Masalah-Masalah Sosial dalam era Media Komunikasi

18
Media Massadan Masalah-Masalah Sosial Pendahuluan Banyak para akademisi dan praktisi meramalkan media massa akan mengalami perubahan dari sifat, peran, maupun jenis. Peran Madia massa yang sebelumnya sebagai institusi edukasi sekarang menjadi institusi produktif yang dikarenakan perubahan social yang begitu cepat dan tuntutan para pemilik modal yang begitu kuat. Dalam teori media massa adalah institusi yang berfungsi member informasi, edukasi dan hiburan. Namun pada saat ini media massa tidak lagi memberikan pengertian sesungguhnya dengan memberikan informasi dan penyajian hiburan yang tidak edukatif lagi. Wajah ganda media massa ini karena di satu sisi media massa menamakan diri sebagai agent of change dalam pengertian yang sesungguhnya namun di sisi lainnya media massa juga menjadi agent of destroyer yang menjadi pemicu masalah-masalah social di masyarakat. Secara umum di masyarakat berkembnag dua nilai yang dipahami yaitu nilai kemanusiaan (humanism) dan nilai kehewanan. Secara umum juga masyarakat bekerja keras agar nila-nilai kemanusiaan tumbuh dan berkembang menjadi nilai-nilai yang dianut oleh masyarakat namun secara alamiah pula nilai-nilai kehewanan itu berkembang menurut nalurinya secara liar, bebas, dan secara diam-diam dianut oleh sebagian masyarakat. Media massa merefleksikan peran institusi edukasi masyarakat untuk melastarikan kedua nilai tersebut walaupun masyarakat mengarapkan media massa berfungsi sebagai institusi yang Page 1

Transcript of Masalah-Masalah Sosial dalam era Media Komunikasi

Media Massadan Masalah-Masalah Sosial

Pendahuluan

Banyak para akademisi dan praktisi meramalkan media massa akan

mengalami perubahan dari sifat, peran, maupun jenis. Peran

Madia massa yang sebelumnya sebagai institusi edukasi sekarang

menjadi institusi produktif yang dikarenakan perubahan social

yang begitu cepat dan tuntutan para pemilik modal yang begitu

kuat.

Dalam teori media massa adalah institusi yang berfungsi member

informasi, edukasi dan hiburan. Namun pada saat ini media

massa tidak lagi memberikan pengertian sesungguhnya dengan

memberikan informasi dan penyajian hiburan yang tidak edukatif

lagi. Wajah ganda media massa ini karena di satu sisi media

massa menamakan diri sebagai agent of change dalam pengertian yang

sesungguhnya namun di sisi lainnya media massa juga menjadi

agent of destroyer yang menjadi pemicu masalah-masalah social di

masyarakat.

Secara umum di masyarakat berkembnag dua nilai yang dipahami

yaitu nilai kemanusiaan (humanism) dan nilai kehewanan. Secara

umum juga masyarakat bekerja keras agar nila-nilai kemanusiaan

tumbuh dan berkembang menjadi nilai-nilai yang dianut oleh

masyarakat namun secara alamiah pula nilai-nilai kehewanan itu

berkembang menurut nalurinya secara liar, bebas, dan secara

diam-diam dianut oleh sebagian masyarakat.

Media massa merefleksikan peran institusi edukasi masyarakat

untuk melastarikan kedua nilai tersebut walaupun masyarakat

mengarapkan media massa berfungsi sebagai institusi yang

Page1

mendorong nilai-nilai kemanusiaan dan mendorong agar nilai

kehewanan tidak berkembang.

A. Mistisme dan Tahayul

Tayangan mistis di media massa menjadi salah satu mindstream.

Pada awalnya mistisme dan tahayul lebih banyak berupa

pemberitaan kemudian berkembang menjadi sinetron yang berbasis

tradisi masyarakat dan saat ini tayangan mistisme dikemas

dengan tayangan keagamaan. Tayangan mistisme dan tahayul ini

menimbulkan perhatian karena pada dasarnya masyarakat di

Indonesia menyukai berbasis tradisional yang menyukai

informasi-informasi mistisme dan tahayul sebagai bagian dari

konstruksi pengetahuan mengenai hidup dan kehidupan yang

diperoleh dari berbagai sumber pengetahuan.

Mistik dan tahayul yang disajikan media massa dipahami oleh

masyarakat sebagai mistik dan tahayul dalam konsep masyarakat

yang sarat dengan suasana misteri, ketakutan, mencekam, horo

dan sebagainya. Hal ini muncul karena ketidakmampuan

masyarakat menjawab konsep mistik selama ini sehingga rasa

ingin tahu masyarakat terhadap fenomena mistik dan tahayul

menjadi sangat besar dan semakin menarik.

Kebutuhan masyarakat terhadap hiburan semacam ini adalah

seperti sebuah pertualangan batin masyarakat untuk menjawab

rasa ingin tahu terhadap misteri fisika (mistik) atau rasa

ingin tahu terhadap dunia lain. Dengan kata lain keinginan

mengetahui dunia lain sebagai sifat pertualangan manusia atau

Page2

sebuah tantangan lain menjadi pendorong utama masyarakat

menyukai tayangan-tayangan mistik. Kebiasaan menonton tayangan

mistik juga merupakan sebuah budaya masyarakat yang dilakukan

hampir semua masyarakat. Khususnya di Indonesia kemungkinan

kebiasaan menjelajahi dunia mistik dilakukan bukan hanya

sebagai salah satu hiburan semata namun juga menjadi

pembenaran budaya, kepercayaan bahkan menjadi cara bersikap

dan berperilaku.

Televisi menayangkan film-film mistik, horror adalah sebuah

refleksi sosiologis yang digambarkan sebagaimana fenomena itu

hidup dalam alam kognitif di berbagai masyarakat. Tayangan-

tayangan mistik menjadi sesuatu yang dibutuhkan masyarakat,

budaya, dan tradisi yang dialami masyarakat sebagai bentuk

pertualangan untuk menjawab misteri yang selama ini menjadi

problem batiniah masyarakat dan media televise dapat

menyuguhkannya.

Macam-macam tayangan mistik dan tahayul

1. Mistik – semi sains yaitu film-film mistik yang

berhubungan dengan fiksi ilmiah. Tayangan ini mengenai

berbagai macam bentuk misteri yang ada hubungan dengan

ilmiah walaupun sebenarnay tidak rasional namun secara

ilmiah kemungkinan mengandung kebenaran.

Contoh :

The Magic Show di Trans TV oleh Deddy Corbuzier

Page3

2. Mistik-fiksi yaitu fim mistik hiburan yang tidak masuk

akal bersifat fiksi atau hanya sebuah fiksi yang

difilmkan untuk menciptakan dan menyajikan misteri,

suasana mencekam, dan kengerian kepada penontonnya.

Contoh :

Harry Potter

Page4

3. Mistik-horor yaitu mistik yang lebih banyak

mengeksploitasi dunia lain seperti yang berhubungan jin,

setan, santet, kekuatan-kekuatan supranatural, kematian

tidak wajar, balas dendam, penyiksaan dan sebagainya.

Contoh :

(Masih) Dunia Lain di Trans 7

Tujuan dari tayangan ini untuk menciptakan suasana mencekam

dan horror. Tayangan mistik dan tahayul yang disiarkan di

media massa adalah konstruksi social media massa yang

tujuannya untuk menciptakan keseraman dan kengerian massa.

Tidak ada alasan yang rasional yang mengatakan siaran mistik

dan tahayul seperti ini bermanfaat bagi masyarakat.

Saat ini penayangan program di televisi menjadi latah karena

ketika salah satu sukses dengan tayangan tersebut stasiun

televisi lain akan ikut menayangankan bentuk program yang

serupa. Latah semacam ini menunjukkan kinerja stasiun televisi

hanya menjual siaran yang menangkap selera rendah pemirsanya.

Televisi kehilangan agenda-setting yang paling penting yaitu

Page5

sebagai media transformasi dan budaya yang sangat strategis

dalam mencerdaskan masyarakat.

Masyarakat secara sosiologi berkembnag menjadi dua sifat

perilaku yaitu

1. Perilaku masyarakat yang mengangkat derajat dan harkat

masyarakat sebagai manusia penguasa bumi. Perilaku ini

dikenal dengan nama aktivitas budaya

2. Perilaku masyarakat yang kontra budaya seperti

kekejaman,penyiksaan, perampokan, penipuan, pembunuhan

dan semacamnya.

Perilaku kontra budaya ini dominan dimiliki oleh makhluk hewan

sedangkan perilaku manusia didominasi dengan aktivitas budaya.

Perbedaan antara manusia dan hewan adalah karena manusia

memiliki dua sifat perilaku (budaya dan kontra budaya)

sedangkan hewan secara alamiah hanya memiliki sifat konta

budaya yang disebut dengan sifat-sifat kehewanan.

Apabila televisi cenderung menayangkan acara-acara kekerasan,

horror, mistik maka televisi menjadi media transformasi

pemberitaan kontra budaya yang memiliki makna kehewanan.

Program televisi semacam ini tentu tidak pantas dipertahankan

namun bahwa kekaguman dan selera pemirsa yang menjadi

pertimbangan tayangan semacam ini terus dipertahankan.

Tayangan media televisi merupakan refleksi ataupun replikasi

dari kekaguman dan selera masyarakat itu sendiri. Namun

sebagai agen pembaru dan agen transformasi yang memiliki

teknologi canggih apapun kendali uatama adalah pada manusia

yang ada pada teknologi media itu sendiri. Orang-orang media

Page6

televisi memiliki andil yang besar dalam penyebaran tayangan

mistik di masyarakat. Pekerja media massa adalah anggota

masyarakat yang diberi kesempatan mengendalikan teknologi

media massa yang melayani kepentingan publik.

Bahaya Tayangan Mistik dan Tahayul

Setiap pemberitaan media massa memiliki efek media bagi

konsumen media termasuk efek buruk yang akan dialami oleh

masyarakat. Efek buruknya adalah kerusakan pada kognitif

masyarakat terutama anak-anak dan kerusakan sikap dan

perilaku.

Kerusakan sikap menyangkut pembenaraan terhadap kondisi

konsisi hidup yang irasional, toleransi terhadap keburukan,

dengki, iri hati dan permisif terhadap mental yang mana sikap-

sikap hidup semacam ini dipandang sebagai sikap-sikap yang

buruk di masyarakat.

Walaupun secara ilmiah tidak ada hubungan konstan antara sikap

dan perilaku namun tayangan mistisme dan tahayul di media

massa dikhawatirkan memengaruhi perilaku masyarakat dengan

perilaku-perilaku buruk yang ada pada tayangan tersebut.

B. Pelecehan Seksual dan Pornomedia

1. Berawal dari Wacana Seks

Terdapat dua kelompok yang menilai tubuh manusia sebagai

objek seks yaitu

a. Kelompok yang memuja-muja tubuh sebagai objek seks dan

merupakan sumber kebahagian, kesenangan, keintiman,

status social dan seni. Kelompok ini memuliakan seks

sebagai karunia Tuhan kepada manusia. Seks juga

Page7

dipandang sebagai sumber ketenangan batin, sumber

inspirasi bahkan salah satu tujuan akhir perjuangan

manusia.

b. Kelompok yang menuduh seks sebagai objek maupun subjek

dari sumber malapetaka bagi kaum perempuan. Kelompok

ini diwakili oleh dua pemikiran yaitu

1) Kelompok yang mewakili pemikiran feminism radikal

yang menganggap jenis kelamin sebagai sumber

persoalan seksisme (deskriminasi social

berdasarkan jenis kelamin) dan iduologi patriarki.

Pemikiran ini menuduh laki-laki secara biologis

maupun politis menguasai tubuh perempuan, laki-

laki memiliki fisik lebih kuat untuk memperlakukan

perempuan sebagai objek seks mereka. Laki-laki

juga secara politis telah menciptakan ideologi

patriarki sebagai dasar penindasan yang merupakan

system kirarki seksual dimana laki-lak memiliki

kuasaan superior dan privilege terhadap perempuan

2) Kelompok lain menamakan diri mereka sebagai

feminis marxis melihat ideology kapitalis adalah

sumber penguasaan seks terhadap perempuan.

Jatuhnya status seks perempuan disebabkan karena

perubahan dalam system kekayaan. Era private

property yaitu era hewan piaraan dan pertanian

sebagai awal penciptaan suplus yang kemudian

menjadi awal bagi perdagangan dan produksi untuk

perdagangan. Karena laki-laki mengontrol produksi

untuk perdagangan maka mereka menguasai hubungan

Page8

social dan politik sedangkan perempuan direduksi

sebagai bagian property dengan demikian laki-laki

memiliki control terhadap seks atas perempuan

sebagai bagian dari kekuasaaan social laki-laki.

Pemikiran tersebut mendasari semua argumentasi dan

polemic tentang seks sebagai objek porno di masyarakat

baik sebagai alasan memuja-muja seks maupun penguasaan

objek seks. Pemikiran tersebut hanya berbeda pada cara

pandang dalam mengeksploitasi seks tetapi target

eksploitasi tetap saja adalah seks sebagai objek.

Pada kehidupan masyarakat kota, wanita lebih senang

dieksploitasi atau mengeksploitasi dirinya sebagai objek

porno dengan menonjolkan bagian-bagian tubuhnya untuk

menjerat lawan jenisnya. Bentuk tantangan seperti ini

adalah sisi lain dari subjektivitas wanita dalam

memperlakukan perilaku seksnya dan menempatkan tingkah

laku tersebut pada makna porno yang sesungguhnya.

Melihat wacana selalu ditanggapi secara subjektif menurut

konteks nilai yang berlaku di masyarakat dan dalam kurun

waktu tertentu maka terjadi perdebatan-perdebatan

tenatnag persoalan seks dan semua hal yang berkaitan

dengan seks harus dimulai dari pandangan intrasubjektiif

tentang makna dari porno.

2. Pergeseran Konsep Pornografi

Saat ini masyarakat sudah terbuka mengenai porno namun

dengan kemajuan teknologi dan komunikasi terus berkembang

maka konsep pornografi juga bergeser dan berkembang.

Dalam wacana porno atau penggambaran tindakan pencabulan

Page9

kontemporer ada beberapa varian pemahaman porno yang

dapat dikonseptualisasikan yaitu

a. Pornografi

Adalah gambar-gambar perilaku pencabulan yang lebih

banyak menonjolkan tubuh dan alat kelamin manusia.

Sifatnya yang seronoh, jorok, vulgar, membuat orang

yang melihatnya terandang secara seksual.

Contoh : Foto, Poster, Leaflet, Video, Film, alat

visual lainnya yang memuat gambar atau kegiatan

pencabulan

b. Pornoteks

Adalah karya pencabulan yang dituls sebagai naskah

cerita atau berita dalam berbagai versi hubungan

seksual dalam bentuk narasi, konstruksi cerita,

testimonial, atau pengalaman pribadi secara detail dan

vulgar sehingga pembaca merasa seakan-akan menyaksikan

sendiri, mengalami, atau melakukan sendiri peristiwa

seks tersebut.

Contoh : Komik dan Novel yang mengandung kegiatan

pencabulan (Fifty Shades Of Grey)

c. Pornosuara

Adalah suara, tuturan, kata-kata dan kalimat yang

diucapkan seseorang yang langsung atau tidak langsung

bahkan secara halus atau vulgar melakukan rayuan

seksual yang secara langsung atau tidak memberikan

penggambaran tenatang objek seksual maupun aktivitas

seksual kepada lawan bicara atau pendengar sehingga

Page10

berakibat efek ransangan seksual terhadap orang yang

mendengar atau penerima informasi seksual itu.

d. Pornoaksi

Adalah suatu penggambaran aksi gerakan, lenggokan,

liukan tubuh, penonjolan bagian-bagian tubuh yang

dominan member ransangan seksual sampai dengan aksi

yang memperlihatkan bentuk tubuh dan alat vital secara

sengaja atau tidak sengaja untuk memancing bangkitnya

nafsu seksual bagi yang melihatnya.

e. Pornomedia

Dalam konteks media massa, pornografi, pornoteks,

pornosuara, dan pornoaksi menjadi bagian-bagian yang

saling berhubungan sesuai karakter media yang

menyiarkan porno tersebut. Konsep pornomedia meliputi

realitas porno yang diciptakan oleh media.

Berdasarkan historologi porno media yang merupakan

kecenderungan media massa dalam pemberitaannya yaitu

a) Ketika media telah kehilangan idealism

b) Ketika media massa merasa tirasnya terancam

menurun

c) Ketika media massa perlu bersaing dengan sesame

media

d) Ketika media baru memosisikan dirinya dimasyarakat

e) Ketika masyarakat membutuhkan pemberitaan

pornomedia

Institusi media massa adalah komunitas social yang

kadang penuh dengan persaingan dan permusuhan. Media

massa bukanlah unit-unit social yang lepas dari nilai

Page11

masyarakatnya secara umum. Menurunkan pemberitaan

pornomedia bukanlah tindakan yang dilakukan tanpa

sengaja namun melalui pertimbangan-pertimbangan

redaksional yang matang sehingga pemberitaan pornomedia

tidak lepas dari tanggung jawab media massa itu

sendiri.

Perdebatan mengenai pemberitaan pornomedia bukan saja

menyangkut persoalan eksploitasi perempuan namun

persoalan yang lebih besar yaitu sebuah tindakan

pengabaian norma dan moral agama dan masyarakat bahkan

sebagai suatu tindakan yang menabrakan kepentingan

media massa dan urusan agama, kepantasan, dan

keprihatinan terhadap pendidikan masyarakat secara luas

sehingga banyak kalangan menempatkan pornomedia sebagai

bentuk patologi social. Patologi social lainnya yang

timbul di masyarakat dengan kehadiran problem social

bisa jadi refleksi kebutuhan masyarakat itu sendiri.

Dalam pornomedia kebutuhan menjadi dua yaitu

a) Dalam kasus tertentu objek pornomedia (pemilik

tubuh dalam gambar porno atau pencipta pornografi)

yang umumnya memperoleh bayaran yang cukup besar

atas pemuatan gambar porno yang dimuat di suatu

media massa. Objek pornomedia menghasilkan

sejumlah uang untuk kepentingan pribadi.

b) Pornomedia dibutukan masyarakat karena masyarakat

ikut andil yang besar terhadap kemunculannya

Page12

pornomedia. Persoalan substansi yang menjadikan

pornomedia sebagai benang kusut yang sulit

ditanggulangi dari masa ke masa. Substansi ini

pula yang menyebabkan sangat longgar sementara

pemerintah tidak mampu berbuat lebih banyak karena

kesulitan peranti hokum.

Alasan pornomedia sebagai kekerasan perempuan terbesar

di media massa karena

a) Media dengan sengaja menggunakan objek perempuan

untuk keuntungan bisnis mereka sehingga penggunaan

pornomedia dilakukan secara terencan untuk

mengabaikan, menistakan, dan mencampakkan harkat

manusia khususnya perempuan.

b) Objek pornomesia (umumnya tubuh perempuan)

dijadikan sumber capital yang dapat mendatangkan

uang sementara perempuan sendiri menjadi subjek

yang disalahkan

c) Media massa telah mengabaikan aspek-aspek moral

dan perusahaan terhadap nilai-nilai pendidika dan

agama serta tidak bertanggung jawab terhadap efek-

efek negative yang terjadi di masyarakat

d) Selama ini berbagai pendapat yang menyudutkan

perempuan sebagai subjek yang bertanggungjawab

atas pornomedia tidak pernah mendapatkan pembelaan

dari media massa dengan alasan pemberitaan dari

media harus berimbang

e) Media massa secara politik menempatkan perempuan

bagai bagian kekuasaan mereka secara umum

Page13

3. Pengaruh Pornomedia : Kritik Terhadap Pornografi

Konteks porno sendiri ketika dikonsepkan dalam sebuah

batasan yang menjadi ukuran bersama untuk menjelaskan

sebuah fenomena porno baik pornografi, pornografi,

pornosuara, pornoteks maupun pornomedia merupakan konsep

yang bergerak cepat dari waktu, bahkan seirama dengan

perkembangan dan perubahan social masyarakat, konteks dan

definisi porno lebih banyak berada lebih banyak berada

pada wilayah anomaly dan krisis daripada berada pada

wilayah order.

Wacana konteks dan definisi yang berjarak juga member

pengaruh terhadap sikap dan perilaku orang terhadap

fenomena porno. Sikap dan perilaku juga selalu berjarak

ketika kedua wilayah ini dihadapkan pada fenomena porno.

Konteks budaya berhubungan dengan bagaiman akultur local

mengakomodasikan masalah-masalah porno sebagai bagian

dari kearifan local termasuk bagaimana konteks budaya

local memberi kontribusi terhadap sikap dan perilaku

porno itu sendiri.

Masing-masing orang berada pada konteks budaya dan

sosiologi memiliki kepentingan masing-masing untuk

membuat definisi tentang porno sebagai bentuk dari

eksistensi mereka, tertutama berhubungan dengan kekuasaan

dan negara. Pentingnya persoalan konteks porno ini

terletak pada bagaimana orang mendefinisikan sebuah

Page14

distribusi kekuasaannya terhadap masalah seks sebagai

bagaian dari kehidupan semua orang yang ada dalam suatu

masyarakat.

Substansi pengaturan dari definisi ini menyinggung hak-

hak pribadi seseorang sedangkan hak-hak ini adalah

kebutuhan mendasar setiap orang dalam masyarakat sehingga

tidak pantas apabila sumber distribusi norma-norma yang

mengatur hak-hak pribadi ini sementara ia sendiri bagian

dari distribusi norma-norma yang mengatur hak-hak pribadi

sementara dapat distribusi yang ikut menimati porno.

Ketka suatu masyarakat akan mengatur definisi tentang

porno maka harus ada benang merah yang dapat ditarik dari

berbagai kepentingan dan konteks sosial yang ada, semua

perbedaan harus terakomodasi dalam pengaturan itu.

Konteks-konteks ini paling tidak bisa bertemu satu dengan

lainnya. Agama jelas menjelaskan definisi porno sebgaai

perilaku haram yang tidak boleh dilakukan sementara

kreativitas mendefinisikan menjadi wilayah abu-abu

sedangkan mata pencaharian mendefinisikan sebagai wilayah

boleh. Sementara bentuk-bentuk defenisi norma seperti

undang-undang memiliki keterbatasan mengatur sehingga

semua orang diperlukan sama dimata hukum. Jalan tengahnya

adalah sebuah tawaran tentang regulasi dimana sekelompok

orang terikat pada hak dan kewajibannya apabila akan

mengakses objek porno. Sementara bagi kelompok masyarakat

yang secara ketat melarang porno maka hukum ditegakkan

Page15

sebagaimana syariat agama dan kepercayaannya. Regulasi

juga mengatur pengaturan relasi-kuasa antara kelompok itu

untuk memberi jaminan bahwa implementasi regulasi tidak

menggangu kelompok masyarakat dan agama tertentu.

Ketakutan kepada porno sebenarnya berlebihan karena tidak

ada satupun penelitian yang akurat menunjukkan bahwa

konteks porno bisa menyebabkan perilaku orang melakukan

tindakan pelanggaran seks.

Beberapa kesimpulan mengenai bahaya pornomedia dapat

dijelaskan yaitu :

a. Tingkat pertama mengubah perilaku normal dan abnormal

b. Tingkat kedua meningkatkan kebiasaan menelusuri dan

mengonsumsi pornomedia dan menjadikan perilaku anomaly

sebagai kebiasaan

c. Tingkat ketiga menumpulkan pandangan tentang pornomedia

dan mengubah pandangan normal terhadap anomaly

pornomedia

d. Tingkat keempat mencari kepuasan pornomedia di dunia

nyata

e. Tingkat kelima sikap terhadap pencarian kepuasan

pornomedia di dunia dan anomaly seksual sebagai tindkan

normal dan wajar

Sebaran Pengaruh Pornomedia

1

Mengubah

perilaku

2

Meningkatka

n kebiasaan

3

Mengumpulka

n pandangan

4

Mencari

kepuasaan

5

Sikap

terhadap

Page16

normal

menjadi

abnormal

menelusuri

dan

mengonsumsi

pornomedia

dan

menjadikan

perilaku

anomali

sebagai

kebiasaan

tentang

pornomedia

dan

mengubah

pandangan

normal

terhadap

anomaly

pornomedia

pornomedia

di dunia

nyata

pencarian

kepuasan

pornomedia

di dunia

nyata dan

anomaly

seksual

sebagai

tindakan

normal dan

wajar

Pada mulanya terlihat pornomedia berada pada keadaan disorder

yaitu kondisi yang melawan tatanan sosial yang ada berdasarkan

struktur sosial masyarakat yang melindungi seks dan aurat

dalam bingkai norma tertutup dan memiliki nilai mulai dalam

keluarga, masyarakat dan agama. Menuju order yaitu sebuah

tatanan sosial lama yang mengarah ke seks bebas yang

mengganggap seks dan aurat manusia sebagai komoditas, media

pemuasan biologis yang lepas dari norma-norma masyarakat dan

agama sertadapat dilakukan tanpa harus melalui lembaga

perkawinan.

Ketika sebuah tayangan pornomedia disiarkan oleh media massa

maka dapat dipastikan khalayak terkonstruksi dengan penayangan

pornomedia itu karena media massa mampu meyakinkan khalayak

dengan terpaannya yang menyebar kemana-mana tanpa pandang

perbedaan umur khalayak.

Page17

Persoalan kerisauan terhadap pornografi dan pornoaksi adalah

karena masyarakat sedang mempertahankan sebuah norma moral

tentang agama, rumah tangga dan perlindungan terhadap privasi

orang terutama adalah harkat dan martabat perempuan yang

dilecehkan.

Pornomedia adalah tindakan media massa yang mengeksploitasi

semua varian porno. Kekuatan pornomedia terletak pada

kekuataan konstruksi sosial media massa. Severin dan Tankard

Jr (2005) dalam pornomedia mengatakan pemberitaan media massa

adalah konstruksi sosial media.Dalam Agenda setting (McComb

1950) isu media massa menjadi penting bagi khalayak. Terpaan

khalayak dalam teori peluru (Schramm, 1960) menunjukkan bahaya

yang menyapu rata seluruh khalayak ketika sebuah pemberitaan

disiarkan walaupun teori ini dikoreksi oleh model efek

terbatas (Hovland, 1960) namun terpaan khalayak sering kali

terjadi banyak kasuspemberitaan media massa.

Page18