Makalah contextual teaching learning (CTL)

25
BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Ketika kita membicarakan tentang pendidikan, kita merasa bahwa kita sedang membicarakan permasalahan yang kompleks dan sangat luas. Mulai dari masalah peserta didik, pendidik/guru , manajemen pendidikan, kuriku-lum, fasilitas, proses belajar mengajar, dan lain sebagainya. Salah satu masalah yang banyak dihadapi dalam dunia pendidikan kita adalah lemahnya kualitas proses pembelajaran yang dilaksanakan guru di sekolah. Dalam proses pembelajaran di dalam kelas hanya diarahkan kepada kemampuan anak untuk menghafal informasi; otak anak dipaksa untuk mengingat dan menimbun berbagai informasi tanpa dituntut untuk memahami informasi yang diingatnya itu untuk menghubungkannya dengan kehidupan sehari- hari. Akibatnya banyak peserta didik yang ketika lulus dari sekolah, mereka pintar secara teoritis, akan tetapi mereka miskin aplikasi.

Transcript of Makalah contextual teaching learning (CTL)

BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Ketika kita membicarakan tentang pendidikan, kita

merasa bahwa kita sedang membicarakan permasalahan

yang kompleks dan sangat luas. Mulai dari masalah

peserta didik, pendidik/guru , manajemen pendidikan,

kuriku-lum, fasilitas, proses belajar mengajar, dan

lain sebagainya. Salah satu masalah yang banyak

dihadapi dalam dunia pendidikan kita adalah lemahnya

kualitas proses pembelajaran yang dilaksanakan guru

di sekolah. Dalam proses pembelajaran di dalam kelas

hanya diarahkan kepada kemampuan anak untuk

menghafal informasi; otak anak dipaksa untuk

mengingat dan menimbun berbagai informasi tanpa

dituntut untuk memahami informasi yang diingatnya

itu untuk menghubungkannya dengan kehidupan sehari-

hari. Akibatnya banyak peserta didik yang ketika

lulus dari sekolah, mereka pintar secara teoritis,

akan tetapi mereka miskin aplikasi.

Dalam Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas)

dijelaskan bahwa Pendidikan nasional berfungsi untuk

mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta

peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka

mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk

berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi

manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang

Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,

kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang

demokratis serta bertanggung jawab. ( UU Sisdiknas ,

2003). Sesuai fungsi pendidikan nasional tersebut

terletak juga tanggung jawab guru untuk mampu

mewujudkannya melalui pelaksanaan proses

pembelajaran yang mampu bermutu dan berkualitas.

Salah satu strategi yang dapat dipergunakan guru

untuk memperbaiki mutu dan kualitas proses

pembelajaran adalah dengan menerapkan strategi

pembelajaran Contextual Teaching and Learning

( CTL ).

1.2 Perumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan strategi pembelajaran

Kontekstual (CTL) ?

2. Apa perbedaan CTL dengan Pembelajaran Konvensional

?

3. Bagaimana pola dan tahapan pembelajaran CTL di

sekolah ?

4. Bagaimana aplikasi pembelajaran CTL pada mata

pelajaran biologi

1.3 Tujuan Penulisan

Tujuan penyusunan makalah ini adalah untuk mengetahui

tentang strategi Pembelajaran Kontekstual (CTL) pada

pelajaran Biologi

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Pembelajaran Kontekstual (CTL)

Pada beberapa tahun terakhir ini pembelajaran

kontekstual merupakan pendekatan pembelajaran yang

banyak dibicarakan orang. Berbeda dengan strategi

pembelajaran lainnya Contextual Teaching and Learning

(CTL) yang selanjutnya oleh penulis dalam makalah ini

disingkat CTL merupakan strategi yang melibatkan peserta

didik secara penuh dalam proses pembelajaran. Peserta

didik didorong untuk beraktivitas mempelajari materi

pembelajaran sesuai dengan topik yang akan

dipelajarinya.

Menurut Elaine B Johnson (2002) Contextual Teaching andLearning (CTL) adalah :

......an educational process that aims to help students seemeaning in academic material they are studying by connectingacademic subjects with the context of their daily lives, that is,with context of their personal, social, and cultural circumstance.To achieve this aims, the system encompasses the followingeight component: making meaningful connections, doingsignificant work, self-regulated learning, collaborating, critical

and creative thinking, nurturing the individual, reaching highstandards, using authentic assesment.

Kutipan pengertian di atas menegaskan hakikat CTL yang

dapat diringkas dalam 3 (tiga) kata yaitu makna,

bermakna, dan dibermaknakan. Dengan merujuk pada 4

(empat) konsep kunci yang saling terkait, yaitu teaching

(refleksi sistem kepribadian sang guru yang bertindak

secara profesional), learning (refleksi sistem kepribadian

peserta didik yang menunjukkan perilaku yang terkait

dengan tugas yang diberikan, instruction (sistem sosial

tempat berlangsungnya mengajar dan belajar ), dan

curriculum (sistem sosial yang berujung pada rencana untuk

pengajaran ) maka dalam CTL guru berperan sebagai

fasilitator tanpa henti (reinforcing), yakni membantu

peserta didik menemukan makna (pengetahuan). Dalam

penerapan CTL ada sejumlah strategi yang mesti ditempuh

yaitu:

Pertama, pengajaran berbasis problem. Dengan memuculkan

problem yang dihadapi bersama, peserta didik ditantang

untuk berfikir kritis untuk memecahkannya. Problem

seperti ini membawa makna personal dan sosial bagi

peserta didik.

Kedua, menggunakan konteks yang beragam. Makna itu ada

di mana-mana dalam konteks fisikal dan sosial. Guru

membermaknakan pusparagam konteks (sekolah, masyarakat,

tempat kerja, dan sebagainya), sehingga makna

(pengetahuan) yang diperoleh peserta didik menjadi

semakin berkualitas.

Ketiga, mempertimbangkan keberagaman peserta didik baik

perbedaan individual dan sosial. Guru mengayomi peserta

didik dan meyakini bahwa keberagaman dibermaknakan

sebagai mesin penggerak untuk belajar saling menghormati

dan membangun toleransi.

Keempat, memberdayakan peserta didik untuk belajar

sendiri. Peserta didik dilatih untuk kritis dan kreatif

dalam mencari dan menganalisis informasi dengan sedikit

bantuan atau malah secara mandiri.

Kelima, belajar melalui kolaborasi, Peserta didik

dibiasakan saling belajar dari dan dalam kelompok untuk

berbagi pengetahuan dan menentukan fokus belajar.

Keenam, menggunakan penilaian autentik. Hal ini

menunjukkan bahwa belajar telah berlangsung secara

terpadu dan kontekstual, dan memberi kesempatan kepada

siswa untuk maju terus sesuai dengan potensi yang

dimilikinya.

Ketujuh, mengejar standar tinggi. Standar unggul sering

dipersepsikan sebagai jaminan, baik jaminan lulus,

jaminan kerja, jaminan kepercayaan diri, jaminan

menentukan masa depan. Hal ini perlu didengungkan kepada

peserta didik agar menjadi manusia yang kompetitif pada

abad persaingan dewas ini (Elaine B Johnson : 2002)

Hampir serupa dengan pengertian CTL di atas. Wina

Sanjaya (2006) mengemukakan bahwa Contextual Teaching

and Learning adalah suatu strategi pembelajaran yang

menekankan pada proses keterlibatan peserta didik secara

penuh untuk dapat menemukan materi yang dipelajari dan

menghubungkannya dengan situasi kehidupan nyata sehingga

mendorong peserta didik untuk dapat menerapkannya dalam

kehidupan mereka.

Dari konsep tersebut ada 3 (tiga) hal yang harus

difahami. Pertama, CTL akan menekankan kepada proses

keterlibatan peserta didik untuk menemukan materi,

artinya proses belajar diorientasikan pada proses

pengalaman secara langsung. Proses belajar dalam konteks

CTL tidak mengharapkan agar peserta didik hanya menerima

pelajaran, akan tetapi proses mencari dan menemukan

sendiri materi pelajaran. Kedua, CTL mendorong agar

peserta didik dapat menemukan hubungan antara materi

yang dipelajari dengan situasi kehidupan nyata, artinya

peserta didik dituntut untuk dapat menangkap hubungan

antara pengalaman belajar di sekolah dengan kehidupan

nyata. Hal ini sangat penting agar materi yang

dipelajari peserta didik tertanam erat dalam memori

peserta didik, sehingga tidak akan mudah dilupakan.

Ketiga, CTL mendorong peserta didik untuk dapat

menerapkannya dalam kehidupan, artinya CTL bukan hanya

mengharapkan peserta didik memahami materi yang

dipelajarinya, akan tetapi bagaimana materi pelajaran

itu dapat mewarnai perilakunya dalam kehidupan sehari-

hari.

CTL sebagai suatu pendekatan pembelajaran memiliki 7

(tujuh) asas. Asas-asas ini yang melandasi pelaksanaan

proses pembelajaran dengan menggunakan pendekatan CTL.

Adapun 7 (tujuh) asas tersebut adalah :

1. Konstruktivisme, adalah proses membangun atau

menyusun penge-tahuan baru dalam struktur

kognitif siswa berdasarkan pengalaman.

2. Inkuiri, adalah proses pembelajaran didasarkan

pada pencarian dan penemuan melalui proses

berfikir secara sistematis.

3. Bertanya (Questioning), adalah bertanya dan

menjawab pertanyaan. Bertanya dipandang sebagai

refleksi keingintahuan setiap individu;

sedangkan menjawab pertanyaan mencerminkan

kemampuan seseorang dalam berfikir.

4. Masyarakat Belajar ( Learning Community) adalah

proses kerjasama saling memberi dan menerima.

Penerapannya dapat dilakukan dengan menerapkan

pembelajaran melalui kelompok belajar. Dalam hal

tertentu guru bisa mendatangkan orang-orang yang

dianggap memiliki keahlian khusus untuk

memberikan atau membahas masalah tertentu sesuai

dengan materi pembelajaran.

5. Permodelan ( Modelling ), adalah proses

pembelajaran dengan memperagakan sesuatu sebagai

contoh yang dapat ditiru oleh setiap siswa.

Misalnya guru memberikan contoh kepada siswa,

atau siswa yang telah menguasai kemampuan

tertentu memberikan contoh kepada temannya di

depan kelas.

6. Refleksi (reflection), adalah proses pengendapan

pengalaman yang telah dipelajari yang dilakukan

dengan cara mengurutkan kembali kejadian-

kejadian atau peristiwa pembelajaran yang telah

dilaluinya.

7. Penilaian nyata ( authentic assessment ) adalah

proses yang dilakukan dengan guru untuk

mengumpulkan informasi tentang perkembangan

belajar yang dilakukan siswa. Penilaian

diperlukan untuk mengetahui apakah peserta didik

benar-benar belajar atau tidak, apakah

pengalaman belajar peserta didik memiliki

pengaruh positif terhadap perkembangan baik

intelektual maupun mental siswa.

B. Perbedaan CTL dengan Pembelajaran Konvensional

Terdapat beberapa perbedaan pokok antara CTL dengan

pembelajaran konvensional yang berlaku selama ini.

Perbedaan tersebut antara lain :

1. CTL menempatkan peserta didik sebagai subyek

belajar, artinya siswa berperan aktif dalam

setiap proses pembelajaran dengan cara menemukan

dan menggali sendiri materi pelajaran. Sedangkan

dalam pembelajaran konvensional peserta didik

ditempatkan sebagai obyek belajar yang berperan

sebagai penerima informasi secara pasif.

2. Dalam pembelajaran CTL, peserta didik belajar

melalui kegiatan kelompok seperti kerja

kelompok, berdiskusi, saling menerima dan

memberi. Sedangkan dalam pembelajaran

konvensional peserta didik lebih banyak belajar

secara individual dengan menerima, mencatat, dan

menghafal materi pelajaran.

3. Dalam CTL, pembelajaran dikaitkan dengan

kehidupan nyata secara riil; sedangkan dalam

pembelajaran konvensional pembelajaran bersifat

teoritis dan abstrak.

4. Dalam CTL, kemampuan didasarkan atas pengalaman;

sedangkan dalam pembelajaran konvensional

kemampuan diperoleh melalui latihan-latihan.

5. Tujuan akhir proses pembelajaran melalui CTL

adalah kepuasan diri; sedangkan dalam

pembelajaran konvensional, tujuan akhir adalah

nilai atau angka.

6. Dalam CTL, tindakan atau perilaku dibangun atas

kesadaran diri sendiri, misalnya individu tidak

melakukan perilaku tertentu karena menyadari

perilaku itu merugikan atau tidak bermanfaat;

sedangkan dalam pembelajaran konvensional,

tindakan atau perilaku individu di dasarkan oleh

faktor dari luar dirinya, misalnya individu

tidak melakukan sesuatu disebabkan takut hukuman

atau sekedar memperoleh nilai dari guru.

7. Dalam CTL, pengetahuan yang dimiliki setiap

individu selalu berkembang sesuai dengan

pengalaman yang dialaminya, sehingga setiap

peserta didik bisa terjadi perbedaan dalam

memaknai hakikat pengetahuan yang dimilikinya.

Dalam pembelajaran konvensional hal ini tidak

terjadi, karena kebenaran yang dimiliki bersifat

absolut dan final, oleh karena pengetahuan di

konstruksi oleh orang lain.

8. Dalam pembelajaran CTL, siswa bertanggung jawab

dalam memonitor dan mengembangkan pembelajaran

mereka masing-masing; sedangkan dalam

pembelajaran konvensional guru adalah penentu

jalannya proses pembelajaran.

9. Dalam pembelajaran CTL, pembelajaran bisa

terjadi dimana saja dalam konteks dan setting

yang berbeda sesuai dengan kebutuhan; sedangkan

dalam pembelajaran konvensional pembelajaran

hanya terjadi di dalam kelas.

10. Oleh karena tujuan yang ingin dicapai adalah

seluruh aspek perkembangan siswa, maka dalam CTL

keberhasilan pembelajaran diukur dengan berbagai

cara, misalnya dengan evaluasi proses, hasil

karya siswa, penampilan, rekaman, observasi,

wawancara, dan lain sebagainya; sedangkan dalam

pembelajaran konvensional keberhasilan hanya

diukur dari tes.

C. Pola dan Tahapan Pembelajaran CTL di Sekolah

Untuk lebih memahami bagaimana mengaplikasikan CTL dalam

proses pembelajaran di sekolah, maka terlebih dahulu

penyusun menyam-paikan Pola pembelajaran CTL di sekolah.

Untuk mencapai kompetensi yang telah ditetapkan guru

dapat melakukan langkah pembelajaran sebagai berikut :

1. Pendahuluan

a. Guru menjelaskan kompetensi yang harus dicapai

serta manfaat dari proses pembelajaran dan

pentingnya materi pelajaran yang akan

dipelajari.

b. Guru menjelaskan prosedur pembelajaran CTL

misalnya :

1) Peserta didik dibagi ke dalam beberapa

kelompok sesuai dengan jumlah peserta

didik;

2) Tiap kelompok ditugaskan untuk melakukan

observasi, misalnya kelompok 1 dan 2

melakukan observasi ke obyek A, sedangkan 3

dan 4 melakukan observasi ke obyek B, dan

seterusnya.

3) Melalui observasi peserta didik ditugaskan

untuk mencatat berbagai hal yang ditemukan

dalam kegiatan observasi tersebut.

c. Guru melakukan tanya jawab sekitar tugas yang

harus dikerjakan oleh setiap peserta didik.

2. Inti

Lokasi pembelajaran : Di lapangan (Lokasi Obyek

Pengamatan )

a. Peserta didik melakukan observasi ke lokasi

atau obyek pengamatan sesuai dengan pembagian

kelompok.

b. Peserta didik mencatat hal-hal yang mereka

temukan di lokasi atau obyek pengamatan sesuai

dengan alat observasi yang telah mereka

tentukan sebelumnya ( untuk peserta didik pada

tingkatan bawah dapat dibantu dalam menyiapkan

alat observasi )

Lokasi pembelajaran : Di dalam Kelas

a. Peserta didik mendiskusikan hasil temuan

mereka sesuai dengan kelompoknya masing-

masing.

b. Peserta didik melaporkan hasil diskusi

c. Setiap kelompok menjawab setiap pertanyaan

yang diajukan oleh kelompok yang lain

3. Penutup

a. Dengan bantuan guru peserta didik menyimpulkan

hasil observasi.

b. Guru menugaskan peserta didik untuk membuat

tulisan atau rangkuman mengenai hasil

observasi mereka.

D. Aplikasi CTL Pada Mata Pelajaran IPS

Pada makalah ini penyusun mencoba menjelaskan juga

tentang contoh aplikasi CTL pada mata pelajaran

Biologi untuk tingkat pendidikan SD kelas IV

semester 2 dan tingkat pendidikan SMP/MTs kelas VII

semester 1 sebagai berikut :

1. Kelas IV , semester 1

Standar Kompetensi Kompetensi Dasar

2. Mengenal sumber daya 2.1. Mengenal aktivitas

alam, kegiatan ekonomi, dan kemajuanteknologi di lingkungan kabupaten/kota dan provinsi

ekonomi yang berkaitan dengan sumber daya alam danpotensi di daerahnya.

2.2. Mengenal pentingnyakoperasi dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat

2.3. Mengenal perkembangan teknologi produksi, komunikasi, dan transportasi serta pengalaman menggunakannya.

2.4. Mengenal permasalahan sosial di daerahnya

Contoh langkah pembelajarannya adalah :

a. Pendahuluan

1) Guru menjelaskan standar kompetensi yang harus

dicapai yaitu Mengenal sumber daya alam, kegiatan

ekonomi, dan kemajuan teknologi di lingkungan kab/kota

dam prov. dan manfaat mempelajari dan

pentingnya materi pelajaran yang akan

dipelajari.

2) Guru menjelaskan prosedur pembelajaran CTL

misalnya :

a) Peserta didik dibagi ke dalam beberapa

kelompok sesuai dengan jumlah peserta

didik; misalnya siswa 36 dibagi dalam 6

kelompok setiap kelompok terdiri dari 6

orang.

b) Tiap kelompok ditugaskan untuk melakukan

observasi, misalnya kelompok 1 dan 2

melakukan observasi ke obyek aktivitas

ekonomi di sekitar sekolah, sedangkan 3 dan

4 melakukan observasi ke obyek sumber daya

alam dan potensi ekonomi di sekitar

sekolah, kelompok 5 dan 6 melakukan

observasi ke obyek koperasi di sekitar

sekolah ( KUD, Koperasi Pegawai, atau

Koperasi Sekolah )

c) Melalui observasi peserta didik ditugaskan

untuk mencatat berbagai hal yang ditemukan

dalam kegiatan observasi yang telah

ditentukan dengan mengisikannya pada format

panduan yang telah disediakan guru.

3) Guru menyediakan /memberikan format panduan

pengamatan sesuai dengan materi pengamatan

kelompok siswa.

4) Guru melakukan tanya jawab sekitar tugas dan

kegiatan observasi yang harus dikerjakan oleh

setiap peserta didik di lingkungan obyek

pengamatan tersebut.

b. Inti

Kegiatan di Lokasi (Obyek Pengamatan )

1) Peserta didik melakukan observasi ke lokasi

atau obyek pengamatan sesuai dengan pembagian

kelompok.

2) Peserta didik mencatat hal-hal yang mereka

temukan di lokasi atau obyek pengamatan sesuai

dengan alat observasi yang telah mereka

tentukan sebelumnya ( untuk peserta didik pada

tingkatan bawah dapat dibantu dalam menyiapkan

alat observasi )

3) Guru mengamati kinerja masing-masing kelompok

dan membimbing apabila ada kelompok yang

mengalami kesulitan.

4) Guru membimbing siswa kembali ke kelas dengan

tertib sesuai waktu yang ditentukan.

Kegiatan di dalam Kelas ( setelah pengamatan selesai dilakukan )

1) Peserta didik mendiskusikan hasil temuan

mereka sesuai dengan kelompoknya masing-masing

(dikusi kelompok).

2) Guru memimpin pembukaan diskusi kelas dan

menyampaikan peraturan dan tata tertib diskusi

agar kegiatan berjalan dengan lancar dan

tertib.

3) Guru mengatur jadwal waktu dan pembagian

kelompok yang melaksanakan tugas presentasi

hasil pengamatan.

4) Peserta didik melaporkan hasil diskusi di

depan kelas

5) Setiap kelompok menjawab setiap pertanyaan

yang diajukan oleh kelompok yang lain

c. Penutup

1) Dengan bantuan guru peserta didik menyimpulkan

hasil observasi.

2) Guru menugaskan peserta didik untuk membuat

tulisan atau rangkuman mengenai hasil

observasi mereka.

2. Kelas VII , semester 1

Standar Kompetensi Kompetensi Dasar

3. Memahami usaha manusia untuk memenuhi kebutuhan

3.1. Mendeskripsikan manusia sebagai makhluk sosial dan ekonomi yang bermoral dalam memenuhi kebutuhan.

3.2. Mengidentifikasi tindakan ekonomi

berdasarkan motif dan prinsip ekonomi dalam berbagai kegiatan sehari-hari

a. Pendahuluan

1) Guru menjelaskan kompetensi “Memahami usaha

manusia untuk memenuhi kebutuhan” yang harus

dicapai serta manfaat dari proses pembelajaran

dan pentingnya materi pelajaran yang akan

dipelajari.

2) Guru menjelaskan pengertian manusia sebagai

makhlug sosial (homo socius) dan makhlug

ekonomi ( berusaha mencukupi kebutuhannya)

3) Guru menjelaskan prosedur pembelajaran CTL

misalnya :

a) Peserta didik dibagi ke dalam beberapa

kelompok sesuai dengan jumlah peserta

didik;

b) Tiap kelompok ditugaskan untuk melakukan

observasi di lingkungan sekitar sekolah,

misalnya kelompok 1 dan 2 melakukan

observasi tentang manusia sebagai makhluk

sosial, sedangkan 3 dan 4 melakukan

observasi tentang manusia sebagai makhlug

ekonomi, kelompok 5 dan 6 mengobservai

tentang motif ekonomi manusia.

c) Melalui observasi peserta didik ditugaskan

untuk mencatat berbagai hal yang ditemukan

dalam kegiatan observasi tersebut.

4) Guru melakukan tanya jawab sekitar tugas yang

harus dikerjakan oleh setiap peserta didik.

5) Guru mengamati kinerja siswa dalam kegiatan

observasi untuk memastikan keberlangsungan

proses pembelajaran dengan baik.

b. Inti

Lokasi pembelajaran : Di lapangan (Lokasi Obyek

Pengamatan )

1) Peserta didik melakukan observasi ke lokasi

atau obyek pengamatan sesuai dengan pembagian

kelompok tersebut.

2) Peserta didik mencatat hal-hal yang mereka

temukan di lokasi atau obyek pengamatan sesuai

dengan alat observasi yang telah mereka

tentukan sebelumnya ( untuk peserta didik pada

tingkatan bawah dapat dibantu dalam menyiapkan

alat observasi )

3) Peserta dapat berkonsultasi dengan guru

apabila mengalami kesulitan dalam melaksanakan

tugas observasi.

Lokasi pembelajaran : Di dalam Kelas

1) Peserta didik berkumpul dalam kelompok kecil

dan mendiskusikan hasil temuan mereka sesuai

dengan tugas masing-masing.

2) Peserta didik melaporkan hasil diskusi

(kelompok besar) dalam kelas

3) Setiap kelompok menjawab setiap pertanyaan

yang diajukan oleh kelompok yang lain

4) Apabila mengalami kesulitan guru dapat

menjembatani dan membantu agar terjadi

interaksi antar peserta didik secara baik dan

diskusi berjalan sesuai jadwal yang

ditentukan.

5) Guru menilai interaksi tanya jawab dan

kerjasama antar kelompok untuk menilai secara

kognisi maupun afeksi siswa dalam

pembelajaran.

c. Penutup

1) Dengan bantuan guru peserta didik menyimpulkan

hasil observasi.

2) Guru menugaskan peserta didik untuk membuat

laporan hasil pengamatan dengan sistematika

laporan yang baku.

Dengan 2 (dua) contoh tersebut kita mendapatkan

pemahaman bahwa CTL adalah pembelajaran tepat dan dapat

diterapkan pada pelajaran IPS baik di SD maupun SMP/MTs

dengan didukung kreatifitas dan kemauan guru dalam

meningkatkan mutu pembelajarannya. Karena CTL menekankan

pembelajaran dengan anak mengalami langsung dalam

kehidupan nyata di masyarakat. Kelas bukanlah tempat

untuk mencatat atau menerima informasi dari guru, akan

tetapi kelas digunakan untuk saling membelajarkan.

BAB III

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Dari penjabaran mengenai Contextual Teaching and

Learning (CTL) di atas dapat disimpulkan sebagai

berikut :

1. Strategi Pembelajaran Contextual Teaching and Learning

(CTL) adalah suatu strategi pembelajaran yang

menekankan kepada proses keterlibatan peserta

didik secara penuh untuk dapat menemukan materi

yang dipelajari dan menghubungkan dengan situasi

nyata sehingga mendorong peserta didik untuk

menerapkannya dalam kehidupan mereka.

2. CTL memandang bahwa belajar bukan menghafal, akan

tetapi proses berpengalaman dalam kehidupan nyata.

3. Kelas dalam pembelajaran CTL bukan sebagai tempat

untuk memperoleh informasi tetapi sebagai tempat

untuk menguji data hasil temuan peserta didik di

lapangan.

4. Ada beberapa perbedaan antara strategi

pembelajaran CTL dan konvensional yang membuktikan

bahwa CTL lebih efektif dan mampu menjadi

alternatif pilihan strategi pembelajaran yang

diterapkan guru di sekolah.

5. Diperlukan pola dan langkah pembelajaran CTL di

kelas agar strategi CTL dapat diterapkan secara

efektif dan sesuai materi pelajaran yang telah

ditetapkan dalam Standar Kompetensi (SK) dan

Kompetensi Dasar (KD).

6. Strategi pembelajaran Contextual Teaching and

Learning (CTL) dapat diaplikasikan pada mata

pelajaran IPS baik di tingkat pendidikan SD maupun

SMP/MTs.

B. Saran

Dengan pemahaman tentang Contextual Teaching and Learning

(CTL) ini diharapkan guru mata pelajaran IPS dapat

menerapkan strategi ini dalam melaksanakan proses

belajar mengajar (PBM) di sekolah dan dapat lebih

meningkatkan kualitas maupun kuantitas penguasaan

materi pelajaran IPS siswa di sekolah yang pada

akhirnya mampu meningkatkan kualitas sumber daya

manusia Indonesia sebagaimana tujuan dan fungsi

pendidikan nasional.http://arissudarmawan.blogspot.com/2011/04/makalah-ctl.html