Laporan Praktikum Pemisahan dan Pemurnian
-
Upload
independent -
Category
Documents
-
view
4 -
download
0
Transcript of Laporan Praktikum Pemisahan dan Pemurnian
ACARA I
PEMISAHAN DAN PEMURNIAN
A. PELAKSANAAN PRAKTIKUM
1. Tujuan Praktikum :Untuk mempelajari teknik pemisahan dan
pemurnian suatu
zat dari campurannya.
2. Waktu Praktikum : Senin, 3 November 2014
3. Tempat Praktikum : Laboratorium Kimia Dasar, Lantai III,
Fakultas Matematika dan
lmu Pengetahuan Alam, Universitas Mataram.
B. LANDASAN TEORI
Destilasi adalah suatu teknik pemisahan suatu zat dari
campurannya berdasarkan titik didih. Destilasi ada dua macam
yaitu destilasi sederhana dan destilasi bertingkat.
Destilasi sederhana merupakan proses penguapan yang diikuti
pengembunan. Destilasi dilakukan untuk memisahkan suatu
cairan dari campurannya apabila komponen lain tidak ikut
menguap, sedangkan destilasi bertingkat merupakan proses
destilasi berulang-ulang yang terjadi pada kolom
fraksionasi. Rekristalisasi merupakan teknik pemisahan yang
dilakukan berdasarkan titik beku komponen. Ekstraksi
merupakan pemisahan campuran berdasarkan kelarutannya dalam
pelarut yang berbeda (Sulami, 2006 : 2).\
Suatu campuran dapat dipisahkan ke dalam komponen-
komponennya melalui cara-cara fisis yang sesuai. Pikirkan
kembali campuran heterogen pasir dalam air. Bila kita
tuangkan campuran ini ke dalam corong yang dilapisi kertas
saring, air mengalir melaluinya dan pasir tertahan di atas
kertas saring. Proses pemisahan padatan dari campuran cairan
yang suspensinya dinamakan filtrasi (penyaringan). Kita
dapat memisahkan campuran homogen tembaga (II) sulfat dalam
air dengan penyaringan karena semua komponen akan melewati
kertas. Namun, kita dapat mendidihkan larutan tembaga (II)
sulfat dan air. Dalam proses destilasi (penyulingan) cairan
murni dikondensasikan dari uap yang dilepaskan oleh larutan
yang mendidih. Bila semua air telah disisihkan dengan
mendidihkan larutan tembaga (II) sulfat dalam air, padatan
tembaga (II) sulfat akan tertinggal (Petrucci, 2008 : 6).
Pemisahan molekul dari bahan biologis merupakan bagian
penting dari penelitian biokimia, dan banyak melibatkan
isolasi campuran senyawa yang mempunyai kemiripan sifat.
Metode yang biasa dari kimia organik tidak lagi memadai,
sedangkan teknik-teknik fisika digunakan untuk memisahkan
molekul berdasarkan perbedaan kecil dalam sifat-sifatnya.
Kondisi ektrem dari PH, suhu, pelarut organik, dan
penggunaan senyawa pengoksidasi dan pereduksi harus
dihindari (Bintang, 2010 : 13).
Untuk ekstraksi padat-cair ini, prosedur yang paling
sering dijumpai adalah ekstraksi senyawa dari bentuk sediaan
padat seperti analisis dalam sediaan tablet. Prosedur ini
merupakan prosedur yang sederhana karena melibatkan
pemilihan pelarut atau gabungan pelarut secara ideal akan
melarutkan secara sempurna senyawa yang akan dianalisis
lebih lanjut. Kebanyakan prosedur ini dilakukan dengan
terlebih menggerus matriks padat hingga diperoleh serbuk
yang halus lalu dilanjutkan dengan ekstraksi pelarut,
penyaringan, atau sentrifugasi untuk menghilangkan
partikulat (Rohman, 2007 : 44).
C. ALAT DAN BAHAN PRAKTIKUM
1. Alat-alat Praktikum
a. Corong 60 mm
b. Corong 100 mm
c. Dongkrak
d. Ember
e. Gelas arloji
f. Gelas kimia 50 mL
g. Gelas kimia 250 mL
h. Gelas ukur 50 mL
i. Gelas ukur 100 mL
j. Hot plate
k. Kondensor bola
l. Labu alas bundar 500 mL
m. Labu erlenmeyer 100 mL
n. Lap
o. Mantel
p. Penyedot air
q. Pipet tetes
r. Rak tabung reaksi
s. Selang saluran keluar
t. Selang saluran masuk
u. Sentrifuge
v. Spatula
w. Statif
x. Stopwatch
y. Tabung reaksi
z. Termometer 100 oC
aa. Timbangan analitik
2. Bahan-bahan Praktikum
a. Aquades (H2O) (l)
b. Batu didih
c. Bubuk kapur (CaCO3)
d. Es batu (H2O) (s)
e. Etanol (C2H5OH) (aq)
f. Garam dapur (NaCl) (s)
g. Iodium (I2) (s)
h. Kertas label
i. Kertas saring
j. Kloroform (CHCl3) (l)
k. Tembaga (II) sulfat (CuSO4) (s)
l. Tissue
D. PROSEDUR PERCOBAAN
1. Filtrasi dan sentrifugasi bubuk kapur (CaCO3) (s)
a. Dimasukkan 3 sendok bubuk kapur ke dalam gelas kimia
b. Diukur + 25 mL aquades (l) dan dimasukkan ke dalam gelas
kimia yang berisi bubuk kapur tadi, kemudian diaduk.
c. Dituangkan sebagian isinya ke dalam 2 tabung reaksi
masing-masing berisi 5 mL.
d. Kedua tabung reaksi di sentrifugasi menggunakan alat
sentrifugasi dengan kecepatan 2,5 rpm selama 2 menit.
Dihitung dengan stopwatch.
e. Dipisahkan sentrat dari endapan dengan cara dekantasi.
f. Sisa larutan kapur yang terdapat pada tabung reaksi
lainnya disaring dengan menggunakan kertas saring yang
diletakkan pada corong lalu filtratnya di tampung.
g. Dibandingkan antara sentrat dengan filtrat
h. Diamati hasil pengamatan.
2. Rekristalisasi garam dapur kotor (NaCl)(s)
a. Dimasukkan 3 sendok garam dapur kotor ke dalam gelas
kimia.
b. Dimasukkan aquades sedikit mungkin pada gelas kimia
yang terisi garam kotor.
c. Disaring larutan garam dengan kertas saring dan
filtratnya diuapkan dengan hot plate, sambil diaduk
sampai kering dan membentuk kristal.
d. Dihentikan pemanasan apabila sudah terbentuk kristal.
e. Dibandingkan garam sebelum dan sesudah proses.
f. Dicatat hasil pengamatan.
3. Rekristalisasi tembaga (II) sulfat (CuSO4)
a. Ditimbang sebanyak 1 gram tembaga (II) sulfat (CuSO4) (s)
dengan menggunakan timbangan analitik.
b. Dimasukkan 1 gram CuSO4 (s) ke dalam gelas kimia kemudian
dilarutkan dengan 25 mL aquades.
c. Diaduk sampai larut seluruh tembaga (II) sulfat (CuSO4)
(s)
d. Ditambahkan batu didih sebanyak 3 butir.
e. Diuapkan sambil diaduk sampai mengkristal.
f. Dibandingkan antara tembaga (II) sulfat sebelum dan
sesudah proses.
g. Dicatat hasil pengamatan.
4. Ekstraksi iodium (I2) (s)
a. Dimasukkan sebutir kecil iodium ke dalam tabung reaksi.
b. Dimasukkan 5 mL aquades ke dalam tabung reaksi yang
berisi iodium.
c. Dilakukan pengocokan dan diperlihatkan warna dari
larutan.
d. Diambil 1 mL kloroform (CHCl3) (l) dan diperlihatkan
warnanya.
e. Dimasukkan kloroform ke dalam larutan iodium dalam
tabung reaksi.
f. Diamati dan dikocok dengan cara dibenturkan dasar
tabung dengan telapak tangan.
g. Diamati perubahan yang terjadi.
h. Dicatat hasil pengamatan.
5. Destilasi etanol (C2H5OH) (aq) 96%
a. Dipasang alat destilasi biasa
b. Diukur 5 mL etanol 96 % dan dimasukkan ke dalam labu
alas bundar.
c. Diukur 10 mL aquades dan dimasukkan ke dalam labu alas
bundar yang berisi etanol dan 3 butir batu didih.
d. Dipanaskan dengan alat destilasi biasa, diusahakan suhu
tidak diatas 85 oC.
e. Ditampung destilat pada labu erlenmeyer dan diukur
volumenya dengan gelas ukur.
f. Dicatat hasil pengamatannya.
E. HASIL PENGAMATAN
No
.
PROSEDUR PERCOBAAN HASIL PENGAMATAN
1. Filtrasi dan Sentrifugasi bubuk
kapur (CaCO3)(s)
a. Dimasukkan 3 sendok bubuk
kapur ke dalam gelas kimia.
b. Diukur + 25 mL aquades dan
dimasukkan ke dalam gelas
kimia yang berisi bubuk
kapur tadi, kemudian
diaduk.
c. Dituangkan sebagian isinya
ke dalam 2 tabung reaksi
masing-masing berisi 5 mL.
d. Kedua tabung reaksi
disentrifugasi menggunakan
alat sentrifugasi dengan
kecepatan 2,5 rpm selama 2
menit. Dihitung dengan
stopwatch.
e. Dipisahkan sentrat dari
endapan dengan cara
dekantasi.
f. Sisa larutan kapur yang
- Warna awal bubuk
kapur (CaCO3) (s)
putih keruh.
- Warna awal 5 mL
larutan kapur
setelah
disentrifugasi
bening tetapi
masih keruh.
- Warna larutan
sisa setelah
difiltrasi :
bening.
- Warna aquades :
bening
- Dikertas saring
terdapat
partikel-partikel
kecil bubuk kapur
yang tersaring.
- Perbandingan
antara sentrat
terdapat pada tabung reaksi
lainnya disaring dengan
menggunakan kertas saring
yang diletakkan pada corong
lalu filtratnya ditampung.
g. Dibandingkan antara sentrat
dan filtrat.
h. Diamati hasil pengamatan.
dan filtrat
Sentrat :
warnanya
bening
tetapi masih
keruh.
Filtrat :
warnanya
bening dan
jernih.2. Rekristalisasi garam dapur koton
(NaCl) (s)
a. Dimasukkan 3 sendok garam
dapur kotor ke dalam gelas
kimia.
b. Dimasukkan aquades sedikit
mungkin pada gelas kimia
yang terisi garam kotor.
c. Disaring larutan garam
dengan kertas saring dan
filtratnya diuapkan dengan
hot plate, sambil diaduk
sampai kering dan membentuk
kristal.
d. Dihentikan pemanasan
apabila sudah terbentuk
- Larutan garam
dapur (NaCl) (s)
sebelum proses :
putih kotor.
- Warna garam gapur
(NaCl) (s) sesudah
proses : putih
bersih.
- Bentuk garam
dapur (NaCl) (s)
sebelum proses :
kristal dengan
ukuran besar.
- Bentuk garam
dapur (NaCl) (s)
sesudah proses :
kristal.
e. Dibandingkan garam sebelum
dan sesudah proses.
f. Dicatat hasil pengamatan.
kristal halus
dengan ukuran
kecil.
3. Rekristalisasi tembaga (II)
sulfat (CuSO4) (s)
a. Ditimbang sebanyak 1 gram
tembaga (II) sulfat (CuSO4)
(s) dengan menggunakan
timbangan analitik.
b. Dimasukkan 1 gram CuSO4 (s)
ke dalam gelas kimia
kemudian dilarutkan dengan
25 mL aquades.
c. Diaduk sampai larut seluruh
tembaga (II) sulfat (CuSO4)
(s).
d. Ditambahkan batu didih
sebanyak 3 butir.
e. Diuapkan sambil diaduk
sampai mengkristal.
f. Dibandingkan antara tembaga
(II) sulfat sebelum dan
sesudah proses.
g. Dicatat hasil pengamatan.
- Warna awal bubuk
CuSO4 : biru
muda.
- Aquades + bubuk
CuSO4 : CuSO4
larut dalam air.
- Aquades +bubuk
CuSO4 diuapkan +
batu didih :
letupannya rata,
tidak begitu
besar.
- Batu didih tidak
mengalami
perubahan.
- Setelah diuapkan
warnanya menjadi
putih dan
berwujud bubuk.
4. Ekstraksi Iodium (I2) (s) - Warna larutan
a. Dimasukkan sebutir kecil
iodium ke dalam tabung
reaksi.
b. Dimasukkan 5 mL aquades ke
dalam tabung reaksi yang
berisi iodium.
c. Dilakukan pengocokkan dan
diperlihatkan warna dan
larutan.
d. Diambil 1 mL kloroform
(CHCl3) (l) dan diperlihatkan
warnanya.
e. Dimasukkan kloroform ke
dalam larutan iodium dalam
tabung reaksi.
f. Diamati dan dikocok dengan
cara dibenturkan dasar
tabung dengan telapak
tangan.
g. Diamai perubahan yang
terjadi.
h. Dicatat hasil pengamatan.
iodium : hitam.
- Aquades +
iodium : iodium
tidak larut.
- CHCl3 + aquades +
iodium : larutan
berwarna bening
kekuningan dan
iodium melebar,
terjadi gumpalan
gel atau gumpalan
raksa, masih ada
serpihan iodium.
5. Destilasi etanol (C2H5OH) (aq) 96%
a. Dipasang alat destilasi
biasa.
b. Diukur 5 mL etanol 96% dan
- Terdapat
gelembung.
- Setelah suhunya
cukup tinggi,
dimasukkan ke dalam labu
alas bundar.
c. Diukur 10 mL aquades dan
dimasukkan ke dalam labu
alas bundar yang berisi
etanol dan 3 butir batu
didih.
d. Dipanaskan dengan alat
destilasi biasa, diusahakan
suhu tidak diatas 85 oC.
e. Ditampung destilat pada
labu erlenmeyer dan diukur
volumenya dengan gelas
ukur.
f. Dicatat hasil
pengamatannya.
terdapat uap di
ujung atas labu
destilasi.
- Uap masuk ke
dalam kondensor,
mengembun, lalu
mengalir ke ujung
kondensor.
- Diperoleh
destilat dengan
volume 2 mL.
- Pemanasan
dilakukan hingga
suhu
dipertahankan 85oC.
F. ANALISIS DATA
1. Gambar set alat destilasi
Keterangan gambar dan fungsinya:
a. Termometer 100 oC : untuk mengatur atau mengukur
suhu, agar diketahui saat
Mencapai titik didih cairan.
b. Labu alas bundar : untuk wadah atau tempat menampung
larutan yang akan
didestilasi.
c. Mantel : berfungsi sebagai pemanas dalam
proses destilasi
d. Dongkrak : berfungsi sebagai tempat meletakkan
hot plate yang bisa
diatur ketinggiannya.
e. Statif : berfungsi untuk menyangga labu
alas bundar dan
kondensor bola.
f. Klem : berfungsi sebagai penjepit antara
leher labu alas bundar
dengan tiang statif.
g. Kondensor bola : berfungsi sebagai tempat penguapan
yang dihasilkan
dalam proses destilasi melalui proses
pendinginan sehingga
uap dari zat yang didestilasi dapat
menjadi air murni.
h. Selang air keluar : berfungsi mengeluarkan air yang
telah digunakan untuk
mendinginkan uap yang dihasilkan pada
pemanasan.
i. Selang air masuk : berfungsi mengalirkan air dari
ember menuju kondensor
bola sebagai pendinginan uap pada
proses destilasi.
j. Labu erlenmeyer : berfungsi sebagai tempat
menampung hasil destilat.
k. Ember : berfungsi untuk menampung
air dan es batu, untuk
proses pendinginan uap.
l. Penyedot air : berfungsi untuk mendorong
air agar bisa dialirkan.
m. Batu didih : sebagai penyebar panas.
n. Campuran etanol dengan air : sebagai pemurnian
etanol yang mengandung air
dengan cara penyulingan yang mampu
menghasilkan etanol 96%.
o. Es batu : sebagai pendingin air.
p. Destilat : hasil destilat.
2. Perhitungan
Diketahui = volume awal etanol = 5 mL
Volume air = 10 mL
Konsentrasi etanol = 96%
1. Volume alkohol murni
V = volume awal alkohol × konsentrasi alkohol (%)
= 5 mL × 96%
= 4,8 L
2. Volume campuran
V = volume awal alkohol + volume air
= 5 mL + 10 mL
= 15 mL
3. Hasil destilat = 2 mL
4. Persen (%) alkohol dalam campuran
V = volume alkohol murni × 100 %
Volume campuran
= 4,8 × 100 %
15
= 32 %
5. Persentase alkohol setelah destilasi
V = volume destilat × 100 %
Volume alkohol murni
= 2 × 100%
4,8
= 41, 67%
= 41,667 %
G. PEMBAHASAN
Pemisahan dan pemurnian dilakukan dengan tujuan untuk
mendapatkan zat murni dari suatu yang telah tercemar atau
tercampur. Campuran (mixture) dua atau lebih zat dimana
dalam penggabungan ini zat-zat tersebut mempertahankan
identitasnya masing-masing dan tidak memiliki susunan yang
tetap. Campuran dapat dibedakan menjadi dua bagian yaitu
campuran homogen dan campuran heterogen. Campuran juga dapat
dipisahkan berdasarkan sifat-sifat fisiknya, misalnya,
kelarutannya, titik bekunya, dan titik didihnya. Campuran
homogen misalnya campuran gas, molekul-molekulnya tercampur
dan hanya memiliki datu fase. Sedangkan dalam campuran
heterogen misalnya pada air keruh, air, dan minyak, mesin
atau logam campuran lainnya dapat sifat dan susunannya yang
berbeda. Dalam ilmu kimia pemisahan dan pemurnian zat dapat
dilakukan dengan berbagai cara, diantaranya : penyaringa,
dekantasi, sublimasi, kristalisasi, destilasi, dan lain-
lain. Percobaan ini merupakan suatu yang penting karena
merupakan cabang ilmu kimia, oleh karena itu praktikan
diharapkan dapat memanfaatkan percobaan ini sebaik-baiknya.
Cara pemisahan itu dapat digolongkan menjadi pemisahan zat
padat dari zat cair dan pemisahan zat padat dari zat padat.
Dalam ilmu kimia, pemisahan dan pemurnian dilakukan untuk
mendapatkan zat murni dari suatu campuran. Pada pekerjaan-
pekerjaan di laboratorium banyak melibatkan pemisahan
campuran seperti dalam pengolahan minyak bumi dan logam-
logam. Oleh karena itu, pada bagian ini juga akan sedikit
dibahas tentang pemisahan secara kimia, yaitu kromatografi,
sublimasi, dan destilasi atau penyulingan.
Sentrifugasi merupakan suatu metode yang digunakan
dalam pencapaian sedimentasi dimana partikel-partikel yang
ada di dalam suatu bahan dapat dipisahkan dari fluida oleh
gaya sentrifugasi yang dikenakan pada partikel. Dalam
penggunaan metode sentrifugasi ini terdapat sebuah alat yang
penting. Alat yang diperlukan dalam metode ini adalah
sentrifuge. Yang dimaksudkan agar segala bentuk proses
pemisahan zat dapat dipercepat. Prinsip kerjanya yaitu
dimana objek berputar secara horizontal pada jarak radial
dari titik dimana titik tersebut dikenakan gaya. Pada saat
objek diputar, partikel-partikel yang akan berpisah dan
berpencar sesuai berat jenis masing-masing partikel. Dengan
gaya yang paling berperan adalah gaya sentrifugal. Dengan
adanya teknik ini, proses pengendapan suatu bahan akan lebih
cepat dan optimum dibandingkan dengan teknik biasa. Cara
pengoperasian alat sentrifugasi ini sangat memperhatikan
sistem konsentrasi yang ingin dimasukkan ke dalam alat
sentrifugasi dan kecepatan putar alat. Pengguna pertama kali
memasukkan nilai konsentrasi dari endapan yang diinginkan
kemudian memasukkan nilai rpm ke dalam alat sentrifugasi.
Setelah semua selesai, maka alat sentrifugase secara
otomatis akan bejalan yang sebelumnya akan mengeluarkan
nilai waktu putar (t) sebelum alat berputar. Di dalam mesin
sentrifuge, terdapat suatu sensor yang digunakan untuk
mengukur konsentrasi cairan yang dihasilkan dari proses
sentrifugasi. Filtrasi atau penyaringan merupakan metode
pemisahan untuk memisahkan zat padat dari cairannya dengan
menggunakan alat berpori. Dasar pemisahan metode ini adalah
perbedaan ukuran partikel antara pelarut dan zat
terlarutnya. Penyaring akan menahan zat padat yang mempunyai
ukuran partikel lebih besar dari pori saringan dan
meneruskan pelarut. Dekantasi adalah proses pemisahan zat
padat yang tidak ikut terlarut di dalam pelarutnya dengan
cara dituangkan, sehingga akibatnya cairan tersebut akan
terpisah dari zat padat yang tercampur. Bubuk kapur (CaCO3)
(s) dicampurkan ke dalam aquades sehingga menghasilkan
larutan berwarna putih keruh. Hal ini disebabkan karena
bubuk kapur berdifusi (tersebar merata) ke semua molekul
aquades. Kemudian 5 mL larutan CaCO3 ini disentrifugasi 2
menit sehingga terlihat jelas perbedaan antara larutan dan
endapannya karena sentrifugasi memisahkan substansi
berdasarkan berat jenis molekul sehingga substansi yang
lebih ringan akan terletak di atas. Dalam proses filtrasi
tentu saja memerlukan kertas saring yang berfungsi menyaring
zat-zat yang pertikelnya lebih besar dibandingkan mesh
kertas saring. Kertas saring akan menahan zat padat yang
berukuran partikel lebih besar dari pori saringan dan
meneruskan pelarut. Hasil sentrifugasi didekantasi sehingga
kita peroleh sentratnya. Sisa dari larutan sebelumnya
difiltrasi untuk mengambil filtratnya. Ketika sentrat dan
filtrat dibandingkan, terlihat bahwa sentrat terlihat lebih
keruh daripada filtrat. Hal ini disebabkan karena proses
dekantasi tidak dapat memisahkan cairan dan padatan secara
sempurna sehingga terkadang padatan ikut masuk ke dalam
wadah baru.
Rekristalisasi adalah pemisahan bahan padat berbetuk
kristalin dimana zat-zat padat tersebut dilarutkan dalam
suatu pelarut kemudian dikristalkan kembali. Pada percobaan
garam dapur (NaCl) (s) yang kotor telah dilarutkan dan
difiltrasi diuapkan dengan cara pemanasan sehingga terbentuk
garam dapur yang lebih bersih daripada sebelum diproses. Hal
ini diakibatkan karena larutan garam dapur telah mengalami
proses filtrasi dan garam dapur yang sudah dilarutkan dapat
terbentuk garam dapur padatan kembali karena terjadi
penguapan. Sehingga hal inilah yang menyebabkan larutan NaCl
mengkristal dan terbentuk NaCl padatan yang bersih dari
sebelumnya. Dan pada garam dapur sesudah proses terlihat
berbentuk kubus. Penambahan zat terlarut berupa garam ke
dalam air menyebabkan titik didih lebih tinggi (>100 oC)
jika dibandingkan dengan pemanasan air tanpa zat terlarut
(titik didih air 100 oC). Hal ini berkaitan dengan sifat
koligatif larutan dimana suatu larutan hanya bergantung pada
jumlah zat terlarut, dan bukan pada jenis terlarut.
Pada percobaan ketiga, sebelum proses berlangsung CuSO4
yang dilarutkan dengan aquades memiliki warna biru. Kemudian
larutan tersebut dipanaskan yang sebelumnya telah
ditambahkan batu didih. Batu didih dalam percobaan ini
berfungsi untuk mengurangi letupan dan menyebarkan panas.
Penguapan dengan cara pemanasan ini akan menghasilkan
padatan kembali. Warna larutan setelah proses menjadi
sedikit pudar karena konsentrasinya sudah berkurang.
Ekstraksi merupakan metode pemisahan dengan melarutkan
bahan campuran dalam pelarut yang sesuai. Dasar metode
pemisahan ini adalah kelarutan bahan dalam pelarut tertentu.
Butiran iodium yang dicampurkan dengan 5 mL aquades mula-
mula berwarna kuning bening disebabkan karena iodium
berdifusi pada aquades. Akan tetapi iodium tidak larut dalam
aquades karena aquades bersifat polar sedangkan iodium
bersifat nonpolar. Sehingga kedua zat tidak dapat larut.
Lalu setelah itu ditambahkan tiga tetes atau lima belas
tetes kloroform (CHCl3) (l) warna yang dihasilkan tetap dan
larutan kloroform larut bersama butiran iodium dan mengendap
dibagian bawah dengan warna ungu pekat. Hal ini karena
adanya perbedaan massa jenis CHCl3 lebih besar sehingga CHCl3
mengendap di bagian bawah.
Destilasi merupakan metode pemisahan untuk memperoleh
suatu bahan yang berwujud cair yang terkotori oleh zat padat
atau bahan lain yang mempunyai titik didih yang berbeda.
Dasar pemisahan adalah titik didih yang berbeda. Bahan yang
dipisahkan dengan metode ini adalah bentuk larutan atau
cair, tahan terhadap pemanasan, dan perbedaan titik didihnya
tidak terlalu dekat. Proses pemisahan ini dilakukan adalah
bahan campuran dipanaskan pada suhu diantara titik didih
bahan yang diinginkan. Pelarut bahan yang diinginkan akan
menguap, uap dilewatkan pada tabung pengembun (kondensor).
Uap yang mencair ditampung di dalam wadah. Bahan hasil
proses ini disebut destilat, sedangkan sisanya disebut
residu. Pada percobaan kelima, campuran antara 5 mL etanol
96% dan 10 mL aquades didestilasi. Proses pemanasan ini
menghasilkan uap dan uap tersebut dialirkan ke wadah untuk
mengambil hasil destilasi. Uap yang dihasilkan pada
pemanasan tersebut dialirkan menuju pipa konektor yang telah
dikombinasikan dengan kondensor. Kondensor ini berfungsi
untuk mengubah fase gas cair (pengembunan) sehingga
diperoleh kembali etanol dari proses destilasi. Hal ini
dikarenakan perbedaan titik didih antara etanol dan aquades.
Etanol memiliki cukup kekuatan lemah (gaya dispersi) antara
molekul-molekulnya. Air memiliki ikatan polar yang kuat
antara molekul-molekulnya. Lebih banyak energi yang
dibutuhkan untuk memutuskan ikatan polar air dari gaya
dispersi etanol. Itu berarti air memiliki titik didih lebih
tinggi, karena lebih banyak energi yang dibutuhkan untuk
memecah kekuatan antara molekul-molekulnya. Destilasi pada
suhu 80 oC ini harus dipertahankan, karena etanol sendiri
menguap pada suhu tersebut. Uap etanol yang dihasilkan
dikembalikan ke fase cair dengan cara kondensasi sehingga
didapatkan etanol. Fungsi penambahan batu didih pada proses
destilasi ada dua, yaitu untuk meratakan panas sehingga
panas menjadi homogen pada seluruh bagian larutan dan untuk
menghindari titik lewat didih. Pori-pori dalam batu didih
akan membantu penangkapan udara pada larutan dan melepaskan
ke permukaan larutan. Tanpa batu didih, maka larutan yang
dipanaskan akan menjadi superheated pada bagian tertentu,
lalu tiba-tiba akan mengeluarkan uap panas yang bisa
menimbulkan letupan atau ledakan. Batu didih tidak boleh
dimasukan pada saat larutan akan mencapai titik didihnya.
Jika batu didih dimasukkan pada larutan yang sudah hampir
mendidih, maka akan terbentuk uap panas dalam jumlah besar
secara tiba-tiba. Hal ini menyebabkan ledakan atau
kebakaran. Jadi, batu didih harus dimasukkan ke dalam cairan
sebelum cairan itu mulai dipanaskan. Pada percobaan ini,
dihasilkan destilat sebanyak 2 mL. Terdapat kesalahan pada
percobaan ini karena pada percobaan ini memakai 15 mL
aquades dan 5 mL etanol. Itulah yang menyebabkan
dihasilkannya hasil destilat yang sedikit.
H. KESIMPULAN
Dari percobaan pemurnian dan pemisahan dapat
disimpulkan bahwa pada sentrifugasi ditemukan adanya endapan
dikarekan perbedaan berat jenis, zat yang berat jenisnya
lebih besar daripada air akan mengendap. Pada filtrasi
dihasilkan cairan yang bening dari proses penyaringan. Pada
rekristalisasi ditemukan bentuk kristal dari CuSO4
berbentuk seperti jarum yang warnanya semula pekat menjadi
lebih muda dan pada NaCl ditemukan bentuk kubus dan warnanya
lebih putih daripada sebelum direkristalisasi. Pada
ekstraksi terjadi pemisahan air dengan CHCl3 dikarenakan
sifat CHCl3 yang berbeda dengan air. Pada proses destilasi
menghasilkan uap dan kemudian uap tersebut dialirkan ke
suatu wadah agar dapat mengambil hasil destilat.
DAFTAR PUSTAKA
Bintang, Maria . 2010 . Biokimia Teknik Penelitian . Jakarta :
Institut Pertanian Bogor.
Petrucci, dkk . 2008 . Kimia Dasar Prinsip-prinsip dan Aplikasi
Modern . Jakarta : Erlangga.
Rohman, Abdul . 2007 . Kimia Farmasi Analisis . Yogyakarta :
Pustaka Pelajar.
Sulami, Emi . 2006 . Kimia . Jakarta : PT Gelora Aksara Pratama.