Masalah-Masalah Sosial dalam era Media Komunikasi
-
Upload
faturbayasyut -
Category
Documents
-
view
1 -
download
0
Transcript of Masalah-Masalah Sosial dalam era Media Komunikasi
Media Massadan Masalah-Masalah Sosial
Pendahuluan
Banyak para akademisi dan praktisi meramalkan media massa akan
mengalami perubahan dari sifat, peran, maupun jenis. Peran
Madia massa yang sebelumnya sebagai institusi edukasi sekarang
menjadi institusi produktif yang dikarenakan perubahan social
yang begitu cepat dan tuntutan para pemilik modal yang begitu
kuat.
Dalam teori media massa adalah institusi yang berfungsi member
informasi, edukasi dan hiburan. Namun pada saat ini media
massa tidak lagi memberikan pengertian sesungguhnya dengan
memberikan informasi dan penyajian hiburan yang tidak edukatif
lagi. Wajah ganda media massa ini karena di satu sisi media
massa menamakan diri sebagai agent of change dalam pengertian yang
sesungguhnya namun di sisi lainnya media massa juga menjadi
agent of destroyer yang menjadi pemicu masalah-masalah social di
masyarakat.
Secara umum di masyarakat berkembnag dua nilai yang dipahami
yaitu nilai kemanusiaan (humanism) dan nilai kehewanan. Secara
umum juga masyarakat bekerja keras agar nila-nilai kemanusiaan
tumbuh dan berkembang menjadi nilai-nilai yang dianut oleh
masyarakat namun secara alamiah pula nilai-nilai kehewanan itu
berkembang menurut nalurinya secara liar, bebas, dan secara
diam-diam dianut oleh sebagian masyarakat.
Media massa merefleksikan peran institusi edukasi masyarakat
untuk melastarikan kedua nilai tersebut walaupun masyarakat
mengarapkan media massa berfungsi sebagai institusi yang
Page1
mendorong nilai-nilai kemanusiaan dan mendorong agar nilai
kehewanan tidak berkembang.
A. Mistisme dan Tahayul
Tayangan mistis di media massa menjadi salah satu mindstream.
Pada awalnya mistisme dan tahayul lebih banyak berupa
pemberitaan kemudian berkembang menjadi sinetron yang berbasis
tradisi masyarakat dan saat ini tayangan mistisme dikemas
dengan tayangan keagamaan. Tayangan mistisme dan tahayul ini
menimbulkan perhatian karena pada dasarnya masyarakat di
Indonesia menyukai berbasis tradisional yang menyukai
informasi-informasi mistisme dan tahayul sebagai bagian dari
konstruksi pengetahuan mengenai hidup dan kehidupan yang
diperoleh dari berbagai sumber pengetahuan.
Mistik dan tahayul yang disajikan media massa dipahami oleh
masyarakat sebagai mistik dan tahayul dalam konsep masyarakat
yang sarat dengan suasana misteri, ketakutan, mencekam, horo
dan sebagainya. Hal ini muncul karena ketidakmampuan
masyarakat menjawab konsep mistik selama ini sehingga rasa
ingin tahu masyarakat terhadap fenomena mistik dan tahayul
menjadi sangat besar dan semakin menarik.
Kebutuhan masyarakat terhadap hiburan semacam ini adalah
seperti sebuah pertualangan batin masyarakat untuk menjawab
rasa ingin tahu terhadap misteri fisika (mistik) atau rasa
ingin tahu terhadap dunia lain. Dengan kata lain keinginan
mengetahui dunia lain sebagai sifat pertualangan manusia atau
Page2
sebuah tantangan lain menjadi pendorong utama masyarakat
menyukai tayangan-tayangan mistik. Kebiasaan menonton tayangan
mistik juga merupakan sebuah budaya masyarakat yang dilakukan
hampir semua masyarakat. Khususnya di Indonesia kemungkinan
kebiasaan menjelajahi dunia mistik dilakukan bukan hanya
sebagai salah satu hiburan semata namun juga menjadi
pembenaran budaya, kepercayaan bahkan menjadi cara bersikap
dan berperilaku.
Televisi menayangkan film-film mistik, horror adalah sebuah
refleksi sosiologis yang digambarkan sebagaimana fenomena itu
hidup dalam alam kognitif di berbagai masyarakat. Tayangan-
tayangan mistik menjadi sesuatu yang dibutuhkan masyarakat,
budaya, dan tradisi yang dialami masyarakat sebagai bentuk
pertualangan untuk menjawab misteri yang selama ini menjadi
problem batiniah masyarakat dan media televise dapat
menyuguhkannya.
Macam-macam tayangan mistik dan tahayul
1. Mistik – semi sains yaitu film-film mistik yang
berhubungan dengan fiksi ilmiah. Tayangan ini mengenai
berbagai macam bentuk misteri yang ada hubungan dengan
ilmiah walaupun sebenarnay tidak rasional namun secara
ilmiah kemungkinan mengandung kebenaran.
Contoh :
The Magic Show di Trans TV oleh Deddy Corbuzier
Page3
2. Mistik-fiksi yaitu fim mistik hiburan yang tidak masuk
akal bersifat fiksi atau hanya sebuah fiksi yang
difilmkan untuk menciptakan dan menyajikan misteri,
suasana mencekam, dan kengerian kepada penontonnya.
Contoh :
Harry Potter
Page4
3. Mistik-horor yaitu mistik yang lebih banyak
mengeksploitasi dunia lain seperti yang berhubungan jin,
setan, santet, kekuatan-kekuatan supranatural, kematian
tidak wajar, balas dendam, penyiksaan dan sebagainya.
Contoh :
(Masih) Dunia Lain di Trans 7
Tujuan dari tayangan ini untuk menciptakan suasana mencekam
dan horror. Tayangan mistik dan tahayul yang disiarkan di
media massa adalah konstruksi social media massa yang
tujuannya untuk menciptakan keseraman dan kengerian massa.
Tidak ada alasan yang rasional yang mengatakan siaran mistik
dan tahayul seperti ini bermanfaat bagi masyarakat.
Saat ini penayangan program di televisi menjadi latah karena
ketika salah satu sukses dengan tayangan tersebut stasiun
televisi lain akan ikut menayangankan bentuk program yang
serupa. Latah semacam ini menunjukkan kinerja stasiun televisi
hanya menjual siaran yang menangkap selera rendah pemirsanya.
Televisi kehilangan agenda-setting yang paling penting yaitu
Page5
sebagai media transformasi dan budaya yang sangat strategis
dalam mencerdaskan masyarakat.
Masyarakat secara sosiologi berkembnag menjadi dua sifat
perilaku yaitu
1. Perilaku masyarakat yang mengangkat derajat dan harkat
masyarakat sebagai manusia penguasa bumi. Perilaku ini
dikenal dengan nama aktivitas budaya
2. Perilaku masyarakat yang kontra budaya seperti
kekejaman,penyiksaan, perampokan, penipuan, pembunuhan
dan semacamnya.
Perilaku kontra budaya ini dominan dimiliki oleh makhluk hewan
sedangkan perilaku manusia didominasi dengan aktivitas budaya.
Perbedaan antara manusia dan hewan adalah karena manusia
memiliki dua sifat perilaku (budaya dan kontra budaya)
sedangkan hewan secara alamiah hanya memiliki sifat konta
budaya yang disebut dengan sifat-sifat kehewanan.
Apabila televisi cenderung menayangkan acara-acara kekerasan,
horror, mistik maka televisi menjadi media transformasi
pemberitaan kontra budaya yang memiliki makna kehewanan.
Program televisi semacam ini tentu tidak pantas dipertahankan
namun bahwa kekaguman dan selera pemirsa yang menjadi
pertimbangan tayangan semacam ini terus dipertahankan.
Tayangan media televisi merupakan refleksi ataupun replikasi
dari kekaguman dan selera masyarakat itu sendiri. Namun
sebagai agen pembaru dan agen transformasi yang memiliki
teknologi canggih apapun kendali uatama adalah pada manusia
yang ada pada teknologi media itu sendiri. Orang-orang media
Page6
televisi memiliki andil yang besar dalam penyebaran tayangan
mistik di masyarakat. Pekerja media massa adalah anggota
masyarakat yang diberi kesempatan mengendalikan teknologi
media massa yang melayani kepentingan publik.
Bahaya Tayangan Mistik dan Tahayul
Setiap pemberitaan media massa memiliki efek media bagi
konsumen media termasuk efek buruk yang akan dialami oleh
masyarakat. Efek buruknya adalah kerusakan pada kognitif
masyarakat terutama anak-anak dan kerusakan sikap dan
perilaku.
Kerusakan sikap menyangkut pembenaraan terhadap kondisi
konsisi hidup yang irasional, toleransi terhadap keburukan,
dengki, iri hati dan permisif terhadap mental yang mana sikap-
sikap hidup semacam ini dipandang sebagai sikap-sikap yang
buruk di masyarakat.
Walaupun secara ilmiah tidak ada hubungan konstan antara sikap
dan perilaku namun tayangan mistisme dan tahayul di media
massa dikhawatirkan memengaruhi perilaku masyarakat dengan
perilaku-perilaku buruk yang ada pada tayangan tersebut.
B. Pelecehan Seksual dan Pornomedia
1. Berawal dari Wacana Seks
Terdapat dua kelompok yang menilai tubuh manusia sebagai
objek seks yaitu
a. Kelompok yang memuja-muja tubuh sebagai objek seks dan
merupakan sumber kebahagian, kesenangan, keintiman,
status social dan seni. Kelompok ini memuliakan seks
sebagai karunia Tuhan kepada manusia. Seks juga
Page7
dipandang sebagai sumber ketenangan batin, sumber
inspirasi bahkan salah satu tujuan akhir perjuangan
manusia.
b. Kelompok yang menuduh seks sebagai objek maupun subjek
dari sumber malapetaka bagi kaum perempuan. Kelompok
ini diwakili oleh dua pemikiran yaitu
1) Kelompok yang mewakili pemikiran feminism radikal
yang menganggap jenis kelamin sebagai sumber
persoalan seksisme (deskriminasi social
berdasarkan jenis kelamin) dan iduologi patriarki.
Pemikiran ini menuduh laki-laki secara biologis
maupun politis menguasai tubuh perempuan, laki-
laki memiliki fisik lebih kuat untuk memperlakukan
perempuan sebagai objek seks mereka. Laki-laki
juga secara politis telah menciptakan ideologi
patriarki sebagai dasar penindasan yang merupakan
system kirarki seksual dimana laki-lak memiliki
kuasaan superior dan privilege terhadap perempuan
2) Kelompok lain menamakan diri mereka sebagai
feminis marxis melihat ideology kapitalis adalah
sumber penguasaan seks terhadap perempuan.
Jatuhnya status seks perempuan disebabkan karena
perubahan dalam system kekayaan. Era private
property yaitu era hewan piaraan dan pertanian
sebagai awal penciptaan suplus yang kemudian
menjadi awal bagi perdagangan dan produksi untuk
perdagangan. Karena laki-laki mengontrol produksi
untuk perdagangan maka mereka menguasai hubungan
Page8
social dan politik sedangkan perempuan direduksi
sebagai bagian property dengan demikian laki-laki
memiliki control terhadap seks atas perempuan
sebagai bagian dari kekuasaaan social laki-laki.
Pemikiran tersebut mendasari semua argumentasi dan
polemic tentang seks sebagai objek porno di masyarakat
baik sebagai alasan memuja-muja seks maupun penguasaan
objek seks. Pemikiran tersebut hanya berbeda pada cara
pandang dalam mengeksploitasi seks tetapi target
eksploitasi tetap saja adalah seks sebagai objek.
Pada kehidupan masyarakat kota, wanita lebih senang
dieksploitasi atau mengeksploitasi dirinya sebagai objek
porno dengan menonjolkan bagian-bagian tubuhnya untuk
menjerat lawan jenisnya. Bentuk tantangan seperti ini
adalah sisi lain dari subjektivitas wanita dalam
memperlakukan perilaku seksnya dan menempatkan tingkah
laku tersebut pada makna porno yang sesungguhnya.
Melihat wacana selalu ditanggapi secara subjektif menurut
konteks nilai yang berlaku di masyarakat dan dalam kurun
waktu tertentu maka terjadi perdebatan-perdebatan
tenatnag persoalan seks dan semua hal yang berkaitan
dengan seks harus dimulai dari pandangan intrasubjektiif
tentang makna dari porno.
2. Pergeseran Konsep Pornografi
Saat ini masyarakat sudah terbuka mengenai porno namun
dengan kemajuan teknologi dan komunikasi terus berkembang
maka konsep pornografi juga bergeser dan berkembang.
Dalam wacana porno atau penggambaran tindakan pencabulan
Page9
kontemporer ada beberapa varian pemahaman porno yang
dapat dikonseptualisasikan yaitu
a. Pornografi
Adalah gambar-gambar perilaku pencabulan yang lebih
banyak menonjolkan tubuh dan alat kelamin manusia.
Sifatnya yang seronoh, jorok, vulgar, membuat orang
yang melihatnya terandang secara seksual.
Contoh : Foto, Poster, Leaflet, Video, Film, alat
visual lainnya yang memuat gambar atau kegiatan
pencabulan
b. Pornoteks
Adalah karya pencabulan yang dituls sebagai naskah
cerita atau berita dalam berbagai versi hubungan
seksual dalam bentuk narasi, konstruksi cerita,
testimonial, atau pengalaman pribadi secara detail dan
vulgar sehingga pembaca merasa seakan-akan menyaksikan
sendiri, mengalami, atau melakukan sendiri peristiwa
seks tersebut.
Contoh : Komik dan Novel yang mengandung kegiatan
pencabulan (Fifty Shades Of Grey)
c. Pornosuara
Adalah suara, tuturan, kata-kata dan kalimat yang
diucapkan seseorang yang langsung atau tidak langsung
bahkan secara halus atau vulgar melakukan rayuan
seksual yang secara langsung atau tidak memberikan
penggambaran tenatang objek seksual maupun aktivitas
seksual kepada lawan bicara atau pendengar sehingga
Page10
berakibat efek ransangan seksual terhadap orang yang
mendengar atau penerima informasi seksual itu.
d. Pornoaksi
Adalah suatu penggambaran aksi gerakan, lenggokan,
liukan tubuh, penonjolan bagian-bagian tubuh yang
dominan member ransangan seksual sampai dengan aksi
yang memperlihatkan bentuk tubuh dan alat vital secara
sengaja atau tidak sengaja untuk memancing bangkitnya
nafsu seksual bagi yang melihatnya.
e. Pornomedia
Dalam konteks media massa, pornografi, pornoteks,
pornosuara, dan pornoaksi menjadi bagian-bagian yang
saling berhubungan sesuai karakter media yang
menyiarkan porno tersebut. Konsep pornomedia meliputi
realitas porno yang diciptakan oleh media.
Berdasarkan historologi porno media yang merupakan
kecenderungan media massa dalam pemberitaannya yaitu
a) Ketika media telah kehilangan idealism
b) Ketika media massa merasa tirasnya terancam
menurun
c) Ketika media massa perlu bersaing dengan sesame
media
d) Ketika media baru memosisikan dirinya dimasyarakat
e) Ketika masyarakat membutuhkan pemberitaan
pornomedia
Institusi media massa adalah komunitas social yang
kadang penuh dengan persaingan dan permusuhan. Media
massa bukanlah unit-unit social yang lepas dari nilai
Page11
masyarakatnya secara umum. Menurunkan pemberitaan
pornomedia bukanlah tindakan yang dilakukan tanpa
sengaja namun melalui pertimbangan-pertimbangan
redaksional yang matang sehingga pemberitaan pornomedia
tidak lepas dari tanggung jawab media massa itu
sendiri.
Perdebatan mengenai pemberitaan pornomedia bukan saja
menyangkut persoalan eksploitasi perempuan namun
persoalan yang lebih besar yaitu sebuah tindakan
pengabaian norma dan moral agama dan masyarakat bahkan
sebagai suatu tindakan yang menabrakan kepentingan
media massa dan urusan agama, kepantasan, dan
keprihatinan terhadap pendidikan masyarakat secara luas
sehingga banyak kalangan menempatkan pornomedia sebagai
bentuk patologi social. Patologi social lainnya yang
timbul di masyarakat dengan kehadiran problem social
bisa jadi refleksi kebutuhan masyarakat itu sendiri.
Dalam pornomedia kebutuhan menjadi dua yaitu
a) Dalam kasus tertentu objek pornomedia (pemilik
tubuh dalam gambar porno atau pencipta pornografi)
yang umumnya memperoleh bayaran yang cukup besar
atas pemuatan gambar porno yang dimuat di suatu
media massa. Objek pornomedia menghasilkan
sejumlah uang untuk kepentingan pribadi.
b) Pornomedia dibutukan masyarakat karena masyarakat
ikut andil yang besar terhadap kemunculannya
Page12
pornomedia. Persoalan substansi yang menjadikan
pornomedia sebagai benang kusut yang sulit
ditanggulangi dari masa ke masa. Substansi ini
pula yang menyebabkan sangat longgar sementara
pemerintah tidak mampu berbuat lebih banyak karena
kesulitan peranti hokum.
Alasan pornomedia sebagai kekerasan perempuan terbesar
di media massa karena
a) Media dengan sengaja menggunakan objek perempuan
untuk keuntungan bisnis mereka sehingga penggunaan
pornomedia dilakukan secara terencan untuk
mengabaikan, menistakan, dan mencampakkan harkat
manusia khususnya perempuan.
b) Objek pornomesia (umumnya tubuh perempuan)
dijadikan sumber capital yang dapat mendatangkan
uang sementara perempuan sendiri menjadi subjek
yang disalahkan
c) Media massa telah mengabaikan aspek-aspek moral
dan perusahaan terhadap nilai-nilai pendidika dan
agama serta tidak bertanggung jawab terhadap efek-
efek negative yang terjadi di masyarakat
d) Selama ini berbagai pendapat yang menyudutkan
perempuan sebagai subjek yang bertanggungjawab
atas pornomedia tidak pernah mendapatkan pembelaan
dari media massa dengan alasan pemberitaan dari
media harus berimbang
e) Media massa secara politik menempatkan perempuan
bagai bagian kekuasaan mereka secara umum
Page13
3. Pengaruh Pornomedia : Kritik Terhadap Pornografi
Konteks porno sendiri ketika dikonsepkan dalam sebuah
batasan yang menjadi ukuran bersama untuk menjelaskan
sebuah fenomena porno baik pornografi, pornografi,
pornosuara, pornoteks maupun pornomedia merupakan konsep
yang bergerak cepat dari waktu, bahkan seirama dengan
perkembangan dan perubahan social masyarakat, konteks dan
definisi porno lebih banyak berada lebih banyak berada
pada wilayah anomaly dan krisis daripada berada pada
wilayah order.
Wacana konteks dan definisi yang berjarak juga member
pengaruh terhadap sikap dan perilaku orang terhadap
fenomena porno. Sikap dan perilaku juga selalu berjarak
ketika kedua wilayah ini dihadapkan pada fenomena porno.
Konteks budaya berhubungan dengan bagaiman akultur local
mengakomodasikan masalah-masalah porno sebagai bagian
dari kearifan local termasuk bagaimana konteks budaya
local memberi kontribusi terhadap sikap dan perilaku
porno itu sendiri.
Masing-masing orang berada pada konteks budaya dan
sosiologi memiliki kepentingan masing-masing untuk
membuat definisi tentang porno sebagai bentuk dari
eksistensi mereka, tertutama berhubungan dengan kekuasaan
dan negara. Pentingnya persoalan konteks porno ini
terletak pada bagaimana orang mendefinisikan sebuah
Page14
distribusi kekuasaannya terhadap masalah seks sebagai
bagaian dari kehidupan semua orang yang ada dalam suatu
masyarakat.
Substansi pengaturan dari definisi ini menyinggung hak-
hak pribadi seseorang sedangkan hak-hak ini adalah
kebutuhan mendasar setiap orang dalam masyarakat sehingga
tidak pantas apabila sumber distribusi norma-norma yang
mengatur hak-hak pribadi ini sementara ia sendiri bagian
dari distribusi norma-norma yang mengatur hak-hak pribadi
sementara dapat distribusi yang ikut menimati porno.
Ketka suatu masyarakat akan mengatur definisi tentang
porno maka harus ada benang merah yang dapat ditarik dari
berbagai kepentingan dan konteks sosial yang ada, semua
perbedaan harus terakomodasi dalam pengaturan itu.
Konteks-konteks ini paling tidak bisa bertemu satu dengan
lainnya. Agama jelas menjelaskan definisi porno sebgaai
perilaku haram yang tidak boleh dilakukan sementara
kreativitas mendefinisikan menjadi wilayah abu-abu
sedangkan mata pencaharian mendefinisikan sebagai wilayah
boleh. Sementara bentuk-bentuk defenisi norma seperti
undang-undang memiliki keterbatasan mengatur sehingga
semua orang diperlukan sama dimata hukum. Jalan tengahnya
adalah sebuah tawaran tentang regulasi dimana sekelompok
orang terikat pada hak dan kewajibannya apabila akan
mengakses objek porno. Sementara bagi kelompok masyarakat
yang secara ketat melarang porno maka hukum ditegakkan
Page15
sebagaimana syariat agama dan kepercayaannya. Regulasi
juga mengatur pengaturan relasi-kuasa antara kelompok itu
untuk memberi jaminan bahwa implementasi regulasi tidak
menggangu kelompok masyarakat dan agama tertentu.
Ketakutan kepada porno sebenarnya berlebihan karena tidak
ada satupun penelitian yang akurat menunjukkan bahwa
konteks porno bisa menyebabkan perilaku orang melakukan
tindakan pelanggaran seks.
Beberapa kesimpulan mengenai bahaya pornomedia dapat
dijelaskan yaitu :
a. Tingkat pertama mengubah perilaku normal dan abnormal
b. Tingkat kedua meningkatkan kebiasaan menelusuri dan
mengonsumsi pornomedia dan menjadikan perilaku anomaly
sebagai kebiasaan
c. Tingkat ketiga menumpulkan pandangan tentang pornomedia
dan mengubah pandangan normal terhadap anomaly
pornomedia
d. Tingkat keempat mencari kepuasan pornomedia di dunia
nyata
e. Tingkat kelima sikap terhadap pencarian kepuasan
pornomedia di dunia dan anomaly seksual sebagai tindkan
normal dan wajar
Sebaran Pengaruh Pornomedia
1
Mengubah
perilaku
2
Meningkatka
n kebiasaan
3
Mengumpulka
n pandangan
4
Mencari
kepuasaan
5
Sikap
terhadap
Page16
normal
menjadi
abnormal
menelusuri
dan
mengonsumsi
pornomedia
dan
menjadikan
perilaku
anomali
sebagai
kebiasaan
tentang
pornomedia
dan
mengubah
pandangan
normal
terhadap
anomaly
pornomedia
pornomedia
di dunia
nyata
pencarian
kepuasan
pornomedia
di dunia
nyata dan
anomaly
seksual
sebagai
tindakan
normal dan
wajar
Pada mulanya terlihat pornomedia berada pada keadaan disorder
yaitu kondisi yang melawan tatanan sosial yang ada berdasarkan
struktur sosial masyarakat yang melindungi seks dan aurat
dalam bingkai norma tertutup dan memiliki nilai mulai dalam
keluarga, masyarakat dan agama. Menuju order yaitu sebuah
tatanan sosial lama yang mengarah ke seks bebas yang
mengganggap seks dan aurat manusia sebagai komoditas, media
pemuasan biologis yang lepas dari norma-norma masyarakat dan
agama sertadapat dilakukan tanpa harus melalui lembaga
perkawinan.
Ketika sebuah tayangan pornomedia disiarkan oleh media massa
maka dapat dipastikan khalayak terkonstruksi dengan penayangan
pornomedia itu karena media massa mampu meyakinkan khalayak
dengan terpaannya yang menyebar kemana-mana tanpa pandang
perbedaan umur khalayak.
Page17
Persoalan kerisauan terhadap pornografi dan pornoaksi adalah
karena masyarakat sedang mempertahankan sebuah norma moral
tentang agama, rumah tangga dan perlindungan terhadap privasi
orang terutama adalah harkat dan martabat perempuan yang
dilecehkan.
Pornomedia adalah tindakan media massa yang mengeksploitasi
semua varian porno. Kekuatan pornomedia terletak pada
kekuataan konstruksi sosial media massa. Severin dan Tankard
Jr (2005) dalam pornomedia mengatakan pemberitaan media massa
adalah konstruksi sosial media.Dalam Agenda setting (McComb
1950) isu media massa menjadi penting bagi khalayak. Terpaan
khalayak dalam teori peluru (Schramm, 1960) menunjukkan bahaya
yang menyapu rata seluruh khalayak ketika sebuah pemberitaan
disiarkan walaupun teori ini dikoreksi oleh model efek
terbatas (Hovland, 1960) namun terpaan khalayak sering kali
terjadi banyak kasuspemberitaan media massa.
Page18