidup

orang banyak dikuasai oleh negara (ayat 2), dan ditegaskan juga bahwa bumi,

air dan kekayaan alam yang terkandung didalamnya dikuasai oleh Negara dan

dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat (ayat 3). Berdasarkan

pertimbangan tersebut, pelayanan air bersih bagi masyarakat umum dikuasai

dan dikelola oleh Negara.

Pengembangan sistem penyediaan air minum (SPAM) banyak dilakukan

oleh Pemerintah Pusat, namun sejalan dengan era desentralisasi dan

perkembangan sosial politik dalam negeri, maka penyelenggaraan

pengembangan SPAM menjadi urusan wajib pemerintah daerah, yang selaras

dengan amanat Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan

Daerah. Berdasarkan Peraturan Pemerintah 38 Tahun 2007 tentang Pembagian

Urusan Pemerintahan, Antara Pemerintah, Pemerintah Provinsi dan Pemerintah

Kabupaten/Kota, air minum merupakan urusan pemerintahan yang dibagi

bersama antar tingkatan pemerintahan. Pemerintah Pusat memiliki peran penting

khususnya dalam rangka pencapaian sasaran nasional dan pengendalian

pelaksanaan untuk perwujudan standar pelayanan minimal.

Sebagai alat pengaturan dalam pengembangan SPAM, Pemerintah telah

menetapkan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air

yang diturunkan dengan Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 2005 tentang

Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum dengan tujuan:

107

107

1. Terwujudnya pengelolaan dan pelayanan air minum yang berkualitas

dengan harga yang terjangkau;

2. Tercapainya kepentingan yang seimbang antara konsumen (pelanggan)

dan penyedia jasa pelayanan; dan

3. Tercapainya peningkatan efisiensi dan cakupan pelayanan air minum.

Menurut Pasal 16 dari UU No 7 Tahun 2004, dan Pasal 40 dari PP No.

16 Tahun 2005, mengamanatkan pemerintah daerah diwajibkan memenuhi

kebutuhan air minum masyarakat di wilayahnya sesuai dengan standar layanan

minimal yang ditetapkan. Pengelolaan, pembangunan, dan pemeliharaan sarana

dan prasarana air minum menjadi wewenang tanggung jawab Pemerintah

Kabupaten dan Kota setempat.

Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) adalah perusahaan yang di

bentuk dan didirikan oleh pemerintah daerah setempat, merupakan Badan

Usaha Milik Daerah (BUMD) yang mempunyai tugas pokok melayani kebutuhan

air minum bagi masyarakat demi meningkatkan kesejahteraan mayarakat yang

mencakup pula aspek sosial, kesejahtaraan dan pelayanan umum. PDAM

merupakan satu-satunya pengelola “tunggal” (monopoli) pelayanan air bersih di

setiap Provinsi, dan secara operasional PDAM dikelola langsung oleh BUMD

yang berada di Kabupaten/Kota.

Evaluasi terhadap kinerja peneyelenggara sistem penyediaan air bersih

(SPAM) pada PDAM seluruh Indonesia dilaksanakan oleh Badan Pendukung

Pelayanan Sistem Penyediaan Air Minum (BPPSPAM) Kementerian Pekerjaan

Umum dan Perumahan Rakyat, menggunakan 4 (empat) indikator, yaitu :

keuangan, pelayanan, operasional, sumber daya manusia dan dikelompokkan

dalam 3 kategori yaitu: Sehat, Kurang Sehat, dan Sakit.

108

108

BPPSPAM melakukan evaluasi terhadap 359 PDAM di seluruh Indonesia

pada tahun 2014, memberikan gambaran bahwa pelayanan air bersih PDAM

kategori “sehat” di Indonesia baru mencapai 51 % (Tabel 5.1), sehingga PDAM

masih perlu perbaikan dan peningktan mutu pelayanannya.

Tabel 5.1

Hasil Evaluasi Kinerja PDAM di Indonesia Tahun 2014

Kategori Jumlah PDAM Prosentase

Sehat 182 51 %

Kurang Sehat 103 29 %

Sakit 74 20 %

Jumlah 359 100 %

Sumber: BPPSPAM 2014

5.2 Gambaran Umum PDAM Provinsi Papua

Wilayah administrasi Provinsi Papua meliputi dua puluh delapan

Kabupaten dan satu Kota. Sampai saat ini baru terbentuk enam PDAM di

Kabupaten/Kota, yaitu: PDAM Jayapura, PDAM Biak Numfor, PDAM Kepulauan

Yapen, PDAM Nabire, PDAM Jayawijaya dan PDAM Merauke. Khusus PDAM

Biak-Numfor dan PDAM Merauke, Pemerintah Kabupaten bekerja sama dengan

pemerintah Belanda untuk mengelola pelayanan air bersih kepada masyarakat

pelanggan dengan sistem bantuan teknologi dan pembagian keuntungan.

Pengembangan sarana/prasarana dan operasionalnya dibiayai pihak Belanda

menggunakan jaringan PDAM peninggalan Belanda, sehingga kinerja kedua

PDAM ini tidak dievaluasi oleh BPPSPAM. Hasil evaluasi BPPSPAM terhadap

kinerja empat PDAM di Provinsi Papua tahun 2013, hanya dua PDAM yang

memiliki kinerjanya “Sehat”, yaitu: PDAM Kepulauan Yapen dan PDAM Jayapura

seperti pada Tabel 5.2

109

109

Tabel 5.2

Evaluasi Kinerja PDAM Provinsi Papua Tahun 2013

No Kabupaten/Kota Kinerja

1 PDAM Kab Kepulauan Yapen Sehat

2 PDAM Kab Jayapura Sehat

3 PDAM Kab Nabire Sakit

4 PDAM Kab Jayawijaya Sakit

Sumber: BPPSPAM 2013, diolah

PDAM Kepulauan Yapen memiliki sumber air yang melimpah dengan

jumlah pelanggan sedikit, dan jangkauan akses pelayanan air bersih pada

wilayah yang tidak terlalu luas. Berbeda dengan kondisi PDAM Jayapura, debit

sumber air mulai menurun, jumlah pelanggan besar, laju pertumbuhan penduduk

tinggi menyebabkan meningkatnya kebutuhan air bersih, jangkauan pelayanan

yang luas mencakup wilayah Kota Jayapura dan Kabupaten Jayapura.

Mempertimbangkan berbagai aspek yang berpengaruh terhadap pelayanan air

bersih di Provinsi Papua, maka dipilih PDAM Jayapura sebagai lokasi penelitian.

5.3 Gambaran Umum Lokasi Penelitian

PDAM Jayapura resmi mulai beroperasi sejak tahun 1992, berupaya

memberikan pelayanan terbaik distribusi air bersih kepada para pelanggan,

dengan komitmen pada Visinya: “Menjadi Perusahaan yang Sehat dengan

Pelayanan Prima”, melalui Misi: (1) Meningkatkan kualitas pelayanan kepada

pelanggan (Kualitas, Kuantitas, Kontinuitas dan Tekanan), (2) Meningkatkan

cakupan pelayanan menjadi 80%, (3) Menurunkan kebocoran menjadi 22%, (4)

Perusahaan tetap dalam keadaan Full Cost Recovery (FCR), (5) Meningkatkan

efisiensi penagihan menjadi 90%, (6) Meningkatkan kualitas, profesionalisme,

dan kesejahteraan pegawai, (7) Menjadikan PDAM Jayapura sebagai salah satu

110

110

PDAM terbaik di Wilayah Indonesia Timur, (8) Terdepan dalam mensukseskan

Pembangunan Daerah.

Jaringan instalasi perpipaan air bersih yang digunakan PDAM Jayapura

sebagian besar peninggalan perang dunia kedua yang dibangun Angkatan

Darat Amerika Serikat tahun 1943-1944. Pemerintah Belanda mengambil alih

sistem jaringan air bersih tersebut dan dikelola oleh Resident Water Staat

Dienst (RWD) dari tahun 1945-1963. Kemudian, Dinas Pekerjaan Umum

Kabupaten Jayapura meneruskan pengeloaan instalasi air bersih tersebut tahun

1964-1983, sebelum membentuk Badan Pengelolaan Air Minum (BPAM) pada

tahun 1983 untuk melayani penyediaan air bersih bagi masyarakat di wilayah

Jayapura dan sekitarnya. Pada tahun 1992, BPAM dijadikan perusahaan

daerah dan dialih status menjadi PDAM Kabupaten Jayapura yang melayani

masyarakat umum dan ikut berkontribusi meningkatkan Pendapatan Asli

Daerah (PAD).

Sejak tahun 2010 perubahan nama PDAM Kabupaten Jayapura menjadi

PDAM “Jayapura” atau PDAM “Tirta Dharma”, dilakuan karena adanya

penyertaan saham Pemerintah Kabupaten Jayapura, Kota Jayapura dan

Pemerintah Provinsi Papua. Cakupan pelayanan PDAM Jayapura pada wilayah

Kota Jayapura meliputi Distrik Jayapura Selatan, Distrik Jayapura Utara, Distrik

Abepura, dan Distrik Heram, sedangkan pada wilayah Kabupaten Jayapura

meliputi Distrik Sentani, Distrik Sentani Barat dan Distrik Nimboran.

Data keseluruhan pelanggan PDAM Jayapura sampai dengan bulan

Oktober 2013 berjumlah 28.613 Sambungan Reguler (SR), meningkat menjadi

28.684 SR pada akhir tahun dengan status tanggal 31 Desember 2013, sebagai

mana yang disajikan pada Tabel 5.3.

111

111

Tabel 5.3

Golongan dan Klasifikasi Pelanggan PDAM Jayapura Tahun 2013

Kode Golongan Klasifikasi Pelayanan

Jum Pelanggan

SR (%) 1A,1B, 1E Sosial Umum I, II & III 520 1.81

1C, 1D Sosial Khusus I, II 23 0.08

2A, 2B, 2C, 3B, 4B, A5 Rumah Tangga*) 25.413 88.60

3A, 4A Instansi Pemerintah, BUMD/N 353 1.23

5A Niaga Kecil 2.208 7.70

5B Niaga Besar 158 0.55

6A, 6B Industri Kecil/Besar 6 0.02

7A, 7C Pelabuhan Laut 3 0.01

28.684 100

Sumber: PDAM Jayapura ( 2013), diolah

Jumlah pelanggan PDAM golongan rumah tangga sebanyak 88,60

persen dan dalam penelitian ini dianggap “pelanggang potensial” karena jumlah

pelanggannya yang cukup besar. Golongan pelanggan lain yaitu niaga kecil

sebesar 7.70 persen, dalam penelitian ini dianggap pelanggan yang

menguntungkan perusahaan (profitable customer).

Tarif pelanggan PDAM Jayapura terbagi dalam 4 kelompok, yaitu:

Kelompok I (Tarif Rendah), Kelompok II (Tarif Dasar), Kelompok III (Tarif Penuh)

dan Kelompok IV (Tarif Khusus). Pelanggan golongan rumah tangga dikenakan

tarif berbeda dalam 3 kelompok berdasarkan jenis bagunan dan luasnya, terdiri

atas kelompok I (rumah tangga sederhana), kelompok II (rumah tangga

menengah), dan kelompok III (rumah tangga mewah dan rumah dinas).

Golongan pelanggan niaga kecil dikenakan tarif kelompok III, meliputi warung,

kedai, usaha kecil, rumah toko (ruko), praktek dokter/pengacara, apotek,

penginapan kelas melati, kantor perusahaan dan bengkel kecil.

PDAM Jayapura berupaya memberikan pelayanan yang baik untuk

semua pelanggan, paling banyak pelanggan berada di Distrik Jayapura Utara

dan Jayapura Selatan. Tingkat kapasitas air bersih PDAM Jayapura, sudah

112

112

sekitar 895 liter per detik, bisa untuk melayani 50.000 pelanggan, namun saat ini

tingkat kebocoran air sekitar 49 persen (Cenderawasih Pos, 01/10/2013).

Hasil penelitian sumber air bersih PDAM Jayapura, disimpulkan bahwa

ketersediaan debit andalan untuk pemenuhan kebutuhan air bersih berkisar

antara 6,17 – 18,57 m3/detik, dimana terendah pada bulan Agustus dan tertinggi

pada bulan Maret. Kebutuhan air bersih penduduk Kota Jayapura setelah

dilakukan proyeksi hingga tahun 2020 adalah 1,18 m3/detik atau persisnya

sebesar 1181,92 liter/detik. Berdasarkan perhitungan, pemenuhan kebutuhan air

bersih bagi penduduk Jayapura sudah dapat tercukupi dilihat dari hasil

perhitungan neraca air (Tambun, 2011).

Sarana dan prasaranan pendukung yang telah dimiliki PDAM Jayapura

untuk memberikan pelayanan air bersih kepada pelanggannya dapat dilihat pada

Tabel 5.4.

Tabel 5.4 Profil Umum PDAM Jayapura Tahun 2012

No Uraian Keterangan

1 Kantor Layanan 8 Unit

2 Cakupan Pelayanan 45 %

3 Konsumsi Rata-Rata 22 M3

4 Jumlah Produksi 22.823.511 M3

5 Kapasitas Terpasang 895 liter/detik

6 Jumlah Reservoir 57 unit

7 Jumlah Sumber Air 21 unit

8 Jumlah Pegawai 190 orang

Sumber: Profil PDAM (2012), diolah

5.4 Deskripsi Karakteristik Responden

Karakateristik demografi responden merupakan penjelasan tentang profil

responden, meliputi: jenis kelamin, usia, tingkat pendidikan, pekerjaan dan lama

menjadi pelanggan. Profil karakteristik demografi dari 200 responden dari

penelitian ini seperti yang disajikan pada Tabel 5.5.

113

113

Tabel 5.5 Karakteristik Demografi Responden

No Uraian Karakteristik Responden

Jumlah Persentase

Jenis Kelamin

1. Laki-Laki 129 64,50

2. Perempuan 71 35,50

Jumlah 200 100

Usia

1. Kurang 30 tahun 21 10,50

2. Lebih 30 tahun – 40 tahun 81 40,50

3. Lebih 40 tahun – 50 tahun 65 32,50

4. Lebih 50 tahun 33 16,50

Jumlah 200 100

Tingkat Pendidikan

SLTP 9 4,50

1. SMU 91 45,50

2. Diploma 2 1,00

3. Sarjana 77 38,50

4. Pascasarjana 21 10,50

Jumlah 200 100

Pekerjaan

1. PNS 64 32,00

2. TNI/POLRI 1 0,50

3. SWASTA 118 59,00

4. Ibu Rumah Tangga 17 8,50

Jumlah 200 100

Lama Sebagai Pelanggan PDAM

1. 1 – 3 Tahun 30 15,00

2. Lebih 3 – 6 tahun 21 10,50

3. Lebih 6 – 9 tahun 37 18,50

4. Lebih 9 tahun 112 56,00

Jumlah 200 100

Sumber: Data primer diolah (2014)

Jenis kelamin responden yang paling banyak adalah laki-laki sebesar

64,50%. Pada saat tim peneliti mendatangi responden di rumah atau kantor yang

banyak menemui adalah responden laki-laki, karena mereka lebih paham

114

114

masalah air bersih dan sering berurusan pada kantor PDAM Jayapura dan

petugasnya.

Responden paling banyak berusia lebih 30 tahun – 40 tahun sebesar

40,50 % dan berusia lebih 40 tahun – 50 tahun sebesar 32,50 %. Jumlah

responden usia tersebut menunjukkan bahwa responden terbanyak berada pada

usia produktif, sebagian besar berstatus sebagai pegawai atau karyawan dan

sudah berkeluarga, sehingga membutuhkan sekali pelayanan air besih bagi

aktifitasnya.

Tingkat pendidikan responden yang paling banyak adalah pendidikan

Sekolah Menengah Umum (SMU) sebesar 45,50 % dan Sarjana sebesar 38,50

% disusul Pasca Sarjana sebesar 10,50 %. Gambaran tingkat pendidikan

responden menunjukkan bahwa pelanggan PDAM Jayapura memiliki

pengetahuan memadai terhadap pelayanan air bersih yang disediakan oleh

PDAM Jayapura kepada pelanggan, sehingga diharapkan memberikan penilain

yang kritis terhadap pelayanan PDAM.

Latar belakang pekerjaan responden paling banyak adalah swasta

sebesar 59 % kemudian Pegawai Negeri Sipil (PNS) sebesar 32 %. Gambaran

pekerjaan responden lebih dominan swasta dan PNS dibandingkan dengan

lainnya, karena lingkup penelitian ini pada pelanggan golongan rumah tangga

dan perusahaan niaga kecil. Pihak swasta sangat membutuhkan kelancaran

penyediaan air bersih agar mendukung operasi usaha mereka, sedangkan PNS

dan lainnya memerlukan pelayanan air bersih untuk kebutuhan rumah tangga

sehari-hari.

Lama responden menjadi pelanggan PDAM Jayapura paling banyak

adalah lebih dari 9 tahun sebesar 56 % dan lebih 6 tahun – 9 tahun sebesar

18,50 %. Gambaran lamanya menjadi pelanggan menunjukkan bahwa

responden memiliki pengalaman yang panjang sebagai pelanggan PDAM

115

115

Jayapura, sehingga pelanggan dapat memberikan informasi yang obyektif

tentang berbagai aspek pelayanan yang disediakan oleh PDAM Jayapura.

5.5 Analisis Deskriptif Jawaban Responden

Analisis deskripsi terhadap jawaban responden untuk memperoleh

gambaran persepsi responden terhadap variabel-variabel yang digunakan dalam

penelitian ini. Hitungan persentase jawaban responden pada pertanyaan

kuesioner penelitian dengan menggunakan nilai rata-rata (rerata, mean) dari

setiap indikator penelitian yang digunakan untuk menggambarkan persepsi

semua responden, kemudian berdasarkan nilai rerata (mean) dikelompokan

kategori persepsi responden terhadap variabel penelitian. Inteprestasi kategori

jawaban persepsi responden berdasarkan nilai rerata (mean) dan orientasi mutu

pelayanan perusahaan yang memuaskan pelanggan, sebagaimana yang

disajikan pada Tabel 5.6.

Tabel 5.6

Kategori Persepsi Responden

Nilai Rerata (mean) Persepsi Responden

Kategori Persepsi Responden

Tingkat Kepuasan

1.00 – 1.99 Sangat tidak baik

Belum puas 2.00 – 2.99 Tidak baik

3.00 – 3.99 Kurang baik

4.00 – 4.99 Baik Puas

Diatas 5,00 Sangat baik

Sumber: Diolah (2014)

Inteprestasi responden pada nilai rerata 1.00 hingga 1.99 dikategorikan

persepsi “sangat tidak baik”. Pada nilai rerata 2.00 hingga 2.99 dikategorikan

persepsi “tidak baik”, pada nilai rerata 3.00 hingga 3.99 dikategorikan persepsi

“kurang baik”, nilai rerata pada 4.00 hingga 4.99 dikategori persepsi “baik”,

sedangkan rerata diatas 5.00 dikategorikan persepsi “sangat baik”.

116

116

5.5.1 Deskripsi Kualitas Pelayanan

Kualitas pelayanan merupakan upaya yang dilakukan oleh perusahaan

(PDAM Jayapura) untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan pelanggan agar

mendapatkan berbagai aspek pelayanan yang diberikan. Dalam penelitian ini,

variabel kualitas pelayanan (X1) merupakan variabel indipenden yang diukur

menggunakan 6 indikator, yaitu: bukti fisik (X1.1), keandalan (X1.2), daya

tanggap (X1.3), jaminan (X1.4), kepedulian (empati) (X1.5), berbagi informasi

(X1.6). Hasil deskripsi jawaban responden tentang variabel kualitas pelayanan

(X1) seperti yang disajikan pada Tabel 5.7.

Analisis deskripsi variabel kualitas pelayanan (X1) PDAM Jayapura

secara keseluruhan memperoleh nilai rerata sebesar 3.04, menunjukkan bahwa

kualitas pelayanan yang diberikan PDAM Jayapura termasuk kategori persepsi

“kurang baik” (Tabel 5.6), artinya menurut sudut pandang responden kualitas

pelayanan yang diterima dari PDAM Jayapura selama ini “belum baik”, sekitar

62,80% atau 126 responden menjawab “belum puas” terhadap pelayanan PDAM

Jayapura. Perusahaan memerlukan perbaikan terhadap pelayanannya dengan

memperhatikan 6 indikator kualitas pelayanan yang diukur dalam penelitian ini

agar responden merasa puas dengan pelayanan perusahaan.

Indikator yang mendapatkan penilaian tertinggi adalah “bukti fisik” (X1.1)

dengan nilai mean 3.22, tetapi kategori persepsi “kurang baik”, ada sekitar 53%

atau 106 responden memberi jawaban “belum puas”. Hal ini ditunjukkan dengan

nilai mean dari 4 item indikatornya, yaitu item “kantor PDAM terletak di lokasi

strategis” (X1.1.1) dengan nilai mean tertinggi 3.52, menyusul item “fasilitas

kantor yang memadai” (X1.1.2) dengan nilai mean 3.22. Selanjutnya item

“meteran pelanggan berfungsi baik” (X1.1.4) dengan nilai mean 3.10, dan item

“jaringan perpipaan terawat baik” (X1.1.3) dengan nilai mean 3.02. Gambaran

nilai mean menunjukkan bahwa lokasi kantor pelayanan PDAM Jayapura belum

117

117

begitu mudah dijangkau pelanggan dengan akses moda transportasi publik.

Responden sekitar 11% menjawab “tidak setuju” kantor PDAM Jayapura berada

di lokasi strategis.

Tabel 5.7

Deskripsi Jawaban Responden Tentang Kualitas Pelayanan (X1)

Indikator

Jawaban Responden

Mean Belum Puas Puas

1 2 3 4 5

f % f % f % f % f % Kantor PDAM terletak dilokasi strategis (X.1.1.1)

16 8.0 22 11.0 39 19.5 89 44.5 34 17.0 3.52

Fasilitas kantor yang memadai (X.1.1.2)

9 4.5 43 21.5 60 30.0 72 36.0 16 8.0 3.22

Jaringan perpipaan terawat dengan baik (X.1.1.3)

18 9.0 57 28.5 47 23.5 59 29.5 19 9.5 3.02

Meter pelanggan berfungsi dengan baik (X.1.1.4)

25 12.5 40 20.0 48 24.0 64 32.0 23 11.5 3.10

53% (106) 47% (94)

Bukti Fisik (Tangible) (X1.1) 3.22

Memiliki petugas yang handal (X.1.2.1)

11 5.5 64 32.0 61 30.5 45 22.5 19 9.5 2.99

Petugas menangani komplain dengan tepat (X.1.2.2)

20 10.0 87 43.5 43 21.5 35 17.5 15 7.5 2.69

Petugas membaca meter dengan tepat (X.1.2.3)

26 13.0 55 27.5 60 30.0 43 21.5 16 8.0 2.84

71,17% (142) 28,83% (58)

Keandalan (Reliability) (X1.2) 2.84

Cepat menanggapi keluhan pelanggan (X.1.3.1)

21 10.5 78 39.0 51 25.5 35 17.5 15 7.5 2.73

Cepat menyelesaikan keluhan pelanggan (X.1.3.2)

17 8.5 84 42.0 54 27.0 35 17.5 10 5.0 2.69

Cepat menanggapi gang-guan distribusi air (X.1.3.3)

21 10.5 75 37.5 47 23.5 41 20.5 16 8.0 2.78

74,67% (149) 25,33% (51)

Daya Tanggap (Resposiveness) (X1.3) 2.73

Jumlah pasokan air sesuai dengan kebutuhan pelanggan (X.1.4.1)

17 8.5 51 25.5 52 26.0 61 30.5 19 9.5 3.07

Menyediakan air bersih yang jernih (X.1.4.2)

6 3.0 31 15.5 57 28.5 72 36.0 34 17.0 3.49

Memilihara fasilitas jaringan secara berkala (X.1.4.3)

8 4.0 44 22.0 56 28.0 75 37.5 17 8.5 3.25

Petugas memeriksa meter secara berkala (X.1.4.4)

33 16.5 49 24.5 43 21.5 54 27.0 21 10.5 2.91

55,88% (112) 44,12% (88)

3.18 Jaminan (Assurance) (X1.4)

118

118

(Lanjutan Tabel 5.7)

Indikator

Jawaban Responden

Mean Belum Puas Puas

1 2 3 4 5

f % f % f % f % f %

Memberikan pelayanan dengan menyenangkan (X.1.5.1)

13 6.5 46 23.0 76 38.0 47 23.5 18 9.0 3.06

Menunjukkan perhatian yang sungguh-sungguh (X.1.5.2)

11 5.5 60 30.0 73 36.5 42 21.0 14 7.0 2.94

Bersedia menerima keluhan pelanggan (X.1.5.3)

5 2.5 32 16.0 62 31.0 77 38.5 24 12.0 3.42

63% (126) 37% (74)

Empati (Kepedulian) (X1.5) 3.14 Memberikan informasi secara berkala (X.1.6.1)

15 7.5 61 30.5 60 30.0 48 24.0 16 8.0 2.95

Memiliki sentra pelayanan pengaduan (X.1.6.2)

12 6.0 46 23.0 62 31.0 59 29.5 21 10.5 3.16

Membuka pelayanan pelanggan melalui telepon (X.1.6.3)

14 7.0 47 23.5 38 19.0 70 35.0 31 15.5 3.29

59,17% (118) 40,83% (82)

Berbagi Informasi (X1.6) 3.13

Total Rerata 62,80% (126) 37,20% (74) 3.04

Kualitas Pelayanan (X1)

Sumber: Data primer diolah (2014)

Responden menganggap lokasi kantor PDAM Jayapura walau berada di

kawasan bisnis Entrop tetapi sulit dijangkau dari akses transportasi publik.

Sedangkan 20% respoden menjawab “tidak setuju” meteran-air berfungsi dengan

baik, karena pelanggan sering menjumpai pencatatan angka pada tagihan

pembayaran berbeda dengan yang terlihat di meteran. Selain itu, sekitar 28,50%

responden menganggap “tidak setuju” jaringan perpipaan terawat dengan baik

karena tingkat kobocoran mencapai 40% sehingga air bersih kehilangan tekanan

hidrolis dan kurang lancar mengalir ke pelanggan.

Indikator berikut adalah “jaminan” (X1.4) dengan nilai mean 3.18, kategori

persepsi “kurang baik”, sekitar 55,88% atau 112 responden memberi jawaban

“belum puas”. Penilaian ini tegambar pada nilai mean dari 4 item indikatornya,

119

119

item “menyediakan air bersih yang jernih” (X1.4.2) mendapat nilai mean tertinggi

3.49, berikutnya item “memelihara fasilitas jaringan secara berkala” (X1.4.3)

dengan nilai mean 3.25, kemudian item “jumlah pasokan air sesuai kebutuhan

pelanggan” (X1.4.1) dengan nilai mean 3.07, dan item “petugas memeriksa

meter secara berkala” (X1.4.4) dengan nilai mean 2.91. Responden sekitar

15,50% menjawab “tidak setuju” dan 28,50% menjawab “kurang setuju” PDAM

Jayapura menyediakan air bersih yang jernih karena pada musim hujan

pelanggan masih mendapatkan air bersih yang agak keruh dan tidak layak

dikonsumsi. Ada sekitar 22% responden menjawab “tidak setuju” PDAM

Jayapura memelihara fasilitas jaringan secara berkala karena tingkat kebocoran

masih tinggi. Responden sekitar 25,50% mengganggap jumlah pasokan air

bersih tidak sesuai dengan kebutuhannya karena distribusi air bersih PDAM

Jayapura masih dilakukan secara bergilir kepada pelanggan. Sekitar 24,50%

responden menjawab “tidak setuju” petugas PDAM Jayapura memeriksa

meteran secara berkala karena angka meter pembayaran tidak sesuai angka

yang tertera pada meteran-air.

Selanjutnya indikator “empati” (X1.5), dengan nilai mean 3.14, kategori

persepsi “kurang baik”, ada sekitar 63 % atau 126 responden menjawab “belum

puas”, terlihat pada penilaian 3 item indikatornya, yaitu item “bersedia menerima

keluhan pelanggan” (X1.5.3) dengan nilai mean 3.42, kemudian item

“memberikan pelayanan dengan menyenangkan” (X.5.1) dengan nilai mean 3.06,

dan item “menunjukkan perhatian yang sungguh-sungguh” (X1.5.2) dengan nilai

mean 2.94. Responden sekitar 16% menjawab “tidak setuju” dan 31% menjawab

“netral” menanggapi petugas PDAM Jayapura bersedia menerima keluhan

pelanggan. Ada sekitar 23% responden menjawab “tidak setuju” petugas PDAM

Jayapura memberikan pelayanan dengan menyenangkan kepada pelanggan.

Selain itu, sekitar 30% responden menjawab “tidak setuju” petugas PDAM

120

120

Jayapura menunjukkan perhatian yang sungguh-sungguh dalam melayani

pelanggan.

Pada urutan keempat indikator “berbagi informasi” (X1.6), dengan nilai

mean 3.13, kategori persepsi “kurang baik”, sejumlah 118 responden atau sekitar

59,17% menganggap “belum puas”, tergambar pada hasil mean 3 item

indikatornya, item “membuka pelayanan pelanggan melalui telepon” (X1.6.3)

dengan nilai mean 3.29. Selanjutnya, item “memiliki sentra pelayanan

pengaduan” (X1.6.2) dengan nilai mean 3.16, dan item “memberikan informasi

secara berkala” (X1.6.1) dengan nilai mean 2.95. Responden sekitar 23,50%

menjawab “tidak setuju” PDAM Jayapura membuka pelayanan pelanggan

melalui telepon, karena pelayanan tersebut selama ini belum tersedia bagi

pelanggan. Selain itu, sekitar 23% responden menjawab “tidak setuju” PDAM

Jayapura memiliki sentra pelayanan pengaduan. Sekitar 30,50% responden

menjawab “tidak setuju” PDAM Jayapura memberikan informasi secara berkala

perkembangan pelayanan perusahaan kepada pelanggan.

Urutan ke lima indikator “keandalan” (X1.2), dengan nilai mean 2.84,

kategori persepsi “tidak baik”, sekitar 71,17% atau sekitar 114 responden “belum

puas” yang tergambar pada jawaban 3 item indikatornya, item “memiliki petugas

yang handal” (X1.2.1) dengan nilai mean 2.99, menyusul item “petugas

membaca meteran-air dengan tepat” (X1.2.3) dengan nilai mean 2.84, dan item

“petugas menangani komplain dengan tepat” (X1.2.2) dengan nilai mean 2.69.

Sekitar 32% responden menjawab “tidak setuju” PDAM Jayapura memiliki

petugas yang handal melayani pelanggan. Selanjutnya, sekitar 27,50%

responden menjawab “tidak setuju” petugas PDAM Jayapura belum membaca

meteran-air dengan tepat. Selain itu, sekitar 43,50% responden menjawab “tidak

setuju” petugas PDAM Jayapura menangani komplain dengan tepat.

121

121

Pada urutan ke enam indikator “daya tanggap” (X1.3), dengan nilai mean

2.73, kategori persepsi “tidak baik”, sekitar 74,67% atau 149 responden

menganggap “belum puas” yang tergambar pada jawaban 3 item indikator. Item

“cepat menanggapi gangguan distribusi air” (X1.3.3) memperoleh nilai mean

tertinggi 2.78, disusul item “cepat menanggapi keluhan pelanggan” (X1.3.1)

dengan nilai mean 2.73, kemudian item “cepat menyelesaikan keluhan

pelanggan” (X1.3.2) dengan nilai mean 2.69. Sekitar 37,50% responden

menjawab “tidak setuju” petugas PDAM Jayapura cepat menanggapi gangguan

distribusi air bagi pelanggan. Kemudian sekitar 39% responden menjawab “tidak

setuju” petugas PDAM Jayapura cepat menanggapi keluhan pelanggan. Selain

itu, sekitar 42% menjawab “tidak setuju” petugas PDAM Jayapura cepat

menyelesaikan keluhan pelanggan.

5.5.2 Deskripsi Komitmen Pelayanan Prima

Komitmen pelayanan prima (Y1), yang diberikan oleh PDAM Jayapura

merupakan sikap dan perilaku petugas yang mengutamakan memberikan

pelayanan terbaik bagi pelanggan. Komitmen pelayanan prima (Y1) petugas

PDAM Jayapura dalam penelitian ini diukur dengan menggunakan 5 (lima)

indikator, yaitu: sikap (Y1.1), perhatian (Y1.2), keterbukaan (Y1.3), kejelasan

(Y1.4), ketepatan waktu Y1.5). Deskripasi jawaban responden tentang komitmen

pelayanan prima (Y1) seperti yang disajikan pada Tabel 5.8.

Berdasarkan analisis deskripsi variabel “komitmen pelayanan prima” (Y1)

secara keseluruhan memperoleh rerata sebesar 2.23, penilaian ini masuk

kategori persepsi responden “tidak baik”, artinya responden merasa “belum baik”

komitmen pelayanan prima penyediaan air bersih yang selama ini dijanjikan

oleh PDAM Jayapura.

122

122

Tabel 5.8

Deskripsi Jawaban Responden Tentang Komitmen Pelayanan Prima (Y1)

Indikator

Jawaban Responden

Mean Belum Puas Puas

1 2 3 4 5

Memberikan pelayanan dengan ramah (Y1.1)

f % f % f % f % f %

3 1.5 24 12.0 70 35.0 84 42.0 19 9.5

48,50% (97) 51,50% (103)

Sikap (Y1.1) 3.46

Menunjukkan komitmen menyelesaikan masalah pelanggan (Y1.2)

10 5.0 59 29.5 51 25.5 59 29.5 21 10.5

60% (120) 40% (80)

Perhatian (Y1.2) 3.11

Memberikan informasi terbuka kepada pelanggan (Y1.3)

8 4.0 36 18.0 63 31.5 76 38.0 17 8.5

53.50% (107) 46,50% (93)

Keterbukaan (Y1.3) 3.29

Bersedia menjelaskan prosedur pelayanan yang dibutuhkan (Y1.4)

7 3.5 31 15.5 66 33.0 75 37.5 21 10.5

52% (104) 48% (96)

Kejelasan (Y1.4) 3.36

Melayani pelanggan sesuai dengan waktu yang dijanjikan (Y1.5)

20 10.0 64 32.0 47 23.5 50 25.0 19 9.5

65,50% (131) 34,50% (69)

Ketepatan Waktu (Y1.5) 2.92

Total Rerata 55,90% (112) 44,10% (88) 3.23

Komitmen Pelayanan Prima (Y1)

Sumber: Data primer diolah (2014)

Sekitar 55,90% atau 112 responden menganggap “belum puas” terhadap

komitmen pelayanan prima (Y1), penilaian tergambar pada jawaban dari 5

indikator penelitian. Indikator “sikap” (Y1.1) memperoleh nilai mean tertinggi 3.46,

dimana sekitar 51,50% atau sejumlah 103 responden menganggap “puas” pada

petugas PDAM Jayapura yang memberikan pelayanan dengan ramah.

Berikutnya indikator “kejelasan” (Y1.4) dengan nilai mean 3.36, sekitar 52% atau

sejumlah 104 responden merasa “belum puas” atas kesediaan petugas PDAM

Jayapura menjelaskan prosedur pelayanan yang dibutuhkan. Selanjutnya

indikator “keterbukaan” (Y1.3) dengan nilai mean 3.29, sekitar 53,50% atau

sejumlah 107 responden menganggap “belum puas” pada petugas dalam

123

123

memberikan informasi kondisi sesungguhnya pelayanan PDAM Jayapura.

Kemudian indikator “perhatian” (Y1.2) dengan nilai mean 3.11, dimana sekitar

60% atau sejumlah 120 responden menganggap “belum puas” pada komitmen

petugas PDAM Jayapura menyelesaikan masalah pelayanan air bersih yang

disampaikan pelanggan. Terakhir pada indikator “ketepatan waktu” (Y1.5)

dengan nilai mean 2.92, sekitar 65,50% atau sejumlah 131 responden merasa

“belum puas” pada petugas PDAM Jayapura untuk melayani pelanggan sesuai

waktu yang dijanjikan.

5.5.3 Deskripsi Nilai Pelanggan

Nila pelanggan (Y2) merupakan ikatan emosional yang terjalin antara

pelanggan dan produsen setelah pelanggan menggunakan produk dan jasa dari

perusahaan dan mendapati bahwa produk atau jasa tersebut memberi nilai

tambah. Nilai pelanggan yang dipersepsikan oleh pelanggan memberikan

keuntungan bagi pelanggan, sehingga hal tersebut memberikan manfaat yang

besar bagi pelanggan. Indikator dalam penelitian ini yang digunakan mengukur

nilai pelanggan (Y2) terdiri dari harga yang sesuai (Y2.1), pelayanan yang

bernilai (Y2.2), nilai uang yang sesuai (Y2.3), dan prodak mempunyai nilai (2.4).

Hasil deskripsi jawaban responden tentang nilai pelanggan (Y2) PDAM Jayapura

seperti yang disajikan pada Tabel 5.9.

Pada analisis deskripsi variabel “nilai pelanggan” (Y2) secara menyeluruh

memperoleh angka rerata 2.98, kategori persepsi “tidak baik”, ada sekitar

62,63% atau sejumlah 125 responden merasa “belum puas” terhadap nilai

pelanggan (customer value) karena kurang mendapat perhatian dari PDAM

Jayapura. Hal ini tergambar jelas pada hasil jawaban responden dari 4 indikator

“nilai pelanggan” (Y2). Indikator “nilai uang yang sesuai ” (Y2.3) memperoleh nilai

mean tertinggi 3.17, sekitar 57,50% atau sejumlah 115 responden merasa “tidak

124

124

setuju” atas nilai uang yang dibayarkan sesuai prodak yang diharapkan dari

PDAM Jayapura.

Tabel 5.9

Deskripsi Jawaban Responden Tentang Nilai Pelanggan (Y2)

Indikator

Jawaban Responden

Mean Belum Puas Puas

1 2 3 4 5 Harga yang dibayarkan sesuai dengan pelayanan yang diterima (Y2.1)

f % F % f % f % f %

30 15.0 57 28.5 45 22.5 55 27.5 13 6.5

66% (132) 34% (68)

Harga yang sesuai (Y2.1) 2.82

Pelayanan mempunyai nilai prodak yang baik (Y2.2)

21 10.5 61 30.5 43 21.5 62 31.0 13 6.5

62,50% (125) 37,50% (75)

Pelayanan yang bernilai (Y2.2) 2.93

Nilai uang yang dibayarkan sesuai prodak yang diharapkan (Y2.3)

12 6.0 50 25.0 53 26.5 62 31.0 23 11.5

57,50% (115) 42,50% (85)

Nilai Uang yang sesuai (Y2.3) 3.17

Kualitas nilai prodak sesuai dengan keinginan (Y2.4)

16 8.0 57 28.5 56 28.0 53 26.5 18 9.0

64,50% (129) 35,50% (71)

Prodak mempunyai nilai (Y2.4) 3.00

Total Rerata 62,63% (125) 37,38% (75) 2.98

Nilai Pelanggan (Y2)

Sumber: Data primer diolah (2014)

Menyusul indikator “produk mempunyai nilai” (Y2.4) dengan nilai mean 3.00,

sekitar 64,50% atau sejumlah 129 responden menjawab “tidak setuju” atas

kualitas nilai prodak sesuai dengan keinginan pelanggan. Kemudian indikator

“pelayanan yang bernilai” (Y2.2) dengan nilai mean 2.93, ada sekitar 62,50%

atau sejumlah 125 responden menjawab “tidak setuju” atas pelayanan PDAM

Jayapura mempunyai nilai prodak yang baik bagi pelanggan. Pada indikator

“harga yang sesuai” (Y2.1) dengan nilai mean 2.82, sekitar 66% atau sejumlah

132 responden menjawab “tidak setuju” atas harga yang dibayarkan sesuai

dengan pelayanan yang diterima dari PDAM Jayapura, disebabkan pelanggan

masih menemukan perbedaan angka meteran-air pelanggan dengan angka

meteran pada tagihan pembayaran.

125

125

5.5.4 Deskripsi Kepuasan Pelanggan

Kepuasan yang dirasakan pelanggan PDAM Jayapura dapat membangun

reputasi yang positif bagi perusahaan dan menjalin hubungan harmonis antara

perusahaan dengan pelanggan. Dalam penelitian ini kepuasan pelanggan PDAM

Jayapura diukur menggunakan 5 indikator, yaitu: perhatian pribadi (Y3.1),

menjelaskan prosedur (Y3.2), keluhan pelanggan (Y3.3), hubungan dengan

pelanggan (Y3.4), puas dengan pelayanan (Y3.5). Hasil deskripsi jawaban

responden tentang kepuasan pelanggan disajikan dalam Tabel 5.10.

Pada analisis deskripsi variabel “kepuasan pelanggan” (Y3) dari

pelanggan PDAM Jayapura secara menyeluruh diperoleh rerata 3.30, kategori

persepsi “kurang baik”, dimana sekitar 51,90% atau sejumlah 104 responden

menganggap “belum puas” dengan pelayanan air bersih yang disediakan selama

ini oleh PDAM Jayapura. Persepsi pelanggan ini tergambar dari jawaban

responden pada 5 indikator variabel “kepuasan pelanggan” (Y3). Indikator

“keluhan pelanggan” (Y3.3) memperoleh nilai mean tertinggi 3.43, kategori

persepsi “kurang baik” tetapi ada sekitar 52% atau sejumlah 104 responden

menganggap “puas” atas petugas PDAM Jayapura yang bersedia memberikan

tanggapan terhadap keluhan pelanggan. Berikutnya indikator “menjelaskan

prosedur” (Y3.2) memperoleh nilai mean 3.40, walau kategori “kurang baik” tetapi

ada sekitar 51% atau sejumlah 102 responden menganggap “puas” dengan

kesediaan petugas PDAM Jayapura menjelaskan prosedur pelayanan.

Selanjutnya indikator “hubungan dengan pelanggan” (Y3.4) dengan nilai mean

3.37, termasuk kategori “kurang baik” tetapi sekitar 50,50% atau sejumlah 101

responden merasa “puas” dengan PDAM Jayapura yang dianggap senantiasa

membangun relasi yang baik dengan pelanggan. Pada indikator “puas dengan

pelayanan” (Y3.5) dengan nilai mean 3.36, walau kategori persepsi “kurang baik”

tetapi ada sekitar 50,50% atau sejumlah 101 responden merasa “puas” dengan

126

126

pelayanan PDAM Jayapura yang dianggap selalu mengutamakan kepentingan

pelanggan.

Tabel 5.10

Deskripsi Jawaban Responden Tentang Kepuasan Pelanggan (Y3)

Indikator

Jawaban Responden

Mean Belum Puas Puas

1 2 3 4 5

f % f % f % F % f % Petugas bersedia memberikan pelayanan bersifat perhatian khusus (Y3.1)

21 10.5 63 31.5 47 23.5 46 23.0 23 11.5

65,50% (131) 34,50% (69)

Perhatian Pribadi (Y3.1) 2.94

Petugas bersedia menjelaskan prosedur pelayanan (Y3.2)

8 4.0 30 15.0 60 30.0 78 39.0 24 12.0

49% (98) 51% (102)

Menjelaskan Prosedur (Y3.2) 3.40

Petugas bersedia memberikan tanggapan terhadap keluhan (Y3.3)

5 2.5 38 19.0 53 26.5 74 37.0 30 15.0

48% (96) 52% (104)

Keluhan Pelanggan (Y3.3) 3.43

Senantiasa membangun relasi yang baik dengan pelanggan (Y3.4)

9 4.5 44 22.0 42 21.0 74 37.0 31 15.5

47,50% (95) 52,50% (105)

Hubungan dengan Pelanggan (Y3.4) 3.37

Selalu mengutamakan kepentingan pelanggan (Y3.5)

5 2.5 42 21.0 52 26.0 79 39.5 22 11.0

49,50% (99) 50,50% (101)

Puas dengan Pelayanan (Y3.5) 3.36

Total Rerata 51,90% (104) 48,10% (96) 3.30

Kepuasan Pelanggan (Y1)

Sumber: Data primer diolah (2014)

Terakhir indikator “perhatian pribadi” (Y3.1) dengan nilai mean 2.94,

termasuk kategori persepsi “tidak baik”, karena sekitar 65,50% atau sejumlah

131 responden merasa “belum puas” pada petugas PDAM Jayapura yang

dianggap kurang bersedia memberikan pelayanan bersifat perhatian khusus bagi

pelanggan. Responden menganggap petugas PDAM Jayapura masih

membedakan dalam memberikan perhatian khusus kepada pelanggan, karena

lebih memperhatikan kenalan atau pihak pelanggan yang dirasakan

menguntungkan dari segi imbalan jasa.

127

127

5.5.5 Deskripsi Kepercayaan Pelanggan

Kepercayaan pelanggan merupakan kesediaan pelanggan untuk

menerima pelayanan yang diberikan perusahaan dengan harapan perusahaan

memberikan pelayanan yang baik kepada pelanggan, bila pelayanan yang

diterima pelanggan sesuai keinginan maka pelanggan akan tetap mengkonsumsi

prodak perusahaan dan memberikan informasi positif bagi pihak lain.

Pada penelitian ini untuk mengukur variabel “kepercayaan pelanggan”

(Y4) digunakan 4 indikator, yaitu: “bersedia memberikan informasi” (Y4.1),

indikator “memiliki keandalan” (Y4.2), indikator “kemampuan dan integritas”

(Y4.3), dan indikator “respon mengatasi masalah” (Y4.4). Deskripsi hasil jawaban

responden tentang “kepercayaan pelanggan” (Y4) seperti yang disajikan pada

Tabel 5.11.

Tabel 5.11

Deskripsi Jawaban Responden Tentang Kepercayaan Pelanggan (Y4)

Indikator

Jawaban Responden

Mean Belum Puas Puas

1 2 3 4 5

f % f % f % f % f % Bersedia memberikan informasi kinerja pelayanan kepada pelanggan (Y4.1)

8 4.0 63 31.5 47 23.5 60 30.0 22 11.0

59% (118) 41% (82)

Bersedia Memberikan Informasi (Y4.1) 3.13

PDAM diandalkan memenuhi kebutuhan air bersih (Y4.2)

4 2.0 22 11.0 48 24.0 81 40.5 45 22.5

37% (74) 63% (126)

Memiliki Keandalan (Y4.2) 3.71

PDAM dipercaya punya kemampuan dan integritas tinggi pelayanan (Y4.3)

3 1.5 41 20.5 61 30.5 67 33.5 28 14.0

52,50% (105) 47,50% (95)

Kemampuan dan Integritas (Y4.3) 3.38

PDAM miliki respon dan dapat dipercaya mengatasi masalah (Y4.4)

22 11.0 36 18.0 47 23.5 61 30.5 34 17.0

52,50% (105) 47,50% (95)

Respon Mengatasi Masalah (Y4.4) 3.24

Total Rerata 50,25% (101) 49,75% (99) 3.37

Kepercayaan Pelanggan (Y4)

Sumber: Data primer diolah (2014)

128

128

Hasil analisis deskripsi variabel “kepercayaan pelanggan” (Y4) secara

menyeluruh diperoleh nilai rerata 3.37, kategori persepsi “kurang baik”, ada

sekitar 50,25% atau sejumlah 101 responden menganggap “belum puas” atas

pelayanan air bersih yang disediakan oleh PDAM Jayapura untuk meningkatkan

kepercayaan pelanggan. Hal ini tergambar dari jawaban responden pada 4

indikator penelitian “variabel kepercayaan” (Y4). Pada indikator “memiliki

keandalan” (Y4.2) memperoleh nilai mean tertinggi 3.71, kategori “kurang baik”

tetapi ada sekitar 63% atau sejumlah 136 responden menganggap “puas”

terhadap PDAM Jayapura yang diandalkan memenuhi kebutuhan air bersih bagi

pelanggan, karena sekitar 56% responden telah menjadi pelanggan lebih dari 9

tahun. Berikutnya indikator “kemampuan dan integritas” (Y4.3) dengan nilai mean

3.38, ada sekitar 52,50% atau 105 responden menganggap “belum puas”

terhadap PDAM Jayapura dipercaya punya kemampuan dan integritas tinggi

pelayanan. Selanjutnya, indikator “respon mengatasi masalah” (Y4.4) dengan

nilai mean 3.24, sekitar 52,50% atau sejumlah 105 responden menganggap

“belum puas” pada PDAM Jayapura miliki respon dan dapat dipercaya mengatasi

masalah. Terakhir indikator “bersedia memberikan informasi” (Y4.1) dengan nilai

mean 3.13, sekitar 59% atau sejumlah 118 responden menganggap “belum

puas” pada PDAM Jayapura memberikan informasi kinerja pelayanan kepada

pelanggan.

5.6 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Variabel

Alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah Generalized

Structured Component Analysis (GSCA). Pengujian validitas dan reliabilitas

variabel dilakukan dengan melihat perolehan nilai loading factor dan

membandingkan korelasi antar variabel penelitian dengan nilai square root of

average extracted (AVE). Perolehan nilai loading factor lebih besar dari 0.60

129

129

menunjukkan bahwa variabel penelitian ini dianggap valid. Pengukuran

reliabilitas variabel dilihat dengan membandingkan perolehan nilai square root of

average extracted (AVE) dengan korelasi antar variabel penelitian, apabila nilai

square root of average extracted (AVE) lebih besar dari korelasi antar variabel

penelitian maka dinyatakan reliabel, selain itu juga dapat dilihat dari perolehan

nilai alpha, apabila diatas 0.6 ( 0.6 ) dianggap reliabel.

Menguji tingkat reliabilitas variabel penelitian diperlukan informasi tentang

korelasi antar variabel penelitian. Berdasarkan pada hasil Generalized Structured

Component Analysis (GSCA), diperoleh korelasi antar variabel penelitian seperti

disajikan pada Tabel 5.12.

Tabel 5.12

Korelasi Antar Variabel

Correlations of Latent Variables (SE)

X1 Y1 Y2 Y3 Y4

X1 1 0.754 (0.038)* 0.721 (0.036)

* 0.715 (0.050)

* 0.668 (0.050)

*

Y1 0.754 (0.038)* 1 0.640 (0.052)

* 0.690 (0.049)

* 0.587 (0.060)

*

Y2 0.721 (0.036)* 0.640 (0.052)

* 1 0.596 (0.056)

* 0.585 (0.054)

*

Y3 0.715 (0.050)* 0.690 (0.049)

* 0.596 (0.056)

* 1 0.738 (0.038)

*

Y4 0.668 (0.050)* 0.587 (0.060)

* 0.585 (0.054)

* 0.738 (0.038)

* 1

Sumber: Data primer diolah (2014)

Keterangan: X1 = Kualitas Pelayanan; Y1 = Komitmen Pelayanan Prima;

Y2 = Nilai Pelanggan; Y3 = Kepuasan Pelanggan;

Y4 = Kepercayaan Pelanggan

Korelasi antar variabel penelitian menunjukkan bahwa kualitas pelayanan

(X1) berkorelasi positif dan signifikan dengan komitmen pelayanan prima (Y1)

sebesar 0.754, nilai pelanggan (Y2) sebesar 0.721, kepuasan pelanggan (Y3)

sebesar 0.715, dan kepercayaan pelanggan (Y4) sebesar 0.668. Hasil analisis

korelasi tersebut menunjukkan bahwa kualitas pelayanan yang baik dapat

130

130

memberikan dukungan terhadap komitmen pelayanan prima, nilai pelanggan,

kepuasan pelanggan dan kepercayaan pelanggan.

Komitmen pelayanan prima (Y1) memiliki korelasi positif dan signifikan

terhadap nilai pelanggan (Y2) sebesar 0.640, kepuasan pelanggan (Y3) sebesar

0.690, dan kepercayaan pelanggan (Y4) sebesar 0.587. Komitmen pelayanan

prima yang dimiliki anggota organisasi berhubungan dengan kepuasan

pelanggan dan kepercayaan pelanggan. Komitmen pelayanan prima yang

semakin baik akan mampu meningkatkan kepuasan pelanggan dan kepercayaan

pelanggan.

Nilai pelanggan (Y2), berkorelasi positif dan signifikan terhadap kepuasan

pelanggan (Y3) sebesar 0.596, dan kepercayaan pelanggan (Y4) sebesar 0.585.

Nilai pelanggan yang dimiliki oleh perusahaan berhubungan kepuasan

pelanggan dan kepercayaan pelanggan, nilai pelanggan yang semakin baik

dapat meningkatkan kepuasan pelanggan dan kepercayaan pelanggan.

Kepuasan pelanggan (Y3) berkorelasi positif dan signifikan terhadap

kepercayaan pelanggan (Y4) sebesar 0.738. Kepuasan pelanggan perusahaan

berhubungan dengan kepercayaan, kepuasan pelanggan terhadap perusahaan

dapat memberikan dukungan untuk memberikan kepercayaan kepada

pelanggan.

5.6.1 Variabel Kualitas Pelayanan (X1)

Uji validitas dan reliabilitas variabel kualitas pelayanan (X1)

menggunakan analisis variabel dari Generalized Structured Component Analysis

(GSCA), dimana hasil analisisnya disajikan dalam Tabel 5.13. Hasil uji variabel

kualitas pelayanan (X1) menunjukkan bahwa perolehan nilai loading factor yang

paling rendah sebesar 0.741 dengan nilai critical ratio sebesar 16.83* untuk

indikator penampilan fisik (X1.1) dan yang paling tinggi sebesar 0.855 dengan

131

131

nilai citical ratio 39.46* untuk indikator kepedulian (empati) (X1.5). Hasil analisis

ini menunjukkan semua indikator variabel kualitas pelayanan (X1) adalah valid.

Tabel 5.13.

Hasil Analisis Variabel Kualitas Pelayanan (X1)

Indikator Loading Factor

Estimate CR

Penampilan Fisik (tangible) (X1.1) 0.741 16.83*

Keandalan (reliability) (X1.2) 0.841 32.99*

Daya Tanggap (responsiveness) (X1.3) 0.796 23.48*

Jaminan (assurance) (X1.4) 0.833 27.65*

Kepedulian (empathy) (X1.5) 0.855 39.46*

Berbagi Informasi (X1.6) 0.741 21.51*

AVE = 0.644 √AVE = 0.776

Alpha = 0.887

Sumber: Data primer diolah (2014)

Perolehan nilai average extracted (AVE) sebesar 0.644 setelah nilai

tersebut dibuat akar maka nilai akarnya sebesar 0.776. Selanjutnya nilai akar

AVE dibandingkan dengan nilai koefisien korelasi variabel kualitas pelayanan

(X1) dengan variabel komitmen palayanan prima (Y1), nilai pelanggan (Y2),

kepuasan pelanggan (Y3) dan kepercayaan pelanggan (Y4), hasilnya

menunjukkan bahwa nilai akar AVE lebih besar dari koefisien korelasi variabel

lainnya. Berdasarkan pada hasil perbandingan antara akar AVE dengan

koefisien korelasi variabel lainnya dan perolehan nilai alpha lebih besar dari 0.6,

maka variabel kualitas pelayanan (X1) dapat dinyatakan reliabel.

Secara keseluruhan hasil uji variabel kualitas pelayanan (X1) dapat

dinyatakan valid dan reliable. Indikator kepedulian (empati) (X1.5) memiliki angka

loading factor tertinggi sebesar 0.855, hasil ini menunjukkan bahwa secara

statisitik indikator kepedulian (empati) (X1.5) memiliki peranan yang paling besar

dalam membentuk variabel kualitas pelayanan (X1). Berbeda dengan persepsi

responden yang memberikan penilaian tertinggi pada indikator bukti fisik

132

132

(tangible) (X1.1) dan penekanan pada item-indikator “kantor PDAM terletak di

lokasi strategis” (X1.1.1).

5.6.2 Variabel Komitmen Pelayanan Prima (Y1)

Uji validitas dan reliabilitas variabel komitmen pelayanan prima (Y1)

menggunakan analisis variabel Generalized Structured Component Analysis

(GSCA), dimana hasil analisisnya seperti yang disajikan pada Tabel 5.14.

Tabel 5.14

Hasil Analisis Variabel Komitmen Pelayanan Prima (Y1)

Indikator Loading Factor

Estimate CR

Sikap (Y1.1) 0.686 13.94*

Perhatian (Y1.2) 0.781 28.39*

Keterbukaan (Y1.3) 0.848 39.79*

Kejelasan (Y1.4) 0.799 26.52*

Ketepatan waktu (Y1.5) 0.742 18.44*

AVE = 0.597 √AVE = 0.773

Alpha = 0.827

Sumber: Data primer diolah (2014)

Perolehan angka loading factor indikator variabel komitmen pelayanan

prima (Y1) yang paling rendah adalah indikator sikap (Y1.1) dengan nilai sebesar

0.686 dan critical ratio sebesar 13,94*, dan yang paling tinggi adalah indikator

keterbukaan (Y1.3) dengan nilai sebesar 0.848 dan critical ratio sebesar 39.79*.

Perolehan nilai untuk loading factor lebih besar dari 0,6 dan critical ratio yang

signifikan menunjukkan bahwa indikator variabel komitmen pelayanan prima

adalah valid.

Perolehan nilai average extracted (AVE) sebesar 0.597 setelah nilai

tersebut dibuat akar maka nilai akarnya sebesar 0.773. Selanjutnya nilai akar

AVE dibandingkan dengan nilai koefisien korelasi variabel komitmen palayanan

prima (Y1), dengan variabel kualitas pelayanan (X1), nilai pelanggan (Y2),

133

133

kepuasan pelanggan (Y3) dan kepercayaan pelanggan (Y4), hasilnya

menunjukkan bahwa nilai akar AVE lebih besar dari koefisien korelasi variabel

lainnya. Hasil perbandingan antara akar AVE dengan koefisien korelasi variabel

lainnya dan perolehan nilai alpha lebih besar dari 0.6, maka variabel komitmen

pelayanan prima (Y1) dapat dinyatakan reliabel.

Analisis validitas dan reliabilitas variabel komitmen pelayanan prima (Y1)

menunjukkan hasil valid dan reliabel. Nilai loading factor yang paling besar dari

indikator komitmen pelayanan prima adalah indikator keterbukaan (Y1.3) sebesar

0.848, hal ini menunjukkan bahwa indikator keterbukaan (Y1.3) memiliki peranan

yang paling besar dalam membentuk variabel komitmen pelayanan prima (Y1).

5.6.3 Variabel Nilai Pelanggan (Y2)

Analisis variabel nilai pelanggan (Y2) menggunakan analisis variabel dari

Generalized Structured Component Analysis (GSCA), dimana hasil analisisnya

seperti disajikan pada Tabel 5.15.

Tabel 5.15

Hasil Analisis Variabel Nilai Pelanggan (Y2)

Indikator Loading Factor

Estimate CR

Harga yang sesuai (Y2.1) 0.827 29.09*

Pelayanan bernilai (Y2.2) 0.848 33.60*

Nilai Uang sesuai (Y2.3) 0.840 37.56*

Produk mempunyai nilai (Y2.4) 0.775 22.94*

AVE = 0.677 √AVE = 0.823

Alpha = 0.841

Sumber: Data primer diolah (2014)

Hasil analisis variabel nilai pelanggan (Y2) perolehan angka loading

factor yang paling rendah adalah indikator nilai produk (Y2.4) sebesar 0.775

dengan critical ratio sebesar 22.94*, dan nilai yang paling tinggi adalah indikator

pelayanan (Y2.2) sebesar 0.848 dengan critical ratio sebesar 33.60*. Perolehan

134

134

angka loading factor indikator-indikator nilai pelanggan lebih besar dari 0,6, hal

tersebut menunjukkan bahwa indikator-indikator tersebut dapat dinyatakan valid.

Perolehan nilai average extracted (AVE) sebesar 0.677 setelah nilai

tersebut dibuat akar maka nilai akarnya sebesar 0.823. Selanjutnya nilai akar

AVE dibandingkan dengan nilai koefisien korelasi variabel nilai pelanggan (Y2),

dengan variabel kualitas pelayanan (X1), komitmen pelayanan prima (Y1),

kepuasan pelanggan (Y3) dan kepercayaan pelanggan (Y4), hasilnya

menunjukkan bahwa nilai akar AVE lebih besar dari koefisien korelasi variabel

lainnya. Hasil perbandingan antara akar AVE dengan koefisien korelasi variabel

lainnya dan perolehan nilai alpha lebih besar dari 0.6, maka variabel nilai

pelanggan (Y2) dapat dinyatakan reliabel.

Hasil analisis variabel menunjukkan bahwa indikator variabel nilai

pelanggan (Y2) dapat dinyatakan valid dan reliabel. Nilai loading factor yang

paling besar dari indikator nilai pelanggan adalah indikator pelayanan bernilai

(Y2.2) sebesar 0.848, hal ini menunjukkan bahwa indikator pelayanan bernilai

(Y2.2) memiliki peranan yang paling besar dalam membentuk variabel nilai

pelanggan (Y2).

5.6.4 Variabel Kepuasan Pelanggan (Y3)

Analisis variabel kepuasan pelanggan (Y3) menggunakan Generalized

Structured Component Analysis (GSCA), hasil analisis variabel kepuasan

pelanggan (Y3) disajikan pada Tabel 5.16. Variabel kepuasan pelanggan (Y3)

mendapatkan nilai loading factor yang paling rendah pada indikator perhatian

pribadi (Y3.1) sebesar 0.696 dengan critical ratio 14.94*, dan nilai yang paling

tinggi adalah indikator keluhan pelanggan (Y3.3) sebesar 0.862 dengan critical

ratio 47.06*. Perolehan nilai loading factor indikator-indikator kepuasan

135

135

pelanggan lebih besar dari 0.6, hasil tersebut menunjukkan bahwa indikator-

indikator variabel kepuasan pelanggan (Y3) tersebut adalah valid.

Perolehan nilai average extracted (AVE) sebesar 0.635 setelah nilai

tersebut dibuat akar maka nilai akarnya sebesar 0.797.

Tabel 5.16

Hasil Analisis Variabel Kepuasan Pelanggan (Y3)

Indikator Loading Factor

Estimate CR

Perhatian Pribadi (Y3.1) 0,696 14,94*

Menjelaskan Prosedur (Y3.2) 0,809 27,45*

Keluhan Pelanggan (Y3.3) 0,862 47,06*

Hubungan dengan Pelanggan (Y3.4) 0,800 33,58*

Puas dengan Pelayanan (Y3.5) 0,807 20,91*

AVE = 0.635 √AVE = 0.797

Alpha = 0.850

Sumber: Data primer diolah (2014)

Selanjutnya nilai akar AVE dibandingkan dengan nilai koefisien korelasi variabel

kepuasan pelanggan (Y3), dengan variabel kualitas pelayanan (X1), komitmen

pelayanan prima (Y1), nilai pelanggan (Y2) dan kepercayaan pelanggan (Y4),

hasilnya menunjukkan bahwa nilai akar AVE lebih besar dari koefisien korelasi

variabel lainnya. Perbandingan hasil antara akar AVE dengan koefisien korelasi

variabel lainnya dan perolehan nilai alpha lebih besar dari 0.6, maka variabel

kepuasan pelanggan (Y3) adalah reliabel.

Hasil analisis variabel menunjukkan bahwa indikator-indikator variabel

kepuasan pelanggan (Y3) dapat dinyatakan valid dan reliabel. Nilai loading factor

yang paling tinggi dari indikator kepuasan pelanggan adalah indikator keluhan

pelanggan (Y3.3) sebesar 0.862, menunjukkan bahwa indikator keluhan

pelanggan (Y3.3) memiliki peranan yang paling besar dalam membentuk variabel

kepuasan pelanggan (Y3). Hasil ini sama dengan persepsi responden yang

memberikan nilai tertinggi pada indikator keluhan pelanggan (Y3.3).

136

136

5.6.5 Variabel Kepercayaan Pelanggan (Y4)

Analisis variabel kepercayaan pelanggan (Y4) menggunakan analisis

variabel dari Generalized Structured Component Analysis (GSCA), dimana hasil

analisisnya disajikan pada Tabel 5.17.

Tabel 5.17

Hasil Analisis Variabel Kepercayaan Pelanggan (Y4)

Indikator Loading Factor

Estimate CR

Bersedia Memberikan Informasi (Y4.1) 0.765 23.69*

Memiliki Keandalan (Y4.2) 0.777 20.66*

Kemampuan dan Integritas (Y4.3) 0.808 24.34*

Respon Mengatasi Masalah (Y4.4) 0.779 24.74*

AVE = 0.612 √AVE = 0.783

Alpha = 0.786

Sumber: Data primer diolah (2014)

Indikator-indikator variabel kepercayaan pelanggan (Y4) berdasarkan

analisis variabel mendapatkan nilai loading factor yang paling rendah adalah

indikator bersedia memberikan informasi (Y4.1) sebesar 0.765 dengan critical

ratio sebesar 23.69*, dan nilai yang paling tinggi adalah indikator kemampuan

dan integritas (Y4.3) sebesar 0.808 dengan critical ratio sebesar 24.34*.

Perolehan nilai loading factor indikator-indikator kepercayaan pelanggan lebih

besar dari 0.6 menunjukkan bahwa indikator-indikator tersebut adalah valid.

Hasil analisis variabel kepercayaan pelanggan (Y4) mendapatkan nilai

average extracted (AVE) sebesar 0,612 dan nilai akarnya sebesar 0,783.

Selanjutnya nilai akar AVE dibandingkan dengan nilai koefisien korelasi variabel

kepercayaan pelanggan (Y4), dengan variabel kualitas pelayanan (X1),

komitmen pelayanan prima (Y1), nilai pelanggan (Y2) dan kepuasan pelanggan

(Y3), hasilnya menunjukkan bahwa nilai akar AVE lebih besar dari koefisien

korelasi variabel lainnya. Hasil perbandingan antara akar AVE dengan koefisien

137

137

korelasi variabel lainnya dan perolehan nilai alpha lebih besar dari 0.6

menunjukkan bahwa variabel kepercayaan pelanggan (Y4) adalah reliabel.

Indikator-indikator variabel kepercayaan pelanggan (Y4) berdasarkan

analisis variabel dinyatakan valid dan reliabel. Nilai loading factor yang paling

tinggi dari indikator kepercayaan pelanggan adalah indikator kemampuan dan

memiliki integritas (Y4.3) sebesar 0.808, menunjukkan bahwa indikator

kemampuan dan integritas (Y4.3) mempunyai peranan yang paling besar dalam

membentuk variabel kepercayaan pelanggan (Y4). Hasil ini berbeda dengan

persepsi responden yang paling tinggi pada indikator memiliki keandalan (Y4.2)

5.7 Hasil Analisis Model Struktural Penelitian

5.7.1 Goodness of FIT Model Struktural

Hasil analisis model struktural perlu dilakukan pengujian menggunakan

Goodness of FIT model struktural. Pengujian dilakukan untuk mengetahui indeks

kesesuaian (FIT Index), koefisien determinasi total, dan indeks untuk

mengkompensasi chi–square statistic. Hasil pengujian model FIT analisis

struktural seperti yang disajikan pada Tabel 5.18.

Tabel 5.18

Model Fit Hasil Analisis Struktural

Ukuran Nilai

FIT 0.601

AFIT 0.596

GFI 0.993

SRMR 0.064

NPAR 56

Sumber: Data primer diolah (2014)

138

138

Pengukuran kesesuaian model penelitian dilakukan dengan

menggunakan pengujian FIT, yaitu varian total dari semua variabel yang dapat

dijelaskan oleh model struktural, nilai FIT berkisar 0 – 1, semakin besar nilai FIT

menunjukkan model secara sempurna dapat menjelaskan fenomena yang diteliti.

Perolehan angka FIT sebesar 0.601 menunjukkan bahwa model hanya mampu

menjelaskan fenomena yang diteliti sebesar 60,1%. AFIT merupakan Adjusted

dari FIT hampir sama dengan FIT, karena variabel yang mempengaruhi

kepercayaan pelanggan lebih dari satu maka untuk mengetahui ketepatan model

lebih baik menggunakan AFIT. Angka AFIT sebesar 0.596 yang menunjukkan

bahwa model penelitian mampu menjelaskan fenomena yang diteliti sebesar

59,6%, sedangkan 40,4% dipengaruhi oleh variabel lain diluar variabel yang

diteliti.

Gooness-of-Fit Index (GFI) atau nilai indeks keselarasan yaitu mengukur

jumlah relatif varian dan kovarian, apabila besarnya angka mendekati 0 maka

model mempunyai kecocokan yang rendah sedang angka mendekati 1 maka

model mempunyai kecocokan yang baik. Angka Gooness-of-Fit Index (GFI)

sebesar 0.993 mendekati angka 1, menunjukkan model penelitian memiliki

kesesuaian yang tinggi atau model memiliki kriteria baik. SRMR (standardized

root mean square residual) berfungsi sebagai kriteria untuk pemodelan struktur

kovarian dengan mempertimbangkan kesalahan yg mendekati populasi. Model

dinyatakan baik apabila angkanya lebih kecil atau sama dengan 0.05, cukup baik

apabila angka sebesar atau lebih kecil dari 0.08. Angka SRMR (standardized

root mean square residual) sebesar 0.064 lebih kecil dari 0.08, ini menunjukkan

bahwa model penelitian memiliki kriteria cukup baik.

Hasil pengujian yang telah dilakukan menunjukkan Gooness-of-Fit Index

(GFI) memiliki kriteria baik, dan perolehan angka SRMR (standardized root

mean square residual) berada pada kriteria cukup baik. Hasil analisis ini

139

139

menunjukkan bahwa model penelitian memenuhi persyaratan Goodness-Of-Fit,

dan model penelitian mampu menjelaskan fenomena yang diteliti sebesar 59,6%

dan sisanya 40,4% dipengaruhi oleh variabel lain diluar variabel yang diteliti.

5.7.2 Pengujian Hipotesis Penelitian

Pengujian hipotesis penelitian menggunakan analisis koefisien path pada

model persamaan struktural. Hasil analisis yang telah dilakukan menunjukkan

pengaruh antar variabel penelitian seperti yang disajikan pada Tabel 5.19.

Pemeriksaan pengaruh p-value dengan melihat nilai p ≤ 0.05 (nilai p lebih kecil

dari 0.05) maka hubungan antar variabel dinyatakan “signifikan”.

Dalam metode SEM, ketentuan uji regression weight untuk menerima

atau menolak Ho berdasarkan perbandingan nilai thitung dengan tabel dimana nilai

thitung disamakan identik dengan CR (critical ratio) yang mengujinya dengan nilai

probalitias dengan ketentuannya:

Apabila p < 0.05 maka Ho ditolak, artinya ada pengaruh signifikan dari

Variabel Indipenden terhadap Variabel Dependen.

Apabila p > 0.05 maka Ho diterima, artinya tidak ada pengaruh yang

signifikan dari Variabel Indipenden terhadap Variabel Dependen.

Pengujian hipotesis H1 sampai H8 menggunakan t-test dimana tingkat

signifikasi alpha 5 persen (0.05) terhadap regression weight/loading

factor/coefficient . Pengujian untuk menerima atau menolak Ho menggunakan

t-test, dimana koefisien i = 0 (bobot regresi variabel indipenden terhadap

variabel dependen tidak diterima), sehingga Ho: i = 0 (tidak diterima) dan Ho: i

0 (diterima secara signifikan).

Model hubungan antar Variabel Dependen dan Variabel Indipenden

sebagai mana yang disajikan pada Gambar 5.1

140

140

Tabel 5.19

Koefisien Path Hubungan Variabel Penelitian

Hubungan Variabel Estimate CR p-Value Keterangan

Kualitas Pelayanan (X1) Kepuasan Pelanggan (Y3)

0.394 4.12* 0,000 Siginficant

Kualitas Pelayanan (X1) Komitmen Pelayanan Prima (Y1)

0.754 19.78* 0,000 Significant

Kualitas Pelayanan (X1) Nilai Pelanggan (Y2)

0.721 19.91* 0,000 Significant

Komitmen Pelayanan Prima (Y1) Kepercayaan Pelanggan (Y4)

0.059 0.73 0,441 Not Significant

Nilai Pelanggan (Y2) Kepercayaan Pelanggan (Y4)

0.205 2.63* 0,001 Significant

Kepuasan Pelanggan (Y3) Kepercayaan Pelanggan (Y4)

0.575 8.64* 0,000 Significant

Komitmen Pelayanan Prima (Y1)

Kepuasan Pelanggan (Y3) 0.327 3.94

* 0,000 Significant

Nilai Pelanggan (Y2) Kepuasan

Pelanggan (Y3) 0.103 1.54 0,178 Not Significant

Sumber: Data primer diolah (2014) CR* = significant at .05 level

Gambar 5.1 Diagram Koefisien Path Uji Hipotesis

Keterangan: S = Significant (Signifikan); NS = Not Significant (Tidak Signifikan)

Kualitas

Pelayanan

Komitmen

Pelayanan Prima

Nilai

Pelanggan

Kepuasan

Pelanggan

Kepercayaan

Pelanggan

0.394 S 0.575 S

0.327 S 0.754 S

0.721 S 0.205 S

0.059 NS

0.103 NS

141

141

5.7.2.1 Analisis Pengaruh Langsung

Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan diperoleh nilai koefisien

path (jalur) hubungan variabel penelitian dalam Tabel 5.19, dimana terlihat ada

enam path mempunyai nilai CR (critical ratio) lebih besar dari pada nilai tabel

menunjukkan hubungan antar variabel berpengaruh signifikan. Dua path lainnya

mempunyai nilai CR lebih besar dari pada nilai tabel, menunjukkan hubungan

antar variabel tersebut tidak signifikan. Penjelasan interpretasi dari Tabel 5.19

sebagai berikut:

1. Pengujian path kualitas pelayanan (X1) dengan kepuasan pelanggan (Y3)

menggunakan model persamaan struktural, diperoleh koefisien path

pengaruh langsung kualitas pelayanan (X1) terhadap kepuasan pelanggan

dengan p-value = 0.000 (lebih kecil dari nilai alpha 0.05) dan CR (thitung) =

4.12 dengan nilai koefisien path estimasi 0.394, hasil ini menunjukkan

kualitas pelayanan (X1) berpengaruh signifkan terhadap kepuasan

pelanggan (Y3).

2. Pengujian path kualitas pelayanan (X1) dengan komitmen pelayanan prima

(Y1) menggunakan model persamaan struktural, diperoleh koefisien path

pengaruh langsung kualitas pelayanan (X1) terhadap komitmen pelayanan

prima (Y1) dengan p-value = 0.000 (lebih kecil dari nilai alpha 0.05) dan CR

(thitung) = 19.78 dengan nilai koefisien path estimasi 0.754, hasil ini

menunjukkan kualitas pelayanan (X1) berpengaruh signifikat terhadap

komitmen pelayanan prima (Y1).

3. Pengujian path kualitas pelayanan (X1) dengan nilai pelanggan (Y2)

menggunakan model persamaan struktural, diperoleh koefisien path

pengaruh langsung kualitas pelayanan (X1) terhadap nilai pelanggan (Y2)

dengan p-value = 0.000 (lebih kecil dari nilai alpha 0.05) dan CR (thitung) =

142

142

19.91 dengan nilai koefisien path estimasi 0.721, hasil ini menunjukkan

kualitas pelayanan (X1) berpengaruh signifikan terhadap nilai pelanggan

(Y2).

4. Pengujian path komitmen pelayanan prima (Y1) dengan kepercayaan

pelanggan (Y4) menggunakan model persamaan struktural, diperoleh

koefisien path pengaruh langsung komitmen pelayanan prima (Y1) terhadap

kepercayaan pelanggan (Y4) dengan p-value = 0.441 (lebih besar dari nilai

alpha 0.05) dan CR (thitung) = 0.73 dengan nilai koefisien path estimasi 0.059,

hasil ini menunjukkan komitmen pelayanan prima (Y1) tidak berpengaruh

signifikan terhadap kepercayaan pelanggan (Y4).

5. Pengujian path nilai pelanggan (Y2) dengan kepercayaan pelanggan (Y4)

menggunakan model persamaan struktural, diperoleh koefisien path

pengaruh langsung nilai pelanggan (Y2) terhadap kercayaan pelanggan (Y4)

dengan p-value = 0.001 (lebih kecil dari nilai alpha 0.05) dan CR (thitung) =

2.63 dengan nilai koefisien path estimasi 0.205, hasil ini menunjukkan nilai

pelanggan (Y2) berpengaruh signifikan terhadap kepercayaan pelanggan

(Y4).

6. Pengujian path kepuasan pelanggan (Y3) dengan kepercayaan pelanggan

(Y4) menggunakan model persamaan struktural, diperoleh koefisien path

pengaruh langsung kepuasan pelanggan (Y3) terhadap kercayaan

pelanggan (Y4) dengan p-value = 0.000 (lebih kecil dari nilai alpha 0.05) dan

CR (thitung) = 8.64 dengan nilai koefisien path estimasi 0.575, hasil ini

menunjukkan kepuasan pelanggan (Y3) berpengaruh signifikan terhadap

kepercayaan pelanggan (Y4).

7. Pengujian path komitmen pelayanan prima (Y1) dengan kepuasan

pelanggan (Y3) menggunakan model persamaan struktural, diperoleh

143

143

koefisien path pengaruh langsung komitmen pelayanan prima (Y1) terhadap

kepuasan pelanggan (Y3) dengan p-value = 0.000 (lebih kecil dari nilai alpha

0.05) dan CR (thitung) = 3.94 dengan nilai koefisien path estimasi 0.327, hasil

ini menunjukkan komitmen pelayanan prima (Y1) berpengaruh signifikan

terhadap kepuasan pelanggan (Y3).

8. Pengujian path nilai pelanggan (Y2) dengan kepuasan pelanggan (Y3)

menggunakan model persamaan struktural, diperoleh koefisien path

pengaruh langsung nilai pelanggan (Y2) terhadap kepuasan pelanggan (Y3)

dengan p-value = 0.178 (lebih besar dari nilai alpha 0.05) dan CR (thitung) =

0.154 dengan nilai koefisien path estimasi 0.103, sehingga hasil ini

menunjukkan nilai pelanggan (Y2) tidak berpengaruh signifikan terhadap

kepuasan pelanggan (Y3).

5.7.2.2 Analisis Pengaruh Tidak Langsung

Analisis pengaruh tidak langsung dilakukan untuk mengetahui pengaruh

variabel mediasi. Pengaruh dari variabel mediasi dapat memperkuat atau

memperlemah hubungan antara dua variabel. Pemeriksaan pengaruh variabel

mediasi dalam penelitian ini dipilih pendekatan perkalian koefisien dengan

menggunakan metode Sobel (Solimun, 2012).

Intepretasi pengaruh variabel penjelas, variabel mediasi dan variabel

tergantung seperti yang disajikan pada Tabel 5.20, sebagai berikut:

a) Pemeriksaan pengaruh variabel mediasi komitmen pelayanan prima (Y1)

terhadap kualitas pelayanan (X1) dan kepuasan pelanggan (Y3)

memperoleh p-value sebesar 0.00111 lebih kecil dari nilai alpha 0.05

sehingga berpengaruh signifikan. Pengujian ini menunjukkan bahwa peran

variabel komitmen pelayanan prima (Y1) dalam kualitas pelayanan (X1)

144

144

cukup besar mempengaruhi variabel kepuasan pelanggan (Y3) secara tidak

langsung memberikan hasil signifikan.

Tabel 5.20

Pengaruh Variabel Mediasi dengan Metode Sobel

Variabel

Penjelas

Variabel

Mediasi

Variabel

Tergantung

Uji Mediasi Sobel Test Keterangan

estimate p-value

Kualitas

Pelayanan

Komitmen

Pelayanan

Prima

Kepuasan

Pelanggan

0.754x0.327=

0.247

0.000111 Mediasi

Kualitas

Pelayanan

Nilai

Pelanggan

Kepuasan

Pelanggan

0.721x0.103=

0.074

0.119734 Tidak

Mediasi

Komitmen

Pelayanan

Prima

Kepuasan

Pelanggan

Kepercayaan

Pelanggan

0.327x0.575=

0.188

0.000343 Mediasi

Nilai

Pelanggan

Kepuasan

Pelanggan

Kepercayaan

Pelanggan

0.103x0.575=

0.059

0.124679 Tidak

Mediasi

Sumber: Data primer diolah (2014).

Hal ini bermakna secara tidak langsung indikator variabel komitmen

pelayanan prima (Y1) yang terdiri atas: sikap, perhatian, keterbukaan,

kejelasan dan ketepatan waktu mampu memperkuat pengaruh komitmen

pelayanan prima (Y1) terhadap kepuasan pelanggan (X1). Nilai koefisien

path estimasi positif 0.247 menunjukkan semakin baik kualitas pelayanan

(X1) akan meningkatkan kepuasan pelanggan (Y3) melalui komitmen

pelayanan prima (Y1).

b) Pemeriksaan pengaruh variabel mediasi nilai pelanggan (Y2) terhadap

kualitas pelayanan (X1) dan kepuasan pelanggan (Y3) memperoleh p-value

sebesar 0.119734 lebih besar dari nilai alpha 0.05 sehingga pengaruhnya

tidak signifikan. Pengujian ini menunjukkan bahwa peran variabel nilai

pelanggan (Y2) dalam kualitas pelayanan (X1) belum mampu

mempengaruhi variabel kepuasan pelanggan (Y3) secara tidak langsung

sehingga hasilnya tidak signifikan. Hal ini menunjukkan secara tidak

langsung indikator variabel nilai pelanggan (Y2), yaitu: harga yang sesuai,

145

145

penilaian yang bernilai, nilai uang yang sesuai dan prodak mempunyai nilai

belum dapat memperkuat pengaruh nilai pelanggan (Y2) terhadap kepuasan

pelanggan (Y3). Koefisien path estimasi 0.074 menunjukkan positif dengan

nilai kecil, menunjukkan bila kualitas pelayanan (X1) baik akan berpengaruh

pada kepuasan pelanggan (Y3) melalui nilai pelanggan (Y2)

c) Pemeriksaan pengaruh variabel mediasi kepuasan pelanggan (Y3) terhadap

komitmen pelayanan prima (Y1) dan kepercayaan pelanggan (Y4)

memperoleh p-value sebesar 0.000343 lebih kecil dari nilai alpha 0.05

sehingga pengaruhnya signifikan. Pengujian ini menunjukkan peran

kepuasan pelanggan (Y3) dalam komitmen pelayanan prima (Y1) cukup

besar mempengaruhi variabel kepercayaan pelanggan (Y4) secara tidak

langsung dengan hasil signifikan. Hal ini menunjukkan secara tidak langsung

indikator kepuasan pelanggan (Y3) yang terdiri atas: perhatian pribadi,

menjelaskan prosedur, keluhan pelanggan, hubungan dengan pelanggan

dan hubungan dengan pelayanan mampu memperkuat pengaruh kepuasan

pelanggan (Y3) terhadap kepercayaan pelanggan (Y4). Nilai koefisien path

estimasi positif 0.188 menunjukkan semakin baik komitmen pelayanan

prima (Y1) akan meningkatkan kepercayaan pelanggan (Y4) melalui

kepuasan pelanggan (Y3).

d) Pemeriksaan pengaruh variabel mediasi kepuasan pelanggan (Y3) terhadap

nilai pelanggan (Y2) dan kepercayaan pelanggan (Y4) memperoleh p-value

sebesar 0.124679 lebih besar dari nilai alpha 0.05 sehingga pengaruhnya

tidak signifikan. Pengujian ini menunjukkan bahwa peran variabel kepuasan

pelanggan (Y3) dalam nilai pelanggan (Y2) tidak cukup besar mempengaruhi

variabel kepercayaan pelanggan (Y4) secara tidak langsung, sehingga

hasilnya tidak signifikan. Hasil ini menunjukkan secara tidak langsung

indikator variabel kepuasan pelanggan (Y3) yang terdiri atas: perhatian

146

146

pribadi, menjelaskan prosedur, keluhan pelanggan, hubungan dengan

pelanggan dan hubungan dengan pelayanan belum mampu memperkuat

pengaruh kepuasan pelanggan (Y3) terhadap kepercayaan pelanggan (Y4).

Koefisien path estimasi 0.059 menunjukkan positif walaupun nilai kecil, hal

ini menunjukkan bila diadakan perbaikan untuk meningkatkan kepuasan

pelanggan (Y3), akan berpengaruh pada kepercayaan pelanggan (Y4)

melalui nilai pelanggan (Y2).

Secara keseluruhan jawaban hasil deskripsi responden (rerata/mean)

dibandingkan terhadap hasil pengolahan data statistik (loading factor) dapat

dilihat pada Tabel 5.21.

Tabel 5.21. Hasil Rerata (Mean) vs Loading Variabel Penelitian

No Variabel Rerata (mean) Loading

Kualitas Pelayanan (X1)

X1.1 Bukti Fisik (Tangible) 3.22** 0.741

X1.2 Keandalan 2.84 0.841

X1.3 Daya Tanggap 2.73 0.796

X1.4 Jaminan 3.18 0.833

X1.5 Empati 3.14 0.855**

X1.6 Berbagi Informasi 3.13 0.741

Rerata 3.04

Komitmen Pelayanan Prima (Y1)

Y1.1 Sikap 3.46** 0.686

Y1.2 Perhatian 3.11 0.781

Y1.3 Keterbukaan 3.29 0.848**

Y1.4 Kejelasan 3.36 0.799

Y1.5 Ketepatan Waktu 2.92 0.742

Rerata 3.23

Nilai Pelanggan (Y2)

Y2.1 Harga yang sesuai 2.82 0.827

Y2.2 Pelayanan yang bernilai 2.93 0.848**

Y2.3 Nillai uang yang sesuai 3.17** 0.840

Y2.4 Produk mempunyai nilai 3.00 0.775

Rerata 2.98

Kepuasan Pelanggan (Y3)

Y3.1 Perhatian pribadi 2.94 0.696

Y3.2 Menjelaskan prosedur 3.40 0.809

147

147

(Lanjutan Tabel 5.21)

Y3.3 Keluhan pelanggan 3.43** 0.862**

Y3.4 Hubungan dengan pelanggan 3.37 0.800

Y3.5 Puas dengan pelayanan 3.36 0.807

Rerata 3.30

Kepercayaan Pelanggan (Y4)

Y4.1 Kesediaan memberi informasi 3.13 0.765

Y4.2 Keandalan kebutuhan pelanggan 3.71** 0.777

Y4.3 Kemampuan dan integritas 3.38 0.808**

Y4.4 Respon mengatasi masalah 3.24 0.779

Rerata 3.37

Sumber: Data primer diolah (2014)

5.8 Pembahasan Hasil Penelitian

Hasil penelitian ini dibahas mengikuti urutan hipotesis penelitian dengan

penjelasan atau intepretasi dikaitkan landasan teoritis dan empiris.

5.8.1. Relasional Kualitas Pelayanan terhadap Kepuasan Pelanggan

Keberhasilan perusahaan dalam memberikan pelayanan yang berkualitas

dapat ditentukan dengan pendekatan kualitas pelayanan (Parasuraman et al.,

1985). Kualitas pelayanan merupakan komponen utama yang harus mendapat

perhatian bagi perusahaan, disebabkan penerapan kualitas pelayanan

melibatkan seluruh sumber daya yang dimiliki oleh perusahaan. Pada penelitian

ini dimensi kualitas pelayanan yang digunakan sebagai ukuran berdasarkan

paduan pendapat yang dikemukakan Parasuraman et al. (2002) dan Fang et al.

(2011) meliputi 6 indikator, yaitu: bukti fisik, keandalan, daya tanggap, jaminan,

empati dan berbagi informasi.

Hasil penelitian ini mendukung hipotesis ke-1 (H1), yang mengatakan

bahwa “kualitas pelayanan berpengaruh signifikan terhadap kepuasan

pelanggan”. Kualitas pelayanan yang diberikan oleh PDAM Jayapura mampu

mempengaruhi kepuasan pelanggan tetapi belum mampu meningkatkan

kepuasan pelanggan. Secara keseluruhan penilaian responden atas kualitas

pelayanan memperoleh angka rerata 3.04, termasuk kategori persepsi “kurang

148

148

baik” karena berada di bawah angka 4.00, hal ini menunjukkan responden

menganggap “belum puas” terhadap kualitas pelayanan PDAM Jayapura.

Responden memberikan penilaian tertinggi pada indikator bukti fisik (tangible).

Pada penilaian empiris menunjukkan indikator yang berperan kuat

membentuk kualitas pelayanan adalah indikator kepedulian (empati). Sedangkan

indikator yang berperan mempengaruhi kepuasan pelanggan adalah indikator

keluhan pelanggan. Hal ini menunjukkan bahwa PDAM Jayapura perlu terarah

meningkatkan sikap profesional dari petugas (karyawan) agar memberikan

respon yang baik dan empati kepada pelanggan, serta tindak lanjut terhadap

keluhan dan permasalahan yang disampaikan pelanggan, sehingga akan

meningkatkan kepuasan bagi pelanggan.

Kualitas pelayanan yang diberikan oleh perusahaan memiliki dampak

pada kepuasan pelanggan, kualitas pelayanan merupakan variabel yang berdiri

sendiri dan dipengaruhi oleh kualitas pelayanan (Oliver, 1997), kualitas

pelayanan secara langsung mempengaruhi kepuasan (Caruana, 2002). Kualitas

pelayanan yang diberikan perusahaan sesuai dengan yang diharapkan, maka

dapat menimbulkan kepuasan bagi pelanggan. Secara teoritis hubungan antara

kualitas pelayanan dengan kepuasan dikemukakan oleh Kotler dan Amstrong

(2006) yang menyatakan kepuasan pelanggan berkaitan erat dengan kualitas,

kualitas memiliki dampak langsung terhadap kinerja produk dan kepuasan

pelanggan. Hasil penelitian ini secara teoritis mendukung teori yang

dikemukakan Kotler dan Amstrong (2006). bahwa kualitas pelayanan yang

diberikan oleh perusahaan dapat menimbulkan kepuasan bagi pelanggan.

Hubungan antara kualitas pelayanan dengan kepuasan pelanggan

merupakan pengembangan dari teori relasional pemasaran (relationship

marketing) yang dikemukakan Berry (1986), bahwa relasional pemasaran adalah

seperangkat upaya pemasaran yang dilakukan untuk menumbuhkan daya tarik

149

149

dan meningkatkan relasi pelanggan. Gronroos (1994), mengingatkan relasional

pemasaran merupakan aktivitas yang dilakukan perusahaan mengidentifikasi,

menetapkan, mempertahankan dan meningkatkan relasi dengan pelanggan dan

stakeholder lainnya yang berorientasi pada keuntungan, sehingga tujuan dari

semua pihak terpenuhi dan bahwa hal ini dilakukan dengan adanya saling tukar

dan pemenuhan janji-janji. Pendapat yang dikemukakan oleh Berry (1986) dan

Gronroos (1994), memberikan pandangan bahwa perusahaan perlu untuk

melakukan sebuah pendekatan yang mengarah pada relasi saling percaya

antara pihak-pihak yang terlibat dalam bisnis. Hal ini tidak hanya penting untuk

mendapatkan pelanggan dan menciptakan transaksi, tetapi juga menjaga dan

meningkatkan relasi yang berkelanjutan. Perhatian utama pemasaran adalah

relasi pada pelanggan dengan membangun relasi pelanggan yang kuat untuk

memenuhi harapan mereka, perusahaan yang berpusat pada pelanggan,

kepuasan pelanggan merupakan tujuan yang baik dan sebagai alat pemasaran

(Kotler, 2008). Kualitas pelayanan merupakan penilaian pelanggan terhadap

kinerja produk dan jasa yang dikonsumsi oleh pelanggan (Mowen, 1995).

Kepuasan pelanggan berperan sebagai mediasi hubungan antara kualitas jasa

dengan minat berperilaku (Dabholkar et al., 2000), hal ini menunjukkan bahwa

kualitas jasa mempengaruhi kepuasan pelanggan. Berdasarkan pada konsep

yang dikemukakan Kotler (2008), Mowen (1995), Dabholkar et al. (2000),

memberikan gambaran bahwa kualitas pelayanan mempengaruhi kepuasan

pelanggan dan selanjutnya menimbulkan minat untuk berperilaku.

Hasil penelitian ini mendukung penelitian terdahulu yang dikemukakan

oleh Scotti et al. (2007), kualitas pelayanan yang dirasakan terkait dengan

kepuasan pelanggan, penelitiannya mengukur kualitas pelayanan berkinerja

tinggi pada rumah sakit kesehatan veteran yang dikaitkan dengan kepuasan

pasien. Kualitas pelayanan yang diberikan oleh karyawan rumah sakit secara

150

150

langsung mampu memberikan kepuasan kepada pasien rumah sakit. Ribbink et

al. (2004), kualitas pelayanan E-Commerce yang terdiri dari jaminan, kemudahan

penggunaan, kemudahan keluar, daya tanggap, kostomisasi dapat memberikan

kepuasan pada pelanggan E-Commerce. Yap et al. (2012), kualitas pelayanan

bank yang diukur berdasarkan ketulusan untuk membantu, menepati janji,

pelayanan cepat, kesediaan membantu, memberikan tanggapan, perhatian

individu, jam operasi yang nyaman, lokasi yang nyaman mampu mempengaruhi

secara signifikan terhadap kepuasan nasabah. Fatima dan Razzaque (2014),

kualitas layanan yang diberikan oleh bank komersial di Bangladesh dapat

memberikan kepuasan pelanggan, setiap pelanggan memiliki karakteristik yang

berbeda mereka harus diperlakukan secara individu. Penelitian terdahulu

tersebut memberikan makna bahwa kualitas pelayanan merupakan aspek yang

penting bagi perusahaan yang bergerak disektor jasa agar menciptakan

kepuasan bagi pelanggan.

5.8.2. Relasional Komitmen Pelayanan Prima terhadap Kualitas Pelayanan

dan Kepuasan Pelanggan

Pengaruh kualitas pelayanan terhadap komitmen pelayanan prima pada

PDAM Jayapura menunjukkan positif dan signifikan. Demikian juga hubungan

komitmen pelayanan prima terhadap kepuasan pelanggan menunjukkan

pengaruh positif dan signifikan. Kualitas pelayanan yang semakin meningkat

memberi dampak pada meningkatnya komitmen pelayanan prima. Komitmen

pelayanan prima yang semakin baik mampu meningkatkan kepuasan pelanggan.

Hasil penelitian ini mendukung hipotesis ke-2 (H2) yang menyatakan bahwa

“komitmen pelayanan prima memediasi pengaruh kualitas pelayanan terhadap

kepuasan pelanggan”.

151

151

Responden memberikan penilaian atas komitmen pelayanan pada angka

rerata 3.23, kategori persepsi “kurang baik”, hal ini menunjukkan responden

menganggap “belum puas” atas komitmen pelayanan prima yang diterima dari

karyawan (petugas) PDAM Jayapura. Namun demikian responden memberikan

apresiasi tertinggi pada indikator “sikap” dari komitmen pelayanan prima karena

responden merasakan bahwa karyawan (petugas) PDAM Jayapura masih

memberikan pelayanan dengan ramah kepada pelanggan.

Secara empirik, indikator yang berperan membentuk kualitas pelayanan

PDAM Jayapura adalah “kepedulian (empati)”, sedangkan indikator yang

berperan dominan membentuk komitmen pelayanan prima adalah “keterbukaan”,

selanjutnya indikator yang berperan mempengaruhi kepuasan pelanggan pada

penelitian ini adalah “keluhan pelanggan”. Hasil empirik ini memberikan

gambaran bahwa Direksi PDAM Jayapura perlu meningkatkan kemampuan

profesional dari karyawan/petugas agar memiliki sikap kepedulian (empati)

dalam melayani pelanggan, sehingga karyawan/petugas memiliki keterbukaan

memberikan informasi yang akurat dalam menangani keluhan pelanggan.

Hasil penelitian ini secara empirik mendukung penelitian sebelumnya

yang dilakukan oleh Fullerton (2005), kualitas layanan memiliki hubungan positif

dengan komitmen. Meskipun konsep kualitas pelayanan yang digunakan dalam

penelitian sebelumnya berbeda, akan tetapi hasil penelitiannya menunjukkan

adanya kesamaan hasil. Selain itu penggunaan subyek penelitian yang berbeda,

yaitu penggunaan perusahaan yang berbeda juga menghasilkan temuan yang

sama. Pada penelitian ini kualitas pelayanan memiliki pengaruh terhadap

komitmen pelayanan prima, kualitas pelayanan yang telah ditekankan kepada

karyawan PDAM Jayapura mampu memberikan pengaruh terhadap komitmen

pelayanan prima dari karyawan.

152

152

Komitmen pelayanan prima yang digunakan pada penelitian ini

didasarkan teori komitmen yang dikembangkan oleh Meyer dan Allen (1991).

Komitmen dalam berorganisasi sebagai suatu variabel psikologis yang

merupakan karakteristik hubungan anggota organisasi dengan organisasinya

dan memiliki implikasi terhadap keputusan individu untuk melanjutkan

keanggotaannya dalam berorganisasi. Komitmen organisasi dapat dibandingkan

dengan sikap yang berhubungan dengan pekerjaan, seperti kepuasan kerja,

sejauh mana seorang karyawan mengalami 'rasa kesatuan' dengan organisasi

mereka (Meyer dan Allen, 1991). Seiring dengan adanya perubahan lingkungan

teori komitmen tersebut digunakan untuk mengukur komitmen karyawan yang

dikaitkan dengan kepuasan pelanggan.

Hasil penelitian ini mendukung penelitian terdahulu yang dikemukakan He

et al. (2011), meneliti tentang iklim pelayanan, komitmen karyawan dan

kepuasan pelanggan, dukungan manajerial dan fasilitas kerja memiliki dampak

tidak langsung pada kepuasan pelanggan dengan meningkatkan komitmen

karyawan, hal ini menunjukkan bahwa komitmen karyawan memiliki pengaruh

langsung terhadap kepuasan pelanggan. Gilaninia et al. (2012), komitmen

karyawan memiliki peranan yang penting dalam relationship marketing dan

memberikan dampak yang positif bagi kepuasan nasabah bank. Stanimirov dan

Zhechev Vladimir (2013), komitmen karyawan memiliki hubungan dengan

kepuasan pelanggan. Adanya kesamaan dengan penelitian sebelumnya

menunjukkan bahwa komitmen pelayanan yang diberikan oleh karyawan telah

mampu menghasilkan kepuasan kepada pelanggan.

Pada literatur pemasaran, komitmen telah banyak diakui menjadi

bagian yang tidak terpisahkan dari setiap relasi bisnis jangka panjang (Anderson

dan Weitz 1992). Komitmen telah diakui mampu menjaga dan meningkatkan

relasi jangka panjang dalam bisnis (Moorman et al., 1992). Kepuasan pelanggan

153

153

secara luas sebagai elemen sentral dari konsep pemasaran perusahaan

(Anderson dan Sullivan, 1993). Pada penelitian pasar ada kecenderungan

pandangan kepuasan secara kumulatif, dimana mengukur tingkat kepuasan

didasarkan pada pengalaman pelanggan secara keseluruhan dari perusahaan

(Garbarino dan Johnson 1999). Pendekatan kepuasan pelanggan merupakan

pemahaman yang berharga bagi perusahaan baik jangka pendek maupun jangka

panjang terhadap produk dan jasa yang dihasilkan perusahaan (Johnson et

al.,1995). Kepuasan pelanggan sebagai respon emosional terhadap pengalaman

disediakan oleh perusahaan dan terkait dengan produk tertentu atau jasa yang

dibeli. Komitmen yang dimiliki karyawan dengan pekerjaan mereka menimbulkan

kepuasan kepada pelanggan. Berdasarkan pada lietratur pemasaran, pendapat

para ahli dan hasil kajian dari para peneliti memberikan gambaran bahwa

terdapat hubungan atau relasi antara komitmen dengan kepuasan pelanggan.

Hasil penelitian ini sesuai dengan pendapat para ahli bahwa komitmen

pelayanan prima yang dilakukan oleh karyawan PDAM Jayapura memberikan

pengaruh terhadap kepuasan pelanggan.

Secara teoritis dan empiris komitmen yang dimiliki karyawan memiliki

pengaruh terhadap kepuasan, sedangkan hasil penelitian ini menunjukkan hasil

yang sama yaitu komitmen pelayanan prima memiliki pengaruh terhadap

kepuasan pelanggan. Hasil penelitian ini menunjukkan adanya kesamaan

dengan teori tentang komitmen, bahwa komitmen berhubungan dengan

kepuasan kerja. Selain itu juga menunjukkan hasil yang sama dengan penelitian

terdahulu yang dikemukakan He et al. (2011), Gilaninia et al. (2012), Stanimirov

dan Zhechev Vladimir (2013), bahwa komitmen memiliki hubungan dengan

kepuasan pelanggan.

Keseluruhan menunjukkan bahwa komitmen pelayanan prima PDAM

Jayapura mampu memediasi pengaruh hubungan antara kualitas pelayanan

154

154

terhadap kepuasan pelanggan. Hasil penelitian ini secara teoritis mendukung

teori relationship marketing yang dikemukakan Berry dan Parasuraman (1992),

yaitu suatu usaha yang dilakukan oleh perusahaan untuk menarik,

mengembangkan dan menguatkan hubungan dengan pelanggan. Ring dan Van

de Ven (1992), mengemukakan bahwa untuk membangun hubungan bersama

diperlukan komitmen dan kepercayaan. Beaton dan Beaton (1995), komitmen

memiliki peranan dalam membangun hubungan jangka panjang. Morgan dan

Hunt (1994), komitmen dan kepercayaan merupakan aspek kunci dalam menjalin

hubungan atara kedua belah pihak. Perhatian utama pemasaran adalah untuk

terjalinnya hubungan pelanggan dengan membangun relasi pelanggan yang kuat

agar memenuhi harapan mereka, perusahaan yang berorientasi pada pelanggan,

kepuasan pelanggan merupakan tujuan yang baik dan sebagai alat pemasaran

(Kotler, 2008).

Pernyataan yang dikemukakan Ring dan Van de Van (1992), Beaton dan

Beaton (1995), Morgan dan Hunt (1994), Kotler (2008), mengandung arti bahwa

suatu usaha yang dilakukan oleh perusahaan dalam penelitian ini adalah kualitas

pelayanan dapat menghasilkan komitmen pelayanan bagi pelanggan, dan

selanjutnnya dapat menghasilkan kepuasan bagi pelanggan. Upaya yang

dilakukan oleh PDAM Jayapura memperbaiki kualitas pelayanannya akan

mampu mempengaruhi komitmen pelayanan prima perusahaan dan selanjutnya

memberikan kepuasan bagi pelanggan.

5.8.3. Relasional Nilai Pelanggan terhadap Kualitas Pelayanan dan

Kepuasan Pelanggan

Pada penelitian ini menunjukkan bahwa kualitas pelayanan secara positif

dan signifikan berpengaruh terhadap nilai pelanggan, sedangkan nilai pelanggan

secara positif dan tidak signifikan pengaruh terhadap kepuasan pelanggan. Hasil

155

155

temuan penelitian menunjukkan bahwa nilai pelanggan tidak mampu menjadi

mediasi hubungan antara kualitas pelayanan terhadap kepuasan pelanggan,

sehingga menolak dan tidak menerima hipotesis penelitian ke-3 (H3), yang

menyatakan bahwa “nilai pelanggan memediasi pengaruh kualitas pelayanan

terhadap kepuasan pelanggan”.

Dalam penelitian ini, persepsi responden terhadap “nilai pelanggan”

berada pada angka rerata 2.98, termasuk kategori persepsi “tidak baik”,

menunjukkan bahwa pelanggan menganggap selama ini PDAM Jayapura kurang

sekali memperhatikan “nilai pelanggan” dalam memberikan pelayanan air bersih.

Walaupun enam indikator kualitas pelayanan mampu mempengaruhi nilai

pelanggan namun belum mampu mempengaruhi kepuasan pelanggan.

Secara empirik, indikator yang berperan membentuk kualitas pelayanan

PDAM Jayapura adalah “kepedulian (empati)”, sedangkan indikator yang

berperan membentuk nilai pelanggan adalah “pelayanan yang bernilai”. Dalam

penelitian ini ternyata “pelayanan yang bernilai” belum mampu mempengaruhi

“keluhan pelanggan” yang berperan membentuk kepuasan pelanggan. Petugas

PDAM Jayapura menyelesaikan keluhan pelanggan masih kurang berpedoman

pada suatu prosedur standar dari perusahaan, dan belum menekankan pada

“pelayanan yang bernilai” untuk menyenangkan pelanggan sehingga

meningkatkan kepuasan pelanggan. PDAM Jayapura perlu meningkatkan

kemampuan profesional dari karyawan dan secara rutin mengevaluasi kinerja

petugas menyelesaikan keluhan pelanggan dengan “pelayanan yang bernilai”

sesuai ekspetasi pelanggan.

Kualitas pelayanan merupakan merupakan aspek yang penting bagi

perusahaan untuk menetapkan strategi dan sumberdaya yang dimiliki.

Perusahaan dapat meningkatkan pengetahuan tentang seluruh deskripsi

156

156

pelayanan dan mengembangkan strategi dan desain pelayanan yang terbaik

sesuai dengan kebutuhan dan keinginan pelanggan. Kualitas pelayanan

merupakan pedoman bagi bisnis yang berorientasi pasar dan sebagai dasar

kompetensi untuk menciptakan nilai bagi pelanggan (Ferguson

et al., 1999), kualitas pelayanan merupakan persepsi pelanggan terhadap

pelayanan yang diterima dari perusahaan (Duffy, 1998). Perusahaan hendaknya

memberikan kualitas pelayanan yang mengarah pada nilai yang dirasakan oleh

pelanggan (Zeithaml et al., 1988). Pernyataan yang dikemukakan Duffy (1998),

Ferguson et al. (1999), Zeithaml et al. (1988), menunjukkan bahwa kualitas

pelayanan memiliki hubungan dengan nilai pelanggan. Nilai pelanggan memiliki

peranan yang penting bagi perusahaan untuk menimbulkan persepsi positif yang

dirasakan oleh pelanggan atas kualitas pelayanan yang diberikan perusahaan.

Kualitas pelayanan yang diberikan PDAM Jayapura yang terdiri dari bukti fisik,

keandalan, daya tanggap, jaminan, empati, dan berbagi informasi sudah mampu

memberikan pengaruh bagi nilai pelanggan (harga yang sesuai, pelayanan yang

bernilai, nilai uang yang sesuai dan produk mempunyai nilai).

Hasil penelitian ini mendukung penelitian Oliver (1999), nilai pelanggan

merupakan variabel unik yang berhubungan dengan kualitas pelayanan dan

kepuasan konsumen. Lassar et al. (1995), nilai pelanggan merupakan persepsi

dan penilaian pelanggan berdasarkan pertimbangan secara simultan tentang apa

yang diberikan dan didapatkan pelanggan dari produk maupun layanan yang

telah diberikan perusahaan. Chen (2005), menemukan fakta bahwa kualitas

pelayanan berpengaruh positif terhadap nilai pelanggan. Andreassen and

Lindestad (1997), menemukan fakta kualitas pelayanan berpengaruh positif

terhadap nilai pelanggan.

Hasil penelitian terdahulu yang mendukung penelitian ini dikemukakan

oleh Cronin et al. (2000), kualitas pelayanan secara langsung berpengaruh

157

157

terhadap nilai pelanggan dan nilai pelanggan secara langsung berpengaruh

terhadap niat berperilaku, nilai pelanggan merupakan mediasi hubungan antara

kualitas layanan terhadap niat berperilaku. Gera (2011), kualitas layanan yang

dilakukan oleh agen asuransi berpengaruh signifikan terhadap nilai pelanggan,

dan selanjutnya mempengaruhi niat berperilaku. Edward dan Sunil (2011),

kualitas pelayanan yang diberikan oleh perusahaan layanan mobile memberikan

pengaruh terhadap nilai pelanggan, nilai pelanggan memiliki peranan untuk

mempengaruhi ingatan pelanggan (customer retantion), sehingga nilai pelanggan

dapat menjadi mediasi antara kualitas pelayanan terhadap ingatan pelanggan.

Chen dan Hu (2010), kualitas pelayanan gerai kopi yang terdiri dari kualitas kopi,

food and beverage, manfaat tambahan yang berpengaruh terhadap “nilai

simbolik”, dan kualitas pelayanan yang terdiri dari kualitas kopi, pelayanan, food

and beverage, manfaat tambahan yang berpengaruh terhadap “nilai fungsional”.

Nilai pelanggan (customer value) adalah pilihan yang dirasakan

pelanggan dan evaluasi terhadap artibut produk dan jasa, kinerja atribut dan

konsekuensi yang timbul dari penggunaan produk untuk mencapai tujuan dan

maksud pelanggan ketika menggunakan produk (Woodruff, 1997). Nilai

pelanggan merupakan ikatan emosional yang terjalin antara pelanggan dan

produsen setelah pelanggan menggunakan produk dan jasa dari perusahaan

dan mendapati bahwa produk atau jasa tersebut memberi nilai tambah (Tjiptono,

2012). Konsep nilai pelanggan merupakan pengambilan keputusan yang utama

bagi pelanggan dan digunakan untuk menyusun strategi dalam manajemen

pemasaran (Day, 2002). Nilai dan kepuasan memiliki hubungan yang terkait erat

dan mempunyai dampak yang baik pada pelanggan untuk berkeinginan

melanjutkan hubungan (Woodruff, 1997). Pernyataan tersebut memberikan

gambaran bahwa nilai yang dirasakan pelanggan memiliki hubungan dengan

kepuasan pelanggan. Nilai yang dirasakan pelanggan dalam mengkonsumsi

158

158

produk yang dihasilkan perusahaan memiliki peranan penting memberikan

kepuasan bagi pelanggan untuk dapat menjaga kelangsungan hubungan dalam

jangka panjang dan selanjutnya perusahaan mendapatkan keuntungan yang

berkelanjutan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa nilai pelanggan secara

langsung tidak berpengaruh signifikan terhadap kepuasan pelanggan, nilai

pelanggan yang semakin meningkat tidak mampu mempengaruhi kepuasan

pelanggan.

Hubungan antara nilai pelanggan dengan kepuasan pelanggan

didasarkan pada teori relasional pemasaran (relationship marketing) yang

dikemukakan Berry (1983), relasional pemasaran merupakan cara berfikir

mengenai pelanggan, pemasaran dan penciptaan nilai, bukan sekedar alat,

teknik atau taktik. Hubungan pemasaran merupakan rancangan yang integratif

atau holistik yang memperkokoh kompetensi pemasaran perusahaan. Ide dasar

dari relasional pemasaran sebetulnya sederhana, yaitu hubungan yang positif

jangka panjang dengan para pelanggan berpotensi memberikan aliran laba

jangka panjang. Kualitas pelayanan yang telah diberikan perusahaan mampu

memberikan nilai bagi pelanggan sehingga dapat menjaga kelangsungan

hubungan dalam jangka panjang antara perusahaan dengan pelanggan (Berry,

1986). Suatu perusahaan berhasil menawarkan produk/jasa kepada pelanggan

apabila mampu memberikan nilai dan kepuasan (Kotler dan Keller, 2008).

Berdasarkan pada teori yang dikemukakan Berry (1983) dan Kotler dan Keller

(2008), memberikan makna bahwa nilai yang dirasakan pelanggan mampu

memberikan kepuasan kepada pelanggan dan pelanggan yang merasa puas

akan melanjutkan hubungan dengan perusahaan.

Hasil penelitian ini tidak mendukung penelitian terdahulu yang

dikemukakan oleh Wu et al. (2009), nilai hedonis dan nilai utilatarian

berpengaruh signifikan terhadap kepuasan pengguna layanan jaringan sosial.

159

159

Chen et al. (2012), nilai yang dirasakan pelanggan memiliki dampak pada

kepuasan pelanggan. Ulaga dan Eggert (2006), nilai menampilkan dampak yang

lebih kuat pada kepuasan dari pada komitmen dan kepercayaan, dan nilai juga

berdampak langsung pada niat pelanggan untuk memperluas bisnis dengan

pemasok. Zhu dan Chen (2012), nilai yang dirasakan pelanggan berpengaruh

signifikan terhadap kepuasan. Perbedaan hasil penelitian ini dapat terjadi karena

adanya subyek penelitian yang berbeda. Pada penelitian Wu et al. (2009), Chen

et al. (2012), Ulaga dan Eggert (2006), Zhu dan Chen (2012), dilakukan pada

subyek penelitian yang berorientasi keuntungan dan adanya persaingan yang

ketat, sehingga memperkuat nilai pelanggan untuk menghasilkan kepuasan

pelanggan menjadi fokus dari perusahaan agar mendapatkan loyalitas bagi

pelanggan dan selanjutnya menghasilkan keuntungan yang berkelanjutan bagi

perusahaan. Berbeda dengan penelitian ini dilakukan pada PDAM Jayapura

yang merupakan perusahaan tunggal milik pemerintah dan monopoli dalam

usaha penyediaan kebutuhan air bersih bagi masyarakat pelanggannya.

Hasil penelitian ini secara keseluruhan menunjukkan bahwa nilai

pelanggan bukan menjadi mediasi pengaruh antara kualitas pelayanan terhadap

kepuasan pelanggan. Kualitas pelayanan secara signifikan berpengaruh

terhadap nilai pelanggan, sedangkan nilai pelanggan berpengaruh tidak

signifikan terhadap kepuasan pelanggan. Nilai pelanggan yang dirasakan oleh

pelanggan PDAM Jayapura tidak mampu memberikan dampak yang positif

terhadap kepuasan pelanggan. PDAM Jayapura merupakan satu-satunya

perusahaan yang menyediakan air bersih di wilayan Kota Jayapura dan

Kabupaten Jayapura, pelanggannya terdiri dari individu maupun institusi.

Ketergantungan pelanggan yang besar terhadap kebutuhan air bersih yang

disediakan perusahaan tunggal, membuat PDAM Jayapura kurang memberikan

perhatian terhadap nilai yang dirasakan pelanggan. Memperkuat nilai pelanggan

160

160

bukan menjadi tuntutan utama bagi PDAM Jayapura, karena usaha prodak air

bersih yang disediakannya tidak memiliki pesaing, sehingga PDAM Jayapura

belum berusaha untuk menciptakan nilai dari pelayanan yang dilakukan kepada

pelanggan.

Penelitian tentang hubungan antara nilai pelanggan dengan kepuasan

pelanggan didasarkan pada teori relasional pemasaran (relationship marketing)

yang dikemukakan Berry (1983). Penelitian ini menunjukkan hasil yang berbeda

dengan teori yang telah dikemukakan oleh Berry (1983), dimana nilai pelanggan

(value customer) yang diberikan PDAM Jayapura belum mampu memberikan

kepuasan bagi pelanggan. Perbedaan hasil penelitian ini didasarkan

pertimbangan bahwa dalam teori relasional pemasaran, adanya persaingan

perusahaan yang semakin ketat akan menyebabkan biaya pemasaran yang

dikeluarkan perusahaan semakin besar. Pengeluaran biaya itu diperlukan untuk

menjaga hubungan baik dengan pelanggan dalam jangka panjang dengan

harapan memberikan keuntungan bagi perusahaan, dimana perusahaan

meningkatkan jumlah pelanggan dengan biaya pemasaran yang semakin rendah

karena adanya loyalitas pelanggan. Berbeda dengan penelitian ini dilakukan

pada PDAM Jayapura yang merupakan perusahaan tunggal milik pemerintah

daerah dengan bisnis intinya adalah pelayanan penyediaan air bersih bagi

pelanggan. PDAM Jayapura tidak mempunyai pesaing lain dalam mengelola

penyediaan air bersih bagi pelanggan, sehingga kurang memperhatikan tentang

bagaimana menjaga hubungan jangka panjang dengan pelanggan. Perusahaan

selama ini beranggapan bahwa pelanggan yang membutuhkan produk air bersih

dari perusahaan dan bukan perusahaan yang membutuhkan pelanggan. Dengan

adanya praktek usaha bisnis seperti itu, maka penelitian bisa menemukan hasil

yang berbeda antara teori dengan hasil empiris. Hasil penelitian ini memperkuat

fakta pelayanan publik yang dikelola Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) seperti

161

161

PDAM Jayapura berpandangan bahwa kepuasan pelanggan diukur dari

terpenuhi kebutuhan dasar air bersih tanpa harus menciptakan nilai pelanggan

karena tidak ada perusahaan lain sebagai pesaingnya.

Hasil penelitian ini kurang mendukung teori tentang Customer

Relationship Marketing (CRM) yang dikemukakan Lee (2001), Kotler (2008),

Kotler dan Keller (2008), bahwa kualitas pelayanan yang diberikan harus mampu

memberikan nilai yang tinggi kepada pelanggan, nilai yang diberikan tersebut

mampu menghasilkan kepuasan bagi pelanggan.

5.8.4. Komitmen Pelayanan Prima terhadap Kepercayaan Pelanggan

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa komitmen pelayanan prima tidak

berpengaruh signifikan terhadap kepercayaan pelanggan, sehingga menolak

hipotesis penelitian ke-4 (H4) yang mengatakan bahwa “komitmen pelayanan

prima berpengaruh signifikan terhadap kepercayaan pelanggan”. Penilaian

persepsi responden terhadap komitmen pelayanan Prima PDAM Jayapura

secara menyeluruh memperoleh angka rerata 3.23, masuk kategori persepsi

“kurang baik”, sehingga dengan kategori itu “komitmen pelayanan prima” belum

mampu secara langsung meningkatkan “kepercayaan pelanggan”.

Persepsi responden atas komitmen pelayanan prima menunjukkan bahwa

indikator “sikap” petugas PDAM Jayapura mendapat penilaian tertinggi tetapi

masih berada pada kategori persepsi “kurang baik”. Hasil ini menunjukkan

bahwa komitmen pelayanan prima yang dilakukan oleh petugas PDAM Jayapura

belum sepenuhnya diterapkan dengan baik, beberapa responden masih

beranggapan bahwa sikap petugas PDAM Jayapura dalam memberikan

pelayanan kepada pelanggan masih dianggap kurang ramah.

162

162

Secara empiris, indikator yang berperan membentuk komitmen pelayanan

prima adalah “keterbukaan”, hal ini menunjukkan bahwa “keterbukaan” petugas

PDAM Jayapura merupakan komponen penting untuk meningkatkan komitmen

pelayanan prima. Petugas PDAM Jayapura masih belum sepenuhnya

memberikan informasi secara terbuka kepada pelanggan, sehingga pelanggan

kurang memahami sepenuhnya tentang berbagai permasalahan yang dihadapi

pelanggan selama ini. Responden masih memberikan penilaian untuk kriteria

“sangat kurang baik” sebesar 4% dan “kurang baik” sebesar 18% terhadap

“keterbukaan” petugas dalam memberikan informasi, menyebabkan komitmen

pelayanan prima tidak berpengaruh terhadap kepercayaan pelanggan.

Komitmen pelayanan merupakan kecenderungan individu untuk

memberikan perbaikan secara terus menerus dan berusaha sungguh-sungguh

bagi keuntungan pelanggan (Peccei dan Rosenthal, 2001). Pelayanan prima

(sevice exellence) adalah konsep kepedulian kepada pelanggan dengan

memberikan layanan terbaik (Barata, 2004). Jadi, komitmen pelayanan prima

merupakan kecenderungan individu untuk memiliki kepedulian kepada

pelanggan dengan memberikan layanan terbaik secara terus menerus dan

berusaha bersungguh-sungguh untuk keuntungan pelanggan. Komitmen dan

kepercayaan merupakan salah satu variabel yang paling banyak dilakukan

pengkajian pada penelitian bidang pemasaran (Morgan dan Hunt 1994).

Hubungan antara komitmen dengan kepercayaan menunjukkan adanya

keterkaitan yang baik dan mempengaruhi baik langsung maupun tidak langsung

(Anderson dan Weitz, 1992). Komitmen dalam literatur pemasaran telah banyak

diakui menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari setiap relasi bisnis jangka

panjang (Morgan dan Hunt 1994). Komitmen digambarkan sebagai niat yang

kuat dari perusahaan untuk membangun dan mempertahankan relasi jangka

panjang (Moorman et al., 1992).

163

163

Hubungan antara komitmen pelayanan prima dengan kepercayaan

pelanggan didasarkan pada teori relasional pemasaran (relationship marketing),

Bowen dan Shiang (2001) mengungkapkan bahwa dalam perkembangan terbaru

industri bisnis kini lebih banyak menggunakan pendekatan relasional pemasaran

dibanding pendekatan transaksional. Pendekatan relasional pemasaran

berorientasi untuk mendapatkan pelanggan yang loyal, dimana hal tersebut tidak

mudah ditiru oleh pesaing. Relasional pemasaran (relationship marketing)

pertama kali diperkenalkan oleh Berry (1983), dimana relasional pemasaran

merupakan cara berpikir mengenai pelanggan, pemasaran, dan menciptakan

nilai, untuk menarik, mempertahankan dan meningkatkan hubungan dengan

pelanggan. Morgan dan Hunt (1994) yang mengungkapkan dua aspek kunci

sebagai penggerak kerjasama dalam hubungan antara kedua belah pihak, yaitu

kepercayaan dan komitmen. Berdasarkan pada teori yang dikemukakan Berry

(1983) dan pendapat Morgan dan Hunt (1994), maka terdapat hubungan antara

komitmen dengan kepercayaan. Hasil penelitian ini menunjukkan hasil yang

berbeda, yaitu komitmen pelayanan prima kurang berpengaruh terhadap

kepercayaan.

Perbedaan hasil penelitian ini disebabkan adanya penggunaan subyek

penelitian, pada penelitian yang dilakukan di PDAM Jayapura merupakan

perusahaan tunggal milik pemerintah yang monopoli menyediakan air bersih bagi

masyarakat. Pada kondisi ini, pelanggan tidak memiliki kesempatan untuk

berpindah pada perusahaan lain untuk mendapatkan air bersih, sehingga

perusahaan kurang penekanan aspek pengawasan pentingnya komitmen

pelayanan prima dari petugas PDAM Jayapura kepada pelanggan.

Hasil penelitian ini tidak mendukung penelitian yang dilakukan Berghall

(2004) yang meneliti tentang komitmen, kepercayaan dan hubungan pada

industri kehutanan, konsep komitmen yang digunakan adalah komitmen kalkulatif

164

164

dan komitmen emosional, hasil penelitian menunjukkan bahwa komitmen

memiliki pengaruh terhadap kepercayaan. Zeffane et al. (2011), meneliti

hubungan antara komunikasi, komitmen, kepercayaan, pada karyawan makanan

olahan di Australia, penelitian ini menjawab kesenjangan yang ada pada

hubungan ketiga variabel tersebut. Hasil penelitian menunjukkan bahwa

komunikasi, komitmen dan kepercayaan saling berhubungan atau terdapat

hubungan timbal balik, hal ini menunjukkan bahwa kepercayaan dapat

mempengaruhi komitmen, begitu pula sebaliknya komitmen dapat

mempengaruhi kepercayaan. Perbedaan hasil penelitian disebabkan adanya

perbedaan subyek penelitian pada penelitian Berghall (2004) dilakukan pada

industri kehutanan dan Zeffane et al. (2011), melakukan penelitian pada

perusahaan makanan olahan, pada kedua penelitian ini pelanggan dapat

berpindah dari menggunakan produk dari perusahaan yang satu kepada

perusahaan yang lainnya, sehingga komitmen memiliki peranan untuk

membangun kepercayaan pelanggan.

Penelitian ini dilakukan pada PDAM Jayapura yang merupakan satu-

satunya perusahaan pemerintah daerah yang menyediakan air bersih kepada

masyarakat, sehingga masyarakat tidak dapat berpindah ke perusahaan lain

untuk memenuhi kebutuhan air bersih sehari-hari. Komitmen pelayanan prima

dari PDAM Jayapura belum memiliki dampak pada meningkatnya kepercayaan

pelanggan, komitmen pelayanan prima masih berorintasi pada aspek kualitas

pelayanan fisik ketersedian air bersih dan belum menyentuh kebutuhan personal

pelanggan. Permasalahan distribusi air bersih kepada pelanggan masih digilir

waktunya, sekitar 50% pelanggan mendapatkan air bersih setiap 2 hari, sehingga

komitmen pelayanan prima PDAM Jayapura belum mampu meningkatkan

kepercayaan pelanggan. Hal ini menyebabkan komitmen pelayanan prima yang

165

165

dilakukan oleh petugas PDAM Jayapura kurang berpengaruh menimbulkan

kepercayaan pelanggan.

5.8.5. Relasional Nilai Pelanggan terhadap Kepercayaan Pelanggan

Penelitian ini menunjukkan bahwa nilai pelanggan berpengaruh positif

dan signifikan terhadap kepercayaan pelanggan. Nilai pelanggan yang semakin

tinggi dapat meningkatkan kepercayaan pelanggan. Hasil penelitian ini menerima

hipotesis penelitian ke-5 (H5) yang menyatakan bahwa “nilai pelanggan

berpengaruh signifikan terhadap kepercayaan pelanggan”.

Persepsi responden atas nilai pelanggan menunjukkan bahwa indikator

“nilai uang yang sesuai” mendapat penilaian tertinggi tetapi masih berada pada

kategori persepsi “kurang baik”. Hasil ini menunjukkan bahwa responden masih

belum puas dengan nilai uang yang dibayarkan untuk mendapatkan pelayanan

air bersih dari PDAM Jayapura. Responden menganggap nilai uang dibayarkan

kurang sebanding dengan kualitas air besih yang diperoleh karena terkadang

keruh pada musim hujan sehingga tidak layak dikonsumsi, selain itu

pendistribusian air bersih PDAM Jayapura masih dilakukan secara bergilir

kepada pelanggan.

Secara empiris, indikator yang berperan membentuk nilai pelanggan

adalah “pelayanan yang bernilai”, sedangkan indikator yang berperan penting

membentuk kepercayaan pelanggan adalah “kemampuan dan integritas

pelayanan”. Petugas PDAM Jayapura perlu memperhatikan untuk “memberikan

pelayanan yang bernilai” sesuai harapan pelanggan akan meningkatkan

kepercayaan pelanggan terhadap kemampuan dan integritas pelayanan dari

PDAM Jayapura.

Kualitas pelayanan, nilai pelanggan, dan kepuasan adalah beberapa

faktor yang paling penting dalam persaingan usaha bagi produsen dan penyedia

166

166

layanan (McDougall dan Levesque, 2000). Persaingan yang semakin ketat saat

ini untuk pelanggan pada industri jasa, kualitas layanan, nilai pelanggan, dan

kepuasan menjadi prioritas bagi manajemen (Wang dan Yang, 2004). Banyak

peneliti pemasaran berpendapat bahwa menciptakan nilai pelanggan yang

unggul merupakan tujuan utama perusahaan yang berbasis pemasaran (Eggert

et al., 2006). Persepsi nilai pelanggan meningkatkan kepuasan pelanggan dan

loyalitas terhadap bisnis, yang pada gilirannya meningkatkan niat pembelian

pelanggan (Eggert et al., 2006), menunjukkan bahwa nilai pelanggan

berhubungan dengan kepercayaan pelanggan. Ekuitas pelanggan telah menjadi

salah satu tujuan utama pemasaran bisnis saat ini bagi organisasi karena

kemampuannya untuk menilai individu dan segmen pelanggan dari perspektif

nilai (Rust et al., 2000). Nilai pelanggan memiliki peranan penting bagi

perusahaan agar memiliki pengaruh positif terhadap kepercayaan pelanggan.

Hubungan nilai pelanggan dengan kepercayaan pelanggan didasarkan

pada teori relasional pemasaran (relationship marketing). Relasional pemasaran

dalam area pemasaran jasa diartikan sebagai upaya untuk menarik, memelihara,

dan meningkatkan hubungan dengan pelanggan (Berry, 1983), menguatkan

hubungan, merubah pelanggan yang acuh menjadi loyal, dan melayani

pelanggan sebagai klien harus menjadi pertimbangan penting bagi kegiatan

pemasaran. Relasional pemasaran juga merupakan perpindahan pola pikir, dari

sebelumnya perusahaan lebih fokus pada kompetisi ke pola pikir yang

berlandaskan hubungan saling ketergantungan yang saling menguntungkan dan

menciptakan adanya kerja sama (Kotler, 2008). Kepercayaan memainkan peran

penting dalam relasional pemasaran terutama dalam konteks pasar bisnis-ke-

bisnis (Blois, 1999). Relasional pemasaran, merupakan paradigma baru

pemasaran yang dibangun berdasarkan relasi, interaksi dan jaringan dengan

pelanggan langsung untuk menciptakan nilai ekonomi yang lebih tinggi dari

167

167

perusahaan (Gummesson, 2008; Sheth dan Parvatiyar, 2000). Hasil penelitian ini

secara teoritis mendukung teori relasional pemasaran (relationship marketing),

bahwa relasi, interaksi dan jaringan dengan pelanggan langsung untuk

menciptakan nilai yang lebih tinggi dengan memenangkan kepercayaan

pelanggan dengan memuaskan dan mempertahankan para pelanggan.

Hasil penelitian ini secara teoritis memiliki kesesuaian dimana nilai yang

dirasakan oleh pelanggan dapat meningkatkan kepercayaan pelanggan, hal ini

dikemukakan oleh Avinandan dan Prithwiraj (2003), nilai-nilai bersama dalam

pelayanan online menyebabkan lahirnya kepercayaan bagi pelanggan, hubungan

berbasis kepercayaan menumbuhkan budaya etika yang positif dalam menjalin

hubungan antara pengguna dengan penyedia layanan. Chen et al. (2012),

meneliti hubungan antara keadilan pelayanan, kualitas pelayanan dan nilai yang

dirasakan terhadap kepercayaan dan kepuasan pelanggan, nilai yang dirasakan

pelanggan pada industri keuangan mampu menghasilkan kepercayaan dan

kepuasan pelanggan. Wang (2009), meneliti hubungan komunikasi, perilaku

oportunistik dan nilai yang dirasakan terhadap kepercayaan dan komitmen, nilai

pelanggan yang dirasakan mampu meningkatkan kepercayaan kognitif dan

kepercayaan emosional pelanggan. Ramaseshan et al. (2012), meneliti

hubungan ekuitas merek, nilai ekuitas, ekuitas hubungan, loyalitas, dan

kepercayaan, nilai ekuitas yang dimiliki mampu menciptakan kepercayaan dalam

hubungan business to business. Doney et al. (2007), meneliti hubungan interaksi

sosial, keterbukaan komunikasi, orientasi konsumen, kualitas pelayanan, nilai

yang diraskan, kolektivitas pembeli terhadap kepercayaan, loyalitas dan dampak

pembelian, hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai yang dirasakan pelanggan

mampu mempengaruhi kepercayaan pelanggan. Kesamaan dengan penelitian

terdahulu menunjukkan bahwa nilai yang dirasakan oleh pelanggan memiliki

peranan dalam menciptakan kepercayaan pelanggan, sehingga mampu

168

168

membangun hubungan yang baik antara perusahaan dengan pelanggan, pada

penelitian ini adalah upaya untuk membangn hubungan yang positif antara

PDAM Jayapura melalui penciptaan nilai dan kepercayaan pelanggan.

5.8.6. Relasional Kepuasan Pelanggan terhadap Kepercayaan Pelanggan

Kepuasan pelanggan memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap

kepercayaan pelanggan. Hasil ini memberikan makna bahwa kepuasan yang

dirasakan oleh pelanggan selama ini mampu memberikan pengaruh langsung

kepada kepercayaan pelanggan. Hasil penelitian ini mendukung hipotesis ke-6

(H6) yang menyatakan bahwa “kepuasan pelanggan berpengaruh signifikan

terhadap kepercayaan pelanggan”.

Persepsi responden secara menyeluruh atas kepuasan pelanggan

mendapatkan nilai rerata 3.30, kategori “kurang baik”, menunjukkan responden

menganggap belum puas selama ini atas pelayanan penyediaan air barsih dari

PDAM Jayapura. Responden memberikan nilai tertinggi pada indikator keluhan

pelanggan dengan angka mean 3.43, menunjukkan bahwa responden masih

memberikan apresiasi agak tinggi atas kesediaan petugas PDAM Jayapura

memberikan tanggapan terhadap keluhan pelanggan.

Secara empiris, indikator yang berperan membentuk kepuasan pelanggan

adalah “keluhan pelanggan”, hal ini menunjukkan bahwa untuk meningkatkan

kepuasan pelanggan, PDAM Jayapura perlu merespon dengan cepat dan tepat

keluhan pelangan, untuk itu PDAM Jayapura perlu prioritaskan peningkatan

kualitas sumberdaya manusia agar lebih profesional melayani keluhan

pelanggan. Pada hasil empris menunjukkan indikator “perhatian pribadi”

mendapatkan nilai loading factor paling terendah, bukan berarti indikator ini

kurang berperan karena semua indikator kepuasan pelanggan perlu

mendapatkan perhatian.

169

169

Kepercayaan dalam literatur relasional pemasaran, dikonseptualisasikan

ketika salah satu pihak memiliki keyakinan adanya keandalan dan integritas dari

pihak yang lain (Morgan dan Hunt, 1994), dan kepercayaan dapat terjadi pada

tingkat individu maupun perusahaan. Kepercayaan dipandang memiliki peranan

yang cukup penting dalam proses membangun dan mempertahankan hubungan

(Bejou et al., 1998). Perusahaan sering kali melihat secara mendalam kepuasan

yang dirasakan pelanggan dapat membangun kepercayaan dalam rangka

memastikan adanya keuntungan ekonomi dan hubungan jangka panjang

(Morgan dan Hunt, 1994). Kepercayaan dan kepuasan mendapat pengakuan

dalam berbagai literatur yang berkaitan dengan relasional pemasaran (Selnes,

1998). Kepuasan dan kepercayaan merupakan variabel yang berperan penting

mengestimasi perilaku pembeli pada masa yang akan datang dan

pengembangan hubungan bisnis serta keberhasilan jangka panjang (Busacca

dan Castaldo, 2003). Hubungan jangka panjang akan terjadi apabila kepuasan

pelanggan dapat menimbulkan kepercayaan pada pelanggan (Garbarino dan

Johnson, 1999). Sedangkan Ha (2004), menyatakan bahwa kepercayaan yang

tinggi dapat mengubah pelanggan yang merasa puas menjadi pelanggan yang

setia (loyal), artinya kepuasan yang dirasakan oleh pelanggan dapat

menimbulkan kepercayaan yang tinggi dan selanjutnya menciptakan pelanggan

yang setia. Pendapat yang dikemukakan oleh para ahli tersebut menunjukkan

bahwa kepuasan yang dirasakan pelanggan dapat menimbulkan kepercayaan

bagi pelanggan. Pendapat para ahli tersebut mendukung hasil penelitian ini,

bahwa kepuasan pelanggan PDAM Jayapura memiliki pengaruh terhadap

kepercayaan pelanggan.

Penelitian tentang hubungan antara kepuasan dengan kepercayaan ini

didukung oleh teori relationship marketing (relasional pemasaran). Gronroos

(2000), Morgan & Hunt (1994), relasional pemasaran didasarkan pada dukungan

170

170

dari pelanggan dan pemasok yang dilandasi oleh kepercayaan, kerjasama,

komunikasi, komitmen, ketergantungan dan usaha lainnya dalam rangka untuk

mengembangkan loyalitas pelanggan. Tujuan di relasional pemasaran, menurut

Gronroos (2000), untuk membangun, memelihara dan meningkatkan hubungan

dengan pelanggan guna memberikan keuntungan dalam jangka panjang.

Morgan dan Hunt (1994) dan Ha (2004), kepercayaan kepercayaan pelanggan

diperoleh dari kepuasan yang dirasakan pelanggan sehingga dapat

menghasilkan pelanggan yang setia, hal ini menunjukkan bahwa adanya

penekanan pada relasi jangka panjang antara pelanggan dengan perusahaan.

Hasil penelitian ini didukung secara teoritis, dengan teori relasional pemasaran

(relationship marketing), dimana terjadinya relasi jangka panjang antara

pelanggan dengan perusahaan dilakukan dengan menciptakan kepuasan

pelanggan sehingga menimbulkan kepercayaan bagi pelanggan.

Hasil penelitian ini mendukung penelitian sebelumnya yang dilakukan

oleh Selnes (1998), meneliti tentang kepuasan dan kepercayaan pembeli dan

pemasok, hasil penelitian menunjukkan bahwa kepuasan memiliki dampak

kepada kepercayaan guna meningkatkan hubungan antara pembeli dan

pemasok. Yap, et al. (2012) meneliti hubungan kepuasan dan kepercayaan

terhadap loyalitas nasabah bank di Malaysia, kepuasan memiliki dampak positif

pada kepercayaan dan kepercayaan menyebabkan loyalitas nasabah bank,

penanganan keluhan yang baik oleh bank juga akan meningkatkan kepuasan,

kepercayaan dan loyalitas. Ribbink, et al. (2004) meneliti tentang pentingnya

kepercayaan untuk membangun proses pertukaran antara penjual dan pembeli

melalui online guna meningkatkan loyalitas pelanggan, hasil penelitiannya

menunjukkan bahwa kepercayaan pelanggan online dibangun melalui kepuasan

pelangan sehingga mempengaruhi loyalitas. Ribbink, et al. (2004) meneliti

tentang kepuasan, kepercayaan dan loyalitas pelanggan pada industri

171

171

perbankan, kepuasan pelanggan memiliki dampak untuk meningkatkan

kepercayaan pelanggan dan selanjutnya dapat membangun loyalitas pelanggan.

Horppu, et al. (2008) menguji hubungan merek online, dan hubungan antara

kepuasan, kepercayaan, dan kesetiaan pada tingkat situs web. Kepuasan

pelanggan pengguna situs web mampu meningkatkan kepercayaan dan sebagai

penentu loyalitas situs web. Hasil penelitian yang sama dengan penelitian

terdahulu tersebut didasarkan pada pendapat yang menyatakan bahwa

kepuasan yang dirasakan oleh pelanggan dapat menciptakan kepercayaan bagi

pelanggan. Jadi, PDAM Jayapura berusaha untuk meningkatkan kepuasan bagi

para pelanggannya, selanjutnya pelanggan yang memiliki kepuasan akan

meningkatkan kepercayaan mereka terhadap perusahaan.

5.8.7. Relasional Kepuasan Pelanggan terhadap Komitmen Pelayanan

Prima dan Kepercayaan Pelanggan

Komitmen pelayanan prima memiliki pengaruh positif dan signifikan

terhadap kepuasan pelanggan dan kepuasan pelanggan berpengaruh positif dan

signifikan terhadap kepercayaan pelanggan. Hasil penelitian ini menunjukkan

bahwa kepuasan pelanggan mampu menjadi mediasi hubungan antara

komitmen pelayanan prima terhadap kepercayaan pelanggan, sehingga

mendukung hipotesis penelitian ke-7 (H7) yang mengatakan bahwa “kepuasan

pelanggan memediasi pengaruh komitmen pelayanan prima terhadap

kepercayaan pelanggan”.

Pada penelitian ini, persepsi responden tentang kepercayaan pelanggan

secara menyeluruh mendapat nilai rerata 3.37, kategori kurang baik,

menunjukkan responden menganggap belum puas selama ini dengan

penyediaan air bersih PDAM Jayapura sehingga kurang berdampak signifikan

pada kepercayaan pelanggan. Responden memberikan nilai tertinggi pada

172

172

indikator keandalan memenuhi kebutuhan dengan angka mean 3.71, walau

masih kategori “kurang baik”, tetapi responden memberikan apresiasi pada

indikator ini karena responden sudah lebih dari 9 tahun menjadi langganan

PDAM Jayapura. Responden memberikan persepsi terendah pada indikator

kesediaaan memberikan informasi dengan angka mean 3.13 (kategori kurang

baik), menunjukkan informasi kinerja pelayanan PDAM Jayapura selama ini

belum berpengaruh pada kepercayaan pelanggan.

Secara empiris, indikator yang berperan membentuk kepercayaan

pelanggan adalah “kemampuan dan integritas pelayanan”, hal ini menunjukkan

bahwa untuk meningkatkan kepercayaan pelanggan, PDAM Jayapura perlu

meningkatkan profesionalisme pelayanan karyawan (petugas) sehingga

perusahaan dipercaya punya kemampuan dan integritas tinggi dalam melayani

pelanggan.

Komitmen pelayanan merupakan kecenderungan individu untuk

memberikan perbaikan secara terus menerus dan berusaha sungguh-sungguh

untuk keuntungan pelanggan (Peccei dan Rosenthal, 2001). Pelayanan supaya

diberikan “superior” bukan hanya sekedar memenuhi harapan pelanggan

(Zeithaml, 2000). Pelayanan prima (sevice exellence) adalah konsep kepedulian

kepada pelanggan dengan memberikan layanan terbaik (Barata, 2004).

Berdasarkan pendapat yang dikemukakan Peccei dan Rosenthal (2001),

Zeithaml (2000) dan Barata (2004), komitmen pelayanan prima merupakan

kecenderungan individu untuk memiliki kepedulian kepada pelanggan dengan

memberikan pelayanan terbaik secara terus menerus dan berusaha bersungguh-

sungguh bagi keuntungan pelanggan. Pelanggan yang diuntungkan oleh

perusahaan akan memberikan rasa puas terhadap komitmen pelayanan yang

diberikan kepadanya.

173

173

Hasil penelitian ini mendukung penelitian terdahulu dari He et al. (2011),

yang mengemukakan komitmen karyawan memiliki pengaruh langsung terhadap

kepuasan pelanggan. Gilaninia et al. (2012), komitmen karyawan memiliki

peranan yang penting dalam relationship marketing dan memberikan dampak

yang positif bagi kepuasan nasabah bank. Stanimirov dan Zhechev Vladimir

(2013), komitmen karyawan memiliki hubungan dengan kepuasan konsumen.

Kesamaan hasil dengan penelitian terdahulu tersebut memberikan arti bahwa

komitmen palayanan prima yang diberikan perusahaan dapat memberikan

dampak yang positif bagi kepuasan pelanggan. Secara teoritis penelitian ini

didasarkan pada teori relationship marketing, seperti yang dikemukakan Gilaninia

et al. (2012), bahwa komitmen yang dilakukan karyawan mampu memberikan

pengaruh terhadap kepuasan pelanggan.

Kepuasan pelanggan PDAM Jayapura mampu memberikan dampak yang

positif terhadap kepercayaan pelanggan. Hasil ini menunjukkan bahwa kepuasan

yang dirasakan oleh pelanggan mampu memberikan kepercayaan yang positif

pada perusahaan. Penelitian tentang hubungan antara kepuasan pelanggan

terhadap kepercayaan pelanggan didasarkan pendapat yang dikemukakan oleh

dan Ha (2004), kepercayaan pelanggan diperoleh dari kepuasan yang dirasakan

pelanggan sehingga dapat menghasilkan pelanggan yang setia, hal ini

menunjukkan bahwa adanya penekanan pada relasi jangka panjang antara

pelanggan dengan perusahaan.

Hasil penelitian ini mendukung penelitian sebelumnya yang dilakukan

oleh Selnes (1998), kepuasan memiliki dampak kepada kepercayaan guna

meningkatkan relasi antara pembeli dan pemasok. Yap et al. (2012), kepuasan

memiliki dampak positif pada kepercayaan dan kepercayaan menyebabkan

loyalitas nasabah bank, penanganan keluhan yang baik oleh bank juga akan

meningkatkan kepuasan, kepercayaan dan loyalitas. Ribbink et al. (2004),

174

174

kepercayaan pelanggan online dibangun melalui kepuasan pelangan sehingga

mempengaruhi loyalitas. Ribbink et al. (2004), kepuasan pelanggan memiliki

dampak untuk meningkatkan kepercayaan pelanggan dan selanjutnya dapat

membangun loyalitas pelanggan. Horppu et al. (2008), kepuasan pelanggan

pengguna situs web mampu meningkatkan kepercayaan dan sebagai penentu

loyalitas situs web. Hasil penelitian yang sama dengan penelitian terdahulu

tersebut didasarkan pada pendapat yang menyatakan bahwa kepuasan yang

dirasakan oleh pelanggan dapat menciptakan kepercayaan bagi pelanggan.

Perusahaan berusaha untuk selalu meningkatkan kepuasan bagi pelanggan,

selanjutnya pelanggan yang memiliki kepuasan dapat meningkatkan

kepercayaan pelanggan.

Penelitian tentang hubungan antara kepuasan dengan kepercayaan ini

didukung oleh teori relasional pemasaran (relationship marketing). Gronroos

(2000), relasional pemasaran didasarkan pada dukungan dari pelanggan dan

pemasok yang dilandasi oleh kepercayaan, kerjasama, komunikasi, komitmen,

ketergantungan dan usaha lainnya dalam rangka untuk mengembangkan

loyalitas pelanggan. Tujuan di relasional pemasaran, menurut Gronroos (2000),

untuk membangun, memelihara dan meningkatkan relasi dengan pelanggan

guna memberikan keuntungan dalam jangka panjang. Hasil penelitian ini

didukung secara teoritis, yaitu teori relasional pemasaran (relationship

marketing). Terbangunnya relasi jangka panjang antara pelanggan dengan

perusahaan dilakukan dengan menciptakan kepuasan pelanggan, dengan

adanya kepuasan pelanggan dapat menimbulkan kepercayaan bagi pelanggan.

Secara keseluruhan hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kepuasan

pelanggan PDAM Jayapura mampu berperan sebagai mediasi hubungan antara

komitmen pelayanan prima terhadap kepercayaan pelanggan. Kepuasan sebagai

variabel mediasi didukung oleh pendapat yang dikemukakan Kotler (2008),

175

175

Mowen (2002), Dabholkar et al. (2000), kualitas pelayanan mempengaruh

kepuasan pelanggan dan selanjutnya menimbulkan minat untuk berperilaku.

Penelitian terdahulu yang dikemukakan Selnes (1998), kepuasan sebagai

mediasi hubungan antara komitmen terhadap kepercayaan. Yap et al. (2012),

kepuasan sebagai mediasi hubungan antara kualitas pelayanan terhadap

kepercayaan. Hasil penelitian ini mendapatkan dukungan baik secara empiris

maupun teoritis.

5.8.8. Relasional Kepuasan Pelanggan terhadap Nilai Pelanggan dan

Kepercayaan Pelanggan

Nilai pelanggan yang dirasakan oleh pelanggan PDAM Jayapura memiliki

pengaruh yang tidak signifikan terhadap kepuasan pelanggan. Hasil penelitian ini

menunjukkan bahwa semakin meningkat nilai pelanggan belum memiliki dampak

terhadap kepuasan pelanggan. Kepuasan pelanggan yang dirasakan pelanggan

PDAM Jayapura berpengaruh signifikan terhadap kepercayaan pelanggan. Hasil

penelitian ini menolak hipotesis penelitian ke-8 (H8), yang mengatakan bahwa

kepuasan pelanggan menjadi mediasi pengaruh hubungan antara nilai

pelanggan terhadap kepercayaan pelanggan.

Secara empirik, indikator yang paling berperan membentuk kepuasan

pelanggan adalah indikator keluhan pelanggan. Pada nilai pelanggan indikator

yang berperan adalah pelayanan yang bernilai, sedangkan pada kepercayaan

pelanggan indikator yang paling berperan adalah indikator memiliki kemampuan

dan integritas dalam pelayanan. Petugas PDAM Jayapura perlu memperhatikan

memberikan pelayanan yang bernilai terhadap keluhan pelanggan dan agar

berdampak pada kepuasan pelanggan yang signifikan sehingga pelanggan

merasakan PDAM Jayapura memiliki kemampuan dan integritas tinggi dalam

pelayanan terhadap keluhan pelanggan.

176

176

Nilai pelanggan (customer value) adalah pilihan yang dirasakan

pelanggan dan evaluasi terhadap artibut produk dan jasa, kinerja atribut dan

konsekuensi yang timbul dari penggunaan produk untuk mencapai tujuan dan

maksud pelanggan ketika menggunakan produk (Woodruff, 1997). Nilai

pelanggan dan kepuasan memiliki hubungan yang terkait erat dan mempunyai

dampak yang baik pada pelanggan untuk berkeinginan melanjutkan hubungan

(Woodruff, 1997). Jones dan Sasser (1995), memberikan nilai bagi pelanggan

yang luar biasa sebagai satu-satunya cara yang dapat diandalkan untuk

mencapai kepuasan pelanggan yang berkelanjutan dan loyalitas. Pernyataan

yang dikemukakan Woodruff (1997), Jones dan Sasser (1995), menunjukkan

bahwa kepuasan pelanggan dapat digunakan sebagai mediasi hubungan antara

nilai pelanggan dengan keputusan pembelian.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa nilai pelanggan tidak

berpengaruh terhadap kepuasan pelanggan tidak didukung penelitian terdahulu

oleh Wu et al. (2009), Chen et al. (2012), Ulaga dan Eggert (2006), Zhu dan

Chen (2012), yang menyatakan bahwa nilai pelanggan memiliki pengaruh

terhadap kepuasan pelanggan. Pada penelitian terdahulu tersebut dilakukan

pada subyek penelitian yang berorientasi keuntungan dan adanya persaingan

yang ketat, sehingga memperkuat nilai pelanggan untuk menghasilkan kepuasan

pelanggan menjadi fokus dari perusahaan agar mendapatkan loyalitas bagi

pelanggan dan selanjutnya menghasilkan keuntungan yang berkelanjutan bagi

perusahaan. Berbeda dengan hasil penelitian ini karena dilakukan pada PDAM

Jayapura yang merupakan perusahaan tunggal monopoli yang menyediakan

kebutuhan air bersih bagi pelanggannya. Memperkuat nilai pelanggan bukan

menjadi tuntutan utama bagi PDAM Jayapura, karena usaha penyediaan air

bersih yang dilakukannya tanpa ancaman memiliki pesaing lain.

177

177

Kepuasan pelanggan secara signifikan berpengaruh terhadap

kepercayaan pelanggan, hal ini menunjukkan bahwa kepuasan yang dirasakan

oleh pelanggan mampu memberikan dampak yang positif bagi kepercayaan

pelanggan. Kepercayaan dalam literatur marketing relationship (hubungan

pemasaran), dikonseptualisasikan ketika salah satu pihak memiliki keyakinan

adanya keandalan dan integritas dari pihak yang lain (Morgan dan Hunt, 1994).

Kepercayaan dipandang memiliki peranan yang penting dalam proses

membangun dan mempertahankan hubungan (Bejou et al., 1998). Kepuasan

yang dirasakan pelanggan dapat membangun kepercayaan dalam rangka

memastikan adanya keuntungan ekonomi dan hubungan jangka panjang

(Morgan dan Hunt, 1994). Hubungan jangka panjang akan terjadi apabila

kepuasan pelanggan dapat menimbulkan kepercayaan pada pelanggan

(Garbarino dan Johnson, 1999). Pernyataan yang dikemukakan Morgan dan

Hunt (1994), Bejou et al. (1998), Garbarino dan Johnson (1999),

mengindikasikan bahwa kepuasan pelanggan memiliki hubungan dengan

kepercayaan pelanggan, kepuasan yang dirasakan oleh pelanggan mampu

menghasilkan kepercayaan yang tinggi pada pelanggan. Pendapat tersebut

mendukung hasil penelitian bahwa kepuasan pelanggan PDAM Jayapura

memiliki pengaruh positif terhadap kepercayaan pelanggan.

Hasil penelitian ini didukung secara teoritis, oleh teori relationship

marketing (relasional pemasaran). Gronroos (2000), mengemukakan bahwa

membangun, memelihara dan meningkatkan relasi dengan pelanggan

memberikan keuntungan dalam jangka panjang. Morgan & Hunt (1994) dan Ha

(2004), berpendapat kepercayaan pelanggan diperoleh dari kepuasan yang

dirasakan pelanggan sehingga dapat menghasilkan pelanggan yang setia. Hasil

penelitian ini juga didukung oleh penelitian sebelumnya oleh Selnes (1998),

kepuasan memiliki dampak kepada kepercayaan guna meningkatkan relasi

178

178

antara pembeli dan pemasok. Yap et al. (2012), kepuasan memiliki dampak

positif pada kepercayaan dan kepercayaan menyebabkan loyalitas nasabah

bank, penanganan keluhan yang baik oleh bank juga akan meningkatkan

kepuasan, kepercayaan dan loyalitas. Ribbink et al. (2004), kepercayaan

pelanggan online dibangun melalui kepuasan pelangan sehingga mempengaruhi

loyalitas. Horppu et al. (2008), kepuasan pelanggan pengguna situs web mampu

meningkatkan kepercayaan dan sebagai penentu loyalitas situs web.

Penelitian yang sama dengan hasil penelitian terdahulu tersebut

didasarkan pada pendapat yang menyatakan bahwa kepuasan yang dirasakan

oleh pelanggan dapat menciptakan kepercayaan bagi pelanggan. Perusahaan

akan selalu berusaha untuk meningkatkan kepuasan bagi pelanggan,

selanjutnya pelanggan yang memiliki kepuasan dapat meningkatkan

kepercayaan pelanggan.

Hasil penelitian ini menujukan bahwa kepuasan pelanggan tidak berperan

sebagai mediasi hubungan antara nilai pelanggan terhadap kepercayaan

pelanggan. Penelitian ini kurang mendukung penelitian yang dikemukakan oleh

Selnes (1998), kepuasan berpengaruh signifikan terhadap kepercayaan

hubungan penjual dan pembeli dan komitmen berpengaruh signifikan terhadap

kepuasan, Yap et al. (2012), kualitas layanan berpengaruh terhadap kepuasan,

dan kepuasan berpengaruh terhadap kepercayaan. Chen et al. (2012), nilai

pelanggan berpengaruh signifikan terhadap kepuasan. Zhu dan Chen (2012),

nilai yang dirasakan pelanggan berpengaruh signifikan terhadap kepuasan. Hasil

penelitian yang dikemukakan Selnes (1998) dan Yap et al. (2012), Chen et al.

(2012), Zhu dan Chen (2012), menunjukkan bahwa kepuasan pelanggan

mampu menjadi mediasi hubungan antara nilai pelanggan dengan kepercayaan

pelanggan. Sedangkan pada penelitian ini, nilai pelanggan yang dihasilkan oleh

PDAM Jayapura kurang mampu memberikan dukungan untuk memberikan

179

179

dampak yang positif terhadap kepuasan pelanggan, sehingga kepuasan

pelanggan tidak mampu menjadi mediasi hubungan antara nilai pelanggan

terhadap kepercayaan pelanggan.

Hasil penelitian ini tidak mendukung baik secara teoritis maupun empiris,

secara teoritis kurang mendukung teori relationship marketing yang dikemukakan

Berry (1995), hubungan pemasaran dalam area pemasaran jasa diartikan

sebagai upaya untuk menarik, memelihara, dan meningkatkan relasi dengan

pelanggan, pada penelitian ini nilai pelanggan tidak mampu memberikan dampak

terhadap kepuasan pelanggan, sehingga kepuasan pelanggan tidak mampu

berperan sebagai mediasi hubungan antara nilai pelanggan dengan kepercayaan

pelanggan. Secara empiris penelitian ini tidak mendukung penelitian yang

dilakukan Selnes (1998) dan Yap et al. (2012), Chen et al. (2012), Zhu dan

Chen (2012, bahwa kepuasan pelanggan mampu menjadi mediasi hubungan

antara nilai pelanggan dengan kepercayaan pelanggan.

5.9 Implikasi Hasil Penelitian

Berdasarkan analisis dan pembahasan hasil penelitian, terdapat implikasi

teoritis dan implikasi praktis yang dapat disampaikan dari temuan penelitian ini.

5.9.1 Implikasi Teoritis

1. Kepuasan pelanggan berperan penting sebagai mediasi hubungan antara

kualitas pelayanan terhadap kepercayaan pelanggan. Kepuasan pelanggan

yang diukur dalam penelitian ini didasarkan pada dimensi pengukuran yang

diambil dari penelitian yang dilakukan Verhoef et al. (2002), Kassim dan

Abdullah (2010) yang meliputi, memberikan perhatian pribadi, kesediaan

menjelaskan prosedur, menanggapi keluhan pelanggan, hubungan yang baik

dengan pelanggan, puas dengan layanan yang diberikan. Penggunaan

indikator pengukuran ini didasarkan pada lingkup aktivitas yang dilakukan oleh

180

180

PDAM Jayapura dalam memberikan pelayanan kepada pelanggan, indikator

ini diharapkan dapat memberikan gambaran tentang kepuasan sesungguhya

yang dialami oleh pelanggan dalam mendapatkan pelayanan dari perusahaan.

Secara teoritis penelitian ini didasarkan pada teori pemasaran khususnya teori

relationship marketing dari Berry (1983), relasional pemasaran merupakan

upaya pemasaran yang dilakukan untuk menarik, mempertahankan dan

meingkatkan relasi dengan pelanggan. Gronroos (2000), relasional

pemasaran merupakan aktivitas yang dilakukan perusahaan mengidentifikasi,

menetapkan, mempertahankan dan meningkatkan relasi dengan pelanggan

dan stakeholder lainnya yang berorientasi pada keuntungan. Sedangkan

Morgan dan Hunt (1994) yang mengungkapkan dua aspek kunci sebagai

penggerak kerjasama dalam relasi antara kedua belah pihak, yaitu

kepercayaan dan komitmen. Teori relationship marketing yang dikemukakan

Berry (1983), Gronroos (2000), Morgan dan Hunt (1994), menunjukkan bahwa

aktivitas pemasaran yang dilakukan perusahaan meliputi kualitas pelayanan,

komitmen dan kepercayaan. Pada penelitian ini memasukan kepuasan

pelanggan sebagai mediasi relasi antara kualitas pelayanan terhadap

kepercayaan pelanggan. Kepuasan pelanggan dapat dimasukkan sebagai

upaya pemasaran dalam menarik, mempertahankan dan meningkatkan relasi

pelanggan dalam teori hubungan pemasaran. Pada penelitian ini relasi antara

kualitas pelayanan, kepuasan pelanggan dan kepercayaan pelanggan

dilakukan secara simultan, sehingga dapat dijelaskan peranan kepuasan

pelanggan sebagai mediasi relasi antara kualitas pelayanan terhadap

kepercayaan pelanggan.

2. Temuan penelitian ini selanjutnya adalah peranan komitmen pelayanan prima

sebagai mediasi relasi antara kualitas pelayanan terhadap kepercayaan

pelanggan, dimana komitmen pelayanan bukan merupakan mediasi relasi

181

181

antara kualitas pelayanan terhadap kepercayaan pelanggan. Komitmen

pelayanan prima dapat menghasilkan kepercayaan pelanggan apabila

dimediasi oleh kepuasan pelanggan. Hasil penelitian ini secara teoritis sesuai

dengan teori relationship marketing yang dikemukakan Morgan dan Hunt

(1994), dimana mengungkapkan dua aspek kunci sebagai penggerak

kerjasama dalam hubungan antara kedua belah pihak adalah kepercayaan

dan komitmen. Hasil penelitian ini merupakan pengembangan dari teori

relationship marketing (relasional pemasaran), yaitu dengan menambahkan

kepuasan pelanggan. Pada penelitian ini kualitas pelayanan memiliki

pengaruh terhadap komitmen pelayanan prima, dan komitmen pelayanan

prima memiliki pengaruh terhadap kepuasan pelanggan dan selanjutnya

kepuasan pelanggan mempengaruhi kepercayaan pelanggan. Hasil penelitian

ini dapat memberikan masukan untuk memasukkan kepuasan pelanggan

sebagai mediasi relasi antara komitmen pelayanan prima terhadap

kepercayaan pelanggan. Selain itu komitmen pelayanan prima sebetulnya

adalah pengembangan dari teori komitmen organisasional Meyer dan Allen

(1991), yang merumuskan tiga dimensi komitmen dalam berorganisasi, yaitu:

komitmen afektif, komitmen berkelanjutan, dan komitmen normatif. Komitmen

pelayanan prima merupakan komitmen dari karyawan untuk memberikan

pelayanan yang terbaik dalam memenuhi harapan dan kebutuhan pelanggan,

pada penelitian ini dimensi komitmen yang digunakan terdiri dari: sikap,

perhatian, keterbukaan, kejelasan, dan ketepatan waktu.

3. Nilai pelanggan yang dirasakan dipengaruhi oleh kualitas pelayanan, nilai

pelanggan secara langsung tidak berpengaruh terhadap kepuasan pelanggan,

akan tetapi berpengaruh secara langsung terhadap kepercayaan pelanggan.

Hasil penelitian tentang relasi antara nilai pelanggan terhadap kepuasan

pelanggan tidak sejalan dengan pernyataan yang dikemukakan Kotler dan

182

182

Keller (2008), suatu perusahaan berhasil menawarkan produk/jasa kepada

pelanggan apabila mampu memberikan nilai dan kepuasan. Pada penelitian

ini nilai yang dirasakan pelanggan kurang memberikan dampak pada

kepuasan pelanggan karena pelanggan merasa nilai uang yang dikeluarkan

belum sesuai dengan prodak air bersih yang diharapkan. Selain itu hasil

penelitian ini juga tidak sesuai dengan hasil penelitian sebelumnya yang

dilakukan oleh Wu et al. (2009), Chen et al. (2012), Ulaga dan Eggert (2006),

Zhu dan Chen (2012), dimana hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai yang

dirasakan pelangan memberikan dampak terhadap kepuasan pelanggan.

Hasil penelitian ini mendukung teori relationship marketing yang dikemukakan

Berry (1983) dan Morgan dan Hunt (1994) bahwa relasi dengan pelanggan

dapat dikembangkan melalui nilai, komitmen dan kepercayaan.

5.9.2 Implikasi Praktis

1. Kualitas pelayanan yang diberikan oleh PDAM Jayapura perlu untuk

ditingkatkan, hal ini mengingat bahwa persepsi pelanggan tentang kualitas

PDAM Jayapura masih berada pada kategori persepsi “kurang baik”.

Perusahaan untuk dapat berkembang dan maju adalah perusahaan yang

mampu memberikan persepsi pelayanan “baik” dan bahkan “sangat baik”

kepada pelanggan, dimana pelanggan merasa mendapatkan perhatian dan

miliki relasi baik dengan perusahaan sehingga akan menimbulkan sikap loyal

(setia) dari pelanggan terhadap perusahaan. PDAM Jayapura perlu untuk

meningkatkan daya tanggap (resposiveness) dan keandalan (reliability)

karyawan secara profesional dalam memberikan pelayanan kepada

pelanggan. Perusahaan dapat melakukan pengawasan secara langsung

terhadap karyawan yang sedang melakukan pelayanan kepada pelanggan,

dan juga menanyakan secara langsung kepada pelanggan tentang kualitas

183

183

pelayanan yang telah diberikan perusahaan kepada pelanggan. Peningkatan

daya tanggap (resposiveness) dan keandalan (reliability) karyawan dapat

dilakukan dengan memberikan pelatihan kepada karyawan yang secara

langsung dalam memberikan pelayanan kepada pelanggan.

2. PDAM Jayapura masih perlu meningkatkan komitmen pelayanan prima yang

sudah dilakukan selama ini. Komitmen pelayanan prima PDAM Jayapura yang

masih perlu mendapatkan perhatian adalah “ketepatan waktu” pelayanan.

Petugas PDAM Jayapura dianggap masih belum sungguh-sungguh menepati

janji yang telah disepakati dengan pelanggan, misalnya perbaikan jaringan air

bersih akan dilaksanakan pada hari tertentu dan jam tertentu, ternyata

petugas tidak datang sesuai dengan waktu yang telah disepakati. Hal tersebut

menimbulkan kekecewaan bagi pelanggan yang telah menyisihkan waktunya

untuk menunggu kedatangan petugas agar dapat memperbaiki jaringan air

bersih yang bermasalah. Pimpinan PDAM Jayapura hendaknya secara

langsung melakukan monitoring atas jadwal pelayanan yang ada setiap hari,

sehingga dapat memberikan perintah kepada petugas untuk mendatangi

pelanggan sesuai dengan waktu yang disepakati. Peranan pimpinan pada

bagian pengaduan sangatlah penting untuk diperhatikan, dengan adanya

pimpinan yang selalu melakukan pengawasan secara langsung dan

berkesinambungan dapat meningkatkan komitmen pelayanan prima dari

karyawan PDAM Jayapura.

3. Manajemen PDAM Jayapura perlu melakukan perbaikan dalam organisasi

perusahaan, mulai dari rekrutmen dan promosi karyawan sesuai dengan

kebutuhan organsiasi, agar dapat memberikan dukungan sepenuhnya pada

peningkatakan kualitas pelayanan dan komitmen pelayanan prima bagi

pelanggan. Perusahaan perlu untuk meningkatkan kualitas sumberdaya

manusia melalui pelatihan dan pengembangan profesionalisme agar pegawai

184

184

memiliki kapasitas yang sesuai untuk meningkatkan kualitas pelayanan

kepada pelanggan. Penempatan pegawai hendaknya disesuaikan dengan

kapasitas yang dimiliki, sehingga pegawai dapat menjalankan pekerjaannya

dengan optimal, sesuai dengan kemampuan yang dimiliki. Pengawasan

kepada pegawai hendaknya selalui dilakukan guna memberikan arahan dan

perintah yang sesuai dengan tugas pokok dan fungsi dari masing-masing

karyawan. Manajemen PDAM Jayapura perlu untuk memberikan perhatian

yang besar terhadap sumberdaya manusia yang dimiliki saat ini guna

ditingkatkan dan memiliki kemampuan untuk menjalakan tugas pokok dan

fungsinya dengan sebaik-baiknya.

4. Upaya meningkatkan kepercayaan pelanggan PDAM Jayapura dengan

strategi mendasar adalah memperbaiki dan meningkatkan kualitas pelayanan

agar memberi kepuasan kepada pelanggannya. Kepuasan pelanggan

merupakan respon dari pelanggan atas kualitas pelayanan yang telah

didapatkan selama menjadi pelanggan PDAM Jayapura. Kepuasan yang

dirasakan oleh pelanggan PDAM Jayapura telah mampu memberikan

pengaruh kepada kepercayaan pelanggan, membangun kepercayaan

merupakan komponen yang penting bagi perusahaan agar pelanggan

bersedia membagi informasi kepada pelanggan lainnya yang dianggap

penting dan mampu menciptakan loyalitas bagi pelanggan. Kepercayaan yang

semakin tinggi dari pelanggan menjadi komponen fundamental bagi

perusahaan untuk menciptakan hubungan pelanggan sejati.

5.10 Keterbatasan Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada PDAM Jayapura yang memiliki situasi dan

kondisi yang spesifik dengan latar belakang budaya dan permasalahan yang

dihadapi. Hasil penelitian ini tidak dapat dilakukan generalisasi dengan

185

185

organisasi PDAM lainnya, tetapi kerangka konseptual penelitian ini dapat

dijadikan acuan pengembangan penelitian pada organisasi PDAM di daerah lain.

Penelitian ini terbatas pada persepsi pelanggan terhadap pelayanan

penyediaan air bersih PDAM Jayapura belum mencakup budaya perusahaan,

kinerja karyawan dan strategi pelayanan perusahaan. Selain itu, dari sejumlah

215 kuesioner yang dibagikan kepada responden, sebanyak 15 responden

(6,98%) tidak mengisi lengkap kuesionernya, karena responden merasa sulit

memberikan persepsi penilaian yang obyektif.

186

186

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan analisis relasi antar variabel melalui pengujian hipotesis

penelitian, diperoleh kesimpulan dan saran sebagai berikut:

6.1 Kesimpulan

1. Kualitas pelayanan yang diberikan oleh PDAM Jayapura masih berkisar

pada kategori persepsi “kurang baik”, padahal mempengaruhi komitmen

pelayanan prima, nilai pelanggan dan kepuasan pelanggan. Pelanggan

memberikan nilai persepsi tertinggi pada “bukti fisik (tangible)”, karena

menganggap kantor terletak di lokasi strategis, fasilitas kantor memadai,

jaringan perpipaan dengan meteran-air yang masih berfungsi. Secara

empiris yang berperan menonjol mencerminkan kualitas pelayanan

adalah “kepedulian atau empati (empathy)”, jadi memperbaiki persepsi

kualitas pelayanan PDAM Jayapura dengan meningkatkan sikap

kepedulian karyawan (petugas) memahami masalah yang dihadapi

pelanggan dan upaya tindakan sesuai keluhan pelanggan adalah sangat

penting.

2. Komitmen pelayanan prima yang diberikan oleh PDAM Jayapura masih

pada kategori persepsi “kurang baik” padahal berpengaruh positif terhadap

kepuasan pelanggan, walaupun tidak memberikan dampak langsung

terhadap kepercayaan pelanggan. Komitmen petugas PDAM Jayapura

memberikan pelayanan prima kepada pelanggan masih pada pemahaman

terpenuhinya kebutuhan air bersih secara fisik, belum menyentuh

kepuasan pelanggan secara personal sehingga kurang berdampak

langsung pada kepercayaan pelanggan. Timbulnya kepercayaan

187

187

pelanggan bila komitmen pelayanan prima dari karyawan (petugas) PDAM

Jayapura memberikan kepuasan penyediaan air bersih sesuai yang

diharapkan pelanggan. Hasil ini memberikan indikasi bahwa kepuasan

pelanggan sebagai mediasi hubungan antara komitmen pelayanan prima

dengan kepercayaan pelanggan. Komitmen pelayanan prima yang

dipersepsikan pelanggan paling tinggi nilainya adalah “sikap” perilaku

karyawan (petugas) PDAM Jayapura yang memberikan pelayanan dengan

ramah kepada pelanggan. Komitmen pelayanan prima yang dianggap

paling berperan secara empiris adalah “keterbukaan” dari petugas untuk

memberikan informasi yang benar kepada pelanggan. Pada penelitian ini

komitmen pelayanan prima yang diberikan kepada pelanggan

mempengaruhi kepuasan pelanggan sehingga bisa meningkatkan

kepercayaan pelangan PDAM Jayapura.

3. Nilai pelanggan yang dimiliki oleh PDAM Jayapura walaupun belum

mampu memberikan kepuasan kepada pelanggan karena berkisar pada

kategori persepsi “tidak baik”, tetapi mampu memberikan pengaruh

langsung kepada kepercayaan pelanggan. Hal ini menunjukkan bahwa

ikatan emosional yang terjalin antara pelanggan dengan PDAM Jayapura

dalam kurun waktu lama mampu meningkatkan kepercayaan kepada

pelanggan, tetapi tidak memiliki pengaruh bagi kepuasan pelanggan,

karena kepuasan pelanggan merupakan respon pelanggan atas

ketidaksesuain antara harapan dan kenyataan yang dirasakan pelanggan.

Nilai pelanggan PDAM Jayapura belum berpengaruh langsung kepada

kepuasan pelanggan, karena orientasi nilai pelanggan dari perusahaan

cenderung kepada pelayanan air bersih yang mampu disediakan

perusahaan bagi pelanggan dan bukan yang diharapkan pelanggan. Nilai

pelanggan yang dipersepsikan paling tinggi oleh pelanggan adalah “nilai

188

188

uang yang sesuai”, pelanggan belum merasa puas dengan biaya yang

dikeluarkan untuk mendapatkan pelayanan air bersih dari PDAM Jayapura

karena faktor kwantitas, kualitas dan kontinuitas penyediaan air bersih.

Secara empiris peran yang menonjol membentuk nilai pelanggan adalah

“pelayanan yang bernilai”, artinya PDAM Jayapura memberikan pelayanan

terbaik sesuai yang diharapkan pelanggan akan meningkatkan nilai

pelanggan yang berdampak pada kepuasan dan meningkatnya

kepercayaan pelanggan.

4. Kepuasan yang dirasakan oleh pelanggan PDAM Jayapura masih berkisar

pada kategori persepsi “kurang baik”, tetapi telah mampu mempengaruhi

kepercayaan pelanggan. Kepuasan pelanggan juga berperan sebagai

mediasi relasi antara kualitas pelayanan terhadap kepercayaan pelanggan

dan mediasi relasi antara komitmen pelayanan prima terhadap

kepercayaan pelanggan. Kepuasan pelanggan memiliki peranan yang

strategis untuk meningkatkan kepercayaan bagi pelanggan sehingga bisa

memberi dukungan bagi pengembangan perusahaan. Kepuasan

pelanggan yang dipersepsikan paling banyak adalah “keluhan pelanggan”,

karena petugas PDAM Jayapura dianggap bersedia memberikan

tanggapan terhadap keluhan pelanggan. Sedangkan secara empiris yang

berperan besar terhadap pembentukan kepuasan pelanggan juga adalah

“keluhan pelanggan”. Kesediaan petugas PDAM Jayapura memberi

tanggapan pada keluhan pelanggan dan merespon dengan cepat

menyelesaikan keluhan pelanggan akan meningkatkan kepuasan

pelanggan yang berdampak positif meningkatnya kepercayaan pelanggan.

5. Kepercayaan pelanggan merupakan keyakinan pelanggan terhadap

pelayanan air bersih dari PDAM Jayapura secara kuantitas, kualitas, dan

berkesinambungan, dari hasil penelitian ini kepercayaan pelanggan masih

189

189

berkisar pada kategori persepsi “kurang baik”. Kepercayaan pelanggan

tersebut tidak berdiri sendiri, akan tetapi merupakan dampak dari faktor

lainnya. Kepercayaan pelanggan PDAM Jayapura merupakan hasil relasi

langsung dari kepuasan pelanggan dan nilai pelanggan. Pelanggan yang

memiliki kepuasan dan nilai yang dirasakan pelanggan memiliki dampak

kepada kepercayaan pelanggan. Kepercayaan pelanggan yang dihasilkan

dapat bermanfaat bagi kelanjutan hubungan yang positif dengan

pelanggan. Kepercayaan yang dipersepsikan paling banyak oleh

pelanggan adalah “memiliki keandalan”, PDAM Jayapura dianggap

memiliki keandalan dalam memenuhi kebutuhan air bersih karena sudah

terbukti menjadi langganan PDAM Jayapura lebih dari sembilan tahun.

Secara empiris peran yang menonjol membangun kepercayaan pelanggan

adalah “kemampuan dan integritas”, peningkatan profesionalisme

karyawan (petugas) akan berdampak positif pada PDAM Jayapura yang

dipercaya mempunyai kemampuan dan integritas tinggi pelayanan bagi

pelanggan.

6.2 Saran

1. Kualitas pelayanan PDAM Jayapura yang penting ditingkatkan adalah daya

tanggap (responsiveness) yaitu, kemampuan petugas untuk membantu

pelanggan dan merespon permintaan mereka dengan segera. PDAM

Jayapura seringkali terlambat dalam menanggapi keluhan adanya air

bersih yang tidak mengalir kerumah pelanggan. Hal ini berkaitan dengan

adanya gangguan jaringan pipa air yang rusak, perbaikan pipa tersebut

memerlukan waktu yang relatif lama, sehingga terlambat menyalurkan

kembali air bersih ke tempat pelanggan. Perhatian perusahaan dengan

190

190

menghubungi pelanggan memberikan informasi lamanya waktu perbaikan

akan memberikan kepastian dan harapan bagi pelanggan.

2. Komitmen pelayanan prima masih perlu untuk ditingkatkan terutama pada

ketepatan waktu yang telah dijanjikan. Ketepatan waktu dalam memberikan

pelayanan merupakan salah indikator yang penting untuk menunjukkan

adanya komitmen pelayanan prima dari PDAM Jayapura terhadap

pelanggannya. Perusahaan hendaknya mengembangkan standar

pelayanan secara tertulis bagi karyawan. Apabila terjadi kerusakan yang

besar perbaikan dapat dilakukan sekian hari, kerusakan sedang dapat

diselesaikan sekian hari dan kerusahan kecil waktu perbaikannya lebih

rendah. Tersedianya standar tersebut dapat mengurangi adanya

ketidaktepatan waktu dalam memberikan pelayanan kepada pelanggan.

3. Nilai pelanggan yang masih dirasakan “tidak baik” oleh pelanggan adalah

harga yang sesuai, dimana pelanggan merasakan bahwa biaya yang

dikeluarkan untuk mendapatkan air bersih kurang sebanding dengan yang

diperoleh selama ini. Air bersih yang disediakan PDAM Jayapura masih

didistrubsi secara bergilir, pada musim hujan terkadang air keruh tidak

layak dikonsumsi dan gangguan kebocoran pipa sehingga pelanggan

merasa bahwa biaya yang dikeluarkan untuk mendapatkan air bersih

dirasakan tidak sebanding dengan air bersih yang diterima. PDAM

Jayapura dapat memperbanyak ketersediaan sumber-sumber air bersih

bagi pelanggan. Pemeliharaan dan perbaikan jaringan perpipaan air bersih

hendaknya dilakukan secara berkala dan berkelanjutan sehingga dapat

mengurangi terjadinya kerusakan pada perpipaan dan meteran-air

pelanggan. Perbaikan dan memperbanyak sumber air bersih oleh PDAM

Jayapura diharapkan dapat memberikan solusi untuk meningkatkan nilai

pelanggan terhadap PDAM Jayapura.

191

191

4. Kepuasan pelanggan terhadap PDAM Jayapura juga masih perlu untuk

ditingkatkan, terutama berkaitan dengan perhatian personal (pribadi), yaitu

kesediaan petugas untuk memberikan pelayanan secara personal kepada

pelanggan. Hal ini berkaitan dengan adanya jaringan perpipaan yang tidak

mengalirkan air bersih secara lancar sehingga pelanggan tidak

mendapatkan air. Petugas perusahaan yang kurang bersedia melakukan

perbaikan diluar jam kerja yang telah ditentukan, sehingga pelanggan

merasa dirugikan. PDAM Jayapura supaya menyediakan karyawan

sebagai petugas khusus di luar jam kerja untuk memberikan penanganan

yang cepat atas keluhan pelanggan. Adanya petugas khusus tersebut

merupakan upaya untuk memberikan perhatian secara personal kepada

pelanggan, sehingga pelanggan dapat merasakan kepuasan atas

pelayanan yang telah diberikan.

5. PDAM Jayapura masih belum sepenuhnya mendapatkan kepercayaan dari

pelanggan. Karyawan perusahaan dianggap masih belum profesional

memenuhi janji kepada pelanggan, sehingga pelanggan kurang memiliki

kepercayaan. PDAM Jayapura dapat melakukan perbaikan dengan

memberikan pelatihan kepada karyawan yang secara langsung

berhubungan dengan pelanggan, misalnya bagian pelayanan di kantor,

petugas pencatatan meteran-air dan perbaikan jaringan perpipaan. Hal ini

dimaksudkan memberikan kesadaran kepada karyawan akan pentingnya

memenuhi janji yang telah diberikan kepada pelanggan, khususnya dalam

menyediakan air bersih yang bermutu, lancar dan berkelanjutan. Petugas

yang handal dapat memberikan respon yang cepat atas janji yang

diberikan kepada pelanggan, sehingga meningkatkan kepercayaan dari

pelanggan.

192

192

6. PDAM Jayapura bisa mempertimbangkan opsi melakukan kontrak kerja

pelayanan pelanggan dengan pihak ketiga untuk mengatasi keluhan

penyediaan air bersih, kontrak berdasarkan target kasus tanpa dibatasi jam

kerja pelayanan normal. Pertimbangannya bila kinerja pelayanan pihak

ketiga tersebut kurang memuaskan dapat diganti dengan pihak lain,

berbeda bila ditangani langsung karyawan perusahaan akan sulit

memberhentikan mereka sewaktu-waktu.

7. PDAM Jayapura sebagai pengelola tunggal air bersih perlu secara berkala

melakukan sosialisasi dengan pelanggan dan masyarakat untuk

mendapatkan saran-saran kostruktif keinginan masyarakat dalam

penyediaan air bersih.

193

193

DAFTAR PUSTAKA

Abadi Yusuf Hidayat. 2007. Pengaruh Kualitas Layanan Terhadap Kepuasan

Pelanggan, Citra Perusahaan Dan Loyalitas Pelanggan Pada Perusahaan Jasa, Fakultas Ekonomi, Ilmu Manajemen, Pasca Sarjana, Universitas Brawijaya, Malang

Albrecht, K. 1995. Delivering customer value: it’s everyone’s job. Portland: Productivity Press

Al-Hawari Mohammad Ahmad. 2011. Automated service quality as a predictor of

customers’commitment A practical study within the UAE retail banking context. Asia Pacific Journal of Marketing and Logistics, Vol. 23, No. 3

Anderson, Erin and Barton Weitz. 1992. The Use of Pladges to Build and Sustain

Commitment in Distribution Channels, Jurnal of Marketing Research, Vol. 29. No.1 18-34.

Anderson, E.W. and Sullivan, M.W. 1993. “The antecedents and consequences of customer satisfaction for firms”. Marketing Science, Vol. 12 (1), pp. 125-143.

Andreassen, T.W. and Lindestad, B. 1997. Customer Loyality and Complex

Services: The Impact of Corporate Image on Quality, Customer Satisfication and Loyality for Customer with Varying Degrees of Service Expertise. The International Journal of Service Industry and Management. Vol. 8, No 4, pp. 1 – 33.

Anuwichanont Jirawat and Mechinda Panisa. 2009. The Impact Of Perceived

Value On Spa Loyalty And Its Moderating Effect Of Destination Equity. Journal of Business & Economics Research. Volume 7, Number 12, pp 73 – 90

Asadollahi Amin, Khanghah Abdollah Rajabi and Fallahhosseini Seyed Sina.

2011. Evaluation of Service Quality, Value and Customer Satisfaction on Consumer Buying Behavior. American Journal of Scientific Research. ISSN 1450-223X Issue 39 (2011), pp. 78-90

Assauri, Sofjan. 2003. "Customer Service yang Baik Landasan Pencapaian

Customer Satisfaction" dalam Usahawan, No. 01, Tahun XXXII, hal. 25-30, Jakarta

Avinandan Mukherjee and Prithwiraj Nath. 2003. A model of trust in online

relationship banking. International Journal of Bank Marketing, Vol. 21 Iss: 1 pp. 5-15

Badan Pendukung Pengembangan Sistem Penyediaan Air Bersih (BPPSPAM)

Tahun 2008

194

194

Barney, J.B., and Hansen, M.H. 1994. Trustwor-thiness as a Source of Competitive Advantage. Journal of Strategic Management, Vol. 15, pp. 175-190.

Barata, Atep Adya, 2004, Dasar-dasar Pelayanan Prima, Cetakan Kedua,

Penerbit : PT. Elex Media Komputindo, Jakarta. Barnes, James G. 2003. Secrets of Customer Relationship Management.

Andreas Winardi (penerjemah). Penerbit Andi. Yogyakarta. Beaton, M. and Beaton C. 1995. Marrying Service Providers and their Clients: A

Relationship Approach to Services Management. Journal of Marketing Management. Vol. 11, pp. 55-70

Bejou, D., Ennew, C.T. and Palmer, A. 1998. Trust, ethics and relationship

satisfaction. International Journal of Bank Marketing, Vol. 16 No. 4, pp. 170-175.

Benkhoff, B. 1997. Ignoring commitment is costly: New approaches to establish

the missing link between commitment and performance. Human Relations, Vol. 50, No. 6, pp. 701-726.

Berghäll, Sami. 2004. Commitment, Trust and Relationships in the Forest Industry – Perceptions of the Finnish Private Forest Owners regarding Industrial Buyers of Round-wood. LTA 3 / 0 4. pp. 247– 261

http://lta.hse.fi/2004/3/lta_2004_03_a1.pdf Berry, L.L. 1983. “Relationship Marketing” in Berry, L.L., G.L. Shostack & G.

Upah (eds.), Emerging Perspectives on Services Marketing. Chicago: American Marketing Association, pp. 25-28.

Berry, L.L. 1986. Retail Business are Service Business, Journal of Retailing, Vol

62, Spring, pp.3-6. Berry, Lonard, L. 1995. “Relation marketing of service-growing interest, emerging

perspective”, Journal of the Academy Marketing Science, Vol. 23 No. 4, pp.236-45

Berry, Leonard, L. 1999. Discovering the Soul of Service. The Free Press. New

York. Berry, L.L and Parasuraman, A. 1992. Prescriptions for a Service Quality

Revolution in America. Organizational Dynamics. Spring. Bhangale. P.P. and Devalkar Rajanikant. 2003. Study the Importance of

Leadership in Construction Projects. International Journal of Latest Trends in Engineering and Technology. Vol. 2, Issue 3, pp. 312 - 318

Bloemer, J. & Odekerken-Schröder, G. 2002. Store satisfaction and store loyalty

explained by customer-and store-related factors. Journal of Consumer Satisfaction, Dissatisfaction and Complaining Behavior, 15, pp. 68-80.

195

195

Blois K. 1999. Trust in business to business relationships: an evaluation of its status. Journal of Management Studies, Vol. 36, No. 2, pp. 197–215.

Boote, J. 1998. “Towards a Comprehensive Taxonomy and Model of Consumer

Complaining Behaviour”. Journal of Consumer Satisfaction, Dissatisfaction and Complaining Behavior. Vol. 11, pp. 140-151.

Bowen, John T, dan Shiang Lih Cheng, 2001. The Relationship Between

Customer Loyalty and Customer satisfaction. International Journal of Comtemporary Hospitality Management. Vol. 13/5, pp. 213 - 217.

Busacca, B. and Castaldo, S. 2003. “Brand knowledge, brand trust and consumer

response: a conceptual framework”. 2nd Workshop “Trust within and between organizations”. Special session “Trust in Marketing”. Amsterdam, October 23-24.

Bussing Andre. 2002. Trust and its Relations to Commitment and Involvement in

Work and Organizations. Journal of Industrial Psychology, Vol. 28 (4), pp. 36-42

Buttle, Francis. 1996. SERVQUAL: Review, Critique, Research Agenda.

European Journal of Marketing. Vol. 30, No. 1, pp. 8 -32 Cambridge International Dictionaries of English. 2006. Cambridge University

Press. Oakleigh Caruana, A. 2002. Service Loyalty: The Effect of Service Quality and The

Mediating Role of Customer Satisfaction. European Journal of Marketing. Vol. 36 No.7/8, pp. 811-955.

Chang, Hsiang Chu and Johnson Russell. 2006. “I” is to Continuance as “We” is

to Affective: The Relevance of the Self Concept to Organizational Commitment, Journal of Organizational Behavior, Vol. 27, pp. 549-570

Chen Houn-Gee, Julie Yu-Chih Liu, Tsong Shin Sheu, Ming-Hsien Yang. 2012.

The impact of financial services quality and fairness on customer satisfaction. Managing Service Quality, Vol. 22 Iss: 4 pp. 399 - 421

Chen Po-Tsang and Hu Hsin-Hui. 2010. How determinant attributes of service

quality influence customer-perceived value: An empirical investigation of the Australian coffee outlet industry. International Journal of Contemporary Hospitality Management, Vol. 22 Iss: 4 pp. 535 – 551

Chen, Tser-yieth, Pao-Long Chang dan Hong-Sheng Chang. 2005. Price, brand

cues and banking customer value, International Journal of Bank Marketing. Vol. 23, No. 3, pp. 273–289.

Chien-Lung Hsu, Chia-Chang Liu and Yuan-Duen Lee. 2010. Effect of

commitment and trust towards micro blogs on consumer behavioral intention: a relationship marketing perspective. International Journal of Electronic Business Management, Vol. 8, No. 4, pp.292-303

196

196

Chiou, J.S. 1999. “A Contingency Framework of Satisfaction Formation”. Journal of Customer Satisfaction, Dissatisfaction and Complaining Behavior. Vol. 12, pp. 81-89.

Churchill, G.A.Jr. and C. Surprenant. 1982. “An Investigation Into the

Determinants of Customer Satisfaction”. Journal of Marketing Research. Vol. 19, November, pp. 491-504.

Costable, M. 1998. Customer Satisfaction and Trust into the Resource-Based

Perspective. Research Propositions Endorsing the Confirmation/ Disconfirmation Paradigm, in Andersson P.(edited by), Market Relationships, proceedings of the 27th EMAC Conference, pp.77-97.

Creswell, John, W. 2010. Research Design. Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif dan

Mixed. Edisi Ketiga Achmad Fawaid (penerjemah). Pustaka Pelajar. Yogyakarta.

Cronin, J. J., Brady, M. K., & Hult, G. T. M. 2000. Assessing the effects of quality,

value, and customer satisfaction on consumer behavioral intentions in service environments. Journal of Retailing, Vol. 76, No. 2, pp. 193-218.

Dabholkar, P.C., Shepherd, D., dan Thorpe, D.I. 2000. A Comprehensive

Framework for Service Quality: An Investigation of Critical Conceptual and Measurement Issues Through a Longitudinal Study. Journal of Retailing. Vol. 76, No. 2, pp. 139-173.

Day, Eilen. 2002. The Role of Value in Consumer Satisfaction. Journal of

Consumer Satisfaction, Dissatifaction and Complaining Behavior. Vol. 15,

pp. 22 – 32

De Ruyter Ko, Moorman Luci and Lemmink Jos. 2001. Antecedents of

Commitment and Trust in Customer–Supplier Relationships in High Technology Markets. Industrial Marketing Management,Vol. 30, pp. 271–286

Deutsch, M. 1973. The Resolution of Conflict. Yale University Press. New Haven,

CT DeVrye, Catherine. 2000. Good service is good business: 7 simple strategies for

success. 2nd ed. Frenchs Forest, N.S.W.: Prentice Hall. Doney Patricia M., Barry James M. and Abratt Russell. 2007. Trust determinants

and outcomes in global B2B services. European Journal of Marketing, Vol. 41 No. 9/10, pp. 1096 - 1116

Doney, P.M, and Cannon, J.P. 1997. An Examination of The Nature of Trust in

Buyer-Seller Relationships. Journal of Marketing, Vol. 61, No. 2, pp 35-51. Duffy, D.L. 1998. “Customer loyalty strategies”. Journal of Consumer Marketing.

Vol. 15 No. 5, pp. 435 – 48.

197

197

Durkin, Mark. 1999. Employee Commitment in Retail Banking: Identifying and Exploring Hidden Dangers. International Journal of Bank Marketing, Vol 17. 3, pp. 124-134.

Dwiyanto Agus dan Kusumasari Bevaola. 2003. "Reformasi Pelayanan Publik:

Apa yang Harus Dilakukan?" dalam Policy Brief, No. II/PB/2003. Dwyer, F. R., & Tanner, J. F. 2002. Business Marketing: Connecting Strategies,

Relationship and Learning. Boston, MA: McGraw-Hill. Edward Manoj and Sunil Sahadev. 2011. Role of switching costs in the service

quality, perceived value, customer satisfaction and customer retention linkage. Asia Pacific Journal of Marketing and Logistics, Vol. 23 Iss: 3 pp. 327 – 345

Eggert, A., Ulaga, W. and Schultz, F. 2006. Value creation in the relationship

lifecycle: a quasi-longitudinal analysis. Industrial Marketing Management, Vol. 35 No. 1, pp. 20-7.

Engel, J.F., Backwell, Roger D & Paul W. Miniard. 1995. Consumer Behavior.

Perilaku Konsumen. Budiono FX (penerjemah). Binarupa Aksara. Jakarta Erevelles, S. and C. Leavitt. 1992. A Comparison of Current Models of Consumer

Satisfaction/Dissatisfaction. Journal of Consumer Satisfaction, Dissatisfaction, and Complaining Behavior. Vol. 5, pp. 104-114.

Fabac Robert and Mance Ivan. 2011. Customer Relationship Managament

System in Occupational Safety & Health Companies: Research on Practice and Preliminary Desgn Solution. Interdisciplinary Description of Complex Systems. Vol. 9(2), pp. 101 - 118

Fang Yu-Hui, Chiu Chao-Min, Wang Eric T.G. 2011. Understanding customers'

satisfaction and repurchase intentions: An integration of IS success model, trust, and justice", Internet Research, Vol. 21 Iss: 4 pp. 479 – 503

Fatima, J.K and Razzaque M.A. 2014. 'Service quality and satisfaction in the

banking sector'. International Journal of Quality and Reliability Management. Vol. 31, No. 4, pp. 367 – 379.

Feigenbaum, Arman. V. 1986. Total Quality Control. Fourth Edition. McGrawHill

Inc. USA. Ferguson, R.J., Pauline, M., Iguassu, C. and Gaudachon, R. 1999. “Assessing

service management effectiveness in a health resort: implications of technical and functional quality”, Managing Service Quality, Vol. 9 No. 1, pp. 58-65.

Fullerton Gordon. 2005. How commitment both enables and undermines

marketing relationships. European Journal of Marketing, Vol. 39 Iss: 11 pp. 1372 - 1388

Ganesan, Shankar. 1994. "Determinants of Long-Term Orientation in Buyer-

Seller Relationships“, Journal of Marketing, Vol. 58 (April), pp. 1-19.

198

198

Gale, B.T. 1994. Managing Customer Value. The Free Press, New York. Garbarino, E and Johnson, M.S. 1999. ‘The different roles of satisfaction, trust,

and commitmen in customer relationship’. Journal of Marketing, Vol. 63, pp. 70-87

Gardial, S., S.D. Clemons, R.B. Woodruff, D.W. Schumann and M.J. Burns.

1994. Comparing consumers recall of prepurchase and postpurchase product evaluation experiences. Journal of Consumer Research, Vol. 20, pp. 548-560.

Garima Malik. 2012. A Comparative Study on the Service Quality and Customer

Satisfaction among Private and Public Banks in India. Pasific Business Review International. Volume 4 Issue 3, pp. 51 - 65

Garvin, D.A. 1984. “What Does Product Quality Really Mean?”. Sloan

Management Review, Fall, pp. 24–43. Garvin, David A. 1988. Managing Quality: The Strategic and Competitive Edge.

John Wiley & Sons, Inc. USA George, K. A., Emmanuel,A., & Rachel, K. 2012.The impact of effective customer

relationship management (CRM) on repurchase: A case study of (GOLDEN TULIP) hotel (ACCRA-GHANA). African Journal of Marketing Management, Vol. 4(1), pp. 17-29.

Gera, Rajat. 2011. Modelling e-service quality and its consequences in India: an

SEM approach. Journal of Research in Interactive Marketing, Vol. 5 Iss: 2 pp. 203 - 225

Geyskens, I.J-B., Steenkamp, E.M. and Kumar, N. 1999. A meta-analysis of

satisfaction in marketing channel relationships. Journal of Marketing Research, Vol. 36, pp. 223-38.

Ghozali, Imam. 2002. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS.

Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Semarang. Giese, J.L. and J.A. Cote. 2000. “Defining Consumer Satisfaction”. Academy of

Marketing Science Review. No.1, pp.1-24. Gilaninia Shahram, Seyed Danesh Seyed Yahya, Shahmohammadi Malihe.

2012. Examination of the Relationship between Relationship Marketing and Customer Satisfaction. Journal of Basic and Applied Scientific Research, Vol. 2, No. 10, pp. 10721-10725

Goetsch, David L., & David Stanly. 2007. Quality Management: Introduction to

Total Quality Management for Production, Processing, and Services, (4th ed.). New Jersey: Prentice Hall International Inc.

Gounaris, S. and Venetis, K. 2002. Antecedents of trust in industrial service

relationships and the moderating effect of the duration of the relationship. Journal of Service Marketing, Vol.16, No.7, pp.636-655.

199

199

Grönroos, Christian. 1984. A Service Quality Model and its Market Implications. European Journal of Marketing, Vol. 18, No. 4, pp. 36 – 44

Grönroos, C. 1994. From marketing mix to relationship marketing: towards a

paradigm shift in marketing. Management Decision. Vol. 32, No.2, pp.4-20. Grönroos, C. 1997. Value-driven relationship marketing: from products to

resources and competencies. Journal of Marketing Management. Vol. 13 No. 5, pp. 407-419.

Grönroos, C. 2000. Service Management & Marketing : A Customer Relationship

Management Approach (2nd edition). John Wiley & Sons, Ltd. Chichester. Gummesson, E. 2008. Total Relationship Marketing. 3rd ed, Oxford: Butterworth-

Heinemann Ha, H. Y. 2004. Factors influencing consumer perceptions of brand trust online.

Journal of Product & Brand Management. Vol. 13 No. 5, pp. 329-342. Haemoon Oh. 1999. Service quality, customer satisfaction, and customer value:

A holistic perspective. Hospitality Management 18. pp 67 - 82

Hart, C.W.L. 1988. “The Power of Unconditional Service Guarantees”. Harvad Business Review, Juli-August, pp.54-62.

Hart, C.W.L., L.A. Schlesinger, and D. Maher. 1992. “Guarantees Come to

Professional Service Firms”. Sloan Management Review, Vol.33, pp.19-29.

Harbani, Pasolong. 2007. Teori Administrasi Publik. Alfabeta. Bandung He, Y., Lai, K. K., & Lu, Y. 2011. Linking organizational support to employee

commitment: Evidence from hotel industry of china. The International Journal of Human Resource Management. Vol. 22, pp. 197-217.

Helwen Heri. 2011, Analisis Pengaruh Kualitas Pelayanan, Nilai Pelanggan,

Kepuasan Pelanggan Dan Citra Perusahaan Terhadap Kepercayaan Pelanggan (Studi pada PDAM Provinsi Riau), Pasca Sarjana, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Ilmu Manajemen, Universitas Brawijaya, Malang.

Horppu Marianne, Kuivalainen Olli, Tarkiainen Anssi and Ellonen Hanna-Kaisa.

2008. Online satisfaction, trust and loyalty, and the impact of the offline parent brand", Journal of Product & Brand Management. Vol. 17 Iss: 6 pp. 403 - 413

Huefner, J.C. and H.K. Hunt. 1994. “Extending the Hirschman Model: When

Voice and Exit Don’t Tell The Whole Story”. Journal of Consumer Satisfaction, Dissatisfaction and Comlaining Behavior. Vol.7, pp.267-270.

Hume Margee and Mort Gillian Sullivan. 2010. The consequence of appraisal

emotion, service quality, perceived value and customer satisfaction on

200

200

repurchase intent in the performing arts. Journal of Services Marketing. Vol. 24 Iss: 2 pp. 170 – 182

http://www.bintangpapua.com, diunduh 05 Juni 2012

http://id.shvoong.com/business-management/entrepreneurship/1990876-pentingnya-pelayanan-prima-terhadap-pelanggan/#ixzz21MDwCvBf diunduh 30/07/2012

http://www.bppspam.com/index.php?option=com_content&view=article&id=600&I

temid=93, kinerja BPPSPAM, diunduh 19/05/2015, 14:59pm http://id.wikipedia.org/wiki/Komitmen_organisasi, diunduh 19/05/2015, 15:10pm

http://ssbelajar.blogspot.com/2014/05/cara-mengukur-kepuasan-pelanggan.html, download 03/06/15, 12:22pm

http://elib.unikom.ac.id/files/disk1/610/jbptunikompp-gdl-agusfirman-30462-10-

unikom_a-i.pdf, download 04/06/2015, 20:52pm (#kepercayaan pelanggan) http://www.slideshare.net/GouharRahman/04chapter3, diunduh tanggal

28/01/2014, 14:03pm WIB (Komitmen Organisasi) Iskandar. 2010. Metodologi Penelitian Pendidikan dan Sosial (Kuantitatif dan

Kualitatif). Gaung Persada Press (GP Press). Jakarta.

Idris Adam. 2007. Pengaruh Kinerja Perusahaan Daerah Air Minum Terhadap Kepuasan Pelanggan Perusahaan Daerah Air Minum Di Provinsi Kalimantan Timur, Fakultas Ekonomi, Ilmu Manajemen, Pasca Sarjana, Universitas Brawijaya, Malang.

Jennifer M. George and Gareth R. Jones. 2008. Understanding and Managing;

Organizational Behavior. Fifth edition. Pierson Education, Inc. New Jersey. Johnson Mark S., Sivadas Eugene, and Garbarino Ellen. 2008. Customer

satisfaction, perceived risk and affective commitment: an investigation of directions of influence. Journal of Services Marketing. Vol. 22 Iss: 5 pp. 353 – 362

Jones, Thomas O. and Sasser W. Earl. Jr. 1995. Why Satisfied Customers

Defect. Harvard Business Review. Vol. 73. No. 6, pp. 89 – 99 Juran, Joseph M. 1998. Quality Control Handbook. Fifth Edition. USA: McGraw-

Hill, Inc, Kang, S.C., Morris, S.S. and Snell, S.A. 2007. Relational archetypes,

organisational learning and value creation. Extending the human resource architecture. Academy of Management Review, Vol. 32 No. 1, pp. 236-56.

Kantsperger Roland and Kunz Werner H. 2010. Consumer trust in service

companies: a multiple mediating analysis. Managing Service Quality. Vol. 20 Iss: 1 pp. 4 - 25

201

201

Kassim Norizan and Abdullah Nor Asiah. 2010. The effect of perceived service quality dimensions on customer satisfaction, trust, and loyalty in e-commerce settings: A cross cultural analysis. Asia Pacific Journal of Marketing and Logistics, Vol. 22 Iss: 3 pp. 351 - 371

Kotler, Philip. 2008. Management Marketing. Manajemen Pemasaran. Benyamin

Molan (penerjemah). Edisi Milenium, Jilid 1. Prenhallindo. Jakarta. Kotler, P., Armstrong, G., Brown, L., and Adam, S. 2006. Marketing, 7th Ed.

Pearson Education Australia/Prentice Hall. Kotler, Philip dan Keller L., Kevin. 2008. Marketing Management, Thirteenth

Edition. Bob Sabran (penerjemah). Manajemen Pemasaran, Edisi 13. Jilid 1. Erlangga. Jakarta.

Kreitner, Robert dan Kinicki, Angelo. 2005. Organizational Behavior. Perilaku

Organisasi. Buku 1 edisi 5. Erly Suandy (penerjemah). Salemba Empat. Jakarta.

Larkin, Joseph M. 1990. Does Gender Effect Auditor KAPs’ Performance? The

Women CPA, Spring, pp. 20-24.

Lassar, Walfried, Banwari Mittal, and Arun Sharma. 1995. Measuring customer

Based Brand Equity. Journal of Consumer Marketing. Vol.12, No. 4, pp.

11-19.

LaTour, S.A., and N.C. Peat. 1977. “Conceptual and Methodological Issues in Consumer Satisfaction Research”, in Wilkie, W.L. (ed.), Advenced in Consumer Research, Vol. 4. Ann Arbor, MI: Assosiation for Consumer Research, pp. 431-437.

Lau, G.T., and Lee, S.H. 1999. Consumers’ trust in a brand and the link to brand

loyalty. Journal of Market-Focused Management, Vol. 4 No. 4, pp 341-370.

Lee, D. 2001. Why climb the CRM mountain?. The Customer Relationship.

Primer, 2nd ed. http://sirnet.metamatrix.se/material/SIRNET_ bakgrundsmaterial/CRM_0105.pdf

Luthans, Fred, 2006. Perilaku Organisasi. Edisi 10. Yogyakarta Mayer, Roger C., Davis, James H., & Schoorman, F. David. 1995. An integrative

model of organizational trust. Academy of Management Review, 20, 709-734

McDougall, G.H.G. and Levesque, T. 2000. Customer satisfaction with services:

putting perceived value into equation. Journal of Service Marketing, Vol. 14 No. 5, pp. 392-410.

McKnight, D.H., Chervany, N.L. 2002. What trust means in e-commerce

customer relationships: an interdisciplinary conceptual typology. International Journal of Electronic Commerce, 6 (2), 35–59

202

202

McNeal, J.U. and Lamb, C.W. Jr. 1979. “Consumer satisfaction as a measurement of marketing effectiveness”. Akron Business and economic Review, Vol. 10 No. 2, pp. 41-45.

Meyer, J.P. and Allen, N.J.. 1991. “A Three Component Conceptualisation of

Organisational Commitment”. Human Resource Management Review. Vol.1, Issue 1, pp.61-89.

Meyer, J. P., and Allen, N. J. 1997. Commitment in the workplace: theory,

research and application. Sage Publications, Inc. California. Meyer, J.P. Stanley, D.J. Herscovitch, Lynne & Topolnytsky. 2002. Affective,

Continuance, and Normative Commitment to the Organization: A Meta-analysis of Antecedents, Correlates, and Consequences, Journal of Vocational Behavior, Vol. 61, pp. 20–52

Monroe, K.B. 1991. Pricing – Making Profitable Decisions. McGraw-Hill, New

York, NY. Moorman, C.R., Zaltman, G. and Deshpande, R. 1992. Relationships between

providers and users of marketing research: the dynamics of trust within and between organizations. Journal of Marketing Research, Vol. 29, August, pp. 314-29.

Moorman, C.R., Deshpande, R. and Zaltman, G. 1993. Factors Affecting Trust in

Market Research, Journal of Marketing, Vol. 57 (January), pp 81–101. Morgan, Robert, M and Hunt Shelby D. 1994. The Commitment-Trust Theory of

Relationship Marketing. Journal of Marketing. Vol. 58 (July), pp. 20 –38 Mosavi Seyed Alireza and Ghaedi Mahnoosh. 2012. Survey on the relationship

between trust, customer loyalty, commitment and repurchase intention. African Journal of Business Management, Vol. 6(36), pp. 10089-10098

Mowday, R., Porter, L. and Steers, R. 1982. Employee–organization linkages:

The psychology of commitment, absenteeism, and turnover. Academic Press. New York.

Mowen, J. C. 1995. Consumer Behavior 4th edition. New Jersey. Prentice Hall Nakhleh Haitham M.A . 2012. The Relationship Between Customer Relationship

Marketing Tactics, Relationship Quality and Customer’s Loyalty in Mobile Communication Industry. Academic Research International. Vol. 3, No. 2, pp. 538 - 547

Naumann, E. 1995. Creating Customer Value. Thompson Executive Press,

Cincinnati, OH Ndubisi Nelson Oly and Wah Chan Kok. 2005. Factorial and discriminant

analyses of the underpinnings of relationship marketing and customer satisfaction. International Journal of Bank Marketing, Vol. 23 Iss: 7 pp. 542 - 557

203

203

Neuman, W.Lawrence. 2006. Social Research Methods: Qualitative and Quantitative Approach. USA:University of Wisconsin. Pp 227-234.

Nohanomian Tambun, (2011), Perhitungan Debit Andalan Sebagai Sumber Air

Bersih PDAM Jayapura, Tugas Akhir, Teknik Lingkungan FTSP, Institut Teknologi Sepuluh November, Surabaya.

Oliver, Richard L. 1980. “A Cognitive Model of Antecedents and Consequences

of Satisfaction Decisions,” Journal of Marketing Research. Vol. 17 (November), pp. 460-469.

Oliver, R.L. 1997. Satisfaction: A Behavioral Perspective on The Consumer.

McGraw-Hill. New York.

Oliver, Richard L.. 1999. ”Whence Loyalty”, Journal of Marketing, (Special

Issues), Vol 63, p.33-44.

Oxford. 2000. Oxford Learner’s Dictionary. Oxford University Press.

Parahoo Sanjai K. 2012. Credit where it is due: drivers of loyalty to credit cards.

International Journal of Bank Marketing, Vol. 30 Iss: 1 pp. 4 - 19 Parasuraman, A., Zeithaml, V. A. and Berry, L. L. 1985. “A Conceptual Model of

Service Quality and Its Implications for Future Research.” Journal of Marketing. Vol 49 (Fall), pp. 41-50

Parasuraman, A., Zeithaml, V.A. and Berry, L.L. 1988. “SERVQUAL: A Multiple-

Item Scale for Measuring Consumer Perceptions of Service Quality”. Journal of Retailing. Vol. 64 (Spring), No. 1, pp. 12-40.

Parasuraman, A., Zeithaml, V.A. and Berry, L.L. 1990. “Delivering Quality

Service: Balancing Customer Perception and Expectations”. The Free Press, New York

Parasuraman, A., Berry, L.L., and Zeithaml, V.A. 1991. “Refinement and

Reassessment of the SERQUAL Scale”. Journal of Retailing, Vol. 67, No.4, Winter, pp. 420-450

Parasuraman, A., Berry, L.L., and Zeithaml, V.A. 1993. "Research Note: More on

Improving Service Quality Measurement". Journal of Retailing, Vol. 69 No. 1, pp.140-147

Parasuraman, A., Zeithaml, V.A. and Berry, L.L. 1994. “Reassessment of

Expectations as a Comparison Standard in Measuring Service Quality: Implication for Further Research”. Journal of Marketing. Vol. 58, January, pp. 111-124

Parasuraman, A., Zeithaml, A. Z. and Berry, L. L. 2002. Delivering Service

Quality. Mc Milan. New York.

Pasalong, Harbani. 2007.Teori Administrasi Publik. Alfabeta, Bandung.

204

204

Peraturan Pemerintah No. 16 Tahun 2005 tentang Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum

Peccei, R. and Rosenthal, P. 2001. Delivering Customer-Oriented Behaviour

through Empowerment: An Empirical Test of HRM Assumptions. Journal of Management Studies, Vol. 38. No. 6, pp. 831 – 857

Porter Constance Elise and Donthu Naveen. 2008. Cultivating Trust and

Harvesting Value in Virtual Communities. Management Science, 54(1), pp. 113–128

Profil Pembangunan Air Bersih Provinsi Papua Tahun 2010. Laporan Bidang

Pembangunan Air Bersih, Badan Pengelolaan Infrastruktur Provinsi Papua. Jayapura

Rahaman Mohammad Mizenur, Abdullah Md. and Rahman Ataur. 2011. Measuring Service Quality using SERVQUAL Model: A Study on PCBs (Private Commercial Banks) in Bangladesh. Business Management Dynamics. Vol.1, No.1, July, pp.01-11

Rajicic, Biserka, N. and Ciric, Maja. 2008. The Importance Of Service Quality For

Achieving Customer Satisfaction. Annals of the Oradea University. Fascicle of Management and Technological Engineering. Volume VII (XVII), pp. 2572 - 2579

Ramaseshan B., Rabbanee Fazlul K. and Hsin Hui Laine Tan. 2012. Effects of

customer equity drivers on customer loyalty in B2B context. Emerald Group Publishing Limited.

Rangkuti, Freddy. 2006. Measuring Customer Satisfaction: Teknik Mengukur dan

Strategi Meningkatkan Kepuasan Pelanggan plus Analisis Kasus PLN, Pemerbit PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta

Ratnasingam, P., and Pavlou, P. 2003. Technology Trust in Internet-Based

Interorganizational Electronic Commerce. Journal of Electronic Commerce in Organizations, Vol. 1, No. 1, pp. 17-41, (Jan-Mar), Inaugral Issue, Idea-Group Publishing

Ravald, Annika and Christian Gronroos. 1996. The Value Concept and

Relationship Marketing. European Journal of Marketing. Vol. 30, No.2, pp. 19-30.

Reichers, E. Arnon. 1985. A Review and Reconceptualization of Organizational

Commitment. Academy of Mangement Review, vol. 10 Ribbink Dina, van Riel Allard C.R., Liljander Veronica, Streukens Sandra. 2004.

Comfort your online customer: quality, trust and loyalty on the internet. Managing Service Quality, Vol. 14, Iss. 6 pp. 446 – 456

Riggio, R.E. 2009. Introduction to Industrial/Organisational Psychology. Pearson.

London.

205

205

Ring Peter Smith and Van de Ven. 1992. Stucturing Cooperative Relationship Between Organizations. Strategic Management Journal. Volume 13, pp. 483 – 498

Robbins SP dan Judge. 2007. Perilaku Organisasi, Jakarta : Salemba Empat Robinson, S. 1999. Measuring Service Quality: Current Thinking and Future

Requirements. Marketing Intelligence & Planning, 117(1), pp. 21-32. Roscoe, J. 1975. Fundamental research statistics for the behavioral sciences.

New York: Holt, Rinehart, & Winston. Rosenthal, P., Hill, S. and Peccei, R. 1997. Checking out service: Evaluating

excellence, HRM and TQM in retailing. Work, Employment and Society, Vol. 11, pp. 481 – 503.

Rust, R. T., Zeithaml, V.A. and., Lemon, K. N. 2000. Driving Customer Equity:

How Customer Lifetime Value Is Reshaping Corporate Strategy, The Free Press, NY.

Santos, J. and J. Boote. 2003. A Theoritical Exploration and Model of Consumer

Expectation, Post-Purchase Affective Stage and Affective Behaviour.

Journal of Consumer Behaviour. Vol. 3. No. 2 (December), pp. 142-156.

Satendra Thakur and Singh A. P. 2011. Service Quality and Customer

Satisfaction: A Study With Special Reference to Public Sector Banking

Industries in India. International Journal of Management Research Review.

Volume 1, Issue- 1 / Article No -3

Schnaars, S.P. 1991. Marketing Strategy: A Customer-Driven Approach. The

Free Press. New York.

Scotti Dennis J., Harmon Joel,and Scott J. Behson. 2007. Links Among High-

Performance Work Environment, Service Quality, and Customer

Satisfaction: An Extension to the Healthcare Sector. Journal of Healthcare

Management. 52:2 March/April

Sekaran, Uma. 2006. Research Methods for Business: Metode Penelitian Untuk Bisnis. Buku 2, Edisi 4. Salemba Empat. Jakarta

Selnes. Fred 1998. Antecedents and consequences of trust and satisfaction in

buyer-seller relationships. European Journal of Marketing, Vol. 32 Iss: 3 pp. 305 - 322

Shamdasani, Prem M and Audrey Balakrishnan. 2000. Determinant of

Relationship Quality and Loyalty in Perzonalized Services. Asia Fasific Journal of Management, Vol. 17, pp. 399-22

Sharma, S., Niedrich, R. and Dobbins, G. 1999. A Framework for Monitoring

Customer Satisfaction: An Empirical Illustration, Industrial Marketing Management, Vol. 28, No. 3, pp. 231-43.

206

206

Sheth, Jagdish N and Mittal, Banwari. 2004. Customer Behaviour: Managerial Perspective. Second Edition. Singapore: Thomson.

Sheth, J.N. and Parvatiyar, A. 2000. Handbook of Relationship Marketing.

Thousand Oaks: Sage Publications, Inc. Singarimbun, M. dan Effendi, S. 2006. Metode Penelitian Survai, Cetakan

Kedelapan belas, Penerbit Pustaka LP3ES, Jakarta.

Singgih, Santoso. 2000. Buku Latihan SPSS Statistik Parametrik, PT Elex Media Komputindo, Jakarta.

Singh Surabhi and Arora Renu. 2011. A Comparative Study of Banking Services

and Customer Satisfaction in Public, Private and Foreign Banks. Journal of Economics, Vol. 2(1), pp. 45-56

Singh, Jagdip. 1990. “Voice, Exit, and NegativeWord-of-Mouth Behaviors: An Investigation Across Three Service Categories.” Journal of the Academy of Marketing Science. Vol. 18 (1), pp. 1-15.

Singh, Jagdip and Deepak Sirdeshmukh. 2000. "Agency and Trust Mechanisms

in Consumer Satisfaction and Loyalty Judgments," Journal of the

Academy of Marketing Science, Vol. 28(1), pp. 150-167

Slywotzky, A.J. 1996. Value Migration. Harvard Business School Press Boston Slovin dalam Umar, H. 2003. Riset Pemasaran dan Perilaku Konsumen.

Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

Smith, J. Brock and Donald W. Barclay. 1997. The Effects of Organizational

Differences and Trust on the Effectiveness of Selling Partner

Relationships. The Journal of Marketing, Vol. 61, No. 1 (Jan., 1997), pp.

3-21

Spreng, R.A., S.B. MacKenzie and R.W. Olshavsky. 1996. “A Re-Examination of

the Determinants of Consumer Satisfaction”. Journal of Marketing. Vol.

60, No 3 (July), pp. 15-32.

Stanimirov Evgeni and Zhechev Vladimir Sashov. 2013. The Impact of

Organisational Flexibility and Employee Commitment on Customer

Satisfaction. Social Science Research Network. December 2013

Sugiyono, 2009. Metode Penelitian Bisnis. CV. Alfabeta. Bandung.

Solimun. 2012. Investigation the Instrument Validity: Concistensy between

Criterion Validity and Unidimensional Validity. 2nd Basic Science

International Conference 2012. February 24 – 25th, Aria Hotel, Malang

Indonesia.

207

207

Sutopo dan Suryanto, Adi. 2003. Pelayanan Prima. Lembaga Administrasi Negara Republik Indonesia. Jakarta.

Sweeney, J.C. and Soutar, G.N. 2001. ‘Consumer Perceived Value: The

Development of a Multiple Item Scale’, Journal of Retailing, Vol. 77(2), 203–20.

Tambun, Nohanamian. 2011. Perhitungan Debit Andalan Sebagai Sumber Air

Bersih PDAM Jayapura. Tugas Akhir. Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Jurusan Teknik Lingkungan, ITS, Surabaya.

Thakur Satendra, and Singh A. P. 2011. Service Quality and Customer

Satisfaction: A Study With Special Reference to Public Sector Banking Industries in India. International Journal of Management Research and Review. Volume 1/Issue- 1 / Article No -3

Teas, R. and Palan, M. 1997. The Realms of Scientific Meaning Framework for

Constructing Theoretically Meaningful Nominal Definitions of Marketing

Concepts. Journal of Marketing, Vol. 61 (April), pp.52-67. Tjiptono, Fandy. 2005. Prinsip-Prinsip Quality Service. Andi, Yogyakarta Tjiptono, Fandy. 2012. Service Management : Mewujudkan Layanan Prima. Edisi

2. Andi, Yogyakarta. Tjiptono, Fandy., Chandra, Gregorius. 2011. Service, Quality & Satisfaction.

Edisi: 3. Andi, Yogyakarta. Tresnowati, Rini. 2010. Kinerja Pelayanan PDAM Jayapura Menurut Pendapat

Masyarakat Kota Jayapura. Magister Pembangunan Wilayah dan Kota. Universitas Diponegoro. Semarang.

Trisnaningsih. 2003. Pengaruh Komitmen terhadap Kepuasan Kerja Auditor:

Motivasi sebagai Variabel Intervening (Studi Empiris pada KAP di Jawa Timur), Jurnal Riset Akuntansi Indonesia, Vol. 6, No. 2.

Tse David K. and Peter C. Wilton. 1988. "Models of Consumer Satisfaction

Formation: An Extension," Journal of Marketing Research, Vol. 25 (January), pp. 204-212.

Ulaga Wolfgang and Eggert Andreas. 2006. Relationship value and relationship

quality: Broadening the nomological network of business-to-business relationships. European Journal of Marketing, Vol. 40, Iss: 3 pp. 311 - 327

Undang-Undang No 7 Tahun 2004 Tentang Sumber Daya Air Verhoef Peter C., Franses Philip Hans and Hoekstra Janny C. 2002. The Effect

of Relational Constructs on Customer Referrals and Number of Services Purchased From a Multiservice Provider: Does Age of Relationship Matter? Journal of the Academy of Marketing Science. Vol 30, No. 3, pp. 202-216.

208

208

Wang Jau-Shyong. 2009. Trust and relationship commitment between direct selling distributors and customers. African Journal of Business Management, Vol.3 (12), pp. 862-870, December.

Wang, Y., Lo, H. P., and Yang, Y. 2004. An integrated framework for service

quality, customer value, satisfaction: Evidence from China's telecommunication industry. Information Systems Frontiers, 6(4), 325-340.

Walter Achim, Mueller, Thilo A. Helfert Gabriele. 2000. Impact Satisfaction, Trust,

Ralationship Value on Commitment: Theoretical Considerations and

Emprirical Results. The paper was published at the 16th IMP-conference in

Bath, U.K in 2000.

Walter Achim, Mueller Thilo A., Helfert Gabriele and Wilson David T. 2002.

Delivering Relationship Value: Key Determinant for Customers' Commitment. ISBM Report 8.

Widyaningtias, Sistaningrum. 2002. Pelayanan. http://www.search-results.com/

PelayananWidyaningtiasSistaningrum, diunduh 06/08/2012 Woodruff, Robert B. 1997. Customer Value: The Next Source for Competitive

Advantage. Journal of the Academy of Marketing Science. Vol. 25. No. 2, pp. 139 – 153

Wu Kuan-Wei, Wu Hsiu-Lan, and Liang Huei-Mei. 2009. Relation Among

Customer Value, Satisfaction, and Loyalty of Social Network Service. The 9th International Conference on Electronic Business. Macau, November 30 - December 4

Yap Bee Wah, Ramayah T., Wan Shahidan Wan Nushazelin. 2012. Satisfaction

and trust on customer loyalty: a PLS approach. Business Strategy Series, Vol. 13 Iss: 4 pp. 154 - 167

Yavas Ugur, Bilgin Zeynep, Shemwell Donald J., 1997. Service quality in the

banking sector in an emerging economy: a consumer survey. International Journal of Bank Marketing, Vol. 15, Iss: 6 pp. 217 – 223

Yenhui Quyang. 2010. A Relationship between the Finance Consultant’ Service

Quality and Customer Trust after Finance Tsunami, International Research Journal of Finance and Economics. Vol. 36 (1), pp. 75 - 86

Yi, Y.J. 1990. “A Critical Review of Consumer Satisfaction”, in Zeithaml, V.A.

(ed.). Chicago: American Marketing Association, pp. 68-123. Yu-Hui Fang, Chao-Min Chiu, Eric T.G. Wang. 2011. Understanding customers'

satisfaction and repurchase intentions: An integration of IS success model, trust, and justice. Internet Research, Vol. 21 Iss: 4 pp. 479 – 503

Yuan-shuh Lii. 2009. A Model of Customer e-loyalty in the online banking.

Economic Bulletin. Vol. 29, No.2. pp. 891-902.

209

209

Zboja James J. and Voorhees Clay M. 2006. The impact of brand trust and satisfaction on retailer repurchase intentions. Journal of Services Marketing, Vol. 20 Iss: 6 pp. 381 – 390

Zeffane Rachid, Tipu Syed A, Ryan James C. 2011. Communication,

Commitment & Trust: Exploring the Triad. International Journal of Business and Management Vol. 6, No. 6, pp. 77 - 87

Zeithaml, V.A. 1988. ‘Consumer Perceptions of Price, Quality, and Value: A Means-End Model and Synthesis of Evidence’, Journal of Marketing, Vol. 52(July), pp. 2-22.

Zeithaml, V.A. 2000. “Service Quality, Profitability, and the Economic Worth of

Customers: What We Know and We Need to Learn”, Academy Marketing

Science, Vol.28, No.1, pp 67-85

Zeithaml, V.A., A. Parasuraman and A. Malhotra. 2002. “Service Quality Delivery

Through Web Sites: A Critical Review of Extant Knowledge”. Journal of the

Academy of Marketing Science, Vol.30, No.4, pp. 362-375

Zeithaml, V.A., Parasuraman, A and Berry, L.L. 1988. Theory of the Gaps Model

In Service Marketing. Pustaka Grafika. Jakarta.

Zeithaml, V.A. and Bitner, M. 2006. Service Marketing: Integrating Customer

Focus across the Firm (4th ed.). McGraw-Hill, International Edition. New

York.

Zhu Yu-Qian and Chen Houn-Gee. 2012. Service fairness and customer satisfaction in internet banking: Exploring the mediating effects of trust and customer value. Internet Research, Vol. 22 Iss: 4 pp. 482 - 498