MEKANISME PEMBIAYAAN AKAD MURABAHAH DALAM ...

96
TUGAS AKHIR MEKANISME PEMBIAYAAN AKAD MURABAHAH DALAM MENINGKATKAN USAHA ANGGOTA (Studi Kasus di BMT Familier Kotagajah) Oleh: SRI INDAH WULANDARI NPM. 13110978 Jurusan : Diploma Tiga (D-III) Perbankan Syariah Fakultas : Ekonomi dan Bisnis Islam INSTITUT AGAMA ISLAM NEGRI (IAIN) METRO 1438 H / 2017 M

Transcript of MEKANISME PEMBIAYAAN AKAD MURABAHAH DALAM ...

TUGAS AKHIR

MEKANISME PEMBIAYAAN AKAD MURABAHAH

DALAM MENINGKATKAN USAHA ANGGOTA

(Studi Kasus di BMT Familier Kotagajah)

Oleh:

SRI INDAH WULANDARI

NPM. 13110978

Jurusan : Diploma Tiga (D-III) Perbankan Syariah

Fakultas : Ekonomi dan Bisnis Islam

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGRI (IAIN)

METRO

1438 H / 2017 M

MEKANISME PEMBIAYAAN AKAD MURABAHAH

DALAM MENINGKATKAN USAHA ANGGOTA

(Studi Kasus di BMT Familier Kotagajah)

Diajukan untuk memenuhi Tugas dan Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh

Gelar Ahli Madya (A.Md)

Oleh:

SRI INDAH WULANDARI

NMP. 13110978

Pembimbing I : Drs. Tarmizi, M.Ag

Pembimbing II : Zumaroh, M.E.Sy

Jurusan : Diploma Tiga (D-III) Perbankan Syariah

Fakultas : Ekonomi dan Bisnis Islam

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)

METRO

1438 H / 2017 M

ABSTRAK

MEKANISME PEMBIAYAAN AKAD MURABAHAH DALAM

MENINGKATKAN USAHA ANGGOTA

(STUDI KASUS DI BMT FAMILIER KOTAGAJAH)

Oleh:

SRI INDAH WULANDARI

NPM. 13110978

BMT Familier Kotagajah adalah lembaga keuangan yang melaksanakan

kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah. Dalam menyalurkan dananya pada

anggota BMT Familier terdapat pembiayaan dengan prinsip bagi hasil. Salah satu

pembiayaan tersebut adalah pembiayaan Murabahah. Murabahah adalah jual beli

dengan harga jual sama dengan harga pokok pembelian ditambah dengan tingkat

keuntungan tertentu yang disepakati kedua pihak. Dalam hal ini pembiayaan

sangat membantu masyarakat terutama dibidang usaha. Berbagai kendala yang

dihadapi anggota khususnya kendala financial (permodalan) menjadi persoalan

serius yang sangat mempengaruhi dari usaha anggota tersebut. Untuk itu hadirnya

Lembaga keuangan syariah sangat membantu dalam permodalan khususnya pada

BMT Familier Kotagajah.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui mengenai mekanisme pembiayaan

akad murabahah dalam meningkatkan usaha anggota. Metode penelitian dalam

tugas akhir ini bersifat deskriptif kualitatif. Pengumpulan data dalam penelitian ini

menggunakan metode wawancara dan dokumentasi. Manfaat dari penelitian ini

untuk mengetahui tentang mekanisme pembiayaan akad murabahah dalam

meningkatkan usaha anggota.

Dari hasil pembahasan dan penelitian yang dilakukan, maka dapat diambil

kesimpulan bahwa ada 6 prosedur yang harus dilakukan oleh anggota dalam

melakukan pembiayaan akad murabahah, yaitu 1) Pengajuan permohonan

penyaluran dana pembiayaan murabahah ke kantor BMT Familier, Ketua

Kelompok, atau Refferensor, 2) Melakukan akad antara pihak BMT dengan calon

anggota, 3) Mengisi formulir dan menyerahkan Syarat-syaratnya, 4) Dilakukan

penilaian kelayakan usaha dari tim survey, 5) Mengajukan ke komite bagian

pembiayaan, 6) Pencairan dana. Mekanisme pembiayaan akad murabahah dalam

meningkatkan usaha anggota di BMT Familier Kotagajah sangatlah mudah maka

dari itu banyak anggota yang tertarik karena dengan pembiayaan akad murabahah

di BMT Familier Kotagajah ini usaha anggota juga semakin meningkat

MOTTO

ى فاكتبوه .…يا أيها الذين آمنوا إذا تداينتم بدين إلى أجل مسم

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu bermu'amalah [seperti

berjual beli, hutang piutang, atau sewa menyewa dan sebagainya] tidak secara

tunai untuk waktu yang ditentukan, hendaklah kamu menuliskannya….”

(Q.S. Al-Baqarah: 282)

PERSEMBAHAN

Dengan rasa syukur yang sebesar-besarnya kepada Allah SWT, kupersembahkan

Tugas Akhir ini kepada:

1. Bapak dan Ibu tercinta (Jiman Subagyo dan Gemiatun), yang tidak pernah

lelah untuk mendo’akan dan mendukung baik dalam bentuk moril maupun

materiil serta selalu mencurahkan kasih sayang dan motivasi yang tidak

terbatas.

2. Kakak dan adikku, Rully Purwanto dan Gita Rahmawati yang selalu

menghadirkan kasih sayang dan semangat serta keceriaan.

3. Sahabat seperjuangan Arlis, Eka, Vivi, dan Ali Shodiq yang telah memberikan

semangat, do’a, dan motivasi dalam menyelesaikan Tugas Akhir ini.

4. Teman-teman seperjuangan di D3 Perbankan Syariah angkatan 2013 IAIN

Metro.

5. Almamaterku tercinta, Jurusan D3 Perbankan Syariah, Fakultas Ekonomi dan

Bisnis Islam Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Metro.

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, atas taufik hidayah

dan inayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan Tugas Akhir ini.

Penulisan Tugas Akhir ini adalah sebagai salah satu bagian dari

persyaratan untuk menyelesaikan pendidikan Diploma Tiga (III) Perbankan

Syariah, Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam Institut Agama Islam Negeri (IAIN)

Metro guna memperoleh gelar Ahli Madya (A.Md).

Dalam upaya penyelesaian Tugas Akhir ini, penulis telah menerima

banyak bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karenanya penulis

mengucapkan terimakasih kepada:

1. Ibu Prof. Dr. Enizar, M.Ag selaku Rektor IAIN Metro.

2. Ibu Dr. Widhya Ninsiana, M.Hum selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Islam IAIN Metro.

3. Ibu Zumaroh, M.E.Sy selaku Ketua Program Studi D3 Perbankan Syariah

IAIN Metro dan sekaligus pembimbing TA.

4. Bapak Drs. Tarmizi, M.Ag selaku Dosen Pembimbing I.

5. Bapak dan Ibu Dosen/Karyawan Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Metro

yang telah memberikan ilmu pengetahuan dan sarana prasarana selama penulis

menempuh pendidikan.

6. Seluruh karyawan BMT Familier Kotagajah yang telah memberikan

kesempatan kepada penulis untuk melakukan penelitian dan membentu dalam

mengumpulkan data-data untuk melengkapi Tugas Akhir ini.

Kritik dan saran demi perbaikan Tugas Akhir ini sangat penulis harapkan

dan akan diterima dengan kelapangan dada. Dan akhirnya semoga hasil penelitian

yang telah dilakukan kiranya dapat bermanfaat bagi pengembangan ilmu

pengetahuan perbankan syariah.

Metro, Mei 2017

Penulis

Sri Indah Wulandari

NPM.13110978

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i

HALAMAN SAMPUL ................................................................................... ii

HALAMAN PERSETUJUAN....................................................................... iii

HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................ iv

ABSTRAK ...................................................................................................... v

HALAMAN ORISINALITAS PENELITIAN ............................................. vi

HALAMAN MOTTO .................................................................................... vii

HALAMAN PERSEMBAHAN..................................................................... viii

HALAMAN KATA PENGANTAR .............................................................. ix

DAFTAR ISI ................................................................................................... xi

DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xiii

DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xiv

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ................................................................ 1

B. Pertanyaan Penelitian .................................................................... 5

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ..................................................... 5

D. Metode Penelitian .......................................................................... 6

E. Sistematika Penulisan .................................................................... 10

BAB II LANDASAN TEORI

A. Mekanisme Pembiayaan Akad Murabahah ................................... 12

1. Pengertian Mekanisme Pembiayaan Akad Murabahah ............ 12

2. Dasar Hukum Pembiayaan Akad Murabahah .......................... 16

3. Rukun dan Syarat Pembiayaan Murabahah .............................. 20

B. Peningkatan Usaha Anggota ......................................................... 22

1. Pengertian Usaha ...................................................................... 22

2. Tingkat Pengembangan Usaha Anggota .................................. 24

3. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengembangan usaha

anggota ..................................................................................... 26

C. Mekanisme Pembiayaan Akad Murabahah Dalam Meningkatkan

Usaha Anggota .............................................................................. 29

BAB III PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum BMT Familier Kotagajah ................................ 32

B. Mekanisme Pembiayaan akad Murabahah Dalam Meningkatkan

Usaha Anggota di BMT Familier Kotagajah ................................ 37

BAB IV PENUTUP

A. Kesimpulan.................................................................................... 46

B. Saran .............................................................................................. 46

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN-LAMPIRAN

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1. Struktur Organisasi BMT Familier Kotagajah ............................ 34

Gambar 3.2. Tabel Anggota Pembiayaan ........................................................ 45

DAFTAR LAMPIRAN

1. Surat Keterangan Bimbingan Tugas Akhir

2. Outline

3. Surat Tugas

4. Surat Izin Riset

5. Surat Konfirmasi Izin Riset

6. Surat Keterangan Bebas Pustaka

7. Alat Pengumpul Data (APD)

8. Kartu Konsultasi Bimbingan Tugas Akhir

9. Brosur Pembiayaan BMT Familier Kotagajah

10. Daftar Riwayat Hidup

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Perkembangan ekonomi berbasis syariah dewasa ini mengalami

kemajuan yang cukup pesat. Praktik ekonomi berbasis syariah telah

berkembang dalam bentuk bank dan lembaga-lembaga keuangan ekonomi

syariah non bank. Prinsip-prinsip syariah yang pada dasarnya sudah

dikenal dalam kegiatan ekonomi tradisional, kini sudah mulai masuk

dalam kegiatan ekonomi modern seperti penghimpunan dana nasabah serta

menyalurkan dana dalam bentuk pembiayaan atau bentuk lainnya.1

Berkembangnya ekonomi syariah di Indonesia juga didasari karena

kondisi negara Indonesia itu sendiri, yang mayoritas penduduk Indonesia

beragama Islam. Indonesia juga merupakan negara Muslim terbesar di

dunia. Oleh karena itu, lembaga keuangan syariah berkembang pesat

dalam Indonesia.

Sekarang ini perekonomian syariah mulai banyak diminati oleh

sebagian besar masyarakat Indonesia. Praktik ekonomi berbasis syariah ini

disambut positif oleh praktisi di bidang ekonomi syariah yang menilai

bahwa label syariah dapat dijadikan daya tarik bagi nasabah Muslim untuk

memilih lembaga keuangan syariah sebagai mitra usaha. Karena sistem

1 Rachmadi Usman, Aspek Hukum Perbankan Syariah di Indonesia, (Jakarta: Sinar

Grafika, 2012), h. 1

perekonomian ini dianggap menguntungkan dan memberikan keadilan

bagi semua pihak.

Salah satu fungsi lembaga keuangan syariah adalah menghimpun

dana masyarakat yang kemudian disalurkan kembali kepada masyarakat,

melalui mekanisme pembiayaan, baik untuk pembiayaan produktif,

maupun konsumtif. Sesuai dengan label syariah yang dimiliki, maka

mekanisme pengumpulan dana dan pembiayaan, dilakukan berdasarkan

prinsip-prinsip syariah.

Pembiayaan pada dasarnya diberikan atas dasar kepercayaan.

Dengan demikian, pemberian pembiayaan adalah pemberian kepercayaan.

Hal ini berarti dana dan fasilitas yang diberikan harus diyakini dapat

dikembalikan oleh penerima pembiayaan sesuai dengan waktu dan syarat-

syarat yang telah disepakati bersama.

Salah satu akad yang dipergunakan dalam pembiayaan syariah

adalah akad murabahah, yaitu : “akad jual beli barang dengan menyatakan

harga perolehan dan keuntungan (margin) yang disepakati oleh penjual

dan pembeli.”2 Dalam pembiayaan murabahah keuntungan (margin) yang

diperoleh lembaga keuangan syariah diketahui oleh nasabah, dan nasabah

melakukan pembayaran secara angsuran sesuai dengan harga dan tempo

yang ditetapkan dalam akad. Melalui akad murabahah, nasabah dapat

memenuhi kebutuhannya untuk memperoleh barang yang dibutuhkan

tanpa harus menyediakan uang tunai lebih dulu.

2 Buchari Alma dan Donni Juni Priansa, Manajemen Bisnis Syariah, (Bandung: Alfabeta,

2013), h. 11

Berdasarkan pengertian di atas dapat dipahami bahwa pembiayaan

murabahah adalah suatu akad jual beli barang atas barang tertentu, dimana

penjual menyebutkan harga pembelian barang kepada pembeli dengan

mensyaratkan keuntungan yang telah disepakati.

Dalam meningkatkan kualitas usaha ekonomi, BMT berorientasi

pada upaya peningkatan kesejahteraan anggota dan masyarakat. Anggota

harus diberdayakan (empowering) supaya dapat mandiri. Karena dengan

menjadi anggota BMT, masyarakat dapat meningkatkan taraf hidup

melalui peningkatan usahanya.3 Dengan pemberian modal pinjaman agar

dapat memandirikan ekonomi peminjam.

BMT Familier Kotagajah adalah salah satu lembaga keuangan

mikro syariah yang mengalami perkembangan dan dapat

menyelenggarakan pembiayaan untuk usaha masyarakat dengan akad

murabahah. Kebutuhan akan modal membuat pembiayaan ini cukup

diminati oleh masyarakat di sekitar BMT ini, sehingga banyak yang

tertarik untuk mengajukan pembiayaan murabahah.

Berdasarkan wawancara peneliti dengan Nyamianah nasabah BMT

Familier Kotagajah diperoleh informasi bahwa salah satu jenis produk

pembiayaan BMT Familier yaitu produk pembiayaan yang dilakukan

dengan akad murabahah sangat membantu dalam meningkatkan usaha

kecilnya tersebut, seperti usaha yang sedang dijalankannya saat ini yaitu

toko sembako yang dimilikinya. Usaha yang bermula dari berjualan

3 Muhammad Ridwan, Manajemen Baitul Maal Wa Tamwil, (Yogyakarta: UII Press,

2004), h. 128

sembako keliling dan hingga kini usahanya semakin meningkat dan

berkembang.4

Karena prosedur atau mekanisme pembiayaan murabahah ini

sangat mudah, pembiayaan murabahah tersebut cukup banyak diminati

oleh masyarakat. Dan praktik yang dilakukan BMT Familier Kotagajah

adalah memenuhi kebutuhan nasabah pada barang atau jasa tertentu,

dengan cara membeli barang pada pihak ketiga dengan harga yang

diketahui nasabah. Kemudian nasabah membayar kepada BMT Familier

Kotagajah dengan cara diangsur. Jumlah yang dibayar nasabah kepada

BMT melebihi harga pokok pembelian barang, sebagai imbalan bagi BMT

Familier Kotagajah atas jasa pengadaan barang.

Oleh karena itu, bagi para anggota BMT yang ingin mengajukan

pembiayaan harus mengetahui mekanisme yang ada atau yang telah

ditetapkan oleh BMT Familier Kotagajah ini. Karena apabila tidak sesuai

dengan prosedur yang ditentukan, maka akan menuai kendala, akan tetapi

apabila prosedur yang telah ditetapkan itu sudah berjalan baik itu berarti

tidak akan menimbulkan masalah.

Berdasarkan uraian tersebut, maka peneliti tertarik untuk

mengangkat penelitian dengan judul “Mekanisme Pembiayaan Akad

Murabahah Dalam Meningkatkan Usaha Anggota Di BMT Familier

Kotagajah”

4 Wawancara Nyamianah Nasabah BMT Familier Kotagajah 12 September 2016

B. Pertanyaan Penelitian

Sesuai dengan latar belakang masalah yang diuraikan di atas, maka

pertanyaan penelitian pada penelitian ini adalah :

1. Bagaimana Mekanisme Pembiayaan Akad Murabahah di BMT

Familier Kotagajah?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Berdasarkan masalah di atas, maka dapat disimpulkan tujuan

dari penulisan ini adalah :

a. Untuk mengetahui mekanisme Pembiayaan Akad Murabahah di

BMT Familier Kotagajah

2. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang ingin diperoleh dalam penelitian ini

antara lain :

a. Secara teoritis, penelitian ini merupakan sumbangan pemikiran

penulis terutama dalam mengembangkan teori-teori yang telah

penulis dapatkan selama mengikuti kuliah. Penelitian ini

diharapkan dapat memberikan pemahaman, gambaran dan

wawasan yang luas dan lebih mendalam serta memperkaya

khasanah lembaga keuangan syariah mengenai mekanisme

Pembiayaan Akad Murabahah dalam meningkatkan usaha anggota

di BMT.

b. Manfaat Praktis,

Sebagai acuan bagi praktisi BMT dalam melakukan pengembangan

produk Pembiayaan sebagai langgkah peningkatan usaha anggota.

Dan juga agar masyarakat lebih mengetahui tentang BMT Familier

Kotagajah.

D. Metode Penelitian

1. Jenis dan Sifat Penelitian

a. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian lapangan (field

research), yaitu suatu penelitian yang dilakukan secara intensif,

terperinci dan mendalam terhadap suatu objek tertentu dengan

mempelajarinya sebagai suatu kasus. 5 Jenis penelitian ini juga

menyangkut pengelolaan data atau permasalahan yang ada didalam

lapangan atau yang sebenarnya.

Adapun maksud dari penelitian ini yaitu mengetahui

Mekanisme Pembiayaan Akad Murabahah dalam Meningkatkan

Usaha Anggota (Studi Kasus di BMT Familier Kotagajah). Maka

penelitian ini dilaksanakan di BMT Familier Kotagajah Jln. Gasela

No. 234. Ruko yatnu, pasar 1 Kotagajah, Kec. Kotagajah,

Lampung Tengah.

5 Sumardi Suryabrata, Metode Penelitian, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2012), h.

80

b. Sifat Penelitian

Penelitian ini bersifat deskriptif. Penelitian deskriptif yaitu

penelitian yang berusaha untuk menuturkan pemecahan masalah

yang ada sekarang berdasarkan data-data, jadi penelitian deskriptif

juga menyajikan data, menganalisis, dan menginterprestasikan.

Penelitian deskriptif bertujuan untuk pemecahan masalah secara

sistematis dan faktual mengenai fakta-fakta. 6 Penelitian ini

dilakukan untuk mengetahui mekanisme Pembiayaan Akad

Murabahah dalam meningkatkan usaha anggota di BMT Familier

Kotagajah

2. Sumber Data

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan dua sumber yaitu:

a. Sumber Data Primer

Merupakan data yang diperoleh langsung oleh peneliti dari

objek penelitiannya. Sumber data primer adalah sumber pertama

dimana sebuah data dihasilkan.7 Sumber utama dalam penelitian

ini diperoleh dari wawancara kepada manager, bagian pembiayaan

dan anggota BMT.

b. Sumber Data Sekunder

Sumber data sekunder adalah sumber data kedua sesudah

sumber data primer. Data yang dihasilkan dari sumber data ini

6 Cholid Narbuko dan Abu Achmadi, Metodologi Penelitian, (Jakarta: PT Bumi Aksara,

2007), h. 44 7 Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Sosial & Ekonomi, (Jakarta: Kencana Prenada

Media Grup, 2013), h. 129.

adalah data sekunder. 8 Data sekunder merupakan data yang

diperoleh dari dokumen dan buku-buku yang relevan. Sumber data

sekunder diharapkan dapat menunjang penulis dalam mengungkap

data yang dibutuhkan dalam penelitian ini sehingga sumber data

primer lebih lengkap. Adapun yang menjadi acuan sumber data

sekunder dalam penelitian ini adalah buku-buku yang berkaitan

dengan Murabahah dan usaha anggota diantaranya “Aspek Hukum

Perbankan Syariah di Indonesia oleh Rachmadi Usman,

Manajemen Bisnis Syariah oleh Buchari Alma dan Donni Juni

Priansa, Metode Penelitian oleh Sumardi Suryabrata dan lain

sebagainya”.

3. Teknik Pengumpulan Data

Adapun teknik pengumpulan data terbagi menjadi dua yaitu:

a. Wawancara (Interview)

Wawancara mempunyai arti sebagai percakapan dengan

maksud tertentu, percakapan itu dilakukan oleh dua pihak yaitu

pewancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan yang

diwawancarai (interviewee) yang memberikan jawaban atas

pertanyaan itu. 9 Interview merupakan suatu proses tanya jawab

lisan terhadap dua orang atau lebih berhadapan secara fisik.

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan wawancara

atau interview dalam bentuk tanya jawab yang sah kepada

8 Burhan Bungin, Metodologi Penelitian, h. 129 9 Lexy J Maleong, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT Remaja Rosada Karya,

2009), h. 186

manajer, teller dan nasabah. Interview ini bertujuan untuk

mengetahui tentang mekanisme pembiayaan akad murabahah

dalam meningkatkan usaha anggota di BMT Familier Kotagajah.

b. Teknik Dokumentasi

Teknik dokumentasi ini merupakan pengumpulan data yang

diperoleh peneliti melalui dokumen-dokumen. Dokumen

merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen bisa

berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari

seseorang. Dokumen yang berbentuk tulisan misalnya catatan

harian, sejarah kehidupan (life histories), cerita, biografi, peraturan,

kebijakan. Dokumen yang berbentuk gambar, misalnya foto,

gambar hidup, sketsa dan lain-lain. 10 Penggunaan dokumen

diperlukan bagi peneliti untuk menunjang validitas dan efektifitas

dalam pengambilan data. Teknik ini peneliti gunakan untuk

mengetahui atau memperoleh data tentang letak geografis, sejarah

awal mula berdirinya, visi dan misi, tujuan serta struktur

organisasi, mekanisme pembiayaan akad murabahah dalam

meningkatkan usaha anggota di BMT Familier Kotagajah.

4. Teknik Analisis Data

Data yang terkumpul lalu diolah. Pertama-tama data itu

diseleksi atas dasar reliabilitas dan validitasnya. Data yang rendah

reliabilitas dan validitasnya, data yang kurang lengkap, digugurkan

10 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, dan R&D, (Bandung: Alfabeta, 2015), h. 240

atau dilengkapi dengan substitusi selanjutnya yang telah lulus dalam

seleksi itu lalu diatur dalam tabel, matriks dan lain-lain, akan

memudahkan pengolahan selanjutnya.11

Metode analisis yang peneliti gunakan adalah metode

kualitatif, maksudnya data yang diperoleh diuraikan sedemikian rupa

dan disertai pembahasan dan kemudian hasil analisa tersebut

dilaporkan dalam bentuk laporan. Penelitian ini menggunakan metode

kualitatif karena penelitian ini bertujuan untuk menjabarkan

keterangan dengan mengacu pada berbagai teori dengan pokok

masalah.

E. Sistematika Pembahasan

Sistematika pembahasan dalam Tugas Akhir yang berjudul

“Mekanisme Pembiayaan Akad Murabahah Dalam Meningkatkan Usaha

Anggota Di BMT Familier Kotagajah”. Pada BAB I Pendahuluan diawali

dengan Latar Belakang Masalah yang berisi pembahasan tentang alasan

dalam memilih permasalahan terkait judul dengan mengungkapkan objek

kajian. Dilanjutkan dengan pertanyaan penelitian, tujuan dan manfaat

penelitian, metode penelitian, serta diakhiri dengan sistematika

pembahasan.

BAB II berisi Landasan Teori. Landasan teori ini menjelaskan

teori-teori terkait komponen judul. Pada komponen teori Pembiayaan akad

11 Abdurrahmat Fathoni, Metode Penelitian & Teknik Penyusunan Skripsi, (Jakarta: PT

Rineka Cipta, 2011), h. 38

Murabahah akan dibahas tentang pengertian, dasar hukum, rukun dan

syarat serta aplikasi akad murabahah dalam lembaga keuangan syariah.

Pada komponen teori pembiayaan murabahah akan dibahas tentang

mekanisme dan faktor-faktor yang mempengaruhi dalam peningkatan

usaha anggota.

Pada BAB III berisi Pembahasan. Bagian ini mendiskripsikan

temuan-temuan penelitian yang diperoleh tentang mekanisme pembiayaan

akad murabahah dalam meningkatkan usaha anggota disertai dengan

pembahasan (analisis) atas hasil temuan tersebut.

Tugas akhir ini dipungkasi dengan penyajian kesimpulan dan saran

pada BAB IV.

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Mekanisme Pembiayaan Akad Murabahah

1. Pengertian Mekanisme Pembiayaan Akad Murabahah

Penjelasan mekanisme pembiayaan meliputi ketentuan dan syarat

atau yang harus dilakukan sejak nasabah mengajukan permohonan

pembiayaan sampai pembiayaan tersebut dilunaskan oleh nasabah, dan

untuk jenis pembiayaan tertentu mempunyai kekhususan dalam ketentuan

dan prosedurnya.12

Pembiayaan merupakan aktivitas bank syariah dalam menyalurkan

dana kepada pihak lain selain bank berdasarkan prinsip syariah. 13

Penyaluran dana dalam bentuk pembiayaan didasarkan pada kepercayaan

yang diberikan oleh pemilik dana kepada pengguna dana.

Pengertian pembiayaan menurut Muhammad Syafi’i Antonio

adalah salah satu tugas pokok bank yaitu pemberian fasilitas penyediaan

dana untuk memenuhi kebutuhan pihak-pihak yang merupakan defisit

unit.14

Sedangkan menurut Kasmir pembiayaan adalah penyediaan uang

atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan

atau kesepakatan antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak

12 Veithzal Rivai, Islamic Financial Management, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2008),

h. 271 13 Ismail, Perbankan Syariah, (Jakarta; Kencana, 2011), h. 105 14 Muhammad Syafi’i Antonio, Islamic Banking: Bank Syariah dari Teori ke Praktik.

(Jakarta: Gema Insani, 2001), h. 160

yang dibiayai untuk mengembalikan uang atau tagihan tersebut setelah

jangka waktu tertentu dengan imbalan atau bagi hasil.15

Berdasarkan pengertian di atas dapat dipahami bahwa pembiayaan

merupakan piutang yang diberikan lembaga keuangan untuk memenuhi

kebutuhan seseorang atau kelompok yang dibiayai atas dasar kepercayaan

atau kesepakatan antara kedua belah pihak.

Salah satu skim fiqih yang paling popular digunakan oleh lembaga

keuangan syari’ah adalah skim jual beli murabahah. Transaksi murabahah

ini lazim dilakukan oleh Rasulullah saw, dan para sahabatnya. Secara

sederhana, murabahah berarti suatu penjualan barang seharga barang

tersebut ditambah keuntungan yang disepakati. Jadi singkatnya,

murabahah adalah akad jual beli barang dengan menyatakan harga

perolehan dan keuntungan (margin) yang disepakati oleh penjual. Akad ini

merupakan salah satu bentuk natural certainly contract karena dalam

murabahah ditentukan berapa required rate of profit-nya (keuntungan

yang diperoleh).16

Murabahah yang diambil dari bahasa Arab dari kata ar-ribhu yang

berarti kelebihan dan tambahan (keuntungan). Secara terminologi

murabahah adalah pembiayaan yang saling menguntungkan yang

dilakukan oleh shahibul mal dengan pihak yang membutuhkan melalui

transaksi jual beli dengan penjelasan bahwa harga pengadaan barang dan

15 Kasmir, Bank dan Lembaga Keuangan lainnya, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,

2002), h.102 16 Adiwarman A. Karim, Bank Islam Analisis Fiqih dan Keuangan, (Jakarta: PT. Raja

Grafindo Persada, 2004), h. 11

harga jual terdapat nilai lebih yang merupakan keuntungan atau laba bagi

shahibul mal dan pengembaliannya dilakukan secara tunai atau angsur.17

Pada pasal 19 ayat (1) huruf d Undang-undang Nomor 21 tahun

2008 menjelaskan bahwa: “yang dimaksud dengan akad Murabahah

adalah akad pembiayaan suatu barang dengan menegaskan harga belinya

kepada pembeli dan pembeli membayarnya dengan harga yang lebih

sebagai keuntungan yang telah disepakati.”18

Muhammad Syafi’i Antonio mengemukakan bahwa, Bai’ al-

Murabahah adalah jual beli barang pada harga asal dengan tambahan

keuntungan yang disepakati. Dalam Bai’ al-Murabahah, penjual harus

memberitahu harga produk yang ia beli dan menentukan suatu tingkat

keuntungan sebagai tambahannya.19

Menurut Ismail, murabahah adalah akad jual beli atas barang

tertentu, dimana penjual menyebutkan harga pembelian barang kepada

pembeli kemudian menjual kepada pihak pembeli dengan mensyaratkan

keuntungan yang diharapkan sesuai jumlah tertentu.20

Pendapat lain mengatakan murabahah adalah istilah fiqh Islam

yang berarti suatu bentuk jual beli tertentu ketika penjual menyatakan

biaya perolehan barang, meliputi harga barang dan biaya-biaya lain yang

dikeluarkan untuk memperoleh barang tersebut, dan tingkat keuntungan

17 Mardani, Fiqh Ekonomi Syariah, (Jakarta: Kencana, 2012), h. 136 18 Mardani, Fiqh Ekonomi Syariah, h. 136 19 Muhammad Syafi’i Antonio, Islamic Banking, h. 101 20 Ismail, Perbankan Syariah, h. 138

(margin) yang diinginkan.21 Kepemilikan barang akan berpindah kepada

nasabah segera setelah perjanjian jual beli ditandatangani dan nasabah

akan membayar barang tersebut dengan cicilan tetap yang besarnya sesuai

kesepakatan sampai dengan pelunasannya.22

Pembayaran dapat dilakukan secara tunai atau dilakukan

dikemudian hari yang disepakati bersama. 23 Dalam aplikasi lembaga

keuangan syariah, merupakan penjual atas objek barang dan anggota

merupakan pembeli. Lembaga keuangan syariah menyediakan barang

yang dibutuhkan oleh anggota dengan membeli barang dari supplier,

kemudian menjualnya kepada anggota dengan harga yang lebih tinggi

dibandingkan dengan harga beli yang dilakukan oleh lembaga keuangan

syariah. Pembayaran atas transaksi murabahah dapat dilakukan dengan

cara membayar sekaligus pada saat jatuh tempo atau melakukan

pembayaran angsuran selama jangka waktu yang telah disepakati.

Beberapa pengertian di atas, menjelaskan bahwa Mekanisme

pembiayaan akad murabahah adalah ketentuan dan syarat yang harus

dilakukan nasabah dalam mengajukan permohonan pembiayaan dengan

suatu perjanjian jual beli antara penjual dan pembeli dengan penjual

memberitahukan harga barang tersebut dan berapa margin yang diinginkan

oleh penjual, dengan adanya negosiasi antara penjual dan pembeli maka

diperoleh suatu kesepakatan harga dengan tidak ada rasa saling

21 Ascarya, Akad dan Produk Bank Syariah, (Jakarta: Rajawali Pers, 2011), h. 81 22 Zainuddin Ali, Hukum Perbankan Syariah, (Jakarta: Sinar Grafika, 2008), h. 30 23 Ascarya, Akad dan Produk., h. 82

keterpaksaan dan pembayarannya dapat dilakukan dengan cara tunai

maupun angsuran.

2. Dasar Hukum Pembiayaan Akad Murabahah

a. Landasan Murabahah

Murabahah merupakan suatu akad yang dibolehkan secara

syar’i, serta didukung oleh mayoritas ulama dari kalangan Shahabat,

Tabi’in serta ulama-ulama dari berbagai mazhab dan aliran.

b. Landasan Syariah:

1) Al-Qur’an

24

Artinya: Orang-orang yang Makan (mengambil) riba tidak dapat

berdiri melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan

syaitan lantaran (tekanan) penyakit gila. Keadaan mereka yang

demikian itu, adalah disebabkan mereka berkata (berpendapat),

Sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba, padahal Allah telah

menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. Orang-orang

yang telah sampai kepadanya larangan dari Tuhannya, lalu terus

berhenti (dari mengambil riba), Maka baginya apa yang telah

diambilnya dahulu (sebelum datang larangan); dan urusannya

(terserah) kepada Allah. Orang yang kembali (mengambil riba),

24 QS. Al-Baqarah (2): 275

Maka orang itu adalah penghuni-penghuni neraka; mereka kekal

di dalamnya. (Q.S. Al-Baqarah: 275)25

26

Artinya: Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling

memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan

jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama suka di antara

kamu. Dan janganlah kamu membunuh dirimu, Sesungguhnya

Allah adalah Maha Penyayang kepadamu. (Q.S. An-Nisa: 29)27

2) Al-Hadits

ن الب ر أن النبي صلى اهلل عليهي واليهي وسلم قال: ثالث فييهيعييي قار ضة، و خلط الب ر بيالش

كة: الب يع إيىل أجل، وامل

. )رواه ابن ماجه( ليلب يتي ال ليلب يعي

Artinya: Dari Suhaib ar-Rumi r.a bahwa Rasulullah saw.

Bersabda, “Tiga perkara yang didalamnya terdapat keberkahan:

menjual dengan pembayaran secara tangguh, muqaradhah (nama

lain dari mudharabah), dan mencampur gandum dengan tepung

untuk keperluan rumah dan tidak untuk dijual”. (HR. Ibnu

Majah)28

25 Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an dan Terjemah, (Bandung: CV

Diponegoro), h. 58 26 QS. An-Nisa (4): 29 27 Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an dan Terjemah., h. 107-108 28 Mardani, Ayat-Ayat dan Hadits Ekonomi Syariah, (Jakarta: Rajawali Pers, 2011), h.

177

3) Fatwa No.04/DSN-MUI/IV/2000 tentang Pembiayaan Murabahah

Fatwa Dewan Syariah Nasional No. 08/DSN-MUI/IV/2000

tentang pembiayaan murabahah, menimbang, mengingat,

memperhatikan: memutuskan, menetapkan: Fatwa tentang

pembiayaan murabahah.

Pertama: Ketentuan Umum Murabahah dalam Bank Syari’ah:

a) Bank dan nasabah harus melakukan akad murabahah yang

bebas riba.

b) Barang yang diperjualbelikan tidak diharamkan oleh syari’ah

Islam.

c) Bank membiayai sebagian atau seluruh harga pembelian barang

yang telah di sepakati kualifikasinya.

d) Bank membeli barang yang diperlukan nasabah atas nama bank

sendiri, dan pembelian ini harus sah dan bebas riba.

e) Bank harus menyampaikan semua hal yang berkaitan dengan

pembelian, misalnya jika pembelian dilakukan secara utang.

f) Bank kemudian menjual barang tersebut kepada nasabah

(pemesan) dengan harga jual senilai harga beli plus

keuntungannya. Dalam kaitan ini Bank harus memberitahu

secara jujur harga pokok barang kepada nasabah berikut biaya

yang diperlukan.

g) Nasabah membayar harga barang yang telah disepakati tersebut

pada jangka waktu tertentu yang telah disepakati.

h) Untuk mencegah terjadinya penyalahgunaan atau kerusakan

akad tersebut, pihak bank dapat mengadakan perjanjian khusus

dengan nasabah.

i) Jika bank hendak mewakilkan kepada nasabah untuk membeli

barang dari pihak ketiga, akad jual beli murabahah harus

dilakukan setelah barang, secara prinsip, menjadi milik bank.

Kedua: Ketentuan Murabahah kepada Nasabah

a) Nasabah mengajukan permohonan dan janji pembelian suatu

barang atau asset kepada bank.

b) Jika bank menerima permohonan tersebut, ia harus membeli

terlebih dahulu asset yang dipesannya secara sah dengan

pedagang.

c) Bank kemudian menawarkan asset tersebut kepada nasabah dan

nasabah harus menerima (membeli)-nya sesuai dengan janji

yang telah disepakatinya, karena secara hukum janji tersebut

mengikat; kemudian kedua pihak harus membuat kontrak jual

beli.

d) Dalam jual beli ini bank dibolehkan meminta nasabah untuk

membayar uang muka saat menandatangani kesepakatan awal

pemesanan.

e) Jika nasabah kemudian menolak membeli barang tersebut,

biaya riil bank harus dibayar dari uang muka tersebut.

f) Jika nilai uang muka kurang dari kerugian yang harus

ditanggung oleh bank, bank dapat meminta kembali sisa

kerugiannya kepada nasabah.

g) Jika uang muka memakai kontrak ‘urbun sebagai alternatif dari

uaang muka, maka:

1. Jika nasabah memutuskan untuk membeli barang tersebut,

ia tinggal membayar sisa harga.

2. Jika nasabah batal mebeli, uang muka menjadi milik bank

maksimal sebesar kerugian yang ditanggung oleh bank

akibat pembatalan tersebut; jika uang muka tidak

mencukupi, nasabah wajib melunasi kekurangannya.

Ketiga: Jaminan dalam Murabahah

a) Jaminan dalam murabahah dibolehkan, agar nasabah serius

dengan pesanannya.

b) Bank dapat meminta nasabah untuk menyediakan jaminan yang

dapat dipegang.

Keempat: Utang dalam Murabahah

a) Secara prinsip, penyelesaian utang nasabah dalam transaksi

murabahah tidak ada kaitannya dengan transaksi lain yang

dilakukan nasabah dengan pihak ketiga atas barang tersebut

dengan keuntungan atau kerugian, ia tetap berkewajiban untuk

menyelesaikan utangnya kepada bank.

b) Jika nasabah menjual barang tersebut sebelum masa angsuran

berakhir, ia tidak wajib segera melunasi seluruh angsurannya.

c) Jika penjualan barang tersebut menyebabkan kerugian, nasabah

tetap harus menyelesaikan utangnya sesuai kesepakatan awal.

Ia tidak boleh memperlambat pembayaran angsuran atau

meminta kerugian itu diperhitungkan.

Kelima: Penundaan Pembayaran dalam Murabahah

a) Nasabah yang memiliki kemampuan tidak dibenarkan menunda

penyelesaian utangnya.

b) Jika nasabah menunda-nunda pembayaran dengan sengaja, atau

jika salah satu pihak tidak menunaikan kewajibannya, maka

penyelesaiannya dilakukan melalui Badan arbitrasi Syari’ah

setelah tidak tercapai kesepakatan melalui musyawarah.

Keenam: Bangkrut dalam Murabahah

Jika nasabah telah ditanyakan pailit dan gagal menyelesaikan

utangnya, bank harus menunda tagihan utang sampai ia menjadi

sanggup kembali, atau berdasarkan kesepakatan.29

Landasan hukum di atas, menjelaskan bahwa pembiayaan

murabahah diperbolehkan karena tidak memberatkan salah satu pihak

dengan adanya prinsip riba dan dalam murabahah ini pembagian

keuntungan antara penjual dengan pembeli diketahui atau disepakati

bersama. Sehingga tidak ada penipuan dalam transaksi jual beli

tersebut.

3. Rukun dan Syarat Pembiayaan Murabahah

a. Rukun Murabahah

Rukun dari akad murabahah yang harus dipenuhi dalam

transaksi ada beberapa, yaitu:

1) Pelaku akad, yaitu ba’I (penjual) adalah pihak yang memiliki

barang untuk dijual,

2) Musytari (pembeli) adalah pihak yang memerlukan dan akan

membeli barang;

3) Objek akad, yaitu mabi’ (barang dagangan)

4) Tsaaman (harga); dan

5) Shighah, yaitu Ijab dan Qabul.30

Dari rukun di atas dapat disimpulkan bahwa dalam mekanisme

pembiayaan murabahah setiap nasabah harus memenuhi rukun

tersebut. Dimana dalam rukunnya harus ada pelaku akad, yaitu ba’I

29 Zainudin Ali, Hukum Perbankan Syariah, h. 246-248 30 Ascarya, Akad dan Produk., h. 82

(penjual) atau pihak yang memiliki barang untuk dijual, musytari

(pembeli) yaitu pihak yang memerlukan dan akan membeli barang,

objek akad atau disebut dengan barang dagangan, kemudian tsaaman

(harga) dan shighah ( Ijab dan Qabul).

b. Syarat Murabahah

Beberapa syarat pokok murabahah menurut Usmani, antara

lain sebagai berikut:

1) Murabahah merupakan salah satu bentuk jual beli ketika penjual

secara eksplisit menyatakan biaya perolehan barang yang akan

dijualnya dan menjual kepada orang lain dengan menambahkan

tingkat keuntungan yang diinginkan.

2) Tingkat keuntungan dalam murabahah dapat ditentukan

berdasarkan kesepakatan bersama dalam bentuk lumpsum atau

persentase tertentu dari biaya.

3) Semua biaya yang dikeluarkan penjual dalam rangka memperoleh

barang, seperti biaya pengiriman, pajak, dan sebagainya

dimasukkan ke dalam biaya perolehan untuk menentukan harga

agregat dan margin keuntungan didasarkan pada harga agregat ini.

Akan tetapi, pengeluaran yang timbul karena usaha, seperti gaji

pegawai, sewa tempat usaha, dan sebagainya tidak dapat

dimasukkan ke dalam harga untuk suatu transaksi. Margin

keuntungan yang diminta itulah yang meng-cover pengeluaran-

pengeluaran tersebut.

4) Murabahah dikatakan sah hanya ketika biaya-biaya perolehan

barang dapat ditentukan secara pasti. Jika biaya-biaya tidak dapat

dipastikan, barang/komoditas tersebut tidak dapat dijual dengan

prinsip murabahah.

5) Penjual harus menjelaskan kepada pembeli bila terjadi cacat atas

barang sesudah pembelian.31

Syarat Bai’ al-Murabahah menurut Muhammad Syafi’i

Antonio, antara lain yaitu:

1) Penjual memberi tahu biaya modal kepada nasabah.

2) Kontrak pertama harus sah sesuai dengan rukun yang ditetapkan.

3) Kontrak harus bebas dari riba.

31 Ibid., h. 83

4) Penjual harus menjelaskan kepada pembeli bila terjadi cacat atas

barang sesudah pembelian.

5) Penjual harus menyampaikan semua hal yang berkaitan dengan

pembelian, misalnya jika pembelian dilakukan secara utang.32

Dari beberapa syarat di atas apabila tidak terpenuhi, maka

pembiayaan yang bersifat murabahah ini dianggap tidak sah menurut

syariah. Karena dikatakan sah menurut syariah itu jika didalam

pembiayaan murabahah tersebut terdapat kesepakatan didalam akad

tanpa memberatkan salah satu pihak, adanya keterbukaan serta bebas

dari riba.

B. Peningkatan Usaha Anggota

1. Pengertian Usaha

Usaha merupakan kegiatan yang sering dilakukan oleh manusia

untuk pemenuhan kenbutuhan hidupnya. Usaha secara etimologi artinya

kegiatan atau pekerjaan dalam bentuk umum. Secara terminologis sering

digunakan untuk semua jenis pekerjaan manusia dan aktivitasnya.

Sedangkan menurut arti khusus yaitu keterampilan, profesi atau mencari

rizki.33

Menurut bahasa Usaha adalah kegiatan dengan mengerahkan

tenaga, pikiran, atau badan untuk mencapai suatu maksud: pekerjaan

(perbuatan, prakarsa, ikhtiar, daya upaya) untuk mencapai sesuatu.34

32 Muhammad Syafi’i Antonio, Bank Syariah, h. 102 33 Adiwarman A. Karim, Fikih Ekonomi Keuangan Islam, cet I, (Jakarta: Darul Haq,

2004), h. 77-78 34 W.J.S Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, ed 3 cet 4, (Jakarta: Balai

Pustaka, 2007), h. 1530

Kegiatan usaha atau yang dikenal dengan istilah bisnis telah

menjadi kegiatan manusia sebagai individu atau masyarakat untuk mencari

keuntungan dan memenuhi keinginan dan kebutuhan dalam hidupnya.

Bisnis memiliki arti sebuah aktivitas yang mengarah pada peningkatan

nilai tambah melalui proses penyerahan jasa, perdagangan, atau

pengelolaan barang (produksi). Bisnis juga dapat diartikan suatu kegiatan

ekonomi yang bertujuan untuk memperoleh profit.35 Walaupun diartikan

sama antara kegiatan bisnis dan usaha tetapi bisnis memiliki cakupan lebih

luas dalam ekonomi sedangakan usaha lebih menekan pada suatu upaya

dalam melakukan kegiatan ekonomi.

Menurut Skinner dalam buku “Pengantar Bisnis” yang ditulis

Francis Tantri, bisnis adalah pertukaran barang, jasa atau uang yang saling

menguntungkan atau memberikan manfaat. Sedangkan Raymond E. Glos

et.al menyebutkan bahwa bisnis adalah jumlah seluruh kegiatan yang

diorganisasi oleh orang-orang yang berkecimpung dalam bidang

perniagaan dan industri, menyediakan barang dan jasa untuk kebutuhan

mempertahankan dan memperbaiki standar serta kualitas hidup mereka.36

Dalam pandangan kedua tokoh diatas memiliki kesamaan dalam

mengartikan bisnis yaitu sama-sama menyatakan bahwa bisnis adalah

kegiatan penyediaan barang dan jasa untuk hidup yang makmur.

Kata bisnis juga berasal dari bahasa Inggris, “Business” yang

mengandung beberapa arti diantaranya: usaha komersial yang menyangkut

35 Alim Muhammad, Etika dan Perlindungan Konsumen dalam Ekonomi Islam,

(Yogyakarta: BPPE-Yogyakarta, 2004), h. 56 36 Franncis Tantri, Pengantar Bisnis, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2009), h. 4

soal penukaran uang bagi produsen dan distributor (goods) atau bidang

jasa (services). Kamus Besar Bahasa Indonesia mengartikannya sebagai

usaha dagang, usaha komersial dalam dunia perdagangan, bidang usaha.

Sedangkan dalam bahasaa Arab, sebuah bisnis biasa diungkapkan dengan

kata At-Tijarah, mengandung arti al-bai’u aw asy-syara’u bi qashdi An-

ribhi (usaha komersial yang berorientasikan profit).37

Pasal 4 Ayat a UU No. 25 Tahun 1992 menyatakan bahwa

membangun dan mengembangkan potensi serta kemampuan ekonomi

anggota pada khususnya dan masyarakat pada umumnya adalah untuk

meningkatkan kesejahteraan ekonomi sosial. Anggota merupakan subjek,

peran yang frundamental, dan pemegang kendali pengawasan terhadap

organisasi.38

Penjelasan di atas dapat dipahami bahwa usaha anggota dalam

kegiatan ekonomi merupakan suatu kegiatan yang dilakukan oleh subyek

tertentu dengan menggerakkan tenaga dan pikiran untuk mencapai suatu

maksud (profit).

2. Tingkat Pengembangan Usaha Anggota

Pengembangan usaha anggota memiliki tingkat yang berbeda.

Berikut ini akan dijelaskan tentang tingkatan-tingkatan yang ada pada

pengembangan usaha yaitu:

a. Tingkat Produk

Pada level produk pengembangan produk atau teknologi baru.

Meskipun tingkat pengembangan dapat berbeda dari perusahaan ke

37 A. Kadir, Hukum Bisnis Syariah dalam Al-Quran (Jakarta: Amzah, 2010), h. 17 38 Sukamdiyo, Manajemen Koperasi, (Semarang: PT. Gelora Aksara Pratama, 1996),

h.124

perusahaan. Kategori tingkat pengembangan usaha disebut

perkembangan incremental, yaitu perkembangan yang meningkatkan

fungsi yang ada di platform atau teknologi, sementara pengembangan

mengganggu atau terputus-putus, benar-benar hal baru yang

dikembangkan dari awal.

b. Tingkat Komersial

Dalam contoh bentuk pengembangan usaha di tingkat komersial

berarti prospeksi murni et Dur. Ini berarti berburu pelanggan baru di

segmen pasar yang baru. Dengan demikian pekerjaan ini memerlukan

individu secara psikologis yang kuat dan yang sangat didorong mampu

menangani banyak masalah. Tingkat berikutnya dari pengembangan

usaha komersial adalah saluran atau setup organisasi penjualan.

Saluran atau organisasi penjualan dapat terdiri dari mitra, agen seperti,

distributor, pemegang lisensi, franchisee, atau cabang anda sendiri

nasional atau internasional. Dan terakhir tingkat pengembangan usaha

komersial adalah tingkat rantai nilai.

Pada pengembangan rantai nilai tingkat usaha adalah tentang

mengembangkan penawaran produk secara keseluruhan dengan

mengembangkan platform yang diintegrasikan atau dikombinasikan

dengan teknologi lain atau platform untuk membentuk seluruh produk.

Sebuah produk umumnya terdiri dari beberapa teknologi pada

umumnya tidak dikembangkan oleh satu perusahaan tapi bersumber

dari orang lain yang bertujuan untuk menghemat waktu dalam proses

usaha.

c. Tingkat Korporasi

Bila organisasi harus memutuskan apakah akan membuat atau

membeli kompetensi organisasi tertentu kemudian memasuki bidang

pengembangan bisnis perusahaan. Fokusnya adalah bukan pada produk

maupun tingkat komersial tetapi pada korporasi tingkatan usaha.

d. Tingkat keamanan dalam proses penjualan barang

Menjual produk dengan harga yang terjangkau dan memiliki

kualitas yang baik. Perusahaan harus terus melakukan penjualan agar

arus kas terus mengalir. Apabila manajer pemasaran merasa produk

perusahaan diambang siklus hidup produk, maka perusahaan perlu

melakukan inovasi atau bahkan menciptakan produk baru.39

Pada level produk pengembangan usaha anggota, nasabah berhasil

mengembangkan produk atau teknologi baru walaupun berbeda dengan

perusahaan. Dan nasabah mampu untuk meningkatkan produk dalam

39 Matabaraja, “Tingkatan Dalam Proses Pengembangan Usaha”, dalam

www.matabaraja.com diunduh pada 10 Desember 2016

usahanya serta mampu memenuhi kebutuhan konsumen dan memberi

kepuasan dalam pelayanan.

3. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengembangan usaha anggota

Sebagai bentuk usaha yang berfungsi mendatangkan keuntungan,

maka pengembangan usaha dipengaruhi oleh berbagai faktor, khususnya

tentang permodalan. Dalam hal ini lembaga keuangan syariah dapat

berperan sebagai pihak yang memberikan pinjaman modal kepada anggota

sehingga usaha yang dikelola anggotanya dapat berkembang seperti yang

diharapkan.

Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan usaha agar

mampu berdaya saing tinggi dapat dilihat dari kondisi usahanya saat ini.

Daya saing ditentukan oleh kemampuan SDM untuk memproduksi

kualitas barang, harga, design, dan faktor lingkungan yang memberikan

faktor kondusif agar usaha tersebut mampu bersaing secara ketat. Dengan

demikian dalam hal ini faktor internal yang perlu dikaji adalah

kemampuan diri untuk memproduksi kualitas barang, total penjualan,

harga, modal usaha, design, kemampuan bersaing, serta kemampuan

memilih jenis usaha. Sedangkan faktor eksternal yang diduga

mempengaruhi adalah ongkos transportasi, jumlah pembeli, ongkos

produksi, dan teknologi.40

40 Suparyanto, Manajemen Pemasaran Edisi Millenium, (Jakarta: Preshalindo, 2003), h.

31

Beberapa faktor yang mempengaruhi pengembangan usaha:

a. Modal

Pada dasarnya, kebutuhan modal untuk melakukan usaha terdiri dari

dua jenis, yaitu:

1) Modal investasi merupakan porsi terbesar dalam komponen

pembiayaan suatu usaha dan biasanya dikeluarkan pada awal

perusahaan didirikan atau untuk pelunasan pabrik.41

2) Modal kerja adalah jumlah dana yang digunakan selama periode

akuntansi yang dimaksudkan untuk menghasilkan pendapatan

jangka pendek, yaitu berupa kas, persediaan barang dagang,

piutang dan penyusutan aktiva tetap.42

Bagi pengembangan usaha, masalah modal merupakan kendala

terbesar. Ada beberapa alternatif yang dapat dilakukan usaha anggota

untuk mendapatkan pembiayaan untuk modal dasar maupun untuk

langkah-langkah pengembangan usahanya, yaitu melalui pembiayaan

di bank syariah, pinjam ke lembaga non bank, pinjaman dari dana

penyelisian laba badan usaha milik negara (BUMN), hibah, dan jenis-

jenis pembiayaan lainnya.43

Modal dalam usaha anggota terdiri dari dua macam yaitu modal

investasi dan modal kerja. Kedua modal tersebut harus dipenuhi agar

usaha tersebut berjalan dengan baik dan tidak tersedat dengan

permasalahan modal. Modal kerja dapat diperoleh dari pijaman

41 Kasmir, Kewirausahaan, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2014), h. 92 42 Jumingan, Analisis Laporan Keuangan, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2011), h. 67 43 Pandji Anaroga, Manajemen Bisnis, (Jakarta: Rineka Cipta, 2009), h. 48

maupun uang cadangan yang sengaja digunakan untuk kebutuhan yang

mendadak, misalnya ketika barang dagangan habis namun data yang

digunakan untuk berbelanja masih berada di orang lain (macet disalah

satu konsumen) sehingga pengusaha usaha anggota tersebut harus

memiliki dana cadangan untuk menutupi kekurangan tersebut, hal ini

bisa dilakukan dengan pinjam kepada pihak lain maupun dengan

persediaan uang cadangan tersebut.

b. Sumber Daya Manusia

Usaha anggota memiliki kelemahan dalam manajemen

keuangan sehingga bank mengalami kesulitan dalam mengukur

usahanya dan kurang memiliki SDM yang berkualitas dan jika ada

jumlahnya terbatas, lemah dalam manajemen, informasi pasar,

teknologi dan SDM. Kondisi ini menyebabkan pengajuan pembiayaan

ke Lembaga Keuangan Mikro maupun Lembaga Keuangan Mikro

Syariah oleh Usaha Kecil Mikro sering tidak diiterima dengan alasan

unbankable. 44 Bahkan penerapan manajemen sumber daya manusia

pun tidak digunakan dalam usaha tersebut. Hal ini menambah

tantangan tersendiri bagi usaha anggota tersebut untuk bisa bertahan

dalam menghadapi dunia persaingan yang sangat ketat.

Manajemen sumber daya manusia adalah konsep yang bertalian

dengan kebijaksanaan, prosedur, dan praktik bagaimana mengelola

atau mengatur orang dalam perusahaan untuk mencapai tujuan yang

44 Euis Amalia, Keadilan Distributif dalam Ekonomi Islam, (Jakarta: PT. Raja Grafindo

Persada, 2009), h. 69-70

telah ditetapkan. 45 Agar usaha anggota dapat berjalan dengan baik

maka pemilik usaha tersebut harus memiliki skill usaha yang memadai.

Pengembangan usaha ini perlu mendapat perhatian yang besar

baik dari pemerintah maupun masyarakat agar dapat berkembang lebih

kompetitif bersama pelaku ekonomi lainnya. Kebijakan pemerintah ke

depan perlu diupayakan lebih kondusif bagi tumbuh dan

berkembangnya usaha anggota. Pemerintah perlu meningkatkan

perannya dalam memberdayakan usaha kecil sehingga

mengembangkan kemitraan usaha yang saling menguntungkan antara

anggota yang lainnya dan meningkatkan SDM.

C. Mekanisme Pembiayaan Akad Murabahah Dalam Meningkatkan Usaha

Anggota

Pembiayaan berdasarkan prinsip jual beli merupakan penyediaan

barang modal maupun investasi. Atas transaksi ini, BMT akan memperoleh

sejumlah keuntungan. Bagi BMT yang memiliki sektor riil, penyediaan barang

modal dapat dipenuhi secara langsung, namun bagi yang tidak memiliki sektor

riil atau karena sektor riil yang ada tidak mampu memenuhi kebutuhan, maka

BMT dapat bekerja sama dengan supplier atau agent penyedia.46

Mekanisme atau prosedur adalah tata cara atau tahapan-tahapan dalam

menjalankan suatu pekerjaan. Pembiayaan merupakan bentuk muamalah dari

BMT yang merupakan proses penyaluran dana. Tentunya penyaluran dana

45 Kasmir, Kewirausahaan, h. 157 46 Muhammad Ridwan, Manajemen Baitul Maal Wa Tamwil, (Yogyakarta: UII Press,

2004), h. 167

tersebut kepada pihak-pihak yang membutuhkan, baik yang bersifat konsumtif

maupun produktif. Bersifat konsumtif merupakan pembiayaan yang

dipergunakan untuk keperluan di luar sektor usaha atau untuk memenuhi

kebutuhan hidupnya. Sedangkan bersifat produktif merupakan pembiayaan

untuk keperluan produksi dalam arti luas, artinya sebagai pembiayaan yang

dipakai untuk keperluan usaha, baik untuk modal awal maupun peningkatan

berbagai jenis usaha yang bergerak pada berbagai sektor usaha yang tidak

melanggar ketentuan syar’i.

Sebagian dari masyarakat luas belum memahami secara betul

bagaimana mekanisme pembiayaan dalam BMT. Sehingga dari minimnya

informasi tentang mekanisme atau prosedur pembiayaan, masyarakat lebih

bersifat masa bodoh dan tidak berkeinginan untuk lebih mengerti bagaimana

mekanisme pembiayaan tersebut. Secara teori mekanisme pembiayaan

murabahah meliputi:

1. Anggota atau nasabah mengajukan secara rinci kebutuhan barang yang

akan dibeli. Rincian barang-barang tersebut dapat berupa jenis, merk,

tahun pembuatan, warna, ukuran bentuk sampai pada tempat pembelian.

Semakin terinci akan semakin baik.

2. BMT bersama-sama anggota atau nasabah yang membutuhkan akan

melihat dengan pasti tentang barang yang dimaksud.

3. BMT akan membeli barang tersebut kepada supplier, dengan harga pokok

yang diketahui kedua belah pihak.

4. BMT kemudian akan menjual kembali barang tersebut kepada anggota

atau nasabah yang membutuhkan seharga pembelian pokok ditambah

keuntungan (margin) yang disepakati.

5. Jika kondisi tidak memungkinkan bagi BMT untuk membeli terlebih

dahulu barang tersebut, maka BMT akan memberikan kuasa kepada

anggota untuk membeli sendiri kemudian nota pembeliannya

diberitahukan kepada BMT.47

Oleh karena itu, bagi para pengusaha kecil dan menengah yang ingin

mengajukan pembiayaan harus melalui prosedur atau mekanisme yang ada

atau yang telah ditetapkan oleh BMT tersebut. Karena apabila tidak sesuai

dengan prosedur atau mekanisme yang ditentukan, maka akan menuai

kendala, akan tetapi apabila prosedur atau mekanisme yang ditentukan itu

sudah berjalan dengan baik berarti tidak akan menimbulkan masalah.

BAB III

47 Ibid., h. 167-168

PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum BMT Familier Kotagajah

BMT Familier berawal berdiri di Jalan Gasela No. 234 Pasar II

Kotagajah, Kabupaten Lampung Tengah, berdiri pada tanggal 20 Februari

2010. BMT Familier didirikan oleh keluarga besar yang terdiri dari 24 orang

dengan jumlah dana yang dikelola sebesar Rp. 120.600.000,-. dengan berbekal

Rp. 120.600.000,- BMT Familier memulai usahanya dengan melengkapi

peralatan kantor. Kemudian BMT Familier mencoba untuk mengelola

penghimpunan dana dan pembiayaan dengan dua sasaran yaitu, anggota

pendiri dan anggota luar biasa. Dengan sumber daya terbatas, baik dari segi

permodalan maupun tenaga, mendorong BMT Familier untuk beroprasi secara

efektif dan efisien.

Dalam keadaan terus berusaha untuk tetap beroprasi, BMT Familier

berupaya untuk melegalisasikan keberadaannya yaitu dengan mengurus

diterbitkannya Badan Hukum dan Surat Izin Usaha simpan pinjam. Melalui

bantuan Notaris dan Dinas Koperasi dan UKM, Badan Hukum dapat

diterbitkan pada tanggal 20 Agustus 2010 dengan No. 15.

Sumber daya tenaga kerja direkrut secara bertahap menurut kebutuhan

organisasi, mulai dari 1 orang, 3 orang, 6 orang, dan pada bulan desember

2010 BMT Familier memiliki 10 orang karyawan. Tetapi sekarang BMT

Familier sudah memiliki lebih dari 60 karyawan yang tersebar dibeberapa

cabang BMT Familier, antara lain : sritejokencono, punggur, mandala, merapi,

rumbia, putra rumbia, seputih banyak, wonosari, purwosari, mulyojati, dan

raman utara.48

Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa BMT Familier

Kotagajah merupakan salah satu Koperasi Jasa Keuangan Syariah (KJKS) di

kotagajah yang berdiri pada tanggal 20 Februari 2010 dan dirikan oleh 24

anggota pendiri dengan bekal Rp. 120.600.000,- Kemudian BMT Familier

mencoba untuk mengelola penghimpunan dana dan pembiayaan dengan dua

sasaran yaitu, anggota pendiri dan anggota luar biasa sejak tahun 2010 sampai

sekarang.

Visi dan Misi BMT Familier Kotagajah

Dalam rangka untuk tetap memberikan pijakan arah pengembangan dan

pertumbuhan BMT Familier, pada rencana kerja dan rencana anggaran

pendapatan dan belanja koperasi (RAPBK), BMT Familier berpedoman pada

visi dan misinya yaitu sebagai berikut :

a. Visi

Menjadikan koperasi jasa keuangan syari’ah yang fleksibel dan adaptif di

lingkungan kerjanya

b. Misi

1) Mensyi’arkan pola jasa keuangan syariah.

2) Membudayakan sikap efisien dan efektif dalam berbagai kegiatan

usaha.

3) Membudayakan sikap menabung secara terencana.

48 Dokumen BMT Familier Kotagajah. dikutip pada tanggal 14 Februari 2017

4) Meningkatkan kinerja usaha anggota.49

Dari penjelasan diatas dapat diketahui bahwa tujuan pendirian BMT

Familier Kotagajah yaitu membudayakan sikap menabung secara terencara

khususnya di masyarakat kotagajah dan meningkatkan kinerja usaha angota di

BMT Familier Kotagajah.

Struktur Organisasi BMT Familier Kotagajah

Berdasarkan Hasil Rapat Pengurus Tanggal 29 Juni 2016.

Gambar 3.1: Sumber arsip BMT Familier Kotagajah tahun 2016.

Dari struktur organisasi diatas dapat dijelaskan beberapa jenis

pekerjaan dari pimpinan dan karyawan, yaitu sebagai berikut:

49 Ibid.

RAPAT ANGGOTA TAHUNAN

Pengurus

Ir. Kusnoto, MTA

Penasehat

Hj. Sarodah

Dewan Pengawas Syariah

Suharwanto

Manajer

Rara Wulandari

Kabag

SDM

Linda Novita Natalia

Kabag

Pembiayaan

Ruly Purwanto

Kabag

Pembukuan

Erma Fitriyani

Kasir

Wulandari

Kabag

Pemasaran

Wiwit Faridaningsih

Kabag

Umum

Aris Subiantoro

a. Dewan Pengawas Syariah

Dewan Pengawas Syariah bertugas mengawasi pelaksanaan keputusan

DSN di lembaga keuangan syariah.

b. Pengurus

Pengurus bertugas memimpin organisasi dan usaha koperasi serta

mewakilinya didalam dan diluar koperasi sesuai dengan keputusan-

keputusan rapat anggota tahunan (RAT).

c. Penasehat

Penasehat bertugas memberikan arah kebijakan, masukan, nasehat dan

pertimbangan-pertimbangan sesuai RAT dan visi misi koperasi.

d. Manajer

Manajer bertugas memimpin koperasi dan mengendalikan

pelaksanaannya untuk mencapai sasaran.

e. Kepala bagian pembukuan (kabag pembukuan)

Kepala bagian pembukuan bertugas membimbing dan mengawasi

perkerjaan kasir.

f. Kepala bagian pembiayaan (kabag pembiayaan)

Kepala bagian pembiayaan bertugas mengawasi seluruh kegiatan

oprasional BMT supaya operasional berjalan dengan lancar.

g. Kepala bagian SDM (kabag SDM)

Kepala bagian SDM bertugas dalam memenuhi kebutuhan pegawai,

proses rekruitmen, penepatan dan kesejahteraan pegawai.

h. Kasir

Kasir bertugas membuat bukti keluar masuknya uang yang ada di

koperasi dan bertanggung jawab atas keluar masuknya uang.

i. Kepala bagian Pemasaran

Kepala bagian pemasaran bertugas melaksanakan kegiatan pemasaran

dan pembiayaan kepada nasabah.

j. Kepala bagian umum

Bagian umum bertugas penyediaan kebutuhan sarana dan prasarana

pendukung kegiatan operasional perusahaan.50

Berdasarkan penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa BMT

Familier Kotagajah memiliki struktur organisasi dari pimpinan dan karyawan

yaitu dewan pengawas syariah, pengurus/pimpinan, penasehat, manajer, kabag

pembukuan, kabag pembiayaan, kabag SDM, kasir, kabag pemasaran, dan

kabag umum.

Produk-produk pada BMT Familier Kotagajah

a. Produk Penghimpunan Dana

Sumber daya keuangan dikelola secara efektif dan efisien dengan selalu

meningkatkan simpanan anggota. BMT Familier juga memiliki variasi

simpanan dengan ciri khas masing-masing. Simpanan tersebut sebagai

berikut :

50 Ibid.

1) Simpanan Pokok

2) Simpanan Wajib

3) Simpanan wadi’ah

b. Produk Penyaluran Dana

1) Al-Qard

2) Murabahah

c. Produk Pelayanan.51

Selain berfungsi sebagai lembaga penghimpun dan penyaluran dana,

BMT Familier juga memiliki produk pelayanan transfer online ke 24 bank

di Indonesia. Dalam memberikan produk pelayanan ini, BMT Familier

Kotagajah telah bekerjasama dengan Bank Syari’ah Mandiri Kota Bandar

Jaya.

Berdasarkan paparan diatas dapat disimpulkan bahwa BMT Familier

Kotagajah memiliki 3 produk yaitu : produk penghimpunan dana terdiri

dari simpanan pokok, simpanan wajib dan simpanan wadi’ah. Pada produk

penyaluran dana BMT Familier kotagajah memiliki 2 produk yaitu: al-

qard dan murabahah dan produk Pelayanan.

B. Mekanisme Pembiayaan Akad Murabahah Dalam Meningkatkan Usaha

Anggota Di BMT Familier Kotagajah

51 Rully Purwanto, Kepala Bagian Pembiayaan, Wawancara, Kantor BMT Familier

Kotagajah, Observasi, 13 Februari 2017

Pembiayaan akad murabahah merupakan transaksi menjual barang

yang menyatakan harga perolehan dan keuntungan (margin) yang disepakati

oleh penjual dan pembeli. Penjual harus memberitahu harga pokok yang ia

beli dan menentukan suatu tingkat keuntungan sebagai tambahannya.

Salah satu aspek penting dalam lembaga keuangan syariah adalah

mekanisme pembiayaan yang sehat yaitu proses pembiayaan yang

berimplikasi kepada investasi halal dan baik. Maka prosedur pembiayaan akad

murabahah sebagai berikut52:

1. Pengajuan Permohonan Penyalur Dana Pembiayaan Murabahah ke Kantor

BMT Familier, Ketua Kelompok, atau Refferensor

Bagi para anggota/nasabah yang ingin mengajukan pembiayaan

murabahah kepada BMT Familier Kotagajah, maka terlebih dahulu

nasabah menghadap Account Officer agar anggota/nasabah mengetahui

dan mendapat informasi tentang pembiayaan murabahah.

2. Melakukan Akad antara Pihak BMT dengan Calon Anggota

Setelah calon anggota/nasabah mengetahui tentang apa itu

pembiayaan murabahah, maka calon anggota yang berminat segera

melakukan akad dengan pihak BMT mengenai harga dan margin yang

harus diberikan kepada pihak BMT, dimana akad itu tidak memberatkan

baik dari pihak calon nasabah maupun pihak BMT.

3. Mengisi Formulir dan Menyerahkan Syarat-syaratnya

52 Dokumen BMT Familier Kotagajah. dikutip pada tanggal 14 Februari 2017

Setelah calon anggota sepakat dengan akad yang sudah terjadi,

maka selanjutnya nasabah mengisi formulir yang telah disediakan oleh

pihak BMT, lalu menyerahkan persyaratannya. Adapun untuk

persyaratannya yaitu: Fotokopi KTP Suami Istri, Kartu Keluarga, dan

Jaminan (SKT, Sertifikat, BPKB)

4. Penilaian dari Tim Survei

Yang dinilai kelayakan usaha dari calon anggota adalah:

a. Tujuan pembiayaan untuk apa.

b. Siapa saja yang menggunakan dana tersebut.

c. Usaha pokok/sampingan.

d. Rata-rata pendapatan perbulan.

e. Perkembangan usaha yang dijalankan.

f. Nilai jaminan.

g. Kemampuan mengangsur.

h. Luas lahan yang digarap (jika pertanian).

i. Sikap atau perilaku pemohon saat mengajukan permohonan.

5. Setelah disurvei oleh tim survei, maka untuk prosedur selanjutnya yaitu

diajukan ke komite pembiayaan, dimana komite pembiayaan itu terdiri

dari:

a. Pengurus

b. Manajer

c. Kepala Bagian Pembiayaan

d. Admin Pembiayaan

e. Account Officer (AO)

6. Setelah itu calon anggota atau nasabah menunggu pembiayaan tersebut

keluar, dimana nasabah biasanya menunggu minimal 2 hari.53

Berdasarkan penjelasan diatas dapat diketahui bahwa prosedur

pembiayaan akad murabahah tersebut harus diketahui oleh calon anggota

atau nasabah. Apabila seorang calon anggota atau nasabah yang ingin

mendapatkan pembiayaan berupa pembiayaan akad murabahah di BMT

Familier Kotagajah untuk meningkatkan usahanya, maka calon anggota

atau nasabah tersebut harus melakukan prosedur yang sesuai atau yang

telah ditetapkan oleh BMT Familier Kotagajah ini, dan BMT Familier juga

harus melakukannya sesuai dengan prosedur operasional yang berlaku.

Berdasarkan wawancara kepada Manajer BMT Familier Kotagajah

mengatakan bahwa dari waktu ke waktu BMT Familier Kotagajah

menunjukkan perkembangan yang pesat. Dari pelaksanaan kerja tahun

2016 terlihat banyak peningkatan di berbagai hal, diantaranya segmentasi

pasar yang terlihat jelas pada produk simpanan maupun pembiayaan,

peningkatan jumlah anggota yang dilayani, peningkatan simpanan,

peningkatan asset, peningkatan pembiayaan, dan peningkatan kemampuan

sumberdaya manusia yang tercermin dari rasio pengelolaan asset. Modal

awal Rp. 120.600.000,- dan hingga Desember tahun 2016 sudah mencapai

modal Rp. 1.174.232.762,- dengan asset Rp. 21.366.375.862,-. Jumlah

anggota setiap tahunnya pun selalu meningkat. Dapat dilihat dalam dua

53 Wawancara Bapak Rully Purwanto selaku Kepala Bagian Pembiayaan, , Kantor BMT

Familier Kotagajah, pada tanggal 13 Februari 2017

tahun terakhir pada tahun 2015 jumlah anggota mencapai 12.214 orang,

sedangkan pada tahun 2016 jumlah anggota menunjukkan 13.517 orang.

Kepercayaan masyarakat meningkat dengan dapat dihimpunnya dana dari

anggota sebesar Rp. 3,1 miliyar dengan jumlah anggota 2800 orang dan

jangkauan operasional di sekitar pasar kotagajah, kecamatan kotagajah. Ini

menunjukkan bahwa BMT Familier Kotagajah semakin dipercaya

masyarakat di sekitar BMT Familier Kotagajah.54

Pada dasarnya pembiayaan murabahah disalurkan kepada anggota-

anggota BMT familier Kotagajah yang ditujukan untuk membantu usaha

kecil dan menengah dalam segi permodalan usaha sehingga dapat

meningkatkan usaha anggota yang sedang dijalankan oleh anggota BMT

tersebut. Dengan demikian, usaha anggota tersebut mengalami kenaikkan

yang signifikan sehingga dapat mengangkat dan memberdayakan ekonomi

mikro kecil dan menengah.55

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi pengembangan usaha

anggota yaitu terdiri dari:

1. Faktor Produksi Alam

Dalam menyelenggarakan suatu kegiatan usaha, pasti memerlukan

faktor produksi alam. Hal ini misalnya tempat, pasar, sawah, atupun

bahan mentah, betapa pun kecil dan bagaimanapun usaha tersebut.

2. Faktor Produksi Modal

54 Wawancara dengan Bapak Kusnoto selaku Pimpinan BMT Familier Kotagajah pada

tanggal 15 Februari 2017 55 Wawancara dengan Bapak Kusnoto selaku Pimpinan BMT Familier Kotagajah pada

tanggal 15 Februari 2017

Modal merupakan salah satu faktor produksi yang diperlukan dalam

meningkatkan usaha anggota. Dalam hal ini termasuk modal investasi

dan modal kerja. Modal kerja diperoleh dari pinjaman maupun uang

cadangan yang sengaja digunakan untuk kebutuhan yang mendadak.

3. Sumber Daya Manusia

Tidak hanya membutuhkan teknologi dan modal, dalam menjalankan

usaha juga perlu adanya sumber daya manusia yang berkualitas,

terampil, mempunyai kemampuan untuk mengatur dan memimpin.

4. Faktor Lingkungan

Selain faktor-faktor diatas yang yang dapat mempengaruhi

pengembangan usaha yaitu faktor lingkungan yang secara tidak

langsung mempengaruhi proses pengembangan usaha dalam mencapai

tujuan. Faktor lingkungan tersebut terdiri dari ekonomi, sosial, budaya

dan keamanan.56

Selain wawancara dengan Manager dan Bagian Pembiayaan,

peneliti juga melakukan wawancara kepada para anggota BMT

Familier Kotagajah sebanyak 3 orang, yang diantaranya adalah

pedagang.

Berdasarkan hasil wawancara dengan anggota atau nasabah bahwa

produk pembiayaan yang diketahui yaitu produk pembiayaan Al-Qard

dan pembiayaan Murabahah.

56 Wawancara dengan Bapak Kusnoto selaku Pimpinan BMT Familier Kotagajah pada

tanggal 15 Februari 2017

Menurut Ibu Nyamianah seorang pedagang sembako berumur 55

tahun alamat purwodadi kec. Kotagajah selaku anggota BMT Familier

Kotagajah mengungkapkan alasan kenapa memilih pembiayaan

murabahah karena skema pembiayaan ini sederhana dengan prinsip

negosiasi. Keuntungan yang akan di dapatkan dalam perjanjian

pembiayaan murabahah didasari atas prinsip bagi hasil, dimana margin

penjualan yang sudah termasuk harga jual. 57 Ibu Nyamianah

mendirikan usaha kecil-kecilan bermula dari berjualan keliling hingga

kini memiliki sebuah toko kecil dirumahnya. Dengan modal awal

sebesar Rp. 2,5 juta, beliau menyediakan kebutuhan rumah tangga

dengan modal usaha yang dimilikinya. Seiring berjalannya usaha ibu

Nyamianah ingin menyediakan permintaan pelanggan yang belum

tersedia ditoko namun karna keuntungan yang didapat ibu Nyamianah

pun masih sedang, beliau memutuskan untuk mengajukan pembiayaan

kepada BMT Familier Kotagajah untuk membantu mengembangkan

usahanya. Ibu Nyamianah mengajukan pembiayaan sebesar Rp 3 juta.

Modal tersebut Ibu Nyamianah gunakan untuk menambah jumlah dan

stok barang dagangannya. Keuntungan ibu Nyamianah dirasa naik

dari seiring berkembangnya usaha beliau, karna beliau mengaku tidak

pernah menghitung secara rinci atau detail keuntungan yang ia

dapatkan.58

57 Wawancara dengan Ibu Nyamianah, Anggota, Pada tanggal 16 Februari 2017. 58 Wawancara dengan Ibu Nyamianah, Anggota, Pada tanggal 16 Februari 2017.

Ibu Siti Aminah seorang penjual kue di pasar berumur 41 tahun

mengatakan bahwa sebelumnya beliau kurang berminat untuk

mengajukan pembiayaan murabahah di BMT, namun setelah beliau

mencoba untuk memperoleh pembiayaan tersebut dengan mengajukan

permohonan pembiayaan ternyata prosedurnya mudah selain itu

terhindar dari riba. 59 Modal awal beliau mendirikan usaha dengan

berjualan kue sekitar Rp. 850 ribu, kemudian beliau mengajukan

pembiayaan dengan plavon sebesar Rp. 1,5 juta. Jumlah pembiayaan

tersebut digunakan Ibu Siti Aminah untuk memperbesar modal

usahanya. Setelah beberapa kali mengangsur pembiayaan yang

diambilnya perlahan terjadi perkembangan pada usahanya, ibu Siti

Aminah mampu menambah jumlah persediaan kue-kue di pasar dan

keuntungan yang diraih juga di rasakan ibu Siti Aminah, jumlah

pembeli juga bertambah walaupun tidak langsung pesat namun ibu Siti

Aminah mengatakan bahwa terjadi peningkatan pada usahanya.60

Ibu Sopiatun seorang pedagang kelontong berumur 38 tahun,

beliau mengajukan pembiayaan Rp 2,5 juta untuk menambah

modalnya yang saat itu dirasa masih kurang untuk berjualan kelontong

di kantin sekolah, beliau hanya memiliki modal sebesar Rp. 1,5 juta,

ibu Sopiatun mengaku bahwa pembiayaan yang disalurkan BMT

cukup membantu dalam usahanya dengan bagi hasil yang

menguntungkan kedua belah pihak yaitu BMT dan ibu Sopiatun. Ibu

59 Wawancara dengan Ibu Siti Aminah, Anggota, Pada tanggal 16 Februari 2017. 60 Wawancara dengan Ibu Siti Aminah, Anggota, Pada tanggal 16 Februari 2017.

Sopiatun juga mengatakan bahwa produk pembiayaan ini sebenarnya

hampir mirip dengan sistem bunga karena ada kelebihan didalam

pembiayaan di harga pokok. Hanya saja penambahan harga dari harga

pokok memang sudah menjadi perjanjian antara BMT dengan anggota

atau nasabah. Dan pembayarannya dapat dilakukan secara angsuran

kepada pihak lembaga keuangan syariah, yang artinya anggota atau

nasabah membayar harga pembelian tersebut dengan cara dicicil yang

skemanya tetap hingga tempo waktu sesuai perjanjian akad. Maka dari

itu ibu sopiatun lebih memilih pembiayaan murabahah di BMT

Familier Kotagajah.61

Hasil Wawancara dengan Anggota BMT Artha Salam

No Nama

Anggota

Jenis Usaha Jenis

Pemby.

Modal Awal Plavon

Pemby.

1

Ibu

Nyamianah

Pedagang Sembako Murabahah Rp. 2.500.000 Rp. 3.000.000

2

Ibu Siti

Aminah

Penjual Kue Murabahah Rp. 850.000 Rp. 1.500.000

3 Ibu Sopiatun Pedagang Kelontong Murabahah Rp. 1.500.000 Rp. 2.500.000

Gambar 3.2: Tabel Anggota Pembiayaan

61 Wawancara dengan Ibu Sopiatun, Anggota, Pada tanggal 16 Februari 2017.

Nama-nama anggota yang disebut diatas adalah beberapa contoh

anggota yang berhasil mengembangkan usahanya dengan baik dengan

bantuan modal dari BMT Familier Kotagajah.

Dari hasil wawancara dengan anggota, modal merupakan elemen

yang sangat penting dalam menjalankan usaha. Modal sangat

mempengaruhi usaha para anggota terutama dalam hal mencukupi

persediaan barang dagangan.62

Modal awal paling besar oleh anggota adalah sebesar Rp

2.500.000,- sedangkan yang paling kecil adalah sebesar Rp 850.000,-.

Bila dihitung rata-ratanya maka dapat diketahui rata-rata modal awal

yang dimiliki oleh anggota di Kotagajah tersebut adalah sebesar Rp

1.150.000,-.63

Para anggota usaha mengajukan pembiayaan dari lembaga

keuangan untuk menambah modal. Dengan bertambahnya modal

diharapkan para pedagang dapat memperluas usahanya. BMT Familier

Kotagajah merupakan lembaga keuangan yang juga menyediakan

pelayanan penyaluran dana kepada para anggota atau nasabahnya. Para

anggota usaha di Kotagajah mengajukan pembiayaan kepada BMT

Familier Kotagajah dengan harapan dapat mengembangkan usaha

dagangnya, misalnya dengan menambah persediaan barang dagangan.

Dengan demikian diharapkan usaha dagang para anggota tersebut akan

semakin berkembang.

62 Wawancara dengan anggota BMT Familier Kotagajah, Pada tanggal 16 Februari 2017 63 Wawancara dengan anggota BMT Familier Kotagajah, Pada tanggal 16 Februari 2017

Dapat diuraikan beberapa deskripsi tentang pembiayaan yang

diperoleh para anggota atau nasabah di Kotagajah dari BMT Familier

Kotagajah, Dari data yang ada diketahui bahwa semua pembiayaan

BMT Familier Kotagajah yang diberikan kepada anggota memiliki

jangka waktu pinjaman selama 12 bulan, sedangkan pelunasannya

adalah 12 kali pembayaran. Dengan kata lain pengembalian pinjaman

dilakukan sebulan sekali selama jangka waktu peminjaman.

Jumlah pembiayaan paling besar yang didapatkan oleh para

anggota adalah sebesar Rp 6.000.000,- sedangkan yang paling kecil

adalah sebesar Rp 1.500.000,-. Bila dihitung rata-ratanya maka dapat

diketahui rata-rata jumlah pembiayaan yang didapatkan oleh para

anggota adalah sebesar Rp 2.337.500,-.64

Dari hasil wawancara kepada anggota dapat diuraikan bahwa

jumlah pendapatan rata-rata per hari anggota atau nasabah baik

sebelum maupun sesudah mendapatkan pembiayaan di BMT Familier

Kotagajah. Pendapatan rata-rata per hari terbesar yang diperoleh

sebelum mendapatkan pembiayaan adalah sebesar Rp 250.000,- dan

yang terkecil adalah sebesar Rp 100.000,-, sedangkan rata-ratanya

adalah sebesar Rp 91.525,-. Setelah mendapatkan pembiayaan

pendapatan rata-rata per hari terbesarnya menjadi Rp 500.000,- dan

64 Wawancara dengan anggota BMT Familier Kotagajah, Pada tanggal 16 Februari 2017

yang terkecil sebesar Rp 200.000,-, sedangkan rata-ratanya adalah

sebesar Rp 154.925,-.65

Berdasarkan hasil wawancara di atas dapat dianalisis bahwa

pendapatan para anggota usaha setelah mendapatkan pembiayaan

murabahah dapat diketahui mengalami kenaikan. Dari data diatas

dapat dilihat bahwa setelah mendapatkan pembiayaan hampir semua

anggota mengalami kenaikan pendapatan. Dari hasil wawancara,

kenaikan pendapatan terbesar adalah sebesar Rp 500.000,- dan yang

terkecil Rp. 200.000 rata-rata per hari.

65 Wawancara dengan anggota BMT Familier Kotagajah, Pada tanggal 16 Februari 2017

BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan dari hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan

bahwa pembiayaan akad murabahah yang paling diminati dalam

meningkatkan usaha anggota. Pembiayaan murabahah ini disalurkan kepada

anggota-anggota BMT familier Kotagajah yang ditujukan untuk membantu

usaha kecil dan menengah dalam segi permodalan usaha sehingga dapat

meningkatkan usaha anggota yang sedang dijalankan oleh anggota BMT

tersebut. Dengan adanya pembiayaan murabahah tersebut, usaha anggota

semakin berkembang dan terus meningkat. Pendapatan para anggota usaha

setelah mendapatkan pembiayaan murabahah dapat diketahui mengalami

kenaikan.

B. Saran

Hambatan yang dialami anggota adalah modal, untuk itu BMT atau

lembaga keuangan perlu memberikan bantuan berupa pembiayaan dengan

persyaratan ringan atau mudah agar pedagang kecil dapat mengembangkan

usaha. Dengan adanya keringanan dan kemudahan dalam mendapatkan

pembiayaan dari BMT atau lembaga yang lainnya diharapkan para anggota

lebih terpacu untuk meningkatkan jiwa kewirausahaan dan kemandiriannya.

DAFTAR PUSTAKA

A. Kadir, Hukum Bisnis Syariah dalam Al-Quran. Jakarta: Amzah, 2010.

Abdurrahmat Fathoni, Metode Penelitian & Teknik Penyusunan Skripsi. Jakarta:

PT Rineka Cipta, 2011.

Adiwarman A. Karim, Bank Islam Analisis Fiqih dan Keuangan. Jakarta: PT.

Raja Grafindo Persada, 2004.

-------, Fikih Ekonomi Keuangan Islam, cet I. Jakarta: Darul Haq, 2004.

Alim Muhammad, Etika dan Perlindungan Konsumen dalam Ekonomi Islam.

Yogyakarta: BPPE-Yogyakarta, 2004.

Ascarya, Akad dan Produk Bank Syariah. Jakarta: Rajawali Pers, 2011.

Buchari Alma dan Donni Juni Priansa, Manajemen Bisnis Syariah. Bandung:

Alfabeta, 2013.

Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Sosial & Ekonomi. Jakarta: Kencana

Prenada Media Grup, 2013.

Cholid Narbuko dan Abu Achmadi, Metodologi Penelitian. Jakarta: PT Bumi

Aksara, 2007.

Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an dan Terjemah. Bandung: CV

Diponegoro.

Euis Amalia, Keadilan Distributif dalam Ekonomi Islam. Jakarta: PT. Raja

Grafindo Persada, 2009.

Franncis Tantri, Pengantar Bisnis. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2009.

Ismail, Perbankan Syariah. Jakarta; Kencana, 2011.

Jumingan, Analisis Laporan Keuangan. Jakarta: PT Bumi Aksara, 2011.

Kasmir, Bank dan Lembaga Keuangan lainnya. Jakarta: PT. Raja Grafindo

Persada, 2002.

-------, Kewirausahaan. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2014.

Lexy J Maleong, Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosada

Karya, 2009.

Mardani, Ayat-Ayat dan Hadits Ekonomi Syariah. Jakarta: Rajawali Pers, 2011.

-------, Fiqh Ekonomi Syariah. Jakarta: Kencana, 2012.

Matabaraja, “Tingkatan Dalam Proses Pengembangan Usaha”, dalam

www.matabaraja.com, diunduh pada 10 Desember 2016

Muhammad Ridwan, Manajemen Baitul Maal Wa Tamwil. Yogyakarta: UII Press,

2004.

Muhammad Syafi’i Antonio, Islamic Banking: Bank Syariah dari Teori ke

Praktik. Jakarta: Gema Insani, 2001.

Pandji Anaroga, Manajemen Bisnis. Jakarta: Rineka Cipta, 2009.

Rachmadi Usman, Aspek Hukum Perbankan Syariah di Indonesia. Jakarta: Sinar

Grafika, 2012.

Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta, 2015.

Sukamdiyo, Manajemen Koperasi. Semarang: PT. Gelora Aksara Pratama, 1996.

Sumardi Suryabrata, Metode Penelitian. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2012.

Suparyanto, Manajemen Pemasaran Edisi Millenium. Jakarta: Preshalindo, 2003.

Veithzal Rivai, Islamic Financial Management. Jakarta: Raja Grafindo Persada,

2008.

W.J.S Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, ed 3 cet 4. Jakarta:

Balai Pustaka, 2007.

Zainuddin Ali, Hukum Perbankan Syariah. Jakarta: Sinar Grafika, 2008.

OUTLINE

MEKANISME PEMBIAYAAN AKAD MURABAHAH DALAM

MENINGKATKAN USAHA ANGGOTA

(STUDI KASUS DI BMT FAMILIER KOTAGAJAH)

HALAMAN JUDUL

ABSTRAK

HALAMAN PERSETUJUAN

HALAMAN PENGESAHAN

ORISINILITAS PENELITIAN

MOTTO

HALAMAN PERSEMBAHAN

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL

DAFTAR LAMPIRAN

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

B. Pertanyaan Penelitian

C. Tujuan dan Manfaat penelitian

D. Metode Penelitian

E. Sistematika Pembahasan

ALAT PENGUMPUL DATA

MEKANISME PEMBIAYAAN AKAD MURABAHAH DALAM

MENINGKATKAN USAHA ANGGOTA

(Studi Kasus di BMT Familier Kotagajah)

A. Wawancara kepada Manager dan Bagian Pembiayaan di BMT Familier

Kotagajah

1. Apa saja kegiatan operasional yang ada pada BMT Familier Kotagajah?

2. Produk pembiayaan apa saja yang dijual oleh BMT Familier Kotagajah?

3. Bagaimana pengaruh pembiayaan akad murabahah terhadap peningkatan

usaha anggota di BMT Familier Kotagajah?

4. Apakah faktor-faktor yang mempengaruhi pengembangan usaha anggota

BMT Familier Kotagajah?

5. Bagaimana mekanisme pembiayaan akad murabahah dalam meningkatkan

usaha anggota di BMT Familier Kotagajah?

6. Apakah mekanisme tersebut sudah sesuai dengan sistem dan operasional?

B. Wawancara kepada Nasabah BMT Familier Kotagajah

1. Produk pembiayaan apa saja yang anda ketahui di BMT Familier

Kotagajah?

2. Mengapa anda memilih pembiayaan akad murabahah di BMT Familier

Kotagajah?

3. Apakah faktor-faktor yang mempengaruhi dalam peningkatan usaha anda?

C. Dokumentasi

1. Profil BMT Familier Kotagajah

2. Brosur produk-produk BMT Familier Kotagajah

3. Buku tentang Murabahah

RIWAYAT HIDUP

Sri Indah Wulandari dilahirkan di Desa Kotagajah

pada tanggal 23 Maret 1995, anak kedua dari

pasangan Bapak Jiman Subagyo dan Ibu Gemiatun.

Pendidikan Dasar penulis ditempuh di SD Negeri 6

Kotagajah dan selesai pada tahun 2006, kemudian

melanjutkan di Sekolah Menengah Pertama (SMP)

Negeri 2 Kotagajah dan selesai pada tahun 2009.

Sedangkan pendidikan Menengah Atas pada SMK Wiratama Kotagajah dan

selesai pada tahun 2012, kemudian melanjutkan pendidikan di IAIN Metro

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam Jurusan D3 Perbankan Syariah dimulai pada

semester I TA. 2013/2014.