ketangguhan diri pengasuh dalam pengasuhan berbasis ...

217
KETANGGUHAN DIRI PENGASUH DALAM PENGASUHAN BERBASIS KEKERABATAN (KINSHIPCARE), STUDI KASUS KINSHIPCARE PADA ANAK DISABILITAS DI YAYASAN SAYAP IBU BINTARO Oleh Addinu Faqih NIM: 11170541000021 PROGRAM STUDI KESEJAHTERAAN SOSIAL FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1443 H / 2021 M

Transcript of ketangguhan diri pengasuh dalam pengasuhan berbasis ...

KETANGGUHAN DIRI PENGASUH DALAM

PENGASUHAN BERBASIS KEKERABATAN

(KINSHIPCARE), STUDI KASUS KINSHIPCARE

PADA ANAK DISABILITAS DI YAYASAN

SAYAP IBU BINTARO

Oleh

Addinu Faqih

NIM: 11170541000021

PROGRAM STUDI KESEJAHTERAAN SOSIAL

FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF

HIDAYATULLAH JAKARTA

1443 H / 2021 M

i

PERNYATAAN DOSPEM

iii

PERNYATAAN

iv

ABSTRAK

Addinu Faqih (11170541000021)

Ketangguhan Diri Pengasuh Dalam Pengasuhan Berbasis

Kekerabatan (Kinshipcare), Studi Kasus Kinshipcare Pada

Anak Disabilitas Di Yayasan Sayap Ibu Bintaro

Menurut data Dinas Sosial, kasus penelantaran anak

disabilitas pada tahun 2021 berjumlah 23.630 anak. Anak banyak

yang mengalami kerentanan karena ketidaksiapan mereka untuk

bertahan hidup secara mandiri, hingga akhirnya membuat pihak

lain seperti pengasuh kerabat mengambil alih pengasuhan.

Namun, di dalam pengasuhan berbasis kerabat tentu memiliki

berbagai macam kompleksitas permasalahan. Sehingga,

ketangguhan diri menjadi hal yang wajib dimiliki oleh para

pengasuh kerabat.

Tujuan penelitian ini untuk menggambarkan ketangguhan

diri para pengasuh dalam pengasuhan berbasis kekerabatan

(Kinshipcare) di YSI Bintaro pada anak disabilitas. Penelitian ini

menggunakan pendekatan kualitatif dengan pengumpulan

datanya menggunakan wawancara, obervasi dan studi

dokumentasi. Adapun aspek ketangguhan diri menurut Kobasa

(1982) berupa komitmen, kontrol dan tantangan.

Hasil temuan menjelaskan adanya suatu perbedaan,

dimana pada aspek komitmen, terlihat bahwa informan memiliki

optimisme dalam memperhatikan pelayanan untuk anak. Pada

aspek kontrol, terlihat bahwa informan memiliki usaha

sampingan sebagai tindakan preventif dalam mengatasi hambatan

keuangan. Pada aspek tantangan, terlihat bahwa informan tidak

pernah merasa down saat mengalami suatu permasalahan.

Adapun informan yang lain, terlihat mengabaikan pada 3 aspek

ketangguhan diri yang disebabkan oleh pendapatan finansial yang

rendah.

Kata kunci : ketangguhan diri, kinshipcare, disabilitas

v

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya panjatkan atas kehadirat Allah SWT

yang telah memberikan nikmat sehat dan kesempatan, sehingga

peneliti mendapatkan kekuatan , kesabaran, dan pemahaman

hingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi dengan judul

“Ketangguhan Diri Pengasuh Dalam Pengasuhan Berbasis

Kekerabatan (Kinshipcare), Studi Kasus Kinshipcare Pada Anak

Disabilitas Di Yayasan Sayap Ibu Bintaro’’. Shalawat dan salam

yang juga dicurahkan pada Nabi besar Muhammad SAW yang

telah menjadi suri tauladan bagi seluruh umatnya terutama dalam

hal mendidik.

Skripsi ini, saya ajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah

dan Ilmu Komunikasi dalam memenuhi persyaratan guna

memperoleh gelar strata satu Sarjana Sosial (S.Sos) pada program

studi Kesejahteraan Sosial. Saya menyadari skripsi ini tidak akan

terselesaikan tanpa adanya bantuan, bimbingan, serta dorongan

dari berbagai pihak, baik secara individu mapun kelompok,

terutama bimbingan yang tulus dari pembimbing. Maka dari itu,

saya menyampaikan rasa terima kasih yang sedalam-dalamnya

kepada:

1. Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Prof. Dr. Hj.

Amany Burhanuddin Umar Lubis, Lc, M.A.

2. Suparto Ph.D. M.Ed Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan

Komunikasi, Wakil Dekan Bidang Akademik Dr. Siti

Napsiyah Ariefuzzaman, S.Ag., MSW., Wakil Dekan

Bidang Administrasi Umum Dr. Sihabudin Noor, M.A.,

vi

Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan Cecep

Castrawidjaya, M.Si.

3. Ahmad Zaky, M.Si., dan Hj. Nunung Khoiriya, M.A.,

Ketua dan Sekretaris Program Studi Kesejahteraan Sosial

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

4. Dr. Siti Napsiyah Ariefuzzaman, S.Ag., MSW. selaku

dosen pembimbing, saya ucapkan terima kasih setulus hati

atas kesediaannya waktunya untuk memberikan bimbingan

dan masukan dalam proses penulisan skripsi ini. Tidak lupa

juga atas dukungan yang diberikan kepada saya sehingga

saya dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

5. Seluruh Dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu

Komunikasi khususnya Dosen Program Studi

Kesejahteraan Sosial yang telah memberikan ilmunya

melalui pengajaran saat proses perkuliahan.

6. Seluruh Staff Yayasan Sayap Ibu Bintaro yang sudah

bersedia menerima dan berbaik hati menerima saya untuk

melakukan penelitian skripsi di sana, termasuk mendukung

saya dalam memberikan data-data penelitian yang

dibutuhkan.

7. Seluruh narasumber / informan yang telah dipilih, karena

telah meluangkan waktunya untuk dimintai data-datanya

terkait dengan keperluan penelitian.

8. Bapak Acep Sholeh Hariana S.E, selaku orang tua saya

yang terus memberikan support dengan mengorbankan jerih

payahnya agar saya tetap bisa bertahan dalam

menyelesaikan perkuliahan ini.

vii

9. Ibu Nurhasanah, selaku orang tua saya yang terus

memberikan support dengan terus memberikan rasa percaya

diri serta menguatkan mental saya agar bisa menyelesaikan

perkuliahan dengan baik.

10. Seluruh teman-teman seperbimbingan saya, khususnya

Najla Septiana yang terus membantu saya agar skripsi ini

bisa segera terselesaikan.

11. Seluruh teman-teman saya, khusunya Ajeng Nurcitra, Riri

Febrianti, Yoga Fernandes dan Rifa Aida yang tetap

memberikan motivasi kepada saya disaat saya hampir

berada di titik rendah dalam menyelesaikan skripsi ini.

12. Seluruh pihak yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu.

Terima kasih atas dukungan yang diberikan.

Harapan saya selaku peneliti, semoga skripsi ini akan

bermanfaat bagi saya dan bagi pembaca sekalian. Saya selaku

peneliti menyadari dalam penyusunan skripsi ini didapati

berbagai macam keterbatasan, kekurangan, dan kelemahan. Maka

dari itu, kritik dan saran dari siapa saja yang membaca skripsi ini

dipersilahkan dan diterima dengan hati yang terbuka.

Jakarta, 19 Oktober 2021

Addinu Faqih

viii

DAFTAR ISI

PERNYATAAN DOSPEM ........................................................... i

LEMBAR PENGESAHAN .......................................................... ii

PERNYATAAN ........................................................................... iii

ABSTRAK ................................................................................... iv

KATA PENGANTAR .................................................................. v

DAFTAR ISI .............................................................................. viii

DAFTAR TABEL ......................................................................... x

DAFTAR GAMBAR .................................................................. xii

DAFTAR BAGAN .................................................................... xiii

DAFTAR LAMPIRAN .............................................................. xiii

BAB I ........................................................................................ 1

PENDAHULUAN ..................................................................... 1

A. Latar Belakang ............................................................... 1

B. Batasan Masalah ............................................................. 6

C. Rumusan Masalah .......................................................... 6

D. Tujuan Penelitian ............................................................ 6

E. Manfaat Penelitian .......................................................... 7

F. Kajian Terdahulu ............................................................ 8

G. Metode Penelitian ......................................................... 10

H. Sistematika Penulisan ................................................... 19

BAB II ..................................................................................... 21

KAJIAN PUSTAKA ............................................................... 21

BAB III .................................................................................... 58

ix

GAMBARAN UMUM ............................................................ 58

BAB IV .................................................................................... 72

DATA & HASIL TEMUAN PENELITI ................................ 72

BAB VI .................................................................................. 140

KESIMPULAN DAN SARAN ............................................. 140

DAFTAR PUSTAKA ............................................................ 159

x

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Informan ........................................................................ 16

Tabel 1.2 Tabel Laporan .............................................................. 66

Tabel 1.3 Data & Hasil Temuan Penelitian ................................. 109

xii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Pengasuh I ................................................................ cxix

Gambar 1.2 Pengasuh II ............................................................... cxx

Gambar 1.3 Pengasuh III .............................................................. cxxi

xiii

DAFTAR BAGAN

Bagan 1.1 Kerangka Berpikir ....................................................... 57

xiii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Pedoman Wawancara Pengasuh…………………...xxi

Lampiran 2 Pedoman Wawancara Orang Terdekat Pengasuh....xxvi

Lampiran 3 Pengurus YSI Bintaro ……………………………..xxx

Lampiran 4 Transkrip Wawancara Pengasuh……………….….ix

Lampiran 5 Transkrip Wawancara Orang Terdekat Pengasuh..Ixxxi

Lampiran 6 Surat Izin Penelitian Skripsi……………………….cxiii

Lampiran 7 Form Persetujuan………………………………….cxiv

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kasus anak yang terpisah dari orang tua kandungnya

merupakan kasus yang sudah sering ditemukan di Indonesia.

Data Kementrian Sosial (Kemensos) yang diambil dari

Dashboard Data Terpadu Kesejahteraan Sosial (DTKS) SIKS-

NG per-15 Desember 2020 menyebutkan bahwa ada 67.368

anak yang terlantar di Indonesia. Tingginya angka tersebut,

membuat banyak anak mengalami kerentanan karena

ketidaksiapan mereka untuk bertahan hidup secara mandiri

selepas keterpisahan mereka dengan orang tua kandung, hingga

akhirnya membuat pihak lain mengambil alih pengasuhan, salah

satunya adalah para pengasuh kerabat.

Pengasuhan berbasis kerabat merupakan salah satu

model upaya yang bisa dilakukan untuk menyelamatkan para

anak yang terpisah dari orang tua kandungnya. Model

pengasuhan berbasis kerabat dinilai sangat tepat dalam merawat

anak yang terpisah dari orang tua kandungnya, hal ini juga

didukung oleh pernyataan dari Kementrian Sosial (Kemensos)

melalui media online berikut :

Kementerian Sosial (Kemensos) mendorong pola utama

pengasuhan anak dilakukan oleh keluarga terdekat,

terutama bagi anak-anak yang masih memiliki keluarga

besar. Kementrian Sosial berpendapat bahwa sudah

2

kodratnya keluarga yang paling tahu dalam membentuk

karakter anak, dan sulit digantikan secara sempurna oleh

lembaga seperti panti asuhan," kata Dirjen Rehabilitasi

Sosial Kementerian Sosial Samsudi di Jakarta dalam

peluncuran Peraturan Menteri Sosial Nomor 21 Tahun

2013 tentang pengasuhan anak dan seminar naskah

akademik tentang pengasuhan alternative (Ummah,

2014).

Berdasarkan kutipan dari berita di atas, Kementrian

Sosial (Kemensos) berpendapat bahwa anak yang terpisah dari

orang tua kandungnya lebih tepat bila diasuh oleh keluarga

besarnya. Hal ini juga didukung dengan pernyataan dari Ellies

Sukmawati yang menyebutkan bahwa adanya pertimbangan

ikatan darah menjadi hal yang utama dalam memberikan

pelayanan secara optimal untuk anak yang terpisah dari orang

tua kandungnya (Ellies Sukmawati & Lisma Dyawati, 2018).

Pengasuhan berbasis kerabat secara umum didefinisikan

sebagai pengasuhan di luar rumah (Out of home care / Oohc)

yang diberikan oleh kerabat, orang tua baptis, orang tua tiri,

anggota suku atau klan anak, atau orang dewasa lain yang

memiliki ikatan dekat dengan anak yang terpisah dari orang

tuanya, dan mereka memberikan perawatan dan perlindungan

secara penuh (Irrizary, 2016).

Istilah kerabat sangat berkaitan erat dengan unsur

terkecil dari keluarga dan struktur sosial seperti harus memiliki

ayah, ibu dan anak. Burgess dan Lockey dalam Rustina (2014)

mendefinisikan bahwa kerabat sebagai suatu kelompok yang

3

mempunyai ikatan perkawinan, ikatan darah maupun hubungan

angkat (adopsi) yang saling berinteraksi dengan berperan

sebagai ayah, ibu dan anak (Rustina, 2014).

Dalam pelaksanaanya, pengasuhan berbasis kerabat

memiliki berbagai macam tantangan. Terlebih lagi kepada para

kerabat yang secara khusus mengasuh anak yang memiliki

disabilitas. Sebut saja terdapat tantangan terkait dengan

keterbatasan sumber daya pengasuh dan tekanan psikologis

pada pengasuh, yang mana tantangan tersebut dapat

mempengaruhi kerentanan pada para pengasuh dan anak (Ellies

Sukmawati & Lisma Dyawati, 2018).

Bila para pengasuh kerabat tidak memiliki kesiapan

yang kuat dalam mengasuh dan merawat kerabat yang memiliki

disabilitas, maka berbagai macam tantangan tersebut jelas akan

mempengaruhi ketangguhan diri para pengasuh. Allah sendiri

telah menjelaskan kepada umatnya agar senantiasa bersikap

tangguh dalam situasi apapun, sebagaimana ayat Al-Quran yang

telah diturunkan sebagai berikut :

ؤمنين ا نتم ال عل ون ان كنتم م نوا و حز ل ت هنوا و ل ت و

Artinya :

‘’Janganlah kamu bersikap lemah dan janganlah pula kamu

bersedih hati, padahal kamulah orang orang yang paling tinggi

derajatnya jika kamu beriman.’’ (QS Ali-Imran [3] : 139)

Ayat ini menerangkan bahwa manusia harus memiliki

sikap tangguh yang kuat, dan harus selalu berprasangka baik

kepada Allah SWT. Allah SWT pasti memberikan kelebihan

4

kepada kita untuk bisa kembali bangkit setelah melalui situasi

yang sulit.

Berdasarkan dengan kompleksitas permasalahan diatas,

maka ketangguhan diri merupakan hal yang wajib dimiliki oleh

para pengasuh kerabat dalam merawat anak disabilitas. Apalagi

menurut Nurakhmi (2019), disabilitas terbagi kedalam 8 jenis

yang tentunya berbeda pula tantangan, tingkat kesulitan serta

penangananya. Sehingga, proses perawatan anak disabilitas

harus diperhatikan dengan cermat agar dapat berjalan dengan

baik dan optimal terhadap tumbuh kembang anak tersebut.

Berbicara tentang ketangguhan diri, Kobasa (1982)

mengatakan bahwa ketangguhan diri memiliki 3 aspek penting

yang terdiri dari aspek komitmen, aspek kontrol dan aspek

tantangan. Komitmen merupakan kecenderungan seseorang

untuk mengikutsertakan diri ke dalam kegiatan apapun yang

dilakukan dengan penuh tanggung jawab dan tulus. Kontrol

merupakan kecenderungan seseorang untuk dapat mempercayai

bahwa seseorang dapat mengatur kejadian apapun sesuai dengan

kehendak individu tersebut. Tantangan merupakan

kecendrungan untuk menganggap suatu perubahan dalam

hidupnya sebagai hal yang diwajarkan, sehingga individu

menganggap senang terhadap tantangan yang menyertai dan

optimis mampu menyelesaikan tantangan tersebut (Kobasa,

1982).

Berdasarkan dari penjelasan aspek ketangguhan diri

diatas, membuat peneliti ingin memfokuskan penelitianya

tentang ketangguhan diri pengasuh berbasis kekerabatan

5

(Kinshipcare) dalam merawat anak disabilitas di YSI Bintaro

dengan melihat pada 3 aspek ketangguhan diri berupa

komitmen, kontrol dan tantangan.

Alasan mengapa penelitian ini perlu untuk diteliti,

karena peneliti ingin mengetahui apakah model pengasuhan

berbasis kerabat dapat dikatakan tepat dalam merawat anak

disabilitas yang terpisah dari orang tua kandungnya, dengan

melihat pada 3 aspek ketangguhan diri dari Kobasa (1982) yaitu

aspek komitmen, aspek kontrol dan aspek tantangan.

Adapun alasan mengapa penelitian ini diselenggarakan

di YSI Bintaro, karena YSI Bintaro sendiri telah

mengembangkan pengasuhan non-kelembagaan untuk anak

penyandang disabilitas sejak tahun 2011 dan mereka secara

khusus membina anak didalam panti maupun diluar panti.

termasuk para pengasuh kerabat.

Program yang YSI miliki pun cukup menunjang

terhadap para pengasuh kerabat serta anak disabilitas, seperti

adanya tempat fasilitas rehabilitasi & habilitasi untuk anak,

pendidikan formal & non-formal, program keluarga pra

sejahtera, sosialisasi & publikasi, dan terakhir adalah berbagai

macam terapi yang telah difasilitasi oleh YSI Bintaro seperti

fisioterapi, hydroterapi, okupasi terapi, terapi wicara dan terapi

bermain (Fachmi, 2021).

Berdasarkan latar belakang diatas, mendorong peneliti

untuk membuat penelitian lebih lanjut mengenai “

Ketangguhan Diri Pengasuh Dalam Pengasuhan Berbasis

6

Kekerabatan (Kinshipcare), Studi Kasus Kinshipcare Pada

Anak Disabilitas Di Yayasan Sayap Ibu Bintaro ’’.

B. Batasan Masalah

Berdasarkan judul diatas, maka peneliti mencoba untuk

membatasi permasalahan yang akan terfokus pada gambaran

ketangguhan diri pengasuh dalam pengasuhan berbasis

kekerabatan (Kinshipcare) di YSI Bintaro. Pembatasan masalah

ini bertujuan untuk menghindari perluasan pembahasan yang

tidak diperlukan, dimana peneliti hanya akan menggambarkan

ketangguhan diri pengasuh kerabat dalam merawat anak

disabilitas di YSI Bintaro dengan menggunakan pada 3 aspek

ketangguhan diri berupa komitmen, kontrol dan tantangan.

C. Rumusan Masalah

Sehubungan dengan latar belakang dan permasalahan

diatas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut:

‘’Bagaimanakah ketangguhan diri pengasuh dalam

pengasuhan berbasis kekerabatan (Kinshipcare) di Yayasan

Sayap Ibu Bintaro ? ‘’.

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka fokus tujuan

dari penelitian tentang ketangguhan diri pengasuh dalam

pengasuhan berbasis kekerabatan di YSI Bintaro adalah sebagai

berikut :

7

‘’Menggambarkan ketangguhan diri para pengasuh

dalam pengasuhan berbasis kekerabatan (Kinshipcare) di YSI

Bintaro pada anak disabilitas’’.

E. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Akademis

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat digunakan

sebagai bahan kajian untuk para peneliti lain, serta untuk

masyarakat umum pada bidang Ilmu Kesejahteraan Sosial,

khususnya yang berkaitan dengan ketangguhan diri pengasuh

berbasis kekerabatan (Kinshipcare) dalam merawat anak

disabilitas.

Informasi mengenai ketangguhan berbasis kekerabatan

dalam merawat anak disabilitas masih sangat terbatas didalam

ilmu penelitian, sehingga besar harapan peneliti, hasil dari

penelitian ini nantinya bisa dijadikan sebagai salah satu rujukan

kajian dalam penelitian selanjutnya, agar nantinya ilmu

mengenai ketangguhan diri pengasuh berbasis kekerabatan bisa

dikembangkan lebih luas lagi.

2. Manfaat Praktis

Hasil dari penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan

informasi kepada Lembaga Yayasan Sayap Ibu Bintaro terkait

dengan ketangguhan diri pengasuh dalam pengasuhan berbasis

kekerabatan (Kinshipcare). Sehingga, YSI Bintaro dapat

membuat desain program untuk mensupport kehidupan anak-

anak disabilitas dengan mempergunakan informasi ketangguhan

diri dari pengasuh kerabat.

8

F. Kajian Terdahulu

Pada pemilihan terkait jurnal artikel untuk kajian

literatur, penulis bukan bertujuan untuk mencari kelebihan

maupun kekurangan pada masing-masing artikel penelitian,

melainkan penulis ingin mengumpulkan berbagai macam

kompleksitas permasalahan yang selama ini menyertai para

pengasuh kerabat (Kinshipcare), sehingga dari kompleksitas

permasalahan tersebut dapat dicari apakah para pengasuh

kerabat itu tangguh dalam merawat anak disabilitas dengan

melihat pada aspek ketangguhan diri berupa komitmen, kontrol

dan tantangan.

Jurnal artikel pertama dari Ellies Sukmawati dkk

(2018) menyebutkan bahwa dalam pengasuhan berbasis kerabat

memiliki permasalahan kompleks yang menyertainya. Sebut

saja ditemukan kecemasan dan kekhawatiran yang mengikuti

kehidupan para pengasuh. Mereka khawatir tentang bagaimana

kualitas pendidikan yang dapat mereka berikan untuk anak,

khawatir tentang bagaimana menjaga kontak orang tua dari si

anak, perasaaan akan takut mati dan meninggalkan anak

sendirian, dan takut kesehatan mereka memburuk.

Temuan lainya dari Ellies dkk menyebutkan bahwa ada

rendahnya keterbatasan sumber daya yang dimiliki oleh

kekerabatan caretaker, menurunya pendapatan rumah tangga

akibat pengaruh faktor kesehatan yang dialami oleh pengasuh,

mengurangi atau bahkan kehilangan kemampuan untuk bekerja

yang pada akhirnya memperburuk kondisi kemiskinan.

9

Ditemukan juga para pengasuh tinggal di lingkungan

yang kurang beruntung, kondisi disabilitas anak yang

mempengaruhi pada fleksibilitas pengasuh untuk bekerja, akses

layanan dan pendidikan yang buruk dan pengasuh mengalami

perasaan terisolasi secara sosial akibat kesibukan rutinitas

perawatan.

Menambahkan tentang kompleksitas permasalahan,

Marie Connolly dkk (2016) menyebutkan bahwa salah satu

penyebab pengasuhan berbasis kerabat mengalami stress karena

adanya konflik dengan orang tua kandung. Pengasuh relatif

merasa lebih sulit untuk menegakkan pembatasan perlindungan

selama masih ada akses orang tua.

Carrol Irrizary (2016) menambahkan bahwa seringkali

pengasuh kerabat merasa tertekan saat mengurus izin dalam

mengambil alih pengasuhan karena terhalang oleh keluarga

besar yang lain, meskipun ditemukan bahwa mereka terlihat

mengabaikan pada hak-hak dari anak disabilitas.

Fajar (2016) juga menambahkan bahwa meskipun

ikatan emosional antara pengasuh kerabat dan anak adalah

faktor kunci yang memfasilitasi penempatan pengasuhan

kekerabatan, hal ini dapat menyebabkan keengganan pengasuh

untuk menerima keterlibatan organisasi pengasuhan yang

berkelanjutan karena mereka tidak suka diberitahu pada apa

yang mereka lakukan.

Berdasarkan kompleksitas permasalahan dari jurnal

diatas, penulis menyadari bahwa pengasuhan berbasis kerabat

memiliki tantangan dan preasure yang sangat luar biasa. Untuk

10

bisa terus survive, maka diperlukan ketangguhan diri yang kuat

dari para pengasuh kerabat agar di dalam pengasuhan anak

dapat berjalan dengan optimal.

G. Metode Penelitian

1. Pendekatan Penelitian

Metode penelitian kualitatif merupakan suatu metode

yang digunakan untuk menjawab permasalah dalam suatu

penelitian, yang mana berkaitan dengan data-data berupa

pemaparan atau narasi yang bersumber dari kegiatan

wawancara, pengamatan keadaan dan penggalian dokumen yang

terkait (Wahidmurni, 2017).

Seperti yang kita tahu, dalam pengasuhan berbasis

kerabat memiliki berbagai macam tantangan dan kompleksitas

permasalahan yang mengikuti para pengasuh. Oleh karena itu,

penting bagi peneliti untuk memakai metode kualitatif dalam

penelitian tentang ketangguhan diri pengasuh dalam pengasuhan

berbasis kekerabatan di YSI Bintaro agar bisa memastikan

kualitas dari hasil data yang peneliti dapatkan secara tepat dan

akurat.

2. Jenis Penelitian

Adapun jenis penelitian yang digunakan pada penelitian

adalah penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif merupakan

penelitian yang memaparkan gambaran kejadian secara detail

terkait dengan topik yang peneliti ambil, dimana datanya

diambil dengan menggunakan metode observasi, pengamatan

langsung atau survei (Zellatifanny, 2018). Penelitian ini dipilih

11

karena bertujuan untuk mengumpulkan informasi mengenai

ketangguhan diri para pengasuh dalam pengasuhan berbasis

kekerabatan di YSI Bintaro secara lengkap.

3. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian kualitatif, pengumpulan data umumnya

menggunakan metode wawancara, observasi dan dokumentasi.

(Yusuf dalam Kristanto, 1990). Adapun teknik pengumpulan

data yang dipakai dalam penelitian tentang ketangguhan diri

pengasuh dalam pengasuhan berbasis kerabat di YSI Bintaro ini

adalah sebagai berikut :

A. Teknik Wawancara

Wawancara adalah teknik yang dapat digunakan untuk

mengumpulkan data penelitian terkait dengan ketangguhan diri

pengasuh dalam pengasuahan berbasis kekerabatan. Secara

umum, wawancara dapat dikatakan sebagai suatu kejadian atau

suatu proses dalam berinteraksi antara interviewer

(pewawancara) dengan interview (orang yang diwawancarai)

melalui komunikasi secara langsung berupa tatap muka (Yusuf

dalam Kristanto, 1990).

Pada teknik wawancara ini, peneliti akan mewawancarai

5 orang terkait dengan data yang dibutuhkan. Satu orang

merupakan pengurus dari Yayasan Sayap Ibu Bintaro, dimana

data yang akan dicari berupa efektifitas program yang sudah

berjalan di YSI Bintaro untuk kemanfaatan bagi para pengasuh

kerabat dan anak disabilitas.

Dua orang narasumber lainya merupakan para pengasuh

kerabat, dimana data yang akan dicari berupa 3 aspek

12

ketangguhan diri yang dimiliki oleh para pengasuh kerabat

dalam merawat anak disabilitas seperti aspek komitmen, aspek

kontrol dan aspek tantangan.

Aspek komitmen mencakup pengetahuan diri, nada

emosi, kegiatan yang diarahkan untuk mengimplementasikan

pada elemen identitas yang dipilih & memproyeksikan masa

depan pribadi seseorang. Aspek kontrol mencakup pada kontrol

kognitif, kontrol keyakinan & kontrol prilaku. Aspek tantangan

mencakup pada efikasi diri dan mampu menganalisis sebab

akibat pada suatu peristiwa.

Dan tiga orang lainya merupakan orang terdekat dari si

pengasuh, dimana data yang dicari berupa kebenaran atau

kevalidan data dari pengasuh kinship berdasarkan pada aspek

komitmen, kontrol dan tantangan. Adapun 3 orang terdekat dari

pengasuh kerabat yang di maksud adalah anak kandung, istri

dan tetangga.

B. Studi Dokumentasi

Studi dokumentasi merupakan metode pengumpulan data

kualitatif dengan menganalisis dokumen-dokumen. Dokumen

yang dipakai oleh peneliti merupakan dokumen resmi milik YSI

Bintaro dengan kategori eksternal seperti majalah, buku, surat

pernyataan / keterangan dan lainya (Mufida, 2015)

Pada teknik studi dokumentasi, peneliti menggunakan

data-data arsip dokumen tentang kegiatan program supporting

YSI Bintaro untuk anak diluar panti pada tahun 2020-2021. Data

ini sangat berguna untuk peneliti, karena peneliti bisa

13

menganalisis seberapa jauh efektifitas program YSI tehadap

kemanfaatan untuk pengasuh kerabat dan anak disabilitas.

C. Teknik Observasi

Morris (1973, hal 906) mengatakan bahwa teknik

observasi merupakan kegiatan mencatat dari berbagai macam

gejala aktifitas melalui bantuan alat instrumen dan merekamnya.

Adapun fungsi dari teknik observasi secara rinci dijelaskan oleh

Rachmat (2005, hal 84) yang terdiri dari deskripsi, mengisi, dan

memberikan data yang dapat digeneralisasikan.

Deskripsi, berarti hasil dari teknik observasi digunakan

untuk menjelaskan secara rinci fenomena aktifitas yang terjadi.

Mengisi data, memiliki maksud bahwa teknik observasi

berfungsi untuk melengkapi informasi ilmiah atas fenomena

sosial yang diteliti melalui teknik-teknik dalam penelitian.

Memberikan data yang dapat digeneralisasikan merupakan

setiap kegiatan penelitian dari sunjek yang diteliti, sehingga dari

gejala-gejala tersebut, peneliti dapat mengambil suatu hasil dan

kesimpulan (Baskoro, 2009).

Dalam penelitian ini, teknik observasi yang dipakai oleh

peneliti adalah teknik observasi partisipan. Alasan mengapa

teknik ini dipakai karena peneliti ingin mengeksplorasi lebih

dalam mengenai ketangguhan diri para pengasuh berbasis

kerabat dalam merawat anak disabilitas.

Adapun yang ingin peneliti observasi berupa mengamati

kondisi kesehatan dari pengasuh, mengamati mimik / raut wajah

dari pengasuh saat menceritakan dan menyelesaikan

permasalahan dalam merawat anak disabilitas, mengamati

14

kondisi tubuh dari anak disabilitas selama dirawat oleh

pengasuh kerabat, mengamati langsung kemandirian apa saja

yang sudah bisa dilakukan oleh anak dan mengamati fasilitas

yang ada di YSI Bintaro.

D. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian yang dipilih dalam mencari sumber

data terkait dengan ketangguhan diri pengasuh dalam

pengasuhan berbasis kekerabatan (Kinshipcare) adalah Yayasan

Sayap Ibu Bintaro. Alasan peneliti memilih YSI Bintaro sebagai

tempat penelitian, karena YSI Bintaro sendiri telah

mengembangkan pengasuhan non-kelembagaan untuk anak

penyandang disabilitas sejak tahun 2011 dan mereka secara

khusus membina anak didalam panti maupun diluar panti

termasuk pengasuhan berbasis kekerabatan (Kinshipcare).

Program yang YSI miliki pun cukup mendukung untuk

para pengasuh kerabat, seperti adanya tempat fasilitas

rehabilitasi & habilitasi untuk anak, pendidikan formal & non-

formal, program keluarga pra sejahtera, sosialisasi & publikasi,

dan terakhir adalah berbagai macam terapi yang telah difasilitasi

oleh YSI Bintaro seperti fisioterapi, hydroterapi, okupasi terapi,

terapi wicara dan terapi bermain (Fachmi, 2021).

2. Waktu Penelitian

Waktu penelitian yang dipilih oleh peneliti terhitung

sejak bulan Juni 2021 sampai dengan Agustus 2021. Dalam

kurun waktu tersebut, peneliti melakukan penelitian dengan

15

melakukan observasi secara langsung ke YSI Bintaro dan rumah

para pengasuh kerabat, melakukan wawancara untuk

mendapatkan data yang peneliti butuhkan serta pengumpulan

studi dokumentasi dari dokumen resmi milik YSI Bintaro.

E. Teknik Pemilihan Informan

Teknik pengumpulan data merupakan cara yang

digunakan oleh peneliti untuk mengumpulkan data-data

penelitian dari sumber data (subjek maupun sampel penelitian).

Maka dari itu, diperlukan para informan-informan agar bisa

digali informasi dan datanya terkait dengan topik penelitian

ketangguhan diri pengasuh dalam pengasuhan berbasis

kekerabatan (Kinshipcare) di YSI Bintaro. Pengumpulan data

ini nantinya digunakan sebagai dasar untuk menyusun

instrumen penelitian (Yusuf dalam Kristanto, 1990).

Pada teknik pemilihan informan, peneliti telah

mengelompokan terkait data apa saja yang peneliti butuhkan.

Sehingga, narasumber yang dipilih oleh peneliti diharapkan bisa

sesuai dengan data yang akan dibutuhkan oleh peneliti. Adapun

informan yang telah peneliti ambil terdiri dari :

1. Pengurus YSI Bintaro

Informasi yang dicari oleh peneliti dari para

pengurus di YSi bintaro adalah dengan melihat program-

program yang YSI buat, khususnya program untuk para

pengasuh berbasis kerabat dengan melihat pada

efektifitas, ketepatan dan manfaat untuk para pengasuh

kinship dan anak disabilitas.

16

2. Pengasuh Kinship

Informasi yang dicari oleh peneliti adalah melihat

kelengkapan pada 3 aspek ketangguhan diri berupa aspek

komitmen, aspek kontrol dan aspek tantangan.

3. Orang Terdekat Pengasuh

Data yang dicari berupa kebenaran atau kevalidan

data dari pengasuh kinship dengan berdasarkan pada

aspek komitmen, aspek kontrol dan aspek tantangan.

Tabel 1.1

Informan

No Informasi yang dicari Informan Jumlah

1 Melihat program-program

yang YSI Bintaro buat,

khususnya program untuk

para pengasuh berbasis

kerabat dengan melihat pada

efektifitas, ketepatan dan

manfaat untuk para pengasuh

kerabat dan anak disabilitas.

Pengurus YSI

Bintaro

1

2 Melihat ketangguhan diri

pengasuh kerabat dengan

mempergunakan pada 3 aspek

ketangguhan diri berupa

komitmen, kontrol dan

tantangan.

Pengasuh berbasis

kekerabatan

2

17

3 Trianggulasi data para

pengasuh kerabat dengan

mempergunakan aspek

komitmen, kontrol dan

tantangan.

Orang terdekat

kerabat

2

Jumlah 5

F. Teknik Pengolahan dan Analisa Data

Analisa data merupakan tahap pertengahan dari

serangkaian tahap didalam suatu penelitian yang mempunyai peran

sangat penting. Hasil data penelitian yang telah dilakukan wajib

untuk diproses terlebih dahulu agar nantinya dapat dipertanggung

jawabkan keabsahan datanya. Mengacu pada konsep Milles dan

Huberman tentang langkah-langkah dalam menganalisis data

sebagai berikut :

1. Reduksi Data

Berikut merupakan langkah-langkah dalam

menganalisis data selama masa pengumpulan data menurut

Miles dan Huberman.

a. Meringkas data-data dari kontak langsung dengan orang,

kejadian peristiwa dan situasi langsung di lokasi

penelitian. Pada langkah pertama ini termasuk pula

memilih dan meringkas dokumen yang relevan.

b. Pengkodean.

c. Membuat catatan objektif. Peneliti harus mencatat

sekaligus mengelompokan data-data yang telah

didapatkan.

18

d. Membuat catatan-catatan reflektif dengan memisahkan

antara catatan objektif dengan catatan reflektif.

e. Membuat catatan marginal

f. Penyimpanan data.

g. Membuat memo dari hasil analisia data. Adapun memo

yang dimaksud Miles dan Huberman adalah teoritisasi ide

atau konseptualisasi ide yang dimulai dengan

pengembangan porposisi / pendapat.

h. Analisis antarlokasi.

i. Pembuatan ringkasan sementara antar lokasi yang isinya

lebih bersifat matriks (Miles dan Huberman dalam May

Harianti, 2015).

2. Tahap Penyajian Data

Penyajian data diarahkan agar data hasil reduksi

terorganisirkan, tersusun dalam pola hubungan, sehingga

makin mudah dipahami dalam merencanakan kerja penelitian

selanjutnya. Pada langkah ini, peneliti berusaha menyusun

data yang relevan sehingga menjadi informasi yang dapat

disimpulkan dan memiliki makna tertentu.

Prosesnya dapat dilakukan dengan cara

menampilkan data, membuat hubungan antar fenomena untuk

memaknai apa yang sebenarnya terjadi dan apa yang perlu

ditindak lanjuti dalam mencapai tujuan penelitian. Penyajian

data yang baik merupakan satu langkah penting menuju

tercapainya analisis kualitatif yang valid dan handal (Miles

dan Huberman dalam May Harianti, 2015).

3. Tahap Penarikan Kesimpulan dan Verivikasi

19

Adapun tahap selanjutnya adalah melakukan

penarikan kesimpulan dengan berdasarkan dari hasil temuan

dan melakukan trianggulasi data. Proses inilah yang disebut

dengan verivikasi data karena berusaha untuk

mengumpulkan, dan mengabsahkan berdasarkan dari

trianggulasi data tersebut.

Dengan peneliti mengkonfirmasikan setiap data yang

diperoleh dengan menggunakan satu cara atau lebih agar

didapatkan data yang berkualitas, maka diharapkan peneliti

memperoleh hasil informasi yang bisan digunakan untuk

mensupport tercapainya tujuan dari penelitian tentang

ketangguhan diri pengasuh dalam pengasuhan berbasis

kekerabatan di YSI Bintaro (Miles dan Huberman dalam May

Harianti, 2015).

H. Sistematika Penulisan

Penulisan skripsi ini menggunakan buku Pedoman

Penulisan Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis dan Disertasi) Keputusan

Rektor Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

Nomor 507 Tahun 2017 yang terdiri dari enam bab yang saling

terikat satu sama lain. Adapun sistematika penulisan penelitian

ini, sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN

Terdiri dari Latar Belakang Masalah , Batasan

Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian,

20

Kajian Literatur, Metode Penelitian, Waktu dan

Lokasi Penelitian, dan Sistematika Penelitian.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

Terdiri dari Landasan Teori, Kajian Pustaka, dan

Kerangka Berpikir

BAB III GAMBARAN UMUM LATAR PENELITIAN

Bagian ini terdiri dari profil Lembaga Yayasan

Sayap Ibu Bintaro, penjabaran detail terkait

dengan para pengasuh berbasis kekerabatan dan

detail program lembaga secara umum.

BAB IV DATA DAN TEMUAN PENELITIAN

Berisi uraian penyajian data dan temuan penelitian

terkait dengan ketangguhan diri pengasuh dalam

pengasuhan berbasis kekerabatan di YSI Bintaro

BAB V PEMBAHASAN

Bagian ini berisi uraian yang mengaitkan latar

belakang, teori dan rumusan teori baru penelitian.

BAB VI PENUTUP

Bagian ini terdiri dari kesimpulan dan Saran.

21

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Ketangguhan Diri

1. Pengertian Ketangguhan Diri

Ketangguhan diri merupakan suatu karakter kepribadian

yang memiliki daya tahan terhadap peristiwa yang

mengakibatkan perasaan stress / depresi. Ketangguhan diri

merupakan kekuatan yang dimiliki oleh setiap seseorang

sebagai bentuk pertahanan dalam menghadapi tekanan stress,

perasaan cemas dan depresi (Fatturahman, 2013).

Seseorang yang memiliki ketangguhan diri dapat dilihat

dari tingkat kemandirianya dalam mengambil sikap di setiap

kondisi yang menekan (Preassure situation). Kemandirian

sendiri melibatkan beberapa aspek seperti sikap saling jujur

pada diri sendiri dengan memperhatikan / peduli kepada orang

lain, hal ini bertujuan untuk menjaga keseimbangan dalam

kemandirian tersebut.

Reivich & Shatte dalam Sapti (2019) mengatakan bahwa

individu dapat dikatakan tangguh apabila ia memiliki

kemampuan empati dalam memahami sesama individu sehingga

mampu mengatasi permasalahanya (Sapti, 2019). Benard dalam

Sapti (2019) mendenifisikan ketangguhan diri sebagai bentuk

kemauan untuk bangkit terhadap situasi yang memiliki resiko

terpuruk dengan tingkat yang tinggi. Benard juga mengatakan

bahwa menjadi individu yang tangguh pasti sebelumnya pernah

22

mengalami suatu kegagalan, hingga akhirnya kembali mencoba

bangkit agar bisa sukses.

Sedangkan Grothberg dalam Sapti (2019)

mendenifisikan ketangguhan diri sebagai bentuk kemampuan

seseorang untuk menghadapi, mengatasi, mendapatkan power

(kekuatan) dan bahkan mampu mengupgrade diri agar lebih

baik lagi (Sapti, 2019).

2. Aspek Ketangguhan Diri

Kobasa (1982) mengatakan bahwa ketangguhan diri

memiliki 3 aspek penting, aspek tersebut meliputi komitmen,

kontrol dan tantangan.

1. Komitmen, merupakan kecenderungan seseorang untuk

mengikutsertakan diri ke dalam kegiatan apapun yang

dilakukan dengan penuh tanggung jawab dan tulus.

Komitmen sendiri terbagi kedalam beberapa sub aspek

seperti knowledgeability, emotional tone, activity directed

toward implementing the chosen identity element,

resistance to being swayed & projecting of one’s personal

future (Marcia, 2007).

a. Kemampuan pengetahuan. Mengetahui tentang diri

sendiri, dan paham akan komitmen yang dipilih.

b. Nada emosional. Orang yang telah menentukan

terhadap komitmenya, akan memiliki sikap optimis,

stabilitas dan kepercayaan akan masa depan /

perkiraan progress yang akan didapatkanya.

c. Kegiatan yang diarahkan untuk mengimplementasikan

pada elemen identitas yang dipilih. Melakukan

23

kegiatan-kegiatan yang mengarah pada komitmenya

sebagai bentuk dukungan dan partisipasi aktif dalam

mewujudkan komitmen.

Adapun sub aspek yang harus diperhatikan dalam

melakukan kegiatan yang terfokus pada perawatan

anak meliputi pada pertumbuhan dan perkembangan

(Fasli Jalal, 2013). Aspek perkembangan meliputi

pada kemandirian, yang mana cukup sulit untuk

diukur karena berkaitan langsung dengan kemampuan

sel pada otak anak. Aspek pertumbuhan meliputi pada

tinggi badan dan berat badan.

Adapun indikator dari pertumbuhan anak meliputi

pada berat badan, tinggi badan, pertumbuhan gigi dan

ukuran tulang (Behrman, Kligman, 2000). Faktor gen

orang tua dapat mempengerahui anak di dalam

pertumbuhanya (Dubois, 2012).

d. Memproyeksikan masa depan pribadi seseorang.

Membuat proyeksi untuk kedepanya, dengan

mengetahui kegiatan apa yang ingin dilakukan dalam

jangka waktu panjang (5-10 tahun kedepan) & jangka

pendek.

2. Kontrol, merupakan kecenderungan seseorang untuk

mempercayai bahwa seseorang dapat mengatur kejadian

apapun sesuai dengan kehendak individu tersebut. Kontrol

sendiri terbagi kedalam beberapa sub aspek seperti kontrol

kognitif, kontrol keyakinan dan kontrol prilaku (Averill,

2014).

24

a. Kontrol kognitif. Kemampuan seseorang untuk

menggali informasi yang tidak dibutuhkan.

b. Kontrol keyakinan. Kemampuan seseorang yang

berdasarkan pada keyakinan dalam memilih suatu

tindakan yang diinginkanya.

c. Kontrol prilaku. Kemampuan seseorang untuk

memanipulasi / memodifikasi suatu kejadian yang

menurut dia tidak menyenangkan, sehingga terdapat

situasi dalam pengendalian kejadian tersebut.

3. Tantangan, merupakan kecendrungan untuk menganggap

suatu perubahan dalam hidupnya sebagai hal yang

diwajarkan, individu yang senang akan tantangan

merupakan orang-orang yang bisa bersikap secara

dinamis, dimana mereka memiliki keinginan untuk

selangkah lebih maju. Tantangan sendiri terbagi kedalam

beberapa sub aspek seperti efikasi diri dan analisis sebab-

akibat (Mayasari, 2014).

a. Efikasi diri. Keyakinan pada kemampuan individu

untuk mengatur dan melaksanakan tindakan yang

diperlukan dalam mengelola situasi prospektif.

b. Analisis sebab & akibat. Kemampuan untuk

menyelidiki dan menganalisis terhadap beberapa

kemungkinan penyebab terjadinya masalah.

Didalam aspek ketangguhan diri, terdapat karakteristik

yang menjadi dasar seseorang dapat memiliki ketangguhan diri.

Conger dalam Faturachman (1990) mengatakan bahwa

ketangguhan diri memiliki karakteristik sikap sebagai berikut :

25

1. Positive Self Value, menunjukan sikap positif yang ada

didalam diri mereka dengan selalu percaya diri, yakin,

optimis dan memiliki penerimaan diri yang baik.

2. Acceptance of Authorit, bisa menyenangkan hati orang

lain dengan upaya yang ia berikan atau lakukan.

3.Positive Interpersonal Relationship, antusias dalam

menjalin relasi dengan orang lain.

4. Spontaneously in Action, menghindari konflik antara

keinginan mandiri dengan tuntutan dari lingkungan.

5. Academically Oriented, senang menambah ilmu

pengetahuan agar terciptanya wawasan yang luas, dan bisa

mengatur waktu dengan baik.

6. Oriented Towards Realistic Goals, mampu

mengesampingkan kepuasan yang sifatnya sementara untuk

mendapatkan kepuasan yang lebih besar di kemudian hari

(Fatturahman, 2013).

3. Faktor Yang Mempengaruhi Ketangguhan Diri

Freud dalam Hidayat (2007) berpendapat ada beberapa

faktor yang memiliki pengaruh penting dalam sikap ketangguhan

diri seperti :

1. Pengalaman Hidup

Pengalaman hidup menunjukkan bahwa perjalanan

hidup seseorang selalu diiringi oleh rangkaian kekecewaan

akibat perpisahan dari kehilangan orang atau objek yang

paling dicintai. Dimulai dari masa kanak-kanak, sang bayi

sudah ditimpa kekecewaan yang akibat dipisah dari susuan

sang ibu. Kekecewaan itu disusul oleh kekecewaan yang lain

26

dan yang paling tragis adalah ketika ditinggal mati oleh orang

terdekat. Namun demikian, justru dengan pengalaman pahit

tersebut pribadi seseorang bisa tumbuh menjadi kuat (Hidayat

2007).

2. Konsep Diri dan Karakter Individu

Menurut Sumarna (2014) menyatakan bahwa

kepribadiaan manusia sangat dipengaruhi oleh tatanan dan

kaidah-kaidah nilai rumit yang secara bertahap terbentuk dari

mulai masih kecil. Namun jika diamati, secara garis besarnya,

perpaduan antara konsep diri dan karakter individu lah yang

membentuk sebuah pola kepribadian yang merupakan bagian

dari kepribadian tangguh. Dimana kepribadian tangguh adalah

sebuah pola kepribadian yang merupakan pertahanan dalam

menghadapi kondisi yang penuh tekanan dan stress.

3. Pola Asuh yang Demokratis

Setiawati dalam Faturachman (1980) menyatakan

bahwa keluarga sangat mendukung dalam terbentuknya

ketangguhan diri, salah satunya adalah keseharian dalam

mengasuh. Keseharian dalam mengasuh sangat mempercepat

dalam terbentuknya sikap seperti konsep diri positif, perasaan

optimis, sikap kemandirian dll.

4. Tingkat Religiusitas Individu

James dalam Ancok & Suroso (2005) menyatakan

bahwa terapi yang terbaik untuk keresahan setiap jiwa adalah

dengan meningkatkan keimanan pada tuhan. Lebih lanjut,

James mengatakan bahwa seseorang yang paham akan

27

religious, umumnya akan terlindungi dari keresahan hati yang

membelenggu, selalu terjaga keseimbangan.

B. Pengasuh

1. Pengertian Pengasuh

Hastuti mengatakan bahwa pengasuh merupakan suatu

pengalaman yang melatih keterampilan dan tanggung jawab dalam

merawat dan mendidik individu. Peran pengasuh harus memiliki

kualifikasi keterampilan berupa kemampuan dalam memberikan

pelayanan, serta kemampuan pengasuhan untuk berperan sebagai

orang tua pengganti (Riana Cristin, 2016).

Pengasuh mempunyai peran yang penting dalam

membentuk perkembangan seorang anak. Hubungan kelekatan

yang pengasuh bangun dengan anak, diharapkan dapat terjalin

suatu ikatan emosional. (Evanke, 2017). Hal ini juga selaras

dengan teori yang menyebutkan bahwa pola asuh orang tua sangat

mempengaruhi pada kemandiran anak (Hurlock, 1990).

Adapun konsep dari pengasuhan itu sendiri terdiri dari

beberapa pengertian, seperti:

A. Pengasuhan memiliki tujuan untuk membantu

pertumbuhan dan perkembangan anak secara baik, entah

itu dari fisiknya, mentalnya maupun interaksi sosialnya.

B. Proses interaksi antara pengasuh dengan anak

merupakan sebuah proses interaksi yang harus terus

dilakukan (berkenlanjutan)

C. Pengasuhan merupakan suatu proses dalam bersosialisasi

(Ibid, hal 5).

28

2. Macam-macam Pola Pengasuhan

Baumrind dalam Yusuf (2015) mengatakan bahwa pola

pengasuhan terdapat 3 macam, diantaranya sebagai berikut :

A. Pola Pengasuhan Otoriter

Pola pengasuhan ini sangat condong dalam menetapkan

aturan standar mutlak, dan sifat dari aturan tersebut wajib untuk

diikuti. Adapun bentuk dari pola pengasuhan ini sangat

menekankan padaorang tua yang selalu mengawasi serta

mengontrol kepada anak agar bisa ditaati (komando penuh, dengan

melakukan sesuatu tanpa adanya kompromi).

Biasanya, pada pola pengasuhan ini sering disertai dengan

pemberian human secara fisik. Pola pengasuhan ini sifatnya sangat

kaku, dan orang tua cenderung berubah menjadi emosional bila

anak tidak mau menuruti standar aturanya.

B. Pola Pengasuhan Demokratis

Pola pengasuhan ini sangat memperioritaskan pada apa

yang menjadi kehendak anak. Orang tua yang menganut pola

pengasuhan ini sangat bersikapmresponsif terhadap keinginan

anak, serta memberikan penjelasan terkait apa dampak baik

maupun buruk dari keinginan anak tersebut. Adapun sikap yang

akan muncul kepada anak karena pola pengasuhan demokratis ini

adalah :

- Anak sangat bersikap bersahabat dan terbuka, terutama

dengan orang tua mereka.

- Anak memiliki sikap percaya diri yang tinggi dalam

menentukan keputusan.

29

- Anak mampu untuk mengontrol setiap situasi dan

mengendalikan diri.

- Anak bisa bersikap sopan terhadap orang lain dan mau

untuk kooperatif dalam bekerja sama.

- Anak memiliki rasa ingin tahu yang tinggi, dan memiliki

tujuan hidup yang terarah.

- Anak sangat berorientasi terhadap setiap prestasi.

C. Pola Pengasuhan Permisif

Pola pengasuhan ini merupakan bentuk pengasuhan yang

memberikan kebebasan kepada anak untuk mengatur dirinya

sendiri. Tanggung jawab sangat tidak berlaku dalam pola

pengasuhan ini, dan juga orang tua tidak banyak mengontrol

kepada setiap perilaku anak. Adapun sikap yang muncul kepada

anak akibat pola pengasuhan ini adalah :

- Anak menjadi agresif dan bersikap implusif.

- Anak akan sering memberontak bila keinginanya.

- Anak memiliki sikap percaya diri yang rendah.

- Anak menjadi senang untuk mendominasi.

- Arah hidupnya cenderung tidak mengetahui.

Berdasarkan dengan macam pola pengasuhan diatas,

dapat disimpulkan bahwa pengasuhan jenis apapun sangat

mempengaruhi prilaku anak. Pola pengasuhan juga dapat

mempengaruhi aspek-aspek dalam perkembangan anak. Oleh

karena itu, peneliti mengharapkan adanya pemahaman untuk para

pengasuh berbasis kekerabatan agar senantiasa memilih pola

pengasuhan yang tepat, sehingga sikap dari anak tersebut dapat

menjadi baik sesuai dengan harapan dari si pengasuh tersebut.

30

C. Kekerabatan (Kinshipcare)

1. Pengertian Kekerabatan (Kinship Care)

Latar belakang dari munculnya kekerabatan berasal dari

suku kata ‘’kerabat’’. Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI)

memiliki arti yang berupa adanya ikatan pertalian keluarga,

ikatan darah, keturunan dll. Tri Rahma (2019) menyebutkan

bahwa kekerabatan merupakan kata yang diawali imbuhan “ke”

dan diakhiri dengan imbuhan “an” dengan mempunyai arti

berhubungan antar sesama keluarga sebagai pemerkuat adanya

ikatan hubungan yang berdasarkan dari sumber yang sama, baik

itu satu nenek, satu ibu, satu ayah dll (Tri Rama, 2019).

2. Macam-Macam Sistem Kekerabatan

Ibid (hal, 125-126) mengemukakan bahwa system

kekerabatan terbagi menjadi 3 jenis, yaitu :

A. Sistem Kekerabatan Parental

Pada system kekerabatan parental, anak berusaha untuk

saling terhubung dengan orang tuanya, dan anak juga saling

terhubung dengan kerabat terdekatnya secara tidak langsung.

Didalam sistem kekerabatan parental, para orang tua dengan

kerabat memiliki aturan sendiri yang ditetapi dalam hal

mengurus perkawinan, pemberian nafkah untuk keluarga, saling

menghormati kepada orang-orang yang telah ditentukan,

maupun dalam hal pembagian waris. Budaya kerabat parental

sering ditemukan pada masyarakat di daerah Jawa, Sulawesi,

dan Kalimantan.

B. Sistem Kekerabatan Patrilineal

31

Pada system kekerabatan patrilineal, anak berusaha

untuk saling terhubung dengan ayah kandung yang berdasarkan

dari garis keturunan pihak laki-laki. System kekerabatan

patrilineal ini juga saling terhubung dengan para kerabat dari

pihak ayah berdasarkan dari garis keturunan pihak laki-laki.

Didalam masyarakat patrilineal, mereka beranggapan

bahwa posisi kedudukan mereka lebih tinggi dari pada

perempuan, sehingga dalam urusan hak-hak pembagian harta,

hak istimewa dll biasanya laki-laki akan mendapatkan bagian

yang lebih banyak. Budaya kerabat patrilineal sering ditemukan

pada masyarakat Batak dan Bali.

C. Sistem Kekerabatan Matrilineal

Pada system kekerabatan matrilineal, anak berusaha

untuk saling terhubung dengan ibu kandungnya yang

berdasarkan dari garis keturunan pihak dari perempuan. System

kekerabatan matrilineal ini juga terhubung dengan kerabat dari

pihak ibu yang berdasarkan dari garis keturunan perempuan.

Didalam masyarakat matrilineal, mereka beranggapan

bahwa garis keturunan dari ibu dianggap lebih terhormat,

sehingga menimbulkan hubungan interpersonal yang jauh lebih

melekat dengan kerabat terdekatnya berdasarkan dari garis

keturunan pihak ibu. Sehingga, dalam hal urusan pembagian

harta maupun hak-hak istimewa, pihak perempuan cenderung

mendapatkan bagian lebih banyak ketimbang dengan laki-laki.

Budaya kerabat matrilineal sering ditemukan pada masrakat

Padang, Minangkabau (Ibid, hal 125-126).

32

Berdasarkan dari ketiga system tersebut, menjadi bukti

bahwa Indonesia memiliki system yang beragam didalam pola

kekerabatan. Karena beragamnya system kekerabatan ini, akan

menciptakan rasa cipta, karsa dan karya dengan saling

bertoleransi kepada perbedaan tersebut, sikap saling

menghormati dengan beragamnya perbedaan tersebut sudah

sejak dahulu menjadi symbol dan ciri khas dalam masyarakat di

Indonesia. Sistem kekerabatan tersebut akan menjadi penguat

terhadap norma-norma yang diluhurkan, serta menjadi landasan

hidup dalam bermasyarakat.

D. Disabilitas

1. Pengertian Disabilitas

Nurakhmi (2019) mengatakan bahwa anak yang

memiliki disabilitas merupakan bagian dari adanya

keberagaman didalam manusia. Adanya keberagaman tersebut,

bukan malah menjadi saling membeda-bedakan sehingga

munculnya sikap intoleran didalam bermasyarakat.

Semua manusia dianggap sama didalam kedudukanya,

seperti pria-wanita, tinggi-pendek, orangtua-anak, hitam-putih,

begitupun dengan manusia normal dengan yang memiliki

disabilitas. Sebab, para penyandang disabilitas pastinya

memiliki hak-hak yang sama terkait dengan akses pelayan,

seperti halnya manusia normal dapatkan. Dan tiap manusia,

tentunya tidak senang bila ia merasa dibedakan, dibatasi,

dicabut haknya apalagi sampai dihilangkan.

33

Adapun istilah dari disabilitas, berbeda dengan istilah

dari cacat. Dalam perkembanganya, istilah disabilitas datang

untuk merubah dari kalimat cacat yang selama ini konotasinya

cenderung kasar dan negative yang sangat identik dengan kata

tidak normal, hancur dan rusak (Nurakhmi, 2019).

2. Mengenali Disabilitas

Sederhananya, Nurakhmi (2019) menjelaskan bahwa

para penyandang disabilitas dapat dikenali dengan melihat dari

2 aspek seperti aspek perkembangan dan aspek fisik. Umumnya,

aspek fisik paling mudah untuk dikenali dalam melihat adanya

disabilitas, karena aspek fisik sifatnya bisa dilihat secara

langsung oleh mata seperti tunanetra, downsyndrome maupun

hilangnya bagian anggota dalam tubuh (entah itu kaki, tangan

dll). Sedangkan, dalam melihat aspek perkembangan

dibutuhkan keterlibatan dari para ahli disabilitas untuk

mengenali adanya tanda-tanda dari disabilitas (Nurakhmi,

2019).

Setiap orang tua harus mulai memperhatikan jika

merasa anaknya memiliki perbedaan dalam aspek seperti

kognitif, motorik, bahasa, personal sosial / belum menguasai

kemampuan yang sudah seharusnya bisa dilakukan oleh anak

normal lainya. Dan dari sekian banyaknya aspek perkembangan,

terdapat tanda-tanda bahaya dalam proses tahap

perkembanganya (Nurakhmi, 2019).

Adanya hambatan dalam bergerak, biasanya terjadi

karena ditemukan gangguan dalam koordinasi, hambatan

sensorik, kelemahan dalam tubuh, maupun kemampuan memori

34

rendah dalam mengingat. Hambatan bisa juga disebabkan

karena adanya kemampuan bahasa dan bicara yang berbeda,

perbedaan bahasa dalam berkomunikasi, dan juga

perkembangan variatif dalam hal kognitif. Apabila tanda-tanda

tersebut ditemukan pada anak, maka anak tersebut dapat

terindikasi memiliki disabilitas didalam perkembanganya

(Nurakhmi, 2019).

3. Mengenali Jenis-Jenis Disabilitas

A. Anak Penyandang Disabilitas Fisik

Pengertian dari disabilitas fisik menurut Nurakhmi

(2019) adalah suatu kehilangan yang dimiliki oleh bagian tubuh,

entah itu hanya sebagian maupun keseluruhan bagian tubuh

yang hilang yang mempengaruhi fungsi dalam bergerak

(motorik) seperti berbicara, pergerakan kaki maupun dan lain-

lainya.

Penyebab seseorang memiliki disabilitas bisa

disebabkan karena rusaknya pusat motoric seseorang yang ada

di bagian otak sehingga menimbulkan dampak pada

kemampuan lainya seperti bergerak, bentuk tubuh yang tidak

sempurna, otot yang mengalami kerusakan, dan permasalahan

dalam hal persendian (Nurakhmi, 2019).

Nurakhmi (2019) menjelaskan bahwa penyandang

disabilitas fisik dapat dilihat langsung dengan mengetahui

adanya kerusakan, kehilangan, dan tidak lengkapnya pada

anggota tubuh seseorang. Adapun disabilitas fisik terbagi

kedalam beberapa jenis seperti Celebral Palsy, Spina Bifida,

Amputee, Poliomyelitis, dan Epilepsi.

35

B. Anak Penyandang Tunanetra

Nurakhmi (2019) mengatakan bahwa seseorang yang

mengalami kesulitan dalam penglihatan, dimana terdapat

gangguan yang mengakibatkan tidak berfungsinya mata untuk

melihat segala sesuatu dinamakan disabilitas sensorik

penglihatan atau yang biasa disebut dengan kondisi Tunanetra.

(Nurakhmi, 2019).

Seseorang yang memiliki Tunanetra mampu untuk

membedakan hal-hal disekitar lingkunganya dengan melalui

dari suara-suara yang dihasilkan, atau aroma yang dihasilkan,

atau juga dari sentuhan-sentuhan. Hal ini bertujuan untuk

mengeksplorasi lingkungan sekitarnya, walaupun indra

penglihatan tidak berfungsi. Demikian itulah merupakan proses

belajar yang dilakukan oleh para penyandang disabilitas

sensorik penglihatan (Tunanetra) ditengah keterbatasan melihat

yang mereka miliki.

Secara visual, anak yang memiliki disabilitas

Tunantera dapat terlihat dari perbedaan kondisi bola matanya

dari orang biasanya, dimana terlihat pada pola matanya tidak

memiliki bola mata, dan kondisi dari mata tersebut mengalami

keruhan / pucat. Namun ada beberapa kasus berbeda, dimana

penyandang Tunanetra memiliki bola mata yang baik seperti

orang lainya, namun mereka tetap tidak bisa untuk melihat.

Kondisi pada disabilitas Tunanetra dapat dilihat dari

cara berjalanya yang terkesan tidak beraturan dan sering

membentur objek seperti tembok, pohon, rumah dan lainya.

36

Secara detailnya, tunanetra dapat terlihat melalui ciri-ciri

sebagai berikut :

1. Penyandang tunanetra tidak mampu untuk

fokus memperhatikan objek pada jarak kurang

dari satu meter.

2. Penyandang tunantera tidak mampu untuk

mengikuti objek yang dilihat, dimana sifat dari

objek tersebut bisa bergerak seperti kendaraan

roda 2, 4, orang berjalan dan lainya.

3. Penyandang tunanetra tidak mampu untuk

mengambil objek yang diinginkanya secara

akurat.

4. Penyandang tunantera tidak mampu untuk

meletakan maupun mengambil benda-benda

yang ada disekitarnya.

5. Penyandang tunantera tidak mampu untuk

menunjukan suatu objek tertentu, dan hampir

tidak bisa mengenali pada objek tertentu yang

familiar.

6. Penyandang tunanetra memiliki akses

mobilisasi secara terbatas, dan cenderung

untuk diam ditempat. Kesulitan dalam

mengenali objek bergambar.

7. Penyandang tunanetra tidak mampu menikmati

aktifitas lainya dalam menggambar.

C. Anak Penyandang Tunarungu

37

Nurakhmi (2019) mengatakan bahwa seseorang yang

mengalami gangguan pada pendengaran disebut dengan

penyandang tunarungu. Seseorang dengan penyandang

tunarungu terbagi menjadi dua bagian, yaitu deaf / tuli dan hard

of hearing / kurangnya dalam pendengaran.

Deaf merupakan ketidakmampuan seseorang dalam

mendengar yang tidak bisa digunakan secara total. Artinya,

meskipun menggunakan alat bantu pendengaran sekalipun, ia

tetap tidak bisa mendengar. Sedangkan hard of hearing

merupakan kondisi sesorang, dimana ia masih memiliki

kemampuan untuk mendengar namun dalam presentasi yang

rendah, sehingga walaupun memakai alat pendengaran

sekalipun, mereka masih mampu untuk mendengar.

Gangguan pendengaran terbagi menjadi tiga, yaitu

gangguan pendengaran ringan, sedang dan berat. Gangguan

pendengaran ringan dapat dilihat dari hilangnya pendengaran

pada angka 27 – 40 dB. Gangguan pendengaran sedang dapat

terlihat dari hilangnya pendengaran pada angka 41 – 45 dB.

Gangguan pendengaran berat dapat terlihat dari hilangnya

pendengaran pada angka 56 – 70 dB.

Berikut merupakan indikasi yang dapat dikenali kepada

seseorang yang memiliki kerusakan dalam pendengaran /

tunarungu, seperti berikut ini :

1. Penyandang tunarungu tidak bisa merespon

pada suara, baik itu yang lembut maupiun

keras sekalipun. tidak mampu merespon suara

yang lembut

38

2. Penyandang tunarungu akan berhenti babbling

setelah memasuki usia enam hingga delapan

bulan.

3. Penyandang tunarungu tidak memiliki minat

pada mainan yang memiliki suara seperti

mainan handphone, mobil yang memiliki

suara dan lainya.

4. Penyandang tunarungu tidak mampu untuk

mengatakan kalimat seperti ayo, papa / mama

ketika usia enam hingga dua belas bulan.

5. Penyandang tunarungu tidak mampu untuk

memahami gesture yang mewakili kata-kata

seperti memlambaikan tangan sambil

mengucapkan kalimat ‘’dadah’’.

6. Penyandang tunarungu biasanya akan lebih

fokus untuk melihat bibir dari lawan

bicaranya.

7. Penyandang tunarungu tidak mampu untuk

menengok ketika namanya dipanggil dalam

jarak satu meter.

D. Anak Penyandang Disabilitas Intelektual

Nurakhmi (2019) mengatakan bahwa anak penyandang

disabilitas intelektual merupakan kondisi dimana ia mempunyai

kekurangan pada aspek intelektual, dimana IQ mereka sangar

rendah, kurang dari 70 dan mempunyai dua hambatan / lebih

dalam kemampuan ketreampilan yang sifatnya adaktif, seperti

hamabatan dalam akademik, hamabatan dalam berkomunikasi.

39

Dampak yang diakibatkan dari kurangnya kemampuan

intelektual, ditandai dengan terbatasnya seseorang untuk

memahami suatu informasi yang sifatnya abstrak seperti

kesulitan dalam memahami huruf, warna tertentu, tanggal dan

lainya.

Anak yang mengalami disabilitas intelektual, sangat

berbeda dengan anak yang mempunyai keterlambatan dalam

perkembangan. Umumnya, anak yang mempunyai

keterlambatan dalam perkembangan mengalami keterlamabatan

dalam 1 aspek. Seperti contoh, anak yang memiliki usia 3 tahun,

dia sudah bisa berbicara dengan lancar, mempunyai komunikasi

yang baik, sudah bisa mandiri dalam keseharian seperti

mengganti baju, makan dan lainya. Namun, dalam hal berjalan

ia masih memiliki kelemahan karena kondisi tertentu, namun

seiring dengan pelatihan yang diberikan secara intensif, maka ia

pasti akan bisa berjalan dengan baik.

Anak yang memiliki disabilitas intelektual, mempunyai

kondisi yang variatif seperti ringan, sedang dan berat. Berikut

merupakan klasifikasi seorang anak berdasarkan dari tingkat

intelektualnya yang berlandaskan dari hasil tes pada IQ anak,

yaitu :

1. IQ yang rendah : 55-69

2. IQ yang sedang: 40 – 54

3. IQ yang berat: 25 – 39

4. IQ yang sangat berat : < 25

Anak yang memiliki disabilitas intelektual, memerlukan

penanganan yang melibatkan para ahli seperti psikolog, terapi

40

wicara, konsultan saraf anak, ortopedadog dan okupasi terapi.

Semakin banyak ahli yang dilibatkan untuk menangani anak yang

memiliki disabilitas intelektual, maka dapat mempercepat proses

dari kemampuan anak. Namun, tentu saja orang tua memiliki

peranan yang jauh lebih penting dalam perkembangan anak,

disbanding dengan keterlibatan parah ahli, sehingga para orang

tua wajib untuk membantu dalam perkembangan anak.

E. Penyandang Down Syndrom

Nurakhmi (2019) mengatakan bahwa anak yang

mengalami down syndrom memiliki kelainan pada

kromosomnya, ciri khas dari down syndrom dapat dikenali dari

wajah yang berbeda seperti umumnya. Down syndorm dapat

terjadi pada wanita hamil diatas umur 40 tahun, dan ayah pada

umur 50 tahun keatas. Wanita saat mengandung meiliki kadar

hormone estril dan protein yang rendah, sehingga menyebabkan

adanya gangguan pada pembentukan janin. Keturunan dari gen

juga bisa menjadi penyebab anak mengalami down snydrom

(Nurakhmi, 2019).

Anak penyandang down syndrome mengalami banyak

infeksi yang menyertainya, seperti infeksi pada kulit,infeksi pada

saluran nafas, infeksi pada gusi, dan infeksi pada telinga yang

disebabkan kekebalan tubuh yang lebih rendah dibandingkan

dengan anak normal lainya. Dan juga anak dengan penyandang

down syndrome memiliki perkembangan yang lambat dari anak

seumuranya.

Seperti halnya pada anak normal lainya, anak penyandang

down syndrom juga berhak atas akses pelayanan yang layak,

41

karena anak penyandang down syndrome masih mempunyai

kapasitas untuk mengembangkan diri, tumbuh secara baik dan

mampu untuk belajar.

F. Anak Penyandang Disabilitas Mental

Nurakhmi (2019) menjelaskan bahwa disabilitas mental

merupakan suatu gangguan yang ditandai dengan adanya

gangguan pada aspek kontrol dan kognisi yang mengakibatkan

tidak berfungsinya proses bilogis, psikologis, dan perkembangan

(Nurakhmi, 2019).

G. Perilaku Hiperaktif & Gangguan Pemusatan Perhatian

Nurakhmi (2019) mengatakan bahwa anak yang

mengalami perilaku hiperaktif dan gangguan pemusatan

perhatian dapat dikenali dari :

1. Gangguan Pemusatan Perhatian

a. Anak sering mengalami kegagalan dalam

menjalankan tugas tertentu yang diberikan, atau

juga sering tidak fokus pada aktifitas lainya

karena gagal dalam memusatkan perhatian.

b. Anak sering tidak mendengarkan apabila

sedang diajak untuk berkomunikasi secara

langsung.

c. Anak tidak mau untuk mengikuti petunjuk yang

orang lain berikan, dan cenderung gagal dalam

menyelesaikan tugas-tugas.

d. Anak senang untuk menghilangkan /

menyembunyikan benda-benda yang diperlukan

dalam tugas ataupun beraktivitas.

42

e. Anak mudah untuk merespon rangsangan dari

luar, yang mengakibatkan tidak fokusnya anak

dalam mengikuti kegiatan tertentu.

2. Hiperaktif

a. Anak mudah mengalami gelisah yang ditandai

dengan menggeliatnya kaki / tangan ketika ia

sedang duduk.

b. Anak sering untuk meninggalkan tempat

duduknya ketika sedang berada didalam

ruangan / kelas, dimana sedang diharapkan

situasinya untuk tetap duduk.

c. Anak senang untuk memanjat dan berlari /

melakukan tindakan yang berlebihan.

d. Anak mengalami kesulitan saat bersenang-

senang pada waktu senggang dengan lebih

banyak diam.

e. Anak tiba-tiba bergerak dengan sendirinya,

seperti ada mesin yang menjalankan.

f. Anak suka berbicara secara berlebihan. Dalam

kondisi tertentu, terkadang anak hiperaktif

sering berprilaku yang tida normal seperti

memiliki daya tarik pada laki-laki tampan /

wanita cantik, maka ia akan menebar pesona

pada orang tersebut (Nurakhmi, 2019).

H. Anak Penyandang Disabilitas Multiple

Niurakhmi (2019) mengatakan bahwa orang yang

mempunyai 2 jenis disabilitas (dalam kasus tertentu bisa lebih dari

43

dua) disebut dengan penyandang disabilitas multiple. Seperti

contoh kasus, seorang anak balita mempunyai disabilitas fisik yang

menyertainya sejak lahir, namun disisi lain ia juga memiliki

tunarungu. Kondisi tersebut dinamakan dengan disabilitas

multiple, karena terdapat 2 jenis disabilitas yang menyertai yaitu

disabilitas fisik dan tunarungu (Nurakhmi, 2019).

Disabilitas multiple bisa terjadi karena adanya

keterbatasan pada kemampuan tubuh yang mengakibatkan

terjadinya perubahan perkembangan yang tidak normal, dimana

aspek gerak motorik, visual, auditori tidak berfungsi, hal ini bisa

membuat seseoarang memiliki disabilitas lebih dari 1. Adapun

proses dari terciptanya disabilitas multiple bisa disebabkan karena

gen, bawaan dari lahir dan kecelakaan.

Nurakhmi (2019) mengatakan bahwa anak dengan

disabilitas multiple berbeda dengan anak yang mengalami

keterlamabatan dalam perkembanganya. Keadaan kondisi pada

anak yang mengalami keterlambatan perkembangan mempunyai

makna pada 2 / lebih pada aspek perkembangan, yangb terdiri dari

motor halus, motor kasar, gaya berbicara atau bahasa dan

kemandirianya. Sedangkan disabilitas multiple terjadi karena

adanya kondisi dari seseorang yang memiliki disabilitas lebih dari

1 yang disebabkan karena gen, bawaaan dari lahir / kecelakaan.

I. Tingkatan Disabilitas

Berdasarkan derajat kedisabilitasannya, penyandang

disabilitas dapat dikelompokkan menjadi disabilitas berat, sedang

dan ringan. Penyandang disabilitas berat (PDB) adalah penyandang

disabilitas yang kedisabilitasannya sudah tidak dapat direhabilitasi,

44

tidak dapat melakukan aktivitas kehidupannya sehari-hari dan

sepanjang hidupnya tergantung pada bantuan orang lain, dan tidak

mampu menghidupi diri sendiri.

Penyandang disabilitas sedang adalah penyandang

disabilitas yang sebagian aktivitasnya memerlukan bantuan orang

lain atau alat bantu, dan dalam melaksanakan aktivitasnya

tergantung penuh terhadap pengawasan orang lain. Penyandang

disabilitas ringan adalah penyandang disabilitas yang mampu

melaksanakan aktivitasnya secara mandiri dan mampu mengatasi

kesulitanya tanpa alat bantu (Rahayu, 2011).

E. System Support

1. Definisi Support System

Pada dasarnya, tiap seseorang pasti akan mengalami titik

terendah dalam hidupnya yang disebabkan oleh berbagai macam

faktor, terkadang sesorang sulit untuk menyelesaikan permasalahan

/ kesulitanya yang mengakibatkan adanya keputusasaan. Maka dari

itu, dukungan dari orang lain (support system) sangat dibutuhkan

oleh tiap-tiap individu untuk membantu menyelesaikan /

menemukan jalan keluar dari permasalahanya (Adelle, 2020).

Support system adalah dukungan yang diberikan oleh

orang-orang terdekat kita dalam membantu, menyelesaikan,

menemukan jalan keluar terhadap permasalahan yang dialami,

adapaun orang-orang terdekat yang ada disekitar seseorang

tersebut terdiri dari sahabat, teman, pasangan, kerabat dan lainya

(Viguerra, 2014).

45

Dukungan sosial / support system didefinisikan sebagai

saran, bantuan, pemberian informasi verbal & non-verbal yang

diberikan oleh orang-orang disekitarnya, dimana kehadiran orang

tersebut memberikan manfaaat pada keuntungan aspek emosional

yang mana mempengaruhi tingkah laku (Gottlib,1983).

Byrne & Baron (1997) juga menambahkan bahwa support

system dapat didefinisikan sebagai perasaan aman & nyaman yang

diberikan oleh orang terdekat kepada seseorang dalam

menyelesaikan suatu permasalahan. Individu yang mendapatkan

dukungan dari orang terdekat akan jauh lebih tepat dan efektif

dalam karena mendapatkan dukungan akan lebih efektif dalam

menyelesaikan permasalahanya, ketimbang menyelesaikan secara

sendiri.

2. Aspek Support System

Adapun aspek-aspek dari support system menurut

Jhonson (2014) terdapat 4 aspek yang terdiri dari :

1. Perhatian Emosonal, perhatian emosional ini

mencakup pada beberapa sub aspek seperti

penerimaan kasih sayang, penerimaan kenyamanan

dan mempercayai terhadap orang terdekatnya. Jika

semua sub aspek tersebut dapat dipenuhi, maka

individu tersebut emosionalnya akan stabil karena

merasa diperhatikan dan dicintai.

2. Bantuan Instrumental, bantuan instrumental

meliputi pada bantuan secara langsung, seperi bantuan

jasa dan bantuan barang.

46

3. Dukungan Penilaian, dukungan penilaian sangat

dibutuhkan oleh tiap seseorang sebagai bahan evaluasi

terhadap kinerja / perilaku, adapun penilaian

mencakup pada respon timbal balik & persetujuan

terhadap gagasan dan tindakan dari individu tersebut.

3. Komponen Support System

Menurut Weis (2015), support system memiliki 6

komponen seperti :

a. Emotional Attachment : Jenis komponen ini

memungkinkan individu untuk mendapatkan

kerekatan aspek emosional dari orang terdekatnya.

b. Social Integration : Jenis komponen ini

memungkinkan seseorang untuk mendapatkan

perasaan diterima oleh kelompok tertentu,

sehingga timbul sikap dalam berbagi minat dan

aspirasi kepada kelompok tersebut.

c. Reassurance Of Worth : Mendapatkan

pengakuan dari pihak lain.

d. Reliable Reliance : Mendapatkan jaminan

bantuan dari orang lain, dengan perasaan saling

dapat diandalkan.

e. Guidance : Adanya hubungan bilateral dalam

memperoleh sesuatu yang diinginkan dalam

menyelesaikan permasalahan

f. Opportunity Of Nurturance : Hubungan

interpersonal dengan perasaan akan dibutuhkan

oleh individu lainya.

47

4. Menjaga Hubungan Support System

Berikut ini merupakan tips dalam menjaga hubungan

dengan para support system menurut Mayoclinic (2021) seperti :

a. Berusaha untuk tetap berhubungan dengan para

support system, dan terus menjalin komunikasi secara

intens. Hal ini dapat dilakukan dengan mudah seperti

menelpon ketika sedang mendapat kabar baik &

buruk, memberikan semacam penghargaan / hadiah

ulang tahun sebagai bentuk rasa syukur kita dalam

memiliki support system tersebut, mengajak makan

bersama, melakukan kegiatan bersama dan lainya.

b. Merasa bahagia dan ikut senang ketika support system

kita berhasil mendapatkan / mencapai sesuatu.

c. Jangan terlalu sering untuk meminta pertolongan,

selama itu masih bisa diselesaikan sendiri maka

selesaikan permasalahan tersebut secara mandiri,

karena dengan kita selalu meminta tolong pasti akan

membuat orang terdekat kita perlahan mulai menjauhi

karena permintaan yang membebani tersebut.

d. Mampu meluangkan waktu dan pikiran untuk orang

terdekat kita, dan semata-mata menganggap bahwa

orang tersebut sangat penting untuk kita.

e. Siap sedia ketika orang lain membutuhkan

pertolongan

F. Kemiskinan

1. Definisi Kemiskinan

48

Kemiskinan merupakan standar hidup rendah yang

dimiliki oleh seseorang, dimana memberikan pengaruh / dampak

seperti pendidikan, kesehatan, harga diri dan kehidupan moral

(Suparlan, hal 315, 2004). Kemiskinan adalah situasi yang serba

terbatas, dimana itu terjadi bukan atas kehendaknya dari orang

yang bersangkutan (Supriatna, 1997).

Pengertian lainya diungkapkan oleh ahli yang lain,

dimana kemiskinan merupakan suatu keadaan dari kondisi

seseorang yang mengalami kekurangan, sehingga tidak mampu

untuk memenuhi kebutuhan primer maupun sekundernya (Ritonga,

2015).

Harniarti (2010) mengemukakan bahwa di dalam

kemiskinan terdapat 3 jenis klasifikasi, adapun 3 jenis klasifikasi

tersebut adalah sebagai berikut ;

A. Kemiskinan Alamiah, pemicu utamanya adalah sumber daya

alam yang rendah dan kondisi alam yang buruk, sehingga

banyak dijumpai manusia yang kesulitan ekonomi karena

faktor alam yang tidak mendukung seperti hal nya tanah

gersang, kesulitan air dan iklim cuaca yang berubah.

B. Kemiskinan Kultural, pemicu utamanya adalah karakter dan

sikap dari masyarakat itu sendiri yang tidak mau berusaha

untuk meningkatkan taraf kesejahteraan hidup, umumnya

kemiskinan kultural biasa disebabkan oleh budaya maupun

tradisi yang sudah lama melekat dari diri masyarakat itu

sendiri.

C. Kemiskinan Struktural, pemicu utamanya adalah struktur

sosial maupun tatanan dari lembaga terkait, dimana pembuatan

49

kebijakan maupun aturan memiliki dampak negatif kepada

masyarakat yang menyebabkan terjadinya kemiskinan

(Harniarti, 2010).

Untuk mengetahui bagaimana gambaran tingkatan

kesejahteraan dari suatu keluarga, Zastrow (hal 237, 2000)

menggunakan beberapa cara yang di klasifikasikan sebagai berikut

;

A. Pendekatan Absolut, metode pendekatan ini umumnya

melihat pada batas minimum yang harus dicapai oleh suatu

keluarga, sehingga dapat diketahui gambaran tingkatan

kesejahteraan dari keluarga tersebut. Dengan menggunakan

pendekatan absolut, dapat dengan mudah untuk mengetahui

seluruh jumlah keluarga miskin yang terdapat pada daerah

tertentu.

B. Pendekatan Relatif, metode pendekatan ini umumnya melihat

pada perbandingan pendapatan suatu keluarga dengan

pendapatan rata-rata secara keseluruhan disetiap tempat

(Populasi).

C. Pendekatan Kebutuhan Dasar, metode pendekatan ini

memfokukan pada 2 point utama, yaitu pendapatan tidak dapat

memenuhi aspek jasa kepada tiap keluarga seperti transportasi,

pelayanan kesehatan dll. Lalu pendapatan tidak dapat

memenuhi pada aspek kebutuhan hidup seperti pangan, barang

kebutuhan, rumah dll.

2. Indikator Kemiskinan

Berikut merupakan indikator kemiskinan yang

diungkapkan oleh Harniati (2010), yaitu ;

50

A. Terbatasnya pangan, indikator ini melihat pada

kecukupan pangan dari setiap seseorang atau keluarga,

dengan menilai pada seberapa banyak stok pangan, status

gizi dan asupan kalori.

B. Terbatasnya akses pendidikan, Indikator ini melihat

pada fasilitas pendidikan, mutu pendidikan, biaya dan

kesempatan dalam mendapatkan hak pendidikan.

C. Terbatasnya akses pada pekerjaan. Indikator ini

melihat pada perlindungan asset, upah, asuransi dan

kesempatan kerja / lowongan.

D. Terbatasnya akses layanan perumahan dan sanitasi,

Indikator ini melihat pada kepememilikan rumah layak

huni dan kondisi lingkungan.

E. Terbatasnya akses kesehatan, indikator ini melihat pada

terpenuhinya layanan kesehatan dasar dari masing-masing

individu, layanan reproduksi, fasilitas, mutu layanan,

pengobatan dan perawatan.

F. Beban kependudukan, indikator ini melihat pada

tekanan hidup relatif dan tanggungan keluarga.

G. Terbatasnya akses sumber daya alam, Indikator ini

melihat pada SDA dan kondisi tempat / lingkungan

sekitar.

H. Terbatasnya akses tanah, Indikator ini melihat pada

kepemilikan tanah, struktur kepemilikan dan penguasaan

yang dibuktikan dengan surat hak milik.

I. Terbatasnya akses air bersih, Indikator ini melihat pada

kualitas air, sumber air dan kesulitan mendapatkan air.

51

J. Terbatasnya akses partisipasi, Indikator ini melihat

pada kebijakan dan partisipasi seseorang dalam ikut serta.

G. Kesehatan Jasmani

1. Definisi Kesehatan Jasmani

Kesehatan jasmani adalah kapasitas fungsional atau

kapasitas faali yang dapat meningkatkan taraf kualitas kehidupan

(Sudarno, 1992). Soekidjo (hal 137, 2006) menjelaskan bahwa

untuk meningkatkan dan menciptakan kesehatanya, perlu

dilakukan suatu kegiatan atau upaya yang mendukung pada

kesehatan.

Rusli Lutan (hal 14, 2000) menjelaskan bahwa perilaku

hidup sehat mempengaruhi secara langsung pada peluang

konsekuensi fisik yang lebih baik. perilaku hidup sehat harus

diimbangi dengan aksi atau upaya untuk meningkatkan

kesehatanya (Soekidjo, 2006).

2. Faktor yang mempengaruhi hidup sehat

Soekidjo Notoadmojo (hal 6, 1993) menguraikan faktor-

faktor yang mempengaruhi pada hidup sehat diantaranya adalah ;

a. Kebersihan diri (mandi, membersihkan rambut, memakai

pakaian yang bersih, membersihkan mulut dan gigi

b. Makanan dan minuman (mengatur pola makan, mengatur

komposisi asupan nutrisi dan air bersih)

c. Lingkungan (lingkungan yang bersih dan terawat)

d. Penyakit (memelihara kesehatan dan mengontrol

kesehatan)

3. Komponen kesehatan jasmani

52

Moelyono W (hal 235, 1999) menjelaskan tentang

komponen-komponen dari kesehatan jasmani sebagai berikut ;

a. Daya tahan jantung dan paru-paru

Merupakan kemampuan dari paru-paru dan jantung dalam

mensuplai oksigen terhadap kerja otot.

b. Kekuatan otot

Merupakan kemampuan individu untuk menggunakan

daya tenaga semaksimal mungkin dalam mengatasi

tekanan.

c. Tenaga otot

Merupakan kemampuan individu untuk menggunakan

kemampuan dari ototnya secara maksimal.

d. Kecepatan

Merupakan kemampuan individu untuk melakukan

gerakan secara berkesinambungan dalam waktu yang

telah ditentukan secara singkat.

e. Keseimbangan

Merupakan kemampuan dari tubuh untuk

mempertahankan pada posisinya secara pasif maupun

aktif.

f. Kecepatan reaksi

Merupakan kemampuan individu untuk menangkap

rangsangan atau respon secara singkat.

H. Konsistensi

1. Definisi konsistensi

53

Komponen dari afeksi harus terhubung dengan komponen

dari kognisi, dan harus tetap berjalan secara konsisten (Rossenberg,

2014). Individu berusaha untuk membuat kognisinya secara

konsisten dengan afeksinya. Dengan kata lain, keyakinan individu,

pendirian individu dan pengetahuan individu tentang suatu fakta

ditentukan oleh pilihan afeksinya.

I. Teori Sosialisasi

1. Definisi sosialisasi

Sosialisasi mempunyai definisi sebagai suatu aktivitas

yang ditujukan untuk mempengaruhi dan membujuk masyarakat,

aktifitas sosialisasi tidak hanya menyampaikan tentang informasi,

namun harus memiliki maksud berupa pencarian dukungan dari

lingkungan masyarkat (Arina Amalana, 2016).

2. Tujuan sosialisasi

Ariana (2006) menguraikan bahwa sosialisasi memiliki

tujuan sebagai berikut ;

1. Memperkenalkan apa yang akan di sampaikan

2. Untuk menarik perhatian

3. Tercapainya pemahaman

4. Perubahan sikap

5. Tindakan

J. Sikap

1. Definisi sikap

Sikap manusia adalah indikator yang utama bagi tindakan

perilaku sehari-hari, meskipun masih ada faktor-faktor lain,

seperti keyakinan dan lingkungan seseorang. Rasa dan emosi

54

dimiliki oleh setiap manusia, yang fungsinya untuk mewarnai

hidupnya dengan berbagai macam perasaan dan emosi

(Lovenheim, 2011). Kecenderungan sikap bertindak sesuai

dengan karakternya (Azwar, 1988).

Setiap individu akan membuat reaksi yang beragam ketika

menghadapi permasalahan (Paulpla, 2009). Bagaimanapun situasi

anda, harus selalu memanamkan sikap optimis tentang

permasalahan yang terjadi pada diri anda. Jika krisis atau

kegagalan datang menghampiri anda, maka jadikanlah sebagai

batu loncatan untuk terus maju (Maxwell, 2003).

K. Kemandirian

Kemandirian berasal dari kata “independence” yang

memiliki arti sebagai suatu peristiwa dimana individu tidak

tergantung kepada siapapun dalam menentukan suatu keputusan

(Chaplin, 1996, hlm: 105). Terciptanya kemandirian karena

adanya usaha untuk melepaskan diri agar bisa berdiri sendiri

(Erickson, 2006).

Parker (2006) bependapat bahwa kemandirian tercipta

karena adanya kepercayaan terhadap ide-ide diri sendiri.

Kemandirian berarti tidak memiliki keraguan pada pilihanya.

Pendapat lain menyebutkan bahwa kemandirian merupakan

kemampuan individu untuk mewujudkan kebutuahan dan

keinginanya dengan usahanya sendiri (Gea, 2002).

Kemandirian merupakan kemampuan untuk mengatur

dirinya secara sendiri, seperti mampu menyelesaikan

permasalahanya secara sendiri, mampu mengelola waktu,

55

berjalan dan lainya. Artinya, mereka bisa berdiri sendiri dalam

menyelesaikan permasalahanya tanpa bantuan orang disekitar

(Parker, 2006). Berbicara tentang perkembangan kemandiran, Ali

mengatakan bahwa kemandirian harus berlandaskan pada tujuan

dari hidup manusia (Ali, 2006).

L. Pelaksanaan

1. Definisi pelaksanaan

Westra (2007) mengatakan bahwa pelaksanaan

merupakan bentuk usaha yang dilakukan dalam melaksanakan

semua planning rencana dan kebijakan yang telah dirumuskan.

Bintoro Tjokroadmudjoyo (1998) menjelaskan bahwa

pelaksanaan merupakan suatu proses dalam serangkaian aktifitas

kegiatan, dimana berawal dari kebijakan yang telah ditetapkan

guna mencapai suatu tujuan.

Pelaksanaan bisa di implementasikan jika rencana tersebut

sudah dianggap siap, dan implementasi kepemimpinan sangat

efektif dan efisien dalam mencapai tujuan (Adisasmita, 2018).

Perencanaan harus mencakup kepada serangkaian tindakan

berurutan yang ditujukan kepada bagaimana cara memecahkan

permasalahan di masa mendatang (Wilson, 2008). Taktik, operasi

dan strategi diperlukan untuk mencapai tujuan yang diinginkan

(Erly Suandy, 2001).

M. Pengambilan Keputusan

1. Definisi pengambilan keputusan

56

Pengambilan keputusan merupakan pemilihan alternatif

perilaku tertentu dari dua atau lebih alternatif yang ada ( Terry,

1994). Sementara Wang dan Ruhe (2007) berpendapat bahwa

pengambilan keputusan merupakan proses pemilihan berdasarkan

rasa suka.

Pengambilan keputusan memiliki 3 aspek, sebut saja

pengambilan keputusan melibatkan pada pilihan akhir dari

alternatif, pengambilan keputusan melibatkan dari sejumlah

pilihan dan hasil yang diinginkan (Lunenburg, 2010). Hal penting

dalam pengambilan keputusan adalah mengakui pentingnya

keputusan (Brown, 1984).

N. Tanggung Jawab

1. Definisi tanggung jawab

Individu yang bertanggung jawab merupakan individu

yang sanggup untuk menanggung resiko atas segala segala

perbuatanya. Dengan adanya rasa tanggung jawab, individu yang

bersangkutan akan selalu berusaha untuk menjalankan

kewajibannya melalui potensi diri sendiri. Tanggung jawab

merupakan kesadaran dari seseorang atas perbuatan dan tingkah

lakunya. Tanggung jawab erat kaitannya dengan kewajiban

(Widagdo, 1999).

57

O. Kerangka Berpikir

Komitmen

1. Kemampuan

pengetahuan

2. Nada emosi

3. Kegiatan yang

diarahkan untuk

mengimplementasika

n pada elemen

identitas yang dipilih

4. Memproyeksikan

masa depan pribadi

seseorang

Kontrol

1. Kontrol

kognitif

2. Kontrol

keyakinan

3. Kontrol

prilaku

Tantangan

1. Efikasi diri

2. Analisis

sebab-akibat

Ketangguhan Diri

Pengasuh Dalam

Pengasuhan

Berbasis

Kekerabatan

(Kinshipcare),

Studi Kasus

Kinshipcare Pada

Anak Disabilitas Di

Yayasan Sayap Ibu

Support System

1. Perhatian

Emosional

2. Bantuan

Instrumental

3. Dukungan

penilaian

58

BAB III

GAMBARAN UMUM

A. Pelayanan di YSI Bintaro

1. Alur Penerimaan Anak Non-Panti

YSI Bintaro memiliki pelayanan anak non-panti untuk

para keluarga yang tetap ingin merawat anaknya dirumah, salah

satunya adalah para pengasuh berbasis kerabat, dimana mereka

mendaftarkan diri menjadi warga binaan dari YSI Bintaro (Fachmi,

2021).

Untuk menjadi warga binaan dari YSI Bintaro, tentu ada

yang namanya alur penerimaan untuk anak non panti. Untuk proses

penerimaanya lumayan mudah, karena perwakilan orang tua atu

wali cukup datang ke YSI Bintaro untuk mengisi data-data terkait

dengan penerimaan warga binaan YSI Bintaro seperti surat

legalitas anak.

Setelah pengisian data-data sudah dilengkapi, maka tahap

selanjutnya, perwakilan pihak YSI Bintaro akan melakukan home

visit untuk melakukan assessment kebutuhan, assessment kondisi

lingkungan, assessment sosial & ekonomi yang mana disesuaikan

dengan assessment dari para pekerja sosial.

Setelah proses assessment telah dikumpulkan, maka pihak

YSI akan meninjau pelayanan apa yang paling dibutuhkan oleh

para orang tua kandung / walinya dalam merawat anak disabilitas,

seperti bantuan nutrisi, bantuan modal, alat bantu untuk disabilitas

dll, dan setelah itu pihak YSI bisa memulai untuk memberikan

59

pelayanan sesuai dengan kebutuhan berdasarkan dari hasil

assessment (Fachmi, 2021).

2. Data Anak Non Panti

A. Data keseluruhan anak non panti

Saat ini, anak binaan dari YSI Bintaro berjumlah lebih dari

450 anak, dimana 70% dari angka tersebut merupakan jumlah dari

anak yang berada di luar panti, dimana cakupan wilayahnya

tersebar di beberapa kota seperti DKI Jakarta, Bogor, Depok,

Tangerang dan beberapa provinsi lain yang tersebar diseluruh

kawasan Indonesia (Fachmi, 2021).

B. Data keseluruhan anak non panti yang diasuh kinship

Saat ini, para pengasuh kinship yang menjadi warga

binaan dari YSI Bintaro berjumlah 12 orang, yang terdiri dari

nenek, bibi, kakek & ibu tiri. Mata pencaharian mereka cukup

beragam, dimana ada yang bekerja sebagai serabutan, buruh, SPG,

penjaga villa, honorer dinas kebersihan & jualan gado-gado. Jenis

disabilitas dari si anak juga cukup beragam, yang terdiri dari

Cerebral Palsy (CP), Grahita, Hydrocepalus, Autis &

Micrpchepally (Fachmi, 2021).

3. Program YSI Bintaro

Dalam wawancara peneliti bersama dengan pengurus YSI

Bintaro, Fachmi (2021) mengatakan bahwa YSI Bintaro memiliki

beberapa program supporting dalam mendukung anak non panti.

Program-program tersebut tentunya memiliki fungsi dan

manfaatnya tersendiri. Adapun programnya sebagai berikut :

A. Fasilitas Rehabilitasi & Habilitasi

60

Berdasarkan dari misi YSI itu sendiri, YSI Bintaro telah

menyediakan fasilitas dan prasarana untuk para anak disabilitas

dalam menunjang terciptanya kemandirian dan perkembangan.

Dalam perkembanganya, YSI selalu berusaha untuk meningkatkan

pelayanan yang lebih baik untuk anak binaanya.

YSI Bintaro memiliki rehabilitasi medik dan rehabilitasi

non medik. Rehabilitasi medik, YSI Bintaro memiliki beberapa

ruangan terapi, alat terapi, snoozln room dan kolam hydroterapi.

Untuk rehabilitasi non medik, YSI Bintaro memiliki beberapa

ruang kelas, alat-alat bantu yang di modifikasi sesuai kebutuhan

anak, ruang aula & taman.

B. Pendidikan Formal & Non-Formal

YSI Bintaro menyediakan akses fasilitas pendidikan

kepada anak binaan berupa pendidikan formal dan non-formal,

dimana tujuan dari pendidikan tersebut ialah untuk

mengembangkan semua potensi kemampuan yang anak-anak

miliki ditengah keterbatasan yang mereka miliki.

Proses belajar yang berada di lingkungan YSI Bintaro

dibuat dengan senyaman mungkin agar terciptanya rileksasi kepada

anak disabilitas menuju progress perkembangan yang baik. Selain

itu, para pendamping juga diwajibkan untuk mengevaluasi seluruh

aspek perkembangan seperti strategi dalam mengajar yang tepat.

1. Pendidikan Formal

YSI Bintaro saat ini sudah memiliki sekolah khusus yang

bernama SKH Sayap Ibu, yang mana sudah berdiri selama 4 tahun

(2017-sekarang). Para pengajar dari sekolah ini merupakan para

staff guru kompeten yang berasal dari lulusan pendidikan luar

61

biasa. Saat ini, SKH Sayap Ibu memiliki murid sebanyak 35 anak,

dimana cakupanya adalah 12 anak merupakan murid SD, dan 23

anak merupakan murid SMP.

Kurikulum dari SKH Sayap Ibu sendiri mengacu pada

kurikulum ABK dari kementrian pendidikan, dimana fokus dari

kurikulum ini adalah meningkatkan kemandirian anak. SKH Sayap

Ibu memiliki program PPI (Program perindividual anak) dimana

pada program tersebut, setiap anak akan diliat kondisinya & target

pencapaian kemandiranya. PPI sendiri hampir mirip seperti rapot,

karena tiap anak tentunya berbeda pula target pencapainya.

2. Pendidikan Non Formal

YSI Bintaro memiliki beberapa pendidikan non formal

seperti kelompok bermain & sanggar. Kelompok bermain akan

dikelompokan sesuai dengan usia dan tingkat disabilitas /

intelektual dari anak. Adapun materi yang diberikan akan

disesuaikan dengan kemampuan dari anak.

Sanggar merupakan salah satu program pendidikan

keterampilan yang dimiliki oleh YSI Bintaro, dimana YSI Bintaro

bekerja sama dengan beberapa mitra seperti sanggar tari kursi roda,

sanggar tari suko boyo & sanggar senam yoga. Namun setelah

adanya pandemi covid 19, aktifitas sanggar telah lama

diberhentikan oleh YSI Bintaro.

C. Program Keluarga Pra Sejahtera

YSI Bintaro memiliki program keluarga pra sejahtera

dalam menunjang perkembangan anak disabilitas dan pengetahuan

untuk para pengasuh, termasuk para pengasuh berbasis kerabat.

Pada dasarnya, keluarga pra sejahtera merupakan keluarga yang

62

tergolong belum mampu sesuai dengan indeks kemiskinan yang

berlaku di Indonesia. Adapun program keluarga pra sejahtera

mencakup pada beberapa program sebagai berikut :

1. Family development session (FDS)

FDS merupakan suatu forum keluarga yang disediakan

oleh YSI Bintaro, dimana kegiatanya adalah membahas suatu

permasalahan dalam merawat anak disabilitas dengan mengangkat

topik tertentu, sehingga ditemukan jalan keluar untuk mengatasi

masalah tersebut berdasarkan dari pengalaman keluarga yang lain.

2. Konseling

Konseling terbagi kedalam 2 macam, yaitu konseling

psikologi & konseling pekerja sosial. Konseling dilaksanakan

diluar hari kerja YSI bintaro, seperti hari sabtu-minggu.

Pembahasan konseling umumnya bukan membahas tentang anak,

melainkan tentang permasalahan didalam keluarga seperti adanya

sepasang suami istri, dimana suami tersebut sudah enggan untuk

menerima anaknya yang memiliki disabilitas.

Peran pekerja sosial akan melakukan konseling kepada

suami tersebut, dengan menggunakan metode dari pekerja sosial,

sehingga suami tersebut bisa tersadar dan kembali untuk menerima

anaknya yang memiliki disabilitas. Manfaat dari konseling ini, bisa

memecahkan suatu permasalahan yang sedang dialami oleh para

pengasuh dalam merawat anak disabilitas.

3. Pemeriksaan kesehatan Anak

YSI Bintaro bekerja sama dengan puskesmas, dimana

orang puskesmas akan datang ke YSI Bintaro sesuai dengan jadwal

yang ditentukan. Pihak puskesmas akan memeriksa kondisi

63

kesehatan anak, dan bila memungkinkan akan dibuatkan resep obat

yang nantinya diberikan untuk anak. Bila kondisi kesehatan sangat

memburuk, maka pihak puskesmas akan memberikan surat rujukan

kepada orang tua kandung / wali, agar bisa mendapatkan perawatan

yang lebih tepat.

4. Parenting skill

YSI Bintaro melibatkan para orang tua untuk melakukan

pemberian skill pengasuhan kepada orang tua seperti cara

perawatan anak disabilitas CP dirumah, cara perawatan disabilitas

hydrocephalus dirumah dll. Tujuan dari parenting skill adalah agar

orang tua mampu mengajari kemandirian anak secara mandiri

berdasarkan skill yang telah mereka pelajari, sehingga anak dapat

mencapai target kemandirian.

D. Sosialisasi dan Publikasi

- Relawan memiliki peranan yang penting dalam membantu

anak disabilitas melalui media sosial.

- Menyuarakan hak yang sama bagi anak disabilitas.

- Menghimbau kepada masyarakat sekitar untuk lebih peduli

kepada para anak penyandang disabilitas.

E. Terapi

1. Fisioterapi

Fisioterapi merupakan suatu proses terapi yang dilakukan

oleh anak penyandang disabilitas dengan memiliki gangguan

berupa osteoporosis, sindrom carpal tunel, inkontinensia, gangguan

musculoskeletal, masalah pada punggung, multiple sclerosis, sakit

punggung, arthritis dan sakit kepala. Proses dari terapi ini

dilakukan dengan cara terapi manual, latihan fisik, informasi

64

edukatif dan pengobatan. Tujuan dari fisioterapi adalah

memperbaiki gerakan tubuh dan fungsi-fungsi tubuh (Halodoc,

2019)

2. Hydroterapi

Hydroterapi merupakan suatu metode terapi dimana

media uatamanya adalah air. Media air ini memiliki fungsi untuk

relaksasi pada otak, penguatan otot dan mengurangi pada nyeri.

Para anak binaan yang memiliki disabilitas dengan gangguan

hydrocephalus, baik itu yang ada dipanti maupun non-panti akan

diikutsertakan untuk mengikuti kegiatan hydroterapi (Vincentius,

2020).

3. Okupasi Terapi

Okupasi terapi adalah jenis terapi yang diperuntukan

untuk anak yang memiliki jenis disabilitas fisik dan mental,

dimana anak yang ditangani merupakan anak yang memiliki

gangguan permasalahan pada kejiwaan, ABK, dan anak yang

memiliki keterlambatan pada perkembangnya. Okupasi terapi ini

mengoptimalkan pada fungsi sensorik, motoric, kognitif,

komunikasi dan perilaku pada anak (Intan Ananda Utami, 2019).

4. Terapi Wicara

Terapi wicara merupakan terapi yang menangani pada

gangguan ketidakberfungsianya anggota mulut untuk menelan dan

berbicara. Anak binaan YSI Bintaro yang mengalami kendala pada

berbicara, menelan dan berkomunikasi di wajibkan untuk

mengikuti kegiatan terapi wicara.

Berikut merupakan macam-macam pada gangguan

berbicara sebagai berikut :

65

1. Gagap

2. Apraksia verbal pada anak

3. Gangguan otot orofasial

4. Lsip

5. Gangguan irama pada berbicara

6. Mutisme

Gangguan-gangguan tersebut dikarenakan berbagai macam

faktor yang menyertainya, seperti gangguan pendengaran,

penyalahgunaan obat, cedera pada otak, gangguan pada saraf dan

kelaina pada bibir (Docdoc, 2020). Dan juga, terapi wicara

memiliki tujuan untuk meningkatkan kualitas hidup pada anak

binaan di YSI Bintaro yang mengalami ketidakberfungsian pada

berbicara.

5. Play Terapi (Terapi Bermain)

Eko Wahyu (2020) menyebutkan bahwa play terapi / biasa

yang disebut dengan terapi bermain merupakan teknik terapai yang

memiiki fungsi untuk memperbaiki kondisi pada anak disabilitas

dalam hal kondisi emosional dan psikologisnya.

Secara sekilas, play terapi memang terlihat seperi bermain-

main secara ringan kepada anak umumnya. Namun jika kita bisa

mengamati lebih teliti, terapi bermain ini dapat memudahkan para

pengasuh untuk mengenali permasalahan pada si anak. Melalui

permainan ringan, anak diajarkan untuk mampu mengatasi

permasalahanya serta mengerahkan perilakunya kearah yang lebih

baik. Dan juga, terapi ini sangat efisien karena bisa dilakukan

secara berkelompok atau indidvidu.

66

Berikut merupakan macam-macam kegiatan yang ada pada

teknik terapi bermain atau play terapi ;

1. Memainkan peran drama

2. Bermain music

3. Menggambar dan mewarnai

4. Memainkan peragaan seperti boneka, wayang, atau

topeng

5. Terapi cerita

6. Visualisasi kreatif

7. Melakukan gerakan tarian

8. Membuat suatu objek mainan dari tanah liat (Eko

Wahyu, 2020).

B. Efektifitas Program Supporting YSI Bintaro untuk

Pengasuh Kinship & Anak Disabilitas pada tahun 2020-

2021

Berikut merupakan tabel laporan dari UPD Tangerang

Selatan terkait dengan kegiatan program selama 2020-2021 sebagai

berikut ;

1.2 Tabel Laporan

No Hari Tanggal Uraian Kegiatan

1 Kamis 2 April 2020 Rapat pengurus UPD,

membahas kegiatan selama

dirumah selama masa PSBB

2 Senin 13 April 2020 Monitoring kegiatan terapi

3 Selasa 14 april 2020 Monitoring kegiatan

67

pendidikan

4 Rabu 22 April 2020 Monitoring kegiatan terapi

5 Kamis 23 April 2020 Monitoring kegiatan terapi

6 Senin 11 Mei 2020 Monitoring kegiatan terapi

7 Selasa 12 Mei 2020 Monitoring kegiatan

pendidikan

8 Selasa 19 Mei 2020 Monitoring kegiatan

pendidikan

9 Rabu 20 Mei 2020 Monitoring kegiatan terapi

10 Jumat 29 Mei 2020 Rapat koordinasi menghadapi

new normal

Berdasarkan laporan tabel diatas, terlihat bahwa kegiatan

di UPD Tangerang Selatan tidak berjalan dengan efektif untuk

anak disabilitas yang berada diluar panti. Hal ini disebabkan

adanya kondisi pandemi covid 19, yang membuat kegiatan secara

langsung yang ada di UPD Tangerang selatan menjadi terhenti

sejak bulan Juni 2020. Namun, untuk mengatasi kendala dari

kondisi tersebut, UPD Tangsel tetap mengadakan kegiatan

monitoring dalam melatih kemandirian anak secara online atau

daring.

Terkait dengan asupan nutrisi untuk anak asuh, UPD

Tangerang Selatan rutin memberikan sembako dan nutrisi kepada

200 keluarga non-panti. Namun semenjak sponsor menjadi

terbatas, maka pemberian nutrisi mulai dikhususkan hanya untuk

anak panti semenjak April 2021 (Fachmi, 2021). Artinya,

68

pemberian nutrisi kepada pengasuh kinship menjadi tidak efektif

dikarenakan sponsor yang terbatas.

Pada tahun 2021, tercatat bahwa 55 anak binaan YSI

Bintaro rutin mendapatkan bantuan dana ASPD setiap bulanya

dengan rincian 32 anak merupakan anak panti, 9 anak merupakan

UPD Tangerang Selatan, 13 merupakan anak UPD kota Tangerang

selatan, dan 1 anak merupakan binaan perorangan. Artinya, terkait

dengan program bantuan covid 19 kepada anak diluar panti yang

terpapar virus berjalan dengan efektif setiap bulanya.

Adapun untuk fasilitas rehabilitasi, habilitasi dan fasilitas

terapi, semenjak pandemi covid 19 hanya dikhususkan untuk anak

dalam panti saja. Sedangkan untuk program keluarga pra sejahtera,

konseling, FDS, parenting skill dan sosialisasi, dilakukan secara

daring atau online. Artinya, pengasuh kerabat dalam menerima

layanan fasilitas mengalami terhenti dikarenakan oleh situasi.

Namun, terkait dengan program yang sifatnya bisa dimonitoring,

berjalan dengan efektif karena dilakukan secara daring atau online.

C. Gambaran Umum Pengasuh 1

TS (52 tahun) merupakan seorang nenek yang memiliki 2

orang anak laki-laki, dimana semua anak laki-lakinya sudah hidup

secara mandiri dengan memiliki keluarga masing-masing. Suami

TS sudah lama meninggal dunia akibat mengidap penyakit gula

darah tinggi, dan sampai saat ini TS hanya tinggal berdua dengan

cucu perempuanya yang memiliki disabilitas.

TS sendiri tinggal disebuah rumah kecil yang beralamat di

Jl. Paladen RT 002 / RW 005 Pondok Ranji, Ciputat Timur,

69

Tangerang Selatan. Adapun gambaran umum dari kondisi rumah

TS terdiri dari 2 kamar tidur, 1 kamar mandi, ruang dapur dan

ruang tamu.

Selama 15 tahun, TS bekerja sebagai tukang cuci pakaian

(laundry) dengan upah yang diterima sebesar Rp.15.000 per/kg.

Dalam penghasilanya selama sebulan, TS bisa mendapatkan uang

sebanyak Rp.200.000 hingga Rp.500.000. Uang tersebut diakui

oleh TS hanya cukup untuk membeli kebutuhan pokok saja,

adapun untuk keperluan lain seperti biaya listrik, kuota dan lainya,

biasanya anak kandung TS suka mengirimkan uang kepada TS

setiap bulanya.

Saat ini, TS mengasuh dan merawat 1 orang cucu yang

memiliki disabilitas bernama N (21 tahun). N sendiri sejak lahir

sudah memiliki disabilitas berupa Cereblral Palsy (CP) dengan

berat badanya yang hanya mencapai 1 kg 4 ons dalam keadaan

prematur.

Didalam proses pengasuhan N kepada TS, awalnya N

hanya dititipkan sementara oleh orang tua kandungnya karena

ketidaktahuan mereka dalam merawat anak disabilitas, dan juga

lokasi rumah TS cukup dekat dengan YSI Bintaro yang akhirnya

membuat orang tua kandung TS mempertimbangkan untuk

menitipkan anaknya secara sementara kepada TS. Namun seiring

berjalanya waktu, N malah jadi dititipkan sepenuhnya kepada TS

akibat kesibukan pekerjaan yang dimiliki oleh anaknya tersebut.

Hubungan antara orang tua kandung N dengan N sendiri

terbilang biasa saja. Meskipun setiap bulanya orang tua kandung N

tetap mengirimkan uang kepada TS & N, tetapi ditemukan adanya

70

sikap penelantaran yang dilakukan oleh orang tua kandungnya

dengan menyerahkan sepenuhnya N kepada TS untuk diasuh dan

dirawat, padahal TS sendiri sudah berumur tua dengan kondisi

fisiknya yang sudah jauh menurun, apalagi suami TS sudah lama

meninggal dunia.

D. Gambaran Umum Pengasuh 2

Y (74 Tahun) merupakan seorang nenek yang memiliki 3

orang anak perempuan, dimana ketiga anak perempuanya tersebut

dulunya sudah menikah dan telah dikaruniai masing-masing anak.

Suami dari Y telah lama meninggal, begitu pula dengan suami dari

anak-anak perempuan Y yang ketiganya sudah tidak tinggal

bersama lagi dikarenakan faktor perceraian, yang menyebabkan

anak perempuan pertama Y mengalami gangguan stress berat.

Saat ini, Y tinggal disebuah rumah yang beralamat di Jl.

Batanghari 7 No. 339 RT 10 / RW 05 Kel. Baktijaya, Kec.

Sukmajaya, Depok. Adapun gambaran umum dari kondisi rumah Y

terdiri dari 2 kamar tidur, 1 kamar mandi, ruang dapur dan ruang

tamu. Dalam mencari nafkah untuk kebutuhan sehari-hari, anak

perempuan kedua dari Y bekerja sebagai guru dan anak ketiga dari

Y bekerja sebagai pembuat kue.

Dari hasil perkawinan anak pertama Y (yang mengalami

gangguan stress), telah lahir seorang anak perempuan bernama S

(13 Tahun). S sendiri sejak kecil telah memiliki disabilitas dengan

jenis Cerebral Palsy ringan & Tunanetra pada mata bagian kiri. Hal

ini ditandai dengan lumpuhnya kaki kiri S, serta lumpuhnya

pergelangan tangan kiri S.

71

Ayah kandung S juga telah lama meninggalkan S karena

perceraian, yang mengakibatkan ibu kandung S mengalami

gangguan stress berat, sehingga membuat S menjadi terlantar. Hal

ini membuat nenek serta tantenya yang lain turut membantu dan

merawat S dalam proses tumbuh kembangnya.

72

BAB IV

DATA & HASIL TEMUAN PENELITI

Bab ini menyajikan berbagai data-data penelitian tentang

ketangguhan diri pengasuh dalam pengasuhan kekerabatan

(Kinshipcare), studi kasus kinshipcare pada anak disabilitas di

YSI Bintaro dengan pengambilan datanya diperoleh dari

wawancara dan observasi. Dalam pencarian data ketangguhan

diri, peneliti mempergunakan 3 aspek dari ketangguhan diri

berupa aspek komitmen, aspek kontrol dan aspek tantangan.

Maka dari itu, penulis akan mendeskripsikan hasil data dan

temuan penelitian sebagai berikut.

1. ASPEK KOMITMEN

A. Pengetahuan Diri

1. Mengetahui diri sendiri

Mengetahui diri sendiri berarti mampu memahami apa

saja yang menjadi penghambat atau penghalang dalam melakukan

aktifitas, termasuk dalam merawat anak disabilitas yang dilakukan

oleh para pengasuh kerabat. Fokus yang dicari oleh peneliti berupa

pengasuh kerabat mampu memahami tentang kondisi kesehatan

pada tubuhnya, dan mencari tau apakah pengasuh kerabat memiliki

riyawat penyakit yang sampai menyebabkan ketidak optimalan

dalam merawat anak disabilitas.

a. Riwayat penyakit pengasuh

73

Kepekaan pengasuh kerabat dalam mengetahui kondisi

kesehatan dirinya dapat terlihat pada wawancara dan observasi

sebagai berikut ;

Kalau riwayat penyakit cuma sakit asma aja sih, ini juga

masih belum sembuh, makanya ibu ngga bisa kalau

beraktifitas yang terlalu cape (Pengasuh T, 24 Juli 2021).

Berdasarkan hasil wawancara diatas, terlihat bahwa

pengasuh T peka terhadap kondisi kesehatanya, dimana pengasuh

T mengetahui kalau sampai saat ini masih memiliki riwayat

penyakit yang mengikutinya berupa sakit asma. Hal ini juga

dibenarkan oleh pengakuan dari tetangga pengasuh T dalam

wawancara sebagai berikut ;

Kalau ibu terlalu cape beraktifitas, biasanya suka kambuh

asmanya (Tetangga pengasuh T, 25 Juli 2021).

Hal ini juga didukung dari hasil pengamatan langsung

peneliti saat mewawancarai pengasuh T, dimana wajah pengasuh

juga sedikit pucat setelah menyelesaikan pekerjaanya.

Jawaban yang berbeda diungkapkan oleh pengasuh kerabat

lainya dalam wawancara berikut ;

Waktu kecil pernah amandel, tapi udah sembuh kok

soalnya waktu muda sempet dioperasi amandelnya

(Pengasuh Y, 7 Agustus 2021).

Berdasarkan hasil wawancara di atas, pengasuh Y peka

terhadap kondisi kesehatanya, dimana ia menyadari kalau dulunya

pernah memiliki riwayat penyakit, namun sekarang sudah sembuh

karena sudah dioperasi. Hal ini juga dibenarkan oleh pengakuan

dari anak pengasuh Y dalam wawancara sebagai berikut ;

74

Owhh, Alhamdulillah ibu saya mah jarang banget sakit,

soalnya ibu bener-bener merhatiin pola makan (Anak

Pengasuh Y, 7 Agustus 2021).

Berdasarkan pemaparan dari ke 2 informan, dapat

disimpulkan bahwa 1 orang dari informan tidak memiliki riwayat

penyakit yang mengakibatkan aktifitasnya terganggu, sementara 1

orang memiliki riwayat penyakit yang menyebabkan aktifitas dia

menjadi terbatas dalam pengasuhan anak.

b. Kepekaan pengasuh dalam melakukan kontrol kesehatan

Kepekaan pengasuh kerabat dalam melakukan medical

check up dapat terlihat dari hasil wawancara berikut ;

Setelah pandemi covid 19 muncul, ibu udah ngga pernah

cek kondisi kesehatan lagi (Pengasuh Y, 7 Agustus 2021).

Berdasarkan wawancara diatas, terlihat bahwa hampir 2

tahun ini pengasuh Y tidak lagi mengecek kondisi kesehatan yang

diakibatkan oleh adanya pandemi covid 10.

Jawaban yang berbeda diungkapkan oleh pengasuh kerabat

lainya dalam wawancara berikut ;

Owhh saya ngga pernah ngecek, soalnya buat makan aja

susah mas (Pengasuh T, 24 Juli 2021).

Berdasarkan wawancara diatas, terlihat bahwa pengasuh T

tidak pernah melakukan cek kesehatanya yang diakibatkan oleh

terkendalanya faktor ekonomi.

Berdasarkan pemaparan dari seluruh informan, dapat

disimpulkan bahwa kedisiplinan dari 1 informan dalam melakukan

kontrol cek kesehatanya ke RS sangat dipengaruhi oleh pandemi

covid 19, ketika sebelum pandemi covid 19 mereka melakukan

medical check up sebanyak setahun sekali, namun ketika muncul

75

pandemi semuanya menjadi terhenti, artinya faktor kondisi

mempengaruhi mereka untuk melakukan kontrol kesehatan di RS.

Namun 1 orang informan belum pernah memeriksakan dirinya ke

RS karena faktor ekonomi yang menjadi kendalanya.

c. Dampak penyakit dalam pengasuhan anak

Optimal atau tidaknya pengasuh kerabat dalam melakukan

perawatan kepada anak disabilitas dapat terlihat dari hasil

wawancara berikut ;

Owhh ngga ada, soalnya udah sembuh kan. Buat teriak-

teriak aja ibu masih bisa kalau si Sheeren ini lagi susah

diatur’’ (Pengasuh Y, 7 Agustus 2021).

Berdasarkan hasil wawancara diatas, terlihat bahwa

pengasuh Y tidak memiliki hambatan di dalam merawat anak

disabilitas. Riwayat penyakit pengasuh Y memang sudah tidak ada,

karena dulunya sudah melakukan operasi amandel.

Jawaban berbeda diungkapkan oleh pengasuh kerabat yang

lain dalam wawancara berikut ;

Sejujurnya penyakit ini agak berpengaruh buat ibu dalam

ngerawat anak ini, karena kan asma ibu belum sembuh,

jadi buat ngasuh anak ini ngga begitu optimal, Misalnya

kaya ibu suka telat ngasih makan, atau suka ngga kuat

kalo nganterin dia buat buang air kecil / besar, soalnya

emang anak ini masih belum bisa ngapa-ngapain

(Pengasuh T, 24 Juli 2021).

Berdasarkan hasil wawancara diatas, terlihat bahwa

pengasuh T masih memiliki hambatan dalam merawat anak

disabilitas karena riwayat penyakit yang masih menyertainya.

76

Berdasarkan pemaparan dari seluruh informan, dapat

disimpulkan bahwa 1 informan memiliki dampak dalam

pengasuhan anak karena riwayat penyakit, sedangkan 1 informan

tidak memiliki dampak dalam pengasuhan anak karena kondisi

informan sehat atau tidak memiliki riwayat penyakit.

2. Paham akan komitmen yang dipilih

Paham akan komitmen yang dipilih, berarti pengasuh

kerabat dapat memahami konsekuensi dalam mengambil alih

pengasuhan terhadap anak disabilitas, seperti harus memperhatikan

aspek asupan gizinya, aspek pendidikanya, aspek terapi dan

perawatanya serta aspek sosialnya. Pengasuh kerabat harus bisa

berpegang teguh terhadap keputusanya dalam merawat anak

disabilitas, dengan melihat seberapa konsisten dia dalam

memegang teguh resiko, konseskuensi dan komitmen yang dipilih.

a. Aspek terapi dan perawatan untuk anak asuh

Komitmen pengasuh kerabat dalam merawat anak

disabilitas dengan memperhatikan aspek perawatanya dapat terlihat

sebagaimana wawancara berikut ;

Kalau dulu waktu anak ini belum terlalu mandiri bisa

sampe 2 kali dalam sebulan, tapi karena anak ini

perkembangnya udah pesat banget jadinya sebulan sekali

(Pengasuh Y, 7 Agustus 2021).

Berdasarkan wawancara diatas, terlihat bahwa pengasuh Y

sangat memegang komitmenya dalam mengambil alih pengasuhan,

dimana pada aspek perawatan dan terapi anak benar-benar

pengasuh Y perhatikan dengan rutin membawanya pergi ke tempat

77

terapi. Hal ini juga dibenarkan oleh anak pengasuh Y dalam

wawancara berikut ;

Sebulan sekali, kebetulan saya yang bawa anak ini ke

tempat terapi di RS Cipto, jadi Alhamdulilah termasuk

rutin kalau ngajak terapi-terapi gitu’’ (Anak pengasuh Y,

7 Agustus 2021).

Jawaban lainya diungkapkan oleh pengasuh kerabat lainya

dalam wawancara berikut ;

Selama pandemi covid ibu udah gak pernah bawa anak

ini ketempat terapi lagi (Pengasuh T, 24 Juli 2021).

Berdasarkan wawancara diatas, terlihat bahwa pengasuh T

tidak bisa menjalankan komitmenya dengan baik didalam aspek

terapi dan perawatan untuk anak, terlihat bahwa pengasuh T

selama hampir 2 tahun terakhir sudah tidak lagi membawa anak ini

ketempat terapi. Hal ini juga dibenarkan oleh tetangga pengasuh T

dalam wawancara berikut ;

Waduh mas, saya kayanya udah ngga pernah liat ibu

bawa anaknya keterapi lagi, soalnya kan sekarang orang

lagi susah banget, bisa makan buat bertahan hidup aja

udah cukup banget, apalagi ibu kerjanya cuma laundry

aja setiap hari. Laundry untungnya berapa sih mas?

Ngga terlalu banyak, sedangkan ongkos grab aja kan

lumayan mahal (Tetangga pengasuh T, 25 Juli 2021).

Berdasarkan wawancara diatas, terlihat bahwa tetangga

pengasuh T sudah tidak pernah lagi melihat pengasuh T membawa

cucunya pergi ketempat terapi dan perawatan. Tetangga pengasuh

T berpendapat, bila mata pencaharian serta faktor keuangan yang

78

menjadi alasan utama pengasuh T tidak lagi membawa anak ini

pergi ketempat terapi.

Berdasarkan pemaparan dari seluruh informan, dapat

disimpulkan bahwa terdapat 1 orang pengasuh yang secara

kontinue membawa anak asuhnya pergi ke tempat terapi di RS,

sementara 1 pengasuh tidak lagi membawa anak asuhnya pergi ke

tempat terapi dikarenakan faktor ekonomi dan kondisi tubuh dari

anak asuh.

b. Aspek asupan gizi untuk anak asuh

Komitmen pengasuh kerabat dalam merawat anak

disabilitas dengan memperhatikan aspek asupan gizinya dapat

terlihat sebagaimana wawancara berikut ;

Karena dia lahirnya prematur, jadi berat badanya dia

kecil banget. Tapi, Alhamdulilah sekarang berat badan

dia udah ideal karena asupan gizinya terpenuhi, apalagi

dia makanya termasuk banyak (Pengasuh Y, 7 Agustus

2021).

Berdasarkan wawancara diatas, terlihat bahwa pengasuh Y

sangat memperhatikan asupan gizinya demi meningkatkan berat

badan tubuh si anak. Hal ini juga dibenarkan oleh anak pengasuh Y

dalam wawancara berikut ;

Alhamdulilah perhatian banget mas, sampe-sampe ibu

suka minta ke saya buat dibeliin suplemen tambahan buat

cucunya, kaya vitamin D gitu dalam bentuk tablet (Anak

pengasuh Y, 7 Agustus 2021).

Berdasarkan wawancara diatas, terlihat bahwa pengasuh Y

sangat perhatian kepada cucunya. Bahkan ia selalu meminta

79

kepada anak Y untuk memberikan suplemen demi membantu

tumbuh kembangnya.

Jawaban yang berbeda diungkapkan oleh pengasuh kerabat

lainya dalam wawancara berikut ;

Kalau makan yaa seadanya aja, kalau ada susu ibu kasih,

atau ada telur ibu kasih, segimana Allah ngasih rezeki aja

buat ibu (Pengasuh T, 24 Juli 2021).

Berdasarkan wawancara diatas, terlihat bahwa pengasuh T

kurang begitu memperhatikan pada aspek asupan gizi dari anak.

Hal ini juga didukung oleh keadaan ekonomi pengasuh T yang

serba kekurangan, sehingga komitmen dalam memberikan asupan

gizi tidak bisa dilakukan karena sifatnya tergantung kondisi

keuangan.

Berdasarkan pemaparan dari seluruh informan, dapat

disimpulkan bahwa 1 pengasuh terlihat sangat baik dalam

memperhatikan aspek asupan gizinya untuk anak, sedangkan 1

pengasuh yang lain terlihat sangat kesulitan dalam memberikan

asupan gizi dikarenakan situasi keuangan yang tidak menentu.

c. Aspek pendidikan untuk anak asuh

Komitmen pengasuh kerabat dalam merawat anak

disabilitas dengan memperhatikan aspek pendidikanya dapat

terlihat sebagaimana wawancara berikut ;

Sekarang dia ikut home schooling, jadi privat aja

dirumah. Nama home schoolingnya itu Yayasan Bina

Insani, Depok’’ (Pengasuh Y, 7 Agustus 2021).

Berdasarkan wawancara diatas, terlihat bahwa pengasuh Y

sangat memperhatikan aspek pendidikanya, namun dengan model

80

pendidikan yang berbeda dari pengasuh N, yaitu home schooling.

Hal ini juga dibenarkan oleh anak pengasuh Y dalam wawancara

berikut ;

Anak ini sekarang sekolah privat di Bina Insani, kalau

gak salah udah berjalan 3 tahunan dia sekolah gini (Anak

pengasuh Y, 7 Agustus 2021).

Jawaban yang berbeda diungkapkan oleh pengasuh kerabat

lainya dalam wawancara berikut ;

Dulu dia pernah ikut sekolah-sekolah gitu di UPD

Tangsel, tapi sekarang dia udah gak sekolah lagi mas

(Pengasuh T, 24 Juli 2021).

Berdasarkan wawancara diatas, terlihat bahwa pengasuh T

kurang begitu memperhatikan anak pada aspek pendidikan. Hal ini

juga dibenarkan oleh tetangga pengasuh T dalam wawancara

berikut ;

Anak ini udah lama ngga sekolah mas, jadi sehari-hari

dia dirumah aja (Tetangga pengasuh T, 25 Juli 2021).

Berdasarkan pemaparan dari seluruh informan, dapat

disimpulkan bahwa 1 pengasuh terlihat sangat baik dalam

memperhatikan aspek pendidikan untuk anak, sedangkan 1

pengasuh lainya terlihat mengabaikan pada aspek pendidikan anak.

d. Aspek sosial untuk anak asuh

Komitmen pengasuh kerabat dalam merawat anak

disabilitas dengan memperhatikan aspek sosialnya dapat terlihat

sebagaimana wawancara berikut ;

Kalau sosialisasi sih pernah, soalnya kan setiap pagi ibu

suka belanja didepan, kadang ada ibu-ibu yang tanya gitu

81

tentang kondisi cucu saya, jadi sekalian aja saya

sosialisasikan (Pengasuh T, 24 Juli 2021).

Berdasarkan wawancara diatas, terlihat bahwa pengasuh T

pernah melakukan sosialisasi kepada masyarakat sekitar, hal ini

dibenarkan oleh tetangga pengasuh T dalam wawancara berikut ;

Kalau sosialisasi sih ibu ini pernah, karena kan sehari-

hari suka kumpul buat beli sayur, atau ambil laundryan

(Tetangga pengasuh T, 25 Juli 2021).

Untuk mengetahui apakah lingkungan sosialnya menerima

kehadiran anak ini dengan baik, terlihat pada wawancara berikut ;

Sejujurnya tetangga disini ngga terlalu menerima, kadang

dia suka diomongin, dibully atau dibeda-bedakan.

Makanya sekarang dia lebih memilih dirumah aja,

soalnya kata dia lebih nyaman’’ (Pengasuh T, 24 Juli

2021).

Berdasarkan wawancara diatas, ditemukan bahwa

lingkungan sosial dari pengasuh T tidak begitu menerima dengan

baik, yang dibuktikan dengan adanya perundungan kepada cucunya

yang memiliki disabilitas. Hal ini juga dibenarkan oleh tetangga

pengasuh T dalam wawancara berikut ;

Jujur aja yaa mas, anak ini dulunya pernah trauma pas

diajak keluar rumah sama neneknya. Soalnya anak seusia

dia suka ngeledek gitu, bahkan tetangga aja kadang suka

menganggap dia beda, makanya itu anak udah ngga

pernah keluar rumah lagi (Tetangga pengasuh T, 25 Juli

2021).

82

Jawaban yang berbeda diungkapkan oleh pengasuh

kerabat yang lain dalam wawancara berikut ;

Kalau sosialisasi sih pernah, yaa ke tetangga aja yang

deket dari rumah (Pengasuh Y, 7 Agustus 2021).

Berdasarkan wawancara diatas, terlihat bahwa pengasuh Y

pernah melakukan sosialisasi kepada masyarakat sekitar, hal ini

dibenarkan oleh anak pengasuh Y dalam wawancara berikut ;

Pernah sih, dan itu udah lama banget mas. Soalnya kan

tetangga pasti kepo, suka nanyain kenapa anaknya stress,

kenapa anaknya beda, jadi ibu saya suka ngejawab

sekalian sosialisasi (Anak pengasuh Y, 7 Agustus 2021).

Untuk mengetahui apakah lingkungan sosialnya menerima

kehadiran anak ini dengan baik, terlihat pada wawancara berikut ;

Owhh baik banget, alhamdulilah pada welcome sama dia.

Anak-anak disini juga baik banget, suka ngajak main

bareng (Pengasuh Y, 7 Agustus 2021).

Berdasarkan wawancara diatas, ditemukan bahwa

lingkungan komplek dari pengasuh Y sangat menerima kehadiran

dari cucunya yang memiliki disabilitas, hal ini dibenarkan oleh

anak pengasuh Y dalam wawancara berikut ;

Anak ini periang banget mas, pdktnya bagus makanya

temen dia banyak banget. Tetangga sini Alhamdulilah

pada baik juga sama dia, malah dia udah ada rencana

pengen diangkat jadi guru ngaji dimasjid deket sini,

soalnya dia paling pinter berbaur sama anak-anak gitu

(Anak pengasuh Y, 7 Agustus 2021).

83

Berdasarkan pengakuan dari anak pengasuh Y, terlihat

bahwa faktor pendekatan yang dimiliki oleh anak sangat baik,

personalitynya yang menyenangkan membuat ia memiliki banyak

teman bermain.

Berdasarkan pemaparan dari seluruh informan, dapat

disimpulkan bahwa seluruh informan telah melakukan sosialisasi

kepada masyarakat sekitar, namun terdapat respon yang beragam

terkait dengan penerimaan anak dari masyarakat sekitar. Untuk 1

pengasuh, terlihat bahwa lingkungan sosialnya mampu menerima

anaknya dengan baik. Sedangkan 1 pengasuh lainya, ditemukan

adanya perundungan kepada anak yang menyebabkan anak

mengalami rasa trauma dan lebih memilih untuk berdiam diri

dirumah.

B. Nada Emosi

1. Sikap optimis

Pengasuh kerabat yang telah memahami akan konsekuensi

dalam merawat anak disabilitas, harus menyadari akan

permasalahan yang datang menghampiri didalam proses

pengasuhan. Untuk itu, diperlukan adanya sikap optimis dalam

menjawab tantangan serta menyelesaikan berbagai macam

permasalahan tersebut, terutama permasalahan dari aspek gizi,

aspek ekonomi, aspek kesehatan, aspek pendidikan dll.

a. Kompleksitas permasalahan yang dialami pengasuh kerabat

Berbagai macam kompleksitas permasalahan yang

menyertai didalam pengasuhan berbasis kerabat, terlihat pada

wawancara dan observasi berikut ;

84

Kalau permasalahan mungkin lebih ke kebutuhan pokok,

soalnya YSI juga udah mulai berkurang ngasih bantuan

pokok gitu. Terakhir sih ibu dapet bantuan susu itu sekitar

4 bulan yang lalu, habis itu dikabarin sama pak Fachmi

kalau donatur lagi terbatas, jadinya ibu harus puter otak

buat memenuhi asupan gizi (Pengasuh T, 24 Juli 2021).

Berdasarkan wawancara diatas, terlihat bahwa pengasuh T

memiliki permasalahan pada aspek ekonomi, dan ditambah peran

lembaga dalam memberikan bantuan nutrisi mengalami

pemberhentian akibat support donatur yang terbatas.

Jawaban yang berbeda diungkapkan oleh pengasuh kerabat

yang lain dalam wawancara berikut ;

Kalau permasalahan sih alhamdulilah ibu jarang banget

nemu, soalnya kaya makan, sekolah dan terapi bisa ibu

penuhi, cuma namanya hidup kan kadang ngga selalu

mulus. Awal-awal covid, ibu sempet ngga megang uang

karena anak ibu di stop sama tempat kerjanya, tapi 3

bulan berikutnya alhamduliah anak ibu bisa dapet

kerjaan lagi (Pengasuh Y, 7 Agustus 2021).

Berdasarkan wawancara diatas, terlihat bahwa pengasuh

Y saat ini tidak menemukan adanya berbagai macam kompleksitas

permasalahan di dalam kepengasuhan anak kerabat, karena seluruh

cakupan aspek, menurut dia sudah terpenuhi dengan baik,

meskipun dulunya sempat mengalami permasalahan ekonomi

akibat dampak dari pandemi covid 19, yang menyebabkan anak

kandung Y di PHK. Hal ini juga dibenarkan oleh anak pengasuh Y

dalam wawancara berikut ;

85

Alhamdulilah untuk saat ini masih terkendali, meskipun

dulu saya sempet diberhentiin kerja, tapi masih bisa

keback up karena sempet pinjem uang (Anak pengasuh Y,

7 Agustus 2021).

Berdasarkan pemaparan dari seluruh informan, dapat

disimpulkan bahwa kompleksitas permasalahan yang dialami oleh

1 pengasuh kinship yaitu permasalahan ekonomi akibat pandemi

covid 19, hal ini menyebabkan pemberian nutrisi kepada anak

menjadi terhenti atau tidak optimal. Adapun pengasuh lainya tidak

ditemukan adanya kompleksitas permasalahan karena semua aspek

anak sudah terpenuhi.

b. Progress kemandiran anak

Berikut merupakan progress yang terlihat dari anak,

karena sikap optimis yang dimiliki pengasuh kerabat dalam melatih

kemandiranya, yang terlihat pada wawancara dan observasi berikut

;

Kalau progressnya sih alhamdulilah dia ngomongnya

udah lancar banget. Terus juga sekarang dia udah bisa

duduk, dulu mah seharian cuma tiduran aja karena

badanya lemah banget (Pengasuh T, 24 Juli 2021).

Berdasarkan wawancara diatas, terlihat bahwa anak sudah

mengalami banyak kemajuan dalam hal kemandirian seperti lancar

berbicara dan sudah bisa duduk. Hal ini juga dibenarkan oleh

tetangga pengasuh T dalam wawancara berikut ;

Saya pindahan disini kan sekitar tahun 2011, pas saya

dateng umur cucunya ini udah sekitar 11 / 12 tahun.

Waktu itu sih yang saya liat dia cuma bisanya tiduran aja

86

dikasur, sama sekali ngga bisa duduk kerena memang

badanya lemah (Tetangga pengasuh T, 25 Juli 2021).

Tapi yang saya liat sih sekarang dia udah bisa duduk,

ngeresponya bagus banget kalau diajak ngobrol, udah

bisa main hape mas buat bales chatan, gitu aja sih

(Tetangga pengasuh T, 25 Juli 2021).

Hal ini juga didukung oleh hasil pengamatan langsung

dari peneliti, dimana peneliti melihat kondisi tubuh dari anak ini

mengalami lumpuh kaki yang menyebabkan sama sekali tidak bisa

berjalan. Tangan anak disabilitas juga mengalami ketidak

sinkronisasi dan cenderung gemeteran. Mata anak disabilitas ini

juga bisa dikatakan juling, dan bibirnya selalu terbuka (Data

Observasi, 24 Juli 2021).

Berdasarkan hasil pengamatan dari peneliti, kemandirian

yang sudah bisa dilakukan oleh anak disabilitas berupa anak sudah

bisa memegang benda objek seperti sendok makan,

mengoperasikan handphone dll. Anak juga sudah pandai untuk

berbicara, dimana ketika peneliti berbincang dengan anak, anak

dapat melafalkan dengan intonasi dan kalimat yang jelas (Data

Observasi, 24 Juli 2021).

Jawaban yang berbeda diungkapkan oleh pengasuh kerabat

yang lain dalam wawancara berikut ;

Karena dia terkena CP, dulu waktu dia kecil masih belum

bisa jalan, kaki sama tanganya masih belum kuat banget,

terus suka ngga sinkron gitu (Pengasuh Y, 7 Agustus

2021).

87

Tapi sekarang dia udah bisa jalan dan Alhamdulillah

lancar banget, terus juga udah bisa megang benda

dengan baik, mau makan udah bisa mandiri, mau mandi

udah bisa mandiri (Pengasuh Y, 7 Agustus 2021).

Berdasarkan wawancara diatas, terlihat bahwa anak sudah

mengalami banyak kemajuan dalam hal kemandirian seperti sudah

bisa berjalan dengan baik, mampu memegang benda objek dengan

baik dan mampu melakukan aktifitas lainya secara mandiri. Hal ini

juga dibenarkan oleh anak pengasuh Y dalam wawancara berikut ;

Progressnya banyak banget mas kalau yang saya lihat.

Soalnya dulu anak ini sama sekali ngga bisa ngapa-

ngapain, tapi liat tuh sekarang, udah bisa lari-larian

sama temenya, bisa makan sendiri, mandi sendiri, udah

mulai ikut pendidikan, udah mulai bisa ngaji (Anak

pengasuh Y, 7 Agustus 2021).

Hal ini juga didukung oleh hasil pengamatan langsung dari

peneliti, dimana peneliti melihat kondisi kaki anak mengalami

bengkok pada bagian kiri. Pada bagian tangan juga mengalami

bengkok, serta mata yang dua-duanya terlihat seperti juling (Data

Observasi, 7 Agustus 2021).

Berdasarkan hasil dari pengamatan peneliti, kemandiran

yang sudah bisa dilakukan oleh anak cukup banyak, dimana anak

sudah bisa berjalan dengan baik. Anak juga sudah lancar dalam

berkomunikasi, yang dibuktikan dengan peneliti menanyakan

langsung kepada anak, dan anak dapat merespon dengan sangat

baik. Sosialisasi anak juga sangat baik, karena pada dasarnya

kemampuan pendekatan anak sangat bagus, sehingga ia memiliki

88

banyak teman karena pembawaan anak yang menyenangkan (Data

Observasi, 7 Agustus 2021).

Berdasarkan pemaparan dari seluruh informan, dapat

disimpulkan bahwa seluruh pengasuh kisnhip memiliki sikap

optimis yang kuat dalam merawat anak asuh, yang terlihat dari

banyaknya progress kemandirian dalam diri anak.

C. Kegiatan Yang Diarahkan Untuk Mengimplementasikan

Pada Elemen Identitas Yang Dipilih

1. Pertumbuhan anak

Kegiatan pengasuh kerabat yang mendukung terwujudnya

komitmen, dimana aspek yang dicari berdasarkan pada perawatan

anak terhadap pertumbuhan anak.

a. Kontrol pertumbuhan anak

Untuk mengetahui seberapa rutin pengasuh kerabat

melakukan kontrol pertumbuhan pada anak dalam setahun, dapat

terihat pada wawancara berikut ;

Waktu di YSI saya biasa ngontrol setahun minimal 12

kali, soalnya kan tiap berkunjung buat terapi pasti harus

dicek dulu kan. Cuma karena pandemi gini, udah ngga

lagi mas (Pengasuh T, 24 Juli 2021).

Berdasarkan wawancara diatas, terlihat bahwa pengasuh T

tidak pernah melakukan kontrol pertumbuhan anak sejak adanya

pandemi. Hal ini juga dibenarkan oleh tetangga pengasuh T dalam

wawancara berikut ;

Kalau kontrol begitu kayanya udah ngga deh mas,

soalnya anaknya aja dirumah terus (Tetangga pengasuh

T, 25 Juli 2021).

89

Jawaban yang berbeda diungkapkan oleh pengasuh kerabat

yang lain dalam wawancara berikut ;

Kalau kontrol pertumbuhan sih udah ngga, soalnya dia

kan udah mandiri mas, jadi biar dia sendiri aja yang

ngontrol pertumbuhan kaya ngukur tinggi badan / berat

badan. Tapi kalau kontrol ditempat terapi biasanya 12

kali dalam setahun, soalnya kan sebelum dicek di RS

Fatmawati pasti harus ditimbang dulu berat badanya,

diukur tinggi badanya gitu kan (Pengasuh Y, 7 Agustus

2021)

Berdasarkan wawancara diatas, terlihat bahwa pengasuh

Y kurang memperhatikan langsung didalam kontrol pertumbuhan,

karena pengasuh Y menganggap anak sudah bisa mandiri, jadi

tidak perlu untuk diawasi lagi kontrol pertumbuhanya. Namun,

dalam setahun anak biasa dilakukan kontrol sebanyak 12 kali

ketika sedang melakukan terapi di RS Fatmawati.

Untuk membuktikan, apakah kondisi pertumbuhan anak

sudah dikatakan ideal dalam anak usianya, dapat terlihat pada

wawancara berikut ;

Tinggi badan dia sekitar 143 cm, kalau berat badan dia

sekitar 47 kg (Pengasuh T, 24 Juli 2021).

Berdasarkan wawancara diatas, terlihat bahwa kondisi

pertumbuhan anak belum dikatakan ideal. Hal ini dibuktikan

dengan berat badan anak untuk usia 21 tahun harus mencapai 54

kg, sedangkan anak yang diasuh oleh pengasuh T hanya memiliki

berat badan 47 kg. Tinggi ideal anak perempuan untuk usia 21

90

tahun harus mencapai 171 cm, sedangkan anak yang diasuh oleh

pengasuh T hanya memiliki tinggi badan 143 cm.

Jawaban yang berbeda diungkapkan oleh pengasuh kerabat

yang lain dalam wawancara berikut ;

Tinggi badan dia 127 cm, kalau berat badan dia 37 kg

(Pengasuh Y, 7 Agustus 2021).

Berdasarkan wawancara diatas, terlihat bahwa kondisi

pertumbuhan anak belum dikatakan ideal. Hal ini dibuktikan

dengan berat badan anak untuk usia 15 tahun harus mencapai 40

kg, sedangkan anak yang diasuh oleh pengasuh Y hanya memiliki

berat badan 37 kg. Tinggi ideal anak perempuan untuk usia 15

tahun harus mencapai 153 cm, sedangkan anak yang diasuh oleh

pengasuh Y hanya memiliki tinggi badan 127 cm.

Untuk mengetahui apakah pengasuh kinship melakukan

kegiatan yang mendukung pada pertumbuhan anak, terlihat pada

wawancara berikut ;

Kalau ngajak olahraga bareng sih udah lama banget

ngga ibu lakuin, soalnya ibu udah tua kan jadi bawaanya

pengen dirumah aja. Tapi tiap minggu dia pasti jogging

sama adeknya / bareng temenya, sesekali pernah ikut

berenang juga (Pengasuh Y, 7 Agustus 2021).

Berdasarkan wawancara diatas, terlihat bahwa pengasuh Y

peduli terhadap pertumbuhan anak dengan membiarkan anak

melakukan kegiatan olahraga ringan seperti jogging dan berenang,

meskipun saat ini tidak lagi didampingi oleh pengasuh Y karena

faktor usia.

91

Jawaban yang berbeda diungkapkan oleh pengasuh kerabat

yang lain dalam wawancara berikut ;

Waduh, kalau olahraga sih dia ngga begitu suka, soalnya

tiap gerak suka ngeluh sakit. Anak ini masih belum bisa

ngapa-ngapain, baru duduk doang (Pengasuh T, 24 Juli

2021).

Berdasarkan wawancara diatas, terlihat bahwa pengasuh T

tidak pernah mengajak cucunya untuk melakukan olahraga ringan,

yang disebabkan oleh faktor kemandiran anak yang hanya bisa

duduk saja.

Untuk mengetahui apakah pengasuh kerabat memberikan

tambahan suplemen sebagai bagian upaya dari pertumbuhan anak,

dapat terlihat dalam wawancara berikut ;

Ibu suka banget ngasih dia suplemen vitamin D / minyak

ikan PDO gitu dalam bentuk tablet, emang sengaja ibu

kasih biar tulang dia kuat, soalnya lagi masa-masa

pertumbuhan kan (Pengasuh Y, 7 Agustus 2021).

Berdasarkan wawancara diatas, terlihat bahwa pengasuh Y

sangat peduli dalam memperhatikan pertumbuhan anak, dimana

pengasuh Y cukup rutin memberikan suplemen tambahan. Hal ini

juga dibenarkan oleh anak pengasuh Y dalam wawancara berikut ;

Sering banget mas ibu ngasih dia suplemen gitu, yaa

namanya juga cucu pasti di sayang banget, apa aja

dibelain demi cucu (Anak pengasuh Y, 7 Agustus 2021).

Jawaban yang berbeda diungkapkan oleh pengasuh kerabat

yang lain dalam wawancara berikut ;

92

Boro-boro ngasih suplemen mas, buat makan aja kadang

saya bingung (Pengasuh T, 24 Juli 2021).

Berdasarkan wawancara diatas, terlihat bahwa pengasuh T

kurang begitu peduli dalam memperhatikan pertumbuhan anak,

dimana pengasuh T tidak pernah memberikan suplemen tambahan

karena keterbatasan ekonomi. Hal ini juga dibenarkan oleh

tetangga pengasuh T dalam wawancara berikut ;

Kalau suplemen saya ngga tau mas, mungkin kalau dari

YSI biasanya dikasih, tapi karena pandemi kan bantuan

nutrisi gitu pada di stop karena donatur terbatas

(Tetangga pengasuh T, 25 Juli 2021).

Berdasarkan pemaparan dari ke 2 informan, dapat

disimpulkan bahwa 1 pengasuh kinship terlihat memiliki kegiatan

dalam mendukung pertumbuhan anak seperti mengajak olahraga

ringan, melakukan kontrol pertumbuhan dan memberikan

suplemen tambahan. Sedangkan 1 pengasuh lainya, terlihat tidak

memiliki kegiatan yang mendukung pertumbuhan anak,

dikarenakan faktor kemandirian anak yang terbatas dan adanya

faktor ekonomi pengasuh.

2. Perkembangan anak

Kegiatan pengasuh kerabat yang mendukung terwujudnya

komitmen, dimana aspek yang dicari berdasarkan pada perawatan

anak terhadap perkembangan anak.

a. Kontrol perkembangan anak

Untuk mengetahui bagaimana cara pengasuh kerabat

dalam melatih kemandirian anak selama ada dirumah, dapat

terlihat pada wawancara berikut ;

93

Waktu dia umur 10 tahunan suka saya dudukin dibantal,

biar tulang pantatnya itu terbiasa untuk duduk. Terus

saya ajarin juga cara megang benda yang bener, terus

saya ajarin juga cara mengoperasikan smartphone, jadi

kalau suatu saat saya terlalu lama diluar, anak bisa

menghubungi saya lewat smartphone (Pengasuh T, 24

Juli 2021).

Berdasarkan wawancara diatas, terlihat bahwa pengasuh T

mampu mengajarkan cara-cara sederhana dalam melatih

kemandirian anak dirumah, yang dibuktikan dengan banyaknya

progress kemandirian dari si anak seperti sudah mampu untuk

duduk, mampu memegang benda objek dengan baik, mampu

mengoperasikan smartphone dan pandai dalam berbicara.

Jawaban lainya diungkapkan oleh pengasuh kerabat yang

lain dalam wawancara berikut ;

Kalau melatih mandiri dirumah ibu suka ngajarin dia

cara jalan yang bener, kaya ibu pegang badanya, terus

ibu suruh tangan dia megang tembok, ibu suruh dia buat

jalan pelan-pelan (Pengasuh Y, 7 Agustus 2021).

Pernah juga ibu beliin kursi roda yang mirip bayi gitu,

jadi kalau dia mau sesuatu / mau melakukan sesuatu dia

bisa pelan-pelan buat belajar jalan. Terus ibu suka

ngajarin dia kalau ngomong tuh harus yang bener, harus

sopan, soalnya kan dulu dia agak kesulitan buat bicara

karena CP itu kan nyerangnya si saraf, tapi alhamdulilah

udah bisa ngomong lancar (Pengasuh Y, 7 Agustus 2021).

94

Ibu juga ngajarin dia buat belajar makan sendiri, ibu

suka contohin kalo megang sendok tuh kaya begini, terus

juga ibu ajarin cara mandi tuh kaya begini, mau buang

air besar / kecil tuh kaya begini, Alhamdulilah dia

termasuk anak yang cepet banget nangkep, makanya

sekarang udah mandiri banget (Pengasuh Y, 7 Agustus

2021).

Berdasarkan wawancara diatas, terlihat bahwa pengasuh

Y mampu mengajarkan cara-cara sederhana dalam melatih

kemandirian anak dirumah, yang dibuktikan dengan banyaknya

progress kemandirian dari si anak seperti sudah mampu untuk

berjalan, mampu bersosialisasi dengan baik, mampu makan dan

mandi secara mandiri, mampu melipat pakaian sendiri dll.

Berdasarkan pemaparan dari ke 2 informan, dapat

disimpulkan bahwa seluruh pengasuh telah melakukan kontrol

perkembangan kepada anak asuh, dimana mereka turut andil secara

langsung dalam melatih kemandiran anak, sehingga anak rata-rata

memiliki progress perkembangan yang sangat baik.

D. Memproyeksikan Masa Depan Pribadi Seseorang

1. Rencana jangka panjang

Membuat proyeksi untuk kedepanya, dengan mengetahui

kegiatan apa yang ingin dilakukan oleh pengasuh kerabat bersama

dengan anak, dalam kurun waktu 5 – 10 tahun mendatang, kegiatan

tersebut juga harus memiliki unsur kemanfaatan bagi anak

disabilitas.

a. Planning kegiatan

95

Untuk mengetahui kegiatan apa saja yang ingin pengasuh

kerabat lakukan bersama anak dalam rencana waktu 5-20 tahun

kedepan, terlihat dalam wawancara berikut ;

Kalau pandemi udah kelar sih saya pengenya liburan

bareng anak sama cucu, udah lama banget ngga kumpul,

apalagi saya udah tua, umur gak ada yang tau (Pengasuh

T, 24 Juli 2021).

Berdasarkan wawancara diatas, terlihat bahwa pengasuh T

memiliki rencana untuk mengajak pergi keluarganya liburan

setelah pandemi covid 19 berakhir. Lalu tujuan dan manfaatnya

dari kegiatan tersebut , terlihat dari wawancara berikut ;

Tujuanya pengen kumpul aja sih, tapi kalau manfaatnya

jelas saya pengen orang tua kandung dia bisa akrab sama

anaknya sendiri, karena yang saya perhatiin kalau anak

kandung saya belum bisa mengakui anaknya sendiri

(Pengasuh T, 24 Juli 2021).

Berdasarkan wawancara diatas, terlihat bahwa manfaat

pengasuh T merencanakan kegiatan tersebut supaya orang tua

kandungnya bisa lebih mengenal dan mengakui anak kandungnya

sendiri. Faktor umur menjadi yang sangat dikhawatirkan oleh

pengasuh T, karena jika suatu saat pengasuh T meninggal dunia,

siapa lagi yang mau merawat cucunya jika bukan dari orang tua

kandungnya sendiri. Adapun bagaimana cara mewujudkanya,

terlihat pada wawancara berikut ;

Nabung, mau rencana liburan kan harus pake duit

(Pengasuh T, 24 Juli 2021).

96

Berdasarkan wawancara diatas, terlihat bahwa menabung

menjadi kunci utama pengasuh dalam mewujudnya rencana jangka

panjangnya tersebut.

Jawaban yang sama juga diungkapkan oleh pengasuh

kerabat yang lain dalam wawancara berikut ;

Pengen banget kalo pandemi udah selesai bisa jalan-

jalan. Soalnya dulu sering banget ke istana balon bareng

anak, pergi ke mall, pergi ke Kota Tua dll. Apalagi ibu

udah tua kan, pengen banget nyenengin cucu, takut ngga

ketemu lagi sih lebih tepatnya (Pengasuh Y, 7 Agustus

2021).

Berdasarkan wawancara diatas, terlihat bahwa pengasuh Y

memiliki rencana untuk mengajak pergi keluarganya liburan

setelah pandemi covid 19 berakhir. Lalu tujuan dan manfaatnya

dari kegiatan tersebut , terlihat dari wawancara berikut ;

Tujuanya pengen hilangin jenuh aja sih, soalnya pandemi

gini udah hampir 2 tahun kan, orang pasti bosen kalau

dirumah terus. Kalau manfaat yaa itu aja, biar anak juga

ngga jenuh, terus sosialisasinya makin bagus lagi, makin

pede lagi (Pengasuh Y, 7 Agustus 2021).

Berdasarkan wawancara diatas, terlihat bahwa manfaat

pengasuh Y merencanakan kegiatan tersebut supaya pandai dalam

bersosialisasi. Adapun bagaimana cara mewujudkanya, terlihat

pada wawancara berikut ;

Ibu selalu bilang sama keluarga ibu buat taat prokes, biar

covid itu cepet berhenti, soalnya terakhir ibu liat kan

tinggi lagi, makanya diberlakukan PPKM karena

97

sebelumnya orang mulai berkerumunan, mulai

beraktifitas lagi (Pengasuh Y, 7 Agustus 2021).

Berdasarkan wawancara diatas, terlihat bahwa taat pada

prokes menjadi kunci utama pengasuh dalam mewujudnya rencana

jangka panjangnya tersebut.

Berdasarkan pemaparan dari ke 2 informan, dapat

disimpulkan bahwa seluruh pengasuh memiliki rencana kegiatan

jangka panjang bersama dengan anaknya. Manfaat dari rencana

kegiatan tersebut untuk anak asuh cukup beragam, seperti anak

mampu bersosialisasi dengan baik, anak mampu mengenali dunia

luar selain lingkungan rumahnya dan orang tua kandung bisa lebih

menerima kehadiran anak.

2. Rencana jangka pendek

Membuat proyeksi untuk kedepanya, dengan mengetahui

kegiatan apa yang ingin dilakukan oleh pengasuh kerabat bersama

dengan anak dalam waktu dekat ini, kegiatan tersebut juga harus

memiliki unsur kemanfaatan bagi anak disabilitas.

a. Planning kegiatan

Untuk mengetahui kegiatan apa saja yang ingin pengasuh

kerabat lakukan bersama anak dalam waktu dekat ini, terlihat

dalam wawancara berikut ;

Ngga ada sih mas kalau planning kegiatan dalam waktu

dekat ini (Pengasuh T, 24 Juli 2021).

Berdasarkan wawancara diatas, terlihat bahwa pengasuh T

tidak memiliki rencana apapun dalam waktu dekat ini.

Jawaban lainya diungkapkan oleh pengasuh kerabat yang

lain dalam wawancara berikut ;

98

Kalau dalam waktu dekat ini, ibu rencana pengen bikin

kue bolu bareng dia, soalnya dari kemarin minta dibikinin

terus tapi ibunya suka ngga sempet (Pengasuh Y, 7

Agustus 2021).

Berdasarkan wawancara diatas, terlihat bahwa pengasuh Y

memiliki rencana untuk mengajari anak cara membuat kue. Lalu

tujuan dan manfaatnya dari kegiatan tersebut , terlihat dari

wawancara berikut ;

Biar terampil ajaa sih, biar dia tau caranya bikin bolu tuh

kaya gimana (Pengasuh Y, 7 Agustus 2021).

Berdasarkan wawancara diatas, terlihat bahwa manfaat

pengasuh Y merencanakan kegiatan tersebut supaya anak bisa

melatih skill kemandiranya dalam membuat kue, hal ini sangat

bermanfaat dalam karir anak jika suatu saat memiliki passion

dalam membuat kue, dan nantinya bisa diperjual belikan. Adapun

bagaimana cara mewujudkanya, terlihat pada wawancara berikut ;

Yaa ibu harus bisa luangin waktu aja buat anak, soalnya

kadang ibu juga suka lupaan orangnya (Pengasuh Y, 7

Agustus 2021).

Berdasarkan wawancara diatas, terlihat bahwa meluangkan

waktu menjadi kunci utama pengasuh dalam mewujudnya rencana

jangka panjangnya tersebut.

Berdasarkan pemaparan dari ke 2 informan, dapat

disimpulkan bahwa 1 pengasuh terlihat memiliki rencana kegiatan

jangka pendek bersama dengan anaknya seperti membuat kue,

dimana ini sangat penting dalam melatih aspek kemandirian anak

dan mengembangkan skill. Sedangkan 1 pengasuhan lainya terlihat

99

tidak memiliki rencana apapun dalam waktu dekat ini bersama

dengan anak.

2. ASPEK KONTROL

A. Kontrol Kognitif

1. Kemampuan mengantisipasi peristiwa

Pengasuh kerabat mampu memahami setiap konsekuensi

dalam mengambil alih pengasuhan, termasuk dengan adanya

kompleksitas permasalahan. Sehingga, pengasuh kerabat memiliki

berbagai tindakan preventif dalam mengantisipasi jika

permasalahan tersebut menghampiri atau terjadi kepada pengasuh.

a. Tindakan preventif pengasuh

Untuk mengetahui adakah tindakan antisipasi dari

pengasuh kerabat dalam mencegah suatu permasalahan, dapat

terlihat dari wawancara berikut ;

Kalau antisipasi sih gak ada, saya pasrah aja sama

keadaan, yang penting saya tetep berusaha buat cari duit

untuk kebutuhan sehari-hari (Pengasuh T, 24 Juli 2021).

Berdasarkan wawancara diatas, terlihat bahwa

kemampuan pengasuh T dalam melakukan tindakan preventif

sebagai upaya pencegahan dari permasalahan tidak baik, karena

pengasuh T tidak memiliki rencana apapun dalam mengantisipasi

setiap permasalahan yang akan datang, dan terlihat seperti pasrah

dalam menerima keadaan.

Jawaban yang berbeda diungkapkan oleh pengasuh

kerabat yang lain dalam wawancara berikut ;

100

Yaa kalau suatu saat ekonomi ibu lagi ngga stabil karena

kerjaan anak diberhentikan, pencegahanya ibu buat

usaha ajaa, soalnya rencana dalam waktu dekat ini ibu

pengen banget bikin jajanan telur gulung gitu, makanya

dari sekarang lagi nabung buat modal gerobak, soalnya

lumayan gede juga modalnya, sekitar Rp. 6.000.000 an

(Pengasuh Y, 7 Agustus 2021).

Berdasarkan wawancara diatas, terlihat bahwa kemampuan

pengasuh Y dalam melakukan tindakan preventif sebagai upaya

pencegahan dari permasalahan sangat baik, karena pengasuh

merencanakan suatu usaha kecil-kecilan sebagai back up jika aspek

ekonomi pengasuh Y mengalami gangguan.

Berdasarkan pemaparan dari ke 2 informan, dapat

disimpulkan bahwa 1 pengasuh terlihat memiliki tindakan

preventif dalam mengantisipasi permasalahan yang menghampiri,

dimana mereka ingin membuat suatu usaha sampingan sebagai

upaya back up jika mata pencaharian utama mereka mengalami

masalah yang menyebabkan aspek ekonomi terganggu. Sedangkan

1 pengasuh terlihat tidak memiliki tindakan preventif dalam

mencegah suatu permasalahan.

B. Kontrol Keyakinan

1. Kemampuan mengambil keputusan

Kemampuan pengasuh kerabat dalam mengambil suatu

tindakan yang memang diinginkanya, dengan mempertimbangkan

berbagai aspek negatif maupun positif.

a. Tindakan dalam mengambil keputusan

101

Untuk mengetahui apakah pengasuh kerabat memiliki

kemampuan dalam mengambil suatu keputusan, dapat terlihat dari

wawancara berikut ;

Kalau suatu saat dagangan ibu nanti ngga laku, ibu bakal

tetep berusaha cari solusinya bareng-bareng sama anak,

entah itu di tambah sama jualan pop ice, atau bikin menu

baru, liat situasi aja (Pengasuh Y, 7 Agustus 2021)

Berdasarkan wawancara diatas, terlihat bahwa pengasuh Y

memiliki kemampuan dalam mengambil suatu keputusan dengan

baik. Hal ini terlihat dari sikap pengasuh Y yang sudah bertekad

untuk jualan telur gulung sebagai optionalnya, jika suatu saat

pekerjaan anaknya kembali diberhentikan.

Pengasuh juga sangat yakin dalam keputusan optionalnya

ini, dimana pengasuh bertekad jika suatu saat daganganya juga

mengalami hambatan, pengasuh akan mencari solusi bersama

dengan anak-anaknya agar usahanya tetap bisa berjalan lancar,

seperti menambahkan menu baru atau menambahkan pop ice, yang

mana es merupakan salah satu jajanan favorit bagi anak kecil.

Berdasarkan pemaparan dari informan, dapat disimpulkan

bahwa pengasuh terlihat memiliki kontrol keyakinan yang baik

dalam bertahan terhadap keputusanya. Hal ini terlihat dari sikap

pengasuh yang memilih bertahan untuk tetap berdagang, dan

berusaha mencari solusi jika suatu saat usahanya mengalami

hambatan. Sedangkan untuk 1 pengasuh lainya tidak memiliki

kontrol keyakinan, hal ini terlihat dari sikap pengasuh yang masih

suka mengeluh saat terkena permasalahan.

C. Kontrol Prilaku

102

1. Kemampuan mengatur pelaksanaan

a. Kegiatan yang diatur oleh pengasuh

Untuk mengetahui apakah pengasuh kerabat mampu

membuat, mengorganisir, mengontrol dan menjalankan kegiatanya

dengan baik, dapat terlihat pada wawancara berikut ;

Saya suka banget ngajarin cucu saya buat belajar ngaji,

soalnya saya pengen dia bisa belajar baca Al-Quran,

soalnya itu penting buat bekal kita diakhirat (Pengasuh Y,

7 Agustus 2021).

Berdasarkan wawancara diatas, terlihat bahwa pengasuh

Y sering mengadakan kegiatan pengajian khusus untuk cucunya.

Hal ini dibenarkan oleh anak pengasuh Y dalam wawancara

berikut ;

Kegiatanya yaa kaya pengajian ajaa, ngajarin anak ini

ngaji, ibu suka aja kalau luangin waktunya buat kegiatan

yang bermanfaat (Anak pengasuh Y, 7 Agustus 2021).

Untuk mengetahui apakah kegiatan tersebut berjalan

dengan baik, dapat terlihat pada wawancara berikut ;

Alhamdulilah berjalan dengan baik, soalnya di baca

Iqranya juga udah ada peningkatan, lancar banget deh

(Pengasuh Y, 7 Agustus 2021).

Jawaban berbeda diungkapkan oleh tetangga pengasuh

kerabat T dalam wawancara berikut ;

Pengasuh Y tidak tertarik untuk mengadakan kegiatan

gitu mas (Tetangga pengasuh T, 25 Juli 2021).

103

Berdasarkan wawancara diatas, terlihat bahwa pengasuh T

tidak memiliki minat untuk mengatur setiap kegiatan. Sehingga

kemampuan dalam mengatur pelaksanaan itu tidak ada.

Berdasarkan pemaparan dari ke 2 informan, dapat

disimpulkan bahwa 1 pengasuh terlihat memiliki kemampuan

kontrol pelaksanaan dengan baik, hal ini terlihat dari pengasuh

seringkali mengadakan kegiatan-kegiatan seperti mengajari ngaji,

dan kesemua acara tersebut berjalan lancar. Sedangkan untuk 1

pengasuh lainya, terlihat bahwa kemampuan kontrolnya dalam

mengatur pelaksanaan tidak baik, karena pada dasarnyan pengasuh

tidak memiliki minat untuk membuat dan mengatur kegiatan.

3. ASPEK TANTANGAN

A. Efikasi Diri

1. Kepercayaan diri pengasuh dalam mengatasi tekanan

Pengasuh kerabat mampu menjelaskan permasalahan apa

yang paling membuat pengasuh tertekan selama hidup, dan

permasalahan tersebut harus berada di luar konteks kompleksitas

permasalahan dalam merawat anak disabilitas.

a. Permasalahan / pengalaman tidak menyenangkan pengasuh

kinship di luar konteks pengasuhan anak disabilitas

Untuk mengetahui permasalahan pengasuh kerabat yang

paling menganggu pikiran dan mental selama hidup, dapat terlihat

pada wawancara berikut ;

Waktu suami saya meninggal, itu beneran mengganggu

pikiran ibu. Hampir tiap malem ibu cuma bisanya nangis

104

aja ditinggal bapak, sampe mau makan aja ibu ngga mau

(Pengasuh T, 24 Juli 2021).

Berdasarkan wawancara diatas, terlihat bahwa pengasuh T

memiliki pengalaman berat tentang masa lalunya, dimana

pengasuh T ditinggal oleh suaminya hingga membuat ia tidak

nafsu makan dan terus bersedih karena kehilangan partner.

Adapun alasan mengapa hal tersebut bisa terjadi, terlihat

pada wawancara berikut ;

Soalnya waktu itu bapak ada sakit jantung, tapi karena

operasi mahal cuma bisa dirumah aja, kadang saya suka

marah sama diri sendiri, kenapa ngga bisa punya uang

yang banyak, pasti bapak seenggaknya masih bisa

diobatin (Pengasuh T, 24 Juli 2021).

Berdasarkan wawancara diatas, terlihat bahwa alasan

mengapa suami pengasuh T meninggal dunia dikarenakan penyakit

jantung yang sedang di deritanya. Kesulitan biaya menjadi faktor

utama, mengapa suami T tidak bisa diselamatkan.

Berdasarkan pemaparan dari ke 2 informan, dapat

disimpulkan bahwa 1 pengasuh tidak pernah mengalami down,

sedangkan 1 pengasuh lainya pernah mengalami down akibat

adanya suatu peristiwa.

b. Reaksi / gejala pada tubuh saat mengalami down

Untuk mengetahui adanya gejala yang pengasuh kerabat

rasakan pada tubuh saat merasa down atau terpuruk, dapat terlihat

pada wawancara berikut ;

Karena waktu itu ibu ngga mau makan, badan ibu

langsung demam tinggi. Biasanya ibu kalau down cuma

105

demam tinggi aja, kalau terlalu cape asma ibu kambuh

(Pengasuh T, 24 Juli 2021).

Berdasarkan wawancara diatas, terlihat bahwa saat

pengasuh mengalami down, mengakibatkan adanya reaksi pada

tubuh berupa demam tinggi dan kambuhnya asma.

Jawaban lainya diungkapkan oleh pengasuh kerabat yang

lain dalam wawancara berikut ;

Ngga ada sih, Alhamdulillah ibu orangnya dibawa happy

ajaa. Ibu kalau ada masalah gitu udah terbiasa sabar,

makanya tetangga ngga pernah liat ibu marah-marah

/atau ngeluh (Pengasuh Y, 7 Agustus 2021).

Berdasarkan wawancara diatas, terlihat bahwa pengasuh

Y sangat tangguh dalam mengatasi setiap tekanan, dimana

pengasuh selalu sabar ketika dicoba musibah, dan tidak pernah

terlihat mengeluh saat mendapatkan kesulitan. Hal ini juga

dibenarkan oleh anak pengasuh Y, yang terlihat pada wawancara

berikut ;

Alhamdulililah saya ngga pernah lihat down mas,

orangnya sabar banget (Anak pengasuh Y, 7 Agustus

2021).

Berdasarkan pemaparan dari ke 2 informan, dapat

disimpulkan bahwa 1 pengasuh terlihat memiliki sikap sabar dalam

mengatasi masalah, yang dibuktikan dengan mereka tidak pernah

mengalami down. Sedangkan 1 pengasuh lainya, terlihat memiliki

reaksi pada tubuh ketika mengalami down seperti mengalami asma

dan demam tinggi.

c. Cara pengasuh mengatasi tekanan

106

Untuk mengetahui bagaimana cara pengasuh kerabat

dalam mengatasi rasa tertekan, dapat terlihat pada wawancara

berikut ;

Kalau udah kambuh begitu sih berobat, terus juga banyak

ikhtiar sama Allah, minta diberi kekuatan buat hadepin

cobaan (Pengasuh T, 24 Juli 2021).

Berdasarkan wawancara diatas, terlihat bahwa cara

pengasuh T dalam mengatasi rasa tertekan lebih kepada ikhtiar.

Untuk mengetahui apakah cara tersebut efektif dalam mengatasi

perasaan tertekan tersebut, dapat terlihat pada wawancara berikut ;

Efektif, walaupun butuh waktu juga untuk menerima

keadaan (Pengasuh T, 24 Juli 2021).

Berdasarkan wawancara diatas, terlihat bahwa cara yang

pengasuh T lakukan dalam mengatasi rasa tertekan cukup efektif

meskipun harus membutuhkan waktu agar bisa kembali pulih.

Jawaban lainya diungkapkan oleh pengasuh kerabat yang

lain dalam wawancara berikut ;

Kalau mengatasi sih dengan banyak doa, banyak sabar,

minta sama Allah biar dilapangkan hati ibu (Pengasuh Y,

7 Agustus 2021).

Berdasarkan wawancara diatas, terlihat bahwa cara

pengasuh Y dalam mengatasi rasa tertekan lebih kepada ikhtiar dan

doa, menambahkan informasi tentang cara pengasuh Y dalam

mengatasi perasaan tertekan, terlihat pada wawancara berikut ;

Ibu suka banget sholat tahajud, soalnya dia apa-apa lebih

ke pasrah aja sama Allah. Dia mau berkeluh kesah,

curhatnya sama Allah ajaa. Soalnya dia pernah bilang,

107

kalau Allah adalah tempat terbaik buat berkeluh kesah

(Anak pengasuh Y, 7 Agustus 2021).

Berdasarkan wawancara diatas, terlihat bahwa pengasuh Y

juga rutin melakukan sholat tahajud jika sedang terkena cobaan.

Untuk mengetahui apakah cara tersebut efektif dalam mengatasi

perasaan tertekan tersebut, dapat terlihat pada wawancara berikut ;

Alhamdulilah efektif, ibu orangnya jadi lebih sabar, jadi

lebih banyak berserah diri aja ke Allah, dan hidup jadi

dibawa enjoy aja (Pengasuh Y, 7 Agustus 2021).

Berdasarkan wawancara diatas, terlihat bahwa cara yang

pengasuh Y lakukan dalam mengatasi rasa tertekan sangat efektif,

dimana pengasuh terlihat lebih sabar dalam mengatasi setiap

permasalahan yang ada.

Berdasarkan pemaparan dari ke 2 informan, dapat

disimpulkan bahwa cara pengasuh dalam mengatasi perasaan

tertekan lebih kepada mendekatkan diri kepada Allah SWT, dan

cara tersebut sangat efektif bagi pengasuh dalam mengatasi

perasaan tertekan, sedangkan 1 pengasuh lainya terlihat harus

membutuhkan waktu untuk bisa menerima.

B. Analisis Sebab - Akibat

1. Paham terhadap penyebab serta akibat dari suatu peristiwa

Pengasuh kerabat mampu menjelaskan suatu peristiwa di

luar konteks pengasuhan yang pernah dialami selama hidupnya,

dan mampu menemukan apa yang menjadi penyebab, serta mampu

menjelaskan akibat apa yang ditimbulkan dari peristiwa tersebut.

a. Kemampuan analisis sebab – akibat peristiwa

108

Berikut merupakan cerita pengasuh terhadap suatu

keajadian yang berdasarkan pada pengalamanya langsung, hal ini

terlihat pada wawancara berikut ;

Waktu suami saya meninggal, itu beneran mengganggu

pikiran ibu. Soalnya waktu itu bapak ada sakit jantung,

tapi karena operasi mahal cuma bisa dirumah aja

(Pengasuh T, 24 Juli 2021).

Berdasarkan wawancara diatas, terlihat bahwa kemampuan

analisis pengasuh T sangat baik, dimana pengasuh dapat

menjelaskan sebab-sebab suaminya meninggal dunia karena tidak

memiliki biaya operasi. Untuk mengetahui apa saja yang

diakibatkan karena permasalahan tersebut, dapat terlihat pada

wawancara berikut ;

Karena waktu itu ibu ngga mau makan, badan ibu

langsung demam tinggi. Biasanya ibu kalau down cuma

demam tinggi aja, kalau terlalu cape asma ibu kambuh

(Pengasuh T, 24 Juli 2021).

Berdasarkan wawancara diatas, terlihat bahwa

kemampuan analisis pengasuh T sangat baik, dimana pengasuh

mampu menjelaskan akibat yang ditimbulkan setelah suaminya

meninggal, dimana ia langsung mengalami down dan demam

tinggi.

Jawaban lainya diungkapkan oleh pengasuh kerabat yang

lain dalam wawancara berikut ;

Penyebab mengapa ibu kandung dari anak ini mengalami

stress, karena suaminya meninggal dunia akibat

kecelakaan (Pengasuh Y, 7 Agustus 2021).

109

Berdasarkan wawancara diatas, terlihat bahwa kemampuan

analisis pengasuh Y sangat baik, dimana pengasuh dapat

menjelaskan sebab-sebab mengapa ibu kandung dari anak ini

mengalami stress karena suaminya meninggal dunia. Untuk

mengetahui apa saja yang diakibatkan karena permasalahan

tersebut, dapat terlihat pada wawancara berikut ;

Kalau ibunya aja stress gini kan kasian anaknya, jadi

ngga keurus (Pengasuh Y, 7 Agustus 2021).

Berdasarkan wawancara diatas, terlihat bahwa kemampuan

analisis pengasuh Y sangat baik, dimana pengasuh mampu

menjelaskan akibat yang ditimbulkan setelah ibunya mengalami

stress, adalah anak kandung yang mengalami disabilitas jadi tidak

terurus.

Berdasarkan pemaparan dari ke 2 informan, dapat

disimpulkan bahwa seluruh pengasuh kisnhip memiliki

kemampuan analisis sebab-akibat yang sangat baik, hal ini terlihat

dari pengasuh mampu menjelaskan sebab-sebab dari suatu

peristiwa, dan menjelaskan akibat yang ditimbulkan dari peristiwa

tersebut.

1.3 Tabel Data & Hasil Temuan Peneliti

Aspek Komitmen

No Aspek Sub Aspek Data & Hasil Temuan

Peneliti

1 Pengetahuan Diri Mengetahui diri sendiri Berdasarkan pemaparan

dari ke 2 informan, dapat

110

disimpulkan bahwa 1

orang dari informan tidak

memiliki riwayat penyakit

yang mengakibatkan

aktifitasnya terganggu,

sementara 1 orang

memiliki riwayat penyakit

yang menyebabkan

aktifitas dia menjadi

terbatas dalam pengasuhan

anak.

Berdasarkan pemaparan

dari seluruh informan,

dapat disimpulkan bahwa

kedisiplinan dari 1

informan dalam

melakukan kontrol cek

kesehatanya ke RS sangat

dipengaruhi oleh pandemi

covid 19, ketika sebelum

pandemi covid 19 mereka

melakukan medical check

up sebanyak setahun

sekali, namun ketika

muncul pandemi

semuanya menjadi

111

terhenti, artinya faktor

kondisi mempengaruhi

mereka untuk melakukan

kontrol kesehatan di RS.

Namun 1 orang informan

belum pernah

memeriksakan dirinya ke

RS karena faktor ekonomi

yang menjadi kendalanya.

Berdasarkan pemaparan

dari seluruh informan,

dapat disimpulkan bahwa

1 informan memiliki

dampak dalam pengasuhan

anak karena riwayat

penyakit, sedangkan 1

informan tidak memiliki

dampak dalam pengasuhan

anak karena kondisi

informan sehat atau tidak

memiliki riwayat penyakit.

Paham akan komitmen

yang dipilih

Berdasarkan pemaparan

dari seluruh informan,

dapat disimpulkan bahwa

terdapat 1 orang pengasuh

yang secara kontinue

112

membawa anak asuhnya

pergi ke tempat terapi di

RS, sementara 1 pengasuh

tidak lagi membawa anak

asuhnya pergi ke tempat

terapi dikarenakan faktor

ekonomi dan kondisi

tubuh dari anak asuh.

Berdasarkan pemaparan

dari seluruh informan,

dapat disimpulkan bahwa

1 pengasuh terlihat sangat

baik dalam memperhatikan

aspek asupan gizinya

untuk anak, sedangkan 1

pengasuh yang lain terlihat

sangat kesulitan dalam

memberikan asupan gizi

dikarenakan situasi

keuangan yang tidak

menentu.

Berdasarkan pemaparan

dari seluruh informan,

dapat disimpulkan bahwa

1 pengasuh terlihat sangat

baik dalam memperhatikan

113

aspek pendidikan untuk

anak, sedangkan 1

pengasuh lainya terlihat

mengabaikan pada aspek

pendidikan anak.

Berdasarkan pemaparan

dari seluruh informan,

dapat disimpulkan bahwa

seluruh informan telah

melakukan sosialisasi

kepada masyarakat sekitar,

namun terdapat respon

yang beragam terkait

dengan penerimaan anak

dari masyarakat sekitar.

Untuk 1 pengasuh, terlihat

bahwa lingkungan

sosialnya mampu

menerima anaknya dengan

baik. Sedangkan 1

pengasuh lainya,

ditemukan adanya

perundungan kepada anak

yang menyebabkan anak

mengalami rasa trauma

dan lebih memilih untuk

114

berdiam diri dirumah.

2 Nada Emosi Sikap optimis Berdasarkan pemaparan

dari seluruh informan,

dapat disimpulkan bahwa

kompleksitas

permasalahan yang

dialami oleh 1 pengasuh

kinship yaitu

permasalahan ekonomi

akibat pandemi covid 19,

hal ini menyebabkan

pemberian nutrisi kepada

anak menjadi terhenti atau

tidak optimal. Adapun 1

pengasuh lainya tidak

ditemukan adanya

kompleksitas

permasalahan karena

semua aspek anak sudah

terpenuhi.

Berdasarkan pemaparan

dari seluruh informan,

dapat disimpulkan bahwa

seluruh pengasuh kisnhip

memiliki sikap optimis

yang kuat dalam merawat

115

anak asuh, yang terlihat

dari banyaknya progress

kemandirian dalam diri

anak karena ketekunan,

kesabaran dan keikhlasan

pengasuh dalam mengajari

anak.

3 Kegiatan Yang

Diarahkan Untuk

Mengimplementasika

n Pada Elemen

Identitas Yang Dipilih

Pertumbuhan anak Berdasarkan pemaparan

dari ke 2 informan, dapat

disimpulkan bahwa 1

pengasuh kinship terlihat

memiliki kegiatan dalam

mendukung pertumbuhan

anak seperti mengajak

olahraga ringan,

melakukan kontrol

pertumbuhan dan

memberikan suplemen

tambahan. Sedangkan 1

pengasuh lainya, terlihat

tidak memiliki kegiatan

yang mendukung

pertumbuhan anak,

dikarenakan faktor

kemandirian anak yang

terbatas dan adanya faktor

116

ekonomi pengasuh.

Perkembangan anak Berdasarkan pemaparan

dari ke 2 informan, dapat

disimpulkan bahwa

seluruh pengasuh telah

melakukan kontrol

perkembangan kepada

anak asuh, dimana mereka

turut andil secara langsung

dalam melatih kemandiran

anak, sehingga anak rata-

rata memiliki progress

perkembangan yang sangat

baik.

4 Memproyeksikan

Masa Depan Pribadi

Seseorang

Rencana jangka

panjang

Berdasarkan pemaparan

dari ke 2 informan, dapat

disimpulkan bahwa

seluruh pengasuh memiliki

rencana kegiatan jangka

panjang bersama dengan

anaknya. Manfaat dari

rencana kegiatan tersebut

untuk anak asuh cukup

beragam, seperti anak

mampu bersosialisasi

dengan baik, anak mampu

117

mengenali dunia luar

selain lingkungan

rumahnya dan orang tua

kandung bisa lebih

menerima kehadiran anak.

Rencana jangka pendek Berdasarkan pemaparan

dari ke 2 informan, dapat

disimpulkan bahwa 1

pengasuh terlihat memiliki

rencana kegiatan jangka

pendek bersama dengan

anaknya seperti membuat

kue, dimana ini sangat

penting dalam melatih

aspek kemandirian anak

dan mengembangkan skill.

Sedangkan 1 pengasuhan

lainya terlihat tidak

memiliki rencana apapun

dalam waktu dekat ini

bersama dengan anak.

Aspek Kontrol

1 Kontrol Kognitif Kemampuan

mengantisipasi

peristiwa

Berdasarkan pemaparan

dari ke 2 informan, dapat

disimpulkan bahwa 1

pengasuh terlihat memiliki

118

tindakan preventif dalam

mengantisipasi

permasalahan yang

menghampiri, dimana

mereka ingin membuat

suatu usaha sampingan

sebagai upaya back up jika

mata pencaharian utama

mereka mengalami

masalah yang

menyebabkan aspek

ekonomi terganggu.

Sedangkan 1 pengasuh

terlihat tidak memiliki

tindakan preventif dalam

mencegah suatu

permasalahan.

2 Kontrol Keyakinan Kemampuan

mengambil keputusan

Berdasarkan pemaparan

dari ke 2 informan, dapat

disimpulkan bahwa 1

pengasuh terlihat memiliki

kontrol keyakinan yang

baik dalam bertahan

terhadap keputusanya. Hal

ini terlihat dari sikap

pengasuh yang memilih

119

bertahan untuk tetap

berdagang, dan berusaha

mencari solusi jika suatu

saat usahanya mengalami

hambatan. Sedangkan

untuk 1 pengasuh lainya

tidak memiliki kontrol

keyakinan, hal ini terlihat

dari sikap pengasuh yang

masih suka mengeluh saat

terkena permasalahan.

3 Kontrol Perilaku Kemampuan mengatur

pelaksanaan

Berdasarkan pemaparan

dari ke 2 informan, dapat

disimpulkan bahwa 1

pengasuh terlihat memiliki

kemampuan kontrol

pelaksanaan dengan baik,

hal ini terlihat dari

pengasuh seringkali

mengadakan kegiatan-

kegiatan seperti mengajari

ngaji, dan kesemua acara

tersebut berjalan lancar.

Sedangkan untuk 1

pengasuh lainya, terlihat

bahwa kemampuan

120

kontrolnya dalam

mengatur pelaksanaan

tidak baik, karena pada

dasarnyan pengasuh tidak

memiliki minat untuk

membuat dan mengatur

kegiatan.

Aspek Tantangan

1 Efikasi Diri Kepercayaan diri

pengasuh dalam

mengatasi tekanan

Berdasarkan pemaparan

dari ke 2 informan, dapat

disimpulkan bahwa 1

pengasuh tidak pernah

mengalami down,

sedangkan 1 pengasuh

lainya pernah mengalami

down akibat adanya suatu

peristiwa.

Berdasarkan pemaparan

dari ke 2 informan, dapat

disimpulkan bahwa 1

pengasuh terlihat memiliki

sikap sabar dalam

mengatasi masalah, yang

dibuktikan dengan mereka

tidak pernah mengalami

down. Sedangkan 1

121

pengasuh lainya, terlihat

memiliki reaksi pada

tubuh ketika mengalami

down seperti mengalami

asma dan demam tinggi.

Berdasarkan pemaparan

dari ke 2 informan, dapat

disimpulkan bahwa cara

pengasuh dalam mengatasi

perasaan tertekan lebih

kepada mendekatkan diri

kepada Allah SWT, dan

cara tersebut sangat efektif

bagi 1 pengasuh dalam

mengatasi perasaan

tertekan, sedangkan 1

pengasuh lainya terlihat

harus membutuhkan waktu

untuk bisa menerima.

2 Analisis Sebab-Akibat Paham terhadap

penyebab serta akibat

dari suatu peristiwa

Berdasarkan pemaparan

dari ke 2 informan, dapat

disimpulkan bahwa

seluruh pengasuh kisnhip

memiliki kemampuan

analisis sebab-akibat yang

sangat baik, hal ini terlihat

122

dari pengasuh mampu

menjelaskan sebab-sebab

dari suatu peristiwa, dan

menjelaskan akibat yang

ditimbulkan dari peristiwa

tersebut.

123

BAB V

PEMBAHASAN

Pada bab ini, peneliti akan mengkaji sekaligus menganalisis

temuan-temuan tentang ketangguhan diri pengasuh dalam

pengasuhan berbasis kekerabatan (Kinshipcare) di YSI Bintaro.

Peneliti akan meninjau dari teori Kobasa yang menilai bahwa

ketangguhan diri melibatkan pada aspek komitmen, aspek kontrol

dan aspek tantangan. Selain itu, peneliti akan menggunakan teori

lain yang ada di bab 2 seperti teori kemiskinan, teori pengasuh,

teori support system dan teori lainya untuk mendukung temuan

penelitian.

1. KOMITMEN

A. Pengetahuan Diri

1. Mengetahui diri sendiri

Di dalam mengasuh anak disabilitas, diperlukan kondisi

tubuh yang prima dari pengasuh kerabat agar proses pengasuhan

anak dapat berjalan dengan optimal, sebagaimana dalam teori

kesehatan jasmani yang menyebutkan bahwa kesehatan jasmani

adalah kapasitas fungsional atau kapasitas faali yang dapat

meningkatkan taraf kualitas kehidupan (bab II, hal. 33). Para

pengasuh kerabat harus menyadari tentang kesadaran dirinya

dalam memperhatikan kesehatan sebagai komponen utama dalam

suksesnya pengasuhan anak.

Berdasarkan temuan dari Bab 4, terlihat bahwa seluruh

pengasuh kerabat sudah mengetahui tentang riwayat penyakitnya

124

masing-masing, yang mana pengasuh kinship dinyatakan

memiliki kondisi tubuh prima karena sangat menjaga pola hidup

sehat. Hal ini selaras dengan teori kesehatan jasmani yang

menyatakan bahwa perilaku hidup sehat harus diimbangi dengan

aksi atau upaya untuk meningkatkan kesehatanya (bab II, hal.

33).

Sedangkan untuk pengasuh kerabat yang lain, ditemukan

adanya riwayat penyakit yang berdampak langsung pada

kemampuan pengasuh dalam merawat anak. Artinya, komponen

kesehatan jasmani tidak dapat dipenuhi oleh pengasuh kerabat

seperti kekuatan otot, daya tahan paru jantung, kecepatan, tenaga

otot, kelentukan, kelincahan, kecepatan reaksi dan keseimbangan

(bab II, hal. 34).

Terkait dengan aksi atau upaya untuk meningkatkan

kesehatanya, maka memeriksakan kesehatan di RS harus menjadi

kebutuhan dari pengasuh kerabat, karena pengetahuan mereka

tentang kesehatanya sangat diperlukan untuk bisa mengasuh

anak, sehingga pengasuh kerabat bisa disiplin dalam merawat

kesehatanya.

Berdasarkan temuan dari bab 4, terlihat bahwa pengasuh

kerabat disiplin dalam melakukan kontrol medical check up di

RS. Namun karena situasi pandemi covid 19, semuanya menjadi

terhenti. Artinya faktor keadaan lingkungan sangat berpengaruh

dalam tindakan seseorang, sebagaimana pernyataan dari

Depdiknas yang menjelaskan bahwa faktor dari lingkungan

mengakibatkan munculnya reaksi dari tiap seseorang (Depdiknas,

2015).

125

Namun, ditemukan juga pengasuh kerabat yang sama

sekali tidak pernah melakukan medical check up karena

keterbatasan ekonomi yang mengakibatkan kemiskinan. Hal ini

sesuai dengan teori kemiskinan yang menyatakan bahwa

kemiskinan merupakan standar hidup rendah yang dimiliki oleh

seseorang, dimana memberikan pengaruh atau dampak seperti

pendidikan, kesehatan, harga diri dan kehidupan moral (bab II,

hal. 30).

2. Paham akan komitmen yang dipilih

Didalam pengambil alih asuhan anak, pengasuh

kerabat tentunya harus memahami terkait apa saja yang menjadi

kebutuhan dari anak asuh, sebut saja seperti aspek terapi dan

perawatan, aspek asupan gizi, aspek pendidikan dan aspek

sosial. Hak-hak tersebut harus di penuhi oleh pengasuh kerabat

sebagai bentuk komitmenya dalam pengasuhan anak,

sebagaimana dalam teori pengasuhan yang menyebutkan bahwa

peran pengasuh harus memiliki kualifikasi keterampilan berupa

kemampuan dalam memberikan pelayanan, serta kemampuan

pengasuhan untuk berperan sebagai orang tua pengganti (bab II,

hal. 8)

Pemberian hak pelayanan juga harus dilakukan secara

kontinue, sebagaimana dalam teori konsistensi yang

mengatakan bahwa komponen dari afeksi harus terhubung

dengan komponen dari kognisi, dan harus tetap berjalan secara

konsisten (bab II, hal. 35).

Berdasarkan temuan dari bab 4, terlihat bahwa

pengasuh kerabat sangat memperhatikan aspek terapi dan

126

perawatan kepada anak asuhnya, yang ditandai dengan

pengasuh kerabat secara rutin membawa anak asuhnya pergi ke

RS setidaknya sebulan sebanyak 2 – 3 kali. Tentunya, ini

merupakan suatu hal yang baik dalam melatih kemandirian

anak, karena RS mempunyai fasilitas yang lengkap dalam

membantu kemandirian anak.

Temuan lainya pada aspek asupan gizi, terlihat bahwa

pengasuh sangat memperhatikan aspek asupan gizi untuk anak

asuh. Asupan gizi yang tepat, dapat mempengaruhi pengasuh

dalam tumbuh kembangnya, hal ini selaras dengan pernyataan

dari dokter spesialis gizi yang menyebutkan bahwa pemberian

nutrisi adalah faktor utama yang mempengaruhi anak di dalam

tumbuh kembangnya (Dian Permatasari, 2016).

Lalu pada aspek pendidikan, terlihat bahwa pengasuh

kerabat sangat memperhatikan aspek pendidikan untuk anak

dengan menyekolahkan mereka di sekolah khusus dan kelas

paud. Pada dasarnya, sekolah merupakan salah satu tempat

pendidikan yang baik untuk melatih skill dan kemandirian anak,

hal ini selaras dengan pernyataan yang menyebutkan bahwa

sekolah dapat membantu anak untuk mengasah kemampuan

sosial, membuka pikiran, mengembangkan potensi dan

menyalurkan kemampuan (Karlina Lestari, 2020).

Namun, ditemukan juga bahwa sebagian pengasuh

kerabat ada yang mengalami kendala pada faktor keuangan,

yang mengakibatkan pemberian hak berupa aspek terapi dan

perawatan, aspek asupan gizi maupun aspek pendidikan menjadi

terhenti. Dalam hal ini, bukan berarti pengasuh dengan sengaja

127

mengabaikan hak anak, namun faktor kemiskinan yang

membuat pengasuh menjadi sulit dalam memberikan pelayanan,

hal ini selaras dengan teori kemiskinan yang menjelaskan

bahwa seseorang yang mengalami kekurangan, mereka tidak

mampu untuk memenuhi kebutuhan primer maupun

sekundernya (bab II, hal. 30).

Pada pembahasan aspek sosial anak, terlihat bahwa

pengasuh kerabat telah melakukan sosialisasi kepada

masyarakat tentang anak asuhnya yang memiliki disabilitas

Tujuan dari sosialisasi bukan sekedar untuk memberikan

informasi saja perihal kondisi dari anak asuh, namun harus

memiliki manfaat untuk anak asuh, sehingga anak asuh merasa

diterima oleh masyarakat sekitar, hal ini selaras dengan teori

sosialisasi yang menyebutkan bahwa aktifitas sosialisasi tidak

hanya menyampaikan tentang informasi, namun harus memiliki

maksud berupa pencarian dukungan dari lingkungan masyarkat

(bab II, hal. 36).

Meskipun pengasuh kerabat sudah melakukan

sosialisasi kepada masyarakat, dengan harapan agar anak

asuhnya bisa diterima. Tetap saja, ditemukan respon yang

beragam dari msyarakat kepada anak asuh, salah satunya adalah

sikap perundungan yang ditujukan kepada anak disabilitas.

Anak disabilitas tentu memiliki perasaan, meskipun mereka

mengalami keterbatasan dalam tubuhnya, hal ini selaras dengan

teori sikap yang menyebutkan bahwa rasa dan emosi dimiliki

oleh setiap manusia, yang fungsinya untuk mewarnai hidupnya

dengan berbagai macam perasaan dan emosi (bab II, hal. 36).

128

B. Nada Emosi

1. Sikap optimis

Kompleksitas permasalahan sering kita temukan di dalam

hidup manusia, namun terkait dengan reaksi atau respon dalam

menyikapi kompleksitas permasalahan, tentunya tiap manusia

memiliki perbedaan. Ada manusia yang terlihat memiliki sikap

optimis dalam mengatasi hal tersebut, namun tak jarang juga ada

manusia yang lebih memilih untuk menyerah. Hal ini selaras

dengan teori sikap yang menyebutkan bahwa setiap individu akan

membuat reaksi yang beragam ketika menghadapi permasalahan

(bab II, hal. 37).

Didalam pengasuhan berbasis kinship, sikap optimis

menjadi hal yang penting untuk dimiliki oleh pengasuh dalam

mengatasi berbagai macam kompleksitas permasalahan. Hal ini

selaras dengan teori sikap yang menyebutkan bahwa

bagaimanapun situasi anda, harus selalu memanamkan sikap

optimis tentang permasalahan yang terjadi pada diri anda. Jika

krisis atau kegagalan datang menghampiri anda, maka jadikanlah

sebagai batu loncatan untuk terus maju (bab II, hal. 37).

Berdasarkan temuan dari bab 4, terlihat bahwa anak asuh

dulunya memiliki tingkat kemandirian yang berbeda, sebut saja

anak asuh tidak bisa menggerakan kedua kaki dan tanganya, anak

asuh tidak bisa merespon orang lain, anak asuh sering mengalami

kejang dll. Tentunya, peran pengasuh kerabat dalam melatih

kemandirianya sangat diperlukan sebagaimana dalam teori

pengasuh yang menyebutkan bahwa pengasuh mempunyai peran

129

yang penting dalam membentuk perkembangan seorang anak

(bab II, hal. 8).

Berbicara tentang progress kemandirian anak, terlihat

bahwa pengasuh kinship memiliki sikap optimis yang baik, hal

ini dibuktikan dengan banyaknya perkembangan yang dialami

oleh anak asuh terkait dengan kemandirian, sebut saja anak asuh

sudah bisa berjalan, sudah bisa makan atau minum sendiri, sudah

mampu merespon orang lain, memiliki teman dan kemandirian

lainya. Artinya, anak asuh perlahan mulai tidak bergantung

kepada orang lain. Hal ini selaras dengan teori kemandirian yang

menyebutkan bahwa terciptanya kemandirian karena adanya

usaha untuk melepaskan diri agar bisa berdiri sendiri (bab II, hal.

37).

C. Kegiatan Yang Diarahkan Untuk Mengimplementasikan

Pada Elemen Identitas Yang Dipilih

1. Pertumbuhan anak

Mewujudkan pertumbuhan anak yang ideal, berati harus

ditunjukan dengan aksi-aksi yang mendukung pada pertumbuhan

anak. Sebut saja seperti memberikan asupan nutrisi yang baik,

pemberian tambahan suplemen, aktifitas olahraga dan kegiatan

lainya yang mendukung pada pertumbuhan anak. Adapun indikator

dari pertumbuhan anak meliputi pada berat badan, tinggi badan,

pertumbuhan gigi dan ukuran tulang (bab II, hal. 3).

Berdasarkan temuan dari bab 4, terlihat bahwa pengasuh

kerabat sangat mendukung pada pertumbuhan anak, dimana

mereka melakukan kegiatan yang membantu pada pertumbuhan

130

anak asuh seperti memperhatikan asupan gizi makanan, susu dan

suplemen tambahan.

Meskipun sudah diberikan berbagai macam asupan

nutrisi, kondisi pertumbuhan dari anak asuh terlihat ada yang ideal

maupun ada yang tidak ideal. Artinya, faktor lain seperti gen

maupun kondisi tubuh dari anak mempengaruhi pada pertumbuhan,

sehingga tidak menjadi jaminan akan memiliki pertumbuhan ideal

meskipun asupan gizinya telah terpenuhi, hal ini selaras dengan

teori pertumbuhan anak yang menyebutkan bahwa faktor gen orang

tua dapat mempengerahui anak di dalam pertumbuhanya (bab II,

hal. 3).

2. Perkembangan anak

Kemandirian merupakan kemampuan untuk mengatur

dirinya secara sendiri, seperti mampu menyelesaikan

permasalahanya secara sendiri, mampu mengelola waktu, berjalan

dan lainya. Artinya, mereka bisa berdiri sendiri dalam

menyelesaikan permasalahanya tanpa bantuan orang disekitar (bab

II, hal 37).

Seringkali kita temukan, bahwa permasalahan pada anak

disabilitas ada di faktor kemandirianya, sebagaimana dengan hasil

pengamatan peneliti, dimana peneliti melihat bahwa setiap anak

disabilitas rata-rata mengalami gangguan pada motorik yang

menyebabkan kemandiranya menjadi terhambat. Penting untuk

pengasuh kinship agar terus melatih kemandirian anak dengan

kegiatan-kegiatan yang mendukung pada perkembangan

kemandirian dan skill anak.

131

Berbicara tentang perkembangan kemandiran, Ali

mengatakan bahwa kemandirian harus berlandaskan pada tujuan

dari hidup manusia (bab II, hal. 38). Artinya, di dalam

mengajarkan anak pada kemandirian, harus memasukan nilai-nilai

hidup pada diri manusia. Seperti mengajarkan anak untuk bisa

berjalan agar nantinya bisa melakukan kegiatan ibadah , atau

mengajarkan anak dalam membuat kue sehingga nantinya anak

disabilitas memiliki pekerjaan karena skill yang telah mereka

pelajari.

Hal ini selaras dengan temuan dari bab 4, dimana

pengasuh kerabat mengajarkan anak asuhnya pada kemandirian,

dan memiliki tujuan agar anak bisa memiliki skill usaha dan bisa

memiliki pondasi agama yang kuat dengan mengajarkan mengaji

se dini mungkin. Anak juga diajarkan untuk memiliki kemampuan

sosialisasi yang baik, karena relasi merupakan hal yang harus

dimiliki oleh masing-masing individu.

Berdasarkan hasil observasi dari peneliti terkait dengan

progress kemandirian anak, terlihat bahwa anak sudah memiliki

banyak perkembangan dalam hal kemandirian, sebut saja anak

sudah mampu untuk berjalan secara perlahan, anak sudah mampu

makan dan minum sendiri, anak pintar dalam mengaji dan belajar,

anak mulai memperlihatkan skillnya seperti sudah bisa memasak,

membuat kue dll. Artinya, peran pengasuh kerabat berhasil dalam

melakukan kontrol perkembangan kepada anak asuh. Hal ini

selaras dengan teori pengasuhan yang menyebutkan bahwa pola

asuh orang tua sangat mempengaruhi pada kemandiran anak (bab

II, hal. 8).

132

D. Memproyeksikan Masa Depan Pribadi Seseorang

1. Rencana jangka panjang dan pendek

Membuat proyeksi untuk kedepanya, dimana pengasuh

kinship memiliki planning atau rencana jangka panjang dalam

bentuk kegiatan, yang mana melibatkan pada anak asuhnya.

Namun, planning tersebut tidak dapat berjalan dengan baik bila

tanpa adanya persiapan, hal ini selaras dengan teori pelaksanaan

yang menyebutkan bahwa taktik, operasi dan strategi diperlukan

untuk mencapai tujuan yang diinginkan (bab II, hal. 38).

Berdasarkan pada temuan dari bab 4, terlihat bahwa

pengasuh memiliki rencana jangka panjang bersama dengan anak

asuhnya. Pengasuh kerabat ingin melakukan kegiatan wisata atau

liburan, yang mana memiliki manfaat dan tujuan yang beragam

untuk anak asuh seperti anak mampu bersosialisasi dengan baik,

anak mampu mengenali dunia luar selain lingkungan rumahnya

dan orang tua kandung bisa lebih menerima kehadiran anak.

Adapun temuan lainya pada bab 4, terlihat bahwa

pengasuh kerabat memiliki rencana jangka pendek bersama dengan

anak asuhnya. Pengasuh kerabat ingin melakukan kegiatan yang

mendukung pada kemandirian anak seperti melatih buang air kecil

dan membuat kue, dimana ini sangat penting dalam melatih aspek

kemandirian anak dan mengembangkan skill.

Artinya, dalam merencanakan proyek jangka panjang dan

pendek, tentunya harus memiliki tujuan dan manfaat untuk anak

perkembangan anak asuh. Hal ini selaras dengan teori pelaksanaan

yang menyebutkan bahwa perencanaan harus mencakup kepada

serangkaian tindakan berurutan yang ditujukan kepada bagaimana

133

cara memecahkan permasalahan di masa mendatang (bab II, hal.

38).

2. KONTROL

A. Kontrol Kognitif

1. Kemampuan mengantisipasi peristiwa

Di dalam mengambil suatu keputusan, tidak terlepas dari

yang namanya konsekuensi, hal ini selaras dengan pernyataan

yang menyebutkan bahwa keputusan, konsekuensi dan hasil

merupakan satu paket yang tidak bisa dipisahkan (Hendrik

Wijaya, 2011).

Pengasuh kerabat harus menyadari bahwa permasalahan

selalu ada menghampiri mereka, entah itu permasalahan yang

sudah diprediksikan maupun permasalahan yang datang secara

tidak terduga. Untuk itu, kemampuan mengantisipasi peristiwa

menjadi hal yang harus dimiliki oleh pengasuh kerabat, dimana

mereka memiliki tindakan preventif sebagai bentuk upaya mereka

dalam mengatasi dampak terhadap permasalahan, hal ini selaras

dengan pernyataan yang menyebutkan bahwa preventif

mempunyai tujuan untuk mengurangi dan mencegah

kemungkinan terjadinya hal yang tak diinginkan (Prawiro, 2018).

Berdasarkan pada temuan dari bab 4, terlihat bahwa

pengasuh telah melakukan tindakan preventif dalam mencegah

turunya faktor ekonomi, sebut saja pengasuh memiliki usaha

sampingan sebagai antisipasi bila mana pekerjaan utama mereka

mengalami kendala. Artinya, memiliki usaha sampingan menjadi

hal yang wajib dimiliki oleh pengasuh kerabat, hal ini diperkuat

134

oleh studi riset dari Harris dalam CareerBuilder.com yang

menyebutkan bahwa hampir 28% pria dan 35% wanita di US

memiliki pekerjaan sampingan, dimana pekerjaan sampingan

menjadi penting karena memiliki banyak manfaat, sebut saja

melatih skill inovatif dan mencegah bila mana pekerjaan utama

menjadi terhenti karena suatu kondisi (Harris, 2016).

Temuan lainya pada bab 4, terlihat bahwa sebagian

pengasuh tidak memiliki tindakan preventif dalam mencegah

turunya faktor ekonomi, hal ini disebabkan karena faktor

keuangan, sehingga pengasuh tidak memiliki modal dalam

membuat usaha sampingan. Artinya, faktor keadaan lah yang

membuat pengasuh menjadi terhambat dalam memiliki modal

usaha, dan bukan karena kehendak pengasuh. Hal ini selaras

dengan teori kemiskinan yang menyebutkan bahwa kemiskinan

adalah situasi yang serba terbatas, dimana itu terjadi bukan atas

kehendaknya dari orang yang bersangkutan (bab II, hal. 30).

B. Kontrol Keyakinan

1. Kemampuan mengambil keputusan

Pengambilan keputusan merupakan proses membuat

pilihan dari berbagai alternatif untuk mendapatkan hasil yang

diinginkanya. Pengambilan keputusan memiliki 3 aspek, sebut

saja pengambilan keputusan melibatkan pada pilihan akhir dari

alternatif, pengambilan keputusan melibatkan dari sejumlah

pilihan dan hasil yang diinginkan (bab II, hal. 39).

Para pengasuh kerabat harus mampu mengambil

keputusan dari berbagai alternative pilihan, dan pengasuh harus

meyakini di dalam pilihanya dengan menunjukan konsistensi

135

terhadap pilihan. Artinya, keyakinan menjadi faktor utama di

dalam pengambilan keputusan. Hal ini selaras dengan teori

pengambilan keputusan yang menyebutkan bahwa hal penting

dalam pengambilan keputusan adalah mengakui pentingnya

keputusan (bab II, hal. 39).

Berdasarkan temuan dari bab 4, terlihat bahwa pengasuh

kerabat memiliki kontrol keyakinan yang baik dalam bertahan

terhadap keputusanya. Hal ini terlihat dari sikap pengasuh yang

memilih bertahan untuk tetap berdagang, dan berusaha mencari

solusi saat usahanya mengalami hambatan. Artinya, dalam

memilih suatu keputusan, pengasuh menunjukan konsistensinya

dalam bertahan terhadap pilihan.

Temuan lainya pada bab 4, terlihat bahwa sebagian

pengasuh tidak memiliki keyakinan dalam mengambil suatu

keputusan, sebut saja pengasuh kerabat sering berpasrah diri atau

menyerahkan kepada orang lain untuk diselesaikan. Artinya,

tanggung jawab pengasuh tidak terlihat didalam konsistensi

pengambilan keputusan, dimana teori tanggung jawab

menyebutkan bahwa tanggung jawab erat kaitannya dengan

kewajiban (bab II, hal. 39).

C. Kontrol Perilaku

1. Kemampuan mengatur pelaksanaan

Kemampuan mengatur pelaksanaan menjadi penting

untuk dimiliki oleh para pengasuh kerabat, karena di dalam

melatih kemandirian anak, dibutuhkan sebuah kegiatan yang

terencana terkait dengan apa yang ingin dilakukan, apa tujuanya,

dan apa manfaatnya untuk anak asuh. Konsep pelaksanaan yang

136

sudah terencana, diperlukan agar dapat berjalan dengan lancar,

hal ini selaras dengan teori pelaksanaan yang menyebutkan

bahwa pelaksanaan bisa di implementasikan jika rencana tersebut

sudah dianggap siap (bab II, hal. 38).

Berdasarkan dengan temuan dari bab 4, terlihat bahwa

pengasuh kerabat sering mengadakan suatu pelaksanaan

kegiatan.. Sebut saja pengasuh sering mengadakan kegiatan

seperti mengajari anak mengaji, mengajari cara membuat kue,

mengadakan lomba 17 Agustus, acara makan-makan dan kegiatan

lainya yang bersifat formal maupun non formal, dan kegiatan

tersebut berjalan dengan baik.

Artinya, pengasuh kerabat memiliki kemampuan kontrol

pelaksanaan yang baik terhadap kegiatan yang sudah terencana,

yang terlihat dari bagaimana pengasuh kinship mampu mengatur

perilakunya dalam menjadi leadership di event atau kegiatan

dengan mengontrolnya secara langsung, sehingga kegiatan

tersebut dapat berjalan sesuai dengan keinginanya. Hal ini selaras

dengan teori pelaksanaan yang menyebutkan bahwa implementasi

kepemimpinan sangat efektif dan efisien dalam mencapai tujuan

(bab II, hal. 38).

Temuan lainya pada bab 4, terlihat bahwa sebagian

pengasuh kerabat tidak memiliki minat dalam membuat atau

mengatur sebuah kegiatan. Artinya, karakter menjadi penentu

utama bagi pengasuh kinship. Hal ini selaras dengan teori sikap

yang menyebutkan bahwa kecenderungan sikap bertindak sesuai

dengan karakternya (bab II, hal. 36).

137

3. TANTANGAN

A. Efikasi Diri

1. Kepercayaan diri pengasuh dalam mengatasi tekanan

Tanpa adanya penanganan yang tepat, kompeksitas

permasalahan dapat mengakibatkan tekanan yang berujung pada

terganggunya kesehatan mental seperti depresi, gangguan

kecemasan dan stress. Jika pengasuh kerabat sampai mengalami

gangguan mental karena adanya tekanan tersebut, maka yang akan

dirugikan bukan hanya pengasuh saja, namun anak asuhnya juga

ikut terkena dampaknya.

Untuk itu, didalam pengasuhan berbasis kerabat,

kemampuan pengasuh dalam mengatasi tekanan menjadi hal yang

wajib untuk dimiliki oleh pengasuh. Apalagi, jika seseorang

sampai mengalami stress karena adanya tekanan, bukan tidak

mungkin kondisi tubuhnya juga ikut terganggu. Hal ini selaras

dengan pernyataan yang menyebutkan bahwa dampak yang

biasanya diakibatkan oleh stress antara lain tekanan darah tinggi,

mual, demam, gagal jantung dan penyakit lainya (Deshinta, 2013).

Berdasarkan temuan dari bab 4, terlihat bahwa pengasuh

kerabat tidak pernah mengalami down. Hal ini dikarenakan

pengasuh sering mendekatkan diri kepada tuhanya, jika sewaktu-

waktu terkena permasalahan. Artinya, peran religiusitas individu

kepada tuhanya sangat efektif dalam mengatasi tekanan. Hal ini

selaras dengan teori ketangguhan diri yang menyebutkan bahwa

terapi yang terbaik untuk keresahan setiap jiwa adalah dengan

meningkatkan keimanan pada tuhan (bab II, hal. 7). Lebih lanjut,

James mengatakan bahwa seseorang yang paham akan religious,

138

umumnya akan terlindungi dari keresahan hati yang membelenggu

dan selalu terjaga keseimbangan hidupnya.

Temuan lainya pada bab 4, terihat bahwa sebagian

pengasuh kerabat pernah mengalami down yang mengakibatkan

adanya reaksi pada tubuh seperti demam dan asma. Hal ini

disebabkan karena kejadian di masa lalu dari pengasuh. Artinya,

kenangan atau pengalaman hidup menjadi hal yang utama dalam

mempengaruhi tekanan kepada diri pengasuh kerabat. Hal ini

selaras dengan teori ketangguhan diri yang menyebutkan bahwa

perjalanan hidup seseorang selalu diiringi oleh rangkaian

kekecewaan akibat perpisahan dari kehilangan orang atau objek

yang paling dicintai (bab II, hal. 6).

B. Analisis Sebab-Akibat

1. Paham terhadap penyebab serta akibat dari suatu peristiwa

Kemampuan dalam memahami setiap peristiwa

merupakan hal yang penting untuk dimiliki oleh pengasuh kinship,

karena dengan mengetahui apa penyebab dan akibat dari suatu

peristiwa, pengasuh bisa belajar dari pengalaman dan mampu

untuk memperbaikinya ke arah yang lebih baik. Hal ini selaras

dengan pernyataan yang menyebutkan bahwa adanya pengalaman

buruk di masa lalu, membuat seseorang dapat menginstropeksi dan

memperbaikinya. Pengalaman adalah dasar untuk mengatasi setiap

permasalahan yang ada pada kehidupan selanjutnya (Lutfin

Amalia, 2017).

Berdasarkan temuan dari bab 4, terlihat bahwa pengasuh

kerabat memiliki kemampuan analisis sebab-akibat pada setiap

persitiwa. Sebut saja pengasuh mampu menjelaskan penyebab

139

usahanya memiliki kendala yang sampai mengakibatkan harus

pindah lokasi, atau pengasuh mampu menjelaskan penyebab

kemiskinan yang sampai mengakibatkan suaminya meninggal

dunia karena kekurangan biaya pengobatan, atau pengasuh mampu

menjelaskan penyebab anaknya stress yang mengakibatkan

anaknya menjadi terlantar.

Artinya, kemampuan pengasuh kerabat dalam

menganalisis sebab-akibat dari suatu peristiwa sangat baik.

Sehingga, ini menjadi penting untuk pengasuh agar bisa belajar

dari pengalamanya, dan dapat membuat suatu tindakan antisipasi

agar tidak kembali terulang.

140

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan pada temuan-temuan dan analisa pada bab

sebelumnya, maka terdapat beberapa kesimpulan yang bisa

diperoleh dari penelitian tentang ketangguhan diri pengasuh

kinship dalam merawat anak disabilitas di Yayasan Sayap Ibu

Bintaro sebagaimana berikut ;

Dari 2 orang informan yang merupakan para pengasuh

kerabat bagi anak disabilitas, ditemukan adanya suatu perbedaan,

dimana 1 orang informan memiliki ketangguhan diri yang terlihat

dari mereka telah memenuhi semua aspek ketangguhan diri seperti

komitmen, kontrol dan tantangan. Hal ini juga dipengaruhi oleh

pendapatan finansial dan religiutas dari pengasuh kinship. Namun,

1 orang informan tidak memiliki ketangguhan diri karena

mengabaikan pada pelayanan dan hak kepada anak disabilitas, hal

ini dipengaruhi oleh kemiskinan karena kurangnya pendapatan

finansial.

Pada aspek komitmen, 1 orang informan memiliki

optimisme yang ditenggarai dengan mampu mengatur pola hidup

sehat seperti menjaga pola makan dan berolahraga. Pengasuh

kerabat juga memperhatikan pelayanan dan hak untuk anak,

sehingga anak memiliki progress kemandirian yang baik. Namun, 1

orang informan tidak memiliki optimisme yang dipengaruhi oleh

pendapatan finansial, sehingga pengasuh mengabaikan pada

kesehatanya. Pengasuh juga mengabaikan pada pelayanan dan hak

141

untuk anak karena adanya keterbatasan finansial, sehingga anak

memiliki progress kemandiran yang lambat.

Pada aspek kontrol, 1 orang informan memiliki tindakan

preventif dengan memiliki usaha sampingan sebagai bentuk

pencegahan apabila penghasilan utamanya mengalami hambatan,

informan juga mampu mengambil sebuah keputusan, serta mampu

membuat suatu kegiatan yang terencana dengan baik. Namun, 1

orang informan tidak memiliki tindakan preventif dalam

mengantisipasi masalah, hal ini terlihat dari informan tidak

memiliki usaha sampingan karena tidak memiliki modal. Informan

juga tidak memiliki minat dalam membuat kegiatan apapun, serta

selalu mengandalkan orang lain saat mengambil keputusan.

Pada aspek tantangan, 1 orang informan memiliki efikasi

diri, dimana informan sangat percaya diri didalam mengatasi

permasalahan tanpa sekalipun merasa pesimis / down. Informan

juga memiliki kemampuan analisis yang baik dalam menanggapi

suatu peristiwa, sehingga bisa dijadikan sebagai pembelajaran

pengalaman agar nantinya bisa bertindak lebih baik. Namun, 1

orang informan tidak memiliki efikasi diri, hal ini terlihat dari

informan sering mengalami down saat menerima cobaan karena

terbiasa pasrah tanpa memiliki planning apapun.

2. Saran

Berdasarkan kesimpulan dari hasil penelitian ini, masih

dapat ditemukan berbagai kekurangan atau kendala di dalam

beberapa aspek maupun sub aspek yang dilakukan oleh YSI

Bintaro terkait dengan program supporting bagi kemanfaatan

142

pengasuh kerabat dan anak asuh disabilitas. Maka dari itu, peneliti

akan memuat beberapa saran yang dapat dipertimbangkan sebagai

berikut ;

1. Bagi YSI Bintaro dapat mempertimbangkan untuk

meningkatkan program pemenuhan kebutuhan untuk

anak disabilitas yang ada di luar panti. YSI Bintaro

juga dapat mempertimbangkan untuk membuat

program bantuan ekonomi sehingga pengasuh

kerabat memiliki penghasilan tambahan selama masa

pandemi covid 19.

2. Bagi komunitas peneliti, dapat mempertimbangkan

untuk mewawancari lebih lanjut dengan informan

yang lain, sehingga tangguh atau tidaknya pengasuh

kerabat bukan hanya didasarkan kepada faktor

pendapatan finansial dan religiutas saja, namun bisa

dicari faktor yang lain sesuai dengan temuan dari

komunitas peneliti.

159

DAFTAR PUSTAKA

Adelle. (2020). Support System: Manfaat & Alasan Penting

Memilikinya di Masa Sulit. 21 Juli 2020.

https://tirto.id/support-system-manfaat-alasan-penting-

memilikinya-di-masa-sulit-fSmj

Adisasmita. (2018). Pengertian Pelaksanaan. Graha Ilmu, 1–42.

http://id.shvoong.com/social-sciences/sociology/2205936-

pengertian-pelaksanaan-actuating/, diakses 28 oktober 2018

pukul 11.15

Arina Amalana. (2016). Sosialisasi BMT An-Nawawi Purworejo

terhadap siswa-siwi untuk menggunakan simpanan

pendidikan. Hilos Tensados,1 - 476.

Averill. (2014). HUBUNGAN ANTARA KONTROL DIRI

DENGAN PENGUNGKAPAN DIRI PADA REMAJA

PENGGUNA FACEBOOK.

http://eprints.ums.ac.id/32720/10/02. Naskah Publikasi.pdf

Azwar. (1988). Pembentukan Sikap (Teori Reasoned Action).

Jurnal Cakrawala Pendidikan, 3(3), 51–63.

Baskoro. (2009). TEKNIK-TEKNIK OBSERVASI (Sebuah

Alternatif Metode Pengumpulan Data Kualitatif Ilmu-ilmu

Sosial). At-Taqaddum, 8(1), 21.

https://doi.org/10.21580/at.v8i1.1163

Behrman, Kligman, A. (2000). Analisis Faktor Perilaku Seksual

Pada Anak SD di SDN Dukuh Kupang II - 489 Kecamatan

Dukuh Pakis Kelurahan Dukuh Kupang Surabaya. ADLN

Perpustakaan Universitas Airlangga, 11–76.

160

http://repository.unair.ac.id

Brown, B. (1984). Hubungan Antara Pengetahuan Karir, Efikasi

Diri Dengan Pengambilan Keputusan Karir. Repository Uin

Suska, 53(9), 15–36.

http://dx.doi.org/10.1016/j.tws.2012.02.007

Depdiknas. (2015). Dampak Lingkungan Sosial Terhadap

Perubahan Perilaku Remaja Perempuan Di Desa Ammat

Kecamatan Tampan’Amma Kabupaten Kepulauan Talaud.

Jurnal Holistik, 13(3), 1–16.

Dian Permatasari. (2016). Asupan Gizi dan Nutrisi Pengaruhi

Tumbuh Kembang Anak. 1 Oktober 2016.

https://www.beritasatu.com/gaya-hidup/389886/asupan-gizi-dan-

nutrisi-pengaruhi-tumbuh-kembang-anak

Docdoc. (2020). Apa itu Terapi Wicara: Gambaran Umum,

Manfaat, dan Hasil yang Diharapkan. 2 November 2020.

https://www.docdoc.com/id/info/specialty/terapis-wicara

Dubois. (2012). Seberapa Besar Faktor Keturunan Memengaruhi

Tinggi Badan Anak? 17 September 2017.

https://hellosehat.com/parenting/kesehatan-anak/penyakit-pada-

anak/faktor-keturunan-pada-tinggi-badan-anak/

Eko Wahyu. (2020). Mengenal Play Therapy, Terapi Bermain

untuk Mengatasi Masalah Psikologis Anak. 23 Juli 2020.

https://www.orami.co.id/magazine/mengenal-play-therapy/

Ellies Sukmawati & Lisma Dyawati. (2018). The Complexity of

Issues on Kinship Care for Disabled Children (A case study

on Sayap Ibu Bintaro foundation). 153(Icddims 2017), 24–

29. https://doi.org/10.2991/icddims-17.2018.6

161

Erly Suandy. (2001). Pengertian Perencanaan: Fungsi, Tujuan,

dan Jenis-Jenis Perencanaan. 30 Oktober 2020.

https://www.maxmanroe.com/vid/manajemen/pengertian-

perencanaan.html

Fasli Jalal. (2013). Ini Dua Aspek Penting dalam Merawat Anak.

22 November. https://health.detik.com/anak-dan-remaja/d-

2421171/perhatikan-ini-dua-aspek-penting-dalam-merawat-

anak

Fatturahman. (2013). No Title No Title. Journal of Chemical

Information and Modeling, 53(9), 1689–1699.

Gottlib. (1983). Social support strategies. California: Sage

Publication, 28.

Halodoc. (2019). Fisioterapi. 5 September 2019.

https://www.halodoc.com/kesehatan/fisioterapi

Harniarti. (2010). Strategi Untuk Peningkatan Pendapatan

Rumah Tangga Petani Miskin di Perdesaan: Studi Kasus

Pada Rumah Tangga Petani Miskin di Desa Cisaat

Kecamatan Cicurug Kabupaten Sukabumi. 15–42.

Harris. (2016). Kerja Sampingan: Definisi, Manfaat dan

Mengapa Ini Penting untuk Karyawan? 7 Agustus 2017.

https://www.studilmu.com/blogs/details/kerja-sampingan-

definisi-manfaat-dan-mengapa-ini-penting-untuk-

karyawan/page:4

Hendrik Wijaya. (2011). Keputusan, konsekuensi dan hasil. 16

Mei 2011.

https://hendrikwijayajong.wordpress.com/2011/05/16/keputusan-

konsekuensi-dan-hasil/

162

Intan Ananda Utami. (2019). Apa itu Okupasi Terapi?

Bagaimana pelayanan Okupasi Terapi pada Anak ? 18

Januari 2019. https://www.rsazra.co.id/azra/artikel/apa-itu-

okupasi-terapi-atau-ot-pada-anak

Irrizary. (2016). Kinship care: Child safety or easy option? Staff

and carers’ perspectives. In Journal of Family Social Work

(Vol. 19, Issue 3, pp. 199–219).

https://doi.org/10.1080/10522158.2016.1187699

Karlina Lestari. (2020). Pengertian Sekolah dan Alasan Mengapa

Anak Harus Sekolah. 14 Agustus 2020.

https://www.sehatq.com/artikel/pengertian-sekolah-dan-alasan-

mengapa-anak-harus-sekolah

Lunenburg. (2010). Dasar Pengambilan Keputusan. 9–48.

https://doi.org/10.31227/osf.io/a4t5e

Lutfin Amalia. (2017). Belajar dari Pengalaman Jauh Lebih

Baik, “Why”? 15 Oktober 2017.

https://www.kompasiana.com/lutfinamalia/59e377464869322368

57ce72/belajar-dari-pengalaman-jauh-lebih-baik-why

Marcia. (2007). Bab ii landasan teoritik a. pengertian 1. Marcia,

3(3), 14–62. http://repository.unj.ac.id/1063/8/9. BAB II

pdf.pdf

Mayasari. (2014). Mengembangkan Pribadi Yang Tangguh

Melalui Pengembangan Keterampilan Resilience. Jurnal

Dakwah, 15(2), 265–287.

https://media.neliti.com/media/publications/76088-ID-

mengembangkan-pribadi-yang-tangguh-melal.pdf

Miles dan Huberman dalam May Harianti. (2015). Analisis Data

163

Kualitatif Miles dan Hubermen.

Kompasiana.

https://www.kompasiana.com/meykurniawan/556c45005793

7332048b456c/analisis-data-kualitatif-miles-dan-hubermen

Mufida. (2015). BAB III METODE PENELITIAN

(Kebermaknaan Hidup). 24–31.

http://etheses.uin-

malang.ac.id/1503/7/09410166_Bab_3.pdf%0Ahttp://ethese

s.uin-malang.ac.id/1503/

Nurakhmi. (2019). KEMENTERTIAN PEMBERDAYAAN

PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK REPUBLIK

INDONESIA.

Paulpla. (2009). Sikap Emosional Ketika Menghadapi Krisis.

Humaniora, 5(2), 881.

https://doi.org/10.21512/humaniora.v5i2.3181

Prawiro. (2018). Pengertian Preventif dan Represif, Contoh,

Tujuan Tindakan Preventif dan Represif. 17 April 2018.

https://www.maxmanroe.com/vid/umum/pengertian-

preventif.html

Ritonga. (2015). Teori Kemiskinan (Pengertian / Definisi, Ciri-

Ciri Dan Dimensi Kemiskinan Menurut Para Ahli ). 13 Mei

2015.

https://www.materibelajar.id/2016/04/teori-kemiskinan-

pengertian-definisi.html

Rustina. (2014). Rustina. 287–322.

Sapti. (2019). No Title No Title. Kemampuan Koneksi Matematis

(Tinjauan Terhadap Pendekatan Pembelajaran Savi), 53(9),

164

1689–1699.

Sudarno. (1992). No Title No Title No Title. Paper Knowledge .

Toward a Media History of Documents, 9–33.

Supriatna. (1997).http://eprints.uanl.mx/5481/1/1020149995.PDF

Ummah, A. R. (2014). Pengasuhan Anak Harus Dilakukan

Keluarga. Investor.Id.

https://investor.id/national/pengasuhan-anak-harus-dilakukan-

keluarga

Vincentius. (2020). HIDROTERAPI BANTU PROSES

PEMULIHAN. 18 Desember 2020.

https://rkzsurabaya.com/hidroterapi-bantu-proses-pemulihan/

Wahidmurni. (2017). Dr. Wahidmurni, M.Pd. Jurnal Sains Dan

Seni ITS, 6(1), 51–66.

http://repositorio.unan.edu.ni/2986/1/5624. Widagdo. (1999).

Khuruj Dan Komitmen Pada Keluarga (Studi Deskriptif

Pada Jamaah Tabligh).

http://repository.uin-suska.ac.id/id/eprint/6871

Wilson. (2008). Konsep dan Kajian Ilmu Perencanaan. 1–98.

Yusuf dalam Kristanto. (1990). No Title:pp. 56-79.

Zellatifanny. (2018). Tipe Penelitian Deskripsi Dalam Ilmu

Komunikasi. Diakom : Jurnal Media Dan Komunikasi, 1(2),

83–90.

https://doi.org/10.17933/diakom.v1i2.20.

xxi

LAMPIRAN - LAMPIRAN

Pedoman Wawancara Pengasuh

1.1 Aspek Komitmen

No Aspek Sub Aspek Pertanyaan

1 Knowledge

Ability

Mengetahui diri

sendiri (Paham akan

kondisi / keadaan dari

dirinya)

Apakah bapak / ibu pernah

memiliki riwayat atau keluhan

penyakit ?

Berapa tahun sekali bapak / ibu

mengecek kondisi kesehatan ?

Dimana bapak / ibu mengecek

kondisi kesehatan ?

Apakah riwayat penyakit tersebut

mempengaruhi bapak / ibu dalam

merawat kerabat disabilitas?

Bagaimana cara bapak / ibu dalam

mengatasi kondisi tersebut,

sehingga dalam merawat kerabat

disabilitas tetap optimal ?

Paham akan

komitmen yang dipilih

Apa yang melatar belakangi

bapak/ibu dalam mengambil alih

pengasuhan?

Bagaimana perasaan bapak / ibu

setelah sekian lama merawat anak

ini? (Sayang / tidak)

Berapa tahun sekali bapak / ibu

membawa anak ini ke tempat terapi

dan perawatan ?

Dimana anak ini melakukan terapi

dan perawatan?

Bagaimana dengan asupan gizinya?

Bagaimana dengan pendidikanya?

Apakah lingkungan sosialnya

menerima kehadiran anak ini

dengan baik?

Kapan terakhir bapak / ibu

mengajak keluar bermain, sehingga

xxii

anak mampu belajar untuk

bersosialisasi dan memiliki teman

bermain?

Apakah bapak / ibu pernah

melakukan sosialisasi kepada

masyarakat sekitar tentang

kerabatnya yang memiliki

disabilitas?

Dalam merawat kerabat disabilitas,

pernahkah bapak / ibu sekalian

merasa jenuh?

Bagaimana cara bapak / ibu dalam

mengatasi rasa jenuh, sehingga

dalam merawat kerabat disabilitas

terasa semakin ikhlas?

2 Emotional

Tone

Sikap Optimis

(Difokuskan pada

permasalahan dalam

merawat anak)

Permasalahan apa saja yang

bapak/ibu rasakan selama merawat

kerabat disabilitas?

Bagaimana cara bapak dalam

menghadapi permasalahan

tersebut?

Apa yang memotivasi bapak / ibu

untuk terus bertahan dalam

merawat kerabat disabilitas

ditengah permasalahan yang ada?

Progress apa saja yang bapak/ibu

temukan selama merawat mereka?

3 Activity

Directed

Toward

Implementing

the Chosen

Identity

Element

(Kegiatan yang

mendukung

terwujudnya

komitmen)

Pertumbuhan anak Berapa tinggi badan anak?

Berapa berat badan si anak?

Berapa kali bapak / ibu melakukan

kontrol pertumbuhan pada anak

dalam setahun?

Apakah anak suka melakukan

olahraga ringan?

Kapan terakhir bapak / ibu

mengajak olahraga ringan kepada

anak ?

Apakah bapak/ibu sering

xxiii

memberikan suplemen untuk

pertumbuhan anak?

Perkembangan anak Apakah anak ini memiliki masalah

pada motoriknya?

Sejak usia berapa masalah motorik

pada anak ini mulai terlihat?

Bagaimana cara bapak / ibu dalam

melatih kemandirianya selama ada

dirumah?

4 Projecting of

one’s personal

future

(Membuat

proyeksi untuk

kedepanya,

dengan

mengetahui

kegiatan apa

yang ingin

dilakukan

dalam

beberapa tahun

kedepan)

Rencana jangka

panjang (5-20 tahun

kedepan)

Kegiatan apa saja yang ingin bapak

/ ibu lakukan bersama anak dalam

rencana waktu 5-20 tahun kedepan?

Apa tujuan bapak / ibu melakukan

kegiatan tersebut?

Apa manfaat yang bisa diperoleh

bagi anak terhadap kegiatan

tersebut?

Bagaimana cara bapak / ibu

merealisasikanya agar bisa

terwujud?

Rencana jangka

pendek

Kegiatan apa saja yang ingin bapak

/ ibu lakukan dalam waktu dekat ini

bersama dengan anak?

Apa tujuan bapak / ibu melakukan

kegiatan tersebut?

Apa manfaat yang bisa diperoleh

bagi anak terhadap kegiatan

tersebut?

Bagaimana cara bapak / ibu

merealisasikanya agar bisa

terwujud?

1.2 Aspek Kontrol

No Aspek Sub Aspek Pertanyaan

1 Kontrol kognitif

(Kemampuan

seseorang untuk

Kemampuan

mengantisipasi

peristiwa melalui

Dalam merawat kerabat disabilitas

tentu memiliki banyak sekali

permasalahan yang datang secara

xxiv

menggali

informasi yang

tidak

dibutuhkan,

dengan menilai /

menghubungkan

suatu peristiwa

yang

menimpanya )

berbagai

pertimbangan objektif

tidak diduga maupun sudah

diprediksi, entah itu permasalahan

ekonomi, nutrisi, kesehatan dll. lalu

adakah tindakan antisipasi dari

bapak / ibu dalam mencegah

permasalahan tersebut ?

2 Kontrol

Keyakinan

(Kemampuan

seseorang yang

berdasarkan

pada keyakinan

dalam memilih

suatu tindakan

yang

diinginkanya )

Kemampuan

mengambil keputusan

Jika antisipasi tersebut gagal,

apakah bapak / ibu memiliki upaya

lain dalam mengatasi permasalahan

tersebut, atau lebih memilih

menyerah dan memberikan kepada

orang lain untuk menyelesaikan?

3 Kontrol Prilaku

(Kemampuan

seseorang untuk

memanipulasi /

memodifikasi

suatu kejadian

yang menurut

dia tidak

menyenangkan,

sehingga

terdapat situasi

dalam

pengendalian

kejadian

tersebut)

Kemampuan

mengatur

pelaksanaan

Kapan terakhir bapak / ibu

melakukan kegiatan bersama

dengan anak dalam rangka

membantu kemandirianya?

Apakah bapak / ibu yang mengatur

kegiatan tersebut?

Apakah kegiatan tersebut berjalan

dengan baik?

Dimana tempat kegiatan tersebut

berlangsung?

1.3 Aspek Tantangan

No Aspek Sub Aspek Pertanyaan

1 Self Efficacy Rasa percaya diri Sebutkan 1 permasalahan yang

xxv

dalam menghadapi

tekanan (Difokuskan

pada permasalahan

dari pengasuh)

menurut bapak / ibu paling

menganggu pikiran dan mental

selama hidup?

Apakah bapak/ibu waktu itu merasa

terpuruk / down?

Mengapa hal tersebut bisa terjadi?

Kapan kejadian tersebut

berlangsung?

Dimana kejadian itu berlangsung?

Adakah gejala yang bapak / ibu

rasakan pada tubuh saat merasa

down / terpuruk?

Yakin terhadap

kemampuanya dalam

mengatasi masalah

Bagaimana cara bapak / ibu dalam

mengatasi tekanan tersebut?

Apakah sejauh ini, cara yang bapak

/ ibu lakukan sudah efektif dalam

mengatasi tekanan?

Pernahkan dulu bapak/ ibu

terpikirkan untuk menyerah?

Mampu

menumbuhkan

motivasi

Apa yang menjadi penyemangat

bagi bapak / ibu untuk kembali

bangkit pada waktu itu?

xxvi

Pedoman Wawancara Orang Terdekat Pengasuh

1.1 Aspek Komitmen

No Aspek Sub Aspek Pertanyaan

1 Knowledge Ability Mengetahui diri

sendiri ((Paham akan

kondisi / keadaan dari

pengasuh)

Bagaimana dengan kondisi

kesehatan dari pengasuh?

Berapa tahun sekali pengasuh

mengecek kesehatan?

Dimana pengasuh melakukan

cek kesehatan?

Apakah riwayat penyakit

tersebut mempengaruhi

pengasuh dalam merawat

kerabat disabilitas?

Paham akan

komitmen yang

dipilih

Pernahkan pengasuh mengeluh

ketika merawat anak ini?

Berapa tahun sekali pengasuh

membawa anak ini pergi ke

tempat terapi dan perawatan?

Apakah pengasuh

memperhatikan asupan gizinya

untuk anak?

Bagaimana dengan

pendidikanya?

Apakah lingkungan sosialnya

menerima kehadiran anak ini

dengan baik?

Kapan terakhir bapak / ibu

melihat pengasuh mengajak

keluar anak untuk bermain,

sehingga anak mampu belajar

untuk bersosialisasi dan

memiliki teman bermain?

Apakah bapak / ibu pernah

melihat pengasuh melakukan

sosialisasi kepada masyarakat

sekitar tentang kerabatnya yang

memiliki disabilitas?

xxvii

Adakah upaya yang dilakukan

oleh pengasuh dalam mengatasi

rasa lelah, sehingga dalam

merawat kerabat disabilitas bisa

tetap optimal?

2 Emotional Tone

Sikap optimis Ketika sedang dicoba masalah,

apakah pengasuh sering merasa

tertekan?

Apakah pengasuh seringkali

berusaha untuk mencari jalan

keluar dari permasalahan

tersebut / lebih memilih untuk

berdiam diri?

Progress apa saja yang

bapak/ibu temukan selama

pengasuh merawat anak ini?

3 Activity Directed

Toward

Implementing the

Chosen Identity

Element

Pertumbuhan anak Apakah pengasuh rutin

melakukan kontrol pada

pertumbuhan anak?

Apakah pengasuh sering

mengajak olahraga ringan

kepada anak?

Berapa bulan sekali pengasuh

mengajak olahraga ringan

kepada anak?

Apakah pengasuh sering

memberikan suplemen untuk

pertumbuhan anak?

Perkembangan anak Bagaimana cara pengasuh

dalam melatih kemandirian

anak selama dirumah?

1.2 Aspek Kontrol

No Aspek Sub Aspek Pertanyaan

1 Kontrol Kognitif Kemampuan

mengantisipasi

peristiwa melalui

berbagai

Dalam merawat kerabat

disabilitas tentu memiliki

banyak sekali permasalahan

yang datang secara tidak

xxviii

pertimbangan objektif diduga maupun sudah

diprediksi, entah itu

permasalahan ekonomi, nutrisi,

kesehatan dll. lalu adakah

tindakan antisipasi dari

pengasuh dalam mencegah

permasalahan tersebut

2 Kontrol Keyakinan Kemampuan

mengambil keputusan

Apakah pengasuh seringkali

membuat keputusan dalam

mengatasi permasalahan, atau

lebih memilih menyerah dan

memberikan kepada orang lain

untuk menyelesaikan?

3 Kontrol Prilaku Kemampuan mengatur

pelaksanaan

Apakah pengasuh sering

mengadakan kegiatan?

Apakah pengasuh yang

mengatur kegiatan tersebut?

Apakah kegiatan tersebut

berjalan dengan baik?

1.3 Aspek Tantangan

No Aspek Sub Aspek Pertanyaan

1 Self Efficacy

Rasa percaya diri

dalam menghadapi

tekanan (Difokuskan

pada permasalahan

dari pengasuh)

Apakah pengasuh pernah

merasakan kondisi terpuruk /

down?

Mengapa hal tersebut bisa

terjadi?

Kapan itu terjadinya?

Dimana kejadian itu

berlangsung?

Adakah Gejala yang pengasuh

rasakan pada tubuh ketika

sedang down / terpuruk?

Yakin terhadap

kemampuanya dalam

mengatasi masalah

Bagaimana cara pengasuh

dalam mengatasi kondisi down

/ terpuruk?

Apakah sejauh ini, cara yang

pengasuh lakukan sudah efektif

xxix

dalam mengatasi kondisi down

/ terpuruk?

xxx

Pedoman Observasi Pengasuh

1.1 Aspek Komitmen

No Aspek Sub Aspek Observasi

1 Knowledge Ability Mengetahui diri sendiri Mengamati kondisi

kesehatan dari

pengasuh

2 Emotional Tone

Sikap optimis Mengamati mimik /

raut wajah dari

pengasuh saat

menceritakan dan

menyelesaikan

permasalahan dalam

merawat anak

disabilitas

3 Activity Directed

Toward Implementing

the Chosen Identity

Element

Pertumbuhan anak Mengamati kondisi

tubuh dari anak

disabilitas selama

dirawat oleh pengasuh

kerabat

Perkembangan anak Melihat langsung

kemandirian apa saja

yang sudah bisa

dilakukan oleh anak

1.2 Aspek Tantangan

xxxi

No Aspek Sub Aspek Observasi

1 Analisis sebab akibat

Paham terhadap

penyebab terjadinya

pristiwa

Mengamati setiap cerita

pengalaman pengasuh

ketika mengalami

peristiwa tertekan, dan

pengasuh bisa

menyimpulkan

penyebab terjadinya

peristiwa

Paham terhadap akibat

yang ditimbulkan oleh

peristiwa

Mengamati setiap cerita

pengalaman pengasuh

ketika mengalami

peristiwa tertekan, dan

pengasuh bisa

menjelaskan apa saja

yang diakibatkan oleh

peristiwa tersebut

lx

Transkrip Wawancara (Pengasuh 1)

Nama : Tuti Suhartini

Umur : 52 tahun

Jenis Kelamin : Perempuan

Lokasi Wawancara : Ciputat, Tangerang Selatan

Tempat Wawancara : Ruang keluarga rumah Bu Tuti

Waktu Wawancara : Sabtu, 24 Juli 2021, 15.31 - 17.24 WIB

Pertanyaan Jawaban

Apakah bapak / ibu pernah

memiliki riwayat penyakit ?

‘’Kalau riwayat penyakit cuma sakit asma aja

sih, ini juga masih belum sembuh banget,

makanya ibu suka gak bisa kalau terlalu cape’’

Berapa tahun sekali bapak / ibu

mengecek kondisi kesehatan ?

‘’Dulu waktu sebelum pandemi, minimal

setahun sekali ibu ngecek kondisi kesehatan,

tapi pas pandemi covid muncul ibu udah gak

ngecek lagi, soalnya lebih mentingin biaya

buat makan sama kebutuhan lain aja, walaupun

ada BPJS juga pasti kan butuh biaya ongkos

dll, kecuali kalau emg darurat ibu pasti ngecek

kesehatan’’

Dimana bapak / ibu mengecek

kondisi kesehatan ?

‘’Dulu kalau ngecek kesehatan di RS Sari Asih

Ciputat, soalnya paling deket kalo dari rumah

ibu, kadang juga dipuskesmas sih, yaaa

lxi

tergantung sikon aja dulu mah’’

Apakah riwayat penyakit tersebut

mempengaruhi bapak / ibu dalam

merawat kerabat disabilitas?

‘’Sejujurnya penyakit ini agak berpengaruh

buat ibu dalam ngerawat anak ini, karena

seharian kan ibu kerjanya tukang laundry,

apalagi anak ini sama sekali ngga bisa jalan

dan gerak, bahkan buang air kecil atau besar

saja harus ibu yang tuntun, jadi kadang suka

lemes aja karena Asma ibu ini’’

Bagaimana cara bapak / ibu dalam

mengatasi kondisi tersebut,

sehingga dalam merawat kerabat

disabilitas tetap optimal ?

‘’Kalau dulu kan ada obatnya, jadi kalau

misalnya agak kambuh jadi mendingan, tapi

pas pandemi ini ibu kan udah ngga ngecek

lagi, jadi yaaa di kuat-kuatin aja buat cari uang

sama ngurus anak ini’’

Apa yang melatar belakangi

bapak/ibu dalam mengambil alih

pengasuhan?

‘’Awalnya anak kandung ibu cuma nitip dia,

soalnya dia kan sibuk kerja jadi agak susah

kalau harus sambil ngerawat dia, apalagi dia

belum mandiri banget, terus pertimbangan

lainya yaa rumah ibu deket dari YSI, jadi ibu

mau-mau aja ngerawat dia, toh ibu disini cuma

sendirian karena suami ibu udah lama

meninggal, ibaratnya buat nemenin ibu aja

hahaha.

Tapi semenjak anak ini dititip ke ibu, anak

kandung ibu jadi keterusan buat nitipin

anaknya yang disabilitas ini, bahkan sampe

lxii

sekarang masih dititip sama ibu, bilangnya sih

karena lebih deket dari YSI, tapi gak tau

kenapa hati ibu bilang dia malu punya anak

ini, jadi sepenuhnya biar ibu aja yang ngerawat

walaupun kadang suka ngasih uang juga’’

Apa jenis disabilitasnya? ‘’Ini jenis disabilitasnya CP, tapi kata pak

Fahmi CP nya tergolong sedang, soalnya anak

ini udah bisa duduk, bisa bicara lancar, bisa

main hape juga, cuma kurangnya ngga bisa

bergerak aja’’

Bagaimana perasaan bapak / ibu

setelah sekian lama merawat anak

ini? (Sayang / tidak)

‘’Namanya udah bertahun-tahun dirawat pasti

ibu sayang lah, apalagi dia cucu ibu sendiri.

Kalau gak sayang mana mungkin mau ibu

rawat, buktinya ibu kasih makan, mau buang

air kecil / buang air besar ibu tuntun, ibu

mandiin dll’’

Berapa tahun sekali bapak / ibu

membawa anak ini ke tempat

terapi dan perawatan ?

‘’Selama pandemi covid ibu udah gak pernah

bawa anak ini ketempat terapi lagi, soalnya

harus bayar kan, yaaa paling ibu terapi mandiri

aja kaya ngajarin makan yang bener kaya

gimana, atau ngajarin dia buat ganti baju’’

Dimana anak ini melakukan terapi

dan perawatan?

‘’Kalau dulu terapinya di YSI, itu juga cuma

sebulan sekali, soalnya ibu gak kuat buat bayar

grabnya, karena anak ini gak bisa kalau pakai

motor, harus dianter pake mobil’’

Bagaimana dengan asupan ‘’Kalau makan yaa seadanya aja, kalau ada

lxiii

gizinya? susu ibu kasih, atau ada telur ibu kasih,

segimana Allah ngasih rezeki aja buat ibu.

Apalagi masa pandemi gini orang nyari duid

kan susah, kadang laundry juga suka sepi, jadi

buat nutupin untuk makan kadang ibu

ngutang’’

Bagaimana dengan pendidikanya? ‘’Kalau pendidikan sih sekarang dia udah gak

sekolah, soalnya umur dia kan udah 21 tahun,

pernah dulu ikut sekolah di YSI tapi itu juga

gak lama’’

Apakah lingkungan sosialnya

menerima kehadiran anak ini

dengan baik?

‘’Sejujurnya tetangga disini ngga terlalu

menerima. Kadang dia suka diomongin,

dibully atau dibeda-bedakan, itu yang ngebuat

dia agak sedih. Makanya sekarang dia lebih

memilih dirumah aja, soalnya kata dia

nyaman’’

Kapan terakhir bapak / ibu

mengajak keluar bermain,

sehingga anak mampu belajar

untuk bersosialisasi dan memiliki

teman bermain?

‘’Terakhir ngajak keluar tuh waktu dia umur

10 tahunan, itu juga cuma sebatas diteras

rumah aja, tapi karena anak-anak disini suka

rese makanya dia jadi gak mau keluar rumah

lagi’’

Apakah bapak / ibu pernah

melakukan sosialisasi kepada

masyarakat sekitar tentang

kerabatnya yang memiliki

disabilitas?

‘’Kalau sosialisasi sih pernah, soalnya kan

setiap pagi ibu suka belanja didepan, kadang

ada ibu-ibu yang tanya gtu tentang kondisi

cucu saya, yaa sekalian saya sosialisasikan deh

kalau dia punya penyakit CP, dan itu udah dari

lxiv

lahir’’

Dalam merawat kerabat

disabilitas, pernahkah bapak / ibu

sekalian merasa jenuh?

‘’Kalau merasa jenuh pasti pernah, karena itu

kan sifatnya manusiawi’’

Bagaimana cara bapak / ibu dalam

mengatasi rasa jenuh, sehingga

dalam merawat kerabat disabilitas

terasa semakin ikhlas?

‘’Yaa paling ibu kumpul-kumpul aja sama

tetangga yang lain, istilahnya ngerumpi lah

biar ngga terlalu jenuh dirumah terus. Soalnya

kalau ngobrol gitu suka asik aja, banyak

ketawanya’’

Permasalahan apa saja yang

bapak/ibu rasakan selama merawat

kerabat disabilitas?

‘’Kalau permasalahan mungkin lebih ke

kebutuhan pokok, soalnya YSI juga udah

mulai berkurang ngasih bantuan pokok gitu.

Terakhir sih ibu dapet bantuan susu itu sekitar

4 bulan yang lalu, habis itu dikabarin sama pak

Fachmi kalau donatur lagi terbatas, jadinya ibu

harus puter otak buat memenuhi kebutuhan

sehari-hari’’

Bagaimana cara bapak dalam

menghadapi permasalahan

tersebut?

‘’Kalau lagi disituasi kaya gitu ibu harus kerja,

makannya sekarang ibu ambil job laundry,

hitunganya per kg itu Rp.15.000. Biasanya

perbulan ibu suka dapet sekitar Rp.400.000 –

Rp.600.000 an, terus anak juga suka transfer

walaupun gak banyak. Jadi yang bener-bener

bikin pusing lebih ke kebutuhan sehari-hari aja

sih’’

Apa yang memotivasi bapak / ibu ‘’Yang buat ibu tetep bertahan dan ikhtiar

lxv

untuk terus bertahan dalam

merawat kerabat disabilitas

ditengah permasalahan yang ada?

karena cucu sendiri, soalnya ibu udah niat buat

ngerawat anak ini dengan baik, jadi mau sepait

apapun hidup tetep harus ibu jalani’’

Progress apa saja yang bapak/ibu

temukan selama merawat mereka?

‘’Kalau progressnya sih alhamdulilah dia

ngomongnya udah lancar banget sekarang,

udah kaya orang normal, soalnya waktu umur

10 tahun dia masih suka terbata-bata gitu.

Terus juga sekarang dia udah bisa duduk, dulu

mah seharian cuma tiduran aja karena badanya

lemah banget’’

Berapa tinggi badan anak? ‘’Tinggi badan dia sekitar 143 cm’’

Berapa berat badan si anak? ‘’Kalau berat badan dia sekitar 47 kg’’

Berapa kali bapak / ibu melakukan

kontrol pertumbuhan pada anak

dalam setahun?

‘’Waktu di YSI saya biasa ngontrol setahun

minimal 12 kali, soalnya kan tiap berkunjung

buat terapi pasti harus dicek dulu kan. Cuma

karena pandemi gini, terus saya juga jarang

banget kesana jadi minimal saya ngecek

pertumbuhan dia itu setahun 2 kali’’

Apakah anak suka melakukan

olahraga ringan?

‘’Waduh, kalau olahraga sih dia ngga begitu

suka,soalnya tiap gerak suka ngeluh sakit’’

Kapan terakhir bapak / ibu

mengajak olahraga ringan kepada

anak ?

‘’Terakhir saya ajak senam ringan dirumah itu

pas dia umur 14 tahun, saya ajarin dia buat

gerakin tanganya, tapi dia bener-bener gak

mau karena ngeluh sakit’’

Apakah bapak / ibu sering

memberikan suplemen untuk

‘’Boro-boro ngasih suplemen mas wkwkw,

buat makan aja kadang saya bingung, harus

lxvi

pertumbuhan anak? irit-irit banget, yaaa dulu suka ngandelin susu

aja dari YSI tapi sekarang udah ngga lagi kan,

karena stoknya terbatas dari donaturnya’’

Apakah anak ini memiliki masalah

pada motoriknya?

‘’Ada, terutama pada bagian kaki, dia bener-

bener ngga bisa buat jalan, bahkan sampe

duduk aja ngeluh sakit, terus otot-otot dia juga

masih lemah banget, buat megang benda aja

kadang masih suka gemeteran gitu kalau saya

liatnya

Sejak usia berapa masalah motorik

pada anak ini mulai terlihat?

‘’Sejak dia lahir udah keliatan kalau

motoriknya mengalami gangguan, terlihat dari

tanganya yang cenderung mengepal namun

terlihat lemas, kakinya yang gak bisa gerak

sama sekali, jadi pas dia lahir tuh cuma bisa

nangis aja’’

Bagaimana cara bapak / ibu dalam

melatih kemandirianya selama ada

dirumah?

‘’Waktu dia umur 10 tahunan suka saya

dudukin dibantal, biar tulang pantatnya

terbiasa untuk duduk, dan gak lama pasti dia

bakal langsung tiduran lagi. Terus juga suka

saya ajarin megang benda, kaya pensil biar

ngelatih genggamanya dia, pas dia udah agak

bisa baru saya suruh pegang sendok biar

belajar makan sendiri, terus juga saya ajarin

buat pegang hape, belajar nyentuh aplikasi

dengan tepat tanpa gemeteran’’

Kegiatan apa saja yang ingin ‘’Kalau pandemi udah kelar sih saya pengenya

lxvii

bapak / ibu lakukan bersama anak

dalam rencana waktu 5-20 tahun

kedepan?

liburan bareng anak sama cucu, udah lama

banget ngga kumpul, apalagi saya udah tua,

umur gak ada yang tau’’

Apa tujuan & manfaat bapak / ibu

melakukan kegiatan tersebut?

‘’Tujuanya pengen kumpul aja sih, tapi kalau

manfaatnya jelas saya pengen orang tua

kandung dia bisa akrab sama anaknya sendiri,

karena yang saya perhatiin kalau anak kandung

saya belum bisa menerima kekurangan dari

anaknya sendiri’’

‘’Kalau mereka sayang dan tanggung jawab,

seharusnya anaknya bisa diambil dan diasuh

sendiri, bukan malah dititipkan begitu saja

sama neneknya, dan mereka jarang banget buat

jenguk anaknya sendiri, walaupun mereka

tetap ngasih uang bulanan sebagai bentuk

tanggung jawab orang tua kepada anak’'

Bagaimana cara bapak / ibu

merealisasikanya agar bisa

terwujud?

‘’Nabung, mau rencana liburan kan harus pake

duit, terus juga saya sih berharap cucu saya

suatu saat bisa berjalan, karena kalau mau

liburan tapi dianya gak bisa bergerak pasti

repot juga, kan bingung juga kalo liburan tapi

harus bawa kursi roda, mana orang tuanya

keliatan belum begitu nerima dia’’

Kegiatan apa saja yang ingin

bapak / ibu lakukan dalam waktu

‘’Kalau dalam waktu dekat ini sih ngga ada,

soalnya lagi masa PPKM kan’’

lxviii

dekat ini bersama dengan anak?

Apa tujuan bapak / ibu melakukan

kegiatan tersebut?

Pengasuh tidak memiliki planning rencana

dalam waktu dekat karena PPKM

Apa manfaat yang bisa diperoleh

bagi anak terhadap kegiatan

tersebut?

Pengasuh tidak memiliki planning rencana

dalam waktu dekat karena PPKM

Bagaimana cara bapak / ibu

merealisasikanya agar bisa

terwujud?

Pengasuh tidak memiliki planning rencana

dalam waktu dekat karena PPKM

Dalam merawat kerabat disabilitas

tentu memiliki banyak sekali

permasalahan yang datang secara

tidak diduga maupun sudah

diprediksi, entah itu permasalahan

ekonomi, nutrisi, kesehatan dll.

lalu adakah tindakan antisipasi

dari bapak / ibu dalam mencegah

permasalahan tersebut ?

“Kalau antisipasi sih gak ada, saya pasrah aja

sama keadaan, yang penting saya tetep

berusaha buat cari duid untuk kebutuhan

sehari-hari, kalaupun ternyata terpaksa nutrisi

& bahan pokok ngga tercukupi yaa paling saya

ngutang ke orang buat bertahan hidup’’

Jika antisipasi tersebut gagal,

apakah bapak / ibu memiliki upaya

lain dalam mengatasi

permasalahan tersebut, atau lebih

memilih menyerah dan

memberikan kepada orang lain

untuk menyelesaikan?

‘’Kalau ngutang begitu kadang suka belum

bisa bayar, tapi saya suka minta maaf ke orang

yang saya hutangin, saya jujur emang belum

punya uang dan sedang saya usahakan,

seenggaknya saya ada omongan lah gak diem-

diem aja’’

Kapan terakhir bapak / ibu ‘’Kalau kegiatan diluar sih yaa pas dia umur

lxix

melakukan kegiatan bersama

dengan anak dalam rangka

membantu kemandirianya?

10 tahun, saya ajak keluar buat duduk diteras

sambil sosialisasi dan adaptasi. Kalau kegiatan

dirumah terakhir sih kemarin malam, saya

coba berdiriin dia pelan-pelan dengan tangan

bertumpu pada gagang kasur, soalnya hampir

tiap malam saya selalu ngelakuin kegiatan itu

secara rutin biar dia bisa belajar berdiri’’

Apakah bapak / ibu yang mengatur

kegiatan tersebut?

‘’Iya saya yang mengatur, emang udah inisatif

saya aja biar dia bisa cepet-cepet ada

perkembanganya’’

Apakah kegiatan tersebut berjalan

dengan baik?

‘’Kalau yang diluar itu sih ngga lancar,

soalnya pas tau dia dibully langsung trauma.

Kalau yang dirumah dan rutin, masih belum

keliatan progressnya’’

Dimana tempat kegiatan tersebut

berlangsung?

‘’Kalau kegiatan diliuar rumah itu diteras

depan, kalau didalam rumah yaa dikasur’’

Sebutkan 1 permasalahan yang

menurut bapak / ibu paling

menganggu pikiran dan mental

selama hidup?

‘’Waktu suami saya meninggal, itu beneran

mengganggu pikiran ibu, hampir tiap malem

ibu cuma bisanya nangis aja ditinggal bapak,

tapi itu dulu sih, sekarang udah ngga begitu

sedih karena udah terbiasa’’

Apakah bapak/ibu waktu itu

merasa terpuruk / down?

‘’Jujur terpuruk banget, sampe mau makan aja

ibu ngga mau, soalnya ibu sayang banget sama

bapak, namanya kehilangan partner hidup pasti

sedih kan’’

Mengapa hal tersebut bisa terjadi? ‘’Soalnya waktu itu bapak ada sakit jantung,

lxx

tapi karena operasi mahal cuma bisa dirumah

aja, kadang saya suka marah sama diri sendiri,

kenapa ngga bisa punya uang yang banyak,

pasti bapak seenggaknya masih bisa diobatin,

itu sih yang terkadang masih ada dipikiran

ibu’’

Kapan kejadian tersebut

berlangsung?

‘’Waktu umur ibu 29 an, terus ibu ngerasa

kesepian. Baru deh pas umur 30 an ibu

ngerawat cucu, jadinya ngga begitu kesepian

banget’’

Dimana kejadian itu berlangsung? ‘’Dirumah ini’’

Adakah gejala yang bapak / ibu

rasakan pada tubuh saat merasa

down / terpuruk?

‘’Karena waktu itu ibu ngga mau makan,

badan ibu langsung demam tinggi waktu itu,

biasanya ibu kalau down cuma demam tinggi

aja, yaa sama asma kadang suka kambuh kalau

terlalu ganggu pikiran’’

Bagaimana cara bapak / ibu dalam

mengatasi tekanan tersebut?

‘’Kalau udah begitu sih berobat, terus juga

banyak ikhtiar sama Allah, minta diberi

kekuatan buat hadepin cobaan’’

Apakah sejauh ini, cara yang

bapak / ibu lakukan sudah efektif

dalam mengatasi tekanan?

‘’Efektif, walaupun butuh waktu juga untuk

menerima keadaan’’

Pernahkan dulu bapak/ ibu

terpikirkan untuk menyerah?

‘’Waktu bapak meninggal, saya pernah

terpikirkan buat ikut menyusul, karena rasanya

sedih banget, tapi itu cuma dipikiran aja sih,

soalnya saya masih punya anak yang saya

lxxi

sayang’’

Apa yang menjadi penyemangat

bagi bapak / ibu untuk kembali

bangkit pada waktu itu?

‘’Anak dan cucu, yang jadi penyemangat buat

saya untuk bangkit kembali. Karena waktu

bapak meninggal aja anak saya sedih banget,

gimana kalau ibunya ikut meninggal karena

terus berlarut sama keadaan dan jatoh sakit,

jadi saya berusaha bangkit dan alhamdulilah

berhasil’’

lxxii

Transkrip Wawancara (Pengasuh 2)

Nama : Yuli Jubaedah

Umur : 74 tahun

Jenis Kelamin : Perempuan

Lokasi Wawancara : Sukmajaya, Depok

Tempat Wawancara : Ruang keluarga rumah Bu Yuli

Waktu Wawancara : Sabtu, 7 Agustus 2021, 13.35 - 15.05 WIB

Pertanyaan Jawaban

Apakah bapak / ibu pernah

memiliki riwayat penyakit ?

‘’Ngga ada, paling dulu kena amandel aja

waktu kecil tapi udah sembuh kok, soalnya

waktu itu sempet dioperasi pas masih muda’’

Berapa tahun sekali bapak / ibu

mengecek kondisi kesehatan ?

‘’Owhh saya ngga pernah ngecek lagi, soalnya

ngga pernah sakit alhamdulilah, ngga ada yang

namanya sakit bawaan kaya kanker atau apa,

alhamdulilah masih sehat banget termasuk

kaya penglihatan, pendengaran gitu-gitu,

masih bagus banget lah buat orang yang

umurnya udah lansia begini’’

Dimana bapak / ibu mengecek

kondisi kesehatan ?

‘’Waktu dulu operasi sih di RS Cipto, tapi itu

udah lama banget pas ibu masih gadis’’

Apakah riwayat penyakit tersebut ‘’Owhh ngga ada, soalnya udah sembuh kan,

lxxiii

mempengaruhi bapak / ibu dalam

merawat kerabat disabilitas?

buat teriak-teriak aja ibu masih bisa kalau si

Sheeren ini susah diatur’’

Bagaimana cara bapak / ibu dalam

mengatasi kondisi tersebut,

sehingga dalam merawat kerabat

disabilitas tetap optimal ?

Pengasuh tidak memiliki riwayat penyakit, dan

sampai sekarang masih sehat

Apa yang melatar belakangi

bapak/ibu dalam mengambil alih

pengasuhan?

‘’Alasan ibu mengambil alih pengasuhan

karena ibu kandungnya Sheeren itu stress, liat

aja tuh dikamar bisanya cuma bengong aja,

diem kadang tiba-tiba suka ketawa sendiri,

jadinya kan kasian di cucu ibu, ngga kerawat

jadinya sebagai nenek, yaaa nenek lah yang

menjadi orang tua pengganti bagi cucu-cucu

ibu’’

Apa jenis disabilitasnya? ‘’Jenis disabilitasnya itu CP sama Tunanetra,

tapi cuma mata sebelah kiri aja yang ngga

berfungsi, kalau yang kanan alhamdulilah

masih bisa liat’’

Bagaimana perasaan bapak / ibu

setelah sekian lama merawat anak

ini? (Sayang / tidak)

‘’Perasaan ibu Alhamdulillah happy-happy

ajaa, yaa Lilaahi ta’ala aja jadinya bisa lebih

banyak sabar buat ngerawat cucu’’

Berapa tahun sekali bapak / ibu

membawa anak ini ke tempat

terapi dan perawatan ?

‘’Owhh kalau ketempat terapi biasanya ibu

sebulan sekali sih, kalau dulu waktu anak ini

belum terlalu mandiri bisa sampe 2 kali dalam

sebulan, tapi karena anak ini perkembangnya

udah pesat banget jadinya sebulan sekali,

lxxiv

terkadang bisa 2 bulan sekali, yaaaa liat-liat

situasional aja, soalnya sekarang juga lagi

PPKM kan, ngga bisa pergi kalau belum

vaksin’’

Dimana anak ini melakukan terapi

dan perawatan?

‘’Kalau perawatan gitu ibu selalu terapinya di

RS Fatmawati, soalnya menurut ibu lebih

kompeten aja buat ningkatin kemandirianya,

terus juga kalau dari Depok ngga begitu jauh’’

Bagaimana dengan asupan

gizinya?

‘’Owhh dulu dia kurang gizi, soalnya waktu

lahir kan dia prematur, beratnya aja cuma 1,8

Kg. Tapi, Alhamdulilah sekarang badan dia

udah ideal karena asupan gizinya terpenuhi,

apalagi dia makanya termasuk banyak, apa aja

kalau ada makanan dimeja dia ambil, termasuk

gede dia nafsu makanya’’

Bagaimana dengan pendidikanya? ‘’Sekarang dia ikut home schooling, jadi privat

aja dirumah, terus bayaran perbulanya juga

ngga begitu mahal, karena dia kerja sama juga

bareng pihak apa gitu, lupaa ibu wkwkw. Jadi

buat pendidikan dia alhamdulilah bisa ikut

belajar, nama home schoolingnya itu Yayasan

Bina Insani, Depok’’

Apakah lingkungan sosialnya

menerima kehadiran anak ini

dengan baik?

‘’Owhh baik banget, alhamdulilah pada

welcome sama dia, anak-anak disini juga baik

banget, suka ngajak main bareng bahkan setiap

malam takbiran si Sheeren pasti diajak’’

lxxv

Kapan terakhir bapak / ibu

mengajak keluar bermain,

sehingga anak mampu belajar

untuk bersosialisasi dan memiliki

teman bermain?

‘’Sejak pandemi covid muncul aja sih, ibu jadi

diem aja dirumah, sebelumnya mah ibu sering

banget ngajak dia keluar main buat sekedar

nemenin, ngajarin jalan atau bimbing dia biar

bisa sosialisasi’’

Apakah bapak / ibu pernah

melakukan sosialisasi kepada

masyarakat sekitar tentang

kerabatnya yang memiliki

disabilitas?

‘’Pernah, yaa sosialisasinya ke tetangga aja

yang deket dari rumah, soalnya ibu termasuk

orang yang jarang keluar rumah, terus dia juga

pdktnya pinter banget buat bergaul sama

temen-temenya, jadi kalau ada tetangga yang

nanya ke dia, suka dijawab juga sama dia’’

Dalam merawat kerabat

disabilitas, pernahkah bapak / ibu

sekalian merasa jenuh?

‘’Owhh ngga, ibu lilahi ta’ala ajaaa, soalnya

ini kan titipan Allah jadi ibu harus sabar dan

bertanggung jawab aja, tetangga aja sering

banget bilang ke ibu, kalau ibu orangnya sabar

banget ngga pernah keliatan ngeluh’’

Bagaimana cara bapak / ibu dalam

mengatasi rasa jenuh, sehingga

dalam merawat kerabat disabilitas

terasa semakin ikhlas?

‘’Kalau jenuh sih ngga, karena dasarnya

emang ibu sayang banget, yaaa namanya juga

sama cucu sendiri, cuma kalau ibu agak

senggang biasanya ibu baca Al-Quran, soalnya

umur kan ngga ada yang tau, apalagi ibu udah

tua banget’’

Permasalahan apa saja yang

bapak/ibu rasakan selama merawat

kerabat disabilitas?

‘’Kalau permasalahan sih alhamdulilah ibu

jarang banget nemu, soalnya kaya makan

alhamdulilah tercukupi, sekolah dia bisa ibu

penuhi, sebulan sekali juga ibu bawa dia

lxxvi

ketempat terapi, cuma namanya hidup kan

kadang ngga selalu mulus, ibu pernah juga

awal-awal covid sempet ngga megang uang

karena anak ibu di stop sama tempat kerjanya,

tapi 3 bulan berikutnya alhamduliah anak ibu

bisa dapet kerjaan lagi’’

Bagaimana cara bapak dalam

menghadapi permasalahan

tersebut?

‘’Yaaa selama masa anak saya ngga kerja, ibu

minjem duit aja sih ke tetangga yang emang

udah ibu anggep kaya saudara ibu, dan

alhamdulilah mereka pada saling support

karena sama-sama paham dengan masa

pandemi kaya begini’’

Apa yang memotivasi bapak / ibu

untuk terus bertahan dalam

merawat kerabat disabilitas

ditengah permasalahan yang ada?

‘’Yaaa pokoknya tanggung jawab ibu aja buat

ngerawat cucu, jadi demi cucu ibu harus terus

bertahan dan sabar lilahi ta’ala ajaaa’’

Progress apa saja yang bapak/ibu

temukan selama merawat mereka?

“Dulu dia waktu kecil masih belum bisa jalan,

soalnya dia CP jadi kaki sama tanganya masih

belum kuat banget, yaaa suka ngga sinkron

gitu. Tapi sekarang dia udah bisa jalan dan

Alhamdulillah lancar banget, terus juga udah

bisa megang benda dengan bener, mau makan

udah bisa mandiri, mau mandi udah bisa

mandiri, bahkan udah bisa mengikuti

pendidikan home schooling kaya bisa megang

pulpen, baca buku dll’’

lxxvii

Berapa tinggi badan anak? ‘’Tinggi badan dia 127 cm’’

Berapa berat badan si anak? ‘’Berat badan dia 37 kg’’

Berapa kali bapak / ibu melakukan

kontrol pertumbuhan pada anak

dalam setahun?

‘’Kalau kontrol mandiri sih ngga, soalnya dia

kan udah gede jadi biar dia sendiri aja yang

ngontrol pertumbuhan kaya ngukur tinggi

badan / berat badan, tapi kalau kontrol

ditempat terapi biasanya 12 kali dalam

setahun, soalnya kan sebelum dicek di RS

Fatmawati pasti harus ditimbang dulu berat

badanya, diukur tinggi badanya gitu kan’’

Apakah anak suka melakukan

olahraga ringan?

‘’Suka banget dia, tiap minggu pasti jogging

sama adeknya / bareng sama temenya,

sesekali pernah ikut berenang juga’, cuma

karena sekarang lagi pandemi jadinya suka ibu

larang buat ikut gitu, tapi kadang anaknya suka

ngeyel tau-tau udah jogging’’

Kapan terakhir bapak / ibu

mengajak olahraga ringan kepada

anak ?

‘’Kalau ngajak olahraga bareng sih udah lama

banget ngga ibu lakuin, soalnya ibu udah tua

kan jadi bawaanya pengen dirumah aja, bukan

karena ibu sakit yaaa, cuma emang ibu tipe

orang yang lebih suka ada dirumah,. Tapi

kalau seinget ibu, terakhir ngajak olahraga

bareng tuh sekitar 2016, itu juga jogging aja

sebentar’’

Apakah bapak/ibu sering

memberikan suplemen untuk

‘’Sukaa, ibu suka banget ngasih dia suplemen

vitamin D gitu dalam bentuk tablet, emang

lxxviii

pertumbuhan anak? sengaja ibu kasih biar tulang dia kuat, soalnya

lagi masa-masa pertumbuhan kan’’

Apakah anak ini memiliki masalah

pada motoriknya?

‘’Dulu kan kaki sama tangan dia bermasalah,

jadi buat bergerak aja sulit banget. Tapi kalau

sekarang ibu perhatiin udah ngga ada sih,

soalnya dia udah bisa mandiri kan, bahkan ke

warung aja dia seneng banget buat jajan gitu

atau ibu suruh buat beli apaa, dia jalan

sendiri’’

Sejak usia berapa masalah motorik

pada anak ini mulai terlihat?

‘’Sejak lahir, soalnya dokter waktu itu udah

ngasih tau kalau anak ini ada masalah sama

sarafnya, jadi ngaruh banget ke kaki sama

tanganya’’

Bagaimana cara bapak / ibu dalam

melatih kemandirianya selama ada

dirumah?

‘’Kalau melatih mandiri dirumah ibu suka

ngajarin dia cara jalan yang bener, kaya ibu

pegang badanya, terus ibu suruh tangan dia

megang tembok, ibu suruh dia buat jalan

pelan-pelan’’

‘’Pernah juga ibu beliin kursi roda yang mirip

bayi gitu, jadi kalau dia mau sesuatu / mau

melakukan sesuatu dia bisa pelan-pelan buat

belajar jalan. Terus ibu suka ngajarin dia kalau

ngomong tuh harus yang bener, harus sopan,

soalnya kan dulu dia agak kesulitan buat bicara

karena CP itu kan nyerangnya si saraf, tapi

lxxix

alhamdulilah udah bisa ngomong lancar’’

‘’Ibu juga ngajarin dia buat belajar makan

sendiri, ibu suka contohin kalo megang sendok

tuh kaya begini, terus juga ibu ajarin cara

mandi tuh kaya begini, mau buang air besar /

kecil tuh kaya begini, Alhamdulilah dia

termasuk anak yang cepet banget nangkep,

makanya sekarang udah mandiri banget’’

Kegiatan apa saja yang ingin

bapak / ibu lakukan bersama anak

dalam rencana waktu 5-20 tahun

kedepan?

“Adaaaa, pengen banget kalo pandemi udah

selesai jalan-jalan. Soalnya dulu sering banget

ke istana balon bareng anak, pergi ke mall,

pergi ke Kota Tua dll. Yaaa pengen lagi aja

liburan bareng anak, soalnya ibu udah tua kan,

pengen nyenengin cucu, yaa takut ngga

ketemu lagi sih lebih tepatnya’’

Apa tujuan & manfaat bapak / ibu

melakukan kegiatan tersebut?

‘’Tujuanya pengen hilangin jenuh aja sih,

soalnya pandemi gini udah hampir 2 tahun

kan, orang pasti bosen kalau dirumah terus’’

‘’Kalau manfaat yaa itu aja, biar anak juga

ngga jenuh, terus sosialisasinya makin bagus

lagi, makin pede lagi, itu aja siih’’

Bagaimana cara bapak / ibu

merealisasikanya agar bisa

terwujud?

‘’Ibu selalu bilang sama keluarga ibu buat taat

prokes, biar covid itu cepet berhenti, soalnya

terakhir ibu liat kan tinggi lagi, makanya

lxxx

diberlakukan PPKM karena sebelumnya orang

mulai berkerumunan, mulai beraktifitas lagi’’

Kegiatan apa saja yang ingin

bapak / ibu lakukan dalam waktu

dekat ini bersama dengan anak?

‘’Kalau kegiatan diliuar sih ngga ada, soalnya

lagi PPKM jadi ibu dirumah aja. Tapi kalau

dalam waktu dekat ini, ibu rencana pengen

bikin kue bolu bareng dia, soalnya dari

kemarin minta dibikinin terus tapi ibunya suka

ngga sempet’’

Apa tujuan & manfaat bapak / ibu

melakukan kegiatan tersebut?

‘’Biar terampil ajaa sih, biar dia tau caranya

bikin bolu tuh kaya gimana’’

Bagaimana cara bapak / ibu

merealisasikanya agar bisa

terwujud?

‘’Yaa ibu harus bisa luangin waktu aja buat

anak, soalnya kadang ibu juga suka lupaan

orangnya, namanya juga udah tuaa hahaha’’

Dalam merawat kerabat disabilitas

tentu memiliki banyak sekali

permasalahan yang datang secara

tidak diduga maupun sudah

diprediksi, entah itu permasalahan

ekonomi, nutrisi, kesehatan dll.

lalu adakah tindakan antisipasi

dari bapak / ibu dalam mencegah

permasalahan tersebut ?

‘’Yaa kalau suatu saat ekonomi ibu lagi ngga

stabil karena kerjaan anak diberhentikan,

pencegahanya ibu buat usaha ajaa, soalnya

rencana dalam waktu dekat ini ibu pengen

banget bikin jajanan telur gulung gitu,

makanya dari sekarang lagi nabung buat modal

gerobak, soalnya lumayan gede juga

modalnya, sekitar Rp. 6.000.000 an’’

Jika antisipasi tersebut gagal,

apakah bapak / ibu memiliki upaya

lain dalam mengatasi

permasalahan tersebut, atau lebih

‘’Kalau emang ternyata gagal, yaa itu paling

minjem duit buat modal / sekedar bertahan

hidup sampe anak ibu dapet kerjaan lagi’’

lxxxi

memilih menyerah dan

memberikan kepada orang lain

untuk menyelesaikan?

Kapan terakhir bapak / ibu

melakukan kegiatan bersama

dengan anak dalam rangka

membantu kemandirianya?

‘’Terakhir kegiatan dirumah ibu lusa kemarin,

waktu itu ibu ngajarin dia ngaji, soalnya dia

kan Iqranya udah sampe jilid 3. Saya pengen

dia bisa belajar baca Al-Quran, soalnya itu

penting buat bekal kita diakhirat’’

Apakah bapak / ibu yang mengatur

kegiatan tersebut?

‘’Iyaaa, ibu yang mengatur kegiatan baca Iqra

gitu. Ibu ngejadwal buat ngajarin dia setiap

hari Senin, Rabu, Jum’at sama Minggu.

Soalnya anak ibu kan sibuk kerja, jadi dirumah

ibu aja yang ada disini buat ngajarin’’

Apakah kegiatan tersebut berjalan

dengan baik?

‘’Alhamdulilah berjalan dengan baik, soalnya

di abaca Iqranya juga udah ada peningkatan,

lancar banget deh, makanya ibu seneng aja

kalo ngajarin dia sama adiknya’’

Dimana tempat kegiatan tersebut

berlangsung?

‘’Disini, diruang tamu biasanya ibu ngajarin

dia’’

Sebutkan 1 permasalahan yang

menurut bapak / ibu paling

menganggu pikiran dan mental

selama hidup?

‘’Ngga ada sih, Alhamdulillah ibu orangnya

enjoy ajaa, happy ajaa. Ibu kalau ada masalah

gitu udah terbiasa sabar, makanya tetangga

ngga pernah liat ibu marah-marah / ngeluh, ibu

orangnya dibawa ceria ajaa’’

Apakah bapak/ibu waktu itu

merasa terpuruk / down?

Pengasuh tidak pernah mengalami down

lxxxii

Mengapa hal tersebut bisa terjadi? Pengasuh tidak pernah mengalami down

Kapan kejadian tersebut

berlangsung?

Pengasuh tidak pernah mengalami down

Dimana kejadian itu berlangsung? Pengasuh tidak pernah mengalami down

Adakah gejala yang bapak / ibu

rasakan pada tubuh saat merasa

down / terpuruk?

Pengasuh tidak pernah mengalami down,

sehingga tidak ada gejala yang diakibatkan

Bagaimana cara bapak / ibu dalam

mengatasi tekanan tersebut?

‘’Kalau mengatasi sih dengan banyak doa,

banyak sabar, minta sama Allah biar

dilapangkan hati ibu’’

Apakah sejauh ini, cara yang

bapak / ibu lakukan sudah efektif

dalam mengatasi tekanan?

‘’Alhamdulilah efektif banget, ibu ngga pernah

ngerasa depresi karena suatu masalah, karena

ibu langsung curhatnya sama Allah, biar Allah

yang ngasih jalan keluarnya buat ibu’’

Pernahkan dulu bapak/ ibu

terpikirkan untuk menyerah?

‘’Ngga, ibu ngga pernah terpikirkan buat

menyerah, apa yang ada harus tetep dijalani’’

Apa yang menjadi penyemangat

bagi bapak / ibu untuk kembali

bangkit pada waktu itu?

‘’Yang jadi penyemangat yaaa cucu ibu, anak-

anak ibu. Kalau misalkan ibu malah kepikiran,

terus jadi sakit yang kasian yaaa anak-anak

ibu, cucu ibu. Jadi ibu ngga boleh kebawa

suasana, lilahi ta’ala ibu ngejalani hidup ini

dengan ikhlas ajaa’’

lxxxiv

Transkrip Wawancara Orang Terdekat Pengasuh (Pengasuh

1

Nama : Alma Nursyifa

Umur : 26 Tahun

Jenis Kelamin : Perempuan

Status Hubungan : Tetangga dari Ibu Tuti

Lokasi Wawancara : Ciputat, Tangerang Selatan

Tempat Wawancara : Halaman rumah Bu Alma

Waktu Wawancara : Minggu, 25 Juli 2021, 13.28 – 14.40 WIB

Pertanyaan Jawaban

Bagaimana dengan kondisi

kesehatan dari pengasuh?

‘’Kalau kondisi kesehatan sih saya liat dia

masih sehat bugar mas, yaa kalau terlalu cape

aja sih asma dia suka kambuh, soalnya dia suka

cerita juga ke saya kalau dia ada riwayat

penyakit asma’’

Berapa tahun sekali pengasuh

mengecek kesehatan?

‘’Waduh, kayanya saya jarang banget liat ibu

ini ngecek kondisi kesehatan gitu. Soalnya

cucu dia kan ngga bisa ngapa-ngapain, jadi dia

stay aja dirumah’’

Dimana pengasuh melakukan cek

kesehatan?

‘’Kalau dulu sih dia ngeceknya di RS Sari

Asih, yang deket Ciputat itu mas. Tapi itu udah

lxxxv

lama banget saya liatnya’’

Apakah riwayat penyakit tersebut

mempengaruhi pengasuh dalam

merawat kerabat disabilitas?

‘’Dibilang mempengaruhi sih ngga juga mas,

saolnya dia termasuk telaten kalau ngerawat

cucu, cuma kalau lagi kambuh gitu dia lebih

banyak istirahat aja, soalnya dia dirumah kan

ngurusnya sendirian, suaminya udah meninggal

terus anaknya juga udah pada mencar-mencar

kan tinggalnya’’

Pernahkan pengasuh mengeluh

ketika merawat anak ini?

‘’Ngga sih mas, saya jarang banget liat dia

ngeluh didepan saya’’

Berapa tahun sekali pengasuh

membawa anak ini pergi ke

tempat terapi dan perawatan?

‘’Waduh mas, saya kayanya udah ngga pernah

liat ibu bawa anaknya keterapi lagi, soalnya

kan sekarang orang lagi susah banget, bisa

makan buat bertahan hidup aja udah cukup

banget, apalagi ibu kerjanya cuma laundry aja

setiap hari, laundry untungnya berapa sih mas?

Ngga terlalu banyak, sedangkan ongkos grab

aja kan lumayan buat angkat cucunya itu’’

Apakah pengasuh memperhatikan

asupan gizinya untuk anak?

‘’Yaa apa yang ada pada hari itu, berati itu

rezekinya ibu mas. Soalnya yang cari nafkah

kan cuma ibu, jadi makan seadanya aja.

Biasanya kalau ibu suka mentok gitu, suka

dateng ke saya sih buat pinjem uang’’

Bagaimana dengan pendidikanya? ‘’Cucu ini udah lama ngga sekolah mas,

soalnya anak ini udah termasuk dewasa,

umurnya kalau ngga salah sekitar 20 / 21 tahun

lxxxvi

gitu, terus juga dia Alhamdulillah ngomongnya

udah lancar banget, pinter banget mas anaknya

kalau ngerespon orang, udah kaya orang

normal aja. Yaa paling itu aja sih kelemahan

dia, masih belum bisa mandiri banget. Mau

makan disuapin, mandi dimandiin, bahkan

buang air kecil / besar harus ibu yang gendong,

karena emang anaknya ngga bisa ngapa-

ngapain’’

Apakah lingkungan sosialnya

menerima kehadiran anak ini

dengan baik?

‘’Jujur aja yaa mas, anak ini dulunya pernah

trauma pas keluar rumah sama neneknya.

Soalnya anak seusia dia suka ngeledek gitu,

bahkan tetangga aja kadang suka menganggap

dia beda, makanya itu anak udah ngga pernah

keluar rumah lagi, diem aja dia mas dirumah.

Saya tau, karena kebetulan kan saya laundry di

ibu ini, makanya saya suka liat langsung

kondisi anaknya kaya gimana’’

Kapan terakhir bapak / ibu

melihat pengasuh mengajak

keluar anak untuk bermain,

sehingga anak mampu belajar

untuk bersosialisasi dan memiliki

teman bermain?

‘’Lupaa saya mas, soalnya udah lama banget

anak ini ngga keluar rumah, soalnya yang

keluar rumah cuma neneknya aja’’

Apakah bapak / ibu pernah

melihat pengasuh melakukan

‘’Kalau sosialisasi sih ibu ini pernah, karena

kan sehari-hari suka kumpul buat beli sayur,

lxxxvii

sosialisasi kepada masyarakat

sekitar tentang kerabatnya yang

memiliki disabilitas?

atau ambil laundryan, cuma memang respon

masyarakat sini ngga begitu welcome sama

cucunya’’

Adakah upaya yang dilakukan

oleh pengasuh dalam mengatasi

rasa lelah, sehingga dalam

merawat kerabat disabilitas bisa

tetap optimal?

‘’Saya kurang tau pasti dia kaya gimana kalau

ngatasin rasa lelah gitu, tapi biasanya dia lebih

suka kumpul sama ibu-ibu kalau udah sore hari,

yaa kaya ngerumpi gitu mas, kadang ibu juga

curhat sama saya kalau lagi ada masalah’’

Ketika sedang dicoba masalah,

apakah pengasuh sering merasa

tertekan?

‘’Yaa walaupun ibu ini pekerja keras banget,

apalagi di usia yang tua dia masih mau caru

uang biar tetep bertahan hidup, tapi sorot mata

sama wajah ngga bisa bohong kan? Yang saya

liat jelas sorot mata ibu tertekan, cuma ibu

lebih dibawa ke happy aja’’

Apakah pengasuh seringkali

berusaha untuk mencari jalan

keluar dari permasalahan tersebut

/ lebih memilih untuk berdiam

diri?

‘’Kurang berdiam diri gitu saya kurang tau

mas, cuma kalau memang keadaan mendesak

biasanya ibu suka pinjem uang ke saya’’

Progress apa saja yang bapak/ibu

temukan selama pengasuh

merawat anak ini?

‘’Dulu saya pindahan kan sekitar tahun 2011,

pas saya dateng umur cucunya ini sekitar 11 /

12 tahun, waktu itu sih yang saya liat dia cuma

bisanya tiduran aja dikasur, sama sekali ngga

bisa duduk kerena memang masih lemah

badanya. Tapi yang saya liat sih sekarang dia

udah bisa duduk, ngeresponya bagus banget

lxxxviii

kalau diajak ngobrol, udah bisa main hape mas

buat bales chatan, gitu aja sih’’

Apakah pengasuh rutin

melakukan kontrol pada

pertumbuhan anak?

‘’Kalau kontrol mandiri saya kurang tau mas,

namanya tetangga kan ngga terlalu merhatiin

banget’’

Apakah pengasuh sering

mengajak olahraga ringan kepada

anak?

‘’Ngga mas, soalnya anak ini masih belum bisa

ngapa-ngapain’’

Berapa bulan sekali pengasuh

mengajak olahraga ringan kepada

anak?

Pengasuh tidak pernah mengajak olahraga

ringan kepada cucunya yang memiliki

disabilitas

Apakah pengasuh sering

memberikan suplemen untuk

pertumbuhan anak?

‘’Kalau suplemen saya ngga tau mas, mungkin

kalau dari YSI biasanya dikasih, tapi karena

pandemi kan bantuan nutrisi gitu pada di stop

karena sponsor gak ada, jadi kayanya sih buayt

suplemen beberapa tahun ini menurut saya

ngga terlalu diperhatikan sama si ibu’’

Bagaimana cara pengasuh dalam

melatih kemandirian anak selama

dirumah?

‘’Kalau mau makan suka diajarin cara megang

yang bener kaya gini, kebetulan kan tanganya

agak bengkok jadi sendoknya juga dibengkokin

biar menyesuaikan aja’’

Dalam merawat kerabat disabilitas

tentu memiliki banyak sekali

permasalahan yang datang secara

tidak diduga maupun sudah

diprediksi, entah itu permasalahan

‘’Kalau tindakan antisipasi kayanya ngga ada

deh mas setau saya, namanya ibu kan udah tua

banget, jadi yaa dia fokusnya cuma cari makan

aja buat bertahan hidup, jadi kalau antisipasi

gitu menurut saya ngga ada biar kondisinya

lxxxix

ekonomi, nutrisi, kesehatan dll.

lalu adakah tindakan antisipasi

dari pengasuh dalam mencegah

permasalahan tersebut

jadi lebih baik lagi’’

Apakah pengasuh seringkali

membuat keputusan dalam

mengatasi permasalahan, atau

lebih memilih menyerah dan

memberikan kepada orang lain

untuk menyelesaikan?

‘’Kalau dibilang menyerah sih ngga mas,

soalnya ibu orangnya selalu maju terus, coba

buat tetep bertahan walaupun kondisi tidak

mendukung’’

Apakah pengasuh sering

mengadakan kegiatan?

‘’Ngga sih mas, dia kurang begitu tertarik kalau

mengadakan kegiatan gitu’’

Apakah pengasuh yang mengatur

kegiatan tersebut?

Pengasuh tidak tertarik untuk mengadakan

kegiatan

Apakah pengasuh pernah

merasakan kondisi terpuruk /

down?

‘’Kalau itu saya ngga tau mas, karena ibu juga

orangnya kalau masalah pribadi agak tertutup’’

Mengapa hal tersebut bisa terjadi? Narasumber tidak bisa membicarakan

informasi, karena Ibu Tuti termasuk orang yang

tertutup

Kapan itu terjadinya? Narasumber tidak bisa membicarakan

informasi, karena Ibu Tuti termasuk orang yang

tertutup

Dimana kejadian itu berlangsung? Narasumber tidak bisa membicarakan

informasi, karena Ibu Tuti termasuk orang yang

tertutup

xc

Adakah Gejala yang pengasuh

rasakan pada tubuh ketika sedang

down / terpuruk?

‘’Biasanya dia kalau terlalu cape, asmanya

kambuh mas. Kalau udah gitu suka dibawa ke

dokter yang deket dari sini biar ada

penanganan’’

Bagaimana cara pengasuh dalam

mengatasi kondisi down /

terpuruk?

‘’Yaaa dia suka keluar aja, ngumpul bareng

sama ibu-ibu yang lain buat bercanda gitu, kata

dia sih enak aja buat ngilangin beban’’

Apakah sejauh ini, cara yang

pengasuh lakukan sudah efektif

dalam mengatasi kondisi down /

terpuruk?

‘’Ngga nentu sih mas, kalau emang masalahnya

berat yaa tetep aja dia down, asmanya pasti

kambuh’’

cviii

Transkrip Wawancara Orang Terdekat Pengasuh (Pengasuh

2)

Nama : Annisa Yuni Jubaedah

Umur : 38 tahun

Jenis Kelamin : Perempuan

Status Hubungan : Anak dari Ibu Yuli Jubaedah

Lokasi Wawancara : Sukmajaya, Depok

Tempat Wawancara : Ruang keluarga rumah Bu Yuli

Waktu Wawancara : Sabtu, 7 Agustus 2021, 15.10 – 16.05 WIB

Pertanyaan Jawaban

Bagaimana dengan kondisi

kesehatan dari pengasuh?

‘’Owhh, Alhamdulillah ibu saya mah sehat

terus mas, jarang banget kena sakit walaupun

udah di usia tua kaya begini. Yaa paling kalo

sakit kaya biasa ajaaa, demam / meriang gitu,

itu juga jarang banget’’

Berapa tahun sekali pengasuh

mengecek kesehatan?

‘’Sepengetahuan saya sih ibu udah ngga pernah

ngecek kesehatan lagi dalam beberapa tahun

ini, soalnya emang ngga pernah sakit yang

parah banget. Paling yaaa demam biasa aja

gitu, terus minumnya obat biasa aja kaya

paracetamol’’

Dimana pengasuh melakukan cek

kesehatan?

‘’Kalau cek-cek gitu sih biasanya di RSUD

Depok, itu juga udah lamaaa banget’’

Apakah riwayat penyakit tersebut

mempengaruhi pengasuh dalam

merawat kerabat disabilitas?

Berdasarkan pengakuan dari anaknya,

pengasuh tidak memiliki riwayat penyakit yang

serius’’

Pernahkan pengasuh mengeluh ‘’Ngga sih, saya ngga pernah liat ibu ngeluh

cix

ketika merawat anak ini? gitu. Soalnya ibu sabar banget ngerawat

cucunya. Bahkan anak ini bisa mandiri kaya

gini, karena ibu ngelatihnya telaten banget’’

Berapa tahun sekali pengasuh

membawa anak ini pergi ke

tempat terapi dan perawatan?

‘’Sebulan sekali, kebetulan saya yang bawa

anak ini ke tempat terapi di RS Cipto, jadi

Alhamdulilah termasuk rutin kalau ngajak

terapi-terapi gitu’’

Apakah pengasuh memperhatikan

asupan gizinya untuk anak?

‘’Alhamdulilah perhatian banget mas, sampe-

sampe ibu suka minta ke saya buat dibeliin

suplemen tambahan buat cucunya, kaya

vitamin D gitu dalam bentuk tablet. Kebetulan

juga saya yang mencari nafkah buat keluarga

ini, jadinya saya suka nurut kalo ibu mau

dibeliin apa, saya kasih buat cucunya’’

Bagaimana dengan pendidikanya? ‘’Anak ini sekarang sekolah privat di Bina

Insani, kalau gak salah udah berjalan 3 tahunan

dia belajar sekolah gini. Soalnya waktu umur

12 tahun dia belum begitu nangkep sama

pelajaran, fokusnya masih ke kemandirian aja

diajarin cara berjalan, memegang objek, makan

dan minum, mandi, sama buang air besar /

kecil’’

Apakah lingkungan sosialnya

menerima kehadiran anak ini

dengan baik?

‘’Anak ini periang banget mas, pdktnya bagus

makanya temen dia banyak banget. Tetangga

sini Alhamdulilah pada baik juga sama dia,

malah dia udah ada rencana pengen diangkat

jadi guru ngaji dimasjid deket sini, kalau

memang kemampuanya udah baik banget buat

ngajar anak kecil, soalnya dia paling pinter

berbaur sama anak kecil gitu’’

Kapan terakhir bapak / ibu

melihat pengasuh mengajak

keluar anak untuk bermain,

sehingga anak mampu belajar

untuk bersosialisasi dan memiliki

teman bermain?

‘’Terakhir sih sebelum pandemi, apalagi

sekarang masih PPKM kan. Ibu orangnya

beneran taat prokes banget, dia ngga mau

keluar kalau ngga penting banget’’

Apakah bapak / ibu pernah

melihat pengasuh melakukan

sosialisasi kepada masyarakat

sekitar tentang kerabatnya yang

‘’Pernah sih, dan itu udah lama banget mas.

Soalnya kan tetangga pasti kepo, suka nanyain

kenapa anaknya stress, kenapa anaknya beda,

jadi ibu saya suka ngejawab sekalian

cx

memiliki disabilitas? sosialisasi, dan Alhamdulillah tetangga pada

nerima dia dengan baik’’

Adakah upaya yang dilakukan

oleh pengasuh dalam mengatasi

rasa lelah, sehingga dalam

merawat kerabat disabilitas bisa

tetap optimal?

‘’Saya ngga pernah liat ibu lelah mas, yaa

paling kalau lagi bosen mau ngapain dia suka

ngaji aja disini, bareng-bareng sama cucunya’’

Ketika sedang dicoba masalah,

apakah pengasuh sering merasa

tertekan?

‘’Ibu orangnya happy banget mas, ngga pernah

dia nunjukin ke saya muka lagi tertekan gitu.

Ibu disini udah terkenal sabar banget, malah

tetangga juga pada ngakuin itu’’

Apakah pengasuh seringkali

berusaha untuk mencari jalan

keluar dari permasalahan tersebut

/ lebih memilih untuk berdiam

diri?

‘’Dia suka kok cari jalan keluar, kadang kalo

emang mentok dia suka diskusi sama saya buat

ngatasin permasalahan’’

Progress apa saja yang bapak/ibu

temukan selama pengasuh

merawat anak ini?

‘’Progressnya banyak banget mas kalau yang

saya lihat. Soalnya dulu anak ini sama sekali

ngga bisa ngapa-ngapain, tapi liat tuh sekarang,

udah bisa lari-larian sama temenya, bisa makan

sendiri, mandi sendiri, udah mulai ikut

pendidikan, udah mulai bisa ngaji, makanya

bersyukur banget dia udah bisa sampe ditahap

ini, jadinya ngga terlalu repotin ibu banget’’

Apakah pengasuh rutin

melakukan kontrol pada

pertumbuhan anak?

‘’Kalau kontrol mandiri sih ngga pernah,

soalnya anaknya udah bisa ngukur berat badan

sendiri,bisa ngukur tinggi badan sendiri’’

Apakah pengasuh sering

mengajak olahraga ringan kepada

anak?

‘’Dulu ibu suka ngajak dia jogging, yaaa itung-

itung biar sekalian dia belajar mandiri buat

jalan, tapi karena ibu saya sekarang udah tua,

jadianya dia mending dirumah aja sekarang’’

Berapa bulan sekali pengasuh

mengajak olahraga ringan kepada

anak?

‘’5 tahunan ini udah ngga pernah sih mas’’

Apakah pengasuh sering

memberikan suplemen untuk

pertumbuhan anak?

‘’Sering, suka banget dia ngasih suplemen gitu

ke dia, yaa namanya juga cucu pasti sayang

banget, apa aja dibelain demi cucu. Kalau

emang ada saya biasa ngasih tiap bulan gitu,

tapi kalau lagi ngga ada yaaa ngga saya beli

mas’’

cxi

Bagaimana cara pengasuh dalam

melatih kemandirian anak selama

dirumah?

‘’Kalau melatih mandiri dirumah biasanya ibu

suka ngajarin dia cara berjalan yang bener,

kaya ibu pegang badanya, terus ibu suruh

tangan dia megang tembok, ibu suruh dia buat

jalan pelan-pelan’’

‘’Pernah juga ibu beliin kursi roda yang mirip

bayi gitu, jadi kalau dia mau sesuatu / mau

melakukan sesuatu dia bisa pelan-pelan buat

belajar jalan. Terus ibu suka ngajarin dia kalau

ngomong tuh harus yang bener, harus sopan,

soalnya kan dulu dia agak kesulitan buat bicara

karena CP itu kan nyerangnya si saraf, tapi

alhamdulilah udah bisa ngomong lancar’’

‘’Ibu juga ngajarin dia buat belajar makan

sendiri, ibu suka contohin kalo megang sendok

tuh kaya begini, terus juga ibu ajarin cara

mandi tuh kaya begini, mau buang air besar /

kecil tuh kaya begini, Alhamdulilah dia

termasuk anak yang cepet banget nangkep,

makanya sekarang udah mandiri banget’’

Dalam merawat kerabat disabilitas

tentu memiliki banyak sekali

permasalahan yang datang secara

tidak diduga maupun sudah

diprediksi, entah itu permasalahan

ekonomi, nutrisi, kesehatan dll.

lalu adakah tindakan antisipasi

dari pengasuh dalam mencegah

permasalahan tersebut

‘’Kalau antisipasi sih ada, soalnya beberapa

bulan yang lalu kan saya sempet diberhentiin

kerja sama kantor saya, jadinya buat

pemasukan gitu sama sekali ngga ada kan.

Makanya sekarang saya lagi nabung buat

modal ibu bikin usaha telur gulung gitu, ntar

biar adik saya yang kerjain karena ibu kan udah

tuaam, yaa itung-itung biar adik saya juga ada

job’’

Apakah pengasuh seringkali

membuat keputusan dalam

mengatasi permasalahan, atau

lebih memilih menyerah dan

memberikan kepada orang lain

untuk menyelesaikan?

‘’Sering banget, kalau lagi diskusi gitu kita

sebagai anak suka banget minta saran ke ibu.

Soalnya kan pengalaman ibu lebih banyak

mas’’

Apakah pengasuh sering

mengadakan kegiatan?

‘’Kegiatanya yaa kaya pengajian ajaa, ngajarin

anak ini ngaji, ibu suka aja kalau luangin

waktunya buat kegiatan yang bermanfaat’’

cxii

Apakah pengasuh yang mengatur

kegiatan tersebut?

‘’Iyaa, ibu saya yang mengatur kegiatan

tersebut. Soalnya saya ngga bisa, karena saya

ngaji. Sedangkan adik saya orangnya maluan

buat ngajar gitu, bukan malu sih…lebih ke

mageran’’

Apakah pengasuh pernah

merasakan kondisi terpuruk /

down?

‘’Alhamdulililah saya ngga pernah lihat mas’’

Mengapa hal tersebut bisa terjadi? Pengasuh tidak pernah mengalami down

Kapan itu terjadinya? Pengasuh tidak pernah mengalami down

Dimana kejadian itu berlangsung? Pengasuh tidak pernah mengalami down

Adakah Gejala yang pengasuh

rasakan pada tubuh ketika sedang

down / terpuruk?

Pengasuh tidak pernah mengalami down,

sehingga tidak ada gejala yang dirasakan pada

tubuh

Bagaimana cara pengasuh dalam

mengatasi kondisi down /

terpuruk?

‘’Ibu suka banget sholat tahajud, soalnya dia

apa-apa lebih ke pasrah aja sama Allah. Dia

mau berkeluh kesah, curhatnya sama Allah

ajaa. Soalnya dia pernah bilang, kalau Allah

adalah tempat terbaik buat berkeluh kesah’’

Apakah sejauh ini, cara yang

pengasuh lakukan sudah efektif

dalam mengatasi kondisi down /

terpuruk?

‘’Sejauh ini efektif banget, terbukti kalau ada

masalah apapun selalu ibu bawa happy, ibu

sabar, ibu cari jalan keluarnya, gituu mas’’

cxiii

cxiv

cxv

cxvi

cxvii

cxviii

cxix

Gambar 1.1

cxx

Gambar 1.2

cxxi