Laporan Praktikum Fisiologi "Kekuatan Otot dan Mekanisme Sesori"
-
Upload
independent -
Category
Documents
-
view
2 -
download
0
Transcript of Laporan Praktikum Fisiologi "Kekuatan Otot dan Mekanisme Sesori"
DERMATOMUSCULOSKELETAL SYSTEM
LAPORAN PRATIKUM
FISIOLOGI
“KEKUATAN OTO FLEKSI/EKSTENSI DAN
MEKANISME SENSORIS”
Disusun oleh :
Kartika Maharani Dewi
1310211133 Nurani Akbari
1310211134
Randy Musashi
1310211135
M. Afif Juliandi
1310211136
Tifanisa Febrian
1310211137
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL“VETERAN” JAKARTA
2015/2016
KATA PENGANTARDengan memanjatkan puji syukur kepada Tuhan Yang
Maha Esa kami dapat menyelesaikan tugas pembuatan makalah
laporan praktikum fisiologi yang berjudul “Kekuatan Otot
Fleksi/Ekstensi dan Mekanisme Sensori” dengan lancar.
Dalam pembuatan makalah ini, kami mendapat bantuan dari
berbagai pihak, maka pada kesempatan ini kami mengucapkan
terima kasih yang sebesar-besarnya kepada dosen dan para
petugas laboran yang telah membantu kami sehingga
makalah ini dapat selesai dengan lancar. Serta semua
pihak yang tidak dapat kami sebutkan satu persatu yang
membantu pembuatan makalah ini.
Akhir kata semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi
pembaca pada umumnya dan kami pada khususnya, kami
menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih jauh
dari sempurna untuk itu kami menerima saran dan kritik
yang bersifat membangun demi perbaikan kearah yang
kesempurnaan. Atas segala kekurangan dan kelebihannya
kami mohon maaf dan terima kasih.
Jakarta, April
2015
BAB I
LANDASAN TEORI
1.1 Kekuatan Otot Fleksi/Ekstensi
Jaringan otot berperan dalam homeostasis dengan cara
menimbulkan gerakan tubuh, misalnya mengedipkan mata,
berlari, mengangkat beban, menari, menimbulkan gerakan
berbagai zat di dalam tubuh, dan menghasilkan panas untuk
memelihara suhu tubuh. Jaringan otot memiliki 4 macam
sifat, yaitu (1) electrical exitability( memberikan
respon terhadap rangsangan dengan menghasilkan potensial
aksi ), (2) contractility ( kemampuan menghasilkan
kontraksi ), (3) extensibility ( kemampuan untuk
direnggangkan), dan (4) elastibility ( kemampuan untuk
kembali ke bentuk semula). Fungsi homeostasis dapat
dijalankan jaringan otot melalui mekanisme kontraksi dan
relaksasi. Dengan menggerakan komponen-komponen intrasel
tertentu sel otot dapat menghasilkan tegangan dan
memendek yaitu berkontrasi. Tipe otot ada tiga yaitu otot
rangka, otot jantung, dan otot polos. Melalui kemampuan
berkontraksi, kelompok sel-sel otot berkerja sama dalam
menghasilkan gerakan dan melakukan kerja. Kontaksi
terkontrol otot memungkinkan (1) terjadinya gerakan tubuh
keseluruhan atau bagian-bagiannya (contoh : berjalan atau
melambaikan tangan), (2) memanipulasi benda eksternal
(contoh : menyetir), (3) terdorongnya atau mengalirnya
isi berbagai organ internal berongga (contoh : seiulasi
darah atau mengalirnya makanan melalui saluran cerna),
dan (4) menggosokan isi organ tertentu ke lingungan
eksternal (contoh : berkemih atau melahirkan).
Otot membentuk kelompok jaringan terbesar di tubuh,
menghasilkan sekitar separuh dari berat tubuh. Otot
rangka membentuk sekitar 40% berat tubuh pada pria dan
32% pada wanita, dengan otot polos dan otot jantung
membentuk 10% lainnya dari berat total. Ketiga jenis otot
secara structural dan fungsional berbeda namun mereka
dapat diklasifikasikan dalam dua cara berlainan
berdasarkan klasifikasi umunya. Pertama, otot di
kategorikan sebagai lurik atau seran-lintang (otot rangka
dan otot jantung) atau polos (otot polos), bergantung
pada ada tidaknya pita terang gelap bergantian, atau
garis-garis, jika otot dilihat di bawah mikroskop cahaya.
Kedua otot dapat dapat di kelompokan sebagai volunteer
(otot rangka) atau involunter (otot jantung dan otot
polos) bergantung apakah otot tersebut disarafi oleh
system saraf somatic dan berada di bawah control
kesadaran. Meskipun digolongkan sebagai volunteer, karena
dapat dikontrol oleh kesadaran, namun banyak aktivitas
otot rangka berada di bawah control involunter bawah-
sadar, misalnya aktivitas yang berkaitan dengan postur.
a. Jenis - Jenis otot
b. Stuktur Otot Rangka
c.
Mekanisme
Kontraksi
Otot
1.2 Mekanisme Sensori
Kulit terdiri atas Eperdermis yaitu terletak
dibagian terluar, Dermis terdapat kelenjar dan saluran
keringat, bulbus rambut, folikel rambut dan akar rambut
yang terletak dikelenjar sebasea, dan Subcutaneous ada
pembuluh darah, saraf cutaneous dan jaringan otot. Kulit
memiliki fungsi sebagai mekanoreseptor, termoreseptor,
reseptor nyeri dan kemoreseptor. Mekanoreseptor berkaitan
dengan indra peraba, tekanan, getaran dan kinestesi,
Termoreseptor, berkaitan dengan pengindraan yang
mendeteksi panas dan dingin, Reseptor nyeri, berkaitan
dengan mekanisme protektif bagi kulit. Kemoreseptor,
mendeteksi rasa asam, basa, dan garam. Pada Epidermis
terdapat Merkel’s disc, yaitu sentuhan oleh orang yang
tidak dikenal dan Meisners corpuscle, yaitu sentuhan
orang yang dikenal. Sedangkan pada Dermis, terdapat tiga
reseptor, yaitu : Reseptor ruffini’s yaitu reseptor
panas, Reseptor end Krause, yaitu reseptor untuk
mendeteksi dingin dan Reseptor paccini’s corpuscle, untuk
mendeteksi tekanan, bisa berupa pijat.
Reseptor kulit dan hantaran impuls terdapat di saraf
perifer. Stratum germinativum mengadakan pertumbuhan ke
daerah dermis membentuk kelenjar keringat dan akar
rambut. Akar rambut berhubungan dengan pembuluh darah
yang membawakan makanan dan oksigen, selain itu juga
berhubungan dengan serabut saraf. Pada setiap pangkal
akar rambut melekat otot penggerak rambut. Pada waktu
dingin atau merasa takut, otot rambut mengerut dan rambut
menjadi tegak. Di sebelah dalam dermis terdapat timbunan
lemak yang berfungsi sebagai bantalan untuk melindungi
bagian dalam tubuh dari kerusakan mekanik.
Sensasi taktil yang terdiri dari raba, tekanan dan
getaran sering di golongkan sebagai sensasi terpisah,
mereka semua dideteksi oleh jenis reseptor yang sama.
Satu – satunya perbedaan diantara ketiganya adalah :
1. Sensasi raba, umumnya disebabkan oleh reseptor taktil di
dalam kulit atau di dalam jaringan tepat dibawah kulit.
2. Sensasi tekanan biasanya disebabkan oleh perubahan bentuk
jaringan yang lebih dalam.
3. Sensasi getaran, disebabkan oleh sinyal sensori yang
berulang dengan cepat, tetapi menggunakan beberapa jenis
reseptor yang sama seperti yang digunakan untuk raba dan
tekanan.
Kepekaan kulit yang berambut terhadap stimulus
besar, sehingga diduga bahwa akhiran syaraf yang
mengelilingi foliculus rambut adalah reseptor taktil.
Kita dapat membedakan benda – benda tanpa melihat
bentuknya. Disini yang berperan adalah reseptor
kinaestesi. Bentuk dan berat benda dapat dibedakan dengan
reseptor tekanan yang digeserkan. Pada tempat di mana
tidak ada rambut, tetapi dengan kepekaan yang besar
terdapat stimulus taktil, ternyata banyak corpuscullum
tactus. Perasaan taktil dapat dibedakan menjadi perasaan
taktil kasar dan perasaan taktil halus. Impuls taktil
kasar dihantarkan oleh tractus spinothalamicus anterior,
sedangkan impuls taktil halus dihantarkan melalui
faciculus gracilis dan faciculus cunneatus.
Fungsi sistem saraf adalah:
1. Pusat koordinasi segala aktivitas tubuh
2. Pusat kesabaran, memory, dan intelegensi.
3. Pusat highermental process (Reasoning,
thinking, dan judgement).
Gerak adalah suatu tanggapan tehadap rangsangan baik
itu dari dalam tubuh maupun dari luar tubuh. Gerak
merupakan pola koordinasi yang sangat sederhana untuk
menjelaskan penghantaran impuls oleh saraf.
Seluruh mekanisme gerak yang terjadi di tubuh kita
tak lepas dari peranan sistem saraf. Sistem saraf ini
tersusun atas jaringan saraf yang di dalamnya terdapat
sel-sel saraf atau neuron. Meskipun sistem saraf tersusun
dengan sangat kompleks, tetapi sebenarnya hanya tersusun
atas 2 jenis sel, yaitu sel saraf dan sel neuroglia.
Adapun berdasarkan fungsinya sistem saraf itu
sendiri dapat dibedakan atas tiga jenis :
1. Sel saraf sensorik
Sel saraf sensorik adalah sel yang membawa impuls
berupa rangsangan dari reseptor (penerima rangsangan), ke
sistem saraf pusat (otak dan sumsum tulang belakang). Sel
saraf sensorik disebut juga dengan sel saraf
indera,karena berhubungan dengan alat indra
2. Sel saraf motorik
Sel saraf motorik berfungsi membawa impuls berupa
tanggapan dari susunan saraf pusat (otak atau sumsum
tulang belakang) menuju ke kelenjar tubuh. Sel saraf
motorik disebut juga dengan sel saraf penggerak, karena
berhubungan erat dengan otot sebagai alat gerak.
3. Sel saraf penguhubung
Sel saraf penguhubung disebut juga dengan sel saraf
konektor, hal ini disebabkan karena fungsinya meneruskan
rangsangan dari sel saraf sensorik ke sel saraf motorik.
Namun pada hakikatnya sebenarnya sistem saraf
terbagi menjadi dua kelompok besar :
1. Sistem saraf sadar
Adalah sistem saraf yang mengatur atau
mengkoordinasikan semua kegiatan yang dapat diatur
menurut kemauan kita. Contohnya, melempar bola, berjalan,
berfikir, menulis, berbicara dan lain-lain.
Saraf sadar pun terbagi menjadi dua :
1) Saraf pusat, terdiri dari :
a. Otak: Merupakan pusat kesadaran,yang letaknya di rongga
tengkorak.
b. Sumsum tulang belakang: Sumsum tulang belakang berfungsi
menghantarkan impuls (rangsangan) dari dan ke otak, serta
mengkoordinasikan gerak refleks. Letaknya pada ruas-ruas
tulang belakang, yakni dari ruas-ruas tulang leher hingga
ke ruas-ruas tulang pinggang yang kedua. Dan dalam sumsum
ini terdapat simpul-simpul gerak refleks.
2) Saraf Tepi
Sistem saraf tepi terdiri dari saraf-saraf yang
berada di luar sistem saraf pusat (otak dan sumsum ulang
belakang). Artinya sistem saraf tepi merupakan saraf yang
menyebar pada seluruh bagian tubuh yang melayani organ-
organ tubuh tertentu, sepeti kulit, persendian, otot,
kelenjar, saluran darah dan lain-lain.
2. Susunan saraf tak sadar
a. Susunan saraf simpatis
b. Susunan saraf parasimpatis
Gerak pada umumnya terjadi secara sadar, namun, ada
pula gerak yang terjadi tanpa disadari yaitu gerak
refleks. Impuls pada gerakan sadar melalui jalan panjang,
yaitu dari reseptor, ke saraf sensori, dibawa ke otak
untuk selanjutnya diolah oleh otak, kemudian hasil olahan
oleh otak, berupa tanggapan, dibawa oleh saraf motor
sebagai perintah yang harus dilaksanakan oleh efektor.
Sensasi adalah perasaan yang timbul sebagai akibat
adanya stimulus suatu reseptor. Sensasi yang berlangsung
secara terus-menerus disebut sensasi beriringan ( after
image ).
Ciri-ciri sensasi antara lain:
a. Modalitas ( Modal )
Contoh: Alat indera, melihat cahaya modalnya
mata.
b. Kualitas ( Mutu )
Contoh: Mata mampu membedakan warna merah dan
biru.
c. Adaptasitas
Contoh: Wanita yang menggunakan anting beratnya
menjadi konstan karna adapatasi.
d. Intensitas ( Kekuatan )
Contoh: Membedakan antara merah muda dengan
merah tua.
e. Durasitas ( Lama )
Contoh: 1 bulan atau 1 tahun.
Proses pendeteksian hadirnya stimulus sederhana,
perasaan, kesan yang timbul sebagai akibat prasangka
suatu reseptor.
Syarat-syarat sensasi:
1. Adanya stimulus yang mampu menimbulkan respon.
2. Adanya alat indera atau respon yang dapat
mengadakan respon terhadap stimulus.
3. Ada saraf sensoris yang menghantarkan implus
dari alat indera ke otak (sistem saraf pusat).
4. Ada bagian dari otak yang mampu mengolah atau
menterjemahkan implus menjadi sensasi.
Sensasi merupakan hasil dari suatu proses didalam
otak sebagai akibat adanya impuls yang datang ke otak.
Seseorang dapat memilih beberapa implus yang datang serta
mengabaikannya merupakan dasar dari konsentrasi dan
atensi. Sensasi dapat bertahan lama didalam otak dan
dapat didasari kembali dasar memori.
Reseptor taktil adalah mekanoreseptor.
Mekanoreseptor berespons terhadap perubahan bentuk dan
penekanan fisik dengan mengalami depolarisasi dan
menghasilkan potensial aksi. Apabila depolarisasinya
cukup besar, maka serat saraf yang melekat ke reseptor
akan melepaskan potensial aksi dan menyalurkan informasi
ke korda spinalis dan otak. Reseptor taktil yang berbeda
memiliki kepekaan dan kecepatan mengirim impuls yang
berbeda pula. Dikriminasi titik adalah kemampuan
membedakan rangsangan kulit oleh satu ujung benda dari
dua ujung disebut diskriminasi dua titik. Berbagai daerah
tubuh bervariasi dalam kemampuan membedakan dua titik
pada tingkat derajat pemisahan bervariasi. Normalnya dua
titik terpisah 2– 4 mm dpt dibedakan pada ujung jari
tangan, 30-40mm dpt dibedakan pada dorsum pedis. Tes
dapat menggunakan kompas, jepitan rambut.
Sensasi taktil dibawa ke korda spinalis oleh satu
dari tiga jenis neuron sensorik: serat tipe A beta yang
besar, serat tipe A delta yang kecil, dan serat tipe C
yang paling kecil. Kedua jenis serat tipe A mengandung
mielin dan menyalurkan potensial aksi dengna sangat
cepat; semakin besar serat semakin cepat transmisinya
dibanding serat yang lebih kecil. Informasi taktil yang
dibawa dalam serat A biasanya terlokalisasi baik. Serat C
yang tidak mengandung mielin dan menyalurkan potensial
aksi ke korda spinalis jauh lebih lambat daripada serat
A.
Hampir semua informasi mengenai sentuhan, tekanan,
dan getaran masuk ke korda spinalis melalui akar dorsal
saraf spinal yang sesuai. Setelah bersinaps di spinal,
informasi dengan lokalisasi dibawa oleh serat-serat A
yang melepaskan potensial aksi dengan cepat (beta dan
delta) di kirim ke otak melalui sistem lemniskus kolumna
dorsalis. Serat-serat saraf dalam sisitem ini menyeberang
dari kiri ke kanan di batang otak sebellum bersinaps di
talamus. Informasi mengenai suhu dan sentuhan yang
lokalisasi kurang baik di bawa ke korda spinalis melalui
serat-serat C yang melepaskan potensial aksi secara
lambat. Info tersebut dikirim ke daerah retikularis di
batang otak dan kemudian ke pusat-pusat yang lebih tinggi
melalui serat di sistem anterolateral.
BAB II
PRAKTIKUM
2.1 Kekuatan Otot Fleksi/Ekstensi
Tujuan
1. Mendeskripsikan mekanisme kontraksi dan relaksasi
otot
2. Menjelaskan sumber energi untuk kontraksi dan
relaksasi otot
3. Menjelaskan sejumlah faktor yang mempengaruhi
kekuatan kontraksi otot
4. Mengukur kekuatan kontraksi otot ekstensor dan otot
fleksor manusia dalam berbagai sikap tubuh
Alat dan Bahan
1. Meteran
2. Dinamometer
3. Alat tibang berat badan
4. Atat ukur tinggi badan
Cara kerja a. Mengukur tinggi badan dan berat badan orang percobaan
b. Orang percoban duduk di pinggir meja dinamometer
dengan membelakangi timbangan dan dengan tungkai
bawahnya tergantung bebas
c. Memasangkan ban kulit pada salah satu pergelangan
kaki orang percobaan dan yang dihubungkan kekawat
baja yang dapat menarik timbangan melalui katrol
d. Orang percobaan meluruskan tungkainya sekuat tenaga,
kemudian dicatat kekuatan otot ekstensor dalam 3
posisi, yaitu, duduk tegak, duduk membungkuk, dan
berbaring
e. Orang percoban duduk di pinggir meja dinamometer
dengan menghadap timbangan dan dengan tungkai
bawahnya tergantung bebas
f. Memasangkan ban kulit pada salah satu pergelangan
kaki orang percobaan dan yang dihubungkan kekawat
baja yang dapat menarik timbangan melalui katrol
g. Orang percobaan membengkokkan tungkainya sekuat
tenaga, kemudian dicatat kekuatan otot ekstensor
dalam 3 posisi, yaitu, duduk tegak, duduk membungkuk,
dan berbaring
2.2 Mekanisme Sensori
Tujuan
a. Membedakan perasaan subjektif panas dan dingin
b. Menetapkan adanya titik-titik panas, dingin, tekan
dan nyeri di kulit
c. Memeriksa daya menetukan tempat rangsangan taktil
(lokalisasi taktil)
d. Memeriksa daya membedakan dua titik tekan
(diskriminasi taktil) pada perangsangan serentak
(simultan) dan perangsangan berurutan (suksesif)
e. Menentukan adanya perasaan iringan dan menerangkan
mekanisme terjadinya after image.
f. Memeriksa daya membedakan berbagai sifat benda:
- Kekasaran permukaan
- Bentuk
- Bahan pakaian
g. Memeriksa daya menentukan sikap anggota tubuh.
h. Mengukur waktu reaksi
i. Menyebutkan faktor-faktor yang menentukan waktu
reaksi
Alat dan bahan
a. 3 baskomdengan air bersuhu 20 , 30 , 40
b. Gelas beker dan termometer kimia
c. Es
d. Alkohol
e. kerucut kuningan + bejana berisi kikiran kuningan +
estesiometer rambut frey + jarum
f. pensil + jangka + ampelas + benda-benda kecil +
bahan – bahan pakaian
g. mistar pengukur waktu reaksi
Cara kerja
I. Perasaan subjektif panas dan dingin
a. Menyediakan 3 baskom yang masing-masing di isi air
dengan suhu kira-kira 20 , 30 dan 40 .
b. Meminta orang percobaan (OP) memasukkan tangan
kanannya ke dalam air bersuhu 20 dan tangan kirinya
ke dalam air bersuhu 40 selama kurang lebih 2 menit.
Mencatat kesan yang dialami oleh OP.
c. Kemudian meminta OP untuk segera memasukkan kedua
tangan itu serentak ke dalam air bersuhu 30 . Mencatat
kesan yang dialami OP.
d. Meniup perlahan-lahan kulit punggung tangan OP yang
kering dari jarak ± 10 cm.
e. Kemudian membasahi kulit punggung tangan OP dengan
air dan meniup sekali lagi dengan kecepatan yang sama
seperti pada cara kerja #d.
f. Mengolesi sebagian kulit punggung tangan OP dengan
alkohol atau eter dan meniup sekali lagi dengan
kecepatan yang sama seperti pada cara kerja #d dan #e.
g. Membandingkan kesan yang dialami OP pada hasil
tiupan pada langkah #d, #e dan #f.
II. Titik-titik panas, dingin, tekan dan nyeri di kulit
a. Meminta OP untuk meletakkan punggung tangan kanannya
di atas sehelai kertas dan menarik garis pada pinggir
tangan dan jari-jari sehingga diperoleh gambar tangan.
b. Memilih dan menggambarkan di telapak tangan OP suatu
daerah seluas 3x3 cm, dan menggambarkan pula daerah
itu di gambar tangan pada kertas.
c. Menutup mata OP dan meletakkan punggung tangannya
santai di meja.
d. Menyelidiki secara teratur menurut garis-garis
sejajar titik-titik yang memberikan kesan panas yang
jelas pada telapak tangan tersebut dengan menggunakan
kerucut kuningan yang telah dipanasi. Cara memanasi
kerucut yaitu dengan menempatkannya dalam bejana
berisi kikiran kuningan yang direndam dalam air
bersuhu 50 .
e. Menandai titik-titik panas yang diperoleh dengan
tinta.
f. Mengulangi langkah #d dengan kerucut kuningan yang
ditempatkan dalam bejana berisi kikiran kuningan yang
direndam dalam air es.
g. Menandai titik-titik dingin yang diperoleh dengan
tinta.
III. Lokalisasi taktil
a. Menutup mata OP dan menekankan ujung pensil pada
suatu titik di kulit ujung jari
b. Memerintahkan OP untuk melokalisasikan tempat yang
baru di rangsang dengan ujung pensil
c. Menetapkan jarak antara titik rangsang dan titik
yang telah ditunjuk
d. Mengulangi percobaan di atas sampai 5 kali dan
menentukan jarak rata-rata untuk kulit ujung jari,
telapak tangan, lengan bawah, lengan atas dan tengkuk
IV. Diskriminasi taktil
a. Mengambil sebuah jangka yang sudah disediakan dan
meregangkan jangka sehingga kedua ujung jangka
berjarak ± 1 cm (sesuai dengan ukuran jari telunjuk
OP)
b. Menginstruksikan OP untuk menutup mata dan
meletakkan secara simultan (bersamaan waktunya) kedua
ujung jangka pada ujung jari telunjuk OP dan meminta
OP untuk mengidentifikasi jumlah rangsang (1 atau 2
titik rangsang) yang menekan/ merangsang ujung
jarinya.
c. Mendekatkan kedua ujung jangka (secara bertahap dan
mengulangi langkah #b sampai OP tidak dapat lagi
membedakan kedua ujung jangka sebagai 2 titik
rangsang. Arah gerakan harus tegak lurus terhadap
garis yang menghubungkan kedua ujung jangka.
d. Mencatat ambang rangsang OP dalam membedakan 2 titik
rangsang taktil.
e. Mengulangi langkah a s/d c namun kedua ujung jangka
diletakkan tidak secara simultan tetapi secara
suksesif (berurutan) yaitu satu ujung diletakkan lebih
dahulu daripada ujung lainnya.
f. Mencatat hasil pemeriksaan ambang membedakan 2 titik
rangsang baik dengan cara perangsangan simultan maupun
suksesif.
g. Menentukan dengan cara yang sama (simultan dan
suksesif) ambang dua titik di tengkuk, bibir, pipi dan
lidah.
h. Mencatat apa yang dialami OP.
V. Perasaan iringan
a. Meletakkan sebuah pensil antara kepala dan daun
telinga OP dan membiarkan di tempat itu selama
melakukan percobaan VI.
b. Setelah selesai dengan percobaan VI, mengangkat
pensil dari telinga OP dan mencatat apa yang dirasakan
OP setelah pensil itu dilepaskan.
VI. Daya membedakan berbagai sifat benda
Kekasaran permukaan benda
a. Dengan mata tertutup, memerintahkan OP untuk meraba-
raba permukaan ampelas yang mempunyai derajat
kekasaran yang berbeda-beda.
b. Memperhatikan kemampuan OP untuk membedakan derajat
kekasaran ampelas.
Bentuk benda
a. Dengan mata tertutup, memerintahkan OP untuk
memegang-megang benda kecil yang diberikan.
b. Memerintahkan OP untuk menyebutkan nama/ bentuk
benda-benda itu.
Bahan pakaian
a. Dengan mata tertutup, memerintahkan OP untuk meraba-
raba berbagai jenis bahan pakaian yang diberikan.
b. Memerintahkan OP untuk setiap kali menyebutkan
jenis/ sifat bahan pakaian yang dirabanya.
VII. Tafsiran sikap
a. Memerintahkan OP untuk duduk dan menutup mata.
b. Pegang dan menggerakkan secara pasif lengan bawah OP
ke dekat kepalanya, dekat dadanya, dekat lututnya, dan
akhirnya menggantungkan di sisi badannya.
c. Menanyakan setiap kali sikap dan lokasi lengan OP.
d. Memerintahkan OP utnuk menyentuh telinga, hidung dan
dahinya menggunakan menggunakan telunjuknya dengan
perlahan-lahan setelah setiap kali mengangkat lurus
lengannya.
e. Memperhatikan apakah ada kesalahan.
VIII. Waktu Reaksi
a. Orang percobaan duduk dan meletakkan lengan bawah dan
tangannya di tepi meja dengan ibu jari dan telunjuk
berjarak 1 cm siap menjepit
b. Kemudian pemeriksa memegang mistar pengukur waktu
reaksi pada titik hitam dengan menempatkan garis tebal
diantara dan setinggi ibu jari dan telunjuk orang
percobaan tanpa menyentuh jari-jari orang percobaan
c. Dengan tiba-tiba pemeriksa melepaskan mistar tersebut
dan orang percobaan harus mengangkat selekas-lekasnya.
Percobaan diulangi sebanyak 5 kali
d. Mencatat waktu reaksi orang percobaan (rata-rata dari
ke 5 hasil yang diperoleh)
BAB III
HASIL PRAKTIKUM
3.1 Kekuatan Otot Fleski/Ekstensi
Nama : Randi Musashi Lk/Pr
Umur : 19 tahun
TB : 174 cm BB : 58 kg
Diameter Ka (cm) Ki (cm)
a) Paha (tengah)
b) Betis (1/3
proksimal)
36
33
48
33
Kontraksi Posisi Badan Ka (kg) Ki (kg)
Ekstensi
Tegak
Membungkuk
Berbaring
23
12
22
21
13
25
Flexi
Tegak
Membungkuk
Berbaring
13
12
11
15
15
9
3.2 Mekanisme Sensori
I. Perasaan subjektif panas dan dingin
Pada percobaan yang telah dilakukan oleh OP pada
langkah kerja #a, #b dan #c. Kesan yang dialami oleh OP
adalah:
a. Pada suhu 20 OP merasakan tangan kanannya
dingin
b. Pada suhu 40 OP merasakan tangan kirinya hangat
c. Pada suhu 30 OP merasakan tangan kanan yang
awalnya dingin berubah menjadi hangat dan tangan
kiri yang awalnya hangat menjadi dingin.
II. Titik-titik panas, dingin, tekan dan nyeri di kulit
X panas
dingin
III. Lokalisasi taktil
No
.
Lokasi
percobaan
Jarak antara titik rangsang dan
titik yang di tunjuk
Rata-
rata
1.Kulit ujung
jari
0,1 cm 1 cm 1 cm 0 0 0,4 cm
2.Telapak
tangan
0,8 cm 1 cm 0 0 0,6
cm
0,48 cm
3.Lengan
bawah
1,8 cm 0,5 cm 1cm 1 cm 1,5
cm
1,16 cm
4. Lengan atas 0,7 cm 0,2 cm 2,7 cm 0,5 cm 2 cm 1,22 cm
5. Tengkuk3 cm 0,5 cm 1,5 cm 2,2 cm 1,8
cm
1,8 cm
IV. Diskriminasi taktil (ambang membedakan dua titik
rangsang taktil)
Dari percobaan yang telah dilakukan, maka didapatkan
hasil:
1. Pada saat ujung jari diberikan rangsangan, OP dapat
mengidentifikasi jumlah rangsangan dengan tepat.
2. Pada saat tengkuk diberikan rangsangan, OP sulit
untuk mengidentifikasi jumlah rangsang, karena dari
5 kali percobaan yang dilakukan di tengkuk, OP hanya
mampu mengidentifikasi 1 kali percobaan dengan
tepat.
3. Pada saat pipi diberikan rangsangan, OP bisa
mengidentifikasi jumlah rangsangan, walaupun masih
terdapat 1 kali kesalahan dari 5 kali percobaan.
4. Pada saat lidah diberikan rangsangan, OP dapat
mengidentifikasi jumlah rangsangan dengan tepat.
5. Pada saat bibir diberikan rangsangan, OP juga dapat
mengidentifikasi jumlah rangsangan dengan tepat.
V. Perasaan iringan (after image)
Dari percobaan yang telah dilakukan dengan melalui
percobaan ke VI terlebih dahulu, OP masih merasa seperti
ada pensil di telinga nya saat setelah pensil diangkat.
VI. Kemampuan membedakan berbagai sifat benda
Kekasaran Permukaan benda
Dari percobaan yang telah dilakukan, OP mampu
membedakan permukaan ampelas yang memiliki derajat
kekasaran yang berbeda-beda.
Bentuk benda
Dari percobaan yang telah dilakukan, OP mampu
menyebutkan bentuk benda-benda yang diberikan. Sepeti
bentuk bulat pada kelereng, kubus pada penghapus, dll.
Bahan pakaian
Dari percobaan yang telah dilakukan, OP mampu
menyebutkan jenis/ sifat dari bahan pakaian yang
dirabanya seperti kasar dan halus.
VII. Tafsiran sikap
Pada percobaan yang telah dilakukan, ketika lengan
bawah OP digerakkan secara pasif ke dekat kepala, dada
dan lutut, OP mampu menentukan lokasi lengannya.
Kemudian, pada percobaan selanjutnya, saat OP
diperintahkan secara perlahan untuk menyentuh bagian
telinga, hidung dan dahinya, OP mampu menunjukkan
lokasi dengan tepat menggunakan telunjuk jarinya.
Namun, pada saat OP diperintahkan dengan cepat terjadi
kesalahan dalam menunjukkan lokasi.
VIII. Waktu reaksi
Percobaan Tiffanisa Afif
I 10 cm 9 cm
II 12 cm 8 cm
III 9 cm 10 cm
IV 10 cm 11 cm
V 11 cm 8 cm
BAB IV
PEMBAHASAN
Kekuatan kontraksi otot fleksi dan ekstensi sendi
bergantung pada sisi tubuh, posisi tubuh, dan jenis
kontraksi. Sisi tubuh, Sisi kanan lebih kuat melakukan
kontraksi daripada sisi kiri. Contohnya kontraksi yang
dilakukan Afif di sisi kanan ada yang berjumlah 23 kg,
sedangkan di sebelah kiri berjumlah 21 kg. Kekuatan ini
kemungkinan disebabkan oleh pemakaian kaki kanan yg lebih
dominan daripada kaki kiri, sehingga kemampuannya untuk
melakukan kontraksi lebih besar. Posisi tubuh, posisi
yang dilakukan Afif pada saat melakukan kontraksi
ekstensi tegak lebih besar nilainya daripada berbaring
atau membungkuk. Jenis kontraksi lebih besar atau
menghasilkan nilai yang lebih tinggi daripada jenis
kontraksi fleksi.
Dalam percobaan pertama, menunjukkan perbedaan suhu
secara bersamaan pada tangan yang berbeda dan disertai
dengan peningkatan serta penurunan kalor. Hal tersebut
ditunjukkan pada saat kedua tangan dicelupkan pada baskom
bersuhu 30°C. Thermoreseptor menanggapi dengan cepat saat
menerima suhu berbeda, sehingga akan dirasakan pada
tangan disuhu 20°C berubah menjadi lebih panas dan tangan
disuhu 40°C menjadi lebih dingin. Dapat disimpulkan bahwa
terjadi adaptasi pada Termoreseptor dan tubuh berusaha
menyeimbangkan suhu berbeda tersebut secara bertahap.
Dalam percobaan kedua, rangsangan yang diberikan
berubah-ubah secara cepat. Berbeda dengan praktikum
pertama yang memerlukan waktu dua menit untuk
membandingkan perubahan kalor, serta adaptasi reseptor.
Terlihat, ketika tangan kering yang ditiup dengan pelan
terasa sejuk, kemudian dioleskan dengan dengan air terasa
lebih dingin dibandingkan kulit kering yang ditiup.
Kemudian, rasa kejut sesaat yang dialami oleh OP
disebabkan reaksi Nociceptor yang menanggapi suhu terlalu
tinggi ataupun suhu terlalu rendah sebagai sensasi nyeri,
akibat perubahan suhu secara cepat, nociceptor merasakan
alkohol memberi sensasi lebih dingin dibanding bahan uji
coba yang lain.
Dalam percobaan ketiga dilakukan lokalisasi taktil,
dimana OP harus menunjukkan daerah yang ditekan dengan
pensil. Mekanoreseptor, mengambil peran untuk merespon
tekanan, getaran, kinestesi, dan berkaitan dengan indra
peraba. Dari tabel pada bagian hasil, terlihat perbedaan
yang cukup mencolok pada jari tangan. Sebab, ditemukan
ketepatan sebanyak tiga kali berturut-turut dan hasilnya
tidak ada yang mencapai 5 cm. Hal ini, menunjukkan
pengaruh waktu rangsangan dan proses penyebarannya ke
reseptor sekitar akibat luasan lokasi rangsangan.
Dalam percobaan keempat, diskriminasi taktil agak
sedikit berbeda dari praktikum ketiga karena memakai dua
titik yang terkadang akan menyebabkan kesulitan dalam
pembedaanya. Hal tersebut disebabkan karena berbagai
daerah tubuh bervariasi dalam kemampuan membedakan dua
titik pada tingkat derajat pemisahan bervariasi.
Normalnya dua titik terpisah 2– 4 mm dapat dibedakan pada
ujung jari tangan, 30-40 mm dapat dibedakan pada dorsum
pedis. Dari hasil percobaan, terlihat pada tengkuk dan
pipi hanya satu kali OP dapat membedakan kedua titik
secara tepat. Berdasarkan literatur, disimpulkan bahwa
lokalisasi dua titik lebih peka pada bagian yang
menonjol, seperti bibir, hidung, mata, ujung jari dan
telinga. Selain itu, Waktu juga mempengaruhi sehingga ada
penyebaran sensasi.
Dalam percobaan kelima, praktikan melakukan uji coba
dengan perasaan iringan (after image). Dari hasil
praktikum menunjukkan bahwa telinga telah mengalami
adaptasi terhadap beban yang diberikan selama beberapa
saat. Namun, setelah beban di angkat akan terasa lebih
ringan diakibatkan beban yang menjadi stimulus pada
reseptor telah hilang. Hal ini, berkaitan dengan sensasi
yang diberikan dalam durasi waktu tertentu, sehingga
menjadi memori yang disimpan dalam otak.
Dalam percobaan keenam, praktikan melakukan uji coba
untuk membedakan sifat benda, mulai dari bentuk, tekstur
dan juga jenis atau sifat benda. Dari praktikum ini, OP
dapat menyebutkan secara tepat semua benda yang di
berikan saat OP menutup matanya. Hal ini, disebabkan
karena adanya reseptor taktil. Impuls taktil kasar
dihantarkan oleh tractus spinothalamicus anterior,
sedangkan impuls taktil halus dihantarkan melalui
faciculus gracilis dan faciculus cunneatus. Untuk dapat
membedakan benda – benda tanpa melihat bentuknya, adalah
reseptor kinaesthesi.
Dalam percobaan ketujuh, praktikan melakukan tafsiran
sikap. Dimana OP akan menutup mata dan menggerakkan
tangan serta jari untuk menunjuk ke arah yang
diperintahkan rekan OP. berdasarkan hasil uji coba, OP
dapat menunjukkan dan menggerakkan lengan ke arah yang
tepat sesuai dengan prosedur dari rekan OP. Hal ini,
menunjukkan bahwa koordinasi sistem saraf berjalan dengan
baik. Sebab, gerak merupakan pola koordinasi yang sangat
sederhana untuk menjelaskan penghantaran impuls oleh
saraf. Seluruh mekanisme gerak yang terjadi di tubuh kita
tak lepas dari peranan sistem saraf.
Dalam percobaan kedelapan, Waktu reaksi merupakan waktu
antara pemberian rangsangan sampai dengan timbulnya
respon terhadap rangsangan tersebut. Parameter waktu
reaksi ini dipakai untuk pengukuran performansi. Yang
mempengaruhi performansi kerja diantaranya tingkat
kelelahan, kondisi motivasi, rasa bosan, konsentrasi, dan
kondisi psikologis manusia lainnya. Hal tersebut akan
mengakibatkan waktu reaksi yang berbeda-beda antara satu
kondisi dengan kondisi lainnya. Kondisi-kondisi tersebut
dipengaruhi oleh lingkungan baik secara fisik
(penerangan, temperatur, getaran, dll) maupun secara
psikologis (suasana hati, motivasi, dll) dan kerja itu
sendiri. Dari hasil percobaan, didapatkan kesimpulan
bahwa waktu reaksi o.p normal. Karena masih di bawah
rata-rata waktu reaksi manusia yang normal yaitu 0,5 s.
BAB V
KESIMPULAN
P-27.1 Apakah ada perbedaan perasaan subyektif antara
kedua tangan tersebut? Apa sebabnya?
Jawab: Ada. Indra suhu dengan nyata sekali berespons
terhadap perubahan suhu disamping dapat berespons
terhadap tingkat temperatur yang tetap. Adanya rangsang
yang datang berubah-ubah membuat tangan OP terasa
berbeda-beda. Sedangkan olesan sebagian kulit punggung
tangan OP dengan alkohol memberi kesan lebih dingin
ketika ditiup, karena alkohol akan menyerap kalor
dipermukaannya.
P-27.2 Apakah ada perbedaan antara ketiga hasil tindakan
pada langkah 4,5,6? Apa sebabnya?
Jawab: Ada. Adanya rangsang yang datang berubah-ubah
membuat tangan terasa berbeda-beda pada praktikum
perasaan subjektif panas dan dingin ini. Sedangkan adanya
perbedaan antara hasil tindakan pada prosedur ke-
4[sejuk], 5[dingin], dan 6[lebih dingin] karena eter atau
air akan menyerap kalor dipermukaannya, sehingga punggung
tangan akan terasa lebih sejuk atau dingin ketika ditiup.
Jadi, apabila rangsang yang datang berubah maka responnya
juga berubah.
P-27.3 Menurut teori, kesan apakah yang diperoleh bila
titik dingin dirangsang oleh benda panas? Bagaimana
keterangannya?
Jawab: Seharusnya apabila titik dingin dirangsang oleh
panas akan terasa dingin pula begitu pun sebaliknya
apabila titik panas dirangsang titik dingin akan terasa
panas. Karena titik-titik rangsang nyeri, panas, dingin,
ataupun tekan itu terdapat pada titik-titik tertentu.
Pada saat percobaan ketika telapak tangan diberi rangsang
panas dan dingin di titik yang sama maka akan terasa
kedua-duanya ataupun adanya sensasi bingung itu bisa
dikarenakan kita sulit membedakan mana yang panas dan
yang dingin sehingga timbullah sensasi bingung.
Reseptor nyeri, panas, tekan, dan dingin apabila
dirangsang oleh rangsangan apapun akan terasa sama
seperti tempat reseptor itu berada. Tidak akan pernah
reseptor dingin dirangsang panas akan menjadi dingin,
reseptor dingin akan tetap dingin bila diberi rangsang
apapun. Jadi, pada intinya apabila reseptor diberi
rangsangan, maka reseptornyalah yang akan bekerja/memberi
respon (tergantung reseptor).
P-27.4 Apakah kemampuan lokasi taktil seseorang sama
besarnya untuk seluruh bagian tubuh?
Jawab: Berbeda. Karena Reseptor taktil adalah
mekanoreseptor. Mekanoreseptor berespons terhadap
perubahan bentuk dan penekanan fisik dengan
mengalami depolarisasi dan menghasilkan potensial aksi.
Apabila depolarisasinya cukup besar, maka serat saraf
yang melekat ke reseptor akan melepaskan potensial aksi
dan menyalurkan informasi ke korda spinalis dan otak.
Reseptor taktil yang berbeda memiliki kepekaan dan
kecepatan mengirim impuls yang berbeda pula. Semakin
distal bagian tubuh maka akan semakin sensitif dalam
melokalisasi taktil.
Contoh: ujung jari dan bibir lebih sensitif karena
reseptornya lebih rapat.
P-27.5 Apakah istilah kemampuan seseorang untuk
menentukan tempat rangsang taktil?
Jawab: Istilah untuk kemampuan seseorang dalam menentukan
tempat rangsang taktil disebut dengan topognasia.
P-27.6 Apa artinya bila perangsangan oleh kedua ujung
jangka memberi kesan sebagai satu titik rangsang?
Jawab: Kemampuan panca indra untuk membedakan keberadaan
2 titik yang mendapat rangsangan sangat dipengaruhi oleh
mekanisme inhibisi lateral yang meningkatkan derajat
kontras pada pola spasial yang disadari.
Setiap jaras sensorik bila dirangsang, secara
simultan akan menghasilkan sinyal inhibitorik lateral;
sinyal ini menyebar ke sisi sinyal eksitatorik dan
menghambat neuron yang berdekatan. Sebagai contoh, ingat
lah neuron yang dirangsang di nucleus kolumna dorsalis.
Selain dari pusat sinyal eksitatorik, jaras lateral
pendek juga menjalarkan sinyal inhibitorik ke neuron di
sekitarnya. Jadi, sinyal ini lewat melelui interneuron
tambahan yang menyekresi transmitter inhibitorik.
Pentingnya inhibisi lateral adalah bahwa inhibisi
ini menghambat penyebaran sinyal eksitatorik ke lateral
sehingga meningkatkan derajat kontras dalam pola sensorik
yang dirasakan di korteks serebralis.
Jadi pada bibir dan lidah lebih sensitif dibandingkan
dengan organ-organ lain seperti pipi, tengkuk, dll.
P-27.7 Bagaimana mekanisme terjadinya perasan iringan?
Jawab: Salah satu sirkuit pada sistem saraf adalah sikuit
reverberasi atau sirkuit bolak balik (oscilatory).
Sirkuit ini dapat disebabkan oleh adanya umpan balik
positif di dalam sirkuit neuron. Umpan balik ini
ditujukan untuk merangsang kembali masukan sirkuit yang
sama sehingga sirkuit itu dapat mengeluarkan letupan
berulang-ulang untuk waktu yang lama. Umpan balik positif
ini dapat terjadi apabila suatu neuron memiliki
percabangan ke neuron lain yang memiliki percabangan yang
menuju kembali ke neuron sebelumnya. Jadi, pada intinya
adanya sirkuit reverberasi atau sirkuit bolak balik
sehingga rangsangan yang telah diteruskan oleh satu
neuron kembali lagi kepada neuron tersebut sehingga
menimbulkan perasaan iringan (after image).
P-27.8 Apa nama kelainan neurologis yang diderita orang
membuat kesalahan dalam membedakan sifat benda?
Jawab:
Bentuk: Astereogsia (agnosia taktil),
Berat: baragnosia
Kekasaran permukaan: thigmanesthesia
P-27.9 Apa nama kelainan neurologis yang diderita orang
yang membuat kesalahan dalam melokalisasi tempat-tempat
yang diminta?
Jawab: Disdiadokokinesia
Koordinasi gerak terutama diatur oleh serebelum
(otak kecil). Secara sederhana dapat dikatakan bahwa
gangguan utama dari lesi di serebelum ialah adanya
dissinergia, yaitu kurangnya koordinasi. Artinya bila
dilakukan gerakan yang membutuhkan kerja sama antar otot,
maka otot-otot ini tidak bekerja sama secara baik,
walaupun tidak di dapatkan kelumpuhan. Hal ini terlhat
jika pasien berdiri , jalan, membungkuk atau menggerakan
anggota badan. Ada 2 hal yang perlu diperhatikan bahwa
dissinergia ini, yaitu : gangguan gerakan dan dismetria.
Selain itu, cerebellum ikut berpartisipasi dalam mengatur
sikap, tonus, mengintegrasikan dan mengkoordinasikan
gerakan somatik. Lesi pada serebellum dapat menyebabkan
gangguan sikap dan tonus, dissinergia atau gangguan
koordinasi gerakan (ataksia). Gerakan menjadi terpecah-
pecah, dengan lain perkataan kombinasi gerakan yang
seharusnya dilakukkan secara simultan (sinkron) dan
harmonis, menjadi terpecah-pecah dan dilakukan satu
persatu serta kadang simpang siur. Gejala klinis yang
kita dapatkan pada gangguan serebelar ialah adanya:
gangguan koordinasi gerakan(ataksia), disdiadokhokinesia,
dismetria, tremor intense, disgrafia (makrografia)
gangguan sikap, nistagmus, fenomena rebound, asthenia,
atonia, dan disartria.
P-27.10 apa yang menentukan waktu reaksi seseorang ?
Jawab : Faktor-faktor yang mempengaruhi waktu reaksi
seseorang adalah : usia, jenis kelamin, suhu tubuh,
kesiapan bertindak, indera penerima rangsang yang
terlibat, dan banyaknya reseptor yang distimuli.
Daftar Pustaka
1. Sherwood, L. 1996. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem.
Ed 2. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC
2. Robins.2007. Buku Ajar Patologi. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC.