Laporan PLT 2014

41
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masyarakat memiliki peranan penting dalam proses pembangunan, karena sekumpulan orang tersebut mempunyai potensi yang dapat dikembangkan. Masyarakat sangat dibutuhkan dalam kelangsungan pembangunan yang akan direncanakan dan dilaksanakan. Oleh karena itu dalam membentuk masyarakat untuk mau ikut serta dalam proses tersebut dan kesadaran yang tinggi pada masyarakat dibutuhkan pula kemauan individu untuk mau berusaha dalam memperbaiki hidup mereka. Dalam mengembangkan masyarakat dibutuhkan pengembangan sumber daya manusia yang dapat mempengaruhi keberhasilan pembangunan baik pembangunan fisik ataupun non fisik. Keberlangsungan manusia, baik secara fisik maupun secara spesies bergantung dari perubahan radikal hati manusia. Transformasi hati manusia hanya ada jika terjadi mutasi secara drastic di bidang ekonomi dan sosial yang memberi ruang harapan bagi manusia untuk berubah. kemiskinan, pengangguran, dan distribusi pendapatan menjadi hal yang “remeh-temeh“, semua daya terkonsentrasi hanya pada upaya meraih pertumbuhan yang tinggi. 1

Transcript of Laporan PLT 2014

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Masyarakat memiliki peranan penting dalam proses

pembangunan, karena sekumpulan orang tersebut mempunyai

potensi yang dapat dikembangkan. Masyarakat sangat

dibutuhkan dalam kelangsungan pembangunan yang akan

direncanakan dan dilaksanakan. Oleh karena itu dalam

membentuk masyarakat untuk mau ikut serta dalam proses

tersebut dan kesadaran yang tinggi pada masyarakat

dibutuhkan pula kemauan individu untuk mau berusaha

dalam memperbaiki hidup mereka. Dalam mengembangkan

masyarakat dibutuhkan pengembangan sumber daya manusia

yang dapat mempengaruhi keberhasilan pembangunan baik

pembangunan fisik ataupun non fisik. Keberlangsungan

manusia, baik secara fisik maupun secara spesies

bergantung dari perubahan radikal hati manusia.

Transformasi hati manusia hanya ada jika terjadi mutasi

secara drastic di bidang ekonomi dan sosial yang

memberi ruang harapan bagi manusia untuk berubah.

kemiskinan, pengangguran, dan distribusi pendapatan

menjadi hal yang “remeh-temeh“, semua daya

terkonsentrasi hanya pada upaya meraih pertumbuhan yang

tinggi.

1

Tak hanya itu pembangunan memiliki multi dimensi

pendekatannya, salah satunya yaitu pendekatan

pertumbuhan ekonomi. Salah satu modal pembangunan yang

di anut oleh Indonesia sangat sentralistik dan top-

down, model ini berpikiran bahwa pmbangunan ekonomi

yang direncanakan pemerintah dimana kenaikan GNP untuk

menciptkan tetesan kebawah (trickel-down effect) kepada

masyarakat luas dalam bentuk pekerjaan dan kesempatan

ekonomi lainnya adalah salah satunya obat mujarab, ini

sudah ketinggalan zaman. Karena model ini tidak hanya

buruk secara kemanusiaan, tetapi juga terbukti gagal

memperbaiki hidup kaum miskin. Menurut Mustasya (2005),

konsep top-down juga bersifat memaksa dan tidak

aspiratif terhadapa kebutuhan-kebutuhan masyarakat

dimana proses industrialisasi ternyata hanya

menciptakan sektor-sektor petumbuhan yang terbatas,

dinikmati di kalangan terbatas pula yang hanya

membentuk lapisan masyarakat dengan daya beli yang kuat

dan didukung aliran barang industri produk teknologi

modern atau maju. Dengan demikian, terjadi ekploitasi

dan kolonialisasi daerah pedalaman Indonesia oleh

pusat-pusat ekonomi negara maju serta mendiktenya arah

pertumbuhan kepentingan pasar dunia. Hal ini dapat

terjadi karena dukungan perusahaan multinasional,

dimana perusahan-perusahan itu memiliki perusahan lokal

2

di pusat ekonomi lokal yang memelihara hubungan dagang

yang kuat dengan pusat-pusat dekonomi Negara industry.

Dari penjelasan model pembangunan yang di anut

oleh Indonesia di atas, disini kami mencoba untuk

mengubah model tersebut dengan mencoba model baru yaitu

bottom-up. Model tersebut kami aplikasikan saat

praktek mata kuliah di Kp.Cikoneng 01 Desa Cibiru Wetan

Kab. Bandung. Mata pencaharian disana kebanyakan

masyarakatnya sebagai peternak sapi, hampir 80% dari

seluruh masyarakat disana. Tanpa disadari atau tidak

hal ini dapat menjadi potensi untuk pembangunan ekonomi

khususnya di kalangan peternak. Untuk memanfaatkan

potensi tersebut kami mencoba mengajukan program

pemberdayaan ekonomi yaitu pengolahan susu sapi. Hal

ini di harapkan mampu memperbaiki ekonomi masyarakat di

Kp.Cikoneng tersebut, dan harapannya masyarakat tidak

hanbya tergantung oleh pihak korporasi (perusahaan)

saja melainkan mereka mampu mengolah dan mengelola

produk olahan sendiri dengan sistem Home Industri ataupun

sistem koperasi.

Selain itu masih banyak pula potensi-potensi yang

ada dan dihasilkan di daerah Cikoneng I, misalnya kopi,

kapol (rempah-rempah), jeruk bali dll. Ini semua

menjadi peluang yang semakin besar terutama dalam

peningkatan perekonomian masyarakat, dengan catatan

seberapa besar kemauan dan partisipasi warga dalam

3

memulai usaha mikro tersebut, karena sebesar apapun

potensi yang ada tanpa didukung dengan SDM yang memadai

hanya akan menjadi agenda yang tak terlaksana.

Ditambah dengan potensi wisata yang ada, menjadi

salah satu peluang besar untuk mereka dalam memasarkan

produk olahannya, sehingga Cikoneng I bukan hanya

terkenal dengan wisata Batu Kuda nya saja akan tetapi

terkenal dengan makanan olahan asli Cikoneng, khususnya

susu olahan.

B. Rumusan Masalah

Dari beberapa uraian diatas dapat dirumuskan

beberapa masalah yang mengenai penelitian ini yaitu:

1.Bagaimana peranan masyarakat dalam peningkatkan

sumber-sumber ekonomi?

2.Faktor apa saja yang menjadi penghambat dan

pendorong dalam pengelolaan susu sapi ?

3.Bagaimana hasil yang dicapai oleh masyarakat dalam

pengolahan susu sapi ?

B. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini diantaranya

sebagai berikut:

1.Mengetahui potensi-potensi ekonomi yang ada dan

yang mungkin bisa ditingkatkan dari segi

pengelolaannya.

4

2.Untuk mengetahui peranan masyarakat dalam

meningkatkan sumber daya ekonomi.

3.Untuk mengetahui faktor-faktor penghambat dan

pendorong dalam pengelolaan susu sapi.

4.Untuk mengetahui hasil yang dicapai dalam

pengelolaan susu sapi.

C. Manfaat Penelitian

Manfaat yang hendak dicapai dari penelitian ini

adalah

1.Untuk menambah wawasan khazanah ilmu pengetahuan

khususnya dalam peningkatan atau pemberdayaan

sumber daya ekonomi masyarakat.

2.Masyarakat dapat memaksimalkan pengelolaan dan

pengolahan susu murni dengan adanya pelatihan-

pelatihan dan penyadaran kepada masyarakat akan

peluang yang ada dari pengelolaan tersebut,

sebagai sumber penghasilan tambahan.

3.Dampak positif yang dihasilkan dari Praktek

Lapangan Terpadu yang dilaksanakan di Cikoneng I

kaitannya dalam aspek keagamaan, ekonomi, dan

sosial budaya.

D. Waktu dan Lokasi

Praktek Lapangan Terpadu ( PLT ) ini di laksanakan

di Kp.Cikoneng 01 Desa Cibiru Wetan Kecamatan Cileunyi,

Kabupaten Bandung, tepatnya di RT 01 dan 02.

5

Waktu pelaksanaan selama 1 bulan lebih yang di

laksanakan dari bulan April tanggal 21 sampai dengan

bulan Mei tanggal 25.

6

BAB II

GAMBARAN UMUM LOKASI DAN SUBJEK PENELITIAN

A. Deskripsi Lokasi Penelitian

Penyusun melakukan penelitian di Kampung

Cikoneng RW 01. Daerah ini merupakan salah satu

bagian dari wilayah Desa Cibiru Wetan (sebelah

utara) Kecamatan Cileunyi Kabupaten Bandung.

1. Keadaan Geografis

Secara geografis Kampung Cikoneng I

berbatasan dengan daerah-daerah sebagai berikut:

a. Sebelah Barat : Kampung Cipulus Wetan

b. Sebelah Utara : Wisata Batu Kuda-Pegunungan

Manglayang

c. Sebelah Timur : Kampung Cikoneng Babakan

d. Sebelah Selatan : Cikoneng II (RW. 02 Desa

Cibiru Wetan)

Daerah Cikoneng I ini memiliki luas ± 25 Ha.

Dikarenakan daerah ini berada di kaki gunung

Manglayang sehingga memiliki view (pemandangan)

yang cukup indah dan kondisi udara yang masih

segar.

7

Jarak dari Kampung ini ke kantor desa pun

relatif dekat, ± 5 Km sehingga bisa dijangkau

atau diakses oleh warga dengan mudah.

2. Keadaan Demografi

Jumlah penduduk warga Cikoneng I secara

keseluruhan ± 1230 jiwa dari 300 KK,

B. Aspek-Aspek Hasil Penelitian

1.Aspek Ekonomi

Kampung ini juga merupakan daerah penghasil

susu sapi perah, terbukti dengan jumlah sapi perah

± 250 ekor menghasilkan 5.000 liter perhari.

Hampir 90 % warga merupakan peternak sapi perah

yang kesehariannya tidak lain mengurusi sapi dan

sibuk mencari pakan sapi di ladang-ladang yang

telah ditanami rumput-rumput gajah (khusus pakan

sapi). Namun potensi ini tidak terlihat secara

terbuka, kalah pamor dengan wisata Batu Kuda-

Manglayang. Ini terjadi dikarenakan aktivitas

peternak lebih terpusat pada waktu-waktu tertentu

terutama ketika pemerasan dan pengumpulan susu

sapi perah ditempat penampungan sementara atau

agen dari CV yakni pukul 07.00 pagi dan pukul

17.00 sore. Selain itu banyak dari warga yang juga

memiliki dan mengelola usaha domba garut, rempah-

rempah (tanaman kappol), jeruk bali dan pohon

8

kopi. Namun itu semua hanya dijadikan sebagai

tambahan penghasilan warga saja karena tetap

penghasilan utama mereka berasal dari susu sapi

perah.

Secara ekonomi warga Cikoneng I bisa

dikatakan menengah ke bawah, ini ditambah dengan

masih adanya warga yang terikat hutang dengan CV

mengenai pengelolalan sapi. Disisi lain ada juga

warga yang memiliki banyak sapi, ada yang belasan

hingga puluhan ekor sapi. Kondisi ini menjadi

kontras ketika adanya perbedaan yang cukup besar

diantara warga, biasanya jumlah sapi dijadikan

ukuran mereka dalam menilai apakan ia kaya atau

tidak.

Dari segi pendapatan warga cukup bervariatif

ada yang 1,8 juta; 3 juta sampai ada yang mencapai

15 juta/bulan, lagi-lagi ini semua dipengaruhi

dari banyaknya sapi yang dimiliki dan usaha lain

yang digelutinya. Misalnya saja Bp. Ujang Sumaya

(Mantan Ketua RW. Cikoneng I) beliau merupakan

salah satu pengusaha multi talent mulai dari usaha

sapi perah, domba garut, kopi, kappol, jeruk bali

sampai produsen langseng alumunium. Beliau memang

selalu menjadi panutan bagi warga Cikoneng I

khususnya, terutama dari segi keahlian dalam

merintis usaha-usaha yang potensial.

9

2. Aspek Pendidikan

Aspek ini merupakan salah satu hal yang

kurang diperhatikan oleh warga baik dari segi

pendidikan umum ataupun pendidikan agama, ini

berdampak kepada tingkat kemauan warga untuk

menyekolahkan anak-anaknya sangat rendah, untuk

ukuran lulusan SMA pun sangat sedikit apalagi

lulusan sarjana sangat minim sekali sekitar satu

atau dua orang saja. Ini menjadi keprihatinan

tersendiri terlebih untuk menunjang masa depan

anak-anak khususnya di Cikoneng.

Namun untuk generasi TK, SD dan SMP sekarang

ini sudah mulai meningkat terlebih setelah adanya

sekolah-sekolah yang didirikan tepatnya di daerah

Cikoneng II dengan jarak yang relatif dekat, ini

menjadi jawaban bagi masyarakat yang merasa jarak

yang terlalu jauh untuk mensekolahkan anaknya.

Pendidikan agama yang kurang juga berdampak

pada kemampuan warga yang minim dalam membaca Al-

Quran, mungkin bisa dikatakan hanya beberapa orang

saja yang bisa membaca Al-Qur’an selebihnya masih

belajar IQRA baik anak-anak ataupun orang tua

sekalipun. Padahal masyarakat mengetahui dan

meyakini bahwa kitab suci sebagai pedoman

hidupnya. Ini semua terjadi karena tingkat belajar

yang kurang disemua lini sehingga untuk

10

mendapatkan pendidikan yang normal pun cukup

sulit.

3. Aspek Potensi Alam

Potensi lain yang dimiliki masyarakat yakni

potensi alam yang melimpah khususnya wisata alam,

ini mungkin yang menjadi daya tarik tersendiri

kenapa banyak wisatawan banyak datang ke daerah

ini khsusnya untuk berwisata ke Batu Kuda -

Manglayang. Potensi wisata ini sebenarnya bisa

terus dikembangkan dengan terus memperbaiki

fasilitas yang ada dan menambahkan wahana-wahana

baru untuk terus meningkatkan daya jual wisata

ini, tentulah perlu adanya kesungguhan dan

keseriusan dari pengelola (Dinas Perhutani) dan

masyarakarat Cikoneng I selaku warga lokal. Yang

kemudian itu bisa meningkatkan pendapatan dan kas

warga Cikoneng sendiri selain menjadi potensi

untuk membuka usaha ditempat wisata.

4. Aspek Kebudayaan

Dilihat dari aspek ini ada beberapa keunikan

tersendiri khususnya untuk masyarakat di lereng

pegunungan Manglayang yakni memiliki kesamaan

dalam melaksanakan budaya karena masyarakat

11

menganggap budaya sebagai suatu hal yang harus ada

dan terus dilestarikan, misalnya saja kebiasaan

masyarakat yang selalu mengadakan kesenian Benjang

dalam memeriahkan acara nikahan ataupun khitanan.

Kesenian dan kebudayaan ini diperkuat dengan

muncul dan berkembangnya berbagai perguruan-

perguruan atau lebih dikenal sebagai Paguron yang

ada di sekitar kaki gunung manglayang dengan terus

memberikan inovasi dan pengembangan kebudayaan.

Salah satunya kesenian Benjang yang sudah

dikembangkan menjadi dua macam yakni Benjang Gulat

yang kini sering diadakan turnamen antar daerah,

kemudian Benjang Rajawali yang biasa dipakai untuk

acara-acara khitanan. Selain itu masih banyak lagi

kebudayaan yang masih ada di masyarakat khususnya

Cikoneng seperti Silat, Dogdog, Dugong (Adu

Bagong) dsb.

Masih adanya kepercayaan kepada mitos Batu

Kuda sebagai tempat yang sakral ataupun tempat-

tempat lainnya seperti Batu Tumpeng, Batu Bereum

dll. mereka masih terbiasa untuk memberikan

sesajen untuk mensyukuri nikmat yang telah

diberikan baik itu air gunung dan sebagai tolak

bala dengan acuan kepada Kuncen Gunung

Malanglayang. Selain sebagai rasa syukur dan tolak

bala, ada juga yang mencari ilmu dan bertapa di

12

daerah-daerah sakral tersebut, misalnya

menginginkan kesaktian dll.

Kondisi daerah yang dekat dengan gunung ini

menjadi salah satu sebab kebanyakan warga

memelihara anjing sebagai peliharaan atau

antisipasi adanya babi hutan yang turun dari

gunung, tidak sedikit dari masayarakat yang sering

mencari dan menangkap babi hutan untuk dijadikan

pertontonan Dugong (adu bagong). Namun ada hal

yang lebih unik lagi yang menjadi kebiasaan

masyarakat yakni masih adanya warga yang gemar

memakan daging babi. Daging tersebut didapat dari

hasil dugong, setelah dugong selesai daging babi

pun diperjualbelikan kepada warga yang biasa

memakan daging babi. Yang lebih memprihatinkannya

lagi bukan hanya orang dewasa yang gemar memakan

babi temasuk anak-anak kecil pun biasa disodori

orang tuanya untuk memakan babi. Dan itu semua

merupakan kebiasaan-kebiasaan masyarakat baik yang

positif ataupun yang negatif.

5. Aspek Keagamaan

Secara umum mayoritas agama yang dipeluk oleh

masyarakat Cikoneng I yakni Islam, namun itu semua

menjadi rancu ketika perilaku-perilaku yang

diharamkan dalam Islam itu ada di lingkungan

masyarakat seperti, memelihara dan memegang

13

anjing, adu babi, memakan daging babi dsb.

Ditambah kewajiban-kewajiban agama yang rutin

dilaksanakan pun masih kadang-kadang dilaksanakan,

terlebih ketika banyak masyarakat yang sibuk

mengurusi sapinya, pergi ke ladang sampai sore,

masjid yang selalu kosong, adzan yang jarang

terdengar, mungkin hanya waktu jum’atan dan magrib

saja. Ini menjadi indikasi kurang pekanya

masyarakat terhadap kewajiban dalam beragama,

warga mungkin akan lebih antusias ketika mendengar

tabuhan kesenian Benjang daripada suara adzan,

semua ini menjadi hal biasa yang terjadi di

masyarakat Cikoneng, terlebih dari alim ulama yang

ada sangat minim.

Berbeda dengan kegiatan-kegiatan yang

bersifat perayaan, misalnya dalam Peringatan Hari

Besar Islam, warga mungkin akan dengan sangat

antusiasnya datang ke masjid untuk bersama-sama

menyaksikan pelaksanaan acara tersebut. Untuk

masalah rempug warga pun yang dilaksanakannya di

dalam masjid warga secara otomatis akan menarik

minatnya untuk hadir, seperti adanya sekat yang

memisahkan antara masjid dan masyarakat, yang

seharusnya masjid sebagai pusat bersilaturrahim,

berkumpulnya warga menjadi tidak terlihat.

14

Sehingga adanya istilah Masjid hanyalah tempat

untuk beribadah saja.

6. Aspek Lingkungan

Ada beberapa masalah yang ada dan timbul dari

peternakan sapi, salah satunya adalah masalah

sanitasi lingkungan, ini semua diakibatkan dari

sistem pembuangan kotoran sapi yang berpusat ke

selokan-selokan air, dan tidak sedikit warga yang

merasa terganggu dengan masalah ini terutama warga

yang berada di bawah kampung ini. Dan yang menjadi

anehnya lagi masalah yang disebabkan secara

bersama ini sudah tidak dianggap sebagai masalah,

khususnya bagi warga Cikoneng I, mereka menganggap

hal yang biasa-biasa saja, karena tidak ada cara

lain untuk mereka membuang kotoran sapi ke

selokan-selokan. Akibatnya polusi udara yang

disebabkan cukup menyengat terlebih waktu-waktu

menjelang pemerasan susu, karena sebelum mulai

pemerasahan harus adanya pembersihan kandang dan

sapi-sapi mereka.

Maka dari itu perlu adanya antisipasi jitu

minimal untuk mengurangi volume kotoran yang

dibuang ke selokan-selokan yang berada disekitar

jalan. Misalnya saja dengan adanya pembuatan

15

reaktor Biogas sebagai solusi untuk mengurangi

polusi dan merupakan energi terbarukan.

C. Peternak Susu Sapi Perah

Sudah kita ketahui bahwa Cikoneng I merupakan

penghasil susu murni yang cukup besar, ini ditunjang

dari sebagian besar warga Cikoneng I merupakan

peternak sapi perah ± 80% dari seluruh warga.

Karena itulah salah satu potensi besar ini

menjadi daya tarik tersendiri terutama dalam

pengelolaan dan pengolahan susu murni

Dari hasil wawancara dengan ketua kelompok

peternak sapi Kp. Cikoneng, Bp. Mamat, kurang lebih

ada 41 peternak sapi perah yang ada, dengan jumlah

sapi ± 201 ekor. Sebagaimana terlampir.

BAB III

PROGRAM KEGIATAN PLT DAN HASIL YANG DICAPAI

A. Program Kelompok I – SDE

Secara umum program yang kita jalankan lebih

mengarah kepada segala hal yang berkaitan dengan

16

peningkatan sumber-sumber ekonomi, adapun beberapa

poin dari program kami yakni:

1. Pengolahan makanan dari susu

Yang pertama kami lakukan yakni melakukan

eksperimen terlebih dahulu, untuk modal awal bagi

dalam menjalankan program-program selanjutnya,

yang intinya kami berusaha menemukan cita rasa

yang khas dan resep yang original.

2. Pelatihan pengolahan susu kepada masyarakat

Pelatihan ini merupakan hasil kesepakatan dari

rempug warga yang dilaksanakan pada tanggal 30

April 2014 dan menjadi program unggulan FGD

kelompok 1. Misalnya, Pembuatan Youghurt,

Karamel, Krupuk Susu, Ladu Susu dan Pudding vla

susu.

3. Pengemasan produk-produk olahan melalui branding

Ini merupakan salah satu strategi kami dalam

mengemas produk yang telah jadi hasil dari

eksperimen-eksperimen sebelumnya, itu semua

menjadi penting ketika tuntutan zaman semakin

maju dan mengharuskan kita untuk mampu bersaing

di persaingan lokal maupun global, tanpa adanya

kemasan hanya akan menjadi produk biasa yang

sulit berkembang.

17

B. Program Bersama PLT

1. Pelembagaan Karang Taruna Periode 2014/2015

Pelembagaan ini dimulai dari kondisi

organisasi ditingkat RW yang belum stabil, adanya

kevakuman dalam menjalankan organisasi menjadi

faktor awal tidak berjalannya program-program

yang seharusnya ada dimasyarakat, terlebih kaum

muda yang masih memiliki potensi besar dan

kemauan yang tinggi dalam menjalankan organisasi

kemasyarakatan paling bawah, salah satunya Karang

Taruna Bina Remaja.

Karang Taruna yang merupakan unit terkecil

ditingkat RW yang mempunyai tujuan pensejahteraan

masyarakat melalui kegiatan-kegiatan sosial

kemasyarakatan baik itu yang berkaitan dengan

lingkungan, ekonomi, seni budaya dll. Ini semua

menjadi penting ketika dalam pemberdayaan sendiri

membutuhkan partner yang siap turun langsung ke

masyarakat lokal dan menjadi motor penggeraknya.

2. Pendirian Percontohan Biogas

Salah satu program unggulan kami dalam

menjalankan PLT 2014 yakni Pendirian Percontohan

Biogas, ini dilakukan sebagai solusi dalam

mengurangi sanitasi lingkungan yang ada, karena

dilihat dari potensi kotoran hewan yang . Biogas

sendiri memang bukan merupakan hal baru bagi

18

warga Cikoneng, ini sudah dimulai dari bantuan

yang diberikan dari POLBAN sejumlah tiga unit

reaktor dengan type II yang berbahan fiber. Namun

itu menjadi kendala ketika reaktor tersebut tidak

berjalan semestinya. Untuk itu kami berusaha

membuat percontohan biogas baru dengan

menggunakan teknologi tipe III yang terbuat dari

beton.

Dalam program percontohan sendiri kami

bekerja sama dengan pihak BIRU (Biogas Rumah) PT.

Mason Group yang telah lama menggeluti dunia

energi terbarukan ini. Untuk proyek pembuatan

sendiri memakan waktu ± tiga minggu.

C. Jadwal Kegiatan Selama PLT

Jadwal kami selama PLT berlangsung sebagaimana

terlampir dalam agenda kelompok dari tanggal 21

April-25 Juni 2014.

BAB IV

KAJIAN MATA KULIAH

A. AMDAL (Analisis Mengenai Dampak lingkungan)

1. Fenomena Kampung Cikoneng 1 Desa Cibiru Wetan

19

Kampung Cikoneng 1 Desa Cibiru Wetan yang

memiliki banyak potensi yang belum dimanfaatkan

secara optimal oleh pemerintah maupun masyarakatnya,

adanya Taman Wisata Alam Batu Kuda dan Pendakian

Gunung Manglayang belum ditunjang dengan sarana dan

prasarana yang memadai, untuk mengakses kesana saja

kita harus melalui jalanan penuh lubang.

Selain itu masyarakat Kampung Cikoneng 1 Desa

Cibiru Wetan memiliki potensi di bidang peternakan,

salah satunya komoditi Sapi perah, namun komoditi

ini belum bisa dimanfaatkan dengan maksimal. Hasil

perahan susu sapi biasa mereka jual ke tengkulak

dengan harga yang relatif murah, padahal susu sapi

dapat diolah menjadi jenis makanan yang dapat

menghasilkan profit yang relatif tinggi, misalkan

kerupuk susu, karamel, dan yoghurt. Selain dapat

menjadi penghasilan yang menjanjikan, jenis makanan

tadi dapat menjadi ciri khas makanan Kampung

Cikoneng 1 Desa Cibiru Wetan.

2. Solusi: PS2A

Perbaiki Akses Jalan Munuju Objek Wisata

Seperti yang telah kita ketahui roda

transportasi akan berjalan mulus apabila akses jalan

yang dilalui tak ada hambatan. Dewasa ini banyak

akses jalan yang mulai memunculkan geliatnya,

program-program pemerintah dalam memperbaiki sarana

20

utama transportasi ini menjadi hal yang mutlak

mengingat akses jalan merupakan sarana utama dalam

proses menuju terciptanya masyarakat sejahtera.

Potensi yang melimpah dari Wisata Batu Kuda

dan Pendakian Gunung manglayang tak seirama dengan

akses jalan yang di laluinya, radius satu kilometer

menuju gerbang Objek Wisata atau sepanjang jalan Kp.

Cikoneng 1 banyak ditemukan jalan-jalan yang rusak

dan mengganggu kenyamanan para wisatawan yang hendak

berkunjung ke tempat wisata eksotis ini.

Perlu adanya sikap tegas aparat setempat dalam

menyikapi hal ini mengingat akses jalan merupakan

sarana utama dalam menjangkau tempat wisata ini,

dengan akses jalan yang nyaman akan banyak menarik

para wisatawan dan program Kampung Wisata akan

berjalan sesuai rencana.

3. Sarana sesuai 3 Azas

(Something to See, Something to Do, Something to

Use)

a.) Something to see

Dalam sebuah pariwisata yang bertujuan untuk

menunjang perekonomian, maka sebuah tempat wisata

harus memiliki nilai jual yang lebih dan meiliki

ciri khasnya, baik dari segi alam ataupun lingkungan

masyarakat yang terbuka kepada para wisatawan.

21

Alam yang indah merupakan modal utama Wisata

Batu Kuda, selain itu potensi di Kampung ini sangat

beragam, mayoritas masyarakat Kp. Cikoneng 1

memiliki peternakan sapi dapat menjadi potensi dalam

bidang pendidikan, dapat mengajarkan kepada para

pengunjung bagaimana cara memerah susu sapi.

Kegiatan yang dapat dilakukan di Taman Wisata

Batu Kuda sesuai dengan potensi yang dimiliki bisa

saja di optimalkan dengan menjadikan Kampung

Cikoneng 1 Desa Cibiruhilir ini menjadi ”Kampung

Wisata”

Kampung Wisata ini di kembangkan agar Kampung

Cikoneng 1 Desa Cibiruhilir ini memiliki nilai jual

yang lebih dengan kekayaan alam yang dimilikinya.

Dalam menarik minat wisatawan agar datang ke Kampung

Cikoneng 1 Desa Cibiruhilir, sebelumnya masyarakat

di Kampung Cikoneng 1 Desa Cibiruhilir ini haruslah

diberdayakan terlebih dahulu agar mereka siap dengan

diadakannya program “Kampung Wisata” ini, sehingga

yang terangkat perekonomiannya tentunya masyarakat

desa sendiri, bukan masyarakat luar yang menanamkan

modalnya di Kampung Cikoneng 1Desa Cibiruhilir ini.

Dalam menunjang program “Kampung Wisata” ini

yang pertama dilakukan adalah mengembangkan Something

22

to see. Dalam mengembangkan Something to see, hal yang

dapat dilakukan adalah:

1. Bangun gerbang dengan semenarik mungkin

Seperti yang telah kita ketahui, saat kita

memasuki kawasan Kampung Cikoneng 1 Desa

Cibiruhilir ini hanya disambut oleh tugu yang

tidak jelas kelihatannya, ini jelas harus

diperbaiki terlebih dahulu agar saat kita memasuki

kawasan Kampung Cikoneng 1 Desa Cibiruhilir

memiliki aura yang memanjakan wisatawan datang

lagi ke Kampung Cikoneng 1 Desa Cibiruhilir.

2. Buat tulisan-tulisan yang memberikan informasi

edukasi di setiap flora yang ada

Dengan adanya tulisan-tulisan di setap tanaman

yang ada, baik di sepanjang jalanan Kampung

Cikoneng 1 Desa Cibiruhilir yang membentang menuju

Taman Wisata Batu kuda, dan utamanya di Taman

Wisata Batu kuda seyogyanya haruslah ada sehingga

dapat memberi nilai edukasi kepada masyarakat yang

datang dan wisatawan yang berkunjung.

b.) Something to do

Ketika kita pergi ke suatu tempat untuk

berwisata kita akan memikirkan apa yang ada dan kita

lakukan disana. Kampung Cikoneng Desa Cibiruhilir

23

haruslah memiliki kejelasan lebih menitik beratkan

kepada wisata apa, penulis mengajukan kepada dinas

perhutani agar membuat plan menjadikan Taman Wiasata

Batu Kuda.

Sesuai dengan potensi yang di miliki TWBK maka

wisatawan dapat melakukan kegiatan berupa :

1. Wisata alam : berupa rekreasi di alam terbuka

sambil menikmati keindahan, keunikan, kesejukan,

gejala dan panorama alam lainnya. Kegiatan

lainnya yang dapat dilakukan adalah, mendaki

gunung, lintas alam, photo huting, bersantai dan

lain-lain.

2. Wisata Konvensi : kegiatan yang dapat

dilakukan adalah konvensi, lokakarya, workshop,

rapat yang dilakukan di lingkungan alam terbuka

sambil berwisata.

3. Wisata Pendidikan : berupa rekreasi di alam

terbuka sambil belajar tentang alam dan

lingkungan hidup sekitarnya, sehingga dapat

menanamkan rasa memiliki dan menyayangi alam.

c.) Something to buy

Tidak lengkap rasanya bila beriwisata tanpa

mencicipi atau membeli oleh-oleh khas daerah

tersebut, TWBK menawarkan makanan khas masyarakat D

Kampung Cikoneng Desa Cibiruhilir yang tidak mudah

24

didapatkan di daerah lain. Kupuk susu, karamael, dan

yoghurt menjadi pelengkap bagi para wisatawan yang

datang untuk berwisata.

Dalam hal ini masyarakat haruslah disadarkan

bahwa mereka memiliki potensi yang bisa di

maksimalkan, misalnya susu perah, jangan sampai

masyarakat Kampung Cikoneng Desa Cibiruhilir kalah

bersaing dengan para pendatang atau pemilik modal

dari daerah lain.

Masyarakat harus bisa menjadi pengusaha di

rumahnya sendiri, di Kampung Cikoneng Desa

Cibiruhilir haruslah ada rumah makan yang bisa

menjadi mata pencaharian warga dan wisatawan

pastinya memerlukan tempat istirahat selepas

mengakses Taman Wiasata yang jaraknya cukup jauh

daari gerbang.

4. Sosialisasi Gencarkan

Jika semua pihak yakni Dinas terkait dan

masyarakat sebagai objek pemberdayaan telah siap

dalam menjadikan Kampung Cikoneng Desa Cibiruhilir

ini menjadi Kampung Wisata maka hal mutlak yang

harus dilakukan adalah Sosialisasi.

Beragam metode sosialisasi haruslah dilakukan

dalam proses ini, misalnya mengundang pihak media

pertelevisian dan media elektronik lainnya, hal ini

25

dijadikan sebagai ajang perkenalan dan promosi

Kampung Wisata Cikoneng 1. Misalnya, media televisi

melakukan liputan khusus pariwisata mengenai objek

wisata, atau melakukan promosi atau iklan di koran

dengan kemasan yang menarik.

Ataupun ada metode lain, misalnya dengan jargon

Visit Batu Kuda 2016 dengan membagikan atau

menempelkan brosur ke daerah-daerah sekitar

Kabupaten Bandung dan keseluruh daerah di Indonesia.

Dan beberapa metode yang paling mutakhir yakni

dengan memanfaatkan media internet yang dengan mudah

dapat diakses oleh semua pihak baik wisatawan

domestik maupun mancanegara.

5. Amdal Pada Bidang Pariwisata

Jika dilihat dari AMDAL nya tentang pariwisata

tersebut dalam Undang-undang kepariwisataan tahun

2002 pada bab VII pasal 36 menekankan bahwa

pengembangan kawasan objek wisata agar didasarkan

pada pertimbangan aspek agama, sosial budaya,

kelestarian dan mutu lingkungan dan mengikutsertakan

masyarakat dalam mitra kepemilikan. Dengan mengacu

pada keputusan tersebut, kawasan wisata dapat

dikatakan baik dan atau bermutu adalah jika kawasan

dan objek wisata di bangun telah memperhatikan

aspek-aspek sesuai undang-undang.

26

Sektor pariwisata pada umumnya di jadikan

sektor unggulan oleh Pemerintah Daerah, karena

sektor ini dapat memacu sektor lainnya, seperti

peningkatan bisnis transportasi, hotel, restoran,

hiburan, perbankan, dll. Pada bidang pariwisata,

Amdal juga perlu digunakan untuk meminimalisir

kemunginan-kemungkinan dampak negative dari hasil

kegiatan mengenai pariwisata. 

Pariwisata semula diduga tidak menimbulkan

kerusakan lingkungan karena pariwisata adalah GREEN

INDUSTRY,  ternyata akhir-akhir ini juga telah

memberikan dampak negatif terhadap SDA dan

lingkungan. Contoh saja pada area rekreasi yang ada

di tempat wisata. Dimana pengelolaan yang kurang

baik menyebabkan sampah sisa-sisa pengunjung

bertebaran di area tempat wisata. Dan hal ini

berimplikasi selain pada tingkat penurunan

pendapatan masyarakat sekitar, juga mengurangi

jumlah pengunjung dikawasan wisata. Selain itu

sampah dari pengunjung juga merusak habitat tumbuhan

sekitar yang di huni oleh binatang-binatang yang

juga dikonsumsi oleh masyarakat sekitar wisata.

Pengembangan kepariwisataan adalah pembangunan

kawasan wisata. Kawasan wisata adalah kawasan dengan

luas tertentu yang dibangun atau disediakan untuk

memenuhi kebutuhan wisata. Di dalam kawasan wisata

27

terdapat berbagai kegiatan seperti vila, taman

rekreasi, lapangan kemping, dan sebagainya. Kegiatan

pembangunan kawasan wisata menimbulkan dampak

penting, karena itu perlu disertai dengan studi

Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL).

B. TTGSL (Teknologi Tepat Guna Sanitasi Lingkungan)

1. Methodologia. Alat Dan Bahan

1.) Alat

Alat-alat yang digunakan untuk pembuatan biogas adalah :

a. Las

b. Martil

c. Pahat besi

d. Gergaji besi

e. Gergaji kayu

f. Penggaris

g. Mesin bubut

h. Bambu

i. Paku

j. Cangkul

k. Linggis

l. Serok

m. Ember

2.) Bahan

28

Bahan yang digunakan untuk membuat alat penghasil biogas ini berupa: a. Pipa besi dengan diameter 1-1,5 cm

dengan kran untuk saluran gas

b. Pipa besi dengan garis tengah 8cm untuk

saluran pengisian dan buangan

c. Pipa paralon untuk mengalirkan gas

d. Manometer sebanyak 3 buah

2. Lokasi Pembuatan Alat dan Pengoperasian

Pembuatan alat biogas ini dikerjakan oleh

pihak PT. Biru oleh Kang Yudi(senior alumni

jurusan PMI), karena keterbatan tenaga dan

peralatan yang dimiliki oleh mahasiswa.

Pengoperasian biogas berlokasi di Kampung

Cikoneng I Rt/Rw 02/01, Ds. Cibiru Wetan, Kec.

Cileunyi, Kab. Bandung. Tepatnya di lahan samping

Rumah Bpk. Yayat yang rumahnya ingin disaluri

biogas.

3. Rangkaian Alat

Rangkaian alat biogas dapat dilihat pada gambar di bawah ini:

29

4. Cara Kerja Alat(reaktor)

Campuran kotoran dan air (yang bercampur

dalam inlet atau tangki pencampur) mengalir

melalui saluran pipa menuju kubah. Campuran

tersebut lalu memproduksi gas setelah melalui

proses pencernaan di dalam reaktor. Gas yang

dihasilkan lalu ditampung di dalam ruang

penampung gas (bagian atas kubah).

Kotoran yang sudah berfermentasi dialirkan

keluar dari kubah menuju outlet. Ampas ini

dinamakan bio-slurry. Ia akan mengalir keluar

melalui overflow outlet ke lubang penampung

slurry. Gas yang dihasilkan di dalam kubah lalu

mengalir ke dapur melalui pipa. Model Pembangunan

Biogas yang kami buat di Cikoneng ini terdiri

dari 6 bagian utama yang akan dijelaskan berikut

ini:

Inlet (tangki pencampur)

Merupakan tempat (Tangki) untuk mencampur

kotoran dan air dengan perbandingan 1:1.  

30

Pipa Inlet (bisa diadaptasi untuk dihubungkan

ke toilet) Pipa inlet untuk mengalirkan

campuran kotoran sapi ke dalam tangki reaktor

Digester

Penampung Gas (Kubah)

Manhole

Outlet & Overflow

Pipa Gas Utama

Katup Gas Utama

Saluran Pipa

Waterdrain

Pengukur Tekanan

Keran Gas

Kompor Gas dengan pipa selang karet

Lampu (opsional)

Lubang Bio-slurry

5. Tata Cara Pengisian

Kotoran ternak sapi segar yang sudah dihaluskan/dirajang dikumpulkan dimasukan ke dalaminlet dengan proses sebagai berikut:1. Kotoran sapi dicampur dengan air dengan

perbandingan 1:1

2. Pengisian dilakukan melalui saluran

C. PPS (Pekerja Pelayanan Sosial)

31

Kampung Cikoneng 1 RW 001 Desa Cibiru Wetan

Kecamatan Cileunyi Kabupaten Bandung. Sesuai Pedoman

Dasar Karang Taruna, pengertian Karang Taruna adalah

Organisasi  Sosial  wadah pengembangan generasi muda

yang tumbuh dan berkembang atas dasar kesadaran dan

tanggung jawab sosial dari, oleh, dan untuk

masyarakat terutama generasi muda di wilayah

desa/kelurahan ataukomunitas  adat  sederajat  dan 

terutama bergerak dibidang usaha kesejahteraan

sosial. Karang Taruna yang ada di kampung Cikoneng

sebelumnya mengalami kefakuman. Fakumnya Karang

Taruna ini disebabkan karena anggota beserta

Ketuanya banyak kegiatan sendiri - sendiri sehingga

masa depan karang taruna yang ada di Kampung

tersebut mengalami kefakuman. Setelah beberapa lama

fakum akhirnya karang taruna tersebut kembali

bangkit setelah adanya Praktek Lapngan Terpadu yang

di laksanakan oleh jurusan Pengembangan Masyarakat

Islam Sunan Gunung Djati. Karang Taruna yang ada di

Kampung Cikoneng terdiri dari 22 orang. Hampir semua

anggota karang taruna ini masih aktif sekolah di SMP

maupun SMA. Adapun kegitan yang karang taruna

lakukan adalah :

Bidang Usaha Ekonomi Produktif

1.Merencanakan kegiatan usaha yang bertujuan

meningkatkan perekonomian anggota masyarakat.

32

2. Mengikutsertakan anggota dalam setiap

kegiatan pelatihan olahan makan dari susu sapi

seperti yougurt, caramel, kerupuk susu, dan ladu

susu pertanian dan lain-lain yang dapat

meningkatkan Usaha Ekonomi Produktif (UEP).

Bidang Pendidikan dan Latihan

1. Mengadakan kegiatan-kegiatan yang positif agar

generasi muda tidak terjebak dalam pergaulan yang

negatif.

2. Mengikutsertakan generasi muda mengikuti latihan-

latihan kerja.

3. Membudayakan gerakan Hidup Sehat melalui gerakan

perilaku hidup sehat dan bersih

4. Mengaktifkan dan pengkaderan kader kesehatan

untuk menunjang keberhasilan kegiatan Posyandu di

desa.

5. Ikut berpartisipasi aktif dalam penyuluhan kepada

orang tua yang memiliki anak usia sekolah untuk

mengikuti Pendidikan TK dan TPA agar memenuhi

tuntutan pendidikan yang lebih maju dan agamis.

Bidang Keagamaan / Kerohanian

1. Mengadakan peringatan hari – hari besar

Keagamaan.

2. Mengadakan gotong royong menjaga kebersihan

lingkungan mesjid dan langgar.

33

3. Mengadakan yasinan dan shalawatan.

4. Mengikutsertakan masyarakat/remaja dalam setiap

kegiatan lomba yang bersifat agamis.

Bidang Pemuda / Olahraga

1. Selalu tampil dalam kegiatan yang diadakan oleh

masyarakat.

2. Membangun Jati Diri Bangsa dengan sikap mental dan

perilaku yang berbudaya dengan menumbuhkan

pengamalan sila-sila dalam Pencasila serta

membudayakan pemahaman Cinta Tanah Air dan ada

kemampuan awal bela negara.

3. Menumbuhkan kesadaran tentang pentingnya kemampuan

hidup dan keterampilan untuk bisa mandiri dan

upaya pencegahan penyalahgunaan Narkoba.

4. Mengikutsertakan generasi muda dalam pelatihan-

pelatihan untuk memperkaya pengetahuan sebagai

bekal untuk hidup mandiri.

5. Mempersiapkan tim olahraga baik putra maupun putri

dengan mengadakan latihan rutin minimal satu kali

seminggu.

6. Mengadakan dan mengikuti pertandingan persahabatan

dan kejuaraan olah raga baik di dalam mupun luar

desa.

34

Pembinaan Karang Taruna diatur dalam Permensos

83/HUK/2005 tentang Pedoman Dasar Karang Taruna.

Berikut kutipan isi pedoman:

Tujuan

Tujuan Karang Taruna adalah :

1. Terwujudnya pertumbuhan dan perkembangan 

kesadaran dan  tanggung  jawab  sosial  setiap 

generasi  muda  warga Karang  Taruna  dalam 

mencegah,  menagkal, menanggulangi  dan 

mengantisipasi  berbagai  masalah sosial.

2. Terbentuknya  jiwa  dan  semangat  kejuangan 

generasi muda  warga  Karang  Taruna  yang 

Trampil  dan berkepribadian serta berpengetahuan.

3. Tumbuhnya  potensi  dan  kemampuan  generasi  muda

dalam  rangka mengembangkan  keberdayaan  warga

Karang Taruna.

4. Termotivasinya  setiap  generasi  muda  warga 

Karang Taruna  untuk  mampu  menjalin  toleransi 

dan  menjadi perekat  persatuan  dalam 

keberagaman  kehidupan bermasyarakat, berbangsa

dan bernegara.

5. Terjalinnya kerjasama antara generasi muda warga

Karang Taruna  dalam  rangka  mewujudkan  taraf 

kesejahteraan sosial bagi masyarakat.

35

6. Terwujudnya  Kesejahteraan  Sosial  yang  semakin

meningkat  bagi  generasi  muda  di 

desa/kelurahan  atau komunitas  adat  sederajat 

yang  memungkinkan pelaksanaan  fungsi  sosialnya 

sebagai  manusia pembangunan  yang  mampu 

mengatasi  masalah kesejahteraan sosial

dilingkungannya.

7. Terwujudnya pembangunan  kesejahteraan  sosial

generasi muda  di  desa/kelurahan  atau 

komunitas  adat  sederajat yang  dilaksanakan 

secara  komprehensif,  terpadu  dan terarah 

serta  berkesinambungan  oleh  Karang  Taruna

bersama pemerintah dan komponen masyarakat

lainnya.

Tugas

Setiap  Karang  Taruna  mempunyai  tugas  pokok 

secara bersama-sama dengan Pemerintah dan komponen

masyarakat lainnya untuk menanggulangi berbagai masalah

kesejahteraan sosial terutama yang dihadapi generasi

muda,  baik  yang bersifat preventif, rehabilitatif

maupun pengembangan potensi generasi muda di

lingkungannya.

Fungsi

Setiap Karang Taruna melaksanakan fungsi :

36

1. Penyelenggara Usaha Kesejahteraan Sosial.

2. Penyelenggara Pendidikan dan Pelatihan bagi

masyarakat.

3. Penyelenggara  pemberdayaan  masyarakat  terutama

generasi  muda dilingkunggannya  secara 

komprehensif, terpadu dan terarah serta

berkesinambungan.

4. Penyelenggara  kegiatan  pengembangan  jiwa

kewirausahaan bagi generasi muda di lingkungannya.

5. Penanaman  pengertian,  memupuk  dan  meningkatkan

kesadaran tanggung jawab sosial generasi muda.

6. Penumbuhan dan pengembangan semangat kebersamaan,

jiwa kekeluargaan, kesetiakawanan sosial dan

memperkuat nilai-nilai kearifan dalam bingkai

Negara Kesatuan Republik Indonesia.

7. Pemupukan  kreatifitas  generasi  muda  untuk 

dapat mengembangkan  tanggung  jawab  sosial 

yang  bersifat rekreatif,  kreatif,  edukatif, 

ekonomis  produktif  dan kegiatan  praktis 

lainnya  dengan mendayagunakan  segala sumber dan

potensi kesejahteraan sosial di lingkungannya

secara swadaya.

8. Penyelenggara  rujukan,  pendampingan,  dan 

advokasi social bagi penyandang masalah

kesejahteraan sosial.

37

9. Penguatan  sistem  jaringan  komunikasi, 

kerjasama, informasi dan kemitraan dengan berbagai

sektor lainnya.

10. Penyelenggara  usaha-usaha  pencegahan 

permasalahan sosial yang aktual.

38

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dilihat dari aspek ekonomi di Kp Cikoneng ini

merupakan penghasil susu. Hampir 90 % warga

merupakan peternak sapi perah yang kesehariannya

tidak lain mengurusi sapi dan sibuk mencari pakan

sapi di ladang-ladang yang telah ditanami rumput-

rumput gajah (khusus pakan sapi). Selain dilihat

dari aspek ekonominya, Kp Cikoneng juga dilihat dari

aspek pendidikan. Pendidikan di Kp Cikoneng kurang

diperhatikan oleh warga baik dari segi pendidikan

umum ataupun pendidikan agama, ini berdampak kepada

tingkat kemauan warga untuk menyekolahkan anak-

anaknya sangat rendah, untuk ukuran lulusan SMA pun

sangat sedikit apalagi lulusan sarjana sangat minim

sekali sekitar satu atau dua orang saja. Ini menjadi

keprihatinan tersendiri terlebih untuk menunjang

masa depan anak-anak khususnya di Cikoneng.

Adapun program yang di lakukan oleh kelompok 1

yaitu lebih menekankan kepada sumber daya ekonomi.

Tujuannya yaitu memberdayakan masyarakat Kp Cikoneng

1 dalam potensi yang ada di dalamnya seperti

mengolah susu sapi menjadi bahan olahan makanan

seperti caramel, yuogurt, kerupuk susu dan ladu

39

susu. Program ini terlaksana semua. Keberhasilan

program ini dapat dikembalikan lagi terhadap warga

Cikoneng 1, karena mereka yang memberikan respon

baik atau tidaknya.

Jika diukur dengan nilai baik atau tidaknya itu

sudah biasa, Namun dalam program yang dilaksanakan

ini tidak dilakukan ketika praktik saja, akan

tetapi, ada kelanjutan dari program tersebut. Agar

masyarakat dapat melanjutkannya.

40

DAFTAR PUSTAKA

41