Laporan agroklimat FP UNS 2014 Yeli Yulianti H0714153

156
I. PENGENALAN ALAT DAN PENGAMATAN UNSUR-UNSUR CUACA SECARA MANUAL A. Pendahuluan 1.Latar Belakang Unsur-unsur cuaca merupakan faktor penting dalam kehidupan, terutama di sektor pertanian. Pengelolaan dan hasil pertanian sangat tergantung terhadap unsur-unsur cuaca, seperti radiasi matahari, tekanan udara, suhu, kelembaban, curah hujan, angin, evaporasi, dan awan. Tanaman tak dapat bertahan hidup dan menghasilkan produk yang kurang baik dalam kondisi cuaca yang tak tentu. Cuaca diartikan sebagai keadaan udara pada suatu waktu di suatu tempat tertentu, sehingga kondisi cuaca akan senantiasa berubah dari waktu ke waktu. Cuaca dan iklim saling berhubungan, karena iklim merupakan kondisi lanjutan dan merupakan kumpulan dari kondisi cuaca yang kemudian disusun dan dihitung dalam bentuk rata- rata kondisi cuaca dalam kurun waktu tertentu. Di Indonesia pengetahuan tentang cuaca dan iklim adalah sangat penting karena sering adanya penyimpangan permulaan musim penghujan yang mempengaruhi kegiatan usaha tani di Indonesia. Fluktuasi hasil pertanian juga dipengaruhi oleh cuaca dan iklim. Walaupun suatu daerah pertanian 1

Transcript of Laporan agroklimat FP UNS 2014 Yeli Yulianti H0714153

I. PENGENALAN ALAT DAN PENGAMATAN UNSUR-UNSUR CUACA

SECARA MANUAL

A. Pendahuluan1.Latar Belakang

Unsur-unsur cuaca merupakan faktor penting

dalam kehidupan, terutama di sektor pertanian.

Pengelolaan dan hasil pertanian sangat tergantung

terhadap unsur-unsur cuaca, seperti radiasi

matahari, tekanan udara, suhu, kelembaban, curah

hujan, angin, evaporasi, dan awan. Tanaman tak

dapat bertahan hidup dan menghasilkan produk yang

kurang baik dalam kondisi cuaca yang tak tentu.

Cuaca diartikan sebagai keadaan udara pada

suatu waktu di suatu tempat tertentu, sehingga

kondisi cuaca akan senantiasa berubah dari waktu

ke waktu. Cuaca dan iklim saling berhubungan,

karena iklim merupakan kondisi lanjutan dan

merupakan kumpulan dari kondisi cuaca yang

kemudian disusun dan dihitung dalam bentuk rata-

rata kondisi cuaca dalam kurun waktu tertentu.

Di Indonesia pengetahuan tentang cuaca dan

iklim adalah sangat penting karena sering adanya

penyimpangan permulaan musim penghujan yang

mempengaruhi kegiatan usaha tani di Indonesia.

Fluktuasi hasil pertanian juga dipengaruhi oleh

cuaca dan iklim. Walaupun suatu daerah pertanian

1

2

sangat subur dan dengan perawatan tanaman yang

maksimal, namun apabila cuaca dan iklimnya buruk

maka hasil produksinya pun tidak akan maksimal,

bahkan dapat mengalami kegagalan.

Oleh sebab itu, pengetahuan tentang iklim dan

cuaca perlu diperhatikan karena mempunyai peranan

yang penting di bidang pertanian. Karena hal

itulah, sebagai mahasiswa pertanian perlu juga

mengetahui unsur-unsur cuaca dengan melakukan

praktikum lapangan serta pengamatan secara

langsung untuk mengetahui keadaan cuaca.

2. Tujuan Praktikum

Acara pengenalan alat dan pengamatan unsur-unsur

cuaca secara manual cuaca ini dilaksanakan dengan

tujuan :

a. Mengetahui alat-alat pengukur unsur cuaca dan

cara penggunaannya

b. Mengetahui cara pengamatan menggunakan alat –

alat manual

3. Waktu dan Tempat Praktikum

Praktikum Mata Kuliah Agroklimatologi untuk

Acara 1 Pengenalan Alat dan Pengamatan Unsur – Unsur

secara Manual dilaksanakan pada hari Sabtu tanggal 8

November 2014. Praktikum Agroklimatologi Acara 1

Pengenalan Alat dan Pengamatan Unsur – Unsur secara

Manual bertempat di Stasiun Klimatologi, Desa

Sukosari, Kecamatan Jumantono, Karanganyar.

3

B. TINJAUAN PUSTAKA

1. Radiasi Surya

Matahari adalah sumber utama untuk kejadian-

kejadian cuaca. Garis tengahnya 100 kali garis

tengah bumi suhunya 60000 K. Jarak matahari ke

bumi 149.500.000 Km. Matahari memancarkan panasnya

ke bumi dengan jalan radiasi yang kecepatannya

sama dengan kecepatan sinar. Menurut hasil

penyelidikan dengan membuat spektrum dari sinar

matahari, maka sebagian dari sinar putih yang

mempunyai panjang gelombang 0.48 μ mempunyai

kekuatan penyinaran yang tertinggi (Hardjodinomo

2007).

Radiasi surya merupakan unsur iklim/cuaca

utama yang akan mempengaruhi keadaan unsur

iklim/cuaca lainnya. Perbedaan penerimaan radiasi

surya antar tempat di permukaan bumi akan

menciptakan pola angin yang selanjutnya akan

berpengaruh terhadap kondisi curah hujan, suhu

udara, kelembaban nisbi udara, dan lain-lain.

Pengendali iklim suatu wilayah akan sangat berbeda

dari pengendali iklim di bumi secara menyeluruh.

Kondisi iklim/cuaca akan mempengaruhi proses-

proses fisika, kimia, biologi, ekofisiologi, dan

kesesuaian ekologi dari komponen lingkungan yang

ada (LIPI 2008).

4

Semakin lama matahari memancarkan sinarnya di

suatu daerah, maka akan semakin banyak panas yang

diterima. Keadaan atmosfer yang cerah sepanjang

hari akan lebih panas daripada jika hari itu

berawan sejak pagi. Suatu tempat dengan posisi

matahari berada tegak lurus diatasnya, maka 

radiasi matahari yang diberikan akan lebih besar,

dibandingkan dengan tempat yang posisi mataharinya

lebih miring (BMKG 2009).

Penerimaan radiasi surya di permukaan bumi

sangat bervariasi menurut tempat dan waktu.

Menurut tempat disebabkan oleh perbedaan letak

lintang serta keadaan atmosfer terutama awan.

Menurut waktu, perbedaan radiasi terjadi dalam

sehari (dari pagi sampai sore) maupun secara

musiman (Glen dan Lyle 2008).

Radiasi surya terdiri dari spectra ultraviolet

(panjang gelombang kurang dari 0.38 mikron) yang

berpengaruh merusak karena daya bakarnya sangat

tinggi, spectra Photosynthetically Active Radiation (PAR)

yang berperan membangkitan proses fotosintesis dan

spectra inframerah (lebih dari 0.74 mikron) yang

merupakan pengatur suhu udara . spectra radiasi

PAR dapat dirinci lebih lanjut menjadi pita-pita

spectrum yang masing-masing memiliki karakteristik

tertentu. Ternyata spectrum biru memberikan

5

sumbangan yang paling potensial dalam fotosintesis

(Koesmaryono 2008).

2. Tekanan Udara

Tekanan udara adalah tekanan yang diberikan

oleh udara, karena geraknya tiap 1 cm2 bidang

mendatar dari permukaan bumi sampai batas

atmosfer. Satuannya : 1 atm = 76 cmHg. Tekanan 1

atm disebut sebagai tekanan normal. Makin tinggi

tempat dari permukaan air laut (latitude) maka

tekanan udara makin menurun. Hal ini disebabkan

karena gradien tekanan udara vertikal (gradient

vertikal). Gradien vertikal ini tidak selalu tetap,

sebab kerapatan udara dipengaruhi oleh faktor :

suhu kadar uap air di udara dan gravitasi

(Wuryatno 2009).

Udara mempunyai massa/berat besarnya tekanan

diukur dengan barometer. Barograf adalah alat

pencatat tekanan udara. Tekanan udara dihitung

dalam milibar. Garis pada peta yang menghubunkan

tekanan udara yang sama disebut isobar. Barometer

aneroid sebagai alat pengukur ketinggian tempat

dinamakan altimeter yang biasa digunakan untuk

mengukur ketinggian pesawat terbang (Leonheart

2010).

Tekanan udara adalah berat massa udara pada

suatu wilayah. Perbedaan pemanasan matahari

mengakibatkan tekanan udara pada daerah satu

6

dengan daerah yang lain berbeda. Hal ini karena

pemanasan udara paling banyak terjadi pada

atmosfer bagian bawah. Jadi, semakin ke atas atau

tinggi suatu tempat semakin rendah tekanan

udaranya (Rahayu 2009).

Faktor-faktor yang mempengaruhi sebaran

tekanan udara antara lain lintang bumi, lautan dan

daratan untuk menggambarkan tekanan udara suatu

daerah, ditarik garis-garis isobar. Garis ini

menggambarkan sebaran tekanan udara pada suatu

pereode tertentu. Tekanan udara selalu turun

dengan naiknya ketinggian (Hasan 2007).

Tekanan udara adalah tekanan yang diberikan

oleh udara, karena tiap 1 cm2 bidang mendatar dari

permukaan bumi sampai batas atmosfer. Satuannya

yaitu 1 atm 76 cmHg 760 mmHg. Semakin tinggi

tempat, tekanan udara akan berkurang, sebagai

ketentuan dapat dikemukakan bahwa setiap naik 300

m, maka tekanan udara akan turun 1/30 x. Tekanan

udara mengalir dari tempat bertekanan tinggi ke

tempat bertekanan lebih rendah. Penyebarannya bisa

secara vertikal maupun horizontal. Alat untuk

mengukur tekanan udara adalah barometer. Untuk

mengetahui tekanan udara pada suatu tempat juga

bisa dilakukan dengan melihat tabel tekanan udara

yang berdasarkan ketinggian tempat dari permukaan

laut

7

(Sumani 2013).

3. Suhu Udara

Suhu merupakan suatu konsep yang tidak mudah

untuk membuat batasan. Kita semua sadar akan suhu

dalam pengertian kualitatif untuk itu digunakan

dalam pernyataan dingin, panas, hangat dalam

pembicaraan sehari-hari. Jadi, suhu merupakan

derajat panas atau dingin sesuatu keadaan atau zat

(Soekardi 2008).

Suhu merupakan derajad panas atau dingin suatu

benda atau dapat dinyatakan sebagai energi kinetis

rata-rata suatu benda. Ada beberapa alat yan biasa

digunakan untuk melakukan pengamatan suhu udara,

antara lain termohigrograf berfungsi untuk

mengamati suhu dan kelembaban udara dalam bentuk

grafik, termohigrometer berguna untuk mengetahui

suhu sekaligus kelembaban udara, dalam pembacaan

angka, dan termometer maksimim dan minimum dalam

satu periode pengamatan (Sumani 2013).

Termometer maksimum dan minimum digunakan

untuk mengukur suhu permukaan, yang didefinikan

sebagai suhu didekat ketinggian mata pengamat

sekitar 1,5 m di atas permukaan tanah.pada alat

ini digunakan termometer zat cair dalam kaca.

Prinsip kerja termometer ini adalah jika suhu naik

maka zat cair akan memuai lebih cepat ketimbang

wadah kacanya. Termometer maksimum dan minimum

8

dapat menunjukkan suhu maksimum dan minimum dalam

jangka waktu tertentu dan suhu pada saat itu.

Termometer ini berbentuk pipa U yang pada kedua

ujungnya terdapat reservoir. Pada ujung yang satu,

reservoir berisi alkohol, sedangkan pada kaki yang

lainnya reservoir berisi alkohol sebagiannya dan

pada bagian atasnya terdapat uap alkohol. Bila

suhunya naik, reservoir memuai dan memdorong air

raksa. Stiff pada kaki yang lain terdorong ke atas

oleh air raksa. Jika suhunya turun, air raksa

dalam kaki pertama akan mendorong stiff ke atas.

Jadi suhu pada kaki yang satu menunjuk suhu

maksimum dan kaki yang lain menunjuk suhu minimum

(Marisa 2012).

Temperatur udara dicatat oleh termometer yang

disimpan dalam kotak berkisi-kisi terbuka.

Diketahui sebagai saringan Stevenson, dipasang

setinggi kira-kira 1,25 m dari permukaan tanah.

Termometer ini perlu terlindungi dari presipitasi

dan cahaya langsung dari matahari

(Wilson 2006).

Suhu menyatakan tingkat (derajat) panas atau

dinginnya suatu zat, sedangkan kalor adalah salah

satu bentuk energi yang berpindah dari suatu benda

ke benda yang lainny karena perbedaan suhu. Suhu

di ukur menggunakan termometer.Suhu seringkali

juga diartikan sebagai energi kinetis rata-rata

9

suatu benda. Satuan untuk suhu adalah derajat suhu

yang umumnya dinyatakan dengan satuan derajat

Celsius (°C) disamping tiga sistem skala lain,

yaitu satuan Fahrenheit (F), satuan Reamur (R),

dan satuan Kelvin (K) (Purwoko 2009)

Suhu seringkali juga diartikan sebagai energi

kinetis rata-rata suatu benda. Satuan untuk suhu

adalah derajat suhu yang umumnya dinyatakan dengan

satuan derajat Celsius (°C) disamping tiga sistem

skala lain, yaitu satuan Fahrenheit (F), satuan

Reamur (R), dan satuan Kelvin (K). Alat yang

digunakan untuk mengukur temperatur dikenal dengan

nama termometer. Berdasarkan prinsip fisikanya,

termometer dapat digolongkan ke dalam empat macam

termometer berdasarkan prinsip pemuaian,

termometer berdasarkan prinsip arus listrik,

thermometer berdasarkan perubahan tekanan dan

volume gas, dan termometer berdasarkan prinsip

perubahan panjang gelombang cahaya yang

dipancarkan oleh suatu permukaan bersuhu tinggi

(Koestoer 2003).

4. Kelembaban Udara

Kelembaban udara adalah bayaknya uap air yang

terkandung dalam udara atau atmosfer. Besarnya

tergantung dari masukknya uap air ke dalam

atmosfer, karena adnay penguapan dari air yang ada

di lautan, danau, dan sungai, maupun dari air

10

tanah.  Banyaknya air didalam udara dipengaruhi

oleh ketersediaan air, sumber uap, suhu udara,

tekanan udara, dan angin. Uap air dalam atmosfer

dapat berubah bentuk menjadi  cari atau padat yang

akhirnya dapat jatuh ke bumi  antara lain sebagai

hujan. Kelembaban udara yang cukup besar memberi

petunjuk langsung bahwa udara banyak mengandung

uap air atau udara dalam keadaan basah (Swarinoto

2011).

Kelembaban udara merupakan uap air (gas) yang

tidak dapat dilihat, yang merupakan salah satu

bagian dari atmosfer. Banyaknya uap air yang

dikandung oleh hawa tergantung pada temperatur.

Makin tinggi temperatur makin banyak uap air yang

dapat dikandung oleh hawa (Soekirno 2010).

Kelembaban udara menggambarkan kandungan uap

air di udara. Kandungan uap air di udara  dapat

dinyatakan sebagai kelembaban mutlak, kelembaban

nisbi (relatif) maupun defisit tekanan uap air.

Kelembaban nisbi membandingkan antara tekanan uap

air aktual dengan keadaan jenuhnya pada kapasitas

udara untuk menampung uap air (Jason 2010).

Sebaran kelembaban udara menurut waktu

berkaitan dengan penerimaan radiasi matahari di

bumi sehingga terbentuk pola sebaran kelembaba

udara antara siang dan malam hari. Pada siang hari

energi radiasi matahari cenderung kuat akan

11

meningkatkan suhu udara. Pada kondisi tersebut

bila tekana uap aktual di udara teetap maka

kelembaban relatif udara akan berkurang. Demikian

sebaliknya, pada malam hari pada saat suhu udara

mencapai titik suhu terendah bila bersentuhan

dengan benda yang suhunya lebih rendah dari titik

embun akan terbentuk embun. Sebaran kelembaban

udara menurut waktu, dimana kelemban nisbi menurut

tempat tergantung pada suhu yang menentukan

kapasitas udara untuk menampung uap air aktual di

tempat tersebut. Kandungan uap air aktual di suatu

tempat ditentukan oleh ketersediaan air dan energi

untuk menguapkannya (Hasna 2012)

Kelembaban udara adalah tingkat kebasahan

udara karena dalam udara air selalu terkandung

dalam bentuk uap air. Kandungan uap air dalam

udara hangat lebih banyak daripada kandungan uap

air dalam udara dingin. Kalau udara banyak

mengandung uap air didinginkan maka suhunya turun

dan udara tidak dapat menahan lagi uap air

sebanyak itu. Uap air berubah menjadi titik-titik

air. Udara yan mengandung uap air sebanyak yang

dapat dikandungnya disebut udara jenuh (Kusnadi

2010).

Besaran yang sering dipakai untuk menyatakan

kelembaban udara adalah kelembaban nisbi yang

diukur dengan psikrometer atau higrometer.

12

Kelembaban nisbi berubah sesuai tempat dan waktu.

Pada siang hari kelembaban nisbi berangsur-angsur

turun kemudian pada sore hari sampai menjelang

pagi bertambah besar (BMKG 2009).

5. Curah Hujan

Hujan adalah sebuah presipitasi berwujud

cairan, berbeda dengan presipitasi non-cair

seperti salju, batu es dan slit. Hujan memerlukan

keberadaan lapisan atmosfer tebal agar dapat

menemui suhu di atas titik leleh es di dekat dan

di atas permukaan Bumi. Curah hujan dinyatakan

sebagai tebal lapisan air yang jatuh di atas

permukaan tanah rata seandainya tidak ada

infiltrasi dan evaporasi. Satuannya adalah mm

(Nasir dan Maman 2008).

Kerapatan pemasangan kerapatan hujan pada

suatu wilayah harus memperhatikan hujan dan

kondisi wilayah. Penentuan hujan wilayah yang

berdasrkan pada beberapa penangkar hujan yang

tersebar di wilayah itu akan semakin baik data

yang dihasilkan. Data ini kemudian akan dianalisis

hujan wilayahnya, ada dua metode yang dapat

digunakan yaitu metode poligon theissen dan isohit

(Hidayat 2008).

Kondisi fisiografis wilayah Indonesia dan

sekitarnya, seperti posisi lintang, ketinggian,

pola angin (angin pasat dan monsun), sebaran

13

bentang darat dan perairan, serta pegunungan atau

gunung-gunung yang tinggi berpengaruh terhadap

variasi dan tipe curah hujan di wilayah Indonesia.

Berdasarkan pola umum terjadinya, terdapat 3

(tiga) tipe curah hujan, yakni: tipe ekuatorial,

tipe monsun dan tipe lokal. Tipe ekuatorial proses

terjadinya berhubungan dengan pergerakan zona

konvergensi ke utara dan selatan, dicirikan oleh

dua kali maksimum curah hujan bulanan dalam

setahun, wilayah sebarannya adalah Sumatra dan

Kalimantan. Tipe monsun dipengaruhi oleh angin

laut dalam skala yang sangat luas, tipe hujan ini

dicirikan oleh adanya perbedaan yang jelas antara

periode musim hujan dan kemarau dalam setahun, dan

hanya terjadi satu kali maksimum curah hujan

bulanan dalam setahun, wilayah sebarannya adalah

di pulau Jawa, Bali dan Nusa tenggara. Tipe lokal

dicirikan dengan besarnya pengaruh kondisi

lingkungan fisis setempat, seperti bentang

perairan atau lautan, pegunungan yang tinggi,

serta pemanasan lokal yang intensif, pola ini

hanya terjadi satu kali maksimum curah hujan

bulanan dalam waktu satu tahun, dan terjadi

beberapa bulan kering yang bertepatan dengan

bertiupnya angin Muson Barat, sebarannya meliputi

Papua, Maluku dan sebagian Sulawesi. Jumlah curah

hujan juga dipengaruhi oleh arah datang angin,

14

pada sisi pegunungan atau gunung yang menghadap

arah datang angin lembab (windward side) curah

hujannya tinggi dan pada sisi sebelahnya (leeward

side) curah hujannya sangat rendah atau rendah

(Tukidin 2010).

Hujan merupakan susunan kimia yang cukup

kompleks dan bervariasi dari tempat yang satu ke

tempat yang lain, dari musim ke musim pada tempat

yang sama dan dari waktu hujan yang berbeda. Air

hujan terdiri atas ion-ion natrium, kalium,

kalsium, khlor, bikarbonat, dan sulfat yang

merupakan jumlah yang besar bersama-

sama(Wisnubroto et al 2007).

Pencatat hujan (recording garage) biasanya dibuat

sedemikian rupa, sehingga dapat bekerja secara

otomatis. Dengan alat ini dimungkinkan pencatatan

tinggi hujan setiap saat, sehingga intensitas

hujan pada saat tertentu dapat diketahui pula.

Dipasaran telah terdapat beberapa tipe yang

diproduksi antara lain pencatat jungkit dan

pencatat pelampung

(Soemarto 2008).

6. Angin

Angin adalah gerak udara yang sejajar dengan

permukaan bumi. Udara bergerak dari daerah

bertekanan tinggi ke daerah bertekanan rendah.

Angin diberi nama sesuai dengan arah mana angin

15

datang, misalnya angin laut adalah angin yang

bertiup dari laut ke darat (Hanum 2009).

Angin bergerak secara horizontal dan vertikal

dengan kecepatan yang bervariasi dan berfluktuasi

secara dinamis. Faktor pendorong bergeraknya massa

udara adalah perbedaan tekanan udara antara suatu

tempat dengan tempat yang lain. Angin selalu

bergerak dari udara yang memiliki tekanan tinggi

menuju ke tekanan rendah. Rotasi bumi pada

porosnya, akan menimbulkan gaya yang akan

mempengaruhi pergerakan angin. Pengaruh rotasi

bumi terhadap pergerakan angin di sebut dengan

gaya Corriolis yaitu pembelokan arah pergerakan

angin akibat rotasi bumi (Lakitan 2002).

Variasi angin harian hanya berarti di dekat

tanah dan yang paling nyata ialah selama musim

panas. Kecepatan-kecepatan angin permukaan berada

pada suatu minimum sekitar matahari tersebut, dan

naik ke suatu maksimum pada sore hari. Pada kira-

kira 300 meter (1000 ft) di atas tanah, nilai

maksimum terjadi pada malam hari dan minimumnya

pada siang hari (Hermawan 2007).

Kelembaban yang cukup mungkin dapat

menguntungkan. Namun di daerah-daerah kering,

banyak angin berpengaruh sangat buruk, karena

mengakibatkan pengeringan yang kuat. Angin

16

mempunyai pengaruh mekanis, yang kadang-kadang

besar artinya (Vink 2007).

Kecepatan dan arah angin masing-masing diukur

dengan anemometer dan penunjuk arah angin.

Anemometer yang lazim adalah anemometer cawan yang

terbentuk dari lingkaran kecil sebanyak tiga

(kadang-kadang empat) cawan yang berputar

mengitari sumbu tegak. Kecepatan putaran mengukur

kecepatan angin dan jumlah seluruh perputaran

mengitari sumbu itu memberi ukuran berapa jangkau

angin, jarak tempuh kantung tertentu udara dalam

waktu yang ditetapkan

(Foth 2008).

Variasi angin harian hanya berarti di dekat

tanah dan yang paling nyata ialah selama musim

panas. Kecepatan-kecepatan angin permukaan berada

pada suatu minimum sekitar matahari tersebut, dan

naik ke suatu maksimum pada sore hari. Pada kira-

kira 300 meter (1000 ft) di atas tanah, nilai

maksimum terjadi pada malam hari dan minimumnya

pada siang hari (Hermawan 2007).

7. Evapotranspirasi

Evaporasi adalah peristiwa berubahnya air

menjadi uap. Uap ini kemudian bergerak dari

permukaan tanah atau permukaan air ke udara. Suatu

tajuk hutan yang lebat menaungi permukaan di

bawahnya dari pengaruh radiasi matahari dan angin

17

yang secara drastis akan mengurangi evaporasi pada

tingkat yang lebih rendah (Sudarsono 2007).

Penguapan adalah proses perubahan air dari

bentuk cair menjadi bentuk gas (uap). Ada dua

macam penguapan, yaitu evaporasi (penguapan air

secara langsung dari lautan, danau, sungai) dan

transpirasi (penguapan air dari tumbuh-tumbuhan

dan lain-lain, makhluk hidup). Gabungan antara

evaporasi dan transpirasi disebut evapotranspirasi

(Wuryanto 2000).

Evaporasi adalah peristiwa berubahnya air

menjadi uap. Uap ini kemudian bergerak dari

permukaan tanah atau permukaan air ke udara.

Evaporasi merupakan penguapan yang terjadi pada

permukaan tanah. Evaporimeter yang digunakan pada

praktikum kali ini adalah evaporimeter yang

menggunakan bejana penguapan berupa panic atau

tanki yang berisi air bersih (Runtunuwu et al

2008).

Evaporasi dilaksanakan dengan cara menguapkan

sebagian dari pelarut pada titik didihnya,

sehingga diperoleh larutan zat cair pekat yang

konsentrasinya lebih tinggi. Uap yang terbentuk

pada evaporasi biasanya hanya terdiri dari satu

komponen, dan jika uapnya berupa campuran umumnya

tidak diadakan usaha untuk memisahkan komponen

komponennya. Dalam evaporasi zat cair pekat

18

merupakan produk yang dipentingkan, sedangkan

uapnya biasanya dikondensasikan dan dibuang.

Disinilah letak perbedaan antara evaporasi dan

distilasi (Ade 2010).

Evapotranspirasi adalah kombinasi dari dua

proses yaitu proses kehilangan air pada permukaan

tanah disebut evaporasi dan proses kehilangan air

dari tanaman. Selama air tersedia,

evapotranspirasi akan berlangsung pada laju

maksimum yang mungkin dan hanya tergantung pada

jumlah energi yang tersedia. Evaporasi dipengaruhi

oleh faktor meteorologi, termasuk didalamnya

radiasi surya, suhu permukaan evaporasi, selisih

tekanan uap, kecepatan angin dan turbulensi udara.

Radiasi surya merupakan sumber energi utama.

Evapotranspirasi dikendalikan oleh tiga kondisi,

yaitu kapasitas udara untuk menampung lebih banyak

uap air, jumlah energi yang tersedia dan digunakan

dalam proses evaporasi dan transpirasi sebagai

bahan laten, dan derajat turbulensi atmosfer

bagian bawah yang dibutuhkan untuk memindahkan

lapisan udara yang telah jenuh dengan uap air

dekat permukaan dan menggantinya dengan udara yang

belum jenuh. Tidak semua presipitasi yang mencapai

permukaan secara langsung berinfiltrasi kedalam

tanah atau melimpas di atas permukaan tanah.

Sebagian darinya, secara langsung atau setelah

19

penyimpanan permukaan , hilang dalam bentuk

evaporasi, yaitu proses dimana air menjadi uap

(Allen et al 2000).

Evapotranspirasi (ET) adalah ukuran total

kehilangan air (penggunaan air) untuk suatu luasan

lahan melalui evaporasi dari permukaan tanaman.

Secara potensial ET ditentukan hanya oleh unsur –

unsur iklim. Sedangkan secara aktual ET juga

ditentukan oleh kondisi tanah dan sifat tanaman

(Handoko 2008).

8. Awan

Awan adalah kumpulan butir butir air, kristal

es atau gabungan antara keduanya yang masih

melekat pada inti-inti kondensasi, yang melayang

di atmosfer.Bentuk awan di bagi 4 kelompok utama

yaitu awan tinggi, awan sedang, awan rendah dan

awan vertikal. Awan tinggi, dengan ketinggian 6-12

km jenis awannya sirus, sirokumulus dan

sirostratus. Awan sedang dengan ketinggian 2-6 km

jenis awannya altokumulus dan altostratus. Awan

rendah dengan ketinggian 0.8-2 km, jenis awannya

yaitu stratokumulus, stratus, nimbostratus. Awan

vertikal ketinggian kurang dari 2 km yaitu awan

kumulus dan kumulonimbus (Samadi 2010).

Awan merupakan kumpulan dari titik-titik air

yang demikian banyak jumlahnya dan terletak pada

titik kondensasi serta melayang-layang tinggi di

20

udara. Tiap-tiap macam awan mempunyai sifat

sendiri-sendiri mengenai kelembaban dan suhunya.

Untuk terjadinya hujan perlu adanya awan-awan

cumulus, sedangkan awan cumulonimbus mengakibatkan

hujan besar (Kartasapoetra 2008).

Adanya awan di atmosfer akan menyebabkan

berkurangnya radiasi matahari yang diterima di

permukaan bumi. Karena radiasi yang mengenai awan

oleh uap air yang ada di dalam awan akan

dipancarkan, dipantulkan, dan diserap, maka dari

tiu awan sangat berguna bagi kehidupan, agar sinar

matahari yang datang ke bumi tidak terlalu panas

(BMKG 2009).

Di daerah tropis awan maksimum pada musim

panas dan sesuai dengan curah hujan maksimum. Di

daerah pantai barat subtropik awan dan curah hujan

maksimum pada musim dingin. Di daerah pedalaman

benua variasi awan tahunan berlawanan dengan curah

hujan tahunan. Pada musim panas curah hujan

maksimum, tetapi awan minimum karena pada musim

panas awan cumulus yang bersifat lokal, sedang

pada musim dingin awan strato meliputi daerah yang

luas. Awan merupakan kumpulan dari titik –titik

air yang demikian banyak jumlahnya dan terletak

pada titik kondensasi serta melayang-layang tinggi

di udara. Awan terbagi menjadi empat macam yaitu

tinggi (pada ketinggian 7 Km dari permukaan laut,

21

contoh Cirrus), pertengahan (pada ketinggian 2-7

Km, contoh Altostratus), rendah (pada ketinggian

kurang dari 2 Km, contoh Stratocumulus),

berkembang vertikal (pada ketinggian pada 1-20 Km,

contoh Cumulus) (Sugiman dan Masri 2006).

Awan merupakan penghalang pancaran sinar

matahari ke bumi. Jika suatu daerah terjadi awan

(mendung) maka panas yang diterima bumi relatif

sedikit, hal ini disebabkan sinar matahari

tertutup oleh awan dan kemampuan awan menyerap

panas matahari. Permukaan daratan lebih cepat

menerima panas dan cepat pula melepaskan panas,

sedangkan permukaan lautan lebih lambat menerima

panas dan lambat pula melepaskan panas sehingga

apabila udara pada siang hari diselimuti oleh

awan, maka temperatur udara pada malam hari akan

semakin dingin (Ahmadi 2010).

C. HASIL PENGAMATAN

1. Radiasi Surya

Gambar 1.1 Sunshine Recorder tipe Cambell Stokesa. Bagian-bagian utama

1) Lensa bola pejal.

1

23

45

22

2) Busur pemegang bola kaca pejal.

3) Kertas pias

4) Mangkuk tempat kertas pias.

5) Sekrup pengatur kemiringan.

b. Prinsip Kerja

1)Memasang kertas pias pada alat sunshine

recorder. Kertas pias akan terbakar jika ada

sinar matahari yang jatuh ke bola kaca. Bola

kaca ini berfungsi memfokuskan sinar yang

jatuh di atasnya sehingga dapat membakar

kertas pias yang berada di bawahnya.

2)Menghitung presentasi kertas pias yang

terbakar.

3)Menggambar kertas pias yang telah digunakan.

4)Menentukan lama penyinaran matahari dalam

satu hari pengamatan.

2. Tekanan Udara

Gambar 1.2 Barometer

a. Bagian-bagian utama

1) Jarum penunjuk

2) Skala

3) Sangkar

1

2

3

23

b. Prinsip Kerja

1) Membaca angka yang berada pada barometer,

Jarum akan menunjukkan angka yang

mengindikasikan tekanan udara di daerah

tersebut. Angka yang dibaca adalah angka

yang berada pada di baris kedua dari

pinggir, yang paling dalam (berwarna merah).

2) Melakukan pengamatan tiap 20 menit sekali

dan merekap untuk satu hari pengamatan.

24

3. Suhu Udara dan suhu Tanah

Gambar 1.3 Thermometer maximum dan minimum

a. Bagian-bagian utama

1) Termometer Maksimum

2) Termometer Minimum

3) Statif

4) Dasar statif

5) Termometer bola kering

6) Termometer bola basah

b. Prinsip kerja

1) Untuk mengetahui Suhu udara terendah dalam

suatu periode tertentu (Termometer Minimum)

dapat diketahui dengan membaca angka pada

skala bertepatan dengan ujung kanan

penunjuk.

2) Untuk mengetahui Suhu udara tertinggi dalam

suatu periode tertentu (Termometer Maximum)

3

1

2

4

56

25

dapat diketahui dengan membaca angka pada

skala yang bertepatan dengan air raksa.

Gambar 1.3.2 Thermometer maximum dan minimum tipe

six

a. Bagian-bagian Utama

1) Termometer Maksimum

2) Termomeer Minimum

b. Prinsip kerja

1) Suhu tertinggi pada termometer maksimum

dapat diketahui dengan membaca angka pada

skala yang bertepatan dengan air raksa.

2) Suhu terendah pada termometer minimum dapat

diketahui dengan membaca angka yang

bertepatan dengan ujung kanan penunjuk.

Gambar 1.3.3 Thermometer Tanah Bengkok

1

1

3 4 5 6

2

2

26

a. Bagian-bagian utama

1) Termometer tanah 0 cm

2) Termometer tanah 2 cm

3) Termometer tanah 5 cm

4) Termometer tanah 10 cm

5) Termometer tanah 50 cm

6) Termometer tanah 100 cm

7) Air raksa

8) Skala penunjuk

b. Prinsip kerja

1) Mengguanakan termometer tanah yang

prinsipnya sama dengan termometer hanya

dengan pipa kapiler yang lebih panjang dari

thermometer air raksa, sesuai dengan

kedalaman tanah yang akan du ukur suhunya.

2) Jarak antara reservoir dengan skala terendah

lebih panjang untuk mempermudah pembacaan.

3) Besarnya suhu tanah tiap kedalaman sama

seperti yang tercantum dalam termometer.

27

4. Kelembaban Udara

Gambar 1.4 Termohigrograf

a. Bagian-bagian Utama

1) Lempeng bimetal

2) Rambut

3) Sistem tuas higrograf

4) Sistem tuas termohigrograf

5) Silinder kertas grafik

6) Tabung higrograf

7) Tangkai petunjuk kelembaban udara

8) Tabung termohigrograf

b. Prinsip Kerja

1) Mambaca skala pada kertas grafik membaca

skala pada termohigrograf. Skala pada bagian

atas untuk kelembaban udara dan skala bagian

bawah untuk suhu udara.

1

372

4 6

8

5

28

5. Curah Hujan

Gambar 1.5.1 Ombrometer

a. Bagian-bagian Utama

1) Mulut penakar seluas 100 cm²

2) Corong ombrometer

3) Tabung penampung denga kapasitas curah hujan

300-500 mm

4) Kran untuk mengeluarkan air hujan tertampung

5) Gelas ukur

b. Prinsip Kerja

1) Curah hujan yang jatuh pada corong mengalir

ke tabung penampung sehingga permukaan air

naik.

2) Membuka kran yang ada kemudian menggunakan

gelas ukur sebagai penampung, dan mengukur

seberapa air yang ada.

3

1

4

2

29

Gambar 1.5.2 Ombrograf

a. Bagian-bagian utama

1) Ombrometer

2) Tabung penampung air

3) Skala petunjuk intensitas curah hujan

4) Pena petunjuk skala

5) Kertas pias

6) Pelampung

7) Drum

b. Prinsip kerja

1) Air hujan yang masuk ke dalam ombrograf

melalui corong

2) Curah hujan yang jatuh pada corong mengalir

ke tabung penampung sehingga permukaan air

naik dan mendorong pelampung dimana

sumbunya bertepatan dengan sumbu pena.

3) Pena bergerak naik turun untuk

menggambarkan grafik curah hujan pada

kertas pias. , bergeraknya kertas searah

1

4

3

2

30

putaran jam dan sesuai dengan waktu yang

ada.

4) Air hujan akan kembali keluar dari ombograf

dengan melalui celah.

6. Angin

Gambar 1.6.1 Wind vane

a. Bagian-bagian Utama

1) Batang petunjuk arah mata angin

2) Baling-baling

3) Papan

4) Empat arah mata angin

b. Prinsip Kerja

1) Angin yang berhembus akan membentur

penangkap angin sehingga akan menggerakkan

panah arah mata angin.

2) Ujung panah merupakan posisi asal dari angin

tersebut berhembus.

1

32

4

1

4

31

Gambar 1.6.2 Anemometer

a. Bagian-bagian utama

1) Tiga buah mangkok sebagai baling-baling

yang dibatasi sudut 120oPoros berputar

2) Penunjuk kecepatan angin

3) Tiang

b. Prinsip kerja

1) Angin akan mendorong ketiga corong tersebut

untuk berputar.

2) Dengan ketiga corong tersebut berputar

dapat digunakan sebagai acuan untuk melihat

seberapa besar kecepatan angin.

7. Evaporasi

Gambar 1.7 Panci Evapotranspirasi

a. Bagian-bagian Utama

1) Panci

2

4

1

2

3

32

2) Still well cylinder

3) Kayu

4) Termometer

b. Prinsip Kerja

1) Pengukuran dilakukan pada permukaan air

dalam keadaan tenang didalam tabung peredam

riak (Still Well Cylinder) berbentuk silinder untuk

mencegah terjadinya gelombang air pada ujung

jarum yang digunakan untuk mengukur tinggi

permukaan air pada panci evaporimeter.

2) Batang pancing ini terletak menggantung

ditabung peredam riak sebagai petunjuk

tinggi permukaan air.

8. Awan

Gambar 1.8 Awan

a. Bagian-bagian Utama

1) Awan tebal dengan gerakan vertikal di bagian

atas

2) Berbentuk seperti bulu domba

b. Prinsip Kerja

33

1) Mengarahkan pandangan ke langit, bagi

menjadi 4 kuadran

2) Mengamati awan beserta ciri-cirinya pada

setiap kuadran, tentukan awan yang dominan

kemudian memberikan nama sesuai dengan

famili awan tersebut dan ketinggiannya.

3) Menggambar bentuk awan yang ada setiap 1 jam

sekali.

D. Pembahasan

a. Radiasi Surya

Pengamatan unsur cuaca radiasi surya ini

dilakukan di Desa Sukosari, Kecamatan Jumantono,

Kabupaten Karanganyar. Pengamatan radiasi surya

meliputi lama penyinaran dan intensitas radiasi.

Lama penyinaran adalah lamanya permukaan bumi

mendapat penyinaran dari matahari dalam satu

hari. Satuan lama penyinaran adalah jam/hari.

Alat yang digunakan untuk mengetahui/mengukur

lamanya penyinaran dalam satu hari adalah Sunshine

Recorder.

Selain itu dapat juga menggunakan alat

Sunshine Recorder tipe Cambell Stokes. Pada sunshine

recorder ini, kertas pias akan terbakar karena

sinar matahari yang difokuskan oleh bola kaca

pada alat ini. Semakin besar intensitas

penyinaran, maka kertas pias akan banyak yang

34

terbakar. Pada pengamatan, nampak bahwa kertas

pias tidak terbakar seluruhnya. Faktor – faktor

yang mempengaruhi radiasi surya adalah jarak bumi

ke matahari, konstanta matahari, sudut datng

sinar matahari, lamanya penyinaran, dan keadaan

atmosfer.

Intensitas cahaya matahari sangat

mempengaruhi proses pertumbuhan dan perkembangan

tanaman. Lama penyinaran juga sangat mempengaruhi

proses pertumbuhan tanaman, terutama pada proses

fotosintesis. Dengan mengamati pola penyinaran

cahaya matahari pada suatu tanaman dapat

dikembangkan dan digunakan dalam pengambilan pola

kebijakan budidaya tanaman, dan dapat mengetahui

tindakan antisipasi apabila terjadi perubahan

lama penyinaran yang tiba-tiba dan ekstrim.

Sehingga, semakin kita meneliti pengaruh cahaya

matahari terhadap tanaman dapat membuat kita

lebih mengetahui tanaman apa yang sesuai dengan

intensitas cahaya matahari yang rendah dan mana

yang cocok dengan intensitas cahaya matahari yang

tinggi.

b. Tekanan Udara

Alat yang digunakan untuk mengukur tekanan

udara disebut barometer. Tinggi angka yang

ditunjukkan oleh barometer selain ditunjukkan

oleh tekanan udara pada saat itu, juga

35

dipengaruhi oleh faktor-faktor antara lain

seperti: altitute (tinggi tempat), latitude

(letak lintang) dan gravitasi, serta suhu udara.

Hal ini disebabkan karena gradien tekanan udara

vertikal yang tidak selalu tetap karena kerapatan

udara dipengaruhi oleh faktor-faktor: suhu, kadar

uap air di udara dan gravitasi.

Pengaruh letak lintang terhadap tekanan udara

yaitu akibat adanya gaya gravitasi yang terkecil

di khatulistiwa dan terbesar di kutub yang

menyebabkan tekanan udara di sekitar khatulistiwa

cenderung lebih tinggi dibandingkan di daerah

kutub. Kemudian pengaruh suhu atau temperatur

dalam pengukuran tekanan udara adalah apabila

suhunya naik, air raksa akan mengembang dan jika

suhunya turun air raksa cenderung menyusut,

karena itu pengukuran tekanan udara di daerah

tropis cenderung lebih tinggi.

Tekanan udara akan berpengaruh terhadap

pertumbuhan tanaman, misal pada saat pembungaan

terjadi. Tekanan udara yang tinggi akan dapat

mengugurkan bunga-bunga sehingga pembuahan tidak

akan terjadi. Hal ini akan merugikan hasil panen

terutama bagi petani buah-buahan.Tekanan udara

yang tinggi akan menggugurkan bunga-bunga

sehingga pembuahan tidak akan terjadi. Hal ini

36

sangat merugikan hasil panen, terutama bagi

petani buah-buahan.

c. Suhu Udara

Suhu merupakan derajat panas atau dingin

suatu benda atau dapat dinyatakan sebagai energi

kinetis rata-rata suatu benda. Alat yang

digunakan untuk mengukur suhu disebut termometer

yang dalam satuan Celcius (0C), Reamur (0R),

Fahrenheit (0F) dan Kelvin (0K).Alat yang

digunakan untuk mengukur suhu tanah dan suhu

udara adalah termometer tanah bengkok dan

termometer maximum dan minimum. Perubahan suhu

tanah akan menaikan air raksa menunjukkan suhu

tanah pada skala tertentu.

Suhu tanah merupakan derajat panas atau

dingin pada tanah baik pada permukaan tanah

maupun pada berbagai macam kedalaman tanah yang

berbeda. Suhu tanah berkaitan dengan pertumbuhan

tanaman karena dapat mempengaruhi keaadan

perakaran dari tanaman.Suhu tanah diukur dengan

termometer biasa hanya saja dibenamkan ke dalam

tanah dengan beragam kedalaman. Pada tiap

kedalaman didapatkan nilai temperatur yang

berbeda-beda. Semakin dangkal (dekat permukaan

tanah) maka suhunya makin tinggi, sebaliknya

makin dalam (jauh dari permukaan tanah) maka

temperaturnya makin rendah. Keadaan ini dapat

37

terjadi dimungkinkan karena adanya pengaruh

cahaya matahari. Semakin dangkal maka mendapat

radiasi lebih besar dan semakin dalam radiasi

surya makin kecil yang ikut mempengaruhi

temperatur tanah. Tanah lapisan atas yang lebih

gelap juga lebih mampu menyerap sinar matahari

lebih banyak dari pada lapisan bawah sehingga

juga lebih panas.

Suhu yang diukur dalam praktikum ini adalah

suhu udara dan suhu tanah. Masing-masing suhu ini

berpengaruh terhadap besarnya vegetasi tanaman.

Suhu udara pada sangkar 1 pengukurannya dengan

menggunakan termometer bola basah dan bola

kering.

Suhu rata-rata harian terendah terjadi di

pagi hari dan tertinggi (maksimum) setelah siang

hari. Naik turunnya suhu udara dalam waktu satu

hari disebut siklus harian. Siklus tersebut

akibat dari perbandingan antara matahari dengan

radiasi bumi yang diradiasikan ke atmosfer setiap

saat dalam waktu satu hari.

Suhu tanah sangat berperan penting bagi

kelangsungan hidup tumbuhan oleh aktifitas

perakaran. Pengukuran pada praktikum kali ini

dilakukan pada kedalaman 0 cm, 2 cm, 5 cm, 10 cm,

50 cm dan 100 cm. Suhu tanah rata-rata pada

kedalaman 0 cm, 2 cm, 5 cm, 10 cm,50 cm dan 100

38

cm berturut-turut adalah 35.8, 37.2, 32, 35, 30

dan 31. Semakin besar kedalamannya maka suhunya

semakin kecil. Pengaruh suhu tanah pada tanaman

yaitu pada perkecambahan biji, pada aktivitas

mikroorganisme dan perkembangan penyakit tanaman.

Faktor pengaruh suhu tanah yaitu faktor eksternal

(radiasi matahari, keawanan, curah hujan, angin

dan kelembaban udara) dan internal (tekstur

tanah, struktur dan kadar air tanah, kandungan

bahan organik dan warna tanah).

Faktor-faktor yang mempengaruhi suhu di

permukaan bumi ialah pengaruh ketinggian tempat,

jumlah radiasi yang diterima, pengaruh daratan

atau lautan, pengaruh angin secara tidak

langsung. Misalnya angin yang membawa panas dari

sumbernya secara horizontal, tutupan, dan tipe

tanah. Ada juga angin yang membawa dingin.

d. Kelembaban Udara

Kelembaban udara ini diukur menggunakan alat

yang bernama termohigograf. Suhu udara dan

kelembaban udara dapat langsung dibaca pada

kertas grafik yang dipasang pada alat tersebut.

Skala bagian atas untuk suhu udara dan skala

bagian bawah menunjukkan kelembaban udara.

Dalam bidang pertanian kelembaban yang besar

berpengaruh pada kondisi tanaman. Jika kelembaban

tinggi maka jamur dan penyulut tumbuh-tumbuhan

39

akan menjadi subur yang dapat menyerang tanaman,

serta akan mengakibatkan hasil sayuran dan buah-

buahan cepat membusuk. Udara lembab akan

berakibat menghambat transpirasi sehingga

mengurangi laju perpindahan larutan zat hara dari

tanah ke organ tanaman. Pada umumnya kelembaban

berlawanan dengan suhu, kelembaban maksimum pada

pagi hari dan minimum pada sore hari secara

harian.

e. Curah Hujan

Alat yang digunakan untuk mengukur curah

hujan adalah ombrograf yang mencatat secara

otomatis dan ombrometer secara manual. Pada

ombrometer besar curah hujan dapat diketahui

dengan mengukur banyaknya air hujan yang telah

tertampung digelas ukur. Prinsip kerja ombrometer

adalah curah hujan yang jatuh pada corong

mengalir ke tabung penampung sehingga permukaan

air naik dan mendorong pelampung dimana sumbunya

bertepatan dengan sumbu pena. Tangkai pena

bertinta akan ikut naik dan memberi berkas garis

pada kertas berskala, bergeraknya kertas searah

denagn putaran jarum jam dan sesuai dengan waktu

yang ada. Sedangkan pada ombrograf hanya dengan

membaca grafik pada kertas untuk mengetahui curah

hujan.

40

Air adalah faktor yang lebih penting dalam

produksi tanaman pangan dibandingakan dengan

faktor lingkungan lainnya. Tanaman pangan

memperoleh persediaan air dari akar, itu sebabnya

pemeliharaan kelembaban tanah merupakan faktor

yang penting dalam pertanian. Jumlah air yang

berlebih dalam tanah akan mengubah berbagai

proses kimia dan biologis yang membatasi jumlah

oksigen dan meningkatkan pembentukan senyawa yang

berbahaya bagi akar tanaman. Curah hujan yang

lebat dapat menggangu pembungaan dan penyerbukan.

Curah hujan memegang peranan pertumbuhan dan

produksi tanaman pangan. Hal ini disebabkan air

sebagai pengangkut unsur hara dari tanah ke akar

dan dilanjutkan ke bagian-bagian lainnya.

Fotosintesis akan menurun jika 30% kandungan air

dalam daun hilang, kemudian proses fotosintesis

akan berhenti jika kehilangan air mencapai

60%.Curah hujan adalah jumlah air hujan yang

jatuh di permukaan tanah selama periode tertentu

yang diukur dalam satuan tinggi di atas permukaan

horizontal apabila tidak terjadi penghilangan

oleh proses evaporasi pengaliran dan peresapan

dinyatakan sebagai tebal lapisan air yang ada di

atas permukaan tanah rata seandainya tidak ada

infiltrasi dan evaporasi, dengan satuan

milimeter. Curah hujan 1 mm berarti banyaknya

41

hujan yang jatuh di atas sebidang tanah seluas 1

m2 = 1mm x 1m2 = 0,01 dm x 100 dm2 = 1 dm3 = 1

liter. Hari hujan adalah suatu hari dimana

terkumpul curah hujan 0,5 mm atau lebih.

f. Angin

Alat yang digunakan untuk mengamati ada dua.

Pertama ada alat untuk mengamati arah angin yaitu

wind vane. Sementara yang kedua adalah untuk

mengukur kecepatan daripada angin itu yaitu

dengan menggunakan alat anemometer. Pada

anemometer ini terdapat tiga mangkok yang

menghadap ke satu jurusan dan akan berputar bila

tertiup angin. Pada p oros putara dipasang alat

pengukur kecepatan yang dapat menunjukkan angka.

Selisih angka pengamatan pertama dengan

pengamatan kedua dibagi jangka waktu pengamatan

merupakan angka rata-rata kecepatan angin dalam

waktu tertentu.

Arah angin mengacu pada dari manakah angin

itu bertiup dan dinyatakan dengan sudut kompas

atau sebutan nama penjuru angin. Sudut 0o atau

360o menunjukkan arah utara, 90o menunjukkan

timur, 180o arah selatan dan 270o arah barat.

Pembagian arah angin selanjutnya dengan sebutan

arah timur laut, tenggara, barat daya dan barat

laut. Untuk menentukkan arah angin pada praktikum

kali ini menggunakan alat penunjuk angin yang

42

disebut Wind Vane. Posisi vane yang menunjukkan

arah angin pada waktu itu.

Angin secara tidak langsung mempunyai efek

penting pada produksi tanaman pangan. Energi

angin merupakan perantara dalam penyebaran tepung

sari pada penyerbukan alamiah, tetapi angin juda

dapat menyebarkan benih rumput liar dan melakukan

penyerbuka silang yang tidak diinginkan. Angin

yang terlalu kencang juga akan menggangu

penyerbukan oleh serangga.

Angin dapat membantu dalam menyediakan karbon

dioksida yang membantu pertumbuhan tanaman,

selain itu juga mempengaruhi suhu dan kelembaban

tanah. Namun pada saat musim kemarau di beberapa

daerah di Indonesia bertiup angan fohn yang dapat

merusak karena bersifat kering dan panas. Pada

siang hari didaerah sekitar pantai, angin laut

dapat menyebabkan masalah karena angin ini

membawa butiran garam yang dapat merusak daun.

g. Evapotranspirasi

Alat yang digunakan untuk mengukur evaporasi

adalah evaporimeter. Evaporimeter yang digunakan

pada praktikum kali ini adalah evaporimeter yang

menggunakan bejana pemguapan berupa panci atau

tangki yang berisi air bersih. Dinding bejana

berwarna putih atau putih metalik, hal ini

ditunjukkan untuk mengurangi pengaruh radiasi.

43

Bantalan kayu yang di gunakan sebagai alas panci

evaporimeter di gunakan untuk menghilangkan

pengaruh suhu tanah terhadap panci evaporimeter

karena balok kayu bersifat isolator sehingga

tidak dapat menghantarkan panas.

Evaporasi adalah penguapan air dari permukaan

bumi ke atmosfer. Proses evapotranspirasi sangat

penting dalam siklus hidrologi dan CWR (Crop Water

Requirement = banyaknya air yang dibutuhkan

tanaman untuk tumbuh). Pada pengamtan kali ini

untuk mengamati besarnya evaporasi, menggunakan

panci evaporimeter. Berbentuk silinder terbuka

dengan lapisan berwarna perak untuk memantulkan

cahaya dan berisi air sebagai indicator

terjadinya evaporasi pada daerah tersebut.

Nilai evaporasi merupakan selisih tinggi

permukaan dari dua kali pengukuran setelah nilai

curah hujan diperhitungkan apabila pada waktu

pengukuran terjadi hujan. Sehingga secara tidak

langsung evaporimeter berhubungan dengan

ombrometer. Perhitungan evaporasi (Eo) :

a. Bila tidak terjadi hujan

Eo = (P0-P1) mm

b. Bila terjadi hujan

Eo = (P0-P1) + x mm

c. Bila hujan sangat lebat sehingga panci terisi

air sampai tumpah atau meluap maka pengukuran

44

penguapan tidak dapat dilakukan dan diberi

tanda ’x’ pada angka pencatatan.

Keterangan :

Eo : Evaporasi

P0 : tinggi permukaan air di awal periode

P1 : tinggi permukaan air di akhir periode

X : besarnya curah hujan

Pengukuran dilakukan pada permukaan air dalam

keadaan tenang didalam tabung peredam riak (Still

Well Cylinder). Still Well Cylinder merupakan silinder

untuk mencegah terjadinya gelombang air pada

ujung jarum atau batang pancing pengukur

micrometer yang digunakan untuk mengukur tinggi

permukaan air pada panci evaporimeter. Keuntungan

penggunaan batang pancing berskala (mikrometer)

ini adalah pengukuran dapat dilakukan lebih cepat

dan mudah, dapat digeser turun atau naik dengan

memutar sekrupnya. Batang pancing pengukur ini

terletak menggantung ditabung peredam riak.

Sebagai penunjuk tinggi permukaan air adalah

ujung pancing yang dibuat runcing. Kelemahannya

terkadang pengamat tidak mengembalikan tinggi

permukaan air dengan cermat sesuai ketentuannya

sehingga proses penguapan berlangsung pada volume

air yang tidak tetap.

Evapotranspirasi ini terjadi bila ada energi

dari matahari yang diperlukan untuk mengubah air

45

dari fase cair menjadi gas dan adanya difusi

setelah uap air terbentuk yang disertai dengan

proses perpindahan atau pengangkutan dari

permukaan yang berevaporasi ke atmosfer sehingga

diperlukan bantuan angin (turbulensi). Faktor

yang mempengaruhi evapotranspirasi antara lain:

suhu udara, angin, tekanan uap ke atmosfer,

kualitas air dan sifat serta bentuk permukaan.

Meningkatnya suhu udara maka energi kinetik

molekul airnya bertambah sehingga lepas dari

permukaan air, dengan kecepatan angin yang tinggi

maka laju evapotranspirasinya bertambah sampai

batas tertentu. Tekanan uap air ke atmosfer yang

rendah mengakibatkan proses evapotranspirasi

lebih cepat. Evapotranspirasi penting sebagai

unsur dari siklus hidrologi dan sebagai penyedia

air yang dapat mencukupi tubuh tumbuhan sepanjang

waktu.

h. Awan

Awan adalah gumpalan uap air yang terapung di

atmosfer. Berdasarkan hasil pengamatan diketahui

bahwa jenis awan pada hari tersebut yaitu strato

cumulus pada ketinggian tertentu. Dan warnanya

putih dan putih abu-abu. Awan mempengaruhi nilai

intensitas radiasi surya karena dengan adanya

awan menghalangi pancaran sinar ke bumi.

Klasifikasi awan adalah sebagai berikut:

46

a. Famili awan tinggi: cirrus, cirro cumulus, dan

cirrostratus

b. Famili awan sedang: altocumulus dan

altostratus

c. Famili awan rendah: stratus, nimbo stratus dan

stratocumulus

d. Famili awan tumbuh vertical: cumulus; cumulus

nimbus dan nimbo stratus

Awan merupakan kumpulan uap air dari proses

penguapan dari bumi dan tanaman. Dalam Siklus

hidrologi, awan memegang peranan penting untuk

menampung uap air. Kesimpulannya awan berperan

penting dalam putaran air di bumi yang

dimanfaatkan oleh manusia.

Siklus hidrologi merupakan siklus air yang

paling tua terbentuk di muka bumi, bahkan

merupakan siklus yangpertama terbentuk di bumi.

Air laut, danau, sungai yang terdapat dipermukaan

bumi menguap (evaporasi) karena panas matahari,

termasuk juga air yang terdapat dalam tumbuhan

(transpirasi), hewan dan manusia (respirasi) juga

mengalami penguapan. Selanjutnya uap tersebut

masuk dalam atmosfera menjadi awan. Awan

mengalami kondensasi, sehingga terjadilah titik

air hujan (presipitasi) dan dengan garfitasi bumi

titik air jatuhke bumi baik di daratan maupun di

lautan. Air hujan yang jatuh di daratan sebagian

47

masuk ke dalam tanah (infiltrasi) dan mengalami

perasapan ke dalam tanah (perkolasi) menjadi air

tanah, sebagain lagi mengalir dipermukaan tanah

(runoff). Air tanah maupun air permukaan mengalir

mengikuti grafitasi bumi menuju daratanyang lebih

rendah, baik melalui air bawah tanah maupun

sungai-sungai. Dalam perjalanannya menuju laut

ataudaerah yang paling rendah, air mengalami

penguapan termasuk laut, sungai, danau, sehingga

siklus hidrologi kembali terjadi, demikian

seterusnya tanpa henti.

Menurut pengamatatn awan yang dilakukan oleh

kelompok kami (kelompok 30) yang kami ambil di

tempat praktikum agroklimatalogi yaitu di

Jumantono termasuk ke dalam tipe awan

Cumulonimbus karena yang kami lihat dengan mata

telanjang, karena awannya besar, padat dan

meluar, puncaknya menyerupai gunung dan menara

yang besar atau seperti cengger ayamdengan warna

yang gelap.

48

E. KOMPREHENSIF

Radiasi surya dipengaruhi jarak bumi dari

surya, intensitas radiasi surya dan jumlah hari.

Radiasi matahari yang diterima oleh bumi kita

(energi matahari) akan diterima dengan cara diserap

oleh aerosol dan awan di atmosfer bumi yang akhirnya

menjadi panas, ditangkis oleh atmosfer (gas-gas dan

aerosol-aerosol), dalam hal ini radiasi ditangkis

dan disebarkan ke segala penjuru, radiasi yang tidak

tertangkis maupun terserap oleh atmosfer, sampai ke

permukaan bumi,dan radiasi yang sampai ke permukaan

bumi yang tidak direfleksi, akan diserap oleh bumi.

Makin tinggi matahari sinar yang diterima makin

banyak sehingga semakin siang, kertas pias yang

terbakar semakin panjang. Hari makin panjang maka

radiasi matahari juga semakin banyak. Kondisi awan

juga mempengaruhi sinar matahari yang sampai ke

bumi. Bila tidak berawan maka sinar matahari yang

sampai ke bumi kurang lebih 66%, bila berawan kurang

lebih 17% dan berawan tipis 48%. Pada saat

pengamatan kondisi awan mayoritas berawan dan agak

tebal karena itu intensitas matahari besarnya 0 %

dalam 1 hari sehingga kertas pias yang terbakar juga

pendek. Dengan intensitas radiasi yang kecil maka

panas matahari hampir tidak ada yang sampai ke bumi

sehingga tanaman kekurangan cahaya matahari dan

tidak dapat melakukan fotosintesis.

49

Tekanan udara suatu wilayah, dipengaruhi

ketinggian wilayah tersebut. Makin tinggi suatu

tempat maka tekanannya semakin rendah. Hal ini

disebabkan karena kerapatannya rendah dan kolom

udara yang makin pendek. Kelembaban relatif di suatu

tempat dipengaruhi oleh kondisi suhu udara dan

kandungan uap air aktual yang ditentukan oleh

ketersediaan air di tempat tersebut. Umumnya

distribusi kelembaban tinggi di pusat-pusat tekanan

rendah. Makin rendah suhu udara makin besar

kapasitas udara menampung uap air, sehingga suhu

siang hari lebih tinggi daripada suhu malam hari,

maka berdampak pada distribusi kelembaban siang hari

yang lebih kecil dibanding malam hari.

Cuaca dan iklim merupakan dua kondisi yang

hampir sama tetapi berbeda pengertian khususnya

terhadap kurun waktu. Cuaca merupakan bentuk awal

yang dihubungkan dengan penafsiran dan pengertian

akan kondisi fisik udara sesaat pada suatu lokasi

dan suatu waktu. Iklim merupakan kondisi lanjutan

dan merupakan kumpulan dari kondisi cuaca yang

kemudian disusun dan dihitung dalam bentuk rata-rata

kondisi cuaca dalam kurun waktu tertentu.

Proses terjadinya cuaca dan iklim merupakan

kombinasi dari variabel-variabel atmosfer yang sama

50

yang disebut unsur-unsur iklim. Unsur-unsur iklim

ini terdiri dari radiasi surya, suhu udara,

kelembaban udara, awan, presipitasi, evaporasi,

tekanan udara dan angin. Unsur-unsur ini berbeda

dari waktu ke waktu dan dari tempat ke tempat yang

disebabkan oleh adanya pengendali-pengendali iklim.

Pengendali iklim atau faktor yang dominan menentukan

perbedaan iklim antara wilayah yang satu dengan

wilayah yang lain adalah posisi relatif terhadap

garis edar matahari (posisi lintang), rotasi dan

revolusi bumi, topografi, gerakan massa regional,

pusat tekanan tinggi dan rendah, keberadaan lautan

atau permukaan airnya termasuk posisi wilayah

terhadap lautan, pola arah angin, rupa permukaan

daratan bumi, dan kerapatan dan jenis vegetasi.

Suhu tanah dipengaruhi oleh radiasi surya,

kondisi awan, curah hujan, suhu udara, angin dan

kelembaban udara. Suhu tanah berbanding lurus dengan

intensitas radiasi, suhu udara, angin dan kelembaban

udara. Temperatur udara terdingin terjadi pada pagi

hari sebelum matahari terbit, kemudian berangsur-

angsur naik seiring besarnya radiasi matahari dan

mengalami penurunan kembali hingga matahari

terbenam. Temperatur akan terus menurun sampai

matahari terbit lagi. Semakin dangkal (dekat

permukaan tanah) maka suhunya makin tinggi karena

mendapatkan radiasi yang lebih besar, sebaliknya

51

makin dalam (jauh dari permukaan tanah) maka

temperaturnya makin rendah. Keadaan ini dapat

terjadi dimungkinkan karena adanya pengaruh cahaya

matahari. Warna tanah lapisan atas yang lebih gelap

juga lebih mampu menyerap sinar matahari lebih

banyak dari pada lapisan bawah sehingga suhu lebih

tinggi. Suhu makin menurun dengan bertambahnya

lintang. Semakin tinggi suhu maka akan menurunkan

derajat kelembaban. Sedangkan suhu udara memberikan

pengaruh terhadap fase reproduksi Suhu udara pada

pagi hari rendah, namun akan bertambah tinggi dengan

adanya penyinaran matahari. Sore hari, suhu udara

akan rendah kembali.

Unsur-unsur iklim juga berpengaruh pada tanaman.

Radiasi surya dan kelembaban udara mempengaruhi

fotosintesis. Laju fotosintesis akan meningkat

seiring dengan meningkatnya intensitas radiasi surya

sampai titik tertentu. Karena pada proses tersebut

terlibat juga reaksi–reaksi biokimia yang melibatkan

enzim, sedangkan enzim bekerja dengan baik pada suhu

yang optimal. Enzim itu sendiri akan rusak apabila

suhu lingkungannya terlalu tinggi. Sedangkan

pengaruh kelembaban udara pada proses fotosintesis

adalah semakin lembab udara maka proses fotosintesis

makin lambat. Angin mempengaruhi transpirasi dan

pemasukan CO2.

52

Cuaca dan iklim muncul setelah berlangsung suatu

proses fisik dan dinamis yang kompleks yang terjadi

di atmosfer bumi. Kompleksitas proses fisik dan

dinamis di atmosfer bumi ini berawal dari perputaran

planet bumi mengelilingi matahari dan perputaran

bumi pada porosnya. Pergerakan planet bumi ini

menyebabkan besarnya energi matahari yang diterima

oleh bumi tidak merata, sehingga secara alamiah ada

usaha pemerataan energi yang berbentuk suatu sistem

peredaran udara, selain itu matahari dalam

memancarkan energi juga bervariasi atau berfluktuasi

dari waktu ke waktu. Perpaduan antara proses-proses

tersebut dengan unsur-unsur iklim dan faktor

pengendali iklim menghantarkan kita pada kenyataan

bahwa kondisi cuaca dan iklim bervariasi dalam hal

jumlah, intensitas dan distribusinya.

Evapotranspirasi dipengaruhi oleh radiasi surya,

suhu, kelembaban, angin dan tekanan udara. Semakin

besar intensitas radiasi surya maka semakin tinggi

suhu dan evapotranspirasi semakin meningkat.

Evapotranspirasi dipengaruhi beberapa faktor.

Semakin besar radiasi surya yang diterima bumi maka

evapotranspirasi semakin besar pula. Besarnya

evapotranspirasi sebanding dengan besarnya suhu

udara, karena itu pada siang hari evapotranspirasi

semakin besar. Kondisi awan yang tipis atau tidak

berawan, evapotranspirasi yang terjadi besar

53

sedangkan makin tebal awan maka evapotranspirasi

yang terjadi makin kecil. Makin cepat angin, maka

penguapan makin cepat. Jika tekanan udara di atas

permukaan air rendah, penguapan menjadi lebih besar.

F. KESIMPULAN DAN SARAN

1. Kesimpulan

Dari pengamatan praktikum agroklimatologi dapat

disimpulkan bahwa:

a. Komponen cuaca dan iklim dipengaruhi oleh

radiasi surya, tekanan udara, suhu (suhu udara

dan suhu tanah), ph dan kelembapan, curah

hujan, angin, evapotranspirasi, dan awan.

1) Radiasi surya

Radiasi surya adalah sesuatu yang

menyebar ke arah luar dari suatu sumber,

yang dimana sumber utamanya adalah matahari.

2) Tekanan Udara

Tekanan udara bekerja ke segala jurusan

dan tidak tetap. Jika berada di permukaan

atas maka tekanannya semakin rendah.

3) Suhu (suhu tanah dan suhu udara)

Suhu tanah memberikan pengaruh yang

lebih baik dalam hal pertumbuhan tanaman.

Sedangkan suhu udara memberikan pengaruh

terhadap fase reproduksi.

4) Kelembaban udara

54

Kelembaban adalah konsentrasi uap air di

udara dan dapat diekspresikan dalam

kelembaban absolut, kelembaban spesifik atau

kelembaban relatif.

5) Curah hujan

Curah hujan merupakan jumlah air hujan

yang jatuh di permukaan tanah dimana

bervariasi dari tempat yang satu ke tempat

yang lain, dari musim ke musim pada tempat

yang sama dan dari waktu hujan yang berbeda.

55

6) Angin

Angin merupakan komponen penting dalam

mengatur suhu dan kelembaban udara. Angin

bergerak berdasarkan arah mata angin dan

sudut yang terdapat pada kompas.

7) Evapotranspirasi

Evapotranspirasi adalah proses perubahan

air dari bentuk cair menjadi gas dan

perpindahannya dari suatu permukaan benda

ke atmosfer dan ini terjadi pada tanaman.

8) Awan

Awan merupakan gambaran nyata proses

fisika yang terjadi di atmosfer yang

dimana menjadi indikator kondisi cuaca

yaitu sumber presipitasi dan pengendali

neraca panas.

b. Alat-alat yang digunakan untuk mengukur

unsur-unsur cuaca :

1) Sunshine Recorder merupakan alat untuk

mengetahui lamanya penyinaran.

2) Barometer digunakan untuk mengukur

tekanan udara

3) Termometer minimum digunakan untuk

mengetahui suhu terendah dalam suatu

periode.

56

4) Termometer maximum digunakan untuk

mengetahui suhu tertinggi dalam suatu

periode.

5) Termohigrograf untuk mengetahui

kelembaban udara dan suhu udara

6) Anemometer digunakan untuk mengukur

kecepatan angin

7) Evaporimeter untuk mengetahui besarnya

evapotranspirasi

8) Termometer bola basah dan bola kering

untuk mengetahui kelembaban relative.

9) Termometer tanah bengkok untuk mengukur

suhu tanah.

10) Ombrometer untuk mengetahui curah hujan

secara manual.

11) Ombrogarf untuk mengetahui curah hujan

secara otomatis.

12) Wind vane untuk mengetahui arah angin.

2. Saran

Saran dalam praktikum agroklimatologi

khususnya pada praktikum acara pengamatan

unsur-unsur cuaca diharapkan para praktikan

mampu mengetahui unsur cuaca dan mengetahui

macam alat pengukur tiap unsur tersebut beserta

cara pengunaanya.Untuk proses berjalannya

praktikum agroklimatologi acar pengamatan

57

unsur-unsur cuaca ini diharapkan persediaan

segala alat peralatan dan pendukung praktikum

lebih diperhatikan sehingga pratikum dapat

berjalan dengan lancar. Kerusakan pada alat-

alat mengakibatkan praktikum mengalami ganguan

dan hambatan karena tidak dapat mengetahui cara

penggunaanya.

58

DAFTAR PUSTAKA

Ade, Elbani. 2010. Simulasi Unjuk Kerja Sistem KendaliPID Pada Proses Evaporasi Dengan Sirkulasi Paksa.Jurnal EKHA. Vol 2. Universitas TanjungpuraPontianak.

Ahmadi, Syiham Al. 2010. Faktor-faktor yangMempengaruhi Perbedaan Suhu Udara (Temperatur).http://www.syiham.co.cc diakses pada tanggal 8 November2014.

Allen et al. 2000. Penguapan udaara maksimal pada wilayah dengancurah hujan tinggi. Jurnal Penguapan Udara, Vol. 1, No.2, 2000:125-132. PT Widjaya Karma. Bekasi

BMKG. 2009. http://www.bmkgjateng.com. Diakses padatanggal 8 November 2014. Diakses Hari Minggu pukul16.30

Foth, Henry D. 2008. Dasar-Dasar Ilmu Tanah edisi ke-7. GadjahMada University Press. Yogyakarta.

Hanum, C. 2009. Penuntun Praktikum Agroklimatologi. ProgramStudi Agronomi, Fakultas Pertanian, UniversitasSumatera Utara, Medan.

Hardjodinomo, S. 2007. Ilmu Iklim dan Pengairan. Binacipta.Bandung.

Hasan, U. 2007. Dasar Meterorologi Pertanian 2. SurunganJakarta.

Hermawan. 2007. Pengaruh Kecepatan Angin dengan KeadaanSekitar. Jurnal Lingkungan 23 (3) : 221-234.

Jason.  2010. Yang Dimaksud Kelembaban Udara. www. Answers.yahoo.com.

Kartasapoetra, A.G. 2008. Klimatologi : Pengaruh iklim TerhadapTanah dan Tanaman Edisi Revisi. Bumi Aksara. Jakarta.

Koesmaryono, Yonny. 2008. Kapita Selekta Agroklimatologi.

Bogor. IPB.

Koestoer, R. A., 2003. Perpindahan Kalor untuk MahasiswaTeknik. Salemba Teknika, Jakarta.

59

Koestoer, R. A., 2003. Perpindahan Kalor untuk MahasiswaTeknik. Salemba Teknika, Jakarta.

Lakitan, Benyamin. 2002. Dasar-dasar Klimatologi, RajaGrafindo Persada,Null.

Leonheart, 2010. http://taufikanugrah.blogspot.com/2010/04/unsur-unsur-cuaca-dan-iklim.html Diakses pada Hari Minggu, 8 November 2014.

LIPI. 2008. Agroklimatologi – Alat dan Prinsip Kerja. http://www.lipi.go.id Diakses pada hari Minggu,15 Mei 2011.

Lizenhs. 2010. http://lizenhs.wordpress.com. Diakses padatanggal 8 November 2014.

Pitts, D. R., and L. E. Sissom, 2001. Theory and Problemsof Heat Transfer. Second Edition

Purwoko. Dkk. 2009. Physic For Senior High School Year X.Semarang: Yudhistira

Runtunuwu 2008. Validasi Model PendugaanEvapotranspirasi : Upaya Melengkapi Sistem DatabaseIklim Nasional. JurnalTanah dan Iklim No. 3 Vol. 27: 8 – 9.

Samadi. 2010. Geography For Senior High School Year X.Semarang: Yudhistira.

Soekardi.2008. Penuntun Praktikum Agroklimatologi. ProgramStudi Agronomi, Fakultas Pertanian, UniversitasSumatera Utara, Medan.

Soemarto, S. D. 2008. Hidrolisa Teknik. Usaha Nasional.SurabayaSoemarto, S. D. 2008. Hidrolisa Teknik. Usaha Nasional.Surabaya.Sudarsono. 2007. Landasan Pemahaman Fisika Atmosfer dan

Unsur-unsur Iklim. Jurnal Klimatologi Dasar, V (2) : 83-96.

Sugiman dan Masri.JURNAL TEKNIK MESIN . Vol. 8, No. 2,Oktober 2006: 49-56

TT. Glen & HH. Lyle. 2008. Pengantar Iklim. Yogyakarta:Gajah Mada University Press

60

Vink, G.J. 2007. Dasar-Dasar Usaha Tani di Indonesia. PT.Midas Surya Grafindo. Jakarta.

Willson, E. M. 2006. Hidrologi Teknik. ITB Bandung.Bandung.

Wisnubroto, Soekardi, dkk. 2007. Asas-Asas MeteorologiPertanian. Ghalia Indonesia. Jakarta.

Wuryanto dkk 2000. Agroklimatologi. USU Press. MedanWuryatno. 2009. Klimatologi Dasar. PT Dunia Pustaka Jaya.

Jakarta.

II. PENGAMATAN UNSUR-UNSUR CUACA SECARA OTOMATIS

A. PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Iklim adalah rata - rata dari pergantian

atau keadaan cuaca dalam wilayah yang luas dan

jangka waktu yang lama (perhitungan jangka waktu

± 30 tahun). Terjadinya iklim yang bermacam-macam

di muka bumi, disebabkan oleh rotasi dan revolusi

bumi berdasar letak lintang dan ketinggian suatu

tempat (keadaan ini menyebabkan suhu udara di

wilayah lintang rendah atau wilayah khatulistiwa

lebih panas dibanding wilayah lintang tinggi atau

wilayah kutub). Sedangkan cuaca adalah keadaan

udara pada tempat yang sempit dan dalam jangka

waktu yang pendek dan merupakan hasil dari proses

kimia yang dapat berubah. Unsur-unsur cuaca dan

iklim yang diamati pada praktikum di antaranya

adalah radiasi surya, tekanan udara, suhu tanah

dan udara, kelembaban tanah dan udara, curah

hujan, angin, evaporasi, dan awan.

Unsur-unsur dari cuaca dan iklim tersebut

memiliki pengaruh terhadap dunia pertanian, salah

satunya dalam hal penurunan dan peningkatan hasil

produksi. Walaupun kondisi suatu lahan pertanian

subur dan dirawat dengan perawatan maksimal,

namun jika iklim dan cuacanya buruk maka hasil

produksi juga tidak akan normal bahkan cenderung

38

39

gagal. Masa bercocok tanam juga dipengaruhi oleh

maju mundurnya musim, baik musim kemarau maupun

musim hujan.

Di Indonesia pengetahuan tentang cuaca dan

iklim sangatlah penting karena sering kali

terjadi penyimpangan permulaan musim penghujan

yang kemudian sangat mempengaruhi kegiatan

pertanian di Indonesia. Oleh sebab itu pengetahuan

tentang iklim dan cuaca sangatlah diperlukan untuk

memungkinkan dilakukannya eksplorasi potensi iklim

untuk perencanaan intensifikasi dan ekstensifikasi

produksi. Selain itu, pengetahuan akan cuaca dan

iklim juga dapat dimanfaatkan sebagai dasar

strategi penyusunan rencana dan kebijakan

pengelolaaan usaha tani (pola tanam, irigasi,

pemupukan, tindakan modifikasi, shelterbelt dan

lainnya).

2. Tujuan Praktikum

Acara pengamatan unsur cuaca ini dilaksanakan

dengan tujuan :

Mengetahui pengamatan unsur cuaca dan iklim

menggunakan alat dan pengamat cuacaotomatis (AWS =

Automatic Weather Station).

3. Waktu dan Tempat Peraktikum

40

Acara pengamatan unsur-unsur cuaca dengan AWS

dilaksanakan pada hari Sabtu, tanggal 8 November

2014. Bertempat di Stasiun Klimatalogi, desa

Sukosari, kecamatan Jumantono, Karanganyar (untuk

mengetahui alat sensor unsur-unsur cuaca)

sedangkan server ada di laboratorium Pedologi

fakultas Pertanian UNS.

B. TINJAUAN PUSTAKAStasiun klimatologi pertanian merupakan

stasiun meteorologi pertanian yang mampu

menyelenggarakan pengamatan cuaca dan biologi dalam

jangka waktu yang panjang dan teratur.Penempatan

stasiun klimatologi harus ada pada setiap titik

jaringan pengamatan internasional secara mantap.

Minimal dalam jangka waktu 10 tahun tidak boleh

dipindahkan. Oleh karena itu,dalam penentuan

lokasinya harus tepat, yaitu lokasi yang mewakili

lingkungan alam yang tidak mudah berubah sehingga

data yang diperoleh dapat terjamin (Suprayogi 2003).

Alat pemantau digital khususnya dibidang

cuaca, yang merupakan kunci dari penyampaian

informasi yang cepat dan akurat ke masyarakat yang

sifatnya secara rutin. AWS (Automatic Weather

Station) merupakan alat pemantau cuaca digital. Alat

ini dilengkapi dengan berbagai sensor meteorologi

dan peralatan komunikasi dan diciptakan untuk

bekerja dilokasi naupun pada kondisi dimana tidak

41

membutuhkan tenaga operator dan tidak bergantung

kepada sumber listrik perumahan (Cahaya 2009).

AWS merupakan seperangkat pengukur anasir

iklim yang bekerja secara otomatis dan terpadu. AWS

dipasang dalam sebuah stasiun meteorologi. Stasiun

meteorologi pertanian adalah suatu tempat yang

mengadakan pengamatan secara terus menerus mengenai

keadaan fisik dan lingkungan atmosfer serta

pengamatan tentang keadaan biologi dari tanaman dan

obyek pertanian lainnya. Dalam hubungan yang lebih

luas, keberadaan stasiun ini sangat penting mencakup

hal-hal yang terkait dengan penetuan ketersediaan

air baik jumlah maupun intensitasnya, penentuan

misim tanam,laju pertumbuhan dan hasil panen,

kebutuhan air irigasi, peramalan terhadap

perkembangan populasi hama dan penyakit, prasyarat

kondisi iklim bagi pertumbuhan dan produksi optimum

suatu tanaman (Chow 2000).

Pengamatan data melalui AWS (Automatic Weather

Station) dapat dilakukan dengan menggunakan PC

(Program Cumulus) serta media pengiriman data

seperti modem dan pesawat telepon atau media

internet. Melalui sistem yang demikian pengkajian

klimatologi dapat dengan lebih mudah dan cepat

dilakukan. Secara terpadu, AWS (Automatic Weather

Station) mengamati unsur-unsur cuaca seperti

42

kecepatan angin, radiasi matahari, suhu dan

kelembaban angin, serta curah hujan (Neufert 2000)

AWS  (Automatic Weather Stations) merupakan suatu

peralatan atau sistem terpadu yang di disain untuk

pengumpulan data cuaca secara otomatis serta di

proses agar pengamatan menjadi lebih mudah. AWS ini

umumnya dilengkapi  dengan sensor, RTU (Remote

Terminal Unit), Komputer, unitLED Display dan bagian-

bagian lainnya. Sensor-sensor yang digunakan

meliputi sensor temperatur, arah dan kecepatan

angin, kelembaban, presipitasi, tekanan udara,

pyranometer, net radiometer. RTU (Remote Terminal Unit)

terdiri atas data logger dan backup power, yang

berfungsi sebagai terminal pengumpulan data cuaca

dari sensor tersebut dan di transmisikan ke unit

pengumpulan data pada computer (Farensa 2012).

Adapun beberapa sensor yang terdapat pada AWS,

diantaranya adalah sebagai berikut :

1. Wind Speed ( Kecepatan Angin)

Sensor ini berfungsi untuk mengukur kecepatan

angin yang bergerak secara horisontal. Di dalam

tubuh sensor, sebuah magnet berotasi memproduksi

satu medan magnet penggerak yang membuka dan

menutup sebuah reed switch dua kali setiap

putaran. Data logger menghitung perputaran buka

tutup ini dan mengukur kecepatan angin melalui

jumlah putaran buka tutup perdetiknya. Sensor

43

kecepatan angin terbuat dari stainless steel yaitu

campuran logam aluminium yang dianodakan.

2. Wind Direction (Arah Angin)

Alat ini berfungsi sebagai sensor arah angin

yang seraah horisontal. Arah angin diukur dari

arah utara kompas dengan gerak searah jarum jam.

Rakitan baling-balingnya terdiri dari dua baling-

baling diimbangi oleh penunjuk tahan kerat. Saat

rakitan baling-baling bergerak sesuai arah angin,

presisi potensiometer di dalam sensor mengubah

muatan listriknya. Pemasok data mengukur hambatan

listrik ini dan menentukan posisi baling-baling

berdasarkan pembacaan tersebut.

3. Solar Radiation (Radiasi Matahari)

Alat ini berperan sebagai sensor pengukur

radiasi sinar matahari dengan satuan pengukuran

watt per meter persegi. Radiasi sinar matahari

menyebabkan silikon fotosel menggerakkan tegangan

yang berbanding lurus dengan radiasi matahari.

Pemasok data mengukur tegangan dan mencatat

pembacaan dalam W/m2. Sensor radiasi cahaya

matahari terbuat dari baja anti karat yaitu logam

campuran aluminium yang diberi muatan anoda.

4. Relative Humidity (Kelembaban Nisbi)

Merupakan sensor kelembaban nisbi ini

mengukur muatan lembab pada udara. Kelembaban

nisbi adalah kelembaban sebenarnya sebagai

44

prosentase dari kelembaban maksimum (udara yang

terlembabkan dengan air) saat suhu kamar atau

sekitarnya. Kelembaban diukur dengan menggunakan

sensor film dari polimer yang tipis.

5. Air Temperature (Suhu Udara)

Berfungsi sebagai pengukur suhu udara dengan

menggunakan Platinum Resistance Termometer (PRT).

Sensor ini dipasang di dalam sebuah layar radiasi

yang terlindungi untuk meminimalisir efek-efek

hujan dan radiasi matahari. Hambatan listrik PRT

berubah seiring berubahnya suhu dan pemasok data

dalam mengukur hambatan ini untuk menghitung suhu.

6. Soil Temperature (Suhu Tanah)

Berfungsi sebagai sensor yang mengukur

temperatur suhu tanah pada posisi dalam profil

tanah dimana satelit ditanam. Sensor ini bertipe

termistor yang dibungkus dalam sebuah satelit

stainless stell. Resistensi elektris termistor

berubah seiring berubahnya temperatur dan pemasok

data mengukur resistensi ini untuk menghitung

temperaturnya. Sensor temperatur tanah ini terbuat

dari stainless stell.

7. Raingauge (Curah Hujan)

Merupakan sensor ini mengukur hujan

menggunakan metode ember terbalik. Hujan

dikumpulkan melalui sebuah celah atau lubang

45

berukuran tertentu dan disalurkan ke ember

terbalik yang dibagi saat jumlah curah hujan

sebesar 0,2 mm terkumpul. Ember akan terbalik atau

tumpah sampai kosong. Gerakan ini menutup sebuah

reed switch yang mengirimkan sinyal listrik ke

pemasok data. Belahan ember yang lain kemudian

terisi dan proses ini akan terulang kembali.

Pemasok data mengjitung sinyal listrik untuk

mencatat jumlah curah hujan. Sensor curah hujan

terbuat dari fiberglass dan cetakan plastik yang

terinjeksi.

8. Barometric Pressure (Tekanan Barometer)

Berfungsi sebagai sensor tekanan barometer

mengukur tekanan atmosfer. Sensor ini dipasang

pada papan sirkuit pemasok data di dalam wadah

pelindung (Titus 2011).

46

C. HASIL PENGAMATAN

Gambar 2.1 AWS di Stasiun Klimatalogi

1.Bagian-bagian Utama AWS

a.Panel surya

b.Sensor intensitas radiasi matahari

c.Kotak Baterai

d.Komponen sensor-sensor pengamat unsur-unsur

cuaca meliputi sensor temperatur, arah dan

kecepatan angin, kelembaban, presipitasi,

tekanan udara, pyranometer, net radiometer

e.Key logger

f.Penangkal petir

2.Prinsip Kerja

Komponen sensor seperti sensor temperatur,

arah dan kecepatan angin, kelembapan, presipitasi,

tekanan udara, pyranometer dan radiometer

merupakan komponen utama yang menjalankan fungsi

kerja AWS. Masing-masing sensor tersebut nantinya

secara otomatis menangkap dan mencatat berbagai

unsur iklim sesuai dengan bagiannya masing-masing.

Selanjutnya data-data dari sensor-sensor tersebut

47

nantinya akan dimasukkan ke dalam RTU (Remote

Terminal Unit). Bagian utama RTU adalah data logger

dan backup power, yang berfungsi sebagai terminal

pengumpulan data cuaca dari sensor tersebut dan di

transmisikan ke unit pengumpulan data pada

komputer lewat satelit. Kemudian masing- parameter

cuaca dapat dilihat melalui LED (Light Emittig Diode)

Display, sehingga cuaca dapat diamati secara

otomatis dan mudah.

D. PEMBAHASANAWS (Automatic Weather Stations) merupakan suatu

peralatan atau sistem terpadu yang di disain untuk

pengumpulan data cuaca secara otomatis serta di

proses agar pengamatan menjadi lebih mudah. AWS ini

umumnya dilengkapi dengan sensor, RTU (Remote Terminal

Unit), Komputer, unit LED Display dan bagian-bagian

lainnya. Sensor-sensor yang digunakan meliputi

sensor temperatur, arah dan kecepatan angin,

kelembaban, presipitasi, tekanan udara, pyranometer,

net radiometer.

Peranan AWS di bidang pertanian dapat

mengurangi penggunaan lahan untuk penempatan

berbagai macam alat-alat pengukur seperti

evaporimeter, ombrometer, sunshine recorder, dll.

Selain itu dengan adanya AWS tingkat keakuratan

pengukuran unsur-unsur cuaca lebih besar dibanding

48

alat manual. Hal ini dikarenakan AWS telah

menggunakan sistem komputer, data logger, maupun

jaringan internet. Adanya AWS dapat ditentukan pola

tanam apa yang cocok pada waktu tersebut dan

pastinya tanaman dapat diprediksi masa panennya.

Pelatihan tenaga penyuluh pertanian diperlukan untuk

membantu menganalisis data cuaca serta

interpretasinya guna penyuluhan pertanian sebagai

bagian program pembangunan pertanian di Indonesia

AWS memiliki sejumlah keunggulan dibandingkan

pencatatan manual konvensional antara lain AWS lebih

konsisten dalam pengukuran, AWS menyediakan data

pada frekuensi secara signifikan lebih besar

(beberapa menyediakan data setiap menit), AWS

menyediakan data dalam segala cuaca, siang dan

malam, 365 hari per tahun, dan AWS dapat dipasang di

daerah yang jarang penduduknya. Namun, AWS memiliki

kelemahan, antara lain beberapa elemen yang sulit

untuk mengotomatisasi contohnya awan, AWS

membutuhkan investasi modal besar, dan AWS kurang

fleksibel daripada pengamat manusia. Kelebihan

maupun kekurangan yang akan diuraikan di bawah ini.

1. Kelebihan AWS

a. Praktis dan mudah dalam pengambilan data

49

b. Standarisasi pengamatan (time and quality)

c. Pengamatan real time secara kontinyu tanpa

putus baik siang ataupun malam hari.

d. Data lebih akurat.

e. Data lebih reliable(dapat dipercaya).

f. Penyimpanan data secara otomatis.

g. Resolusi lebih tinggih.

h. Kemampuan penyimpanan data lebih besar.

i. Tidak subjektif.

j. Penyimpanan data dapat dilakukan sampai

kondisi cuaca yang ekstrem

k. Tidak ada kesalahan pembacaan

2. Kekurangan AWS

a. Harus dilakukan pemeliharan rutin.

b. Harus dikalibrasi periodik.

c. Dibutuhkan tenaga teknisi yang handal dan

ahli untuk mengoperasikan.

d. Dibutuhkan software agar data cuaca tersebut

dapat dibaca.

e. Harga peralatan dan operasional yang cukup

tinggi.

f. Luas daerah yang dipresentasikan terbatas,

sekitar 3-5 km dari lokasi.

50

E. KESIMPULAN DAN SARAN

1. Kesimpulan

a. Mengetahui unsur cuaca dan iklim menggunakan

alat pengamat cuaca otomatis yaitu AWS

b. AWS (Automatic Weather Station) merupakan

suatu peralatan atau sistem terpadu yang di

desain untuk pengumpulan data cuaca secara

otomatis serta di proses agar pengamatan

menjadi lebih mudah

c. AWS dapat mengukur sekaligus beberapa unsur-

unsur cuaca tanpa perlu diawasi secara langsung

(24 jam), melainkan dapat diawasi melalui

jaringan internet

d. Tingkat keakuratan AWS lebih tinggi

dibandingkan alat-alat pengukur manual lainnya.

e. Adanya AWS dapat mengukur unsur-unsur cuaca

seperti kadar curah hujan secara detail namun

pada kenyataanya semakin umur AWS yang semakin

tua, menyebabkan keakuratan data yang diperoleh

menjadi berkurang.

2. Saran

Perbaikan peralatan pengukur cuaca otomatis

yang ada di Stasiun Klimatologi Desa Sukosari,

Kecamatan Jumantono, Karanganyar untuk segera

dilakukan untuk menunjang pengembangan sistem

informasi meteorologi pertanian agar dapat

51

digunakan lagi dan menunjang sistem media

pembelajaran.

52

DAFTAR PUSTAKA

Chow VT. 2000. A Method for The Practical Application of The PenmanFormula for The Estimation of ET from Free Water Surface. FAOof UNO. Hlm 20.

Edi S, Cahaya. 2009. Rancang Bangun Sensor Suhu Tanah dan Kelembaban Udara. Jurnal Sains Dirgantara Vol. 7 No. 1 Desember 2009 : 201-212.

Farensa. 2012. Diakses dari http://farensapetanisukses1.blogspot.com pada tanggal 8 November 2013.

Neufert E. 2000. Architects Data. New York:Halsted Press.Prawirowardoyo, S. 2000. Meteorologi. Institut Teknologi Bandung: Bandung

Rendy B, Titus dkk. 2011. Pengenalan Stasiun Meteorologi Pertanian Khusus dan Peralatan Pengamatan Cuaca. Diakses dari http://dmiraclesofmylive.blogspot.com/2011_01_01_archive.html.pada tanggal 8 November 2013.

Suprayogi S, Setiawan BI, Prasetyo LB. 2003. PenerapanBeberapa Model Evapotranspirasi di DaerahTropika. Jurnal Keteknikan Pertanian 17(2):7-13.

III. PENGUKURAN SUHU TANAH

A. PENDAHULUAN

1. Latar BelakangSuhu adalah tingkat kemampuan benda dalam

memberi atau menerima panas. Suhu seringkali juga

dinyatakan sebagai energi kinetis rata-rata suatu

benda yang dinyatakan dalam derajat. Suhu juga

dinyatakan sebagai ukuran energi kinetik rata-

rata dari pergerakkan molekul suatu benda. Suhu

menunjukkan sangkar cuaca yang dipergunakan untuk

pengamatan suhu.

Suhu tanah adalah salah satu faktor

terpenting yang dapat mendukung aktivitas

mikrobiologi dan proses penyerapan unsur hara

oleh tanaman. Suhu tanah sangat bergantung pada

besarnya radiasi surya yang di berikan oleh

matahari. Dalam biosfer, suhu benda alami,

beragam menurut tempat dan waktu yang disebabkan

oleh perbedaan benda dalam menerima energi

radiasi surya dan hasil pengaruh energi ini

terhadap sekelilingnya. Menurut tempat ia

ditentukan oleh letak menurut ketinggian dan

menurut lintang di bumi. Menurut waktu ia

ditentukan oleh sudut inklinasi surya.

Suhu tanah adalah jumlah keseluruhan

intensitas yang notabene adalah kombinasi emisi

panjang gelombang dan aliran panas dalam tanah.

47

48

Suhu tanah sering juga disebut intensitas panas

dalam tanah dengan satuan derajat Celcius,

derajat Fahrenheit, derajat Kelvin dan lain-lain.

Pengukuran dilakukan dengan menggunakan

thermometer air raksa dan alkohol. Dengan

thermometer air raksa pengukuran dapat dilakukan

dari suhu 35°C – 350°C, hasilnya adalah cukup

bagus karena mengingat angka pengembangan air

raksa pada tiap suhu lebih merata dari alkohol,

sehingga untuk pengukuran suhu udara biasanya

digunakan termometer air raksa.

2. Tujuan PraktikumTujuan praktikum pengukuran suhu tanah yaitu

untuk mengetahui suhu tanah pada pertanaman

dengan perlakuan pemberian mulsa organik (jerami

padi).

3. Waktu dan Tempat Praktikum

Acara pengukuran suhu tanah dilaksanakan pada

hari Sabtu, tanggal 8 November 2014. Bertempat di

kebun percobaan Fakultas Pertanian UNS, desa

Sukosari, kecamatan Jumantono, kabupaten

Karanganyar.

B. Tinjauan Pustaka

Temperatur (suhu) adalah salah satu sifat tanah

yang sangat penting secara langsung mempengaruhi

pertumbuhan tanaman dan juga terhadap kelembapan,

aerasi, stuktur, aktifitas mikroba, dan enzimetik,

49

dekomposisi serasah atau sisa tanaman dan

ketersidian hara-hara tanaman. Tenperatur tanah

merupakan salah satu faktor tumbuh tanaman yang

penting sebagaimana halnya air, udara dan unsur

hara. Proses kehidupan bebijian, akar tanaman dan

mikroba tanah dipengaruhi oleh temperatur tanah

(Hanafiah 2005). Tentang suhu tanah pengaruhnya

penting sekali pada kondisi tanah itu sendiri dan

pertumbuhan tanaman. Pengukuran dari suhu tanah

biasanya dilakukan pada kedalaman 5 cm, 10 cm, 20

cm, 50 cm, dan 100 cm. Faktor pengaruh suhu tanah

yaitu faktor luar dan faktor dalam. Yang dimaksud

dengan faktor luar yaitu radiasi matahari, awan,

curah hujan, angin, kelembapan udara. Faktor

dalamnya yaitu faktor tanah, struktur tanda, kadar

iar tanah, kandungan bahan organik, dan warna tanah.

Makin tinggi suhu maka semakin cepat pematangan pada

tanaman (Kartasapoetra 2005).

Suhu tanah beraneka ragam dengan cara khas pada

perhitungan harian dan musiman. Fluktasi terbesar

dipermukaan tanah dan akan berkurang dengan

bertambahnya kedalaman tanah. Kelembapan waktu

musiman yang jelas terjadi, karena suhu tanah

musiman lambat bantuk fluktasi suhu pada peralihan

suhu diudara atau dibawah tanah yang lebih besar.

Suhu total untuk semalam tanaman mungkin terjadi

pada tengah hari. Dibawah 6 inch atau 15 inch

50

terdapat variasi harian pada suhu tanah

(Sostrodarsono 2006).

Mulsa jerami atau mulsa yang berasal dari sisa

tanaman lainnya mempunyai konduktivitas panas rendah

sehingga panas yang sampai ke permukaan tanah akan

lebih sedikit dibandingkan dengan tanpa mulsa atau

mulsa dengan konduktivitas panas yang tinggi seperti

plastik. Jadi jenis mulsa yang berbeda memberikan

pengaruh berbeda pula pada pengaturan suhu,

kelembaban, kandungan air tanah, penekanan gulma dan

organisme pengganggu. Namun manipulasi lingkungan

tumbuh dengan cara teknik budidaya tersebut akan

berbeda pengaruhnya jika dilakukan pada tanaman

kentang dengan kultivar yang berbeda, begitu juga

perbedaan jenis mulsa akan berbeda pengaruhnya

terhadap perbedaan lingkungan terutama suhu tanah

sehingga pertumbuhan dan hasil tanaman kentang untuk

tiap kultivar akan berbeda pula (Hamdani 2009).

Penanaman tanaman penutup tanah dan penutupan

permukaan tanah dengan sisa-sisa tanaman merupakan

teknik konservasi secara vegetatif/kultur teknis

yang mudah dilaksanakan. Adanya tanaman penutup

tanah dan mulsa organik dapat menahan percikan air

hujan dan aliran air di permukaan tanah sehingga

pengikisan lapisan atas tanah dapat ditekan. Adanya

mulsa akan dapat mampu memelihara struktur tanah,

meningkatkan infiltrasi tanah, mengurangi pencucian

51

hara dan menekan pertumbuhan gulma sehingga akan

menambah kemampuan tanah dalam mendukung tanaman

yang ada di atasnya sehingga hasil usaha taninya

baik dan dengan adanya mulsa dapat memantulkan

cahaya matahari ke tanaman sehingga tanaman yang ada

secara keseluruhan akan terkena sinar matahari

(Sumarni, dkk 2005).

C. ALAT, BAHAN DAN CARA KERJA

1. Alat

a. Termometer tanah

2. Bahan

a. Petak pertanaman jagung

b. Mulsa jerami

c. Mulsa plastik bening

d. Mulsa plastik perak biasa

3. Cara Kerja

Mengukur suhu tanah (menggunakan termometer

tanah) pada petak pertanaman jagung degan

beberapa perlakuan :

a. Kontrol (lahan terbuka)

b. Petak pertanaman jagung tanpa mulsa

c. Petak pertanaman jagung yang diberi mulsa

jerami

d. Petak pertanaman jagung yang diberi mulsa

plastik bening

e. Petak pertanaman jagung yang diberi mulsa

plastik perak biasa

52

D. HASIL PENGAMATAN

Tabel 3.1 Hasil Pengamatan Suhu di Jumantono

NO JAMSUHU TANAH (°C)

ORGANIK PLASTIK

HITAMPERAK

COVERCROP KONTROL

1 7.30 31 33 32 32 30

2 8.30 31,9 35 32,7 32 37

3 9.30 32 38 35 33,5 38

410.30 33 40 36 34 39

511.30 33 41 38 35 40

612.30 34 45 38 37 42

713.30 35 49 47 40 46

Sumber: Rekapan Data

E. PEMBAHASAN

Tanah terdiri atas hancuran batu-batuan. Sifat-

sifat tanah bergantung pada besar kecilnya partikel-

partikel yang merupakan komponen-komponen tanah

tersebut. Tanah mengandung partikel-partikel

mineral, sisa-sisa tanaman dan binatang, air,

berbagai gas dan komposisi lainnya yang menjadikan

tanah tersebut menjadi subur, yang menjamin

berlangsungnya kehidupan berbagai makhluk di bumi.

Suhu  tanah merupakan  hasil dari keseluruhan

radiasi yang merupakan kombinasi emisi panjang

53

gelombang dan aliran panas dalam tanah. Suhu tanah

juga disebut intensitas panas dalam tanah dengan

satuan derajat Celcius, derajat Fahrenheit, derajat

Kelvin dan lain-lain. Suhu  tanah  ditentukan  oleh

interaksi sejumlah faktor. Faktor eksternal

(lingkungan) dan internal (tanah) menyumbang

perubahan-perubahan suhu tanah. Semua panas tanah

berasal dari dua sumber yaitu radiasi matahari dan

awan dan konduksi dari dalam bumi.

Suhu biasanya diamati pada kedalaman 5, 10, 20,

50, dan 100 cm. Untuk keperluan ini telah dibuat

termometer sesuai dengan kedalamannya. Pengukuran

suhu tanah dilakukan pada tanah yang tertutup oleh

rumput maupun tanah yang terbuka. Pengukuran

biasanya dilakukan dalam areal stasiun pengamatan.

Areal tidak boleh ternaungi dan tergenang air, hal

ini harus dihindari. Termometer   dilindungi dengan

pagar kawat dan dijaga agar tanah disekitarnya tidak

terganggu.  

Prinsip kerja termometer tanah hampir sama

dengan termometer biasa, hanya bentuk dan panjangnya

berbeda. Pengukuran suhu tanah lebih teliti daripada

suhu udara. Perubahannya lambat sesuai dengan sifat

kerapatan tanah yang lebih besar daripada udara.

Sampai kedalaman 20 cm digunakan termometer   air

raksa dalam tabung gelas dengan bola ditempatkan

pada kedalaman yang diinginkan. Ciri-ciri dari

54

termometer   tanah adalah pada bagian skala

dilengkungkan.halini dibuat adalah untuk memudahkan

dalam pembacaan termometer   dan menghindari

kesalahan paralaks. Termometer tanah untuk kedalaman

50 cm dan 100 cm bentuknya berbeda dengan kedalaman

lain. Termometer berada dalam tabung gelas yang

berisi parafin, kemudian tabung diikat dengan rantai

lalu diturunkan dalam selongsong tabung logam ke

dalam tanah sampai kedalaman 50 cm atau 100 cm.

Pembacaan dilakukan dengan mengangkat

termometer dari dalam tabung logam, kemudian dibaca.

Adanya parafin memperlambat perubahan suhu ketika

termometer terbaca di udara. Termometer tanah pada

kedua kedalaman ini bila merupakan suatu kapiler

yang panjang dari mulai permukaan tanah, mudah

sekali patah apabila tanah bergerak turun atau pecah

karena kekeringan.

Pada praktikum kali ini dilakukan lima

perlakuan dalam mengukur suhu tanah, yaitu pada

tanah (sebagai kontrol), mulsa plastic hitam, mulsa

plastic bening, mulsa organic, dan Cover croop

(rumput). Berdasarkan data yang telah diperoleh,

dapat dilihat bahwa semakin siang suhu tanah semakin

tinggi. Pada tanah (control) terjadi fluktuasi suhu

yang cukup tinggi, sedangkan pada perlakuan lainnya

juga terjadi fluktuasi suhu tetapi hanya sedikit,

hal ini disebabkan karena mulsa plastic hitam, mulsa

55

plastic bening, mulsa organic dan rumput berfungsi

untuk menjaga kestabilan suhu dalam tanah baik pada

siang hari maupun malam hari sehingga tanaman dapat

tumbuh dengan baik.

F. KESIMPULAN DAN SARAN

1. Kesimpulan

a. Suhu  tanah merupakan  hasil dari keseluruhan

radiasi yang merupakan kombinasi emisi panjang

gelombang dan aliran panas dalam tanah.

b. Suhu tanah juga disebut intensitas panas

dalam tanah dengan satuan derajat Celcius,

derajat Fahrenheit, derajat Kelvin dan lain-

lain.

c. Semua panas tanah berasal dari dua sumber

yaitu : Radiasi matahari dan awan serta Konduksi

dari dalam bumi.

d. Alat untuk mengukur suhu tanah adalah

thermometer tanah. Prinsip kerja termometer

tanah hampir sama dengan termometer biasa, hanya

bentuk dan panjangnya berbeda.

e. Pemberian mulsa pada tanah bertujuan untuk

menjaga kestabilan suhu dalam tanah.

2. Saran

Tanah merupakan tempat bertumbuhnya tanaman.

Untuk itu diperlukan pembelajaran tentang tanah

khususnya suhu tanah. Tanaman untuk tumbuh dengan

baik ditanam pada tanah yang fluktuasi suhu antara

56

siang dan malam yang kecil, dan untuk itu

diperlukan cara untuk mencegah fluktuasi yang

besar pada tanah salah satunya dengan menggunakan

mulsa. Penggunaan mulsa pada tanah sangat membantu

petani dalam usaha taninya sehingga hal ini juga

akan mempengaruhi perbaikan ekonomi petani.

57

DAFTAR PUSTAKA

Hanafiah K 2005. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Jakarta : PT. RajaGrafindo

PersadaHamdani, Jajang Sauman. 2009. Pengaruh Jenis Mulsa

terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tiga KultivarKentang. J. Agron. Indonesia 37 (1) : 14 – 20 (2009)

Kartasapoetra, AG. 2004. Klimatologi : Pengaruh Iklim terhadapTanah dan Tanaman Edisi Revisi. Bumi Aksara. Jakarta.

Sostrodarsono. 2006. Tahapan Tahapan Menuju Pertanian Terpadudan Berkelanjutan. Edu Media. Purworejo

Sumarni,N., A. Hidayat, danE. Sumiati. 2005. PengaruhTanaman Penutup Tanah dan Mulsa Organik terhadapProduksi Cabai dan Erosi Tanah. J.Hort. 16(3):197-201,2006.

IV. PENGARUH ANGIN TERHADAP EVAPOTRANSPIRASI

A. PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Kecepatan angin (v) Angin merupakan faktor

yang menyebabkan terdistribusinya air yang telah

diuapkan ke atmosfir, sehingga proses penguapan

dapat berlangsung terus sebelum terjadinya

keejenuhan kandungan uap di udara,

Evaporasi adalah proses pertukaran molekul

air dipermukaan menjadi molekul uap air

diatmosfir melalui kekuatan panas. Evaporasi

dapat terjadi pada sungai, danau, laut,reservoir

atau permukaan air bebas, serta permukaan tanah.

Penguapan merupakan proses yang melibatkan

pindahpanas dan pindah massa secara simultan.

Faktor terebut memberikan pengaruh terhadap

laju transpirasi tanaman. Dapat dikatakan bahwa

ketiga prosesdi atas merupakan hal yang sangat

penting yang menentukan kualitas tanaman. Maka

dari itu ketiga proses di atas perlu diprlajari

untuk kemajuan pertanian.

Oleh sebab itu, pengetahuan tentang pengaruh

angin terhadap evapotranspirasi yang terjadi pada

tumbuhan penting dalam mempelajari keseimbangan

hidrologi

2. Tujuan Praktikum

53

54

Acara praktikum pengaruh angin terhadap

evapotranspirasi adalah untuk mengetahui pengaruh

kecepatan angin terhadap besarnya

evapotransipirasi.

3. Waktu dan Tempat Praktikum

Acara pengamatan pengaruh angin terhadap

evapotranspirasi dilaksanakan pada hari Minggu,

tanggal 9 November 2014. Bertempat di kebun

Fakultas Pertanian UNS, desa Sukosari, kecamatan

Jumantono, kabupaten Karanganyar.

55

B. Tinjauan Pustaka

Evaporasi adalah perubahan air menjadi uap,

yang merupakan suatu proses yang berlangsung hampir

tanpa gangguan selama berjam-jam pada siang hari dan

sering juga selama malam hari.Uap ini kemudian

bergerak dari permukaan tanah atau permukaan air ke

udara. Evapotranspirasi merupakan ukuran total

kehilangan air  untuk suatu luasan lahan melalui

evaporasi dari permukaan tanaman. Secara potensial

evapotranspirasi ditentukan hanya oleh unsur – unsur

iklim, sedangkan secara aktual evapotranspirasi juga

ditentukan oleh kondisi tanah dan sifat tanaman

(Karmini 2008).

Evaporasi adalah komponen utama penggerak

siklus hidrologi, karena itu menduga laju evaporasi

dengan akurat sangat penting untuk pengelolaan

sumber daya air dan peningkatan produksi pertanian.

Tetapi, laju evaporasi adalah unsure iklim yang

sulit diukur secara langsung karena beragamnya

faktor yang mempengaruhinya. Faktor-faktor yang

mempengaruhi ET adalah faktor cuaca seperti radiasi

matahari, suhu udara, kelembaban udara dan kecepatan

angin; faktor tanaman seperti jenis tanaman, fase

tumbuh, keragaman dan kerapatan tanaman dan faktor

pengelolaan dan kondisi lingkungan tanaman seperti

kondisi tanah, salinitas, kesuburan tanah, tingkat

56

serangan hama dan penyakit pada tanaman

(Temesken, Davidovv dan Frame 2005).

Evaporasi merupakan proses fisis perubahan

cairan menjadi uap, hal ini terjadi apabila air cair

berhubungan dengan atmosfer yang tidak jenuh, baik

secara internal pada daun (transpirasi) maupun

secara eksternal pada permukaan-permukaan yang

basah. Suatu tajuk hutan yang lebat menaungi

permukaan di bawahnya dari pengaruh radiasi matahari

dan angin yang secara drastis akan mengurangi

evaporasi pada tingkat yang lebih rendah.

Transpirasi pada dasarnya merupakan salah satu

proses evaporasi yang dikendalikan oleh proses

fotosintesis pada permukaan daun (tajuk). Perkiraan

evapotranspirasi adalah sangat penting dalam kajian-

kajian hidrometeorologi (Juwita 2010).

Istilah evaporasi yang sering digunakan di

dalam studi agroklimatologi adalah evaporasi (Epan),

yang menggambarkan jumlah air menguap dari permukaan

air langsung ke atmosfir, evapotranspirasi aktual

(ETa), yang menggambarkan jumlah air pada permukaan

tanah yang berubah menjadi uap air pada kondisi

normal, dan evapotranspirasi potensial (ETp) adalah

kehilangan air yang terjadi untuk memenuhi kebutuhan

vegetasi yang terjadi pada saat kondisi air tanah

jenuh (Runtunuwu et al., 2008).

57

Evapotranspirasi merupakan salah satu mata

rantai dalam siklus hidrologi dan komponen penting

dalam perhitungan kebutuhan dan ketersediaan air.

Metode untuk mengestimasi evapotranspirasi biasanya

dilakukan pertitik dengan tutupan lahan dianggap

homogen sehingga estimasi evapotranspirasi untuk

wilayah yang luas bisa menyebabkan ketidakakuratan,

untuk mengatasi masalah ini diaplikasikan

penginderaan jauh dengan estimasi evapotranspirasi

per piksel. Pada penelitian ini diaplikasikan

pengolahan citra satelit kedalam perhitungan

evapotranspirasi untuk memperoleh hasil estimasi

evapotranspirasi spasial (Bituk 2009).

C. ALAT, BAHAN DAN CARA KERJA

1. Alat

a. Anemometer

b. Pematah angin

c. Alat tulis

2. Bahan

a. Tanaman jagung

3. Cara Kerja

a. Melakukan pengamatan kecepatan angin pada petak

pertanaman jagung tanpa pematah angin.

b. Melakukan pengamatan kecepatan angin pada petak

pertanaman jagung yang pada bagian tepi luarnya

dipasang pematah angin.

58

c. Menghitung besarnya evapotranspirasi pada kedua

petak dengan rumus Blaney-Cridle

d. Membandingkan besarnya evapotranspirasi pada

kedua petak pertanaman jagung.

D. HASIL PENGAMATAN

Tabel 4.1 Hasil Pengamatan Kecepatan Angin di

Jumantono

Mingg

u Kecepatan Angin (m/s)

Suhu Rata-rata

Harian (°C)

ke-

Tanpa

Pematah

Pematah

Angin

Pematah

Angin

Tanpa

Pematah

1 0,6 0,55 36 35

2 1,48 1,38 40 38

3 0,92 0,63 40 39

4 1,08 0,18 41 39

Rerat

a 1,02 0,69

39,3 37,8

Sumber Data Rekapan

Perhitungan evapotranspirasi dengan Rumus Blaney-

Criddle:

Etc pematah angin = c [ p (0,46T + 8) ] mm

= 0,6 [(0,28(0,46 x 39,3 + 8)]

59

= 0,6 ( 0,28( 26,078))

= 4,38 mm/hari

Etc tanpa pematah angin = c [ p (0,46T + 8) ]

mm

= 0,6 [ 0,28(0,46 x 37,8 +

8) ]

= 0,6 (0,28 (25, 388))

= 4,26 mm/hari

Jadi dapat disimpulkan bahwa pada perlakuan

lahan pematah angin laju evapotranspirasi lebih

tinggi.

E. PEMBAHASAN

Evaporasi adalah proses perubahan molekul di

dalam keadaan cair (contohnya air) dengan spontan

menjadi gas (contohnya uap air). Proses transpirasi

adalah hilangnya uap air dari permukaan tumbuhan..

Evapotranspirasi adalah perpaduan antara evaporasi

dari permukaan tanah dengan transpirasi dari tumbuh-

tumbuhan. Besarnya laju evapotranspirasi berbeda-

beda, tergantung dari kadar kelembaban tanah dan

jenis tumbuh-tumbuhan. Transpirasi dan evaporasi

dari permukaan tanah bersama-sama disebut

evapotranspirasi atau kebutuhan air. Jika air yang

tersedia dalam tanah cukup banyak maka

60

evapotranspirasi itu disebut evapotranspirasi

potensial. Mengingat faktor-faktor yang mempengaruhi

evapotranspirasi itu banyak dan lebih sulit daripada

faktor yang mempengaruhi evaporasi maka banyaknya

evapotranspirasi tidak dapat diperkirakan dengan

teliti. Akan tetapi evapotranspirasi adalah faktor

dasar untuk menentukan kebutuhan air dalam rencana

irigasi dan merupakan proses yang penting dalam

siklus hidrologi. Oleh sebab itu maka telah banyak

jenis dan cara penentuannya yang telah diadakan.

Berdasarkan pengamatan pengaruh angin terhadap

evapotranspirasi ini dengan melakukan pengamatan

kecepatan angin pada petak pertanaman jagung tanpa

pematah angin dan pada petak pertanaman jagung yang

pada bagian tepi luarnya dipasang pematah angin.

Pengamatan ini dilakukan selama empat minggu.

Berdasarkan hasil pengamatan tersebut dapat

diketahui kecepatan angin pada petak pertanaman

jagung dengan atau tanpa pematah angin dapat

dihitung besarnya evapotranspirasi pada kedua petak

dengan rumus Blaney-Cridle. Rumusnya yaitu

Etc=c[p(0,46T+8)] dengan satuan mm/hari. Dengan:

Etc = Evapotranspirasi crop

C = Koefisien tanaman bulanan (jagung=0,6)

P = Rata-rata presentase dari jumlah jam

siang tahunan, besarnya didapat dari

tabel, dicari berdasarkan bulan dan letak

61

lintang (misal buan januari, 40°LS maka

P=0,33)

T = Suhu rata-rata harian (°C)

F. KESIMPULAN DAN SARAN

1. Kesimpulan

a. Evapotranspirasi adalah penjumlahan dari

evaporasi (penguapan air secara umum dari suatu

permukaan benda) dan transpirasi (kehilangan

air dalam bentuk uap yang melewati tubuh

tumbuhan).

b. Kecepatan angin mempengaruhi laju

evapotranspirasi. Kecepatan angin yang tinggi

akan menyebabkan laju evapotranspirasi yang

tinggi pula.

c. Jadi suhu, kelembaban relative dan intensitas

cahaya sangat berpengaruh terhadap laju

evaporasi tanah, transpirasi dan

evapotranspirasi tanaman.

d. Intensitas cahaya dan suhu berbanding lurus

dengan laju evapotranspirasi. Semakin rendah

intensitas cahaya, suhu juga semakin rendah

namun kelembaban semakin tinggi dan laju

evapotranspirasi semakin rendah.

2. Saran

Penambahan alat untuk pengukuran, sehingga

dapat dimanfaatkan oleh banyak kegiatan praktikum

dan tidak saling menunggu, karena dapat membuag

62

banyak waktu yang seharusnya optimal digunakan

untuk praktikum.

63

DAFTAR PUSTAKA

Bituk. 2009. Evapotranspirasi. http://bituk.blogspot.com.Diakses pada tanggal 27 November 2012 padapukul 19.30 WIB.

Juwita. 2010. Evapotranspirasi.http://juwitacantik.wordpress.com. Diakses pada tanggal27 November 2012 pukul 19.30 WIB.

Karmini. 2008. Validasi ModelPendugaanEvapotranspirasi :UpayaMelengkapiSistemDatabase IklimNasional. Jurnal Tanah danIklim.No.27,2008.

Runtunuwu, E., Syahbuddin, H., dan A. Pramudia. 2008.Validasi model pendugaan evapotranspirasi : upayamelengkapi sistem database iklim nasional.JurnalTanah dan Iklim 27: 8 – 9.

V. MODIFIKASI IKLIM MIKRO PERTANAMAN

A. PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Hampir semua jenis tanaman pertanian ditanam

pada lapangan terbuka, sehingga mereka akan

menerima pengaruh-pengaruh alamiah yang ada di

sekitarnya, baik tanah, iklim, maupun faktor

lainnya. Telah diketahui bersama bahwa tanaman

tidak mungkin pindah dari satu tempat ke tempat

lain yang lebih cocok.

Seseorang akan berusaha untuk menanam suatu

jenis tanaman di tempat-tempat yang iklimnya

dianggap paling cocok (tahap penyesuaian). Namun

karena mengingat makin meningkatnya kebutuhan

orang akan hasil tanaman, tempat-tempat yang

paling cocok untuk suatu jenis tanaman akhirnya

tidak lagi memadai untuk mencakup kebutuhan.

Akibatnya orang akan berusaha untuk menanam

tanaman-tanaman yang dibutuhkan di tempat-tempat

yang iklimnya kurang sesuai. Agar usaha ini dapat

mencapai sasaran, maka diadakan modifikasi iklim

untuk mendekati kebutuhan iklim tanaman yang

optimal. Modifikasi ini ditujukan tehadap iklim

mikro yang merupakan bagian lingkungan yang

59

60

sangat erat hubungannya dengan tempat hidup

tanaman.

Sebagai mahasiswa Fakultas Pertanian,

praktikum agroklimatologi yang di laksanakan

memiliki tujuan bahwa, para mahasiswa di harapkan

memiliki kemampuan dalam mengamati, memahami dan

mengetahui tentang keadaan unsur-unsur cuaca dan

iklim di sekitarnya. Diharapkan para mahasiswa

dapat mengaplikasikan ilmunya untuk peningkatan

usaha pertanian dan di harapkan kedepannya para

mahasiswa dapat melakukan percobaan tentang

memodifikasi cuaca dalam skala mikro untuk

mengembangkan dan meningkatkan kualitas pertanian

di Indonesia.

61

2. Tujuan Praktikum

Acara modififikasi iklim mikro pertanaman ini

bertujuan untuk mengetahui pengaruh jarak tanam

dan nauan terhadap kondisi iklim mikro di dalam

pertanaman.

3. Waktu dan Tempat Praktikum

Acara pengamatan modifikasi iklim mikro

pertanaman dilaksanakan pada hari Minggu,

tanggal 9 November 2014. Bertempat di kebun

Fakultas Pertanian UNS, desa Sukosari, kecamatan

Jumantono, kabupaten Karanganyar.

B. TINJAUAN PUSTAKAIklim mikro merupakan kondisi iklim pada suatu

ruang yang sangat terbatas, tetapi komponen iklim

ini penting artinya bagi kehidupan tumbuhan,

hewan, dan manusia, karena kondisi udara pada

skala mikro ini yang akan berkontak langsung dan

mempengaruhi secara langsung makhluk hidup

tersebut. Keadaan unsur-unsur iklim ini akan

mempengaruhi tingkah laku dan metabolisme yang

berlangsung pada tubuh makhluk hidup, sebaliknya

keberadaan makhluk tersebut (terutama tumbuhan)

akan pula mempengaruhi keadaan iklim mikro di

sekitarnya. Antara makhluk hidup dan udara di

sekitarnya akan terjadi saling mempengaruhi satu

sama lain (Oktavia 2009).

62

Iklim menunjukkan keadaan semula jadi yang

berakitan dengan atmosfer di setiap kawasan yang

berkait rapat dengan cuaca seperti suhu,

kelembaban, taburan hujan, arah dan kelajuan

angin. Iklim mikro pula menunjukkan kepada kedaan

iklim bagi suatu kawasan kecil atau iklim

tempatan, misalnya iklim Malaysia adalah salah

satu dari keadaan iklim mikro yang menjadi

pecahan kepada iklim dunia (Ahmad 2003).

Tanaman atau vegetasi secara langsung

memberikan pengaruh kepada kondisi iklim mikro.

Iklim mikro yang ada melalui modifikasi radiasi

matahari dan suhu tanah. Keberadaan tanaman juga

mempengaruhi tingkat evapotranspirasi (Villegas

et al 2010).

Memodifikasi iklim mikro di sekitar tanaman

terutama tanaman hortikultura merupakan suatu

usaha yang telah banyak dilakukan agar tanaman

yang dibudidayakan dapat tumbuh dan berkembang

dengan baik. Kelembaban udara dan tanah, suhu

udara dan tanah merupakan komponen iklim mikro

yang sangat mempengaruhi pertumbuhan tanaman, dan

masing-masing berkaitan mewujudkan keadaan

lingkungan optimal bagi tanaman (Noorhadi, et al

2003).

Radiasi dan lama penyinaran matahari merupakan

anasir yang terpenting dalam kajian iklim mikro.

63

Jumlah radiasi matahari yang sampai ke permukaan

bumi tergantung antara lain kepada konstante

matahari dan keadaan atmosfer, sedangkan lama

penyinaran matahari yang ditentukan oleh keadaan

atmosfer sangat berperan dalam menentukan jumlah

radiasi matahari yang sampai permukaan bumi.

Ditinjau dari kebutuhan terhadap lama penyinaran

matahari, tanaman digolongkan menjadi (Garner dan

Alland, 1920 cit. Wisnubroto, 1981):

1. Tanaman hari panjang yang memerlukan lama

penyinarn lebih dari 14 jam,

2. Tanaman hari pendek, memerlukan lama

penyinaran kurang dari 10 jam,

3. Tanaman hari netral, lama penyinaran antara

10-18 jam, dan

4. Tanaman intermedier memerlukan lama

penynaran selama 12-14 jam.

Anasir iklim yang juga mengendalikan iklim

mikro adalah kelembaban udara. Kelembaban udara

menyatakan banyaknya uap air dalam udara. Uap air

ini merupakan komponen udara yang sangat penting

jika ditinjau dari segi cuaca dan iklim. Sebagian

gas-gas yang menyusun atmosfer yang dekat dengan

permukaan laut relatif konstan dari satu tempat

ke tempat yang lain, sedangkan uap air merupakan

bagian yang tidak konstan, bervariasi antara 0%

sampai 5% . Adanya variabilitas kandungan uap air

64

ini dalam udara baik berdasarkan tempat maupun

waktu penting karena (Wisnubroto et al 1983):

1. Besarnya jumlah uap air dalam udara

merupakan indikator kapasitas potensial

atmosfer tentang terjadinya presipitasi,

2. Uap air mempunyai sifat menyerap radiasi

bumi sehingga ia akan menentukan cepatnya

kehilangan panas dari bumi dan dengan

sendirinya juga akan mengatur temperatur, dan

3. Makin besar jumlah air dalam udara makin

besar jumlah energi potensial yang laten

tersedia dalam atmosfer dan merupakan sumber

terjadinya hujan angin (storm), sehingga dapat

menentukan apakah udara itu kekal atau tidak.

C. ALAT, NAHAN DAN CARA KERJA

1. Alat

a. Lightmeter

b. Anemometer

c. Thermometer

d. Alat tulis

2. Bahan

a. Tanaman jagung

b. Mulsa hitam

c. Paranet

3. Cara Kerja

a. Melakukan penanaman jagung pada petak tanam

dengan jarak 50 cm x 40 cm.

65

b. Melakukan penanaman jagung pada petak yang

lain dengan jarak tanam 25 cm x 40 cm.

c. Melakukan pengamatan Intensitas radiasi, suhu

udara, kecepatan angin dan kelembaban udara

pada ketiga petak pertanaman tersebut.

66

D. HASIL PENGAMATAN

Tabel 5.1 Hasil Pengamatan Iklim Mikro di JumantonoMinggu Suhu (°C)

KelembabanUdara (%)

IntensitasRadiasi

Kec Angin(m/s)

ke-50X40

25X40

Paranet

50X40

25X40

Paranet

50X40

25X40

Paranet

50X40

25X40

Paranet

1 35 34 29 28 28 4082900

81000

63800 1,4

1,39

0,83

2 38 37 34 24 27 29138000

124100

101100

1,51

2,23

1,96

3 39 41 29 18 14 3094500

94900

55100

1,43

1,62

1,08

4 39 42 31 24 12 2991200

95600

64600

1,25

`1,15

0,86

Rata-

rata37,75

38,5

30,75

23,5

20,25 32

101650

98900

71150

1,39

1,59

1,17

Sumber Data Rekapan

Tabel 5.2 Hasil Pengamatan Tinggi dan Jumlah daunMingg

uTinggi Tanaman

(cm) Jumlah Daun

Ke-50X40

25X40

Paranet

50X40

25X40

Paranet

1 12,5 10 5,5 3 3 2

2 36 37,5 35,9 6 7 5

3 67 63 60 8 7 7

4 98 93 87 14 12 11

Sumber Data Rekapan

67

1 2 3 40

20

40

60

80

100

120Tinggi Tanaman (cm) 50X40Tinggi Tanaman (cm) 25X40Tinggi Tanaman (cm) Paranet

Gambar 5.1 Grafik Pertumbuhan Tinggi Tanaman Pada Tiga

Perlakuan Tanaman Jagung

1 2 3 40246810121416

Jumlah Daun 50X40Jumlah Daun 25X40Jumlah Daun Paranet

Gambar 5.2 Grafik Jumlah Daun Pada Tiga Perlakuan

Tanaman Jagung

68

E. PEMBAHASANBerdasarkan pengamatan unsur iklim mikro yang

telah dilakukan pada tiga perlakuan tanaman jagung di

Kebun Fakultas Pertanian UNS, Desa Sukosari,

Kecamatan Jumantono diperoleh Data Rekapan Unsur

Iklim Mikro Pada Tiga Perlakuan Tanaman Jagung.

Perlakuan yang pertama adalah tanaman jagung yang

ditanam pada petak tanam yang memiliki jarak tanam

50 x 40 cm. Perlakuan yang kedua adalah tanaman

jagung yang ditanam pada petak tanam yang memiliki

jarak tanam 25 x 40 cm, sedangkan yang terakhir

dilakukan penanaman jagung pada petak tanah yang

diberi paranet.

Pada pengamatan tanaman jagung yang ditanam pada

petak tanam dengan jarak 50 x 40 cm setelah diamati

suhunya, memiliki suhu rata-rata sekitar 37,750C.

Kelembaban udaranya rata–rata sekitar 23,5%, memiliki

intensitas radiasi rata –rata sebesar 101650 dan

kecepatan anginnya sebesar 1,39 m/s. Tanaman jagung

pada petak tanam yang ditanam dengan jarak 25 x 40 cm

memiliki suhu udara rata-rata sekitar 38,50C dan

kelembaban udaranya sekitar 20,5%. Memiliki

intensitas radiasi sebesar 98900 dan kecepatan

anginnya sekitar 01,59 m/s. Pada petak tanam yang

diberi paranet, diperoleh data suhu udara sekitar

30,750, memiliki kelembaban udara sekitar 32%,

69

memiliki intensitas radiasi sebesar 71150 dan

kecepatan anginnya sebesar 1,18 m/s..

Berdasarkan hasil pengamatan yang telah

dilakukan, diperoleh data rekapan tinggi tanaman dan

jumlah daun pada tiga perlakuan tanaman jagung.

Minggu pertama, tanaman jagung yang ditanam di petak

tanam dengan jarak 50 x 40 cm, tinggi tanamannya

sekitar 12,5 cm dan memiliki jumlah daun 3 helai.

Pada tanaman jagung yang ditanam di petak tanam

dengan jarak 25 x 40 cm, tinggi tanaman sekitar 10

cm dan jumlah daunnya 3 helai. Pada tanaman jagung

yang diberi paranet, tinggi tanaman kurang lebih 5,5

cm dan jumlah daunnya 2 helai.

Di minggu kedua, tanaman jagung dengan jarak

tanam 50 x 40 cm memiliki tinggi sekitar 36 cm dengan

jumlah daun sebanyak 6 helai. Pada petak pertanaman

yang diberi jarak tanam 25 x 40 cm tanaman jagung

memiliki tinggi 37,5 cm dan daunnya berjumlah 7

helai, sedangkan pada petak pertanaman yang diberi

paranet, tinggi tanamannnya sekitar 35,9 cm dengan

jumlah daun sebanyak 5 helai.

Di minggu ketiga, tanaman jagung yang ditanam di

petak tanam dengan jarak 50 x 40 cm, tinggi

tanamannya sekitar 67 cm dan memiliki jumlah daun 8

helai. Pada tanaman jagung yang ditanam di petak

tanam dengan jarak 25 x 40 cm, tinggi tanaman

sekitar 63 dan jumlah daunnya 7 helai. Pada tanaman

70

jagung yang diberi paranet, tinggi tanaman kurang

lebih 60 cm dan jumlah daunnya 7 helai.

Di minggu keempat, tanaman jagung dengan jarak

tanam 50 x 40 cm memiliki tinggi sekitar 98 cm dengan

jumlah daun sebanyak 14 helai. Pada petak pertanaman

yang diberi jarak tanam 25 x 40 cm tanaman jagung

memiliki tinggi 93cm dan daunnya berjumlah 12 helai,

sedangkan pada petak pertanaman yang diberi paranet,

tinggi tanamannnya sekitar 87 cm dengan jumlah daun

sebanyak 11 helai.

Dari pengamatan tersebut tanaman dapat tumbuh

dan berkembang dengan baik pada petak tanaman 50 x

40. Dari Data Rekapan Unsur Iklim Mikro Pada Tiga

Perlakuan Tanaman Jagung di peroleh grafik 5.1 yang

menunjukkan pertumbuhan tanaman jagung lebih pesat

pada perlkuan 50 x 40, sedagkan pada perlakuan

tanaman tidak tumbuh dengan maksimal dikarenakan

unsur suhu, kelembaban, intensitas radiasi serta

kecepatan angin yang mempengaruhi tanaman kurang

sesuai.

71

F. KESIMPULAN DAN SARAN

1. Kesimpulan

a. Tanaman jagung dengan berbeda perlakuan

seperti memberi jarak tanam 50 x 40, 25 x 40

dan diberi paranet memiliki suhu udara,

kelembaban, intensitas radiasi serta kecepatan

angin yang berbeda-beda.

b.Tanaman jagung dengan berbeda perlakuan,

ternyata memiliki pengaruh perbedaan di dalam

tinggi tanaman dan jumlah daun.

c.Perbandingkan tanaman yang diberi paranet

dengan tidak diberi paranet memiliki suhu,

intensitas radiasi, dan kecepatan angin yang

rendah daripada yang lain. Tetapi kelembaban

udaranya paling tinggi diantara tanaman yang

tidak diberi paranet.

d.Tanaman jagung cocok tumbuh dengan perlakuan

jarak tanam 50 x 40, karena denga suhu optimum

maka kelembaban yang diterima juga optimum

untuk pertumbuhan tanaman jagung. Karena jagung

memerlukan intensitas radiasi yang cukup serta

kecepatan angin yang optimum maka akan lebih

baik di tanam dengan perlakuan jarak tanam 50 x

40.

2. SaranPenambahan alat untuk pengukuran, sehingga

dapat dimanfaatkan oleh banyak kegiatan praktikum

72

dan tidak saling menunggu, karena dapat membuag

banyak waktu yang seharusnya optimal digunakan

untuk praktikum.

73

DAFTAR PUSTAKA

Ahmad, A.G. 2003. Alam Sekitar dan Pembangunan. http://portal.kukum.edu.my. Diakses pada 26 November 2014

Noorhadi dan Sudadi. 2003. Kajian pemberian air danmulsa terhadap iklim mikro pada tanaman cabaidi tanah entisol. Jurnal Ilmu Tanah danLingkungan 4 (1) : 41-49

Oktavia. 2009. Iklim Makro dan Mikro.<http://mengerjakantugas.blogspot.com/2009/02/iklim-makro-dan-iklim-mikro.html>. Diaksestanggal 29 November 2014

Villegasa, J.C., David D.B., Chris B.Z. and PatrickD.R. 2010. Seasonally Pulsed Heterogeneity inMicroclimate: Phenology and Cover Effects alongDeciduous Grassland–Forest Continuum. VadoseZone Journal 9 (3) : 537-547

Wisnubroto, S. 1981. Modifikasi Unsur Iklim UntukMendekati Persyaratan Optimal Bagi Tanaman.Fakultas Pertanian. UGM, Yogyakarta

VI. PEMATAH ANGIN

A. PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Kecepatan angin sangat berpengaruh terhadap

jau evapotranspirasi. Lahan yang berada di

wilayah yang rata-rata kecepatan anginnya besar,

perlu diberi pematah angin. Pematah angin adalah

bahan yang dipasang di lingkungan pertanaman,

bisa berupa pagar tanaman atau pagar kayu/bambu.

Penggunaan pematah angin dapat mengurangi

kecepatan angin di dalam pertanaman sehingga bisa

mengurangi laju evapotranspirasi.

2. Tujuan Praktikum

Acara praktikum pematah angin ini bertujuan

untuk mengetahui pengaruh penggunaan pematah

angin (windbreaker, shelterbelt) terhadap kecepatan angin

di dalam pertanaman

3. Waktu dan Tempat Praktikum

Acara pengaruh penggunaan pematah angin ini

dilaksanakan pada hari Minggu, tanggal 1 November

2014. Bertempat di kebun Fakultas Pertanian UNS,

desa Sukosari, kecamatan Jumantono, kabupaten

Karanganyar.

B. TINJAUAN PUSTAKA

68

69

Angin merupakan udara yang bergerak mengikuti

tinggi rendahnya tekanan udara. Alat penngukur

kecepatan angin adalah anemometer. Alat ini

diletakkan pada suatu tempat yang terbuka dan

selanjutnya karena embusan angin, alat ini akan

nenunjukkan arah angin dan kecepatannya

(Munawir et al 2006).

Dalam klimatologi angin diamati dalam kecepatan

dan arahnya. Kecepatan angin adalah jarak tempuh

massa udara yang bergerak tersebut dalam waktu

tertentu; jadi satuannya adalah jarak per waktu

seperti m per detik, km per jam.sedang arah angin

merupakan arah datangnya angin. (Syamsul 2008).

Angin secara tidak langsung mempunyai efek

penting pada produksi tanaman pangan. Energi angin

merupakan perantara dalam penyebaran tepung sari

pada penyerbukan alamiah, tetapi angin juda dapat

menyebarkan benih rumput liar dan melakukan

penyerbuka silang yang tidak diinginkan. Angin yang

terlalu kencang juga akan menggangu penyerbukan oleh

serangga.Angin dapat membantu dalam menyediakan

karbon dioksida yang membantu pertumbuhan tanaman,

selain itu juga mempengaruhi suhu dan kelembaban

tanah. Namun pada saat musim kemarau di beberapa

daerah di Indonesia bertiup angan fohn yang dapat

merusak karena bersifat kering dan panas. Pada siang

hari didaerah sekitar pantai, angin laut dapat

70

menyebabkan masalah karena angin ini membawa butiran

garam yang dapat merusak daun (Rahman 2013).

Angin yang tidak menguntungkan bagi pertanian

adalah angin fohn, karena dapat melayukan tanaman.

Angin fohn terjadi karena udara yang mengandung uap

air membentur pengunungan atau gunung yang tinggi,

sehingga naik. Makin ke atas, suhu makin dingin dan

terjadilah kondensasi yang selanjutnya terbentuk

titik-titik air. Titik-titik air itu kemudian jatuh

sebagai hujan sebelum mencapai puncak pada lereng

pertama. Angin terus bergerak menuju puncak,

kemudian jatuh pada lereng berikutnya sampai

kelembah. Karena sudah menjatuhkan hujan maka angin

yang menuruni lereng ini bersifat kering. Akibat

cepatnya gerakan menuruni lereng, angin menjadi

pasang sehingga angin fohn memiliki sifat menurun,

kering, dan panas  (Wahyuningsih 2004).

Angin hampir tidak bisa dikendalikan. Perlu

adanya suatu pengelolaan lingkungan karena adanya

pengaruh angin yang sangat komplek ini. Salah satu

upaya yang dapat dilakukan yaitu menghindari adanya

pengaruh yang tidak dikehendaki misalnya penanaman

tanaman sejenis agar tidak terjadi penyerbukan

silang. Namun jika permasalahan penyebaran patogen

maka usaha yang dapat dilakukan yaitu pengendalian

sedini mungkin agar mengurangi jumlah patogen yang

dapat disebarkan oleh angin. Selain itu dapat pula

71

menggunakan tanaman pematah angin agar laju dan arah

angin dapat sedikit dikendalikan seperti menanam

pohon penahan angin yang dapat menjamin perlindungan

sejauh 15 – 20 kali tinggi pohon pelindung. Misalnya

tinggi pohon 10 meter, tanaman sejauh 150 – 200

meter dapat dilindungi sehingga memperlambat

kecepatan angin. Dengan adanya pematah angin maka

laju dan arah angin menuju pertanaman dapat sedikit

ditekan sehingga penyebaran patogen akan lebih kecil

(Okta 2013).

C. ALAT, BAHAN DAN CARA KERJA

1. Alat

a. Anemometer

b. Pematah angin

c. Alat tulis

2. Bahan

a. Tanaman jagung

3. Cara kerja

a. Menyiapkan 4 petak tanam

b. Menanam jagung manis pada ke 4 petak tersebut,

dengan jarak 50 cm x 40 cm

c. Dua dari 4 petak itu diperlukan tanpa pematah

angin

d. Dua petak yang lain diberi pematah angin

terbuat dari bambu pada tiga sisi luarnya

e. Melakukan pengamatan kecepatan angin pada ke 4

petak pertanaman jagung manis, pada sebelah

72

luar (sebelum pematah angin) dan di dalam

pertanaman.

73

D. HASIL PENGAMATAN

Tabel 6.1 Hasil Pengamatan Tinggi dan Jumlah Daun pada Pematah Angin

Mingg

u Ke-

Kecepatan Angin

(m/s)

Tinggi Tanaman

Rata-rata (cm)

Jumlah Daun

Rata-rata

Pematah

Angin

Tanpa

Pematah

Pemat

ah

Angin

Tanpa

Pematah

Pematah

Angin

Tanpa

Pematah

1 0,6 0,55 11,5 10,8 3 3

2 1,48 1,38 38,5 38 6 6

3 0,92 0,63 71 68,1 8 10

4 1,08 0,18 92 96 14 13

Sumber Data Rekapan

1 2 3 4020406080100120 TINGGI

TANAMAN RATA-RATA PEMATAH ANGINTINGGI TANAMAN RATA-RATA TANPA PEMATAH

Gambar 6.1 Grafik Tinggi Tanaman Tanpa Pematah Angin dan Dengan Pematah Angin

1 2 3 40

5

10

15 JUMLAH DAUN RATA-RATA PEMATAH ANGINJUMLAH DAUN RATA-RATA TANPA PEMATAH

74

Gambar 6.2 Grafik Jumlah Daun Perlakuan Tanpa Pematah Angin dan Dengan Pematah Angin

75

E. PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil pengamatan yang telah

dilakukan, diperoleh data rekapan tinggi tanaman

dan jumlah daun perlakuan tanpa pematah angin,

Perlakuan yang pertama adalah tanaman jagung yang

ditanam pada petak tanam yang diberi pematah

angin. Perlakuan yang kedua adalah tanaman jagung

yang ditanam pada petak tanam yang tidak diberi

pematah angin.

Pada perlakuan tanaman jagung yang ditanam

pada petak tanam yang diberi pematah angin di

minggu pertama, diperoleh kecepatan angin 0,6

m/s. Diperoleh tinggi tanaman 11,5 cm serta

dengan jumlah daun 3. Sedangkan pada perlakuan

tanaman jagung yang ditanam pada petak tanam yang

tidak diberi pematah angin di minggu pertama,

diperoleh kecepatan angin 0,55 m/s. Diperoleh

tinggi tanaman 10,8 cm serta dengan jumlah daun

3.

Pada perlakuan tanaman jagung yang ditanam

pada petak tanam yang diberi pematah angin di

minggu kedua, diperoleh kecepatan angin 1,48 m/s.

Diperoleh tinggi tanaman 38,5 cm serta dengan

jumlah daun 6. Sedangkan pada perlakuan tanaman

jagung yang ditanam pada petak tanam yang tidak

diberi pematah angin di minggu pertama, diperoleh

kecepatan angin 1,38 m/s. Diperoleh tinggi

76

tanaman 38 cm serta dengan jumlah daun 6. Pada

perlakuan tanaman jagung yang ditanam pada petak

tanam yang diberi pematah angin di minggu kedua,

diperoleh kecepatan angin 0,92 m/s. Diperoleh

tinggi tanaman 71 cm serta dengan jumlah daun 8.

Sedangkan pada perlakuan tanaman jagung yang

ditanam pada petak tanam yang tidak diberi

pematah angin di minggu pertama, diperoleh

kecepatan angin 0,63 m/s. Diperoleh tinggi

tanaman 68,1 cm serta dengan jumlah daun 10.

Pada perlakuan tanaman jagung yang ditanam

pada petak tanam yang diberi pematah angin di

minggu kedua, diperoleh kecepatan angin 1,08 m/s.

Diperoleh tinggi tanaman 92 cm serta dengan

jumlah daun 14. Sedangkan pada perlakuan tanaman

jagung yang ditanam pada petak tanam yang tidak

diberi pematah angin di minggu pertama, diperoleh

kecepatan angin 0,18 m/s. Diperoleh tinggi

tanaman 98 cm serta dengan jumlah daun 16.

Data Rekapan Tinggi Tanaman dan Jumlah Daun

Perlakuan Tanpa Pematah Angin dan Dengan Pematah

Angin didapatkan Grafik 6.1 yang menunjukkan

bahwa tanaman lebih tinggi pertumbuhannya tanpa

adanya pematah angin sedangkan pada grafik 6.2

didapatkan bahwa tanaman lebih banyak tumbuh daun

dengan adanya pematah angin. Pematah angin dapat

mempengaruhi pertumbuhan tanaman karena dengan

77

angin yang besar tanaman akan terganggu

pertumbuhannya. Apabila diberi pematah angin maka

laju kecepatan angin yang masuk pada petak

pertanaman akan terkontrol.

F. KESIMPULAN DAN SARAN

1. Kesimpulan

a. Tanaman jagung dengan perlakuan diberi pematah

angin pertumbuhan tinggi tanaman akan lebih

rendah daripada tanaman yang tidak diberi

pematah angin.

b. Tanaman jagung dengan perlakuan diberi pematah

angin maka pertumbuhan jumlah daunnya akan

lebih banyak daripada tanaman yang tidak diberi

pematah angin.

c. Rata-rata kecepatan angin yang masuk pada

pertanaman dengan diberi pematah angin lebih

besar daripada tanaman tanpa pematah.

2. Saran

Sebaiknya data yang diberikan pada praktikan

lebih diperhatikan lagi, dikarenakan data yang

diberikan tidak sinkron dengan kenyataan yang

terjadi di lapangan. Selain itu apabila di

sinkronkan dengan teori yang diperoleh, tidak

sesuai. Diharapkan co-asisten lebih teliti dalam

merekap data, karena data yang diterima akan

berpengaruh banyak terhadap laporan praktikan.

78

79

DAFTAR PUSTAKA

Munawir. 2006. Cakrawala Geografi. Yogyakarta: Yudistira

Okta Wiwijaya. 2013 pengaruh-angin-terhadap-tanaman.

Rafi’i, Suryatna. 1995. Meteorologi Dan Klimatologi. Bandung:

Angkasa

Wahyuningsih, Utami. 2004. Geografi. Pabelan, Jakarta.

VII. INTENSITAS RADIASI DI DALAM PERTANAMAN JAGUNG

A. PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Cahaya matahari adalah sumber energi utama

bagi kehidupan seluruh makhluk hidup di dunia.

Bagi manusia dan hewan cahaya matahari adalah

penerang dunia ini. Selain itu bagi tumbuhan

khususnya yang berklorofil cahaya matahari sangat

menentukan proses fotosintesis. Fotosintesis

adalah proses dasar pada tumbuhan untuk

menghasilkan makanan.Makanan yang dihasilkan akan

menentukan ketersediaan energi untuk pertumbuhan

dan perkembangan tumbuhan. Cahaya dibutuhkan oleh

tanaman mulai dari proses perkecambahan biji

sampai tanaman dewasa. Dengan demikian cahaya

dapat menjadi faktor pembatas utama di dalam semua

ekosistem.

Merupakan faktor lingkungan yang sangat

penting sebagai sumber energi utama bagi

ekosistem. Bagi tumbuhan khususnya yang

berklorofil cahaya matahari sangat berperan dalam

proses fotosintesis. Fotosintesis adalah proses

dasar pada tumbuhan untuk menghasilkan makanan.

Makanan yang dihasilkan akan menentukan

ketersediaan energi untuk pertumbuhan dan

perkembangan tumbuhan.

74

75

Intensitas cahaya atau kandungan energi

merupakan aspek cahaya terpenting sebagai faktor

lingkungan, karena berperan sebagai tenaga

pengendali utama dari ekosistem. Intensitas cahaya

ini sangat bervariasi baik dalam ruang/ spasial

maupun dalam waktu atau temporal.

Intensitas cahaya terbesar terjadi di daerah

tropika, terutama daerah kering (zona arid),

sedikit cahaya yang direfleksikan oleh awan. Di

daerah garis lintang rendah, cahaya matahari

menembus atmosfer dan membentuk sudut yang besar

dengan permukaan bumi. Sehingga lapisan atmosfer

yang tembus berada dalam ketebalan minimum.

75

2. Tujuan Praktium

Acara praktikum intensitas radiasi di dalam

pertanaman jagung bertujuan untuk mengetahui

pengaruh penggunaan reflektor dan naungan di dalam

pertanaman terhadap pertumbuhan tanaman jagung

yang manis.

3. Waktu dan Tempat Praktikum

Acara pengaruh penggunaan pematah angin ini

dilaksanakan pada hari Minggu, tanggal 1 November

2014. Bertempat di kebun Fakultas Pertanian UNS,

desa Sukosari, kecamatan Jumantono, kabupaten

Karanganyar.

B. TINJAUAN PUSTAKA

Cahaya matahari adalah sumber energi utama bagi

kehidupan seluruh makhluk hidup didunia. Bagi

tumbuhan khususnya yang berklorofil, cahaya matahari

sangat menentukan proses fotosintesis. Fotosintesis

adalah proses dasar pada tumbuhan untuk menghasilkan

makanan. Makanan yang dihasilkan akan menentukan

ketersediaan energi untuk pertumbuhan dan

perkembangan tumbuhan (Sulistyono 2005).

Matahari merupakan sumber energi terbesar di

alam semesta. Energi matahari diradiasikan kesegala

arah dan hanya sebagian kecil saya yang diterima

oleh bumi. Energi matahari yang dipancarkan ke bumi

75

76

berupa energi radiasi. Disebut radiasi dikarenakan

aliran energi matahari menuju ke bumi tidak

membutuhkan medium untuk mentransmisikannya. Energi

matahari yang jatuh ke permukaan bumi berbentuk

gelombang elektromagentik yang menjalar dengan

kecepatan cahaya. Panjang gelombang radiasi matahari

sangat pendek dan biasanya dinyatakan dalam mikron

(Usman 2004).

Cahaya matahari mempengaruhi ekosistem secara

global karena matahari menentukan suhu. Cahaya

matahari juga merupakan unsur vital yang dibutuhkan

oleh tumbuhan sebagai produsen untuk

berfotosintesis. Cahaya Optimal bagi Tumbuhan

Kebutuhan minimum cahaya untuk proses pertumbuhan

terpenuhi bila cahaya melebihi titik kompensasinya

(Wirakusumah 2003).

Pada kegiatan budaya pertanian, pengaruh unsur

cahaya menjadi perhatian serius. Hal tersebut

dikarenakan hampir semua objek agronomi berupa

tanaman hijau yang memiliki kegiatan fotosintesa.

Penerapan energi pelengkap dalam bentuk kerja

manusia dan hewan, bahan bakar, mesin, alat-alat

pertanian, pupuk, dan, obat-obatan tidak lain adalah

sebagai usaha untuk meningkatkan proses konversi

energi matahari ke dalam bentuk produk tanaman.

Tidak semua energi cahaya matahari dapat diabsorpsi

oleh tanaman. Hanya cahaya tampak saja yang dapat

77

berpengaruh pada tanaman dalam kegiatan

fotosintesisnya. Cahaya itu disebut dengan PAR

(Photosynthetic Activity Radiation) dan mempunyai

panjang gelombang 400 mili mikronsampai 750 mili

mikron. Tanaman juga memberikan respon yang berbeda

terhadap tingkatan pengaruh cahaya yang dibagi

menjadi tiga yaitu,  intensitas cahaya, kualitas

cahaya, dan lamanya penyinaran

(Ayla 2011).

Sebagian besar tanaman dari daerah sedang

adalah fotoperiodik. Namun demikian, di daerah

ekuator, panjang siang hari pada setiap bulan

menunjukkan perbedaan yang kecil sehingga pengaruh

kuantitas atau lamanya penyinaran matahari dalam

satu hari tidak mempengaruhi pertumbuhandan

perkembangan tanaman secara signifikan. Respon

fotoperiodik memungkinkan tanaman untuk mengatur

waktu bagi pertumbuhan vegetatif dan pertumbuhan

untuk membentuk bunga agar tetap tegar menghadapi

perubahan musim di dalam lingkungannya. Bila satu

tanaman dipindahkan ke daerah dengan garis lintang

berbeda, maka akan menghentikan fasenya dan tanaman

tersebut dapat mati, misalnya karena berusaha tumbuh

secara vegetatif pada musim dingin atau musim semi

(Handoko 2002).

Kekurangan cahaya matahari akan mengganggu

proses fotosintesis dan pertumbuhan, meskipun

78

kebutuhan cahaya tergantung pada jenis tumbuhan.

Selain itu, kekurangan cahaya saat perkembangan

berlangsung akan menimbulkan gejala etiolasi, dimana

batang kecambah akan tumbuh lebih cepat namun lemah

dan daunnya berukuran kecil, tipis dan berwarna

pucat (tidak hijau). Gejala etiolasi tersebut

disebabkan oleh kurangnya cahaya atau tanaman berada

di tempat yang gelap. Cahaya juga dapat bersifat

sebagai penghambat (inhibitor) pada proses

pertumbuhan, hal ini terjadi karena dapat memacu

difusi auksin ke bagian yang tidak terkena cahaya

(Usman 2004).

C. ALAT DAN CARA KERJA

1. Alat

a. Nauangan paranet

b. Reflektor berupa plastik warna perak hitam

c. Alat tulis

2. Bahan

a. Tanaman jagung

b. Sinar matahari

3. Cara Kerja

a. Menyiapkan 3 petak tanam

b. Menanan jagung manis pada ke petak tersebut,

dengan jarak tanam 50 cm x 40 cm

c. Satu petak pertanaman diperlukan tanpa naungan

dan tanpa reflektor

d. Satu petak yang lain diberi nauangan paranet

79

e. Satu petak lagi dipasang reflektor berupa

plastik warna perak hitam (warna perak di

bagian atas)

f. Melakukan pengamatan intensitas radiasi di

dalam pertanaman pada ketiga petak tersebut.

80

D. HASIL PENGAMATAN

Tabel 7.1 Hasil Pengamatan Data Curah HujanMinggu Intensitas Radiasi

Tinggi Tanaman(cm) Jumlah Daun

ke-50X40

Reflektor

Paranet

50X40

Reflektor

Paranet

50X40

Reflektor

Paranet

187900

109420

49100 11,5 9 5,5 3 2 3

2104800 98700

72200 31 30 28,1 5 7 5

397000 86400

50700 66 71 62 8 10 7

495600

104200

62900 84 96 80 12 13 10

Data Sumber Rekapan

1 2 3 40

20

40

60

80

100

120

Tinggi Tanaman (cm) 50X40Tinggi Tanaman (cm) ReflektorTinggi Tanaman (cm) Paranet

Gambar 7.1 Grafik Tinggi Tanaman Perlakuan

Intensitas Radiasi Matahari

81

1 2 3 40

2

4

6

8

10

12

14

Jumlah Daun 50X40Jumlah Daun ReflektorJumlah Daun Paranet

Gambar 7.2 Grafik Jumlah Daun Perlakuan Intensitas

Radiasi Matahari

82

E. PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil pengamatan yang telah

dilakukan, diperoleh Data Rekapan Tinggi Tanaman dan

Jumlah Daun Pada Perlakuan Intensitas Radiasi

Matahari. Perlakuan yang pertama adalah tanaman

jagung yang ditanam pada petak tanam yang memiliki

jarak tanam 50 x 40 cm. Perlakuan yang kedua adalah

tanaman jagung yang ditanam pada petak tanam yang

diberi reflektor, sedangkan yang terakhir dilakukan

penanaman jagung pada petak tanah yang diberi

paranet.

Pada pengamatan minggu pertama, tanaman jagung

yang ditanam pada petak tanam dengan jarak 50 x 40cm

setelah diamati suhunya, memiliki intensitas radiasi

sebesar 87900, tinggi tanaman 11,5cm, dan jumlah

daun 3 helai. Tanaman jagung pada petak tanam yang

diberi reflektor memiliki intensitas radiasi sebesar

109420, memiliki tinggi tanaman 9 dan jumlah daun 2

helai. Pada petak tanam yang diberi paranet,

diperoleh data intensitas radiasi sebesar 49100,

tinggi tanaman 5,5 dan jumlah daun 3 helai.

Pada pengamatan minggu kedua, tanaman jagung yang

ditanam pada petak tanam dengan jarak 50 x 40 cm

setelah diamati suhunya, memiliki intensitas radiasi

sebesar 104800, tinggi tanaman 31 cm, dan jumlah

daun 5 helai. Tanaman jagung pada petak tanam yang

diberi reflektor memiliki intensitas radiasi sebesar

83

98700, memiliki tinggi tanaman 30 cm dan jumlah daun

7 helai. Pada petak tanam yang diberi paranet,

diperoleh data intensitas radiasi sebesar 72200,

tinggi tanaman 28,1 dan jumlah daun 5 helai.

Pada pengamatan minggu ketiga, tanaman jagung

yang ditanam pada petak tanam dengan jarak 50 x 40cm

setelah diamati suhunya, memiliki intensitas radiasi

sebesar 97000, tinggi tanaman 66 cm, dan jumlah daun

8 helai. Tanaman jagung pada petak tanam yang

diberi reflektor memiliki intensitas radiasi sebesar

86400, memiliki tinggi tanaman 71 cm dan jumlah daun

10 helai. Pada petak tanam yang diberi paranet,

diperoleh data intensitas radiasi sebesar 50700,

tinggi tanaman 62 cm dan jumlah daun 7 helai.

Pada pengamatan minggu keempat, tanaman jagung

yang ditanam pada petak tanam dengan jarak 50 x 40cm

setelah diamati suhunya, memiliki intensitas radiasi

sebesar 95600, tinggi tanaman 84cm, dan jumlah daun

12 helai. Tanaman jagung pada petak tanam yang

diberi reflektor memiliki intensitas radiasi sebesar

104200, memiliki tinggi tanaman 96 cm dan jumlah

daun 13 helai. Pada petak tanam yang diberi paranet,

diperoleh data intensitas radiasi sebesar 62900,

tinggi tanaman 80 cm dan jumlah daun 10 helai.

Dari Data Rekapan Tinggi Tanaman dan Jumlah Daun

Pada Perlakuan Intensitas Radiasi Matahari

didapatkan rata-rata kecepatan angin terbesar

84

terdapat pada perlakuan tanaman dengan menggunakan

reflektor, karena radiasi yang datang ke bumi di

pantulkan melalui reflektor agar radiasi yang datang

dapat diserap lebih banyak oleh tanaman. Namun

tinggi tanaman dan jumlah daun tumbuh pesat pada

tanaman dengan perlakuan jarak tanam 50 x 40. Dari

grafik 7.1 dan 7.2 dapat terlihat bahwa pada

perlakuan 50 x 40 tanaman tumbuh lebih pesat

daripada tanaman dengan perlakuan dengan paranet

ataupun dengan reflektor. Karena apabila diberi

paranet maka tanaman secara tidak langsung akan

dinaungi oleh paranet sehingga intensitas radiasi

yang diterima taaman tidak sebesar dengan perlakuan

tanpa paranet.

85

F. KESIMPULAN DAN SARAN

1. Kesimpulan

a. Tanaman jagung dengan perlakuan jarak tanam 50

x 40 memperoleh intensitas radiasi sebesar

87900

b. Tanaman jagung dengan perlakuan diberi

reflektor memperoleh intensitas radiasi sebesar

109420

c. Tanaman jagung dengan perlakuan diberi paranet

memperoleh intensitas radiasi sebesar 49100

d. Tanaman dengan perlakuan diberi reflektor

memperoleh intensitas radiasi lebih besar

dibandingkan dengan perlakuan jarak tanam 50 x

40 atau perlakuan denga diberi paranet.

e. Tinggi tanaman dengan perlakuan jarak tanam 50

x 40 lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan

diberi reflektor atau dengan diberi paranet.

f. Jumlah daun tanaman dengan perlakuan jarak

tanam 50 x 40 lebih tinggi dibandingkan dengan

perlakuan diberi reflektor atau dengan diberi

paranet.

2. Saran

Sebaiknya data yang diberikan pada praktikan

lebih diperhatikan lagi, dikarenakan data yang

diberikan tidak sinkron dengan kenyataan yang

terjadi di lapangan. Selain itu apabila di

sinkronkan dengan teori yang diperoleh, tidak

86

sesuai. Diharapkan co-asisten lebih teliti dalam

merekap data, karena data yang diterima akan

berpengaruh banyak terhadap laporan praktikan.

87

DAFTAR PUSTAKA

Wirakusumah, S. 2003. Dasar-dasar Ekologi Bagi Populasi dan Komunitas. Jakarta : Penerbit Universitas Indonesia

Ayla 2011. Faktor-Faktor Lingkungan dan PembangunanHutan.http://www.silvikultur.com/faktor_lingkungan_pembangunan_hutan_ tanaman.htm. Diakses pada 1 Desember 2013.

Handoko 2002. Pendugaan Hasil Menggunakan Indeks Iklim Di dalam Kapita Selekta dalam Agroklimatologi. Jakarta:Dirjen-Dikti Depdikbud.

Kusuma, Yuriadi 2010. Modul 1 Sistem PengkondisianTeori Dasar. pksm.mercubuana.ac.id/new/.../files.../13039-1-325714992571.doc. Diakses pada 2 Desember 2013.

Usman 2004. Pemanfaatan Cahaya Matahari oleh Tumbuhan. Jurnal Natur Indonesia 6(2): 91-98

82

VIII. KLASIFIKASI IKLIM

A. PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Unsur-unsur iklim yang menunjukan pola

keragaman yang jelas merupakan dasar dalam

melakukan klasifikasi iklim. Unsur iklim yang

sering dipakai adalah suhu dan curah hujan

(presipitasi). Klasifikasi iklim umumnya sangat

spesifik yang didasarkan atas tujuan

penggunaannya, misalnya untuk pertanian,

penerbangan atau kelautan. Pengklasifikasian

iklim yang spesifik tetap menggunakan data unsur

iklim sebagai landasannya, tetapi hanya memilih

data unsur-unsur iklim yang berhubungan dan

secara langsung mempengaruhi aktivitas atau objek

dalam bidang-bidang tersebut ). Hujan merupakan

unsur fisik lingkungan yang paling beragam baik

menurut waktu maupun tempat dan hujan juga

merupakan faktor penentu serta faktor pembatas

bagi kegiatan pertanian secara umum, oleh karena

itu klasifikasi iklim untuk wilayah Indonesia

(Asia Tenggara umumnya) seluruhnya dikembangkan

dengan menggunakan curah hujan sebagai kriteria

utama

Di Indonesia yang sebagian besar penduduknya

masyarakat agraris yang bergerak di sektor

pertanian, sifat-sifat iklim seperti suhu, curah

82

83

hujan, dan musim sangat berpengaruh terhadap

kehidupannya. Faktor-faktor iklim seperti cuaca

dan iklim benar-benar dipertimbangkan dalam

mengemangkan pertanian. Kondisi suhu, curah hujan

dan pola musim sangat menentukan kecocokan dan

optimalisasi pembudidayaan tanaman pertanian.

Misalnya, padi sangat cocok dibudidayakan di

daerah yang bersuhu udara panas dengan curah

hujan yang cukup tinggi. Tanaman hortikultura

seperti sayur-sayuran dan buah-buahan cocok

dibudidayakan di daerah sedang sampai sejuk

dengan intensitas curah hujan tidak setinggi pada

tanaman padi

2. Tujuan Praktikum

Acara klasifikasi iklim ini dilaksanakan

dengan tujuan mahasiswa dapat mengklasifikasikan

iklim berdasarkan data curah hujan selama 10

tahun.

3. Waktu dan Tempat Praktikum

Praktikum agroklimatologi acara klasifikasi

iklim ini dilaksanakan pada tanggal 27 November

2012 bertempat di Argobudoyo Fakultas Pertanian

Univeritas Sebelas Maret Surakarta.

B. TINJAUAN PUSTAKA

Klasifikasi iklim yang dilakukan oleh Oldeman

didasarkan kepada jumlah kebutuhan air oleh tanaman,

84

terutama pada tanaman padi. Penyusunan tipe iklimnya

berdasarkan jumlah bulan basah yang berlansung

secara berturut-turut. Lamanya periode pertumbuhan

padi terutama ditentukan oleh jenis/varietas yang

digunakan, sehingga periode 5 bulan basah berurutan

dalan satu tahun dipandang optimal untuk satu kali

tanam. Jika lebih dari 9 bulan basah maka petani

dapat melakukan 2 kali masa tanam. Jika kurang dari

3 bulan basah berurutan, maka tidak dapat

membudidayakan padi tanpa irigasi tambahan (Pramudia

2008).

Kejadian iklim ekstrim dapat meningkatkan

ketidakpastian hasil yang merugikan petani. Agar

hasil yang didapatkan secara ekonomis tetap

menguntungkan, petani perlu melakukan antisipasi

terhadap kemungkinan kejadian iklim ekstrim. Iklim

dapat berubah seiring kejadian buruk yang mampu

merubah unsur iklim itu sendiri (Surmaini. et al,

2006).

Sistem Klasifikasi Schmidt-Ferguson merupakan

sistem iklim yang sangat terkenal di Indonesia.

Penyusunan peta iklim menurut klasifikasi Schmidt-

Ferguson lebih banyak digunakan untuk iklim hutan.

Pengklasifikasian iklim menurut Schmidt-Ferguson ini

didasarkan pada nisbah bulan basah dan bulan kering

seperti kriteria bulan basah dan bulan kering

klsifikasi iklim Mohr (Irianto dkk 2000).

85

Oldeman et al (1980) mengungkapkan bahwa

kebutuhan air untuk tanaman padi adalah 150 mm per

bulan sedangkan untuk tanaman palawija adalah 70

mm/bulan, dengan asumsi bahwa peluang terjadinya

hujan yang sama adalah 75% maka untuk mencukupi

kebutuhan air tanaman padi 150 mm/bulan diperlukan

curah hujan sebesar 220 mm/bulan, sedangkan untuk

mencukupi kebutuhan air untuk tanaman palawija

diperlukan curah hujan sebesar 120 mm/bulan,

sehingga menurut Oldeman suatu bulan dikatakan bulan

basah apabila mempunyai curah hujan bulanan lebih

besar dari 200 mm dan dikatakan bulan kering apabila

curah hujan bulanan lebih kecil dari 100 mm. Lamanya

periode pertumbuhan padi terutama ditentukan oleh

jenis/varietas yang digunakan, sehingga periode 5

bulan basah berurutan dalan satu tahun dipandang

optimal untuk satu kali tanam. Jika lebih dari 9

bulan basah maka petani dapat melakukan 2 kali masa

tanam. Jika kurang dari 3 bulan basah berurutan,

maka tidak dapat membudidayakan padi tanpa irigasi

tambahan (Tjasyono 2004).

Oldeman (1975) menggunakan periode bulan basah

dan kering yang terjadi secara kontinyu selama

setahun untuk menentukan pola hujan. Kriteria bulan

basah ditentukan berdasarkan nilai ambang batas

ketersediaan air yang dianggap mampu memenuhi

kebutuhan air tanaman (crop water requirement). Oleh

86

karena itu, hasil klasifikasi metode Oldeman ini

disebut sebagai klasifikasi agroklimat karena selain

untuk menentukan pola hujan juga menggambarkan

potensi periode masa tanam (length of growing period)

terutama tanaman padi. Metode Oldeman dipilih untuk

digunakan di dalam studi ini, agar dampak perubahan

pola hujan terhadap periode masa tanam dapat

teridentifikasi (Runtunuwu dan Syahbuddin 2007).

87

C. HASIL PENGAMATAN

1. Klasifikasi Iklim menurut Schmidt-Fergusson

Sistem iklim ini sangat terkenal di

Indonesia. Penyusunan peta iklim menurut

klasifkasi Schmidt-Ferguson lebih banyak

digunakan untuk iklim hutan. Pengklasifikasian

iklim menurut Schmidt-Ferguson ini didasarkan

pada nisbah bulan basah dan bulan kering.

Pencarian rata-rata bulan kering atau bulan basah

dalam klasifikasi iklim Schmidt-Ferguson

dilakukan dengan membandingkan jumlah atau

frekuensi bulan kering atau bulan basah selama

tahun pengamatan dengan banyaknya tahun

pengamatan. Bulan lembab dalam penggolongan ini

tidak dihitung. Persamaan yang dikemukakan

Schmidt-Ferguson adalah:

Q=Rata−rata Bulan KeringRata−rata Bulan Basah

×100%

Tabel 8.1 Klasifikasi iklim menurut Schmidt-Ferguson:

88

2. Klasifikasi

Iklim menurut

Oldeman

Klasifikasi Iklim yang dilakukan oleh Oldeman

didasarkan kepada jumlah kebutuhan air oleh

tanaman. Penyusunan tipe iklimnya berdasarkan

jumlah bulan basah yang berlangsung secara

berturut-turut. Menurut Oldeman suatu bulan

dikatakan bulan basah (BB) apabila mempunyai

curah hujan bulanan lebih besar dari 200 mm dan

dikatakan bulan kering (BK) apabila curah hujan

bulanan lebih kecil dari 100 mm.

Tipe Iklim Kriteria

A.(Sangat Basah)

B.(Basah)

C.(Agak Basah)

D.(Sedang)

E.(Agak Kering)

F.(Kering)

G.(Sangat Kering)

H.(Luar Biasa

Kering)

0 < Q <

0,143

0,143 < Q <

0,333

0,333 < Q <

0,600

0,600 < Q <

1,000

1,000 < Q <

1,670

1,670 < Q <

3,000

3,000 < Q <

7,000

7,000 < Q

89

Tabel 8. 2 Klasifikasi Iklim Menurut OldemanZona Kriteria

ABB > 9 kali berturut-

turut

BBB 7-9 kali berturut-

turut

CBB 5-6 kali berturut-

turut

DBB 3-4 kali berturut-

turut

EBB kurang dari 3

kali

Segitiga Oldman :

90

Tabel 8.2 Curah Hujan di Kecamatan Sidomukti selama 10 tahun

TahunBulan

1995

1996

1997

1998

1999

2000

2001

2002

2003

2004 Total Rata-rata

Schmidt-ferguson

Oldeman

Januari 341 149 249 106 105 77 150 126 143 152 1598 159,8 BB BL

Februari 328 253 181 199 176 58 188 85 123 124 1715 171,5 BB BL

Maret 260 20 125 187 91 77 104 131 105 97 1197 119,7 BB BL

April 94 102 111 125 67 77 191 69 41 71 948 94,8 BL BK

Mei 54 25 73 102 20 38 34 0 37 43 426 42,6 BK BK

Juni 93 5 0 105 19 5 25 14 5 0 271 27,1 BK BK

Juli 13 38 7 115 8 7 8 0 0 38 234 23,4 BK BK

Agustus 0 49 0 34 7 13 0 0 0 0 103 10,3 BK BK

September 17 11 0 26 0 18 14 0 6 14 106 10,6 BK BK

Oktober 91 54 31 113 56 53 143 19 34 42 636 63,6 BL BK

91

November 339 158 78 67 82 94 74 116 61 122 1191 119,1 BB BL

Desember 156 74 158 89 56 24 34 0 121 193 905 90,5 BL BK

92

Iklim menurut Schmidt-Ferguson

Q=54

= 1,25Berarti, tipe iklim menrut Shmidt-Ferguson adalah

tipe iklim E yaitu agak kering karena Q = 1,25

dimana tipe E itu 1,000 < Q < 1,670.

Iklim menurut OldemanBulan basah yang berlangsung secara berturut-turut

ada 3 sehingga ternasuk kedalam Zona E = BB kurang

dari 3 kali.

D. PEMBAHASAN

Klasifikasi iklim memiliki tujuan menetapkan

pembagian ringkas jenis iklim ditinjau dari segi

unsur yang benar-benar aktif terutama presipitasi

dan suhu. Unsur lain seperti angin, sinar matahari,

atau perubahan tekanan ada kemungkinan merupakan

unsur aktif untuk tujuan khusus. Dasar-dasar

klasifikasi iklim diantaranya:

a. Unsur-unsur iklim yang menunjukan pola keragaman

yang jelas merupakan dasar dalam melakukan

klasifikasi iklim. Unsur iklim yang sering

dipakai adalah suhu dan curah hujan

(presipitasi).

93

b. Klasifikasi iklim umumnya sangat spesifik yang

didasarkan atas tujuan penggunaannya, misalnya

untuk pertanian, penerbangan atau kelautan.

c. Pengklasifikasian iklim yang spesifik tetap

menggunakan data unsur iklim sebagai landasannya,

tetapi hanya memilih data unsur-unsur iklim yang

berhubungan dan secara langsung mempengaruhi

aktivitas atau objek dalam bidang-bidang

tersebut.

Iklim dapat diartiakan sebagai berbagai macam

keadaan atmosfer (suhu, tekanan, kelembaban) yang

terjadi di suatu wilayah selama kurun waktu yang

panjang. Untuk dapat memahami cuaca dan iklim serta

persebarannya menurut ruang dan waktu diperlukan dasar

pengetahuan fisika atmosfer, pemahaman geografi serta

statistika dan matematika untuk menyederhakan kerumitan

proses-proses tersebut. Cuaca dan iklim dinyatakan dengan

susunan unsur-unsur cuaca dan iklim yang terdiri dari:

radiasi surya, lama penyinaran surya, suhu udara,

kelembapan udara, tekanan udara, kecepatan dan arah angin,

penutupan awan, presipitasi dan evaporasi/evapotranspirasi.

Berdasarkan hasil dari tabel dapat diketahui

bahwa curah hujan rata-rata Sidomukti tahun 1995-

2004 yang dihitung menggunakan sistem klasifikasi

Iklim Schmit-Ferguson adalah tipe E karena nilai Q=

1,25 yaitu kategori agak Kering. Samahalnya

perhitungan menurut system klasifikasi iklim Oldeman

termasuk iklim BB kurang dari 3 kali termasuk

kedalam zona E.

94

Jika Seorang petani di Sidomukti mempunyai lahan

seluas 1 ha dan ingin menanam kedelai (Glycine max).

Diketahui syarat tumbuh tanaman kedelai:

a.Menghendaki tanah yang cukup gembur, tekstur

lempung berpasir dan liat. Tanah hendaknya

mengandung cukup air tapi tidak sampai tergenang.

b.Menghendaki iklim dengan suhu relatif tinggi,

kelembaban rendah dan tumbuh baik pada ketinggian

0 – 400 m dpl

c.Curah hujan 1000 - 2000 mm/tahun

Menurut perhitungan Shmidth-Ferguson dan Oldemen

tanaman kedelai tidak cocok untuk dibudidayakan di

Kecamatan Sidomukti karena dari data curah hujan

yang diperoleh dalam 10 tahun ini menunjukkan bahwa

rata-rata curah hujan di daerah kecamatan Sidomukti

adalah 933 mm/tahun, sedangkan syarat untuk tumbuh

kedelai adalah jika curah hujan 1000-2000 mm/tahun.

Maka tanaman kedelai tidak cocok dibudidayakan di

Kecamatan Sidomukti.

Tanaman kedelai ini untuk menunjang pertumbuhan

dan mendapatkan produksi yang tinggi perlu dilakukan

modifikasi iklim. Modifikasi iklim yang dapat

dilakukan adalah dengan menggunakan mulsa di atas

permukaan tanah. Modifikasi ini dlakukan agar

transportasi yang terjadi tidak terlalu besar,

sehingga walaupun curah hujan di Kecamatan Sidomukti

rendah, kelembaban udara yang berpengaruh pada

95

kelembaban tanahnya akan tetap terjaga oleh mulsa

tersebut.

96

E. KESIMPULAN DAN SARAN

1. Kesimpulan

a. Iklim dapat diartiakan sebagai berbagai

macam keadaan atmosfer (suhu, tekanan,

kelembaban) yang terjadi di suatu wilayah selama

kurun waktu yang panjang.

b. Klasifikasi Iklim berdasarkan perhitungan

curah hujan yang biasa digunakan adalah

Klasifikasi Iklim Oldeman dan klasifikasi iklim

menurut Schmidt-Ferguson.

c. Pengklasifikasian iklim menurut Schmidt-

Ferguson ini didasarkan pada nisbah bulan basah

dan bulan kering.

d. Klasifikasi iklim Oldeman didasarkan kepada

jumlah kebutuhan air oleh tanaman, terutama pada

tanaman padi.

e. Kecamatan Sidomukti tahun 1995-2004 yang

dihitung menggunakan sistem klasifikasi Iklim

Schmit-Ferguson adalah tipe E karena nilai Q=

1,25 % yaitu kategori agak kering. Samahalnya

dengan system klasifikasi iklim Oldeman termasuk

Zona E dengan BB kurang dari 3 kali.

2. Saran

Dalam praktikum selanjutnya diharapkan dalam

menjelaskan tata cara menghitung curah hujannya

lebih spesifik, karena klasifikasi iklim hubungannya

97

dengan pertanian erat kaitannya dengan penentuan

sistem pola tanam.

DAFTAR PUSTAKA

Irianto, Gatot., Le Istiqlal Amin, Elza Surmaini. 2000.Keragaman Iklim Sebagai Peluang Diversifikasi. PusatPenelitian Tanah dan Agroklimat.

Pramudia, A., Y. Koesmaryono, I. Las, T. June, I W.Astika, dan E. Runtunuwu. 2008.Penyusunan modelprediksi curah hujan dengan teknik analisisjaringan syaraf (neural network analysis) disentra produksi padi di Jawa Barat danBanten.Jurnal Tanah dan Iklim 27: 11-12.

Runtunuwu, E. dan H. Syahbuddin. 2007. Perubahan PolaCurah Hujan dan Dampaknya Terhadap Periode MasaTanam. Jurnal Tanah dan Iklim No. 26/2007. Bogor.

Surmaini, E., Boer, R., Siregar, H. 2006. PemanfaatanInformasi Iklim untuk Menunjang Usahatani TanamanPangan. Jurnal Tanah dan Iklim No. 24/2006. Bogor.

Tjasyono, Bayong. 2004. Klimatologi. IPB Press. Bandung

98