Kesesuaian Harapan dan Persepsi Mahasiswa Terhadap Layanan Bimbingan Akademik di Poltekkes Surakarta...
-
Upload
independent -
Category
Documents
-
view
5 -
download
0
Transcript of Kesesuaian Harapan dan Persepsi Mahasiswa Terhadap Layanan Bimbingan Akademik di Poltekkes Surakarta...
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Salah satu dimensi mutu pendidikan adalah mutu
hasil belajar atau prestasi belajar. Dalam Buchari
Alma & Hurriyati, 2008, Achmad Sanusi menyatakan
bahwa mutu hasil belajar atau prestasi belajar
merupakan ujung tombak mutu pendidikan. Berbicara
mengenai keberhasilan pendidikan, berkaitan dengan
prestasi belajar mahasiswa, yang menjadi tolak ukur
adalah seberapa besar peningkatan prestasi yang
dicapai oleh mahasiswa pada saat ia memasuki suatu
institusi pendidikan sampai pada saat dia keluar atau
lulus dari pendidikan tersebut (Ilyas, 2011).
Beberapa hal telah dilakukan suatu institusi
pendidikan untuk meningkatkan prestasi belajar
mahasiswa antara lain : inovasi metode pembelajaran,
perbaikan system dan struktur pendidikan dengan cara
memperbaiki metode maupun kondisi proses belajar
1
2
mengajar, memperbaiki sistem seleksi mahasiswa baru,
memperketat frekuensi kehadiran mahasiswa dan dosen,
menambah koleksi buku-buku perpustakaan, dan
pemberian model bimbingan seperti model bimbingan
akademik dari dosen yang ditunjuk sebagai pembimbing
akademik yang disadari oleh para ahli psikologi
sangat penting dalam rangka peningkatan prestasi
belajar mahasiswa dan pencapaian kualitas pendidikan
khususnya di Perguruan Tinggi secara optimal (Ilyas,
2011).
Dalam Avianti, 2005 mengutip dari Lewis dan
Smith, 1994 menyebutkan bahwa pendidikan tinggi
merupakan suatu lembaga yang memiliki pelanggan
terdiri dari : pelanggan internal akademik
(mahasiswa, fakultas, program studi/jurusan),
pelanggan internal administratif (mahasiswa, pegawai,
unit/divisi pelayanan), pelanggan eksternal langsung
(sekolah, industri, universitas lain), dan pelanggan
eksternal tidak langsung (parlemen, masyarakat luas,
badan akreditasi, alumni, donor). Kotler, 1997 dalam
3
Astuti, 2005 memberikan pengertian mengenai kualitas
sebagai keseluruhan ciri dan karakteristik produk
atau jasa yang mendukung kemampuan untuk memberikan
kepuasan pada pelanggan, yang berarti kualitas harus
dimulai dari kebutuhan pelanggan dan berakhir pada
persepsi pelanggan. Persepsi pelanggan terhadap
kualitas merupakan perilaku menyeluruh atas
keunggulan jasa.
Bimbingan akademik merupakan salah satu bentuk
program pelayanan dari perguruan tinggi kepada
mahasiswa melalui dosen pembimbing akademik atau PA
(Prayitno, 1997 dalam Somorangkir & Sinaga, 2008).
Pemanfaatan suatu program pelayanan sesuai dengan
fungsinya merupakan suatu bentuk atau wujud dari
efektivitas dan efisiensi program (Wijatno, 2009).
Namun dari berbagai literatur, berbicara mengenai
pemanfaatan program bimbingan akademik, terkait
dengan hubungan yang terjalin antara dosen pembimbing
akademik (dosen PA) sebagai pemberi jasa dan
mahasiswa sebagai pelanggan atau penerima jasa, masih
4
banyak proses bimbingan akademik yang belum efektif
dan efisien. Seperti halnya dikatakan Ilyas (2011)
bahwa di sebagian peruguruan tinggi, pada umumnya
kegiatan bimbingan akademik hanya meliputi pengesahan
Kartu Rencana Studi (KRS), evaluasi boleh dan
tidaknya mahasiswa mengikuti ujian atas dasar
kehadiran kuliahnya, serta dosen mengesahkan berapa
Indeks Prestasi yang telah dicapai mahasiswa selama
mengikuti kuliah guna mendapatkan transkrip akademik.
Berdasarkan hasil wawancara singkat kepada
beberapa mahasiswa dan dosen di Poltekkes Kementrian
Kesehatan Surakarta mengenai pemanfaatan bimbingan
akademik, diperoleh kesimpulan bahwa bimbingan
akademik di Poltekkes Kementrian Surakarta belum
mencapai visi bimbingan akademik secara optimal
sesuai dengan fungsinya yang tercantum pada buku
pedoman Poltekkes Kementrian Kesehatan Surakarta
2011. Bimbingan dan konseling yang merupakan salah
satu kegiatan dalam bimbingan akademik belum
terlaksana secara optimal, yaitu proses saling
5
memberi dan menerima antara PA dan mahasiswa, proses
dimana dosen mengikuti bagaimana perkembangan studi
mahasiswa, mahasiswa mengungkapkan permasalahan yang
terjadi padanya yang dapat mengganggu kegiatan
akademis, dosen menanyakan mengapa Indeks Prestasi
yang dicapai mahasiswa rendah, menanyakan adakah
masalah yang dihadapi, baik masalah akademis maupun
non akademis yang dimungkinkan dapat mengganggu
kegiatan akademis.
Bersumber dari masalah yang telah diuraikan,
evaluasi yang merupakan upaya untuk mengetahui
tingkat keterlaksanaan suatu kebijakan dengan cara
mengetahui efektivitas masing – masing komponennya
menjadi strategi untuk meraih keberhasilan (Arikunto,
2009). Dengan mengetahui kualitas jasa pendidikan
yang dapat diketahui dari tingkat perbedaan atau gap
antara harapan mahasiswa dan kenyataan yang selama
ini diterima kemudian dipersepsikan tentang layanan
bimbingan akademik, akan dapat diketahui pula
tindakan evaluasi untuk meningkatkan kualitas
6
pelayanan jasa (Asutui, 2009). Kepuasan mahasiswa
menjadi elemen yang penting dalam menyediakan
pelayanan yang lebih baik, lebih efisien, dan lebih
efektif.
Berdasarkan uraian diatas, maka penulis merasa
bahwa sangat perlu diadakan penelitian untuk
mengetahui kesesuaian harapan mahasiswa dan persepsi
mahasiswa tentang bimbingan akademik sebagai
indikator kualitas layanan bimbingan akademik
Poltekkes Surakarta Jurusan Kebidanan 2011 agar dapat
dilakukan suatu evaluasi untuk mencapai kualitas
pelayanan bimbingan akademik yang menjadi visi
instansi pendidikan.
B. PERUMUSAN MASALAH
Berdasarkan survey, pemanfaatan bimbingan akademik
di Poltekkes Kementrian Surakarta Jurusan Kebidanan
2011 belum terlaksana secara optimal sesuai dengan
fungsinya seperti yang tertulis pada buku Pedoman
Akademik Poltekkes Kementrian Surakarta. Kesesuaian
7
harapan dan persepsi mahasiswa terhadap layanan
bimbingan akademik merupakan indikator kualitas
layanan yang mempengaruhi terlaksananya layanan
bimbingan akademik tersebut sesuai dengan fungsinya.
C. PERTANYAAN PENELITIAN
Bagaimana kesesuaian antara harapan dan persepsi
mahasiswa terhadap layanan bimbingan akademik di
Poltekkes Kementrian Surakarta Jurusan Kebidanan
2011?
D. TUJUAN PENELITIAN
Berdasarkan rumusan masalah tersebut, tujuan
penelitian ini adalah :
1. Tujuan Umum
Mengetahui kesesuaian antara harapan dan persepsi
mahasiswa terhadap layanan bimbingan akademik di
8
Poltekkes Kementrian Surakarta Jurusan Kebidanan
2011
2. Tujuan Khusus
a. Mendeskripsikan harapan mahasiswa terhadap
layanan bimbingan akademik di Poltekkes
Kementrian Surakarta Jurusan Kebidanan
b. Mendeskripsikan kenyataan pelayanan yang
diterima atau persepsi mahasiswa terhadap
layanan bimbingan akademik di Poltekkes
Kementrian Surakarta Jurusan Kebidanan
c. Menganalisa kesesuaian harapan dan persepsi
mahasiswa terhadap layanan bimbingan akademik di
Poltekkes Kementrian Surakarta Jurusan Kebidanan
E. RUANG LINGKUP
Untuk menghindari terjadinya perbedaan pemahaman
terhadap hasil penelitian yang diakibatkan oleh
9
perbedaan sudut pandang, maka ditetapkan lingkup
penelitian.
1. Lingkup Materi
Penelitian yang dilaksanakan berkaitan dengan ilmu
pendidikan, khususnya kualitas layanan bimbingan
akademik di Perguruan Tinggi.
2. Lingkup Tempat
Lokasi dan tempat penelitian adalah di Poltekkes
Kementrian Surakarta Jurusan Kebidanan
3. Lingkup Waktu
Penelitian dilakukan pada bulan September –
November 2011
F. MANFAAT PENELITIAN
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan
kontribusi secara positif dalam sistem pendidikan,
diantaranya :
1. Bagi peneliti sendiri memperoleh manfaat antara
lain :
10
a. Mempunyai tambahan pengalaman melaksanakan
penelitian dalam bidang pendidikan
b. Lebih mantap memperoleh kemampuan dalam
meningkatkan kualitas pendidikan
2. Bagi anggota institusi pendidikan khususnya dosen
pembimbing akademik yang berperan utama dalam
bimbingan akademik adalah lebih mantap untuk
menjadi dosen pembimbing akademik, melakukan
evaluasi terhadap proses layanan jasa bimbingan
akademik dalam usaha meningkatkan mutu pendidikan.
3. Bagi mahasiswa adalah dapat memberikan pengetahuan
atau informasi mengenai bimbingan akademik yang
ada di insitusi
G. KEASLIAN PENELITIAN
Penelitian ini adalah penelitian yang menganalisa
kesesuaian antara harapan dan persepsi mahasiswa
terhadap layanan bimbingan akademik di Poltekkes
Kementrian Surakarta Jurusan Kebidanan. Beberapa
11
penelitian yang berhubungan dengan kualitas layanan
jasa diantaranya :
Tabel 1.1. Gambaran Perbedaan Judul dan MetodologiPenelitian Terdahulu
Nama Judul VariabelYangDiteliti
DesainPenelitian
LokasiPenelitian
Suhardi(Tesis),2009
AnalisisKesesuaianAntaraHarapan danKenyataanMutuPelayananYang Diterimadi Unit RawatInap RSUD Dr.Raden SoedjatiSoremodardjo
Harapandankenyataanmutupelayananyangditerima
Observasipaneldenganpendekatandeskriptifanalitik,dengansimplerandomsampling,denganinstrumentkuesionerterstruktur
RSUD Dr.RadenSoedjatiSoremodardjo
TututDewiAstutiT. D,2009
AnalisisPerbedaanHarapanKualitas JasaPendidikan(Studi Empirispada ProgramStudiAkuntansi diPerguruanTinggi diYogyakarta)
Harapandanpersepsimahasiswaterhadapkualitasjasa
Penelitian Survey,denganpurposivesamplingdenganinstrumentkuesionerShank
ProdiAkuntansidiPerguruanTinggiSwasta diYogayakarta
12
RatuAmiliaAvianti,2005
AnalisisKeunggulanKompetitifKualitasLayananKepadaMahasiswaSebagaiPelangganInternalFakultas TeknikUniversitasNegeri Jakarta
Harapandanpersepsimahasiswaterhadaplayanan
Penelitian SurveydengansimplerandomsamplingdenganinstrumentkuesionerSERVQUAL
FakultasTeknikUniversitas NegeriJakarta
TriWidjatmaka, 2006
KualitasLayananAkedemik diPolteknikNegeriJakarta : StudiKasus PadaEngineeringDepartment
Harapandanpersepsimahasiswaterhadaplayanan
Penelitian SurveydenganinstrumentkuesionerSERVQUAL
Politeknik NegeriJakarta
MurniatySimorangkir danAntoniusSinaga,2008
PeningkatanPrestasiAkademikMahasiswaBerprestasiRendahMelaluiLayananBimbinganAkademikBerorientasiPengungkapanMasalahBelajar
Prestasiakademikmahasiswa
Penelitian QuasiEksperimentaldengansistemkuotasamplingdenganinstrumenangketAUMPTSDL-1
FakultasMIPAUniversitas NegeriMedan
13
Berikut publikasi yang berkaitan dengan penelitian
ini diantaranya :
Tabel 1.2. Publikasi yang berkaitanNama JudulIlyas,2011
Peran Ideal Dosen Pembimbing Akademik dan PrestasiBelajar Mahasiswa
Mulyadi,2003
Peran dan Fungsi Dosen Penasehat Akademik
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. PENDIDIKAN TINGGI
Dijelaskan oleh Buchari Alma & Hurriyati, 2008,
lembaga pendidikan merupakan suatu organisasi
produksi yang menghasilkan jasa pendidikan yang
dibeli oleh para konsumen. Konsumen utamanya adalah
para siswa atau mahasiswa dan masih banyak konsumen
yang lain. Apabila produsen tidak mampu memasarkan
hasil produksinya, dalam hal ini jasa pendidikan,
disebabkan karena kualitasnya tidak disenangi oleh
konsumen, tidak memberikan nilai tambah bagi
peningkatan pribadi individu, layanan tidak
14
memuaskan, maka produk jasa yang ditawarkan tidak
akan laku. Akibatnya lembaga pendidikan akan mundur
bila peminat tidak ada.
Buchari Alma & Hurriyati, 2008 menjelaskan
mengenai paradigma pengelolaan pendidikan tinggi
mnggunakan konsep manajemen bisnis tidak semata –
mata bertujuan mengejar laba dan bersifat komersial.
Pada hakekatnya, konsep bisnis berarti penekanan pada
efisiensi dan kreativitas meningkatkan produktivitas
dan menjaga kualitas. Demikian pula konsep pemasaran
adalah memuaskan konsumen, tidak memperlakukan siswa
semaunya pimpinan sekolah tetapi bagaimana pimpinan
sekolah mengetahui dan meneliti apa sebenarnya
keinginan dari para siswa sebagai konsumennya.
Tujuan utama manajemen berbasis pelanggan adalah
menghasilkan proses dan produk yang memberi kepuasan
pada pelanggan. Pelanggan pendidikan tinggi adalah
mahasiswa dan orangtuanya serta stakeholder lainnya.
Kepuasan pelanggan membuat mereka membeli bisnis
dalam jumlah banyak dan kontinyu. Oleh karena itu
9
15
memberikan mutu pelayanan bidang akademis yang tinggi
dan pelayanan non akademis yang prima adalah
keharusan untuk kepuasan pelanggan dalam usaha
kesuksesan suatu institusi pendidikan.
Lewis dan Smith, 1994 dalam Avianti, 2005
menyebutkan bahwa pelanggan pendidikan tinggi terdiri
dari :
a. Pelanggan internal akademik (mahasiswa, fakultas,
program studi/jurusan)
b. Pelanggan internal administratif (mahasiswa,
pegawai, unit/divisi pelayanan)
c. Pelanggan eksternal langsung (sekolah, industri,
universitas lain)
d. Pelanggan eksternal tidak langsung (parlemen,
masyarakat luas, badan akreditasi, alumni, donor)
Pada sistem pendidikan tinggi baik PTN maupun
PTS, pelanggan adalah pribadi paling penting dalam
organisasi. Kepuasan mahasiswa adalah pemenuhan
kebutuhan dan harapan mahasiswa.
16
B. BIMBINGAN AKADEMIK
Menurut Prayitno dan Amti, 2004, bimbingan adalah
proses pemberian bantuan yang dilakukan oleh orang
yang ahli kepada seorang atau beberapa orang
individu, baik anak – anak, remaja, maupun dewasa
agar orang yang dibimbing dapat mengembangkan
kemampuan dirinya sendiri dan mandiri dengan
memanfaatkan kekuatan individu dan sarana yang ada
berdasarkan norma – norma yang berlaku.
Menurut Prayitno, dkk, 1997 dalam Simorangkir dan
Sinaga, 2008, bimbingan akademik adalah bentuk
pelayanan perguruan tinggi kepada mahasiswa melalui
Dosen Pembimbing Akademik (PA) untuk membantu
mahasiswa menyesuaikan diri dan memecahkan masalah
akademik, sehingga mahasiswa mampu memenuhi tujuan
perkuliahan. Bimbingan akademik yang diberikan kepada
mahasiswa atas masalah belajar yang dialaminya dapat
diberikan melalui beberapa jenis layanan dan
pendekatan. Jenis layanan tersebut yaitu : Layanan
Orientasi, Layanan Informasi, Layanan
17
Penempatan/Peyaluran, Layanan Pembelajaran, Layanan
Bimbingan dan Konseling Perorangan, Layanan Bimbingan
dan Konseling Kelompok (Prayitno dkk, 1997 dalam
Simorangkir & Sinaga, 2008).
Widodo, 1997 dalam Mulyadi, 2003 menjelaskan
tentang tujuan – tujuan bimbingan akademik adalah :
1. Mahasiswa mendapatkan kesempatan untuk memperoleh
bantuan bimbingan yang bersistem guna menunjang
lancarnya proses belajar mengajar dan pengembangan
potensi diri yang optimal
2. Dosen bidang studi dapat berkonsentrasi sepenuhnya
dalam pengelolaan proses belajar mengajar karena
tertanganinya hal – hal yang dapat menghambat
proses belajar yang berasal dari diri mahasiswa
3. Lembaga pendidikan (Institusi, Fakultas, dan
Jurusan) sebagai pengelola sistem pendidikan dapat
memperoleh sumbangan yang berarti dalam usaha
membina dan mengembangakan keserasian keseluruhan
unsur – unsur pendidikan tinggi.
18
Mengenai tugas dan peran pembimbingan akademik,
Sayekti 1991 dalam Ilyas, 2011 mengumpulkan pendapat
dari beberapa ahli tentang tugas dan peran pembimbing
akademik sebagai berikut :
1. Mulyani dan A. Nurhadi menyebutkan bahwa peran
pembimbing akademik meliputi hal pembinaan dan
penasehatan, pelayanan administratif, penyediaan
konsultasi pribadi, dan layanan rekomendasi.
2. Aryatmi Siswiharjono juga menyebutkan bahwa
bimbingan akademik meliputi : perencanaan studi,
pemilihan pekerjaan, pengenalan diri, minat dan
bakat, kekuatan, kelemahan, kepribadian, hubungan
dengan lingkungan, pemecahan masalah, pengenalan
nilai-nilai hidup, hubungan sosial dengan
temannya, serta motivasi belajar
3. A. Badawi menyebutkan tugas pembimbing akademik
adalah : menyusun program layanan kepenasehatan,
baik secara perorangan maupun kelompok, secara
berkala, terjadwal maupun sewaktu-waktu serta
melakukan penyusunan program dan bahan belajar dan
19
memilih mata kuliah. Selain itu PA juga bertugas
mengembangkan sikap dan kebiasaan belajar yang
baik, membantu dalam pemecahan masalah yang
dihadapi serta memberikan dorongan untuk
memanfaatkan Unit Pelayanan Bimbingan dan
Konseling.
Secara umum, dalam buku pedoman yang dikeluarkan
oleh Depdikbud R.I. dalam Ilyas, 2011 menyebutkan
bahwa peran pembimbing akademik antara lain
meliputi :
1. Mengusahakan agar setiap mahasiswa yang berada di
wilayah tanggung jawabnya memperoleh pengarahan
yang tepat dalam menyusun program dan beban
belajarnya serta dalam memilih mata kuliah yang
akan diambilnya.
2. Memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk
membicarakan masalah - masalah yang dialami
khususnya yang berkenaan dengan pendidikan
3. Membantu mahasiswa agar dapat mengembangkan sikap
dan kebiasaan belajar yang baik.
20
Sedangkan dalam buku Pedoman Akademik Poltekkes
Kementrian Kesehatan Surakarta, Pasal 14 mengenai
pembimbing akademik :
1. Dalam rangka membantu mahasiswa untuk
menyelesaikan pendidikannya dengan baik dan tepat
waktu, maka setiap mahasiswa dibimbing seorang
dosen tetap sebagai Pembimbing Akademik (PA)
2. Setiap awal semester mahasiswa perlu konsultasi
dan memprogramkan rencana studinya bersama PA, dan
rencana studi tersebut dituangkan dalam KRS
3. Mahasisswa dapat meminta bantuan PA dalam hal
mendapatkan informasi dan advokasi, pengarahan
dalam memprogramkan rencana studinya untuk
semester yang akan berlangsung, dan bantuan dalam
memecahkan berbagai masalah khususnya yang
menyangkut akademik.
4. Setiap PA wajib mengikuti perkembangan studi
mahasiswa
5. Bimbingan akademik oleh PA harus dilakukan di
kampus
21
6. Dalam hal tertentu fungsi PA dapat dialihkan ke
Bimbingan Konseling
Dalam Buku Pedoman Akademik Poltekkes Kementrian
Kesehatan Surakarta 2011 dituliskan juga bahwa dalam
hal tertentu fungsi PA dapat dialihkan ke Bimbingan
Konseling sehingga berarti bahwa dalam bimbingan
konseling ini Dosen PA berperan sebagai konselor dan
mahasiswa berperan sebagai klien.
Prayitno & Amti, 2004 mengungkapkan bahwa
pelayanan bimbingan dan konseling adalah pekerjaan
profesional, sehingga dalam prosesnya harus
dilaksanakan mengikuti kaidah – kaidah yang menjamin
efisiensi dan efektivitas proses tersebut. Dalam
penyelenggaraan pelayanan bimbingan dan konseling,
kaidah – kaidah tersebut dikenal dengan asas – asas
bimbingan dan konseling. Apabila asas – asas itu
diikuti dan terselanggara dengan baik, maka proses
pelayanan mengarah pada pencapaian tujuan yang
diharapkan.
22
Bersumber dari penjelasan diatas, maka asas –
asas ini akan menjadi pedoman terlaksananya proses
bimbingan konseling sebagai bentuk dari bimbingan
akademik. Asas – asas yang dimaksudkan adalah
(Prayitno & Amti, 2004):
1. Asas Kerahasiaan
Segala sesuatu yang dibicarakan klien kepada
konselor tidak boleh disampaikan keada orang lain.
Asas ini menjadi kunci dalam usaha bimbingan
konseling. Apabila terlaksana, maka konselor akan
mendapat kepercayaan klien sehingga mereka akan
memanfaatkan jasa bimbingan dan konseling dengan
sebaik – baiknya. Namun jika tidak terlaksana,
maka konselor tidak akan mendapat kepercayaan
klien dan layanan bimbingan dan konseling itu
tidak akan berlangsung
2. Asas Kesukarelaan
Proses Bimbingan dan konseling harus berlangsung
atas dasar kesukarelaan pihak klien dan konselor.
Klien hendaknya tidak ragu – ragu menyampaikan
23
masalah dan konselor hendaknya memberikan bantuan
dengan tidak terpaksa.
3. Asas Keterbukaan
Dari pihak klien, diharapkan mau membuka diri
sendiri sehingga apa yang ada pada dirinya dapat
diketahui oleh orang lain (konselor) dan mau
membuka diri dalam arti mau menerima saran – saran
dan masukan dari pihak luar. Dari pihak konselor,
keterbukaan terwujud dengan kesediaan konselor
menjawab pertanyaan – pertanyaan klien dan
mengungkapkan diri konselor sendiri jika hal itu
memang dikehendaki oleh klien.
4. Asas kekinian
Dalam hal ini, konselor tidak boleh menunda –
nunda pemberian bantuan. Jika diminta bantuan oleh
klien atau jelas – jelas terlihat misalnya ada
siswa yang mengalami masalah, maka konselor
hendaklah segera memberikan bantuan. Jika konselor
benar-benar memiliki alasan yang kuat untuk tidak
memberikan bantuannya sekarang, maka ia harus
24
dapat mempertanggungjawabkan bahwa penundaan yang
dilakukan itu justru untuk kepentingan klien.
5. Asas Kemandirian
Individu yang dibimbing atau klien, setelah
dibantu diharapkan dapat mandiri.
6. Asas kegiatan
Asas ini menjelaskan bahwa bimbingan konseling
tidak hanya mengandalkan transaksi verbal antara
klien dan konselor, namun asas kegiatan harus
terselenggara, yaitu klien harus aktif menjalani
proses konseling dan aktif pula melaksanakan /
menerapkan hasil – hasil konseling.
7. Asas kedinamisan
Usaha pelayanan bimbingan dan konseling
menghendaki terjadinya perubahan baik pada diri
klien, yaitu perubahan tingkah laku ke arah yang
lebih baik dan selalu menuju ke suatu pembaruan,
yang lebih maju, dinamis sesuai dengan arah
perkembangan klien yang dikehendaki.
8. Asas Keterpaduan
25
Utuk terselenggaranya asas ini, konselor perlu
memiliki wawasan yang luas tentang perkembangan
klien dan aspek – aspek lingkungan klien, serta
berbagai sumber yang dapat diaktifkan untuk
menangani masalah klien.
9. Asas Kenormatifan
Usaha bimbingan dan konseling tidak boleh
bertentangan dengan norma – norma yang berlaku,
baik ditinjau dari normal agama, norma adat, norma
hukum, norma ilmu maupun kebiasaan sehari – hari.
10. Asas keahlian
Asas ini mengacu pada kualifikasi konselor
(misalnya pendidikan sarjana bidang bimbingan dan
konseling), juga kepada pengalaman. Seorang
konselor ahli harus benar – benar menguasai teori
dan praktek konseling secara baik. Oleh karena
itu, konselor perlu mendapatkan patihan secukupnya
sehingga dapat dicapai keberhasilan usaha
pemberian layanan.
11. Asas alih tangan
26
Jika konselor sudah mengerahkan segenap upaya
untuk membantu klien, namum klien belum dapat
terbantu sebagaimana yang diharapkan, maka
konselor dapat mengirim klien kepada petugas atau
badan yang lebih ahli. Bimbingan konseling hanya
memberikan bantuan kepada individu – individu yang
pada dasarnya normal ( tidak sakit jasmani maupun
rohani) dan bekerja dengan kasus – kasus yang
terbebas dari masalah – masalah kriminal ataupun
perdata.
12. Asas Tutwuri Handayani
Asas ini nenuntut agar pelayanan bimbingan dan
konseling tidak hanya dirasakan pada waktu klien
mengalami masalah dan menghadap pada konselor
saja, tetapi diluar hubungan proses bantuan
bimbingan dan konseling pun hendaknya dirasakan
adanya dan manfaatnya pelayanan bimbingan dan
konseling itu.
Bimbingan akademik dapat beralih pada bimbingan
dan konseling. Pemanfaatan bimbingan dan konseling
27
secara optimal merupakan indikator terlaksananya
program layanan bimbingan akademik di Poltekkes
Surakarta Jurusan Kebidanan.
C. HARAPAN PELANGGAN
Faktor yang membentuk harapan pelanggan terhadap
suatu pelayanan antara lain (Kotler, 2002 dalam
Suhardi, 2009):
1. Enduring Service Intensifier.
Faktor ini meliputi harapan yang disebabkan oleh
orang lain dan filsofi pribadi seseorang mengenai
jasa. Seorang pelanggan akan mengharapkan bahwa ia
seharusnya juga dilayani dengan baik apabila
pelanggan yang lainnya dilayani dengan baik oleh
penyedia jasa. Cara yang dapat dilakukan pemasar
jasa, yaitu menggunakan riset pasar untuk
menentukan sumber dari derived service
expectations dan kebutuhan mereka.
2. Transitory Service Intensifier.
28
Factor ini merupakan factor individual yang
bersifat sementara (jangka pendek) yang
meningkatkan sensitivitas pelanggan dengan jasa,
yaitu situasi darurat pada saat pelanggan sangat
membutuhkan jasa dan jasa terakhir yang dikonsumsi
pelanggan dapat pula menjadi acuannya untuk
menentukan baik buruknya jasa berikutnya. Cara
yang dapat dilakukan pemasar jasa, yaitu
meningkatkan penyampaian jasa selama periode
puncak atau dalam situasi darurat.
3. Personal Need.
Pengharapan konsumen dipengaruhi oleh kebutuhan
pribadi yang biasanya tergantung pada
karakteristik dan keadaan pribadi, sehingga
memiliki pengaruh yang kuat. Cara yang dilakukan
pemasar jasa, yaitu mendidik para pelanggan
sebagaimana jasa mengarah pada kebutuhan mereka.
4. Past Experience.
Pengalaman masa lampau meliputi hal-hal yang telah
dipelajari atau diketahui pelanggan, yang juga
29
berpengaruh dengan konsumen. Harapan pelanggan
dari waktu ke waktu berkembang, seiring dengan
semakin banyaknya informasi yang diterima
pelanggan serta semakin bertambahnya pengalaman
pelanggan. Cara yang dilakukan pemasar jasa, yaitu
memanfaatkan riset pemasaran untuk mengetahui
pengalaman sebelumnya yang dialami pelanggan
dengan jasa serupa.
5. Word-of-Mouth.
Pengaruh yang timbul karena apa yang didengar oleh
konsumen dari konsumen lain, dan mereka cenderung
mempercayainya sehingga pengaruh ini bersifatr
potensial. Word-ofmouth ini biasanya cepat diterima
oleh pelanggan karena yang menyampaikan adalah
mereka yang dapat dipercayainya, seperti pakar,
teman, keluarga, dan publikasi media masa.
Disamping itu Word-of-mouth juga cepat diterima
sebagai referensi karena pelanggan jasa biasanya
sulit mengevaluasi jasa yang belum dirasakannya
sendiri.
30
Allan Thomas dalam Buchari Alma & Hurriyati, 2008
mengungkapkan ada tiga fungsi yang menjadi harapan
para pelanggan lembaga pendidikan yaitu :
1. The Administrator’s Production Function
Administrator sekolah bertanggungjawab untuk
mengembangkan sistem pendidikan dengan menetapkan
pelayanan apa yang diminta oleh siswa dan orang
tua, atau yang diminta oleh guru. Administrator
sekolah harus memikirkan kualitas sistem
pendidikan, termasuk didalamnya lama tahun belajar
dan lama jam belajar yang menjadi output dan input
yang meliputi ruangan yang cukup untuk belajar,
buku serta perlengkapan, dan waktu yang disediakan
oleh guru.
2. The Psychologist’s Production Function
Dalam hal ini outputnya adalah peruabahan tingkah
laku siswa yang terdiri atas tambahan pengetahuan,
nilai – nilai atau tambahan kemampuan, perubahan
perilaku dan motivasi. Perubahan ini berhubungan
dengan jangka waktu panjang sebagai hasil
31
pendidikan. Dalam hal ini harus diperhatikan
kualitas guru, kecakapan guru dan sikap guru
menghadapi siswa. Perlu diperhatikan waktu yang
dihabiskan oleh siswa untuk mempelajari pelajaran
tertentu yang kelak akan mengubah performancenya.
3. The Economist’s Production Function
Ahli ekonomi melihat pendidikan akan memberikan
kontribusi terhadap individu dengan diperolehnya
kompetensi yang dapat digunakan untuk meningkatkan
ekonominya. Sebuah sekolah yang produktif ialah
lulusannya bisa menerima penghasilan yang melebihi
biaya pendidikan yang telah dikeluarkan. Dalam hal
ini outpunya berupa penghasilan atau pendapatan
yang diterima karena seseorang telah menempuh
pendidikan sedangkan inputnya ialah berupa ongkos
atau biaya sekolahnya.
D. PERSEPSI PELANGGAN
Dalam Suhardi (2009), Kotler (2002) menjelaskan
bahwa persepsi adalah suatu proses seorang individu
32
memilih, mengorganisasi, dan menafsirkan informasi
untuk menciptakan suatu gambaran yang bermakna.
Persepsi seorang dapat berbeda satu sama lainnya,
meskipun dihadapkan pada suatu situasI dan kondisi
yang sama. Hal ini dipandang dari suatu gagasan bahwa
kita semua menerima suatu objek rangsangan melalui
penginderaan, penglihatan, pendengaran, pembauan, dan
perasaan.
Dengan melihat satu obyek yang sama, orang dapat
mempunyai persepsi yang berbeda, karena persepsi
dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu (Kotler,
2002) :
a) Faktor perilaku persepsi
Bila seseorang memandang suatu obyek dan mencoba
maka penafsiran itu sangat dipengaruhi oleh
karakterisitik pribadi dari orang yang
dipersepsikan yang mencakup sikap, motif,
kepentingan, pengalaman dan penghargaan.
b) Faktor obyek
33
Karakteristik–karakteristik dari target yang
diamati dapat mempengaruhi apa yang dipersepsikan
karena target tidak dipandang dalam keadaan
terisolasi. Namun obyek yang berdekatan akan
cenderung dipersepsikan bersama – sama. Faktor
target mencakup hal yang baru yaitu gerakan,
bunyi, latar belakang dan kedekatan.
c) Faktor situasi
Faktor situasi ini mencakup waktu, keadaan /
tempat kerja dan keadaan sosial.
Sedangkan faktor-faktor yang mempengaruhi
pembentukan persepsi seseorang adalah (Kotler,
2002) :
a) Faktor internal yang meliputi pengalaman,
kebutuhan saat ini, nilai–nilai yang dianut dan
ekspresi/ pengharapan.
b) Faktor eksternal yang meliputi penampilan produk,
sifat – sifat stimulus dan situasi lingkungan.
E. KEPUASAN
34
1. Pengertian Kepuasan
Kepuasan terhadap kualitas pelayanan adalah
persepsi pelanggan tentang mutu pelayanan
(performance) yang diberikan, merupakan perbandingan
antara harapan (expectasi) sebelum dan sesudah mereka
menerima pelayanan yang sebenarnya: Berry dkk,
1990 dalam Suhardi, 2009
Kepuasaan dapat terjadi apabila :
a. Apabila harapan terpenuhi maka mutu pelayanan
dirasakan memuaskan
b. Apabila harapan tidak terpenuhi maka pelayanan
dinilai tidak memuaskan.
c. Apabila asuhan yang diberikan melebihi harapan
maka mutu pelayanan yang dirasakan sangat
memuaskan.
2. Beberapa Upaya Menjaga Kepuasan Pelanggan.
Upaya untuk menjaga kepuasan pelanggan memuat
unsur-unsur, antara lain:
a. Visi Organisasi
35
Manajemen/ organisasi hendaknya memiliki visi
yang jelas yang memberikan kerangka kerja,
identitas organisasi, arah bisnis yang ingin
dituju dan menuntun sesuatu nilai dan
kepercayaan organisasi. Visi tersebut harus
disebarluaskan kepada semua karyawan dari
berbagai tingkatan untuk dipahami dan dihayati
serta secara konsisten bekerja bersatu padu dan
berusaha mencapainya. Filosofi pelayanan adalah
memuaskan pelanggan.
b. Kualitas Pelayanan
1) Kepuasan pelanggan sangat erat kaitannya
dengan mutu atau kualitas pelayanan. Dalam
hal ini manajemen industri jasa yang
berorientasi pada kepuasan pelanggan
membutuhkan komitmen dan tindakan nyata dalam
memberikan pelayanan prima pada pelanggan.
2) Kualitas pelayanan
a) Kualitas pelayanan harus dimulai dari
tingkat manajemen atas.
36
b) Seluruh karyawan harus dilibatkan dalam
upaya meningkatkan kualitas pelayanan.
c) Perbaikan kualitas pelayanan secara terus
menerus kualitas merupakan proses tiada
akhir.
d) Kualitas pelayanan diterapkan pada semua
fungsi, termasuk administrasi
3) Standar Operasional
Upaya peningkatan kualitas pelayanan dan
kepuasan pelanggan tidak dapat dipisahkan
dengan keberadaan standar, karena menetapkan
masalah, menetapkan penyebab masalah,
menetapkan cara penyelesaian masalah, menilai
hasil kerja harus selalu mengacu pada standar
yang telah ditetapkan. Setiap pelayanan harus
distandarisasi sesuai dengan visi, filosofi
dan tujuan organisasi.
4) Pengukuran Kualitas Pelayanan
37
a) Pengukuran kualitas merupakan inti dari
proses perbaikan kualitas pelayanan yang
pada akhirnya kepuasan pelanggan
b) Penampilan kualitas pelayanan akan
meningkat bila ada complain, tetapi perlu
diingat bahwa tidak semua pelanggan yang
tidak puas menyampaikan complain.
c) Menciptakan budaya/ kebiasaan pelayanan
berkualitas.
d) Kebiasaan adalah paduan dari pengetahuan,
ketrampilan dan keinginan.
5) Pelayanan Berfokus Pelanggan
a) Pengkajian kebutuhan pelanggan
Ada beberapa dimensi pelayanan yang menjadi
harapan dan kebutuhan pelanggan yang perlu
diperhatikan antara lain: kecepatan waktu
pelayanan, akurasi pelayanan, kesopanan dan
keramahan dalam memberikan pelayanan
khususnya yang berinteraksi langsung dengan
pelanggan, tanggung jawab, kelengkapan,
38
kemudahan mendapatkan pelayanan, kenyamanan
dalam memperoleh pelayanan.
b) Complain/ keluhan pelanggan
Pelayanan/ kualitas pelayanan dapat
meningkat bila ada komplain, umpan balik
dari petugas sangat penting ditingkatkan
dan perlu ada petugas khususnya yang
menangani komplain.
6) Pembinaan dan Pengembangan Sumber Daya
Manusia
a) Pelatihan Sumber Daya Manusia.
Sekitar 85% dari masalah kualitas dalam
organisasi merupakan masalah umum karena
kegagalan sistem, sedangkan sekitar 15%
adalah disebabkan faktor manusia. Oleh
karena itu perlu membangun sistem kualitas
standar dengan prosedur yang jelas. Seluruh
karyawan perlu diberikan pelatihan untuk
meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan
39
kerjanya secara profesional, serta
pemahaman siapa pelanggannya.
b) Perbaikan Perilaku
Perilaku dasar yang harus selalu
ditingkatkan dalam memberikan pelayanan
untuk meningkatkan kepuasan pelanggan
diantaranya:
(1)Tersenyum, ramah, sopan.
(2)Perhatian terhadap pelanggan, 70% dari
pelanggan yang pindah atau tidak setia
bukan karena masalah harga atau mutu
dari produk, tetapi karena tidak
menyukai cara pelayanan dari karyawan,
pelanggan sangat peka apakah kita peduli
dengan mereka.
(3)Responsif
(4)Komitmen yang tinggi.
(5)Ucapan salam.
(6)Memanggil dengan nama.
40
(7)Antusiasme dalam bekerja dan menghadapi
berbagai permasalahan.
(8)Proaktif dan tidak reaktif.
(9)Tindak lanjut.
c) Pengukuran Kepuasan pelanggan dan kualitas
pelayanan merupakan hal yang penting
dilakukan.
F. KUALITAS LAYANAN
Kualitas layanan (service quality) memiliki
beberapa definisi. Kotler, 1999 dalam Astuti, 2009
memberikan pengertian kualitas sebagai keseluruhan
ciri dan karakteristik produk atau jasa yang
mendukung kemampuan untuk memberi kepuasan pada
pelanggan yang berarti bahwa kualitas harus dimulai
dari kebutuhan pelanggan dan berakhir pada persepsi
pelanggan. Juran memberikan pengertian kualitas
sebagai fitness for use atau kesesuaian penggunaan.
Definisi ini menitik beratkan pada pemenuhan
kebutuhan pelanggan. Crosby, 1979 memberikan
41
pengertian kualitas sebagai kesesuaian dengan
persyaratan, yaitu persyaratan pelanggan, bukan
persyaratan perusahaan. Konsep pemikirannya adalah
zero defect yang merupakan tujuan kualitas, yang
mengarahkan pada tingkat kesalahan produk sekecil
mungkin, bahkan sampai pada tingkat kesalahan nol.
Pengertian-pengertian kualitas di atas memiliki
beberapa kesamaan, yaitu kualitas meliputi usaha
untuk memenuhi atau melebihi harapan pelanggan
meliputi produk, jasa, manusia, proses dan
lingkungan.
Dalam Astuti, 2009, dijelaskan oleh Parasuraman
et. al. ,1985 melalui riset eksploratorinya,
memaparkan kualitas pelayanan dan faktor-faktor yang
menentukannya. Dalam risetnya tersebut, Parasuraman
mendefinisikan kualitas layanan sebagai bentuk sikap,
terkait tetapi tidak sama dengan kepuasan, yang
diperoleh dengan membandingkan antara harapan dengan
persepsi kinerja yang diterima. Hasil riset ini
adalah instrumen SERVQUAL, yaitu suatu skala untuk
42
mengukur kualitas pelayanan yang tercakup dalam lima
dimensi yaitu reliability (kehandalan), responsiveness (daya
tanggap), assurance (jaminan), emphaty (empati) dan
tangibles (fasilitas fisik), dan selanjutnya dianalisis
dengan analisis gap atau analisis kesenjangan antara
harapan dengan persepsi pelanggan.
Dalam Darwis Tamba, 2002 dan Avianti, 2005 , lima
dimensi kualitas pelayanan yang dipaparkan oleh
Parasuraman et. al. ,1985 terkait dengan pelayanan di
pendidikan tinggi dijelaskan sebagai berikut :
1. Tangible (fasilitas fisik)
Tangible merupakan kemampuan memberi fasilitas
fisik kampus, perlengkapan perkuliahan, dan
penampilan personalia. Tangiable mncakup 4
pernyataan :
a. Pernyataan tentang memperharui/memperbaiki
berbagai fasilitas fisik
b. Pernyataan tentang fasilitas fisik yang bagus,
bersih dan menyenangkan
43
c. Pernyataan tentang fasilitas fisik yang
menunjang kegiatan
d. Pernyataan tentang karyawan yang rapi dan sopan
2. Reliability (kehandalan)
Aspek yang ada pada dimensi ini adalah kemampuan
perguruan tinggi untuk memberikan pelayanan
seperti yang dijanjikan dengan tepat dan
terpercaya dan seberapa jauh perguruan tinggi
memberikan pelayanan yang akurat. Dimensi
Reliability ini mencakup pernyataan :
a. Pernyataan tentang pelaksanaan kegiatan
melayani konsumen
b. Pernyataan tentang simpati untuk turut serta
membantu konsumen yang mempunyai masalah
c. Pernyataan tentang dapat dipercaya dan
diandalkannya pelayanan yang bermutu
d. Pernyataan tentang penekanan sekecil mungkin
pembatalan permintaan mahasiswa sebagai
konsumen
e. Pernyataan tentang administrasi yang akurat
44
3. Responsiveness (daya tanggap)
Responsiveness merupakan dimensi yang berupa
kemauan untuk membantu mahasiswa dan memberi
jasa atau pelayanan dengan cepat.
Responsiveness merupakan kesediaan para
pejabat, dosen/karyawan untuk membantu dan
memberikan pelayanan sesuai kebutuhan mahasiswa
dan mencakup pernyataan yang meliputi :
a. Pernyataan tentang kepastian pemenuhan
permintaan konsumen
b. Pernyataan tentang pemberian pelayanan yang
cepat dan tepat
c. Pernyataan tentang sikap untuk membantu
konsumen
4. Assurance (jaminan)
Assurance merupakan demensi kualitas yang
berhubungan dengan kemampuan dan perilaku staf
dalam menanamkan rasa percaya dan keyakinan
kepada para mahasiswa. Assurance mencakup
pernyataan tentang kesopanan, pengetahuan dan
45
kemampuan segenap karyawan yang menimbulkan
keyakinan dan kepercayaan kepada mahasiswa
sebagai konsumen, meliputi :
a. Pernyataan tentang perasaan senang, aman,
nyamannya mahasiswa sebagai konsumen jika
berhubungan dengan karyawan
b. Pernyataan tentang sikap sopan karyawan
kepada mahasiswa
c. Pernyataan tentang pengetahuan dan kemampuan
karyawan sesuai dengan pekerjaannya
5. Empathy (empati)
Empathy adalah kemampuan pejabat,
karyawan/dosen sehingga memberi pelayanan
sepenuh hati, antara lain kemudahan dalam
berkomunikasi, perhatian secara pribadi, dan
kepedulian kepada mahasiswa. Empathy merupakan
pernyataan tentang kepedulian dan perhatian
kepada konsumen secara individual, meliputi :
a. Pernyataan tentang perhatian kepada mahasiswa
secara individual
46
b. Pernyataan tentang penyediaan jam kerja
sesuai dengan kebutuhan mahasiswa
c. Pernyataan tentang penyediaan karyawan yang
dapat bertindak sebagai penasehat pribadi
d. Pernyataan tentang pemenuhan keinginan dan
kebutuhan mahasiswa secara memuaskan
e. Pernyataan tentang pemahaman kebutuhan khusus
mahasiswa
Kepuasan mahasiswa merupakan suatu keadaan dimana
keinginan, harapan, dan kebutuhan mahasiswa dipenuhi,
sehingga suatu pelayanan dinilai memuaskan bila dapat
memnuhi kebutuhan dan harapan mahasiswa (Avianti,
2005). Kepuasan mahasiswa merupakan faktor esensial
dalam TQM (Total Quality Management), karena itu
perguruan tinggi harus mengidentifikasi kebutuhan
para mahasiswa secara cermat dan berusaha memuaskan
dengan memandang mahasiswa sebagai pelanggan utama
yang harus dilayani (Lewis and Smith, 1994).
Dijelaskan juga oleh Avianti, 2005, dalam menilai
kepuasan mahasiswa sebagai pelanggan internal
47
pendidikan, digunakan suatu ukuran subyektif atau soft
measures sebagai indikator mutu dan kualitas. Ukuran
ini disebut soft atau lunak karena ukuran ini berfokus
pada persepsi dan sikap mengenai hal – hal yang
konkrit. Karena berfokus pada persepsi dan sikap maka
alat pengukur yang digunakan dapat berupa kuesioner
kepuasan mahasiswa yang dapat diukur melalui mutu
atau kualitas pelayanan dari institusi pendidikan
tersebut.
G. DIAGRAM KARTESIUS
Dengan diagram Kartesius yang merupakan suatu
bangun persegi empat bagian yang dibatasi oleh dua
buah garis yang berpotongan tegak lurus pada titik-
titik ( x , y ) di mana x merupakan rata-rata dari
rata-rata skor tingkat pelaksanaan/ kinerja seluruh
faktor atau atribut dan y adalah rata-rata dari rata-
rata skor tingkat kepentingan seluruh faktor yang
mempengaruhi harapan sebagaimana gambar berikut ini
(Supranto, 2006):
48
Y HarapanPrioritas Utama
A
Pertahankan
Prestasi
B
Prioritas
Rendah
C
Berlebihan
D
X Kepuasan
Gambar 2.2. Bangun Persegi Empat Diagram Kartesius
Keterangan :
1. Kuadran A menunjukkan faktor-faktor yang dianggap
sangat penting, namun pihak Manajemen belum
melaksanakan sesuai keinginan / harapan.
2. Kuadran B menunjukkan faktor-faktor yang dianggap
penting, telah berhasil dilaksanakan manajemen
sesuai keinginan/ harapan dan sangat memuaskan
sehingga wajib dipertahankan.
3. Kuadran C menunjukkan faktor-faktor yang dianggap
kurang penting, pelaksanaannya dijalankan oleh
manajemen secara cukup atau biasa-biasa saja.
49
4. Kuadran D menunjukkan faktor yang kurang penting,
tetapi pelaksanaannya berlebihan/ sangat
memuaskan. Fasilitas pelayanan menjadi bermanfaat
apabila sesuai dengan kepentingan/ harapan
pelanggan dan pelaksanaannya dirasakan sangat
sesuai terletak pada kuadran B.
H. KERANGKA TEORI
Gambar 2.1. Faktor-faktor yang memberntuk harapandan persepsi (Supranto, 2001)
I. KERANGKA KONSEP
Harapan :TangiabeReliabilityResponsivenessAssuranceEmpaty
Kesesuaian Harapan dan Persepsi yang menunjukkan Kualitas Pelayanan :Prioritas UtamaPertahankan prestasiPrioritas RendahBerlebihan
Persepsi :TangiabeReliabilityResponsivenessAssuranceEmpaty
Dimensi Kualitas Pelayanan :TangiablesReliabilityResponsiveness
AssuranceEmpaty
Harapan Pelanggan
Persepsi Pelanggan
Kesesuaian Harapan dan Persepsi Pelanggan
50
Kesesuaian Harapan dan Persepsi yang menunjukkan Kualitas Pelayanan :Prioritas UtamaPertahankan prestasiPrioritas RendahBerlebihan
51
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. VARIABEL PENELITIAN
Variabel dalam penelitian ini adalah harapan dan
persepsi tentang layanan bimbingan akademik dari
dimensi tangiable, reliability, responsiveness,
assurance, dan empathy mahasiswa Poltekkes Kementrian
Kesehatan Surakarta Jurusan Kebidanan
B. JENIS PENELITIAN
Penelitian ini merupakan penelitian survey
deskriptif, yaitu penelitian untuk membuat sutau
penilaian terhadap suatu kondisi dan penyelenggaraan
sutau program di masa sekarang, kemudian hasilnya
digunakan untuk menyusun perencanaan perbaikan
program tersebut. (Notoatmodjo, 2010)
C. DESAIN PENELITIAN
52
Desain atau pendekatan yang digunakan dalam
penelitian ini adalah cross sectional dimana variabel
diteliti pada waktu bersamaan (Sugiono, 2010).
D. POPULASI DAN SAMPEL
1. POPULASI
Populasi pada penelitian ini adalah semua
mahasiswa di Poltekkes Surakarta Jurusan Kebidanan
tahun 2011 yang telah mendapat layanan bimbingan
akademik sejumlah 195 mahasiswa, terdiri dari
mahasiswa semester V sejumlah 79 dan mahasiswa
semester III sejumlah 116.
2. SAMPLING DAN SAMPEL
Pengambilan sampel dalam penelitian ini dengan
metode simple random sampling, yaitu teknik
pengambilan sampel secara acak atau semua anggota
populasi berkesempatan sama untuk dipilih sebagai
anggota sampel (Sugiono, 2002). Jumlah sampel pada
penelitian ini mengacu pada tabel jumlah sampel
dari populasi tertentu dengan taraf kesalahan 1%,
3
53
5% dan 10 % menurut Sugiono (2010) dengan jumlah
populasi N = 190 adalah 123 pada taraf kesalahan
5%. Karena populasinya berstrata, maka sampelnya
juga berstrata dengan perhitungan (Sugiono,
2002) :
a. Semester 3 = 116 / 195 x 123 =
73,1 = 73 orang
b. Semester 5 = 79 / 195 x 123 =
49,8 = 50 orang
E. DEFINISI OPERASIONAL DAN SKALA PENGUKURAN
Tabel 3.1. Definisi Operasional VariabelVariabe
l
Definisi
Operasional
Variabel
Cara Ukur Hasil UKur
Harapan
terhada
p
layanan
bimbing
an
akademi
k
keinginan
dari
responden
tentang
layanan
bimbingan
akademik
yang
Dari jawaban
kuesioner
dengan Skala
pengukuran
Likert
(Suhardi,
2009):
1.Jawaban
Ordinal dari
nilai rata –
rata (Aziz,
2010):
1. 76 - 100%
berarti Sangat
Penting
54
meliputi
aspek
tangiable,
reliability
,
responsiven
ess,
assurance,
dan empathy
yang
diketahui
dari
jawaban
kuesioner
Sangat
Penting
Diharapkan
(SPD)
diberi
skor 4
2.Jawaban
Penting
Diharapkan
(PD)
diberi
skor 3
3.Jawaban
Tidak
Penting
Diharapkan
(TPD)
diberi
skor 2
4.Jawaban
Sangat
Tidak
Penting
Diharapkan
(STPD)
diberi
Diharapkan
2. 51 - 75%
berarti
Penting
Diharapkan
3. 25 - 50%
berarti Tidak
Penting
Diharapkan
4. 0 – 25%
berarti Sangat
Tidak Penting
Diharapkan
55
Skor 1Perseps
i
terhada
p
layanan
bimbing
an
akademi
k
gambaran
tentang
keadaan
yang
sebenarnya
mengenai
layanan
bimbingan
akademik
yang
diterima
mahasiswa
yang
meliputi
aspek
tangiable,
reliability
,
responsiven
ess,
assurance,
dan empathy
yang
diketahui
dari
Dari jawaban
kuesioner
dengan Skala
pengukuran
Likert
(Suhardi,
2009):
1. Jawaban
Sangat
Sesuai (SS)
diberi skor
4
2.Jawaban
Sesuai (S)
diberi
skor 3
3.Jawaban
Tidak
Sesuai
(TS)
diberi
skor 2
4.Jawaban
Sangat
Tidak
Ordinal (dari
nilai rata –
rata ada (Aziz,
2010) :
1. 75 - 100%
berarti Sangat
Sesuai
2. 50 - 75%
berarti Sesuai
3. 25 % - 50 %
berarti Tidak
Sesuai
4. 0 – 25%
berarti Sangat
Tidak Sesuai
56
jawaban
kuesioner
Sesuai
(STS)
diberi
Skor 1Kesesua
ian
antara
harapan
dan
perseps
i
mahasis
wa
terhada
p
layanan
bimbing
an
akademi
k
Hasil
analisa
harapan dan
perspsi
mahasiswa
terhadap
layanan
bimbingan
akademik
meliputi
aspek
tangiable,
reliability
,
responsiven
ess,
assurance,
dan empathy
dengan
diagram
cartesius
kepuasan
Diagram
Cartesius
tingkat
kepuasan
pelanggan
Ordinal
(Supranto,
2006):
1. Prioritas
Utama jika
rata – rata
harapan dan
rata – rata
persepsi
berada
dikuadaran A
2. Pertahankan
Prestasi jika
rata – rata
harapan dan
rata – rata
persepsi
berada
dikuadaran B
3. Prioritas
rendah jika
rata – rata
57
pelanggan harapan dan
rata – rata
persepsi
berada
dikuadaran C
4. Berlebihan
jika rata –
rata harapan
dan rata –
rata persepsi
berada
dikuadaran D
F. INSTRUMEN PENELITIAN DAN CARA PENELITIAN
1. Instrumen Penelitian
Instrumen pada penelitian ini adalah berupa
kuesioner terstruktur yang digunakan untuk
mendapatkan data tentang harapan sebelum mahasiswa
mendapatkan pelayanan dan kenyataan pelayanan yang
diterima tentang bimbingan akademik di Poltekkes
58
Kementrian Kesehatan Surakarta Jurusan Kebidanan.
Berikut adalah kerangka kuesinoer yang digunakan
dalam penelitian ini :
Tabel 3.2. Kerangka Kuesioner Harapan dan PersepsiDimensi
Kualitas
Layanan
Item Soal
Kuesioner
Harapan dan
Kuesioner
Persepsi
Skor Maksimal
Tangiabel 1 – 7 28Responsiveness 8 – 14 28Reliability 15 – 19 20Assurance 20 – 25 24Empathy 26 – 31 24
Sebelum melaksanakan penelitian dilakukan uji
validitas dan reliabililas kuesioner melalui uji
coba kuesioner. Uji validitas dan reliabililas
instrumen dilaksanakan pada 30 orang sampel
mahasiswi semester III dan V Poltekkes Kementrian
Kesehatan Surakarta Jurusan Kebidanan. Tujuan uji
coba ini adalah untuk menghindari adanya
pertanyaan–pertanyaan yang sulit dimengerti
59
ataupun kekurangan/ kelebihan dari materi
kuesioner itu sendiri agar dapat digunakan sebagai
alat penelitian.
a. Uji validitas
Uji validitas dipergunakan untuk mengetahui sah
atau valid tidaknya suatu kuesioner. Suatu
kuesioner dikatakan valid jika pertanyaannya
pada kuesioner mampu untuk mengungkapkan
sesuatu yang akan diukur oleh kuesioner
tersebut. Jadi validitas adalah untuk mengukur
apakah pertanyaan dalam kuesioner yang sudah
peneliti susun betul -betul dapat mengukur apa
yang hendak diukur. Pengukuran tingkat
validitas dalam penelitian ini dilakukan dengan
cara korelasi antara skor butir pertanyaan
dengan total skor kontruk atau variabel. Dalam
hal ini melakukan korelasi masing–masing skor
pertanyaan dengan skor total, dengan hipotesis:
60
Ho : skor pertanyaan berkorelasi positif
dengan skor total konstruk.
Ha : skor butir pertanyaan tidak berkorelasi
positif dengan total skor konstruk.
Uji signifikansi dilakukan dengan membandingkan
nilai r hitung dengan nilai r tabel untuk
degree of freedom (df) = n – k dalam hal ini n
adalah jumlah sampel dan k adalah jumlah
kontruk. Jika r hitung (untuk r tiap butir
dapat dilihat dalam kolom Coorrected item – total
correlation lebih besar dari r tabel dalam nilai r
positif, maka butir atau pertanyaan tersebut
dikatakan valid.
Pada penelitian ini terdapat 2 buah kuesioner
untuk mengungkap variabel harapan dan persepsi
kenyataan kualitas pelayanan. Kedua kuesioner
tersebut memiliki konstruk variabel yang sama
sehingga item-itemnyapun juga sama. Uji
validitas dilakukan pada item dalam kuesioner
harapan kualitas pelayanan. Item-item yang
61
valid pada kuesioner harapan kualitas pelayanan
digunakan sebagai item dalam kuesioner
kenyataan kualitas pelayanan.
Uji validitas kuesioner dalam penelitian ini
dilakukan dengan menggunakan komputer program
operasi Windows Xp dengan program analisis
validitas butir seri program SPSS (Statistics
Program for Social Science)
b. Uji reliabiltas
Uji realiabilitas dimaksudkan untuk mengukur
seberapa jauh responden memberikan jawaban yang
konsisten terhadap kuesioner yang diberikan.
Reliabilitas sebenarnya adalah alat untuk
mengukur suatu kuesioner yang merupakan
indikator dari variabel atau konstruk. Suatu
kuesioner yang reliabel atau handal jika
jawaban seseorang terhadap pernyataan adalah
konsisten atau stabil dari waktu ke waktu.
Jawaban responden terhadap pernyataan dikatakan
reliabel jika masing – masing pertanyaan
62
dijawab secara konsisten atau jawaban tidak
boleh acak oleh karena masing –masing
pertanyaan hendak mengukur hal yang sama.
Pengukuran reliabelitas dalam penelitian ini
dilakukan dengan cara one shot atau pengukuran
sekali saja. Disini pengukurannya hanya sekali
atau kemudian hasilnya dibandingkan dengan
pertanyaan lain atau mengukur korelasi antar
jawaban pertanyaan. Program pengolahan data
yang ada dikomputer memberikan fasilitas untuk
mengukur reliabiltas dengan uji statistik
Cronbach Alfa dengan metode Split-Half. Suatu
konstruk atau variabel dikatakan reliabel jika
memberikan nilai cronbach alpha > 0,60 serta
mempunyai nilai Coorrected item – total correlation
faktor lebih dari r tabel (r = 0,361 ; df= 28).
Setelah dilakukan uji validitas dan
reliabilitas kepada 30 mahasiswa, maka dari 31
item pertanyaan diperoleh sejumlah item pertanyaan
yang valid sejumlah 11 soal dan yang tidak valid
63
sejumlah 20 soal. Namun setelah dilakukan
perbaikan konstruk / isi soal pada beberapa soal
dengan tujuan agar item yang menjadi bagian pokok
dari dimensi tersebut tetap menjadi bagian dalam
kuesioner, maka diperoleh sejumlah 18 item
pertanyaan diantaranya:
Tabel 3.3. Kerangka Kuesioner Harapan dan PersepsiSetelah Uji Validitas
Dimensi
Kualitas
Layanan
Item Soal
Kuesioner
Harapan dan
Kuesioner
Persepsi
Skor Maksimal
Tangiabel 2, 3, 5, 7 16Responsiveness 8, 10, 11, 12 16Reliability 15, 18, 19 12Assurance 20, 22, 23 12Empathy 26, 27, 28, 29 16
2.Cara Penelitian
Pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan
dengan langkah-langkah sebagai berikut:
64
a. Tahap persiapan
Peneliti mengajukan ijin penelitian kepada Ketua
Jurusan Poltekkes Kementrian Kesehatan Surakarta
Jurusan Kebidanan untuk mengadakan penelitian.
b. Tahap pelaksanaan
1) Pengumpulan data terstruktur dilaksanakan
oleh peneliti melalui penyebaran kuesioner
kepada seluruh responden.
2) Responden diarahkan supaya menjawab semua
pertanyaan pada kuesioner.
3) Peneliti memberikan scoring atas jawaban
responden
c. Tahap akhir
Entry data kemudian pengolahan data dengan
menggunakan program Excel dan diagram kartesius
G. TEKNIK PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA
1. Pengolahan Data
Hasil pengumpulan data dari tiap tahapan dirangkum
dan diperpadukan selanjutnya dianalisis secara
65
deskriptif kuantitatif. Untuk selanjutnya
diharapkan hasil penelitian akan dapat mengetahui
kesesuaian antara harapan dan kenyataan yang
diterima di Poltekkes Kementrian Kesehatan
Surakarta Jurusan Kebidanan.
Teknik pengolahan data meliputi:
a. Editing
Meneliti kembali kelengkapan pengisian,
keterbacaan tulisan, kejelasan makna jawaban,
keajegan dan kesesuaian jawaban satu sama
lainnya, relevansi jawaban dan keseragaman data.
b. Coding
Pemberian kode atau nomor pada setiap kuesioner
yaitu dari nomor 1 – 123.
c. Scoring
Melakukan scoring pada kuesioner untuk masing –
masing dimensi sehingga memudahkan dalam langkah
selanjutnya yaitu tabulating
d. Tabulating
66
Mengelompokkan data sesuai dengan tujuan
penelitian kemudian dimasukkan dalam tabel yang
sudah disiapkan
e. Entry
Memasukkan data ke dalam tabel untuk keperluan
pengolahan atau analisis data secara diskriptif
maupun analitik.
2. Analisa Data
Dalam menganalisis data dalam penelitian ini
menggunakan metode Importance – Performance Analysis atau
analisis tingkat kepentingan dan kinerja /
kepuasan pelanggan. (Supranto, 2001)
Untuk setiap faktor yang mempengaruhi harapan dan
persepsi pelanggan diukur dengan :
Keterangan :
x : Skor rata-rata tingkat pelaksanaan/ kepentingan
y : Skor rata-rata tingkat kepentingan
Σxi Σyix = y =
n n
67
n : Jumlah responden
Sedangkan untuk mengukur tingkat kesesuaian antara
harapan dan persepsi dimana tingkat kesesuaian
adalah hasil perbandingan antara skor rata – rata
harapan dengan skor rata – rata kinerja/
pelaksanaan diukur dengan menggunakan diagram
cartesius (sumbu mendatar ( x ) akan diisi oleh
skor rata – rata pelaksanaan, sedangkan sumbu
tegak ( y ) diisi oleh skor rata – rata harapan) :
Prioritas UtamaA
PertahankanPrestasiB
PrioritasRendahC
BerlebihanD
Pelaksanaan
Gambar 3.2. Diagram Cartesius
Keterangan:
Y
Y
X X
68
1. Kuadran A menunjukkan faktor-faktor yang
dianggap sangat penting, namun dalam layanan
bimbingan akademik Poltekkes Kementrian
Kesehatan Surakarta Jurusan Kebidanan belum
terlaksana sesuai keinginan / harapan mahasiswa.
2. Kuadran B menunjukkan faktor-faktor yang
dianggap penting telah berhasil dilaksanakan
sesuai keinginan / harapan mahasiswa dan sangat
memuaskan sehingga wajib dipertahankan.
3. Kuadran C menunjukkan faktor-faktor yang
dianggap kurang penting oleh mahasiswa,
pelaksanaannya dijalankan secara cukup atau
biasa-biasa saja.
4. Kuadran D menunjukkan faktor yang kurang
penting, tetapi pelaksanaannya berlebihan/
sangat memuaskan. Layanan bimbingan akademik
menjadi bermanfaat apabila sesuai dengan
kepentingan/ harapan mahasiwa dan pelaksanaannya
dirasakan sangat sesuai terletak pada kuadran B.
69
Di dalam penelitian ini notasi ( y ) yang berarti
kepentingan disesuaikan dengan kebutuhan
penelitian yang berarti harapan ( y = harapan) dan
notasi ( x ) yang berarti kepuasan disesuaikan
menjadi kenyataan ( x = kenyataan).
Dalam pengambilan kesimpulan atau pembahasan dari
hasil penelitian ini menggunakan prosentase, yaitu
mengkategorikan data interval dalam beberapa
kategori, yaitu dapat menjadi 3 kategori atau 4
kategori (Riwidikdo, 2010). Prosentase ini sering
digunakan dalam analisis deskriptif, dengan
rumus :
BAB IV
Skor yang diperoleh responden
Skor Prosentase = x 100 %
Total Skor Maksimum
70
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
Poltekkes Kemenkes Surakarta yang mencetak
pahlawan – pahlawan profesi kesehatan memiliki 3
lokasi yaitu kampus I di Surakarta, Kampus II di
71
Karanganyar, dan kampus III di klaten yang didukung
dengan saran dan prasaran yang memadai untuk
pengembangan ilmu pengetahuan, teknologi bidang
kesehatan. Sebagai lembaga pendidikan Kesehatan,
Poltekkes Kemenkes Surakarta memberikan suasana
akademik yang kondusif bagi civitas akademikanya, di
dalamnya berlangsung proses pembelajaran yang utuh,
baik di kelas, di ruang seminar bahkan diseluruh
lingkungan kampus, tentu saja dengan dukungan
fasilitas yang memadai. Dalam suasana akademik yang
kondusif maka komunitas akademiknya memiliki ciri
khas mengedepankan keberanian yang bertanggung
jawab, kebebasan yang didasari nalar yang kokoh, dan
terbuka dalam menerima informasi yang diperlukan
dengan dilandasi kebersamaam dan komitment Kesehatan
dalam mengemban amanah Tri Dharma Perguruan Tinggi
Kesehatan yang meliputi : Pendidikan dan pengajaran,
penelitian, dan pengabdian masyarakat.
72
Poltekkes Kemenkes Surakarta memiliki visi dan
misi :
1. VISI
Politeknik Kementerian Kesehatan Surakarta menjadi
Perguruan Tinggi Kesehatan Terkemuka yang bertaraf
Internasional, Unggul Lulusannya dan Kompetentif
ditingkat global.
2. MISI
a. Menyelenggarakan program pendidikan tinggi
kesehatan berbasis kompetensi yang bertaraf
internasional.
b. Mengembangkan tata kelola penyelenggaraan
pendidikan tinggi kesehatan yang mandiri,
akuntabel dengan jaminan mutu.
c. Mengembangkan pendidikan tinggi kesehatan
berbasis penelitian yang mempunyai daya ungkit
dan daya kait dalam peningkatan mutu pendidikan
dan layanan kesehatan.
47
73
d. Menyelenggarakan upaya pengabdian masyarakat
melalui penerapan IPTEK dalam pelayanan dan
pendidikan bidang kesehatan.
e. Mengembangkan upaya kemitraan dan kewirausahaan
dalam menunjang
f. peningkatan mutu pendidikan dan kesejahteraan
masyarakat.
B. HASIL PENELITIAN
1. Harapan Mahasiswa Terhadap Layanan Bimbingan
Akademik
Tabel 4. 4. Tabel Prosentase Harapan Mahasiswa Terhadap Layanan Bimbingan Akademik
No Dimensi Total
Score
Total
maksimum
Prosent
ase1 Tangiable 1628 1968 82,7%2 Responsivenes
s
1558 1968 79,2%
74
3 Reliability 1042 1476 70,6%4 Assurance 1326 1576 89,8%5 Empathy 1259 1968 63,9%
Berdasarkan tabel 4. 4, setelah dilakukan
perhitungan prosentase, dimensi assurance yang
memperoleh hasil 89,8% berarti bahwa dimensi
assurance termasuk dalam kategori dimensi yang
sangat penting diharapkan oleh mahasiswa dan
dimensi ini menjadi dimensi yang paling tinggi
diharapkan oleh mahasiswa.
2. Persepsi Terhadap Layanan Bimbingan Akademik
Tabel 4. 5. Tabel Prosentase Persepsi Mahasiswa Terhadap Layanan Bimbingan Akademik
No Persepsi Total
Score
Total
Maksimum
Prosent
ase1 Tangiable 1628 1968 82,7%2 Responsivene
ss
977 1968 49,6%
3 Reliability 736 1476 49,8%4 Assurance 1219 1576 82,5%5 Empathy 1295 1968 49,9%
75
Berdasarkan perhitungan prosentase yang telah
dilakukan, diperoleh hasil prosentase dimensi
responsiveness, reliability, dan empathy kurang
lebih 49 % yang berarti bahwa pelaksanaan item
pada ketiga dimensi ini termasuk dalam kategori
tidak sesuai dengan harapan mahasiswa.
3. Analisis kesesuaian harapan dan persepsi mahasiswa
terhadap layanan bimbingan akademik
Tabel 4. 6. Tabel analisis kesesuaian harapan dan persepsi mahasiswa terhadap layanan bimbingan akademik
Dimensi Tota
l
Skor
Hara
pan
Tota
l
Skor
Pers
epsi
Rata-
Rata
Skor
Harapa
n (Y1)
Rata-
Rata
Skor
Persep
si
(X1)
Rata-
Rata
Item
Harapa
n (Y)
Rata-
Rata
Item
Persep
si (X)
Tangiable 1736 1628 14,11 13,23 3,5 3,3Responsivene
ss
1558 977 12,66 7,94 3,2 1,9
Reliability 1042 736 8,47 5,98 2,8 1,9Assurance 1326 1219 10,78 9,91 3,6 3,3Empathy 1259 1295 10,23 7,99 2,6 1,9
76
Rata – rata dari item harapan (Y) dan nilai item
(X) yang telah diketahui dengan rumus :
Y = Rata – Rata Skor Harapan (Y1)__ Jumlah Item Soal Menurut Dimensi
X = Rata – Rata Skor Harapan (X1)__ Jumlah Item Soal Menurut Dimensi
digunakan untuk menentukan posisi penempatan
tiap dimensi dalam diagram kartesius.
Gambar 3.3 Diagram Kartesius Kesesuaian Harapan
dan Persepsi
AssuranceTangiableResponsivenessReliabilityEmpathy
A
C D
B
77
a. Kuadran A
Dimensi yang menjadi prioritas utama untuk
ditangani segera oleh pihak institusi Poletkkes
Kemenkes Surakarta terkait layanan bimbingan
akademik adalah dimensi Responsiveness, dimensi
Reliability dan dimensi Empathy.
b. Kuadran B
Dimensi yang perlu dipertahankan pelaksanaannya
adalah dimensi tangiable dan dimensi assurance.
C. PEMBAHASAN
1. Harapan Mahasiswa terhadap layanan bimbingan
akademik
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
dimensi tangiable (82,7 %) dan dimensi
assurance (89,8%) merupakan dimensi yang sangat
penting diharapkan oleh mahasiswa. Dimensi
tangiable mencakup : kerapian pakaian
pembimbing akademik, sarana tempat layanan
78
bimbingan akademik, buku catatan pelaksanaan
kegiatan layanan bimbingan akademik, keramahan
pembimbing akademik, bimbingan akademik
dijadikan sarana mahasiswa untuk mencari
bantuan dalam menyelesaikan masalah, kemampuan
pembimbing akademik dalam memberikan bantuan
yang bermanfaat dalam pemecahan masalah
mahasiswa, serta terjalinnya hubungan yang
dekat antara pembimbing akademik dan mahasiswa
dalam layanan bimbingan akademik. Seperti
dikatakan oleh Kotler (2002) mengenai Enduring
Service Intensifier dimana seorang pelanggan akan
mengharapkan bahwa ia seharusnya dilayani
dengan baik apabila pelanggan yang lainnya
dilayani dengan baik oleh penyedia jasa. Cara
yang dapat dilakukan institusi adalah dengan
menggali kebutuhan mahasiswa.
2. Persepsi mahasiswa terhadap layanan bimbingan
akademik
79
Persepsi mahasiswa terhadap layanan
bimbingan akademik menunjukkan bahwa dimensi
responsiveness, reliability, dan empathy (49%)
termasuk dalam kategori tidak sesuai dengan
harapan mahasiswa. Berikut adalah item yang
termasuk dalam dimensi Responsiveness adalah :
a. Waktu layanan bimbingan akademik yang
menyesuaikan kebutuhan mahasiswa
b. Pembimbing akademik dapat dipercaya mampu
menjaga rahasia
c. Pembimbing akademik dapat dipercaya mampu
membantu permasalahan mahasiswa
d. Layanan bimbingan akademik dijadikan sebagai
sarana bagi mahasiswa dalam memperoleh segala
informasi terkait dengan pendidikannya
Item yang termasuk dalam dimensi Reliability
adalah :
a. Ketanggapan Pembimbing akademik terhadap
adanya masalah yang dialami mahasiswa
sehingga memberikan bantuan dengan segera.
80
b. Keaktifan mahasiswa melaksanakan hasil –
hasil yang disepakati dalam proses bimbingan
dan konseling dalam memecahkan masalahnya.
c. Kepedulian layanan bimbingan akademik dengan
kebutuhan mahasiswa terhadap informasi –
informasi yang berhubungan dengan
pendidikannya.
Sedangkan item – item yang termasuk dalam
dimensi empathy adalah:
a. Layanan bimbingan akademik diadakan secara
rutin dan berkelanjutan, tidak hanya saat
mahasiswa merasa ada masalah.
b. Pembimbing akademik selalu menanyakan
mahasiswa mengenai ada tidaknya kesulitan
belajar atau masalah yang lainnya.
c. Pembimbing akademik memantau perkembangan
akademis mahasiswa.
d. Mahasiswa tidak perlu menunggu pembimbing
akademik dalam memberikan layanan bimbingan
akademik
81
3. Kesesuaian harapan dan persepsi mahasiswa
terhadap bimbingan akademik
Hasil analisa kesesuaian harapan dan
persepsi terhadap layanan bimbingan akademik,
dimensi responsiveness, reliability dan dimensi
empathy termasuk dalam kategori yang menjadi
prioritas utama untuk segera ditangani karena
dimensi–dimensi ini dinilai sangat penting
diharapkan oleh mahasiswa sementara dalam
kenyataannya masih belum sesuai dengan harapan.
Pada dimensi responsiveness, reliability, dan
empathy seperti dijelaskan oleh Prayitno &
Amti, 2004 mengenai asas – asas yang menjadi
pedoman terlaksanannya proses bimbingan
konseling sebagai bentuk dari bimbingan
akademik mencakup :
a. Asas kekinian dan asas kesukarelaan
Waktu layanan bimbingan akademik yang
menyesuaikan kebutuhan mahasiswa sehingga
diharapkan seorang pembimbing akademik tidak
82
menunda–nunda pemberian bantuan ketika
seorang mahasiswa sedang mengalami masalah.
Hal ini juga menyangkut asas kesukarelaan
dimana seorang pembimbing akademik sebagai
konselor hendaknya memberikan bantuan dan
waktunya dengan tidak terpaksa.
b. Asas kerahasiaan
Harapan mahasiswa adalah kerahasiaan tentang
dirinya terjaga dengan baik oleh pembimbing
akademik sehingga perlu ditingkatkan
ketrampilan pembimbing akademik dalam
mendapatkan kepercayaan mahasiswa karena
dengan adanya kepercayaan tersebut maka
mahasiswa akan terbuka kepada pembimbing
akademik dan pembimbing akademik dapat
memberikan bantuan semaksimal mungkin. Hal
ini berarti bahwa proses bimbingan
terlaksana dengan baik.
c. Asas Keahlian
83
Pembimbing akademik harus menguasai teori dan
praktek konseling secara baik karena seorang
pembimbing akademik dituntut mampu memcahkan
masalah yang dihadapi mahasiswa. Hal ini
terkait dengan kualifikasi dan pengalaman
pembimbing akademik. Upaya yang dapat
dilakukan untuk meningkatkan terlaksananya
asas ini adalah dengan mengikuti pelatihan –
pelatihan tentang bimbingan konseling.
d. Asas Kemandirian
Keaktifan mahasiswa melaksanakan hasil –
hasil yang disepakati dalam proses bimbingan
dan konseling dalam memecahkan masalahnya
perlu dievaluasi oleh dosen pembimbing
akademik dengan pemantauan perkembangan
akademis maupun ada tidaknya masalah yang
mengganggu proses belajar mahasiswa.
e. Asas Tutwuri Handayani dan Asas Keterpaduan
Asas Tutwuri Handayani menuntut agar
pelayanan bimbingan tidak hanya dirasakan
84
pada waktu mahasiswa mengalami masalah,
tetapi diluar hubungan proses bantuan
bimbingan dan konseling pun hendaknya
dirasakan adanya dan manfaatnya pelayanan
bimbingan dan konseling itu. Asas Keterpaduan
menjelaskan bahwa layanan bimbingan akademik
harus dapat dijadikan sebagai sarana bagi
mahasiswa dalam memperoleh segala informasi
terkait dengan pendidikannya. Upaya yang
dapat dilakukan oleh pembimbing akademik
adalah dengan selalu meningkatkan segala
informasi yang bermanfaat sehingga memiliki
wawasan yang luas dan dapat disalurkan kepada
mahasiswa dengan baik.
Pada hasil analisa kesesuaian harapan dan
persepsi, dimensi – dimensi yang termasuk dalam
kategori perlu dipertahankan yaitu dimensi
tangiable dan dimensi assurance. Dimensi ini
perlu dipertahankan karena pada umumnya tingkat
pelaksanaan dari item – item pada dimensi ini
85
telah sesuai antara harapan dan persepsi
mahasiswa. Hal ini merupakan wujud dari
kepuasan pelanggan dimana pelaksanaan layanan
bimbingan akademik dinilai mahasiswa sesuai
atau sangat sesuai dengan harapan mahasiswa
sebagai pelanggan terpenuhi. Sehingga upaya
yang dapat dilakukan dalam menjaga kepuasan
mahasiswa dalam layanan bimbingan akademik
mengacu pada Berry dkk, 1990 dalam Suhardi,
2009 meliputi:
a. Visi Organisasi
Institusi hendaknya memiliki visi yang jelas
yang memberikan penjelasan mengenai kerangka
kerja dan arah yang ingin dituju pada
program layanan bimbingan akademik. Visi
tersebut harus disebarluaskan kepada semua
karyawan (pembimbing akademik) untuk
dipahami dan dihayati serta secara konsisten
bekerja bersatu padu dan berusaha
mencapainya. Filosofi pelayanan adalah
86
memuaskan pelanggan, dalam hal ini adalah
mahasiswa.
b. Kualitas Pelayanan
Kepuasan sangat erat kaitannya dengan mutu
atau kualitas pelayanan. Dalam hal ini
institusi membutuhkan komitmen dan tindakan
nyata dalam memberikan pelayanan prima
kepada mahasiswa, khususnya dalam hal
layanan bimbingan akademik.
c. Standar Operasional
Upaya peningkatan kualitas layanan bimbingan
akademik dan kepuasan mahasiswa tidak dapat
dipisahkan dengan keberadaan standar, karena
menetapkan masalah, menetapkan penyebab
masalah, menetapkan cara penyelesaian
masalah, menilai hasil kerja harus selalu
mengacu pada standar yang telah ditetapkan.
Setiap pelayanan harus distandarisasi sesuai
dengan visi, filosofi dan tujuan organisasi.
Sehingga terkait hal layanan bimbingan
87
akademik ini perlu adanya standar
operasional.
1) Pelayanan Berfokus Mahasiswa
a) Pengkajian kebutuhan mahasiswa
Ada beberapa dimensi pelayanan yang
menjadi harapan dan kebutuhan mahasiswa
sebagai pelanggan yang perlu
diperhatikan antara lain: kecepatan
waktu pelayanan, akurasi pelayanan,
kesopanan dan keramahan dalam memberikan
pelayanan khususnya yang berinteraksi
langsung dengan pelanggan, tanggung
jawab, kelengkapan, kemudahan
mendapatkan pelayanan, kenyamanan dalam
memperoleh pelayanan.
b) Complain/ keluhan mahasiswa
Pelayanan/ kualitas pelayanan dapat
meningkat bila ada komplain, umpan balik
dari petugas sangat penting ditingkatkan
88
dan perlu ada petugas khususnya yang
menangani komplain.
2) Pembinaan dan Pengembangan Sumber Daya
Manusia
a) Pelatihan Sumber Daya Manusia.
Sekitar 85% dari masalah kualitas dalam
organisasi merupakan masalah umum
karena kegagalan sistem, sedangkan
sekitar 15% adalah disebabkan faktor
manusia. Oleh karena itu perlu
membangun sistem kualitas standar
dengan prosedur yang jelas. Seluruh
karyawan perlu diberikan pelatihan
untuk meningkatkan pengetahuan dan
ketrampilan kerjanya secara
profesional, serta pemahaman siapa
pelanggannya.
b) Perbaikan Perilaku
Perilaku dasar yang harus selalu
ditingkatkan dalam memberikan pelayanan
89
untuk meningkatkan kepuasan pelanggan
diantaranya:
(1) Tersenyum, ramah, sopan
(2) Responsif
(3) Komitmen yang tinggi
(4) Ucapan salam, memanggil dengan nama
(5) Antusiasme dalam bekerja dan
menghadapi berbagai permasalahan
(6) Proaktif dan tidak reaktif
(7) Tindak lanjut
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
90
A. KESIMPULAN
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan dapat
diambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Harapan mahasiswa terhadap layanan bimbingan
akademik pada masing – masing dimensi
diantaranya : dimensi tangiable, responsiveness,
dan assurance pada layanan akademik termasuk dalam
kategori yang sangat penting diharapkan oleh
mahasiswa, sedangkan untuk dimensi reliability dan
empathy termasuk dalam kategori yang penting
diharapkan.
2. Persepsi mahasiswa terhadap layanan bimbingan
akademik pada masing – masing dimensi
diantaranya : dimensi tangiable dan dimensi
assurance pada layanan bimbingan akademik
termasuk dalam kategori sangat sesuai dengan
harapan mahasiswa, sedangkan dimensi
responsiveness, reliability, dan empathy termasuk
dalam kategori tidak sesuai dengan harapan
mahasiswa.
91
3. Berdasarkan diagram kartesius, dimensi kualitas
layanan bimbingan akademik dilihat dari kesesuaian
antara harapan dan persepsi mahasiswa : dimensi
tangiable dan assurance termasuk dalam kategori
dimensi yang perlu dipertahankan. Sedangkan
dimensi responsiveness, reliability dan empathy
termasuk dalam kategori dimensi yang menjadi
prioritas utama untuk ditingkatkan pelaksanaannya.
B. SARAN
Berdasarkan temuan pada dimensi kualitas layanan
bukti langsung (tangiable), daya tanggap
(reliability), keandalan (responsiveness), jaminan
pelayanan (assurance), dan empati (empathy), maka
untuk meningkatkan kualitas layanan bimbingan
akademik di Poltekkes Kemenkes Surakarta Jurusan
Kebidanan, bukti langsung dan jaminana layanan
bimbingan akademik dapat dipertahankan sedangkan
daya tanggap, keandalan, dan empati layanan harus
ditingkatkan. Hal ini dapat dilakukan dengan
kegiatan – kegiatan seperti :
60
92
1. Menyusun visi program layanan bimbingan akademik
yang lebih terperinci mengenai kerangka kerja
pembimbing akademik sehingga dapat bekerja secara
konsisten dalam mencapai filosofi pelayanan yaitu
memuaskan mahasiswa sebagai pelanggan.
2. Pihak institusi menyusun standar operasional
program layanan bimbingan akademik sehingga
program ini memiliki standar yang sesuai dengan
visi, filosofi dan tujuan organisasi atau
institusi
3. Membuat jadwal rutin bimbingan antara dosen
pembimbing akademik dan mahasiswa, sehingga tidak
perlu menunggu mahasiswa memiliki masalah
terlebih dahulu kemudian datang ke pembimbing
akademik
4. Pembimbing akademik melakukan evaluasi hasil –
hasil yang disepakati dalam proses bmbingan
dengan menindaklanjuti atau memantau perkembangan
mahasiswa dan memantau keaktifan mahasiswa dalam
melaksanakan hasil bimbingan
93
5. Mengikuti pelatihan – pelatihan tentang bimbingan
konseling sehingga pembimbing akademik mampu
meningkatkan pengetahuan dan keterampilan
kerjanya secara profesional
6. Selalu mempertahankan dan meningkatkan perilaku
dasar dapat meningkatkan kepuasan pelanggan
diantaranya : senyum, sapa, salam, responsif,
berkomitmen tinggi, memanggil dengan nama, dan
antusiasme dalam bekerja.
94
DAFTAR PUSTAKA
Aziz Alimul H, A. 2010. Metode Penelitian Kebidanan Teknik
Analisis Data. Jakata : Salemba Medika
Arikunto, Suharsimi. 2011. Penilaian dan Penelitian Bidang
Bimbingan dan Konseling. Jakarta : Aditya Media
Arikunto, Suharsimi. 2009. Evaluasi Program Pendidikan.
Jakarta : Aditya Media
Alma, Buchari & Hurriyati, Ratih. 2008. Manajemen
Corporate dan Strategi Pemasaran Jasa Pendidikan Fokus Pada
Mutu Dan Layanan Prima. Bandung : Alvabeta
Anonim. 2005. Undang-Undang Republik Indonesia nomor 14 tahun
2005 tentang Guru dan Dosen. Jakarta: Depdekbud
Dirjen Dikti.
95
Anonim. 2010. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia nomor 66
tahun 2010 tentang perubahan atas peraturan pemerintah
nomor 17 tahun 2010 tentang pengelolaan dan penyelenggaraan
pendidikan
Anonim. 1990. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 30 tahun
1990 tentang Pendidikan Tinggi , Jakarta : Depdekbud
Dirjen Dikti.
Anonim. 1999. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia tahun 1999
tentang Pendidikan Tinggi, Jakarta : Depdikbud Ditjen
Dikti.
Astuti, T.D. 2009. Analisis Perbedaan Harapan Kualitas Jasa
Pendidikan (Studi Empiris pada Program Studi Akuntansi di
Perguruan Tinggi di Yogyakarta). Fenomena, Vol 7. No 1.
http://data.dppm.uii.ac.id/jurnal/uploads/01%20tut
ut%20dewi%20astuti.pdf
Avianti, Ratu Amalia. 2005. Analisis Keunggulan Kompetitif
Kualitas Layanan Kepada Mahasiswa Sebagai Pelanggan Internal
Fakultas Teknik Universitas Negeri Jakarta. Jurnal PTM
Volumes 5. No.2
96
http://isjd.pdii.lipi.go.id/index.php/Search.html
?act=tampil&id=2881&idc=39
Crosby, P. B. (1979), Quality is Free: The Art of Making Quality
Certain, New York: McGraw Hill Book Company.
Djamarah, Syaiyul Bahri. 2008. Psikologi Belajar. Jakarta :
Rineka Citra
Ilyas. 2011. Peran Ideal Dosen Pembimbing Akademik dan Prestasi
Belajar Mahasiswa. Educare : Jurnal Pendidikan dan
Budaya. http://educare.e-fkipunla.net
Kotler, P., & Gary Armstrong. 1999. Principles of Marketing,
Eight Edition. New Jersey : Prentice Hall
International, Inc.
Lewis, R. G. And Smith, D.H. 1994. Total Quality in
higher education. Delray Beach, FL : St. Lucie
Press.
Mulyadi. 2003. Peran dan Fungsi Dosen Penasehat Akademik.
Jurnal Psikoislamika.
(http://psikologi.uinmalang.ac.id/PSIKOLOGI_UIN/li
brary.php?id=61&act=pilih)
97
Notoatmodjo, Soekidjo. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan.
Jakarta : Rineka Citra
Parasuraman, Zeithaml, A.V. dan Berry, L.L. (1985). A
Conceptual Model of Service Quality. Journal of
Retailing, Vol. 67:420 - 450.
Prayitno & Amti. 2004. Dasar – dasar Bimbingan dan Konseling.
PT.Rineka Cipta : Jakarta. Hal 99
Prayitno, Mudjiran, Afrizal Sano, & Daharnis. 1997. Alat
Ungkap Masalah PTSDL Format 1-Mahasiswa. Student
Support Services danCareer Planning Development :
Proyek PGSM Ditjen DIKTI DEPDIKBUD
Philip Kotler. Alih bahasa Teguh Hendra,dkk. 2002.
Manajemen Pemasaran, Penerbit PT Prenhalindo, Jakarta.
Riwidikdo, Handoko. 2010. Statistik Untuk Penelitian Kesehatan
dengan Aplikasi Proram R dan SPSS. Pustaka Rihama,
Yogyakarta
Shank, M. D., Walker, M. And Hayes, T. (1995).
Understanding Professional Service Expectations:
What Our Students Expect in a Quality Education?.
98
Journal of Professional Services Marketing. Vol. 13 (1):
71-89.
Simorangkir, M., & Sinaga Antonius. 2008. Peningkatan
Prestasi Akademik Mahasiswa Berprestasi Rendah Melalui
Layanan Bimbingan Akademik Berorientasi Pengungkapan
Masalah Belajar. Indonesian Scientific Journal.
http :// jurnal.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/3208525
7.pdf
Sugiono. 2010. Statistik Untuk Penelitian. cetakan Keempat, CV
Alfabeta, Bandung
Supranto. 2001. Pengukuran Tingkat Kepuasan Pelanggan.
Rhenika Cipta, Jakarta
Tamba, Darwis. 2002. Pengukuran Tingkat Kepuasan Pelanggan
Dengan Model Servqual Instrument. Indonesian
Acientific Journal Database.
http://isjd.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/72073541
Zeithaml, V.A., & Marry Jo Bitner. 2000. Service
Marketing. McGraw Hill