PENGARUH BUDAYA ORGANISASI TERHADAP KOMITMEN ...
-
Upload
khangminh22 -
Category
Documents
-
view
3 -
download
0
Transcript of PENGARUH BUDAYA ORGANISASI TERHADAP KOMITMEN ...
Jurnal Ekonomak Vol. V No. 3 Desember 2019|31
PENGARUH BUDAYA ORGANISASI TERHADAP KOMITMEN
ORGANISASIONAL DENGAN KEPUASAN KERJA
SEBAGAI VARIABEL MEDIATING
Tarjono
Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi PGRI Sukabumi
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh budaya organisasi terhadap komitmen
organisasional, pengaruh budaya organisasi terhadap kepuasan kerja, pengaruh kepuasan kerja terhadap
komitmen organisasional, dan pengaruh kepuasan kerja dalam memediasi pengaruh budaya organisasi
terhadap komitmen organisasional. Dalam penelitian ini sampel yang digunakan sebanyak 76 orang
pegawai, teknik sampling yang digunakan adalah simple random sampling. Sedangkan metode
penelitian yang digunakan adalah metode survei, dan instrumen penelitian yang digunakan adalah
kuesioner. Teknik analisis yang digunakan adalah analisis regresi sederhana dan analisis jalur melalui
Sobel Test. Hasil penelitian melalui pengujian hipotesis, menunjukkan bahwa: (1) Budaya Organisasi
berpengaruh positif dan signifikan terhadap Komitmen Organisasional; (2) Budaya Organisasi
berpengaruh positif dan signifikan terhadap Kepuasan Kerja; (3) Kepuasan Kerja berpengaruh positif
dan signifikan terhadap Komitmen Organisasional; (3); dan (4) Kepuasan kerja sebagai variabel
mediating berpengaruh positif dan signifikan dari pengaruh budaya organisasi terhadap komitmen
organisasional.
Kata kunci : Komitmen Organisasional, Budaya Organisasi, Kepuasan Kerja.
PENDAHULUAN
Tuntutan pekerjaan yang
berhubungan dengan masalah pengelolaan
keuangan, baik di perusahaan maupun di
institusi atau organisasi tertentu dibutuhkan
kejujuran, ketelitian dan komitmen
organisasional yang tinggi dari para
pegawainya. Oleh karena itu, diantara
ketiga tuntutan di atas menurut Benkhoff
(1997), bahwa komitmen telah menjadi
topik kajian utama sejak 40 tahun yang lalu,
karena pengaruhnya yang penting terhadap
kinerja organisasi.
Bagi kehidupan organisasi, tidak
terkecuali organisasi publik (pemerintah),
komitmen tersebut merupakan prasyarat
mutlak untuk menjaga kelangsungan hidup,
stabilitas dan pengembangan organisasi.
Dalam tataran ini, komitmen yang
dibutuhkan adalah komitmen dari segenap
anggota organisasi untuk kepentingan
organisasinya.
Sebagai unsur pelaksana otonomi
daerah, Badan Pengelolaan Keuangan
Daerah (BPKD) memiliki Tugas Pokok
melaksanakan urusan pemerintahan daerah
berdasarkan asas otonomi dan tugas
Jurnal Ekonomak Vol. V No. 3 Desember 2019|32
pembantuan di bidang pendapatan,
pengelolaan keuangan dan aset daerah.
Untuk dapat melaksanakan tugas pokoknya
dengan baik, BPKD sebagai satuan
Organisasi Perangkat Daerah harus
memiliki komitmen organisasi yang baik.
Menurut Steers (1985: 50),
komitmen organisasional dalam pengertian
ini paling tidak mencakup tiga hal, yaitu:
identifikasi atau kepercayaan terhadap
nilai-nilai organisasi, keterlibatan atau
kesediaan untuk berusaha sebaik mungkin
demi kepentingan organisasi, dan loyalitas
atau keinginan untuk tetap menjadi anggota
organisasi. Tiga dimensi komitmen ini
sangat penting dan strategis tidak saja demi
kelangsungan dan pengembangan
organisasi, tetapi juga bagi pegawai dalam
meningkatkan kinerjanya. Dengan
komitmen organisasional yang tinggi,
pegawai akan cenderung berdedikasi tinggi
dalam bekerja. Hal ini akan sangat
membantu pegawai dalam menunjukkan
kinerja terbaiknya, yang pada akhirnya
dengan kinerja terbaik itu pegawai akan
berpeluang memperoleh promosi jabatan.
Dengan demikian eksistensi komitmen
organisasional memang sangat strategis
bagi kepentingan organisasi dan pegawai.
Menurut Mathis dan Jackson
(2006), komitmen organisasional adalah
tingkat sampai dimana karyawan yakin dan
menerima tujuan organisasional, serta
berkeinginan untuk tinggal bersama atau
meninggalkan perusahaan pada akhirnya
tercermin dalam ketidakhadiran dan angka
perputaran karyawan. Sementara menurut
Griffin, komitmen organisasional adalah
sikap yang mencerminkan sejauhmana
seorang individu mengenal dan terikat pada
organisasinya. Seorang individu yang
memiliki komitmen tinggi kemungkinan
akan melihat dirinya sebagai anggota sejati
organisasi.
Fenomena tentang masalah
komitmen organisasional pada institusi
yang dijadikan sebagai obyek penelitian
tentunya banyak faktor yang
mempengaruhinya. Sukmalana (2008)
mengungkapkan dari beberapa hasil
penelitian, diantaranya bahwa komitmen
organisasional dipengaruhi oleh faktor-
faktor antara lain: budaya organisasi,
kepemimpinan, kompetensi individu, dan
kepuasan kerja.
Keberadaan komitmen
organisasional dalam diri individu
(pegawai) bukan semata-mata berasal dari
individu yang bersangkutan, tetapi juga
dapat dibangkitkan oleh faktor luar yang
berimplikasi pada individu (Anita Sophia
D., 2009). Dua faktor penting yang
berpotensi mempengaruhi komitmen
organisasional adalah budaya organisasi
dan kepuasan kerja. Terkait dengan faktor
budaya organisasi, sebagaimana
ditunjukkan dalam penelitian Ingersoll et.
al. (2000) yang menemukan bahwa budaya
Jurnal Ekonomak Vol. V No. 3 Desember 2019|33
organisasi adalah prediktor kuat dalam
menciptakan komitmen terhadap
organisasi. Menurut Schein (2004), budaya
organisasi merupakan asumsi-asumsi dan
keyakinan-keyakinan dasar yang dirasakan
bersama oleh anggota organisasi. Budaya
organisasi juga merupakan solusi secara
konsisten yang dapat berjalan dengan baik
bagi sebuah kelompok dalam menghadapi
persoalan-persoalan eksternal dan
internalnya, sehingga dapat diajarkan
kepada para anggota baru sebagai suatu
persepsi, cara berpikir dan merasakan
dalam hubungannya dengan persoalan-
persoalan tersebut. Pentingnya budaya
organisasi dalam meningkatkan komitmen
organisasional terlihat dari fungsi budaya
organisasi, yang menurut Siagian (2002),
adalah untuk menumbuhkan komitmen.
Apabila budaya organisasi kondusif bagi
kehidupan pegawai, maka kondisi itu dapat
membangkitkan komitmen pegawai
terhadap organisasi.
Oleh karena suatu organisasi
terbentuk dari kumpulan individu yang
berbeda baik sifat, karakter, keahlian,
pendidikan, dan latar belakang pengalaman
dalam hidupnya, perlu ada pengakuan
pandangan yang akan berguna untuk
pencapaian misi dan tujuan organisasi
tersebut, agar tidak berjalan sendiri-sendiri.
Disinilah letak pentingnya fungsi budaya
organisasi (http://jurnal-
sdm.blogspot.com/2009/06).
Budaya organisasi disebut juga
budaya perusahaan. Penyatuan pandangan
dari sumber daya manusia di dalam
perusahaan ini diperlukan dalam bentuk
ketegasan dari perusahaan, yang dituangkan
dalam bentuk budaya kerja yang akan
mencerminkan spesifikasi dan karakter
perusahaan tersebut. Budaya kerja ini akan
menjadi milik dan pedoman bagi seluruh
lapisan individu yang ada di dalam
perusahaan/organisasi tersebut dalam
menjalankan tugasnya. Budaya kerja inilah
yang sering kita dengar sekarang dengan
istilah corporate culture. (http://jurnal-
sdm.blogspot.com/2009/06).
Dari uraian di atas jelas terlihat
bahwa budaya organisasi memiliki peran
strategis dalam semua bentuk organisasi
termasuk perusahaan. Budaya organisasi
yang diterjemahkan sampai pada tingkat
budaya kerja menunjukkan bahwa fungsi
utama budaya organisasi dalam perusahaan
tidak lain adalah sebagai alat yang
digunakan untuk mencapai tujuan
perusahaan. Hal ini tentu juga berlaku bagi
berbagai jenis organisasi lain selain
perusahaan.
Sementara terkait dengan faktor
kepuasan kerja seperti diperlihatkan dalam
penelitian Walumbwa et al. (2005), yang
menemukan bahwa kepuasan kerja
memiliki hubungan positif dengan
komitmen organisasional. Kepuasan kerja
merupakan suatu kondisi yang sangat
Jurnal Ekonomak Vol. V No. 3 Desember 2019|34
dibutuhkan agar seorang pegawai dapat
melakukan tugasnya dengan maksimal.
Hasibuan (1995) mengungkapkan bahwa
kepuasan kerja adalah sikap emosional
yang menyenangkan dan mencintai
pekerjaannya. Sikap ini dicerminkan oleh
moral kerja, kedisiplinan dan prestasi kerja
dan dinikmati baik dalam pekerjaan, luar
pekerjaan, maupun kombinasi dalam dan
luar pekerjaan. Sikap tersebut juga
berkenaan dengan persepsi yang
berhubungan dengan suatu pandangan
umum bahwa didalam bekerja pegawai
bukan semata-mata mencari uang, namun
juga kepuasan dalam bekerja yang dapat
dicapai melalui berbagai aspek kerja.
Apabila aspek-aspek pekerjaan mampu
mendatangkan rasa puas, maka pegawai
akan bekerja dengan lebih giat dan
sungguh-sungguh. Kepuasan dalam bekerja
juga akan mendorong tumbuhnya sikap
loyal terhadap organisasi.
Kesungguhan dalam bekerja dan
loyalitas terhadap organisasi merupakan
bentuk dari pegawai yang memiliki
komitmen terhadap organisasinya. Hal ini
lebih lanjut akan berdampak pada hasil
kerja yang lebih baik. Secara teoretik ada
tiga alasan mengapa kepuasan kerja penting
dalam kehidupan organisasi. Pertama,
pegawai yang takterpuaskan lebih sering
melewatkan kerja dan lebih besar
kemungkinan mengundurkan diri. Kedua,
pegawai yang terpuaskan mempunyai
kesehatan yang lebih baik dan usia yang
lebih panjang. Ketiga, kepuasan pada
pekerjaan dibawa ke kehidupan di luar
pekerjaan (Robbins, 1996).
Karena banyak indikator yang
menyebabkan kepuasan kerja, dapat
dipahami mengapa tingkat kepuasan kerja
yang diperoleh masing-masing individu
berbeda. Hal ini disebabkan karena tiap
individu akan memiliki tingkat kepuasan
sesuai dengan sistem nilai yang berlaku
pada dirinya serta persepsinya masing-
masing. Semakin banyak aspek dalam
pekerjaan yang sesuai dengan keinginan
individu akan semakin tinggi tingkat
kepuasan yang dirasakannya. Namun satu
hal yang dapat dipastikan adalah bahwa
orang yang merasakan puas atas
pekerjaannya akan memberikan kontribusi
positif terhadap organisasi tempatnya
bekerja.
Berdasarkan permasalahan yang
terjadi, dapat dikemukakan rumusan
permasalahan dalam penelitian ini, apakah
terdapat pengaruh budaya organisasi
terhadap komitmen organisasional, apakah
terdapat pengaruh budaya organisasi
terhadap kepuasan kerja, apakah terdapat
pengaruh kepuasan kerja terhadap
komitmen organisasional, dan apakah
terdapat pengaruh kepuasan kerja dalam
memediasi pengaruh budaya organisasi
terhadap komitmen organisasional.
Jurnal Ekonomak Vol. V No. 3 Desember 2019|35
KAJIAN PUSTAKA
Komitmen Organisasional
Komitmen dapat diartikan sebagai
dedikasi individual terhadap tujuan dan
nilai yang dianut organisasi tertentu (Saal &
Knight, 1995). Menurut Arfan dan Ishak
(2005) komitmen organisasi merupakan
tingkat sampai sejauh mana seorang
karyawan memihak pada suatu organisasi
tertentu dan tujuan-tujuannya serta niat
untuk mempertahankan keanggotannya
dalam organisasi itu.
Sedangkan Robbins dan Judge
dalam Merry Cristiana dan Sunjoyo (2008)
mendefinisikan komitmen sebagai suatu
keadaan dimana seorang individu memihak
organisasi serta tujuan-tujuan dan
keinginannya untuk mempertahankan
keangotaannya dalam organisasi. Namun,
secara khusus penelitian ini membahas
mengenai komitmen dalam ruang lingkup
organisasi, yaitu komitmen organisasional.
Nastiti (2004) menyatakan bahwa
komitmen organisasional adalah variabel
sikap yang ditandai dengan ketertarikan
psikologis dalam waktu jangka panjang.
Gibson, Ivancevich, & Donnelly (1997)
mendefinisikan komitmen organisasional
sebagai adanya perasaan untuk
mengidentifikasikan loyalti dan
keterlibatan yang diekspresikan oleh
seorang karyawan pada organisasinya
ataupun unit dari organisasi tersebut.
Sedangkan Mathis dan Jackson
(dalam Sopiah, 2007) mendefinisikan
komitmen organisasional sebagai derajad
dimana karyawan percaya dan mau
menerima tujuan-tujuan organisasi dan
akan tetap tinggal atau tidak akan
meninggalkan organisasinya).
Dari beberapa definisi yang
diuraikan di atas dapat disimpulkan bahwa
komitmen merupakan suatu ikatan
psikologis karyawan pada organisasi
ditandai dengan adanya : (1) Kepercayaan
dan penerimaan yang kuat terhadap tujuan
dan nilai-nilai organisasi; (2) Kemauan
untuk mengusahakan tercapainya
kepentingan organisasi; dan (3) Keinginan
yang kuat untuk mempertahankan
kedudukan sebagai anggota organisasi.
Mowday yang dikutip Sopiah
(2008) menyakan ada tiga aspek komitmen
organisasional antara lain :
(1) Affective commitment, yang
berkaitan dengan adanya keinginan
untuk terikat pada organisasi.
Individu menetap dalam organisasi
karena keinginan sendiri. Kunci dari
komitmen ini adalah want to.
(2) Continuance commitment, adalah
suatu komitmen yang didasarkan
akan kebutuhan rasional. Dengan
kata lain, komitmen ini terbentuk
atas dasar untung rugi,
dipertimbangkan atas apa yang
harus dikorbankan bila akan
Jurnal Ekonomak Vol. V No. 3 Desember 2019|36
menetap pada suatu organisasi.
Kunci dari komitmen ini adalah
kebutuhan untuk bertahan (need to).
(3) Normative Commitment, adalah
komitmen yang didasarkan pada
norma yang ada dalam diri
karyawan, berisi keyakinan individu
akan tanggung jawab terhadap
organisasi. Ia merasa harus bertahan
karena loyalitas. Kunci dari
komitmen ini adalah kewajiban
untuk bertahan dalam organisasi
(ought to).
Senada dengan apa yang
dikemukakan di atas, Meyer dan Allen
(1997) memperkenalkan tiga komponen
model komitmen, yaitu :
(1) Komitmen organisasional afektif –
berdasarkan keterikatan hati secara
emosional (emotional attachment)
individual dengan organisasinya,
sehingga individual cenderung
untuk mengidentifikasikan dan
melibatkan diri dalam organisasi
(want to).
(2) Komitmen organisasional normatif
– berkaitan dengan persepsi
individual, bahwa sebagai anggota
organisasi mereka merasa wajib
untuk tetap tinggal dalam organisasi
(ought to).
(3) Komitmen organisasional
continuance – berdasarkan pada
untung rugi atau pertimbangan cost
dan benefits individual ketika
meninggalkan suatu organisasi
(need to).
Budaya Organisasi
Schein (2004) mendefinisikan
budaya organisasi adalah sebuah pola
asumsi dasar yang dapat dipelajari oleh
sebuah organisasi dalam memecahkan
permasalahan yang dihadapinya dari
penyesuaian diri eksternal dan integrasi
internal, telah bekerja dengan baik dan
dianggap berharga, oleh karena itu
diajarkan kepada anggota baru sebagai cara
yang benar untuk menyadari, berpikir, dan
merasakan dalam hubungan untuk masalah
tersebut.
Robbins (2002) mengungkapkan
bahwa budaya organisasi merujuk kepada
suatu sistem pengertian bersama yang
dipegang oleh anggota-anggota suatu
organisasi, yang membedakan organisasi
tersebut dengan organisasi lainnya.
Graves (2000) mencatat 10
(sepuluh) item research tool (dimensi
kriteria, indikator) budaya organisasi yaitu:
(1) Jaminan diri (Self assurance), (2)
Ketegasan dalam bersikap (Decisiveness),
(3) kemampuan dalam pengawasan
(Supervisory ability), (4) Kecerdasan emosi
(Intelegence), (5) Inisatif (Initiative), (6)
Kebutuhan akan pencapaian prestasi (Need
for achievement), (7) Kebutuhan akan
Jurnal Ekonomak Vol. V No. 3 Desember 2019|37
aktualisasi diri (Need for self actualization),
(8) Kebutuhan akan jabatan/posisi (Need
for power), (9) Kebutuhan akan
penghargaan (Need for reward), dan (10)
Kebutuhan akan rasa aman (Need for
security).
Kepuasan Kerja
Konsep kepuasan kerja atau job
satisfaction mempunyai banyak definisi.
Locke dalam Riley (2006) mendefinisikan
Job satisfaction, “Locke gives a
comprehensive definition of job
satisfactions as a ”a pleasurable or positive
emotional state resulting from the appraisal
of one’s job or job experience”. Jadi
kepuasan kerja didefinisikan sebagai
sesuatu yang menyenangkan atau sisi
emosional positif dari penilaian atau
pengalaman kerja. Kepuasan kerja merujuk
pada sikap dan perilaku umum individual
terhadap pekerjaannya.
Riley dalam Christiana dan Sunjoyo
(2008 : 158) mendefinisikan kepuasan kerja
sebagai sesuatu yang menyenangkan atau
hasil sisi emosional positif dari penilaian
atau pengalaman kerja.
Sedangkan menurut Davis, Keith
dan Newstrom (2000), bahwa kepuasan
kerja adalah suasana psikologis tentang
perasaan menyenangkan atau tidak
menyenangkan terhadap pekerjaan mereka.
Sementara itu Bavendam, J. (2005)
menjelaskan, bahwa kepuasan kerja
merupakan respon sikap atau emosional
orang terhadap kondisi pekerjaannya saat
ini. Dalam pengertian ini kepuasan kerja
diartikan sebagai suatu konstruk yang
unidimensial yakni kita sering memutuskan
bahwa pekerjaan kita memuaskan atau tidak
memuaskan. Berbeda dengan Smith,
Kendall, dan Hullin yang menyatakan
bahwa kepuasan kerja bersifat
multidimensional yang berarti bahwa kita
bisa saja lebih puas atau kurang puas
dengan pekerjaan kita, supervisor kita, gaji
kita, tempat kerja kita, dan lain-lain.
Davis, Keith dan Newstrom (2000)
menambahkan lebih lanjut, bahwa
kepuasan kerja bersifat multidimensional
maka kepuasan kerja dapat mewakili sikap
secara menyeluruh (kepuasan umum)
maupun mengacu pada bagian pekerjaan
seseorang. artinya jika secara umum
mencerminkan kepuasannya sangat tinggi
tetapi dapat saja seseorang akan merasa
tidak puas dengan salah satu aatau beberapa
aspek saja misalnya jadwal liburan. Davis,
Keith dan Newstrom (2000) menambahkan
pula lebih lanjut, bahwa konsekuensi dan
kepuasan kerja dapat meningkat atau
menurunnya prestasi kerja, pergantian
(turnover), kemangkiran, atau pencurian.
Kerangka Pemikiran
1. Pengaruh Budaya Organisasi
Terhadap Komimen Organisasional
Jurnal Ekonomak Vol. V No. 3 Desember 2019|38
Dalam kehidupan masyarakat
sehari-hari, seseorang tidak terlepas dari
ikatan budaya yang diciptakan. Ikatan
budaya tercipta oleh masyarakat yang
bersangkutan, baik dalam keluarga,
organisasi, bisnis maupun bangsa.
Setiap organisasi dituntut untuk
mempunyai budaya organisasi yang
membedakan dengan organisasi lain yang
sejenis. Percepatan perubahan lingkungan
berakibat pada perubahan budaya
organisasi. Bagaimana karyawan
berperilaku dan apa yang seharusnya
mereka lakukan, banyak dipengaruhi oleh
budaya yang dianut oleh organisasi
tersebut, atau disebut dengan budaya
organisasi.
Budaya organisasi dapat
menumbuhkan komitmen bagi karyawan
untuk mencapai tujuan organisasi, karena
budaya organisasi tersebut memiliki
keterkaitan dengan komitmen
organisasional (Messner, 2013; Lok &
Crawford, 2001; Naqvi, et. al., 2013).
Keharmonisan tujuan yang tercapai antara
pegawai dan organisasi melalui budaya
akan mampu membangun suatu komitmen
organisasional dalam diri pegawai.
Sebagaimana ditunjukkan berdasarkan hasil
temuan, bahwa budaya organisasi
berpengaruh positif dan signifikan terhadap
komitmen organisasional (Waruwu, et. al.,
2013).
Selain hasil penelitian tersebut di
atas, juga ada beberapa hasil penelitian
empiris diantaranya menyatakan bahwa
budaya organisasi berpengaruh langsung
yang nyata terhadap komitmen
organisasional (Suroso, 2013). Begitu juga
hasil temuan lainnya menyatakan bahwa
budaya organisasi berpengaruh positif dan
signifikan terhadap komitmen
organisasional, diantaranya (Handoko, et.
al., 2009; Renyowijoyo, 2003; Shaw &
Reyes, 1992; Shah et.al., 2011; Kwantes,
2009).
2. Pengaruh Budaya Organisasi
Terhadap Kepuasan Kerja
Robbins (2006), menyatakan
budaya organisasi adalah suatu sistem nilai
yang diperoleh dan dikembangkan oleh
organisasi dan pola kebiasaan dan falsafah
dasar pendirinya, yang terbentuk menjadi
aturan yang digunakan sebagai pedoman
dalam berfikir dan bertindak dalam
mencapai tujuan organisasi. Budaya yang
tumbuh menjadi kuat mampu memacu
organisasi kearah perkembangan yang lebih
baik. Sedangkan kepuasan kerja merupakan
sikap umum seorang individu terhadap
pekerjaanya. Semakin banyak aspek yang
sesuai dengan keinginan individu tersebut
maka semakin tinggi kepuasan kerjanya.
Dari deskripsi tersebut dapat dikatakan
bahwa kepuasan kerja merupakan perasaan
seseorang terhadap pekerjaannya dengan
Jurnal Ekonomak Vol. V No. 3 Desember 2019|39
mempertimbangkan aspek yang ada
didalam pekerjaannya sehingga timbul
dalam dirinya suatu perasaan senang atau
tidak senang terhadap situasi kerja dan
rekan sekerjanya (Wexley dan Yulk, 1992
dalam Waridin dan Masrukhin, 2006).
Dapat disimpulkan disini bahwa semakin
banyak aspek-aspek yang ada pada diri
individu yang sesuai dengan budaya
organisasi tempatnya bekerja maka akan
semakin tinggi kepuasan kerjanya. Kirk L.
Rongga (2001), hasil penelitiannya
menyatakan bahwa budaya organisasi
mempunyai dampak sebesar 69% terhadap
kepuasan kerja.
Berdasarkan hasil penelitian-
penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa
budaya organisasi berpengaruh positif dan
signifikan terhadap kepuasan kerja
(Brahmasari, et. al., 2008; Bellou, 2010;
Chang, 2003; Lund, 2003; Park, & Kim,
2009; Lok & Crawford, 2001; Mazuki, et.
al., 2011; Nurhajati & Dewabrata, 1995;
Hood, 1992).
3. Pengaruh Kepuasan Kerja Terhadap
Komimen Organisasional
Menurut Robbins (1996), komitmen
organisasional merupakan salah satu
indikator yang baik terhadap kepuasan kerja
secara menyeluruh baik intrinsik maupun
ekstrinsik, yaitu dalam bentuk pemihakan
individual terhadap pekerjaan dan
organisasi. Individual yang mendapatkan
kepuasan kerja (intrinsik & ekstrinsik)
dalam organisasi cenderung memiliki
tingkat komitmen jenis afektif, karena
kepuasan tersebut berasal dari dalam
dirinya, dan juga didukung dari keadaan
lingkungan pekerjaan yang baik.
Sependapat dengan Robbins, Clive dan
Richard dalam Chang & Lee (2006)
menunjukkan bahwa komitmen
organisasional merupakan hasil dari
kepuasan kerja dan memiliki pengaruh yang
positif. Luthans (1995) juga menyatakan
hal yang sama, kepuasan kerja (intrinsik &
ekstrinsik) memiliki pengaruh yang kuat
dan positif terhadap komitmen
organisasional.
Kepuasan kerja merupakan aspek
pertama yang dicapai sebelum seorang
pegawai memiliki komitmen
organisasional, di mana kepuasan kerja
memiliki pengaruh yang signifikan
terhadap komitmen organisasional
(Appelbaum, et. al., 2013; Bang, et. al.,
2013; Boles, et. al., 2007; Gunlu, et. al.,
2010; Kantabutra & Rungruang, 2013; Lok
& Crowford, 2001; Mazuki, et. al., 2011;
Sarwar & Khalid, 2011; Syah, et. al., 2012;
Wang & Wang, 2012; Moqbel, et. al.,
2013).
4. Pengaruh Budaya Organisasi
Terhadap Komimen Organisasional
Yang Dimediasi Oleh Kepuasan
Kerja
Jurnal Ekonomak Vol. V No. 3 Desember 2019|40
Berdasarkan pemikiran di atas
bahwa budaya organisasi berpengaruh
positif dan signifikan terhadap komitmen
organisasional secara langsung, Budaya
Organisasi berpengaruh positif dan
signifikan terhadap kepuasan kerja secara
langsung, Kepuasan kerja berpengaruh
positif dan signifikan terhadap komitmen
organisasional secara langsung. Dengan
demikian secara transitif bahwa kepuasan
kerja berpengaruh positif dan signifikan
dalam memediasi pengaruh budaya
organisasi terhadap komitmen
organisasional secara tidak langsung.
Berdsarkan hasil temuan dari penelitian
terdahulu diantaranya yang dilakukan oleh
I Wayan Sucipta Wibawa (2018)
menyatakan Budaya Organisasi
berpengaruh positif terhadap Komitmen
Organisasional melalui mediasi Kepuasan
Kerja.
H1
H4
H2 H3
Gambar 1. Kerangka Pemikiran Teoritis
Sumber:
H1: Moon (2000); Manetje
dan Martin (2009); Zain et.al.
(2009).
H2: Kreitner dan Kinichi
(2005); Aydin dan Ceylan (2009)
H3: Yousef (2002); Gunlu et
al. (2010)
H4: I Wayan Sucipta
Wibawa (2018).
Adapun perumusan hipotesis yang
diajukan dalam penelitian ini, yaitu:
Hipotesis 1: Budaya Organisasi
berpengaruh positif dan signifikan terhadap
komitmen Organisasional secara langsung
Hipotesis 2: Budaya Organisasi
berpengaruh positif dan signifikan terhadap
kepuasan Kerja secara langsung
Hipotesis 3: Kepuasan kerja berpengaruh
positif dan signifikan terhadap komitmen
Organisasional secara langsung
Budaya
Organisasi
Kepuasan
Kerja Komitmen
Organisasional
Jurnal Ekonomak Vol. V No. 3 Desember 2019|41
Hipotesis 4: Kepuasan kerja berpengaruh
positif dan signifikan dalam memediasi
pengaruh budaya organisasi terhadap
komitmen organisasional secara tidak
langsung.
METODE PENELITIAN
Metode penelitian yang digunakan
dalam penelitian ini adalah survei yang
bertujuan untuk mendapatkan keterangan-
keterangan yang jelas terhadap suatu
pengamatan masalah tertentu dalam suatu
penelitian (Sukmalana, 2008). Lebih lanjut,
bahwa penelitian survei merupakan
kegiatan penelitian yang mengumpulkan
data pada saat tertentu dengan tujuan
penting, yaitu: mendeskripsikan keadaan
alami yang hidup saat itu; mengidentifikasi
secara terukur keadaan sekarang untuk
dibandingkan; dan menentukan hubungan
sesuatu yang hidup diantara kejadian
spesifik (Sukardi, 2003).
Populasi mempunyai arti yang
bervariasi. Menurut Ary, D., Jacob, L.C.
dan Rajavich dalam Sukardi (2003)
mendefinisikan ”Population is all members
of well defined class of people, events or
objects”. Jadi, populasi adalah semua
anggota kelompok manusia, binatang,
peristiwa, atau benda yang tinggal bersama
dalam satu tempat dan secara terencana
menjadi target kesimpulan dari hasil akhir
suatu penelitian. Populasi mengacu pada
keseluruhan kelompok orang, peristiwa,
atau hal yang ingin peneliti investigasi
(Sekaran, 2011). Berdasarkan dua
pengertian yang dikemukakan para pakar
tersebut, bahwa populasi dalam penelitian
ini adalah seluruh pegawai Badan
Pengelolaan Keuangan Daerah (BPKD)
Kota Sukabumi sebanyak 93 orang
pegawai.
Sedangkan sampel adalah bagian
dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki
oleh populasi tersebut (Sugiyono, 2017).
Dengan menggunakan formula Slovin, dan
dengan mengambil presisi d = 10%
sehingga dapat dihitung besarnya ukuran
sampel adalah sebanyak 76 orang pegawai.
Karena karakteristik populasi dalam
penelitian ini homogen, maka teknik
pengambilan sampel yang digunakan
adalah Simple Random Sampling, yaitu
teknik pengambilan anggota sampel dari
populasi yang dilakukan secara acak tanpa
memperhatikan strata yang ada dalam
populasi (Sugiyono, 2017).
Pengumpulan data dalam penelitian
ini dilakukan melalui kuesioner, yaitu
teknik pengumpulan data yang dilakukan
dengan cara memberi seperangkat
pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada
responden untuk dijawabnya (Sugiyono,
2017). Skala interval yang digunakan untuk
pengukuran data adalah summated rating
dari Likert Scale, di mana Likert
menggunakan lima alternatif jawaban
Jurnal Ekonomak Vol. V No. 3 Desember 2019|42
dengan kriteria sebagai berikut: 1 = Sangat
Tidak Setuju; 2 = Tidak Setuju; 3 = Netral;
4 = Setuju; dan 5 = Sangat Setuju.
Teknik analisis statistik inferensial
yang digunakan untuk menguji hipotesis
penelitian yang diajukan menggunakan
analisis regresi sederhana dengan melalui
uji t atau Sig dan analisis jalur dengan
melalui uji Sobel (Sobel test).
HASIL PENELITIAN DAN
PEMBAHASAN
Hasil Analisis Pengujian Hipotesis:
1. Pengaruh Kualitas Budaya
Organisasi Terhadap Komitmen
Organisasional
Hipotesis pertama yang diajukan
adalah “Budaya Organisasi berpengaruh
positif dan signifikan terhadap Komitmen
Organisasional Pada BPKD Kota
Sukabumi”.
Hipotesis yang diajukan tersebut di
atas dapat dirumuskan dalam hipotesis
statistik sebagai berikut:
Ho : β1 = 0
H1 : β1 > 0
Dari hubungan bivariate tersebut
diperoleh hasil analisis data sebagai berikut:
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) 10.227 3.142 3.255 .002
BUDAYA ORGANISASI .377 .031 .800 12.221 .000
a. Dependent Variable: KOMITMEN ORGANISASIONAL
Untuk melakukan pengujian
hipotesis tersebut di atas, dapat diuji dengan
menggunakan statistik uji t (student) atau
dengan signifikan (sig). Berdasarkan tabel
Coefficients diperoleh nilai t hitung =
12,221 dengan sig = 0,000. Dengan
membandingkan terhadap taraf signifikansi
α = 0,05, ternyata nilai sig < α atau 0,000 <
0,05.
Jadi, berdasarkan hasil pengujian
hipotesis di atas, bahwa hipotesis nol (Ho)
ditolak atau hipotesis satu (H1) diterima.
Dengan demikian hasil pengujian hipotesis
ini menunjukkan, bahwa “Budaya
Organisasi berpengaruh positif dan
signifikan terhadap Komitmen
Organisasional Pada BPKD Kota
Sukabumi”.
Jurnal Ekonomak Vol. V No. 3 Desember 2019|43
2. Pengaruh Budaya Organisasi
Terhadap Kepuasan Kerja
Hipotesis kedua yang diajukan
adalah ” Budaya Organisasi berpengaruh
positif dan signifikan terhadap Kepuasan
Kerja Pada BPKD Kota Sukabumi”.
Hipotesis yang diajukan tersebut
dapat dirumuskan dalam hipotesis statistik
sebagai berikut:
Ho : β2 = 0
H1 : β2 > 0
Dari hubungan bivariate tersebut diperoleh dari hasil analisis data sebagai berikut:
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) 6.872 3.626 1.895 .062
BUDAYA ORGANISASI .619 .036 .885 17.387 .000
a. Dependent Variable: KEPUASAN KERJA
Sebagaimana halnya pengujian
hipotesis pertama, pengujian hipotesis
inipun diuji dengan menggunakan statistik
uji t (student) atau signifikan (sig).
Berdasarkan tabel Coefficients diperoleh
nilai t hitung = 17,387 dengan nilai sig. =
0,000. Dengan membandingkan terhadap
taraf signifikansi α = 0,05, ternyata nilai sig
< α atau 0,000 < 0,05.
Jadi, berdasarkan hasil pengujian
hipotesis di atas, bahwa hipotesis nol (H0)
ditolak atau hipotesis satu (H1) diterima.
Dengan demikian hasil pengujian hipotesis
ini menunjukkan, bahwa ” Budaya
Organisasi berpengaruh positif dan
signifikan terhadap Kepuasan Kerja Pada
BPKD Kota Sukabumi”.
3. Pengaruh Kepuasan Kerja Terhadap
Komitmen Organisasional
Hipotesis ketiga yang diajukan
adalah ”Kepuasan Kerja berpengaruh
positif dan signifikan terhadap Komitmen
Organisasional pada BPKD Kota
Sukabumi”.
Hipotesis yang diajukan tersebut di
atas dapat dirumuskan dalam hipotesis
statistik sebagai berikut:
Ho : β3 = 0
H1 : β3 > 0
Dari hubungan bivariate tersebut
diperoleh hasil analisis data sebagai berikut:
Jurnal Ekonomak Vol. V No. 3 Desember 2019|44
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) 12.805 3.339 3.835 .000
KEPUASAN KERJA .512 .048 .760 10.727 .000
a. Dependent Variable: KOMITMEN ORGANISASIONAL
Sebagaimana halnya pengujian
hipotesis pertama dan kedua, hipotesis
inipun diuji dengan menggunakan statistik
uji t (student) atau signifikan (sig).
Berdasarkan tabel Coefficients diperoleh
nilai t hitung = 10,727 dengan nilai sig. =
0,000. Dengan membandingkan terhadap
taraf signifikansi α = 0,05, ternyata nilai sig
< α atau 0,000 < 0,05.
Jadi, berdasarkan hasil pengujian
hipotesis di atas, bahwa hipotesis nol (H0)
ditolak atau hipotesis satu (H1) diterima.
Dengan demikian hasil pengujian hipotesis
ini menunjukkan, bahwa ”Kepuasan Kerja
berpengaruh positif dan signifikan terhadap
Komitmen Organisasional pada BPKD
Kota Sukabumi”.
4. Pengaruh Kepuasan Kerja dalam
Memediasi Pengaruh Budaya
Organisasi Terhadap Komitmen
Organisasional
Berdasarkan pengaruh budaya
organisasi terhadap kepuasan kerja
diperoleh nilai a = 0,619, Sa = 0,036 dan ta
= 17.387 dan pengaruh kepuasan kerja
terhadap komitmen organisasional
diperoleh b = 0,512, Sb = 0,048 dan tb =
10.727. Dari nilai-nilai input di atas dapat
diperoleh tabel Interactive Sobel Test
(Sobel, 1982) sebagai berikut:
Tabel 4.
Uji Mediasi Kepuasa Kerja dari
Pengaruh Budaya Organisasi
Terhadap Komitmen Organisasional
Inp
ut
Test Test
Statistic
Std
error
P-
Val
ue
a 0,6
19
Sobel
Test
9.0641
8566
0.0349
6486
0
b 0,5
12
Aroian
Test
9.0531
3654
0.0350
0754
0
S
a
0,0
36
Good
man
Test
9.0752
7535
0.0349
2214
0
S
b
0,0
48
Sumber: Hasil analisis data
Berdasarkan hasil analisis
sebagaimana ditunjukkan pada tabel 4
melalui Sobel test diperoleh P-value = 0, hal
ini menunjukkan bahwa 0 < 0.05 dengan
demikian H0 ditolak atau Ha diterima,
Jurnal Ekonomak Vol. V No. 3 Desember 2019|45
sehingga dapat disimpulkan bahwa
Kepuasan Kerja memberikan pengaruh
positif yang signifikan dari hubungan antara
Budaya Organisasi dengan Komitmen
Organisasional.
Sebagai alternatif untuk uji mediasi
di atas dapat dilakukan dengan melalui
statistik uji t yang ditunjukkan pada tabel
berikut ini.
Tabel 5.
Uji Mediasi Komitmen Organisasional
dari Pengaruh Kualitas Kehidupan
Kerja Terhadap Kinerja Personel
Input Test Test
Statistic
P-
Value
ta 17.387 Sobel
Test
9.12933289 0
tb 10,727 Aroian
Test
9.11841593 0
Goodman
Test
9.14028916 0
Sumber: Hasil analisis data
Berdasarkan hasil analisis
sebagaimana ditunjukkan pada tabel 5
melalui Sobel test diperoleh P-value = 0, hal
ini menunjukkan bahwa 0 < 0.05 dengan
demikian H0 ditolak atau H1 diterima,
sehingga dapat disimpulkan bahwa
Kepuasan Kerja memberikan pengaruh
positif yang signifikan dari hubungan antara
Budaya Organisasi dengan Komitmen
Organisasional.
Pembahasan:
Berdasarkan hasil pengujian
hipotesis, ternyata keempat hipotesis yang
diajukan secara signifikan H0 ditolak atau
H1 diterima. Uraian masing-masing
penerimaan keempat hipotesis yang
dimaksud dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Pengaruh Budaya Organisasi
Terhadap Komitmen Organisasional
Pengujian hipotesis pertama
menyimpulkan, bahwa “Budaya Organisasi
berpengaruh positif dan signifikan terhadap
Komitmen Organisasional Pada BPKD
Kota Sukabumi”. Hasil ini sejalan dengan
penelitian yang dilakukan diantaranya oleh
Messner (2013), Lok & Crawford (2001),
Naqvi, et. al. (2013).
Selain hasil penelitian tersebut di
atas, juga ada beberapa hasil penelitian
empiris diantaranya menyatakan bahwa
budaya organisasi berpengaruh langsung
yang nyata terhadap komitmen
organisasional (Suroso, 2013). Begitu juga
hasil temuan lainnya menyatakan bahwa
budaya organisasi berpengaruh positif dan
signifikan terhadap komitmen
organisasional, diantaranya (Handoko, et.
al., 2009; Renyowijoyo, 2003; Shaw &
Reyes, 1992; Shah et.al., 2011; Kwantes,
2009; Waruwu, et. al., 2013). Dengan
demikian temuan ini belum adanya
perubahan yang menyatakan adanya teori
baru.
Jurnal Ekonomak Vol. V No. 3 Desember 2019|46
Hasil analisis korelasi sederhana
antara Budaya Organisasi dengan
Komitmen Organisasional diperoleh nilai
koefisien korelasi (R) adalah 0,800. Nilai
ini memberikan pengertian bahwa
keterkaitan antara Budaya Organisasi
dengan Komitmen Organisasional adalah
Sangat kuat (Sugiyono, 2006: 216).
2. Pengaruh Budaya Organisasi
Terhadap Kepuasan Kerja
Pengujian hipotesis kedua
menyimpulkan, bahwa “Budaya organisasi
berpengaruh positif dan signifikan terhadap
kepuasan kerja Pada BPKD Kota
Sukabumi”.
Hasil pengujian hipotesis ini sejalan
dengan beberapa penelitian sebelumnya
(Brahmasari, et. al., 2008; Bellou, 2010;
Chang, 2003; Lund, 2003; Park, & Kim,
2009; Lok & Crawford, 2001; Mazuki, et.
al., 2011; Nurhajati & Dewabrata, 1995;
Hood, 1992), yang menyatakan bahwa
budaya organisasi berpengaruh positif dan
signifikan terhadap kepuasan kerja.
Hasil analisis korelasi sederhana
antara Budaya Organisasi dengan
Kepuasan Kerja diperoleh nilai koefisien
korelasi (R) adalah 0,885. Nilai ini
memberikan pengertian bahwa keterkaitan
antara Budaya Organisasi dengan
Kepuasan Kerja adalah “Sangat Kuat”
(Sugiyono, 2006:142).
3. Pengaruh Kepuasan Kerja Terhadap
Komitmen Organisasional
Hipotesis ketiga menyimpulkan,
bahwa ”Kepuasan Kerja berpengaruh
positif dan signifikan terhadap Komitmen
Organisasional pada BPKD Kota
Sukabumi”.
Hasil pengujian hipotesis tersebut
sejalan dengan hasil penelitian-penelitian
sebelumnya, yaitu kepuasan kerja memiliki
pengaruh yang signifikan terhadap
komitmen organisasional (Appelbaum, et.
al., 2013; Bang, et. al., 2013; Boles, et. al.,
2007; Gunlu, et. al., 2010; Kantabutra &
Rungruang, 2013; Lok & Crowford, 2001;
Mazuki, et. al., 2011; Sarwar & Khalid,
2011; Syah, et. al., 2012; Wang & Wang,
2012; Moqbel, et. al., 2013; Seniati, 2006).
Hasil analisis korelasi sederhana
antara Kepuasan Kerja dengan Komitmen
Organisasional diperoleh nilai koefisien
korelasi (R) adalah 0,760. Nilai ini
memberikan pengertian bahwa keterkaitan
antara Kepuasan Kerja (Y) dengan
Komitmen Organisasional adalah “Kuat”
(Sugiyono, 2006:142).
4. Pengaruh Komitmen Organisasional
dalam Memediasi Pengaruh Kualitas
Kehidupan Kerja Terhadap Kinerja
Personel
Berdasarkan hasil pengujian
hipotesis melalui analisis jalur dengan
menggunakan Sobel Test, ternyata
Jurnal Ekonomak Vol. V No. 3 Desember 2019|47
menunjukkan Kepuasan Kerja memberikan
pengaruh dalam memediasi pengaruh
Budaya Organisasi terhadap Komitmen
Organisasional. Hal ini berarti bahwa
Kepuasan Kerja menjadi faktor penting
dalam memediasi hubungan antara Budaya
Organisasi dengan Komitmen
Organisasional.
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
KESIMPULAN
Berikut ini ada empat kesimpulan
yang dapat dikemukakan sebagai berikut:
1. Budaya Organisasi berpengaruh
positif dan signifikan terhadap
Komitmen Organisasional pada
Badan Pengelolaan Keuangan
Daerah (BKPD) Kota Sukabumi.
2. Budaya Organisasi berpengaruh
positif dan signifikan terhadap
Kepuasan Kerja Pada Badan
Pengelolaan Keuangan Daerah
(BKPD) Kota Sukabumi.
3. Kepuasan Kerja berpengaruh positif
dan signifikan terhadap Komitmen
Organisasional Pada Badan
Pengelolaan Keuangan Daerah
(BKPD) Kota Sukabumi.
4. Kepuasan kerja sebagai variabel
intervening dari pengaruh budaya
organisasi terhadap komitmen
organisasional, memiliki pengaruh
yang signifikan.
REKOMENDASI
Rekomendasi yang dapat
dikemukakan sebagai suatu masukan
adalah sebagai berikut:
1. Budaya organisasi dan kepuasan
kerja harus menjadi perhatian yang
serius bagi Kepala BPKD dalam
rangka untuk meningkatkan
komitmen organisasional. Kedua
faktor tersebut sebagaimana
ditunjukkan melalui analisis
inferensial merupakan faktor
penting dalam meningkatkan
komitmen organisasional, dan
berdasarkan analisis deskriptif
kedua faktor tersebut termasuk
kategori tinggi.
2. Sebaiknya untuk penelitian
mendatang perlu dikaji bukan hanya
antar variabel penelitiannya saja,
tetapi antar dimensi atau
indikatornya. Hal ini sangat perlu
dilakukan dalam rangka untuk
mengkaji lebih mendalam lagi, dari
dimensi atau indikator yang mana
yang memberikan pengaruh yang
signifikan terhadap variabel atau
dimensi tertentu.
3. Sebaiknya untuk penelitian
mendatang perlu melibatkan
variabel-variabel bebas lainnya
dalam rangka untuk dapat mengkaji
variabel baru yang langka yang
belum pernah dilakukan oleh para
Jurnal Ekonomak Vol. V No. 3 Desember 2019|48
peneliti terdahulu, sebagai upaya
untuk mengekplorasi ditemukannya
teori baru yang kaitannya dengan
kinerja individu.
4. Sebaiknya area atau wilayah untuk
generalisasi populasi bukan hanya
saja dalam lingkup Kabupaten atau
Kota sebagaimana penelitian ini,
melainkan area yang lebih luas lagi,
misalnya dalam lingkup Provinsi
atau Nasional.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmed Syah, S.M., Abdul Latif, S., Isran
S., and Memon, M.S. (2012).
The Impact of Employee Job
satisfaction on the
Organizational Commitment: A
Study of Faculty members of
Public Sector Universities
Pakistan. Interdiciplinary
Journal of Contemporary
Research Business, Vol. 3 No.
10 pp. 161-170.
Anita Sophia D. (2009). Pengaruh Budaya
Organisasi dan Kepuasan Kerja
Terhadap Komitmen
Organisasional Pegawai Kantor
Pelayanan Pajak (KPP) Pratama
Jakarta Menteng Dua. Tesis.
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik Universitas Indonesia.
Appelbaum, S.H., Louis D., Makarenko,
D., Saluja J., Meleskho O., and
Kulbashian S. (2013).
Participation in decision
making: a case study of job
satisfaction and commitment.
Industrial and Commercial
Training, Vo.45 No.7, pp.412-
419.
Arfan dan Ishak. (2005). Manajemen
Sumber Daya Manusia. Jakarta:
Rajawali Press.
Aydin, Bulent dan Adnan Ceylan (2009). A
Research Analysis on
Employee Satisfaction in terms
of Organizational Culture and
Spiritual Leadership.
International Journal of
Business and Management,
Vol.4, No.3. 159-167.
Bang H., Ross S. and Reio, Jr., T. G. (2013),
“From motivation to
Organizational commitment of
volunteers in non-profit sport
organizations: The role of job
satisfaction. Journal of
Management Development,
Vo.32 No.1, pp.96-112. From
Emerald Group Publishing
Limited.
Bellou V. (2010). Organizational culture as
a predictor of job satisfaction:
the role of gender and age.
Career Development
Jurnal Ekonomak Vol. V No. 3 Desember 2019|49
International. Vol. 15 No. 1 pp.
4-19.
Benkhoff, B. (1997). Ignoring Commitment
Is Costly: New Approaches
Establish the Missing Link
Between Commitment and
Performance. Human
Relations, 50(6), 701-726.
Boles, J., Madupalli, R., Rutherford, B. and
Wood, J. A. (2007). “The
relationship of facets of
salesperson job satisfaction
with affective organizational
commitment.
Brahmasari (2008). Pengaruh Motivasi
Kerja, Kepemimpinandan
Budaya Organisasi Terhadap
Kepuasan Kerja Karyawan
serta Dampaknya padaKinerja
Perusahaan (Studi kasus pada
PT Pei Hai International
Wiratama Indonesia). Jurnal
Manajemen dan
Kewirausahaan, Vol. 10, No 2.
Chang S. & Lee K. (2006). “Relationship
Among Personality Traits, Job
Characteristics, Job
Satisfaction, and
Organizational Commitment-
An Emphirical Study in
Taiwan” The Business Review,
Cambridge, 6(1), 201-207.
Davis, Keith & William B. Werther, Jr.
(2000). Human Resource and
Personnel Management, Edisi
Terjemahan, Jakarta:
Prenhallindo.
Davis, Keith dan J. W. Newstrom (2000).
Perilaku dalam Administrasi.
Jakarta: Erlangga.
Desmond Graves. (2000). Corporate Culture:
Diagnosis and Change Auditing
and Changing the Culture of
Organization, Frances Pinter
Publishing: London.
Gibson, J. L. J. H. Donelly & J. M.
Ivanevich. (1997). Organisasi,
Perilaku, Struktur, Proses.
Terjemahan dalam Bahasa
Indonesia. Jilid 2. Jakarta:
Erlangga.
Gunlu, Aksarayli, and Percin. (2010), Job
satisfaction and Organizational
Commitment of Hotel
Managers in Turkey,
International Journal of
Contemporary Hospitality
Management, Vol.22 No.5, pp.
693-717.
Handoko, Y., Setiawan, M., Surachman,
and Djumahir. (2009).
Organizational Culture, Job
Satisfaction, Organizational
Commitment, the Effect on
Jurnal Ekonomak Vol. V No. 3 Desember 2019|50
Lecturer Performance.
International Journal of
Business and Management
Invention. Volume 2 Issue 12.
December. 201X, pp. 21-30.
Hasibuan, M.. (1995). Manajemen
Sumberdaya Manusia: Dasar
dan Kunci. Jakarta: Gunung
Agung.
Hood, J.N., & Koberg, C.S. (1991).
Accounting firm culture and
creativity among accountant.
Journal of Accounting, 5(3),
12-19
http://jurnal-sdm.blogspot.com/2009/06
Ingersoll et. al. (2000). Psychological and
Social Development. New
Jersey: Prentice-Hall Inc.
Kantabutra S. and Rungruang P. (2013).
Perceived vision-based
leadership effects on staff
satisfaction and commitment at
a Thai energy provider. Asia
Pacipic Journal of Business
Administration, Vol. 5 No. 2 pp.
157-178. From Emerald Group
Publishing Limited.
Kirk L. Rongga (2001). “Human Resources
Practices, Organizational
Climate and Employee
Satisfaction”, Academy of
Management Review, Jully,
619-644.
Kwantes, C. T. (2009). Culture, job
satisfaction and organizational
commitment in India and the
United States. Journal of Indian
Business Research Vol. 1 No. 4,
2009 pp. 196-212. Emerald
Group Publishing Limited.
Lok, P. and J. Crawford. (2001).
Antecedents of organizational
commitment and the mediating
role of job satisfaction. Journal
of Managerial Psychology. Vol.
16, No. 8, pp. 594-613.
Lund, Daulatram B. (2003). Organizational
Culture and Job Satisfaction.
Journal of Business &
Industrial Marketing, Vol. 18,
No.3, pp.219-236.
Luthans, F. (1995). Organizational
Behavior. 7th Edition,
Singapore: McGraw-Hill Book,
Co.
Manetje, O. and N. Martins (2009). The
Relationship between
rganizational Culture and
Organizational Commitment,
Southern African Business
Review, 13(1): 87-111.
Jurnal Ekonomak Vol. V No. 3 Desember 2019|51
Mazuki J., Simun, M., and Chong, S. C.
(2011). “Expectation gaps, job
satisfaction, and organizational
commitment of fresh graduates:
Roles of graduates, higher
learning institutions and
employers. Education +
Training, Vol.53 No.6. pp. 515-
530. Emerald Group Publishing
Limited.
Merry Cristiana dan Sunjoyo (2008).
Pengaruh Kepuasan Kerja
Terhadap Komitmen
Organisasional Yang Dimediasi
Oleh Identifikasi.
Messner W. (2013), “Effect of
organizational culture on
employee commitment in the
Indian IT services sourcing
industry, Journal of Indian
Business Research, Vo.5 No.2,
pp. 76-100.
Meyer, J. P. & Allen, N. J. (1997).
Commitment in the Workplace.
Theory, Research, and
Application. London: Sage
Publication.
Moon, M. Jae, 2000, Organizational
Commitment Revisited in New
Public Management:
Motivation, Organizational
Culture, Sector, and Managerial
Level, Public Performance and
Management Review, 24(2):
177-194.
Moqbel M., Nevo S., and Kok S. (2013).
Organizational member’s use of
social networking sites and job
performance: An exploratory
study. Information Technology
and People, Vol. 26 No. 3 pp.
240-264. From Emerald Group
Publishing Limited.
Naqvi, R., Ishtiaq, M., Kanwal N. and Ali
M. (2013). Impact of Job
Auttonomy on Organizational
Commitment and Job
Satisfaction: The Moderating
Role of Organizational Culture
in Fast Food Sector of Pakistan.
International Journal of
Business and Management
System. Vol. 8 No. 17 pp. 92-
102.
Park J. S. and Kim T. H. (2009). Do types
of organizational culture matter
in nurse job satisfaction and
turnover intention?. The
Journal Leadership in Health
Services Vol 22 No.1, pp. 20-
38.
Renyiwijoyo, Muindro. (2003). Hubungan
Antara Budaya Organisasi,
Komitmen Organisasi,
Jurnal Ekonomak Vol. V No. 3 Desember 2019|52
Kepuasan Kerja, dan Kinerja
Karyawan : Studi Empiris
Karyawan Sektor Manufaktur
di Indonesia. Universiti Utara
Malaysia : Thesis.
Riley, D. (2006). Turnover Intention: The
Mediation effects of Job
Satisfaction, Affective
Commitment, and Continuance
Commitment. Unpublished
Doctoral Dissertation,
University of Waikato.
Robert L. Mathis & John H. Jackson (2006).
Human Resources Management
Edisi sepuluh, Penerbit
Salemba Empat.
Saal, F. E. & Knight, P. A. (1995).
Industrial/ Organizational
Psychology, USA: Brooks/Cole
Publishing Company.
Sarwar, A. and Khalid A.(2011), “Impact of
Employee Empowerment on
Employee’s Job Satisfaction
and Commitment with the
Organization, Interdisciplinary
Journal of Contemporary
Research in Business, June
2011 Vol.3 No.2. pp. 664-683.
Schein, Edgar H. (2004), Organizational
Culture and Leadership, 3rd
edition, John Wiley & Sons,
Inc.
Shah, N. and Jamshed A. Halepota (2011).
"An empirical investigation of
organisational antecedents on
employee job satisfaction in a
developing country",
Transforming Government:
People, Process and Policy,
Vol. 5 Iss: 3, pp.280 – 294.
Shaw, J., and Reyes, P. (1992). School
cultures: Organizational value
orientation and commitment.
The Journal of Educational
Research, 85(5), 295–302.
Siagian, Sondang P. (2002). Manajemen
Sumber Daya Manusia. Jakarta:
PT. Bumi Aksara.
Sobel, M. E. (1982). Asymptotic intervals
for indirect effects in structural
equations models. In S.
Leinhart (Ed.), Sociological
methodology 1982 (pp.290-
312). San Francisco: Jossey-
Bass.
Sopiah (2008). Perilaku Organisasi,
Yogyakarta: Andi Offset
Steers, M. Richard (1985). Efektifitas
Organisasi. Jakarta: Erlangga.
Stephen P. Robbins (1996). Organizational
Behavior. New Jersey: Prentice
Hall, Inc.
Jurnal Ekonomak Vol. V No. 3 Desember 2019|53
-------------- (2002). Organizational
Behavior. 10th Edition, New
Jersey: Prentice Hall
International Inc.
Sugiyono (2017). Metode Penelitian:
Kuantitatif, Kualitatif, dan
R&D. Bandung: Alfabeta.
Sukardi. (2003). Metodologi Penelitian
Pendidikan; Kompetensi dan
Praktiknya. Jakarta: PT. Bumi
Aksara.
Sukmalana, S. (2008). Metode dan Teknik
Penulisan Karya Ilmiah.
Jakarta: Universitas
Suryadharma,
Suroso, J. (2013). Competitive Intelligence:
Pengaruh Budaya Organisasi,
Gaya Kepemimpinan dan
Kepercayaan Terhadap
Komitmen Organisasi Untuk
Meningkatkan Kualitas
Perguruan Tinggi.
Tur Nasiti (2004). Environmental
Commitment: Faktor
Fundamental Entrepreneurship.
Jurnal Manajemen Maranatha,
4(1), 27-41.
Uma, Sekaran (2006). Metodologi
Penelitian Untuk Bisnis. Edisi
4, Jakarta: Salemba Empat.
Walumbwa, Fred, O., Luthans, Fred.,
Gardner, William, L., Avolio,
Bruce, J., and May, Douglas.
(2004). “Unlocking the mask: A
look at the process by which
authentic leaders impact
follower attitudes and
behaviors,” The Leadership
Quarterly. Vol. 15, pp. 801–
823.
Wang M. K. and Wang, K. P. (2012). The
Impact of Employee Perception
of Human Resource
Management System on Job
satisfaction and Organizational
Commitment during
Privatization the
transformations of
Privatization: An Empirical
Study of Telecomunications
Corporations in Taiwan. Asia
Pacipic Management Review,
Vol. 17 No. 3 pp. 321-342.
Waridin dan Masrukhin (2006). Pengaruh
Motivasi Kerja, Kepuasan
kerja, Budaya Organisasi, dan
Kepemimpinan Terhadap
Kinerja Pegawai. EKOBIS,
Vol. 7 No. 2.
Waruwu, P., Maharani, K., and Saputro, G.
H. (2013). Pengaruh
pemberdayaan dan Budaya
Organisasional terhadap
Jurnal Ekonomak Vol. V No. 3 Desember 2019|54
Kinerja Pegawai dengan
mediasi Komitmen
Organisasional (Studi pada
Pegawai Kantor Pengawasan
dan Pelayanan Bea dan Cukai
type Madia Cukai Kudus).
Laporan Penelitian.
Wexley, Kenneth and Gary Yukl, (1992).
Perilaku Organisasi dan
Psikologi Personalia. Jakarta:
Rineka Cipta.
Wibawa, I Wayan S., dan Made Surya P.
(2018). Pengaruh Budaya
Organisasi Terhadap
Komitmen
Organisasionaldimediasi
Kepuasan Kerja (Studi Pada Pt.
Bening Badung-Bali). E. Jurnal
Manajemen Unud, Vol.7, No.6,
2018: 3027-3058.
Yousef, Darwis A. (2002) "Job satisfaction
as a mediator of the
relationship between role
stressors and organizational
commitment: A study from an
Arabic cultural
perspective", Journal of
Managerial Psychology, Vol.
17 Issue: 4, pp.250-266
Zain, Zahariah Mohd, Razanita Ishak, dan
Erlane K. Ghani, 2009, The
Influence of Corporate Culture
on Organisational
Commitment: A Study on a
Malaysian Listed Company,
European Journal of
Economics, Finance and
Administrative Sciences, 17:
16-26.