ketangguhan diri pengasuh dalam pengasuhan berbasis ...
-
Upload
khangminh22 -
Category
Documents
-
view
0 -
download
0
Transcript of ketangguhan diri pengasuh dalam pengasuhan berbasis ...
KETANGGUHAN DIRI PENGASUH DALAM
PENGASUHAN BERBASIS KEKERABATAN
(KINSHIPCARE), STUDI KASUS KINSHIPCARE
PADA ANAK DISABILITAS DI YAYASAN
SAYAP IBU BINTARO
Oleh
Addinu Faqih
NIM: 11170541000021
PROGRAM STUDI KESEJAHTERAAN SOSIAL
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF
HIDAYATULLAH JAKARTA
1443 H / 2021 M
iv
ABSTRAK
Addinu Faqih (11170541000021)
Ketangguhan Diri Pengasuh Dalam Pengasuhan Berbasis
Kekerabatan (Kinshipcare), Studi Kasus Kinshipcare Pada
Anak Disabilitas Di Yayasan Sayap Ibu Bintaro
Menurut data Dinas Sosial, kasus penelantaran anak
disabilitas pada tahun 2021 berjumlah 23.630 anak. Anak banyak
yang mengalami kerentanan karena ketidaksiapan mereka untuk
bertahan hidup secara mandiri, hingga akhirnya membuat pihak
lain seperti pengasuh kerabat mengambil alih pengasuhan.
Namun, di dalam pengasuhan berbasis kerabat tentu memiliki
berbagai macam kompleksitas permasalahan. Sehingga,
ketangguhan diri menjadi hal yang wajib dimiliki oleh para
pengasuh kerabat.
Tujuan penelitian ini untuk menggambarkan ketangguhan
diri para pengasuh dalam pengasuhan berbasis kekerabatan
(Kinshipcare) di YSI Bintaro pada anak disabilitas. Penelitian ini
menggunakan pendekatan kualitatif dengan pengumpulan
datanya menggunakan wawancara, obervasi dan studi
dokumentasi. Adapun aspek ketangguhan diri menurut Kobasa
(1982) berupa komitmen, kontrol dan tantangan.
Hasil temuan menjelaskan adanya suatu perbedaan,
dimana pada aspek komitmen, terlihat bahwa informan memiliki
optimisme dalam memperhatikan pelayanan untuk anak. Pada
aspek kontrol, terlihat bahwa informan memiliki usaha
sampingan sebagai tindakan preventif dalam mengatasi hambatan
keuangan. Pada aspek tantangan, terlihat bahwa informan tidak
pernah merasa down saat mengalami suatu permasalahan.
Adapun informan yang lain, terlihat mengabaikan pada 3 aspek
ketangguhan diri yang disebabkan oleh pendapatan finansial yang
rendah.
Kata kunci : ketangguhan diri, kinshipcare, disabilitas
v
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur saya panjatkan atas kehadirat Allah SWT
yang telah memberikan nikmat sehat dan kesempatan, sehingga
peneliti mendapatkan kekuatan , kesabaran, dan pemahaman
hingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi dengan judul
“Ketangguhan Diri Pengasuh Dalam Pengasuhan Berbasis
Kekerabatan (Kinshipcare), Studi Kasus Kinshipcare Pada Anak
Disabilitas Di Yayasan Sayap Ibu Bintaro’’. Shalawat dan salam
yang juga dicurahkan pada Nabi besar Muhammad SAW yang
telah menjadi suri tauladan bagi seluruh umatnya terutama dalam
hal mendidik.
Skripsi ini, saya ajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah
dan Ilmu Komunikasi dalam memenuhi persyaratan guna
memperoleh gelar strata satu Sarjana Sosial (S.Sos) pada program
studi Kesejahteraan Sosial. Saya menyadari skripsi ini tidak akan
terselesaikan tanpa adanya bantuan, bimbingan, serta dorongan
dari berbagai pihak, baik secara individu mapun kelompok,
terutama bimbingan yang tulus dari pembimbing. Maka dari itu,
saya menyampaikan rasa terima kasih yang sedalam-dalamnya
kepada:
1. Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Prof. Dr. Hj.
Amany Burhanuddin Umar Lubis, Lc, M.A.
2. Suparto Ph.D. M.Ed Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan
Komunikasi, Wakil Dekan Bidang Akademik Dr. Siti
Napsiyah Ariefuzzaman, S.Ag., MSW., Wakil Dekan
Bidang Administrasi Umum Dr. Sihabudin Noor, M.A.,
vi
Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan Cecep
Castrawidjaya, M.Si.
3. Ahmad Zaky, M.Si., dan Hj. Nunung Khoiriya, M.A.,
Ketua dan Sekretaris Program Studi Kesejahteraan Sosial
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
4. Dr. Siti Napsiyah Ariefuzzaman, S.Ag., MSW. selaku
dosen pembimbing, saya ucapkan terima kasih setulus hati
atas kesediaannya waktunya untuk memberikan bimbingan
dan masukan dalam proses penulisan skripsi ini. Tidak lupa
juga atas dukungan yang diberikan kepada saya sehingga
saya dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.
5. Seluruh Dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi khususnya Dosen Program Studi
Kesejahteraan Sosial yang telah memberikan ilmunya
melalui pengajaran saat proses perkuliahan.
6. Seluruh Staff Yayasan Sayap Ibu Bintaro yang sudah
bersedia menerima dan berbaik hati menerima saya untuk
melakukan penelitian skripsi di sana, termasuk mendukung
saya dalam memberikan data-data penelitian yang
dibutuhkan.
7. Seluruh narasumber / informan yang telah dipilih, karena
telah meluangkan waktunya untuk dimintai data-datanya
terkait dengan keperluan penelitian.
8. Bapak Acep Sholeh Hariana S.E, selaku orang tua saya
yang terus memberikan support dengan mengorbankan jerih
payahnya agar saya tetap bisa bertahan dalam
menyelesaikan perkuliahan ini.
vii
9. Ibu Nurhasanah, selaku orang tua saya yang terus
memberikan support dengan terus memberikan rasa percaya
diri serta menguatkan mental saya agar bisa menyelesaikan
perkuliahan dengan baik.
10. Seluruh teman-teman seperbimbingan saya, khususnya
Najla Septiana yang terus membantu saya agar skripsi ini
bisa segera terselesaikan.
11. Seluruh teman-teman saya, khusunya Ajeng Nurcitra, Riri
Febrianti, Yoga Fernandes dan Rifa Aida yang tetap
memberikan motivasi kepada saya disaat saya hampir
berada di titik rendah dalam menyelesaikan skripsi ini.
12. Seluruh pihak yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu.
Terima kasih atas dukungan yang diberikan.
Harapan saya selaku peneliti, semoga skripsi ini akan
bermanfaat bagi saya dan bagi pembaca sekalian. Saya selaku
peneliti menyadari dalam penyusunan skripsi ini didapati
berbagai macam keterbatasan, kekurangan, dan kelemahan. Maka
dari itu, kritik dan saran dari siapa saja yang membaca skripsi ini
dipersilahkan dan diterima dengan hati yang terbuka.
Jakarta, 19 Oktober 2021
Addinu Faqih
viii
DAFTAR ISI
PERNYATAAN DOSPEM ........................................................... i
LEMBAR PENGESAHAN .......................................................... ii
PERNYATAAN ........................................................................... iii
ABSTRAK ................................................................................... iv
KATA PENGANTAR .................................................................. v
DAFTAR ISI .............................................................................. viii
DAFTAR TABEL ......................................................................... x
DAFTAR GAMBAR .................................................................. xii
DAFTAR BAGAN .................................................................... xiii
DAFTAR LAMPIRAN .............................................................. xiii
BAB I ........................................................................................ 1
PENDAHULUAN ..................................................................... 1
A. Latar Belakang ............................................................... 1
B. Batasan Masalah ............................................................. 6
C. Rumusan Masalah .......................................................... 6
D. Tujuan Penelitian ............................................................ 6
E. Manfaat Penelitian .......................................................... 7
F. Kajian Terdahulu ............................................................ 8
G. Metode Penelitian ......................................................... 10
H. Sistematika Penulisan ................................................... 19
BAB II ..................................................................................... 21
KAJIAN PUSTAKA ............................................................... 21
BAB III .................................................................................... 58
ix
GAMBARAN UMUM ............................................................ 58
BAB IV .................................................................................... 72
DATA & HASIL TEMUAN PENELITI ................................ 72
BAB VI .................................................................................. 140
KESIMPULAN DAN SARAN ............................................. 140
DAFTAR PUSTAKA ............................................................ 159
x
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Informan ........................................................................ 16
Tabel 1.2 Tabel Laporan .............................................................. 66
Tabel 1.3 Data & Hasil Temuan Penelitian ................................. 109
xii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1 Pengasuh I ................................................................ cxix
Gambar 1.2 Pengasuh II ............................................................... cxx
Gambar 1.3 Pengasuh III .............................................................. cxxi
xiii
DAFTAR BAGAN
Bagan 1.1 Kerangka Berpikir ....................................................... 57
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Pedoman Wawancara Pengasuh…………………...xxi
Lampiran 2 Pedoman Wawancara Orang Terdekat Pengasuh....xxvi
Lampiran 3 Pengurus YSI Bintaro ……………………………..xxx
Lampiran 4 Transkrip Wawancara Pengasuh……………….….ix
Lampiran 5 Transkrip Wawancara Orang Terdekat Pengasuh..Ixxxi
Lampiran 6 Surat Izin Penelitian Skripsi……………………….cxiii
Lampiran 7 Form Persetujuan………………………………….cxiv
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kasus anak yang terpisah dari orang tua kandungnya
merupakan kasus yang sudah sering ditemukan di Indonesia.
Data Kementrian Sosial (Kemensos) yang diambil dari
Dashboard Data Terpadu Kesejahteraan Sosial (DTKS) SIKS-
NG per-15 Desember 2020 menyebutkan bahwa ada 67.368
anak yang terlantar di Indonesia. Tingginya angka tersebut,
membuat banyak anak mengalami kerentanan karena
ketidaksiapan mereka untuk bertahan hidup secara mandiri
selepas keterpisahan mereka dengan orang tua kandung, hingga
akhirnya membuat pihak lain mengambil alih pengasuhan, salah
satunya adalah para pengasuh kerabat.
Pengasuhan berbasis kerabat merupakan salah satu
model upaya yang bisa dilakukan untuk menyelamatkan para
anak yang terpisah dari orang tua kandungnya. Model
pengasuhan berbasis kerabat dinilai sangat tepat dalam merawat
anak yang terpisah dari orang tua kandungnya, hal ini juga
didukung oleh pernyataan dari Kementrian Sosial (Kemensos)
melalui media online berikut :
Kementerian Sosial (Kemensos) mendorong pola utama
pengasuhan anak dilakukan oleh keluarga terdekat,
terutama bagi anak-anak yang masih memiliki keluarga
besar. Kementrian Sosial berpendapat bahwa sudah
2
kodratnya keluarga yang paling tahu dalam membentuk
karakter anak, dan sulit digantikan secara sempurna oleh
lembaga seperti panti asuhan," kata Dirjen Rehabilitasi
Sosial Kementerian Sosial Samsudi di Jakarta dalam
peluncuran Peraturan Menteri Sosial Nomor 21 Tahun
2013 tentang pengasuhan anak dan seminar naskah
akademik tentang pengasuhan alternative (Ummah,
2014).
Berdasarkan kutipan dari berita di atas, Kementrian
Sosial (Kemensos) berpendapat bahwa anak yang terpisah dari
orang tua kandungnya lebih tepat bila diasuh oleh keluarga
besarnya. Hal ini juga didukung dengan pernyataan dari Ellies
Sukmawati yang menyebutkan bahwa adanya pertimbangan
ikatan darah menjadi hal yang utama dalam memberikan
pelayanan secara optimal untuk anak yang terpisah dari orang
tua kandungnya (Ellies Sukmawati & Lisma Dyawati, 2018).
Pengasuhan berbasis kerabat secara umum didefinisikan
sebagai pengasuhan di luar rumah (Out of home care / Oohc)
yang diberikan oleh kerabat, orang tua baptis, orang tua tiri,
anggota suku atau klan anak, atau orang dewasa lain yang
memiliki ikatan dekat dengan anak yang terpisah dari orang
tuanya, dan mereka memberikan perawatan dan perlindungan
secara penuh (Irrizary, 2016).
Istilah kerabat sangat berkaitan erat dengan unsur
terkecil dari keluarga dan struktur sosial seperti harus memiliki
ayah, ibu dan anak. Burgess dan Lockey dalam Rustina (2014)
mendefinisikan bahwa kerabat sebagai suatu kelompok yang
3
mempunyai ikatan perkawinan, ikatan darah maupun hubungan
angkat (adopsi) yang saling berinteraksi dengan berperan
sebagai ayah, ibu dan anak (Rustina, 2014).
Dalam pelaksanaanya, pengasuhan berbasis kerabat
memiliki berbagai macam tantangan. Terlebih lagi kepada para
kerabat yang secara khusus mengasuh anak yang memiliki
disabilitas. Sebut saja terdapat tantangan terkait dengan
keterbatasan sumber daya pengasuh dan tekanan psikologis
pada pengasuh, yang mana tantangan tersebut dapat
mempengaruhi kerentanan pada para pengasuh dan anak (Ellies
Sukmawati & Lisma Dyawati, 2018).
Bila para pengasuh kerabat tidak memiliki kesiapan
yang kuat dalam mengasuh dan merawat kerabat yang memiliki
disabilitas, maka berbagai macam tantangan tersebut jelas akan
mempengaruhi ketangguhan diri para pengasuh. Allah sendiri
telah menjelaskan kepada umatnya agar senantiasa bersikap
tangguh dalam situasi apapun, sebagaimana ayat Al-Quran yang
telah diturunkan sebagai berikut :
ؤمنين ا نتم ال عل ون ان كنتم م نوا و حز ل ت هنوا و ل ت و
Artinya :
‘’Janganlah kamu bersikap lemah dan janganlah pula kamu
bersedih hati, padahal kamulah orang orang yang paling tinggi
derajatnya jika kamu beriman.’’ (QS Ali-Imran [3] : 139)
Ayat ini menerangkan bahwa manusia harus memiliki
sikap tangguh yang kuat, dan harus selalu berprasangka baik
kepada Allah SWT. Allah SWT pasti memberikan kelebihan
4
kepada kita untuk bisa kembali bangkit setelah melalui situasi
yang sulit.
Berdasarkan dengan kompleksitas permasalahan diatas,
maka ketangguhan diri merupakan hal yang wajib dimiliki oleh
para pengasuh kerabat dalam merawat anak disabilitas. Apalagi
menurut Nurakhmi (2019), disabilitas terbagi kedalam 8 jenis
yang tentunya berbeda pula tantangan, tingkat kesulitan serta
penangananya. Sehingga, proses perawatan anak disabilitas
harus diperhatikan dengan cermat agar dapat berjalan dengan
baik dan optimal terhadap tumbuh kembang anak tersebut.
Berbicara tentang ketangguhan diri, Kobasa (1982)
mengatakan bahwa ketangguhan diri memiliki 3 aspek penting
yang terdiri dari aspek komitmen, aspek kontrol dan aspek
tantangan. Komitmen merupakan kecenderungan seseorang
untuk mengikutsertakan diri ke dalam kegiatan apapun yang
dilakukan dengan penuh tanggung jawab dan tulus. Kontrol
merupakan kecenderungan seseorang untuk dapat mempercayai
bahwa seseorang dapat mengatur kejadian apapun sesuai dengan
kehendak individu tersebut. Tantangan merupakan
kecendrungan untuk menganggap suatu perubahan dalam
hidupnya sebagai hal yang diwajarkan, sehingga individu
menganggap senang terhadap tantangan yang menyertai dan
optimis mampu menyelesaikan tantangan tersebut (Kobasa,
1982).
Berdasarkan dari penjelasan aspek ketangguhan diri
diatas, membuat peneliti ingin memfokuskan penelitianya
tentang ketangguhan diri pengasuh berbasis kekerabatan
5
(Kinshipcare) dalam merawat anak disabilitas di YSI Bintaro
dengan melihat pada 3 aspek ketangguhan diri berupa
komitmen, kontrol dan tantangan.
Alasan mengapa penelitian ini perlu untuk diteliti,
karena peneliti ingin mengetahui apakah model pengasuhan
berbasis kerabat dapat dikatakan tepat dalam merawat anak
disabilitas yang terpisah dari orang tua kandungnya, dengan
melihat pada 3 aspek ketangguhan diri dari Kobasa (1982) yaitu
aspek komitmen, aspek kontrol dan aspek tantangan.
Adapun alasan mengapa penelitian ini diselenggarakan
di YSI Bintaro, karena YSI Bintaro sendiri telah
mengembangkan pengasuhan non-kelembagaan untuk anak
penyandang disabilitas sejak tahun 2011 dan mereka secara
khusus membina anak didalam panti maupun diluar panti.
termasuk para pengasuh kerabat.
Program yang YSI miliki pun cukup menunjang
terhadap para pengasuh kerabat serta anak disabilitas, seperti
adanya tempat fasilitas rehabilitasi & habilitasi untuk anak,
pendidikan formal & non-formal, program keluarga pra
sejahtera, sosialisasi & publikasi, dan terakhir adalah berbagai
macam terapi yang telah difasilitasi oleh YSI Bintaro seperti
fisioterapi, hydroterapi, okupasi terapi, terapi wicara dan terapi
bermain (Fachmi, 2021).
Berdasarkan latar belakang diatas, mendorong peneliti
untuk membuat penelitian lebih lanjut mengenai “
Ketangguhan Diri Pengasuh Dalam Pengasuhan Berbasis
6
Kekerabatan (Kinshipcare), Studi Kasus Kinshipcare Pada
Anak Disabilitas Di Yayasan Sayap Ibu Bintaro ’’.
B. Batasan Masalah
Berdasarkan judul diatas, maka peneliti mencoba untuk
membatasi permasalahan yang akan terfokus pada gambaran
ketangguhan diri pengasuh dalam pengasuhan berbasis
kekerabatan (Kinshipcare) di YSI Bintaro. Pembatasan masalah
ini bertujuan untuk menghindari perluasan pembahasan yang
tidak diperlukan, dimana peneliti hanya akan menggambarkan
ketangguhan diri pengasuh kerabat dalam merawat anak
disabilitas di YSI Bintaro dengan menggunakan pada 3 aspek
ketangguhan diri berupa komitmen, kontrol dan tantangan.
C. Rumusan Masalah
Sehubungan dengan latar belakang dan permasalahan
diatas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut:
‘’Bagaimanakah ketangguhan diri pengasuh dalam
pengasuhan berbasis kekerabatan (Kinshipcare) di Yayasan
Sayap Ibu Bintaro ? ‘’.
D. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka fokus tujuan
dari penelitian tentang ketangguhan diri pengasuh dalam
pengasuhan berbasis kekerabatan di YSI Bintaro adalah sebagai
berikut :
7
‘’Menggambarkan ketangguhan diri para pengasuh
dalam pengasuhan berbasis kekerabatan (Kinshipcare) di YSI
Bintaro pada anak disabilitas’’.
E. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Akademis
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat digunakan
sebagai bahan kajian untuk para peneliti lain, serta untuk
masyarakat umum pada bidang Ilmu Kesejahteraan Sosial,
khususnya yang berkaitan dengan ketangguhan diri pengasuh
berbasis kekerabatan (Kinshipcare) dalam merawat anak
disabilitas.
Informasi mengenai ketangguhan berbasis kekerabatan
dalam merawat anak disabilitas masih sangat terbatas didalam
ilmu penelitian, sehingga besar harapan peneliti, hasil dari
penelitian ini nantinya bisa dijadikan sebagai salah satu rujukan
kajian dalam penelitian selanjutnya, agar nantinya ilmu
mengenai ketangguhan diri pengasuh berbasis kekerabatan bisa
dikembangkan lebih luas lagi.
2. Manfaat Praktis
Hasil dari penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan
informasi kepada Lembaga Yayasan Sayap Ibu Bintaro terkait
dengan ketangguhan diri pengasuh dalam pengasuhan berbasis
kekerabatan (Kinshipcare). Sehingga, YSI Bintaro dapat
membuat desain program untuk mensupport kehidupan anak-
anak disabilitas dengan mempergunakan informasi ketangguhan
diri dari pengasuh kerabat.
8
F. Kajian Terdahulu
Pada pemilihan terkait jurnal artikel untuk kajian
literatur, penulis bukan bertujuan untuk mencari kelebihan
maupun kekurangan pada masing-masing artikel penelitian,
melainkan penulis ingin mengumpulkan berbagai macam
kompleksitas permasalahan yang selama ini menyertai para
pengasuh kerabat (Kinshipcare), sehingga dari kompleksitas
permasalahan tersebut dapat dicari apakah para pengasuh
kerabat itu tangguh dalam merawat anak disabilitas dengan
melihat pada aspek ketangguhan diri berupa komitmen, kontrol
dan tantangan.
Jurnal artikel pertama dari Ellies Sukmawati dkk
(2018) menyebutkan bahwa dalam pengasuhan berbasis kerabat
memiliki permasalahan kompleks yang menyertainya. Sebut
saja ditemukan kecemasan dan kekhawatiran yang mengikuti
kehidupan para pengasuh. Mereka khawatir tentang bagaimana
kualitas pendidikan yang dapat mereka berikan untuk anak,
khawatir tentang bagaimana menjaga kontak orang tua dari si
anak, perasaaan akan takut mati dan meninggalkan anak
sendirian, dan takut kesehatan mereka memburuk.
Temuan lainya dari Ellies dkk menyebutkan bahwa ada
rendahnya keterbatasan sumber daya yang dimiliki oleh
kekerabatan caretaker, menurunya pendapatan rumah tangga
akibat pengaruh faktor kesehatan yang dialami oleh pengasuh,
mengurangi atau bahkan kehilangan kemampuan untuk bekerja
yang pada akhirnya memperburuk kondisi kemiskinan.
9
Ditemukan juga para pengasuh tinggal di lingkungan
yang kurang beruntung, kondisi disabilitas anak yang
mempengaruhi pada fleksibilitas pengasuh untuk bekerja, akses
layanan dan pendidikan yang buruk dan pengasuh mengalami
perasaan terisolasi secara sosial akibat kesibukan rutinitas
perawatan.
Menambahkan tentang kompleksitas permasalahan,
Marie Connolly dkk (2016) menyebutkan bahwa salah satu
penyebab pengasuhan berbasis kerabat mengalami stress karena
adanya konflik dengan orang tua kandung. Pengasuh relatif
merasa lebih sulit untuk menegakkan pembatasan perlindungan
selama masih ada akses orang tua.
Carrol Irrizary (2016) menambahkan bahwa seringkali
pengasuh kerabat merasa tertekan saat mengurus izin dalam
mengambil alih pengasuhan karena terhalang oleh keluarga
besar yang lain, meskipun ditemukan bahwa mereka terlihat
mengabaikan pada hak-hak dari anak disabilitas.
Fajar (2016) juga menambahkan bahwa meskipun
ikatan emosional antara pengasuh kerabat dan anak adalah
faktor kunci yang memfasilitasi penempatan pengasuhan
kekerabatan, hal ini dapat menyebabkan keengganan pengasuh
untuk menerima keterlibatan organisasi pengasuhan yang
berkelanjutan karena mereka tidak suka diberitahu pada apa
yang mereka lakukan.
Berdasarkan kompleksitas permasalahan dari jurnal
diatas, penulis menyadari bahwa pengasuhan berbasis kerabat
memiliki tantangan dan preasure yang sangat luar biasa. Untuk
10
bisa terus survive, maka diperlukan ketangguhan diri yang kuat
dari para pengasuh kerabat agar di dalam pengasuhan anak
dapat berjalan dengan optimal.
G. Metode Penelitian
1. Pendekatan Penelitian
Metode penelitian kualitatif merupakan suatu metode
yang digunakan untuk menjawab permasalah dalam suatu
penelitian, yang mana berkaitan dengan data-data berupa
pemaparan atau narasi yang bersumber dari kegiatan
wawancara, pengamatan keadaan dan penggalian dokumen yang
terkait (Wahidmurni, 2017).
Seperti yang kita tahu, dalam pengasuhan berbasis
kerabat memiliki berbagai macam tantangan dan kompleksitas
permasalahan yang mengikuti para pengasuh. Oleh karena itu,
penting bagi peneliti untuk memakai metode kualitatif dalam
penelitian tentang ketangguhan diri pengasuh dalam pengasuhan
berbasis kekerabatan di YSI Bintaro agar bisa memastikan
kualitas dari hasil data yang peneliti dapatkan secara tepat dan
akurat.
2. Jenis Penelitian
Adapun jenis penelitian yang digunakan pada penelitian
adalah penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif merupakan
penelitian yang memaparkan gambaran kejadian secara detail
terkait dengan topik yang peneliti ambil, dimana datanya
diambil dengan menggunakan metode observasi, pengamatan
langsung atau survei (Zellatifanny, 2018). Penelitian ini dipilih
11
karena bertujuan untuk mengumpulkan informasi mengenai
ketangguhan diri para pengasuh dalam pengasuhan berbasis
kekerabatan di YSI Bintaro secara lengkap.
3. Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian kualitatif, pengumpulan data umumnya
menggunakan metode wawancara, observasi dan dokumentasi.
(Yusuf dalam Kristanto, 1990). Adapun teknik pengumpulan
data yang dipakai dalam penelitian tentang ketangguhan diri
pengasuh dalam pengasuhan berbasis kerabat di YSI Bintaro ini
adalah sebagai berikut :
A. Teknik Wawancara
Wawancara adalah teknik yang dapat digunakan untuk
mengumpulkan data penelitian terkait dengan ketangguhan diri
pengasuh dalam pengasuahan berbasis kekerabatan. Secara
umum, wawancara dapat dikatakan sebagai suatu kejadian atau
suatu proses dalam berinteraksi antara interviewer
(pewawancara) dengan interview (orang yang diwawancarai)
melalui komunikasi secara langsung berupa tatap muka (Yusuf
dalam Kristanto, 1990).
Pada teknik wawancara ini, peneliti akan mewawancarai
5 orang terkait dengan data yang dibutuhkan. Satu orang
merupakan pengurus dari Yayasan Sayap Ibu Bintaro, dimana
data yang akan dicari berupa efektifitas program yang sudah
berjalan di YSI Bintaro untuk kemanfaatan bagi para pengasuh
kerabat dan anak disabilitas.
Dua orang narasumber lainya merupakan para pengasuh
kerabat, dimana data yang akan dicari berupa 3 aspek
12
ketangguhan diri yang dimiliki oleh para pengasuh kerabat
dalam merawat anak disabilitas seperti aspek komitmen, aspek
kontrol dan aspek tantangan.
Aspek komitmen mencakup pengetahuan diri, nada
emosi, kegiatan yang diarahkan untuk mengimplementasikan
pada elemen identitas yang dipilih & memproyeksikan masa
depan pribadi seseorang. Aspek kontrol mencakup pada kontrol
kognitif, kontrol keyakinan & kontrol prilaku. Aspek tantangan
mencakup pada efikasi diri dan mampu menganalisis sebab
akibat pada suatu peristiwa.
Dan tiga orang lainya merupakan orang terdekat dari si
pengasuh, dimana data yang dicari berupa kebenaran atau
kevalidan data dari pengasuh kinship berdasarkan pada aspek
komitmen, kontrol dan tantangan. Adapun 3 orang terdekat dari
pengasuh kerabat yang di maksud adalah anak kandung, istri
dan tetangga.
B. Studi Dokumentasi
Studi dokumentasi merupakan metode pengumpulan data
kualitatif dengan menganalisis dokumen-dokumen. Dokumen
yang dipakai oleh peneliti merupakan dokumen resmi milik YSI
Bintaro dengan kategori eksternal seperti majalah, buku, surat
pernyataan / keterangan dan lainya (Mufida, 2015)
Pada teknik studi dokumentasi, peneliti menggunakan
data-data arsip dokumen tentang kegiatan program supporting
YSI Bintaro untuk anak diluar panti pada tahun 2020-2021. Data
ini sangat berguna untuk peneliti, karena peneliti bisa
13
menganalisis seberapa jauh efektifitas program YSI tehadap
kemanfaatan untuk pengasuh kerabat dan anak disabilitas.
C. Teknik Observasi
Morris (1973, hal 906) mengatakan bahwa teknik
observasi merupakan kegiatan mencatat dari berbagai macam
gejala aktifitas melalui bantuan alat instrumen dan merekamnya.
Adapun fungsi dari teknik observasi secara rinci dijelaskan oleh
Rachmat (2005, hal 84) yang terdiri dari deskripsi, mengisi, dan
memberikan data yang dapat digeneralisasikan.
Deskripsi, berarti hasil dari teknik observasi digunakan
untuk menjelaskan secara rinci fenomena aktifitas yang terjadi.
Mengisi data, memiliki maksud bahwa teknik observasi
berfungsi untuk melengkapi informasi ilmiah atas fenomena
sosial yang diteliti melalui teknik-teknik dalam penelitian.
Memberikan data yang dapat digeneralisasikan merupakan
setiap kegiatan penelitian dari sunjek yang diteliti, sehingga dari
gejala-gejala tersebut, peneliti dapat mengambil suatu hasil dan
kesimpulan (Baskoro, 2009).
Dalam penelitian ini, teknik observasi yang dipakai oleh
peneliti adalah teknik observasi partisipan. Alasan mengapa
teknik ini dipakai karena peneliti ingin mengeksplorasi lebih
dalam mengenai ketangguhan diri para pengasuh berbasis
kerabat dalam merawat anak disabilitas.
Adapun yang ingin peneliti observasi berupa mengamati
kondisi kesehatan dari pengasuh, mengamati mimik / raut wajah
dari pengasuh saat menceritakan dan menyelesaikan
permasalahan dalam merawat anak disabilitas, mengamati
14
kondisi tubuh dari anak disabilitas selama dirawat oleh
pengasuh kerabat, mengamati langsung kemandirian apa saja
yang sudah bisa dilakukan oleh anak dan mengamati fasilitas
yang ada di YSI Bintaro.
D. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian yang dipilih dalam mencari sumber
data terkait dengan ketangguhan diri pengasuh dalam
pengasuhan berbasis kekerabatan (Kinshipcare) adalah Yayasan
Sayap Ibu Bintaro. Alasan peneliti memilih YSI Bintaro sebagai
tempat penelitian, karena YSI Bintaro sendiri telah
mengembangkan pengasuhan non-kelembagaan untuk anak
penyandang disabilitas sejak tahun 2011 dan mereka secara
khusus membina anak didalam panti maupun diluar panti
termasuk pengasuhan berbasis kekerabatan (Kinshipcare).
Program yang YSI miliki pun cukup mendukung untuk
para pengasuh kerabat, seperti adanya tempat fasilitas
rehabilitasi & habilitasi untuk anak, pendidikan formal & non-
formal, program keluarga pra sejahtera, sosialisasi & publikasi,
dan terakhir adalah berbagai macam terapi yang telah difasilitasi
oleh YSI Bintaro seperti fisioterapi, hydroterapi, okupasi terapi,
terapi wicara dan terapi bermain (Fachmi, 2021).
2. Waktu Penelitian
Waktu penelitian yang dipilih oleh peneliti terhitung
sejak bulan Juni 2021 sampai dengan Agustus 2021. Dalam
kurun waktu tersebut, peneliti melakukan penelitian dengan
15
melakukan observasi secara langsung ke YSI Bintaro dan rumah
para pengasuh kerabat, melakukan wawancara untuk
mendapatkan data yang peneliti butuhkan serta pengumpulan
studi dokumentasi dari dokumen resmi milik YSI Bintaro.
E. Teknik Pemilihan Informan
Teknik pengumpulan data merupakan cara yang
digunakan oleh peneliti untuk mengumpulkan data-data
penelitian dari sumber data (subjek maupun sampel penelitian).
Maka dari itu, diperlukan para informan-informan agar bisa
digali informasi dan datanya terkait dengan topik penelitian
ketangguhan diri pengasuh dalam pengasuhan berbasis
kekerabatan (Kinshipcare) di YSI Bintaro. Pengumpulan data
ini nantinya digunakan sebagai dasar untuk menyusun
instrumen penelitian (Yusuf dalam Kristanto, 1990).
Pada teknik pemilihan informan, peneliti telah
mengelompokan terkait data apa saja yang peneliti butuhkan.
Sehingga, narasumber yang dipilih oleh peneliti diharapkan bisa
sesuai dengan data yang akan dibutuhkan oleh peneliti. Adapun
informan yang telah peneliti ambil terdiri dari :
1. Pengurus YSI Bintaro
Informasi yang dicari oleh peneliti dari para
pengurus di YSi bintaro adalah dengan melihat program-
program yang YSI buat, khususnya program untuk para
pengasuh berbasis kerabat dengan melihat pada
efektifitas, ketepatan dan manfaat untuk para pengasuh
kinship dan anak disabilitas.
16
2. Pengasuh Kinship
Informasi yang dicari oleh peneliti adalah melihat
kelengkapan pada 3 aspek ketangguhan diri berupa aspek
komitmen, aspek kontrol dan aspek tantangan.
3. Orang Terdekat Pengasuh
Data yang dicari berupa kebenaran atau kevalidan
data dari pengasuh kinship dengan berdasarkan pada
aspek komitmen, aspek kontrol dan aspek tantangan.
Tabel 1.1
Informan
No Informasi yang dicari Informan Jumlah
1 Melihat program-program
yang YSI Bintaro buat,
khususnya program untuk
para pengasuh berbasis
kerabat dengan melihat pada
efektifitas, ketepatan dan
manfaat untuk para pengasuh
kerabat dan anak disabilitas.
Pengurus YSI
Bintaro
1
2 Melihat ketangguhan diri
pengasuh kerabat dengan
mempergunakan pada 3 aspek
ketangguhan diri berupa
komitmen, kontrol dan
tantangan.
Pengasuh berbasis
kekerabatan
2
17
3 Trianggulasi data para
pengasuh kerabat dengan
mempergunakan aspek
komitmen, kontrol dan
tantangan.
Orang terdekat
kerabat
2
Jumlah 5
F. Teknik Pengolahan dan Analisa Data
Analisa data merupakan tahap pertengahan dari
serangkaian tahap didalam suatu penelitian yang mempunyai peran
sangat penting. Hasil data penelitian yang telah dilakukan wajib
untuk diproses terlebih dahulu agar nantinya dapat dipertanggung
jawabkan keabsahan datanya. Mengacu pada konsep Milles dan
Huberman tentang langkah-langkah dalam menganalisis data
sebagai berikut :
1. Reduksi Data
Berikut merupakan langkah-langkah dalam
menganalisis data selama masa pengumpulan data menurut
Miles dan Huberman.
a. Meringkas data-data dari kontak langsung dengan orang,
kejadian peristiwa dan situasi langsung di lokasi
penelitian. Pada langkah pertama ini termasuk pula
memilih dan meringkas dokumen yang relevan.
b. Pengkodean.
c. Membuat catatan objektif. Peneliti harus mencatat
sekaligus mengelompokan data-data yang telah
didapatkan.
18
d. Membuat catatan-catatan reflektif dengan memisahkan
antara catatan objektif dengan catatan reflektif.
e. Membuat catatan marginal
f. Penyimpanan data.
g. Membuat memo dari hasil analisia data. Adapun memo
yang dimaksud Miles dan Huberman adalah teoritisasi ide
atau konseptualisasi ide yang dimulai dengan
pengembangan porposisi / pendapat.
h. Analisis antarlokasi.
i. Pembuatan ringkasan sementara antar lokasi yang isinya
lebih bersifat matriks (Miles dan Huberman dalam May
Harianti, 2015).
2. Tahap Penyajian Data
Penyajian data diarahkan agar data hasil reduksi
terorganisirkan, tersusun dalam pola hubungan, sehingga
makin mudah dipahami dalam merencanakan kerja penelitian
selanjutnya. Pada langkah ini, peneliti berusaha menyusun
data yang relevan sehingga menjadi informasi yang dapat
disimpulkan dan memiliki makna tertentu.
Prosesnya dapat dilakukan dengan cara
menampilkan data, membuat hubungan antar fenomena untuk
memaknai apa yang sebenarnya terjadi dan apa yang perlu
ditindak lanjuti dalam mencapai tujuan penelitian. Penyajian
data yang baik merupakan satu langkah penting menuju
tercapainya analisis kualitatif yang valid dan handal (Miles
dan Huberman dalam May Harianti, 2015).
3. Tahap Penarikan Kesimpulan dan Verivikasi
19
Adapun tahap selanjutnya adalah melakukan
penarikan kesimpulan dengan berdasarkan dari hasil temuan
dan melakukan trianggulasi data. Proses inilah yang disebut
dengan verivikasi data karena berusaha untuk
mengumpulkan, dan mengabsahkan berdasarkan dari
trianggulasi data tersebut.
Dengan peneliti mengkonfirmasikan setiap data yang
diperoleh dengan menggunakan satu cara atau lebih agar
didapatkan data yang berkualitas, maka diharapkan peneliti
memperoleh hasil informasi yang bisan digunakan untuk
mensupport tercapainya tujuan dari penelitian tentang
ketangguhan diri pengasuh dalam pengasuhan berbasis
kekerabatan di YSI Bintaro (Miles dan Huberman dalam May
Harianti, 2015).
H. Sistematika Penulisan
Penulisan skripsi ini menggunakan buku Pedoman
Penulisan Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis dan Disertasi) Keputusan
Rektor Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
Nomor 507 Tahun 2017 yang terdiri dari enam bab yang saling
terikat satu sama lain. Adapun sistematika penulisan penelitian
ini, sebagai berikut :
BAB I PENDAHULUAN
Terdiri dari Latar Belakang Masalah , Batasan
Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian,
20
Kajian Literatur, Metode Penelitian, Waktu dan
Lokasi Penelitian, dan Sistematika Penelitian.
BAB II KAJIAN PUSTAKA
Terdiri dari Landasan Teori, Kajian Pustaka, dan
Kerangka Berpikir
BAB III GAMBARAN UMUM LATAR PENELITIAN
Bagian ini terdiri dari profil Lembaga Yayasan
Sayap Ibu Bintaro, penjabaran detail terkait
dengan para pengasuh berbasis kekerabatan dan
detail program lembaga secara umum.
BAB IV DATA DAN TEMUAN PENELITIAN
Berisi uraian penyajian data dan temuan penelitian
terkait dengan ketangguhan diri pengasuh dalam
pengasuhan berbasis kekerabatan di YSI Bintaro
BAB V PEMBAHASAN
Bagian ini berisi uraian yang mengaitkan latar
belakang, teori dan rumusan teori baru penelitian.
BAB VI PENUTUP
Bagian ini terdiri dari kesimpulan dan Saran.
21
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Ketangguhan Diri
1. Pengertian Ketangguhan Diri
Ketangguhan diri merupakan suatu karakter kepribadian
yang memiliki daya tahan terhadap peristiwa yang
mengakibatkan perasaan stress / depresi. Ketangguhan diri
merupakan kekuatan yang dimiliki oleh setiap seseorang
sebagai bentuk pertahanan dalam menghadapi tekanan stress,
perasaan cemas dan depresi (Fatturahman, 2013).
Seseorang yang memiliki ketangguhan diri dapat dilihat
dari tingkat kemandirianya dalam mengambil sikap di setiap
kondisi yang menekan (Preassure situation). Kemandirian
sendiri melibatkan beberapa aspek seperti sikap saling jujur
pada diri sendiri dengan memperhatikan / peduli kepada orang
lain, hal ini bertujuan untuk menjaga keseimbangan dalam
kemandirian tersebut.
Reivich & Shatte dalam Sapti (2019) mengatakan bahwa
individu dapat dikatakan tangguh apabila ia memiliki
kemampuan empati dalam memahami sesama individu sehingga
mampu mengatasi permasalahanya (Sapti, 2019). Benard dalam
Sapti (2019) mendenifisikan ketangguhan diri sebagai bentuk
kemauan untuk bangkit terhadap situasi yang memiliki resiko
terpuruk dengan tingkat yang tinggi. Benard juga mengatakan
bahwa menjadi individu yang tangguh pasti sebelumnya pernah
22
mengalami suatu kegagalan, hingga akhirnya kembali mencoba
bangkit agar bisa sukses.
Sedangkan Grothberg dalam Sapti (2019)
mendenifisikan ketangguhan diri sebagai bentuk kemampuan
seseorang untuk menghadapi, mengatasi, mendapatkan power
(kekuatan) dan bahkan mampu mengupgrade diri agar lebih
baik lagi (Sapti, 2019).
2. Aspek Ketangguhan Diri
Kobasa (1982) mengatakan bahwa ketangguhan diri
memiliki 3 aspek penting, aspek tersebut meliputi komitmen,
kontrol dan tantangan.
1. Komitmen, merupakan kecenderungan seseorang untuk
mengikutsertakan diri ke dalam kegiatan apapun yang
dilakukan dengan penuh tanggung jawab dan tulus.
Komitmen sendiri terbagi kedalam beberapa sub aspek
seperti knowledgeability, emotional tone, activity directed
toward implementing the chosen identity element,
resistance to being swayed & projecting of one’s personal
future (Marcia, 2007).
a. Kemampuan pengetahuan. Mengetahui tentang diri
sendiri, dan paham akan komitmen yang dipilih.
b. Nada emosional. Orang yang telah menentukan
terhadap komitmenya, akan memiliki sikap optimis,
stabilitas dan kepercayaan akan masa depan /
perkiraan progress yang akan didapatkanya.
c. Kegiatan yang diarahkan untuk mengimplementasikan
pada elemen identitas yang dipilih. Melakukan
23
kegiatan-kegiatan yang mengarah pada komitmenya
sebagai bentuk dukungan dan partisipasi aktif dalam
mewujudkan komitmen.
Adapun sub aspek yang harus diperhatikan dalam
melakukan kegiatan yang terfokus pada perawatan
anak meliputi pada pertumbuhan dan perkembangan
(Fasli Jalal, 2013). Aspek perkembangan meliputi
pada kemandirian, yang mana cukup sulit untuk
diukur karena berkaitan langsung dengan kemampuan
sel pada otak anak. Aspek pertumbuhan meliputi pada
tinggi badan dan berat badan.
Adapun indikator dari pertumbuhan anak meliputi
pada berat badan, tinggi badan, pertumbuhan gigi dan
ukuran tulang (Behrman, Kligman, 2000). Faktor gen
orang tua dapat mempengerahui anak di dalam
pertumbuhanya (Dubois, 2012).
d. Memproyeksikan masa depan pribadi seseorang.
Membuat proyeksi untuk kedepanya, dengan
mengetahui kegiatan apa yang ingin dilakukan dalam
jangka waktu panjang (5-10 tahun kedepan) & jangka
pendek.
2. Kontrol, merupakan kecenderungan seseorang untuk
mempercayai bahwa seseorang dapat mengatur kejadian
apapun sesuai dengan kehendak individu tersebut. Kontrol
sendiri terbagi kedalam beberapa sub aspek seperti kontrol
kognitif, kontrol keyakinan dan kontrol prilaku (Averill,
2014).
24
a. Kontrol kognitif. Kemampuan seseorang untuk
menggali informasi yang tidak dibutuhkan.
b. Kontrol keyakinan. Kemampuan seseorang yang
berdasarkan pada keyakinan dalam memilih suatu
tindakan yang diinginkanya.
c. Kontrol prilaku. Kemampuan seseorang untuk
memanipulasi / memodifikasi suatu kejadian yang
menurut dia tidak menyenangkan, sehingga terdapat
situasi dalam pengendalian kejadian tersebut.
3. Tantangan, merupakan kecendrungan untuk menganggap
suatu perubahan dalam hidupnya sebagai hal yang
diwajarkan, individu yang senang akan tantangan
merupakan orang-orang yang bisa bersikap secara
dinamis, dimana mereka memiliki keinginan untuk
selangkah lebih maju. Tantangan sendiri terbagi kedalam
beberapa sub aspek seperti efikasi diri dan analisis sebab-
akibat (Mayasari, 2014).
a. Efikasi diri. Keyakinan pada kemampuan individu
untuk mengatur dan melaksanakan tindakan yang
diperlukan dalam mengelola situasi prospektif.
b. Analisis sebab & akibat. Kemampuan untuk
menyelidiki dan menganalisis terhadap beberapa
kemungkinan penyebab terjadinya masalah.
Didalam aspek ketangguhan diri, terdapat karakteristik
yang menjadi dasar seseorang dapat memiliki ketangguhan diri.
Conger dalam Faturachman (1990) mengatakan bahwa
ketangguhan diri memiliki karakteristik sikap sebagai berikut :
25
1. Positive Self Value, menunjukan sikap positif yang ada
didalam diri mereka dengan selalu percaya diri, yakin,
optimis dan memiliki penerimaan diri yang baik.
2. Acceptance of Authorit, bisa menyenangkan hati orang
lain dengan upaya yang ia berikan atau lakukan.
3.Positive Interpersonal Relationship, antusias dalam
menjalin relasi dengan orang lain.
4. Spontaneously in Action, menghindari konflik antara
keinginan mandiri dengan tuntutan dari lingkungan.
5. Academically Oriented, senang menambah ilmu
pengetahuan agar terciptanya wawasan yang luas, dan bisa
mengatur waktu dengan baik.
6. Oriented Towards Realistic Goals, mampu
mengesampingkan kepuasan yang sifatnya sementara untuk
mendapatkan kepuasan yang lebih besar di kemudian hari
(Fatturahman, 2013).
3. Faktor Yang Mempengaruhi Ketangguhan Diri
Freud dalam Hidayat (2007) berpendapat ada beberapa
faktor yang memiliki pengaruh penting dalam sikap ketangguhan
diri seperti :
1. Pengalaman Hidup
Pengalaman hidup menunjukkan bahwa perjalanan
hidup seseorang selalu diiringi oleh rangkaian kekecewaan
akibat perpisahan dari kehilangan orang atau objek yang
paling dicintai. Dimulai dari masa kanak-kanak, sang bayi
sudah ditimpa kekecewaan yang akibat dipisah dari susuan
sang ibu. Kekecewaan itu disusul oleh kekecewaan yang lain
26
dan yang paling tragis adalah ketika ditinggal mati oleh orang
terdekat. Namun demikian, justru dengan pengalaman pahit
tersebut pribadi seseorang bisa tumbuh menjadi kuat (Hidayat
2007).
2. Konsep Diri dan Karakter Individu
Menurut Sumarna (2014) menyatakan bahwa
kepribadiaan manusia sangat dipengaruhi oleh tatanan dan
kaidah-kaidah nilai rumit yang secara bertahap terbentuk dari
mulai masih kecil. Namun jika diamati, secara garis besarnya,
perpaduan antara konsep diri dan karakter individu lah yang
membentuk sebuah pola kepribadian yang merupakan bagian
dari kepribadian tangguh. Dimana kepribadian tangguh adalah
sebuah pola kepribadian yang merupakan pertahanan dalam
menghadapi kondisi yang penuh tekanan dan stress.
3. Pola Asuh yang Demokratis
Setiawati dalam Faturachman (1980) menyatakan
bahwa keluarga sangat mendukung dalam terbentuknya
ketangguhan diri, salah satunya adalah keseharian dalam
mengasuh. Keseharian dalam mengasuh sangat mempercepat
dalam terbentuknya sikap seperti konsep diri positif, perasaan
optimis, sikap kemandirian dll.
4. Tingkat Religiusitas Individu
James dalam Ancok & Suroso (2005) menyatakan
bahwa terapi yang terbaik untuk keresahan setiap jiwa adalah
dengan meningkatkan keimanan pada tuhan. Lebih lanjut,
James mengatakan bahwa seseorang yang paham akan
27
religious, umumnya akan terlindungi dari keresahan hati yang
membelenggu, selalu terjaga keseimbangan.
B. Pengasuh
1. Pengertian Pengasuh
Hastuti mengatakan bahwa pengasuh merupakan suatu
pengalaman yang melatih keterampilan dan tanggung jawab dalam
merawat dan mendidik individu. Peran pengasuh harus memiliki
kualifikasi keterampilan berupa kemampuan dalam memberikan
pelayanan, serta kemampuan pengasuhan untuk berperan sebagai
orang tua pengganti (Riana Cristin, 2016).
Pengasuh mempunyai peran yang penting dalam
membentuk perkembangan seorang anak. Hubungan kelekatan
yang pengasuh bangun dengan anak, diharapkan dapat terjalin
suatu ikatan emosional. (Evanke, 2017). Hal ini juga selaras
dengan teori yang menyebutkan bahwa pola asuh orang tua sangat
mempengaruhi pada kemandiran anak (Hurlock, 1990).
Adapun konsep dari pengasuhan itu sendiri terdiri dari
beberapa pengertian, seperti:
A. Pengasuhan memiliki tujuan untuk membantu
pertumbuhan dan perkembangan anak secara baik, entah
itu dari fisiknya, mentalnya maupun interaksi sosialnya.
B. Proses interaksi antara pengasuh dengan anak
merupakan sebuah proses interaksi yang harus terus
dilakukan (berkenlanjutan)
C. Pengasuhan merupakan suatu proses dalam bersosialisasi
(Ibid, hal 5).
28
2. Macam-macam Pola Pengasuhan
Baumrind dalam Yusuf (2015) mengatakan bahwa pola
pengasuhan terdapat 3 macam, diantaranya sebagai berikut :
A. Pola Pengasuhan Otoriter
Pola pengasuhan ini sangat condong dalam menetapkan
aturan standar mutlak, dan sifat dari aturan tersebut wajib untuk
diikuti. Adapun bentuk dari pola pengasuhan ini sangat
menekankan padaorang tua yang selalu mengawasi serta
mengontrol kepada anak agar bisa ditaati (komando penuh, dengan
melakukan sesuatu tanpa adanya kompromi).
Biasanya, pada pola pengasuhan ini sering disertai dengan
pemberian human secara fisik. Pola pengasuhan ini sifatnya sangat
kaku, dan orang tua cenderung berubah menjadi emosional bila
anak tidak mau menuruti standar aturanya.
B. Pola Pengasuhan Demokratis
Pola pengasuhan ini sangat memperioritaskan pada apa
yang menjadi kehendak anak. Orang tua yang menganut pola
pengasuhan ini sangat bersikapmresponsif terhadap keinginan
anak, serta memberikan penjelasan terkait apa dampak baik
maupun buruk dari keinginan anak tersebut. Adapun sikap yang
akan muncul kepada anak karena pola pengasuhan demokratis ini
adalah :
- Anak sangat bersikap bersahabat dan terbuka, terutama
dengan orang tua mereka.
- Anak memiliki sikap percaya diri yang tinggi dalam
menentukan keputusan.
29
- Anak mampu untuk mengontrol setiap situasi dan
mengendalikan diri.
- Anak bisa bersikap sopan terhadap orang lain dan mau
untuk kooperatif dalam bekerja sama.
- Anak memiliki rasa ingin tahu yang tinggi, dan memiliki
tujuan hidup yang terarah.
- Anak sangat berorientasi terhadap setiap prestasi.
C. Pola Pengasuhan Permisif
Pola pengasuhan ini merupakan bentuk pengasuhan yang
memberikan kebebasan kepada anak untuk mengatur dirinya
sendiri. Tanggung jawab sangat tidak berlaku dalam pola
pengasuhan ini, dan juga orang tua tidak banyak mengontrol
kepada setiap perilaku anak. Adapun sikap yang muncul kepada
anak akibat pola pengasuhan ini adalah :
- Anak menjadi agresif dan bersikap implusif.
- Anak akan sering memberontak bila keinginanya.
- Anak memiliki sikap percaya diri yang rendah.
- Anak menjadi senang untuk mendominasi.
- Arah hidupnya cenderung tidak mengetahui.
Berdasarkan dengan macam pola pengasuhan diatas,
dapat disimpulkan bahwa pengasuhan jenis apapun sangat
mempengaruhi prilaku anak. Pola pengasuhan juga dapat
mempengaruhi aspek-aspek dalam perkembangan anak. Oleh
karena itu, peneliti mengharapkan adanya pemahaman untuk para
pengasuh berbasis kekerabatan agar senantiasa memilih pola
pengasuhan yang tepat, sehingga sikap dari anak tersebut dapat
menjadi baik sesuai dengan harapan dari si pengasuh tersebut.
30
C. Kekerabatan (Kinshipcare)
1. Pengertian Kekerabatan (Kinship Care)
Latar belakang dari munculnya kekerabatan berasal dari
suku kata ‘’kerabat’’. Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI)
memiliki arti yang berupa adanya ikatan pertalian keluarga,
ikatan darah, keturunan dll. Tri Rahma (2019) menyebutkan
bahwa kekerabatan merupakan kata yang diawali imbuhan “ke”
dan diakhiri dengan imbuhan “an” dengan mempunyai arti
berhubungan antar sesama keluarga sebagai pemerkuat adanya
ikatan hubungan yang berdasarkan dari sumber yang sama, baik
itu satu nenek, satu ibu, satu ayah dll (Tri Rama, 2019).
2. Macam-Macam Sistem Kekerabatan
Ibid (hal, 125-126) mengemukakan bahwa system
kekerabatan terbagi menjadi 3 jenis, yaitu :
A. Sistem Kekerabatan Parental
Pada system kekerabatan parental, anak berusaha untuk
saling terhubung dengan orang tuanya, dan anak juga saling
terhubung dengan kerabat terdekatnya secara tidak langsung.
Didalam sistem kekerabatan parental, para orang tua dengan
kerabat memiliki aturan sendiri yang ditetapi dalam hal
mengurus perkawinan, pemberian nafkah untuk keluarga, saling
menghormati kepada orang-orang yang telah ditentukan,
maupun dalam hal pembagian waris. Budaya kerabat parental
sering ditemukan pada masyarakat di daerah Jawa, Sulawesi,
dan Kalimantan.
B. Sistem Kekerabatan Patrilineal
31
Pada system kekerabatan patrilineal, anak berusaha
untuk saling terhubung dengan ayah kandung yang berdasarkan
dari garis keturunan pihak laki-laki. System kekerabatan
patrilineal ini juga saling terhubung dengan para kerabat dari
pihak ayah berdasarkan dari garis keturunan pihak laki-laki.
Didalam masyarakat patrilineal, mereka beranggapan
bahwa posisi kedudukan mereka lebih tinggi dari pada
perempuan, sehingga dalam urusan hak-hak pembagian harta,
hak istimewa dll biasanya laki-laki akan mendapatkan bagian
yang lebih banyak. Budaya kerabat patrilineal sering ditemukan
pada masyarakat Batak dan Bali.
C. Sistem Kekerabatan Matrilineal
Pada system kekerabatan matrilineal, anak berusaha
untuk saling terhubung dengan ibu kandungnya yang
berdasarkan dari garis keturunan pihak dari perempuan. System
kekerabatan matrilineal ini juga terhubung dengan kerabat dari
pihak ibu yang berdasarkan dari garis keturunan perempuan.
Didalam masyarakat matrilineal, mereka beranggapan
bahwa garis keturunan dari ibu dianggap lebih terhormat,
sehingga menimbulkan hubungan interpersonal yang jauh lebih
melekat dengan kerabat terdekatnya berdasarkan dari garis
keturunan pihak ibu. Sehingga, dalam hal urusan pembagian
harta maupun hak-hak istimewa, pihak perempuan cenderung
mendapatkan bagian lebih banyak ketimbang dengan laki-laki.
Budaya kerabat matrilineal sering ditemukan pada masrakat
Padang, Minangkabau (Ibid, hal 125-126).
32
Berdasarkan dari ketiga system tersebut, menjadi bukti
bahwa Indonesia memiliki system yang beragam didalam pola
kekerabatan. Karena beragamnya system kekerabatan ini, akan
menciptakan rasa cipta, karsa dan karya dengan saling
bertoleransi kepada perbedaan tersebut, sikap saling
menghormati dengan beragamnya perbedaan tersebut sudah
sejak dahulu menjadi symbol dan ciri khas dalam masyarakat di
Indonesia. Sistem kekerabatan tersebut akan menjadi penguat
terhadap norma-norma yang diluhurkan, serta menjadi landasan
hidup dalam bermasyarakat.
D. Disabilitas
1. Pengertian Disabilitas
Nurakhmi (2019) mengatakan bahwa anak yang
memiliki disabilitas merupakan bagian dari adanya
keberagaman didalam manusia. Adanya keberagaman tersebut,
bukan malah menjadi saling membeda-bedakan sehingga
munculnya sikap intoleran didalam bermasyarakat.
Semua manusia dianggap sama didalam kedudukanya,
seperti pria-wanita, tinggi-pendek, orangtua-anak, hitam-putih,
begitupun dengan manusia normal dengan yang memiliki
disabilitas. Sebab, para penyandang disabilitas pastinya
memiliki hak-hak yang sama terkait dengan akses pelayan,
seperti halnya manusia normal dapatkan. Dan tiap manusia,
tentunya tidak senang bila ia merasa dibedakan, dibatasi,
dicabut haknya apalagi sampai dihilangkan.
33
Adapun istilah dari disabilitas, berbeda dengan istilah
dari cacat. Dalam perkembanganya, istilah disabilitas datang
untuk merubah dari kalimat cacat yang selama ini konotasinya
cenderung kasar dan negative yang sangat identik dengan kata
tidak normal, hancur dan rusak (Nurakhmi, 2019).
2. Mengenali Disabilitas
Sederhananya, Nurakhmi (2019) menjelaskan bahwa
para penyandang disabilitas dapat dikenali dengan melihat dari
2 aspek seperti aspek perkembangan dan aspek fisik. Umumnya,
aspek fisik paling mudah untuk dikenali dalam melihat adanya
disabilitas, karena aspek fisik sifatnya bisa dilihat secara
langsung oleh mata seperti tunanetra, downsyndrome maupun
hilangnya bagian anggota dalam tubuh (entah itu kaki, tangan
dll). Sedangkan, dalam melihat aspek perkembangan
dibutuhkan keterlibatan dari para ahli disabilitas untuk
mengenali adanya tanda-tanda dari disabilitas (Nurakhmi,
2019).
Setiap orang tua harus mulai memperhatikan jika
merasa anaknya memiliki perbedaan dalam aspek seperti
kognitif, motorik, bahasa, personal sosial / belum menguasai
kemampuan yang sudah seharusnya bisa dilakukan oleh anak
normal lainya. Dan dari sekian banyaknya aspek perkembangan,
terdapat tanda-tanda bahaya dalam proses tahap
perkembanganya (Nurakhmi, 2019).
Adanya hambatan dalam bergerak, biasanya terjadi
karena ditemukan gangguan dalam koordinasi, hambatan
sensorik, kelemahan dalam tubuh, maupun kemampuan memori
34
rendah dalam mengingat. Hambatan bisa juga disebabkan
karena adanya kemampuan bahasa dan bicara yang berbeda,
perbedaan bahasa dalam berkomunikasi, dan juga
perkembangan variatif dalam hal kognitif. Apabila tanda-tanda
tersebut ditemukan pada anak, maka anak tersebut dapat
terindikasi memiliki disabilitas didalam perkembanganya
(Nurakhmi, 2019).
3. Mengenali Jenis-Jenis Disabilitas
A. Anak Penyandang Disabilitas Fisik
Pengertian dari disabilitas fisik menurut Nurakhmi
(2019) adalah suatu kehilangan yang dimiliki oleh bagian tubuh,
entah itu hanya sebagian maupun keseluruhan bagian tubuh
yang hilang yang mempengaruhi fungsi dalam bergerak
(motorik) seperti berbicara, pergerakan kaki maupun dan lain-
lainya.
Penyebab seseorang memiliki disabilitas bisa
disebabkan karena rusaknya pusat motoric seseorang yang ada
di bagian otak sehingga menimbulkan dampak pada
kemampuan lainya seperti bergerak, bentuk tubuh yang tidak
sempurna, otot yang mengalami kerusakan, dan permasalahan
dalam hal persendian (Nurakhmi, 2019).
Nurakhmi (2019) menjelaskan bahwa penyandang
disabilitas fisik dapat dilihat langsung dengan mengetahui
adanya kerusakan, kehilangan, dan tidak lengkapnya pada
anggota tubuh seseorang. Adapun disabilitas fisik terbagi
kedalam beberapa jenis seperti Celebral Palsy, Spina Bifida,
Amputee, Poliomyelitis, dan Epilepsi.
35
B. Anak Penyandang Tunanetra
Nurakhmi (2019) mengatakan bahwa seseorang yang
mengalami kesulitan dalam penglihatan, dimana terdapat
gangguan yang mengakibatkan tidak berfungsinya mata untuk
melihat segala sesuatu dinamakan disabilitas sensorik
penglihatan atau yang biasa disebut dengan kondisi Tunanetra.
(Nurakhmi, 2019).
Seseorang yang memiliki Tunanetra mampu untuk
membedakan hal-hal disekitar lingkunganya dengan melalui
dari suara-suara yang dihasilkan, atau aroma yang dihasilkan,
atau juga dari sentuhan-sentuhan. Hal ini bertujuan untuk
mengeksplorasi lingkungan sekitarnya, walaupun indra
penglihatan tidak berfungsi. Demikian itulah merupakan proses
belajar yang dilakukan oleh para penyandang disabilitas
sensorik penglihatan (Tunanetra) ditengah keterbatasan melihat
yang mereka miliki.
Secara visual, anak yang memiliki disabilitas
Tunantera dapat terlihat dari perbedaan kondisi bola matanya
dari orang biasanya, dimana terlihat pada pola matanya tidak
memiliki bola mata, dan kondisi dari mata tersebut mengalami
keruhan / pucat. Namun ada beberapa kasus berbeda, dimana
penyandang Tunanetra memiliki bola mata yang baik seperti
orang lainya, namun mereka tetap tidak bisa untuk melihat.
Kondisi pada disabilitas Tunanetra dapat dilihat dari
cara berjalanya yang terkesan tidak beraturan dan sering
membentur objek seperti tembok, pohon, rumah dan lainya.
36
Secara detailnya, tunanetra dapat terlihat melalui ciri-ciri
sebagai berikut :
1. Penyandang tunanetra tidak mampu untuk
fokus memperhatikan objek pada jarak kurang
dari satu meter.
2. Penyandang tunantera tidak mampu untuk
mengikuti objek yang dilihat, dimana sifat dari
objek tersebut bisa bergerak seperti kendaraan
roda 2, 4, orang berjalan dan lainya.
3. Penyandang tunanetra tidak mampu untuk
mengambil objek yang diinginkanya secara
akurat.
4. Penyandang tunantera tidak mampu untuk
meletakan maupun mengambil benda-benda
yang ada disekitarnya.
5. Penyandang tunantera tidak mampu untuk
menunjukan suatu objek tertentu, dan hampir
tidak bisa mengenali pada objek tertentu yang
familiar.
6. Penyandang tunanetra memiliki akses
mobilisasi secara terbatas, dan cenderung
untuk diam ditempat. Kesulitan dalam
mengenali objek bergambar.
7. Penyandang tunanetra tidak mampu menikmati
aktifitas lainya dalam menggambar.
C. Anak Penyandang Tunarungu
37
Nurakhmi (2019) mengatakan bahwa seseorang yang
mengalami gangguan pada pendengaran disebut dengan
penyandang tunarungu. Seseorang dengan penyandang
tunarungu terbagi menjadi dua bagian, yaitu deaf / tuli dan hard
of hearing / kurangnya dalam pendengaran.
Deaf merupakan ketidakmampuan seseorang dalam
mendengar yang tidak bisa digunakan secara total. Artinya,
meskipun menggunakan alat bantu pendengaran sekalipun, ia
tetap tidak bisa mendengar. Sedangkan hard of hearing
merupakan kondisi sesorang, dimana ia masih memiliki
kemampuan untuk mendengar namun dalam presentasi yang
rendah, sehingga walaupun memakai alat pendengaran
sekalipun, mereka masih mampu untuk mendengar.
Gangguan pendengaran terbagi menjadi tiga, yaitu
gangguan pendengaran ringan, sedang dan berat. Gangguan
pendengaran ringan dapat dilihat dari hilangnya pendengaran
pada angka 27 – 40 dB. Gangguan pendengaran sedang dapat
terlihat dari hilangnya pendengaran pada angka 41 – 45 dB.
Gangguan pendengaran berat dapat terlihat dari hilangnya
pendengaran pada angka 56 – 70 dB.
Berikut merupakan indikasi yang dapat dikenali kepada
seseorang yang memiliki kerusakan dalam pendengaran /
tunarungu, seperti berikut ini :
1. Penyandang tunarungu tidak bisa merespon
pada suara, baik itu yang lembut maupiun
keras sekalipun. tidak mampu merespon suara
yang lembut
38
2. Penyandang tunarungu akan berhenti babbling
setelah memasuki usia enam hingga delapan
bulan.
3. Penyandang tunarungu tidak memiliki minat
pada mainan yang memiliki suara seperti
mainan handphone, mobil yang memiliki
suara dan lainya.
4. Penyandang tunarungu tidak mampu untuk
mengatakan kalimat seperti ayo, papa / mama
ketika usia enam hingga dua belas bulan.
5. Penyandang tunarungu tidak mampu untuk
memahami gesture yang mewakili kata-kata
seperti memlambaikan tangan sambil
mengucapkan kalimat ‘’dadah’’.
6. Penyandang tunarungu biasanya akan lebih
fokus untuk melihat bibir dari lawan
bicaranya.
7. Penyandang tunarungu tidak mampu untuk
menengok ketika namanya dipanggil dalam
jarak satu meter.
D. Anak Penyandang Disabilitas Intelektual
Nurakhmi (2019) mengatakan bahwa anak penyandang
disabilitas intelektual merupakan kondisi dimana ia mempunyai
kekurangan pada aspek intelektual, dimana IQ mereka sangar
rendah, kurang dari 70 dan mempunyai dua hambatan / lebih
dalam kemampuan ketreampilan yang sifatnya adaktif, seperti
hamabatan dalam akademik, hamabatan dalam berkomunikasi.
39
Dampak yang diakibatkan dari kurangnya kemampuan
intelektual, ditandai dengan terbatasnya seseorang untuk
memahami suatu informasi yang sifatnya abstrak seperti
kesulitan dalam memahami huruf, warna tertentu, tanggal dan
lainya.
Anak yang mengalami disabilitas intelektual, sangat
berbeda dengan anak yang mempunyai keterlambatan dalam
perkembangan. Umumnya, anak yang mempunyai
keterlambatan dalam perkembangan mengalami keterlamabatan
dalam 1 aspek. Seperti contoh, anak yang memiliki usia 3 tahun,
dia sudah bisa berbicara dengan lancar, mempunyai komunikasi
yang baik, sudah bisa mandiri dalam keseharian seperti
mengganti baju, makan dan lainya. Namun, dalam hal berjalan
ia masih memiliki kelemahan karena kondisi tertentu, namun
seiring dengan pelatihan yang diberikan secara intensif, maka ia
pasti akan bisa berjalan dengan baik.
Anak yang memiliki disabilitas intelektual, mempunyai
kondisi yang variatif seperti ringan, sedang dan berat. Berikut
merupakan klasifikasi seorang anak berdasarkan dari tingkat
intelektualnya yang berlandaskan dari hasil tes pada IQ anak,
yaitu :
1. IQ yang rendah : 55-69
2. IQ yang sedang: 40 – 54
3. IQ yang berat: 25 – 39
4. IQ yang sangat berat : < 25
Anak yang memiliki disabilitas intelektual, memerlukan
penanganan yang melibatkan para ahli seperti psikolog, terapi
40
wicara, konsultan saraf anak, ortopedadog dan okupasi terapi.
Semakin banyak ahli yang dilibatkan untuk menangani anak yang
memiliki disabilitas intelektual, maka dapat mempercepat proses
dari kemampuan anak. Namun, tentu saja orang tua memiliki
peranan yang jauh lebih penting dalam perkembangan anak,
disbanding dengan keterlibatan parah ahli, sehingga para orang
tua wajib untuk membantu dalam perkembangan anak.
E. Penyandang Down Syndrom
Nurakhmi (2019) mengatakan bahwa anak yang
mengalami down syndrom memiliki kelainan pada
kromosomnya, ciri khas dari down syndrom dapat dikenali dari
wajah yang berbeda seperti umumnya. Down syndorm dapat
terjadi pada wanita hamil diatas umur 40 tahun, dan ayah pada
umur 50 tahun keatas. Wanita saat mengandung meiliki kadar
hormone estril dan protein yang rendah, sehingga menyebabkan
adanya gangguan pada pembentukan janin. Keturunan dari gen
juga bisa menjadi penyebab anak mengalami down snydrom
(Nurakhmi, 2019).
Anak penyandang down syndrome mengalami banyak
infeksi yang menyertainya, seperti infeksi pada kulit,infeksi pada
saluran nafas, infeksi pada gusi, dan infeksi pada telinga yang
disebabkan kekebalan tubuh yang lebih rendah dibandingkan
dengan anak normal lainya. Dan juga anak dengan penyandang
down syndrome memiliki perkembangan yang lambat dari anak
seumuranya.
Seperti halnya pada anak normal lainya, anak penyandang
down syndrom juga berhak atas akses pelayanan yang layak,
41
karena anak penyandang down syndrome masih mempunyai
kapasitas untuk mengembangkan diri, tumbuh secara baik dan
mampu untuk belajar.
F. Anak Penyandang Disabilitas Mental
Nurakhmi (2019) menjelaskan bahwa disabilitas mental
merupakan suatu gangguan yang ditandai dengan adanya
gangguan pada aspek kontrol dan kognisi yang mengakibatkan
tidak berfungsinya proses bilogis, psikologis, dan perkembangan
(Nurakhmi, 2019).
G. Perilaku Hiperaktif & Gangguan Pemusatan Perhatian
Nurakhmi (2019) mengatakan bahwa anak yang
mengalami perilaku hiperaktif dan gangguan pemusatan
perhatian dapat dikenali dari :
1. Gangguan Pemusatan Perhatian
a. Anak sering mengalami kegagalan dalam
menjalankan tugas tertentu yang diberikan, atau
juga sering tidak fokus pada aktifitas lainya
karena gagal dalam memusatkan perhatian.
b. Anak sering tidak mendengarkan apabila
sedang diajak untuk berkomunikasi secara
langsung.
c. Anak tidak mau untuk mengikuti petunjuk yang
orang lain berikan, dan cenderung gagal dalam
menyelesaikan tugas-tugas.
d. Anak senang untuk menghilangkan /
menyembunyikan benda-benda yang diperlukan
dalam tugas ataupun beraktivitas.
42
e. Anak mudah untuk merespon rangsangan dari
luar, yang mengakibatkan tidak fokusnya anak
dalam mengikuti kegiatan tertentu.
2. Hiperaktif
a. Anak mudah mengalami gelisah yang ditandai
dengan menggeliatnya kaki / tangan ketika ia
sedang duduk.
b. Anak sering untuk meninggalkan tempat
duduknya ketika sedang berada didalam
ruangan / kelas, dimana sedang diharapkan
situasinya untuk tetap duduk.
c. Anak senang untuk memanjat dan berlari /
melakukan tindakan yang berlebihan.
d. Anak mengalami kesulitan saat bersenang-
senang pada waktu senggang dengan lebih
banyak diam.
e. Anak tiba-tiba bergerak dengan sendirinya,
seperti ada mesin yang menjalankan.
f. Anak suka berbicara secara berlebihan. Dalam
kondisi tertentu, terkadang anak hiperaktif
sering berprilaku yang tida normal seperti
memiliki daya tarik pada laki-laki tampan /
wanita cantik, maka ia akan menebar pesona
pada orang tersebut (Nurakhmi, 2019).
H. Anak Penyandang Disabilitas Multiple
Niurakhmi (2019) mengatakan bahwa orang yang
mempunyai 2 jenis disabilitas (dalam kasus tertentu bisa lebih dari
43
dua) disebut dengan penyandang disabilitas multiple. Seperti
contoh kasus, seorang anak balita mempunyai disabilitas fisik yang
menyertainya sejak lahir, namun disisi lain ia juga memiliki
tunarungu. Kondisi tersebut dinamakan dengan disabilitas
multiple, karena terdapat 2 jenis disabilitas yang menyertai yaitu
disabilitas fisik dan tunarungu (Nurakhmi, 2019).
Disabilitas multiple bisa terjadi karena adanya
keterbatasan pada kemampuan tubuh yang mengakibatkan
terjadinya perubahan perkembangan yang tidak normal, dimana
aspek gerak motorik, visual, auditori tidak berfungsi, hal ini bisa
membuat seseoarang memiliki disabilitas lebih dari 1. Adapun
proses dari terciptanya disabilitas multiple bisa disebabkan karena
gen, bawaan dari lahir dan kecelakaan.
Nurakhmi (2019) mengatakan bahwa anak dengan
disabilitas multiple berbeda dengan anak yang mengalami
keterlamabatan dalam perkembanganya. Keadaan kondisi pada
anak yang mengalami keterlambatan perkembangan mempunyai
makna pada 2 / lebih pada aspek perkembangan, yangb terdiri dari
motor halus, motor kasar, gaya berbicara atau bahasa dan
kemandirianya. Sedangkan disabilitas multiple terjadi karena
adanya kondisi dari seseorang yang memiliki disabilitas lebih dari
1 yang disebabkan karena gen, bawaaan dari lahir / kecelakaan.
I. Tingkatan Disabilitas
Berdasarkan derajat kedisabilitasannya, penyandang
disabilitas dapat dikelompokkan menjadi disabilitas berat, sedang
dan ringan. Penyandang disabilitas berat (PDB) adalah penyandang
disabilitas yang kedisabilitasannya sudah tidak dapat direhabilitasi,
44
tidak dapat melakukan aktivitas kehidupannya sehari-hari dan
sepanjang hidupnya tergantung pada bantuan orang lain, dan tidak
mampu menghidupi diri sendiri.
Penyandang disabilitas sedang adalah penyandang
disabilitas yang sebagian aktivitasnya memerlukan bantuan orang
lain atau alat bantu, dan dalam melaksanakan aktivitasnya
tergantung penuh terhadap pengawasan orang lain. Penyandang
disabilitas ringan adalah penyandang disabilitas yang mampu
melaksanakan aktivitasnya secara mandiri dan mampu mengatasi
kesulitanya tanpa alat bantu (Rahayu, 2011).
E. System Support
1. Definisi Support System
Pada dasarnya, tiap seseorang pasti akan mengalami titik
terendah dalam hidupnya yang disebabkan oleh berbagai macam
faktor, terkadang sesorang sulit untuk menyelesaikan permasalahan
/ kesulitanya yang mengakibatkan adanya keputusasaan. Maka dari
itu, dukungan dari orang lain (support system) sangat dibutuhkan
oleh tiap-tiap individu untuk membantu menyelesaikan /
menemukan jalan keluar dari permasalahanya (Adelle, 2020).
Support system adalah dukungan yang diberikan oleh
orang-orang terdekat kita dalam membantu, menyelesaikan,
menemukan jalan keluar terhadap permasalahan yang dialami,
adapaun orang-orang terdekat yang ada disekitar seseorang
tersebut terdiri dari sahabat, teman, pasangan, kerabat dan lainya
(Viguerra, 2014).
45
Dukungan sosial / support system didefinisikan sebagai
saran, bantuan, pemberian informasi verbal & non-verbal yang
diberikan oleh orang-orang disekitarnya, dimana kehadiran orang
tersebut memberikan manfaaat pada keuntungan aspek emosional
yang mana mempengaruhi tingkah laku (Gottlib,1983).
Byrne & Baron (1997) juga menambahkan bahwa support
system dapat didefinisikan sebagai perasaan aman & nyaman yang
diberikan oleh orang terdekat kepada seseorang dalam
menyelesaikan suatu permasalahan. Individu yang mendapatkan
dukungan dari orang terdekat akan jauh lebih tepat dan efektif
dalam karena mendapatkan dukungan akan lebih efektif dalam
menyelesaikan permasalahanya, ketimbang menyelesaikan secara
sendiri.
2. Aspek Support System
Adapun aspek-aspek dari support system menurut
Jhonson (2014) terdapat 4 aspek yang terdiri dari :
1. Perhatian Emosonal, perhatian emosional ini
mencakup pada beberapa sub aspek seperti
penerimaan kasih sayang, penerimaan kenyamanan
dan mempercayai terhadap orang terdekatnya. Jika
semua sub aspek tersebut dapat dipenuhi, maka
individu tersebut emosionalnya akan stabil karena
merasa diperhatikan dan dicintai.
2. Bantuan Instrumental, bantuan instrumental
meliputi pada bantuan secara langsung, seperi bantuan
jasa dan bantuan barang.
46
3. Dukungan Penilaian, dukungan penilaian sangat
dibutuhkan oleh tiap seseorang sebagai bahan evaluasi
terhadap kinerja / perilaku, adapun penilaian
mencakup pada respon timbal balik & persetujuan
terhadap gagasan dan tindakan dari individu tersebut.
3. Komponen Support System
Menurut Weis (2015), support system memiliki 6
komponen seperti :
a. Emotional Attachment : Jenis komponen ini
memungkinkan individu untuk mendapatkan
kerekatan aspek emosional dari orang terdekatnya.
b. Social Integration : Jenis komponen ini
memungkinkan seseorang untuk mendapatkan
perasaan diterima oleh kelompok tertentu,
sehingga timbul sikap dalam berbagi minat dan
aspirasi kepada kelompok tersebut.
c. Reassurance Of Worth : Mendapatkan
pengakuan dari pihak lain.
d. Reliable Reliance : Mendapatkan jaminan
bantuan dari orang lain, dengan perasaan saling
dapat diandalkan.
e. Guidance : Adanya hubungan bilateral dalam
memperoleh sesuatu yang diinginkan dalam
menyelesaikan permasalahan
f. Opportunity Of Nurturance : Hubungan
interpersonal dengan perasaan akan dibutuhkan
oleh individu lainya.
47
4. Menjaga Hubungan Support System
Berikut ini merupakan tips dalam menjaga hubungan
dengan para support system menurut Mayoclinic (2021) seperti :
a. Berusaha untuk tetap berhubungan dengan para
support system, dan terus menjalin komunikasi secara
intens. Hal ini dapat dilakukan dengan mudah seperti
menelpon ketika sedang mendapat kabar baik &
buruk, memberikan semacam penghargaan / hadiah
ulang tahun sebagai bentuk rasa syukur kita dalam
memiliki support system tersebut, mengajak makan
bersama, melakukan kegiatan bersama dan lainya.
b. Merasa bahagia dan ikut senang ketika support system
kita berhasil mendapatkan / mencapai sesuatu.
c. Jangan terlalu sering untuk meminta pertolongan,
selama itu masih bisa diselesaikan sendiri maka
selesaikan permasalahan tersebut secara mandiri,
karena dengan kita selalu meminta tolong pasti akan
membuat orang terdekat kita perlahan mulai menjauhi
karena permintaan yang membebani tersebut.
d. Mampu meluangkan waktu dan pikiran untuk orang
terdekat kita, dan semata-mata menganggap bahwa
orang tersebut sangat penting untuk kita.
e. Siap sedia ketika orang lain membutuhkan
pertolongan
F. Kemiskinan
1. Definisi Kemiskinan
48
Kemiskinan merupakan standar hidup rendah yang
dimiliki oleh seseorang, dimana memberikan pengaruh / dampak
seperti pendidikan, kesehatan, harga diri dan kehidupan moral
(Suparlan, hal 315, 2004). Kemiskinan adalah situasi yang serba
terbatas, dimana itu terjadi bukan atas kehendaknya dari orang
yang bersangkutan (Supriatna, 1997).
Pengertian lainya diungkapkan oleh ahli yang lain,
dimana kemiskinan merupakan suatu keadaan dari kondisi
seseorang yang mengalami kekurangan, sehingga tidak mampu
untuk memenuhi kebutuhan primer maupun sekundernya (Ritonga,
2015).
Harniarti (2010) mengemukakan bahwa di dalam
kemiskinan terdapat 3 jenis klasifikasi, adapun 3 jenis klasifikasi
tersebut adalah sebagai berikut ;
A. Kemiskinan Alamiah, pemicu utamanya adalah sumber daya
alam yang rendah dan kondisi alam yang buruk, sehingga
banyak dijumpai manusia yang kesulitan ekonomi karena
faktor alam yang tidak mendukung seperti hal nya tanah
gersang, kesulitan air dan iklim cuaca yang berubah.
B. Kemiskinan Kultural, pemicu utamanya adalah karakter dan
sikap dari masyarakat itu sendiri yang tidak mau berusaha
untuk meningkatkan taraf kesejahteraan hidup, umumnya
kemiskinan kultural biasa disebabkan oleh budaya maupun
tradisi yang sudah lama melekat dari diri masyarakat itu
sendiri.
C. Kemiskinan Struktural, pemicu utamanya adalah struktur
sosial maupun tatanan dari lembaga terkait, dimana pembuatan
49
kebijakan maupun aturan memiliki dampak negatif kepada
masyarakat yang menyebabkan terjadinya kemiskinan
(Harniarti, 2010).
Untuk mengetahui bagaimana gambaran tingkatan
kesejahteraan dari suatu keluarga, Zastrow (hal 237, 2000)
menggunakan beberapa cara yang di klasifikasikan sebagai berikut
;
A. Pendekatan Absolut, metode pendekatan ini umumnya
melihat pada batas minimum yang harus dicapai oleh suatu
keluarga, sehingga dapat diketahui gambaran tingkatan
kesejahteraan dari keluarga tersebut. Dengan menggunakan
pendekatan absolut, dapat dengan mudah untuk mengetahui
seluruh jumlah keluarga miskin yang terdapat pada daerah
tertentu.
B. Pendekatan Relatif, metode pendekatan ini umumnya melihat
pada perbandingan pendapatan suatu keluarga dengan
pendapatan rata-rata secara keseluruhan disetiap tempat
(Populasi).
C. Pendekatan Kebutuhan Dasar, metode pendekatan ini
memfokukan pada 2 point utama, yaitu pendapatan tidak dapat
memenuhi aspek jasa kepada tiap keluarga seperti transportasi,
pelayanan kesehatan dll. Lalu pendapatan tidak dapat
memenuhi pada aspek kebutuhan hidup seperti pangan, barang
kebutuhan, rumah dll.
2. Indikator Kemiskinan
Berikut merupakan indikator kemiskinan yang
diungkapkan oleh Harniati (2010), yaitu ;
50
A. Terbatasnya pangan, indikator ini melihat pada
kecukupan pangan dari setiap seseorang atau keluarga,
dengan menilai pada seberapa banyak stok pangan, status
gizi dan asupan kalori.
B. Terbatasnya akses pendidikan, Indikator ini melihat
pada fasilitas pendidikan, mutu pendidikan, biaya dan
kesempatan dalam mendapatkan hak pendidikan.
C. Terbatasnya akses pada pekerjaan. Indikator ini
melihat pada perlindungan asset, upah, asuransi dan
kesempatan kerja / lowongan.
D. Terbatasnya akses layanan perumahan dan sanitasi,
Indikator ini melihat pada kepememilikan rumah layak
huni dan kondisi lingkungan.
E. Terbatasnya akses kesehatan, indikator ini melihat pada
terpenuhinya layanan kesehatan dasar dari masing-masing
individu, layanan reproduksi, fasilitas, mutu layanan,
pengobatan dan perawatan.
F. Beban kependudukan, indikator ini melihat pada
tekanan hidup relatif dan tanggungan keluarga.
G. Terbatasnya akses sumber daya alam, Indikator ini
melihat pada SDA dan kondisi tempat / lingkungan
sekitar.
H. Terbatasnya akses tanah, Indikator ini melihat pada
kepemilikan tanah, struktur kepemilikan dan penguasaan
yang dibuktikan dengan surat hak milik.
I. Terbatasnya akses air bersih, Indikator ini melihat pada
kualitas air, sumber air dan kesulitan mendapatkan air.
51
J. Terbatasnya akses partisipasi, Indikator ini melihat
pada kebijakan dan partisipasi seseorang dalam ikut serta.
G. Kesehatan Jasmani
1. Definisi Kesehatan Jasmani
Kesehatan jasmani adalah kapasitas fungsional atau
kapasitas faali yang dapat meningkatkan taraf kualitas kehidupan
(Sudarno, 1992). Soekidjo (hal 137, 2006) menjelaskan bahwa
untuk meningkatkan dan menciptakan kesehatanya, perlu
dilakukan suatu kegiatan atau upaya yang mendukung pada
kesehatan.
Rusli Lutan (hal 14, 2000) menjelaskan bahwa perilaku
hidup sehat mempengaruhi secara langsung pada peluang
konsekuensi fisik yang lebih baik. perilaku hidup sehat harus
diimbangi dengan aksi atau upaya untuk meningkatkan
kesehatanya (Soekidjo, 2006).
2. Faktor yang mempengaruhi hidup sehat
Soekidjo Notoadmojo (hal 6, 1993) menguraikan faktor-
faktor yang mempengaruhi pada hidup sehat diantaranya adalah ;
a. Kebersihan diri (mandi, membersihkan rambut, memakai
pakaian yang bersih, membersihkan mulut dan gigi
b. Makanan dan minuman (mengatur pola makan, mengatur
komposisi asupan nutrisi dan air bersih)
c. Lingkungan (lingkungan yang bersih dan terawat)
d. Penyakit (memelihara kesehatan dan mengontrol
kesehatan)
3. Komponen kesehatan jasmani
52
Moelyono W (hal 235, 1999) menjelaskan tentang
komponen-komponen dari kesehatan jasmani sebagai berikut ;
a. Daya tahan jantung dan paru-paru
Merupakan kemampuan dari paru-paru dan jantung dalam
mensuplai oksigen terhadap kerja otot.
b. Kekuatan otot
Merupakan kemampuan individu untuk menggunakan
daya tenaga semaksimal mungkin dalam mengatasi
tekanan.
c. Tenaga otot
Merupakan kemampuan individu untuk menggunakan
kemampuan dari ototnya secara maksimal.
d. Kecepatan
Merupakan kemampuan individu untuk melakukan
gerakan secara berkesinambungan dalam waktu yang
telah ditentukan secara singkat.
e. Keseimbangan
Merupakan kemampuan dari tubuh untuk
mempertahankan pada posisinya secara pasif maupun
aktif.
f. Kecepatan reaksi
Merupakan kemampuan individu untuk menangkap
rangsangan atau respon secara singkat.
H. Konsistensi
1. Definisi konsistensi
53
Komponen dari afeksi harus terhubung dengan komponen
dari kognisi, dan harus tetap berjalan secara konsisten (Rossenberg,
2014). Individu berusaha untuk membuat kognisinya secara
konsisten dengan afeksinya. Dengan kata lain, keyakinan individu,
pendirian individu dan pengetahuan individu tentang suatu fakta
ditentukan oleh pilihan afeksinya.
I. Teori Sosialisasi
1. Definisi sosialisasi
Sosialisasi mempunyai definisi sebagai suatu aktivitas
yang ditujukan untuk mempengaruhi dan membujuk masyarakat,
aktifitas sosialisasi tidak hanya menyampaikan tentang informasi,
namun harus memiliki maksud berupa pencarian dukungan dari
lingkungan masyarkat (Arina Amalana, 2016).
2. Tujuan sosialisasi
Ariana (2006) menguraikan bahwa sosialisasi memiliki
tujuan sebagai berikut ;
1. Memperkenalkan apa yang akan di sampaikan
2. Untuk menarik perhatian
3. Tercapainya pemahaman
4. Perubahan sikap
5. Tindakan
J. Sikap
1. Definisi sikap
Sikap manusia adalah indikator yang utama bagi tindakan
perilaku sehari-hari, meskipun masih ada faktor-faktor lain,
seperti keyakinan dan lingkungan seseorang. Rasa dan emosi
54
dimiliki oleh setiap manusia, yang fungsinya untuk mewarnai
hidupnya dengan berbagai macam perasaan dan emosi
(Lovenheim, 2011). Kecenderungan sikap bertindak sesuai
dengan karakternya (Azwar, 1988).
Setiap individu akan membuat reaksi yang beragam ketika
menghadapi permasalahan (Paulpla, 2009). Bagaimanapun situasi
anda, harus selalu memanamkan sikap optimis tentang
permasalahan yang terjadi pada diri anda. Jika krisis atau
kegagalan datang menghampiri anda, maka jadikanlah sebagai
batu loncatan untuk terus maju (Maxwell, 2003).
K. Kemandirian
Kemandirian berasal dari kata “independence” yang
memiliki arti sebagai suatu peristiwa dimana individu tidak
tergantung kepada siapapun dalam menentukan suatu keputusan
(Chaplin, 1996, hlm: 105). Terciptanya kemandirian karena
adanya usaha untuk melepaskan diri agar bisa berdiri sendiri
(Erickson, 2006).
Parker (2006) bependapat bahwa kemandirian tercipta
karena adanya kepercayaan terhadap ide-ide diri sendiri.
Kemandirian berarti tidak memiliki keraguan pada pilihanya.
Pendapat lain menyebutkan bahwa kemandirian merupakan
kemampuan individu untuk mewujudkan kebutuahan dan
keinginanya dengan usahanya sendiri (Gea, 2002).
Kemandirian merupakan kemampuan untuk mengatur
dirinya secara sendiri, seperti mampu menyelesaikan
permasalahanya secara sendiri, mampu mengelola waktu,
55
berjalan dan lainya. Artinya, mereka bisa berdiri sendiri dalam
menyelesaikan permasalahanya tanpa bantuan orang disekitar
(Parker, 2006). Berbicara tentang perkembangan kemandiran, Ali
mengatakan bahwa kemandirian harus berlandaskan pada tujuan
dari hidup manusia (Ali, 2006).
L. Pelaksanaan
1. Definisi pelaksanaan
Westra (2007) mengatakan bahwa pelaksanaan
merupakan bentuk usaha yang dilakukan dalam melaksanakan
semua planning rencana dan kebijakan yang telah dirumuskan.
Bintoro Tjokroadmudjoyo (1998) menjelaskan bahwa
pelaksanaan merupakan suatu proses dalam serangkaian aktifitas
kegiatan, dimana berawal dari kebijakan yang telah ditetapkan
guna mencapai suatu tujuan.
Pelaksanaan bisa di implementasikan jika rencana tersebut
sudah dianggap siap, dan implementasi kepemimpinan sangat
efektif dan efisien dalam mencapai tujuan (Adisasmita, 2018).
Perencanaan harus mencakup kepada serangkaian tindakan
berurutan yang ditujukan kepada bagaimana cara memecahkan
permasalahan di masa mendatang (Wilson, 2008). Taktik, operasi
dan strategi diperlukan untuk mencapai tujuan yang diinginkan
(Erly Suandy, 2001).
M. Pengambilan Keputusan
1. Definisi pengambilan keputusan
56
Pengambilan keputusan merupakan pemilihan alternatif
perilaku tertentu dari dua atau lebih alternatif yang ada ( Terry,
1994). Sementara Wang dan Ruhe (2007) berpendapat bahwa
pengambilan keputusan merupakan proses pemilihan berdasarkan
rasa suka.
Pengambilan keputusan memiliki 3 aspek, sebut saja
pengambilan keputusan melibatkan pada pilihan akhir dari
alternatif, pengambilan keputusan melibatkan dari sejumlah
pilihan dan hasil yang diinginkan (Lunenburg, 2010). Hal penting
dalam pengambilan keputusan adalah mengakui pentingnya
keputusan (Brown, 1984).
N. Tanggung Jawab
1. Definisi tanggung jawab
Individu yang bertanggung jawab merupakan individu
yang sanggup untuk menanggung resiko atas segala segala
perbuatanya. Dengan adanya rasa tanggung jawab, individu yang
bersangkutan akan selalu berusaha untuk menjalankan
kewajibannya melalui potensi diri sendiri. Tanggung jawab
merupakan kesadaran dari seseorang atas perbuatan dan tingkah
lakunya. Tanggung jawab erat kaitannya dengan kewajiban
(Widagdo, 1999).
57
O. Kerangka Berpikir
Komitmen
1. Kemampuan
pengetahuan
2. Nada emosi
3. Kegiatan yang
diarahkan untuk
mengimplementasika
n pada elemen
identitas yang dipilih
4. Memproyeksikan
masa depan pribadi
seseorang
Kontrol
1. Kontrol
kognitif
2. Kontrol
keyakinan
3. Kontrol
prilaku
Tantangan
1. Efikasi diri
2. Analisis
sebab-akibat
Ketangguhan Diri
Pengasuh Dalam
Pengasuhan
Berbasis
Kekerabatan
(Kinshipcare),
Studi Kasus
Kinshipcare Pada
Anak Disabilitas Di
Yayasan Sayap Ibu
Support System
1. Perhatian
Emosional
2. Bantuan
Instrumental
3. Dukungan
penilaian
58
BAB III
GAMBARAN UMUM
A. Pelayanan di YSI Bintaro
1. Alur Penerimaan Anak Non-Panti
YSI Bintaro memiliki pelayanan anak non-panti untuk
para keluarga yang tetap ingin merawat anaknya dirumah, salah
satunya adalah para pengasuh berbasis kerabat, dimana mereka
mendaftarkan diri menjadi warga binaan dari YSI Bintaro (Fachmi,
2021).
Untuk menjadi warga binaan dari YSI Bintaro, tentu ada
yang namanya alur penerimaan untuk anak non panti. Untuk proses
penerimaanya lumayan mudah, karena perwakilan orang tua atu
wali cukup datang ke YSI Bintaro untuk mengisi data-data terkait
dengan penerimaan warga binaan YSI Bintaro seperti surat
legalitas anak.
Setelah pengisian data-data sudah dilengkapi, maka tahap
selanjutnya, perwakilan pihak YSI Bintaro akan melakukan home
visit untuk melakukan assessment kebutuhan, assessment kondisi
lingkungan, assessment sosial & ekonomi yang mana disesuaikan
dengan assessment dari para pekerja sosial.
Setelah proses assessment telah dikumpulkan, maka pihak
YSI akan meninjau pelayanan apa yang paling dibutuhkan oleh
para orang tua kandung / walinya dalam merawat anak disabilitas,
seperti bantuan nutrisi, bantuan modal, alat bantu untuk disabilitas
dll, dan setelah itu pihak YSI bisa memulai untuk memberikan
59
pelayanan sesuai dengan kebutuhan berdasarkan dari hasil
assessment (Fachmi, 2021).
2. Data Anak Non Panti
A. Data keseluruhan anak non panti
Saat ini, anak binaan dari YSI Bintaro berjumlah lebih dari
450 anak, dimana 70% dari angka tersebut merupakan jumlah dari
anak yang berada di luar panti, dimana cakupan wilayahnya
tersebar di beberapa kota seperti DKI Jakarta, Bogor, Depok,
Tangerang dan beberapa provinsi lain yang tersebar diseluruh
kawasan Indonesia (Fachmi, 2021).
B. Data keseluruhan anak non panti yang diasuh kinship
Saat ini, para pengasuh kinship yang menjadi warga
binaan dari YSI Bintaro berjumlah 12 orang, yang terdiri dari
nenek, bibi, kakek & ibu tiri. Mata pencaharian mereka cukup
beragam, dimana ada yang bekerja sebagai serabutan, buruh, SPG,
penjaga villa, honorer dinas kebersihan & jualan gado-gado. Jenis
disabilitas dari si anak juga cukup beragam, yang terdiri dari
Cerebral Palsy (CP), Grahita, Hydrocepalus, Autis &
Micrpchepally (Fachmi, 2021).
3. Program YSI Bintaro
Dalam wawancara peneliti bersama dengan pengurus YSI
Bintaro, Fachmi (2021) mengatakan bahwa YSI Bintaro memiliki
beberapa program supporting dalam mendukung anak non panti.
Program-program tersebut tentunya memiliki fungsi dan
manfaatnya tersendiri. Adapun programnya sebagai berikut :
A. Fasilitas Rehabilitasi & Habilitasi
60
Berdasarkan dari misi YSI itu sendiri, YSI Bintaro telah
menyediakan fasilitas dan prasarana untuk para anak disabilitas
dalam menunjang terciptanya kemandirian dan perkembangan.
Dalam perkembanganya, YSI selalu berusaha untuk meningkatkan
pelayanan yang lebih baik untuk anak binaanya.
YSI Bintaro memiliki rehabilitasi medik dan rehabilitasi
non medik. Rehabilitasi medik, YSI Bintaro memiliki beberapa
ruangan terapi, alat terapi, snoozln room dan kolam hydroterapi.
Untuk rehabilitasi non medik, YSI Bintaro memiliki beberapa
ruang kelas, alat-alat bantu yang di modifikasi sesuai kebutuhan
anak, ruang aula & taman.
B. Pendidikan Formal & Non-Formal
YSI Bintaro menyediakan akses fasilitas pendidikan
kepada anak binaan berupa pendidikan formal dan non-formal,
dimana tujuan dari pendidikan tersebut ialah untuk
mengembangkan semua potensi kemampuan yang anak-anak
miliki ditengah keterbatasan yang mereka miliki.
Proses belajar yang berada di lingkungan YSI Bintaro
dibuat dengan senyaman mungkin agar terciptanya rileksasi kepada
anak disabilitas menuju progress perkembangan yang baik. Selain
itu, para pendamping juga diwajibkan untuk mengevaluasi seluruh
aspek perkembangan seperti strategi dalam mengajar yang tepat.
1. Pendidikan Formal
YSI Bintaro saat ini sudah memiliki sekolah khusus yang
bernama SKH Sayap Ibu, yang mana sudah berdiri selama 4 tahun
(2017-sekarang). Para pengajar dari sekolah ini merupakan para
staff guru kompeten yang berasal dari lulusan pendidikan luar
61
biasa. Saat ini, SKH Sayap Ibu memiliki murid sebanyak 35 anak,
dimana cakupanya adalah 12 anak merupakan murid SD, dan 23
anak merupakan murid SMP.
Kurikulum dari SKH Sayap Ibu sendiri mengacu pada
kurikulum ABK dari kementrian pendidikan, dimana fokus dari
kurikulum ini adalah meningkatkan kemandirian anak. SKH Sayap
Ibu memiliki program PPI (Program perindividual anak) dimana
pada program tersebut, setiap anak akan diliat kondisinya & target
pencapaian kemandiranya. PPI sendiri hampir mirip seperti rapot,
karena tiap anak tentunya berbeda pula target pencapainya.
2. Pendidikan Non Formal
YSI Bintaro memiliki beberapa pendidikan non formal
seperti kelompok bermain & sanggar. Kelompok bermain akan
dikelompokan sesuai dengan usia dan tingkat disabilitas /
intelektual dari anak. Adapun materi yang diberikan akan
disesuaikan dengan kemampuan dari anak.
Sanggar merupakan salah satu program pendidikan
keterampilan yang dimiliki oleh YSI Bintaro, dimana YSI Bintaro
bekerja sama dengan beberapa mitra seperti sanggar tari kursi roda,
sanggar tari suko boyo & sanggar senam yoga. Namun setelah
adanya pandemi covid 19, aktifitas sanggar telah lama
diberhentikan oleh YSI Bintaro.
C. Program Keluarga Pra Sejahtera
YSI Bintaro memiliki program keluarga pra sejahtera
dalam menunjang perkembangan anak disabilitas dan pengetahuan
untuk para pengasuh, termasuk para pengasuh berbasis kerabat.
Pada dasarnya, keluarga pra sejahtera merupakan keluarga yang
62
tergolong belum mampu sesuai dengan indeks kemiskinan yang
berlaku di Indonesia. Adapun program keluarga pra sejahtera
mencakup pada beberapa program sebagai berikut :
1. Family development session (FDS)
FDS merupakan suatu forum keluarga yang disediakan
oleh YSI Bintaro, dimana kegiatanya adalah membahas suatu
permasalahan dalam merawat anak disabilitas dengan mengangkat
topik tertentu, sehingga ditemukan jalan keluar untuk mengatasi
masalah tersebut berdasarkan dari pengalaman keluarga yang lain.
2. Konseling
Konseling terbagi kedalam 2 macam, yaitu konseling
psikologi & konseling pekerja sosial. Konseling dilaksanakan
diluar hari kerja YSI bintaro, seperti hari sabtu-minggu.
Pembahasan konseling umumnya bukan membahas tentang anak,
melainkan tentang permasalahan didalam keluarga seperti adanya
sepasang suami istri, dimana suami tersebut sudah enggan untuk
menerima anaknya yang memiliki disabilitas.
Peran pekerja sosial akan melakukan konseling kepada
suami tersebut, dengan menggunakan metode dari pekerja sosial,
sehingga suami tersebut bisa tersadar dan kembali untuk menerima
anaknya yang memiliki disabilitas. Manfaat dari konseling ini, bisa
memecahkan suatu permasalahan yang sedang dialami oleh para
pengasuh dalam merawat anak disabilitas.
3. Pemeriksaan kesehatan Anak
YSI Bintaro bekerja sama dengan puskesmas, dimana
orang puskesmas akan datang ke YSI Bintaro sesuai dengan jadwal
yang ditentukan. Pihak puskesmas akan memeriksa kondisi
63
kesehatan anak, dan bila memungkinkan akan dibuatkan resep obat
yang nantinya diberikan untuk anak. Bila kondisi kesehatan sangat
memburuk, maka pihak puskesmas akan memberikan surat rujukan
kepada orang tua kandung / wali, agar bisa mendapatkan perawatan
yang lebih tepat.
4. Parenting skill
YSI Bintaro melibatkan para orang tua untuk melakukan
pemberian skill pengasuhan kepada orang tua seperti cara
perawatan anak disabilitas CP dirumah, cara perawatan disabilitas
hydrocephalus dirumah dll. Tujuan dari parenting skill adalah agar
orang tua mampu mengajari kemandirian anak secara mandiri
berdasarkan skill yang telah mereka pelajari, sehingga anak dapat
mencapai target kemandirian.
D. Sosialisasi dan Publikasi
- Relawan memiliki peranan yang penting dalam membantu
anak disabilitas melalui media sosial.
- Menyuarakan hak yang sama bagi anak disabilitas.
- Menghimbau kepada masyarakat sekitar untuk lebih peduli
kepada para anak penyandang disabilitas.
E. Terapi
1. Fisioterapi
Fisioterapi merupakan suatu proses terapi yang dilakukan
oleh anak penyandang disabilitas dengan memiliki gangguan
berupa osteoporosis, sindrom carpal tunel, inkontinensia, gangguan
musculoskeletal, masalah pada punggung, multiple sclerosis, sakit
punggung, arthritis dan sakit kepala. Proses dari terapi ini
dilakukan dengan cara terapi manual, latihan fisik, informasi
64
edukatif dan pengobatan. Tujuan dari fisioterapi adalah
memperbaiki gerakan tubuh dan fungsi-fungsi tubuh (Halodoc,
2019)
2. Hydroterapi
Hydroterapi merupakan suatu metode terapi dimana
media uatamanya adalah air. Media air ini memiliki fungsi untuk
relaksasi pada otak, penguatan otot dan mengurangi pada nyeri.
Para anak binaan yang memiliki disabilitas dengan gangguan
hydrocephalus, baik itu yang ada dipanti maupun non-panti akan
diikutsertakan untuk mengikuti kegiatan hydroterapi (Vincentius,
2020).
3. Okupasi Terapi
Okupasi terapi adalah jenis terapi yang diperuntukan
untuk anak yang memiliki jenis disabilitas fisik dan mental,
dimana anak yang ditangani merupakan anak yang memiliki
gangguan permasalahan pada kejiwaan, ABK, dan anak yang
memiliki keterlambatan pada perkembangnya. Okupasi terapi ini
mengoptimalkan pada fungsi sensorik, motoric, kognitif,
komunikasi dan perilaku pada anak (Intan Ananda Utami, 2019).
4. Terapi Wicara
Terapi wicara merupakan terapi yang menangani pada
gangguan ketidakberfungsianya anggota mulut untuk menelan dan
berbicara. Anak binaan YSI Bintaro yang mengalami kendala pada
berbicara, menelan dan berkomunikasi di wajibkan untuk
mengikuti kegiatan terapi wicara.
Berikut merupakan macam-macam pada gangguan
berbicara sebagai berikut :
65
1. Gagap
2. Apraksia verbal pada anak
3. Gangguan otot orofasial
4. Lsip
5. Gangguan irama pada berbicara
6. Mutisme
Gangguan-gangguan tersebut dikarenakan berbagai macam
faktor yang menyertainya, seperti gangguan pendengaran,
penyalahgunaan obat, cedera pada otak, gangguan pada saraf dan
kelaina pada bibir (Docdoc, 2020). Dan juga, terapi wicara
memiliki tujuan untuk meningkatkan kualitas hidup pada anak
binaan di YSI Bintaro yang mengalami ketidakberfungsian pada
berbicara.
5. Play Terapi (Terapi Bermain)
Eko Wahyu (2020) menyebutkan bahwa play terapi / biasa
yang disebut dengan terapi bermain merupakan teknik terapai yang
memiiki fungsi untuk memperbaiki kondisi pada anak disabilitas
dalam hal kondisi emosional dan psikologisnya.
Secara sekilas, play terapi memang terlihat seperi bermain-
main secara ringan kepada anak umumnya. Namun jika kita bisa
mengamati lebih teliti, terapi bermain ini dapat memudahkan para
pengasuh untuk mengenali permasalahan pada si anak. Melalui
permainan ringan, anak diajarkan untuk mampu mengatasi
permasalahanya serta mengerahkan perilakunya kearah yang lebih
baik. Dan juga, terapi ini sangat efisien karena bisa dilakukan
secara berkelompok atau indidvidu.
66
Berikut merupakan macam-macam kegiatan yang ada pada
teknik terapi bermain atau play terapi ;
1. Memainkan peran drama
2. Bermain music
3. Menggambar dan mewarnai
4. Memainkan peragaan seperti boneka, wayang, atau
topeng
5. Terapi cerita
6. Visualisasi kreatif
7. Melakukan gerakan tarian
8. Membuat suatu objek mainan dari tanah liat (Eko
Wahyu, 2020).
B. Efektifitas Program Supporting YSI Bintaro untuk
Pengasuh Kinship & Anak Disabilitas pada tahun 2020-
2021
Berikut merupakan tabel laporan dari UPD Tangerang
Selatan terkait dengan kegiatan program selama 2020-2021 sebagai
berikut ;
1.2 Tabel Laporan
No Hari Tanggal Uraian Kegiatan
1 Kamis 2 April 2020 Rapat pengurus UPD,
membahas kegiatan selama
dirumah selama masa PSBB
2 Senin 13 April 2020 Monitoring kegiatan terapi
3 Selasa 14 april 2020 Monitoring kegiatan
67
pendidikan
4 Rabu 22 April 2020 Monitoring kegiatan terapi
5 Kamis 23 April 2020 Monitoring kegiatan terapi
6 Senin 11 Mei 2020 Monitoring kegiatan terapi
7 Selasa 12 Mei 2020 Monitoring kegiatan
pendidikan
8 Selasa 19 Mei 2020 Monitoring kegiatan
pendidikan
9 Rabu 20 Mei 2020 Monitoring kegiatan terapi
10 Jumat 29 Mei 2020 Rapat koordinasi menghadapi
new normal
Berdasarkan laporan tabel diatas, terlihat bahwa kegiatan
di UPD Tangerang Selatan tidak berjalan dengan efektif untuk
anak disabilitas yang berada diluar panti. Hal ini disebabkan
adanya kondisi pandemi covid 19, yang membuat kegiatan secara
langsung yang ada di UPD Tangerang selatan menjadi terhenti
sejak bulan Juni 2020. Namun, untuk mengatasi kendala dari
kondisi tersebut, UPD Tangsel tetap mengadakan kegiatan
monitoring dalam melatih kemandirian anak secara online atau
daring.
Terkait dengan asupan nutrisi untuk anak asuh, UPD
Tangerang Selatan rutin memberikan sembako dan nutrisi kepada
200 keluarga non-panti. Namun semenjak sponsor menjadi
terbatas, maka pemberian nutrisi mulai dikhususkan hanya untuk
anak panti semenjak April 2021 (Fachmi, 2021). Artinya,
68
pemberian nutrisi kepada pengasuh kinship menjadi tidak efektif
dikarenakan sponsor yang terbatas.
Pada tahun 2021, tercatat bahwa 55 anak binaan YSI
Bintaro rutin mendapatkan bantuan dana ASPD setiap bulanya
dengan rincian 32 anak merupakan anak panti, 9 anak merupakan
UPD Tangerang Selatan, 13 merupakan anak UPD kota Tangerang
selatan, dan 1 anak merupakan binaan perorangan. Artinya, terkait
dengan program bantuan covid 19 kepada anak diluar panti yang
terpapar virus berjalan dengan efektif setiap bulanya.
Adapun untuk fasilitas rehabilitasi, habilitasi dan fasilitas
terapi, semenjak pandemi covid 19 hanya dikhususkan untuk anak
dalam panti saja. Sedangkan untuk program keluarga pra sejahtera,
konseling, FDS, parenting skill dan sosialisasi, dilakukan secara
daring atau online. Artinya, pengasuh kerabat dalam menerima
layanan fasilitas mengalami terhenti dikarenakan oleh situasi.
Namun, terkait dengan program yang sifatnya bisa dimonitoring,
berjalan dengan efektif karena dilakukan secara daring atau online.
C. Gambaran Umum Pengasuh 1
TS (52 tahun) merupakan seorang nenek yang memiliki 2
orang anak laki-laki, dimana semua anak laki-lakinya sudah hidup
secara mandiri dengan memiliki keluarga masing-masing. Suami
TS sudah lama meninggal dunia akibat mengidap penyakit gula
darah tinggi, dan sampai saat ini TS hanya tinggal berdua dengan
cucu perempuanya yang memiliki disabilitas.
TS sendiri tinggal disebuah rumah kecil yang beralamat di
Jl. Paladen RT 002 / RW 005 Pondok Ranji, Ciputat Timur,
69
Tangerang Selatan. Adapun gambaran umum dari kondisi rumah
TS terdiri dari 2 kamar tidur, 1 kamar mandi, ruang dapur dan
ruang tamu.
Selama 15 tahun, TS bekerja sebagai tukang cuci pakaian
(laundry) dengan upah yang diterima sebesar Rp.15.000 per/kg.
Dalam penghasilanya selama sebulan, TS bisa mendapatkan uang
sebanyak Rp.200.000 hingga Rp.500.000. Uang tersebut diakui
oleh TS hanya cukup untuk membeli kebutuhan pokok saja,
adapun untuk keperluan lain seperti biaya listrik, kuota dan lainya,
biasanya anak kandung TS suka mengirimkan uang kepada TS
setiap bulanya.
Saat ini, TS mengasuh dan merawat 1 orang cucu yang
memiliki disabilitas bernama N (21 tahun). N sendiri sejak lahir
sudah memiliki disabilitas berupa Cereblral Palsy (CP) dengan
berat badanya yang hanya mencapai 1 kg 4 ons dalam keadaan
prematur.
Didalam proses pengasuhan N kepada TS, awalnya N
hanya dititipkan sementara oleh orang tua kandungnya karena
ketidaktahuan mereka dalam merawat anak disabilitas, dan juga
lokasi rumah TS cukup dekat dengan YSI Bintaro yang akhirnya
membuat orang tua kandung TS mempertimbangkan untuk
menitipkan anaknya secara sementara kepada TS. Namun seiring
berjalanya waktu, N malah jadi dititipkan sepenuhnya kepada TS
akibat kesibukan pekerjaan yang dimiliki oleh anaknya tersebut.
Hubungan antara orang tua kandung N dengan N sendiri
terbilang biasa saja. Meskipun setiap bulanya orang tua kandung N
tetap mengirimkan uang kepada TS & N, tetapi ditemukan adanya
70
sikap penelantaran yang dilakukan oleh orang tua kandungnya
dengan menyerahkan sepenuhnya N kepada TS untuk diasuh dan
dirawat, padahal TS sendiri sudah berumur tua dengan kondisi
fisiknya yang sudah jauh menurun, apalagi suami TS sudah lama
meninggal dunia.
D. Gambaran Umum Pengasuh 2
Y (74 Tahun) merupakan seorang nenek yang memiliki 3
orang anak perempuan, dimana ketiga anak perempuanya tersebut
dulunya sudah menikah dan telah dikaruniai masing-masing anak.
Suami dari Y telah lama meninggal, begitu pula dengan suami dari
anak-anak perempuan Y yang ketiganya sudah tidak tinggal
bersama lagi dikarenakan faktor perceraian, yang menyebabkan
anak perempuan pertama Y mengalami gangguan stress berat.
Saat ini, Y tinggal disebuah rumah yang beralamat di Jl.
Batanghari 7 No. 339 RT 10 / RW 05 Kel. Baktijaya, Kec.
Sukmajaya, Depok. Adapun gambaran umum dari kondisi rumah Y
terdiri dari 2 kamar tidur, 1 kamar mandi, ruang dapur dan ruang
tamu. Dalam mencari nafkah untuk kebutuhan sehari-hari, anak
perempuan kedua dari Y bekerja sebagai guru dan anak ketiga dari
Y bekerja sebagai pembuat kue.
Dari hasil perkawinan anak pertama Y (yang mengalami
gangguan stress), telah lahir seorang anak perempuan bernama S
(13 Tahun). S sendiri sejak kecil telah memiliki disabilitas dengan
jenis Cerebral Palsy ringan & Tunanetra pada mata bagian kiri. Hal
ini ditandai dengan lumpuhnya kaki kiri S, serta lumpuhnya
pergelangan tangan kiri S.
71
Ayah kandung S juga telah lama meninggalkan S karena
perceraian, yang mengakibatkan ibu kandung S mengalami
gangguan stress berat, sehingga membuat S menjadi terlantar. Hal
ini membuat nenek serta tantenya yang lain turut membantu dan
merawat S dalam proses tumbuh kembangnya.
72
BAB IV
DATA & HASIL TEMUAN PENELITI
Bab ini menyajikan berbagai data-data penelitian tentang
ketangguhan diri pengasuh dalam pengasuhan kekerabatan
(Kinshipcare), studi kasus kinshipcare pada anak disabilitas di
YSI Bintaro dengan pengambilan datanya diperoleh dari
wawancara dan observasi. Dalam pencarian data ketangguhan
diri, peneliti mempergunakan 3 aspek dari ketangguhan diri
berupa aspek komitmen, aspek kontrol dan aspek tantangan.
Maka dari itu, penulis akan mendeskripsikan hasil data dan
temuan penelitian sebagai berikut.
1. ASPEK KOMITMEN
A. Pengetahuan Diri
1. Mengetahui diri sendiri
Mengetahui diri sendiri berarti mampu memahami apa
saja yang menjadi penghambat atau penghalang dalam melakukan
aktifitas, termasuk dalam merawat anak disabilitas yang dilakukan
oleh para pengasuh kerabat. Fokus yang dicari oleh peneliti berupa
pengasuh kerabat mampu memahami tentang kondisi kesehatan
pada tubuhnya, dan mencari tau apakah pengasuh kerabat memiliki
riyawat penyakit yang sampai menyebabkan ketidak optimalan
dalam merawat anak disabilitas.
a. Riwayat penyakit pengasuh
73
Kepekaan pengasuh kerabat dalam mengetahui kondisi
kesehatan dirinya dapat terlihat pada wawancara dan observasi
sebagai berikut ;
Kalau riwayat penyakit cuma sakit asma aja sih, ini juga
masih belum sembuh, makanya ibu ngga bisa kalau
beraktifitas yang terlalu cape (Pengasuh T, 24 Juli 2021).
Berdasarkan hasil wawancara diatas, terlihat bahwa
pengasuh T peka terhadap kondisi kesehatanya, dimana pengasuh
T mengetahui kalau sampai saat ini masih memiliki riwayat
penyakit yang mengikutinya berupa sakit asma. Hal ini juga
dibenarkan oleh pengakuan dari tetangga pengasuh T dalam
wawancara sebagai berikut ;
Kalau ibu terlalu cape beraktifitas, biasanya suka kambuh
asmanya (Tetangga pengasuh T, 25 Juli 2021).
Hal ini juga didukung dari hasil pengamatan langsung
peneliti saat mewawancarai pengasuh T, dimana wajah pengasuh
juga sedikit pucat setelah menyelesaikan pekerjaanya.
Jawaban yang berbeda diungkapkan oleh pengasuh kerabat
lainya dalam wawancara berikut ;
Waktu kecil pernah amandel, tapi udah sembuh kok
soalnya waktu muda sempet dioperasi amandelnya
(Pengasuh Y, 7 Agustus 2021).
Berdasarkan hasil wawancara di atas, pengasuh Y peka
terhadap kondisi kesehatanya, dimana ia menyadari kalau dulunya
pernah memiliki riwayat penyakit, namun sekarang sudah sembuh
karena sudah dioperasi. Hal ini juga dibenarkan oleh pengakuan
dari anak pengasuh Y dalam wawancara sebagai berikut ;
74
Owhh, Alhamdulillah ibu saya mah jarang banget sakit,
soalnya ibu bener-bener merhatiin pola makan (Anak
Pengasuh Y, 7 Agustus 2021).
Berdasarkan pemaparan dari ke 2 informan, dapat
disimpulkan bahwa 1 orang dari informan tidak memiliki riwayat
penyakit yang mengakibatkan aktifitasnya terganggu, sementara 1
orang memiliki riwayat penyakit yang menyebabkan aktifitas dia
menjadi terbatas dalam pengasuhan anak.
b. Kepekaan pengasuh dalam melakukan kontrol kesehatan
Kepekaan pengasuh kerabat dalam melakukan medical
check up dapat terlihat dari hasil wawancara berikut ;
Setelah pandemi covid 19 muncul, ibu udah ngga pernah
cek kondisi kesehatan lagi (Pengasuh Y, 7 Agustus 2021).
Berdasarkan wawancara diatas, terlihat bahwa hampir 2
tahun ini pengasuh Y tidak lagi mengecek kondisi kesehatan yang
diakibatkan oleh adanya pandemi covid 10.
Jawaban yang berbeda diungkapkan oleh pengasuh kerabat
lainya dalam wawancara berikut ;
Owhh saya ngga pernah ngecek, soalnya buat makan aja
susah mas (Pengasuh T, 24 Juli 2021).
Berdasarkan wawancara diatas, terlihat bahwa pengasuh T
tidak pernah melakukan cek kesehatanya yang diakibatkan oleh
terkendalanya faktor ekonomi.
Berdasarkan pemaparan dari seluruh informan, dapat
disimpulkan bahwa kedisiplinan dari 1 informan dalam melakukan
kontrol cek kesehatanya ke RS sangat dipengaruhi oleh pandemi
covid 19, ketika sebelum pandemi covid 19 mereka melakukan
medical check up sebanyak setahun sekali, namun ketika muncul
75
pandemi semuanya menjadi terhenti, artinya faktor kondisi
mempengaruhi mereka untuk melakukan kontrol kesehatan di RS.
Namun 1 orang informan belum pernah memeriksakan dirinya ke
RS karena faktor ekonomi yang menjadi kendalanya.
c. Dampak penyakit dalam pengasuhan anak
Optimal atau tidaknya pengasuh kerabat dalam melakukan
perawatan kepada anak disabilitas dapat terlihat dari hasil
wawancara berikut ;
Owhh ngga ada, soalnya udah sembuh kan. Buat teriak-
teriak aja ibu masih bisa kalau si Sheeren ini lagi susah
diatur’’ (Pengasuh Y, 7 Agustus 2021).
Berdasarkan hasil wawancara diatas, terlihat bahwa
pengasuh Y tidak memiliki hambatan di dalam merawat anak
disabilitas. Riwayat penyakit pengasuh Y memang sudah tidak ada,
karena dulunya sudah melakukan operasi amandel.
Jawaban berbeda diungkapkan oleh pengasuh kerabat yang
lain dalam wawancara berikut ;
Sejujurnya penyakit ini agak berpengaruh buat ibu dalam
ngerawat anak ini, karena kan asma ibu belum sembuh,
jadi buat ngasuh anak ini ngga begitu optimal, Misalnya
kaya ibu suka telat ngasih makan, atau suka ngga kuat
kalo nganterin dia buat buang air kecil / besar, soalnya
emang anak ini masih belum bisa ngapa-ngapain
(Pengasuh T, 24 Juli 2021).
Berdasarkan hasil wawancara diatas, terlihat bahwa
pengasuh T masih memiliki hambatan dalam merawat anak
disabilitas karena riwayat penyakit yang masih menyertainya.
76
Berdasarkan pemaparan dari seluruh informan, dapat
disimpulkan bahwa 1 informan memiliki dampak dalam
pengasuhan anak karena riwayat penyakit, sedangkan 1 informan
tidak memiliki dampak dalam pengasuhan anak karena kondisi
informan sehat atau tidak memiliki riwayat penyakit.
2. Paham akan komitmen yang dipilih
Paham akan komitmen yang dipilih, berarti pengasuh
kerabat dapat memahami konsekuensi dalam mengambil alih
pengasuhan terhadap anak disabilitas, seperti harus memperhatikan
aspek asupan gizinya, aspek pendidikanya, aspek terapi dan
perawatanya serta aspek sosialnya. Pengasuh kerabat harus bisa
berpegang teguh terhadap keputusanya dalam merawat anak
disabilitas, dengan melihat seberapa konsisten dia dalam
memegang teguh resiko, konseskuensi dan komitmen yang dipilih.
a. Aspek terapi dan perawatan untuk anak asuh
Komitmen pengasuh kerabat dalam merawat anak
disabilitas dengan memperhatikan aspek perawatanya dapat terlihat
sebagaimana wawancara berikut ;
Kalau dulu waktu anak ini belum terlalu mandiri bisa
sampe 2 kali dalam sebulan, tapi karena anak ini
perkembangnya udah pesat banget jadinya sebulan sekali
(Pengasuh Y, 7 Agustus 2021).
Berdasarkan wawancara diatas, terlihat bahwa pengasuh Y
sangat memegang komitmenya dalam mengambil alih pengasuhan,
dimana pada aspek perawatan dan terapi anak benar-benar
pengasuh Y perhatikan dengan rutin membawanya pergi ke tempat
77
terapi. Hal ini juga dibenarkan oleh anak pengasuh Y dalam
wawancara berikut ;
Sebulan sekali, kebetulan saya yang bawa anak ini ke
tempat terapi di RS Cipto, jadi Alhamdulilah termasuk
rutin kalau ngajak terapi-terapi gitu’’ (Anak pengasuh Y,
7 Agustus 2021).
Jawaban lainya diungkapkan oleh pengasuh kerabat lainya
dalam wawancara berikut ;
Selama pandemi covid ibu udah gak pernah bawa anak
ini ketempat terapi lagi (Pengasuh T, 24 Juli 2021).
Berdasarkan wawancara diatas, terlihat bahwa pengasuh T
tidak bisa menjalankan komitmenya dengan baik didalam aspek
terapi dan perawatan untuk anak, terlihat bahwa pengasuh T
selama hampir 2 tahun terakhir sudah tidak lagi membawa anak ini
ketempat terapi. Hal ini juga dibenarkan oleh tetangga pengasuh T
dalam wawancara berikut ;
Waduh mas, saya kayanya udah ngga pernah liat ibu
bawa anaknya keterapi lagi, soalnya kan sekarang orang
lagi susah banget, bisa makan buat bertahan hidup aja
udah cukup banget, apalagi ibu kerjanya cuma laundry
aja setiap hari. Laundry untungnya berapa sih mas?
Ngga terlalu banyak, sedangkan ongkos grab aja kan
lumayan mahal (Tetangga pengasuh T, 25 Juli 2021).
Berdasarkan wawancara diatas, terlihat bahwa tetangga
pengasuh T sudah tidak pernah lagi melihat pengasuh T membawa
cucunya pergi ketempat terapi dan perawatan. Tetangga pengasuh
T berpendapat, bila mata pencaharian serta faktor keuangan yang
78
menjadi alasan utama pengasuh T tidak lagi membawa anak ini
pergi ketempat terapi.
Berdasarkan pemaparan dari seluruh informan, dapat
disimpulkan bahwa terdapat 1 orang pengasuh yang secara
kontinue membawa anak asuhnya pergi ke tempat terapi di RS,
sementara 1 pengasuh tidak lagi membawa anak asuhnya pergi ke
tempat terapi dikarenakan faktor ekonomi dan kondisi tubuh dari
anak asuh.
b. Aspek asupan gizi untuk anak asuh
Komitmen pengasuh kerabat dalam merawat anak
disabilitas dengan memperhatikan aspek asupan gizinya dapat
terlihat sebagaimana wawancara berikut ;
Karena dia lahirnya prematur, jadi berat badanya dia
kecil banget. Tapi, Alhamdulilah sekarang berat badan
dia udah ideal karena asupan gizinya terpenuhi, apalagi
dia makanya termasuk banyak (Pengasuh Y, 7 Agustus
2021).
Berdasarkan wawancara diatas, terlihat bahwa pengasuh Y
sangat memperhatikan asupan gizinya demi meningkatkan berat
badan tubuh si anak. Hal ini juga dibenarkan oleh anak pengasuh Y
dalam wawancara berikut ;
Alhamdulilah perhatian banget mas, sampe-sampe ibu
suka minta ke saya buat dibeliin suplemen tambahan buat
cucunya, kaya vitamin D gitu dalam bentuk tablet (Anak
pengasuh Y, 7 Agustus 2021).
Berdasarkan wawancara diatas, terlihat bahwa pengasuh Y
sangat perhatian kepada cucunya. Bahkan ia selalu meminta
79
kepada anak Y untuk memberikan suplemen demi membantu
tumbuh kembangnya.
Jawaban yang berbeda diungkapkan oleh pengasuh kerabat
lainya dalam wawancara berikut ;
Kalau makan yaa seadanya aja, kalau ada susu ibu kasih,
atau ada telur ibu kasih, segimana Allah ngasih rezeki aja
buat ibu (Pengasuh T, 24 Juli 2021).
Berdasarkan wawancara diatas, terlihat bahwa pengasuh T
kurang begitu memperhatikan pada aspek asupan gizi dari anak.
Hal ini juga didukung oleh keadaan ekonomi pengasuh T yang
serba kekurangan, sehingga komitmen dalam memberikan asupan
gizi tidak bisa dilakukan karena sifatnya tergantung kondisi
keuangan.
Berdasarkan pemaparan dari seluruh informan, dapat
disimpulkan bahwa 1 pengasuh terlihat sangat baik dalam
memperhatikan aspek asupan gizinya untuk anak, sedangkan 1
pengasuh yang lain terlihat sangat kesulitan dalam memberikan
asupan gizi dikarenakan situasi keuangan yang tidak menentu.
c. Aspek pendidikan untuk anak asuh
Komitmen pengasuh kerabat dalam merawat anak
disabilitas dengan memperhatikan aspek pendidikanya dapat
terlihat sebagaimana wawancara berikut ;
Sekarang dia ikut home schooling, jadi privat aja
dirumah. Nama home schoolingnya itu Yayasan Bina
Insani, Depok’’ (Pengasuh Y, 7 Agustus 2021).
Berdasarkan wawancara diatas, terlihat bahwa pengasuh Y
sangat memperhatikan aspek pendidikanya, namun dengan model
80
pendidikan yang berbeda dari pengasuh N, yaitu home schooling.
Hal ini juga dibenarkan oleh anak pengasuh Y dalam wawancara
berikut ;
Anak ini sekarang sekolah privat di Bina Insani, kalau
gak salah udah berjalan 3 tahunan dia sekolah gini (Anak
pengasuh Y, 7 Agustus 2021).
Jawaban yang berbeda diungkapkan oleh pengasuh kerabat
lainya dalam wawancara berikut ;
Dulu dia pernah ikut sekolah-sekolah gitu di UPD
Tangsel, tapi sekarang dia udah gak sekolah lagi mas
(Pengasuh T, 24 Juli 2021).
Berdasarkan wawancara diatas, terlihat bahwa pengasuh T
kurang begitu memperhatikan anak pada aspek pendidikan. Hal ini
juga dibenarkan oleh tetangga pengasuh T dalam wawancara
berikut ;
Anak ini udah lama ngga sekolah mas, jadi sehari-hari
dia dirumah aja (Tetangga pengasuh T, 25 Juli 2021).
Berdasarkan pemaparan dari seluruh informan, dapat
disimpulkan bahwa 1 pengasuh terlihat sangat baik dalam
memperhatikan aspek pendidikan untuk anak, sedangkan 1
pengasuh lainya terlihat mengabaikan pada aspek pendidikan anak.
d. Aspek sosial untuk anak asuh
Komitmen pengasuh kerabat dalam merawat anak
disabilitas dengan memperhatikan aspek sosialnya dapat terlihat
sebagaimana wawancara berikut ;
Kalau sosialisasi sih pernah, soalnya kan setiap pagi ibu
suka belanja didepan, kadang ada ibu-ibu yang tanya gitu
81
tentang kondisi cucu saya, jadi sekalian aja saya
sosialisasikan (Pengasuh T, 24 Juli 2021).
Berdasarkan wawancara diatas, terlihat bahwa pengasuh T
pernah melakukan sosialisasi kepada masyarakat sekitar, hal ini
dibenarkan oleh tetangga pengasuh T dalam wawancara berikut ;
Kalau sosialisasi sih ibu ini pernah, karena kan sehari-
hari suka kumpul buat beli sayur, atau ambil laundryan
(Tetangga pengasuh T, 25 Juli 2021).
Untuk mengetahui apakah lingkungan sosialnya menerima
kehadiran anak ini dengan baik, terlihat pada wawancara berikut ;
Sejujurnya tetangga disini ngga terlalu menerima, kadang
dia suka diomongin, dibully atau dibeda-bedakan.
Makanya sekarang dia lebih memilih dirumah aja,
soalnya kata dia lebih nyaman’’ (Pengasuh T, 24 Juli
2021).
Berdasarkan wawancara diatas, ditemukan bahwa
lingkungan sosial dari pengasuh T tidak begitu menerima dengan
baik, yang dibuktikan dengan adanya perundungan kepada cucunya
yang memiliki disabilitas. Hal ini juga dibenarkan oleh tetangga
pengasuh T dalam wawancara berikut ;
Jujur aja yaa mas, anak ini dulunya pernah trauma pas
diajak keluar rumah sama neneknya. Soalnya anak seusia
dia suka ngeledek gitu, bahkan tetangga aja kadang suka
menganggap dia beda, makanya itu anak udah ngga
pernah keluar rumah lagi (Tetangga pengasuh T, 25 Juli
2021).
82
Jawaban yang berbeda diungkapkan oleh pengasuh
kerabat yang lain dalam wawancara berikut ;
Kalau sosialisasi sih pernah, yaa ke tetangga aja yang
deket dari rumah (Pengasuh Y, 7 Agustus 2021).
Berdasarkan wawancara diatas, terlihat bahwa pengasuh Y
pernah melakukan sosialisasi kepada masyarakat sekitar, hal ini
dibenarkan oleh anak pengasuh Y dalam wawancara berikut ;
Pernah sih, dan itu udah lama banget mas. Soalnya kan
tetangga pasti kepo, suka nanyain kenapa anaknya stress,
kenapa anaknya beda, jadi ibu saya suka ngejawab
sekalian sosialisasi (Anak pengasuh Y, 7 Agustus 2021).
Untuk mengetahui apakah lingkungan sosialnya menerima
kehadiran anak ini dengan baik, terlihat pada wawancara berikut ;
Owhh baik banget, alhamdulilah pada welcome sama dia.
Anak-anak disini juga baik banget, suka ngajak main
bareng (Pengasuh Y, 7 Agustus 2021).
Berdasarkan wawancara diatas, ditemukan bahwa
lingkungan komplek dari pengasuh Y sangat menerima kehadiran
dari cucunya yang memiliki disabilitas, hal ini dibenarkan oleh
anak pengasuh Y dalam wawancara berikut ;
Anak ini periang banget mas, pdktnya bagus makanya
temen dia banyak banget. Tetangga sini Alhamdulilah
pada baik juga sama dia, malah dia udah ada rencana
pengen diangkat jadi guru ngaji dimasjid deket sini,
soalnya dia paling pinter berbaur sama anak-anak gitu
(Anak pengasuh Y, 7 Agustus 2021).
83
Berdasarkan pengakuan dari anak pengasuh Y, terlihat
bahwa faktor pendekatan yang dimiliki oleh anak sangat baik,
personalitynya yang menyenangkan membuat ia memiliki banyak
teman bermain.
Berdasarkan pemaparan dari seluruh informan, dapat
disimpulkan bahwa seluruh informan telah melakukan sosialisasi
kepada masyarakat sekitar, namun terdapat respon yang beragam
terkait dengan penerimaan anak dari masyarakat sekitar. Untuk 1
pengasuh, terlihat bahwa lingkungan sosialnya mampu menerima
anaknya dengan baik. Sedangkan 1 pengasuh lainya, ditemukan
adanya perundungan kepada anak yang menyebabkan anak
mengalami rasa trauma dan lebih memilih untuk berdiam diri
dirumah.
B. Nada Emosi
1. Sikap optimis
Pengasuh kerabat yang telah memahami akan konsekuensi
dalam merawat anak disabilitas, harus menyadari akan
permasalahan yang datang menghampiri didalam proses
pengasuhan. Untuk itu, diperlukan adanya sikap optimis dalam
menjawab tantangan serta menyelesaikan berbagai macam
permasalahan tersebut, terutama permasalahan dari aspek gizi,
aspek ekonomi, aspek kesehatan, aspek pendidikan dll.
a. Kompleksitas permasalahan yang dialami pengasuh kerabat
Berbagai macam kompleksitas permasalahan yang
menyertai didalam pengasuhan berbasis kerabat, terlihat pada
wawancara dan observasi berikut ;
84
Kalau permasalahan mungkin lebih ke kebutuhan pokok,
soalnya YSI juga udah mulai berkurang ngasih bantuan
pokok gitu. Terakhir sih ibu dapet bantuan susu itu sekitar
4 bulan yang lalu, habis itu dikabarin sama pak Fachmi
kalau donatur lagi terbatas, jadinya ibu harus puter otak
buat memenuhi asupan gizi (Pengasuh T, 24 Juli 2021).
Berdasarkan wawancara diatas, terlihat bahwa pengasuh T
memiliki permasalahan pada aspek ekonomi, dan ditambah peran
lembaga dalam memberikan bantuan nutrisi mengalami
pemberhentian akibat support donatur yang terbatas.
Jawaban yang berbeda diungkapkan oleh pengasuh kerabat
yang lain dalam wawancara berikut ;
Kalau permasalahan sih alhamdulilah ibu jarang banget
nemu, soalnya kaya makan, sekolah dan terapi bisa ibu
penuhi, cuma namanya hidup kan kadang ngga selalu
mulus. Awal-awal covid, ibu sempet ngga megang uang
karena anak ibu di stop sama tempat kerjanya, tapi 3
bulan berikutnya alhamduliah anak ibu bisa dapet
kerjaan lagi (Pengasuh Y, 7 Agustus 2021).
Berdasarkan wawancara diatas, terlihat bahwa pengasuh
Y saat ini tidak menemukan adanya berbagai macam kompleksitas
permasalahan di dalam kepengasuhan anak kerabat, karena seluruh
cakupan aspek, menurut dia sudah terpenuhi dengan baik,
meskipun dulunya sempat mengalami permasalahan ekonomi
akibat dampak dari pandemi covid 19, yang menyebabkan anak
kandung Y di PHK. Hal ini juga dibenarkan oleh anak pengasuh Y
dalam wawancara berikut ;
85
Alhamdulilah untuk saat ini masih terkendali, meskipun
dulu saya sempet diberhentiin kerja, tapi masih bisa
keback up karena sempet pinjem uang (Anak pengasuh Y,
7 Agustus 2021).
Berdasarkan pemaparan dari seluruh informan, dapat
disimpulkan bahwa kompleksitas permasalahan yang dialami oleh
1 pengasuh kinship yaitu permasalahan ekonomi akibat pandemi
covid 19, hal ini menyebabkan pemberian nutrisi kepada anak
menjadi terhenti atau tidak optimal. Adapun pengasuh lainya tidak
ditemukan adanya kompleksitas permasalahan karena semua aspek
anak sudah terpenuhi.
b. Progress kemandiran anak
Berikut merupakan progress yang terlihat dari anak,
karena sikap optimis yang dimiliki pengasuh kerabat dalam melatih
kemandiranya, yang terlihat pada wawancara dan observasi berikut
;
Kalau progressnya sih alhamdulilah dia ngomongnya
udah lancar banget. Terus juga sekarang dia udah bisa
duduk, dulu mah seharian cuma tiduran aja karena
badanya lemah banget (Pengasuh T, 24 Juli 2021).
Berdasarkan wawancara diatas, terlihat bahwa anak sudah
mengalami banyak kemajuan dalam hal kemandirian seperti lancar
berbicara dan sudah bisa duduk. Hal ini juga dibenarkan oleh
tetangga pengasuh T dalam wawancara berikut ;
Saya pindahan disini kan sekitar tahun 2011, pas saya
dateng umur cucunya ini udah sekitar 11 / 12 tahun.
Waktu itu sih yang saya liat dia cuma bisanya tiduran aja
86
dikasur, sama sekali ngga bisa duduk kerena memang
badanya lemah (Tetangga pengasuh T, 25 Juli 2021).
Tapi yang saya liat sih sekarang dia udah bisa duduk,
ngeresponya bagus banget kalau diajak ngobrol, udah
bisa main hape mas buat bales chatan, gitu aja sih
(Tetangga pengasuh T, 25 Juli 2021).
Hal ini juga didukung oleh hasil pengamatan langsung
dari peneliti, dimana peneliti melihat kondisi tubuh dari anak ini
mengalami lumpuh kaki yang menyebabkan sama sekali tidak bisa
berjalan. Tangan anak disabilitas juga mengalami ketidak
sinkronisasi dan cenderung gemeteran. Mata anak disabilitas ini
juga bisa dikatakan juling, dan bibirnya selalu terbuka (Data
Observasi, 24 Juli 2021).
Berdasarkan hasil pengamatan dari peneliti, kemandirian
yang sudah bisa dilakukan oleh anak disabilitas berupa anak sudah
bisa memegang benda objek seperti sendok makan,
mengoperasikan handphone dll. Anak juga sudah pandai untuk
berbicara, dimana ketika peneliti berbincang dengan anak, anak
dapat melafalkan dengan intonasi dan kalimat yang jelas (Data
Observasi, 24 Juli 2021).
Jawaban yang berbeda diungkapkan oleh pengasuh kerabat
yang lain dalam wawancara berikut ;
Karena dia terkena CP, dulu waktu dia kecil masih belum
bisa jalan, kaki sama tanganya masih belum kuat banget,
terus suka ngga sinkron gitu (Pengasuh Y, 7 Agustus
2021).
87
Tapi sekarang dia udah bisa jalan dan Alhamdulillah
lancar banget, terus juga udah bisa megang benda
dengan baik, mau makan udah bisa mandiri, mau mandi
udah bisa mandiri (Pengasuh Y, 7 Agustus 2021).
Berdasarkan wawancara diatas, terlihat bahwa anak sudah
mengalami banyak kemajuan dalam hal kemandirian seperti sudah
bisa berjalan dengan baik, mampu memegang benda objek dengan
baik dan mampu melakukan aktifitas lainya secara mandiri. Hal ini
juga dibenarkan oleh anak pengasuh Y dalam wawancara berikut ;
Progressnya banyak banget mas kalau yang saya lihat.
Soalnya dulu anak ini sama sekali ngga bisa ngapa-
ngapain, tapi liat tuh sekarang, udah bisa lari-larian
sama temenya, bisa makan sendiri, mandi sendiri, udah
mulai ikut pendidikan, udah mulai bisa ngaji (Anak
pengasuh Y, 7 Agustus 2021).
Hal ini juga didukung oleh hasil pengamatan langsung dari
peneliti, dimana peneliti melihat kondisi kaki anak mengalami
bengkok pada bagian kiri. Pada bagian tangan juga mengalami
bengkok, serta mata yang dua-duanya terlihat seperti juling (Data
Observasi, 7 Agustus 2021).
Berdasarkan hasil dari pengamatan peneliti, kemandiran
yang sudah bisa dilakukan oleh anak cukup banyak, dimana anak
sudah bisa berjalan dengan baik. Anak juga sudah lancar dalam
berkomunikasi, yang dibuktikan dengan peneliti menanyakan
langsung kepada anak, dan anak dapat merespon dengan sangat
baik. Sosialisasi anak juga sangat baik, karena pada dasarnya
kemampuan pendekatan anak sangat bagus, sehingga ia memiliki
88
banyak teman karena pembawaan anak yang menyenangkan (Data
Observasi, 7 Agustus 2021).
Berdasarkan pemaparan dari seluruh informan, dapat
disimpulkan bahwa seluruh pengasuh kisnhip memiliki sikap
optimis yang kuat dalam merawat anak asuh, yang terlihat dari
banyaknya progress kemandirian dalam diri anak.
C. Kegiatan Yang Diarahkan Untuk Mengimplementasikan
Pada Elemen Identitas Yang Dipilih
1. Pertumbuhan anak
Kegiatan pengasuh kerabat yang mendukung terwujudnya
komitmen, dimana aspek yang dicari berdasarkan pada perawatan
anak terhadap pertumbuhan anak.
a. Kontrol pertumbuhan anak
Untuk mengetahui seberapa rutin pengasuh kerabat
melakukan kontrol pertumbuhan pada anak dalam setahun, dapat
terihat pada wawancara berikut ;
Waktu di YSI saya biasa ngontrol setahun minimal 12
kali, soalnya kan tiap berkunjung buat terapi pasti harus
dicek dulu kan. Cuma karena pandemi gini, udah ngga
lagi mas (Pengasuh T, 24 Juli 2021).
Berdasarkan wawancara diatas, terlihat bahwa pengasuh T
tidak pernah melakukan kontrol pertumbuhan anak sejak adanya
pandemi. Hal ini juga dibenarkan oleh tetangga pengasuh T dalam
wawancara berikut ;
Kalau kontrol begitu kayanya udah ngga deh mas,
soalnya anaknya aja dirumah terus (Tetangga pengasuh
T, 25 Juli 2021).
89
Jawaban yang berbeda diungkapkan oleh pengasuh kerabat
yang lain dalam wawancara berikut ;
Kalau kontrol pertumbuhan sih udah ngga, soalnya dia
kan udah mandiri mas, jadi biar dia sendiri aja yang
ngontrol pertumbuhan kaya ngukur tinggi badan / berat
badan. Tapi kalau kontrol ditempat terapi biasanya 12
kali dalam setahun, soalnya kan sebelum dicek di RS
Fatmawati pasti harus ditimbang dulu berat badanya,
diukur tinggi badanya gitu kan (Pengasuh Y, 7 Agustus
2021)
Berdasarkan wawancara diatas, terlihat bahwa pengasuh
Y kurang memperhatikan langsung didalam kontrol pertumbuhan,
karena pengasuh Y menganggap anak sudah bisa mandiri, jadi
tidak perlu untuk diawasi lagi kontrol pertumbuhanya. Namun,
dalam setahun anak biasa dilakukan kontrol sebanyak 12 kali
ketika sedang melakukan terapi di RS Fatmawati.
Untuk membuktikan, apakah kondisi pertumbuhan anak
sudah dikatakan ideal dalam anak usianya, dapat terlihat pada
wawancara berikut ;
Tinggi badan dia sekitar 143 cm, kalau berat badan dia
sekitar 47 kg (Pengasuh T, 24 Juli 2021).
Berdasarkan wawancara diatas, terlihat bahwa kondisi
pertumbuhan anak belum dikatakan ideal. Hal ini dibuktikan
dengan berat badan anak untuk usia 21 tahun harus mencapai 54
kg, sedangkan anak yang diasuh oleh pengasuh T hanya memiliki
berat badan 47 kg. Tinggi ideal anak perempuan untuk usia 21
90
tahun harus mencapai 171 cm, sedangkan anak yang diasuh oleh
pengasuh T hanya memiliki tinggi badan 143 cm.
Jawaban yang berbeda diungkapkan oleh pengasuh kerabat
yang lain dalam wawancara berikut ;
Tinggi badan dia 127 cm, kalau berat badan dia 37 kg
(Pengasuh Y, 7 Agustus 2021).
Berdasarkan wawancara diatas, terlihat bahwa kondisi
pertumbuhan anak belum dikatakan ideal. Hal ini dibuktikan
dengan berat badan anak untuk usia 15 tahun harus mencapai 40
kg, sedangkan anak yang diasuh oleh pengasuh Y hanya memiliki
berat badan 37 kg. Tinggi ideal anak perempuan untuk usia 15
tahun harus mencapai 153 cm, sedangkan anak yang diasuh oleh
pengasuh Y hanya memiliki tinggi badan 127 cm.
Untuk mengetahui apakah pengasuh kinship melakukan
kegiatan yang mendukung pada pertumbuhan anak, terlihat pada
wawancara berikut ;
Kalau ngajak olahraga bareng sih udah lama banget
ngga ibu lakuin, soalnya ibu udah tua kan jadi bawaanya
pengen dirumah aja. Tapi tiap minggu dia pasti jogging
sama adeknya / bareng temenya, sesekali pernah ikut
berenang juga (Pengasuh Y, 7 Agustus 2021).
Berdasarkan wawancara diatas, terlihat bahwa pengasuh Y
peduli terhadap pertumbuhan anak dengan membiarkan anak
melakukan kegiatan olahraga ringan seperti jogging dan berenang,
meskipun saat ini tidak lagi didampingi oleh pengasuh Y karena
faktor usia.
91
Jawaban yang berbeda diungkapkan oleh pengasuh kerabat
yang lain dalam wawancara berikut ;
Waduh, kalau olahraga sih dia ngga begitu suka, soalnya
tiap gerak suka ngeluh sakit. Anak ini masih belum bisa
ngapa-ngapain, baru duduk doang (Pengasuh T, 24 Juli
2021).
Berdasarkan wawancara diatas, terlihat bahwa pengasuh T
tidak pernah mengajak cucunya untuk melakukan olahraga ringan,
yang disebabkan oleh faktor kemandiran anak yang hanya bisa
duduk saja.
Untuk mengetahui apakah pengasuh kerabat memberikan
tambahan suplemen sebagai bagian upaya dari pertumbuhan anak,
dapat terlihat dalam wawancara berikut ;
Ibu suka banget ngasih dia suplemen vitamin D / minyak
ikan PDO gitu dalam bentuk tablet, emang sengaja ibu
kasih biar tulang dia kuat, soalnya lagi masa-masa
pertumbuhan kan (Pengasuh Y, 7 Agustus 2021).
Berdasarkan wawancara diatas, terlihat bahwa pengasuh Y
sangat peduli dalam memperhatikan pertumbuhan anak, dimana
pengasuh Y cukup rutin memberikan suplemen tambahan. Hal ini
juga dibenarkan oleh anak pengasuh Y dalam wawancara berikut ;
Sering banget mas ibu ngasih dia suplemen gitu, yaa
namanya juga cucu pasti di sayang banget, apa aja
dibelain demi cucu (Anak pengasuh Y, 7 Agustus 2021).
Jawaban yang berbeda diungkapkan oleh pengasuh kerabat
yang lain dalam wawancara berikut ;
92
Boro-boro ngasih suplemen mas, buat makan aja kadang
saya bingung (Pengasuh T, 24 Juli 2021).
Berdasarkan wawancara diatas, terlihat bahwa pengasuh T
kurang begitu peduli dalam memperhatikan pertumbuhan anak,
dimana pengasuh T tidak pernah memberikan suplemen tambahan
karena keterbatasan ekonomi. Hal ini juga dibenarkan oleh
tetangga pengasuh T dalam wawancara berikut ;
Kalau suplemen saya ngga tau mas, mungkin kalau dari
YSI biasanya dikasih, tapi karena pandemi kan bantuan
nutrisi gitu pada di stop karena donatur terbatas
(Tetangga pengasuh T, 25 Juli 2021).
Berdasarkan pemaparan dari ke 2 informan, dapat
disimpulkan bahwa 1 pengasuh kinship terlihat memiliki kegiatan
dalam mendukung pertumbuhan anak seperti mengajak olahraga
ringan, melakukan kontrol pertumbuhan dan memberikan
suplemen tambahan. Sedangkan 1 pengasuh lainya, terlihat tidak
memiliki kegiatan yang mendukung pertumbuhan anak,
dikarenakan faktor kemandirian anak yang terbatas dan adanya
faktor ekonomi pengasuh.
2. Perkembangan anak
Kegiatan pengasuh kerabat yang mendukung terwujudnya
komitmen, dimana aspek yang dicari berdasarkan pada perawatan
anak terhadap perkembangan anak.
a. Kontrol perkembangan anak
Untuk mengetahui bagaimana cara pengasuh kerabat
dalam melatih kemandirian anak selama ada dirumah, dapat
terlihat pada wawancara berikut ;
93
Waktu dia umur 10 tahunan suka saya dudukin dibantal,
biar tulang pantatnya itu terbiasa untuk duduk. Terus
saya ajarin juga cara megang benda yang bener, terus
saya ajarin juga cara mengoperasikan smartphone, jadi
kalau suatu saat saya terlalu lama diluar, anak bisa
menghubungi saya lewat smartphone (Pengasuh T, 24
Juli 2021).
Berdasarkan wawancara diatas, terlihat bahwa pengasuh T
mampu mengajarkan cara-cara sederhana dalam melatih
kemandirian anak dirumah, yang dibuktikan dengan banyaknya
progress kemandirian dari si anak seperti sudah mampu untuk
duduk, mampu memegang benda objek dengan baik, mampu
mengoperasikan smartphone dan pandai dalam berbicara.
Jawaban lainya diungkapkan oleh pengasuh kerabat yang
lain dalam wawancara berikut ;
Kalau melatih mandiri dirumah ibu suka ngajarin dia
cara jalan yang bener, kaya ibu pegang badanya, terus
ibu suruh tangan dia megang tembok, ibu suruh dia buat
jalan pelan-pelan (Pengasuh Y, 7 Agustus 2021).
Pernah juga ibu beliin kursi roda yang mirip bayi gitu,
jadi kalau dia mau sesuatu / mau melakukan sesuatu dia
bisa pelan-pelan buat belajar jalan. Terus ibu suka
ngajarin dia kalau ngomong tuh harus yang bener, harus
sopan, soalnya kan dulu dia agak kesulitan buat bicara
karena CP itu kan nyerangnya si saraf, tapi alhamdulilah
udah bisa ngomong lancar (Pengasuh Y, 7 Agustus 2021).
94
Ibu juga ngajarin dia buat belajar makan sendiri, ibu
suka contohin kalo megang sendok tuh kaya begini, terus
juga ibu ajarin cara mandi tuh kaya begini, mau buang
air besar / kecil tuh kaya begini, Alhamdulilah dia
termasuk anak yang cepet banget nangkep, makanya
sekarang udah mandiri banget (Pengasuh Y, 7 Agustus
2021).
Berdasarkan wawancara diatas, terlihat bahwa pengasuh
Y mampu mengajarkan cara-cara sederhana dalam melatih
kemandirian anak dirumah, yang dibuktikan dengan banyaknya
progress kemandirian dari si anak seperti sudah mampu untuk
berjalan, mampu bersosialisasi dengan baik, mampu makan dan
mandi secara mandiri, mampu melipat pakaian sendiri dll.
Berdasarkan pemaparan dari ke 2 informan, dapat
disimpulkan bahwa seluruh pengasuh telah melakukan kontrol
perkembangan kepada anak asuh, dimana mereka turut andil secara
langsung dalam melatih kemandiran anak, sehingga anak rata-rata
memiliki progress perkembangan yang sangat baik.
D. Memproyeksikan Masa Depan Pribadi Seseorang
1. Rencana jangka panjang
Membuat proyeksi untuk kedepanya, dengan mengetahui
kegiatan apa yang ingin dilakukan oleh pengasuh kerabat bersama
dengan anak, dalam kurun waktu 5 – 10 tahun mendatang, kegiatan
tersebut juga harus memiliki unsur kemanfaatan bagi anak
disabilitas.
a. Planning kegiatan
95
Untuk mengetahui kegiatan apa saja yang ingin pengasuh
kerabat lakukan bersama anak dalam rencana waktu 5-20 tahun
kedepan, terlihat dalam wawancara berikut ;
Kalau pandemi udah kelar sih saya pengenya liburan
bareng anak sama cucu, udah lama banget ngga kumpul,
apalagi saya udah tua, umur gak ada yang tau (Pengasuh
T, 24 Juli 2021).
Berdasarkan wawancara diatas, terlihat bahwa pengasuh T
memiliki rencana untuk mengajak pergi keluarganya liburan
setelah pandemi covid 19 berakhir. Lalu tujuan dan manfaatnya
dari kegiatan tersebut , terlihat dari wawancara berikut ;
Tujuanya pengen kumpul aja sih, tapi kalau manfaatnya
jelas saya pengen orang tua kandung dia bisa akrab sama
anaknya sendiri, karena yang saya perhatiin kalau anak
kandung saya belum bisa mengakui anaknya sendiri
(Pengasuh T, 24 Juli 2021).
Berdasarkan wawancara diatas, terlihat bahwa manfaat
pengasuh T merencanakan kegiatan tersebut supaya orang tua
kandungnya bisa lebih mengenal dan mengakui anak kandungnya
sendiri. Faktor umur menjadi yang sangat dikhawatirkan oleh
pengasuh T, karena jika suatu saat pengasuh T meninggal dunia,
siapa lagi yang mau merawat cucunya jika bukan dari orang tua
kandungnya sendiri. Adapun bagaimana cara mewujudkanya,
terlihat pada wawancara berikut ;
Nabung, mau rencana liburan kan harus pake duit
(Pengasuh T, 24 Juli 2021).
96
Berdasarkan wawancara diatas, terlihat bahwa menabung
menjadi kunci utama pengasuh dalam mewujudnya rencana jangka
panjangnya tersebut.
Jawaban yang sama juga diungkapkan oleh pengasuh
kerabat yang lain dalam wawancara berikut ;
Pengen banget kalo pandemi udah selesai bisa jalan-
jalan. Soalnya dulu sering banget ke istana balon bareng
anak, pergi ke mall, pergi ke Kota Tua dll. Apalagi ibu
udah tua kan, pengen banget nyenengin cucu, takut ngga
ketemu lagi sih lebih tepatnya (Pengasuh Y, 7 Agustus
2021).
Berdasarkan wawancara diatas, terlihat bahwa pengasuh Y
memiliki rencana untuk mengajak pergi keluarganya liburan
setelah pandemi covid 19 berakhir. Lalu tujuan dan manfaatnya
dari kegiatan tersebut , terlihat dari wawancara berikut ;
Tujuanya pengen hilangin jenuh aja sih, soalnya pandemi
gini udah hampir 2 tahun kan, orang pasti bosen kalau
dirumah terus. Kalau manfaat yaa itu aja, biar anak juga
ngga jenuh, terus sosialisasinya makin bagus lagi, makin
pede lagi (Pengasuh Y, 7 Agustus 2021).
Berdasarkan wawancara diatas, terlihat bahwa manfaat
pengasuh Y merencanakan kegiatan tersebut supaya pandai dalam
bersosialisasi. Adapun bagaimana cara mewujudkanya, terlihat
pada wawancara berikut ;
Ibu selalu bilang sama keluarga ibu buat taat prokes, biar
covid itu cepet berhenti, soalnya terakhir ibu liat kan
tinggi lagi, makanya diberlakukan PPKM karena
97
sebelumnya orang mulai berkerumunan, mulai
beraktifitas lagi (Pengasuh Y, 7 Agustus 2021).
Berdasarkan wawancara diatas, terlihat bahwa taat pada
prokes menjadi kunci utama pengasuh dalam mewujudnya rencana
jangka panjangnya tersebut.
Berdasarkan pemaparan dari ke 2 informan, dapat
disimpulkan bahwa seluruh pengasuh memiliki rencana kegiatan
jangka panjang bersama dengan anaknya. Manfaat dari rencana
kegiatan tersebut untuk anak asuh cukup beragam, seperti anak
mampu bersosialisasi dengan baik, anak mampu mengenali dunia
luar selain lingkungan rumahnya dan orang tua kandung bisa lebih
menerima kehadiran anak.
2. Rencana jangka pendek
Membuat proyeksi untuk kedepanya, dengan mengetahui
kegiatan apa yang ingin dilakukan oleh pengasuh kerabat bersama
dengan anak dalam waktu dekat ini, kegiatan tersebut juga harus
memiliki unsur kemanfaatan bagi anak disabilitas.
a. Planning kegiatan
Untuk mengetahui kegiatan apa saja yang ingin pengasuh
kerabat lakukan bersama anak dalam waktu dekat ini, terlihat
dalam wawancara berikut ;
Ngga ada sih mas kalau planning kegiatan dalam waktu
dekat ini (Pengasuh T, 24 Juli 2021).
Berdasarkan wawancara diatas, terlihat bahwa pengasuh T
tidak memiliki rencana apapun dalam waktu dekat ini.
Jawaban lainya diungkapkan oleh pengasuh kerabat yang
lain dalam wawancara berikut ;
98
Kalau dalam waktu dekat ini, ibu rencana pengen bikin
kue bolu bareng dia, soalnya dari kemarin minta dibikinin
terus tapi ibunya suka ngga sempet (Pengasuh Y, 7
Agustus 2021).
Berdasarkan wawancara diatas, terlihat bahwa pengasuh Y
memiliki rencana untuk mengajari anak cara membuat kue. Lalu
tujuan dan manfaatnya dari kegiatan tersebut , terlihat dari
wawancara berikut ;
Biar terampil ajaa sih, biar dia tau caranya bikin bolu tuh
kaya gimana (Pengasuh Y, 7 Agustus 2021).
Berdasarkan wawancara diatas, terlihat bahwa manfaat
pengasuh Y merencanakan kegiatan tersebut supaya anak bisa
melatih skill kemandiranya dalam membuat kue, hal ini sangat
bermanfaat dalam karir anak jika suatu saat memiliki passion
dalam membuat kue, dan nantinya bisa diperjual belikan. Adapun
bagaimana cara mewujudkanya, terlihat pada wawancara berikut ;
Yaa ibu harus bisa luangin waktu aja buat anak, soalnya
kadang ibu juga suka lupaan orangnya (Pengasuh Y, 7
Agustus 2021).
Berdasarkan wawancara diatas, terlihat bahwa meluangkan
waktu menjadi kunci utama pengasuh dalam mewujudnya rencana
jangka panjangnya tersebut.
Berdasarkan pemaparan dari ke 2 informan, dapat
disimpulkan bahwa 1 pengasuh terlihat memiliki rencana kegiatan
jangka pendek bersama dengan anaknya seperti membuat kue,
dimana ini sangat penting dalam melatih aspek kemandirian anak
dan mengembangkan skill. Sedangkan 1 pengasuhan lainya terlihat
99
tidak memiliki rencana apapun dalam waktu dekat ini bersama
dengan anak.
2. ASPEK KONTROL
A. Kontrol Kognitif
1. Kemampuan mengantisipasi peristiwa
Pengasuh kerabat mampu memahami setiap konsekuensi
dalam mengambil alih pengasuhan, termasuk dengan adanya
kompleksitas permasalahan. Sehingga, pengasuh kerabat memiliki
berbagai tindakan preventif dalam mengantisipasi jika
permasalahan tersebut menghampiri atau terjadi kepada pengasuh.
a. Tindakan preventif pengasuh
Untuk mengetahui adakah tindakan antisipasi dari
pengasuh kerabat dalam mencegah suatu permasalahan, dapat
terlihat dari wawancara berikut ;
Kalau antisipasi sih gak ada, saya pasrah aja sama
keadaan, yang penting saya tetep berusaha buat cari duit
untuk kebutuhan sehari-hari (Pengasuh T, 24 Juli 2021).
Berdasarkan wawancara diatas, terlihat bahwa
kemampuan pengasuh T dalam melakukan tindakan preventif
sebagai upaya pencegahan dari permasalahan tidak baik, karena
pengasuh T tidak memiliki rencana apapun dalam mengantisipasi
setiap permasalahan yang akan datang, dan terlihat seperti pasrah
dalam menerima keadaan.
Jawaban yang berbeda diungkapkan oleh pengasuh
kerabat yang lain dalam wawancara berikut ;
100
Yaa kalau suatu saat ekonomi ibu lagi ngga stabil karena
kerjaan anak diberhentikan, pencegahanya ibu buat
usaha ajaa, soalnya rencana dalam waktu dekat ini ibu
pengen banget bikin jajanan telur gulung gitu, makanya
dari sekarang lagi nabung buat modal gerobak, soalnya
lumayan gede juga modalnya, sekitar Rp. 6.000.000 an
(Pengasuh Y, 7 Agustus 2021).
Berdasarkan wawancara diatas, terlihat bahwa kemampuan
pengasuh Y dalam melakukan tindakan preventif sebagai upaya
pencegahan dari permasalahan sangat baik, karena pengasuh
merencanakan suatu usaha kecil-kecilan sebagai back up jika aspek
ekonomi pengasuh Y mengalami gangguan.
Berdasarkan pemaparan dari ke 2 informan, dapat
disimpulkan bahwa 1 pengasuh terlihat memiliki tindakan
preventif dalam mengantisipasi permasalahan yang menghampiri,
dimana mereka ingin membuat suatu usaha sampingan sebagai
upaya back up jika mata pencaharian utama mereka mengalami
masalah yang menyebabkan aspek ekonomi terganggu. Sedangkan
1 pengasuh terlihat tidak memiliki tindakan preventif dalam
mencegah suatu permasalahan.
B. Kontrol Keyakinan
1. Kemampuan mengambil keputusan
Kemampuan pengasuh kerabat dalam mengambil suatu
tindakan yang memang diinginkanya, dengan mempertimbangkan
berbagai aspek negatif maupun positif.
a. Tindakan dalam mengambil keputusan
101
Untuk mengetahui apakah pengasuh kerabat memiliki
kemampuan dalam mengambil suatu keputusan, dapat terlihat dari
wawancara berikut ;
Kalau suatu saat dagangan ibu nanti ngga laku, ibu bakal
tetep berusaha cari solusinya bareng-bareng sama anak,
entah itu di tambah sama jualan pop ice, atau bikin menu
baru, liat situasi aja (Pengasuh Y, 7 Agustus 2021)
Berdasarkan wawancara diatas, terlihat bahwa pengasuh Y
memiliki kemampuan dalam mengambil suatu keputusan dengan
baik. Hal ini terlihat dari sikap pengasuh Y yang sudah bertekad
untuk jualan telur gulung sebagai optionalnya, jika suatu saat
pekerjaan anaknya kembali diberhentikan.
Pengasuh juga sangat yakin dalam keputusan optionalnya
ini, dimana pengasuh bertekad jika suatu saat daganganya juga
mengalami hambatan, pengasuh akan mencari solusi bersama
dengan anak-anaknya agar usahanya tetap bisa berjalan lancar,
seperti menambahkan menu baru atau menambahkan pop ice, yang
mana es merupakan salah satu jajanan favorit bagi anak kecil.
Berdasarkan pemaparan dari informan, dapat disimpulkan
bahwa pengasuh terlihat memiliki kontrol keyakinan yang baik
dalam bertahan terhadap keputusanya. Hal ini terlihat dari sikap
pengasuh yang memilih bertahan untuk tetap berdagang, dan
berusaha mencari solusi jika suatu saat usahanya mengalami
hambatan. Sedangkan untuk 1 pengasuh lainya tidak memiliki
kontrol keyakinan, hal ini terlihat dari sikap pengasuh yang masih
suka mengeluh saat terkena permasalahan.
C. Kontrol Prilaku
102
1. Kemampuan mengatur pelaksanaan
a. Kegiatan yang diatur oleh pengasuh
Untuk mengetahui apakah pengasuh kerabat mampu
membuat, mengorganisir, mengontrol dan menjalankan kegiatanya
dengan baik, dapat terlihat pada wawancara berikut ;
Saya suka banget ngajarin cucu saya buat belajar ngaji,
soalnya saya pengen dia bisa belajar baca Al-Quran,
soalnya itu penting buat bekal kita diakhirat (Pengasuh Y,
7 Agustus 2021).
Berdasarkan wawancara diatas, terlihat bahwa pengasuh
Y sering mengadakan kegiatan pengajian khusus untuk cucunya.
Hal ini dibenarkan oleh anak pengasuh Y dalam wawancara
berikut ;
Kegiatanya yaa kaya pengajian ajaa, ngajarin anak ini
ngaji, ibu suka aja kalau luangin waktunya buat kegiatan
yang bermanfaat (Anak pengasuh Y, 7 Agustus 2021).
Untuk mengetahui apakah kegiatan tersebut berjalan
dengan baik, dapat terlihat pada wawancara berikut ;
Alhamdulilah berjalan dengan baik, soalnya di baca
Iqranya juga udah ada peningkatan, lancar banget deh
(Pengasuh Y, 7 Agustus 2021).
Jawaban berbeda diungkapkan oleh tetangga pengasuh
kerabat T dalam wawancara berikut ;
Pengasuh Y tidak tertarik untuk mengadakan kegiatan
gitu mas (Tetangga pengasuh T, 25 Juli 2021).
103
Berdasarkan wawancara diatas, terlihat bahwa pengasuh T
tidak memiliki minat untuk mengatur setiap kegiatan. Sehingga
kemampuan dalam mengatur pelaksanaan itu tidak ada.
Berdasarkan pemaparan dari ke 2 informan, dapat
disimpulkan bahwa 1 pengasuh terlihat memiliki kemampuan
kontrol pelaksanaan dengan baik, hal ini terlihat dari pengasuh
seringkali mengadakan kegiatan-kegiatan seperti mengajari ngaji,
dan kesemua acara tersebut berjalan lancar. Sedangkan untuk 1
pengasuh lainya, terlihat bahwa kemampuan kontrolnya dalam
mengatur pelaksanaan tidak baik, karena pada dasarnyan pengasuh
tidak memiliki minat untuk membuat dan mengatur kegiatan.
3. ASPEK TANTANGAN
A. Efikasi Diri
1. Kepercayaan diri pengasuh dalam mengatasi tekanan
Pengasuh kerabat mampu menjelaskan permasalahan apa
yang paling membuat pengasuh tertekan selama hidup, dan
permasalahan tersebut harus berada di luar konteks kompleksitas
permasalahan dalam merawat anak disabilitas.
a. Permasalahan / pengalaman tidak menyenangkan pengasuh
kinship di luar konteks pengasuhan anak disabilitas
Untuk mengetahui permasalahan pengasuh kerabat yang
paling menganggu pikiran dan mental selama hidup, dapat terlihat
pada wawancara berikut ;
Waktu suami saya meninggal, itu beneran mengganggu
pikiran ibu. Hampir tiap malem ibu cuma bisanya nangis
104
aja ditinggal bapak, sampe mau makan aja ibu ngga mau
(Pengasuh T, 24 Juli 2021).
Berdasarkan wawancara diatas, terlihat bahwa pengasuh T
memiliki pengalaman berat tentang masa lalunya, dimana
pengasuh T ditinggal oleh suaminya hingga membuat ia tidak
nafsu makan dan terus bersedih karena kehilangan partner.
Adapun alasan mengapa hal tersebut bisa terjadi, terlihat
pada wawancara berikut ;
Soalnya waktu itu bapak ada sakit jantung, tapi karena
operasi mahal cuma bisa dirumah aja, kadang saya suka
marah sama diri sendiri, kenapa ngga bisa punya uang
yang banyak, pasti bapak seenggaknya masih bisa
diobatin (Pengasuh T, 24 Juli 2021).
Berdasarkan wawancara diatas, terlihat bahwa alasan
mengapa suami pengasuh T meninggal dunia dikarenakan penyakit
jantung yang sedang di deritanya. Kesulitan biaya menjadi faktor
utama, mengapa suami T tidak bisa diselamatkan.
Berdasarkan pemaparan dari ke 2 informan, dapat
disimpulkan bahwa 1 pengasuh tidak pernah mengalami down,
sedangkan 1 pengasuh lainya pernah mengalami down akibat
adanya suatu peristiwa.
b. Reaksi / gejala pada tubuh saat mengalami down
Untuk mengetahui adanya gejala yang pengasuh kerabat
rasakan pada tubuh saat merasa down atau terpuruk, dapat terlihat
pada wawancara berikut ;
Karena waktu itu ibu ngga mau makan, badan ibu
langsung demam tinggi. Biasanya ibu kalau down cuma
105
demam tinggi aja, kalau terlalu cape asma ibu kambuh
(Pengasuh T, 24 Juli 2021).
Berdasarkan wawancara diatas, terlihat bahwa saat
pengasuh mengalami down, mengakibatkan adanya reaksi pada
tubuh berupa demam tinggi dan kambuhnya asma.
Jawaban lainya diungkapkan oleh pengasuh kerabat yang
lain dalam wawancara berikut ;
Ngga ada sih, Alhamdulillah ibu orangnya dibawa happy
ajaa. Ibu kalau ada masalah gitu udah terbiasa sabar,
makanya tetangga ngga pernah liat ibu marah-marah
/atau ngeluh (Pengasuh Y, 7 Agustus 2021).
Berdasarkan wawancara diatas, terlihat bahwa pengasuh
Y sangat tangguh dalam mengatasi setiap tekanan, dimana
pengasuh selalu sabar ketika dicoba musibah, dan tidak pernah
terlihat mengeluh saat mendapatkan kesulitan. Hal ini juga
dibenarkan oleh anak pengasuh Y, yang terlihat pada wawancara
berikut ;
Alhamdulililah saya ngga pernah lihat down mas,
orangnya sabar banget (Anak pengasuh Y, 7 Agustus
2021).
Berdasarkan pemaparan dari ke 2 informan, dapat
disimpulkan bahwa 1 pengasuh terlihat memiliki sikap sabar dalam
mengatasi masalah, yang dibuktikan dengan mereka tidak pernah
mengalami down. Sedangkan 1 pengasuh lainya, terlihat memiliki
reaksi pada tubuh ketika mengalami down seperti mengalami asma
dan demam tinggi.
c. Cara pengasuh mengatasi tekanan
106
Untuk mengetahui bagaimana cara pengasuh kerabat
dalam mengatasi rasa tertekan, dapat terlihat pada wawancara
berikut ;
Kalau udah kambuh begitu sih berobat, terus juga banyak
ikhtiar sama Allah, minta diberi kekuatan buat hadepin
cobaan (Pengasuh T, 24 Juli 2021).
Berdasarkan wawancara diatas, terlihat bahwa cara
pengasuh T dalam mengatasi rasa tertekan lebih kepada ikhtiar.
Untuk mengetahui apakah cara tersebut efektif dalam mengatasi
perasaan tertekan tersebut, dapat terlihat pada wawancara berikut ;
Efektif, walaupun butuh waktu juga untuk menerima
keadaan (Pengasuh T, 24 Juli 2021).
Berdasarkan wawancara diatas, terlihat bahwa cara yang
pengasuh T lakukan dalam mengatasi rasa tertekan cukup efektif
meskipun harus membutuhkan waktu agar bisa kembali pulih.
Jawaban lainya diungkapkan oleh pengasuh kerabat yang
lain dalam wawancara berikut ;
Kalau mengatasi sih dengan banyak doa, banyak sabar,
minta sama Allah biar dilapangkan hati ibu (Pengasuh Y,
7 Agustus 2021).
Berdasarkan wawancara diatas, terlihat bahwa cara
pengasuh Y dalam mengatasi rasa tertekan lebih kepada ikhtiar dan
doa, menambahkan informasi tentang cara pengasuh Y dalam
mengatasi perasaan tertekan, terlihat pada wawancara berikut ;
Ibu suka banget sholat tahajud, soalnya dia apa-apa lebih
ke pasrah aja sama Allah. Dia mau berkeluh kesah,
curhatnya sama Allah ajaa. Soalnya dia pernah bilang,
107
kalau Allah adalah tempat terbaik buat berkeluh kesah
(Anak pengasuh Y, 7 Agustus 2021).
Berdasarkan wawancara diatas, terlihat bahwa pengasuh Y
juga rutin melakukan sholat tahajud jika sedang terkena cobaan.
Untuk mengetahui apakah cara tersebut efektif dalam mengatasi
perasaan tertekan tersebut, dapat terlihat pada wawancara berikut ;
Alhamdulilah efektif, ibu orangnya jadi lebih sabar, jadi
lebih banyak berserah diri aja ke Allah, dan hidup jadi
dibawa enjoy aja (Pengasuh Y, 7 Agustus 2021).
Berdasarkan wawancara diatas, terlihat bahwa cara yang
pengasuh Y lakukan dalam mengatasi rasa tertekan sangat efektif,
dimana pengasuh terlihat lebih sabar dalam mengatasi setiap
permasalahan yang ada.
Berdasarkan pemaparan dari ke 2 informan, dapat
disimpulkan bahwa cara pengasuh dalam mengatasi perasaan
tertekan lebih kepada mendekatkan diri kepada Allah SWT, dan
cara tersebut sangat efektif bagi pengasuh dalam mengatasi
perasaan tertekan, sedangkan 1 pengasuh lainya terlihat harus
membutuhkan waktu untuk bisa menerima.
B. Analisis Sebab - Akibat
1. Paham terhadap penyebab serta akibat dari suatu peristiwa
Pengasuh kerabat mampu menjelaskan suatu peristiwa di
luar konteks pengasuhan yang pernah dialami selama hidupnya,
dan mampu menemukan apa yang menjadi penyebab, serta mampu
menjelaskan akibat apa yang ditimbulkan dari peristiwa tersebut.
a. Kemampuan analisis sebab – akibat peristiwa
108
Berikut merupakan cerita pengasuh terhadap suatu
keajadian yang berdasarkan pada pengalamanya langsung, hal ini
terlihat pada wawancara berikut ;
Waktu suami saya meninggal, itu beneran mengganggu
pikiran ibu. Soalnya waktu itu bapak ada sakit jantung,
tapi karena operasi mahal cuma bisa dirumah aja
(Pengasuh T, 24 Juli 2021).
Berdasarkan wawancara diatas, terlihat bahwa kemampuan
analisis pengasuh T sangat baik, dimana pengasuh dapat
menjelaskan sebab-sebab suaminya meninggal dunia karena tidak
memiliki biaya operasi. Untuk mengetahui apa saja yang
diakibatkan karena permasalahan tersebut, dapat terlihat pada
wawancara berikut ;
Karena waktu itu ibu ngga mau makan, badan ibu
langsung demam tinggi. Biasanya ibu kalau down cuma
demam tinggi aja, kalau terlalu cape asma ibu kambuh
(Pengasuh T, 24 Juli 2021).
Berdasarkan wawancara diatas, terlihat bahwa
kemampuan analisis pengasuh T sangat baik, dimana pengasuh
mampu menjelaskan akibat yang ditimbulkan setelah suaminya
meninggal, dimana ia langsung mengalami down dan demam
tinggi.
Jawaban lainya diungkapkan oleh pengasuh kerabat yang
lain dalam wawancara berikut ;
Penyebab mengapa ibu kandung dari anak ini mengalami
stress, karena suaminya meninggal dunia akibat
kecelakaan (Pengasuh Y, 7 Agustus 2021).
109
Berdasarkan wawancara diatas, terlihat bahwa kemampuan
analisis pengasuh Y sangat baik, dimana pengasuh dapat
menjelaskan sebab-sebab mengapa ibu kandung dari anak ini
mengalami stress karena suaminya meninggal dunia. Untuk
mengetahui apa saja yang diakibatkan karena permasalahan
tersebut, dapat terlihat pada wawancara berikut ;
Kalau ibunya aja stress gini kan kasian anaknya, jadi
ngga keurus (Pengasuh Y, 7 Agustus 2021).
Berdasarkan wawancara diatas, terlihat bahwa kemampuan
analisis pengasuh Y sangat baik, dimana pengasuh mampu
menjelaskan akibat yang ditimbulkan setelah ibunya mengalami
stress, adalah anak kandung yang mengalami disabilitas jadi tidak
terurus.
Berdasarkan pemaparan dari ke 2 informan, dapat
disimpulkan bahwa seluruh pengasuh kisnhip memiliki
kemampuan analisis sebab-akibat yang sangat baik, hal ini terlihat
dari pengasuh mampu menjelaskan sebab-sebab dari suatu
peristiwa, dan menjelaskan akibat yang ditimbulkan dari peristiwa
tersebut.
1.3 Tabel Data & Hasil Temuan Peneliti
Aspek Komitmen
No Aspek Sub Aspek Data & Hasil Temuan
Peneliti
1 Pengetahuan Diri Mengetahui diri sendiri Berdasarkan pemaparan
dari ke 2 informan, dapat
110
disimpulkan bahwa 1
orang dari informan tidak
memiliki riwayat penyakit
yang mengakibatkan
aktifitasnya terganggu,
sementara 1 orang
memiliki riwayat penyakit
yang menyebabkan
aktifitas dia menjadi
terbatas dalam pengasuhan
anak.
Berdasarkan pemaparan
dari seluruh informan,
dapat disimpulkan bahwa
kedisiplinan dari 1
informan dalam
melakukan kontrol cek
kesehatanya ke RS sangat
dipengaruhi oleh pandemi
covid 19, ketika sebelum
pandemi covid 19 mereka
melakukan medical check
up sebanyak setahun
sekali, namun ketika
muncul pandemi
semuanya menjadi
111
terhenti, artinya faktor
kondisi mempengaruhi
mereka untuk melakukan
kontrol kesehatan di RS.
Namun 1 orang informan
belum pernah
memeriksakan dirinya ke
RS karena faktor ekonomi
yang menjadi kendalanya.
Berdasarkan pemaparan
dari seluruh informan,
dapat disimpulkan bahwa
1 informan memiliki
dampak dalam pengasuhan
anak karena riwayat
penyakit, sedangkan 1
informan tidak memiliki
dampak dalam pengasuhan
anak karena kondisi
informan sehat atau tidak
memiliki riwayat penyakit.
Paham akan komitmen
yang dipilih
Berdasarkan pemaparan
dari seluruh informan,
dapat disimpulkan bahwa
terdapat 1 orang pengasuh
yang secara kontinue
112
membawa anak asuhnya
pergi ke tempat terapi di
RS, sementara 1 pengasuh
tidak lagi membawa anak
asuhnya pergi ke tempat
terapi dikarenakan faktor
ekonomi dan kondisi
tubuh dari anak asuh.
Berdasarkan pemaparan
dari seluruh informan,
dapat disimpulkan bahwa
1 pengasuh terlihat sangat
baik dalam memperhatikan
aspek asupan gizinya
untuk anak, sedangkan 1
pengasuh yang lain terlihat
sangat kesulitan dalam
memberikan asupan gizi
dikarenakan situasi
keuangan yang tidak
menentu.
Berdasarkan pemaparan
dari seluruh informan,
dapat disimpulkan bahwa
1 pengasuh terlihat sangat
baik dalam memperhatikan
113
aspek pendidikan untuk
anak, sedangkan 1
pengasuh lainya terlihat
mengabaikan pada aspek
pendidikan anak.
Berdasarkan pemaparan
dari seluruh informan,
dapat disimpulkan bahwa
seluruh informan telah
melakukan sosialisasi
kepada masyarakat sekitar,
namun terdapat respon
yang beragam terkait
dengan penerimaan anak
dari masyarakat sekitar.
Untuk 1 pengasuh, terlihat
bahwa lingkungan
sosialnya mampu
menerima anaknya dengan
baik. Sedangkan 1
pengasuh lainya,
ditemukan adanya
perundungan kepada anak
yang menyebabkan anak
mengalami rasa trauma
dan lebih memilih untuk
114
berdiam diri dirumah.
2 Nada Emosi Sikap optimis Berdasarkan pemaparan
dari seluruh informan,
dapat disimpulkan bahwa
kompleksitas
permasalahan yang
dialami oleh 1 pengasuh
kinship yaitu
permasalahan ekonomi
akibat pandemi covid 19,
hal ini menyebabkan
pemberian nutrisi kepada
anak menjadi terhenti atau
tidak optimal. Adapun 1
pengasuh lainya tidak
ditemukan adanya
kompleksitas
permasalahan karena
semua aspek anak sudah
terpenuhi.
Berdasarkan pemaparan
dari seluruh informan,
dapat disimpulkan bahwa
seluruh pengasuh kisnhip
memiliki sikap optimis
yang kuat dalam merawat
115
anak asuh, yang terlihat
dari banyaknya progress
kemandirian dalam diri
anak karena ketekunan,
kesabaran dan keikhlasan
pengasuh dalam mengajari
anak.
3 Kegiatan Yang
Diarahkan Untuk
Mengimplementasika
n Pada Elemen
Identitas Yang Dipilih
Pertumbuhan anak Berdasarkan pemaparan
dari ke 2 informan, dapat
disimpulkan bahwa 1
pengasuh kinship terlihat
memiliki kegiatan dalam
mendukung pertumbuhan
anak seperti mengajak
olahraga ringan,
melakukan kontrol
pertumbuhan dan
memberikan suplemen
tambahan. Sedangkan 1
pengasuh lainya, terlihat
tidak memiliki kegiatan
yang mendukung
pertumbuhan anak,
dikarenakan faktor
kemandirian anak yang
terbatas dan adanya faktor
116
ekonomi pengasuh.
Perkembangan anak Berdasarkan pemaparan
dari ke 2 informan, dapat
disimpulkan bahwa
seluruh pengasuh telah
melakukan kontrol
perkembangan kepada
anak asuh, dimana mereka
turut andil secara langsung
dalam melatih kemandiran
anak, sehingga anak rata-
rata memiliki progress
perkembangan yang sangat
baik.
4 Memproyeksikan
Masa Depan Pribadi
Seseorang
Rencana jangka
panjang
Berdasarkan pemaparan
dari ke 2 informan, dapat
disimpulkan bahwa
seluruh pengasuh memiliki
rencana kegiatan jangka
panjang bersama dengan
anaknya. Manfaat dari
rencana kegiatan tersebut
untuk anak asuh cukup
beragam, seperti anak
mampu bersosialisasi
dengan baik, anak mampu
117
mengenali dunia luar
selain lingkungan
rumahnya dan orang tua
kandung bisa lebih
menerima kehadiran anak.
Rencana jangka pendek Berdasarkan pemaparan
dari ke 2 informan, dapat
disimpulkan bahwa 1
pengasuh terlihat memiliki
rencana kegiatan jangka
pendek bersama dengan
anaknya seperti membuat
kue, dimana ini sangat
penting dalam melatih
aspek kemandirian anak
dan mengembangkan skill.
Sedangkan 1 pengasuhan
lainya terlihat tidak
memiliki rencana apapun
dalam waktu dekat ini
bersama dengan anak.
Aspek Kontrol
1 Kontrol Kognitif Kemampuan
mengantisipasi
peristiwa
Berdasarkan pemaparan
dari ke 2 informan, dapat
disimpulkan bahwa 1
pengasuh terlihat memiliki
118
tindakan preventif dalam
mengantisipasi
permasalahan yang
menghampiri, dimana
mereka ingin membuat
suatu usaha sampingan
sebagai upaya back up jika
mata pencaharian utama
mereka mengalami
masalah yang
menyebabkan aspek
ekonomi terganggu.
Sedangkan 1 pengasuh
terlihat tidak memiliki
tindakan preventif dalam
mencegah suatu
permasalahan.
2 Kontrol Keyakinan Kemampuan
mengambil keputusan
Berdasarkan pemaparan
dari ke 2 informan, dapat
disimpulkan bahwa 1
pengasuh terlihat memiliki
kontrol keyakinan yang
baik dalam bertahan
terhadap keputusanya. Hal
ini terlihat dari sikap
pengasuh yang memilih
119
bertahan untuk tetap
berdagang, dan berusaha
mencari solusi jika suatu
saat usahanya mengalami
hambatan. Sedangkan
untuk 1 pengasuh lainya
tidak memiliki kontrol
keyakinan, hal ini terlihat
dari sikap pengasuh yang
masih suka mengeluh saat
terkena permasalahan.
3 Kontrol Perilaku Kemampuan mengatur
pelaksanaan
Berdasarkan pemaparan
dari ke 2 informan, dapat
disimpulkan bahwa 1
pengasuh terlihat memiliki
kemampuan kontrol
pelaksanaan dengan baik,
hal ini terlihat dari
pengasuh seringkali
mengadakan kegiatan-
kegiatan seperti mengajari
ngaji, dan kesemua acara
tersebut berjalan lancar.
Sedangkan untuk 1
pengasuh lainya, terlihat
bahwa kemampuan
120
kontrolnya dalam
mengatur pelaksanaan
tidak baik, karena pada
dasarnyan pengasuh tidak
memiliki minat untuk
membuat dan mengatur
kegiatan.
Aspek Tantangan
1 Efikasi Diri Kepercayaan diri
pengasuh dalam
mengatasi tekanan
Berdasarkan pemaparan
dari ke 2 informan, dapat
disimpulkan bahwa 1
pengasuh tidak pernah
mengalami down,
sedangkan 1 pengasuh
lainya pernah mengalami
down akibat adanya suatu
peristiwa.
Berdasarkan pemaparan
dari ke 2 informan, dapat
disimpulkan bahwa 1
pengasuh terlihat memiliki
sikap sabar dalam
mengatasi masalah, yang
dibuktikan dengan mereka
tidak pernah mengalami
down. Sedangkan 1
121
pengasuh lainya, terlihat
memiliki reaksi pada
tubuh ketika mengalami
down seperti mengalami
asma dan demam tinggi.
Berdasarkan pemaparan
dari ke 2 informan, dapat
disimpulkan bahwa cara
pengasuh dalam mengatasi
perasaan tertekan lebih
kepada mendekatkan diri
kepada Allah SWT, dan
cara tersebut sangat efektif
bagi 1 pengasuh dalam
mengatasi perasaan
tertekan, sedangkan 1
pengasuh lainya terlihat
harus membutuhkan waktu
untuk bisa menerima.
2 Analisis Sebab-Akibat Paham terhadap
penyebab serta akibat
dari suatu peristiwa
Berdasarkan pemaparan
dari ke 2 informan, dapat
disimpulkan bahwa
seluruh pengasuh kisnhip
memiliki kemampuan
analisis sebab-akibat yang
sangat baik, hal ini terlihat
122
dari pengasuh mampu
menjelaskan sebab-sebab
dari suatu peristiwa, dan
menjelaskan akibat yang
ditimbulkan dari peristiwa
tersebut.
123
BAB V
PEMBAHASAN
Pada bab ini, peneliti akan mengkaji sekaligus menganalisis
temuan-temuan tentang ketangguhan diri pengasuh dalam
pengasuhan berbasis kekerabatan (Kinshipcare) di YSI Bintaro.
Peneliti akan meninjau dari teori Kobasa yang menilai bahwa
ketangguhan diri melibatkan pada aspek komitmen, aspek kontrol
dan aspek tantangan. Selain itu, peneliti akan menggunakan teori
lain yang ada di bab 2 seperti teori kemiskinan, teori pengasuh,
teori support system dan teori lainya untuk mendukung temuan
penelitian.
1. KOMITMEN
A. Pengetahuan Diri
1. Mengetahui diri sendiri
Di dalam mengasuh anak disabilitas, diperlukan kondisi
tubuh yang prima dari pengasuh kerabat agar proses pengasuhan
anak dapat berjalan dengan optimal, sebagaimana dalam teori
kesehatan jasmani yang menyebutkan bahwa kesehatan jasmani
adalah kapasitas fungsional atau kapasitas faali yang dapat
meningkatkan taraf kualitas kehidupan (bab II, hal. 33). Para
pengasuh kerabat harus menyadari tentang kesadaran dirinya
dalam memperhatikan kesehatan sebagai komponen utama dalam
suksesnya pengasuhan anak.
Berdasarkan temuan dari Bab 4, terlihat bahwa seluruh
pengasuh kerabat sudah mengetahui tentang riwayat penyakitnya
124
masing-masing, yang mana pengasuh kinship dinyatakan
memiliki kondisi tubuh prima karena sangat menjaga pola hidup
sehat. Hal ini selaras dengan teori kesehatan jasmani yang
menyatakan bahwa perilaku hidup sehat harus diimbangi dengan
aksi atau upaya untuk meningkatkan kesehatanya (bab II, hal.
33).
Sedangkan untuk pengasuh kerabat yang lain, ditemukan
adanya riwayat penyakit yang berdampak langsung pada
kemampuan pengasuh dalam merawat anak. Artinya, komponen
kesehatan jasmani tidak dapat dipenuhi oleh pengasuh kerabat
seperti kekuatan otot, daya tahan paru jantung, kecepatan, tenaga
otot, kelentukan, kelincahan, kecepatan reaksi dan keseimbangan
(bab II, hal. 34).
Terkait dengan aksi atau upaya untuk meningkatkan
kesehatanya, maka memeriksakan kesehatan di RS harus menjadi
kebutuhan dari pengasuh kerabat, karena pengetahuan mereka
tentang kesehatanya sangat diperlukan untuk bisa mengasuh
anak, sehingga pengasuh kerabat bisa disiplin dalam merawat
kesehatanya.
Berdasarkan temuan dari bab 4, terlihat bahwa pengasuh
kerabat disiplin dalam melakukan kontrol medical check up di
RS. Namun karena situasi pandemi covid 19, semuanya menjadi
terhenti. Artinya faktor keadaan lingkungan sangat berpengaruh
dalam tindakan seseorang, sebagaimana pernyataan dari
Depdiknas yang menjelaskan bahwa faktor dari lingkungan
mengakibatkan munculnya reaksi dari tiap seseorang (Depdiknas,
2015).
125
Namun, ditemukan juga pengasuh kerabat yang sama
sekali tidak pernah melakukan medical check up karena
keterbatasan ekonomi yang mengakibatkan kemiskinan. Hal ini
sesuai dengan teori kemiskinan yang menyatakan bahwa
kemiskinan merupakan standar hidup rendah yang dimiliki oleh
seseorang, dimana memberikan pengaruh atau dampak seperti
pendidikan, kesehatan, harga diri dan kehidupan moral (bab II,
hal. 30).
2. Paham akan komitmen yang dipilih
Didalam pengambil alih asuhan anak, pengasuh
kerabat tentunya harus memahami terkait apa saja yang menjadi
kebutuhan dari anak asuh, sebut saja seperti aspek terapi dan
perawatan, aspek asupan gizi, aspek pendidikan dan aspek
sosial. Hak-hak tersebut harus di penuhi oleh pengasuh kerabat
sebagai bentuk komitmenya dalam pengasuhan anak,
sebagaimana dalam teori pengasuhan yang menyebutkan bahwa
peran pengasuh harus memiliki kualifikasi keterampilan berupa
kemampuan dalam memberikan pelayanan, serta kemampuan
pengasuhan untuk berperan sebagai orang tua pengganti (bab II,
hal. 8)
Pemberian hak pelayanan juga harus dilakukan secara
kontinue, sebagaimana dalam teori konsistensi yang
mengatakan bahwa komponen dari afeksi harus terhubung
dengan komponen dari kognisi, dan harus tetap berjalan secara
konsisten (bab II, hal. 35).
Berdasarkan temuan dari bab 4, terlihat bahwa
pengasuh kerabat sangat memperhatikan aspek terapi dan
126
perawatan kepada anak asuhnya, yang ditandai dengan
pengasuh kerabat secara rutin membawa anak asuhnya pergi ke
RS setidaknya sebulan sebanyak 2 – 3 kali. Tentunya, ini
merupakan suatu hal yang baik dalam melatih kemandirian
anak, karena RS mempunyai fasilitas yang lengkap dalam
membantu kemandirian anak.
Temuan lainya pada aspek asupan gizi, terlihat bahwa
pengasuh sangat memperhatikan aspek asupan gizi untuk anak
asuh. Asupan gizi yang tepat, dapat mempengaruhi pengasuh
dalam tumbuh kembangnya, hal ini selaras dengan pernyataan
dari dokter spesialis gizi yang menyebutkan bahwa pemberian
nutrisi adalah faktor utama yang mempengaruhi anak di dalam
tumbuh kembangnya (Dian Permatasari, 2016).
Lalu pada aspek pendidikan, terlihat bahwa pengasuh
kerabat sangat memperhatikan aspek pendidikan untuk anak
dengan menyekolahkan mereka di sekolah khusus dan kelas
paud. Pada dasarnya, sekolah merupakan salah satu tempat
pendidikan yang baik untuk melatih skill dan kemandirian anak,
hal ini selaras dengan pernyataan yang menyebutkan bahwa
sekolah dapat membantu anak untuk mengasah kemampuan
sosial, membuka pikiran, mengembangkan potensi dan
menyalurkan kemampuan (Karlina Lestari, 2020).
Namun, ditemukan juga bahwa sebagian pengasuh
kerabat ada yang mengalami kendala pada faktor keuangan,
yang mengakibatkan pemberian hak berupa aspek terapi dan
perawatan, aspek asupan gizi maupun aspek pendidikan menjadi
terhenti. Dalam hal ini, bukan berarti pengasuh dengan sengaja
127
mengabaikan hak anak, namun faktor kemiskinan yang
membuat pengasuh menjadi sulit dalam memberikan pelayanan,
hal ini selaras dengan teori kemiskinan yang menjelaskan
bahwa seseorang yang mengalami kekurangan, mereka tidak
mampu untuk memenuhi kebutuhan primer maupun
sekundernya (bab II, hal. 30).
Pada pembahasan aspek sosial anak, terlihat bahwa
pengasuh kerabat telah melakukan sosialisasi kepada
masyarakat tentang anak asuhnya yang memiliki disabilitas
Tujuan dari sosialisasi bukan sekedar untuk memberikan
informasi saja perihal kondisi dari anak asuh, namun harus
memiliki manfaat untuk anak asuh, sehingga anak asuh merasa
diterima oleh masyarakat sekitar, hal ini selaras dengan teori
sosialisasi yang menyebutkan bahwa aktifitas sosialisasi tidak
hanya menyampaikan tentang informasi, namun harus memiliki
maksud berupa pencarian dukungan dari lingkungan masyarkat
(bab II, hal. 36).
Meskipun pengasuh kerabat sudah melakukan
sosialisasi kepada masyarakat, dengan harapan agar anak
asuhnya bisa diterima. Tetap saja, ditemukan respon yang
beragam dari msyarakat kepada anak asuh, salah satunya adalah
sikap perundungan yang ditujukan kepada anak disabilitas.
Anak disabilitas tentu memiliki perasaan, meskipun mereka
mengalami keterbatasan dalam tubuhnya, hal ini selaras dengan
teori sikap yang menyebutkan bahwa rasa dan emosi dimiliki
oleh setiap manusia, yang fungsinya untuk mewarnai hidupnya
dengan berbagai macam perasaan dan emosi (bab II, hal. 36).
128
B. Nada Emosi
1. Sikap optimis
Kompleksitas permasalahan sering kita temukan di dalam
hidup manusia, namun terkait dengan reaksi atau respon dalam
menyikapi kompleksitas permasalahan, tentunya tiap manusia
memiliki perbedaan. Ada manusia yang terlihat memiliki sikap
optimis dalam mengatasi hal tersebut, namun tak jarang juga ada
manusia yang lebih memilih untuk menyerah. Hal ini selaras
dengan teori sikap yang menyebutkan bahwa setiap individu akan
membuat reaksi yang beragam ketika menghadapi permasalahan
(bab II, hal. 37).
Didalam pengasuhan berbasis kinship, sikap optimis
menjadi hal yang penting untuk dimiliki oleh pengasuh dalam
mengatasi berbagai macam kompleksitas permasalahan. Hal ini
selaras dengan teori sikap yang menyebutkan bahwa
bagaimanapun situasi anda, harus selalu memanamkan sikap
optimis tentang permasalahan yang terjadi pada diri anda. Jika
krisis atau kegagalan datang menghampiri anda, maka jadikanlah
sebagai batu loncatan untuk terus maju (bab II, hal. 37).
Berdasarkan temuan dari bab 4, terlihat bahwa anak asuh
dulunya memiliki tingkat kemandirian yang berbeda, sebut saja
anak asuh tidak bisa menggerakan kedua kaki dan tanganya, anak
asuh tidak bisa merespon orang lain, anak asuh sering mengalami
kejang dll. Tentunya, peran pengasuh kerabat dalam melatih
kemandirianya sangat diperlukan sebagaimana dalam teori
pengasuh yang menyebutkan bahwa pengasuh mempunyai peran
129
yang penting dalam membentuk perkembangan seorang anak
(bab II, hal. 8).
Berbicara tentang progress kemandirian anak, terlihat
bahwa pengasuh kinship memiliki sikap optimis yang baik, hal
ini dibuktikan dengan banyaknya perkembangan yang dialami
oleh anak asuh terkait dengan kemandirian, sebut saja anak asuh
sudah bisa berjalan, sudah bisa makan atau minum sendiri, sudah
mampu merespon orang lain, memiliki teman dan kemandirian
lainya. Artinya, anak asuh perlahan mulai tidak bergantung
kepada orang lain. Hal ini selaras dengan teori kemandirian yang
menyebutkan bahwa terciptanya kemandirian karena adanya
usaha untuk melepaskan diri agar bisa berdiri sendiri (bab II, hal.
37).
C. Kegiatan Yang Diarahkan Untuk Mengimplementasikan
Pada Elemen Identitas Yang Dipilih
1. Pertumbuhan anak
Mewujudkan pertumbuhan anak yang ideal, berati harus
ditunjukan dengan aksi-aksi yang mendukung pada pertumbuhan
anak. Sebut saja seperti memberikan asupan nutrisi yang baik,
pemberian tambahan suplemen, aktifitas olahraga dan kegiatan
lainya yang mendukung pada pertumbuhan anak. Adapun indikator
dari pertumbuhan anak meliputi pada berat badan, tinggi badan,
pertumbuhan gigi dan ukuran tulang (bab II, hal. 3).
Berdasarkan temuan dari bab 4, terlihat bahwa pengasuh
kerabat sangat mendukung pada pertumbuhan anak, dimana
mereka melakukan kegiatan yang membantu pada pertumbuhan
130
anak asuh seperti memperhatikan asupan gizi makanan, susu dan
suplemen tambahan.
Meskipun sudah diberikan berbagai macam asupan
nutrisi, kondisi pertumbuhan dari anak asuh terlihat ada yang ideal
maupun ada yang tidak ideal. Artinya, faktor lain seperti gen
maupun kondisi tubuh dari anak mempengaruhi pada pertumbuhan,
sehingga tidak menjadi jaminan akan memiliki pertumbuhan ideal
meskipun asupan gizinya telah terpenuhi, hal ini selaras dengan
teori pertumbuhan anak yang menyebutkan bahwa faktor gen orang
tua dapat mempengerahui anak di dalam pertumbuhanya (bab II,
hal. 3).
2. Perkembangan anak
Kemandirian merupakan kemampuan untuk mengatur
dirinya secara sendiri, seperti mampu menyelesaikan
permasalahanya secara sendiri, mampu mengelola waktu, berjalan
dan lainya. Artinya, mereka bisa berdiri sendiri dalam
menyelesaikan permasalahanya tanpa bantuan orang disekitar (bab
II, hal 37).
Seringkali kita temukan, bahwa permasalahan pada anak
disabilitas ada di faktor kemandirianya, sebagaimana dengan hasil
pengamatan peneliti, dimana peneliti melihat bahwa setiap anak
disabilitas rata-rata mengalami gangguan pada motorik yang
menyebabkan kemandiranya menjadi terhambat. Penting untuk
pengasuh kinship agar terus melatih kemandirian anak dengan
kegiatan-kegiatan yang mendukung pada perkembangan
kemandirian dan skill anak.
131
Berbicara tentang perkembangan kemandiran, Ali
mengatakan bahwa kemandirian harus berlandaskan pada tujuan
dari hidup manusia (bab II, hal. 38). Artinya, di dalam
mengajarkan anak pada kemandirian, harus memasukan nilai-nilai
hidup pada diri manusia. Seperti mengajarkan anak untuk bisa
berjalan agar nantinya bisa melakukan kegiatan ibadah , atau
mengajarkan anak dalam membuat kue sehingga nantinya anak
disabilitas memiliki pekerjaan karena skill yang telah mereka
pelajari.
Hal ini selaras dengan temuan dari bab 4, dimana
pengasuh kerabat mengajarkan anak asuhnya pada kemandirian,
dan memiliki tujuan agar anak bisa memiliki skill usaha dan bisa
memiliki pondasi agama yang kuat dengan mengajarkan mengaji
se dini mungkin. Anak juga diajarkan untuk memiliki kemampuan
sosialisasi yang baik, karena relasi merupakan hal yang harus
dimiliki oleh masing-masing individu.
Berdasarkan hasil observasi dari peneliti terkait dengan
progress kemandirian anak, terlihat bahwa anak sudah memiliki
banyak perkembangan dalam hal kemandirian, sebut saja anak
sudah mampu untuk berjalan secara perlahan, anak sudah mampu
makan dan minum sendiri, anak pintar dalam mengaji dan belajar,
anak mulai memperlihatkan skillnya seperti sudah bisa memasak,
membuat kue dll. Artinya, peran pengasuh kerabat berhasil dalam
melakukan kontrol perkembangan kepada anak asuh. Hal ini
selaras dengan teori pengasuhan yang menyebutkan bahwa pola
asuh orang tua sangat mempengaruhi pada kemandiran anak (bab
II, hal. 8).
132
D. Memproyeksikan Masa Depan Pribadi Seseorang
1. Rencana jangka panjang dan pendek
Membuat proyeksi untuk kedepanya, dimana pengasuh
kinship memiliki planning atau rencana jangka panjang dalam
bentuk kegiatan, yang mana melibatkan pada anak asuhnya.
Namun, planning tersebut tidak dapat berjalan dengan baik bila
tanpa adanya persiapan, hal ini selaras dengan teori pelaksanaan
yang menyebutkan bahwa taktik, operasi dan strategi diperlukan
untuk mencapai tujuan yang diinginkan (bab II, hal. 38).
Berdasarkan pada temuan dari bab 4, terlihat bahwa
pengasuh memiliki rencana jangka panjang bersama dengan anak
asuhnya. Pengasuh kerabat ingin melakukan kegiatan wisata atau
liburan, yang mana memiliki manfaat dan tujuan yang beragam
untuk anak asuh seperti anak mampu bersosialisasi dengan baik,
anak mampu mengenali dunia luar selain lingkungan rumahnya
dan orang tua kandung bisa lebih menerima kehadiran anak.
Adapun temuan lainya pada bab 4, terlihat bahwa
pengasuh kerabat memiliki rencana jangka pendek bersama dengan
anak asuhnya. Pengasuh kerabat ingin melakukan kegiatan yang
mendukung pada kemandirian anak seperti melatih buang air kecil
dan membuat kue, dimana ini sangat penting dalam melatih aspek
kemandirian anak dan mengembangkan skill.
Artinya, dalam merencanakan proyek jangka panjang dan
pendek, tentunya harus memiliki tujuan dan manfaat untuk anak
perkembangan anak asuh. Hal ini selaras dengan teori pelaksanaan
yang menyebutkan bahwa perencanaan harus mencakup kepada
serangkaian tindakan berurutan yang ditujukan kepada bagaimana
133
cara memecahkan permasalahan di masa mendatang (bab II, hal.
38).
2. KONTROL
A. Kontrol Kognitif
1. Kemampuan mengantisipasi peristiwa
Di dalam mengambil suatu keputusan, tidak terlepas dari
yang namanya konsekuensi, hal ini selaras dengan pernyataan
yang menyebutkan bahwa keputusan, konsekuensi dan hasil
merupakan satu paket yang tidak bisa dipisahkan (Hendrik
Wijaya, 2011).
Pengasuh kerabat harus menyadari bahwa permasalahan
selalu ada menghampiri mereka, entah itu permasalahan yang
sudah diprediksikan maupun permasalahan yang datang secara
tidak terduga. Untuk itu, kemampuan mengantisipasi peristiwa
menjadi hal yang harus dimiliki oleh pengasuh kerabat, dimana
mereka memiliki tindakan preventif sebagai bentuk upaya mereka
dalam mengatasi dampak terhadap permasalahan, hal ini selaras
dengan pernyataan yang menyebutkan bahwa preventif
mempunyai tujuan untuk mengurangi dan mencegah
kemungkinan terjadinya hal yang tak diinginkan (Prawiro, 2018).
Berdasarkan pada temuan dari bab 4, terlihat bahwa
pengasuh telah melakukan tindakan preventif dalam mencegah
turunya faktor ekonomi, sebut saja pengasuh memiliki usaha
sampingan sebagai antisipasi bila mana pekerjaan utama mereka
mengalami kendala. Artinya, memiliki usaha sampingan menjadi
hal yang wajib dimiliki oleh pengasuh kerabat, hal ini diperkuat
134
oleh studi riset dari Harris dalam CareerBuilder.com yang
menyebutkan bahwa hampir 28% pria dan 35% wanita di US
memiliki pekerjaan sampingan, dimana pekerjaan sampingan
menjadi penting karena memiliki banyak manfaat, sebut saja
melatih skill inovatif dan mencegah bila mana pekerjaan utama
menjadi terhenti karena suatu kondisi (Harris, 2016).
Temuan lainya pada bab 4, terlihat bahwa sebagian
pengasuh tidak memiliki tindakan preventif dalam mencegah
turunya faktor ekonomi, hal ini disebabkan karena faktor
keuangan, sehingga pengasuh tidak memiliki modal dalam
membuat usaha sampingan. Artinya, faktor keadaan lah yang
membuat pengasuh menjadi terhambat dalam memiliki modal
usaha, dan bukan karena kehendak pengasuh. Hal ini selaras
dengan teori kemiskinan yang menyebutkan bahwa kemiskinan
adalah situasi yang serba terbatas, dimana itu terjadi bukan atas
kehendaknya dari orang yang bersangkutan (bab II, hal. 30).
B. Kontrol Keyakinan
1. Kemampuan mengambil keputusan
Pengambilan keputusan merupakan proses membuat
pilihan dari berbagai alternatif untuk mendapatkan hasil yang
diinginkanya. Pengambilan keputusan memiliki 3 aspek, sebut
saja pengambilan keputusan melibatkan pada pilihan akhir dari
alternatif, pengambilan keputusan melibatkan dari sejumlah
pilihan dan hasil yang diinginkan (bab II, hal. 39).
Para pengasuh kerabat harus mampu mengambil
keputusan dari berbagai alternative pilihan, dan pengasuh harus
meyakini di dalam pilihanya dengan menunjukan konsistensi
135
terhadap pilihan. Artinya, keyakinan menjadi faktor utama di
dalam pengambilan keputusan. Hal ini selaras dengan teori
pengambilan keputusan yang menyebutkan bahwa hal penting
dalam pengambilan keputusan adalah mengakui pentingnya
keputusan (bab II, hal. 39).
Berdasarkan temuan dari bab 4, terlihat bahwa pengasuh
kerabat memiliki kontrol keyakinan yang baik dalam bertahan
terhadap keputusanya. Hal ini terlihat dari sikap pengasuh yang
memilih bertahan untuk tetap berdagang, dan berusaha mencari
solusi saat usahanya mengalami hambatan. Artinya, dalam
memilih suatu keputusan, pengasuh menunjukan konsistensinya
dalam bertahan terhadap pilihan.
Temuan lainya pada bab 4, terlihat bahwa sebagian
pengasuh tidak memiliki keyakinan dalam mengambil suatu
keputusan, sebut saja pengasuh kerabat sering berpasrah diri atau
menyerahkan kepada orang lain untuk diselesaikan. Artinya,
tanggung jawab pengasuh tidak terlihat didalam konsistensi
pengambilan keputusan, dimana teori tanggung jawab
menyebutkan bahwa tanggung jawab erat kaitannya dengan
kewajiban (bab II, hal. 39).
C. Kontrol Perilaku
1. Kemampuan mengatur pelaksanaan
Kemampuan mengatur pelaksanaan menjadi penting
untuk dimiliki oleh para pengasuh kerabat, karena di dalam
melatih kemandirian anak, dibutuhkan sebuah kegiatan yang
terencana terkait dengan apa yang ingin dilakukan, apa tujuanya,
dan apa manfaatnya untuk anak asuh. Konsep pelaksanaan yang
136
sudah terencana, diperlukan agar dapat berjalan dengan lancar,
hal ini selaras dengan teori pelaksanaan yang menyebutkan
bahwa pelaksanaan bisa di implementasikan jika rencana tersebut
sudah dianggap siap (bab II, hal. 38).
Berdasarkan dengan temuan dari bab 4, terlihat bahwa
pengasuh kerabat sering mengadakan suatu pelaksanaan
kegiatan.. Sebut saja pengasuh sering mengadakan kegiatan
seperti mengajari anak mengaji, mengajari cara membuat kue,
mengadakan lomba 17 Agustus, acara makan-makan dan kegiatan
lainya yang bersifat formal maupun non formal, dan kegiatan
tersebut berjalan dengan baik.
Artinya, pengasuh kerabat memiliki kemampuan kontrol
pelaksanaan yang baik terhadap kegiatan yang sudah terencana,
yang terlihat dari bagaimana pengasuh kinship mampu mengatur
perilakunya dalam menjadi leadership di event atau kegiatan
dengan mengontrolnya secara langsung, sehingga kegiatan
tersebut dapat berjalan sesuai dengan keinginanya. Hal ini selaras
dengan teori pelaksanaan yang menyebutkan bahwa implementasi
kepemimpinan sangat efektif dan efisien dalam mencapai tujuan
(bab II, hal. 38).
Temuan lainya pada bab 4, terlihat bahwa sebagian
pengasuh kerabat tidak memiliki minat dalam membuat atau
mengatur sebuah kegiatan. Artinya, karakter menjadi penentu
utama bagi pengasuh kinship. Hal ini selaras dengan teori sikap
yang menyebutkan bahwa kecenderungan sikap bertindak sesuai
dengan karakternya (bab II, hal. 36).
137
3. TANTANGAN
A. Efikasi Diri
1. Kepercayaan diri pengasuh dalam mengatasi tekanan
Tanpa adanya penanganan yang tepat, kompeksitas
permasalahan dapat mengakibatkan tekanan yang berujung pada
terganggunya kesehatan mental seperti depresi, gangguan
kecemasan dan stress. Jika pengasuh kerabat sampai mengalami
gangguan mental karena adanya tekanan tersebut, maka yang akan
dirugikan bukan hanya pengasuh saja, namun anak asuhnya juga
ikut terkena dampaknya.
Untuk itu, didalam pengasuhan berbasis kerabat,
kemampuan pengasuh dalam mengatasi tekanan menjadi hal yang
wajib untuk dimiliki oleh pengasuh. Apalagi, jika seseorang
sampai mengalami stress karena adanya tekanan, bukan tidak
mungkin kondisi tubuhnya juga ikut terganggu. Hal ini selaras
dengan pernyataan yang menyebutkan bahwa dampak yang
biasanya diakibatkan oleh stress antara lain tekanan darah tinggi,
mual, demam, gagal jantung dan penyakit lainya (Deshinta, 2013).
Berdasarkan temuan dari bab 4, terlihat bahwa pengasuh
kerabat tidak pernah mengalami down. Hal ini dikarenakan
pengasuh sering mendekatkan diri kepada tuhanya, jika sewaktu-
waktu terkena permasalahan. Artinya, peran religiusitas individu
kepada tuhanya sangat efektif dalam mengatasi tekanan. Hal ini
selaras dengan teori ketangguhan diri yang menyebutkan bahwa
terapi yang terbaik untuk keresahan setiap jiwa adalah dengan
meningkatkan keimanan pada tuhan (bab II, hal. 7). Lebih lanjut,
James mengatakan bahwa seseorang yang paham akan religious,
138
umumnya akan terlindungi dari keresahan hati yang membelenggu
dan selalu terjaga keseimbangan hidupnya.
Temuan lainya pada bab 4, terihat bahwa sebagian
pengasuh kerabat pernah mengalami down yang mengakibatkan
adanya reaksi pada tubuh seperti demam dan asma. Hal ini
disebabkan karena kejadian di masa lalu dari pengasuh. Artinya,
kenangan atau pengalaman hidup menjadi hal yang utama dalam
mempengaruhi tekanan kepada diri pengasuh kerabat. Hal ini
selaras dengan teori ketangguhan diri yang menyebutkan bahwa
perjalanan hidup seseorang selalu diiringi oleh rangkaian
kekecewaan akibat perpisahan dari kehilangan orang atau objek
yang paling dicintai (bab II, hal. 6).
B. Analisis Sebab-Akibat
1. Paham terhadap penyebab serta akibat dari suatu peristiwa
Kemampuan dalam memahami setiap peristiwa
merupakan hal yang penting untuk dimiliki oleh pengasuh kinship,
karena dengan mengetahui apa penyebab dan akibat dari suatu
peristiwa, pengasuh bisa belajar dari pengalaman dan mampu
untuk memperbaikinya ke arah yang lebih baik. Hal ini selaras
dengan pernyataan yang menyebutkan bahwa adanya pengalaman
buruk di masa lalu, membuat seseorang dapat menginstropeksi dan
memperbaikinya. Pengalaman adalah dasar untuk mengatasi setiap
permasalahan yang ada pada kehidupan selanjutnya (Lutfin
Amalia, 2017).
Berdasarkan temuan dari bab 4, terlihat bahwa pengasuh
kerabat memiliki kemampuan analisis sebab-akibat pada setiap
persitiwa. Sebut saja pengasuh mampu menjelaskan penyebab
139
usahanya memiliki kendala yang sampai mengakibatkan harus
pindah lokasi, atau pengasuh mampu menjelaskan penyebab
kemiskinan yang sampai mengakibatkan suaminya meninggal
dunia karena kekurangan biaya pengobatan, atau pengasuh mampu
menjelaskan penyebab anaknya stress yang mengakibatkan
anaknya menjadi terlantar.
Artinya, kemampuan pengasuh kerabat dalam
menganalisis sebab-akibat dari suatu peristiwa sangat baik.
Sehingga, ini menjadi penting untuk pengasuh agar bisa belajar
dari pengalamanya, dan dapat membuat suatu tindakan antisipasi
agar tidak kembali terulang.
140
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan pada temuan-temuan dan analisa pada bab
sebelumnya, maka terdapat beberapa kesimpulan yang bisa
diperoleh dari penelitian tentang ketangguhan diri pengasuh
kinship dalam merawat anak disabilitas di Yayasan Sayap Ibu
Bintaro sebagaimana berikut ;
Dari 2 orang informan yang merupakan para pengasuh
kerabat bagi anak disabilitas, ditemukan adanya suatu perbedaan,
dimana 1 orang informan memiliki ketangguhan diri yang terlihat
dari mereka telah memenuhi semua aspek ketangguhan diri seperti
komitmen, kontrol dan tantangan. Hal ini juga dipengaruhi oleh
pendapatan finansial dan religiutas dari pengasuh kinship. Namun,
1 orang informan tidak memiliki ketangguhan diri karena
mengabaikan pada pelayanan dan hak kepada anak disabilitas, hal
ini dipengaruhi oleh kemiskinan karena kurangnya pendapatan
finansial.
Pada aspek komitmen, 1 orang informan memiliki
optimisme yang ditenggarai dengan mampu mengatur pola hidup
sehat seperti menjaga pola makan dan berolahraga. Pengasuh
kerabat juga memperhatikan pelayanan dan hak untuk anak,
sehingga anak memiliki progress kemandirian yang baik. Namun, 1
orang informan tidak memiliki optimisme yang dipengaruhi oleh
pendapatan finansial, sehingga pengasuh mengabaikan pada
kesehatanya. Pengasuh juga mengabaikan pada pelayanan dan hak
141
untuk anak karena adanya keterbatasan finansial, sehingga anak
memiliki progress kemandiran yang lambat.
Pada aspek kontrol, 1 orang informan memiliki tindakan
preventif dengan memiliki usaha sampingan sebagai bentuk
pencegahan apabila penghasilan utamanya mengalami hambatan,
informan juga mampu mengambil sebuah keputusan, serta mampu
membuat suatu kegiatan yang terencana dengan baik. Namun, 1
orang informan tidak memiliki tindakan preventif dalam
mengantisipasi masalah, hal ini terlihat dari informan tidak
memiliki usaha sampingan karena tidak memiliki modal. Informan
juga tidak memiliki minat dalam membuat kegiatan apapun, serta
selalu mengandalkan orang lain saat mengambil keputusan.
Pada aspek tantangan, 1 orang informan memiliki efikasi
diri, dimana informan sangat percaya diri didalam mengatasi
permasalahan tanpa sekalipun merasa pesimis / down. Informan
juga memiliki kemampuan analisis yang baik dalam menanggapi
suatu peristiwa, sehingga bisa dijadikan sebagai pembelajaran
pengalaman agar nantinya bisa bertindak lebih baik. Namun, 1
orang informan tidak memiliki efikasi diri, hal ini terlihat dari
informan sering mengalami down saat menerima cobaan karena
terbiasa pasrah tanpa memiliki planning apapun.
2. Saran
Berdasarkan kesimpulan dari hasil penelitian ini, masih
dapat ditemukan berbagai kekurangan atau kendala di dalam
beberapa aspek maupun sub aspek yang dilakukan oleh YSI
Bintaro terkait dengan program supporting bagi kemanfaatan
142
pengasuh kerabat dan anak asuh disabilitas. Maka dari itu, peneliti
akan memuat beberapa saran yang dapat dipertimbangkan sebagai
berikut ;
1. Bagi YSI Bintaro dapat mempertimbangkan untuk
meningkatkan program pemenuhan kebutuhan untuk
anak disabilitas yang ada di luar panti. YSI Bintaro
juga dapat mempertimbangkan untuk membuat
program bantuan ekonomi sehingga pengasuh
kerabat memiliki penghasilan tambahan selama masa
pandemi covid 19.
2. Bagi komunitas peneliti, dapat mempertimbangkan
untuk mewawancari lebih lanjut dengan informan
yang lain, sehingga tangguh atau tidaknya pengasuh
kerabat bukan hanya didasarkan kepada faktor
pendapatan finansial dan religiutas saja, namun bisa
dicari faktor yang lain sesuai dengan temuan dari
komunitas peneliti.
159
DAFTAR PUSTAKA
Adelle. (2020). Support System: Manfaat & Alasan Penting
Memilikinya di Masa Sulit. 21 Juli 2020.
https://tirto.id/support-system-manfaat-alasan-penting-
memilikinya-di-masa-sulit-fSmj
Adisasmita. (2018). Pengertian Pelaksanaan. Graha Ilmu, 1–42.
http://id.shvoong.com/social-sciences/sociology/2205936-
pengertian-pelaksanaan-actuating/, diakses 28 oktober 2018
pukul 11.15
Arina Amalana. (2016). Sosialisasi BMT An-Nawawi Purworejo
terhadap siswa-siwi untuk menggunakan simpanan
pendidikan. Hilos Tensados,1 - 476.
Averill. (2014). HUBUNGAN ANTARA KONTROL DIRI
DENGAN PENGUNGKAPAN DIRI PADA REMAJA
PENGGUNA FACEBOOK.
http://eprints.ums.ac.id/32720/10/02. Naskah Publikasi.pdf
Azwar. (1988). Pembentukan Sikap (Teori Reasoned Action).
Jurnal Cakrawala Pendidikan, 3(3), 51–63.
Baskoro. (2009). TEKNIK-TEKNIK OBSERVASI (Sebuah
Alternatif Metode Pengumpulan Data Kualitatif Ilmu-ilmu
Sosial). At-Taqaddum, 8(1), 21.
https://doi.org/10.21580/at.v8i1.1163
Behrman, Kligman, A. (2000). Analisis Faktor Perilaku Seksual
Pada Anak SD di SDN Dukuh Kupang II - 489 Kecamatan
Dukuh Pakis Kelurahan Dukuh Kupang Surabaya. ADLN
Perpustakaan Universitas Airlangga, 11–76.
160
http://repository.unair.ac.id
Brown, B. (1984). Hubungan Antara Pengetahuan Karir, Efikasi
Diri Dengan Pengambilan Keputusan Karir. Repository Uin
Suska, 53(9), 15–36.
http://dx.doi.org/10.1016/j.tws.2012.02.007
Depdiknas. (2015). Dampak Lingkungan Sosial Terhadap
Perubahan Perilaku Remaja Perempuan Di Desa Ammat
Kecamatan Tampan’Amma Kabupaten Kepulauan Talaud.
Jurnal Holistik, 13(3), 1–16.
Dian Permatasari. (2016). Asupan Gizi dan Nutrisi Pengaruhi
Tumbuh Kembang Anak. 1 Oktober 2016.
https://www.beritasatu.com/gaya-hidup/389886/asupan-gizi-dan-
nutrisi-pengaruhi-tumbuh-kembang-anak
Docdoc. (2020). Apa itu Terapi Wicara: Gambaran Umum,
Manfaat, dan Hasil yang Diharapkan. 2 November 2020.
https://www.docdoc.com/id/info/specialty/terapis-wicara
Dubois. (2012). Seberapa Besar Faktor Keturunan Memengaruhi
Tinggi Badan Anak? 17 September 2017.
https://hellosehat.com/parenting/kesehatan-anak/penyakit-pada-
anak/faktor-keturunan-pada-tinggi-badan-anak/
Eko Wahyu. (2020). Mengenal Play Therapy, Terapi Bermain
untuk Mengatasi Masalah Psikologis Anak. 23 Juli 2020.
https://www.orami.co.id/magazine/mengenal-play-therapy/
Ellies Sukmawati & Lisma Dyawati. (2018). The Complexity of
Issues on Kinship Care for Disabled Children (A case study
on Sayap Ibu Bintaro foundation). 153(Icddims 2017), 24–
29. https://doi.org/10.2991/icddims-17.2018.6
161
Erly Suandy. (2001). Pengertian Perencanaan: Fungsi, Tujuan,
dan Jenis-Jenis Perencanaan. 30 Oktober 2020.
https://www.maxmanroe.com/vid/manajemen/pengertian-
perencanaan.html
Fasli Jalal. (2013). Ini Dua Aspek Penting dalam Merawat Anak.
22 November. https://health.detik.com/anak-dan-remaja/d-
2421171/perhatikan-ini-dua-aspek-penting-dalam-merawat-
anak
Fatturahman. (2013). No Title No Title. Journal of Chemical
Information and Modeling, 53(9), 1689–1699.
Gottlib. (1983). Social support strategies. California: Sage
Publication, 28.
Halodoc. (2019). Fisioterapi. 5 September 2019.
https://www.halodoc.com/kesehatan/fisioterapi
Harniarti. (2010). Strategi Untuk Peningkatan Pendapatan
Rumah Tangga Petani Miskin di Perdesaan: Studi Kasus
Pada Rumah Tangga Petani Miskin di Desa Cisaat
Kecamatan Cicurug Kabupaten Sukabumi. 15–42.
Harris. (2016). Kerja Sampingan: Definisi, Manfaat dan
Mengapa Ini Penting untuk Karyawan? 7 Agustus 2017.
https://www.studilmu.com/blogs/details/kerja-sampingan-
definisi-manfaat-dan-mengapa-ini-penting-untuk-
karyawan/page:4
Hendrik Wijaya. (2011). Keputusan, konsekuensi dan hasil. 16
Mei 2011.
https://hendrikwijayajong.wordpress.com/2011/05/16/keputusan-
konsekuensi-dan-hasil/
162
Intan Ananda Utami. (2019). Apa itu Okupasi Terapi?
Bagaimana pelayanan Okupasi Terapi pada Anak ? 18
Januari 2019. https://www.rsazra.co.id/azra/artikel/apa-itu-
okupasi-terapi-atau-ot-pada-anak
Irrizary. (2016). Kinship care: Child safety or easy option? Staff
and carers’ perspectives. In Journal of Family Social Work
(Vol. 19, Issue 3, pp. 199–219).
https://doi.org/10.1080/10522158.2016.1187699
Karlina Lestari. (2020). Pengertian Sekolah dan Alasan Mengapa
Anak Harus Sekolah. 14 Agustus 2020.
https://www.sehatq.com/artikel/pengertian-sekolah-dan-alasan-
mengapa-anak-harus-sekolah
Lunenburg. (2010). Dasar Pengambilan Keputusan. 9–48.
https://doi.org/10.31227/osf.io/a4t5e
Lutfin Amalia. (2017). Belajar dari Pengalaman Jauh Lebih
Baik, “Why”? 15 Oktober 2017.
https://www.kompasiana.com/lutfinamalia/59e377464869322368
57ce72/belajar-dari-pengalaman-jauh-lebih-baik-why
Marcia. (2007). Bab ii landasan teoritik a. pengertian 1. Marcia,
3(3), 14–62. http://repository.unj.ac.id/1063/8/9. BAB II
pdf.pdf
Mayasari. (2014). Mengembangkan Pribadi Yang Tangguh
Melalui Pengembangan Keterampilan Resilience. Jurnal
Dakwah, 15(2), 265–287.
https://media.neliti.com/media/publications/76088-ID-
mengembangkan-pribadi-yang-tangguh-melal.pdf
Miles dan Huberman dalam May Harianti. (2015). Analisis Data
163
Kualitatif Miles dan Hubermen.
Kompasiana.
https://www.kompasiana.com/meykurniawan/556c45005793
7332048b456c/analisis-data-kualitatif-miles-dan-hubermen
Mufida. (2015). BAB III METODE PENELITIAN
(Kebermaknaan Hidup). 24–31.
http://etheses.uin-
malang.ac.id/1503/7/09410166_Bab_3.pdf%0Ahttp://ethese
s.uin-malang.ac.id/1503/
Nurakhmi. (2019). KEMENTERTIAN PEMBERDAYAAN
PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK REPUBLIK
INDONESIA.
Paulpla. (2009). Sikap Emosional Ketika Menghadapi Krisis.
Humaniora, 5(2), 881.
https://doi.org/10.21512/humaniora.v5i2.3181
Prawiro. (2018). Pengertian Preventif dan Represif, Contoh,
Tujuan Tindakan Preventif dan Represif. 17 April 2018.
https://www.maxmanroe.com/vid/umum/pengertian-
preventif.html
Ritonga. (2015). Teori Kemiskinan (Pengertian / Definisi, Ciri-
Ciri Dan Dimensi Kemiskinan Menurut Para Ahli ). 13 Mei
2015.
https://www.materibelajar.id/2016/04/teori-kemiskinan-
pengertian-definisi.html
Rustina. (2014). Rustina. 287–322.
Sapti. (2019). No Title No Title. Kemampuan Koneksi Matematis
(Tinjauan Terhadap Pendekatan Pembelajaran Savi), 53(9),
164
1689–1699.
Sudarno. (1992). No Title No Title No Title. Paper Knowledge .
Toward a Media History of Documents, 9–33.
Supriatna. (1997).http://eprints.uanl.mx/5481/1/1020149995.PDF
Ummah, A. R. (2014). Pengasuhan Anak Harus Dilakukan
Keluarga. Investor.Id.
https://investor.id/national/pengasuhan-anak-harus-dilakukan-
keluarga
Vincentius. (2020). HIDROTERAPI BANTU PROSES
PEMULIHAN. 18 Desember 2020.
https://rkzsurabaya.com/hidroterapi-bantu-proses-pemulihan/
Wahidmurni. (2017). Dr. Wahidmurni, M.Pd. Jurnal Sains Dan
Seni ITS, 6(1), 51–66.
http://repositorio.unan.edu.ni/2986/1/5624. Widagdo. (1999).
Khuruj Dan Komitmen Pada Keluarga (Studi Deskriptif
Pada Jamaah Tabligh).
http://repository.uin-suska.ac.id/id/eprint/6871
Wilson. (2008). Konsep dan Kajian Ilmu Perencanaan. 1–98.
Yusuf dalam Kristanto. (1990). No Title:pp. 56-79.
Zellatifanny. (2018). Tipe Penelitian Deskripsi Dalam Ilmu
Komunikasi. Diakom : Jurnal Media Dan Komunikasi, 1(2),
83–90.
https://doi.org/10.17933/diakom.v1i2.20.
xxi
LAMPIRAN - LAMPIRAN
Pedoman Wawancara Pengasuh
1.1 Aspek Komitmen
No Aspek Sub Aspek Pertanyaan
1 Knowledge
Ability
Mengetahui diri
sendiri (Paham akan
kondisi / keadaan dari
dirinya)
Apakah bapak / ibu pernah
memiliki riwayat atau keluhan
penyakit ?
Berapa tahun sekali bapak / ibu
mengecek kondisi kesehatan ?
Dimana bapak / ibu mengecek
kondisi kesehatan ?
Apakah riwayat penyakit tersebut
mempengaruhi bapak / ibu dalam
merawat kerabat disabilitas?
Bagaimana cara bapak / ibu dalam
mengatasi kondisi tersebut,
sehingga dalam merawat kerabat
disabilitas tetap optimal ?
Paham akan
komitmen yang dipilih
Apa yang melatar belakangi
bapak/ibu dalam mengambil alih
pengasuhan?
Bagaimana perasaan bapak / ibu
setelah sekian lama merawat anak
ini? (Sayang / tidak)
Berapa tahun sekali bapak / ibu
membawa anak ini ke tempat terapi
dan perawatan ?
Dimana anak ini melakukan terapi
dan perawatan?
Bagaimana dengan asupan gizinya?
Bagaimana dengan pendidikanya?
Apakah lingkungan sosialnya
menerima kehadiran anak ini
dengan baik?
Kapan terakhir bapak / ibu
mengajak keluar bermain, sehingga
xxii
anak mampu belajar untuk
bersosialisasi dan memiliki teman
bermain?
Apakah bapak / ibu pernah
melakukan sosialisasi kepada
masyarakat sekitar tentang
kerabatnya yang memiliki
disabilitas?
Dalam merawat kerabat disabilitas,
pernahkah bapak / ibu sekalian
merasa jenuh?
Bagaimana cara bapak / ibu dalam
mengatasi rasa jenuh, sehingga
dalam merawat kerabat disabilitas
terasa semakin ikhlas?
2 Emotional
Tone
Sikap Optimis
(Difokuskan pada
permasalahan dalam
merawat anak)
Permasalahan apa saja yang
bapak/ibu rasakan selama merawat
kerabat disabilitas?
Bagaimana cara bapak dalam
menghadapi permasalahan
tersebut?
Apa yang memotivasi bapak / ibu
untuk terus bertahan dalam
merawat kerabat disabilitas
ditengah permasalahan yang ada?
Progress apa saja yang bapak/ibu
temukan selama merawat mereka?
3 Activity
Directed
Toward
Implementing
the Chosen
Identity
Element
(Kegiatan yang
mendukung
terwujudnya
komitmen)
Pertumbuhan anak Berapa tinggi badan anak?
Berapa berat badan si anak?
Berapa kali bapak / ibu melakukan
kontrol pertumbuhan pada anak
dalam setahun?
Apakah anak suka melakukan
olahraga ringan?
Kapan terakhir bapak / ibu
mengajak olahraga ringan kepada
anak ?
Apakah bapak/ibu sering
xxiii
memberikan suplemen untuk
pertumbuhan anak?
Perkembangan anak Apakah anak ini memiliki masalah
pada motoriknya?
Sejak usia berapa masalah motorik
pada anak ini mulai terlihat?
Bagaimana cara bapak / ibu dalam
melatih kemandirianya selama ada
dirumah?
4 Projecting of
one’s personal
future
(Membuat
proyeksi untuk
kedepanya,
dengan
mengetahui
kegiatan apa
yang ingin
dilakukan
dalam
beberapa tahun
kedepan)
Rencana jangka
panjang (5-20 tahun
kedepan)
Kegiatan apa saja yang ingin bapak
/ ibu lakukan bersama anak dalam
rencana waktu 5-20 tahun kedepan?
Apa tujuan bapak / ibu melakukan
kegiatan tersebut?
Apa manfaat yang bisa diperoleh
bagi anak terhadap kegiatan
tersebut?
Bagaimana cara bapak / ibu
merealisasikanya agar bisa
terwujud?
Rencana jangka
pendek
Kegiatan apa saja yang ingin bapak
/ ibu lakukan dalam waktu dekat ini
bersama dengan anak?
Apa tujuan bapak / ibu melakukan
kegiatan tersebut?
Apa manfaat yang bisa diperoleh
bagi anak terhadap kegiatan
tersebut?
Bagaimana cara bapak / ibu
merealisasikanya agar bisa
terwujud?
1.2 Aspek Kontrol
No Aspek Sub Aspek Pertanyaan
1 Kontrol kognitif
(Kemampuan
seseorang untuk
Kemampuan
mengantisipasi
peristiwa melalui
Dalam merawat kerabat disabilitas
tentu memiliki banyak sekali
permasalahan yang datang secara
xxiv
menggali
informasi yang
tidak
dibutuhkan,
dengan menilai /
menghubungkan
suatu peristiwa
yang
menimpanya )
berbagai
pertimbangan objektif
tidak diduga maupun sudah
diprediksi, entah itu permasalahan
ekonomi, nutrisi, kesehatan dll. lalu
adakah tindakan antisipasi dari
bapak / ibu dalam mencegah
permasalahan tersebut ?
2 Kontrol
Keyakinan
(Kemampuan
seseorang yang
berdasarkan
pada keyakinan
dalam memilih
suatu tindakan
yang
diinginkanya )
Kemampuan
mengambil keputusan
Jika antisipasi tersebut gagal,
apakah bapak / ibu memiliki upaya
lain dalam mengatasi permasalahan
tersebut, atau lebih memilih
menyerah dan memberikan kepada
orang lain untuk menyelesaikan?
3 Kontrol Prilaku
(Kemampuan
seseorang untuk
memanipulasi /
memodifikasi
suatu kejadian
yang menurut
dia tidak
menyenangkan,
sehingga
terdapat situasi
dalam
pengendalian
kejadian
tersebut)
Kemampuan
mengatur
pelaksanaan
Kapan terakhir bapak / ibu
melakukan kegiatan bersama
dengan anak dalam rangka
membantu kemandirianya?
Apakah bapak / ibu yang mengatur
kegiatan tersebut?
Apakah kegiatan tersebut berjalan
dengan baik?
Dimana tempat kegiatan tersebut
berlangsung?
1.3 Aspek Tantangan
No Aspek Sub Aspek Pertanyaan
1 Self Efficacy Rasa percaya diri Sebutkan 1 permasalahan yang
xxv
dalam menghadapi
tekanan (Difokuskan
pada permasalahan
dari pengasuh)
menurut bapak / ibu paling
menganggu pikiran dan mental
selama hidup?
Apakah bapak/ibu waktu itu merasa
terpuruk / down?
Mengapa hal tersebut bisa terjadi?
Kapan kejadian tersebut
berlangsung?
Dimana kejadian itu berlangsung?
Adakah gejala yang bapak / ibu
rasakan pada tubuh saat merasa
down / terpuruk?
Yakin terhadap
kemampuanya dalam
mengatasi masalah
Bagaimana cara bapak / ibu dalam
mengatasi tekanan tersebut?
Apakah sejauh ini, cara yang bapak
/ ibu lakukan sudah efektif dalam
mengatasi tekanan?
Pernahkan dulu bapak/ ibu
terpikirkan untuk menyerah?
Mampu
menumbuhkan
motivasi
Apa yang menjadi penyemangat
bagi bapak / ibu untuk kembali
bangkit pada waktu itu?
xxvi
Pedoman Wawancara Orang Terdekat Pengasuh
1.1 Aspek Komitmen
No Aspek Sub Aspek Pertanyaan
1 Knowledge Ability Mengetahui diri
sendiri ((Paham akan
kondisi / keadaan dari
pengasuh)
Bagaimana dengan kondisi
kesehatan dari pengasuh?
Berapa tahun sekali pengasuh
mengecek kesehatan?
Dimana pengasuh melakukan
cek kesehatan?
Apakah riwayat penyakit
tersebut mempengaruhi
pengasuh dalam merawat
kerabat disabilitas?
Paham akan
komitmen yang
dipilih
Pernahkan pengasuh mengeluh
ketika merawat anak ini?
Berapa tahun sekali pengasuh
membawa anak ini pergi ke
tempat terapi dan perawatan?
Apakah pengasuh
memperhatikan asupan gizinya
untuk anak?
Bagaimana dengan
pendidikanya?
Apakah lingkungan sosialnya
menerima kehadiran anak ini
dengan baik?
Kapan terakhir bapak / ibu
melihat pengasuh mengajak
keluar anak untuk bermain,
sehingga anak mampu belajar
untuk bersosialisasi dan
memiliki teman bermain?
Apakah bapak / ibu pernah
melihat pengasuh melakukan
sosialisasi kepada masyarakat
sekitar tentang kerabatnya yang
memiliki disabilitas?
xxvii
Adakah upaya yang dilakukan
oleh pengasuh dalam mengatasi
rasa lelah, sehingga dalam
merawat kerabat disabilitas bisa
tetap optimal?
2 Emotional Tone
Sikap optimis Ketika sedang dicoba masalah,
apakah pengasuh sering merasa
tertekan?
Apakah pengasuh seringkali
berusaha untuk mencari jalan
keluar dari permasalahan
tersebut / lebih memilih untuk
berdiam diri?
Progress apa saja yang
bapak/ibu temukan selama
pengasuh merawat anak ini?
3 Activity Directed
Toward
Implementing the
Chosen Identity
Element
Pertumbuhan anak Apakah pengasuh rutin
melakukan kontrol pada
pertumbuhan anak?
Apakah pengasuh sering
mengajak olahraga ringan
kepada anak?
Berapa bulan sekali pengasuh
mengajak olahraga ringan
kepada anak?
Apakah pengasuh sering
memberikan suplemen untuk
pertumbuhan anak?
Perkembangan anak Bagaimana cara pengasuh
dalam melatih kemandirian
anak selama dirumah?
1.2 Aspek Kontrol
No Aspek Sub Aspek Pertanyaan
1 Kontrol Kognitif Kemampuan
mengantisipasi
peristiwa melalui
berbagai
Dalam merawat kerabat
disabilitas tentu memiliki
banyak sekali permasalahan
yang datang secara tidak
xxviii
pertimbangan objektif diduga maupun sudah
diprediksi, entah itu
permasalahan ekonomi, nutrisi,
kesehatan dll. lalu adakah
tindakan antisipasi dari
pengasuh dalam mencegah
permasalahan tersebut
2 Kontrol Keyakinan Kemampuan
mengambil keputusan
Apakah pengasuh seringkali
membuat keputusan dalam
mengatasi permasalahan, atau
lebih memilih menyerah dan
memberikan kepada orang lain
untuk menyelesaikan?
3 Kontrol Prilaku Kemampuan mengatur
pelaksanaan
Apakah pengasuh sering
mengadakan kegiatan?
Apakah pengasuh yang
mengatur kegiatan tersebut?
Apakah kegiatan tersebut
berjalan dengan baik?
1.3 Aspek Tantangan
No Aspek Sub Aspek Pertanyaan
1 Self Efficacy
Rasa percaya diri
dalam menghadapi
tekanan (Difokuskan
pada permasalahan
dari pengasuh)
Apakah pengasuh pernah
merasakan kondisi terpuruk /
down?
Mengapa hal tersebut bisa
terjadi?
Kapan itu terjadinya?
Dimana kejadian itu
berlangsung?
Adakah Gejala yang pengasuh
rasakan pada tubuh ketika
sedang down / terpuruk?
Yakin terhadap
kemampuanya dalam
mengatasi masalah
Bagaimana cara pengasuh
dalam mengatasi kondisi down
/ terpuruk?
Apakah sejauh ini, cara yang
pengasuh lakukan sudah efektif
xxx
Pedoman Observasi Pengasuh
1.1 Aspek Komitmen
No Aspek Sub Aspek Observasi
1 Knowledge Ability Mengetahui diri sendiri Mengamati kondisi
kesehatan dari
pengasuh
2 Emotional Tone
Sikap optimis Mengamati mimik /
raut wajah dari
pengasuh saat
menceritakan dan
menyelesaikan
permasalahan dalam
merawat anak
disabilitas
3 Activity Directed
Toward Implementing
the Chosen Identity
Element
Pertumbuhan anak Mengamati kondisi
tubuh dari anak
disabilitas selama
dirawat oleh pengasuh
kerabat
Perkembangan anak Melihat langsung
kemandirian apa saja
yang sudah bisa
dilakukan oleh anak
1.2 Aspek Tantangan
xxxi
No Aspek Sub Aspek Observasi
1 Analisis sebab akibat
Paham terhadap
penyebab terjadinya
pristiwa
Mengamati setiap cerita
pengalaman pengasuh
ketika mengalami
peristiwa tertekan, dan
pengasuh bisa
menyimpulkan
penyebab terjadinya
peristiwa
Paham terhadap akibat
yang ditimbulkan oleh
peristiwa
Mengamati setiap cerita
pengalaman pengasuh
ketika mengalami
peristiwa tertekan, dan
pengasuh bisa
menjelaskan apa saja
yang diakibatkan oleh
peristiwa tersebut
lx
Transkrip Wawancara (Pengasuh 1)
Nama : Tuti Suhartini
Umur : 52 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Lokasi Wawancara : Ciputat, Tangerang Selatan
Tempat Wawancara : Ruang keluarga rumah Bu Tuti
Waktu Wawancara : Sabtu, 24 Juli 2021, 15.31 - 17.24 WIB
Pertanyaan Jawaban
Apakah bapak / ibu pernah
memiliki riwayat penyakit ?
‘’Kalau riwayat penyakit cuma sakit asma aja
sih, ini juga masih belum sembuh banget,
makanya ibu suka gak bisa kalau terlalu cape’’
Berapa tahun sekali bapak / ibu
mengecek kondisi kesehatan ?
‘’Dulu waktu sebelum pandemi, minimal
setahun sekali ibu ngecek kondisi kesehatan,
tapi pas pandemi covid muncul ibu udah gak
ngecek lagi, soalnya lebih mentingin biaya
buat makan sama kebutuhan lain aja, walaupun
ada BPJS juga pasti kan butuh biaya ongkos
dll, kecuali kalau emg darurat ibu pasti ngecek
kesehatan’’
Dimana bapak / ibu mengecek
kondisi kesehatan ?
‘’Dulu kalau ngecek kesehatan di RS Sari Asih
Ciputat, soalnya paling deket kalo dari rumah
ibu, kadang juga dipuskesmas sih, yaaa
lxi
tergantung sikon aja dulu mah’’
Apakah riwayat penyakit tersebut
mempengaruhi bapak / ibu dalam
merawat kerabat disabilitas?
‘’Sejujurnya penyakit ini agak berpengaruh
buat ibu dalam ngerawat anak ini, karena
seharian kan ibu kerjanya tukang laundry,
apalagi anak ini sama sekali ngga bisa jalan
dan gerak, bahkan buang air kecil atau besar
saja harus ibu yang tuntun, jadi kadang suka
lemes aja karena Asma ibu ini’’
Bagaimana cara bapak / ibu dalam
mengatasi kondisi tersebut,
sehingga dalam merawat kerabat
disabilitas tetap optimal ?
‘’Kalau dulu kan ada obatnya, jadi kalau
misalnya agak kambuh jadi mendingan, tapi
pas pandemi ini ibu kan udah ngga ngecek
lagi, jadi yaaa di kuat-kuatin aja buat cari uang
sama ngurus anak ini’’
Apa yang melatar belakangi
bapak/ibu dalam mengambil alih
pengasuhan?
‘’Awalnya anak kandung ibu cuma nitip dia,
soalnya dia kan sibuk kerja jadi agak susah
kalau harus sambil ngerawat dia, apalagi dia
belum mandiri banget, terus pertimbangan
lainya yaa rumah ibu deket dari YSI, jadi ibu
mau-mau aja ngerawat dia, toh ibu disini cuma
sendirian karena suami ibu udah lama
meninggal, ibaratnya buat nemenin ibu aja
hahaha.
Tapi semenjak anak ini dititip ke ibu, anak
kandung ibu jadi keterusan buat nitipin
anaknya yang disabilitas ini, bahkan sampe
lxii
sekarang masih dititip sama ibu, bilangnya sih
karena lebih deket dari YSI, tapi gak tau
kenapa hati ibu bilang dia malu punya anak
ini, jadi sepenuhnya biar ibu aja yang ngerawat
walaupun kadang suka ngasih uang juga’’
Apa jenis disabilitasnya? ‘’Ini jenis disabilitasnya CP, tapi kata pak
Fahmi CP nya tergolong sedang, soalnya anak
ini udah bisa duduk, bisa bicara lancar, bisa
main hape juga, cuma kurangnya ngga bisa
bergerak aja’’
Bagaimana perasaan bapak / ibu
setelah sekian lama merawat anak
ini? (Sayang / tidak)
‘’Namanya udah bertahun-tahun dirawat pasti
ibu sayang lah, apalagi dia cucu ibu sendiri.
Kalau gak sayang mana mungkin mau ibu
rawat, buktinya ibu kasih makan, mau buang
air kecil / buang air besar ibu tuntun, ibu
mandiin dll’’
Berapa tahun sekali bapak / ibu
membawa anak ini ke tempat
terapi dan perawatan ?
‘’Selama pandemi covid ibu udah gak pernah
bawa anak ini ketempat terapi lagi, soalnya
harus bayar kan, yaaa paling ibu terapi mandiri
aja kaya ngajarin makan yang bener kaya
gimana, atau ngajarin dia buat ganti baju’’
Dimana anak ini melakukan terapi
dan perawatan?
‘’Kalau dulu terapinya di YSI, itu juga cuma
sebulan sekali, soalnya ibu gak kuat buat bayar
grabnya, karena anak ini gak bisa kalau pakai
motor, harus dianter pake mobil’’
Bagaimana dengan asupan ‘’Kalau makan yaa seadanya aja, kalau ada
lxiii
gizinya? susu ibu kasih, atau ada telur ibu kasih,
segimana Allah ngasih rezeki aja buat ibu.
Apalagi masa pandemi gini orang nyari duid
kan susah, kadang laundry juga suka sepi, jadi
buat nutupin untuk makan kadang ibu
ngutang’’
Bagaimana dengan pendidikanya? ‘’Kalau pendidikan sih sekarang dia udah gak
sekolah, soalnya umur dia kan udah 21 tahun,
pernah dulu ikut sekolah di YSI tapi itu juga
gak lama’’
Apakah lingkungan sosialnya
menerima kehadiran anak ini
dengan baik?
‘’Sejujurnya tetangga disini ngga terlalu
menerima. Kadang dia suka diomongin,
dibully atau dibeda-bedakan, itu yang ngebuat
dia agak sedih. Makanya sekarang dia lebih
memilih dirumah aja, soalnya kata dia
nyaman’’
Kapan terakhir bapak / ibu
mengajak keluar bermain,
sehingga anak mampu belajar
untuk bersosialisasi dan memiliki
teman bermain?
‘’Terakhir ngajak keluar tuh waktu dia umur
10 tahunan, itu juga cuma sebatas diteras
rumah aja, tapi karena anak-anak disini suka
rese makanya dia jadi gak mau keluar rumah
lagi’’
Apakah bapak / ibu pernah
melakukan sosialisasi kepada
masyarakat sekitar tentang
kerabatnya yang memiliki
disabilitas?
‘’Kalau sosialisasi sih pernah, soalnya kan
setiap pagi ibu suka belanja didepan, kadang
ada ibu-ibu yang tanya gtu tentang kondisi
cucu saya, yaa sekalian saya sosialisasikan deh
kalau dia punya penyakit CP, dan itu udah dari
lxiv
lahir’’
Dalam merawat kerabat
disabilitas, pernahkah bapak / ibu
sekalian merasa jenuh?
‘’Kalau merasa jenuh pasti pernah, karena itu
kan sifatnya manusiawi’’
Bagaimana cara bapak / ibu dalam
mengatasi rasa jenuh, sehingga
dalam merawat kerabat disabilitas
terasa semakin ikhlas?
‘’Yaa paling ibu kumpul-kumpul aja sama
tetangga yang lain, istilahnya ngerumpi lah
biar ngga terlalu jenuh dirumah terus. Soalnya
kalau ngobrol gitu suka asik aja, banyak
ketawanya’’
Permasalahan apa saja yang
bapak/ibu rasakan selama merawat
kerabat disabilitas?
‘’Kalau permasalahan mungkin lebih ke
kebutuhan pokok, soalnya YSI juga udah
mulai berkurang ngasih bantuan pokok gitu.
Terakhir sih ibu dapet bantuan susu itu sekitar
4 bulan yang lalu, habis itu dikabarin sama pak
Fachmi kalau donatur lagi terbatas, jadinya ibu
harus puter otak buat memenuhi kebutuhan
sehari-hari’’
Bagaimana cara bapak dalam
menghadapi permasalahan
tersebut?
‘’Kalau lagi disituasi kaya gitu ibu harus kerja,
makannya sekarang ibu ambil job laundry,
hitunganya per kg itu Rp.15.000. Biasanya
perbulan ibu suka dapet sekitar Rp.400.000 –
Rp.600.000 an, terus anak juga suka transfer
walaupun gak banyak. Jadi yang bener-bener
bikin pusing lebih ke kebutuhan sehari-hari aja
sih’’
Apa yang memotivasi bapak / ibu ‘’Yang buat ibu tetep bertahan dan ikhtiar
lxv
untuk terus bertahan dalam
merawat kerabat disabilitas
ditengah permasalahan yang ada?
karena cucu sendiri, soalnya ibu udah niat buat
ngerawat anak ini dengan baik, jadi mau sepait
apapun hidup tetep harus ibu jalani’’
Progress apa saja yang bapak/ibu
temukan selama merawat mereka?
‘’Kalau progressnya sih alhamdulilah dia
ngomongnya udah lancar banget sekarang,
udah kaya orang normal, soalnya waktu umur
10 tahun dia masih suka terbata-bata gitu.
Terus juga sekarang dia udah bisa duduk, dulu
mah seharian cuma tiduran aja karena badanya
lemah banget’’
Berapa tinggi badan anak? ‘’Tinggi badan dia sekitar 143 cm’’
Berapa berat badan si anak? ‘’Kalau berat badan dia sekitar 47 kg’’
Berapa kali bapak / ibu melakukan
kontrol pertumbuhan pada anak
dalam setahun?
‘’Waktu di YSI saya biasa ngontrol setahun
minimal 12 kali, soalnya kan tiap berkunjung
buat terapi pasti harus dicek dulu kan. Cuma
karena pandemi gini, terus saya juga jarang
banget kesana jadi minimal saya ngecek
pertumbuhan dia itu setahun 2 kali’’
Apakah anak suka melakukan
olahraga ringan?
‘’Waduh, kalau olahraga sih dia ngga begitu
suka,soalnya tiap gerak suka ngeluh sakit’’
Kapan terakhir bapak / ibu
mengajak olahraga ringan kepada
anak ?
‘’Terakhir saya ajak senam ringan dirumah itu
pas dia umur 14 tahun, saya ajarin dia buat
gerakin tanganya, tapi dia bener-bener gak
mau karena ngeluh sakit’’
Apakah bapak / ibu sering
memberikan suplemen untuk
‘’Boro-boro ngasih suplemen mas wkwkw,
buat makan aja kadang saya bingung, harus
lxvi
pertumbuhan anak? irit-irit banget, yaaa dulu suka ngandelin susu
aja dari YSI tapi sekarang udah ngga lagi kan,
karena stoknya terbatas dari donaturnya’’
Apakah anak ini memiliki masalah
pada motoriknya?
‘’Ada, terutama pada bagian kaki, dia bener-
bener ngga bisa buat jalan, bahkan sampe
duduk aja ngeluh sakit, terus otot-otot dia juga
masih lemah banget, buat megang benda aja
kadang masih suka gemeteran gitu kalau saya
liatnya
Sejak usia berapa masalah motorik
pada anak ini mulai terlihat?
‘’Sejak dia lahir udah keliatan kalau
motoriknya mengalami gangguan, terlihat dari
tanganya yang cenderung mengepal namun
terlihat lemas, kakinya yang gak bisa gerak
sama sekali, jadi pas dia lahir tuh cuma bisa
nangis aja’’
Bagaimana cara bapak / ibu dalam
melatih kemandirianya selama ada
dirumah?
‘’Waktu dia umur 10 tahunan suka saya
dudukin dibantal, biar tulang pantatnya
terbiasa untuk duduk, dan gak lama pasti dia
bakal langsung tiduran lagi. Terus juga suka
saya ajarin megang benda, kaya pensil biar
ngelatih genggamanya dia, pas dia udah agak
bisa baru saya suruh pegang sendok biar
belajar makan sendiri, terus juga saya ajarin
buat pegang hape, belajar nyentuh aplikasi
dengan tepat tanpa gemeteran’’
Kegiatan apa saja yang ingin ‘’Kalau pandemi udah kelar sih saya pengenya
lxvii
bapak / ibu lakukan bersama anak
dalam rencana waktu 5-20 tahun
kedepan?
liburan bareng anak sama cucu, udah lama
banget ngga kumpul, apalagi saya udah tua,
umur gak ada yang tau’’
Apa tujuan & manfaat bapak / ibu
melakukan kegiatan tersebut?
‘’Tujuanya pengen kumpul aja sih, tapi kalau
manfaatnya jelas saya pengen orang tua
kandung dia bisa akrab sama anaknya sendiri,
karena yang saya perhatiin kalau anak kandung
saya belum bisa menerima kekurangan dari
anaknya sendiri’’
‘’Kalau mereka sayang dan tanggung jawab,
seharusnya anaknya bisa diambil dan diasuh
sendiri, bukan malah dititipkan begitu saja
sama neneknya, dan mereka jarang banget buat
jenguk anaknya sendiri, walaupun mereka
tetap ngasih uang bulanan sebagai bentuk
tanggung jawab orang tua kepada anak’'
Bagaimana cara bapak / ibu
merealisasikanya agar bisa
terwujud?
‘’Nabung, mau rencana liburan kan harus pake
duit, terus juga saya sih berharap cucu saya
suatu saat bisa berjalan, karena kalau mau
liburan tapi dianya gak bisa bergerak pasti
repot juga, kan bingung juga kalo liburan tapi
harus bawa kursi roda, mana orang tuanya
keliatan belum begitu nerima dia’’
Kegiatan apa saja yang ingin
bapak / ibu lakukan dalam waktu
‘’Kalau dalam waktu dekat ini sih ngga ada,
soalnya lagi masa PPKM kan’’
lxviii
dekat ini bersama dengan anak?
Apa tujuan bapak / ibu melakukan
kegiatan tersebut?
Pengasuh tidak memiliki planning rencana
dalam waktu dekat karena PPKM
Apa manfaat yang bisa diperoleh
bagi anak terhadap kegiatan
tersebut?
Pengasuh tidak memiliki planning rencana
dalam waktu dekat karena PPKM
Bagaimana cara bapak / ibu
merealisasikanya agar bisa
terwujud?
Pengasuh tidak memiliki planning rencana
dalam waktu dekat karena PPKM
Dalam merawat kerabat disabilitas
tentu memiliki banyak sekali
permasalahan yang datang secara
tidak diduga maupun sudah
diprediksi, entah itu permasalahan
ekonomi, nutrisi, kesehatan dll.
lalu adakah tindakan antisipasi
dari bapak / ibu dalam mencegah
permasalahan tersebut ?
“Kalau antisipasi sih gak ada, saya pasrah aja
sama keadaan, yang penting saya tetep
berusaha buat cari duid untuk kebutuhan
sehari-hari, kalaupun ternyata terpaksa nutrisi
& bahan pokok ngga tercukupi yaa paling saya
ngutang ke orang buat bertahan hidup’’
Jika antisipasi tersebut gagal,
apakah bapak / ibu memiliki upaya
lain dalam mengatasi
permasalahan tersebut, atau lebih
memilih menyerah dan
memberikan kepada orang lain
untuk menyelesaikan?
‘’Kalau ngutang begitu kadang suka belum
bisa bayar, tapi saya suka minta maaf ke orang
yang saya hutangin, saya jujur emang belum
punya uang dan sedang saya usahakan,
seenggaknya saya ada omongan lah gak diem-
diem aja’’
Kapan terakhir bapak / ibu ‘’Kalau kegiatan diluar sih yaa pas dia umur
lxix
melakukan kegiatan bersama
dengan anak dalam rangka
membantu kemandirianya?
10 tahun, saya ajak keluar buat duduk diteras
sambil sosialisasi dan adaptasi. Kalau kegiatan
dirumah terakhir sih kemarin malam, saya
coba berdiriin dia pelan-pelan dengan tangan
bertumpu pada gagang kasur, soalnya hampir
tiap malam saya selalu ngelakuin kegiatan itu
secara rutin biar dia bisa belajar berdiri’’
Apakah bapak / ibu yang mengatur
kegiatan tersebut?
‘’Iya saya yang mengatur, emang udah inisatif
saya aja biar dia bisa cepet-cepet ada
perkembanganya’’
Apakah kegiatan tersebut berjalan
dengan baik?
‘’Kalau yang diluar itu sih ngga lancar,
soalnya pas tau dia dibully langsung trauma.
Kalau yang dirumah dan rutin, masih belum
keliatan progressnya’’
Dimana tempat kegiatan tersebut
berlangsung?
‘’Kalau kegiatan diliuar rumah itu diteras
depan, kalau didalam rumah yaa dikasur’’
Sebutkan 1 permasalahan yang
menurut bapak / ibu paling
menganggu pikiran dan mental
selama hidup?
‘’Waktu suami saya meninggal, itu beneran
mengganggu pikiran ibu, hampir tiap malem
ibu cuma bisanya nangis aja ditinggal bapak,
tapi itu dulu sih, sekarang udah ngga begitu
sedih karena udah terbiasa’’
Apakah bapak/ibu waktu itu
merasa terpuruk / down?
‘’Jujur terpuruk banget, sampe mau makan aja
ibu ngga mau, soalnya ibu sayang banget sama
bapak, namanya kehilangan partner hidup pasti
sedih kan’’
Mengapa hal tersebut bisa terjadi? ‘’Soalnya waktu itu bapak ada sakit jantung,
lxx
tapi karena operasi mahal cuma bisa dirumah
aja, kadang saya suka marah sama diri sendiri,
kenapa ngga bisa punya uang yang banyak,
pasti bapak seenggaknya masih bisa diobatin,
itu sih yang terkadang masih ada dipikiran
ibu’’
Kapan kejadian tersebut
berlangsung?
‘’Waktu umur ibu 29 an, terus ibu ngerasa
kesepian. Baru deh pas umur 30 an ibu
ngerawat cucu, jadinya ngga begitu kesepian
banget’’
Dimana kejadian itu berlangsung? ‘’Dirumah ini’’
Adakah gejala yang bapak / ibu
rasakan pada tubuh saat merasa
down / terpuruk?
‘’Karena waktu itu ibu ngga mau makan,
badan ibu langsung demam tinggi waktu itu,
biasanya ibu kalau down cuma demam tinggi
aja, yaa sama asma kadang suka kambuh kalau
terlalu ganggu pikiran’’
Bagaimana cara bapak / ibu dalam
mengatasi tekanan tersebut?
‘’Kalau udah begitu sih berobat, terus juga
banyak ikhtiar sama Allah, minta diberi
kekuatan buat hadepin cobaan’’
Apakah sejauh ini, cara yang
bapak / ibu lakukan sudah efektif
dalam mengatasi tekanan?
‘’Efektif, walaupun butuh waktu juga untuk
menerima keadaan’’
Pernahkan dulu bapak/ ibu
terpikirkan untuk menyerah?
‘’Waktu bapak meninggal, saya pernah
terpikirkan buat ikut menyusul, karena rasanya
sedih banget, tapi itu cuma dipikiran aja sih,
soalnya saya masih punya anak yang saya
lxxi
sayang’’
Apa yang menjadi penyemangat
bagi bapak / ibu untuk kembali
bangkit pada waktu itu?
‘’Anak dan cucu, yang jadi penyemangat buat
saya untuk bangkit kembali. Karena waktu
bapak meninggal aja anak saya sedih banget,
gimana kalau ibunya ikut meninggal karena
terus berlarut sama keadaan dan jatoh sakit,
jadi saya berusaha bangkit dan alhamdulilah
berhasil’’
lxxii
Transkrip Wawancara (Pengasuh 2)
Nama : Yuli Jubaedah
Umur : 74 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Lokasi Wawancara : Sukmajaya, Depok
Tempat Wawancara : Ruang keluarga rumah Bu Yuli
Waktu Wawancara : Sabtu, 7 Agustus 2021, 13.35 - 15.05 WIB
Pertanyaan Jawaban
Apakah bapak / ibu pernah
memiliki riwayat penyakit ?
‘’Ngga ada, paling dulu kena amandel aja
waktu kecil tapi udah sembuh kok, soalnya
waktu itu sempet dioperasi pas masih muda’’
Berapa tahun sekali bapak / ibu
mengecek kondisi kesehatan ?
‘’Owhh saya ngga pernah ngecek lagi, soalnya
ngga pernah sakit alhamdulilah, ngga ada yang
namanya sakit bawaan kaya kanker atau apa,
alhamdulilah masih sehat banget termasuk
kaya penglihatan, pendengaran gitu-gitu,
masih bagus banget lah buat orang yang
umurnya udah lansia begini’’
Dimana bapak / ibu mengecek
kondisi kesehatan ?
‘’Waktu dulu operasi sih di RS Cipto, tapi itu
udah lama banget pas ibu masih gadis’’
Apakah riwayat penyakit tersebut ‘’Owhh ngga ada, soalnya udah sembuh kan,
lxxiii
mempengaruhi bapak / ibu dalam
merawat kerabat disabilitas?
buat teriak-teriak aja ibu masih bisa kalau si
Sheeren ini susah diatur’’
Bagaimana cara bapak / ibu dalam
mengatasi kondisi tersebut,
sehingga dalam merawat kerabat
disabilitas tetap optimal ?
Pengasuh tidak memiliki riwayat penyakit, dan
sampai sekarang masih sehat
Apa yang melatar belakangi
bapak/ibu dalam mengambil alih
pengasuhan?
‘’Alasan ibu mengambil alih pengasuhan
karena ibu kandungnya Sheeren itu stress, liat
aja tuh dikamar bisanya cuma bengong aja,
diem kadang tiba-tiba suka ketawa sendiri,
jadinya kan kasian di cucu ibu, ngga kerawat
jadinya sebagai nenek, yaaa nenek lah yang
menjadi orang tua pengganti bagi cucu-cucu
ibu’’
Apa jenis disabilitasnya? ‘’Jenis disabilitasnya itu CP sama Tunanetra,
tapi cuma mata sebelah kiri aja yang ngga
berfungsi, kalau yang kanan alhamdulilah
masih bisa liat’’
Bagaimana perasaan bapak / ibu
setelah sekian lama merawat anak
ini? (Sayang / tidak)
‘’Perasaan ibu Alhamdulillah happy-happy
ajaa, yaa Lilaahi ta’ala aja jadinya bisa lebih
banyak sabar buat ngerawat cucu’’
Berapa tahun sekali bapak / ibu
membawa anak ini ke tempat
terapi dan perawatan ?
‘’Owhh kalau ketempat terapi biasanya ibu
sebulan sekali sih, kalau dulu waktu anak ini
belum terlalu mandiri bisa sampe 2 kali dalam
sebulan, tapi karena anak ini perkembangnya
udah pesat banget jadinya sebulan sekali,
lxxiv
terkadang bisa 2 bulan sekali, yaaaa liat-liat
situasional aja, soalnya sekarang juga lagi
PPKM kan, ngga bisa pergi kalau belum
vaksin’’
Dimana anak ini melakukan terapi
dan perawatan?
‘’Kalau perawatan gitu ibu selalu terapinya di
RS Fatmawati, soalnya menurut ibu lebih
kompeten aja buat ningkatin kemandirianya,
terus juga kalau dari Depok ngga begitu jauh’’
Bagaimana dengan asupan
gizinya?
‘’Owhh dulu dia kurang gizi, soalnya waktu
lahir kan dia prematur, beratnya aja cuma 1,8
Kg. Tapi, Alhamdulilah sekarang badan dia
udah ideal karena asupan gizinya terpenuhi,
apalagi dia makanya termasuk banyak, apa aja
kalau ada makanan dimeja dia ambil, termasuk
gede dia nafsu makanya’’
Bagaimana dengan pendidikanya? ‘’Sekarang dia ikut home schooling, jadi privat
aja dirumah, terus bayaran perbulanya juga
ngga begitu mahal, karena dia kerja sama juga
bareng pihak apa gitu, lupaa ibu wkwkw. Jadi
buat pendidikan dia alhamdulilah bisa ikut
belajar, nama home schoolingnya itu Yayasan
Bina Insani, Depok’’
Apakah lingkungan sosialnya
menerima kehadiran anak ini
dengan baik?
‘’Owhh baik banget, alhamdulilah pada
welcome sama dia, anak-anak disini juga baik
banget, suka ngajak main bareng bahkan setiap
malam takbiran si Sheeren pasti diajak’’
lxxv
Kapan terakhir bapak / ibu
mengajak keluar bermain,
sehingga anak mampu belajar
untuk bersosialisasi dan memiliki
teman bermain?
‘’Sejak pandemi covid muncul aja sih, ibu jadi
diem aja dirumah, sebelumnya mah ibu sering
banget ngajak dia keluar main buat sekedar
nemenin, ngajarin jalan atau bimbing dia biar
bisa sosialisasi’’
Apakah bapak / ibu pernah
melakukan sosialisasi kepada
masyarakat sekitar tentang
kerabatnya yang memiliki
disabilitas?
‘’Pernah, yaa sosialisasinya ke tetangga aja
yang deket dari rumah, soalnya ibu termasuk
orang yang jarang keluar rumah, terus dia juga
pdktnya pinter banget buat bergaul sama
temen-temenya, jadi kalau ada tetangga yang
nanya ke dia, suka dijawab juga sama dia’’
Dalam merawat kerabat
disabilitas, pernahkah bapak / ibu
sekalian merasa jenuh?
‘’Owhh ngga, ibu lilahi ta’ala ajaaa, soalnya
ini kan titipan Allah jadi ibu harus sabar dan
bertanggung jawab aja, tetangga aja sering
banget bilang ke ibu, kalau ibu orangnya sabar
banget ngga pernah keliatan ngeluh’’
Bagaimana cara bapak / ibu dalam
mengatasi rasa jenuh, sehingga
dalam merawat kerabat disabilitas
terasa semakin ikhlas?
‘’Kalau jenuh sih ngga, karena dasarnya
emang ibu sayang banget, yaaa namanya juga
sama cucu sendiri, cuma kalau ibu agak
senggang biasanya ibu baca Al-Quran, soalnya
umur kan ngga ada yang tau, apalagi ibu udah
tua banget’’
Permasalahan apa saja yang
bapak/ibu rasakan selama merawat
kerabat disabilitas?
‘’Kalau permasalahan sih alhamdulilah ibu
jarang banget nemu, soalnya kaya makan
alhamdulilah tercukupi, sekolah dia bisa ibu
penuhi, sebulan sekali juga ibu bawa dia
lxxvi
ketempat terapi, cuma namanya hidup kan
kadang ngga selalu mulus, ibu pernah juga
awal-awal covid sempet ngga megang uang
karena anak ibu di stop sama tempat kerjanya,
tapi 3 bulan berikutnya alhamduliah anak ibu
bisa dapet kerjaan lagi’’
Bagaimana cara bapak dalam
menghadapi permasalahan
tersebut?
‘’Yaaa selama masa anak saya ngga kerja, ibu
minjem duit aja sih ke tetangga yang emang
udah ibu anggep kaya saudara ibu, dan
alhamdulilah mereka pada saling support
karena sama-sama paham dengan masa
pandemi kaya begini’’
Apa yang memotivasi bapak / ibu
untuk terus bertahan dalam
merawat kerabat disabilitas
ditengah permasalahan yang ada?
‘’Yaaa pokoknya tanggung jawab ibu aja buat
ngerawat cucu, jadi demi cucu ibu harus terus
bertahan dan sabar lilahi ta’ala ajaaa’’
Progress apa saja yang bapak/ibu
temukan selama merawat mereka?
“Dulu dia waktu kecil masih belum bisa jalan,
soalnya dia CP jadi kaki sama tanganya masih
belum kuat banget, yaaa suka ngga sinkron
gitu. Tapi sekarang dia udah bisa jalan dan
Alhamdulillah lancar banget, terus juga udah
bisa megang benda dengan bener, mau makan
udah bisa mandiri, mau mandi udah bisa
mandiri, bahkan udah bisa mengikuti
pendidikan home schooling kaya bisa megang
pulpen, baca buku dll’’
lxxvii
Berapa tinggi badan anak? ‘’Tinggi badan dia 127 cm’’
Berapa berat badan si anak? ‘’Berat badan dia 37 kg’’
Berapa kali bapak / ibu melakukan
kontrol pertumbuhan pada anak
dalam setahun?
‘’Kalau kontrol mandiri sih ngga, soalnya dia
kan udah gede jadi biar dia sendiri aja yang
ngontrol pertumbuhan kaya ngukur tinggi
badan / berat badan, tapi kalau kontrol
ditempat terapi biasanya 12 kali dalam
setahun, soalnya kan sebelum dicek di RS
Fatmawati pasti harus ditimbang dulu berat
badanya, diukur tinggi badanya gitu kan’’
Apakah anak suka melakukan
olahraga ringan?
‘’Suka banget dia, tiap minggu pasti jogging
sama adeknya / bareng sama temenya,
sesekali pernah ikut berenang juga’, cuma
karena sekarang lagi pandemi jadinya suka ibu
larang buat ikut gitu, tapi kadang anaknya suka
ngeyel tau-tau udah jogging’’
Kapan terakhir bapak / ibu
mengajak olahraga ringan kepada
anak ?
‘’Kalau ngajak olahraga bareng sih udah lama
banget ngga ibu lakuin, soalnya ibu udah tua
kan jadi bawaanya pengen dirumah aja, bukan
karena ibu sakit yaaa, cuma emang ibu tipe
orang yang lebih suka ada dirumah,. Tapi
kalau seinget ibu, terakhir ngajak olahraga
bareng tuh sekitar 2016, itu juga jogging aja
sebentar’’
Apakah bapak/ibu sering
memberikan suplemen untuk
‘’Sukaa, ibu suka banget ngasih dia suplemen
vitamin D gitu dalam bentuk tablet, emang
lxxviii
pertumbuhan anak? sengaja ibu kasih biar tulang dia kuat, soalnya
lagi masa-masa pertumbuhan kan’’
Apakah anak ini memiliki masalah
pada motoriknya?
‘’Dulu kan kaki sama tangan dia bermasalah,
jadi buat bergerak aja sulit banget. Tapi kalau
sekarang ibu perhatiin udah ngga ada sih,
soalnya dia udah bisa mandiri kan, bahkan ke
warung aja dia seneng banget buat jajan gitu
atau ibu suruh buat beli apaa, dia jalan
sendiri’’
Sejak usia berapa masalah motorik
pada anak ini mulai terlihat?
‘’Sejak lahir, soalnya dokter waktu itu udah
ngasih tau kalau anak ini ada masalah sama
sarafnya, jadi ngaruh banget ke kaki sama
tanganya’’
Bagaimana cara bapak / ibu dalam
melatih kemandirianya selama ada
dirumah?
‘’Kalau melatih mandiri dirumah ibu suka
ngajarin dia cara jalan yang bener, kaya ibu
pegang badanya, terus ibu suruh tangan dia
megang tembok, ibu suruh dia buat jalan
pelan-pelan’’
‘’Pernah juga ibu beliin kursi roda yang mirip
bayi gitu, jadi kalau dia mau sesuatu / mau
melakukan sesuatu dia bisa pelan-pelan buat
belajar jalan. Terus ibu suka ngajarin dia kalau
ngomong tuh harus yang bener, harus sopan,
soalnya kan dulu dia agak kesulitan buat bicara
karena CP itu kan nyerangnya si saraf, tapi
lxxix
alhamdulilah udah bisa ngomong lancar’’
‘’Ibu juga ngajarin dia buat belajar makan
sendiri, ibu suka contohin kalo megang sendok
tuh kaya begini, terus juga ibu ajarin cara
mandi tuh kaya begini, mau buang air besar /
kecil tuh kaya begini, Alhamdulilah dia
termasuk anak yang cepet banget nangkep,
makanya sekarang udah mandiri banget’’
Kegiatan apa saja yang ingin
bapak / ibu lakukan bersama anak
dalam rencana waktu 5-20 tahun
kedepan?
“Adaaaa, pengen banget kalo pandemi udah
selesai jalan-jalan. Soalnya dulu sering banget
ke istana balon bareng anak, pergi ke mall,
pergi ke Kota Tua dll. Yaaa pengen lagi aja
liburan bareng anak, soalnya ibu udah tua kan,
pengen nyenengin cucu, yaa takut ngga
ketemu lagi sih lebih tepatnya’’
Apa tujuan & manfaat bapak / ibu
melakukan kegiatan tersebut?
‘’Tujuanya pengen hilangin jenuh aja sih,
soalnya pandemi gini udah hampir 2 tahun
kan, orang pasti bosen kalau dirumah terus’’
‘’Kalau manfaat yaa itu aja, biar anak juga
ngga jenuh, terus sosialisasinya makin bagus
lagi, makin pede lagi, itu aja siih’’
Bagaimana cara bapak / ibu
merealisasikanya agar bisa
terwujud?
‘’Ibu selalu bilang sama keluarga ibu buat taat
prokes, biar covid itu cepet berhenti, soalnya
terakhir ibu liat kan tinggi lagi, makanya
lxxx
diberlakukan PPKM karena sebelumnya orang
mulai berkerumunan, mulai beraktifitas lagi’’
Kegiatan apa saja yang ingin
bapak / ibu lakukan dalam waktu
dekat ini bersama dengan anak?
‘’Kalau kegiatan diliuar sih ngga ada, soalnya
lagi PPKM jadi ibu dirumah aja. Tapi kalau
dalam waktu dekat ini, ibu rencana pengen
bikin kue bolu bareng dia, soalnya dari
kemarin minta dibikinin terus tapi ibunya suka
ngga sempet’’
Apa tujuan & manfaat bapak / ibu
melakukan kegiatan tersebut?
‘’Biar terampil ajaa sih, biar dia tau caranya
bikin bolu tuh kaya gimana’’
Bagaimana cara bapak / ibu
merealisasikanya agar bisa
terwujud?
‘’Yaa ibu harus bisa luangin waktu aja buat
anak, soalnya kadang ibu juga suka lupaan
orangnya, namanya juga udah tuaa hahaha’’
Dalam merawat kerabat disabilitas
tentu memiliki banyak sekali
permasalahan yang datang secara
tidak diduga maupun sudah
diprediksi, entah itu permasalahan
ekonomi, nutrisi, kesehatan dll.
lalu adakah tindakan antisipasi
dari bapak / ibu dalam mencegah
permasalahan tersebut ?
‘’Yaa kalau suatu saat ekonomi ibu lagi ngga
stabil karena kerjaan anak diberhentikan,
pencegahanya ibu buat usaha ajaa, soalnya
rencana dalam waktu dekat ini ibu pengen
banget bikin jajanan telur gulung gitu,
makanya dari sekarang lagi nabung buat modal
gerobak, soalnya lumayan gede juga
modalnya, sekitar Rp. 6.000.000 an’’
Jika antisipasi tersebut gagal,
apakah bapak / ibu memiliki upaya
lain dalam mengatasi
permasalahan tersebut, atau lebih
‘’Kalau emang ternyata gagal, yaa itu paling
minjem duit buat modal / sekedar bertahan
hidup sampe anak ibu dapet kerjaan lagi’’
lxxxi
memilih menyerah dan
memberikan kepada orang lain
untuk menyelesaikan?
Kapan terakhir bapak / ibu
melakukan kegiatan bersama
dengan anak dalam rangka
membantu kemandirianya?
‘’Terakhir kegiatan dirumah ibu lusa kemarin,
waktu itu ibu ngajarin dia ngaji, soalnya dia
kan Iqranya udah sampe jilid 3. Saya pengen
dia bisa belajar baca Al-Quran, soalnya itu
penting buat bekal kita diakhirat’’
Apakah bapak / ibu yang mengatur
kegiatan tersebut?
‘’Iyaaa, ibu yang mengatur kegiatan baca Iqra
gitu. Ibu ngejadwal buat ngajarin dia setiap
hari Senin, Rabu, Jum’at sama Minggu.
Soalnya anak ibu kan sibuk kerja, jadi dirumah
ibu aja yang ada disini buat ngajarin’’
Apakah kegiatan tersebut berjalan
dengan baik?
‘’Alhamdulilah berjalan dengan baik, soalnya
di abaca Iqranya juga udah ada peningkatan,
lancar banget deh, makanya ibu seneng aja
kalo ngajarin dia sama adiknya’’
Dimana tempat kegiatan tersebut
berlangsung?
‘’Disini, diruang tamu biasanya ibu ngajarin
dia’’
Sebutkan 1 permasalahan yang
menurut bapak / ibu paling
menganggu pikiran dan mental
selama hidup?
‘’Ngga ada sih, Alhamdulillah ibu orangnya
enjoy ajaa, happy ajaa. Ibu kalau ada masalah
gitu udah terbiasa sabar, makanya tetangga
ngga pernah liat ibu marah-marah / ngeluh, ibu
orangnya dibawa ceria ajaa’’
Apakah bapak/ibu waktu itu
merasa terpuruk / down?
Pengasuh tidak pernah mengalami down
lxxxii
Mengapa hal tersebut bisa terjadi? Pengasuh tidak pernah mengalami down
Kapan kejadian tersebut
berlangsung?
Pengasuh tidak pernah mengalami down
Dimana kejadian itu berlangsung? Pengasuh tidak pernah mengalami down
Adakah gejala yang bapak / ibu
rasakan pada tubuh saat merasa
down / terpuruk?
Pengasuh tidak pernah mengalami down,
sehingga tidak ada gejala yang diakibatkan
Bagaimana cara bapak / ibu dalam
mengatasi tekanan tersebut?
‘’Kalau mengatasi sih dengan banyak doa,
banyak sabar, minta sama Allah biar
dilapangkan hati ibu’’
Apakah sejauh ini, cara yang
bapak / ibu lakukan sudah efektif
dalam mengatasi tekanan?
‘’Alhamdulilah efektif banget, ibu ngga pernah
ngerasa depresi karena suatu masalah, karena
ibu langsung curhatnya sama Allah, biar Allah
yang ngasih jalan keluarnya buat ibu’’
Pernahkan dulu bapak/ ibu
terpikirkan untuk menyerah?
‘’Ngga, ibu ngga pernah terpikirkan buat
menyerah, apa yang ada harus tetep dijalani’’
Apa yang menjadi penyemangat
bagi bapak / ibu untuk kembali
bangkit pada waktu itu?
‘’Yang jadi penyemangat yaaa cucu ibu, anak-
anak ibu. Kalau misalkan ibu malah kepikiran,
terus jadi sakit yang kasian yaaa anak-anak
ibu, cucu ibu. Jadi ibu ngga boleh kebawa
suasana, lilahi ta’ala ibu ngejalani hidup ini
dengan ikhlas ajaa’’
lxxxiv
Transkrip Wawancara Orang Terdekat Pengasuh (Pengasuh
1
Nama : Alma Nursyifa
Umur : 26 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Status Hubungan : Tetangga dari Ibu Tuti
Lokasi Wawancara : Ciputat, Tangerang Selatan
Tempat Wawancara : Halaman rumah Bu Alma
Waktu Wawancara : Minggu, 25 Juli 2021, 13.28 – 14.40 WIB
Pertanyaan Jawaban
Bagaimana dengan kondisi
kesehatan dari pengasuh?
‘’Kalau kondisi kesehatan sih saya liat dia
masih sehat bugar mas, yaa kalau terlalu cape
aja sih asma dia suka kambuh, soalnya dia suka
cerita juga ke saya kalau dia ada riwayat
penyakit asma’’
Berapa tahun sekali pengasuh
mengecek kesehatan?
‘’Waduh, kayanya saya jarang banget liat ibu
ini ngecek kondisi kesehatan gitu. Soalnya
cucu dia kan ngga bisa ngapa-ngapain, jadi dia
stay aja dirumah’’
Dimana pengasuh melakukan cek
kesehatan?
‘’Kalau dulu sih dia ngeceknya di RS Sari
Asih, yang deket Ciputat itu mas. Tapi itu udah
lxxxv
lama banget saya liatnya’’
Apakah riwayat penyakit tersebut
mempengaruhi pengasuh dalam
merawat kerabat disabilitas?
‘’Dibilang mempengaruhi sih ngga juga mas,
saolnya dia termasuk telaten kalau ngerawat
cucu, cuma kalau lagi kambuh gitu dia lebih
banyak istirahat aja, soalnya dia dirumah kan
ngurusnya sendirian, suaminya udah meninggal
terus anaknya juga udah pada mencar-mencar
kan tinggalnya’’
Pernahkan pengasuh mengeluh
ketika merawat anak ini?
‘’Ngga sih mas, saya jarang banget liat dia
ngeluh didepan saya’’
Berapa tahun sekali pengasuh
membawa anak ini pergi ke
tempat terapi dan perawatan?
‘’Waduh mas, saya kayanya udah ngga pernah
liat ibu bawa anaknya keterapi lagi, soalnya
kan sekarang orang lagi susah banget, bisa
makan buat bertahan hidup aja udah cukup
banget, apalagi ibu kerjanya cuma laundry aja
setiap hari, laundry untungnya berapa sih mas?
Ngga terlalu banyak, sedangkan ongkos grab
aja kan lumayan buat angkat cucunya itu’’
Apakah pengasuh memperhatikan
asupan gizinya untuk anak?
‘’Yaa apa yang ada pada hari itu, berati itu
rezekinya ibu mas. Soalnya yang cari nafkah
kan cuma ibu, jadi makan seadanya aja.
Biasanya kalau ibu suka mentok gitu, suka
dateng ke saya sih buat pinjem uang’’
Bagaimana dengan pendidikanya? ‘’Cucu ini udah lama ngga sekolah mas,
soalnya anak ini udah termasuk dewasa,
umurnya kalau ngga salah sekitar 20 / 21 tahun
lxxxvi
gitu, terus juga dia Alhamdulillah ngomongnya
udah lancar banget, pinter banget mas anaknya
kalau ngerespon orang, udah kaya orang
normal aja. Yaa paling itu aja sih kelemahan
dia, masih belum bisa mandiri banget. Mau
makan disuapin, mandi dimandiin, bahkan
buang air kecil / besar harus ibu yang gendong,
karena emang anaknya ngga bisa ngapa-
ngapain’’
Apakah lingkungan sosialnya
menerima kehadiran anak ini
dengan baik?
‘’Jujur aja yaa mas, anak ini dulunya pernah
trauma pas keluar rumah sama neneknya.
Soalnya anak seusia dia suka ngeledek gitu,
bahkan tetangga aja kadang suka menganggap
dia beda, makanya itu anak udah ngga pernah
keluar rumah lagi, diem aja dia mas dirumah.
Saya tau, karena kebetulan kan saya laundry di
ibu ini, makanya saya suka liat langsung
kondisi anaknya kaya gimana’’
Kapan terakhir bapak / ibu
melihat pengasuh mengajak
keluar anak untuk bermain,
sehingga anak mampu belajar
untuk bersosialisasi dan memiliki
teman bermain?
‘’Lupaa saya mas, soalnya udah lama banget
anak ini ngga keluar rumah, soalnya yang
keluar rumah cuma neneknya aja’’
Apakah bapak / ibu pernah
melihat pengasuh melakukan
‘’Kalau sosialisasi sih ibu ini pernah, karena
kan sehari-hari suka kumpul buat beli sayur,
lxxxvii
sosialisasi kepada masyarakat
sekitar tentang kerabatnya yang
memiliki disabilitas?
atau ambil laundryan, cuma memang respon
masyarakat sini ngga begitu welcome sama
cucunya’’
Adakah upaya yang dilakukan
oleh pengasuh dalam mengatasi
rasa lelah, sehingga dalam
merawat kerabat disabilitas bisa
tetap optimal?
‘’Saya kurang tau pasti dia kaya gimana kalau
ngatasin rasa lelah gitu, tapi biasanya dia lebih
suka kumpul sama ibu-ibu kalau udah sore hari,
yaa kaya ngerumpi gitu mas, kadang ibu juga
curhat sama saya kalau lagi ada masalah’’
Ketika sedang dicoba masalah,
apakah pengasuh sering merasa
tertekan?
‘’Yaa walaupun ibu ini pekerja keras banget,
apalagi di usia yang tua dia masih mau caru
uang biar tetep bertahan hidup, tapi sorot mata
sama wajah ngga bisa bohong kan? Yang saya
liat jelas sorot mata ibu tertekan, cuma ibu
lebih dibawa ke happy aja’’
Apakah pengasuh seringkali
berusaha untuk mencari jalan
keluar dari permasalahan tersebut
/ lebih memilih untuk berdiam
diri?
‘’Kurang berdiam diri gitu saya kurang tau
mas, cuma kalau memang keadaan mendesak
biasanya ibu suka pinjem uang ke saya’’
Progress apa saja yang bapak/ibu
temukan selama pengasuh
merawat anak ini?
‘’Dulu saya pindahan kan sekitar tahun 2011,
pas saya dateng umur cucunya ini sekitar 11 /
12 tahun, waktu itu sih yang saya liat dia cuma
bisanya tiduran aja dikasur, sama sekali ngga
bisa duduk kerena memang masih lemah
badanya. Tapi yang saya liat sih sekarang dia
udah bisa duduk, ngeresponya bagus banget
lxxxviii
kalau diajak ngobrol, udah bisa main hape mas
buat bales chatan, gitu aja sih’’
Apakah pengasuh rutin
melakukan kontrol pada
pertumbuhan anak?
‘’Kalau kontrol mandiri saya kurang tau mas,
namanya tetangga kan ngga terlalu merhatiin
banget’’
Apakah pengasuh sering
mengajak olahraga ringan kepada
anak?
‘’Ngga mas, soalnya anak ini masih belum bisa
ngapa-ngapain’’
Berapa bulan sekali pengasuh
mengajak olahraga ringan kepada
anak?
Pengasuh tidak pernah mengajak olahraga
ringan kepada cucunya yang memiliki
disabilitas
Apakah pengasuh sering
memberikan suplemen untuk
pertumbuhan anak?
‘’Kalau suplemen saya ngga tau mas, mungkin
kalau dari YSI biasanya dikasih, tapi karena
pandemi kan bantuan nutrisi gitu pada di stop
karena sponsor gak ada, jadi kayanya sih buayt
suplemen beberapa tahun ini menurut saya
ngga terlalu diperhatikan sama si ibu’’
Bagaimana cara pengasuh dalam
melatih kemandirian anak selama
dirumah?
‘’Kalau mau makan suka diajarin cara megang
yang bener kaya gini, kebetulan kan tanganya
agak bengkok jadi sendoknya juga dibengkokin
biar menyesuaikan aja’’
Dalam merawat kerabat disabilitas
tentu memiliki banyak sekali
permasalahan yang datang secara
tidak diduga maupun sudah
diprediksi, entah itu permasalahan
‘’Kalau tindakan antisipasi kayanya ngga ada
deh mas setau saya, namanya ibu kan udah tua
banget, jadi yaa dia fokusnya cuma cari makan
aja buat bertahan hidup, jadi kalau antisipasi
gitu menurut saya ngga ada biar kondisinya
lxxxix
ekonomi, nutrisi, kesehatan dll.
lalu adakah tindakan antisipasi
dari pengasuh dalam mencegah
permasalahan tersebut
jadi lebih baik lagi’’
Apakah pengasuh seringkali
membuat keputusan dalam
mengatasi permasalahan, atau
lebih memilih menyerah dan
memberikan kepada orang lain
untuk menyelesaikan?
‘’Kalau dibilang menyerah sih ngga mas,
soalnya ibu orangnya selalu maju terus, coba
buat tetep bertahan walaupun kondisi tidak
mendukung’’
Apakah pengasuh sering
mengadakan kegiatan?
‘’Ngga sih mas, dia kurang begitu tertarik kalau
mengadakan kegiatan gitu’’
Apakah pengasuh yang mengatur
kegiatan tersebut?
Pengasuh tidak tertarik untuk mengadakan
kegiatan
Apakah pengasuh pernah
merasakan kondisi terpuruk /
down?
‘’Kalau itu saya ngga tau mas, karena ibu juga
orangnya kalau masalah pribadi agak tertutup’’
Mengapa hal tersebut bisa terjadi? Narasumber tidak bisa membicarakan
informasi, karena Ibu Tuti termasuk orang yang
tertutup
Kapan itu terjadinya? Narasumber tidak bisa membicarakan
informasi, karena Ibu Tuti termasuk orang yang
tertutup
Dimana kejadian itu berlangsung? Narasumber tidak bisa membicarakan
informasi, karena Ibu Tuti termasuk orang yang
tertutup
xc
Adakah Gejala yang pengasuh
rasakan pada tubuh ketika sedang
down / terpuruk?
‘’Biasanya dia kalau terlalu cape, asmanya
kambuh mas. Kalau udah gitu suka dibawa ke
dokter yang deket dari sini biar ada
penanganan’’
Bagaimana cara pengasuh dalam
mengatasi kondisi down /
terpuruk?
‘’Yaaa dia suka keluar aja, ngumpul bareng
sama ibu-ibu yang lain buat bercanda gitu, kata
dia sih enak aja buat ngilangin beban’’
Apakah sejauh ini, cara yang
pengasuh lakukan sudah efektif
dalam mengatasi kondisi down /
terpuruk?
‘’Ngga nentu sih mas, kalau emang masalahnya
berat yaa tetep aja dia down, asmanya pasti
kambuh’’
cviii
Transkrip Wawancara Orang Terdekat Pengasuh (Pengasuh
2)
Nama : Annisa Yuni Jubaedah
Umur : 38 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Status Hubungan : Anak dari Ibu Yuli Jubaedah
Lokasi Wawancara : Sukmajaya, Depok
Tempat Wawancara : Ruang keluarga rumah Bu Yuli
Waktu Wawancara : Sabtu, 7 Agustus 2021, 15.10 – 16.05 WIB
Pertanyaan Jawaban
Bagaimana dengan kondisi
kesehatan dari pengasuh?
‘’Owhh, Alhamdulillah ibu saya mah sehat
terus mas, jarang banget kena sakit walaupun
udah di usia tua kaya begini. Yaa paling kalo
sakit kaya biasa ajaaa, demam / meriang gitu,
itu juga jarang banget’’
Berapa tahun sekali pengasuh
mengecek kesehatan?
‘’Sepengetahuan saya sih ibu udah ngga pernah
ngecek kesehatan lagi dalam beberapa tahun
ini, soalnya emang ngga pernah sakit yang
parah banget. Paling yaaa demam biasa aja
gitu, terus minumnya obat biasa aja kaya
paracetamol’’
Dimana pengasuh melakukan cek
kesehatan?
‘’Kalau cek-cek gitu sih biasanya di RSUD
Depok, itu juga udah lamaaa banget’’
Apakah riwayat penyakit tersebut
mempengaruhi pengasuh dalam
merawat kerabat disabilitas?
Berdasarkan pengakuan dari anaknya,
pengasuh tidak memiliki riwayat penyakit yang
serius’’
Pernahkan pengasuh mengeluh ‘’Ngga sih, saya ngga pernah liat ibu ngeluh
cix
ketika merawat anak ini? gitu. Soalnya ibu sabar banget ngerawat
cucunya. Bahkan anak ini bisa mandiri kaya
gini, karena ibu ngelatihnya telaten banget’’
Berapa tahun sekali pengasuh
membawa anak ini pergi ke
tempat terapi dan perawatan?
‘’Sebulan sekali, kebetulan saya yang bawa
anak ini ke tempat terapi di RS Cipto, jadi
Alhamdulilah termasuk rutin kalau ngajak
terapi-terapi gitu’’
Apakah pengasuh memperhatikan
asupan gizinya untuk anak?
‘’Alhamdulilah perhatian banget mas, sampe-
sampe ibu suka minta ke saya buat dibeliin
suplemen tambahan buat cucunya, kaya
vitamin D gitu dalam bentuk tablet. Kebetulan
juga saya yang mencari nafkah buat keluarga
ini, jadinya saya suka nurut kalo ibu mau
dibeliin apa, saya kasih buat cucunya’’
Bagaimana dengan pendidikanya? ‘’Anak ini sekarang sekolah privat di Bina
Insani, kalau gak salah udah berjalan 3 tahunan
dia belajar sekolah gini. Soalnya waktu umur
12 tahun dia belum begitu nangkep sama
pelajaran, fokusnya masih ke kemandirian aja
diajarin cara berjalan, memegang objek, makan
dan minum, mandi, sama buang air besar /
kecil’’
Apakah lingkungan sosialnya
menerima kehadiran anak ini
dengan baik?
‘’Anak ini periang banget mas, pdktnya bagus
makanya temen dia banyak banget. Tetangga
sini Alhamdulilah pada baik juga sama dia,
malah dia udah ada rencana pengen diangkat
jadi guru ngaji dimasjid deket sini, kalau
memang kemampuanya udah baik banget buat
ngajar anak kecil, soalnya dia paling pinter
berbaur sama anak kecil gitu’’
Kapan terakhir bapak / ibu
melihat pengasuh mengajak
keluar anak untuk bermain,
sehingga anak mampu belajar
untuk bersosialisasi dan memiliki
teman bermain?
‘’Terakhir sih sebelum pandemi, apalagi
sekarang masih PPKM kan. Ibu orangnya
beneran taat prokes banget, dia ngga mau
keluar kalau ngga penting banget’’
Apakah bapak / ibu pernah
melihat pengasuh melakukan
sosialisasi kepada masyarakat
sekitar tentang kerabatnya yang
‘’Pernah sih, dan itu udah lama banget mas.
Soalnya kan tetangga pasti kepo, suka nanyain
kenapa anaknya stress, kenapa anaknya beda,
jadi ibu saya suka ngejawab sekalian
cx
memiliki disabilitas? sosialisasi, dan Alhamdulillah tetangga pada
nerima dia dengan baik’’
Adakah upaya yang dilakukan
oleh pengasuh dalam mengatasi
rasa lelah, sehingga dalam
merawat kerabat disabilitas bisa
tetap optimal?
‘’Saya ngga pernah liat ibu lelah mas, yaa
paling kalau lagi bosen mau ngapain dia suka
ngaji aja disini, bareng-bareng sama cucunya’’
Ketika sedang dicoba masalah,
apakah pengasuh sering merasa
tertekan?
‘’Ibu orangnya happy banget mas, ngga pernah
dia nunjukin ke saya muka lagi tertekan gitu.
Ibu disini udah terkenal sabar banget, malah
tetangga juga pada ngakuin itu’’
Apakah pengasuh seringkali
berusaha untuk mencari jalan
keluar dari permasalahan tersebut
/ lebih memilih untuk berdiam
diri?
‘’Dia suka kok cari jalan keluar, kadang kalo
emang mentok dia suka diskusi sama saya buat
ngatasin permasalahan’’
Progress apa saja yang bapak/ibu
temukan selama pengasuh
merawat anak ini?
‘’Progressnya banyak banget mas kalau yang
saya lihat. Soalnya dulu anak ini sama sekali
ngga bisa ngapa-ngapain, tapi liat tuh sekarang,
udah bisa lari-larian sama temenya, bisa makan
sendiri, mandi sendiri, udah mulai ikut
pendidikan, udah mulai bisa ngaji, makanya
bersyukur banget dia udah bisa sampe ditahap
ini, jadinya ngga terlalu repotin ibu banget’’
Apakah pengasuh rutin
melakukan kontrol pada
pertumbuhan anak?
‘’Kalau kontrol mandiri sih ngga pernah,
soalnya anaknya udah bisa ngukur berat badan
sendiri,bisa ngukur tinggi badan sendiri’’
Apakah pengasuh sering
mengajak olahraga ringan kepada
anak?
‘’Dulu ibu suka ngajak dia jogging, yaaa itung-
itung biar sekalian dia belajar mandiri buat
jalan, tapi karena ibu saya sekarang udah tua,
jadianya dia mending dirumah aja sekarang’’
Berapa bulan sekali pengasuh
mengajak olahraga ringan kepada
anak?
‘’5 tahunan ini udah ngga pernah sih mas’’
Apakah pengasuh sering
memberikan suplemen untuk
pertumbuhan anak?
‘’Sering, suka banget dia ngasih suplemen gitu
ke dia, yaa namanya juga cucu pasti sayang
banget, apa aja dibelain demi cucu. Kalau
emang ada saya biasa ngasih tiap bulan gitu,
tapi kalau lagi ngga ada yaaa ngga saya beli
mas’’
cxi
Bagaimana cara pengasuh dalam
melatih kemandirian anak selama
dirumah?
‘’Kalau melatih mandiri dirumah biasanya ibu
suka ngajarin dia cara berjalan yang bener,
kaya ibu pegang badanya, terus ibu suruh
tangan dia megang tembok, ibu suruh dia buat
jalan pelan-pelan’’
‘’Pernah juga ibu beliin kursi roda yang mirip
bayi gitu, jadi kalau dia mau sesuatu / mau
melakukan sesuatu dia bisa pelan-pelan buat
belajar jalan. Terus ibu suka ngajarin dia kalau
ngomong tuh harus yang bener, harus sopan,
soalnya kan dulu dia agak kesulitan buat bicara
karena CP itu kan nyerangnya si saraf, tapi
alhamdulilah udah bisa ngomong lancar’’
‘’Ibu juga ngajarin dia buat belajar makan
sendiri, ibu suka contohin kalo megang sendok
tuh kaya begini, terus juga ibu ajarin cara
mandi tuh kaya begini, mau buang air besar /
kecil tuh kaya begini, Alhamdulilah dia
termasuk anak yang cepet banget nangkep,
makanya sekarang udah mandiri banget’’
Dalam merawat kerabat disabilitas
tentu memiliki banyak sekali
permasalahan yang datang secara
tidak diduga maupun sudah
diprediksi, entah itu permasalahan
ekonomi, nutrisi, kesehatan dll.
lalu adakah tindakan antisipasi
dari pengasuh dalam mencegah
permasalahan tersebut
‘’Kalau antisipasi sih ada, soalnya beberapa
bulan yang lalu kan saya sempet diberhentiin
kerja sama kantor saya, jadinya buat
pemasukan gitu sama sekali ngga ada kan.
Makanya sekarang saya lagi nabung buat
modal ibu bikin usaha telur gulung gitu, ntar
biar adik saya yang kerjain karena ibu kan udah
tuaam, yaa itung-itung biar adik saya juga ada
job’’
Apakah pengasuh seringkali
membuat keputusan dalam
mengatasi permasalahan, atau
lebih memilih menyerah dan
memberikan kepada orang lain
untuk menyelesaikan?
‘’Sering banget, kalau lagi diskusi gitu kita
sebagai anak suka banget minta saran ke ibu.
Soalnya kan pengalaman ibu lebih banyak
mas’’
Apakah pengasuh sering
mengadakan kegiatan?
‘’Kegiatanya yaa kaya pengajian ajaa, ngajarin
anak ini ngaji, ibu suka aja kalau luangin
waktunya buat kegiatan yang bermanfaat’’
cxii
Apakah pengasuh yang mengatur
kegiatan tersebut?
‘’Iyaa, ibu saya yang mengatur kegiatan
tersebut. Soalnya saya ngga bisa, karena saya
ngaji. Sedangkan adik saya orangnya maluan
buat ngajar gitu, bukan malu sih…lebih ke
mageran’’
Apakah pengasuh pernah
merasakan kondisi terpuruk /
down?
‘’Alhamdulililah saya ngga pernah lihat mas’’
Mengapa hal tersebut bisa terjadi? Pengasuh tidak pernah mengalami down
Kapan itu terjadinya? Pengasuh tidak pernah mengalami down
Dimana kejadian itu berlangsung? Pengasuh tidak pernah mengalami down
Adakah Gejala yang pengasuh
rasakan pada tubuh ketika sedang
down / terpuruk?
Pengasuh tidak pernah mengalami down,
sehingga tidak ada gejala yang dirasakan pada
tubuh
Bagaimana cara pengasuh dalam
mengatasi kondisi down /
terpuruk?
‘’Ibu suka banget sholat tahajud, soalnya dia
apa-apa lebih ke pasrah aja sama Allah. Dia
mau berkeluh kesah, curhatnya sama Allah
ajaa. Soalnya dia pernah bilang, kalau Allah
adalah tempat terbaik buat berkeluh kesah’’
Apakah sejauh ini, cara yang
pengasuh lakukan sudah efektif
dalam mengatasi kondisi down /
terpuruk?
‘’Sejauh ini efektif banget, terbukti kalau ada
masalah apapun selalu ibu bawa happy, ibu
sabar, ibu cari jalan keluarnya, gituu mas’’