TUBAGUS - Perpustakaan Politeknik Harapan Bersama

65
i ANALISA PENGARUH KECEPATAN SPINDEL TERHADAP HASIL PEMBUBUTAN OBLIQUE DAN ORTHOGONAL MATERIAL TEMBAGA DIAMETER 32 PADA MESIN BUBUT KONVENSIONAL LAPORAN TUGAS AKHIR Diajukan sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan jenjang Program Diploma Tiga Disusun oleh : Nama : Muhammad Tubagus Aditya NIM : 17021035 PROGRAM STUDI DIII TEKNIK MESIN POLITEKNIK HARAPAN BERSAMA TEGAL 2020

Transcript of TUBAGUS - Perpustakaan Politeknik Harapan Bersama

i

ANALISA PENGARUH KECEPATAN SPINDEL TERHADAP

HASIL PEMBUBUTAN OBLIQUE DAN ORTHOGONAL

MATERIAL TEMBAGA DIAMETER 32 PADA MESIN BUBUT

KONVENSIONAL

LAPORAN TUGAS AKHIR

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan

jenjang Program Diploma Tiga

Disusun oleh :

Nama : Muhammad Tubagus Aditya

NIM : 17021035

PROGRAM STUDI DIII TEKNIK MESIN

POLITEKNIK HARAPAN BERSAMA TEGAL

2020

ii

HALAMAN PERSETUJUAN

LAPORAN TUGAS AKHIR

ANALISA PENGARUH KECEPATAN SPINDEL TERHADAP HASIL

PEMBUBUTAN OBLIQUE DAN ORTHOGONAL MATERIAL

TEMBAGA 32PADA MESIN BUBUT KONVENSIONAL

Sebagai salah satu syarat untuk mengikuti Sidang Tugas Akhir

Disusun oleh :

Nama : Muhammad Tubagus Aditya

NIM : 17021035

Telah diperiksa dan dikoreksi dengan baik dan cermat karena itu pembimbing

menyetujui mahasiswa tersebut untuk diuji

Tegal, 29 Juli 2020

Pembimbing I Pembimbing II M.Wawan Junaidi Usman, M.Eng M.Taufik Qurohman,M.Pd NIDN.0604067901 NIPY.08.015.265

Mengetahui, Ketua Program Studi DIII Teknik Mesin.

Politeknik Harapan Bersama

Drs. Agus Suprihadi, M.T NIPY. 07.010.054

iii

HALAMAN PENGESAHAN

LAPORAN TUGAS AKHIR

Judul : ANALISA PENGARUH KECEPATAN SPINDEL

TERHADAP HASIL PEMBUBUTAN OBLIQUE DAN

ORTHOGONAL MATERIAL TEMBAGA DIAMETER

32PADA MESIN BUBUT KONVENSIONAL

Nama : Muhammad Tubagus Aditya

NIM : 17021035

Progam Studi : DIII Teknik Mesin

Jenjang : Diploma Tiga (DIII)

Dinyatakan LULUS Setelah Dipertahankan di Depan Tim Penguji Sidang Tugas

Akhir Program Studi DIII Teknik Mesin Politeknik Harapan Bersama Tegal.

1. Penguji I Tanda Tangan

M. Wawan Junaid Usman, M.Eng ................................... NIDN.0604067901

2. Penguji II Tanda Tangan

Faqih Fatkhurrozak, M.T ..................................... NIDN.0616079002

3. Penguji III Tanda Tangan

Drs. Agus Suprihadi, M.T .....................................

NIDN.8800650017 Mengetahui, Ketua Program Studi DIII Teknik Mesin.

Politeknik Harapan Bersama

Drs. Agus Suprihadi, M.T

NIPY. 07.010.054

iv

HALAMAN PERNYATAAN

Yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama : Muhammad Tubagus Aditya

NIM : 17021035

Judul Tugas Akhir : ANALISA PENGARUH KECEPATAN SPINDEL TERHADAP HASIL PEMBUBUTAN OBLIQUE DAN ORTHOGONAL MATERIAL TEMBAGA DIAMETER 32 PADA MESIN BUBUT KONVENSIONAL

Menyatakan bahwa Laporan Tugas Akhir ini merupakan karya ilmiah hasil

pemikiran sendiri secara orisinil dan saya susun secara mandiri dengan tidak

melanggar kode etik karya hak cipta. Laporan Tugas Akhir ini juga bukan

merupakan karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar akademik

tertentu suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak

terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain,

kecuali yang secara tertulis di acu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar

pustaka.

Apabila di kemudian hari ternyata Laporan Tugas Akhir ini terbukti

melanggar kode etik karya cipta atau merupakan karya yang dikategorikan

mengandung unsure plagiatisme, maka saya bersedia untuk melakukan penelitian

baru dan menyusun laporan sebagai Laporan Tugas Akhir sesuai ketentuan yang

berlaku.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya dan sesungguhnya.

Tegal, 29 Juli 2020

Yang membuat pernyataan,

Muhammad Tubagus Aditya

NIM.17021035

v

vi

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

MOTTO

1. Hai orang-orang beriman, jadikanlah sabar dan shalatmu sebagai

penolongmu, sesungguhnya Allah berserta orang-orang yang sabar (Al-

Baqarah: 153).

2. Usaha tidak akan menghianati hasil, maka teruslah berusaha dan berdoa jika

ingin jadi orang yang sukses.

3. Belajarlah dari masa lalu, hiduplah dimasa sekarang, dan rencanakan untuk

hari esok.

4. Sesungguhnya bersama kesukaran itu ada keringanan, karena itu bila kamu

sudah selesai (mengerjakan yang lain). Dan berharaplah kepada tuhanmu

(Q.S Al-Insyirah: 6-8).

PERSEMBAHAN

1. Sembah sujud serta syukur kepada Allah SWT.

2. Tugas Akhir ini saya persembahkan untuk kedua orang tua dan kedua kaka

saya yang selalu mendukung serta nasihatnya yang menjadi motivasi.

3. Terimakasih kepada bapak M.Wawan Junaidi Usman, M.Eng selaku

pembimbing I.

4. Terimakasih kepada bapak M.Taufik Qurohman, M.Pd selaku pembimbing

II.

5. Terimakasih banyak atas bantuan teman-teman DIII Teknik Mesin angkatan

2017 dan kerja samanya selama ini dalam penyusunan laporan Tugas Akhir

ini.

vii

ABSTRAK

ANALISA PENGARUH KECEPATAN SPINDEL TERHADAP HASIL

PEMBUBUTAN OBLIQUE DAN ORTHOGONAL MATERIAL

TEMBAGA DIAMETER 32 PADA MESIN BUBUT KONVENSIONAL

Disusun oleh :

Nama : Muhammad Tubagus Aditya

NIM : 17021035

Dalam bidang industri dan logam, mesin bubut konvensional masih banyak dipakai dalam sentra industri kecil atau menengah, proses pembubutan dapat menentukan hasil dari benda kerja, oleh karena itu pemilihan kecepatan pembubutan sangat penting. Kecepatan putar mesin bubut mempunyai beberapa tingkatan putaran spindle yang digunakan sesuai kebutuhan produksi, dan kecepatan yang berbeda akan menghasilkan kehalusan dan kerataan yang berbeda pada benda kerja. Proses pembubutan dimulai pada tepi penampang dengan gerak lurus pada sumbu benda kerja baja tembaga diameter 32 dengan pemakanan perlahan sedalam 1,5 mm sehingga diperoleh hasil yang halus dan rata dengan kecepatan 370 rpm, 500 rpm, dan 800 rpm. Proses pembubutan dilakukan satu kali pengujian dengan diameter 32 mm. Pemilihan material benda kerja juga akan mempengaruhi hasil akhir dari proses pembubutan yang pemakanan yang dilakukan oleh pahat. Kata kunci : Mesin Bubut, Rpm, Tembaga Diameter32.

viii

ABSTRACT

ANALYSIS OF THE EFFECT OF SPINDLE SPEED ON THE RESULTS OF

OBLIQUE AND ORTHOGONAL TURNING OF COPPER MATERIAL

DIAMETER 32 ON A LATHE

Arranged by :

Name : Muhammad Tubagus Aditya

NIM : 17021035

In the industrial and metal fields, conventional lathes are still widely used in small or medium industrial centers, the turning process can determine the results of the workpiece, therefore the choice of turning speed is very important. The turning speed of the lathe has several levels of spindle rotation that are used according to production requirements, and different speeds will produce different smoothness and evenness on the workpiece. The turning process starts at the cross section with a straight motion on the axis of the copper diameter 32 workpiece with a gentle feed as deep as1,5 mm to obtain smooth and even results with speeds of 370 rpm, 500 rpm and 800 rpm. The turning process is carried out one test with a diameter of 32 mm. The choice of workpiece material will also affect the final results of the turning process which is carried out by the chisel. Keywords: Lathe machine, Rpm, copper diameter 32.

ix

KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT, dan berkat rahmatnya saya dapat

menyelesaikan Laporan Tugas Akhir dengan judul “ANALISA PENGARUH

KECEPATAN SPINDEL TERHADAP HASIL PEMBUBUTAN OBLIQUE

DAN ORTHOGONAL MATERIAL TEMBAGA DIAMETER 32PADA

MESIN BUBUT KONVENSIONAL”. Tugas Akhir merupakan suatu kewajiban

yang harus dilaksanakan untuk memenuhi salah satu syarat kelulusan dalam

mencapai gelar Diploma pada program Studi DIII Teknik Mesin. Politeknik

Harapan Bersama Tegal. Selama melaksanakan penelitian dan kemudian tersusun

dalam laporan Tugas Akhir ini.

Pada kesempatan ini, tidak lupa mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya

kepada :

1. Bapak Mc. Chambali, B.Eng., M.Kom Selaku Direktur Politeknik Harapan

Bersama Tegal.

2. Bapak Drs. Agus Suprihadi, M.T Selaku Ketua Program Studi DIII Teknik

Mesin Politeknik Harapan Bersama Tegal.

3. Bapak M.Wawan Junaidi Usman, M.Eng selaku pembimbing I.

4. Bapak M.Tauik Qurohman, M.Pd selaku pembimbing II.

5. Bapak dan Ibu saya selaku orang tua yang telah mendukung dan

mendo’akan untuk saya sehingga dapat menyelesaikan Laporan Tugas

Akhir ini.

Penulis menyadari akan kekurangan dari laporan Tugas Akhir ini yang jauh

dari kesempurnaan baik dari materi maupun segi penulisan laporan Tugas Akhir

ini, semoga laporan Tugas Akhir ini dapat memberikan sumbangan untuk

pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Tegal, 29 Juli 2020

Muhammad Tubagus Aditya

x

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i

HALAMAN PERSETUJUAN ...................................................................... ii

HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................ iii

HALAMAN PERNYATAAN ....................................................................... iv

HALAMAN PUBLIKASI .............................................................................. V

HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN ......................................... vi

HALAMAN ABSTRAK ............................................................................... vii

KATA PENGANTAR ................................................................................... ix

DAFTAR ISI .................................................................................................. x

DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... xii

DAFTAR RUMUS ........................................................................................ xv

DAFTAR TABEL ......................................................................................... xvi

DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. xvii

BAB I PENDAHULUAN ....................................................................... 1

1.1 Latar Belakang ....................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah .................................................................. 3

1.3 Batasan Masalah ..................................................................... 3

1.4 Tujuan ..................................................................................... 3

1.5 Manfaat ................................................................................... 4

1.6 Sistematika Penulisan .............................................................. 4

BAB II LANDASAN TEORI ................................................................... 6

2.1 Mesin Bubut ........................................................................... 6

2.2 Jenis-Jenis Mesin Bubut Konvensional .................................. 6

2.3 Fungsi Mesi Bubut Konvensional .......................................... 7

2.4 Bagian Utama Mesin Bubut ................................................... 7

2.4.1 Sumbu Utama (Main Spindle) ...................................... 7

2.4.2 Meja Mesin (Bed) ......................................................... 8

2.4.3 Eretan (Carriage) ......................................................... 8

xi

2.4.4 Kepala Lepas (Tail Stock) ............................................ 9

2.4.5 Penjepit Pahat (Tool Post) ............................................ 9

2.4.6 Tuas Pengatur Kecepatan Sumbu Utama Dan Plat

Penunjuk Kecepatan ..................................................... 10

2.4.7 Transporter Dan Sumbu Pembawa .............................. 10

2.4.8 Chuck (Cekam) ............................................................. 11

2.5 Gerakan-Gerakan Dalam Membubut ...................................... 11

2.6 Parameter Yang Dapat Diatur Pada Mesin Bubut .................. 12

2.7 Pahat ....................................................................................... 13

2.8 Tembaga Diameter 32 ............................................................ 16

2.9 Oblique Dan Orthogonal ....................................................... 17

2.10 Macam-Macam Teknik Pembubutan .................................. 17

2.10.1 Pembubutan Silindris ................................................. 18

2.10.2 Pembubutan Muka (Facing)........................................ 18

2.10.3 Cutting Off .................................................................. 19

2.10.4 Recessing ................................................................... 19

2.10.5 Parting ....................................................................... 20

2.10.6 Biting ......................................................................... 20

2.10.7 Pembubutan Tirus ...................................................... 21

2.10.8 Pembubutan Copy ...................................................... 21

2.10.9 Pembubutan Ulir ........................................................ 22

2.10.10 Chamfering ............................................................... 22

2.11 Kekasaran Permukaan ........................................................ 23

2.12 Roughness Tester ................................................................ 25

BAB III METODELOGI PENELITIAN ................................................. 27

3.1 Diagram Alur Penelitian ..................................................... 27

3.2 Alat Dan Bahan ................................................................... 28

3.2.1 Alat ............................................................................ 28

3.2.2 Bahan ......................................................................... 30

3.3 Pelaksanaan Penelitian ........................................................ 32

3.4 Metode Pengumpulan Data .................................................. 33

xii

3.5 Metode Analisa Data .......................................................... 34

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................... 35

4.1 Hasil .................................................................................... 35

4.2 Pembahasan ........................................................................ 36

4.2.1 Hasil Pembubutan Rata Dan Serat Pemakanannya ... 36

4.2.2 Grafik Kecepatan Pemakanan Pembubutan Rata

Deangan Kecepatan Putaran (370 rpm, 500 rpm,

Dan 800 rpm) ............................................................ 39

BAB V PENUTUP .................................................................................... 41

5.1 Kesimpulan ............................................................................. 41

5.2 Saran ....................................................................................... 41

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 42

xiii

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 Komponen Utama Mesin Bubut .................................................. 6

Gambar 2.2 Sumbu Utama .............................................................................. 7

Gambar 2.3 Meja Mesin .................................................................................. 8

Gambar 2.4 Eretan .......................................................................................... 8

Gambar 2.5 Kepala Lepas ............................................................................... 9

Gambar 2.6 Penjepit pahat .............................................................................. 9

Gambar 2.7 Tuas Pengatur Kecepatan Sumbu Utama Dan Plat Penunjuk

Kecepatan .................................................................................... 10

Gambar 2.8 Transporter Dan Sumbu Pembawa .............................................. 10

Gambar 2.9 Cekam .......................................................................................... 11

Gambar 2.10 Tembaga Diameter 32 ............................................................... 16

Gambar 2.11 Orthogonal dan Oblique Cutting ............................................... 17

Gambar 2.12 Pembubutan Silindris ................................................................ 18

Gambar 2.13 Facing ........................................................................................ 18

Gambar 2.14 Cutting Off ................................................................................ 19

Gambar 2.15 Recessing ................................................................................... 20

Gambar 2.16 Biting ......................................................................................... 20

Gambar 2.17 Pembubutan Bentuk .................................................................. 21

Gambar 2.18 Pembubutan Tirus ..................................................................... 21

Gambar 2.19 Pembubutan Ulir ....................................................................... 22

Gambar 2.20 Camfring ................................................................................... 23

Gambar 2.21 Mitutoyo SJ 210 Portable Surface Roughness Tester ............... 26

Gambar 3.1 Diagram Alur Penelitian .............................................................. 27

Gambar 3.2 Proses Pembubutan ..................................................................... 28

Gambar 3.3 Kunci Chuck Spindle .................................................................. 28

Gambar 3.4 Jangka Sorong ............................................................................. 29

Gambar 3.5 Mistar Baja .................................................................................. 29

Gambar 3.6 Penggaris Busur ........................................................................... 30

xiv

Gambar 3.7 Tembaga Diameter 32 ................................................................. 30

Gambar 3.8 Pahat HSS .................................................................................... 31

Gambar 3.9 Sketsa Pembubutan Tembaga Diameter 32 ................................. 31

Gambar 3.10 Contoh Tembaga Diameter 32 Setelah Dibubut ....................... 32

Gambar 4.1 Hasil Pembubutan Dengan Kecepatan 370 rpm .......................... 36

Gambar 4.2 Hasil Pembubutan Dengan Kecepatan 500 rpm ........................... 37

Gambar 4.3 Hasil Pembubutan Dengan Kecepatan 800 rpm .......................... 37

Gambar 4.4 Chip Proses Pembubutan ............................................................. 38

Gambar 4.5 Chip Proses Pembubutan ............................................................. 39

Gambar 4.6 Grafik Pembahasan Pembubutan Rata ........................................ 39

Gambar 4.7 Diagram Kekasaran Benda Kerja ................................................ 40

xv

DAFTAR RUMUS

Halaman

Rumus 2.1 Kecepatan Pemakanan .................................................................. 12

Rumus 2.2 Kecepatan Putaran ........................................................................ 13

xvi

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1 Angka Kekasaran Permukaan ......................................................... 24

Tabel 2.2 Tingkat Kekasaran Rata-Rata Permukaan Menurut Proses

Pengerjaannya ................................................................................ 25

Tabel 4.1 Hasil Penelitian ............................................................................... 35

xvii

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran A Foto Praktek Pembubutan ........................................................... 43

Lampiran B Pembahasan ................................................................................. 44

Lampiran C Sertifikat Uji Kekasaran Permukaan ........................................... 45

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Mesin bubut adalah mesin yang dibuat dari logam yang berguna untuk

menyayat dengan gerakan utamanya dengan memutar benda kerja,Dibidang

industri mesin bubut sangat berperan dalam pembuatan komponen seperti

mur,baut,roda gigi,poros dan lain sebagainya (Marsyahyo, 2003).

Bagi seorang teknisi di bidang pengerjaan logam maupun mahasiswa pada

jurusan teknik mesin,mesin bubut telah dikenal fungsi dan perannya membuat

komponen dari bermacam-macam mesin. Mesin bubut merupakan perkakas yang

mempunyai gerakan utama berputar yang berfungsi untuk mengubah bentuk dan

ukuran benda kerja tersebut dengan suatu pahat menyayat ,posisi benda searah

sumbu mesin bubut untuk penyayatan atau pemakanan (Sutarmo,

2012).Kecepatan spindel dan bentuk dari sebuah benda kerja yang dihasilkan oleh

mesin bubut merupakan hal yang penting, karena kecepatan dan bentuk dari benda

kerja tersebut berkaitan dengan gesekan, keausan, sistem dan lain-lainnya. Pada

benda kerja hasil proses permesinan, akan berbeda dari kecepatan dan bentuknya

seperti permukaan yang halus dan kasar. Proses permesinan akan menentukan

dari benda kerja tersebut dimana kecepatan spindel dapat dijadikan acuan untuk

evaluasi produk pemesinan. sebuah benda kerja tidak harus memiliki nilai yang

kecil,

2

tetapi terkadang sebuah produk membutuhkan nilai kekasaran permukaan yang

besar sesuai dengan fungsinya. Salah satu produk yang dituntut memiliki

kekasaran permukaan yang rendah adalah poros. Dimana poros sering

digunakan sebagai alat untuk mentransmisikan putaran dari alat penggerak seperti

motor listrik, sehingga poros dituntut harus halus agar keausan dapat dikurangi.

Proses pemesinan poros dapat dilakukan dengan menggunakan mesin bubut

dimana sering diperoleh nilai kekasaran permukaan yang tidak sesuai dengan

yang diinginkan. Hal ini dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti kecepatan

makan, kedalaman potong, putaran dan jenis material pahat. Selain itu faktor

mesin bubut dan operatornya juga berperan dalam produk yang dihasilkan. Untuk

mendapatkan nilai kekasaran permukaan dari poros yang halus dari proses bubut

dapat dilakukan dengan pemilihan mata pahat, penentuan ANALISA

PENGARUH KECEPATAN SPINDEL TERHADAP HASIL

PEMBUBUTAN OBLIQUE DAN ORTHOGONAL MATERIAL

TEMBAGA DIAMETER 32PADA MESIN BUBUT

KONVENSIONAL”.Kecepatan spindel yang sesuai dengan kebutuhan.

Ketajaman dan kekuatan dari mata pahat sangat berpengaruh terhadap produk

yang dihasilkan. (Muhamad Choirul Azhar, 2014)

Berdasarkan latar belakang diatas peneliti mengambil judul tugas akhir

tentang analisis pengaruh kecepatan spindel terhadap hasil pembubutan oblique

dan orthogonal material tembaga diameter32 pada mesin bubut konvesional.

3

1.2 Rumusan Masalah

Pada Tugas Akhir ini dapat dirumuskan permasalahan yaitu bagaimana

analisis pengaruh kecepatan spindel terhadap hasil pembubutan oblique dan

orthogonal material tembaga diameter32 pada mesin bubut konvesional.

1.3 Batasan Masalah

Berdasarkan rumusan masalah diatas maka batasan penelitian ini sebagai

berikut :

1. Pengujian material tembaga diameter32 dengan kecepatan 370, 500, dan

800 rpm.

2. Pahat yang digunakan pahat HSS.

3. Pembubutan oblique dan orthogonal.

4. Material yang digunakan tembaga diameter32.

5. Menggunakan mesin bubut konvesional.

6. Pemakanan benda kerja pada diameter 1,5 mm.

7. Pengujian dilakukan di laboratorium yang terakreditasi

1.4 Tujuan

Adapun tujuan yang diperoleh dari proposal Tugas Akhir ini yaitu:

1. Dapat memahami variasi pemakanan benda kerja pada mesin bubut

2. Dapat memahami variasi kecepatan putaran terhadap pemakanan benda

kerja

3. dapat memahami perbandingan tingkat kekasaran material yang di bubut

4

4. Dapat memahami variasi jenis pahat dan juga sudut potong terhadap benda

kerja.

1.5 Manfaat

1. Mengerti komponen utama mesin bubut konvensional.

2. Mengerti tentang pengaruh kecepatan putaran dan kecepatan pemakanan

pada mesin bubut konvensional pada kecepatan 370 rpm, 500 rpm dan

800rpm.

3. Dapat mengetahui berbagai macam variasi jenis pemahatan.

1.6 Sistematika Penulisan

Adapun sistematika dalam penulisan laporan ini adalah :

BAB I PENDAHULUAN

Pada bab ini tentang latar belakang, rumusan masalah, batasan masalah,

tujuan, manfaat, dan sistematika penulisan.

BAB II LANDASAN TEORI

Pada bab ini berisi tentang pengertian mesin bubut, fungsi mesin bubut

konvensional, bagian utama mesin bubut konvensional, parameter yang

dapat diatur pada mesin bubut. .

BAB III METODE PENELITIAN

Pada bab ini berisi tentang diagram alur penelitian, alat dan bahan, jenis dan

sumber data.

5

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini berisi tentang pembahasan pembubutan rata dengan kecepatan

370 rpm, 500 rpm dan 800 rpm.

BAB V PENUTUP

Pada bab ini berisi tentang kesimpulan dan saran.

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

6

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Mesin Bubut

Mesin bubut (engine lathe) merupakan mesin perkakas serbaguna

dioperasikan secara manual, dan banyak dipakai dalam kecepatan produksi rendah

sampai sedang. Komponen utama mesin bubut diperlihatkan pada gambar 2.1.

Gambar 2.1 Komponen Utama Mesin Bubut (Henggar Patria Atmantawarna, 2013)

2.2 Jenis-Jenis Mesin Bubut Konvensional

Dilihat dari segi dimensinya,mesin bubut konvensional dibagi dalam

beberapa kategori, yaitu: mesin bubut ringan, mesin bubut sedang, mesin bubut

standar, dan mesin bubut berat. Mesin bubut berat digunakan untuk benda kerja

yang berdimensi besar. Terbagi atas mesin bubut beralas panjang, mesin bubut

lantai, dan mesin bubut tegak. (Henggar Patria Atmantawarna, 2013)

7

2.3 Fungsi Mesin Bubut Konvensional

Fungsi mesin bubut konvensional adalah untuk membuat atau memproduksi

benda-benda berpenampang silindris, misalnya poros lurus, poros bertingkat,

poros tirus, poros berulir, dan berbagai bentuk bidang permukaan lainnya

misalnya anak buah catur (raja,ratu,pion,dll). (Henggar Patria Atmantawarna,

2013)

2.4 Bagian Utama Mesin Bubut Konvensional

Pada umumnya bagian utama mesin bubut konvensional sama walaupun

dibuat di pabrik yang berbeda, hanya saja terkadang posisi handle atau tuas,

tombol, tabel penunjukan pembubutan letak/posisinya berbeda.

Demikian juga dengan cara pengoperasiannya karena memiliki fasilitas

yang sama maka tidak jauh berbeda. (Muhamad Choirul Azhar, 2014)

2.4.1 Sumbu Utama (Main Spindle)

Sumbu utama merupakan bagian mesin bubut yang berfungsi sebagai

dudukan chuck (cekam) yang didalamnya terdapat susunan roda gigi yang dapat

digeser-geser melalui tuas untuk mengatur putaran mesin sesuai kebutuhan

pembubutan. (Muhamad Choirul Azhar, 2014).

Gambar 2.2 Sumbu Utama (Dokumentasi, 2020)

8

2.4.2 Meja Mesin (Bed)

Meja mesin merupakan tumpuan pada waktu pembubutan. Meja mesin

berfungsi sebagai tempat dudukan kepala lepas dan eretan. Bentuk alas ini

bermacam-macam, ada yang datar dan ada yang salah satu atau kedua sisinya

mempunyai ketinggian tertentu. Permukaannya halus dan rata, sehingga gerakan

kepala lepas dan eretan menjadi lancar. (Muhamad Choirul Azhar, 2014)

Gambar 2.3 Meja Mesin

(Dokumentasi, 2020)

2.4.3 Eretan (Carriage)

Eretan seperti merupakan bagian dari mesin bubut yang berfungsi sebagai

pembawa dudukan pahat potong. Eretan terdiri dari beberapa bagian seperti

engkol dan transporter. (Muhamad Choirul Azhar, 2014)

Gambar 2.4 Eretan

(Dokumentasi, 2020)

9

2.4.4Kepala Lepas (Tail Stock)

Kepala lepas digunakan sebagai dudukan senter putar sebagai pendukung

benda kerja pada saat pembubutan, dudukan bor tangkai tirus, dan cekam bor

sebagai penjepit bor. (Muhamad Choirul Azhar, 2014)

Gambar 2.5 Kepala Lepas

(Dokumentasi, 2020)

2.4.5 Penjepit Pahat (Tools Post)

Penjepit pahat digunakan untuk menjepit atau memegang pahat potong.

(Muhamad Choirul Azhar, 2014)

Gambar 2.6 Penjepit Pahat

(Dokumentasi, 2020)

10

2.4.6 Tuas Pengatur Kecepatan Sumbu Utama Dan Plat Penunjuk

Kecepatan

Tuas pengatur kecepatan berfungsi untuk mengatur kecepatan putaran mesin

sesuai hasil dari perhitungan atau pembacaan dari tabel putaran, plat tabel

kecepatan sumbu utama menunjukkan angka-angka besaran.

Kecepatan sumbu utama yang dapat dipilih sesuai dengan pekerjaan

pembubutan. (Muhamad Choirul Azhar, 2014)

Gambar 2.7 Tuas Pengatur Kecepatan Sumbu Utama Dan Plat Penunjuk

Kecepatan (Dokumentasi, 2020)

2.4.7 Transporter Dan Sumbu Pembawa

Transporter atau poros transporter, digunakan untuk membawa eretan pada

waktu kerja otomatis, misalnya waktu membubut ulir, alur, atau pekerjaan

pembubutan lainnya. Sedangkan sumbu pembawa atau poros pembawa adalah

poros yang selalu berputar untuk membawa atau mendukung jalannya eretan.

(Muhamad Choirul Azhar, 2014)

Gambar 2.8 Transporter Dan Sumbu Pembawa

(Dokumentasi, 2020)

11

2.4.8 Chuck (Cekam)

Cekam adalah alat yang digunakan untuk menjepit benda kerja. Jenisnya

ada yang berahang tiga sepusat (Self centering chuck), dan ada juga yang

berahang tiga dan empat tidak sepusat (Independenc chuck) Cekam rahang tiga

sepusat, digunakan untuk benda-benda silindris, di mana gerakan rahang bersama-

sama pada saat dikencangkan atau dibuka. Sedangkan gerakan untuk rahang tiga

dan empat tidak sepusat, setiap rahang dapat bergerak sendiri tanpa diikuti oleh

rahang yang lain. (Muhamad Choirul Azhar, 2014)

Gambar 2.9 Cekam

(Dokumentasi, 2020)

2.5 Gerakan-Gerakan Dalam Membubut

Dalam pengerjaan mesin bubut dikenal beberapa prinsip gerakan yaitu :

1. Gerakan berputar benda kerja pada sumbunya disebut (cutting motion)

artinya putaran utama. Dan cutting speed atau kecepatan potong merupakan

gerakan untuk mengurangi benda kerja dengan pahat.

2. Pahat yang bergerak maju secara teratur, akan menghasilkan geram (chip).

Gerakan tadi disebut kecepatan makan (feed motion).

12

3. Bila pahat dipasang dengan dalam pemotongan (depth of cutting), pahat

dimajukan ke arah melintang sampai kedalaman pemotongan yang

dikehendaki. Gerakan ini disebut “adjusting motion”.

2.6 Parameter Yang Dapat Diatur Pada Mesin Bubut

Tiga parameter utama pada setiap proses bubut adalah kecepatan putar

spindel (speed), gerak makan (feed), dan kedalaman potong (depth of cut). Tiga

parameter di atas adalah bagian yang bisa diatur oleh operator langsung pada

mesin bubut. Kecepatan putar (speed), selalu dihubungkan dengan sumbu utama

(spindel) dan benda kerja. Kecepatan putar dinotasikan sebagai putaran per menit

(rotations per minute, rpm).

Untuk menghitung putaran mesin bubut mengunakan persamaan :.

Kecepatan Pemakanan :

Kecepatan Putaran :

Keterangan : d : Diameter benda kerja (mm)

Cs : Kecepatan potong (meter/menit)

: 3,14

n : Putaran mesin (rpm)

13

Contoh :

Sebuah baja berdiameter 25 mm, akan dibubut dengan kecepatan potong (Cs) 25

mm/menit. Berapa kecepatan putaran (rpm) nya :

Jadi kecepatan putaran mesinnya adalah sebesar 318,471 rpm.

Hasil perhitungan diatas sebagai acuan dalam menyetel putaran mesin agar sesuai

dengan putaran mesin yang tertulis pada table yang ditempel di mesin tersebut.

2.7 Pahat

Pahat adalah suatu alat yang terpasang pada mesin perkakas yang berfungsi

untuk memotong benda kerja atau membentuk benda kerja menjadi bentuk yang

diinginkan. Pada proses kerjanya pahat digunakan untuk memotong meterial-

material yang keras sehingga mataterial dari pahat haruslah lebih keras dari pada

material yang akan dibubut.

Namun pada saat ini material pahat yang banyak digunakan adalah HSS dan

Karbida. Berikut ini adalah material-material pahat secara berurutan dari yang

paling lunak tetapi ulet sampai dengan yang paling keras tetapi getas, yaitu :

14

2.7.1 Baja Karbon Tinggi

Baja dengan kandungan karbon yang relatif tinggi 9o,7% - 1,4%C) tanpa

unsur lain atau dengan presentase unsur lain yang rendah 2%Mn, W, Cr)

mempunyai kekrasan permukaan permukaan yang cukup tinggi.

(http://keluargasepuh86.blogspot.com/2019/12/material-pahat-bubut.html)

2.7.2 HSS (High Speed Steels)

Merupakan baja paduan tinggi dengan unsur paduan crom dan tungsten.

Melalui proses penuangan (molten metalurgy) kemudian diikuti pengerolan

ataupun penempaan baja dibentuk menjadi batang atau silindris.

(http://keluargasepuh86.blogspot.com/2019/12/material-pahat-bubut.html)

2.7.3 Paduan Cor Nonferro

Paduan cor non ferro (Stellite) adalah campuran (paduan) yang memiliki

sifat antara HSS dan Carbida, digunakan dalam hal khusus diantara pilihan

dimana karbida terlalu rapuh dan HSS mempunyai Hot Hardness dan Wear

Resistance yang terlalu rendah.

(http://keluargasepuh86.blogspot.com/2019/12/material-pahat-bubut.html)

2.7.4 Karbida

Merupakan jenis pahat yang disemen (cemented carbides) dengan bahan

padat yang dibuat dengan cara sintering serbuk karbida (nitrida oksida) dengan

bahan pengikat yang umumnya dari kobalt (Co). Cara carbuzing masing -

15

masing bahan dasar (serbuk). Tungsten, titanium, tatalum yang dibuat menjadi

karbida yang digiling dan disaring.

(http://keluargasepuh86.blogspot.com/2019/12/material-pahat-bubut.html)

2.7.5 CBN (Cubic Baron Nitride)

CBN termasuk jenis keramik, dibuat dengan penekanan panas sehingga

serbuk grafit putih nitrida boron dengan struktur atom heksagonal berubah

menjadi struktur kubik. (http://keluargasepuh86.blogspot.com/2019/12/material-

pahat-bubut.html)

2.8 Tembaga Diameter32

Tembaga diameter32 adalah suatu unsur kimia dalam tabel periodik yang

memiliki lambang CU dan nomor atom 29.Tembaga merupakan kondukter panas

dan listrik yang baik,selain itu usur ini memiliki korosi yang cepat

sekali.Tembaga murni sifatnya halus dan lunak,dengan permukaan berwarna

jingga kemerahan.

Selain itu juga Tembaga merupakan penghantar panas dan listrik yang

sangat baik,maka banyak digunakan pada alat-alat listrik.sebagai perhiasan

,campuran antara tembaga dan emas, uang logam.

16

Gambar 2.10 Tembaga (Dokumentasi, 2020)

2.9 Oblique Dan Orthogonal

Penyayatan oblique merupakan penyayatan yang memiliki sudut buang

tatal. Penyayatan oblique memiliki beberapa keunggulan. Berikut keunggulan dari

penyayatan oblique.

- Mampu menyayat dengan tebal

- Usia pahat lebih panjang

- Hasil penyayatan lebih baik, kualitas geometris lebih baik

Penyayatan orthogonal merupakan penyayatan yang tidak memiliki sudut

buang tatal(chip). Penyayatan tersebut menggunakan alat potong berbentuk baji

17

(wedge-shaped tool) dimana tepi pemotong tegak lurus terhadap arah kecepatan

pemotongan.

Gambar 2.11 Orthogonal dan Oblique Cutting (Malinc.com)

2.10 Macam-Macam Teknik Pembubutan

Pembubutan silindris merupakan proses penyayatan di mana gerakan pahat

bubut sejajar dengan sumbu benda kerja. Metode pembubutan ini digunakan

untuk membuat bentuk dengan diameter seragam (seperti poros lurus).

2.10.1 Pembubutan Silindris

Pembubutan silindris merupakan proses penyayatan di mana gerakan pahat

bubut sejajar dengan sumbu benda kerja. Metode pembubutan ini digunakan

untuk membuat bentuk dengan diameter seragam (seperti poros lurus).

Gambar 2.12 Pembubutan Silindris (Tschatsch, 2009)

18

2.10.2 Pembubutan Muka (Facing)

Pembubutan muka merupakan proses penyayatan di mana gerakan pahat

bubut tegak lurus dengan sumbu putar benda kerja (radial). Metode pembubutan

muka digunakan untuk menyayat permukaan ujung benda kerja serta mengurangi

panjang benda kerja. Ketika melakukan pembubutan kasar (roughing) gerakan

pahat dari luar ke dalam lebih disukai. Sebaliknya ketika melakukan finishing

gerakan pahat dari dalam ke luar lebih cocok diterapkan.

Gambar 2.13 Facing (Tschatsch, 2009)

2.10.3 Cutting Off

Cutting off merupakan pemotongan benda kerja dengan pahat bubut. Pada

proses cutting off, pahat bubut yang digunakan memiliki ujung potong yang

miring menuju sumbu benda kerja. Oleh karena itu pahat bubut ini memiliki sudut

kurang dari 90°. Dengan bentuk ujung potong yang miring, akan diperoleh

permukaan pemotongan tanpa sisa (permukaan yang rata) pada ujung benda kerja.

19

Gambar 2.14 Cutting Off (Tschatsch, 2009)

2.10.4 Recessing

Recessing merupakan penyayatan pada benda kerja yang bertujuan untuk

membentuk sebuah alur. Ujung potong pahat yang digunakan biasanya sejajar

dengan sumbu benda kerja (sudut pahat 90°). Recessing mirip dengan cutting off.

Perbedaan keduanya hanya terletak pada bentuk atau sudut pahat saja. Recessing

biasanya digunakan untuk membuat alur pemisah antara bentuk pembubutan

silindris dan ulir.

Gambar 2.15 Recessing (Tschatsch, 2009)

20

2.10.5 Parting

Parting merupakan pembubutan di mana pahat bubut bergerak sejajar

maupun tegak lurus terhadap sumbu benda kerja. Sesuai dengan namanya, parting

digunakan untuk memotong/memisahkan benda kerja. Beberapa juga mengenal

parting sama dengan cutting off.

2.10.6 Biting

Biting merupakan pembubutan ujung atau muka, di mana arah pemakanan

ujung pahat sejajar dengan sumbu benda kerja. Metode biting biasanya digunakan

untuk membuat alur atau lubang besar pada permukaan ujung benda kerja.

Gambar 2.16 Biting (Tschatsch, 2009)

2.10.7 Pembubutan Bentuk (Form Turning)

Pada pembubutan bentuk, ujung potong pahat bubut berukuran besar

membentuk kontur pada benda kerja. Teknologi pembubutan bentuk seperti

recessing namun perbedaannya terdapat pada bentuk pahat yang unik pada

pembubutan bentuk. Bentuk pahat yang unik ini dapat disebut dengan istilah pahat

bubut bentuk.

21

Gambar 2.17 Pembubutan Bentuk (Tschatsch, 2009)

2.10.8 Pembubutan Tirus

Pembubutan tirus merupakan penyayatan silindris yang menghasilkan

perbedaan diameter secara konstan. Metode pembubutan tirus digunakan untuk

membuat poros tirus/konis.

Gambar 2.18 Pembubutan Tirus (Groover, 2010)

2.10.9 Pembubutan Copy

Pembubutan copy merupakan penyayatan yang menghasilkan bentuk

benda kerja sesuai dengan geometri benda replika yang telah ada. Replika tersebut

ditransmisikan dengan eretan melintang dan eretan memanjang.

22

2.10.10 Pembubutan Ulir

Pembubutan ulir merupakan penyayatan yang menghasilkan bentuk ulir.

Pembubutan ulir terdiri dari pembubutan ulir luar dan ulir dalam. Pembubutan ulir

tergolong dalam pembubutan silindris di mana pemakanannya sama dengan pola

kisar ulir dari ulir yang akan dibuat.

Gambar 2.19 Pembubutan Ulir (Tschatsch, 2009)

2.10.11 Chamfering

Chamfering merupakan pembubutan pada sudut benda kerja menggunakan

ujung pahat. Hasil dari chamfering dikenal dengan istilah chamfer.

Gambar 2.20 Chamfering (Groover, 2010)

23

2.11 Kekasaran Permukaan

Setiap permukaan dari benda kerja yang telah mengalami proses pemesinan

akan mengalami kekasaran permukaan. Yang dimaksud dengan kekasaran

permukaan adalah penyimpangan rata-rata aritmetik dari garis rata-rata

permukaan. Definisi ini digunakan untuk menentukan harga rata-rata dari

kekasaran permukaan. Dalam dunia industri, permukaan benda kerja memiliki

nilai kekasaran permukaan yang berbeda, sesuai dengan kebutuhan dari alat

tersebut. Nilai kekasaran permukaan memiliki nilai kwalitas (N) yang berbeda,

Nilai kwalitas kekasaran permukaan telah diklasifikasikan oleh ISO dimana yang

paling kecil adalah N1 yang memiliki nilai kekasaran permukaan (Ra) 0,025 µm

dan yang paling tingggi N12 yang nilai kekasarannya 50 µm. Angka yang ada

pada symbol kekasaran permukaan merupakan nilai dari kekasaran permukaan

aritmatik (Ra). (Azhar, 2014)

Nilai Ra telah dikelompokan menjadi 12 kelas kekasaran sebagaimana terlihat

pada Tabel 2.1 dibawah ini

Tabel 2.1 Angka Kekasaran Permukaan

Kelas Kekasaran

Harga Ra (µm)

Toleransi (µm) (+50% & - 25%)

Panjang sampel (mm)

N1 0,025 0,02 – 0,04 0,08

24

N2 0,05 0,04 – 0,08

0,25 N3 0,1 0,08 – 0,15

N4 0,2 0,15 – 0,03

N5 0,4 0,03 – 0,06

0,8

N6 0,8 0,6 – 1,2

N7 1,6 1,2 – 2,4

N8 3,2 2,4 – 4,8

N9 6,3 4,8 – 9,6

2,5 N10 12,5 9,6 – 18,75

N11 25 18,5 – 37,5

8 N12 50 37,5 – 75,0

Toleransi harga kekasaran rata-rata, Ra dari suatu permukaan tergantung

pada proses pengerjaannya. Hasil penyelesaian permukaan dengan menggunakan

mesin gerinda sudah tentu lebih halus dari pada dengan menggunakan mesin

bubut. Tabel 2.2 berikut ini memberikan contoh harga kelas kekasaran rata-rata

menurut proses pengerjaannya.

Tabel 2.2 Tingkat Kekasaran Rata-Rata Permukaan Menurut Proses Pengerjaannya

Proses pengerjaan Selang (N) Harga Ra

Lapping datar dan Silinder

Superfinishing Diamond Turning

N1 – N4

N1 – N6

0.025 – 0.2

0.025 – 0.8

25

Gerinda Silinder Datar

Finishing

N1 – N8

N4 – N8

0.025 – 3.2

0.1 – 3.2

Wajah dan Silinder Berputar

Milling and Reaming Drilling

N5 – N12

N7 – N10

0.4 – 50.0

1.6 – 12.5

Shapping, Perencanaan, Milling

Horizontal

Sandcasting Dan Penempaan

N6 – N12

N10– N11

0.8 – 50.0

12.5 – 25.0

Ekstrusi, Penggulungan Dingin,

Menggambar Die casting

N6 – N8

N6 – N7

0.8 – 3.2

0.8 – 1.6

2.12 Roughness Tester

Roughness atau kekasaran adalah ketidakhalusan bentuk hasil proses

produksi yang disebabkan oleh pengerjaan mesin. Pada surface roughness tester

terdapat alat peraba yang disebut stylus. “Stylus merupakan peraba dari alat ukur

kekasaran permukaan yang bentuknya konis atau piramida”. Bagian ujung stylus

ini ada yang berbentuk rata serta ada yang berbentuk radius. Prinsip kerja alat

ukur ini menggunakan sistem elektronik dengan stylus berbentuk diamond dan

terdapat motor penggerak sehingga stylus dapat bergerak bebas maju mundur

sepanjang garis lurus permukaan benda uji. Hasil pengukuran juga dapat dilihat

langsung pada layar operasi sehingga nilai kekasaran permukaan dapat langsung

diketahui. Jika hasil uji ingin dicetak, dapat dilakukan dengan menggunakan

kertas karbon dan menekan tombol print pada panel kontrol. (Adzkari, 2017)

26

Gambar 2.21 Mitutoyo SJ 210 Portable Surface

Roughness Tester (Dokumentasi Unwas, 2020)

27

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Diagram Alur Penelitian

Gambar 3.1 Diagram Alur Penelitian.

Pengujian Material Kuningan Dengan Variasi Kedalaman Pemakanan

Persiapan Alat dan Bahan

Studi Pustaka

Menggunakan Mesin Bubut Konvensional

Kesimpulan dan Saran

Selesai

1 mm 1,5 mm 2 mm

Analisa Hasil Dan Pembahasan

Mulai

Data Hasil Kedalaman Pemakanan 1 mm, 1.5 mm dan 2 mm

28

3.2 Alat Dan Bahan

3.2.1 Alat

Pada saat melakukan pengujian ini. Saya membutuhkan alat yang digunakan

untuk membantu melakukan pengujian ini, diantaranya adalah :

1. Mesin bubut konvensional

Proses analisa menggunakan mesin bubut konvensional dengan kecepatan

370 rpm, 500 rpm, dan 800 rpm.

Gambar 3.2 Proses Pembubutan (Dokumentasi, 2020)

2. Kunci chuck spindel

Digunakan untuk mengencangkan atau mengendorkan cekam agar tidak

oleng saat berputar.

Gambar 3.3 Kunci Chuck Spindel (Dokumentasi, 2020)

29

3. Jangka Sorong

Untuk mengukur diameter benda kerja proses pembubutan.

Gambar 3.4 Jangka Sorong (Dokumentasi, 2020)

4. Mistar baja

Digunakan untuk mengukur panjang benda kerja.

Gambar 3.5 Mistar Baja (Dokumentasi, 2020)

30

5. Penggaris busur

Untuk mengukur sudut pahat menggunakan penggaris busur.

Gambar 3.6 Penggaris Busur (Dokumentasi, 2020)

3.2.2 Bahan

1. Tembaga diameter32

Untuk bahan penelitian yang akan dilaksanakan menggunakan bahan

tembaga dengan diameter 32 mm dan panjang 160 mm.

Gambar 3.7 Tembaga (Dokumentasi, 2020)

31

2. Pahat HSS

Untuk proses pemakanan benda kerja menggunakan pahat HSS 1/2x4

BOHLER dengan sudut 80°.

Gambar 3.8 Pahat HSS (Dokumentasi, 2020)

Gambar 3.9 Sketsa Pembubutan pion tembaga (Dokumentasi, 2020)

32

Gambar 3.10 Contoh Tembaga diameter32 Setelah Dibubut

(Dokumentasi, 2020)

3.3 Pelaksanaan Penelitian

1. Proses pembuatan rata.

2. Mempersiapkan bahan dan alat penelitian.

3. Menyiapkan pahat bubut HSS ukuran 1/2x4 BOHLER dengan sudut 80°.

4. Menyiapkan tembaga diameter 32 yang akan diuji dengan diameter 32

mm dan panjang 160 mm.

5. Memasang tembaga yang akan diuji dengan diameter 32 mm dan panjang

160 mm chuck atau cekam mesin bubut.

6. Memasang pahat HSS ukuran 1/2x4 BOHLER dengan sudut 80° pada

penjepit pahat.

7. Setting untuk pembubutan rata dengan kecepatan pembubutan 370 rpm, 500

rpm, 800 rpm .

8. Analisa hasil pemakanan mesin bubut pada kecepatan pembubutan 370 rpm,

500 rpm, 800 rpm.

9. Setting sudut 15 derajat untuk penirusan pertama dan 15 derajat untuk

penirusan kedua.

10. Hasil pembahasan

33

3.4 Metode Pengumpulan Data

Adapun metode pengumpulan data dan penulisan yang berhasil penulis

susun dan penulis dapatkan untuk menyusun Tugas Akhir ini melalui :

1. Metode literatur

Penulis mungumpulkan data dari skripsi, jurnal dan tugas akhir.

2. Metode wawancara

Penulis mengumpulkan data dengan cara tanya langsung ke Pembimbing .

3. Metode observasi

Penulis mengumpulkan data dengan cara peninjauan langsung ke tempat

penjualan tembaga diameter32 yang terpercaya.

Berikut data spesifikasi mesin bubut konvensional :

Voltase : 220V/50Hz

Daya Listrik : 550Watt

Motor : 3/4HP

Spindle Travel : 85 mm

Jumlah Kecepatan : 12

Swing : 410 mm

Kapasitas Bor Besi : 16 mm

Spindle Taper : MT#2

Ukuran Alas : 300 mm (diameter)

Tinggi : 960 mm

34

3.5 Metode Analisa Data

Metode analisis data dilakukan dengan metode experimen untuk mengetahui

pengaruh kecepatan putaran dan kecepatan pemakanan pembubutan rata dengan

kecepatan 370 rpm, 500 rpm, 800 rpm terhadap kekasaran permukaan material

tembaga diameter 32 pada mesin bubut konvensional.

35

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

Dari hasil pengujian pembubutan rata dengan menggunakan mesin bubut

konvensional diperoleh hasil penelitian pengaruh kecepatan putaran dan

kecepatan pemakanan bubut rata pada material tembaga berdiameter 32 mm

dengan panjang 160 mm menggunakan kecepatan putaran 370 rpm, 500 rpm, 800

rpm dapat disimpulkan hasilnya sebagai berikut :

Tabel 4.1 Hasil Penelitian NO. RPM

(Revolution per minute)

CS (Cutting Speed)

Ukuran Pahat (Inchi)

Pengaruh Proses pemakanan

1. 370 37,1776 m/menit 1/2x4 Serat pemakanan kasar

2. 500 50,240 m/menit 1/2x4 Serat pemakanan lebih halus

3. 800 80,384 m/menit 1/2x4 Serat pemakanan paling halus

Dari tabel diatas dapat disimpulkan hasil pengujian dari proses pemakanan

tembaga dengan menggunakan rpm yang berbeda mulai dari kecepatan yang

terendah sampai yang tertinggi. Pada kecepatan 370 rpm, proses pemakanan

benda kerja berjalan lambat dan hasil seratnya masih terlihat kasar

36

Kemudian pada kecepatan berikutnya yaitu 500 rpm, proses pemakanan

benda kerja lebih halus dari pada kecepatan 370 rpm. Sedagkan pada kecepatan

800 rpm, proses pemakanan benda kerja sangat halus dari kecepata 370 rpm dan

500 rpm. Karna kecepatan disini lebih cepat dari sebelumnya

4.2 Pembahasan

Setelah melakukan proses penelitian pembubutan rata dengan menggunakan

mesin bubut maka diperoleh hasil pengaruh pemakanan bubut rata pada material

tembaga dengan diameter 32 mm menggunakan variasi kecepatan sebagai berikut:

4.2.1 Hasil Pembubutan Rata Dan Serat Pemakananya

1. Pada proses pembubutan rata dengan kecepatan 370 rpm, pembubutan rata

berjalan dengan lambat sehingga dalam proses pembubutan rata pada

tembaga dengan diameter 32 mm menghasilkan serat yang kasar atau

kurang bagus.

Gambar 4.1 Hasil Pembubutan Dengan Kecepatan 370 rpm (Dokumentasi, 2020)

37

2. Pada proses pembubutan rata dengan kecepatan 800 rpm, pembubutan rata

berjalan dengan kecepatan tinggi sehingga dalam proses pembubutan rata pada

tembaga dengan diameter 32 mm menghasilkan serat yang rata atau halus dari

pada pembubutan rata kecepatan 370 rpm

Gambar 4.2 Hasil Pembubutan Dengan Kecepatan 500 rpm

(Dokumentasi, 2020)

3. Pada proses pembubutan rata dengan kecepatan 800 rpm, pembubutan rata

berjalan dengan kecepatan hampir maksimal sehingga dalam proses pembubutan

rata pada tembaga dengan diameter 32 mm menghasilkan serat yang lebih rata

atau lebih halus dari kecepatan 500 rpm.

Gambar 4.3 Hasil Pembubutan Dengan Kecepatan 800 rpm

(Dokumentasi, 2020)

38

4. Chip (gram), ketika melakukan proses pembubutan pasti akan menghasilkan

chip (gram). Bentuk chip (gram) dapat dilihat pada gambar dibawah ini.

Gambar 4.4 Chip proses pembubutan (Dokumentasi, 2020)

39

4.2.2 Grafik Kecepatan Pemakanan Pembubutan Rata Dengan Kecepatan

Putaran (370 rpm, 500 rpm, dan 800 rpm)

Grafik Pembahasan Pembubutan Rata

0102030405060708090

370 rpm

500 rpm

800 rpm

370 rpm 37.1776 m/s

500 rpm 50.24 m/s

800 rpm 80.384 m/s

Gambar 4.5 Grafik Pembahasan Pembubutan Rata

(Dokumentasi, 2020)

Pada gambar 4.6 menunjukkan grafik dari hasil pembubutan dengan variasi

kecepatan putaran mesin dari yang terendah sampai yang tertinggi. Yaitu putaran

370 rpm dengan diameter benda kerja 32 mm (0,032 m) menunjukkan hasil dari

setiap menitnya yaitu 37,1776 m/menit. Selanjutnya dengan putaran 500 rpm

menunjukkan hasil dari setiap menitnya yaitu 50,240 m/menit. Sedangkan dengan

putaran 800 rpm menunjukkan hasil dari setiap menitnya yaitu 80,384 m/menit.

40

Diagram Kekasaran Benda Kerja

Paling Halus

Halus

Kasar

370 rpm 500 rpm 800 rpm

Gambar 4.6 Diagram Kekasaran Benda Kerja (Dokumentasi, 2020)

Pada gambar 4.6 menunjukkan diagram dari hasil pembubutan dengan

variasi kecepatan putaran mesin dari yang terendah sampai yang tertinggi. Yaitu

putaran 370 rpm dengan diameter benda kerja 32 mm (0,032 m) menunjukkan

hasil yang kasar. Selanjutnya dengan putaran 500 rpm menunjukkan hasil yang

halus. Sedangkan dengan putaran 800 rpm menunjukkan hasil yang paling halus.

41

BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Dari hasil penelitian “Analisa Pengaruh Kecepatan Spindel Terhadap Hasil

Pembubutan Oblique dan Orthogonal Material Tembaga Diameter 32 Pada Mesin

Bubut Konvensional” dengan kecepatan putaran 370 rpm, 500 rpm, dan 800 rpm

ini maka dapat disimpulkan kecepatan putaran mempengaruhi tingkat kekasaran

benda kerja, semakin rendah putarannya maka semakin tinggi nilai kekasarannya.

Hal ini dapat dibuktikan pada saat pembubutan rata menggunakan kecepatan 370

rpm yang hasilnya kasar, sedangkan pada kecepatan 500 rpm hasil nya halus, dan

yang paling bagus adalah di putaran 800 rpm karena mesin berputar dengan cepat.

5.2 Saran

Dari laporan Tugas Akhir ini penulis memberikan saran yang berkaitan

dengan analisa pengaruh kecepatan spindel terhadap putaran pembubutan rata

terhadap kekasaran permukaan material tembaga diameter 32 pada mesin bubut

konvensional, sebagai berikut:

1. Dalam proses pembubutan harus memperhatikan pahat dan kecepatan yang

digunakan, agar hasil benda kerja sesuai seperti yang diinginkan.

2. Proses pembubutan harus dilakukan dengan hati-hati, agar tidak terjadi hal-

hal yang tidak diinginkan.

42

DAFTAR PUSTAKA Atmantawarna Patria Henggar, 2013. Perbaikan Mesin Bubut dan Uji Untuk

Kerja Dengan Besi Pejal. Laporan Tugas Akhir, Program Studi DII Teknik

Mesin, Universitas Diponegoro Semarang. Azhar Choirul Muhamad, 2014. Analisa Kekasaran Permukaan Benda Kerja

dengan Variasi Jenis Material dan Pahat Potong. Skripsi, Program Studi Teknik Mesin, Fakultas Teknik Universitas Bengkulu.

Mikell, P. Groover, 2010. Fundamentals of Modern Manufacturing: Materials,

Processes, and Systems. 4th Edition. New Jersey: John Wiley & Sons,

Inc.,111 River Street, Hoboken.

Nofri, Taryana, 2017. Analisis Sifat Mekanik Baja SKD 61 Dengan Baja ST 41 Dilakukan Dengan Hardening Dengan Variasi Temperatur. Bina Teknika, Volume 13 Nomor 2, Edisi Desember 2017, 189-199.

Tschätsch, H., (2009). Applied Machining Technology. New York (halaman

51,52,53).

43

Lampiran A Foto Praktek Pembubutan

44

Lampiran B Pembahasan Kecepatan 370 Rpm

Cs = π d.n 1000 = 3,14.32.370 1000 = 37,1776 1000 = 37,1776 (m/menit)

Kecepatan 500 Rpm

Cs = π d.n 1000 = 3,14.32.500 1000 = 50240 1000 = 50,24 (m/menit)

Kecepatan 800 Rpm

Cs = π d.n 1000 = 3,14.32.800 1000 = 80,384 1000 = 0,080384 (m/menit)

45

Lampiran C Sertifikat Uji Kekasaran Permukaan

46

47

48