manajemen kompetensi guru rumpun pendidikan agama ...

14
141 Volume 3 Nomor 2 Mei - Agustus 2020 ISSN 1979-9004 | e-ISSN 2598-9553 MANAJEMEN KOMPETENSI GURU RUMPUN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM PENINGKATAN MUTU PEMBELAJARAN DI MADRASAH ALIYAH (Studi Kasus di Madrasah Aliyah Negeri 1 Banyumas dan Madrasah Aliyah Al- Ikhsan Beji Kedungbanteng Kabupaten Banyumas) oleh Nurfuadi, Iim Wasliman, Sofyan Sauri, Deti Rostini [email protected] Various learning problems about the quality of teacher learning in PAI includes inappropriate management planning between planned (RPP) and the reality of classroom learning, implementation of learning has not been able to implement various active learning strategies. Head of Madrasah Programs in improving the quality of teachers of Islamic Education the development of quality learning specifically aims: 1). Teachers are able to study plans to improve professional competence for the development of learning quality 2). Teachers are able to analyze the implementation of competencies in the development of learning quality 3). learning quality 4). Teachers are able to understand and deal with inhibiting factors in improving teacher professional competencies for the development of learning quality 5). Teachers are able to try to overcome the related factors in improving comp teacher professional ethics for the development of learning quality 6). Teachers able to analyze, describe the quality of learning in the Islamic Religious Education group in two Madrasah Aliyah in Banyumas. According to George R Terry, management is the achievement of goals that have been set through or together with other people’s efforts by having four management functions namely Planning, Organizing, Implementation, and Supervision. Ideally if good management will have implications for the quality of learning to produce maximum value, but in fact there are still some weaknesses that cannot be denied, including inadequate infrastructure, financial support is not relevant between needs and expenditures. The various problems mentioned above are interesting to examine. This type of research is field research (Field Research), where researchers directly obtain data in the field about teacher competency management information for the development of quality learning in Islamic Religious Education. The approach of this research is qualitative descriptive. The ABSTRACT

Transcript of manajemen kompetensi guru rumpun pendidikan agama ...

141

SPs Uninus

Volume 3 Nomor 2 Mei - Agustus 2020ISSN 1979-9004 | e-ISSN 2598-9553

MANAJEMEN KOMPETENSI GURU RUMPUN PENDIDIKAN AGAMA

ISLAM DALAM PENINGKATAN MUTU

PEMBELAJARAN DI MADRASAH ALIYAH

(Studi Kasus di Madrasah Aliyah Negeri 1 Banyumas dan Madrasah Aliyah Al-Ikhsan Beji Kedungbanteng Kabupaten Banyumas)

oleh Nurfuadi, Iim Wasliman, Sofyan Sauri, Deti [email protected]

Various learning problems about the quality of teacher learning in PAI includes inappropriate management planning between planned (RPP) and the reality of classroom learning, implementation of learning has not been able to implement various active learning strategies. Head of Madrasah Programs in improving the quality of teachers of Islamic Education the development of quality learning specifically aims: 1). Teachers are able to study plans to improve professional competence for the development of learning quality 2). Teachers are able to analyze the implementation of competencies in the development of learning quality 3). learning quality 4). Teachers are able to understand and deal with inhibiting factors in improving teacher professional competencies for the development of learning quality 5). Teachers are able to try to overcome the related factors in improving comp teacher professional ethics for the development of learning quality 6). Teachers able to analyze, describe the quality of learning in the Islamic Religious Education group in two Madrasah Aliyah in Banyumas. According to George R Terry, management is the achievement of goals that have been set through or together with other people’s efforts by having four management functions namely Planning, Organizing, Implementation, and Supervision. Ideally if good management will have implications for the quality of learning to produce maximum value, but in fact there are still some weaknesses that cannot be denied, including inadequate infrastructure, financial support is not relevant between needs and expenditures. The various problems mentioned above are interesting to examine. This type of research is field research (Field Research), where researchers directly obtain data in the field about teacher competency management information for the development of quality learning in Islamic Religious Education. The approach of this research is qualitative descriptive. The

ABSTRACT

142

SPs Uninus

Volume 3 Nomor 2 Mei - Agustus 2020 ISSN 1979-9004 | e-ISSN 2598-9553

PENDAHULUAN

Dalam UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem pendidikan Nasional pasal 40 dinyatakan bahwa ”Pendidik dan tenaga kependidikan berhak memperoleh: pembinaan karier sesuai dengan tuntutan pengembangan kualitas, kesempatan untuk menggunakan sarana, prasarana dan fasilitas pendidikan untuk menunjang kelancaran pelaksanaan tugas”. Pengembangan kompetensi guru dapat dilakukan melalui belajar dari berbagai program pelatihan dari sekolah maupun dari luar sekolah dan dari sarana dan prasarana (perpustakaan, laboratorium, internet) sekolah, serta program dan fasilitas pendidikan lainnya yang disediakan di sekolah. Dengan demikian, diharapkan guru akan mampu bersikap professional dalam proses pendidikan dan pengajaran di kelas. Karena itu sekolah wajib menyediakan pelatihan dan sumber belajar demi terbentuknya guru yang kompeten, sekolah wajib memiliki manajemen pengembangan kompetensi guru. Artinya, program pelatihan dan sumber belajar itu direncanakan, disusun, dilaksanakan dan dievaluasi dengan baik

secara berkala, setahun sekali misalnya. Sebagai konsekuansi dari program tersebut, pelatihan akan menghabiskan waktu, tenaga, dan biaya. Karena itu, sekolah atau pelaksana pelatihan harus memahami dengan baik konsep pelatihan yang efektif bagi guru.

Keberhasilan program pelatihan guru akan berpengaruh terhadap mutu pembelajaran. Mutu pembelajaran mengacu pada proses pembelajaran di sekolah dan hasil belajar yang mengikuti kebutuhan dan harapan stakeholder pendidikan. Mutu pembelajaran ditentukan oleh tiga variabel, yakni budaya sekolah, proses belajar mengajar, dan realitas sekolah. Untuk itu mutu pembelajaran dipengaruhi oleh ketiga komponen tersebut.

Salah satu penyebab rendahnya mutu atau kualitas pendidikan di Indonesia, yaitu: rendahnya kualitas guru. Keadaan guru di Indonesia masih menjadi perhatian. Kebanyakan guru belum memiliki profesionalisme yang memadai untuk menjalankan tugasnya sebagaimana disebut dalam pasal 39 UU No 20/2003

research location was at the State Aliyah Madrasah 1 Banyumas and the Aliyah Madrasah Al-Ikhsan Beji Banyumas. While the object was the study of teacher competency management in the Islamic Religious Education group Madrasah Aliyah in Banyumas. The method of collecting data was through: observation, interviews, documentation and triangulation. The results of data analysis concluded that 1) Planning for the compilation of learning activities comprehensively stipulates the vision, mission, strategy, goals and targets of achievement 2) Implementation through the provision of facilities and assignments to PAI teachers by participating in MGMP teacher workshops, workshops and activities have to do with improving human resources for PAI teachers, 3) Scheduled evaluations through classroom supervision activities implemented ideally one semester 2 times but sometimes only 1 time, 4) Inhibiting factors: limited quota of facilitations, limited training participants quota 5) Countermeasures: accessing the internet has to do with academic quality development, active in MGMP. 6) Learning quality: MAN 1 on average achievement of students above PBM class 10 PBM (68) Class 11 PBM (70), cognitive assessment up to (85) and affective assessment on average above PBM (68) even if someone gets an assessment (90) in the MA. KBM standard Al-Ikhsan (70) on average all classes reach ratings above KBM (70).

Key Words: Management, PAI Cluster Teacher Competence, Learning Quality

143

SPs Uninus

Volume 3 Nomor 2 Mei - Agustus 2020ISSN 1979-9004 | e-ISSN 2598-9553

yaitu merencanakan pembelajaran, melaksanakan pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan pembimbingan, melakukan pelatihan, melakukan penelitian dan melakukan pengabdian masyarakat.

Hal ini menunjukkan bahwa masih banyak ditemukan guru yang belum memiliki kompetensi profesional sesuai yang diharapkan dalam UU No. 20 Tahun 2003 seperti di atas, oleh karena itu guru harus mampu mengevaluasi diri terutama terkait dengan kinerja guru dalam mengajar. Berdasarkan jawaban responden terhadap angket Kinerja Mengajar Guru, diperoleh hasil sebesar 54,9% responden menyatakan kinerja mengajar guru berada pada kategori sedang atau cukup (Yulianingsih, 2017: 53-55). Hal ini menunjukkan kinerja mengajar guru yang sedang atau cukup mencerminkan kegiatan belajar mengajar untuk upaya meningkatkan prestasi belajar siswa masih belum optimal. Berdasarkan indikator yang dijadikan kajian, jawaban responden terhadap angket yang disebarkan tampak pada Tabel 1.

Tabel 1. Deskripsi Kinerja Guru

Indikator Rata-rata

Penafsiran

Merumuskan tujuan pembelajaran

3,11 Cukup

Menyusun bahan pembelajaran

3,25 Cukup

Merencanakan penggunaan metode pembelajaran

3,25 Cukup

Merencanakan penggunaan alat dan sumber yang

3,17 Cukup

Akan dipakai dalam pembelajaran

Merencanakan penilaian hasil pembelajaran

3,16 Cukup

Keterampilan membuka pembelajaran

3,18 Cukup

Keterampilan menjelaskan

3,18 Cukup

Keterampilan menutup pembelajaran

3,33 Cukup

Menggunakan berbagai strategi dan metode

3,37 Cukup

Penilaian untuk memantau hasil belajar siswa

3,17 Cukup

Melakukan tindakan lanjut hasil belajar siswa

3,17 Cukup

Rata-rata 3,22 Cukup

Berdasarkan dari hasil wawancara dengan salah satu guru rumpun PAI di MA Al-Ikhsan Beji, Purwokerto banyak ditemukan berbagai permasalahan guru rumpun PAI terkait dengan Manajemen kompetensi guru rumpun PAI di antaranya (1) dalam pelaksanaan pembelajaran belum mampu menerapkan berbagai strategi pembelajaran active learning; (2) tidak adanya program Kepala Madrasah ataupun lembaga dalam peningkatan kualitas SDM guru rumpun PAI; (3) tidak memiliki standar yang baku dalam penerapan kurikulum. (Hasil wawancara dengan Ibu Umi Hasanah di MA Al-Ikhsan Beji pada tanggal 3 Novermber 2017)

Berdasarkan dari beberapa permasalahan tersebut diatas dan dari hasil penelitian terdahulu maka gambaran kondisi kualifikasi dan kompetensi guru di lapangan khususnya di Kabupaten Banyumas menjadi akar permasalahan dari penelitian ini adalah mutu guru rendah dalam pembelajaran karena itu penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul Manajemen Kompetensi Guru rumpun Pendidikan Agama Islam dalam Peningkatan Mutu Pembelajaran di Madrasah Aliyah (Studi kasus di Madrasah Aliyah Negeri 1 Banyumas dan Madrasah Aliyah Al-Ikhsan Beji Kedungbanteng Banyumas).

METODE PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, atau naturalistic inquiry dengan metode deskriptif yaitu penelitian yang dilakukan pada kondisi

144

SPs Uninus

Volume 3 Nomor 2 Mei - Agustus 2020 ISSN 1979-9004 | e-ISSN 2598-9553

yang natural setting. Metode kualitatif ini berlandaskan pada filsafat postpositivisme, melalui kondisi yang alamiah. Penelitian deskriptif kualitatif menggambarkan dan menginterpretasikan kondisi apa adanya sesuai dengan realitas di lapangan terkait dengan manajemen kompetensi profesional guru untuk peningkatan mutu pembelajaran pada dua Madrasah Aliyah di Kabupaten Banyumas.

Teknik pengumpulan data pada penelitian ini adalah (1) Wawancara, dilakukan untuk mengambil data yang berkaitan dengan manajemen kompetensi guru rumpun PAI diantaranya guru, kepala madrasah, dan siswa pada masing-masing MA di Kabupaten Banyumas, (2) Observasi, dilakukan untuk mendapatkan data peristiwa yang berkaitan dengan Manajemen kompetensi guru rumpun PAI yang berupa mutu pembelajaran, (3) Dokumentasi, menganilisis dokumentasi atau data tertulis yang dibutuhkan berkaitan dengan manajemen kompetensi guru rumpun PAI, dan (4) Triangulasi, menggabungkan sumber data sekaligus untuk menguji keabsahan data dengan mengecek kredibilitas data tersebut dari berbagai sumber data yang ada.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

1. Perencanaan Manajemen Kompetensi Guru Rumpun Pendidikan Agama Islam dalam Peningkatan Mutu Pembelajaran di Madrasah Aliyah Kabupaten BanyumasPerencanaan merupakan fungsi pertama

manajemen karena sebelum semua fungsi manajemen lainnya dilaksanakan. Secara sederhana perencanaan dirumuskan sebagai penetapan tujuan serta tindakan yang harus diambil untuk mencapai tujuan organisasi. Menurut Gibson, dkk. perencanaan mencakup kegiatan menentukan sasaran

dan alat yang sesuai untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Berbeda dengan Gibson,dkk. Siagian, perencanaan merujuk kepada seluruh proses pemikiran dan penentuan secara matang hal-hal yang akan dikerjakan pada masa yang akan datang mencapai tujuan yang telah ditentukan. Selain sebagai fungsi pertama manajemen, fungsi perencanaan bersifat sangat umum karena mencakup semua fungsi manajemen lainnya, artinya dalam perencanaan, pemimpin organisasi perlu merencanakan dan atau mengatur secara matang tentang beberapa hal berikut: a) tujuan yang akan dicapai (targetting), b) siapa yang akan mengerjakan apa (organizing), c) waktu dan cara melakukan suatu pekerjaan organisasi (actuating), d) siapa mengatur siapa dan siapa bertanggung jawab siapa (leading and staffing), e) besaran anggaran yang diperlukan untuk melaksanakan pekerjaan organisasi (budgetting), f) cara dan besaran biaya yang akan di keluarkan untuk membayar gaji pegawai (remunerating), g) jenis promosi yang akan diberikan kepada pegawai yang berprestasi (promoting), h) sistem kontrol dan evaluasi yang digunakan untuk mengendalikan pergerakan organisasi (controlling and evaluating).

Proses perencanaan selalu melibatkan berbagai aspek yang mengitarinya. Perencanaan yang baik pasti memperhitungkan aspek internal dan eksternal, kekuatan dan kelemahan, peluang dan tantangan, sehingga tujuan organisasi bisa tercapai. Mengingat bahwa setiap tindakan yang diambil untuk mencapai tujuan itu harus disesuaikan dengan garis kebijakan, program kerja, prosedur kerja dan anggaran organisasi, maka pihak manajemen organisasi harus memasukkan unsur-unsur tersebut ke dalam perencanaannya. Artinya, pihak manajemen harus menetapkan berbagai peraturan dan pedoman pelaksanaan yang harus dipedomani dan atau di jadikan acuan dalam melakukan kegiatan,

145

SPs Uninus

Volume 3 Nomor 2 Mei - Agustus 2020ISSN 1979-9004 | e-ISSN 2598-9553

menetapkan jumlah biaya yang diperlukan selama kegiatan berlangsung dan jumlah pemasukan uang yang dapat diharapkan dari rangkaian kegiatan yang harus dilakukan.

Suhendra menurut beberapa manfaat yang dapat diperoleh dalam suatu perencanaan, a) sebagai penerjemah yang bersifat makro, b) peramalan atas masa depan yang penuh dengan ketidakpastian, c) sebagai alat pemersatu arah pelaksanaan operasional dari berbagai tingkatan dari divisi organisasi, d) sebagai alat melakukan efisiensi penggunaan sumber daya organisasi, e) untuk menjamin kepastian tujuan, walaupun selalu terbuka kemungkinan untuk berubah dalam keadaan darurat, f) sebagai pedoman pelaksanaan dan indikator keberhasilan dalam pengawasan dan evaluasi, g) untuk mengetahui siapa bertanggung jawab atas tugas apa dan kepada siapa tanggungjawab atas pelaksanaan tugas tersebut diberikan.kemudian fungsi manajemen yang ke dua yaitu pengorganisasian atau organizing, Proses manajemen suatu organisasi dilaksanakan oleh banyak orang, salah satu prinsip utama pengorgasinasian (organizing) adalah terbaginya tugas dalam berbagai unsur organisasi. Gibson, dkk merumuskan fungsi pengorganisasian sebagai semua kegiatan manajerial yang dilaksanakan untuk merealisasikan seua kegiatan yang telah direncanakan dalam suatu struktur tugas, wewenang dan menentukan siapa yang melaksanakan tugas apa untuk mencapai tujuan yang diinginkan organisasi.

Berdasarkan kajian tersebut di atas menurut asumsi peneliti bahwa kepala Madrasah memiliki peranan yang sangat penting untuk mampu menyiapkan dan mendisiplinkan guru, salah satu guru yang dimaksud adalah guru rumpun Pendidikan Agama Islam melalui berbagai upaya diantaranya adalah menerapkan visi misi lembaga/madrasah yang bisa

diwujudkan dengan adanya kegiatan penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran dengan lebih menekankan kepada seluruh guru termasuk pada guru rumpun Pendidikan Agama Islam agar bisa membuat perencanaan pembelajaran secara profesional yang berbasis pada visi misi lembaga/madrasah.

2. Pelaksanaan Manajemen Kompetensi Guru Rumpun Pendidikan Agama Islam dalam Peningkatan Mutu Pembelajaran di Madrasah Aliyah Kabupaten BanyumasSecara teori Pelaksanaan adalah

pelaksanaan atau actuating. Pelaksanaan (actuating) merupakan fungsi ketiga dari manajemen. Seperti perencanaan, pelaksanaan merupakan dungsi manajemen yang bersifat sangat umum karena mencakup fungsi manajemen lainnya, seperti penganggaran (budgetting), personalia (staffing), kepemimpinan (leading), pengorganisasian (organizing) pengarahan (orienting), koordinasi (coordinating), pemotivasian (motivating), dan pengawasan (controlling).

Secara sederhana, pelaksanaan dapat diartikan sebagai upaya manajemen untuk mewujudkan segala rencana demi tercapainya tujuan organisasi melalui pemanfaatan, pengarahan, dan pengerahan semua sumber daya organisasi. Dengan perkataan lain, pelaksanaan merujuk kepada kedua upaya manajemen untuk memberdayagunakan semua sumber daya organisasi secara efektif dan efisien demi tercapainya tujuan organisasi. Dan yang terakhir adalah pengendalian atau controlling. Pengendalian merupakan bagian terakhir dari fungsi manajemen. Fungsi pengendalian dilaksanakan untuk memastikan bahwa semua program dan kegiatan sudah dan sedang dilaksanakan sesuai dengan apa yang telah direncanakan sebelumnya. Kegiatan pengawasan dilaksanakan dengan tujuan, a) perilaku

146

SPs Uninus

Volume 3 Nomor 2 Mei - Agustus 2020 ISSN 1979-9004 | e-ISSN 2598-9553

personalia organisasi dan bukan semata-mata kepada tujuan dan kepentingan individual anggota organisasi, dan b) agar tidak terjadi penyimpangan yang berarti antara perencanaan dan pelaksanaan.

Secara manajerial pelaksanan manajemen Kompetensi guru rumpun Pendidikan Agama Islam dalam peningkatan mutu pembelajaran di Madrasah Aliyah Negeri 1 Kabupaten Banyumas dengan cara mengikuti kegiatan Musyawarah guru mata pelajaran atau MGMP, workshop dan kegiatan-kegiatan yang ada kaitannya dengan peningkatan sumber daya manusia bagi guru rumpun Pendidikan Agama Islam baik melalui kegiatan seminar pendidikan maupun studi lanjut sepanjang tidak mengganggu kegiatan belajar mengajar dengan catatan seluruh jadwal kegiatan belajar mengajar yang sudah ditugaskan memenuhi semua. Secara teknis pelaksanaannya melalui rapat dinas pada awal semester, pertengahan semester dan kadang melalui rapat dinas secara insidental misalnya ketika ada info penting terkait dengan sosialisasi faham radikalisme, untuk formasi tersebut biasanya ada yang langsung dari kemenag pusat, kanwil dan kemenag kabupaten biasanya sering langsung mengkoordinasikan informasi-informasi penting yang harus segera disosialisasikan ke lembaga-lembaga atau madrasah Aliyah di kabupaten Banyumas.

Pada awal tahun pelajaran diadakan kegiatan workshop dengan mengundang narasumber dari pusat kurikulum (PUSKUR) bertempat di Garden Resto dengan diikuti oleh seluruh guru yang ada di Madrasah Aliyah Negeri 1 Banyumas dan dengan mengundang beberapa tamu undangan dari Kasi Penma (Kepala seksi Pendidikan Madrasah) semarang dan dari kemenag kabupaten Banyumas yang secara teknis pelaksanaannya pertama membaca salam, membaca Al-fatihah bersama dan guru menanyakan materi (pre tes) yang sudah diajarkannya kemudian melanjutkan

materi dengan model ceramah, diskusi, tanya jawab, kemudian klarifikasi dari guru dengan tetap merujuk pada buku-buku yang dipakai seperti buku paket, tiga serangkai, air langga, berikutnya guru memberikan pertanyaan-pertanyaan ulangan harian dengan hasil jawaban pertanyaan tersebut dinilai oleh guru Aqidah akhlak dan dimasukkan pada buku penilaian guru, sebelum pembelajaran selesai guru juga memberikan contoh dengan menggunakan tabel disesuaikan dengan materi yang dikaji.

Sedangkan Pelaksanaan kegiatan Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) pertama dibuka dengan bacaan basmalah oleh ketua MGMP sekaligus diberi pengarahan oleh ketua terkait dengan permasalahan materi pembelajaran, tentang isi materi apakah sesuai dengan K13 atau tidak dan tentang strategi pembelajaran yang tepat untuk SKI. Setelah diberi pengarahan dengan permasalahan-permasalahan tersebut, kemudian dibuka sesi pertanyaan yang ada kaitannya dengan mata pelajaran SKI misalnya pertanyaan tentang materi di kelas 12 sub pokok Pembaharuan Islam dengan berbagai pendapat tokoh-tokoh seperti Muhammad Abduh, Muhammad Ali Pasha, Jamaludin Al Afghani yang memiliki berbagai beda pandangan ketika waktu kelas 11 pembahasan hanya dinasti Umayah dan Abasiyah tetapi ketika di kelas 12 pembahasan langsung pada pembaharuan dan modernisasi dunia Islam, sedangkan materi pembaharuan Islam berkaitan dengan pembahasan Turki Usmani, karena hancurnya turki usmani oleh Prancis yang dipimpin oleh Napoleon Buna Parte. Contoh salah satu permasalahan-permasalahan tersebut diatas inilah yang selanjutnya dibahas dalam forum MGMP dan seluruh peserta berperan aktif untuk saling memberikan masukan atau kontribusi, berikutnya diambil kesimpulan/kesepakatan secara mufakat bersama tentang berbagai permasalahan yang dibahas dalam forum MGMP tersebut

147

SPs Uninus

Volume 3 Nomor 2 Mei - Agustus 2020ISSN 1979-9004 | e-ISSN 2598-9553

dan yang terahir petugas notulen kemudian membacakan hasil diskusi.

Kegiatan MGMP dalam setahun minimal 4X dan biasanya dimulai dari jam. 08.00 sampai jam.13.00 yang diselenggarakan setiap awal tahun pelajaran, menjelang mid semester atau PTS (Penilaian Tengah Semester) dan UAS/PAS (Penilaian Akhir Semester) pada akhir tahun atau kenaikan kelas. Kegiatan MGMP pada semester genap dilaksanakan pada awal tahun pelajaran semester genap dan menjelang PAT (Penilaian Akhir Tahun). Kegiatan materi yang diajarkan dalam pembelajaran mengacu pada pembagian waktu, dan diawal masuk biasanya menggunakan sistem perjanjian yang berupa kontrak belajar. Dalam kegiatan belajar menggunakan standar nilai yang berupa kriteria ketuntasan minimum atau kkm skaligus menggunakan berbagai metode atau strategi dalam belajar mengajar. Setelah melaksanakan kegiatan belajar mengajar biasanya melakukan suatu penilaian atau evaluasi sesuai dengan kurikulum yang dipakai.

Pelaksanaan secara teknis di kelas lainnya pertama awal masuk perkenalan, kontrak belajar, pembagian kelompok, dalam pembagian kelompok ini disesuaikan dengan jumlah perbab materi yang dikaji/dipelajarinya, dan setiap awal masuk/tahun pelajaran baru guru memberikan pembekalan melalui kegiatan Training motivasi kepada Siswa dengan tujuan untuk menghilangkan mental blok (semangat yang menghalangi dalam belajar) sehingga ketika belajar sudah tidak ada lagi beban yang membebaninya. Setelah itu baru dilanjutkan pembelajaran di kelas, yaitu dengan model pembelajaran aktif dengan dominasi Siswa sampai 60% dan berikutnya baru guru yang menyampaikan materi terkait dengan penyampaian KI, KD selama satu semester, mereview materi pelajaran, dan pertemuan berikutnya Siswa presentasi sesuai dengan tugas dan kelompok yang sudah di bagi pada pertemuan perdana dan dilanjutkan

sesi tanya jawab atau diskusi kelompok kemudian klarifikasi dari guru Al-Qur’an Hadits.

Peningkatan mutu pembelajaran di kelas berikutnya berupa kegiatan dalam pembelajaran aktif di kelas berupa diskusi, tanya jawab dan presentasi kelompok di kelas, pada awal masuk diadakan kontrak belajar pada masing-masing setiap pembelajaran, diabsen ketika pembelajaran, pada pertemuan berikutnya sebelum pembelajaran dimulai guru bertanya kepada Siswa tentang materi yang sudah di pelajarinya sudah sampai materi apa saja, apakah sudah faham atau belum, kemudian diteruskan dengan sesi pertanyaan dan kalau tidak ada yang ditanyakan dilanjutkan dengan materi berikutnya, guru menyampaikan materi melalui media pembelajaran salah satu diantaranya dengan melalui LCD dengan menayangkan materi/ slide power point dan juga melalui buku pegangan guru yang dikaji dengan model pembelajaran aktif learning dengan tidak berdasarkan pemahaman secara tekstual tetapi dengan model Ilustrasi seperti pada mata pelajaran Al-Qur’an Hadits tentang dialog-dialog/percakapan ketika rosulullah dengan para sahabatnya saling berdialog.

Sedangkan Secara manajerial pelaksanan manajemen Kompetensi guru rumpun Pendidikan Agama Islam dalam peningkatan mutu pembelajaran di Madrasah Aliyah Al-Ikhsan Beji Kedungbanteng Banyumas melalui suatu tahapan. Tahapan pelaksanaan dilakukan setelah ada perencanaan yang didesain atau disusun di awal atau sebelum melaksanakan suatu kegiatan.

Guru harus melengkapi seluruh adaministaris pendidikan seperti Rencana Pelaksanaan Pembelajaran atau RPP yang dilakukan oleh masing-masing guru, akan tetapi kepala Madrasah selalu memonitoring tentang kelengkapan administrasi yang sudah dipersiapkan dan dilaksanakan begitu juga dengan adanya

148

SPs Uninus

Volume 3 Nomor 2 Mei - Agustus 2020 ISSN 1979-9004 | e-ISSN 2598-9553

pengawas dari luar Madrasah yaitu dari Kementerian Agama untuk memonitoring di Madrasah Aliyah Al-Ikhsan Beji tentang perangkat pembelajaran di Madrasah mulai dari silabus, RPP dan penyusunan kisi-kisi soal. Guru rumpun Pendidikan Agama Islam melaksanakan seluruh perangkat pembelajaran mulai dari perencanaan, Pelaksanaan dan Evaluasi.

Pada kegiatan MGMP didahuli dengan adanya pembukaan, sambutan-sambutan terlebih dahulu setelah itu penutupan dan diteruskan kegiatan MGMP. Kegiatan MGMP dipandu dan dipimpin langsung oleh ketua MGMP. Ketua MGMP membagi beberapa kelompok sesuai dengan mata pelajaran yang diampunya. Masing-masing anggauta kelompok disesuaikan dengan mengacu pada guru mata pelajaran yang mengajarnya sama, kemudian masuk keruang untuk mendiskusikan materi MGMP terkait dengan Perangkat pembelajaran seperti silabus,Rpp, Prota, Promes dan kisi-kisi soal. Dalam pembuatan naskah soal-soal ujian secara teknis didahului pembekalan terlebih dahulu dengan mendatangkan narasumber yang membidangi tentang tata cara pembuatan soal secara benar dan berkualitas sehingga guru-guru ketika membuat naskah soal akan lebih memahami secara komprehensif tentang teknis pembuatan soal sesuai dengan standar yang ditentukan pada umumnya.

Untuk naskah soal ujian akhir semester (PAS), soal ujian pada seluruh Madrasah Aliyah di Kabupaten Banyumas dicetak secara mandiri, baik itu naskah soal ujian mata pelajaran umum maupun mata pelajaran rumpun Pendidikan Agama Islam (Qur’an Hadits, Fiqih, Aqidah Akhlak dan SKI). Sebelum naskah soal masuk pada percetakan biasanya ada team yang menanganinya yaitu editor naskah soal, naskah soal yang sudah di edit kemuadian diserahkan kepada pengawas Madrasah untuk proses ke percetakan yang ada di

Cilacap dengan biaya cetak disesuaikan jumlah Siswa dari masing-masing lembaga/Madrasah yang mengikuti ujian/Penilaian tengah semester (PTS) dan Penilaian Akhir Semester (PAS).

Teknis kegiatan MGMP diawali dengan bacaan basmallah, dipimpin langsung oleh ketua MGMP skaligus diawali dengan arahan atau pengarahan terkait permasalahan materi pembelajaran baik tentang isi materi apakah sudah sesuai dengan kurikulum tiga belas atau belum untuk dibahas bersama termasuk terutama strategi pembelajaran di kelas untuk mata pelajaran rumpun Pendidikan Agama Islam. Setelah diberi pengarahan dan pembahasan permasalahan-permasalahan yang berhubungan dengan perangkat pembelajaran, teknis pelaksanaan pembelajaran dan evaluasi pembelajaran di kaji secara menyeluruh. Setelah itu baru dibuka sesi diskusi agar seluruh peserta bisa pro aktif untuk saling memberikan pandangan atau masukan-masukan skaligus menyampaikan pandangan/ide-idenya baik dari pengalaman pribadi guru maupun terkait kesulitan-kesulitan yang dihadapi guru ketika mengajar, menyusun perangkat pembelajaran, kemudian sekertaris sebagai notulen yang menulis kegiatan MGMP membacakan hasil diskusi tersebut. Pada masing-masing lembaga sekolah/Madrasah Aliyah yang diutus kemudian disosialisasikan ke teman sejawat baik secara formal maupun informal skaligus sebagai bahan evaluasi tentang kinerja guru dalam memiliki kompetensi guru, maupun manajemen kompetensi guru terutama yang mengampu mata pelajaran rumpun Pendidikan Agama Islam.

3. Evaluasi Pelaksanaan Manajemen Kompetensi Guru Rumpun Pendidikan Agama Islam dalam Peningkatan Mutu Pembelajaran di Madrasah Aliyah Kabupaten BanyumasSecara teori evaluasi atau pengendalian

149

SPs Uninus

Volume 3 Nomor 2 Mei - Agustus 2020ISSN 1979-9004 | e-ISSN 2598-9553

merujuk kepada fungsi manajemen untuk mengadakan pemantauan, penilaian, dan koreksi terhadap semua kegiatan yang dilaksanakan oleh para bawahan. Fungsi ini dimaksudkan agar pekerjaan para bawahan itu selalu terarah kepada jalan yang benar, dalam arti sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan seblumnya, demi tercapainya tujuan organisasi (Werang, 2015: 2-7). Evaluasi pelaksanaan manajemen kompetensi guru rumpun Pendidikan Agama Islam dalam pengembangan mutu pembelajaran di Madrasah Aliyah Negeri 1 Banyumas yaitu secara terjadwal dan rutinitas melalui kegiatan supervisi kelas yang dilaksankan secara ideal satu semester 2 kali akan tetapi terkadang hanya 1 kali.

Pada pra supervisi kepala Madrasah biasanya bertemu dengan guru yang bersangkutan tentang persiapan apa saja yang sudah dipersiapkan dalam kesiapan administrasi pendidikan/perangkat pembelajaran, pelaksanaan pembelajarannya bagaimana dan tindaklanjutnya bagaimana, suatu contoh pada mata pelajaran tertentu dengan metodenya bagaimana dan lain sebainya. Setelah di cek kesiapan secara keseluruhan maka baru masuk ke kelas untuk di monitoring oleh kepala Madrasah kurang lebih selama 15 menit selesai dan kemudian di evaluasi tentang temuan-temuan dalam monitoring yang harus diperbaiki untuk ditindaklanjuti atau diperbaikinya melalui laporan supervisi guru mata pelajaran yang dilakukan oleh Kepala Madrasah dengan secara teknis melalui beberapa tahapan diantaranya Pra Kegiatan belajar mengajar, Rencana Kegiatan belajar mengajar, Pelaksanaan Kegiatan belajar mengajar dan Pasca Kegiatan belajar mengajar.

Untuk evaluasi pada mata pelajaran Aqidah Akhlak biasanya dilaksanakan ketika materi sudah selesai setiap per-bab dan ada tiga sub-bab guru baru melakukan evaluasi seperti melakukan kegiatan ulangan harian dengan bentuk soal pilihan

ganda berjumlah (10) soal sampai (20) soal dan soal Essay dari jumlah (5) soal sampai (10) soal ujian dengan alokasi waktu hanya satu jam (45 menit) untuk satu sesi. Pada kelas 12 IPS 4 dengan jumlah Siswa 36 maka 36 anak tersebut ketika ulangan secara teknis Siswa dibagi menjadi dua yaitu sesi pertama diurut mulai nomor 1 sampai 18 ini untuk mengikuti ulangan sesi pertama sedangkan untuk sesi kedua peserta ulangan mulai dari nomor urut Siswa yang ke 19 sampai ke 36 dengan bentuk soal antara sesi pertama dan kedua adalah bentuk soalnya sama yaitu pilihan ganda dengan jumlah 10 sampai 20 soal dan untuk essay antara 5 sampai 10 soal. Sedangkan untuk alokasi waktu (45 menit) dan ketika sesi pertama berlangsung maka untuk kloter sesi kedua disuruh oleh guru untuk belajar diluar kelas untuk mempersiapkan skaligus menunggu ulangan pada sesi/kloter berikutnya (sesi kedua).

Evaluasi pelaksanaan manajemen kompetensi guru rumpun pendidikan Agama Islam dalam peningkatan mutu Madrasah Aliyah Al-Ikhsan Beji yaitu Siswa pertama diskusi untuk (feedback) evaluasi dari proses hasil diskusi kemudian Siswa dipersilahkan bisa memahami buku-buku yang dijadikan referensi dan buku-buku lain yang ada kaitannya dengan materi, kemudian dilanjutkan dengan sharing tentang pembelajaran yang tepat menurut Siswa. Untuk mengetahui tentang titik lemahnya penguasaan materi sesuai dengan kemampuan Siswa terhadap teks yang masih kurang dan dengan model diskusi ini sangat efektif, memuaskan hasilnya. KBM pada mata pelajaran Aqidah Akhlak dan Fiqih adalah 75 (tujuh puluh lima) dan untuk pelaksanaan mata pelajaran fiqih dengan melalui diskusi pembelajaran sama seperti halnya pada pelaksanaan pembelajaran Aqidah Akhlak. Sedangkan untuk praktik fiqih biasanya dilaksanakan ketika sudah naik di kelas 12 baru bisa mengikuti praktik-praktik fiqih misalkan pelatihan pengurusan

150

SPs Uninus

Volume 3 Nomor 2 Mei - Agustus 2020 ISSN 1979-9004 | e-ISSN 2598-9553

janazah, tahlil, kultum,dan khutbah.

4. Faktor-Faktor Penghambat Manajemen Kompetensi Guru Rumpun Pendidikan Agama Islam dalam Peningkatan Mutu Pembelajaran di Madrasah Aliyah Kabupaten BanyumasDalam pengembangan mutu

pembelajaran biasanya terdapat adanya faktor penghambat dalam manajemen kompetensi guru rumpun Pendidikan Agama Islam oleh karena itu secara teori Agar pesan pembelajaran yang ingin ditransformasikan dengan baik, maka malcolm sebagaimana dikutip oleh Abdul Gaffur (2006) menyarankan agar guru-guru mendesain pesan pembelajaran tersebut dengan memperhatikan prinsip-prinsip sebagai berikut.a. Kesiapan dan motivasib. Alat Penarikan Perhatianc. Partisipasi Aktif Siswad. Pengulangane. Umpan Balikf. Menghindari Materi yang Tidak Relevan

Faktor penghambat dalam manajemen kompetensi guru rumpun Pendidikan Agama Islam untuk peningkatan mutu pembelajaran di Madrasah Aliyah Negeri 1 Banyumas diantaranya kalau kegiatan pendidikan dan latihan (diklat) Quota untuk peserta dalam satu tahun terbatas yaitu hanya satu guru yang mewakili per-lembaga pendidikan/madrasah sehingga banyak guru yang tidak bisa mendapatkan kesempatan mengikuti kegiatan diklat bahkan sampai pensiun juga ada yang belum pernah sama sekali mengikuti kegiatan pendidikan dan latihan, masalah pendanaan juga menjadi kendala/penghambat contohnya ketika mengadakan kegiatan workshop mandiri sering terbentur adanya dana/anggaran yang terbatas, masalah personal dari guru menjadi masalah tersendiri terutama guru tidak

suka menambah wawasan keilmuan untuk menunjang SDM guru itu sendiri seperti tidak senang belajar, membaca dan lain-lain. Jadi guru hanya melakukan kegiatan-kegiatan rutinitas saja yang menyebabkan gairah guru dalam meningkatkan tingkat profesionalnya kurang seperti mengikuti kegiatan-kegiatan seminar tidak mau, membaca buku dan budaya literasi juga tidak mau. Modal kemampuan akademiknya terbatas terutama dari sisi bahasa asing misalnya bahasa arab, bahasa inggris dan semangat untuk belajarnya kurang sehingga ketika mengkaji referensi sangat terbatas kemampuannya misalnya guru mata pelajaran fiqih seharusnya mampu membaca kitab-kitab klasik, faktor lainnya adalah alokasi waktu kegiatan pembelajaran di kelas yang terbatas sementara banyak materi yang harus dipelajarinya dan guru dituntut selama 24 jam terutama guru PNS 37,5 jam dalam satu minggu harus aktif melaksanakan tugas dan fungsinya sebagai guru sehingga dalam mengikuti kegiatan Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP), diklat menjadi kendala dalam persoalan membagi waktunya, di satu sisi harus tetap mengajar akan tetapi disisi lain guru juga bisa mengikuti kegiatan-kegiatan yang menunjang akademik untuk meningkatkan mutu kompetensi yang berimplikasi pada mutu pembelajaran dan out come bagi Siswa. dari faktor input Siswa yang memiliki latar belakang dari SMP umum menjadi pekerjaan tersendiri bagi guru rumpun Pendidikan Agama Islam karena rata-rata Siswa yang berlatar belakang pendidikan umum masih banyak yang belum mengenal materi Pendidikan Agama Islam secara komprehensif, kemudian faktor penghambat lainnya adalah pada hari senin dan sabtu Siswa sering telat mengikuti kegiatan belajar mengajar. Belum memiliki adanya laboratorium khusus untuk kegiatan praktikum Faktor penghambat lain dalam peningkatan mutu pembelajaran di Madrasah Aliyah Al-

151

SPs Uninus

Volume 3 Nomor 2 Mei - Agustus 2020ISSN 1979-9004 | e-ISSN 2598-9553

Ikhsan Banyumas diantaranya: fasilitas sekolah yang seadanya, kondisi internal sekolah/madrasah tentang harmonisasi antar teman sejawat masih belum stabil, kondisi lingkungan baik guru maupun siswa belum bisa disiplin misalnya masuk jam tujuh pagi tetapi faktanya masih ada yang masuk lebih dari jam tujuh pagi sehingga akan mengganggu konsentrasi dalam kegiatan belajar mengajar di kelas. Faktor penghambat lainnya adalah ketersediaan bahan ajar yang terbatas, fasilitas praktikum belum memadai sehingga akan berpengaruh pada kualitas atau mutu pembelajaran. Alokasi waktu untuk pembelajaran terlalu sedikit sementara materi sangat banyak dan sebagian besar Siswa juga berdomisili di Pondok Pesantren Al-Ikhsan Beji Kedungbanteng sehingga kegiatan proses belajar mengajar di Madrasah Aliyah hanya bisa dilaksanakan hingga pukul 13.00 WIB dikarenakan pada pukul 13.30 WIB siswa harus mengikuti kegiatan belajar mengajar (ngaji) di pondok pesantren tersebut. Oleh karena itulah untuk mengejar ketertinggalan materi pelajaran maka Siswa harus mengikuti kegiatan belajar tambahan (Les privat).selanjutnya faktor penghambat dari guru juga menjadi suatu masalah misalnya ketika guru mengajar di kelas masih ada yang mengajarnya monoton (ceramah) saja dan guru mengan Praktikum Pendidikan Agama Islam, Masjid sebagai salah satu bagian dari laboratorium Pendidikan Agama Islam belum representatif dengan jumal jamaah dari Siswa yang mencapai jumlah 1.600 (Seribu enam ratus) sehingga perlu direnovasi agar memiliki daya tampung jamaah yang lebih ideal. Buku-buku Pendidikan Agama Islam smuanya relevan akan tetapi hanya penerbit Airlangga, Tiga Serangkai dan Kemenag saja yang mau menerbitkan.

5. Upaya-Upaya Penanggulangan Manajemen Kompetensi Guru Rumpun Pendidikan Agama

Islam dalam Peningkatan Mutu Pembelajaran di Madrasah Aliyah Kabupaten BanyumasSecara teori melalui sistem pengendalian

yang efektif pada pergerakan organisasi, implementasi rencana, kebijakan, dan upaya pengendalian mutu dapat terlaksana dengan baik, Maasie merumuskan beberapa prinsip pengawasan sebagai berikut: a) Tertuju pada strategi sebagai kunci sasaran yang menentukan keberhasilan, b) pengawasan menjadi umpan balik untuk melakukan berbagai perbaikan atau revisi dalam rangka mencapai tujuan, c) fleksibel dan responsif terhadap perubahan kondisi dan lingkungan, d) cocok dengan organisasi yang memiliki sistem terbuka, e) merupakan kontrol diri sendiri, f) bersifat langsung, yaitu pelaksanaan kontrol di tempat kerja, g) memperhatikan hakikat manusia.

Upaya penanggulangan dalam manajemen kompetensi guru rumpun Pendidikan Agama Islam untuk peningkatan mutu pembelajaran di Madrasah Aliyah Negeri 1 Banyumas diantaranya memecahkan masalah individu guru yang tidak bisa mengikuti kegiatan manajemen kompetensi guru baik berupa kegiatan MGMP dan diklat, untuk itu bagi guru yang tidak bisa mengikuti kegiatan tersebut dengan melalui solusi bahwa guru tersebut agar bisa mengikuti kegiatan-kegiatan lokal seperti kegiatan sharing dengan peserta yang mengikuti kegiatan MGMP dan diklat. Upaya yang lainnya adalah dengan mengakses internet yang ada kaitannya dengan pengembangan mutu akademik serta aktif dalam mengikuti sharing dengan sesama guru mata pelajaran.

Upaya penanggulangan dalam peningkatan kompetensi guru rumpun PAI yaitu dengan melalui kegiatan workshop pada awal tahun pelajaran, mengikuti MGMP dan kegiatan diklat. Berusaha semaksimal mungkin mulai waktu, pembiayaan semua harus dari BOS dan dari Komite Sekolah. Laboratorium

152

SPs Uninus

Volume 3 Nomor 2 Mei - Agustus 2020 ISSN 1979-9004 | e-ISSN 2598-9553

Pendidikan Agama Islam yang ada hanya masjid beserta perangkat yang ada seperti sound sistem speaker, Al-Qur’an, sarung mukena, mimbar khutbah dan kursi, Buku-buku pendukung yang sudah disediakan oleh lembaga madrasah, Jaringan internet yang sudah cukup memadai untuk diakses sebagai bagian dari salah satu penunjang dalam mencari rujukan yang terkait dengan materi pelajaran. upaya yang dilakukan dalam peningkatan mutu guru rumpun Pendidikan Agama Islam di Madrasah Aliyah Negeri 1 Kabupaten Banyumas diantaranya Pelaksanaan Musyawarah Guru Mata Pelajaran MGMP baik berskala se-karsidenan Barlingmascakeb (Bakorwil 5) yaitu Purbalingga, Banjarnegara, Banyumas dan Cilacap maupun dalam MGMP Lokal (satu madrasah pada mata pelajaran masing-masing). Mengadakan kegiatan workshop diluar Madrasah seperti halnya ketika mengadakan workshop di Garden Resto Purwokerto selama tiga hari dengan mendatangkan narasumber dari Jakarta yaitu Puskur (Pusat Kurikulum Kemenag Jakarta), dari Kasi Mapenda (Madrasah Pendidikan dari Kanwil Semarang Jawa Tengah), dan Pokjawamas (Kelompok Kerja Pengawas Kabupaten Banyumas). Melalui Pengadaan buku-buku umum sebagai referensi penunjang dari buku-buku yang sudah ada untuk rumpun Pendidikan Agama Islam. Mendorong guru-guru rumpun Pendidikan Agama Islam agar bisa studi lanjut dengan keilmuan yang linier.

Sedangkan upaya-upaya lainnya dalam peningkatan mutu pembelajaran yaitu dengan adanya kegiatan ulangan lisan terutama pada mata pelajaran sejarah kebudayaan Islam (SKI) misalnya satu persatu Siswa untuk maju menceritakan kembali materi yang sudah diberikan oleh guru, selanjutnya guru memberikan penilaian sesuai dengan hasil kualitas penguasaan alur cerita dan pemahaman Siswa skaligus memiliki fungsi untuk melatih mental keberanian Siswa dalam

menyampaikan materi, karena ketika Siswa maju menyampaikan materi guru memberikan keleluasaan kepada Siswa sesuai dengan kesadaran dan kesiapan Siswa jadi tidak sesuai dengan nomor absen yang ditentukkan oleh guru. Upaya dalam penanggulangannya adalah dengan memberikan motivasi kepada Siswa agar Siswa lebih giat belajar dengan memberikan contoh atau kriteria orang yang sukses. Dengan belajar sungguh-sungguh dengan diniati ibadah nanti Allah akan memberikan jalan bagi orang yang optimis dan pekerja keras dengan berusaha maksimal Allah pasti mengabulkan segala cita-citanya. Upaya yang lainnya adalah dengan memanfaatkan lingkungan lembaga pendidikan yang kondusif dan strategis karena berdekatan dengan Pondok Pesantren Al-Ikhsan Beji Kedungbanteng akan berpengaruh dalam menunjang kualitas pembelajaran karena sebagian besar guru dan Siswa ngajar dan tinggal di Pondok pesantren tersebut.

6. Mutu Manajemen Kompetensi Guru Rumpun Pendidikan Agama Islam dalam Peningkatan Mutu Pembelajaran di Madrasah Aliyah Kabupaten BanyumasSecara teori Mutu adalah sebuah hal yang

berhubungan dengan gairah dan harga diri. Bagi setiap institusi, mutu adalah agenda utama dan meningkatkan mutu merupakan tugas yang paling penting. Meskipun demikian, sebagian orang yang menganggap mutu sebagai sebuah konsep yang penuh dengan teka-teki. Mutu dianggap sebagai suatu hal yang membingungkan dan sulit untuk diukur. Mutu dalam pandangan seseorang terkadang bertentangan dengan mutu dalam pandangan orang lain, sehingga tidak aneh jika ada dua pakar yang tidak memiliki kesimpulan yang sama tentang bagaimana cara menciptakan institusi yang baik.

Kita memang bisa mengetahui mutu ketika mengalaminya. Kita tetap merasa

153

SPs Uninus

Volume 3 Nomor 2 Mei - Agustus 2020ISSN 1979-9004 | e-ISSN 2598-9553

kesulitan ketika mencoba mendeskripsikan dan menjelaskannya. Dalam kehidupan sehari-hari, kita akan melakukan apa saja untuk bisa mendapatkan mutu, terutama jika mutu tersebut sudah menjadi kebiasaan. Ironisnya, kita hanya bisa menyadari keberadaan mutu tersebut ketika sudah menghilang. Satu hal yang bisa kita yakini adalah mutu merupakan suatu hal yang membedakan antara yang baik dan yang sebaliknya. Bertolak dari kenyataan tersebut, mutu dalam pendidikan yang pada akhirnya merupakan hal yang membedakan antara kesuksesan dan kegagalan. Sehingga, mutu jelas sekali merupakan masalah pokok yang akan menjamin perkembangan sekolah dalam meraih status di tengah-tengah persaingan dunia pendidikan yang kian keras.

Organisasi-organisasi terbaik, baik milik pemerintah maupun swasta, memahami mutu dan mengetahui rahasianya. Menemukan sumber mutu adalah sebuah pertualangan yang penting. Pelaku-pelaku dunia pendidikan menyadari keharusan mereka untuk merai mutu tersebut dan menyampaikannya pada pelajar dan anak didik. Sesungguhnya, ada banyak sumber mutu dalam pendidikan, misalnya sarana gedung yang bagus, guru yang terkemuka, nilai moral yang tinggi, hasil ujian yang memuaskan, spesialisasi atau kejuruan, dorongan orang tua, bisnis dan komunitas lokal, sumber daya yang melimpah, aplikasi teknologi mutakhir, kepemimpinan yang baik dan efektif, perhatian terhadap pelajar dan anak didik, kurikulum yang memadai, atau juga kombinasi dari faktor-faktor tersebut.

Mungkin terkesan sedikit memerintah jika menganjurkan pentingnya melihat

dunia bisnis sebagai sebuah poin awal pembicaraan tentang TQM. Misal, IBM menetapkan sebuah definisi, “Mutu sama dengan kepuasan pelanggan”. Alex Trotman, Wakil presiden eksekutif Ford Motor Company menyampaikan pesan yang senada, “kita tahu bahwa pada masa-masa sulit ini, kita harus benar-benar memuaskan pelanggan.” Akan tetapi, langkah awal untuk mencapai mutu tidaklah sesederhana “dengarkan pelanggan anda dan beri respon pada mereka maka semua hal baik akan tercipta dengan sendirinya. Mencapai mutu meniscayakan sebuah langkah awal yang serius. Organisasi-organisasi yang mengaggap serius pencapaian mutu, memahami bahwa sebagian besar rahasia mutu berakar dari mendengar dan keinginan para pelanggan dan klien. Meraih mutu melibatkan keharusan melakukan segala hal dengan baik. Dan, sebuah institusi harus memposisikan pelanggan secara tepat dan proporsional agar mutu tersebut bisa dicapai (Sallis, 2015: 23-25).

SIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian secara umum disimpulkan bahwa manajemen kompetensi guru rumpun Pendidikan Agama Islam dalam peningkatan mutu pembelajaran di dua Madrasah Aliyah Kabupaten Banyumas sudah mendekati sesuai dengan teori manajemen dan teori mutu pembelajaran yang dilakakukan oleh guru terbukti adanya perencanaan secara terprogram , pelaksanaan secara realistis dan pengawasan/monitoring oleh kepala Sekolah/Madrasah dan Pengawas dari luar dengan ketat terukur serta Profesional.

154

SPs Uninus

Volume 3 Nomor 2 Mei - Agustus 2020 ISSN 1979-9004 | e-ISSN 2598-9553

Daftar Pustaka:

Donni Juni Priansa. (2014). Kinerja dan Profesionalisme Guru. Bandung. CV. Alfabeta.

http: www.(digilib.unila.ac.id/10112/15/BAB%20II.pdf) didownload pada tanggal 7 oktober 2017

http: www.Sofyan sauri.lecturer.upi.edu di download pada tanggal.15 oktober 2017

Kompri. (2015). Manajemen Pendidikan 1. Bandung. Alfabeta.

Majid, Abdul. (2012). Belajar dan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam. Bandung. Rosdakarya.

Mulyasa, E. (2013). Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru. Bandung. Rosdakarya.

Oemar Hamalik. (2011). Kurikulum dan Pembelajaran, Jakarta. PT Bumi Aksara.

Priansa, Doni Juni. (2014). Kinerja dan Profesionalisme Guru. Bandung. Alfabeta.

Priansa, Doni Juni. (2015). Manajemen

Peserta Didik dan Model Pembelajaran. Bandung. Alfabeta.

Sallis, Edward. (2015). Total Quality Management in Education, Model, Teknik dan Implementasinya.Yogyakarta. IRCiSoD

Sauri, Sofyan. (2006). Membangun Profesionalisme Guru Berbasis Nilai Bahasa Santun Bagi Pembinaan Kepribadian Bangsa yang Bijak. Dalam jurnal Pengukuhan Guru Besar Universitas Pendidikan Indonesia , Bandung.

Werang, R. Basilius. (2015). Manajemen Pendidikan di Sekolah. Yogyakarta. Media Akademika.

Yulianingsih, Tresna Lia, (2017), Kinerja Mengajar Guru Sebagai Faktor Determinan Prestasi Belajar Siswa. Jurnal Pendidikan Manajemen Perkantoran, Bandung. Universitas Pendidikan Indonesia.