MAKALAH BIOKIMIA LINGKUNGAN PERAIRAN

28
MAKALAH BIOKIMIA BIOKIMIA LINGKUNGAN PERAIRAN ( Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Biokimia yang dibimbing oleh DR. Yuni Kilawati , S.Pi, MS ) Oleh : 1.Suryanto ( 135080101111118 ) 2. Aji Sanjaya ( 135080101111104 ) 3. Dadang Kurniawan ( 135080101111105 ) 4. Muhklas Shah Winarno ( 135080101111096 ) 5.Ainun ( 135080101111107 ) MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

Transcript of MAKALAH BIOKIMIA LINGKUNGAN PERAIRAN

MAKALAH BIOKIMIA

BIOKIMIA LINGKUNGAN PERAIRAN

( Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Biokimia yang

dibimbing oleh DR. Yuni Kilawati , S.Pi, MS )

Oleh :

1.Suryanto ( 135080101111118 )

2.Aji Sanjaya ( 135080101111104 )

3.Dadang Kurniawan ( 135080101111105 )

4.Muhklas Shah Winarno ( 135080101111096 )

5.Ainun ( 135080101111107 )

MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

2014

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah

SWT karena berkat limpahan rahmat dan karunianya, sehingga

kami dapat menyelesaikan penyusunan laporan penelitian

mengenai Biokimia di dalam perairan bentuk makalah. Dalam

penyusunan laporan ini tidak sedikit hambatan yang penulis

hadapi. Namun penulis menyadari bahwa kelancaran dalam

penyusanan materi ini berkat bantuan, dorongan dan bimbingan

dari dosen pembimbing sehingga kendala-kendala yang penulis

hadapi dapat diatasi. Oleh karena itu, kamii mengucapkan

terima kasih kepada dosen bidang studi biokimia yang telah

memberikan tugas, petunjuk kepada kami sehingga kami

termotivasi untuk menyelesaikan laporan ini. Dan tak lupa pula

kami ucapkan banyak terimakasih kepada rekan-rekan yang

turut berpartisipasi dalam penyelesaian pembuatan laporan ini.

Semoga laporan ini dapat bermanfaat dan menjadi sumbangan

pemikiran bagi pihak yang membutuhkan. Untuk itu kritik dan

saran dari semua pihak sangat kami harapkan.

Daftar Isi

Kata pengantar................................i

Daftar isi...................................ii

Bab I: Pendahuluan............................1

1.1 Latar belakang.......................11.2 Tujuan dan Manfaat...................1

Bab II: Pembahasan............................2

2.1 Air..................................22.2 Pencemaram...........................3

2.2.1 Pencemaran air.................32.2.2 Hal umum penyebab pencemaranperairan.............................4

2.2.3 Limbah.........................42.2.4 Komponen limbah cair...........52.2.5 Indikator Pencemaran Perairan. .52.2.6 Kebutuhan Oksigen Biokimia.....92.2.7 Kebutuhan Oksigen Kimia.......102.2.8 Posfat........................102.2.9 Self Purification.............11

Bab III: Penutup…………………………………………………….........12

3.1 Kesimpulan…………………………………………….…12

3.2 Saran………………………………………………….…..12

Daftar Pustaka……………………………………………………….13

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Air merupakan komponen lingkungan yang penting bagi

kehidupan. Air merupakan kebutuhan utama bagi proses kehidupan

di bumi, sehingga tidak ada kehidupan seandainya di bumi tidak

ada air. Namun demikian, air dapat menjadi malapetaka bilamana

tidak tersedia dalam kondisi yang benar, baik kualitas maupun

kuantitasnya. Air yang relatif bersih sangat didambakan oleh

manusia, baik untuk keperluan hidup sehari-hari, untuk

keperluan industri, untuk kebersihan sanitasi kota, maupun

untuk keperluan pertanian dan lain sebagainya.

Air sebagai komponen lingkungan hidup akan mempengaruhi

dan dipengaruhi oleh komponen lainnya. Air yang kualitasnya

buruk akan mengakibatkan lingkungan hidup menjadi buruk

sehingga akan mempengaruhi kesehatan dan keselamatan manusia

serta mahluk hidup lainnya. Penurunan kualitas air akan

menurunkan daya guna, hasil guna, produktivitas, daya dukung

dan daya tampung dari sumberdaya air yang pada akhirnya akan

menurunkan kekayaan sumberdaya alam. Untuk mendapat air yang

baik sesuai dengan standar tertentu, saat ini menjadi barang

yang mahal, karena air sudah banyak tercemar oleh bermacam-

macam limbah dari berbagai hasil kegiatan manusia, sehingga

secara kualitas, sumberdaya air telah mengalami penurunan.

Demikian pula secara kuantitas, yang sudah tidak mampu

memenuhi kebutuhan yang terus meningkat.

1.2 Rumusan Masalah1. Bagaimana pengertian dan penjelasan dari Air ?

2. Apa definisi dari pencemaran dan pencemaran Air ?

3. Apa yang menyebabkan terjadinya pencemaran didalam

perairan

4. Bagaimana indikator dari pencemaran perairan ?

5. Bagamaina upaya untuk mengembalikan kondisi perairan

yang tercemar menjadi kondisi yang normal kembali ?

6. Apa saja molekul biokimia ( Biomolekul ) dalam

perairan?

1.3 Tujuan

Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini yaitu sebagai

berikut :

1. Untuk mengetahui dan memahami tentang pengertian dan

penjelasan air

2. Untuk mengetahui dan memahami denifisi dari pencemaran

dan pencemaran air

3. Untuk mengetahui dan memahami penyebab terjadinya

pencemaran

4. Untuk mengetahui dan memahami indikator dari pencemaran

perairan

5. Untuk mengetahui dan memahami upaya untk mengembalikan

kondisi perairan tercemar menjadi kondisi yang normal

kembali.

6. Untuk mengetahui dan memahami molekul biokimia

( Biomolekul ) yang ada di dalam perairan.

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Air

Air merupakan salah satu sumber daya alam yang memiliki

fungsi sangat penting bagi kehidupan dan perikehidupan

manusia, serta untuk memajukan kesejahteraan umum, sehingga

merupakan modal dasar dan faktor utama pembangunan

(Kementerian Negara Lingkungan Hidup, 2010).Air merupakan

salah satu senyawa kimia yang terdapat di alam secara

berlimpah-limpah akan tetapi ketersediaan air yang memenuhi

syarat bagi keperluan manusia relatif sedikit karena dibatasi

oleh berbagai faktor (Effendi,2003). Dari sekitar 1.386 juta

km3 air yang ada di bumi, sekitar 1.337 km3 (97,39%) berada di

samudera atau lautan dan hanya sekitar 35 juta km3 (25,53%)

berupa air tawar di daratan dan sisanya dalam bentuk gas/uap.

Jumlah air tawar tersebut sebagian besar (69%) berupa

gumpalan es dan glasier yang terperangkap di daerah kutub,

sekitar 30% berupa air tanah dan hanya sekitar 1% terdapat

dalam sungai, danau dan waduk (Suripin, 2002). Kuantitas air

di alam ini jumlahnya relatif tetap namun kualitasnya semakin

lama semakin menurun. Kuantitas/jumlah air umumnya dipengaruhi

oleh lingkungan fisik daerah seperti curah hujan, topografi

dan jenis batuan sedangkan kualitas air sangat dipengaruhi

oleh lingkungan sosial seperti kepadatan penduduk dan

kepadatan sosial (Hadi dan Purnomo, 1996 dalam Lutfi, 2006).

Air yang memadai bagi konsumsi manusia hanya 0,003% dari

seluruh air yang ada (Effendi, 2003).

Habitat air tawar menempati daerah yang relatif kecil

pada permukaan bumi dibandingkan habitat laut dan daratan

namun habitat ini mempunyai kepentingan bagi manusia yang jauh

lebih berarti karena habitat air tawar merupakan sumber air

yang praktis dan murah untuk berbagai keperluan, baik rumah

tangga, domestik, maupun industri. Selain itu ekosistem air

tawar menawarkan sistem pembuangan yang memadai dan paling

murah (Odum, 1996).

2.2 Pencemaran dan Pencemaran Air

2.2.1 Pencemaran

Pencemaranlingkungan adalah perubahan ligkungan yang 

tidak menguntungkan sebagian karena tindakan-tindakan

manusia yang disebabkan oleh perubahan pola pembentukan

energi dan materi, tingkatan radiasi, bahan bahan fisika,

kimia dan jumlah organisme. Perubahan ini dapat

mempengaruhi manusia secara langsung atau tidak langsung

melalui hasil pertanian, peternakan, benda-benda,

perilaku dalam apresiasi dan rekreasi di alam bebas

(Fardiaz. 1992).

Menurut Hidayat (1981), pada dasarnya pencemaran

lingkungan dapat dibagi dalam tiga tingkatan yaitu : (1)

gangguan, merupakan bentuk pencemaran yang paling ringan,

(2) pencemaran temporer, berjangka pendek karena alam

mampu mencernakannya sehingga lingkungan dapat kembali

seperti semula, dan (3) pencemaran permanen, bersifat

tetap karena alam tidak mampu kembali mencernakannya

(dikenal sebagai perubahan sumberdaya alam). Pencemaran

lingkungan hidup menurut Undang-Undang Nomor 32 Tahun

2009 (Kementerian Negara Lingkungan Hidup, 2009) adalah

masuk atau dimasukkannya mahluk hidup, zat, energi

dan/atau komponen lain ke dalam lingkungan hidup oleh

kegiatan manusia sehingga melampaui baku mutu lingkungan

hidup yang telah ditetapkan.

2.2.2 Pencemaran Air

Pencemaran adalah suatu penyimpangan dari keadaan no

rmalnya. Jadi pencemaran air adalah suatu keadaan air

tersebut telah mengalami penyimpangan dari keadaan

normalnya. Keadaan normal air masih tergantung pada

factor penentu, yaitu kegunaan air itu sendiri dan asal

sumber air (Wardhana, 2004). Cottam (1969) mengemukakan

bahwa pencemaran air adalah bertambahnya suatu material

atau bahan dan setiap tindakan manusia yang mempengaruhi

kondisi perairan sehingga mengurangi atau merusak daya

guna perairan. Industri pertambangan dan energi mempunyai

pengaruh besar terhadap perubahan lingkungan karena

mengubah sumber daya alam menjadi produk baru dan

menghasilkan limbah yang mencemari lingkungan.(Darsono,

1992).

Kumar (1977) berpendapat bahwa air dapat tercemar ji

ka kualitas atau komposisinya baik secara langsung atau

tidak langsung berubah oleh aktivitas manusia sehingga

tidak lagi berfungsi sebagai air minum, keperluan rumah

tangga, pertanian, rekreasi atau maksud lain seperti

sebelum terkena pencemaran.

2.3 Penyebab Terjadinya Pencemaran di Dalam Perairan

Perkembangan penduduk dan kegiatan manusia telah

meningkatkansungai-sungai, terutama

sungai sungai yang melintasi daerah perkotaan dimana seba

gia air bekas kegiatan manusia dibuang ke system perairan

yang sedikit atau tanpa pengolahan sama sekali terlebih

dahulu. Hal ini menyebabkan penurunan kualitas air sungai

(Darsono, 1992).

Penyebab pencemaran air berdasarkan sumbernya secara

umum dapat dikategorikan sebagai sumber kontaminan

langsung dan tidak langsung. Sumber langsung meliputi

effluent yang keluar dari industri, TPA (Tempat Pemrosesan

Akhir Sampah), dan sebagainya. Sumber tidak langsung

yaitu kontaminan yang memasuki badan air dari tanah, air

tanah, atau atmosfer berupa hujan. Tanah dan air tanah

mengandung mengandung sisa dari aktivitas pertanian

seperti pupuk dan pestisida. Kontaminan dari atmosfer

juga berasal dari aktivitas manusia yaitu pencemaran

udara yang menghasilkan hujan asam. Penyebab pencemaran

air dapat juga digolongkan berdasarkan aktivitas manusia

dalam memenuhi kebutuhan hidupnya, yaitu limbah yang

berasal dari industri, rumah tangga, dan pertanian

(Suriawiria, 1996).

2.3.1 Limbah

Limbah adalah buangan yang dihasilkan dari suatu

proses produksi baik industri maupun domestik (rumah

tangga). Limbah yang dihasilkan berupa sampah, air kakus

(black water), dan air buangan dari berbagai aktivitas

domestic lainnya (grey water). Menurut Undang-undang Nomor

32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan

Lingkungan Hidup (Kementerian Negara Lingkungan Hidup,

2009),

limbah didefinisikan sebagai sisa suatu usaha dan/atau

kegiatan. Limbah cair adalah air yang membawa sampah

(limbah) dari rumah, bisnis dan industri. Limbah adalah

sampah cair dari suatu lingkungan masyarakat dan terutama

terdiri dari air yang telah dipergunakan dengan hampir

0,1% dari padanya berupa benda-benda padat yang terdiri

dari zat organik dan an-organik. Pelimbahan akan berbeda

kekuatan dan komposisinya dari suatu kota ke kota yang

lain disebabkan oleh perbedaan-perbedaan yang nyata dalam

kebiasaankebiasaan masyarakat yang berbeda-beda, sifat

makanan dan pemakaian air perkapita. Tidak ada dua jenis

sampah yang benar-benar sama. Pelimbahan pada kota-kota

non industri, kebanyakan terdiri dari sampah domestik

yang murni (Mahida, 1986). Limbah padat lebih dikenal

sebagai sampah, yang seringkali tidak dikehendaki

kehadirannya karena tidak memiliki nilai ekonomis. Bila

ditinjau secara kimiawi, limbah ini terdiri dari bahan

kimia senyawa organik dan senyawa anorganik. Dengan

konsentrasi dan kuantitas tertentu, kehadiran limbah

dapat berdampak negatif terhadap lingkungan terutama bagi

kesehatan manusia, sehingga perlu dilakukan penanganan

terhadap limbah. Tingkat bahaya keracunan yang

ditimbulkan oleh limbah tergantung pada jenis dan

karakteristik limbah.

2.3.2 Komponen Limbah Cair  

Komponen limbah cair (Tchobanoglous and Eliassen

dalam Soeparman, 2001) antara lain limbah cair domestik

(domestic waste water), limbah cair industri (industrial waste

water), rembesan dan luapan (infiltration and inflow). Limbah

cair domestik adalah hasil buangan dari perumahan,

bangunan, perdagangan, perkantoran dan sarana sejenisnya.

Limbah cair domestic mengandung susunan senyawa organik,

baik itu alami maupun sintetis. Senyawa ini masuk ke

dalam badan air sebagai hasil dari aktivitas manusia.

Penyusun utamanya berupa polysakarida (karbohidrat),

polipeptida (protein), lemak (fats) dan asam nukleat (nucleic

acid).

2.4 Indikator Pencemaran Perairan

Beberapa karakteristik atau indikator kualitas air

yang disarankan untuk dianalisis sehubungan pemanfaatan

sumberdaya air untuk berbagai keperluan, antara lain

parameter fisika, kimia dan biologi (Effendi, 2003).

Indikator atau tanda bahwa air lingkungan telah tercemar

adalah adanya perubahan atau tanda yang dapat diamati

yang dapat digolongkan menjadi :

- Pengamatan secara fisik, yaitu pengamatan pencemaran

air berdasarkan tingkat kejernihan air (kekeruhan),

perubahan suhu, warna dan adanya Perubahan warna baud an

rasa.

- Pengamatan secara kimiawi, yaitu pengamatan pencemaran

air berdasarkan zat kimia yang

terlarut dan perubahan pH.

- Pengamatan secara biologis, yaitu pengamatan pencemaran

air berdasarkan mikroorganisme yang ada dalam air,

terutama ada tidaknya bakteri patogen. Indikator yang

umum digunakan pada pemeriksaan pencemaran air adalah pH

atau konsentrasi ion hydrogen, oksigen terlarut (Dissolved

Oxygen, DO), kebutuhan oksigen biokimia (Biochemical Oxygen

Demand, BOD) serta kebutuhan oksigen kimiawi (Chemical Oxygen

Demand, COD).

Pemantauan kualitas air pada sungai perlu disertai

dengan pengukuran dan pencatatan debit air agar analisis

hubungan parameter pencemaran air dan debit badan air

sungai dapat dikaji untuk keperluan pengendalian

pencemarannya (Irianto dan Machbub, 2003).

- Parameter Fisika

a. Suhu

Suhu sangat berpengaruh terhadap proses-proses yang

terjadi dalam badan air. Suhu air buangan kebanyakan

lebih tinggi daripada suhu badan air. Hal ini erat

hubungannya dengan proses biodegradasi. Pengamatan suhu

dimaksudkan untuk mengetahui kondisi perairan dan

interaksi antara suhu dengan aspek kesehatan habitat dan

biota air lainnya. Kenaikan suhu air akan menimbulkan

beberapa akibat sebagai berikut : (1) jumlah oksigen

terlarut di dalam air menurun. (2) kecepatan reaksi kimia

meningkat. (3) kehidupan ikan dan hewan air lainnya

terganggu.(4) jika batas suhu yang mematikan terlampaui,

ikan dan hewan air lainnya akan mati. (Fardiaz, 1992)

b. Daya Hantar Listrik

Daya hantar listrik adalah bilangan yang menyatakan

kemampuan larutan cair untuk menghantarkan arus listrik.

Kemampuan ini tergantung keberadaan ion, total

konsentrasi ion, valensi konsentrasi relatif ion dan suhu

saat pengukuran. Makin tinggi konduktivitas dalam air,

air akan terasa payau sampai asin. (Mahida, 1986).

c. Total Padatan Tersuspensi (Total Suspended Solid, TSS) dan

Total Padatan Terlarut (Total Dissolved Solid, TDS)

Sugiharto (1987) mendefinisikan sebagai jumlah berat

dalam air limbah setelah mengalami penyaringan dengan

membran berukuran 0,45 mikro. Total padatan tersuspensi

terdiri atas lumpur dan pasir halus serta jasad-jasad

renik terutama yang disebabkan oleh kikisan tanah atau

erosi yang terbawa ke dalam badan air. Masuknya padatan

tersuspensi ke dalam perairan dapat menimbulkan kekeruhan

air. Hal ini menyebabkan menurunnya laju fotosintesis

fitoplankton, sehingga produktivitas primer perairan

menurun, yang pada gilirannya menyebabkan terganggunya

keseluruhan rantai makanan. Padatan tersuspensi yang

tinggi akan mempengaruhi biota di perairan melalui dua

cara. Pertama, menghalangi dan mengurangi penentrasi

cahaya ke dalam badan air, sehingga mengahambat proses

fotosintesis oleh fitoplankton dan tumbuhan air lainnya.

Kedua, secara langsung TDS yang tinggi dapat mengganggu

biota perairan seperti ikan karena tersaring oleh insang.

Menurut Fardiaz (1992), padatan tersuspensi akan

mengurangi penetrasi cahaya ke dalam air. Penentuan

padatan tersuspensi sangat berguna dalam analisis

perairan tercemar dan buangan serta dapat digunakan untuk

mengevaluasi kekuatan air,buangan domestik, maupun

menentukan efisiensi unit pengolahan.Padatan tersuspensi

mempengaruhi kekeruhan dan kecerahan air. Oleh karena itu

pengendapan dan pembusukan bahan-bahan organik dapat

mengurangi nilai guna perairan. Total padatan terlarut

merupakan bahan-bahan terlarut dalam air yang tidak

tersaring dengan kertas saring millipore dengan ukuran pori

0,45 μm. Padatan ini terdiri dari senyawa-senyawa

anorganik dan organik yang terlarut dalam air, mineral

dan garam-garamnya. Penyebab utama terjadinya TDS adalah

bahan anorganik berupa ion-ion yang umum dijumpai di

perairan. Sebagai contoh air buangan sering mengandung

molekul sabun, deterjen dan surfaktan yang larut air,

misalnya pada air buangan rumah tangga dan industri

pencucian.

d. Kekeruhan dan Kecerahan

Mahida (1986) mendefinisikan kekeruhan sebagai

intensitas kegelapan di dalam air yang disebabkan oleh

bahan-bahan yang melayang. Kekeruhan perairan umumnya

disebabkan oleh adanya partikel-partikel suspensi seperti

tanah liat, lumpur, bahan-bahan organik terlarut,

bakteri, plankton dan organisme lainnya. Effendi (2003),

menyatakan bahwa tingginya nilai kekeruhan juga dapat

menyulitkan usaha penyaringan dan mengurangi efektivitas

desinfeksi pada proses penjernihan air.

- Parameter Kimia

a. Derajat Keasaman (pH)

Derajat keasaman merupakan gambaran jumlah atau

aktivitas ion hydrogen dalam perairan. Secara umum nilai

pH menggambarkan seberapa besar tingkat keasaman atau

kebasaan suatu perairan. Perairan dengan nilai pH = 7

adalah netral, pH < 7 dikatakan kondisi perairan bersifat

asam, sedangkan pH > 7 dikatakan kondisi perairan

bersifat basa (Effendi, 2003). Adanya karbonat,

bikarbonat dan hidroksida akan menaikkan kebasaan air,

sementara adanya asamasam mineral bebas dan asam karbonat

menaikkan keasaman suatu perairan. Sejalan dengan

pernyataan tersebut, Mahida (1986) menyatakan bahwa

limbah buangan industri dan rumah tangga dapat

mempengaruhi nilai pH perairan. Nilai pH dapat

mempengaruhi spesiasi senyawa kimia dan toksisitas dari

unsur-unsur renik yang terdapat di perairan, sebagai

contoh H2S yang bersifat toksik banyak ditemui di

perairan tercemar dan perairan dengan nilai pH rendah.

b. Oksigen Terlarut (Dissolved Oxygen, DO)

Oksigen terlarut adalah gas oksigen yang terdapat di

perairan dalam bentuk molekul oksigen bukan dalam bentuk

molekul hidrogenoksida, biasanya dinyatakan dalam mg/l

(ppm) (Darsono, 1992). Oksigen bebas dalam air dapat

berkurang bila dalam air dalam terdapat kotoran/limbah

organik yang degradable. Dalam air yang kotor selalu

terdapat bakteri, baik yang aerob maupun yang anaerob.

Bakteri ini akan menguraikan zat organik dalam air

menjadi persenyawaan yang tidak berbahaya. Misalnya

nitrogen diubah menjadi persenyawaan nitrat, belerang

diubah menjadi persenyawaan sulfat. Bila oksigen bebas

dalam air habis/sangat berkurang jumlahnya maka yang

bekerja, tumbuh dan berkembang adalah bakteri anaerob

(Darsono, 1992).

Oksigen larut dalam air dan tidak bereaksi dengan

air secara kimiawi. Pada tekanan tertentu, kelarutan

oksigen dalam air dipengaruhi oleh suhu. Faktor lain yang

mempengaruhi kelarutan oksigen adalah pergolakan dan luas

permukaan air terbuka bagi atmosfer (Mahida, 1986).

Persentase oksigen di sekeliling perairan dipengaruhi

oleh suhu perairan, salinitas perairan, ketinggian tempat

dan plankton yang terdapat di perairan (di udara yang

panas, oksigen terlarut akan turun). Daya larut oksigen

lebih rendah dalam air laut jika dibandingkan dengan daya

larutnya dalam air tawar. Daya larut O2 dalam air limbah

kurang dari 95% dibandingkan dengan daya larut dalam air

tawar (Setiaji,1995) Terbatasnya kelarutan oksigen dalam

air menyebabkan kemampuan air untuk membersihkan dirinya

juga terbatas, sehingga diperlukan pengolahan air limbah

untuk mengurangi bahan-bahan penyebab pencemaran.

Oksidasi biologis meningkat bersama meningkatnya suhu

perairan sehingga kebutuhan oksigen terlarut juga

meningkat (Mahida, 1986). Ibrahim (1982) menyatakan bahwa

kelarutan oksigen di perairan bervariasi antara 7-14 ppm.

Kadar oksigen terlarut dalam air pada sore hari > 20 ppm.

Besarnya kadar oksigen di dalam air tergantung juga pada

aktivitas fotosintesis organisme di dalam air. Semakin

banyak bakteri di dalam air akan mengurangi jumlah

oksigen di dalam air. Kadar oksigen terlarut di alam

umumnya < 2 ppm. Kalau kadar DO dalam air tinggi maka

akan mengakibatkan instalasi menjadi berkarat, oleh

karena itu diusahakan kadar oksigen terlarutnya 0 ppm

yaitu melalui pemanasan (Setiaji, 1995)

2.4.1 Kebutuhan Oksigen Biokimia (Biochemical Oxygen Demand,

BOD5)

Biochemical Oxygen Demand merupakan ukuran jumlah zat

organik yang dapat dioksidasi oleh bakteri aerob/jumlah

oksigen yang digunakan untuk mengoksidasi sejumlah

tertentu zat organik dalam keadaan aerob. BOD5 merupakan

salah satu indikator pencemaran organik pada suatu

perairan. Perairan dengan nilai BOD5 tinggi

mengindikasikan bahwa air tersebut tercemar oleh bahan

organik. Bahan organik akan distabilkan secara biologik

dengan melibatkan mikroba melalui sistem oksidasi aerobik

dan anaerobik. Oksidasi aerobik dapat menyebabkan penurunan

kandungan oksigen terlarut di perairan sampai pada

tingkat terendah, sehingga kondisi perairan menjadi

anaerobik yang dapat mengakibatkan kematian organisme

akuatik.

Menurut Mahida (1981) BOD akan semakin tinggi jika

derajat pengotoran limbah semakin besar. BOD merupakan

indikator pencemaran penting untuk menentukan kekuatan

atau daya cemar air limbah, sampah industri, atau air

yang telah tercemar. BOD biasanya dihitung dalam 5 hari

pada suhu 200C. Nilai BOD yang tinggi dapat menyebabkan

penurunan oksigen terlarut tetapi syarat BOD air limbah

yang diperbolehkan dalam suatu perairan di Indonesia

adalah sebesar 30 ppm.

Kristianto (2002) menyatakan bahwa uji BOD mempunyai

beberapa kelemahan di antaranya adalah: (1) dalam uji BOD

ikut terhitung oksigen yang dikonsumsi oleh bahan-bahan

organik atau bahan-bahan tereduksi lainnya, yang disebut

juga Intermediate Oxygen Demand, (2) uji BOD membutuhkan

waktu yang cukup lama, yaitu lima hari (3) uji BOD yang

dilakukan selama lima hari masih belum dapat menunjukkan

nilai total BOD, melainkan ± 68 % dari total BOD, (4) uji

BOD tergantung dari adanya senyawa penghambat di dalam

air tersebut, misalnya germisida seperti klorin yang

dapat menghambat pertumbuhan mikroorganisme yang

dibutuhkan untuk merombak bahan organik, sehingga hasil

uji BOD kurang teliti.

2.4.2 Kebutuhan Oksigen Kimia (Chemical Oxygen Demand, COD)

Effendi (2003) menggambarkan COD sebagai jumlah

total oksigen yang dibutuhkan untuk mengoksidasi bahan

organik secara kimiawi, baik yang dapat didegradasi

secara biologi maupun yang sukar didegradasi menjadi CO2

dan H2O. Berdasarkan kemampuan oksidasi, penentuan nilai

COD dianggap paling baik dalam menggambarkan keberadaan

bahan organik, baik yang dapat didekomposisi secara

biologis maupun yang tidak. Uji ini disebut dengan uji

COD, yaitu suatu uji yang menentukan jumlah oksigen yang

dibutuhkan oleh bahan oksidan misalnya kalium dikromat,

untuk mengoksidasi bahan-bahan organik yang terdapat di

dalam air. Banyak zat organik yang tidak mengalami

penguraian biologis secara cepat berdasarkan pengujian

BOD lima hari, tetapi senyawa-senyawa organic tersebut

juga menurunkan kualitas air. Bakteri dapat mengoksidasi

zat organic menjadi CO2 dan H2O. Kalium dikromat dapat

mengoksidasi lebih banyak lagi, sehingga menghasilkan

nilal COD yang lebih tinggi dari BOD untuk air yang sama.

Di samping itu bahan-bahan yang stabil terhadap reaksi

biologi dan mikroorganisme dapat ikut teroksidasi dalam

uji COD. Sembilan puluh enam persen hasil uji COD yang

selama 10 menit, kira-kira akan setara dengan hasil uji

BOD selama lima hari (Kristianto, 2002).

2.4.3 Posfat(PO4)

Keberadaan fosfor dalam perairan adalah sangat

penting terutama berfungsi dalam pembentukan protein dan

metabolisme bagi organisme. Fosfor juga berguna di dalam

transfer energi di dalam sel misalnya adenosine trifosfate

(ATP) dan adenosine difosfate (ADP) (Boyd, 1982) Menurut Peavy

et al. (1986), fosfat berasal dari deterjen dalam limbah

cair dan pestisida serta insektisida dari lahan

pertanian.

Fosfat terdapat dalam air alam atau air limbah

sebagai senyawa ortofosfat, polifosfat dan fosfat

organis. Setiap senyawa fosfat tersebut terdapat dalam

bentuk terlarut, tersuspensi atau terikat di dalam sel

organisme dalam air. Di daerah pertanian ortofosfat berasal

dari bahan pupuk yang masuk ke dalam sungai melalui

drainase dan aliran air hujan. Polifosfat dapat memasuki

sungai melaui air buangan penduduk dan industri yang

menggunakan bahan detergen yang mengandung fosfat,

seperti industry pencucian, industri logam dan

sebagainya. Fosfat organis terdapat dalam air buangan

penduduk (tinja) dan sisa makanan. Menurut Boyd (1982),

kadar fosfat (PO4) yang diperkenankan dalam air minum

adalah 0,2 ppm. Kadar fosfat dalam perairan alami umumnya

berkisar antara 0,005-0,02 ppm. Kadar fosfat melebihi 0,1

ppm, tergolong perairan yang eutrof.

2.5 Self PurificationLingkungan perairan bereaksi terhadap masuknya bahan

pencemar sebagai mekanisme alami untuk kembali pada

kualitas air semula.proses ini disebut Self purification yang

sebenarnya terdiri dari daur ulang material (Vismara,1998

Dalam Vagnetti,2003) definisi lain dari self purification

adalah pemulihan secara alami baik secara total ataupun

sebagian kembali ke kondisi awal dari bahan asing yang

secara kualitas ataupun kuantitas menyebabkan perubahan

karakteristik fisik,kimia dan atau Biologi yang terukur

di dalam air tersebut (Benoit,1971 Dalam

Vagnetti,2003).proses pemulihan secara alami berlangsung

secara fisik,kimiawi dan biologi yang secara signifikan

dapat mendukung alami proses pemurnian diri dan

menyebabkan kualitas air menjadi lebih baik dari kondisi

air semula (Vagnetti,2003).

2.6 Molekul Biokimia ( Biomolekul ) di Dalam Perairan

Ada 4 kelas molekul utama dalam biokimiayaitu: karbohidrat, lipid, protein, dan asam nukleat.Banyak molekul biologi merupakan "polimer": dalam kasusini, monomer adalah mikromolekul yang relatif kecil yangbergabung menjadi satu untuk membentuk makromolekul-makromolekul, yang kemudian disebut sebagai "polimer".Ketika banyak monomer bergabung untuk mensintesissebuah polimer biologis, mereka melalui proses/tahap yangdisebut dengan sintesis dehidrasi.

a. KarbohidratKarbohidrat tersusun dari monomer yang disebut

sebagai monosakarida. Contoh dari monosakarida adalah glukosa (C6H12O6), fruktosa(C6H12O6), dan deoksiribosa (C5H10O4). Ketika 2 monosakarida melalui proses sintesis dehidrasi, maka air akan terbentuk, karena 2 atomhidrogen dan satu atom oksigen telepas dari 2 gugus hidroksil monosakarida.

b. Lipid.Lipid biasanya terbentuk dari satu

molekul gliserol yang bergabung dengan molekul lain. Di trigliserida, ada satu mol gliserol dan tiga molekul asam lemak. Asam lemak merupakan monomer disini.

Lipid, terutama fosfolipid, juga digunakan di beberapa produk obat-obatan, misalnya sebagai bahan pelarut (contohnya di infusparenteral) atau sebagai komponen pembawa obat (contohnya di liposom atau transfersom).

c. Protein.Protein merupakan molekul yang sangat besar-atau

makrobiopolimer- yang tersusun dari monomer yang disebutasam amino. Ada 20 asam amino standar, yang masing-masing terdiri dari sebuah gugus karboksil, sebuah gugus amino, dan rantai samping(disebut sebagai

grup "R"). Grup "R" ini yang menjadikan setiap asam aminoberbeda, dan ciri-ciri dari rantai samping ini akan berpengaruh keseluruhan terhadap suatu protein. Ketika asam amino bergabung, mereka membentuk ikatan khusus yangdisebut ikatan peptida melalui sintesis dehidrasi, dan menjadi Polipeptida, atau protein.

d. Asam Nukleat.Asam nukleat adalah molekul yang membentuk DNA,

substansi yang sangat penting yang digunakan oleh semua organisme seluler untuk menyimpan informasi genetik. Jenis asam nukleat yang paling umum adalahasam deoksiribosa nukleat dan asam ribonukleat. Monomernya disebut nukleotida. Nukleotida yang paling umum diantaranya Adenin, Sitosin, Guanin, Timin, dan Urasil. Adenin berpasangan dengan timin dan urasil, timin hanya berpasangan dengan adenin; sitosin dan guanin hanya dapatberpasangan satu sama lain.

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Dari pembahasan yang telah diuraikan di atas, maka dapat

ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Air merupakan salah satu sumber daya alam yang memiliki

fungsi sangat penting bagi kehidupan dan perikehidupan

manusia, serta untuk memajukan kesejahteraan umum,

sehingga merupakan modal dasar dan faktor utama

pembangunan.

2. Air dapat tercemar jika kualitas atau komposisinya baik s

ecara langsung atau tidak langsung berubah oleh aktivitas

manusia sehingga tidak lagi berfungsi sebagai air minum,

keperluan rumah tangga, pertanian, rekreasi atau maksud

lain seperti sebelum terkena pencemaran.

3. Penyebab pencemaran air berdasarkan sumbernya secara umum

dapat dikategorikan sebagai sumber kontaminan langsung

dan tidak langsung. Sumber langsung meliputi effluent yang

keluar dari industri, TPA (Tempat Pemrosesan Akhir

Sampah), dan sebagainya. Sumber tidak langsung yaitu

kontaminan yang memasuki badan air dari tanah, air tanah,

atau atmosfer berupa hujan.

4. Self purification adalah pemulihan secara alami baik

secara total ataupun sebagian kembali ke kondisi awal

dari bahan asing yang secara kualitas ataupun kuantitas

menyebabkan perubahan karakteristik fisik,kimia dan atau

Biologi yang terukur di dalam air tersebut

3.2 Saran

Bagi kita dan generasi akan datang sudah sepatutnya untuk

menjaga dan melindungi lingkungan perairan di Negara Indonesia

ini terutama dari pencemaran lingkungan dan pencemaran di

dalam perairan.

DAFTAR PUSTAKA

Cottam, T. 1969. Research for Establishment of Water Quality Criteria for

Aquatic Life. Reprint Transac of the 2nd Seminar on

Biology, April 20-24,

Ohio.

Darsono, V. 1992. Pengantar Ilmu Lingkungan. Penerbit

Universitas Atmajaya,

Yogyakarta, hal : 66, 68.

Effendi, H. 2003. Telaah Kualitas Air Bagi Pengelolaan Sumber Daya dan

Lingkungan Perairan. Penerbit Kanisius. Yogyakarta.

Fardiaz, S. 1992. Polusi Air dan Udara, Penerbit Kanisius,

Yogyakarta. Hal : 21-

23, 185

Hidayat, I. 1981. Water Pollution Control, Pengawasan Kualitas dan

Pencemaran Air, Paket Ilmu Jurusan Farmasi, FMIPA, ITB, BPC,

I.S.F.I,

Jawa Barat. Hal : 12-14

Irianto, E.W dan B. Machbub, 2003. Fenomena Hubungan Debit Air dan

Kadar

Zat Pencemar dalam Air Sungai (Studi Kasus : Sub DAS Citaru Hulu). JLP.

Vol 17 (52) Tahun 2005. Hal : 1-4.Diakses pada tanggal 4

Mei 2011 pkl : 00

: 31

Kristianto, P. 2002. Ekologi Industri. Penerbit ANDI. Yogyakarta

Kumar, H.D. 1977. Modern Concept of Ecology. Vikas Published Houses,

VT.

Ltd, New Delhi.

Lutfi A S. 2006. Kontribusi Air Limbah Domestik Penduduk di sekitar Sungai

TUK Terhadap Kualitas Air Sungai Kaligarang serta Upaya

Penangaannnya (Studi Kasus Kelurahan Sampangan dan Bendan

Ngisor

Kecamatan Gajah Mungkur Kota Semarang).

Mahida, U.N. 1986. Pencemaran dan Pemanfaatan Limbah Industri.

Rajawali

Press, Jakarta.

Odum, E. P. 1996. Dasar – Dasar Ekologi. Terjemahan Samingan T.

Gadjah

Mada University Press. Yogyakarta

Setiaji, B. 1995. Baku Mutu Limbah Cair untuk Parameter Fisika, Kimia pada

Kegiatan MIGAS dan Panas Bumi. Lokakarya Kajian Ilmiah tentang

Komponen, Parameter, Baku Mutu Lingkungan dalam Kegiatan Migas dan

Panas Bumi, PPLH UGM, Yogyakarta.

Soeparman, H.M. 2001. Pembuangan Tinja dan Limbah Cair, suatu

pengantar.

Penerbit Buku Kedokteran (EGC)

Sugiharto. 1987. Dasar-dasar Pengelolaan Air Limbah. UI Press.

Jakarta.

Suripin. 2002. Pelestarian Sumber Daya Tanah dan Air. Penerbit Andi.

Yogyakarta.

Suriawiria, U. 1996. Air dalam Kehidupan dan Lingkungan yang Sehat.

Penerbit

Alumni. Bandung.

Wardhana, W.A, 2004. Dampak Pencemaran Lingkungan, Penerbit Andi,

Yogyakarta