KTI SANTOSO - Perpustakaan Politeknik Harapan Bersama
-
Upload
khangminh22 -
Category
Documents
-
view
1 -
download
0
Transcript of KTI SANTOSO - Perpustakaan Politeknik Harapan Bersama
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Tanaman obat merupakan jenis-jenis tanaman yang dapat dijadikan
obat alternatif dan penyembuhan suatu penyakit, dalam upaya untuk
menjaga kesehatan.
Tanaman brotowali banyak tersebar di wilayah Indonesia, tidak
banyak yang telah mengerti pemanfaatannya. Tanaman Brotowali biasanya
hanya digunakan sebagai hiasan, tetapi juga dapat digunakan sebagai
antifungi yaitu untuk mengobati beberapa penyakit kulit seperti : kudis,
panu, borok (Pramono, jarwo: 23).
Diantara bentuk sediaan farmasi yang ada, salep merupakan salah
satu pilihan bentuk formulasi untuk pemakaian topikal. Pemilihan dasar
salep merupakan hal yang sangat penting dalam menentukan efek terapi
suatu obat dan bentuk sediaan yang akan dibuat dalam suatu formulasi.
Pemilihan pembawa yang tepat, penting dalam menjamin bioavaibilitas dari
obat yang digunakan secara topikal. Faktor-faktor penting yang
mempengaruhi penetrasi dari suatu obat ke dalam kulit adalah konsentrasi
obat, koefisien partisi dan koefisien difusi (Martin, et al. 1971: 890-891).
1
2
Semua dasar salep tidak ada yang memiliki sifat fisik yang
diinginkan. Pemilihan dasar salep secara umum, untuk mendapatkan
kualitas sifat fisik salep yang ideal.
Dasar salep hidrokarbon dipakai terutama untuk efek emolien.
Dasar salep ini mampu bertahan pada kulit untuk waktu yang lama, tidak
memungkinkan hilangnya minyak ke udara dan sukar dicuci. Dasar salep
serap juga berfungsi sebagai emolien, walaupun tidak menyediakan derajat
penutup seperti yang dihasilkan dasar salep hidrokarbon. Dalam salep serap
berfaedah dalam farmasi untuk pencampuran larutan berair ke dalam larutan
berlemak (Ansel, 1989: 503-504).
Jika dibandingkan dengan seluruh bahan dasar dan bahan pembantu
lainnya dalam pembuatan sediaan obat, dasar salep memiliki kerja sendiri.
Oleh karena itu, sifatnya yang tidak netral dan turut mengambil bagian yang
sangat menentukan terhadap keberhasilan atau tidaknya terapi pengobatan
salep. Bahkan sering kali dasar memainkan peran yang paling dominan
(Voigt, 1995:312)
Latar belakang inilah yang menjadi pembuatan laporan tugas Karya
Tulis Ilmiah ini. Laporan ini akan membahas tentang pembuatan dan
evaluasi sediaan salep ekstrak batang brotowali (Tinospora crispa, L. Miers)
dengan dasar salep hidrokarbon, dasar salep serap, serta dasar salep
kombinasi hidrokarbon dan serap.
3
1.2 Rumusan Masalah
1. Apakah ada perbedaan pengaruh dasar salep hidrokarbon dan serap
terhadap sifat fisik salep ekstrak batang brotowali?
2. Dasar salep manakah yang mempunyai sifat fisik lebih baik dasar salep
hidrokarbon,dasar salep serap, serta dasar salep hidrokarbon dan serap?
1.3 Batasan Masalah
1. Sampel batang Brotowali diperoleh dari desa Margadana kota Tegal.
2. Proses yang dilakukan dengan cara soxhletasi dan pembuatan salep.
3. Dasar salep yang digunakan adalah dasar salep hidrokarbon dengan
menggunakan vaselin sedangkan dasar salep serap menggunkan
lanolin.
4. Pengujian yang dilakukan dengan uji daya sebar, uji daya lekat, uji daya
proteksi, uji pH, uji homogenitas, dan uji organoleptis.
1.4 Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui adanya pengaruh bahan dasar salep terhadap sifat
fisik salep ekstrak batang brotowali.
2. Penelitian dilakukan untuk mengetahui perbandingan sifat fisik salep
ekstrak batang brotowali dari dasar salep hidrokarbon, dasar salep serap,
serta dasar salep kombinasi hidrokarbon dan serap.
4
1.5 Kegunaan Penelitian
1. Sebagai dasar untuk melakukan penelitian lebih lanjut dalam rangka
pengembangan obat tradisional khususnya batang brotowali.
2. Untuk meningkatkan kegunaan sumber daya alam Indonesia khususnya
batang brotowali sebagai antifungi.
3. Memperkaya data ilmiah tentang obat herbal.
4. Memberikan pengetahuan kepada para pembaca khususnya tentang
manfaat batang brotowali.
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tanaman Brotowali (Tinospora crispa, L. Miers)
2.1.1 Sistematika tanaman
Kedudukan tanaman Brotowali dalam taksonomi :
Plantae (kingdom), Tracheobionta/tumbuhan berpembuluh
(Subkingdom), Spermatophyta (Divisi), Dicotyledon (Class),
Magnoliidae (Subclass), Ranunculales (Ordo), Menispermaceae
(Family), Tinospora (Genus), Tinospora crispa, L.MIERS (Spesies).
2.1.2 Deskripsi
Brotowali adalah tumbuhan merambat dengan panjang 2,5 m atau
lebih. Biasanya tumbuh liar dihutan, ladang atau ditanam di halaman
dekat pagar dan biasanya ditanam sebagai tanaman obat. Batang sebesar
jari kelingking, berbintil-bintil rapat, dan rasa pahit. Daun tunggal,
bertangkai dan berbentuk seperti jantung atau agak membundar,
berujung lancip dengan panjang 7-12 cm dan lebar 5-10 cm. Bunga
kecil, berwarna hijau muda atau putih kehijauan. Brotowali menyebar
merata hampir diseluruh wilayah indonesia dan dibeberapa negara lain
di Asia Tenggara dan India. Brotowali tumbuh baik di hutan terbuka
atau semak belukar didaerah tropis.
6
2.1.3 Nama lain
Brotowali (Tinospora crispa, L. Miers.) tanaman ini dikenal dengan
berbagai nama daerah, seperti andawali (Sunda), antawali (Bali dan
Nusa Tenggara), dan bratawali, antawali, putrowali atau daun gedel
(Jawa). Dalam bahasa Inggris brotowali disebut bitter grape, dan dalam
bahasa Cina dikenal dengan nama sen jinteng.
2.1.4 Kegunaan
Herba brotowali digunakan untuk pengobatan: rheumatic
arthritis, rheumatik sendi pinggul (sciatica), memar, merangsang
nafsu makan, demam kuning (icteric), demam, kencing manis dan
penyakit kulit seperti luka dan kudis (scabies).
2.1.5 Kandungan kimia
Brotowali mengandung alkaloid, damar lunak, pati, glikosida
pikroretosid, zat pahit pikroretin, harsa, dan berberin.
2.2 Ekstrak
Ekstrak adalah sediaan kering, kental atau cair dibuat dengan
menyari simplisia nabati atau hewani menurut cara yang cocok, di luar
pengaruh cahaya matahari langsung. Sebagai cairan penyari digunakan air,
eter atau campuran etanol dan air (Anonim. RI, 1979 : 9).
5
7
Sebagai bahan awal untuk pembuatan sediaan obat, pada umumnya
digunakan tumbuhan segar, maupun tumbuhan, bagian tumbuhan yang
dikeringkan serta produk mentah dari tumbuhan. Pembuatan sediaan obat
yang mengandung bahan obat dari tumbuhan, mensyaratkan tuntutan
sebagai berikut :
a. Menjamin perolehan bahan aktif dalam bentuk yang sedapat mungkin
tidak berubah dari material awal yang seragam
b. Menghasilkan jumlah isolat yang tinggi
c. Menjamin kesegaran jangka panjang dari kandungan bahan aktif melalui
pemilihan teknologi pembuatan yang tepat dan sediaan obat yang sesuai
d. Memenuhi syarat standar sediaan obat (Voigt, 1995 : 553).
2.3 Soxhletasi
2.3.1 Soxhletasi
Soxhletasi adalah penarikan komponen kimia yang
dilakukan dengan cara serbuk simplisia ditempatkan dalam wadah
atau selongsong biasanya kertas saring secara sedemikian rupa dan
cairan penyari dipanaskan dalam labu alas bulat, penyari yang
digunakan biasanya adalah etanol. Soxhletasi merupakan proses
yang digunakan untuk menghasilkan ekstrak cair yang akan
dilanjutkan keproses penguapan (Anonim RI, 1986).
8
Prinsip kerja soxhletasi adalah uap cairan penyari yang
dipanaskan akan naik melalui pipa samping kemudian diembunkan
kembali oleh kondensor, kemudian cairan turun ke labu melalui
tabung yang berisi serbuk simplisia sehingga pada akhirnya cairan
akan kembali ke labu (Anonim RI, 1986).
Keuntungan soxhletasi adalah sebagai berikut :
a. Cairan penyari yang digunakan lebih sedikit dan secara langsung
diperoleh hasil yang pekat.
b. Serbuk simplisia disari oleh cairan penyari yang murni, sehingga
dapat menyari zat aktif yang lebih banyak.
c. Penyari dapat ditentukan sesuai kebutuhan.
Kerugian soxhletasi adalah sebagai berikut :
a. Larutan dipanaskan terus menerus sehingga zat aktif yang tidak
tahan panas kurang cocok dengan metode ini, hal ini bisa
diperbaiki dengan menambah peralatan untuk tekanan udara.
b. Cairan penyari dipanaskan terus menerus sehingga cairan
penyari yang baik adalah cairan azeotrop.
Metode soxhletasi disarankan untuk bahan yang tahan
pemanasan dan penyari yang digunakan adalah cairan penyari
murni (Anonim RI 1986). Pemilihan cairan penyari harus
mempertimbangkan banyak faktor.
9
Cairan penyari yang baik harus memenuhi kriteria berikut :
a. murah dan mudah diperoleh.
b. stabil secara fisika dan kimia.
c. tidak bereaksi.
d. tidak mudah menguap dan tidak mudah terbakar.
e. selektif yaitu hanya menarik zat yang berkhasiat yang
dikehendaki.
f. tidak mempengaruhi zat berkhasiat.
g. diperbolehkan oleh peraturan per UU yang berlaku.
2.4 Salep (Unguenta)
Salep merupakan sediaan setengah padat dan sediaan yang mudah
dioleskan dan digunakan sebagai obat luar untuk pemakaian tertentu, seperti
infeksi kulit yang ringan, gatal-gatal, luka bakar, sengatan atau gigitan
serangga, kutu air, mata ikan, penebalan kulit atau pengerasan kulit, eksim,
kutil, ketombe, jerawat, dan penyakit kulit ringan lainnya (Ansel, 1989:
489).
Fungsi salep adalah sebagai berikut :
a. sebagai bahan pembawa substansi obat untuk pengobatan kulit,
b. sebagai bahan pelumas pada kulit,
c. sebagai pelindung untuk kulit, yaitu mencegah kontak permukaan kulit
dengan larutan berair dan rangsangan kulit (Anief, 1993: 110).
Kualitas fisik salep dengan spesifikasi sebagai berikut, yaitu: secara
kimia dan fisika stabil, mudah digunakan, melunak pada suhu tubuh,
10
homogen dan tidak menggumpal, dasar salep yang digunakan harus
terbagi halus dan menyebar secara merata (Anief, 1993: 111).
2.4.1 Jenis Dasar Salep
Secara umum jenis dasar salep terbagi dalam :
2.4.1.1 Dasar salep hidrokarbon
Dasar salep hidrokarbon merupakan dasar salep yang bersifat
lemak dan hanya sedikit komponen berair, yang dapat ditambahkan
kedalam dasar salep hidrokarbon ini. Bila komponen berair
ditambahkan berlebih, maka akan sukar bercampur lemak (Ansel,
1989 : 502).
Yang termasuk dalam kelompok ini adalah :
a. Vaselin kuning adalah campuran hidrokarbon setengah padat
diperoleh dari minyak bumi. Dapat digunakan secara tunggal
atau campuran dengan zat lain sebagai dasar salep.
b. Vaselin putih adalah vaselin yang dihilangkan warnanya dengan
proses pemutihan, hanya berbeda warna dengan vaselin kuning.
c. Parafin cair adalah campuran hidrokarbon cair yang diperoleh
dari minyak bumi. Komposisinya bervariasi tergantung pada
jenis minyak bumi yang dipakai dalam produksi parafin.
d. Salep kuning adalah dasar salep yang tiap 100 gram
mengandung 5 gram malam kuning dan 95 gram vaselin kuning.
11
e. Salep putih adalah dasar salep yang terdiri dari 5 gram malam
putih dan 95 gram vaselin putih (Ansel, 1989 : 503).
2.4.1.2 Dasar salep serap
Dasar salep serap terbagi menjadi dua kelompok yaitu :
1. Dasar salep yang dapat bercampur air, membentuk emulsi air
dalam minyak.
Contohnya : vaselin hidrofilik dengan lanolin anhidrat.
2. Dasar salep yang sudah menjadi emulsi air dalam minyak.
Contohnya : lanolin dan cold cream ( Ansel, 1989 : 504 ).
Yang termasuk dalam kelompok ini adalah :
a. Vaselin hidrofilik, dibuat dari kolestrol, alkohol stearat,
malam putih dan vaselin putih. Memiliki kemampuan
mengabsorpsi air dengan membentuk emulsi air dalam minyak.
b. Lanolin anhidrat dapat mengandung tidak lebih dari 0,25 % air.
c. Lanolin adalah bahan setangah padat seperti lemak, diperoleh
daribulu domba (Ovis aries). Merupakan emulsi air dalam
minyak yang mengandung antara 25-30 %. Penambahan air
dapat dicampurkan ke dalam lanolin dengan pengadukan.
d.Cold cream ( krim pendingin ) merupakan emulsi air dan
minyak, setengah padat berwarna putih, dibuat dari malam putih,
12
minyak mineral, natrium borat dan air. Natrium borat dicampur
dengan asam lemak bebas yang terkandung dalam malam,
membentuk sabun natrium yang bekerja sebagai pengemulsi
(Ansel, 1989 : 504).
2.4.1.3 Dasar salep yang dapat dicuci dengan air (washable)
Dasar salep ini merupakan emulsi minyak dalam air dan
dikatakan dapat dicuci air, karena sifatnya yang mudah dicucidari
kulit atau di lap basah. Dikenal pula dengan sebutan cream. Dasar
vanishing cream termasuk golongan ini (Ansel, 1989 : 504).
Dasar salep yang dapat dicuci dengan air akan membentuk
suatu lapisan yang semipermeabel, setelah air menguap pada
tempat yang digunakan. Salep hidrofilik (sukar larut air)
mengandung natrium laurel sulfat sebagi bahan pengemulsi,
dengan alcohol stearat dan vaselin putih mewakili fase berlemak.
Propilen glikol dan air mewakili fase berair (Ansel, 1989 : 505).
Salep ini dapat digunakan sebagai dasar untuk sebagian besar
bahan obat dan keuntungan lain dari dasar salep ini dapat
diencerkan dengan air tetapi tidak cocok untuk sediaan kosmetika.
Kandungan vaselin yang tinggi meninggalkan residu pada kulit
yang mungkin tidak menyenangkan. Modifikasi formula dengan
penurunan kandungan vaselin dan menambah emolien lain seperti
setil alkohol, heksadesil alkohol dan ester-ester asam lemak
13
(isopropil miristat atau palmitat) dapat menambah daya tarik pada
sediaan kosmetik. Akibat modifikasi seperti itu, pada aktivitas
bahan obat yang dimasukan dalam dasar harus ditentukan. Tetapi
beberapa bahan obat dapat lebih efektif apabila menggunakan
dasar salep ini dari pada menggunakan dasar salep hidrokarbon,
karena di absorpsi lebih baik (Ansel, 1989 : 505).
2.4.1.4 Dasar salep yang larut dalam air
Dasar salep ini disebut juga dasar salep yang tidak berlemak,
yang terdiri dari konstituen larut air. Dasar salep ini mudah
melunak dengan penambahan air, maka larutan air tidak efektif
ditambahkan ke dalam dasar salep ini. Sehingga lebih baik dibuat
dari campuran dengan bahan tidak berair atau bahan padat (Ansel,
1989 : 505).
Kombinasi dari polietilen glikol dengan bobot molekul tinggi
dan rendah akan menghasilkan produk-produk dengan konstituen
seperti salep. Melunak atau meleleh jika digunakan pada kulit.
Dasar salep larut dalam air oleh adanya gugus polar dan ikatan eter
yang banyak. Jika salep polietilen glikol mengandung bahan-bahan
kristal dengan kadar tinggi, maka pelunakan dan pelelehan salep
yang digosokan pada kulit tidak selambat vaselin. Bahan-bahan
Kristal tersebut akan cepat meleleh dengan adanya kenaikan
temperatur ( Ansel, 1989 : 505).
14
Jenis dasar salep yang digunakan yaitu dasar salep
hidrokarbon dan dasar salep serap. Dasar salep yang digunakan
harus tidak merusak zat aktif. Selain itu, dasar salep harus
memenuhi syarat basis yang ideal (Voigt, 1995: 313).
2.4.2 Pemilihan Dasar Salep
Untuk membuat suatu formula salep, pemilihan dasar salep
merupakan hal yang sangat penting dan menentukan efek terapi
serta bentuk sediaan ( Ansel, 1989 : 506).
Preparat salep yang ideal adalah preparat yang mempunyai
dasar dan pembawa yang ideal, tidak menimbulkan iritasi, mudah
dicuci, tidak meninggalkan noda, stabil dan secara luas cocok
untuk semua jenis. Sehingga semua hal ini harus dipertimbangkan
satu terhadap lainnya untuk memperoleh dasar salep yang baik.
Ada kalanya perlu menggunakan dasar salep yang kurang ideal
untuk mendapatkan stabilitas sediaan yang diinginkan. Jadi
pemilihan dasar salep merupakan salah satu cara untuk
mendapatkan dasar salep yang secara umum menyediakan segala
sifat yang paling diharapkan (Ansel, 1989 : 506).
2.4.3 Pembuatan Salep
Pembuatan salep yang baik dalam ukuran besar maupun kecil,
dibagi menjadi dua metode, yaitu dengan cara pencampuran dan
peleburan. Pemilihan metode untuk pembuatan salep tergantung
pada sifat-sifat bahan yang akan dibuat (Ansel, 1989 : 489-539).
15
a. Metode pencampuran
Dalam metode pencampuran, komponen dasar salep yang
dicampur bersama-sama sampai sediaan tercampur rata. Pada skala
kecil seperti resep yang dibuat ahli farmasi dapat mencampur
komponen-komponen dari salep dalam lumpang dengan sebuah alu
atau dapat juga menggunakan sudip dan lempeng salep (gelas
yang besar atau porselin) untuk menggerus bahan bersama-sama.
Salep dibuat dengan cara menggerus atau menggosokannya serta
meratakan dan mengumpul komponen-komponennya pada
permukaan kasar dengan spatula sampai hasilnya lembut dan rata (
Ansel, 1989 : 506).
b. Metode peleburan
Dengan metode peleburan, semua atau beberapa komponen
dari salep dicampur dengan meleburkan bersama-sama dan
mendinginkan dengan pengadukan yang konstan sampai
mengental.
Komponen-komponen yang tidak dicairkan biasanya
ditambahkan pada campuran yang sedang mengental setelah
didinginkan dan diaduk (Ansel, 1989 : 508).
Dalam pembuatan dari formula dengan tipe emulsi, metode
pembuatan secara umum meliputi proses peleburan dan proses
emulsifikasi. Biasanya komponen yang tidak tercampur dengan air
seperti minyak dan lilin diencerkan bersama di penangas air pada
16
temperature sekitar 70˚ C sampai 75˚ C. Sementara itu, semua
larutan yang telah panas, komponen yang larut air, yang dibuat
dalam sejumlah air yang dimurnikan, khususnya dalam formula
dan dipanaskan pada temperatur yang sama dengan komponen
berlemak. Kemudian larutan berair ditambahkan secara perlahan-
lahan, dengan pengadukan yang konstan (biasanya dengan
pengadukan mekanik) ke dalam campuran berlemak yang cair,
temperatur dipertahankan selama 5-10 menit. Untuk menjaga
kristalisasi dari lilin dan kemudian dengan pengadukan yang terus
menerus sampai campuran membeku atau mengental (Ansel, 1989
: 510).
2.4.4 Evaluasi Salep
Pengujian sediaan salep dapat dilakukan dengan beberapa
cara, misalnya pengujian daya serap air, kandungan air, uji
konsistensi, penyebaran ukuran partikel, viskositas dan
termoresisten. Uji daya menyerap air di ukur sebagai bilangan air
yang digunakan untuk mengkarakteristikan basis absorpsi (Voigt,
1995 : 377).
Uji homogenitas, salep harus mempunyai masa homogen,
pengujian dilakukan dengan cara mengoleskan sediaan diatas kaca
atau bahan transparan lain yang cocok, harus menunjukkan
susunan homogen. Uji kelengketan dilakukan untuk mengetahui
daya lengket salep terhadap kulit, uji ini dapat dilakukan dengan
17
mengoleskan sejumlah masa salep pada alat uji dan dilakukan
pencatatan waktu terlepasnya kedua lempengan alat (Voigt, 1995 :
38 ).
2.4.5 Sifat Fisik Salep
Sifat fisik salep adalah segala aspek dari suatu objek yang
dapat diukur atau di persepsikan tanpa mengubah identitasnya dan
dapat di lihat secara langsung dengan indra serta sifat fisik tidak
mengubah sifat kimia materi.
Sifat fisik antara lain :
Wujud zat, warna, bau, titik leleh, titik didih, masa jenis,
kekerasan, kelarutan, kekeruhan, dan kekentalan.
2.5 Uraian Bahan
2.5.1 Vaselin putih
Vaselin putih adalah campuran yang dimurnikan dari
hidrokarbon setengah padat. Diperoleh dari minyak bumi dan
keseluruhan dihilangkan warnanya. Dapat mengandung stabilisator
yang sesuai, vaselin putih tidak larut dalam air. Sukar larut dalam
etanol dingin atau panas, mudah larut dalam benzene, karbon
disulfide, larut dalam heksana dan sebagian besar minyak lemak dan
minyak atsiri. Sisa pemijaran vaselin putih tidak lebih dari 0,05 %
(Voigt, 1995).
Pemerian massa lunak, lengket, bening, putih. Kelarutan
vaselin yaitu praktis tidak larut dalam air dan dalam etanol (95%) P,
18
larut dalam kloroform P, dalam eter P, dan dalam eter minyak P
(Depkes RI, 1979).
2.5.2 Gliserin
Gliserin mengandung tidak lebih dari 95 % dan tidak lebih
dari 101% C3H8O3. Pemeriannya berupa cairan jernih seperti sirup,
tidak berwarna, rasa manis, hanya boleh berbau khas (tajam atau
tidak enak), higroskopik dan netral terhadap lakmus. Kelarutan
gliserin yaitu dapat bercampur dengan air dan etanol, tidak larut
dalam kloroform, eter, dalam minyak lemak dan dalam minyak
menguap. BM : 92,09 (Depkes RI,1995). Untuk literatur gliserin
dalam pembuatan salep 10% - 30%.
2.5.3 Lanolin
Lanolin campuran dari adesps lanae dan air yang
mengandung air 25% digunakan sebagai pelumas dan penutup
kulit dan lebih mudah dipakai (Anief, Muh; 2000 : hal 55).
2.5.4 Nipagin
Nipagin mengandung tidak kurang dari 99 % dan tidak lebih
dari 101% C8H8O3. Pemeriannya berupa serbuk, hablur halus,
putih, hampir tidak berbau, tidak mempunyai rasa, kemudian agak
membakar diikuti rasa tebal. Kelarutan nipagin yaitu larut dalam
500 bagian air, dalam 20 bagian air mendidih, dalam 3,5 bagian
etanol (95 %) P dan dalam 3 bagian aseton P, mudah larut dalam
19
eter P dan dalam larutan alkali hidroksida, larut dalam 60 bagian
gliserol P panas dan dalam 40 bagian minyak lemak nabati panas,
jika didinginkan larutan tetap jernih (Depkes RI, 1979). Standar
literatur nipagin dalam pembuatan salep: 0,02gr -0,3gr
2.5.5 Oil Rosae
Oil Rosae (Minyak Mawar) adalah minyak atsiri yang
diperoleh dengan penyulingan uap bunga segar Rosae Galica L,
Rosae Damascena Miller, Rosa Alba dan Varietas Rosa lain.
Pemerian cairan = tidak berwarna atau kuning, bau menyerupai
bunga mawar, rasa khas. Pada suhu 25o kental. Jika didinginkan
berlahan-lahan berubah menjadi masa hablur bening, yang jika
dipanaskan mudah melebur (Depkes, RI, 1979).
2.6 Hipotesis
Ada perbedaan dasar salep hidrokarbon, dasar salep serap, serta dasar
salep kombinasi hidrokarbon dan serap terhadap sifat fisik salep ekstrak
batang brotowali
20
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Objek Penelitian
Penelitian ini adalah ekstrak batang brotowali sebagai bahan
berkhasiat pembuatan salep dengan menggunakan dasar salep hidrokarbon,
dasar salep serap serta kombinasi dasar salep hidrokarbon dan dasar salep
serap.
3.2 Sampel dan Teknik Sampling
Sampel yang diteliti dalam penelitian ini adalah ekstrak batang
brotowali yang diambil dengan metode soxhletasi, dan dibuat salep dengan
menggunakan dasar salep hidrokarbon, dasar salep serap serta kombinasi
dasar salep hidrokarbon dan dasar salep serap. Kemudian datanya diolah
secara acak dalam penelitian ini adalah pengolahan data one way anova satu
arah.
3.3 Variabel penelitian
3.3.1 Variabel bebas
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah dasar salep hidrokarbon,
dasar salep serap serta dasar salep kombinasi hidrokarbon dan dasar
salep serap.
20
21
3.3.2 Variabel terikat
Variabel terikat dalam penelitian ini adalah ekstrak batang
brotowali dengan dasar salep hidrokarbon dan dasar salep serap yang
meliputi daya menyebar salep, daya melekat salep dan kemampuan
proteksi.
3.3.3 Variabel terkendali
Asal tanaman, lokasi pengambilan dan suhu soxhletasi.
3.4. Tekink Pengambilan Data
3.4.1 Alat
Alat yang digunakan dalam penelitian adalah sebagai berikut :
seperangkat alat daya menyebar, alat daya melekat, alat daya
proteksi, timbangan analitik, alat-alat gelas (Erlenmeyer, pipet
volume, beaker glas, gelas obyek, cawan uap, gelas ukur), kertas
saring, timbangan dan anak timbangan gram, stop watch, blender,
seperangkat alat soxhletasi
3.4.2 Bahan
Bahan yang digunakan dalam penelitian adalah sebagai berikut :
ekstrak brotowali, vaselin putih, nipagin, asam stearat, KOH, gliserin,
oleum rosae, aquadest, KOH 0,1 N, larutan fenoftalein, parafin padat,
22
3.4.1 Prosedur Penelitian
Tabel 3.1 Rancangan Formula.
No. Bahan I II III
1. Ekstrak batang
brotowali
1 gr 1 gr 1 gr
2. Vaselin putih 16 gr - 7,9 gr
3. Lanolin - 15,8 gr 7,9 gr
4. Gliserin 3 gr 3 gr 3 gr
5. Nipagin - 0,2 gr 0,2 gr
6. Oil rosae 2 tetes 2 tetes 2 tetes
Keterangan : I : Dasar salep hidrokarbon II : Dasar salep serap III : Dasar salep kombinasi hidrokarbon dan serap
Formulas tersebut untuk pembuatan salep 20g.
3.4.2 Persiapan Bahan
- Mengambil batang brotowali yang masih segar dan membersihkan
- Memotong kecil-kecil diameter kira-kira 0,5 cm
- Mengeringkan batang yang sudah dipotong dengan cara menjemur
dibawah sinar matahari langsung.
- Setelah batang kering menumbuk hingga halus.
- Selanjutnya serbuk brotowali ditimbang untuk persiapan ekstraksi.
23
Skema 1. Proses penyiapan bahan
3.4.3 Proses Soxhletasi
- Menimbang 4 kali @ 50 gram serbuk brotowali, masukkan pada
selongsong yang dibuat dari kertas saring.
- Soxhletasi menggunakan etanol 96% sebanyak 600 ml selama kurang
lebih 2 jam.
- Penyarian dilakukan sampai terjadi beberapa kali sirkulasi.
- Menghentikan apabila cairan sudah berwarna bening dan menimbang
cawan.
- Memasukkan ekstrak cair dalam cawan uap dan uapkan dan keringkan.
- Setelah itu menimbang cawan penguap yang telah berisi ekstrak kental.
Membersihkan batang brotowali yang masih segar
Memotong kecil-kecil
Menjemur dibawah sinar matahari
Setelah batang kering menumbuk hingga halus.
Serbuk brotowali ditimbang
24
- Menimbang dan mencatat berapa banyak jumlah ekstrak yang
dihasilkan.
3.4.4 Pembuatan Salep Ekstrak Batang brotowali
a. Salep dengan dasar salep hidrokarbon
- Menimbang bahan-bahan sebanyak yang akan digunakan.
- Memasukan gliserin dan vaselin dalam cawan uap.
- Setelah melebur memasukkan dalam mortir kemudian mengaduk
sampai kental.
- Melarutkan nipagin dengan ethanol 2 tetes.
Menimbang 2 kali @ 50 gram serbuk brotowali
Soxhletasi menggunakan etanol 96% selama kurang lebih 2 jam
Menimbang cawan penguap yang berisi ekstrak kental
Penyarian dilakukan beberapa kali sirkulasi
Menghentikan apabila cairan sudah berwarna bening
Menimbang dan mencatat ekstrak yang dihasilkan
Memasukkan ekstrak cair dalam cawan uap,menguapkan dan mengeringkan
Skema 2. Proses soxhletasi
25
- Kemudian memasukan ekstrak brotowali dan oil rosae, aduk sampai
homogen masukan dalam wadah yang sesuai.
Skema 3. Proses Pembuatan Salep Ekstrak Batang brotowali
b. Salep dengan dasar salep serap
- Menimbang bahan-bahan sebanyak yang akan digunakan.
- Meleburkan gliserin dan lanolin.
- Setelah melebur masukan nipagin kedalam mortir.
- Kemudian menambahkan ektrak brotowali dan diaduk
hingga mencampur.
- Menambahkan oil rosae aduk hingga homogen.
- Memasukan kedalam wadah salep.
Menimbang bahan yang akan digunakan
Memasukkan gliserin dan vaselin kedalam cawan uap
Memasukkan dalam mortir setelah melebur
Melarutkan nipagin dengan ethanol 2 tetes
Memasukan ekstrak brotowali dan oil rosae, aduk sampai homogen
26
c. Salep dengan dasar salep kombinasi hidrokarbon dan serap
- Menimbang bahan-bahan sebanyak yang akan digunakan.
- Memasukan gliserin ,vaselin,dan lanolin.
- Setelah mencair masukan nipagin yang sudah dilarutkan kedalam
mortir.
- Memasukkan ektrak brotowali.
- Mengaduk hingga semua bahan mencampur.
- Menetesi oil rosae aduk hingga homogen.
- Memasukkan dalam wadah salep.
Menimbang bahan yang akan digunakan.
Meleburkan gliseril dan vaselin
Menambahkan ekstrak brotowali
Melarutkan nipagin dengan ethanol 2 tetes
Kemudian diaduk dan tambahkan oil rosea
Memasukkan kedalam wadah salep
Skema 4. Salep dengan dasar salep serap
27
Skema 5. Salep dengan dasar salep kombinasi hidrokarbon dan serap
Menimbang bahan yang akan digunakan
Memasukkan gliserin,vaselin,dan lanolin kedalam cawan uap
Melarutkan nipagin dengan ethanol 2 tetes
Memasukkan ekstrak brotowali dan nipagin
Mengaduk hingga semua bahan mencampur
Menetesi oil rosae aduk hingga homogen
Memasukkan dalam wadah salep
28
3.4.5 Uji Organoleptis
Uji organoleptis dilakukan dengan mengamati bentuk, warna, bau
dan rasa dikulit dari sediaan salep ekstrak brotowali yang dihasilkan.
3.4.6 Uji Homogenitas
Uji homogenitas dilakukan dengan cara mengoleskan salep pada
objeck glass, kemudian tutup dengan menggunakan deck glass.
Amati, apakah terdapat partikel kasar atau tidak.
Mengoleskan salep pada objeck glass
Menutup dengan menggunakan deck glass
Mengamati apakah terdapat partikel kasar atau tidak
Skema 6. Uji Homogenitas
29
3.4.7 Uji Daya Menyebar Salep
- Menimbang 0,5 gram tiap salep
- Meletakkan di tengah alat yang berupa kaca bulat
- Menimbang dahulu kaca yang satu
- Meletakkan kaca tersebut diatas masa salep, biarkan selama satu menit
- Mengukur dan catat berapa diameter salep yang menyebar
- Kemudian tambahkan beban 50 gram di atas kaca bulat, biarkan selama
satu menit
- Mengukur dan catat berapa diameter salep yang menyebar.
- Mengulangi cara kerja di atas dengan mengukur beban 100 gram,
biarkan selama satu menit.
- Mengukur dan mencatat berapa diameter salep yang menyebar.
- Menggambar dalam grafik hubungan antara beban dan luas salep yang
menyebar.
- Melakukan tes untuk formula salep yang lain, dengan mengulangi
beberapa kali percobaan.
30
Skema 7. Tes Daya Menyebar Salep
Menimbang salep
Meletakkan di tengah alat yang berupa kaca bulat
Meletakkan kaca diatas masa salep, biarkan selama satu menit
Menimbang kaca yang satu
Mengukur dan mencatat diameter salep yang menyebar
Menambahkan beban 50 gram di atas kaca bulat
Mengukur dan mencatat berapa diameter salep yang menyebar.
Mengulangi cara kerja diatas dengan menggunakan beban 100 gram
Mengukur dan mencatat berapa diameter salep yang menyebar.
Menggambarkan dalam grafik hubungan antara beban dan luas salep yang
Melakukan tes untuk formula salep yang lain
31
3.4.8 Tes Daya Melekat Salep
- Meletakkan salep secukupnya di atas gelas objek yang telah ditentukan
luasnya.
- Meletakkan gelas objek lain diatas salep tersebut.
- Mengambil beban 1 kg dan letakkan diatas gelas objek selama 5 menit.
- kemudian pasang gelas objek pada alat tes.
- Melepaskan beban seberat 80 gram.
- Mencatat waktunya hingga kedua gelas objek tersebut terlepas.
- Melakukan tes untuk formula salep yang lain, dengan mengulangi
beberapa kali percobaan.
Meletakkan salep secukupnya di atas gelas objek yang telah ditentukan luasnya.
Meletakkan gelas objek lain diatas salep
Mengambil beban 1 kg dan letakkan diatas gelas objek
kemudian memasang gelas objek pada alat tes
Melepaskan beban seberat 80 gram.
Mencatat waktunya hingga kedua gelas objek tersebut terlepas.
Melakukan tes untuk formula salep yang lain, dengan mengulangi beberapa kali percobaan.
Skema 8. Tes Daya Melekat Salep
32
3.4.9 Tes Kemampuan Proteksi
- Mengambil kertas saring dan potong 10 x 10 cm.
- Membasahi dengan larutan fenoptalein sebagai indikator, mengeringkan
sebentar.
- Olesi kertas tersebut dengan salep yang akan dicoba pada satu muka
kertas salep.
- Mengambil kertas saring yang lain buat suatu area dengan memotong
2,5 x 2,5 cm.
- Membetengi dengan parafin padat yang telah dilelehkan, kemudian
keringkan.
- Menempelkan kertas 2,5 x 2,5 diatas kertas 10 x 10.
- Kemudian menetesi atau area ini dengan lauran KOH 0,1 N
- Kemudian mengamati sebelah kertas yang dibasahi dengan larutan.
fenoftalein pada waktu 15; 30; 45; 60 detik; 3 dan 5 menit ad 15 menit.
- Kemudian amati apakah ada noda berwarna pink atau kemerahan pada
kertas tersebut, kalau tidak ada berarti salep dapat memberikan proteksi
terhadap cairan larutan KOH.
33
- Mengulangi tes tersebut dengan 3x replikasi.
Mengambil kertas saring dan potong 10 x 10 cm
Basahi dengan larutan fenoptalein sebagai indikator
Mengolesi kertas tersebut denagan salep yang akan dicoba
Mengambil kertas saring dengan dipotong 2,5 x 2,5 cm
Membentengi dengan parafin padat yang telah dilelehkan
Menempelkan kertas tersebut diatas kertas sebelumnya.
Kemudian teteskan atau area ini dengan lauran KOH 0,1 N
Kemudian amati sebelah kertas yang dibasahi dengan larutan fenoftalein pada
waktu 15; 30; 45; 60 detik; 3 dan 5 menit.
Kemudian amati apakah ada noda berwarna merah atau kemerahan pada kertas
Mengulangi tes tersebut dengan 3x replikasi
Skema 9. Proses Uji Proteksi
34
3.4.10 Uji pengukuran pH
- Menyiapkan kertas pH yang sudah terpotong kecil-kecil sebanyak 4
lembar
- Menempelkan pada tiap-tiap formula salep.
- Mengukur berapa masing-masing pH formula, dengan cara
membandingkan perubahan warna pada media kertas pH.
- Mencatat berapa pH masing-masing formula salep.
- Pengujian dilakukan selama 5 hari berturut-turut untuk mengetahui
perubahan pH masing-masing formula
Menyiapkan kertas pH sebanyak 4 lembar
Menempelkan pada tiap-tiap formula salep.
Pengujian dilakukan selama 5 hari berturut-turut untuk mengetahui perubahan pH masing-masing formula
Mencatat berapa pH masing-masing formula salep.
Mengukur berapa masing-masing pH formula
35
3.5 Analisa Data
Analisa dilakukan dengan uji one way anova.
3.6 Jadwal Penelitian
Penelitian ini dilakukan dalam beberapa tahap dengan jadwal seperti yang tercantum dibawah ini:
No. KETERANGAN NOVEMBER 2012
DESEMBER 2012
JANUARI 2013
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1. Pengajuan Judul
2. Pembuatan Proposal
3. Pelaksanaan Penelitian
4. Pengolahan Data
5. Pembuatan Laporan
Skema 10. Uji pH
36
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Pengumpulan Bahan
Tanaman brotowali yang diambil dari desa margadana kota tegal,
Tanaman brotowali yang diperoleh masih segar. Sehingga terjaga keaslian
kandungan ekstrak dalam tanaman tersebut.
Tanaman brotowali dipisahkan dari daunnya kemudian diambil
batangnya, Setelah itu dijemur dengan sinar matahari agar batang menjadi
kering sehingga lebih mudah dibuat serbuk. Proses pengeringan kira-kira 15
hari, waktu pengeringan cukup lama karena kandungan air pada batang
borotowali sangat banyak. Proses penumbukan dilakukan sampai menjadi
serbuk sehalus mungkin. Kemudian serbuk halus tersebut digunakan dalam
proses soxhletasi untuk mendapatkan ekstrak batang brotowali dengan
kualitas terbaik.
4.2 Pengambilan Ekstrak Batang brotowali
Pengambilan ekstrak dari batang brotowali dilakukan dengan
metode soxhletasi. Prinsip kerja soxhletasi adalah uap cairan penyari yang
dipanaskan akan naik melalui pipa samping kemudian di embunkan kembali
37
oleh kondensor, dan cairan kelabu melalui tabung yang berisi serbuk
simplisia. Sehingga pada akhirnya cairan akan turun kembali kelabu
(Depkes RI, 1986).
Pengambilan ekstrak dilakukan empat kali proses soxhletasi, setiap
proses soxhletasi serbuk batang brotowali yang digunakan sebanyak 200 gr.
Dengan cairan penyari yaitu alkohol 96% sebanyak 600 ml. alkohol
dipertimbangkan sebagai cairan penyari karena mudah diperoleh, tidak
mempengaruhi zat berkhasiat yang diperbolehkan. Soxhletasi dilakukan
kurang lebih 2 jam dengan beberapa kali sirkulasi, kemudian hentikan
setelah cairan tidak berwarna lagi, pisahkan ekstrak cair dan masukan dalam
beakerglass. Uapkan dan keringkan ekstrak cair tersebut, timbang cawan
uap kosong dan masukan ekstrak batang brotowali kental, setelah itu
timbang cawan yang berisi ekstrak kental sehingga diketahui jumlah ekstrak
yang didapat. Ekstrak yang didapat berwarna kuning kehijauan dengan berat
ekstrak sebanyak 6,79 gram.
4.3 Pembuatan Salep
Pada pembuatan salep ekstrak batang brotowali (Tinospora crispa).
Dasar salep yang digunakan adalah dasar salep hidrokarbon dan dasar salep
serap. Ada beberapa pertimbangan digunakan kedua dasar salep ini, dasar
salep hidrokarbon memiliki keuntungan, antara lain mampu bertahan pada
kulit untuk waktu yang lama dan tidak ada perubahan dengan berjalannya
waktu. Sedangkan dasar salep serap memiliki daya emolien/pelembut yang
38
baik dan tidak mudah hilang dari kulit. Oleh karena itu, lebih disukai oleh
konsumen apalagi yang dimodofikasi kombinasi dasar salep hidrokarbon
dan serap (Ansel, 1989).
Pembuatan salep dilakukan dengan membuat salep ekstrak brotowali
(Tinospora crispa) sebanyak 3 formula dengan 2 dasar salep, pembuatan
dilakukan dengan metode pelelehan. Metode pelelehan merupakan metode
yang paling banyak digunakan dalam pembuatan salep, bahan-bahan yang
dibuat dilelehkan secara bersama-sama dan mendinginkan dengan
pengadukan konstan sampai mengental. Formula I menggunakan dasar
hidrokarbon dan Formula II menggunakan dasar salep serap. Sedangkan
Formula III dimodifikasi denagan menggunakan dasar salep kombinasi
hidrokarbon dan serap.
4.4 Evaluasi Salep
4.4.1 Uji Pengukuran pH
Pengukuran pH berhubungan dengan stabilitas zat aktif, efektifitas
pengawet dan keadaan kulit, oleh karena itu dilakukan uji pengukuran
pH dalam penelitian bertujuan untuk mengetahui apakah salep bersifat
asam atau basa. Pengukuran pH dilakukan dengan menggunakan pH
meter atau kertas indicator pH.
Persyaratan pH normal untuk sedian topikal berkisar antara pH
5-7. Hasil yang diperoleh dari penelitian dapat dilihat pada tabel berikut:
39
Tabel 4.1. Hasil Pengukuran pH
REPLIKASI I II III
1 pH 6 pH 6 pH 6
2 pH 6 pH 6 pH 6
3 pH 6 pH 6 pH 6
Keterangan : I : Dasar salep hidrokarbon II : Dasar salep serap III : Dasar salep kombinasi hidrokarbon dan serap Berdasarkan tabel hasil pengukuran pH diatas menunjukan bahwa
ketiga formula salep masing-masing memiliki pH 6. Hal ini pH sesuai
Karena itu pH sesuai dengan standar pH normal kulit 5-7 untuk pemakaian
luar.
4.4.2 Uji organoleptis
Uji organoleptis bertujuan untuk mengamati adanya perubahan
bentuk, warna dan bau yang mungkin terjadi selama penyimpanan. Hasil
yang diperoleh dari penelitian dapat dilihat pada tabel berikut:
40
Tabel 4.2. Hasil Uji Organoleptis
Formula Bentuk Warna Bau Rasa dikulit
I padat Kuning kehijauan Khas aromatik sejuk
II Semi padat Kuning kecoklatan Khas aromatik sejuk
III Semi padat Coklat kehijauan Khas aromatik sejuk
Keterangan :
I : Dasar salep hidrokarbon II : Dasar salep serap III : Dasar salep kombinasi hidrokarbon dan serap Pada formula serap dan formula kombinasi hidrokarbon dan serap
mempunyai bentuk kekentalan semi padat dibandingkan dengan formula
hidrokarbon. Hal ini disebabkan karena formula hidrokarbon memiliki
komposisi vaselin putih. Vaselin putih pada formula salep berfungsi sebagai
dasar salep hidrokarbon, karena dasar salep vaselin tidak mengandung air.
4.4.3 Uji homogenitas
Uji homogenitas perlu dilakukan karena salep yang baik harus
memiliki sifat-sifat ideal salep, yaitu memiliki masa lunak dan tidak
mengandung partikel yang kasar. Sehingga bila dioleskan pada kulit terasa
41
lembut dan bahan-bahan yang terkandung didalamnya tercampur secara
merata.
Hasil evaluasi salep ekstrak batang brotowali (Tinospora crispa) berupa
uji homogenitas, didapatkan hasil bahwa semua sediaan salep ekstrak batang
brotowali (Tinospora crispa, L) homogen. Hal ini sesuai dengan persyaratan
yang tertera pada Farmakope Indonesia edisi IV, dimana salep harus
menunjukkan susunan homogen dan tidak terasa adanya bahan padat.
Pembuatan salep terus menerus diaduk secara konstan, sehingga masa salep
yang terbentuk tidak mengandung partikel-partikel yang membuat salep
menjadi kasar. Jadi pada saat pengolesan diatas kaca obyek, tidak terasa
adanya bahan padat. data yang diperoleh dari penelitian dapat dilihat pada
tabel berikut:
Tabel 4.3. Hasil Uji Homogenitas
Formula Syarat FI edisi IV Hasil pemeriksaan
I
Susunan homogen, tidak terasa adanya bahan
padat
Sususnan homogen, tidak terasa adanya bahan
padat
II
Susunan homogen, tidak terasa adanya bahan
padat
Susunan homogen, tidak terasa adanya bahan
padat
III
Susunan homogen, tidak terasa adanya bahan
Susunan homogen, tidak terasa adanya bahan
42
padat padat
Keterangan :
I : Dasar salep hidrokarbon. II : Dasar salep serap. III : Dasar salep kombinasi hidrokarbon dan serap.
4.4.4 Uji daya sebar salep
Uji daya menyebar salep bertujuan untuk mengetahui kualitas salep
yang dapat menyebar pada kulit dan dengan cepat pula memberikan efek
terapinya dengan asumsi bahwa semakin luas daya sebar suatu formula
maka dengan cepat melepaskan efek terapi yang diinginkan kulit. Daya
sebar yang baik dapat menjamin pelepasan bahan obat yang memuaskan
(Voight, 1989).
Kriteria salep yang baik apabila daya menyebarnya dengan diameter
luas dan memiliki kostituen lunak sehingga mudah dioleskan dan tidak
terlalu encer. Data yang diperoleh dari penelitian dapat dilihat pada tabel
berikut:
43
Tabel 4.4. Hasil Uji Daya Sebar
1. Kaca arloji diatas = 22,3480 gr
2. Kaca arloji dibawah = 24,8754 g
FORMULA
Beban 50 gr Beban 100 gr d (cm) r (cm) L x (π x r²) cm²
d (cm) r (cm) L x (π x r²) cm²
I
3,4 1,7 10,676 3,9 1,95 12,246
3,3 1,65 10,362 4,1 2,05 12,874 3,6 1,8 11,304 4,0 2 12,56
Total 10,3 5,1 32.342 12 6 37.78 Rata -rata 3,44 1,7 10,78 4 2 12.59
II
3,1 1,55 9,734 3,5 1,75 10,99
3,2 1,6 10,048 3,4 1,7 10,676 3,0 1,5 9,42 3,5 1,75 10,99
Total 9,3 4,65 29,202 10,4 5,2 32,656
Rata-rat 3,1 1,55 9,734 3,46 1,73 10,88
III
3,3 1,65 10,362 3,9 1,95 12,246
3,5 1,75 10,99 4,0 2 12,56
3,7 1,85 11,618 4,2 2,1 13,188
Total 10,5 5,25 32.97 12,1 6.05 37,994
Rata-rata 3,5 1,75 10,99 4,03 2,01 12,66
Keterangan : I : Dasar salep hidrokarbon
44
II : Dasar salep serap III : Dasar salep kombinasi hidrokarbon dan serap
Hasil penelitian dan diuji secara one way anova menunjukkan bahwa
formula dasar salep kombinasi hidrokarbon dan serap lebih baik dibandingkan
formula dasar salep serap dan dasar salep hidrokarbon yang mempunyai daya
sebar rendah karena bentuk kekentalan yang padat.
Data yang diperoleh dari penelitian diuji secara one way anova dan setelah
dilakukan uji statistik terlihat bahwa suatu sediaan salep yang menggunakan dasar salep
yang berbeda memberikan perbedaan daya sebar yang signifikan.Uji statistik dilakukan
sebagai tindak lanjut dari data yang diperoleh. Uji statistik yang digunakan adalah
analisis varian klasifikasi tunggal (satu arah). Hipotesis yang diajukan adalah:
Ho : tidak ada perbandingan evaluasi sediaan salep batang brotowali
dengan dasar salep hidrokarbon, dasar salep serap, serta dasar salep
kombinasi hidokarbon dan serap.
Ha : ada perbandingan evaluasi sediaan salep batang brotowali dengan
dasar salep hidrokarbon, serap serta kombinasi hidokarbon dan
serap.
Hasil perhitungan uji statistik pada SPSS versi 15 adalah sebagai berikut:
Descriptives
Uji Daya Sebar dengan beban 50g
3 3.4333 .15275 .08819 3.0539 3.8128 3.30 3.60
3 3.1000 .10000 .05774 2.8516 3.3484 3.00 3.20
3 3.5000 .20000 .11547 3.0032 3.9968 3.30 3.70
9 3.3444 .22973 .07658 3.1679 3.5210 3.00 3.70
formula hidrokarbon
formula serap
formula kombinasihidrokarbon dan serap
Total
N Mean Std. Deviation Std. Error Lower Bound Upper Bound
95% Confidence Interval forMean
Minimum Maximum
45
Test of Homogeneity of Variances
Uji Daya Sebar dengan beban 50g
.483 2 6 .639
LeveneStatistic df1 df2 Sig.
ANOVA
Uji Daya Sebar dengan beban 50g
.276 2 .138 5.636 .042
.147 6 .024
.422 8
Between Groups
Within Groups
Total
Sum ofSquares df Mean Square F Sig.
Karena F hitung (5,636) > F tabel (5.143), maka Ho ditolak dan Ha
diterima, jadi dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan bermakna antara uji
daya sebar dengan beban 50g antara formula hidrokarbon, formula serap, dan
formula kombinasi hidrokarbon dan serap. Formula hidrokarbon pada tabel
deskriptives terlihat dengan nilai rata-rata 3,4333, formula serap dengan nilai
rata-rata 3,1000 dan dan formula kombinasi dan serap dengan nilai rata-rata
3,5000, artinya bahwa rata-rata uji daya sebar dengan beban 50 g yang paling
menyebar adalah formula kombinasi hidrokarbon dan serap dalam perhitungan
one way anova diatas.
Descriptives
Uji Daya Sebar dengan beban 100g
3 4.0000 .10000 .05774 3.7516 4.2484 3.90 4.10
3 3.4667 .05774 .03333 3.3232 3.6101 3.40 3.50
3 4.0333 .15275 .08819 3.6539 4.4128 3.90 4.20
9 3.8333 .29155 .09718 3.6092 4.0574 3.40 4.20
formula hidrokarbon
formula serap
formula kombinasihidrokarbon dan serap
Total
N Mean Std. Deviation Std. Error Lower Bound Upper Bound
95% Confidence Interval forMean
Minimum Maximum
46
Test of Homogeneity of Variances
Uji Daya Sebar dengan beban 100g
1.217 2 6 .360
LeveneStatistic df1 df2 Sig.
ANOVA
Uji Daya Sebar dengan beban 100g
.607 2 .303 24.818 .001
.073 6 .012
.680 8
Between Groups
Within Groups
Total
Sum ofSquares df Mean Square F Sig.
Karena F hitung (24,818) > F tabel (5.143), maka Ho ditolak dan Ha
diterima, jadi dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan antara uji daya sebar
dengan beban 100g antara formula hidrokarbon, formula serap, dan formula
kombinasi hidrokarbon dan serap. Formula hidrokarbon pada tabel
deskriptives terlihat dengan nilai rata-rata 4,000, formula serap dengan nilai
rata-rata 3,4667 dan dan formula kombinasi dan serap dengan nilai rata-rata
4,0333, artinya bahwa rata-rata uji daya sebar dengan beban 100 g yang
paling sebar adalah formula kombinasi hidrokarbon dan serap dalam
perhitungan one way anova diatas.
4.4.5 Uji daya lekat salep
Uji daya lekat salep sangat penting untuk mengevaluasi salep,
dengan uji ini dapat diketahui sejauh mana salep dapat menempel pada kulit.
Sehingga efek terapi yang diharapkan bisa tercapai. Kritia salep dikatakan
baik apabila memiliki daya lengket yang kuat maka akan menghambat
pernapasan kulit. Namun apabila daya lengketnya terlalu lemah, maka efek
47
terapi tidak tercapai (Voigt, 1995). Data yang diperoleh dari penelitian dapat
dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4.5. Hasil Uji Daya Lekat
REPLIKASI I II III
1 01,98 detik 03,00 detik 02,35 detik
2 02,40 detik 03,87 detik 02,58 detik
3 03,05 detik 04,15 detik 01,67 detik
Total 07,43 detik 11,02 detik 06,6 detik
Rata-rata 02,47 detik 03,67 detik 02,2 detik
Keterangan : I : Dasar salep hidrokarbon. II : Dasar salep serap. III : Dasar salep kombinasi hidrokarbon dan serap.
Hasil penelitian dan diuji secara one way anova menunjukkan bahwa
formula dasar salep serap lebih baik dibandingkan formula dasar salep
hidrokarbon serta formula kombinasi hidrokarbon dan serap yang mempunyai
daya lekat rendah.
Data yang diperoleh dari penelitian diuji secara one way anova terlihat
bahwa suatu sediaan salep yang menggunakan dasar salep yang berbeda
memberikan perbedaan daya lekat yang signifikan.
48
Uji statistik dilakukan sebagai tindak lanjut dari data yang diperoleh. Uji
statistik yang digunakan adalah analisis varian klasifikasi tunggal (satu arah).
Hipotesis yang diajukan adalah:
Ho : tidak ada perbandingan evaluasi sediaan salep batang brotowali
dengan dasar salep hidrokarbon, dasar salep serap, serta dasar salep
kombinasi hidokarbon dan serap.
Ha : ada perbandingan evaluasi sediaan salep batang brotowali dengan
dasar salep hidrokarbon, dasar salep serap, serta dasar salep
kombinasi hidokarbon dan serap.
Descriptives
uji_daya_lekat
3 2.4767 .53910 .31125 1.1375 3.8159 1.98 3.05
3 3.6733 .59969 .34623 2.1836 5.1631 3.00 4.15
3 2.2000 .47318 .27319 1.0246 3.3754 1.67 2.58
9 2.7833 .82368 .27456 2.1502 3.4165 1.67 4.15
formula hidrokarbon
formula serap
formula kombinasihidrokarbon dan serap
Total
N Mean Std. Deviation Std. Error Lower Bound Upper Bound
95% Confidence Interval forMean
Minimum Maximum
Test of Homogeneity of Variances
uji_daya_lekat
.131 2 6 .880
LeveneStatistic df1 df2 Sig.
49
ANOVA
uji_daya_lekat
3.679 2 1.840 6.313 .033
1.748 6 .291
5.428 8
Between Groups
Within Groups
Total
Sum ofSquares df Mean Square F Sig.
Karena F hitung (6.313) > F tabel (5.143), maka Ho ditolak dan Ha
diterima, jadi dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan bermakna antara
formula dasar salep hidrokarbon, formula dasar salep serap dan formula
dasar salep kombinasi hidrokarbon dan serap pada tabel descreptives terlihat
rata-rata dasar hidrokarbon 2.4767, rata-rata dasar serap 3.6733 dan dasar
kombinasi hidrokarbon dan serap 2.2000, artinya bahwa rata-rata dasar salep
yang paling lama melekat adalah dasar salep serap dalam perhitungan one
way anova diatas.
4.4.6 Uji daya proteksi salep
Uji daya proteksi penting untuk mengevaluasi sediaan salep yang
dibuat, dengan uji ini dapat diketahui sejauh mana salep dapat memberikan
efek proteksi terhadap iritasi mekanik, panas, dan kimia. Hal ini untuk
mencapai kriteria salep yang baik sehingga dapat memberikan efek terapi
yang diharapkan (Ansel, 1985).
50
Salep dikatakan mempunyai daya proteksi baik apabila terbentuknya noda
merah itu lama. Data yang diperoleh dari penelitian dapat dilihat pada tabel
berikut:
Tabel 4.6. Hasil Uji Daya Proteksi Salep
REPLIKASI I II III
1 40,55 detik 35,07 detik 03,05 detik
2 51,18 detik 43,15 detik 10,37 detik
3 35,14 detik 48,23 detik 15,81 detik
Total 126,87 detik 126,59 detik 29,26 detik
Rata-rata 42,29 detik 42,16 detik 09,75 detik
Keterangan : I : Dasar salep hidrokarbon II : Dasar salep serap III : Dasar salep kombinasi hidrokarbon dan serap
Hasil penelitian dan diuji secara one way anova menunjukkan bahwa
formula dasar salep hidrokarbon memiliki daya proteksi yang lebih baik
dibandingkan formula dasar salep serap serta formula dasar salep kombinasi
51
hidrokarbon dan serap. Hal ini disebabkan formula hidrokarbon
menggunakan basis salep berminyak sehingga sulit ditembus air, asam dan
basa.
Data yang diperoleh dari penelitian diuji secara one way anova terlihat
bahwa suatu sediaan salep yang menggunakan dasar salep yang berbeda
memberikan perbedaan daya proteksi yang signifikan.
Uji statistik dilakukan sebagai tindak lanjut dari data yang diperoleh.
Uji statistik yang digunakan adalah analisis varian klasifikasi tunggal ( satu
arah ). Hipotesis yang diajukan adalah:
Ho : tidak ada perbandingan evaluasi sediaan salep batang brotowali dengan
dasar salep hidrokarbon, dasar salep serap, serta dasar salep kombinasi
hidokarbon dan serap.
Ha : ada perbandingan evaluasi sediaan salep batang brotowali dengan dasar
salep hidrokarbon, dasar salep serap, serta dasar salep kombinasi
hidokarbon dan serap.
Hasil perhitungan uji statistik pada SPSS versi 15 adalah sebagai berikut:
52
Descriptives
uji_proteksi
3 42.2900 8.16034 4.71137 22.0186 62.5614 35.14 51.18
3 42.1500 6.63675 3.83173 25.6634 58.6366 35.07 48.23
3 9.7433 6.40304 3.69680 -6.1627 25.6494 3.05 15.81
9 31.3944 17.36653 5.78884 18.0454 44.7435 3.05 51.18
formula hidrokarbon
formula serap
formula kombinasihidrokarbon dan serap
Total
N Mean Std. Deviation Std. Error Lower Bound Upper Bound
95% Confidence Interval forMean
Minimum Maximum
Test of Homogeneity of Variances
uji_proteksi
.154 2 6 .860
LeveneStatistic df1 df2 Sig.
ANOVA
uji_proteksi
2109.497 2 1054.749 20.867 .002
303.273 6 50.545
2412.770 8
Between Groups
Within Groups
Total
Sum ofSquares df Mean Square F Sig.
Karena F hitung (20.867) > F tabel (5.143), maka Ho ditolak dan Ha
diterima, jadi dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan bermakna antara
formula dasar salep hidrokarbon, formula dasar salep serap dan formula
dasar salep kombinasi hidrokarbon dan serap pada tabel descreptives terlihat
rata-rata dasar hidrokarbon 42.2900, rata-rata dasar serap 42.1500 dan dasar
kombinasi hidrokarbon dan serap 9.7433, artinya bahwa rata-rata dasar salep
yang paling cepat berproteksi adalah dasar salep hidrokarbon dalam
perhitungan one way anova diatas.
53
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan analisa data sediaan salep ekstrak batang
brotowali ( Tinospora crispa, L. Miers ) deangan basis salep hidrokarbon
dan serap maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut :
1. Ada perbedaan bermakna dasar salep hidrokarbon, dasar salep serap, serta
dasar salep kombinasi hidrokarbon dan serap terhadap sediaan salep
ekstrak batang brotowali.
2. Dari ketiga formula memiliki sifat yang berbeda, dilihat dari :
� Dasar salep hidrokarbon mempunyai kualitas lebih baik dibandingkan
dengan dasar salep serap serta dasar salep kombinasi hidrokarbon dan
54
serap dilihat dari uji daya sebar, sedangkan untuk uji daya lekat dan
uji daya proteksinya kurang baik.
� Dasar salep serap mempunyai kualitas lebih baik dibandingkan
dengan dasar salep hidrokarbon serta dasar salep kombinasi
hidrokarbon danserap dilihat dari uji daya lekat, sedangkan untuk uji
daya sebar dan uji daya proteksinya kurang baik.
� Dasar salep kombinasi hidrokarbon dan serap mempunyai kualitas
fisik lebih baik dibandingkan dengan dasar salep serap dan dasar
salep hidrokarbon dilihat dari uji daya proteksi, sedangkan untuk uji
daya lekat dan uji daya sebarnya kurang baik.
5.2. Saran
a. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang ekstrak salep batang
brotowali dengan basis yang lain.
b. Ekstrak batang brotowali dapat juga diformulasikan dengan bentuk
sediaan topikal lain.
53
55
DAFTAR PUSTAKA
Ansel, H.C. 1989. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi (terjemahan). Farida Ibrahim Edisi IV. UI Press, Jakarta. Hal : 489-539
Anief, Moh. 2005. Farmasetika, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta. Hal
: 110-111 Dalimarta, Setiawan. 2006. Atlas Tumbuhan Obat Indonesia Jilid 4. Puspa Swara:
Jakarta. Hal 7-8 Anonim RI. 1978. Formularium Nasional. Edisi III. Direktorat Jenderal
Pengawasan Obat dan Makanan, Jakarta. Hal : 334-335 Anonim RI. 1979. Farmakope Indonesia. Edisi III. Direktorat Jenderal
Pengawasan Obat dan Makanan, Jakarta. Hal : 9, 96, 378, 459 Anonim RI. 1986. Sediaan Galenik. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Anonim RI. 1995. Farmakope Indonesia. Edisi IV. Direktorat Jenderal
Pengawasan Obat dan Makanan, Jakarta. Hal : 413 Lachman, L. Lieberman, H.A Kanig, JL. 1978. The Theory and Practice of
Industrial Pharmacy. Second Edition. Lea and Febiger. Philadelphia. Martin, A. Swarbick, J. Cammarata, A. 1983. Farmasi Fisik, Dasar-Dasar Fisik
dalam Ilmu Farmasetika (Terjemahan). Yoshita. Edisi III. UGM Press, Yogyakarta. Hal : 890-891
Tyler, V and Schwarting, A.E. 1969. Experimental Pharmacognosy. Third edition
Burgess Publishing Company. Manneapolis. Hal : 552 Pramono, jarwo. Hal : 23
55
65
Lampiran 2
Hasil perhitungan soxhletasi batang brotowali
Perhitungan soxhletasi Ekstrak Batang Brotowali
1. Perhitungan soxhletasi dari batang basah menjadi kering
Batang Brotowali basah = 1.000 gram
Batang Brotowali kering = 580 gram
Presentasi rendemen =
=
= 58 %
2. Penimbangan
a. Berat sampel serbuk batang brotowali : 200 gram
b. Berat beaker glass kosong : 103,65 gram
c. Berat beaker glass kosong + ekstrak cair : 103,65 + 151,67
= 255,32 gram
d. Berat pelarut (etanol 95%) : 600 gram
e. Waktu mulai soxhletasi : 10.00 WIB
Berat simplisia kering x 100 % Berat simplisia basah
580 x 100% 1000
66
f. Waktu selesai soxhletasi : 12.00 WIB
g. Waktu soxhletasi : 2 Jam
h. Berat beaker glass kosong : 103,65 gram
i. Berat beaker glass kosong + ekstrak kental : 110,44 gram
Ekstrak = (berat beaker glass + ekstrak kental) – (beaker glass kosong)
= 110,44 – 103,65
= 6,79 gram
3. Hasil Soxhletasi ekstrak kental batang brotowali
=
=
= 3,40 %
Ekstrak kental x 100 % Berat sampel
6,79 x 100% 200 gram
67
Lampiran 3
Perhitungan pembuatan salep ekstrak batang brotowali
CARA PEMBUATAN DASAR SALEP KOMBINASI HIDROKARBON
DAN SERAP
Perhitungan bahan
- Ekstrak brotowali : 1 gr
- Gliserin : 3 gr + 10 % = 3,3 gr
- Lanolin : 7,9 gr + 10 % = 8,69 gr
- Vaselin putih : 7,9 gr + 10 % = 8,69 gr
- Nipagin : 0,2 gr
Penimbangan bahan
- Ekstrak brotowali : 1 gr
- Gliserin : 3,3 gr
- Lanolin : 8,69 gr
- Vaselin putih : 8,69 gr
- Nipagin : 0,2 gr
- Pot salep kosong : 6,3004 gr
- Pot + isi salep : 28,4313 gr
- Jadi berat salep : 22,1309 gr
68
CARA PEMBUATAN DASAR SALEP SERAP
Perhitungan bahan
- Ekstrak brotowali : 1 gr
- Gliserin : 3 gr + 10 % = 3,3 gr
- Lanolin : 15,8 gr + 10 % = 17,38 gr
- Nipagin : 0,2 gr
Penimbangan bahan
- Ekstrak brotowali : 1 gr
- Gliserin : 3,3 gr
- Lanolin : 17,38 gr
- Nipagin : 0,2 gr
- Pot salep kosong : 6,3599 gr
- Pot + isi salep : 27,7533 gr
- Jadi berat salep : 21,3934 gr
CARA PEMBUATAN DASAR SALEP HIDROKARBON
Perhitungan bahan
- Ekstrak brotowali : 1 gr
- Gliserin : 3 gr + 10 % = 3,3 gr
- Vaselin putih : 16 gr + 10% = 17,6 gr
69
Penimbangan bahan
- Ekstrak brotowali : 1 gr
- Gliserin : 3,3 gr
- Lanolin : 17,6 gr
- Pot salep kosong : 6,1460 gr
- Pot + isi salep : 26,5449 gr
- Jadi berat salep : 20,3989 gr
PERHITUNGAN UJI DAYA SEBAR SALEP SERAP
1. Kaca arloji diatas : 22,3480 gr
2. Kaca arloji dibawah : 24,8754 gr
→ Beban 50 gr
1. Diameter = 3,1 cm
r = 3,1 = 1,55 cm
2
L x π x r² = 3,14 x ( 1,55 )²
= 9,734 cm²
2. Diameter = 3,2 cm
r = 3,2 = 1,6 cm
2
L x π x r² = 3,14 x ( 1,6 )²
= 10,048 cm²
70
3. Diameter = 3,0 cm
r = 3,0 = 1,5 cm
2
L x π x r² = 3,14 x ( 1,5 )²
= 9,42 cm²
→ Beban 100 gr
1. Diameter = 3,5 cm
r = 3,5 = 1,75 cm
2
L x π x r² = 3,14 x ( 1,75 )²
= 10,99 cm²
2. Diameter = 3,4 cm
r = 3,4 = 1,7 cm
2
L x π x r² = 3,14 x ( 1,7 )²
= 10,676 cm²
3. Diameter = 3,5 cm
r = 3,5 = 1,75 cm
2
L x π x r² = 3,14 x ( 1,75 )²
= 10,99 cm²
PERHITUNGAN UJI DAYA SEBAR SALEP HIDROKARBON
1. Kaca arloji diatas : 22,3480 gr
2. Kaca arloji dibawah : 24,8754 gr
71
→ Beban 50 gr
1. Diameter = 3,4 cm
r = 3,4 = 1,7 cm
2
L x π x r² = 3,14 x ( 1,7 )²
= 10,676 cm²
2. Diameter = 3,3 cm
r = 3,3 = 1,65 cm
2
L x π x r² = 3,14 x ( 1,65 )²
= 10,362 cm²
3. Diameter = 3,6 cm
r = 3,6 = 1,8 cm
2
L x π x r² = 3,14 x ( 1,8 )²
= 11,304 cm²
→ Beban 100 gr
1. Diameter = 3,9 cm
r = 3,9 = 1,95 cm
2
L x π x r² = 3,14 x ( 1,95 )²
= 12,246 cm²
2. Diameter = 4,1 cm
r = 4,1 = 2,05 cm
2
72
L x π x r² = 3,14 x ( 2,05 )²
= 12,874 cm²
3. Diameter = 4,0 cm
r = 4,0 = 2 cm
2
L x π x r² = 3,14 x ( 2 )²
= 12,56 cm²
PERHITUNGAN UJI DAYA SEBAR SALEP KOMBINASI
HIDROKARBON DAN SERAP
→ Beban 50 gr
1. Diameter = 3,3 cm
r = 3,3 = 1,65 cm
2
L x π x r² = 3,14 x ( 1,65 )²
= 10,362 cm²
2. Diameter = 3,5 cm
r = 3,5 = 1,75 cm
2
L x π x r² = 3,14 x ( 1,75 )²
= 10,99 cm²
73
3. Diameter = 3,7 cm
r = 3,7 = 1,85 cm
2
L x π x r² = 3,14 x ( 1,85 )²
= 11,618 cm²
→ Beban 100 gr
1. Diameter = 3,9 cm
r = 3,9 = 1,95 cm
2
L x π x r² = 3,14 x ( 1,95 )²
= 12,246 cm²
2. Diameter = 4,0 cm
r = 4,0 = 2 cm
2
L x π x r² = 3,14 x ( 2 )²
= 12,56 cm²
3. Diameter = 4,2 cm
r = 4,2 = 2,1 cm
2
L x π x r² = 3,14 x ( 2,1 )²
= 13,188 cm²
74
LAMPIRAN 4
Tabel penelitian
Tabel 4.1. Hasil Pengukuran pH
REPLIKASI I II III
1 pH 6 pH 6 pH 6
2 pH 6 pH 6 pH 6
3 pH 6 pH 6 pH 6
Keterangan : I : Dasar salep hidrokarbon II : Dasar salep serap III : Dasar salep kombinasi hidrokarbon dan serap
pH salep 6 = Sesuai untuk pemakaian luar
Tabel 4.2. Hasil Uji Organoleptis
Formula Bentuk Warna Bau Rasa dikulit
I padat Kuning kehijauan Khas aromatik sejuk
II Semi padat Kuning kecoklatan Khas aromatik sejuk
III Semi padat Coklat kehijauan Khas aromatik sejuk
Keterangan : I : Dasar salep hidrokarbon II : Dasar salep serap III : Dasar salep kombinasi hidrokarbon dan serap
75
Tabel 4.3. Hasil Uji Homogenitas
Formula Syarat FI edisi IV Hasil pemeriksaan
I
Susunan homogen, tidak
terasa adanya bahan
padat
Sususnan homogen, tidak
terasa adanya bahan
padat
II
Susunan homogen, tidak
terasa adanya bahan
padat
Susunan homogen, tidak
terasa adanya bahan
padat
III
Susunan homogen, tidak
terasa adanya bahan
padat
Susunan homogen, tidak
terasa adanya bahan
padat
Keterangan : I : Dasar salep hidrokarbon II : Dasar salep serap III : Dasar salep kombinasi hidrokarbon dan serap
76
Tabel 4.4. Hasil Uji Daya Sebar
1. Kaca arloji diatas = 22,3480 gr
2. Kaca arloji dibawah = 24,8754 gr
FORMULA
Beban 50 gr Beban 100 gr d (cm) r (cm) L x (π x r²) cm²
d (cm) r (cm) L x (π x r²) cm²
I
3,4 1,7 10,676 3,9 1,95 12,246
3,3 1,65 10,362 4,1 2,05 12,874 3,6 1,8 11,304 4,0 2 12,56
Total 10,3 5,1 32.342 12 6 37.78 Rata -rata 3,44 1,7 10,78 4 2 12.59
II
3,1 1,55 9,734 3,5 1,75 10,99
3,2 1,6 10,048 3,4 1,7 10,676 3,0 1,5 9,42 3,5 1,75 10,99
Total 9,3 4,65 29,202 10,4 5,2 32,656
Rata-rat 3,1 1,55 9,734 3,46 1,73 10,88
III
3,3 1,65 10,362 3,9 1,95 12,246
3,5 1,75 10,99 4,0 2 12,56
3,7 1,85 11,618 4,2 2,1 13,188
Total 10,5 5,25 32.97 12,1 6.05 37,994
Rata-rata 3,5 1,75 10,99 4,03 2,01 12,66
Keterangan : I : Dasar salep hidrokarbon II : Dasar salep serap III : Dasar salep kombinasi hidrokarbon dan serap
77
Tabel 4.5. Hasil Uji Daya Lekat
REPLIKASI I II III
1 01,98 detik 03,00 detik 02,35 detik
2 02,40 detik 03,87 detik 02,58 detik
3 03,05 detik 04,15 detik 01,67 detik
Total 07,43 detik 11,02 detik 06,6 detik
Rata-rata 02,47 detik 03,67 detik 02,2 detik
Keterangan :
I : Dasar salep hidrokarbon II : Dasar salep serap III : Dasar salep kombinasi hidrokarbon dan serap
Tabel 4.6. Hasil Uji Daya Proteksi Salep
REPLIKASI I II III
1 40,55 detik 35,07 detik 03,05 detik
2 51,18 detik 43,15 detik 10,37 detik
3 35,14 detik 48,23 detik 15,81 detik
Total 126,87 detik 126,59 detik 29,26 detik
Rata-rata 42,29 detik 42,16 detik 09,75 detik
Keterangan :
I : Dasar salep hidrokarbon II : Dasar salep serap III : Dasar salep kombinasi hidrokarbon dan serap
78
LAMPIRAN 5
One Way Anova
Uji statistik dilakukan sebagai tindak lanjut dari data yang diperoleh.
Uji statistik yang digunakan adalah analisis varian klasifikasi tunggal (satu
arah). Hipotesis yang diajukan adalah:
Ho : tidak ada perbandingan evaluasi sediaan salep batang brotowali dengan
dasar salep hidrokarbon, serap dan kombinasi hidokarbon dan serap.
Ha : ada perbandingan evaluasi sediaan salep batang brotowali dengan dasar
salep hidrokarbon, serap dan kombinasi hidokarbon dan serap.
Hasil perhitungan uji statistik pada SPSS versi 15 adalah sebagai berikut:
Tabel 5.1. Uji daya proteksi
Data Statistik Anova Satu Arah
Descriptives
uji_proteksi
3 42.2900 8.16034 4.71137 22.0186 62.5614 35.14 51.18
3 42.1500 6.63675 3.83173 25.6634 58.6366 35.07 48.23
3 9.7433 6.40304 3.69680 -6.1627 25.6494 3.05 15.81
9 31.3944 17.36653 5.78884 18.0454 44.7435 3.05 51.18
formula hidrokarbon
formula serap
formula kombinasihidrokarbon dan serap
Total
N Mean Std. Deviation Std. Error Lower Bound Upper Bound
95% Confidence Interval forMean
Minimum Maximum
79
Test of Homogeneity of Variances
uji_proteksi
.154 2 6 .860
LeveneStatistic df1 df2 Sig.
ANOVA
uji_proteksi
2109.497 2 1054.749 20.867 .002
303.273 6 50.545
2412.770 8
Between Groups
Within Groups
Total
Sum ofSquares df Mean Square F Sig.
Karena F hitung (20.867) > F tabel (5.143), maka ho ditolak, jadi dapat
disimpulkan bahwa ada perbedaan bermakna antara formula dasar salep
hidrokarbon, formula dasar salep serap dan formula dasar salep kombinasi
hidrokarbon dan serap pada tabel descreptives terlihat rata-rata dasar hidrokarbon
42.2900, rata-rata dasar serap 42.1500 dan dasar kombinasi hidrokarbon dan serap
9.7433, artinya bahwa rata-rata dasar salep yang paling cepat berproteksi adalah
dasar salep hidrokarbon dalam perhitungan one way anova diatas.
80
Tabel 5.2. Uji daya sebar dengan beban 50g
Data Statistik Anova Satu Arah
Descriptives
Uji Daya Sebar dengan beban 50g
3 3.4333 .15275 .08819 3.0539 3.8128 3.30 3.60
3 3.1000 .10000 .05774 2.8516 3.3484 3.00 3.20
3 3.5000 .20000 .11547 3.0032 3.9968 3.30 3.70
9 3.3444 .22973 .07658 3.1679 3.5210 3.00 3.70
formula hidrokarbon
formula serap
formula kombinasihidrokarbon dan serap
Total
N Mean Std. Deviation Std. Error Lower Bound Upper Bound
95% Confidence Interval forMean
Minimum Maximum
Test of Homogeneity of Variances
Uji Daya Sebar dengan beban 50g
.483 2 6 .639
LeveneStatistic df1 df2 Sig.
ANOVA
Uji Daya Sebar dengan beban 50g
.276 2 .138 5.636 .042
.147 6 .024
.422 8
Between Groups
Within Groups
Total
Sum ofSquares df Mean Square F Sig.
Karena F hitung (5,636) > F tabel (5.143), maka ho ditolak, jadi dapat
disimpulkan bahwa ada perbedaan bermakna antara uji daya sebar dengan beban
50g antara formula hidrokarbon, formula serap, dan formula kombinasi
hidrokarbon dan serap. Formula hidrokarbon pada tabel deskriptives terlihat
dengan nilai rata-rata 3,4333, formula serap dengan nilai rata-rata 3,1000 dan dan
formula kombinasi dan serap dengan nilai rata-rata 3,5000, artinya bahwa rata-
81
rata uji daya sebar dengan beban 50 g yang paling sebar adalah formula kombinasi
hidrokarbon dan serap dalam perhitungan one way anova diatas.
Tabel 5.3. Uji daya sebar dengan beban 100g
Data Statistik Anova Satu Arah
Descriptives
Uji Daya Sebar dengan beban 100g
3 4.0000 .10000 .05774 3.7516 4.2484 3.90 4.10
3 3.4667 .05774 .03333 3.3232 3.6101 3.40 3.50
3 4.0333 .15275 .08819 3.6539 4.4128 3.90 4.20
9 3.8333 .29155 .09718 3.6092 4.0574 3.40 4.20
formula hidrokarbon
formula serap
formula kombinasihidrokarbon dan serap
Total
N Mean Std. Deviation Std. Error Lower Bound Upper Bound
95% Confidence Interval forMean
Minimum Maximum
Test of Homogeneity of Variances
Uji Daya Sebar dengan beban 100g
1.217 2 6 .360
LeveneStatistic df1 df2 Sig.
ANOVA
Uji Daya Sebar dengan beban 100g
.607 2 .303 24.818 .001
.073 6 .012
.680 8
Between Groups
Within Groups
Total
Sum ofSquares df Mean Square F Sig.
Karena F hitung (24,818) > F tabel (5.143), maka ho ditolak, jadi dapat
disimpulkan bahwa ada perbedaan antara uji daya sebar dengan beban 100g antara
formula hidrokarbon, formula serap, dan formula kombinasi hidrokarbon dan
82
serap. Formula hidrokarbon pada tabel deskriptives terlihat dengan nilai rata-rata
4,000, formula serap dengan nilai rata-rata 3,4667 dan dan formula kombinasi dan
serap dengan nilai rata-rata 4,0333, artinya bahwa rata-rata uji daya sebar dengan
beban 100 g yang paling sebar adalah formula kombinasi hidrokarbon dan serap
dalam perhitungan one way anova diatas.
Tabel 5.4. Uji daya lekat
Data Statistik Anova Satu Arah
Descriptives
uji_daya_lekat
3 2.4767 .53910 .31125 1.1375 3.8159 1.98 3.05
3 3.6733 .59969 .34623 2.1836 5.1631 3.00 4.15
3 2.2000 .47318 .27319 1.0246 3.3754 1.67 2.58
9 2.7833 .82368 .27456 2.1502 3.4165 1.67 4.15
formula hidrokarbon
formula serap
formula kombinasihidrokarbon dan serap
Total
N Mean Std. Deviation Std. Error Lower Bound Upper Bound
95% Confidence Interval forMean
Minimum Maximum
Test of Homogeneity of Variances
uji_daya_lekat
.131 2 6 .880
LeveneStatistic df1 df2 Sig.
ANOVA
uji_daya_lekat
3.679 2 1.840 6.313 .033
1.748 6 .291
5.428 8
Between Groups
Within Groups
Total
Sum ofSquares df Mean Square F Sig.
83
Karena F hitung (6.313) > F tabel (5.143), maka Ho ditolak dan Ha
diterima, jadi dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan antara formula dasar salep
hidrokarbon, formula dasar salep serap dan formula dasar salep kombinasi
hidrokarbon dan serap pada tabel descreptives terlihat rata-rata dasar hidrokarbon
2.4767, rata-rata dasar serap 3.6733 dan dasar kombinasi hidrokarbon dan serap
2.2000, artinya bahwa rata-rata dasar salep yang paling lama melekat adalah dasar
salep serap dalam perhitungan one way anova diatas.
84
LAMPIRAN 6
Jadwal Penelitian
Penelitian dilakukan di Laboratorium Politeknik Harapan Bersama Tegal
dengan jadwal seperti tabel di bawah ini :
No. KETERANGAN NOVEMBER 2012
DESEMBER 2012
JANUARI 2013
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1. Pengajuan Judul
2. Pembuatan Proposal
3. Pelaksanaan Penelitian
4. Pengolahan Data
5. Pembuatan Laporan
85
DAFTAR PUSTAKA
Ansel, H.C. 1989. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi (terjemahan). Farida Ibrahim Edisi IV. UI Press, Jakarta. Hal : 489-539
Anief, Moh. 2005. Farmasetika, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta. Hal
: 110-111 Dalimarta, Setiawan. 2006. Atlas Tumbuhan Obat Indonesia Jilid 4. Puspa Swara:
Jakarta. Hal 7-8 Anonim RI. 1978. Formularium Nasional. Edisi III. Direktorat Jenderal
Pengawasan Obat dan Makanan, Jakarta. Hal : 334-335 Anonim RI. 1979. Farmakope Indonesia. Edisi III. Direktorat Jenderal
Pengawasan Obat dan Makanan, Jakarta. Hal : 9, 96, 378, 459 Anonim RI. 1986. Sediaan Galenik. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Anonim RI. 1995. Farmakope Indonesia. Edisi IV. Direktorat Jenderal
Pengawasan Obat dan Makanan, Jakarta. Hal : 413 Lachman, L. Lieberman, H.A Kanig, JL. 1978. The Theory and Practice of
Industrial Pharmacy. Second Edition. Lea and Febiger. Philadelphia. Martin, A. Swarbick, J. Cammarata, A. 1983. Farmasi Fisik, Dasar-Dasar Fisik
dalam Ilmu Farmasetika (Terjemahan). Yoshita. Edisi III. UGM Press, Yogyakarta. Hal : 890-891
Tyler, V and Schwarting, A.E. 1969. Experimental Pharmacognosy. Third edition
Burgess Publishing Company. Manneapolis. Hal : 552 Pramono, jarwo. Hal : 23
86
CURRICULUM VITAE
Nama : SANTOSO TTL : Tegal, 24 April 1990 Email : [email protected] Alamat : Jln. Pati no. 12 Margadana Tegal HP : 081802888996 Pendidikan SD : SD Negeri Margadana 6 SMP : MTS Sunan Katong Kaliwungu kendal SMA : SMK YPIB Majalengka D3 : D3 Farmasi Politeknik Harapan Bersama Tegal Judul KTI : PEMBUATAN DAN EVALUASI SEDIAAN
SALEP EKSTRAK BATANG BROTOWALI ( Tinospora crispa, L ) DENGAN DASAR SALEP HIDROKARBON, SERAP, SERTA KOMBINASI HIDROKARBON DAN SERAP
Nama Orang Tua : Ayah : Suharjo Ibu : Rokhatun Pekerjaan Orang Tua Ayah : Pedagang Ibu : Pedagang Alamat Orang Tua Ayah : Jln. Pati no. 12 Margadana Tegal Ibu : Jln. Pati no. 12 Margadana Tegal