LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOGNOSI IDENTIFIKASI 2 SIMPLISIA CAMPURAN
Transcript of LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOGNOSI IDENTIFIKASI 2 SIMPLISIA CAMPURAN
LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOGNOSI
MODUL IDENTIFIKASI II
Oleh:
Nama dan NPM : Chania Hardianty Anuzar 10060313053: Ambar Puspita
Madyaningratri
10060313055
: Irma Astri Pebriliani 10060313056: Tri Marleni 10060313057: Ramli Maulana Latief 10060313058
Shift/Kelompok : C/1Nama Asisten : Audyta Maharani, S.Farm.Koordinator Praktikum : Yani Lukmayani, M.Si.,
Apt.Tgl. Penyerahan
Makalah
: Rabu, 31 Desember 2014
LABORATORIUM FARMASI TERPADU UNIT B
PROGRAM STUDI FARMASI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG
BANDUNG
2014
I. PENDAHULUAN
I.1. Latar Belakang
Tumbuhan adalah salah satu makhluk hidup yang
tumbuh di bumi ini. Ilmu tumbuhan pada saat ini
telah mengalami kemajuan yang demikian pesat
sehingga bidang-bidang pengetahuan yang semula
merupakan cabang-cabang ilmu tumbuhan saja
sekarang ini telah menjadi ilmu yang telah
berdiri sendiri. Maksud penyusunan laporan ini
adalah untuk memenuhi tugas praktikum
farmakognosi tentang identifikasi simplisia
campuran. Pada laporan ini penyusun memberi
penjelasan kepada pembaca mengenai nama
simplisia, dan identifikasi mengenai
makroskopik dan mikroskopik dari simplisia
campuran yang telah diberikan dengan simplisia
tunggal yang dibahas antara lain:
1. Amylum Oryzae
2. Rhei Officinalis Radix
3. Alyxiae Reindwartii Cortex
I.2. Tujuan
Tujuan dilakukannya praktikum ini adalah agar
mahasiswa dapat mengidentifikasi simplisia
campuran yang diberikan untuk diamati secara
makroskopik dan mikroskopik serta untuk
mengetahui fragmen-fragmen khas yang ada pada
simplisia-simplisia tersebut yang nantinya
dapat ditentukan kebenaran bahan apa saja yang
ada di dalam simplisia campuran tersebut..
II. TINJAUAN PUSTAKA
II.1. Simplisia dan Pembuatannya
Simplisia adalah bahan alam yang digunakan
sebagai obat yang belum mengalami pengolahan
apapun juga, kecuali dinyatakan lain, berupa
bahan yang telah dikeringkan (Depkes RI, 1979)
Simplisia terbagi atas 3, yaitu :
1) Simplisia Nabati
Simplisia yang dapat berupa tanaman utuh,
bagian tanaman, eksudat tanaman, atau
gabungan ketiganya. Eksudat tanaman adalah
isi sel yang secara spontan keluar dari
tanaman atau dengan cara tertentu sengaja
dikeluarkan dari selnya, berupa zat-zat atau
bahan-bahan nabati lainnya dengan cara
tertentu dipisahkan, diisolasi dari
tanamannya. (Gunawan, 2004)
2) Simplisia Hewan
Simplisia berupa hewan utuh atau zat-zat
berguna yang dihasilkan oleh hewan dan belum
berupa bahan kimia mumi (minyak ikan / Oleum
iecoris asselli, dan madu / Mel depuratum).
(Gunawan, 2004)
3) Simplisia Mineral
Simplisia berupa bahan pelikan atau mineral
yang belum diolah atau telah diolah dengan
cara sederhana dan belum berupa bahan kimia
murni (serbuk seng dan serbuk tembaga).
(Gunawan, 2004).
Dalam hal simplisia sebagai bahan baku
(awal) dan produk siap dikonsumsi langsung,
dapat dipertimbangkan tiga konsep untuk
menyusun parameter standar mutu simplisia
yaitu sebagai berikut (Dirjen POM, 1989):
1. Bahwa simplisia sebagai bahan kefarmasian
seharusnya mempunyai tiga parameter mutu
umum suatu bahan (material), yaitu
kebenaran jenis (identifikasi), kemurnian
(bebas dari kontaminasi kimia dan
biologis), serta aturan penstabilan
(wadah, penyimpanan dan transportasi).
2. Bahwa simplisia sebagai bahan dan produk
konsumsi manusia sebagai obat tetap
diupayakan memiliki tiga paradigma seperti
produk kefarmasian lainnya, yaitu Quality-
Safety-Efficacy (mutu-aman-manfaat).
3. Bahwa simplisia sebagai bahan dengan
kandungan kimia yang bertanggung jawab
terhadap respons biologis untuk mempunyai
spesifikasi kimia, yaitu informasi
komposisi (jenis dan kadar) senyawa
kandungan.
Untuk mengetahui kebenaran dan mutu obat
tradisional termasuk simplisia, maka
dilakukan analisis yang meliputi analisis
kuantitatif dan kualitatif. Analisis
kuantitatif terdiri atas pengujian
organoleptik, pengujian makroskopik,
pengujian dan pengujian mikroskopik.
a. Uji Organoleptik, meliputi pemeriksaan
warna, baud an rasa dari bahan.
b. Uji Makroskopik, meliputi pemeriksaan
cirri-ciri bentuk luar yang spesifik
dari bahan (morfologi) maupun ciri-ciri
spesifik dari bentuk anatominya.
c. Uji fisika dan kimiawi, meliputi
tetapan fisika (indeks bias, titik
lebur, dan kelarutan) serta reaksi-
reaksi identifikasi kimiawi seperti
reaksi warna dan pengendapan.
d. Uji biologi, meliputi penetapan angka
kuman, pencemaran, dan percobaan
terhadapa binatang. (Gunawan, 2004).
Cara pembuatan simplisia adalah sebagai
berikut:
1. Pengumpulan/Panen:
a. Tekhnik pengumpulan
Pengumpulan/panen dapat dilakukan dengan
tangan atau menggunakan alat (mesin).
Apabila pengambilan dilakukan secara
langsung (pemetikan) maka harus
memperhatikan keterampilan si pemetik,
misalnya dikehendaki daun yang muda, maka
daun yang tua jangan dipetik dan jangan
merusak bagian tanaman lainnya. (Winda,
2013)
b. Waktu pengumpulan atau panen
Kadar kandungan zat aktif suatu simplisia
dilakukan oleh waktu panen, umur tanaman,
bagian yang diambil dan lingkungan tempat
tumbuhnya, sehingga diperlukan satu waktu
pengumpulan yang tepat yaitu pada saat
kandungan zat aktifnya mencapai jumlah
maksimal.
Pada umumnya waktu pengumpulan sebagai
berikut :
Daun dikumpulkan sewaktu tanaman
berbunga dan sebelum buah menjadi
masak.
Bunga dikumpulkan sebelum atau segera
setelah mekar.
Buah dipetik dalam keadaan tua,
kecuali buah mengkudu dipetik sebelum
buah masak.
Biji dikumpulkan dari buah yang masak
sempurna.
Akar, rimpang (rhizoma), umbi (tuber),
dan umbi lapis (bulbus) dikumpulkan
sewaktu proses pertumbuhannya
berhenti.
(Winda, 2013)
c. Bagian tanaman
Adapun cara pengambilan simplisia/bagian
tanaman adalah :
o Kulit batang/klika (cortex) diambil
dari batang utama dan cabang,
dikelupas dengan ukuran panjang dan
lebar tertentu.
o Batang (caulis) diambil dari cabang
utama sampai leher akar, dipotong-
potong dengan panjang dan diameter
tertentu.
o Kayu (lignum) diambil dari batang atau
cabang, kelupas kulitnya dan
dipotong-potong kecil.
o Daun (folium) diambil daun tua daun
kelima dari pucuk. Daun muda dipetik
satu persatu secara manual.
o Bunga (flos) dapat berupa kuncup atau
mahkota bunga atau daun bunga, dapat
dipetik langsung dengan tangan.
o Akar (radix) diambil bagian yang
berada dibawah permukaan tanah
dipotong-potong dengan ukuran
tertentu.
o Rimpang (rhizoma). Tanaman dicabut,
rimpang diambil dan dibersihkan dari
akar, dipotong melintang dengan
ketebalan tertentu.
o Buah (fructus) dapat berupa buah yang
masak, matang, atau buah muda,
dipetik dengan tangan.
o Biji (semen). Buah yang dipetik
dikupas kulitnya menggunakan tangan
atau alat, biji dikumpulkan dan
dicuci.
o Herba atau bagian tanaman yang berada
diatas tanah diambil dan dibersihkan.
(Winda, 2013)
2. Pasca panen
a. Sortasi basah dan pencucian
Sortasi basah dan pencucian dimaksudkan
untuk membersihkan tanaman dari benda-
benda asing dari luar (tanah, batu, dan
sebagainya) dan memisahkan bagian tanaman
yang tidak dikehendaki. Pencuciaan
terutama dilakukan bagi simplisia utamanya
bagian tanaman yang berada di bawah tanah,
untuk membersihkan simplisia dari sisa-
sisa tanah yang melekatat. (Winda, 2013)
b. Perajangan
Perajangan dilakukan untuk mempermudah
proses pengeringan dan perwadahan. Setelah
dicuci dan dibersihkan dari kotoran dan
benda-benda asing, materi dijemur dulu
kurang lebih 1 hari kemudian dipotong-
potong kecil dengan ukuran antara 0,25-0,6
cm yang setara dengan ayakan 4/18.
Pembuatan serbuk simplisia kecuali
dinyatakan lain, seluruh simplisia harus
dihaluskan menjadi serbuk (4/18). (Winda,
2013)
c. Pengeringan
Pengeringan simplisia bisa dilakukan
dengan cara diangin-anginkan di atas koran
pada suhu tertentu (misalnya daun, buah,
biji, bunga, kulit batang, rimpang)
ataupun dikeringkan dibawah sinar matahari
dengan menggunakan kain hitam (misalnya
pada akar, batang, dan kayu). Jika
dikeringkan pada ada suhu kamar berkisar
15-300C, pada suhu sejuk berkisar 5-150C,
pada suhu dingin 0-50C. Menurut Dirjen POM
(1985), ada dua pengeringan alami: Dengan
panas dari cahaya matahari langsung dan
dengan cara dianginkan dan tidak kena
cahaya matahari langsung.
Tujuan pengeringan pada tanaman:
Untuk mendapatkan simplisia yang
awet, tidak rusak dan dapat digunakan
dalam jangka waktu yang relatif lama.
Mengurangi kadar air, sehingga
mencegah pertumbuhan mikroorganisme
seperti terjadinya pembusukan oleh
jamur atau bakteri karna terhentinya
proses enzimatik dalam jaringan
tumbuhan yang selnya telah mati. Agar
reaksi enzimatik tidak dapat
berlangsung, kadar air yang
dianjurkan adalah kurang dari 10%.
Mudah dalam penyimpanan dan
dihaluskan bila dibuat serbuk.
(Winda, 2013)
d. Sortasi kering
Sortasi kering dilakukan sebelum
perwadahan yang bertujuan memisahkan sisa-
sisa benda asing atau bagian tanaman yang
tidak dikehendaki pada saat sortasi basah.
Pemilihan dilakukan terhadap bahan-bahan
yang terlalu gosong, bahan yang rusak
akibat terlindas roda kendaraan (misalnya
dikeringkan ditepi jalan raya). (Winda,
2013)
e. Pengemasan dan penyimpanan simplisia
Cara pengemesan simplisia tergantung pada
jenis simplisia dan tujuan penggunaan
pengemasan. Bahan dan bentuk pengemasannya
harus sesuai, dapat melindungi dari
kemungkinan kerusakan simplisia dan dengan
memperhatikan segi pemanfaatan ruang untuk
keperluan pengangkutan maupun
penyimpanannya.
Wadah harus bersifat tidak beracun
dan tidak bereaksi (inert) dengan isinya
sehingga tidak menyebabkan terjadinya
reaksi serta penyimpangan rasa, warna, bau
dan sebagainya pada simplisia. Selain itu
wadah harus melindungi simplisia dari
cemaran mikroba, kotoran, serangga serta
mempertahankan senyawa aktif yang mudah
menguap atau mencegah pengaruh sinar,
masuknya uap air dan gas-gas lainnya yang
dapat menurunkan mutu simplisia. Untuk
simplisia yang tidak tahan terhadap sinar,
misalnya yang banyak mengandung vitamin,
pigmen atau minyak, diperlukan wadah yang
melindungi simplisa terhadap cahaya,
misalnya aluminium foil, plastik atau
botol yang berwarna gelap, kaleng dan lain
sebagainya. Simplisia yang berasal dari
akar, rimpang, umbi, kulit akar, kulit
batang, kayu, daun, herba, buah, biji dan
bunga sebaiknya dikemas pada karung
plastik.
Selama penyimpanan kemungkinan bisa
terjadi kerusakan pada simplisia,
kerusakan tersebut dapat mengakibatkan
kemunduran mutu, sehingga simplisia yang
bersangkutan tidak lagi memenuhi
persyaratan. Oleh karena itu, pada
penyimpanan simplisia perlu diperhatikan
hal yang dapat menyebabkan kerusakan pada
simplisia, yaitu cara pengepakan,
pembungkusan dan pewadahan, persyaratan
gudang simplisia, cara sortasi dan
pemeriksaan mutu serta cara pengawetannya.
Penyebab utama pada kerusakan simplisia
yang utama adalah air dan kelembaban.
Untuk dapat disimpan dalam waktu lama,
simplisia harus dikeringkan terlebih
dahulu sampai kering, sehingga kandungan
airnya tidak lagi dapat menyebabkan
kerusakan pada simplisia.
Cara menyimpan simplisia dalam wadah
yang kurang sesuai memungkinkan terjadinya
kerusakan pada simplisia karena dimakan
kutu atau ngengat yang temasuk golongan
hewan serangga atau insekta. Berbagai
jenis serangga yang dapat menimbulkan
kerusakan pada hampir semua jenis
simplisia yang berasal dari tumbuhan dan
hewan, biasanya jenis serangga tertentu
merusak jenis simplisia tertentu pula.
Kerusakan pada penyimpanan simplisia yang
perlu mendapatkan perhatian juga ialah
kerusakan yang ditimbulkan oleh hewan
pengerat seperti tikus.
II.2. Identifikasi Simplisia
A. Makroskopik dan Organoleptis
o Amylum Oryzae
Serbuk sangat halus, putih, tidak berbau,
tidak berasa. (Depkes RI, 1995)
o Rhei Officinalis Radix
Warna kuning kecoklatan; bau khas
aromatik; rasa agak pahit dan agak kelat.
(Depkes RI, 1995).
o Alyxiae Reindwartii Cortex
Potongan agak panjang sampai 10 cm, lebar
sampai 2,5 cm, tebal sampai 4 mm, berlekuk
membujur atau agak datar, rapuh, permukaan
luar halus, rata, warna putih jernih,
kadang-kadang terdapat sisa lapisan luar
yang tipis dan berwarna coklat tua
kehitaman, permukaan dalam tidak rata,
kasar dengan garis-garis membujur, bekas
patahan tidka rata, berserat, agak
berdebu. Organoleptis: serbuk dengan bau
dan rasa mirip kumarin, agak pahit.
(Depkes RI, 1977)
B. Mikroskopik
Pengamatan Fragmen dengan Histokimia
o Amylum Oryzae
Butir, persegi banyak, ukuran 2µm sampai
5µm, tunggal atau majemuk bentuk bulat
telur ukuran 10µm sampai 20 µm. Hilus
ditengah, tidak terlihat jelas, tidak ada
lamela konsentris. Amati di bawah cahaya
terpolarisasi, tampak bentuk silang
berwarna hitam, memotong pada hilus.
(Depkes, 1980)
o Rhei Officinalis Radix
Pada penampang melintang akar tampak
jaringan gabus, berdinding tipis, bentuk
segi empat memanjang letaknya teratur. Sel
parenkrim korteks berdinding tipis, berisi
butir pati, bentuk bundar atau setengah
bundar mempunyai hilus, tunggal atau
berkelompok, juga terdapat kristal kalsium
oksalat bentuk roset besar dan tersebar.
Fragmen khas dari simplisia Rheum
officinale adalah Ca-Oksalat berbentuk roset
atau bunga dengan kelopak bertumpukan. Ca-
oksalat cenderung berwarna kelabu dengan
ukuran 100-200 nm. Ca-oksalat ini juga
sering ditemukan menempel di fragmen
parenkim.
(Anonim,1995).
o Alyxiae Reindwartii Cortex
Lapisan luar (bila masih ada) terdiri dari
lebih kurang 40 lapisan sel gabus yang
tidak berlignin; pada kulit yang tebal,
diantara lapisan sel gabus terdapat
kelompok-kelompok sel batu berbentuk segi
empat sampai segi panjang,dinding tebal,
berlignin, lumen sempit.felogen terdiri
adri 2 sampai 5 lapis sel berdinding
tipis,didalam lumen kadang-kadang terdapat
hablur kasium oksalat berbentuk kubus,segi
empat atau berbentuk prisma berukuran 10-
15 mikrometer . (Depkes RI, 1977)
III. HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN
III.1. Makroskopik
Simplisia campuran (Amylum Oryzae, Rhei
Officinalis Radix, dan Alyxiae Reindwartii
Cortex)
Serbuk halus berwarna kuning muda dan berbau;
aromatik.
III.2. Mikroskopik
Amylum Oryzae
Butir Pati Padi
Rhei Officinalis Radix
Kristal
kalsium
oksalat
berbentuk
roset
Parenkim
dengan
Kristal
kalsium
oksalat
Butir
pati
Trakea
III.3. Pembahasan
Amylum Oryzae
Pada praktikum ini dilakukan identifikasi
simplisia campuran untuk diketahui
simplisia-simplisia tunggal apa saja yang
ada di dalam simplisia campuran tersebut.
Pertama-tama dilakukan pembuatan preparat
simplisia campuran dengan pereaksi I2KI
untuk mengetahui apakah di dalam simplisia
campuran tersebut terdapat pati atau
tidak. Lalu preparat yang telah jadi
diamati di bawah mikroskop dengan
pembesaran 10×. Setelah dilihat, di bawah
mikroskop, didapatkan hasil bahwa ada
fragmen butir pati berbentuk persegi
banyak dengan ukuran yang kecil-kecil
(fragmen khas Amylum Oryzae) yang sesuai
dengan literatur. Sehingga dapat
disimpulkan pada simplisia campuran
tersebut terdapat pati beras dengan nama
simplisia Amylum Oryzae.
Rhei Officinalis Radix
Pada praktikum ini juga dilakukan hal yang
sama, namun yang berbeda adalah penggunaan
pereaksinya. Di mana pereaksi yang
digunakan adalah kloral hidrat dan
floroglusinol + HCl dengan pembesaran yang
sama, yaitu 40×. Kloral hidrat digunakan
untuk melihat ada atau tidaknya kristal
kalsium oksalat pada simplisia campuran
ini. Dan floroglusinol + HCl digunakan
untuk mengamati fragmen-fragmen yang ada
pada cortex, radix, dan lain sebagainya.
Preparat yang telah jadi dan telah
diamati di bawah mikroskop memberikan
hasil bahwa adanya fragmen-fragmen yang
dapat membantu praktikan dalam menentukan
bahwa sampel yang diuji adalah Rhei
Officinalis Radix yaitu adanya fragmen-
fragmen khas dari simplisia ini seperti
butir pati yang memiliki lumen di
tengahnya, kristal kalsium oksalat yang
berbentuk roset/bunga berwarna abu yang
sesuai dengan literatur, adanya trakea,
dan parenkim dengan kristal kalsium
oksalat di dalamnya.
Alyxiae Reindwartii Cortex
Pada praktikum ini dilakukan prosedur yang
sama, dan dengan pereaksi kloral hidrat
dan I2KI. Di mana praktikum tidak dapat
menentukan bahwa salah satu simplisia
tunggal dari simplisia campuran tersebut
adalah Alyxiae Reindwartii Cortex karena
praktikan sulit mendapatkan fragmen khas
dari simplisia tersebut. Seharusnya
didapat fragmen khas seperti sel batu dan
hablur kalsium oksalat berbentuk prisma.
IV. KESIMPULAN
Sampel teridentifikasi terdiri dari tiga
simplisia tunggal, namun hanya dua simplisia
tunggal yang berhasil ditentukan yaitu, Amylum
Oryzae, dan Rhei Officinalis Radix. Sementara
yang tidak terjawab oleh praktikan adalah Alyxiae
Reindwartii Cortex.
V. DAFTAR PUSTAKA
Depkes RI.1979.Farmakope Indonesia Edisi ke III.Jakarta:
Departemen Kesehatan Republik Indonesia
Depkes RI.1977.Materia Medika Indonesia Jilid I.Jakarta:
Departemen Kesehatan Republik Indonesia
Depkes RI.1980.Materia Medika Indonesia Jilid IV.Jakarta:
Departemen Kesehatan Republik Indonesia
Depkes RI.1989.Materia Medika Indonesia Jilid V.Jakarta:
Departemen Kesehatan Republik Indonesia
Depkes RI.1995.Materia Medika Indonesia Jilid VI.Jakarta:
Departemen Kesehatan Republik Indonesia
Dirjen POM.1985.Cara Pembuatan Simplisia.Jakarta:
Depkes RI
Gunawan, D. M.2004.Ilmu Obat Alam.Jakarta: Swadaya
Winda.2013.http://windapoerwanty.blogspot.com/
2013/11/laporanku-farmakognosi-ekstraksi.html
Diakses pada 26 Desember 2014
Pukul 14:22