Makalah PIF Kelompok 7
-
Upload
independent -
Category
Documents
-
view
0 -
download
0
Transcript of Makalah PIF Kelompok 7
MAKALAH
PENGANTAR ILMU FARMASI DAN ETIKA
SEDIAAN OBAT DALAM BENTUK LARUTAN
Disusun oleh :
Restika Eria Putri (260110140004)
Natasya Wilona (260110140009)
Nurul Kartika H. (260110140013)
Berlian Hanutami (260110140017)
Nailah Nurjihan U. (260110140021)
Henivia Novanti (260110140025)
Abdi Jepri Bangun (260110140033)
Tyara Hardini P. H. (260110140036)
Andika Putri (260110140040)
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS PADJADJARAN
JATINANGOR2014
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang
telah memberikan rahmat serta karunia-Nya sehingga
penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang
berjudul Sediaan Obat Dalam Bentuk Larutan
Penulisan makalah ini merupakan salah satu tugas dan
persyaratan untuk menyelesaikan tugas mata kuliah
Pengantar Ilmu Farmasi dan Etika
Pada kesempatan ini pula penulis ingin menyampaikan
terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
penulis hingga terwujudnya makalah ini.
Dengan selesainya makalah ini, penulis sangat
mengharapkan kritikan yang bersifat membangun dari semua
pihak demi baiknya makalah ini.
Akhir kata, penulis mengucapkan terima kasih. Semoga
makalah ini bermanfaat bagi pembaca.
Jatinangor, 14 Oktober 2014
2
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................2
DAFTAR ISI....................................3
BAB 1.........................................4
PENDAHULUAN...................................4
1.1Latar Belakang...........................4
1.2Rumusan Masalah..........................4
1.3Tujuan...................................5
3
BAB 2.........................................6
PEMBAHASAN....................................6
SIMPULAN.....................................15
DAFTAR PUSTAKA...............................16
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Bagi masyarakat indonesia mendengar kata obat
sebenarnya bukan hal yang baru. Kepercayaan pada obat
juga terus meningkat seiring dengan perkembangan ilmu
tentang obat yang semakin meningkat setiap tahunya.
Dalam sediaan farmasi terdapat beberapa bentuk
obat yang umumnya untuk menentukan bentuk obat yang akan
dibuat. Setiap bentuk sediaan memiliki fungsi dan
kegunaan masing-masing sesuai dengan kebutuhan dan tujuan
pemakaian, secar garis besar ada tiga bentuk sediaan obat
yaitu sediaan padat, semipadat, dan larutan.
4
Bentuk sediaan larutam sering digunakan untuk
pasien yang susah mengkonsumsi tablet atau kapsul
terutama pada anak-anak karena sediaan larutan mudah
untuk di konsumsi daripada bentuk tablet. Selain itu
sediaan cair biasanya dapat menutupi rasa tidak enak atau
rasa pahit dari obat, tetapi sediaan cair lebih mudah
rusak oleh tempat penyimpanan sediaan. Sediaan bentuk ini
juga mudah terkontaminasi oleh bakteri karena air
merupakan media yang paling bagus untuk pertumbuhan
bakteri.
Dalam makalah ini penulis akan menjelaskan
mengenai bentuk sediaan obat dalam larutan.
1.2 Rumusan Masalah
1. Menjelaskan apa itu larutan2. Menjelaskan penggolongan larutan3. Menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi larutan4. Menjelaskan macam-macam sediaan larutan obat5. Menjelaskan cara penyerahan obat larutan kepada
pasien
1.3 Tujuan
1. Dapat menjelaskan pengertian larutan.
2. Dapat menjelaskan penggolongan larutan berdasarkan beberapa aspek
5
3. Dapat menyebutkan faktor-faktor yang mempengaruhilarutan
4. Dapat menyebutkan keuntungan dan kerugian dari larutan
6
BAB 2PEMBAHASAN
Menurut farmakope Indonesia, larutan adalah
sediaan cair yang mengandung suatu bahan kimia terlarut
kecuali dinyatakan lain sebagai pelarut digunakan air
suling. Larutan terdiri dari zat terlarut (solute) dan
pelarut (solvent). Larutan biasa
diistilahkan solutio jika zat terlarutnya hanya satu,
sedangkan jika zat terlarutnya lebih dari satu
diistilahkan sebagai mixturae.
Larutan oral, sirup dan eliksir, dibuat dan
digunakan karena efek tertentu dari zat obat yang ada.
Dalam sediaan ini, zat obat umumnya diharapkan
memberikan efek sistemik. Kenyataan bahwa obat obat itu
diberikan dalam bentuik larutan, biasanya berarti bahwa
absorbsinya dalam system saluran cenra ke dalam
sirkulasi sistemik dapat diharapkan terjadi lebih cepat
dari pada bentuk sediaan suspense atau padat dari zat
obat yang sama.
Dalam larutan yang diberikan secara oral, biasanya
terdapat zat-zat terlarut lain selain dari bahan obat.
Bahan-bahan tambahan ini biasanya meliputi pemberi
warna, pemberi rasa, pemanis atau penstabil larutan.
7
Dalam penyusunan formula atau pencampuran suatu larutan
farmasi, ahli farmasi harus memanfaatkan keterangan
tentang kelarutan dan kestabilan dari masing-masing zat
terlarut yang ada dengan memerhatikan pelarut atau
system pelarut yang digunakan. Ahli farmasi harus
berhati-hati menghadapi penggunaan kombinasi obat atau
bahan-bahan farmasi yang akan menimbulkan interaksi
kimia atau fisika yang akan memengaruhi mutu terapeutik
atau stabilitas farmasetik produk.
Penggolongan larutan:
Menurut Cara Pemberian:
1. Larutan oral: adalah sediaan cair yang dibuat
untuk pemberian oral, mengandung satu atau lebih
zat dengan atau tanpa bahan pengaroma, pemanis,
atau pewarna dalam air atau campuran kosolven-
air.
a. Sirop: larutan oral yang mengandung
sukrosa atau gula lain dalam kadar tinggi
(sirop simpleks adalah sirop yang hampir jenuh
dengan sukrosa). Selain gula dan sukrosa lain,
pada larutan oral dapat ditambahkan senyawa
poliol seperti sorbitol dan gliserin untuk
menghambat penghabluran dan untuk mengubah
kelarutan, rasa dan sifat zat pembawa lainnya.
8
Umumnya ditambahkan juga zat antimikroba untuk
mencegah pertumbuhan bakteri, jamur dan ragi.
- Sirop simpleks: mengandung 65% gula dalam
larutan nipagin (pengawet_ 0,25% b/v.
- Sirop obat: mengandung satu jenis obat
atau lebih dengan atau tanpa zat tambahan
dan digunakan untuk pengobatan.
- Sirop pewangi: tidak mengandung obat tetapi
mengandung zat pewangi atau zat penyedap
lain.
b. Eliksir: larutan oral yang mengandung etanol
sebagai kosolven (pelarut). Untuk mengurangi
kadar etanol yang dibutuhkan untuk pelarut,
dapat ditambahkan kosolven lain seperti
gliserin dan propilen glikol.
2. Larutan topikal: adalah larutan yang biasanya
mengandung air, tetapi sering kali mengandung
pelarut lain seperti etanol dan poliol untuk
penggunaan pada kulit, atau dalam larutan
lidokain oral topikal untuk penggunaan pada
permukaan mukosa mulut.
a. Losio (larutan atau suspensi) yang digunakan
secara topikal.
9
b. Larutan otik: larutan yang mengandung air
atau gliserin atau pelarut lain dan bahan
pendispersi penggunaan telinga luar. Contohnya
larutan otik benzokain dan antipirin, larutan
otik neomisin B sulfat, dan larutan otik
hidrokortison.
Menurut Sistem Pelarut dan Zat Terlarut:
1. Spirit: larutan yang mengandung etanol atau
hidroalkohol dari zat mudah menguap, umumnya
digunakan sebagai bahan pengaroma.
2. Tingtur: larutan mengandung etanol atau
hidroalkohol yang dibuat dari bahan tumbuhan
atau senyawa kimia.
3. Air aromatik: larutan jernih dan jenuh
dalam air, dan minyak mudah menguap atau
senyawa aromatik, atau bahan mudah menguap
lainnya. Air aromatik dibuat dengan cara
destilasi dan disimpan dalam wadah yang
terlindung dari cahaya dan panas berlebih.
Pelarut yang biasa digunakan:
10
- Air, untuk melarutkan bermacam-macam
garam
- Spiritus, melarutkan kamfer, iodin,
mentol
- Gliserin, melarutkan tanin, zat samak,
boraks, fenol
- Eter, melarutkan kamfer, fosfor, sublimat
- Minyak, melarutkan kamfer, menthol
- Paraffin liquidum, melarutkan cera,
cetasium,minyak-minyak, kamfer, mentol,
klorbutanol
- Kloroform, melarutkan minyak-minyak,
lemak
Menurut Tujuan Pemakaiannya:
1. Larutan untuk mata:
a. Collyrium (obat cuci mata): larutan steril
dan jernih yang digunakan untuk mencuci
mata. Collyrium yang tidak mengandung zat
pengawet hanya boleh digunakan paling lama
24 jam setelah tutupnya dibuka, sedangkan
yang tidak mengandung zat pengawet dapat
digunakan paling lama 7 hari setelah
tutupnya dibuka.
11
b. Guttae Ophthalmicae (obat tetes mata):
sediaan steril, berupa larutan jernih atau
suspensi, bebas partikel asing, digunakan
untuk mata dengan cara meneteskan obat pada
selaput lendir mata di sekitar kelopak mata
dan bola mata.
2. Larutan untuk telinga:
Solutio otic/guttae auriculares (obat tetes
telinga): larutan yang mengandung atau
gliserin atau pelarut lain dan bahan
pendispensi, untuk penggunaan telinga luar.
Biasanya mengandung antibiotik, sulfonamida,
anestetik lokal, peroksida (H2O2),
fungisida, asam borat, NaCl, gliserin, dan
propilen glikol.
3. Larutan untuk hidung:
a. Collunarium (obat cuci hidung): larutan
yang digunakan untuk obat cuci hidung.
Biasanya berupa larutan dalam air yang
ditujukan untuk membersihkan rongga hidung.
b. Guttae nasales/Nose drops (obat tetes
hidung): obat tetes yang digunakan untuk
12
hidung dengan cara meneteskan obat ke dalam
rongga hdung, dapat mengandung zat
pensuspensi, pemdapar, dan pengawet.
c. Nebula/Inhalationes/Nose spray (obat semprot
hidung): sediaan yang dimaksudkan untuk
disedot hidung atau mulut, atau disemprotkan
(nose spray) dalam bentuk kabut ke dalam
saluran pernafasan.
4. Larutan untuk mulut:
a. Collutorium (obat cuci mulut): larutanpekat dalam air yang mengandung deodoran,
antiseptik, anestetik lokal, dan
adstringensia yang digunakan untuk obat cuci
mulut.
b. Gargarisma/Gargle (obat kumur): sediaan
berupa larutan, umumnya dalam larutan pekat
yang harus diencerkan lebih dahulu sebelum
digunakan, dimaksudkan untuk digunakan
sebagai pencegah atau pengobatan infeksi
tenggorokan atau jalan napas.
c. Litus oris (obat oles bibir): cairan agak
kental yang pemakaiannya disapukan pada
mulut.
13
d. Guttae oris (obat tetes mulut): obat tetes
yang digunakan untuk mulut dengan cara
mengencerkan lebih dahulu dengan sir untuk
dikumur-kumurkan, tidak untuk ditelan.
5. Larutan parental:
Akan dibahas pada bagian injeksi.
6. Larutan untuk rektal (anus):
Lavement/Clysma/Enema: cairan yang
pemakaiannya melaui rektum dan kolon yang
gunanya untuk membersihkan atau menghasilkan
efek terapi setempat sistemik.
7. Larutan untuk vagina:
Douche: larutan air yang dimasukkan dengan
suatu alat ke dalam vagina, baik untuk
pengobatan maupun pembersihan.
8. Larutan oral:
a. Sirop: larutan oral yang mengandung
sukrosa atau gula lain dalam kadar tinggi
(sirop simpleks adalah sirop yang hampir
jenuh dengan sukrosa). Selain gula dan
sukrosa lain, pada larutan oral dapat
ditambahkan senyawa poliol seperti sorbitol
14
dan gliserin untuk menghambat penghabluran
dan untuk mengubah kelarutan, rasa dan
sifat zat pembawa lainnya. Umumnya
ditambahkan juga zat antimikroba untuk
mencegah pertumbuhan bakteri, jamur dan
ragi.
- Sirop simpleks: mengandung 65% gula
dalam larutan nipagin (pengawet_ 0,25%
b/v.
- Sirop obat: mengandung satu jenis
obat atau lebih dengan atau tanpa zat
tambahan dan digunakan untuk pengobatan.
- Sirop pewangi: tidak mengandung obat
tetapi mengandung zat pewangi atau zat
penyedap lain.
b. Eliksir: larutan oral yang mengandung
etanol sebagai kosolven (pelarut). Untuk
mengurangi kadar etanol yang dibutuhkan
untuk pelarut, dapat ditambahkan kosolven
lain seperti gliserin dan propilen glikol.
c. Netralisasi: obat minum yang dibuat dengan
mencamourkan bagian asam dan bagian basa
sampai reaksi selesai dan larutan bersifat
netral.
15
d. Saturatio: obat minum yang dibuat dengan
mereaksikan asam dengan basa tetapi gas
yang terbentuk ditahan dalam wadah sehingga
larutan menjadi jenuh dengan gas.
e. Potio effervescent: saturatio dengan gas
CO2 yang lewat jenuh.
f. Guttae: sediaan cair berupa larutan,
emulsi, suspensi yang jika tidak dikatakan
lain, dimaksudkan untuk obat dalam. Di
perdagangan dikenal dengan istilah
pediatric drops.
9. Larutan topikal:
a. Ephithema (obat kompres): cairan yangdipakai untuk mendatangkan rasa dinginpada tempat yang sakit dan panas karenaradang atau sifat perbedaan tekananosmosis yang digunakan untuk mengeringkanluka bernanah.
b. Lotio (obat gosok): sediaan cair berupasuspensi atau dispersi, digunakan sebagaiobat luar.
Faktor-faktor yang mempengaruhi larutan:
1. Sifat polaritas zat terlarutdan pelarutMolekul polar akan larut dalam pelarut serupa. Molekul non-polar akan larut dalammedia non-polar. Konsep polaritas kurang
16
jelas jka diterapkan pada zat yag kelarutannya rendah karena akan membentk agregat.
2. Co-solvencyCo-solvency adalah suatu peristiwa kenaikan kelarutan karena penambahan pelarut lain atau modifikasi pelarut. Contohnya adalah luminal tidak larut dalamair, tetapi larut dalam campuran air dan gliserin.
3. Sifat kelarutanZat yang sukar laut akan memerlukan banyakpelarut, sedangkan zat yang mudah larut hanya memerlukan sedikit pelarut.
4. TemperaturAda zat yang jika suhunya dinaikkan, akan bertambah larut. Ini bersifat eksoterm. Adapun suatu zat yang jika suhunya diturunkan, akan tidak larut, ini bersifatendoterm.
5. Salting out dan salting inSalting out adalah peristiwa adanya zat terlarut tertentu yang mempunyai kelarutanyang lebih besar dibandingkan zat utamanyasehingga menyebabkan penurunan kelarutan zat utama.
6. Pembentukan kompleksPeristiwa terjadinya interaksi antara senyawa tidak larut dan zat yang larut dengan membentuk senyawa kompleks yang larut
17
7. Common ion effectKeseimbangan antara partikel padat dengan larutan jenuhnya.
8. HidrotopiPeristiwa bertambahnya kelarutan suatu senyawa yang tidak larut atau sukar larut dengan penambahan senyawa lain namun bukanzat surfaktan.
9. Ukuran partikel Ukuran partikel ini berhubngan denga luas penampang.Semakin besar ukuran partikel, semaki kecil luas penampang dan begitu juga sebaliknya.
10. Ukuran dan bentuk molekul :Apabila molekul-molekul saling mempengaruhi maka terjadi gaya tarik-menarik. Meyebabkan molekul-molekul bersatu,sedangkan gaya tolak-menolak sama maka energi potensial di antara dua molekul adalah minimum dan sistem itu paling stabil.
11. Struktur airSturktur air dapat dimodifikasi secari kualitatif dan kuantitatif oleh banyak faktor seperti suhu, permukaan, dan zat terlarut.
Keuntungan:
1. Merupakan campuran homogen
18
2. Dosis dapat diubah-ubah dalam pembuatan3. Dapat diberikan dalam larutan encer,
sedangkan kapsul dan tablet sulit diencerkan4. Kerja awal lebih cepat karena obat cepat
diabsorpsi5. Mudah diberi pemanis, bau-bauan, dan warna,
dan hal ini cocok untuk pemberian obat pada anak-anak.
6. Untuk pemakaian luar, bentuk larutan mudah digunakan.
Kerugian:
1. Volume bentuk larutan lebih besar2. Ada obat yang tidak stabil dalam larutan3. Ada obat yang sukar ditutupi rasa dan
baunya dalam larutan.
Macam-macam sediaan larutan obat
1. Larutan untuk mata : collyrium (obat cuci mata)
2. Larutan untuk telinga : guttae auricu lares (obat tetes telinga)
3. Larutan untuk hidung : collunarium (obat cuci hidung)
4. Larutan untuk mulut : gargarisma (obat kumur)5. Larutan parenteral : injectiones ( obat
suntik)6. Larutan untuk rektal : lavement
(penggunaannya melalui anus)7. Larutan untuk vagina : douche (pengunaannya
melalui vagina)8. Larutan oral : sirop
19
9. Larutan topical : ephithema (obat kompres)
Cara penyerahan obat larutan kepada pasien :
Aspek konseling yang harus disampaikan kepadapasien
1. Deskripsi dan kekuatan obatFarmasis harus memberikan informasi kepadapasien mengenai :
Bentuk sediaan dan cara pemakaiannya Nama dan zat aktif yang terkandung
didalamnay Kekuatan obat (mg/g)
2. Jadwal dan cara penggunaanPenekanan dilakukan untuk obat dengan instruksikhusus seperti “minum obat sebelum makan” ,“jangan diminum bersama susu” dan lainsebagainya. Kepatuhan pasien tergantung padapemahaman dan perilaku social ekonominya.
3. Mekanisme kerja obatFarmasis harus mengetahui indiikasi obat,penyakit/gejala yang sedang diobati sehinggaFarmasis dapat memilih mekanisme mana yangharus dijelaskan,ini disebabkan karena banyakobat yang multi-indikasi. Penjelasan harussederhana dan ringkas agar mudah dipahami olehpasien.
4. Dampak gaya hidupBanyak regimen obat yang memaksa pasien untukmengubah gaya hidup. Farmasis harus dapatmenanamkan kepercayaaan pada pasien mengenai
20
manfaat perubahan gaya hidup untuk meningkatkankepatuhan pasien.
5. PenyimpananPasien harus diberitahukan tentang carapenyimpanan obat terutama obat-obat yang harusdisimpan pada temperature kamar, adanya cahayadan lain sebagainya. Tempat penyimpanansebaiknya jauh dari jangkauan anak-anak.
6. Efek potensial yang tidak diinginkanFarmasis sebaiknya menjelaskan mekanisme ataualas an terjadinya toksisitasnya sederhana.Penekanan penjelasan dilakuakn terutama untukobat yang menyebabkan perubahan warna urin,yang menyebabkan kekeringan pada mukosa mulut,dan lain sebagainya. Pasien juga diberitahukantentang tanda dan gejala keracunan.
BAB 3 SIMPULAN
1. Larutan adalah sediaan cair yang mengandung suatu bahan kimia terlarut kecuali dinyatakan lain sebagaipelarut digunakan air suling.
2. Penggolongan larutan menurut cara pemberiaannya adalah larutan oral dan larutan topikal. Sedangkan penggolongan larutan menurut sistem pelarut dan zat terlarut adalah spirit, tingtur, dan air aromatik. Sedangkan menurut tujuan pemakaiannya adalah larutanuntuk mata, larutan untuk telinga, larutan untuk hidung, larutan untuk mulut, larutan parental, larutan untuk rektal, larutan untuk vagina.
21
3. Keuntungan menggunakan sediaan obat bentuk larutan adalah yang pertama merupakan campuran homogen, dosis dapat diubah dalam pembuatan, dapat diberikan dalam larutan encer, kerja awal lebih cepat, mudah diberi pemanis,bau-bauan, dan warna, dan untuk pemakaian luar, bentuk larutan mudah digunakan.
4. Kerugian menggunakan sediaan obat bentuk larutan adalah volume larutan lebih besar, ada obat yang tidak stabil dalam larutan, dan ada obat yang sukar ditutupi rasa dan baunya dalam larutan.
5. Aspek konseling yang harus disampaikan pada pasien adalah deskripsi dan kekuatan obat, jadwal dan cara penggunaan, mekanisme kerja obat, dampak gaya hidup,penyimpanan obat, dan efek potensial yang tidak diinginkan.
DAFTAR PUSTAKA
22
Ansel, C. Howard. 2005. Pengantar Betuk Sedian Farmasi.
Jakarta ; Ui Press
Saputra, A. E. 2012. Bentuk Sediaan Obat. Available
online at
http://www.slideshare.net/4nakmans4/bentuk-sediaan-
obat
Syamsuni, H. A. 2005. Ilmu Resep. Jakarta ; Penerbit Buku
Kedokteran ECG
Tim Departemen Kesehatan RI. 1979. Farmakope Indonesia Edisi
Tiga. Jakarta
23