Makalah Lembaga Catatan Sipil, Domicili, dan Afwezigheid

36
Makalah Hukum Perdata PENTINGNYA LEMBAGA CATATAN SIPIL,TEMPAT KEDIAMAN DAN KEADAAN TIDAK HADIR UNTUK DIBICARAKAN DALAM HUKUM

Transcript of Makalah Lembaga Catatan Sipil, Domicili, dan Afwezigheid

Makalah Hukum Perdata

PENTINGNYA LEMBAGA CATATAN SIPIL,TEMPATKEDIAMAN DAN KEADAAN TIDAK HADIR UNTUK

DIBICARAKAN DALAM HUKUM

Disusun oleh:

Salsa FarizaB11114028

Fakultas hukumUniversitas hasanuddin

TAHUN AKADEMIK 2014/2015

Kata pengantar

Puji syukur kehadirat Allah SWT. atas

berkat,rahamat dan Hidayah-Nya sehingga saya bisa

menyelesaikan Makalah ini dengan segala kemampuan yang

saya punya. Makalah ini disusun agar pembaca dapat

memperluas ilmu dan pengetahuan, kami sajikan

berdasarkan pengamatan dari berbagai sumber. Makalah

ini disusun oleh penyusun dengan berbagai rintangan.

Baik itu yang datang dari diri penyusun maupun yang

datang dari luar. Namun dengan penuh kesabaran dan

terutama pertolongan dari Allah SWT akhirnya makalah

ini dapat terselesaikan.

Penyusunan makalah ini juga dapat berlangsung dan

selesai semata-mata berkat bantuan, bimbingan dan

dorongan dari berbagai pihak.

Akhir kata,semoga makalah ini dapat memberikan

manfaat bagi para pembaca dan semoga segala bantuan

yang diberikan kepada kami mendapatkan balasan lebih

dari maha pencipta. Amin.

Makassar, 15 Maret 2015

Penyusun

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ………………………………………………………….. i

DAFTAR ISI ……………………………………………………………………. Ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ………………………………………….1

1.2 Rumusan Masalah ……………………………………..2

1.3 Tujuan …………………………………………………….. 2

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Lembaga Catatan Sipil …................................. 3

2.2 Tempat Kediaman ……................................….. 4

2.3 Keadaan Tidak Hadir…...........................………. 5

BAB III PENUTUP

3.1 KESIMPULAN …………………………………………… 8

3.2 SARAN ……………………………………………………. 8

DAFTARPUSTAKA ...............................................................

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Pada mulanya semua kejadian yang menyangkut manusia,seperti kelahiran,perkawinan, dan kematian dicatat olehgereja. Namun karena pencatatan yang dilakukan oleh gerejatidak lengkap dan tidak mudah untuk diperiksa, maka padamasa Revolusi Prancis, unruk pertama kalinya di Eropadiadakan Lembaga Catatan Sipil. Di Indonesia lembagapencatatan pertama kali berlaku bagi golongan Eropa padatahun 1848 melalui asa konkordansi, namun baru diundangkanpada tahun 1949. Adapun tujuan dari Lembaga Catatan Sipiladalah untuk mencatat selengkap dan sejelas-jelasnyasehingga memberikan kepastian yang sebenar-benarnya mengenaisemua kejadian.

Selain itu,seluruh peristiwa penting yang terjadidalam keluarga (yang memiliki aspek hukum), perludidaftarkan dan dibukukan, sehingga baik yang bersangkutanmaupun orang lain yang berkepentingan mempunyai bukti yangoutentik tentang peristiwa-peristiwa tersebut, dengandemikian maka kedudukan hukum seseorang menjadi tegas danjelas. Untuk melakukan pencatatan, dibentuknya lembagakhusus yang disebut Lembaga Catatan Sipil (BurgerlijkeStand).

Dan bilamana seseorang untuk waktu yang pendek maupunwaktu yang lama meninggalkan tempat tinggalnya, tetapisebelum pergi ia memberikan kuasa kepada orang lain untukmewakili dirinya dan mengurus harta kekayaannya, makakeadaan tidak ditempat orang itu tidak menimbulkanpersoalan. Akan tetapi bilamana orang yang pergimeninggalkan tempat tinggal tersebut sebelumnya tidakmemeberikan kuasa apapun kepada orang lain untuk mewakilidirinya maupun untuk mengurus harta kekayaannya dan segala

kepentingannya, maka keadaan tidak ditempatnya orang itumenimbulkan persoalan, siapa yang mewakili dirinya danbagaimana mengurus harta kekayaannya. Oleh Karena itu,Keadaan tidak hadir (Afwezigheid) diatur dalam Bab ke-delapan bela Burgelijk Wetboek (Kitab Undang-Undang HukumPerdata). Dari Pasal 463 tentang beberapa unsur tentangkeadaan tidak hadir.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apakah pentingnya Lembaga Catatan Sipil dalam hukum?

2. Apakah pentingnya Tempat Kediaman dalam hukum?

3. Apakah pentingnya Keadaan tidak hadir dalam hukum?

1.3 Tujuan

Untuk mengetahui pentingnya Lembaga Catatan Sipil,

Tempat kediaman, dan Keadaan Tidak Hadir dalam hukum.

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 LEMBAGA CATATAN SIPIL

Definisi Lembaga Catatan Sipil

KUHPerdata tidak memberikan pengertian dari apa

yang dimaksud dengan pencatatan sipil itu. Padahal

Lembaga Pencatatan Sipil ini sudah dikenal sejak zaman

Hindia Belanda,namun di dalam Art.16 NBW Baru negeri

Belanda disebutkan bahwa catatan sipil merupakan

intuisi untuk meregistrasi kedudukan hukum mengenai

pribadi seseorang terhadap kelahirannya,

perkawinannya, perceraiannya, orang tuanya, dan

kematiannya. Adapun beberapa unsur penting dalam

Lembaga Catatan Sipil, yaitu :

Di bentuk oleh pemerintah.

Betugas mencatat, mendaftarkan, dan membukukan

peristiwa penting bagi status keperdataann.

Bertujuan mendapatkan data yang lengkap, agar

status warga dapat diketahui dan dibuktikan.

Adapun pengaturan catatan sipil atau pencatatan

sipil diatur dalam Bab kedua Pasal 4 sampai dengan

Pasal 16 Buku Kesatu KUHPerdata. Ketentuan-ketentuan

dalam Pasal 4 sampai dengan Pasal 16 KHUPerdata

tersebut mengatur mengenai akta-akta catatan sipil

bagi golongan penduduk Eropa dan mereka yang

dipersamakan dengan itu. Namun,dengan keluarnya

Undang-Undang Nomor 4 tahun 1961 tentang Perubahan

atau Penambahan Nama Kelauarga, ketentuan-ketentuan

dalam Pasal 6 sampai Pasal 10 KUHPerdata dinyatakan

tidak berlaku dan diganti dengann yang baru

sebagaimana termuat dalam pasal-pasal Undang-Undang

Nomor 4 Tahun 1961.

Tujuan Lembaga Catatan Sipil

Untuk memperoleh kepastian hukum tentang status

perdata seseorang yang mengalami peristiwa hukum

tersebut. Kepastian hukum sangat penting dalam

setiap perbuatan hukum.

Kepastian hukum itu menentukan apakah ada hak dan

kewajiban hukum yang sah antara pihak-pihak yang

berhubungan dengan hukum itu.

Kepastian hukum mengenai kelahiran menentukan

status perdata seseorang itu dewasa atau belum

dewasa.

Kepastian hukum mengenai perkawinan menentukan

status perdata mengenai boleh atau tidak boleh

melangsungkan perkawinan dengan pihak lain lagi.

Kepastian hukum mengenai perceraian menentukan

status perdata untuk bebas mencari pasangan lain.

Kepastian hukum mengenai kematian menentukan status

perdata sebagai ahli waris dan keterbukaan waris.

Fungsi Lembaga Catatan Sipil

Berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 12 Tahun 1983

telah ditentukan, bahwa kantor Catatan Sipil mempunyai

fungsi menyelenggarakan:

1. Pencatatan dan penerbitan Kutipan Akta Kelahiran;

diberikan oleh dokter atau bidan rumah sakit/klinik

mengenai peristiwa kelahiran itu

2. Pencatatan dan penerbitan Kutipan Akta Perkawinan;

dibuat petugas pencatat nikah (PPN) yang menyaksikan

peristiwa pernikahan itu.

3. Pencatatan dan penerbitan Kutipan Akta Perceraian;

putusan pengadilan yang diberikan oleh Pengadilan

Negeri bagi beragama non islam dan Pengadilan Agama

bagi beragama islam.

4. Pencatatan dan penerbitan Kutipan Akta Pengakuan dan

Pengesahan Anak;

5. Pencatatan dan penerbitan Kutipan Akta

Kematian;diberikan oleh dokter rumah sakit yang

merawatnya atau oleh kepala kelurahan/desa tempat

tinggal yang bersangkutan.

6. Penyimpanan dan pemeliharaan Akta Kelahiran, Akta

Perkawinan, Akta Perceraian, Akta Pengakuan dan

Pengesahan Anak dan Akta Kematian;

7. Penyelidikan bahan dalam rangka perumusan

kebijaksanaan bidang kependudukan/kewarganegaraan.

Macam-Macam Akta Catatan Sipil

1. Akta Kelahiran

Akta kelahiran adalah akta/catatan otentik yang dibuat

oleh pegawai catatan sipil berupa catatan resmi tentang

tempat dan waktu kelahiran anak, nama anak dan nama orang

tua anak secara lengkap dan jelas, serta status

kewarganegaraan anak.

Akta Kelahiran adalah sebuah catatan administratif

Pada prinsipnya, akta kelahiran hanyalah sebuah

catatan administratif. Dianggap penting karena data yang

ada dalam akta kelahiran dapat digunakan sebagai bukti

jati diri bagi si anak, sehubungan dengan hak waris atau

klaim asuransi dan pengurusan hal-hal administratif

lainnya seperti tunjangan keluarga, paspor, KTP, SIM,

pengurusan perkawinan, perijinan, mengurus beasiswa dan

lain-lain.

Dengan adanya data di KCS, secara administratif negara

berkewajiban memberi perlindungan terhadap anak dari segala

bentuk kekerasan fisik, mental, penyanderaan, penganiayaan,

penelantaran, eksploitasi termasuk penganiayaan seksual dan

perdagangan anak (pasal 19 ayat 1 Konvensi Hak Anak). Untuk

itu pihak berwenang dapat menjerat pelaku dengan ketentuan

kejahatan terhadap anak di bawah umur.

2. Akta Perkawinan

Tiap-tiap perkawinan dicatat menurut peraturan yang

berlaku (pasal 2 ayat 1 Undang-Undang Perkawinan nomor 1

tahun 1974). Bagi mereka yang melakukan perkawinan

menurut agama Islam, pencatatan dilakukan di Kantor

Urusan Agama (KUA). Sedang bagi yang beragama Katholik,

Kristen, Budha, Hindu, pencatatan itu dilakukan di Kantor

Catatan Sipil (KCS).

Sahnya Perkawinan

Sebuah perkawinan adalah sah apabila dilakukan

menurut hukum masing-masing agamanya dan kepercayaannya

itu (pasal 2 ayat 1 UU Perkawinan). Ini berarti bahwa

jika suatu perkawinan telah memenuhi syarat dan rukun

nikah atau ijab kabul telah dilaksanakan (bagi umat

Islam) atau pendeta/pastur telah melaksanakan pemberkatan

atau ritual lainnya (bagi yang non muslim), maka

perkawinan tersebut adalah sah, terutama di mata agama

dan kepercayaan masyarakat.

Karena sudah dianggap sah, akibatnya banyak

perkawinan yang tidak dicatatkan. Bisa dengan alasan

biaya yang mahal, prosedur berbelit-belit atau untuk

menghilangkan jejak dan bebas dari tuntutan hukum dan

hukuman adiministrasi dari atasan, terutama untuk

perkawinan kedua dan seterusnya (bagi pegawai negeri dan

ABRI). Perkawinan tak dicatatkan ini dikenal dengan

istilah Perkawinan Bawah Tangan (Nikah Syiri’).

Akibat Hukum Tidak dicatatkannya Perkawinan

a. Perkawinan Dianggap tidak Sah

Meski perkawinan dilakukan menurut agama dan

kepercayaan, namun di mata negara perkawinan Anda

dianggap tidak sah jika belum dicatat oleh Kantor Urusan

Agama atau Kantor Catatan Sipil.

b. Anak Hanya Mempunyai Hubungan Perdata dengan Ibu dan

Keluarga Ibu

Anak-anak yang dilahirkan di luar perkawinan atau

perkawinan yang tidak tercatat, selain dianggap anak

tidak sah, juga hanya mempunyai hubungan perdata dengan

ibu atau keluarga ibu (Pasal 42 dan 43 Undang-Undang

Perkawinan). Sedang hubungan perdata dengan ayahnya

tidak ada.

c. Anak dan Ibunya tidak Berhak atas Nafkah dan Warisan

Akibat lebih jauh dari perkawinan yang tidak tercatat

adalah, baik isteri maupun anak-anak yang dilahirkan

dari perkawinan tersebut tidak berhak menuntut nafkah

ataupun warisan dari ayahnya. Namun demikian, Mahkamah

Agung RI dalam perkara Nugraha Besoes melawan Desrina

dan putusan Pengadilan Negeri Yogyakarta dalam perkara

Heria Mulyani dan Robby Kusuma Harta, saat itu

mengabulkan gugatan nafkah bagi anak hasil hubungan

kedua pasangan tersebut.

3. Akta Perceraian

Perceraian yang secara sah menurut hukum negara (sesuai

dengan UU no 1 Tahun 1974) adalah melalui Pengadilan.

Perceraian yang demikian wajib dicatat dan memperoleh akta

cerai. Perceraian merupakan salah satu peristiwa penting

yang mengubah status catatan sipil seseorang. Perceraian

mengubah status kawin menjadi status janda atau duda, dan

membawa akibat-akibat hukum lain seperti pembagian harta

bersama (gono-gini), serta hak dan kewajiban terhadap anak.

Pengadilan hanya memutuskan mengadakan sidang pengadilan

untuk menyaksikan perceraian apabila memang terdapat alasan-

alasan dan pengadilan ber- pendapat bahwa antara suami

isteri yang bersangkutan tidak mungkin lagi didamaikan untuk

hidup rukun lagi dalam rumah tangga. Sesaat setelah

dilakukan sidang untuk menyaksikan perceraian yang dimaksud

maka Ketua Pengadilan membuat surat keterangan tentang

terjadinya perceraian tersebut. Surat keterangan itu

dikirimkan kepada Pegawai Pencatat di tempat perceraian itu

terjadi untuk diadakan pencatatan perceraian.

Suatu perceraian dianggap terjadi beserta segala akibat-

akibatnya terhitung sejak saat pendaftarannya pada daftar

pencatatan kantor pencatatan oleh Pegawai Pencatat, kecuali

bagi mereka yang beragama Islam terhitung sejak jatuhnya

putusan Pengadilan Agama yang telah mempunyai kekuatan hukum

yang tetap. Sehingga jika putusan perceraian di pengadilan

tidak segera dicatatkan, maka belum mempunyai kekuatan hukum

dan akan menyulitkan suami/isteri dalam mengambil tindakan

hukum lainnya. Misalkan untuk menikah kembali.

4. Akta Kematian

Kematian adalah menghilangnya secara permanen semua

tanda-tanda kehidupan setiap saat setelah kelahiran hidup

terjadi.Pencatatan kematian memberikan kepastian hukum atas

hak dan kewajiban perdata seseorang yg meninggal dunia,

termasuk pada pihak yg mempunyai hubungan garis keturunan

atau hubungan darah.

Akta kematian merupakan bukti pengakuan negara atas

meninggalnya seseorang dgn berbagai implikasi keperdataan yg

wajib diselesaikan. Bagi pemerintah, pencatatan kematian yg

dilaksanakan secara benar, hasilnya merupakan sumber data

statistik yg akurat sekaligus mengakomodasi kepentingan dlm

perencanaan pembangunan di bidang kesehatan.

Tujuan Pencatatan Kematian

1 Memberikan status dan kepastian hukum atas peristiwa

kematian seseorang.

2 Memberikan perlindungan data pribadi penduduk yg

berkaitan dgn kematian.

3 Fasilitasi pelayanan publik sebagai implikasi penc.

kematian.

Manfaat Pencatatan Kematian

Dengan diperoleh bukti dan dokumen autentik atas

kematian seseorang maka hal ini memberikan manfaat

diantaranya yakni Pembuktian kematian secara hukum,

Pengurusan warisan/hubungan hutang-piutang/ asuransi;

Pengurusan pensiun bagi pegawai (janda/duda); Pemberian

tunjangan keluarga; Pengurusan Taspen; Pencairan

dana/tabungan di bank; Persyaratan perkawinan bagi pasangan

yg ditinggal mati; Penghapusan data pribadi. Selain itu juga

dengan pencatatan kematian akan didapatkan data statistik

vital kematian dan bagi penyelenggara pencatatan akan

memberikan konstribusi dlm pemeliharaan database

kependudukan yg akurat, muktahir dan realible.

4. Akta Pengakuan dan Pengesahan Anak

Akta Pengakuan dan Pengesahan Anak adalah catatan pinggir

yang dibuat bagi anak lahir diluar perkawinan orang tuanya

yang kemudian diakui dan disahkan dalam pencatatan

perkawinan orang tuanya yang sah.

Pengakuan Anak

Dalam Penjelasan Pasal 49 ayat (1) Undang-undang Nomor 23

Tahun 2006 Tentang Administrasi Kependudukan, bahwa yang

dimaksud dengan Pengakuan Anak adalah :

Pengakuan seorang ayah terhadap anaknya yang lahir di luar perkawinan

sah atas persetujuan ibu kandung anak tersebut..

Pasal 49 ayat (1) Undang-undang Nomor 23 Tahun 2006

Tentang Administrasi Kependudukan menentukan bahwa

Pengakuan Anak tersebut wajib dilaporkan oleh orangtua

pada Instansi Pelaksana paling lambat 30 (tiga puluh)

hari sejak tanggal Surat Pengakuan Anak oleh ayahnya dan

disetujui oleh ibu dari anak yang bersangkutan. Dalam

kaitan ini mengenai Surat Pengakuan Anak oleh ayahnya

yang disetujui oleh ibu kandung anak yang bersangkutan,

lebih baik dibuat dalam bentuk akta Notaris, untuk

kesempurnaan Pengakuan Anak tersebut, dan dapat menjadi

bukti yang kuat bagi para pihak.

Pengesahan anak

Dalam Penjelasan Pasal 50 ayat (1) Undang-undang Nomor

23 Tahun 2006 Tentang Administrasi Kependudukan, bahwa yang

dimaksud dengan Pengesahan Anak adalah :

pengesahan status seorang anak yang lahir di luar ikatan

perkawinan sah pada saat pencatatan perkawinan kedua tua anak

tersebut.

Pasal 50 ayat (1) Undang-undang Nomor 23 Tahun 2006

Tentang Administrasi Kependudukan menentukan bahwa

Pengesahan Anak tersebut wajib dilaporkan oleh orang tua

pada Instansi Pelaksana paling lambat 30 (tiga puluh) hari

sejak ayah dan ibu dari anak yang bersangkutan melakukan

perkawinan da mendapatkan akta perkawinan terhadap anak yang

dilahirkan diluar perkawinan yang sah, dapat dilakukan

Pengakuan Anak atau Pengesahan Anak. Kalau Pengakuan anak

hanya sebatas pengakuan dari ayah kandungnya yang disetujui

oleh ibu kandungnya,tanpa diikuti dengan perkawinan ibu-

bapaknya, tapi dalam Pengesahan Anak ibu danbapak si anak

tersebut melangsungkan pernikahan dan pada saat pencatatan

perkawinan si anak diakui sebagai anak kandung mereka.

Akta Pergantian Nama

Nama biasanya diberikan kepada seseorang sejak ia

dilahirkan ke dunia. Akan tetapi, nama juga bisa dirubah.

Seiring dengan perkembangan jaman, banyak masyarakat kita

yang melakukan perubahan nama dengan berbagai alasan. Di

antaranya karena alasan profesi, nama lama kurang membawa

hoki, nama lama kurang bagus sehingga pemiliknya merasa malu

jika memperkenalkan diri dan berbagai alasan lainnya.

Tanpa kita sadari, mengganti atau merubah nama ini tidak

serta merta berubah begitu saja, karena perubahan nama ini

berpengaruh terhadap seluruh administrasi yang dilakukan. Di

antaranya, dalam bidang administrasi kependudukan

berpengaruh terhadap KTP, KK dan akta kelahiran yang

bersangkutan. Selain itu, dalam administrasi pendidikan

berpengaruh terhadap data pendidikan dan ijazah.

Perlu diketahui, bahwa penetapan perubahan nama ini telah

diatur dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006 tentang

Administrasi Kependudukan Pasal 52 yang menyatakan:

1. Pencatatan perubahan nama dilaksanakan berdasarkan

penetapan pengadilan negeri tempat pemohon.

2. Pencatatan perubahan nama sebagaimana dimaksud pada ayat

(1) wajib dilaporkan oleh Penduduk kepada Instansi

Pelaksana yang menerbitkan akta Pencatatan Sipil paling

lambat 30 (tiga puluh) hari sejak diterimanya salinan

penetapan pengadilan negeri oleh Penduduk.

3. Berdasarkan laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (2),

Pejabat Pencatatan Sipil membuat catatan pinggir pada

register akta Pencatatan Sipil dan kutipan akta

Pencatatan Sipil.

Dalam hal perubahan nama ini, akta kelahiran kita

nantinya akan tetap sama dengan akta kelahiran yang lama.

Hanya saja dalam akta tersebut ditambahkan catatan pinggir

oleh petugas catatan sipil mengenai perubahan nama.

Selanjutnya, kita dapat mengurus perubahan nama pada surat-

surat, seperti KTP, sertifikat tanah, surat-surat yang

berhubungan dengan perbankan, dan lain sebagainya dengan

akta tersebut.

2.2 TEMPAT KEDIAMAN (DOMICILIE)

Definisi Tempat Kediaman

Tempat kediaman (domicilie) adalah tempat seseorang

harus dianggap selalu hadir dalam hubungannya dengan

pelaksanaan hak dan pemenuhan kewajiban, juga apabila pada

suatu waktuia benar-benar tidak dapat hadir di tempat

tersebut. Bukan hanya manusia alami yang memiliki tempat

tinggal, Badan Hukum juga memiliki tempat inggal. Namun

istilah yang digunakan bukanlah tempat tinggal, melainkan

tempat kedudukan yakni tempat kedudukan (kantor)

pengurusnya.

Menurut kitab Undang-Undang Hukum Perdata tempat

kediaman itu seringkali ialah rumahnya, kadang-kadang

kotanya. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa setiap

orang dianggap selalu mempunyai tempat tinggal di mana ia

sehari-harinya melakukan kegiatannya atau di mana ia

berkediaman pokok. Kadang-kadang menetapkan tempat

kediaman seseorang itu sulit, karena selalu berpindah-

pindah (banyak rumahnya). Untuk memudahkan hal tersebut

dibedakan antara tempat kediaman hukum (secara yuridis)

dan tempat kediaman yang sesungguhnya.

Macam-Macam Tempat Kediaman

Menurut KUHPerdata domisili/tempat tinggal itu ada dua

jenis, yaitu:

1. Tempat tinggal sesungguhnya yaitu tempat yang

bertalian dengan hak-hak melakukan wewenang seumumnya.

Tempat tinggal sesungguhnya dibedakan antara lain :

Tempat tinggal sukarela/bebas yang tidak

terikat/tergantung hubungannya dengan orang lain.

Pasal 17 KUHPdt menyatakan bahwa setiap orang dianggap

mempunyai tempat tinggal di mana ia menempatkan

kediaman utamanya. Dalam hal seseorang tidak mempunyai

tempat kediaman utama maka tempat tinggal dimana ia

benar-benar berdiam adalah tempat tinggal nya.

Tempat tinggal yang wajib/tidak bebas yaitu yang

ditentukan oleh hubungan yang ada antara seseorang

dengan orang lain.

Misalnya :

- wanita bersuami mengikuti suaminya

- anak di bawah umur mengikuti tempat tinggal orang

tuanya/walinya .

- orang dewasa yang ada di bawah pengampuan

mengikuti curatornya.

- pekerja /buruh mengikuti tempat tinggal

majikannya .

2. Tempat tinggal yang dipilih, yaitu tempat tinggal

yang berhubungan dengan hal-hal melakukan perbuatan

hukum tertentu saja. Tempat tinggal yang dipilih ini

untuk memudahkan pihak lain atau untuk kepentingan

pihak yang memilih tempat tinggal tersebut. Tempat

tinggal yang dipilih ada dua macam, yaitu :

Tempat tinggal yang terpaksa dipilih ditentukan

undang-undang (pasal 106:2 KUHPdt)

Tempat kediaman yang dipilih secara bebas misalnya

tempat tinggal yang dipilih secara sukarela harus

dilakukan secara tertulis artinya harus dengan akta

(pasal 24:1 KUHPdt), bila ia pindah maka untuk

tindakan hukum yang dilakukannya ia tetap bertempat

tinggal di tempat yang lama.

Hak dan Kewajiban

Tempat tinggal menentukan hak dan kewajiban seseorang

menurut hukum. Hak dan kewajiban ini dapat timbul dalam

bidang hukum perdata. Hak dan kewajiban dalam bidang hukum

pubik, misalnya :

a. Hak mengikuti pemilihan umum, hak suara hanya dapat

diberikan di TPS di mana yang bersangkutan

tinggal/beralamat.

b. Kewajiban membayar pajak bumi dan bangunan hanya

dapat dipenuhi ditempat dimana yang bersangkutan

tinggal/beralamat.

c. Kewajiban membayar pajak kendaraan bermotor hanya

dapat dipenuhi dimana yang bersangkutan

tinggal/beralamat, karena kendaraan bermotor di

daftarkan mengikuti alamat pemiliknya.

Hak dan kewajiban dalam hukum perdata misalnya :

a. Jika dalam perjanjian tidak ditentukan tempat

pembayaran, debitur wajib membayar di tempat tinggalnya

(pasal 1393 ayat 2 KUHPdt).

b. Debitur wajib membayar wesel/cek kepada pemegangnya

(kreditur) di tempat tinggal/alamat debitur (pasa 137

KUHD). Ini berarti kreditur (bank) untuk memperoleh

pembayaran. Debitur (bank) hanya akan membayar di

kantornya, bukan di tempat lain.

c. Debitur berhak menerima kredit dari kreditur (bank)

di kantor kreditur (bank), demikian juga kewajiban

membayar kredit dilakukan di kantor kreditur.

Status hukum

Status hukum seseorang juga menentukan tempat

tinggalnya, sehingga akan menentukan pula hak dan

kewajiban menurut hukum. Tempat tinggal seorang istri

ditentukan oeh pemufakatan dengan suaminya. Dengan

demikian hak dan kewajiban hukum mengikuti tempat tingga

yang ditentukan itu. Tempat tinggal anak dibawah umur di

tentukan ileh tempat tinggal orangtuanya. Dengan demikian

hak dan kewajiban anak tersebut ditentukan oleh tempat

tinggal kedua orang tuanya itu. Perjanjian juga

menentukan tempat tinggal atau tempat kedudukan. Dengan

demikian hak dan kewajiban mengikuti tempat

tinggal/alamat yang dipilih sesuai perjanjian.

Arti pentingnya domisili

Arti penting (relevansi) tempat tinggal bagi seseorang

atau badan hukum ialah dalam hal pemenuhan hak dan

kewajiban, penentuan status hukum seseorang dalam lalu

lintas hukum, dan berusaha dengan pengadilan.

Tempat tingggal menentukan apakah seseorang itu

terikat untuk memenuhi hak dan kewajibannya dalam setiap

peristiwa hukum. Tempat tinggal juga menentukan status

hukum seseorang apakah ia dalam ikatan perkawinan, apakah

ia dalam keadaan belum dewasa, apakah ia dalam keadaan

tidak wenang berbuat. Tempat tinggal juga menentukan

apabila seseorang berurusan/berperkara di muka

pengadilan. Pengadilan Negeri atau Pengadilan Agama

berwenang menyelesaikan perkara perdata adalah yang

daerah hukumnya meliputi tempat tinggal tergugat (pasal

118 HIR).

Domisili penting untuk seseorang dalam hal sebagai

berikut :

Untuk menentukan atau menunjukan suatu tempat di mana

berbagai perbuatan hukum harus dilakukan, misalnya

mengajukan gugatan, pengadilan mana yang berwenang

mengadili (menurut Sri Soedewi M.Sofwan).

Untuk mengetahui dengan siapakah seseorang itu

melakukan hubungan hukum serta apa yang menjadi hak

dan kewajiban masing-masing (Riduan Syahrani).

Untuk membatasi kewenangan berhak seseorang.

2.3 KEADAAN TIDAK HADIR (AFWEZIGHEID)

Definisi Keadaan Tidak Hadir

Keadaan tidak hadir diatur dalam Buku I Bab 18 pasal 463-

495 KUHPdt yang merumuskan secara definitif tentang keadaan

tidak hadir.

Keadaan tidak hadir adalah suatu keadaan tidak adanya

seseorang di tempat kediamannya karena bepergian atau

meninggalkan tempat kediamannya, baik dengan izin maupun

tanpa izin dan tidak diketahui di mana tempat ia berada.

Pengaruh Keadaan Tidak Hadir

Keadaan tidak hadir yang berlangsung lama dapat

menimbulkan persoalan, yaitu dugaan telah meninggal

dunia. Dugaan ini timbul apabila pencarian telah

dilakukan dengan segala upaya, dengan perantaraan orang

lain, dengan bantuan pejabat negara, atau dengan bantuan

media massa, tetapi tidak juga diketahui keberadaan ang

bersangkutan. Berlangsung lama, menurut KUHPdt Indonesia,

tidak ada kabar beritanya sekurang-kurangnya 5 tahun

(pasal 467 KUHPdt) dan sampai 10 tahun (pasal 470

KUHPdt). Menurut bahasa sehari-hari, orang itu dikatakan

orang hilan.

Persoalan lain adalah apabila bepergian yang

bersangkutan itu tidak meninggalkan pesan atau kuasa pada

keluarga yang ditinggalkan, siapa dan bagaimana cara

mengurus kepentingannya (hak dan kewajiban), sebenarnya

yang bersangkutan diharapkan akan kembali, tetapi setelah

lampau tenggang waktu lama tidak juga muncul di tempat,

timbul kesangsian apakah ia masih hidup atau sudah

meninggal dunia. Keadaan tidak hadir memengaruhi dan

memberi akibat hukum kepada yang bersangkutan sendiri dan

kepada pihak keluarga yang ditinggalkan. Pengaruh keadaan

tidak hadir itu adalah pada:

Penyelenggaraan kepentingan yang bersangkutan

Status hukum yang bersangkutan sendiri, atau status

hukum anggota keluarga yang ditinggalkan mengenai

perkawinan dan pewarisan.

Tahap Penyelesaian Keadaan Tidak Hadir

Menurut Tan Thong Kie, Keadaan tidak hadir dapat

dibagi ke dalam 3 masa, yaitu masa pengambilan tindakan

sementara, masa ada dugaan hukum mungkin telah meninggal dan

masa pewarisan definitif.

Pengambilan Tindakan Sementara

Masa ini diambil jika ada alas an-alasan yang mendesak

untuk mengurus seluruh atau sebagian harta kekayaannya.

Tindakan sementara ini dimintakan kepada Pengadilan

Negeri oleh orangyang mempunyai kepentingan terhadap

harta kekayaannya. Dalam tindakan sementara ini hakim

memerintahkan BPH (Balai Harta Peninggalan) untuk

mengurus seluruh harta kekyaan serta kepentingan dari

orang tak hadir.

Adapun kewajiban BHP adalah:

Membuat pencatatan harta yang diurusnya

Membuat daftar pencatatan harta, surat-surat lain uang

kontan, kertas berharga dibawa ke kantor BHP

Memperhatikan segala ketentuan untuk sesorang wali

mengenai pengurusan harta seorang anak (Pasal 464

KUHPerdata)

Tiap tahun memberi pertanggung jawaban pada jaksa

dengan memperlihatkan surat-surat pengurusan dan efek-

efek (Pasal 465 KUHPerdata)

BHP berhak atasa upah yang besarnya sama dengan seorang

wali (Pasal 411 KUHPerdata).

Masa ada dugaan hukum mungkin telah meninggal

Seseorang dapat diputuskan “kemungkinan” sudah meninggal

jika:

Tidak hadir 5 tahun, bila tidak meninggalkan surat

kuasa (Pasal 467 KUHPerdata), dimulai pada hari ia pergi

tidak ada kabar yang diterima dari orang tersebut atau

sejak kabar terakhir diterima.

Tidak hadir 10 tahun, bila surat kuasa ada tetapi sudah

habis berlakunya (pasal 470 KUHPerdata), dimulai pada

hari ia pergi tidak ada kabar yang diterima dari orang

tersebut atau sejak kabar terakhir diterima.

Tidak hadir 1 tahun, bila orangnya termasuk awak atau

penumpang kapal laut atau pesawat udara (S. 1922 No.

455), dimulai sejak adanya kabar terakhir dan jika

tidak ada kabar sejak hari berangkatnya.

Tidak hadir 1 tahun, jika orangnya hilang pada suatu

peristiwa fatal yang menimpa sebuah kapal laut atau

pesawat udara (S. 1922 No. 455), di mulai sejak tanggal

terjadinya peristiwa.

Dalam Peraturan Pemerintah No. 9/1975, dikatakan bahwa

apabila salah satu pihak meninggalkannya 2 tahun

berturut-turut, pihak yang ditinggalkan boleh mengajukan

perceraian.

Akibat-akibat dari masa kemungkinan sudah meninggal bagi

para ahli waris dan penerima hibah wasiat/legataris adalah:

Menuntut pembukaan surat wasiat

Mengambil (menerima) harta orang yang tak hadir dengan

kewajiban membuat pencatatan harta yang dimbil serta

memberi jaminan yang harus disetujui oleh hakim (pasal

472 KUHPerdata)

Meminta pertanggung jawab oleh BHP bila BHP dahulu

mengurusnya

Mengoper segala kewajiban dan gugatan orang tak hadir

(asal 488 KUHPerdata). Para ahli waris yang

diperkirakan demi hokum menerima harta warisan secraa

terbatas (Pasal 277 KUHPerdata)

Pada umumnya mereka bertindak sebagai orang yang

mempunyai hak pakai hasil (Pasal 474 KUHPerdata)

Berhak mengadakan pemisahan dan pembagian dengan

ketentuan harta tetap tidak dapat dijual kecuali dengan

ijin hakim (Pasal 478 dan 481 KUHPerdata)

Keadaan “mungkin sudah meninggal” berakhir:

Jika orang yang tidak hadir kembali atau ada kabar baru

tentang hidupnya

Jika si tak hadir meninggal dunia

Jika masa “pewarisan definitive” termaksud dalam Pasal 484

KUHPerdata dimulai.

Masa Pewarisan definitive

Masa ini terjadi apabila lewat 30 tahun sejak tanggal

tentang “mungkin sudah meninggal” atas keputusan hakim, atau

setelah lewat 100 tahun setelah lahirnya si tak hadir.

Akibat-akibat permulaan masa pewarisan definitive:

Semua jaminan dibebaskan

Para ahli waris dapat mempertahankan pembagian harta

warisan sebagaimana telah dilakukan atau membuat

pemisahan dan pembagian definitive.

Hak menerima warisan secara terbatas berhenti dan para

ahli waris dapat diwajibkan menerima warisan atau

menolaknya.

Seandainya orang yang tidak hadir kembali setelah masa

pewarisan definitive, ia ada hak untuk meminta kembali

hartanya dalam keadaan sebagaimana adanya berikut harga

dari harta yang tidak dipindatangankan, semuanya tanpa

hasil dan pendapatannya (Pasal 486 KUHPerdata).

Akibat-akibat keadaan tidak hadir terhadap istri adalah:

Jika suami atau istri tak hadir 10 tahun tanpa ada

kabar tentang hidupnya, maka istri/suami yang

ditinggal dapat menikah lagi dengan ijin Pengadilan

Negeri (Pasal 493 KUHPerdata). Sebelumnya pengadilan

harus mengadakan dulu pemanggilan 3X berturut-turut.

Waktu 10 tahun dapat diperpendek jadi satu tahun dalam

masa “mungkin sudah meninggal” (S. 1922 No. 455).

Dalam PP No. 9/1975 boleh kawin lagi apabila ditinggal

2 tahun berturut-turut.

Jika ijin pengadilan sudah diberikan tapi perkawinan

baru belum dilangsungkan sedang orang yang tak hadir

kembali/member kabar masih hidup, ijin untuk menikah

dari pengadilan gugur demi hokum.

Setelah suami/istri yang ditinggal menikah lagi dan

kemudian orang yang tak hadir, maka orang yang tak

hadir boleh menikah lagi dengan orang lain.

BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

Lembaga Catatan Sipil ini mengurusi pencatatan peristiwa

hukum seseorang seperti

kelahiran,perkawinan,kematian,perceraian,pengakuan dan

pengesahan anak serta pergantian nama yang menyangkut

hal-hal keperdataan yang dimiliki, baik untuk kejelasan

status, atau penyelesaian masalah-masalah keperdataan

yang akan atau sedang terjadi.

Tempat tinggal ini terkait hak dan kewajiban dalam

peristiwa hukum seseorang serta menentukan status

hukumnya.

Keadaan tidak hadir ini dapat menimbulkan ketidak pastian

hukum yang terkait dengan orang lain.

3.2 SARAN

Untuk Lembaga Catatan Sipil agar dapat bekerja lebih

baik dalam melakukan pencatatan dan terkait dengan tempat

tinggal dan keadaan tidak hadir seseorang agar status

hukumnya jelas.

DAFTAR PUSTAKA

R.Soetojo Prawirohamidjojo dan Marthalena Pohan. Hukum Orangdan Keluarga (Personen en Familie-Recht). Surabaya. AirlanggaUniversity Press, 1991 Hlm.5.

Salim,HS.,Pengantar Hukum Perdata Tertulis (BW),Jakarta. SinarGrafika,Cet IV,2006),Hlm.42.

Muhammad,Prof. Abdulkadir S.H. Hukum Perdata Indonesia. PenerbitPT Citra Aditya Bakti. Bandung.2014

Rachmadi, Usman. Aspek-aspek Hukum Perorangan dan Kekeluargaan diIndonesia.Jakarta.Sinar Grafika.2006 Hlm.189.

Kie,Tan Thong . Studi Notariat & Serba-Serbi Praktek Notaris. Jakarta.Inchtiar Baru Van Hoeve. 2007, Hlm 44.

Salim, Pengantar hukum Perdata Tertulis. Jakarta. Sinar Grafika.2008 hal 37-40

Soleh Hasan. ''Pencatatan Sipil di Indoneisa''. 15 Maret 2015. http://soleh-com.blogspot.com/2012/03/normal-0-false-false-false-en-us-x-none.html

Egi Septiannjari. ''Makalah Hukum Perdata''. 16 Maret 2015.http://makalahhukumperdata.blogspot.com/

Andrycko, Muhammad. ''Materi kuliah Pengetahuan dasar Hukum Perdata Lengkap''. 16 Maret 2015. http://andrycko.blogspot.com/2011/12/pengetahuan-dasar-hukum-perdata.html

Hasbi Hasadiqi.''Domisili Hukum Perdata''. 16 Maret 2015. http://artikelfakta.blogspot.com/2013/07/domisili-hukum-perdata.html